Presentasi Kasus Emi. Anak
-
Upload
annisa-aulia-fitri -
Category
Documents
-
view
224 -
download
0
description
Transcript of Presentasi Kasus Emi. Anak
PRESENTASI KASUS
IKTERUS FISIOLOGIS PADA NEONATUS
Oleh:
Emi Rahmadhani
1110103000029
Pembimbing:
dr. Gunawan Sugiarto, SpA
MODUL KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK DAN REMAJA
RUMAH SAKIT UMUM PUSAT FATMAWATI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015 M/ 1436 H
BAB I
ILUSTRASI KASUS
1.1 Identitas Pasien
• Nomor Rekam Medik : 01375684
• Nama : By. Ny. Siti fauziah
• Tanggal lahir : 17 Juli 2015
• Jenis kelamin : Perempuan
• Usia : 0 bulan
• Agama : Islam
• Alamat : Jl. Madrasah RT 02/04 Pasar Minggu, Cilndak Timur,
Jakarta Selatan
• Masuk rawat : 17 Juli 2015
Identitas Orang Tua
Ayah Ibu
Nama Bp A Ibu F
Usia 30 tahun 26 tahun
Alamat Jl. Madrasah RT 02/04 Pasar
Minggu, Cilndak Timur,
Jakarta Selatan
Jl. Madrasah RT 02/04
Pasar Minggu, Cilndak
Timur, Jakarta Selatan
Agama Islam Islam
Pendidikan terakhir SMA SMP
Pekerjaan Buruh IRT
1.2Anamnesis (20 Juli 2015)
Data didapatkan dari data sekunder yaitu rekam medis.
Keluhan Utama
Bayi tampak kuning pada hari ketiga setelah kelahiran
Riwayat Penyakit Sekarang
Hari pertama setelah kelahiran, pasien dirawat diruang bayi, bayi dalam
keadaan aktif, menangis kuat tidak melengking, belum BAB, BAK baik, tidak biru
dan tidak kuning, tidak sesak, tidak mual dan muntah, tidak demam, nafas spontan,
tali pusat tidak berbau, tidak kemerahan dan tidak bernanah.
Hari kedua, pasien tetap aktif, masih di ruang bayi, menangis kuat tidak
melengking, sudah BAB dan BAK baik, tidak kuning dan biru, tidak sesak, tidak
mual dan muntah, tidak demam, nafas spontan, tali pusat tidak berbau, tidak
kemerahan dan tidak bernanah.
Hari ketiga, pasien dalam keadaan aktif, masih di ruang bayi, menangis kuat
tidak melengking, sudah BAB dan BAK baik, tidak kuning dan biru, tidak sesak,
tidak mual dan muntah, tidak demam, nafas spontan, bayi rutin minum ASI, tali pusat
tidak berbau, tidak bernanah dan merah. Tepat jam 21.30 WIB pasien tampak kuning
pada bagian wajah sampai dada. Akan tetapi bagian tubuh lainnya tidak kuning.
Setelah itu pasien dipindahkan ke incubator di ruang perinatologi, pasien
diberi terapi sinar biru selama 24 jam.
Riwayat Penyakit Dahulu
Tidak ada
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada yang memiliki riwayat sakit kuning, gangguan liver, gangguan empedu
Riwayat Kehamilan dan persalinan
Selama kehamilan tidak ada keluhan, ibu pasien juga rajin ANC ke bidan,
tidak pernah meminum jamu atau obat-obatan, kecuali vitamin dari bidan. Pasien
adalah anak pertama lahir SC ai distosia PK I aktif, ketuban pecah 6 jam, warna hijau
kental. Lahir bayi perempuan, BL : 3400gram, PB : 50 cm, L.kep : 35 cm, AS 8/9.
Nafas spontan, teratur, menangis kuat, anus ada dan tidak ada kelainan bawaan.
Riwayat pertumbuhan dan perkembangan
Daya hisap menyusui kuat
Riwayat makanan
Pasien mendapat ASI, 1x sehari
Riwayat imunisasi
Pasien sudah mendapatkan imunisasi Hepatitis B
1.3 Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : tampak sakit sedang, Menangis kuat
Kesadaran : composmentis
Tanda vital : Nadi : 145x/menit
Nafas : 40x/menit,teratur
Suhu : 36,9oC
Antropometri : BB : 3,4 kg, TB: 50cm
Kepala : UUB datar, tidak cekung, tidak ada hematom
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sclera ikterik, baby eyecare, tidak
cekung
Hidung : tidak ada kelainan
Mulut : tidak tampak sianosis, mukosa bibir licin dan mulut lembab
Telinga : tidak ada kelainan
Leher : tidak ada pembesaran KGB dan tiroid, tidak ada nafas bantu
tambahan
Jantung : BJ 1 dan 2 normal, tidak ada murmur dan gallop
Paru : suara nafas vesikuler di kedua lapang paru, tidak ada ronkhi,
tidak ada wheezing
Abdomen : datar, supel, BU + normal, turgor cukup, tidak ada
hepatosplenomegali
Ekstremitas : akral hangat, tidak sianosis, tidak ikterik, capillary refill time
< 3 detik
Genitalia dan rectum: tidak ada kelainan
Kulit : tidak sianosis, ikterik pada wajah dan dada
1.3 Pemeriksaan Penunjang (17 Juli 2015)
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Interpretasi
Hematologi
- Hb
- Hematokrit
- Leukosit
- Trombosit
- Eritrosit
- VER
- HER
- KHER
- RDW
17,8 g/dL
57 %
6,0 ribu/uL
239 ribu/uL
5,30 juta/uL
106,6 fl
33,5 pg
31,5 g/dl
15,9 %
15,2-23,6 g/dl
44-72 %
9,4-34,0 ribu/uL
229-553 ribu/uL
4,30-6,30 juta/uL
98,0-122,0 fl
33,0-41,0 pg
31,0-35,0 g/dL
11,5-14,5 %
Normal
Normal
Menurun
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Meningkat
GDS 56 mg/dL 30-60 mg/dL Normal
Sero-imunologi
- CRP kuantitatif
- Golongan darah
<0.4 mg/dl
A/Rhesus (+)
<1,0 Normal
19 Juli 2015
Hematologi
- Hb
- Hematokrit
- Leukosit
- Trombosit
- Eritrosit
- VER
- HER
- KHER
- RDW
15,8 g/dL
50 %
14,7 ribu/uL
239 ribu/uL
4,76 juta/uL
104,1 fl
33,2 pg
31,9 g/dl
15,9 %
15,2-23,6 g/dl
44-72 %
9,4-34,0 ribu/uL
229-553 ribu/uL
4,30-6,30 juta/uL
98,0-122,0 fl
33,0-41,0 pg
31,0-35,0 g/dL
11,5-14,5 %
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Meningkat
Sero-imunologi
- CRP kuantitatif
- Golongan darah
8,6 mg/dl
A/Rhesus (+)
<1,0 Meningkat
IT Ratio 0,06 <0,2 Normal
Fungsi hati
-Bilirubin Total
-Bilirubin Direk
-Bilirubin Indirek
14,70 mg/dl
0,60 mg/dl
14,10 mg/dl
0,00-6,00
<0,6
<0,6
Meningkat
Normal
Meningkat
20 juli 2015
Hematologi
- Hb
- Hematokrit
- Leukosit
- Trombosit
- Eritrosit
- VER
- HER
- KHER
- RDW
15,5 g/dL
45 %
9,7 ribu/uL
270 ribu/uL
5,51 juta/uL
81,8 fl
28,1 pg
34,3 g/dl
13,7 %
15,2-23,6 g/dl
44-72 %
9,4-34,0 ribu/uL
229-553 ribu/uL
4,30-6,30 juta/uL
98,0-122,0 fl
33,0-41,0 pg
31,0-35,0 g/dL
11,5-14,5 %
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Fungsi hati
-SGOT
-SGPT
15 u/l
11 u/l
0-34
0-40
Normal
Normal
Fungsi Ginjal
-Ureum darah
-Kreatinin darah
14 mg/dl
0,4 mg/dl
0-48
0,0-0,9
Normal
Normal
Elektrolit darah
-Natrium
-Kalium
-Klorida
138 Mmol/l
2,07 Mmol/l
108 Mmol/l
135-147
3,10-5,10
95-108
Normal
Menurun
Normal
1.4 resume
By. Perempuan 0 bulan dengan keluhan kuning pada hari ketiga setelah
kelahiran. Hari pertama pasien dirawat diruang bayi, bayi dalam keadaan aktif,
menangis kuat tidak melengking, belum BAB, BAK baik, tidak biru dan tidak
kuning, tidak sesak, tidak mual dan muntah, tidak demam, nafas spontan, tali pusat
tidak berbau, tidak kemerahan dan tidak bernanah.
Hari kedua, tidak ada kuning maupun sianosis.
Hari ketiga jam 21.30 WIB pasien tampak kuning pada bagian wajah sampai
dada. Akan tetapi bagian tubuh lainnya tidak kuning.
Setelah itu pasien dipindahkan ke incubator di ruang perinatologi, pasien
diberi terapi sinar biru selama 24 jam. Riwayat kuning di keluarga tidak ada. Pasien
adalah anak pertama lahir SC ai distosia PK I aktif, ketuban pecah 6 jam, warna hijau
kental. Lahir bayi perempuan, BL : 3400gram, PB : 50 cm, L.kep : 35 cm, AS 8/9.
Nafas spontan, teratur, menangis kuat, anus ada dan tidak ada kelainan bawaan. Daya
hisap menyusui kuat, Pasien mendapat ASI, 1x sehari, Pasien sudah mendapatkan
imunisasi Hepatitis B. pf: tampak sakit sedang, Menangis kuat, composmentis, Nadi:
145x/menit, Nafas: 40x/menit,teratur, Suhu: 36,9oC, generalis: dbn, kecuali sclera
ikterik, kulit ikterik pada wajah dan dada. Lab: CRP kusntitatif 8,6 mg/dl, bil total
14,70 mg/dl, bil indirek 14,10 mg/dl.
1.5 Diagnosa Kerja
NCBSMK SC ai distosia PK I aktif, ketuban pecah 6 jam, warna hijau
kental
Ikterus fisiologis
1.6Diagnosa Banding
Sepsis
1.7Tatalaksana
- Terapi Blue Light 24 jam + Baby eyecare
- Pemberian ASI 8-12x/hari
- Amoxicillin 2x170 mg
- Gentamycin 17 mg
- Pencegahan
1.8 Prognosis
ad vitam: bonam
ad functionam: bonam
ad sanationam: bonam
1.9 Pemeriksaan Anjuran
Cek DL, bilirubin direk,
indirek sesudah pemberian
terapi blue light 24 jam.
Follow up
21 juli 2015 22 juli 2015 23 juli 2015
S : Pasien dalam keadaan
aktif, menangis kuat, BAB
dan BAK baik, kuning, tidak
sesak, tidak mual dan muntah,
tidak demam, nafas spontan,
bayi minum ASI 1x sehari
S : Pasien dalam keadaan aktif,
menangis kuat, BAB dan BAK
baik, kuning berkurang, tidak
sesak, tidak mual dan muntah,
tidak demam, nafas spontan,
bayi rutin minum ASI 1x
sehari
S : Pasien dalam keadaan aktif,
menangis kuat, BAB dan BAK baik,
kuning semakin berkurang, tidak
sesak, tidak mual dan muntah, tidak
demam, nafas spontan, bayi rutin
minum ASI 1x sehari
O : KeadaanUmum:tampak
sakit sedang, Menangis kuat
Kesadaran: composmentis
Tanda vital
Nadi:140x/menit, Nafas:
37x/menit,teraturSuhu: 36,7oC
Kepala: UUB datar
Mata: Konjungtiva tidak
anemis, sklera ikterik, baby
eyecare
Hidung: tidak ada kelainan
Mulut: tidak tampak sianosis,
mukosa bibir licin dan mulut
lembab
Telinga: tidak ada kelainan
Leher: tidak ada pembesaran
KGB
Jantung: BJ 1 dan 2 normal,
tidakada murmur
dan gallop
Paru: suara nafas vesikuler
dikedua lapang paru,
O : Keadaan Umum:tampak
sakit sedang, Menangis kuat
Kesadaran: composmentis
Tanda vital
Nadi:142x/menit, Nafas:
40x/menit,teraturSuhu: 36,9oC
Kepala: UUB datar
Mata: Konjungtiva tidak
anemis, sklera ikterik, baby
eyecare
Hidung: tidak ada kelainan
Mulut: tidak tampak sianosis,
mukosa bibir licin dan mulut
lembab
Telinga: tidak ada kelainan
Leher: tidak ada pembesaran
KGB
Jantung: BJ 1 dan 2 normal,
tidakada murmur dan
gallop
Paru: suara nafas vesikuler di
kedua lapang paru, tidak
O : Keadaan Umum:tampak sakit
sedang, Menangis kuat
Kesadaran: composmentis
Tanda vital
Nadi:140x/menit, Nafas:
36x/menit,teraturSuhu: 36,8oC
Kepala: UUB datar
Mata: Konjungtiva tidak anemis,
sklera ikterik, baby eyecare
Hidung: tidak ada kelainan
Mulut: tidak tampak sianosis,
mukosa bibir licin dan mulut lembab
Telinga: tidak ada kelainan
Leher: tidak ada pembesaran KGB
Jantung: BJ 1 dan 2 normal,
tidakada murmur dan
gallop
Paru: suara nafas vesikuler di kedua
lapang paru, tidak ada ronkhi,
tidak ada wheezing
Abdomen : datar, supel, BU +
tidak ada ronkhi, tidak
ada wheezing
Abdomen : datar, supel, BU +
normal,tidakadahepatospleno
megali
Ekstremitas:akral hangat,
tidak edema,
tidak sianosis,
tidak ikterik,
capillary refill
time < 3 detik
Genitalia dan anus: tidak ada
kelainan
Kulit: tidak sianosis, ikterik
pada
wajah
dan
dada
ada ronkhi, tidak ada
wheezing
Abdomen : datar, supel, BU +
normal,tidakadahepatosplenom
egali
Ekstremitas:akral hangat,
tidak edema,
tidak sianosis,
tidak ikterik,
capillary refill
time < 3 detik
Genitalia dan anus: tidak ada
kelainan
Kulit: tidak sianosis, ikterik
pada
wajah
dan dada
Ht: 46
Bil tot: 4,80
Bil direk: 1,00
Bil indirek: 3,80
CRP Kuantitatif: 1,4
normal,tidakadahepatosplenomegali
Ekstremitas:akral hangat, tidak
edema, tidak sianosis,
tidak ikterik, capillary
refill time < 3 detik
Genitalia dan anus: tidak ada
kelainan
Kulit: tidak sianosis, ikterik pada
wajah dan
dada
A : -NCBSMK SC ai distosia
PK I aktif, ketuban pecah 6
jam, warna hijau kental
-Hiperbilirubinemia fisiologis
ec. ASI
A :-NCBSMK SC ai distosia
PK I aktif, ketuban pecah 6
jam, warna hijau kental
-Hiperbilirubinemia fisiologis
ec. ASI perbaikan
A :-NCBSMK SC ai distosia PK I
aktif, ketuban pecah 6 jam, warna
hijau kental
-Hiperbilirubinemia fisiologis ec.
ASI perbaikan
P : - Terapi Blue Light24 jam
- Baby eyecare
- Pemberian ASI
P : - Terapi Blue Light24 jam
- Baby eyecare
- Pemberian ASI
P : -Terapi Blue Light24 jam
- Baby eyecare
- PemberianASI 8-12x/hari
812x/hari
- Amoxicillin 2x170 mg
- Gentamycin 17 mg
812x/hari
- Amoxicillin 2x170 mg
- Gentamycin 17 mg
- Amoxicillin 2x170 mg
- Gentamycin 17 mg
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Ikterus adalah deskolorasi kuning pada kulit, membrane mukosa dan sclera akibat
peningkatan kadar bilirubin dalam darah. Orang dewasa tampak kuning bila kadar bilirubin
serum >2 mg/dl, sedangkan pada neonates bila kadar bilirubin >5 mg/dl.
Ikterus terjadi apabila terdapat akumulasi bilirubin dalam darah. Pada sebagian besar
neonatus, ikterus akan ditemukan dalam minggu pertama kehidupannya.
Dikemukakan bahwa angka kejadian ikterus terdapat pada 60% bayi cukup bulan dan
80% bayi kurang bulan.
Hiperbilirubinemia merupakan masalah yang paling sering dijumpai pada minggu
pertama kehidupan.Keadaan ini merupakan kejadian sesaat yang dapat hilang spontan.Akan
tetapi, hiperbilirubinemia dapat juga merupakan hal yang serius dan mengancam jiwa.
Istilah kuning pada bayi:
1. Ikterus neonatorum
ditandai oleh pewarnaan ikterus pada kulit dan sklera
diakibatkan oleh akumulasi bilirubin tak terkonjugasi yang berlebih.
ikterus akan tampak bila bilirubin darah 5-7 mg/dL.
2. Hiperbilirubinemia :
merupakan peningkatan kadar plasma bilirubin 2 standar deviasi atau lebih dari
kadar yang diharapkan berdasarkan umur bayi.
2.2 Metabolisme bilirubin
2.3 Ikterus fisiologis :
Pada bayi baru lahir,kadar bilirubin tak terkonjugasi pada minggu pertama > 2 mg/dL,
Pada bayi yang cukup bulan dan mendapatkan susu formula : kadar bilirubin akan mencapai
puncaknya sekitar 6-8 mg/dL pada hari ke-3 kehidupannya, akan menurun cepat selama 2-3 hari
dan juga dilanjutkan dengan penurunan yang lambat sebesar 1 mg/dL selama 1-2 minggu. Bayi
yang cukup bulan dan mendapatkan ASI sejak lahir : kadar bilirubin meningkat pada puncaknya
yaitu mencapai 7-14 mg/dL dan akan turun lagi namun lebih lambat yang bisa terjadi dalam
waktu 2-4 minggu, bahkan bisa mencapai 6 minggu. Sekitar 1 dari 200 bayi cukup bulan yang
menyusu ASI : terdapat kenaikan bermakna dari bilirubin tak terkonjugasi antara umur 4 dan 7
hari, mencapai kadar maksimal setinggi 10-30 mg/dl selama minggu ke-2 sampai ke-3.Pada bayi
kurang bulan dengan mendapat susu formula:akan terjadi peningkatan dengan puncak yang lebih
tinggi dan lebih lama lagi, begitu juga dengan penurunannnya jika tidak diberikan fototerapi
pencegahan.
Dikatakan ikterus kisaran fisiologis:
Jika kadar bilirubin meningkat sampai 10-12 mg/dL, bahkan hingga 15 mg/dL tanpa
disertai kelainan metabolisme bilurubin pun masih dalam kisaran fisiologis.
2.4 Ikterus Non-fisiologis (patologis) dinyatakan sebagai berikut:
Ikterus terjadi < 24 jam, setiap peningkatan kadar bilirubin serum yang memerlukan
fototerapi, peningkatan kadar bilirubin total serum > 0,5 mg/dL/jam, adanya tanda-tanda
penyakit yang mendasari pada setiap bayi, seperti muntah, letargis, malas menetek, penurunan
berat badan yang cepat, apneu, takipneu atau suhu yang tidak stabil, ikterus bertahan setelah 8
hari pada bayi cukup bulan atau 14 hari pada bayi kurang bulan.
Bilirubin ensefalopati: timbul akibat efek toksik bilirubin pada sistem saraf pusat (ganglia
basal dan pada nuklei batang otak), biasanya timbul pada minggu pertama sesudah bayi lahir.
Manifestasi klinis pada saat fase awal bayi dengan ikterus yang berat akan tampak beberapa
keadaan seperti : letargis, hipotonikdan refleks hisap buruk, ada fase intermediate biasanya
ditandai dengan : moderate stupor, iritabilitasdan hipertoni, kemudian selanjutnya bayi akan
mengalami demam, high-pitched cry, kemudian jadi drowsiness dan hipotoni yang berupa
retrocolis dan opistotonus.
Kern ikterus: perubahan neuropatologi yang ditandai dengan terjadinya deposisi pigmen
bilirubin pada beberapa tempat di otak terutama di ganglia basalis, pons, serebelum. Biasanya
terjadi pada tahap yang kronis, bayi yang dapat bertahan hidup nantinya akan berkembang
menjadi athetoid cerebral palsy berat, gangguan pendengaran, displasia denta enamel, paralisis
upward gaze.
2.5 Etiologi
1. Hiperbilirubinemia fisiologis
2. Inkompatibilitas golongan darah ABO
3. ’Breast Milk Jaundice’
4. Inkompatibilitas golongan darah rhesus
5. Infeksi
6. Hematoma sefal, hematoma subdural, ’excessive bruising’
7. IDM (’Infant of Diabetic Mother’)
8. Polisitemia / hiperviskositas
9. Prematuritas / BBLR
10. Asfiksia (hipoksia, anoksia), dehidrasi-asidosis, hipoglikemia
11. Lain-lain
Penyebab yang jarang terjadi:
1. Defisienasi G6PD (Glucose 6 – Phosphat Dehydrogenase)
2. Defisiensi piruvat kinase
3. Sferositosis kongenital
4. Lucey – Driscoll syndrome (ikterus neonatorum familial)
5. Hipotiroidism
6. Hemoglobinopathy
2.5 Manifestasi klinis
Gejala utama adalah warna kuning pada kulit, konjungtiva dan mukosa. Di samping itu
dapat pula disertai dengan gejala dan tanda : Dehidrasi, Asupan kalori tidak adekuat, pucat yang
sering berkaitan dengan anemia hemolitik, trauma lahir : bruising, sefal hematoma, perdarahan
tertutup lainnya, pletorik akibat polisitemia, yang dapat disebabkan oleh kelambatan memotong
tali pusat, bayi KMK, letargi dan gejala klinis sepsis lainnya, ptekie yang sering berkaitan
dengan infeksi congenital, sepsis atau eritroblastosis, mikrosefali, korioretinitis: sering berkaitan
dengan anemia hemolitik, infeksi congenital, penyakit hati, hepatosplenomegali, omfalitis,
hipotiroidisme, massa abdomen kanan atas: sering berkaitan dengan duktus koledokus, feses
dempul disertai urin warna coklat tua.
Berdasarkan kremer dibagi:
Derajat
ikterus Daerah ikterus
Perkiraan kadar
bilirubin
I Kepala dan leher 5,0 mg%
II Sampai badan atas (di atas umbilikus) 9,0 mg%
III
Sampai badan bawah (di bawah umbilikus)
hingga tungkai atas (di atas lutut) 11,4 mg/dl
IV Sampai lengan, tungkai bawah lutut 12,4 mg/dl
V Sampai telapak tangan dan kaki 16,0 mg/dl
2.6 Faktor resiko
Mayor: sebelum pulang, kadar bilirubin serum total atau bilirubin transkutaneus terletak
pada daerah resiko tinggi, ikterus yang muncul dalam 24 jam pertama kehidupan,
inkompatibilitas golongan darah dengan tes antiglobulin direk yang positif atau penyakit
hemolitik lainnya (defisiensi G6PD, peningkatan ETCO), umur kehamilan 35-36 minggu,
riwayat anak sebelumnya yang mendapat fototerapi, sefalhematom atau memar yang bermakna,
ASI eksklusif dengan cara perawatan tidak baik dan kehilangan BB yang berlebihan , Ras Asia
Timur.
Minor: Sebelum pulang, kadar bilirubin serum total atau bilirubin transkutaneus terletak
pada daerah resiko sedang, umur kehamilan 37-38 minggu, sebelum pulang bayi tampak kuning,
riwayat anak sebelumnya kuning, bayi makrosomia dari ibu DM, umur ibu > 25 tahun, laki-laki.
2.7 PEMERIKSAAN PENUNJANG
Kadar bilirubin serum (total). Kadar bilirubin serum direk dianjurkan untuk diperiksa,
bila dijumpai bayi kuning dengan usia>10 hari dan atau dicurigai adanya suatu kolestasis.
Darah tepi lengkap dan gambaran hapusan darah tepi untuk melihat morfologi eritrosit
dan hitung retikulosit.
Penentuan golongan darah dan factor Rh dari ibu dan bayi. Bayi yang berasal dari ibu
dengan Rh negative harus dilakukan pemeriksaan golongan darah, factor Rh, uji Coombs
pada saat bayi dilahirkan, kadar hemoglobin dan bilirubin tali pusat juga diperiksa.
Pada ikterus yang berkepanjangan, lakukan uji fungsi hati, uji fungsi tiroid, uji urine
terhadap galaktosemia.
Bila secara klinis dicurigai sepsis, lakukan pemeriksaan kultur darah, urin, rasio IT dan
pemeriksaan C-reactive protein (CRP).
2.8 Penegakan diagnosis ikterus neonatorum berdasarkan waktu kejadiannya
Waktu Diagnosis banding Anjuran pemeriksaan
Hari ke-1 Inkompatibilitas darah
(Rh, ABO)
Sferositosis
Infeksi intrauterine
(TORCH)
Anemia hemolitik non-
sferositosis(mis.G6PD)
Kadar bilirubin serum
berkala, Hb, golongan
darah ibu bayi, uji
Coombs
Darah tepi lengkap,
riwayat keluarga, IgM,
serologi, trombosit,
biakan darah/urin
Uji lapis defisiensi
enzim
Hari ke-2 Infeksi
Keadaan-keadaan
seperti hari ke-1 tetapi
baru timbul kemudian
fisiologis
darah tepi, biakan
darah/urin, pungsi
lumbal (kalau perlu)
foto paru, dll
sama seperti diatas
Hari ke-3 Fisiologis (keadaan
umum baik, mau
minum, berat badan
naik, kadar bilirubin
total <15 mg/dl,
menghilang pada hari
ke-10)
Bila criteria tidak
dipenuhi, periksa
midstream urin, darah
tepi (untuk infeksi
laten), golongan darah
dan uji Coombs (untuk
penyakit hemolitik
ringan dan defisiensi
enzim)
>5 hari atau menetap s/d 10
hari
Minum ASI
Infeksi bakteri/virus
Anemia hemolitik
Galaktosemia
Hipotiroidisme
Obat-obatan
Syndrome Lucey-
Driscoll
Fibrosis kistik
Penyakit gilbert
Ikterus obstruktif
Awasi keadaan umum,
berat badan dan
minumnya
Pemeriksaan darah,
urin, sesuaikan dengan
diagnosis
2.9 Penatalaksanaan
Tujuan utama:
Untuk mengendalikan agar kadar bilirubin serum tidak mencapai nilai yang dapat
menimbulkan kernikterus/ensefalopati bilirubin,serta mengobati penyebab langsung
ikterus
Terapi sinar
Status hidrasi dan pemberian minum
Monitoring kadar bilirubin
Transfusi Tukar
Obat-obatan :
-Phenobarbital
-Intra venous immunoglobulin
-Mettaloporphyrins
-Cholestyramine
1. Pertimbangan terapi sinar pada:
-NCB-SMK sehat: kadar bilirubin total > 12 mg/dl
-NKB sehat: kadar bilirubin total > 10 mg/dl
2. Pertimbangkan transfuse tukar bila kadar bilirubin indirek> 20 mg/dl
Pada ikterus patologis, angka-angka diatas harus di modifikasi dan pada umumnya
tatalaksana bersifat lebih agresif. Sebagai perbandingan dapat dilihat penanganan bayi kuning
yang diajukan American Academy of Pediatric tahun 2004.
Terapi Sinar
Pengaruh sinar terhadap ikterus telah diperkenalkan oleh Cremer sejak 1958. Banyak
teori yang dikemukakan mengenai pengaruh sinar tersebut. Teori terbaru mengemukakan bahwa
terapi sinar menyebabkan terjadinya isomerisasi bilirubin.
Pada saat penyinaran diusahakan :
Agar bagian tubuh yang terpapar dapat seluas-luasnya, yaitu dengan membuka pakaian
bayi
Posisi bayi sebaiknya diubah-ubah setiap 6-8 jam agar bagian tubuh yang terkena cahaya
dapat menyeluruh
Kedua mata ditutup namun gonad tidak perlu ditutup lagi
Selama penyinaran kadar bilirubin dan hemoglobin bayi di pantau secara berkala dan
terapi dihentikan apabila kadar bilirubin <10 mg/dL (<171 μmol/L)
Lamanya penyinaran biasanya tidak melebihi 100 jam
Penghentian atau peninjauan kembali penyinaran juga dilakukan apabila ditemukan efek
samping terapi sinar
Transfusi Tukar
Transfusi tukar merupakan tindakan utama yang dapat menurunkan dengan cepat
bilirubin indirek dalam tubuh
Selain itu juga bermanfaat dalam mengganti eritrosit yang telah terhemolisis dan
membuang pula antibodi yang menimbulkan hemolisis
Walaupun transfusi tukar ini sangat bermanfaat, tetapi efek samping dan komplikasinya
yang mungkin timbul perlu di perhatikan dan karenanya tindakan hanya dilakukan bila
ada indikasi
Transfusi tukar
‘Double Volume’ artinya dibutuhkan dua kali volume darah, diharapkan dapat mengganti
kurang lebih 90 % dari sirkulasi darah bayi dan 88 % mengganti Hb bayi
‘Iso Volume’ artinya hanya dibutuhkan sebanyak volume darah bayi, dapat mengganti 65
% Hb bayi
‘Partial Exchange’ artinya memberikan cairan koloid atau kristaloid pada kasus
polisitemia atau darah pada anemia
Terapi Obat
Phenobarbital dapat menstimulus hati untuk menghasilkan enzim yang meningkatkan
konjugasi bilirubin dan mengekskresikannya
Obat ini efektif baik diberikan pada ibu hamil untuk beberapa hari sampai beberapa
minggu sebelum melahirkan
Penggunaan phenobarbital setelah lahir masih kontroversial dan secara umum tidak
direkomendasikan
2.10 Strategi pencegahan
Pencegahan primer
-Menyusui bayi paling sedikit 8-12 kali/hari
-Tidak memberikan cairan tambahan : dextrose,air
Pencegahan sekunder
-Penilaian pada kemungkinan resiko
-Evaluasi laboratorium
-Penyebab kuning
-Penilaian risiko sebelum bayi di pulangkan
BAB III
ANALISA KASUS
Ikterus adalah deskolorasi kuning pada kulit, membrane mukosa dan sclera akibat
peningkatan kadar bilirubin dalam darah. Orang dewasa tampak kuning bila kadar bilirubin
serum >2 mg/dl, sedangkan pada neonates bila kadar bilirubin >5 mg/dl. Dari kasus diatas sesuai
dengan teori bahwasanya pasien mengalami peningkatan bilirubin lebih dari 5 mg/dl.
Hiperbilirubinemia merupakan masalah yang paling sering dijumpai pada minggu
pertama kehidupan.Keadaan ini merupakan kejadian sesaat yang dapat hilang spontan. Akan
tetapi, hiperbilirubinemia dapat juga merupakan hal yang serius dan mengancam jiwa. Pada
pasien terjadi kuning di hari ketiga dan menghilang dalam waktu 1 minggu.
Ikterus neonatorum
ditandai oleh pewarnaan ikterus pada kulit dan sklera
diakibatkan oleh akumulasi bilirubin tak terkonjugasi yang berlebih.
ikterus akan tampak bila bilirubin darah 5-7 mg/dL.
Dari pemeriksaan pada pasien sesuai dengan teori.
Pada bayi baru lahir,kadar bilirubin tak terkonjugasi pada minggu pertama > 2 mg/dL,
Bayi yang cukup bulan dan mendapatkan ASI sejak lahir :kadar bilirubin meningkat pada
puncaknya yaitu mencapai 7-14 mg/dL dan akan turun lagi. Sekitar 1 dari 200 bayi cukup bulan
yang menyusu ASI :terdapat kenaikan bermakna dari bilirubin tak terkonjugasi antara umur 4
dan 7 hari, mencapai kadar maksimal setinggi 10-30 mg/dl selama minggu ke-2 sampai ke-3.
Dari pasien sesuai dengan teoei adanya peningkatan bilirubin dan sesuai dengan asupan pasien
yaitu ASI.
Dikatakan ikterus kisaran fisiologis:
Jika kadar bilirubin meningkat sampai 10-12 mg/dL, bahkan hingga 15 mg/dL tanpa
disertai kelainan metabolisme bilurubin pun masih dalam kisaran fisiologis. Fisiologis (keadaan
umum baik, mau minum, berat badan naik, kadar bilirubin total <15 mg/dl, menghilang pada hari
ke-10). Dari diagnosa pasien yaitu hiperbilirubinemia yang fisiologis sesuai dengan teori yang
ada. Keadaan umum pasien baik, kadar bilirubin dibawah 15 mg/dl.
Pertimbangan terapi sinar pada:
-NCB-SMK sehat: kadar bilirubin total > 12 mg/dl
-NKB sehat: kadar bilirubin total > 10 mg/dl
Pada pasien dilakukan terapi sinar sesuai dengan teori yang ada. Kadar bilirubin pada pasien
lebih dari 12 mg/dl.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
1. UKK Perinatologi IDAI. Buku Ajar Neonatologi. Edisi 1. Badan Penerbit IDAI:
Jakarta;2009.
2. Mohammad Juffrie, dkk. Buku Ajar Gastroenterologi-Hepatologi. Jilid 1. Badan Penerbit
IDAI: Jakarta. 2010.
3.
4. Hay, William W, Myron J. Levin, Judith M. Sondheimer, Robin R. Deterding. Current
Diagnosis & Treatment In Pediatrics 18th edition. Mc. Braw Hill. 2007.
5. Schwartz, M. William. Clinical Handbook Of Pediatrics. Lippincott Williams & Wilkins.
2003.
6. Meadow, Roy, Simon Newell. Lecture Notes Pediatrica 7th edition. Erlangga. 2005.
7. Diagnosis Dan Tatalaksana Penyakit Anak Dengan Gejala Kuning. FKUI-RSCM. 2007.
8. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak Edisi I. Ikatan Dokter Anak Indonesa. 2004.
9. Panduan Pelayanan Medis. Departemen Ilmu Kesehatan Anak RSCM. 2007.