Bab I
Pendahuluan
a. Tujuan Praktikum
1. Praktikum Cimex spp.
Mengamati morfologi Cimex spp.
Mengetahui perbedaan Cimex spp. Jantan dan betina
2. Praktikum Arthopoda
Menentukan ciri-ciri dari masing-masing species arthopoda
Mengetahui perbedaan dari masing-masing species arthopoda
3. Praktikum Stadium Larva Nyamuk Aedes, Anopheles dan Culex
Mengamati stadium larva dari nyamuk Aedes, Anopheles dan
Culex
Mengetahui perbedaan stadium larva antara nyamuk Aedes,
Anopheles dan Culex
Mengetahui bagian-bagian larva dari masing-masing spesies
beserta fungsinya
4. Praktikum Telur Nyamuk Aedes sp., Culex sp., dan Anopheles sp.
1
Untuk menjelaskan atau mempresentasikan gambar, bentuk,
dan ciri-ciri, serta perbedaan dari masing – masing telur dari
spesies Aedes sp, Culex sp, dan Anopheles sp.
5. Praktikum Pinjal
Mengetahui pinjal dan jenis-jenisnya.
Mengetahui morfologi pinjal.
6. Praktikum Kepala Nyamuk
Mengetahui perbedaan morfologi kepala nyamuk Aedes, Culex
dan Anopheles
b. Manfaat Praktikum
1. Praktikum Cimex spp.
Mengetahui bentuk dan ciri-ciri dari species Cimex spp.
2. Praktikum Arthopoda
Mengetahui bentuk dan macam-macam species dari Arthopoda
3. Praktikum Stadium Larva Nyamuk Aedes, Anopheles dan Culex
Dapat mengetahui stadium larva dari nyamuk Aedes, Anopheles
dan Culex
2
Dapat mengidentifikasi perbedaan stadium larva pada nyamuk
Aedes, Anopheles dan Culex
4. Praktikum Telur Nyamuk Aedes sp., Culex sp., dan Anopheles sp.
Dapat membedakan telur dari masing – masing spesies Aedes
sp, Culex sp, dan Anopheles sp.
Mengetahui bentuk dan ciri – ciri dari masing – masing telur
dari spesies Aedes sp, Culex sp, dan Anopheles sp.
5. Praktikum Pinjal
Dapat mengetahui jenis-jenis pinjal
Dapat mengetahui morfologi dari pinjal
6. Praktikum Kepala Nyamuk
Dapat mengetahui jenis nyamuk melalui identifikasi kepalanya
Dapat mengetahui perbedaan dari nyamuk tersebut
3
Bab II
Dasar Teori
2.1 Athropoda
Nama dari filum arthopoda berasal dari bahasa “greek” arthos berarti ruas
atau segmen dan podos berarti kaki, sehingga tanda karakteristik (menciri) dari
filum ini adalah memiliki kaki yang beruas-ruas atau bersegmen.
Rangka luar (eksosekleton) dari Arthropoda dilapisi oleh lapisan kitin
yang dibentuk oleh sekresi sel kitogenes dan tidak hanya melapisi bagian luar
tubuh, juga melapisi bagian mulut dibagian anterior disebut stomodaeum dan juga
melapisi bagian anus dibagian posterior disebut proktodaeum. Rangka luar
disusun oleh lempeng (pelat, “sclerites”) kitin (terbanyak tersusun oleh senyawa
kalsium) membentuk segmen tubuh. Segmen yang terletak disebelah atas (dorsal)
disebut tergum (tergit), dibagian bawah (ventral) disebut Sternum dan samping
(lateral) yang menghubungkan antara tergum dan sternum disebut pleuron.
Tergum, sternum dan pleuron masing-masing segmen merupakan satu kesatuan
yang elastis. Rangka luar secara periodik akan diganti oleh yang baru, setiap
penggantian rangka luar disebut ekdisis (menyilih).
Segmen dari arthropoda berkumpul membentuk kelompok, kelompok
depan membentuk kepala, tengah membentuk torak (dada) dan belakang
4
membentuk abdomen (perut). Pada tubuh arthropoda memiliki alat tubuh sangat
khas yaitu selalu berpasangan dan tersusun oleh beberapa segmen.
Pada kepala, pada beberapa jenis ditemukan satu atau dua pasang antena
yang berfungsi sensoris. Di bagian bawahnya ditemukan segmen yang mengalami
modifikasi menjadi alat-alat untuk makan terdiri dari : maksila, mandibula dan
pada beberapa jenis juga memiliki maksilipedes.
Torak (dada) ditemukan kaki, dan pada beberapam jenis ditemukan sayap,
selain itu pada arthropoda yang hidup didalam air memiliki beberapa variasi
abdomen yang dapat dipakai untuk membantu pada saat berenang.
Ciri bagian dalam yang paling menjolok dari Arthropoda adalah memiliki
rongga badan bukan coelum. Didalamnya penuh dengan darah yang mengandung
sel disebut Hemocele. Darah merendam semua organ di dalam tubuh. Jantungnya
merupakan pembuluh darah besar di sebelah atas yang dapat memompa darah
disebut pericardium, darah keluar melalui ostea.
Organ pernafasan dari arthropoda juga khas, ada beberapa macam antara
lain : (a) Insang (Gills, Brachiae) ditemukan pada larva, nimfa dan dewasa spesies
yang hidup didalam air, (b) Trachea, merupakan tabung elastis yang tipis, disusun
oleh cincin atau spiral kitin. Saluran pernafasan dibagian luar (ekterna) bermuara
pada stigmata, hanya dimuliki oleh Insekta, (c) Paru-paru dan (d) Kulit (kuticula),
tetutama pada laba-laba dan tungau.
5
Saluran pencernaan berbeda pada setiap kelas, secara umum terdiri dari :
Stomodaeum dilapisi oleh kitin, selanjutnya faring, proventrikulus, Mesenteron
(usus bagian tengah) dan terakhir Proktodaeum juga dilapisi oleh kitin.
Organ sekresi arthropoda sangat berbeda diantara kelasnya. Pada
Krustacea memiliki sepasang nephridia yang bermuara pada dasar segmnen ke-2
dari antena. Insekta berupa tubulus yang disebut tubulus malpigi yang terletak
melingkar disekeliling saluran pencernaan dan biasanya bermuara pada ujung
anterior proktodaeum. Araknida juga memiliki tubulus malpigi yang semuanya
bermuara pada bagian ujung anterior proktodaeum, tetapi memiliki tambahan
glandula koksa yang bermuara pada koksa kaki.
Sistim persarafan dari arthropoda terdiri dari ganglion serebral yang
terdapat pada kepala, dilanjutkan dengan syaraf yang melingkar pada commisura
oesofageal dan dilanjutkan oleh sepasang saraf ventral yang ditemukan sepanjang
sisi ventral tubuh. (Sunarno, 2012)
Klasifikasi, Filum arthropoda memiliki 5 kelas yang terpenting
diataranya : (1) Krustacea, (2) Myriapoda, (3) Insekta, (4) Araknida dan (5)
Pentastomida
1. Arachnida
Kelas Arachnida (Araknida), morfologi umumnya Stadium Dewasanya
memiliki 8 buah (4 pasang kaki), berbeda dengan kelas Insekta karena stadium
dewasanya hanya memiliki 6 buah (3 pasang kaki). Alat Mulut mengalami
modifikasi (perubahan bentuk) yang jelas kelihatan (Kelicera, Palpus Maksilaris
6
dan Hipostoma), yang berada diatas Basis Kapituli yang diperuntukkan untuk
menghisap, tidak memiliki (Antena, Sayap, Mata Majemuk)
Segmentasi dari tubuh araknida berbeda diantara araknida lainnya. Tubuh
Caplak dan Tungau dapat dibedakan berdasarkan cara membaginya, sehingga
namanya beragam sesuai dengan ahlinya. Secara umum tubuh artropoda dapat
dibagi menjadi 4 bagian, antara lain :
1. Kapitulum (Gnatosoma), menyerupai kepala, ditemukan alat-alat mulut
antara lain : sepasang Kelisera, diantara kelisera ditemukan mulut,
sepasang palpus maksilaris (palpus, pedipalpus), dengan atau tanpa cakar
dan sebuah hipostoma
2. Propodosoma, daerah pasangan kaki ke-1 dan ke-2
3. Metasoma, daerah pasangan kaki ke-3 dan ke-4 dan
4. Opistosoma, merupakan daerah posterior
Pembagian tubuh seperti diatas dalam Levine (1990) juga dapat dibedakan
menjadi 4 bagian berdasarkan kelompoknya : antara lain (1) Podosoma,
kelompok Propodosoma dan Metasoma, (2) Sefalotorak, kelompok Gnatosoma
dan Podosoma, (3) Idiosoma, kelompok Podosoma dan Opistosoma , (4) Pada
beberapa tungau seperti Trombiculidae, ditemukan lekuk yang dalam antara
Propodosoma dan Metasoma, sehingga seolah-olah tubuh terbagi menjadi 2
bagian. Pada tungau bagian depan (Gtatosoma dengan Propodosoma) disebut
7
Proterosoma dan bagain belakang (Metasoma dengan Opistosoma) disebut
Histerosoma.
Larva dari Caplak dan tungau memiliki 6 buah (3 pasang) kaki, sedangkan
Nimfa dan Dewasa memiliki 8 buah (4 pasang) kaki. Setiap kaki terdiri dari 6
segmen (dimulai dari tubuh) antara lain : (1) Koksa, (2). Trohanter, (3) Femur,
(4). Genu (Patela), (5) Tibia dan (6) Tarsus (terdiri dari sejumlah segmen
termasuk Pre-tarsus dengan sepasang cakar atau alat penghisap disebut Petunia
atau Karuncula)
Siklus hidup : metamorfose tidak lengkap (sederhana), secara umum
adalah sebagai berikut, telur ditempatkan pada tempat tersembunyi, kemudian
telur menetas dan keluarlah larva berkaki 6 buah, larva mengalami ekdisis
(pergantian kulit) dan berkembang menjadi nimfa dengan 8 kaki dan sangat mirip
dengan dewasa tetapi tidak mempunyai organ kelamin, nimfa mengalami ekdisis
untuk terakhir kalinya dan berkembang menjadi dewasa.
Nomenklatur dan Klasifikasi, kelas arachnida memiliki tiga Ordo yang
penting antara lain : (1) Acarina (Caplak dan Tungau), (2) Araneida (Laba-Laba)
dan (3) Scorpionida (Kalajengking).
a. Acarina
Ordo Acarina adalah Caplak & Tungau, memiliki tanda yang menciri
(karakteristik), Alat mulut keluar dari Basis Kapituli, yang terdiri dari
sepasang Kelisera yang berguna untuk menggunting, sepasang Palpus
Maksilaris (Palpus, Pedipalpus) yang berfungsi sensoris dan pada bagian
8
tengah ada Hipostoma. Segmentasi tubuh tidak ada. Ordo Acarina memiliki
6 sub-ordo antara lain :
1. Nostostigmata
2. Holothyroidea
3. Mesostigmata
4. Ixodoidea
5. Trombidiformes
6. Sarcoptiformes
2.2 Arachnoida
Arachnoidea (dalam bahasa Yunani, arachno = laba-laba). Berikut
adalah ciri-ciri dari salah satu hewan Arachnoidea yang sering kita jumpai, yaitu
laba-laba. Tubuhnya terdiri dari dua bagian, yaitu sefalotoraks (kepala
sefalotoraks (kepala-dada) pada bagian anterior dan abdomen pada dada) dan
pada bagian posterior. Sefalotoraks adalah penyatuan tubuh bagian sefal bagian
posterior. Sefalotoraks adalah penyatuan tubuh bagian sefal atau kaput (kepala)
dan bagian toraks (dada). Pada sefalotoraks terdapat sepasang kalisera (alat
sengat), sepasang pedipalpus (capit), terdapat sepasang kalisera (alat sengat),
sepasang pedipalpus (capit) dan enam pasang kaki untuk berjalan.Kalisera dan
pedipalpus dan enam pasang kaki untuk berjalan. Kalisera dan pedipalpus
merupakan alat tambahan pada mulut.
Pada bagian abdomen laba-laba terdiri darimesosoma dan metasoma.
Pada bagian posterior abdomen terdapat spineret yang merupakan organ
9
berbentuk kerucut dan dapat berputar bebas. Didalam spineret terdapat
banyak spigot yang merupakan lubang pengeluaran kelenjar benang halus atau
kelenjar benang abdomen. Kelenjar benang halus mensekresikan cairan yang
mengandung protein elastik. Protein elastik tersebut akan mengeras di udara
membentuk benang halus yang digunakan untuk menjebak mangsa. Laba-laba
bernapas dengan paru-paru buku atau trakea. Paru-paru buku atau trakea
adalah organ respirasi berlapis banyak seperti buku dan terletak pada bagian
abdomen. Ekskresi laba-laba dilakukan dengan tubula (tunggal = tubulus).
Tubula Malpighi merupakan tabung kecil tunggal = tubulus ).Tubula Malpighi
merupakan tabung kecil panjang dan buntu dan organ ini terletak di
dalam hemosol yang panjang dan buntu yang bermuara ke dalam usus. Selain
Tubula Malpighi, ekskresi lainnya bermuara ke dalam usus dilakukan dengan
kelenjar koksal. Kelenjar koksal merupakan kelenjar ekskretori buntu yang
bermuara pada daerah koksa (segmen pada kaki insecta).
2.3 Scorpionida
Scorpionida mencakup segala macam kala, antara lain; kalajengking
(Heterometrus cyaneus), kala buku (Scorpio), dan labah-labah (Tarantula).
Pedipalpusnya berbentuk seperti capit besar, sedangkan kalisera-kaliseranya kecil.
Segmen terakhir bagian posterior mempunyai alat penyengat yang berkait untuk
melepaskan racun dan berfungsi untuk melumpuhkan mangsa. Bersifat buas, oleh
karena itu disebut predator. Scorpionida kebanyakan hidup di daerah tropis, yaitu
tinggal di bawah batu-batu atau liang dalam tanah.
10
Kalajengking adalah Arachnoida bentuknya memanjang dengan
pedipalpus besar yang berujungkan kuku yang kuat, suatu sepalotoraks yang ridak
bersegmen dengan 4 pasang kaki, dan suatu abdomen yang memanjang. Anggota
badan belakang mempunyai suatu sengat yang berkait untuk pelepasan racun.
Kalajengking aktif pada malam hari, berdiam di bawah batu, potongan
kayu, atau tempat persembunyian lain yang terlindung. Hewan ini kadang-kadang
masuk ke dalam tempat tinggal manusia, terutama selama musim hujan di daerah
tropis. Mereka menangkap mangsanya, laba-laba dan serangga, di dalam kukunya
dan dengan dorongan ke belakang dan ke bawah dari abdomen yang menyerupai
ekor memasukkan sengat dengan racunnya yang dapat membuat lumpuh.
Kalajengking adalah vivipar, dan anak-anaknya dibawa untuk beberapa waktu di
punggung yang betina. Ada banyak sekali spesies kalajengking yang ditemuikan
di seluruh dunia.
Spesies yang kecil walaupun tidak dapat masuk ke dalam kulit manusia
tetapi dapat menyengat. Kalajengking beracun yang besar adalah spesies yang
termasuk Butus di Afrika Utara dan Eropa Selatan, dan Centruroides di Meksiko
dan Arizona. Manusia biasanya disengat apabila tangan atau kakinya tidak
terlindung secara kebetulan menyentuh kalajengking yang tersembunyi dalam
pakaian, sepatu, atau tempat persembunyian lain. Telah dilaporkan kasus yang
berat, dan bahkan fatal, dengan reaksi sistemik, terutama pada anak. Angka
kematian pada anak dibawah usia 5 tahun dilaporkan tinggi di India dan Mesir.
Racun kalajengkin adalah suatu toksalbumin yang menimbulkan paralysis,
gangguan saraf, kejang otot dan kerusakan paru-paru. Gejala setempat relatif
11
ringan, tetapi sakit sekali. Secara sistemik, ada suatu perasaan yang menjalar, dan
gejala paraestesi umum, bergetarnya otot, dan gatal mulai dengan cepat,
menyerupai keracunan strikhnin dan gejala shock. Kasus fatal terdapat pada
penderita yang keadaannya memperlihatkan pernapasan yang cepat dan sembab
paru-paru.
Pengobatan:
Tourniquet hendaknya dipergunakan segera dan racunnya dikeluarkan
dengan menghisap luka yang dibuat oleh sengat kalajengking besar. Sakitnya
dapat dihilangkan dengan pemakaian kompres es setempat, semprotan etilklorida,
ammonia, obat yang menghilangkan sakit, atau suntikan novokain atau epinefrin
di sekitar luka. Pengobatan sistemik bertujuan untuk mengatasi shock dan sembab
paru-paru. Telah dilaporkan bahwa kortison berguna sekali. Pada penderita yang
berat, antivenin, apabila tersedia harus diberikan.
Pemberantasan:
Usaha untuk mengurangi populasi kalajengking belum terbukti
memuaskan. Untuk rumah dan sekitarnya, penyemprotan dengan Dieldrin 0.5%
atau DDT (Dichloro-Diphenyl-Trichloroethane) 10%, Chlordane 2% dan Piretrum
2.2% di dalam minyak yang encer telah dianjurkan. (Kus Irianto,2009)
Hexapoda
Ciri-ciri utama hexapoda, adalah sebagai berikut :
a) Tubuh dengan tiga bagian yan jelas yaitu kepala, toraks, dan
abdomen.
12
b) Di kepala terdapat sepasang antena (jarang tidak mempunyai
antena), sepasang mandible, sepasang maksila, sebuah hipofaring
dan sebuah labium.
c) Di bagian toraks terdapat tiga pasang tungkai, satu pada masing-
masing ruas toraks (sejumlah serangga tidak bertungkai, dan
beberapa larva memiliki embelan-embelan tambahan serupa
tungkai, seperti proleg, pada ruas-ruas perut)
d) Di bagian posterior abdomen terdapat lubang kelamin (jarang
terdapat dua lubang kelamin)
Kelas Hexapoda dibagi menjadi ordo-ordo terutama berdasarkan
struktur sayap, bagian mulut dan metamorfosis. Hexapoda dibagi menjadi
2, yaitu Hexapoda ectognatha dan Hexapoda entognatha. Hexapoda
entognatha terbagi menjadi 3 ordo (Protura, Collembola, dan Diplura).
Perbedaan dari hexapoda entognatha ini terletak pada bagian lateral kepala
yang memanjang dan bersatu dengan labium untuk membentuk sebuah
kantung, karena itu menghubungkan mandibel-mandibel dan maksila-
maksila. Hexapoda ectognatha atau insecta (serangga) terdiri dari 2
subkelas yaitu Apterygota dan Pterygota.
2.1 Ordo Hemiptera
Ordo hemiptera mempunyai lebih dari 50.000 spesies, tetapi hanya
beberapa spesies saja yang penting untuk kesehatan. Sebagian anggota
ordo ini bersayap sedangkan anggota lainnya tidak bersayap. Golongan
yang bersayap memiliki pasangan sayap pertama yang tebal pangkalnya
13
sedangkan ujungnya membranous dengan yang terakhir ini menutupi
bagian membranous dari sayap yang lain. Bentuk mulut sesuai untuk
menusuk dan menghisap. Alat penusuk (proboscis) yang beruas-ruas,
terdapat di bagian depan dari kepala dan pada waktu tidak
digunakanprobocis melipat di daerah thorax. Terdapat 2 famili yang
penting pada ordo ini yaitu famili Reduviide dan famili Cimicidae.
Cimicidae tidak bersayap, hanya dapat dilihat terdapatnya sisa-sisa
dari sayap depan. Binatang dewasa memiliki bentuk badan yang lonjong
dan pipih dorso-ventral. Tubuhnya tertutup oleh rambut-rambut pendek.
Panjang badan sekitar 5,5 mm dengan yang betina lebih besar daripada
yang jantan. Bentuk mata adalah majemuk (compound eyes) dan tidak
didapatkan ocelli. Probosis terdiri dari 3 segmen, sedangkan antena terdiri
dari 4 segmen. Hampir semua Cimicidae mempunyai bau tidak enak (kutu
busuk). (Soedarto, 1989)
Ada dua spesies kutu busuk (Cimex sp.) yang umum menyerang
manusia yaitu Cimex lectularius (C. lectularius) dinegara-negara beriklim
sedang dan Cimex hemipterus (C. hemipterus) dinegara-negara beriklim
panas. C.lectularius secara alam juga terdapat pada ayam, kelinci, dan
kelelawar (Nobele,ER.,1989).
Cimex sp. aktif mencari makanan pada malam hari, menghisap
darah sangat diperlukan dalam memproduksi telur. Siang hari ia
bersembunyi di celah-celah kayu, lubang-lubang kecil di tempat tidur atau
dinding. Siklus hidupnya adalah metamorfosa tidak lengkap yang terdiri
14
dari telur-nimfa-dewasa. Untuk menjadi dewasa, dari stadium telur
dibutuhkan waktu lebih kurang satu minggu dengan mengalami 5 sampai 6
kali pergantian kulit. Tanpa makanan, di musin dingin ia mampu bertahan
hidup selama lebih dari 1 tahun.
Gigitan Cimex sp. akan menimbulkan bekas yang berwarna merah
dan terasa gatal di daerah tersebut. Pada anak-anak yang peka, dapat
terjadi urtikularia yang sistemik dan bahkan pada beberapa orang di
antaranya dapat terjadi asthma. Keadaan ini terjadi akibat alergi terhadap
air ludah yang dikeluarkannya sebelum ia menghisap darah. Cimex sp.
tidak menularkan penyakit.(Soedarto, 1989)
2.2 Ordo Dipthera
2.2.1 Nyamuk
Salah satu jenis vektor adalah nyamuk yang termasuk kelas Hexapoda
dalam ordo Dipthera. Nyamuk sejak telur hingga menjadi nyamuk dewasa,
sama dengan serangga yang mengalami tingkatan (stadia) yang berbeda-
beda. Dalam siklus hidup nyarnuk terdapat 4 stadia dengan 3 stadium
berkembang di dalam air dari satu stadium hidup dialam bebas :
1. Nyamuk dewasa
Nyamuk jantan dan betina dewasa perbandingan 1 : 1, nyamuk jantan
keluar terlebih dahulu dari kepompong, baru disusul nyarnuk betina, dan
nyamuk jantan tersebut akan tetap tinggal di dekat sarang, sampai nyamuk
betina keluar dari kepompong, setelah jenis betina keluar, maka nyamuk
jantan akan langsung mengawini betina sebelum mencari darah. Selama
15
hidupnya nyamuk betina hanya sekali kawin. Dalam perkembangan telur
tergantung kepada beberapa faktor antara lain temperatur dan kelembaban
serta species dari nyamuk.
2. Telur nyamuk
Nyamuk biasanya meletakkan telur di tempat yang berair, pada tempat
yang keberadanya kering telur akan rusak dan mati. Kebiasaan meletakkan
telur dari nyamuk berbeda -beda tergantung dari jenisnya.
a) Nyamuk Anopheles sp. akan meletakkan telurnya dipermukaan air satu
persatu atau bergerombolan tetapi saling lepas, telur anopeles
mempunyai alat pengapung.
b) Nyamuk Culex s.p akan meletakkan telur diatas pemlukaan air secara
bergerombolan dan bersatu berbentuk rakit sehingga mampu untuk
mengapung.
c) Nyamuk Aedes sp. meletakkan telur dan menempel pada yang terapung
diatas air atau menempel pada pemlukaan benda yang merupakan
tempat air pada batas pemlukaan air dan tempatnya. Sedangkan nyamuk
mansonia meletakkkan telurnya menempel pada tumbuhan-tumbuhan
air, dan diletakkan secara bergerombol berbentuk karangan bungan.
Stadium telur ini memakan waktu 1 -2 hari.
3. Jentik nyamuk
Pada perkembangan stadium jentik, adalah pertumbuhan dan
melengkapi bulu-bulunya, stadium jentik mermerlukan waktu 1 minggu.
16
Pertumbuhan jentik dipengaruhi faktor temperatur, nutrien, ada tidaknya
binatang predator.
4. Kepompong
Merupakan stadium terakhir dari nyamuk yang berada di dalam air,
pada stadium ini memerlukan makanan dan terjadi pembentukan sayap
hingga dapat terbang, stadium kepompong memakan waktu lebih kurang 1 -
2 hari.
Dalam perkembang biakan nyamuk selalu memerlukan tiga macam
tempat yaitu tempat berkembang biak (breeding places), tempat untuk
mendapatkan unpan/darah (feeding places) dan tempat untuk beristirahat
(reesting palces). Nyamuk mempunyai tipe breeding palces yang berlainan
seperti Culex sp. dapat berkembang di sembarangan tempat air, sedangkan
Aedes hanya dapat berkembang biak di air yang cukup bersih dan tidak
beralaskan tanah langsung, Anopeheles sp. bermacam breeding place, sesuai
dengan jenisnya sebagai berikut :
1. Anopheles sundaicus, Anopheles subpictus dan Anopheles vagus
senang berkembang biak di air payau.
2. Tempat yang langsung mendapat sinar matahari disenangi nyamuk
Anopheles sundaicus, Anopheles mucaltus dalam berkembang biak.
3. Breeding palces yang terlindung dari sinar matahari disenangi
Anopheles vagus, Anopheles barbumrosis untuk berkembang biak.
17
4. Air yang tidak mengalir sangat disenangi oleh nyamuk Anopheles
vagus, Anopheles indefinitus, Anopheles leucosphirus untuk tempat
berkembang biak.
5. Air yang tenang atau sedikit mengalir seperti sawah sangat disenangi
Anopheles acunitus, Anopheles vagus, Anopheles barbirotus, Anopheles
anullaris untuk berkembang biak.
Waktu keaktifan mencari darah dari masing -masing nyamuk berbeda –
beda, nyamuk yang aktif pada malam hari menggigit, adalah Anopheles sp.
dan Culex sp. sedangkan nyamuk yang aktif pada siang hari menggigit yaitu
Aedes sp. .Khusus untuk anopheles, nyamuk ini bila menggigit mempunyai
perilaku bila siap menggigit langsung keluar rumah. Pada umumnya nyamuk
yang menghisap darah adalah nyamuk betina.
Biasanya setelah nyamuk betina menggigit orang/hewan, nyamuk
tersebut akan beristirahat selama 2 -3 hari, misalnya pada bagian dalam
rumah sedangkan diluar rumah seperti gua, lubang lembab, tempat yang
berwarna gelap dan lain lain merupakan tempat yang disenangi nyamuk
untuk berisitirahat.
a. Anopheles sp.
1. Mofologi Nyamuk Anopheles sp.
Nyamuk Anopheles sp adalah nyamuk vektor penyakit malaria. Di
dunia kurang lebih terdapat 460 spesies yang sudah dikenali, 100
diantaranya mepunyai kemampuan menularkan malaria dan 30-40
merupakan host dari parasite Plasmodium yang merupakan penyebab
18
malaria di daerah endemis penyakit malaria. Di Indonesia sendiri, terdapat
25 spesies nyamuk Anopheles yang mampu menularkan penyakit Malaria.
2. Daur Hidup Nyamuk Anopheles sp.
Nyamuk Anopheles sp. mempunyai siklus hidup , yang termasuk dalam
metamorfosa sempurna. Yang berarti dalam siklus hidupnya terdapat
stage/fase pupa. Lama siklus hidup dipengaruhi kondisi lingkungan, misal :
suhu, adanya zat kimia/biologisdi tempat hidup. Siklus hidup nyamuk
Anopheles sp. secara umum adalah:
1. Telur
Setiap bertelur setiap nyamuk dewasa mampu menghasilkan 50-200
buah telur. Telur langsung diletakkan di air dan terpisah (tidak bergabung
menjadi satu). Telur ini menetas dalam 2-3 hari (pada daerah beriklim
dingin bisa menetas dalam 2-3 minggu).
2. Larva
Larva terbagi dalam 4 instar , dan salah satu ciri khas yang
membedakan dengan larva nyamuk yang lain adalah posisi larva saat
istirahat adalah sejajar di dengan permukaan perairan, karena mereka tidak
mempunyai siphon (alat bantu pernafasan). Lama hidup kurang lebih 7 hari,
dan hidup dengan memakan algae,bakteri dan mikroorganisme lainnya yang
terdapat dipermukaan .
3. Pupa (kepompong)
Bentuk fase pupa adalah seperti koma, dan setelah beberapa hari pada
bagian dorsal terbelah sebagai tempat keluar nyamuk dewasa.
19
4. Dewasa
Nyamuk dewasa mempunyai proboscis yang berfungsi untuk
menghisap darah atau makanan lainnya (misal, nektar atau cairan lainnya
sebagai sumber gula). Nyamuk jantan bisa hidup sampai dengan seminggu,
sedangkan nyamuk betina bisa mencapai sebulan. Perkawinan terjadi setelah
beberapa hari setelah menetas dan kebanyakan perkawinan terjadi disekitar
rawa (breeding place). Untuk membantu pematangan telur, nyamuk
menghisap darah, dan beristirahat sebelum bertelur. Salah satu ciri khas dari
nyamuk anopheles adalah pada saat posisi istirahat menungging.
b. Aedes spp.
1. Morfologi Nyamuk Aedes spp.
Nyamuk Aedes spp biasanya berukuran lebih kecil jika dibandingkan
dengan ukuran nyamuk rumah (Culex quinquefasciatus). Telur Aedes spp
mempunyai dinding bergaris-garis dan membentuk bangunan menyerupai
gambaran kain kasa. Sedangkan larva Aedes spp Nyamuk Aedes spp dewasa
memiliki ukuran sedang, dengan tubuh berwarna hitam kecoklatan. Tubuh
dan tungkainya ditutupi sisik dengan garis-garis putih keperakan. Di bagian
punggung tubuhnya tampak dua garis melengkung vertikal di bagian kiri
dan kanan yang menjadi ciri dari Spesies ini. Sisik-sisik pada tubuh nyamuk
pada umumnya mudah rontok atau terlepas sehingga menyulitkan
identifikasi pada nyamuk tua.
Ukuran dan warna nyamuk ini sering kali berbeda antarpopulasi,
tergantung dari kondisi lingkungan dan nutrisi yang diperoleh nyamuk
20
selama perkembangan. Nyamuk jantan umumnya lebih kecil dari nyamuk
betina dan terdapat rambut-rambut tebal pada antena nyamuk jantan. Kedua
ciri ini dapat diamati dengan mata telanjang (Gandahusada, dkk, 2000).
Aedes aegypti dapat dibedakan dengan nyamuk lain dengan melihat
ujung abdomen meruncing dan mempunyai sersi yang menonjol. Bagian
mesonotum terdapat rambut post spirakel. Corak putih pada dorsal dada
Aedes aegypti berbentuk seperti alat musik harpa putih (WHO, 1999)
sedangkan Aedes albopictus berbentuk lurus.
Nyamuk mempunyai probosis berwarna gelap pada bagian kepala yang
panjangnya melibih panjang kepala. Probosis nyamuk betina digunakan
untuk menghisap darah, sedangkan pada nyamuk jantan hanya untuk bahan-
bahan cair seperti cairan tumbuhan dan buah-buahan. Palpus terdapat dikiri
ndan kanan probosis yang terdiri atas 5 ruas dan sepasang antena yang
terdiri dari 15 ruas. Antena pada nyamuk jantan berambut lebat (plumose)
dan pada nyamuk betina jarang (pilose). Sayap nyamuk panjang dan
langsing mempunyai vena yang permukaannya ditumbuhi sisik-sisik sayap
yang letaknya mengikuti vena. Nyamuk mempunyai 3 pasang kaki
(heksapoda) yang melekat pada toraks dan tiap kaki terdiri atas 1 ruas femur,
1 ruas tibia, dan 5 ruas tarsus.
2. Siklus Hidup Nyamuk Aedes spp
Spesies ini mengalami metamorfosis yang sempurna. Nyamuk betina
meletakkan telur di atas permukaan air dalam keadaan menempel pada
21
diding tempat permukaannya. Seekor nyamuk betina dapat meletakkan rata-
rata sebanyak 100 butir telur tiap kali bertelur, setelah kira-kira dua hari baru
menetas menjadi larva, lalu mengadakan pengelupasan kulit sebanyak 4 kali,
tumbuh menjadi pupa dan untuk menjadi dewasa memerlukan waktu kira-
kira 9-10 hari (Gandahusada, dkk, 2000).
1. Stadium telur
Telur Nyamuk Aedes spp. berwarna gelap, berbentuk oval biasanya
telur diletakkan diatas permukaan air satu- persatu dalam keadaan menempel
pada dinding tempat perindukannya. Seekor nyamuk betina dapat
meletakkan rata-rata sebanyak 100 butir telur tiap kali bertelur. Telur dapat
bertahan hidup dalam waktu yang cukup lama ditempat yang kering tanpa
air dapat bertahan berbulan-bulan pada suhu 20 C - 420C Namun bila air
cukup tersedia, telur-telur itu biasanya menetas 2-3 hari sesudah diletakkan (
Sembel , 2009 ).
2. Stadium Larva
Stadium larva ini sering juga disebut jentik dan berlangsung 5-7 hari,
perkembangan larva tergantung pada temperatur air, kepadatan larva, dan
tersedianya makanan, larva nyamuk hidup dengan memakan organisme-
organisme kecil. Larva akan mati pada suhu dibawah 100C dan diatas suhu
360C.
Larva Aedes spp. memiliki kepala yang cukup besar serta torak dan
abdomen yang cukup jelas. Untuk mendapatkan oksigen biasanya larva
menggantungkan dirinya agak tegak lurus pada permukaan air. Kebanyakan
22
larva nyamuk menyaring mikroorganisme dan fartikelfartikel lainnya dalam
air, biasanya larva melakukan pergantian kulit empat kali (Sembel, 2009).
3. Stadium Pupa
Sesudah melewati pergantian kulit keempat, maka terjadi pupasi. Pupa
berbentuk agak pendek, tidak memerlukan makanan, tetapi tetap aktif
bergerak dalam air terutama bila diganggu. Bila perkembangan pupa sudah
sempurna, yaitu sesudah 2 atau 3 hari berkisar 270C - 320C umum nya
nyamuk jantan menetas terlebih dahulu dari nyamuk betina, maka kulit pupa
pecah dan nyamuk dewasa keluar serta terbang (Sembel, 2009).
4. Stadium dewasa
Pada stadium dewasa nyamuk yang keluar dari pupa menjadi nyamuk
jantan dan nyamuk betina dengan perbandingan 1 : 1. Nyamuk dewasa yang
baru keluar dari pupa berhenti sejenak diatas permukaan air untuk
mengeringkan tubuhnya terutama sayap-sayapnya sesudah mampu
mengembangkan sayapnya, nyamuk dewasa akan segera kawin dan nyamuk
betina yang telah dibuahi akan mencari makan dalam waktu 24-36 jam
kemudian. Darah merupakan sumber protein terpenting untuk mematang kan
telurnya. Umur nyamuk dewasa dipengaruhi aktifitas produksi dan jumlah
makanan. Nyamuk Aedes spp. dewasa rata-rata dapat hidup selama 10 hari
sedangkan di laboratorium mencapai umur 2 bulan, Aedes spp. mampu
terbang sejauh 2 kilometer, walaupun umumnya jarak terbangnya pendek
yaitu kurang lebih 40 meter dan maksimal 100 meter. (Anomin,2011)
23
c. Culex sp.
1. Morfologi Nyamuk Culex sp.
Culex sp adalah genus dari nyamuk yang berperan sebagai vektor
penyakit yang penting seperti West Nile Virus, Filariasis, Japanese
enchepalitis, St Louis encephalitis. Nyamuk dewasa dapat berukuran 4 – 10
mm (0,16 – 0,4 inci). Dan dalam morfologinya nyamuk memiliki tiga bagian
tubuh umum: kepala, dada, dan perut. Nyamuk Culex sp. yang banyak di
temukan di Indonesia yaitu jenis Culex quinquefasciatus.
Nyamuk Culex sp. mempunyai morfologi sebagai berikut:
1) Telur
Telur Culex sp. berwarna hitam dengan ukuran ± 0,08 mm (Ditjen
PPM&PLP, 1992), berbentuk seperti sarang tawon (Sumarmo, 1988).
2) Larva
Larva Culex sp. mempunya ciri-ciri sebagai berikut:
a) Adanya corong udara pada segmen yang terakhir.
b) Pada segmen abdomen tidak ditemukan adanya rambut-rambut berbentuk
kipas (palmatus hairs).
c) Pada corong udara terdapat pectin.
d) Sepasang rambut serta jumbai akan dijumpai pada corong (siphon).
e) Pada setiap sisi abdomen segmen kedelapan terdapat comb scale sebanyak 8-
21 atau berjajar 1 sampai 3.
f) Bentuk individu dari comb scale seperti duri.
24
g) Pada sisi thorax terdapat duri yang panjang dengan bentuk kurva dan
adanya sepasang rambut di kepala.
Ada 4 tingkatan perkembangan (instar) larva sesuai dengan
pertumbuhan larva yaitu:
a) Larva instar I; berukuran 1-2 mm, duri-duri (spinae) pada dada belum
jelas dan corong pernapasan pada siphon belum jelas.
b) Larva instar II; berukuran 2,5–3,5 mm, duri–duri belum jelas, corong
kepala mulai menghitam.
c) Larva instar III; berukuran 4-5 mm, duri-duri dada mulai jelas dan
corong pernapasan berwarna coklat kehitaman.
d) Larva instar IV; berukuran 5-6 mm dengan warna kepala gelap.
3) Pupa
Pupa Culex sp. berbentuk seperti koma, berukuran besar namun lebih
ramping dibandingkan dengan pupa spesies nyamuk lain.
4) Dewasa
Nyamuk Culex sp. berukuran lebih kecil dibandingkan dengan spesies
nyamuk lain. Badan, kaki dan sayapnya berwarna dasar hitam dengan bintik
- bintik putih. Jenis kelamin nyamuk Culex sp. dibedakan dengan
memperhatikan jumlah probosis. Nyamuk betina mempunyai proboscis
tunggal, sedangkan nyamuk jantan mempunyai probosis ganda. (Srisasi
Gandahusada, dkk, 2000).
2. Daur Hidup Nyamuk Culex sp.
25
Nyamuk Culex sp. betina dapat meletakkan telur sampai 100 butir
setiap datang waktu bertelur. Telur-telur tersebut diletakkan di atas
permukaan air dalam keadaan menempel pada dinding vertikal bagian dalam
tempat-tempat penampungan air. Nyamuk Culex sp. betina lebih menyukai
tempat penampungan air yang tertutup longgar untuk meletakkan telurnya
dibandingkan dengan tempat penampungan air yang terbuka, karena tempat
penampungan air yang tertutup longgar tutupnya jarang dipasang dengan
baik sehingga mengakibatkan ruang di dalamnya lebih gelap (Sumarmo,
1988).
Telur akan menetas dalam waktu 1 sampai 3 hari pada suhu 30 °C,
sementara pada suhu 16 °C telur akan menetas dalam waktu 7 hari. Telur
dapat bertahan lama tanpa media air dengan syarat tempat tersebut lembab.
Telur dapat bertahan sampai berbulan-bulan pada suhu -2 °C sampai 42 °C
(Upik Kesumawati Hadi dan Susi Soviana, 2000).
Stadium larva berlangsung selama 6-8 hari. Stadium larva terbagi
menjadi empat tingkatan perkembangan atau instar. Instar I terjadi setelah 1-
2 hari telur menetas, instar II terjadi setelah 2-3 hari telur menetas, instar III
terjadi setelah 3-4 hari telur menetas dan instar IV terjadi setelah 4-6 hari
telur menetas (Upik Kesumawati Hadi dan Susi Soviana, 2000).
Stadium pupa terjadi setelah 6-7 hari telur menetas. Stadium pupa
berlangsung selama 2-3 hari. Lama waktu stadium pupa dapat diperpanjang
dengan menurunkan suhu pada tempat perkembangbiakan, tetapi pada suhu
26
yang sangat rendah dibawah 10 °C pupa tidak mengalami perkembangan
(Upik Kesumawati Hadi dan Susi Soviana, 2000).
Stadium dewasa terjadi setelah 9-10 hari telur menetas. Meskipun umur
nyamuk Culex sp. betina di alam pendek yaitu kira-kira 2 minggu, tetapi
waktu tersebut cukup bagi nyamuk Culex sp. betina untuk menyebarkan
virus dengue dari manusia yang terinfeksi ke manusia yang lain (Soedarto,
1992).
2.2.2 Lalat
Lalat termasuk ordo dipteral, yang merupakan ordo dari kelas insect
dengan populasi terbesar. Lalat dapat ditemukan hampir disemua habitat
yang tersebar di
seluruh dunia. Karakterisasi lalat khas yaitu hanya memiliki sepasang
sayap, sedangkan sepasasang sayap lainnya mengalami reduksi menjadi
halter yang berguna untuk stabilisasi terbang.
Dalam ekosistem, lalat berperan dalam membersihkan bangkai dan
dalam proses pembusukan atau dekomposisi material tanaman maupun
hewan. Beberapa lalat merupakan predator dan parasit spesies serangga
lainnya, tetapi ada juga lalat yang berperan dalam penyerbukan tanaman
(pollinaora). Selain itu, lalat dapat juga menyebabkan miasis dan
menyebarkan penyakit seperti kolera dan penyakit tidur.
Sebagian besar lalat berkembang biak dengan bertelur dan mengalami
metamorphosis lengkap. Siklus hidup lalat yaitu telur, larva, pupa dan
27
dewasa. Beberapa jenis larva dapat ditemukan pada mayat yang dapat
berguna untuk kepentingan forensik.
Klasifikasi
Ordo Diptera dibagi menjadi 3 subordo yaitu Nematocera, Brachycera,
Cyclorrhapha.
Family Calliphoridae
Family Calliphoridae (blow flies) memiliki lebih dari 1000 spesies dan
dapat ditemukan hampir di seluruh dunia. Green bottle flies (genus
Phaenicia), blue bottle flies (genus Calliphora) dan genus Cochliomyia
adalah termasuk dalam famili ini. Lalat dewasa dari famili ini rata-rata
panjangnya 6-14 mm, dengan mayoritas memiliki warna yang metalik mulai
dari hijau, biru, perunggu atau hitam. Larva matur blow flies memiliki
panjang 8-23 mm, berwarna putih atau coklat muda. Pada segmen terminal
larva memiliki enam atau lebih turberkel berbentuk kerucut dan spirakel
posterior yang digunakan untuk respirasi. Spesies dari famili ini diantaranya
Calliphora sp, Chrysomya sp, Cochliomyia sp, Cynomyopsis sp, Lucilia sp,
Phaenicia sp, Phormia sp dan Protophormia sp.
Famili Sarcophagidae
Famili Sarcophagidae (flesh flies) memiliki lebih dari 2000 spesies
yang dapat ditemukan di seluruh dunia, sebagian besar spesies ditemukan di
daerah tropis dengan temperatur yang hangat. Lalat dewasa memiliki
28
panjang 2-14 mm, dengan warna belang abu-abu hitam pada thorax.
Beberapa spesies memiliki warna mata merah terang. Spesies dari famili ini
diantaranya Sarcophaga bullata dan Sarcophaga haemorrhoidalis.
Famili Muscidae
Famili Muscidae (Muscid flies) tersebar diberbagai belahan dunia,
kebanyakan ditemukan di sekitar kehidupan manusia, termasuk diantaranya
lalat rumah, lalat kandang, dan lalalt tse-tse (penyebab sleeping sickness).
Lalat dewasa berukuran 3-10 mm dengan warna bau-abu tua. Kebanyakan
larva muscid berbentuk silindris dari kepala sampai ekor dengan panjang
rata-rata larva matur 5-12 mm berwarna putih, kuning dan coklat muda.
Beberapa spesies yang termasuk diantaranya Fannia sp, Hydrotaea sp,
Muscadomestica dan Synthesiomyia sp.
Siklus hidup
Lalat mengalami metamorphosis lengkap dengan stadium-stadiumnya
yang terdiri dari telur-larva-pupa-dewasa. Terjadi metamorfosisi lengkap
(homomethabolous) sebab terdapat perubahan bentuk yang sama sekali
berbeda dari stadium larva sampai sampai stadium dewasa. Lalat betina akan
meletakan telur dalam jumlah besar pada awal stadium bloating dari
pembusukan. Telur menetas dan menjadi larva. Setelah beberapa waktu,
larva akan menjadi pupa. Dalam waktu tertentu, pupa akan menjadi lalat
dewasa.
29
3. Ordo Siphonoptera
Pinjal merupakan salah satu parasit yang paling sering ditemui pada
hewan kesayangan baik anjing maupun kucing. Meskipun ukurannya yang
kecil dan kadang tidak disadari pemilik hewan karena tidak menyebabkan
gangguan kesehatan hewan yang serius, namun perlu diperhatikan bahwa
dalam jumlah besar kutu dapat mengakibatkan kerusakan kulit yang parah
bahkan menjadi vektor pembawa penyakit tertentu.
Pinjal yang biasa dikenal kutu loncat ada 2 jenis, yaitu kutu loncat pada
anjing dan kucing, namun di lapangan lebih sering ditemukan kutu loncat
kucing yang juga dapat berpindah dan berkembang biak pada anjing.
Pinjal diklasifikasikan ke dalam:
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Klasis : Insecta
Ordo : Siphonoptera
Morfologi Pinjal
Pinjal berukuran kecil dengan panjang 1,5-3,3 mm dan bergerak cepat.
Biasanya berwarna gelap (misalnya, cokelat kemerahan untuk kutu kucing).
Pinjal merupakan serangga bersayap dengan bagian-bagian mulut seperti
tabung yang digunakan untuk menghisap darah host mereka. Kaki pinjal
berukuran panjang, sepasang kaki belakangnya digunakan untuk melompat
(secara vertikal sampai 7 inchi (18 cm); horizontal 13 inchi (33 cm)). Pinjal
30
merupakan kutu pelompat terbaik diantara kelompoknya. Tubuh pinjal
bersifat lateral dikompresi yang memudahkan mereka untuk bergerak di
antara rambut-rambut atau bulu di tubuh inang. Kulit tubuhnya keras,
ditutupi oleh banyak bulu dan duri pendek yang mengarah ke belakang,
dimana bulu dan duri ini memudahkan pergerakan mereka pada hostnya.
Jenis-jenis Pinjal
1. Pinjal Kucing (Ctenocephalides felis)
Klasifikasi:
Domain : Eukaryota
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Ordo : Siphonaptera
Family : Pulicidae
Genus : Ctenocephalides
Species : C. felis
Ciri-ciri pinjal kucing:
Tidak bersayap, memiliki tungkai panjang, dan koksa-koksa sangat
besar. Tubuh gepeng di sebelah lateral dilengkapi banyak duri yang
mengarah ke belakang dan rambut keras. Sungut pendek dan terletak dalam
lekuk-lekuk di dalam kepala. Bagian mulut tipe penghisap dengan 3 stilet
penusuk. Metamorfosis sempurna (telur-larva-pupa-imago). Telur tidak
berperekat, abdomen terdiri dari 10 ruas. Larva tidak bertungkai kecil, dan
31
keputihan. Memiliki 2 ktinidia baik genal maupun pronatal. Perbedaan
jantan dan betina:
a. Jantan : tubuh punya ujung posterior seperti tombak yang mengarah
ke atas, antena lebih panjang dari betina.
b. Betina : tubuh berakhir bulat, antena lebih pendek dari jantan.
2. Pinjal anjing (Ctenocephalides canis)
Klasifikasi:
Domain : Eukaryota
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Ordo : Siphonaptera
Family : Pulicidae
Genus : Ctenocephalides
Species : C. canis
Pinjal pada anjing bersifat mengganggu karena dapat menyebarkan
Dipylidium caninum. Mereka biasanya ditemukan di Eropa. Meskipun
mereka memakan darah anjing dan kucing, mereka kadang-kadang
menggigit manusia. Mereka dapat hidup tanpa makanan selama beberapa
bulan, tetapi spesies betina harus memakan darah terlebih dahulu sebelum
menghasilkan telur.
3. Pinjal manusia (Pulex irritans)
Klasifikasi:
32
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Ordo : Siphonaptera
Family : Pulicidae
Subfamily : Pulicinae
Genus : Pulex
Species : P. irritans
Spesies ini banyak menggigit spesies mamalia dan burung, termasuk
yang jinak. Ini telah ditemukan pada anjing liar, monyet di penangkaran,
kucing rumah, ayam hitam dan tikus Norwegia, tikus liar, babi, kelelawar,
dan spesies lainnya. Pinjal spesies in ini juga dapat menjadi inang antara
untuk cestode, Dipylidium caninum.
4. Pinjal tikus utara (Nosopsyllus fasciatus)
Klasifikasi:
Domain : Eukaryota
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Ordo : Siphonaptera
Family : Ceratophyllidae
Genus : Nosopsyllus
Species : N. fasciatus
33
Nosopsyllus fasciatus memiliki tubuh memanjang, panjangnya 3 hingga
4 mm. Memiliki pronotal ctenidium dengan 18-20 duri tapi tidak memiliki
ctenidium genal. Pinjal tikus utara memiliki mata dan sederet tiga setae di
bawah kepala. Kedua jenis kelamin memiliki tuberkulum menonjol di
bagian depan kepala. Tulang paha belakang memiliki 3-4 bulu pada
permukaan bagian dalam.
5. Pinjal Tikus Oriental (Xenopsylla cheopis)
Klasifikasi:
Kingsdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Ordo : Siphonaptera
Family : Pulicidae
Genus : Xenopsylla
Species : X. cheopis
Xenopsylla cheopis adalah parasit dari hewan pengerat, terutama dari
genus Rattus, dan merupakan dasar vektor untuk penyakit pes dan murine
tifus. Hal ini terjadi ketika pinjal menggigit hewan pengerat yang terinfeksi,
dan kemudian menggigit manusia. Pinjal tikus oriental terkenal memberikan
kontribusi bagi Black Death.
4. Ordo Blattaria
Kecoa termasuk phyllum Arthropoda, klas Insekta. Para ahli serangga
memasukkan kecoa kedalam ordo serangga yang berbeda-beda. Maurice dan
34
Harwood ( 1969 ) memasukkan kecoa ke dalam ordo Blattaria dengan salah satu
familinya Blattidae; Smith ( 1973 ) dan Ross ( 1965 ) memasukkan kecoa
kedalam ordo Dicyoptera dengan sub ordonya Blattaria; sedangkan para ahli
serangga lainnya memasukkan kedalam ordo Orthoptera dengan sub ordo
Blattaria dan famili Blattidae.
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Pillum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Orthoptera
Familia : Blattellidae
Genus : Periplaneta
Spesies : Periplaneta americana
Kecoa merupakan serangga yang hidup di dalam rumah, restoran, hotel,
rumahsakit, gudang, kantor, perpustakaan, dan lain-lain. Seranga ini sangat dekat
kehidupannya dengan manusia, menyukai bangunan yang hangat, lembab dan
banyak terdapat makanan, Hidupnya berkelompok, dapat terbang, aktif pada
malam hari seperti di dapur, di tempat penyimpanan makanan, sampah, saluran-
saluran air kotor, umumnya menghindari cahaya, siang hari bersembunyi di
tempat gelap dansering bersemnbunyi dicela-cela. Serangga ini dikatakan
pengganggu karena mereka biasa hidup ditempat kotor dan dalam keadaan
terganggu mengeluarkan cairan yang berbau tidak sedap. Kecoa mempunyai
35
peranan yang cukup penting dalam penularan penyakit. Peranan tersebut antara
lain :
a. Sebagai vector mekanik bagi beberapa mikro organisme patogen.
b. Sebagai inang perantara bagi beberapa spesies cacing.
c. Menyebabkan timbulnya reaksi-reaksi alergi seperti dermatitis, gatal-gatal
dan pembengkakan kelopak mata.
Serangga ini dapat memindahkan beberapa mikro organisme patogen
antara lain,Streptococcus, Salmonella dan lain-lain sehingga mereka berperan
dalam penyebaran penyakit antara lain, Disentri, Diare, Cholera, Virus Hepatitis
A, Polio pada anak anak Penularan penyakit dapat terjadi melalui organisme
pathogen sebagai bibit penyakit yang terdapat pada sampah atau sisa makanan,
dimana organisme tersebut terbawa oleh kaki atau bagian tubuh lainnya dari
kecoa, kemudian melalui organ tubuh kecoa, organisme sebagai bibit penyakit
tersebut menkontaminasi makanan.
Morfologi Kecoa
Kecoa adalah serangga dengan bentuk tubuh oval, pipih dorso-ventral.
Kepalanya tersembunyi di bawah pronotum, dilengkapi dengan sepasang mata
majemuk dan satu mata tunggal, antena panjang, sayap dua pasang, dan tiga
pasang kaki. Pronotum dan sayap licin, tidak berambut dan tidak bersisik,
berwarna coklat sampai coklat tua.
Jenis-jenis kecoa
36
Di dunia terdapat kurang lebih 3.500 species kecoa, 4 (empat) spesies diantaranya
umumnya terdapat di dalam rumah yaitu Periplaneta Americana (American
Cockroach),Blattela germanica (German Cockroach), Blatta orientalis (Oriental
Cockroach), danSupella langipalpa (Brown Banded Cockroach) ke empat species
kecoa tersebut dari kapsul telur, nymfa dan dewasanya.
Daur Hidup
Kecoa adalah serangga dengan metamorfosa tidak lengkap, hanya melalui
tiga stadium, yaitu stadium telur, stadium nimfa dan stadium dewasa yang dapat
dibedakan jenis jantan dan betinanya. Nimfa biasanya menyerupai yang dewasa,
kecuali ukurannya, sedangkan sayap dan alat genitalnya dalam taraf
perkembangan.
Telur kecoa berada dalam kelompok yang diliputi oleh selaput keras yang
menutupinya kelompok telur kecoa tersebut dikenal sebagai kapsul telur atau
“Ootheca”. Kapsul telur dihasilkan oleh kecoa betina dan diletakkan pada tempat
tersembunyi atau pada sudut-sudut dan pemukaan sekatan kayu hingga menetas
dalam waktu tertentu yang dikenal sebagai masa inkubasi kapsul telur, tetapi pada
spesies kecoa lainnya kapsul telur tetap menempel pada ujung abdomen hingga
menetas. Jumlah telur maupun masa inkubasinya tiap kapsul telur berbeda
menurut spesiesnya.
Dari kapsul telur yang telah dibuahi akan menetas menjadi nimfa yang
hidup bebas dan bergerak aktif. Nimfa yang baru keluar dari kapsul telur berwarna
putih seperti buturan beras, kemudian berangsur-angsur berubah menjadi
37
berwarna coklat, Nimfa tersebut berkembang melalui sederetan instar dengan
beberapa kali berganti kutikula sehingga mencapai stadium
dewasa. Periplanetta americana dewasa dapat dikenal dengan adanya perubahan
dari tidak bersayap pada stadium nimfa menjadi bersayap pada stadium
dewasanya pada P.americana yang dewasa terdapat dua pasang sayap baik pada
yang jantan maupun betinanya.
Daur hidup Periplaneta brunnea dalam kondisi laboratorium dengan suhu
rata-rat 29 º C, dan kelembaban 78 % mencapai 7 bulan, terdiri atas masa inkubasi
kapsul telur rata-rata 40 hari, perkembangan stadium nimfa 5 sampai 6 bulan.
Masa inkubasi kapsul telur P.americana rata-rata 32 hari, perkembangan
nimfa inkubasi antar 5 sampai 6 bulan, serangga dewasa kemudian berkopulasi
dan satu minggu kemudian menghasilkan kapsul telur yang pertama sehingga daur
hidup P americanamemerlukan waktu rata-rata 7 bulan. Daur hidup Neostylopyga
rhombifolia (Stoll) mencapai 6 bulan, meliputi masa inkubasi kapsul telur rata-
rata 30 hari, perkembangan nimfa antara 4 bulan dan 5 bulan. Serangga dewasa
kemudian berkopulasi dan 15 hari kemudian yang betina menghasilkan kapsul
telur.
Daur hidup Periplaneta australasiae (Fabricius) mencapai 7 bulan, meliputi
masa inkubasi kapsul telur rata-rata 35 hari, perkembangan nimfa memerlukan
waktu antara 4 bulan sampai 6 bulan, serangga dewasa kemudian berkopulasi dan
10 hari kemudian yang betina menghasilkan kapsul telur yang pertama.
Habitat
38
Banyak spesies kecoa di seluruh dunia, beberapa diantaranya berada di
dalam rumah dan sering didapatkan di restoran, hotel, rumah sakit, gudang, kantor
dan perpustakaan.
Kebiasaan Hidup
Kecoa kebanyakan terdapat di daerah tropika yang kemudian menyebar ke
daerah sub tropika atau sampai kedaerah dingin. Pada umumnya tinggal didalam
rumah-rumah makan segala macam bahan, mengotori makanan manusia, berbau
tidak sedap. Kebanyakan kecoa dapat terbang, tetapi mereka tergolong pelari
cepat, dapat bergerak cepat, aktif pada malam hari, metamorfosa tidak lengkap,
Kerusakan yang ditimbulkan oleh kecoa relatif sedikit, tetapi adanya kecoa
menunjukkan bahwa sanitasi didalam rumah bersangkutan kurang baik.
Hubungan kecoa dengan berbagai penyakit belum jelas, tetapi
menimbulkan gangguan yang cukup serius, karena dapat merusak pakaian, buku-
buku dan mencemari makanan. Kemungkinan dapat menularkan penyakit secara
mekanik karena pernah ditemukan telur cacing, protozoa, virus dan jamur yang
pathogen pada tubuh kecoa.
Seekor P. brunnea betina yang telah dewasa dapat menghasilkan 30
kapsul telur atau lebih dengan selang waktu peletakkan kapsul telur yang satu
dengan peletakkan kapsul telur berikutnya berkisar antara 3 sampai 5 hari; tiap
kapsul telur P.brunnea rata-rata berisi 24 telur, yang menetes rata-rata 20 nimfa
dan 10 ekor diantaranya dapat mencapai stadium dewasa.
39
Nimfa P.brunnea berkembang melalui sederetan instar dengan 23 kali berganti
kutikula sebelum mencapai stadium dewasa.
Hasil pengamatan di laboratorium menunjukkan bahwa
seekor P.americana betina ada yang dapat menghasilkan 86 kapsul telur, dengan
selang waktu peletakkan kapsul telur yang satu dengan kapsul telur berikutnya
rata-rata 4 hari. Dari seekor N.rhombifolia betina selama hidupnya ada yang dapat
menghasilkan 66 kapsul telur, sedangkan P.autralasiae betina dapat menghasikan
30-40 kapsul telur.
Kecoa adalah hewan nocturnal, atau hewan yang aktif di malam hari, maka
akan sulit bagi manusia untuk menyadari bahwa di sekeliling mereka banyak
kecoa. Inilah salah satu alasan mengapa kecoa cepat berkembang biak. Manusia
baru menyadari keberadaan kecoa bila tempat persembunyian si kecoa telah
dipadati oleh populasi kecoa, sehingga para kecoa membagi koloni mereka dan
berpisah untuk mencari habitat baru.
Di dunia ini diperkirakan ada sekitar 4.000 spesies kecoa. Dari semuanya
itu, yang paling akrab dengan manusia hanya empat spesies. Sisanya lebih
memilih tinggal di hutan, melahap kayu dan dedaunan. Berbeda dengan kecoa
rumahan, kecoa-kecoa yang tinggal di hutan berperan penting di dalam ekosistem.
Dengan adanya pasukan kecoa, sampah hutan didaur ulang menjadi makanan bagi
tumbuhan. Para kecoa ini juga menjadi nutrisi yang menyehatkan bagi sejumlah
reptil dan mamalia.
Keempat spesies yang hidup dekat dengan manusia adalah:
Blatella germanica
40
Periplaneta americana
Supella longipalpa
Blatta orientalis
Di Indonesia, dua spesies kecoa pertama, yakni kecoa Jerman (Blatella
germanica) dan kecoa Amerika (Periplaneta americana) yang sering dijumpai di
bangunan-bangunan. Habitat kedua jenis kecoa ini berbeda. Kecoa Amerika lebih
senang berada di dalam tempat yang lembab dan hangat, seperti septictank dan
saluran sanitasi yang terletak di luar rumah. Sedangkan kecoa Jerman senang
berada di tempat yang lembab, gelap dan banyak makanan, seperti dapur, lemari
makan, atau di atas plafon rumah.
Cara Berkembang Biak
Kecoa betina menghasilkan telur. Sedangkan kecoa jantan menhasilkan
sperma. Proses perkawinan dimulai dengan si betina mengeluarkan feromon yang
berfungsi untuk memikat si jantan. Selanjutnya si jantan mendekat. Pada beberapa
spesies, beberapa jantan berkelahi untuk memperebutkan satu betina. Si pejantan
tangguh kemudian memasukkan spermanya ke rahim si betina. Apa yang terjadi
selanjutnya berbeda untuk setiap spesies. Kecoa yang berjenis ovivipar akan
mengeluarkan telurnya yang disimpan di dalam sebuah kantung yang bernama
oteka (ootheca). Oteka kemudian dilekatkan di perut si induk. Selanjutnya ada
yang tetap membawa oteka tersebut hingga telur-telur di dalam oteka menetas.
Namun tak jarang oteka disembunyikan di tempat yang sesuai untuk
perkembangan telur. Kecoa yang berjenis ovovivipar tidak mengeluarkan oteka
41
dari rahimmnya. Sedangkan pada kecoa yang berjenis vivipar, bayi-bayi kecoa
berkembang di cairan yang terdapat di rahim induknya, seperti halnya kehamilan
pada mamalia.
Jumlah keturunan tiap spesies kecoa berbeda. Pada kecoa Jerman,
sepasang induk akan menhasilkan keturunan sebanyak 300.000 dalam waktu
setahun. Sedangkan pada spesies Amerika, lebih sedikit, hanya 800 keturunan.
Kecoa dikenal sebagai serangga yang kotor, menjijikkan, dan penyebar penyakit
pada manusia.
Kecoa mempunyai bentuk tubuh khas, yaitu pipih, dengan kepala
tersembunyi di bawah pronotum yang lebar. Panjang tubuhnya antara beberapa
milimeter sampai hampir 100-an milimeter. Tubuh kecoa kebanyakan berwarna
coklat muda sampai coklat tua mendekati hitam.
42
Bab III
Metode Praktikum
1. Praktikum Cimex spp.
a. Alat dan Bahan
Alat :
1. Mikroskop elektronik
2. Kertas gambar
3. Alat tulis
Bahan :
1. Preparat awetan yang telah diberi Cimex spp.
43
b. Skema kerja
Gambar 1. Skema Kerja Praktikum Cimex sp.
2. Praktikum Arthopoda
a. Alat dan Bahan
Alat :
1. Kaca Pembesar
2. Alat Tulis
3. Kertas gambar
Bahan :
1. Awetan Kering Arthopoda
44
Menyiapkan preparat Cimex spp betina.
Meletakkan preparat pada mikroskop serta mengatur posisi dan fokus lensa
Mengamati preparat Cimex spp betina. Di bawah mikroskop
Menggambar hasil pengamatan dan mengidentifikasi bagian-bagian Cimex spp. betina.
Melakukan langkah yang sama untuk preparat Cimex spp. jantan
b. Skema Kerja :
Gambar 2. Skema Kerja Praktikum Arthropoda
3. Praktikum Stadium Larva Aedes sp. , Anopheles sp. dan Culex sp.
a. Alat dan Bahan
Alat :
1. Mikroskop elektronik
2. Kertas gambar
3. Alat tulis
Bahan :
1. Preparat awetan
45
Menyiapkan awetan kering
Menyiapkan kaca pembesar
Mengamati awetan kering dengan kaca pembesar
Menggambar hasil pengamatan dan mengidentifikasi perbedaannya
Melakukan langkah yang sama untuk masing-masing awetan kering
b. Skema Kerja
Gambar 3. Skema Kerja Praktikum Larva Nyamuk
46
Menyiapkan preparat larva nyamuk
Meletakkan preparat pada mikroskop serta mengatur posisi dan fokus lensa
Mengamati preparat larva Aedes spp. Di bawah mikroskop
Menggambar hasil pengamatan dan mengidentifikasi bagian-bagian Nyamuk
Melakukan langkah yang sama untuk preparat Anopheles sp. dan Culex sp
4. Praktikum Telur Aedes sp., Culex sp., dan Anopheles sp.
a. Alat dan Bahan
Alat :
1. Mikroskop elektronik
2. Kertas gambar
3. Alat tulis
Bahan :
1. Preparat awetan dari telur Aedes sp., Culex sp., dan Anopheles sp.
b. Skema Kerja
Gambar 4. Skema Kerja Praktikum Telur Nyamuk
47
Meletakkan preparat pada mikroskop serta mengatur posisi dan fokus lensa
Mengamati preparat telur Aedes spp. Di bawah mikroskop
Menggambar hasil pengamatan dan mengidentifikasi bagian-bagian telur
Melakukan langkah yang sama untuk preparat telur Anopheles sp. dan Culex sp
Menyiapkan preparat telur nyamuk
5. Praktikum Pinjal
a. Alat dan Bahan
Alat :
1. Mikorskop
2. Kertas gambar
3. Pensil
Bahan :
1. Preparat awetan
b. Skema Kerja
Gambar 5. Skema Kerja Praktikum Pinjal
48
Menyiapkan preparat pinjal
Meletakkan preparat pada mikroskop serta mengatur posisi dan fokus lensa
Mengamati preparat Pinjal di bawah mikroskop
Menggambar hasil pengamatan dan mengidentifikasi bagian-bagian Pinjal
6. Praktikum Kepala Nyamuk
a. Alat dan bahan
Alat :
1. Mikroskop
2. Alat tulis
3. Kertas gambar
Bahan :
1. Preperat kepala nyamuk
b. Skema Kerja
Gambar 6. Skema Kerja Praktikum Kepala Nyamuk
49
Mempersiapkan alat dan bahan (preparat kepala Aedes spp. , Culex sp. dan Anopheles sp.)
Meletakkan preparat pada mikroskop serta mengatur posisi dan fokus lensa
Mengamati satu per satu tiap kepala jantan maupun betina dari nyamuk
Melihat dan mengidentifikasi perbedaan morfologi masing-masing kepala kemudian menggambarkannya
BAB IV
Hasil dan Pembahasan
4.1 Praktikum Cimex spp.
Soal :
1. Gambarkan spesies Cimex spp. yang anda amati beserta bagian-
bagiannya!
2. Jelaskan masing-masing fungsi dari tiap-tiap bagian Cimex spp.!
3. Sebutkan tipe mulut dari spesies Cimex spp.yang anda amati!
Jawaban :
1. Lampiran
2. Fungsi tiap-tiap bagian Cimex spp.
a) Antena : sebagai alat peraba, untukpetunjuk jalan
b) Abdomen : rangka tubuh
c) Mata : melihat
d) Clypeus : unutk menghisap makanan
e) Wing pad : unutk terbang
f) Femur (tulang paha) : untuk menopang badan
g) Tibia (tulang kering) : untuk berjalan dan meloncat
h) Tarsus : mengait pada hospes
i) Kuku tarsus : mengait
50
3. Tipe mulut dari spesies Cimex spp.adalah menusuk dan menghisap
a) Bagian-bagian mulut dari tipe penghisap biasanya terdiri dari 3
stilet penusuk yang secara normal ditarik masuk ke dalam kantung
stilet di dalam kepala.
b) Terdapat 1 rostrum yang pendek pada ujung anterior kepala, dari
tempat itu stilet penusuk dijulurkan.
c) Rostrum tersebut dapat disembulkan dan dilengkapi bagian dalam
oleh geligi kecil yang melengkung.
51
4.2 Praktikum Arthopoda
Soal :
1. Gambarkan species dari Arthopoda
2. Jelaskan ciri-ciri khusus dari species Arthopoda
Jawaban :
1. Lampiran
2. Ciri-ciri khusus dari setiap spesies
A. Kecoa
1. Tubuh pipih
2. Bewarna coklat
3. Antena panjang
4. Kaki ditumbuhi duri-duri
B. Laba-Laba
1. Tubuh terbagi dalam dua bagian, yaitu sefalotorakas yang
merupakan gabungan antara torakas dan kepala di bagian depan
dan belakang adalah abdomen
2. Khelisera terdiri atas bagian dasar yang kuat (paturon) dan
bagian gigi taring yang dapat bergerak (fang).
3. Mulut laba-laba terletak tepat di belakang kelisera. Sebagian
besar laba-laba mempunyai 8 mata terletak di bagian depan
sefalotoraks.
52
4. Bagian tungkai labah-labah terdiri atas empat pasang yang
masing-masing mempunyai tujuh ruas yaitu koksa, trokhanter,
femur, patela, tibia, metatarsus, dan tarsus.
5. Terdapat pedisel yang sempit yang berhubungan dengan
sefalotoraks.
6. Di bagian ujung abdomen terdapat spineret, tempat
dikeluarkannya sutera yang berasal dari kelenjar sutera melalui
spigot-spigot kecil.
C. Lalat (Musca domestica)
1. Pada thorax terdapat empat garis hitam dan satu garis hitam
medial pada abdomen dorsal.
2. Proboscis pendek.
3. Badan kelabu dengan sayap transparan.
4. Tipe mulut penjilat.
D. Kalajengking
1. Pedipalpi seperti capit juga dilengkapi dengan berbagai tipe
rambut sensor.
2. Tubuhnya dibagi menjadi dua bagian yaitu sefalotoraks dan
abdomen.
3. Sefalotoraks ditutup oleh karapas atau pelindung kepala yang
biasanya mempunyai sepasang mata median dan 2-5 pasang
mata lateral di depan ujung depan.
53
4.3 Praktikum Stadium Larva Nyamuk Aedes spp., Anopheles sp., dan Culex sp.
Soal :
1. Amati pada mikroskop stadium larva dari masing-masing spesies
2. Gambarkan stadium larva nyamuk dalam lembar kerja
3. Sebutkan bagian-bagian larva dari masing-masing spesies beserta
fungsinya
Jawaban :
1. Lampiran
2. Lampiran
3. Berdasarkan pengamatan yang telah di lakukan bagian-bagian larva
beserta fungsinya adalah sebagai berikut :
a) Antena : sebagai indera penerima rangsang
b) Mata : untuk melihat
c) Rambut dan bulu lateral : untuk berenang
d) Thorax : untuk melindungi tubuh bagian dalam
e) Insang : untuk bernapas (alat pernapasan)
f) Pipa udara : untuk jalan udara
g) Lubang udara : tempat keluar-masuk udara
54
4.4 Praktikum Telur Nyamuk Aedes spp., Culex sp., dan Anopheles sp.
Soal :
1. Gambarkan Telur dari species Aedes spp., Culex sp., dan Anopheles sp.
2. Sebutkan ciri-ciri khusus dari tiap telur dari masing-masing species
Sebutkan perbedaan dari masing-masing telur dari species Aedes
sp. ,Culex sp., dan Anopheles sp.
Jawaban :
1. Dilembar lampiran.
2. Ciri – ciri khusus dari masing – masing telur adalah
a. Telur Aedes spp. : berwarna hitam, berbentuk lonjong, dan tersusun
tunggal (sendiri-sendiri)
b. Telur Culex sp. : berwarna cokelat kehitaman, berbentuk lonjong,
dan tersusun seperti rakit, berkumpul atau berkoloni.
c. Telur Anopheles sp. : berwarna hitam, berbentuk lonjong dan
berpelampung disisi kanan dan kiri, serta tersusun tunggal atau
sendiri-sendiri
3. Perbedaan dari masing – masing telur dari spesies Aedes spp., Culex sp,
dan Anopheles sp adalah
a. Perbedaan Aedes spp. dan Culex sp. dengan Anopheles sp. :
Anopheles sp mempunyai pelampung disisi kanan dan kirinya,
sedangkan Aedes spp. dan Culex sp. tidak mempunyai pelampung.
55
b. Perbedaan Telur Aedes sp. dan Anopheles sp. dengan Telur Culex
sp.:
- Telur Aedes sp. dan Anopheles sp. tersusun tunggal atau
sendiri-sendiri, sedangkan telur Culex sp. tersusun berakit atau
berkoloni.
- Telur Aedes sp. dan Anopheles sp. berwarna hitam, sedangkan
telur Culex sp berwarna cokelat kehitaman.
Ciri – Ciri Aedes spp. Culex sp. Anopheles sp.
Warna Hitam Cokelat
Kehitaman
Hitam
Bentuk Lonjong Lonjong Lonjong
Berpelampung Tidak Tidak Ya
Susunan Tunggal Berkoloni Tunggal
Berbentuk Tunggal Rakit Tunggal
Tabel 1. Tabel Perbedaan Telur Nyamuk Aedes sp., Culex sp., dan
Anopheles sp.
56
4.5 Praktikum Pinjal (Ctenocephalide sp.)
Soal :
1. Apa yang dimaksud dengan ektoparasit?
2. Sebutkan 3 jenis pinjal yang anda ketahui ( 3 spesies : nama)
3. Gambarkan spesies Xenoshylla cheopis dan ciri –ciri khususnya apa?
Jawab
1. Ektoparasit adalah parasit yang hidupnya menumpang di bagian luar
dari tempatnya bergantung atau pada permukaan tubuh inangnya (host)
2. a. Pinjal Tikus Oriental (Xenopsylla cheopis)
b. Pinjal manusia (Pulex irritans)
c. Pinjal Kucing (Ctenocephalides felis)
3. Terlampir
57
4.6 Praktikum Kepala Nyamuk Aedes sp., Culex sp., dan Anopheles sp.
Nyamuk memiliki sepasang antena berbentuk filiform berbentuk panjang
dan langsing serta terdiri atas 15 segmen.
Antena dapat digunakan sebagai kunci untuk membedakan kelamin pada
nyamuk dewasa. Antena nyamuk jantan lebih lebat daripada nyamuk betina.
Bulu lebat pada nyamuk jantan disebut plumose sedangkan pada nyamuk betina
yang jumlahnya lebih sedikit disebut pilose.
Palpus dapat digunakan sebagai kunci identifikasi karena ukuran dan
bentuk palpus masing-masing spesies berbeda. Sepasang palpus terletak diantara
antena dan proboscis. Palpus merupakan organ sensorik yang digunakan untuk
mendeteksi karbon dioksida dan mendeteksi tingkat kelembaban.
Proboscis merupakan bentuk mulut modifikasi untuk menusuk. Nyamuk
betina mempunyai proboscis yang lebih panjang dan tajam, tubuh membungkuk
serta memiliki bagian tepi sayap yang bersisik. Bagian mulut pada nyamuk
betina, membentuk probosis panjang untuk menembus kulit mamalia (atau
dalam sebagian kasus, burung atau juga reptilia dan amfibi untuk menghisap
darah.
Nyamuk betina memerlukan protein untuk pembentukan telur dan
kebanyakan nyamuk betina perlu menghisap darah untuk mendapatkan protein
yang diperlukan. Nyamuk jantan berbeda dengan nyamuk betina, dengan bagian
mulut yang tidak sesuai untuk menghisap darah.
58
Tabel Ciri – Ciri Kepala Nyamuk Aedes sp., Culex sp., dan Anopheles sp.
Ciri –
Ciri
Aedes spp.
Jantan
Aedes spp.
Betina
Culex
sp.
Jantan
Culex
sp.
Betina
Anopheles
sp.
Jantan
Anopheles
sp.
Betina
Palpus Sama
panjang
dengan
Probosis
Sama
panjang
dengan
probosis
Sama
panjang
dengan
Probosis
Sama
panjang
dengan
Probosis
Sama
panjang
dengan
Probosis
Sama
panjang
dengan
Probosis
Probosis Sama
panjang
dengan
Palpus
Sama
panjang
dengan
Palpus
Sama
panjang
dengan
Palpus
Sama
panjang
dengan
Palpus
Sama
panjang
dengan
Palpus
Sama
panjang
dengan
Palpus
Antena Bulu lebih
lebat
Bulu tidak
lebat
Bulu
lebih
lebat
Bulu
tidak
lebat
Bulu
lebih
lebat
Bulu
tidak
lebat
Ujung
Palpus
Berbentuk
bulat
Berbentuk
bulat
Tidak
bulat
Tidak
bulat
Berbentuk
bulat
Berbentuk
bulat
Tabel 2. Ciri – Ciri Kepala Nyamuk Aedes spp., Culex sp., dan Anopheles
sp.
59
Daftar Pustaka
Aji Bau. 1999. Uji Efikasi Daun Tumbuhan Paitan (Tithonia diversifolia Grey)
Terhadap Larva Culex sp. di Laboratorium. Skripsi. FKM UNDIP Semarang.
Damar Tri Boewono. 2003. Pedoman Uji Hayati Insektisida Rumah-Tangga
(Household Insecticides). Salatiga: BPVRP.
Ditjen PPM&PL. 2001. Pedoman Pelaksanaan Surveillans Vektor. Jakarta:
Depkes RI.
Durden.1998.Medical and Veterinary Entomology.Tokyo:Academic Press. New
York.
Gandahusada, S. 2006. Parasitologi Kedokteran. Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, Jakarta.
Irianto, Kus. 2009. Parasitoloogi: Berbagai Penyakit yang Mempengaruhi
Kesehatan Manusia. Bandung: CV Yrama Widya
Maskoeri, Jasin. 1998. Sistematika Hewan. Surabaya: Sinar Jaya
Mullen, GR & SA Stockwell. 2002. Scorpion (Scorpiones). Dalam Gary Mullen
& Lance
Radiopetro.1996.Zoologi.Jakarta:Erlangga
Sayono. 2008. Pengaruh Modifikasi Ovitrap terhadap Junlah Nyamuk Aedes yang
Tertangkap. Tesis: UNDIP Semarang. Diunduh dari
http://eprints.undip.ac.id/18741/1/sayono.pdf. [Diakses tanggal 28
April 2012]
61
Smith, R. L. 1982. Venomous Animals of Arizona. Tucson: Univ. Arizona,
College of Agriculture, Bulletin 8245.)
Sukirno,Mardjan. 2003. ”Productivity and Mortality Periplaneta americana
(Linnaeus)(Blattaria; Blattidae) di Laboratorium”,dalam Jurnal Ekologi
Kesehatan Volume 2 nomor 3, Desember 2003 : 290-298. Diunduh dari
http://www.ekologi.litbang.depkes.go.id/data/vol%202/Mardjan2_3.pdf
[Diakses tanggal 8 Mei 2012]
62