بسماهللالرحمنالرحيم
ىوبحبسمكاللهماسمكاموت
Blok Kesehatan Anak POLIOMIELITIS dan AFP
AKIL BAEHAQIDepartemen Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran UII Yogyakarta2011
POLIOMIELITIS
Sinonim:• Acute anterior poliomyelitis• Infantile paralysis• Penyakit Heine & Medin
PENDAHULUAN
• Penyakit virus dgn penularan cepat & mengenai sel anterior massa kelabu medulla spinalis & inti motorik batang otak kelumpuhan & atrofi otot
• Terdpt di seluruh dunia dgn beraneka ragam gambaran epidemiologis & klinis
PENDAHULUAN
• Pertama kali ditemukan oleh Jacob Heine (Ortopedik Jerman): mengidentifikasi gejala & gambaran patologi (1840). Medin (Dokter Anak Swedia): data epidemiologi (1890)
• Terutama menyerang pd anak < 5 th• Pencegahan sgt penting krn blm ada obat yg efektif• Vaksin polio mulai dikembangkan th 1953 &
penggunaannya 1960
ETIOLOGI• Virus polio, RNA virus, famili Picornavirus, genus
Enterovirus• Ø 20-32 nm, bentuk sferis dgn struktur utama RNA
terdiri dari 7.433 nukleotida, tahan pH 3-10 tahan terhdp asam lambung & empedu
• Tdk rusak dlm bbrp hr pd 2-8°C, tahan thd gliserol, eter, fenol 1% & bermacam2 detergen
• Mati 50-55°C selama 30 mnt, bahan oksidator, formalin, klorin & sinar ultraviolet
Electron micrograph of the poliovirus
ETIOLOGIScr serologi virus polio dibagi 3 tipe:
1. Tipe I Brunhilde2. Tipe II Lansing3. Tipe III Leon
• Tipe I paling sering menimbulkan epidemi yg luas & ganas, tipe II kadang2 menyebabkan wabah yg sporadik sedang tipe III menyebabkan epidemi ringan
• Di negara tropis & subtropis kebanyakan disebabkan tipe II & III
• Tdk menimbulkan imunitas silang
EPIDEMIOLOGI
• Tiga dekade pertama abad 20 80-90% penderita polio anak balita, kebanyakan < 2 th
• 1955 di Massachusett AS wabah polio 2.771 kasus & 1959 menurun menjadi 139 kasus
• 1972-1982 di Afrika 4.214 & Asia Tenggara 17.785 kasus (WHO)
EPIDEMIOLOGI
• Indonesia: epidemi di Bliton (1948) sampai ke Banda, Balikpapan, Bandung (1951), Surabaya (1952), Semarang (1954), Medan (1957) & Bali selatan (1976/1977)
Wild virus confirmed cases in Indonesia 2000-2011 (WHO, 2011)
Year Total case
2000 0
2001 0
2002 0
2003 0
2004 0
2005 3032006 0
2007 0
2008 0
2009 0
2010 0
2011 0
EPIDEMIOLOGI
• PIN polio: 30 Agustus 2005 & 27 September 2005. Target 24,4 juta balita
• Kebanyakan infeksi virus polio tanpa gejala atau timbul deman yg tdk spesifik
• Perbandingan asimptomatik & ringan sampai terjadi paralisis adalah 100:1 & 1.000:1
EPIDEMIOLOGI
Terjadi wabah polio biasanya akibat:• Sanitasi jelek• Padatnya jml penduduk• Tingginya pencemaran lingkungan oleh tinja• Pengadaan air bersih kurangPenularan dpt melalui:• Inhalasi• Makanan/minuman• Bermacam serangga seperti lipas, lalat dll
EPIDEMIOLOGI
• Penyebaran dipercepat bila ada wabah atau pd saat yg bersamaan dilakukan tindakan bedah, seperti tonsilektomi, extraksi gigi & penyuntikan
• Mortalitas tinggi terutama pd polio mielitis paralitik gagal napas
• Tipe ringan tdk dilaporkan adanya †• 90-95% poliomielitis tdk jelas/inapparent
Endemic Countries (WHO, 2011)
• Polio-endemic countries have never stopped transmission of wild poliovirus– AFGHANISTAN– INDIA– NIGERIA– PAKISTAN
FAKTOR PREDISPOSISI
1. Daya tahan tubuh (-) > mudah terkena polio berat2. ♂ > ♀. ♂ prapubertas 2 x > mudah menderita polio
paralitik3. Stres akibat kelelahan otot seperti OR berlebihan,
suntikan & kedinginan4. Pembedahan spt tonsilektomi/adenoidektomi sering
mempercepat paralisis tipe Bulbaris5. Penderita yg sebelumnya menderita penyakit spt
pertusis, campak & enteritis
PATOFISIOLOGI
• Virus polio ditularkan melalui fekal-oral• Virus bereplikasi dlm nasofaring & traktus
gastrointestinal menginvasi ke dlm jaringan limfoid menyebar scr hematogen
• Stlh periode viremia virus menjadi neurotropik destruksi motor neuron di kornu anterior atau batang otak
• Kerusakan pd motor neuron paralisis flaksid tipe bulbar atau spinalis
GAMBARAN KLINIS
• Masa inkubasi 7-14 hr, kadang 2-35 hr• Bila terkena infeksi polio, akan timbul salah satu
keadaan:– Infeksi asimptomatik (silent infection)– Poliomielitis abortif (mild/minor illness)– Poliomielitis non paralitik – Poliomielitis paralitik
GAMBARAN KLINIS
1. Infeksi asimptomatik • 95% penderita poliomielitis• Hanya dpt diketahui dari Px lab• Disebabkan oleh daya tahan tubuh yg baik tdk
terdpt gejala klinis sama sekali
GAMBARAN KLINIS
2. Poliomielitis Abortif• 5-10% infeksi polio• Gejala: demam jarang melebihi 39,5°C, nyeri
tenggorok, nyeri kepala, mual muntah, anoreksia, nyeri perut, malaise, faring sedikit hiperemi, Px neurologis N
• Berlangsung bbrp hr & Dx tdk dpt ditegakkan hanya berdasarkan gejala klinis Dx pasti ditemukan virus polio & kadar antibodi
GAMBARAN KLINIS
3. Poliomielitis nonparalitik• Bersifat bifasik, gejala awal berupa gejala abortif• Gejala ini timbul bbrp hr kadang diikuti masa
penyembuhan sementara kemudian msk dlm fase kedua dgn demam, nyeri otot
• Khas: nyeri & kaku otot belakang leher, tubuh & anggota gerak. Tanda Brudzinski, Kernig & Laseque (+), head drop (+)
3. Poliomielitis nonparalitik
• UUB menonjol & tegang, refleks tendon biasanya tdk berubah, tetapi dpt ↑ atau ↓ & didahului depresi refleks superfisial spt kremaster, abdominal
• Pd bayi dpt terjadi kejang. Gejala klinis berlangsung 2-10 hr, kadang terjadi paresis & paralisis sementara; paralisis permanen hanya pd sebagian kecil kasus
GAMBARAN KLINIS
4. Poliomielitis paralitik• Biasanya gejala klinis sama spt poliomieliotis
nonparalitik• Bentuk bifasik terjadi pd 1/3 kasus• Pd awalnya berupa gejala abortif, diikuti dgn
membaiknya keadaan selama 1-7 hr, kemudian disusul dgn timbulnya gejala > berat disertai tanda2 gangguan saraf
4. Poliomielitis paralitik
• Paralisis biasanya terjadi pd saat demam mulai turun. Ciri khas paralisis: asimetris & sering terjadi pd ekstremitas inferior spt m. quadriceps femoris, tibialis anterior, proneus & biasanya > berat dibandingkan otot yg lain; bila mengenai lengan biasanya pd biseps & triseps
• 20% kasus akan mengalami paresis kandung kemih, atonia usus & kadang ileus paralitik
4. Poliomielitis paralitik
Poliomielitis paralitik dibagi lagi atas:a) Bentuk spinalb) Bentuk bulbarisc) Bentuk bulbospinald) Bentuk ensefalitik
4. Poliomielitis paralitika) Bentuk spinal• Paralisis/paresis dpt mengenai otot leher, toraks,
abdomen, diafragma, ekstremitas. Ekstremitas yg lumpuh pd umumnya adalah ekstremitas yg plg banyak digerakkan pd masa preparalitik
• Gangguan sensibilitas (-)• Atrofi terjadi stlh 4-8 mgg mengalami paralisis,
perbaikan terjadi 6-18 bl• Paralisis & atrofi otot dpt terjadi lagi stlh bbrp th
sembuh dr poliomielitis paralitik (postpoliomyelitis progressive muscular atrophy)
4. Poliomielitis paralitikb) Bentuk bulbaris• Paralisis dpt mengenai 1 atau > saraf kranial dgn atau
tanpa gangguan pusat pernapasan & sirkulasi• Gambaran klinis dpt berupa:
– Saraf otak yg terkena• Bagian atas (N III-VII) prognosis baik & biasanya dpt sembuh• Bagian bawah (N IX-XII): pasase ludah di faring terganggu
terjadi pengumpulan air liur & mukus penyumbatan saluran napas ventilator
– Gangguan pusat pernapasan: irama napas tdk teratur bahkan gagal napas & kolaps mendadak
– Gangguan sirkulasi: hipotensi atau kegagalan sirkulasi perifer
– Gangguan termoregulator
4. Poliomielitis paralitik
c) Bentuk bulbospinalis• Mrpkn gejala campuran antara bentuk spinal
& bulbard) Bentuk ensefalitik• Gejala: iritabel, disorientasi, tremor, kadang
disertai kejang
LABORATORIUM• Px darah biasanya dbn. LED ↑ sedikit, leukopenia/leukositosis
ringan terjadi pd stadium dini• LCS: tekanan N, jernih, pleositosis antara 15-500 sel/mm3, sel
limfosit predominan tetapi pd stadium awal PMN > dominan. Protein N pd mgg ke-1, ↑ pd mgg ke-2 & 3. Glukosa & klorida dbn
• Isolasi virus polio: dr apusan tenggorok 1 mgg sblm & ssdh paralisis; Tinja pd mgg 2-6 bahkan sampai 12 mgg stlh gejala klinis surveilans AFP: selambat2nya pd mgg ke-2
• Px imunoglobulin mempunyai nilai Dx, bila terjadi kenaikkan titer antibodi 4 x IgG atau IgM (+)
RADIOLOGIS
• Px ini hanya menunjang Dx poliomielitis lanjut• Pd anak sdg tumbuh: tulang yg pendek,
osteoporosis dgn korteks yg tipis & rongga medula yg relatif lebar, penipisan epifisis, subluksasio & dislokasi sendi
DIAGNOSIS
Ditegakkan atas:• Gambaran klinis• Keadaan epidemiologi• Pemeriksaan LCS• Isolasi virus• Meningkatnya titer antibodi dlm darah
DIAGNOSIS BANDING
1. Poliomielitis nonparalitik• Aseptik meningitis
– Khususnya coxackie & echo virus diagnosis perlu ditemukan virus atau titer antibodi
• Meningitis purulenta & tuberkulosis– Pemeriksaan LCS & kultur
• Demam rematik, reumatoid artritis, serum sickness, pneumonia dini, disentri, tifoid, pielitis, tonsilitis akut LCS dbn
DIAGNOSIS BANDING
2. Poliomielitis paralitik• Pseudoparalitik
– Disebabkan oleh trauma, osteomielitis, & artritis
• Sindrom Guillain Barre– Gejala khas paralisis simetris, asenden, ada
gangguan sensibilitas. LCS: protein meningkat tanpa kenaikkan sel. EMG: penurunan kecepatan hantar saraf motorik
DIAGNOSIS BANDING Poliomielitis paralitik (lanjutan)
• Transverse myelitis/neuromyelitis optika– Penyebab tdk diketahui– Paraplegia di bawah lesi– Paralisis kandung kemih & rektum
• Tick bite paralisis– Riwayat gigitan binatang yg mengeluarkan toksin– Paralisis asenden, rasa sakit/parestesia, gangguan
sensibilitas, paralisis tipe flaccid, simetris– LCS: dbn
• Mielopati akut sekunder & polineuropati– Berhubungan dgn gangguan endokrin, tumor, intoksikasi
TERAPI
• Terapi spesifik (-)• Simtomatik & suportif• Istirahat total jgn dilakukan terlalu lama apabila
keadaan berat sdh reda• Istirahat sgt penting di fase akut krn terdpt
hubungan antara banyaknya keaktifan tubuh dgn beratnya penyakit
TERAPI
Poliomielitis abortif• Cukup analgetik & sedatif utk ↓ mialgia atau
nyeri kepala• Diet adekuat• Istirahat sampai suhu N utk bbrp hari, sebaiknya
aktivitas yg berlebihan dicegah selama 2 bln & 2 bln kemudian diperiksa sistem neuroskeletal scr teliti
TERAPI
Poliomielitis nonparalitik• Sama spt tipe abortif• Dpt dikombinasi dgn kompres hangat selama
15-30 mnt setiap 2-4 jam
TERAPIPoliomielitis paralitik• Perawatan di RS• Istirahat total minimal 7 hr atau sedikitnya sampai fase
akut dilampaui• Selama fase akut kebersihan mulut dijaga• Perubahan posisi penderita dilakukan dgn penyangga
persendian• Fisioterapi, dilakukan sedini mungkin ssdh fase akut,
mulai dgn latihan pasif mencegah deformitas• Interferon diberikan sedini mungkin, utk mencegah
terjadinya paralitik progresif
TERAPI
Poliomielitis bentuk bulbar• Perawatan khusus thd paralisis palatum, spt
pemberian makanan dlm bentuk padat atau semisolid
• Selama fase akut & berat, dilakukan drainase postural dgn posisi kaki lebih tingi (20°-25°), muka dimiringkan utk mencegah terjadinya aspirasi, pengisapan lendir dilakukan scr teratur & hati2, kalau perlu trakeostomi
KOMPLIKASI Akibat efek akut & permanen paralisis• Kegawatan akibat malfungsi respiratory,
pharyngeal, bladder, & bowel• Postpolio muscular atrophy muncul setelah
20-30 th kemudian
PENCEGAHAN
• Jgn masuk ke daerah wabah• Di daerah wabah sebaiknya dihindari faktor
predisposisi spt tonsilektomi• Mengurangi aktivitas jasmani yg berlebihan• Imunisasi aktif
PROGNOSIS
• Bergantung pd daerah yg terkena, beratnya lesi & penanganan thd gangguan pernapasan
• Angka † bervariasi dlm setiap epidemi 5-10%, † sering akibat lesi pd bulbaris & otot pernapasan
SURVEILANSACUTE FLACCID PARALYSIS (AFP)
DI INDONESIA
I. LATAR BELAKANG
Upaya bebas polio program ERAPO:• Imunisasi polio rutin• PIN• Surveilans AFP
II. TUJUAN SURVEILANS AFP DALAM ERAPO
TUJUAN UMUM
1. Mengidentifikasikan daerah risiko tinggi2. Memantau kemajuan program eradikasi
polio3. Membuktikan Indonesia bebas polio
TUJUAN SURVEILANS AFP DALAM ERAPO
TUJUAN KHUSUS
1. Menemukan semua kasus AFP yg ada di suatu wilayah
2. Melacak semua kasus AFP yg ditemukan di suatu wilayah
3. Mengumpulkan 2 spesimen semua kasus AFP selambat2nya 14 hr stlh kelumpuhan & dg tenggang waktu pengumpulan spesimen I & II ≥ 24 jam
4. Mengidentifikasi kemungkinan adanya virus polio liar di suatu wilayah melalui Px spesimen tinja semua kasus AFP yg ditemukan dlm wilayah tsb
III. KEBIJAKSANAAN
1. Memantau penyebaran virus-polio liar melalui pengamatan penderita AFP pd anak < 15 th
2. Dlm 1 th minimal menemukan 1 kasus AFP di antara 100.000 anak usia < 15 th
3. 1 kasus AFP mrpkn suatu Kejadian Luar Biasa 4. Zero report (laporan nol) mrpkn pernyataan tertulis
dari wilayah kerja RS & puskesmas bahwa di wilayah kerjanya ada/tdk ada kasus AFP setiap mgg stlh dilakukan pemantauan scr ketat
IV. STRATEGI
1. Menemukan kasus AFP minimal 1/100.000 penduduk berusia < 15 th melalui: Surveilans AFP di RS & masyarakat
2. RS, puskesmas, kabupaten/kota, propinsi & nasional membuat laporan zero report
3. Mengumpulkan 2 spesimen dari setiap kasus AFP dg tenggang waktu ≥ 24 jam, selambat2nya 14 hr sejak kelumpuhan
IV. STRATEGI
4. Melakukan Px spesimen tinja kasus AFP di lab nasional
5. Melakukan Px residual paralisis stlh 60 hr kelumpuhan pd semua kasus AFP yg ditemukan
6. Melibatkan dr. Sp.A &/atau dr. Sp.S dlm: • Memastikan kasus AFP & menentukan Dx awal• Menentukan adanya paralisis residual, serta
menentukan Dx pd saat kunjungan ulang 60 hr
V. PENGERTIAN
A. DEFINISI KASUS• Kasus AFP (tersangka polio--Suspected polio
case):
semua anak < 15 th dg kelumpuhan yg sifatnya flaccid, terjadi scr akut, bukan disebabkan oleh ruda paksa– Kelumpuhan terjadi scr akut: perkembangan
kelumpuhan yg berlangsung cepat (rapid progressive) antara 1-14 hr sejak mulai lemas sampai lumpuhnya maksimal
A. DEFINISI KASUS
• Kasus polio (confirmed polio case): Dlm surrveilans AFP, Dx pasti polio dpt ditegakkan berdasarkan kriteria klasifikasi-klinis atau klasifikasi-virologis
A. DEFINISI KASUS
• Berdasarkan kriteria KLASIFIKASI-KLINIS, suatu kasus AFP diDx sbg kasus polio apabila memenuhi salah satu dari kriteria:– Didptkan virus polio liar (virus polio yg bukan berasal dari
vaksin polio) pd Px spesimen– Tdk didptkan virus polio liar pd Px spesimen tapi:
• Spesimen tdk adekuat &:– Terdpt paralisis residual pd kunjungan ulang 60 hr stlh terjadinya
kelumpuhan– † sblm dilakukan kunjungan ulang 60 hr dg residual paralisis atau
tdk jelas keadaan kelumpuhannya– Tdk dpt diketahui keadaan kelumpuhannya 60 hr stlh kelumpuhan
(misalnya: tdk dpt di-follow up krn pindah & alamat tak diketahui)
Skema Klasifikasi Klinis AFP
AFP
Virus polio liar (+) Kasus polio
Virus polio liar (-)
Spesimen tdk adekuat
-Paralisis residual (+)
-Tdk ter-follow up
-† sblm kunjungan 60 hr
Spesimen adekuat Bukan kasus polio
A. DEFINISI KASUS
• Suatu kasus AFP diDx sbg kasus polio berdasarkan Kriteria KLASIFIKASI-VIROLOGI hanya apabila didapatkan virus polio liar pd Px spesimennya
Skema Klasifikasi Virologis AFP
AFP
Virus polio liar (+)
Kasus polio
Virus polio liar (-)
•Tdk ada spesimen, atau
•Spesimen tdk memenuhi syarat
Spesimen adekuat** Bukan kasus polio
•Paralisis residual (+), atau
•Meninggal, atau
•Tdk di-follow up
Komisi ahli
Polio kompatibel*
Paralisis residual (-)
A. DEFINISI KASUS
*POLIO KOMPATIBEL bila: • Kasus AFP yg tdk dpt diklasifikasi scr virologis
(lab), tetapi berdasarkan kajian klinis oleh para ahli dinyatakan sbg polio kompatibel
• Menunjukkan sistem surveilans AFP msh lemah, krn spesimen tdk adekuat yg disebabkan oleh keterlambatan penemuan klinis, keterlambatan pengambilan spesimen &/pengelolaan spesimen yg tdk baik
A. DEFINISI KASUS
**SPESIMEN ADEKUAT bila:• 2 spesimen dikumpulkan dlm tenggang waktu ≥ 24
jam, & diambil ≤ 14 hr stlh terjadinya kelumpuhan• Spesimen tiba di lab. dlm kondisi baik, yaitu:
– Beratnya ≥ 8 g– Tdk dlm keadaan kering– Suhu dlm kontainer pengiriman 0°-8° C berdasarkan
indikator temperatur atau msh ada cold pack yg beku dlm specimen carrier
– Tdk terdpt kebocoran pd pot tinja– Disertai formulir pengiriman spesimen yg telah diisi lengkap
V. PENGERTIAN
B. NOMOR EPID (Nomor Identitas Kasus AFP)• Suatu no. kode yg khas bagi setiap penderita AFP &
ditentukan sesuai dg tata cara penentuan no. EPID• Dilakukan oleh Dinkes Kab/Kota yg membawahi
wilayah di mana penderita AFP berdomisili• Terdiri dari 9 digit, dg rincian:
– Digit I-II : kode propinsi– Digit III-IV : kode kabupaten/kota– Digit V-VI : tahun kelumpuhan– Digit VII-IX : kode penderita
V. PENGERTIAN
C. MOPPING-UP• Pemberian imunisasi polio massal berdasarkan
ditemukannya virus polio liar di suatu wilayah dgn kinerja surveilans AFP baik sesuai dgn standar sertifikasi bebas polio
• Pelaksanaannya dilakukan sesegera mungkin dr rumah ke rumah di daerah terbatas (terfokus)
C. MOPPING-UP
• Dilakukan 2 x dgn jarak 4 mgg & setiap putaran hrs diselesaikan secepat mungkin
• Sasaran mopping-up adalah klpk yg rentan thd penularan virus-polio yg ditentukan berdasarkan data surveilans AFP & data penunjang lainnya tanpa melihat riwayat imunisasi polio sebelumnya
• Apabila kinerja surveilans AFP tdk baik cenderung untuk dilakukan strategi PIN/sub PIN
AFP/polio case count (WHO, 2011)
• Country : Indonesia• Year : 2011• Updated on: 14-Apr-2011
AFP cases reported
Non-polio AFP rate
AFP cases with adequate specimens
(%)
Total confirmed polio cases
Wild-virus confirmed polio
cases
315 1.4 92 0 0
Indikator Surveilans AFP
1. Non Polio AFP rate anak usia < 15 th: >2/100.000
2. Persentase spesimen adekuat: 80%
3. Persentase pemeriksaan ulang 60 hr: 80%
4. Kelengkapan laporan mingguan: 90%
terimakasih
NII (Niversitas Islam Indonesia)mencuci otak mahasiswa
Sebelum Sesudah
سبحانكاللهموبحمدكاشهدانالالهاالان
استغفرك ت واتوباليك
Top Related