POLICY BRIEFNo : 8/Januari/2018
www.indonesia-implementationresearch-uhc.net
“Apakah Insen�f Menjamin Peningkatan Kinerja Pelayanan di Kabupaten Jayawijaya?”
Pendahuluan
ecara garis besar sejak era JKN, dana yang diperoleh puskesmas dari JKN digunakan untuk meningkatkan
pelayanan yang diberikan kepada masyarakat. Misalnya pada aspek pelayanan dalam gedung, jumlah
kunjungan pasien meningkat karena lebih banyak pasien yang memperoleh manfaat dengan adanya BPJS.
Dana yang bersumber dari JKN (dana kapitasi) juga dimanfaatkan untuk membeli perlengkapan pendukung
pelayanan puskesmas seper� ATK, media promosi, operasional petugas kesehatan pada saat kunjungan ke
lapangan (pembelian BBM), dan dapat membantu biaya renovasi gedung puskesmas yang rusak.
S
Peningkatan kualitas pelayanan baik layanan promo�f maupun preven�f merupakan tujuan dari JKN.
Petugas kesehatan menerima insen�f yang bersumber dari JKN dengan harapan terjadi peningkatan kinerja
dan kualitas pelayanan yang diberikan. Oleh karena itu, riset yang dilakukan di Kabupaten Jayawijaya ini ber-
tujuan untuk melihat seberapa efek�f dampak insen�f terhadap peningkatan kinerja petugas kesehatan dan
pelayanan yang diberikan.
Keterkaitan Insen�f dan Kinerja Petugas Kesehatan
Pemberian insen�f kepada petugas kesehatan diharapkan mampu memacu kinerjanya agar dapat me-
ningkatkan kualitas pelayanan yang diberikan. Sebagian petugas kesehatan mampu memahami hal tersebut.
Akan tetapi bagi sebagian orang, insen�f yang diberikan merupakan tambahan pendapatan atau imbalan
jasa daerah kepada mereka.
“Kayak bonus saja sih, bagi kami sebenarnya itu kan dibayarkan sesuai dengan kita punya kinerja to, tapi kadang ada yang sudah �dak masuk atau apa dibayarkan sama dengan kita yang kerja”
– Dokter PKM A
“Insen�f itu ee apa ucapan terimakasih daerah ya, paling itu sih berupa materi” – Dokter PKM B
Insen�f yang diperoleh petugas kesehatan pada dasarnya mampu memo�vasi petugas kesehatan untuk
rajin masuk kantor. Akan tetapi, insen�f yang diterima baik yang berasal dari pemerintah daerah (TKD)
maupun dari JKN (kapitasi) dianggap �dak memberikan dampak yang siknifikan terhadap kinerja petugas kes-
ehatan. Khususnya insen�f dari dana kapitasi, walaupun mempunyai proporsi yang cukup besar dalam peng-
hasilan petugas kesehatan secara keseluruhan (30% bagi tenaga dokter dan 28% bagi tenaga non-dokter)
namum belum secara maksimal untuk memacu peningkatan kinerja petugas. Hal ini disebabkan oleh penilai-
an kinerja yang masih menggunakan kehadiran sebagai indikator utama penilaian kinerja.
Rerata Pendapatan Petugas Puskesmasdi Kabupaten Jayawijaya
Dokter Non -Dokter
Gaji 6.749.500 (27%) 3.431.083 (25%)
1.230.000 (9%)
3.885.767 (28%)
1.592.968 (12%)
466.667 (3%)
3.222.222 (23%)
13.828.707 (100%)
Insen�f Daerah
BPJS
Insen�f Lainnya
Prak�k Swasta
Pendapatan Lain
Total
4.250.000 (17%)
7.650.000 (30%)
6.500.000 (26%)
25.149.500 (100%)
0
0
Proporsi penghasilan bagi petugas kesehatan terlihat lebih bervariasi pada tenaga non-dokter dibanding-
kan dengan tenaga dokter. Insen�f yang diterima berdasarkan kehadiran seper� insen�f daerah dan BPJS
cukup mengambil porsi yang besar dalam penghasilan petugas kesehatan secara umum. Oleh sebab itu
penerapan insen�f yang berbasis kepada kinerja (bukan hanya kehadiran) merupakan hal yang krusial untuk
mencegah terjadinya kecemburuan social diantara petugas kesehatan
Proses Penilain Kinerja Petugas dan Layanan
Dengan adanya sistem Kapitasi Berbasis Komitmen (KBK), se�ap petugas kesehatan dituntut untuk be-
kerja secara maksimal. Penilaian kinerja merupakan proses yang sangat pen�ng untuk mengukur kinerja
petugas kesehatan. Namun, penilaian kinerja bagi petugas kesehatan masih jauh dari maksimal di Kabupaten
Jayawijaya. Minimnya proses penilaian kinerja petugas kesehatan mengakibatkan kurangnya sistem peng-
awasan terhadap kinerja petugas. Penilaian kinerja baik petugas maupun fasilitas dilakukan oleh kepala
puskesmas dan dinas kesehatan setempat.
Secara garis besar proses, penilaian kinerja di puskesmas mencakup penilaian pencapaian target dari
masing-masing program dan ketepatan waktu puskesmas menyerahkan laporan program ke Dinas Kesehatan.
Penilaian yang dilakukan Dinas Kesehatan dilakukan dalam jangka waktu per bulan (dalam minilok
puskesmas), maupun per triwulan (supervisi program). Akan tetapi, penilaian kinerja yang dilakukan ini hanya
terbatas kepada program – program tertentu sehingga �dak menilai kinerja puskesmas secara keseluruhan
dan individu yang bekerja di puskesmas tersebut. Minimnya umpan balik yang diterima petugas dan fasilitas
(dalam kualitas dan kua�tas) merupakan faktor pendukung �dak terlaksananya proses penilaian kinerja yang
baik.
Apa indikator Individu faskes
menurut responden?
Petugas kesehatan menyadari bahwa seharusnya indikator – indikator seper� pelayanan, menjalankan
tupoksi, pencatatan dan pelaporan, capaian target, kehadiran, disiplin, dan loyalitas merupakan indikator
penilain kinerja individu. Namun saat ini, hanya kehadiran yang merupakan indikator penilaian kinerja
mereka. Disamping itu, belum ada sistem reward maupun punishment yang diterapkan oleh pihak
pemerintah sehingga implementasi penilaian kinerja petugas kesehatan masih dianggap lemah.
Tantangan Pemenuhan Target
Terlepas dari minimnya penilain kinerja yang di
lakukan oleh dinas terkait dan indikator yang dianggap
belum adekuat untuk mengukur kinerja petugas ke-
sehatan, pelayanan kesehatan di Kabupaten Jayawijaya
(terutama di puskesmas – puskesmas yang berada
di luar kota) masih dapat berjalan dengan adanya
mo�vasi yang kuat dari petugas kesehatan. Alasan
moral dan kepedulian kepada masyarakat mampu
mendorong petugas kesehatan untuk bekerja walau-
pun nominal insen�f yang diterima masih sangat
kecil, insfrastruktur yang �dak memadai, ancaman
keamanan yang dihadapi, dan besarnya biaya hidup
di Kabupaten Jayawijaya.
Khusus untuk KBK, puskesmas di Kabupaten
Jayawijaya masih sulit untuk mengejar target yang
dibebankan kepada mereka. Hal ini disebabkan
oleh masih banyak pasien yang �dak mempunyai
kartu BPJS atau KTP sehingga puskesmas sulit meng-
iden�fikasi pasien berdasarkan nama dan tempat
�nggal mereka. Hal ini semakin dipersulit dengan
minimnya tenaga dokter (bahkan ada puskesmas
yang �dak memiliki dokter) atau laboratorium
yang �dak memadai untuk keperluan diagnosis.
1.
Rekomendasi
Pemerintah Daerah Kabupaten Jayawijaya perlu membuat regulasi yang mengatur tentang sistem pe-
nilaian kinerja KBK sesuai dengan kondisi fasilitas kesehatan.
Dinas kesehatan Kabupaten Jayawijaya harus meningkatan kualitas dan kuantitas supervisi serta
pemberian umpan balik yang dapat menolong pemecahan masalah dilayanan guna meningkatkan
kualitas pelayanan.
Pemerintah Daerah Kabupaten Jayawijaya harus menambah jumlah tenaga kesehatan (terutama
tenaga dokter) serta memperbaiki kualitas laboratorium di Kabupaten Jayawijaya untuk
peningkatan kualitas diagnosa penyakit.
Pemerintah Daerah Kabupaten Jayawijaya sebagai kabupaten induk dari wilayah Lapago harus meng-
upayakan koordinasi dengan pemerintah daerah pemekarannya untuk membahas masalah kepemili-
kan kartu tanda peserta JKN agar pendataan kepesertaan JKN diwilayah kerja puskesmas di Kabupaten
Jayawijaya dapat teriden fikasi dengan baik.
2.
3.
4.
5. Dinas pencatatan Sipil Kabupaten Jayawijaya harus bekerjasama dengan puskesmas dan Pemerintah
Daerah Kabupaten Jayawijaya untuk memberikan pelayanan pembuatan KTP bagi pasien yang berobat
namum �dak memiliki KTP.
Informasi lebih lanjut:
Shita Dewi - PKMK FK UGM Jl. Farmako Sekip Utara, Yogyakarta 55281 Telp. 0274 549425 | E-mail: [email protected] h p://www.indonesia-implementa onresearch-uhc.net
Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan (PKMK) merupakan sebuah lembaga peneli an dan konsultasi di bawah struktur Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FKKMK) Universitas Gadjah Mada yang berfokus pada empat pilar utama yaitu penyediaan layanan, mutu dan regulasi, pembiayaan kesehatan dan pengembangan sumber daya manusia.
Temuan dan pandangan dalam ringkasan kebijakan ini merupakan hasil interpretasi dan tanggung jawab �m penulis, serta �dak mewakili lembaga yang mendanai peneli�an ini.
Tim Penulis : Maxsi Irmanto dan Silvera Erari Tim Peneliti : Laksono Trisnantoro, Shita Dewi, Likke Prawidya Putri, Silvera Erari, Aulia Novelira, Sri Yuliani Umasugi, Relmbuss Biljers Fanda, Christa Dewi, M. Ikhsan Jufri.
Top Related