EVALUASI PERESEPAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE
2 DENGAN KOMPLIKASI HIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT INAP
RSUD KEBUMEN, JAWA TENGAH PERIODE 2007-2009
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh :
Anita Ruth Dewiana
NIM : 078114015
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2011
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
EVALUASI PERESEPAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2
DENGAN KOMPLIKASI HIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT INAP
RSUD KEBUMEN, JAWA TENGAH PERIODE 2007-2009
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh :
Anita Ruth Dewiana
NIM : 078114015
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2011
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
Pengesahan Skripsi Berjudul
EVALUASI PERESEPAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE2 DENGAN KOMPLIKASI HIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT INAP
RSUD KEBUMEN, JAWA TENGAH PERIODE 2007-2009
Oleh :Anita Ruth Dewiana
NIM : 078114015
Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji SkripsiFakultas Farmasi
Universitas Sanata DharmaPada tanggal : ……………………
MengetahuiFakultas Farmasi
Universitas Sanata DharmaDekan
Ipang Djunarko, M.Sc., Apt.
Panitia Penguji :
1. Yunita Linawati, M.Sc., Apt. ...........................................
2. dr. Fenty, M.Kes., SpPK. ...........................................
3. Maria Wisnu Donowati, M.Si., Apt ..........................................
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
Skripsi ini kupersembahkan untuk :
Tuhan Yesus Kristus atas kasih dan penyertaan-Nya...
Ayah, Ibu dan adikku atas cinta, semangat dan doa...
Keluarga besarku atas dukungan dan semangat...
Para sahabatku dan almamaterku.....
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PRAKATA
Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan rahmat-Nya, penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Evaluasi Peresepan Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 dengan Komplikasi
Hipertensi di Instalasi rawat Inap RSUD Kebumen, Jawa Tengah Periode 2007-
2009”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar
Sarjana Strata Satu Program Studi Farmasi.
Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis banyak mengalami
permasalahan, kesulitan, suka dan duka. Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan baik karena adanya dukungan, perhatian dan semangat dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Gubernur DIY Yogyakarta, Gubernur Jawa Tengah, Kepala
POLINMAS Propinsi Jawa Tengah, Kepala Badan Pemerintah Daerah
Provinsi Jawa Tengah, Kepala POLINMAS Kabupaten Kebumen,
Kepala Badan Pemerintah Daerah Kabupaten Kebumen (BAPPEDA)
yang telah berkenan memberikan ijin untuk melakukan penelitian di
RSUD Kebumen, Jawa Tengah.
2. Bapak Tri Tunggal Eko Sapto, MPH. selaku Direktur RSUD
Kebumen, Jawa Tengah yang telah berkenan memberikan ijin untuk
melakukan penelitian di RSUD Kebumen, Jawa Tengah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
3. Bapak Ipang Djunarko, M.Sc., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan ijin bagi peneliti
untuk melakukan penelitian ini.
4. Yunita Linawati, M.Sc., Apt. selaku Dosen Pembimbing yang telah
memberi dukungan, perhatian, semangat dan bimbingan dalam
mengarahkan penulis dari awal hingga selesai pembuatan skripsi ini.
5. Maria Wisnu Donowati, M.Si., Apt. selaku Dosen Penguji yang telah
memberikan saran dan masukan dalam proses penyusunan skripsi.
6. dr. Fenty, M.Kes., SpPK. selaku Dosen Penguji yang telah
memberikan saran dan masukan dalam proses penyusunan skripsi.
7. Seluruh dosen pengajar dan staf di Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma yang telah memberikan bantuan dan ilmu pengetahuan
melalui materi kuliah kepada penulis selama mengikuti proses
perkuliahan.
8. Bpk Wisnu Nugroho, Bpk Sabdono, Bpk Lutfi, Bpk Wawan, Bpk
Mariman yang telah memberikan dukungan dan kerja sama selama
penelitian berlangsung.
9. Orang tuaku tercinta Ayah Misran Daniel dan Ibu Rowiyah yang telah
memberikan kasih sayang, cinta, dukungan, perhatian dan doa yang tak
kunjung henti hingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.
10. Adikku Emiliana Setyowardhani tercinta yang telah memberikan
dukungan, perhatian dan doa bagi penulis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
11. dr. Y. S. Rivan Wijaya, yang selalu memberikan kasih sayang,
semangat, inspirasi, dukungan dan selalu menemaniku selama
penelitian dan penulisan skripsi serta menyadarkan penulis untuk
selalu tegar, sabar dan tekun.
12. Teman - teman SMP dan SMA Pius Bakti Utama : Tian, Ellen, Nina,
Bobby, Ian, David, Kaka, Deshie, Philipus, Endah, Rara, kak Berta,
kak Eni yang terus memberikan semangat bagi penulis selama
menyelesaikan skripsi.
13. Bapak dan ibu kost serta teman-teman kosku, Reny, mbak Siska, mbak
Deshie, Defie, Hetty, Diana yang memberikan bantuan, saran,
perhatian dan semangat selama penelitian.
14. Teman – temanku, Mbak Rere, Ayu “Amink”, Ayu “Tegal”, Mega,
Icha, Chandra, Lina, Afni, Mika, Dwi, Yeyen, Eyik, Dhea, Indy, atas
bantuan dan semangat bagi penulis saat penelitian.
15. Teman- teman Co-Fasilitator dan Fasilitator PPKM 2009, atas
inspirasi, pengalaman, pembelajaran, kebersamaaan dan kedewasaan
yang diperoleh penulis selama ini.
16. Teman-teman di kelas FKK A 2007 dan angkatan 2007, yang telah
memberikan saran dan semangat untuk skripsi ini.
17. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
membantu, memberikan doa, dukungan dan perhatian bagi penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini terjadi kesalahan dan
kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari semua pihak. Semoga skripsi ini dapat berguna bagi penulis dan
pembaca.
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
INTISARI
Diabetes Mellitus (DM) adalah suatu penyakit metabolik dengankarakteristik hiperglikemia akibat gangguan sekresi insulin maupun resistensiinsulin. Hipertensi sering dijumpai pada pasien DM tipe 2 dimana diperkirakanprevalensinya mencapai 50-70%. Pengobatan yang diterima pasien DM tipe 2dengan hipertensi sangat kompleks, maka diperlukan ketepatan terapi terutamadalam penggunaan obat sehingga dapat mengendalikan risiko penyakit komplikasilain yang menyertai.
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pola peresepan terkait drugtheraphy problems (DTPs) pada pasien DM tipe 2 dengan komplikasi hipertensidi Instalasi Rawat Inap RSUD Kebumen, Jawa Tengah periode 2007-2009.Penelitian ini merupakan rancangan penelitian non eksperimental yaitu deskriptifevaluatif yang bersifat retrospektif, menggunakan rekam medik pasien periode2007-2009.
Hasil penelitian menunjukkan pasien DM tipe 2 dengan komplikasihipertensi paling banyak pada kelompok usia 55-64 tahun (27,5%), jenis kelaminwanita (65%). Terdapat 9 kelas terapi, terbanyak adalah penggunaan obat gizi dandarah (97,5%), obat antidiabetika hormonal (90%) yaitu reguler insulin (RI)(47,5%), obat kardiovaskular (87,5%) yaitu ACE inhibitors (52,5%), lalu diikutiARBs dan Calsium Channel Blokers. Pola peresepan dilihat dari kejadian DTPsdimana terdapat indikasi tanpa obat (30 %), ADR (10%), tidak ditemukankejadian DTPs terapi obat tanpa indikasi, obat yang tidak efektif, dosis yangterlalu rendah, dosis yang terlalu tinggi.
Kata kunci : DM Tipe 2, hipertensi, pola peresepan, drug therapy problems(DTPs)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
ABSTRACT
Diabetes Mellitus (DM) is a metabolic disease with hyperglycemiacharacteristic that occurs due to impaired insulin secretion and insulin resistance.Hypertension is common in patients with type 2 diabetes where the prevalence isestimated to reach 50-70%. Received medical therapy of type 2 DM patients withhypertension are complex, the necessary accuracy, especially in the use of drugtherapy should be adjusted so as to control the risk of other complications thataccompany the disease.
This study aims to evaluate drug problems Therapy (DTPs) in patientswith type 2 diabetes mellitus with complications of hypertension at theInstallation of Hospital Inpatient Kebumen, Central Java, period 2007-2009. Thisresearch is a non-experimental research design with descriptive evaluative designis retrospective, using medical records of patients the period 2007-2009.
The results showed patients with type 2 diabetes mellitus withcomplications of hypertension at most in the age group 55-64 years (27,5%),female gender (65%). There are 9 classes of therapy, most therapeutic classes ofdrugs is the use of nutrition and blood (100%), hormonal antidiabetika drugs(97,5%) of regular insulin (RI) (47.5%), cardiovascular drugs (90%), ie ACEinhibitors (52.5%), followed by ARBs and calcium channel Blokers. Prescribingpatterns can be seen from the incident DTPs which indicated that without the drug(25%), IUD (10%), no incident found no indication DTPs drug therapy, drugs thatare ineffective, the dosage is too low, too high doses .
Key words : type 2 DM, hypertension, prescribing patterns, drug therapyproblems (DTPs)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI....................... v
PRAKATA....................................................................................................... vi
PERNYATAAN KEASLIAN.......................................................................... x
INTISARI......................................................................................................... xi
ABSTRACT....................................................................................................... xii
DAFTAR ISI.................................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL............................................................................................ xvii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xix
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xx
Bab I. PENDAHULUAN................................................................................. 1
A.Latar Belakang ............................................................................................. 1
1. Perumusan masalah.............................................................................. 3
2. Keaslian penelitian ............................................................................... 3
3. Manfaat penelitian................................................................................ 5
a. Manfaat praktis................................................................................ 5
b. Manfaat teoritis ............................................................................... 5
B. Tujuan penelitian ......................................................................................... 6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
1. Tujuan umum ....................................................................................... 6
2. Tujuan khusus ...................................................................................... 6
Bab II. PENELAAHAN PUSTAKA ............................................................... 7
A. Diabetes Mellitus ....................................................................................... 7
1. Definisi................................................................................................. 7
2. Klasifikasi ............................................................................................ 7
B. Diabetes Mellitus Tipe 2 ............................................................................ 8
1. Definisi................................................................................................. 8
2. Etiologi................................................................................................. 8
3. Epidemiologi ........................................................................................ 8
4. Patofisiologi ......................................................................................... 9
5. Diagnosis.............................................................................................. 11
6. Gejala dan Tanda.................................................................................. 12
C. Hipertensi ................................................................................................... 13
1. Definisi................................................................................................. 13
2. Etiologi................................................................................................. 13
3. Epidemiologi ........................................................................................ 14
4. Klasifikasi ............................................................................................ 15
5. Patofisiologi ......................................................................................... 16
D. Diabetes Mellitus Komplikasi Hipertensi .................................................. 18
1. Hubungan antara DM Tipe 2 dengan Hipertensi ................................. 18
2. Patofisiologi ......................................................................................... 18
3. Penatalaksanaan Terapi DM Tipe 2 Komplikasi Hipertensi................ 19
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
a. Tujuan terapi .................................................................................. 19
b. Sasaran terapi ................................................................................. 20
c. Strategi terapi ................................................................................. 20
d. Informasi kelas obat ....................................................................... 21
E. Drug Therapy Problems(DTPs)................................................................. 32
1. Peresepan yang tidak rasional .............................................................. 32
2. Terminologi DTPs................................................................................ 32
3. Kategori DTPs...................................................................................... 33
F. KETERANGAN EMPIRIS..................................................................... 34
Bab III. METODE PENELITIAN ................................................................... 35
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ................................................................. 35
B. Definisi Operasional................................................................................... 36
C. Subjek Penelitian........................................................................................ 38
D. Bahan Penelitian......................................................................................... 38
E. Lokasi Penelitian........................................................................................ 39
F. Tata Cara Penelitian ................................................................................... 39
G. Tata Cara Analisis Hasil............................................................................. 39
H. Kesulitan Penulis........................................................................................ 45
Bab IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 46
A. Karakteristik Pasien DM Tipe 2 dengan Komplikasi Hipertensi.............. 46
1. Berdasarkan kelompok usia ................................................................. 46
2. Berdasarkan kelompok jenis kelamin .................................................. 48
B. Pola Pengobatan Pasien DM tipe 2 dengan Komplikasi Hipertensi .......... 49
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
1. Kelas terapi........................................................................................... 49
2. Golongan obat ...................................................................................... 51
C. Kajian DTPs .............................................................................................. 66
D. Rangkuman ................................................................................................ 73
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN........................................................ 76
A. Kesimpulan ................................................................................................ 76
B. Saran........................................................................................................... 77
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 78
LAMPIRAN..................................................................................................... 81
BIOGRAFI PENULIS ..................................................................................... 129
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel I. Klasifikasi Diabates Mellitus ...................................................... 7
Tabel II. Kriteria DM Tipe 2...................................................................... 12
Tabel III. Klasifikasi Hipertensi.................................................................. 15
Tabel IV. Patogenesis Hipertensi ................................................................ 15
Tabel V. Kategori Drug Theraphy Problems............................................. 33
Tabel VI. Karakteristik Pasien DM tipe 2 Komplikasi Hipertensi
di Instalasi Rawat Inap RSUD Kebumen
Periode 2007-2009 Berdasarkan Kelompok Usia ....................... 51
Tabel VII. Karakteristik Pasien DM tipe 2 Komplikasi Hipertensi
di Instalasi Rawat Inap RSUD Kebumen
Periode 2007-2009 Berdasarkan Kelompok Jenis Kelamin........ 53
Tabel VIII. Obat Golongan Antidiabetika pada Pasien DM tipe 2
dengan Komplikasi Hipertensi di Instalasi Rawat Inap
RSUD Kebumen, Jawa Tengah Periode 2007 ............................ 54
Tabel VII. Obat Golongan Kardiovaskular pada Pasien DM tipe 2
dengan Komplikasi Hipertensi di Instalasi Rawat Inap
RSUD Kebumen, Jawa Tengah Periode 2007-2009................... 57
Tabel IX. Obat Sistem Saraf pada Pasien DM tipe 2
dengan Komplikasi Hipertensi di Instalasi Rawat Inap
RSUD Kebumen, Jawa Tengah Periode 2007-2009................... 59
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
Tabel X. Obat Saluran Cerna pada Pasien DM tipe 2
dengan Komplikasi Hipertensi di Instalasi Rawat Inap
RSUD Kebumen, Jawa Tengah Periode 2007-2009................... 60
Tabel XI. Obat saluran nafas pada pasien DM tipe 2
dengan Komplikasi Hipertensi di Instalasi Rawat Inap
RSUD Kebumen, Jawa Tengah Periode 2007-2009................... 61
Tabel XII. Obat Golongan Antibiotika pada Pasien DM tipe 2
dengan Komplikasi Hipertensi di Instalasi Rawat Inap
RSUD Kebumen, Jawa Tengah Periode 2007-2009................... 62
Tabel XIII. Obat Skelet dan Sendi pada Pasien DM tipe 2
dengan Komplikasi Hipertensi di Instalasi Rawat Inap
RSUD Kebumen, Jawa Tengah Periode 2007-2009................... 63
Tabel XIV. Obat Ginjal dan Saluran Kemih pada Pasien DM tipe 2
dengan Komplikasi Hipertensi di Instalasi Rawat Inap
RSUD Kebumen, Jawa Tengah Periode 2007-2009................... 64
Tabel XV. Obat Gizi dan Darah pada Pasien DM tipe 2
dengan Komplikasi Hipertensi di Instalasi Rawat Inap
RSUD Kebumen, Jawa Tengah Periode 2007-2009................... 67
Tabel XVI Kejadian DTP Ada Indikasi Tanpa Obat pada Pasien DM Tipe 2
dengan Komplikasi Hipertensi di Instalasi Rawat Inap
RSUD Kebumen, Jawa Tengah Periode 2007-2009................... 71
Tabel XVII Kejadian DTPs ADR dan Interaksi Obat pada Pasien DM Tipe 2
dengan Komplikasi Hipertensi di Instalasi Rawat Inap
RSUD Kebumen, Jawa Tengah Periode 2007-2009 .................. 71
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Patofisiologi DM tipe 2............................................................... 9
Gambar 2. Bagan Tahap Pengambilan Data ................................................. 42
Gambar 4. Diagram Karakteristik Pasien DM tipe 2
dengan Komplikasi Hipertensi di Instalasi Rawat Inap RSUD
Kebumen Periode 2007-2009 Berdasarkan Kelompok Usia ..... 47
Gambar 4. Diagram Karakteristik Pasien DM tipe 2 dengan
Komplikasi Hipertensi di Instalasi Rawat Inap RSUD
Kebumen Periode 2007-2009 Berdasarkan Jenis Kelamin ........ 48
Gambar 5. Diagram Persentase Kelas Terapi Pasien DM Tipe 2
dengan Komplikasi Hipertensi di Instalasi Rawat Inap
RSUD Kebumen, Jawa Tengah Periode 2007-2009................... 50
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xx
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kajian DRPs Kasus 1 Diabetes Mellitus tipe 2
Komplikasi Hipertensi di Instalasi Rawat Inap
RSUD Kebumen, Jawa Tengah Periode 2007-2009................ 82
Lampiran 2. Kajian DRPs Kasus 2 Diabetes Mellitus tipe 2
Komplikasi Hipertensi di Instalasi Rawat Inap
RSUD Kebumen, Jawa Tengah Periode 2007-2009................ 83
Lampiran 3. Kajian DRPs Kasus 3 Diabetes Mellitus tipe 2
Komplikasi Hipertensi di Instalasi Rawat Inap
RSUD Kebumen, Jawa Tengah Periode 2007-2009................ 84
Lampiran 4. Kajian DRPs Kasus 4 Diabetes Mellitus tipe 2
Komplikasi Hipertensi di Instalasi Rawat Inap
RSUD Kebumen, Jawa Tengah Periode 2007-2009................ 85
Lampiran 5. Kajian DRPs Kasus 5 Diabetes Mellitus tipe 2
Komplikasi Hipertensi di Instalasi Rawat Inap
RSUD Kebumen, Jawa Tengah Periode 2007-2009................ 86
Lampiran 6. Kajian DRPs Kasus 6 Diabetes Mellitus tipe 2
Komplikasi Hipertensi di Instalasi Rawat Inap
RSUD Kebumen, Jawa Tengah Periode 2007-2009................ 87
Lampiran 7. Kajian DRPs Kasus 7 Diabetes Mellitus tipe 2
Komplikasi Hipertensi di Instalasi Rawat Inap
RSUD Kebumen, Jawa Tengah Periode 2007-2009................ 88
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xxi
Lampiran 8. Kajian DRPs Kasus 8 Diabetes Mellitus tipe 2
Komplikasi Hipertensi di Instalasi Rawat Inap
RSUD Kebumen, Jawa Tengah Periode 2007-2009................ 89
Lampiran 9. Kajian DRPs Kasus 9 Diabetes Mellitus tipe 2
Komplikasi Hipertensi di Instalasi Rawat Inap
RSUD Kebumen, Jawa Tengah Periode 2007-2009................ 90
Lampiran 10. Kajian DRPs Kasus 10 Diabetes Mellitus tipe 2
Komplikasi Hipertensi di Instalasi Rawat Inap
RSUD Kebumen, Jawa Tengah Periode 2007-2009................ 91
Lampiran 11. Kajian DRPs Kasus 11 Diabetes Mellitus tipe 2
Komplikasi Hipertensi di Instalasi Rawat Inap
RSUD Kebumen, Jawa Tengah Periode 2007-2009................ 92
Lampiran 12. Kajian DRPs Kasus 12 Diabetes Mellitus tipe 2
Komplikasi Hipertensi di Instalasi Rawat Inap
RSUD Kebumen, Jawa Tengah Periode 2007-2009................ 93
Lampiran 13. Kajian DRPs Kasus 13 Diabetes Mellitus tipe 2
Komplikasi Hipertensi di Instalasi Rawat Inap
RSUD Kebumen, Jawa Tengah Periode 2007-2009................ 94
Lampiran 14. Kajian DRPs Kasus 14 Diabetes Mellitus tipe 2
Komplikasi Hipertensi di Instalasi Rawat Inap
RSUD Kebumen, Jawa Tengah Periode 2007-2009................ 95
Lampiran 15. Kajian DRPs Kasus 15 Diabetes Mellitus tipe 2
Komplikasi Hipertensi di Instalasi Rawat Inap
RSUD Kebumen, Jawa Tengah Periode 2007-2009................ 96
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xxii
Lampiran 16. Kajian DRPs Kasus 16 Diabetes Mellitus tipe 2
Komplikasi Hipertensi di Instalasi Rawat Inap
RSUD Kebumen, Jawa Tengah Periode 2007-2009................ 97
Lampiran 17. Kajian DRPs Kasus 17 Diabetes Mellitus tipe 2
Komplikasi Hipertensi di Instalasi Rawat Inap
RSUD Kebumen, Jawa Tengah Periode 2007-2009................ 98
Lampiran 18. Kajian DRPs Kasus 18 Diabetes Mellitus tipe 2
Komplikasi Hipertensi di Instalasi Rawat Inap
RSUD Kebumen, Jawa Tengah Periode 2007-2009................ 99
Lampiran 19. Kajian DRPs Kasus 19 Diabetes Mellitus tipe 2
Komplikasi Hipertensi di Instalasi Rawat Inap
RSUD Kebumen, Jawa Tengah Periode 2007-2009................ 100
Lampiran 20. Kajian DRPs Kasus 20 Diabetes Mellitus tipe 2
Komplikasi Hipertensi di Instalasi Rawat Inap
RSUD Kebumen, Jawa Tengah Periode 2007-2009................ 101
Lampiran 21. Kajian DRPs Kasus 21 Diabetes Mellitus tipe 2
Komplikasi Hipertensi di Instalasi Rawat Inap
RSUD Kebumen, Jawa Tengah Periode 2007-2009................ 102
Lampiran 22. Kajian DRPs Kasus 22 Diabetes Mellitus tipe 2
Komplikasi Hipertensi di Instalasi Rawat Inap
RSUD Kebumen, Jawa Tengah Periode 2007-2009................ 103
Lampiran 23. Kajian DRPs Kasus 23 Diabetes Mellitus tipe 2
Komplikasi Hipertensi di Instalasi Rawat Inap
RSUD Kebumen, Jawa Tengah Periode 2007-2009................ 104
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xxiii
Lampiran 24. Kajian DRPs Kasus 24 Diabetes Mellitus tipe 2
Komplikasi Hipertensi di Instalasi Rawat Inap
RSUD Kebumen, Jawa Tengah Periode 2007-2009................ 105
Lampiran 25. Kajian DRPs Kasus 25 Diabetes Mellitus tipe 2
Komplikasi Hipertensi di Instalasi Rawat Inap
RSUD Kebumen, Jawa Tengah Periode 2007-2009................ 106
Lampiran 26. Kajian DRPs Kasus 26 Diabetes Mellitus tipe 2
Komplikasi Hipertensi di Instalasi Rawat Inap
RSUD Kebumen, Jawa Tengah Periode 2007-2009................ 107
Lampiran 27. Kajian DRPs Kasus 27 Diabetes Mellitus tipe 2
Komplikasi Hipertensi di Instalasi Rawat Inap
RSUD Kebumen, Jawa Tengah Periode 2007-2009................ 108
Lampiran 28. Kajian DRPs Kasus 28 Diabetes Mellitus tipe 2
Komplikasi Hipertensi di Instalasi Rawat Inap
RSUD Kebumen, Jawa Tengah Periode 2007-2009................ 109
Lampiran 29. Kajian DRPs Kasus 29 Diabetes Mellitus tipe 2
Komplikasi Hipertensi di Instalasi Rawat Inap
RSUD Kebumen, Jawa Tengah Periode 2007-2009................ 110
Lampiran 30. Kajian DRPs Kasus 30 Diabetes Mellitus tipe 2
Komplikasi Hipertensi di Instalasi Rawat Inap
RSUD Kebumen, Jawa Tengah Periode 2007-2009................ 111
Lampiran 31. Kajian DRPs Kasus 31 Diabetes Mellitus tipe 2
Komplikasi Hipertensi di Instalasi Rawat Inap
RSUD Kebumen, Jawa Tengah Periode 2007-2009................ 112
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xxiv
Lampiran 32. Kajian DRPs Kasus 32 Diabetes Mellitus tipe 2
Komplikasi Hipertensi di Instalasi Rawat Inap
RSUD Kebumen, Jawa Tengah Periode 2007-2009................ 113
Lampiran 33. Kajian DRPs Kasus 33 Diabetes Mellitus tipe 2
Komplikasi Hipertensi di Instalasi Rawat Inap
RSUD Kebumen, Jawa Tengah Periode 2007-2009................ 114
Lampiran 34. Kajian DRPs Kasus 34 Diabetes Mellitus tipe 2
Komplikasi Hipertensi di Instalasi Rawat Inap
RSUD Kebumen, Jawa Tengah Periode 2007-2009................ 115
Lampiran 35. Kajian DRPs Kasus 35 Diabetes Mellitus tipe 2
Komplikasi Hipertensi di Instalasi Rawat Inap
RSUD Kebumen, Jawa Tengah Periode 2007-2009................ 116
Lampiran 36. Kajian DRPs Kasus 36 Diabetes Mellitus tipe 2
Komplikasi Hipertensi di Instalasi Rawat Inap
RSUD Kebumen, Jawa Tengah Periode 2007-2009................ 117
Lampiran 37. Kajian DRPs Kasus 37 Diabetes Mellitus tipe 2
Komplikasi Hipertensi di Instalasi Rawat Inap
RSUD Kebumen, Jawa Tengah Periode 2007-2009................ 118
Lampiran 38. Kajian DRPs Kasus 38 Diabetes Mellitus tipe 2
Komplikasi Hipertensi di Instalasi Rawat Inap
RSUD Kebumen, Jawa Tengah Periode 2007-2009................ 119
Lampiran 39. Kajian DRPs Kasus 39 Diabetes Mellitus tipe 2
Komplikasi Hipertensi di Instalasi Rawat Inap
RSUD Kebumen, Jawa Tengah Periode 2007-2009................ 120
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xxv
Lampiran 40. Kajian DRPs Kasus 40 Diabetes Mellitus tipe 2
Komplikasi Hipertensi di Instalasi Rawat Inap
RSUD Kebumen, Jawa Tengah Periode 2007-2009................ 121
Lampiran 41 Surat Ijin Penelitian POLINMAS Kebumen, Jawa Tengah..... 122
Lampiran 42 Surat Perijinan Provinsi DIY ................................................... 123
Lampiran 43 Surat Perijinan RSUD Kebumen, Jawa Tengah....................... 124
Lampiran 44 Surat Perijinan BAPEDA Kebumen, Jawa Tengah ................. 125
Lampiran 45 Surat Perijinan Provinsi Jawa Tengah ..................................... 126
Lampiran 46 Surat Perijinan Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta .................................. 128
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang
Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit yang tidak
ditularkan (Non-Communicable Disease ) namun sering ditemukan dalam
masyarakat di seluruh dunia. Adapun di negara-negara berkembang, penyakit
DM dianggap sebagai penyebab kematian dengan perbandingan 4 sampai 5
kali dibandingkan dengan penyakit lain. Insidensi penyakit DM terus
meningkat secara tajam, berdasarkan penelitian pada tahun 2007 tercatat
sebanyak 177 juta penderita DM di seluruh dunia, dan diperkirakan pada
tahun 2025 jumlah penderita DM sebanyak 300 juta orang (Permana, 2007).
Hipertensi banyak dijumpai pada pasien DM tipe 2 dimana diperkirakan
prevalensinya mencapai 50-70% (Amiruddin, 2007). Penyakit degeneratif
tersebut timbul karena berbagai faktor risiko seperti pola hidup, kebiasaan
merokok, dislipidemia, obesitas, usia lanjut dan riwayat keluarga (Amiruddin,
2007).
Komplikasi DM dengan hipertensi ini mempunyai faktor risiko yang
tinggi mengingat bahwa hipertensi merupakan awal proses terjadinya penyakit
kardiovaskular seperti penyakit jantung koroner, stroke dan komplikasi DM
meliputi komplikasi makrovaskuler dan komplikasi mikrovaskuler seperti
nefropati, neuropati dan retinopati. Penyakit kardiovaskular merupakan salah
satu komplikasi yang terjadi pada DM dan penyumbang 86% kematian pada
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
penderita DM (Pacheco, Parrot and Raskin, 2002). Pada umumnya terapi
pengobatan yang diterima pasien DM tipe 2 dengan hipertensi sangat
kompleks, maka perlu penatalaksanaan terapi yang tepat terutama dalam
penggunaan obat harus disesuaikan sehingga dapat mengendalikan risiko
penyakit komplikasi lain yang menyertai.
Evaluasi penggunaan obat merupakan proses jaminan mutu resmi dan
terstruktur yang dilaksanakan terus-menerus, yang ditujukan untuk menjamin
obat yang tepat, aman, dan efektif (BPOM, 2008). Menurut Cipolle dan Strand
(2004) evaluasi ini meliputi ada indikasi penyakit yang tidak diberikan obat,
ada indikasi tanpa obat, obat yang tidak efektif, dosis yang terlalu rendah,
dosis yang terlalu tinggi, adverse drug reaction. Penggunaan obat dalam
jangka waktu yang lama seperti pada penderita DM tipe 2 dengan hipertensi
dapat meningkatkan reaksi obat yang merugikan. Oleh karena itu penggunaan
obat pada pasien dengan kondisi tersebut baik pasien rawat inap maupun rawat
jalan perlu dipantau dan dievaluasi untuk menjamin penggunaan obat yang
aman, tepat dan rasional sehingga diharapkan dapat mencegah terjadinya
komplikasi makrovaskuler dan mikrovaskuler yang terjadi pada gejala
lanjutan DM.
Penelitian mengenai evaluasi peresepan pada pasien DM tipe 2 dengan
komplikasi hipertensi dilakukan pada pasien di Instalasi Rawat Inap RSUD
Kebumen. Penelitian ini dilakukan di RSUD Kebumen karena dalam tahap pra
survai terdapat prevalensi penyakit DM tipe 2 sebanyak 250 kasus per tahun.
RSUD Kebumen merupakan satu-satunya rumah sakit rujukan bagi puskesmas
daerah Kebumen dan sekitarnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
1. Perumusan masalah
a. bagaimana karakteristik pasien DM tipe 2 dengan komplikasi
hipertensi di Instalasi Rawat Inap RSUD Kebumen, Jawa Tengah pada
periode 2007-2009 meliputi kelompok usia dan kelompok jenis
kelamin?
b. bagaimana pola peresepan pada pasien DM tipe 2 dengan komplikasi
hipertensi di Instalasi Rawat Inap RSUD Kebumen, Jawa Tengah
periode 2007-2009?
c. bagaimana kajian Drug Therapy Problems yang terjadi pada kasus DM
tipe 2 di Instalasi Rawat Inap RSUD Kebumen, Jawa Tengah periode
2007-2009, yang meliputi :
1) apakah ada indikasi penyakit tanpa obat?
2) apakah ada terapi obat tanpa indikasi?
3) adakah pemakaian obat yang tidak efektif?
4) apakah terjadi adverse drug reaction dan interaksi obat?
5) apakah dosis yang diterima pasien terlalu rendah?
6) apakah dosis yang diterima pasien terlalu tinggi?
2. Keaslian penelitian
Penelusuran yang dilakukan penulis terkait penelitian berjudul “ Evaluasi
Peresepan Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Dengan Komplikasi
Hipertensi Di Instalasi Rawat Inap RSUD Kebumen, Jawa Tengah Periode
2007-2009” belum pernah dilakukan. Berdasarkan penelusuran penulis,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
penelitian mengenai penyakit DM tipe 2 dengan komplikasi hipertensi sudah
pernah dilakukan oleh beberapa peneliti lain dengan judul sebagai berikut :
a. Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Pasien Diabetes Melitus Komplikasi
Hipertensi Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta
Periode Mei 2008 – Mei 2009 oleh Aprilistyawati tahun 2010. Perbedaan
dengan penelitian yang dilakukan penulis adalah subjek penelitian,
lokasi dan tahun penelitian, penentuan jumlah sampel, perbedaan drug
related problems (DRPs) yang ditemukan.
b. Evaluasi Penggunaan Obat Antihipertensi Pada Penderita Hipertensi
Dengan Diabetes Mellitus di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum
Daerah Dr. M. Ashari Pemalang Tahun 2008 oleh Renatasari tahun
2009. Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan penulis adalah
subjek penelitian, lokasi dan tahun penelitian.
c. Evaluasi Drug Related Problems (DRPs) pada Pasien Diabetes
Mellitus tipe 2 Komplikasi Hipertensi di Rumah Sakit Umum Dr.
Sardjito Yogyakarta Periode 2007-2008 oleh Herlinawati tahun 2008.
Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan penulis adalah subjek
penelitian, lokasi dan tahun penelitian, penentuan jumlah sampel,
perbedaan drug related problems (DRPs) yang ditemukan..
d. Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Diabetes Mellitus Komplikasi
Hipertensi Rawat Inap Periode 2005 Rumah Sakit Panti Rapih
Yogyakarta oleh Meirinawati tahun 2006. Perbedaan dengan
penelitian yang dilakukan penulis adalah profil karakteristik yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
diteliti pada penelitian ini tidak diamati karakteristik penyakit penyerta
dan komplikasi penyerta pasien, subjek penelitian, lokasi dan tahun
penelitian, acuan pustaka yang digunakan penulis menggunakan
MIMS Indonesia edisi 9 tahun 2009/2010, Drug Information
Handbook (DIH) edisi 17, dan Informatorium Obat Nasional Indonesia
(IONI) 2008.
3. Manfaat penelitian
a. Manfaat praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai
kerasionalan peresepan melalui evaluasi DTPs yang dilakukan pada
pasien DM tipe 2 dengan komplikasi hipertensi di Instalasi Rawat Inap
RSUD Kebumen, Jawa Tengah pada periode 2007-2009.
b. Manfaat teoritis
Penelitian ini dapat digunakan sebagai evaluasi dan bahan masukan
untuk mengembangkan konsep pelayanan farmasi klinik di RSUD
Kebumen, Jawa Tengah dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan, khususnya terkait dengan kerasionalan peresepan pada
pasien DM tipe 2 di RSUD Kebumen, Jawa Tengah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui kerasionalan peresepan pasien DM tipe 2 dengan
komplikasi hipertensi di Instalasi Rawat Inap RSUD Kebumen, Jawa
Tengah periode 2007-2009.
2. Tujuan khusus
a. mengetahui karakteristik pasien DM tipe 2 dengan komplikasi
hipertensi di Instalasi Rawat Inap RSUD Kebumen, Jawa Tengah
periode 2007-2009 meliputi usia, jenis kelamin.
b. mengetahui pola peresepan pada pasien DM tipe 2 dengan
komplikasi hipertensi di instalasi rawat inap RSUD Kebumen,
Jawa Tengah periode 2007-2009.
c. mengkaji Drug Therapy Problems yang terjadi pada kasus DM tipe
2 dengan komplikasi hipertensi di Instalasi Rawat Inap RSUD
Kebumen, Jawa Tengah periode 2007-2009, yang meliputi :
1) ada indikasi penyakit tanpa obat.
2) adanya terapi obat tanpa indikasi.
3) pemakaian obat yang tidak efektif.
4) terjadi adverse drug reaction dan interaksi obat.
5) dosis yang diterima pasien terlalu rendah.
6) dosis yang diterima pasien terlalu tinggi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Diabetes Mellitus
1. Definisi
Menurut American Diabetes Association / ADA (cit., DiPiro, 2008), DM
merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau
kedua-duanya.
2. Klasifikasi
Tabel I. Klasifikasi Penyakit DM (Triplitt et al., 2005).
Jenis DM EtiologiDM tipe 1 Diakibatkan karena defisiensi insulin secara absolut
yang diakibatkan oleh rusaknya sel β pankreasdengan proses yang tidak diketahui yang berakibatsekresi insulin tidak memenuhi atau bahkan tidaksama sekali.
DM tipe 2 Karena adanya resistensi insulin sehingga glukosadalam darah tidak dapat masuk ke dalam jaringanakibatnya glukosa menumpuk dalam darah danterjadi hiperglikemia. Memiliki karakteristik antaralain berkurangnya sekresi insulin, resistensi insulindalam otot, hati dan adipose.
DM gestasional Karena intoleransi glukosa pada masa kehamilanpada wanita hamil. Beberapa wanita akan kembalinormal setelah melahirkan, tetapi 30-50% akanberkembang menjadi DM tipe 2 atau kemudianmenjadi intoleransi glukosa.
DM tipe lain Dapat terjadi oleh beberapa faktor yaitu karenakonsumsi obat, adanya infeksi bakteri, penyakiteksokrin pankreas dan kelainan genetik yangberkaitan dengan diabetes lainnya.
7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
B. Diabetes Mellitus Tipe 2
1. Definisi
Menurut ADA (cit., DiPiro, 2008), DM tipe 2 adalah DM yang tidak
tergantung insulin (Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus), terjadi
akibat penurunan sensitivitas terhadap insulin (resistensi insulin) atau
akibat penurunan jumlah produksi insulin.
2. Etiologi
DM tipe 2 berhubungan dengan insulin, yaitu pada resistensi insulin
dan gangguan sekresi insulin. Resistensi insulin adalah turunnya
kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan
perifer dan dapat menghambat produksi glukosa oleh hati. Normalnya
insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel.
Ketidakmampuan reseptor dalam mengikat insulin, maka terjadi resistensi
pada sel pada DM tipe 2 disertai dengan penurunan reaksi intra sel.
Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi
pengambilan glukosa oleh jaringan (DiPiro, 2008).
Faktor genetik juga sangat berperan dalam DM tipe 2. Adanya
ketidaknormalan postreseptor dapat mengganggu kerja insulin, yang dapat
menyebabkan resistensi pada insulin pada sel β-pankreas (DiPiro, 2008).
3. Epidemiologi
Dari keseluruhan jumlah kasus DM terdapat 90% kasus DM tipe 2.
Penyakit DM tipe 2 terjadi pada penderita dengan usia 35 tahun ke atas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
sebesar 70%. Prevalensi penyakit DM tipe 2 semakin meningkat seiring
bertambahnya usia. Pada umumnya, penyakit DM tipe 2 akan meningkat
pada usia remaja disebabkan karena kesalahan gaya hidup. Penyakit yang
bersifat menahun (kronis) dapat menyerang pria maupun wanita, namun
kasus tersebut meningkat pada wanita (PERKENI, 2008).
4. Patofisiologi
Gambar 1. Patofisiologi DM tipe 2 (Patrick, 2010)
Pada kondisi insulin normal dalam keadaan puasa, 75% dari total
pembuangan glukosa tubuh terjadi di jaringan yang tidak tergantung
insulin, sisanya 25% berlangsung di otot yang bergantung pada insulin.
Dalam keadaan puasa, glukagon dihasilkan oleh sel pankreas untuk
melawan insulin yang merangsang produksi glukosa hepatik. Glukagon
berfungsi mencegah hipoglikemia. Dalam keadaan makan, karbohidrat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
yang tercerna dapat meningkatkan konsentrasi glukosa plasma yang
merangsang pelepasan insulin dari sel β pankreas. Proses ini dapat
mengakibatkan hiperinsulinemia melalui:
1) Menekan produksi glukosa hepatik,
2) Menstimulasi pengambilan glukosa oleh mayoritas jaringan perifer
(80% -85%) dari glukosa yang diambil oleh jaringan perifer dari
dalam otot, dengan sejumlah kecil (4% -5%) terjadi metabolisme
oleh sel adiposa. Jadi dalam keadaan makan, glukagon ditekan.
Sel β pankreas yang berfungsi normal dapat menyesuaikan sekresi
insulin untuk menjaga toleransi glukosa normal. Pada orang non-diabetik,
insulin meningkat sebanding dengan tingkat keparahan resistensi insulin,
dan toleransi glukosa tetap normal (DiPiro, 2008).
Pada pasien DM tipe 2, penurunan sekresi insulin postprandial
disebabkan oleh gangguan fungsi sel β pankreas dan rangsangan untuk
menurunkan sekresi insulin dari hormon usus. Pasien DM tipe 2 juga
mengalami hiperglikemia puasa (140-200 mg / dl, 7,8-11,1 mmol / L),
karena produksi glukosa hepatik meningkat sebesar 0,5 mg / kg per menit.
Akibatnya, orang DM berbobot 80 kg selama tidur malam terjadi
penambahan 35 g glukosa ke sirkulasi sistemik. Peningkatan produksi
glukosa hepatik puasa menyebabkan hiperglikemia puasa (DiPiro, 2008).
Setelah proses menelan glukosa, insulin yang disekresi ke vena porta
dibawa ke hati, dimana ia menekan sekresi glukagon dan mengurangi
pengeluaran glukosa hepatik. Pada pasien DM tipe 2 gagal untuk menekan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
glukagon sebagai respons terhadap makanan bahkan memiliki
kecenderungan peningkatan kenaikan glukagon. Sehingga resistensi
insulin hepatik mengakibatkan hiperglukagonemia. Oleh karena itu, pasien
DM tipe 2 memiliki dua sumber postprandial glukosa, satu dari makanan
dan satu dari produksi glukosa dari hati (DiPiro, 2008).
DM tipe 2 dicirikan dengan defisiensi sekresi insulin dan resistensi
insulin pada otot, hati dan jaringan adipose. Resistensi insulin ini
disebabkan oleh obesitas, sindrom metabolik, dan juga terjadi pada pasien
DM tipe 2 yang berbadan kurus. Pada jaringan lemak di rongga
abdominal, terjadi peningkatan lipolisis, yang berakibat pada peningkatan
produksi asam lemak bebas. Asam lemak bebas ini akan dilepaskan ke
dalam sirkulasi portal menuju hepar, di mana hal ini akan menstimulasi
produksi VLDL dan menurunkan sensitifitas insulin pada jaringan perifer.
Selain itu, jaringan lemak dirongga abdominal ini juga akan memproduksi
sitokin yang akan menyebabkan resisensi insulin. Sitokin ini akan
dilepaskan ke dalam sirkulasi portal dan mengurangi sensitifas insulin
pada jaringan perifer. Sel lemak juga memiliki kemampuan untuk
memproduksi salah satu hormon yang dapat meningkatkan sensitifitas
insulin. Hormon ini akan mengalami penurunan produksi seiring dengan
pertambahan berat badan (DiPiro, 2008).
5. Diagnosis
Penyakit DM tipe 2 dapat didiagnosis dengan mengetahui kadar gula
darah puasa (preprandial plasma glucose) dan kadar gula darah 2 jam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
setelah makan atau glukosa darah sewaktu (postprandial plasma glucose).
Selain itu HbA1C (Hemoglobin A1C) digunakan untuk mengetahui kadar
glukosa darah, dimana dalam keadaan hipoglikemia dapat menyebabkan
menurunnya kadar HbA1C (DiPiro, 2008). Hemoglobin A1C adalah suatu
produk non enzim yang dapat menggambarkan level glukosa dalam darah
(Genauth, 2003).
ADA dan American College of Endocrinologist (ACE) serta
American Association of Clinical Endochrinologist (AACE) memiliki
kriteria mengenai kadar gula darah puasa (preprandial plasma glucose)
dan kadar gula darah 2 jam setelah makan atau glukosa darah sewaktu
(postprandial plasma glucose) serta HbA1C (Hemoglobin A1C) untuk
mendiagnosis penyakit DM tipe 2 (DiPiro, 2008).
Tabel II. Kriteria Diabetes Mellitus Tipe 2 (DepKes, 2008)
Bukan DM Belum Pasti DM DMKadar glukosa darahSewaktu- Plasma vena < 110 110 – 199 > 200- Darah kapiler < 90 90 – 199 > 200Kadar glukosa darahPuasa- Plasma vena < 110 110 – 125 > 126- Darah kapiler < 90 90 --109 > 110
6. Gejala dan Tanda
Manifestasi klinik diabetes dikaitkan dengan konsekuensi metabolik
defiensi insulin. Pada pasien penderita DM tipe 1 sering memperlihatkan
timbulnya gejala-gejala yang eksplosif disertai polidipsia, poliuria,
turunnya berat badan, polifagia, lemah dan somnolen (mengantuk) yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
berlangsung selama beberapa hari atau minggu. Untuk DM tipe 2 terdapat
keluhan khas diabetes (poliuria, polidipsia, polifagia dan penurunan berat
badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya) disertai dengan satu nilai
pemeriksaan glukosa darah tidak normal (glukosa darah sewaktu ≥ 200
mg/dl dan/atau glukosa darah puasa ≥ 126 mg/dl yang diperiksa pada hari
yang sama atau pada hari yang berbeda). Sebagian besar diantara pasien-
pasien ini gemuk, diduga bahwa pemasukkan karbohidrat yang tinggi, sel-
sel adipose yang besar dan gangguan metabolisme glukosa intrasel
merupakan penyebab penurunan kepekaan terhadap insulin (Soegondo,
2005).
C. Hipertensi
1. Definisi
Hipertensi adalah penyakit meningkatnya tekanan darah arteri yang
dapat membahayakan sistem organ dan mempunyai faktor risiko terhadap
penyakit kardiovaskuler. Hipertensi tidak dapat disembuhkan tetapi dapat
dikontrol dan dikendalikan (Saseen dan Carter, 2005). Tekanan darah
sendiri didefinisikan sebagai kekuatan yang diberikan darah pada dinding
dalam pembuluh arteri pada saat terjadi kontraksi dan relaksasi otot
jantung (Stringer, 2001).
2. Etiologi
Menurut etiologinya, hipertensi digolongkan menjadi dua macam,
yaitu :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
a) Hipertensi primer (essential / primary hypertension)
Merupakan jenis hipertensi yang tidak diketahui sebabnya dengan
pasti. Diduga ada banyak faktor yang dapat menjadi penyebab kenaikkan
tekanan darah pada hipertensi primer sehingga sulit diketahui sebab
pastinya, seperti faktor genetik, gaya hidup, mutasi, maupun abnormalitas
fisiologis, dan sebagainya. Sebanyak 90% dari seluruh kasus hipertensi
yang terjadi merupakan hipertensi primer (DiPiro, 2008).
b) Hipertensi sekunder (secondary hypertension)
Hipertensi sekunder merupakan jenis hipertensi yang dapat diketahui
secara pasti penyebabnya. Hipertensi jenis ini terjadi kurang dari 10% dari
jumlah seluruh kasus kenaikkan tekanan darah yang persisten. Penyebab
yang paling umum adalah terjadinya disfungsi ginjal akibat penyakit ginjal
kronis. Selain itu, beberapa jenis obat-obatan dan substansi makanan juga
dapat menjadi penyebab terjadinya hipertensi sekunder ini, seperti beberapa
jenis steroid, NSAID (inhibitor COX-2), fenilpropanolamin dan analognya,
dan sebagainya (DiPiro, 2008).
3. Epidemiologi
Di Indonesia, pada tahun 2007, diperkirakan 15 juta penduduk
mengalami hipertensi. 4% di antaranya merupakan hipertensi terkontrol.
Jumlah tersebut tersebar di seluruh wilayah, baik di wilayah perkotaan
maupun di pedesaan dan meningkat dari tahun ke tahun, diperkirakan
akibat pergeseran gaya hidup (Armilawati, 2007). Prevalensi DM dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
komplikasi hipertensi secara keseluruhan pada orang asia sebesar 35%
(Permana, 2007).
4. Klasifikasi
Klasifikasi hipertensi menurut JNC 7 dengan batasan usia diatas 18
adalah sebagai berikut :
Tabel III. Klasifikasi Hipertensi menurut JNC 7 (Saseen dan Carter, 2005).
Klasifikasi Tekanan Darah Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)Normal < 120 < 80
Prehipertensi 120-139 80-89Hipertensi stage I 140-159 90-99
Hipertensi stage II ≥ 160 ≥ 100
Hipertensi dibagi menjadi hipertensi primer dan hipertensi sekunder.
Hipertensi primer terjadi pada lebih dari 95% dari kasus hipertensi,
hipertensi ini belum diketahui secara pasti penyebabnya. Hipertensi ini
terjadi oleh akibat multifaktor yang meliputi ketidaknormalan proses
biokimia, genetik yang mengarah pada riwayat penyakit kardiovaskuler
dalam keluarga, dan faktor lingkungan. Hipertensi sekunder disebabkan
abnormalitas sistem organ tubuh, diantaranya yang sering terjadi akibat
penyakit pada parenkim ginjal, penyakit endokrin, obat-obatan, dan
kontrasepsi oral (Oparil dan Calhourn, 2003).
Krisis hipertensi terjadi saat tekanan darah lebih dari 180/120 mmHg,
dibedakan menjadi hypertension emergencies yang mengarah akut dan
menuju pada kerusakan organ, sedangkan hypertension urgency tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
mengarah pada keduanya. Namun kedua kondisi ini membutuhkan obat
antihipertensi oral (Saseen dan Carter, 2005).
5. Patofisiologi
Patogenesis hipertensi meliputi faktor yang terkait variabel dengan
persamaan:
BP (tekanan darah) = CO (curah jantung) x TPR (tahanan perifer)
Tabel IV . Patogenesis Mekanisme Potensial (Saseen dan Carter, 2005).
Preload meningkat :Volume cairan meningkat karena asupanNa+ bertambah atau retensi renal karenaΣ nefron menurun atau GFR menurun.
Cardiac output meningkat
Konstriksi Vena :a. Stimulasi RAAS berlebihanb. Sistem saraf simpatis terlalu aktif
Konstriksi vaskular :a. Stimulasi RAAS berlebihanb. Sistem saraf simpatis terlalu aktifc. Perubahan genetik membran seld. Faktor endotel
Resistensi perifer meningkat
Hipertropi vaskular :a. Stimulasi RAAS berlebihanb. Sistem saraf simpatis terlalu aktifc. Perubahan genetik membran seld. Faktor endotele. Hiperinsulinemia karena obesitas
atau metabolik sindrom
Dalam kondisi normal, tekanan darah dalam tubuh diatur oleh banyak
faktor, oleh karena itu, banyak kemungkinan gangguan yang mungkin
menyebabkan terjadinya kenaikan tekanan darah. Faktor-faktor pengatur
tekanan darah tersebut di antaranya sistem Renin-Angiotensin-Aldosterone
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
(RAA), hormon-hormon pengatur keseimbangan natrium, kalium, dan
kalsium, serta mekanisme neurologis.
Sistem RAA merupakan sistem endogen pengatur keseimbangan cairan,
natrium, dan kalium, yang termasuk dalam komponen regulasi tekanan darah
di dalam tubuh. Sistem ini sendiri dikendalikan oleh ginjal. Pada bagian
arteriola ginjal terdapat sel glomerular. Di dalamnya terdapat renin, suatu
enzim yang akan disekresikan jika sel juxtaglomerular menangkap sinyal
berupa terjadinya penurunan tekanan darah dalam tubuh. Setelah
disekresikan, renin akan mengkatalisasi konversi angintensinogen menjadi
angiotensin I yang kemudian dikonversi lagi menjadi angiotensin II oleh
enzim angintensin-converting-enzyme (ACE). Enzim ini memiliki beberapa
reseptor di dalam tubuh yang dapat mempengaruhi tekanan darah, antara lain
di otak, ginjal, myocardium, pembuluh perifer, dan di kelenjar adrenal.
Dihasilkannya angiotensin II dapat menyebabkan kenaikan tekanan darah
melalui beberapa mekanisme, antara lain terjadinya vasokonstriksi,
peningkatan aktivitas saraf simpatik, pelepasan katekolamin, serta pelepasan
aldosterone, suatu hormon yang mengatur keseimbangan cairan, natrium, dan
kalium (DiPiro, 2008).
Tekanan darah juga dipengaruhi oleh diameter dalam pembuluh arteri
yang akan mempengaruhi nilai tahanan perifer pembuluh (tekanan darah =
cardiac output x tahanan perifer). Oleh karena itu, penyempitan pembuluh
darah karena terbentuknya plak (endapan lipid, kalsium, sel darah) juga akan
meningkatkan tekanan darah (Anonim, 2010).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
D. Diabetes Mellitus Tipe 2 Dengan Komplikasi Hipertensi
1. Hubungan antara DM Tipe 2 dengan Hipertensi
Hubungan antara hipertensi dengan DM sangat kuat karena beberapa
kriteria yang sering ada pada pasien hipertensi yaitu peningkatan tekanan
darah, obesitas, dislipidemia dan peningkatan glukosa darah (Saseen and
Carter, 2005). Hipertensi adalah suatu faktor risiko yang utama untuk penyakit
kardiovaskular dan komplikasi mikrovaskular seperti nefropati dan retinopati
(Pacheco, 2002). Pada DM, selain keadaan hiperglikemia/ gangguan toleransi
glukosa sebagai faktor risiko, juga dapat ditemukan faktor risiko
kardiovaskuler lain, seperti resistensi insulin, hiperinsulinemia, dislipidemia,
hipertensi, hiperkoagulasi, obesitas visceral, mikroalbuminuria. Keadaan yang
sangat multifaktorial ini menyebabkan insidensi penyakit kadiovaskuler pada
diabetes tinggi dan terus meningkat apabila pengelolaannya tidak
komprehensif. Dasar patofisologi dari kelainan tersebut adalah adanya
gangguan pada metabolisme (Abnormality Metabolism) yang disebut sindroma
metabolik (ADA, 2005).
2. Patofisiologi
Proses terjadinya DM dengan komplikasi hipertensi adalah saat kadar
glukosa darah yang terlalu banyak akan menyebabkan cairan ekstraseluler
menjadi lebih pekat karena itu glukosa darah tidak dapat masuk ke dalam sel
sehingga glukosa masuk ke dalam tubulus ginjal. Bila kadar glukosa bernilai
300-500 mg/dl atau lebih maka glukosa tidak terabsorpsi sehingga akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
dikeluarkan melalui ginjal. Akibatnya terjadi dehidrasi seluler, hal tersebut
karena glukosa tidak dapat dengan mudah berdifusi melalui pori-pori
membran sel dan naiknya tekanan osmotik dalam cairan ekstraseluler sehingga
menarik cairan dari dalam sel (sel mengalami dehidrasi). Kehilangan cairan
yang besar dalam urin sehingga menyebabkan dehidrasi cairan ekstraseluler
dan berlanjut dehidrasi intraseluler yang menyebabkan volume cairan
ekstraseluler menjadi bertambah. Kenaikan volume ini akan meningkatkan
cardiac output sehingga pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah
pasien (Guyton et al., 1996).
Penyebab utama kematian pada DM adalah karena komplikasi penyakit
kardiovaskuler, dan manajemen hipertensi merupakan strategi yang sangat
penting untuk mengurangi risiko. Nilai tekanan darah yang direkomendasikan
oleh JNC 7 untuk pasien hipertensi dengan penyakit DM adalah < 130/80
mmHg (Saseen dan Carter, 2005).
3. Penatalaksanaan Terapi Pasien DM Tipe 2 dengan Komplikasi
Hipertensi
a. Tujuan terapi :
1). Jangka pendek: hilangnya keluhan dan tanda DM komplikasi
hipertensi, mempertahankan rasa nyaman dan tercapainya target
pengendalian glukosa darah.
2). Jangka panjang: mencegah dan menghambat progresivitas
mikroangiopati, makroangiopati dan neuropati .
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
3). Tujuan akhir pengelolaan adalah turunnya morbiditas dan mortalitas
DM (PERKENI, 2008).
Untuk mencapai tujuan tersebut perlu dilakukan pengendalian
glukosa darah, tekanan darah, berat badan dan profil lipid, melalui
pengelolaan pasien secara holistik dengan mengajarkan perawatan
mandiri dan perubahan perilaku. (Triplitt et al., 2005).
b. Sasaran terapi :
1. Kadar glukosa darah setelah makan < 180 mg/dL
2. Kadar glukosa darah sewaktu 90-180 mg/dL
3. Nilai HbA1C < 7%
4. Nilai tekanan darah 130/80 mmHg (Saseen dan Carter, 2005).
c. Strategi terapi
Strategi terapi yang dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu terapi non
farmakologi dan terapi farmakologi.
1. Terapi non farmakologi
Terapi yang dapat dilakukan dengan mengubah gaya hidup, antara
lain:
Pengurangan berat badan
Mengurangi asupan garam (natrium)
Melakukan olahraga secara teratur
Tidak mengkonsumsi alkohol (Saseen dan Carter, 2005).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
2. Terapi farmakologi
Semua pasien DM tipe 2 dengan komplikasi hipertensi dapat
diterapi dengan regimen antihipertensi meliputi ACEI atau ARB,
selain itu data menunjukkan bahwa ACEI dapat menurunkan risiko
kardiovaskuler pada pasien dengan penyakit jantung. Penelitian
menunjukkan adanya penggunaan ACEI terdapat pengurangan risiko
kardiovaskuler, sedangkan pada penggunaan ARB terdapat risiko dari
disfungsi ginjal pada pasien dengan DM tipe 2 (Saseen dan Carter,
2005).
d. Informasi Kelas Obat
4.1. Terapi untuk DM
4.1.1 Insulin
Insulin dapat pula digunakan pada DM tipe 2 dengan ketentuan
sebagai berikut :
Saat terapi untuk DM tipe 2 gagal atau terjadi kontraindikasi
karena masa kehamilan atau hipersensitif.
Penggunaan saat kadar glukosa naik akibat stress ataupun infeksi,
serta akibat pembedahan (Triplit et al., 2005).
Mekanisme kerja insulin adalah mengubah glukosa menjadi
glikogen, meningkatkan sintesis protein dan lemak, memperlambat
pemecahan glikogen, protein dan lemak, menyeimbangkan cairan dan
elektrolit dalam tubuh (Rudnick, 2001).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Dosis insulin yang digunakan disesuaikan untuk setiap individu.
Ada 3 macam sediaan insulin, yaitu :
1. insulin kerja singkat (short acting), yaitu insulin yang bekerja
relatif cepat, contohnya insulin lispro, insulin aspart, dan insulin
soluble. Insulin ini memiliki kerja cepat (30-60 menit), kerja
puncak antara 2 dan 4 jam dan lama kerja hingga 8 jam.
2. insulin kerja sedang (intermediate acting) contohnya insulin
isophane dan suspensi insulin seng.
3. insulin kerja panjang dengan mula kerja lebih lambat, contohnya
suspensi insulin seng. Memiliki masa kerja 1-2 jam, efek maksimal
4-12 jam, dan lama kerja 16-35 jam (BPOM, 2008).
4.1.2 Sulfonilurea
Mekanisme aksi utama dari sulfonilurea adalah meningkatkan
sekresi insulin. Sulfonilurea berikatan dengan reseptor sulfo yang spesifik
pada sel beta di pankreas. Peningkatan Ca2+ dalam sel menyebabkan
sekresi insulin ke permukaan sel dan mengakibatkan insulin keluar dari sel
beta. Kenaikan sekresi insulin dari pankreas yang berasal dari pembuluh
vena dapat menekan produksi glukosa hati. Sulfonilurea memacu sekresi
insulin dan potensi kerja pankreas antara lain meningkatkan afinitas
reseptor - insulin di jaringan perifer (DiPiro, 2008).
Obat golongan sulfonilurea yang digunakan antara lain : tolbutamid
yang merupakan sulfonilurea yang paling aman digunakan untuk pasien
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
diabetes berusia lanjut karena mempunyai masa kerja yang relatif singkat
yaitu 6-12 jam dengan waktu paruh eliminasinya sebesar 4-5 jam;
klorpropamid merupakan golongan sulfonilurea yang cepat diserap diusus,
dimetabolisme dalam hati dan metabolitnya cepat dieksresikan lewat ginjal
dan memiliki masa paruh sekitar 36 jam. Tolazamid dengan efektivitas
yang sama dengan klorpropamid namun masa kerjanya lebih pendek
daripada klorpropamid (Karam dan Martha, 2007). Gliburid yang
merupakan sulfonilurea yang dimetabolisme di hati menjadi produk
dengan aktivitas hipoglikemik yang sangat rendah dan dikontraindikasikan
terhadap pasien dengan kerusakan hati dan insufisiensi ginjal; glipizid
yang dikontraindikasikan pada pasien dengan gangguan hati atau ginjal;
glimepirid yang dapat mencapai penurunan glukosa dengan dosis paling
rendah dari semua senyawa sulfonilurea dan dosis yang diberikan satu kali
sehari karena glimepirid memiliki masa kerja yang panjang (Karam dan
Martha, 2007).
4.1.3 Short –Acting Insulin Secret Agogues
Tempat pengikatan obat golongan ini berdekatan dengan tempat
pengikatan obat golongan sulfonilurea, contohnya yaitu nateglinide dan
repaglinide juga merangsang seksresi insulin dari sel pankreas, mirip
dengan sulfonilurea. Repaglinide merupakan derivat asam benzoat, dan
nateglinide merupakan derivat asam amino fenilalanin, yang keduanya
juga merangsang sekresi insulin. Efek samping dari golongan ini adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
hipoglikemia (DiPiro, 2008). Pemakaian dosis awal nateglinide adalah 60
mg diberikan tiga kali sehari diberikan 30 menit sebelum makan, dosis
maksimal pemakaian 180 mg tiga kali sehari, anak dan remaja di bawah 18
tahun tidak dianjurkan. Sedangkan dosis awal pemberian repaglinid 500
mg diberikan 30 menit sebelum makan (1 mg jika mendapat obat
hipoglikemik oral lain) disesuaikan dengan respon pada interval 1-2
minggu, sampai 4 mg diberikan dosis tunggal, dosis maksimal 16 mg
sehari, anak remaja dibawah 18 tahun dan lanjut usia diatas 75 mg tidak
dianjurkan (BPOM, 2008).
4.1.4 Biguanide
Salah satu golongan biguanide adalah metformin yang mekanisme
kerjanya meningkatkan sensitivitas insulin dari jaringan hati dan perifer.
Metformin meningkatkan sensitivitas insulin agar glukosa dapat masuk
dalam jaringan. Metformin tidak dimetabolisme dan tidak berikatan
dengan protein plasma, dieliminasi melalui sekresi tubuler ginjal dan
filtrasi glomenural. Mekanisme kerjanya adalah merangsang langsung
glikolisis pada jaringan perifer, dengan peningkatan pengeluaran glukosa
dari darah, mengurangi glukoneogenesis hati, memperlambat absorpsi
glukosa dari saluran pencernaan, menghambat kadar glukagon plasma,
meningkatkan pengikatan insulin ke reseptor insulin (DiPiro, 2008). Dosis
metformin ditentukan secara individu berdasarkan manfaat dan
tolerabilitas. Untuk anak diatas 10 tahun dan dewasa diberikan dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
dosis awal 500 mg setelah sarapan dan makan malam untuk sekurang-
kurangnya 1 minggu, kemudian 500 mg setelah sarapan, setelah makan
siang dan setelah makan malam. Dosis maksimum per hari 2 mg dalam
dosis terbagi. Kontraindikasi gangguan fungsi ginjal dan ketoasidosis
(BPOM, 2008).
4.1.5 Thiazolidinedione (TZDs)
TZDs bekerja dengan berikatan pada reseptor γ-peroksisom-
proliferator-aktivasi (PPAR- γ), dimana terletak pada sel lemak dan sel
vaskular. Konsentrasi dari reseptor PPAR- γ dalam otot sangat rendah, hal
inilah yang menyebabkan otot tidak dijadikan reseptor utama dari aksi
obat TZDs. TZDs dapat mempertinggi sensitivitas insulin dalm otot, hati,
dan jaringan lemak secara tidak langsung (DiPiro, 2008). Golongan
tiazolidindion terdiri dari tiga macam, yaitu triglitazone, rosiglitazine, dan
pioglitazone (Neal, 2002). Penggunaan pioglitazon dengan dosis awal 15-
30 mg sekali sehari ditingkatkan menjadi 45 mg sekali sehari disesuaikan
dengan respon. Sedangkan penggunaan rosiglitazon dosis awal 4 mg
sehari, jika digunakan tunggal atau kombinasi dengan metformin dapat
ditingkatkan menjadi 8 mg sehari (dalam 1 atau 2 dosis terbagi) setelah 8
minggu disesuaikan dengan respon, anak dibawah 18 tahun tidak
dianjurkan. Kontraindikasi pioglitazon dan rosiglitazon adalah gangguan
hati, riwayat gagal jantung, kombinasi dengan insulin (risiko gagal
jantung) (BPOM, 2008).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
4.1.6 - Glucosidase Inhibitors
Obat golongan ini secara kompetitif menghambat enzim (maltase,
isomaltase, sukrase, dan glukoamilase) di usus kecil, sehingga menunda
pemecahan sukrosa dan karbohidrat menjadi glukosa tetapi tidak
menyebabkan malabsorpsi gizi sehingga mengurangi peningkatan glukosa
darah, contoh obat golongan ini yaitu acarbose dan miglitole (DiPiro,
2008). Dosis pemberian acarbose tergantung respon individu, biasanya 50
mg dapat ditingkatkan sampai dengan 100-200 mg tiga kali sehari. Dosis
dapat ditingkatkan dengan interval 4-8 minggu atau lebih. Diberikan
bersama suapan pertama saat makan. Untuk anak dibawah 18 tahun tidak
dianjurkan (BPOM, 2008).
4.1.7 DPP – IV Inhibitors
Hormon incretin glucagon-like peptide-1 (GLP-1) memiliki suatu
spektrum efek fisiologis yang menarik untuk pengobatan DM tipe 2. Oleh
karena itu, salah satu cara memanfaatkan efek GLP-1 adalah dengan
menghambat dipeptidyl-peptidase-IV (DPP-IV) untuk meningkatkan
pelepasan hormon secara endogen. Selain menurunkan glukosa darah
puasa dan postprandial, inhibitor DPP-IV juga tampak mengurangi HbA1c
secara signifikan. Sebuah studi menunjukkan efek tersebut terus-menerus
selama lebih dari setahun dan untuk penurunan HbA1c-nya sebanding
dengan pemberian terapi metformin. Pengurangan kadar glukosa darah
dicapai dengan stimulasi sekresi insulin pada kondisi hiperglikemia dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
penghambatan sekresi glukagon dari sel alfa (DiPiro, 2008). Vildagliptin
dan sitagliptin merupakan contoh dari penghambat DPP-IV. Obat ini
memblokir hampir 100% dari aktivitas enzim DPP-IV kira-kira dalam
waktu 12 jam (Triplitt et al., 2008). Sitagliptin digunakan sebagai terapi
kombinasi dengan metformin. Dosis pemberian 100 mg sekali sehari.
Insufisiensi ginjal derajat sedang (bersihan kreatinin >30- <50 ml/menit)
50 mg sekali sehari. Insufiensi ginjal berat (bersihan kreatinin <30
ml/menit) 25 mg sekali sehari. Perhatian untuk penderita DM tipe 1 atau
ketoasidosis diabetikum dan infusiensi ginjal (UBM Medica, 2010).
4.2 Terapi untuk Hipertensi
4.2.1 First Line Therapy
Obat yang digunakan sebagai First Line Therapy dalam DM
komplikasi hipertensi menurut standar yang dikeluarkan ADA meliputi
golongan di bawah ini :
a. Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACEI)
Mekanisme kerja penghambat ACEI sebagai terapi utama DM
komplikasi hipertensi, menghambat perubahan angiotensin I menjadi
angiotensin II sehingga mengakibatkan dilatasi perifer dan mengurangi
resistensi perifer yang efeknya dapat menurunkan tekanan darah.
Angiotensin II merupakan vasokonstriktor yang kuat mampu
meningkatkan ekskresi dari aldosteron, dengan aldosteron yang jumlahnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
kecil mengakibatkan juga adanya retensi air dan sodium, hingga
menurunkan tekanan darah (Rudnick, 2001).
Golongan obat ACEI yang sering digunakan adalah captopril.
Dosis awal pada hipertensi adalah 12,5 mg dua kali sehari, jika digunakan
dengan obat diuretika atau pasien lanjut usia dosis awal 6,25 mg dua kali
sehari (dosis pertama sebelum tidur), dosis penunjang lazim 25 mg dua
kali sehari, dosis maksimal 50 mg dua kali sehari (jarang tiga kali sehari
pada hipertensi berat) (BPOM, 2008).
b. Angiotensin Reseprtor Blockers (ARBs)
Angiotensin dihasilkan oleh 2 jalur enzimatis yaitu melalui sistem
angiotensin-aldosteron atau yang dikenal dengan Renin Angiotensin
Aldosteron System (RAAS) yang dihambat oleh ACEI dan suatu enzim
yaitu angiotensin I convertase (human chymase). Angiotensin reseptor
blockers berperan dalam menghambat jalur yang kedua. Angiotensin
reseptor blockers (misalnya losartan) menurunkan tekanan darah dengan
memblok reseptor angiotensin (AT1) yang terletak di otak, ginjal,
myocardium, dan kelenjar adrenal. Obat ini mempunyai sifat yang sama
dengan ACEI tetapi tidak menyebabkan batuk karena obat ini tidak
mencegah degradasi bradikinin (Neal, 2005). Losartan, irbesartan,
valsartan adalah antagonis reseptor angiotensin II. Penggunaan obat ini
harus hati-hati pada stenorsis arteri ginjal, sangat dianjurkan untuk
pemantauan kadar kalium plasma terutama pada pasien lansia dan pasien
gagal ginjal. Pada losartan dosis yang digunakan biasanya 50 mg sekali
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
sehari (usia lanjut di atas 75 tahun, gangguan fungsi ginjal sedang sampai
berat, deplesi cairan, dimulai dengan 25 mg sekali sehari), bila perlu
tingkatkan dosis setelah berminggu-minggu menjadi 100 mg sekali sehari
(BPOM, 2008).
4.2.2 Second Line Therapy
a. Diuretik
Mekanisme kerja diuretik dalam menurunkan tekanan darah
dengan mengekskresi cairan dan elektrolit melalui ginjal sehingga
menyebabkan penurunan volume darah yang berefek pada penurunan
cardiac output. Penurunan cardiac output akan menyebabkan penurunan
tekanan darah. Penggunaan bersama dengan NSAID (Non Steroid Anti
Inflamasi Drug) dapat menurunkan efek dari diuretik (Rudnick, 2001).
Obat diuretik digolongkan menjadi tiga, yaitu diuretik thiazide
(hidroclorthiazide/HCT), diuretik kuat (furosemide), dan diuretik hemat
kalium (spironolakton). Diuretik thiazid, misalnya bendrofluazid banyak
digunakan untuk pasien gagal jantung ringan atau sedang dan digunakan
untuk hipertensi dalam bentuk tunggal untuk pengobatan hipertensi ringan
atau dikombinasi dengan obat lain untuk pengobatan hipertensi berat.
Diberikan dengan dosis 2,5 mg pada pagi hari (BPOM, 2008).
Diuretika kuat digunakan dalam pengobatan gagal jantung kronik,
menurunkan tekanan darah terutama pada hipertensi yang resisten
terhadap terapi thiazid. Diuretika kuat yang digunakan, misalnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
furosemid dan bumetanid, keduanya bekerja dalam waktu 1 jam setelah
pemberian oral dan efek berakhir setelah 6 jam sehingga perlu diberikan
dua kali sehari. Pada furosemid dosis awal diberikan 40 mg pada pagi
hari, penunjang 20-40 mg sehari ditingkatkan sampai 80 mg sehari pada
edema yang resistensi (BPOM, 2008).
Diuretika hemat kalium menyebabkan retensi kalium dan
digunakan sebagai alternatif yang lebih efektif sebagai suplementasi
kalium pada penggunaan tiazid atau diuretika kuat. Contohnya amilorid
dan triamteren. Dosis awal pemberian amilorid hidroklorida 10 mg sehari
atau 5 mg dua kali sehari, maksimal 20 mg sehari. Dengan diuretika lain,
gagal jantung kongestif dan hipertensi dosis awal 5-10 mg sehari.
Sedangkan triamteren diberikan dosis awal 150-250 mg sehari, dosis
dikurangi menjadi setiap dua hari setelah satu minggu, diberikan dalam
dosis terbagi setelah sarapan dan makan siang, dosis awal diberikan lebih
rendah apabila dikombinasikan bersama diuretika lain (BPOM, 2008).
b. β Blockers
Beta blocker dapat menurunkan tekanan darah melalui penurunan
cardiac output. Beta blocker cenderung meningkatkan trigliserid serum
dan menurunkan kadar kolesterol HDL. Penggunaan bersamaan dengan
digoksin dapat menyebabkan bertambahnya efek heart rate. Penggunaan
bersama sulfonilurea dapat menyebabkan penurunan efek dari sulfonilurea
(Rudnick, 2001).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
Obat yang sering digunakan dalam pengobatan hipertensi adalah
atenolol, propanolol. Dosis propanolol hidroklorida pada hipertensi adalah
80 mg dua kali sehari, hipertensi portal dosis awal adalah 40 mg dua kali
sehari, tingkatkan 80 mg dua kali sehari sesuai frekuensi jantung, dosis
maksimal 160 mg dua kali sehari. Pada atenolol dosis diberikan 50 mg
sehari (BPOM, 2008).
c. Calcium Channel Blocker (CCB)
Mekanisme kerja obat golongan CCB yaitu menghambat masuknya
ion Ca2+ sehingga menyebabkan relaksasi otot polos arteriol. Hal ini
menyebabkan turunnya resistensi perifer dan menyebabkan turunnya
tekanan darah. Efek dari CCB akan menurun jika diberikan secara
bersamaan dengan suplemen kalsium (Rudnick, 2001).
Obat jenis ini yang sering digunakan adalah verapamil, nifedipin
dan amlodipin. Dosis awal amlodipin untuk hipertensi atau angina 5 mg
sehari, dosis maksimal 10 mg sekali sehari. Sedangkan nifedipin dosis
awal yang diberikan 10 mg (usia lanjut dan gangguan hati 5 mg) tiga kali
sehari dengan atau setelah makan. Hipertensi ringan sampai sedang
bahkan profilaksis angina, dapat diberikan sediaan lepas lambat 30 mg
sekali sehari (tingkatkan bila perlu, maksimal 90 mg sekali sehari) atau 20
mg dua kali sehari dengan atau setelah makan (awalnya 10 mg dua kali
sehari, dosis penunjang lazim 10-40 mg dua kali sehari) (BPOM, 2008).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
E. Drug Therapy Problems (DTPs)
1. Peresepan yang Tidak Rasional
Penggunaan obat yang tidak tepat jika risiko yang mungkin terjadi
tidak seimbang dengan manfaat dari pemberian suatu obat. Pengobatan
dapat dinilai tidak rasional apabila indikasi penggunaan obat tidak jelas
atau keliru; pemilihan obat yang tidak sesuai artinya obat yang dipilih
bukan obat yang bermanfaat, aman dan ekonomis; cara penggunaan obat
yang tidak tepat meliputi besarnya takaran dosis, cara pemberian,
frekuensi dan lama pemberian; kondisi dan riwayat pasien yang tidak
didiagnosis dengan tepat artinya apakah ada keadaan pasien yang
memungkinkan penyesuaian dosis maupun penggunaan suatu obat;
pemberian obat tidak disertai dengan penjelasan yang sesuai, mengenai
efek dan penggunaan obat kepada pasien maupun keluarganya. (BPOM,
2008)).
2. Terminologi Drug Therapy Problems
Drug Therapy Problems (DTPs) adalah suatu permasalahan atau
kejadian yang tidak diharapkan pada pasien selama proses terapi obat,
sehingga menganggu tujuan terapi. Drug Therapy Problems (DTPs) dapat
muncul pada setiap tahap proses pengobatan. Setiap praktisi tenaga
kesehatan bertanggungjawab untuk membantu pasien dalam hal
mengidentifikasi, mencegah dan menyelesaikan masalah yang dialami
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
pasien. DTPs merupakan tanggung jawab utama dari seorang farmasis
sebagai praktisi tenaga kesehatan (Cipolle dan Strand, 2004).
3. Kategori DTPs
Pentingnya identifikasi dan kategori tidak hanya masalah DTPs
namun juga penyebab-penyebab terjadinya DTPs. DTPs tidak dapat
dipecahkan ataupun dicegah tanpa memahami penyebab-penyebabnya
(Cipolle dan Strand, 2004).
Tabel V. Kategori DTPs (Cipolle dan Strand, 2004).Drug Therapy Problems Penyebab umum dari Drug Therapy Problems
Terapi obat tanpa indikasi Tidak adanya indikasi medis yang valid untuk terapiobat yang digunakan pada saat itu, banyaknyapemakaian banyak obat (multiple drug) untukkondisi tertentu padahal hanya memerlukan terapiobat tunggal, kondisi medis lebih sesuai diobatitanpa terapi obat, terapi obat digunakan untukmenghilangkan adverse reaction yang berhubungandengan pengobatan lain, penyalahgunaan obat,penggunaan alkohol, atau merokok yangmenyebabkan masalah.
Perlu tambahan terapi obat Suatu kondisi dimana penderita memerlukan terapiinisiasi obat, pencegahan terapi obat diperlukanuntuk mengurangi risiko berkembangnya penyakitbaru, kondisi medis yang memerlukan farmakoterapitambahan untuk mencapai sinergisme atau efekadiktif
Obat yang tidak efektif Obat yang digunakan bukan obat yang paling efektifterhadap masalah medis yang dialami, kondisi medisterbiaskan dengan adanya obat, bentuk sediaan obatyang tidak sesuai, obat tidak efektif terhadapindikasi yang dialami.
Dosis terlalu rendah Dosis terlalu rendah untuk menghasilkan respon yangdiinginkan, interval dosis terlalu rendah untuk dapatmenghasilkan respon yang diinginkan, interaksi obatmenurunkan jumlah zat aktif yang tersedia, durasiobat terlalu singkat untuk menghasilkan respon yangdiinginkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
Adverse Drug Reaction Obat menyebabkan reaksi yang tidak diinginkan yangtidak ada hubungannya dengan besarnya dosis, obatyang lebih aman diperlukan terhadap faktor risiko,interaksi obat menyebabkan reaksi yang tidakdiinginkan yang tidak ada hubungannya denganbesarnya dosis, adanya regimen dosis atau berubahsangat cepat, obat menyebabkan alergi, obatkontraindikasi terhadap faktor risiko.
Dosis terlalu tinggi Dosis terlalu tinggi, frekuensi pemakaian obat terlalusingkat, durasi obat terlalu panjang, interaksi obatterjadi karena hasil reaksi toksik dari obat, dosisobat diberikan terlalu cepat.
Kepatuhan pasien Pasien tidak mengerti instruksi pemakaian, pasienmemilih untuk tidak memakai obat, pasien lupauntuk memakai obat, harga obat yang terlalu mahalbagi pasien, pasien tidak dapat menelan ataumemakai obat sendiri secara tepat, obat tidaktersedia bagi pasien.
F. Keterangan Empiris
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan evaluasi mengenai pola
peresepan pada pasien DM tipe 2 dengan komplikasi hipertensi di Instalasi Rawat
Inap RSUD Kebumen, Jawa Tengah periode 2007-2009 yang terkait dengan Drug
Therapy Problem yaitu merupakan masalah yang dapat timbul selama pasien
diberi terapi, yaitu adanya indikasi penyakit komplikasi tanpa obat, adanya terapi
obat tanpa indikasi, pemakaian obat yang tidak efektif, terjadinya adverse drug
reaction dan interaksi obat , dosis yang kurang dan dosis yang berlebih.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian mengenai evaluasi peresepan pada pasien DM tipe 2 dengan
komplikasi hipertensi di Instalasi Rawat Inap RSUD Kebumen, Jawa Tengah
periode 2007-2009 merupakan jenis penelitian non eksperimental dengan
rancangan deskriptif evaluatif yang bersifat retrospektif. Penelitian non
eksperimental merupakan penelitian yang observasinya dilakukan terhadap
sejumlah ciri (variabel) subjek menurut keadaan apa adanya (in nature), tanpa
adanya manipulasi atau intervensi peneliti (Pratiknya, 2001).
Rancangan penelitian deskriptif evaluatif karena hanya bertujuan
melakukan eksplorasi deskriptif terhadap fenomena kesehatan yang terjadi
kemudian mengevaluasi data dari rekam medik (Notoatmodjo, 2005).
Penelitian ini merupakan rancangan deskriptif evaluatif dikarenakan data yang
diperoleh dari lembar rekam medis kemudian dievaluasi berdasarkan studi
pustaka, dan dideskripsikan dengan memaparkan fenomena yang terjadi, yang
kemudian ditampilkan dalam bentuk tabel. Penelitian ini bersifat retrospektif
karena data yang digunakan diambil dengan melakukan penelusuran terhadap
dokumen terdahulu yaitu berupa rekam medis pasien DM tipe 2 dengan
komplikasi hipertensi di Instalasi Rawat Inap RSUD Kebumen, Jawa Tengah
periode 2007-2009.
35
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
B. Definisi Operasional
1. Pasien DM tipe 2 dengan komplikasi hipertensi adalah pasien yang
terdiagnosis penyakit DM tipe 2 dengan komplikasi hipertensi yang
menjalani perawatan di Instalasi Rawat Inap di RSUD Kebumen, Jawa
Tengah periode 2007-2009.
2. Kasus adalah pasien DM tipe 2 dengan komplikasi hipertensi yang
berada di Instalasi Rawat Inap RSUD Kebumen, Jawa Tengah periode
2007-2009.
3. Resep adalah suatu permintaan tertulis dari dokter kepada Apoteker di
Instalasi Farmasi RSUD Kebumen untuk menyediakan dan
menyerahkan obat bagi penderita DM tipe 2 dalam satu periode
perawatan di Instalasi Rawat Inap RSUD Kebumen, Jawa Tengah
periode 2007-2009.
4. Lembar rekam medis adalah catatan pengobatan dan perawatan pasien
yang memuat data mengenai karakteristik pasien meliputi identitas,
diagnosis, anamnesis, pemeriksaan jasmani, hasil laboratorium, daftar
pemberian obat, rencana pengelolaan dan catatan perkembangan,
rekam keperawatan serta ringkasan pada kasus DM tipe 2 dengan
komplikasi hipertensi yang dirawat di Instalasi Rawat Inap RSUD
Kebumen, Jawa Tengah periode 2007-2009.
5. Evaluasi pola peresepan pasien DM tipe 2 dengan komplikasi
hipertensi adalah penggolongan obat yang digunakan pasien DM tipe 2
dengan komplikasi hipertensi menjadi beberapa kelas terapi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
berdasarkan buku acuan Informatorium Obat Nasional Indonesia 2008
dan MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi Edisi 9 Tahun 2009/2010.
6. Kelas terapi obat adalah kelompok besar obat yang terdiri dari
beberapa golongan obat yang memiliki sasaran pengobatan yang sama
baik secara oral maupun injeksi, misalnya kelas terapi obat untuk
sistem kardiovaskuler, terdiri dari golongan obat anti hipertensi, anti
angina, anti aritmia, dan lain-lain.
7. Golongan obat adalah kelompok obat berdasarkan efek terapi dari
setiap kelas terapi yang diberikan untuk pasien. Misalnya golongan
obat hipoglikemik, golongan antihipertensi.
8. Jenis obat adalah nama dagang maupun nama generik yang diberikan
kepada pasien DM tipe 2 dengan komplikasi hipertensi dalam satu kali
periode perawatan di Instalasi Rawat Inap RSUD Kebumen, Jawa
Tengah periode 2007-2009.
9. Peresepan obat tidak rasional adalah peresepan yang tidak sesuai
dengan 5 parameter (tepat obat, tepat pasien, tepat indikasi, tepat dosis,
efek samping obat) yang mengacu pada kriteria Drug Therapy
Problems yang meliputi adanya terapi obat tanpa indikasi, indikasi
penyakit yang tidak diberikan terapi, ketidakefektifan pemilihan obat,
dosis yang kurang, terjadinya adverse drug reaction, dosis yang
berlebih, dan kepatuhan pasien dalam penggunaan obat.
10. Periode 2007-2009 yang dimaksud dalam penelitian ini adalah bulan
Agustus 2007 – Desember 2009.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
C. Subjek Penelitian
Subjek dari penelitian ini adalah populasi pasien DM tipe 2 dengan
komplikasi hipertensi yang berada di Instalasi Rawat Inap di RSUD Kebumen,
Jawa Tengah periode 2007-2009. Subjek penelitian harus memenuhi kriteria-
kriteria yang menjadi batasan dalam penelitian. Kriteria inklusi subjek dalam
penelitian ini adalah subjek berusia minimal 35 tahun, merupakan pasien DM
tipe 2 dengan diagnosis utama komplikasi hipertensi yang dirawat di Instalasi
Rawat Inap RSUD Kebumen, Jawa Tengah periode 2007-2009. Kriteria
eksklusi subjek dalam penelitian ini adalah rekam medik pasien meninggal,
data rekam medik pasien DM tipe 2 komplikasi hipertensi yang tidak lengkap,
rekam medik yang sedang berada di ruang perawatan dan hilang. Jumlah
subjek dalam penelitian ini sebanyak 40 kasus. Pengambilan subjek
berdasarkan populasi pasien DM tipe 2 dengan komplikasi hipertensi yang
berada dalam Instalasi Rawat Inap di RSUD Kebumen, Jawa Tengah periode
2007-2009.
D. Bahan Penelitian
Bahan penelitian yang akan digunakan yaitu data yang diperoleh dari
rekam medik (RM) pasien DM tipe 2 dengan komplikasi hipertensi di
Instalasi Rawat Inap RSUD Kebumen, Jawa Tengah pada tahun 2007-2009.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
E. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Bagian Rekam Medik Instalasi Rawat Inap
RSUD Kebumen dengan alamat Jalan Kesehatan No. 13 Kebumen, Jawa
Tengah.
F. Tata Cara Penelitian
Dalam penelitian ini dilakukan beberapa tahapan sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan
Tahap ini merupakan tahap awal proses penelitian. Tahap ini
meliputi proses perijinan, survei pra penelitian, dan penelusuran rekam medik
pasien DM tipe 2 dengan komplikasi hipertensi yang berada di Instalasi Rawat
Inap RSUD Kebumen, Jawa Tengah periode 2007-2009 di Bagian Rekam
Medik Rawat Inap RSUD Kebumen, Jawa Tengah.
a. Proses perijinan
Karena penelitian ini lintas provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
maka dilakukan ijin terlebih dahulu ke Gubernur Daerah Istimewa
Yogyakarta, Gubernur Jawa Tengah, Badan KESBANG POLINMAS Provinsi
Jawa Tengah, Badan KESBANG POLINMAS Kabupaten Kebumen,
BAPPEDA Kabupaten Kebumen, dan Direktur RSUD Kebumen.
b. Survei pra penelitian
Survei pra penelitian dilakukan selama 1 bulan, yaitu pada bulan
Mei 2010. Tahap ini meliputi pengamatan situasi dan kondisi serta berdiskusi
dengan pihak mitra yang terkait mengenai penelitian dan studi pustaka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Hasil pada tahap ini digunakan sebagai perkiraan jumlah rekam
medik pasien DM tipe 2 dengan komplikasi hipertensi di Instalasi Rawat Inap
RSUD Kebumen, Jawa Tengah periode 2007-2009. Hasil survei pra penelitian
ini juga digunakan untuk menetapkan kriteria inklusi dan eksklusi.
c. Penelusuran rekam medik
Pada tahap ini dilakukan penelusuran data rekam medik pasien DM
tipe 2 dengan komplikasi hipertensi di Bagian Rekam Medik Instalasi Rawat
Inap RSUD Kebumen, Jawa Tengah periode 2007-2009. Setelah penelusuran
data rekam medik pasien DM tipe 2 dengan komplikasi hipertensi terkumpul
maka dilakukan seleksi berdasarkan kriteria inklusi.
2. Tahap Pengambilan Data
Tahap ini dilakukan pengumpulan data subjek penelitian yaitu
rekam medik pasien DM tipe 2 dengan komplikasi hipertensi yang berada di
Instalasi Rawat Inap RSUD Kebumen, Jawa Tengah periode 2007-2009.
Adapun data yang dikumpulkan meliputi : identitas pasien, diagnosis utama,
diagnosis lain atau diagnosis komplikasi yang menyertai, riwayat penyakit,
riwayat obat, riwayat penyakit dalam keluarga, pemeriksaan fisik, catatan
perkembangan pasien serta terapi yang diberikan. Dari tahap pengumpulan
data rekam medik pasien DM tipe 2 dengan komplikasi hipertensi yang berada
di Instalasi Rawat Inap RSUD Kebumen, Jawa Tengah periode 2007-2009
didapatkan sebanyak 50 kasus, namun terdapat 10 kasus yang tidak dapat
dianalisis karena 6 catatan rekam medik tidak ditemukan, 3 rekam medik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
pasien sudah meninggal, dan 1 catatan rekam medik masih digunakan di
bangsal. Dalam penelitian ini sampel yang digunakan sebanyak 40 kasus.
Kemudian masing-masing rekam medik pasien DM tipe 2 dengan komplikasi
hipertensi di Instalasi Rawat Inap RSUD Kebumen, Jawa Tengah periode
2007-2009 ditulis dalam lembar pencatatan. Data yang disalin dari rekam
medik meliputi identitas pasien, diagnosis utama, diagnosis lain atau diagnosis
komplikasi yang menyertai, anamnesis, pemeriksaan fisik, hasil laboratorium,
daftar pemberian obat, catatan perkembangan, rekam catatan keperawatan dan
ringkasan pemeriksaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
Gambar 2. Bagan Tahap Pengambilan Data Rekam Medik Pasien DM tipe 2 denganKomplikasi Hipertensi di Instalasi Rawat Inap RSUD Kebumen, JawaTengah Periode 2007-2009.
3. Analisis Data
Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel kemudian
dideskripsikan. Tabel data berisi mengenai karakteristik pasien yang
dikelompokkan berdasarkan usia, jenis kelamin, pola peresepan DM tipe 2
dengan komplikasi hipertensi berdasarkan golongan obat dan kajian mengenai
Kriteria Inklusi :Terdapat 50 buah rekam
medik
Drop Out Data yang diperoleh hinggaselesai penelitian
Rekam Medik Pasien DM Tipe 2 dengan KomplikasiHipertensi di Instalasi Rawat Inap RSUD Kebumen, Jawa
Tengah periode 2007-2009 berjumlah 250 buah
3 pasien sudahmeninggal
1 catatan rekammedik masih
digunakan di bangsal
40 catatan rekam medik pasienDM tipe 2 dengan komplikasi
hipertensi disertai diagnosa lain6 catatan rekam
medik tidakditemukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
Drug Therapy Problems (DTPs) yang dijabarkan menggunakan metode
Subjective, Objective, Assement, Plan (SOAP).
4. Evaluasi Data
Evaluasi DTPs yang terjadi dalam terapi pengobatan DM tipe 2 dengan
komplikasi hipertensi dilakukan berdasarkan pustaka yang sesuai, kemudian
dihitung jumlah kasus yang terjadi DTPs dan dikelompokkan berdasarkan
jenis DTPs dan dihitung persentasenya menggunakan metode SOAP kasus
per kasus. Pada penelitian ini Plan diganti Recommendation karena kejadian
yang dievaluasi sudah terjadi. Literatur yang akan digunakan adalah MIMS
Indonesia edisi 9 tahun 2009/2010, Drug Information Handbook (DIH) edisi
17, dan Informatorium Obat Nasional Indonesia (IONI) 2008.
G. Tata Cara Analisis Hasil
Analisis hasil penelitian dilakukan dengan melihat karakteristik pasien
berdasarkan usia, jenis kelamin. Pembagian pola peresepan berdasarkan kelas
terapi dari data yang terkumpul, kemudian dibagi ke dalam masing-masing
golongan obat, kelompok obat, nama zat aktif dan jenis obat. Sedangkan
evaluasi DTPs menggunakan metode SOAP pada masing-masing kasus
dilakukan berdasarkan pustaka yang sesuai, kemudian dihitung jumlah kasus
yang terjadi DTPs dan dikelompokkan berdasarkan jenis DTPs dan dihitung
persentasenya . Pada analisa kerasionalan pada penelitian ini mengacu pada 6
parameter DTPs tanpa mengikutsertakan parameter kepatuhan pasien dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
menggunakan obat hal ini dikarenakan penelitian ini bersifat retrospektif.
Untuk tata cara analisa hasil dilakukan sebagai berikut :
1. Karakteristik pasien
a. Persentase usia kasus pada penelitian ini dikelompokkan menjadi 4
kelompok usia, yaitu kelompok usia 45-55 tahun, kelompok usia 56-65
tahun, kelompok usia 66-75 tahun, kelompok usia 76-85 tahun.
Kemudian dihitung dengan cara membagi jumlah kasus pada tiap
kelompok usia dengan jumlah seluruh kasus kemudian dikalikan
100%.
b. Persentase jenis kelamin dikelompokkan menjadi kasus dengan jenis
kelamin laki-laki dan wanita, kemudian dihitung dengan cara membagi
antara jumlah kasus pada tiap kelompok jenis kelamin dengan jumlah
seluruh kasus kemudian dikalikan 100%.
2. Persentase kelas terapi obat pada masing-masing dikelompokkan menjadi
9 kelas terapi, dihitung dengan cara membagi antara jumlah kasus pada
tiap kelompok kelas terapi dengan jumlah seluruh kasus kemudian
dikalikan 100%.
3. Persentase golongan obat pada masing-masing dikelompokkan menjadi
kelompok obat, lalu dihitung dengan cara membagi antara jumlah kasus
pada tiap kelompok golongan obat dengan jumlah seluruh kasus
kemudian dikalikan 100%.
4. Evaluasi DTPs dijabarkan dengan menggunakan metode SOAP. Pada
bagian Subjective merupakan gambaran mengenai jenis kelamin, usia,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
diagnosis utama, diagnosis lain atau komplikasi yang menyertai, riwayat
penyakit, perjalanan penyakit, keluhan, kondisi umum, dan keadaan
pulang pasien. Objective digambarkan dengan tabel mengenai data
laboratorium dan tanda vital serta pemberian terapi selama dalam
perawatan. Sedangkan DTPs akan dijabarkan dalam bagian Assement yang
kemudian akan dipecahkan melalui Recomendation.
5. Evaluasi DTPs kemudian dirangkum, dengan mengelompokkan kasus
yang terjadi pada keenam parameter DTPs beserta jenis obat dan zat
aktifnya disertai penilaian dan rekomendasi terhadap terjadinya DTPs.
H. Kesulitan Penelitian
Kesulitan penelitian selama melakukan penelitian ini antara lain:
1. peneliti kurang memahami dan membaca resep yang ditulis oleh dokter
dalam lembar rekam medik,
2. data pada lembar rekam medis pasien tidak lengkap sehingga tidak
dapat dilakukan evaluasi terhadap rekam medik, misalnya hasil
laboratorium, diagnosis pasien, catatan keperawatan dan catatan
mengenai keluhan pasien.
3. peneliti tidak dapat mengamati kepatuhan pasien dalam terapi,
terjadinya efek samping obat dan interaksi obat dalam terapi yang
diberikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian mengenai evaluasi peresepan pada pasien DM tipe 2
dengan komplikasi hipertensi di Instalasi Rawat Inap RSUD Kebumen, Jawa
Tengah periode 2007-2009, dibagi menjadi 3 bagian yaitu gambaran
karakteristik pasien DM tipe 2 dengan komplikasi hipertensi, gambaran pola
peresepan pada pasien DM tipe 2 dengan komplikasi hipertensi, dan evaluasi
DTPs. Karakteristik pasien DM tipe 2 dengan komplikasi hipertensi meliputi
usia dan jenis kelamin. Pola peresepan pada pasien DM tipe 2 dengan
komplikasi hipertensi, meliputi :kelas terapi dan golongan obat yang diberikan
pada pasien selama dalam perawatan di Instalasi Rawat Inap RSUD Kebumen,
Jawa Tengah periode 2007-2009. Evaluasi DTPs meliputi kajian enam
parameter DTPs dijabarkan menggunakan metode SOAP dan dirangkum
dalam bentuk tabel berdasarkan kategori DTPs yang terjadi pada masing-
masing kasus.
A. Karakteristik Pasien DM Tipe 2 dengan Komplikasi Hipertensi
1. Berdasarkan kelompok usia
Distribusi berdasarkan kelompok usia bertujuan untuk mengetahui
perbandingan jumlah pasien pada kelompok usia tertentu. Dari data yang
diperoleh, pasien DM tipe 2 dengan komplikasi hipertensi di Instalasi Rawat
Inap RSUD Kebumen, Jawa Tengah periode 2007-2009 dibagi menjadi 5
46
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
kelompok usia, yaitu kelompok usia 35-44 tahun, kelompok usia 45-54 tahun,
kelompok usia 55-64 tahun, kelompok usia 65-74 tahun, dan kelompok usia
75-84 tahun. Dari data yang diperoleh jumlah pasien DM tipe 2 dengan
komplikasi hipertensi paling banyak terdapat pada usia 55-64 tahun yaitu
sebesar 27,5% dari 40 kasus yang dievaluasi.
Menurut PERKENI (2008) kasus DM tipe 2 lebih banyak ditemukan
(>90%) dibandingkan dengan DM tipe 1. DM tipe 2 timbul setelah usia 30
tahun sedangkan DM tipe 1 biasanya terjadi sebelum usia 30 tahun. Sehingga
data yang diperoleh sesuai dengan teori tersebut.
Hasil penelitian terkait usia pasien sama dengan penelitian yang
dilakukan oleh Meirinawati (2006), Herlinawati (2009), dan Aprilistyawati
(2010), yaitu mayoritas pasien berusia ≥45 tahun. Dalam hal ini, usia
merupakan salah satu faktor risiko terkait DM dan hipertensi.
Gambar 3. Diagram Karakteristik Pasien DM tipe 2 dengan Komplikasi Hipertensidi Instalasi Rawat Inap RSUD Kebumen Periode 2007-2009 BerdasarkanKelompok Usia
5%
25%
27.50%
25%
17.50%
35-44
45-54
55-64
65-74
75-84
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
2. Berdasarkan Jenis Kelamin
Karakteristik pasien DM tipe 2 dengan komplikasi hipertensi di
Instalasi Rawat Inap RSUD Kebumen, Jawa Tengah periode 2007-2009
berdasarkan kelompok jenis kelamin bertujuan untuk mengetahui
perbandingan jumlah pasien pria dan wanita yang menderita DM tipe 2
dengan komplikasi hipertensi.
Gambar 4. Diagram Karakteristik Pasien DM tipe 2 dengan Komplikasi Hipertensidi Instalasi Rawat Inap RSUD Kebumen Periode 2007-2009 BerdasarkanJenis kelamin
Dari diagram diatas menunjukkan, jumlah pasien DM tipe 2
dengan komplikasi hipertensi di Instalasi Rawat Inap RSUD Kebumen,
Jawa Tengah periode 2007-2009 lebih banyak terjadi pada wanita yaitu
sebesar 65% sedangkan pada pria sebesar 35%. Hasil dari data yang
diperoleh belum cukup mendukung bahwa penyakit DM tipe 2 dengan
komplikasi hipertensi lebih banyak diderita oleh wanita, dalam hal ini
jumlah wanita dalam keseluruhan populasi kasus (n=40) lebih banyak
dibanding pria. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Patrick
wanita, 65%
pria, 35%
wanita
pria
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
(2010) yaitu diabetes mellitus tipe 2 sedikit lebih umum pada perempuan
lebih tua dari laki-laki, karena pada wanita lebih rentan terkena risiko
prediabetes. Hal ini dikarenakan karena wanita memiliki kecenderungan
untuk makan makanan tinggi karbohidrat saat stress.
Hasil penelitian tersebut sama dengan penelitian yang dilakukan oleh
Meirinawati (2007), Herlinawati (2009) dan Aprilistyawati (2010), yaitu
masing-masing penelitian tersebut menyatakan bahwa jumlah pasien DM
tipe 2 lebih banyak terjadi pada wanita.
B. Pola peresepan Pasien DM Tipe 2 dengan Komplikasi Hipertensi di
Instalasi Rawat Inap RSUD Kebumen, Jawa Tengah
Periode 2007-2009
1. Kelas Terapi
Kelas terapi merupakan kelompok besar jenis obat yang terdiri dari
beberapa golongan obat yang memiliki sasaran pengobatan yang sama,
yang diterima pasien untuk pengobatan DM tipe 2 dengan komplikasi
hipertensi yang disertai penyakit penyerta maupun komplikasi
penyertanya. Berdasarkan data yang diperoleh, kelas terapi yang diberikan
pada pasien DM tipe 2 dengan komplikasi hipertensi di Instalasi Rawat
Inap RSUD Kebumen, Jawa Tengah periode 2007-2009 terdapat 9 kelas
terapi pengobatan DM tipe 2 dengan komplikasi hipertensi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
100.00%
12.50%
35%
80%
15%
85%
70%
90.00%
97.50%
0% 20% 40% 60% 80% 100% 120%
obat gizi dan darah
obat ginjal dan saluran kemih
obat skelet dan sendi
antibiotik
obat saluran nafas
obat saluran cerna
obat sistem saraf
obat kardiovaskular
obat antidiabetika
persentase
Gambar 5. Diagram Kelas Terapi Pasien DM Tipe 2 dengan Komplikasi Hipertensidi Instalasi Rawat Inap RSUD Kebumen, Jawa Tengah Periode 2007-2009
Pada gambar 5 diketahui bahwa penggunaan obat gizi dan darah
sebesar 100 % dari jumlah kasus keseluruhan (n=40), karena pasien DM
tipe 2 dengan komplikasi hipertensi yang berada di Instalasi Rawat Inap
RSUD Kebumen, Jawa Tengah periode 2007-2009 diberikan cairan
elektrolit, vitamin dan mineral untuk memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh
agar tetap terjaga. Kelas terapi lain yang digunakan yaitu penggunaan obat
antidiabetika hormonal sebesar 97,5% dari jumlah kasus keseluruhan
(n=40) , hal ini terkait dengan penanganan kadar glukosa dalam darah
yang cukup tinggi akibat resistensi insulin pada pasien DM tipe 2. Obat
kardiovaskular juga diberikan dalam pengobatan pasien DM tipe 2 dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
komplikasi hipertensi yaitu sebesar 90% dari jumlah kasus keseluruhan
(n=40), penggunaan obat ini bertujuan untuk mengatasi dan menurunkan
tekanan darah serta mencegah komplikasi kardiovaskular yang lebih
serius.
2. Golongan Obat
a. Obat Antidiabetika
Obat antidiabetika merupakan obat yang digunakan dalam
mengatasi dan menurunkan kadar glukosa darah yang tinggi akibat
glukosa darah tidak dapat masuk ke dalam sel dan jaringan karena adanya
kerusakan sel β pulau Langerhans pada pankreas sehingga sekresi insulin
terganggu dan mengakibatkan terjadinya resistensi insulin.
Obat antidiabetika yang banyak digunakan sebagai pengobatan
pada pasien DM yaitu Reguler Insulin (RI). RI diberikan secara injeksi sub
cutan (s.c) atau dapat pula diberikan bersama drip insulin dengan
dicampurkan pada cairan infus. Pemberian insulin secara parenteral, yaitu
sub kutan (s.c) ini disebabkan insulin merupakan suatu hormon yang akan
rusak oleh enzim pencernaan.
Tabel VI. Obat Antidiabetika pada pasien DM tipe 2 dengan Komplikasi Hipertensidi Instalasi Rawat Inap RSUD Kebumen, Jawa Tengah Periode 2007-2009.
GolonganObat
Kelompok NamaGenerik
NamaDagang
Σ Persentase
- 19 47,5%Insulin - regulerinsulin Actrapid ® 1 2,5%
glikuidon - 4 10%Sulfonilureaglimepiride Metrix® 11 27,5%
- 10 25%
Obatantidiabetika
oral Biguanide metforminNevox® 4 10%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Dari tabel VI diketahui bahwa obat antidiabetika yang paling banyak
diberikan pada pasien DM tipe 2 dengan komplikasi hipertensi di Instalasi
Rawat Inap RSUD Kebumen, Jawa Tengah periode 2007-2009 yaitu RI
sebanyak 47,5%. Hal ini disebabkan pengunaan insulin dapat memberikan
efek yang lebih cepat karena diberikan melalui injeksi parenteral daripada
obat antidiabetika lain yang diberikan secara oral. Subjek yang diamati
adalah pasien DM tipe 2 dengan komplikasi hipertensi yang berada di
Instalasi Rawat Inap, maka penggunaan dan pemberian insulin dipantau
atau diawasi oleh tenaga kesehatan. Pemberian insulin dapat
mengakibatkan kadar kalium dalam tubuh menjadi turun karena insulin
dapat menghambat masuknya kalium ke dalam sel, sehingga selama
dalam pemberian insulin perlu pemantauan kadar kalium tubuh.
Menurut Katzung (2007) mekanisme obat antidiabetika golongan
sulfonilurea yaitu meningkatkan sekresi insulin dengan menstimulasi
pankreas sehingga kadar glukosa dalam darah menurun. Pemberian obat
antidiabetika golongan sulfonilurea ini dapat menyebabkan terjadinya
hipoglikemia, sehingga dalam penggunaan obat antidiabetika golongan
sulfonilurea dosis yang diberikan harus bertahap agar tidak terjadi syok
hipoglikemia. Penggunaan obat golongan biguanid memiliki mekanisme
kerja yaitu meningkatkan sensitifitas sel terhadap insulin agar glukosa
dapat masuk dalam jaringan. Obat antidiabetika golongan biguanid adalah
metformin, penggunaan metformin tidak menyebabkan terjadinya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
hipoglikemia karena metformin tidak menstimulasi pankreas untuk
produksi insulin.
b. Obat Kardiovaskular
Pasien DM tipe 2 dengan komplikasi hipertensi diberikan golongan
obat kardiovaskular untuk mengatasi hipertensi pada pasien tersebut.
Kadar glukosa darah pasien DM tipe 2 yang tinggi menyebabkan darah
menjadi lebih kental, hal ini menyebabkan jantung bekerja lebih keras
untuk bisa memompa darah ke seluruh tubuh. Tingginya kadar glukosa
darah juga dapat menyebabkan terjadinya penebalan dinding pembuluh
darah yang berujung pada terjadinya atherosklerosis. Atherosklerosis yang
terjadi pada pembuluh darah arteri koroner akan menyebabkan penyakit
jantung koroner, sedangkan yang terjadi pada pembuluh darah serebral,
akan menyebabkan stroke atau infark. Selain itu atherosklerosis yang
terjadi pada pembuluh darah perifer dapat menyebabkan tekanan darah
menjadi naik yang berakibat hipertensi.
Tabel VII. Obat Kardiovaskular pada Pasien DM tipe 2 dengan KomplikasiHipertensi di Instalasi Rawat Inap RSUD Kebumen, Jawa TengahPeriode 2007-2009
GolonganObat
Kelompok Nama Generik Nama Dagang Σ Persentase
- 11
27,5%captopril
Tensicap® 1 2,5%- 1 2,5%
Noperten® 5 12,5%lisinopril
Linoxal® 1 2,5%
ACEinhibitor
ramipril Ramixal® 2 5%irbesartan Iritensa® 9 22,5%
Antihipertensi
Angiotensin reseptorblockers
losartan Angioten® 5 12,5%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Amlodipin® 1 2,5%Calsivask® 2 5%
amlodipinbesylat
Divask® 1 2,5%amlodipin
maleatAmdixal® 5 12,5%
- 1 2,5%
Antiangina CalsiumChannelBlockers
nifedipinAdalat Oros® 2 5%
Lanjutan tabel VIII...Golongan
ObatKelompok Nama Generik Nama Dagang Σ Persenta
sebisoprolol - 1 2,5%
- 2 5%PenyekatBeta (β) propanolol
Farmadral® 1 2,5%isosorbidemononitrate
Monecto® 7 17,5%
ISDN® 1 2,5%
GolonganNitrat
isosorbidedinitrate Farsobid® 1 2,5%
- 2 5,0%Lasix® (inj.) 5 12,5%Lasix® (oral) 1 2,5%Farsix® (inj) 1 2,5%
Diuretikkuat
furosemid
Farsix® (oral) 1 2,5%Spironolakton® 2 5,0%spironolactonCarpiaton® 3 7,5%
Diuretik
Golonganlain
Manitol Otsu-manitol®
(inj)1 2,5%
Digoksin Digoksin - 2 5,0%Dopamine dopamine - 1 2,5%
Obat jantung
Golonganlain
amiodaroneHCl
Tiaryt® 2 5,0%
GolonganStatin
atorvastatin Ca Lipitor® 1 2,5%Obatdislipidemia
Golonganklofibrate
fenofibrate Yosenob® 1 2,5%
tranexamic acid Kalnex® (inj) 5 12,5%Obathemostatik
-menadione HCl Vitamin K (inj) 1 2,5%
Obathemorheologi
- pentoxifillin Reotal® (inj) 2 5,0%
flunarizine Frego® 4 10%Brainact® (oral) 1 2,5%citicolineBrainolin® (inj) 4 10%
Obatvasodilatorperifer danactivatorcerebral
- Brenax® 1 2,5%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
- 3 7,5%Aspilet® 7 17,5%Aptor® 3 7,5%Farmasal® 1 2,5%
Acetosal
Proxim® 1 2,5%Ticlopidin HCl Cartrilet® 3 7,5%clopidogrel Pladogrel® 1 2,5%
Antiplatelet,fibrinolitik,
antikoagulan
CPG® 5 12,5%
Dari tabel VIII diketahui bahwa obat-obat kardiovaskular yang
paling banyak digunakan adalah kelompok ACE inhibitors (52,5%) yaitu
captopril (30%), linoxal® (17,5%), ramixal® (5%). Kelompok Angiotensin
Reseptor Blockers (ARBs) sebanyak 35% yaitu irbesartan (22,5%) dan
losartan (12,5%), sedangkan Calsium Channel Blokers sebanyak 30%
yaitu amlodipin besylat (10%), amlodipin mesylat (12,5%) dan nifedipin
(7,5%).
Pasien DM tipe 2 dengan komplikasi hipertensi, tekanan darah
yang diharapkan adalah <130/80 mmHg. Angiotensin I adalah hasil
hidrolisis angiotensinogen yang dihasilkan di hati oleh hormon renin yang
dihasilkan oleh ginjal. Angiotensin I akan diubah menjadi angiotensin II
oleh suatu enzim yaitu ACE yang dihasilkan oleh paru-paru. Angiotensin
II akan menempel pada reseptor AT1 yang terletak pada kelenjar adrenal
yang dapat meningkatkan sekresi aldosteron. Aldosteron menyebabkan
reabsorbsi cairan dan sodium dari ginjal sehingga volume plasma menjadi
meningkat dan tekanan darah menjadi naik. Mekanisme angiotensin
converting enzyme yaitu menurunkan tekanan darah dengan cara
menghambat pembentukkan angiotensin I menjadi angiotensin II.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Mekanisme kelompok angiotensin reseptor blockers yaitu menghambat
angiotensin II agar tidak menempel pada reseptor AT1 dengan demikian
tekanan darah akan turun. Efek samping dari angiotensin reseptor blockers
yaitu batuk kering karena angiotensin reseptor blockers dapat
meningkatkan metabolisme brandikinin yang merupakan mediator batuk.
Calsium channel blockers bekerja dengan cara menghambat
masuknya ion Ca+ ke dalam sel. Ion Ca+ ini berperan dalam kontraksi otot
maka ketika jumlah Ion Ca+ dalam sel sedikit maka terjadi vasodilatasi
pada otot. Pemberian calsium channel blockers bersama dengan kalsium
akan menurunkan efek dari calsium channel blocker karena makin banyak
kalsium yang masuk akan menyebabkan kontraksi otot.
Mekanisme kerja diuretik dalam menurunkan tekanan darah adalah
dengan mengeksresi cairan melalui ginjal sehingga menyebabkan
penurunan volume darah yang berefek pada penurunan cardiac output.
Tingginya kadar glukosa dalam darah pada pasien DM tipe 2
menyebabkan darah menjadi kental dan sukar membeku sehingga
menyebabkan proses pembekuan darah berlangsung lama, sehingga untuk
mengatasi kondisi tersebut diperlukan antikoagulan. Antiplatelet bekerja
dengan cara mengurangi agregasi platelet sehingga dapat menghambat
pembentukkan trombus pada pembuluh arteri, sedangkan fibrinolitik
bekerja sebagai trombolitik dengan cara mengaktifkan plasminogen
menjadi plasmin, yang kemudian mendegradasi fibrin dan memecah
trombus. Pemberian golongan obat antikoagulan, antiplatelet dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
fibrinolitik dapat mencegah komplikasi dari penyakit kardiovaskular akibat
trombus dan penyakit serebrovaskular seperti stroke, serta menurunkan
risiko meningkatnya tekanan darah akibat atheroskelorosis akibat trombus.
c. Obat Sistem Saraf
Obat sistem saraf kelompok antidepresan dan ansiolitik berfungsi
untuk membantu pasien mengatasi kecemasan akibat stress dengan cara
meningkatkan neurotransmisi Gamma Amino Butyric Acid (GABA), suatu
neurotransmitter penghambat stress.
Tabel IX. Obat Sistem Saraf pada Pasien DM tipe 2 dengan Komplikasi Hipertensidi Instalasi Rawat Inap RSUD Kebumen, Jawa Tengah Periode 2007-2009
GolonganObat
Kelompok Nama Generik Nama Dagang Σ Persentase
amitripillin Amitripiliin® 1 2,5%Antidepresan Antidepresantrisiklik estazolam Esilgan® 1 2,5%
Betahistine® 3 4,5%Antivertigo betahistinemesylate Mertigo® 12 30%
Diazepam®
(Inj.)1 2,5%diazepam
Diazepam® 1 2,5%Alpazolamo® 3 7,5%
Ansiolitik
alprazolamZypras® 13 32,5%
- 6 15%Extra
Parasetamol®1 2,5%
paracetamol
Progesic® 1 2,5%
Analgesikdan
antipiretik
metamizoleNa
Novalgin®
(Inj.)1 2,5%
Praptopril®
(Oral)1 2,5%
Praptopril®
(Inj.)2 5,0%
Neurotam® 5 12,5%Piracitam® 1 2,5%
Nootropikdan
Neurotonik
Piracetam
Piracetam®
(Inj.)4 10%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Kalmeco®
(Oral)2 5,0%
Lapibal® 1 2,5%
mecobalamine
Kalmeco®
(Inj)1 2,5%
SuplemenALA
alpha-lipoic-acid
Mecola® 5 12,5%
AntiParkinson
levodopa Leparson® 1 2,5%
Dari tabel IX diketahui bahwa penggunaan ansiolitik sebanyak
47,5% yaitu Alprazolam® (40%), Diazepam (5%) dan Clobazam (2,5%),
serta penggunaan ALA sebanyak 12,5%.
Obat ansiolitik digunakan untuk mengatasi insomnia pada pasien
DM tipe 2 dengan komplikasi hipertensi. Insomnia yang dialami pasien
dapat disebabkan oleh nyeri, gatal-gatal, dan rasa sakit akibat luka.
Antidepresan hanya digunakan dalam kondisi depresi klinik atau gangguan
panik saat pengobatan (Badan POM RI, 2008).
Antivertigo dan analgesik digunakan untuk mengatasi vertigo, rasa
nyeri, dan pusing yang dialami pasien DM tipe 2 dengan komplikasi
hipertensi akibat tingginya tekanan darah. Alpha lipoic acid (ALA)dengan
nama dagang Mecola® digunakan sebagai antioksidan untuk membantu
mencegah dan memperbaiki kerusakan sel yang disebabkan radikal bebas.
Penggunaan ALA berguna dalam pengobatan neuropati diabetikum.
d. Obat Saluran Cerna
Obat saluran cerna yang diberikan kepada pasien DM tipe 2
dengan komplikasi hipertensi yaitu golongan obat antitukak meliputi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
ranitidin HCl (82,5%) dan metocholpramide HCl (17,5%) sebagai
antiemetik. Penggunaan antitukak dan antiemetik diberikan untuk
mengatasi rasa mual dan muntah serta rasa tidak nyaman di saluran
pencernaan. Hal ini disebabkan efek samping dari pemberian obat-obat
yang digunakan dalam pengobatan DM tipe 2 dengan komplikasi
hipertensi yaitu mual dan muntah serta rasa tidak nyaman di saluran
pecernaan. Menurut IONI 2008 (BPOM, 2008) obat antidiabetika oral
golongan obat antidiabetika oral seperti kelompok sulfonilurea
(glibenklamid, gliklazid dan glimepirid) dan kelompok biguanid
(metformin HCl) memiliki efek samping menimbulkan mual dan muntah,
gangguan pada otot usus besar, anokresia sementara, nyeri perut dan diare.
Tabel X. Obat Saluran Cerna pada Pasien DM tipe 2 dengan KomplikasiHipertensi di Instalasi Rawat Inap RSUD Kebumen, Jawa Tengah Peride2007-2009
GolonganObat
Kelompok Nama Generik NamaDagang
Σ Persentase
Ranitidin®
(Inj.)10 25%
Rantin®
(Inj.)17 42,5%
Renatac®
(Inj.)6 15%
Antagonishistamin
H2
ranitidin
Radin® 8 20%ProtonPump
Inhibitor
lansoprazole Lancid® 2 5,0%
Kelatordan
senyawakompleks
sucralfate Inpepsasuspensi®
13 32,5%
Antitukak
(Antasid,antiulserasi
danantirefluks)
Golonganlain
antasida DOENsuspensi
- 4 10%
ondansetron Onetic®
(Inj.)5 12,5%Antiemetik
(RegulatorGIT,
-
metochlorprami Piralen® 6 15%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
(Inj.)de HClRaelonid®
(Inj.)1 2,5%
antiflatulan,dan
antiinflamasi)domperidone Vometa® 5 12,5%
Antidiare - Attapulgite NewDiatabs®
2 5,0%
e. Obat Saluran Pernafasan
Obat saluran pernafasan diberikan pada pasien DM tipe 2 dengan
komplikasi hipertensi bertujuan untuk mengatasi penyakit penyerta
khususnya pada saluran pernafasan.
Tabel XI. Obat Saluran Nafas pada Pasien DM Tipe 2 dengan KomplikasiHipertensi di Instalasi Rawat Inap RSUD Kebumen, Jawa TengahPeriode 2007-2009
GolonganObat
Kelompok NamaGenerik
NamaDagang
Σ Persentase
- 1 2,5%ambroxolLapimuc® 2 5,0%
Preparatanti asmadan PPOK
Bronkodilator
aminofillin - 1 2,5%codein Codein® 1 2,5%Antitusif
OBH syrup - 1 2,5%Obat batukdan pilek
Ekspetorant bromhexineHCl
Mucohexim® 1 2,5%
Dari tabel XI dapat dilihat bahwa obat saluran pernafasan kelompok
bronkodilator sebagai preparat antiasma dan Penyakit Paru Obstruktif
Kronik (PPOK) paling banyak diberikan (10%) lalu diikuti dengan
antitusif (5%) dan ekspektoran (2,5%).
Bronkodilator berfungsi untuk memperlebar lumen saluran udara di
paru-paru (bronkus) sehingga sesak nafas yang dialami pasien menjadi
berkurang dan pasien dapat bernafas dengan nyaman dan normal. Antitusif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
berfungsi untuk menekan batuk kering (tanpa dahak) dan mengurangi
frekuensi batuk, sedangkan ekspektoran berfungsi untuk membantu
mengencerkan dan mengeluarkan dahak serta mengurangi frekuensi batuk
dan melegakan tenggorokan.
f. Antibiotik
Antibiotik digunakan dalam pengobatan pasien DM tipe 2 dengan
komplikasi hipertensi sebagai antibakteri terutama pada pasien yang
menderita ulkus diabetika. Luka pada pasien DM tipe 2 yang menderita
ulkus diabetika akan lebih sulit sembuh, hal ini disebabkan kadar glukosa
dalam darah yang tinggi akan menjadi lingkungan perkembangbiakan
yang baik untuk bakteri sehingga menimbulkan infeksi pada luka. Selain
untuk mengatasi ulkus diabetika, antibiotik yang diberikan dapat
digunakan untuk pengobatan infeksi saluran kencing (ISK), infeksi saluran
nafas atas (ISPA) dan sepsis. Hal ini disebabkan pada pasien dengan
penyakit DM tipe 2 menyebabkan pasien rentan terhadap infeksi.
Dari tabel XII terlihat bahwa golongan antibiotik yang paling
banyak digunakan adalah antibiotik golongan sefalosporin yaitu
Cefotaxime (Inj.) (52,5%), dan golongan Metronidazole yaitu Farnat®
(Inj.) (17,5 %).
Tabel XII. Golongan Antibiotik pada Pasien DM Tipe 2 dengan KomplikasiHipertensi di Instalasi Rawat Inap RSUD Kebumen, Jawa TengahPeriode 2007-2009
GolonganObat
Kelompok Nama Generik NamaDagang
Σ PersentaSe
- 21 52,5%Antibiotik Sefalosporindan β-lactam
cefotaxime(Inj.) Clatax® 1 2,5%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
(Inj.)- 1 2,5%cefixime
Cefspan® 2 5,0%ceftriaxon
(Inj.)3 7,5%
cefodroxil 1 2,5%Sharox®
(Oral)3 7,5%cefuroxime
Sharox®
(Inj)1 2,5%
Sulbactam sulbactam Stabactam® 1 2,5%- 1 2,5%Quinolon levofloxacin
Cravit® 1 2,5%Metrodani-
zol®5 12,5%
Farnat®
(Inj.)7 17,5%
Metrodanizole metrodanizole
Bicnat® 5 12,5%Penicilline ampicillin - 1 2,5%
Menurut IONI 2008 (BPOM, 2008), sefalosporin merupakan
antibiotik spektrum luas yang digunakan untuk terapi septikemia,
pneumonia, meningitis, infeksi saluran empedu, peritonitis, dan infeksi
saluran urin. Cefotaxim, ceftriaxon, cefixime merupakan sefalosporin
golongan ketiga yang spektrum antibakterinya luas ini dapat mencegah
infeksi dari bakteri atau jamur yang resisten.
g. Obat Skelet dan Sendi
Tabel XIII. Obat Skelet dan Sendi pada Pasien DM Tipe 2 dengan KomplikasiHipertensi di Instalasi Rawat Inap RSUD Kebumen, Jawa TengahPeriode 2007-2009
GolonganObat
Kelompok Nama Generik NamaDagang
Σ Persentase
Puricema® 1 2,5%- allopurinolUrica® 2 5,0%
Hiperurisemiadan GOUT
OAINS ketoprofen Kaltrofen®
(Inj.)3 7,5%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Pronalges®
(Inj.)1 2,5%
dexamethasone Dexa-M®
(Inj.)1 2,5%
asammefanamat
AsamMefanamat®
1 2,5%
meloxicam Meloxicam® 1 2,5%na diklofenak Divaltar ® 2 5,0%
ketorolactromethamine
Ketorolac®
(Inj.)1 2,5%
Muskoskeletal - - Fitbon® 1 2,5%
Dari tabel XIII terlihat bahwa kelompok NSAID yang paling
banyak digunakan yaitu ketoprofen (10%) dan allopurinol (7,5%).
Non Steroid Anti Inflamatory Drug (NSAID) merupakan kelompok
obat yang banyak diberikan untuk pengobatan radang (inflamasi) yang
terjadi akibat ulkus diabetika. Allopurinol berfungsi untuk menekan proses
reumatik yang terjadi akibat kadar asam urat yang tinggi, sehingga dapat
mengurangi reumatik pada pasien yang kadar asam urat yang tinggi.
Sedangkan muskoskeletal dengan nama dagang Fitbon® berfungsi sebagai
suplemen untuk menjaga fungsi persendian.
h. Obat Ginjal dan Saluran Kemih
Tabel XIV. Obat Ginjal dan Saluran Kemih pada Pasien DM Tipe 2 denganKomplikasi Hipertensi di Instalasi Rawat Inap RSUD Kebumen, JawaTengah Periode 2007-2009
GolonganObat
Kelompok Nama Generik NamaDagang
Σ Persentase
ObatSaluranKemih
ketoacids essensial,L-lysine acetate, L-
tyrosine, L-threonine,L-tryptophan.
Tonar® 5 12,5%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Obat ginjal dan saluran kemih digunakan pada DM tipe 2 dengan
komplikasi hipertensi yang mengalami gangguan pada ginjal. Manifestasi
gangguan ginjal dapat diakibatkan karena tekanan darah diastole lebih dari
80-90 mmHg. Pasien dengan gangguan ginjal selain diet protein, maka
harus diberikan obat yang berfungsi untuk melindungi dan menjaga ginjal
agar kerusakan ginjal tidak terlalu parah.
i. Obat Gizi dan Darah
Obat gizi dan darah digunakan untuk menjaga dan meningkatkan
kondisi tubuh pasien sehingga diharapkan mampu mempercepat proses
penyembuhan, menjaga organ tubuh agar tetap berfungsi secara optimal,
menambah tenaga, serta memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh. Mineral
ditambahkan untuk membantu mengatasi hipokalemia akibat efek samping
beberapa obat diuretik dan antihipertensi, sehingga dengan diberikannya
mineral diharapkan keseimbangan mineral dalam tubuh akan tetap terjaga.
Tabel XV. Obat Gizi dan Darah pada Pasien DM Tipe 2 dengan KomplikasiHipertensi di Instalasi Rawat Inap RSUD Kebumen, Jawa TengahPeriode 2007-2009
GolonganObat
Kelompok NamaGenerik
Nama Dagang Σ Persentase
- 2 5,0%Neurodex® 9 22,5%Bioneuron® 1 2,5%
Vit. Bcomplex
Allinamin®
inj.1 2,5%
Zegavit® 1 2,5%Imunos® 1 2,5%
Rebal plus® 1 2,5%Lapibion® 1 2,5%
Suplemenpenunjang
Vitamin dansuplemenpenunjang
oral
Vitamindan
mineral
Escovit® 1 2,5%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Hepabalance® 2 5,0%Imesco® 1 2,5%Lesipar® 1 2,5%Vioxy® 1 2,5%
Lipesco® 1 2,5%Retivit® 1 2,5%
Enercore® 1 2,5%Hepamax® 1 2,5%
Vitamin dansuplemenpenunjangparenteral
vitamindan
suplemenharian
Cernevit®
(Inj.)3 7,5%
Dextrosa 5%+ SD 40
1 2,5%
Dextrosa10%
1 2,5%
glukosa
Martos® 1 2,5%Assering® 1 2,5%
InfusIntravena
elektrolitRinger Laktat 39 97,5%
Oral elektrolit Renapar® 2 5,0%
Cairan danelektrolit
kalsium Kalk® 1 2,5%
Pada tabel XV diketahui bahwa pemberian elektrolit merupakan
terapi yang paling banyak diberikan pada pasien DM tipe 2 dengan
komplikasi hipertensi yaitu sebesar 100% meliputi ringer laktat (97,5%),
lalu pemberian dextrose 5% dan 10% diberikan untuk pasien DM tipe 2
dengan kondisi hipoglikemia agar kadar glukosa dalam darah tetap terjaga.
Kalium merupakan salah satu ion penting dalam cairan intraseluler,
apabila banyak mengkonsumsi kalium maka konsentrasi kalium dalam
cairan intrasesluler akan meningkat, sehingga untuk mengatasi
ketidakseimbangan dalam cairan intraseluler dengan proses osmotis akan
menarik cairan dari lingkungan luar sel (ekstraseluler) hingga mencapai
kondisi seimbang sehingga dapat menurunkan tekanan darah. Pemberian
obat antihipertensi ACE inhibitor bersamaan dengan kalium akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
mengakibatkan hiperkalemia sehingga kadar kalium dalam tubuh harus
diawasi atau dipantau.
Ringer laktat mengandung komposisi terbesar natrium klorida
(NaCl) dan natrium laktat. Menurut BPOM 2008, penggunaan natrium
klorida dalam larutan isotonik menyediakan ion ekstrasel yang paling
penting dalam kadar yang mendekati fisiolgis. Natrium klorida
diindikasikan untuk kehilangan natrium yang timbul akibat keadaan
diabetik. Penggunaan NaCl dan larutan glukosa diindikasikan bila ada
kehilangan air dan natrium sekaligus. Penyakit dan luka dapat
menyebabkan sekresi hormon antidiuretik sehingga terjadi kemampuan
eksresi kelebihan air. Diare hebat dan muntah yang persisten dapat
menyebabkan kehilangan natrium, kalium, klorida dan air sehingga perlu
di berikan cairan elektrolit infus NaCl IV, larutan infus glukosa 5% IV
dengan kalium yang sesuai.
C. Kajian Drug Therapy Problems (DTPs)
Drug Therapy Problems (DTPs) yang akan diamati pada penelitian
ini, meliputi : ada indikasi penyakit tanpa obat, ada terapi obat tanpa
indikasi, pemakaian obat yang tidak efektif, adverse drug reaction dan
interaksi obat, dosis yang diterima pasien terlalu rendah, dosis yang
diterima pasien terlalu tinggi. Tujuan dilakukannya evaluasi DTPs untuk
mengetahui dan mengamati masalah-masalah yang terkait dengan
peresepan pada pasien DM tipe 2 dengan komplikasi hipertensi di
Instalasi Rawat Inap RSUD Kebumen, Jawa Tengah periode 2007-2009.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
1. Ada indikasi penyakit tanpa obat
Tabel XVI. Kejadian DTPs Ada Indikasi Tanpa Obat pada Pasien DM Tipe 2dengan Komplikasi Hipertensi di Instalasi Rawat Inap RSUDKebumen, Jawa Tengah Periode 2007-2009
No.Kasus
DTPs Rekomendasi
1 Pasien tidak mendapat terapi untukmengatasi SGOT dan SGPT yangmelebihi nilai normal.
Memantau kadar SGOTdan SGPT pada paseien.Berikan Curcuma 1-2tablet 3 x1 sehari (MIMS)
2 Pasien tidak mendapat terapi untukmengatasi SGOT dan SGPT yangmelebihi nilai normal.
Memantau kadar SGOTdan SGPT pada paseien.Berikan Curcuma 1-2tablet 3 x1 sehari (MIMS)
5 Pasien tidak mendapat terapianemia, dengan hasil tesmenunjukkan angka LED tinggidiatas normal dan angka HMTyang lebih rendah dari angkanormal dapat menandakan adanyaanemia.
Pasien diberi terapisuplemen penambah darahyaitu Sangobion® 1x1sehari.
7 Pasien tidak mendapat terapi untukhipertensi.
Pasien diberi obatantihipertensi dengan dosisyang sesuai, yaituCaptopril 12,5 mg 3x1sehari.
9 Pasien tidak mendapat terapi untukmengatasi SGOT dan SGPT yangmelebihi nilai normal.
Memantau kadar SGOTdan SGPT pada pasien.Berikan Curcuma 1-2tablet 3 x1 sehari (MIMS)
12 Pasien tidak mendapat terapi untukhipertensi.
Pasien diberi obatantihipertensi dengan dosisyang sesuai, yaituCaptopril 12,5 mg 3x1sehari.
14 Pasien tidak mendapat terapi untuknyeri dan bengkak di keduakakinya akibat ulkus DM.
Pasien diberi terapi OAINSyaitu Asam Mefanamat3x1 sehari.
15 Pasien tidak mendapat obatantidiabetika untuk menurunkankadar glukosa pada awal masukrumah sakit
Pasien diberi obatantidiabetika yaitu RIdengan dosis yang sesuaiyaitu 40 IU/ml, diberikansecara sub kutan (BPOM,2008).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
25 Pasien tidak mendapat terapi untukmengatasi SGOT dan SGPT yangmelebihi nilai normal.
Memantau kadar SGOTdan SGPT pada paseien.Berikan Curcuma 1-2tablet 3 x1 sehari (MIMS)
29 Pasien tidak mendapat terapi untukmengatasi SGOT dan SGPT yangmelebihi nilai normal.
Memantau kadar SGOTdan SGPT pada paseien.Berikan Curcuma 1-2tablet 3 x1 sehari (MIMS)
30 Pasien tidak mendapat terapi untukmengatasi SGOT dan SGPT yangmelebihi nilai normal.
Memantau kadar SGOTdan SGPT pada paseien.Berikan Curcuma 1-2tablet 3 x1 sehari (MIMS)
39 Pasien tidak mendapat terapi untukmengatasi SGOT dan SGPT yangmelebihi nilai normal.
Memantau kadar SGOTdan SGPT pada paseien.Berikan Curcuma® 1-2tablet 3 x1 sehari (MIMS)
Dari tabel XVI terlihat bahwa DTPs ada indikasi penyakit tanpa obat
pada pasien DM tipe 2 dengan komplikasi hipertensi cukup banyak terjadi
yaitu 20 %. Hal ini dikarenakan sebagian besar pasien tidak mendapat obat
untuk keluhan yang mereka rasakan. Dari beberapa DTPs pasien dengan
DM tipe 2 tidak diberikan obat antidiabetika padahal obat ini sangat
berguna untuk mengontrol laju glukosa darah pasien agar tidak terlampau
tinggi. Komplikasi hipertensi pada pasien juga tidak diberikan terapi
padahal tekanan darah termasuk tinggi sehingga perlu diberikan obat untuk
menurunkan dan mengontrol tekanan darah agar tetap stabil.
Pada tabel XVIII pada nomor kasus 1, 2, 9, 25, 29, 30 dan 39 terlihat
bahwa peningkatan SGOT dan SGPT pada pasien dapat mengindikasikan
adanya gangguan pada hati, maka perlu diberikan suplemen tambahan
yaitu Curcuma® 1-2 tablet 3 x1 sehari. Sebaiknya SGOT dan SGPT perlu
dipantau setiap harinya selama penggunaan captopril karena efek samping
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
dari penggunaan captopril diantaranya sakit kuning (hepatoseluler atau
kolestatik) (IONI, 2008) . Menurut Compean, Quintana, Gonzalez, dan
Garza (2009) hati memegang peranan penting dalam metabolisme glukosa
dimana hati dapat menyimpan glikogen dan memproduksi glukosa melalui
glikogenolisis dan glukoneogenesis. Pada keadaan fisiologis, hepatosit
merupakan tempat utama metabolisme glukosa hati. Insulin merupakan
mediator utama pada hemostasis glukosa dan setiap perubahan aksinya
akan menyebabkan gangguan metabolisme glukosa. Enzim GPT
ditemukan dalam hati, ginjal, dan otot rangka. Ketika sel-sel hati rusak,
GOT dan GPT meningkat terutama pada awal penyakit. Tingkat enzim
tersebut sangat berguna dalam menilai perubahan fungsi hati dan sirosis
aktif. Menurut Sutedjo (2009) peningkatan SGOT kurang dari 3 kali nilai
normal maka dapat disebabkan akibat sirosis hepatik, untuk peningkatan
3-5 kali nilai normal maka dapat disebabkan akibat, aritmia jantung, gagal
jantung kongesti, tumor hati, sedangkan peningkatan lebih dari 5 kali nilai
normal dapat disebabkan karena kerusakan hepatoseluler, infark jantung,
pankreatitis akut. Peningkatan SGOT-SGPT 1-3 kali nilai normal
mengindikasikan pankreatitis, perlemakan hati, sirosis, untuk peningkatan
3-10 kali nilai normal mengindikasikan hepatitis kronik, infark miokard,
infeksi mononuklear.
Menurut Loho (2009) peningkatan laju endap darah merupakan
respons yang tidak spesifik terhadap kerusakan jaringan dan merupakan
petunjuk adanya penyakit seperti inflamasi, infeksi, tuberkulosis, demam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
rematik, artritis dan nefritis. Orang yang anemia, dalam kehamilan dan
para lansia memiliki nilai LED yang tinggi. Pada kasus dengan keluhan
mudah lelah dan pandangan berkunang-berkunang, kemungkinan besar
terdiagnosis anemia, biasanya didukung dengan nilai Hemoglobin (Hb)
atau nilai Hematokrit (HMT) yang rendah. Faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi Laju Endap Darah (LED) adalah faktor eritrosit, faktor
plasma dan faktor teknik. Jumlah eritrosit yang kurang dari normal, ukuran
eritrosit yang lebih besar dari normal dan eritrosit yang mudah
beraglutinasi akan menyebabkan Laju Endap Darah (LED) cepat. Menurut
Sutedjo (2009) penurunan Hematokrit (HMT) terjadi pada pasien
kehilangan darah akut, anemia, leukimia, serosis hepatis, kehamilan,
artritis rheumathoid dan ulkus peptikum.
2. Ada terapi obat tanpa indikasi
Kejadian terapi obat tanpa indikasi tidak ditemukan dalam 40 kasus
pada pasien DM tipe 2 dengan komplikasi hipertensi di Instalasi Rawat
Inap RSUD Kebumen, Jawa Tengah periode 2007-2009.
3. Pemakaian obat yang tidak efektif
Kejadian pemakaian obat yang tidak efektif tidak ditemukan dalam
40 kasus pada pasien DM tipe 2 dengan komplikasi hipertensi di Instalasi
Rawat Inap RSUD Kebumen, Jawa Tengah periode 2007-2009.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
4. Terjadi Adverse Drug Reaction (ADR) dan interaksi obat
Kejadian DTPs yang berupa ADR dan interaksi obat dengan
persentase sebesar 20% dari 40 kasus yang terjadi.
Tabel XVII. Kejadian DTPs berupa ADR dan Interaksi Obat pada Pasien DM Tipe2 dengan Komplikasi Hipertensi di Instalasi rawat Inap RSUDKebumen, Jawa Tengah Periode 2007-2009
No. Kasus Drug Therapy Problems Rekomendasi14 Penggunaan antagonis
angiotensin II dapat berinteraksidengan obat diuretikmenyebabkan syok hipotensidan peningkatan risikohiperkalemia.
Penggunaan sebaiknya tidakbersamaan dan pemberiandiberi jarak waktu agar tidakterjadi syok hipotensi, danmemantau kadar kalium adapasien
26 Pemberian digoxin danfarmadial (penyekat beta)secara bersamaan dapatmenambah laju kerja jantung.Pemberian digoxin dandopamin dapat meningkatkanlaju kerja jantung.
Farmadial(golongan penyekatbeta) sebaiknya digantidengan pemberian Captopril12,5 mg 2 x1 sehari.Sebaiknya diberikan salahsatu saja dari kedua obatjantung yang diberikan.
34 Penggunaan spironolakton dandigoxin akan meningkatkankadar digoxin dalam plasmabila diberikan secarabersamaan.Secara teori, penggunaandiuretik dan penghambat ACEsecara bersamaan berpotensialdapat mengakibatkanpeningkatan efek syok hipotensidan peningkatan risikohiperkalemia.
Sebaiknya pemberian obatyang diberikan secarabersamaan dihindari denganmemberikan jarak minumobat dan sebaiknya hentikanpemakaian salah satu obat.Untuk penggunaan diuretikdan ACE bersamaanhendaknya tekanan darahpasien dipantau terus untukmencegah syok hipotensi,bila terjadi syok hippotensimaka hentikan salah satupemberian obat.
35 ISDN dan captopril dapatmeningkatkan efek hipotensibila diberikan secara bersamaan
Sebaiknya penggunaan diberijarak minum obat antara obatyang satu dengan yan lain(penggunaan bergantian).
ADR ini terjadi karena penggunaan obat secara bersamaan sehingga
perlu diperhatikan dalam pemberiannya, kejadian ini dapat ditanggulangi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
dengan cara memberikan obat secara bergantian dan tidak bersamaan
(mengatur jarak waktu pemberian obat) atau penggunaan hanya salah satu
obat saja.
Menurut IONI 2008 interaksi antara antagonis angiotensin II dengan
diuretik yaitu diuretik hemat kalium dan antagonis aldosteron dapat
meningkatkan efek hipotensi dan meningkatkan risiko hiperkalemia.
Kadar kalium pada pasien DM tipe 2 dengan komplikasi hipertensi juga
perlu dipantau agar tidak terjadi hiperkalemia akibat pemberian antagonis
angiotensin II dan diuretik secara bersamaan, sehingga dalam pemberian
obatnya perlu diberikan secara bergantian atau digunakan salah satu saja.
Secara teori penggunaan penghambat ACE dan diuretik secara bersamaan
dapat mengakibatkan peningkatan efek syok hipotensi dan meningkatkan
risiko hiperkalemia. Tekanan darah dan kadar kalium pada pasien DM tipe
2 dengan komplikasi hipertensi juga perlu dipantau agar tidak terjadi
hiperkalemia, sehingga dalam pemberian obatnya perlu diberikan secara
bergantian atau diberikan salah satu obat dari kedua obat tersebut.
Menurut IONI 2008 pemberian Digoxin dan Dopamin secara
bersamaan akan mengakibatkan penurunan laju kerja jantung sehingga
akan dapat menyebabkan kerja jantung menurun sebaiknya penggunaan
obat hanya salah satu saja dari kedua obat jantung tersebut.
5. Dosis yang diterima pasien terlalu rendah
Kejadian terapi pemberian obat dengan dosis yang diterima pasien
terlalu rendah tidak ditemukan dalam 40 kasus pada pasien DM tipe 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
dengan komplikasi hipertensi di Instalasi Rawat Inap RSUD Kebumen,
Jawa Tengah periode 2007-2009.
6. Dosis yang diterima pasien terlalu tinggi
Kejadian terapi pemberian obat dengan dosis yang diterima pasien
terlalu tinggi tidak terdapat dalam 40 kasus pada pasien DM tipe 2 dengan
komplikasi hipertensi di Instalasi Rawat Inap RSUD Kebumen, Jawa
Tengah periode 2007-2009.
Dari 40 kasus yang dievaluasi, terdapat 38 kasus dengan kondisi
pasien yang meninggalkan rumah sakit dalam keadaan membaik dan
diizinkan pulang tetapi disarankan untuk melakukan kontrol setiap waktu.
Terdapat 1 kasus, dimana pasien harus dirujuk karena kondisinya semakin
parah sehingga perlu penanganan lebih lanjut di rumah sakit yang
memiliki fasilitas lebih lengkap dan memadai yaitu rumah sakit umum
pusat (propinsi). Dan 1 kasus, pasien pulang dengan kondisi lemah dan
mendapat persetujuan rawat jalan, hal ini karena kondisi masalah ekonomi
keluarga pasien dan permintaan dari pasien sendiri karena tidak nyaman.
D. Rangkuman Pembahasan
Selama periode 2007-2009 terdapat data rekam medik pasien DM
tipe 2 dengan komplikasi hipertensi yang berada di Instalasi Rawat Inap
RSUD Kebumen, Jawa Tengah sebanyak 50 kasus, namun terdapat 10
kasus yang tidak dapat dianalisa karena 3 rekam medik pasien sudah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
meninggal, 6 catatan rekam medik tidak ditemukan dan 1 catatan rekam
medik masih digunakan di bangsal. Jumlah sampel yang digunakan dalam
penelitian ini sebanyak 40 kasus. Bahan penelitian yang digunakan pada
penelitian ini yaitu data yang diperoleh dari rekam medik (RM) pasien DM
tipe 2 dengan komplikasi hipertensi di Instalasi Rawat Inap di RSUD
Kebumen, Jawa Tengah periode 2007-2009.
Berdasarkan data yang diperoleh, diketahui jumlah pasien DM tipe
2 dengan komplikasi hipertensi paling banyak terjadi pada usia 55-64
tahun yaitu sebesar 27,5%, dengan jumlah pasien wanita yaitu sebesar
65% sedangkan pasien pria sebesar 35%.
Kelas terapi yang diberikan pada pasien DM tipe 2 dengan
komplikasi hipertensi di Instalasi Rawat Inap RSUD Kebumen, Jawa
Tengah periode 2007-2009 terdapat 9 kelas terapi yaitu obat antidiabetika,
obat kardiovaskular, obat skelet dan sendi, obat saluran cerna, obat saraf
pusat, obat saluran kemih, antibiotika, obat saluran nafas, dan obat gizi dan
darah. Penggunaan obat gizi dan darah sebesar 97,5%, golongan obat
antidiabetika hormonal sebesar 97,5%, dan obat kardiovaskular sebesar
90%. Golongan obat tersebut merupakan tiga peringkat teratas dari
golongan obat yangn paling banyak diberikan.
Kejadian DTPs ada indikasi penyakit tanpa obat pada pasien DM tipe
2 dengan komplikasi hipertensi yaitu 30 %, sedangkan ADR dan interaksi
obat yaitu 10% dari 40 kasus yang terjadi. Kejadian DTPs terapi obat
tanpa indikasi, pemakaian obat yang tidak efektif, dosis yang diterima
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
pasien terlalu rendah, dosis yang diterima pasien terlalu tinggi tidak
terdapat dalam 40 kasus pasien DM tipe 2 dengan komplikasi hipertensi di
Instalasi Rawat Inap RSUD Kebumen, Jawa Tengah periode 2007-2009.
Terdapat 38 kasus pasien yang meninggalkan rumah sakit dalam
keadaan membaik dan diizinkan pulang, 1 pasien harus dirujuk karena
kondisinya semakin parah sehingga harus dirujuk dan terdapat 1 pasien
pulang dengan kondisi lemah dan mendapat persetujuan rawat jalan,
karena kondisi keluarga pasien dalam masalah ekonomi atau permintaan
dari pasien sendiri karena tidak nyaman.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Dari hasil penelitian “Evaluasi Peresepan Pada Pasien Diabetes
Mellitus Tipe 2 Dengan Komplikasi Hipertensi di Instalasi Rawat Inap
RSUD KEBUMEN, Jawa Tengah Periode 2007-2009” dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Karakteristik pasien DM tipe 2 dengan komplikasi hipertensi paling
banyak berusia 55-64 tahun yaitu 27,5% dan berjenis kelamin wanita
yaitu sebesar 65%.
2. Pola peresepan pada pasien DM tipe 2 dengan komplikasi hipertensi
yaitu kelas terapi diberikan 9 kelas terapi yaitu obat antidiabetika,
obat kardiovaskular, obat skelet dan sendi, obat saluran cerna, obat
saraf pusat, obat saluran kemih, antibiotika, obat saluran nafas, dan
obat gizi dan darah. Golongan penggunaan obat yang paling banyak
digunakan yaitu obat gizi dan darah sebesar 100%, golongan obat
antidiabetika hormonal sebesar 97,5%, dan obat kardiovaskular
dengan persentase 90%.
3. Kejadian DTPs pada pasien DM tipe 2 dengan komplikasi hipertensi yaitu
a. ada indikasi penyakit tanpa obat paling tinggi sebesar 30%,
b. terapi obat tanpa indikasi tidak ditemukan dalam kasus,
c. pemakaian obat yang tidak efektif tidak ditemukan dalam kasus,
76
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
d. ADR dan interaksi obat sebesar 10%. Dengan catatan bahwa
secara teori pemberian penghambat ACE dan diuretik akan
berpotensial mengakibatkan efek syok hipottensi, namun dalam
data kasus 34 terlihat bahwa tekanan darah pasien yang
terpantau stabil dan tidak mengalami syok hipotensi.
e. dosis yang diterima pasien terlalu rendah tidak ditemukan dalam
kasus,
f. dosis yang diterima pasien terlalu tinggi tidak ditemukan dalam
kasus.
B. SARAN
1. Untuk RSUD Kebumen disarankan agar memiliki standar
pedoman terapi secara teori untuk perbandingan dengan standar
pedoman terapi yang ada bagi pasien DM tipe 2 komplikasi
hipertensi.
2. Perlu dilakukan penelitian ketaatan pasien menggunakan data
rekam medik pada periode yang sama untuk mengetahui
keberhasilan terapi sehingga dapat digunakan sebagai standar
acuan dalam pelayanan kesehatan masyarakat.
3. Dilakukan penelitian dampak pemberian terapi dengan
berbagai faktor yang mempengaruhi pada pasien DM tipe 2
dengan komplikasi hipertensi di Instalasi Rawat Inap untuk
melihat profil efek samping dan keberhasilan terapi secara
prospektif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
DAFTAR PUSTAKA
American Diabetes Association (ADA), 2005, Standards of Medical Care inDiabetes, dari http://care.diabetesjournals.org/cgi/contect/full/28/suppl.,diakses pada 25 Agustus 2010
Ammirudin, R., 2007, Hipertensi dan Faktor Resikonya dalam kajianEpidemiologi, http://skripsi.fkmunhas.ac.id/index.php/Snati/article/view/1175/1003, diakses tanggal 10Maret 2010
Anonim, 2010, An Overview to Hypertension,http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000468.htm, diaksestanggal 25 Agustus 2010
Armilawati, 2007, Hipertensi dan Faktor Resikonya dalam Kajian Epidemiologi,http://ridwanamiruddin.wordpress.com/2007/12/08/hipertensi-dan-faktor-risikonya-dalam-kajian-epidemiologi/, diakses tanggal 25 Agustus 2010
Aprilistyawati, 2010, Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Pasien Diabetes MelitusKomplikasi Hipertensi Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti
Rapih Yogyakarta Periode Mei 2008-Mei 2009, Skripsi, 39-64, UniversitasSanata Dharma, Yogyakarta.
Badan POM RI, 2008, Informatorium Obat Nasional Indonesia 2008, BadanPOM, Jakarta.
Cipolle, R. J., Strand, L., M., and Morley P.C., 2004, Pharmaceutical CarePractise , McGraw Hill, New York 178-179
Compean, D.G., Quintana, J.O.J., Gonzalez, J.A.G., and Garza, H.M., 2009, LiverCirrhosis and Diabetes: Risk Factors, Pathophysiology, ClinicalImplications and Management, World Journal of Gastroenterology.
Depkes. 2009. Diabetes Mellitus .http;//www.depkes.go.id diakses pada tanggal10 Maret 2011.
DiPiro, 2008, Pharmacotherapy: A Phatophysiologic Approach 7th Edition, TheMcGraw Hill Companies, New York, 1205-1242
Guyton, A. C., and Hall, J. E., 1996, Textbook of Medical Physiology,diterjemahkan oleh Irawati Setiawan, LMA., Ken Ariata Tengadi, AlexSantoso, EGC, Jakarta
78
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Karam, J.H. dan Martha S.N., 2007, Hormon Pankreas dan Antidiabetes, dalamFarmakologi Dasar dan Klinik, diedit oleh BG. Katzung, Penerbit Buku
Kedokteran EGC Salemba Medika, Jakarta, pp.671-710.
Loho, Tony, 2009, Tanda Inflamasi dan infeksi, darigooglehttp://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/11/f47f4c5ec6c11e69d5479cfb7d4d953568fbe756.pdf, diakses tanggal 25 Juli 2011
Meirinawati, A., 2006, Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Pasien Diabetes MelitusKomplikasi Hipertensi Rawat Inap Periode 2005 Rumah Sakit Panti
Rapih Yogyakarta, Skripsi, Universitas Sanata Dharma, 48-57, Yogyakarta.
Notoatmodjo, S., 2005, Metodologi Penelitian Kesehatan, 86-88, Rineka Cipta,Jakarta
Neal, M. J., 2005, At a Glance : Farmakologi Medis, Edisi 5, 36-38, ErlanggaMedical Series, Jakarta
Oparil, S., Calhourn, D.A., 2003, Hypertension, dalam Dale. C. D., and Fernon.D., Scientific American Medicines, Volume I, New York, 195-210
Pacheco, C.A., Parrott, M.A., and Raskin, P., 2002, The Treatment ofHypertension in Adult Patients With Diabetes, http://care. diabetes journal.org/cgi, diakses tanggal 15 Juli 2010.
Patrick, 2010, Diabetes Mellitus Type 2,http://www.pubmedcentral.nih.gov/paper diakses tanggal 10 Maret
2011
Permana, 2007, Pengelolaan Hipertensi pada Diabetes Mellitus Tipe 2,http://pustaka.unpad.ac.id/archives/26851/pdf, diakses tanggal 10 Maret
2010
PERKENI, 2008, Konsensus Pengelolaan Dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe2 Di Indonesia 2008, Pengurus Besar Perkumpulan Endokrinologi
Indonesia, Jakarta.
Pratiknya, A. W., 2001, Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kedokteran danKesehatan, 10-18, 176-183, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta
Prince, K., and Wilson, A., 1995, Patofisiologi ; Konsep Klinik Proses-ProsesPenyakit, Bagian 2, Edisi 2, ECG, Jakarta, 3
Priyanto, 2009, Farmakoterapi dan Terminologi Medis, 165-167, 202, 206,Lembaga Studi dan Konsultasi Farmakologi (Leskonfi), Depok
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Rudnick, G., 2001, Clinical Pharmacology Made Incredible Easy, SpringhouseCorporation, Pennysilvia, 101-134, 283-290
Saseen, J. and , Carter. L. B., 2005, Hypertension, dalam Pharmacology: AParthophysiology Approach, Sixth Edition, diedit oleh J. T. Dipiro,McGraw-Hill Company, Inc., 185-219
Soegondo, S., 2005, “Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes Melitus Terkini” dalamPenatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu, Pusat Diabetes dan LipidRSUP Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo, Fakultas KedokteranUniversitas Indonesia, Jakarta
Sutedjo, A.Y., 2009, Buku Sakuk Pengenalana Penyakit Melalui HasilPemeriksaan Laboratorium, 28, 40, 73-74, Penerbit Amara Books,Yogyakarta
Tatro, D.S., 2007, Drug Interaction Facts 2007, Wolters Kluwer, United States ofAmerica, pp.849, 853, 1410.
Triplitt, C. L., Reasner C.A., and Isley, W.L., 2005, Diabetes Mellitus, dalamPharmacotheraphy: A Pathophysiology Aproach, Sixth Edition, diedit
oleh J T. Dipiro, McGraw-Hill Company, Inc., 1333-1365
UBM Medica, 2009, MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi, Edisi 9 2009/2010,44, 31-72, CMP Medica Asia Pte Ltd, Jakarta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
LAMPIRAN
81
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Lampiran 1. Kajian DRPs Kasus 1 Diabetes Mellitus tipe 2 KomplikasiHipertensi di Instalasi Rawat Inap RSUD Kebumen, JawaTengah Periode 2007-2009
Kasus 1. No. RM. 743853 (14/05/08 – 19/05/08)
SubjectivePria/50 th/kelas III . DU : DM tipe 2 dengan hipertensi GR IIDL : hipertensi GR IIKL : sejak semalam kaki lemes buat jalan sakit, pusing.RPD : riwayat DMKeadaan pulang : membaik.
ObjectiveTanggal (Mei 2008)Parameter
14 15 16 17 18 19Nilai
NormalSGOT 80 L < 25SGPT 80 L < 29Ureum 33,4 10 – 50
Creatinin 0,84 0,6 – 1,1GDS 406 223 277 240 285 250 70 – 120TD 180/100 140/90 170/110 170/100 200/110 160/100 < 130/80
N = 85 x/menit S = 37 0C
PenatalaksanaanTanggal (Mei 2008)Nama Obat
14 15 16 17 18 19RL 20 tpm √ √ √ √ √RI 8-8-4 √ √ √ √ √B. Complex 2x1 √ √ √ √ √Asetosal 1x1 √ √ √ √ √Captopril 2x1 √ √ √ √ √Aptor 1-0-0 √ √ √ √ √
Neurodex 2x1 √ √ √ √ √
Metformin 3x1 √
AssessmentPasien tidak mendapat terapi untuk mengatasi SGOT dan SGPT yang melebihi nilainormal.DRP : Ada indikasi tanpa obatRecommendation1. memantau kadar SGOT dan SGPT pasien.Berikan Curcuma® 1-2 tab 3xsehari(MIMS)2. pantau kadar glukosa dan tekanan darah pasien
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
Lampiran 2. Kajian DRPs Kasus 2 Diabetes Mellitus tipe 2 KomplikasiHipertensi di Instalasi Rawat Inap RSUD Kebumen, JawaTengah Periode 2007-2009
Kasus 2. No. RM. 790203 (12/05/08 – 14/05/08)
SubjectiveWanita/70 th/kelas III . DU : DM tipe 2 dengan hipertensi GR IIDL : hipertensi GR IIKU : leher terasa kencang, panas, mual, muntah, kadang sesak napas.RPD : riwayat DMKeadaan pulang : membaik.
ObjectiveTanggal (Mei 2008)Parameter
12 13 14Nilai Normal
SGOT 65 P<21SGPT 33 P<22Ureum 23,0 10-50Creatinin 0,79 0,5-0,9GDS 221 118 142 70-120TD 150/90 180/80 100/60 <130/80Hematokrit 35% - - P=38-47Leukosit 16500 - - P=4600-11400N = 80x/menit S = 36oC
PenatalaksanaanTanggal (Mei 2008)Nama Obat12 13 14
RL 30 tpm √ √ √
Inj. Ampicillin 4x1 √ √ √Inj.Ranitidin 2x1 √ √ √
Acetosal 1-0-0 √ √ √Metformin 3x1 √ √ √
Captopril 12,5 mg 2x1 √ √ √Radin 2x1 √
AssessmentPasien tidak mendapat terapi untuk mengatasi SGOT dan SGPT yang melebihi nilai normal.DRP : Ada indikasi tanpa obatRecommendation1. memantau kadar SGOT dan SGPT pasien.Berikan Curcuma® 1-2 tab 3xsehari (MIMS)2. pantau kadar glukosa dan tekanan darah pasien
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
Lampiran 3. Kajian DRPs Kasus 3 Diabetes Mellitus tipe 2 KomplikasiHipertensi di Instalasi Rawat Inap RSUD Kebumen, JawaTengah Periode 2007-2009
Kasus 3. No. RM. 805233 (27/07/09 – 30/07/09)
SubjectivePria/45 th . DU : DM tipe 2 dengan hipertensi GR IIDL : hipertensi GR II, vertigoKL : kepala pusing seperti melayang sejak 3 hari yang lalu, mual, muntah sejakpagi.Keadaan pulang : membaik.
ObjectiveTanggal (Juli 2009)Parameter
27 28 29 30Nilai Normal
SGOT 10 L<25
SGPT 29 L<29
Ureum 29 10-50
Creatinin 1,15 0,6-1,1
GDS 474 294 275 259 70 – 120
TD 160/110 140/100 120/80 140/90 <130/80N = 88 x/menit S=36oCPenatalaksanaan
Tanggal (Mei 2009)Nama Obat27 28 29 30
IV FD RL 20 tpm √ √ √Inj.Bactesyn 2x1 √ √ √Inj.Renatac 2x1 √ √ √Inj. Onetic 2x1 √ √ √Praptopril 3x1 √ √ √Inpepsa syrup 3x2 cth √ √ √ √Betahistidin 3x1 √ √ √ √Iritensa 1-0-0 √ √ √ √Frego 2x1 √ √ √ √Metrix 1x1 √ √ √ √Bactesyn 2x1 √ √ √ √Brainact 2x1 √
Assessment -Recommendation1. pantau kadar glukosa darah dan tekanan darah pada pasien
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Lampiran 4. Kajian DRPs Kasus 4 Diabetes Mellitus tipe 2 KomplikasiHipertensi di Instalasi Rawat Inap RSUD Kebumen, JawaTengah Periode 2007-2009
Kasus 4. No. RM. 803314 (01/06/09 – 09/06/09)
SubjectiveWanita/69 th . DU : DM tipe 2 dengan hipertensi GR IIDL : hipertensi GR II, ulkus DMKL : luka di kedua kaki, kepala pusing, demam.RPD : riwayat DM dan hipertensi.Keadaan pulang : membaik.
ObjectiveTanggal (Juni 2009)Parameter
1 2 3 4 5 6 7 8 9NilaiNormal
GDS 214 243 255 150 210 110 186 225 264 70-120TD 140/90 140/80 140/90 140/90 140/80 130/80 140/90 140/80 130/80 <130/80
N = 80x/menit S = 36,5o C
PenatalaksanaanTanggal (Juni 2009)Nama
Obat 1 2 3 4 5 6 7 8 9Inf. RL 20 tpm √ √ √ √ √ √Inj.Cefotaxime 2x1 gr √Inj. Ranitidine 2x1 √ √ √ √ √ √ √Inj.Kaltrofen 3x1 k/p √ √ √ √ √ √ √ √Inj.Bactesyn 2x1 √ √ √ √ √ √ √Inj.Farnat 2x1 √ √ √ √ √Metro 500mg 3x1 √RI 4-4-0 √RI 8-8-4 √ √ √ √Inpepsa syrup 3x2 cth √ √ √ √ √ √ √Extra PCT 3x1 √ √ √ √ √ √ √Inj.Kalnex 2x1 √ √ √ √ √Inj.Piralen 3x1 √ √ √Inj.Cernevit √ √ √Inf.Martos √ √Zegavit 1x1 √ √Nevox 1x1 √ √Bactesyn 2x1 √ √
Assessment -Recommendation1. pantau kadar glukosa dan tekanan darah pada pasien
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
Lampiran 5. Kajian DRPs Kasus 5 Diabetes Mellitus tipe 2 KomplikasiHipertensi di Instalasi Rawat Inap RSUD Kebumen, JawaTengah Periode 2007-2009
Kasus 5. No. RM. 065663 (24/02/07 – 28/02/07)
SubjectiveWanita/68 th/kelas II . DU : DM tipe 2.DL : hipertensiKU : kesemutan, pusing, lemes.RPD : riwayat DM dan hipertensi.Keadaan pulang : membaik.
ObjectiveTanggal (Februari 2007)Parameter
24 25 26 27 28Nilai
Normal
SGOT 32 P<21SGPT 23 P<22Ureum 20,4 10-50Creatinin 0,82 0,5-0,9GDS 346 247 182 288 158 70-120TD 130/90 130/90 130/80 140/80 130/80 <130/80HMT 30% P=38-47Leukosit 3700 P=4600-11400LED 84 P= 0-20N =83 x/menit S = 37oC
PenatalaksanaanTanggal (Februari 2007)Nama
Obat 24 25 26 27 28Inf. RL 16 tpm √ √ √ √ √Inj.Cefotaxime 2x1 √ √ √ √Inj.Rantin 2x1 √ √ √ √ √RI 12-12-8 √ √ √ √ √Bioneuron 2x1 √ √ √ √ √Cefspan 2x1 √ √Imunos 2x1 √ √Lancid 1x1 √ √
Assessment1. pasien tidak mendapat terapi untuk anemia dilihat dari LED tinggi dan HMT yangrendah sehingga perlu obat untuk mengatasi anemia.DRP : butuh obatRecommendation1. beri obat anemia 1x1 tab sehari seperti Sangobion ® 1 x 1 tablet/hari2. pantau kadar glukosa darah dan tekanan darah pasien
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
Lampiran 6. Kajian DRPs Kasus 6 Diabetes Mellitus tipe 2 KomplikasiHipertensi di Instalasi Rawat Inap RSUD Kebumen, JawaTengah Periode 2007-2009
Kasus 6. No. RM. 803212 (29/05/09 – 30/05/09)
SubjectivePria/45 th. DU : DM tipe 2 dengan hipertensiDL : hipertensi, stroke infark.KU : kejang-kejang.RPD : riwayat DMKeadaan pulang : rujuk.
ObjectiveTanggal (Mei 2009)Parameter
29 30
NilaiNormal
GDS 187 138 70-120TD 225/130 200/100 <130/80
N = 120 x/menit S = 370C
Penatalaksanaan
Tanggal(Mei 2009)
Nama Obat
29 30Inf. RL 12 tpm √ √Inj.Brainact 2x1 √ √Inj.Kalnex 3x1 √ √Inj.Ranitidin 2x50mg/2ml √ √Inj.Farnat 3x1 √ √Inj.Bactesyn 0,75 ml 2x1 √ √RI 4-4-0 √ √Inj.Lasix 1x1 √ √Iritensa 1-0-0 √ √Rifedipin 10 mg 3x1 √ √Inj.Diazepam 1 ampul k/p √
AssessmentRecommendation1. pantau kadar glukosa dan tekanan darah pada pasien
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Lampiran 7. Kajian DRPs Kasus 7 Diabetes Mellitus tipe 2 KomplikasiHipertensi di Instalasi Rawat Inap RSUD Kebumen, JawaTengah Periode 2007-2009
Kasus 7. No. RM. 807694 (01/10/09 – 02/10/09)
SubjectiveWanita/65 th. DU : DM tipe 2 dengan hipoglikemia.DL : hipertensi GR IIIKU : lemes, bicara pelo, pusing, mual, muntah.RPD : riwayat DM, riwayat hipertensi.Keadaan pulang : persetujuan rawat jalan
ObjectiveTanggal
(Oktober 2009)Parameter
01 02
NilaiNormal
GDS 95 85 70-120TD 180/100 150/100 <130/80
N = 85 x/menit S = 36 0C
PenatalaksanaanTanggal
(Oktober 2009)Nama Obat
01 02IV FD D5% + SD40 √Inj. Clatac 2x1 √Inj.Renatac 2x1 √Rebal Plus 2x1 √Lapibion 2x1 √Calsivasa 5 mg 1-0-0 √Sharox 2x1 √Radin 2x1 √Piracitam 400 mg 2x1 √Escovit 2x1 √Bicnat 3x1 √
Assessment : Pasien tidak mendapat terapi untuk hipertensi yang menjadikeluhan. DTPs : Ada indikasi tanpa obatRecommendation1. Pasien diberi obat antihipertensi dengan dosis yang sesuai, yaitu Captopril12,5 mg 3x1 sehari.2. pantau kadar glukosa dan tekanan darah pada pasien
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Lampiran 8. Kajian DRPs Kasus 8 Diabetes Mellitus tipe 2 KomplikasiHipertensi di Instalasi Rawat Inap RSUD Kebumen, JawaTengah Periode 2007-2009
Kasus 8. No. RM. 808343 (17/10/09 – 20/10/09)
SubjectiveWanita/79 th/kelas III. DU : DM tipe 2 dengan hipertensi GR III.DL : hipertensi GR IIIKU : lemes, sakit kepala, pusing berputar, tiduran terus namun tidak tenang,sesak napasRPD : riwayat DM.Keadaan pulang : membaik
ObjectiveTanggal (Oktober 2009)Parameter
17 18 19 20Nilai
NormalSGOT 17 P<21SGPT 13 P<22Ureum 28,7 10-50Creatinin 0,85 0,5-0,9GDS 195 173 189 204 70-120TD 200/100 160/90 160/90 180/90 <130/80
N = 84 x/menit S = 360C
PenatalaksanaanTanggal
(Oktober 2009)Nama Obat
17 18 19 20IV FD RL 12 tpm √ √ √Inj.Cefotaxime 2x1 gr √ √Inj. Bactesyn 2x1 √Inj. Rantin 2x1 √Aspilet 1x1 √ √ √ √CPG 0-1-0 √ √ √ √PCT 3x1 √ √ √ √Noperten 10 mg 1x1 √ √ √ √Mertigo 3x1 √ √Zypras 0-0-1 √ √Lapimuc 3x1 √ √Radin 2x1 √Bactesyn 2x1 √Metrix 2 mg 1x1 √Hepabalance 2x1 √Carpiaton 100 mg 1-0-0 √Assessment -Recommendation1. pantau kadar glukosa dan tekanan darah pasien
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
Lampiran 9. Kajian DRPs Kasus 9 Diabetes Mellitus tipe 2 KomplikasiHipertensi di Instalasi Rawat Inap RSUD Kebumen, JawaTengah Periode 2007-2009
Kasus 9. No. RM. 790755 (29/05/08 – 01/06/08)
SubjectiveWanita/55 th. DU : DM tipe 2 dengan hipertensi GR II.DL : hipertensi GR IIKU : lemes, diare mulai 4 hari yang lalu, muntah, demam.RPD : riwayat DM.Keadaan pulang : membaik
ObjectiveTanggal (Mei - Juni 2008)Parameter
29 30 31 01Nilai
NormalSGOT 46 P<21SGPT 33 P<22Ureum 76,3 10-50Creatinin 1,00 0,5-0,9GDS 299 230 157 111 70-120TD 180/100 150/100 150/80 150/90 <130/80
N = 90 x/menit S = 36 0C
PenatalaksanaanTanggal
(Mei–Juni 2008)Nama Obat
29 30 31 01IV FD RL 20 tpm √ √ √Inj.Cefotaxime 2x1 √Inj.Ranitidin 2x1 √ √Inj.Piralen 2x1 √ √Inj.Bactesyn 2x1 √PCT 3x1 √ √ √ √New Diatabs 3x1 √Imesco 2x1 √ √ √Bicnat 3x1 √ √ √Tonar 3x1 √ √ √Metrix 1 mg 1-0-0 √ √ √Iritensa 1-0-0 √ √Radin 2x1 √ √Bactesyn 2x1 √ √Assessment Pasien tidak mendapat terapi untuk mengatasi SGOT dan SGPT yangmelebihi nilai normal. DRP : Ada indikasi tanpa obatRecommendation1. memantau kadar SGOT dan SGPT pasien.Berikan Curcuma® 1-2 tab 3xsehari (MIMS)2. pantau kadar glukosa dan tekanan darah pasien
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
Lampiran 10. Kajian DRPs Kasus 10 Diabetes Mellitus tipe 2 KomplikasiHipertensi di Instalasi Rawat Inap RSUD Kebumen, JawaTengah Periode 2007-2009
Kasus 10. No. RM. 799846 (21/04/09 – 22/04/09)
SubjectivePria/52 th/kelas II. DU : DM tipe 2 dengan hipoglikemia.DL : hipertensi GR IIKU : lemes, tak sadarkan diri ± jam 10.00.RPD : riwayat DM dan hipertensi.Keadaan pulang : membaik
ObjectiveTanggal
(April 2009)Parameter
21 22
NilaiNormal
GDS 57 86 70-120TD 140/100 160/90 <130/80N = 88 x/menit S= 370 C
PenatalaksanaanTanggal
(April 2009)Nama Obat
21 22Inf. D 10%20 tpm √Inj. Rantin 2x50 mg/2ml √Inpepsa syrup 3x2 cth √ √Lesipar 2x1 √Angioten 1x1 √
Assessment -Recommendation1. pantau kadar glukosa dan tekanan darah pada pasien
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
Lampiran 11. Kajian DRPs Kasus 11 Diabetes Mellitus tipe 2 KomplikasiHipertensi di Instalasi Rawat Inap RSUD Kebumen, JawaTengah Periode 2007-2009
Kasus 11. No. RM. 800357 (10/03/09 – 12/03/09)
SubjectivePria/70 th/kelas II. DU : DM tipe 2 dengan hipertensi.DL : hipertensi.KU : lemes, pusing berputar, mual, sesak napas (bunyi mengi).RPD : riwayat DM.Keadaan pulang : membaik
ObjectiveTanggal
(April 2009)Parameter
10 11 12
NilaiNormal
GDS 273 178 218 70-120TD 140/90 140/80 140/90 <130/80
N = 80 x/menit S = 36 0C
PenatalaksanaanTanggal
(April 2009)Nama Obat
10 11 12IV FD RL 12 tpm √ √ √Mertigo 2x1 √ √ √Frego 2x1 √ √ √Zypras 0-0-1 √ √ √Tiaryt 2x ½ √ √ √Neurotam 3x1 √ √ √Iritensa 0-0- ½ √ √ √Zoralin 0-1-0 √ √ √Ambroxol 3x1 √ √ √Metformin 3x1 √ √ √
Assessment -Recommendation1. pantau kadar glukosa dan tekanan darah pada pasien
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
Lampiran 12. Kajian DRPs Kasus 12 Diabetes Mellitus tipe 2 KomplikasiHipertensi di Instalasi Rawat Inap RSUD Kebumen, JawaTengah Periode 2007-2009
Kasus 12. No. RM. 791552 (24/06/08 – 25/06/08)
SubjectivePria/80 th/kelas II. DU : DM tipe 2 dengan hipertensi.DL : hipertensi stage IIKU : lemes, pusing, nyeri dada.RPD : riwayat DM.Keadaan pulang : membaik
objectiveTanggal
(Juni 2008)Parameter Nilai
Normal
GDS 592 131 70-120TD 180/100 160/90 <130/80
N = 84 x/menit S = 360C
PenatalaksanaanTanggal
(Juni 2008)Nama Obat
24 25IV FD RL 12 tpm √Inj.Cefotaxime 2x1 √Inj.Ranitidin 2x1 √Antasyd syrup 3x2 cth √ √Amdixal 1x1 √ √B-Complex 3x1 √Aspilet 1x1 √RI 4-4-4 √ √
Assessment1. pasien tidak terapi untuk mengatasi hipertensinya. DRP: butuh obatRecommendation1. beri obat antihipertensi captopril 12,5 mg 3x1 tab sehari.2. pantau kadar glukosa darah dan tekanan darah pasien
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
Lampiran 13. Kajian DRPs Kasus 13 Diabetes Mellitus tipe 2 KomplikasiHipertensi di Instalasi Rawat Inap RSUD Kebumen, JawaTengah Periode 2007-2009
Kasus 13. No. RM. 157432 (09/09/09 – 14/09/09)
SubjectiveWanita/48 th. DU : DM tipe 2 dengan hipertensi.DL : hipertensi.KU : lemes, pusing, nyeri dada, batuk hingga keluar darah.RPD : riwayat DM.Keadaan pulang : membaik
ObjectiveTanggal (September 2009)Parameter
09 10 11 12 13 14
NilaiNormal
GDS 179 173 168 157 142 135 70-120TD 150/90 140/80 140/90 140/90 100/70 110/80 <130/80
N = 84 x/menit S = 37,5 0C
PenatalaksanaanTanggal (September 2009)Nama Obat
09 10 11 12 13 14IV FD RL 20 tpm √ √ √ √ √ √Inj.Cefotaxime 2x1 √ √ √ √ √ √Inj.Ranitidin 2x1 √ √ √ √ √ √Inj.Piralen 2x1 k/p √ √ √ √ √ √Inj.Vit.K 3x1 √ √ √ √ √Inj.Kalnex 3x1 √ √ √ √ √Inj.Metro 2x1 √ √ √ √ √Lapisiv syrup 3x2 cth √ √ √ √ √ √Gliquidon 1-1-0 √ √ √ √ √Metformin 500 mg 3x1 √ √ √ √ √Neurodex 2x1 √ √ √ √ √Aspilet 1-0-0 √ √ √ √ √Amdixal 1-0-0 √ √ √ √ √
Assessment -Recommendation1. pantau kadar glukosa dan tekanan darah pada pasien
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
Lampiran 14. Kajian DRPs Kasus 14 Diabetes Mellitus tipe 2 KomplikasiHipertensi di Instalasi Rawat Inap RSUD Kebumen, JawaTengah Periode 2007-2009
Kasus 14. No. RM. 789319 (17/04/08 – 23/04/08)
SubjectivePria/44 th. DU : DM tipe 2 dengan hipertensi GR II.DL : hipertensi GR II, ulkus DM, gangguan hati.KU : lemes, tidak sadarkan diri, bengkak di kedua kaki.RPD : riwayat DM.Keadaan pulang : membaik tapi masih lemah.
ObjectiveTanggal (April 2008)Parameter
17 18 19 20 21 22 23
NilaiNormal
Total protein 5,9 6,6-8,7
Albumin 2,3 2,3 3,8-5,1
Globulin 3,6 1,3-3,2
Hb-cyanimet 13,1 P=14-18
GDS 143 115 135 159 200 276 260 70-120
TD 180/100 170/100 140/90 160/100 160/120 170/140 140/100 <130/80
N = 84 x/menit S = 36,8 0CPenatalaksanaan
Tanggal (April 2008)Nama Obat
17 18 19 20 21 22 23IV FD RL 20 tpm √ √ √ √ √
Inj.Renatac 2x ½ √ √ √ √ √ √Inj.Piralen 3x1 √ √
Inj.Lasix 1x1 ampul √ √ √Inj.Stabactam 2x1 √ √ √ √
Inj.Farnat 2x1 √ √ √ √Inpepsa syrup 3x2 cth √ √ √ √ √ √
Vioxy 1x1 √ √Mecola 2x1 √ √ √ √ √ √
Carpiaton 1-0-0 √ √ √ √ √Iritensa 1x1 √ √ √ √ √
Mertigo 3x1 √ √ √ √
Vometa 2x1 √ √ √Radin 2x1 √
Sharox 2x1 √Furosemid 1x1 √
Metformin 3x1 √ √ √ √
Assessment : Pasien tidak mendapat terapi untuk nyeri dan bengkak di kedua kakinyaakibat ulkus DM. DTPs : Ada indikasi tanpa obatRecommendation :1. Pasien diberi terapi OAINS yaitu Asam Mefanamat 3x1 sehari.
2. pantau kadar glukosa dan tekanan darah pada pasien.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
Lampiran 15. Kajian DRPs Kasus 15 Diabetes Mellitus tipe 2 KomplikasiHipertensi di Instalasi Rawat Inap RSUD Kebumen, JawaTengah Periode 2007-2009
Kasus 15. No. RM. 788074 (07/03/08 – 12/03/08)
SubjectiveWanita/70 th/kelas II. DU : DM tipe 2.DL : hipertensi, ulkus DM.KU : lemes, kedua kaki sakit membengkak dan kemerahan, nyeri.RPD : riwayat DM dan hipertensi.Keadaan pulang : membaik.
ObjectiveTanggal (Maret 2008)Parameter
07 08 09 10 11 12NilaiNormal
GDS 170 140 145 136 70-120TD 150/90 140/80 140/80 130/80 160/90 160/90 <130/80
N = 89 x/menit S = 36,8 0C
PenatalaksanaanTanggal (Maret 2008)Nama Obat
07 08 09 10 11 12IV FD RL 12 tpm √ √ √ √ √
Inj.Ranitidin 2x1 √ √ √ √ √Inj.Dexa 3x1 √ √ √
Inj.Pronalges 2x1 √ √ √Inj. Cefotaxime 3x1 √ √ √ √ √
Lipitor 1x1 √ √ √ √ √ √Tensicap 1x1 √ √ √ √
Puricema 1x1 √ √ √ √ √ √Mexpharm 1x ½ √ √ √
Diazepam 2x2 √ √Farmasal 50 mg 2x1 √
Propanolol 2x1 √Lancid 1x1 √
Divaltar 50 mg 2x1 √
Urica 300 mg 1x1 √
Assesment:Pasien tidak mendapat obat antidiabetika untuk menurunkan kadar glukosa padaawal masuk rumah sakit.DTPs: Ada indikasi tanpa obatRecomendation:1. Pasien diberi obat antidiabetika yaitu RI dengan dosis yang sesuai2. pantau kadar glukosa darah dan tekanan darah pasien
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
Lampiran 16. Kajian DRPs Kasus 16 Diabetes Mellitus tipe 2 KomplikasiHipertensi di Instalasi Rawat Inap RSUD Kebumen, JawaTengah Periode 2007-2009
Kasus 16. No. RM. 788074 (07/03/08 – 12/03/08)
SubjectiveWanita/57 th. DU : DM tipe 2 NO dengan hipertensi.DL : hipertensi GR II.KU : lemes, kedua kaki sakit membengkak dan tidak bisa jalan..Keadaan pulang : membaik.
Objective
Tanggal (November 2008)Parameter
22 23 24 25 26
NilaiNormal
GD 2 jam PP 288 316 80-120
GDS 268 255 189 166 215 70-120TD 190/100 150/100 160/80 160/100 150/100 <130/80
N = 82 x/menit S = 36,1 oC
PenatalaksanaanTanggal (November 2008)Nama Obat
22 23 24 25 26IV FD RL 20 tpm √ √ √ √Inj.Ranitidin 2x1 √ √ √Inj.Cefotaxim 3x1 √ √ √ √Captopril 12,5 mg 3x1 √ √ √ √ √Neurodex 3x1 √ √ √ √ √Amdixal 0-1-0 √ √ √ √Zypras 0,5 mg 0-0-1 √ √ √Divaltar 3x1 √ √ √ √ √Aptor 1x1 √Glucodex 1- ½ - ½ √Metformin 500mg 3x1 √
Assessment -Recommendation1. pantau kadar glukosa dan tekanan darah pada pasien
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
Lampiran 17. Kajian DRPs Kasus 17 Diabetes Mellitus tipe 2 KomplikasiHipertensi di Instalasi Rawat Inap RSUD Kebumen, JawaTengah Periode 2007-2009
Kasus 17. No. RM. 806755 (08/09/09 – 14/09/09)
SubjectiveWanita/55 th/kelas III. DU : DM tipe 2 dengan hipertensi.DL : hipertensi GR III.KU : lemes, pusing berputar dan serasa melayang, mual, muntah.Keadaan pulang : membaik.
ObjectiveTanggal (September 2009)Parameter
08 09 10 11 12 13 14NilaiNormal
SGPT 20 29 P<22SGOT 25 34 P<21GDS 282 341 200 197 230 196 211 70-120TD 160/90 150/100 120/100 130/90 130/80 160/90 170/90 <130/80
N = 80 x/menit S = 360C
PenatalaksanaanTanggal (September 2009)Nama Obat
08 09 10 11 12 13 14IV FD 12 tpm √ √ √ √ √ √ √Inj.Piracefam √ √ √ √RI (regular insulin) √ √ √ √ √ √Inj.Rantin 2x1 √ √ √ √ √Inj.Brainact 2x1 √ √ √Inj.Onetic k/p √ √ √Pladogrel 75 mg 0-1-0 √ √ √ √Mertigo 3x1 √ √ √ √ √ √ √Monecto 2x ½ √ √ √ √ √ √ √Cavpiaton 1-0-0 √ √ √ √ √ √ √Iritensa ½ -0-0 √ √ √ √ √ √ √Esilgan 1 mg 0-0-1 √ √ √ √ √ √ √Proxim 0-1-0 √ √ √ √Vometa 2x1 √ √ √ √ √Inpepsa syrup 3x2 cth √ √ √ √ √CPG 0-1-0 √ √ √Assessment
Pasien tidak mendapat terapi untuk mengatasi SGOT dan SGPT yang melebihi nilainormal. DRP : Ada indikasi tanpa obatRecommendation1. memantau kadar SGOT dan SGPT pasien.Berikan Curcuma® 1-2 tab 3xsehari (MIMS)2. pantau kadar glukosa dan tekanan darah pasien
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
Lampiran 18. Kajian DRPs Kasus 18 Diabetes Mellitus tipe 2 KomplikasiHipertensi di Instalasi Rawat Inap RSUD Kebumen, JawaTengah Periode 2007-2009
Kasus 18. No. RM. 806705 (06/09/09 – 11/09/09)
SubjectivePria/70 th. DU : DM tipe 2 NO dengan hipertensi.DL : hipertensi GR IIKU : lemes, pusing seperti melayang, kesemutan.RPD : riwayat DM.Keadaan pulang : membaik.
ObjectiveTanggal (September 2009)Parameter
06 07 08 09 10 11NilaiNormal
GDS 282 256 223 177 138 154 76-110GD 2 jam PP 299 245 80-120Cholesterol 188 150-200Trigliserid 297 <200TD 200/130 180/90 180/90 150/100 140/90 150/90 <130/80
N = 97 x/menit S = 36,7oC
PenatalaksanaanTanggal (September 2009)Nama Obat
06 07 08 09 10 11IV FD RL 12 tpm √ √ √ √ √Inj.Cefotaxime 2x1 √ √ √ √Inj.Rantin 2x1 √ √ √ √
Inj.Piracefam 3x1 √ √Aspilet 1x1 √ √ √Amilodipin 1x1 √Inpepsa syrup 3x2 cth √ √ √ √ √ √
Noperten 1-0-0 √ √ √ √ √Adalat oros 30 mg 0-0-1 √ √ √ √ √Neurodex 2x1 √ √ √ √ √
Mertigo 3x1 √ √ √ √Zypras 0-0-1 √ √ √ √Metformin 500mg 3x1 √ √ √ √Yosenab 0-0-1 √ √ √
Neurotam 2x1 √ √Aptor 1x1 √
Assessment -Recommendation1. pantau kadar glukosa dan tekanan darah pada pasien
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
Lampiran 19. Kajian DRPs Kasus 19 Diabetes Mellitus tipe 2 KomplikasiHipertensi di Instalasi Rawat Inap RSUD Kebumen, JawaTengah Periode 2007-2009
Kasus 19. No. RM. 788074 (07/03/08 – 12/03/08)
SubjectiveWanita/57 th. DU : DM tipe 2 dengan hipertensi.DL : hipertensi GR II, stroke infark.KU : lemes, pusing, kesemutan pada anggota gerak kanan, tangan kanan kejang.Keadaan pulang : membaik.Riwayat : hipertensi
ObjectiveTanggal (September 2009)Parameter
02 03 04 05 06 07
NilaiNormal
GDS 295 358 378 310 206 277 70-120TD 140/90 140/90 140/80 130/90 120/70 120/70 <130/80
N = 88 x/menit S = 380C
PenatalaksanaanTanggal (September 2009)Nama Obat
02 03 04 05 06 07IV FD RL 16 tpm √ √ √ √ √Inj.Ceffri 1x2 gr √ √ √ √ √Inj.Rantin 2x1 √ √ √ √ √Inj.Piracefam 3x1 √ √ √ √ √Inj.Brainact 2x1 √ √ √ √ √RI (regular insulin) √ √ √ √ √Inj.Cravit 1x1 √ √Inj.Novalgin 1x1 √ √ √Inj.Metro 2x1 √ √Inj.Dexa 4x1 √ √Metrix 2 mg 1-0-0 √ √ √PCT k/p √ √ √ √Clobazam 2x1 √ √ √ √Neurotam 2x1 √Nevox 0-0-1 √CPG 0-1-0 √Inpepsa syrup 3x2 cth √Bactesyn 2x1 √
Assessment -Recommendation1. pantau kadar glukosa dan tekanan darah pada pasien
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
Lampiran 20. Kajian DRPs Kasus 20 Diabetes Mellitus tipe 2 KomplikasiHipertensi di Instalasi Rawat Inap RSUD Kebumen, JawaTengah Periode 2007-2009
Kasus 20. No. RM. 805307 (23/07/09 – 30/07/09)
SubjectiveWanita/76 th/kelas II. DU : DM tipe 2 dengan hipertensi.DL : hipertensi GR III.KU : lemes, pusing berputar, muntah.RPD : riwayat DM dan hipertensi.Keadaan pulang : membaik.
ObjectiveTanggal (Juli 2009)Parameter
23 24 25 26 27 28 29 30
NilaiNormal
GDS 224 209 156 123 145 139 131 129 70-120TD 160/90 150/80 160/100 140/100 170/100 180/100 170/90 130/80 <130/80
N = 83 x/ menit S = 36,20C
PenatalaksanaanTanggal (Juli 2009)Nama Obat23 24 25 26 27 28 29 30
IV FD RL 12 tpm √IV FD Asering 12 tpm √ √ √ √ √ √
Inj.Brainact 2x1 √ √ √ √ √ √Inj.Manitol 125 cc 4x1 √
Inj.Rantin 2x1 √ √ √ √ √Inj.Farnat 2x1 √ √ √ √ √
Inj.Bactesyn 2x1 √ √ √ √ √Lisonopril 10 mg 1x1 √ √ √ √ √ √ √ √
Metrix 1 mg 1-0-0 √ √ √ √ √ √ √Zypras 0-0-1 √ √ √ √
Iritensa 0-0-1 √ √ √ √Mertigo 3x1 √ √ √ √
Bactesyn 2x1 √ √ √
Radin 2x1 √ √ √
Assessment -Recommendation1. pantau kadar glukosa dan tekanan darah pada pasien
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
Lampiran 21. Kajian DRPs Kasus 21 Diabetes Mellitus tipe 2 KomplikasiHipertensi di Instalasi Rawat Inap RSUD Kebumen, JawaTengah Periode 2007-2009
Kasus 21. No. RM. 806818 (28/08/09 – 31/08/09)
SubjectiveWanita/44 th/kelas II. DU : DM tipe 2.DL : hipertensi.KU : lemes, pusing, panas, perut sakit (riwayat maag), jam 18.00 pingsan, sesak napas,batuk.RPD : hipertensi dan DM.Keadaan pulang : membaik.
ObjectiveTanggal (Agustus 2009)Parameter
28 29 30 31Nilai
Normal
GDS 442 292 312 188 70-120TD 140/90 140/90 130/90 130/70 <130/80N = 84 x/menit S = 38,20C
PenatalaksanaanTanggal
(Agustus 2009)Nama Obat
28 29 30 31IV FD RL 16 tpm √ √ √Inj.Cefotaxime 2x1 √ √Inj.Rantin 2x1 √ √ √ √RI (regular insulin) √ √ √ √Inj.Bactesyn 2x1 √ √ √Antasyd syrup 3x2 cth √ √ √ √PCT 3x1 √ √ √ √Lapimuc 3x1 √ √ √Lapisiv 3x1 √ √
Assessment -Recommendation1. pantau kadar glukosa dan tekanan darah pada pasien
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
Lampiran 22. Kajian DRPs Kasus 22 Diabetes Mellitus tipe 2 KomplikasiHipertensi di Instalasi Rawat Inap RSUD Kebumen, JawaTengah Periode 2007-2009
Kasus 22. No. RM. 790678 (19/06/08 – 25/06/08)
SubjectivePria/63 th. DU : DM tipe 2.DL : hipertensi.KU : lemes, pegel dan kesemutan seluruh tubuh, mual, muntah.Keadaan pulang : membaik.
ObjectiveTanggal (Juni 2008)Parameter
19 20 21 22 23 24 25
NilaiNormal
GDS 393 292 436 311 371 154 364 70-120
TD 130/80 130/80 130/80 130/90 130/90 140/90 140/70 <130/80
N = 84 x/menit S = 36,5 0C
PentalaksanaanTanggal (Juni 2008)Nama Obat
19 20 21 22 23 24 26IV FD RL 16 tpm √ √ √
RI (regular insulin) √ √ √ √ √ √Lipesco 2x1 √ √ √ √
Bactesyn 2x1 √ √ √Mecola 0-0-1 √ √ √
Hepamac 1x1 √ √ √Metrix 2 mg 1-0-0 √ √
Assessment -Recommendation1. pantau kadar glukosa dan tekanan darah pada pasien
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
Lampiran 23. Kajian DRPs Kasus 23 Diabetes Mellitus tipe 2 KomplikasiHipertensi di Instalasi Rawat Inap RSUD Kebumen, JawaTengah Periode 2007-2009
Kasus 23. No. RM. 798687 (01/06/09 – 06/06/09)
SubjectiveWanita/60 th. DU : DM tipe 2.DL : hipertensi GR II.KU : lemes, panas dingin, diare, mual, muntah, perut sakit.RPD : Riwayat DM.Keadaan pulang : membaik.
ObjectiveTanggal (Juni 2009)Parameter
01 02 03 04 05 06
NilaiNormal
Ureum 85 10-15
Creatinin 1,8 P =0,5-0,9
GDS 219 120 193 188 152 205 70-120
TD 140/100 140/90 150/90 140/90 130/80 140/90 <130/80
N = 84 x/menit S = 36,7 oC
PenatalaksanaanTanggal (Juni 2009)Nama Obat01 02 03 04 05 06
IV FD RL 20 tpm √ √ √ √ √RI (regular insulin) √ √ √Inj.Ranitidin 2x1 √ √ √ √ √Divask 1x1 √ √ √ √ √ √Progesic 3x1 √ √ √ √Levofloxaxim 1x1 √ √ √ √ √ √Antasyd syrup 3x2 cth √ √ √ √ √New Diatabs 3x1 √ √ √ √
Assessment -Recommendation1. pantau kadar glukosa dan tekanan darah pada pasien
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
Lampiran 24. Kajian DRPs Kasus 24 Diabetes Mellitus tipe 2 KomplikasiHipertensi di Instalasi Rawat Inap RSUD Kebumen, JawaTengah Periode 2007-2009
Kasus 24. No. RM. 790419 (18/05/08 – 24/05/08)
SubjectiveWanita/58 th. DU : DM tipe 2.DL : hipertensi GR II.KU : lemes, pegel dan kesemutan seluruh tubuh, pusing berputar, mual, muntah,tenggorokan gatal.RPD : Riwayat DM dan HipertensiKeadaan pulang : membaik.
ObjectiveTanggal (Mei 2008)Parameter
18 19 20 21 22 23 24NilaiNormal
GDS 446 417 312 379 324 348 332 70-120TD 180/110 140/90 160/90 140/90 170/90 140/90 130/80 <130/80
N = 84 x/menit S = 36,60C
PentalaksanaanTanggal (Mei 2008)Nama Obat18 19 20 21 22 23 24
IV FD RL 20 tpm √ √ √ √ √Inj.Rantin 2x1 √ √ √ √ √ √Inj.Cefotaxime 2x1 √ √ √ √ √RI (regular insulin) √ √ √ √ √Amdixal 1-0-0 √ √ √ √ √ √ √Neurodex 2x1 √ √ √ √ √Alpras 0-0-1 √ √ √ √ √ √ √Mecola 2x1 √ √ √ √ √Mucohexim 3x1 √ √ √ √ √Noperten 0-0-1 √ √ √Metformin 500 mg 3x1 √ √Mertigo 2 mg 1-0-0 √ √Cefadroxil 2x1 √
Assessment -Recommendation1. pantau kadar glukosa dan tekanan darah pada pasien
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
Lampiran 25. Kajian DRPs Kasus 25 Diabetes Mellitus tipe 2 KomplikasiHipertensi di Instalasi Rawat Inap RSUD Kebumen, JawaTengah Periode 2007-2009
Kasus 25. No. RM. 065610 (21/02/08 – 23/02/08)
SubjectivePria/48 th/kelas II. DU : DM tipe 2.DL : hipertensi.KU : lemas, tidak dapat melihat obyek dengan jelas selama 18 hari.RPD : riwayat DMKeadaan pulang : membaik.
ObjectiveTanggal
(Februari 2008)Parameter
21 22 23
Nilai Normal
SGOT 40 L < 25SGPT 57 L < 29GDS 135 143 138 70-120TD 150/100 140/90 130/90 <130/80
N = 85 x/menit S = 360C
PentalaksanaanTanggal
(Februari 2008)Nama Obat
21 22 23IV FD RL 12 tpm √ √ √Inj.Rantin 2x1 √ √ √Inj.Piracefam 3x1 √ √Inj.Kalmeco 1x1 k/p √ √Inj.Reotal 2x ½ /drip √ √Captopril 12,5 mg 2x1 √ √Neurodex 2x1 √ √ √Aspilet 1-1-0 √ √ √Monecto 2x ½ √ √ √Noperten 1x1 √ √AssessmentPasien tidak mendapat terapi untuk mengatasi SGOT dan SGPT yang melebihi nilai normal.DRP : Ada indikasi tanpa obatRecommendation1. memantau kadar SGOT dan SGPT pasien.Berikan Curcuma® 1-2 tab 3xsehari (MIMS)2. pantau kadar glukosa dan tekanan darah pasien
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
Lampiran 26. Kajian DRPs Kasus 26 Diabetes Mellitus tipe 2 KomplikasiHipertensi di Instalasi Rawat Inap RSUD Kebumen, JawaTengah Periode 2007-2009
Kasus 26. No. RM. 790678 (19/06/08 – 25/06/08)
SubjectivePria/84 th. DU : DM tipe 2.DL : hipertensi.KU : lemes, sesak nafas gara-gara nyeri dada, pusing berputar, jantung berdebar.Keadaan pulang : membaik.
ObjectiveTanggal (Agustus 2009)Parameter
25 26 27 28 29 30 31
NilaiNormal
GDS 311 179 262 295 293 198 153 70-120
TD 160/90 160/90 150/100 150/90 140/90 140/80 130/80 <130/80
Ureum 69 50 10-50
Creatinin 1,4 1,15 0,6-1,1
N = 88 x/menit S = 36,50CPentalaksanaan
Tanggal (Agustus 2009)Nama Obat
25 26 27 28 29 30 31IV FD RL 20 tpm √ √ √ √ √ √ √
RI 8-8-4 √ √ √ √
Inj.Lasix 1x1 √ √ √ √ √ √ √Inj.Cefotaxime 2x1 √ √ √ √
Inj.Farnat 2x1 √ √ √ √ √ √Inj.Dopamin 5mg/kgBB/hari √ √
Inj.Bactesyn 2x1 √ √ √Renapac 1-0-0 √ √ √ √
Monecto 2x ½ √ √ √ √ √ √ √Digoxin 2x ½ √ √ √ √ √ √ √
Lasix 1-0-0 √Angioten 1-0-0 √
CPG 1x1 √ √ √ √ √ √Tiaryt 3x ½ √
Zypras 0-0-1 √ √ √ √ √ √Enercore 1x1 √ √ √ √ √ √
Farmadial 10 mg 3x1 √ √
Tonar 3x1 √ √ √ √Bicnat 3x1 √ √ √
Metrix 1 mg 1x1 √ √ √Mertigo 3x1 √ √ √ √ √ √ √
Assesment : Pemberian digoxin dan farmadial (penyekat beta) secara bersamaan dapat menambah laju kerjajantung. Pemberian digoxin dan dopamin dapat meningkatkan laju kerja jantung. DTPs : ADR dan intetraksiobat.Recommendation: Farmadial sebaiknya diganti dengan pemberian Captopril®12,5 mg 2 x1 sehari. Sebaiknyadiberikan salah satu saja dari kedua obat jantung yang diberikan. Pantau kadar glukosa darah dan tekanan darahpasien
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
Lampiran 27. Kajian DRPs Kasus 27 Diabetes Mellitus tipe 2 KomplikasiHipertensi di Instalasi Rawat Inap RSUD Kebumen, JawaTengah Periode 2007-2009
Kasus 27. No. RM. 800568 (16/03/09 – 18/03/09)
SubjectiveWanita/80 th/kelas II. DU : DM tipe 2.DL : hipertensi GR II.KU : lemes, pusing berputar, pinggang sakit, perut mual dan tidak enak.Keadaan pulang : membaik.
ObjectiveTanggal (April 2009)Parameter
16 17 18 19 20 21 22 23NilaiNormal
GDS 308 182 162 206 174 130 115 135 70-120
TD 160/90 160/100 190/100 140/90 170/100 170/90 160/100 140/80 <130/80
N = 83 x/menit S = 36,50C
PentalaksanaanTanggal (April 2009)Nama Obat
16 17 18 19 20 21 22 23Inf. RL 20 tpm √ √ √ √ √ √Inj.Renatac 2x1 √ √ √Inj.Piralen k/p √ √RI (regular insulin) √ √Inj.Cernevit 1x1 √ √Inj.Kalmeco 1x1 √ √Inpepsa syrup 3x2 cth √ √ √ √ √ √ √ √Mertigo 3x1 √ √ √ √ √ √ √ √Zypras 0-0-1 √ √ √ √ √ √ √Angioten 1-0-0 √ √ √ √ √ √ √Mecola 2x1 √ √ √ √ √ √Amitripilin 0-0-1 √ √ √Metrix 1-0-0 √ √ √ √ √ √Leparson 2x ½ √ √ √ √ √Retivit 1x1 √ √ √ √Kalmeco 2x1 √ √ √ √
Assessment -Recommendation1. pantau kadar glukosa dan tekanan darah pada pasien
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
Lampiran 28. Kajian DRPs Kasus 28 Diabetes Mellitus tipe 2 KomplikasiHipertensi di Instalasi Rawat Inap RSUD Kebumen, JawaTengah Periode 2007-2009
Kasus 28. No. RM. 802221 (08/12/08 – 16/12/08)
SubjectiveWanita/ 74 th. DU : DM tipe 2.DL : hipertensi.KU : lemes tidak dapat bangun, pusing-pusing.Keadaan pulang : membaik.
ObjectiveTanggal (Desember 2009)Para
meter 08 09 10 11 12 13 14 15 16
NilaiNormal
GDS 143 136 129 130 128 214 228 128 131 70-120
TD 140/100 150/100 150/90 150/100 150/90 140/100 140/100 130/90 130/90 <130/80
N = 83 x/menit S = 36,3 0C
PentalaksanaanTanggal (Desember 2009)Nama Obat
08 09 10 11 12 13 14 15 16IV FD RL 12 tpm √ √ √ √ √ √ √Inj.Sharox 2x1 √ √ √ √ √ √ √Inj.Renatac 2x1 √ √ √ √ √ √ √Inj.Kalnex 3x1 √ √ √Inj.Onetic 2x1 √ √ √Inj.Pratopril 3x1 √ √ √ √Captopril 6,25 mg 2x1 √ √ √ √Forsobid 5 mg 3x1 √ √ √ √ √ √ √ √ √Inpepsa syrup 3x2 cth √ √ √ √ √ √ √ √ √Tonar 3x1 √ √ √ √ √ √ √ √ √Bicnat 3x1 √ √ √ √ √ √ √ √ √Urica 0-1-0 √ √ √ √ √ √ √ √ √CPG 0-1-0 √ √ √ √ √ √ √ √Enercore 0-1-0 √ √ √ √ √ √ √ √Zypras 2x1 √Sharox 2x1 √ √Nevox 1x1 √ √Brenax 3x1 √ √
Assessment -Recommendation1. pantau kadar glukosa dan tekanan darah pada pasien
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
Lampiran 29. Kajian DRPs Kasus 29 Diabetes Mellitus tipe 2 KomplikasiHipertensi di Instalasi Rawat Inap RSUD Kebumen, JawaTengah Periode 2007-2009
Kasus 29. No. RM. 790998 (07/06/08 – 10/06/08)
SubjectiveWanita/45 th/ kelas II. DU : DM tipe 2.DL : hipertensi GR III.KU : lemes, perut sakit, mual, muntah, BAB terus dari pagi.Keadaan pulang : membaik.
ObjectiveTanggal (Juni 2008)Parameter
07 08 09 10NilaiNormal
SGPT 80 P<22SGOT 77 P<21GDS 282 187 180 171 70-120TD 180/90 170/90 150/90 140/80 <130/80
N = 82 x/menit S = 36,50C
PentalaksanaanTanggal
(Juni 2008)Nama Obat
07 08 09 10IV FD RL 12 tpm √ √ √ √Inj.Bactesyn 2x1 √ √ √ √Inj.Farnat 2x1 √ √ √ √RI (regular Insulin) √ √ √Inj.Methylon extra 1 flash √ √ √Inj.Raelonid extra 1 ampul √ √ √Iritensa 1-0-0 √ √ √ √Monecto 2x ½ √ √ √ √Farsix 1-0-0 √ √ √ √Renapar 1-0-0 √ √ √ √AssessmentPasien tidak mendapat terapi untuk mengatasi SGOT dan SGPT yang melebihinilai normal. DRP : Ada indikasi tanpa obatRecommendation1. memantau kadar SGOT dan SGPT pasien.Berikan Curcuma® 1-2 tab 3xsehari(MIMS)2. pantau kadar glukosa dan tekanan darah pasien
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
Lampiran 30. Kajian DRPs Kasus 30 Diabetes Mellitus tipe 2 KomplikasiHipertensi di Instalasi Rawat Inap RSUD Kebumen, JawaTengah Periode 2007-2009
Kasus 30. No. RM. 791687 (29/06/08 – 04/07/08)
SubjectiveWanita/80 th. DU : DM tipe 2 dengan hiperglikemia.DL : hipertensi GR II.KU : lemes, pegel dan kesemutan seluruh tubuh, mual, muntah, panas, asma.RPD : Riwayat DMKeadaan pulang : membaik.
ObjectiveTanggal (Juli 2008)Parameter
29 30 01 02 03 04
NilaiNormal
SGPT 45 P<22
SGOT 51 P<21
GDS 98 102 262 139 120 118 70-120
TD 160/90 150/100 150/100 170/100 180/100 160/90 <130/80
N = 82 x/menit S = 36,80C
PentalaksanaanTanggal (Juli 2008)Nama Obat
29 30 01 02 03 04IV FD RL 20 tpm √ √ √ √Inj.Cefotaxime 2x1 √
Inj.Ranitidin 2x1 √ √ √ √Inj.Bactesyn 2x1 √ √ √
Neurodex 2x1 √ √ √ √ √ √PCT 3x1 √ √ √ √ √ √
Inpepsa syrup 3x2 cth √ √ √ √ √ √
Captopril 2x1 √ √ √ √ √ √Cartrilet 1x1 √ √ √
Metrix 1x1 √ √Aminofillin 3x ½ √ √ √
Sharox 2x1 √Radin 2x1 √
AssessmentPasien tidak mendapat terapi untuk mengatasi SGOT dan SGPT yang melebihi nilainormal. DRP : Ada indikasi tanpa obatRecommendation1. memantau kadar SGOT dan SGPT pasien.Berikan Curcuma® 1-2 tab 3xsehari(MIMS)2. pantau kadar glukosa dan tekanan darah pasien
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
Lampiran 31. Kajian DRPs Kasus 31 Diabetes Mellitus tipe 2 KomplikasiHipertensi di Instalasi Rawat Inap RSUD Kebumen, JawaTengah Periode 2007-2009
Kasus 31. No. RM. 790098 (09/05/08 – 16/05/08)
SubjectiveWanita/57 th. DU : DM tipe 2.DL : hipertensi.KU : lemes, pusing, mual, muntah.RPD : Riwayat DMKeadaan pulang : membaik.
ObjectiveTanggal (Mei 2008)Parameter
09 10 11 12 13 14 15 16NilaiNormal
GDS 257 211 213 199 182 176 168 193 70-120
TD 180/100 140/80 140/80 140/80 130/80 130/80 130/80 130/80 <130/80
N = 82 x/menit S = 36,8oC
PenatalaksanaanTanggal (Mei 2008)Nama Obat
09 10 11 12 13 14 15 16IV FD RL 16 tpm √ √ √ √Inj. Cefotaxime 2x1 √ √ √ √ √Inj.Rantin 2x1 √ √ √ √ √Inj.Pratropil 3x1 √ √ √ √ √Inj.Kalmeco 1x1 k/p √ √ √ √ √Reotal Drip 2x ½ √ √ √ √Linoxal 5 mg 1-0-0 √ √ √ √ √ √ √ √Mertigo 3x1 √ √ √ √ √ √ √ √Zypras 0-0-1 √ √ √ √ √ √ √ √Gliquidon 1-0-0 √ √ √Vometa 2x1 √ √Frego 2x1 √ √ √Metrix 2 mg 1-0-0 √ √ √ √ √Kalmeco 2x1 √ √Lapibal 2x1 √ √ √Neurotam 3x1 √ √ √Cartrilet 0-1-0 √ √ √Metformin 3x1 √ √ √ √ √
Assessment -Recommendation1. pantau kadar glukosa dan tekanan darah pada pasien
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
Lampiran 32. Kajian DRPs Kasus 32 Diabetes Mellitus tipe 2 KomplikasiHipertensi di Instalasi Rawat Inap RSUD Kebumen, JawaTengah Periode 2007-2009
Kasus 32. No. RM. 807340 (23/09/09 – 25/09/09)
SubjectiveWanita/57 th. DU : DM tipe 2 Normoweight dengan hiperglikemia.DL : hipertensi GR II.KU : lemes, pegel dan kesemutan seluruh tubuh, mual, muntah.RPD : Riwayat DMKeadaan pulang : membaik.
ObjectiveTanggal (September 2009)Parameter
23 24 25 26
Nilai Normal
GD 2 jam PP 302 80-120GDS 629 200 355 322 70-120
TD 180/100 180/100 140/110 160/100 <130/80N = 84 x/menit S = 36,6oC
PenatalaksanaanTanggal (September 2009)Nama Obat
23 24 25 26IV FD RL 16 tpm √ √ √
Inj.Cefotaxime 2x1 √RI (regular insulin) √ √ √
Inj.Cefriaxon 2 g/24 jam √ √Inj.Rantin 2x1 √ √
Angioten 1x1 √ √ √Aspilet 1x1 √ √ √
Neurodex 2x1 √ √ √
Alprazolamo 0-0-1 √ √ √Metformin 3x1 √ √
Adalat Oros 30 mg 0-0-1 √ √Gliquidon 30 mg 3x1 √
Radin 2x1 √Noperten 10 mg 1-0-0 √
Assessment -Recommendation1. pantau kadar glukosa dan tekanan darah pada pasien
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
Lampiran 33. Kajian DRPs Kasus 33 Diabetes Mellitus tipe 2 KomplikasiHipertensi di Instalasi Rawat Inap RSUD Kebumen, JawaTengah Periode 2007-2009
Kasus 33. No. RM. 807437 (24/09/09 – 05/10/09)
SubjectiveWanita/60 th. DU : DM tipe 2.DL : hipertensi GR III, ulkus DMKU : lemes, pusing, kesemutan seluruh tubuh, mual, muntah.RPD : Riwayat DM dan hipertensi.Keadaan pulang : membaik.
ObjectiveTanggal (September-Oktober 2009)Para-
Meter 24 25 26 27 28 29 30 01 02 03 04 05NilaiNormal
GDS 128 115 121 111 129 123 130 128 124 130 126 145 70-120TD 160/
90160/90
160/80
160/80
170/100
150/ 90 160/ 90 160/ 90 150/ 90 150/ 100 130 /80 120/ 70 <130/80
N = 82 x/menit S = 36,6oC
Tanggal (September-Oktober 2009)Nama Obat24 25 26 27 28 29 30 01 02 03 04 05
IV FD RL 20 tpm √ √ √ √ √ √ √ √ √ √Inj.Cefotaxim 2x1 √Inj.Rantin 2x1 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √Inj.Piralen 3x1 √ √ √ √ √ √Inj.Bactesyn 2x1 √ √ √ √ √ √ √ √ √Inj.Farnat 2x1 √ √ √ √ √ √ √ √ √Inj.Lasix 1x1 √Inj.Kalnec 2x1 √ √ √ √ √Inj.Ketorolac 2x1 √ √ √ √ √Antacid syrup 3x2 cth √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √Vometa 2x1 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √Mecola 2x1 √ √ √ √ √ √ √ √ √Calsivask 5 mg 1-0-0 √ √ √ √ √ √ √ √Zypras 0-0-1 √ √ √Bactesyn 2x1 √ √ √Mertigo 3x1 k/p √ √ √Cartrilet 3x1 √ √
Assessment -Recommendation1. pantau kadar glukosa dan tekanan darah pada pasien
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
Lampiran 34. Kajian DRPs Kasus 34 Diabetes Mellitus tipe 2 KomplikasiHipertensi di Instalasi Rawat Inap RSUD Kebumen, JawaTengah Periode 2007-2009
Kasus 34. No. RM. 806551 (30/03/09 – 06/04/09)
SubjectivePria/67 th. DU : DM tipe 2.DL : hipertensi GR II, Ulkus DM.KU : lemes, sesek nafas, pusing, batuk, kedua kaki dan lengan bengkak.RPD : Riwayat DMKeadaan pulang : membaik.
ObjectiveTanggal (Maret-April 2009)Parameter
30 31 01 02 03 04 05 06NilaiNormal
GDS 487 455 435 389 365 333 289 243 70-120TD 150/100 140/90 140/90 150/100 150/90 150/100 140/100 130/80 <130/80
N = 85 x/menit S =36,5oC
PenatalaksanaanTanggal (Maret-April 2009)Nama
Obat 30 31 01 02 03 04 05 06IV FD RL 12 tpm √ √ √ √ √ √ √Inj.Cefotaxime 2x1 √ √ √ √ √ √ √Inj.Rantin 2x1 √ √ √ √ √ √ √Inj.Lasix 1x1 √ √ √ √ √ √ √RI (Reguler Insulin) √ √ √ √ √ √Spirolakton 1-0-0 √ √ √ √ √ √ √ √Zypras 0-0-1 √ √ √ √ √ √ √ √Digoxin 1x ½ √ √ √ √ √Gliquidon 1-0-0 √ √ √ √ √Captopril 12,5 mg 3x1 √ √ √ √ √Furosemide 1x1 √
Assessment1. pemberian Spironolakton dan digoxin dapat meningkatkan kadar digoxin dalam plasma2. secara teori, pemberian diuretik (Lasix®) dan captopril berpotensial meningkatkan efek syokhipotensi dan reaksi hiperkalemia beratDRP : interaksi obatRecommendation1. memberi interval waktu dalam pemberian digoxin dan spironolakton2. untuk menghindari efek syok hipotensi sebaiknya sebaiknya diberikan salah satu saja captoprilatau diuretic. Namun dalam data tidak terlihat efek syok hipotensi.3. pantau kadar glukosa dan tekanan darah pasien4. pantau kadar kalium pasien
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
Lampiran 35. Kajian DRPs Kasus 35 Diabetes Mellitus tipe 2 KomplikasiHipertensi di Instalasi Rawat Inap RSUD Kebumen, JawaTengah Periode 2007-2009
Kasus 35. No. RM. 791116 (11/06/08 – 15/06/08)
SubjectiveWanita/73 th. DU : DM tipe 2.DL : hipertensi, ulkus DM .KU : lemes, pusing, luka di kaki kiri, nyeri, muntah berwarna kehitaman, pingsan.RPD : Riwayat DMKeadaan pulang : membaik.
ObjectiveTanggal (Juni 2008)Parameter
10 11 12 13 14 15NilaiNormal
GDS 129 130 128 126 124 129 70-120TD 210/120 150/100 140/90 140/90 130/80 130/80 <130/80Laju endap darah 50 P = 12-16
N = 85 x/menit S = 36,6oC
Tanggal (Juni 2008)Nama Obat10 11 12 13 14 15
IV FD RL 16 tpm √ √ √ √ √ √Inj.Cefotaxime 2x1 √ √ √ √ √ √Inj.Rantin 2x1 √ √ √ √ √ √Inj.Metro 2x1 √ √ √ √ √ √Inj.Kaltrofen 2x1 √ √ √ √ √Captopril 12,5 mg 2x1 √ √ √ √ISDN 3x1 √ √Aspilet 1x1 √ √ √ √Inpepsa syrup 3x2 cth √ √ √ √ √ √Kalmeco 3x1 √ √ √Zypras 1x1 √ √ √ √Monecto 2x ½ √ √ √ √Meloxicam 1x1 √ √ √ √Nevox 1x1 √ √ √ √Fitban 2x1 √ √Ramixal ½ -0-0 √ √Kalk 1x1 √ √
AssessmentPenggunaan ISDN dan captopril secara bersamaan dapat meningkatkan efek hipotensiDRP : interaksi obatRecommendation1. memberi interval waktu dan menyesuaikan frekuensi pemberian obat ISDN dan captopril2. pantau kadar glukosa dan tekanan darah pasien
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
Lampiran 36. Kajian DRPs Kasus 36 Diabetes Mellitus tipe 2 KomplikasiHipertensi di Instalasi Rawat Inap RSUD Kebumen, JawaTengah Periode 2007-2009
Kasus 36. No. RM. 801641 (06/05/09 – 14/05/09)
SubjectivePria/42 th. DU : DM tipe 2.DL : hipertensi GR II.KU : lemes, pusing, mual, muntah, nyeri ulu hati.RPD : Riwayat DMKeadaan pulang : membaik.
ObjectiveTanggal (Mei 2009)Para-
meter 06 07 08 09 10 11 12 13 14
NilaiNormal
GDS 273 143 245 222 210 243 267 281 273 70-120
TD 170/110 140/90 170/120 170/110 150/90 160/100 150/110 130/80 140/80 <130/80
N = 94 x/menit S = 36,5oC
Tanggal (Mei 2009)NamaObat 06 07 08 09 10 11 12 13 14IV FD RL 20 tpm √ √ √ √ √ √ √Inj.Ceffriaxon 2 gr/24 jam √ √ √ √ √ √ √Inj.Metro 2x1 √ √ √ √ √Inj.Onetic 2x1 √ √ √ √ √ √ √Inj.Rantin 2x1 √ √ √ √ √ √ √RI (regular Insulin) √ √ √Drip Alinamin 2x1 √ √Inj.Cernevit 1x1 √ √Inpepsa syrup 3x2 cth √ √ √ √ √ √ √ √ √Captopril 12,5 mg 2x1 √ √Angioten 1-0-0 √ √ √ √ √ √ √Zypras 2x1 √ √ √ √ √ √ √Metrix 1 mg 1-0-0 √ √ √ √ √ √ √Propanolol 10 mg 2x1 √ √ √Vometa 2x1 √ √ √ √Cefspan 2x1 √ √ √Bisoprolol ½ -0-0 √ √ √Monecto 2x ½ √ √ √
Assessment -Recommendation1. pantau kadar glukosa dan tekanan darah pada pasien
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
Lampiran 37. Kajian DRPs Kasus 37 Diabetes Mellitus tipe 2 KomplikasiHipertensi di Instalasi Rawat Inap RSUD Kebumen, JawaTengah Periode 2007-2009
Kasus 37. No. RM. 722450 (10/03/09 – 15/03/09)
SubjectiveWanita/56 th/kelas II. DU : DM tipe 2 kadang hiperglikemia kadang hipoglikemia.DL : hipertensi.KU : lemes, mual,muntah, kedua kaki terasa sakit.RPD : riwayat DM.Keadaan pulang : membaik.
ObjectiveTanggal (Juni-Juli 2009)Para
meter 28 29 30 01 02 03 04 05 06
NilaiNormal
GDS 378 288 308 303 310 247 189 144 215 70-120
TD 150/100 140/90 140/90 130/80 140/90 140/90 150/80 130/80 120/80 <130/80
N = 82 x/ menit S = 36,30C
PenatalaksanaanTanggal (Juni-Juli 2009)Nama Obat
28 29 30 01 02 03 04 05 06IV FD RL 12 tpm √ √ √ √ √ √ √ √ √Inj.Onetic 3x1 √ √ √ √ √ √ √ √ √RI (Regular Insulin) √ √ √ √ √ √ √ √ √Inj.Renatac 2x ½ √ √ √ √ √ √ √ √ √Inj.Farsix 2x1 √ √ √ √ √ √ √ √ √Inj.Bactesyn 2x1 √ √ √ √ √ √ √ √Monecto 2x ½ √ √ √ √ √ √ √ √Tonar 3x1 √ √ √ √ √ √ √ √Bicnat 3x1 √ √ √ √ √ √ √ √Spirolakton 1x1 √ √ √ √ √ √Inpepsa syrup 3x2 cth √ √ √ √ √
Assessment -Recommendation1. pantau kadar glukosa dan tekanan darah pada pasien
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
Lampiran 38. Kajian DRPs Kasus 38 Diabetes Mellitus tipe 2 KomplikasiHipertensi di Instalasi Rawat Inap RSUD Kebumen, JawaTengah Periode 2007-2009
Kasus 38. No. RM. 806355 (26/08/09 – 02/09/09)
SubjectiveWanita/50 th. DU : DM tipe 2 dengan hiperglikemia.DL : hipertensi GR III, ulkus DM.KU : lemes, kepala pusing, kaki kiri melepuh sejak 10 hari yang lalu.RPD : riwayat DM.Keadaan pulang : membaik dan kontrol.
ObjectiveTanggal (Agustus-September 2009)Para-
meter 26 27 28 29 30 31 01 02Nilai
NormalGDS 461 339 289 243 311 215 267 170 70-120TD 150/100 140/90 150/90 140/80 150/90 140/90 140/90 130/80 <130/80
N = 84 x/ menit S = 36,60 C
PenatalaksanaanTanggal (Agustus-September 2009)Nama Obat
26 27 28 29 30 31 01 02IV FD RL 20 tpm √ √ √ √ √ √ √ √Inj.Cefotaxime 2x1 √ √ √ √ √ √ √ √Inj.Metro 2x1 √ √ √ √ √ √ √ √RI (Reguler Insulin) √ √ √ √ √ √ √ √Neurodex 3x1 √ √ √ √ √ √ √ √Captopril 12,5 mg 2x1 √ √ √ √ √ √ √ √Acetosal 1x1 √ √ √ √ √ √ √Cefixime 2x1 √Metrix 1x1 √
Assessment -Recommendation1. pantau kadar glukosa dan tekanan darah pada pasien
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
Lampiran 39. Kajian DRPs Kasus 39 Diabetes Mellitus tipe 2 KomplikasiHipertensi di Instalasi Rawat Inap RSUD Kebumen, JawaTengah Periode 2007-2009
Kasus 39. No. RM. 787640 (24/02/08 – 28/02/08)
SubjectivePria/50 th. DU : DM tipe 2.DL : hipertensi GR II.KU : lemes, kepala pusing, batuk selama 1 minggu.RPD : riwayat DM.Keadaan pulang : membaik.
ObjectiveTanggal (Februari 2008)Parameter
24 25 26 27 28NilaiNormal
Ureum 56,2 10-50Creatinin 1,19 L= 0,6-1,1SGOT 68 L < 25SGPT 66 L < 29GDS 427 223 163 102 84 70-120TD 160/100 150/90 130/90 140/90 120/70 < 130/80N = 84 x/menit S = 37oC
PenatalaksanaanTanggal
(Februari 2008)Nama Obat
24 25 26 27 28IV FD RL 16 tpm √ √ √ √ √Inj.Cefotaxime 2x1 √ √ √ √Inj. Actrapid 4-4-0 √ √ √ √Captopril 12,5 mg 2x1 √ √ √ √ √OBH syrup 3x2 √ √ √ √ √Codein 2x1 √ √ √
AssessmentPasien tidak mendapat terapi untuk mengatasi SGOT dan SGPT yang melebihi nilainormal.DRP : Ada indikasi tanpa obatRecommendation1. memantau kadar SGOT dan SGPT pasien. Berikan Curcuma® 1-2 tab 3xsehari(MIMS)2. pantau kadar glukosa dan tekanan darah pasien
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
Lampiran 40. Kajian DRPs Kasus 40 Diabetes Mellitus tipe 2 KomplikasiHipertensi di Instalasi Rawat Inap RSUD Kebumen, JawaTengah Periode 2007-2009
Kasus 40. No. RM. 070579 (10/03/09 – 15/03/09)
SubjectiveWanita/80 th/kelas II. DU : DM tipe 2.DL : hipertensi, sindroma geriatric.KU : lemes, panas selama 3 hari, kepala pusing dan berat.RPD : riwayat DM.Keadaan pulang : membaik.
ObjectiveTanggal (Maret 2009)Parameter
10 11 12 13 14 15NilaiNormal
GDS 200 185 190 175 161 133 70-120TD 140/90 140/100 140/90 130/90 130/80 120/70 <130/80N = 83 x/menit S = 36,40C
PenatalaksanaanTanggal (Maret 2009)Nama Obat
10 11 12 13 14 15IV FD RL 20 tpm √ √ √ √Inj.Cefotaxime 2x1 √ √ √Inj.Rantin 2x1 √ √ √PCT 3x1 √ √ √ √ √ √Mertigo 3x1 √ √ √ √ √ √Hepabalance 2x1 √ √ √Amdixal 1x1 √ √Alpraz 2x1 √ √ √ √ √ √Frego 2x1 √ √ √ √ √ √Ramixal 1x1 √ √ √ √ √Retivit 3x1 √ √ √Cravit 1x1 √ √ √Asam mefanamat 3x1 √ √
Assessment -Recommendation1. pantau kadar glukosa dan tekanan darah pada pasien
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
Lampiran 41. Surat Perijinan POLINMAS Kebumen, Jawa Tengah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
Lampiran 42. Surat Perijinan Provinsi DIY
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
Lampiran 43. Surat Perijinan RSUD Kebumen, Jawa Tengah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
Lampiran 44. Surat Perijinan BAPEDA Kebumen, Jawa Tengah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
Lampiran 45. Surat Perijinan Provinsi Jawa Tengah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
Lampiran 46. Surat Perijinan Fakultas Farmasi Universitas Sanata DharmaYogyakarta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
BIOGRAFI PENULISPenulis skripsi ”Evaluasi Peresepan Pada Pasien Diabetes
Mellitus Tipe 2 Dengan Komplikasi Hipertensi di Instalasi
Rawat Inap RSUD Kebumen, Jawa Tengah Periode 2007-
2009” bernama lengkap Anita Ruth Dewiana. Penulis
dilahirkan di Kebumen 14 Juni 1989. Penulis merupakan
putri pertama dari dua bersaudara pasangan Bapak Misran
Daniel dan Ibu Rowiyah. Pendidikan formal yang telah
ditempuh oleh penulis sebagai berikut : TK Tri Murni (1992-1994)
Kutowinangun-Kebumen, SD Negeri IV Kutowinangun, Kebumen (1994 -2000),
SMP Pius Bakti Utama Kebumen (2000-2003), SMA Pius Bakti Utama Bayan,
Kutoarjo (2003-2006). Pada tahun 2007 penulis melanjutkan pendidikan di
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Selama menempuh
pendidikan S1, penulis pernah menjadi asistten dosen praktikum Biokimia (2009),
Praktikum Mikrobiologi (2011) dan Praktikum Perbekalan Steril (2011). Penulis
juga aktif dalam beberapa kegiatan kemahasiswaan antara lain: Co-fasilitator
PPKM tahun 2009, seksi acara Bakti Sosial Pengobatan Gratis JMKI-UKF
Kerohanian-PM (2008), panitia Seminar Herbal Apoteker (2008), anggota tim PM
edukasi Swamedikasi Demam (2008), anggota tim PM edukasi Kanker Payudara
(2009), anggota ISMAFARSI (2007), anggota JMKI sebagai humas eksternal
(2009), tim KIO ISMAFARSI via radio Impact bersama Profesi Apoteker (2008),
panitia relaunching Apotek Sanata Dharma Yogyakarta (2008).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Top Related