i
PENGARUH PEMBERIAN JANGKA PENDEK FRAKSI HEKSAN-
ETANOL DARI EKSTRAK METANOL-AIR DAUN Macaranga tanarius
(L.) Müll. Arg. TERHADAP AKTIVITAS ALKALINE PHOSPHATASE
PADA TIKUS TERINDUKSI KARBON TETRAKLORIDA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)
Program Studi Farmasi
Diajukan oleh:
Cyndi Yulanda Putri
NIM : 128114135
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2015
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
PENGARUH PEMBERIAN JANGKA PENDEK FRAKSI HEKSAN-
ETANOL DARI EKSTRAK METANOL-AIR DAUN Macaranga tanarius
(L.) Müll. Arg. TERHADAP AKTIVITAS ALKALINE PHOSPHATASE
PADA TIKUS TERINDUKSI KARBON TETRAKLORIDA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)
Program Studi Farmasi
Diajukan oleh:
Cyndi Yulanda Putri
NIM : 128114135
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2015
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Faith is the substance of things hoped for,
the evidence of things not seen
(Hebrews 11:1)
and You bless me with the best gift that I’ve ever known You give me purpose
You’ve given me purpose
(Purpose - Justin Bieber)
Kupersembahkan skripsiku untuk: Tuhan Yesus Kristus, Ayah dan Mama tercinta,
Saudaraku: Yenni Pintauli Pasaribu, S.T., M.Si.
Chintia Imelda Pasaribu, S.P. Korchnoi Pasaribu, S.T.
Margareth Piesesha Pasaribu, S.Ked. Jogi Nabasa Pasaribu
dan Almamaterku tercinta
@cyndipasaribu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PRAKATA
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan penyertaan-
Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Pemberian
Jangka Pendek Fraksi Heksan-Etanol dari Ekstrak Metanol-Air Daun Macaranga
tanarius (L.) Müll. Arg. terhadap Aktivitas Alkaline Phosphatase pada Tikus
Terinduksi Karbon Tetraklorida”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu
syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.) di Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa selama penulisan skripsi ini banyak pihak yang
telah memberi bimbingan, motivasi, dan bantuan. Oleh karena itu, pada kesempatan
ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Ketua Program Studi Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Ibu Phebe Hendra, M.Si., Ph.D., Apt. selaku Dosen Pembimbing atas waktu
dan kesabaran dalam membimbing, memberi masukan dan motivasi, serta
teladan yang telah diberikan.
4. Bapak Jeffry Julianus, M.Si. sebagai Dosen Pembimbing Akademik atas segala
bimbingan yang telah diberikan.
5. Bapak Ipang Djunarko, M.Sc., Apt. sebagai Dosen Penguji Skripsi atas kritik
dan saran serta motivasi yang telah diberikan.
6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si. sebagai Dosen Penguji Skripsi atas kritik
dan saran serta motivasi yang telah diberikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
7. Ibu Agustina Setiawati, M.Sc., Apt. sebagai Kepala Laboratorium Fakultas
Fakultas Farmasi yang telah memberikan ijin dalam penggunaan semua
fasilitas laboratorium untuk kepentingan penelitian ini.
8. Bapak Heru sebagai laboran di Laboratorium Farmakologi Toksikologi atas
segala bantuan selama pelaksanaan skripsi ini.
9. Orangtuaku tercinta ayah Domarsan Pasaribu dan mama Lince Clara Sinaga
atas doa, dukungan, nasihat, dan motivasinya yang selalu mengiringi setiap
langkahku.
10. Kakak-kakakku Yenni Pintauli Pasaribu, Chintia Imelda Pasaribu, Korchnoi
Pasaribu, Margareth Piesesha Pasaribu, dan adikku Jogi Nabasa Pasaribu atas
segala doa, dukungan, dan motivasinya.
11. Abang Johannes Sidabutar, abang Edoardus Tumanggor, kak Trissya Yuliana,
Elzha Yunita Sibarani, Rinch Garry Sibarani, Bobby Rafael Simatupang,
Ronald Julio Simatupang, dan lain-lain atas dukungan dan doanya.
12. Keponakanku Mangara Jordan, Sean Imanuel, Clem Seraf, Windi Abigail,
Faith Geoffrey Hasian, Shalom Jeconia, Kleinhovia Gorga, Nathalie Geandra
yang selalu membuat saya rindu untuk pulang bertemu, mencium, dan bermain
bersama :’).
13. Sahabatku terkasih Meiranty Dwi Puspa Ningrum, Gesang Rizki Gumelar,
Fadillah Soraya Alhamid, Romatua Panggabean, Anggraeni Fajri yang
senantiasa memberikan dukungan dan mau mendengar setiap curhatan saya.
huhuhu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
14. Belut family Jessica, Vicky Wijoyo, Suzan, Maria Angelika, Rury Henggar,
Patricia Valentina, atas kebersamaan, dukungan, canda dan tawa yang selalu
ada dalam tiap kebersamaan kita.
15. Keluarga CEMARA Yeni Mardiaty Pasaribu, Lusia Jois Mariana, Natalia Putri
Arumsari, Maria Angelika Suhadi, Bonifasia Anna, Siti Sisca Audya, Patrisia
Yosepha Jelarut, Aditya Lela Novitasari, Kresensia Trisnawati Hasrat, Nanda
Tiasari, Monalisa Mangkoan, Rahayu Triwanti, Rury Henggar, Veronika
Purba, Satrio Budi Utomo, Lusia Christin Setiawati, Sona Karisnata Inriano,
Lucia Ida Ayu atas segala dukungan yang telah diberikan.
16. Anggraeni Fajri, Florentina Merty, dan teman-teman KM2 lain yang telah
memberikan semangat dan dukungan.
17. Tim Macaranga Maria Angelika Suhadi, Rahayu Triwanti, Sona Karisnata
Inriano, Novita, Penina Kurnia Uly, Cinthya Anggarini, dan Oktariani Aurelia
Jamil atas segala kerjasama, suka dan duka dalam pelaksanaan skripsi ini.
18. Kakak tingkatku ko Leo, ko Gomes, dan kak Alex yang telah membantu dan
memberikan motivasi dalam pelaksanaan skripsi ini.
19. Teman-teman FSM D 2012, FKK B 2012 dan seluruh teman-teman Farmasi
2012.
20. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang turut
membantu dalam penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penulisan
skripsi ini. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu
pengetahuan khususnya di bidang farmasi.
Yogyakarta, 3 November 2015
Penulis,
(Cyndi Yulanda Putri)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..............................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .....................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN ..............................................................................iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .................................................................v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ............................................................vi
PRAKATA ............................................................................................................vii
DAFTAR ISI .......................................................................................................xi
DAFTAR TABEL .................................................................................................xvi
DAFTAR GAMBAR .........................................................................................xvii
DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................................xviii
INTISARI ...........................................................................................................xix
ABSTRACT ..........................................................................................................xx
BAB I. PENGANTAR .............................................................................................1
A. Latar Belakang .............................................................................................1
1. Perumusan masalah ................................................................................4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
2. Keaslian penelitian .................................................................................5
3. Manfaat penelitian .................................................................................6
B. Tujuan Penelitian .........................................................................................6
BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA ......................................................................7
A. Hati ..............................................................................................................7
1. Anatomi fisiologi hati ............................................................................7
2. Fungsi hati ............................................................................................12
3. Kerusakan hati ......................................................................................15
4. Hepatotoksin .......................................................................................16
B. Alkaline Phosphatase ................................................................................17
C. Karbon Tetraklorida ...................................................................................19
D. Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. .........................................................23
E. Ekstraksi ....................................................................................................26
F. Fraksinasi ...................................................................................................29
G. Landasan Teori ..........................................................................................31
H. Hipotesis ..................................................................................................33
BAB III. METODE PENELITIAN ........................................................................34
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ................................................................34
B. Variabel dan Definisi Operasional ............................................................34
1. Variabel utama .....................................................................................34
2. Variabel pengacau ............................................................................34
3. Definisi Operasional ...........................................................................35
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
C. Bahan Penelitian ........................................................................................36
1. Bahan utama .......................................................................................36
2. Bahan kimia .........................................................................................37
D. Alat Penelitian ...........................................................................................38
1. Alat pembuatan FHEMM ..................................................................38
2. Alat uji penetapan kadar air ................................................................38
3. Alat perlakuan hewan uji .....................................................................38
E. Tata Cara Penelitian ................................................................................38
1. Determinasi tanaman Macaranga tanarius (L.) Müll.
Arg. .....................................................................................................38
2. Pengumpulan bahan uji ........................................................................39
3. Pembuatan serbuk daun Macaranga tanarius (L.) Müll.
Arg. ...............................39
4. Penetapan kadar air serbuk daun Macaranga tanarius (L.) Müll.
Arg. ......................................................................................................39
5. Pembuatan ekstrak metanol air daun Macaranga tanarius (L.) Müll.
Arg. .....................................................................................................40
6. Pembuatan fraksi heksan-etanol ekstrak metanol daun Macaranga
tanarius (L.) Müll. Arg. ......................................................................40
7. Pembuatan suspending agent CMC 1% ..............................................41
8. Pembuatan karbon tetraklorida dalam olive oil ..................................41
9. Penetapan dosis karbon tetraklorida .................................................41
10. Pembuatan sediaan FHEMM ..............................................................41
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
11. Penetapan dosis FHEMM ................................................................42
12. Penetapan waktu pencuplikan darah ...............................................42
13. Pengelompokan dan perlakuan hewan uji ..........................................42
14. Pemeriksaan sampel darah ..............................................................43
F. Tata Cara Analisis Hasil ............................................................................44
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................45
A. Hasil Determinasi Tanaman ...................................................................45
B. Uji Pendahuluan ....................................................................................45
1. Rendemen FHEMM .............................................................................45
2. Penetapan kadar air serbuk Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. ......46
3. Penentuan dosis hepatotoksin karbon tetraklorida ...........................46
4. Penentuan dosis FHEMM .................................................................47
5. Penentuan waktu pencuplikan darah ................................................48
C. Hasil Uji Hepatoprotektif FHEMM .................................................52
1. Kontrol CMC ................................................................................53
2. Kontrol hepatotoksin .....................................................................56
3. Kontrol dosis FHEMM ................................................................57
4. Perbandingan aktivitas ALP kelompok perlakuan dengan kontrol CMC
dan kontrol hepatotoksin ..............................................................58
5. Perbandingan antar dosis FHEMM ................................................60
D. Rangkuman Pembahasan ....................................................................63
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ...........................................................66
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
A. Kesimpulan .........................................................................................66
B. Saran ................................................................................................66
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................67
LAMPIRAN ....................................................................................................72
BIOGRAFI PENULIS ........................................................................................113
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel I. Purata aktivitas serum ALT ± SE pada selang waktu 0, 24, dan 48 jam
setelah pemberian karbon tetraklorida dosis 2 mL/kgBB ..................49
Tabel II. Hasil uji Tukey aktivitas serum ALT pada selang waktu 0, 24, dan 48
jam setelah pemberian karbon tetraklorida dosis 2 mL/kgBB ..........50
Tabel III. Purata aktivitas serum AST ± SE pada selang waktu 0, 24, dan 48 jam
setelah pemberian karbon tetraklorida dosis 2 mL/kgBB ..................51
Tabel IV. Hasil uji Tukey aktivitas serum AST pada selang waktu 0, 24, dan 48
jam setelah pemberian karbon tetraklorida dosis 2 mL/kgBB ............52
Tabel V. Purata ± SE aktivitas serum ALP tikus betina Wistar pada kelompok
perlakuan ...........................................................................................53
Tabel VI. Hasil uji Mann Whitney aktivitas ALP tikus betina Wistar pada
kelompok perlakuan ..........................................................................55
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Penampakan arterior lokasi hati pada rongga abdominopelvis .......7
Gambar 2. Lobus hati .........................................................................................8
Gambar 3. Komponen Hati .............................................................................10
Gambar 4. Asinus hati dan zonasi metabolik .................................................11
Gambar 5. Pembentukan bilirubin dari fagositosis sel darah merah ..............12
Gambar 6. Struktur kimia karbon tetraklorida ...............................................19
Gambar 7. Mekanisme karbon tetraklorida menginduksi kerusakan hati .......20
Gambar 8. Metabolisme lipid ..........................................................................21
Gambar 9. Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. ............................................23
Gambar 10. Isolasi kandungan ellagitannin yang terdapat pada daun Macaranga
tanarius (L.) Müll. Arg. ................................................................25
Gambar 11. Diagram batang purata aktivitas serum ALT pada selang waktu 0,
24, dan 48 jam setelah pemberian karbon tetraklorida dosis 2
mL/kgBB ........................................................................................49
Gambar 12. Diagram batang purata aktivitas serum AST pada selang waktu 0,
24, dan 48 jam setelah pemberian karbon tetraklorida dosis 2
mL/kgBB .......................................................................................51
Gambar 13. Diagram batang purata aktivitas ALP kelompok perlakuan ..........54
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Foto daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. ...........................73
Lampiran 2. Foto ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius (L.) Müll.
Arg. ................................................................................................74
Lampiran 3. Foto FHEMM ...............................................................................75
Lampiran 4. Foto suspensi FHEMM ................................................................76
Lampiran 5. Surat Determinasi Tanaman Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. .77
Lampiran 6. Surat keterangan penggunaan IBM SPSS Statistics 22 asli .........78
Lampiran 7. Surat ethical clearance penelitian ................................................79
Lampiran 8. Hasil Uji Statistik Data Orientasi ALT dan AST ......................80
Lampiran 9. Hasil Uji Statistik Data ALP Penelitian ........................................91
Lampiran 10. Perhitungan dosis FHEMM .........................................................108
Lampiran 11. Perhitungan kadar air serbuk daun Macaranga tanarius (L.) Müll.
Arg. .............................................................................................109
Lampiran 12. Perhitungan persen rendemen FHEMM ......................................110
Lampiran 13. Konversi dosis tikus ke dosis manusia .........................................112
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xix
INTISARI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian jangka
pendek fraksi heksan-etanol dari ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius L.
(FHEMM) serta ada tidaknya kekerabatan antar dosis pemberian FHEMM terhadap
penurunan aktivitas alkaline phosphatase (ALP) pada tikus betina Wistar terinduksi
karbon tetraklorida.
Penelitian ini menggunakan tikus betina Wistar, umur 2-3 bulan, berat
badan 130-180 gram. Tikus dibagi secara acak ke dalam 6 kelompok, masing-
masing kelompok 5 tikus. Kelompok I (kontrol CMC) diberikan CMC dosis 0,057
mg/KgBB peroral (p.o.) darah diambil pada jam ke 6. Kelompok II (kontrol
hepatotoksin) diberikan karbon tetraklorida – olive oil dengan perbandingan 1:1
dosis 2 mL/kgBB secara intraperitoneal (i.p.) darah dicuplik pada jam ke 24.
Kelompok III (kontrol dosis FHEMM) diberi FHEMM dosis 137,14 mg/kgBB satu
kali secara p.o., darah dicuplik pada jam ke 6. Kelompok IV, V, dan VI (kelompok
perlakuan) berurutan diberikan FHEMM dosis 34,28 mg/kgBB; 68,57 mg/kgBB;
137,14 mg/kgBB satu kali selama enam jam, kemudian diberikan karbon
tetraklorida – olive oil dosis 2 mL/KgBB secara i.p.. Pencuplikan darah seluruh
kelompok perlakuan dilakukan melalui sinus orbitalis. Pencuplikan darah
kelompok IV-VI perlakuan FHEMM yaitu 24 jam setelah perlakuan. Data aktivitas
ALP kemudian diuji statistika dengan taraf kepercayaan 95%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian jangka pendek FHEMM
dapat menurunkan aktivitas ALP pada tikus terinduksi karbon tetraklorida. Namun,
tidak terdapat kekerabatan antar dosis pemberian terhadap penurunan aktivitas
ALP.
Kata kunci: fraksi heksan-etanol, ekstrak metanol, Macaranga tanarius (L.)
Müll. Arg., jangka pendek, penurunan aktivitas ALP, karbon
tetraklorida
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xx
ABSTRACT
The aimed of this study is to determine the short-term effect of hexane-
ethanol fraction from methanol water extract of Macaranga tanarius L. leaves
(FHEMM) and to prove information about the relationship between the FHEMM
doses to decreased alkaline phosphatase (ALP) level in female Wistar rats induced
by carbon tetrachloride.
This study was pure experimental with completely randomized direct
sampling design. This study used 30 female Wistar rats, aged about 2-3 months,
and ± 130-180 gram body weight. Rats were devided randomly into six group of 5
rats. Group I (control CMC) were given a dose of 0.057 mg/gBW orally (p.o.) and
after six hour, blood were collected. Group II (control hepatotoxin) were given a
dose of 2 mL/KgBW carbon tetrachloride – olive oil with ratio 1:1 intraperitoneally
(i.p.) and after 24 hour, blood were collected. Group III (control dose of FHEMM)
were given a dose of FHEMM 137.14 mg/KgBW once in p.o. and after 6 hour,
blood were collected. Group IV, V, and VI (treatment group) sequentially were
given FHEMM dose 34.28; 68.57; and 137.14 mg/KgBW once in six hours, then
were given a dose of 2 mL/KgBW hepatotoxin in i.p.. Blood in treatment group
were collected after 24 hour. Blood collected from the orbital sinus region and then
measured ALP serum activities. The obtained data ALP serum activities were
analyzed with statistical confidence level of 95%.
The result showed that short-term administration of FHEMM can reduced
ALP serum activities in rats induced by carbon tetrachloride. However, there is no
relationship between that doses to decrease the ALP serum activities.
Keywords: hexane-ethanol fraction, methanol-water extract, Macaranga
tanarius (L.) Müll. Arg., short-term, carbon tetrachloride, ALP
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang
Hati merupakan kelenjar terbesar dalam tubuh dengan berat sekitar 1,4 kg
(3 lb) (Tortora and Derrickson, 2014) yang multifungsi yaitu berperan penting
dalam metabolisme, klirens metabolik, produksi protein dan lipid, dan juga
berperan dalam kerusakan akibat senyawa kimia. Selain itu, hati juga berperan
dalam sistem imun, yaitu dalam produksi sejumlah protein darah yang penting
dalam melawan infeksi (Muench, 2013).
Kerusakan pada organ hati (hepatotoksisitas) dapat menyebabkan
terganggunya fungsi fisiologis tubuh. Hepatotoksisitas tersebut dapat disebabkan
oleh toksin kimia atau natural yang terdapat di lingkungan, rumah, atau di tempat
kerja (Zimmerman and Lewis, 1995).
Steatosis merupakan salah satu jenis kerusakan hati. Pada keadaan
steatosis, hepatosit mengandung 5% (5 gram per 100 mL) lemak (Rom, Markowitz,
2007). Steatosis dapat disebabkan oleh penyakit hati alkoholik maupun penyakit
hati non alkoholik/non alcoholic fatty liver disease (NAFLD). Kondisi NAFLD
menyebabkan lebih dari 95% dari total kematian akibat penyakit hati (Canadian
Liver Foundation, 2013). Prevalensi NAFLD pada populasi umum negara-negara
bagian Barat adalah 20-30% (Bellentani, Scaqlioni, Marino, Bedogni, 2010).
Prevalensi NAFLD pada populasi umum di negara-negara Asia-Pasifik adalah
Jepang 9-30%: China 5-24%; Korea sekitar 18%; India 5-28%; Malaysia 17%;
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Singapore 5%; dan di Indonesia yaitu sekitar 30% (Amarapurkar, Hashimoto,
Lesmana, Sollano, Chen, and Goh, 2007).
Parameter kerusakan hati adalah terjadinya peningkatan alanine
aminotransferase (ALT), aspartate aminotransferase (AST), alkaline phosphatase
(ALP), gamma glutamyltransferase (GGT), dan total bilirubin (TB) (EMA, 2008).
Salah satu enzim yang digunakan sebagai parameter kerusakan hati adalah alkaline
phosphatase (ALP). ALP adalah enzim yang mengkatalisis hidrolisis monoester
dari asam fosfor dan juga mengkatalisis reaksi transfosforilasi. Peningkatan kadar
ALP mengindikasikan adanya kerusakan hati (Millan, 2006).
Hepatotoksin yang sering digunakan dalam eksperimen kerusakan hati
pada tikus adalah karbon tetraklorida (Kumar, Sivaraj, Elumalai, Kumar, 2009).
Prinsip karbon tetraklorida menginduksi kerusakan hati yaitu dengan membentuk
radikal triklorometil yang jika berikatan dengan molekul seluler seperti asam
nukleat, protein, dan lemak akan merusak proses yang krusial pada sel yaitu
metabolisme lipid dengan hasil akhir yaitu degenerasi melemak (steatosis) (Weber,
Boll, Stampfl, 2003).
Indonesia adalah negara tropis yang kaya akan tanaman obat. Tanaman
obat telah lama digunakan oleh masyarakat Indonesia sebagai salah satu alternatif
pengobatan, baik untuk pencegahan penyakit (peventif), penyembuhan (kuratif),
pemulihan kesehatan (rehabilitatif) serta peningkatan kesehatan (promotif). Jika
dilihat dari prevalensi penyakit hati yang terus mengalami peningkatan setiap
tahunnya, perlu adanya pengembangan mengenai tanaman obat yang berpotensi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
sebagai hepatoprotektor. Tumbuhan Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. atau di
Indonesia dikenal dengan nama tutup ancur, hanuwa, mara, atau mapu merupakan
tumbuhan kecil sampai sedang, memiliki ranting tebal, berwarna hijau keabuan,
panjang dan lebar daun 8-32 x 5-28 cm (Agroforestry Database 4.0) adalah salah
satu tumbuhan obat.
Penelitian yang dilakukan oleh Adrianto (2011), ekstrak metanol-air daun
Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. memiliki efek hepatoprotektif pada tikus yang
terinduksi parasetamol. Penelitian terkait juga dilakukan oleh Tiala (2013) yang
melaporkan bahwa ekstrak metanol-air Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg.
memiliki efek hepatoprotektif pada tikus terinduksi karbon tetraklorida.
Kumazawa, Murase, Momose, Fukumoto (2014) telah melakukan penelitian pada
daun Macaranga tanarius dan didapatkan bahwa ekstrak metanol-air Macaranga
tanarius L. memiliki senyawa prenylflavonoid yang berfungsi sebagai antioksidan.
Penelitian tentang daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. juga telah dilakukan
oleh Puteri dan Kawabata (2010) bahwa fraksi etil asetat ekstrak metanol daun
Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. memiliki senyawa ellagitannin yaitu
mallotinic acid, corilagin, macatannin A, chebulogic acid, dan macatannin B.
Senyawa tanin yang merupakan senyawa fenolik terdapat pada daun Macaranga
tanarius (L.) Müll. Arg. juga berpotensi sebagai antioksidan. Berdasarkan
penelitian tersebut, peneliti tertarik untuk melihat aktivitas hepatoprotektif fraksi
heksan-etanol ekstrak metanol daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. pada tikus
terinduksi karbon tetraklorida dengan melihat aktivitas ALP.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
Fraksinasi menggunakan pelarut heksan-etanol didasarkan pada kemiripan
lipofilisitas kandungan senyawa tanin yang terdapat pada fraksi etil asetat ekstrak
metanol Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. dengan lipofilisitas heksan etanol.
Berdasarkan perhitungan menggunakan aplikasi Marvin Sketch© didapatkan
bahwa lipofilisitas heksan-etanol adalah 2,97; dan campuran senyawa tanin yang
memiliki lipofilisitas mendekati heksan-etanol berturut-turut adalah macatannin B
(2,94); macatannin A (2,76); dan chebulogic acid (2,64).
Pemilihan jangka pendek efek hepatoprotektif fraksi heksan-etanol ekstrak
metanol Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. pada tikus terinduksi karbon
tetraklorida dilakukan bersamaan dengan pemberian jangka panjang fraksi heksan-
etanol ekstrak metanol Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. pada tikus terinduksi
karbon tetraklorida (Novita, 2015). Oleh karena itu, penelitian ini menarik untuk
dilakukan karena penelitian menggunakan fraksi heksan-etanol ekstrak metanol
Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. dengan pemberian jangka pendek pada tikus
terinduksi karbon tetraklorida dengan melihat aktivitas ALP belum pernah
dilakukan.
1. Perumusan masalah
a. Apakah pemberian sediaan fraksi heksan-etanol ekstrak metanol
Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. (FHEMM) jangka pendek memberi
pengaruh penurunan aktivitas ALP pada tikus betina Wistar yang
terinduksi karbon tetraklorida?
b. Apakah dosis FHEMM memiliki kekerabatan dengan penurunan aktivitas
ALP pada tikus betina Wistar yang terinduksi karbon tetraklorida?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
2. Keaslian Penelitian
Penelitian yang dilakukan oleh Andhini dan Hendra (2011) terhadap
ekstrak metanol air Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. memiliki efek
analgesik pada mencit betina galur Swiss. Penelitian menggunakan Macaranga
tanarius (L.) Müll. Arg. pernah dilakukan oleh Adrianto (2011) yang
melaporkan bahwa ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius (L.) Müll.
Arg. memiliki efek hepatoprotektif pada tikus jantan terinduksi parasetamol.
Penelitian terkait juga dilakukan oleh Tiala (2013) yang melaporkan bahwa
ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. memiliki efek
hepatoprotektif pada tikus terinduksi karbon tetraklorida dengan pemberian
jangka pendek. Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Rahmamurti (2013)
yang melaporkan bahwa bahwa ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius
(L.) Müll. Arg. memiliki efek hepatoprotektif pada tikus terinduksi karbon
tetraklorida dengan pemberian jangka panjang.
Sejauh penelusuran pustaka yang peneliti lakukan, penelitian mengenai
“Efek Hepatoprotektif Jangka Pendek Fraksi Heksan-Etanol Ekstrak Metanol
Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. (FHEMM) terhadap Aktivitas Alkaline
Phosphatase (ALP) pada Tikus Betina Terinduksi Karbon Tetraklorida” belum
pernah dilakukan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
3. Manfaat Penelitian
a. Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi khususnya
dalam bidang kefarmasian mengenai pengaruh pemberian jangka pendek
FHEMM sebagai agen hepatoprotektor.
b. Manfaat praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi terkait:
1) Penurunan aktivitas ALP setelah pemberian FHEMM jangka pendek
1 kali 6 jam.
2) Hubungan kekerabatan antara dosis pemberian FHEMM terhadap
penurunan aktivitas ALP.
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Mengetahui pemberian jangka pendek satu kali enam jam FHEMM
sebagai agen hepatoprotektor.
2. Tujuan khusus
a. Membuktikan bahwa pemberian jangka pendek satu kali enam jam
FHEMM berpengaruh terhadap penurunan aktivitas serum ALP tikus
betina Wistar terinduksi karbon tetraklorida.
b. Mengetahui kekerabatan antar dosis FHEMM terhadap penurunan
aktivitas ALP pada tikus betina Wistar terinduksi karbon tetraklorida.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Hati
1. Anatomi Fisiologi Hati
Hati adalah kelenjar terbesar di dalam tubuh yang memiliki berat
sekitar 1,4 kg (3 lb) pada rata-rata orang dewasa (Tortora and Derrickson,
2014), berwarna merah kecoklatan (Frandson, Wilke, Fails, 2009), dan
berbentuk piramida triangular (Karaliotas, Broelsch, Habib, 2006).
Gambar 1. Penampakan arterior lokasi hati pada rongga
abdominopelvis (Tortora and Derrickson, 2014).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
Dapat dilihat pada Gambar 1. bahwa hati terletak lebih rendah dari
diafragma, paling banyak menempati bagian hipokondriak kanan dan daerah
epigastrium dari rongga abdominopelvis. Hampir seluruh bagian hati
diselubungi oleh peritoneum viseral dan seluruh bagian hati diselubungi oleh
lapisan jaringan konektif yang tebal, tak beraturan yang berada di dalam
peritoneum (Tortora and Derrickson, 2014). Hati terbagi menjadi 2 lobus, yaitu
lobus kanan dan lobus kiri (Gambar 2.) dipisahkan oleh celah yang merentang
dari tepi kiri vena kava inferior sampai ke kantung empedu. Lobus kanan
terbagi oleh celah intralobular dalam dua lobus, yaitu paramedian kanan dan
posterior kanan. Lobus kiri terbagi oleh celah intralobular kiri, yaitu
paramedian kiri dan lateral kiri (Karaliotas, et al., 2006).
Gambar 2. Lobus hati (Karaliotas, et al., 2006).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
Hati tersusun dari beberapa komponen (Gambar 3.) yaitu:
a. Hepatosit
Hepatosit merupakan sel hati yang berperan penting dalam
metabolisme, sekresi, dan endokrin. Hepatosit adalah sel epitelial dengan
5-12 sisi yang membentuk 80% volume hati. Hepatosit membentuk
susunan kompleks tiga dimensi yang disebut lamina hepatik. Lamina
hepatik bentuknya tidak beraturan dan bercabang. Lamina hepatik
merupakan tempat hepatosit yang tiap sisinya dibatasi oleh endotelial
melapisi ruang vaskular yang dinamakan hepatik sinusoid.
b. Bile canaliculi
Bile canaliculi merupakan saluran kecil antara hepatosit yang
menampung empedu yang diproduksi oleh hepatosit. Dari bile canaliculi,
empedu melewati bile ductules dan kemudian saluran empedu. Saluran
empedu bergabung dan akhirnya membentuk saluran hepatik kanan dan
kiri yang lebih luas, kemudian saluran ini bersatu dan meninggalkan hati
sebagai common hepatic duct. Common hepatic duct bergabung dengan
cystic duct untuk membentuk common bile duct. Dari common bile duct,
empedu masuk ke duodenum untuk berpartisipasi dalam proses digesti.
c. Sinusoid hepatik.
Sinusoid hepatik merupakan kapiler darah yang sangat permeabel
yang terletak di antara jajaran hepatosit yang menerima darah mengandung
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
oksigen dari cabang arteri hepatik dan nutrien- dari cabang vena porta
hepatika.
(Tortora and Derrickson, 2014).
Gambar 3. Komponen hati (Tortora and Derrickson, 2014).
Hati memiliki unit fungsional terkecil yang disebut dengan asinus hati dan
zonasi metabolik yang membedakan adanya suplai darah kaya oksigen pada
pembuluh darah. Asinus hati mengandung hepatosit dan sinusoid dari lobulus yang
bersebelahan dan disediakan oleh satu portal tract. Darah mengalir melalui sinusoid
hepatik ke vena lobular pusat yang dapat dilihat pada Gambar 4. bagian A.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
Gambar 4. Asinus hati dan zonasi metabolik
(Naish and Court, 2009).
Hepatosit pada zona 1 dapat dilihat pada Gambar 4. bagian B, yaitu yang
paling dekat dengan portal tract, menerima paling banyak oksigen dari arteriola
hepatik dan nutrien dari venula porta. Hepatosit pada zona 3 perifer menerima lebih
sedikit oksigen dan nutrien. Perbedaan ini terjadi karena perbedaan ekspresi dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
metabolisme gen. Kejadian ini dikenal sebagai zonasi metabolik hati (Naish and
Court, 2009).
2. Fungsi Hati
a. Mensekresikan empedu
Setiap hari, hepatosit mensekresikan 800-1000 mL empedu yang
berwarna kuning, kecoklatan, atau hijau, dan berminyak. Cairan empedu
memiliki pH 7,6-8,6 dan sebagian besar mengandung air, garam empedu,
kolesterol, fosfolipid yang dikenal dengan lesitin, pigmen empedu, dan
beberapa ion.
Gambar 5. Pembentukan bilirubin dari fagositosis sel darah merah
(Tortora and Derrickson, 2014).
Pigmen utama empedu adalah bilirubun. Pada Gambar 5. di atas,
fagositosis sel darah merah yang sudah tua melepaskan zat besi, globin,
dan bilirubin (berasal dari heme). Zat besi dan globin kemudian didaur
ulang, sedangkan bilirubin disekresikan ke empedu dan akan pecah di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
usus. Salah satu produk dari pecahnya bilirubin di usus adalah sterkobilin,
yang memberikan warna coklat pada feses (Tortora and Derrickson, 2014).
b. Metabolisme karbohidrat
Hati memiliki fungsi spesifik dalam metabolisme karbohidrat
seperti menyimpan glikogen, mengubah fruktosa dan galaktosa menjadi
glukosa, terjadinya proses glukoneogenesis, dan membentuk senyawa-
senyawa penting dari metabolisme karbohidrat. Hati juga memainkan
peranan penting dalam menjaga kadar glukosa darah. Hati menyimpan
kelebihan glukosa sebagai glikogen dan mengembalikannya ke darah
ketika kadar glukosa darah sangat rendah via “mekanisme buffer glukosa”.
Pada glukoneogenesis, banyak asam amino dan gliserol dari trigliserida
yang diubah menjadi glukosa, sehingga berkontribusi dalam menjaga agar
kadar glukosa darah tetap normal (Mahtab and Rahman, 2009).
c. Metabolisme lipid
Aspek tertentu dalam metabolisme lipid terjadi di dalam hati.
Fungsi spesifik hati dalam metabolisme lipid adalah membentuk hampir
seluruh lipoprotein, beta-oksidasi dari asam lemak untuk menyediakan
energi bagi bagian tubuh lain, sintesis kolesterol dan fosfolipid, mengubah
karbohidrat dan protein menjadi lemak. Hampir seluruh sintesis lipid di
dalam tubuh dari karbohidrat dan protein terjadi di hati, kemudian akan
ditransportasikan pada lipoprotein ke jaringan adiposa untuk penyimpanan
(Mahtab and Rahman, 2009).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
d. Metabolisme protein
Hepatosit mendeaminasi asam amino sehingga asam amino dapat
digunakan untuk produksi ATP atau diubah menjadi karbohidrat atau
lemak. Amoniak toksik yang dihasilkan kemudian diubah menjadi urea
yang kurang toksik dan diekskresikan dalam urin. Hepatosis juga
mesintesis sebagian besar protein plasma, seperti alfa dan beta globulin,
albumin, protrombin, dan fibrinogen (Tortora and Derrickson, 2014).
e. Mengolah obat dan hormon
Hati akan mendetoksifikasi zat seperti alkohol dan
mengekskresikan obat seperti penisilin, eritromisin, dan sulfonamid ke
dalam empedu. Hati juga dapat mengubah atau mengekskresikan hormon
tiroid dan steroid seperti estrogen dan aldosteron (Tortora and Derrickson,
2014).
f. Fungsi imunologi
Bakteri dan antigen dibawa ke hati melalui vena porta dari saluran
gastrointestinal. Antigen akan difagosit dan didegradasi oleh sel Kupffer
(yang bertindak sebagai penyaring). Sel Kuppfer adalah makrofag yang
terikat pada endotelium. Sel ini diaktivasi pertama kali oleh antigen,
mensekresikan interleukin, tumor necrosis factor, kolagen, dan lisosomal
hidrolase. Antigen ini didegradasi tanpa produksi antibodi (Mahtab and
Rahman, 2009).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
g. Metabolisme obat
Hati memetabolisme hampir seluruh obat. Pada administrasi obat
secara peroral, absorbi terjadi di usus halus dan dibawa ke hati melalui
vena porta, kemudian didistribusikan ke kompartemen yang terkait. Hasil
dari metabolisme obat yaitu termasuk produksi metabolit yang kurang
aktif pada non pro-drug, produksi metabolit aktif pada pro-drug (Naish
and Court, 2009).
3. Kerusakan Hati
Perubahan morfologi hati merupakan akibat dari kerusakan hati oleh
agen kimia maupun biologi. Tipe perubahan menentukan manifestasi klinis,
penurunan fungsi, serta perubahan biokimia hati. Beberapa jenis kerusakan hati
adalah nekrosis, steatosis, kolestasis, dan sirosis (Zimmerman, 1999).
a. Nekrosis (kematian sel)
Nekrosis (kematian sel) dapat terjadi karena cedera sel langsung,
gangguan fungsi intraseluler, atau cedera langsung oleh sistem imun yang
dimediasi oleh kerusakan membran. Nekrosis hati dapat disebabkan oleh
alkohol, CCl4, brombenzena, dan berilium (Duffus and Worth, 1996).
b. Steatosis (perlemakan hati)
Steatosis atau perlemakan hati merupakan keadaan hepatosit yang
secara morfologi mengandung lebih dari 5% lemak, atau secara kuantitatif
mengandung lebih dari 5 g lemak per 100 g jaringan hepatik. Biasanya
gejala ini terdapat pada pasien dengan diabetes melitus,
hipertrigliseridemia, dan obesitas (Rom, Markowitz, 2007). Steatosis juga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
seringkali terjadi karena penyakit hati alkoholik (Kelly, 2008). Senyawa
kimia juga dapat menyebabkan steatosis, beberapa di antaranya adalah
karbon tetraklorida, toluen, stiren, trikloroetan (TCE), dan metil kloroform
(Rom, Markowitz, 2007).
c. Kolestasis
Kolestasis didefinisikan sebagai disorder sekresi empedu dan
kolepoiesis yang menyebabkan kemacetan saluran empedu intrahepatik
maupun ekstrahepatik. Kolestasis dapat menimbulkan penyakit kuning.
Kolestasis ditandai dengan meningkatnya asam empedu, enzim spesifik,
dan kolesterol dalam serum (Kuntz and Kuntz, 2008).
d. Sirosis
Sirosis hati adalah kondisi kronis yang bersifat irreversible yaitu
penggantian hepatosit normal oleh jaringan fibrosa. Sirosis hati paling
banyak terjadi karena infeksi virus kronis dan penyalahgunaan alkohol.
Morbiditas sirosis hati meningkat pada pekerja yang setiap hari terpejan
oleh solven organik seperti dimetilnitrosamin (DMN), trinitrotuluen
(TNT), TCE, pestisida, dan hidrazin yang merupakan senyawa yang dapat
meningkatkan laju sirosis (Rom, Markowitz, 2007). Sirosis merupakan
bentuk kerusakan akhir dari kerusakan hati (Zimmerman, 1999).
4. Hepatotoksin
Hepatotoksin merupakan toksin yang dapat menyebabkan kerusakan
hati. Senyawa kimia dan obat-obatan yang dapat memicu atau menyebabkan
kerusakan hati diklasifikasikan menjadi 2, yaitu:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
a. Hepatotoksin intrinsik
Hepatotoksin intrinsik merupakan hepatotoksin yang tergantung
pada dosis. Hepatotoksin intrinsik bersifat reprodusibel pada hewan
penelitian. Agen hepatotoksin intrinsik yaitu parasetamol, karbon
tetraklorida, dan alkohol.
b. Hepatotoksin idiosinkratik
Hepatotoksin idiosinkratik merupakan hepatotoksin yang tidak
tergantung pada dosis dan kerusakan yang dihasilkan tidak dapat
diprediksi pada sebagian kecil resipien. Agen hepatotoksin idiosinkratik
adalah isoniazid (INH), sulfonamid, valproat, dan fenitoin
(Friedman and Keeffe, 2012).
B. Alkaline Phosphatase
Alkaline Phosphatase (ALP) merupakan enzim yang mengkatalisis
hidrolisis sejumlah ester fosfat organik yang reaksi optimal terjadi pada pH alkali.
ALP ditemukan di beberapa tempat, yaitu osteoblas, membran kanalikular
hepatosit, perbatasan sel mukosal usus halus, tubulus proksimal di ginjal, plasenta,
dan sel darah putih (Schiff, Sorrell, Maddrey, 2012).
Tes kadar ALP sensitif untuk mendeteksi obstruksi saluran empedu
sehingga menjadi indikator terjadinya kolestasis (Hodgson, 2010). Peningkatan
ALP terjadi karena peningkatan sintesis enzim hepatik. Kadar ALP dapat kembali
normal secepat mungkin pada keadaan kolangitis supuratif akut, yaitu ketika serum
aminotransferase telah meningkat. Hal ini terjadi karena ALP disintesis untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
merespon adanya obstruksi empedu. Peningkatan asam empedu juga memicu
peningkatan sintesis ALP. Serum ALP memiliki waktu paruh 17 hari, kadar tetap
meningkat hingga 1 minggu setelah adanya perbaikan pada obstruksi empedu.
Peningkatan kadar ALP juga mengindikasikan penyakit hati infiltratif seperti
tumor, abses, granuloma, atau amiloidosis. Kadar ALP yang tinggi berhubungan
dengan obstruksi empedu, kolangitis sklerosis, sirosis empedu primer, sepis, AIDS,
kolestatis. Pada pasien yang kritis, kadar yang tinggi dapat mengindikasikan
kolangitis sklerosis sekunder yang dengan cepat dapat menjadi sirosis. Kadar ALP
yang sedang seringkali dijumpai pada hepatitis dan sirosis. Kadar ALP yang rendah
dapat terjadi pada keadaan hipotiroid, anemia pernisius, kekurangan zink,
hipofosfatasia kongenital, dan penyakit Wilson fulminan (Friedman and Keeffe,
2012).
Menurut Zimmerman (1999) pemberian hepatotoksin karbon tetraklorida
dapat menyebabkan kenaikan kadar ALT dan AST sebesar 3-4 kali normal. Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Pradeep, Khan, Ravikumar, Ahmed, Rao, Kiranmai,
et al. (2009), pemberian hepatotoksin karbon tetraklorida 2 mL/KgBB dapat
meningkatkan ALT dan AST sebesar 3-4 kali normal dan ALP sebesar 1,3 kali
normal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
C. Karbon Tetraklorida
Gambar 6. Struktur kimia karbon tetraklorida
(Enviromental Protection Agency, 2010).
Karbon tetraklorida merupakan cairan yang tidak berwarna dan mudah
terbakar. Nama IUPAC karbon tetraklorida adalah tetraklorometana (Enviromental
Protection Agency, 2010).
Karbon tetraklorida merupakan pelarut yang digunakan di industri dan
juga merupakan toksin lingkungan yang biasa digunakan sebagai agen hepatotoksik
pada tikus (Abraham, Wilfred, Cathrine, 1999). Penggunaan karbon tetraklorida
sering digunakan sebagai model penelitian untuk memperlihatkan mekanisme aksi
efek hepatotoksik pada tikus seperti degenerasi melemak, fibrosis, kematian sel
hati, dan karsinogenisitas (Weber, et al., 2003).
Mekanisme kerusakan hati akibat hepatotoksin karbon tetraklorida dapat
melalui dua jalur yang berbeda, yaitu jalur haloalkilasi dan jalur peroksidasi lipid
(Gambar 7.). Karbon tetraklorida diaktivasi oleh enzim CYP2E1, CYP2B1 atau
CYP2B2, dan kemungkinan juga oleh enzim CYP3A membentuk radikal
triklorometil. Radikal triklorometil dengan adanya oksigen akan membentuk
radikal peroksi triklorometil. Mekanisme karbon tetraklorida menyebabkan
steatosis adalah melalui jalur haloalkilasi (Weber, et al., 2003).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
Gambar 7. Mekanisme karbon tetraklorida menginduksi kerusakan hati
(Weber, et al., 2003).
Melalui jalur haloalkilasi, radikal triklorometil dapat berikatan dengan
molekul seluler (asam nukleat, protein, dan lemak) dengan merusak proses krusial
pada sel seperti metabolisme lipid, dengan hasil akhir yaitu degenerasi melemak
(steatosis). Kerusakan akibat pemejanan karbon tetraklorida menginduksi
terjadinya steatosis yaitu dengan memblok sekresi lipoprotein dari hepatosit ke
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
sirkulasi. Semakin banyak metabolit reaktif yang dihasilkan, semakin luas pula
terjadinya steatosis (Weber, et al., 2003).
Gambar 8. Metabolisme lipid (Weber, et al., 2003).
Ketoksikan karbon tetraklorida yang persisten mempengaruhi kapasitas
untuk sintesis lipid. Pada saat terjadi akumulasi lemak, perubahan fungsi membran
plasma juga terjadi pada saat yang bersamaan. Perubahan membran plasma terjadi
selama pemejanan karbon tetralorida yang mempengaruhi ikatan membran enzim
(Weber, et al., 2003).
Salah satu lipoprotein yang terganggu sekresinya adalah very low density
lipoprotein (VLDL). Sekresi VLDL dari hepatosit sangat menurun ketika terinduksi
karbon tetraklorida. Hal ini dapat dibuktikan yaitu dengan melihat pada fase awal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
akut, karbon tetraklorida merusak aparatus Golgi sehingga fungsi hati terganggu.
Padahal aparatus Golgi sangat penting dalam sintesis, maturasi, dan sekresi VLDL
(Weber, et al., 2003).
Steatosis juga terjadi karena adanya ketidakseimbangan antara sintesis dan
degenerasi lipid, dapat juga terjadi karena kegagalan trigliserida menjadi VLDL
dari hati ke sirkulasi. Formasi radikal triklorometil merupakan penyebab
berkembangnya steatosis. Karbon tetraklorida meningkatkan sintesis asam lemak
dan trigliserida dari asetat dan juga meningkatkan laju esterifikasi lipid. Sintesis
kolesterol juga meningkat. Peningkatan esterifikasi asam lemak adalah respon
sekunder (β-oxidation dan penurunan sekresi lipid) penghambatan terhadap karbon
tetraklorida. Stimulasi oleh karbon tetraklorida mempengaruhi transport asetat ke
sel hati, yang dapat menghasilkan peningkatan kemampuan substrat untuk
membentuk trigliserida (Weber, et al., 2003).
Adanya kerusakan hati dapat dilihat dari kenaikan aktivitas serum ALT
dan AST. Seatosis yang disebabkan oleh induksi hepatotoksin karbon tetraklorida
ditandai dengan meningkatnya aktivitas serum ALT sebesar 3 kali normal dan
aktivitas serum AST sebesar 4 kali normal (Zimmerman, 1999).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
D. Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg.
Gambar 9. Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg.
1. Taksonomi
Kerajaan : Plantae (Tumbuhan)
Sub kerajaan : Viridiplantae
Infra kerjaan : Sterptophyta
Super divisi : Embryophyta
Divisi : Tracheophyta
Sub Divisi : Spermatophytina
Kelas : Magnoliopsida (Berkeping dua atau dikotil)
Superorder : Rosanae
Order : Malpighiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Macaranga thouars
Spesies : Macaranga tanarius (L.) Mull. Arg.
(ITIS, 2015).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
2. Nama lain
Nama lain Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. adalah Macaranga
molliuscula Kurz, Macaranga tomentosa Blume, Mappa tanarius L. Blume (Ong,
2014).
3. Morfologi
Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. (Gambar 9.) merupakan pohon kecil
sampai sedang, berdaun hijau, memiliki ketinggian 4-5 meter dengan dahan agak
besar. Daunnya berseling, agak membundar, dengan stipula besar yang luruh.
Perbungaan bermalai di ketiak, bunga ditutupi oleh daun gagang. Buah kapsul
berkokus 2, ada kelenjar kekuningan di luarnya. Biji membulat, menggelembur
jenis ini juga mengandung tanin yang cukup untuk menyamak jala dan kulit
(Wardiyono, 2012).
4. Kandungan kimia
Penelitian yang dilakukan oleh Kumazawa, et al., (2014) melaporkan
bahwa ekstrak metanol air Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. memiliki senyawa
prenylfalvonoid yang berfungsi sebagai antioksidan.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Matsunami, Takamori, Shinzato,
Aramoto, kondo, Otsuka, Takeda (2006) pada daun Macaranga tanarius (L.) Müll.
Arg. terdapat glukosida megastigman (megastigmane glucoside) yang dinamai
macarangioside A, macarangioside B, macarangioside C, macarangioside D.
Selain itu, terdapat juga mallophenol B, lauroside E, methyl brevifolin carboxylate,
dan hyperin dan isoquercitrin. Macarangioside A, B, dan C, dan mallophenol B
memiliki aktivitas antioksidan. Pada tahun 2009, Matsunami, Otsuka, Kondo,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Shinzato, Kawahata, dan Takeda menemukan senyawa baru yang terdapat pada
daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg., yaitu lignan glucoside, (+)-pinoserinol
4-O-[6’-O-galloyl]-β-D-glucopyranoside (1), dan dua megastigmane glucosides
yang dinamakan macarangiosides E dan macarangiosides F (2,3), bersama dengan
15 campuran yang telah diketahui (4-18). Campuran 1 dan 2 memiliki aktivitas
antioksidan.
Phommart, Sutthivaiyakit, Chimnoi, ruchirawat, Suttivaiyakit (2005) juga
melakukan penelitian terhadap daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg.
ditemukan tiga kandungan senyawa baru yaitu tanarifuranonol, tanariflavaanon C,
dan tanariflavanon D bersama dengan tujuh kandungan yang telah diketahui yaitu
nymphaeol A, nymphaeol B, nymphaeol C, tanariflavanone B, blumenol A
(vomifoliol), blumenol B (7,8 dihydrovomifoliol) dan annuionone E.
Gambar 10. Isolasi kandungan ellagitannin yang terdapat pada daun
Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg.
Penelitian yang dilakukan oleh Puteri dan Kawabata (2010) yang
melaporkan bahwa ekstrak etanol daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
memiliki senyawa ellagitannins yaitu mallotinic acid, corilagin, macatannin A,
chebulogic acid, dan macatannin B (Gambar 10.).
E. Ekstraksi
Ekstraksi adalah proses penarikan senyawa aktif yang dapat larut dengan
pelarut yang sesuai sehingga terpisah dari senyawa yang tidak dapat larut (Badan
Pengawasan Obat dan Makanan, 2000).
Salah satu metode ekstraksi dari material tumbuhan adalah ekstraksi
dengan pelarut organik. Pemilihan pelarut tergantung pada beberapa faktor
termasuk karakteristik dari konstituen yang akan diekstraksi, biaya, dan pengaruh
lingkungan. Pelarut yang dapat melarutkan zat yang diinginkan pada tumbuhan,
maka disebut miscella. Ekstraksi dengan pelarut organik dibagi menjadi beberapa
cara, yaitu:
a. Maserasi
Metode ini meliputi merendam dan menggojog pelarut dan
simplisia secara bersamaan. Pelarut kemudian dikeluarkan. Sisa miscella
yang tidak dapat dikeluarkan kemudian ditekan atau disentrifugasi.
b. Perkolasi
Pada metode ini, material tumbuhan dibasahkan dengan pelarut
dan akan mengembang sebelum ditempatkan di camber perkolasi. Material
secara berulang dibasuh dengan pelarut sampai semua bahan dikeluarkan.
Pelarut berulang kali digunakan hingga jenuh.
(Raaman, 2006).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
Terdapat beberapa sifat-sifat senyawa yang diekstraksi, yaitu:
a. Polaritas
Prinsip “like dissolves like” berperan penting dalam ekstraksi.
Pelarut non polar akan mengeskstraksi senyawa yang non polar, dan
pelarut polar akan mengekstraksi senyawa yang polar.
b. Pengaruh variasi pH
Kemampuan ionisasi campuran merupakan pertimbangan
penting lainnya, seperti pH pelarut dapat disesuaikan untuk
memaksimalkan proses ekstraksi.
c. Termostabilitas
Solubilitas campuran pada pelarut meningkat seiring dengan
naiknya temperatur dan temperatur yang lebih tinggi memfasilitasi
penetrasi pelarut ke dalam struktur seluler organisme yang diekstraksi.
Namun, hal tersebut tidak menguntungkan bagi senyawa yang tidak stabil
terhadap temperatur.
(Houghton and Raman, 1998).
Prinsip “like dissolves like” diaplikasikan lagi pada pemilihan pelarut. Tipe
pelarut menentukan senyawa yang diekstrak. Sifat-sifat yang berkaitan dengan
pelarut adalah titik didih, derajat kemampuan untuk terbakar (flammability),
reaktivitas (Houghton and Raman, 1998).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
Sifat-sifat pelarut yang digunakan dalam ekstraksi:
a. Volatilitas, flammability, dan titik didih
Titik didih pelarut menentukan kemudahan untuk menghilangkan
pelarut dari ekstrak. Titk didih pelarut yang lebih rendah lebih disukai
daripada titik didih yang lebih tinggi dengan polaritas yang sama karena
lebih mudah menguap, misalnya heksan (68ºC) lebih mudah menguap
daripada sikloheksan (80,5 ºC). Namun, pelarut yang mudah menguap,
membutuhkan prosedur penanganan yang lebih aman untuk melindungi
operator dan lingkungan. Pelarut seperti dietileter, yang memiliki titik
didih rendah, cenderung dihindari karena sifat lainnya yaitu mudah
terbakar.
b. Toksisitas
Faktor lain yang mempengaruhi pemilihan pelarut adalah
toksisitas pelarut kepada operator. Sebagai contoh, inhalasi kloroform atau
dietil eter dalam jumlah besar dapat menyebabkan depresi sistem respirasi
dan anestesi sentral.
c. Reaktivitas
Reaktivitas pelarut penting untuk diketahui, karena pelarut dapat
bereaksi secara kimia dengan senyawa yang akan dieksraksi membentuk
artefak. Potensi reaksi kimia terjadi pada suasana asam atau basa.
(Houghton and Raman, 1998).
Hasil dari proses ekstraksi disebut dengan ekstrak. Menurut Badan
Pengawasan Obat dan Makanan (2000), ekstrak adalah sediaan kering, kental, atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
cair yang dibuat dengan menyari simplisia. Cairan penyari yang dapat digunakan
dalam pembuatan sediaan ekstrak adalah air, etanol, eter, atau campuran etanol dan
air (Badan Pengawasan Obat dan Makanan, 2000).
F. Fraksinasi
Fraksinasi merupakan metode untuk memisahkan senyawa murni dari
campuran senyawa yang kompleks. Metode fraksinasi membutuhkan tahapan yang
panjang. Polaritas suatu senyawa sangat berguna untuk menentukan posedur
fraksinasi (Wolf, 1969). Pemilihan pelarut didasarkan pada “like dissolves like”
(Handley and Adlard, 2001).
Pemilihan metode fraksi yang digunakan tergantung dari beberapa faktor
sebagai berikut.
a. Sifat dasar senyawa yang terdapat pada ekstrak
Solubilitas senyawa yang terdapat pada ekstrak berpengaruh
terhadap pelarut yang digunakan. Pelarut yang bersifat polar akan menyari
senyawa polar yang terdapat pada ekstrak. Hal sebaliknya jika pelarut yang
bersifat non polar akan menyari senyawa non polar yang terdapat pada
ekstrak. Hal ini merupakan faktor yang paling penting. Selain hal tersebut,
kerentanan terhadap degradasi selama proses pemisahan berlangsung juga
penting. Stabilitas senyawa yang dipisahkan seringkali tidak diketahui,
sehingga prinsip umum fraksinasi adalah meminimalisasi suhu,
perlindungan dari cahaya, dan menghindari pelarut reaktif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
b. Penggunaan setelah proses fraksinasi
Bahan beracun harus dihindari dalam proses fraksinasi dan fraksi
harus dilarutkan pada pelarut yang kompatibel dengan sistem jika akan
digunakan untuk tes biologis. Namun, jika fraksi akan digunakan untuk
fraksinasi lanjut atau untuk isolasi, maka aspek toksisitas kurang penting.
Jika fraksi harus terkonsentrasi sebelum tahap berikutnya, maka dipastikan
bahwa tahap konsentrasi difasilitasi dengan menggunakan pelarut yang
mudah menguap.
c. Keamanan
Teknik dan material yang digunakan harus mengurngi resiko efek
samping yang akut maupun kronis akibat dari toksisitas, atau
kemungkinan rusaknya material oleh beberapa faktor seperti terbakar dan
korosif.
(Houghton and Raman, 1998).
Metode fraksinasi dapat dibagi menjadi beberapa metode, yaitu:
a. Presipitasi
Presipitasi terjadi jika konsentrasi substasi pada larutan melebihi
kelarutan maksimum. Presipitasi dapat digunakan untuk menghilangkan
senyawa yang diinginkan atau senyawa yang tidak diinginkan dan
mempertahankannya pada larutan.
Faktor yang dapat mempengaruhi presipitasi adalah pengaruh
polaritas pelarut oleh penambahan pelarut yang dapat bercampur namun
polaritasnya berbeda. Jika original ekstrak telah dibuat dengan air,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
kemudian metanol, etanol 96% atau aseton, pada setiap penambahan,
pelarut akan menjadi kurang polar dan senyawa yang polar akan
mengalami presipitasi.
b. Destilasi
Destilasi merupakan metode fraksinasi untuk campuran yang
mudah menguap. Destilasi bergantung pada gradien suhu yang ditetapkan
di sepanjang kolom pendingin yang terletak di atas cairan mendidih.
Campuran yang kurang volatil akan mengalami kondensasi paling dekat
dengan boiling chamber. Kondensat di sepanjang kolom diambil dan
komposisinya berbeda di sepanjang kolom.
c. Dialisis
Dialisis merupakan pemisahan berdasarkan ukuran molekul.
Proses ini secara natural melewati membran sel dan sangat penting dalam
berbagai proses fisiologis.
(Houghton and Raman, 1998).
G. Landasan Teori
Hati merupakan kelenjar terbesar dalam tubuh yang multifungsi yaitu
sebagai yaitu berperan penting dalam metabolisme, klirens metabolik, produksi
protein dan lipid, dan juga berperan dalam kerusakan akibat senyawa kimia
(Muench, 2003). Kerusakan hati akan menyebabkan terganggunya fisiologis tubuh.
Dalam penelitian mengenai efek hepatoprotektif, karbon tetraklorida
sering digunakan sebagai model hepatotoksin. Dosis 2 mL/KgBB karbon
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
tetraklorida dapat menyebabkan kerusakan hati namun tidak menyebabkan
kematian. Mekanisme karbon tetraklorida menyebabkan kerusakan hati adalah
dengan membentuk radikal triklorometil yang dapat merusak aparatus Golgi.
Kerusakan pada aparatus Golgi menyebabkan terganggunya sekresi VLDL yang
dapat menyebabkan penumpukan VLDL sehingga terjadi perlemakan hati atau
steatosis (Weber, et al., 2003). Salah satu parameter kerusakan hati adalah
terjadinya kenaikan aktivitas ALP (Friedman and Keeffe, 2012).
Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. memiliki bermacam-macam
kandungan kimia diantaranya yang bersifat antioksidan adalah flavonoid dan tanin.
Hasil isolasi senyawa yang terdapat pada fraksi etil asetat ekstrak metanol
Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. adalah ellagitannin yang juga memiliki
aktivitas antioksidan. Penelitian ini menggunakan fraksi heksan etanol dari ekstrak
metanol Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. yang memiliki lipofilisitas sebesar
2,97 karena, lipofolisitas heksan etanol memiliki kemiripan lipofolisitas dengan 3
senyawa ellagitannin yang terdapat pada ekstrak metanol Macaranga tanarius (L.)
Müll. Arg. yaitu macatannin B, macatannin A, dan chebulogic acid dengan
lipofilisitas berturut-turut adalah 2,94; 2,76; dan 2,64. Adanya antioksidan ini
diduga dapat menangkal radikal bebas yang berasal dari induksi karbon
tetraklorida.
Pemilihan jangka pendek efek hepatoprotektif fraksi heksan-etanol ekstrak
metanol Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. pada tikus terinduksi karbon
tetraklorida dilakukan bersamaan dengan pemberian jangka panjang fraksi heksan-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
etanol ekstrak metanol Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. pada tikus terinduksi
karbon tetraklorida (Novita, 2015).
H. Hipotesis
Pemberian jangka pendek fraksi heksan-etanol ekstrak metanol
Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. memiliki efek hepatoprotektif dengan
menurunkan aktivitas ALP pada tikus betina Wistar terinduksi karbon tetraklorida.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian mengenai pengaruh pemberian jangka pendek FHEMM
terhadap aktivitas ALP pada tikus terinduksi karbon tetraklorida merupakan jenis
penelitian eksperimental murni dengan rancangan acak lengkap pola searah.
B. Variabel dan Definisi Operasional
1. Variabel utama
a. Variabel bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah variasi dosis
pemberian jangka pendek sediaan FHEMM.
b. Variabel tergantung
Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah kadar ALP
setelah pemberian jangka pendek sediaan FHEMM.
2. Variabel pengacau
a. Variabel pengacau terkendali
Variabel pengacau terkendali dalam penelitian ini adalah kondisi
hewan uji, yaitu tikus betina galur Wistar dengan berat badan 130-180
gram; umur 2-3 bulan; cara pemberian fraksi secara peroral (p.o.)
sedangkan pemberian hepatotoksin secara intraperitoneal (i.p.); frekuensi
pemberian FHEMM satu kali sehari; bahan uji yang digunakan yaitu daun
Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. yang diperoleh dari Paingan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Maguwoharjo, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa
Yogyakarta.
b. Variabel pengacau tak terkendali
Variabel pengacau tak terkendali dalam penelitian ini adalah
kondisi patologis hewan uji dan profil absorbsi, distribusi, metabolisme,
dan ekskresi (ADME).
3. Definisi Operasional
a. Ekstrak metanol daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg.
Ekstrak metanol daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg.
merupakan ekstrak kental (bobot penimbangan tetap selama 2-3 hari) yang
diperoleh dari hasil ekstraksi 40,0 gram serbuk daun Macaranga tanarius
(L.) Müll. Arg. yang dimaserasi dengan pelarut metanol:air (1:1) sebanyak
200 mL selama 24 jam menggunakan shacker dengan kecepatan 140 rpm.
Ekstrak cair yang diperoleh, kemudian diuapkan menggunakan rotary
rotary vacuum evaporator dengan suhu 80oC hingga menjadi ekstrak
kental. Setelah itu, ekstrak kental dipekatkan menggunakan oven dengan
suhu 50oC.
b. Fraksi heksan-etanol ekstrak metanol Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg.
FHEMM adalah fraksi kental (bobot penimbangan tetap selama
2-3 hari) yang diperoleh dengan fraksinasi ekstrak kental daun Macaranga
tanarius (L.) Müll. Arg. menggunakan pelarut heksan:etanol (1:1) dengan
perbandingan ekstrak:pelarut adalah 1:5. Fraksinasi dilakukan dengan
maserasi ekstrak selama 24 jam menggunakan shacker degan kecepatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
140 rpm. Fraksi cair yang diperoleh dipekatkan menggunakan oven
dengan suhu 50oC.
c. Penurunan aktivitas ALP
Penurunan aktivitas ALP didefinisikan sebagai penurunan
aktivitas ALP kelompok perlakuan FHEMM yang berbeda bermakna
terhadap kelompok kontrol hepatotoksin.
d. Jangka pendek
Jangka pendek merupakan pemberian FHEMM 1 kali selama 6
jam.
C. Bahan Penelitian
1. Bahan utama
a. Hewan uji
Hewan uji yang digunakan adalah tikus betina galur Wistar
dengan berat badan 130-180 gram, umur 2-3 bulan yang diperoleh dari
Laboratorium Imono Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
b. Bahan uji
Bahan uji yang digunakan adalah daun Macaranga tanarius (L.)
Müll. Arg. yang diperoleh di daerah Paingan, Maguwoharjo, Sleman dan
dipanen pada pagi hari pada bulan Juni 2015. Daun Macaranga tanarius
(L.) Müll. Arg. yang dipanen adalah daun yang memenuhi kriteria besar,
berwarna hijau tua, tidak berbintik putih.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
2. Bahan kimia
a. Metanol dan aquadest yang diperoleh dari CV. General Labora,
Yogyakarta sebagai pelarut dalam proses ekstraksi.
b. Heksan dan etanol yang diperoleh dari CV. General Labora, Yogyakarta
sebagai pelarut dalam proses fraksinasi.
c. Carboxymethyl Cellulosa (CMC) 1% yang diperoleh dari Laboratorium
Biofarmasetika Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
sebagai pensuspensi FHEMM.
d. Karbon tetraklorida yang diperoleh dari Laboratorium Kimia Analisis
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta sebagai
hepatotoksin.
e. Olive oil Bertolli® sebagai pelarut hepatotoksin.
f. Reagen ALP (Thermo Scientific)
Reagen ALP berisi
1) Active ingredients:
a) Reagent A:
4-NPP 16,3 mmol/L
b) Reagent B:
AMP 420 mmol/L
Mg Acetate 2,4 mmol/L
ZnSO4 1,2 mmol/L
HEDTA 2,4 mmol/L
(Thermo Scientific).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
D. Alat Penelitian
1. Alat pembuatan FHEMM
Alat-alat yang digunakan dalam pembuatan FHEMM adalah orbital
shacker Optima®, Electric Sieve Shacker Indotest Multi Lab®, timbangan
analitik Mettler Toledo®, oven Memmert®, blender Miyako®, rotary vacuum
evaporator IKAVAC®, penangas air, ayakan no.50, moisture balance, serta
alat-alat gelas Pyrex® berupa gelas beker, labu erlenmeyer, gelas ukur, labu
ukur, batang pengaduk, pipet tetes, corong, labu alas bulat dan cawan porselen.
2. Alat uji penetapan kadar air
Moisture balance, beaker glass, sendok.
3. Alat perlakuan hewan uji
Alat-alat yang digunakan dalam perlakuan hewan uji adalah
timbangan analitik Mettler Toledo®, spuit injeksi p.o dan syringe 3 cc
Terumo®, spuit injeksi i.p dan syringe 1 cc Terumo®, pipa kapiler, serta alat-
alat gelas Pyrex® berupa gelas beker, gelas ukur, labu ukur, batang pengaduk,
pipet tetes, corong, dan pipet ukur.
E. Tata Cara Penelitian
1. Determinasi tanaman Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg.
Determinasi tanaman Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. dilakukan
dengan mencocokkan ciri-ciri makroskopis tanaman Macaranga tanarius (L.)
Müll. Arg.. Determinasi dilakukan di bagian Biologi Farmasi, Fakultas
Farmasi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
2. Pengumpulan bahan uji
Bahan uji yang digunakan adalah daun Macaranga tanarius (L.) Müll.
Arg. yang memenuhi kriteria besar, berwarna hijau tua, tidak berbintik putih
yang dipetik dari daerah Paingan, Maguwoharjo, Sleman dan dipanen pada
pagi hari agar tidak mengurangi kandungan metabolit sekunder daun
Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg.
3. Pembuatan serbuk daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg.
Daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. dicuci bersih dengan air
mengalir, diangin-anginkan, dipotong agar mempercepat proses pengeringan,
kemudian dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 29oC. Daun Macaranga
tanarius (L.) Müll. Arg. kering kemudian diserbuk menggunakan blender
Miyako® dan diayak dengan ayakan nomor mesh 50.
4. Penetapan kadar air serbuk daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg.
Sebanyak 5 gram serbuk kering daun Macaranga tanarius (L.) Müll.
Arg. yang sudah diayak, dimasukkan ke dalam alat moisture balance. Bobot
serbuk kering kulit tersebut ditetapkan sebagai bobot sebelum pemanasan
(bobot A), setelah itu dipanaskan pada suhu 110°C. Serbuk kering daun
Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. yang sudah dipanaskan ditimbang kembali
dan dihitung sebagai bobot setelah pemanasan (bobot B). Selisih bobot A
terhadap bobot B merupakan kadar air dari sampel serbuk daun Macaranga
tanarius (L.) Müll. Arg.
[𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑝𝑒𝑚𝑎𝑛𝑎𝑠𝑎𝑛 − 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑚𝑎𝑛𝑎𝑠𝑎𝑛
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑝𝑒𝑚𝑎𝑛𝑎𝑠𝑎𝑛 ] 𝑥 100%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
5. Pembuatan ekstrak metanol air daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg.
Sebanyak 40,0 gram serbuk daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg.
dimaserasi dengan pelarut metanol:air (1:1) sebanyak 200 mL selama 24 jam
menggunakan shaker dengan kecepatan 140 rpm untuk melarutkan senyawa
yang diinginkan. Ekstrak cair yang diperoleh, kemudian disaring dengan
corong Buchner untuk memisahkan ekstrak cair dengan residunya. Ekstrak cair
yang telah disaring, diuapkan menggunakan rotary vacuum evaporator dengan
suhu 80oC untuk mempercepat proses penguapan pelarut ekstrak. Setelah itu,
ekstrak kental dituang ke dalam cawan porselen dan dipekatkan di oven dengan
suhu 50oC. Ekstrak kental pekat yang masuk ke tahap fraksinasi adalah ekstrak
kental yang memiliki bobot penimbangan tetap selama 2-3 hari.
6. Pembuatan fraksi heksan-etanol ekstrak metanol daun Macaranga
tanarius (L.) Müll. Arg.
Ekstrak metanol air daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg.
difraksinasi menggunakan pelarut heksan:etanol (1:1) dengan perbandingan
ekstrak:pelarut adalah 1:5. Pemilihan heksan-etanol didasarkan pada kemiripan
lipofilisitas senyawa tanin (macatannin A, macatannin B, dan chebulogic acid)
dengan lipofilisitas heksan-etanol yang dihitung menggunakan aplikasi
MarvinSketch©. Fraksinasi dilakukan dengan maserasi ekstrak selama 24 jam
menggunakan shaker dengan kecepatan 140 rpm. Fraksi cair yang diperoleh,
disaring dengan corong Buchner untuk memisahkan fraksi cair dengan
residunya. Fraksi cair dituang ke cawan porselen dan dipekatkan pada oven
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
dengan suhu 50oC. Fraksi yang digunakan adalah fraksi yang memiliki bobot
penimbangan tetap selama 2-3 hari.
7. Pembuatan suspending agent CMC 1%
Suspending agent CMC 1% dibuat dengan cara menimbang sebanyak
5,0 gram CMC dilarutkan menggunakan aquadest 200,0 mL dan didiamkan
selama 24 jam hingga CMC mengembang. Suspensi tersebut kemudian
ditambahkan dengan aquadest hingga 500,0 mL pada labu ukur 500,0 mL.
8. Penetapan dosis karbon tetraklorida
Penelitian yang dilakukan oleh Janakat dan Al-Merie (2002)
melaporkan bahwa dosis 2 mL/KgBB dapat merusak sel-sel hati yang ditandai
dengan peningkatan kadar ALT dan AST 3-4 kali normal, namun pada dosis
tersebut tidak menyebabkan kematian pada hewan uji. Hal ini juga didukung
oleh penelitian yang dilakukan oleh Wijayanti (2013) yang melaporkan bahwa
induksi karbon tetraklorida 2 mL/KgBB mampu meningkatkan kadar serum
ALT dan AST sebanyak tiga kali dari aktivitas serum awal.
9. Pembuatan karbon tetraklorida dalam olive oil
Hepatotoksin berupa karbon tetraklorida 2 mL/KgBB yang dilarutkan
dalam olive oil dengan perbandingan 1:1.
10. Pembuatan sediaan FHEMM
Sediaan suspensi FHEMM dibuat dengan menimbang sebanyak 600 mg
fraksi kental yang disuspensikan dengan CMC 1% dan diadd pada labu takar
25 mL. Pada proses pembuatan suspensi FHEMM dibantu dengan sonicator
selama 5-10 menit.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
11. Penetapan dosis FHEMM
Penetapan dosis FHEMM dihitung dengan konsentrasi yaitu 600
mg/25 mL dengan BB maksimal tikus 350 gram. Kemudian dibuat 3 peringkat
dosis dengan faktor kelipatan 2.
12. Penetapan waktu pencuplikan darah
Penetapan waktu pencuplikan darah yang diambil dari sinus orbitalis
mata ditentukan melalui orientasi kadar ALT dan AST pada jam ke 0, 24, dan
48 setelah pemberian hepatotoksin dosis 2 mL/kgBB secara i.p.. Menurut
Janakat dan Al-Merie (2002) peningkatan aktivitas ALT dan AST maksimal
terjadi pada jam ke 24 setelah pemberian karbon tetraklorida 2 mL/KgBB
secara i.p..
13. Pengelompokan dan perlakuan hewan uji
Sejumlah tiga puluh ekor tikus dibagi secara acak ke dalam enam
kelompok perlakuan dengan masing-masing kelompok berisi lima ekor tikus.
a. Kelompok I atau kelompok kontrol pensuspensi FHEMM, yaitu kelompok
yang diberikan CMC 1% secara p.o. dan diambil darahnya pada jam ke 6.
b. Kelompok II atau kelompok kontrol hepatotoksin diberi karbon
tetraklorida – olive oil dengan perbandingan 1:1 dan dosis 2 mL/kgBB
secara i.p. dan diambil darahnya pada jam ke 24.
c. Kelompok III atau kelompok kontrol dosis FHEMM diberi FHEMM dosis
tinggi yaitu dosis 137,14 mg/kgBB satu kali secara p.o. dan diambil
darahnya pada jam ke 6.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
d. Kelompok IV atau kelompok perlakuan FHEMM diberi FHEMM dosis
rendah yaitu dosis 34,28 mg/kgBB satu kali, enam jam setelah pemberian
FHEMM kemudian diberikan karbon tetraklorida – olive oil dosis 2
mL/KgBB secara i.p.
e. Kelompok V atau kelompok perlakuan FHEMM diberi FHEMM dosis
sedang yaitu dosis 68,57 mg/kgBB satu kali, enam jam setelah pemberian
FHEMM kemudian diberikan karbon tetraklorida – olive oil dosis 2
mL/KgBB secara i.p.
f. Kelompok VI atau kelompok perlakuan FHEMM diberik FHEMM dosis
tinggi yaitu dosis 137,14 mg/kgBB 1 kali, kemudian 6 jam setelah
pemberian FHEMM diberikan karbon tetraklorida – olive oil dosis 2
mL/KgBB (1:1) secara i.p..
Pencuplikan darah semua kelompok perlakuan melalui sinus orbitalis
mata. Pencuplikan darah kelompok IV-VI perlakuan FHEMM yaitu 24 jam
setelah pemberian hepatotoksin 2 mL/KgBB secara i.p..
14. Pemeriksaan sampel darah
Pemeriksaan sampel darah dan penetapan aktivitas serum ALP
dilakukan di Laboratorium Pusat Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta.
Pemeriksaan sampel darah menggunakan reagen ALP (Thermo Scientific)
dengan metode International Federation of Clinical Chemistry and Laboratory
Medicines (IFCC). Cara pembuatan serum darah adalah sebagai berikut.
a. Sampel darah vena diambil sebanyak 2-3 mL dan dimasukkan ke dalam
tabung vaccum.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
b. Sampel darah dibiarkan membeku (±15 – 30 menit).
c. Tabung disentrifugasi dengan kecepatan 3500 rpm selama 10 menit.
d. Diambil bagian serum yaitu pada lapisan atas, kemudian dilakukan
pemeriksaan kadar ALP.
F. Tata Cara Analisis Hasil
Data aktivitas serum ALP diuji dengan Shapiro-Wilk untuk mengetahui
distribusi data, kemudian dilanjutkan dengan analisis variansi pola searah (One Way
ANOVA) dengan taraf kepercayaan 95% untuk melihat homogenitas varian antar
kelompok sebagai syarat analisis parametrik. Jika data terditribusi normal (p>0,05)
dan variansi data homogen (p>0,05) maka analisis data dapat dilanjutkan dengan
uji Tukey HSD. Jika data terdistribusi normal (p>0,05) dan variansi data tidak
homogen (p<0,05) maka analisis data dapat dilanjutkan dengan uji Games-Howell.
Jika data tidak terdistribusi normal, maka analisis dilanjutkan dengan uji Kruskal-
Wallis yang selanjutnya diuji dengan Mann Whitney. Perbedaan bermakna antar
kelompok ditandai dengan nilai p<0,05 dan perbedaan tidak bermakna antar
kelompok ditandai dengan nilai p>0,05.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian jangka
pendek FHEMM serta ada tidaknya kekerabatan antar dosis pemberian FHEMM
terhadap penurunan aktivitas ALP pada tikus betina Wistar terinduksi karbon
tetraklorida.
A. Hasil Determinasi Tanaman
Determinasi tanaman dilakukan untuk memastikan bahwa tanaman yang
digunakan dalam penelitian adalah Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. dan untuk
menghindari terjadinya kesalahan dalam penyiapan bahan. Determinasi tanaman
Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. dilakukan di Laboratorium Biologi Farmasi
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta atas nama Penina Kurnia Uly sebagai ketua
tim penelitian. Determinasi tanaman yang dilakukan yaitu hingga tingkat spesies
dengan cara mencocokkan ciri makroskopis tanaman dengan buku acuan. Bagian
tanaman yang dideterminasi yaitu batang, daun, bunga, dan buah. Dari hasil
determinasi adalah benar bahwa tanaman tersebut merupakan Macaranga tanarius
(L.) Müll. Arg.
B. Uji Pendahuluan
1. Rendemen FHEMM
Pembuatan FHEMM pada penelitian ini menggunakan metode
ekstraksi yaitu maserasi. Ekstraksi serbuk daun Macaranga tanarius (L.) Müll.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
Arg. menghasilkan rendemen sebesar 18,03%. Fraksinasi ekstrak
menghasilkan rendemen sebesar 19,46%. Rendemen fraksi yang didapatkan
dari perbandingan antara bobot fraksi dengan bobok serbuk adalah sebesar
3,51%.
2. Penetapan kadar air serbuk Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg.
Penetapan kadar air serbuk Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg.
bertujuan untuk memastikan bahwa serbuk Macaranga tanarius (L.) Müll.
Arg. memenuhi persyaratan kadar air serbuk simplisia yang baik yaitu kurang
dari 10% (Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan RI, 1995).
Penetapan kadar air dilakukan dengan metode gravimetri menggunakan alat
moisture balance. Penetapan kadar air menggunakan metode gravimetri
dengan cara serbuk dipanaskan di dalam moisture balance pada suhu 110ºC
selama 15 menit. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa kadar air Macaranga
tanarius (L.) Müll. Arg. adalah 8,76%, maka serbuk Macaranga tanarius (L.)
Müll. Arg. telah memenuhi syarat serbuk simplisia yang baik.
3. Penentuan dosis hepatotoksin karbon tetraklorida
Hepatotoksin yang digunakan pada penelitian ini adalah karbon
tetraklorida. Hepatotoksin yang digunakan harus terlebih dahulu ditentukan
dosisnya. Tujuan dari penentuan dosis hepatotoksin karbon tetraklorida adalah
untuk mengetahui besar dosis karbon tetraklorida yang dapat menyebabkan
kerusakan hati, namun tidak menimbulkan kematian. Kerusakan hati yang
terjadi dapat dilihat dari peningkatan kadar ALP. Kerusakan hati akibat karbon
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
tetraklorida ditandai dengan kenaikan ALT dan AST sebesar 3-4x normal
(Thapa and Walia, 2007). Pada penelitian ini dosis hepatotoksin yang
digunakan adalah 2,0 mL/KgBB yang mengacu pada penelitian Janakat dan
Al-Merie (2002). Menurut penelitian tersebut terjadi peningkatan aktivitas
ALT dan AST yang menunjukkan adanya kerusakan hati pada tikus terinduksi
karbon tetraklorida, namun tidak menimbulkan kematian. Pada penelitian ini,
rute pemberian hepatotoksin yaitu secara i.p. bertujuan untuk menghindari
terjadinya kerusakan hepatotoksin karbon tetraklorida akibat enzim-enzim
pencernaan.
4. Penentuan dosis FHEMM
Berdasarkan penelitan yang dilakukan oleh Handayani (2011),
konsentrasi maksimal ekstrak metanol-air Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg.
(EMMT) yang dapat dibuat adalah 38,4%. Penentuan dosis pada penelitian
FHEMM menggunakan konsentrasi 600 mg/25 mL atau 2,4% karena masih
bersifat eksploratif. Konsentrasi FHEMM yang lebih kecil daripada EMMT
didasarkan pada pertimbangan rendemen FHEMM terhadap total serbuk yang
kecil yaitu 3,51%. Selain itu, karena penelitian ini menggunakan sediaan fraksi,
maka dosis pemberian lebih kecil daripada sediaan ekstrak. Hal ini dikarenakan
pada bentuk sediaan EMMT sangat mungkin terdapat banyak campuran selain
ellagitannin. Sedangkan pada bentuk sediaan FHEMM, campuran senyawa
selain macatannin A, macatannin B, dan chebulogic acid dengan lipofilisitas
berturut-turut adalah 2,76; 2,94; dan 2,64 diminimalkan yaitu dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
menggunakan pelarut heksan-etanol (lipofilisitas 2,97) yang memiliki
kemiripan lipofilisitas dengan senyawa-senyawa tersebut.
Volume maksimal yang dapat digunakan secara peroral pada tikus
adalah sebesar 5,0 mL. Pada penelitian ini dosis tertinggi didapat dari
perhitungan volume menggunakan 25⁄ dari volume maksimal yang dapat
diberikan, yaitu 2 mL. Kemudian digunakan 3 peringkat dosis dengan faktor
kelipatan 2 sehingga didapatkan dosis rendah yaitu sebesar 34,28 mg/kgBB;
dosis sedang 68,57 mg/kgBB; dan dosis tinggi yaitu 137,14 mg/kgBB.
5. Penentuan waktu pencuplikan darah
Penentuan waktu pencuplikan darah bertujuan untuk mengetahui
waktu karbon tetraklorida menimbulkan efek hepatotoksik yang maksimal
dilihat dari aktivitas ALT dan AST. Karbon tetraklorida diberikan pada tikus
dengan dosis 2 mL/KgBB secara i.p., kemudian dilakukan pencuplikan darah
pada jam ke 0, 24, dan 48. Pada penelitian ini menggunakan hasil uji aktivitas
ALT dan AST karena telah diketahui indikator terjadinya steatosis untuk
pemejanan karbon tetraklorida 2 mL/KgBB, yaitu terjadi peningkatan aktivitas
ALT sebesar 3x normal dan AST sebesar 4x normal. Hasil uji aktivitas ALT
dan AST adalah sebagai berikut.
a. Hasil uji aktivitas ALT
Hasil analisis statistik serum ALT menunjukkan distribusi data
normal dan variansi data homogen ditunjukkan dengan nilai p>0,05,
sehingga data langsung dapat dianalisis menggunakan analisis variansi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
satu arah (One Way ANOVA). Dari hasil yang didapatkan dan dapat dilihat
pada diagram batang (Gambar 11.), terjadi peningkatan aktivitas serum
ALT pada jam ke 24 (184 ± 16,5) U/L. Jika dibandingkan dengan jam ke
0 (66,83 ± 0,8) U/L, terjadi peningkatan serum ALT sebesar tiga kali.
Tabel I. Purata aktivitas serum ALT ± SE pada selang waktu 0, 24,
dan 48 jam setelah pemberian karbon tetraklorida dosis 2 mL/kgBB
Selang waktu (jam) Purata Aktivitas serum ALT
±SE (U/L)
0 66,83 ± 0,8
24 184 ± 16,5
48 62,3 ± 15,6
Keterangan:
SE = Standard Error
Gambar 11. Diagram batang purata aktivitas serum ALT pada
selang waktu 0, 24, dan 48 jam setelah pemberian karbon
tetraklorida dosis 2 mL/kgBB
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
Hasil statistik didapatkan bahwa terdapat perbedaan yang
bermakna antara aktivitas serum ALT pada jam ke 0 dan 24. Hasil statistik
aktivitas serum ALT pada jam ke 0 dan 48 berbeda, namun tidak
bermakna. Perbedaan aktivitas serum ALT yang tidak bermakna pada jam
ke 0 dengan jam ke 48 menunjukkan bahwa aktivitas serum ALT pada jam
ke 48 telah kembali normal seperti pada jam ke 0.
Tabel II. Hasil uji Tukey HSD aktivitas serum ALT pada selang
waktu 0, 24, dan 48 jam setelah pemberian karbon tetraklorida dosis
2 mL/kgBB
Selang waktu
(jam)
Jam ke 0 Jam ke 24 Jam ke 48
Jam ke 0 BB BTB
Jam ke 24 BB BB
Jam ke 48 BTB BB
Keterangan :
BB = berbeda bermakna (p<0,05);
BTB = berbeda tidak bermakna (p>0,05)
b. Hasil uji akivitas AST
Pada analisis data serum AST menunjukkan bahwa serum AST
menunjukkan distribusi data yang normal sehingga data langsung dapat
dianalisis menggunakan analisis variansi satu arah (One Way ANOVA).
Hasil statistik menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna antara
kelompok jam ke 0 dengan 24, maupun antara kelompok jam ke 0 dengan
48. Namun, peningkatan yang signifikan terjadi pada jam ke 24.
Penurunan serum AST pada jam ke 48 memiliki perbedaan yang
bermakna, hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi penurunan aktivitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
AST pada jam ke 48. Namun, penurunan tersebut tidak sampai pada nilai
normalnya.
Tabel III. Purata aktivitas serum AST ± SE pada selang waktu 0, 24,
dan 48 jam setelah pemberian karbon tetraklorida dosis 2 mL/kgBB
Selang waktu (jam) Purata aktivitas serum AST ± SE (U/L)
0 154,20 ± 2,08
24 669,57 ± 8,37
48 197,73 ± 9,55
Keterangan:
SE : Standard Error
Gambar 12. Diagram batang purata aktivitas serum AST pada
selang waktu 0, 24, dan 48 jam setelah pemberian karbon
tetraklorida dosis 2 mL/kgBB
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Tabel IV. Hasil uji Tukey HSD aktivitas serum AST pada selang
waktu 0, 24, dan 48 jam setelah pemberian karbon tetraklorida dosis
2 mL/kgBB
Selang waktu (jam) Jam ke 0 Jam ke 24 Jam ke 48
Jam ke 0 BB BB
Jam ke 24 BB BB
Jam ke 48 BB BB
Keterangan :
BB = berbeda bermakna (p<0,05);
BTB = berbeda tidak bermakna (p>0,05)
Oleh karena aktivitas ALT dan AST paling tinggi pada jam ke 24 setelah
pemberian karbon tetraklorida 2 mL/KgBB, maka selanjutnya pencuplikan darah
dilakukan pada jam ke 24 setelah pemberian karbon tetraklorida 2 mL/KgBB.
Pencuplikan darah untuk pengukuran ALP juga dilakukan pada jam ke 24
karena menurut penelitian yang dilakukan oleh Dubey dan Mehta (2014) terjadi
peningkatan kadar ALT dan AST pada jam ke 24 setelah induksi karbon
tetraklorida bersamaan dengan peningkatan kadar ALP. Selain itu, juga didukung
oleh penelitian yang dilakukan oleh Taj, Khan, Sultana, Ara, dan Haque (2014).
Dari hasil penelitian tersebut, pencuplikan darah pada jam ke 24 menyebabkan
kenaikan ALT dan AST serta ALP pada tikus terinduksi karbon tetraklorida dosis
2 mL/KgBB.
C. Hasil Uji Hepatoprotektif FHEMM
Pada penelitian ini digunakan tiga peringkat dosis FHEMM dalam
pengujian efek hepatoprotektif. Tiga peringkat dosis tersebut berturut-turut adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
sebesar 34,2; 68,5; 137,14 mg/kgBB. Pemberian FHEMM pada tikus secara p.o.
satu kali, 6 jam kemudian tikus diberikan karbon tetraklorida 2 mL/KgBB secara
i.p.. Efek hepatoprotektif ditunjukkan dengan penurunan aktivitas ALP yang
bermakna antara kelompok perlakuan terhadap kelompok kontrol hepatotoksin.
Tabel V. Purata ± SE aktivitas serum ALP tikus betina Wistar
pada kelompok perlakuan
Kelompok Purata aktivitas
serum ALP ± SE (U/L)
I 177,8 ± 12, 95
II 244,4 ± 13,69
III 156, 4 ± 6,45
IV 150,8 ± 8,15
V 183,0 ± 5,40
VI 199,6 ± 9,59
Keterangan:
I : Kelompok kontrol CMC Na 1% 2,0 mL/350KgBB
II : Kelompok kontrol hepatotoksin karbon tetraklorida 2,0 mL/KgBB
III : Kelompok kontrol FHEMM dosis 137,14 mg/KgBB
IV : Kelompok FHEMM dosis 34,28 mg/KgBB + karbon tetraklorida 2
mL/KgBB
V : Kelompok FHEMM dosis 68,57 mg/KgBB + karbon tetraklorida 2
mL/KgBB
VI : Kelompok FHEMM dosis 137,14 mg/KgBB + karbon tetraklorida 2
mL/KgBB
FHEMM : Fraksi heksan etanol ekstrak metanol Macaranga tanarius (L.) Müll.
Arg.
SE : Standard Error
1. Kontrol CMC
Kontrol CMC yang digunakan dalam penelitian ini sebagai baseline
atau nilai normal ALP. CMC merupakan derivat selulosa yang bersifat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
hidrofilik yang biasanya digunakan sebagai suspending agent yang dapat
meningkatkan solubilisasi dari campuran yang memiliki kelarutan rendah
dalam air (Demoly, 2012).
Kontrol CMC yang digunakan dalam penelitian ini sebagai baseline
atau nilai normal karena menurut penelitian yang dilakukan oleh Nurrochmad,
Hakim, Margono, Sardjiman, dan Yuniarti (2010) menggunakan CMC sebagai
kontrol dalam penelitian evaluasi aktivitas hepatoprotektif dan antioksidan dari
hexagamavunon-1 terhadap tikus terinduksi karbon tetraklorida. Dari hasil
penelitian tersebut, CMC tidak menyebabkan kenaikan ALP. Konsetrasi CMC
yang digunakan adalah 1% dengan dosis pemberian yaitu 0,057 mg/gBB.
Pemberian CMC dilakukan secara p.o.
Gambar 13. Diagram batang purata aktivitas ALP seluruh kelompok
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Tabel VI. Hasil uji Mann Whitney aktivitas ALP tikus betina Wistar
pada kelompok perlakuan
Keterangan:
I : Kelompok kontrol CMC Na 1% 2,0 mL/350gBB
II : Kelompok kontrol hepatotoksin karbon tetraklorida 2,0 mL/KgBB
III : Kelompok kontrol FHEMM dosis 137,14 mg/KgBB
IV : Kelompok FHEMM dosis 34,28 mg/KgBB + karbon tetraklorida 2
mL/KgBB
V : Kelompok FHEMM dosis 68,57 mg/KgBB + karbon tetraklorida 2
mL/KgBB
VI : Kelompok FHEMM dosis 137,14 mg/KgBB + karbon tetraklorida 2
mL/KgBB
FHEMM : Fraksi heksan etanol ekstrak metanol Macaranga tanarius (L.) Müll.
Arg.
SE : Standard Error
Kelompok
perlakuan
Kontrol
CMC
Kontrol
hepatotoksin
karbon
tetraklorida
Kontrol
FHEMM
137,14
mg/KgBB
FHEMM
34,28
mg/KgBB
+ CCl4
FHEMM
68,57
mg/KgBB
+ CCl4
FHEMM
137,14
mg/KgBB
+ CCl4
Kontrol
CMC
BB (0,008)
BTB
(0,222)
BTB
(0,095)
BTB
(1,000)
BTB
(0,310)
Kontrol
hepatotoksin
karbon
tetraklorida
BB
(0,008)
BB
(0,008)
BB
(0,008)
BB
(0,008)
BB
(0,032)
Kontrol
FHEMM
137,14
mg/KgBB
BTB
(0,222)
BB
(0,008)
BTB
(0,690)
BTB
(0,056)
BB
(0,016)
FHEMM
34,28
mg/KgBB +
CCl4
BTB
(0,095)
BB
(0,008)
BTB
(0,690)
BB
(0,008)
BB
(0,008)
FHEMM
68,57
mg/KgBB +
CCl4
BTB
(1,000)
BB
(0,008)
BTB
(0,056)
BB
(0,008)
BTB
(0,222)
FHEMM
137,14
mg/KgBB +
CCl4
BTB
(0,310)
BB
(0,032)
BB
(0,016)
BB
(0,008)
BTB
(0,222)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
2. Kontrol hepatotoksin
Pada penelitian ini hepatotoksin yang digunakan adalah karbon
tetraklorida. Kontrol hepatotoksin bertujuan untuk melihat kerusakan hati yang
ditimbulkan oleh karbon tetraklorida dengan dosis 2 mL/KgBB yang diberikan
secara i.p. Selain itu, kontrol hepatotoksin ini digunakan untuk melihat efek
hepatoprotektif yaitu sebagai pembanding dengan kelompok perlakuan
FHEMM.
Pelarut hepatotoksin yang digunakan yaitu olive oil. Hasil uji statistik
penelitian efek hepatoprotektif yang dilakukan oleh Permatasari (2013)
menggunakan hepatotoksin karbon tetraklorida dengan dosis 2 mL/Kg BB
dengan pelarut olive oil (1:1) menunjukkan perbedaan yang bermakna antara
kontrol olive oil dengan kontrol karbon tetraklorida dosis 2 mL/Kg BB + olive
oil (1:1). Hal ini berarti bahwa olive oil tidak menyebabkan kerusakan hati.
Penelitian terkait efek hepatoprotektif yang juga dilakukan oleh Utomo (2014),
menunjukkan hasil statistika berbeda bermakna antara kontrol olive oil dengan
kontrol karbon tetraklorida dosis 2 mL/Kg BB + olive oil (1:1).
Pada penelitian ini, kontrol hepatotoksin dibandingkan dengan kontrol
CMC. Hal ini bertujuan untuk melihat apakah peningkatan ALP yang
disebabkan oleh karbon tetraklorida dosis 2 mL/KgBB signifikan terhadap nilai
normalnya. Hasil uji statistik menggunakan Mann Whitney, didapatkan nilai p
antara kelompok kontrol hepatotoksin dengan kontrol CMC adalah 0,008
(p<0,05). Hasil ini menunjukkan perbedaan yang bermakna yang berarti bahwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
karbon tetraklorida dapat menaikkan kadar ALP lebih dari range normalnya
sehingga dapat dipakai untuk uji hepatoprotektif FHEMM terhadap penurunan
kadar ALP pada tikus terinduksi karbon tetraklorida.
3. Kontrol dosis FHEMM
Kontrol dosis bertujuan untuk melihat pengaruh FHEMM terhadap
aktivitas ALP. Kontrol dosis pada penelitian ini menggunakan dosis tertinggi
FHEMM dalam perlakuan yaitu dosis 137,14 mg/kgBB. Pada kelompok
kontrol dosis dilakukan tanpa pemberian hepatotoksin dosis 2 mL/kgBB. Dosis
137,14 mg/kgBB dipilih sebagai kontrol karena dianggap mewakili peringkat
dosis rendah (34,28 mg/kgBB) dan sedang (68,57 mg/kgBB), sehingga jika
pada dosis 137,14 mg/kgBB tidak menyebabkan kenaikan aktivitas ALP, maka
dosis yang lebih rendah dari 137,14 mg/kgBB juga seharusnya tidak
menyebabkan kenaikan aktivitas ALP pada jam ke 24.
Kelompok kontrol dosis dibandingkan dengan kelompok kontrol
hepatotoksin. Hasil uji statistika menggunakan Mann Whitney menghasilkan
nilai P sebesar 0,008 (p<0,05) antara kelompok kontrol dosis dengan kontrol
hepatotoksin. Perbedaan yang bermakna ini menunjukkan bahwa kelompok
kontrol dosis tidak menyebabkan kenaikan ALP.
Kelompok kontrol dosis juga dibandingkan dengan kelompok kontrol
CMC. Hal ini bertujuan untuk melihat apakah nilai ALP kelompok kontrol
dosis sama dengan nilai CMC (nilai normal ALP) yang ditandai dengan hasil
uji statistik yang berbeda namun tidak bermakna. Hasil uji statistika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
menggunakan Mann Whitney menghasilkan nilai p sebesar 0,222 (p>0,05)
antara kontrol dosis dengan kontrol CMC. Perbedaan yang tidak bermakna ini
menunjukkan bahwa nilai ALP pada kontrol dosis sama dengan nilai
normalnya. Hal ini berarti bahwa dosis 137,14 mg/KgBB tidak menaikkan
aktivitas ALP tikus.
4. Perbandingan aktivitas ALP kelompok perlakuan dengan kontrol CMC
dan kontrol hepatotoksin
Pada penelitian ini, untuk melihat efek hepatoprotektif dari ketiga
peringkat dosis FHEMM maka nilai ALP kelompok perlakuan dibandingkan
dengan nilai ALP kelompok kontrol CMC dan hepatotoksin. Perbandingan
nilai ALP antara kelompok perlakuan FHEMM dengan kelompok kontrol
hepatotoksin bertujuan untuk melihat signifikansi perbedaan aktivitas ALP.
Perbandingan nilai ALP antara kelompok perlakuan FHEMM dengan
kelompok kontrol CMC bertujuan untuk melihat apakah penurunnan aktivitas
ALP telah sampai pada nilai normalnya.
a. Perbandingan antara FHEMM dosis 34,28 mg/KgBB dengan kelompok
kontrol hepatotoksin dan kontrol CMC
Hasil uji statistik menggunakan Mann Whitney menghasilkan
nilai p sebesar 0,008 (p<0,05) antara FHEMM 34,28 mg/kgBB dengan
kelompok kontrol hepatotoksin. Nilai p antara kelompok FHEMM 34,28
mg/KgBB dengan kelompok kontrol CMC adalah 0,095 (p>0,05). Hasil
ini menunjukkan bahwa FHEMM dosis 34,28 mg/kgBB dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
menurunkan aktivitas ALP pada tikus terinduksi karbon tetraklorida dan
penurunan aktivitas ALP telah sampai pada nilai normalnya.
b. Perbandingan antara FHEMM dosis 68,57 mg/KgBB dengan kelompok
kontrol hepatotoksin dan kontrol CMC
Hasil uji statistik menggunakan Mann Whitney menghasilkan
nilai p sebesar 0,008 (p<0,05) antara FHEMM 68,57 mg/kgBB dengan
kelompok kontrol hepatotoksin. Nilai p antara kelompok FHEMM 68,57
mg/kgBB dengan kelompok kontrol CMC adalah 1,000 (p>0,05). Hasil ini
menunjukkan bahwa FHEMM dosis 68,57 mg/kgBB dapat menurunkan
aktivitas ALP pada tikus terinduksi karbon tetraklorida dan penurunan
aktivitas ALP telah sampai pada nilai normalnya.
c. Perbandingan antara FHEMM dosis 137,14 mg/KgBB dengan kelompok
kontrol hepatotoksin dan kontrol CMC
Hasil uji statistik menggunakan Mann Whitney menghasilkan
nilai p sebesar 0,032 (p<0,05) antara FHEMM 137,14 mg/kgBB dengan
kelompok kontrol hepatotoksin. Nilai P antara kelompok FHEMM 137,14
mg/kgBB dengan kelompok kontrol CMC adalah 0,310 (p>0,05). Hasil ini
menunjukkan bahwa FHEMM dosis 137,14 mg/kgBB dapat menurunkan
aktivitas ALP pada tikus terinduksi karbon tetraklorida dan penurunan
aktivitas ALP telah sampai pada nilai normalnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
5. Perbandingan antar dosis FHEMM
Pada penelitian ini, penurunan nilai ALP antar dosis juga
dibandingkan. Hal ini bertujuan untuk melihat apakah penurunan nilai ALP
memiliki kekerabatan dengan dosis yang diberikan.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa rerata perlakuan
FHEMM dosis 34,28; 68,57; dan 137,14 mg/KgBB berturut-turut adalah
150,8; 183,0; dan 199,6 U/L. Hasil uji statistik ALP perlakuan FHEMM dosis
34,28 dengan dosis 68,57 mg/KgBB memiliki nilai p yaitu 0,008 (p<0,05). Hal
ini berarti bahwa penurunan aktivitas ALP pada perlakuan FHEMM dosis
34,28 mg/KgBB dibandingkan dengan perlakuan FHEMM dosis 68,57
mg/KgBB memiliki perbedaan yang bermakna. Pada perlakuan FHEMM dosis
34,28 mg/KgBB menurunkan kadar ALP lebih jauh dibandingkan dengan dosis
68,57 mg/KgBB. Hal ini berarti bahwa pemberian FHEMM dosis 34,28
mg/KgBB menurunkan kadar ALP lebih baik dibandingkan dengan FHEMM
dosis 68,57 mg/KgBB.
Hasil uji statistik ALP perlakuan FHEMM dosis 34,28 dengan dosis
137,14 mg/KgBB memiliki nilai p yaitu 0,008 (p<0,05). Hal ini berarti bahwa
penurunan aktivitas ALP pada perlakuan FHEMM dosis 34,28 mg/KgBB
dibandingkan dengan perlakuan FHEMM dosis 137,14 mg/KgBB memiliki
perbedaan yang bermakna. Pada perlakuan FHEMM dosis 34,28 mg/KgBB
menurunkan kadar ALP lebih jauh dibandingkan dengan dosis 137,14
mg/KgBB. Hal ini berarti bahwa pemberian FHEMM dosis 34,28 mg/KgBB
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
menurunkan kadar ALP lebih baik dibandingkan dengan FHEMM dosis
137,14 mg/KgBB.
Hasil uji statistik ALP perlakuan FHEMM dosis 68,57 dengan dosis
137,14 mg/KgBB memiliki nilai p yaitu 0,222 (P>0,05). Hal ini berarti bahwa
penurunan aktivitas ALP pada perlakuan FHEMM dosis 68,57 mg/KgBB
dibandingkan dengan perlakuan FHEMM dosis 137,14 mg/KgBB memiliki
perbedaan yang tidak bermakna. Hal ini berarti bahwa pemberian FHEMM
dosis 68,57 mg/KgBB menurunkan kadar ALP sebanding dengan FHEMM
dosis 137,14 mg/KgBB. Namun, pada perlakuan FHEMM dosis 68,57
mg/KgBB dalam menurunkan kadar ALP lebih baik dibandingkan dengan
dosis 137,14 mg/KgBB.
Adanya penurunan yang tidak konsisten ditandai dengan perbedaan
kadar ALP yang bermakna pada perlakuan FHEMM dosis 34,28 dengan dosis
68,57 mg/KgBB dan dosis 34,28 dengan dosis 137,14 mg/KgBB, serta
perbedaan yang tidak bermakna antara perlakuan FHEMM dosis 68,57 dengan
dosis 137,14 mg/KgBB. Hal ini berarti tidak ada kekerabatan antar dosis dalam
menurunkan kadar ALP pada tikus terinduksi karbon tetraklorida.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian FHEMM dengan
dosis 34,28 mg/KgBB menurunkan aktivitas ALP lebih jauh di antara dosis
68,57 dan 137,14 mg/KgBB. Adanya peningkatan aktivitas ALP pemberian
FHEMM dosis 68,57 dan 137,14 mg/KgBB dengan dosis 34,28 mg/KgBB
kemungkinan disebabkan oleh aktivitas pro-oksidan. Menurut Labieniec,
Gabryelak, dan Falcioni (2003), peningkatan senyawa tanin dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
menyebabkan aktivitas pro-oksidan. Senyawa tanin yang terdapat pada
FHEMM menyebabkan aktivitas pro-oksidan dengan memicu terjadinya reaksi
oksidasi yang dapat merusak sel (George, Augustine, Sebastian, 2014). Oleh
karena itu, perlu dilakukan penelitian mengenai dosis FHEMM di bawah 34,28
mg/KgBB. Hal ini dikarenakan adanya peningkatan aktivitas ALP seiring
bertambahnya dosis yang dikarenakan adanya aktivitas pro-oksidan, serta jika
dosis 34,28 mg/KgBB dikonversi ke dosis manusia maka didapatkan dosis
manusia adalah sebesar 384 mg/70KgBB. Dosis tersebut sangat besar untuk
sediaan fraksi, yaitu jika mengingat rendemen fraksi terhadap serbuk yang
dihasilkan kecil yaitu 3,51%. Selain itu, perlu dilakukannya penelitian
mengenai kondisi histopatologi hewan uji sebagai data pelengkap untuk
melihat kerusakan hati yang ditimbulkan.
Pada penelitian ini, karbon tetraklorida yang digunakan sebagai
hepatotoksin dimetabolisme oleh enzim CYP2E1, CYP2B1, CYP2B2, dan
sebagian kecil oleh CYP3A menjadi radikal triklorometil. Radikal
triklorometil yang berikatan dengan oksigen akan membentuk radikal
triklorometil peroksi. Radikal triklorometil di dalam tubuh akan berikatan
dengan asam nukleat, protein, dan lemak, kemudian akan merusak proses
metabolisme lipid dan merusak aparatus Golgi sehingga sekresi lipoprotein
VLDL dari hepatosit ke sirkulasi terhambat dan terjadi penumpukan VLDL.
Adanya proses ini menyebabkan terjadinya steatosis.
FHEMM dapat melindungi hati dari steatosis dengan menurunkan
kadar ALP pada tikus terinduksi karbon tetraklorida. Senyawa tanin yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
terdapat pada FHEMM yaitu macatannin A, macatannin B, dan chebulogic
acid yang befungsi sebagai antioksidan. Pemberian FHEMM yang memiliki
aktivitas antioksidan dapat mengikat radikal bebas CCl3* dan CCl3OO*
(triklorometil yang berikatan dengan oksigen). Pengikatan antioksidan dengan
radikal CCl3* dapat melindungi hati dari steatosis, sedangkan pengikatan
antioksidan dengan radikal CCl3OO* dapat melindungi hati dari kerusakan
yang lebih parah seperti fibrosis dan nekrosis.
D. Rangkuman Pembahasan
Pada penelitian ini, daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. yang
digunakan berasal dari daerah Paingan, Maguwoharjo, Yogyakarta dan
dipanen pada pagi hari pada bulan Juni 2015. Simplisia daun Macaranga
tanarius (L.) Müll. Arg. memiliki kadar air sebesar 8,76% dan memenuhi
persyaratan simplisia yang baik (yaitu kurang dari 10% (Dirjen POM, 1995).
Dosis hepatotoksin yang digunakan yaitu sebesar 2 mL/KgBB, karena menurut
Janakat dan Al-Merie (2002) dosis 2 mL/KgBB karbon tetraklorida
menyebabkan kerusakan hati namun tidak sampai menyebabkan kematian.
Kerusakan akibat pemejanan karbon tetraklorida menyebabkan steatosis yang
ditandai dengan kenaikan kadar ALT dan AST sebesar 3-4 kali normal
(Zimmerman, 1999). Pencuplikan darah untuk pengukuran aktivitas ALP
berdasarkan kenaikan ALT dan AST tertinggi yaitu pada jam ke 24 setelah
pemejanan karbon tetraklorida 2 mL/KgBB, karena menurut penelitian yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
dilakukan oleh Dubey dan Mehta (2014) pada jam ke 24 juga terjadi
peningkatan ALP bersamaan dengan peningkatan ALT dan AST.
Pada penelitian ini, dosis FHEMM yang digunakan adalah 34,28;
68,57; dan 137,14 mg/KgBB dengan konsentrasi sebesar 600 mg/25 mL.
Penentuan dosis FHEMM masih bersifat eksploratif dan konsentrasi yang
digunakan tidak melebihi konsentrasi ekstrak metanol Macaranga tanarius
(L.) Müll. Arg. (EMMT) yang dapat dibuat yaitu 38,4%.
Penurunan ALP pada perlakuan FHEMM dosis 34,28; 68,57; dan
137,14 mg/KgBB dibandingkan dengan kontrol CMC sebagai nilai normal dan
kontrol hepatotoksin. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ketiga peringkat
dosis FHEMM 34,28; 68,57; dan 137,14 mg/KgBB dapat menurunkan
aktivitas ALP hingga mencapai nilai normalnya pada tikus terinduksi karbon
tetraklorida. Hal ini disebabkan karena, FHEMM mengandung senyawa tanin
yaitu macatannin A, macatannin B, dan chebulogic acid yang dapat mengikat
radikal bebas triklorometil yang dihasilkan oleh metabolisme karbon
tetraklorida oleh enzim CYP2E1, CYP2B1, CYP2B2, dan sebagian kecil oleh
CYP3A. Pengikatan senyawa tanin yang terdapat pada FHEMM memproteksi
aparatus Golgi, sehingga aparatus Golgi dapat menjalankan fungsinya dengan
baik, salah satunya yaitu mengatur sekresi VLDL sehingga tidak menyebabkan
terjadinya steatosis.
Pemberian FHEMM dosis 34,28; 68,57; dan 137,14 mg/KgBB tidak
memiliki kekerabatan dalam menurunkan aktivitas ALP pada tikus terinduksi
karbon tetraklorida karena hasil uji statistik menunjukkan bahwa adanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
perbedaan yang tidak bermakna pada dosis 68,57 dengan 137,14 mg/KgBB
dalam menurunkan aktivitas ALP. Nilai rerata aktivitas ALP pemberian
FHEMM tidak semakin menurun seiring naiknya dosis. Hal ini disebabkan
adanya aktivitas pro-oksidan yang terjadi pada senyawa tanin (Labieniec,
Gabryelak, and Falcioni, 2003).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Pemberian jangka pendek fraksi heksan-etanol ekstrak metanol-air Macaranga
tanarius (L.) Müll. Arg. memiliki pengaruh hepatoprotektif dengan
menurunkan aktivitas Alkaline Phosphatase pada tikus betina Wistar
terinduksi karbon tetraklorida.
2. Dosis fraksi heksan-etanol ekstrak metanol-air Macaranga tanarius (L.) Müll.
Arg. 34,28; 68,57; dan 137,14 mg/KgBB tidak memiliki kekerabatan terhadap
penurunan aktivitas Alkaline Phosphatase pada tikus betina Wistar terinduksi
karbon tetraklorida.
B. Saran
1. Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai dosis fraksi heksan-etanol
ekstrak metanol-air Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. yang lebih kecil dari
dosis 34,28 mg/KgBB terhadap penurunan aktivitas Alkaline Phosphatase
pada tikus terinduksi karbon tetraklorida.
2. Pemeriksaan histopatologi hati hewan uji yang digunakan sebagai data
pelengkap penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
DAFTAR PUSTAKA
Abraham, P., Wilfred, G., Cathrine, 1999, Oxidative damage to the lipids and
proteins of the lungs, testis, and kidney of rats during carbon tetrachloride
intoxication, Clinica Chimica Acta, 289, 177-179.
Adrianto, E.E., 2011, Efek Hepatoprotektif Ekstrak Metanol Air Daun Macaranga
tanarius L. pada Tikus Jantan Terinduksi Parasetamol, Skripsi, Universitas
Sanata Dharma, Yogyakarta.
Agroforesty Database 4.0,
http://www.worldagroforestry.org/treedb/AFTPDFS/Macaranga_tanarius
.PDF , diakses tanggal 13 Agustus 2015.
Alkaline Phosphatase Reagents,
http://itd.unair.ac.id/files/thermoscientific/D03087~.pdf, diakses tanggal
17 Agustus 2015.
Amarapurkar, D. N., Hashimoto, E., Lesmana, L. A., Sollano, J. D., Chen, P. J.,
Goh, K. L., 2007, How common is non-alcoholic fatty liver disease in the
asia pasific region and are there local differences?, Journal of
Gastroenterology and Hepatology, 22, 788-793.
Andhini, A.P. dan Hendra, P., 2011, Efek Analgesik Ekstrak Metanol-Air Daun
Macaranaga tanarius L. pada Mencit Betina Galur Swiss, Jurnal Media
Farmasi Indonesia, 6 (2), 55-63.
Arhogrho, E. M., Ikeh, C., Prohp, T. P., 2014, Cymbopogon citratus Aquoeous
Extract Alleviates Cisplatin – Induced hepatic Oxidative Stress and
Toxicity in albino Rats, International Journal of Current Microbiology
and Applied Sciences, 3 (4), 586-604.
Bellentani, S., Scaqlioni, F., Mario, M., Bedogni, G., 2010, Epidemiology of Non-
Alcoholic Fatty Liver Disease, Digestive Disease and Sciences, 28 (1),
155-161.
Canadian Liver Foundation, 2013, Liver Disease in Canada, Ontario, p.6.
Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia, 1995,
Farmakope Indonesia, Edisi IV, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, hal. 46, 1169.
Dubey, S., and Mehta, S.C., 2014, Hepatoprotective Activity of Euphorbia Hirta
Linn. Plant against Carbon Tetrachloride – Induced Hepatic Injury in Rats,
International Conference on Food, Biological and Medical Sciences, 108-
111.
Demoly, P., 2014, Immunology and Allergy Clinics of North America: Drug
Hypersensitivity, Elsevier, Philadeplphia, p. 672.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Duffus, J.H. and Worth, H.G.J., 1996, Fundamental Toxicology for Chemists,
Athenaeum Press, Ltd., Gateshead, pp. 140-141.
EMA, European Medicines Agency, Doc.Ref.EMEA/CHMP/SWP/150115/2006,
London, 2006.
Enviromental Protection Agency, 2010, Toxicological Review of Carbon
Tetrachloride, U.S. Enviromental Agency, Washington, p. 3.
Frandson, R. D., Wilke, W. L., Fails, A. D., 2009, Anatomy and Physiology of Farm
Animals, Wiley-Blackwell, Singapore, p. 358.
Friedman, L. S. and Keeffe, E. B., 2012, Handbook of Liver Disease, Third Edition,
Elsevier, Philadelphia, pp. 4-7, 116.
George, A., Augustine, R., Sebastian, M., 2014, Diabetes Mellitus and Human
Health Care, Apple Academic Press, Toronto, p. 206.
Guyton, A. C., dan Hall, J. E., 2006, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 11,
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, hal. 902, 904.
Handayani, M. T., 2011, Pengaruh Pemberian Ekstrak Metanol – Air Daun
Macaranga tanarius L. Terhada Penurunan Kadar Glukosa Darah pada
Tikus yang Terbebani Glukosa, Skripsi, Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta.
Handley, A. J., and Adlard, E. R., 2001, Gas Chromatographc Techniques and
Applications, CRC Press, Canada, p. 26.
Hodgson, E., 2010, A Textbook of Modern Toxicology, Fourth Edition, John Willey
& Sons, Inc., Canada, USA, pp. 277-280.
Houghton, P. J. and Raman A., 1998, Laboratory Handbook for the Fractionation
of Natural Extracts, London, Springer Science Business Media, pp. 24, 25,
26, 55, 56, 63.
Integrated Taxonomic Information System, 2015, Standard Report Page:
Macaranga tanarius,
ITIS,http://www.itis.gov/servlet/SingleRpt/SingleRpt?search_topic=TSN
&search_value=503637 , diakses tanggal 14 Mei 2015.
Janakat, S., and Al-Merie, H., 2002, Optimization of The Dose and Route of
Injection, and Characterization of The Time Course of Carbon
Tetrachloride-Induced Hepatotoxicity In The Rat, Journal of
Pharmacology and Toxicology Methodes, 48, 41-44.
Karaliotas, C. Ch., Broelsch, C. E., Habib, N. A., 2006, Liver and Biliary Tract
Surgery, SpringerWienNewYork, New York, pp. 19, 26.
Kelly, D., 2008, Disease of The Liver and Biliary Sysem in Children, 3rd edition,
Blackwell Publishing, Ltd., United States, p. 253.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Kumar, P.V., Sivaraj, A., Elumalai, Ek., Kumar, B.S., 2009, Carbon Tetrachloride-
Induced Hepatotoxicity in Rats-Protective Role of Aqueous Leaf Extracts
of Coccinia Grandis, International Journal Of Pharmtech Research, 1,
1612-1615.
Kumazawa, S., Murase, M., Momose, N., Fukumoto, S., 2014, Analysis of
antioxidant prenylflavonoids in different parts of Macaranga tanarius, the
plant origin of Okinawan propolis, Asian Pasific Journal of Tropical
Medicine, 16-20.
Kuntz, E., and Kuntz, H. D., 2008, Hepatology: Textbook and Atlas, Third Edition,
Springer, Germany, p. 236.
Labieniec, M., Gabryelak, T., Falcioni, G, 2003, Antioxidant and pro-oxidant
effects of tannins in digestive cells of the freshwater mussel Unio tumidus,
Mutat Res, 539 (1-2), 19-28.
Mahtab, M. A. and Rahman, S. (Eds.), 2009, Liver: A Complete Group on Hepato-
Pancreato-Biliary Diseases, Elsevier, pp. 11, 12.
Matsunami, K., Takamori, I., Shinzato, T., Aramoto, Kondo,K., Otsuka,H., Takeda,
Y., 2006, Radical Scavenging Activities of New Megastigmane
Glucosides From Macaranga tanarius L., Chem.Pharm.Bull., 54 (10),
1403-1407.
Matsunami, K., Otsuka, H., Kondo, K., Shinzato, T., Kawahata, M., Yamaguchi,
K., takeda, Y., 2009, Absolute configuration of (+)-pinoresinol 4-O-[6”-
O-galloyl]-β-D-glucopyranoside macarangiosides E, and F isolated from
the leaves of Macaranga tanarius, Phytochemistry, 70, 1277-1285.
Millan, J.L., 2006, Alkaline Phosphatase: Structure, Substrate Specificity and
Functional Relatedness to Other Members of a Large Superfamily of
Enzymes, Purinergic Signalling, 2, 335-341.
Muench, M.O., 2013, Stem Cells and Progenitors in Liver Development, Morgan
& Claypool Life Sciences, Burnham Institute for Medical Research, La
Jolla, California, USA, p.1.
Naish, J. and Court, D. S. (Eds.), 2015, Medical Sciences, Elsevier, Philadelphia,
pp. 736,737.
Novita, 2015, Pengaruh Pemberian Jangka Panjang Fraksi Heksan-Etanol Ekstrak
Metanol Macaranga tanarius L. terhadap Penurunan Alkaline Phoshatase
pada Tikus Terinduksi Karbon Tetraklorida, Skripsi, Universitas Sanata
Dharma, Yogyakarta.
Nurrochmad, A., Hakim, A. R., Margono, S. A., Sardjiman, Yuniarti, N., 2010,
Evaluation of Hepatoprotective and Antioxidant Activity of
Hexagamavunon-1 against Carbon Tetrachloride – Induced Hepatic Injury
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
in Rats, International Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences,
2 (3), 45-48.
Ong, C. H., 2004, Tumbuhan Liar: Khasiat Ubatan dan Kegunaan Lain, Utusan
Publication and Distributors Sdn Bhd, Malaysia, p. 25.
Pearce, E. C., 2009, Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis, Penerbit PT.
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, hal. 202-206.
Permatasari, I. D., 2013, Pengaruh Waktu Pemberian Infusa Biji Alpukat (Persea
americana Mill.) secara Akut sebagai Hepatoprotektif Terhadap Aktivitas
ALT-AST Serum pada Tikus Terinduksi Karbon Tetraklorida, Skripsi,
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Phommart, S., Sutthivaiyakit, P., Chimnoi, N., Ruchirawat, S., Sutthivaiyakit, S.,
2005, Constituent of The Leaves of Macaranga tanarius, Journal of
Natural Products, 68, 927-930.
Pradeep, H. A., Khan, S., Ravikumar, K., Ahmed, M. F., Rao, M. S., Kiranmai, M.,
et al., 2009, Hepatoprotective Evaluation of Anogeissus latifolia: In Vitro
and In Vivo Studies, World Journal of Gastroenterology, 15 (36), 4816-
4822.
Puteri, M. D. P. T., dan Kawabata, J., 2010, Novel α-glucosidase inhibitors from
Macaranga tanarius leaves, Food Chemistry, 123 (2); 384-389.
Raaman, N., 2006, Phytochemical Techniques, New India Publishing, New Delhi,
p. 10.
Rahmamurti, B. A., 2013, Efek Hepatoprotektif Ekstrak Etanol-Air Daun
Macaranga tanarius L. pada Tikus Terinduksi Karbon Tetraklorida :
Kajian Terhadap Praperlakuan Jangka Panjang, Skripsi, Universitas
Sanata Dharma, Yogyakarta.
Rom, W. N., Markowitz, S. B., (Eds.), 2007, Enviromental and Occupational
Medicine, Fourth Edition, Lippincot Wiliams and Wilkins, Philadelphia,
p. 793.
Schiff, E. R, Maddrey, W. C., Sorrell M. F., 2012, Disease of The Liver, Eleven
Edition, Willey-Blackwell, United Kingdom, p. 25.
Taj, D., Khan, H., Sultana, V., Ara, J., Haque, S. E., 2014, Antihepatotoxic effect
of golden berry (Physalis peruviana Linn) in carbon tetrachloride (CCl4)
intoxicated rats, Pakistan Journal of Pharmaceutical Sciences, 27 (3),
491-494.
Thapa, B. R., and Walia, A., 2007, Liver Function Tests and their Interpretation,
Indian Journal of Pediatrics, 74; 663-671.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
Tiala, M. R., 2013, Efek Hepatoprotektif Jangka Pendek Ekstrak Metanol – Air
Daun Macaranga tanarius L. Terhadap Tikus Terinduksi Karbon
Tetraklorida, Skripsi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Tortora, G. J. and Derrickson, B. H., 2014, Principles of Anatomy and Physiology,
John Wiley and Sons, New York, pp. 669, 909-913.
Utomo, L. S., 2014, Efek Heptoprotektif Pemberian Jangka Panjang Infusa Herba
Bidens pilosa L. terhadap Aktivitas ALT-AST Serum pada Tikus Betina
Terinduksi Karbon Tetraklorida, Skripsi, Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta.
Wardiyono, 2012, Prosea-Macarangatanarius,
http://www.proseanet.org/prohati4/browser.php?docsid=162 , diakses
tanggal 12 Maret 2015.
Weber, L. W. D., Boll, M., Stampfl, A., 2003, Hepatotoxicity and Mechanism of
Action of Haloalkanes: Carbon Tetrachloride as a Toxicological Model,
Critical Reviews in Toxicology, 33 (2), 105-136.
Wijayanti, F. D. R., 2013, Efek Hepatoprotektif Ekstrak Metanol-Air Daun
Macaranga tanarius L. pada Tikus Terinduksi Karbon Tetraklorida:
Kajian Terhadap Praperlakuan Jangka Waktu 30 Menit, Skripsi, 43,
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Wolf, F. J., 1969, Separation Methods in Organic Chemistry and Biochemistry,
Academic Press, New York, pp. 5, 38, 47.
Zimmerman, H.J., Lewis, J.H., 1995, Chemical- and Toxin-Induced
Hepatotoxicity, Gastroenterology Clinical North America, 24 (4), 1027-
1045.
Zimmerman, 1999, Hepatotoxicity: The Adverse Effects of Drugs and Other
Chemicals on The Liver, Lippincott Williams and Wilkins, Philadelphia,
pp. 61, 62, 126.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Lampiran 1. Foto daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Lampiran 2. Foto ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius (L.)
Müll. Arg.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Lampiran 3. Foto FHEMM
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Lampiran 4. Foto suspensi FHEMM
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Lampiran 5. Surat Determinasi Tanaman Macaranga tanarius (L.)
Müll. Arg.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Lampiran 6. Surat keterangan penggunaan IBM SPSS Statistics 22 asli
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Lampiran 7. Surat ethical clearance penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Lampiran 8. Uji Statistik Data Orientasi ALT dan AST
Explore
Notes
Output Created 05-OCT-2015 16:32:51
Comments
Input Data
Active Dataset DataSet2
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working
Data File 9
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values for
dependent variables are treated as
missing.
Cases Used Statistics are based on cases with
no missing values for any
dependent variable or factor used.
Syntax EXAMINE VARIABLES=ALT AST
BY Kelompok
/PLOT BOXPLOT NPPLOT
/COMPARE GROUPS
/STATISTICS DESCRIPTIVES
/CINTERVAL 95
/MISSING LISTWISE
/NOTOTAL.
Resources Processor Time 00:00:05,13
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Elapsed Time 00:00:05,46
Kelompok
Case Processing Summary
Kelompok
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
ALT Jam ke-0 3 100,0% 0 0,0% 3 100,0%
Jam ke-24 3 100,0% 0 0,0% 3 100,0%
Jam ke-48 3 100,0% 0 0,0% 3 100,0%
AST Jam ke-0 3 100,0% 0 0,0% 3 100,0%
Jam ke-24 3 100,0% 0 0,0% 3 100,0%
Jam ke-48 3 100,0% 0 0,0% 3 100,0%
Descriptives
Kelompok Statistic Std. Error
ALT Jam ke-0 Mean 66,8333 ,84525
95% Confidence Interval
for Mean
Lower Bound 63,1965
Upper Bound 70,4701
5% Trimmed Mean .
Median 66,6000
Variance 2,143
Std. Deviation 1,46401
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Minimum 65,50
Maximum 68,40
Range 2,90
Interquartile Range .
Skewness ,699 1,225
Kurtosis . .
Jam ke-24 Mean 184,0000 16,48949
95% Confidence Interval
for Mean
Lower Bound 113,0514
Upper Bound 254,9486
5% Trimmed Mean .
Median 181,1000
Variance 815,710
Std. Deviation 28,56064
Minimum 157,00
Maximum 213,90
Range 56,90
Interquartile Range .
Skewness ,452 1,225
Kurtosis . .
Jam ke-48 Mean 62,3333 15,58518
95% Confidence Interval
for Mean
Lower Bound -4,7243
Upper Bound 129,3909
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
5% Trimmed Mean .
Median 49,0000
Variance 728,693
Std. Deviation 26,99432
Minimum 44,60
Maximum 93,40
Range 48,80
Interquartile Range .
Skewness 1,680 1,225
Kurtosis . .
AST Jam ke-0 Mean 154,2000 2,08167
95% Confidence Interval
for Mean
Lower Bound 145,2433
Upper Bound 163,1567
5% Trimmed Mean .
Median 153,2000
Variance 13,000
Std. Deviation 3,60555
Minimum 151,20
Maximum 158,20
Range 7,00
Interquartile Range .
Skewness 1,152 1,225
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
Kurtosis . .
Jam ke-24 Mean 669,5667 8,36985
95% Confidence Interval
for Mean
Lower Bound 633,5541
Upper Bound 705,5792
5% Trimmed Mean .
Median 661,6000
Variance 210,163
Std. Deviation 14,49701
Minimum 660,80
Maximum 686,30
Range 25,50
Interquartile Range .
Skewness 1,726 1,225
Kurtosis . .
Jam ke-48 Mean 197,7333 9,55167
95% Confidence Interval
for Mean
Lower Bound 156,6358
Upper Bound 238,8309
5% Trimmed Mean .
Median 193,1000
Variance 273,703
Std. Deviation 16,54398
Minimum 184,00
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Maximum 216,10
Range 32,10
Interquartile Range .
Skewness 1,161 1,225
Kurtosis . .
Tests of Normality
Kelompok
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
ALT Jam ke-0 ,230 3 . ,981 3 ,736
Jam ke-24 ,207 3 . ,992 3 ,832
Jam ke-48 ,356 3 . ,817 3 ,156
AST Jam ke-0 ,276 3 . ,942 3 ,537
Jam ke-24 ,375 3 . ,774 3 ,053
Jam ke-48 ,277 3 . ,941 3 ,532
a. Lilliefors Significance Correction
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
Oneway
Notes
Output Created 05-OCT-2015 16:33:44
Comments
Input Data
Active Dataset DataSet2
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working
Data File 9
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are
treated as missing.
Cases Used Statistics for each analysis are
based on cases with no missing
data for any variable in the
analysis.
Syntax ONEWAY ALT AST BY Kelompok
/STATISTICS HOMOGENEITY
/MISSING ANALYSIS
/POSTHOC=TUKEY
ALPHA(0.05).
Resources Processor Time 00:00:00,05
Elapsed Time 00:00:00,17
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
Test of Homogeneity of Variances
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
ALT 3,654 2 6 ,092
AST 3,315 2 6 ,107
ANOVA
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
ALT Between Groups 28551,056 2 14275,528 27,692 ,001
Within Groups 3093,093 6 515,516
Total 31644,149 8
AST Between Groups 490124,647 2 245062,323 1479,646 ,000
Within Groups 993,733 6 165,622
Total 491118,380 8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Post Hoc Tests
Multiple Comparisons
Tukey HSD
Dependent Variable (I) Kelompok (J) Kelompok
Mean
Difference (I-
J) Std. Error Sig.
ALT Jam ke-0 Jam ke-24 -117,16667* 18,53853 ,002
Jam ke-48 4,50000 18,53853 ,968
Jam ke-24 Jam ke-0 117,16667* 18,53853 ,002
Jam ke-48 121,66667* 18,53853 ,001
Jam ke-48 Jam ke-0 -4,50000 18,53853 ,968
Jam ke-24 -121,66667* 18,53853 ,001
AST Jam ke-0 Jam ke-24 -515,36667* 10,50785 ,000
Jam ke-48 -43,53333* 10,50785 ,014
Jam ke-24 Jam ke-0 515,36667* 10,50785 ,000
Jam ke-48 471,83333* 10,50785 ,000
Jam ke-48 Jam ke-0 43,53333* 10,50785 ,014
Jam ke-24 -471,83333* 10,50785 ,000
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Multiple Comparisons
Tukey HSD
Dependent Variable (I) Kelompok (J) Kelompok
95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
ALT Jam ke-0 Jam ke-24 -174,0480 -60,2854
Jam ke-48 -52,3813 61,3813
Jam ke-24 Jam ke-0 60,2854 174,0480
Jam ke-48 64,7854 178,5480
Jam ke-48 Jam ke-0 -61,3813 52,3813
Jam ke-24 -178,5480 -64,7854
AST Jam ke-0 Jam ke-24 -547,6076 -483,1257
Jam ke-48 -75,7743 -11,2924
Jam ke-24 Jam ke-0 483,1257 547,6076
Jam ke-48 439,5924 504,0743
Jam ke-48 Jam ke-0 11,2924 75,7743
Jam ke-24 -504,0743 -439,5924
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
Homogeneous Subsets
ALT
Tukey HSDa
Kelompok N
Subset for alpha = 0.05
1 2
Jam ke-48 3 62,3333
Jam ke-0 3 66,8333
Jam ke-24 3 184,0000
Sig. ,968 1,000
Means for groups in homogeneous subsets are
displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.
AST
Tukey HSDa
Kelompok N
Subset for alpha = 0.05
1 2 3
Jam ke-0 3 154,2000
Jam ke-48 3 197,7333
Jam ke-24 3 669,5667
Sig. 1,000 1,000 1,000
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
Lampiran 9. Hasil Uji Statistik Data ALP Penelitian
Case Processing Summary
kelompok Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
ALP kontrol CMC 5 100,0% 0 ,0% 5 100,0%
kontrol hepatotoksin 5 100,0% 0 ,0% 5 100,0%
kontrol dosis tertinggi 5 100,0% 0 ,0% 5 100,0%
perlakuan dosis rendah 5 100,0% 0 ,0% 5 100,0%
perlakuan dosis sedang 5 100,0% 0 ,0% 5 100,0%
perlakuan dosis 5 100,0% 0 ,0% 5 100,0%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
Descriptives
kelompok Statistic Std. Error
ALP kontrol CMC Mean 177,8000 12,95531
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 141,8303
Upper Bound 213,7697
5% Trimmed Mean 178,6667
Median 182,0000
Variance 839,200
Std. Deviation 28,96895
Minimum 132,00
Maximum 208,00
Range 76,00
Interquartile Range 49,50
Skewness -1,089 ,913
Kurtosis 1,444 2,000
kontrol hepatotoksin Mean 244,4000 13,69160
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 206,3860
Upper Bound 282,4140
5% Trimmed Mean 243,1111
Median 240,0000
Variance 937,300
Std. Deviation 30,61536
Minimum 217,00
Maximum 295,00
Range 78,00
Interquartile Range 50,00
Skewness 1,458 ,913
Kurtosis 2,376 2,000
kontrol dosis tertinggi Mean 156,4000 6,45446
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 138,4796
Upper Bound 174,3204
5% Trimmed Mean 155,5000
Median 151,0000
Variance 208,300
Std. Deviation 14,43260
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
Minimum 147,00
Maximum 182,00
Range 35,00
Interquartile Range 18,50
Skewness 2,140 ,913
Kurtosis 4,682 2,000
perlakuan dosis rendah Mean 150,8000 8,14494
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 128,1860
Upper Bound 173,4140
5% Trimmed Mean 151,2778
Median 149,0000
Variance 331,700
Std. Deviation 18,21263
Minimum 123,00
Maximum 170,00
Range 47,00
Interquartile Range 31,50
Skewness -,837 ,913
Kurtosis ,675 2,000
perlakuan dosis sedang Mean 183,0000 5,40370
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 167,9969
Upper Bound 198,0031
5% Trimmed Mean 182,8889
Median 177,0000
Variance 146,000
Std. Deviation 12,08305
Minimum 171,00
Maximum 197,00
Range 26,00
Interquartile Range 23,00
Skewness ,476 ,913
Kurtosis -2,999 2,000
perlakuan dosis Mean 199,6000 9,59479
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 172,9606
Upper Bound 226,2394
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
5% Trimmed Mean 199,1111
Median 188,0000
Variance 460,300
Std. Deviation 21,45460
Minimum 180,00
Maximum 228,00
Range 48,00
Interquartile Range 40,00
Skewness ,674 ,913
Kurtosis -2,376 2,000
Tests of Normality
kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
ALP kontrol CMC ,221 5 ,200* ,936 5 ,640
kontrol hepatotoksin ,279 5 ,200* ,871 5 ,271
kontrol dosis tertinggi ,420 5 ,004 ,677 5 ,005
perlakuan dosis rendah ,239 5 ,200* ,929 5 ,586
perlakuan dosis sedang ,290 5 ,196 ,837 5 ,157
perlakuan dosis ,306 5 ,143 ,853 5 ,204
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
NPAR TESTS
/K-W=ALP BY kelompok(1 6)
/STATISTICS DESCRIPTIVES
/MISSING ANALYSIS.
Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
ALP 30 185,3333 37,42241 123,00 295,00
kelompok 30 3,5000 1,73702 1,00 6,00
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
Kruskal-Wallis Test
Ranks
kelompok N Mean Rank
ALP kontrol CMC 5 14,80
kontrol hepatotoksin 5 27,50
kontrol dosis tertinggi 5 8,10
perlakuan dosis rendah 5 5,80
perlakuan dosis sedang 5 16,10
perlakuan dosis 5 20,70
Total 30
Test Statisticsa,b
ALP
Chi-square 20,707
df 5
Asymp. Sig. ,001
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable:
kelompok
NPAR TESTS
/M-W= ALP BY kelompok(1 2)
/STATISTICS=DESCRIPTIVES
/MISSING ANALYSIS.
Mann-Whitney Test
Ranks
kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
ALP kontrol CMC 5 3,00 15,00
kontrol hepatotoksin 5 8,00 40,00
Total 10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
Test Statisticsb
ALP
Mann-Whitney U ,000
Wilcoxon W 15,000
Z -2,611
Asymp. Sig. (2-tailed) ,009
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,008a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: kelompok
Ranks
kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
ALP kontrol CMC 5 6,70 33,50
kontrol dosis tertinggi 5 4,30 21,50
Total 10
Test Statisticsb
ALP
Mann-Whitney U 6,500
Wilcoxon W 21,500
Z -1,257
Asymp. Sig. (2-tailed) ,209
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,222a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: kelompok
Ranks
kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
ALP kontrol CMC 5 7,20 36,00
perlakuan dosis rendah 5 3,80 19,00
Total 10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
Test Statisticsb
ALP
Mann-Whitney U 4,000
Wilcoxon W 19,000
Z -1,776
Asymp. Sig. (2-tailed) ,076
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,095a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: kelompok
Ranks
kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
ALP kontrol CMC 5 5,50 27,50
perlakuan dosis sedang 5 5,50 27,50
Total 10
Test Statisticsb
ALP
Mann-Whitney U 12,500
Wilcoxon W 27,500
Z ,000
Asymp. Sig. (2-tailed) 1,000
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] 1,000a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: kelompok
Ranks
kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
ALP kontrol CMC 5 4,40 22,00
perlakuan dosis 5 6,60 33,00
Total 10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
Test Statisticsb
ALP
Mann-Whitney U 7,000
Wilcoxon W 22,000
Z -1,149
Asymp. Sig. (2-tailed) ,251
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,310a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: kelompok
Ranks
kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
ALP kontrol hepatotoksin 5 8,00 40,00
kontrol dosis tertinggi 5 3,00 15,00
Total 10
Test Statisticsb
Mann-Whitney U ,000
Wilcoxon W 15,000
Z -2,611
Asymp. Sig. (2-tailed) ,009
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,008a
ALP
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: kelompok
Ranks
kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
ALP kontrol hepatotoksin 5 8,00 40,00
perlakuan dosis rendah 5 3,00 15,00
Total 10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
Test Statisticsb
ALP
Mann-Whitney U ,000
Wilcoxon W 15,000
Z -2,611
Asymp. Sig. (2-tailed) ,009
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,008a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: kelompok
Ranks
kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
ALP kontrol hepatotoksin 5 8,00 40,00
perlakuan dosis sedang 5 3,00 15,00
Total 10
Test Statisticsb
ALP
Mann-Whitney U ,000
Wilcoxon W 15,000
Z -2,611
Asymp. Sig. (2-tailed) ,009
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,008a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: kelompok
Ranks
kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
ALP kontrol hepatotoksin 5 7,50 37,50
perlakuan dosis 5 3,50 17,50
Total 10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
Test Statisticsb
ALP
Mann-Whitney U 2,500
Wilcoxon W 17,500
Z -2,095
Asymp. Sig. (2-tailed) ,036
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,032a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: kelompok
Ranks
kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
ALP kontrol dosis tertinggi 5 6,00 30,00
perlakuan dosis rendah 5 5,00 25,00
Total 10
Test Statisticsb
ALP
Mann-Whitney U 10,000
Wilcoxon W 25,000
Z -,522
Asymp. Sig. (2-tailed) ,602
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,690a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: kelompok
Ranks
kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
ALP kontrol dosis tertinggi 5 3,60 18,00
perlakuan dosis sedang 5 7,40 37,00
Total 10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
Test Statisticsb
ALP
Mann-Whitney U 3,000
Wilcoxon W 18,000
Z -1,984
Asymp. Sig. (2-tailed) ,047
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,056a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: kelompok
Ranks
kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
ALP kontrol dosis tertinggi 5 3,20 16,00
perlakuan dosis 5 7,80 39,00
Total 10
Test Statisticsb
ALP
Mann-Whitney U 1,000
Wilcoxon W 16,000
Z -2,402
Asymp. Sig. (2-tailed) ,016
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,016a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: kelompok
Ranks
kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
ALP perlakuan dosis rendah 5 3,00 15,00
perlakuan dosis sedang 5 8,00 40,00
Total 10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
Test Statisticsb
ALP
Mann-Whitney U ,000
Wilcoxon W 15,000
Z -2,611
Asymp. Sig. (2-tailed) ,009
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,008a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: kelompok
Ranks
kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
ALP perlakuan dosis rendah 5 3,00 15,00
perlakuan dosis 5 8,00 40,00
Total 10
Test Statisticsb
ALP
Mann-Whitney U ,000
Wilcoxon W 15,000
Z -2,611
Asymp. Sig. (2-tailed) ,009
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,008a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: kelompok
Ranks
kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
ALP perlakuan dosis sedang 5 4,20 21,00
perlakuan dosis 5 6,80 34,00
Total 10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
Test Statisticsb
ALP
Mann-Whitney U 6,000
Wilcoxon W 21,000
Z -1,358
Asymp. Sig. (2-tailed) ,175
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,222a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: kelompok
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
Lampiran 10. Perhitungan dosis FHEMM
• Berat badan maksimal tikus = 350 gram
• Konsentrasi FHEMM = 600 mg/25 mL
1. Dosis I
Volume = 0,5 mL
Dosis
2. Dosis II
= 34,28 mg/KgBB
Volume = 1 mL
Dosis
3. Dosis III
= 68,57 mg/KgBB
Volume = 2 mL
Dosis
= 137,14 mg/KgBB
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
Lampiran 11. Perhitungan kadar air serbuk daun Macaranga tanarius (L.)
Müll. Arg.
Replikasi I
Kadar air =
Replikasi II
Kadar air =
Replikasi III
Kadar air =
Rata-rata =
= 8,76%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
Lampiran 12. Perhitungan persen rendemen FHEMM
• Bobot total serbuk daun
Replikasi I + Replikasi II + ................... + Replikasi n
= (40,01g + 40,16g + 40,3423g + 40,2263g + 40,3297g +40,10g + 40,25g +
20,39g + 40,00g + 40,03g +40,03g + 40,02g +40,09g + 40,03g + 40,03g +
40,50g + 40,05g + 40,03g + 40,04g +40,02g +40,00g + 40,02g) : 18
= 862,6983 g
• Bobot total EMMT
Replikasi I + Replikasi II + ................... + Replikasi n
= 37,2885g + 20,3613g + 15,8970g + 28,6314 + 7,2300g + 10,9442g +
23,4058g + 11,8083g +
= 155,5665g
• Bobot total FHEMM
Replikasi I + Replikasi II + ................... + Replikasi n
= 2,0589g + 1,3414g + 0,5518g + 2,401g +2,1897g + 0,7377g + 0,3938g +
1,4510g + 0,1592g + 4,4791g + 2,1923g + 1,7528g + 5,3613g + 1,8711g
= 30,2727 g
Persen rendemen ekstrak dari total serbuk
155,5665𝑔
862,6983𝑔𝑥100% = 18,03%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
Persen rendemen fraksi dari total ekstrak
30,2727𝑔
155,5665𝑔𝑥100% = 19,46%
Persen rendemen fraksi dari total serbuk
30,2727𝑔
862,6983𝑥100% = 3,51%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
Lampiran 13. Konversi dosis tikus ke dosis manusia
Faktor konversi tikus 200 gBB ke manusia 70 kgBB =56,0
Dosis untuk manusia = dosis tikus 200 gBB x angka konversi ke manusia
Dosis FHEMM untuk manusia adalah :
I. FHEMM 34,28 mg/kgBB tikus :
34,28 mg/kgBB = 0,03428 g/kgBB
= 0,03428 g/1000gBB
= 0,006856 g/200gBB
0,006856 g/200gBB x 56,0 = 0,383936 g/70kgBB manusia
≈ 0,384 g/70kgBB manusia
II. FHEMM 68,57 mg/kgBB tikus :
68,57 mg/kgBB = 0,06857 g/kgBB
= 0,06857 g/1000gBB
= 0,013714 g/200gBB
0,013714 g/200gBB x 56,0 = 0,767984 g/70kgBB manusia
≈ 0,768 g/70kgBB manusia
III. FHEMM 137,14 mg/kgBB tikus :
137,14 mg/kgBB = 0,13714 g/kgBB
= 0,13714 g/1000gBB
= 0,027428 g/200gBB
0,027428 g/200gBB x 56,0 = 1,535968 g/70kgBB manusia
≈ 1,536 g/70kgBB manusia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
BIOGRAFI PENULIS
Penulis skripsi dengan judul “Pengaruh
Pemberian Jangka Pendek Fraksi Heksan-Etanol dari
Ekstrak Metanol-Air Daun Macaranga tanarius (L.)
Müll. Arg. terhadap Aktivitas Alkaline Phosphatase
pada Tikus Terinduksi Karbon Tetraklorida”
bernama lengkap Cyndi Yulanda Putri. Penulis lahir di
Merauke pada tanggal 22 Juli 1994. Penulis merupakan
anak ke lima dari pasangan Domarsan Pasaribu dan Lince Clara Sinaga. Penulis
telah menempuh pendidikan formal di TK Negeri Pembina (1998-2000), SD YPPK
Santo Mikael (2000-2006), SMP Negeri 1 Merauke (2006-2009), SMA Negeri 1
Merauke (2009-2012) sebelum melanjutkan pendidikan Strata 1 di Fakultas
Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta pada tahun 2012.
Selama menjadi mahasiswa Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma,
penulis aktif dalam beberapa kegiatan, antara lain Student Exchange Programme
Committee (2013), KPU BEMF dan DPMF Farmasi (2013 dan 2014). Penulis juga
pernah menjadi asisten Praktikum Farmakologi Toksikologi (2014 dan 2015) dan
Praktikum Farmasi Fisika (2015).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Top Related