1
BAB I
PENDAHULUAN
Tingkat konsumsi daging sapi setiap tahun selalu meningkat dengan pesat.
Sementara itu pemenuhan akan kebutuhan daging selalu kurang, artinya jumlah
permintaan lebih tinggi dari pada persediaan daging sapi sebagai konsumsi. Hal ini
memberi peluang besar bagi usaha ternak sapi potong kedepan. Kelebihan beternak
sapi dibandingkan ternak lainnya dikarenakan mutu dan kualitas daging serta kulitnya
menduduki peringkat atas dibandingkan ternak lain, sebagai tabungan, memberikan
kesempatan kerja dan hasil ikutannya pun masih berguna antara lain kotoran bagi
usaha pertanian, tulang-tulang yang digiling dan dijadikan tepung tulang serta
darahnya yang biasa dimanfaatkan untuk pembuatan tepung darah. Keberhasilan
suatu peternakan ditunjang oleh aspek manajemen, breeding, dan pakan yang
diterapkan.Ada beberapa faktor yang mempengaruhi produksinya, yaitu jenis sapi,
umur, penyediaan pakan, penanggulangan penyakit, penanganan pasca panen dan
pemasarannya.Kebutuhan nutrisi ternak yang tercukupi dapat mendukung ternak
untuk menampilkan potensi produksinya secara optimal.Keberhasilan dalam
manajemen pakan dapat dilihat dari tingkat pertambahan bobot badan. Tingkat
pertambahan bobot badan ini sangat dipengaruhi oleh ransum dan cara pemberiannya,
sehingga perlu dikaji baik kuantitas maupun kualitas ransum yang diberikan pada sapi
potong.
2
Praktek kerja lapangan ini bertujuan mengkaji kualitas pakan dan pola
pemberian pakan serta pengaruhnya pada pertambahan bobot badan sapi peranakan
Friesian Holstein jantandi peternakan bapak Untung Desa Pandanan, Kecamatan
Getasan, Kabupaten Semarang. Manfaat yang dapat diambil dari kegiatan praktek
kerja lapangan ini adalah menambah wawasan dan pengalaman serta ketrampilan
mekanisme di bidang peternakan, khususnya menilai kualitas pakan yang diberikan
dan pola pemberian pakan penggemukan sapi peranakan Friesian Holstein (PFH)
jantan.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sapi Penggemukan Peranakan Friesian Holstein (PFH)
Sapi perah yang dipelihara sebagian besar peternak di Indonesia adalah sapi
peranakan Friesian Holstein (PFH). Sapi tersebut merupakan hasil persilangan antara
sapi lokal dengan sapi Friesian Holstein (FH). Sapi PFH memiliki tubuh cukup besar
dengan pertumbuhan otot kurang bagus dibandingkan dengan bangsa sapi lainnya.
Selain diambil atau diperah susunya, sapi PFH juga baik sebagai sapi pedaging,
karena pertumbuhannya cepat dan karkasnya sangat bagus. Sapi ini memiliki
pertambahan bobot badan cukup tinggi mencapai 1,1 kg per hari. Karena itu, sapi
jantan berpotensi dipelihara sebagai sapi potong (Fikar dan Ruhyadi, 2010). Sapi
perah jantan yang tidak digunakan sebagai pejantan penghasil semen untuk
4
inseminasi dapat digunakan sebagai sapi bakalan untuk usaha penggemukan (Siregar,
2008). Keuntungan ekonomis dari ternak sapi potong dapat memanfaatkan bahan
pakan yang berkualitas rendah, sanggup menyesuaikan diri pada lokasi atau tanah
yang kurang produkif, tenaga kerja lebih sedikit dan kotorannya dapat bermanfaat
sebagai pupuk kandang (Murtidjo, 1990).
2.2 Bahan Pakan
Bahan pakan adalah bahan yang dapat dimakan dan dicerna sebagian atau
seluruhnya tanpa mengganggu kesehatan ternak, serta mengandung energi, protein,
nutrien lainnya yang dibutuhkan oleh ternak (Tillman et al., 1991). Blakelly dan
Bade (1998) menyatakan bahwa bahan pakan sapi terdiri dari dua golongan, yaitu
pakan kasar (“roughage”) dan pakan konsentrat. Umumnya pakan hijauan diberikan
dalam jumlah 10% dari bobot badan dan pakan penguat cukup 1% dari bobot badan
(Sugeng, 2001).Kebutuhan hidup pokok tergantung pada bobot badan. Semakin
tinggi bobot badan ternak akan semakin banyak pula jumlah zat-zat gizi yang
5
dibutuhkan.Nilai gizi bahan pakan perlu diperhatikan saat pemilihan bahan pakan
ternak.
2.2.1 Rumput Gajah (Pennisetum purpureum)
Rumput gajah (Pennisetum purpureum) merupakan tanaman tahunan yang
membentuk rumpun dengan tinggi mencapai 4,5 m. Rumput gajah sangat disukai
ternak, tahan kering dan tergolong rumput yang berproduksi tinggi dengan produksi
di daerah lembah atau dengan irigasi dapat mencapai lebih dari 290 ton rumput
segar /ha/tahun (Mcllroy, 2000). Rumput gajah dipilih sebagai pakan ternak karena
memiliki produktifitas yang tinggi dan memiliki sifat memperbaiki kondisi tanah
(Handayani, 2002).Rumput gajah dapat hidup diberbagai tempat, tahan terhadap
lingkungan, respon terhadap pemupukan serta menghendaki tingkat kesuburan tanah
yang tinggi.Jenis rumput ini tumbuh merumpun dengan perakaran serabut yang
kompak, dan terus menghasilkan anakan apabila dipangkas secara teratur, kelebihan
rumput ini adalah laju pertumbuhannya relative cepat (Rianto dan Purbowati,
2009).Rumput gajah dapat hidup pada tanah asam dengan ketinggian 0-3000 m dan
dapat dipotong apabila rumput mencapai ketinggian 1 - 1,5 m (Reksohadiprodjo,
2000). Rata-rata kandungan zat-zat gizi untuk protein kasar 9,66%, BETN 41,34%,
serat kasar 30,86%, lemak 2,24%, abu 15,96%, dan TDN 51% (Hartadi et al., 1992).
2.2.2 Konsentrat( Pakan Penguat)
6
Konsentrat adalah suatu bahan makanan yang dipergunakan bersama bahan
makanan lain untuk meningkatkan keserasian gizi dari keseluruhan makanan dan
dimaksudkan untuk disatukan dan dicampur sebagai suplemen (Hartadi et al., 1992).
Fungsi konsentrat adalah meningkatkan dan memperkaya nilai gizi pada bahan pakan
lain yang nilai gizinya rendah (Sudarmono dan Sugeng, 2008). Jenis konsentrat
terbagi atas 1) konsentrat sumber energi, kandungan proteinnya kurang dari 18%. 2)
konsentrat sumber protein, terdiri atas pakan hewani, kandungan proteinnya lebih dari
47% dan pakan nabati, kandungan proteinnya kurang dari 47%(Rianto dan
Purbowati, 2009).Pakan konsentrat mengandung serat < 18% dan TDNnya > 60%.
Bahan pakan penguat (konsentrat) meliputi bahan pakan yang berasal dari biji-bijian
seperti jagung, menir, bulgur, hasil ikutan pertanian atau pabrik seperti dedak, katul,
bungkil kelapa, tetes dan berbagai umbi (Sugeng, 2001).
2.3 Kebutuhan Gizi Sapi Penggemukan
Zat pakan yang dibutuhkan oleh sapi untuk pertumbuhan maupun
penggemukan tergantung pada bobot badan sapi awal dan pertambahan bobot badan
yang akan dicapai (Siregar, 2008). Zat pakan itu adalah air, protein, karbohidrat,
lemak, mineral, dan vitamin-vitamin (Sugeng, 2001). Zat pakan ini sangat dibutuhkan
oleh ternak untuk mencukupi kebutuhan hidup pokok dan produksi(Tillman et al.,
1991).
Secara umum komposisi zat-zat pakan yang dibutuhkan oleh sapi harus
tersedia di dalam pakannya yaitu karbohidrat 60-70% yang berasal dari selulosa,
7
hemiselulosa, pektin, dan pati; protein kasar 12%, lemak kasar 3-5% dan unsur-unsur
mikro berupa vitamin dan mineral (Abidin, 2008).
2.3.1 Air
Air merupakan zat pakan yang penting. Air menyusun kira-kira 75% dari
jaringan-jaringan yang bebas lemak di dalam tubuh (Tillman et al., 1991).Tubuh
hewan memerlukan air untuk mengatur suhu tubuh, membantu proses pencernaan,
mengangkut zat-zat pakan, dan mengeluarkan bahan-bahan yang tak berguna lagi
(Sugeng, 2001). Air minum untuk sapi seharusnya diberikan secara tidak terbatas (ad
libitum) (Fikar dan Ruhyadi ,2010).Kebutuhan air minum untuk sapi adalah 20-30
liter per hari per ekor (Sudarmono dan Sugeng, 2009). Jumlah kebutuhan air minum
dipengaruhi beberapa faktor yaitu suhu lingkungan, bangsa ternak, tipe ternak dan
tipe pakan (Santoso, 2002). Kebutuhan minimum sapi terhadap air merupakan
pencerminan dari kebutuhan untuk pertumbuhan badan, pertumbuhan janin, laktasi,
dan sejumlah air yang hilang lewat ekskresi dalam urine, feses, serta keringat atau
evaporasi dari kulit (Rianto dan Purbowati, 2009).
2.3.2 Bahan Kering
Kemampuan ternak untuk mengkonsumsi bahan kering berhubungan erat
dengan kapasitas fisik lambung dan saluran pencernaan secara keseluruhan (Tillman
et. al., 1991). Kadar bahan kering pakan ternak perlu diketahui untuk keperluan
perhitungan penyusunan dan pemberian pakan ternak (Rianto dan Purbowati, 2009).
8
Kebutuhan bahan kering sapi sekitar 2 - 4% dari bobot badan. Fungsi bahan kering
pakan antara lain sebagai pengisi lambung, perangsang dinding saluran pencernaan
dan menguatkan pembentukan enzim. Dinyatakan Siregar (2008) bahwa konsumsi
bahan kering dipengaruhi oleh faktor pakan (daya cerna dan palatabilitas) dan faktor
ternak (bangsa, jenis kelamin, umur dan kondisi kesehatan ternak).
2.3.3 Protein
Protein adalah senyawa organik yang mengandung unsur-unsur karbon,
hidrogen, oksigen, nitrogen dan terdapat unsur sulfur dan phospor (Tilman et
al.,1991). Protein terdiri atas asam amino yang berfungsi sebagai penyusun tubuh
ternak dan sebagai cadangan energi bila dikonsumsi berlebih (Rianto dan Purbowati,
2009).Nilai satuan kebutuhan protein pada ruminansia didasarkan pada nilai protein
kasar. Kebutuhan protein untuk sapi dewasa adalah sekitar 13%(Abidin, 2008).
Ternak muda membutuhkan protein untuk pertumbuhan, sedangkan ternak
dewasa membutuhkan protein untuk mengganti jaringan tubuh yang telah usang dan
untuk keperluan berproduksi, protein juga dapat diubah menjadi energi bila
dibutuhkan, tetapi ternak tidak dapat membuat protein dari zat-zat anorganik seperti
pada tumbuh-tummbuhan sehingga ternak memerlukan protein dari bahan-bahan
pakan (Sugeng, 2001). Menurut Akoso (1996), kekurangan protein dalam tubuh akan
mengakibatkan hewan tidak mampu membuat dan memelihara jaringan tubuhnya
sehingga menyebabkan terganggunya pertumbuhan dan kesuburan. Ruminansia tidak
memerlukan terlalu banyak protein karena mempunyai kemampuan untuk
9
mensintesis asam amino melalui kerja mikroorganisme di dalam rumen (Blakely dan
Bade, 1998).
2.3.4 Total Digestible Nutrients (TDN)
Total Digestible Nutrients adalah jumlah energi dari pakan maupun ransum
yang dapat dicerna (Siregar, 1994). Dijelaskan lebih lanjut bahwa zat-zat pakan yang
dapat menjadi sumber energi yaitu protein, serat kasar, lemak dan Bahan Ekstrak
Tanpa Nitrogen (BETN). Ternak memanfaatkan energi untuk hidup pokok,
pertumbuhan dan untuk berproduksi (Siregar, 2008). Zat-zat pakan tersebut
hendaknya tersedia dalam jumlah yang cukup dan seimbang sebab keseimbangan zat-
zat pakan dalam ransum sangat berpengaruh terhadap daya cerna (Tillman et al.,
1991). Kebutuhan zat pakan sapi berdasarkan bobot badan dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Kebutuhan Nutrisi Harian Sapi
Bobot Badan PBBH BK TDN PK Ca P----------------------------- kg ------------------------- ---------------- g ----------------
300 0,50 7,0 3,7 679 19 140,75 7,4 4,3 753 23 181,00 7,5 5,0 819 28 21
350 0,50 7,9 4,1 731 20 160,75 8,3 4,8 806 25 181,00 8,5 5,6 873 30 21
400 0,50 8,7 4,6 772 18 170,75 9,1 5,4 875 21 181,00 9,3 6,2 913 24 19
450 0,50 9,5 5,0 805 22 200,75 10,0 5,9 911 26 231,00 10,2 6,8 952 29 26
10
Sumber : Kearl, 1982
Kekurangan energi dapat mengakibatkan terhambatnya pertambahan bobot
badan, penurunan bobot badan dan berkurangnya semua fungsi produksi dan terjadi
kematian bila berlangsung lama (Tillman et al., 1991). Sumber energi utama untuk
sapi adalah berupa hijauan dan biji-bijian (Siregar, 2008).
2.3.4 Mineral (Ca dan P)
Mineral bagi sapi yang sedang tumbuh berguna untuk pembentukan tulang
dan jaringan, terutama unsur Ca dan P, sedangkan pada sapi dewasa, mineral berguna
untuk menggantikan zat-zat mineral yang hilang karena sekresi (Sugeng, 2001).
Mineral tertimbun dalam tulang dan gigi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tulang
dan gigi. Jumlah dan macam mineral yang perlu ditambahkan dalam ransum
bergantung pada macam makanan dan defisiensi mineral tanah (Rianto dan
Purbowati, 2009).
Kalsium (Ca) dan fosfor (P) saling berhubungan dalam fungsi pembentukan
tulang. Kalsium esensial untuk pembekuan darah, dibutuhkan bersama-sama natrium
dan kalium untuk denyut jantung yang normal dan ada sangkut pautnya dengan
keseimbangan asam dan basa. Kalsium dan fosfor di dalam tubuh ternak dalam
perbandingan 2 : 1. Mineral banyak terdapat dalam tulang dan hanya sedikit didalam
jaringan tubuh, akan tetapi mineral yang sedikit jumlahnya amat penting bagi daya
hidup ternak sebab akan mempermudah pencernaan, penyerapan, metabolisme, dan
11
pembuangan zat-zat pakan (Sudarmono dan Sugeng, 2008). Kekurangan mineral
dapat mengakibatkan ternak yang dipelihara menurun nafsu makannya, efisiensi
makanan tidak tercapai, penurunan bobot badan dan gangguan kesuburan ternak bibit
(Murtidjo, 1990).
2.4 Pertambahan bobot badan
Keberhasilan usaha penggemukan sapi potong sangat ditentukan oleh
pertambahan bobot badan sapi yang tinggi dan efisiensi dalam penggunaan ransum.
Penimbunan lemak terjadi sesudah hewan mencapai kedewasaan tubuh, yaitu sesudah
penimbunan jaringan tulang dan otot selesai (Sugeng, 2001).Tahapan pertumbuhan
ternak berdasarkan laju pertumbuhannya dapat dibedakan menjadi dua yaitu : 1)
Pertumbuhan tahap cepat yang terjadi mulai konsepsi sampai pubertas; dan 2)
Pertumbuhan tahap lambat yang terjadi sejak kedewasaan tubuh ternak tercapai
(Tillman et al., 1991).
Pakan yang baik berpengaruh positif terhadap pertambahan bobot badan
(Williamson dan Payne, 1993). Blakely dan Bade (1998) menyatakan bahwa
pertambahan bobot badan sapi PFH dapat mencapai 0,60 – 0,90 kg per hari namun
menurut Fikar dan Ruhyadi (2010) Sapi PFH memiliki pertambahan bobot badan
hingga 1,1 kg per hari. Karena itu, sapi jantan berpotensi dipelihara sebagai sapi
potong . Pertambahan bobot badan dipengaruhi oleh jenis sapi, jenis kelamin, umur,
ransum yang diberikan dan pengelolaannya (Siregar, 2008).Dengan adanya faktor
12
tersebut, pencapaian garis pertumbuhan tidak selalu sesuai dengan usia hewan yang
bersangkutan (Sudarmono dan Sugeng, 2008).
2.5 Pemberian Pakan
Pakan yang diberikan pada ternak harus dapat memenuhi kebutuhan zat gizi
ternak untuk berbagai fungsi fisiologis tubuhnya, seperti untuk hidup pokok, produksi
dan reproduksi (Siregar, 2008). Teknik pemberian ransum yang baik untuk mencapai
pertambahan bobot badan yang lebih tinggi pada penggemukan sapi potong adalah
dengan mengatur jarak waktu antara pemberian konsentrat dan hijauan (Siregar,
1994). Pemberian pakan pada ternak seharusnya disesuaikan dengan kebutuhan
ternak dan bahan penyusun ransum yang merupakan kombinasi antara hijauan dan
konsentrat (Parakkasi, 1999).
Pemberian pakan hijauan dapat diberikan dua sampai tiga kali sehari dan
diberikan setelah pemberian konsentrat (Sugeng, 2001). Dijelaskan pula bahwa
frekuensi pemberian hijauan pakan yang lebih sering dapat meningkatkan
kemampuan sapi untuk mengkonsumsi ransum dan meningkatkan kecernaan bahan
kering. Ternak setelah mengkonsumsi sedikit rumput, ternak tersebut sebaiknya
diberi setengah jatah konsentrat (Rianto dan Purbowati, 2009).
2.6 Konversi dan Efisiensi Pakan
Konversi pakan merupakan perbandingan atau rasio antar jumlah pakan yang
dikonsumsi oleh ternak dengan produk yang dihasilkan oleh ternak tersebut (Siregar,
13
1994). Konversi pakan juga dapat diartikan sebagai banyaknya pakan yang dapat
digunakan untuk meningkatkan pertambahan bobot badan ternak (Purbowati et al.,
2005). Konversi pakan sangat dipengaruhi oleh kondisi ternak, daya cerna, jenis
kelamin, bangsa, kualiltas dan kuantitas pakan, juga faktor lingkungan (Darmono,
1999).Konversi pakan yang baik adalah 8,56-13,29 dan efisiensi penggunaan pakan
untuk sapi berkisar 7,52-11,29% (Siregar, 1994).
Efisiensi pakan dapat didefinisikan sebagai perbandingan jumlah unit produk
yang dihasilkan (pertambahan bobot badan) dengan jumlah unit konsumsi pakan
dalam satuan waktu yang sama (Santosa, 2010).Faktor yang mempengaruhi tingkat
efisiensi pakan yaitu jenis ternak, palatabilitas pakan, dan iklim (Rianto dan
Purbowati, 2009).
BAB III
MATERI DAN METODE
Praktek kerja lapangan ini telah dilaksanakan pada tanggal 20 November -20
Desember 2014 di Peternakan Bapak Untung Desa Pandanan, Kecamatan Getasan,
Kabupaten Semarang.
3.1 Materi
Materi yang diamati adalah sapi PFH jantan yang digemukkanterdiri atas 3
kelompok berdasarkan bobot badan, yaitu kelompok I bobot badan 300-350
14
kgberjumlah 4 ekor, kelompok II bobot badan 351-400 kg berjumlah 4 ekor dan
kelompok III bobot badan 401-450kgberjumlah 3 ekor. Pakan yang diberikan berupa
rumput gajah dan konsentrat. Peralatan yang digunakan dalam praktek kerja lapangan
ini adalah timbangan, tali rafia, meteran, kantong plastik dan alat tulis.
3.2 Metode
Metode yang digunakan adalah metode survey dan partisipasi aktif tanpa
mengubah keadaan yang ada terhadap jenis dan komposisi pakan, pola pemberian
pakan dan konsumsi pakan. Data yang diamati meliputi data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan para pekerja dan
kegiatan langsung di kandang, berupa pengukuran bobot badan, konsumsi pakan dan
jenis bahan pakan. Data sekunder diperoleh dari pembukuan yang ada di peternakan
bapak Untung Desa Pandanan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang.
Pengukuran pertam bahan bobot badan menggunakan rumus sebagai berikut:
PBBH =[bobot badan akhir-bobot badan awallama pengamatan ]
Pengukuran bobot badan diestimasikan dengan menggunakan rumus Schrool (Sugeng, 2001) :
(LD + 22) 2
BB = 100
Keterangan:BB = Bobot badan (kg)LD = Lingkar Dada (cm)
15
Pengukuran konsumsi bahan kering dilakukan dengan menggunakan
rumus :
Konsumsi BK (kg) = (∑ pemberian (kg) x % BK pemberian) – (∑ sisa x %BK sisa)
Pemberian nutrisi yang lain dihitung berdasarkan bahan kering yang
dikonsumsi. Bahan kering diperoleh dengan 100% dikurangi kadar air bahan pakan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Keadaan Umum Peternakan
Peternakan Bapak Untung merupakan peternakan sapi PFH jantan yang
bergerak di bidang penggemukan, terletak di desa Pandanan, Kecamatan Getasan,
Kabupaten Semarang. Desa Padanan yang berbatasan langsung disebelah utara
dengan Desa Gowongan, bagian timur dengan Desa Gadeng, bagian selatan dengan
Desa Wates dan bagian barat dengan Desa Ploso.
16
Peternakan ini berada di dataran tinggi dengan suhu udara rata-rata 23-28oC,
kelembaban berkisar 70%, dan ketinggian 900m dpl. Luas lahan ±5 Ha yang
digunakan untuk kandang dan untuk perkebunan yang ditanami beberapa tanaman,
seperti rumput gajah, labu siam, sawi, mahoni dan ketela.
Peternakan Bapak Untung berdiri pertama kali tahun 1990 dengan jumlah
ternak yang masih sedikit. Tahun 2000 bapak Untung mulai mengembangkan
usahanya dalam skala besar dengan jumlah sapi keseluruhan sebanyak 95 ekor sapi,
yang terdiri atas 80 ekor sapi PFH umur 1,5-2,5 tahun dengan bobot badan 300-450
kg dan 15 ekor sapi Simental. Peternakan ini memiliki empat orang pekerja yang
bertugas untuk mengurus ternak dan kandang dan salah satu orang merangkap
sebagai sopir,pencari rumput. Tenaga kerja diperoleh dari penduduk sekitar areal
peternakan.
4.2 Perkandangan
Sistem pemeliharaan sapi PFH jantan di Peternakan Bapak Untung
dilaksanakan secara intensif (kereman), dimana sapi dikandangkan dan kebutuhan
pakannya dipenuhi secara maksimal baik kualitas maupun kuantitasnya. Sesuai
pendapat Siregar (1994), bahwa penggemukan sapi model kereman lebih efektif bagi
peternak dengan lahan yang terbatas. Kandang untuk sapi ada dua, letaknya terpisah
masing-masing berukuran 38x10x4 m dan 25x10x4 m. Model perkandangan
keduanya face to face yang dipisahkan oleh jalan (gangway). Atap kandang terbuat
dari genteng dengan derajat kemiringan 35o dan tinggi 8 m dari permukaan tanah dan
17
memiliki ventilasi lose housing atau terbukasehingga mempermudah sirkulasi udara
dan masuknya sinar matahari. Dinding terbuat dari batu bata, bersifat permanen
dengan tinggi 3 m. Lantai kandang dibuat dengan kemiringan lantai 10-150,terbuat
dari semen yang agak kasar dan agak miring bertujuan agar feses sapi mudah
dibersihkan dengan air yang akan langsung ke tempat penampungan feses. Selokan
yang memanjang sepanjang kandang, yaitu 39 m dengan lebar 10 cm dan tinggi 11
cm.
Tempat pakan berbentuk palung dengan ukuran panjang, lebar dan
kedalaman berturut-turut 150x30x25 cm. Sanitasi dilakukan tidak rutin antara 14
hingga 20 hari sekali dan feses yang dibersihkan tersebut kemudian ditampung dan
diproses menjadi pupuk kandang yang dapat berguna untuk tanaman dan perkebunan.
Sanitasi yang tidak rutin menyebabkan tempat ternak menjadi kotor dan menempel
pada kulit ternak. Hal itu dapat menyebabkan penyakit dan membuat ternak tidak
nyaman. Seuai pendapat Ngadiyono (2007) bahwa pembersihan kandang dan
lingkungan sekitar kandang perlu dilakukan karena kandang yang bersih selain
mencegah timbulnya penyakit, juga memberikan kenyamanan bagi ternak maupun
peternak.
Secara keseluruhan bangunan kandang di peternakan ini sudah bagus dan
dapat melindungi ternak dari ancaman luar seperti hewan lain dan tiupan angin
kencang. Menurut Setiawan dan Arsa (2005) tiupan angin kencang akan membuat
ternak mudah sakit, lemas, dan kembung. Rianto dan Purbowati (2009) menyatakan
bahwa kandang merupakan suatu bangunan yang digunakan untuk tempat tinggal
18
ternak atas sebagian atau sepanjang hidupnya. Fungsi kandang yaitu sebagai
pelindung bagi ternak dan penunjang produktivitasnya, kandang melindungi ternak
dari kondisi lingkungan yang kurang menguntugkan, sementara sebagai penunjang
produktivitas, kandang memudahkan dalam pemeliharaan ternak sehari-hari.
Dijelaskan oleh Fikar dan Ruhyadi (2010), persyaratan teknis kandang seperti 1) letak
dan arah kandang , pertumbuhan bobot badan sapi yang menghadap ketimur lebih
baik dibandingkan dengan sapi yang kandangnya menghadap arah lain, 2) ukuran
kandang, ukuran kandang harus disesuaikan dengan ukuran tubuh sapi,kebutuhan luas
kandang sapi perekor sekitar 1,5 x 2,5 m; 1,5 x 2 m atau 1 x 1,5 m, 3) konstruksi
kandang harus kuat serta terbuat dari bahan yang ekonomis dan mudah diperoleh.
4.3 Pola Pemberian Pakan
Sapi pengamatan merupakan sapi PFH jantan yang dipelihara dengan tujuan
untuk digemukkan dan dijadikan sapi potong. Pakan yang diberikan terdiri atas
rumput gajah dan konsentrat. Pemberian pakan hijauan dilakukan sehari dua kali.
Pukul 07.00 hanya diberikan sedikit untuk merangsang saliva keluar dan pukul 17.00
diberikan banyak untuk dikonsumsi sampai malamnya. Konsentrat juga diberikan dua
kali sehari yaitu pukul 08.00 dan pukul 15.00. Sistem pemberian pakan seperti ini
dianggap cukup efektif dan sudah sesuai dengan aturan, dimana konsentrat diberikan
2 jam sebelum pemberian hijauan pada sore hari.Hal ini sesuai dengan pendapat
Siregar (1994) yang menyatakan bahwa sistem pemberian ransum yang baik untuk
meningkatkan produksi ternak ruminansia adalah dengan mengatur jarak waktu
19
antara pemberian konsentrat dengan hijauan. Menurut Rianto dan Purbowati (2009)
ternak setelah mengkonsumsi sedikit rumput, ternak tersebut sebaiknya diberi
setengah jatah konsentrat.Pemberian konsentrat untuk bobot badan antara 300-350 kg
adalah 5 kg/ekor/ ekor sedangkan untuk sapi dengan bobot badan diatas 350 kg
mendapatkan pemberian konsentrat sebanyak 7 kg/ekor/hari.Konsentrat dibeli dari
CV. Perkasa di Boyolali.
Pemberian hijauan untuk bobot badan antara 300-350 kg diberikan sebanyak
20kg/ekor/hari, sedangkan untuk sapi dengan bobot badan diatas 350 kg diberikan
sebanyak 23kg/ekor/hari. Hijauan yang diberikan untuk ternak berupa rumput gajah
yang didapat hasil panenan sendiri. Hijauan diberikan utuh pada ternak tanpa proses
chopping. Hal ini dapat menyulitkan ternak dalam mengkonsumsi pakannya karena
proses pemotongan/ chopping pada hijauan dapat meningkatkan daya cerna ternak.
Hal ini sesuai dengan pendapat Tillman et al. (1991) yang menyatakan bahwa
perlakuan pakan hijauan sebelum diberikan pada ternak seperti pemotongan,
penggilingan dan pemasakan dapat meningkatkan konsumsi pakan dan mengurangi
pemilihan bagian-bagian tertentu saja.Pemberian air minum dilakukan secara ad
libitum. Hal ini sesuai dengan pendapat Fikar dan Ruhyadi (2010) bahwa air minum
untuk sapi seharusnya diberikan secara tidak terbatas (ad libitum). Air minum
sebaiknya juga disediakan sesaat sebelum makan untuk menghindari kembung perut.
Sudarmono dan Sugeng (2009) menyatakan bahwa kebutuhan air minum untuk sapi
adalah 20-30 liter per hari per ekor. Pemberian air minum perlu diperhatikan karena
air merupakan bahan pakan utama, berfungsi untuk mengatur suhu tubuh, membantu
20
proses pencernaan, mengangkut zat-zat pakan, dan mengeluarkan bahan-bahan yang
tidak diperlukan bagi tubuh.
4.4 Evaluasi Kecukupan Nutrien Pakan
Hasil evaluasi antara kebutuhan zat pakan dan zat yang dikonsumsi
berdasarkan tabel kebutuhan zat gizi (Kearl, 1982) untuk ternak sapi potong dapat
dilihat pada Tabel 2. Hasil perhitungan kebutuhan nutrien dapat dilihat pada
Lampiran 3, sedangkan hasil perhitungan konsumsi pakan dapat dilihat pada
Lampiran 6. Berdasarkan hasil tabel 2 dapat dilihat konsumsi BK sapi pengamatan
pada kelompok 1, 2, dan 3 masing-masing adalah 8,11kg; 10,36kg; dan 10,42kg. Hal
itu menunjukkan bahwa konsumsi bahan kering telah mencukupi kebutuhan sapi
pengamatan. Tillman et al (1991) menyatakan bahwa kebutuhan bahan kering seekor
sapi berkisar 2-3% dari bobot badannya. Konsumsi BK sapi pada kelompok I, II, dan
III masing-masing sebesar 8,11; 10,36; dan 10,42 dengan bahan kering 3% dari bobot
badan
Tabel 2. Evaluasi Kecukupan Nutrien Pakan
Kelompok
Bobot Nutrien
Sapi Badan BK TDN PK Ca P-- kg -- -------------- kg ------------ --------- g --------
1 300-350 Kebutuhan 7,77 4,75 0,796 25,52 19,08
Konsumsi 8,11 4,99 0,870 36,20 41,60Evaluasi + 0,34 + 0,24 + 0,074 + 10,68 + 22,52
2 351-400 Kebutuhan 8,70 5,51 0,866 26,23 18,20Konsumsi 10,36 6,49 1,135 44,85 55,37
21
Evaluasi + 1,66 + 0,98 + 0,269 + 18,62 + 37,17
3 401-450 Kebutuhan 9,60 6,12 0,923 25,44 21,31Konsumsi 10,42 6,52 1,141 45,21 55,55Evaluasi + 0,82 + 0,40 + 0,218 + 19,77 + 34,24
Sumber : Data kebutuhan pakan dihitung berdasarkan Kearl, 1982.
Terpenuhinya kebutuhan bahan kering sapi pengamatan berasal dari jumlah
bahan kering rumput gajah dankonsentrat yang cukup tinggi. Rasio hijauan dan
konsentrat yang diberikan 40:60, dengan kandungan rumput gajah BK 19,87, TDN
50, dan PK sebesar 8,3. Sedangkan kandungan BK, TDN, dan PK konsentrat masing-
masing sebesar 86,14; 71,65; dan 12,87. Tingginya konsumsi BK daripada kebutuhan
BK dipengaruhi oleh palatabilitas pakan. Palatabilitas pakan dipengaruhi oleh
beberapa faktor diantaranya rasa, bentuk dan bau dari pakan itu sendiri. Konsumsi
bahan kering ini dipengaruhi oleh faktor bangsa sapi, jenis kelamin, umur, kondisi
ternak, palatabilitas pakan, laju pakan dalam saluran pencernaan, jumlah pakan serta
keadaan lingkungan. Sesuai pendapat Siregar (2008) bahwa konsumsi bahan kering
dipengaruhi oleh faktor pakan (daya cerna dan palatabilitas) dan faktor ternak
(bangsa, jenis kelamin, umur dan kondisi kesehatan ternak). Bahan kering berfungsi
sebagai pengisi lambung yang merangsang saluran pencernaan sehingga membuat
ternak merasa kenyang. Parakkasi (1999) menyatakan bahwa kemampuan ternak
untuk mengkonsumsi bahan kering berhubungan erat dengan kapasitas fisik lambung
dan saluran pencernaan secara keseluruhan. Pemberian pakan konsentrat dapat
meningkatkan daya cerna pakan secara keseluruhan. Parakkasi (1999) menjelaskan
22
bahwa pemberian konsentrat untuk penggemukan sapi potong biasanya 60% (dalam
BK ransum).
Total digestible nutrients (TDN) adalah jumlah seluruh zat pakan organik yang
dapat dicerna meliputi protein, serat kasar, bahan ekstrak tanpa nitrogen dan lemak.
Berdasarkan hasil Tabel 2 dapat diketahui bahwa konsumsi TDN sebesar 4,99 kg;
6,49 kg; dan 6,52 kg telah mencukupi kebutuhan TDN sapi pengamatan. Kelebihan
konsumsi TDN sebesar 0,24 kg; 0,98 kg; dan 0,40 kg akan disimpan oleh ternak
sebagai cadangan energi dan digunakan untuk pertumbuhan dan peningkatan
produksi. Hal ini sesuai pendapat Siregar (2008) yang menyatakan bahwa ternak
memanfaatkan energi untuk hidup pokok, pertumbuhan dan untuk berproduksi.
Tillman et al., (1991) menambahkan bahwakekurangan energi dapat mengakibatkan
terhambatnya pertambahan bobot badan, penurunan bobot badan dan berkurangnya
semua fungsi produksi dan terjadi kematian bila berlangsung lama.
Berdasarkan hasil yang diperoleh, dapat diketahui bahwa konsumsi PK telah
mencukupi kebutuhan. Kelebihan konsumsi PK sebesar 0,074 kg; 0,269 kg; dan
0,218 kg dapat berguna untuk meningkatkan bobot badan dan mengganti jaringan
tubuh yang sudah usang. Hal ini sesuai dengan pendapat Rianto dan Purbowati (2009)
protein terdiri atas asam amino yang berfungsi sebagai penyusun tubuh ternak dan
sebagai cadangan energi bila dikonsumsi berlebih. Sugeng (2001) menambahkan
bahwa ternak muda membutuhkan protein untuk pertumbuhan, sedangkan ternak
dewasa membutuhkan protein untuk mengganti jaringan tubuh yang telah usang dan
untuk keperluan berproduksi, protein juga dapat diubah menjadi energi bila
23
dibutuhkan, tetapi ternak tidak dapat membuat protein dari zat-zat anorganik seperti
pada tumbuh-tummbuhan sehingga ternak memerlukan protein dari bahan-bahan
pakan.
Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa konsumsi Ca dan P sapi pengamatan
kelompok 1, 2, dan 3 telah memenuhi kebutuhan bahkan termasuk berlebih.Kelebihan
konsumsi Ca dan P pada sapi dapat digunakan untuk pembentukan tulang dan
jaringan serta mengganti zat-zat mineral yang hilang. Hal ini sesuai dengan pendapat
Sugeng (2001) bahwa mineral bagi sapi yang sedang tumbuh berguna untuk
pembentukan tulang dan jaringan, terutama unsur Ca dan P, sedangkan pada sapi
dewasa, mineral berguna untuk menggantikan zat-zat mineral yang hilang karena
sekresi. Sudarmono dan Sugeng (2008) menambahkan bahwa mineral banyak
terdapat dalam tulang dan hanya sedikit didalam jaringan tubuh, akan tetapi mineral
yang sedikit jumlahnya amat penting bagi daya hidup ternak sebab akan
mempermudah pencernaan, penyerapan, metabolisme, dan pembuangan zat-zat
pakan. Kekurangan mineral dalam tubuh dapat mengganggu pertumbuhan tulang,
memperlambat proses reproduksi dalam tubuhnya dan mengurangi nafsu makan
ternak sehingga mempengaruhi bobot badan ternak. Hal ini sesuai dengan pendapat
Murtidjo (1990) bahwa kekurangan mineral dapat mengakibatkan ternak yang
dipelihara menurun nafsu makannya, efisiensi makanan tidak tercapai, penurunan
bobot badan dan gangguan kesuburan ternak bibit.
4.5 Pertambahan Bobot Badan
24
Pertambahan bobot badan harian sapi PFH Jantan di peternakan Bapak
Untung selama pengamatan dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Pertambahan Bobot Badan Harian Sapi PFH Jantan
Kelompok Bobot badan PBBH
Awal Akhir
--------------------------------- kg -----------------------------
I 318 343,250,84
II 367 394,25 0,91III 418 447 0,97
Berdasarkan tabel 3 diatas dapat dilihat bahwa sapi pada kelompok I, II, dan
III mengalami kenaikan bobot badan yang cukup tinggi. Hal ini sesuai pendapat
Blakely dan Bade (1998) yang menyatakan bahwa pertambahan bobot badan sapi
PFH dapat mencapai 0,60 – 0,90 kg per hari. Kenaikan bobot badan yang terjadi
memperlihatkan bahwa pakan yang diberikan setiap harinya berkualitas dan dapat
memenuhi kebutuhan nutrisi sapi tersebut. Selain itu manajemen kandang dan
pemeliharaannya juga mempengaruhi pertambahan bobot badan sapi. Hal ini sesuai
pendapat Siregar (2008) yang menyatakan bahwa pertambahan bobot badan
dipengaruhi oleh jenis sapi, jenis kelamin, umur, kualitas ransum yang diberikan dan
pengelolaannya.
4.6 Konversi Pakan dan Efisensi Pakan
25
Hasil perhitungan konversi dan efisiensi pakan selama pengamatan pada sapi
PFH jantan dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Konversi dan Efisiensi Pakan pada Sapi PFH Jantan
Kelompok PBBH KonsumsiBK
EfisiensiPakan
Konversipakan
------------- (kg) ------------ ---- (%) ----I 0,84 8,10 10,39 9,62II 0,91 10,35 8,78 11,39III 0,97 10,42 9,28 10,78
Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui bahwa efisiensi dan konversi pakanpada
sapi PFH jantan di peternakan bapak Untung tergolong baik.Hal ini sesuai dengan
pendapat Siregar (1994) yang menyatakan bahwa konversi pakan yang baik adalah
8,56 - 13,29 dan efisiensi pakan yang baik berkisar 7,52% - 11,29%. Dilihat dari
Tabel 4 efisiensi pakan pada kelompok I lebih tinggi dibandingkan kelompok II dan
III, hal ini dipengaruhi olehusia ternak karena ternak yang usianya sudah cukup tua
kemampuan mencerna makanannya berbeda dengan ternak yang usianya lebih muda
sehingga walaupun efisiensinya tinggi namun bobot badan yang dihasilkan lebih
rendah dibandingkan sapi pada kelompok II dan III. Seperti yang dijelaskan oleh
Sagala (2011) Efisiensi penggunaan pakan dipengaruhi beberapa faktor diantaranya
kemampuan ternak dalam mencerna bahan pakan, kecukupan zat pakan untuk hidup
pokok, pertumbuhan dan fungsi tubuh serta jenis pakan.
26
Semakin rendah nilai konversi pakan berarti pakan yang digunakan untuk
menaikkan bobot semakin sedikit sehingga pakan yang dikonsumsi semakin
efisien.Hal ini sesuai pendapat Purbowati et al. (2005) yang menyatakan bahwa
konversi pakan juga dapat diartikan sebagai banyaknya pakan yang dapat digunakan
untuk meningkatkan pertambahan bobot badan ternak. Faktor yang mempengaruhi
efisiensi dan konversi pakan adalah jenis ternak, palatabilitas pakan dan lingkungan
ternak. Hal ini sesuai dengan pendapat Darmono (1999), bahwa konversi pakan
sangat dipengaruhi oleh kondisi ternak, daya cerna, jenis kelamin, bangsa, kualiltas
dan kuantitas pakan, juga faktor lingkungan.
4.7 Imbangan Hijauan dan Konsentrat
Hasil perhitungan rasio hijauan dan konsentrat selama pengamatan pada sapi
PFH jantan dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Rasio Hijauan dan Konsentrat Sapi PFH Jantan
Kelompok BKRumput Gajah
BKKonsentrat
Jumlah BK
RasioH : K
I 3,80 4,31 8,11 47 : 53
II 4,33 6,03 10,36 42 : 58
III 4,39 6,03 10,42 42 : 58
Berdasarkan tabel diatas rasio hijauan : konsentrat pada kelompok I, II, dan III
masing-masing adalah 47 : 53; 42 : 58 dan 42 : 58. Program penggemukan sapi
27
memerlukan kombinasi antara hijauan dan konsentrat yang tepat untuk dapat
menghasilkan bobot badan yang optimal. Hal ini sesuai pendapat Abidin (2002)
bahwa salahsatu cara mempercepat proses penggemukan memerlukan kombinasi
pakan antara hijauan dan konsentrat. Menurut Yulianto dan Saparinto (2010)
perbandingan hijauan dan konsentrat berkisar antara 40:60 sampai 20:80 didasarkan
pada bobot bahan kering (BK).Jumlah pemberian hijauan yang relatif sedikit
menyebabkan efisiensi penggunaan pakan lebih tinggi. Hal ini ditunjukkan dari rasio
hijauan dan konsentrat yang diberikan memberikan pertambahan bobot badan dan
efisiensi pakan yg tinggi serta nilai konversi pakan yang tergolong baik. Ernawati dan
Ulin Nuschati (2006) menyatakan bahwa pemenuhan kebutuhan protein dan energy
yang seimbang pada sapi yang digemukkan tidak bisa hanya dari pakan hijauan saja
tetapi peranan pakan konsentrat sangatlah penting karena konsentrat merupakan
pakan sumber protein dan energi.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5. 1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan praktek kerja lapangan yang dilaksanakan di
peternakan Bapak Untung Desa Pandanan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang
dapat diambil kesimpulan bahwa konsumsi bahan pakan berupa konsentrat dan
28
rumput gajah telah melebihi kebutuhan akan bahan kering, TDN, protein kasar, Ca
dan P terhadap kebutuhan ternak sapi pengamatan. Efisiensi dan konversi pakan pada
semua kelompok sapi tergolong baik.
5. 2. Saran
Saran yang dapat diberikan adalah pemberian hijauan sebaiknya dipotong
sekitar 3-5 cm untuk meningkatkan daya cernanya dan menjaga kebersihan kandang
agar ternak terhindar dari penyakit.
29
DAFTAR PUSTAKA
Akoso, B.T. 1996. Kesehatan Sapi. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Blakely, J dan B.H.Bade. 1998. Ilmu Peternakan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. (Diterjemahkan oleh B. Srigandono).
Darmono. 1999. Tatalaksana Usaha Sapi Kereman. Kanisius, Yogyakarta.
Fikar, S. dan D. Ruhyadi.2010. Buku Pintar Berternak dan Bisnis Sapi Potong. Agromedia Pustaka, Jakarta.
Handayani, I. P. 2002. Laporan penelitian pendayagunaan vegetasi invasi dalam proses agradasi tanah untuk percepatan restorasi lahan kritis. Lembaga Penelitian Universitas Bengkulu, Bengkulu.
Hartadi, H., Reksohadiprodjo, S., Allen D. Tillman. 1992. Tabel Komposisi Pakan Untuk Indonesia. Gadjah Mada Univesity Press, Yogyakarta.
Ngadiyono, N. 2007. Beternak Sapi. PT Citra Aji Pratama, Yogyakarta.
McIllroy, R. J. 2000. Pengantar Budidaya Padang Rumput Tropika.Pradnya Paramita, Jakarta. (Diterjemahkan oleh S. Susetyo, Soedarmadi, I. Kismono dan S. Harini I. S.)
Murtidjo, B.A. 1990. Sapi Potong. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Parakkasi, A. 1999. Ilmu Makanan Ternak Ruminansia. Cetakan pertama. Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.
Purbowati, E. W.S. Dilaga dan N.S.N. Aliyah. 2005.Penampilan Produksi SapiPeranakan Ongole dan Peranakan Limousin Jantan dengan Pakan Konsentratdan Jerami Padi Fermentasi. Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang. Proceeding Seminar Nasional.
Reksohadiprodjo, S. 2000. Produksi Tanaman Hijauan Makanan Ternak Tropik. Badan Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Rianto, E. dan E. Purbowati. 2009. Panduan Lengkap Sapi Potong. Penebar Swadaya, Jakarta.
30
Sagala, W. 2011.Analisis Biaya Pakan dan Performa Sapi Potong Lokal pada Ransum Hijauan Tinggi yang Disuplementasi Ekstrak Lerak (Sapindus rarak). Fakultas Peternakan Bogor, Bogor. (Skirpsi)
Santosa, U. 2010. Mengelola Peternakan Sapi Secara Profesional.Penebar Swadaya, Jakarta.
Santoso, U. 2002. Prospek Agribisnis Penggemukan Pedet. Cetakan V. Penebar Swadaya. Jakarta.
Setiawan, T dan T. Arsa. 2005. Beternak Kambing Perah Peranakan Ettawa. Penebar Swadaya, Jakarta.
Siregar, S. B. 2008. Penggemukan Sapi. Edisi Revisi. Penebar Swadaya, Jakarta.
Siregar, S. B. 1994. Ransum Ternak Ruminansia. Penebar Swadaya, Jakarta.
Sudarmono, A. S. dan Sugeng, Y. B. 2008.Sapi Potong. Edisi Revisi. Penebar Swadaya, Jakarta.
Sugeng, Y.B. 2001. Sapi Potong. Penebar Swadaya. Jakarta
Tillman A. D., Hartadi H, Reksohadiprodjo S, Prawirokusumo S, Lebdosoekojo S. 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta
Williamson, G and W.J.A. Payne.1993.Pengantar Ilmu Peternakan di Daerah Tropis. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Yulianto, P dan Saparinto, C. 2010.Pembesaran Sapi Potong Secara Intensif. Penebar Swadaya. Jakarta.
31
LAMPIRAN
Lampiran 1. Pertambahan Bobot Badan Harian
PBBH =
bobot akhir - bobot awallama pengamatan
Perhitungan Pertambahan Bobot Badan Harian Sapi PFH Jantan Selama 30 HariKelompok
sapiNomor Sapi
Bobot BadanPBB PBBH
Awal Akhir----------------------------- kg ---------------------------
11 302 327 25 0,832 308 335 27 0,903 340 360 20 0,674 322 351 29 0,97
rata-rata 318 343,25 25,25 0,84
25 372 395 23 0,776 352 382 30 1,007 382 412 30 1,008 362 388 26 0,87
rata-rata 367 394,25 27,25 0,91
39 407 436 29 0,9710 414 441 27 0,9011 433 464 31 1,03
rata-rata 418 447,00 29,00 0,97Sumber : Data Primer Praktek Kerja Lapangan (2014).
32
Lampiran 2.Tabel Kebutuhan Nutrisi Sapi Potong
Bobot Badan
PBBH% BK
dari BBBK TDN PK Ca P
-------- kg---------
--- % ---
------------------ kg -------------------
---------- g ----------------300 0,00 1,7 5,0 2,4 0,385 10 10
0,25 2,0 6,0 3,0 0,588 15 110,50 2,3 7,0 3,7 0,679 19 140,75 2,5 7,4 4,3 0,753 23 181,00 2,5 7,5 5,0 0,819 28 21
350 0,00 1,6 5,7 2,6 0,432 12 120,25 1,9 6,8 3,3 0,635 16 140,50 2,3 7,9 4,1 0,731 20 160,75 2,4 8,3 4,8 0,806 25 181,00 2,4 8,5 5,6 0,874 30 21
400 0,00 1,6 6,2 2,9 0,478 13 130,25 1,9 7,5 3,7 0,664 16 150,50 2,2 8,7 4,6 0,772 18 170,75 2,3 9,1 5,4 0,875 21 181,00 2,3 9,3 6,2 0,913 24 19
450 0,00 1,5 6,8 3,2 0,528 14 140,25 1,8 8,2 4,1 0,703 18 170,50 2,1 9,5 5,0 0,805 22 200,75 2,2 10,0 5,9 0,911 26 231,00 2,3 10,2 6,8 0,952 29 26
Sumber : Kearl (1982).
33
Lampiran 3. Perhitungan Kebutuhan Nutrisi
1. Kebutuhan nutrisi sapi PFH Jantan dengan bobot badan 318 kg dan PBBH 0,84 kg a. Bahan Kering (BK) :
Kebutuhan BK untuk BB 300 kg dengan PBBH 0,75 kg = 7,4 kg
Kebutuhan BK untuk BB 300 kg dengan PBBH 1,00 kg = 7,5 kg
Kebutuhan BK untuk BB 350 kg dengan PBBH 0,75 kg = 8,3 kg
Kebutuhan BK untuk BB 350 kg dengan PBBH 1,00 kg = 8,5 kg
Kebutuhan BK untuk BB 318 kg dengan PBBH 0,75 kg
= 7,4 +(318−300350−300
)x (8,3– 7,4)
= 7,4 + (0,36 x 0,9)
=7,72kg
Kebutuhan BK untuk BB 318 kg dengan PBBH 1,00 kg
= 7,5 +(318−300350−300
)x (8,5– 7,5)
= 7,5 + (0,36 x 1)
= 7,86kg
Kebutuhan BK untuk BB 318 kg dengan PBBH 0,84 kg
= 7,72 +(0,84−0 ,75
1 , 00−0 ,75)x (7,86– 7,72)
= 7,72 + (0,36 x 0,14)
34
= 7,77kg
Lampiran 3. Perhitungan Kebutuhan Nutrisi (Lanjutan)
b. TotalDigestibleNutrient (TDN)
Kebutuhan TDN untuk BB 300 kg dengan PBBH 0,75 kg = 4,3 kg
Kebutuhan TDN untuk BB 300 kg dengan PBBH 1,00 kg = 5,0 kg
Kebutuhan TDN untuk BB 350 kg dengan PBBH 0,75 kg = 4,8 kg
Kebutuhan TDN untuk BB 350 kg dengan PBBH 1,00 kg = 5,6 kg
Kebutuhan TDN untuk BB 318 kg dengan PBBH 0,75 kg
= 4,3+(318−300350−300
)x (4,8– 4,3)
= 4,3 + (0,36 x 0,5)
= 4,48kg
Kebutuhan TDN untuk BB 318 kg dengan PBBH 1,00 kg
= 5,0+(318−300350−300
)x (5,6– 5,0)
= 5,0 + (0,36 x 0,6)
= 5,22kg
Kebutuhan TDN untuk BB 318 kg dengan PBBH 0,84 kg
= 4,48+(0,84−0 , 75
1 ,00−0 , 75)x (5,22 – 4,48)
= 4,48+ (0,36 x 0,74)
35
= 4,75kg
Lampiran 3. Perhitungan Kebutuhan Nutrisi (Lanjutan)
c. Protein Kasar (PK) :
Kebutuhan PK untuk BB 300 kg dengan PBBH 0,75 kg = 0,753 kg
Kebutuhan PK untuk BB 300 kg dengan PBBH 1,00 kg = 0,819 kg
Kebutuhan PK untuk BB 350 kg dengan PBBH 0,75 kg = 0,806 kg
Kebutuhan PK untuk BB 350 kg dengan PBBH 1,00 kg = 0,873 kg
Kebutuhan PK untuk BB 318 kg dengan PBBH 0,75 kg
= 0,753 +(318−300350−300
)x (0,806 – 0,753)
= 0,753 + (0,36 x 0,053)
= 0,772kg
Kebutuhan PK untuk BB 318 kg dengan PBBH 1,00 kg
= 0,819 +(318−300350−300
)x (0,873 – 0,819)
= 0,819 + (0,36 x 0,054)
= 0,838kg
Kebutuhan PK untuk BB 318 kg dengan PBBH 0,84 kg
= 0,772+(0,84−0 ,75
1 ,00−0 ,75)x (0,838 – 0,772)
= 0,772+ (0,36 x 0,066)
36
= 0,796kg
Lampiran 3. Perhitungan Kebutuhan Nutrisi (Lanjutan)
d. Kalsium (Ca) :
Kebutuhan Ca untuk BB 300 kg dengan PBBH 0,75 kg = 23 kg
Kebutuhan Ca untuk BB 300 kg dengan PBBH 1,00 kg = 28 kg
Kebutuhan Ca untuk BB 350 kg dengan PBBH 0,75 kg = 25 kg
Kebutuhan Ca untuk BB 350 kg dengan PBBH 1,00 kg = 30 kg
Kebutuhan Ca untuk BB 318 kg dengan PBBH 0,75 kg
= 23 +(318−300350−300
)x (25 – 23)
= 23 + (0,36 x 2)
= 23,72kg
Kebutuhan Ca untuk BB 318 kg dengan PBBH 1,00 kg
= 28 +(318−300350−300
)x (30 – 28)
= 28 + (0,36 x 2)
= 28,72 kg
Kebutuhan Ca untuk BB 318 kg dengan PBBH 0,84 kg
= 23,72+(0,84−0 ,75
1 ,00−0 ,75)x (28,72– 23,72)
37
= 23,72+ (0,36 x 5)
=25,52g
Lampiran 3. Perhitungan Kebutuhan Nutrisi (Lanjutan)
e. Fosfor (P) :
Kebutuhan P untuk BB 300 kg dengan PBBH 0,75 kg = 18 kg
Kebutuhan P untuk BB 300 kg dengan PBBH 1,00 kg = 21 kg
Kebutuhan P untuk BB 350 kg dengan PBBH 0,75 kg = 18 kg
Kebutuhan P untuk BB 350 kg dengan PBBH 1,00 kg = 21 kg
Kebutuhan P untuk BB 318 kg dengan PBBH 0,75 kg
= 18 +(318−300350−300
)x (18 – 18)
= 18 + (0,36 x 0)
= 18 kg
Kebutuhan P untuk BB 318 kg dengan PBBH 1,00 kg
= 21 +(318−300350−300
)x (21 – 21)
= 21 + (0,36 x 0)
= 21 kg
Kebutuhan Ca untuk BB 318 kg dengan PBBH 0,84 kg
38
= 18 +(0,84−0 , 751 ,00−0 , 75
)x (21– 18 )
= 18 + (0,36 x 3)
=19,08g
Lampiran 3. Perhitungan Kebutuhan Nutrisi (Lanjutan)
2. Kebutuhan nutrisi sapi PFH Jantan dengan bobot badan 367 kg dan PBBH 0,91 kga. Bahan Kering (BK) :
Kebutuhan BK untuk BB 350 kg dengan PBBH 0,75 kg = 8,3 kg
Kebutuhan BK untuk BB 350 kg dengan PBBH 1,00 kg = 8,5 kg
Kebutuhan BK untuk BB 400 kg dengan PBBH 0,75 kg = 9,1 kg
Kebutuhan BK untuk BB 400 kg dengan PBBH 1,00 kg = 9,5 kg
Kebutuhan BK untuk BB 367 kg dengan PBBH 0,75 kg
= 8,3+(367−350400−350
)x (9,1– 8,3)
= 8,3 + (0,34 x 0,8)
= 8,57 kg
Kebutuhan BK untuk BB 367 kg dengan PBBH 1,00 kg
= 8,5 +(367−350400−350
)x (9,5 – 8,5)
= 8,5 + (0,34 x 1)
= 8,77kg
39
Kebutuhan BK untuk BB 367 kg dengan PBBH 0,91 kg
= 8,57+( 0 ,91−0 ,75
1,00−0 ,75)x (8,77– 8,57)
= 8,57+ (0,64 x 0,2)
= 8,70 kg
Lampiran 3. Perhitungan Kebutuhan Nutrisi (Lanjutan)
b. Total Digestible Nutrient (TDN):
Kebutuhan TDN untuk BB 350 kg dengan PBBH 0,75 kg = 4,8 kg
Kebutuhan TDN untuk BB 350 kg dengan PBBH 1,00 kg = 5,6 kg
Kebutuhan TDN untuk BB 400 kg dengan PBBH 0,75 kg = 5,4 kg
Kebutuhan TDN untuk BB 400 kg dengan PBBH 1,00 kg = 6,2 kg
Kebutuhan TDN untuk BB 367 kg dengan PBBH 0,75 kg
= 4,8+(367−350400−350
)x (5,4– 4,8)
= 4,8+ (0,34 x 0,6)
= 5 kg
Kebutuhan TDN untuk BB 367 kg dengan PBBH 1,00 kg
= 5,6 +(367−350400−350
)x (6,2 – 5,6)
= 5,6 + (0,34 x 0,6)
= 5,80 kg
40
Kebutuhan TDN untuk BB 367 kg dengan PBBH 0,91 kg
= 5+( 0 ,91−0 ,75
1, 00−0 ,75)x (5,80– 5)
= 5+ (0,64 x 0,8)
= 5,51 kg
Lampiran 3. Perhitungan Kebutuhan Nutrisi (Lanjutan)
c. Protein Kasar (PK) :
Kebutuhan PK untuk BB 350 kg dengan PBBH 0,75 kg = 0,806 kg
Kebutuhan PK untuk BB 350 kg dengan PBBH 1,00 kg = 0,874 kg
Kebutuhan PK untuk BB 400 kg dengan PBBH 0,75 kg = 0,875 kg
Kebutuhan PK untuk BB 400 kg dengan PBBH 1,00 kg = 0,913 kg
Kebutuhan PK untuk BB 367 kg dengan PBBH 0,75 kg
= 0,806 +(367−350400−350
)x (0,875– 0,806)
= 0,806 + (0,34 x 0,069)
= 0,829 kg
Kebutuhan PK untuk BB 367 kg dengan PBBH 1,00 kg
= 0,874 +(367−350400−350
)x (0,913 – 0,874)
= 0,874 + (0,34 x 0,39)
= 0,887 kg
41
Kebutuhan PK untuk BB 367 kg dengan PBBH 0,91 kg
= 0,829+( 0 ,91−0 ,75
1,00−0 ,75)x (0,887– 0,829)
= 0,829+ (0,64 x 0,058)
= 0,866 kg
Lampiran 3. Perhitungan Kebutuhan Nutrisi (Lanjutan)
d. Kalsium (Ca) :
Kebutuhan Ca untuk BB 350 kg dengan PBBH 0,75 kg = 25 kg
Kebutuhan Ca untuk BB 350 kg dengan PBBH 1,00 kg = 30 kg
Kebutuhan Ca untuk BB 400 kg dengan PBBH 0,75 kg = 21 kg
Kebutuhan Ca untuk BB 400 kg dengan PBBH 1,00 kg = 24 kg
Kebutuhan Ca untuk BB 367 kg dengan PBBH 0,75 kg
= 25 +(367−350400−350
)x (21 – 25)
= 25 + (0,34 x (-4))
= 23,64 kg
Kebutuhan Ca untuk BB 367 kg dengan PBBH 1,00 kg
= 30 +(367−350400−350
)x (24 – 30)
= 30 + (0,34 x (-6))
= 27,96 kg
42
Kebutuhan Ca untuk BB 367 kg dengan PBBH 0,91 kg
= 23,64+( 0 ,91−0 ,75
1,00−0 ,75)x (27,96– 23,64)
= 23,64+ (0,64 x 4,05)
= 26,23g
Lampiran 3. Perhitungan Kebutuhan Nutrisi (Lanjutan)
e. Fosfor (P) :
Kebutuhan P untuk BB 350 kg dengan PBBH 0,75 kg = 18 kg
Kebutuhan P untuk BB 350 kg dengan PBBH 1,00 kg = 21 kg
Kebutuhan P untuk BB 400 kg dengan PBBH 0,75 kg = 18 kg
Kebutuhan P untuk BB 400 kg dengan PBBH 1,00 kg = 19 kg
Kebutuhan P untuk BB 367 kg dengan PBBH 0,75 kg
= 18 +(367−350400−350
)x (18 – 18)
= 18 + (0,34 x0)
= 18 kg
Kebutuhan P untuk BB 367 kg dengan PBBH 1,00 kg
= 21 +(367−350400−350
)x (19 – 21)
= 30 + (0,34 x (-2))
43
= 18,32 kg
Kebutuhan P untuk BB 367 kg dengan PBBH 0,91 kg
= 23,64+( 0 ,91−0 ,75
1,00−0 ,75)x (27,96– 23,64)
= 23,64+ (0,64 x 4,05)
= 26,23g
Lampiran 3. Perhitungan Kebutuhan Nutrisi (Lanjutan)
3. Kebutuhan nutrisi sapi PFH Jantan dengan bobot badan 418 kg dan PBBH 0,97 kg
a. Bahan Kering (BK) :
Kebutuhan BK untuk BB 400 kg dengan PBBH 0,75 kg = 9,1 kg
Kebutuhan BK untuk BB 400 kg dengan PBBH 1,00 kg = 9,3 kg
Kebutuhan BK untuk BB 450 kg dengan PBBH 0,75 kg = 10 kg
Kebutuhan BK untuk BB 450 kg dengan PBBH 1,00 kg = 10,20 kg
Kebutuhan BK untuk BB 418 kg dengan PBBH 0,75 kg
= 9,1+(418−400450−400
)x (10– 9,1)
= 9,1 + (0,36 x 0,9)
= 9,42 kg
Kebutuhan BK untuk BB 418 kg dengan PBBH 1,00 kg
= 9,3 +(418−400450−400
)x (10,2 – 9,3)
44
= 9,3 + (0,36 x 0.9)
= 9,62 kg
Kebutuhan BK untuk BB 418 kg dengan PBBH 0,97 kg
= 9,42+( 0 ,97−0 ,75
1 ,00−0 ,75)x (9,62– 9,42)
= 9,42+ (0,88 x 0,2)
= 9,60 kg
Lampiran 3. Perhitungan Kebutuhan Nutrisi (Lanjutan)
b. Total Digestible Nutrient (TDN):
Kebutuhan TDN untuk BB 400 kg dengan PBBH 0,75 kg = 5,4 kg
Kebutuhan TDN untuk BB 400 kg dengan PBBH 1,00 kg = 6,2 kg
Kebutuhan TDN untuk BB 450 kg dengan PBBH 0,75 kg = 5,9 kg
Kebutuhan TDN untuk BB 450 kg dengan PBBH 1,00 kg = 6,8 kg
Kebutuhan TDN untuk BB 418 kg dengan PBBH 0,75 kg
= 5,4+(418−400450−400
)x (5,9– 5,4)
= 5,4 + (0,36 x 0,5)
= 5,58 kg
Kebutuhan TDN untuk BB 418 kg dengan PBBH 1,00 kg
= 6,2 +(418−400450−400
)x (6,8 – 6,2)
= 6,2 + (0,36 x 0,6)
45
= 6,42 kg
Kebutuhan TDN untuk BB 418 kg dengan PBBH 0,97 kg
= 5,58+( 0 ,97−0 ,75
1 ,00−0 ,75)x (6,42– 5)
= 5,58+ (0,88 x 0,84)
= 6,12 kg
Lampiran 3. Perhitungan Kebutuhan Nutrisi (Lanjutan)
c. Protein Kasar (PK) :
Kebutuhan PK untuk BB 400 kg dengan PBBH 0,75 kg = 0,875 kg
Kebutuhan PK untuk BB 400 kg dengan PBBH 1,00 kg = 0,913 kg
Kebutuhan PK untuk BB 450 kg dengan PBBH 0,75 kg = 0,911 kg
Kebutuhan PK untuk BB 450 kg dengan PBBH 1,00 kg = 0,952 kg
Kebutuhan PK untuk BB 418 kg dengan PBBH 0,75 kg
= 0,875 +(418−400450−400
)x (0,911– 0,875)
= 0,875 + (0,36 x 0,036)
= 0,903 kg
Kebutuhan PK untuk BB 418 kg dengan PBBH 1,00 kg
= 0,913 +(418−400450−400
)x (0,952 – 0,913)
46
= 0,913 + (0,36 x 0,039)
= 0,935 kg
Kebutuhan PK untuk BB 418 kg dengan PBBH 0,97 kg
= 0,903+( 0 ,97−0 ,75
1 ,00−0 ,75)x (0,935– 0,903)
= 0,903+ (0,88 x 0,032)
= 0,923 kg
Lampiran 3. Perhitungan Kebutuhan Nutrisi (Lanjutan)
d. Kalsium (Ca) :
Kebutuhan Ca untuk BB 400 kg dengan PBBH 0,75 kg = 21 kg
Kebutuhan Ca untuk BB 400 kg dengan PBBH 1,00 kg = 24 kg
Kebutuhan Ca untuk BB 450 kg dengan PBBH 0,75 kg = 26 kg
Kebutuhan Ca untuk BB 450 kg dengan PBBH 1,00 kg = 29 kg
Kebutuhan Ca untuk BB 418 kg dengan PBBH 0,75 kg
= 21+(418−400450−400
)x (26– 21)
= 21+ (0,36 x 5)
= 22,8 kg
Kebutuhan Ca untuk BB 418 kg dengan PBBH 1,00 kg
47
= 24 +(418−400450−400
)x (29 – 24)
= 24 + (0,36 x 5)
= 25,8 kg
Kebutuhan Ca untuk BB 418 kg dengan PBBH 0,97 kg
= 22,8+( 0 ,97−0 ,75
1 ,00−0 ,75)x (25,8 – 22,8)
= 22,8+ (0,88 x 4,0)
= 25,44g
Lampiran 3. Perhitungan Kebutuhan Nutrisi (Lanjutan)
e. Fosfor (P) :
Kebutuhan P untuk BB 400 kg dengan PBBH 0,75 kg = 18 kg
Kebutuhan P untuk BB 400 kg dengan PBBH 1,00 kg = 19 kg
Kebutuhan P untuk BB 450 kg dengan PBBH 0,75 kg = 23 kg
Kebutuhan P untuk BB 450 kg dengan PBBH 1,00 kg = 26 kg
Kebutuhan P untuk BB 418 kg dengan PBBH 0,75 kg
= 18+(418−400450−400
)x (23– 18)
= 18+ (0,36 x 5)
= 19,8 kg
48
Kebutuhan P untuk BB 418 kg dengan PBBH 1,00 kg
= 19 +(418−400450−400
)x (26 – 19)
= 19 + (0,36 x 7)
= 21,52 kg
Kebutuhan P untuk BB 418 kg dengan PBBH 0,97 kg
= 19,8+( 0 ,97−0 ,75
1 ,00−0 ,75)x (21,52 – 19,8)
= 19,8+ (0,88 x 1,72)
= 21,31 g
Lampiran 4. Konsumsi Pakan dalam Bentuk Bahan Kering
Kelompok I
Konsumsi Rumput Gajah dalam Bentuk Bahan Kering
SapiNo
Pemberian Sisa Konsumsi
BS BK BK BS BK BK BK--kg-- --%-- --kg-- --kg-- --%-- --kg-- --kg--
1 20 19,87 3,97 0,97 20,12 0,20 3,782 20 19,87 3,97 0,49 20,12 0,10 3,873 20 19,87 3,97 1,11 20,12 0,22 3,754 20 19,87 3,97 0,90 20,12 0,18 3,79
Jumlah 80,00 79,48 15,90 3,47 80,48 0,70 15,20Rata-rata 20,00 19,87 3,97 0,87 20,12 0,17 3,80
Konsumsi Konsentrat dalam Bentuk Bahan Kering
Sapi Pemberian Sisa Konsumsi
49
No BS BK BK BS BK BK BK--kg-- --%-- --kg-- --kg-- --%-- --kg-- --kg--
1 5 86,14 4,31 0,00 86,14 0,00 4,312 5 86,14 4,31 0,00 86,14 0,00 4,313 5 86,14 4,31 0,00 86,14 0,00 4,314 5 86,14 4,31 0,00 86,14 0,00 4,31
Jumlah 20,00 344,56 17,23 0,00 344,56 0,00 17,23Rata-rata 5,00 86,14 4,31 0,00 86,14 0,00 4,31
Lampiran 4. Konsumsi Pakan dalam Bentuk Bahan Kering (lanjutan)
Kelompok II
Konsumsi Rumput Gajah dalam Bentuk Bahan Kering
SapiNo
Pemberian Sisa Konsumsi
BS BK BK BS BK BK BK--kg-- --%-- --kg-- --kg-- --%-- --kg-- --kg--
1 23 19,87 4,57 1,56 20,12 0,31 4,262 23 19,87 4,57 1,62 20,12 0,33 4,243 23 19,87 4,57 0,56 20,12 0,11 4,464 23 19,87 4,57 1,02 20,12 0,21 4,36
Jumlah 92,00 79,48 18,28 4,76 80,48 0,96 17,32Rata-rata 23,00 19,87 4,57 1,19 20,12 0,24 4,33
Konsumsi Konsentrat dalam Bentuk Bahan Kering
50
SapiNo
Pemberian Sisa Konsumsi
BS BK BK BS BK BK BK--kg-- --%-- --kg-- --kg-- --%-- --kg-- --kg--
1 7 86,14 6,03 0,00 86,14 0,00 6,032 7 86,14 6,03 0,00 86,14 0,00 6,033 7 86,14 6,03 0,00 86,14 0,00 6,034 7 86,14 6,03 0,00 86,14 0,00 6,03
Jumlah 28,00 344,56 24,12 0,00 344,56 0,00 24,12Rata-rata 7,00 86,14 6,03 0,00 86,14 0,00 6,03
Lampiran 4. Konsumsi Pakan dalam Bentuk Bahan Kering (lanjutan)
Kelompok III
Konsumsi Rumput Gajah dalam Bentuk Bahan Kering
SapiNo
Pemberian Sisa Konsumsi
BS BK BK BS BK BK BK--kg-- --%-- --kg-- --kg-- --%-- --kg-- --kg--
1 23 19,87 4,57 0,61 20,12 0,12 4,452 23 19,87 4,57 1,21 20,12 0,24 4,333 23 19,87 4,57 0,81 20,12 0,16 4,41
Jumlah 69,00 59,61 13,71 2,64 60,36 0,53 13,18Rata-rata 23,00 19,87 4,57 0,88 20,12 0,18 4,39
Konsumsi Konsentrat dalam Bentuk Bahan Kering
Sapi Pemberian Sisa Konsumsi
51
No BS BK BK BS BK BK BK--kg-- --%-- --kg-- --kg-- --%-- --kg-- --kg--
1 7 86,14 6,03 0,00 86,14 0,00 6,032 7 86,14 6,03 0,00 86,14 0,00 6,033 7 86,14 6,03 0,00 86,14 0,00 6,03
Jumlah 21,00 258,42 18,09 0,00 258,42 0,00 18,09Rata-rata 7,00 86,14 6,03 0,00 86,14 0,00 6,03
Lampiran 5.Kandungan Nutrisi Bahan Pakan
Bahan Pakan BKp BKs PK TDN Ca P
-------------%------------- -------------- % dari BK -----------------Rumput Gajah 19,87a 20,12a 8,3b 50b 0,59b 0,29b
Konsentrat Jadi
86,14c - 12,87c 71,65c 0,32c 0,71c
Keterangan:a = Hasil Analisis Laboraotirum Ilmu Makanan Ternak Universitas Diponegoro (2014).b = Umiyasih dan Anggraeny (2007).c = Label Pakan Konsentrat CV. Perkasa Boyolali.
52
Lampiran 6. Perhitungan Konsumsi Zat Pakan Sapi PFH Jantan
Kelompok I
1. Rumput Gajah
Pemberian = 20 kg x BK Rumput Gajah
= 20 kg x 19,87%
= 3,97 kg
Sisa = 0,87 x BK sisa
= 0,87 x 20,12%
= 0,17 kg
Konsumsi = 3,97 - 0,17
53
= 3,8 kg
TDN = 50% x 3,8 kg = 1,9 kg
PK = 8,3% x 3,8 kg = 0,315 kg
Ca = 0,59% x 3,8 kg = 22,42 g
P = 0,29% x 3,8 kg = 11,02 g
2. Konsentrat
Pemberian = 5 kg x BK konsentrat jadi
= 5 x 86,14%
= 4,31 kg
Lampiran 6. Perhitungan Konsumsi Zat Pakan Sapi PFH Jantan (Lanjutan)
TDN = 71,65% x 4,31kg = 3,09 kg
PK = 12,87% x 4,31kg = 0,554kg
Ca = 0,32%x 4,31 kg = 13,78 g
P = 0,71% x 4,31 kg = 30,58 g
Kelompok II
1. Rumput Gajah
Pemberian = 23 kg x BK Rumput Gajah
= 23 kg x 19,87%
= 4,57 kg
54
Sisa = 1,19 x BK sisa
= 1,19 x 20,12%
= 0,24 kg
Konsumsi = 4,57 - 0,24
= 4,33 kg
TDN = 50% x 4,33 kg = 2,17 kg
PK = 8,3% x 4,33 kg = 0,359 kg
Ca = 0,59% x 4,33 kg = 25,55 g
P = 0,29% x 4,33 kg = 12,56 g
Lampiran 6. Perhitungan Konsumsi Zat Pakan Sapi PFH Jantan (Lanjutan)
2. Konsentrat
Pemberian = 7 kg x BK konsentrat jadi
= 7 x 86,14%
= 6,03kg
TDN = 71,65% x 6,03kg = 4,32kg
PK = 12,87% x 6,03kg = 0,776kg
Ca = 0,32%x 6,03kg = 19,30 g
P = 0,71% x 6,03kg = 42,81 g
Kelompok III
55
1. Rumput Gajah
Pemberian = 23 kg x BK Rumput Gajah
= 23 kg x 19,87%
= 4,57 kg
Sisa = 0,88 x BK sisa
= 0,88 x 20,12%
= 0,18 kg
Konsumsi = 4,57 - 0,18
= 4,39 kg
Lampiran 6. Perhitungan Konsumsi Zat Pakan Sapi PFH Jantan (Lanjutan)
TDN = 50% x 4,39 kg = 2,20 kg
PK = 8,3% x 4,39 kg = 0,365 kg
Ca = 0,59% x 4,39 kg = 25,92 g
P = 0,29% x 4,39 kg = 12,74 g
2. Konsentrat
Pemberian = 7 kg x BK konsentrat jadi
= 7 x 86,14%
= 6,03kg
TDN = 71,65% x 6,03kg = 4,32kg
PK = 12,87% x 6,03kg = 0,776kg
56
Ca = 0,32%x 6,03kg = 19,30 g
P = 0,71% x 6,03kg = 42,81 g
Lampiran 7. Evaluasi Konsumsi dan Kebutuhan Zat Pakan
Kelompok Bahan Pakan
KonsumsiBK TDN PK Ca P
-----------kg------- ------------g------------
I Konsentrat 4,31 3,09 0,554 13,78 30,58
Hijauan 3,80 1,90 0,315 22,42 11,02
Jumlah 8,11 4,99 0,870 36,20 41,60
Kebutuhan 7,77 4,75 0,80 25,52 19,08
Evaluasi 0,34 0,24 0,07 10,68 22,52
II Konsentrat 6,03 4,32 0,776 19,30 42,81
Hijauan 4,33 2,17 0,359 25,55 12,56
Jumlah 10,36 6,49 1,135 44,85 55,37
Kebutuhan 8,70 5,51 0,87 26,23 18,20
Evaluasi 1,66 0,98 0,27 18,62 37,17
III Konsentrat 6,03 4,32 0,776 19,30 42,81
Hijauan 4,39 2,20 0,365 25,92 12,74
57
Jumlah 10,42 6,52 1,141 45,21 55,55
Kebutuhan 9,60 6,12 0,92 25,44 21,31
Evaluasi 0,82 0,40 0,22 19,77 34,24
Sumber : Data Kebutuhan Pakan Tabel Kearl (1982). Data Konsumsi Olahan Berdasarkan Praktek Kerja Lapangan (2014).
Lampiran 8. Rasio Konsumsi Hijauan dan Konsentrat Berdasarkan BK
Kelompok BKRumput Gajah
BKKonsentrat
Jumlah BK
Rasio
I 3,80 4,31 8,11 47 : 53
II 4,33 6,03 10,36 42 : 58
III 4,39 6,03 10,42 42 : 58
Sumber: Data Olahan Hasil Praktek Kerja Lapangan (2014).
58
Lampiran 9. Perhitungan Efisiensi Pakan dan Konversi Pakan
Efisiensi Pakan =
PBBH ( kg)Konsumsi BK Total per hari (kg )
×100 %
Konversi Pakan =
konsumsi BK total per hari (kg )PBBH
Kelompok I
Efisiensi Pakan =
0,848,10 x 100 % Konversi Pakan =
8,100,84
= 10,39% = 9,62
Kelompok II
59
Efisiensi Pakan=
0,9110,35 x 100 % Konversi Pakan =
10,350,91
= 8,78% = 11,39
Kelompok III
Efisiensi Pakan=
0,9710,42 x 100 % Konversi Pakan =
10,420,97
= 9,28% = 10,78
Lampiran 10. Denah Lokasi Peternakan
8
1
2
4
5
9
7
u
10
8
60
Keterangan:1. Kandang Sapi PFH jantan2. Kandang Sapi Simmental 3. Tempat rumput gajah dan konsentrat4. Tempat penampungan feses5. Jalan keluar6. Tempat parkir7. Kolam Lele8. Mess pekerja9. Gudang pakan10. Tempat menyimpan kayu
Lampiran 11. Daftar Quisioner
A. Keadaan Umum Peternakan
a. Latar Belakang
- Sejarah peternakan
- Nama peternakan
- Bentuk kepemilikan
- Tahun berdiri
- Pemilik peternakan
b. Lokasi Peternakan
- Alamat lokasi
- Luas area peternakan
- Kapasitas kandang
3 6
61
- Ketinggian dari permukaan laut
- Suhu udara
- Curah hujan
- Kelembaban
c. Struktur Organisasi
- Pimpinan peternakan
- Jumlah karyawan
- Pembagian kerja
62
Lampiran 11.Daftar Quisioner (Lanjutan)
B. Data Ternak
a. Jenis ternak
d. Jumlah ternak
C. Pola Pemberian Pakan
a. Komposisi pakan
- Hijauan
- Konsentrat
- Imbangan
b. Pola pemberian pakanc. Bentuk penyajiand. Pemberian air minume. Frekuensi pemberian
D. Tata Laksana Pemeliharaan
a. Sistem Pemeliharaan
b. Sistem penggemukan
c. Kondisi kandang
64
Ilustrasi 2. Sapi diberi rumput gajah
Lampiran 13 (Lanjutan )
Ilustrasi 3. Sapi diberi konsentrat
66
Ilustrasi 6. Mengukur lingkar dada sapi.
KAJIAN KUALITAS PAKAN SAPI PERANAKAN FRIESIAN HOLSTEIN JANTAN DI PETERNAKAN BAPAK UNTUNG DESA PANDANAN,
KECAMATAN GETASAN, KABUPATEN SEMARANG
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
Oleh:AGRIENTYA SARASWATI
H2C 008 002
JURUSAN NUTRISI DAN MAKANAN TERNAKFAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN
UNIVERSITAS DIPONEGOROSEMARANG
Top Related