Pilihan Memperkuat Advokasi HAM dengan Mekanisme Pasar1
Oleh
Norman Jiwan, TuK INDONESIA
Pendahuluan
Konflik agraria, kehutanan dan sumber daya alam semakin meningkat akibat perluasan
modal dan bisnis yang sangat masif dan tak terkendali. Pemerintah pusat, provinsi dan
daerah mengeluarkan izin usaha pertambangan, perkebunan dan kegiatan ekstraktif
lainnya sehingga menempatkan pemerintah berada dalam keadaan konflik kepentingan
dan kurang mendapat kepercayaan rakyat, baik sebagai penegak hukum, pembuat
kebijakan, fasilitator dan mediator penyelesaian sengketa sumber daya alam atau
pelanggaran HAM, buruh dan lingkungan hidup.
Dalam dua dekade terakhir, inisiatif pencarian pilihan jalan keluar dan tanggapan
(temporary measures) terhadap situasi dan kebiasaan (business as usual) bisnis yang
bermasalah secara sosial dan lingkungan akibat desakan pasar dan kesadaran konsumen
memaksa aktor bisnis dan faktor produksi melakukan perbaikan atau penyesuaian dalam
beberapa komoditas pasar. Desakan dan tuntutan tersebut semakin menguat akibat tata
kelola sumber daya alam dan lingkungan hidup yang buruk (KKN), peneggakan hukum
lemah (mafia), kelembagaan dan kapasitas pemerintah terbatas yang berdampak semakin
pengendalian dampak pembangunan terhadap lingkungan dan sosial, pelanggaran hak
asasi manusia, dll. Gabungan pengaruh, kesadaran konsumen dan kepentingan perluasan
pasar itu sendiri, menjadi sejumlah faktor pemicu lahirnya mekanisme pasar seperti RSPO,
OECD, CAO dan ISPO. Dalam keempat model tersebut, mekanisme pasar dapat diartikan sebagai pilihan proses
dan pendekatan penyelesaian dampak bisnis (pelanggaran) terhadap hak asasi manusia,
kepentingan sosial dan lingkungan, kondisi dan hak pekerja, kesehatan dan keselamatan
kerja, korupsi dan penyuapan, persoalan pajak, persaingan usaha, dan perubahan iklim.
1. Pengenalan mekanisme pasar baik di tingkat internasional dan nasional
1.1 ROUNDTABLE ON SUSTAINABLE PALM OIL (RSPO) RSPO merupakan mekanisme pasar, berlaku global, dan mengatur produksi minyak sawit
berkelanjutan. RSPO2 adalah organisasi berbasis asosiasi anggota dari 7 kelompok
organisasi termasuk perusahaan perkebunan kelapa sawit, prosesor, manufaktur, pengecer,
bank, NGO lingkungan dan sosial yang bergerak dalam industri sawit dan pihak
berkepentingan lainnya. Yang dimaksud dengan minyak sawit berkelanjutan adalah
pengelolaan dan kegiatan yang sah secara hukum, berkesinambungan secara ekonomi,
ramah lingkungan dan bermanfaat secara sosial.
Standard tersebut diatur dalam Prinsip dan Kriteria untuk Produksi Minyak Sawit
Berkelanjutan3 yang bersifat sukarela oleh perusahaan perkebunan dan pabrik minyak
1 Working paper ini disiapkan untuk Kursus Hak Asasi Manusia Tingkat Lanjut Untuk Pengacara yang diselenggarakan oleh ELSAM, GG House, Cisarua-Bogor, 12-20 Januari 2015 2 www.rspo.org 3 Principles and Criteria 2013, unduh di http://www.rspo.org/resources/key- documents/certification/rspo-principles-and-criteria
kelapa sawit. Standard RSPO untuk produksi minyak sawit terdiri dari 8 Prinsip, yaitu (1)
Komitmen terhadap transparansi; (2) Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang
berlaku; (3) Komitmen terhadap kelayakan ekonomi dan keuangan jangka panjang; (4)
Praktek terbaik pengelolaan kebun dan pabrik; (5) Tanggung jawab lingkungan dan
konservasi sumber daya alam dan keanekaragaman hayati; (6) Tanggung jawab pekerja,
indivisu dan komunitas terkena dampak kebun dan pabrik; (7) Pembangunan bertanggung
jawab penanaman baru; dan (8) Komitmen terhadap perbaikan terusmenerus dalam
wilayah utama aktifitas. Setiap Prinsip memiliki kriteria dan indikator yang menjadi
rujukan pembuktian kepatuhan dalam proses sertifikasi oleh lembaga sertifikasi.
Untuk menjaga itegritas dan kredibilitas, RSPO membangun mekanisme checkandbalance
melalui sebagai mekanisme akuntabilitas, apabila ada pelanggaran terhadap Statuta,
aturan, kode etik, kriteria dan indikator produksi minyak sawit berkelanjutan. Sekretariat
RSPO membangun mekanisme keluhan atau Complaints System4 yang menerima dan
menangani keluhan atau keberatan melawan Anggota RSPO dan terhadap RSPO secara
kelembagaan. Mekanisme keluhan ini tersedia online dan dapat diunduh.
Tahun 2013, RSPO secara resmi mengesahkan revisi Prinsip dan Kriteria standar produksi
minyak sawit berkelanjutan yang menerapkan aturan tentang Hak Asasi Manusia. Prinsip 6
Kriteria 13 Perusahaan dan pabrik menghormati hak asasi manusia. Dengan indikator
indikator: 6.13.1 Suatu kebijakan untuk menghormati hak asasi manusia harus
didokumentasikan dan dikomunikasikan kepada semua tingkat tenaga kerja dan operasi
Penerapan kriteria 13 tersebut harus merujuk pula terhadap Kriteria 1.2 dan 2.1.
1.2 ORGANISATION FOR ECONOMIC COOPERATION AND DEVELOPMENT (OECD)
OECD5 merupakan sebuah forum yang didalamnya pemerintah berkerja bersama untuk
mencari jalan keluar terhadap masalah bersama, berbagi pengalaman dan mencari praktek
terbaik untuk mendorong kebijakankebijakan untuk hidup yang lebih baik. Selama lebih
dari 50 tahun, OECD telah menerbitkan standar global, konvensi internasional,
kesepakatan dan rekomendasi dalam bidang tata kelola dan perlawanan terhadap
penyuapan dan korupsi, tanggung jawab korporasi, pembangunan, investasi internasional,
pajak, dan lingkungan, dll. Pedoman OECD untuk Perusahaan Multinasional mencakup 11 utama yang dianjurkan
harus dipatuhi adalah (I) Concepts and Principles; (II) General Policies; (III) Disclosure;
(IV) Human Rights; (V) Employment and Industrial Relations; (VI) Environment; (VII)
Combating Bribery, Bribe Solicitation and Extortion; (VIII) Consumer Interests; (IX)
Science and Technology; (X) Competition; dan (XI) Taxation. Secara khsusu, Hak Asasi
Manusia, adalah bab tambahan setelah terjadi revisi terhadap OECD Guidelines for
Multinational Enterprises pada tahun 2011.
Prosedur Tuntutan Khusus6
Dalam Prosedur Contoh/Tuntutan Khusus (Specific Instance Procedure), Pemerintah yang
mematuhi Pedoman OECD untuk PerusahaanPerusahaan Multinasional (OECD Guidelines
for Multinational Enterprises) harus membentuk National Contact Point untuk
4 RSPO Complaints System, unduh di http://www.rspo.org/members/complaints 5 http://www.oecd.org/ 6 http://oecdwatch.org/oecd-guidelines
mempromosikan Pedoman OECD dan menangani keluhan terhadap perusahaan
perusahaan yang diduga gagal untuk mematuhi standar Pedoman OECD. Prosedur
Tuntutan Khusus – sebagai proses keluhan (complaint process) Pedoman OECD resmi
dinamakan – difokuskan pada upaya penyelesaian sengketa – terutama melalui mediasi dan
konsiliasi, tetapi dapat juga melalui caracara lainnya – dan dapat digunakan oleh siapapun
yang dapat membuktikan suatu 'kepentingan' (didefinisikan lebih luas) dalam dugaan
pelanggaran. LSM/Ornop dan serikat pekerja dari seluruh dunia telah menggunakan proses
pengaduan untuk menangani dampak sosial dan lingkungan yang merugikan yang
disebabkan oleh kesalahan perusahaan. LSM/Ornop juga telah menggunakan proses
pengaduan untuk meningkatkan kesadaran tentang fakta bahwa perusahaanperusahaan
diharapkan untuk menegakkan standar yang diakui secara internasional, kontribusi
terhadap pembangunan berkelanjutan, dan minimal 'tidak melakukan hal yang
membahayakan' dimanapun mereka berusaha.
Prosedur Tuntutan Khusus meliputi beberapa tahapan:
Tahap 1: awal penilaian: tahap ini mulai ketika keluhan diajukan ke NCP. Pada fase
ini NCP harus melakukan penilaian awal untuk menentukan apakah kasus layak
untuk pengkajian lebih lanjut.
Tahap 2: mediasi: Fase ini mulai ketika NCP memutuskan kasus layak untuk
pengkajian lebih lanjut. Pada tahap ini NCP mencoba untuk membawa para pengadu
dan perusahaan bersamasama untuk menyelesaikan kasus ini melalui proses yang
berfokus pada mediasi dan konsiliasi.
Tahap 3: pernyataan akhir: Fase ini NCP mengeluarkan pernyataan akhir tentang
proses pengaduan dan mediasi. Ini harus menguraikan dugaan pelanggaran dan
bagaimana NCP menangani kasus tersebut. Pernyataan akhir mungkin termasuk
sejumlah rekomendasi tentang pelaksanaan Pedoman OECD, serta tekad NCP
apakah suatu pelanggaran terhadap Pedoman OECD telah terjadi. Dalam hal kasus
di mana salah satu pihak menolak untuk berpartisipasi dalam proses mediasi, jika
pihak tidak dapat menyetujui persyaratan untuk mediasi, atau jika mediasi gagal,
maka NCP harus tetap mengeluarkan pernyataan akhir sendiri dan
mendokumentasikan keadaankeadaan tersebut.
1.3 COMPLIANCE ADVISOR OMBUDSMAN (CAO)
CAO7 adalah mekanisme akuntabilitas yang menolong korban dan pihak berkepentingan
atas dampak dari pinjaman, investasi dan jaminan oleh International Finance Corporation
dan Multilateral Investment Guarantee Agency/Badan Pemberi Garansi Penanaman Modal
Multilateral (MIGA)8. Meskipun begitu, cara kerja CAO tidak bertanggung jawab atau
memberikan laporan kepada IFC dan MIGA tetapi bertanggung jawab langsung kepada
Presiden World Bank Group. Apabila orang percaya mereka terpengaruh secara negatif
atau terkena dampak oleh proyek IFC atau MIGA, mereka dapat meminta bantuan dari
CAO untuk mengatasi maksud mereka. CAO bekerja dengan semua pihak yang
berkepentingan yang terlibat dalam proyek untuk mencari solusi nyata yang meningkatkan
hasil sosial dan lingkungan di lapangan.
CAO memiliki 3 kriteria persyaratan sederhana agar keluhan lolos untuk pengkajian, yaitu,
Keluhan berkaitan dengan proyek IFC atau MIGA (termasuk proyek dalam pertimbangan);
kedua, Keluhan berkaitan dengan isuisu sosial dan/atau lingkungan yang terkait dengan
7 http://www.cao-ombudsman.org/ 8 http://www.miga.org/index.cfm
proyekproyek tersebut; dan ketiga, Pihak yang mengajukan keluhan percaya bahwa
mereka, atau mungkin, terpengaruh oleh isuisu sosial dan/atau lingkungan yang timbul.
CAO berkerja memastikan kebijakan Standar Kinerja IFC atau IFC Performance Standards9
tidak dikompromikan atau dilanggar oleh pinjaman, investasi, dan proyek dimana IFC
dan/atau MIGA terlibat. Standar Kinerja tersebut adalah (1) Assessment and Management
of Environmental and Social Risks and Impacts; (2) Labor and Working Conditions; (3)
Resource Efficiency and Pollution Prevention; (4) Community Health, Safety, and Security;
(5) Land Acquisition and Involuntary Resettlement; (6) Biodiversity Conservation and
Sustainable Management of Living Natural Resources; (7) Indigenous Peoples; dan (8)
Cultural Heritage.
1.4 INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL (ISPO)
Indonesia Sustainable Palm Oil atau ISPO adalah produk hukum Indonesia yang
dikeluarkan oleh Kementerian Pertanian10. ISPO merupakan persyaratan kerbelanjutan
tentang perkebunan kelapa sawit berkelanjutan di Indonesia. ISPO mengatur standar wajib
terdiri dari 7 Prinsip, 41 Kriteria dan 127 indikator untuk memeriksa keberlanjutan
perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Kebijakan ISPO dikeluarkan pada Maret 2011,
dengan masa percobaan diharapkan berlaku penuh dan wajib bulan Desember 2014. ISPO
telah melalui sejumlah uji coba lapangan dengan melibatkan perusahaan perkebunan
kelapa sawit, lembaga sertifikasi, pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten yang menjadi
provinsi percontohan.
Prinsip dan Kriteria ISPO Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan adalah: 1. Sistem
Perizinan dan Manajemen Perkebunan; 2. Penerapan Pedoman Teknis Budidaya dan
Pengolahan Kelapa Sawit; 3. Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan; 4. Tanggung
Jawab Terhadap Pekerja; 5. Tanggung Jawab Sosial dan Komunitas; 6. Pemberdayaan
Kegiatan Ekonomi Masyarakat; dan 7. Peningkatan Usaha Secara Berkelanjutan. Keluhan/pengaduan terhadap kinerja Lembaga Sertifikasi
Apabila terdapat keluhan dari Lembaga Sertifikasi maka Badan Akreditasi harus dapat
menyelesaikannya dalam waktu 30 hari. Apabila Badan Akreditasi tidak dapat
menyelesaikan dalam waktu tersebut maka Badan Akreditasi harus melaporkannya ke
Komisi ISPO. Keluhan/Pengaduan pemangku kepentingan
Apabila terdapat pengaduan berkaitan dengan penilaian perusahaan perkebunan kelapa
sawit Indonesia berkelanjutan (sertifikasi ISPO), maka para pemangku kepentingan dapat
menyampaikan pengaduan secara tertulis dilengkapi bukti –bukti terkait kepada Tim
Penilai ISPO melalui Sekretariat Komisi ISPO. Komisi ISPO akan menyelesaikan pengaduan
sesuai dengan peraturan dan perundangan yang berlaku terhadap permasalahan di luar
kewenangan Komisi ISPO serta akan diserahkan kepada instansi yang berwenang di
bidangnya untuk diselesaikan sesuai dengan peraturan perundangan berlaku.
2. Bagaimana menggunakan mekanisme
9 IFC Performance Standards on Environmental and Social Sustainability. Effective January 1, 2012 10 Permentan No.19/Permentan/OT.140/3/2011
2.1 ROUNDTABLE ON SUSTAINABLE PALM OIL
Mekanisme RSPO pada dasarnya berlaku bagi Anggota RSPO dan RSPO sendiri. Sebelum
menggunakan mekanisme RSPO, pegiat HAM harus memastikan bahwa perusahaan
perkebunan kelapa sawit dan pabrik yang bermasalah adalah anggota RSPO. Mekanisme
RSPO bisa disalurkan melalui Sistem Sertifikasi, Prosedur Penanaman Baru (New Planting
Procedure), Sertifikasi Rantai Pasok (Supply Chain Certification), dan Badan Akreditasi.
Menyiapkan laporan pengaduan sesuai dengan format yang tersedia dalam online dan
Menghubungi laporan kepada Penggunaan mekanisme RSPO sangat tergantung pada isu
dan masalah apa yang sedang yang ada. Persoalan hak asasi manusia diatur secara khusus
dalam Prinsip dan Kriteria RSPO.
2.2 ORGANISATION FOR ECONOMIC COOPERATION AND DEVELOPMENT (OECD)
Tidak ada format yang diperlukan atau gaya penulisan pengaduan Pedoman OECD.
Namun, beberapa NCP memberikan petunjuk seperti apa jenis informasi yang mereka
harapkan untuk dimasukkan dalam pengaduan, jadi pastikan untuk memeriksa situs web
dari NCP yang Anda harapkan mengirimkan keluhan Anda untuk melihat apakah hal ini
terjadi.
Mengidentifikasi bab dan ketentuan Pedoman OECD
Anda perlu mengutip babbab tertentu dan paragraf yang diduga dilanggar perusahaan
dalam pengaduan Anda dan menjelaskan secara rinci bagaimana perusahaan melanggar
ketentuan tertentu. Adalah tidak cukup untuk menyatakan suatu perusahaan melanggar
Pedoman OECD tanpa menjelaskan siapa, bagaimana, apa, mengapa, kapan dan di mana
pelanggaran tersebut.
Siapa (atau apa) yang dirugikan oleh pelanggaran perusahaan?
Bagaimana aktivitas perusahaan merugikan pengadu, anggota masyarakat,
lingkungan dan lainlain?
Apa kegiatan atau perilaku dimana perusahaan terlibat dalam hal yang merupakan
pelanggaran terhadap Pedoman OECD?
Mengapa kegiatan adalah pelanggaran terhadap Pedoman OECD?
Kapan dugaan pelanggaran terjadi?
Dimana dugaan pelanggaran terjadi?
Selanjutnya mencari babbab tertentu dan ketentuan yang diduga dilanggar perusahaan
mungkin cukup sulit. Oleh karena itu, disarankan untuk mengembangkan cara memeriksa
kasus dengan online untuk membantu para pengadu mengetahui bagian mana dari
Pedoman OECD mungkin telah melanggar. Sangat disarankan agar mereka yang tertarik
untuk mengajukan pengaduan untuk membaca teks resmi lengkap dan komentar terhadap
Pedoman OECD.
2.3 COMPLIANCE ADVISOR OMBUDSMAN (CAO)
Bagaimana kerja proses penanganan keluhan
CAO mengadopsi prosedur spesifik untuk setiap keluhan dan telah berkomitmen untuk
mengatasi keluhan tepat pada waktunya. Apabila keluhan memenuhi 3 kriteria persyaratan
CAO:
Ombudsman CAO pertama bekerjasama dengan pihak yang mengajukan keluhan,
sponsor proyek, dan pemangku kepentingan lokal lain untuk menentukan apakah
para pihak bersamasama dapat mencapai suatu solusi yang dapat disetujui bersama
terhadap isuisu yang muncul.
Apabila para pihak tidak berkeinginan atau tidak dapat mencapai kesepakatan
tentang bagaimana mengatasi suatu isu, CAO Compliance melakukan penilaian
terhadap kesesuaian IFC/MIGA dengan kebijakan dan pedoman sosial dan
lingkungan terkait untuk menentukan apakah audit diperlukan.
Bagaimana Ombudsman CAO mengatasi keluhan
Ombudsman CAO melakukan suatu pengkajian terhadap situasi, dan membantu para pihak
dalam menentukan alternatif terbaik untuk mengatasi keluhan. Ombudsman tidak
membuat penilaian tentang manfaat dari keluhan, dan tidak juga menentukan solusi atau
mencari kesalahan. Spesialis kami bekerjasama dengan para pihak untuk mengidentifikasi
pendekatanpendekatan dan strategistrategi alternatif untuk mengatasi isuisu. Hal
tersebut dapat melibatkan pencarian fakta secara bersama, memfasilitasi diskusi diantara
para pemangku kepentingan, menengahi perselisihan diantara para pihak, atau
membangun meja dialog atau program pemantauan bersama. Spesialis CAO dilatih di
Alternatif Resolusi Sengketa (ADR) dengan para ahli dalam pengkajian konflik, mediasi,
dan pemberian kemudahan multi partai. Kami bekerja dengan para mediator independen
yang memiliki pengalaman khusus sesuai negara dan yang ahli dalam pemberian
kemudahan dan membangun konsensus di lingkungan proyek pembangunan.
Keluhan atau pengaduan harus disampaikan secara tertulis dan dapat menggunakan
bahasa apapun. Keluhankeluhan dapat dikirim melalui email, faks, pos, atau dikirim ke
Kantor Office CAO di Washington, DC. 2.4 INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL (ISPO)
Meskipun tidak memasukan kriteria dan indikator khusus tentang hak asasi manusia,
Persyaratan standar ISPO yang mungkin dapat digunakan oleh pegiat HAM dan bisnis.
Pertama, Kriteria 1.5 Sengketa Lahan dan Kompensasi. Pengelola perkebunan harus
memastikan bahwa lahan perkebunan yang digunakan bebas dari status sengketa dengan
masyarakat/petani disekitarnya. Apabila terdapat sengketa maka harus diselesaikan secara
musyawarah untuk mendapatkan kesepakatan sesuai dengan peraturan perundangan
dan/atau ketentuan adat yang berlaku namun bila tidak terjadi kesepakatan maka
penyelesaian sengketa lahan harus menempuh jalur hukum. Kriteria ini memiliki sejumlah
indikator, yaitu: 1. Tersedia mekanisme penyelesaian sengketa lahan yang terdokumentasi;
2. Tersedia peta lokasi lahan yang disengketakan; 3. Tersedia salinan perjanjian yang telah
disepakati; dan 4. Tersedia rekaman progres musyawarah untuk penyelesaian sengketa
disimpan.
Kedua, Kriteria 4.4 Pembentukan Serikat Pekerja. Pengelola perkebunan harus
memfasilitasi terbentuknya Serikat Pekerja dalam rangka memperjuangkan hakhak
karyawan/buruh. Indikator kriteria tersebut terdiri dari 1. Perusahaan memiliki peraturan
terkait dengan keberadaan serikat pekerja; 2. Memiliki daftar pekerja yang menjadi
anggota serikat pekerja; dan 3. Tersedia Rekaman pertemuanpertemuan baik antara
perusahaan dengan serikat pekerja maupun internal serikat.
3. Bagaimana strategi penggunaan mekanisme
3.1 ROUNDTABLE ON SUSTAINABLE PALM OIL
Untuk menggunakan mekanisme RSPO dengan optimal, masyarakat korban, NGO
pendamping, dan pengacara HAM harus mampu membangun hubungan yang kuat antara
masalah yang disampaikan, fakta kasus dilapangan dan pengorganisasian masyarakat
dengan segala dinamikanya. Sebab kasus tanah yang melibatkan petani sawit belum tentu
sama pendekatan dengan kasus tanah yang melibatkan masyarakat adat. Atau sebaliknya
masalah tenaga kerja dan pencemaran limbah pada perusahaan dan pabrik yang sama akan
memiliki dinamika dan tantangan lapangan yang berbeda.
Beberapa hal yang mungkin untuk dipertimbangkan dalam menggunakan mekanisme
RSPO adalah 1) pertimbangan tujuan strategis; 2) peninjauan, perumusan dan
penyampaian masalah; 3) pemetaan dan penentuan parapihak utama; 4) rancangan
tahapan, proses dan capaian penyelesaian; 5) rekomendasi jadwal terukur dan batas waktu
mengikat; 6) memobilisasi jaringan dan dukungan dari organisasi NGO, kelompok
masyarakat dan media; 7) peninjauan dan pemantauan proses dan hasil; dan 8) banding
keberatan. 3.2 ORGANISATION FOR ECONOMIC COOPERATION AND DEVELOPMENT (OECD)
Untuk memandu para pengadu dalam menulis pengaduan yang jelas, ringkas dan persuasif,
OECD Watch mengembangkan format atau lembar surat pengaduan yang tersedia di
http://oecdwatch.org/. Meskipun begitu pelapor tidak wajib mengikuti format ini persis,
tapi format tersebut adalah berdasarkan pengalaman OECD Watch agar pengaduan yang
ditulis mencakup semua informasi yang dijelaskan di bawah ini.
1. Identitas Anda, termasuk orang penghubung, nama atau organisasi, alamat, nomor
telepon, nomor fax dan alat surat elektronik/email.
2. Nama dan alamat NCP
3. Pengantar singkat atas kasus yang diajukan, termasuk perusahaan, masalah dan
lokasi pelanggaran
4. Penjelasan kepentingan Anda dalam kasus ini dan tujuan Anda untuk menulis
pengaduan
5. Informasi perusahaan, termasuk rincian penghubung perusahaan dan struktur
perusahaan
6. Informasi tentang tentang latar belakang, konteks atau lokasi pelanggaran
7. Daftar bab dan kalimat apa saja dalam Pedoman OECD yang dilanggar
8. rincian informasi mengenai dugaan pelanggaran dan perkembangan sampai saat ini
9. Standar (internasional) terkait lainnya yang harus diperhitungkan NCP ketika
mempertimbangkan pengaduan/keluhan
10. Gambaran upaya/usaha yang sudah dilakukan sebelumnya dalam penyelesaian
kasus tersebut langsung dengan perusahaan atau aktor dan/atau instansi terkait
lainnya
11. Jabaran garis besar tujuan, tuntutan dan permintaan pengaduan terhadap
perusahaan dan/atau NCP. Sebelum mengajukan pengaduan, Anda harus
memastikan bahwa Anda memiliki pandangan yang jelas tentang apa hasil yang
Anda capai, serta apa saja hasil yang masuk akan dan mungkin tercapai.
12. Permintaan kerahasiaan, seperti namanama individu, sumber bukti atau
dokumentasi yang tidak dapat dibagi dengan perusahaan
13. Pernyataan "itikad/niat baik" untuk terlibat dalam prosedur pengaduan. Jika Anda
mengupayakan beberapa strategi, jelaskan mengapa Anda menganggap kegiatan
tersebut sesuai dan mengapa kegitatan tersebut tidak akan bertentangan dengan
atau melemahkan proses pengaduan.
14. Lampiran dan/atau sisipan tambahan dengan informasi yang lebih rinci terkait
dengan pengaduan
Bahasa
Pengaduan umumnya harus ditulis dalam bahasa Inggris atau bahasa nasional NCP
penerima kasus yang bersangkutan. Jika pengaduan akan diajukan dengan beberapa
pemerintah, pertimbangkan untuk menulis dalam bahasa yang dimengerti semua NCP.
Namun, jika terlalu memberatkan untuk menulis keluhan dalam bahasa lain (atau untuk
memberikan bukti dalam bahasa lain), sampaikan keluhan dan bukti dalam bahasa Anda
sendiri. Perlu diingat, bagaimanapun, apabila anda tidak menerjemahkan pengaduan
keluhan dapat mengakibatkan penundaan tambahan dan NCP mungkin tidak bersedia
untuk menerjemahkan (semua) dokumen.
Waktu dan sumber daya
Proses penyelesaian sengketa Pedoman OECD sering kali makan banyak waktu dan sumber
daya. Panduan Prosedural menganjurkan agar NCP harus berusaha untuk menyelesaikan
pengaduan dalam satu tahun, dan beberapa kasus berhasil diselesaikan dalam waktu
kurang dari enam bulan. Namun, masih banyak contoh kasus yang telah bertahuntahun
berlum disimpulkan atau ditutup.
Proses mungkin mewajibkan Anda untuk menghabiskan sumber daya yang signifikan,
termasuk biaya personil, penerjemahan, penelitian dan investigasi, perjalanan dan nasihat
dan dukungan konsultan. Jika Anda mengajukan pengaduan bersama (dengan pemangku
kepentingan yang terkena dampak atau organisasi masyarakat sipil), ingat proses itu butuh
waktu dan usaha untuk koordinasi dengan organisasi mitra lokal dan internasional. Anda
mungkin perlu melakukan perjalanan hadir dalam pertemuan dengan NCP atau
perusahaan. Banyak pengadu juga harus menyiapkan waktu untuk tindak lanjut dan
memastikan perusahaan yang mematuhi kesepakatan dan/atau rekomendasi yang
dihasilkan dari proses tuntutan/contoh tertentu.
Kemungkinan menggunakan strategi simultan
Pengaduan Pedoman OECD dapat menjadi salah satu dari beberapa strategi yang ditempuh
secara bersamaan. Pengaduan Pedoman OECD dapat digunakan sebagai pengganti, atau
disamping, strategi advokasi lain seperti gugatan hukum, kampanye publik dan media dan
tindakan pemegang saham. Mekanisme keluhan kelembagaan nonyudisial lainnya atau
prosedur penyelesaian sengketa juga mungkin tepat.
Perlu diingat bahwa prosedur contoh spesifik Pedoman OECD sebagian besar merupakan
proses mediasi/konsiliasi yang dirancang untuk mendapatkan para pihak bersamasama
untuk menyelesaikan sengketa secara damai. NCP berharap pihak untuk terlibat dengan
maksud untuk menemukan resolusi atas masalah yang saling menguntung para pihak. Sifat
dan harapan dari proses ini harus ditimbangi dengan tindakan dan instrumen lain yang
tersedia untuk mengatasi masalah tersebut. Pengaduan harus mendukung, dan tidak
merusak upayaupaya yang sedang dilakukan jika ada strategi yang dilakukan secara
paralel.
Jika Anda mempertimbangkan untuk menggunakan strategi simultan selain mengajukan
pengaduan Pedoman OECD, jangan lupa memperhatikan posisi NCP dalam prosesproses
paralel yang ada.
3.3 COMPLIANCE ADVISOR OMBUDSMAN (CAO)
Untuk memandu para pengadu dalam menulis pengaduan yang jelas, ringkas dan persuasif,
CAO menyusun Operational Guidlines yang juga menjabarkan pedomen pengaduan dan
proses mediasi masingmasing peran CAO – mediasi, audit kepatuhan dan nasehat kepada
Presiden Bank Dunia dan Dewan Direktur Kelompok Bank Dunia.
Identitas Anda, termasuk orang penghubung, nama atau organisasi, alamat, nomor
telepon, nomor fax dan alat surat elektronik/email.
Nama dan alamat CAO
Pengantar singkat atas kasus yang diajukan, termasuk perusahaan, masalah dan
lokasi pelanggaran
Penjelasan kepentingan Anda dalam kasus ini dan tujuan Anda untuk menulis
pengaduan
Informasi perusahaan, termasuk rincian penghubung perusahaan dan struktur
perusahaan
Informasi tentang tentang latar belakang, konteks atau lokasi pelanggaran
Standar Kinerja yang dilanggar
Rincian informasi mengenai dugaan pelanggaran dan perkembangan sampai saat ini
Standar (internasional) terkait lainnya yang harus diperhitungkan ketika
mempertimbangkan pengaduan/keluhan
Gambaran upaya/usaha yang sudah dilakukan sebelumnya dalam penyelesaian
kasus tersebut langsung dengan perusahaan atau aktor dan/atau instansi terkait
lainnya
Jabaran tujuan, tuntutan dan permintaan pengaduan terhadap perusahaan.
Permintaan kerahasiaan, seperti namanama individu, sumber bukti atau
dokumentasi yang tidak dapat dibagi dengan perusahaan
Lampiran dan/atau sisipan tambahan dengan informasi yang lebih rinci terkait
dengan pengaduan
3.4 INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL (ISPO)
Beberapa hal yang harus diperhatikan oleh masyarakat, LSM/Ornop, serikat buruh, dan
pihak berkepentingan dalam mempertimbangkan strategi menggunakan standar ISPO
dimulai dengan kegiatan lapangan oleh Pejabat Pemerintah Provinsi dan Kabupaten yaitu
Penilaian Usaha Perkebunan.
Keluhan/pengaduan terhadap kinerja Lembaga Sertifikasi
Apabila terdapat keluhan dari Lembaga Sertifikasi maka Badan Akreditasi harus dapat
menyelesaikannya dalam waktu 30 hari. Apabila Badan Akreditasi tidak dapat
menyelesaikan dalam waktu tersebut maka Badan Akreditasi harus melaporkannya ke
Komisi ISPO.
Pengaduan pemangku kepentingan
Apabila terdapat pengaduan berkaitan dengan penilaian perusahaan perkebunan kelapa
sawit Indonesia berkelanjutan (sertifikasi ISPO), maka para pemangku kepentingan dapat
menyampaikan pengaduan secara tertulis dilengkapi bukti –bukti terkait kepada Tim
Penilai ISPO melalui Sekretariat Komisi ISPO.
Komisi ISPO akan menyelesaikan pengaduan sesuai dengan peraturan dan perundangan
yang berlaku terhadap permasalahan di luar kewenangan Komisi ISPO serta akan
diserahkan kepada instansi yang berwenang di bidangnya untuk diselesaikan sesuai dengan
peraturan perundangan berlaku.
Akreditasi lembaga sertifikasi
Agar diakui sebagai lembaga yang terakreditasi untuk melakukan audit sertifikasi ISPO,
suatu lembaga sertifikasi harus memperoleh pengesahaan akreditasi oleh Komite Akreditasi
Nasional (KAN). Unit sertifikasi ISPO adalah pabrik dan sumber pemasok buah. Perusahaan
perkebunan kelapa sawit dapat mengajukan sertifikasi kelompok atau holding perusahaan,
hanya jika kelompok perkebunan menerapkan sistem standar keberlanjutan yang sama di
seluruh anak perusahaannya. Sertifikat ISPO berlaku dalam masa 5 tahun dengan
pengawasan berkala setiap tahun.
Prasyarat sertifikasi ISPO
Tidak semua perkebunan kelapa sawit dapat mengajukan program audit dan sertifikasi
ISPO. Sertifikasi ISPO hanya dapat diajukan oleh perkebunan besar kelapa sawit yang
memiliki perkebunan kelas I, II, dan III. Sementara perkebunan kelapa IV dan V diberikan
masa 1 tahun untuk melakukan perbaikan dengan 3 kali peringatan sebelum izin
perkebunan dicabut sebagai sanksi apabila gagal menjalankan perbaikan dan gagal
mematuhi peringatan tersebut. Praysarat Penilaian Usaha Perkebunan terhadap penilaian
usaha budidaya perkebunan dilakukan oleh penilai yang layak dan terlatih serta disyahkan
oleh Dinas Perkebunan/Kehutanan Provinsi. Kegiatan biaya penilaian dan lapangan didanai
oleh APBN dari alokasi Anggaran Anggaran Tahunan Kementerian Pertanian.
Pengumuman penilaian11
Pemberitahuan sertifikasi dimasukan di situs dunia maya ISPO dengan mencantukan nama
perusahaan pemohon, lembaga sertifikasi, dan tanggaltanggal kegiatan penilaian. Masing
masing lembaga sertifikasi menguraikan profil perusahaan perkebunan dan pabrik dengan
format yang berbeda tanpa meminta masukan, dan mempersilakan masukan teknis dan
ulasan substantif. Kebanyakan tidak transparan dan kurangnya keterlibatan publik
sehingga komentar publik bersifat luas.
4. Contoh/keberhasilan penggunaan mekanisme
4.1 ROUNDTABLE ON SUSTAINABLE PALM OIL Pengaduan melawan Control Union Certifications12 Control Union Certifications dari
Belanda merupakan lembaga sertifikasi terakreditasi oleh RSPO. Keluhan disampaikan 22
Desember 2009, oleh Sawit Watch. Lembaga sertifikasi/CUC melanggar aturan Sistem
Sertifikasi RSPO, dua alasan utama untuk pengaduan tersebut adalah: 1. Ketidakpuasan
terhadap cara CUC mengelola proses audit; 2. Isi laporan audit CUC tidak dapat diterima,
termasuk kesimpulan dan rekomendasi yang dibuat CUC.
Dalam melakukan aduti sertifikasi RSPO, CUC melakukan penilaian yang tidak lengkap dan
menghasilkan laporan penilaian yang menyimpang atau bias, dan gagal
11 http://www.ispo-org.or.id/index.php?option=com_content&view=article&id=79:pengumuman- publik&catid=10&Itemid=225&showall=&limitstart=1&lang=ina 12 http://www.rspo.org/members/complaints/status-of-complaints/view/55
mempertimbangkan semua aspek yang sistem sertifikasi yang diwajibkan standar Sertifikasi
RSPO dalam melakukan sertifikasi anak perusahaan United Plantations PT Sinar Sawit
Sejati di Kalimantan Tengah. Pada 7 November 2011, Control Union Certification (CUC) memutuskan secara suka rela
menempuh penangguhansendiri dalam membuat kontrak klien atau pelanggan baru untuk
audit kepatuhan utama Prinsip dan Kriteria RSPO untuk memastikan semua audit dimasa
depan benarbenar mematuhi prosedur RSPO. Pada 18 September 2012, RSPO menerima
keputusan oleh Control Union Certification (CUC) untuk mencabut penangguhansendiri
dalam melakukan jasajasa sertifikasi Prinsip dan Kriteria RSPO. Permintaan tersebut
diterima RSPO setelah melakukan peninjauan terhadap laporan dari badan akreditasi pihak
ketiga, Accreditation Services International/ASI13, tentang tindakan/upaya yang
dikembangkan oleh CUC dalam menangani permasalahan spesifik yang diamati selama
proses audit akreditasi pada bulan November 2011.
4.2 ORGANISATION FOR ECONOMIC COOPERATION AND DEVELOPMENT (OECD) Ringkasan kasus14
5 September 2002. Pelanggaran hak buruh dalam rantai pasok Indonesia. Laporan
pengaduan atau keluhan diarahkan kepada perwakilan Adidas di Austria dan kantor pusat
Adidas di Jerman. Pengaduan tersebut menuduh para pemasok Adidas di Indonesia
melanggar hakhak buruh. Khususnya, para pekerja tidak diberikan hak untuk berserikat
dan berunding bersama. Para pekerja mengalami intimidasi melalui penghinaan,
penahanan semenamena dan ancaman terhadap kesehatan dan keamanan mereka.
Akibatnya, pekerja enggan untuk berbicara terbuka mengenai pelanggaran yang mereka
alami sebab takut akan tindakan balasan.
Selain itu pekerja juga tidak menerima kehiduapn yang layak. Dampak dari upah murah
mengakibatkan para orang tua, khsusunya perempuan, yang kerapkali dipaksa hidup jauh
dari anakanak mereka. Laporan pengaduan tersebut juga mengangkat persoalan kesehatan
dan keselamatan kerja.
Perkembangan/capaian
NCP Austria meneruskan kasus Adidas kepada NCP Jerman, yang menerima kasus tersebut
pada 10 Februari 2003. NCP mengadakan dua pertemuan dengan para pihak NCP.
Sebelum pertemuan kedua, NCP Jerman menyebarkan satu rancangan naskah atau draf
pernyataan dengan harapan bahwa para pihak mungkin akan mencapai suatu konsensus.
Draf pernyataan tersebut memuji kebijakan “Standar Pelibatan” Adidas dan keanggotaan
Adidas dalam Asosiasi Buruh Adil (Fair Labour Association).
Meskipun begitu draf pernyataan tidak membuat suatu ketentuan mengenai pelanggaran
hak pekerja di pemasok Adidas dibenarkan. CCC menolak gagasan pembahasan draf
pernyataan NCP tanpa terlebih dahulu mendengar tanggapan Adidas terhadap proposal
aksi/solusi yang diajukan oleh CCC. Adidas kemudian menanggapi empat usulan/proposal
CCC, tetapi menolak menjabarkan langkahlangkah konkrit untuk menyelesaikan
pelanggaran hakhak pekerja.
13 http://www.rspo.org/en/ 14 http://oecdwatch.org/cases/Case_27
NCP Jerman mengeluarkan pernyataan pada bulan September 2004 setelah parapihak
gagal membuat suatu kesepakatan mengenai tindakan yang harus dilakukan. Pernyataan
tersebut menilai kasus Adidas dan membuat sejumlah proposal untuk tindakan dimasa
mendatang. CCC kecewa terhadap capaian tersebut mengingat waktu dan sumber daya
yang mereka keluarkan dalam menyiapkan keluhan (complaint) dan berpartisipasi dalam
proses tersebut.
Adidas telah menempuh sejumlah langkah positif, tetapi CCC tidak puas. Persoalannya
adalah upah minimum tidak dibahas dalam Guidelines, tetapi Adidas setuju untuk
menangani bagian masalah ini dari keluhan tersebut.
4.3 COMPLIANCE ADVISOR OMBUDSMAN (CAO)
Keluhan/complaint15
Pada bulan Juli tahun 2007, CAO menerima keluhan dari kelompokkelompok komunitas
dan organisasiorganisasi sipil masyarakat, mengenai pencemaran sosial dan lingkungan
yang mereka percayai dikarenakan oleh Wilmar melalui perkebunanperkebunan minyak
kelapa sawit mereka di Indonesia.
CAO menerima keluhankeluhan dari komunitaskomunitas yang terkena dampak sosial
dan lingkungan dari proyekproyek yang menerima dana dari International Finance
Corporation atau Multilateral Investment Guarantee Agency/MIGA, cabang investasi sektor
swasta Kelompok Bank Dunia. Kelompok Wilmar menerima dana dari IFC.
Keluhan yang diajukan melibatkan bermacammacam masalah, dari masalah pembersihan
tanah adat, milik penduduk asli dengan tanpa ijin ataupun tanpa dukungan komunitas
luas, sampai ke keprihatinan tentang dampakdampak lingkungan dari pada penebangan
hutanhutan utama serta daerahdaerah yang mempunyai nilai konservasi tinggi, sampai ke
keprihatinan mengenai soal pemenuhan persyaratan IFC, yang bersangkutan dengan
prosedur operasional dan persyaratanpersyaratan yang telah dipenuhi mereka. Keluhan ini
juga mempertanyakan apakah semua tindakan perusahaan adalah legal.
Proses/pendekatan16
Pertamatama CAO memberi jawaban terhadap keluhan tersebut dengan mempelajari
situasi dan mengadakan diskusidiskusi terpisah dengan pihakpihak yang bersangkutan –
komunitaskomunitas lokal dan organisasiorganisasi masyarakat sipil, termasuk mereka
yang mengajukan keluhankeluhan, wakilwakil dari perusahaan, pemerintah setempat,
para cendekiawan, tetanggatetangga – dengan tujuan untuk mengerti akan keprihatinan
semua pihak, posisi mereka, dan mengajukan usulanusulan bagaimana cara yang terbaik
untuk mengatasi masalahmasalah yang ditimbulkan oleh keluhan itu. Jawabanjawaban
yang kami terima dirangkum dalam keluhan dengan nama penafsiran pendahuluan dari
keluhan.
Kesepakatankesepakatan17
15 http://www.cao-ombudsman.org/cases/document-links/documents/IFCCAOletter18july.pdf 16 http://www.cao-ombudsman.org/cases/document-links/documents/Wilmar_Conclusionreport-
Oct09_INDONESIAN.pdf 17 http://www.caoombudsman.org/cases/documentlinks/documents/ClosureReportWilmar1
Dua kesepakatan dicapai pada bulan Oktober dan November 2008 antara kelompok
kelompok komunitas terdampak Senujuh dan Sajingan Kecil dengan anak perusahaananak
perusahaan Wilmar untuk menyelesaikan perselisihan berkaitan dengan lahan seluas 3.170
hektar.
Kesepakatankesepakatan tersebut berisi ketentuanketentuan terperinci dimana
penekanannya adalah: 1. Pengembalian lahan hutan masyarakat seluas 1.699 hektar ke
kelompokkelompok komunitas terdampak; 2. Perusahaan menyokong pembuatan kebun
kebun plasma kelapa sawit; 3. Kompensasi dari perusahaan kepada keluargakeluarga yang
tanahnya telah diambil alih dan untuk kerugiankerugian yang diderita akibat dari kegiatan
pembukaan lahan; 4. Penyediaan danadana investasi untuk masyarakat oleh perusahaan,
dan akses ke peluangpeluang pembangunan untuk masyarakat lebih luas; 5. Pembentukan
tim terpadu Monitoring & Evaluasi demi memastikan implementasi kesepakatan
kesepakatan tersebut.
June2014IND.pdf
LAMPIRAN FORMAT PENGADUAN/COMPLAINT
1. Lembar model pengaduan RSPO18
To
RSPO Secretariat Sdn Bhd No. A-33A-2, Tower A, Level 33A, Menara UOA Bangsar No 5, Jalan Bangsar Utama 1 59000 Kuala Lumpur, Malaysia Tel: +603 23021500 Fax: +603 22014053 Email:
Date:
Dear Sir,
SUBMISSION OF COMPLAINT
I/We, , wish to lodge a complaint concerning the
located in .
company,
This complaint is made on behalf of (please ignore if not applicable).
My full details are as follow: Name: Position: Address:
Telephone Fax Email
Please find attached herewith the details information regarding the complaint which includes:
A: Description of the name, address and location, and nature of the Company being complaint (please provide map if possible)
B: Description of the action taken by me/ us to try to settle the issues (please provide details based on chronological event)
C: List of other person(s) contacted by me/us in attempt to settle the issues (please provide any relevant documents if any)
D: Any other relevant facts and/or other materials to support this complaint.
I/we fully understand and agree that RSPO Secretariat will be looking into this complaint based on its standard Grievance & Dispute Settlement Handling Protocol.
Thank you.
Yours sincerely,
(Signature*)
*not required if email is sent by email.
18 http://www.rspo.org/members/complaints
'
2. Model surat pengaduan kepada COMPLIANCE ADVISOR OMBUDSMAN/CA0 19
Office of the Compliance Advisor Ombudsman
International Finance Corporation
2121 Pennsylvania Avenue NW
'W;!shington,DC 20433 USA
Tel: + 1 202-458-1973
Fax:+1 202-522·7400
e-mail:[email protected]
I!We,------------------• lodge a complaint concerning the ,project,located in------------
This complaint is made on behalf of----------- (ignore if not applicable).
I!We live in the area knownas (show on an attached map if possible).I!We
can be contacted through the following address,telephone and fax numbers,and e-mail:
&reetadcres _
Mailing adjress (if different from street addres>) -------------------- Country Postal code _ Telephone
Fax. _
e-mail _
I!We do net wish our identity to be disclosed (gnore if not applicable).
I!We have Jeen,or are likely to be affected by environmental or social impacts of :he project in the following
way(s):
If possible,please provide the following information:
• A description of the name,location,and nature of the project (provide a map,if possible).
• A description of the actions taken by me'us to try to resolve these issues (include dates or time frame,
possibe).
• A list cJ other person(s) contacted by me/us inattempting to resolve these issues (attach copies of
correspondence,if possible).
• Any other relevant facts to suppJrt this co11plaint.
Inadditiol\ please answer the following queston:
• I!Wewould like to see this complaint resolvej in the following way:(CAO cannot guarantee to help the
complainant achieve this resul but this infon11ation will help torus on problem-solving approaches.)
Attach copies of any relevant documents and other material.
Note:CAO will keep the identity of complainant confidential if requested to do so, but will not accept
anonymous complaints. Material may also be submitted on a confidential basis to support a complaint and
will not be released without the consent of the party that submitted .
Complainc.nts should be aware that other parties,including the client and IFC or I IGA staff,will usually be
informed about the substance of the complaint. Complainants should inform CAO at the very beginning of
any discLJEsions or correspondence about any information that complainants do not wish to be disclosed. A
process for handling the complaint will beagreed with the complainant.
9 CAO Operalional Guidelines
3. OECD – struktur pengaduan dengan contoh
Element of complaint Description Hypothetical examples
Date Date the complaint will be submitted to the NCP and any other recipients.
1 May 2013
Contact information of NCP receiving the complaint
This includes the full address of the NCP and, if known, the name of the chair or representative, email address and telephone number(s). If you are sending the complaint to other NCPs, the OECD, government officials, OECD Watch, TUAC, etc., you should also mention in this part of the letter here using ‘cc’.
NCP of <host country> <name contact person at NCP> <Address>, <E-mail>, <Telephone / Fax> cc: NCP of <company’s home country> <name contact person at NCP> <Address>, <E-mail>, <Telephone / Fax> cc: OECD Watch, [email protected]
Subject line OECD Watch recommends stating the name of the company, the issues raised, and the country where the problem is occurring.
Subject: Complaint against <company> concerning <e.g. violation of human rights and environmental pollution> by <name subsidiary> in <country>.
Introduction List at a minimum: name of the complainant, company name, the problem and the location of the violations. You can also briefly state the main request to the NCP and the chapters that are breached.
We, <your organisation(s)>, the Complainant(s), hereby file a specific instance against <company> for operating in violation of the OECD Guidelines for MNEs in relation to <e.g. violation of human rights and environmental pollution resulting from gold mining in Australia>. We request the Norwegian NCP to address breaches to <...> Chapters resulting from <company> and <subsidiary’s> mining activities in <country>.
Explain your interest in the complaint/who you represent
For example, an NGO’s interest could stem from its mission or work with the affected union members or community.
<Your organisation(s)> is an NGO working on social and ecological issues related to mining activities in Asia-Pacific. Since 1990, <your organisation> has investigated the activities of MNEs and the consequences of their activities for local communities and the environment.
Enterprise contact details
Contact details for the enterprises, include full company names, addresses, and any other relevant details that are known, such as contact names, telephone numbers, email addresses and website addresses.
<company> <name contact person company> <Address> <E-mail / Website> <Telephone / Fax> <company subsidiary> <name contact person company> <Address> <E-mail / Website> <Telephone / Fax>
Structure of the company
If the case involves more than one company, describe their structure and relationships. For example, parent- subsidiary relationship, supply chain relationship, enterprise-bank relationship, etc.
<Parent company>, is an MNE headquartered in <country> with operations across the world. <Local company> is a fully owned subsidiary of <parent enterprise> with headquarters in <country> and operations in Australia.
Context of the complaint
Include general information about the broader background, context or location of violations mentioned in the complaint before going into detail about the specific breaches.
<company> operates in an environmentally sensitive area that is inhabited by different indigenous communities.
List the chapter and This information should include the who, We allege <company> is in violation of Chapter
Element of complaint Description Hypothetical examples
paragraphs you believe the company has breached
how, what, when, where and why for each allegation. In addition, you should provide detailed evidence and information that supports the allegations. You can make this section as short or long as you see fit, but make sure your argumentation is clear. The documents can be annexed to the complaint, but they should be mentioned and referenced in the text.
IV, Paragraph < ... > which states: <‘......’> As documented in <evidence listed in annex> the activities <company> has carried out in <location> in <year / date of breach> have severely harmed <local communities surrounding the company’s facilities> by endangering their livelihoods through <alleged violation>. The <activities> of the company constitute a breach of the OECD Guidelines because <company> has not <..... >.
Other relevant international standards the NCP should take into account when considering the complaint
If applicable, other instruments can be highlighted to show the severity of the problem. Complainants will have to decide the most effective way of presenting this information.
The Complainants maintain the <company> has furthermore breached the Human Rights Chapter, §1 by not taking adequate consideration of Indigenous Peoples rights in Australia. Article 7 of the UN Declaration on the Rights of Indigenous People declares that ‘States shall....resources’.
Previous Attempts at Resolution
Explain whether you have sought to resolve the issues directly with the enterprise and if so, what was the enterprise’s response?
Over the past year, <company> has ignored our requests to start discussions to resolve the issue. Attached to this complaint are copies of the correspondence sent to <company> requesting a resolution to these issues. In light of the <company’s> refusal to engage directly with us, we hope that the Guideline’s specific instance procedure can help resolve our issues.
Recipient NCP and justification (if necessary)
In some instances, the host and home countries both have NCPs. The complaint can be submitted to both NCPs. However, an explanation on why the case is being submitted to both NCPs is recommended.
As the alleged violations of the OECD Guidelines takes place in <country>, we ask the <host country NCP> to consider the complaint. Additionally, we are submitting this request also to the <home country NCP>, because an MNE’s headquarters is of vital importance to ensure responsible business conduct in a global context.
Complaint goals If it makes strategic sense, explain your demands and/or what you think the company should do to resolve the problem.
We want <company> to adopt and implement a <company-wide human rights and environmental policy to end and prevent negative impacts on .....>
Request to the NCP State what you expect from the NCP, e.g. mediation, a fact-finding mission, make a determination, etc.
We request the NCP to offer its good offices to facilitate mediation between the parties. Given the severe impacts the community is experiencing, we ask the NCP to carry out a fact-finding mission to verify the facts. We furthermore request the NCP make an assessment of the facts and circumstances and determine whether the OECD Guidelines have been breached.
Confidentiality request and justification (if necessary)
Indicate if the names of individuals, sources of evidence or any documentation have been anonymised, and why this is justified.
Please note that we do not reveal identities of whistle-blowers in Annex A to protect them from reprisals by <company or government>.
Statement of ‘good faith’ to engage in the complaint procedure
Acknowledge your good intentions to engage in the process and what you will do to facilitate this. You can also reference how you will respect confidentiality in case you are, for example, pursuing other
By submitting this specific instance, we commit to engaging in the specific instance process in ‘good faith’ in order to resolve the issues raised in this complaint. However, the NCP and company should note that we need to keep the
Element of complaint Description Hypothetical examples
strategies such as media outreach, advocacy and campaigning.
community informed about the progress of the complaint and may also need to respond to unsolicited enquiries from the media. We will respect the confidentiality of the proceedings when doing so.
Closing The closing should state that a written confirmation of receipt is expected.
We look forward to a written confirmation of receipt of this complaint and appreciate your assistance and leadership in resolving the issues presented in this complaint.
Signature Add names and signatures of all of organisations who co-sign the complaint.
Kind regards, <name, organisation>
Attachments and/or Appendices
Provide a list of attachments and/or appendices to the complaint.
Annex A: Report of alleged violations Annex B: Supporting government statement Annex C: Witness statements
Top Related