Petuah Perkawianan (1)
Tujuan pernikahan mewujudkan keluarga bahagia. Ingat tujuan dasar ini. Keluarga
bahagia tercipta karena hubungan harmonis. Hubungan harmonis dicapai melalui :
1. Adanya saling pengertian.
Keduanya harus saling memahami dan mengerti keadaan masing-masing baik
fisik maupun mental. Artinya, memahami perbedaan sifat, tingkah laku dan
pandangan. Jadi perbedaan itu wajar saja. Bukankah yang menyatukan Anda
karena perbedaan juga. Ya perbedaan jenis kelamin Anda..he..he.
2. Saling menerima kenyataan
Kita harus menerima kenyataan dengan tulus dan ihlas bahwa jodoh itu memang
di bawah kekuasaan Allah. Ingat pepatah, tidak selamanya cinta menyatukan kita.
Maka jalanilah bersama dengan pasangan Anda. Ya, jika tidak berpacaran
sebelumnya sebelum menikah, maka pacaranlah sesudah menikah. Lebih
romantis kan…
3. Saling melakukan penyesuaian
Pernah baca di shvoong berjudul Wasiat Terakhirku? Ingat tidak ada yang
sempurna, bahwa kita ini berbeda dan saling memiliki kekurangan. Yang perlu
dilakukan bagaimana menyesuaian setiap dari perbedaan kita.
4. Memupuk rasa cinta
Jangan terbalik ya. Kebencian yang dipupuk. Akhirnya mengendap dalam
pikiran. Ingat salah satu tulisan saya sebelumnya menjelaskan pikiran
mempengaruhi tindakan. Tindakan kita akan mengarah pada apa yang kita
pikirankan apakah itu negative atau positif. Maka setiap muncul pikiran negatif 1
terhadap pasangan Anda berusalah melawan dengan mengingat kebaikannya.
Jadi saling memupuk rasa cinta, bukan sebaliknya memupuk pikiran dan kalimat
negatif di pikiran hingga terbawa kealam bawah sadar
5. Melaksanakan asas musyawarah
Ini menumbuhkan rasa memiliki dan tanggung jawab dalam menyelesaikan
masalah yang timbul. Ingat jangan ego dan ngotot merasa benar sendiri. Salah-
salah eh malah saling menyalahkan dan menghakimi. Jika ini terjadi kembali ke
pasal sebelumnya. Yaitu ingat tujuan pernikahan Anda. he…he..he
6. Suka Memaafkan
Jangan masalah kecil dibesar-besarkan. Bukan masalah dijadikan masalah.
Karena itu, kalau ada kesalahan kecil, ya saling memaafkanlah, karena tidak
mungkin Anda tidak membuat kesalahan sepanjang menjalani kehidupan
bersama. Kalau tidak mau mendapat pasangan yang memiliki kesalahan,
menikalah dengan malaikat, yang diciptakan memang untuk patuh..he..he...
7. Berperan serta untuk kemajuan bersama
Masing-masing suami istri berusaha saling membantu setiap usaha untuk
kemajuan bersama.
Nah, jika memasuki kehidupan rumah tangga, beberapa yang perlu dicegah
diantaranya :
Janganlah membuka rahasia pribadi istri atau suami dan rahasia keluarganya
Cemburu yang berlebihan.
Sikap cemburu sih tandanya masih adanya cinta. Tapi jika berlebihan dan
tanpa dasar juga merusak keharmonisan. Eh, soal cemburu ini, ada istilah
2
penulis : cemburulah kepadaku maka aku akan mengukur seberapa dalam
cintamu..
Mengulangi cerita lama/nostalgia pribadi masa lalu
Suka mencela kekurangan suami atau istri
Memuji wanita atau pria lain di hadapan istri atau suami
Kurang peka terhadap hal-hal yang tidak disenangi oleh suami atau istri.
3
Kumpulan petuah pernikahan (2)
“Sesungguhnya, apabila seorang suami memandang isterinya (dengan kasih &
sayang) dan isterinya juga memandang suaminya (dengan kasih & sayang), maka
Allah akan memandang keduanya dengan pandangan kasih & sayang. Dan apabila
seorang suami memegangi jemari isterinya (dengan kasih & sayang) maka
berjatuhanlah dosa-dosa dari segala jemari keduanya”
(HR. Abu Sa’id)
“Shalat 2 rakaat yang diamalkan orang yang sudah berkeluarga lebih baik, daripada
70 rakaat yang diamalkan oleh jejaka (atau perawan)”
(HR. Ibnu Ady dalam kitab Al Kamil dari Abu Hurairah)
“Dan diantara tanda-tanda kekuasaanNya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri
dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan
dijadikanNya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian
itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir”
(Ar-Ruum 21)
“Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang
layak (menikah) dari hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang
perempuan. JIKA MEREKA MISKIN ALLAH AKAN MENGKAYAKAN
MEREKA DENGAN KARUNIANYA. Dan Allah Maha Luas (pemberianNya) dan
Maha Mengetahui.” (An Nuur 32)4
“Dan segala sesuatu kami jadikan berpasang-pasangan, supaya kamu mengingat
kebesaran Allah” (Adz Dzariyaat 49)
“Janganlah kalian mendekati zina, karena zina itu perbuatan keji dan suatu jalan yang
buruk” (Al-Isra 32)
“Dialah yang menciptakan kalian dari satu orang, kemudian darinya Dia
menciptakan istrinya, agar menjadi cocok dan tenteram kepadanya” (Al-A’raf 189)
“Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji
adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah
untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang
baik (pula)”
(An-Nur 26)
“Berikanlah mahar (mas kawin) kepada wanita (yang kamu nikahi) sebagai
pemberian dengan penuh kerelaan” ( An Nisaa : 4)
“Nikah itu sunnahku, barangsiapa yang tidak suka, bukan golonganku”
(HR. Ibnu Majah, dari Aisyah r.a.)
“Empat macam diantara sunnah-sunnah para Rasul yaitu : berkasih sayang, memakai
wewangian, bersiwak dan menikah” (HR. Tirmidzi)
5
“Janganlah seorang laki-laki berdua-duan (khalwat) dengan seorang perempuan,
karena pihak ketiga adalah syaithan” (Al Hadits)
“Wahai para pemuda, siapa saja diantara kalian yang telah mampu untuk kawin,
maka hendaklah dia menikah. Karena dengan menikah itu lebih dapat menundukkan
pandangan dan lebih menjaga kemaluan. Dan barang siapa yang belum mampu,
maka hendaklah dia berpuasa, karena sesungguhnya puasa itu bisa menjadi perisai
baginya”
(HR. Bukhori-Muslim)
“Janganlah seorang laki-laki dan wanita berkhalwat, sebab syaithan menemaninya.
Janganlah salah seorang di antara kita berkhalwat, kecuali wanita itu disertai
mahramnya” (HR. Imam Bukhari dan Iman Muslim dari Abdullah Ibnu Abbas ra).
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah tidak
melakukan khalwat dengan seorang wanita yang tidak disertai mahramnya, karena
sesungguhnya yang ketiga adalah syetan” (Al Hadits)
“Dunia ini dijadikan Allah penuh perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan hidup adalah
istri yang sholihah” (HR. Muslim)
“Jika datang (melamar) kepadamu orang yang engkau senangi agama dan akhlaknya,
maka nikahkanlah ia (dengan putrimu).
6
Jika kamu tidak menerima (lamaran)-nya niscaya terjadi malapetaka di bumi dan
kerusakan yang luas” (H.R. At-Turmidzi)
“Barang siapa yang diberi istri yang sholihah oleh Allah, berarti telah ditolong oleh-
Nya pada separuh agamanya. Oleh karena itu, hendaknya ia bertaqwa pada separuh
yang lain” (Al Hadits)
“Jadilah istri yang terbaik. Sebaik-baiknya istri, apabila dipandang suaminya
menyenangkan, bila diperintah ia taat, bila suami tidak ada, ia jaga harta suaminya
dan ia jaga kehormatan dirinya” (Al Hadits)
“Tiga golongan yang berhak ditolong oleh Allah :
a. Orang yang berjihad / berperang di jalan Allah.
b. Budak yang menebus dirinya dari tuannya.
c. Pemuda / i yang menikah karena mau menjauhkan dirinya dari yang haram”
(HR. Tirmidzi, Ibnu Hibban dan Hakim)
“Wahai generasi muda ! Bila diantaramu sudah mampu menikah hendaklah ia nikah,
karena mata akan lebih terjaga, kemaluan akan lebih terpelihara”
(HR. Bukhari dan Muslim dari Ibnu Mas’ud)
“Kawinlah dengan wanita yang mencintaimu dan yang mampu beranak.
Sesungguhnya aku akan membanggakan kamu sebagai umat yang terbanyak” (HR.
Abu Dawud)
7
“Saling menikahlah kamu, saling membuat keturunanlah kamu, dan perbanyaklah
(keturunan). Sesungguhnya aku bangga dengan banyaknya jumlahmu di tengah umat
yang lain” (HR. Abdurrazak dan Baihaqi)
“Seburuk-buruk kalian, adalah yang tidak menikah, dan sehina-hina mayat kalian,
adalah yang tidak menikah” (HR. Bukhari)
“Diantara kamu semua yang paling buruk adalah yang hidup membujang, dan
kematian kamu semua yang paling hina adalah kematian orang yang memilih hidup
membujang”
(HR. Abu Ya¡¦la dan Thabrani)
“Dari Anas, Rasulullah SAW. pernah bersabda : Barang siapa mau bertemu dengan
Allah dalam keadaan bersih lagi suci, maka kawinkanlah dengan perempuan
terhormat”
(HR. Ibnu Majah,dhaif)
“Rasulullah SAW bersabda : Kawinkanlah orang-orang yang masih sendirian
diantaramu. Sesungguhnya, Allah akan memperbaiki akhlak, meluaskan rezeki, dan
menambah keluhuran mereka” (Al Hadits)
“Barangsiapa yang menikahkan (putrinya) karena silau akan kekayaan lelaki
meskipun buruk agama dan akhlaknya, maka tidak akan pernah pernikahan itu
dibarakahi-Nya, Siapa yang menikahi seorang wanita karena kedudukannya, Allah
akan menambahkan kehinaan kepadanya, Siapa yang menikahinya karena kekayaan, 8
Allah hanya akan memberinya kemiskinan, Siapa yang menikahi wanita karena
bagus nasabnya, Allah akan menambahkan kerendahan padanya, Namun siapa yang
menikah hanya karena ingin menjaga pandangan dan nafsunya atau karena ingin
mempererat kasih sayang, Allah senantiasa memberi barakah dan menambah
kebarakahan itu padanya” (HR. Thabrani)
“Janganlah kamu menikahi wanita karena kecantikannya, mungkin saja kecantikan
itu membuatmu hina. Jangan kamu menikahi wanita karena harta / tahtanya mungkin
saja harta / tahtanya membuatmu melampaui batas. Akan tetapi nikahilah wanita
karena agamanya. Sebab, seorang budak wanita yang shaleh, meskipun buruk
wajahnya adalah lebih utama” (HR. Ibnu Majah)
“Dari Jabir r.a., Sesungguhnya Nabi SAW. telah bersabda : Sesungguhnya
perempuan itu dinikahi orang karena agamanya, kedudukan, hartanya, dan
kecantikannya ; maka pilihlah yang beragama” (HR. Muslim dan Tirmidzi)
“Wanita yang paling agung barakahnya, adalah yang paling ringan maharnya”
(HR. Ahmad, Al Hakim, Al Baihaqi dengan sanad yang shahih)
“Jangan mempermahal nilai mahar. Sesungguhnya kalau lelaki itu mulia di dunia dan
takwa di sisi Allah, maka Rasulullah sendiri yang akan menjadi wali pernikahannya.”
(HR. Ashhabus Sunan)
“Sesungguhnya berkah nikah yang besar ialah yang sederhana belanjanya
(maharnya)”
9
(HR. Ahmad)
“Dari Anas, dia berkata : ” Abu Thalhah menikahi Ummu Sulaim dengan mahar
berupa keIslamannya” (Ditakhrij dari An Nasa’i)
“Adakanlah perayaan sekalipun hanya memotong seekor kambing.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Makna Sekar Dhandanggulo Siraman
SENI JANGER "SETYO KRIDO BUDOYO" BONGKORAN, SRONO,
BANYUWANGI
Di dalam tradisi Jawa, khususnya di dalam rangkaian tatacara pernikahan,
dikenal adanya upacara siraman. Upacara siraman adalah sebuah upacara yang
dilaksanakan untuk membuka rangkaian acara pernikahan, yaitu dengan memandikan
calon pengantin. Pelaksanaan upacara ini biasanya sehari sebelum upacara
temu/panggih dilaksanakan.
Meski akhir-akhir ini sudah jarang ditemui, di dalam upacara siraman
biasanya dilantunkan Sekar/Tembang Macapat Dhandhanggula Siraman. Tembang
tersebut digunakan untuk mengiringi ketika calon pengantin dimandikan. Bukan
hanya sebagai pemanis, namun pelantunan Sekar Dhandhanggula Siraman tersebut
dimaksudkan sebagai doa, permohonan, harapan, serta petuah bagi calon pengantin.
Itulah salah satu kelebihan orang Jawa, yang mampu merakit banyak hal di dalam
sebuah tembang.
Sekar/Tembang/Lagu Macapat Dhandhanggula Siraman terdiri dari 7 pada
(bait). Hal ini disesuaikan dengan jumlah beborèh (lulur) yang digunakan pada saat
10
memandikan pengantin, dimana masing-masing dibedakan menurut warna. Adapun
warna beborèh tersebut adalah merah (rekta), hitam (langking), kuning (jenar), biru,
ungu (wungu), putih (séta), dan hijau (wilis). Di dalam penggunaannya juga tidak
asal saja, melainkan diurutkan dari merah, hitam, kuning, biru, ungu, putih, dan
terakhir hijau.Masing-masing warna memiliki makna, maksud, dan tujuan tersendiri,
seperti yang terungkap di dalam Sekar Dhandhanggula Siraman berikut ini.
1. Gya siniram hangganya Sang Putri, Tirta wening kang amawa cahya, Beborèh
rekta warnané, Ginosok hangganipun, Sinarengan mantra kang mijil, Larut
memalanira, Ngaléla dinulu, Watak setya tinarbuka, Tangguh tanggon teguh
tumanggaping kardi, Santosa budinira. Segeralah disiram tubuh sang putri,
Dengan air jernih yang berkilauan, Diluluri dengan lulur berwarna merah,
Sembari digosok badannya, Disertai dengan doa dan pujian syukur yang
terucapkan, Larutlah segala sakit dan luka, Sungguh mempesona bila dipandang,
Berwatak setia dan terbuka, Tangguh, bisa dipercaya, teguh, cekatan dalam
menyelesaikan pekerjaan/kewajiban, Sentosa/kuat dalam berpendirian.
2. Sumamburat cahyanya nelahi, Ngégla cetha katon angaléla, Datan sisip
pamawasé, Langking beborèhipun, Puji harja mijil pangèsthi, Prawira watakira,
Luhur budinipun, Tuhu tresna mring sasama, Luluh lulus lila legawa tan lali,
Kalis ing sambékala. Samar-samar terlihatlah cahaya menyinari, Tampak indah
mempesona, Hitam warna lulurnya, Doa mohon keselataman terucapkan,
Berwatak berani laksana ksatria, Berbudi pekerti luhur, Sungguh-sungguh
mengasihi sesama, Pandai membaur, tulus, sert selalu berbuat baik dengan ikhlas
dan sepenuh hati, Terhindar dari segala marabahaya.11
3. Angenguwung malengkung kaèksi, Gilar-gilar sumunar ing warna, Mancorong
jenar urubé, Warna jenar puniku, Watak sabar ingkang pinanggih, Utama lan
narima, Waspadèng pandulu, Mardu mardawa micara, Mawuhara tata, titi, tatas,
titis, Dadya tepa tuladha. Tampak membubung tinggi seolah melengkung,
Bersinar terang dalam nuansa warna, Berpijar cahaya berwarna kuning, Warna
kuning itu melambangkan watak yang selalu sabar, Berperilaku terpuji dan
berserah diri kepada kehendak Tuhan, Memiliki sifat dan sikap yang selalu
waspada dan hati-hati, Lemah-lembut dan menyenangkan dalam berbicara,
Dalam bercakap-cakap menggunakan bahawa yang baik, berhati-hati, serta tiada
hal penting yang terlewatkan, Sehingga mampu menjadi suri-teladan.
4. Katon padhang sumilaking warni, Surya, candra, daru lan kartika, Dadya sajuga
soroté, Beborèh warna biru, Setya tuhu ajrih lan asih, Tresna marang sudarma,
Bekti watakipun, Trap susila anuraga, Datan sisip nggènira manembah Gusti,
Bagya mulya sinedya. Tampaklah terang benderang dalam nuansa warna-warni,
Matahari, rembulan, komet dan bintang-gemintang, Semua sinar cahayanya
menyatu, Lulur berwarna biru, Melambangkan kesetiaan, selalu menghormati
dalam kasih sayang, Senantiasa mencintai kedua orang tua, Dan selalu berbakti
kepada mereka, Sopan dan santun dalam bersikap, Tiada pernah lupa
bersyukurdan berdoa kepada Tuhan, Senantiasa mengupayakan kebahagiaan dan
kesejahteraan hidup.
12
5. Ganda arum ingkang angebeki, Warna-warna warnining kang sekar, Katingal
wening tirtané, Wungu beborèhipun, Mengku werdi ingkang sejati, Lega lila ing
nala, Éklas watakipun, Wahyu mulya kang sinedya, Bagus alus tulus lair trusing
batin, Mulya tekèng delahan. Bau harum yang semerbak memenuhi, Berasal dari
beraneka macam bunga, Air pun terlihat jernih, Lulur berwarna ungu,
Mengandung makna yang mendalam, Tiada pernah berkeluh-kesah meski hanya
di dalam hati, Ikhlas sepenuh hati menjadi wataknya, Mengharap dan
mengupayakan turunnya berkah, Terpuji dan halus tingkah laku, tulus lahir
maupun batin, Terpandang dan dihargai hingga akhir hayat.
6. Werdi agung pralambanging urip, Amancurat cahya kang katingal, Warna séta
beborèhé, Langgeng nggènnya amengku, Datan wudhar dènnya angèsthi,
Manembah Maha Nata, Gusti Maha Agung, Netepi jejering titah, Amung pasrah-
sumarah ngarsa Hyang Widhi, Sandika ngèstu pada. Makna luhur perlambang
dan gambaran hidup, Terlihat memancar laksana cahaya, Lulur berwarna putih,
Abadilah dalam kebersamaan, Tak pernah berhenti dalam berdoa dan bersyukur,
Berbakti kepada Sang Maha Raja (Tuhan), Tuhan Yang Maha Agung, Memenuhi
kewajiban sebagai umat manusia, Selalu berserah diri di hadapan Ilahi, Serta
bersedia dan siap melaksanakan/menerima kehendak-Nya.
7. Paripurna nggènira sesuci, Siram jamas reresik sarira, Kang minangka
pungkasané, Wilis beborèhipun, Wicaksana wataking jalmi, Kéblat panembahira,
Pana ing pandulu, Cinaketan mring Hyang Suksma, Lekasira pantes tinulad
sasami, Purwa madya wasana. Selesai sudah dalam bersuci, Mandi keramas 13
membersihkan diri, Yang menjadi penutup, Lulur berwarna hijau, Bijaksanalah
sebagai manusia, Tekun dalam bersujud syukur, Waspada, berhati-hati dalam
berpikir dan bertindak, Dengan demikian pasti akan selalu dilindungi oleh Tuhan,
Segala tingkah lakunya akan pantas menjadi suri-teladan, Dari awal, pertengahan,
hingga akhir hayatnya.
14
Petuah Sunan Kalijaga; Membedah Lirik Ilir-Ilir
Ilir ilir lir ilirtandure wis sumilirTak ijo royo-royo, tak sengguh penganten anyarCah
angon, cah angon,penekna blimbing kuwi,Lunyu-lunyu penekenkanggo masuh
dodotira,Dodotira kumitir bedhah pinggiredondomana, jlumatana,kanggo seba
mengko soreMumpung gedhe rembulane Mumpung jembar kalangane Ha suraka …
surak … hore…
Konon kabarnya, “Tembang Ilir-ilir” diciptakan oleh Kanjeng Sunan
Kalidjaga, salah seorang wali sanga terkemuka di tanah Jawa, semasa
abad XIV—XV Masehi. Tembang ini digunakan sebagai sarana berdakwah bagi
Sunan Kalidjaga dalam rangka menyebarkan agama Islam di pulau Jawa pada
masa itu. Mengingat masyarakat yang tinggal di Pulau Jawa pada umumnya
adalah masyarakat agraris, petani, dan masih dipengaruhi kuat oleh
budaya lama (seperti Animisme, Dinamisme, Hindhu, Budha, dan
kepercayaan lainya), maka tembang dolanan anak-anak itu dibuatlah
melalui simbol-simbol masyarakat agraris di pedalaman Pulau Jawa. Makna
dari tembang Ilir-ilir tersebut kurang lebih sebagai berikut.
Ilir ilir lir ilir
“Bangun, bangun, bangunlah, bangun” Kanjeng Sunan Kalidjaga mengajak
kita agar bangun dari kelelapan tidur panjang, segeralah sadar akan
tugas dan kewajiban kita hidup di dunia ini, tidak hanya tidur saja.
Setelah bangun dan sadar, segeralah mencari dan menemukan pencerahan15
sinar cahaya Tuhan. Maknanya, setelah engkau sadar, segeralah berbakti,
beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Mahakuasa, salah satunya
diwujudkan dalam bentuk melakukan zikir dan bersembahyang sesuai dengan
perintah agama.
Tandure wis sumilir
“Tanamannya sudah semburat bersemi”. Biasanya orang Jawa yang agraris
itu menanam padi di sawah atau ladang. Kini, tanaman padi itu sudah
tampak semburat bersemi, sudah mulai berisi. Ibarat suatu tanaman padi
yang sudah semburat bersemi tersebut, kebaktian, sadar, iman, dan takwa
kita kepada Tuhan yang Mahakusa sudah mulai semburat bersemi pula. Oleh
karena itu, lanjutkan dan tetap terus pelihara cahaya kebaktian,
kesadaran, keimanan, dan ketakwaan kita kepada Tuhan yang Mahakuasa itu
agar tetap menyala terus, agar semakin lama semakin bercahaya terang
benderang untuk menerangi jalan hidup kita dari pondok dunia hingga
sampai ke istana akhirat. Tak ijo royo-royo, tak sengguh penganten anyar
“Tanaman padi tersebut sudah tampak menghijau berseri laksana pengantin
baru”. Sebagaimana halnya seorang pengantin baru, tentu tampak indah,
bahagia, dan berseri-seri. Seseorang yang telah sadar, penuh kebaktian
kepada Tuhan yang Mahakuasa, diperkokoh dengan iman yang bulat, serta
takwa yang berusaha teguh memenuhi semua perintah dan menjauhi semua
larangan-Nya, tentu hidupnya akan tampak indah, bahagia, dan
berseri-seri seperti pengantin baru yang senantiasa penuh kasih sayang
sehingga dapat mengasyikan sekali. Apalagi suasananya masih dalam bulan16
madu, tentu membahagian sekali. Demikian halnya kebaktian, kesadaran,
keimanan, dan ketakwaan kita kepada Tuhan yang dilandasi rasa kasih
sayang kepada sesama umat, tentu sangat membahagiakan sekali.
Cah angon, cah angon, penekna blimbing kuwi
“Wahai, anak-anak pengembala, tolong panjatkan pohon blimbing itu”.
Biasanya di ladang atau di sawah, selain ditanami padi, juga ditanami
pohon-pohonan sebagai peneduh di kala terik panas matahari yang
menyengat bumi. Salah satu pohon yang ada di dekat pematang sawah atau
ladang itu adalah pohon belimbing. Ketika seorang petani yang tengah
berada di sawahnya melihat beberapa gembala, biasanya menggembalakan
sapi, kerbau, atau kambing sebagai binatang piaraan petani, sang petani
tersebut meminta bantuan para gembala itu untuk memanjatkan pohon
belimbing, lalu memetik buahnya. Ada dua jenis belimbing, yaitu
belimbing manis (yang enak dan segar rasanya, dapat sebagai pelepas
dahaga) dan belimbing wuluh (belimbing sayur yang hijau dan masam
rasanya). Buah belimbing manis rupanya kuning keemasan berlingir
(seperti lekuk bintang) lima, tetapi permukaannya licin. Hal ini secara
semiotis melambangkan lima watak utama yang harus diliki manusia untuk
menyempurnakan kebaktian, kesadaran, keimanan, dan ketakwaannya kepada
Tuhan yang Mahakuasa. Lima watak keutamaan itu adalah: ridla (rela), qanaah
(narima), al-shidqu (jujur), shabr (sabar), dan al-akhlaq al-karimah
(berbudi pekerti lihur dan mulia). Sementra itu, belimbing wuluh yang
rasanya asam hanya dapat menjadi enak setelah dimasak buat sayur asam.17
Tentu hal ini juga menyiratkan makna agar kelima watak utama tersebut,
meskipun getir dan asam rasanya, tetaplah harus dapat diolah sedemikian
rupa sehingga nanti dapat menjadi enak dirasakannya. Jadi, agar
sempurna baktimu, sadarmu, imanmu, dan takwamu kepada Tuhan yang
Mahakuasa, harusalah melaksanakan watak utama lima hal di atas.
Lunyu-lunyu peneken kanggo masuh dodotira “Biarpun
licin, tetap panjatlah, untuk mencuci pakaianmu”. Setelah diguyur
hujan, pohon belimbing tersebut begitu licin. Namun, tetaplah panjat
dan petiklah buahnya untuk mencuci pakaian agar bersih suci. Buah
belimbing pada zaman dahulu, sebelum ditemukan sabun, dapat digunakan
untuk mencuci atau membersihkan pakaian. Kata “dodot” yang arti
harfiahnya “pakaian” atau “kain”, sebagai lambang hati manusia. Jadi,
maknanya hati manusia agar bersih dan mencapai kesucian, haruslah
dicuci dengan revolusi jiwa mengubah watak, dari angkara murka, malas,
dengki, iri, pendendam, tamak, loba, dan aniaya, menjadi watak manusia
yang tulus ikhlas, bersyukur, tawakal, sabar, jujur, kasih sayang, dan
berbudi pekerti luhur dan mulia. Hanya dengan kesucian inilah bekal
manusia untuk dapat menghadap ke hadirat Tuhan yang Mahakuasa di tahta
suci hati sanubari (Kalbhu mukmin Batullah).
Dodotira kumitir bedhah pinggire/dondomana, jlumatana,/kanggo seba mengko sore
“Pakaianmu bertikai-tikai sobek pinggirnya, jahitlah, jerumatlah, agar
dapat dipakai menghadap nanti sore”. Secara semiotis menyiratkan makna18
bahwa pakaian (dodot) selain sebagai perumpamaan hati, juga
menjadi lambang kepercayaan (iman) kepada Allah. Pakaian yang robek
pinggirnya, agar pantas dipakainya, hendaklah harus dijahit atau
dijerumat supaya utuh kembali. Hal ini mengandung makna bahwa
kepercayaan (iman) kita kepada Allah haruslah tetap utuh (bulat),
hendaklah dojaga agar jangan sampai surut, robek, gempil, atau sompel.
Sesungguhnya orang yang telah berbakti, sadar, iman, dan takwa kepada
Allah dan sudah suci hatinya, bilamana iman dan takwanya tersebut
goncang, minipis, dan masih lobang-lobang, berarti orang tersebut
belumlah sempurna kesuciannya. Sebab busana atau pakaiannya belum
lengkap, utuh, untuk dipakainya menghadap ke hadirat Tuhan yang
Mahakuasa. Kata “mengko sore” sebagai penanda waktu bahwa ajal kematian
kita sudah dekat. Oleh karenanya, sungguhpun belum tahu kapan kita
dipanggil kembali ke hadirat Tuhan, setiap manusia harus sudah siap
sedia sewaktu-waktu menerima panggilan Tuhan.
Mumpung gedhe rembulane/ Mumpung jembar kalangane ”Senyampang
besar rembulanya, senyampang luas lingkarannya”. Pada waktu malam hari
ketika terang bulan, bulan purnama raya, tampak sinar bulan begitu
terang dan lingkaranya besar dan luas sekali. Hal ini bermakna untuk
memberi pesan, yang berisi peringatkan, agar kawula muda (juga siapa
pun) janganlah menunda-nunda waktu, selagi masih muda, senyampang masih
sehat wal afiat gagah perkasa, dan mumpung masih mempunyai waktu
panjang, bergegas-gegasalah atau bersiap-siap dan bersiagalah19
mengenakan busana kesucian untuk menghadap ke hadirat Tuhan yang
Mahakuasa, sewaktu-waktu, kapan pun, dan di mana pun kita berada.
Sebab, jikalau sudah terlanjur tua renta, jompo, sakit-sakitan, dan
pikun, tentu mustahil dapat mengenakan busana kesucian serta membina
kebaktian, kesadaran, keimanan, dan ketakwaan kepada Allah secara baik
dan benar.
Ha suraka … surak … hore…
“Ayo bersorak soraklah bergembira”. Hal ini menggambarkan perasaan,
senang, bergembira ria, bahagia, dan juga senantiasa bersyukur kepada
Tuhan yang Mahakuasa bahwa kita mampu mengenakan busana delapan watak
keutaman (sadar, iman, takwa, ridla, tawakal, jujur, sabar, dan berbudi
pekerti luhur dan mulia), mentaati sabda Allah, menjauhi semua
larangan-Nya, dan memasuki Taman Kemulian Abadi, kembali bertunggal
dengan Tuhan yang Mahakuasa. Amin.
20
Petuah Perkawinan (3)
sabda Rasulullah SAW :
"Berwasiatlah kalian mengenai kaum wanita. Sesungguhnya wanita itu diciptakan
dari tulang rusuk. Sesungguhnya tulang rusuk yang paling bengkok adalah bagian
atasnya. Jika kau meluruskannya, maka kau mematahkannya. Jika kau
membiarkannya, maka ia akan tetap bengkok. Maka berwasiatlah kalian mengenai
wanita" (HR Bukhari)
masih ingat ketika Aisyah.ra cemburu ke Sayyidinah Khadijah.ra??
Aisyah berkata “Rasulullah jika mengingat Khadijah, tak bosan-bosannya memuji
dan beristighfar untuknya. Hingga pada suatu hari beliau menyebut-nyebutnya yang
membuatku terbawa oleh rasa cemburu. Aku berkata, ‘Allah telah menggantikan
yang lanjut usia itu bagimu.’ Aku saksikan beliau sangat marah seraya berkata, “Apa
yang kau katakan? Demi Allah, ia beriman ketika orang-orang mendustakan aku. Ia
melindungi ketika orang-orang menolakku. Darinya aku dikaruniai anak-anak dan
tidak aku dapatkan dari kalian.”
Aku sangat menyesal sambil berdoa dalam hati: Ya Allah, jika Engkau hilangkan
kemarahan Rasul-Mu terhadapku, aku tak akan lagi menyebutkan kejelekannya,”
perilaku kyk gt bukanlah aib bagi Aisyah. sikap itu ga lahir dari tempaan hidup yang
salah. ato bukan karena pergaulan dan didikan orangtua yang keliru21
ya itulah kejiwaannya sebagai wanita, yang pastinya itu juga ada ama semua wanita
kebengkokan itu sesekali aja muncul ke permukaan
Aisyah kan seorang wanita ahli syurga, tapi di dunia ia tetap hidup sebagaimana
fitrah wanita pada umumnya
sifat bengkok itu udah ada sejak Allah meniupkan ruh ke dalam rahim ibu seorang
wanita
So, kebengkokan seorang wanita bukanlah untuk dibenci. kebengkokan mereka
bukanlah aib. apalagi tanpa ampun dijadikan pembenaran buat menyakiti
karena kebengkokan itu bukanlah berkaitan dengan rendahnya derajat dirinya di
hadapan Allah. di hadapan Allah kemuliaan seorang wanita dan laki-laki tetap secara
adil dilihat dari amal sholihnya
"Barangsiapa yang mengerjakan amal-amal sholih, baik laki-laki maupun wanita
sedang ia orang yang beriman, maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka
tidak dianiaya walau sedikitpun. (QS. An-Nisa : 124)[/u]
seorang wanita kadang dikuasai oleh emosinya ampek ga mampu bersikap bijaksana
saat mengambil keputusan, ato kadang ia berbuat atau berkata tidak pantas pada
suaminya
22
so, sebaiknya suami harus bersabar dan melihat kebengkokan istri tsb sbg kondisi
diluar kendali dirinya
dia ga bermaksud menyempitkan dan menyakiti suaminya
bila Rasulullah mengabarkannya untuk kita tentang kelemahan perempuan, bukan
maksud beliau buat ngerendahin kedudukan mereka. justru untuk diketahui,
dimaklumi dan selanjutnya dipergauli dengan ma’ruf dan penuh kasih sayang
Wallahua'lam
23
Top Related