PESAN POLITIK MEGAWATI SOEKARNOPUTRI DALAM PIDATO ULANG TAHUN KE-44
PDI PERJUANGAN
Political Message of Megawati Soekarnoputri’s Speech
in the 44th Anniversary of PDI Perjuangan
Ali Kusno
Jalan Batu Cermin 25 Sempaja Utara Samarinda Kalimantan Timur
Pos-el:
[email protected]
Diajukan: 16 Februari 2017, direvisi: 27 Juli 2017
Abstract
Chairman of the Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP)
Megawati delivered a political speech in the 44th anniversary of
PDIP, Megawati's speech reaped a variety of criticisms from some
parties without intrepreting the whole content of the speech
thoroughly. This study aims to analyze the political messages
contained in the discourse of Megawat’s political speech. This
study uses a model of critical discourse analysis by Fairclough.
The data are taken from the discourse of Megawati's speech. The
data are analyzed using an interactive model. The results show that
Megawati’s political speech does not harm certain parties. The
message delivered is a pure persuasion to the country to uphold
Pancasila, the 1945 Constitution, and to maintain the national
unity which is knows as Bhineka Tunggal Ika. Even if there is an
apposing party, it could be possible because of differences in
political views and interests. The issue often arises when people
in the political parties are sometimes too reactive to the
statement and associate it with racial issues. The problems that
actually have nothing to do with the racial issues can be a big
issue because they were exaggerated. Keywords: critical discourse
analysis, political speech of Megawati
Abstrak
Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati
menyampaikan pidato politik dalam HUT ke-44 PDIP. Pidato Megawati
itu menuai beragam kecaman dari beberapa pihak tanpa memaknainya
secara menyeluruh. Penelitian ini bertujuan menganalisis pesan
politik yang terdapat dalam pidato Megawati tersebut. Penelitian
ini menggunakan analisis wacana kritis Model Fairclough. Data
penelitian diambil dari wacana pidato Megawati tersebut. Teknik
analisis data menggunakan model interaktif. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa Megawati dalam pidato politiknya tidak ada satu
pernyataan pun yang mencederai pihak tertentu. Hal yang disampaikan
murni persuasi terhadap bangsa Indonesia untuk menjunjung
pancasila, UUD 1945, dan menjaga persatuan bangsa yang Berbhineka
Tunggal Ika. Kalaupun ada pihak lain menentang, bisa dimungkinkan
karena perbedaan pandangan politik dan kepentingan. Persoalan
justru sering muncul ketika tokoh-tokoh tersebut reaktif terhadap
pernyataan dan mengaitkannya dengan isu SARA. Permasalahan yang
sebenarnya tidak ada kaitannya (SARA) dapat menjadi isu besar
karena dibesar-besarkan. Kata kunci: analisis wacana kritis, pidato
politik Megawati
Kelasa, Vol. 12, No. 2, Desember 2017: 151—172
152
Ketua Umum Partai Demokrasi
Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri menyampaikan
pidato politik dalam perayaan HUT ke-44 PDIP di Jakarta Covention
Center (JCC), Senayan, Jakarta, Selasa (10/1/2017) (Putra, 2017).
Pidato Megawati itu menuai kecaman. Salah satunya berasal dari
Politikus senior Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Habil Marati.
Politikus asal Sulawesi Tenggara ini menyindir pidato Megawati yang
menyebut, “kalau mau jadi orang Islam, jangan jadi orang Arab”.
Menurut Habil Marati, Megawati tidak paham posisi agama dalam
prespektif penciptaan manusia, bahwa agama Islam bukan budaya Arab.
Bagi Habil Marati, Megawati tidak paham Agama dan tidak tahu
beragama. Islam turun di tanah Arab dan pada orang Arab, tapi Allah
mengutus Nabi Muhammad bukan untuk mewakili orang Arab dan tanah
Arab dalam kenabiannya. Nabi Muhammad mewakili seluruh umat manusia
sepanjang zaman (Sari, 2017).
Selain itu, Imam Besar FPI Habib Rizieq, juga menyinggung pidato
Megawati. Dalam pidato tersebut, Habib Rizieq menilai Megawati
mencoba menghadapkan Islam dengan Pancasila. Habib Rizieq
menyesalkan mendengarkan salah satu pimpinan parpol yang
menyinggung ideologi tertutup yang mencoba menghadapkan agama Islam
dan Pancasila. Bagi Habib Rizieq, antara Pancasila dan agama Islam
tidak ada yang perlu diperdebatkan. Menurut Habib Rizieq yang lebih
menyedihkan, ada ungkapan-ungkapan pernyataan bahwa ajaran Islam
yang berkaitan dengan iman kepada hari akhir. Habib Rizieq khawatir
pernyataan Megawati menganggap akhirat sebagai ramalan masa depan
dapat mengundang konflik
horizontal antarumat beragama. Hal itu dianggap bisa membahayakan
NKRI, Pancasila, UUD 1945 dan pilar - pilar negara. Menurut Habib
Rizieq sepanjang sejarah kemerdekaan Indonesia, tidak ada satu pun
tokoh yang menjadikan Pancasila untuk menggugurkan rukun iman
(Supriyadi, 2017).
Oleh karena itu, penafsiran secara menyeluruh terkait isi pidato
tersebut penting untuk dilakukan. hal itu didasari atas munculnya
simpang siur penafsiran yang masih sebatas pada penggalan-penggalan
pidato. Padahal diperlukan penafsiran isi pidato politik Megawati
secara menyeluruh agar tidak timbul kesalahan penafsiran.
Penelitian ini bertujuan menganalisis pesan-pesan politik apa saja
yang terdapat dalam wacana pidato politik Megawati saat perayaan
HUT ke-44 PDIP di Jakarta Covention Center (JCC), Senayan,
Jakarta.
Dalam KBBI (Bahasa, 2016) pengertian pidato adalah pengungkapan
pikiran dalam bentuk kata-kata yang ditujukan kepada orang banyak;
wacana yang disiapkan untuk diucapkan di depan khalayak. Dengan
demikian pidato dapat dimaknai pengungkapan pikiran dalam bentuk
kata-kata dibawakan dalam acara, materi, dan khalayaknya khusus.
Pidato sering dibawakan dalam berbagai situasi resmi. Meskipun
dalam situasi yang sama, perbedaan penutur dapat memengaruhi
perbedaan gaya bahasa pidato. Gaya bahasa seseorang dalam berpidato
dapat membedakan jiwa dan kepribadiannya. Beberapa penelitian
tentang gaya bahasa beberapa tokoh dapat dijadikan referensi
sekaligus pembanding.
Penelitian tentang pidato Megawati sudah pernah dilakukan Kusno
(2015) terkait gaya bahasa
Pesan Politik Megawati... (Ali Kusno)
153
pidato politik Megawati pada pembukaan kongres ke IV PDIP di Bali.
Adapun hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa Megawati dalam
membawakan pidato politik yang mampu menggunakan gaya bahasa
efektif menghidupkan sebuah pidato. Masing-masing orang memiliki
gaya dalam menyampaikan pesan termasuk dalam berpidato. Megawati
dalam pidato politik pada pembukaan kongres ke IV PDIP di Bali
menggunakan gaya bahasa yang berkarakter, yakni gaya bahasa resmi
dengan nada mulia dan serius; menggunakan Istilah-istilah berupa
Politik kalangan PDIP, menggunakan Istilah-istilah Asing; dan
menggunakan istilah-istilah asing. Secara keseluruhan Megawati
dalam pidato politiknya dominan menggunakan nada suara tinggi
persuasif yang dapat menggelorakan semangat para kader partai.
Selain menggunakan nada suara tinggi, pada bagian tertentu,
Megawati menggunakan nada suara yang rendah. Nada suara rendah
menjadi jeda sekaligus penekanan tertentu dari dominasi penggunaan
nada tinggi. Selanjutnya, kekhasan gaya struktur kalimat, berupa
gaya bahasa klimaks, antiklimaks, dan repetisi. Megawati
menggunakan gaya bahasa retoris berupa gaya bahasa pertanyaan
retoris dan gaya bahasa hiperbol. Gaya bahasa kiasan yang digunakan
Megawati berupa gaya bahasa simile, gaya bahasa metafora, dan gaya
bahasa personifikasi. Megawati juga menggunakan humor untuk dapat
mencairkan suasana.
Dalam penelitian tersebut dianalisis tentang gaya bahasa pidato
Megawati. Sedangkan dalam penelitian ini fokus pada pemaknan
menyeluruh terhadap pesan dalam pidato. Oleh karena itu, untuk
mengungkapkan pesan pidato, sebagai sebuah tuturan, dapat
menggunakan analisis wacana.
Crystal dan Cook dalam Nunan (Purbani, 2009) mendefinisikan wacana
sebagai unit bahasa lebih besar daripada kalimat, sering berupa
satuan yang runtut/koheren dan memiliki tujuan dan konteks
tertentu, seperti ceramah agama, argumen, lelucon atau cerita.
Nunan melihat unsur-unsur keruntutan dan koherensi sebagai hal yang
penting untuk menilai sebuah wacana. Pendapat itu dapat dimaknai
bahwa wacana sebagai unit bahasa yang lebih besar dari kalimat
memiliki koherensi, tujuan, dan konteks tertentu. Wacana menurut
Mulyana (2005: 56) dapat diklasifikasikan berdasarkan isi sehingga
relatif mudah dikenali. Hal ini disebabkan telah tersedianya ruang
(space) dalam berbagai media yang secara khusus langsung
mengelompokkan jenis-jenis wacana atas dasar isinya. Isi wacana
sebenarnya lebih bermakna sebagai nuansa atau muatan tentang hal
yang ditulis, disebutkan, diberitakan, atau diperbincangkan oleh
pemakai bahasa (wacana). Masing-masing jenis wacana yang memiliki
isi yang berbeda memiliki karakteristik yang berbeda pula.
Berdasarkan isinya, salah satu jenis wacana adalah wacana politik.
Menurut Mulyana (2005: 57) sebagian orang memandang dunia politik
sebagai dunia siasat, penuh strategi, dan mungkin kelicikan.
Politik dalam pandangan masyarakat identik dengan saling mengakali
satu dengan pihak lain. Hal itu tidak berbeda dengan pendapat
George Orwell. Menurut George Orwell bahwa pada zaman ini tidak
mungkin orang bisa lepas dari politik. Semua masalah adalah selalu
masalah politik (Jones & Wareing, 2006: 50). Setiap sendi-sendi
kehidupan masyarakat tidak bisa lepas dari dunia politik. Politik
adalah masalah kekuasaan, yaitu kekuasaaan untuk membuat
keputusan,
Kelasa, Vol. 12, No. 2, Desember 2017: 151—172
154
mengendalikan sumber daya, mengendalikan perilaku orang lain dan
sering kali juga mengendalikan nilai- nilai yang dianut orang lain
(Jones & Wareing, 2006: 50). Melalui politik orang dapat
memiliki kekuasaan, mengendalikan sumber daya untuk keuntungan,
maupun memengaruhi ataupun mengendalikan orang lain.
Wacana-wacana politik menggunakan bahasa yang membutuhkan
pemahaman. Pendekatan yang dapat digunakan untuk mengungkapkan
makna dalam wacana-wacana politik dapat menggunana analisis wacana
kritis. Istilah wacana yang digunakan dalam Critical Discourse
Analysis (CDA) salah satunya dikembangkan ahli linguistik sosial
seperti Norman Fairclough. Analisis wacana kritis Model Fairclough
menempatkan wacana atau penggunaan bahasa sebagai praktik sosial;
wacana atau penggunaan bahasa dihasilkan dalam sebuah peristiwa
diskursif tertentu; wacana yang dihasilkan berbentuk sebuah genre
tertentu (Ahmadi F., 2014: 255). Analisis wacana kritis model
Fairclough dikenal dengan sebutan analisis tiga dimensi, yakni: 1)
analisis tekstual (level mikro) adalah analisis deskriptif terhadap
dimensi teks; 2) analisis praktik wacana (level meso) adalah
analisis interpretatif terhadap pemproduksian, penyebaran, dan
pengonsumsian wacana, termasuk intertekstualitas dan
interdiskursivitas; 3) analisis sosiokultural (level makro) adalah
analisis eksplanatif terhadap konteks sosiokultural yang
melatarbelakangi kemunculan sebuah wacana (Fairclough dalam Ahmadi
F., 2014: 255).
2. Metode
Untuk menganalisis pesan politik dalam pidato Megawati dalam
perayaan HUT ke-44 PDIP di JCC, Senayan, Jakarta (Putra, 2017).
Metode penelitian ini dengan penelitian kualitatif yang bersifat
deskriptif. Metode penelitian kualitatif merupakan prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis dan lisan tentang sifat individu, keadaan, gejala dari
kelompok tertentu yang dapat diamati (Moleong, 1994: 6). Objek
penelitian ini adalah bahasa politik yang digunakan Megawati
Soekarnoputri dalam pidato politik dalam perayaan HUT ke-44 PDIP di
JCC, Senayan, Jakarta. Data dan sumber data yang digunakan dalam
penelitian ini berupa dokumen. Sumber data dokumen yaitu rekaman
pidato Megawati Soekarnoputri dalam perayaan HUT ke-44 PDIP di JCC,
Senayan, Jakarta yang diunggah di Youtube (CNN Indonesia, 2017).
Sedangkan teknik analisa data menggunakan model interaktif, seperti
yang dikemukakan Miles & Huberman (2007:19-20), yang terdiri
atas tiga komponen analisis, yaitu reduksi data, sajian data, dan
penarikan simpulan atau verivikasi. Aktivitas ketiga komponen itu
dilakukan dalam bentuk interaktif dengan proses pengumpulan
data.
3. Hasil dan Pembahasan
Penafsiran atas isi pidato Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri
dalam perayaan HUT ke-44 PDIP di JCC, Senayan, Jakarta cukup
beragam. Tidak sedikit yang mengkritik isi pidato tersebut,
terutama pihak-pihak yang berseberangan atau lawan politik. Berikut
ini penafsiran pesan politik dalam pidato Megawati dalam perayaan
HUT ke-44 PDIP di JCC, Jakarta.
Pesan Politik Megawati... (Ali Kusno)
155
3.1 Analisis Tekstual (Analisis Mikro) 1) Struktur Teks
Struktur sebuah teks biasa dibagi menjadi tiga bagian, yaitu bagian
pembuka, bagian isi, dan bagian penutup. Teks pidato politik
Megawati merupakan contoh struktur teks yang memenuhi tiga bagian
itu. Selanjutnya secara substansi, isi teks tuturan itu
mengungkapkan beberapa hal yang dapat diidentifikasi sebagai pesan
politik Megawati.
(1) Rasa syukur keberadaan PDIP
Melewati Sejarah Bangsa Sebagai pembuka pidato,
Megawati menyampaikan perasaan syukur terkait keberadaan PDIP.
Berikut ini penggalan pidato Megawati yang mengungkapkan syukur
keberadaan PDIP yang telah mampu melewati sejarah bangsa
Indonesia.
Data 1 Puji Syukur kita panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu
Wata’ala, sehingga PDI Perjuangan mampu melewati berbagai ujian
sejarah selama 44 tahun. Pasang naik dan pasang surut sebagai
sebuah partai politik, telah kami lalui. Saya sebagai Ketua Umum
pada hari ini, ingin mengucapkan terima kasih kepada mereka yang
memilih berada dalam gerbong perjuangan bersama. Terima kasih
kepada mereka yang tetap setia, meski kadang Partai ini mendapat
terpaan gelombang yang begitu dahsyat. Mereka selalu ada, tidak
hanya ketika Partai ini sedang berkibar, namun justru
memperlihatkan kesetiaannya ketika Partai berada dalam posisi yang
sulit.
Seperti dalam penggalan pidato tersebut, Megawati menyampaikan
syukur karena PDIP mampu melewati berbagai ujian sejarah selama
44
tahun. Pasang naik dan pasang surut sebagai sebuah partai politik,
telah dilalui PDIP. Megawati berterima kasih kepada kader-kader
PDIP yang memilih berada dalam tim (kesatuan) perjuangan bersama.
Megawati berterima kasih kepada kader yang tetap setia meskipun
terkadang PDIP mendapat beragam persoalan dan kesulitan. (2) Rasa
Terima kasih kepada Para
Pendahulu PDIP sebagai salah satu partai
politik besar di Indonesia dibangun oleh para pendahulu partai.
Oleh karena itu, Megawati mengucapkan terima kasih kepada para
pendahulu yang telah membangun PDIP. Berikut ini penggalan
pernyataan Megawati tersebut.
Data 2 Ijinkan saya memberikan penghormatan, dan penghargaan
sebesar-besarnya, kepada antara lain Bapak Jacob Nuwa Wea, Bapak
Alexander Litaay, dan Bapak Mangara Siahaan, dan masih banyak yang
lain, yang tidak bisa saya sebut satu per satu. Mereka telah
mendahului kita menghadap Sang Khalik sebagai pejuang Partai.
Mereka tidak hanya ada dalam sejarah hidup saya, namun juga adalah
tokoh-tokoh yang berjuang mempertahankan Partai ini sebagai partai
ideologis. Kesetiaan yang mereka tunjukan sepanjang hidup
kepartaian, bagi saya adalah bentuk kesetiaan ideologis, yang sudah
seharusnya dihayati, dan dijalankan oleh setiap kader partai.
Seperti dalam penggalan pidato tersebut, Megawati menyampaikan
penghormatan dan penghargaan kepada pendahulu partai, seperti Jacob
Nuwa Wea, Alexander Litaay, dan Mangara Siahaan, dan masih
banyak
Kelasa, Vol. 12, No. 2, Desember 2017: 151—172
156
yang lain. Pihak-pihak tersebut merupakan pejuang partai yang
berkesan dalam kehidupan Megawati. Bagi Megawati tokoh-tokoh
tersebut berjuang mampu mempertahankan PDIP sebagai partai
ideologis. Kesetiaan tokoh-tokoh tersebut ditunjukan sepanjang
hidup kepartaian. Hal itu bagi Megawati sebagai bentuk kesetiaan
ideologis, yang sudah seharusnya dihayati dan dijalankan oleh
setiap kader partai. (3) Penghargaan kepada Presiden
Jokowi telah Menetapkan Hari Lahir Pancasila
Megawati dalam kesempatan pidato politik tersebut, juga
menyampaikan terima kasih terhadap Presiden Jokowi atas
ditetapkannya hari lahir Pancasila. Berikut ini penggalan pidato
Megawati yang menyinggung tentang penetapan Hari Lahir
Pancasila.
Data 3 Dari awal mula saya membangun Partai ini, tanpa ragu saya
telah menyatakan dan memperjuangkan, bahwa PDI Perjuangan adalah
partai ideologis, dengan ideologi Pancasila 1 Juni 1945. Syukur
alhamdulillah, pada tanggal 1 Juni tahun 2015 yang lalu, Presiden
Jokowi telah menetapkan 1 Juni 1945 sebagai hari lahirnya
Pancasila. Artinya, secara resmi negara telah mengakui, bahwa
Pancasila 1 Juni 1945 sebagai ideologi bangsa Indonesia.
Dalam penggalan pidato tersebut, Megawati menyampaikan bahwa
dirinya membangun PDIP, tanpa ragu telah menyatakan dan
memperjuangkan, bahwa PDIP adalah partai ideologis, dengan ideologi
Pancasila 1 Juni 1945. Megawati bersyukur dan berterima kasih
tanggal 1 Juni tahun 2015, Presiden
Jokowi telah menetapkan 1 Juni 1945 sebagai hari lahirnya
Pancasila. Dengan demikian, secara resmi negara telah mengakui
bahwa Pancasila 1 Juni 1945 sebagai ideologi bangsa Indonesia. (4)
Refeksi Bangsa Indonesia pada
Penghujung Tahun 2016 Pada akhir tahun 2016, gejolak
politik nasional sangat terasa. Hal itu pulalah yang disinggung
Megawati seperti dalam penggalan pidato berikut.
Data 4 Peristiwa di penghujung tahun 2015 (ed.2016), telah
menggugah sebuah pertanyaan filosofis dalam diri saya: cukupkah
bagi bangsa ini sekedar memperingati 1 Juni sebagai hari lahirnya
Pancasila? Dari kacamata saya, pengakuan 1 Juni sebagai hari
lahirnya Pancasila, memuat suatu konsekuensi ideologis yang harus
dipikul oleh kita semua. Dengan pengakuan tersebut, maka segala
keputusan dan kebijakan politik yang kita produksi pun, sudah
seharusnya bersumber pada jiwa dan semangat nilai-nilai Pancasila 1
Juni 1945.
Berdasarkan penggalan tersebut Megawati menyampaikan bahwa
peristiwa pada akhir tahun 2016 mengundang pertanyaan dalam diri
Megawati. Sebagaimana yang terjadi, pada akhir tahun 2016, dalam
kancah perpolitikan nasional terjadi gejolak yang bermula dengan
adanya tuntutan atas dugaan penistaan Agama yang dilakukan oleh
Ahok. Megawati mempertanyakan bahwa bangsa Indonesia telah
memperingati 1 Juni sebagai hari lahirnya Pancasila, namun
tindakan-tindakan (beragam aksi yang menyudutkan Ahok) mencederai
Pancasila sebagai dasar negara masih terjadi. Selayaknya pengakuan
1 Juni
Pesan Politik Megawati... (Ali Kusno)
157
sebagai hari lahirnya Pancasila memuat suatu konsekuensi ideologis
yang harus dipikul oleh bangsa Indonesia. Dengan pengakuan
tersebut, segala keputusan dan kebijakan politik yang diproduksi
pun sudah seharusnya bersumber dari jiwa dan semangat nilai-nilai
Pancasila 1 Juni 1945. Tidak dapat dipungkiri, pada era keterbukaan
ini bermunculan paham-paham ideologis yang berasal dari luar
negeri. Paham-paham itulah yang mulai muncul dan berkembang dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Hal itu juga disinggung oleh
Megawati dalam pidato politiknya. berikut. Data 5 Apa yang terjadi
di penghujung tahun 2015, harus dimaknai sebagai cambuk yang
mengingatkan kita terhadap pentingnya Pancasila sebagai “pendeteksi
sekaligus tameng proteksi” terhadap tendensi hidupnya “ideologi
tertutup”, yang mengancam persatuan dan kesatuan bangsa. Ideologi
tertutup tersebut bersifat dogmatis. Ia tidak berasal dari
cita-cita yang sudah hidup dari masyarakat. Ideologi tertutup
tersebut hanya muncul dari suatu kelompok tertentu yang dipaksakan
diterima oleh seluruh masyarakat. Mereka memaksakan kehendaknya
sendiri; tidak ada dialog, apalagi demokrasi. Apa yang mereka
lakukan, hanyalah kepatuhan yang lahir dari watak kekuasaan
totaliter, dan dijalankan dengan cara-cara totaliter pula.
Dalam penggalan pidato tersebut, Megawati menuturkan bahwa berbagai
peristiwa yang terjadi pada akhir tahun 2016 harus dimaknai sebagai
cambuk yang mengingatkan bangsa Indonesia terhadap pentingnya
Pancasila sebagai pendeteksi sekaligus
tameng proteksi terhadap tendensi hidupnya ideologi tertutup yang
mengancam persatuan dan kesatuan bangsa. Ideologi tertutup tersebut
bersifat dogmatis yang berasal dari cita-cita yang sudah hidup dari
masyarakat. Ideologi tersebut hanya muncul dari suatu kelompok
tertentu yang dipaksakan diterima oleh seluruh masyarakat. Kelompok
tersebut memaksakan kehendaknya sendiri, tidak ada dialog, apalagi
demokrasi. Hal itu hanyalah kepatuhan yang lahir dari watak
kekuasaan totaliter dan dijalankan dengan cara-cara totaliter pula.
(5) Teror dan Propaganda Ideologi
Tertutup yang antikebinekaan Megawati juga menuding adanya bentuk
teror dan propaganda ideologi tertutup. Berikut ini penggalan
pidato yang mengungkapkan adanya teror dan propaganda ideologi
tertutup tersebut. Data 6 Bagi mereka, teror dan propaganda adalah
jalan kunci tercapainya kekuasaan. Data 7 Syarat mutlak hidupnya
ideologi tertutup adalah lahirnya aturan-aturan hingga dilarangnya
pemikiran kritis. Mereka menghendaki keseragaman dalam berpikir dan
bertindak, dengan memaksakan kehendaknya. Oleh karenanya, pemahaman
terhadap agama dan keyakinan sebagai bentuk kesosialan pun
dihancurkan, bahkan dimusnahkan. Selain itu, demokrasi dan
keberagaman dalam ideologi tertutup tidak ditolelir karena
kepatuhan total masyarakat menjadi tujuan.
Seperti dalam data (6) tersebut, Megawati menuturkan upaya pihak-
pihak pemaksa ideologi tertutup, teror,
Kelasa, Vol. 12, No. 2, Desember 2017: 151—172
158
dan propaganda merupakan sarana mencapai kekuasaan. Sedangkan dalam
data (7) bagi Megawati syarat mutlak hidupnya ideologi tertutup
adalah lahirnya aturan-aturan hingga dilarangnya pemikiran kritis.
Menurut Megawati, pihak-pihak tersebut menghendaki keseragaman
dalam berpikir dan bertindak dengan memaksakan kehendak. Oleh
karena itu, pemahaman terhadap agama dan keyakinan sebagai bentuk
kesosialan pun dihancurkan bahkan dimusnahkan. Selain itu,
demokrasi dan keberagaman dalam ideologi tertutup tidak ditolelir
karena kepatuhan total masyarakat menjadi tujuan. Data 8 Apa yang
saya sampaikan di atas tentang ideologi tertutup, jelas
bertentangan dengan Pancasila. Pancasila bukan suatu ideologi yang
dipaksakan oleh Bung Karno atau pendiri bangsa lainnya. Pancasila
lahir dari nilai-nilai, norma, tradisi dan cita- cita bangsa
Indonesia sejak masa lalu, bahkan jauh sebelum kemerdekaan. Bung
Karno sendiri menegaskan, dirinya bukan sebagai penemu Pancasila,
tetapi sebagai penggali Pancasila. Beliau menggalinya dari harta
kekayaan rohani, moral dan budaya bangsa dari buminya Indonesia.
Pancasila dengan sendirinya adalah warisan budaya bangsa Indonesia.
Apakah ketika Indonesia berumur 71 tahun, kita telah melupakan
sejarah bangsa? Jangan sekali-kali melupakan sejarah kita!!
Berdasarkan data tersebut dapat dipahami bahwa ideologi tertutup
jelas bertentangan dengan Pancasila. Pancasila bukan suatu ideologi
yang dipaksakan oleh Bung Karno atau pendiri bangsa lainnya.
Pancasila lahir dari nilai-nilai, norma, tradisi, dan cita-
cita bangsa Indonesia sejak masa lalu, bahkan jauh sebelum
kemerdekaan. Bung Karno sendiri menegaskan, dirinya bukan sebagai
penemu Pancasila, tetapi sebagai penggali Pancasila. Bung Karno
menggali Pancasila dari harta kekayaan rohani, moral, dan budaya
bangsa dari bumi Indonesia. Pancasila dengan sendirinya adalah
warisan budaya bangsa Indonesia. Megawati mengingatkan agar bangsa
Indonesia yang sudah berumur 71 tahun tidak melupakan sejarah
bangsa.
Selain menuding keberadaan pihak-pihak yang mencoba memaksakan
ideologi tertutup, Megawati menuding ada pihak-pihak yang
antikebhinekaan. Berikut ini penggalan pidato Megawati yang
mengungkapkan adanya pihak yang antikebhinekaan.
Data 9 Mereka benar-benar anti kebhinekaaan. Itulah yang muncul
dengan berbagai persoalan SARA akhir-akhir ini.
Berdasarkan data tersebut dapat dipahami bahwa Megawati menuding
pihak-pihak tertentu benar-benar antikebhinekaaan. Bentuk-bentuk
antikebhinekaan yang muncul dengan berbagai persoalan SARA
akhir-akhir ini (akhir 2016). (6) Sindiran para Pemimpin
Ideologi
Tertutup sebagai Peramal Masa Depan
Megawati, dalam menanggapi berbagai persoalan yang mendera bangsa
Indonesia pada akhir tahun 2016, mengungkapkan bahwa pemimpin
ideologi tertutup seolah sebagai peramal masa depan. Pernyataan
inilah salah satunya yang memicu kontroversi pada sebagian kalangan
masyarakat. Lebih lanjut
Pesan Politik Megawati... (Ali Kusno)
159
disampaikan Megawati mengenai kelompok tersebut.
Data 10 Di sisi lain, para pemimpin yang menganut ideologi tertutup
pun memosisikan dirinya sebagai pembawa “self fulfilling prophecy”,
para peramal masa depan. Mereka dengan fasih meramalkan yang akan
pasti terjadi di masa yang akan datang, termasuk dalam kehidupan
setelah dunia fana, yang notabene mereka sendiri belum pernah
melihatnya.
Bagi Megawati para pemimpin yang menganut ideologi tertutup pun
memosisikan dirinya sebagai pembawa self fulfilling prophecy, para
peramal masa depan. Menurut Megawati para pemimpin tersebut dengan
fasih meramalkan yang pasti terjadi pada masa yang akan datang,
termasuk dalam kehidupan setelah dunia fana yang kenyataannya belum
pernah melihatnya. Penggalan pidato inilah yang menurut sebagian
kalangan telah menyinggung umat Islam. (7) Mengingatkan Peran
Pancasila
dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara
Berbagai persoalan yang mendera bangsa Indonesia pada akhir tahun
2016, Megawati mengingatkan kembali bangsa Indonesia agar mengingat
kembali Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, seperti
dalam penggalan pidato berikut. Data 11 Pancasila berisi prinsip
dasar, selanjutnya diterjemahkan dalam konstitusi UUD 1945 yang
menjadi penuntun sekaligus rambu dalam membuat norma-norma sosial
politik. Produk kebijakan politik pun tidak boleh bersifat apriori,
bahkan harus
merupakan keputusan demokratis berdasarkan musyawarah mufakat.
Dengan demikian, Pancasila sebagai jiwa bangsa, tidak memiliki
sifat totaliter dan tidak boleh digunakan sebagai “stempel
legitimasi kekuasaan”. Pancasila bersifat aktual, dinamis,
antisipasif dan mampu menjadi “leidstar”, bintang penuntun dan
penerang, bagi bangsa Indonesia. Pancasila selalu relevan di dalam
menghadapi setiap tantangan yang sesuai dengan perkembangan jaman,
ilmu pengetahuan, serta dinamika aspirasi rakyat. Namun, tentu saja
implementasi Pancasila tidak boleh terlalu kompromistis saat
menghadapi sesuatu yang bertentangan dengan nilai-nilai dasar yang
terkandung di dalamnya. Meskipun demikian, guna meng- eksplisit-kan
ide dan gagasan agar menjadi konkret, dan agar Pancasila tidak kaku
dan keras, dalam merespon keaktualan problematika bangsa, maka
instrumen implementasinya pun harus dijabarkan dengan lebih nyata,
tanpa bertentangan dengan filsafat pokok dan kepribadiaan
bangsa.
Dalam penggalan pidato tersebut, Megawati mengingatkan bahwa
Pancasila berisi prinsip dasar yang selanjutnya diterjemahkan dalam
konstitusi UUD 1945 menjadi penuntun sekaligus rambu dalam membuat
norma-norma sosial politik. Produk kebijakan politik pun tidak
boleh bersifat apriori, bahkan harus merupakan keputusan demokratis
berdasarkan musyawarah mufakat. Dengan demikian, Pancasila sebagai
jiwa bangsa tidak memiliki sifat totaliter dan tidak boleh
digunakan sebagai stempel legitimasi kekuasaan. Pancasila bersifat
aktual, dinamis, antisipasif, dan mampu menjadi bintang penuntun
serta penerang, bagi bangsa Indonesia. Pancasila selalu
Kelasa, Vol. 12, No. 2, Desember 2017: 151—172
160
relevan di dalam menghadapi setiap tantangan yang sesuai dengan
perkembangan zaman, ilmu pengetahuan, serta dinamika aspirasi
rakyat.
Implementasi Pancasila tidak boleh terlalu kompromistis saat
menghadapi sesuatu yang bertentangan dengan nilai-nilai dasar yang
terkandung dalam Pancasila. Untuk mengeksplisitkan ide dan gagasan
agar menjadi konkret dan Pancasila tidak kaku dan keras dalam
merespon keaktualan problematika bangsa, instrumen implementasinya
pun harus dijabarkan dengan lebih nyata, tanpa bertentangan dengan
filsafat pokok dan kepribadiaan bangsa.
(8) Hakikat Pancasila sebagai
Pandangan Hidup Bangsa Megawati dalam pidato politiknya juga
mengingatkan hakikat Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa
Indonesia, sepeti dalam penggalan pidato berikut. Data 12 Indonesia
diakui sebagai negara demokratis, namun demokrasi yang kita anut
dengan Pancasila sebagai “the way of life bangsa” telah secara
tegas mematrikan nilai-nilai filosofis ideologis, agar kita tidak
kehilangan arah dan jati diri bangsa. Pancasila, lima sila, jika
diperas menjadi Trisila, terdiri dari: Pertama, sosio- nasionalisme
yang merupakan perasan dari kebangsaan dan internasionalisme;
kebangsaan dan peri kemanusiaan. Kedua, sosio-demokrasi. Demokrasi
yang dimaksud bukan demokrasi barat, demokrasi yang dimaksud adalah
demokrasi politik ekonomi, yaitu demokrasi yang melekat dengan
kesejahteraan sosial, yang diperas menjadi satu dalam sosio-
demokrasi. Ketiga, adalah ke-Tuhan-an.
Menjadi poin ketiga, bukan karena derajat kepentingannya paling
bawah, tetapi justru karena Ke-Tuhan-an sebagai pondasi kebangsaan,
demokrasi politik dan ekonomi yang kita anut. Tanpa Ke-Tuhan-an
bangsa ini pasti oleng. Ke-Tuhan-an yang dimaksud adalah
Ke-Tuhan-an dengan cara berkebudayaan dan berkeadaban; dengan
saling hormat menghormati satu dengan yang lain, dengan tetap tidak
kehilangan karakter dan identitas sebagai bangsa Indonesia.
Dalam penggalan pidato tersebut, Megawati menyampaikan bahwa
Indonesia diakui sebagai negara demokratis. Demokrasi yang dianut
bangsa Indonesia berdasarkan Pancasila sebagai pandangan hidup
bangsa telah secara tegas mematrikan nilai-nilai filosofis
ideologis agar bangsa Indonesia tidak kehilangan arah dan jati
diri. Menurut Megawati, Pancasila, lima sila, jika diperas menjadi
Trisila. Pertama, sosio- nasionalisme yang merupakan perasan dari
kebangsaan dan internasionalisme; kebangsaan dan perikemanusiaan.
Kedua, sosiodemokrasi, demokrasi yang dimaksud bukan demokrasi
barat, melainkan melekat dengan kesejahteraan sosial yang diperas
menjadi satu dalam sosiodemokrasi. Ketiga, adalah Ketuhanan.
Menjadi poin ketiga, bukan karena derajat kepentingannya paling
bawah, melainkan justru karena Ketuhanan sebagai pondasi
kebangsaan, demokrasi politik dan ekonomi yang dianut bangsa
Indonesia. Tanpa Ketuhanan bangsa ini pasti kehilangan arah.
Ketuhanan yang dimaksud adalah Ketuhanan dengan cara berkebudayaan
dan berkeadaban, dengan saling hormat menghormati satu dengan yang
lain dengan tetap
Pesan Politik Megawati... (Ali Kusno)
161
tidak kehilangan karakter dan identitas sebagai bangsa Indonesia.
(9) Pesan Bung Karno Jati diri Bangsa
Indonesia Megawati menyentil pihak-
pihak yang terkesan memaksakan kehendak dengan meminjam istilah
yang pernah digunakan Presiden pertama Ir. Soekarno seperti dalam
penggalan pidato berikut.
Data 13 Bung Karno menegaskan, “kalau jadi Hindu, jangan jadi orang
India. Kalau jadi Islam, jangan jadi orang Arab, kalau jadi
Kristen, jangan jadi orang Yahudi. Tetaplah jadi orang Indonesia
dengan adat budaya Nusantara yang kaya raya ini.”
Megawati mengungkapkan bahwa Bung Karno menegaskan kalau menjadi
Hindu, jangan menjadi orang India. Kalau menjadi Islam, jangan
menjadi orang Arab. Kalau menjadi Kristen, jangan menjadi orang
Yahudi. Tetaplah menjadi orang Indonesia dengan adat budaya
Nusantara yang kaya raya. (10) Semangat Gotong Royong
Bangsa Indonesia Trisila Megawati menuturkan bahwa perlunya
semangat gotong royong bahasa Indonesia trisila, seperti dalam
penggalan pidato berikut ini. Data 14 Trisila jika diperas menjadi
Ekasila, yaitu gotong royong. Inilah suatu paham yang dinamis,
berhimpunnya semagat bersama untuk membanting tulang bersama,
memeras keringat bersama untuk kebahagiaan bersama. Kebahagian yang
dimaksud adalah kebahagian kolektif sebagai sebuah bangsa, yang
memiliki tiga kerangka: pertama, Satu Negara
Republik Indonesia yang berbentuk Negara-Kesatuan dan Negara-
kebangsaan yang demokratis dengan wilayah kekuasaan dari Sabang
sampai Merauke; dari Miangas hingga ke Rote. Kedua, satu masyarakat
yang adil dan makmur materiil dan spiritual dalam wadah Negara
kesatuan Republik Indonesia. Ketiga, satu persahabatan yang baik
antara Republik Indonesia dan semua negara di dunia, atas dasar
saling hormat- menghormati satu sama lain, dan atas dasar membentuk
satu Dunia Baru yang bersih dari penindasan dalam bentuk apa pun,
menuju perdamaian dunia yang sempurna.
Megawati mengungkapkan bahwa Trisila jika diperas menjadi Ekasila,
yaitu gotong royong. Inilah suatu paham yang dinamis, berhimpunnya
semangat bersama untuk membanting tulang bersama, memeras keringat
bersama untuk kebahagiaan bersama. Kebahagian yang dimaksud adalah
kebahagian kolektif sebagai sebuah bangsa, yang memiliki tiga
kerangka: pertama, satu negara Republik Indonesia yang berbentuk
negara kesatuan dan negara kebangsaan yang demokratis dengan
wilayah kekuasaan dari Sabang sampai Merauke; dari Miangas hingga
ke Rote. Kedua, satu masyarakat yang adil dan makmur materiil dan
spiritual dalam wadah Negara kesatuan Republik Indonesia. Ketiga,
satu persahabatan yang baik antara Republik Indonesia dan semua
negara di dunia, atas dasar saling hormat menghormati satu sama
lain, dan atas dasar membentuk satu dunia baru yang bersih dari
penindasan dalam bentuk apa pun, menuju perdamaian dunia yang
sempurna.
Kelasa, Vol. 12, No. 2, Desember 2017: 151—172
162
(11) Penekanan Perlunya Landasan Idiil dan Strukturil
Megawati menuturkan perlunya landasan idiil dan strukturiil seperti
dalam pengalan pidato berikut ini. Data 15 Adapun untuk mencapai
kerangka tujuan di atas diperlukan dua landasan: landasan idiil,
yaitu Pancasila dan landasan strukturil, yaitu pemerintahan yang
stabil... Keduanya merupakan syarat mutlak atas tanggung jawab
sejarah yang harus kita tuntaskan sekaligus sebagai konsekuensi
ideologis yang telah saya sampaikan di awal, yang mengakui
Pancasila 1 Juni 1945 sebagai ideologi bangsa.
Berdasarkan data tersebut untuk mencapai kerangka tujuan bangsa
diperlukan dua landasan: landasan idiil, yaitu Pancasila dan
landasan strukturil, yaitu pemerintahan yang stabil. Keduanya
merupakan syarat mutlak atas tanggung jawab sejarah yang harus kita
tuntaskan sekaligus sebagai konsekuensi ideologis yang mengakui
Pancasila 1 Juni 1945 sebagai ideologi bangsa. (12) Komitmen
Terhadap
Pemerintahan Jokowi Kalla Ada sebagian isu yang menggiring bahwa
adanya upaya menggulingkan pemerintahan Jokowi Kalla. Kekhawatiran
itu ditepis oleh Megawati sebagai Ketua Umum PDIP partai
pemerintah. Megawati selaku Ketua umum PDIP siap pasang badan
menghadapi upaya-upaya itu. Data 16 Untuk itulah PDI Perjuangan
selalu ikut dan berdiri kokoh menjaga jalannya pemerintah Presiden
Jokowi dan Jusuf Kalla sebagai pemerintahan yang terpilih secara
konstitusional.
Megawati seperti dalam penggalan pidato tersebut menyampaikan bahwa
untuk itulah PDI Perjuangan selalu ikut dan berdiri kokoh menjaga
jalannya pemerintah Presiden Jokowi dan Jusuf Kalla sebagai
pemerintahan yang terpilih secara konstitusional. (13) PDIP Partai
Ideologis
Megawati dalam berbagai kesempatan menyampaikan bahwa PDIP sebagai
partai ideologis. Hal yang sama diungkapkan dalam pidato politik
saat hari jadi PDIP tahun 2017.
Data 17 Kader-kader Partai yang saya cintai, hadirin yang saya
hormati, Saya menjabarkan hal-hal di atas dalam forum ini, untuk
menegaskan kembali bahwa PDI Perjuangan tetap memilih jalan
ideologis. PDI Perjuangan menyatakan diri tidak hanya sebagai rumah
bagi kaum Nasionalis, tetapi juga sebagai Rumah Kebangsaan bagi
Indonesia Raya. Kepada kader Partai di seluruh Indonesia, saya
instruksikan agar tidak lagi ada keraguan, apalagi rasa takut,
untuk membuka diri dan menjadikan kantor-kantor Partai sebagai
rumah bagi rakyat untuk menyampaikan aspirasi.
Megawati dalam penggalan pidato tersebut mengungkapkan bahwa PDIP
tetap memilih jalan ideologis. PDIP menyatakan diri tidak hanya
sebagai rumah bagi kaum Nasionalis, tetapi juga sebagai Rumah
Kebangsaan bagi Indonesia Raya. Megawati menginstruksikan agar
tidak lagi ada keraguan, apalagi rasa takut, untuk membuka diri dan
menjadikan kantor- kantor partai sebagai rumah bagi rakyat untuk
menyampaikan aspirasi. (14) Instruksi Menjaga Kebinekaan
Megawati mencermati berbagai persoalan yang menerpa bangsa
pada
Pesan Politik Megawati... (Ali Kusno)
163
akhir tahun 2016, mengingatkan agar menjaga kebhinekaan bangsa
Indonesia.
Data 18 Saya instruksikan, jadilah “Banteng Sejati” di dalam
membela keberagaman dan kebhinekaan. Berdirilah di garda terdepan,
menjadi tameng yang kokoh untuk mempertahankan Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Saya yakin, TNI dan POLRI akan bersama kita
dalam menjalankan tugas ini, dan tidak akan memberi ruang sedikit
pun pada pihak-pihak yang anti Pancasila dan anti demokrasi
Pancasila. Apresiasi saya kepada TNI-POLRI yang telah berani
bersikap tegas dalam menyikapi pihak-pihak tersebut.
Dalam penggalan pidato tersebut Megawati mengungkapkan agar
menjadi ‘Banteng Sejati’ dalam membela keberagaman dan
kebhinekaan. Berdirilah di garda terdepan menjadi tameng yang kokoh
untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia. TNI dan
POLRI akan bersama PDIP dalam menjalankan tugas ini. TNI POLRI
tidak akan memberi ruang sedikit pun pada pihak-pihak yang anti
Pancasila dan anti demokrasi Pancasila. Megawati mengapresiasi
TNI-POLRI yang telah berani bersikap tegas dalam menyikapi
pihak-pihak tersebut. (15) Pesan kepada kalangan legislatif
dan eksekutif Lebih lanjut Megawati
mengajak merenungkan hakikat penguasa.
Data 19 Luangkan waktu untuk merenung, sudah tepatkah
langkah-langkah yang kalian ambil atas jabatan yang telah diberikan
oleh rakyat, ataukah justru sebaliknya. Jangan kalian justru
menjadi bagian dari orang-orang yang menindas dan menyengsarakan
rakyat dengan kekuasaan yang sebenarnya justru merupakan amanah
dari rakyat. Saya tegaskan kembali, sebagai Ketua Umum Partai,
instruksi saya kepada kalian adalah mensejahterakan rakyat, bukan
sebaliknya! Kebhinekaan harus disertai dengan keadilan dan
kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat! Berdasarkan data tersebut
Luangkan waktu untuk merenung, sudah tepatkah langkah-langkah yang
kalian ambil atas jabatan yang telah diberikan oleh rakyat, ataukah
justru sebaliknya. Jangan kalian justru menjadi bagian dari
orang-orang yang menindas dan menyengsarakan rakyat dengan
kekuasaan yang sebenarnya justru merupakan amanah dari rakyat. Saya
tegaskan kembali, sebagai Ketua Umum Partai, instruksi saya kepada
kalian adalah mensejahterakan rakyat, bukan sebaliknya! Kebhinekaan
harus disertai dengan keadilan dan kesejahteraan sosial bagi
seluruh rakyat! Berdasarkan penggalan pidato tersebut, Megawati
mengajak meluangkan waktu untuk merenung. Sudah tepatkah
langkah-langkah yang diambil atas jabatan yang telah diberikan oleh
rakyat, ataukah justru sebaliknya. Jangan justru menjadi bagian
dari orang-orang yang menindas dan menyengsarakan rakyat dengan
kekuasaan yang sebenarnya justru merupakan amanah dari rakyat.
Megawati menginstruksikan menyejahterakan rakyat, bukan sebaliknya.
Kebhinekaan harus disertai dengan keadilan dan kesejahteraan sosial
bagi seluruh rakyat. Megawati mengingatkan kader- kadernya yang
berada di legislatif dan di eksekutif mengenai jabatan yang
diemban.
Kelasa, Vol. 12, No. 2, Desember 2017: 151—172
164
Data 20 Bagi kader Partai yang berada di legislatif dan eksekutif,
kalian tidak hanya dibutuhkan negeri ini untuk mempertahankan
kesatuan dan kebangsaan. Perlu disadari, terutama bagi kader yang
telah mendapat kepercayan rakyat di eksekutif. Saya tahu, kalian,
bahkan saya, adalah manusia biasa. Tentu, sebagai manusia biasa
kita tidak luput dari kesalahan. Tetapi, sebagai pemimpin harus
disadari pula bahwa jabatan yang kalian emban adalah jabatan
politik. Kesalahan dalam keputusan politik tidak hanya berdampak
bagi diri pribadi dan keluarga. Kesalahan tersebut berdampak pada
kehidupan seluruh rakyat. Karena itu, hati-hatilah dalam membuat
keputusan-keputusan politik, baik itu berupa perkataan, tindakan,
produk politik baik berupa kebijakan politik legislasi, maupun
kebijakan politik anggaran. Berdasarkan penggalan pidato tersebut
Megawati mengingatkan kader partai yang berada di legislatif dan
eksekutif untuk mempertahankan kesatuan dan kebangsaan. Perlu
disadari, terutama bagi kader yang telah mendapat kepercayan rakyat
di eksekutif, bahwa sebagai pemimpin harus disadari pula bahwa
jabatan yang diemban adalah jabatan politik. Kesalahan dalam
keputusan politik tidak hanya berdampak bagi diri pribadi dan
keluarga. Kesalahan tersebut berdampak pada kehidupan seluruh
rakyat. Oleh karena itu, para pejabat legislatif dan eksekutif
dalam membuat keputusan-keputusan politik, baik itu berupa
perkataan, tindakan, produk politik baik berupa kebijakan politik
legislasi, maupun kebijakan politik anggaran.
(16) Silent Majority Waktunya Bersuara
Berbagai persoalan bangsa yang muncul, Megawati mengajak kadernya
yang lebih banyak diam, silent majority untuk bersuara dan
bertindak. Data 21 Terakhir, saya ucapkan terima kasih kepada
seluruh rakyat Indonesia yang tetap setia membatinkan Pancasila di
dalam kehidupan sehari-hari. Kita tidak perlu reaksioner, tetapi
sudah saatnya silent majority bersuara dan menggalang kekuatan
bersama. Saya percaya mayoritas rakyat Indonesia mencintai Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang ber-Bhineka Tunggal Ika. Kita akan
bersama-sama terus berjuang, kita pasti mampu membuktikan pada
dunia, bahwa Pancasila mampu menjadikan keberagaman sebagai
kekuatan untuk membangun kehidupan yang berperikemanusiaan dan
berperikeadilan.
Dalam penggalan tersebut Megawati menyampaikan ucapkan terima kasih
kepada seluruh rakyat Indonesia yang tetap setia membatinkan
Pancasila di dalam kehidupan sehari-hari. Kita tidak perlu
reaksioner, tetapi sudah saatnya silent majority bersuara dan
menggalang kekuatan bersama. Saya percaya mayoritas rakyat
Indonesia mencintai Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
ber-Bhineka Tunggal Ika. Bersama-sama terus berjuang pasti mampu
membuktikan pada dunia bahwa Pancasila mampu menjadikan keberagaman
sebagai kekuatan untuk membangun kehidupan yang berperikemanusiaan
dan berperikeadilan. (17) Gotong Royong dalam Bertahan
Megawati mengajak kader- kader untuk bergotong royong dalam
bertahan.
Pesan Politik Megawati... (Ali Kusno)
165
Data 22 Bangsa ini sedang berada dalam “struggle to survive”, dalam
perjuangan untuk bertahan, bertahan secara fisik dan mental!
Bertahan agar tetap hidup, secara badaniah dan mental. Hadapilah
tantangan-tantangan yang ada dengan kekuatan gotong royong sebagai
kepribadian bangsa. Berderaplah terus menuju fajar kemenangan
sebagai bangsa yang sejati-jatinya merdeka.
Dalam penggalan pidato tersebut Megawati mengungkapkan bahwa bangsa
Indonesia sedang berada dalam perjuangan untuk bertahan secara
fisik dan mental. Megawati menyerukan untuk menghadapi tantangan
yang ada dengan kekuatan gotong royong sebagai bentuk kepribadian
bangsa. 2) Penggunaan Gramatika Transitif
Analisis tekstual pada bagian tata bahasa menurut Fairclough
(Ahmadi F., 2014: 257), meliputi tiga aspek yang bisa dianalisis,
yakni ketransitifan, tema, dan modalitas. Aspek ketransitifan
berkenaan dengan fungsi ideasional bahasa, aspek tema berkenaan
dengan fungsi tekstual bahasa, sedangkan aspek modalitas berkenaan
dengan fungsi interpersonal bahasa (Eriyanto dalam Ahmadi F., 2014:
257).
Aspek ketransitifan pidato politik Megawati dalam perayaan HUT
ke-44 PDIP terkait dengan kebangsaan, Pancasila, dan Kebhinekaan.
Dalam pidato politik tersebut menunjukkan bahwa Megawati menguatkan
hal-hal positif dan mengurangi hal negatif. Penguatan hal negatif
dalam pidato Megawati terkait pihak-pihak yang dipersepsikan akan
merusak tatanan kenegaraan, Pancasila, dan kebhinekaan. Terdapat
penekanan Megawati terhadap stereotipe negatif yang melekat pada
kelompok tersebut.
Pidato politik Megawati tersebut memiliki motif untuk menyindir
pihak-pihak yang cenderung mencederai kebhinekaan bangsa Indonesia.
Selanjutnya, fungsi modalitas dalam pidato Megawati tersebut berupa
motivasi dan arahan politik bagi kader, pemerintah, dan bangsa
Indonesia.
3) Penggunaan Kosakata
Pidato politik Megawati dalam perayaan HUT ke-44 PDIP menggunakan
bahasa khas Megawati. Sama seperti dalam pidato-pidato politik
Megawati sebelum-sebelumnya. Dalam pidato politik tersebut,
Megawati juga menggunakan gaya khasnya berupa penggunaan gaya
bahasa efektif menghidupkan pidato. Megawati menggunakan gaya
bahasa yang berkarakter. Beberapa gaya bahasa yang digunakan berupa
gaya bahasa resmi dengan nada mulia dan serius. Megawati juga
menggunakan jargon-jargon politik kalangan PDIP. Megawati juga
menggunakan istilah- istilah asing.
Hampir keseluruhan pidato, Megawati menggunakan gaya mulia dan
bertenaga yang menjadikan pidato (berupa bahasa lisan) lebih nyata
dan bertenaga karena disertai sugesti. Megawati dalam pidato
politiknya dominan menggunakan nada suara tinggi disertai
persuasif. Penggunaan bahasa tersebut dapat menggelorakan semangat
para kader PDIP. Selain menggunakan nada suara tinggi, pada bagian
tertentu, Megawati menggunakan nada suara yang rendah. Nada suara
rendah menjadi jeda sekaligus penekanan tertentu dari dominasi
penggunaan nada tinggi.
Pidato politik Megawati memiliki kekhasan gaya struktur kalimat,
berupa gaya bahasa klimaks, antiklimaks, dan repetisi. Megawati
menggunakan gaya bahasa retoris
Kelasa, Vol. 12, No. 2, Desember 2017: 151—172
166
berupa gaya bahasa pertanyaan retoris dan gaya bahasa hiperbol.
Megawati juga menggunakan gaya bahasa kiasan berupa gaya bahasa
simile, gaya bahasa metafora, dan gaya bahasa personifikasi. Ada
bagian pidato Megawati yang menyentil Ketua MPR yang dikemas dalam
bentuk humor.
3.2 Dimensi Praktik Wacana (Level
Meso) Analisis teks dilanjutkan
dengan analisis dimensi praktik wacana. Menurut Failrlough (dalam
Jorgensn dan Philips (Ahmadi F., 2014: 261). Analisis praktik
kewacanaan ini dipusatkan pada bagaimana teks diproduksi dan
dikonsumsi, termasuk di dalamnya menelisik proses apakah yang
dilalui suatu teks sebelum dicetak dan perubahan apa yang dialami
sebelum disebarluaskan. Dimensi ini sangat bermanfaat untuk
menggali latar belakang pidato politik Megawati dan akibat tuturan
itu.
Apabila menilik konteks latar belakang pidato politik Megawati
tidak lepas dari perkembangan perpolitikan nasional akhir tahun
2016 yang begitu panas terkait Pilkada DKI Jakarta. Berkembang
aneka isu di masyarakat terkait aksi 212, 411 dan lainnya. Aksi-
aksi tersebut terkait dengan tuntutan terhadap Ahok (Basuki Tjahaja
Purnama) karena dinilai telah melakukan penistaan agama.
Bagi Megawati, aneka isu tersebut dinilai mengancam kebhinekaan
Indonesia. Hal itulah yang menjadi fokus dalam pidato politik
Megawati dalam perayaan HUT ke-44 PDIP di Jakarta Covention Center
(JCC). Selain itu, seperti dalam pidato-pidato politik Megawati
lainnya, selalu disampaikan arah kebijakan partai yang menjadi
arahan bagi kader PDIP yang di legislatif dan eksekutif. Megawati
juga memberikan
pernyataan partai terkait berbagai persoalan kebangsaan. Megawati
memang dikenal irit dalam memberikan pernyataan informal menanggapi
berbagai persoalan bangsa. Megawati lebih sering memerikan
pernyataan-pernyataan politik menanggapi berbagai persoalan bangsa
dan politik dalam forum-forum resmi.
3.3 Dimensi Praktik Sosial Budaya
(Level Makro) Terkait dimensi sosial budaya
pidato politik Megawati dalam perayaan HUT ke-44 PDIP di Jakarta
Covention Center (JCC) tentu harus ditelaah berdasarkan
bagian-bagian isi yang disampaikan. Megawati menyampaikan rasa
syukur keberadaan PDIP yang mampu melewati sejarah selama 44 tahun
yang dibangun para pendahulu partai yang memiliki kesetiaan
ideologis. Megawati juga berterima kasih kepada Presiden Jokowi
atas ditetapkannya hari lahir Pancasila. Dengan demikian, secara
resmi negara telah mengakui bahwa Pancasila 1 Juni 1945 sebagai
ideologi bangsa Indonesia.
Pada akhir tahun 2016, gejolak politik nasional sangat terasa.
Masalah bermula dengan adanya tuntutan atas dugaan penghinaan Ahok
terhadap umat Islam (Al Maidah 51). Bagi sebagian pihak, hal itu
tidak lebih sebagai muatan politik untuk menjatuhkan Ahok sebagai
calon Gubernur DKI Jakarta 2017. Ada kesan bahwa upaya itu tidak
lebih dari upaya pemaksaan kehendak oleh sekelompok orang saja.
Oleh karena itu, patut dipertanyakan arti peringatan 1 Juni sebagai
hari lahirnya Pancasila. Sedangkan tindakan-tindakan itu dinilai
mencederai Pancasila sebagai dasar negara.
Ada dugaan telah bermunculan paham-paham ideologis yang
berasal
Pesan Politik Megawati... (Ali Kusno)
167
dari luar negeri yang mulai berkembang dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara yang diistilahkan dengan ideologi tertutup. Ideologi
tertutup jelas bertentangan dengan Pancasila. Ideologi tertutup
tersebut dimaknai sebagai ideologi syariat Islam. Megawati dalam
pidatonya menyinggung fenomena di penghujung tahun 2016 yang
mengarah pada peristiwa Aksi 411 dan Aksi 212.
Megawati menuturkan bahwa pihak-pihak pemaksa ideologi tertutup,
teror, dan propaganda sebagai antikebhinekaan dan memiliki tujuan
tersembunyi untuk mencapai kekuasaan. Syarat mutlak hidupnya
ideologi tertutup adalah lahirnya aturan-aturan hingga dilarangnya
pemikiran kritis. Menurut Megawati pihak-pihak tersebut menghendaki
keseragaman dalam berpikir dan bertindak dengan memaksakan
kehendaknya. Akibatnya, pemahaman terhadap agama dan keyakinan
sebagai bentuk kesosialan pun dihancurkan bahkan dimusnahkan.
Selain itu, demokrasi dan keberagaman dalam ideologi tertutup tidak
ditolelir karena kepatuhan total masyarakat menjadi tujuan.
Ideologi tertutup jelas bertentangan dengan Pancasila. Pancasila
lahir dari nilai-nilai, norma, tradisi dan cita-cita bangsa
Indonesia sejak masa lalu, bahkan jauh sebelum kemerdekaan.
Pancasila lahir dari rohani, moral, dan budaya bangsa dari bumi
Indonesia. Pancasila bagian dari warisan budaya bangsa Indonesia.
Oleh karena itu, pihak-pihak yang mencoba memaksakan ideologi
tertutup dinilai juga sebagai pihak yang antikebhinekaan.
Di sisi lain, para pemimpin yang menganut ideologi tertutup pun
memosisikan dirinya sebagai pembawa, para peramal masa depan.
Para pemimpin tersebut dengan fasih meramalkan yang akan pasti
terjadi di masa yang akan datang, termasuk dalam kehidupan setelah
dunia fana. Pernyataan inilah salah satunya yang memicu kontroversi
sebagian kalangan masyarakat.
Megawati dianggap tidak memahami agama. Pernyataan Megawati
tersebut ditentang pihak- pihak yang memang gencar menyerang
Ahok.
Megawati mengingatkan kembali bangsa Indonesia agar mengingat
kembali Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Megawati
mengingatkan bahwa Pancasila berisi prinsip dasar yang selanjutnya
diterjemahkan dalam konstitusi UUD 1945 menjadi penuntun sekaligus
rambu dalam membuat norma-norma sosial politik.
Produk kebijakan politik pun tidak boleh bersifat apriori, bahkan
harus merupakan keputusan demokratis berdasarkan musyawarah
mufakat. Dengan demikian, Pancasila sebagai jiwa bangsa tidak
memiliki sifat totaliter dan tidak boleh digunakan sebagai
legitimasi kekuasaan. Pancasila bersifat aktual, dinamis,
antisipasif dan mampu menjadi penuntun dan penerang bagi bangsa
Indonesia. Pancasila selalu relevan di dalam menghadapi setiap
tantangan yang sesuai dengan perkembangan zaman, ilmu pengetahuan,
serta dinamika aspirasi rakyat.
Implementasi Pancasila tidak boleh terlalu kompromistis saat
menghadapi sesuatu yang bertentangan dengan nilai-nilai dasar yang
terkandung di dalam Pancasila. Untuk mengeksplisitkan ide dan
gagasan agar menjadi konkret, namun tidak kaku dan keras dalam
merespon keaktualan problematika bangsa. Instrumen implementasinya
pun harus
Kelasa, Vol. 12, No. 2, Desember 2017: 151—172
168
dijabarkan dengan lebih nyata, tanpa bertentangan dengan filsafat
pokok dan kepribadiaan bangsa. Demokrasi yang dianut Indonesia
berdasarkan Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa telah secara
tegas mematrikan nilai-nilai filosofis ideologis agar bangsa
Indonesia tidak kehilangan arah dan jati diri.
Megawati menyentil pihak- pihak yang terkesan memaksakan kehendak
dengan meminjam istilah yang pernah digunakan Presiden pertama Ir.
Soekarno. Megawati mengungkapkan bahwa Bung Karno menegaskan, kalau
jadi Hindu, jangan menjadi orang India. Kalau jadi Islam, jangan
menjadi orang Arab. Kalau menjadi Kristen, jangan menjadi orang
Yahudi. Tetaplah menjadi orang Indonesia dengan adat budaya
Nusantara yang kaya raya.
Megawati menuturkan bahwa perlunya semangat gotong royong bahasa
Indonesia trisila. Trisila jika diperas menjadi Ekasila, yaitu
gotong royong. Inilah suatu paham yang dinamis, berhimpunnya
semangat bersama untuk membanting tulang bersama, memeras keringat
bersama untuk kebahagiaan bersama. Kebahagian yang dimaksud adalah
kebahagian kolektif sebagai sebuah bangsa, yang memiliki tiga
kerangka, yakni pertama, Satu Negara Republik Indonesia yang
berbentuk negara kesatuan dan negara kebangsaan yang demokratis.
Kedua, satu masyarakat yang adil dan makmur materiil dan spiritual
dalam wadah negara kesatuan Republik Indonesia. Ketiga, satu
persahabatan yang baik antara Republik Indonesia dan semua negara
di dunia, atas dasar saling hormat- menghormati satu sama lain, dan
atas dasar membentuk satu dunia baru yang bersih dari penindasan
dalam bentuk apa pun, menuju perdamaian dunia yang sempurna.
Untuk mencapai kerangka tujuan bangsa diperlukan dua landasan,
yakni landasan idiil, yaitu Pancasila dan landasan strukturil,
yaitu pemerintahan yang stabil. Keduanya merupakan syarat mutlak
atas tanggung jawab sejarah yang harus dituntaskan sekaligus
sebagai konsekuensi ideologis yang mengakui Pancasila 1 Juni 1945
sebagai ideologi bangsa.
Ada sebagian isu yang menggiring bahwa adanya upaya menggulingkan
pemerintahan Jokowi Kalla. Kekhawatiran itu ditepis oleh Megawati
sebagai Ketua Umum PDIP partai pemerintah. Megawati selaku Ketua
umum PDIP siap pasang badan menghadapi upaya-upaya itu. PDI
Perjuangan selalu ikut dan berdiri kokoh menjaga jalannya
pemerintah Presiden Jokowi dan Jusuf Kalla sebagai pemerintahan
yang terpilih secara konstitusional.
PDIP tetap memilih jalan ideologis. PDIP menyatakan diri tidak
hanya sebagai rumah bagi kaum nasionalis, tetapi juga sebagai rumah
kebangsaan bagi Indonesia Raya. Megawati mengingatkan kader agar
menjaga kebhinekaan bangsa Indonesia. TNI POLRI tidak akan memberi
ruang sedikit pun pada pihak-pihak yang anti Pancasila dan anti
demokrasi Pancasila. Megawati mengapresiasi TNI-POLRI yang telah
berani bersikap tegas dalam menyikapi pihak-pihak tersebut.
Megawati mengajak kader PDIP meluangkan waktu untuk evaluasi
langkah-langkah yang diambil atas jabatan yang telah diberikan oleh
rakyat. Megawati menginstruksikan mensejahterakan rakyat, bukan
sebaliknya. Perlu disadari, terutama bagi kader yang telah mendapat
kepercayan rakyat di eksekutif, bahwa sebagai pemimpin harus
disadari pula bahwa jabatan yang diemban adalah
Pesan Politik Megawati... (Ali Kusno)
169
jabatan politik. Kesalahan dalam keputusan politik tidak hanya
berdampak bagi diri pribadi dan keluarga. Kesalahan tersebut
berdampak pada kehidupan seluruh rakyat.
Megawati mengajak kadernya, yang lebih banyak diam (silent
majority), untuk bersuara dan bertindak. Saatnya silent majority
bersuara dan menggalang kekuatan bersama yang mencintai Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang ber- Bhineka Tunggal Ika. Bangsa
Indonesia sedang berada dalam perjuangan untuk bertahan (struggle
to survive), bertahan secara fisik dan mental. Bertahan agar tetap
hidup, secara badaniah dan mental. Megawati menyerukan untuk
menghadapi tantangan yang ada dengan kekuatan gotong royong sebagai
kepribadian bangsa.
a. Kesatuan Makna Pesan Politik
Megawati dalam Pidato Ulang Tahun ke-44 PDIP
Dalam pidato tersebut, Megawati menegaskan Pancasila sebagai
ideologi bangsa yang diakui negara. PDIP, sebagai partai yang
ideologis, menempatkan Pancasila sebagai ideologi partai.
Perjuangan PDIP untuk menempatkan Pancasila sebagai ideologi
berbuah manis setelah pada 1 Juni 2015, Presiden Joko Widodo
(Jokowi) mengukuhkan sebagai Hari Lahir Pancasila (Rahmatullah,
2017).
Pendapat itu selaras dengan hasil analisis wacana kritis yang
menunjukkan bahwa pidato politik Megawati dalam perayaan HUT ke-44
PDIP menekankan tentang pemaknaan Pancasila dan kebhinekaan. PDIP
sebagai salah satu partai besar di Indonesia sudah puluhan tahun
mewarnai dinamika bangsa Indonesia. Pemerintah secara resmi
telah
mengakui bahwa Pancasila 1 Juni 1945 sebagai ideologi bangsa
Indonesia.
Sayangnya, pada akhir tahun 2016, yang mengarah pada peristiwa Aksi
411 dan Aksi 212, gejolak politik nasional mencederai Pancasila
sebagai dasar negara. Ada pihak-pihak yang dinilai memaksakan
kehendak dengan melakukan berbagai tuntutan untuk menjatuhkan Ahok
sebagai calon Gubernur DKI Jakarta 2017. Ada kesan bahwa upaya itu
tidak lebih dari upaya pemaksaan kehendak oleh sekelompok orang
saja. Oleh karena itu, patut dipertanyakan arti peringatan 1 Juni
sebagai hari lahirnya Pancasila.
Dalam aksi-aksi yang dilakukan pada akhir 2016, banyak kepentingan
yang muncul. Salah satunya, ada dugaan penyusupan paham-paham
ideologis yang berasal dari luar negeri yang mulai berkembang dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara yang diistilahkan dengan ideologi
tertutup. Ideologi tertutup jelas bertentangan dengan Pancasila.
Pihak-pihak pemaksa ideologi tertutup, teror, dan propaganda
sebagai antikebhinekaan dan memiliki tujuan tersembunyi untuk
mencapai kekuasaan.
Ideologi tertutup jelas bertentangan dengan Pancasila. Pancasila
lahir dari nilai-nilai, norma, tradisi dan cita-cita bangsa
Indonesia sejak masa lalu, bahkan jauh sebelum kemerdekaan. Oleh
karena itu, pihak- pihak yang mencoba memaksakan ideologi tertutup
dinilai sebagai pihak yang antikebhinekaan. Para pemimpin yang
menganut ideologi tertutup pun memosisikan dirinya sebagai peramal
masa depan. Para pemimpin tersebut dengan fasih meramalkan yang
akan pasti terjadi di masa yang akan datang, termasuk dalam
kehidupan setelah dunia fana. Hal ini terkait dengan adanya
pihak-pihak yang dengan mudah mengkafirkan orang lain.
Kelasa, Vol. 12, No. 2, Desember 2017: 151—172
170
Seperti pernyataan Ir. Soekarno, Megawati menegaskan agar bagsa
Indonesia tetap menjadi orang Indonesia dengan adat budaya
Nusantara yang kaya raya. Bangsa Indonesia perlu mengingat kembali
Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pancasila berisi
prinsip dasar yang selanjutnya diterjemahkan dalam konstitusi UUD
1945 menjadi penuntun sekaligus rambu dalam membuat norma-norma
sosial politik. Produk kebijakan politik pun tidak boleh bersifat
apriori, bahkan harus merupakan keputusan demokratis berdasarkan
musyawarah mufakat. Pancasila sebagai jiwa bangsa tidak memiliki
sifat totaliter dan tidak boleh digunakan sebagai legitimasi
kekuasaan. Pancasila bersifat aktual, dinamis, antisipasif dan
mampu menjadi penuntun dan penerang bagi bangsa Indonesia.
Implementasi Pancasila tidak boleh terlalu kompromistis saat
menghadapi sesuatu yang bertentangan dengan nilai-nilai dasar yang
terkandung di dalam Pancasila. Ide dan gagasan Pancasila agar
dikonkretkan, namun tidak kaku dan keras dalam merespon keaktualan
problematika bangsa. Instrumen implementasinya pun harus dijabarkan
dengan lebih nyata, tanpa bertentangan dengan filsafat pokok dan
kepribadiaan bangsa.
Megawati menuturkan bahwa perlunya semangat gotong royong bahasa
Indonesia trisila yang disarikan menjadi Ekasila, yaitu gotong
royong. Inilah suatu paham yang dinamis, berhimpunnya semangat
bersama untuk membanting tulang bersama, memeras keringat bersama
untuk kebahagiaan bersama. Kebahagian yang dimaksud adalah
kebahagian kolektif sebagai sebuah bangsa, yang
memiliki tiga kerangka, yakni pertama, Satu Negara Republik
Indonesia yang berbentuk negara kesatuan dan negara kebangsaan yang
demokratis. Kedua, satu masyarakat yang adil dan makmur materiil
dan spiritual dalam wadah negara kesatuan Republik Indonesia.
Ketiga, satu persahabatan yang baik antara Republik Indonesia dan
semua negara di dunia, atas dasar saling hormat-menghormati satu
sama lain, dan atas dasar membentuk satu dunia baru yang bersih
dari penindasan dalam bentuk apa pun, menuju perdamaian dunia yang
sempurna.
Untuk mencapai kerangka tujuan bangsa diperlukan dua landasan,
yakni landasan idiil, yaitu Pancasila dan landasan strukturil,
yaitu pemerintahan yang stabil. Ada sebagian isu yang menggiring
bahwa adanya upaya menggulingkan pemerintahan Jokowi Kalla.
Kekhawatiran itu ditepis oleh Megawati sebagai Ketua Umum PDIP
partai pemerintah. Megawati selaku Ketua umum PDIP siap pasang
badan menghadapi upaya-upaya itu. PDI Perjuangan selalu ikut dan
berdiri kokoh menjaga jalannya pemerintah Presiden Jokowi dan Jusuf
Kalla sebagai pemerintahan yang terpilih secara
konstitusional.
PDIP menyatakan diri tidak hanya sebagai rumah bagi kaum
nasionalis, tetapi juga sebagai rumah kebangsaan bagi Indonesia
Raya. Megawati mengingatkan kader agar menjaga kebhinekaan bangsa
Indonesia. TNI POLRI tidak akan memberi ruang sedikit pun pada
pihak-pihak yang anti Pancasila dan antidemokrasi Pancasila.
Megawati mengajak kader partai meluangkan waktu untuk evaluasi
langkah-langkah yang diambil atas jabatan (legislatif dan
eksekutif) yang telah diberikan oleh rakyat.
Pesan Politik Megawati... (Ali Kusno)
171
4. Simpulan
Berdasarkan analisis dan
pembahasan tersebut dapat disimpulkan bahwa pidato politik Megawati
dalam perayaan HUT ke-44 PDIP menekankan tentang pemaknaan
Pancasila dan kebhinekaan. Pidato politik itu dilatarbelakangi isu
yang berkembang pada akhir tahun 2016 (mengarah pada peristiwa Aksi
411 dan Aksi 212). Gejolak politik nasional itu telah mencederai
Pancasila sebagai dasar negara. Ada pihak-pihak yang dinilai
memaksakan kehendak dengan melakukan berbagai tuntutan dan aksi
untuk menjatuhkan Ahok sebagai calon Gubernur DKI Jakarta
2017.
Dalam aksi-aksi tersebut banyak kepentingan yang muncul, salah
satunya, adanya penyusupan paham-paham ideologis yang berasal dari
luar negeri yang mulai berkembang dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara yang diistilahkan dengan ideologi tertutup. Pihak-pihak
pemaksa ideologi tertutup, teror, dan propaganda sebagai
antikebhinekaan dan memiliki tujuan tersembunyi untuk mencapai
kekuasaan. Ideologi tertutup jelas-jelas bertentangan dengan
Pancasila.
Bangsa Indonesia harus tetap menjadi orang Indonesia dengan adat
budaya Nusantara yang kaya raya. Bangsa Indonesia perlu mengingat
kembali Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, yang
selanjutnya diterjemahkan dalam
konstitusi UUD 1945. Implementasi Pancasila tidak boleh terlalu
kompromistis saat menghadapi sesuatu yang bertentangan dengan
nilai-nilai dasar yang terkandung. PDIP siap selalu ikut dan
berdiri kokoh menjaga jalannya pemerintah Presiden Jokowi dan Jusuf
Kalla sebagai pemerintahan yang terpilih secara
konstitusional.
PDIP menyatakan diri tidak hanya sebagai rumah bagi kaum
nasionalis, tetapi juga sebagai rumah kebangsaan bagi Indonesia
Raya. Megawati mengingatkan kader agar menjaga kebhinekaan bangsa
Indonesia. TNI POLRI tidak akan memberi ruang sedikit pun pada
pihak-pihak yang anti Pancasila dan antidemokrasi Pancasila.
Perlunya evaluasi langkah-langkah yang diambil atas jabatan
(legislatif dan eksekutif) yang telah diberikan oleh rakyat.
Megawati menginstruksikan mensejahterakan rakyat. Megawati mengajak
kadernya yang lebih banyak diam (silent majority) untuk bersuara
dan bertindak menggalang kekuatan bersama yang mencintai Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang ber- Bhineka Tunggal Ika. Apabila
pesan politik Megawati dalam pidatonya dicermati secara menyeluruh,
tidak ada satu pernyataan pun yang mencederai pihak atapun kelompok
tertentu. Hal yang disampaikan murni persuasi terhadap bangsa
Indonesia untuk menjunjung pancasila dan UUD 1945, menjaga
persatuan bangsa Indonesia yang Berbhineka Tunggal Ika. Kalaupun
ada pihak lain menentang, bisa dimungkinkan karena perbedaan
pandangan politik dan kepentingan.
Persoalan justru sering muncul ketika tokoh-tokoh (agama maupun
politik) reaktif terhadap sebuah pernyataan dengan membawa-bawa
SARA. Permasalahan yang sebenarnya
Kelasa, Vol. 12, No. 2, Desember 2017: 151—172
172
tidak ada kaitannya (SARA) dapat menjadi isu besar karena dibesar-
besarkan. Sedangkan Masyarakat umum menerima begitu saja pandangan
tokoh yang dianut tanpa berusaha mencerna dan memahami tentang
sebuah pernyataan. Memang, perpolitikan yang membawa isu SARA hanya
akan menjadi biang perpecahan bangsa Indonesia.
Daftar Acuan Ahmadi F., Y. D. 2014. Analisis Wacana Kritis:
Ideologi Hizbut Tahrir Indonesia Dalam Wacana Kenaikan Harga BBM
2013 di Buletin Al-Islam yang berjudul “Menaikkan Harga BBM:
Nenaikkan Kemiskinan.” Metalingua: Jurnal Penelitian Bahasa, 12
(2)(Analisis Wacana Kritis), 253–265.
Bahasa, B. P. dan P. 2016. KBBI Daring.
Diakses tanggal 12 februari 2017 dari
http://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/pid ato CNN Indonesia. 2017.
Pidato Jokowi & Megawati di HUT ke-44 PDI Perjuangan (Full).
Diakses tanggal 12 Januari 2017, dari
https://www.youtube.com/watch?v=E JuwKKhZchc&t=1920s
Jones, J., & Wareing, S. 2006. Bahasa dan
Politik. In A. S. Ibrahim (Ed.), Bahasa, Masyarakat, &
Kekuasaan (I, p. 50). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Kusno, A. 2015. Kekhasan Gaya Bahasa
Pidato Megawati Soekarnoputri dalam Kongres IV PDI Perjuangan di
Bali: Tinjauan Retorika. LOA: Jurnal Ilmiah Kebahasaan Dan
Kesastraan, 10, 173– 186.
Mulyana. 2005. Kajian Wacana: Teori, Metode dan Aplikasi
Prinsip-prinsip Analisis Wacana. Yogayakarta: Tiara Wacana.
Purbani, W. 2009. Analisis Wacana Kritis dan
Analisis Wacana Feminis. Diakses tanggal 3 Februari 2016, dari
http://staff.uny.ac.id/system/files/pen
gabdian/dr-widyastuti-purbani- ma/analisis-wacana-kritis.pdf
Putra, P. M. S. 2017. Pidato Lengkap
Megawati Soekarnoputri dalam HUT PDIP. Diakses tanggal 23 Januari
2017, dari http://news.liputan6.com/read/28228
38/pidato-lengkap-megawati- soekarnoputri-dalam-hut-pdip
Rahmatullah. 2017. HUT ke-44 PDIP Pidato
Megawati Tegaskan Pancasila sebagai Ideologi Bangsa. Diakses
tanggal 23 Januari 2017, dari http://nasional.sindonews.com/read/
1169617/12/pidato-megawati- tegaskan-pancasila-sebagai-ideologi-
bangsa-1484030989
Sari, H. R. 2017. PPP soal pidato politik di
HUT PDIP: Megawati tidak paham agama. Diakses tanggal 23 Januari
2017, dari https://www.merdeka.com/politik/pp
p-soal-pidato-politik-di-hut-pdip-
megawati-tidak-paham-agama.html
Supriyadi, E. 2017. Habib Rizieq Sesalkan
Pidato Megawati di HUT PDIP. Diakses tanggal 23 Agustus 2017, dari
http://nasional.republika.co.id/berita/
nasional/politik/17/01/11/ojlzs3354- habib-rizieq-sesalkan-pidato-
megawati-di-hut-pdip