1. Gejalah perubahan sosial yang terjadi dilingkungan sosial yang terjadi
dilingkungan sekitar
Perubahan sosial budaya adalah perubahan pada kebudayaan atau kebiasaan pada
masyarakat. Perubahan sosial budaya dipengaruhi oleh faktor dari luar masyarakat (dari
masyarakat lain). Perubahan sosial budaya bisa merubah struktur, fungsi, nilai, norma,
pranata, dan semua aspek lainnya. Perubahan ini bisa terjadi pada salah satu anggota
masyarakat atau seluruh lapisan masyarakat. Berikut adalah contoh perubahan sosial budaya
yang terjadi di sekitar kita. Langsung saja kita simak selengkapnya
1. Pakaian
Perubahan mode pakaian pada masyarakat bisa saja terjadi. Dahulu semua masyarakat
menggunakan pakaian adat khasnya. Namun, seiring dengan kemajuan dari perkembangan
masyarakat tersebut membuat sedikit demi sedikit anggota masyarakat mulai meninggalkan
pakaian adatnya dan menggunakan pakaian yang menjadi trend di daerah itu. Seperti contoh,
sekarang adalah jamannya demam Korea. Bagi penggemar beratnya, mereka selalu mencari
dan menggunakan pakaian yang biasa digunakan orang Korea. Namun, masyarakat tetap
tidak meninggalkan pakaian adat mereka dan tetap menggunakannya dalam acara tertentu.
Seperti pakaian adat Bali yang digunakan setiap kali mereka sembahyang di pura.
2. Pertanian
Pertanian di Indonesia semakin menurun. Banyak petani yang menjual lahan pertaniannya.
Penyebabnya bermacam-macam. Mulai dari hasil panen yang tidak seberapa bahkan
seringkali gagal panen, kebutuhan yang semakin kompleks dan mahal, hingga tergiur dengan
upah yang didapat oleh para tenaga kerja di kota. Masyarakat juga lebih suka membeli hasil
pertanian di swalayan sehingga petani lokal merugi.
3. Model Rambut
Model rambut juga banyak berubah. Bahkan masyarakat cenderung merasa harus mengikuti
trend tersebut jika tidak mau dikatakan ‘jadul’ atau ‘culun’. Pengaruh terbesar adalah model
rambut ‘punk’ yang membuat banyak remaja mengikuti model rambut dan gaya hidup orang
dengan model rambut tersebut.
4. Ekonomi
Perubahan ekonomi tampak jelas pada sifat masyarakat. Pada umumnya, masyarakat lebih
suka dengan produk impor dibandingkan produk di dalam negeri karena kualitasnya dianggap
lebih bagus. Selain itu, dengan adanya Singapura sebagai negara maju, maka masyarakat
yang kaya lebih memilih berlibur ke Singapura ketimbang ke Bali. Hal ini dapat mengurangi
devisa negara.
5. Kesenian
Kesenian bisa saja berubah atau tergantikan seiring perkembangan zaman. Saat ini, banyak
kesenian di Indonesia yang mulai punah karena anak bangsa tidak suka dengan kesenian
tersebut. Bahkan mereka lebih suka mempelajari kesenian asing dengan alasan trendy.
Namun, masih banyak kesenian populer Indonesia yang masih bisa bertahan sampai
sekarang.
6. Industri
(Baca artikel tentang 6 Perubahan Sosial Dibidang Industri)
Revolusi industri membuat perubahan besar-besaran pada kehidupan sosial masyarakat.
Mulai dari ketimpangan antara industri dengan agrikultur, banyaknya pengangguran,
munculnya gerakan sosialis, rendahnya kesejahteraan buruh, dll.
7. Bahasa Daerah
Indonesia memiliki banyak sekali bahasa daerah. Namun, banyak juga bahasa yang mulai
punah. Itu mungkin disebabkan karena mereka lebih berminat untuk menggunakan Bahasa
Indonesia atau bahasa Inggris dibandingkan bahasa daerahnya sendiri. Itu mungkin karena
bahasa tersebut jangkauan komunikasinya lebih luas dibandingkan bahasa daerahnya yang
cenderung hanya dimengerti oleh anggota masyarakat di daerah tersebut.
8. Pendidikan
Dunia pendidikan di Indonesia berkembang pesat. Salah satu penyebab utamanya adalah
perkembangan teknologi. Teknologi membuat para siswa yang biasanya mencari referensi
tugas di perpustakaan berubah menjadi di internet. Teknologi juga yang membuat cara belajar
dan mengajar berubah menjadi menggunakan laptop dan tablet.
9. Masuknya Budaya Barat
Budaya di Indonesia telah banyak tercampur dengan budaya asing. Itu mungkin disebakan
karena kebudayaan itu lebih menyenangkan dibandingkan budayanya sendiri. Seperti budaya
hari Valentine dan pesta ulang tahun. Sebenarnya budaya asli Indonesia telah memiliki
budaya yang mirip dengan budaya tadi. Namun, budaya tersebut terkadang dianggap kurang
meriah. Contoh perubahan besar lainnya adalah penggunaan komputer dan alat-alat teknologi
sebagai pengganti buku untuk mencari tugas. Hal itu disebabkan oleh kemudahan
menggunakan alat-alat teknologi tersebut.
10. Cara Berkomunikasi
Perubahan pada cara berkomunikasi bisa terjadi. Beberapa tahun lalu kita masih
menggunakan surat untuk berkomunikasi jarak jauh dan sekarang, dengan menggunakan
jejaring sosial atau alat komunikasi, seseorang bisa berkomunikasi dengan cepat dan praktis.
Itulah contoh perubahan sosial budaya yang terjadi pada masyarakat. Semua masyarakat pasti
saja akan mengalami perubahan sosial budaya. Namun, perubahan tersebut umumnya tidak
dirasakan atau tidak terjadi pada masyarakat terpencil.
2. Membuat ulasan / deskripsi tentang gejalah perubahan sosial yang meliputi :
a. Jenis dan cakupan wilayah terjadinya perubahan sosial
Perubahan sosial merupakan gejala yang melekat disetiap masyarakat. Perubahan-
perubahan yang terjadi di dalam masyarakat akan menimbulkan ketidaksesuaian antara
unsur-unsur sosial yang ada didalam masyarakat, sehingga menghasilkan suatu pola
kehidupan yang tidak sesuai fungsinya bagi masyarakat yang bersangkutan.
Suatu masyarakat yang telah mencapai peradaban tertentu, berarti telah mengalami evolusi
kebudayaan yang lama dan bermakna sampai tahap tertentu yang diakui tingkat IPTEK dan
unsur budaya lainnya. Dengan demikian, masyarakat tadi telah mengalami proses perubahan
sosial yang berarti, sehingga taraf kehidupannya makin kompleks. Proses tersebut tidak
terlepas dari berbagai perkembangan, perubahan, dan pertumbuhan yang meliputi aspek-
aspek demografi, ekonomi, organsisasi, politik, IPTEK dan lainnya. Menurut Nursid
Sutmaatmadja “ perubahan segala aspek kehidupan, tidak hanya dialami, dihayati dan
dirasakan oleh anggota masyarakat. Melainkan telah diakui serta didukungnya. Jika proses
tersebut telah terjadi demikian maka dapat dikatakan bahwa masyarakat tersebut telah
mengalami “perubahan sosial”. Pada masyarakat tersebut, struktur, organisasi, dan hubungan
sosial telah mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa perubahan sosial mencangkup
tiga hal yaitu:
1) Perubahan struktur dalam sosial
2) Perubahan organisasi sosial.
3) Perubahan hubungan sosial.
Wilbert moore memandang perubahan sosial sebagai “perubahan struktur sosial, pola
prilaku dan intraksi sosial”. Setiap perubahan yang terjadi dalam struktur masyarakat atu
perubahan dalam organisasi sosial disebut perubahan sosial. Perubahan sosial berbeda dengan
perubahan kebudayaan. Perubahan kebudayaan mengarah pada unsur-unsur kebudayaan yang
ada. Contoh perubahan sosial: perubahan peranan seorang istri dalam keluarga modern,
perubahan kebudayaan contohnya: adalah penemuan baru sepeti radio, televisi, komputer
yang dapat mempengaruhi lembaga-lembaga sosial.
William F. ogburn mengemukakan bahwa ruang lingkup perubahan-perubahan sosial
mencangkup unsur-unsur kebudayaan yang materil maupun immateril dengan menekankan
bahwa pengaruh yang besar dari unsur-unsur immaterial. Kingsley Davis mengartikan
perubahan sosial sebagai perubahan yang terjadi dalam fungsi dan struktur masyarakat.
Perubahan-perubahan sosial dikatakannya sebagai perubahan dalam hubungan sosial (social
relationship) atau sebagai perubahan terhadap keseimbangan (equilibrium) hubungan sosial
tersebut.
Gilin dan Gilin mengarakan bahwa perubahan-perubahan sosial untuk suatu variasi cara
hidup yang lebih diterima yang disebabkan baik karena perubahan kondisi geografis,
kebudayaan materil, kompetensi penduduk, ideologi, maupun karena adanya difusi atau pun
perubahan-perubahan baru dalam masyarakat tersebut.
Menurut Selo Soemardjan, perubahan sosial adalah perubahan yang terjadi pada lembaga
kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat yang mempengaruhi sistem sosial, termasuk
didalamnya nilai-nilai sikap-sikap dan pola prilaku diantara kelompok dalam masyarakat
menurutnya, antara perubahan sosial dan perubahan kebudayaan memiliki satu aspek yang
sama yaitu keduanya bersangkut paut dengan suatu penerimaan cara-cara baru atau suatu
perbaikan cara masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya.
Perubahan sosial itu bersifat umum meliputi perubahan berbagai aspek dalam kehidupan
masyarakat, sampai pada pergeseran persebaran umur, tingkat pendidikan dan hubungan
antar warga. Dari perubahan aspek-aspek tersebut terjadi perubahan struktur masyarakat
serta hubungan sosial.
Perubahan sosial tidak dapat dilepaskan dari perubahan kebudayaan. Hal ini disebabkan
kebudayaan hasil dari adanya masyarakat, sehingga tidak akan adanya kebudayaan apabila
tidak ada masyarakat yang mendukungnya dan tidak ada satupun masyarakat yang tidak
memiliki kebudayaan.
Perubahan sosial yaitu perubahan yang terjadi dalam masyarakat atau dalam hubungan
interaksi, yang meliputi berbagai aspek kehidupan. Sebagai akibat adanya dinamika anggota
masyarakat dan yang telah didukung oleh sebagian besar anggota masyarakat, merupakan
tuntutan kehidupan dalam mencari kesetabilannya. Ditinjau dari tuntutan stabilitas kehidupan
perubahan sosial yang dialami masyarakat adalah hal yang wajar. Kebalikannya masyarakat
yang tidak berani melakukan perubahan-perubahan tidak akan dapat melayani tuntutan dan
dinamika anggota-anggota yang selalu berkembang kemauan dan aspirasi.
Cara yang paling sederhana untuk dapat memahami terjadinya perubahan sosial dan
budaya adalah membuat rekapitulasi dari semua perubahan yang terjadi dalam masyarakat
sebelumnya. Perubahan yang terjadi dalam masyarakat dapat dianalisis dari berbagai segi:
a) Kearah mana perubahan dalam masyarakat bergerak (direction of change) bahwa perubahan
tersebut meninggalkan faktor yang diubah. Akan tetapi setelah meninggalkan faktor tersebut,
mungkin perubahan itu bergerak pada sesuatu yang baru sama sekali, akan tetapi mungkin
pula bergerak kearah suatu bentuk yang sudah ada pada waktu yang lampau.
b) Bagaimana bentuk dari perubahan-perubahan sosial dan kebudayaan yang terjadi dalam
masyarakat.
b. Bentuk Perubahan Sosial
1. Perubahan Lambat (Evolusi)
Perubahan secara lambat memerlukan waktu yang lama dan biasanya merupakan rentetan
perubahan kecil yang saling mengikuti dengan lambat. Pada evolusi, perubahan terjadi
dengan sendirinya tanpa rencana atau kehendak tertentu. Masyarakat hanya berusaha
menyesuaikan dengan keperluan, keadaan, dan kondisi baru yang timbul sejalan dengan
pertumbuhan masyarakat.
Perubahan ini terjadi melalui tahapan-tahapan dari yang sederhana menjadi maju. Misalnya
kehidupan masyarakat suku Kubu di Sumatra. Mereka mengalami perubahan secara lambat,
terutama dalam tempat tinggal dan mata pencaharian hidup. Sampai saat ini suku Kubu masih
menjalankan aktivitas lamanya, yaitu berburu dan meramu untuk memenuhi kebutuhan hidup
mereka.
2. Perubahan Cepat (Revolusi)
Di dalam revolusi, perubahan yang terjadi ada yang direncanakan terlebih dahulu dan ada
yang tidak direncanakan. Selain itu ada yang dijalankan tanpa kekerasan dan dengan
kekerasan. Dalam perubahan cepat, kemungkinan timbulnya sifat anarki dan tindakan
kekerasan sangat besar terjadi. Adapun ukuran kecepatan suatu perubahan sebenarnya
relative karena revolusi pun dapat memakan waktu lama.
Pada umumnya, suatu perubahan dianggap sebagai perubahan cepat karena mengubah sendi-
sendi pokok kehidupan masyarakat, seperti sistem kekeluargaan, politik, ekonomi, dan
hubungan antarmanusia. Suatu revolusi dapat juga berlangsung dengan didahului suatu
pemberontakan. Misalnya revolusi bangsa Indonesia dalam mencapai kemerdekaannya.
Secara sosiologis, persyaratan yang harus dipenuhi agar suatu revolusi dapat tercapai adalah
sebagai berikut.
a. Harus ada keinginan dari masyarakat banyak untuk mengadakan perubahan. Maksudnya
adalah bahwa di dalam masyarakat harus ada perasaan tidak puas terhadap keadaan dan
harus ada keinginan untuk mencapai keadaan yang lebih baik.
b. Ada seorang pemimpin atau sekelompok orang yang mampu memimpin masyarakat
untuk mengadakan perubahan.
c. Pemimpin itu harus dapat menampung keinginan atau aspirasi dari rakyat, untuk
kemudian merumuskan aspirasi tersebut menjadi suatu program kerja.
d. Ada tujuan konkret yang dapat dicapai. Artinya, tujuan itu dapat dilihat oleh masyarakat
dan dilengkapi oleh suatu ideologi tertentu.
e. Harus ada momentum yang tepat untuk mengadakan revolusi, yaitu saat di mana keadaan
sudah tepat dan baik untuk mengadakan suatu gerakan.
3. Perubahan Kecil
Perubahan kecil adalah perubahan-perubahan yang terjadi pada unsur-unsur struktur sosial
yang tidak membawa pengaruh langsung atau berarti bagi masyarakat. Misalnya perubahan
mode pakaian, bentuk rumah, dan mainan anak yang tidak akan membawa pengaruh yang
berarti bagi masyarakat dalam keseluruhannya.
4. Perubahan Besar
Perubahan besar adalah suatu perubahan yang berpengaruh terhadap masyarakat dan
lembaga-lembaganya, seperti dalam system kerja, sistem hak milik tanah, hubungan
kekeluargaan, dan stratifikasi masyarakat. Contohnya adalah adanya industrialisasi.
Industrialisasi telah mengubah masyarakat agraris menjadi masyarakat industri. Perubahan itu
memberikan pengaruh dalam kehidupan masyarakat, seperti terlihat dalam hubungan
antarsesama. Pada masyarakat agraris, hubungan antarsesama terlihat sangat akrab dan
menunjukkan adanya kebersamaan. Namun pada masyarakat industri hal itu mengalami
perubahan, di mana hubungan lebih didasarkan pada pertimbangan untung rugi.
5. Perubahan yang Dikehendaki
Perubahan bentuk ini merupakan perubahan-perubahan yang diperkirakan atau yang telah
direncanakan terlebih dahulu oleh pihak-pihak yang hendak mengadakan perubahan dalam
masyarakat. Pihak-pihak itu disebut sebagai agent of change, yaitu seseorang atau
sekelompok orang yang mendapat kepercayaan masyarakat sebagai pemimpin dalam
perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan. Misalnya pejabat pemerintah, tokoh
masyarakat, atau mahasiswa.
Adapun cara yang dapat digunakan untuk memengaruhi masyarakat adalah dengan rekayasa
sosial (social engineering), yaitu dengan sistem yang teratur dan direncanakan terlebih
dahulu. Cara ini sering pula dinamakan perencanaan sosial (social planning). Contohnya
adalah pembangunan berbagai sarana dan prasarana, seperti kawasan industri, bendungan,
jalan, dan lain-lain.
6. Perubahan yang Tidak Dikehendaki
Perubahan ini terjadi di luar jangkauan pengawasan masyarakat dan dapat menyebabkan
timbulnya akibat-akibat sosial yang tidak diharapkan oleh masyarakat. Misalnya rusaknya
berbagai fasilitas umum, serta banyak orang yang kehilangan rumah, keluarga, dan sanak
saudara. Pada umumnya sangat sulit untuk meramalkan tentang terjadinya perubahan yang
tidak dikehendaki ini.
7. Perubahan Struktural
Perubahan ini merupakan perubahan yang sangat mendasar yang menyebabkan timbulnya
reorganisasi dalam masyarakat. Contohnya perubahan sistem kekuasaan dari kolonial ke
nasional.
8. Perubahan Proses
Perubahan proses adalah perubahan yang sifatnya tidak mendasar. Perubahan ini hanya
merupakan penyempurnaan dari perubahan sebelumnya. Contohnya adalah amandemen
terhadap UUD 1945 yang dilakukan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR).
Amandemen yang dilakukan dengan menghapus dan menambahkan beberapa pasal itu
dimaksudkan untuk menyempurnakan pasal-pasal yang sudah ada agar sesuai dengan
keadaan masyarakat Indonesia saa sekarang ini.
c. Proses Terjadinya Perubahan Sosial Berlansung
Menurut Alvin L. Bertrand (sebagaimana dikutip Arif Rohman, 2002), proses awal
perubahan sosial adalah adanya komunikasi. Melalui kontak dan komunikasi, unsur-unsur
kebudayaan baru dapat menyebar baik berupa ide-ide, gagasan, keyakinan, maupun
kebendaan. Proses penyebaran unsur kebudayaan dari satu masyarakat kepada masyarakat
lainnya disebut proses difusi. Proses berlangsungnya difusi akan mendorong terjadinya
akulturasi dan asimilasi.
1. Difusi
Difusi merupakan suatu proses penyebaran unsur-unsur kebudayaan dari orang
perorangan kepada orang perorangan yang lain, dan dari masyarakat ke masyarakat lain.
Misalnya, terdapat penemuan baru dalam suatu masyarakat, maka penemuan itu dapat
diteruskan dan disebarkan kepada masyarakat yang lain dengan cara difusi sehingga
mereka pun dapat menikmati manfaat dari penemuan baru itu. Oleh karena itu, difusi
dapat menjadi pendorong bagi tumbuhnya suatu kebudayaan dan menambah kebudayaan-
kebudayaan manusia yang telah ada.
Masuknya unsur-unsur kebudayaan baru secara difusi dapat terjadi dengan cara-cara
sebagai berikut.
a. Hubungan Simbiotik
Hubungan simbiotik adalah suatu hubungan di mana bentuk dari masing-masing
kebudayaan hampir tidak berubah. Contoh: pertukaran pelajar antarnegara
b. Secara Damai (Penetration Pacifique)
Dengan cara ini, unsur-unsur kebudayaan baru masuk ke suatu kebudayaan secara
damai. Contohnya yaitu perubahan model baju. Banyak tren-tren baju saat ini yang
dipengaruhi oleh budaya luar. Unsur-unsur asing ini diterima dengan tidak sengaja
dan tanpa paksaan.
c. Peperangan (Kekerasan)
Unsur kebudayaan baru yang dapat dimasukkan secara paksa ke dalam kebudayaan
penerimanya. Cara seperti ini dapat dilaku-kan dengan peperangan.
2. Akulturasi
Akulturasi merupakan proses penerimaan unsur-unsur kebudayaan baru dari luar secara
lambat dengan tidak menghilangkan sifat khas kepribadian kebudayaan sendiri. Contoh,
budaya selamatan merupakan bentuk akulturasi antara budaya lokal dalam budaya Jawa
dengan budaya Islam.
3. Asimilasi
Asimilasi merupakan proses penerimaan unsur-unsur kebudayaan dari luar yang bercampur
dengan unsur-unsur kebudayaan lokal menjadi unsur-unsur kebudayaan baru yang berbeda.
Contoh, membaurnya etnis Tionghoa dengan masyarakat pribumi. Proses asimilasi akan
berlangsung lancar dan cepat dipengaruhi oleh beberapa faktor pendorong, yaitu:
a. Adanya toleransi antarkebudayaan yang berbeda.
b. Adanya kesempatan yang sama dalam bidang ekonomi.
c. Adanya sikap menghargai terhadap hadirnya orang asing dan kebudayaan yang dibawa.
d. Adanya sikap terbuka dari golongan berkuasa.
e. Adanya unsur-unsur kebudayaan yang sama.
f. Terjadinya perkawinan campuran.
g. Adanya musuh bersama dari luar,
Selain faktor-faktor pendorong terdapat juga faktor-faktor yang dapat menghambat proses
asimilasi antara lain:
a. Letak geografis yang terisolasi.
b. Rendahnya pengetahuan tentang kebudayaan lain,
c. Adanya ketakutan terhadap budaya lain,
d. Adanya sikap superior yang menilai tinggi kebudayaannya sendiri.
e. Perasaan in-group yang kuat.
f. Adanya perbedaan kepentingan.
4. Akomodasi
Akomodasi adalah proses penerimaan unsur-unsur kebudayaan lokal. Contoh, penerimaan
ide demokrasi dan ide tentang HAM dari kebudayaan Barat. Proses penerimaan ini
tentunya membawa perubahan pada masyarakat yang bersangkutan. Karenanya melalui
proses akomodasi perubahan sosial dapat terjadi. Namun, dalam hal-hal tertentu proses
akomodasi merupakan proses penerimaan unsur-unsur kebudayaan luar dalam rangka
menghindari konflik.
d. Faktor Penyebab Perubahan Sosial
Jika ditinjau dari aspek sosiologi, perubahan sosial adalah perubahan yang terjadi dalam
masyarakat baik dalam segi norma maupun kebudayaan. Perubahan bisa terjadi karena
keinginan untuk hidup yang lebih baik dan bisa juga secara terpaksa karena keadaan.
Perubahan pasti akan selalu terjadi, baik secara disadari maupun tidak. Berikut adalah
beberapa faktor penyebab perubahan sosial. Kami mengelompokannya menjadi dua faktor
yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Langsung saja kita simak yang pertama:
1. Faktor Intern
Faktor intern adalah faktor perubahan sosial yang berasal dari dalam masyarakat itu sendiri.
Faktornya bermacam-macam yakni perubahan jumlah penduduk, penemuan-penemuan baru,
konflik dalam masyarakat, dan pemberontakan atau revolusi.
1.1. Perubahan Jumlah Penduduk
Perubahan jumlah penduduk dapat disebabkan oleh berkurang atau bertambahnya jumlah
penduduk. Pertambahan penduduk menyebabkan perubahan sosial. Seperti di pulau Jawa
yang jumlah penduduknya semakin banyak. Hal ini menyebabkan berkembangnya sistem
kepemilikan tanah sehingga tidak terjadi sengketa tanah antar penduduk.
Berkurangnya penduduk disebabkan oleh urbanisasi atau perpindahan penduduk dari desa ke
kota. Sehingga di desa terjadi kekosongan karena tidak ada yang mengelola. Ini
menyebabkan perubahan sosial terjadi di daerah pedesaan.
1.2. Penemuan-Penemuan Baru
Penemuan menambahkan atau mengembangkan suatu kebudayaan dalam masyarakat.
Penemuan unsur kebudayaan yang baru disebut discovery. Namun, tentu saja penemuan
tersebut belum diterima sepenuhnya oleh masyarakat. Pengenalan, pengembangan, dan
pengetahuan terhadap unsur kebudayaan yang baru tersebut diperlukan sehingga discovery
menjadi invention. Invention adalah discovery yang telah diterima dan telah diterapkan oleh
masyarakat.
Contohnya adalah penemuan mobil. Pada awal penemuannya, tentu saja belum bisa diterima
oleh masyarakat sebagai pengganti kereta kuda. Walaupun mobil lebih mudah perawatannya.
Namun pada saat itu harganya masih sangat mahal dan kecepatannya tidak secepat kereta
kuda. Sehingga pengembangan pun terus dilakukan untuk menekan harga dan meningkatkan
performa mobil.
1.3. Konflik Dalam Masyarakat
Konflik dalam masyarakat disebabkan oleh adanya perbedaan dalam masyarakat. Walaupun
konflik bersifat disosiatif atau memecah belah hubungan dalam masyarakat. Konflik pasti
akan diiringi oleh proses akomodasi yang justru dapat menguatkan ikatan sosial. Hal ini
terlihat ketika kita membandingkan keadaan sebelum konflik dan setelah konflik.
1.4. Pemberontakan atau Revolusi
Revolusi terjadi karena keinginan kuat masyarakat untuk berubah. Sedangkan pemberontakan
terjadi karena keinginan kuat masyarakat untuk berubah ditolak oleh pemimpin masyarakat
tersebut. Revolusi menyebabkan terjadinya perubahan sosial secara besar-besaran. Contohnya
adalah kejadian revolusi di Rusia pada tahun 1917 yang menyebabkan perubahan Rusia yang
dahulu merupakan kerajaan berubah menjadi diktator proletariat yang dilandaskan pada
doktrin marxis.
2. Faktor Ekstern
Faktor ekstern adalah penyebab perubahan sosial yang berasal dari luar masyarakat. Adapun
faktor-faktornya adalah dari alam, peperangan, dan pengaruh dari masyarakat lain.
2.1. Alam
Faktor dari alam adalah faktor yang tidak dapat dihindari karena itu merupakan kehendak
Tuhan. Faktor dari alam bisa berupa bencana alam atau perubahan iklim. Sehingga
masyarakat harus beradaptasi dengan faktor alam tersebut atau harus meninggalkan tempat
tinggalnya.
2.2. Peperangan
Peperangan tentu akan menyebabkan perubahan sosial dalam masyarakat. Terutama pada
pihak yang kalah dalam peperangan. Itu dikarenakan oleh pihak yang kalah harus menerima
ide-ide atau kebudayaan dari pihak yang menang. Sehingga terjadi perubahan secara besar-
besaran dalam masyarakatnya.
2.3. Pengaruh dari Masyarakat Lain
Hubungan yang di lakukan secara fisik antara dua masyarakat mempunyai kecenderungan
untuk menimbulkan pengaruh timbal balik salah satunya adalah pertukaran kebudayaan. Jika
pengaruh suatu kebudayaan dapat diterima tanpa paksaan, maka disebut demonstration effect.
Jika pengaruh suatu kebudayaan saling menolak, maka disebut cultural animosity. Jika suatu
kebudayaan mempunyai taraf yang lebih tinggi dari kebudayaan lain, maka akan muncul
proses imitasi yang lambat laun unsur-unsur kebudayaan asli dapat bergeser. Pertemuan
tersebut disebabkan oleh terdapat komunikasi massa antara kedua belah pihak.
e. Faktor yang mendorong perubahan sosial
1. Adanya kontak dengan kebudayaan masyarakat lain
Salah satu proses yang menyangkut hal ini adalah misalnya diffusion. Difusi adalah suatu
proses penyebaran unsur-unsur kebudayaan dari seseorang kepada orang lain, dan dari satu
masyarakat ke masyarakat lain. Dengan terjadinya difusi, suatu penemuan baru yang telah
diterima oleh masyarakat misalnya, dapat diteruskan dan disebarluaskan pada masyarakat
lain, sampai masyarakat tersebut dapat menikmati kegunaan dari hasil-hasil peradaban bagi
kemajuan manusia. Maka proses semacam itu merupakan pendorong bagi pertumbuhan suatu
kebudayaan dan memperkaya kebudayaan-kebudayaan umat manusia.
2. Adanya sikap terbuka terhadap karya serta keinginan orang lain untuk maju
Sikap menghargai karya orang lain dan keinginan-keinginan untuk maju merupakan salah
satu pendorong bagi jalannya perubahan-perubahan. Apabila sikap tersebut telah melembaga,
maka masyarakat akan memberikan pendorong bagi usaha-usaha untuk mengadakan
penemuan-penemuan baru. Pemberian hadiah nobel dan yang sejenisnya misalnya,
merupakan pendorong bagi individu-individu maupun kelompok-kelompok lainnya untuk
menciptakan karya-karya yang baru lagi.
3. Adanya Sistem pendidikan formal yang maju
Sistem pendidikan yang baik yang didukung oleh kurikulum adaptif maupun fleksibel
misalnya, akan mampu mendorong terjadinya perubahan-perubahan sosial budaya.
Pendidikan formal, misalnya di sekolah, mengajarkan kepada anak didik berbagai macam
pengetahuan dan kemampuan yang dibutuhkan oleh para siswa. Di samping itu, pendidikan
juga memberikan suatu nilai-nilai tertentu bagi manusia, terutama dalam membuka
pikirannya serta menerima hal-hal baru dan juga bagaimana cara berpikir secara ilmiah.
Namun jika dikelola secara baik dan maju, pendidikan bukan hanya sekedar dapat
mengajarkan pengetahuan, kemampuan ilmiah, skill, serta nilai-nilai tertentu yang
dibutuhkan siswa, namun lebih dari itu juga mendidik anak agar dapat berpikir secara
obyektif. Dengan kemampuan penalaran seperti itu, pendidikan formal akan dapat membekali
siswa kemampuan menilai apakah kebudayaan masyarakatnya akan dapat memenuhi
kebutuhan-kebutuhan jamannya atau tidak. Nah, di sinilah kira-kira peranan atau faktor
pendorong bagi pendidikan formal yang maju untuk berlangsungnya perubahan-perubahan
dalam masyarakat.
4. Sikap berorientasi ke masa depan
Adanya prinsip bahwa setiap manusia harus berorientasi ke masa depan, menjadikan manusia
tersebut selalu berjiwa (bersikap) optimistis. Perasaan dan sikap optimistis, adalah sikap dan
perasaan yang selalu percaya akan diperolehnya hasil yang lebih baik, atau mengharapkan
adanya hari esok yang lebih baik dari hari sekarang. Sementara jika di kalangan masyarakat
telah tertanam jiwa dan sikap optimistis semacam itu maka akan menjadikan masyarakat
tersebut selalu bersikap ingin maju, berhasil, lebih baik, dan lain-lain. Adanya jiwa dan sikap
optimistik, serta keinginan yang kuat untuk maju itupula sehingga proses-proses perubahan
yang sedang terjadi dalam masyarakat itu dapat tetap berlangsung.
5. Sistem lapisan masyarakat yang bersifat terbuka (open stratification)
Sistem stratifikasi sosial yang terbuka memungkinkan adanya gerak vertikal yang luas yang
berarti memberi kesempatan bagi individu-individu untuk maju berdasar kemampuannya.
Dalam keadaan demikian, seseorang mungkin akan mengadakan identifikasi dengan warga-
warga yang mempunyai status yang lebih tinggi. Dengan demikian, seseorang merasa dirinya
berkedudukan sama dengan orang atau golongan lain yang dianggapnya lebih tinggi dengan
harapan agar mereka diperlakukan sama dengan golongan tersebut. Identifikasi terjadi di
dalam hubungan superordinat-subordinat. Pada golongan yang lebih rendah kedudukannya,
sering terdapat perasaan tidak puas terhadap kedudukan sosial yang dimilikinya. Keadaan
tersebut dalam sosiologi dinamakan “status-anxiety”. “Status-anxiety” tersebut menyebabkan
seseorang berusaha untuk menaikkan kedudukan sosialnya.
6. Adanya komposisi penduduk yang heterogen
Pada kelompok-kelompok masyarakat yang terdiri dari berbagai latar belakang seperti
kebudayaan, ras (etnik), bahasa, ideologi, status sosial, dan lain-lain, atau yang lebih populer
dinamakan “masyarakat heterogen”, lebih mempermudah bagi terjadinya pertentangan-
pertentangan ataupun kegoncangan-kegoncangan. Hal semacam ini juga merupakan salah
satu pendorong bagi terjadinya perubahan-perubahan sosial dalam masyarakat.
7. Nilai bahwa manusia harus senantiasa berikhtiar untuk memperbaiki hidupnya
Nasib manusia memang sudah ditentukan oleh Tuhan, namun adalah menjadi tugas dan
kewajiban manusia untuk senantiasa berikhtiar dan berusaha guna memperbaiki taraf
kehidupannya. Lagipula, menurut ajaran agama juga ditekankan bahwa Tuhan tidak akan
mengubah nasib sesuatu umat (termasuk individu) selama umat (individu) tersebut tidak
berusaha untuk mengubahnya. Dengan demikian tugas manusia adalah berusaha, lalu berdoa,
sedangkan hasil akhir adalah Tuhan yang menentukannya. Adanya nilai-nilai hidup serta
keyakinan yang semacam itu menyebabkan kehidupan manusia menjadi dinamik, dan adanya
dinamisasi kehidupan inilah sehingga perubahan-perubahan sosial budaya dapat berlangsung.
8. Ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang kehidupan tertentu
Munculnya ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang-bidang kehidupan tertentu, misalnya
adanya pelaksanaan pembangunan yang hanya menguntungkan golongan tertentu, pembagian
hasil pembangunan yang tidak merata, semakin melebarnya jurang pemisah antara si kaya
dan si miskin, dan lain-lain, dapat menyebabkan terjadinya kekecewaan dalam masyarakat.
Bahkan jika dibiarkan sampai berlarut-larut, hal semacam itu dapat mengakibatkan terjadinya
demo ataupun protes-protes yang semakin meluas, atau bahkan kerusuhan-kerusuhan, dan
revolusi. Dengan demikian adanya ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang-bidang
kehidupan tertentu dapat mendorong bagi bergulirnya perubahan-perubahan sosial budaya.
f. Beberapa Perspektif Teori Perubahan Sosial
Ada dua teori utama mengenai perubahan sosial, yaitu teori siklus dan teori perkembangan.
Kedua teori perubahan sosial itu akan dijelaskan dalam uraian berikut.
a. Teori Siklus
Teori siklus menjelaskan bahwa perubahan sosial bersifat siklus artinya berputar melingkar.
Menurut teori siklus, perubahan sosial merupakan sesuatu yang tidak bisa direncanakan atau
diarahkan ke suatu titik tertentu, tetapi berputar-putar menurut pola melingkar. Pandangan
teori siklus ini, yaitu perubahan sosial sebagai suatu hal yang berulang-ulang. Apa yang
terjadi sekarang akan memiliki kesamaan atau kemiripan dengan apa yang ada di zaman
dahulu. Didalam pola perubahan ini tidak ada proses perubahan masyarakat secara bertahap
sehingga batas-batas antara pola hidup primitif, tradisional, dan modern tidak jelas.
Perubahan siklus merupakan pola perubahan yang menyerupai spiral.
Pandangan teori siklus sebenarnya telah dianut oleh bangsa Yunani, Romawi, dan Cina Kuno
jauh sebelum ilmu sosial modern lahir. Mereka membayangkan perjalanan hidup manusia
pada dasarnya terperangkap dalam lingkaran sejarah yang tidak menentu.
Seorang filsuf sosial Jerman, Oswald Spengler, berpandangan bahwa setiap peradaban besar
menjalani proses penahapan kelahiran, pertumbuhan, dan keruntuhan. Selanjutnya, perubahan
sosial akan kembali pada tahap kelahirannya kembali. Seorang sejarawan sosial Inggris,
Arnold Toynbee, berpendapat bahwa sejarah peradaban adalah rangkaian siklus kemunduran
dan pertumbuhan. Akan tetapi, masing-masing peradaban memiliki kemampuan meminjam
kebudayaan lain dan belajar dari kesalahannya untuk mencapai tingkat peradaban yang
tinggi. Salah satu contoh adalah kemajuan teknologi di suatu masyarakat umumnya terjadi
karena proses belajar dari kebudayaan lain. Kita dapat melihat kebenaran teori siklus ini dari
kenyataan sosial sekarang. Misalnya, dari perilaku mode pakaian, dan gaya kepemimpinan
politik. Sebagai contoh, dalam perubahan mode pakaian, seringkali kita melihat mode
pakaian terbaru kadang-kadang merupakan tiruan atau mengulang model pakaian zaman
dulu.
b. Teori Perkembangan/Teori Linier
Menurut teori ini perubahan sosial bersifat linier atau berkembang menuju ke suatu titik
tujuan tertentu. Penganut teori ini percaya bahwa perubahan sosial bisa direncanakan atau
diarahkan ke suatu titik tujuan tertentu. Masyarakat berkembang dari tradisional menuju
masyarakat kompleks modern.
Pandangan tentang teori linier dikembangkan oleh para ahli sosial sejak abad ke-18,
bersamaan dengan munculnya zaman pencerahan di Eropa yang berkeinginan masyarakat
lebih maju. Teori linier dapat dibagi menjadi dua, yaitu teori evolusi dan teori revolusi. Teori
evolusi melihat perubahan secara lambat, sedangkan teori revolusi melihat perubahan secara
sangat drastis.
Menurut teori evolusi bahwa masyarakat secara bertahap berkembang dari primitif,
tradisional, dan bersahaja menuju masyarakat modern. Teori ini dapat kita lihat di antaranya
dalam karya sosiolog Herbert Spencer, Emile Durkheim, dan Max Weber. Herbert Spencer
seorang sosiolog Inggris, berpendapat bahwa setiap masyarakat berkembang melalui tahapan
yang pasti. Herbert Spencer mengembangkan teori evolusi Darwin untuk diterapkan dalam
kehidupan sosial. Menurut Spencer orang-orang yang cakap akan memenangkan perjuangan
hidup, sedangkan orang-orang lemah akan tersisih sehingga masyarakat yang akan datang
hanya diisi oleh manusia-manusia tangguh yang memenangkan perjuangan hidup.
g. Dampak Perubahan Sosial terhadap kehidupan
A. Dampak Perubahan Sosial dalam Masyarakat
Perubahan sosial adalah proses sosial yang berlangsung secara terus-menerus dalam
kehidupan masyarakat, berkaitan dengan pergeseran fungsi sistem dan struktur sosial
sehingga mengubah pola perilaku anggota masyarakat.
1. Dampak Positif
Menunjukkan bahwa perubahan sosial memberikan pengaruh kemajuan dalam kehidupan
masyarakat.
Adapun dampak positif perubahan sosial sebagai berikut :
a. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
Perkembangan iptek dapat mengubah nilai-nilai lama menjadi nilai-nilai baru yang
mendorong berbagai inovasi yang dapat memudahkan kehidupan masyarakat menuju
perubahan sosial kearah modernisasi .
b. Tercipta lapangan kerja baru
Dapat mendorong industrialisasi dan perkembangan perusahaan multinasional. Dengan
pengembangan perusahaan secara global dan pembukaan industri kecil, tersedia banyak
lapangan pekerjaan sehingga mampu menyerap tenaga kerja secara maksimal.
c. Tercipta tenaga kerja profesional
untuk mendukung persaingan industri diperlukan tenaga kerja yang memiliki kecakapan,
keterampilan, keahlian, dan profesionalisme yang tinggi.
d. Nilai dan norma baru terbentuk
Nilai merupakan sesuatu yang baik, penting, dihargai dan norma merupakan aturan yang
mengikat nilai.
e. Efektivitas dan efisiensi kerja meningkat
Efektivitas dan efisiensi kerja selalu berkaitan dengan penggunaan alat produksi yang dapat
menghasilkan produk lebih cepat, lebih banyak, dan tepat sasaran.
2. Dampak Negatif
Menunjukkan kerugian yang di alami oleh masyarakat, kerugian tersebut berupa materiel
maupun non materiel.
Adapun dampak negatif perubahan sosial sebagai berikut :
a. Terjadi disintegrasi sosial
Disintegrasi terjadi karena adanya revolusi, kesenjangan sosial, perbedaan kepentingan yang
dapat mendorong perpecahan dalam masyarakat.
b. Terjadi pergolakan daerah
Pergolakan daerah dapat muncul akibat :
- kesenjangan ekonomi
- tidak memperhatikan tatanan hidup
- mengabaikan nilai dan norma
- perbedaan agama, ras, suku bangsa dan politik.
c. Kenakalan remaja
Muncul akibat pengaruh perubahan sosial, nilai-nilai kebebasan budaya barat diadopsi tanpa
menyesuaikan kondisi kebudayaan sendiri.
d. Terjadi kerusakan lingkungan
e. Eksistensi adat istiadat berkurang
nilai adat istiadat semakin ditinggalkan oleh masyarakat karena dianggap tidak sesuai dengan
perkembangan zaman, dan digantikan dengan nilai kebudayaan moderen.
f. Lembaga sosial tidak berfungsi secara optimal
menyalah gunakan kedudukn dan wewenang.
g. Muncul paham duniawi
- Konsumerisme, paham / idiologi yang menjadikan seseorang mengonsumsi / memakai
barang-barang secara berlebihan.
- Sekularisasi, paham yang memisahkan urusan dunia dengan urusan agama.
- Hedonisme, paham yang menganggap hidup bertujuan untuk mencari kebahagiaan
sebanyak munkin dan menghindari perasangka-perasangka yang menyakitkan.
Top Related