PERLAKUAN AKUNTANSI TERHADAPPERSEDIAAN BARANG RUSAK
PADA TITIAN MAS BANJARMASIN
DRAFT TUGAS AKHIRDIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU PERSYARATAN UNTUK
MENYELESAIKAN PROGRAM PENDIDIKAN DIPLOMA 3PROGRAM STUDI AKUNTANSI
JURUSAN AKUNTANSIPOLITEKNIK NEGERI BANJARMASIN
OLEH :SURI MAULANA A03120026
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN DIKTIPOLITEKNIK NEGERI BANJARMASIN
JURUSAN AKUNTANSI2015
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Suri Maulana
Nim : A03120026
Tempat dan Tgl Lahir : Kotabaru, 07 Desember 1994
Agama : Islam
Alamat : Jl. Pramuka Komp. PDAM No. 17 RT. 10
Nama Orang Tua (ayah) : Slamet Surip (Almarhum)
(ibu) : Norwati
Riwayat Pendidikan : 1. SDN Sungai Lulut 8 Banjarmasin
2. SMP Negeri 6 Banjarmasin
3. SMA PGRI 7 Banjarmasin
4. Praktik Kerja Lapangan (PKL) di DPRD Kota
Banjarmasin (2015)
vii
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmaanirrahim...
Alhamdulillah puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
Tugas Akhir ini serta shalawat dan salam kita panjatkan kepada junjungan kita
Nabi besar Muhammad SAW.
Penulis dapat menyelesaikan bimbingan ini berkat bimbingan dan bantuan
dari semua pihak, oleh karena itu perkenankanlah penulis mengucapka rasa
terimakasih yang teramat dalam dan sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak EdI Yohanes, ST, MT selaku Direktur Politeknik Negeri Banjarmasin.
2. Bapak Julkawait, SE. MM, Selaku Ketua Jurusan Akuntansi Politeknik
Negeri Banjarmasin
3. Bapak Ahsanul Haq, SE, M.Si, selaku wali kelas Akuntansi A.
4. Ibu Widya Ais Sahla, M. Sc selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberi
bimbingan dan arahan sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini.
5. Bapak Drs. Priyougie, M.Pd selaku Dosen Pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan dan arahan dalam hal penulisan sampai penulis dapat
menyelesaikan Tugas Akhir ini.
6. Bapak Mashendra. H. Saberan, selaku pemilik toko yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian di Titian Mas
Banjarmasin.
viii
7. Seluruh Dosen Politeknik Banjarmasin Umumnya dan Jurusan Akuntansi
pada khususnya. “Terima kasih atas bimbingannya selama ini, arahan serta
ilmu yang diberikan selama perkuliahan”.
8. Orang tua penulis yang sangat penulis sayangi dan hormati, yang telah
memberikan dukungan, semangat, dan do’a selama pengerjaan Tugas Akhir
ini.
9. Teman-teman kelas VI A Akuntansi yang telah memberikan semangat,
dukungan, dan sarannya selama ini.
10. Semua pihak dimanapun berada yang sudah banyak memberi bantuan sampai
penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini.
Banjarmasin, Juli 2015Penulis
Suri MaulanaA03120026
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN TUGAS AKHIR................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN TUGAS AKHIR................................................. iii
HALAMAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...................................................... iv
HALAMAN MOTTO ......................................................................................... v
HALAMAN SURAT PERNYATAAN ............................................................ vi
HALAMAN KATA PENGANTAR .................................................................. vii
HALAMAN DAFTAR ISI ................................................................................ ix
HALAMAN DAFTAR TABEL ......................................................................... xi
HALAMAN DAFTAR BAGAN ........................................................................ xii
HALAMAN DAFTAR LAMPIRAN ................................................................ xiii
ABSTRAK ......................................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1
B. Permasalahan ............................................................................... 3
C. Batasan Masalah .......................................................................... 3
D. Tujuan Penelitian ........................................................................ 3
E. Kegunaan penelitian ..................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 5
A. Landasan Teori ............................................................................. 5
1. Pengertian Persediaan ............................................................. 5
2. Jenis-jenis Persediaan.............................................................. 8
3. Metode Pencatatan Persediaan ................................................ 9
4. Kepemilikan Persedian............................................................ 13
5. Penilaian Persediaan Barang ................................................... 15
6. Penyimpangan Dari Harga Perolehan Persediaan ................... 17
B. Hasil Penelitian Terdahulu............................................................ 21
x
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................. 24
A. Identifikasi dan Pemberian definisi Operasional Variabel ........... 24
B. Studi Kasus ................................................................................... 24
C. Jenis dan sumber Data .................................................................. 25
D. Teknik Pengumpulan Data............................................................ 25
E. Teknik Analisis Data..................................................................... 26
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANHASIL PENELITIAN ....................................................................... 28
A. Hasil Penelitian ........................................................................... 28
1. Sejarah Singkat Titian Mas ................................................... 28
2. Struktur Organisasi Titian Mas .............................................. 28
B. Pembahasan Hasil Penelitian ....................................................... 41
1. Menghitung Besarnya Kerugian ............................................. 41
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 43
A. Simpulan ...................................................................................... 43
B. Saran ............................................................................................ 44
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Hasil Penelitian Terdahulu................................................................. 21
Tabel 2 Jumlah Tenaga Kerja Tetap Titian Mas ............................................ 32
Tabel 3 Persediaan Awal Barang Dagangan
(Minuman dan Makanan Ringan) ...................................................... 33
Tabel 4 Daftar Nilai Barang (Minuman dan Makanan Ringan) yang Rusak . 35
Tabel 5 Daftar Nilai Barang (Minuman dan Makanan Ringan) yang Baik ... 36
Tabel 6 Daftar Nilai Barang (Minuman dan Makanan Ringan)
yang Baik (terjual) ............................................................................ 38
Tabel 7 Daftar Persediaan Akhir (Minuman dan Makanan Ringan)
Untuk Barang Baik ............................................................................ 40
xii
DAFTAR BAGAN
Bagan 1 Struktur Organisasi Titian Mas ....................................................... 30
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Tanda Daftar Perusahaan
2. NPWP Pemilik Perusahaan
3. Surat Ijin Penelitian
4. Denah/Peta Perusahaan
5. Foto Fisik Perusahaan
6. Berita Acara Seminar Proposal Tugas Akhir
7. Lembar Saran Penguji Seminar Proposal Tugas Akhir
8. Lembar Konsultasi Bimbingan I dan II
9. Lembar Saran Penguji Seminar Tugas Akhir
xiv
ABSTRAK
Suri Maulana / A03120026 / 2015 / PERLAKUAN AKUNTANSITERHADAP PERSEDIAAN BARANG RUSAK PADA TITIANMAS /Akuntansi Keuangan / Persediaan / TITIANMAS BANJARMASIN.
Tujuan penelitian pada Titian Mas Banjarmasin adalah untuk mengetahui
nilai persediaan akhir dengan memperhitungkan nilai realisasi bersih atas
persediaan barang dagang yang rusak.
Kerangka pemikiran (teoritis) penelitian ini adalah berdasarkan PSAK no
14 paragraf 26 mengenai perhitungan nilai realisasi bersih dari persediaan barang
yang mengalami kerusakan maupun ketinggalan zaman (usang). Selama ini Titian
Mas Banjarmasin tidak memperhitungkan nilai realisasi bersih atas persediaan
akhir yang mengalami kerusakan. Hal ini akan berakibat nilai persediaan barang
yang tercatat pada periode yang bersangkutan terlalu besar. Pada akhirnya nilai
laba juga akan terlalu besar karena perusahaan tidak mengakui adanya kerugian
penurunan nilai persediaan.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, nilai persediaan akhir setelah
diperhitungkan nilai realisasi bersih adalah sebesar Rp 2.359.000,00 dengan
kerugian sebesar Rp 287.400,00 atas penurunan nilai persediaan tersebut.
Kata Kunci : Perlakuan Akuntansi, Persediaan Barang Rusak, dan NilaiPersediaan
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tujuan umum suatu usaha adalah mencari laba sebanyak-banyaknya.
Pada perusahaan dagang penjualan barang dagang merupakan salah satu
faktor utama dalam memperoleh laba. Oleh karena itu, sebuah perusahaan
harus melakukan fungsi penjualan dengan maksimal. Untuk melakukan hal
ini tentunya perlu melibatkan pihak manajemen untuk melakukan kebijakan
dalam mengelola sumber daya perusahaan guna mencapai tujuan perusahaan.
Persediaan barang dagang merupakan aktiva yang paling aktif
perputarannya dalam sebuah perusahaan dagang karena terjadinya transaksi
penjualan dan pembelian secara terus menerus. Oleh karena itu, perlu adanya
perencanaan, pengelolaan, dan pengawasan agar tidak terjadi kekurangan
barang dagangan yang berakibat mengganggu aktivitas perusahaan.
Pada umumnya tidak semua barang dagang yang dibeli atau diproduksi
akan segera laku dijual, pada masa menunggu tersebut harga barang mungkin
mengalami penurunan yang diakibatkan supply barang sejenis di pasaran
lebih besar dari permintaan konsumen dan adanya kerusakan pada persediaan
tersebut.
Jika penurunan harga sampai di bawah harga perolehan maka
perusahaan tidak dapat lagi menggunakan harga perolehan sebagai dasar
karena kemampuan persediaan untuk menghasilkan pendapatan sudah tidak
2
sebesar harga perolehannya lagi. Ketidakmampuan untuk memperoleh
kembali seluruh harga perolehan barang merupakan suatu kerugian yang
harus diakui dan dilaporkan pada periode penurunan harga terjadi, bukan
pada periode penjualan barang tersebut.
Jika nilai persediaan turun sampai di bawah harga pokoknya karena
barang tersebut terjadi kerusakan, keusangan maupun perubahan harga,
persediaan tersebut harus dicatat lebih kecil dari harganya untuk menyatakan
kerugian tersebut. Aturan umumnya adalah bahwa prinsip biaya histories
tidak dapat dipakai jika manfaat masa depan (kemampuan menghasilkan
pendapatan) dari harta tersebut tidak lagi sebesar harga pokok awalnya.
Penyimpangan ini diperbolehkan karena hilangnya manfaat harus dibebankan
pada pendapatan dalam periode terjadinya. Karena itu persediaan dinilai
berdasarkan yang terendah antara harga pokok atau harga pasar dan bukan
berdasarkan harga pokoknya.
Titian Mas adalah sebuah tempat yang menjual barang-barang bahan
makanan/sembako dan kelontongan. Titian Mas menggunakan pencatatan
pembukuan sederhana yaitu hanya mencatat transaksi penerimaan kas dan
pengeluaran kas setiap harinya. Kadang ditemukan beberapa kerusakan pada
barang dagangan yang disebabkan oleh habisnya masa berlaku produk
tersebut. Barang dagangan rusak tersebut sebagian ada yang diretur dan
sebagian lagi ditanggung pemilik. Jika perusahaan tidak melakukan
perhitungan untuk barang rusak tersebut maka nilai realisasi persediaan yang
3
akan tercantum tidak disajikan secara wajar, oleh karena itu perlu
dilakukannya perhitungan terhadap barang rusak.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk mengajukan
sebuah judul “Perlakuan Akuntansi Terhadap Persediaan Barang Rusak Pada
Titian Mas”
B. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, maka
permasalahan yang akan diangkat adalah bagaimana perlakuan akuntansi
terhadap persediaan barang rusak berat pada Titian Mas ?
C. Batasan Masalah
Agar permasalahan lebih terarah maka penulis membatasi masalah ini
pada perlakuan akuntansi persediaan barang dagangan jenis (minuman dan
makanan ringan) rusak berat periode Mei 2015
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yung ingin dicapai penulis dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui bagaimana perlakuan akuntansi terhadap persediaan barang
rusak berat pada Titian Mas periode Mei 2015.
E. Kegunaan Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada Titian Mas,
maka kegunaan yang dapat diperoleh adalah sebagai berikut :
1. Memberikan pengalaman kepada penulis untuk menerapkan dan
memperluas wawasan penerapan teori dan pengetahuan yang telah
diterima di dalam perkuliahan pada kegiatan nyata.
4
2. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang perlakuan
akuntansi terhadap penurunan nilai persediaan barang dagangan
dikarenakan persediaan barang dagangan tersebut mengalami kerusakan
atau ketinggalan zaman berdasarkan PSAK No. 14
3. Hasilnya dapat dijadikan masukan bagi perusahaan untuk menerapkan
perhitungan penurunan nilai harga persediaan barang terhadap barang
rusak atau ketinggalan zaman, dalam rangka penentuan harga pokok
penjualan berdasarkan harga pasar atau perolehannya.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pengertian Persediaan
Persediaan berpengaruh terhadap neraca maupun laporan laba rugi
dalam sebuah perusahaan dagang atau manufaktur. Persediaan seringkali
merupakan bagian yang sangat besar dari keseluruhan aktiva lancar yang
dimiliki perusahaan. Meskipun demikian jumlah persentase berbeda-beda
antara perusahaan yang satu dengan yang lainnya, pada perusahaan
tertentu kadang-kadang persediaan menggambarkan 70% dari keseluruhan
aktiva lacar. Angka persentase ini merupakan bukti betapa pentingnya
kegiatan pembelian dan penjualan persediaan memegang peranan sangat
penting dalam penentuan hasil perusahaan untuk satu periode. Riyani
(2010:6)
Persediaan harus dimiliki perusahaan karena merupakan produk
yang harus dijual sebagai sumber pendapatan. Persediaan merupakan salah
satu aktiva perusahaan yang penting sekali, karena berpengaruh secara
langsung terhadap kemampuan perusahaan memperoleh pendapatan.
Rudianto (2009:236)
Persediaan barang dagang (mercandise infentory) adalah barang-
barang yang dimiliki oleh perusahaan untuk dijual kembali. Untuk
perusahaan pabrik yang termasuk dalam persediaan adalah barang-barang
6
yang akan digunakan untuk proses selanjutnya. Persediaan pada
perusahaan pabrik terdiri dari persediaan bahan baku, persediaan dalam
proses dan persediaan barang jadi. Soemarso (2004:384)
“Persediaan adalah barang-barang yang dimiliki untuk dijual
kembali atau digunakan untuk memproduksi barang yang akan dijual”
Zaki Baridwan (2004:149)
“Persediaan meliputi segala macam barang yang menjadi objek
pokok aktivitas perusahaan yang tersedia untuk diolah dalam proses
produksi atau dijual” Syakur (2009:125)
Menurut PSAK No. 14 Paragraf 3 tahun 2009, istilah persediaan
digunakan untuk menyatakan barang berwujud (asset) yang :
a. Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal.
b. Dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan.
c. Dalam bentuk bahan atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan
dalam proses produksi atau pemberian jasa.
Menurut Standar Akuntansi Keuangan Indonesia yang berkenaan
dengan perhitungan Nilai Realisasi Bersih dari suatu persediaan barang
dagang yang telah rusak dinyatakan dalam PSAK No. 14 Paragraf 22-27,
tahun 2009 sebagai berikut :
a. Paragraf 22Biaya persediaan mungkin tidak akan diperoleh kembali
(recoverable) bila barang rusak, seluruh atau sebagian barang telahusang atau bila harga penjualan menurun. Biaya persediaan jugatidak akan diperoleh kembali jika estimasi biaya penyelesaian atauestimasi biaya penjualan meningkat. Praktek penurunan nilaipersediaan di bawah biaya menjadi nilai realisasi bersih konsistendengan pandangan bahwa aktiva seharusnya tidak dinyatakan
7
melebihi jumlah yang mungkin dapat direalisasi melalui penjualanatau penggunaan.
b. Paragraf 23Nilai persediaan biasanya diturunkan ke nilai realisasi bersih
secara terpisah untuk setiap barang dalam persediaan. Namundemikian, dalam beberapa kondisi, penurunan nilai persediaanmungkin lebih sesuai jika dihitung terhadap kelompok barangserupa atau yang berkaitan. Misalnya barang-barang yang termasukdalam lini produk dengan tujuan atau penggunaan akhir yangserupa, diproduksi dan dipasarkan di wilayah yang sama, dan tidakdapat dievaluasi terpisah dari barang-barang lain dalam lini produktersebut. Penurunan nilai persediaan tidak tepat jika dihitungberdasarkan klasifikasi persediaan, misalnya, barang jadi, atauseluruh persediaan dalam suatu industri atau segmen geografistertentu. Perusahaan jasa pada umumnya mengakumulasikan biayadalam hubungannya dengan setiap jasa agar dapat menetapkanharga jual jasa tersebut. Dengan demikian, masing-masing jenisjasa tersebut dibukukan tersendiri.
c. Paragraf 24Estimasi nilai realisasi bersih didasarkan pada bukti paling
andal yang tersedia pada saat estimasi dilakukan terhadap jumlahpersediaan yang diharapkan dapat direalisasi. Estimasi inimempertimbangkan fluktuasi harga atau biaya yang langsungterkait dengan peristiwa yang terjadi setelah akhir periodesepanjang peristiwa tersebut menegaskan (confirm) kondisi yangada pada akhir periode.
d. Paragraf 25Estimasi nilai realisasi bersih juga mempertimbangkan tujuan
pengadaan persediaan yang bersangkutan. Misalnya, nilai realisasibersih kuantitas persediaan yang dimiliki untuk memenuhi kontrakpenjualan produk atau jasa didasarkan pada harga kontrak. Bilakontrak penjualan adalah untuk kuantitas barang yang lebih kecildaripada persediaan, nilai realisasi bersih untuk kelebihannya harusdidasarkan pada harga penjualan umum. Kerugian kontinjen darikontrak penjualan yang melebihi kuantitas persediaan yang dimilikidan kerugian kontinjen dari kontrak pembelian diperlakukan sesuaidengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 8 tentangKontinjensi dan Peristiwa Setelah Tanggal Neraca.
e. Paragraf 26Nilai bahan baku dan perlengkapan (supplies) lain yang
diadakan untuk digunakan dalam produksi persediaan tidakditurunkan di bawah biaya bila barang jadi yang dihasilkan
8
diharapkan dapat dijual sebesar atau di atas biaya. Namundemikian, bila penurunan harga bahan baku mengindikasikan biayabarang jadi yang dihasilkan akan melebihi nilai realisasi bersih,maka nilai bahan diturunkan ke nilai realisasi bersih. Dalamkondisi semacam itu, biaya ganti (replacement cost) merupakantolak ukur terbaik yang tersedia bagi nilai realisasi bersih.
f. Paragraf 27Nilai realisasi bersih yang telah ditentukan harus ditinjau
kembali pada setiap periode berikutnya. Apabila kondisi yangsemula mengakibatkan penurunan nilai persediaan di bawah biayaternyata tidak lagi berlaku, maka jumlah penurunan nilai harusdieliminasi balik (reversed) sedemikian rupa sehingga jumlahtercatat baru persediaan adalah yang terendah dari biaya atau nilairealisasi bersih yang telah direvisi. Hal ini timbul, misalnya, jikasuatu barang dalam persediaan, yang dicantumkan sebesar nilairealisasi bersih karena harga jualnya telah turun, masih dimilikipada periode berikutnya dan harga jualnya telah meningkat.
2. Jenis-jenis Persediaan
Menurut Imam Santoso (2006:143) berbagai jenis persediaan
dalam material (cost) perusahaan dagang maupun industri dapat
dikelompokkan sebagai berikut :
a. Persediaan bahan baku (raw material) yaitu bahan baku yang akan
diproses lebih lanjut dalam proses produksi.
b. Persediaan barang dalam proses (work in process/good in process)
yaitu bahan baku yang sedang diproses dimana nilainya merupakan
akumulasi biaya bahan baku (raw material), biaya tenaga kerja
(direct labor cost), dan biaya overhead (factory overhead cost)
c. Persediaan barang jadi (finished goods) yaitu barang jadi yang
berasal dari barang yang telah selesai diproses telah siap untuk
dijual sesuai dengan tujuannya.
9
d. Persediaan bahan pembantu (factory/manufacturing supplies) yaitu
bahan pembantu yang dibutuhkan dalam proses produksi namun
tidak secara langsung dapat dilihat secara fisik pada produk yang
dihasilkan.
e. Persediaan barang dagangan (merchandise inventory) yaitu barang
yang langsung diperdagangkan tanpa mengalami proses lanjutan.
3. Metode Pencatatan Persediaan
Secara umum terdapat dua metode yang dipakai untuk menghitung
dan mencatat persediaan berkaitan dengan perhitungan harga pokok
penjualan:
a. Metode Fisik
Metode fisik atau disebut juga metode periodik adalah
metode pengelolaan persediaan, dimana arus keluar masuknya
barang tidak dicatat secara rinci sehingga untuk mengetahui nilai
persediaan pada suatu saat tertentu harus melakukan perhitungan
barang secara fisik (stock opname) di gudang. Rudianto
(2009:236)
Penggunaan metode fisik mengharuskan adanya
perhitungan barang yang masih ada pada tanggal penyusunan
laporan keuangan. Perhitungan persediaan (stock opname) ini
diperlukan untuk mengetahui berapa jumlah barang yang masih
ada dan kemudian diperhitungkan harga pokoknya. Dalam
metode ini mutasi persediaan barang tidak diikuti dalam buku-
10
buku, setiap pembelian abrang dicatat dalam rekening pembelian.
Karena tidak ada catatan mutasi persediaan barang maka harga
pokok penjualan juga tidak dapat diketahui sewaktu-waktu.
Harga pokok penjualan baru dapat dihitung apabila persediaan
akhir sudah dihitung. Zaki Baridwan (2004 151)
Perhitungan harga pokok penjualan dilakukan dengan cara
sebagai berikut :
Persediaan barang awal xxx
Pembelian (neto) xxx (+)
Tersedia untuk dijual xxx
Persediaan barang akhir xxx (-)
Harga pokok penjualan xxx
Bila digunakan sistem periodik, setiap pembelian barang
dagang akan dicatat di rekening pembelian, sedangkan rekening
persediaan awal jumlahnya tetap tidak berubah selama periode
akuntansi, rekening persediaan harus disesuaikan dengan
menutup persediaan awal dan mencatat jumlah persediaan akhir.
Harga pokok penjualan ditentukan dengan menambah persediaan
awal dengan pembelian neto dan menguranginya dengan
persediaan akhir.
b. Metode Buku (Perpetual)
Pencatatan perpetual yaitu pencatatan atas transaksi
persediaan yang dilaksanakan setiap waktu, baik terhadap
11
pemasukan maupun terhadap pengeluaran persediaan. Dalam
metode ini, pencatatan persediaan dilakukan dalam kartu
persediaan yang menggambarkan persediaan sebenarnya.
Pencatatan atas transaksi dilakukan secara terus-menerus
untuk setiap jenis persediaan dan untuk menjamin keakuratan
jumlah persediaan perhitungan fisik persediaan biasanya
dilakukan setahun sekali.
Pencatatan persediaan dengan menggunakan metode ini
ditujukan terutama untuk barang yang bernilai tinggi dan untuk
barang yang mudah dicatat pemasukan dan pengeluarannya
digudang.
Dalam sistem pencatatan perpetual, pembelian dan
penjualan (pemakaian) dicatat langsung kedalam rekening
persediaan pada saat pembelian atau penjualan (pemakaian)
tersebut terjadi. Dengan demikian tidak digunakan rekening
pembelian. Selain itu akan digunakan rekening Harga Pokok
Penjualan untuk mengumpulkan pengeluaran barang dari
persediaan akhir pada saat itu. Dengan demikian bila perusahaan
menggunakan sistem perpetual, maka setiap saat dapat diketahui
jumlah persediaan yang ada.
Dalam metode buku setiap jenis persediaan dibuatkan
rekening sendiri-sendiri yang merupakan buku pembantu
persediaan. Rekening yang digunakan untuk mencatat persediaan
12
ini terdiri dari beberapa kolom yang dapat dipakai untuk mencatat
pembelian, penjualan dan saldo persediaan. Setiap perubahan
dalam persediaan diikuti dengan pencatatan dalam rekening
persediaan sehingga jumlah persediaan sewaktu-waktu dapat
diketahui dengan melihat kolom saldo dalam rekening persediaan.
Penggunaan metode buku akan memudahkan penyusunan neraca
dan laporan laba rugi jangka pendek, karena tidak perlu lagi
mengadakan perhitungan fisik untuk mengetahui jumlah
persediaan akhir. Zaki Baridwan (2004:152)
Walaupun sudah menggunakan sistem petpetual, tidak
berarti tidak perlu diadakan perhitungan fisik terhadap jumlah
persediaan. Perhitungan fisik tetap diadakan paling tidak satu
tahun sekali untuk mencocokkan jumlah fisik persediaan dengan
jumlah catatannya.
Dengan adanya perkembangan sistem komputer yang pesat,
sekarang banyak perusahaan yang menggunakan sistem
pencatatan perpetual. Sehingga dapat disusun laporan persediaan
yang berisi informasi lebih lengkap, yang tidak hanya mencakup
data fisik dan data rupiah saja, tetapi juga data lain, seperti nomor
kode persediaan, lokasi barang, pemasok, dan jumlah pemesanan
kembali.
Dari kedua metode tersebut, maka dapat dilihat bahwa
metode perpetual merupakan cara yang lebih baik untuk
13
melakukan pencatatan persediaan dan dapat mempercepat
penyusunan laporan keuangan, karena jika perusahaan memiliki
jenis dan jumlah persediaan yang banyak tidak mungkin untuk
melakukan perhitungan secara fisik dan tentu juga akan memakan
waktu yang cukup banyak.
4. Kepemilikan Persediaan
Untuk menentukan apakah barang-barang itu sudah dapat dicatat
sebagai persediaan, dasar yang digunakan adalah hak kepemilikan. Secara
teknis, pembelian harus dicatat ketika hak legal atas barang berpindah ke
pembeli. Namun, praktek umum adalah mencatat pembelian pada saat
barang diterima, karena sulit bagi pembeli untuk secara pasti kapan hak
legal berpindah untuk setiap pembelian. Selain itu, praktek semacam ini
tidak akan menimbulkan kesalahan yang material jika diaplikasikan
secara konsisten. Menurut Zaki Baridwan (2004 : 152) kesulitan
menentukan perpindahan hak atas barang antara lain timbul dalam
keadaan berikut ini :
a. Barang-barang dalam perjalanan (Goods in Transit)
Barang-barang yang pada tanggal neraca masih dalam
perjalanan menimbulkan masalah apakah masih menjadi milik
penjual atau sudah berpindah haknya pada pembeli.
Untuk mengetahui barang-barang itu milik siapa, harus
diketahui syarat penerimaan barang-barang tersebut. Ada 2 syarat
pengiriman yaitu :
14
1) Syarat Pengiriman F.O.B Shipping Point
Apabila barang-barang dikirim dengan syarat f.o.b
shipping point maka hak atas barang yang dikirim berpindah
pada pembeli ketika barang tersebut diserahkan pada pihak
pengangkut. Pada saat tersebut penjual mencatat penjualan dan
mengurangi persediaan barangnya, sedangkan pembeli
mencatat pembelian dan menambah persediaan barangnya.
2) Syarat Pengiriman F.O.B Destination
Syarat pengiriman f.o.b destination berarti bahwa hak
atas barang baru berpindah pada pembeli jika barang-barang
yang dikirim sudah diterima oleh pembeli. Jadi perpindahan
hak atas barang terjadi pada tanggal penerimaan barang oleh
pembeli. Pada saat tersebut penjual mengurangi persediaan
barangnya dan mencatat penjualan, sedangkan pembeli
mencatat pembelian dan menambahkan persediaan barangnya.
b. Barang-barang yang Dipisahkan (Segregated Goods)
Kadang terjadi suatu kontrak penjualan barang dalam
jumlah besar sehingga pengirimannya tidak dapat dilakukan
sekaligus. Barang-barang yang dipisahkan tersendiri dengan
maksud untuk memenuhi kontrak-kontrak atau pesanan-pesanan
walaupun belum dikirim, haknya sudah berpindah kepada pembeli.
15
c. Barang-barang Konsinyasi (Consignment Goods)
Dalam cara penjualan titipan, barang yang dititipkan untuk
dijual (dikonsinyasikan) hak masik tetap pada yang menitipkan
sampai saat barang-barang tersebut terjual. Sebelum barang-barang
tersebut dijual masih tetap menjadi persediaan pihak yang
menitipkan (consignor). Pihak yang menerima titipan (consignee)
tidak mempunyai hak atas barang-barang tersebut sehingga tidak
mencatat barang-barang tersebut sebagai persediaan.
d. Penjualan Angsuran (Installment Goods)
Dalam penjualan angsuran, hak atas barang tetap pada
penjualan sampai seluruh harga jualnya dilunasi. Penjual akan
melaporkan barang-barang tersebut dalam persediaannya dikurangi
jumlah angsuran yang sudah dibayar. Pembeli akan melaporkan
barang-barang tersebut dalam persediaannya sejumlah yang sudah
dibayarkan.
5. Penilaian Persediaan Barang
Yang dimaksud dengan penilaian persediaan barang adalah nilai
persediaan yang dicantumkan dalam neraca. Persediaan akhir dapat
dihitung harga pokoknya dengan menggunakan beberapa cara penentuan
harga pokok persediaan akhir, tetapi nilai ini tidak selalu nampak dalam
neraca, jumlah yang dicantumkan dalam neraca tergantung pada metode
penilaian yang digunakan. Menurut Zaki Baridwan (2004:181) ada 3 (tiga)
metode penilaian persediaan yaitu :
16
a. Metode harga pokok
Dalam metode ini harga pokok persediaan akhir akan
dicantumkan dalam neraca. Disini tidak ada perbedaan antara harga
pokok persediaan dan nilai persediaan dalam neraca. Harga pokok
persediaan barang dapat ditentukan dengan cara MPKP (FIFO),
rata-rata tertimbang, MTKP (LIFO) atau yang lain dan hasilnya
dicantumkan dalam neraca tanpa perubahan.
b. Metode harga jual
Penyimpangan dari prinsip harga pokok untuk penelitian
persediaan yaitu dengan mencantumkan persediaan, harga jual
bersihnya dapat diterima asalkan dipenuhi syarat-syarat :
1) Ada kepastian bahwa barang-barang itu akan segera dapat
dijual dengan harga yang ditetapkan.
2) Merupakan produk standar yang pasarnya mampu menampung
serta sulit untuk menentukan harga pokok. Penyimpangan
dengan penilaian sebesar harga jual biasanya dilakukan untuk
produk dari tambang logam mulia (emas dan perak) dan hasil-
hasil pertanian/peternakan.
3) Apabila persediaan dicantumkan dalam neraca sebesar harga
jual bersihnya maka metode penelitian yang digunakan
hendaknya dijelaskan dalam neraca.
17
c. Metode harga pokok atau nilai realisasi bersih yang lebih rendah
PSAK No. 14 menyatakan bahwa persediaan barang yang
akan dicantumkan dalam neraca dengai nilai sebesar harga
pokoknya atau nilai realisasi bersihnya, yang lebih rendah.
Realisasi bersih (net realizable) adalah taksiran harga penjualan
dalam usaha normal dikurangi taksiran biaya penyelesaian dan
taksiran biaya yang diperlukan untuk melaksanakan penjualan.
Dalam kondisi tertentu, nilai realisasi bersih diukur dengan nilai
pengganti atau biaya memproduksi persediaan (replacement cost).
Dalam rangka penerapan standar biaya atau nilai realisasi bersih
yang lebih rendah. Berikut ketentuannya :
1) Taksiran harga jual dalam kegiatan usaha sehari-hari dikurangi
biaya-biaya yang dapat diperkirakan terlebih dahulu untuk
penyelesaiannya.
2) Tidak boleh lebih rendah dari inlai realisasi bersih sesudah
dikurangi dengan laba normal.
6. Penyimpangan dari harga perolehan persediaan
Ada 4 (empat) penyimpangan dari harga perolehan persediaan
yaitu (https://smaniskopipahit.wordpress.com) :
a. Barang yang dibeli oleh perusahaan untuk dijual kembali biasanya
tidak segera laku dijual, pada masa menunggu tersebut harga
barang mungkin menurun, misalnya karena supply barang sejenis
18
di pasaran lebih besar dari permintaan konsumen, peraturan
pemerintah, beredarnya barang jenis baru dengan teknologi yang
lebih canggih.
b. Jika penurunan harga sampai dibawah harga perolehannya maka
perusahaan tidak dapat lagi menggunakan harga perolehan sebagai
dasar karena kemampuan persediaan untuk menghasilkan
pendapatan sudah tidak sebesar harga perolehannya lagi.
c. Ketidakmampuan untuk memperoleh kembali seluruh harga
perolehan barang merupakan suatu kerugian yang harus diakui dan
dilaporkan pada periode penurunan harga terjadi, bukan pada
periode penjualan barang tersebut.
d. Pengukuran kerugian akan tergatung pada apakan kerugian
disebabkan oleh :
1) Kerusakan atau ketinggalan zaman
Kerugian yuang diakibatkan oleh adanya kerusakan
terhadap barang maupun yang sudah ketinggalan zaman itu
dapat diukur dengan selisih antara harga perolehan dengan
taksiran nilai bersih yang bisa direalisasi. Nilai bersih yang
bisa direalisasi adalah taksiran harga jual dikurangi dengan
taksiran biaya yang diperlukan untuk menjual barang tersebut.
Contoh perhitungan adalah sebagai berikut :
19
Taksiran harga jual xxx
Kurangi : Biaya penjualan
-Reparasi xxx
-Komisi xxx
xxx
Nilai bersih yang bisa direalisasi xxx
Setelah nilai bersih yang bisa direalisasi diperhitungkan
kemudian kerugian terhadap kerusakan barang dapat diukur
dan dinilai dengan selisih antara harga perolehan dengan
taksiran nilai yang bisa direalisasi. Jurnal yang harus dibuat
untuk mencatat kerugian tersebut adalah sebagai berikut :
Kerugian Penurunan Nilai Persediaan xxx
Persediaan xxx
2) Penurunan harga
Kemampuan barang untuk menghasilkan pendapatan
akan berkurang apabila harga jual menurun. Dalam situasi
demikian, perusahaan dapat menggunakan Metode Terendah di
antara Harga Perolehan dan Harga Pasar (Low of Cost or
Market atau LCM ). Dalam metode ini, persediaan dicatat atas
dasar harga perolehan atau harga pasar, tergantung mana yang
lebih rendah. Harga pasar yang dimaksud disini diukur dengan
harga pengganti barang yaitu harga untuk mengganti
persediaan yang bersangkutan dengan membeli atau
20
memproduksi kembali. Alasan pemakaian harga pengganti
untuk mencerminkan harga pasar adalah karena penurunan
dalam harga penggantu suatu barang biasanya mencerminkan
penurunan dalam harga pasar.
Sebagai akibat penerapan metode harga terendah
diantara harga perolehan dan harga pasar, penurunan dari
harga perolehan menjadi harga pasar harus dibebankan pada
periode ini. Penurunan harga (kerugian) dilaporkan dalam
laporan rugi-laba pada bagian biaya lain-lain. Perusahaan tidak
diharuskan untuk melaporkan harga perolehan dan harga pasar
secara bersama-sama dalam neraca.
Penerapan metode harga terendah diantara harga
perolehan dan harga pasar kadang-kadang diungkapkan dalam
catatan atas laporan keuangan.
Apabila harga perolehan persediaan telah diturunkan
menjadi sebesar harga pasarnya, maka harga yang baru ini
akan menjadi dasar harga perolehan untuk periode berikutnya.
Bila terjadi kenaikan dalam harga pasar, maka kenaikan
tersebut tidak diakui.
21
B. Hasil Penelitian Terdahulu
Tabel 1
Hasil penelitian terdahulu
Nama Peneliti Riyani A03070040 Yunita Farliana
A03080076
Suri Maulana
A03120026
Judul Perlakuan Akuntansi
Terhadap Persediaan
Barang Rusak Ringan
Perlakuan
Akuntansi
Persediaan Barang
Rusak
Perlakuan
Akuntansi
Terhadap
Persediaan
Barang Rusak
Objek Penelitian UD Cahaya Aulia
Banjarmasin
Meubel Sinar Jaya
Banjarmasin
Titian Mas
Permasalahan Bagaimana Perlakuan
Akuntansi Terhadap
Barang Rusak Ringan
Bagaimana
Perlakuan
Akuntansi
Persediaan Barang
Rusak Pada
Meubel Sinar Jaya
Banjarmasin
Bagaimana
Perlakuan
Akuntansi
Terhadap
Barang Rusak
Pada Titian
Mas
22
Tujuan Penelitian Untuk mengetahui
bagaimana perlakuan
akuntansi terhadap
persediaan barang
dagangan yang rusak
ringan
Untuk mengetahui
bagaimana
perlakuan
akuntansi
persediaan barang
rusak
Untuk
mengetahui
bagaimana
perlakuan
akuntansi
terhadap
persediaan
barang rusak
Metode
Penelitian
Menggunakan metode
penurunan nilai
persediaan yang
terendah dari harga
pokok atau harga
pasar
Menggunakan
metode penurunan
nilai persediaan
yang terendah dari
harga pokok atau
harga pasar
Menggunakan
metode
penurunan nilai
persediaan
yang terendah
dari harga
pokok atau
harga pasar
23
LanjutanHasil Penelitian Berdasarkan
perhitungan
penurunan nilai
persediaan diketahui
nilai realisasi bersih
yang diperhitungkan
sebesar Rp 445.000,00
dengan kerugian yang
dialami sebesar Rp
105.555,00 dan total
persediaan akhir bulan
Desember 2006
adalah sebesar Rp
3.335.000,00
Berdasarkan
perhitungan
penurunan nilai
persediaan
diketahui nilai
realisasi bersih
yang
diperhitungkan
sebesar Rp
625.000,00 dengan
kerugian yang
dialami sebesar Rp
125.000,00 dan
total persediaan
akhir bulan
September 2009
adalah sebesar Rp
3.925.000,00
n/a
24
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel
Sejalan dengan permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini,
maka penulis akan menjelaskan definisi operasional yang berkenan dengan
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Perlakuan Akuntansi
Perlakuan akuntansi adalah tata cara, prosedur atau ketentuan yang
digunakan dalam pencatatan terhadap pos-pos dalam laporan keuangan.
2. Persediaan barang rusak
Persediaan barang rusak adalah barang-barang yang dimiliki
perusahaan seperti minuman dan makanan ringan yang mengalami
kerusakan dan tidak dapat diperbaiki kembali maupun dijual kembali.
B. Studi Kasus
Penelitian ini membahas bagaimana persediaan dinilai apabila terjadi
penyimpangan dari prinsip biaya histories yang terjadi dalam bidang
penelitian persediaan. Jika nilai persediaan turun dibawah harga pokoknya
disebabkan keusangan, perubahan harga, kerusakan, dan sebagainya.
Penelitian ini adalah studi kasus pada Titian Mas mengenai perseidiaan
barang dagangan yang telah mengalami kerusakan berat pada periode Mei
2015
25
C. Jenis dan Sumber Data
Dalam penelitian ini jenis data yang dikumpulkan sebagai berikut :
1. Data Kuantitatif
Misalnya data penerimaan barang, data penjualan, dan lain-lain
pada Titian Mas.
2. Data Kualitatif
Berupa struktur organisasi, pembagian tugas dan wewenanng
karyawan dan sejarah singkat Titian Mas.
Sedangkan dalam melakukan penelitian, sumber data yang
digunakan oleh penulis adalah sebagai berikut :
a. Data Primer
Data primer terdiri dari :
1) Sejarah singkat perusahaan
2) Struktur Organisasi
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang didapat dari perusahaan
berupa daftar persediaan barang dagangan yang rusak.
D. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data dan keterangan yang diperlukan, penulis
melakukan beberapa cara berikut :
1. Penelitian Lapangan (field research)
Penelitian dilakukan dengan cara melakukan peninjauan langsung ke
Titian Mas untuk memperoleh informasi serta keterangan yang lengkap.
26
2. Wawancara
Pengumpulan data dilakukan dengan mengadakan tanya jawab terhadap
pihak-pihak yang dapat memberikan informasi yang diperlukan dan dapat
membantu penulis memperoleh data sesuai dengan permasalahan.
3. Dokumentasi
Pengumpulan data dilakukan dengan cara mempelajari serta mengolah
data tersebut berdasarkan bukti-bukti transaksi, catatan-catatan dan
laporan yang ada di perusahaan.
4. Penelitian Kepustakaan (library research)
Peneltian ini dilakukan dengan cara mengumpulkan bahan-bahan referensi
dari beberapa literature dan bahan-bahan lain yang berkaitan dengan
permasalahan yang akan dibahas.
E. Teknis Analisis Data
Proses analisis didalam penelitian merupakan bagian dari proses
penelitian yang sangat penting karena dengan analisis inilah data yang ada
akan nampak manfaatnya terutama dalam memecahkan masalah penelitian
dan mencapai tujuan akhir penelitian. Dalam penelitian penulis melakukan
langkah-langkah sebagai berikut :
1. Mengumpulkan data mengenai barang-barang yang rusak berat di Titian
Mas.
2. Menghitung besarnya kerugian yang ditanggung perusahaan akibat
terjadinya barang dagangan yang rusak.
27
3. Menyajikan hasil perhitungan persediaan barang dagangan yang rusak
kedalam laporan laba rugi dan neraca.
4. Menarik kesimpulan dan memberikan saran-saran setelah melakukan
penelitian berdasarkan kondisi objek yang dibandingkan dengan sumber-
sumber teoritis perhitungan persediaan.
28
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
A. Hasil Penelitian
1. Sejarah Singkat Perusahaan
Titian Mas Banjarmasin adalah perusahaan yang bergerak dibidang
perdagangan bahan makanan/sembako dan kelontongan. Perusahaan ini
didirikan sejak tahun 2007, yang dipimpin oleh Bapak Mashendra. H.
Saberan yang diberi nama “ TITIAN MAS” yang berlokasi di Jalan
Ahmad Yani km 6,8 RT 010 Banjarmasin.
Adapun tujuan dan alasan didirikannya perusahaan tersebut adalah
untuk memperoleh keuntungan se-optimal mungkin.
2. Struktur Organisasi
Suatu organisasi yang baik berorientasi sosial maupun profit dalam
konteks aktivitas tak terlepas dari struktur organisasi sebagai sistem
pembagian tugas secara lebih spesifik baik dari tatanan hirarki maupun
spesifikasi kerja secara profesional. Dengan adanya struktur organisasi,
maka akan sangat membantu perusahaan untuk melakukan koordinasi
maupun pengorganisasian semua sumber daya perusahaan yang ada, baik
yang bersifat finansial maupun non finansial.
29
Struktur organisasi dalam perusahaan tidaklah selalu sama, hal ini
tergantung besar kecilnya perusahaan tersebut dengan tanggung jawab
yang akan dijalankan.
Adapun struktur organisasi pada umumnya dapat digolongkan ke
dalam tiga macam, yaitu :
a. Sistem organisasi garis
Dalam organisasi garis ini kekuasaan berjalan dari atas ke
bawah yaitu dari pimpinan dan kemudian terus ke karyawan
dibawahnya. Sistem ini adalah kesatuan dalam pimpinan dan
perintah, sehingga disiplin kerja lebih terjamin.
b. Sistem organisasi fungsional
Sistem ini biasanya digunakan dalam organisasi yang besar
dengan jumlah karyawan yang banyak dan aktivitas perusahaan
sangat terspesialisasi. Pada sistem ini atasan mempunyai kekuasaan
sesuai dengan fungsi, setiap atasaan dapat memberi perintah kepada
orang yang lebih rendah jabatannya. Jadi dalam hal ini tidak ada
kesatuan perintah, pertanggungjawaban diberikan atasan sesuai
dengan fungsinya.
c. Sistem organisasi garis dan staff
Sistem ini merupakan gabungan dari dua sistem organisasi
diatas, guna menghindari kelemahan-kelemahan yang terdapat pada
kedua organisasi tersebut. Kesatuan dalam pimpinan merupakan
salah satu kebaikan dari sistem organisasi fungsional. Sistem
30
organisasi garis dan staff ini lebih baik dipakai untuk perusahaan
berskala besar.
Struktur organisasi dibuat untuk melaksanakan kegiatan kearah
terciptanya tujuan yang telah ditetapkan. Dari struktur organisasi
juga dapat dilihat besar kecilnya organisasi serta baik atau tidaknya
pengendalian intern yang ada pada organisasi yang bersangkutan.
Adapun struktur organisasi Titian Mas Banjarmasin tampak
pada bagan berikut ini :
Bagan 1Struktur Organisasi Titian Mas
Sumber data : Titian Mas Banjarmasin
Struktur organisasi Titian Mas Banjarmasin menerapkan
struktur organisasi garis, yaitu organisasi yang bentuknya paling
sederhana. Pengambilan keputusan dan arus perintah berasal dari
atas kebawah, sedangkan untuk arus tanggung jawab berasal dari
bawah keatas. Masing-masing personil bertanggung jawab kepada
pimpinan.
PimpinanMashendra. H. Saberan
KaryawanKharisma Putra
KaryawanSirlia Agustina
KaryawanSarah
KaryawanMahmudah
31
Berdasarkan struktur organisasi di atas maka dapat diuraikan
tugas dan tanggung jawab masing-masing dalan Titian Mas
Banjarmasin yaitu :
a. Pimpinan
Pimpinan adalah orang yang bertanggung jawab secara
keseluruhan dalam opeasional perusahaan.
Pimpinan bertugas untuk mengkoordinasi dan mengatur
karyawan yang ada dibawahnya yang mempunyai tugas dan
wewenang sebagai berikut :
1) Menyelenggarakan kegiatan perusahaan secara menyeluruh,
2) Menetapkan kebijaksanaan (peraturan) dalam perusahaan,
3) Melakukan pengawasan langsung terhadap jalannya kegiatan
perusahaan,
4) Bertanggung jawab sepenuhnya atas kelangsungan operasi
perusahaan,
5) Mengadakan dan menjalin hubungan baik dengan pihak luar.
b. Karyawan
Tugas dan tanggungjawab adalah sebagai berikut :
1) Melaksanakan semua kegiatan yang berhubungan dengan
memasarkan dan menjulan barang-barang dagangan,
2) Melayani para konsumen atau distributor yang datang,
3) Melaporkan hasil kegiatan penjualan kepada pimpinan.
32
3. Tenaga Kerja
Berkaitan dengan tenaga kerja maka tak dapat dipungkiri
keberadaan pekerja sangat vital dalam kelancara operasional. Selain itu
keberadaan pekerja merupakan penggerak suatu organisasi termasuk
Titian Mas, sebagai unit usaha yang bergerak dibidang perdagangan.
Adapun tenaga kerja Titian Mas sampai saat ini terlihat pada tabel
2 berikut :
Tabel 2Jumlah Tenaga Kerja Tetap Titian Mas
Tahun 2015No Bagian Pekerjaan Jumlah
1 Pimpinan 1 Orang
2 Karyawan 4 OrangSumber data : Titian Mas
4. Sistem pencatatan (pembukuan)
Sistem pencatatan yang dilakukan oleh Titian Mas Banjarmasin
masih termasuk pembukuan sederhana. Usaha dagang tersebut hanya
mencatat traksaksi penerimaan kas dan pengeluaran kas setiap harinya.
Penerimaan kas berasal dari traksaksi penjualan barang kepada
pelanggan. Sedangkan pengeluaran kas berasal dari transaksi pembeliaan
barang dagangan kepada para distributor barang.
Laporan yang dihasilan oleh usaha dagang terbut adalah berupa
buku kas, tidak berupa laporan keuangan seperti laba-rugi, perubahan
modal, arus kas dan neraca yang sesuai dengan PSAK No. 1 Paragraf 11.
Menurut usaha dagang terbut pendapatan/laba yang mereka dapatkan
33
adalan penerimaan kas dari penjualan dikurangi dengan biaya-biaya yang
dilekuarkan setiap harinya.
5. Daftar Persediaan Barang Dagang Rusak Titian Mas
Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai Titian
Mas Banjarmasin, berikut ini ditampilkan data-data persediaan awal bulan
Mei 2015 untuk produk minuman dan makanan ringan. Data yang
dimaksud dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 3Persediaan Awal Barang Dagangan (Minuman dan Makanan Ringan)
Titian Mas BanjarmasinBulan Mei 2015
No Nama Barang Unit Harga Beli Jumlah
1. Coca Cola 198 Rp 3.500,00 Rp 693.000,00
2. Sprit 193 Rp 3.500,00 Rp 675.500,00
3. Fanta 195 Rp 3.500,00 Rp 682.500,00
4. Big Cola 211 Rp 3.500,00 Rp 738.500,00
5 Teh Kotak 210 Rp 2.500,00 Rp 525.000,00
6 Niu Green Tea 151 Rp 3.000,00 Rp 453.000,00
7 Fresh Tea 192 Rp 3.500,00 Rp 672.000,00
8 Fruit Tea 183 Rp 3.500,00 Rp 640.500,00
9 Teh Pucuk Harum 196 Rp 3.000,00 Rp 588.000,00
10 Teh Botol Sosro 154 Rp 3.000,00 Rp 462.000,00
11 Teh Gelas 132 Rp 3.000,00 Rp 396.000,00
12 Mirai Ocha 141 Rp 3.000,00 Rp 423.000,00
13 Mizone 167 Rp 2.500,00 Rp 417.500,00
14 Pocari Sweat 149 Rp 3.500,00 Rp 521.500,00
34
Lanjutan
15 Good Day 126 Rp 3.500,00 Rp 441.000,00
16 Kopiko 78 123 Rp 4.000,00 Rp 492.000,00
17 Floridina Orange 115 Rp 2.500,00 Rp 287.500,00
18 Q Guava 109 Rp 3.600,00 Rp 392.400,00
19 Taro 164 Rp 3.200,00 Rp 524.800,00
20 Chitato 157 Rp 3.000,00 Rp 471.000,00
21 Malkist Abon 84 Rp 6.500,00 Rp 546.000,00
22 Biskuit Oreo 143 Rp 3.200,00 Rp 457.600,00
23 Biskuit Roma Kelapa 92 Rp 7.200,00 Rp 662.400,00
24 French Fries 2000 168 Rp 2.500,00 Rp 420.000,00
25 Lays 133 Rp 4.500,00 Rp 598.500,00
26 JetZ 164 Rp 2.500,00 Rp 410.000,00
27 Trenz 174 Rp 2.500,00 Rp 435.000,00
28 Kusuka 116 Rp 5.300,00 Rp 614.800,00
29 Wafer Tango 129 Rp 3.200,00 Rp 412.800,00
30 Qtela 124 Rp 3.500,00 Rp 434.000,00
31 Leo Keripik Kentang 121 Rp 2.000,00 Rp 242.000,00
Jumlan 4714 Rp 15.729.800,00
Sumber data : diolah oleh penulis
Seiring berjalannya waktu terdapat beberapa barang dagangan yang
mengalami kerusakan akibat masa berlaku barang tersebut sudah habis.
Barang yang rusak tersebut tidak diretur karena rusak yang terjadi akibat
habisnya masa berlaku barang tersebut, jika rusak yang terjadi akibat
rusaknya kemasan produk atau yang lain maka barang tersebut akan dapat
35
diretur. Namun pada Titian Mas Banjarmasin sangat jarang ditemukan
barang rusak yang bisa diretur. Adapun data barang rusak tersebut dapat
dilihat dari tabel berikut :
Tabel 4Daftar Nilai Barang (Minuman dan Makanan Ringan) yang Rusak
Titian Mas BanjarmasinBulan Mei 2015
No Nama Barang Unit Harga Beli Jumlah
1. Coca Cola 3 Rp 3.500,00 Rp 10.500,00
2. Sprit 2 Rp 3.500,00 Rp 7.000,00
3. Fanta 3 Rp 3.500,00 Rp 10.500,00
4. Big Cola 3 Rp 3.500,00 Rp 10.500,00
5 Teh Kotak 2 Rp 2.500,00 Rp 5.000,00
6 Niu Green Tea 2 Rp 3.000,00 Rp 6.000,00
7 Fresh Tea 2 Rp 3.500,00 Rp 7.000,00
8 Fruit Tea 2 Rp 3.500,00 Rp 7.000,00
9 Teh Pucuk Harum 3 Rp 3.000,00 Rp 9.000,00
10 Teh Botol Sosro 2 Rp 3.000,00 Rp 6.000,00
11 Teh Gelas 2 Rp 3.000,00 Rp 6.000,00
12 Mirai Ocha 2 Rp 3.000,00 Rp 6.000,00
13 Mizone 2 Rp 2.500,00 Rp 5.000,00
14 Pocari Sweat 2 Rp 3.500,00 Rp 7.000,00
15 Good Day 2 Rp 3.500,00 Rp 7.000,00
16 Kopiko 78 2 Rp 4.000,00 Rp 8.000,00
17 Floridina Orange 3 Rp 2.500,00 Rp 7.500,00
18 Q Guava 2 Rp 3.600,00 Rp 7.200,00
36
Lanjutan
19 Taro 3 Rp 3.200,00 Rp 9.600,00
20 Chitato 4 Rp 3.000,00 Rp 12.000,00
21 Malkist Abon 3 Rp 6.500,00 Rp 19.500,00
22 Biskuit Oreo 4 Rp 3.200,00 Rp 12.800,00
23 Biskuit Roma Kelapa 2 Rp 7.200,00 Rp 14.400,00
24 French Fries 2000 4 Rp 2.500,00 Rp 10.000,00
25 Lays 4 Rp 4.500,00 Rp 18.000,00
26 JetZ 3 Rp 2.500,00 Rp 7.500,00
27 Trenz 3 Rp 2.500,00 Rp 7.500,00
28 Kusuka 2 Rp 5.300,00 Rp 10.600,00
29 Wafer Tango 4 Rp 3.200,00 Rp 12.800,00
30 Qtela 3 Rp 3.500,00 Rp 10.500,00
31 Leo Keripik Kentang 5 Rp 2.000,00 Rp 10.000,00
Total 85 Rp 287.400,00
Sumber data : diolah oleh penulis
Selain daftar nilai persediaan barang yang rusak, juga terdapat
persediaan barang baik untuk bulan Mei 2015 adalah sebagai berikut :
Tabel 5Daftar Nilai Barang(Minuman dan Makanan Ringan) yang Baik
Titian Mas BanjarmasinBulan Mei 2015
No Nama Barang Unit Harga Beli Jumlah
1. Coca Cola 195 Rp 3.500,00 Rp 682.500,00
2. Sprit 191 Rp 3.500,00 Rp 668.500,00
3. Fanta 192 Rp 3.500,00 Rp 672.000,00
37
Lanjutan
4. Big Cola 208 Rp 3.500,00 Rp 728.000,00
5 Teh Kotak 208 Rp 2.500,00 Rp 520.000,00
6 Niu Green Tea 149 Rp 3.000,00 Rp 447.000,00
7 Fresh Tea 190 Rp 3.500,00 Rp 665.000,00
8 Fruit Tea 181 Rp 3.500,00 Rp 633.500,00
9 Teh Pucuk Harum 193 Rp 3.000,00 Rp 579.000,00
10 Teh Botol Sosro 152 Rp 3.000,00 Rp 456.000,00
11 Teh Gelas 130 Rp 3.000,00 Rp 390.000,00
12 Mirai Ocha 139 Rp 3.000,00 Rp 417.000,00
13 Mizone 165 Rp 2.500,00 Rp 412.500,00
14 Pocari Sweat 147 Rp 3.500,00 Rp 514.500,00
15 Good Day 124 Rp 3.500,00 Rp 434.000,00
16 Kopiko 78 121 Rp 4.000,00 Rp 484.000,00
17 Floridina Orange 112 Rp 2.500,00 Rp 280.000,00
18 Q Guava 107 Rp 3.600,00 Rp 385.200,00
19 Taro 161 Rp 3.200,00 Rp 515.200,00
20 Chitato 153 Rp 3.000,00 Rp 459.000,00
21 Malkist Abon 81 Rp 6.500,00 Rp 526.500,00
22 Biskuit Oreo 139 Rp 3.200,00 Rp 444.800,00
23 Biskuit Roma Kelapa 90 Rp 7.200,00 Rp 648.000,00
24 French Fries 2000 164 Rp 2.500,00 Rp 410.000,00
25 Lays 129 Rp 4.500,00 Rp 580.500,00
26 JetZ 161 Rp 2.500,00 Rp 402.500,00
38
Lanjutan
27 Trenz 171 Rp 2.500,00 Rp 427.500,00
28 Kusuka 114 Rp 5.300,00 Rp 604.200,00
29 Wafer Tango 125 Rp 3.200,00 Rp 400.000,00
30 Qtela 121 Rp 3.500,00 Rp 423.500,00
31 Leo Keripik Kentang 116 Rp 2.000,00 Rp 232.000,00
Total 4629 Rp 15.442.400,00
Sumber data : diolah oleh penulis
Dari daftar nilai persediaan barang (minuman dan makanan ringan)
yang baik tersebut untuk bulan Mei 2015 yang terjual dengan harga
perolehan sebagai berikut :
Tabel 6Daftar Nilai Barang (Minuman dan Makanan Ringan)
yang Baik (terjual)Titian Mas Banjarmasin
Bulan Mei 2015No Nama Barang Unit Harga Beli Jumlah
1. Coca Cola 174 Rp 3.500,00 Rp 609.000,00
2. Sprit 164 Rp 3.500,00 Rp 574.000,00
3. Fanta 170 Rp 3.500,00 Rp 595.000,00
4. Big Cola 177 Rp 3.500,00 Rp 619.500,00
5 Teh Kotak 184 Rp 2.500,00 Rp 460.000,00
6 Niu Green Tea 125 Rp 3.000,00 Rp 375.000,00
7 Fresh Tea 164 Rp 3.500,00 Rp 574.000,00
8 Fruit Tea 160 Rp 3.500,00 Rp 560.000,00
9 Teh Pucuk Harum 173 Rp 3.000,00 Rp 519.000,00
10 Teh Botol Sosro 117 Rp 3.000,00 Rp 351.000,00
39
Lanjutan
11 Teh Gelas 102 Rp 3.000,00 Rp 306.000,00
12 Mirai Ocha 108 Rp 3.000,00 Rp 324.000,00
13 Mizone 145 Rp 2.500,00 Rp 362.500,00
14 Pocari Sweat 126 Rp 3.500,00 Rp 441.000,00
15 Good Day 106 Rp 3.500,00 Rp 371.000,00
16 Kopiko 78 102 Rp 4.000,00 Rp 408.000,00
17 Floridina Orange 98 Rp 2.500,00 Rp 245.000,00
18 Q Guava 92 Rp 3.600,00 Rp 331.200,00
19 Taro 137 Rp 3.200,00 Rp 438.400,00
20 Chitato 127 Rp 3.000,00 Rp 381.000,00
21 Malkist Abon 69 Rp 6.500,00 Rp 448.500,00
22 Biskuit Oreo 124 Rp 3.200,00 Rp 396.800,00
23 Biskuit Roma Kelapa 77 Rp 7.200,00 Rp 554.400,00
24 French Fries 2000 137 Rp 2.500,00 Rp 342.500,00
25 Lays 107 Rp 4.500,00 Rp 481.500,00
26 JetZ 132 Rp 2.500,00 Rp 330.000,00
27 Trenz 139 Rp 2.500,00 Rp 347.500,00
28 Kusuka 98 Rp 5.300,00 Rp 519.400,00
29 Wafer Tango 101 Rp 3.200,00 Rp 323.200,00
30 Qtela 90 Rp 3.500,00 Rp 315.000,00
31 Leo Keripik Kentang 90 Rp 2.000,00 Rp 180.000,00
Total 3915 Rp 13.083.400,00
Sumber data : diolah oleh penulis
40
Sedangkan daftar nilai persediaan baik yang masih tersisa di akhir
ulan Mei 2015 adalah sebagai berikut :
Tabel 7Daftar Persediaan Akhir (Minuman dan Makanan Ringan)
Untuk Barang BaikTitian Mas Banjarmasin
Bulan Mei 2015No Nama Barang Unit Harga Beli Jumlah
1. Coca Cola 21 Rp 3.500,00 Rp 73.500,00
2. Sprit 27 Rp 3.500,00 Rp 94.500,00
3. Fanta 22 Rp 3.500,00 Rp 77.000,00
4. Big Cola 31 Rp 3.500,00 Rp 108.500,00
5 Teh Kotak 24 Rp 2.500,00 Rp 60.000,00
6 Niu Green Tea 24 Rp 3.000,00 Rp 72.000,00
7 Fresh Tea 26 Rp 3.500,00 Rp 91.000,00
8 Fruit Tea 21 Rp 3.500,00 Rp 73.500,00
9 Teh Pucuk Harum 20 Rp 3.000,00 Rp 60.000,00
10 Teh Botol Sosro 35 Rp 3.000,00 Rp 105.000,00
11 Teh Gelas 28 Rp 3.000,00 Rp 84.000,00
12 Mirai Ocha 31 Rp 3.000,00 Rp 93.000,00
13 Mizone 20 Rp 2.500,00 Rp 50.000,00
14 Pocari Sweat 21 Rp 3.500,00 Rp 73.500,00
15 Good Day 18 Rp 3.500,00 Rp 63.000,00
16 Kopiko 78 19 Rp 4.000,00 Rp 76.000,00
17 Floridina Orange 14 Rp 2.500,00 Rp 35.000,00
18 Q Guava 15 Rp 3.600,00 Rp 54.000,00
19 Taro 24 Rp 3.200,00 Rp 76.800,00
41
Lanjutan
20 Chitato 26 Rp 3.000,00 Rp 78.000,00
21 Malkist Abon 12 Rp 6.500,00 Rp 78.000,00
22 Biskuit Oreo 15 Rp 3.200,00 Rp 48.000,00
23 Biskuit Roma Kelapa 13 Rp 7.200,00 Rp 93.600,00
24 French Fries 2000 27 Rp 2.500,00 Rp 67.500,00
25 Lays 22 Rp 4.500,00 Rp 99.000,00
26 JetZ 29 Rp 2.500,00 Rp 72.500,00
27 Trenz 32 Rp 2.500,00 Rp 80.000,00
28 Kusuka 16 Rp 5.300,00 Rp 84.800,00
29 Wafer Tango 24 Rp 3.200,00 Rp 76.800,00
30 Qtela 31 Rp 3.500,00 Rp 108.500,00
31 Leo Keripik Kentang 26 Rp 2.000,00 Rp 52.000,00
Total 714 Rp 2.359.000,00
Sumber data : diolah oleh penulis
B. Pembahasan Hasil Penelitian
Sebagaimana telah diuraikan pada bab sebelumnya, perusahaan tidak
memperhitungkan adanya persediaan barang rusak berat yang ada
pengaruhnya terhadap nilai persediaan barang dagang.
Karena barang dagangan yang rusak tergolong parah dan tidak dapat
dijual atau diperbaiki kembali, oleh karena itu barang dagang yang rusak
tersebut akan diperhitungkan dengan langkah-langkah berikut :
42
1. Menghitung besarnya kerugian
Berdasarkan dari daftar nilai persediaan barang dagang yang
mengalami kerusakan tersebut perusahaan mengalami kerugian sebesar Rp
287.400,00 (tabel 4), karena jika barang tersebut rusak parah maka kerugian
akan dicatat sebesar harga perolehan barang tersebut. Kerugian tersebut harus
diakui pada periode itu sendiri pada bulan Mei 2015, perlakuan demikian bisa
diterima karena kerugian (penurunan dalam nilai) diderita pada periode
tersebut, yaitu ketika barang masih dalam persediaan. Jurnal yang harus
dibuat untuk mencatat kerugian tersebut adalah sebagai berikut :
Kerugian Penurunan Nilai Persediaan Rp 287.400,00
Persediaan Rp 287.400,00
Berdasarkan perhitungan diatas, kerugian penurunan nilai persediaan
tersebut akan dilaporkan dalam laporan laba rugi pada bagian biaya lain-lain
sebesar Rp 287.400,00 sebagai penambah dari biaya tersebut dan merupakan
pengurang terhadap keuntungan (laba) perusahaan.
Total persediaan akhir untuk jenis minuman dan makanan ringan
pada bulan Mei 2015 tercatat sebesar Rp 2.359.000,00 dan total persediaan
barang dagang yang rusak sebesar Rp 287.400,00. Karena Barang rusak
langsung dibebankan sebagai kerugian pada saat periode terjadi maka
diperoleh persediaan barang dagang untuk jenis makanan dan minuman
ringan senilai persediaan akhirnya yang sebenarnya adalah sebesar Rp
2.359.000,00
43
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
1. Titian Mas Banjarmasin adalah perusahaan yang bergerak dibidang
perdagangan bahan makanan/sembako dan kelontongan. Perusahaan ini
didirikan sejak tahun 2007, yang dipimpin oleh Bapak Mashendra. H.
Saberan yang diberi nama “ TITIAN MAS” yang berlokasi di jalan
Ahmad Yani km 6,8 RT 010 Banjarmasin. Perusahaan menggunakan
sistem pencatatan pembukuan sederhana. Usaha dagang hanya mencatat
transaksi penerimaan kas dan pengeluaran kas setiap harinya.
2. Perusahaan tidak memperhitungkan nilai sebenarnya atas persediaan
barang dagang yang mengalami kerusakan berat. Hal ini berakibat nilai
persediaan yang tercatat pada periode yang bersangkutan terlalu besar.
Pada akhirnya nilai laba juga akan berpengaruh karena perusahaan tidak
mengakui adanya kerugian penurunan nilai persediaan barang tersebut.
3. Berdasarkan perhitungan kerugian penurunan nilai persediaan diketahui
kerugian yang dialami perusahaan sebesar Rp 287.400,00 dan total
persediaan akhir bulan Mei 2015 sebesar Rp 2.359.000,00
44
B. Saran
1. Perusahaan hendaknya memperhitungan nilai realisasi bersih dai
persediaan barang dagangan yang mengalami penurunan nilai yang
disebabkan oleh rusaknya barang tersebut.
2. Perusahaan sebaiknya mempunyai tenaga kerja yang berpengetahuan
dalam pencatatan dan perhitungan laporan keuangan yang sesuai
dengan standar umum (PSAK). Sehingga perusahaan dapat mengetahui
dan menerapkan pencatatan transaksi keuangan yang sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku.
3. Untuk peneliti lain yang ingin mengangkat judul yang sama sebaiknya
menambahkan beberapa macam jenis barang dan menambah periode
penelitian serta memilih jenis barang yang bisa dihitung harga
penurunan nilainya.
DAFTAR PUSTAKA
Baridwan, Zaki. 2004. Intermediate Accounting Edisi Kedelapan. CetakanPertama. Yogyakarta : Penerbit BPFE Universitas Gajah Mada.
Darmansyah. “Metode Pencatatan Persediaan”. 21 Maret 2015.http://darmansyah.weblog.esaunggul.ac.id/2015/03/21/metode-pencatatan-persediaan/
IAI. 2009. Pernyataan Standar Akutansi Keuangan. Jakarta : Ikatan AkutansiIndonesia.
Riyani. 2010. Perlakuan Akutansi Terhadap Persediaan Barang Rusak Ringanpada UD Cahaya Aulia Banjarmasin.Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Banjarmasin.
Rudianto. 2009. Pengantar Akuntansi. Jakarta : Penerbit Erlangga
Santoso, Imam. 2006. Akuntansi Keuangan Menengah (Intermediate Accounting).Bandung : Refika Aditama
Soemarso. 2004. Akuntansi Suatu Pengantar. Jakarta: Salemba Empat.
Syakur, Ahmad Syafi’i. 2009. Akuntansi Keuangan Menengah Dalam PerspektifLebih Luas. Jakarta : AV Publisher
(https://smaniskopipahit.files.wordpress.com/2012/12/bab-5-persediaan.doc.)diakses 27 Agustus 2015
Top Related