8/18/2019 perencanaan pulang pasien diabetes melitus
1/16
1
PENDAHULUAN
Perencanaan pulang pasien ( Discharge
Planning) merupakan proses perencanaan
yang sistematis yang dimulai pada saat
pasien masuk sampai dengan saat siap
meninggalkan rumah sakit. Perencanaan
pulang dibuat harus berpusat pada
masalah pasien yaitu meliputi
pencegahan, upaya teraupetik dan
rehabilitatif serta asuhan keperawatan
yang
keperawatan1,2
. Perencanaan pulang
bertujuan untuk menyiapkan pasien dan
keluarga agar dapat memahami penyakit
serta tindakan keperawatan yang harus
dilakukan di rumah; menjelaskan
kebutuhan pasien serta lingkungan yang
aman bagi pasien serta meyakinkan
bahwa rujukan yang diperlukan untuk
perawatan selanjutnya (Swansburg, 2000;
Potter & Perry, 2005). Jika perencanaan
pulang tidak dilakukan dalam waktu
24 - 48 jam sebelum dipulangkan,
kemungkinan pasien berpotensi akan
mengalami kekambuhan dan datang
kembali ke rumah sakit untuk keluhan
atau masalah kesehatan yang sama
31
.
Pengaruh Pelatihan Terhadap Kemampuan Perawat Pelaksana Melakukan Perencanaan
Pulang Pasien Diabetes Mellitus di Rumah Sakit Dr.M.Djamil Padang Tahun 2012
Lina Febrianti
Pembimbing:
Prof. Achir Yani, S. Hamid, MN, DN.Sc & Vetty Priscilla, M.Kep, Sp. Mat, MPH
Abstrak
Perencanaan pulang pasien merupakan proses perencanaan yang sistematis yang dimulai
pada saat pasien masuk sampai dengan saat siap meninggalkan rumah sakit. Belum optimal
kegiatan ini dilakukan di RSUP Dr. M.Djamil dapat mempengaruhi lama rawatan, pengunaan
tempat tidur, kepuasan pasien. Tujuan umun dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh pelatihan terhadap kemampuan perawat pelaksana melakukan perencanaan pulang
pasien DM Penelitian ini bersifat analitik quasi ekperimental dengan pre-post test with controlgroup desain. Pengumpulan data menggunakan kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan
adanya perbedaan pengetahuan yang bermakna pada kelompok intervensi sebelum dan
sesudah mendapatkan pelatihan (p
8/18/2019 perencanaan pulang pasien diabetes melitus
2/16
2
Rumah sakit bertanggung jawab
memberikan pelayanan yang bermutu,
sesuai dengan standar yang telah
ditentukan, serta adanya tuntutan dari
masyarakat untuk mendapatkan
pelayanan berkualitas danberkesinambungan (Depkes, 2005)
.
Berdasarkan hasil wawancara survey
awal pada bulan April 2012 dengan 5
orang perawat Penyakit Dalam bahwa
perawat belum pernah mendapatkan
informasi atau pelatihan perencanaan
pulang. Perencanaan pulang dilakukan
oleh perawat, namun tidak ada bukti
tertulis apa yang sudah diajarkan kepadapasien dan keluarga. Hasil observasi
resume keperawatan sebanyak 25 rekam
medis sekitar 84% tidak ada yang terisi.
Hasil kuesioner yang dibagikan pada 15
perawat sebagai data awal bahwa
sebanyak 100% perawat menyatakan
bahwa perencanaan pulang disiapkan
dan dibuat pada saat kondisi pasien yang
sudah baik.
Sebanyak 100% orang perawat
mengatakan bahwa perawat memiliki
wewenang dalam perencanaan pulang
pasien. Sekitar 53,4% perawat
menyatakan bahwa ia tidak membuat
Satuan Acara Pembelajaran (SAP) pada
proses perencanaan pulang pasien.
Sebanyak 40% perawat menyatakanbahwa perencanaan pulang sama dengan
resume keperawatan. Semua perawat
mengatakan bahwa pasien yang sudahpulang dirawat pernah dirawat kembali
dalam selang waktu 2x 24 jam.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh
Hariyati, dkk (2008), bahwa adanya
peningkatan pengetahuan yang bermakna
setelah dilaksanakan pengenalan model
perencanaan pulang yang terorganisasi
terhadap pengetahuan perawat, serta
terhadap peningkatan pelaksanaan
perencanaan pulang pasien. Perencanaan
pulang pasien dimulai pada saat pasien
masuk terutama untuk pada pasien
dengan diagnosis medis yang
membutuhkan rehabilitasi atau bantuan
perawatan jangka panjang (Dewit, 2009).
.
Tujuan umun dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui pengaruh pelatihan
terhadap kemampuan perawat pelaksana
melakukan perencanaan pulang pasien
dengan DM di RSUP Dr.M.Djamil
Padang. Manfaat penelitian memiliki
maafaat yang aplikasif bagi Rumah sakit,
kelimuan keperawatan dan penelitian.
TINJAUAN PUSTAKA
Perencanaan pulang adalah proses
antisipasi dan perencanaan yang
dibutuhkan setelah pasien pulang
(Kozier, 1995). Menurut Potter dan Perry
(2005) perencanaan pulang yang berhasil
adalah suatu proses yang terpusat,
terkoordinasi dengan pendekatan
multidisiplin yang memastikan bahwa
pasien mempunyai rencana untukmendapatkan perawatan yang
berkelanjutan setelah meninggalkan
rumah sakit. Berdasarkan uraian diatas
perencanaan pulang merupakan suatu
proses yang sistematis yang dimulai pada
saat pasien masuk sampai dengan pulang
untuk mendapat perawatan yang
berkelanjutan yang berfokus pada
masalah pasien melalui interaksi dan
koordiansi dengan multidisiplin.
Tujuan perencanaan pulang adalah
membantu pasien dan keluarga dalam
mempersiapkan pemulangan pasien;
memininalkan dampak dari suatu
keadaan kesehatan misalnya penyakit
yang membutuhkan asuhan keperawatan
secara terus menerus yang selanjutnya
dapat meningkatkan kepuasan pasien dan
keluarga terhadap sistem pelayanan
8/18/2019 perencanaan pulang pasien diabetes melitus
3/16
3
kesehatan (Craven & Hirnle,2007).
Perencanaan pulang juga dapat
mengurangi komplikasi penyakit dan
mencegah kemungkinan pasien untuk
dirawat kembali: serta meningkatnya
kesiapan pasien terhadap adaptasi pulangdan koping tehadap stress (Hariyati, dkk
, 2008)
.
Peran seorang perawat menurut Potter &
Perry (2005) adalah memberikan
perawatan dan kenyamanan dalam
melaksanakan fungsinya untuk
meningkatkan kesehatan dan mencegah
penyakit kepada pasien dan keluarga.beberapa peran perawat dalam
perencanaan pulang pasien yaitu: sebagai
pemberi asuhan keperawatan, advokasi,
manager, pendidik, kolaborator dan peran
perantara (liaison nurse) berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Peters, et
all (1997)adanya peningkatan
perencanaan pulang pasien dimana
perawat melakukan persiapan
perencanaan pulang pasien yang dimulai
dari pasien di rawat sampai denganpasien pulang ke rumah untuk
mendapatkan perawatan di komunitas.
Perawatan berkelanjutan adalah
perawatan secara mandiri yang dilakukan
oleh pasien dan keluarga di rumah
setelah pulang dari rumah sakit. Hal ini
merupakan bagian dari perawatan di
komunitas. Keluaraga merupakan orang
terdekat dengan pasien yang merupakan
bagian dari sistem pendukung bagi pasien
untuk melakukan perawatan secaramandiri sehingga asuhan keperawatan
dapat dilakukan secara
berkesinambungan.
Menurut Potter & Perry (2005) menyusun
langkah – langkah perencanaan pulang
pasien sebagai berikut: 1) Pengkajian:
elemen penting yang harus dikaji antar
data kesehatan pasien, data pribadi ,
pemberi perawatan, lingkungan rumah
pasien serta keuangan dan Pelayanan
yang dapat mendukung, 2) Diagnosa
Keperawatan yang muncul pada saat
pasien akan pulang seperti contoh:
Gangguan rasa nyaman cemas dan
kurangnya pengetahuan pasien akan
perawatan dirumah untuk kebutuhansehari – hari seperti makan, minum, ke
kamar mandi, berpakaian, gangguan rasa
nyaman nyeri dan lain-lain. Diketahuinya
diagnosa keperawatan pada pasien dapat
membantu perawat dalam membuat
perencanaan tindakan untuk persiapan
pulang pasien 3) Perencanaan
keperawatan: . Kelompok perawat
berfokus pada kebutuhan rencana
pengajaran yang baik untuk persiapan
pulang pasien yang disingkat denganMETHOD, yaitu: Pemberian obat,
Lingkungan, Tindakan keperawatan,
Pengajaran dan Pendidikan Kesehatan,
Tempat Rujukan bagi Pasien, Diet. 4)
Implementasi Keperawatan:
Penatalaksanaan dapat dibedakan dalam
2 bagian, yaitu penatalaksanaan yang
dilakukan sebelum hari pemulangan, dan
penatalaksanaan yang dilakukan pada
hari pemulangan. 5) Evaluasi: Evaluasi
terhadap perencanaan pulang, penting
dilakukan ketika membuat proses
perencanaan. . Evaluasi berjalan terus-
menerus lanjut dari proses pemulangan
biasanya dilakukan seminggu setelah
klien berada.
Pelatihan adalah tehnik belajar yangmelibatkan pengamatan individual pada
pekerjaan dan penentuan umpan balik
untuk memperbaiki kinerja ataumengoreksi kesalahan9. Pelatih
memaparkan kepada peserta pelatihan
mengenai perilaku yang diharapkan,
secara konsisten tidak memberi toleransi
terhadap perilaku yang menyimpang dari
kalangan peserta pelatihan, dan
membentuk perilaku seperti untuk
mengubah perilaku bersamaan dengan
aplikasi perilaku tugas.
8/18/2019 perencanaan pulang pasien diabetes melitus
4/16
4
Berdasarkan Bloom perilaku manusia
terbagi dalam 3 ranah yaitu kognitif,
afektif dan psikomotor. Perubahan
perilaku seseorang menerima perilaku
baru dalam kehidupannya melalui tiga
tahap yaitu: Pengetahuan, Sikap, danTindakan. Dalam pelatihan terjadi proses
belajar. Pengertian belajar adalah usaha
untuk menguasai segala sesuatu yang
berguna untuk hidup (Notoatmojo,2003).
Hal ini juga dapat diartikan bahwa
perubahan perilaku yang relatif
permanen, terjadi sebagai hasil dari
ngalaman11
. Dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran adalah proses perubahan
perilaku. Frekuensi pelatihan harus
sesuai dengan perubahan perilaku
Metode yang digunakan: kuliah,
presentasi video, metode konferensi,
instruksi terprogram ; belajar mandiri.
Metode yang digunakan pada penelitian
ini adalah tehnik yang pertama
digunakan adalah teknik off the job
training dengan metode presentasi
informasi yaitu kuliah/ceramah,
kemudian role play bagi bagaimana cara
melakukan perencanaan pulang padapasien DM
(Handoko, 2011).
Diabetes Mellitus (DM) adalah suatu
sindrom yang disebabkan oleh ketidak
seimbangan antara persediaan dan
kebutuhan insulin dalam tubuh. Faktor-
faktor yang menyebabkan seseorang
terkena diabetes mellitus antara lain:
faktor usia, kegemukan, ada riwayat
keluarga dengan DM (orang tua atau
saudara kandung dengan DM), etnis yaitu
ras /etnis dari African American, latin,
native American, asian american, pacific
islander , pola/diet makan yang tidak
sehat yaitu tinggi gula dan rendah serat,
kurangnya latihan jasmani atau
berolahraga, pada wanita hirsutsm dan
penyakit policistik ovarium atau keadaan
klinis lain yang terkait dengan resistensi
insulin, kehamilan diabetes yaitu
memiliki bayi dengan berat badan lebih
dari 4000 gr.
Tanda dan gejala yang dapat dilihat pada
pasien antara lain: polifagi, poliuria,
polidipsi,peningkatan nilai gula darah.Pencegahan yang dapat dilakukan pada
penyakit DM dapat dilakukan dalam tiga
tingkat, menurut Black & Jacob (1997).
Peran perawat dilihat dari intervensi
primer, sekunder dan tersier14
.
KERANGKA KONSEP
Pada skema 1 variabel independen adalah
pelatihan tentang perencanaan pulang
pada pasien DM dan variabel dependenadalah kemampuan perawat pelaksana
serta variabel perancu terdiri dari umur,
jenis kelamin, tingkat pendidikan, masa
kerja dan kebijakan rumah sakit.
Hipotesis dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut: a) Ada perbedaan
kemampuan perawat pelaksana dalam
melakukan perencanaan pulang pasien
DM sebelum dan sesudah mendapat
pelatihan. b) Ada perbedaan kemampuan
Skema . .1. Keran ka Konse Penelitian
Pelatihan
Perencanaan Pulang
Variabel Perancu:
1. Umur2. Jenis Kelamin3. TingkatPendidikan4. Masa Kerja5. Kebijakan Organisasi
Kemampuan Perawat
Pelaksana MelakukanPerencanaan Pulang
Pasien DM:
1. PengetahuanTahapanperencaaan pulang :
a. Pengkajian,
b. Perencanaan,c. Implementasid. Pendokumentasian
2. Sikap
3. Tindakan
Variabel Independen
Variabel Dependen
Kemampuan Perawat
Pelaksana Melakukan
Perencanaan Pulang
Pasien DM:
1. PengetahuanTahapanperencaaan pulang :
a. Pengkajian,
e. Perencanaan,f. Implementasig. Pendokumentasian
2. Sikap3. Tindakan
Variabel Dependen
8/18/2019 perencanaan pulang pasien diabetes melitus
5/16
5
perawat pelaksana melakukan
perencanaan pulang pasien DM pada
kelompok intervensi dan kelompok
kontrol setelah dilakukan pelatihan, c)
Ada kontribusi variabel perancu
(confounding) yang meliputi umur, usia,tingkat pendidikan, masa bekerja dan
kebijakan organisasi terhadap pelatihan
perencanaaan pulang pasien DM.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini bersifat analitik quasi
eksperimental dengan desain prê test –
post test dengan kelompok control
(Jackson,2011 & Arikunto, 2009).
Kelompok intervensi pada penelitian inimendapatkan pelatihan perencanaan
pulang pasien DM sedangkan kelompok
kontrol tidak. Pengambilan data
dilakukan sebanyak 2 kali yaitu sebelum
pelatihan dan sesudah pelatihan.
Populasi seluruh perawat pelaksana di
ruang rawat inap penyakit dalal pria dan
wanita RSUP Dr.Mjamil Padang dengan
jumlag 39 perawat pelaksan. Sampel
pada penelitian ini 17 perawat pelaksana
pada kelompok intervensi yaitu perawat
ruang rawat inap penyakit dalam wanita
dan 17 perawat pelaksana di ruang rawat
ianap penyakit dalam pria. Teknik
pengambilan sampel dengan cara
Pusposive sampling yaitu pemilihan
sampel yang ditentukan oleh peneliti
dengan kesamaan karakteristik.
Alat pengumpulan data pada penelitian
ini berupa soal tes dan kuesioner.
Sebelum pengambilan data dilakukan uji
coba instrumen. Analisis hipotesis yang
digunakan pada penelitian ini adalah uji
dua sampel non parametric. Analisis
hipotesis pertama untuk mengetahui
perbedaan kemampuan perawat
pelaksana melakukan perencanaan pulang
pasien diabetes mellitus sebelum dan
sesudah diberikan pelatihan
menggunakan uji Wilcoxon. Analisis
hipotesis kedua untuk mengetahui
perbedaan kemampuan perawat
pelaksana melakukan perencanaan pulang
pasien diabetes mellitus pada kelompok
intervensi dan kelompok kontrol setelah
dilakukan pelatihan menggunakan uji
Kolmogorov-Smirnov (Santoso, 2010 &Dahlan, 2011). Dan hipotesis ketiga
konstribusi variabel perancu
(confounding) (umur, tingkat pendidikan,
masa bekerja,) dan terhadap kemampuan
perawat melakukan perencanaaan pulang
pasien diabetes mellitus menggunakan
regresi logistic (Hastono,2006 & Dahlan,
2011) .
HASIL PENELITIAN
Pelatihan dilaksanakan pada tanggal 11
Mei 2012. Sebelum pelatihan dilakukan
pre test . Perawat melakukan latihan
mandiri dan diskusi serta bimbingan.Post
test dilakukan pada tanggal 21 Mei 2012.
Adapun secara lengkap hasil penelitian
disajikan sebagai berikut:
A. Analisis Univariat
Tabel 1.Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin dan
Pendidikan Perawat Pelaksana di RSUP
Dr.M.Djamil 2012
Pada tabel 1 diketahui semua responden
pada kelompok intervensi berjenis
kelamin perempuan, begitu juga dengan
kelompok kontrol sebagian besar juga
wanita (94,1%).Pendidikan responden
kedua kelompok sebagian besar
berpendidikan DIII Kep yaitu sebanyak
88,2%.
Tabel.2
Variabel
Kelompok
Intervensi
Kelompok
Kontrol
Jumlah
p
f % f % f %
Jenis Kelamin
a.Laki-laki - - 1 5.9 1 2.90.041
b.Perempuan 17 100 16 94.1 33 97.1
Tingkat Pendidikan
a. DIII 15 88.2 15 88.2 30 88.2 1.000
b. S1 2 11.8 2 11.8 4 11.8
8/18/2019 perencanaan pulang pasien diabetes melitus
6/16
8/18/2019 perencanaan pulang pasien diabetes melitus
7/16
7
Hasil penilaian dapat dilihat dalam tabel
berikut ini:
Tabel .5Perbedaan Pengetahuan, Sikap, Tindakan
Perawat Pelaksana Sebelum dan Sesudah
Mendapat Pelatihan pada Kelompok
Intervensi di Ruang Rawat Inap Penyakit
Dalam RSUP Dr.M.Djamil Tahun 2012
Berdasarkan tabel 5 Hasil uji statistik
dengan menggunakan Wilcoxon, terdapat
perbedaan pengetahuan yang bermakna
pada kelompok intervensi sebelum dan
sesudah mendapat pelatihan (p < 0,05).
Untuk sikap dan tindakan tidak ada
perbedaan yang bermakana sebelum dan
sesudah pelatihan.
Tabel .6
Perbedaan Pengetahuan, Sikap, TindakanPerawat Pelaksana Sebelum dan Sesudah
Mendapat Pelatihan pada Kelompok
Kontrol di Ruang Rawat Inap Penyakit
Dalam RSUP Dr.M.Djamil Tahun 2012
Pada tabel 6 Hasil uji statistik dengan
menggunakan Wilcoxon, terdapat
perbedaan pengetahuan yang bermakna
pada kelompok kontrol sebelum dan
sesudah mendapat pelatihan (p < 0,05).
Untuk sikap dan tindakan tidak ada
perbedaan yang bermakana sebelum dan
sesudah pelatihan.
2. Kemampuan Perawat PelaksanaMelakukan Perencanaan Pulang
Pasien DM Antara Kelompok
Intervensi dan Kelompok Kontrol
Berdasarkan Perbedaan Skor Sesudah
Pelatihan
Perbedaan kemampuan antara kelompok
intervensi dan kelompok kontrol dapat
dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel. 7Perbedaan Skor Pengetahuan, Sikap dan
Tindakan Perawat Pelaksana antara
Kelompok Intervensi dan Kelompok
Kontrol di Ruang Rawat Inap Penyakit
Dalam RSUP Dr.M.Djamil Tahun 2012
Berdasarkan tabel.7 hasil uji
Kolmogorov-Smirnov menunjukkan ada
perbedaan pengetahuan yang bermaknaantara kelompok intervensi dan
kelompok kontrol sesudah pelatihan (p <
0,05), sedangkan untuk sikap dan
tindakan tidak ada perbedaan yang
bermakna.
C.
Analisis Multivariat
Konstribusi karakteristik perawat
pelaksana terhadap masing – masing item
kemampuan perencanaan pulang pasienDM dilakukan melalui tahapan
multivariat. Hasil uji multivariat
dikatakan, bermakna apabila nilai p <
0,05. Hasil analisis tidak ada yang
menjadi confounding pada penelitian ini.
Sub Variabel Intervensi f Mean SD p
Pengetahuan Sebelum 17 28.29 6.960.003
Sesudah 17 41.65 10.17
Sikap Sebelum 17 65.06 5.010.623
Sesudah 17 65.82 5.57
Tindakan Sebelum 17 63.76 66.60.691
Sesudah 17 62.53 4.01
Sub Variabel Intervensi f Mean SD p
Pengetahuan Sebelum 17 31.71 11,120.023
Sesudah 17 37.71 9.10
Sikap Sebelum 17 65.76 3.900.635
Sesudah 17 64.76 6.40
Tindakan Sebelum 17 60.59 5.730.938
Sesudah 17 60.76 8.85
Sub Variabel Kelompok f Mean SD p
Pengetahuan Intervensi 17 13.35 13.200.017
Kontrol 17 6.00 10.33
Sikap Intervensi 17 0.76 5.290.734
Kontrol 17 -1.00 5.96
Tindakan Intervensi 17 -1.24 7.871.000
Kontrol 17 0.18 8.17
8/18/2019 perencanaan pulang pasien diabetes melitus
8/16
8
PEMBAHASAN
1. Kemampuan Perawat Pelaksana
Melakukan Perencanaan Pulang
Pasien DM Sebelum Mendapat
Pelatihan pada KelompokIntervensi dan Kelompok Kontrol
Pengetahuan merupakan ranah yang
sangat penting dalam membentuk
tindakan seseorang (Notoatmojo, 2008)..
Bagi setiap perawat pengetahuan tentang
tugas merupakan hal yang sangat penting
untuk memberikan pelayanan kepada
pasien. Hal ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan Cawthorn (2005)
menggambarkan bahwa perawat harusmemiliki pengetahuan dan keterampilan
dalam memberikan asuhan keperawatan
untuk memenuhi kebutuhan pasien. Peran
perawat dalam membuat perencanaan
pulang merupakan kompetensi yang
harus dimiliki perawat Hal ini sesuai
dengan peran perawat menurut Potter &
Perry (2005) pada perencanaan pulang
pasien adalah pemberi asuhan,
kolaborator, edukator dan advocator.
Menurut peneliti seorang perawat
melaksanakan tugas dan tanggung
jawabnya sesuai dengan perannya pada
perencanaan pulang pasien DM. Peran
perawat tidak hanya sebagai pendidik,
akan tetapi juga sebagai pemberi asuhan
keperawatan, melakukan tindakan
kolaborasi dengan tim kesehatan lain
untuk perencanaan pulang pasien,
advokasi serta pembaharu bagi perawat
lain yang ada di ruangan dalammelaksanakan asuhan keperawatan.
Sikap merupakan faktor penentu perilaku,
karena sikap berhubungan dengan
persepsi, kepribadian, motivasi. Sikap
diartikan sebagai kesiapan mental yang
dipelajari melalui pengalaman dan
mempunyai pengaruh dengan cara respon
individu terhadap semua objek, orang
lain dan situasi yang berhubungan
dengannya (Notoatmojo,2003). Penilaian
atau pendapat seseorang terhadap suatu
objek yang diketahui dapat diwujudkan
dalam bentuk tindakan.
Berdasarkan hasil analisis tindakanperawat pelaksana pada kelompok
intervensi sebelum mendapat pelatihan
perencanaan pulang pasien yaitu sebagian
besar perawat dikategorikan memiliki
tindakan baik dalam melakukan
perencanaan pulang pasien DM,
sedangkan pada kelompok kontrol kurang
dari separuh perawat memiliki tindakan
dalam perencanaan pulang pasien yang
baik. Perilaku yang didasari oleh
pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahun (Notoatmojo,2003).
Pada penelitian ini perawat memiliki
pengetahuan yang kurang baik, namum
perawat memiliki tindakan baik terhadap
perencanaan pulang pasien DM. Hal ini
mendukung penelitian Achmad (2005)
menyatakan bahwa tidak ada hubungan
antara pengetahuan dengan tindakan
responden serta menjelaskan bahwa masa
kerja berhubungan dengan tindakan
pencegahan luka dekubitus. Sesuai
dengan pendapat Robbin (2008) ada
hubungan yang positif antara senioritas
dan produktivitas sebagai pengalaman
kerja yang menjadi dasar perkiraan yang
baik atas produktivitas karyawan.Menurut Wibowo (2011) bahwa perilaku
dapat dilihat dari tipe karakteristik
kemampuan seseorang antara lain: (a)motif adalah sesuatu yang secara
konsisten dipikirkan dan diinginkan
orang yang menyebabkan tindakan.
Adanya motif mendorong, mengarahkan
dan memilih perilaku menuju tindakan
atau tujuan tertentu, (b) sifat adalah
karakteristik fisik atau respon yang
konsisten terhadap situasi dan informasi,
(c) konsep diri adalah nilai-nilai citra diri
seseorang.
8/18/2019 perencanaan pulang pasien diabetes melitus
9/16
9
Seorang perawat perlu mengetahui visi
dan misi rumah sakit yang bertujuan
meningkatkan pelayanan yang bermutu
yang berorientasi pada kepuasan
pelanggan serta pelaksanaan tugas sesuai
dengan peran yang diemban.
Peran liaison nurse dalam perencanaan
pulang pasien untuk perawatan
berkesinambungan yaitu adanya
koordinasi antara rumah sakit dan
perawatan di komunitas untuk perawatan
pasien. Peran perantara (liaison nurse)
berdasarkan penelitian yang dilakukan
oleh Peter, et all (1997) adanya
peningkatan perencanaan pulang pasien
dimana perawat melakukan persiapanperencanaan pulang pasien yang dimulai
dari pasien di rawat sampai dengan
pasien pulang ke rumah untuk
mendapatkan perawatan di komunitas.
2. Kemampuan Perawat Pelaksana
Melakukan Perencanaan Pulang
Pasien DM Sesudah Mendapat
Pelatihan pada Kelompok
Intervensi dan Kelompok Kontrol
Sesudah mendapat pelatihan dapat dilihat
dari hasil penelitian lebih dari separuh
perawat pelaksana sudah mengetahui
pengertian, tujuan, peran, prinsip dan
dampak dari perencanaan pulang pasien.
Begitu pula dengan waktu untuk seorang
perawat melakukan perencanaan pulangpasien. Sebagian perawat pelaksana
(57,9%) mengetahui tahapan elemen
penting pengkajian perencanaan pulangantara lain: (a) data kesehatan dan data
pasien, (b) pemberi perawatan di rumah,
(c) Kondisi lingkungan rumah serta
fasilitas kesehatan di komunitas.
Berdasarkan pendekatan Neuman (Whall
& Fitzpatrick, 1989) bahwa pelayanan
keperawatan diberikan kepada individu,
keluarga dan masyarakat/komunitas. Hal
ini terlihat bahwa hampir separuh
perawat (47,1%) melibatkan pasien dan
keluarga dalam perencanaan pulang dan
sebagian kecil yang melibatkan perawat
home care/caregiver.
Pengetahuan yang baik akan
mempengaruhi sikap perawat terhadapperencanaan pulang pasien DM. Sesudah
pelatihan perawat pelaksana pada
kelompok intervensi dan kelompok
kontrol memiliki sikap yang positif
terhadap perencanaan pulang DM.
Hal ini dapat dipengaruhi oleh persepsi
tentang konsep dan pengalaman dari
perawat dalam melakukan perencanaan
pulang pasien DM. Menurut Robbin
(2008) indikator sikap positif dapatdilihat dari persepsi individu terhadap
pekerjaan yang pernah dilakukan yang
dapat meningkatkan kepuasan kerja bagi,
individu menganggap bahwa keterlibatan
dalam pekerjaan merupakan suatu yang
sangat penting, adanya komitmen
organisasi yang memiliki nilai sesuai
dengan diri individu tersebut, adanyanya
reward yang sesuai dengan apa telah
dilakukan serta kewajiban untuk
melaksanakan tugas dengan atas moral
dan etis. Sikap yang positif membuat
seseorang untuk cenderung melakukan
tindakan.
Faktor – faktor yang mempengaruhi
perilaku menurut Green (1980, dalam
Notoatmojo,2003) adanya faktorpredisposisi yaitu pengetahuan, sikap,
tradisi dan budaya serta tingkat
pendidikan. Perawat pelaksana sebagianbesar DIII yang merupakan tingkat
pendidikan tinggi. Pendidikan merupakan
indikator yang mencerminkan
kemampuan seseorang untuk
menyelesaikan pekerjaan (Hasibuan,
2011).
8/18/2019 perencanaan pulang pasien diabetes melitus
10/16
10
3. Kemampuan Perawat Pelaksana
Melakukan Perencanaan Pulang
Pasien DM Sebelum dan Sesudah
Mendapat Pelatihan pada
Kelompok Intervensi
Pada penelitian ini perawat pelaksana
pada kelompok intervesi mendapat
pelatihan yang selama 1 hari dengan
metode ceramah dan diskusi. Kegiatan
dilanjutkan dengan latihan mandiri serta
diskusi dan bimbingan 2 hari. Tujuan dari
pelatihan adalah meningkatkan
kemampuan perawat dalam melakukan
perancanaan pulang pasien DM.
.Menurut peneliti pelatihan yang
dilakukan baru dapat meningkatkan
pengetahuan perawat belum dapat
mengukur sikap dan tindakan perawat.
Matteson, dkk (2007) berpendapat waktu
yang dibutuhkan untuk dapat
mengevaluasi kinerja dan efektifitas
pelatihan terkait dengan pelatihan dalam
melaksanakan tugas dapat dilakukan
selama 4 sampai dengan 12 minggu
setelah pelatihan tersebut dilaksanakan.
Teori ini mendukung penelitian Sharkey
& Cann (1998) menyatakan bahwa
adanya peningkatan pengetahuan, sikap
dan tindakan perawat setelah
mendapatkan pendidikan tentang
perawatan pasien HIV/AIDS. Pendidikan
dilakukan selama 6 minggu denganstrategi pembelajaran diskusi kelompok,
ceramah, seminar dengan pasien
HIV/AIDS, perawat, pekerja sosial.Cukup lazim apabila pelatihan yang
dilakukan telah meningkatkan
pengetahuan perawat terhadap
perencanaan pulang pasien DM.
Menurut peneliti sikap positif yang
dimiliki perawat pelaksana terhadap
perencanaan pulang pasien akan dapat
terwujud menjadi suatu tindakan jika
RSUP Dr. M.Djamil Padang memiliki
fasilitas yang dapat digunakan antara lain
format untuk perencanaan pulang yang
dapat digunakan oleh multi disiplin, alat
peraga, leaflet yang dapat dibawa pulang
pasien. Kegiatan ini harus ditunjang oleh
arahan manajer serta di atur oleh
kebijakan yang ada di rumah sakit.
Hasil penelitian di RSUP Dr. M.Djamil
menunjukkan tidak ada perbedaan
tindakan yang bermakna sebelum dan
sesudah mendapatkan pelatihan
perencanaan pulang pasien DM (p >
0.05). Menurut peneliti ada faktor yang
mempengaruhi tindakan perawat
pelaksana untuk melakukan perencanaan
pulang pasien antara lain: keterbatasan
waktu perawat berinteraksi dengan pasienberkaitan dengan manajemen waktu
perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan. Menurut Hadle & Roques
(2007, dalam Islam, 2010) hasil studi
pada rumah sakit pemerintah menunjukan
perawat hanya menghabiskan waktunya
5,3% dari seluruh jam kerjanya untuk
berinteraksi langsung dengan pasien.
Kekurangan jumlah perawat juga
merupakan salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi tindakan perencanaan
pulang. Pada ruang rawat kelompok
intervensi perawat pelaksana
memberikan asuhan kepada 35 – 45
pasien/hari dengan tingkat
ketergantungan total, partial dan mandiri,
serta ruangan isolasi untuk pasien flu
burung yang membutuhkan seorangtenaga perawat yang memberikan asuhan
keperawatan serta tidak lengkapnya
fasilitas dan pedoman perencanaanpulang pasien.
Adanya bimbingan dan latihan melalui
pelatihan bagi perawat pelaksana perlu
perencanaan dari manajer. Menurut
Marquis & Huston (2006) peran pihak
manajemen bertanggung jawab pada
pengembangan karir perawat melakukan
dengan cara memberikan dorongan
dengan menyediakan pelatihan dan
pendidikan agar perawat mendapat
8/18/2019 perencanaan pulang pasien diabetes melitus
11/16
11
kesempatan mengembangkan
kemampuan dan pengetahuan terbaru.
Berdasarkan hasil penelitian ini dalam
upaya meningkatkan kemampuanperawat dalam melakukan perencanaan
pulang pasien DM perlu adanya pelatihan
yang terencana dan terorganisir dan
metode yang berbeda seperti praktek
lapangan dan diskusi kasus yang berkala,
serta pengaturan jadwal perawat yang
berdasarkan tugas dan tanggungjawabnya
dalam struktur organisasi di ruangan
untuk melakukan pendidikan kesehatan
pada sekelompok pasien yang berbeda.
4.
Kemampuan Perawat Pelaksana
Melakukan Perencanaan Pulang
Pasien DM antara Kelompok
Intervensi dan Kelompok Kontrol
Sesudah Pelatihan
Hasil analisis kemampuan perawat
pelaksana melakukan perencanaan pulang
antara kelompok intervensi dan
kelompok kontrol dilihat dari
pengetahuan dengan uji Kolmogorov-
Smirnov menunjukkan ada perbedaan
pengetahuan yang bermakna antara
kelompok intervensi dan kelompok
kontrol sesudah pelatihan (p < 0,05).
Untuk sikap dan tindakan tidak ada
perbedaan bermakna antara kelompok
intervensi dan kelompok control dengan
(p > 0,05).
Hal ini sesuai dengan penelitian
Sumartinah (1996) yaitu adanyapeningkatan pengetahuan dan kinerja
perawat antara kelompok intervensi dan
kelompok kontrol setelah mendapatkan
pelatihan. Hal ini didukung oleh Damin
(2008) bahwa esensi pelatihan adalah
untuk perubahan atau mengubah perilaku
staf atau manajer dari defensif atau
stagnan ke perilaku progresif. Frekwensi
pelatihan harus sesuai dengan perubahan
perilaku. Teori berubah menurut Lewin
(1951) ada tiga tahap yaitu: (a) tahap
unfreezing : keinginan dari perawat untuk
berubah yang merupakan suatu
kebutuhan, (b) tahap moving : adanya
orang yang berpengaruh atau role model
sebagai penggerak untuk suatu perubahan
seperti atasan, teman atau kelompok, dan(c) tahap refreezing: perubahan
diintegrasikan dan distabilkan menjadi
bagian sistem nilai yang dianut, pada saat
ini bisa terjadi penolakan pada perubahan
maupun penerimaan yang membutuhkan
minat dan komitmen (Swansburg, 2000).
Perawat pelaksana RSUP Dr. M.Djamil
Padang belum pernah mendapatkan
pelatihan tentang perencanaan pulang
pasien namun mereka sudahmelaksanakannya. Pada pelaksanaan
perencanaan pulang hanya sebatas
pengetahuan yang dimiliki perawat.
Berdasarkan hasil penelitian ini menurut
peneliti perlu penambahan kompetensi
perencanaan pulang pasien pada kegiatan
rutin pelatihan kompetensi dasar bagi
perawat di RSUP Dr.M.Djamil Padang.
Seorang perawat membutuhkan program
pengembangan staf seperti pelatihan dan
pendidikan yang konstan untuk
mencegah penurunan ilmu pengetahuan
dan kompetensi (Swansburg, 2000)
Hasil penelitian untuk sikap perawat
pelaksana menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan yang bermakna terhadap sikapperawat pelaksana antara kelompok
intervensi dan kelompok control (p value
= 0,734 >α
= 0,05). Dilihat dari hasilkuesioner sikap perawat pelaksana RSUP
DR. M.Djamil menyatakan bahwa
seorang perawat harus memberikan
asuhan keperawatan yang komprehensif
kepada pasien pada saat melakukan
perencanaan pulang.
Salah satu faktor yang mempengaruhi
sikap perawat adalah budaya organisasi.
Budaya organisasi merupakan
seperangkat asumsi, keyakinan, persepsi
8/18/2019 perencanaan pulang pasien diabetes melitus
12/16
12
yang dimiliki bersama oleh anggota
kelompok yang membentuk dan
mempengaruhi sikap, perilaku dan
merupakan petunjuk dalam memecahkan
masalah.
Motivasi merupakan salah satu factor
yang dapat mendorong seseorang untuk
melakukan tindakan /perilaku yang dapat
dicatat dan diobservasi. Menurut teori
Herzberg yang dapat menjadi faktor
motivasi antara lain gaji, keselamatan
kerja, kondisi kerja, status, sistem atau
kebijakan organisasi serta kualitas dari
supervisi, hubungan interpersonal
(Swansburg, 2000).
Hubungan interpersonal antara atasan dan
bawahan cukup baik begitu juga dengan
tim kolaborasi. Pengawas perawat sudah
memiliki jadwal untuk supervisi hanya
saja pada operasional pelaksanaanya
belum optimal untuk menilai kemampuan
perawat khususnya untuk melakukan
perencanaan pulang.
Berdasarkan hasil penelitian
menunjukkan tidak perbedaan tindakan
yang bermakna antara kelompok
intervensi dan kelompok kontrol (p value
=1,000 > α = 0,05). Hasil ini berbeda
dengan penelitian yang dilakukan oleh
Soetisno (2000) adanya pengaruh
pelatihan terhadap kelengkapan
pendokumentasian.
Tim kerja dari WHO dalam Notoatmojo
(2003) menganalisis bahwa yangmenyebabkan seseorang itu berperilaku
tertentu adalah karena adanya 4 alasan
yaitu pengetahuan, kepercayaan, sikap
dan orang penting sebagai referensi.
Menurut peneliti dalam proses
pembelajaran yaitu belajar dari
pengalaman orang lain, salah satu usaha
yang dapat dilakukan untuk dapat
melakukan perencanaan pulang yaitu
dengan melakukan studi banding ke
rumah sakit lain yang sudah menerapkan
perencanaan pulang dengan baik.
Penafsiran terhadap hasil penelitian ini
secara keseluruhan mengindikasikan
bahwa pelatihan merupakan suatu prosespembelajaran bagi perawat. Faktor –
faktor yang mempengaruhi proses belajar
menurut Guilbert10
yaitu materi,
lingkungan, instrumental dan faktor
individu subjek belajar, seharusnya turut
diperhitungkan dalam penelitian ini..
Hasil penelitian ini pada saat pelatihan
kondisi fisik perawat setelah dinas malam
dan sesudah dinas pagi, kondisi kelelahan
ini mempengaruhi kesiapan perawatdalam menerima pembelajaran. Untuk itu
agar dapat memperoleh hasil yang efektif
perawat yang mengikuti pelatihan perlu
diliburkan.
5. Faktor – faktor yang
Mengkonstribusi terhadap
Pelatihan Perencanaan Pulang
Pasien DM
Karakteristik perawat pelaksana yang
berkonstribusi dalam penelitian ini
meliputi umur, jenis kelamin, pendidikan
dan masa kerja. Faktor lain yang juga
dapat berkonstribusi yaitu kebijakan
organisasi.
a. UmurBerdasarkan analisis multivariat tidak ada
kontribusi umur yang mempengaruhi
kemampuan perawat melakukanperencanaan pulang pasien DM dengan
nilai p > 0,05.
Hasil penelitian ini sesuai dengan
penelitian Saljan (2005) dan Saefullah
(2009) bahwa tidak ada hubungan yang
bermakna antara umur dan kinerja atau
kemampuan perawat. Secara teoritis
dalam proses pembelajaran umur sangat
berpengaruh. Seiring dengan
bertambahnya umur dapat menurunnya
8/18/2019 perencanaan pulang pasien diabetes melitus
13/16
13
fungsi tubuh seperti mata, pendengaran,
serta bunyi10
. Menurut Robbin (2008).
Umur dan kinerja pada pekerjaan tidak
memiliki keterkaitan, namun penurunan
dalam keterampilan yang berkaitan
memiliki dampak pada produktifitas kerjaakan tetapi dapat digantikan oleh
pengalaman. Dengan bertambahnya umur
pengalaman, penilaian, etika kerja yang
kuat, umur tua masih kurang fleksibel
dan menolak untuk menerima tehnologi
baru.
Umur seseorang akan mempengaruhi
kondisi fisik, mental, kemampuan kerja
dan tanggung jawab (Hasibuan, 2001).
Tidak adanya kontribusi umur terhadapkemampuan perawat melakukan
perencanaan pulang pasien DM karena
RSUP Dr.M.Djamil belum ada aturan
bahwa semakin lanjut umur semakin
tidak dapat melakukan aktifitas shift pagi,
sore dan malam hari.
b. Jenis Kelamin
Hampir semua responden berjenis
kelamin wanita, hanya sebanyak 2,9%
adalah perawat laki-laki. Jenis kelamin
tidak memiliki konstribusi terhadap
kemampuan perawat pelaksana. Jenis
kelamin wanita memiliki rasa kewanitaan
lebih tinggi yang efektif tertanam dalam
rasa rendah diri mereka dibandingkan
pria. Hal ini mendukung penelitian Saljan
(2005) tidak ada hubungan jenis kinerjaperawat. Namun sampai saat ini belum
ada bukti yang konkrit yang
menunjukkan bahwa ada perbedaan nyataantar pria dan wanita dalam berbagai segi
kehidupan organisasi (Siagian, 1995
dalam Farida, 2003).
Menurut peneliti perlu jumlah persentase
perawat dengan jenis kelamin pria dan
wanita tidak seimbang pada penelitian
ini. Perlu penelitian lebih lanjut dengan
jumlah sampel yang lebih banyak untuk
membuktikan pengaruh jenis kelamin
dengan kinerja perawat.
c. Masa Kerja
Hasil penelitian berdasarkan masa kerja
perawat pelaksana di RSUP Dr. M.
Djamil Padang dengan rata-rata 7 tahun
untuk kelompok intervensi dan kelompok
control Masa kerja terendah 1 tahun dantertinggi 20 tahun. Berdasarkan analisis
statistik tidak ada konstribusi dari masa
kerja perawat pelaksana terhadap
kemampuan perawat pelaksana
melakukan perencanaan pulang pasien
DM.
Semakin lama seseorang bekerja maka
semakin terampil dan makin
berpengalaman pula dalam melaksanakan
pekerjaan. Menurut peneliti, bahwa rata-
rata masa kerja perawat 7 tahun akanmemberikan pengalaman dan
keterampilan yang lebih baik kepada
perawat yang junior. Menurut Robbin
(2008) ada hubungan yang positif antara
senioritas dan produktivitas dan masa
kerja sebagai pengalaman kerja yang
menjadi dasar perkiraan yang baik atas
produktivitas karyawan.
d. Tingkat Pendidikan
Hasil penelitian berdasarkan tingkatpendidikan menunjukkan bahwa perawat
pelaksana di Ruang Rawat Penyakit
Dalam RSUP Dr. M Djamil Padang
sebagian besar berpendidikan DIII
Keperawatan sebesar 88,2%. Tidak ada
kontribusi pendidikan terhadap
kemampuan perawat pelaksana
melakukan perencanaan pulang pasien
DM. Menurut Hasibuan (2011)
pendidikan merupakan indikator yang
mencerminkan kemampuan seseoranguntuk menyelesaikan pekerjaan. Hal ini
sama dengan pendapat Marquis & Huston
(2006) berpendapat identifikasi
keterampilan dan tingkat pendidikan
penting untuk menyelesaikan pekerjaan.
Semakin tinggi tingkat pendidikan
diharapkan kemampuan perawat dapat
meningkat dalam memberikan asuhan
keperawatan.
8/18/2019 perencanaan pulang pasien diabetes melitus
14/16
14
e. Kebijakan Organisasi
Hasil penelitian yang dilakukan dengan
cara observasi RSUP Dr. M.Djamil
belum memiliki kebijakan, standar
operasional prosedur dalam perencanaanpulang pasien. Format perencanaan
pulang yang ada berupa resume pulang
pasien. Menurut peneliti kebijakan
organisasi merupakan suatu hal yang
menjadi dasar agar perencanaan pulang
dapat terlaksana sesuai dengan visi dari
rumah sakit, hal ini perlu menjadi
perhatian bagi pihak manajemen rumah
sakit.
Hasil penelitian ini didukung olehpenelitian yang dilakukan oleh Morris
(2012) bahwa perlu adanya peraturan
yang dapat meningkatkan proses
perencanaan pulang serta rumah sakit
membutuhkan sistem dan proses
perencanaan pulang efektif dan efesien.
Kebijakan organisasi merupakan salah
satu kebijakan rumah sakit yang terkait
dengan perencanaan pasien DM.
KETERBATASAN PENELITIAN
Kemampuan dari perawat dilihat dari
item pengetahuan, sikap dan tindakan.
Untuk sikap dan tindakan tidak ada
perbedaan yang bermakna. Pengukuran
kemampuan tindakan, dalam penelitian
ini tidak dilakukan dengan cara obsevasi
langsung ketika tindakan dilakukan, tapi
dengan menggunakan kuesioner.
Pernyataan – pernyataan yang dibuatdalam kuesioner masih pengembangan
peneliti sendiri, karena belum ada
instrumen yang baku untuk menilai
pengetahuan, sikap dan tindakan perawat
melakukan perencanaan pulang pasien
DM. Rancangan penelitian ini dengan
desain prê test – post test with control
group, dengan waktu pengumpulan data
yang terlalu singkat untuk mengukur
sikap dan tindakan.
SIMPULAN DAN SARAN
Kemampuan perawat pelaksana sesudah
mendapat pelatihan perencanaan pulang
lebih baik dari pada sebelum
mendapatkan pelatihan pada kelompokintervensi. Adanya perbedaan yang
bermakna pada pengetahuan pasien
sedangkan untuk sikap dan tindakan tidak
ada.. Kemampuan perawat pelaksana
melakukan perencanaan pulang pasien
DM antara kelompok intervensi dan
kelompok kontrol setelah dilakukan
pelatihan dilihat dari perbedaan skor
sesudah pelatihan hanya pengetahuan
yang bermakna, sedangkan sikap dan
tindakan tidak ada perbedaan yangbermakna. Tidak ada kontribusi
karakteristik individu terhadap pelatihan
perencanaan pulang
pasien DM.
Untuk meningkatkan kemampuan
perawat melakukan perencanan pulang
perlu adanya kebijakan organisasi,
fasilitas yang mendukung, adanya
pelatihan dan pendidikan. Motivasi diri,
supervisi dan evaluasi dari manajersecara berkala untuk perbaikan dan
meningkatkan mutu pelayanan
keperawatan dan rumah sakit.Adanya
penelitian dengan action research untuk
dapat mengukur kinerja perawat.
DAFTAR PUSTAKA
1. Achmad. (2005). HubunganPengetahuan dan Sikap denganTindakan Pencegahan Luka
Dekubitus oleh Perawat di Ruang Rawat Inap Neurologi Perjan Rs Dr.M.Djamil Padang, SkipsiProgram Studi Ilmu KeperawatanUnand Padang. Tidak diterbitkan
2. Arikunto, S.(2009). ManajemenPenelitian, Jakarta:Rineka Cipta
3. Black, J.M & Jacobs,E.M.(1997). Medical Surgical Nursing: Clinical Management For Continuity ofCare, 5 Ed, Philadhelphia:
W.B.Saunder Company
8/18/2019 perencanaan pulang pasien diabetes melitus
15/16
15
4. Craven & Hirlne .(2007).Fundamental of Nursing: Human
Health and Function, 5 Ed,Philadhelphia: Lippincott W&W
5. Dahlan .((2011).Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan, Edisi 5,Jakarta: Sagung Seto
6. Danim. (2008). Kinerja Staf danOrganisasi, Bandung: Pustaka Setia
7. Depkes .(2005). Indikator Kinerja Rumah Sakit. Jakarta: DepartemenKesehatan.
8. Dewit.(2009).Fundamental,Concept And Skills For Nursing,3Ed, St. Louis: Saunders
9. Farida, I.(2003). Faktor-Faktor yang berhubungan denganKemampuan Kepala Ruangan
Melaksanakan Peran DanFungsinya Di Rumah SakitTangerang, Thesis ProgramMagister Fakultas IlmuKeperawatan UniversitasIndonesia.Tidak diterbitkan.
10. Handoko. (2011). ManajemenPersonalia Sumberdaya Manusia,Edisi 2, Yogyakarta: BPFEYogyakarta
11. Hariyati, TS,dkk.(2008). Evaluasi Model Perencanaan Yang BerbasisTeknologi Informasi, MakaraKesehatan, Vol.12, No. 2, (53-58) http://journal.ui.ac.id/upload/artikel
/02_RRTutiek_Edit%20terkini_Evaluasi%20Model%20Perencaan%20Pulang_Layout.pdf diperoleh 17Maret 2012
12. Hasibuan .(2001).Organisasi dan Motivasi Dasar PeningkatanProduktivitas, Jakarta: PT BumiAksara
13. Hasibuan .(2011). ManajemenSumber Daya Manusia, Jakarta: PTBumi Aksara
14. Hastono.(2006). Basic Data Analysis for Health Research,Depok: FKM UI
15. Islam, et all, (2010) Knowledge, Attitude, and Practice on PressureUlcer Prevention Among Nurses in
Bangladesh, The 2th
InternationalConference on Humanities andSocial Sciences. http://www.libarts-
conference.psu.ac.th/proceedings/P
roceedings2/article/6pdf/011.pdf diperoleh tanggal 8/7/2012
16. Jackson (2011). Reseach Methodan Statistic a Critical Thingking
Approach, USA: Cengage Learninghttp://books.google.co.id/books?id
=YX!"#$%%gY&'pg=()345'd*=*!$si+e,pe-iet$l+desig'hl=e's$=X'ei=(7eeY-)k5%1)'ed=0&o6)")=oep$ge'*=*!$si;20e,pe-iet$l;20desig'=$lse dipe-oleh 19/4/2012
17. Kozier B. et al. (1995).Fundamentals of Nursing:Concepts, Process, and Practice, 5Ed, Canada: Addison-WesleyPublishing Company
18. Marquis & Huston. (2006). Leadership Roles and ManagementFunctions in Nursing: theory andapplication. 5
th ed. Philadelphia:
Lippincot Williams & Wilkins
19. Matteson, et all,(2007).Perilakudan Manajemen Organisasi. AlihBahasa Oleh Gina Gania, Jilid 1,Edisi Tujuh, Jakarta: PT. Erlanggahttp://books.google.co.id/books?id=!!$-eie"ed $d pe )ccess o!-$lo- the !-sig @peci$lists. Aol 2Bo 1 C2012DBhttp://""".scied!.c$/
8/18/2019 perencanaan pulang pasien diabetes melitus
16/16
16
Vol.9,No.44.http://it*hc.o,o-d