PERENCANAAN LANSKAP AGROWISATA PERTANIAN TERPADU
DI KAMPUNG KARANGSARI, DESA SINDANGASIH,
KECAMATAN KARANG TENGAH, CIANJUR
PERTHY ASTRIA HARYANDHES
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013
RINGKASAN
PERTHY ASTRIA HARYANDHES. Perencanaan Lanskap Agrowisata
Pertanian Terpadu di Kampung Karangsari, Desa Sindangasih, Kecamatan Karang
Tengah, Cianjur. Dibimbing oleh WAHJU QAMARA MUGNISJAH dan SITI
NURISJAH.
Kampung Karangsari merupakan bagian dari Desa Sindangasih, salah satu
desa penghasil utama komoditas pertanian di Kabupaten Cianjur. Komoditas
pertanian utama yang dihasilkan berupa padi sawah, tanaman sayuran, dan
perikanan. Pada saat ini, pertanian di Kampung Karangsari hanya berpusat pada
kegiatan produksi. Agrowisata merupakan suatu jenis wisata yang berbasis
pertanian, mulai dari penanaman hingga pengolahan produk pertanian.
Agrowisata dapat menjadi wadah untuk mengenalkan pertanian kepada
masyarakat, termasuk sistem pertanian terpadu. Pertanian terpadu adalah suatu
teknik pertanian yang menggabungkan beberapa jenis komoditas untuk diproduksi
berdasarkan LEISA, sistem pertanian berkelanjutan bermasukan eksternal rendah.
Sistem ini belum dikenal luas oleh masyarakat.
Penelitian ini dilakukan untuk menerapkan konsep agrowisata yang
berdasarkan pertanian terpadu di Kampung Karangsari melalui proses-proses
perencanaan. Perencanaan kawasan agrowisata terpadu dilakukan dengan
mengidentifikasi dan menganalisis potensi dan kendala tapak serta merencanakan
pengembangan kawasan wisata pertanian terpadu dengan menyediakan ruang
wisata yang dilengkapi dengan sarana penunjang dan jalur sirkulasi. Metode yang
digunakan adalah metode perencanaan kawasan rekreasi oleh Gold (1980)
meliputi tahap persiapan, inventarisasi, analisis, sintesis, dan perencanaan.
Pengumpulan data dilakukan pada Agustus 2010 – Februari 2011 dengan cara
survei lapang, wawancara, dan studi pustaka. Peta dasar dan batas tapak
didapatkan dari peta yang diunduh dari Google Earth, disesuaikan dengan peta
yang didapatkan dari institusi desa, kemudian diproses menggunakan perangkat
lunak ArcView GIS 3.5, AutoCAD 2010, dan Adobe Photoshop CS5. Analisis
dilakukan menggunakan metode deskriptif dan spasial. Metode deskriptif
digunakan untuk data mikroklimat, kemiringan lahan, hidrologi, dan sosial,
ekonomi, dan budaya. Sedangkan metode spasial digunakan untuk data tata guna
lahan, objek dan atraksi wisata, serta orientasi dan aksesibilitas. Data spasial yang
dihasilkan akan melalui proses overlay menjadi peta zonasi ruang yang
dialokasikan untuk pengembangan agrowisata, sedangkan hasil analisis deskriptif
digunakan untuk menentukan solusi dari kendala dan pemanfaatan dari potensi
yang ada di tapak. Kendala di tapak dalam membangun kawasan agrowisata
umumnya adalah keadaan infrastruktur dan fasilitas umum yang tidak terawat,
serta curah hujan dan intensitas penyinaran yang tinggi pada bulan-bulan tertentu
yang dapat mempengaruhi kenyamanan pengunjung selama berwisata. Sedangkan
potensi yang telah ada di tapak berupa lahan pertanian yang beragam sehingga
dapat disusun aktivitas agrowisata yang beragam pula, lokasi tapak yang dekat
dengan jalan utama dan pusat kota serta dikelilingi oleh view perbukitan, area
yang relatif datar sehingga memudahkan mengelola area pertanian, serta iklim
yang umumnya cocok untuk makhluk hidup pada daerah tropis.
Kampung Karangsari direncanakan dibagi menjadi dua ruang, yaitu ruang
utama agrowisata dan ruang pendukung agrowisata. Ruang utama agrowisata
merupakan ruang yang memanfaatkan dan mengembangkan potensi lahan sebagai
objek utama wisata pertanian dan dibagi sesuai dengan potensi objek dan atraksi
yang tersedia, yaitu subruang agrowisata sawah, subruang agrowisata kebun
sayuran, subruang agrowisata perikanan, subruang agrowisata peternakan, dan
subruang agrowisata teknologi pertanian. Ruang pendukung agrowisata bertujuan
memberikan pelayanan kelengkapan, kemudahan, dan kenyamanan pengunjung
selama melakukan aktivitas wisata dibagi menjadi subruang penerimaan,
subruang transisi, subruang pelayanan, dan subruang masyarakat. Aktivitas dan
fasilitas yang direncanakan akan disusun sesuai dengan ruang yang
dikembangkan. Untuk mengakses ruang-ruang ini direncanakan sebuah jalur
wisata untuk kepentingan pengunjung dan pengelola dalam mengakses kawasan
agrowisata, dibagi berdasarkan jenis kendaraan yang dapat melalui jalur tersebut,
yaitu jalur primer, sekunder, dan tersier. Target pengunjung untuk kawasan
agrowisata ini adalah bebas untuk segala usia dan jenis kelamin, oleh karena itu
akan disediakan kendaraan mini yang dapat digunakan untuk mengangkut
pengunjung yang lebih muda atau tua. Dalam melakukan aktivitas agrowisata,
pengunjung ditawarkan paket-paket tur wisata berdasarkan panjang waktu yang
tersedia, di antaranya, paket tur satu hari dan paket tur dua hari. Pada perjalanan
paket wisata satu hari, aktivitas wisata yang ditawarkan lebih bersifat rekreatif,
tetapi masih memiliki nilai edukasi dan mencakup seluruh objek dan atraksi
pertanian. Pada paket wisata dua hari, wisatawan akan ditawarkan paket lengkap
aktivitas edukasi dan wisata pertanian terpadu, serta interaksi dengan masyarakat
setempat. Keikutsertaan wisatawan dalam proses pertanian lebih lengkap pada
paket tur dua hari, selain itu waktu yang tersedia lebih banyak sehingga
wisatawan dapat lebih santai dalam mengikuti aktivitas agrowisata. Selain dua
paket tur tersebut, pengunjung juga dapat mengambil paket tur setengah hari,
yaitu tur yang lebih bersifat interpretatif karena pengunjung bebas mengakses
seluruh tapak agrowisata, namun tidak dapat berpartisipasi langsung dalam
kegiatan pertanian.
Secara umum, dapat disimpulkan bahwa dari segi fisik dan visual
Kampung Karangsari memiliki potensi sebagai kawasan agrowisata, dan kendala
utama adalah berupa karakter lahan yang berfokus pada kegiatan produksi dan
jalur sirkulasi yang belum tertata. Penelitian ini merupakan perencanaan lanskap
secara garis bersar dengan memanfaatkan potensi ruang pertanian yang telah ada
di tapak, dapat dilanjutkan dengan desain pada setiap ruang yang telah
direncanakan dengan konsep pertanian terpadu yang lebih detail.
Kata kunci: perencanaan lanskap, agrowisata, pertanian terpadu.
PERENCANAAN LANSKAP AGROWISATA PERTANIAN TERPADU
DI KAMPUNG KARANGSARI, DESA SINDANGASIH,
KECAMATAN KARANG TENGAH, CIANJUR
PERTHY ASTRIA HARYANDHES
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian pada
Departemen Arsitektur Lanskap
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013
LEMBAR PENGESAHAN
Judul : Perencanaan Lanskap Agrowisata Pertanian Terpadu di Kampung
Karangsari, Desa Sindangasih, Kecamatan Karang Tengah,
Kabupaten Cianjur
Nama : Perthy Astria Haryandhes
NRP : A44061242
Program studi : Arsitektur Lanskap
Disetujui,
Pembimbing 1 Pembimbing 2
Prof. Dr. Ir. Wahju Q. Mugnisjah, M.Agr. Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA
NIP. 19491105 197403 1 001 NIP. 19480912 197412 2 001
Diketahui,
Ketua Departemen Arsitektur Lanskap
Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA
NIP. 19480912 197412 2 001
Tanggal lulus:
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah Swt atas segala rahmat, hidayah,
dan karunia-Nya sehingga skripsi yang berjudul “Perencanaan Lanskap
Agrowisata Pertanian Terpadu di Kampung Karangsari, Desa Sindangasih,
Kecamatan Karang Tengah, Kabupaten Cianjur” ini dapat diselesaikan.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada
1. Kedua orangtua, Bapak Djoko Harsono dan Ibu Eka Sartika yang telah
membesarkan, mendukung baik moral maupun material, serta memberikan
kasih sayang yang tak terhingga;
2. Prof. Dr. Ir. Wahju Q. Mugnisjah, M.Agr. selaku dosen pembimbing pertama
penelitian dan skripsi yang telah membimbing, memberi dukungan dan arahan
selama penyelesaian skripsi;
3. Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA selaku dosen pembimbing kedua yang juga telah
memberi bimbingan dan masukan serta dukungan selama penyelesaian skripsi;
4. Dr. Ir. Nizar Nasrullah, M. Agr selaku dosen penguji, atas kritik, saran, dan
masukannya;
5. Dr. Ir. Nurhayati, M.S selaku dosen pembimbing akademik yang senantiasa
memberikan pengarahan selama perkuliahan;
6. teman-teman dan sahabat Arsitektur Lanskap 43 yang telah berbagi segala
waktu suka maupun duka bersama penulis.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan.
Kritik dan saran diharapkan dari semua pihak untuk penyempurnaan penulisan-
penulisan selanjutnya. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak yang berkepentingan.
Bogor, Mei 2013
Perthy Astria Haryandhes
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 20 Januari 1989 di Jakarta, sebagai anak
pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Djoko Harsono (bapak) dan Eka
Sartika (ibu). Pendidikan dasar penulis diselesaikan pada tahun 2000 di SD Negeri
Sarua 06. Kemudian melanjutkan ke SLTP Negeri 96 Jakarta dan lulus pada tahun
2003. Penulis melanjutkan pendidikannya di SMA Negeri 70 Jakarta dan lulus
pada tahun 2006. Setelah itu, penulis diterima di IPB (Institut Pertanian Bogor)
melalui jalur SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru) dan pada tahun kedua
kuliah diterima di Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiv
I. PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Tujuan ................................................................................................... 2
1.3 Manfaat ................................................................................................... 2
1.4 Kerangka Pikir Penelitian ...................................................................... 2
II. TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 5
2.1 Perencanaan Lanskap ............................................................................. 5
2.2 Proses Perencanaan Lanskap ................................................................. 5
2.3 Rekreasi dan Wisata................................................................................ 6
2.4 Perencanaan Kawasan Rekreasi ............................................................ 7
2.5 Agrowisata.............................................................................................. 10
2.6 Perencanaan Agrowisata ........................................................................ 12
2.7 Pertanian Terpadu .................................................................................. 13
III. METODE PENELITIAN ........................................................................... 16
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................... 16
3.2 Alat dan Bahan Penelitian .................................................................... 16
3.3 Batasan Studi ......................................................................................... 17
3.4 Metode Perencanaan Lanskap Agrowisata ........................................... 17
3.4.1 Persiapan ....................................................................................... 19
3.4.2 Inventarisasi ................................................................................. 19
3.4.3 Analisis ........................................................................................ 20
3.4.4 Sintesis ...................................................................................... 21
3.4.5 Perencanaan Lanskap ................................................................ 22
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................... 23
4.1 Data dan Analisis ................................................................................... 23
4.1.1 Aspek Biofisik ............................................................................ 23
4.1.1.1 Letak, Luas, dan Batas Tapak ............................................ 23
4.1.1.2 Tata Guna Lahan ................................................................. 23
4.1.1.3 Tanah dan Kemiringan ....................................................... 26
4.1.1.4 Aksesibilitas ........................................................................ 28
4.1.1.5 Mikroklimat ........................................................................ 32
4.1.1.6 Hidrologi ............................................................................. 36
4.1.1.7 Aspek Visual ....................................................................... 37
4.1.2 Fasilitas dan Utilitas ................................................................... 39
4.1.3 Aspek Sosial, Ekonomi, dan Budaya ........................................ 41
4.1.4 Obyek dan Atraksi Wisata ......................................................... 44
4.2 Sintesis ..................................................................................................... 51
4.3 Konsep Perencanaan Lanskap ................................................................ 60
4.3.1 Pengembangan Konsep ............................................................. 60
4.3.1.1 Konsep Ruang .................................................................... 60
4.3.1.2 Konsep Aktivitas dan fasilitas ............................................ 61
4.3.1.3 Konsep Sirkulasi ................................................................. 62
4.4 Perencanaan Lanskap Agrowisata .......................................................... 64
4.4.1 Rencana Ruang dan Aktivitas ................................................... 64
4.4.1.1 Ruang Utama Agrowisata .................................................. 64
4.4.1.2 Ruang Pendukung Agrowisata ........................................... 68
4.4.2 Rencana Jalur Agrowisata ......................................................... 74
4.4.3 Rencana Tur Agrowisata ........................................................... 75
4.4.4 Daya Dukung Agrowisata ......................................................... 80
V. SIMPULAN DAN SARAN ........................................................................... 84
5.1 Simpulan .................................................................................................. 84
5.2 Saran ........................................................................................................ 84
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 85
LAMPIRAN ........................................................................................................ 87
DAFTAR GAMBAR
No. Halaman
1. Kerangka Pikir Penelitian ............................................................................. 4
2. Proses Perancangan Tapak (Gold, 1980) ...................................................... 9
3. Lokasi Penelitian (Sumber: BAPPEDA Cianjur dan Google Earth,
2009) .............................................................................................................. 16
4. Proses Perencanaan Lanskap Wisata Pertanian Terpadu ............................. 17
5. Pola Penggunaan Lahan ................................................................................ 24
6. Lahan Peternakan dan Perikanan .................................................................. 25
7. Sketsa Pembagian Kolam .............................................................................. 26
8. Peta Ketinggian Tanah Kecamatan Karangtengah ....................................... 27
9. Aksesibilitas ................................................................................................... 29
10. Kondisi Jalan (a) Desa Hegarmanah (b) Jln. Kyai Haji Opo
Mustofa .......................................................................................................... 30
11. Jln. Kyai Haji Saleh ....................................................................................... 30
12. Kondisi Gerbang Penanda Desa yang Tidak Terawat .................................. 31
13. Tanaman Peneduh untuk Mereduksi Sinar Matahari (Brooks, 1998) ......... 35
14. Pemantulan Sinar Matahari pada Berbagai Permukaan Material
(Brooks, 1998) ............................................................................................... 35
15. Saluran Air (a) Terbangun (b) Tidak Terbangun ......................................... 36
16. Bad View dan Good View di Tapak (a) Vandalisme (b) View ke
Area Persawahan ........................................................................................... 37
17. Pekarangan Area Perumahan ........................................................................ 38
18. View Penyebaran Vegetasi ........................................................................... 39
19. Fasiliats Umum yang Tidak Terawat ............................................................ 39
20. Fasilitas dan Utilitas di Sekitar Tapak .......................................................... 40
21. Industri Sangkar Burung di Kampung Karangsari ....................................... 44
22. Aktivitas Penggunaan Limbah Pertanian ...................................................... 45
23. Kebun Sayuran di Kampung Karangsari ...................................................... 46
24. Aktivitas Pasca Panen ................................................................................... 47
25. Hewan Ternak di Kampung Karangsari ....................................................... 48
26. Aktivitas di Area Perikanan .......................................................................... 49
27. Objek dan Atraksi Perikanan ........................................................................ 49
28. Diagram Pembagian Ruang .......................................................................... 51
29. Sintesis ........................................................................................................... 59
30. Diagram Pembagian Konsep Ruang ............................................................. 60
31. Diagram Pembagian Konsep Aktivitas ......................................................... 62
32. Pengembangan Konsep ................................................................................. 63
33. Ilustrasi Aktivitas dan Fasilitas di Ruang Agrowisata Sawah ..................... 65
34. Ilustrasi Packing House di Ruang Agrowisata Kebun Sayuran ................... 66
35. Ilustrasi Aktivitas dan Fasilitas di Ruang Teknologi Pertanian ................... 66
36. Ilustrasi Aktivitas dan Fasilitas di Ruang Agrowisata Perikanan ................ 67
37. Ilustrasi Aktivitas dan Fasilitas di Ruang Agrowisata Peternakan .............. 68
38. Ilustrasi Ruang Penerimaan Utama ............................................................... 69
39. Ilustrasi Ruang Pelayanan ............................................................................. 70
40. Ilustrasi Jalur (a) Sekunder (b) Tersier ......................................................... 75
41. Rencana Tapak .............................................................................................. 81
42. Rencana Tur Satu Hari ................................................................................. 82
43. Rencana Tur Dua Hari ................................................................................... 83
DAFTAR TABEL
No. Halaman
1. Sumber Bahan Organik yang Umum Dimanfaatkan sebagai Pupuk
(Sutanto, 2002). ............................................................................................. 14
2. Kandungan Zat Hara dan Air Beberapa Jenis Pupuk Kandang ................... 15
3. Jenis Data, Bentuk, Sumber, Cara Pengambilan dan Bentuk Hasil
yang Didapatkan. ........................................................................................... 18
4. Pola Penggunaan Lahan ................................................................................ 25
5. Analisis Aksesibilitas Kampung Karangsari ................................................ 32
6. Data Mikroklimat Kampung Karangsari Tahun 2009 dan 2010 ................ 33
7. Nilai THI Kampung Karangsari Berdasarkan Data Tahun 2009 –
2010 ................................................................................................................ 34
8. Mata Pencaharian Pokok Penduduk Desa Sindangasih ............................... 42
9. Tingkat Pendidikan Tertinggi Penduduk Desa Sindangasih ........................ 43
10. Jenis Vegetasi Pertanian di Kampung Karangsari ........................................ 47
11. Potensi Obyek dan Atraksi Wisata Pertanian Kampung Karangsari ........... 50
12. Pengembangan Potensi Aktivitas .................................................................. 53
13. Analisis dan Sintesis ...................................................................................... 55
14. Perencanaan Ruang dan Aktivitas ................................................................ 72
15. Alokasi Ruang Wisata ................................................................................... 74
16. Vegetasi Tepi Jalan ........................................................................................ 76
17. Perencanaan Rute Wisata .............................................................................. 77
18. Daya Dukung Berdasarkan Fasilitas Wisata ................................................ 80
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pemerintah Daerah (Pemda) Cianjur memiliki visi sebagai salah satu pusat
agribisnis dan pariwisata di daerah Jawa Barat. Salah satu cara untuk
merealisasikan visi Pemda tersebut adalah dengan membangun suatu kawasan
wisata pertanian terpadu. Lahan pertanian yang menggunakan sistem pertanian
terpadu dapat digunakan sebagai atraksi. Untuk itu, diperlukan suatu pengkajian
terhadap potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, serta sarana dan
prasarana yang dibutuhkan untuk membangun kawasan agrowisata.
Pengembangan agrowisata merupakan upaya terhadap pemanfaatan
potensi yang ada di bidang pertanian dan peluang-peluang yang ada di bidang
pariwisata. Menurut Alikodra (1989), prospek pengembangan agrowisata di
Indonesia dapat dilihat dari tiga aspek, yaitu keadaan atau potensi objek
agrowisata, potensi pasar, dan kondisi serta perkembangan sarana pendukung.
Sarana dan prasarana pendukung meliputi jaringan jalan, sarana transportasi serta
kondisi perhubungan lainnya, akomodasi penginapan dan rumah makan,
aksesibilitas, dan jaminan keamanan.
Kampung Karangsari terletak di Kecamatan Karang Tengah, Kabupaten
Cianjur. Kampung ini memiliki suasana lanskap perdesaan dan pertanian yang
dominan. Sebagian besar lahan pada tapak digunakan sebagai area persawahan.
Selain itu, terdapat kolam ikan dan kandang hewan ternak. Di sekitar area
pertanian, terdapat pemukiman penduduk yang bernuansa perdesaan atau
kampung.
Beberapa petani setempat menggunakan sistem pertanian terpadu pada
lahannya. Sistem pertanian terpadu merupakan suatu sistem pertanian yang
mengintegrasikan beberapa jenis komoditas untuk dikembangkan bersama-sama
sehingga membentuk suatu hubungan yang saling melengkapi. Sistem ini
mengacu pada konsep pertanian berkelanjutan dengan meminimalisasi
penggunaan input dari luar sistem. Teknik bertani seperti ini belum banyak
dikenal oleh masyarakat luas, padahal sistem ini memberikan hasil yang produktif
dan berkelanjutan.
2
Kondisi lanskap perdesaan yang suasananya masih alami berpotensi
digunakan sebagai area rekreasi, sedangkan kegiatan pertanian yang berupa
pertanian terpadu dapat dijadikan sebagai atraksi wisata dan sarana pembelajaran.
Oleh karena itu, diperlukan suatu perencanaan untuk membuat tapak pada desa
Karangsari menjadi sebuah kawasan agrowisata yang berbasis pertanian terpadu
yang dapat menambah pendapatan daerah serta menambah kesejahteraan
masyarakat sekitarnya.
1.2. Tujuan
Tujuan umum studi ini adalah menata lanskap Kampung Karangsari
sehingga dapat berfungsi sebagai kawasan wisata pertanian terpadu. Tujuan
khusus dari studi ini adalah
1. mengidentifikasi kondisi awal dan potensi yang ada di tapak,
2. menganalisis potensi dan kendala tapak untuk dijadikan sebagai kawasan
agrowisata, dan
3. merencanakan kawasan agrowisata pertanian terpadu dengan menyediakan
ruang wisata yang dilengkapi dengan sarana penunjang dan jalur wisata.
1.3. Manfaat
Manfaat studi ini adalah
1. memberikan alternatif penataan lanskap Kampung Karangsari sebagai
kawasan agrowisata dan
2. memberikan alternatif rencana pengembangan tapak sebagai kawasan
agrowisata.
1.4. Kerangka Pikir Penelitian
Studi dilakukan dengan dasar pemikiran bahwa kondisi awal Kampung
Karangsari yang berupa lanskap pertanian dan perdesaan merupakan suatu potensi
lanskap dan sumber daya yang baru berfokus pada kegiatan produksi dan belum
memanfaatkan jasa lingkungan sebagai sesuatu yang dapat dikembangkan
menjadi objek dan daya tarik wisata. Objek wisata yang ada berupa sawah, kolam,
3
kandang, dan kebun, sedangkan daya tarik wisata di Kampung Karangsari berupa
aktivitas pertanian terpadu dan kegiatan sosial dan budaya masyarakat.
Oleh karena itu dibutuhkan suatu analisis sumber daya kawasan wisata
pertanian terpadu. Dari pemanfaatan potensi pada tapak dapat ditentukan sebuah
zonasi kawasan agrowisata, kemudian disusun sebuah konsep wisata pertanian
terpadu yang berupa konsep ruang, aktivitas, fasilitas, dan jalur wisata. Konsep
Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian
Kondisi Lanskap Kampung Karangsari
Lanskap Pertanian
dan Perdesaan
Objek dan Atraksi
Pertanian
Kondisi Sosial,
Ekonomi, dan Budaya
Objek Wisata:
1. Sawah
2. Kolam
3. Kandang
4. Kebun
Daya Tarik Wisata:
1. Aktivitas Pertanian 2. Kegiatan Sosial dan
Budaya Masyarakat
Perencanaan Lanskap Agrowisata Pertanian Terpadu di Kampung Karangsari,
Desa Sindangasih, Kecamatan Karang Tengah, Kabupaten Cianjur
Zonasi Kawasan Agrowisata
Konsep Agrowisata Pertanian Terpadu:
1. Ruang
2. Aktivitas dan Fasilitas
3. Jalur Wisata
Analisis Sumber Daya Kawasan Agrowisata Pertanian Terpadu
Potensi Lanskap dan Sumber Daya yang Belum Dikembangkan
untuk Wisata
4
tersebut kemudian dikembangkan menjadi suatu perencanaan lanskap wisata
pertanian terpadu berupa rencana ruang, aktivitas, fasilitas dan rencana sirkulasi.
Hasil akhir penelitian adalah laporan tertulis berupa deskripsi rencana
lanskap ruang dan aktivitas pendukung agrowisata, rencana jalur sirkulasi, dan
rencana tur. Selain itu, hasil akhir juga berupa laporan spasial yakni rencana
lanskap kawasan agrowisata yang terdiri atas rencana tapak beserta ilustrasi dari
objek, atraksi, dan fasilitas agrowisata yang direncanakan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Perencanaan Lanskap
Menurut Laurie (1984), perencanaan merupakan suatu pendekatan ke masa
depan terhadap lahan dan perencanaan tersebut disertai dengan imajinasi dan
kepekaan terhadap analisis tapak. Menurut Nurisjah dan Pramukanto (2009),
perencanaan merupakan proses pemikiran dari suatu ide ke arah suatu bentuk
nyata. Perencanaan dapat diartikan pula sebagai suatu tindakan mengatur dan
menyatukan berbagai tata guna lahan dalam suatu proses berdasarkan
pengetahuan teknis lahan dan kualitas estetiknya. Lebih lanjut dinyatakan bahwa
perencanaan adalah pemilihan, pembuatan, atau penggunaan dari fakta-fakta
tersedia dan anggapan-anggapan yang berkenaan dengan pandangan ke masa
depan serta perumusan aktivitas yang dianggap perlu untuk mencapai hasil yang
diinginkan.
Lynch (1981) mengungkapkan bahwa perencanaan tapak adalah seni
menciptakan lingkungan fisik luar yang menyokong tindakan manusia, yang
dalam proses perencanaannya dimulai dengan memahami orang-orang yang akan
menggunakan tapak tersebut dan kebijakan-kebijakan yang ada.
2.2. Proses Perencanaan Lanskap
Proses perencanaan adalah suatu alat yang sistematis digunakan untuk
menentukan saat awal dan keadaan yang diharapkan dan cara yang terbaik untuk
mencapai keadaan yang diharapkan (Simonds, 1983). Menurut Nurisjah dan
Pramukanto (2009), proses perencanaan lanskap merupakan suatu kegiatan
berurutan yang saling terkait, tidak hanya tahapannya, tetapi juga pada produk
perencanaan lanskap yang dihasilkan. Pengumpulan data dan informasi awal yang
kurang lengkap atau salah akan berdampak terhadap hasil-hasil pada kegiatan
lanjutannya dan juga hasil perencanaan.
Menurut Gold (1980), proses perencanaan yang baik harus merupakan
suatu proses yang dinamis, saling terkait, dan saling menunjang. Untuk itu,
diperlukan berbagai pendekatan dalam proses perencanaan untuk menghasilkan
6
hal tersebut. Proses perencanaan terdiri atas lima tahap, yaitu persiapan,
pengumpulan data, analisis, sintesis, dan perencanaan.
Persiapan merupakan tahapan perumusan tujuan, program, dan informasi
lain tentang berbagai keinginan pemilik dan pemakai (Gold, 1980). Pada awal
proses, perencanaan lanskap dimulai dengan memperhatikan, menafsirkan, dan
menjawab berbagai kepentingan ke dalam produk yang direncanakan.
Pengumpulan data merupakan proses pengumpulan data keadaan awal dari
tapak dengan melakukan survei lapangan, wawancara, pengamatan, perekaman,
dan sebagainya. Menurut Nurisjah dan Pramukanto (2009), data yang
dikumpulkan meliputi data fisik, sosial, dan ekonomi.
Analisis adalah tahap untuk mengidentifikasi potensi, masalah, dan
kemungkinan pengembangan lain dari tapak berdasarkan data yang didapat.
Analisis dilakukan terhadap berbagai aspek dan faktor yang berperan pada tapak
sehingga dapat diketahui masalah, hambatan, potensi, dan berbagai tingkat
kerawanan atau kerapuhan lanskap (Nurisjah dan Pramukanto, 2009). Sintesis
merupakan tahap menentukan alternatif pemecahan masalah dan pemanfaatan
potensi dengan menggunakan beberapa cara yang disesuaikan dengan tujuan
perencanaan (Gold, 1980).
Menurut Nurisjah dan Pramukanto (2009), hasil perencanaan lanskap
dapat disajikan dalam bentuk gambar praperencanaan, terdiri dari gambar situasi
awal dan gambar atau ilustrasi tahap analisis dan sintesis, serta gambar rencana
lanskap yang terdiri dari konsep perencanaan, rencana penggunaan lahan, rencana
penggunaan ruang, rencana pengembangan tapak, rencana induk lanskap, rencana
tapak, rencana penanaman, dan berbagai bentuk gambar dan ilustrasi lainnya
sesuai kebutuhan perencanaan. Menurut Laurie (1984), pendekatan perencanaan
yang baik pada hakekatnya didekatkan pada lima komponen utama, yaitu
pendekatan terhadap faktor alami, sosial, teknologi, metodologi, serta nilai-nilai.
2.3. Rekreasi dan Wisata
Menurut Nurisjah dan Pramukanto (2009), rekreasi merupakan aktivitas
penggunaan waktu luang yang menyenangkan, yang dapat dilakukan baik di
dalam maupun di luar ruangan. Rekreasi direncanakan tidak hanya untuk berbagai
7
bentuk aktivitas yang menyenangkan, tetapi juga untuk memperkaya,
memperluas, dan mengembangkan kemampuan seseorang untuk sesuatu yang
baru dan yang lebih memuaskan. Rekreasi dapat berbentuk rekreasi fisik
(olahraga, berjalan-jalan) dan juga rekreasi psikis yang melibatkan pikiran,
perasaan, dan kenyamanan.
Menurut Gold (1980), rekreasi adalah apa yang terjadi di dalam
hubungannya dengan kepuasan diri yang diperoleh melalui pengalaman. Rekreasi
juga dapat dikatakan sebagai segala kegiatan yang dilakukan seseorang untuk
menyegarkan sikap mentalnya. Rekreasi biasanya dihubungkan dengan pemilihan
berbagai aktivitas oleh individu atau kelompok, baik yang aktif maupun yang
pasif. Aktivitas rekreasi juga ditentukan oleh elemen waktu, kondisi, dan sikap
manusia serta lingkungan.
Wisata merupakan rangkaian kegiatan yang terkait dengan pergerakan
manusia yang melakukan perjalanan dan persinggahan sementara dari tempat
tinggalnya ke satu atau beberapa tempat tujuan di luar dari lingkungan tempat
tinggalnya, yang didorong oleh berbagai keperluan dan tanpa bermaksud untuk
mencari nafkah tetap (Nurisjah dan Pramukanto, 2009).
2.4. Perencanaan Kawasan Rekreasi
Menurut Gold (1980), perencanaan kawasan rekreasi merupakan proses
yang menghubungkan antara sumber daya rekreasi dan kebutuhan manusia untuk
berekreasi tanpa mengakibatkan kerusakan. Tujuan umum dari perencanaan
kawasan rekreasi adalah untuk meningkatkan kualitas hidup dan kualitas
lingkungan, sedangkan tujuan khususnya adalah untuk memaksimalkan
kesejahteraan manusia dengan menciptakan lingkungan yang lebih baik, sehat,
menyenangkan, dan menarik. Perencanaan rekreasi menggambarkan apa yang
orang inginkan, imajinatif dalam merencanakan apa yang akan dibuat, dan
realistis apakah perencanaan tersebut memungkinkan. Hal ini berdasarkan
pernyataan bahwa perencanaan dilakukan untuk mengantisipasi atau bereaksi
terhadap perubahan-perubahan.
Langkah pertama yang diambil dalam merencanakan rekreasi adalah
menentukan sumber daya yang akan diselidiki, yaitu data sumber daya apa saja
8
yang harus diambil (Simonds, 1983). Menurut Nurisjah dan Pramukanto (2009),
untuk meghasilkan suatu rencana areal rekreasi yang baik, terdapat beberapa hal
yang harus diperhatikan dan dianalisis. Hal tersebut adalah
1. potensi dan kendala sumber daya yang tersedia,
2. potensi pengunjung,
3. kebijakan dan peraturan yang terkait dengan sumber daya dan penggunaannya,
dan
4. alternatif dan dampak dari perencanaan dan pelaksanaan yang dilakukan.
Gold (1980) mengemukakan beberapa prinsip umum perencanaan,
khususnya perencanaan untuk kawasan rekreasi. Prinsip-psinsip tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Aktivitas dan fasilitas rekreasi harus dapat digunakan oleh semua orang.
2. Rekreasi harus dikoordinasikan dengan kemungkinan-kemungkinan rekreasi
lain yang sama untuk menghindari duplikasi.
3. Rekreasi harus berintergrasi dengan pelayanan umum lain seperti kesehatan,
pendidikan, dan transportasi.
4. Fasilitas-fasilitas harus dapat beradaptasi dengan permintaan di masa yang
akan datang.
5. Fasilitas dan program-programnya secara finansial harus dapat dikerjakan.
6. Masyarakat harus dilibatkan dalam proses perencanaan.
7. Perencanaan lokal dan regional harus berintegrasi.
8. Perencanaan harus merupakan proses yang berkelanjutan dan membutuhkan
evaluasi.
9. Fasilitas-fasilitas dibuat seefektif mungkin untuk menyediakan waktu sebaik-
baiknya demi kesehatan, keamanan, dan kebahagiaan penggunanya, selain
menjadi contoh desain yang positif serta bentuk kepedulian terhadap manusia.
Menurut Gold (1980), perencanaan rekreasi merupakan suatu cara yang
sistematis untuk mengantisipasi, menyediakan, mencegah, atau mengawasi
perubahan yang berhubungan dengan keinginan masyarakat dan kesempatan
waktu luang. Proses perencanaan yang diambil dari proses perancangan dapat
digambarkan dengan gambar tahapan (Gambar 2). Pendekatan yang dipakai dalam
perencanaan kawasan rekreasi adalah (1) pendekatan sumber daya, (2) pendekatan
9
aktivitas, (3) pendekatan ekonomi, serta (4) pendekatan tingkah laku.
1. Pendekatan sumber daya mempertimbangkan situasi dan kondisi sumber daya
untuk menentukan bentuk serta kemungkinan aktivitas rekreasi. Sumber daya
yang diselidiki harus relevan dengan fungsi yang akan dikembangkan. Faktor-
faktor yang perlu dipertimbangkan adalah geologi, hidrologi, iklim, biologi,
konfirmasi lahan, bentukan alami, dan bentukan buatan (Simonds, 1983).
2. Pendekatan aktivitas merupakan suatu pendekatan yang digunakan untuk
menentukan bentuk rekreasi berdasarkan aktivitas pengguna dengan tujuan
agar kepuasan pengguna dapat tercapai.
3. Pendekatan ekonomi menggunakan sumber daya ekonomi dari masyarakat
untuk menentukan jumlah, tipe, dan lokasi dari kawasan rekreasi.
4. Pendekatan tingkah laku menentukan bentuk rekreasi berdasarkan kebiasaan
atau tingkah laku manusia dalam mempergunakan waktu senggangnya.
Pendekatan ini difokuskan pada pengalaman rekreasi dengan melihat alasan
seseorang berekreasi, apa saja aktivitas yang dilakukan, serta manfaat yang
diinginkan dari aktivitas yang digunakan.
Inventarisasi Analisis Sintesis Rencana Induk Detil Desain
Tapak dan
Arsitektural
Program Rekreasi
Sementara Penelitian, Percobaan, Fleksibilitas
Perkembangan
Spesifik Program
Rekreasi
Karakter
Alami Tapak
Potensi
Pengembangan
Alternatif
Pengembangan
Kondisi Saat Ini
Iklim
Topografi
Fisiografi dan Hidrologi
Kemiringan
Klasifikasi Kemiringan
Vegetasi
Survei Visual
Pembatasan
dan Peluang
Penggunaan
Potensi Area
Kesesuaian
Pengembangan
Area
Konsep
1
2 3
Gambar 2. Proses Perencanan Tapak untuk Rekreasi (Gold, 1980)
Tanah
Tapak
10
Menurut metode Gold (1980) terdapat lima tahap dalam proses
perencanaan kawasan rekreasi (Gambar 2). Tahap pertama adalah inventarisasi,
yaitu pendataan karakter alami berupa kondisi umum tapak, data iklim, topografi,
hidrologi, kemiringan dan ketinggian lahan, jenis dan sifat tanah, vegetasi, dan
survei visual. Data ini digunakan pada tahap kedua, yaitu tahap analisis. Analisis
merupakan langkah untuk mendapatkan pengembangan potensi yang tepat untuk
tapak, untuk itu perlu dianalisis hambatan dan peluang untuk membangun
kawasan rekreasi, potensi penggunaan area, dan kesesuaiam pengembangan area
agar rekreasi dapat terealisasi dengan baik.
Tahap selanjutnya adalah sintesis. Pada tahap ini disusun alternatif
pengembangan area berdasarkan pemecahan kendala dan pemanfaatan potensi
dari hasil analisis yang sudah dibuat. Dari alternatif pengembangan tersebut dapat
disusun konsep yang sesuai untuk perencanaan kawasan rekreasi. Tahap terakhir
dalam perencanaan adalah penyusunan rencana induk (site plan). Dalam rencana
induk terdapat detil desain tapak dan arsitektural yang berhubungan dengan
perkembangan spesifik program rekreasi.
2.5. Agrowisata
Menurut Nurisjah (2001), agrowisata atau wisata pertanian didefinisikan
sebagai rangkaian aktivitas perjalanan wisata yang memanfaatkan lokasi atau
kawasan dan sektor pertanian mulai dari awal sampai produk pertanian dalam
berbagai sistem, skala, dan bentuk dengan tujuan memperluas pengetahuan,
pemahaman, pengalaman, dan rekreasi di bidang pertanian.
Agrowisata merupakan salah satu bentuk kegiatan wisata yang dilakukan
di kawasan pertanian dan aktivitas di dalamnya meliputi persiapan lahan,
penanaman, pemeliharaan, pemanenan, pengolahan hasil panen sampai dengan
bentuk siap dipasarkan dan bahkan wisatawan dapat membeli produk pertanian
tersebut sebagai oleh-oleh. Kegiatan agrowisata dilakukan pada lanskap pertanian
dan salah satu obyek wisata utamanya adalah lanskap pertanian (Arifin, 1992).
Nurisjah (2001) menyatakan bahwa agrowisata merupakan penggabungan
antara aktivitas wisata dengan aktivitas pertanian. Aktivitas wisata pertanian
merupakan kegiatan seseorang berjalan-jalan keluar dari ruang dan lingkup
11
pekerjaannya sambil menikmati pemandangan atau hal-hal lain yang tidak terkait
dengan pekerjaan yang dimilikinya. Aktivitas pertanian yang dimaksud
merupakan istilah pertanian dalam arti luas, yang merupakan aktivitas untuk
kelangsungan hidup manusia yang terkait dengan pemanenan energi matahari dari
tingkat primitif (pemburu dan pengumpul) sampai model pertanian yang canggih
(kultur jaringan).
Pengembangan aktivitas agrowisata secara tidak langsung akan
meningkatkan persepsi positif petani serta masyarakat sekitar akan pentingnya
pelestarian sumber daya lahan pertanian. Pengembangan agrowisata akan
menciptakan lapangan pekerjaan karena usaha ini dapat menyerap tenaga kerja
dari masyarakat perdesaan sehingga dapat menahan atau mengurangi arus
urbanisasi yang semakin meningkat. Selain itu, pengembangan kegiatan
agrowisata dapat melestarikan sumber daya, melestarikan teknologi lokal, dan
meningkatkan pendapatan petani atau masyarakat sekitar lokasi wisata (Subowo,
2002).
Tirtawinata dan Fachruddin (1999) mengemukakan beberapa manfaat
agrowisata, yaitu
1. meningkatkan konservasi lingkungan melalui kelestarian lingkungan dan
keseimbangan ekosistem,
2. mempertahankan fungsi hidrologis untuk menahan cadangan air serta
pelestarian plasma nutfah tanaman budi daya,
3. meningkatkan nilai estetika dan keindahan alam, melalui topografi, jenis flora
dan fauna, serta warna dan arsitektur bangunan yang tersusun dalam suatu tata
ruang yang serasi dengan alam,
4. memberikan nilai rekreasi, melalui penyediaan fasilitas penunjang serta
aktivitas yang dapat menimbulkan kegembiraan di tengah alam,
5. meningkatkan kegiatan ilmiah dan pengembangan ilmu pengetahuan, melalui
sarana penelitian, informasi tentang pembibitan, budi daya sampai
pemeliharaannya, dan
6. mendapatkan keuntungan ekonomi baik bagi daerah maupun masyarakat.
12
2.6. Perencanaan Agrowisata
Menurut Tirtawinata dan Fachruddin (1999), terdapat beberapa prinsip
yang diperlukan untuk merencanakan agrowisata, yaitu
1. sesuai dengan rencana pengembangan wilayah tempat agrowisata itu,
2. dibuat secara lengkap, tetapi sesederhana mungkin,
3. mempertimbangkan tata lingkungan dan kondisi sosial masyarakat di
sekitarnya,
4. selaras dengan sumber daya alam, sumber tenaga kerja, sumber dana, dan
teknik-teknik yang ada, dan
5. perlu evaluasi sesuai dengan perkembangan yang ada.
Identifikasi suatu wilayah pertanian yang akan dijadikan obyek agrowisata
perlu dipertimbangkan secara matang. Kemudahan mencapai lokasi, karakteristik
alam, sentra produksi pertanian, dan adanya kegiatan agroindustri merupakan
faktor yang dapat dijadikan pertimbangan (Tirtawinata dan Fachruddin, 1999).
Agrowisata sebagai obyek wisata selayaknya memberikan kemudahan
bagi wisatawan dengan cara melengkapi kebutuhan prasarana dan sarananya
(Tirtawinata dan Fachruddin, 1999). Fasilitas pelayanan tersebut ditempatkan
pada lokasi yang tepat dan strategis sehingga dapat berfungsi secara maksimal.
Dalam menyediakan fasilitas, hendaknya dilakukan dua pendekatan
(Tirtawinata dan Fachruddin, 1999). Pendekatan pertama dilakukan dengan
memanfaatkan semua obyek, yaitu prasarana, sarana, dan fasilitas lingkungan
yang masih berfungsi baik, dan melakukan perbaikan bila diperlukan. Langkah
kedua adalah dengan membangun prasarana, sarana, dan fasilitas yang masih
dianggap kurang. Sarana dan fasilitas yang diperlukan meliputi
1. jalan menuju lokasi,
2. pintu gerbang,
3. tempat parkir,
4. pusat informasi,
5. papan informasi,
6. sirkulasi dalam kawasan agrowisata,
7. shelter,
8. tempat beribadah (musala),
13
9. toilet, dan
10. tempat sampah.
Menurut Tirtawinata dan Fachruddin (1999), terdapat beberapa hal yang
harus diperhatikan dalam pengelolaan obyek wisata, antara lain, pengelolaan
obyek yang ditawarkan, pengelolaan pengunjung, pengelolaan fasilitas
pendukung, keamanan (untuk melindungi obyek dan fasilitas, serta keselamatan
pengunjung), dan pengelolaan kelembagaan. Pengelolaan diperlukan untuk
menjamin keberlanjutan dari aktivitas agrowisata pada tapak.
2.7. Pertanian Terpadu
Sistem pertanian terpadu merupakan konsep LEISA (low-external-input
and sustainable agriculture, pertanian berkelanjutan yang bermasukan eksternal
rendah), sistem buatan yang meniru alam. Pada sistem terdapat upaya
mengoptimalkan penggunaan sumber daya lokal yang tersedia dengan
mengombinasikan komponen berbeda, antara lain, tanaman, hewan, tanah, air,
iklim, dan manusianya (Tim dosen IPB, 2006).
Menurut Reijntjes et al. (1999), LEISA adalah pertanian yang
mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya alam dan manusia yang tersedia di
tempat (seperti tanah, air, tumbuhan, tanaman dan hewan lokal, serta tenaga
manusia, pengetahuan, dan keterampilan) dan layak secara ekonomis, mantap
secara ekologis, disesuaikan dengan budaya, dan adil secara sosial.
Sistem pertanian modern yang belum menggunakan sistem pertanian
terpadu mengandalkan input dari luar sistem, seperti pupuk kimia, varietas
unggul, dan pestisida, yang dapat mengakibatkan kerusakan lingkungan dan
mengganggu ekosistem. Untuk menekan laju kerusakan lingkungan, penggunaan
masukan luar yang tidak sesuai dengan kondisi lingkungan ditekan dan diarahkan
agar sesuai dengan kondisi lingkungan. Untuk menjaga kondisi lingkungan,
diperlukan sistem pertanian yang berupaya meminimalkan penggunaan masukan
(benih, pupuk kimia, pertisida, dan bahan bakar) dari luar ekosistem, yang dalam
jangka panjang dapat membahayakan kelangsungan hidup pertanian (Salikin,
2003).
14
Model LEISA mengacu pada bentuk-bentuk pertanian yang
memperhatikan hal-hal berikut:
1. optimalisasi pemanfaatan sumber daya lokal (Tabel 1) yang ada dengan
mengkombinasikan berbagai macam komponen sistem usaha tani, yaitu
tanaman, ternak, ikan, tanah, air, iklim, dan manusia sehingga saling
melengkapi dan memberikan efek sinergi yang paling besar;
2. pemanfaatan input luar yang dilakukan hanya jika diperlukan untuk
melengkapi unsur-unsur yang kurang dalam agroekosistem dan meningkatkan
sumber daya biologi, fisik, dan manusia, serta dalam pemanfaatannya
perhatian utama diberikan pada mekanisme daur ulang dan minimalisasi
kerusakan lingkungan (Reijntjes et al, 1999).
Sumber Bahan
Organik
Jenis Bahan
Organik Contoh Pemanfaatan Bahan Organik
Pertanian Limbah dan residu Jerami dan sekam padi, gulma, daun,
batang dan tongkol jagung, semua
bagian vegetatif tanaman, batang
pisang, sabut kelapa
Limbah dan residu
ternak
Kotoran padat, limbah ternak cair,
limbah pakan ternak, tepung tulang,
cairan proses biogas
Pupuk hijau Gliriside, terrano, mukuna, turi,
lamtoro, centrosema, albisia
Tanaman air Azola, ganggang biru, rumput laut,
eceng gondok, dan gulma air lainnya
Penambat nitorgen Mikroorganisme, mikoriza, rhizobium,
biogas
Industri Limbah padat Serbuk gergaji kayu, blotong, kertas,
ampas tebu, kelapa sawit, pengalengan
makanan, pemotongan hewan
Limbah cair Alkohol, kertas, bumbu masak (MSG),
kelapa sawit (POME)
Limbah Rumah
Tangga
Sampah Tinja, kencing, sampah dapur
Setiap ekor kambing dewasa dapat menghasilkan feses 300-500 gr/hari
(Sutama dan Budiarsana, 2009). Feses ini dapat dimanfaatkan sebagai pupuk
kandang maupun penyubur tanah melalui proses pengomposan karena feses
ternak mengandung unsur nitrogen, fosfor, dan kalium. Pemberian pupuk kandang
Tabel 1. Sumber Bahan Organik yang Umum Dimanfaatkan sebagai Pupuk
(Sutanto, 2002)
15
pada tanah dapat memberikan dampak positif berupa memudahkan penyerapan air
hujan, memperbaiki kemampuan air tanah dalam mengikat air, mengurangi erosi,
memberikan lingkungan tumbuh yang baik bagi kecambah biji dan akar, serta
merupakan sumber unsur hara tanaman (Setiawan, 2002).
Metode LEISA tidak bertujuan memaksimalkan produksi dalam jangka
pendek, melainkan untuk mencapai tingkat produksi yang stabil dan memadai
dalam jangka panjang. LEISA berupaya mempertahankan dan sedapat mungkin
meningkatkan potensi sumber daya alam serta memanfaatkannya secara optimal.
Pada prinsipnya, hasil produksi yang keluar dari sistem atau dipasarkan harus
diimbangi dengan tambahan unsur hara yang dimasukkan ke dalam sistem
tersebut (Tim dosen IPB, 2006). Zamora (1995) dalam Salikin (2003) memberikan
lima kriteria untuk mengelola suatu sistem pertanian menjadi berkelanjutan, yaitu
1. kelayakan ekonomis,
2. bernuansa dan bersahabat dengan ekologi,
3. keberterimaan secara sosial,
4. kepantasan secara budaya, dan
5. pendekatan sistem dan holistik.
Jenis Ternak Kadar Zat hara dan Air (%)
Nitrogen Fosfor Kalium Air
Sapi
- padat 0,40 0,20 0,10 85
- cair 1,00 0,50 1,50 92
Kambing
- padat 0,60 0,30 0,17 60
- cair 1,50 0,13 1,80 85
Domba
- padat 0,75 0,50 0,45 60
- cair 1,35 0,05 2,10 85
Ayam 1,00 0,80 0,40 55
Sumber: Pinus Lingga, 1992 dalam Setiawan, 2002
Tabel 2. Kandungan Zat Hara dan Air Beberapa Jenis Pupuk Kandang
III. METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Kegiatan penelitian dilakukan di Kampung Karangsari, Desa Sindangasih,
Kecamatan Karang Tengah, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat (Gambar 4).
Luas total tapak adalah 4,7 Ha dengan batasan fisik berupa area pertanian,
perumahan penduduk, dan jalan. Penelitian mencakup survei kondisi tapak,
pengumpulan data, pengolahan data, dan penyusunan hasil studi. Pengambilan
data dilakukan pada Agustus 2010 – Oktober 2010 kemudian dilanjutkan pada
Februari 2011.
3.2. Alat dan Bahan Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain adalah kamera
digital untuk data visual tapak saat ini, alat perekam suara untuk merekam hasil
Gambar 3. Lokasi Penelitian (Sumber: BAPPEDA Cianjur dan Google Earth, 2009)
17
wawancara dengan petani dan penduduk setempat, kuisioner, dan komputer untuk
mengolah data dengan perangkat lunak Microsoft Word dan Excel, ArcView 3.2,
Google Earth, AutoCAD 2010, dan Adobe Photoshop CS5. Sedangkan bahan
yang digunakan adalah berupa studi pustaka, data spasial, dan data deskriptif
(Tabel 3).
3.3. Batasan Studi
Penelitian ini dibatasi oleh penataan lanskap Kampung Karangsari, Desa
Sindangasih, Kecamatan Karang Tengah, Kabupaten Cianjur yang termasuk di
dalamnya badan jalan, ruang terbuka, dan ruang terbagun sehingga dapat
digunakan sebagai kawasan agrowisata melalui perencanaan ruang dan aktivitas,
jalur sirkulasi wisata, dan fasilitas wisata. Penelitian ini dilaksanakan hingga hasil
akhir berupa rencana tapak sebagai kawasan agrowisata yang menitikberatkan
pada kegiatan wisata berbasis pertanian terpadu dan sosial masyarakat dengan
memanfaatkan sumber daya yang ada.
3.4. Metode Perencanaan Lanskap Agrowisata
Metode perencanaan yang digunakan adalah metode survei yang
mengikuti proses perencanaan yang dikemukakan oleh Gold (1980) yang
dimodifikasi. Proses perencanaan ini meliputi (1) persiapan, (2) inventarisari, (3)
analisis, (4) sintesis, dan (5) perencanaan.
Perencanaan dilakukan melalui proses-proses seperti pada Gambar 4.
Gambar 4. Proses Perencanaan Lanskap Kawasan Wisata Pertanian Terpadu
No Jenis Data Bentuk Sumber Cara Pengambilan Hasil
1 Aspek biofisik
Letak dan luas Sekunder BAPPEDA, Institusi
desa
Studi pustaka Peta, Deskripsi
Tata guna lahan Sekunder Institusi desa,
Google earth
Studi pustaka Peta
Tanah dan kemiringan Sekunder BAPPEDA Studi pustaka Deskripsi, Peta
Hidrologi Primer Tapak Pengamatan lapang Deskripsi
Mikroklimat Sekunder BMKG Studi pustaka Deskripsi
Potensi visual Primer Tapak Pengamatan lapang Deskripsi
2 Objek dan atraksi wisata Primer Tapak Pengamatan lapang,
wawancara
Deskripsi
3 Aksesibilitas Primer,
Sekunder
Institusi desa, Tapak Studi pustaka,
pengamatan lapang
Peta
4 Infrastruktur wisata Primer Tapak Pengamatan lapang,
wawancara
Deskripsi
5 Aspek sosial, ekonomi, dan budaya Primer,
Sekunder
Tapak, Institusi Desa Studi pustaka,
Wawancara
Deskripsi
Tabel 3. Jenis, Bentuk, Sumber, Cara Pengambilan dan Hasil Bentuk Data yang Didapatkan
18
19
3.4.1. Persiapan
Pada tahap ini dilakukan penetapan lokasi dan batasan penelitian,
persiapan alat, dan pengurusan perijinan. Pengurusan perijinan dilakukan ke
Kantor Kesatuan Bangsa Kecamatan Karang Tengah, Kabupaten Cianjur untuk
dapat melakukan penelitian di Kampung Karangsari, Desa Sindangasih.
Selanjutnya perijinan diteruskan ke Kantor Kecamatan Karang Tengah dan Balai
Desa Sindangasih.
3.4.2. Inventarisasi
Tahap inventarisasi merupakan tahap pengumpulan data kondisi awal
tapak. Data yang dikumpulkan berupa data fisik dan sosial. Data primer diperoleh
melalui pengamatan langsung (observasi lapang) dan wawancara, sedangkan data
sekunder diperoleh melalui studi pustaka. Pengumpulan data dilakukan dengan
tujuan mendapatkan data yang berhubungan dengan kawasan agrowisata dan
dibutuhkan dalam proses perencanaan.
Observasi lapang merupakan survei ke dalam tapak secara langsung untuk
mendapatkan data tentang kondisi fisik, aksesibilitas, kondisi area pertanian
terpadu, dan aspek wisata berupa fasilitas dan utilitas yang tersedia pada tapak
sebagai kawasan agrowisata. Wawancara dilakukan kepada masyarakat sekitar,
termasuk petani, aparat pemerintah, pengusaha, dan tokoh-tokoh penting desa
untuk mengetahui kebijakan dan peraturan yang berlaku pada tapak. Selain itu,
wawancara juga untuk mendapatkan data sosial berupa persepsi dan dukungan
masyarakat terhadap kawasan agrowisata, kepemilikan lahan, potensi atraksi yang
berasal dari masyarakat, dan pengelolaan lahan. Wawancara dengan kuisioner
dilakukan kepada 15 orang petani di sekitar kampung Karangsari yang diambil
secara acak.
Selain observasi lapang dan wawancara, juga dilakukan studi pustaka
mengenai agrowisata dan pertanian terpadu untuk mengetahui standar-standar dan
metode perencanaan agrowisata. Data ini diperlukan sebagai standar dan pedoman
dalam perencanaan untuk menciptakan suatu kawasan agrowisata yang aman,
nyaman, dan indah.
20
Pengambilan data batasan tapak dan tata guna lahan menggunakan citra
yang diambil dari Google Earth, digabungkan dengan peta yang didapatkan dari
institusi desa, kemudian diproses menggunakan perangkat lunak ArcView GIS
dan AutoCAD. Data mengenai aksesibilitas tapak didapatkan dari hasil
pengamatan lapang dan dari institusi desa yang hasilnya berupa peta jalur
sirkulasi. Data mengenai topografi, ketinggian, dan kemiringan lahan didapatkan
dari BAPPEDA Cianjur. Data iklim diambil dari BMKG yang diambil dari stasiun
PT. Fasung, hal ini dikarenakan stasiun terdekat dari tapak sudah tidak berfungsi.
Untuk menentukan penempatan dan jenis atraksi-atraksi wisata, diperlukan
data potensi objek wisata yang ada. Objek-objek yang dapat dijadikan sebagai
atraksi wisata didapatkan dengan pengamatan langsung dan disusun dalam bentuk
spasial dan deskriptif. Objek wisata yang diutamakan berupa kegiatan pertanian,
sedangkan objek nonpertanian dapat berupa kesenian dan budaya dari kehidupan
setempat. Informasi mengenai nilai budaya setempat didapatkan melalui
wawancara langsung dengan penduduk dan studi literatur.
3.4.3. Analisis
Analisis yang dilakukan berupa analisis deskriptif dan spasial dari data
yang diperoleh pada tahap inventarisasi untuk menentukan potensi dan kendala
pada tapak, dan kesesuaian area sebagai area wisata pertanian terpadu. Potensi dan
kendala yang ada dikembangkan dan ditingkatkan sehingga dapat mendukung
kawasan lanskap agrowisata. Sebaliknya, kendala dihilangkan atau dikurangi
dengan dicari cara pemecahan masalah yang efektif dan efisien.
Hasil dari tahap inventarisasi yang berupa peta orientasi, penutupan lahan,
hidrologi, potensi akustik dan visual, dan aksesibilitas digunakan dalam tahap ini.
Selain itu, digunakan juga grafik dari data mikroklimat dan foto-foto untuk
interpretasi kondisi tapak pada saat ini. Beberapa data diuraikan secara deskriptif,
demikian juga dengan peta, grafik, dan foto yang didapatkan.
Untuk analisis suhu dan kelembaban, digunakan standar kesesuaian iklim
untuk pertanian menggunakan klasifikasi berdasarkan jumlah bulan basah (BB)
dan bulan kering (BK) yang dibatasi oleh peluang hujan, hujan efektif, dan
kebutuhan air tanaman menurut konsep yang dikemukakan oleh Oldeman
21
(Koesmaryono dalam Handoko, 1995). Bulan basah (BB) merupakan bulan
dengan curah hujan > 200 mm, sedangkan bulan lembab (BL) memiliki curah
hujan 100 – 200 mm. Bulan kering (BK) merupakan bulan dengan curah hujan <
100 mm. Menurut Schmidht – Ferguson, BK merupakan bulan dengan CH < 60
mm, BL memiliki CH antara 60 – 100 mm, dan BB adalah bulan dengan CH >
100 mm.
Selain itu, untuk kenyamanan pengguna tapak dilakukan perhitungan THI
(Temperature Humidity Index). Untuk daerah tropis, apabila nilai THI antara 21 -
27, iklim tergolong nyaman (Fandeli, 2009). Rumus yang digunakan adalah
THI = 0,8 T + [Rh x (T/500)]
dengan
T = suhu rata-rata
Rh = kelembaban relatif (%).
Analisis tanah dilakukan menggunakan studi pustaka sifat fisik dan kimia
tanah. Kedua aspek tersebut mempengaruhi kesesuaian tumbuh tanaman
pertanian. Selain itu, juga dapat diketahui tanaman yang cocok sehingga dapat
dipertahankan atau ditambahkan di tapak. Untuk aksesibilitas, dilakukan
pemetaan jalur dan pintu masuk dan keluar, keefektifan, dan keefisienan jalur
yang akan disesuaikan dengan aktivitas. Tapak akan dibagi berdasarkan pola
penggunaan lahan. Pada tiap zonasi akan dilakukan analisis untuk mendapatkan
objek dan atraksi yang dapat digunakan untuk kegiatan agrowisata. Objek dan
atraksi berasal dari aktivitas pertanian dan sumber daya pertanian yang ada.
Selain itu dilakukan analisis untuk mengetahui daya dukung yang akan
dikembangkan. Daya dukung yang dihitung adalah daya dukung pengunjung
berdasarkan rata-rata dalam m2
per orang (Boulon dalam Nurisjah, Pramukanto,
dan Wibowo, 2003).
DD = A / S
Keterangan:
DD = Daya dukung (orang)
A = Area yang digunakan (m2)
S = Standar kebutuhan per orang (m2/orang)
22
3.4.4. Sintesis
Hasil analisis yang telah didapatkan kemudian digabungkan pada tahap
ini. Data spasial yang dihasilkan pada tahap analisis melalui proses overlay
menjadi peta zonasi ruang yang dialokasikan untuk pengembangan agrowisata.
Sedangkan hasil analisis deskriptif akan dijabarkan secara lebih rinci dan
digunakan untuk menentukan solusi dari kendala dan pemanfaatan dari potensi
yang ada di tapak.
3.4.5. Perencanaan Lanskap
Tahap perencanaan lanskap merupakan tahap terakhir dalam penelitian ini.
Dari proses sebelumnya dapat ditentukan konsep dasar tapak berdasarkan objek
dan atraksi wisata yang akan dikembangkan. Konsep yang disusun meliputi ruang,
aktivitas, fasilitas, sirkulasi dan touring plan. Konsep tersebut kemudian
dituangkan dalam bentuk spasial berupa blok ruang agrowisata. Hasil yang
diperoleh dari tahapan akan dikembangkan untuk perencanaan lanskap.
Dalam tahap ini konsep yang telah disusun di tahap sintesis diterapkan ke
tapak dan dituangkan dalam bentuk spasial. Selain itu, juga dikembangkan lebih
lanjut berupa rencana ruang dan aktivitas, rencana jalur wisata, dan rencana
fasilitas. Hasil akhir dari tahap perencanaan adalah berupa site plan beserta paket
wisata yang ditawarkan di kawasan wisata pertanian terpadu.
a. Rencana Ruang dan Aktivitas
Rencana ini meliputi perencanaan alokasi ruang wisata dan aktivitas yang
sesuai di dalamnya. Selain itu, ditentukan objek dan atraksi utama pada tiap
ruang wisata.
b. Rencana Jalur Wisata
Rencana jalur wisata adalah merencanakan jalur dan paket wisata yang dapat
diambil wisatawan. Pada tahap ini juga direncanakan jalur sirkulasi yang dapat
menunjang kemudahan aktivitas antarruang wisata.
c. Rencana Fasilitas
Untuk menunjang kelancaran dan kenyamanan kegiatan agrowisata, diperlukan
penempatan fasilitas dan utilitas yang efektif dan efisien. Oleh karena itu
diperlukan perencanaan penempatan fasilitas dan utilitas di tahap ini.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Data dan Analisis
4.1.1. Aspek Biofisik
4.1.1.1. Letak, Luas, dan Batas Tapak
Lokasi penelitian terletak di Kampung Karangsari, Desa Sindangasih,
Kecamatan Karang Tengah, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat seluas 4,7
ha. Letak geografis berada pada 107°9'52" - 107°10'34" BT dan 6°49'31" -
6°49'55" LS. Tapak dikelilingi oleh bentang alam pertanian dan perbukitan yang
menciptakan suasana perdesaan.
Sebelah utara tapak berbatasan dengan lahan-lahan pertanian penduduk
yang merupakan bagian dari Desa Maleber. Demikian pula, di sebelah timur tapak
berbatasan dengan area pertanian dari Kampung Kandang Sapi. Sebelah barat
berbatasan dengan area permukiman yang merupakan perbatasan dengan
Kampung Kabandungan. Sedangkan sebelah selatan berbatasan dengan Jalan
Kyai Haji Saleh. Desa Sindangasih terdiri dari 5 kampung yang dibagi
berdasarkan kompleks RW atau Rukun Warga, yaitu Kampung Pandan Jaya,
Kampung Kandang Sapi, Kampung Karangsari, Kampung Kabandungan, dan
Kampung Hegarmanah. Di antara kampung tidak terdapat pagar atau pembatas
yang jelas. Untuk membangun suatu area wisata diperlukan batas kawasan yang
jelas agar tidak membingungkan pengunjung.
4.1.1.2. Tata Guna Lahan
Sebanyak ± 88% dari luas tapak digunakan sebagai lahan pertanian berupa
sawah, kebun, kolam ikan, dan kandang ternak. Persentase paling besar adalah
untuk sawah dan kebun sebanyak 83%, perikanan sebanyak 4%, dan peternakan
sebanyak kurang dari 1% (Tabel 3). Pemanfaatan area budi daya yang bervariasi
merupakan potensi utama dalam pengembangan agrowisata, terdiri dari lahan
sawah dan ladang, kandang, dan kolam. Ketiga lahan tersebut berada dalam
kondisi baik yang memungkinkan untuk pengembangan wisata pertanian terpadu,
tetapi perlu ditata agar dapat menarik dan nyaman untuk pengunjung.
24
25
Tapak didominasi oleh lanskap sawah dan lahan kering, dapat dilihat dari
pola penggunaan lahan yang sebagian besar digunakan untuk area pertanian
(Gambar 5). Di area ini terdapat berbagai macam aktivitas pertanian, mulai dari
menyiapkan lahan, pemanenan, hingga pascapanen. Area peternakan umumnya
tertutup, jarang terlihat peternak yang menggembala ternaknya di luar (untuk
peternak sapi, kambing, dan domba). Untuk dapat melihat area ini, pengunjung
harus masuk ke tapak dan berinteraksi langsung dengan petani.
Untuk kolam ikan, biasanya petani membagi-bagi kolam ikan sesuai
dengan fungsinya, yaitu terdapat kolam pemeliharaan induk, pemeliharaan
burayak, kolam pembenihan, dan kolam pembesaran seperti dapat dilihat pada
salah satu lahan milik warga (Gambar 6). Induk ikan ditempatkan di kolam
pemeliharaan induk hingga mengalami pematangan sel telur, setelah itu
dipindahkan di kolam pemeliharaan untuk pemijahan dan menetaskan telurnya.
Apabila induk ikan sudah mengalami pemijahan, induk tersebut dipindahkan
No Jenis Penggunaan Luas
Ha %
1 Lahan Pertanian
a. Area pertanian 3,9479 83,82
b. Area perikanan 0,193 4,09
c. Area peternakan 0,019 0,41
2
Lahan Non
Pertanian
a. Badan jalan 0,1424 3,02
b. Permukiman 0,4073 8,64
4,7096 100
Tabel 4. Pola Penggunaan Lahan
Gambar 6. Lahan Peternakan dan Perikanan
kembali k
kembali. S
di kolam
sawah (si
menggemu
memiliki
mereka m
menyubur
dan lebih c
Te
pertanian.
yaitu men
bermalam
lahan pete
sayuran.
penggunaa
diterapkan
4.1.1.3. Ta
Me
Karang Te
ke kolam p
Setelah itu,
pembeniha
stem mina-
ukan ikan h
kolam yan
menggunak
rkan kolam
cepat.
erdapat beb
Area perm
njadi tempa
m. Kegiatan
ernakan dan
Perencanaa
an lahan y
n.
anah dan K
enurut Peta
engah berad
emeliharaan
anak ikan d
n. Beberap
-padi). Kol
hingga sesu
ng berdekata
kan limbah
sehingga ik
berapa area
mukiman be
at penginapa
pertanian
n perikanan j
an ruang a
ang ada di
Kemiringan
a Ketinggia
da pada ket
Gambar
n induk hin
dijual sebag
pa petani m
lam pembe
uai dengan
an dengan
h peternak
kan yang a
a perumah
erpotensi s
an atau ber
baru bertu
jauh lebih s
agrowisata
isesuaikan d
n
an Lahan (
tinggian 294
r 7. Sketsa P
ngga menga
gai benih ata
melokasikan
saran berfu
keinginan k
kandang te
kan berup
da di kolam
an yang t
ebagai sara
ristirahat ba
ujuan untuk
sedikit darip
akan men
dengan kon
(Bappeda C
4 – 453 m
Pembagian
alami pema
au dilanjutk
kolam pem
ungsi sebag
konsumen.
ernak. Hal
a kotoran
m dapat tum
erletak me
ana penduk
agi pengunj
k produksi
pada lahan s
ngutamakan
nsep agrow
Cianjur, 20
dpl (Gamba
Kolam
atangan sel
kan pemelih
meliharaan
gai kolam u
Beberapa p
ini dikaren
ternak u
mbuh lebih
enyebar di
kung agrow
njung yang
dan pemb
sawah dan k
n penataan
wisata yang
004), Kecam
ar 8), sedan
26
telur
haraan
ini di
untuk
petani
nakan
untuk
besar
area
wisata,
ingin
bagian
kebun
pola
akan
matan
ngkan
menurut B
295 m dpl
ke arah tim
Jen
latosol m
berdasarka
Kabupaten
tanah den
drainase b
dalam (le
epidendro
batuan, ab
merupakan
basa kura
horison p
mengandu
liat (Hardj
Jen
dalam sep
Gambar 8
Balai Desa
l. Secara um
mur. Tapak
nis tanah ya
merah keku
an peta tan
n Cianjur.
gan kadar l
baik, warna
ebih dari 1
n umbrik d
bu vulkan,
n tanah den
ang dari 50
penimbunan
ung 1,2 kali
jowigeno, 2
nis tanah la
perti tanama
8. Peta Ketin
Sindangasi
mum, tapak
yang relatif
ang terdapa
uningan, lat
nah Kabup
Menurut H
liat lebih da
tanah serag
150 cm), k
dan horison
dan vulkan
ngan horison
0%, tidak
n liat, yang
i lebih bany
2007).
tosol sesuai
an perkebu
nggian Tana
ih, Kampun
k termasuk
f datar cuku
at di Desa S
tosol cokla
paten Cianj
Hardjowige
ari 60%, str
gam dengan
kejenuhan
n kambrik.
nik basa, d
n penimbun
memiliki h
g merupak
yak daripad
i untuk tana
unan dan bu
ah Kecamat
ng Karangs
datar denga
up baik untu
Sindangasih
at, dan po
jur yang b
eno (2007),
ruktur rema
batas-batas
basa < 50
Tanah lat
dan terdapat
nan liat (hor
horison alb
kan Horiso
da liat di at
aman yang m
uah-buahan
tan Karang
sari berada
an tingkat k
uk pertanian
h termasuk
odsolik me
bersumber d
, tanah lato
ah sampai g
s horison ya
0%, umumn
tosol berasa
t di daerah
ison argilik
ik. Horison
n B, yang
tasnya dan
mempunyai
. Selain itu
Tengah, Ka
(m d
pada ketin
kemiringan
n dan perika
dalam kom
erah kekun
dari BAPP
tosol merup
gumpal, gem
ang kabur, s
nya memp
al dari ber
h bukit. Pod
k), dan kejen
n argilik a
g paling se
terdapat se
i perakaran
u, tanah jen
abupaten Ci
dpl) :
27
ggian
0-3%
anan.
mpleks
ingan
PEDA
pakan
mbur,
solum
unyai
rbagai
dsolik
nuhan
adalah
edikit
elaput
yang
nis ini
ianjur
28
juga sesuai untuk tanaman palawija, sayuran, dan padi karena memiliki solum
yang dalam dan sesuai untuk tanaman perkebunan dan buah-buahan. Tanah ini
juga cukup subur dan memiliki produktivitas yang baik, tetapi karena KTK
rendah, masih perlu pengolahan lebih lanjut berupa pemberian pupuk untuk
meningkatkan produksi. Cara memperbaiki sifat fisik tanah di Kampung
Karangsari adalah dengan penambahan bahan organik dan mulsa serta perbaikan
sistem drainase dan kadar asam. Bahan organik yang digunakan dapat berupa
jerami, pupuk kandang, kompos, atau pupuk kimia.
4.1.1.4. Aksesibilitas
Terdapat empat arah masuk menuju tapak (Gambar 9). Jalan yang dilalui
titik-titik tersebut semuanya sudah dalam kondisi diaspal. Di bagian selatan tapak
terdapat Jln. Kyai Haji Saleh yang merupakan jalur akses utama kendaraan di
tapak dengan lebar 6 - 7 meter. Jalan ini merupakan jalur dua arah yang dilalui
oleh berbagai kendaraan, di antaranya, angkutan umum, mobil pribadi, motor,
delman, sepeda, truk, dan bus. Kendaraan bermotor yang melalui jalan ini
menggunakan kecepatan tinggi karena jalanan cukup sepi dan tidak terdapat
persimpangan. Sebelah kiri dan kanan jalan berbatasan langsung dengan parit
selebar 30 – 50 cm. Kendaraan yang melalui jalan ini umumnya berasal dari kota
Cianjur atau Terminal Maleber. Jalan di area permukiman yang merupakan
belokan dari Jln. Kyai Haji Saleh juga sudah diaspal. Jalan ini jarang dilalui
mobil, hanya sedikit warga yang memiliki mobil pribadi. Kendaraan pribadi yang
umum dimiliki warga Kampung Karangsari adalah sepeda motor.
Jalan dari arah utara merupakan jalan yang tidak dapat dilalui mobil, yaitu
jalan dari arah perumahan Desa Hegarmanah dengan lebar jalan 2,5 – 3 meter.
Kendaraan yang melewati jalan ini berupa kendaraan beroda dua seperti motor
dan sepeda. Jalan ini sudah diaspal, tetapi tidak terawat. Terlihat beberapa lubang
pada jalan dan sampah di pinggir jalan yang akhirnya tercecer memenuhi jalan
(Gambar 10). Jalan ini perlu diperbaiki dan diperlebar serta diberi penerangan
yang cukup untuk malam hari.
29
30
Jalan dari arah timur berasal dari Jln. Kyai Haji Opo Mustofa yang
merupakan akses dari arah Terminal Rawabango, Maleber (Gambar 11). Jln. Kyai
Haji Opo Mustofa dilalui oleh bus, truk, motor, dan mobil pribadi. Terdapat
fasilitas angkutan umum seperti angkot, ojek, dan delman. Tapak juga sering
dilalui bus yang berasal dari Terminal Rawabango Maleber. Di sepanjang jalan ini
belum terdapat jalan pedestrian. Jalan raya langsung berbatasan dengan sawah
atau pemukiman.
Kampung Karangsari berjarak 75 km dari Kampus IPB Dramaga dengan
waktu tempuh selama 2,5 – 3,5 jam. Dari arah kampus IPB Dramaga menuju
Jalan Puncak Raya, setelah itu melewati Cipanas menuju Jln. Ir. Haji Juanda. Dari
Jln. Ir. Haji Juanda, belok kanan ke Jln. Otto Iskandardinata menuju Jln.
Mochammad Ali. Setelah itu menuju Jln. Profesor Mohammad Yamin ke Jln.
Kyai Haji Saleh, kemudian lurus terus masuk ke tapak melalui arah barat. Dari
arah Jakarta, Kampung Karangsari dapat dikunjungi dengan melewati Tol
Gambar 10. Kondisi Jalan: (a) Desa Hegarmanah (b) Jln. Kyai Haji Opo Mustofa
(a) (b)
Gambar 11. Jln. Kyai Haji Saleh
31
Jagorawi menuju Puncak. Dari arah Terminal Lebak Bulus (Jakarta Selatan)
berjarak 104 km dengan waktu tempuh selama ± 2,5 jam.
Kondisi lalu-lintas jalan di daerah Cianjur Kecamatan Karang Tengah
cukup teratur, jarang atau hampir tidak pernah terjadi macet karena penduduknya
jarang ada yang memiliki mobil pribadi dan angkutan umum memiliki pangkalan
tersendiri, tidak sembarangan berhenti menunggu di pinggir jalan. Sarana
transportasi utama di daerah ini berupa angkot atau angkutan umum yang
memiliki tarif rata-rata Rp. 2.000,00 untuk semua trayek. Kendaraan yang berasal
dari Terminal Maleber banyak yang melewati Kampung Karangsari. Letak tapak
tidak begitu jauh dari pusat kota yang memiliki beberapa terminal. Oleh karena
itu, mudah diakses dengan kendaraan umum berupa angkot, ojek, dan delman
dengan jumlah unit yang memadai untuk para pengunjung. Di Jln. Kyai Haji
Saleh yang berbatasan dengan sawah, belum terdapat cukup penerangan. Selain
itu, belum terdapat rambu jalan atau penanda yang cukup untuk menunjukkan
bahwa pengunjung telah memasuki Kampung Karangsari (Gambar 12).
Beberapa jalan di dalam Kampung Karangsari sulit atau tidak mungkin
dilalui kendaraan dari dua arah karena lebarnya tidak cukup, bahkan ada yang
tidak dapat dilalui mobil. Pemda setempat sudah melakukan pemeliharaan jalan
secara berkala, tetapi pada musim hujan kondisi jalan banyak yang rusak terutama
jalan di area permukiman. Di sepanjang jalan Jln. Kyai Haji Saleh dan Jln. Kyai
Haji Opo Mustofa belum terdapat jalan pedestrian. Hal ini menyebabkan
ketidaknyamanan dan ketidakamanan bagi pejalan kaki. Untuk akses di dalam
areal persawahan sudah terdapat beberapa jalan berupa pematang sawah, tetapi
Gambar .12 Kondisi Gerbang Penanda Desa yang Tidak Terawat
32
belum kokoh karena terbuat dari tanah. Untuk lebih jelasnya, analisis aksesibilitas
dapat dilihat pada Tabel 5.
Kondisi Jalan Potensi dan Kendala Solusi
1. Akses masuk dan keluar 1. Berbatasan dengan jalan
raya utama
2. Kendaraan umum yang
melintasi tapak cukup
banyak dan berasal dari
terminal
Memanfaatkan jalan utama
sebagai pintu masuk dan
keluar pengguna kawasan
wisata
2. Badan Jalan 1. Jalan raya masih kurang
aman untuk dilalui dua
mobil
2. Belum terdapat pedestrian
3. Jalan utama yang lurus
tanpa persimpangan
menyebabkan kendaraan
yang melalui jalan
berkecepatan tinggi
1. Meningkatkan kualitas
dan kuantitas jalan
dengan cara
memperbaiki jalan yang
rusak dan melakukan
pelebaran jalan
2. Membuat pedestrian di
sekitar jalan utama
3. Membuat rambu,
pembatas jalan untuk
meningkatkan keamanan
kendaraan bermotor dan
pejalan kaki
4. Vegetasi jalan Vegetasi di pinggiran jalan
umumnya berupa rumput liar
dan alang-alang
Menggunakan vegetasi yang
dapat dimanfaatkan sebagai
peneduh, pengarah jalan,
maupun berfungsi estetik di
sisi jalan seperti pohon buah
atau tanaman hias yang
mendukung konsep
agrowisata
5. Fasilitas jalan 1. Belum tersedia
pemberhentian khusus
angkutan umum di sekitar
tapak
2. Keberadaan rambu dan
pengarah jalan masih
kurang
3. Kurang pencahayaan di
malam hari
1. Menyediakan
pemberhentian khusus
untuk angkutan umum
untuk memudahkan
pengunjung dan
mencegah kemacetan
2. Menambahkan rambu,
pengarah jalan, dan
lampu di area yang
diperlukan sehingga
tapak lebih aman untuk
dilalui
4.1.1.5. Mikroklimat
Data iklim Kecamatan Karangtengah, Cianjur, diperoleh dari Badan
Meteorologi Klimatologi dan Geofisika melalui stasiun terdekat dari Cianjur,
yaitu PT. Fasung dengan letak geografis 6°50'49" LS dan 107°37'6" BT. Data
iklim yang diperoleh merupakan data tahunan tahun 2009 - 2010 (Tabel 6).
Tabel 5. Analisis Aksesibilitas Kampung Karangsari
33
Berdasarkan data tersebut, diperoleh gambaran kondisi iklim Kampung
Karangsari (2009 - 2010), yaitu suhu rata-rata tahunan 21,8 0C, kelembaban udara
rata-rata tahunan 87 %, dan curah hujan tahunan 3.281,5 mm/th.
Suhu udara terendah setiap harinya adalah saat pagi hari sekitar pukul
07.00, sedangkan suhu udara tertinggi adalah saat tengah hari atau sekitar pukul
13.00. Suhu rata-rata tahunan tapak adalah 21,8 0C dengan suhu terendah rata-rata
pada bulan Februari dan suhu tertinggi rata-rata pada bulan Agustus. Kelembaban
udara rata-rata tahunan adalah 87% dengan kelembaban bulanan terendah pada
bulan Agustus dan September, yaitu 83,5% dan kelembaban bulanan tertinggi
pada bulan Januari dan Februari, yaitu 90,5%.
Suhu di Kampung Karangsari sudah cukup sesuai untuk pengembangan
tanaman palawija dan perkebunan. Selain itu, suhu yang cukup rendah merupakan
potensi tapak untuk menawarkan suasana dingin dan sejuk perdesaan sehingga
dapat menarik wisatawan dari luar kota yang berhawa panas, seperti Jakarta.
Untuk daerah tropis, nilai THI yang tergolong nyaman adalah < 27. Perhitungan
THI untuk Kampung Karangsari berdasarkan data tahun 2009 – 2010 (Tabel 7)
adalah antara 19,96 – 21,88, menunjukkan bahwa tapak cukup nyaman untuk
manusia melakukan aktivitas.
Berdasarkan klasifikasi iklim Koppen, Kampung Karangsari termasuk ke
dalam Tipe Af, yaitu suhu bulan terdingin > 18o C dan selalu basah dengan curah
hujan setiap bulan rata-rata > 60 mm. Menurut Schmidth – Ferguson, iklim
Parameter Tahun 2009 - 2010
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sept Okt Nov Des
Suhu udara
rata-rata (0C)
21,2 20,3 21,8 22,2 22,4 22,1 21,7 23,5 22,3 22,4 21,7 21,7
Suhu udara
maks. (0C)
23,7 24,1 25,2 25,9 25,8 25,5 25,4 25,7 26,0 25,5 25,3 24,5
Suhu udara
min. (0C)
19,9 20,1 20,3 21,0 20,7 19,8 18,9 19,0 20,3 20,8 21,2 20,3
Kelembaban
udara (%) 90,5 90,5 89,0 87,0 87,5 87,5 84,5 83,5 83,5 85,0 86,5 89,0
Curah hujan
(mm) 308 519 624 286 227 172 100 135 209 241 239 219
Lama
penyinaran
(%)
30,8 33,55 57,8 54,5 51,3 55,9 65,7 63,4 63,2 57,8 44,6 26,3
Tabel 6. Data Mikroklimat Kampung Karangsari Rata-rata Tahun 2009 - 2010
34
Kampung Karangsari termasuk ke dalam Tipe B, yaitu daerah basah dengan
vegetasi masih hutan hujan tropika dengan perhitungan rata-rata bulan basah
sebanyak 10 bulan dan bulan kering sebanyak 1 bulan (Handoko, 1995).
Menurut klasifikasi Oldeman, iklim Kampung Karangsari termasuk ke
dalam Tipe C2, dengan jumlah bulan basah berturut-turut rata-rata 5 dan jumlah
bulan kering berturut-turut rata-rata sebanyak 3. Daerah yang memiliki tipe iklim
C2 ideal untuk menanam padi sekali dalam setahun dan dapat dua kali menanam
palawija, selagi penanaman yang kedua kali sebaiknya tidak jatuh pada bulan
kering (Handoko, 1995).
Tanaman padi sawah umumnya memerlukan curah hujan sebanyak ± 200
mm per bulan, sedangkan palawija umumnya memerlukan curah hujan sebanyak
± 100 mm per bulan (Handoko, 1995). Berdasarkan data rata-rata (Tabel 5) bulan
Juni – Agustus memiliki jumlah curah hujan terendah hingga di bawah 200 mm,
yang menunjukkan bahwa penanaman padi kurang sesuai pada bulan tersebut,
sedangkan untuk menanam palawija masih dapat dilakukan.
Curah hujan yang tinggi di daerah pertanian dapat menjamin kebutuhan air
untuk tanaman dan kolam ikan. Namun, hal ini juga menyebabkan gulma tumbuh
subur, termasuk di saluran drainase yang masih berdinding tanah, yang
menyebabkan saluran sering tertutup. Untuk area wisata, curah hujan yang tinggi
dapat mengganggu kenyamanan pengunjung ketika berwisata karena jalan
menjadi licin dan becek. Diperlukan pembuatan fasilitas berupa shelter atau saung
sebagai tempat berteduh wisatawan dan jalan yang dibangun dengan struktur yang
Bulan T (o C) RH (%) THI
Januari 21,25 90,50 20,84
Februari 20,35 90,50 19,96
Maret 21,85 89,00 21,36
April 22,25 87,00 21,67
Mei 22,45 87,50 21,88
Juni 22,15 87,50 21,59
Juli 21,70 84,50 21,02
Agustus 23,50 83,50 22,27
September 22,30 83,50 21,56
Oktober 22,40 85,00 21,72
November 21,70 86,50 21,11
Desember 21,70 89,00 21,27
Tabel 7. Nilai THI Kampung Karangsari Berdasarkan Data Tahun 2009 – 2010
35
baik. Jalan yang rusak di area permukiman yang jarang dilalui mobil
menunjukkan material atau struktur yang digunakan masih kurang baik sehingga
air hujan tergenang di jalan dan tidak mengalir ke saluran drainase.
Intensitas penyinaran merupakan lamanya matahari bersinar dalam satu
hari dan mempengaruhi suhu tapak dan pertumbuhan vegetasi. Intensitas
penyinaran rata-rata Kampung Karangsari adalah 50,4% dengan intensitas
terendah 26,3% pada bulan Desember dan tertinggi 65,7% pada bulan Juli.
Radiasi matahari berpengaruh pada kenyamanan dalam beraktivitas karena dapat
menghangatkan tubuh secara langsung melalui kulit atau pakaian atu secara tidak
langsung melalui pantulan atau penyerapan dari objek sekitarnya (Miller, 1991).
Tanaman dapat mengurangi intensitas sinar matahari dengan cara
menghalangi radiasi mencapai permukaan tanah dan mengubah energi surya
menjadi energi kimia melalui fotosintesis (Robinette, 1972 dalam Miller, 1991)
seperti dilihat ilustrasinya pada Gambar 13.
.
Penggunaan material juga dapat mempengaruhi radiasi sinar matahari di
sekitar area. Menurut Brooks (1988), permukaan material yang terang dan halus
dapat memantulkan cahaya matahari lebih banyak (Gambar 14). Oleh karena itu,
sebaiknya digunakan material yang berwarna gelap seperti hitam, biru, atau merah
tua, atau menggunakan permukaan kasar seperti bebatuan.
Gambar 14. Pemantulan Sinar Matahari pada Berbagai Permukaan Material
(Brooks, 1998)
Gambar 13. Ilustrasi Tanaman Peneduh untuk Mereduksi Sinar Matahari (Miller, 1991)
36
Kelembaban rata-rata tapak adalah 87% dengan kelembaban terendah 83%
pada bulan Agustus dan September, dan tertinggi 90,5% pada bulan Januari dan
Februari. Kelembaban udara yang cukup tinggi menyebabkan tapak kurang
nyaman untuk aktivitas wisata karena panas tubuh dapat meningkat. Hal ini dapat
diatasi dengan menambahkan vegetasi yang berfungsi mengurangi kelembaban
dengan penutupan dari kanopi.
4.1.1.6. Hidrologi
Saluran air di Kampung Karangsari umumnya merupakan buatan
penduduk dan airnya bersumber dari sungai dan anak sungai di sekitar Desa.
Penduduk secara bergotong-royong membentuk saluran air utama yang bersumber
langsung dari sungai kemudian saluran tersebut dibuat cabang untuk mengairi
sawah dan kebun. Warga memilih saluran drainase dan irigasi yang paling dekat
dengan lahan yang digarap, lebar saluran bervariasi 0,3 – 1,5 meter untuk
memenuhi kebutuhan air untuk dikonsumsi (minum dan MCK) masyarakat
menggunakan jet-pump atau membuat sumur galian untuk mengambil air tanah.
Saluran air yang lebih lebar dibangun menggunakan semen dan batu bata. Saluran
yang lebih kecil umumnya tidak dibangun (Gambar 15).
Seringkali terjadi erosi pada sisi dinding saluran yang tidak dibangun dan
menyebabkan pendangkalan saluran. Banyak rumput dan vegetasi liar yang
tumbuh hingga menutupi saluran tersebut. Selain itu, pada saluran banyak terdapat
sampah yang tidak sedap dipandang dan menyebabkan aliran air macet.
(a) (b)
Gambar 15. Saluran Air (a) Terbangun (b) Tidak Dibangun
37
Secara umum, air sudah didistribusi dan dimanfaatkan dengan baik oleh
warga. Menurut penduduk Kampung Karangsari, air cukup mudah didapat. Warga
bekerja sama membangun saluran air agar pembagiannya merata ke seluruh
sawah. Walaupun terdapat beberapa saluran air yang tersumbat sampah, di
Kampung Karangsari belum pernah terjadi banjir atau genangan air besar.
4.1.1.7. Aspek Visual
Aspek visual yang terdapat di tapak digolongkan menjadi dua, yaitu good
view dan bad view. Good view berupa hamparan lahan pertanian dan perikanan
dengan berbagai aktivitas masyarakat di dalamnya, disertai dengan panorama
perbukitan di sekitar desa (Gambar 21). Di sawah yang berseberangan dengan
Balai Desa, terdapat titik pandang yang menyajikan pemandangan luas di sekitar
tapak. Dari area ini dapat terlihat perumahan penduduk, area persawahan, kolam,
dan pemandangan perbukitan.
Bad view yang ada di tapak adalah sampah yang berserakan atau
mengambang dan macet pada saluran air, warna air pada beberapa saluran tidak
sedap dipandang, beberapa rumah dan warung di pinggir jalan yang terlihat
kumuh dan tidak beraturan, adanya beberapa warga yang melakukan MCK di
pinggir jalan, kondisi jalan yang rusak, dan kondisi jembatan yang dicorat-coret
(Gambar 16).
.
Diperlukan penyediaan tempat sampah umum di sekitar tapak. Saluran
drainase dapat diberi penutup untuk mencegah pembuangan sampah ke saluran.
Penutup dapat berupa beton atau grill besi untuk menciptakan suatu kesan visual
Gambar 16. Bad View dan Good View di Tapak (a) Vandalisme
(b) View ke Area Persawahan
(a) (b)
38
sekaligus keamanan bagi pejalan kaki. Kerja sama dengan Pemda setempat juga
diperlukan untuk mencegah adanya MCK liar. Warga yang membuka usaha kios
atau warung di sekitar area agrowisata selayaknya dimobilisasi dan diatur
sehingga tidak terkesan kumuh dan berantakan.
Kawasan permukiman umumnya didominasi oleh bangunan modern yang
terbuat dari material semen, batu bata, atau beton. Walaupun demikian, terdapat
juga beberapa rumah yang terbuat dari kayu atau bambu. Rumah yang bermaterial
alami memberikan suatu kesan perdesaan pada tapak. Beberapa rumah belum
memanfaatkan pekarangan secara optimal (Gambar 17). Tanaman pekarangan
dapat ditambahkan untuk menyajikan lanskap pemukiman yang indah dan
mendukung suasana pedesaan dan menghindari permukiman dari kesan kumuh.
Selain itu, titik yang juga menyajikan pemandangan yang indah terdapat di
sepanjang jalan yang merupakan belokan dari Jln. Kyai Haji Opo Mustofa,
melintasi Kampung Karangsari menuju Kampung Kabandungan. Vegetasi rumput
liar dan alang-alang di pinggir jalan dapat diganti dengan tanaman yang
memberikan efek visual yang baik, tetapi juga tetap terkesan alami.
Di Kampung Karangsari, pola penyebaran vegetasi di tapak terbagi
menjadi tiga tipe, yaitu tipe penyebaran liniar, geometris, dan alami. Penyebaran
linear mengikuti jalur jalan yang memberi kesan membentuk sebuah koridor dan
batas. Penyebaran ini didominasi oleh vegetasi nonpertanian yang tumbuh di
tepian jalan. Tipe penyebaran geometris membentuk suatu bidang lahan yang
memiliki pola tertentu dan membentuk pandangan yang menyebar. Vegetasi
pertanian di lahan kering dan sawah terlihat tersebar dengan pola tersebut. Pola ini
(a) (b)
Gambar 17. Pekarangan Area Perumahan: (a) Tidak Memanfaatkan Pekarangan
(b) Memanfaatkan Pekarangan
39
menciptakan suatu view atau pemandangan yang cukup menarik. Pola penyebaran
alami dapat dilihat di lahan-lahan tidak terawat, mengikuti bentukan lahan dan
membentuk suatu lanskap yang hijau (Gambar 18), menciptakan suatu view yang
alami, tetapi juga terlihat berantakan dan liar karena tidak tertata rapi.
4.1.2. Fasilitas dan Utilitas
Fasilitas umum yang terdapat di tapak umumnya fasilitas yang menunjang
aktivitas sosial masyarakat seperti posyandu, masjid, musala, balai desa, dan balai
penelitian. Sebagian besar fasilitas tidak terawat dengan baik dan tidak terurus
(Gambar 19). Halaman masjid dan musala yang ada di sekitar desa ditumbuhi
rumput liar dan sampah daun. Kran air juga tidak berfungsi dengan baik,
sedangkan untuk puskesmas dan balai desa kondisinya cukup baik karena sering
digunakan oleh warga setempat.
Di Kampung Kandangsapi, terdapat beberapa penginapan yang disediakan
warga untuk pengunjung. Kondisi rumah penginapan ini cukup baik dan
fasilitasnya cukup memadai. Selain itu, letaknya bersebrangan dengan sawah
Gambar 18. Pola Penyebaran Vegetasi (a) Geometris (b) Alami
(a) (b)
Gambar 19. Kondisi Fasilitas Umum yang Tidak Terawat
40
sehingga menyajikan pemandangan yang bagus. Penginapan dapat digunakan
sebagai salah satu fasilitas wisata. Untuk fasilitas pertanian, terdapat petak-petak
sawah, kebun sayur, ladang jagung, kandang sapi, kandang domba, kandang
kambing, serta kolam ikan. Kolam ikan yang terdapat di tapak umumnya terbagi
menjadi kolam pemeliharaan induk, pemeliharaan burayak, kolam pembenihan,
dan kolam pembesaran. Jenis ikan yang diternakkan, diantaranya adalah nila, mas,
gurame, lele, dan mujair.
Kondisi utilitas pertanian seperti inlet, outlet, dan sumber air di tapak
sudah cukup baik karena menurut para petani, pembagiannya ke sawah, kolam,
dan rumah-rumah warga cukup lancar. Di tapak juga jarang terjadi banjir karena
banyak terdapat saluran air besar yang langsung menuju sungai. Kondisi saluran
irigasi dan drainase tergolong baik dan masih fungsional, tetapi kurang terawat
dengan tertutupnya saluran air oleh vegetasi liar dan sampah.
(b) (a)
Gambar 20. Fasilitas dan Utilitas di Sekitar Tapak (a) Musala (b) Posyandu
(c) Jembatan (d) Puskesmas
(d) (c)
41
Jumlah fasilitas yang dapat digunakan untuk kegiatan wisata di Kampung
Karangsari sudah cukup memadai, tetapi kondisi beberapa WC Umum, musala,
dan balai desa masih kurang terawat, beberapa musala bahkan sudah tidak diurus
dan dibiarkan begitu saja. Ketersediaan tempat sampah masih tergolong kurang.
Tempat sampah umum belum tersedia di jalan-jalan. Para warga banyak yang
masih membuang sampah sembarangan di selokan atau saluran air. Hal ini selain
tidak baik untuk kenyamanan, juga dapat menyumbat aliran air dan menimbulkan
bibit penyakit. Namun, sebagian warga yang memiliki lahan pertanian
menggunakan sampah rumah tangganya untuk dijadikan kompos, terutama
sampah dapur.
Dalam mengembangkan ruang agrowisata dengan aktivitas yang beragam,
diperlukan penempatan fasilitas dan utilitas yang tepat didasarkan pada fungsi
ruang tersebut dan aktivitas pengguna. Selain itu, juga disesuaikan dengan kondisi
lingkungan dan material yang digunakan. Penempatan fasilitas dan utilitas yang
kurang tepat akan menyebabkan fasilitas dan utilitas tersebut menjadi tidak
terpakai.
4.1.3. Aspek Sosial, Ekonomi, dan Budaya
Pengguna tapak umumnya merupakan penduduk setempat dan beberapa
pengunjung yang datang dengan keperluan tertentu dalam jangka waktu yang
bervariasi. Para petani biasanya melakukan aktivitas bertani pada pukul 07.00
pagi hingga pukul 16.00 sore. Umumnya aktivitas dimulai dengan memberi
makan hewan ternak, setelah itu baru pergi ke sawah untuk melakukan kegiatan
menyiangi gulma, membajak sawah, menebar benih, dan sebagainya. Beberapa
petani yang memiliki kolam pergi memberi makan ikan setelah selesai menggarap
sawah.
Para pengguna tapak (86,67%) umumnya setuju jika Kampung Karangsari
dijadikan sebagai kawasan agrowisata. Warga mengharapkan dengan adanya
agrowisata dapat meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan mereka. Selain
itu, para petani juga berharap bahwa dengan adanya kawasan agrowisata
pemerintah menjadi lebih memperhatikan masalah pertanian di Kampung
Karangsari.
42
Para pengunjung yang datang ke tapak biasanya untuk melakukan
transaksi jual beli dengan para petani. Menurut hasil wawancara dengan petani,
tapak pernah dikunjungi beberapa kali oleh pelajar dan mahasiswa yang
melakukan praktik lapang. Ada juga pengunjung yang datang dari kota untuk
menikmati suasana perdesaan di kampung ini, biasanya pengunjung merupakan
anggota keluarga penduduk setempat yang tinggal di kota. Namun, belum ada
pengunjung dalam jumlah besar karena tapak belum menjadi kawasan wisata.
Dalam bertani, petani tidak memiliki suatu ritual kepercayaan khusus.
Menurut warga, dulu memang ada beberapa adat seperti meletakkan sangkar
burung berisi telur di sawah, tetapi seiring dengan perkembangan jaman kebiasaan
tersebut sudah tidak dilakukan. Tradisi yang ada sekarang adalah berupa syukuran
hasil panen yang dilakukan oleh sesama petani.
Petani yang menggarap lahan milik sendiri menjual hasil panennya sendiri
langsung ke pasar dan biasanya sebagian untuk dikonsumsi sendiri. Ada juga yang
mempekerjakan orang untuk menjual atau mengirim ke kota hasil panen tersebut.
Petani yang berladang di lahan garapan dan sewaan biasanya menjual hasil panen
ke tengkulak atau ke pemilik lahan.
Untuk membangun sebuah kawasan agrowisata terpadu, dibutuhkan
tenaga kerja yang terampil untuk mengenalkan pertanian terpadu kepada
pengunjung. Dari Tabel 8, dapat dilihat bahwa sebagian besar penduduk di Desa
Sindangasih, termasuk di dalamnya Kampung Karangsari, memiliki mata
pencaharian utama sebagai petani. Setiap keluarga umumnya memiliki sawah atau
ladang yang digarap. Sebagian besar sudah berpengalaman dan bersedia untuk
membantu pengunjung dalam kegiatan agrowisata. Menurut hasil wawancara
dengan penduduk setempat, para petani di Desa Sindangasih yang mengelola
sawah umumnya sudah memiliki pengalaman bertani lebih dari 10 tahun. Hal ini
disebabkan mereka sudah memulai pekerjaan bertani sejak kecil dan sebagian
besar penduduknya merupakan penduduk asli.
Terdapat tiga jenis kepemilikan lahan di Kampung Karangsari, yaitu lahan
milik sendiri, lahan garapan, dan lahan sewaan. Sebagian besar lahan pertanian di
tapak merupakan lahan garapan, yaitu para petani bekerja sebagai buruh tani
untuk menggarap lahan milik orang lain. Pemilik lahan umumnya adalah orang
43
kota yang membeli lahan di Kampung Karangsari. Petani pada lahan garapan dan
sewaan bekerja pada lahan yang lebih luas dari 1 hektar.
Lahan sewaan merupakan lahan yang disewa oleh petani untuk digarap.
Pemilik lahan merupakan orang kota atau warga setempat. Para petani membayar
sewa lahan sesuai kesepakatan dengan pemilik lahan, yaitu dengan membagi hasil
pertanian atau dengan uang sewa per tahun. Kebanyakan pemilik lahan meminta
bayaran berupa berbagi hasil pertanian dengan petani.
Hanya sedikit warga Kampung Karangsari yang melanjutkan pendidikan
ke perguruan tinggi karena pada umumnya mereka lebih memilih untuk bekerja
setelah lulus sekolah (Tabel 9). Hal ini menunjukkan kualitas sumber daya
manusia yang masih rendah. Untuk membangun area agrowisata diperlukan
tenaga kerja yang terampil. Berdasarkan data yang ada, petani sudah cukup
berpengalaman, tetapi masih perlu bimbingan mengenai pertanian terpadu dan
untuk mengambil tenaga kerja selain petani masih memerlukan pelatihan.
Untuk menunjang perekonomian, beberapa warga membuat industri
sangkar burung di samping bertani (Gambar 21). Industri sangkar burung di Desa
Sindangasih berpusat di Kampung Karangsari dan Kampung Kabandungan. Hal
ini dapat menjadi salah satu daya tarik wisata nonpertanian di Kampung
Karangsari. Wisatawan dapat ikut membuat sangkar burung atau membelinya
sebagai oleh-oleh.
Mata Pencaharian Pokok Laki-laki Perempuan Total %
Petani 433 125 558 29,63
Buruh tani 306 225 531 28,20
Pengrajin Industri Rumah Tangga 167 143 310 16,46
Buruh migran 60 164 224 11,90
Pedagang keliling 54 21 75 3,98
Bidan swasta 21 20 41 2,18
Pensiunan PNS/TNI/POLRI 17 21 38 2,02
PNS (Guru) 19 16 35 1,86
Pengusaha kecil dan menengah 27 4 31 1,65
Karyawan perusahaan swasta 15 14 29 1,54
POLRI 6 - 6 0,32
Pengusaha besar 5 - 5 0,27
Total 1130 753 1883 100
Tabel 8. Mata Pencaharian Pokok Penduduk Desa Sindangasih
44
4.1.4. Objek dan Atraksi Wisata
Untuk merencanakan suatu kawasan wisata, tersedianya objek dan atraksi
wisata yang dapat dinikmati pengunjung merupakan aspek yang penting. Suatu
daerah tujuan wisata harus memiliki objek dan atraksi yang dapat dijual kepada
wisatawan (Yoeti, 1997). Terdapat tiga kondisi yang harus diperhatikan, yaitu
sesuatu yang dapat dilihat, sesuatu yang dapat dilakukan, dan sesuatu yang dapat
dibeli.
Kampung Karangsari memiliki banyak objek wisata yang dapat
dikembangkan menjadi wisata pertanian terpadu, mulai dari tersedianya lanskap
pertanian yang bervariasi, lanskap perdesaan, kondisi sosial masyarakat, hingga
seluruh aktivitas pertanian yang ada di tapak. Objek yang dimiliki berupa sawah,
ladang, kolam, dan ternak. Pemandangan alam perbukitan yang mengelilingi
Kampung Karangsari mendukung potensi Kampung Karangsari sebagai kawasan
wisata.
Tingkat Pendidikan Tertinggi
Jumlah Total
Laki-laki
(orang)
Perempuan
(orang) Orang %
Tamat SD 412 398 886 47,79
Tamat SMP 320 319 639 34,47
Tamat SMA 124 123 247 13,32
Tidak tamat SD 20 21 41 2,21
Tamat Perguruan Tinggi 13 18 41 2,21
Total 889 879 1854 100
Tabel 9. Tingkat Pendidikan Tertinggi Penduduk Desa Sindangasih
Gambar 21. Industri Sangkar Burung di Kampung Karangsari
45
4.1.4.1 Objek dan Atraksi Agrowisata Komoditi Persawahan dan Kebun
Sayuran
Sebagian besar lahan Kampung Karangsari digunakan sebagai areal
persawahan. Sejauh mata memandang ditemukan hamparan hijau yang
didominasi petakan sawah. Waktu penanaman yang tidak serentak menyebabkan
suatu variasi view yang menarik, petak sawah yang baru ditanam berwarna
kehijauan, sedangkan padi yang telah memasuki masa panen akan berwarna
kekuningan. Aktivitas petani yang dimulai pada pagi hari hingga sore hari
merupakan suatu pemandangan yang menarik. Mulai dari membajak sawah,
menanam padi, memanen padi, membuat orang-orangan sawah, bersantai di
saung, hingga menggiling dan mengemas padi yang telah menjadi beras.
Wisatawan yang mengunjungi area ini dapat diharapkan melihat-lihat kegiatan
bertani dan juga ikut serta mencoba berbagai pekerjaan petani.
Petani yang menerapkan sistem pertanian terpadu biasanya adalah yang
bertani dengan lahan sewaan atau lahan sendiri, petani tersebut juga memiliki
kandang atau kolam. Saat mengolah tanah setelah panen, biasanya jerami
dibiarkan begitu saja, atau disusun sedemikian rupa sehingga berfungsi sebagai
mulsa dan penyubur tanah (Gambar 22). Untuk sawah dan kebun digunakan
pupuk kompos yang berasal dari limbah saat panen ditambah beberapa sampah
organik rumah tangga. Kotoran ternak didaur ulang untuk kolam ikan dan pupuk
kompos. Beberapa petani juga menggunakan sistem mina-padi, yaitu memelihara
ikan di lahan sawah. Membuat pupuk kompos dan menangkap ikan di sawah
dapat dijadikan sebagai salah satu atraksi wisata.
Gambar 22. Aktivitas Penggunaan Limbah Pertanian: (a) Menggunakan Jerami
untuk Menyuburkan Tanah (b) Membuat Kompos
(b) (a)
46
Terdapat dua cara yang digunakan petani dalam mengolah jerami, yaitu
dengan membakarnya terlebih dahulu kemudian abunya disebar di lahan atau
dengan menimbun di pinggiran sawah hingga terdekomposisi dan siap digunakan.
Cara yang pertama, yaitu dengan dibakar, berisiko menghilangkan beberapa unsur
hara penting dan menyebabkan pencemaran udara yang kurang nyaman apabila
tapak akan dikembangkan sebagai area agrowisata. Cara yang kedua, yaitu dengan
menimbun, dapat menyebabkan tumpukan jerami sebagai sarang tikus. Di
Kampung Karangsari, hama tikus merupakan masalah yang cukup merugikan
petani. Menurut Sutanto (2002), salah satu solusi penggunaan jerami adalah
dengan cara jerami langsung ditinggal di lahan, kemudian jerami tersebut
dibenamkan dengan cara menggaru dan membalik tanah pada saat pengolahan
tanah.
Di beberapa petak sawah terletak saung sebagai tempat berteduh petani.
Beberapa petak sawah menggunakan orang-orangan sawah untuk menangkal
serangan hama burung. Petani yang menanam padi lahan sendiri akan melakukan
pengeringan dan penumbukan padi di halaman atau teras rumah, sedangkan padi
milik perusahaan akan diolah di gudang penyimpanan, seperti tempat pengolahan
padi milik PB Sindang Asih yang ada di Kampung Pandan Jaya, di sebelah selatan
Kampung Karangsari. Padi yang selesai diolah di sini biasanya langsung dikemas
dalam karung dan dijual.
Selain sawah, terdapat area kebun sayuran tetap ataupun yang merupakan
peralihan penggunaan sementara dari sawah (Gambar 23). Berbagai varietas
ditanam di area kebun sayuran, seperti terung, cabai, dan kangkung. Tanaman
yang digunakan untuk mengganti padi biasanya adalah kacang dan jagung. Area
perkebunan dominan terletak di sebelah timur dan utara tapak. Tapak sebelah
utara menyajikan suatu view persawahan dan perkebunan yang menarik sehingga
berpotensi untuk kegiatan santai sambil menikmati pemandangan.
Vegetasi pertanian yang ditanam di tapak umumnya adalah tanaman
palawija dan sayuran, dengan komoditi utama berupa padi sawah (Tabel 9).
Komoditas lainnya adalah jagung, terung, kacang panjang, kangkung, kacang
tanah, dan bawang daun. Di pinggiran sawah dan ladang biasanya para petani
menanam pohon kelapa, pisang, atau singkong.
47
No Nama Ilmiah Nama Lokal
1 Oryza sativa Padi
2 Zea mays Jagung
3 Allium fistulosum Daun bawang
4 Capsinum annum Cabai
5 Vigna sinensis Kacang panjang
6 Ocimum basilicum Kemangi
7 Arachis hypogaea Kacang tanah
8 Solanum melongenae Terung
9 Ipomoea aquatica Kangkung
Gambar 23. Kebun Sayuran di Kampung Karangsari: (a) Jagung (b) Bawang Daun
(c) Kacang Panjang (d) Kemangi (e) Kacang Tanah (f) Terung Ungu
(a) (b) (c)
(d) (e) (f)
Gambar 24. Aktivitas pascapanen: (a) Menyortir hasil panen (b) Menjemur padi
(a) (b)
Tabel 9. Jenis Vegetasi Pertanian di Kampung Karangsari
48
Aktivitas yang dapat dikembangkan kurang lebih sama dengan bertani,
mulai dari mengolah tanah, menanam bibit atau benih, menyiangi gulma,
menyiram dan memupuk tanaman, memetik hasil panen, memilih hasil panen,
hingga pengolahan pascapanen (Gambar 24). Bentuk olahan tanaman perkebunan
yang dilakukan warga adalah dijual sebagai jus segar atau keripik.
4.1.4.2. Objek dan Atraksi Agrowisata Komoditi Peternakan
Jenis satwa ternak yang ada di kampung Karangsari adalah ikan, sapi,
domba, kambing, dan berbagai unggas (Gambar 25). Di tapak dapat ditemukan
peternakan sapi dan domba dalam skala sedang. Sapi dan domba yang dipelihara
dimaksudkan untuk dijual dan diproduksi secara berkala, tetapi dengan jumlah
yang tidak terlalu besar. Selain itu, juga terdapat beberapa warga yang beternak
kambing, bebek, dan ayam dalam skala kecil atau untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari. Di tapak tidak terlihat peternak yang menggembala hewan ternaknya,
biasanya ternak dipelihara di dalam kandang.
Perbedaan fisik yang mendasar antara kambing dan domba adalah bulu
domba yang umumnya lebih panjang daripada bulu kambing. Selain itu, menurut
para peternak, kambing lebih suka diberi pakan berupa daun, sedangkan domba
lebih menyukai rumput. Kambing merupakan pemakan semak (browser),
sementara domba adalah pemakan rumput (grazier). Domba kurang selektif dan
memanfaatkan rumput lebih efisien daripada kambing (Sutama dan Budiarsana,
2009).
Peternakan berpotensi dijadikan sebagai area agrowisata, para pengunjung
atau wisatawan dapat melakukan berbagai aktivitas dan pengamatan. Pengamatan
yang dapat dilakukan meliputi tingkah laku hewan ternak, bagian-bagian tubuh
Gambar 25. Hewan Ternak di Kampung Karangsari: (a) Sapi potong
(b) Kambing (c) Bebek
(a) (b) (c)
49
atau anatomi, hingga melihat aktivitas peternak yang tidak dapat dilakukan
wisatawan (seperti memberi vaksin dan membersihkan kotoran). Aktivitas yang
dapat dilakukan wisatawan, di antaranya, memberi makan ternak, memandikan
ternak, memerah susu, hingga bermain dengan hewan ternak (Gambar 26). Selain
itu, dapat juga melihat proses pascapanen yang tersedia. Aspek pertanian terpadu
yang dapat dimanfaatkan sebagai atraksi agrowisata, di antaranya, adalah
pembuatan pupuk kandang dan pemberian pakan dari limbah hasil panen yang
dilakukan wisatawan. Pupuk kandang dapat digunakan di lahan pertanian dan
perikanan.
4.1.4.3. Objek dan Atraksi Agrowisata Komoditi Perikanan
Selain sebagai penghasil padi, jagung, dan sayuran, Kampung Karangsari
juga cukup banyak memproduksi ikan air tawar. Dapat terlihat beberapa kolam
milik warga yang digunakan untuk produksi ikan dalam jumlah besar. Jenis ikan
yang dibudidayakan cukup beragam, diantaranya adalah nila, koi, mas, lele, dan
mujair. Kondisi kolam di tapak dalam jumlah yang cukup memadai dan dalam
kondisi baik. Namun, kebanyakan letaknya berada di antara pematang sawah yang
relatif sempit, dan berbahaya apabila ada wisatawan yang terjatuh, terutama anak-
anak.
Penggunaan kotoran ternak untuk kolam ikan bertujuan memunculkan
mikroorganisme yang menyediakan oksigen berlebih pada air sehingga ikan-ikan
menjadi lebih lincah dan bernafsu makan. Hal ini menyebabkan budi daya ikan
Gambar 26. Aktivitas di Area Peternakan: (a) Memerah Susu Sapi (b)
Bermain dengan Hewan Ternak
(b) (a)
50
menjadi lebih menguntungkan karena ikan cepat bereproduksi dan menjadi lebih
cepat gemuk.
Tidak banyak aktivitas peternak ikan yang dapat diamati karena
pemeliharaan kolam tidak dilakukan setiap hari dan pemberian pakan ikan
kebanyakan memakai alat yang dipasang di tengah kolam. Peternak ikan biasanya
hanya datang untuk memantau kondisi kolam dan ikan. Walaupun demikian,
sesekali dapat terlihat aktivitas peternak ikan berupa pemindahan ikan, pengisian
kantung pakan, dan penambahan kotoran ternak ke kolam. Selain itu, dapat juga
terlihat aktivitas memancing yang dilakukan warga sekitar.
Aktivitas langsung yang dapat dilakukan wisatawan di area perikanan, di
antaranya, adalah memberi makan ikan, menangkap ikan dengan tangan kosong,
memindahkan ikan ke sawah, dan memancing. Aktivitas pengamatan yang dapat
dilakukan, diantaranya, adalah mengamati aktivitas peternak ikan, mengenali
jenis-jenis ikan, dan mengamati anatomi tubuh ikan.
Dari penjelasan seluruh objek dan atraksi wisata di atas, dapat disusun
Tabel 11. Untuk menciptakan suatu jalur wisata yang nyaman dan aman,
diperlukan penataan ruang dan sirkulasi yang baik. Variasi objek dan atraksi yang
disediakan akan berpengaruh besar pada lamanya wisatawan tinggal, dan
selanjutnya akan memperbesar pendapatan (Yoeti, 1997). Perencanaan diperlukan
untuk memanfaatkan dan mengembangkan objek wisata potensial yang telah ada
untuk menjadikan Kampung Karangsari sebagai salah satu daerah tujuan wisata.
Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat berbagai
potensi pertanian yang dapat dikembangkan di tapak. Pembagian subruang di
tapak berdasarkan potensi komoditi yang tersedia. Selanjutnya, untuk mendukung
Gambar 27. Objek dan Atraksi Perikanan: (a) Kolam Ikan (b) Memberi Makan
Ikan (c) Memilih Bibit Ikan
(a) (b) (c)
51
kegiatan agrowisata pada setiap subruang ini akan dikembangkan fasilitas dan
aktivitas yang memungkinkan. Sajian agrowisata yang diberikan kepada
wisatawan tidak sebatas pemandangan yang panoramik dan kenyamanan alam
pertanian, tetapi juga aktivitas petani beserta teknologi yang khas digunakan di
lahan pertanian. Wisatawan dapat mengikuti aktivitas dan kegiatan tertentu,
menikmati ketersediaan produk segar pertanian, nilai arsitektur, budaya pertanian
yang khas, dan melakukan kombinasi dari berbagai aspek tersebut (Nurisjah,
2001). Aktivitas pertanian termasuk di dalamnya penyiapan lahan, pembibitan,
penanaman, pemeliharaan, pemanenan, dan pengolahan hasil panen. Untuk
menciptakan suatu rute kunjungan yang nyaman dan menyenangkan, perlu
diperhatikan penataan lanskap dan jalur sirkulasi.
4.2. Sintesis
Berdasarkan hasil analisis dari berbagai aspek seperti biofisik,
aksesibilitas, infrastruktur wisata, potensi objek dan atraksi agrowisata, serta
sosial ekonomi dan budaya, dapat diperoleh potensi serta kendala dari masing-
masing aspek. Hasil analisis yang dilakukan di tapak diklasifikasikan ke dalam
potensi dan kendala untuk menyusun suatu pemecahan masalah dan pemanfaatan
potensi dalam perencanaan tapak (Tabel 13).
Ruang Atraksi Utama Komoditi
Objek/ Aktivitas Wisata
Sesuatu untuk
Dilakukan
Sesuatu untuk
Dilihat
Sesuatu untuk
Dibeli
1. Pertanian
a. Sawah Padi Pengamatan,
ikut
berpartisipasi,
bersantai
Hamparan sawah
yang luas,
aktivitas bertani
Beras yang
sudah dikemas
b. Kebun Sayuran Berbagai
tanaman
sayuran
Pengamatan,
ikut
berpartisipasi
Lanskap
perkebunan yang
tertata rapi
Sayuran segar
dan olahan
2. Peternakan Sapi, domba,
kambing
Pengamatan,
ikut
berpartisipasi
Aktivitas
peternakan,
tingkah laku
hewan
Produk
peternakan
segar dan
olahan
3. Perikanan Ikan air
tawar
Pengamatan,
ikut
berpartisipasi
Aktivitas
peternakan,
tingkah laku
hewan
Hasil
perikanan
segar dan
olahan
Tabel 11. Potensi Objek dan Atraksi Wisata Pertanian Kampung Karangsari
Be
ruang utam
utama agr
potensi la
Intensitas
aktivitas w
dan perika
Ru
penggunaa
kemudaha
agrowisata
pendukung
sedangkan
utama. Ru
dan subru
akan dikem
Ha
setelah m
Gambar 2
pada bagi
pertanian
didominas
masyaraka
Area terde
area pend
selatan ya
jalan utam
erdasarkan h
ma agrowis
rowisata m
ahan yang
penggunaa
wisata. Ruan
anan.
uang pendu
an wisatawa
an selama
a. Ruang in
g satelit. Ru
n ruang pen
uang ini aka
uang masya
mbangkan b
asil sintesis
melalui taha
29. Dapat d
ian tengah
yang ada se
si oleh pe
at yang dal
ekat dengan
dukung. Ak
ang berbatas
ma yang dila
hasil analis
sata dan ru
merupakan r
dominan d
an ruang ini
ng ini terdir
ukung agr
an sedang. R
melakuka
ni akan dib
uang penduk
ndukung sa
an dibagi m
arakat. Akt
berdasarkan
s kawasan
ap analisis
dilihat bahw
dan utara
erta potensi
ermukiman
am pengem
n kawasan a
kses masuk
san dengan
alui kendara
Gambar 28
sis, tapak d
uang penduk
ruang yang
di tapak se
i cukup tin
ri dari lahan
rowisata m
Ruang ini b
an aktivitas
bagi menja
kung pusat
atelit akan d
menjadi subru
tivitas wisa
n potensi ya
wisata pert
menghasil
wa pengemb
a tapak. H
i view dan a
sehingga
mbangan ag
agrowisata u
utama ke
Jalan Kyai
aan dari berb
8. Diagram
dapat dibagi
kung agrow
memanfaa
ebagai obje
nggi oleh pe
n pertanian,
merupakan
bertujuan me
s wisata
di ruang p
akan diletak
diletakkan
uang peneri
ata pertania
ang ada (Tab
tanian terp
lkan peta
bangan area
Hal ini berd
akses saat i
akan dijad
growisata tid
utama yang
kawasan a
Haji Saleh
bagai arah.
Pembagian
i menjadi d
wisata (Gam
atkan dan m
ek utama w
engunjung y
kebun sayu
ruang de
emberikan k
serta mend
endukung p
kkan di bag
di antara ru
imaan, subr
n di Kamp
bel 12).
adu pada l
blok peng
a utama agr
dasarkan p
ni. Ruang
dikan sebag
dak akan te
akan diman
growisata a
karena jala
n Ruang
dua ruang,
mbar 28). R
mengemban
wisata perta
yang melak
uran, petern
engan inten
kelengkapa
ndukung ko
pusat dan r
gian depan t
ruang agrow
ruang pelay
pung Karan
lokasi pene
gembangan
rowisata ter
persebaran
di sebelah
agai blok r
erlalu signif
nfaatkan se
adalah dari
an ini merup
52
yaitu
Ruang
ngkan
anian.
kukan
nakan,
nsitas
an dan
onsep
ruang
tapak,
wisata
yanan,
ngsari
elitian
pada
rletak
lahan
timur
ruang
fikan.
ebagai
i arah
pakan
55
No Ruang Aktivitas Tujuan Sub Ruang Aktivitas
1 Ruang Agrowisata
Persawahan
Mengenal berbagai jenis
varietas padi, mengamati dan
mempelajari proses pertanian
a. Sawah
b. Ruang budi daya
c. Ruang pascapanen dan
pengolahan produk
a. Pengamatan terhadap keragaman
jenis varietas padi, hama pertanian, dan
alat-alat pertanian
b. Ikut serta dalam proses pertanian dari
pengolahan tanah hingga panen,
pembuatan bahan, serta pengolahan
produk
c. Jalan santai menikmati panorama
alam dan perdesaan, berfoto, istirahat di
saung
2 Ruang Agrowisata Kebun
Sayuran
Mengenal keragaman
tanaman sayuran, mengamati
dan mempelajari proses
pertanian tanaman
perkebunan
a. Kebun sayuran
b. Ruang budi daya
c. Ruang pascapanen dan
pengolahan produk
a. Pengamatan terhadap berbagai jenis
tanaman dan hama sayuran
b. Ikut serta dalam proses pertanian dari
pengolahan tanah hingga panen, serta
pengolahan produk
c. Jalan santai menikmati panorama
alam dan perdesaan, istirahat, berfoto,
mencoba hasil olahan
3
Ruang Teknologi Pertanian Mengenal alat-alat dan teknik
teknologi pertanian
a. Ruang display
b. Ruang produksi
a. Pengamatan terhadap berbagai jenis
alat-alat, produk, serta kemajuan
teknologi pertanian
b. Memperhatikan dan ikut serta dalam
proses pembuatan pembuatan pupuk
kandang, pupuk kompos, dan mulsa.
c. Membeli produk pupuk yang sudah
dikemas
Tabel 12. Pengembangan Potensi Aktivitas
53
56
4 Ruang Agrowisata
Peternakan
Mengenal jenis hewan
ternak, mengamati dan
mempelajari proses dan
aktivitas peternakan
a. Padang penggembalaan
b. Ruang budi daya (kandang
ternak)
c. Ruang penyambutan
a. Pengamatan terhadap jenis hewan
ternak
b. Mencoba melakukan proses beternak
(memerah susu, memberi makan,
memandikan hewan ternak)
c. Mempelajari pola dan cara budi daya
hewan ternak
d. Bermain dengan hewan ternak,
berfoto, istirahat, mencoba hasil olahan
(susu)
5 Ruang Agrowisata Perikanan Mengenal dan
mengidentifikasi berbagai
jenis ikan air tawar dan
mempelajari proses dan
aktivitas peternakan
a. Kolam ikan
b. Ruang budi daya
c. Ruang penyambutan
a. Pengamatan terhadap perbedaan jenis
dan pakan ikan
b. Memberi makan ikan, menangkap
ikan dengan tangan kosong, memancing
c. Mempelajari pola dan cara budi daya
ikan air tawar
d. Jalan-jalan, istirahat, berfoto
54
57
Data Hasil Analisis
Sintesis Potensi Permasalahan
1. Letak, Luas, dan Aksesibilitas a. Tapak cukup luas dengan hasil
pertanian yang beragam
b. Letak dekat dengan pusat kota
yang memiliki terminal
c. Banyak angkutan umum yang
melintasi tapak
d. Jalan utama sudah diaspal dan
dalam kondisi baik, dilakukan
perbaikan secara berkala
a. Lebar jalan termasuk jalan
utama termasuk kurang lebar
b. Belum tersedia pedestrian
c. Jalan raya berbatasan langsung
dengan parit atau sawah
d. Belum terdapat penanda yang
membuat pengunjung
mengenali tapak serta belum
terdapat batas tapak yang jelas
e. Kurangnya penerangan di
malam hari
a. Membangun gerbang atau
penanda sebagai penciri tapak
dan informasi dengan membuat
rambu jalan, penunjuk jalan,
dan papan informasi
b. Pengembangan potensi
sumberdaya menjadi objek dan
prasarana agrowisata
c. Melakukan pelebaran jalan
pada jalan yang masih sempit
d. Membangun pedestrian jalan
dan lampu jalan pada titik
tertentu
2. Tata Guna Lahan a. Tapak didominasi lahan budi
daya
b. Pemukiman penduduk dekat
dengan area budi daya
a. Lahan baru digunakan untuk
kegiatan produksi pertanian
belum untuk kegiatan wisata
b. Pola lahan pertanian masih
tersebar belum teratur
a. Mengoptimalkan tata guna
lahan menjadi ruang objek
agrowisata sesuai dengan
fungsi, kebutuhan, dan
ketersediaan lahan
b. Lahan budi daya sebagai ruang
agrowisata utama
c. Pengembangan objek dan
atraksi wisata berbasis
kehidupan sosial masyarakat
setempat
Tabel 13. Analisis dan Sintesis
55
58
3. Tanah dan Kemiringan a. Latosol merupakan tanah yang
baik untuk pertanian karena
produktivitas baik
b. Area relatif datar, kemiringan
sekitar 0-3%, kemungkinan
erosi cukup kecil dan cocok
untuk perikanan
a. Tanah latosol memiliki
KTK rendah
a. Penambahan bahan organik
dan mulsa untuk memperbaiki
KTK tanah
b. Pemanfaatan area yang lebih
tinggi untuk menciptakan view
4. Hidrologi a. Sumber air cukup memadai
dan sudah didistribusikan
dengan baik, tidak terdapat
banjir atau genangan air
b. Penggunaan air untuk sawah
dan kebutuhan sehari-hari
sudah terpisah, beberapa warga
menggunakan jet pump
c. Kualitas air cukup baik
a. Terdapat beberapa saluran air
yang tersumbat sampah dan
tidak terawat, tertutup tanaman
liar, belum terbangun dan
masih berdiding tanah. Hal ini
berisiko erosi dinding saluran
dan mengakibatkan
pendangkalan
b. Beberapa warga terlihat MCK
di pinggir saluran air yang
digunakan untuk mengairi
sawah
a. Pembangunan saluran air
permanen dan perbaikan
saluran yang tersumbat
b. Bekerja sama dengan pemda
setempat menghimbau warga
untuk tidak buang sampah
sembarangan ke saluran air
c. Membongkar MCK liar serta
membangun WC Umum
5. Mikroklimat a. Suhu sesuai untuk
pertumbuhan tanaman tropis
dan pekembangan ternak,
terutama sapi
b. Curah hujan cukup memadai
untuk pertanian
c. Iklim pada tapak tergolong
nyaman untuk manusia
beraktivitas (THI <27)
a. Curah hujan pada bulan
tertentu cukup rendah untuk
bertani
b. Penyinaran tinggi
mempengaruhi suhu pada area
terbuka seperti hamparan
sawah dan kolam menjadi
tinggi
c. Kelembaban cukup tinggi
a. THI menciptakan suasana yang
nyaman di tapak
b. Penggunaan tanaman yang
dapat mengurangi intensitas
sinar matahari dan kelembaban
serta membuat shelter atau
tempat berteduh yang
melindungi dari panas dan
hujan
56
59
d. Curah hujan tinggi pada musim
hujan kurang nyaman bagi
pengunjung dan dapat
menyebabkan aliran
permukaan serta merusak jalan
c. Membuat fasilitas berupa
shelter/ tempat berteduh di titik
tertentu
d. Menggunakan material yang
aman dan nyaman
e. Mengoptimalkan penggunaan
drainase dan material yang kuat
6. Potensi Visual a. Tapak dikelilingi oleh lanskap
perbukitan dengan berbagai
aktivitas petani
b. Terdapat beberapa titik
pandang yang memungkinkan
melihat tapak secara luas dan
menuju good view
c. Satwa liar seperti capung,
burung, kupu-kupu terlihat
banyak berkeliaran di sekitar
tapak
a. Area pemukiman banyak yang
tidak tertata rapi dan terkesan
kumuh
b. Terdapat vandalisme pada
beberapa fasilitas dan utilitas
umum
c. Di beberapa titik terdapat
sampah yang berserakan dan
dibiarkan begitu saja
a. Memanfaatkan good view
secara optimal dengan
pengembangan ruang
b. Menambah soft element pada
beberapa pekarangan warga
sehingga terlihat lebih alami
c. Memperbaiki fasilitas dan
sarana sehingga lebih enak
dipandang
d. Menyediakan tempat sampah
setiap jarak tertentu
e. Menyediakan tempat untuk
menikmati good view
7. Fasiliatas dan Utilitas Umum a. Terdapat beberapa fasilitas
umum yang dapat digunakan
untuk fasilitas wisata
b. Kondisi jalan sudah cukup baik
c. Fasilitas dan utilitas pertanian
dalam kondisi baik
a. Fasilitas yang sudah tersedia
banyak yang tidak terurus
b. Belum tersedia fasilitas
pengolahan air kotor / limbah
c. Pada malam hari jalan tampak
gelap karena kurang
penerangan, terutama jalan
yang berbatasan dengan sawah
d. Tingkat keamanan jalan bagi
a. Memanfaatkan fasilitas wisata
yang sudah ada dan
memperbaiki kondisinya
sehingga layak digunakan
b. Menyediakan fasilitas wisata
dan diletakkan sesuai
kebutuhan ruang yang akan
dikembangkan
c. Membangun pedestrian jalan
57
60
pejalan kaki masih sangat
rendah
yang aman
d. Menambah penerangan jalan
pada titik tertentu
e. Menyediakan tempat sampat
pada titik tertentu dan tempat
pembuangan sampah sementara
8. Aspek sosial, Ekonomi, dan
Budaya
a. Terdapat industri sangkar
burung yang yang menjadi ciri
khas Kampung Karangsari
b. Petani yang bekerja di sawah
kebanyakan sudah
berpengalaman lebih dari 5
tahun
a. Tidak terdapat suatu budaya
atau ritual khusus dalam
bertani
a. Merekrut tenaga kerja dari
Kampung Karangsari
b. Memanfaatkan industri sangkar
burung sebagai objek wisata
non pertanian
58
61
y
59
4.3. Konsep Perencanaan Lanskap
Konsep dasar dalam perencanaan ini adalah mengangkat aktivitas
pertanian terpadu di sektor pertanian, perikanan, dan peternakan untuk
dikembangkan pada perencanaan kawasan wisata pertanian terpadu. Perencanaan
diharapkan dapat mengakomodasi kebutuhan ruang masyarakat untuk wisata dan
budi daya, serta menonjolkan karakter lanskap tapak.
4.3.1. Pengembangan Konsep
Konsep yang akan dikembangkan adalah berupa konsep tata ruang,
sirkulasi wisata, aktivitas dan fasilitas wisata yang kemudian akan dituangkan
dalam bentuk blok plan konsep (Gambar 32).
4.3.1.1. Konsep Ruang
Ruang di tapak akan dibagi menjadi dua, yaitu ruang utama agrowisata
dan ruang pendukung agrowisata. Ruang utama agrowisata akan dibagi
berdasarkan objek dan atraksi yang tersedia. Ruang ini merupakan tempat
berlangsungnya aktivitas agrowisata yang memanfaatkan sumber daya dan
lanskap pertanian dan perdesaan di tapak sebagai objek yang dapat dinikmati,
serta atraksi untuk wisatawan turut serta dalam aktivitas pertanian. Ruang
pendukung agrowisata bertujuan memberikan pelayanan kelengkapan,
kemudahan, dan kenyamanan pengunjung selama melakukan aktivitas wisata
serta mendukung konsep agrowisata yang diterapkan.
Ruang utama agrowisata akan dibagi menjadi lima subruang, yaitu ruang
agrowisata sawah, ruang agrowisata kebun sayuran, ruang agrowisata perikanan,
ruang agrowisata peternakan, dan ruang agrowisata teknologi pertanian. Masing-
masing ruang ini akan memiliki subruang berupa ruang display, pelayanan, dan
pascapanen. Ruang pendukung akan dibagi menjadi subruang penerimaan,
subruang transisi, subruang pelayanan, dan subruang masyarakat. Subruang
masyarakat merupakan ruang untuk kehidupan masyarakat yang ada di tapak,
kehidupan masyarakat dapat dikembangkan sebagai salah satu objek wisata dan
menyediakan fasilitas pendukung agrowisata. Subruang penerimaan merupakan
ruang yang pertama kali akan dijumpai pengunjung. Ruang ini berfungsi sebagai
61
area penyambutan dan jalan masuk dan keluar utama kawasan agrowisata
sekaligus sebagai ciri atau identitas pengenal kawasan wisata pertanian terpadu
Kampung Karangsari.
Subruang transisi adalah ruang pengantar untuk wisatawan sebelum
memasuki ruang wisata utama. Di ruang ini akan berlangsung aktivitas produksi
bagi pemilik lahan dan pengelola sehingga kepada wisatawan akan ditunjukkan
pemandangan aktivitas pertanian. Ruang pelayanan berfungsi sebagai ruang yang
bertujuan memberikan pelayanan kemudahan dan kenyamanan untuk wisatawan
dalam melakukan aktivitas agrowisata, baik berupa fasilitas maupun jasa. Ruang
ini akan diletakkan setelah ruang penerimaan sebagai ruang pelayanan utama,
sedangkan ruang pelayanan penunjang akan diletakkan di antara beberapa
subruang wisata sebagai rest area (tempat beristirahat). Diagram pembagian
ruang ditunjukkan pada gambar 30.
4.3.1.2. Konsep Aktivitas dan Fasilitas
Aktivitas wisata yang akan diterapkan dibagi berdasarkan partisipasi
wisatawan dalam kegiatan pertanian, yaitu menjadi aktivitas aktif dan aktivitas
pasif (Gambar 31). Aktivitas aktif adalah aktivitas yang melibatkan wisatawan ke
dalam aktivitas pertanian secara langsung. Wisatawan secara aktif turut serta
dalam mengikuti proses bertani, mulai dari persiapan lahan hingga pemanenan.
Pendidikan pertanian yang diperoleh berasal dari proses pengalaman langsung
wisatawan melalui pemahaman dan penyampaian nilai pendidikan wisata.
Aktivitas pasif merupakan aktivitas agrowisata yang lebih berfungsi rekreasi dan
dikembangkan tanpa melibatkan partisipasi langsung wisatawan ke dalam proses
Gambar 30. Diagram Pembagian Konsep Ruang
62
dan aktivitas bertani. Nilai pendidikan yang diperoleh merupakan hasil
pemahaman dan pengamatan yang dilakukan sendiri oleh wisatawan.
Fasilitas akan dikembangkan sebagai penunjang aktivitas wisata
berdasarkan fungsi ruang wisata serta aktivitas yang akan dikembangkan di dalam
tapak. Fasilitas akan dibuat dengan bentuk, peletakan, pemeliharaan, dan nilai
estetik yang sesuai dengan konsep agrowisata dan karakter tapak. Tujuan dari
penyediaan fasilitas ini adalah untuk memberikan kemudahan, kelengkapan, serta
kenyamanan untuk pengguna tapak dalam melakukan aktivitas agrowisata.
4.3.1.3. Konsep Sirkulasi
Konsep sirkulasi wisata pada tapak akan dibuat sebagai jalur singkat yang
dapat mencapai seluruh kawasan agrowisata. Jalur sirkulasi berperan penting
dalam menghubungkan antaruang pada tapak dan memudahkan akses pengunjung
mencapai fasilitas wisata. Jalur sirkulasi akan dibagi menjadi jalur agrowisata dan
jalur masyarakat. Jalur agrowisata merupakan jalur yang digunakan oleh
wisatawan dan pengelola kawasan agrowisata, sedangkan jalur masyarakat adalah
jalur yang disediakan untuk masyarakat untuk mengakses tapak dalam kegiatan
sehari-hari. Dalam penggunaannya akan terjadi beberapa interaksi dengan
pengunjung dan pengelola.
Jalur agrowisata dibagi menjadi jalur primer dan jalur sekunder. Jalur
primer merupakan jalan yang dapat dilalui pejalan kaki dan kendaraan kecil
seperti sepeda, sepeda motor, dan kereta mini. Jalur sekunder merupakan jalur
yang dapat dilalui pengguna kendaraan bermotor beroda empat seperti mobil dan
pick-up. Jalur agrowisata primer yang menghubungkan antarsubruang agrowisata
utama akan diutamakan untuk penggunaan oleh pengunjung atau wisatawan,
sedangkan jalur sekunder disediakan untuk kemudahan dalam mengelola kawasan
agrowisata, seperti mengantar bahan-bahan atau hasil pertanian.
Gambar 31. Diagram Pembagian Konsep Aktivitas
63 63
64
4.4. Perencanaan Lanskap Agrowisata
Dari blok pengembangan konsep yang telah disusun, dapat dikembangkan
suatu rencana ruang, pengembangan terhadap aktivitas dan fasilitas serta
pembentukan jalur sirkulasi agrowisata sehingga menghasilkan suatu rencana
lanskap (landscape plan) dan rencana tur (touring plan).
4.4.1. Rencana Ruang dan Aktivitas
4.4.1.1. Ruang Utama Agrowisata
Ruang ini merupakan ruang yang menyajikan objek dan atraksi utama dari
kawasan agrowisata, terbagi atas jenis aktivitas budi daya pertanian di lahan, yaitu
menjadi ruang agrowisata sawah, ruang agrowisata kebun sayuran, ruang
agrowisata peternakan, ruang agrowisata perikanan, dan ruang teknologi
pertanian.
Ruang Agrowisata Sawah
Ruang agrowisata sawah merupakan ruang yang disediakan untuk petani
melakukan budi daya padi sawah dan wisatawan dapat mengenal keragaman jenis
varietas palawija (terutama padi) serta mengetahui teknik budi daya hingga
pemeliharaannya. Subruang yang akan dikembangkan adalah subruang sawah,
subruang budi daya, dan subruang pascapanen.
Subruang sawah merupakan area display yang berfungsi untuk para petani
melakukan aktivitas budi daya yang sekaligus sebagai obyek dan atraksi yang
dapat dinikmati oleh pengunjung untuk mengamati proses budi daya. Aktivitas
yang akan dikembangkan adalah aktivitas pasif berupa pengamatan jenis-jenis
tanaman palawija, pengenalan alat-alat pertanian, pengamatan jenis-jenis hama
pertanian, berjalan santai, dan berfoto. Subruang budi daya merupakan ruang yang
disediakan untuk pengunjung untuk dapat terlibat secara langsung dalam
melakukan proses budi daya, mulai dari persiapan lahan, penanaman,
pemeliharaan, hingga pemanenan. Wisatawan dapat melakukan kegiatan seperti
membajak sawah, menanam padi, memberi pupuk, menyiangi gulma, hingga
memanen padi. Pada subruang pascapanen pengunjung dapat mengamati dan ikut
65
serta dalam proses pascapanen, seperti menjemur padi, menggiling padi hingga
menjadi beras, dan mengemas beras hingga siap dijual.
Untuk menunjang seluruh kegiatan agrowisata tersebut akan disediakan
fasilitas berupa lahan sawah sebagai tempat berlangsungnya proses bertani, rumah
penggilingan padi untuk pengolahan pascapanen, musium palawija, gudang
peralatan untuk menyimpan alat-alat dan bahan bertani, papan informasi sebagai
petunjuk untuk pengunjung, tempat duduk, tempat sampah, saung atau shelter,
dan jalan setapak.
Ruang Agrowisata Kebun Sayuran
Ruang agrowisata perkebunan merupakan ruang atraksi agrowisata dengan
komoditas tanaman sayuran, di ruang ini wisatawan akan mempelajari teknik budi
daya sayuran. Subruang yang akan dikembangkan adalah subruang kebun
sayuran, subruang budi daya, dan subruang pascapanen. Subruang kebun sayuran
merupakan sebuah ruang display yang dapat dinikmati wisatawan sebagai
pengamatan komoditas dan aktivitas berkebun. Aktivitas di ruang ini merupakan
aktivitas pasif berupa pengamatan jenis sayuran, mengenal alat-alat perkebunan,
pengamatan aktivitas petani, dan berjalan-jalan santai.
Subruang budi daya merupakan ruang untuk wisatawan terlibat secara
langsung melakukan proses budi daya, mulai dari persiapan lahan, penanaman,
pemeliharaan, hingga pemanenan, seperti menyiapkan media tanam, menanam
bibit, memupuk tanaman, menyiangi gulma, dan memanen tanaman. Di subruang
pascapanen wisatawan dapat mengikuti proses seperti penyortiran hasil panen,
pengemasan produk segar, pengolahan hasil panen, serta pengemasan produk
hasil olahan. Selain itu, pengunjung juga dapat mencicipi langsung hasil produk
Gambar 33. Ilustrasi Aktivitas dan Fasilitas di Ruang Agrowisata Sawah
66
olahan tersebut. Fasilitas yang akan disediakan di ruang ini, di antaranya, lahan
kebun sayuran, gudang peralatan untuk menyimpan alat-alat dan bahan berkebun,
ruang pengepakan, papan informasi sebagai petunjuk untuk pengunjung, tempat
duduk, saung atau shelter, tempat sampah, dan jalan setapak.
Ruang Teknologi Pertanian
Ruang ini merupakan ruang yang disediakan untuk pembuatan bahan-
bahan yang dibutuhkan dalam proses pertanian, seperti pupuk kandang, pupuk
kompos, laboratorium teknologi pertanian, rumah kaca, pembibitan (nursery),
hingga pembuatan pakan ternak. Pembuatan kompos dan mulsa merupakan salah
satu bentuk daur ulang dari limbah pertanian. Pengunjung dapat mengamati atau
ikut serta dalam proses pembuatan bahan-bahan tersebut. Subruang yang akan
dikembangkan adalah subruang display dan subruang produksi. Pada subruang
display, akan disajikan contoh produk yang sudah jadi dan dikemas. Pada ruang
ini aktivitas bersifat pasif, seperti pengamatan, istirahat, dan berfoto. Subruang
produksi merupakan ruang tempat terjadinya pengolahan produk, mulai dari
bentuk bahan mentah hingga pengemasan. Aktivitas yang dapat dilakukan
pengunjung diantaranya membuat pupuk kompos dari limbah kebun, membuat
pupuk kandang dari limbah peternakan, budi daya perbanyakan tanaman,
membuat alat untuk memberi makan ikan, dan membuat konsentrat untuk pakan.
Untuk mendukung aktivitas pada ruang ini akan disediakan fasilitas berupa papan
informasi, ruang display berupa laboratorium, rumah kaca, rumah kompos,
nursery, lahan teknik dan budi daya, tempat duduk, dan tempat sampah.
Gambar 34. Ilustrasi Packing House (Rumah Pengepakan) Ruang Agrowisata Kebun
67
Ruang Agrowisata Perikanan
Pada ruang ini, wisata yang akan dikembangkan adalah agrowisata ikan air
tawar. Ruang akan dibagi menjadi subruang akuarium air tawar, subruang budi
daya, dan subruang pascapanen. Subruang akuarium air tawar merupakan ruang
untuk peternak melakukan aktivitas budi daya sehingga wisatawan dapat
melakukan pengamatan terhadap segala proses budi daya ikan serta mengamati
jenis-jenis ikan. Wisatawan dapat melakukan berbagai aktivitas pasif diantaranya
mengenal jenis-jenis ikan, mengenal peralatan beternak ikan, memancing,
menangkap ikan, berjalan-jalan santai, dan beristirahat. Subruang budi daya
adalah ruang yang disediakan untuk pegunjung secara langsung terlibat
melakukan aktivitas beternak ikan, seperti persiapan kolam, pemupukan kolam,
memilih induk, pemijahan, penetasan telur, pendederan, memberi makan ikan, dan
pemanenan hasil. Sedangkan subruang pascapanen pengunjung dapat mengikuti
proses penyortiran dan pengemasan hasil panen. Untuk menunjang seluruh
aktivitas agrowisata tersebut disediakan fasilitas berupa musium air tawar, kolam
budi daya, kolam pemancingan, saung pemancingan, gudang peralatan, papan
informasi, tempat duduk, tempat sampah, kios makanan kecil, dan saung.
Gambar 35. Ilustrasi Aktivitas dan Fasilitas di Ruang Teknologi Pertanian
Gambar 36. Ilustrasi Aktivitas dan Fasilitas di Ruang Agrowisata Perikanan
68
Ruang Agrowisata Peternakan
Ruang ini merupakan ruang atraksi agrowisata dengan daya tarik
perternakan sebagai sumber daya utama yang dikembangkan. Pada ruang
agrowisata peternakan subruang yang akan dikembangkan adalah subruang
padang penggembalaan, subruang kandang ternak, dan subruang pengolahan.
Subruang padang penggembalaan merupakan tempat hewan ternak dilepas pada
halaman rumput berpagar. Kegiatan yang dapat dilakukan wisatawan di ruang ini
adalah aktivitas pasif diantaranya dapat mengamati tingkah laku hewan ternak,
mengamati perbedaan jenis hewan ternak, memandikan ternak, dan berfoto.
Subruang budi daya merupakan kandang ternak yang bertujuan untuk kegiatan
atau proses beternak. Di ruang ini, pengunjung dapat melakukan kegiatan
memberi makan hewan ternak, memerah susu, dan mengetahui teknik peternakan
yang dilakukan petani. Hasil peternakan yang berupa susu kemudian akan
disimpan di subruang pengolahan. Wisatawan dapat mengetahui proses
pengemasan susu sehingga siap dijual, serta mencicipi hasil produk yang sudah
diolah. Di ruang agrowisata peternakan akan diletakkan fasilitas berupa padang
penggembalaan, kandang ternak, gudang peralatan, rumah pengolahan susu dan
wol, papan informasi, tempat duduk, dan tempat sampah.
4.4.1.2. Ruang Pendukung Agrowisata
Ruang pendukung agrowisata dibagi menjadi ruang penerimaan, ruang
transisi, ruang pelayanan, dan ruang masyarakat. Ruang ini berfungsi memberi
kemudahan dan kenyamanan untuk wisatawan selama di kawasan agrowisata.
Gambar 37. Ilustrasi Aktivitas dan Fasilitas di Ruang Agrowisata Peternakan
69
Ruang Penerimaan
Ruang ini merupakan ruang akses utama keluar-masuk tapak yang pertama
kali akan dijumpai wisatawan saat memasuki kawasan agrowisata terpadu. Selain
itu juga berfungsi sebagai penunjuk identitas tapak sebagai kawasan agrowisata.
Ruang penerimaan akan diletakkan dekat dengan jalan utama untuk kemudahan
akses, selain itu juga pada setiap subruang wisata sebagai area penyambutan. Area
penyambutan bertujuan untuk menunjukkan bahwa wisawatan telah memasuki
subruang agrowisata tertentu. Aktivitas yang ada di area ini dalah aktivits pasif
seperti mengamati dan mengakses informasi sehingga pengunjung mendapatkan
identitas dan kesan tapak.
Fasilitas yang disediakan dia area ini diantaranya gerbang masuk, papan
dan sign penanda kawasan agrowisata Kampung Karangsari, dan pos keamanan
yang diletakkan di area gerbang masuk. Untuk area penyambutan di setiap
subruang wisata akan diletakkan papan atau sign yang menunjukkan identitas
subruang. Fasilitas lain yang disediakan berupa penunjuk arah dan papan
informasi.
Ruang Pelayanan
Ruang pelayanan utama akan diletakkan setelah ruang penerimaan. Ruang
ini berfungsi memberikan kemudahan untuk pengunjung selama berada di
kawasan wisata pertanian terpadu, berupa fasilitas dan jasa. Untuk calon
pengunjung yang ingin mengetahui tentang produk dan fasilitas yang ditawarkan
di tapak juga mendapatkan informasi dari area ini. Sebelum memasuki area
agrowisata, pengunjung diwajibkan membeli tiket masuk dan memilih paket
Gambar 38. Ilustrasi Ruang Penerimaan Utama
70
agrowisata yang ditawarkan. Sebelum memilih pengunjung akan diberikan brosur
dan penjelasan oleh pihak informasi. Setelah itu wisatawan sebelum memulai
kegiatan agrowisata dapat bersiap-siap dan berkumpul di area ini, dan juga
sebagai tempat melepas lelah setelah berwisata.
Aktivitas yang dapat dilakukan diantaranya memperoleh informasi,
membeli karcis dan memilih paket wisata, bersiap-siap, beristirahat, makan dan
minum hasil olahan produk pertanian, berbelanja, dan memarkir kendaraan.
Ruang pelayanan satelit diletakkan di antara subruang wisata untuk kemudahan
wisatawan saat di tengah perjalanan wisata. Fasilitas yang disediakan diantaranya
kantor pelayanan dan informasi, ticket box, area parkir, toilet umum, musholla,
kios oleh-oleh, saung, kedai makanan, telepon umum, saung, tempat duduk, dan
tempat sampah.
Ruang Transisi
Ruang transisi berfungsi sebagai ruang peralihan yang mengarahkan dan
mengenalkan wisatawan ke ruang agrowisata utama yang dituju. Ruang ini berupa
hamparan lanskap pertanian yang luas di tapak dan dikelilingi oleh lanskap
perbukitan, sehingga wisatawan dapat merasakan suasana pertanian. Selain itu,
ruang ini juga memiliki fungsi produksi bagi pengelola. Aktivitas yang dilakukan
wisatawan di area ini adalah aktivitas pasif berjalan menikmati pemandangan
pertanian dan berfoto. Fasilitas yang disediakan adalah berupa jalan setapak dan
tempat duduk dengan pemandangan lahan pertanian yang menarik.
Ruang Masyarakat
Kehidupan masyarakat perdesaan dapat dimanfaatkan sebagai daya tarik
non pertanian yang ada di tapak. Ruang ini juga dapat berfungsi sebagai ruang
yang dapat memberikan pengalaman dan suasana perdesaan bagi wisatawan yang
ingin berlibur dari kesibukan kota. Dalam pengembangannya sebagai ruang
pendukung agrowisata, ruang masyarakat tetap diperhatikan sebagai ruang pribadi
masyarakat sehingga dalam pengembangannya tidak terlalu signifikan. Aktivitas
yang dapat dilakukan wisatawan diantaranya melihat-lihat, berinteraksi langsung,
mengunju
penduduk
Gambar
ungi pabrik
ataupun me
39. Ilustrasi
k sangkar
enyewa kam
i Fasilitas RMotor (c)
burung, d
mar pengina
Ruang Pelay) Halte Ang
(a)
(b)
(c)
dan melaku
apan yang d
yanan (a) Kgkutan Umu
ukan home
disediakan.
Kedai Makanum
estay di r
nan (b) Park
71
umah
kir
Ruang
Agrowisata Subruang Aktivitas Fasilitas
1. Ruang Utama a. Sawah Sawah, museum palawija, rumah penggilingan
padi, gudang peralatan, papan informasi, tempat
duduk, tempat sampah, saung
- display Pasif : mengamati proses budi daya dan jenis-jenis
palawija serta hama pertanian, membuat caping,
membuat orang-orangan sawah, jalan santai,
berfoto
- budi daya Aktif : membajak sawah, menanam padi,
memanen padi
- pascapanen Aktif : menjemur padi, menggiling, mengemas
beras
b. Perkebunan Lahan kebun sayuran, gudang peralatan, packing
house, papan informasi, saung, tempat duduk,
tempat sampah
- display Pasif : mengamati jenis-jenis sayuran dan proses
budi daya, jalan santai, istirahat, berfoto
- budi daya Aktif : menyiapkan media tanam, menanam bibit,
memupuk, memanen
- pascapanen Aktif : menyortir hasil panen, mengemas,
mengolah hasil panen, mencicipi hasil olahan
c. Peternakan Padang gembala, kandang ternak, gudang
peralatan, rumah pengolahan, papan informasi,
tempat duduk, tempat sampah
- padang penggembala Pasif : mengamati tingkah laku dan jenis hewan,
memandikan hewan ternak, duduk-duduk, berfoto
- kandang Aktif : memberi makan, memerah susu
Pasif : mengamati teknik beternak
- pengolahan Aktif : penyortiran dan pengemasan hasil
peternakan, mencicipi susu yang sudah diolah
d. Perikanan Museum air tawar, kolam pemancingan, saung
pemancingan, gudang peralatan, papan - Akuarium air tawar Pasif : mengenal jenis-jenis ikan dan alat-alat
Tabel 14. Perencanaan Ruang dan Akivitas
72
73
perikanan, memancing, menangkap ikan dengan
tangan, berjalan santai, beristirahat
informasi, tempat duduk, tempat sampah, kios
makanan kecil, saung
- budi daya Aktif : persiapan kolam, memilih induk,
pemijahan, menetaskan telur ikan, memberi
makan ikan, pemanenan hasil
- pascapanen Aktif : penyortiran dan pengemasan hasil panen
e. Teknologi
Pertanian
Laboratorium, nursery, papan informasi, ruang
display, rumah kaca, rumah kompos, tempat
duduk, tempat sampah - display Pasif : mengamati jenis-jenis bahan pertanian dan
kemajuan teknologi pertanian, beristirahat, berfoto
- produksi Aktif : membuat kompos, pupuk kandang, budi-
daya perbanyakan tanaman, membuat mulsa
2. Ruang Pendukung a. Penerimaan Pasif : akses keluar dan masuk utama tapak,
mendapat informasi, memarkir kendaraan
Penanda kawasan agrowisata, pos keamanan,
lahan parkir
b. Pelayanan Pasif : membeli tiket dan memilih paket tur,
istirahat, makan dan minum, mencoba hasil panen
olahan, berbelanja
Kantor pelayanan dan informasi, toilet umum,
kios oleh-oleh, saung, rumah makan, telepon
umum, tempat duduk
c. Transisi Pasif : menikmati pemandangan alam pertanian
dan perdesaan
Hamparan lanskap pertanian, gazebo atau saung
d. Masyarakat Pasif : mengenal kehidupan sosial masyarakat
setempat, homestay, menikmati suasana perdesaan
Rumah penginapan, jalan setapak, pabrik
sangkar burung
73
74
Alokasi ruang terluas adalah pada ruang agrowisata utama sebanyak 55%
dan ruang pendukung agrowisata sebanyak 28,25% (tabel 15). Untuk lebih
jelasnya rencana ruang, aktivitas, dan fasilitas disajikan dalam bentuk tabel 14.
4.4.2. Rencana Jalur Agrowisata
Berdasarkan fungsinya, jalur yang direncanakan dibagi menjadi dua, yaitu
jalur sirkulasi wisata dan jalur masyarakat. Jalur sirkulasi wisata merupakan jalur
yang dibuat untuk menunjang kegiatan agrowisata yang menghubungkan antara
sub-subruang agrowisata, dibagi menjadi jalur primer, sekunder, dan tersier. Jalur
sekunder merupakan jalan yang dapat diakses kendaraan ukuran sedang seperti
mobil, pick-up, sepeda, dan sepeda motor. Kendaraan pengunjung dapat
mengakses jalur ini hingga area parkir. Untuk jalur sekunder yang ada di tapak
lebih bertujuan sebagai jalur untuk pengelola dalam mengangkut hasil pertanian
atau mengantar bahan-bahan pertanian. Jalan yang direncanakan memiliki lebar 4
- 5 meter sepanjang 705 m.
Jalur primer merupakan jalur wisata yang dibuat khusus untuk pejalan
kaki, sepeda, dan kendaraan wisata berukuran kecil, bertujuan untuk pengguna
dalam mengakses tiap subruang agrowisata utama. Jalan ini bermula dari ruang
pelayanan dan menghubungkan setiap subruang agrowisata, memiliki lebar 3
meter sepanjang 1090 m. Jalur tersier merupakan jalur yang menghubungkan
No Ruang Agrowisata Subruang Persentase (%) Luas (m2) 1 Utama a. Persawahan 15 7155 b. Perkebunan 14 6678 c. Perikanan 8,5 4056 d. Peternakan 9 4293 e. Teknologi Pertanian 8,5 4052 Total 55 26234
2 Pendukung a. Penerimaan 1 477 b. Pelayanan 2,25 1073 c. Transisi 10 4767 d. Masyarakat 15 7157 Total 28,25 13474
3 Badan Jalan 16,75 7992 Total Keseluruhan 100 47700
Tabel 15. Alokasi Ruang Wisata
setiap oby
memiliki l
menghubu
yang dipa
Akan tetap
m. Jalur
aktivitas s
mengguna
perbaikan
Un
umumnya
pengunjun
selama me
yek dan atr
lebar ±1,2
ungkan peta
datkan sehi
pi pada beb
sirkulasi m
sehari-hari d
akan jalan
dan peleba
ntuk vegeta
a berfungsi
ng, selain it
elakukan ak
Gambar 4
raksi yang a
meter dan h
ak-petak keb
ingga menja
berapa titik
masyarakat
dan penghu
eksisting
aran pada fa
asi pinggira
i sebagai
tu juga bert
ktivitas agro
40. Ilustrasi
ada di dala
hanya dapa
bun atau saw
aga kesan a
terdapat ja
merupakan
ubung antar
yang tela
asilitas jalan
an jalan da
tanaman p
tujuan untuk
owisata.
Jalur (a) Pr
(a)
(b)
(c)
am subruang
at dialui peja
wah akan m
lami dan tid
alan tersier y
n jalur unt
ruang kehi
h ada den
n.
apat dilihat
peneduh d
k menamba
rimer (b) Se
g agrowisat
alan kaki. J
menggunaka
dak merusak
yang diaspa
tuk masyar
dupan masy
ngan melak
t pada Tab
an pengara
ah estetika d
ekunder (c)
ata, direncan
Jalan tersier
an material
ak area perta
al sepanjang
rakat melak
yarakat. Jal
kukan beb
bel 16. Veg
rah jalan u
dan kenyam
Tersier
75
nakan
yang
tanah
anian.
g 415
kukan
ur ini
berapa
getasi
untuk
manan
76
4.4.3. Rencana Tur Agrowisata
Rencana tur yang disediakan merupakan rencana perjalanan wisata di
dalam tapak yang dituangkan ke dalam paket-paket agrowisata. Paket perjalanan
agrowisata dibagi berdasarkan panjang waktu yang tersedia, yaitu perjalanan
agrowisata satu hari dan perjalanan agrowisata dua hari (menginap). Pada
perjalanan paket wisata satu hari, aktivitas wisata yang ditawarkan lebih bersifat
rekreatif, namun masih memiliki nilai edukasi dan mencakup seluruh obyek dan
atraksi pertanian. Pada paket wisata dua hari, wisatawan akan ditawarkan paket
lengkap aktivitas edukasi dan wisata pertanian terpadu serta interaksi dengan
masyarakat setempat. Keikutsertaan wisatawan dalam proses pertanian lebih
menonjol pada paket dua hari. Untuk lebih jelasnya paket wisata disuguhkan pada
Tabel 17.
No Jalur Wisata Fungsi Vegetasi Jenis Vegetasi 1 Primer a. Peneduh
b. Pengarah jalan Bixa arborea (kesumba) Cananga odorata (kenanga) Cinnamomun burmanii (kayu manis) Eucalyptus camaldulensis (kayu putih) Eugenia caryophyllata Thunb. (cengkih) Helianthus annuus (bunga matahari) Michelia champaca L. (cempaka)
2 Sekunder Pengarah jalan Areca catechu (pinang) Erythrina cristagali (dadap merah) Gmelina arborea (jati putih) Manilkara kauki (sawo kecik) Swietenia mahogani (mahoni) Terminalia catapa L. (ketapang)
3 Tersier a. Peneduh b. Tanaman buah
Artocarpus communis (sukun) Averrhoa bilimbi (belimbing wuluh) Citrus sp. (jeruk) Cocos nucifera (kelapa) Morinda citrifolia L. (mengkudu) Myristica fragrans (pala) Psidium guajava (jambu biji) Tamarindus indica (asam)
Tabel 16. Vegetasi Tepi Jalan
76
Paket Ruang Rute Wisata Waktu (menit) Paket I (±7 jam) Area penerimaan Masuk ke tapak, parkir 10 Pelayanan pusat Pemberian informasi, memilih paket wisata, ticketing, persiapan 15 Transisi Jalan santai menuju area wisata utama, berfoto, duduk-duduk menikmari view 10 Perkebunan Mendapatkan penjelasan dari tour guide 10 Jalan santai sambil mengamati jenis sayuran, berkeliling kebun, memetik sayuran 20 Kunjungan ke packing house 25 Pertanian Berjalan santai sambil mengamati lahan pertanian, mendengarkan penjelasan dari tour
guide 10
Mengunjungi museum palawija 30 Membajak sawah, menumbuk dan menjemur padi 30 Pelayanan satelit (rest
area) Istirahat, makan dan minum, sholat, bersih-bersih 35
Perikanan Mendengarkan dan mengamati tour guide, mengunjungi akuarium air tawar 30 Menangkap ikan, memberi makan ikan, memindahkan ikan ke sawah 20 Peternakan Melihat-lihat ternak di padang gembala, mendengarkan informasi dari tour guide,
memandikan ternak, bermain dengan hewan ternak 30
Memberi makan ternak, memerah susu atau mencukur domba 25 Kunjungan ke rumah pengolahan susu dan wol 20 Teknologi Pertanian Mengamati proses pembuatan kompos 15 Berkunjung ke rumah kaca 15 Berkunjung ke laboratorium dan nursery 25 Pelayanan pusat Istirahat, menikmati view, berbelanja produk pertanian, sholat, makan dan minum 30 Total Paket I 405 Paket II Hari I (± 6 jam) Area penerimaan Masuk ke tapak, parkir 10 Pelayanan pusat Pemberian informasi, memilih paket wisata, ticketing, persiapan 60 Transisi Jalan santai menuju area wisata utama, duduk-duduk menikmati view 15 Perkebunan Mendapatkan penjelasan dari tour guide, berkeliling kebun 15
Tabel 17. Perencanaan Rute Wisata
77
77
Mempersiapkan media tanam, menanam, dan memetik sayur 40 Kunjungan ke packing house 30 Pertanian Mengunjungi museum palawija 40 Membajak sawah, menanam padi, memanen padi 40 Kunjungan ke rumah penggilingan padi (menjemur padi, menggiling padi, mengemas) 20 Pelayanan satelit (rest
area) Istirahat, makan dan minum, sholat, bersih-bersih 25
Ruang Masyarakat Mengunjungi ruang masyarakat 30 Menginap, aktivitas bebas (hingga hari
berikutnya) Total Hari I 325 Hari II (± 7 jam) Ruang Masyarakat Mengunjungi industri sangkar burung 30 Perikanan Mengunjungi akuarium air tawar 30 Memperhatikan dan mengikuti teknik budi daya ikan (pemijahan, pemilihan induk,
penetasan telur, penyortiran) 30
Menangkap ikan, memberi makan ikan, memindahkan ikan ke sawah 25 Pelayanan satelit (rest
area) Istirahat, makan dan minum, sholat, bersih-bersih 25
Peternakan Melihat-lihat ternak di padang gembala, mendengarkan informasi dari tour guide, memandikan ternak, bermain dengan hewan ternak
30
Memperhatikan teknik-teknik budi daya ternak (memberi vaksin, teknik mengawinkan, mencukur bulu domba)
30
Memberi makan ternak, memerah susu, mencukur bulu domba 30 Kunjungan ke rumah pengolahan hasil peternakan 30 Teknologi Pertanian Mengamati dan mengikuti proses pembuatan kompos, pupuk kandang, dan pupuk hijau 20 Mengunjungi rumah kaca 30 Mengamati percontohan lahan pertanian terpadu 15 Mengunjungi laboratorium dan nursery 40
78
78
Pelayanan pusat Istirahat, berbelanja produk pertanian, sholat, makan dan minum 30 Check out 50 Total Hari II 455 Total Hari I & II 780
79
80
Tabel 17. Daya Dukung Pengunjung Berdasarkan Fasilitas Wisata
4.4.4. Daya Dukung Agrowisata
Berdasarkan fasilitas ruang wisata yang direncanakan, dapat ditentukan
daya dukung ruang terhadap pengunjung. Daya dukung didapatkan dari
perhitungan membagi rencana luasan ruang dengan kebutuhan ruang per orang
sehingga didapatkan jumlah pengguna yang dapat ditampung suatu ruang. Hal ini
dilakukan agar penyebaran pengunjung sesuai dengan kapasitas suatu ruang
wisata, sehingga tidak terjadi over capacity (kelebihan muatan) yang membuat
kualitas fasilitas wisata menurun dan ketidaknyamanan pengunjung. Dari Tabel
17, diketahui bahwa Kampung Karangsari dapat menampung maksimal sebanyak
1.698 orang dengan berbagai kegiatan.
*) Sebayang, 1996 dalam Pratiwi, 2011
No Fasilitas Wisata Rencana Luasan (m2)
Standar Aktivitas* Daya Dukung
1 Area parkir 496 15 m2 / mobil
33 mobil
65 2 m2 / motor
32 motor
2 Toko suvenir 110 2 m2 / org 55 orang 3 Restoran / kedai makanan 100 1,5 m2 / org 66 orang 4 Jalur sepeda 1390 8 m2 /
sepeda 173 sepeda
5 Lahan sawah (aktivitas aktif) 1717 4 m2 / org 429 orang 6 Packing house 200 2 m2 / org 100 orang 7 Lahan kering (aktivitas aktif) 834 4 m2 / org 208 orang 8 Museum pertanian 100 2 m2 / org 50 orang 9 Rumah penggilingan padi 100 2 m2 / org 50 orang 10 Akuarium air tawar 100 2 m2 / org 50 orang 11 Pemancingan 327 8 m2 / org 40 orang 12 Pabrik sangkar burung 104 3 m2 / org 35 orang 13 Kolam budidaya 165 3 m2 / org 55 orang 14 Homestay 500 8 m2 / org 65 orang 15 Padang gembala 152 4 m2 / org 38 orang 16 Kandang ternak 119 3 m2 / org 40 orang 17 Rumah pengolahan ternak 100 2 m2 / org 50 orang 18 Rumah kaca (dua) 50 2 m2 / org 25 orang 19 Rumah kompos 30 2 m2 / org 15 orang 20 Laboratorium dan nurseri 150 4 m2 / org 75 orang TOTAL 1.698 orang
V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
Kampung Karangsari memiliki potensi sebagai kawasan agrowisata
secara fisik dan visual, terutama dari dominasi penggunaan lahan pertanian
yang bervariasi. Kendala yang ada berupa karakter lahan yang berfokus
pada kegiatan produksi dan jalur sirkulasi yang belum tertata untuk wisata.
Dari potensi dan kendala tersebut direncanakan suatu kawasan wisata
pertanian terpadu yang menyediakan ruang dan fasilitas untuk kegiatan
agrowisata. Ruang yang direncanakan diantaranya ruang agrowisata utama
seluas 26.234 m2, terdiri dari subruang sawah (lahan sawah, museum
pertanian, rumah penggilingan) 7.155 m2, subruang kebun sayuran (lahan
kering, packing house) 6.678 m2, subruang peternakan (padang gembala,
kandang ternak) 4.293 m2, subruang perikanan (kolam ikan, akuarium air
tawar, pemancingan) 4.056 m2, dan subruang teknologi pertanian (nurseri,
rumah kaca, rumah kompos, laboratorium) 4.052 m2. Untuk ruang
agrowisata pendukung seluas 13.474 m2 terdiri dari subruang penerimaan
477 m2, subruang pelayanan (rest area, shelter sepeda, dan kantor
pelayanan) 1.073 m2, subruang transisi 4.767 m2, dan subruang masyarakat
7.157 m2 dengan ruang dimanfaatkan sebagai homestay dan wisata
nonpertanian seluas 1.244 m2. Jalur wisata yang direncanakan terdiri jalur
primer dengan lebar 3 m sepanjang 1090 m, jalur sekunder dengan lebar 6
m sepanjang 705 m, dan jalur tersier selebar 1,2 m dengan jalan yang
diaspal sepanjang 415 m. Dengan adanya perencanaan ini diharapkan dapat
menjadi salah satu alternatif pengembangan kawasan Kampung Karangsari.
5.2. Saran
Studi perencanaan pada kawasan ini merupakan perencanaan
lanskap secara garis besar dengan memanfaatkan potensi ruang pertanian
yang telah ada di tapak. Perencanaan dapat dilanjutkan dengan desain pada
setiap ruang yang telah direncanakan dengan konsep pertanian terpadu yang
lebih detail.
DAFTAR PUSTAKA
Alikodra HS. 1989. Prospek dan kendala pengembangan wisata agro di Indonesia.
Makalah Seminar Wisata Agro. IPB. Bogor.
Arifin HS. 1992. Beberapa pemikiran pengembangan agrowisata pada kawasan
cagar budaya betawi di Condet, Jakarta Timur. Makalah Seminar Wisata
Agro. IPB. Bogor.
Brooks RG. 1988. Site Planning Environment, Process, and Development. United
States: Pretice-Hall, Inc.
Fandeli C dan Muhammad. 2009. Prinsip-prinsip Dasar Mengkonservasi
Lanskap. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Gold SM. 1980. Recreation and Planning Design. New York: McGraw-Hill Book
co.
Handoko. 1995. Klimatologi Dasar. Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya.
Hardjowigeno S, dkk. 2007. Evaluasi Kesesuaian Lahan dan Perencanaan Tata
Guna Lahan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Laurie. 1984. Pengantar Arsitektur Pertamanan. Bandung: Intermedia.
Lynch K. 1981. Site Planning. London: The MIT Press Cambridge.
Miller RW. 1991. Urban Forestry: Planning and Managing Urban Greenspaces.
New York: John Wiley & Sons Inc.
Nurisjah S. 2001. Pengembangan kawasan wisata agro (agrotourism). Buletin
Taman dan Lanskap Indonesia 2001. Bogor.
Nurisjah S dan Q. Pramukanto. 2009. Penuntun Perencanaan Lanskap. Bogor.
Nurisjah S, Q. Pramukanto dan S. Wibowo. 2003. Daya Dukung Dalam
Perencanaan Tapak. Bahan Praktikum Analisis dan Perencanaan Tapak.
Program Studi Arsitektur Lanskap, Departemen Budidaya Pertanian,
Fakultas Pertanian, IPB. Bogor.
Pratiwi V. 2011. Desain Lanskap Pertanian Yayasan Pengembangan Insan
Pertanian Indonesia (YAPIPI) Desa Bojongsari Kecamatan Ciomas,
Kabupaten Bogor. Skripsi. Bogor: IPB, Fakultas Pertanian, Departemen
Arsitektur Lanskap.
86
Reijntjes C, B. Haverkort, dan A. Waters-Bayer. 1999. Pertanian Masa Depan:
Pengantar untuk Pertanian Berkelanjutan dengan Input Luar Rendah.
Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Rubatzky VE dan M Yamaguchi. 1999. Sayuran Dunia: Prinsip, Produksi, dan
Gizi. Bandung: Penerbit ITB.
Rukmana R. 1995. Bawang Daun. Jakarta: Penerbit Kanisius.
Salikin KA. 2003. Sistem Pertanian Berkelanjutan. Yogyakarta: Penerbit
Kanisius.
Setiawan AI. 2002. Memanfaatkan Kotoran Ternak. Jakarta: Penebar Swadaya.
Simonds JO. 1983. Landscape Architecture: A Manual of Life Planning and
Design. New York: McGraw-Hill Book co.
Subowo. 2002. Agrowisata meningkatkan pendapatan petani.
http://database.deptan.go.id/agrowisata. [27 Januari 2010]
Sutama IK dan IGM. Budiarsana. 2009. Panduan Lengkap Kambing dan Domba.
Jakarta: Penebar Swadaya.
Sutanto R. 2002. Penerapan Pertanian Organik. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Tim Dosen. 2006. Modul Interaktif Kuliah Pertanian Terpadu. Bogor.
Tirtawinata MR dan I. Fachruddin. 1999. Daya Tarik Pengelolaan Agrowisata.
Bogor: Penebar Swadaya.
Yoeti OA. 1997. Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata. Jakarta: Pradnya
Paramita.
87
Lampiran 1. Lembar Kuisioner Petani KUISIONER PENELITIAN “PERENCANAAN LANSKAP AGROWISATA
TERPADU DI KAMPUNG KARANGSARI, DESA SINDANGASIH, KECAMATAN KARANG TENGAH, KABUPATEN CIANJUR”
Oleh: Perthy Astria Haryandhes (Program Studi Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor)
Dalam rangka penelitian saya yang berjudul Perencanaan Lanskap Agrowisata Terpadu di Kampung Karangsari, Desa Sindangasih, Kecamatan Karang Tengah, Kabupaten Cianjur sebagai syarat memperoleh gelar sarjana S1 di Institut Pertanian Bogor, maka saya mohon kesediaan Bapak/Ibu/Saudara untuk mengisi kuisioner ini dalam rangka memperoleh informasi lebih lanjut mengenai lanskap pertanian terpadu yang ada di Kampung Karangsari RT01/RW03 ini. Tujuan dari penelitian ini adalah membuat perencanaan tapak di Kampung Karangsari menjadi kawasan lanskap agrowisata terpadu dengan menyediakan ruang wisata yang dilengkapi dengan sarana penunjang dan jalur sirkulasi. Kuisioner ini akan digunakan sebagai data untuk analisis potensi dan kendala lebih lanjut. Atas kesediaan Bapak/Ibu/Saudara saya ucapkan terima kasih. I. Latar Belakang Responden
1. Umur:
a. 15-24 th (remaja) b. 25-55 th (dewasa) c. >55 th (manula) 2. Jenis kelamin: a. laki-laki b. perempuan 3. Pendidikan terakhir: a. SD b. SLTP-SMU c. Akademi-PT d. Tidak sekolah e. lainnya (sebutkan)… 4. Mata pencaharian utama: a. PNS b. Swasta c. TNI
d. Petani e. lainnya (sebutkan) … 5. Lama tinggal di Cianjur: a. <1 th b. 1-5 th c. 5-10 th d. >10 th II. Potensi Lanskap Pertanian Terpadu
a. Potensi Lahan dan Produk: 1. Luasan total lahan yang dimiliki/digarap: a. <100 m2 b. 100-300 m2 c. 300-500 m2 d. 500-1000 m2
e. >1000 m2 2. Jenis penggunaan lahan yang dimiliki (bisa lebih dari satu): a. lahan pertanian (sawah, tegal, pekarangan, kebun dalam m2) b. lahan perikanan (kolam, tambak dalam m2) c. lahan peternakan (padang gembala, kandang dalam m2) d. lainnya (sebutkan) … 3. Kepemilikan lahan: a. lahan sendiri b. sewaan c. garapan
88
4. Keterkaitan terhadap lahan: a. lahan bebas b. lahan warisan 5. Lama kepemilikan: a. <1 th b. 1-2 th c. 2-4 th d. >4 th 6. Jenis komoditas yang ditanam/dibudidayakan: a. pertanian (pangan, buah, sayuran, industri) … b. perikanan (sebutkan komoditasnya) … c. peternakan (sebutkan komoditasnya) … d. lainnya (sebutkan) … 7. Untuk lahan pertanian, pola pertanaman tanaman yang digunakan: a. tanaman musiman b. tanaman dwi musim c. tanaman tahunan 8. Untuk komoditas pertanian kebun, lamanya panen mulai dari tanam sampai
panen: a. <2 th b. 2-4 th c. 4-8 th d. >8 th b. Potensi ekonomi 1. Banyaknya panen dilakukan per tahun: a. <2 kali per tahun b. 2-4 kali per tahun c. 4-6 kali per tahun
d. >6 kali per tahun 2. Apakah produk yang dihasilkan untuk dijual atau dikonsumsi sendiri? a. dijual b. dikonsumsi 3. Jika dijual, keuntungan yang diperoleh setiap kali panen: a. <500ribu b. 500ribu-1juta c. 1-2 juta d. >2juta 4. Apakah ada kegiatan pengolahan produk setelah panen/langsung dijual
(segar)? a. ada b. tidak 5. Tenaga kerja yang digunakan: a. sendiri b. tenaga kerja bayaran c. Potensi aksesibilitas: 1. Relativitas kemudahan dalam memasarkan produk pertanian: a. mudah b. sulit 2. Relativitas letak lahan terhadap jalan utama: a. jauh b. dekat 3. Ada/tidaknya alternatif akses pemasaran produk pertanian: a. ada (sebutkan) … b. tidak ada d. Potensi aktivitas adat dan budaya: 1. Adakah upacara adat/keagamaan yang dilakukan berhubungan dengan lahan: a. ada b. tidak 2. Jika ada, apa saja? (sebutkan) … 3. Adakah atraksi (membajak, memanen, menggembala, dsb) yang dapat
ditunjukkan sehubungan dengan kegiatan produksi? a. ya b. tidak 4. Jika ya, apa saja? (sebutkan) …
89
5. Jenis aktivitas apa saja yang dilakukan selama proses produksi? (sebutkan) …………………………………………………………………………………………………....................................................................................................
6. Apakah dalam aktivitas produksi terkait dengan organisasi adat? a. terkait b. tidak 7. Jika ya, apakah dalam aktivitas produksi, kegiatan produksi (musim memulai
tanam, pengairan, mulai beternak, mulai menebar benih, dsb) ditentukan adat? a. ya b. tidak 8. Sebelumnya, apakah anda pernah mendengar istilah wisata agro? ….
Jika ya, menurut Anda, apakah pengertian wisata agro tersebut? ………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
9. Apakah Anda setuju jika lahan dan aktivitas pertanian di Kampung Karangsari dikembangkan sebagai kawasan wisata agro?
a. ya b. tidak Alasan …………………………………………………………………………………………...………………………………………………………………………………………………………
10. Apakah harapan Bapak/Ibu/Saudara jika lahan pertanian di Kampung Karangsari ini nantinya dikembangkan sebagai wisata agro?
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………....
Terima Kasih Atas Partisipasinya
90
Lampiran 2. Hasil Kuisioner: Kondisi Petani
No Variabel Jumlah % 1 Jenis Kelamin a. Laki-laki 11 73,33 b. Perempuan 4 26,67 Jumlah 15 100
2 Jenjang Pendidikan a. SD 1 6,67 b. SMP 9 60 c. SMU 5 33,33 d. Akademi - 0 e. PT - 0 f. Tidak sekolah - 0 Jumlah 15 100
3 Pekerjaan Utama a. Petani 8 53,33 b. Pedagang 1 6,67 c. Wiraswasta 4 26,67 d. Rumah Tangga 2 13,33 Jumlah 15 100
4 Luasan Total Lahan yang Digarap a. <100 m2 - b. 100-300 m2 - c. 300-500 m2 1 6,67 d. 500-1000 m2 2 13,33 e. >1000 m2 12 80 Jumlah 15 100
5 Jenis Penggunaan Lahan yang Dimiliki (bisa lebih dari satu) a. Lahan Pertanian 13 65 b. Lahan Perikanan 4 20 c. Lahan Peternakan 3 15 Jumlah 20 100
4 Kepemilikan Lahan a. Lahan Sendiri 5 33,33 b. Lahan Sewaan 2 13,33 c. Lahan Garapan 8 53,33 Jumlah 15 100
5 Lama Kepemilikan a. <1 th - 0 b. 1-2 th - 0 c. 2-4 th 3 20 d. >4 th 12 80 Jumlah 15 100
6 Kesediaan Lahan untuk Menjadi Kawasan Wisata a. Ya 13 86,67 b. Tidak 2 13,33 Jumlah 15 100
91
7 Banyaknya Panen per Tahun a. <2 kali - 0 b. 2-4 kali 9 60 c. 4-6 kali - 0 d. >6 kali 6 40 Jumlah 15 100
8 Kegiatan Pengolahan Produk Pasca Panen a. Ada 1 6,67 b. Tidak ada 14 93,33 Jumlah 15 100
9 Upacara Adat atau Keagamaan yang Dilakukan Berhubungan dengan Kegiatan Bertani
a. Ada - 0 b. Tidak Ada 15 100 Jumlah 15 100
10 Apakah Pernah Mendengar Istilah Agrowisata a. Pernah 3 20 b. Belum Pernah 12 80 Jumlah 15 100
11 Penggunaan Pupuk Organik a. Ya 13 86,67 b. Tidak 2 13,33 Jumlah 15 100
92
Lampiran 3. Hasil Kuisioner: Tabel Jenis Komoditi
No Jenis Lahan Jenis Komoditi 1 Pertanian (Pangan, Buah, Sayuran) - Padi
- Jagung - Daun bawang - Cabai - Kacang panjang - Kacang tanah - Terung
2 Perikanan - Nila
- Koi - Mas - Lele - Mujair
3 Peternakan - Sapi
- Kambing - Domba - Bebek
93
Lampiran 4. Hasil Kuisioner: Tabel Lama Penanaman
Keterangan: ○ Masa Penanaman dan Pemeliharaan ● Masa Panen - Masa Pemulihan dan Pengolahan Tanah
Komoditas Bulan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Padi ○ ○ ○ ● - ○ ○ ○ ● - ○ ○ Jagung ○ ○ ○ ● - ○ ○ ○ ● - ○ ○ Daun bawang ○ ○ ● - ○ ○ ● - ○ ○ ● - Cabai ○ ○ ○ ● ● ● ● ● ● ● ● - Kacang Panjang ○ ○ ● ● - ○ ○ ● ● - ○ ○ Kacang Tanah ○ ○ ○ ● - ○ ○ ○ ● - ○ ○ Terung ○ ○ ○ ● ● - ○ ○ ○ ● ● -
92
Lampiran 5. Keterangan Komoditas Tanaman Pertanian di Kampung Karangsari
No Jenis Tanaman Syarat Tumbuh Keterangan Tanah Iklim 1 Padi (Oryza sativa) a. 0 – 1500 m dpl
b. pH 4-7
a. Suhu 190 – 270 C b. Intensitas
penyinaran matahari penuh dan tanpa naungan
a. Panen dilakukan bila butir gabah sudah menguning dan tangkai menunduk sebanyak 80% dari seluruh sawah
b. Di Kampung Karangsari, terdapat masalah hama tikus yang menyerang batang muda dan buah padi, menimbulkan gejala tanaman padi yang roboh pada petak sawah
2 Jagung (Zea mays) a. 50 – 600 m dpl b. pH 5,5 – 7,5 c. Kemiringan < 8% d. Drainase dan
aerasi baik
a. Suhu 230 – 300 C b. Intensitas
penyinaran matahari penuh dan tanpa naungan
c. CH 85 – 200 mm per bulan
a. Jagung muda dipanen ketika diameter tongkol 1-2 cm dan biji belum terisi penuh
b. Petani di Kampung Karangsari memproduksi jagung muda dan jagung besar
c. Jagung digunakan sebagai tanaman selingan untuk mengembalikan produktivitas tanah
3 Bawang daun (Allium fistulosum)
a. 900 – 1700 m dpl b. pH 6,5 – 7,5
a. Suhu 190 – 240 C b. Kelembaban 80 –
90%
4 Cabai rawit (Capsinum annum)
a. 0 – 1500 m dpl b. pH 5,5 – 6,5 c. Drainase dan
aerasi baik
a. Suhu 160 – 320 C dengan suhu optimum 270 C
b. CH 90 – 1200 mm per bulan
a. Bila sudah mencapai usia panen, dapat dipanen setiap 5 -7 hari sebanyak 30 – 40 kali
b. Di Kampung Karangsari, selain ditanam di lahan khusus juga ditanam pada pinggiran sawah dan ladang
5 Kacang panjang (Vigna sinensis)
a. < 800 m dpl b. pH 5,5 – 6,5 c. Lempung berpasir
a. Suhu 200 - 300 C b. CH 600 – 1500 mm
per tahun
94
93
Lampiran 5. Keterangan Komoditas Tanaman Pertanian di Kampung Karangsari
yang kaya bahan organik (seperti latosol)
6 Kemangi (Ocinum basulicum)
a. Dapat tumbuh pada tanah asam maupun basa
a. Tidak memiliki terlalu banyak persyaratan untuk tumbuh
b. Bentuk fisik dipengaruhi oleh suhu, suhu dingin menyebabkan daun lebar dan lebih hijau dibandingkan dengan di daerah panas membuat daunnya kecil, tipis, dan berwarna hijau pucat
c. Di Karangsari, kondisi lahan kemangi kurang terawat dan bercampur dengan tanaman liar
7 Kacang tanah (Arachis hypogaea)
a. 0 – 1500 m dpl dengan pertumbuhan optimum pada 50 – 500 m dpl
b. pH 6,0 – 6,5 c. Berstruktur ringan
(seperti regosol, andosol, latosol, dan alluvial)
a. Suhu 250 – 320 C b. Intensitas
penyinaran matahari penuh dan tanpa naungan
c. CH 800 – 1300 mm per tahun
a. Bakteri Rhizobium pada akar kacang tanah dapat menyuburkan tanah
b. Ditanam untuk mengembalikan kesuburan tanah maupun melalui sistem tumpangsari
8 Terung (Solanum melongenae)
a. 0 – 2000 m dpl b. pH 5,5 – 7,5 c. Drainase baik
a. Suhu 220 – 300 C b. Intensitas
penyinaran matahari tinggi
a. Usia produktif tanaman mencapai 6 bulan sejak masa panen dengan interval pemanenan setiap 3 – 7 hari sekali
b. Terdapat dua jenis terung yang diproduksi di Kampung Karansgari, yaitu terung ungu dan terung hijau
95
94
Lampiran 5. Komoditas Tanaman Pertanian di Kampung Karangsari (lanjutan)
9 Kangkung (Ipomoea aquatic)
a. 0 – 1500 m dpl b. Kangkung air
harus ditanam pada tanah yang tergenang, berkebalikan dengan kangkung darat
a. Intensitas penyinaran matahari sedang dan penuh tanpa naungan
b. CH 500 – 5000 mm per tahun
a. Jenis kangkung yang ditanam di Kampung Karangsari adalah kangkung air
Sumber: Prabowo (2007), Rubatzky (1999), Rukmana (1995), dan Susila (2006)
96
Lampiran
6. Grafik D
Kel
Cura
Peny
Data Mikrok
Suhu Udara
lembaban U
ah Hujan Bu
yinaran Ma
klimat Kamp
a Rata-rata
Udara Rata-r
ulanan Rata
atahari Rata
pung Karan
Tahun 2009
rata Tahun2
-rata Tahun
-rata Tahun
ngsari
9 - 2010
2009 - 2010
n 2009 - 201
n 2009 – 201
0
10
10
96 97
Top Related