perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
PERBEDAAN PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN DAN KEMAMPUAN GERAK TERHADAP HASIL BELAJAR
SEPAK DAN TAHAN BOLA PADA PERMAINAN SEPAKBOLA
(Studi Eksperimen Pendekatan Pembelajaran Bermain dan Drill pada Siswa Putra SD Muhammadiyah 3 Nusukan Surakarta)
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Megister
Program Studi Ilmu Keolahragaan
Diajukan oleh : KODRAD BUDIYONO
NIM: A.120809114
PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2011
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
PERBEDAAN PENGARUH PENDEKATAN DAN PEMBELAJARAN DAN KEMAMPUAN GERAK TERHADAP HASIL BELAJAR SEPAK DAN
TAHAN BOLA DALAM PERMAINAN SEPAKBOLA
(Studi Eksperimen Pendekatan Pembelajaran Bermain dan Drill pada Siswa Putra SD Muhammadiyah 3 Nusukan Surakarta)
Disusun Oleh
KODRAD BUDIYONO A. 120809114
Telah Disetujui Oleh Tim Pembimbing
Dewan Pembimbing :
Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal Pembimbing I Prof. Dr. H. M. Furqon H, M.Pd ……… ……….
NIP. 196007271987021001 Pembimbing II Prof. Dr. dr. Muchsin Doewes, AIFO ……… ………. NIP. 194805311976031001
Mengetahui
Ketua Program Studi Ilmu Keolahragan
Prof. Dr. Sugiyanto NIP. 194911081976091001
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
PERBEDAAN PENGARUH PENDEKATAN DAN PEMBELAJARAN DAN
KEMAMPUAN GERAK TERHADAP HASIL BELAJAR SEPAK DAN
TAHAN BOLA DALAM PERMAINAN SEPAKBOLA
(Studi Eksperimen Pendekatan Pembelajaran Bermain dan Drill pada Siswa Putra SD Muhammadiyah 3 Nusukan Surakarta)
Disusun Oleh
KODRAD BUDIYONO A. 120809114
Telah Disetujui Oleh Tim Pembimbing
Dewan Pembimbing : Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal Ketua Prof. Dr. Sugiyanto ……………… …….... Sekretaris Dr. Agus Kristiyanto, M. Pd ……………… …….... Anggota Penguji 1. Prof. Dr. H. M. Furqon H, M. Pd ………………. …........ 2. Prof. Dr. dr.Muchsin Doewes, AIFO …………….... ………
Mengetahui
Ketua Program Studi Prof. Dr. Sugiyanto ………………
.……..
Ilmu Keolahragaan NIP. 194911081976091001
Direktur Program Prof. Drs. Suranto, M. Sc, Ph. D ………………
………
Pascasarjana NIP. 19570820198501004
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
PERNYATAAN
Yang bertandatangan di bawah ini, saya :
Nama : Kodrad Budiyono
NIM : A. 120809114
Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa tesis yang berjudul, “PERBEDAAN
PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN DAN KEMAMPUAN
GERAK TERHADAP HASIL BELAJAR SEPAK DAN TAHAN BOLA
DALAM PERMAINAN SEPAKBOLA“ adalah benar-benar karya sendiri. Hal-
hal yang bukan karya saya dalam tesis ini diberi tanda citasi dan ditunjukkan
dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak
benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik yang berupa pencabutan
tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis tersebut.
Surakarta,
Yang Membuat Pernyataan
Kodarad Budiyono NIM. A. 120809114
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
MOTTO
“Hidup adalah amanah“
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan kepada :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
Kakak-kakak tercinta yang selalu memotivasi dan mengiringi langkah-langkahku di
setiap saat.
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahiim,
Dengan memanjatkan Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan berkat dan rahmat Nya, sehingga tesis saya yang berjudul
“Perbedaan Pengaruh Pendekatan Pembelajaran dan Kemampuan Gerak
Terhadap Hasil Belajar Sepak Dan Tahan Bola Dalam Permainan Sepak
Bola“, dapat saya selesaikan dengan baik.
Tesis ini tidak mungkin dapat diselesaikan tanpa bimbingan dan bantuan serta
dukungan dari semua pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini perkenankanlah saya
menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan kepada :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
a. Prof. Dr. dr. Moch. Syamsulhadi, Sp. KJ (K), Rektor Universitas Sebelas Maret
Surakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti
pendidikan Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
b. Prof. Drs. Suranto, M.Sc,Ph.D, Direktur Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas
Maret Surakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
mengikuti pendidikan di Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
c. Prof. Dr. H. M. Furqon H,M.Pd, Sebagai Pembimbing I, yang telah mencurahkan
pikiran, waktu dan tenaga untuk memberikan bimbingan dan arahan sampai
terselesaikannya tesis ini.
d. Prof. Dr. dr. H. Muchsin Doewes, AIFO, Pembimbing II yang telah secara seksama
dan dengan penuh kesabaran dalam mencurahkan pikiran, waktu, serta tenaga
untuk memberikan bimbingan sampai tesis ini dapat selesai.
e. Prof. Dr. Sugiyanto, Sebagai Ketua Prodi Ilmu Keolahragaan Universitas Sebelas
Maret Surakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
mengikuti pendidikan Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
f. Prof. Dr.Ir.H. Ongko Cahyono, M.Sc, Rektor Universitas Tunas Pembangunan
Surakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti
pendidikan Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
g. Drs. Nurrudin Priya Budi Santoso, M.Or., Dekan FKIP UTP Surakarta yang telah
memberikan izin penelitian di JPOK FKIP UTP Surakarata.
h. Drs. Teddy Agoeng. PD 3 FKIP UTP Surakarta, yang selalu member motivasi dan
semangat.
i. Rekan-rekan Program Pascasarjana IOR angkatan 2009 yang telah membantu dalam
proses penyelesaian penulisan tesis ini.
j. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, atas bantuan baik moril atau
materiil sehingga dapat terselesaikan penulisan tesis ini.
Semoga Allah SWT memberikan balasan atas semua kebaikan yang diberikan
dengan tulus dan ikhlas. Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna,
oleh sebab itu, penulis mengharap saran dan kritik yang bersifat membangun sebagai
bekal demi kesempurnaan tesis ini.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
Surakarta, Januari 2011
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ………………………………………………… i
HALAMAN PENGESAHAN …………………………………..….. ii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI………………………….. iii
HALAMAN PERNYATAAN……………………………………… iv
MOTTO……………………………………………………………… v
HALAMAN PERSEMBAHAN……………………………………. vi
KATA PENGANTAR………………………………………………. vii
DAFTAR ISI ………………………………………………………… ix
DAFTAR TABEL…………………………………………………… xi
DAFTAR GAMBAR………………………………………………… xii
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………… xiii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
ABSTRAK……………………………………………………………. xiv
ABSTRACT…………………………………………………………... xv
BAB I.PENDAHULUAN ……………………………………............. 1
A. Latar Belakang Masalah ……...………...…………………….. 1
B. Perumusan Masalah ………………………………..………….. 10
C. Tujuan Penelitian ……………………………..……………….. 11
D. Manfaat Penelitian ………………………………………..… 11
BAB II.KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR .…………. 13
A. Kajian Teori……. ……………………………………………….. 13
1. Permainan Sepakbola……………………………..................... 13
a. Hakekat Permainan Sepakbola…………………………….. 13
b. Sepak dan Tahan Bola dalam Permainan Sepakbola..……. 16
2. Pendekatan Pembelajaran.……..……………………….…….. 20
a. Pendekatan Pembelajaran Bermain……………………….. 32
b. Pendekatan Pembelajaran Drill……….…………………… 38
3. Kemampuan Gerak …….…………………………………….. 42
a. Gerakan yang Terampil dan Efisien pada Anak-anak……... 55
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Gerak…… 68
c. Peranan Kemampuan Gerak dalam Sepakbola…………… 70
B. Penelitian yang Relevan…………………………………………. 75
C. Kerangka Berfikir……………………………...………………… 76
D. Rumusan Hipotesis………………….……………....…….…........ 79
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN …………………………… 80
A. Tempat dan Waktu Penelitian…………………………………… 80
B. Metode dan Rancangan Penelitian…….………………………… 81
C. Variabel Penelitian………………………………………………. 83
D. Definisi Operasional Variabel Penelitian………...………………. 84
E. Populasi dan Sampel …………………………………………….. 85
F. Teknik Pengumpulan Data ……………………………………… 87
G. Teknik Analisis Data ……………………………………………. 89
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
BAB IV. HASIL PENELITIAN……………………………………….. 95
A. Deskripsi Data……………………………………………………. 95
B. Pengujian Persyaratan Analisis…………………………………… 99
C. Pengujian Hipotesis………………………………………………. 101
D. Pembahasan Hasil Penelitian……………………………………... 105
BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN……………….. 110
A. Kesimpulan……………………………………………………….. 110
B. Implikasi…………………………………………………………… 111
C. Saran…………………………………………………………........ 112
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………... 113
LAMPIRAN……………………………………………………………... 116
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Gerak Dasar.......
68
Tabel 2. Rancangan Penelitian Faktorial 2 x 2 …………………………... 82
Tabel 3. Ringkasan ANAVA untuk Uji Reliabilitas……………………..... 88
Tabel 4. Ringkasan ANAVA untuk Eksperimen Faktorial 2X2…………... 92
Tabel 5. Deskripsi Data Hasil Tes Kemampuan Sepak Dan Tahan Bola tiap
Kelompok Berdasarkan Pendekatan Pembelajaran dan Kemampuan
Gerak Siswa……………………………………………………… 96
Tabel 6. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Distribusi Frekwensi
Populasi……………………………………………………….. 99
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Tabel 7. Rangkuman Hasil Uji Homogenites pada Populasi…………… 100
Tabel 8. Ringkasan Nilai Rata-rata Kemampuan Gerak Dasar
Berdasarkan Jenis Pembelajaran dan Kemampuan Gerak
Siswa…………………………………………………………… 101
Tabel 9. Ringkasan Hasil Analisis Varians untuk Penggunaan Metode
Pembelajaran (A1 dan A2)…………………………………………… 102
Tabel 10. Ringkasan Hasil Analisis Varians untuk Usia Siswa
(B1 dan B2)………………………………………………………….. 102
Tabel 11. Ringkasan Hasil Analisis Varians Dua Faktor…………………….. 103
Tabel 12. Ringkasan Hasil Uji Rentang Newman-Keuls
Setelah Analisis Varians……………………………..…………….. 103
Tabel 13. Pengaruh Sederhana, Pengaruh Utama, dan Interaksi Faktor, A dan B
Terhadap Kemampuan Sepak dan Tahan bola………………………
107
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
DAFTAR GAMBAR
Hala
man
Gambar 1. Cara Menendang Bola…………………………….....……….... 17
Gambar 2. Cara Menerima Bola…..………………………… ………….... 19
Gambar 3. Komponen Gerakan Efisien………………………….……....... 55
Gambar 4. Histogram Nilai Rata-rata Tes Awal dan Tes Akhir Kemampuan
Sepak dan Tahan Bola Tiap Kelompok Berdasarkan Pendekatan
Pembelajaran dan Kemampuan Gerak Siswa…………………. 97
Gambar 5. Histrogram Nilai Rata-rata Peningkatan Kemampuan Sepak dan
Tahan Bola Pada Tiap Kelompok Perlakuan….……………........ 98
Gambar 6. Bentuk Interaksi Perubahan Besarnya Peningkatan Kemampuan
Sepak dan Tahan Bola…………………………………..…......... 107
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Tes Sepak dan Tahan Bola…………..………….................
116
Lampiran 2. Petunjuk Pelaksanaan Tes Kemampuan Gerak……....…...
118
Lampiran 3. Foto-Foto Pelaksanaan Penelitian Pendekatan
Pembelajaran dan Kemampuan Gerak …………………
122
Lampiran 4 Data hasil Tes Sepak dan Tahan Bola........……………....
129
Lampiran 5. Data hasil Tes Kemampuan Gerak……….……………..... 130
Lampiran 6. Rekapitulasi Data Hasil Tes Sepak dan Tahan Bola
Berdasarkan Rangking…………………………………… 136
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
ABSTRAK
KODRAD BUDIYONO. A 120809114, Perbedaan Pengaruh Pendekartan Pembelajaran dan Kemampuan Gerak Terhadap Hasil Belajar Sepak dan Tahan Bola Pada Permainan Sepakbola (Studi Eksperimen Pendekatan Pembelajaran Bermain dan Drill Pada Siswa Putra SD Muhammadiyah 3 Nusukan). Tesis:Surakarta. Program Pascasarjana UNS Surakarta, Januari 2011.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Perbedaan pengaruh antara pendekatan pembelajaran bermain dan Drill terhadap hasil belajar sepak dan tahan bola pada permainan sepakbola. (2) Perbedaan pengaruh hasil belajar sepak dan tahan bola antara siswa yang berkemampuan gerak rendah dan tinggi. (3) Pengaruh interaksi antara pendekatan pembelajaran dan kemapuan gerak terhadap hasil belajar sepak dan tahan bola pada permainan sepakbola.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan rancangan faktorial 2 x 2. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa putra SD Muhammadiyah 3 Nusukan Surakarta yang berjumlah 60 siswa. Sampel dalam penelitian ini adalah 40 siswa yang diambil dengan teknik Purposive Random Sampling. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah ANAVA dua jalur yang dilanjutkan dengan uji Rentang Newman-Kleus pada taraf signifikansi a = 0.05.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) Ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara pendekatan pembelajaran bermain dan drill terhadap hasil belajar sepak dan tahan bola. (2) Ada perbedaan hasil belajar sepak dan tahan bola yang signifikan antara siswa yang memiliki kemampuan gerak tinggi dan kemampuan gerak. (3) Ada pengaruh interaksi yang signifikan antara pendekatan pembelajaran bermain dan tingkat tingkat kemampuan gerak terhadap hasil belajar sepak dan tahan bola: a) siswa dengan kemampuan gerak tinggi lebih cocok jika diberikan pendekatan pembelajaran bermain. b) Mahasiswa yang memiliki kemampuan gerak rendah lebih cocok jika diberikan pendekatan pembelajaran drill.
Kata – kata kunci : Pendekatan pembelajaran, kemampuan gerak, dan hasil belajar sepak dan tahan bola.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
ABSTRACT KODARD BUDIYONO. A120809114, the differences of the studying approach effect and the motor ability to the result of the football studies and the defence of the ball in the football game (the experiment studies of the game learning approach and drill to the boy students of SD Muhammadiyah 3 Surakarta). Thesis: Surakarta. UNS Surakarta Graduate Program, January 2011.
This research is aimed to know: (1) the differences of the effect between
the playing approach studies and drill to the result of the football game. (2) the differences of the effect of the football result studies and the defence of the ball between the students who have the high and low of the motor ability. (3) the effect of the interaction between the studying approach and the motor ability to the result of the football and the defence of the ball in football game.
The method which used in this research is the experiment method with the factorial design 2x2. The population of the research is 60 boy students of SD Muhammadiyah 3 Surakarta, This sample of the research is 40 students, which is took by the purposive random sampling Data analysis techniques used in this research are two ways ANAVA followed by Newman-Kleus Range Test at significance level of ά = 0.05.
The result of the research shows that: (1) there are the differences of the signicant between the playing studying approach and drill to the result of the football studies and the defence of the ball. (2) there are the differences in the result of the football studies and the defence of the ball which is significant between the students who have the high and low of the motor ability. (3) there are some effects between the interaction which is signicant between the playing approach studies and the level of the basic ability to the result of the football studies and the defence of the ball : (a) the students who have the high motor ability are more appropriate if they are given by the playing approach studies. (b) university students who have the motor ability are more appropriate if they are given by the drill of the approach studies.
The key word : The approach of the studies, the motor ability,the result of the football studies and the defence of the ball.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan jasmani mengandung pengertian yang menyangkut suatu
aspek dan bentuk kegiatan tertentu dari pelajar dalam proses pendidikan.
Pendidikan jasmani adalah suatu bagian dari pendidikan keseluruhan. Pendidikan
jasmani dan kesehatan yang mengutamakan aktivitas jasmani dan kebiasaan hidup
sehat sehari-hari mempunyai peranan penting dalam pembinaan dan
pengembangan individu maupun kelompok dalam menunjang pertumbuhan dan
perkembangan jasmani, mental, serta emosi yang selaras, serasi dan seimbang.
Ateng (2003:52) mengemukakan bahwa tujuan pendidikan jasmani antara lain :
(a) Merangsang pertumbuhan dan perkembangan organik, (b) Keterampilan
neuromuskuler motorik, (c) Perkembangan intelektual, (d) Perkembangan
emosional.
Tujuan pendidikan jasmani yang ingin dicapai bernaung di bawah
payung ranah-ranah sebagai berikut: ranah kognitif yang mencakup
perkembangan intelektual, kegiatan kognitif dapat mencakup mulai dari ingatan
tentang informasi yang sederhana sampai pada penafsiran yang tersusun secara
canggih dan kesimpulan tentang informasi yang diterima. Ranah afektif yang
mencakup perkembangan sosial-personal-emosional, keterampilan afektif dapat
mencakup mulai dari emosi yang sederhana sampai interaksi sosial yang canggih.
Ranah psikomotor, yang mencakup perkembangan neuromuskular atau syaraf
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
otot, keterampilan psikomotor mencakup mulai dari kegiatan reflek yang tidak
disengaja sampai penampilan keterampilan olahraga yang dipadu dengan baik.
Dalam proses belajar gerak banyak faktor yang berpengaruh, seperti
faktor siswa, faktor latihan, faktor lingkungan dan faktor guru. Faktor pelajar
merupakan faktor penentu utma dalam dalam proses belajar gerak.Motivasi bagi
siswa itu sangat penting agar tujuan belajar dapat tercapai. Motor penggerak
dalam belajar gerak agar bisa berhasil berasal dari siswa sendiri. Dengan motivasi
yang besar, maka semangat belajar siswa akan tinggi pula.
Anak besar adalah anak yang berusia antara 6 sampai dengan 10 atau 12
tahun. Perkembangan fisik pada anak besar cenderung berbeda dengan masa
sebelumnya dan sesudahnya. Pertumbuhan tangan dan kaki lebih cepat
dibandingkan pertumbuhan togok. Pada tahun-tahun awal masa anak besar
pertumbuhan jaringan tulang tulang lebih cepat dibanding pertumbuhan jaringan
otot dan lemah, dengan demikian pada umumnya anak menjadi tampak kurus.
pada tahun-tahun terakhir masa anak perkembangan jaringan otot mulai lebih
cepat hal ini berpengaruh pada peningkatan kekuatan yang menjadi lebih cepat
juga.
Pada masa anak besar kecenderungan pertumbuhan fisik kearah tipe
tubuh tertentu mulai terlihat, Kegiatan pembelajaran merupakan salah satu faktor
utama dalam penyusunan strategi pembelajaran. Kegiatan pembelajaran
pendidikan jasmani harus diprogram dengan baik dan benar-benar tepat, baik yang
berhubungan dengan bentuk, lama, tingkat kesukarannya. Dampak perubahan
yang mungkin terjadi pada diri siswa, situasi maupun tujuan yang hendak dicapai.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Hal ini dapat dimengerti, karena kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani
adalah gerakan-gerakan jasmani yang mempunyai pengaruh nyata terhadap
pertumbuhan dan perkembangan siswa. Dengan demikian bila salah pilih dapat
mengakibatkan kerusakan fisik dan mental siswa, bahkan kemungkinan dapat
menimbulkan cacat badan maupun cacat rohani. Demikian jelaslah bahwa
memilih kegiatan pembelajaran merupakan langkah penting di dalam penyusunan
strategi pembelajaran pendidikan jasmani. Prakteknya, kegiatan pembelajaran
pendidikan jasmani sudah banyak yang disusun secara sistematik baik yang
berkenaan dengan bentuk, urutan waktu, lama pelaksanaan, tingkat kesukaran
bahkan sudah dikaitkan dengan tujuan dan penilaian proses pembelajaran.
Pendidikan jasmani sebagai suatu proses pembinaan manusia yang
berlangsung seumur hidup, pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan yang
diajarkan disekolah memiliki peranan sangat penting, yaitu memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk terlibat langsung dalam berbagai
pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan yang dipilih
yang dilakukan secara sistematis. Pembekalan pengalaman belajar itu diarahkan
untuk membina pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik,
sekaligus membentuk pola hidup sehat dan bugar sepanjang hayat.
Pendidikan jasmani dan kesehatan merupakan bagian integral dari
pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek
kebugaran jasmani, keterampilan gerak, ketrampilan berfikir kritis, ketrampilan
sosial, penalaran stabilitas emosional, tindakan moral, aspek pola hidup sehat dan
pengenalan lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani, olahraga kesehatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
terpilih yang direncanakan secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan
pendidikan nasional.
Pendidikan memiliki sasaran pedagogis, oleh karena itu pendidikan kurang
lengkap tanpa adanya pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan karena gerak
sebagai aktivitas jasmani adalah dasar bagi manusia untuk mengenal dunia dan
dirinya sendiri yang secara alami berkembang searah dengan perkembangan
zaman.
Selama ini telah terjadi kecenderungan dalam memberikan makna mutu
pendidikan yang hanya dikaitkan dengan aspek kemampuan kognitif. Pandangan
ini telah membawa akibat terabaikannya aspek-aspek moral, akhlak, budi pekerti,
seni, psikomotor, serta life skill. Dengan diterbitkannya Undang-undang Nomor
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah
Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan akan memberikan
peluang untuk menyempurnakan kurikulum yang komprehensif dalam rangka
mencapai tujuan pendidikan nasional.
Pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan merupakan media untuk
mendorong pertumbuhan fisik, perkembangan psikis, keterampilan motorik,
pengetahuan dan penalaran, penghayatan nilai-nilai (sikap-mental-emosional-
sportivitas-spiritual-sosial), serta pembiasaan pola hidup sehat yang yang
bermuara untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan kualitas fisik dan
psikis yang seimbang.
Untuk menjalankan proses pendidikan, kegiatan belajar dan pembelajaran
merupakan suatu usaha yang amat strategis untuk mencapai tujuan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
diharapkan. Pergaulan yang bersifat mendidik itu terjadi melalui interaksi aktif
antara siswa sebagai peserta didik dan guru sebagai pendidik. Kegiatan belajar
dilakukan oleh siswa, dan melalui kegiatan ini akan ada perubahan perilakunya,
sementara kegiatan pembelajaran dilakukan oleh guru untuk memfasilitasi proses
belajar. Kedua peranan itu tidak akan terlepas dari situasi saling mempengaruhi
dalam pola hubungan antara dua subyek, meskipun di sini guru lebih berperan
sebagai pengelola.
Kegiatan pembelajaran merupakan masalah yang amat kompleks, dan
melibatkan keseluruhan aspek psiko-fisik, bukan saja aspek kejiwaan, tetapi juga
aspek neuro-fisiologis. Pada tahap awal pembelajaran, siswa baru mengenal
substansi yang dipelajari baik yang menyangkut aspek pembelajaran kognitif,
afektif maupun psikomotor. Bagi siswa materi pembelajaran itu menjadi sesuatu
yang asing pada mulanya, namun setelah guru berusaha untuk memusatkan dan
menarik perhatian siswa pada peristiwa pembelajaran maka sesuatu yang asing itu
menjadi berangsur-angsur berkurang. Siswa sangat peduli dengan apa yang
dilakukan oleh gurunya. Oleh karena itu, guru harus mengupayakan semaksimal
mungkin penataan lingkungan belajar dan perencanaan materi agar terjadi proses
pembelajaran yang menarik dan membangkitkan motivasi siswa di dalam
mengikuti pembelajaran.
Untuk mencapai tujuan pendidikan jasmani, ada beberapa faktor
pendukung yang diperlukan antara lain faktor guru sebagai penyampai informasi,
siswa sebagai penerima informasi, sarana prasarana, dan juga metode atau cara
untuk menyampaikan informasi. Metode yang dipilih dan diperkirakan harus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
cocok digunakan dalam proses pembelajaran teori dan praktek keterampilan,
semata-mata untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi proses. Proses
pembelajaran dapat dikatakan efektif bila perubahan perilaku yang terjadi pada
siswa setidak-tidaknya mencapai tingkat optimal. Efisiensinya terletak pada
kecepatan dikuasainya materi pelajaran yang disajikan, sekalipun dalam waktu
yang relatif pendek. Sehingga hendaknya guru dalam mengajar menggunakan
pendekatan yang diharapkan mampu memberikan pengalaman yang berarti
kepada siswa, baik secara fisik maupun psikis sehingga akan meningkatkan
partisipasi minat gerak seluruh siswa sehingga tingkat kualitas gerak maksimal.
Dengan demikian jika metode yang dipilih itu tepat maka efektifitas dan efisiensi
proses pembelajaran itu akan produktif yaitu memberikan hasil yang banyak.
Metode pendekatan pembelajaran bermain dan drill merupakan
pendekatan yang dapat digunakan untuk pembelajaran anak, karena kedua
pendekatan tersebut yang lebih sering dipelajari dan dianggap lebih praktis
dilaksanakan oleh guru pendidikan jasmani. Meskipun ada anggapan bahwa kedua
metode ini tidak menarik dan membosankan atau sering dikatakan guru tidak
kreatif, perlu diingat bahwa tidak ada metode pendekatan pembelajaran yang
paling baik untuk selamanya dan setiap metode pendekatan pembelajaran
memiliki kelebihan dan kekurangan. Terpenting adalah pendekatan pembelajaran
itu akan baik jika pelakunya baik dan dilakukan dengan baik pula, tentunya
dengan memperhatikan sarana dan prasarana, lingkungan dan karakteristik-
karakteristik siswanya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
Pendekatan bermain dan drill adalah salah satu cara belajar yang dalam
pelaksanaannya dilakukan melalui bentuk modifikasi permainan. Dalam
pendekatan bermain siswa diberi kebebasan untuk mengekspresikan
kemampuannya terhadap tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Dengan cara
bermain diharapkan siswa dapat memliki kreativitas dan inisiatif untuk
memecahkan masalah yang muncul selama proses pembelajaran berlangsung.
Melalui bermain dikembangkan juga unsur kompetitif, sehingga siswa saling
berlomba menunjukkan kemampuannya.
Berdasarkan uraian pendekatan pembelajaran bermain dan drill yang
telah diungkapkan di atas menggambarkan bahwa, pendekatan bermain
merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan untuk
meningkatkan pencapaian hasil belajar ketrampilan dasar bermain sepakbola
khususnya sepak dan tahan bola. Namun pencapaian hasil belajar tidak hanya
dipengaruhi oleh pendekatan pembelajaran saja, masih ada faktor lain seperti
kemampuan kondisi fisik siswa, motifasi, sarana dan prasarana dan lain-lain.
Pendekatan pembelajaran yang tepat, faktor-faktor lain yang
mempengaruhi keberhasilan dalam proses pembelajaran adalah kemampuan gerak
dasar yang telah dimiliki siswa. Penampilan seorang anak dipengaruhi oleh faktor
umur. Faktor umur memiliki tingkat perkembangan yang berbeda secara
kapasitas. Setiap kelompok umur berbeda kapasitas fisik, mental dan sosial yang
disebabkan faktor lingkungan. Perbedaan ini memiliki implikasi terhadap proses
pembelajaran. Anak yang memiliki tahapan umur lebih tinggi memiliki aspek
kognisi yang lebih tinggi pula. Aspek kognisi mempengaruhi penerimaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
informasi; makin tinggi tingkat kognisi makin mudah menerima informasi. Fakta
dilapangan menunjukkan bahwa pembelajaran khususnya olahraga kurang
memperhatikan karakteristik siswa yang didasarkan pada perkembangan usia.
Sebagai contoh pembelajaran olahraga di sekolah dasar anak-anak kelas II
diberikan pembelajaran yang sama dengan anak kelas V. Karakteristik fisik,
mental dan sosial dipastikan memiliki perbedaan, oleh karena itu semestinya
diberikan model pendekatan pembelajaran yang berbeda. Kelompok umur di
Sekolah Dasar diperkirakan antara 7 – 12 tahun, maka dalam penelitian ini
nantinya akan mengambil sampel siswa kelompok umur 8-11 tahun yang
diperkirakan duduk dikelas II – VI. Uraian diatas menimbulkan permasalahan
apakah ada perbedaan hasil pembelajaran yang diberikan kepada anak yang
memiliki perbedaan usia.
Kemampuan gerak dasar juga mempengaruhi didalam mempelajari
ketrampilan gerak dalam suatu cabang olahraga. Sejalan dengan meningkatnya
ukuran tubuh dan meningkatnya kemampuan fisik, maka akan meningkat pula
kemampuan gerak dasar anak. Peningkatan kemampuan gerak dasar dapat
diidentifikasikan dalam bentuk gerakan dengan mekanika tubuh yang makin
efisien, lancar dan terkontrol, pola gerakan makin bervariasi dan bertenaga.
Berbagai macam kegiatan yang mungkin dapat dilakukan apabila anak
memperoleh kesempatan melakukan gerakan-gerakan yang lebih luas atau pada
masa anaknya tidak terkekang. Gerakan-gerakan yang dilakukan bentuknya dapat
menyerupai gerakan orang dewasa pada umumnya, hanya perbedaannya terletak
pada pelaksanaan gerak yang masih lemah dan kurang bertenaga. Hal ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
disebabkan kapasitas fisik anak belum dapat menyamai kapasitas fisik orang
dewasa. Selain itu kapasitas fisik masing-masing anak tidak sama, hal ini
disebabkan karena perbedaan koordinasi tubuh, ukuran tubuh dan kekuatan otot,
sehingga terdapat kemampuan gerak dasar tinggi dan kemampuan gerak dasar
rendah. Dengan demikian akan berbeda pula hasil pembelajaran didalam proses
ketrampilan geraknya.
Sepakbola merupakan cabang olahraga permainan yang peraturannya
dapat dimodifikasi, sehingga termasuk materi yang harus diberikan pada mata
pelajaran pendidikan jasmani sekolah dasar. Bermain sepakbola memiliki unsur
dasar yang sangat kompleks. Kompleksitas permainan membawa implikasi
terhadap proses pembelajaran ketrampilan bermain sepakbola. Ketrampilan
bermain merupakan hasil dari proses pembelajaran sejak usia dini. Pembelajaran
sangat dipengaruhi kondisi siswa yang berupa faktor tinggi rendahnya
kemampuan dasar, usia pertumbuhan, dan perkembangan fisik,mental dan sosial.
Pada anak usia sekolah dasar (SD) memiliki karakteristik pertumbuhan fisik,
mental dan sosial berbeda dengan usia-usia pada jenjang pendidikan lain. Oleh
karena didalam pembelajaran keterampilan dibutuhkan metode mengajar yang
sesuai dengan perkembangan dan pertumbuhan anak. Pengaruh gaya mengajar,
kemampuan gerak dan kelompok umur terhadap keterampilan teknik dasar
bermain sepakbola pada tingkat usia sekolah dasar merupakan permasalahan yang
diangkat dalam penelitian ini. Sebagai tolak ukur keberhasilan siswa dalam
pembelajaran ini adalah penguasaan unsur dasar bermain sepakbola yang
diformulasikan dalam bentuk tes keterampilan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Mengingat begitu besar pengaruh pendekatan pembelajaran dan
kemampuan gerak dalam meningkatkan keterampilan teknik dasar bermain
sepakbola, maka perlu adanya penelitian tentang “Perbedaan Pengaruh
pendekatan Pembelajaran dan Kemampuan Gerak Terhadap Hasil Belajar Sepak
dan Tahan Bola Pada Permainan Sepakbola”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan
masalah penelitian sebagai berikut :
1. Adakah perbedaan pengaruh pendekatan pembelajaran bermain dan drill
terhadap hasil belajar sepak dan tahan bola pada permainan sepakbola ?
2. Adakah perbedaan pengaruh hasil belajar sepak dan tahan bola pada
permainan sepakbola bagi siswa yang memiliki kemampuan gerak tinggi dan
rendah?
3. Adakah pengaruh interaksi antara pendekatan pembelajaran dengan
kemampuan gerak terhadap peningkatan hasil belajar sepak dan tahan bola
pada permainan sepakbola?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas maka, tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
1. Perbedaan pengaruh pendekatan pembelajaran bermain dan drill terhadap
hasil belajar sepak dan tahan bola pada permainan sepakbola pada siswa putra
SD Muhammadiyah 3 Surakarta.
2. Perbedaan pengaruh hasil belajar sepak dan tahan bola pada permainan
sepakbola bagi siswa yang memiliki kemampuan gerak tinggi dan rendah pada
siswa putra SD Muhammadiyah 3 Surakarta.
3. Ada pengaruh interaksi antara pendekatan pembelajaran dengan kemampuan
gerak terhadap hasil belajar sepak dan tahan pada permainan sepakbola pada
siswa putra SD Muhammadiyah 3 Surakarta.
.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini nanti diharapkan dapat bermanfaat :
1. Memberikan wawasan pengetahuan terhadap para guru tentang pentingnya
memilih pendekatan pembelajaran untuk menungkatkan ketrampilan bermain
sepak bola, khususnya sepak dan tahan bola.
2. Bagi guru sebagai kajian dan referensi untuk menerapkan pendekatan
pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar Pendidikan Jasmani Olahraga
Sekolah Dasar
3. Memberikan sumbangan tentang pentingnya memperhatikan faktor motorik
dalam upaya peningkatan ketrampilan teknik dasar bermain sepak bola.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
4. Secara praktik dapat digunakan sebagai pedoman diadakan pembelajaran
maupun latihan bagi siswa atau atlet dalam rangka meningkatkan keterampilan
teknik dasar bermain sepakbola.
5. Secara teori untuk penelusuran yang lebih mendalam mengenai variabel-
variabel pendukung yang turut mempengaruhi keberhasilan siswa atau atlet
dalam meningkatkan keterampilan teknik dasar bermain sepakbola.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
BAB II
KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR
A. KAJIAN TEORI
1. Permainan Sepakbola
a. Hakekat Permainan Sepakbola
Permainan sepakbola adalah cabang olahraga permainan beregu atau
permainan tim. Kesebelasan yang baik, kuat dan tangguh adalah kesebelasan yang
mampu menampilkan permainan yang kompak. Dapat dikatakan bahwa
kesebelasan yang baik bila terdapat kerja sama tim yang baik. Untuk mendapatkan
kerja sama tim yang tangguh diperlukan permain-pemain yang menguasai bagian-
bagian dari beracam-macam teknik dasar bermain sepakbola dan terampil
melaksanakannya. Kualitas keterampilan teknik dasar bermain setiap pemain
tidak lepas dari faktor-faktor kondisi fisik dan taktik yang sangat
menentukan tingkat permainan suatu kesebelasan sepakbola. Makin baik tingkat
penguasaan keterampilan teknik dasar bermain setiap pemainnya di dalam
memainkan dan menguasai bola, maka makin cepat dan cermat kerja sama
kolektif akan tercapai.
Bagaimana anak dapat mencapai penguasaan teknik-teknik dasar bermain
sepakbola seseorang harus melakukan dengan prinsip-prinsip gerakan teknik yang
benar, cermat, sistematik yang dilakukan berulang-ulang terus menerus dan
berkelanjutan, sehingga menghasilkan kerjasama yang baik antara sekumpulan
saraf otot, untuk pembentukan gerakan yang harmonis, sehingga menghasilkan
otomatisasi gerakan. Untuk dapat mencapai gerakan yang otomatis harus dimulai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
sejak usia muda. Usia dimulainya latihan sepak bola menurut Sneyers (1988:11),
yaitu: Usia pemula pemain sepak bola dimulai umur 6-13 tahun”. Menurut
Yumisul Hairy (1999:39), yakni: ”Gambaran umum umur seseorang mulai latihan
sepakbola yaitu umur 10-12 tahun, umur spesialisasi 11-13 tahun dan untuk
mencapai puncak prestasi umur 18-24 tahun”.
Keterampilan teknik dasar bermain sepakbola adalah semua gerakan-
gerakan yang dibutuhkan dalam permainan sepakbola, terlepas sama sekali dari
permainannya. Maksudnya adalah pemain melakukan gerakan-gerakan dengan
bola dan gerakan-gerakan tanpa bola. Setiap pemain dapat dengan mudah
memerintah bola dan memerintah badan atau anggota badan sendiri dalam semua
situasi bermain. Setiap pemain sepak bola dengan mudah dapat memerintah bola
dengan kakinya, dengan tungkainya, dengan badannya, dengan kepalanya, kecuali
dengan kedua lengan dan tangannya yang dilakukan dengan cepat dan cermat.
Dengan demikian setiap pemain telah memiliki gerakan yang otomatis atau ball
feeling yang sempurna serta peka terhadap bola.
Penguasaan keterampilan yang baik dapat diperoleh melalui usaha
pengkajian terhadap peserta didik, bentuk dan modal pembelajaran serta faktor-
faktor yang menunjang pada cabang olahraga yang bersangkutan. Pembentukan
keterampilan olahraga pada umumnya banyak berhubungan dengan tindakan yang
menyangkut gerakan-gerakan koordinasi otot. Koordinasi gerakan dipengaruhi
oleh fungsi saraf dan diperoleh dari hasil belajar Oleh karena itu untuk
memperoleh tingkat keterampilan gerak yang tinggi diperlukan belajar dalam
jangka waktu yang lama agar fungsi sistem saraf dapat terkoordinasi dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
sempurna yang menuju pada otomatisasi gerakan. Pyke (1980:61), menyatakan
bahwa : “Tanpa belajar atau latihan suatu keterampilan tidak akan tercapai”.
Teknik dasar bermain sepakbola merupakan semua gerakan-gerakan yang
diperlukan untuk bermain sepakbola. Kemudian untuk bermain ditingkatkan
menjadi keterampilan teknik bermain sepakbola yaitu penerapan teknik dasar
bermain ke dalam permainan. Teknik dasar bermain sepakbola meliputi teknik
tanpa bola dan teknik dengan bola. Teknik tanpa bola merupakan semua gerakan-
gerakan tanpa bola yang terdiri dan lari cepat, mengubah arah, melompat dan
meloncat, gerak tipu dengan badan dan gerakan-gerakan khusus penjaga gawang.
Sedangkan teknik dengan bola meliputi mengenal bola, menendang bola,
mengontrol bola, mengiring bola, heading, melempar bola. Beberapa teknik dasar
yang perlu dipelajari menurut Sneyyer (1998:110), yaitu:
Mengendalikan bola dengan kaki, paha, dada dan kepala, meneruskan bola
tanpa ditahan, dribbling, tendangan sambil salto, pass pendek dan panjang,
melempar bola, tendangan langsung dan tidak langsung, tendangan sudut pendek
dan yang panjang, menyundul bola, memberi efek pada bola dan sebagainya.
Sedangkan menurut Fuchs (1981:48), adalah: “Keterampilan teknis
bermain sepak bola terdiri dari menendang, trapping, dribling, volleying, heading
dan throw-in”. Selanjutnya disebutkan secara garis besarnya keterampilan teknis
bermain sepak bola yang harus dikuasai oleh setiap pemain sepak bola meliputi :
menendang (instep kick, inside foot kick, outside foot kick, heel kick, trapping atau
mcnghentikan bola (sole of the foot trap, foot trap, body trap). Tiap bagian dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
diajarkan secara terpisah-pisah sesuai dengan kebutuhan bahan atau materi
pembelajaran.
Indikator penguasaan keterampilan bermain sepak bola, apabila masing-
masing siswa menguasai dan mampu melakukan berbagai teknik dasar bermain
sepakbola tersebut. Dalam proses pembelajaran selanjutnya, siswa agar selalu
mempelajari dan mempraktekkan berulang-ulang bagaimana mengolah dan
mempermainkan bola agar dapat menumbuhkan naluri terhadap gerak bola.
b. Sepak dan Tahan Bola dalam Permainan Sepakbola
1). Menendang atau Menyepak Bola
Menendang bola merupakan teknik dasar dengan bola yang paling banyak
dilakukan dalam permainan sepakbola. Maka teknik dasar menendang bola
merupakan dasar didalam bermain sepakbola. Seorang pemain yang tidak
menguasai teknik menendang bola dengan baik, tidak akan menjadi pemain yang
baik. Kesebelasan yang baik adalah semua kesebelasan yang semuanya menguasai
teknik menendang bola dengan baik, dengan cepat, cermat dan tepat pada sasaran,
sasaran teman maupun dalam membuat gol kemulut gawang lawan.
Supaya bermain dengan cepat pemain harus menguasai semua gerakan
bagian dari teknik dan dapat memainkan bola dengan segala situasi dan posisi.
Tidak mempergunakan gerakan – gerakan yang tidak perlu, kecuali
memperlambat gerakan, juga membuang – buang tenaga. Pada waktu mendapat
operan atau memberi operan. Pemain harus mempunyai ketrampilan menendang
bola, tendangan operan kepada teman yang bergerak mudah diterima dan tanpa
mendapatkan rintangan dari lawan, maupun tendangan tembakan kegawang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
lawan, maupun tendangan tembakan dengan sasaran tepat luang mulut gawang
tanpa mendapat rintangan dari penjaga gawang.
Gambar 1. Cara menendang bola
Prinsif teknik menendang bola, Menurut Soekatamsi (1988 : 45) :
a. Kaki tumpu
Kaki tumpu adalah kaki yang menumpu pada tanah pada persiapan
menendang dan merupakan letak titik berat badan. Posisi kaki tumpu atau dimana
harus meletakkan kaki tumpu terhadap bola, posisi kaki tumpu terhadap bola akan
menentukan arah lintasan bola dan tinggi rendahnya lambungan bola. Lutut kaki
tumpu kaki sedikit ditekuk dan pada waktu menendang lutut diluruskan. Gerakan
dari lutut ditekuk kemudian diluruskan merupakan kekuatan mendorong kedepan.
b. Kaki yang menendang
Kaki yang menendang adalah kaki yang digunakan untuk menendang bola.
Pergelangan kaki yang digunakan untuk menendang bola pada saat menendang
dikuatkan atau ditengahkan, tidak boleh bergerak. Tungkai kaki yang menendang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
diangkat kebelakang kemudian diayunkan kedepan sehingga bagian kaki yang
digunakan untuk menendang mengenai bola, kemudian diteruskan dengan gerak
lanjutan kedepan, dan seterusnya bergerak lari untuk mencari posisi.
c. Bagaimana bola yang ditendang
Merupakan bagian sebelah mana bola yang ditendang, akan menentukan :
Yaitu arah dan jalan bola, tinggi rendahnya lambungan bola.
d. Sikap badan
Sikap badan pada waktu menendang sangat dipengaruhi oleh posisi tumpu
terhadap bola. Posisi kaki tumpu tepat disamping bola, maka pada saat
menendang bola tepat diatas bola dan badan akan sedikit condong kedepan, sikap
badan ini untuk tendangan bola menggulir rendah atau melambung sedang. posisi
kaki tumpu berada disamping belakang bola, maka pada waktu menendang bola
badan berada diatas belakang bola hingga sikap badan condong kebelakang, maka
hasil tendangan bola melambung tinggi.
e. Pandangan mata
Pandangan mata terutama untuk mengamati situasi atau keadaan
permainan, akan tetapi pada saat akan menendang bola mata harus melihat pada
bola dan ke arah mana bola akan ditendang.
2). Menerima atau Menahan Bola
Menerima bola diartikan sebagai cara menangkap bola, menghentikan bola
atau menguasai bola. Menerima bola dapat dilakukan dengan semua bagian badan
dari kaki sampai dahi (kepala), kecuali dengan lengan dan tangan. Dalam
menerima bola atau menghentikan bola pada dasarnya adalah dengan cara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
mengurangi kekuatan atau kecepatan bola hingga bola berhenti untuk kemudian
dikuasai.
Prinsip menerima bola, menurut Soekatamsi (1988 : 124) :
1. Lari menjemput datangnya arah bola, pandangan mata tertuju kearah bola.
2. kaki tumpu menerima seluruh berat badan , lutut ditekuk sedikit.
3. Bagian badan atau bagian kaki yang dipergunakan untuk menerima bola, pada
waktu kontak dengan bola digerakkan mengikuti arah lintasan bola hingga
bola berhenti atau tidak mental (mantul) dan berhenti dekat badan,
selanjutnya bola dikuasai.
4. Sebelum menerima bola harus segera dipikirkan bola akan diapakan setelah
dikuasai, dioperkan kepada teman, digiring atau ditembakkan ke arah mulut
gawang lawan.
Gambar 2. Menerima Bola
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
2. Pendekatan Pembelajaran
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan
yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan
pengetahuan penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan
kepercayaan pada peserta didik. Pembelajaran adalah proses untuk membantu
peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Proses pembelajaran dialami
sepanjang hayat seorang manusia serta dapat berlaku di manapun dan kapanpun.
Pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan belajar, walaupun
mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam konteks pendidikan, guru mengajar
supaya peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran sehingga mencapai
sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kongnitif), juga dapat mempengaruhi
perubahan sikap (aspek afektif), serta ketrampilan (aspek psikomotor) seseorang
peserta didik.
Pendekatan merupakan cara untuk mendekati agar hasil pembelajaran
menjadi baik. Tujuan pembelajaran adalah agar anak mampu secara tepat
menguasai dasar-dasar keterampilan yang diajarkan. Pembelajaran merupakan
usaha untuk merubah perilaku anak, proses perubahan perilaku sebagai akibat
anak mampu menerima informasi, meniru dan menguasai keterampilan yang
diajarkan. Anak yang semula belum mampu melakukan gerak keterampilan dapat
melukukan secara baik. Pendekatan pembelajaran merupakan aset yang sangat
penting dalam proses pembelajaran. Model pendekatan pembelajaran ditinjau dari
sisi interaksi guru dan siswa terdiri dari beberapa gaya mengajar. Dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
didefinisikan bahwa gaya mengajar adalah cara yang dilakukan oleh guru untuk
menciptakan suatu bentuk pengajaran dengan kondisi yang diinginkan untuk
membantu siswa dalam mencapai penguasaan keterampilan.
Belajar perlu dibedakan dengan konsep-konsep yang berhubungan seperti
berpikir, berperilaku, perkembangan atau perubahan. Demikian pula Gagne
dalam Brophy (1990 : 129), mengemukakan bahwa “Hirarki belajar adalah
dimana belajar disusun berurutan dari yang paling sederhana ke yang paling
kompleks. Sebagai contoh hirarki mengandung tiga kategori yaitu : (1) Belajar
signal adalah belajar suatu respon umum ke dalam bentuk isyarat, misalnya
menyiapkan kelas dengan bunyi bel. (2) Belajar respon stimulus yaitu belajar
suatu respon stimulus yang tepat ke suatu rangsangan yang dibedakan, misalnya
memanggil orang dengan nama-nama yang dibedakan (3) Belajar diskriminasi
yaitu belajar membedakan antara anggota dalam kumpulan stimulus yang sama
supaya mempunyai respon pada perbedaan ciri individu, misalnya
mengindentifikasi perbedaan jenis-jenis anjing yang berbeda, sehingga dapat
ditarik kesimpulan bahwasannya metode mengajar adalah merupakan salah satu
cara untuk menciptakan suatu bentuk pengajaran dengan kondisi yang diinginkan
guna membantu tercapainya tujuan proses belajar mengajar secara efektif.
Piaget dalam Brophy (1990:134) menyatakan dalam pembelajaran gerak
disebut “Skema Sensor Motorik” yaitu suatu pembelajaran lebih efisien bila
diberikan contoh sehingga dapat meniru dan dengan instruksi verbal dan
gambaran visual dapat menggunakannya sebagai penuntun terhadap penampilan
dan menjadi tambahan kesempatan dalam praktek dengan umpan balik yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
korektif. Latihan merupakan hal yang sangat penting bagi peserta siswa sebagai
umpan balik. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Adams (1991:134) bahwa
“Umpan balik dalam belajar keterampilan gerak bersifat internal selain umpan
balik internal ini keterampilan gerak juga menghasilkan umpan balik external
melalui kejadian di lingkungannya. Pada pembelajaran keterampilan gerak
penting untuk mencegah berkembangnya kebiasaan buruk. Bila siswa tidak
diajarkan prinsip dasar dan bentuk yang tepat, maka mereka dapat
mengembangkan keterampilan yang sangat berfungsi sampai pada tahap tertentu
tetapi tidak efisien dan secara potensial tidak produktif.
Program yang diberikan kepada siswa harus disusun secara sistematis,
berurutan, berulang-ulang dan kian hari bertambah bebannya dan yang mudah
sampai dengan yang sulit sehingga dalam menyampaikan pesan dapat ditangkap
oleh siswa dan memperoleh hasil belajar secara optimal yang berupa perubahan-
perubahan kemampuan permainan ke arah peningkatan kualitas gerak, karena
setiap individu memiliki kemampuan gerak dasar yang berbeda. Nana Sudjana
(2002:109) bahwa Hakikat belajar-mengajar adalah peristiwa belajar yang terjadi
pada siswa secara aktif berinteraksi dengan lingkungan belajar yang diatur oleh
guru. Asumsi yang melandasi hakikat belajar-mengajar tersebut adalah : (a) proses
belajar-mengajar yang efektif memerlukan strategi dan teknologi pendidikan yang
tepat. (b) program belajar mengajar dirancang dan dilaksanakan sebagai suatu
sistem. (c) proses dan produk belajar perlu memperoleh perhatian seimbang di
dalam pelaksanaan kegiatan-belajar, (d) pembentukan kompetensi profesional
memerlukan pengintegrasian fungsional antara teori dan praktek serta materi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
penyampaiannya. (e) pembentukan kompetensi profesional memerlukan
pengalaman lapangan, latihan keterampilan terbatas sampai dengan pelaksanaan
dan penghayatan tugas-tugas kependidikan secara lengkap dan aktual, (f) kriteria
keberhasilan yang mana dalam pendidikan adalah pendemonstrasian penguasaan
kompetensi, (g) materi pengajaran, sistem penyampaiannya selalu berkembang.
Menurut Gagne dalam Sugiyanto, Sudjarwo (1994:233), bahwa “belajar
adalah suatu perubahan pembawaan atau kemampuan yang bertahan dalam jangka
waktu tertentu dan tidak semata-mata disebabkan oleh proses pertumbuhan.
Kompleksitas pengembangan teori yang saling berkaitan, maka dalam strategi
pengembangan ilmu pendidikan jasmani akan semakin berkembang apabila insan
akademiknya mampu mempelajari dan mengembangkan ilmu penyangganya.
Belajar mempunyai makna sebagai proses perubahan tingkah laku akibat
adanya interaksi antara individu dengan lingkungannya. Belajar gerak menurut
Magill (1980:8) adalah “Perubahan dari individu yang didasarkan dari
perkembangan permanen dari individu yang dicapai oleh individu sebagai hasil
praktek. Di dalam belajar gerak, materi yang dipelajari adalah pola-pola gerak
keterampilan tubuh, misalnya gerakan-gerakan olahraga. Proses belajarnya
meliputi pengamatan gerakan untuk bisa mengerti prinsip bentuk gerakannya,
kemudian menirukan dan mencoba melakukannya berulang kali. Dalam
menerapkan pola-pola gerak yang dikuasai di dalam kondisi tertentu yang
dihadapi dan pada akhirnya diharapkan siswa mampu menyelesaikan tugas-tugas
gerak tertentu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Pada awal tahap pembelajaran siswa yang baru mengenal subtansi yang
dipelajari baik yang menyangkut pembelajaran kognitif, afektif, dan psikomotor
bagi siswa materi pembelajaran itu menjadi asing pada awalnya, namun setelah
guru berusaha untuk menarik dan memusatkan perhatian siswa pada materi
pembelajaran, maka diharapkan sesuatu yang asing bagi siswa tersebut berangsur-
angsur hilang dengan sendirinya.
Dalam tahap ini seorang guru harus mengupayakan pembelajaran dengan
menata lingkungan belajar dan perencanaan materi yang akan dipelajari atau akan
dibahas. Guru harus berperan sebagai fasilitator dan motivator sehingga siswa
berminat untuk mengikuti pembelajaran. Klasifikasi tingkah laku domain kognitif,
afektif dan psikomotor seperti telah dikemukakan sebelumnya. Domain kognitif
Guiford dalam Magill (l980:2), menamakan “intelectual activities)” yaitu
"kemampuan individu dalam hubungannya dengan pengenalan informasi, dan
ingatan yang berkenaan dengan aktivitas berpikir”. Kemudian domain afektif
adalah penalaran yang mempunyai peran penting sebagai motivasi dalam belajar
keterampilan gerak dan yang terakhir adalah domain psikomotor sangat penting
dalam belajar keterampilan gerak, karena berhasil tidaknya seseorang memahami
keterampilan gerak dari gerakan yang sederhana ke dalam gerakan yang lebih
kompleks. Belajar gerak terjadi dalam bentuk atau melalui respon-respon
muskular yang diekspresikan dalam gerakan-gerakan bagian tubuh.
Menurut Pate, Rotella dan McClenaghan (1993:201), bahwa
“Pembelajaran bertahap keterampilan gerakan yang rumit adalah fenomena yang
kompleks dimulai secara periodik dalam kandungan dan berlangsung sampai usia
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
dewasa. Kemampuan untuk bergerak dengan baik dalam lingkungan seseorang
tergantung pada perpaduan aspek sensorik dan aspek sistem syaraf secara efisien”.
Sebelum memulai dengan pembahasan tentang perbaikan keterampilan olahraga
tingkat lanjut, perlu terlebih dahulu dibahas bagaimana seseorang memperoleh
kemampuan untuk dapat bergerak dengan kompleks. Tanpa informasi dasar ini
akan sulit bagi guru untuk memahami mengapa beberapa penampilan mempunyai
kesulitan yang lebih besar dalam menguasai gerakan yang menuntut keterampilan
siswa. Pembelajaran bertahap keterampilan gerak dapat benar-benar dipahami
apabila menggunakau model “tingkatan”. Ketika seorang anak menjadi dewasa
sistem syaraf otot mulai mampu melakukan gerakan yang makin lama makin sulit.
Pada tahap pra-keterampilan tingkah laku gerak awal dimulai kira-kira
pada periode 6 bulan dalam kandungan dan terus berlangsung sepanjang
kehidupan seseorang. Perbaikan kemampuan gerakan selama periode bayi dan
masa anak-anak awal terpusat pada perolehan kemampuan yang memberikan
dasar pada semua perkembangan keterampilan lebih lanjut. Pada tahap ini
pengembangan pra-keterampilan gerak, gerakan bayi diperbaiki dari gerak reflek
awal menjadi pola dasar yang sangat terkoordinasikan atau bisa dikatakan bahwa
tahap ini adalah merupakan “periode kritis” dalam pencapaian ketrampilan gerak.
Tiga tingkatan dalam tahap ini adalah tingkat refleksi, integrasi sensorik
(penggabungan sensor) dan pola gerakan dasar. Tingkatan refleksi adalah unit
yang paling sederhana dan otot (neoromuskular).
Menurut Sage dalam Pate Rotella dan McClenaghan (1993:203), bahwa
“Gerakan refleks adalah akibat dari rangsangan reseptor sensoris yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
mengirimkan suatu tanda sepanjang jalur syaraf refleks dan balik ke serabut-
serabut otot”. Biasanya, gerakan-gerakan ini dikendalikan pada tingkat jaringan
syaraf tulang belakang gerak reflek ini mempunyai peranan penting dalam
olahraga. Misalnya penjaga belakang (catcher) baseball harus melihat bola yang
masuk dalam sarung tangannya meskipun naluri alamiah adalah berkedip.
Tingkatan integrasi sensoris adalah gerakan dini terkendali yang
cenderung kasar dan tidak teratur. Bayi memperoleh pengaturan terkendali yang
makin bertambah atas otot-otot rangka yang lebih besar dan kemudian
memperoleh kekuatan untuk membuat penyesuaian sikap tubuhnya dalam belajar
bergerak. Selama penampilan gerakan sederhana yang terpisah, anak mulai
mengintegrasikan masukan dari berbagai penerima sensoris dengan penampilan
gerakan motorik. Proses Perseptual ini penting untuk perolehan tingkah laku
gerak yang efisien. Anak-anak segera belajar melalui pengamatan untuk
menggunakan masukan sensoris guna membuat keputusan yang sesuai untuk
menghasilkan respon gerak. Perkembangan pola gerakan dasar dimulai pada awal
masa anak-anak usia 2-8 tahun ditunjukan oleh pencapaian dan perkembangan
yang cepat dari kemampuan gerak yang semakin kompleks. Pengembangan gerak
selama dua tingkatan pertama sangat tergantung pada proses kematangan sebagai
akibat dari bertambahnya usia dan tidak terlalu tergantung pada pengalaman anak-
anak, tetapi tingkatan pola gerak dasar menandai peralihan yang cepat dari
perkembangan yang berdasar pada kematangan menuju suatu proses yang sangat
tergantung dari pemikiran dan proses pernbelajaran keterampilan gerak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Istilah terampil telah digunakan oleh pengarang yang berbeda untuk
menggambarkan tingkat kemampuan yang bervariasi. Meskipun istilah ini
memiliki banyak pengertian pada umumnya yang dimaksud adalah penampilan
gerakan yang lebih tinggi. Sage dalam Pate Rotella dan McClenaghan (1993:204)
bahwa “Penampilan yang terampil sering ditandai dengan penampilan yang
mudah, mulus, dan kemampuan untuk menanggulangi kondisi lingkungan”.
Keterampilan olahraga adalah gerakan-gerakan tersebut yang dikaitkan
dengan kegiatan olahraga. Selama masa awal pra-remaja anak-anak mulai sangat
mementingkan keikutsertaan yang berhasil dalam olahraga. Ketika remaja telah
membatasi pilihannya dan berkonsentrasi pada keterampilan gerak, tekanan harus
diarahkan pada perbaikan keterampilan tersebut. Keterampilan olahraga dapat
menjadi lebih baik ketika kesempatan untuk turut serta dalam kegiatan yang cocok
bertambah. Tahap-tahap dalam perolehan keterampilan olahraga mencakup
periode perkembangan perbaikan, penampilan, dan kemunduran. Satu hal yang
sangat penting adalah bahwa cara seseorang dalam tahap-tahap perkembangan
tergantung pada kecenderungannya untuk ikut serta kegiatan yang berorientasi
pada kegiatan olahraga.
Tingkat perbaikan keterampilan remaja secara terus menerus mulai
mengatur pola gerak dasar dengan penuh terpadu. Gerakan dasar secara penuh
sudah terkuasai. Latihan diperlukan untuk perbaikan keterampilan dan
pengendalian gerakan. Program gerak ini didefinisikan sebagai suatu perangkat
perintah gerak yang membantu dalam menampilkan pola keterampilan gerak yang
sulit dengan campur tangan susunan syaraf sadar yang terbatas. Latihan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
terus-menerus selama tingkat perkembangan ini penting untuk mengembangkan
mekanisme kontrol gerakan. Kemampuan dalam mengontrol gerakan akan
memberikan kemungkinan bagi seseorang untuk berbuat sesuai dengan yang
seharusnya dilakukan akan lebih mudah untuk mengikuti aturan-aturan,
termasuk mengikuti aturan agar dirinya dapat menjadi terampil. Belajar gerak
adalah mempelajari pola-pola gerak keterampilan tubuh, proses belajarnya
melalui pengamatan dan mempraktekkan pola-pola yang dipelajari.
Periode pra-remaja sangat penting dalam pembelajaran gerak yang makin
terpadu. Schmidt dalam Pate, Rotella dan McClenaghan (1993;205) menggunakan
dasar kognitif dari bagan untuk menolong perolehan penampilan yang terampil
bahwa Program gerak yang disimpan dalam selaput otak bukan rekaman khusus
dari gerakan-gerakan, tetapi lebih merupakan aturan-aturan umum yang
membantu mengatur penampilan. Hal senada diungkapkan oleh Fitts, Adams
dalam Pate, Rotella dan McClenaghan (1993 : 205) menandai tiga langkah dalam
perolehan yang terampil. Tampaknya semua pelaku tanpa pandang umur, maju
melalui langkah-langkah perkembangan berikut ini :
Langkah 1. Tingkat kognitif ditandai oleh usaha pertama siswa untuk menguasai
suatu keterampilan gerak baru atau dengan kata lain proses belajarnya
diawali dengan aktif berpikir tentang gerakan yang dipelajari. Siswa
berusaha untuk mengetahui dan memahami gerakan dari informasi
yang diberikan kepadanya
Langkah 2. Tingkat asosiatif yaitu dalam perbaikan keterampilan olahraga
ditandai oleh naiknya penampilan melalui latihan dan pada saat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
program gerak dibuat atau seorang siswa sudah mampu melakukan
gerakan-gerakan dalam bentuk rangkaian yang tidak tersendat-sendat
dalam pelaksanaannya
Langkah 3. Tahap otonom. Latihan yang rutin dan terus-menerus menghasilkan
perbaikan lebih lanjut dari keterampilan gerak rnenjadi suatu gerak
yang otomatis. Dalam kegiatan ini, hanya sedikit perhatian yang
dibutuhkan agar siswa dapat memusatkan perhatian pada faktor
lingkungan yang mempengaruhi penampilannya.
Guru yang berpengalaman dapat dengan mudah mengamati siswa yang
banyak dengan siapa belajar melewati tahap-tahap perbaikan keterampilan.
Dampak pengajaran ini sangat jelas, pengalaman belajar awal harus
memungkinkan terjadinya waktu untuk pemrosesan kognitif dalam lingkungan
yang terkendali. Jika keterampilan membaik, waktu latihan harus dirancang
sedemikian rupa sehingga memungkinkan seorang siswa menampilkan kegiatan
itu dalam berbagai situasi lingkungan. Sebagai contoh, tingkatan awal dalam
mengajar teknik dasar bermain sepakbola harus dipusatkan pada dasar-dasar
menendang bola pada saat siswa memusatkan perhatian secara kognitif pada tugas
tersebut. Jika pola-pola itu telah baik dan terpadu murid mulai mengendalikan
jarak tendangan bola sampai mengendalikan bola yang datang kearahnya. Seolah-
olah seperti permainan yang sesungguhnya. Tujuan guru memberikan materi
latihan dasar ini adalah tercapainya kemampuan untuk menampilkan segala
macam keterampilan yang mungkin dibutuhkan dalam perundingan yang
sebenarnya. Untuk itu siswa harus memperhatikan contoh gerakan dan merespon
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
gerakan tersebut. Dalam tahap otonom ini keterampilan gerak yang dikuasai oleh
siswa akan berlanjut sejalan dengan bertambahnya latihan dan berlanjut ke tahap
yang lebih kompleks.
Banyak metode-metode yang sering digunakan dalam stretegi
pembelajaran. Hal ini bias peneraapan cara-cara mengajar agar proses belajar bias
berjalan dengan baik dan tujuan bias tercapai. Dalam menentukan stratetegi
mengajar seorang guru bias memilih atau menerapkan cara-cara atau metode-
metode yang sering digunakan dalam pengajaran gerak olahraga. Menurut
Sugiyanto, Sudjarwo (1993:78), ada beberapa macam metode pembelajaran
diantaranya adalah:
1. Metode praktek keseluruhan
2. Metode praktek bagian
3. Metode drill
4. Metode pemecahan masalah
5. Metode bermain
6. Metode ketepatan
7. Metode kecepatan
Dari beberapa macam metode pendekatan mengajar diatas, pada dasarnya
memliki tujuan yang sama. Hanya saja dalam setiap metode meliki kelebihan dan
kekurangan sendiri-sendiri.
Tingkatan penampilan keterampilan bertambah pada saat remaja
memasuki tahap perbaikan keterampilan otonom. Minat remaja sudah pada
aktifitas kompetitif. Lingkungan remaja memandang penguasaan keterampilan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
sebagai suatu prestasi yang perlu ditampilkan. Prestasi puncak sebagian besar
nomor-nomor olahraga dicapai pada tahap ini. Pada tahap ini perbaikan
keterampilan menjadi kompleks sekali. Schmidt dalam Pate. Rotella dan
McClenaghan (1993:205) bahwa “Menunjukkan bagaimana mengubah satu
variabel kecepatan mengayun dapat mempengaruhi kemampuan keseluruhan
seorang pemukul baseball. la menemukan bahwa menambah kecepatan memukul
memberikan lebih banyak waktu untuk memonitor melayangnya bola yang
tampak sebelum memulai gerakan.
Tahap kemunduran keterampilan merupakan konsekuensi alamiah dari
terjadinya proses penuaan. Proses penuaan ditandai dengan merosotnya fungsi
fisik dan fisiologis, dan kemunduran keterampilan. Pada tahap ini pemusatan
penampilan berubah dari lingkungan yang sangat menantang ke hal-hal yang lebih
berkaitan dengan rekreasi. Seseorang yang telah berpartisipasi dalam kegiatan
olahraga sejak dini harus mengarahkan tenaga mereka pada aktivitas lain yang
sesuai dengan kemampuannya. Namun semua ini tergantung pada keinginan
olahragawan tersebut untuk tetap aktif dalam kegiatan olahraga yang mereka ikuti
sebelumnya. Seseorang yang sebelumnya ikut serta dengan aktif dalam suatu
olahraga yang terorganisasi dengan baik mungkin akan merasa kehilangan akan
keterampilan yang dimiliki sebelumnya kesimpulannya adalah bahwa setelah usia
25 tahun ada kemunduran yang bertahap pada semua segi penampilan gerakan
cabang olahraga. Faktor lain yang ikut mempengaruhi kemunduran keterampilan
gerak. Menurut Schmidt dalam Pate, Rotella dan McClenaghan (1993:207) bahwa
“Penampilan yang optimal biasanya dicapai pada usia lebih awal dalam olahraga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
yang memerlukan kecepatan dan kekuatan, sedangkan aktivitas yang menekankan
pada kemampuan kognitif, seperti halnya strategi, dapat menjadi dikuasai dengan
bertambahnya umur”.
a. Pendekatan Pembelajaran Bermain
Pendekatan bermain merupakan bentuk pembelajaran yang dikonsep dalam
bentuk permainan. Pendekatan bermain merupakan bentuk pembelajaran yang
dikonsep dalam bentuk permainan. Dalam pelaksanaan pembelajaran bermain
menerapkan suatu teknik cabang olahraga ke dalam bentuk permainan. Melalui
permainan, diharapkan akan meningkatkan motifasi dan minat siswa untuk belajar
menjadi lebih tinggi, sehingga akan diperoleh hasil belajar yang optimal.
Pendekatan bermain merupakan bentuk pembelajaran yang
mengaplikasikan teknik ke dalam suatu permainan. Tidak menutup kemungkinan
teknik yang buruk atau rendah mengakibatkan permainan kurang menarik. Untuk
itu seorang guru harus mampu mengatasinya. Rusli Lutan dan Adang Suherman
(2000: 35-36) menyatakan, manakala guru menyadari bahwa rendahnya kualitas
permainan disebabkan oleh rendahnya kemampuan skill, maka guru mempunyai
beberapa pilihan sebagai berikut:
1) Guru dapat terus melanjutkan aktivitas permainan untuk beberapa lama
sehingga siswa menangkap gagasan umum permainan yang
dilakukannya.
2) Guru dapat kembali pada tahapan belajar yang lebih rendah dan
membiarkan siswa berlatih mengkombinasikan keterampilan tanpa
tekanan untuk menguasai strategi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
3) Guru dapat merubah keterampilan pada level yang lebih simpel dan
lebih dikuasai sehingga siswa dapat konsentrasi belajar strategi
bermain.
Petunjuk seperti di atas harus dipahami dan dimengerti oleh seorang
guru. Jika dalam pelaksanaan permainan kurang menarik karena teknik yang
masih rendah, maka seorang guru harus dengan segera mampu mengatasinya.
Selama pembelajaran berlangsung seorang guru harus mencermati kegiatan
pembelajaran sebaik mungkin. Kesalahan-kesalahan yang dibiarkan selama
pembelajaran berlangsung akan mengakibatkan tujuan pembelajaran tidak
tercapai.
Penggunaan metode pendekatan ketepatan dan pendekatan kecepatan perlu
memperhatikan gerakan yang dipelajari dan penerapannya dalam kondisi nyata
pada saat bermain. Meningkatkan ketepatan gerakan pada latihan yang
mendahulukan ketepatan. Pada gerakan ketrampilan dimana kelanjutan
(momentum) gerakan sangat diperlukan, permulaan belajar yang menekankan
ketepatan berakibat merugikan perkembangan selanjutnya.
1) Bermain
Bermain sangat di sukai oleh anak-anak, karena sifat dari bermain
sendiri adalah menyenangkan. Menurut Yudha M. Saputra (2001: 6) menyatakan
”bermain adalah kegiatan yang menyenangkan”. Sedangkan Aip Syarifudin
(1992:17) mengartikan ”bermain adalah bentuk kegiatan yang bermanfaat atau
produktif untuk menyenangkan diri”. Selanjutnya menurut M. Furqon (2008: 4)
menyatakan bahwa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
Bermain adalah aktifitas yang menyenangkan, serius dan sukarela, di mana anak berada dalam dunia yang tidak nyata atau sesungguhnya. Bermain bersifat menyenangkan karena anak diikat oleh sesuatu hal yang menyenangkan, dengan tidak banyak memerlukan pemikiran. Bermain juga bersifat serius karena bermain memberikan kesempatan untuk meningkatkan perasaan anak untuk menguasai sesuatu dan memunculkan rasa untuk menjadi manusia penting. Bermain bersifat tidak nyata karena anak berada di luar kenyataan, dengan memasuki suatu dunia imajiner. Bermain memberikan suatu arena di mana anak masuk dan terlibat untuk menghilangkan dirinya, namun secara berlawanan asas anak kadang-kadang menemukan dirinya dari bermain.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa aktifitas gerak
siswa yang dilakukan dengan rasa senang dan mempunyai tujuan pegembangan
mempunyai dampak yang positif pada pertumbuhan dan perkembangan anak.
Sehingga melalui bermain dapat memberikan pengalaman belajar yang sangat
berharga untuk siswa.
Siswa dan bermain merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan satu
sama lain. Bermain bagi siswa merupakan kebutuhan hidup seperti halnya
kebutuhan akan makan, minum, tidur, dan lain-lain. Melalui bermain anak dapat
mengaktualisasikan diri dan mempersiapkan diri untuk menjadi dewasa. Seperti
halnya atletik adalah nuansa permainan menyediakan pengalaman gerak yang
kaya yang membangkitkan motivasi pada siswa untuk berpartisipasi. Menurut
Yudha M. Saputra (2001: 9-10) kegiatan penjas bernuansa permainan
mengandung beberapa ciri sebagai berikut:
1. siswa terlibat dalam tugas gerak yang berfariasi dengan irama tertentu. 2. mengakibatkan kegemaran berlomba/bersaing secara sehat. 3. menyalurkan hasrat siswa untuk mencoba menggunakan alat-alat
berlatih. 4. tugas gerak yang mengandung resiko yang sepadan dengan
kemampuan siswa dan menjadi tantangan. 5. menguji ketangkasan untuk melaksanakan tugas-tugas gerak yang
baru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003: 698) bahwa ”bermain
adalah melakukan sesuatu untuk bersenang-senang”. Sedangkan menurut Agus
Mahendra (2004: 4) yaitu ”bermain adalah dunia anak, sambil bermain mereka
belajar, dalam belajar, anak-anak adalah ahlinya”.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan yang dimaksud bermain
adalah dunia anak yang menjadi aktifitas jasmani dengan cara melakukan sesuatu
untuk bersenang-senang.
2) Fungsi Bermain
Melalui Pendekatan pembelajaran bermain maka pendekatan
pembelajaran yang diberikan terkemas dalam bentuk situasi permainan yang
sebenarnya. Melalui pendekatan pembelajaran bermain, akan senantiasa tercipta
suasana belajar yang memungkinkan siswa untuk selalu bergerak sesuai dengan
tugas dan tujuan pembelajaran. Pada pembelajaran pendidikan jasmani,
pendekatan bermain merupakan salah satu cara pembelajaran yang memberikan
situasi dan kondisi yang kondusif bagi pertumbuhan dan perkembangan gerak,
serta keterampilan siswa secara menyeluruh.
Anak yang bermain akan melakukan aktifitas bermain dengan sukarela
dan akan melakukan aktifitas bermain tersebut dengan kesungguhan, demi
memperoleh kesenangan dari aktifitas tersebut. Menurut Sukintaka (1992: 7)
”bermain dengan rasa senang, untuk memperoleh kesenangan, kadang
memerlukan kerjasama dengan teman, menghormati lawan, mengetahui
kemampuan teman, patuh pada peraturan, dan mengetahui kemampuan dirinya”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Selanjutnya menurut Yudha M. Saputra (2001: 6) dengan bemain dapat
memberikan pengalaman belajar yang sangat berharga untuk siswa, kegiatan
bermain dapat meningkatkan siswa dengan sasaran aspek yang dapat di
kembangkan menurut lima aspek. Aspek-aspek tersebut adalah:
1. manfaat bermain untuk perkembangan fisik. 2. manfaat bermain untuk perkembangan motorik. 3. manfaat bermain untuk perkembangan sosial. 4. manfaat bermain untuk perkembangan emosional. 5. manfaat bermain untuk perkembangan keterampilan olahraga.
3) Modifikasi Permainan
Modifikasi permainan mencakup perkembangan, pengurangan dan
penguasaan perilaku tertentu. Ini biasanya bermanfaat dalam menyatakan elemen-
elemen khusus dalam permainan yang berlebih-lebihan dalam lingkungan yang
menyenangkan, aman dan agak menantang.
Elemen-elemen ini dirasakan kurang bagi para pemain muda yang kurang
pengalaman sebagai seperangkat dasar yang dilihat oleh siswa sebagai suatu yang
dapat dicapai oleh siswa. Dengan perubahan-perubahan pada peraturan tertentu
yang lebih aman dan pada situasi-situasi yang tidak dibuat-buat akan dapat
dijamin dalam permainan tersebut yang biasanya meliputi kontak fisik dan
perilaku siswadapat diawasi. Modifikasi permainan dan peraturan dapat dipakai
sebagai bahan untuk mengatur ketrampilan dan taktik agar lebih bermakna yang
sebenarnya. Hal ini akan membantu dalam pengembangan pengertrian tentang
hubungan antara peningkatan gerak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
2. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Sepak dan Tahan Bola
dengan Pendekatan Bermain
Pembelajaran sepak dan tahan bola dengan pendekatan bermain merupakan
cara belajar sepak dan tahan bola yang dilakukan dalam bentuk permainan.
Permainan sepak dan tahan bola sepakbola dilakukan berdasarkan peraturan
permainan yang telah di tentukan oleh pengajar atau pelatih. Namun dari
permainan tersebut hanya menggunakan teknik dasar sepak dan tahan bola.
Permainan sepak dan tahan bola tersebut pemain tidak diperbolehkan memainkan
teknik lainnya. Jika memainkan teknik lainnya (selainsepak dan tahan bola)
dianggap sebagai pelanggaran, sehingga mendapat hukuman bola menjadi hak
lawan dan dilakukan tendangan dari samping lapangan.Berdasarkan pelaksanaan
pembelajaran sepak dan tahan bola sepakbola dengan pendekatan bermain dapat
di identifikasi kelebihan dan kelemahannya.
Kelebihan pembelajaran sepak dan tahan bola sepakbola dengan pendekatan
bermain antara lain:
1) Hasrat gerak siswa terpenuhi sehingga dapat menimbulkan rasa senang
dan gembira serta motivasi belajar meningkat.
2) Dapat meningkatkan kerjasama tim dan memicu siswa untuk berfikir dan
3) memecahkan masalah yang dihadapi dalam permainan.
4) Aturan pelaksanaan gerak diberikan secara sederhana dan memberikan
situasi gembira.
5) Gerakan-gerakan sepak dan tahan bola dapat dilakukan secara variatif dan
meningkatkan perkembangan siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Kelemahan pembelajaran sepak dan tahan bola sepakbola dengan
pendekatan bermain antara lain:
1) Bagi siswa yang belum menguasai teknik sepak dan tahan bola kurang
tertarik, sehingga kurang senang dengan permainan.
2) Akan sering terjadi kesalahan teknik (siswa sering melakukan teknik selain
Sepak dan tahan bola).
3) Permainan akan sering berhenti karena sering terjadi kesalahan teknik.
4) Konsep pemahaman diri atau pribadi cenderung kurang.
5) Kurang cocok untuk belajar ketrampilan tingkat dasar.
a. Pendekatan Pembelajaran Drill
Pendekatan drill pada dasarnya merupakan pendekatan belajar yang
berorientasi pada guru sebagai cara pendekatan didalam belajar gerak pada siswa
sekolah dasar. Dalam metode pendekatan drill memang memilki kelebihan dan
kekurangan seperti halnya metode-metode pendekatan pembelajaran yang lainnya.
Dalam pendekatan drill guru harus menciftakan situasi tertentu untuk
memacu siswa berfikir dan berbuat sesuai dengan apa yang diinstruksikan oleh
guru. Gurulah yang menetapkan tujuan dan apa yang harus dilakukan siswa untuk
mencapai tujuan itu. Siswa melakuakan gerakan-gerakan sesuai apa yang
diinstruksikan oleh guru,dan melakukannya berulang-ulang. Misalnya didalam
mengajar bermain sepakbola, guru menetapkan tujuan pengyaitu murid mampu
melakukan ketrampilan dasar bermain sepak bola seperti sepak dan tahan bola.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Metode pendekatan drill sangat sesuai apabila digunakan untuk siswa yang
tujuan belajarnya adalah agar siswa menguasai ketrampilan gerak tertentuyang
sudah pasti atau sudah baku dengan materi belajarnya berbentuk gerakan yang
bersifat ketrampilan tertutup atau self paced.
Sugiyanto, Sudjarwo (1994 : 84) ada beberapa saran yang perlu dipertimbangkan apabila pendekatan drill yang digunakan yaitu ;
1) Pendekatan Drill digunakan sampai gerakan yang benar bisa dilakukan secara otomatis atau menjadi terbiasa serta menekankan dalam keadaan tertentu gerakan itu harus dilakukan.
2) Siswa diarahkan agar berkonsentrasi pada kebenaran pada pelaksanaan gerak serta ketepatan penggunaannya. Apabila siswa tidak meningkat dalam penguasaan geraknya, situasi dapat dianalisa untuk menemukan penyebabnya dan kemudian membuat perbaikan pelaksanaan.
3) Selama proses pelaksanaan pendekatan drill perlu sesekali mengoreksi agar perhatian tetap tertuju pada kebenaran gerak. Koreksi pada tahap awal kepada semua siswa bisa memberikan rangsangan yang efektif. Sejalan dengan pelaksanaan koreksi, diperlukan komentar umum tentang gerakan yang benar. Siswa harus disadarkan akan tujuan tercapai melalui pendekatan drill.
4) Pelaksanaan pendekatan drill disesuaikan dengan bagian-bagian dari situasi permainan olahraga yang sebenarnya. Hal ini bisa menimbulkan daya tarik dalam latihan.
5) Perlu dilakukan latihan peralihan dari situasi pendekatan drill kesituasi permainan yang sebenarnya. Latihan peralihan ini berbentuk drill beberapa unsur gerakan yang dilakukan secara berangkai mendekati situasi dan permasalahan yang ada dalam permainanyang ada dalam permainan yang sebenarnya.
6) Suasanan kompetitif perlu diciftakan dalam pelaksanaan pendekatan drill tetapi tetap ada kontrol kebenaran gerakannya.
b. Pelaksanaan Pembelajaran Sepak dan Tahan Bola dengan Pendekatan
Drill
Sesuai dengan pengertian pendekatan drill, maka pembelajaran sepak dan
tahan bola disusun dan diatur oleh guru atau pelatih dan siswa melakukan tugas
sesuai instruksi dari guru. Pelaksanaan pembelajaran sepak dan tahan bola dengan
pendekatan drill yaitu, guru mengatur siswa sedemikian rupa agar dalam
pelaksanaan pembelajaran sepak dan tahan bola semua siswa memperoleh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
kesempatan melakukan tugas gerak secara merata dan dapat melakukannya
pengulangan gerakan sebanyak-banyaknya. Susunan materi pembelajaran sepak
dan tahan bola dapat dilakukan dari cara yang lebih mudah atau yang sederhana.
Hal terpenting dalam pendekatan drill yaitu, guru menjelaskan pengertian sepak
dan tahan bola, teknik pelaksanaan sepak dan tahan bola, dari letak kaki tumpu,
kaki yang menendang, sikap badan, pandangan mata, dan bagian bola yang
ditendang serta sasaran yang diinginkan. Sebagai contoh tata urutan pembelajaran
sepak dan tahan bola dengan pendekatan drill sebagai berikut:
1) Siswa memperagakan teknik pelaksanaan sepak dan tahan bola dari cara
menempatkan kaki tumpu, bagian kaki untuk menendang bola, sikap
badan, saat menerima bola.
2) pandangan mata dan bagian bola pada saat menyepak atau menahan bola.
3) Siswa memperagakan gerakan teknik sepak dan tahan bola tanpa
menggunakan bola.
4) Siswa memperagakan sepak dan tahan bola secara berpasangan.
5) Siswa memperagakan sepak dan tahan bola berpasangan secara bergantian.
Berdasarkan contoh tata urutan materi pembelajaran sepak dan tahan bola yang
dirancang oleh guru, siswa harus memperagakannya sesuai instruksi dari guru
atau sesuai tata urutan yang telah dibuat oleh guru. Pembelajaran dilaksanakan
secara berulang-ulang hingga materi pembelajaran dapat dikuasai dengan baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
c. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Sepak dan Tahan Bola
dengan Pendekatan Drill
Perlu disadari bahwa setiap pendekatan pembelajaran tentu memiliki
kelebihan dan kelemahan. Demikian halnya pembelajaran sepak dan tahan bola
dengan pendekatan drill juga memiliki kelebihan dan kelemahan. Berdasarkan
pengertian pelaksanaan pembelajaran sepak dan tahan bola dengan pendekatan
drill dapat diidentifikasi kelebihan dan kelemahannya.
Kelebihan pembelajaran sepak dan tahan bola dengan pendekatan drill
antara lain:
1) Siswa dapat mengerti dan menguasai teknik sepak dan tahan bola yang
benar.
2) Kesalahan teknik sepak dan tahan bola yang dilakukan siswa akan segera
diketahui guru dan langsung dapat dibetulkan.
3) Guru selalu dapat mengawasi atau memonitoring pelaksanaan
pembelajaran.
4) Semua siswa dapat terlibat dalam pelaksanaan pembelajaran.
5) Cocok untuk siswa pemula.
Sedangkan kelemahan pembelajaran sepak dan tahan bola dengan
pendekatan drill antara lain:
1) Siswa hanya selalu mengikuti instruksi guru sehingga kurang kreativitas
dalam mengikuti tugas ajar dari guru.
2) Siswa tidak memiliki inisiatif dan kreatifitas dalam mengikuti
pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
3) Jika penjelasan guru terlampau rinci dan banyak, biasanya siswa tidak
dapat mengingat secara keseluruhan.
4) Tidak menciptakan situasi yang kompetetif.
5) Kurang cocok untuk belajar keterampilan tingkat lanjut.
3. Kemampuan Gerak ( Motor Ability )
a. Perkembangan gerak
Sebagai makluk hidup, manusia terus mengalami perubahan sepanjang
hidupnya. Mulai berada didalam kandungan, lahir kemudian menjadi dewasa dan
tua terus terjadi peribahan dalam aspek-aspek fisik, gerak, pikir, emosi, dan sosial.
Pola perubahan pertama-tama bersifat meningkat, kemudian menurun.
Peningkatan terjadi dalam proses pertumbuhan, perkembangan dan kematangan
sedangkan penurunan terjadi dalam proses penuanaan.
Studi tentang perkembangan gerak mencakup diskripsi dan penjelasan
mengenai gerak perilaku manusia sepanjang hidup. Perkembangan hidup manusia
secara terejadi dalam lima fase perkembangan seperti fase sebelum lahir, bayi,
anak-anak, adolesensi dan dewasa. Setiap fase perkembangan terjadi dalam
batasan usia tertentu. Pembatasan setiap fase didasarkan pada kencenderungan
karakteristik perkembangan yang terjadi pada kurun waktu tertentu dalam
usianya.
Empat istilah penting dalam perkembangan gerak, yaitu ; pertumbuhan,
perkembangan, kematangan, dan penuaan. Pertumbuhan dalah peningkatan pada
diri seseorang yang bersifat kuantitatif atau dalam ukuran. Perkembangan adalah
proses perubahan kapasitas fungsional organ-organ kearah keadaan makin
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
terorganisasidan terspesialisasi. Kematangan adalah kemajuan yang bersifat
kualitatif dalam perkembangan biologis. Penuaan adalah proses penurunan
kualitas organic karena bertambahnya usia.
Perkembangan gerak mengacu pada teori perkembangan yang telah
berkembang dalam psikologi perkembangan. Ada tiga teori penting yang menjadi
acuan yaitu teori kematangan, teori keperilakuan dan teori kognitif. Teori
keperilakuan menekankan factor lingkungan sebagai penentu perkembangan,
sedangkan teori kognitif menekankan interaksi antara individu dengan lingkungan
sebagai penentu perkembangan. Penerapan teori-teori perkembangan dalam
didalam pengelolaan pendidikan cenderung memadukan ketiga teori tersebut.
Individu mulai berkembang sejak masih didalam kandungan, dan terus
berkembang setelah lahir. Pada saat masih didalam kandungan kondisi atau
kebiasaan perilaku ibu sangat berpengaruh terhadap perkembangan janin yaitu
yang berkaitan dengan gizi makanan ibu, penyakit yang diderita ibu, obat-obatan
tertentu yang diminum atau disuntikan kedalam tubuh ibu, serta kebiasaan ibu
meminum alcohol atau merokok. Pengaruh yang ditimbulkan pada janin adalah
bias berbentuk kelambatan pertumbuhan .
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan setelah bayi lahir
bervariasi. Ada Sembilan factor yang berpengaruh yaitu factor keturunan, gizi,
makanan, perbedaan suku, musim, iklim, penyakit, himpitan psikososial,
urbanisasi, jumlah keluarga, status ekonomi dan kaencenderungan secular.
Masing-masin faktor menimbulkan pengaruh yang bersifat positif atau negative.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
Pengaruh yang positif berupa pertumbuhan yang normal dan badan yang tunbuh
dengan bentuk yang ideal.
b. Belajar Gerak
Belajar gerak adalah belajar yang diwujudkan melaui respon-respon
muskular yang diekspresikan dalam gerakan tubuh atau bagian tubuh. Didalam
pendidikan jasmani, belajar gerak berperan dalam aspek- aspek pengembangan
ketrampilan gerak tubuh, penguasaan pola- pola gerak ketrampilan olahraga, dan
mengekspresikan pola- pola perilaku personal dan interpersonal yang baik di
dalam pertandingan dan tari. Robert M. Gagne (1977) “Belajar adalah suatu
perubahan pembawaan atau kemampuan yang bertahan dalam periode waktu
tertentu dan tidak semata-mata disebabkan oleh proses pertumbuhan”.
Menurut John N. Drowatsky dalam (Sugiyanto,Sudjarwo1998:269)
definisi belajar gerak adalah belajar yang diwujudkan melalui respon-respon
muskular yang diekspresikan dalam gerakan tubuh atau bagian tubuh.
· Belajar kognitif adalah belajar yang menekankan pada aktivitas
berfikir.
· Belajar afektif adalah belajar yang menekankan pada aktivitas emosi
dan perasaan.
· Belajar gerak adalah belajar yang menekankan pada aktivitas gerak
tubuh.
Belajar merupakan sesuatu yang kompleks, karena itu pengertian bisa
menjadi bermacam-macam. Belajar bisa dipandang sebagai suatu hasil, bisa
dipandang sebagai proses dan juga bisa dipandang sebagai suatu fungsi. Sumber
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
motivasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu motivasi ekstrinsik dan motivasi
intrinsic. Motivasi ekstrinsik timbul karena adanya rangsangan dari luar atau
bersifat external, sedangkan motivasi intrinsic timbul dari dalam diri atlet itu
sendiri atau bersifat ainternal. Berdasarkan sifat pemunculannya, motif dapat
diklasifikasi menjadi motiv primer dan motiv sekunder.
Emosi merupakan respons dan reaksi psikologis dan fisiologis yang
dihasilkan dari situasi yang ditangkap, banyak factor yang mempengaruhinya,
seperti tingkat kematangan seseorang dapat berpengaruh terhadap pengendalian
emosi. Beberapa keadaan emosional yang berhubungan erat dengan olahraga,
misalnya ketegangan, tekanan, kecemasan.
Perubahan pada diri individu sabagai hasil belajar bisa berupa
bertumbuhnya kemampuan berpkir, pengetahuan, kemampuan bergeraknya juga
bias berupa perubahan sikap, minat dan penilaian terhadap sesuatu. Belajar gerak
adalah mempelajari pola-pola gerak ketrampilan tubuh. Proses belajarnya melalui
pengamatan dan mempraktekkan pola-pola gerak yang dipelajari. Intensitas
keterlibatan unsur domain kamampuan yang paling tinggi adalah domain
psikomotor yang berarti juga termasuk domain fisik. Hasil akhir dari belajar gerak
adalah berupa kemampuan melakukan pola-pola gerak ketrampilan tubuh.
Didalam proses belajar gerak, waktu untuk praktek atau berlatih perlu
diatur agar hasil belajar bias baik. Pengaturan waktu latihan didasarkan pada
waktu yang tersedia, berat ringannya latihan yang dilakukan, serta prinsif
penggunaan waktu untuk latihan dan selingan waktu istirahat sesuai dengan berat
atau ringannya latihan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Perkembangan koordinasi gerak tubuh merupakan kunci perkembangan
penguasaan berbagai macam gerak keterampilan yang telah mulai dikuasai sejak
masa anak – anak. Sejalan dengan meningkatnya umur, maka meningkat pula
ukuran tubuh dan kemampuan fisik, secara otomatis akan meningkat pula
kemampuan gerak dasar anak. Peningkatan kemampuan gerak dasar dapat
diidentifikasikan dalam bentuk : gerakan dengan mekanika tubuh makin efisien,
gerakan yang dilakukan semakin lancar dan terkontrol, bentuk gerakan bervariasi
dan bertenaga. Gerakan – gerakan seperti berjalan, meloncat, berjengket,
menyepak, melempar, menangkap, memukul semakin dikuasai. Kecepatan
perkembangannya sangat dipengaruhi oleh kesempatan yang diperoleh untuk
melakukan aktivitas. Anak yang kurang mendapatkan kesempatan melakukan
gerakan atau selalu terkekang di rumah, mereka cenderung memiliki kemampuan
gerak dasar yang rendah, sedangkan anak yang diberikan kebebasan melakukan
aktivitas memiliki kecenderungan berkemampuan gerak yang baik.
Hurlock ( 1991 : 156 ), menyatakan bahwa : “ Masa kecil sering disebut
sebagai masa ideal untuk mempelajari keterampilan gerak “. Hal ini ada sejumlah
alasan yang mendasarinya, yaitu : (1) karena tubuh anak lebih lentur ketimbang
tubuh orang dewasa, sehingga anak lebih mudah menerima semua pelajaran, (2)
anak belum banyak memiliki keterampilan yang akan berbenturan dengan
keterampilan yang baru dipelajarinya, maka bagi anak mempelajari keterampilan
baru lebih mudah, (3) secara keseluruhan anak lebih berani pada waktu kecil
ketimbang ketika anak besar. Oleh karena itu, mereka lebih berani mencoba
sesuatu yang baru. Hal yang demikian menimbulkan motivasi yang diperlukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
untuk belajar. (4) orang dewasa merasa bosan melakukan pengulangan, tetapi
sebaliknya anak – anak justru menyenangi yang demikian. Oleh karena itu, anak-
anak bersedia mengulangi suatu tindakan hingga pola otot terlatih untuk
melakukannya secara efektif. (5) karena anak memiliki tanggung jawab dan
kewajiban yang lebih kecil ketimbang yang akan mereka miliki pada waktu
mereka bertambah besar, maka mereka memiliki waktu yang lebih banyak untuk
belajar menguasai keterampilan ketimbang yang dimiliki remaja atau orang
dewasa. Bahkan seandainya mereka nantinya bertambah besar dan memiliki
waktu yang cukup, mungkin akan merasa bosan dengan pengulangan yang
diperlukan di dalam mempelajari keterampilan, sehingga keterampilan yang telah
dikuasai tidak berkembang.
Keterampilan gerak tidak akan berkembang melalui kematangan saja,
melainkan keterampilan itu harus dipelajari. Di dalam mempelajari keterampilan
gerak menurut Hurlock (1991 : 157), yaitu : “ Hal terpenting di dalam
mempelajari keterampilan gerak meliputi : kesiapan belajar, kesempatan belajar,
kesempatan berpraktek, model yang baik, bimbingan, motivasi, individu dan
sistematis.
Apabila pembelajaran dikaitkan dengan kesiapan belajar, maka
keterampilan yang dipelajari dengan waktu dan usaha yang sama oleh orang yang
sudah siap hasilnya akan lebih unggul dibandingkan dengan orang yang belum
siap untuk belajar.
Kesempatan untuk mempelajari keterampilan gerak bagi anak sangat
penting, karena kondisi anak memungkinkan untuk dapat mencoba berbagai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
gerakan yang sederhana. Banyak diantara siswa yang tidak berkesempatan untuk
mempelajari keterampilan gerak karena hidup dalam lingkungan yang tidak
menyediakan kesempatan belajar atau karena orang tua yang melarang anaknya
untuk banyak bergerak, mereka takut hal yang demikian akan dapat menciderai
atau melukai anaknya.
Untuk dapat mempelajari keterampilan motorik dengan baik anak harus
banyak diberikan kesempatan melakukan praktek. Anak harus diberi waktu untuk
berpraktek sebanyak yang diperlukan untuk menguasai suatu keterampilan.
Meskipun demikian kualitas praktek jauh lebih penting ketimbang kualitasnya.
Jika anak berpraktek dengan model sekali pukul hilang, maka akan berkembang
kebiasaan kegiatan yang jelek dan gerakan yang tidak efisien. Karena dalam
mempelajari keterampilan gerak, meniru model memainkan peranan yang penting,
maka untuk mempelajari suatu keterampilan dengan baik, bagi anak model yang
baik merupakan suatu keharusan.
Dalam meniru suatu model dengan betul, anak membutuhkan bimbingan
dari orang dewasa. Bimbingan juga membantu anak membetulkan suatu kesalahan
yang dilakukan oleh anak sebelum kesalahan tersebut terlanjur dipelajari dengan
baik atau menjadi gerakan yang otomatis meskipun salah, sehingga sulit
dibetulkan kembali.
Bagaimana menguasai keterampilan gerak diperlukan suatu proses
belajar yaitu proses belajar gerak. Proses belajar gerak berbeda dengan proses
belajar kognitif dan proses belajar efektif. Perbedaan yang ada bersumber dari
aspek – aspek yang dominan keterlibatannya di dalam proses belajar. Yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
dominan keterlibatannya dalam proses belajar gerak adalah aspek fisik dan
psikomotor. Yang dominan keterlibatannya dalam belajar kognitif adalah aspek
pikir ; sedangkan yang dominan keterlibatannya dalam belajar afektif adalah
aspek emosi dan perasaan. Dengan kata dominan di sini dimaksudkan untuk
menggambarkan bahwa di situ ada keterlibatan yang lebih intensif dari salah satu
aspek fungsi dalam diri siswa; sementara aspek fungsi yang lain juga terlibat
namun dengan kadar yang lebih rendah. Di dalam belajar gerak aspek fisik dan
psikomotor terlibat lebih besar dibanding aspek pikir serta aspek emosi dan
perasaan.
Fitts dan Postner dalam Gagne (1977: 222), mengemukakan bahwa :
“Proses belajar gerak keterampilan digambarkan memiliki 3 fase belajar, yaitu :
Fase awal (kognitif), Fase penghubung (asosiatif), dan Fase akhir (otonom)“. Fase
kognitif merupakan fase awal dalam belajar gerak keterampilan. Fase kognitif
merupakan perkembangan yang menonjol terjadi pada diri siswa, di mana siswa
mengerti tentang gerakan yang dipelajari. Sedangkan penguasaan geraknya sendiri
masih belum baik karena masih dalam taraf mencoba – coba gerakan. Pada fase
kognitif proses belajar di awali dengan aktif berfikir tentang gerakan yang
dipelajari. Siswa berusaha mengetahui dan memahami gerakan dari informasi
yang diberikan kepadanya. Informasi dapat bersifat verbal atau bersifat visual.
Informasi verbal adalah informasi yang berbentuk penjelasan dengan
menggunakan kata – kata. Di sini indera pendengaran aktif berfungsi. Informasi
visual adalah informasi yang dapat dilihat. Informasi ini dapat berbentuk contoh
gerakan atau gambar gerakan, di sini indera penglihatan aktif berfungsi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
Informasi yang ditangkap oleh indera kemudian di proses dalam
mekanisme perseptual. Mekanisme perseptual berfungsi untuk menangkap makna
informasi. Dengan informasi ini siswa dapat memperoleh gambaran tentang
gerakan yang dipelajari. Setelah memperoleh gambaran tentang gerakan, maka
gambaran tersebut diproses lagi ke dalam mekanisme pengambilan keputusan.
Dalam mekanisme ini siswa mengambil keputusan apa yang akan diperbuat.
Apakah ia akan melakukannya atau tidak. Misalnya apabila gerakan yang
diketahui itu ternyata sulit atau dirasa membahayakan dirinya, dapat jadi siswa
tidak ingin melakukan karena takut, dan memutuskan untuk tidak melakukannya.
Tetapi sebaliknya bila dari informasi tentang gerakan, siswa merasa dapat atau
berani melakukannya, maka ia memutuskan untuk mencoba melakukannya.
Keputusan ini kemudian diwujudkan dalam bentuk rencana gerak. Selanjutnya,
rencana gerak diproses dalam mekanisme pengerjaan. Dalam mekanisme
pengerjaan terjadi pengorganisasian respon untuk dikirim sebagai komando gerak
ke sistem muskular untuk diwujudkan menjadi gerakan tubuh. Berdasarkan
komando gerak tersebut terwujudkan gerakan – gerakan. Melalui proses semacam
itulah siswa mencoba melakukan atau mempraktekkan gerakan yang dipelajari.
Dengan mempraktekkan berulang – ulang gerakan demi gerakan, penguasaan
keterampilan melakukan gerakan menjadi meningkat.
Pada fase kognitif ini siswa baru dalam taraf mengembangkan citra
kognitifnya, oleh sebab itu lebih lanjut Drowatzky (1975: 242), menyatakan
bahwa : “ Instruktur yang baik akan memusatkan perhatian pada isyarat persepsi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
dan karakteristik respon serta memberikan pengetahuan hasil diagnose pada fase
ini “.
Pada fase kognitif siswa belum dapat melakukan gerakan – gerakan
dengan baik. Setelah mempraktekkan berulang – ulang dan kemampuan
melakukan gerakan – gerakan sudah menjadi lancar dan baik, maka siswa berarti
sudah meningkat memasuki fase belajar selanjutnya yaitu memasuki fase
asosiatif.
Fase asosiatif disebut juga fase penghubung atau menengah. Fase ini
ditandai dengan tingkat penguasaan gerakan dimana siswa sudah mampu
melakukan gerakan – gerakan dalam bentuk rangkaian yang tidak tersendat –
sendat pelaksanannya. Dengan tetap mempraktekkan berulang – ulang,
pelaksanaan gerakan akan menjadi semakin efektif, lancar, sesuai dengan
keinginannya dan kesalahan gerakan akan semakin berkurang.
Untuk meningkatkan penguasaan dan kebenaran gerakan, siswa perlu
tahu kesalahan yang masih diperbuatnya. Karena tahu tentang kesalahan gerakan
yang dilakukan siswa perlu mengarahkan perhatiannya untuk membetulkan
dengan mempraktekkan berulang – ulang. Kemampuan untuk mengenali
kesalahan gerakan sangat diperlukan untuk peningkatan penguasaan gerak. Untuk
meningkatkan penguasaan gerak diperlukan kesempatan yang leluasa untuk
praktek berulang – ulang.
Pada fase asosiatif ini respon yang dipelajari sudah siap, sehingga
memungkinkan kesalahan tidak lagi sering terjadi, bahkan secara bertahap akan
hilang. Pada fase asosiatif ini merangkaikan bagian – bagian gerakan menjadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
rangkaian gerakan yang terpadu, yang merupakan unsur penting untuk menguasai
berbagai gerakan keterampilan.
Fase otonom dapat dikatakan sebagai fase akhir dalam belajar gerak. Fase
ini ditandai dengan tingkat penguasaan gerakan di mana siswa mampu melakukan
gerakan keterampilan secara otomatis. Fase ini dikatakan sebagai fase otonom
karena siswa mampu melakukan gerakan keterampilan tanpa terpengaruh
walaupun pada saat melakukan gerakan itu siswa harus memperhatikan hal – hal
lain selain gerakan yang dilakukan. Hal ini dapat terjadi karena gerakannya
sendiri sudah dapat dilakukan secara otomatis.
Untuk mencapai fase otonom diperlukan praktek berulang – ulang secara
teratur. Setelah dicapai fase otonom kelancaran dan kebenaran gerakan masih
dapat ditingkatkan, namun peningkatannya tidak lagi secepat pada fase – fase
belajar sebelumnya. Pada fase ini dimana gerakan sudah menjadi otomatis, untuk
mengubah bentuk gerakan cukup sulit. Untuk mengubahnya perlu ketekunan.
Mengingat menjadi sulitnya mengubah bentuk gerakan setelah gerakan
menjadi otomatis, maka pembentukan gerakan harus dilakukan pada fase belajar
sebelumnya. Sejak awal siswa sudah harus diarahkan melakukan gerakan –
gerakan yang benar secara mekanik, agar setelah mencapai fase otonom
gerakannya benar – benar efisien.
Perlu dijelaskan bahwa gerakan otomatis tidak sama dengan gerakan
yang efisien atau gerakan yang terampil. Gerakan yang otomatis belum tentu
efisien. Gerakan yang salah secara mekanisme dapat menjadi otomatis apabila
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
terus dilakukan berulang – ulang. Sedangkan gerakan yang benar dan dilakukan
secara otomatis akan menjadi gerakan yang efisien.
Di dalam proses pembelajaran gerak keterampilan diperlukan adanya
kondisi tertentu yang berbeda dengan kondisi belajar pada jenis belajar yang lain.
Ada dua jenis kondisi pada belajar gerak keterampilan, yaitu kondisi internal dan
kondisi eksternal (Gagne, 1977: 231). Kondisi internal adalah kondisi yang ada
pada diri pelajar, sedangkan kondisi eksternal adalah kondisi yang ada pada
situasi belajar. Kondisi internal meliputi dua hal, yaitu: mengingat bagian –
bagian keterampilan (recall of part-skills) dan mengingat rangkaian pelaksanaan
(recall of executing routine). Kondisi eksternal meliputi lima hal, yaitu: instruksi
verbal, gambar, demontrasi, praktek, dan umpan balik.
Kemampuan memahami mekanika gerakan penting peranannya seperti
halnya kemampuan memahami keterampilan yang harus dilakukan. Dengan
memahami bentuk – bentuk gerakan yang benar, maka otak dapat memberi
komando gerak kepada sistem penggerak tubuh untuk melakukan gerakan –
gerakan dengan bentuk yang benar.
Kemampuan berkonsentrasi sangat penting dalam pelaksanaan
keterampilan yang memerlukan keseriusan, kecermatan, dan pengerahan seluruh
daya yang dimiliki. Misalnya di dalam persiapan melakukan gerakan loncat indah,
senam prestasi (gymnastic), dan angkat besi, tanpa berkonsentrasi, seseorang tidak
akan dapat menyelesaikan tugasnya dengan sebaik – baiknya. Seperti halnya
unsur fisik dan mental, unsur emosional juga merupakan faktor penentu
penampilan gerak yang efisien.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
Kemampuan dan kondisi emosional yang diperlukan untuk mendukung
pelaksanaan gerakan yang efisien adalah: kemampuan mengendalikan emosi dan
perasaan, tidak ada gangguan emosional, merasa perlu dan ingin mempelajari atau
melakukan gerakan, memiliki sikap yang positif terhadap prestasi gerak gangguan
emosional misalnya ketegangan emosi, kemarahan, kesedihan, erat kaitannya
dengan penampilan gerak. Koordinasi gerak dapat terganggu karena keadaan
emosi yang tidak terkendali. Apabila koordinasi gerak terganggu maka tidak
mungkin melakukan keterampilan gerak yang sebaik – baiknya.
Merasa perlu dan ingin untuk mempelajari atau melakukan gerakan
merupakan motivasi internal atau larangan dari dalam diri untuk berbuat dalam
bentuk mempelajari atau melakukan gerakan. Apabila seseorang berbuat karena
adanya dorongan dari dalam dirinya sendiri, maka ia akan cenderung berbuat
sebaik – baiknya karena tidak merasa terpaksa. Seseorang berbuat secara sukarela
cenderung akan menghasilkan sesuatu yang lebih baik dibandingkan dengan yang
dihasilkan oleh seseorang yang berbuat karena terpaksa.
Sikap yang positif terhadap prestasi dapat menimbulkan kecenderungan
berbuat untuk berusaha mencapai suatu prestasi. Dengan demikian kemungkinan
untuk mencapai prestasi yang baik menjadi terbuka. Tanpa ada sikap yang positif
terhadap prestasi, kemungkinan untuk dapat berprestasi itu menjadi tertutup.
Kemampuan untuk mengendalikan diri memberikan kemungkinan bagi
seseorang untuk berbuat sesuai dengan yang seharusnya dilakukan atau tidak
berbuat di luar batas. Seseorang yang mengendalikan diri akan lebih mudah
mengikuti aturan – aturan, termasuk mengikuti aturan agar dirinya dapat menjadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
terampil. Singer (1980: 48), menyatakan bahwa: “ Motivasi yang terlalu besar
akan menghambat kemajuan dalam penguasaan keterampilan yang kompleks ”.
a. Gerakan yang Terampil dan Efisien pada Anak-anak
Gerakan yang terampil pada dasarnya merupakan gerakan yang efisien.
Keterkaitan antara berbagai faktor akan dapat menimbulkan gerakan yang efisien.
Hal ini sesuai pendapat Drowatzky (1975: 34), yaitu: “ Tiga komponen utama
yang mendukung gerakan yang efisien, yaitu: kesegaran jasmani dan kemampuan
gerak, kemampuan penginderaan atau sensori serta proses – proses perseptual “.
Gambaran mengenai komponen – komponen pendukung gerakan yang efisien dan
unsur – unsurnya dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 3. Komponen gerakan efisien (Drowaztky, 1975:34)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
Unsur – unsur pendukung gerakan yang terampil dan efisien menurut
Broer dan Zernicke (1979: 35), menyatakan bahwa: “ Tiga prasarat untuk gerakan
yang efisien, yaitu unsur fisik, mental, dan emosional “. Ketiga unsur tersebut
tidak dapat berfungsi sendiri – sendiri secara terpisah dalam mewujudkan gerakan
yang terampil dan efisien. Ketiganya harus berfungsi dalam suatu mekanisme
yang serasi atau terorganisasi dengan baik.
Unsur fisik merupakan fungsi dari sistem muskular, skeletal, sirkulatori,
respiratori, dan indera. Sistem ini secara bersama – sama dengan komponen
mental dan emosional mempengaruhi sistem syaraf. Sistem syaraf melalui kontrol
keseimbangan, kontrol muskular dan kontrol ketepatan waktu mempengaruhi
kelincahan dan koordinasi tubuh. Kelincahan dan koordinasi tubuh inilah yang
mencerminkan gerakan yang efisien.
Di dalam berbagai gerakan, semua sistem tubuh difungsikan melalui
sistem syaraf untuk meghasilkan kontrol keseimbangan tubuh pada saat
melakukan gerakan. Kontrol tubuh ini meliputi : kontrol keseimbangan, kontrol
ketepatan, waktu berbuat, dan kontrol muskular. Kelima macam kontrol tersebut
tergantung pada unsur fisik, mental dan emosional.
Kontrol keseimbangan meliputi kemampuan untuk menyelesaikan pusat-
pusat gravitasi secara efektif dalam hubungannya dengan bidang tumpuan, baik
timpuan yang tidak bergerak maupun tumpuan yang bergerak. Kontrol
keseimbangan merupakan fungsi dari organ vestibular yang berada pada telinga
bagian dalam dan di dalam berfungsinya ditunjang oleh fungsi mata. Pada saat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
seseorang dalam keadaan bergerak, tangan dan kaki berperan penting dalam
menjaga keseimbangan tubuh.
Kontrol ketepatan waktu bergerak pada dasarnya merupakan pengatur
irama gerakan, dalam hal ini terwujud dalam bentuk ketepatan waktu kontraksi
sekelompok otot sehingga dapat menghasilkan gerakan dengan kecepatan, urutan
dan lamanya tiap unsur gerakan yang sesuai dengan kebutuhan.
Kontrol muskular merupakan kemampuan mengendalikan kontraksi dan
relaksasi otot. Pengendalian otot – otot mana yang harus berkontraksi dan otot –
otot mana yang tidak perlu berkontraksi untuk melakukan suatu gerakan sangat
diperlukan agar suatu gerakan dapat dilakukan dengan baik. Di dalam melakukan
aktivitas fisik, bukan hanya kemampuan kontraksi otot yang diperlukan,
kemampuan relaksasi otot juga penting. Kemampuan relaksasi penting untuk
memperoleh efisiensi gerakan dan mempercepat proses pemulihan kesegaran
sesudah melakukan aktivitas.
Kontrol keseimbangan, kontrol ketepatan waktu bergerak dan kontrol
muskular saling berhubungan di dalam pelaksanaan fungsinya. Misalnya, kontrol
muskular berperan dalam kontrol keseimbangan, kontrol timing berperan di dalam
pelaksanaan gerakan yang memerlukan ketepatan waktu pelaksanaan atau gerakan
berirama. Pelaksanaan gerakan merupakan fungsi kontrol muskular, sedangkan
iramanya merupakan fungsi kontrol timing.
Ketika fungsi kontrol tersebut secara bersama – sama mewujud dalam
bentuk kelincahan dan koordinasi gerakan. Kelincahan (agility) adalah
kemampuan mengubah arah gerakan atau posisi tubuh dengan cepat. Sedangkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
koordinasi adalah pemfungsian beberapa otot secara bersama dengan timing dan
keseimbangan yang baik di dalam suatu gerakan. Gerakan yang berkoordinasi
dengan baik tidak akan menimbulkkan ketegangan otot yang tidak perlu dan
pelaksanaannya lancar atau mulus. Apabila berbagai macam gerakan yang
terkoordinasi dengan baik dikombinasikan secara serasi, maka akan menghasilkan
gerakan yang efisien.
Gerakan dikatakan efisien apabila gerakan – gerakan yang terkoordinasi
dengan baik dikombinasikan untuk menghasilkan gerakan yang diperlukan untuk
menyelesaikan tugas tertentu, dan memanfaatkannya dengan perolehan nilai yang
tinggi, dengan arah yang baik, dan menggunakan tenaga sekecil mungkin.
Seseorang yang mampu melakukan gerakan - gerakan secara efisien, orang
tersebut dapat dikatakan terampil.
Pengembangan kemampuan gerak banyak tergantung pada dasar
fisiologis, peranan belajar, lingkungan kebudayaan dan kemampuan masing –
masing individu. Faktor – faktor biologis dan fisiologi memainkan peranan
penting dalam menentukan kemampuan gerak dasar seseorang. Flieshman (1965:
10), menyatakan bahwa : “ Kemampuan gerak dasar seseorang terdapat
perbedaan, hal ini tergantung pada sensitif tidaknya otot – otot dan kelompok otot,
komposisi jaringan otot atau perbedaan susunan sistem saraf pusat “. Faktor
keturunan juga memberikan pengaruh pada kemampuan gerak dasar terutama
dalam menetapkan pembatasan kondisi seseorang.
Faktor – faktor lingkungan dan belajar memainkan peranan penting dan
memiliki sumbangan yang lebih besar di dalam mempengaruhi perkembangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
kemampuan gerak seseorang. Oleh karena itu prinsip seluruh pendidikan formal
dalam pendidikan jasmani merupakan dasar dari proses pengembangan
kemampuan gerak. Flieshman (1965: 11), menyatakan bahwa : “ Kemampuan
dasar mulai diperoleh pada awal kehidupan, oleh karena itu lingkungan hidup
anak harus ditujukan pada pemeliharaan pertumbuhan yang baik, hal ini penting
bagi pengembangan kemampuan gerak.
Kemampuan gerak dasar mempunyai pengertian yang hampir sama
dengan kemampuan motorik atau motor ability yang menunjukkan gambaran
tentang keterampilan di dalam aktivitas olahraga atau motor ability indicates
precent athletic ability, yang berarti tingkat kemampuan seseorang dalam
melakukan suatu keterampilan gerak yang luas. Oleh sebab itu salah satu
pengembangan kemampuan gerak dasar dapat dilakukan melalui olahraga
pendidikan.
Kemampuan gerak dasar merupakan bahasan yang komplek, artinya di
dalam membahas mengenai kemampuan gerak dasar ini dari sudut mana mereka
memandang. Harrow (1977: 84), mengklasifikasikan dalam bentuk keterampilan,
yaitu: “ Keterampilan pemula, menengah, dan keterampilan tinggi “.
Pengklasifikasikan oleh Magill (1980: 17), yaitu: “ Klasifikasi keterampilan gerak
didasarkan pada kecermatan gerakan, perbedaan titik awal, stabilitas lingkungan
dan kontrol umpan balik “.
Berdasarkan pada kecermatan gerakan, gerakan keterampilan dapat
diklasifikasikan dalam dua kategori, yaitu : keterampilan gerak agal atau gross
motor skills dan keterampilan gerak halus atau fine motor skills (Singer;1980: 14).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
Keterampilan gerak agal ditandai oleh keterlibatan otot – otot besar sebagai basis
primer dalam gerakan. Keterampilan gerak halus merupakan keterampilan yang
memerlukan kemampuan mengontrol otot – otot halus dalam tubuh untuk
pencapaian pelaksanaan keterampilan gerak.
Berdasarkan titik awal dan titik akhir pelaksanaan, gerakan keterampilan
dapat dibedakan dalan dua kategori, yaitu: “ Keterampilan gerak diskret atau
discrete motor skill dan keterampilan gerak kontinus atau continuous motor skill
(Singer; 1980: 19). Suatu keterampilan gerak dapat diklasifikasikan ke dalam
keterampilan gerak diskret apabila dalam pelaksanaan keterampilan gerak dapat
dibedakan antara titik awal dan titik akhir dari gerakan itu. Keterampilan gerak
kontinus adalah keterampilan gerak yang tidak ditandai dengan jelas adanya titik
awal dan titik akhirnya. Kekuatan eksternal lebih menentukan dalam memulai dan
mengakhiri suatu gerakan, bila dibandingkan dengan pengaruh bentuk gerakannya
sendiri.
Berdasarkan stabilitas lingkungan, keterampilan gerak menurut Singer
(1980: 14), dibedakan menjadi : “ Gerak tertutup (self paced), gerak terbuka
(externally paced) dan gabungan gerak tertutup dan terbuka (mixed paced) “.
Keterampilan tertutup merupakan gerakan yang terjadi dalam kondisi lingkungan
tertentu dan tidak berubah – ubah. Stimulus dalam setiap gerakan dimulai oleh
pelaku sendiri. Keterampilan terbuka terjadi pada lingkungan yang berubah –
ubah secara temporal dan spacial. Pelaku bergerak berdasarkan stimulus dari
lingkungan di mana siswa berada. Sedangkan keterampilan gerak gabungan atau
mixed paced terjadi antara siswa dan obyek dalam situasi bergerak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
Klasifikasi gerakan berdasarkan kontrol umpan balik, didasarkan pada
bagaimana dan kapan umpan balik sensori yang dihasilkan dari gerakan dapat
dimanfaatkan oleh pelaku untuk melakukan gerakan berikutnya. Umpan balik
sensori diartikan sebagai informasi yang diterima oleh seseorang melalui indera
selama melakukan gerakan. Berdasarkan kontrol umpan balik, dapat dibedakan
menjadi dua kategori, yaitu : kontrol lingkaran tertutup (closed loop) dan kontrol
lingkaran terbuka (open loop). Jika informasi umpan balik dapat digunakan untuk
menyesuaikan aksi selama gerakan itu berlangsung, maka keterampilan itu dapat
diklasifikasikan ke dalam kontrol lingkaran tertutup, sedangkan jika umpan balik
itu tidak dapat digunakan untuk membuat penyesuaian gerakan selama aksi
berlangsung, maka keterampilan itu dikatakan berada dalam kontrol lingkaran
terbuka.
Berdasarkan klasifikasi tersebut bila dikaitkan dengan penguasaan
keterampialn bermain sepak bola, maka dapat disampaikan sebagai berikut : (1)
berdasarkan kecermatan gerak, termasuk gerak agal dan halus, karena melibatkan
sejumlah otot besar dan kecil, (2) berdasarkan titik awal dan titik akhir, termasuk
gerakan serial, karena gerakan terdiri dari bagian – bagian yang jelas titik awal
dan titik akhirnya dan dilakukan secara berangkai, (3) berdasarkan stabilitas
lingkungan, termasuk keterampilan terbuka, karena gerakannya terjadi pada
kondisi lingkungan yang berubah – ubah dan stimulusnya berasal dari luar, (4)
berdasarkan kontrol umpan balik termasuk dalam kontrol lingkaran terbuka,
karena umpan balik yang timbul dapat dimanfaatkan untuk gerakan berikutnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
Keterampilan gerak harus dibedakan dengan gerak dasar yang merupakan
pola gerak. Keterampilan gerak menunjukkan tingkat pengembangan kecakapan,
sedangkan gerak dasar merupakan gerakan yang nampak nyata dalam penampilan
dan mempunyai tujuan sendiri yang penting. Gerakan keterampilan mempunyai
tingkat efisiensi dalam melakukan tugas yang kompleks, meliputi tugas – tugas
gerakan dalam belajar dan berlatih. Gerak yang terampil menunjukkan
perkembangan tingkat ketangkasan.
Klasifikasi gerakan terampil menurut Harrow (1977:76), yaitu: “
Klasifikasi gerakan yang terampil dibagi menjadi dua kontinum, yaitu kontinum
vertikal dan kontinum horisontal “. Kontinum vertikal menunjukkan derajat
kesukaran gerak yang dilakukan dari berbagai keterampilan dan biasanya disebut
sebagai tingkat kompleksitas. Sedangkan kontinum horisontal menggambarkan
tingkat penguasaan keterampilan yang dicapai oleh siswa dan biasa disebut
sebagai tingkat ketangkasan.
Dalam keterampilan gerak pada cabang olahraga tertentu, seorang guru
atau pelatih harus dapat membuat kategori perilaku gerak atas dasar tingkat
kesukaran dari keterampilan maupun tingkat ketangkasan siswa. Beradasarkan
kontinum vertikal, gerak keterampilan dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu
keterampilan adaptif sederhana, terpadu, dan kompleks.
Keterampilan adaptif sederhana menunjukkan adaptasi gerakan dan gerak
dasar utama. Gerakan – gerakan dasar utama dimodifikasi untuk menyesuaikan
dengan situasi atau lingkungan yang baru. Keterampilan terpadu terbentuk dari
efisiensi dalam keterampilan dasar siswa dan disatukan dengan penggunaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
perlengkapan dan alat – alat yang digunakan. Siswa diharapkan dapat mengatur
tubuhnya sambil menggunakan perlengkapan selama melakukan penampilan
dalam keterampilan terpadu tersebut. Sedangkan keterampilan adaptif kompleks
merupakan keterampilan yang memerlukan penguasaan mekanika tubuh yang
lebih besar sebagai pelaksanaan hukum – hukum fisika terhadap tubuh. Untuk
mengidentifikasi gerakan yang dapat dikategorikan keterampilan kompleks ini
adalah keterlibatan tubuh pelaku secara total, seringkali tanpa landasan penopang
atau dalam keadaan melayang di udara harus membuat penyesuaian postural
terhadap rangsangan atau isyarat yang tidak terduga, dan mengatur gerakan di
lapangan yang luas.
Kontinum horizontal berhubungan dengan derajat ketangkasan atau
penguasaan keterampilan yang dapat dicapai dalam keterampilan tertentu. Harrow
(1977:78), menyatakan bahwa : “ Kontinum horizontal dibagi menjadi empat
tingkat, yaitu tingkat pemula, menengah, lanjut, dan keterampilan tinggi “. Setiap
siswa yang mempelajari keterampilan baru, digolongkan dalam tingkat pemula.
Selanjutnya sesuai dengan perkembangan derajat keterampilannya, kemampuan
siswa dapat dikategorikan ke dalam klasifikasi tingkat selanjutnya, dan seterusnya
sampai tingkat keterampilan tinggi. Kontinum horizontal mempunyai empat
klasifikasi yang selalu berada dalam setiap klasifikasi kontinum vertikal.
Keterampilan dapat pula diklasifikasikan menjadi dua, yaitu atas dasar
persepsi dan kebiasaan. Cabang olahraga anggar, bola basket atau tenis dapat
digolongkan sebagai cabang olahraga yang berkiblat pada persepsi, sedangkan
jenis cabang olahraga senam, tolak peluru ataupun keterampilan mengemudi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
termasuk kebiasaan. Dalam kegiatan olahraga potensi siswa sangat diperlukan
untuk situasi yang selalu berubah. Reaksi tidak dapat dipastikan tergantung pada
situasi yang dihadapi. Keterampilan memerlukan latihan dan ulangan – ulangan
sampai menjadi gerakan yang memerlukan kebiasaan.
Keterampilan yang bersifat kebiasaan memerlukan respons yang tepat
terhadap situasi yang dihadapi, hal ini sesuai dengan teori tentang hubungan
antara stimulus (S) dengan respons (R). Singer (1980: 18), menyatakan bahwa :
“ Situasi yang dihadapi secara relatif adalah tetap, sedangkan respon yang
diinginkan hanya dapat dihasilkan melalui latihan yang teratur dan perhatian dari
siswa tersebut kegiatan yang dilakukan. Hasilnya adalah keterampilan yang
berlangsung secara otomotik “.
Belajar keterampilan, baik keterampilan yang bersifat sederhana maupun
yang kompleks, menghendaki terintegrasinya fungsi – fungsi jiwa secara baik.
Oleh karena itu diperlukan ketekunan, ketelitian, keterikatan pada tugas yang
dihadapi, terpusatnya perhatian secara tajam dan terkoordinasinya antara persepsi
dan gerakan. Romizowsky (1981: 129) mengemukakan bahwa :
“ Belajar keterampilan melalui tahap – tahap : (1) memperoleh pengetahun, (2)
melakukan respon (aplikasi dari pengetahuan itu), (3) mengalihkan kontrol dari
persepsi kepada feeling dan kemudian gerakan, (4) otomatisasi gerak
keterampilan itu, dan (5) generalisasi keterampilan”.
Suatu keterampilan harus dipelajari secara baik dalam kondisi – kondisi
yang tetap sebelum siswa mengalami keadaan – keadaan yang sulit diperkirakan.
Suatu respons tertentu tidak berguna bagi siswa untuk bereaksi di bawah aneka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
ragam kondisi. Seorang pemain sepak bola (penjaga gawang) mungkin memiliki
keterampilan yang baik ketika menangkap bola yang keluar dari mesin pelempar
bola atau jet ball, tetapi situasi pertandingan menghendaki banyak keluwesan
respons pada waktu bola datang dengan kecepatan yang berbeda – beda, dengan
putaran, slice dan arah dan kecepatan yang berbeda.
Hampir semua gerak keterampilan memerlukan lebih dari satu reaksi
yang disiapkan. Kerumitan tersebut memerlukan pengertian dari pihak guru atau
pelatih dan dari siswa sendiri agar diperoleh keterampilan sesuai dengan harapan.
Oleh karena itu pengajaran harus tanggap terhadap penekanan-penekanan yang
penting dalam belajar keterampilan.
Kadang-kadang orang sulit membedakan antara kemampuan dan
keterampilan. Kemampuan sifatnya umum dan tahan lama, suatu pembawaan
yang dipengaruhi oleh belajar dan pengalaman. Sedangkan keterampilan bersifat
spesifik untuk kegiatan tertentu yang diperoleh dari pengalaman dan berkenaan
dengan suatu urutan respons yang dikembangkan secara spesifik.
Untuk memprediksi kemampuan gerak masing-masing individu, telah
banyak tes-tes ketangkasan gerak yang telah dikembangkan untuk diterapkan pada
orang coba baik laki-laki maupun perempuan pada tingkat perkembangan yang
berbeda. Tes tersebut bertujuan untuk membuat klasifikasi dan pencapaian tingkat
ketangkasan sebagai prediksi terhadap kemampuan ketangkasan seseorang di
dalam aktivitas jasmani.
Jenis tes kemampuan gerak untuk anak Sekolah Dasar di sesuaikan
dengan perkembangan fisik dan fisiologis anak. Pertumbuhan fisik erat kaitannya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
dengan terjadinya proses peningkatan pematangan fisiologis pada diri setiap
individu. Pertumbuhan dan tingkat kematangan fisik dan fisiologis membawa
dampak pada perkembangan kemampuan fisik. Indikasi untuk menaksir
kemampuan fisik anak dapat dilakukan dengan mengadakan tes. Tes untuk
menaksir kemampuan fisik anak usia Sekolah Dasar di antaranya meliputi : lari,
baring duduk ( sit-up ), melompat, mengangkat badan ( pull-up ) dan sejenisnya
termasuk koordinasi. Beberapa contoh tes kemampuan gerak dasar dari cozens
athletic ability : dodging run, melempar bola basket dan sepakbola, loncat jauh
tanpa awalan, lari seperempat mil dan lompat palang (mathews, 1973 : 166).
Scott’s motor ability test : obstacle race, loncat jauh tanpa awalan, dan lempar
bola basket (mathews, 1973 : 168). Barrow’s motor ability test : loncat jauh tanpa
awalan, lempar bola soft-ball, lari zig-zag, lempar bola ke dinding, menempatkan
bola medecine dan lari 60 yard. (Mathews, 1973 : 170 ).
Melalui tes kemampuan gerak diatas sehingga mana anak yang memilki
kemampuan gerak tinggi, kemampuan gerak dasar sedang dan kemampuan gerak
dasar rendah.
Perkembangan kemampuan gerak anak usia Sekolah Dasar meningkat
sejalan dengan meningkatnya ukuran tubuh dan meningkatnya kemampuan fisik.
Berbagai kemampuan gerak yang sudah mulai dapat dilakukan pada masa-masa
sebelumnya semakin dikuasai. Peningkatan kemampuan gerak dapat diidentifikasi
dalam bentuk gerakan mekanika tubuh yang makin efisien, gerakannya semakin
lancar dan terkontrol serta pola gerakannya makin bervariasi dan bertenaga.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
Kemampuan gerak dipengaruhi oleh aktivitas yang dilakukan dalam
kesehariannya. Apabila aktivitas yang dilakukan dapat leluasa, maka kemampuan
gerak dasarnya akan berkembang dengan baik, tetapi sebaliknya bila aktivitasnya
terkekang dan tidak diberikan kebebasan, maka kemampuan gerak dasarnya
secara otomatis akan menjadi jelek. Padahal usia untuk belajar gerak yang paling
tepat adalah masa sebelum adolensensi. Dapat ditegaskan bahwa keterampilan
dasar dan minat terhadap keterampilan gerak harus ditemukan pada umur 12 tahun
atau sebelumnya. Sehingga dapat dikatakan bahwa masa anak-anak merupakan
waktu yang tepat dan ideal untuk belajar keterampilan gerak dasar, sedangkan
masa adolensensi merupakan waktu yang digunakan untuk penyempurnaan dan
penghalusan serta mempelajari berbagai macam variasi keterampilan gerak.
Perkembangan kemampuan gerak anak dapat diketahui melalui
pengetesan dan pengukuran. Espenschade dan Eckert (1980 : 196), menyatakan
bahwa : “ Perkembangan kemampuan gerak pada anak-anak dapat diketahui
dengan menggunakan pengetesan dan pengukuran kemampuan berlari, meloncat
dan melempar”. Perkembangan kemampuan gerak pada anak dewasa sangat
dipengaruhi oleh penguasaan gerak dasar pada masa kanak-kanak dan faktor
latihan. Kecenderungan keterampilan gerak setiap individu pada anak bervariasi.
Dengan demikian akan terdapat kemampuan gerak dasar yang tinggi yang
ditandai dengan adanya penguasaan keterampilan gerak yang tinggi dan
kemampuan gerak dasar rendah yang ditandai dengan penguasaan keterampilan
gerak yang rendah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Gerak
Perkembangan kemampuan gerak masing-masing siswa akan berlainan.
Hal ini dipengaruhi oleh banyak faktor, baik dari dalam yaitu pembawaan maupun
dari luar yaitu lingkungan dan sarana belajar. Dengan demikian akan terdapat
kemampuan gerak tinggi dan rendah. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi
dapat disajikan dalam tabel sebagai berikut :
Tabel 1.Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan gerak
Kemampuan gerak tinggi Kemampuan gerak rendah
1. aktivitas pada masa sebelumnya
diberikan kebebasan
2. lingkungan, orang tua dan pra
sarana pendukung
3. memiliki koordinasi tubuh dan
kekuatan otot yang baik
4. motivasi melakukan kegiatan
tinggi
1. aktivitas pada masa anak kurang
atau dikekang
2. lingkungan, orang tua dan pra
sarana kurang mendukung
3. koordinasi tubuh dan kondisi
fisik lemah
4. kurang bermotivasi terhadap
kegiatan olahraga.
Seorang guru mempunyai kesempatan yang baik untuk
mempertimbangkan potensi ketangkasan muridnya guna keperluan
pengembangan di masa yang akan datang. Tingkat potensi ketangkasan siswa
dapat pula digunakan sebagai salah satu faktor dalam pengembangan kurikulum
olahraga pendidikan. Tingkat kemampuan siswa yang sama dapat pula digunakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
sebagai usaha untuk mengadakan pengelompokkan siswa secara homogen agar
diperoleh keuntungan yang lebih baik dari program kegiatan olahraga. Dalam
pengelompokkan yang homogen para siswa dapat melakukan kegiatan dan
bersaing dalam kemampuan yang sama.
Pengembangan kemampuan gerak juga banyak tergantung dari pada
dasar fisiologis, peranan belajar dan lingkungan kebudayaan serta kemampuan
seseorang. Faktor-faktor biologi dan fisiologi memainkan peranan penting dalam
menentukan kemampuan gerak dasar seseorang. Sebagai contoh adalah seseorang
yang mempunyai indera mata kurang berfungsi, maka hasil tersebut akan
mempengaruhi dan membatasi penglihatannya sehingga menyebabkan perbedaan
dalam melakukan kegiatannya. Kemampuan gerak seseorang berbeda, tergantung
dari sensitif tidaknya otot-otot dan kelompok otot, komposisi jaringan otot atau
perbedaan susunan dari sistem saraf pusat. Faktor keturunan memberikan
pengaruh pula pada kemampuan gerak, terutama dalam menetapkan pembatasan
kondisi, akan tetapi variasi yang sangat luas masih tetap dimungkinkan. Faktor-
faktor lingkungan dan belajar memainkan peranan yang lebih besar dalam
mempengaruhi pengembangan kemampuan, oleh karena itu prinsip seluruh proses
pendidikan formal merupakan dasar. Kemampuan dasar mulai diperoleh dari awal
kehidupan, oleh karena itu lingkungan kehidupan anak-anak terutama adanya
pemeliharaan pertumbuhan yang baik sangat penting artinya bagi pengembangan
kemampuan dasar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
c. Peranan Kemampuan Gerak dalam Melakukan Keterampilan
Sepak dan Tahan Bola.
Kemampuan gerak merupakan dasar pembentukan semua keterampilan
gerak, termasuk keterampilan sepak dan tahan bola. Kemampuan gerak yang baik
menunjang kecepatan proses belajar keterampilan gerak. Belajar keterampilan
gerak merupakan proses yang berisikan aktivitas serta kejadian untuk mempelajari
dalam usaha untuk menguasai suatu jenis gerakan keterampilan. Keterampilan
gerak adalah kualitas gerakan yang ditampilkan yang merupakan hasil dari proses
belajar motorik atau belajar gerak. Schmidt yang dikutip Rusli Lutan (1988:102)
mengemukakan bahwa, "belajar motorik adalah seperangkat proses yang bertalian
dengan latihan atau pengalaman yang mengantarkan ke arah perubahan permanen
dalam perilaku terampil".
Dalam mempelajari suatu gerak keterampilan diperlukan jangka waktu
tertentu. Lama waktu yang diperlukan untuk mempelajari suatu keterampilan
dipengaruhi kompleksitas gerakan keterampilan yang dipelajari dan kemampuan
dasar anak.
Kemampuan gerak merupakan unsur pembentuk keterampilan gerak.
Kemampuan gerak merupakan fundamen penting untuk mempelajari suatu
keterampilan gerak. Kemampuan gerak dasar mendasari keterampilan, dimana
kemampuan tersebut disimpulkan dari tanggapan atau respon tertentu untuk jenis
tugas yang tertentu pula. Jadi jelas bahwa, kemampuan gerak dasar sepakbola
mempunyai pertalian dengan keterampilan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
Kemampuan gerak umum adalah kemampuan gerak dasar umum
seseorang yang dapat berpengaruh terhadap kemampuan seseorang dalam
mempelajari gerakan ketrampilan suatu cabang olahraga. Singer (1975 : 225 –
226) mengatakan, bahwa kemampuan gerak (motor ability), biasanya
dihubungkan dengan perilaku gerak. Abilitas biasanya dianggap sebagai
karakteristik yang relatif stabil atau permanent, ditentukan oleh faktor keturunan
dan perkembagan relatif secara otomatis dalam proses pertumbuhan dan
kematangan, serta tak mudah diubah melalui latihan atau pengalaman (Rusli
Lutan, 1988 : 339). Sebagai kemampuan terpendam yang melandasi penampilan
gerak seseorang, maka abilitas dianggap sebagai factor pendukung bagi
pelaksanaan suatu ketrampilan gerak yang selanjutnya membedakan kemampuan
individual.
Cabang olahraga sepakbola memerlukan berbagai kompunen fisik
terutama; Daya ledak, kelincahan, koordinasi mata-tangan, kekuatan, kecepatan,
sehingga setiap pemain dituntut memiliki kondisi fisik yang prima sehingga dapat
menjalin sinergi gerak dengan pemain lainnya dalam satu regu sepakbola
(Sulaiman, 2008:73).
1) Daya ledak (Power) otot
Power merupakan salah satu komponen kondisi fisik yang diperlukan
hampir semua cabang olahraga untuk mencapai prestasi yang tinggi. Bompa (1990
: 273), menyatakan bahwa power adalah kombinasi dari kekuatan dan kecepatan
gerak. Dalam beberapa gerakan olahraga, power merupakan salah satu
kemampuan biomotorik yang sangat penting. Banyaknya gerakan olahraga yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
dapat dilakukan dengan lebih baik dan sangat terampil apabila seseorang memiliki
power yang baik. Power otot merupakan salah satu faktor yang menentukan
dalam melaksanakan sebagian besar skill olahraga.
Beberapa pengertian power tersebut, ternyata ada dua faktor yang
sangat penting dan menentukan sekali terhadap kemampuan power, yaitu faktor
kekuatan otot dan kecepatan otot, sehingga dari beberapa pengertian di atas dapat
disimpulkan bahwa power adalah kemampuan otot untuk menggerakkan kekuatan
mekasimal dalam waktu yang singkat.
2) Kelincahan (Agility)
Menurut Nossek (1982 : 144) mengatakan bahwa, istilah kelincahan
sering disamakan dengan koordinasi kemampuan gerakan-gerakan ketrampilan,
kemampuan menggerakkan otot-otot atau kecekatan (dexterity).
Dari pengertian di atas maka dapat dikatakan, bahwa orang lincah adalah
orang yang memiliki kemmapuan untuk mengubah arah dan posisi tubuh dengan
cepat dan tepat pada waktu sedang dalam keadaan bergerak, tanpa kehilangan
keseimbangan dan kesadaran akan posisi tubuh.
3) Koordinasi Mata – Tangan
Schmidt (1988 : 265) mengemukakan bahwa koordinasi adalah
perpaduan dua perilaku atau lebih, dimana antara yang satu dengan yang lainnya
saling berkaitan dalam menghasilkan suatu ketrampilan gerak, maka koordinasi
adalah kemampuan untuk mengkombinasikan beberapa gerakan tanpa ketegangan
dengan urutan yang benar dan melakukan gerakan yang kompleks secara (tanpa
pengeluaran energi yang berlebihan, dengan demikan hasilnya adalah yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
efesien, halus, mulus (smooth). Baik tidaknya koordinasi gerak.seseorang
tercermin dalam kemampuannya untuk melakukan gerakan secara mulus, tepat
(precise), dan efiesien. Hal ini berarti seseorang yang memiliki koordinasi gerak
yang baik bukan hanya mampu melakukan keterampilan gerak dengan sempurna
tetapi juga mampu melakukan gerakan keterampilan yang baru baginya.
4) Kekuatan (Strength)
Kekuatan merupakan salah satu unsur kemampuan biomotorik yang
yang sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan seseorang dalam melakukan
suatu gerakan keterampilan (skill) dalam olahri Secara umum strength untuk
didefinisikan sebagai kekuatan otot yang digunakan untuk melawan objek yang
dapat dipindahkon atau digerakkan atau dan juga yang tidak dapat dipindahkan.
Dari uraian di atas, maka strength merupakan faktor yang sangat penting
dan merupakan basis dari semua komponen kondisi fisik. Seorang pemain
sepakbola akan melakukan gerakan keterampilan teknik dasar bermain sepakbola
(passing, heading, dribbling, shooting) dengan baik apabila ia memiliki kekuatan
otot yang baik. Dalam istilah yang sederhana strength kemampuan untuk
menerapkan kekuatan dalam melawan beban. Strength dapat meningkatkan
kemampuan dalam melakukan ketrampilan gerak (Bompa, 2000 : 94).
Tentang pentingnya peranan strength dalam aktivitas fisik, Harsono
(1988:177) mengemukakan: 1) kekuatan merupakan daya penggerak setiap
aktivitas fisik, 2) kekuatan memegang peranan penting dalam melindungi
atlet/seseorang dari kemungkinan cidera, dan 3) dengan kekuatan atlet akan dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
lari lebih cepat, melempar atau menendang lebih jauh dan lebih efisien, memukul
lebih keras, demikian pula dapat membantu memperkuat stabilitas sendi-sendi.
5) Kecepatan (Speed)
Harsono (1988:216) mengatakan bahwa kecepatan adalah kemampuan
untuk melakukan gerakan-gerakan yang sejenis secara berturut-turut dalam waktu
yang sesingkat-singkatnya atau kemampuan untuk menempuh jarak dalam waktu
yang sesingkat-singkatnya.
Dari uraian di atas maka dapat dikatakan bahwa kecepatan bukan hanya
berarti menggerakkan seluruh tubuh dengan cepat ukan tetapi dapat pula terbatas
pada menggerakkan anggota tubuh dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Agar
dapat melakukan keterampilan teknik dasar bermain sepakbola dengan baik,
seseorang harus memiliki kemampuan unsur-unsur biomotorik yang baik seperti:
power otot lengan dan otot tungkai, kelincahan, koordinasi mata-tangan, dan
kecepatan. Dalam melakukan gerakan passing,stopping, heading, dribbling dan
shooting sepakbola agar memperoleh hasil maksimal, maka unsur kemampuan
gerak umum yan telah diuraikan di atas sangat memegang peranan penting, karena
dengan kemampuan tersebut, maka seseorang akan dapat melakukan keterampilan
teknik dasar bermain sepakbola dengan baik. Kemampuan mengarahkan dan
menempatkan bola yang tepat dalam melakukan passing merupakan faktor utama
keberhasilan dari seorang pemain sepakbola mengingat fungsi utama dari passing
dalam permainan adalah mengoper bola kepada teman se-tim dalam membangun
sebuah serangan dan juga sangat di butuhkan dalam melakukan serangan terutama
digunakan untuk mengecoh lawan untuk menciptakan gol ke gawang lawan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
B. Penelitian yang Relevan
Asep Suharta (1997) meneliti tentang pengaruh pendekatan mengajar dan
kemampuan gerak terhadap hasil belajar passing bolavoli. Dari hasil penelitian
tersebut diperoleh siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi, dalam mengajar
passing bolavoli lebih tepat dipakai pendekatan mengajar langsung. Sedangkan
bagi siswa yang memiliki kemampuan awal rendah lebih tepat dipergunakan
pendekatan mengajar tidak langsung dalam belajar passing bolavoli.
Everson, Sanford dan Emmer pada tahun 1981 dalam Brophy (1990:507)
melakukan studi tentang cara guru menyesuaikan pembelajaran terhadap kelas
heterogen dibandingkan dengan cara guru dalam mengajar kelas yang lebih
homogen. Kelas yang heterogen terdiri dari siswa-siswa yang setara dengan kelas
8 sampai kelas 10 dan yang memiliki prestasi belajar dari rendah sampai tinggi.
Hasil permulaan yang diperoleh pada kelas heterogenini sangatlah menyedihkan
yang diakibatkan oleh rendahnya penyesuaian pembelajaran terhadap minat dan
kemampuan siswa. Hasil ini terus berlanjut pada guru yang lemah pada
kemampuan pengelolaan kelasnya. Tetapi pada guru yang sangat kreatif sebagai
pengelola kelas, setelah sekitar tiga minggu dapat mengatasi keheterogenan
dengan menggunakan strategi berikut : (1) perhatian khusus dan bantuan pada
siswa yang berkemampuan rendah, (2) penggunaan secara terbatas
pengelompokan kedalam kelas dan pembedaan bahan-bahan pelajaran atau tugas-
tugas, (3) perbedaan secara terbatas penilaian berdasarkan usaha perorangan dan
kriteria kemajuan yang berkesinambungan, dan (4) seringnya pemantauan dan
pemberian umpan balik pada semua siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
C. Kerangka Pemikiran
1. Perbedaan pengaruh antara pendekatan pembelajaran bermain dan drill
terhadap hasil belajar sepak dan tahan bola bada permainan sepakbola.
Pendekatan pembelajaran hasil belajar sepak dan tahan bola pada
permainan sepakbola dengan menggunakan pendekatan bermain dan drill diatur
sedemikian rupa sehingga siswa memiliki kesempatan menerima beban dan materi
yang sama. Peran guru disini adalah membuat 3 (tiga) perangkat keputusan : pada
pra-pertemuan yaitu tentang (a) pokok bahasan; (b) tugas-tugas: dan (c)
organisasi. Selama pertemuan berlangsung guru membuat penjelasan tentang (a)
peranan guru dan siswa; (b) penyampaian pokok bahasan; dan (c) penjelasan
mengenai kelompok, penempatan urutan kegiatan tentang peragaan, penjelasan
materi, pelaksanaan, penilaian, semua perintah tersebut harus diikuti oleh siswa.
Dan yang ketiga pasca pertemuan yaitu tugas guru disini dalam memberikan
umpan balik kepada siswa dan sasarannya disini guru harus memberi banyak
waktu kepada siswa dalam melaksanakan tugas yang diberikan oleh guru.
Dalam gaya mengajar keterampilan teknik dasar passing mengunakan
kaki bagian dalam pada permainan sepakbola siswa harus melakukan latihan
dengan serius sesuai petunjuk guru, sehingga sasaran yang ingin dicapai
terlaksana, antara lain : terjadi peningkatan semangat kelompok; efisiensi
penggunaan waktu; penampilan yang seragam; mengikuti model yang telah
ditentukan; terjadinya konsentrasi; dan yang terpenting adalah tingkat keamanan
siswa selama melakukan latihan keterampilan teknik dasar bermain sepakbola.
Dalam latihan ini hal positif yang dicapai adalah segala materi pelajaran tentang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
teknik dasar dapat diserap oleh siswa. Implikasi dari penggunaan gaya eksplorasi
ini adalah semua keputusan dibuat oleh guru, tugas siswa adalah mengikuti
pentunjuk dan melaksanakan tugas yang diberikan, pokok bahasan dipilah-pilah
sehingga mudah di ikuti oleh siswa, dalam hal ini tidak ada perbedaan individual
semua mempunyai hak yang sama untuk menerima materi.
2. Pengaruh kemampuan gerak dasar tinggi dan kemampuan gerak rendah
terhadap hasil belajar sepak dan tahan pada permainan sepakbola.
Kemampuan gerak dipengaruhi oleh aktivitas atau kegiatan jasmani
kesehariannya. Semakin tinggi aktivitas yang dilakukan, maka kemampuan gerak
dasarnya akan semakin baik. Dan sebaliknya makin rendah atau kurangnya
aktifitas yang dilakukan, maka kemampuan gerak dasarnya juga akan menjadi
jelek. Dengan demikian kemampuun gerak dasar tinggi akan dapat meningkatkan
skill individu, sehingga kemampuan gerak dasar tinggi besar pengaruhnya
terhadap keterampilan bermain sepak bola.
3. Pengaruh interaksi antara pendekatan pembelajaran dengan
kemampuan gerak terhadap hasil belajar sepak dan tahan bola pada
permainan sepakbola.
Dalam bermain sepakbola pendekatan pembelajaran yang akan
digunakan mendukung bagaimana seseorang dapat menguasai sepak dan tahan
bola dalam permainan sepakbola. Sepak dan tahan bola merupakan teknik dasar
dalam permainan sepakbola yang yang sering digunakan, sehingga memerlukan
latihan yang intensif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
Setiap siswa memiliki kemampuan gerak yang berbeda-beda.
Sebagaimana yang telah di uraikan diatas bahwa perbedaan kemampuan gerak
yang telah ada dalam kemampuan siswa yang merupakan perbedaan karakteristik
secara individu dari masing-masing anak. Tingkat kemampuan gerak ini akan
berpengaruh terhadap hasil pembelajaran sepak dan tahan bola. Hal ini membawa
pemikiran untuk menentukan suatu pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan
kemampuan dasar yang dimiliki siswa.
Penggunaan pendekatan pembelajaran dengan bermain pada siswa yang
memiliki kemampuan gerak gerak tinggi. Pendekatan pembelajaran drill tidak
perlu membutuhkan kemampuan gerak dasar tinggi.
Bagi siswa yang memiliki kemampuan gerak dasar rendah dengan
pendekatan pembelajaran bermain kurang menguntungkan, karena program
latihan dengan menggunakan tingkat koordinasi yang tinggi akan lebih lama
dikuasai. Dengan kemampuan gerak dasar rendah siswa akan sulit beradaptasi
dengan siswa yang mempunyai kemampuan gerak dasar tinggi. Dalam kondisi
seperti ini pendekatan drill lebih tepat digunakan dalam meningkatkan proses
pembelajaran sepak dan tahan bola.
Dari uraian diatas maka dapat diduga terdapat interaksi antara
pendekatan pembelajaran dan kemampuan gerak dasar terhadap hasil
pembelajaran sepak dan tahan bola.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
D. Perumusan Hipotesis
Berdasarkan kajian teori dan kerangka pemikiran di atas dapat dirumuskan
hipotesis sebagai berikut :
1. Ada perbedaan pengaruh antara pendekatan pembelajaran bermain dan drill
terhadap hasil belajar sepak dan tahan bola pada permainan sepakbola.
2. Ada perbedaan pengaruh hasil belajar sepak dan tahan pada permainan
sepakbola bagi siswa yang memiliki kemampuan gerak tinggi dan rendah.
3. Ada pengaruh interaksi antara pendekatan pembelajaran dengan kemampuan
gerak terhadap hasil belajar sepak dan tahan pada permainan sepakbola.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat penelitian
Penelitian akan dilaksanakan di lapangan sepakbola Prawit, Nusukan
Surakarta, Provinsi Jawa Tengah. Tempat penelitan sekaligus dijadikan sebagai
tempat diselenggarakannya proses kegiatan belajar mengajar serta pengambilan
data penelitian
2. Waktu Penelitian
Pada penelitian ini dilakukan treatment selama 6 minggu dan frekwensi
pertemuan tiga kali seminggu dengan waktu 90 menit setiap kali pertemuan.
Penentuan waktu latihan dengan frekwensi 3 x seminggu sesuai pendapat Brooks
dan Thomas D. Fahey (1984:405), bahwa dengan frekwensi 3 kali seminggu dapat
meningkatkan kualitas keterampilan, dengan alasan dalam 3 x seminggu dapat
memberikan kesempatan bagi tubuh untuk beradaptasi terhadap beban aktivitas
yang diterima.
Waktu pelaksanaan perlakuan yaitu pada hari Senin, Rabu dan Jum’at.
Pelaksanaan perlakuan mulai tanggal 7 Oktober 2010 sampai 30 November 2010.
Pertemuan dan penelitian dilaksanakan pada sore hari dari pukul 15.00 s/d
16.30. Secara keseluruhan kegiatan perlakuan berlangsung selama 18 kali
pertemuan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
B. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen
dengan desain faktorial 2 x 2. Menurut Sudjana (1995:148) bahwa, ”eksperimen
faktorial adalah eksperimen yang hampir sama atau sama taraf, sebuah faktor
dikombinasikan atau disilangkan dengan semua taraf tiap faktor yang ada dalam
eksperimen”. ”Dalam desain faktorial dua atau lebih variabel dimanipulasi secara
simultan untuk mengetahui pengaruh masing-masing terhadap variabel terikat,
disamping pengaruh-pengaruh yang disebabkan oleh interaksi antar variabel”
(Furchan, 1982:362).
C. Rancangan Peneltian
Rancangan penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
rancangan faktorial 2 x 2, dengan berdasar pada variabel yang ada, yaitu: (1)
Variabel independent; pendekatan pembelajaran, (2) Variabel atribut; kemampuan
gerak dasar, (3) Variabel dependent; hasil belajar sepak dan tahan bola pada
permainan sepakbola.
Adapun rancangan penelitian yang dipergunakan adalah rancangan faktorial
2x2 (Glass and Hopskins, 1984:272-301).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
Tabel 2. Rancangan Penelitian Faktorial 2x2
Variabel Atributif
Variabel Manipulatif
Kemampuan Gerak
Tinggi (b1)
Kemampuan Gerak
Rendah (b2)
Pendekatan Bermain
(a1)
a1 b1
a1 b2
Pendekatan Drill
(a2)
a2 b1
a2 b2
Keterangan :
a1b1 : Kelompok siswa yang mengikuti dengan pendekatan pembelajaran
bermain dengan ketegori yang memiliki kemampuan gerak tinggi.
a2b1
: Kelompok siswa yang mengikuti dengan pendekatan pembelajaran
bermain dengan ketegori yang memiliki kemampuan gerak rendah.
a1b2
: Kelompok siswa yang mengikuti dengan pendekatan pembelajaran
drill dengan ketegori yang memiliki kemampuan gerak tinggi.
a2b2
: Kelompok siswa yang mengikuti dengan pendekatan pembelajaran
drill dengan ketegori yang memiliki kemampuan gerak rendah.
Rancangan faktorial ini melibatkan dua buah faktor sebagai variabel
independent, yakni pendekatan pembelajaran (a) dan kemampuan gerak (b).
Pendekatan pembelajaran dibedakan menjadi dua jenis, yaitu pendekatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
pembelajaran Bermain (a1), dan pendekatan pembelajaran Drill (a2) serta
kemampuan motorik dibedakan dalam dua taraf, yaitu kemampuan gerak tinggi
(b1) dan kemampuan gerak rendah (b2). Sebagai variabel dependent adalah sepak
dan tahan bola pada permainan sepakbola.
D. Variabel Penelitian
Variabel yang dikaji pada penelitian ini terdiri dari dua variabel
independent dan satu variabel dependent, dengan rincian variabel sebagai berikut:
1. Variabel Independent terdiri dari :
a. Variabel Manipulatif, terdapat dua perlakuan yaitu:
1) Pembelajaran Bermain
2) Pembelajaran Drill
b. Variabel Atributif, merupakan variabel yang melekat pada sampel dan
menjadi sifat dari sampel tersebut adalah kemampuan gerak yang dibedakan :
1) Kemampuan Gerak Tinggi
2) Kemampuan Gerak Rendah.
2. Variabel Dependent
Variabel dependent penelitian ini adalah, hasil belajar sepak dan tahan bola
pada permainan sepakbola.
E. Definisi Operasional Variabel Penelitian
Definisi operasional variabel penelitian perlu dijelaskan untuk
memberikan penafsiran yang sama terhadap variabel-variabel dalam penelitian.
Adapun definisi operasional variable-variabel penelitian ini adalah :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
1. Pembelajaran dengan bermain adalah pembelajaran keterampilan dengan
memberikan materi teknik bermain secara langsung yaitu siswa diberikan materi
teknik dasar sepak dan tahan bola dengan pola gerakan yang sebenarnya yang
dirangkai dalam bentuk permainan.
2. Pembelajaran dengan pendekatan drill adalah pembelajaran yang diberikan
secara terus menerus dalam bentuk permaianan keterampilan yang didahului
dengan memberikan materi teknik gerakan bukan yang sebenarnya. Program
pembelajaran disusun secara cermat dalam rangkaian urutan yang logis
sebelum teknik yang sebenarnya diajarkan. Pada pembelajaran ini, pada tahap
awal siswa diberikan materi dengan melakukan gerakan menyerupai dengan
gerakan teknik sepak dan tahan bola secara berulang-ulang.
3. Kemampuan gerak adalah kapasitas seseorang untuk dapat melakukan
bermacam-macam gerakan yang memerlukan keberanian dalam olahraga
dalam hal ini adalah permainan sepakbola, yang dinyatakan dari hasil
pengukuran dengan kemampuan gerak dasar sepakbola untuk menggolongkan
kelompok tinggi dan kelompok rendah.
4. Sepak dan tahan bola adalah teknik dasar dalam menendang dan menahan
bola dengan baik, dengan cepat, cermat, dan tepat pada sasaran, sasaran
teman maupun dalam membuat goal kedalam gawang lawan. Hasil
pembelajaran sepak dan tahan bola dalam permainan sepakbola adalah hasil
pembelajaran dari perlakuan yang diberikan kepada teste, yaitu penguasaan
keterampilan teknik dasar sepak dan tahan bola dalam permainan sepakbola.
Setelah siswa menerima perlakuan akan diketahui seberapa besar peningkatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
yang diperoleh dengan menggunakan tes sepak dan tahan bola yaitu bola
ditahan dan disepak di depan garis menyepak pada setiap kali tugas
menyepak bola. Bola ditahan dan disepak hanya menggunakan sau kaki saja.
Jumlah menyepak dan menahan bola yang sah, selama 30 detik diperoleh dari
satu kegiatan menendang dan menahan bola.
F. Populasi dan Sampel
1. Populasi Penelitian
Populasi penelitian ini adalah siswa putra kelas IV, V, VI Sekolah Dasar
Muhammadiyah 3 Nusukan, Surakarta, Semester pertama Tahun Pelajaran
2010/2011 dengan jumlah siswa 60 orang.
2. Sampel Penelitian
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa putra kelas IV,
V, VI SD Muhammadiyah 3 Nusukan, Surakarta semester pertama tahun
pelajaran 2010/2011 sebanyak 40 orang, dengan menggunakan purposive random
sampling. Dikatakan purposive sebab populasi dalam penelitian ditetukan untuk
mewakili populasi dan ikut dalam penelitan. Dikatakan random karena sampel
dipilih secara acak (undian). Dari jumlah populasi yang ada untuk bisa menjadi
sampel harus memenuhi persyaratan. Adapun ketentuannya adalah sebagai
berikut:
a. Jenis kelamin laki-laki.
b. Berminat untuk mengikuti belajar sepakbola.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
c. Sehat jasmani dan rohani.
d. Bersedia menjadi sampel penelitian
e. Memiliki gerak dasar yang baik, diperoleh berdasarkan hasil observasi dan
informasi.
Dari jumlah 60 anak yang memenuhi persyaratan yang telah ditentukan
sebelumnya, selanjutnya dilakukan tes kemampuan gerak untuk mengetahui anak
yang memiliki kemampuan gerak tinggi dan rendah. Kemudian siswa disusun
berdasarkan urutan rangking hasil tes kemampuan dasar. Sampel yang diambil
yaitu siswa dengan kemampuan gerak tinggi sebanyak 20 dan siswa kemampuan
gerak rendah sebanyak 20, sedangkan 20 siswa dengan kemampuan gerak sedang
(di tengah) tidak diambil sebagai sampel dengan tujuan untuk memberikan
rentang perbedaan yang nyata antara kemampuan motorik tinggi dan kemampuan
motorik rendah.
Selanjutnya 20 siswa yang memiliki kemampuan motorik tinggi dan yang
memiliki kemampuan motorik rendah masing–masing dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu 10 siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan pendekatan
langsung dan 10 siswa sebagai kelompok yang mendapatkan pembelajaran dengan
pendekatan tidak langsung. Dengan demikian seluruh siswa terbagi ke dalam
empat sel yang terdiri dari masing-masing dua kelompok siswa yang memiliki
kemampuan gerak tinggi dan dua kelompok siswa yang memiliki kemampuan
gerak rendah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
G. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini data diperoleh dengan cara tes dan pengukuran.
1. Tes kemampuan gerak.
Pengambilan data kemampuan motorik menggunakan kemampuan
motorik (Barrow Motor Ability Test : Test Number Two) (Mathews, 1972 :
170 – 171) dengan butir tes (1) Standing broad jump, (2) (zigzag run 3) . The
60 Yard Dash (lari cepat 55,8 meter). Lebih lanjut lihat di lampiran.
2. Tes keterampilan sepak dan tahan bola.
Pengambilan data sepak dan tahan bola dengan menggunakan tes dari
Nurhasan (2001:127). Tes tersebut dilaksanakan pada awal dan akhir
perlakuan.
3. Mencari reliabilitas tes
Uji reliabilitas data menggunakan teknik intraclass correlation dari
Baumgartner, T.A. & Jackson, A.S. (1998:118-199). Langkah-langkah
penghitungan reliabilitas dengan intraclass correlation sebagai berikut:
1) Mencari nilai ΣX, ΣX2, Σ (Ti)2 , Σ (Tj)2
k n
2) Menghitung SST, SSS, SSt dan SSI dengan rumus:
(ΣX)2
SST = ΣX2 -
nk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
Σ(Ti)2 (ΣX)2
SSs = -
k nk
Σ (Tj)2 (ΣX)2
SSt = -
n nk
(ΣX)2 Σ (Ti)2 Σ (Tj)2
SSI = ΣX2 + - -
nk k n
3) Hasil-hasil penghitungan diringkas dalam tabel anava:
Tabel 3. Ringkasan Anava Untuk Uji Reliabilitas
Sumber Variasi Df SS MS
Di antara Subyek n - 1 SSs SSs/dfs
Di antara Trial k - 1 SSt SSt/dft
Interaksi (n-1)(k-1) SSI SSI/dfI
Total nk – 1 SST SST/dfT
4) Mencari reliabilita tes dengan rumus:
MSs - MSw
R =
MSs
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
SSt + SSI
MSw =
dft + dfI
Keterangan :
R = Koefisien reliabilitas
SSS = Jumlah dalam kelompok
SSW = Jumlah antar kelompok
MSS = Rata-rata dalam kelompok
MSW = Rata-rata antar kelompok
df = Derajat bebas
H. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan untuk pengujian hipotesis penelitian,
yaitu dengan teknik analisis varian (ANAVA) rancangan faktorial 2 x 2 pada α =
0.05. Jika nilai F yang diperoleh (Fo) signifikan analisis dilanjutkan dengan uji
rentang newman-keuls (Sudjana, 1994:36). Untuk memenuhi asumsi dalam teknik
anava, maka dilakukan uji normalitas (Uji lilliefors) dan uji Homogenitas Varians
(dengan uji Bartlet) (Sudjana, 1992:261-264).
Uji normalitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah data yang digunakan
dalam penelitian berasal dari sampel berdistribusi normal atau tidak, sedangkan
uji homogenitas variansi dilakukan untuk mengetahui apakah kedua kelompok
perlakuan berasal dari populasi yang memiliki variansi homogen atau tidak.
Urutan langkah-langkah analisis data penelitian ini adalah :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
1. Pengujian Prasyarat Analisis
Sebelum dilakukan analisis data dilakukan uji prasyarat analisis yaitu d
uji normalitas (Uji Lilliefors) dan uji Homogenitas Varians (dengan uji
Bartlet).
a. Uji Normalitas
Uji normalitas distribusi frekwensi populasi dalam penelitian ini
menggunakan metode Lilliefors (Sudjana, 1992:466). Adapun prosedur pengujian
normalitas tersebut adalah sebagai berikut :
1) Pengamatan x1, x2,...., xn dijadikan bilangan baku z1, z2,...., zn dengan
menggunakan rumus :
_
Xi - X
zi =
s
Keterangan :
_
X = Rata-rata
Xi = Nilai variabel
s = Simpangan baku.
2) Untuk tiap bilangan baku ini dan menggunakan daftar distribusi normal
baku, kemudian dihitung peluang F(zi) = P(z £ zi).
3) Selanjutnya dihitung proporsi z1, z2,...., zn yang lebih kecil atau sama
dengan zi. Jika proporsi dinyatakan oleh S(zi),
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
banyaknya z1, z2,..., zn yang £ zi
maka S(zi) =
n
4) Hitung selisih F(zi) - S(zi) kemudian ditentukan harga mutlaknya.
5) Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih
tersebut. Harga terbesar ini merupakan Lhitung.
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas pada populasi dilakukan dengan uji Bartlet. Langkah-
langkah pengujiannya sebagai berikut :
a. Membuat tabel perhitungan yang terdiri dari kolom-kolom kelompok sampel;
dk (n-1); 1/dk; SDi2, dan (dk) log SDi
2.
b. Menghitung varians gabungan dari semua sampel.
Rumusnya : SD2 = (n-1)SDi2..........1)
(n-1)
B = Log SDi2(n-1)
c. Menghitung c2
Rumusnya : c2 = (Ln) B-(n-1) Log SDi1.......(2)
dengan (Ln 10) = 2, 3026
Hasilnya (c2hitung) kemudian dibandingkan dengan c2
tabel, pada taraf
signifikansi a = 0,05 dan dk (n-1).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
108
d. Apabila c2hitung, c2
tabel, maka H0 diterima.
Artinya varians sampel bersifat homogen. Sebaliknya apabila c2hitung >
c2tabel, maka H0 ditolak. Artinya varians sampel bersifat tidak homogen.
2. Uji Hipotesis
a. Anava Rancangan Faktorial 2 x 2
1) Metode AB untuk Perhitungan ANAVA Dua Faktor
Tabel 4. Ringkasan ANAVA untuk eksperimen faktorial 2 x 2
Sumber Variasi Dk JK RJK Fo
Rata-rata
Perlakuan
1 Ry R
A a – 1 Ay A A/B
B b – 1 By B B/E
AB (a-1)(b-1) ABy AB AB/E
Kekeliruan ab(n - 1) Ey E
Keterangan :
A = Taraf faktorial A
B = Taraf faktorial B
n = Jumlah sampel
2) Kriteria Pengujian Hipotesis
Jika F ≥ F(1- α) (V1 - V2), maka hipotesis nol ditolak
Jika F < F(1- α) (V1 - V2), maka hipotesis nol diterima
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
109
Dengan : dk pembilang V1 (k - 1) dan dk penyebut V2 = (n1 +... nk - k), α
= taraf signifikansi untuk pengujian hipotesis.
b. Uji Rentang Newman-Keuls Setelah ANAVA
Menurut Sudjana (1994:36) langkah-langkah untuk melakukan Uji
Newman-Keuls adalah sebagai berikut :
1. Susun k buah rata-rata perlakuan menurut urutan nilainya, dan yang paling
kecil sampai kepada yang terbesar.
2. Dari rangkaian ANAVA, diambil harga RJKe disertai dk-nya.
3. Hitung kekeliruan buku rata-rata untuk tiap perlakuan dengan rumus :
RJKe(kekeliruan)
Sy =
n
RJK (kekeliruan) juga didapat dari hasil rangkuman ANAVA.
4. Tentukan taraf signifikasi α, lalu gunakan daftar rentang student. Untuk uji
Newman-Keuls, diambil v = dk dari RJK (kekeliruan) dan p =2,3...,k. harga-
harga yang didapat dari badan daftar sebanyak (k-1) untuk v dab p supaya
dicatat.
5. Kalikan harga-harga yang didapat di titik ... Di atas masing-masing dengan
Sy, dengan jalan demikian diperoleh apa yang dinamakan rentang signifikan
terkecil (RST).
6. Bandingkan selisih rata-rata terkecil dengan RST untuk mencari p-k selisih
rata-rata terbesar dan rata-rata terkecil kedua dengan RST untuk p = (k-1), dan
seterusnya. Demikian halnya perbandingan selisih rata-rata terbesar kedua
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
110
rata-rata terkecil dengan RST untuk p = (k-1), selisih rata-rata terbesar kedua
dan rata-rata terkecil kedua dengan RST untuk p = (k-2), dan seterusnya.
Dengan jalan begini, semuanya akan ada ½ k (k-1) pasangan yang harus
dibandingkan. Jika selisih-selisih yang didapat lebih besar dari pada RST-nya
masing-masing maka disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikansi
di antara rata-rata perlakuan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
111
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Dalam bab ini disajikan mengenai hasil penelitian beserta interpretasinya.
Penyajian hasil penelitian adalah berdasarkan analisis statistik yang dilakukan
pada tes awal dan tes akhir kemampuan sepak dan tahan bola. Berturut-turut
berikut disajikan mengenai deskripsi data, uji persyaratan analisis, pengujian
hipotesis dan pembahasan hasil penelitian.
A. Deskripsi Data
Deskripsi hasil analisis data hasil tes kemampuan sepak dan tahan bola
yang dilakukan sesuai dengan kelompok yang dibandingkan disajikan sebagai
berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
112
Tabel 5. Deskripsi Data Hasil Tes Kemampuan Sepak dan tahan Bola
Tiap Kelompok Berdasarkan Pendekatan Pembelajaran dan Kemampuan Gerak
siswa
Perlakuan Kemampuan Gerak Dasar
Statistik Hasil Tes
Awal
Hasil Tes
Akhir
Peningkatan
Pendekatan
Pembelajaran
Bermain
Tinggi Jumlah 29 34 5
Rerata 2,9 3,4 0,6
SD 0,86 0,92 0,48
Rendah Jumlah 17 21 4
Rerata 1,7 2,1 0,5
SD 0,64 0,83 0,50
Pendekatan
Pembelajaran Drill
Tinggi Jumlah 24 40 16
Rerata 2,4 4,0 1,6
SD 0,66 0,66 0,70
Rendah Jumlah 24 30 6
Rerata 2,4 3,0 0,7
SD 0,86 0,86 0,66
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
113
Gambaran menyeluruh dari nilai rata-rata kemampuan sepak tahan bola
maka dapat dibuat histogram perbandingan nilai-nilai sebagai berikut:
Gambar 3. Histogram Nilai Rata-rata Hasil Tes Awal dan Tes Akhir
Kemampuan Sepak Tahan Bola Tiap Kelompok Berdasarkan
Pendekatan Pembelajaran dan Kemampuan Gerak Dasar siswa
A1 = Kelompok pendekatan pembelajaran bermain
A2 = Kelompok pendektana pembelajaran drill
B1 = Kelompok kemampuan gerak tinggi
B2 = Kelompok kemampuan gerak rendah
= Hasil tes awal
= Hasil tes akhir
Hal-hal yang menarik dari nilai-nilai yang terdapat dalam tabel di atas
adalah sebagai berikut:
1. Jika antara kelompok siswa yang mendapat pendekatan pembelajaran bermain
dan pendekatan pembelajaran drill dibandingkan, maka dapat diketahui bahwa
kelompok perlakuan dengan pendekatan pembelajaran drill memiliki
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
4
Bermain (A1) Drill (A2) Tinggi (B1) Rendah (B2)
Series1
Series2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
114
peningkatan kemampuan sepak tahan bola yang lebih tinggi dari pada
kelompok pendekatan pembelajaran bermain
2. Jika antara kelompok siswa kemampuan gerak tinggi dan siswa yang
kemampuan geraknya rendah dibandingkan, maka dapat diketahui bahwa
kelompok siswa yang kemampuan geraknya tinggi memiliki peningkatan
kemampuan sepak tahan bola lebih baik dari pada kelompok siswa yang
kemampuan geraknya rendah.
3. Agar nilai rata-rata peningkatan kemampuan sepak tahan bola yang dicapai
tiap kelompok perlakuan mudah dipahami, maka nilai peningkatan
kemampuan sepak tahan bola pada tiap kelompok perlakuan disajikan dalam
bentuk histogram sebagai berikut:
Gambar 4. Histogram Nilai Rata-rata Peningkatan Kemampuan sepak tahan bola
Pada Tiap Kelompok Perlakuan.
Keterangan :
A1B1 = Kelompok pendekatan bermain dengan siswa yang kemampuan
geraknya Tinggi
0,0
0,5
1,0
1,5
2,0
2,5
3,0
3,5
4,0
A1B1 A1B2 A2B1 A2B2
Tes Awal
Tes Akhir
Gain Score
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
115
A1B2 = Kelompok pendekatan bermain dengan siswa yang kemampuan
geraknya rendah
A2B1 = Kelompok pendekatan drill dengan siswa yang kemampuan geraknya
tinggi
A2B2 = Kelompok pendekatan drill dengan siswa yang kemampuan geraknya
rendah
B. Pengujian Persyaratan Analisis
1. Uji Normalitas
Sebelum dilakukan analisis data perlu diuji terdistribusi kenormalannya.
Uji normalitas distribusi frekwensi populasi dalam penelitian ini digunakan
metode Lilliefors. Hasil uji normalitas data yang dilakukan pada tiap kelompok
adalah sebagai berikut:
Tabel 6. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Distribusi Frekwensi Populas
Kelompok
Perlakuan
N M SD Lhitung Ltabel 5% Kesimpulan
KP1 10 2,90 0,87 0,0931 0,190 Berdistribusi Normal
KP2 10 2,40 0,66 0,1829 0,190 Berdistribusi Normal
KP3 10 1,70 0,64 0,0829 0,190 Berdistribusi Normal
KP4 10 2,40 0,91 0,1687 0,190 Berdistribusi Normal
Dari hasil uji normalitas yang dilakukan pada KP1 diperoleh nilai Lo =
0.0931. Di mana nilai tersebut lebih kecil dari angka batas penolakan pada taraf
signifikansi 5% yaitu 0.190. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data
pada KP1 termasuk berterdistribusi normal. Dari hasil uji normalitas yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
116
dilakukan pada KP2 diperoleh nilai Lo = 0,1829 yang ternyata lebih kecil dari
angka batas penolakan hipotesis nol menggunakan signifikansi 5% yaitu 0.190.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data pada KP2 termasuk
berterdistribusi normal. Dari hasil uji normalitas yang dilakukan pada KP3
diperoleh nilai Lo = 0,0829 Di mana nilai tersebut lebih kecil dari angka batas
penolakan menggunakan signifikansi 5% yaitu 0.190. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa data pada KP3 termasuk berterdistribusi normal. Adapun dari
hasil uji normalitas yang dilakukan pada KP4 diperoleh nilai Lo = 0.1687, yang
ternyata juga lebih kecil dari angka batas penolakan hipotesis nol menggunakan
signifikansi 5% yaitu 0.190. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data
pada KP4 juga termasuk berdistribusi normal.
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dimaksudkan untuk menguji kesamaan varians antara
kelompok 1 dengan kelompok 2. Uji homogenitas pada penelitian ini dilakukan
dengan uji Bartlett. Hasil uji homogenitas data antara kelompok 1 dan kelompok
2 adalah sebagai berikut
Tabel 7. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Data
∑ Kelompok Ni SD2gab χ2
o χ2tabel 5% Kesimpulan
4 10 0,61 1,7768 7.81 Varians homogen
Dari hasil uji homogenitas diperoleh nilai χ2o = 1,7768. Sedangkan
dengan K - 1 = 4 – 1 = 3, angka χ2tabel 5% = 7,81, yang ternyata bahwa nilai χ2
o =
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
117
1,7768 lebih kecil dari χ2tabel 5% = 7.81. Sehingga dapat disimpulkan bahwa antara
kelompok dalam penelitian ini memiliki varians yang homogen.
C. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis penelitian dilakukan berdasarkan hasil analisis data
dan interprestasi analisis varians. Uji rentang Newman-Keuls ditempuh sebagai
langkah-langkah uji rata-rata setelah Anava. Berkenaan dengan hasil analisis
varians dan uji rentang Newman-Keuls, ada beberapa hipotesis yang harus diuji.
Urutan pengujian disesuaikan dengan urutan hipotesis yang dirumuskan pada bab
II.
Hasil analisis data, yang diperlukan untuk pengujian hipotesis sebagai
berikut:
Tabel 8. Ringkasan Nilai Rata-rata Kemampuan Gerak Berdasarkan Jenis
pembelajaran dan Kemampuan gerak Siswa
Variabel
Rerata
Kemampuan Gerak Dasar
A1
A2
B1 B2 B1 B2
Hasil tes awal 2,9 1,8 2,4 2,4
Hasil tes akhir 3,4 2,1 4,0 3,0
Peningkatan 0,6 0,5 1,4 0,8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
118
Keterangan :
A1 = Pendekatan bermain A2 = Pendekatan drill B1 = Kelompok Gerak tinggi B2 = Kelompok gerak rendah Tabel 9.Ringkasan Hasil Analisis Varians Untuk Penggunaaan pendekatan
pembelajaran (A1 dan A2)
Sumber
Variasi Dk JK RJK Fo Ft
A 1 4,225 4,225 9,6879 4.11
Kekeliruan 36 15,70 0,436
Tabel 10. Ringkasan Hasil Analisis Varians Untuk Usia Siswa (B1 dan B2)
Sumber
Variasi Dk JK RJK Fo Ft
B 1 3,025 3,025 6,9363 4.11
Kekeliruan 36 15,70
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
119
Tabel 11. Ringkasan Hasil Analisis Varians Dua Faktor
Sumber
Variasi dk JK RJK Fo Ft
Rata-rata
Perlakuan 1 24,025 24,025
A 1 4,225 4,225 9,6879 4,11
B 1 3,025 3,025 6,9363
AB 1 2,025 2,025 4,6433
Kekeliruan 36 15,70 0,436
Total 40 49,00
Tabel 12. Ringkasan Hasil Uji Rentang Newman-Keuls Setelah Analisis Varians
KP A1B2 A1B1 A2B2 A2B1 RST
Rerata 0,400 0,500 0,600 1,600
A1B2 0,400 - - - -
A1B1 0,500 0,1
* - - - 0,0186
A2B2 0,600 0,2
* 0,1 - - 0,1002
A2B1 1,600 1,2
* 1,1 1 - 0,5931
Keterangan ;
Yang bertanda * signifikan pada P £ 0,05.
Berdasarkan hasil analisis data di atas dapat dilakukan pengujian hipotesis
sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
120
1. Pengujian Hipotesis I
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pendekatan bermain dan
pendekatan drill memiliki peningkatan yang berbed. Hal ini dibuktikan dari nilai
Fhitung = 9,687 > Ftabel = 4.11. Dengan demikian hipotesa nol (H0) ditolak. Yang
berarti bahwa pendekatan bermain memiliki peningkatan yang berbeda dengan
pendekatan drill dapat diterima kebenarannya. Dari analisis lanjutan diperoleh
bahwa ternyata pendekatan drill memiliki peningkatan yang lebih baik dari pada
pendekatan bermain, dengan rata-rata peningkatan masing-masing yaitu 0,6 dan
1,1
2. Pengujian Hipotesis II
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa yang kemampuan gerak
tinggi memiliki peningkatan kemampuan sepak tahan bola berbeda dengan siswa
yang kemampuan geraknya rendah. Hal ini dibuktikan dari nilai Fhitung = 6,936 >
Ftabel = 4.11. Dengan demikian hipotesa nol (H0) ditolak. Yang berarti bahwa
siswa yang kemampuan geraknya tinggi memiliki peningkatan kemampuan sepak
tahan bola yang berbeda dengan siswa yang kemampuan geraknya rendah dapat
diterima kebenarannya.
Dari analisis lanjutan diperoleh bahwa ternyata siswa yang kemampuan
gerak dasarnya tinggi memiliki peningkatan kemampuan sepak tahan bola yang
lebih baik dari pada siswa yang kemampuan geraknya rendah, dengan rata-rata
peningkatan masing-masing yaitu 1,0 dan 0,65 .
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
121
3. Pengujian Hipotesis III
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi antara perbedaan
pendekatan pembelajaran dan kemampuan gerak sangat bermakna. Karena Fhitung
= 4,643 > Ftabel = 4.11. Dengan demikian hipotesa nol ditolak. Yang berarti bahwa
keberhasilan pembelajaran sepak tahan bola dipengaruhi oleh tingkat kemampuan
gerak dasar siswa.
D. Pembahasan Hasil Penelitian
Pembahasan hasil penelitian ini memberikan penafsiran yang lebih lanjut
mengenai hasil-hasil analisis data yang telah dikemukakan. Berdasarkan
pengujian hipotesis telah menghasilkan dua kelompok kesimpulan analisis yaitu :
(a) ada perbedaan pengaruh yang bermakna antara faktor-faktor utama penelitian
(b) ada interaksi yang bermakna antara faktor-faktor utama dalam bentuk interaksi
dua faktor. Kelompok kesimpulan analisis tersebut dapat dipaparkan lebih lanjut
sebagai berikut:
1. Perbedaan Pengaruh Antara Pendekatan Bermain dan Pendekatan Drill
Terhadap Kemampuan Sepak dan Tahan Bola
Berdasarkan pengujian hipotesis pertama ternyata ada perbedaan
pengaruh yang nyata antara kelompok siswa yang mendapatkan pendekatan
bermain dan pendekatan drill terhadap peningkatan kemampuan sepak tahan.
Pada kelompok siswa yang mendapat pendekatan drill mempunyai peningkatan
kemampuan sepak tahan bola yang lebih baik dibandingkan dengan kelompok
siswa yang mendapat pendekatan bermain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
122
Pendekatan drill memiliki kelebihan dalam hal materi dan penguasaan
konsep teknik dasar siswa dalam melakukan gerakan, yaitu siswa lebih terarah
melakukan gerakan sepak tahan bola sesuai dengan teknik yang benar sehingga
akan memungkinkan siswa meningkat kemampuan sepak tahan bolanya
dikarenakan melakukan teknik dengan sempurna.
Dari angka-angka yang dihasilkan dalam analisis data menunjukkan
bahwa perbandingan rata-rata peningkatan persentase kemampuan sepak tahan
bola yang dihasilkan dengan pendekatan drill lebih tinggi daripada dengan
pendekatan bermain .
2. Perbedaan Kemampuan Gerak Tinggi dan Rendah
Berdasarkan pengujian hipotesis ke dua ternyata ada perbedaan pengaruh
yang nyata antara kelompok siswa kemampuan gerak tinggi dan rendah terhadap
kemampuan sepak tahan bola. Pada kelompok siswa kemampuan gerak tinggi
mempunyai peningkatan kemampuan sepak tahan bola lebih tinggi dibanding
kelompok siswa kemampuan gerak dasar rendah.
Dari angka-angka yang dihasilkan dalam analisis data menunjukkan
bahwa perbandingan rata-rata peningkatan kemampuan sepak tahan bola lebih
tinggi dari pada kelompok siswa kemampuan gerak rendah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
123
3. Pengaruh Interaksi Antara Pendekatan Pembelajaran dan Kemampuan
Gerak Siswa
Dari tabel 13 ringkasan hasil analisis varian dua faktor, nampak bahwa
faktor-faktor utama penelitian dalam bentuk dua faktor menunjukkan interaksi
yang nyata. Untuk kepentingan pengujian bentuk interaksi AB terbentuklah tabel
15 dibawah ini.
Tabel 1. Pengaruh Sederhana, Pengaruh Utama, dan Interaksi Faktor, A dan B
Terhadap Kemampuan sepak tahan bola
Faktor A = Pendekatan Pembelajaran
B = Kemampuan
gerak dasar
siswa
Taraf A1 A2 Rerata A1 – A2
B1 0,5 1,6 1,05 1,1
B2 0,5 0,8 0,65
0,3
Rerata 0,5 1,2 0,85 0,7
B1 – B2 0,0 0,8 -
Interaksi antara dua faktor penelitian dapat dilihat pada gambar berikut:
0,000,200,400,600,801,001,201,401,601,80
A1 A2
Series1
Series2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
124
Gambar 5. Bentuk Interaksi Perubahan Besarnya Peningkatan Kemampuan Sepak
tahan bola
Keterangan :
: A1 = Pendekatan bermain
: A2 = Pendekatan drill
: B1 = Kemampuan gerak tinggi
: B2 = Kemampuan gerak rendah
Atas dasar gambar 5 di atas, bahwa bentuk garis perubahan besarnya
nilai kemampuan sepak tahan bola adalah persimpangan. Garis tersebut memiliki
suatu titik pertemuan antara penggunaan pendekatan pembelajaran dan
kemampuan gerak siswa. Berarti terdapat interaksi yang signifikan diantara
keduanya. Gambar tersebut menunjukkan bahwa pendekatan pembelajaran
memiliki pengaruh signifikan terhadap kemampuan sepak tahan bola.
Keefektifan penggunaan pendekatan pembelajaran untuk meningkatkan
kemampuan sepak tahan bola dipengaruhi oleh kemampuan gerak siswa.
Berdasarkan hasil penelitian yang dicapai, ternyata siswa kemampuan gerak tinggi
0,00
0,50
1,00
1,50
2,00
1 2
B1
B2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
125
memiliki peningkatan kemampuan sepak tahan bola yang besar jika menggunakan
pendekatana drill. Siswa kemampuan gerak rendah lebih cocok menggunakan
pendekatan drill.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
126
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan hasil analisis data yang telah dilakukan
dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara pendekatan pembelajaran
bermain dan pendekatan pembelajaran drill terhadap hasil belajar sepak dan
tahan bola. Pengaruh pendekatan pembelajaran drill lebih baik daripada
pendekatan pembelajaran bermain
2. Ada perbedaan hasil belajar sepak dan tahan bola yang signifikan antara
siswa yang mempunyai kemampuan gerak tinggi dan siswa yang mempunyai
kemampuan gerak rendah. Peningkatan kemampuan sepak tahan bola pada
siswa yang memiliki kemampuan gerak tinggi lebih baik dari pada yang
memiliki kemampuan gerak rendah.
3. Terdapat pengaruh interaksi yang signifikan antara pendekatan pembelajaran
drill dan kemampuan gerak terhadap kemampuan sepak dan tahan bola.
a). Siswa yang memiliki kemampuan gerak tinggi lebih cocok jika diberikan
pendekatan pembelajaran bermain.
b). Siswa dengan kemampuan gerak rendah lebih cocok jika diberikan
pendekatan pembelajaran drill.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
127
B. Implikasi
Kesimpulan dari hasil penelitan ini dapat mengandung pengembangan
ide yang lebih luas jika dikaji pula tentang implikasi yang ditimbulkan. Atas dasar
kesimpilan yang telah diambil, dapat dikemukakan implikasinya sebagai berikut:
1. Metode pendekatan pembelajaran bermain dan drill serta kemampuan gerak
merupakan variabel – variabel yang mempengaruhi peningkatan hasil belajar
sepak dan tahan bola. Selain memperhatikan prinsip-prinsip yang berlaku
dalam sepak dan tahan bola, variabel lain juga harus diperhatikan. Dimana
indikator kemampuan gerak yang dimaksud adalah kemampuan gerak tinggi
dan rendah.
2. Pendekatan pembelajaran drill terntyata memberikan pengaruh yang lebih
baik dalam meningkatkan hasil belajar sepak dan tahan bola . Kebaikan
pendekatan pembelajaran drill ini dapat dipergunakan sebagai solusi bagi
pengajar dan pelatih dalam upaya meningkatkan hasil belajar sepak dan tahan
bola.
3. Berkenaan dengan penerapan kedua bentuk penggunaan metode pembelajaran
dapat meningkatkan hasil belajar sepak dan tahan bola, masih ada faktor lain
yaitu kemampuan gerak. Hasilnya menunjukkan bahwa ada perbedaan
peningkatan hasil belajar sepak dan tahan bola yang sangat signifikan antara
kelompok yang memiliki kemampuan gerak tinggi dan rendah. Hal ini
mengisyaratkan kepada pengajar dan pelatih, upaya peningkatan hasil belajar
sepak dan tahan bola hendaknya memperhatikan faktor kemampuan gerak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
128
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini maka kepada pengajar dan pelatih
diberikan saran – saran sebagai berikut:
1. Pendekatan pembelajaran drill merupakan pembelajaran yang cukup efektif
untuk meningkatkan hasil belajar sepak dan tahan bola, sehingga disarankan
agar para guru dan pelatih memprogramkan pendekatan pembelajaran drill
untuk meningkatkan kemampuan sepak dan tahan bola.
2. Pendekatan pembelajaran drill memiliki pengaruh yang lebih baik dalam
meningkatkan hasil belajar sepak dan tahan bola, sehingga pengajar dan
pelatih lebih memilih pendekatan pembelajaran drill dalam upaya
meningkatkan hasil belajar sepak dan tahan boala siswanya.
3. Penerapan penggunaan metode pendekatan pembelajaran drill untuk
meningkatkan hasil belajar sepak dan tahan bola, perlu memperhatikan faktor
kemampuan gerak.
4. Meskipun hasil tes kemampuan sepak tahan bola dalam penelitian ini
menunjukkan bahwa siswa yang memiliki kemampuan gerak tinggi lebih
baik daripada siswa yang memiliki kemampuan gerak rendah, tetap disarankan
kepada guru pendidikan jasmani untuk selalu mengembangkan kemampuan
gerak dasar sebagai landasan untuk meningkatkan kemampuan sepak tahan
bola.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
129
DAFTAR PUSTAKA
Ateng, A. 2003. Olahraga Di Sekolah. Dalam Perkembangan Olahraga Terkini, Kajian Para Pakar. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Agus Mahendra. 2004. Azas dan Falsafah Pendidikan Jasmani. Jakarta: Depdiknas. Direktorat jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Tenaga Penjas Dikdasmen.
Aip Syarifuddin. 2004. Atletik. Jakarta: Depdikbud. Dirjendikti. Proyek Penilaian Tenaga Kerja.
Bompa, Tudor O. 1990. The Theory and Metodology of Training the Key to Athletic Performance. Dubuque, IOWA: Kendall/Hunt.
Brooks, George A., and Thomas D. Fahey. 1984. Exercise Physiology Human Bionergetics and Its Aplication. New York : Juhn Willy An Sons Inc.
Baumgartner, Ted A., Andrew, S. Jackson, Mathew, T. Mahar and David, A. Rowe. 1998. Measurement For Evaluation in Physical Education And Exercise Science. 5th ed USA : Wm.C. Brown Communication, Inc.
Broer, Marion R. And Ronald F. Zernicde. 1979. Efficiency of Human Movement. Philadelphia : W.B. Sounders Company.
Drowatzky, John N. 1975. Motor Learning : Principles and Practices. Minncapolis. Minnesota : Burgess Publishing Company.
Fleishman, Edwin A. 1965. The Structure and Measurement of Physical Fitnes. Washington, DC : Prentice Hall Inc.
Fuch, Erich, Dieter Kruter and Gunter Johnson. 1981. Sepakbola: Pembinaan Teknik dan Kondisi (Terjemahan: Agus Setiadi). Jakarta: Penerbit PT. Gramedia.
Gagne, Robert M. 1977. The Conditions of Learning. 3rd Edition. New York : Holt, Rinchart and Winston.
Glass, Gene., and Hopkins, D. Kenneth. 1984. Statistical Methods in Education and Physicology, Second Edition, New Jersey : Printies Hal. Inc.
Gagne, Robert M. 1977. The Conditions of Learning. 3rd Edition. New York : Holt, Rinchart and Winston.
Harrow, Anita J. 1977. A. Taxonomy of The Psychomotor Domain. Second Edition. New York : David Mc. Kay Company Inc.
Harsono. 1988. Choaching dan Aspek-Aspek Psikologis Dalam Choaching. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Dirjendikti.
Hurlock, Elizabeth B. 1991. Perkembangan Anak. (Terjemahan olah Meitasari Tjandrasa dan Mushichah Zarkasih). Edisi ke 6 Jakarta : PT. Gelora Aksara Pratama.
Yunusul Hairy. 1989. Fisiologi Olahraga. Jakarta : Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan.
Magill, Richard A. 1980. Motor Learning : Concepts and Applications. IOWA : Wm.C. Brown Company Publishers.
Mathews, Donald K. 1972.Measurement in Physical Education. Philadclphia : W.B. Saunders Company.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
130
M. Furqon H.2008. Mendidik Anak dengan Bermain.Buku Pegangan Guru Penjas di Sekolah Dasar. Universitas Sebalas Maret.
Mosston, Muska and Ashworth. 1994. Teaching Physical Education. Fourth Edition. Mac. Millan Publishing Company. New York USA.
Nana Sudjana. 2000. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT. Sinar Baru Agresindo.
Nossek, J. 1982. General Theory of Training. National Institute for Sports, Lagos: Pan African Press.
Nurhasan. 2001. Petujuk Praktis Pendidikan Jasmani. Surabaya : UNESA Perss.
Pate, Russell.R; Bruce McClenaghan; dan Robert Rotella,. 1984. Dasar-dasar Ilmiah Kepelatihan. Terjemahan Kasio Dwijowianto. Semarang : IKIP Semarang Press.
Pyke, f.s. 1980. Toward Better Coaching Advanced Coaching manual. Australian Coaching Counchil Incorporate.
Rusli Lutan. 1988. Belajar Keterampilan Motorik, Pengantar Teori dan Metode. Jakarta: Departemen Pendidikan & Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.
Rusli Lutan & Adang Suherman. 2000. Perencanaan Pembelajaran Penjaskes.
Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jendral Pendidikan
Dasar dan Menengah.
Romizowsky, A.J 1981.Desihning Intuctional System. New York : Kogan Page,
Random/Nichols Publishing. Schmidt, Ricard.1988. Motor Control and Learning Behavioral Empharsis; ISA.
Champaign Kinetics Books. Singer, Robert N. 1980. Motor Learning and Human Performance. New York :
Mac. Millan Publishing Co. Inc. Sneyers, Jeff. 1988. Sepak Bola Latihan dan Strategi Bermain. (Alih Bahasa : L.
Lanjang) Jakarta : PT. Rosdo Jaya Putra Offset. Soekatamsi. 1985. Teknik Dasar Bermain Sepak Bola. Universitas Sebelas Maret.
Sukintana. 1992. Teori Bermain Untuk D2, PDSD Penjaskes. Jakarta : Depdikbud. Dirjendikti. Proyek Tenaga Kependidikan.
Sulaiman. 2008. Sepak Takraw Pedoman Bagi Guru Olahraga, Pembina, Pelatih, dan Atlet. Semarang :Unnes Press.
Sugiyanto,. Sudjarwo. 1994. Perkembangan dan Belajar Gerak. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Sudjana. 2000. Metode Statistik. Bandung : Tarsito.
Sudjana. 1995 Desain dan Analisis Eksperimen. Bandung : Tarsito.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
131
Thompson, Peter, J.L. 1993. Pengenalan Kepada Teori Kepelatihan. (terjemahan Suyono). Jakarta: Persatuan Atletik Seluruh Indonesia.
Yudha M. Saputra. 2001. Dasar-dasar ketrampilan atletik bermain untuk sekolah lanjutan Tingkat pertama (SLTP). Jakarta: Depdiknas. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Bekerja sama dengan Direktorat Jenderal Olahraga.
Top Related