perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN ACCELERATION SPRINT DAN
REPETITION SPRINT TERHADAP KECEPATAN LARI 100 METER
PADA SISWA PUTRA KELAS VIII SMP N 25 SURAKARTA TAHUN
PELAJARAN 2010/2011
SKRIPSI
Oleh :
PEDUT HANANTA PUTRA
NIM. K 5604058
JURUSAN PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN ACCELERATION SPRINT DAN
REPETITION SPRINT TERHADAP KECEPATAN LARI 100 METER
PADA SISWA PUTRA KELAS VIII SMP N 25 SURAKARTA TAHUN
PELAJARAN 2010/2011
Oleh :
PEDUT HANANTA PUTRA
NIM. K 5604058
SKRIPSI
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Kepelatihan Olahraga
Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan
JURUSAN PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Bambang Wijanarko, M.Kes. Slamet Widodo, S.Pd, M.Or
NIP. 19620518 198702 1 001 NIP. 19711228 200312 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi persyaratan mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan.
Pada Hari : Selasa
Tanggal : 01 Februari 2011
Tim Penguji Skripsi
(Nama Terang) (Tanda Tangan)
Ketua : Drs. H. Agustiyanto, M.Pd ____________
Sekretaris : Slamet Riyadi, S.Pd, M.Or ____________
Anggota I : Drs. Bambang Wijanarko, M.Kes ____________
Anggota II : Slamet Widodo, S.Pd, M.Or ____________
Disahkan oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Dekan
Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd
NIP. 19600727 198702 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRAK
Pedut Hananta Putra. PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN
ACCELERATION SPRINT DAN REPETITION SPRINT TERHADAP
KECEPATAN LARI 100 METER PADA SISWA PUTRA KELAS VIII SMP
NEGERI 25 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010/2011.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Pengaruh latihan
acceleration sprint dan repetition sprint terhadap kecepatan lari 100 meter pada
siswa putra kelas VIII SMP Negeri 25 Surakarta tahun pelajaran 2010/2011. (2)
Pengaruh latihan yang lebih baik antara latihan acceleration sprint dan repetition
sprint terhadap kecepatan lari 100 meter pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri
25 Surakarta tahun pelajaran 2010/2011.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan rancangan pretest-
postest designs. Subyek penelitian ini adalah siswa putra kelas VIII SMP Negeri
25 Surakarta tahun pelajaran 2010/2011, yang berjumlah 34 orang diambil dari
25% dari 7 kelas yang berjumlah keseluruhan 133 orang, dengan teknik
pengambilan sampel menggunakan Proporsional Random Sampling. Teknik
pengumpulan data dilakukan dengan tes lari 100 meter. Teknik analisis data
dengan uji t-test dengan taraf signifikansi 5%.
Penelitian ini menghasilkan simpulan sebagai berikut: (1) Ada perbedaan
pengaruh latihan acceleration sprint dan repetition sprint terhadap kecepatan lari
100 meter pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri 25 Surakarta tahun pelajaran
2010/2011 dengan thitung yang diperoleh = 2,430 > ttabel = 2,120. (2) Latihan
repetition sprint lebih baik pengaruhnya daripada latihan acceleration sprint
terhadap kecepatan lari 100 meter pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri 25
Surakarta tahun pelajaran 2010/2011 dengan presentase peningkatan kelompok 2
(repetition sprint) sebesar 6,129% lebih besar daripada kelompok I (acceleration
sprint) sebesar 3,932%.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
MOTTO
Kegagalan merupakan awal dari suatu keberhasilan yang tertunda. (Penulis)
Barang siapa yang memberi kemudahan kepada orang lain yang sedang
mengalami kesulitan, maka Allah akan memudahkan kepadanya dunia dan
akhirat (HR. Ibnu dari Abu Hurairah)
Jika kamu mendapat nasehat atau masukan dari orang lain, janganlah kamu
memandang siapa orang yang memberi masukan kepada kamu, tetapi
ambillah ilmu itu sebagai pelajaran yang berharga. (Penulis)
Dalam setiap kesulitan terdapat pelajaran yang berharga. (Penulis)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan kepada :
1. Bapak dan Ibu yang tercinta.
2. Kakak dan adikku yang
tersayang.
3. Keponakanku yang tersayang.
4. Sahabatku yang selalu memberi
semangat dan dukungan moril.
5. Rekan-rekan angkatan 2004.
6. Almameter.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulisan skripsi ini dapat
terselesaikan.
Disadari bahwa dalam penulisan skripsi ini banyak mengalami hambatan,
namun berkat bantuan dan bimbingan dari beberapa pihak. Oleh karena itu skripsi
ini dapat terselesaikan. Dalam kesempatan ini disampaikan ucapan terima kasih
kepada yang terhormat :
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
2. Ketua Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan
ijin untuk mengadakan penelitian.
3. Ketua Program Pendidikan Kepelatihan Olahraga Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret.
4. Drs. Bambang Wijanarko, M.Kes sebagai Pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi.
5. Slamet Widodo, S.Pd, M.Or sebagai Pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi.
6. Siswa kelas VIII SMP Negeri 25 Surakarta tahun pelajaran 2010/2011 yang
telah bersedia menjadi subyek penelitian ini.
7. Semua pihak yang telah membantu terlaksananya penelitian ini.
Semoga segala amal tersebut mendapatkan imbalan dari Tuhan Yang
Maha Esa. Namun diharapkan skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan
ilmu pengetahuan.
Surakarta, Januari 2011
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ............................................................................................................ i
PENGAJUAN ................................................................................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................ iii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iv
ABSTRAK ...................................................................................................... v
MOTTO .......................................................................................................... vi
PERSEMBAHAN ........................................................................................... vii
KATA PENGANTAR .................................................................................... viii
DAFTAR ISI .................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................... 4
C. Pembatasan Masalah ................................................................. 5
D. Perumusan Masalah .................................................................. 5
E. Tujuan Penelitian ...................................................................... 5
F. Manfaat Penelitian .................................................................... 6
BAB II LANDASAN TEORI ...................................................................... 7
A. Tinjauan Pustaka ....................................................................... 7
1. Lari 100 Meter ..................................................................... 7
a. Teknik Lari 100 Meter ................................................. 7
b. Kecepatan Lari ............................................................. 13
c. Sistem Energi untuk Lari 100 Meter ........................... 14
2. Latihan.................................................................................. 16
a. Pengertian Latihan ....................................................... 16
b. Tujuan Latihan ............................................................. 17
c. Aspek-aspek Latihan ................................................... 18
d. Prinsip-prinsip Latihan ................................................ 20
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
e. Komponen-komponen Latihan .................................... 25
3. Latihan Acceleration Sprint ................................................ 27
a. Pelaksanaan Acceleration Sprint ................................. 27
b. Kelebihan dan Kelemahan Latihan Acceleration Sprint 28
4. Latihan Repetition Sprint .................................................... 29
a. Pelaksanaan Repetition Sprint ..................................... 29
b. Kelebihan dan Kelemahan Latihan Repetition Sprint . 30
B. Kerangka Pemikiran .................................................................. 31
C. Perumusan Hipotesis ................................................................. 34
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...................................................... 35
A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................... 35
1. Tempat Penelitian ............................................................... 35
2. Waktu Penelitian ................................................................. 35
B. Metode Penelitan ....................................................................... 35
C. Variabel Penelitian ..................................................................... 37
D. Subjek Penelitian ........................................................................ 37
E. Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 38
F. Teknik Analisis Data .................................................................. 38
BAB IV HASIL PENELITIAN ..................................................................... 41
A. Deskripsi Data ............................................................................ 41
B. Uji Prasyarat Analisis Data ........................................................ 43
C. Hasil Analisis Data .................................................................... 45
D. Pembahasan Hasil Analisis Data ............................................... 48
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN .............................................. 50
A. Simpulan .................................................................................... 50
B. Implikasi .................................................................................... 50
C. Saran .......................................................................................... 51
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 52
LAMPIRAN ..................................................................................................... 54
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Teknik Start Jongkok .......................................................... 9
Gambar 2. Teknik Start pada Tahap Pelaksanaan ................................ 9
Gambar 3. Teknik Gerakan Lari Sprint ................................................ 11
Gambar 4. Teknik-Teknik Memasuki Garis Finish .............................. 12
Gambar 5. Denyut Nadi Maksimal dan Daerah Ambang Rangsang
Latihan ................................................................................ 22
Gambar 6. Rangkaian Penelitian .......................................................... 36
Gambar 7. Pembagian Kelompok Eksperimen dengan Ordinal Pairing 36
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Empat Bidang Rangkaian Kesatuan Energi ............................ 14
Tabel 2. Karakteristik Umum Sistem Energi ......................................... 15
Tabel 3. Pengambilan Sampel ............................................................... 38
Tabel 4. Diskripsi Data Hasil Tes Kecepatan Lari 100 meter ............... 41
Tabel 5. Diskripsi Data Hasil Tes Kecepatan Lari 100 meter ............... 42
Tabel 6. Derajat Reliabilitas .................................................................. 42
Tabel 7. Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Tes .................................... 43
Tabel 8. Rangkuman Hasil Uji Normalitas ............................................ 44
Tabel 9. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas ........................................ 44
Tabel 10. Rangkuman Hasil t-test untuk Tes Awal Kelompok 1 dan
Kelompok 2 ............................................................................. 45
Tabel 11. Rangkuman Hasil t-test untuk Tes Awal dan Tes Akhir
Kelompok 1 ............................................................................. 46
Tabel 12. Rangkuman Hasil t-test untuk Tes Awal dan Tes Akhir
Kelompok 2 ............................................................................. 46
Tabel 13. Rangkuman Hasil t-test untuk Tes Akhir Antar Kelompok .... 47
Tabel 14. Rangkuman Hasil Penghitungan Nilai Perbedaan Presentase
Peningkatan Kecepatan Lari 100 Meter pada Kelompok 1 dan
Kelompok 2 ............................................................................. 47
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Petunjuk Pelaksanaan Tes ................................................ 54
Lampiran 2. Program Latihan ............................................................... 56
Lampiran 3. Data Penelitian .................................................................. 62
Lampiran 4. Rangking ........................................................................... 64
Lampiran 5. Pembagian Kelompok Penelitian ..................................... 66
Lampiran 6. Rekapitulasi Data Hasil Tes Awal dan Tes Akhir
Kecepatan Lari 100 Meter pada Kelompok 1 ................... 67
Lampiran 7. Rekapitulasi Data Hasil Tes Awal dan Tes Akhir
Kecepatan Lari 100 Meter pada Kelompok 2 ................... 68
Lampiran 8. Uji Reliabilitas .................................................................. 69
Lampiran 9. Uji Normalitas Data dengan Lilliefors ............................. 75
Lampiran 10. Uji Homogenitas ............................................................... 77
Lampiran 11. Uji Perbedaan Tes Awal Kelompok 1 dan Kelompok 2 .. 79
Lampiran 12. Tabel Kerja Uji Perbedaan Tes Awal dan Tes Akhir pada
Kelompok 1 ...................................................................... 81
Lampiran 13. Tabel Kerja Uji Perbedaan Tes Awal dan Tes Akhir pada
Kelompok 2 ...................................................................... 83
Lampiran 14. Tabel Kerja Uji Perbedaan Tes Akhir Antara Kelompok
1 dan Kelompok 2 ............................................................ 85
Lampiran 15. Presentase Pengaruh Latihan ............................................ 87
Lampiran 16. Foto-foto Penelitian .......................................................... 88
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Atletik merupakan cabang olahraga yang mempunyai peran penting untuk
menunjang perkembangan gerak dasar anak dalam olahraga. Atletik merupakan
salah satu cabang olahraga yang diajarkan disekolah-sekolah. Pelajaran atletik
disekolah-sekolah dapat dikuasai oleh seorang siswa karena gerakan-gerakan
dalam atletik sangat erat dengan aktivitas sehari-hari, misalnya: lari, melompat,
melempar.
Perkembangan olahraga terus meningkat dengan bertambahnya ilmu
pengetahuan dan teknologi serta sumber daya manusia yang semakin maju.
Dengan keadaan itu manusia menciptakan fasilitas olahraga yang semakin
bervariasi untuk mendukung prestasi olahraga. Selain dukungan fasilitas,
diperlukan juga perhatian yang serius dari para pelatih dan atlit untuk
meningkatkan prestasi. Olahraga dapat menjadikan manusia yang utuh, disiplin,
sportif, kerjasama, sehat jasmani dan rohani yang dapat membentuk sumber daya
manusia yang baik untuk membangun bangsa dan negara. Tujuan pembinaan
olahraga adalah untuk meningkatkan kesegaran jasmani dan rohani serta sebagai
sarana untuk miningkatkan prestasi dibidabg olahraga. Pencapaian prestasi yang
tinggi dalam olahraga merupakan salah satu usaha untuk mengharumkan nama
bangsa dan negara. Prestasi yang tinggi dalam olahraga tidak dapat dicapai
dengan mudah, sebab banyak faktor yang turut serta berpengaruh terhadap
pencapaian prestasi olahraga yang maksimal.
Menurut Suharno HP (1985:4) bahwa, “Faktor – faktor yang menentukan
pencapaian prestasi maksimal adalah faktor endogen dan eksogen. Faktor endogen
yang meliputi kesehatan fisik dan mental yang baik, bentuk tubuh yang selaras
dengan cabang olahraga yang diikuti, kondisi fisik yang baik, aspek kejiwaan dan
kepribadian yang baik dan adanya kematangan juara yang mantap. Faktor eksogen
yang meliputi pelatih, keuangan, tempat, alat, perlengkapan, organisasi,
lingkungan, dan partisipasi pemerintah”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Ada banyak cabang olahraga, atletik merupakan cabang unggulan yang
diperbandingkan pada multi event olahraga, karena didalamnya terdaapat nomor-
nomor lari, jalan, lompat, dan lempar. Diantara nomor-nomor yang ada dalam
atletik, nomor lari 100 meter merupakan nomor bergengsi di antara nomor yang
lain, karena lari 100 meter dilakukan dari start sampai finish dengan kecepatan
penuh, sehingga membutuhkan atlet yang mempunyai kecepatan reaksi dan
kecepatan berlari yang baik.
Untuk meningkatkan prestasi cabang olahraga atletik, termasuk lari 100
meter, diperlukan perhitungan yang jelas serta analisis gerakan yang kompleks
baik dari pengetahuan, tujuan latihan dan penetapan prosedur latihan, kerena
banyak faktor yang menentukan tercapainya prestasi lari 100 meter
Menurut M. Sajoto (1995:50) bahwa, “Prestasi olahraga ditentukan oleh
banyak faktor diantaranya adalah faktor biologis, faktor psikologis, faktor
lingkungan, dan faktor penunjang”. Menurut Mulyono Biyakto Atmojo (1998: 53-
54) Faktor biologis atau faktor fisik merupakan faktor penentu prestasi yang
terdiri dari beberapa komponen dasar, yaitu kekuatan (strenght), daya tahan
(endurance), daya ledak otot (muscular power), Kecepatan (speed), kelentukan
(flexibility), kelincahan (agility), keseimbangan (balance), dan koordinasi
(coordination). Dari beberapa komponen kondisi fisik tersebut, komponen
kecepatan (Speed) dan kekuatan (Strenght) merupakan salah satu faktor penting
untuk nomor lari 100 meter. Menurut Suharno HP (1985:21) bahwa, “Faktor
penentu dalam lari jarak pendek adalah kekuatan, kecepatan, dan akselerasi”.
Pembinaan olahraga dari cabang atletik, harus dimulai penerapannya pada
anak – anak usia muda, yang bertujuan untuk mengadakan pembibitan atlit
berbakat. Menurut Harre, Ed. (1982:21) bahwa, “Proses pembinaan memerlukan
waktu yang lama, yakni mulai dari masa kanak – kanak atau usia dini hingga anak
mencapai tingkat efisiensi kompetisi yang tertinggi”. Oleh karena itu, latihan –
latihan pembentukan kondisi fisik seperti power, kecepatan, daya tahan,
kelentukan, koordinasi, kelincahan harus sudah diberikan agar kelak mereka dapat
menguasai cabang olahraga tertentu dengan baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Untuk meletakkan dasar – dasar perkembangan motorik yang baik pada
anak – anak tingkat pemula atau usia dini, maka pelajaran jasmani dijenjang SMP
harus sudah diberikan dengan baik. Kerena itu pula, para pembina (guru – guru)
pendidikan jasmani SMP haruslah guru – guru yang berkualitas dan mempunyai
wewenang untuk mengajar pendidikan jasmani. Bagi siswa usia SMP, mereka
sedang dalam keadaan tumbuh dan berkembang, sehingga dalam pembinaan
olahraga untuk mencapai puncak prestasi mereka harus terus dibina.
Latihan merupakan suatu proses yang dilakukan secara berulang-ulang
dengan meningkatan beban latihan secara bertahap yang dilakukan secara teratur
dan terpogram untuk mencapai prestasi yang setinggi-tingginya. Ada berbagai
macam bentuk dan metode latihan yang dapat dilakukan untuk mengembangkan
kecepatan lari 100 meter. Metode untuk meningkatkan kecepatan lari 100 meter
diantaranya adalah acceleration sprint dan repetititon sprint. Dalam pelaksanaan
latihan lari cepat 100 meter harus diterapkan latihan yang baik dan tepat. Latihan
acceleration sprint dan repetition sprint merupakan bentuk latihan yang
menekankan pada pengulangan gerak. Acceleration sprint merupakan bentuk
latihan yang pelaksanaannya dimulai dari pelan, semakin cepat, dan lari
secepatnya yang pelaksaannya diselinggi dengan istirahat diantara waktu latihan.
Repetition Sprint merupakan program latihan yang dilakukan dengan intensitas
atau kecepatan penuh yang diselingi waktu istirahat pada setiap sesi latihannya.
Dari kedua latihan tersebut memiliki karakteristik yang berbeda. Sehingga
kemungkinan akan memiliki pengaruh yang berbeda pula dalam meningkat
kemampuan lari 100 meter. Disamping itu juga kecepatan lari seseorang tidak
hanya dipengaruhi metode latihan dan program latihan yang diterapkan dalam
pelatihan. Tetapi faktor interen atau kemampuan yang dimiliki siswa sangat
berpengaruh dalam melakukan gerakan yaitu salah satunya kemampuan kondisi
fisik.
Untuk melatih kecepatan harus dilakukan melalui latihan yang terprogram
secara sistematis. Selain itu agar program latihan dapat berjalan sesuai dengan
harapan, maka perlu dipilih metode latihan yang paling besar memberikan
peningkatan lari 100 meter. Pemilihan metode ini didasarkan pada pemakaian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
sistem energi paling dominan dalam lari 100 meter. Untuk lari 100 meter yang
harus mengeluarkan tenaga dalam waktu kurang dari 30 detik, sistem energi yang
diperlukan adalah ATP-PC.
Ada beberapa latihan yang mengembangkan sistem latihan ATP – PC
untuk meningkatkan prestasi lari 100 meter, diantaranya adalah latihan akselerasi
(accelaration Sprint), latihan hollow (hollow sprint), latihan lari cepat (sprint
training)dan latihan interval (interval training). Dalam berbagai gerakan olahraga
yang mulai dari nol, faktor yang sangat penting adalah memperoleh kecepatan
maksimal dalam waktu yang sesingkat mungkin, seperti halnya dalam lari cepat
100 meter. Menurut Josef Nosseck (1982:64) bahwa, “Lari jarak pendek dapat
dianalisis dari aspek – aspek kualitas kecepatan berbeda melalui empat fase, yaitu
waktu reaksi dan kecepatan reaksi, akselerasi, kecepatan dasar dan lari cepat, dan
daya tahan kecepatan”.
Dari beberapa metode berdasarkan analisis kualitas kecepatan di atas,
metode latihan acceleration sprint dan repetition sprint adalah metode yang tepat
untuk melatih kecepatan lari dan kecepatan reaksi, tetapi pelatih kurang
memperhatikan perbedaan latihan tersebut. Siswa ekstrakurikuler SMP Negeri 25
Surakarta tahun 2010 adalah sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini.
Guna meningkatkan kemampuan lari cepat 100 meter pada siswa secara optimal
perlu latihan yang tepat, karena latihan selama ini belum menunjukkan hasil yang
maksimal. Kondisi semacam ini perlu di telusuri faktor penyebabnya dari semua
aspek baik siswa, pelatih maupun latihan yang telah dilaksanakan.
Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan diatas, maka
penelitian ini mengambil judul “Perbedaan Pengaruh Latihan Acceleration Sprint
dan Repetition Sprint Terhadap Kecepatan Lari 100 Meter Pada Siswa Putra Kelas
VIII SMP N 25 Surakarta Tahun pelajaran 2010/2011”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan dalam latar belakang
masalah, maka permasalahan ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
1. Pelatih / guru belum memperhatikan pola latihan menggunakan metode
acceleration sprint dan repetition sprint.
2. Pengaruh tingkat usia terhadap pemilihan metode latihan belum diketahui.
3. Pengaruh Latihan Acceleration Sprint dan Repetition Sprint Terhadap
Kecepatan Lari 100 Meter Pada Siswa Putra Kelas VIII SMP N 25 Surakarta
Tahun pelajaran 2010/2011.
4. Kemampuan lari cepat 100 meter pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri 25
Surakarta tahun pelajaran 2010/2011 masih rendah.
C. Pembatasan Masalah
Untuk menghindari agar tidak terjadi penafsiran yang salah dalam
penelitian ini, masalah penelitian akan dibatasi sebagai berikut :
1. Latihan acceleration sprint untuk meningkatkan kecepatan lari 100 meter.
2. Latihan repetition sprint untuk meningkatkan kecepatan lari 100 meter.
3. Upaya meningkatkan kecepatan lari 100 meter pada siswa putra kelas VIII
SMP Negeri 25 Surakarta tahun pelajaran 2010/2011.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan
masalah yang telah dikemukakan, maka masalah penelitian ini dapat dirumuskan
sebagai berikut :
1. Adakah perbedaan pengaruh latihan acceleration sprint dan repetition sprint
terhadap kecepatan lari 100 meter pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri
25 Surakarta tahun pelajaran 2010/2011 ?
2. Manakah yang lebih baik pengaruhnya antara acceleration sprint dan
repetition sprint terhadap kecepatan lari 100 meter pada siswa putra kelas
VIII SMP Negeri 25 Surakarta tahun pelajaran 2010/2011 ?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan di atas, penelitian ini
mempunyai tujuan untuk mengetahui :
1. Perbedaan pengaruh latihan acceleration sprint dan repetition sprint
terhadap kecepatan lari 100 meter pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri
25 Surakarta tahun pelajaran 2010/2011.
2. Latihan yang lebih baik pengaruhnya antara acceleration sprint dan
repetition sprint terhadap kecepatan lari 100 meter pada siswa putra kelas
VIII SMP Negeri 25 Surakarta tahun pejaran 2010/2011.
F. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat antara lain:
1. Menambah khasanah pengetahuan olahraga secara umum dan pengetahuan
cabang olahraga atletik nomor lari cepat 100 meter pada khususnya.
2. Dapat dijadikan sebagai masukan dan acuan bagi guru penjas di SMP Negeri
25 Surakarta dalam melatih dan meningkatkan kecepatan lari 100 meter
secara intensif.
3. Dari hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi, untuk
meningkatkan pembinaan dan pelatihan lebih maksimal agar mencapai
prestasi lebih baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 7
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Lari 100 Meter
Menurut Aip Syarifuddin (1992: 41) lari adalah gerakan perpindahan
tempat dengan maju ke depan yang dilakukan lebih cepat dari berjalan. Berjalan,
salah satu kakinya selalu kontak dengan tanah, sedangkan lari ada saatnya kedua
kaki lepas dari tanah, sehingga ada saatnya badan melayang di udara.
Lari jarak pendek sering disebut sebagai lari cepat atau sprint. Menurut
A. Hamidsyah Noer (2000: 49) Sprint adalah suatu aktivitas atau gerakan lari
yang dilakukan dari start sampai finish dengan kecepatan penuh. Dengan
demikian lari 100 meter adalah gerakan lari secepat-cepatnya dalam waktu
sesingkat - singkatnya dengan kecepatan penuh.
Josef Nossec
untuk lari sprint meliputi akselerasi (Acceleration), kecepatan absolute (Absolute
Speed), dan daya tahan kecepatan (Speed Endurance
Dengan demikian, untuk dapat mencapai hasil yang maksimal, seorang
sprinter harus mempunyai kecepatan dan kecepatan akselerasi yang baik,
kemampuan berlari yang baik, dan mampu mempertahankan kecepatan maksimal.
a. Teknik Lari 100 Meter
Dalam semua perlombaan lari jarak pendek, masing - masing peserta
harus lari pada lintasan terpisah. Lintasan ini lebarnya minimal 1,22 meter, yang
dibatasi dengan garis putih selebar 5 cm, peserta yang mendorong, mendesak,
menubruk, dan memotong atau menghalangi pelari lain, sehingga mengganggu
lajunya lari, dapat dinyatakan diskualifikasi.
Untuk mencapai prestasi maksimal pada lari 100 meter perlu diperhatikan
teknik teknik khusus lari cepat yang dapat dibagi menjadi tiga, yaitu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
1) Start
Start adalah awalan atau permulaan seorang pelari akan melakukan lari.
Kemampuan start yang baik sangat diperlukan karena start merupakan kecepatan
awal yang mempengerahui kecepatan selanjutnya. Keterlambatan melakukan start
sangat merugikan pelari, hal ini disebabkan pelari tersebut akan tertinggal dengan
pelari lainnya.
Start dalam lari jarak pendek harus menggunakan start jongkok, yaitu
start yang dilakukan dengan permulaan sikap jongkok di belakang garis start. Aba
- aba untuk start ini dilakukan dalam tiga tahap yaitu, "Bersedia", "Siap", dan
"Ya" atau menggunakan pistol. Bila atlit mendengar aba - aba "Bersedia", harus
mempersiapkan diri menuju start blok yang berada di belakang garis start. Mulai
membungkukkan badannya dengan kedua kaki bertumpu pada balok start dan
lutut kaki diletakan di tanah. Pada saat yang sama, tangan diletakan segera di
belakang garis start, kira - kira selebar bahu, dengan ujung jari menyentuh tanah,
badan dibuat seimbang, dan kepala relaks.
Pada aba - aba "Siap", lutut diangkat dari tanah sedemikian rupa sehingga
kedua kaki sama - sama sedikit bengkok (Kaki depan 900 dan kaki belakang
membentuk 1300) dan kedua kaki tersebut menekan pada balok start. Pinggul
menjadi naik sedemikian rupa, sehingga lebih tinggi dari bahu yang letaknya
berada diatas tangan. Lengan dipertahankan lurus dengan berat badan dibebankan
merata pada semua titik tumpu dan pandangan mata tetap rendah.
Pada aba - aba "Ya" atau pada saat pistol berbunyi, si atlit dengan gerak
reflek bertolak dari balok start, pada saat yang sama mengangkat kedua tangannya
dari tanah, yang mengakibatkan ketidak seimbangan badan sebagai tahap awal
dari gerakan start. Kaki belakang dalam keadaan bengkok bergerak maju, kaki
yang lain diluruskan dengan kuat untuk memberi daya dorong ke depan, kedua
lengan memberi imbangan gerak terhadap kedua kaki dan membantu
menimbulkan daya selama gerakan lari. Selama langkah pertama, tubuh bergerak
ke depan dengan langkah pendek, cepat dan rendah, dengan gerak kaki yang
lincah di tanah, tetapi tidak dengan sengaja dipendekan. Sedikit demi sedikit
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
tubuh akan tegak, sedang langkah kaki menjadi lebih panjang sampai posisi yang
wajar tercapai.
Posisi balok start, berbeda - beda sesuai dan tergantung pada anatomi
atlit. Sudut kemiringan balok sebaiknya sesuai dengan arah dorongan langkah
yang pertama, permukaannya tidak terlalu curam seperti pada balok yang di
belakang.
Gambar 1 : Teknik Start Jongkok
(Hamidsyah Noer : 2000 : 51)
Gambar 2 : Teknik Start Pada Tahap Pelaksanaan
(Hamidsyah Noer : 2000 : 53)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
2) Teknik Lari
Setelah melakukan start dengan langkah langkah peralihan yang
meningkat semakin panjang dan condong badan yang berangsur berkurang, maka
selanjutnya dilakukan lari secepat mungkin sampai garis finish. Lari adalah
lompatan yang berturut turut, di dalamnya terdapat fase dimana ke dua kaki
tidak menginjak atau menumpu pada tanah. Jadi lari ini berbeda dengan berjalan.
Gerak lari secara keseluruhan dimulai dari kaki mulai menyentuh tanah lagi.
Teknik lari terdiri atas tiga tahap, yaitu :
a) Tahap melangkah
Mata kaki dan lutut yang melangkah diluruskan pada saat titik berat
badan bergerak di depan kaki yang menumpu dan mendorong pinggul ke depan.
Pada saat bersamaan kaki yang lain, yang disebut sebagai kaki bebas,
ditekuk, dan bergerak kearah depan dan ke atas memberikan kekuatan ganda.
Perpanjangan melangkah bersamaan dengan mengangkat paha kaki bebas. Kaki
langkah meninggalkan tanah dengan mengangkat tumit dan menekan tanah
dengan ujung jari. Kedua tangan mengayun mengimbangi gerak kedua kaki.
Kekuatan terbesar dari langkah ini, bersamaan dengan dorongan akhir ketika siku
berada jauh di belakang dan lutut kaki yang berlawanan mencapai ketinggian
tertinggi di depan. Lengan berayun sedikit menyilang dada dan membentuk sudut
900. Kekuatan gerakan tangan dan kaki langsung mengimbangi kecepatan lari dan
gerak posisi tubuh hampir tegak, tanpa membungkuk ke depan atau ke belakang.
b) Tahap pemulihan kembali
Sesaat setelah melangkah, hubungan dengan tanah putus dan titik berat
badan mengikuti arah parabola. Pada tahap ini kecepatan menghilang. Kaki yang
melangkah bergerak ke belakang dan kaki yang lain ke depan membuat tarikan
aktif ketika menyentuh tanah. Selama kaki belakang melakukan gerakan ke atas
berulang - ulang, lengan berayun dengan langkah berlawanan. Keseluruhan
gerakan ini, dapat disebut gerak relaks pada saat melayang atau tahap pemulihan.
c) Tahap sprint
Setelah melakukan gerakan start dengan langkah - langkah peralihan
yang meningkat makin lebar dan condong badan berangsur - angsur berkurang,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
maka kemudian dilanjutkan dengan melakukan gerakan sprint. Pada tahap ini,
kaki bertolak kuat - kuat sampai terkadang lurus, lutut diangkat tinggi - tinggi
setinggi panggul, tungkai bawah mengayun ke depan untuk mencapai langkah
lebar. Usahakan agar badan tetap relaks, badan condong ke depan dengan sudut
250 sampai 30
0. Lengan bergantung di camping tubuh secara wajar, siku ditekuk
kira - kira 900, tangan menggenggam kendor, ayunan lengan ke muka dan ke
belakang harus secara wajar. Punggung lurus dan segaris dengan kepala,
pandangan lurus ke depan. Pelari harus menggerakan kaki dengan frekuensi yang
setinggi - tingginya dan langkah selebar mungkin.
Gerakan sprint itu walaupun dilakukan dengan seluruh tenaga, tetapi
gerakan harus tetap relaks. Lari cepat menggunakan ujung - ujung kaki untuk
menapak. Tumit hanya sedikit saja menyentuh tanah pada pemulaan tolakan kaki,
dan berat badan harus selalu berada sedikit di depan kaki pads waktu menapak.
Gambar 3 : Teknik Gerakan Lari Sprint (Hamidsyah Noer : 2000 : 53)
3) Teknik Melewati Garis Finish
Seorang pelari dianggap sudah finish ditentukan dengan bagian - bagian
tubuhnya dalam mencapai bidang vertikal dari sisi terdekat garis finish sesuai
yang telah ditentukan dalam peraturan. Yang dimaksud dengan bagian
tubuh adalah kepala, leher, lengan, dan kaki. Ada beberapa cara yang dapat
dilakukan pelari pada waktu melewati garis finish, yaitu :
a) Lari terus tanpa mengubah sikap lari.
b) Dada dicondongkan ke depan, tangan kedua - duanya diayunkan ke
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
bawah belakang.
c) Dada diputar dengan diayunkan tangan ke depan - atas sehingga
bahu sebelah maju ke depan.
Menurut A. Hamidsyah Noer (2000
diperhatikan percepatan dan lebar langkah tetapi harus tetap rileks, pusatkan
pikiran untuk mencapai finish, jangan melakukan gerakan secara bernafsu
sehingga menimbulkan ketegangan, jangan menengok lawan, jangan melompat,
dan jangan memperlambat langkah (Lari) sebelum nencapa
Ada beberapa hal yang harus dihindari dalam lari jarak pendek, antara
lain:
1. Dorongan ke depan tidak cukup dan kurang tinggi mengangkat lutut.
2. Menjejakkan kaki keras keras di tanah dan mendaratkannya
dengan tumit.
3. Tubuh condong sekali ke depan atau lengkung kebelakang.
4. Memutar kepala dan nenggerakkan baku secara berlebihan.
5. Lengan diayun ke atas dan ayunannya terlalu jauh menyilang dada.
6. Meluruskan kaki yang akan dilangkahkan kurang sempurna.
7. Berlari zig zag dengan gerakan ke kiri dan ke kanan.
8. Pada aba
terlalu rendah. Langkah kurang sempurna dan mencondongkan
badan ke depan secara tiba- tiba.
Gambar 4 : Teknik Teknik Memasuki Garis Finish
(Hamidsyah Noer : 2000 : 60)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
b. Kecepatan Lari
Dalam banyak cabang olahraga, kecepatan merupakan komponen fisik
yang sangat penting. Kecepatan menjadi faktor penentu dalam lari jarak pendek.
Seperti yang telah diuraikan di atas, bahwa pelaksanaan lari jarak pendek idealnya
pelari akan berlari dengan kecepatan maksimal dari start sampai finish.
Menurut Harsono (1988:216), Kecepatan adalah kemampuan melakukan
gerakan-gerakan yang sejenis secara berturut - turut dalam waktu sesingkat -
singkatnya, atau kemampuan untuk menempuh suatu jarak dalam waktu sesingkat
- singkatnya.
Menurut Bompa (1982:249), Kecepatan dibagi menjadi tiga, yaitu
kecepatan reaksi, kecepatan gerakan siklis (Berulang - ulang), dan kecepatan
gerakan asiklis (Kecepatan aksi).
Menurut Josef Nosseck (1982:277), menyatakan bahwa, Terdapat empat
macam kecepatan, yaitu :
a. Kecepatan sprint, kemampuan organisme untuk bergerak ke depan dengan
kekuatan dan kecepatan maksimal. Kekuatan sprint ditentukan oleh otot dan
persendian kaki.
b. Kecepatan reaksi, kemampuan organisme untuk menjawab suatu rangsangan
secepat mungkin. Kecepatan reaksi ditentukan oleh iritabilitas susunan syaraf,
daya orientasi situasi, dan ketajaman panca indera.
c. Kecepatan gerak, kemampuan organisme untuk bergerak secepat mungkin
dalam gerak yang utuh. Kecepatan gerakan ditentukan oleh kecepatan otot,
daya ledak, daya koordinasi gerakan, kelincahan, dan keseimbangan.
d. Daya tahan kecepatan, daya kemampuan seseorang pelari mempertahankan
kecepatan maksimal. Bila daya tahan kecepatan menurun, maka kecepatan
maksimalnya akan menurun.
Dari ketiga pendapat di atas, dapat diambil suatu kesimpulan bahwa
sama-sama dapat meningkatkan kecepatan reaksi otot yang ditandai dengan
pertukaran antara kontraksi dan relaksasi untuk menuju frekuensi maksimal dalam
berlari. Dengan demikian kecepatan merupakan salah satu komponen kondisi fisik
yang sangat berpengaruh terhadap penampilan atlet kecepatan sangat diperlukan
dalam berbagai cabang olahraga, khususnya dalam atletik nomor lari cepat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
c. Sistem Energi Untuk Lari 100 Meter
Suatu program latihan harus disusun untuk mengkembangkan
kemampuan fisiologis tertentu yang diperlukan untuk penampilan ketrampilan
olahraga. Tujuan latihan harus didasarkan pada suatu pemahaman sistem energi
manusia dan kebutuhan energi tertentu dalam aktivitas olahraga. Pemahaman
sistem energi sangat penting karena digunakan untuk pedoman dalam memberikan
program latihan kepada atlit. Kesalahan pemberian program latihan dapat
menyebabkan prestasi yang dicapai kurang optimal.
Menurut Fox (1984:22), "Sumber energi yang diperlukan dengan mudah
dan tepat dapat dianalisis berdasarkan atas waktu yang diperlukan untuk kegiatan
olahraga yang dilakukan, yaitu :
Tabel 1. Empat Bidang Rangkaian Kesatuan Energi
Bidang Waktu
Penampilan
Sistem Energi Utama
yang Terlibat Contoh Jenis Aktivitas
1.
2.
3.
4.
Kurang dari 30
detik
30 detik 1,5
menit
1,5 menit 3
menit
Lebih dari 3
menit
ATP-PC
ATP-PC dan Asam
Laktat
Asam laktat dan
Oksigen
Oksigen
- Lari 100 meter, tolak
peluru, pukulan dalam
tenis dan golf.
- Lari cepat 200-400
meter, renang 100
meter.
- Lari 800 meter, nomor
senam, tinju (1 ronde 3
menit), gulat (periode 2
menit).
- Sepak bola, lari
marathon, joging.
Adapun karakteristik umum dari sistem energi tersebut di atas menurut
Fox (1984: 22) dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Tabel 2. Karakteristik Umum Sistem Energi
Sistem ATP-PC Sistem Asam Laktat Sistem Oksigen
- Anaerobik (tanpa
oksigen)
- Sangat cepat
- Anaerobik
- Cepat
- Aerobik (oksigen)
- Lambat
- Bahan bakar kimia PC
- Produksi ATP sangat
terbatas
- Bahan bakar
makanan: glikogen
- Produksi ATP
terbatas
- Bahan bakar makanan
glikogen dan protein
- Produksi ATP tidak
terbatas
- Penyimpanan atau
penimbunan di otot
terbatas
- Menggunakan
aktivitas lari cepat atau
berbagai power yang
tinggi, lama aktivitas
pendek.
- Dengan
memproduksi asam
laktat menyebabkan
kelelahan otot
- Menggunakan
aktivitas dengan
lama (durasi) antara
1-3 menit
- Dengan produksi,
tidak melelahkan
- Menggunakan daya
tahan atau aktivitas
atau durasi panjang
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa sistem energi yang dibutuhkan
dalam lari 100 meter adalah sistem ATP-PC karena dalam melakukan lari tanpa
menggunakan oksigen (anaerob) dan jumlah ATP yang diproduksi terbatas hal ini
tentunya menyebabkan otot akan lebih cepat lelah. Menurut Fox (1984: 22-23)
a antara penyediaan energi anaerobik dan aerobik adalah jika
dilakukan pembentukan jumlah glikogen yang sama, maka dengan cara aerobik
lebih banyak 13 kali ATP yang dikembangkan dari pada dengan proses anaerobik.
Ini berarti cara penyediaan energi aerobik lebih ekonomis dan tentu saja otot dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
4. Latihan
a. Pengertian Latihan
Untuk menjelaskan apa sebenarnya latihan itu, akan dikemukakan
beberapa definisi latihan
yang sistematis dari latihan atau bekerja, yang dilakukan secara berulang-ulang,
sadar untuk mencapai mutu prestasi maksimal dengan diberi beban-beban fisik,
teknik, taktik, dan mental secara teratur, terarah, meningkat, bertahap dan
berulang-
dirumuskan bahwa latihan olahraga adalah suatu aktivitas olahraga yang
dilakukan secara berulang-ulang, secara kontinyu dengan peningkatan beban
latihan secara periodik dan berkelanjutan dan dilakukan berdasar jadwal, pola dan
sistem serta metodik tertentu untuk mencapai tujuan yaitu meningkatkan prestasi
olahraga.
Penambahan beban harus secara teratur dan terus menerus dikontrol.
Dengan cara ini, atlit tersebut mendapatkan informasi obyektif tentang
kemajuannya, dan pelatih mempunyai umpan balik tentang efisiensi langkah -
langkah latihan.
Josef Nosseck (1982:3), mengemukakan pengaturan latihan dilaksanakan
dalam lima langkah, yaitu :
1) Penentuan (diagnosis) tentang tingkat kondisi awal dan aktual, dengan
menggunakan berbagai jenis tes.
2) Persiapan program latihan, yang mempertimbangkan titik titik
kelemahan dan kekuatan atau kelebihan.
3) Pelaksanaan program latihan untuk periode tertentu yang telah
direncanakan.
4) Pengecekan peningkatan kondisi fisik tersebut dengan metode observasi,
penilaian dan tes tes kondisi yang khusus atau kompetisi.
5) Perbandingan standar kondisi awal dengan kondisi sekarang, evaluasi dan
penyimpulan.
Dengan memperhatikan pengaturan langkah di atas dapat diambil suatu
kesimpulan bahwa latihan yang dilakukan secara bertahap yang kian hari kian
meningkat jumlah pembebanannya akan memberikan efektifitas kemampuan fisik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
untuk tujuan yang ingin dicapai. Dengan latihan yang teratur dan kontinyu, akan
terjadi adaptasi yang baik oleh tubuh terhadap situasi latihan yang dilakukan,
maka kemampuan tubuh akan meningkat sesuai dengan rangsangan yang
diterima.
b. Tujuan Latihan
Tujuan latihan dapat dicapai secara optimal jika berpedoman pada prinsip
latihan yang benar. Prinsp-prinsip latihan tersebut harus dipahami dan
dilaksanakan dengan baik dalam latihan. Latihan tanpa berpedoman pada prinsip-
prinsip latihan yang tidak benar, tujuan latihan tidak akan tercapai. Menurut Fox
(1984:47-51)
oleh pencapaian pada domain fisik saja, melainkan juga ditentukan oleh
pencapaian pada domain psikomotor, domain kognitif dan efekti
domain tersebut saling berkaitan satu dengan yang lain. Dalam pencapaian tujuan
latihan harus diperhatikan beberapa prinsip dasar latihan khusus.
Tujuan umum latihan adalah untuk membantu atlet meningkatkan
ketrampilan dan prestasi olahraganya semaksimal mungkin. Untuk dapat
mencapai tujuan utama dari latihan, yaitu taraf ketrampilan atau prestasi dari para
atlit, maka tujuan umum dari latihan harus dicapai. Maksud tujuan umum latihan
menurut Bompa (1990:4) adalah :
1) Untuk mencapai dan meningkatkan perkembangan fisik secara
multilateral.
2) Untuk meningkatkan dan mengamankan perkembangan fisik yang
spesifik, sesuai dengan kebutuhan olahraga yang ditekuni.
3) Untuk menghaluskan dan menyempurnakan teknik dari cabang
olahraganya.
4) Untuk meningkatkan dan menyempurnakan teknik maupun strategi yang
diperlukan.
5) Untuk mengelola kualitas kemauan.
6) Untuk menjamin dan mengamankan persiapan individu maupun tim
secara optimal.
7) Untuk memperkuat tingkat kesehatan tiap atlit.
8) Untuk pencegahan cedera.
9) Untuk meningkatkan pengetahuan teori.
Dari pendapat di atas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa latihan dapat
akan memberikan manfaat yang baik dalam mencapai prestasi yang ingin diraih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
asalkan latihan tersebut dilakukan dengan benar dan baik. Dari pelaksanaan
latihan akan mudah efeknya ini terlihat dari struktur akademis dan fisiologisnya.
Kunci dari latihan itu sebenarnya terletak pada program latihan yang disusun
sehingga apabila program tersebut disusun secara baik dan benar maka akan
memberikan peningkatan prestasi dalam berolahraga.
.
c. Aspek - Aspek Latihan
Menurut Harsono (1998:100), Untuk mencapai tujuan latihan, ada empat
aspek latihan yang perlu diperhatikan oleh pelatih, yaitu latihan fisik, latihan
teknik, latihan taktik, dan latihan mental.
Keempat aspek latihan tersebut sangatlah penting untuk pencapaian
maksimal hasil latihan, karena merupakan hal yang mendasar bagi atlit maupun
tim dalam pertandingan atau perlombaan. Keempat latihan diuraikan sebagai
berikut
1) Latihan Fisik
Pembinaan fisik merupakan pembinaan awal dan sebagai dasar pokok
dalam latihan olahraga untuk mencapai suatu prestasi. Oleh karena itu kondisi
fisik harus dilakukan dan dimiliki oleh setiap atlit sesuai dengan cabang olahraga
yang ditekuninya. Latihan fisik prinsipnya adalah memberikan latihan secara
teratur, sistematik, dan berkesinambungan sehingga meningkatkan kemampuan di
dalam melakukan kerja.
Pembinaan kondisi fisik dalam olahraga sangat penting dan pertama - tama
harus dilakukan secara intensif, karena dengan terbentuknya dan dimilikinya
kondisi fisik akan sangat memudahkan untuk pembinaan selanjutnya. Baik usaha
untuk pembinaan teknik, taktik, maupun untuk meningkatkan ketrampilan dan
penampilan lainnya.
Beberapa komponen fisik yang perlu diperhatikan dan dikembangkan
adalah kekuatan, ketahanan, kecepatan, kelentukan, daya tahan, ketepatan, dan
keseimbangan.
2) Latihan Teknik
Latihan teknik adalah latihan yang khusus dimaksudkan untuk membentuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
dan mengembangkan kebiasaan - kebiasaan motorik dan neuromuscular menuju
gerakan otomatis. Kesempurnaan teknik dasar setiap cabang olahraga akan
menentukan sempurnanya keseluruhan gerakan. Oleh karena itu, teknik dasar
yang diperlukan setiap cabang olahraga harus dikuasai dan dilatih secara baik.
Untuk mendukung tercapainya kecakapan teknik antara lain adalah analisis
gerakan, mekanika, kinesiologi, dan biomekanika. Hasil analisis yang tepat
dipakai sebagai patokan pembinaan, sehingga hanya gerakan - gerakan yang tepat
dan benar serta berfungsi saja yang dipilih untuk latihan kecakapan teknik untuk
menghasilkan prestasi tinggi.
Melalui analisa dan penilaian yang seksama dapat diketahui elemen -
elemen yang penting, yang berfungsi dengan baik dalam usaha pembentukan
kecakapan teknik.
3) Latihan Taktik
Latihan taktik dapat diartikan sebagai latihan untuk menumbuhkan
perkembangan daya tafsir pada atlit, pola - pola permainan, strategi, atau siasat
yang digunakan untuk memperoleh kemenangan. Menurut H. M. Yusuf
Hadisasmita dan Aip Syarifuddin (1996:118) bahwa, Taktik adalah kecakapan
rohaniah atau kecakapan berpikir dalam melakukan kegiatan olahraga untuk
mencapai kemenangan . Teknik - teknik yang telah dikuasai dengan baik, harus
terus dilatih dan dikembangkan. Selain itu harus dianalisis kelebihan dan
kekurangan dari teknik -teknik tersebut sehingga dapat dikembangkan taktik -
taktik untuk mengalahkan lawan.
4) Latihan Mental
Perkembangan mental atlit tidak kalah penting dari perkembangan ketiga
faktor tersebut di atas. Meski bagaimanapun sempurnanya perkembangan fisik,
teknik, dan taktik seorang atlit, prestasi puncak tidak mungkin dapat tercapai
apabila mental tidak berkembang. Sebab setiap pertandingan bukan hanya
merupakan pertandingan atau perlombaan fisik, akan tetapi juga pertandingan atau
perlombaan mental, bahkan 70% adalah komponen mental dan hanya 30%
komponen lainnya.
Latihan mental lebih menekankan pada perkembangan kedewasaan atlit
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
serta perkembangan emosional implusif, misalnya semangat bertanding, sikap
pantang menyerah, percaya diri, sportifitas, kematangan juara, dan keseimbangan
emosi meskipun berada dalam situasi stress dan tertekan.
d. Prinsip - Prinsip Latihan
Pada prinsipnya pengaruh yang ditimbulkan dari latihan akan bersifat
khusus sesuai dengan latihan yang dilakukan atau karakteristik gerakan
keterampilan yang dipelajari atau unsur kondisi fisik dan sistem energi yang
digunakan selama latihan. Latihan yang ditujukan pada unsur kondisi fisik
tertentu atau teknik dasar tertentu hanya akan memberikan pengaruh yang besar
terhadap komponen kondisi fisik atau teknik dasar yang dipelajari. Menurut
sesuai dengan cabang olahraga yang ditangani. Hal tersebut sesuai dengan sifat
dan tuntutan tiap-tiap cabang olahraga yang selalu berbeda-
Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan bahwa, latihan yang
dilakukan harus bersifat khusus disesuaikan dengan tuntutan cabang olahraga
yang dipelajari. Kekhususan tersebut disesuaikan dengan pola gerakan
(keterampilan) cabang olahraga yang dipelajari.
Dalam mencapai tujuan latihan haruslah menggunakan prinsip prinsip
latihan tertentu. Dengan mengetahui prinsip prinsip latihan tersebut diharapkan
prestasi seorang atlit akan cepat meningkat.
Menurut Bompa (1990:29), Seluruh program latihan menerapkan
beberapa prinsip latihan yaitu prinsip beban lebih, prinsip perkembangan
multilateral, prinsip identitas latihan, prinsip kualitas latihan, prinsip berpikir
positif, prinsip variasi dalam latihan, prinsip individualisasi, penerapan sasaran,
dan prinsip perbaikan kesalahan .
Prinsip prinsip latihan tersebut diuraikan sebagai berikut :
1) Prinsip Beban Lebih
Prinsip beban lebih adalah prinsip latihan yang menekankan pada
pembebanan latihan yang lebih berat dari pada yang mampu dilakukan oleh atlit.
Atlit harus selalu berusaha berlatih dengan beban yang lebih berat dari pada yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
dilakukan saat itu, artinya berlatih dengan beban yang berada di atas ambang
rangsang. Kalau beban terlalu ringan walaupun latihan sampai lelah berulang -
ulang dengan waktu yang lama, peningkatan prestasi tidak akan mungkin tercapai.
Latihan beban lebih ini bisa diterapkan terhadap semua unsur latihan, yaitu
terhadap latihan teknik, taktik, fisik, maupun mental. Meskipun beban latihan itu
harus berat, beban tersebut harus masih berada dalam batas - batas kemampuan
atlit untuk mengatasinya. Kalau bebannya terlalu berat, maka perkembanganpun
tidak akan mungkin tercapai, karena tubuh tidak akan memberi reaksi terhadap
beban latihan yang terlalu berat tersebut. Hal itu juga bisa mengakibatkan cedera.
2) Prinsip Perkembangan Multilateral
Prinsip perkembangan menyeluruh atau multilateral sebaiknya diterapkan
pada atlit - atlit muda. Pada permulaan belajar mereka harus dilibatkan dalam
beragam kegiatan agar mereka memiliki dasar dasar yang lebih kokoh untuk
menunjang ketrampilan spesialisasinya kelak. Oleh karena itu, berdasarkan teori
tersebut pelatih sebaiknya jangan terlalu cepat membatasi atlit pada program
latihan yang menjurus pada perkembangan spesialisasi yang terlalu sempit pada
masa usia dini. Prinsip perkembangan multilateral didasarkan pada fakta bahwa
selalu ada saling ketergantungan antara semua organ dan sistem tubuh manusia,
antara komponen komponen biomotorik, dan komponen komponen
psikologis.
3) Prinsip Intensitas Latihan
Perubahan fisiologis dan psikologis yang positif hanyalah mungkin apabila
atlit dilatih atau berlatih melalui program latihan yang intensif, dimana pelatih
secara progresif menambahkan beban kerja, jumlah pengulangan gerakan, serta
kadar intensitas dari repetisi tersebut.
Untuk memperoleh kemajuan atau perkembangan yang mernuaskan,
frekuensi latihan sebaiknya perminggu tidak kurang dari 3 kali. Kurang dari itu
memang akan juga ada perkembangan, akan tetapi tidak cukup untuk
menghasilkan prestasi yang optimal. Atlit atlit yang secara alamih kuat
sekalipun, dan yang sudah bisa menyesuaikan diri dengan beban latihan yang
berat, tetap harus berlatih intensif. Terlebih bagi atlit yang jarang berpotensi,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
mereka harus berlatih lebih intensif.
Menurut Katch dan McArdle (1993) dikutip M. Yusuf Hadisasmita dan Aip
Syarifuddin (1996:35), Dalam menentukan kadar intensitas latihan adalah sebagai
berikut :
a) Mula mula dihitung dengan denyut nadi maksimal (DNM) dengan
rumus Denyut Nadi Maksimal (DNM) =220 umur
b) Kemudian ditentukan takaran intensitas latihannya, yaitu 80% - 90%
dari DNM (Untuk olahraga kesehatan cukup antara 70% - 35% dari
DNM). Jadi seorang atlit berumur 20 tahun dikatakan berlatih intensif
kalau nadinya berdenyut antara 80% - 90% x (220 20) =160 180 d. n
per menit.
Ini menandakan bahwa berlatih dalam training zonenya (Ambang
rangsang)
c) Lamanya berlatih dalam ambang rangsang juga menentukan intensif
tidaknya latihan.
(1) Untuk atlit : 45 120 menit
(2) Untuk olahraga kesehatan : 20
Gambar 5 : Denyut Nadi Maksimal dan Daerah Ambang Rangsang Latihan
(Yusuf Hadisasmita dan Aip Syaifuddin : 1996 : 136)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
4) Prinsip Kualitas Latihan
Berlatih secara intensif saja belum cukup apabila latihan itu tidak
berbobot, bermutu, dan berkualitas. Orang bisa saja berlatih keras sampai habis
nafasnya dan tenaga, tetapi apabila latihan tidak efektif maka hasil yang diperoleh
tidak bisa maksimal. Maksud dari latihan yang berkualitas adalah :
a) Apabila latihan dan drill - drill yang diberikan memang benar - benar
bermanfaat dan sesuai dengan kebutuhan atlit.
b) Apabila koreksi - koreksi yang tepat dan kontruktif sering diberikan.
c) Apabila pengawasan dilakukan oleh pelatih sampai ke detail gerakan dan
setiap kesalahan segera diperbaiki.
d) Apabila prinsip - prinsip overload diterapkan, baik dalam aspek fisik maupun
mental.
Kekeliruan banyak pelatih atau atlit biasanya mereka lebih menekankan
pada lamanya latihan bukan pada mutu dan penambahan beban latihannya.
Latihan sebaiknya berlangsung singkat tetapi berisi dan padat dengan kegiatan
yang bermanfaat. Jika latihan berlangsung lama dan melelahkan, maka atlit akan
memandang setiap latihan sebagai siksaan dan malas berlatih esok harinya.
5) Prinsip Berpikir Positif
Banyak atlit yang tidak berani melakukan latihan yang berat yang
melebihi ambang rangsangnya. Padahal tubuh manusia biasanya mampu untuk
memikul beban yang berat dari pada yang diperkirakan.
Pada atlit biasanya terletak pada kata hatinya. Kalau kata hatinya negatif
maka hasilnya juga negatif, tetapi kalau kata hatinya positif, maka hasilnya akan
positif karena atlit akan merasa mampu untuk mencapai hasil yang maksimal.
Kalau mau berprestasi, atlit harus berani berusaha untuk mau merasa
sakit dalam latihan. Pelatih harus mengerti kata hati para atlit, dan mempengaruhi
kata hati atlit agar selalu berpikir positif dan optimis.
6) Variasi Dalam Latihan
Latihan yang dilakukan biasanya menuntut banyak waktu, pikiran, dan
tenaga. Karena itu, bukan tidak mungkin kalau latihan intensif dan terus menerus
kadang menimbulkan rasa bosan pada atlit. Kalau rasa bosan sudah ada pada atlit,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
maka gairah dan motivasinya untuk berlatih juga menurun. Hal ini akan
menyebabkan turunnya prestasi.
Karena itu perlu direncanakannya suatu usaha untuk mencegah timbulnya
kebosanan berlatih dengan variasi variasi latihan yang menyenangkan tetapi
tetap melibatkan unsur fisik yang dibutuhkan atlit.
7) Prinsip Individualisasi
Anak adalah suatu pribadi yang unik, artinya mempunyai karakter yang
berbeda satu sama lain. Begitu juga pada atlit, tidak ada dua atlit yang secara
fisiologis dan psikologis sama persis. Demikian pula setiap atlit berbeda dalam
kemampuan, potensi, semangat, dan karakteristik.
Oleh karena setiap individu berbeda dari segi fisik maupun mental, maka
setiap individu akan memberikan reaksi yang berbeda beds terhadap suatu
beban latihannya yang diberikan oleh pelatih. Ada yang merasa terlalu berat
bebannya, ada yang merasa terlalu ringan, dan ada Pula yang merasa bebannya
sudah cukup. Oleh karena itu, latihan akan selalu menjadi persoalan pribadi bagi
atlit dan tidak bisa disamakan porsi latihannya antara atlit satu dengan yang lain
agar mendapatkan prestasi yang paling baik bagi setiap individu.
8) Penerapan Sasaran
Kadang suatu tim atau atlit tidak berlatih dengan sungguh sungguh,
atau kurang motivasi untuk berlatih. Hal ini disebabkan karena tidak ada tujuan
atau sasaran yang jelas untuk apa tim itu berlatih.
Menurut H. M Yusuf Hadisasmita dan Aip Syarifudin (1996:139)
menyatakan bahwa, Beberapa alasan penetapan sasaran sangat penting bagi atlit
adalah :
a) Sasaran merupakan sumber motivasi dan sumber kegiatan untuk turut serta
dapat membangkitkan kegairahan untuk berlatih.
b) Berlatih dengan tujuan tertentu dapat menambah konsentrasi, usaha, motivasi,
dan semangat berlatih.
c) Atlit dapat mengatur rencana kegiatannya, siasat, serta usaha - usaha untuk
mencapai sasaran tersebut.
d) Atlit secara mental terikat dan merasa wajib untuk mencapai sasaran tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
e) Mendidik sifat positif.
f) Merupakan umpan balik bagi atlit maupun pelatih.
g) Kalau sasaran berhasil dicapai, atlit akan memperoleh suatu kebanggaan
tersendiri sehingga sukses tersebut akan mendorongnya untuk mencapai
9) Prinsip Perbaikan Kesalahan
Kalau atlet sering melakukan kesalahan gerak, maka pada waktu
memperbaiki kesalahan tersebut, pelatih harus menekankan pada penyebab
terjadinya kesalahan. Pelatih harus selalu berusaha untuk selalu cermat mencari
dan menemukan sebab - sebab timbulnya kesalahan. Karena prinsip perbaikan
kesalahan adalah latihlah sebab - sebab terjadinya kesalahan bukan gejalanya.
e. Komponen-Komponen Latihan
Setiap pelatihan olahraga akan mengarah kepada sejumlah perubahan
yang bersifat anatomis, fisiologis, biokimia, kejiwaan dan keterampilan. Efisiensi
dari suatu kegiatan merupakan akibat dari waktu yang dipakai, jarak yang
ditempuh dan jumlah pengulangan (volume), beban dan kecepatannya intensitas,
serat frekuensi penampilan (densitas).
Semua komponen dibuat sedemikian rupa dalam berbagai model yang
sesuai dengan karakteristik fungsional dan ciri kejiwaan dari cabang olahraga
yang dipelajari. Sepanjang fase latihan, pelatih harus menentukan tujuan latihan
secara pasti, komponen mana yang menjadi tekanan latihan dalam mencapai
tujuan penampilannya yang telah direncanakn. Cabang olahraga yang banyak
menentukan keterampilan yang tinggi termasuk tenis lapangan, maka
kompleksitas merupakan hal yang sangat diutamakan. Menurut Andi Suhendro
(1999:3-17 ) komponen-komponen penting yang harus diperhatikan dalam suatu
density atau
kekerapan latihan dan, (4) kompleksitas latihan
Keempat komponen latihan tersebut sangatlah penting untuk pencapaian
maksimal hasil latihan. Keempat komponen latihan diuraikan sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
1) Volume Latihan
Volume latihan adalah ukuran yang menunjukkan jumlah atau kuantitas
derajat besarnya suatu rangsang yang dapat ditujukan dengan jumlah repetisi, seri
atau set, dan panjang jarak yang ditempuh. Sebagian komponen utama dalam
latihan, volume latihan merupakan prasyarat utama yang vital untuk teknik, taktik
dan khususnya prestasi penampilan fisik prima.
Volume latihan kadang-kadang disebut sebagaimana lama latihan, terdiri
dari 3 bagian integral : (a) waktu atau lama latihan, (b) jarak atau daya angkat
setiap unit per waktu, (c) jumlah ulangan latihan atau penampilan elemen teknik
yang diberikan setiap waktu sehingga volume latihan merupakan penerapan
jumlah total dari aktivitas penampilan selama mengikuti latihan. Volume juga
mengacu kepada keseluruhan penampilan kerja selama melakukan latihan khusus.
2) Intensitas Latihan
Dua komponen penting yang harus ada berkaitan dengan intensitas latihan
adalah volume latihan dan density. Menurut Harsono (1988) banyak pelatih yang
gagal untuk memberikan latihan yang berat kepada atletnya dan juga banyak atlet
yang enggan melakukan latihan berat yang melebihi ambang rangsangnya. Hal
tersebut kemungkinan disebabkan karena (a) kekuatan bahwa latihan yang berat
akan menimbulkan atau mengakibatkan kondisi fisiologis yang abnormal, (b)
kurangnya motivasi, (c) karena tidak tahu prinsip-prinsip latihan yang sebenarnya.
Atau ada kemungkinan pelatih kurang berani bertindak tegas sesuai dengan
program yang telah disusun kepada atletnya.
Tingkat intensitas latihan dapat diukur berdasarkan tipe latihan. Menurut
Harsono (1988) mengemukakan, pengukuran intensitas latihan untuk olahraga
prestasi dan olahraga kesehatan dilakukan secara berbeda, perbedaan tersebut
disebabkan karena kondisi dan tujuan antara atlet yang terlatih dan orang yang
ingin menjaga kesehatannya berbeda.
3) Density atau Kekerapan Latihan
Frekuensi yang ditampilkan atlet pada setiap seri latihan dari stimulus per
unit waktu disebut sebagai density latihan. Sehingga istilah density mengacu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
kepada hubungan antara waktu kerja dan istirahat yang digunakan atlet selama
mengikuti tahap-tahap latihan.
Menurut Sukardiyanto (1995) dikutip Andi Suhendro (1999) density
merupakan ukuran yang menunjukkan derajat kepadatan suatu latihan yang
dilakukan. Densitas berhubungan dengan waktu recovery, makin lama waktu
recovery yang dibutuhkan dalam setiap latihan, maka densitasnya makin kecil.
Sebaliknya makin cepat waktu recovery yang dibutuhkan maka makin tinggi
densitasnya.
4) Kompleksitas Latihan
Kompleksitas latihan dapat dilihat dari dua hal: (a) kompleksitas
komponen-komponen penting yang menunjang pencapaian prestasi atlet, dan (b)
kompleksitas gerakan ketrampilan yang harus dikuasai seorang atlet.
Kompleksitas keterampilan ini salah satunya ditentukan oleh tingkat pengalaman
atlet dalam menjalani suatu latihan. Koordinasi merupakan komponen penting
untuk dapat meningkatkan intensitas latihan.
Komponen-komponen latihan tersebut sangat penting dalam latihan
olahraga prestasi. Komponen-komponen latihan tersebut saling berkaitan satu
dengan lainya. Oleh karena itu, komponen-komponen latihan tersebut harus
diterapkan dengan baik dan benar agar tujuan latihan dapat tercapai.
3. Latihan Acceleration Sprint
a. Pelaksanaan Latihan Acceleration Sprint
Metode acceleration sprint merupakan suatu bentuk latihan yang dimulai
dari pelan, semakin cepat, dan lari secepatnya. Untuk mencapai kecepatan
maksimum seorang pelari harus mampu mengembangkan kecepatan startnya
secepat mungkin. Akselerasi mempertahankan kecepatan maksimum dan
deselerasi (perlambatan) untuk setiap pelari berbeda-beda. Menurut Fox
(1984:208)
kecepatan lari, mulai dari pelan-pelan, semakin cepat, dan lari secepatnya dalam
jarak 50- -pelari yang berkualitas akan mencapai kecepatan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
maksimum lebih cepat mempertahankan kecepatan maksimum pada jarak yang
lebih panjang dan kecepatan maksimum menurun lebih lambat dari pada rata-rata
pelari cepat yang lain atau pelari cepat yang tidak terkondisi atau tidak terlatih.
Dalam kecepatan maksimum ini terjadi proses akselerasi pik up (pik up
ecceleration) yaitu jarak yang diperlukan pelari sesudah tahap akselerasi start
untuk mencapai kecepatan maksimal.
Latihan acceleration sprint sebenarnya cocok diberikan pada atlet pemula
karena ada penyesuaian lari dari jogging, langkah panjang sampai ke lari cepat
disamping menghindari terjadinya cidera, latihan juga merupakan cara yang
paling baik untuk meningkatkan kecepatan. Pada periode latihan acceleration
sprint pelaksanaannya dapat dikontrol dengan waktu atau jarak. Dianjurkan agar
atlet sedikit demi sedikit meningkatkan percepatannya sampai mencapai
kecepatan penuh. Kecepatan harus dipertahankan selama 5 sampai 15 detik atau
kalau jarak yang dikontrol kira-kira 50 sampai 100 meter. Kemudian berangsur-
angsur mengurangi kecepatannya sampai menjadi langkah yang ringan. Pada
periode pemulihan harus dilakukan dengan cukup, namun dapat dilakukan dengan
pemulihan aktif (jalan). Seperti yang dianjurkan, bahwa pada periode pemulihan
harus terdiri dari jalan sepanjang 50 sampai 110 meter.
Metode acceleration sprint dilakukan secara berurutan. Membutuhkan
peningkatan sedikit demi sedikit dari lari pelan (jogging) ke langkah panjang
(striding) dan akhirnya lari cepat (sprint). Dengan demikian cara ini akan
mengurangi kemungkinan cedera otot. Acceleration sprint sangat diperlukan
untuk peningkatkan sprint dan untuk olahraga yang memerlukan kecepatan
mendadak seperti sepak bola, hoki, bola basket dan lain-lain.
b. Kelebihan dan Kelemahan Latihan Acceleration Sprint
Metode acceleration sprint merupakan bentuk latihan yang
pelaksanaannya dimulai dari pelan, semakin cepat, dan lari secepatnya yang
pelaksaannya diselinggi dengan istirahat diantara waktu latihan. Waktu istirahat
sangat penting diantara waktu latihan. Waktu istirahat memberikan kesempatan
kesempatan untuk mengadakan pemulihan diantara perulangan gerakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Ditinjau dari pelaksanaan latihan acceleration sprint dapat
diidentifikasikan kelebihan dan kelemahannya. Kelebihan latihan dengan metode
acceleration sprint antara lain : (1). Waktu latihan lebih efisien, karena latihan
acceleration sprint dilakukan secara berkelanjutan dalam satu set. (2). Penguasaan
teknik lebih cepat tercapai, karena dalam latihan acceleration sprint terdapat
session latihan dengan intensitas rendah yang mungkin untuk memperbaik teknik
yang salah. Sesuai pendapat Frank S.Pyke(1
terjadi pada kecepatan rendah dengan memperbaiki kesalahan yang memerlukan
Disamping kelebihan diatas latihan acceleration sprint juga memiliki
beberapa kelemahan. Kelemahan latihan acceleration sprint diantarannya:
Kurangnya frekuensi latihan kecepatan dengan intensitas maksimal karena dalam
pelaksanaan hanya sekitar sepertiga dari jarak yang ditempuh yang merupakan
kecepatan denagn intensitas maksimal.
Latihan acceleration sprint jika dilakukan secara berulang ulang dapat
meningkatkan kecepatan lari 100 meter. Perkembangan kondisi fisik latihan
acceleration sprint juga berpengaruh terhadap sistem energi. Menurut Mulyono
B(1998:4) adalah ATP-PC bila 98% dan LA-O2 sebesar 2%, hal ini menandakan
bahwa system energi yang baik pada lari 100 meter adalah ATP-PC LA atau
.
4. Latihan Repetition Sprint
a. Pelaksanaan Latihan Repetition Sprint
Repetition Sprint merupakan program latihan yang dilakukan dengan
intensitas atau kecepatan penuh yang diselingi waktu istirahat pada setiap sesi
latihannya. Menurut Mulyono B (1998:8 Repetition Sprint adalah suatu
aktifitas yang dilakukan berulang-ulang dan setiap kali diselingi dengan aktifitas
yang lebih ringa repetition sprint dapat berupa lari cepat
atau ringan dengan bentuk latihan lari cepat, yang dilakukan dengan lari
kecepatan maksimal, kemudian istirahat, lari lagi, istirahat lagi dan seterusnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Istirahat tersebut dilakukan dengan jogging atau jalan-jalan saja. Seperti
dikatakan Harsono (1988
Jogging ini akan
memasase darah kita lebih cepat ke jantung daripada istirahat yang pasif atau
passive rest. Yang dimaksud dengan istirahat pasif adalah misalnya duduk-duduk
atau tiduran di lapangan. Passive rest setelah setiap repetisi adalah rest yang
paling kurang efektif.
Metode latihan repetition sprint biasanya digunakan untuk
mengembangkan sistem ATP-PC. Menurut Sharkey (1986) dikutip Andi
Suhendro dkk (2004: 27) menyatakan bahwa metode latihan lari cepat melibatkan
periode maksimal dan periode istirahat. Hal ini dimaksudkan agar dapat
meningkatkan tingkat ATP-PC. Pelaksanaan repetition sprint dilakukan dengan
berulang-ulang pada kecepatan maksimal, dan periode pemulihan dilakukan
secara sempurna, agar pelaksanaan periode latihan berikutnya dapat dilakukan
dengan baik, dan bukan pada kondisi yang lelah.
Pelari harus berlari pada kecepatan maksimal, waktu yang diperlukan
untuk lari percepatan pada kecepatan maksimal sepanjang 60 meter kira-kira 6,7
detik. Sedangkan pada periode pemulihan harus dilakukan dengan istirahat
sempurna. Untuk mengetahui seorang pelari sudah mencapai istirahat sempurna,
dapat dilihat dari denyut nadi istirahat, kira-kira 70-80 kali per menit.
Menurut Smith (1983) dikutip Andi Suhendro (2004: 27) latihan repetition
sprint adalah lari cepat berulang-ulang menempuh jarak 50-60 meter dengan
kecepatan maksimal diselingi dengan istirahat sempurna diantara ulangan yang
dilakukan. Latihan repetition sprint bertujuan untuk mengembangkan kecepatan,
kekuatan otot dan daya tahan anaerobik.
b. Kelebihan dan Kelemahan Latihan Repetition Sprint
Metode repetition sprint merupakan bentuk latihan yang pelaksanaanya
dari awal hingga akhir lari dengan menggunakan intensitas atau kekuatan
maksimal yang pelaksanaanya diselingi istirahat disetiap sesi latihannya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Ditinjau dari pelaksanaan repetition sprint dapat diidentifikasikan
kelebihan dan kelemahan. Kelebihan lari dengan metode repetition sprint antara
lain :
1. Frekuensi latihan kecepatan lebih efektif, karena jarak yang ditempuh harus
dengan intensitas maksimal.
2. Terdapat pemulihan sempurna, karena pemulihan diperlukan setelah
melakukan kerja dengan intensitas maksimal beban latihan.
Disamping kelebihan diatas, metode repetition sprint juga memiliki
kelemahan yaitu:
1. Penguasaan teknik sulit tercapai, karena gerakan yang dilakukan secara terus
menerus dengan intensitas maksimal akan menyebabkan kelelahan sehingga
akan berpengaruh pada kesempurnaan gerak.
2. Pengontrolan dan perbaikan gerakan sulit dilakukan karena selalu cepat.
Repetition sprint yang dilakukan secara berulang-ulang dapat
meningkatkan kemampuan kondisi fisik sesuai dengan tipe kerja dan sistemenergi
yang dikembangkan. Tipe kerja repetition sprint adalah kerja anaerobic yaitu
latihan yang dilakukan denagn jangka waktu yang singkat dan memerlukan kerja
maksimal, yang bertujuan mengembangkan kondisi fisik, kecepatan dengan
sistem energi menurut Fox (1984:20) mengembangkan sistem energi ATP-PC dan
LA sebesar 10-80%, LA dan O2 sebesar 10-80% dan oksigen sebesar 10-80%.
Dengan demikian peningkatan kecepatan lari ini maka pelari dalam melakukan
kerja dapat meningkat pula. Jadi repetition sprint dapat meningkatkan kecepatan
lari 100 meter.
B. Kerangka Berpikir
Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dikemukakan di atas dapat
diajukan kerangka pemikiran sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
1. Pengaruh Latihan Acceleration sprint Dan Repetition Sprint Terhadap
Peningkatan Kecepatan Lari 100 Meter
Latihan acceleration sprint dan repetition sprint merupakan suatu latihan
untuk meningkatkan kecepatan reaksi pelari. Latihan ini diberikan kepada pelajar
SMP didasarkan pada belum adanya pola latihan yang tepat untuk diberikan pada
anak usia SMP di Indonesia. Kebanyakan guru atau pelatih masih berpedoman
pada jarak jarak latihan dari ilmuwan olahraga negara asing yang sebenarnya
lebih tepat diberikan kepada atlit senior. Hal ini akan menyebabkan beban yang
terlalu berat untuk atlit sehingga prestasi lari 100 meter yang diraih tidak bisa
maksimal.
Pelaksanaan latihan acceleration sprint dilakukan dengan jogging(lari
pelan-pelan), sprint penuh, kemudian diselingi dengan jalan. Cara ini diulangi lagi
dengan selingan istirahat penuh. Acceleration sprint adalah pertambahan secara
gradual dalam kecepatan lari, mulai dari pelan-pelan, semakin cepat, dan lari
secepatnya dalam jarak 50- -pelari yang berkualitas akan
mencapai kecepatan yang maksimum lebih cepat mempertahankan kecepatan
maksimum pada jarak yang lebih panjang dan kecepatan maksimum menurun
lebih lambat dari pada rata-rata pelari cepat yang lain atau pelari cepat yang tidak
terkondisi atau tidak terlatih. Dalam Latihan acceleration sprint jika dilakukan
secara berulang ulang dapat meningkatkan kecepatan lari 100 meter.
Sedangkan latihan repetition sprint dilakukan dari lari cepat berulang
ulang dengan kecepatan maksimal dengan diselingi istirahat sempurna sebelum
pelaksanaan lari cepat berikutnya. Selama mengikuti latihan repetition sprint,
siswa melibatkan dirinya dalam latihan fisik dan psikis. Latihan repetition sprint
adalah metode latihan yang dapat meningkatkan prestasi lari dengan latihan
latihan yang telah terprogram secara baik. Dengan latihan latihan fisik yang
dilakukan dengan metode repetition sprint, juga mengembangkan sistim energi
ATP PC dan LA.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
2. Perbedaan Pengaruh Latihan Acceleration sprint Dan Repetition Sprint
Terhadap Kecepatan Lari 100 Meter
Dalam pelaksanaan kedua macam metode latihan tersebut memiliki
karakteristik yang berbeda dan memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihan
latihan acceleration sprint antara lain: Waktu latihan lebih efisien, karena latihan
acceleration sprint dilakukan secara berkelanjutan dalam satu set. Penguasaan
teknik lebih cepat tercapai, karena dalam latihan acceleration sprint terdapat
session latihan dengan intensitas rendah yang mungkin untuk memperbaik teknik
yang salah. Kelemahan dari latihan ini antara lain: Kurangnya frekuensi latihan
kecepatan dengan intensitas maksimal karena dalam pelaksanaan hanya sekitar
sepertiga dari jarak yang ditempuh yang merupakan kecepatan denagn intensitas
maksimal.
Sedangkan kelebihan dari latihan repetition sprint antara lain: Frekuensi
latihan kecepatan lebih efektif, karena jarak yang ditempuh harus dengan
intensitas maksimal.Terdapat pemulihan sempurna, karena pemulihan diperlukan
setelah melakukan kerja dengan intensitas maksimal beban latihan. Kelemahan
dari latihan repetition sprint antara lain: Penguasaan teknik sulit tercapai, karena
gerakan yang dilakukan secara terus menerus dengan intensitas maksimal akan
menyebabkan kelelahan sehingga akan berpengaruh pada kesempurnaan gerak
Pengontrolan dan perbaikan gerakan sulit dilakukan karena selalu cepat.
Berdasarkan kelebihan dan kelemahan antara latihan acceleration sprint
dan repetition sprint tersebut maka akan menimbulkan pangaruh yang berbeda.
Perlakuan yang berbeda akan menimbulkan respon yang berbeda pula pada diri
palaku. Ditinjau dari segi tujuan menggunakan metode latihan mempunyai tujuan
yang sama, yaitu untuk mencapai kecepatan lari yang maksimal dan diharapkan
dapat meningkatkan kecepatan lari 100 meter yang lebih baik. Dtinjau dari segi
pelaksanan, latihan repetition sprint untuk siswa atau atlet pamula memiliki
efektifitas yang lebih baik, hal ini dikarenakan perkembangan daya tahan dan
kecepatan yang banyak digunakan dalam lari 100 meter lebih cepat meningkat
dibandingkan dengan latihan acceleration sprint.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
C. Perumusan Hipotesis
Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka pemikiran yang dikemukakan
diatas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
1. Ada perbedaan pengaruh latihan acceleration sprint dan repetition sprint
terhadap kecepatan lari 100 meter pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri
25 Surakarta tahun pelajaran 2010/2011.
2. Latihan repetition sprint memiliki pengaruh yang lebih baik dibanding
latihan acceleration sprint terhadap kecepatan lari 100 meter pada siswa
putra kelas VIII SMP Negeri 25 Surakarta tahun pelajaran 2010/2011.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Lapangan Kota Barat Surakarta.
2.Waktu Penelitian
Penelitian direncanakan pada bulan 30 September 25 November tahun
2010. Perlakuan (treatment) dilakukan selama 6 minggu untuk 18 kali pertemuan,
dengan frekuensi latihan 3 kali dalam satu minggu, yaitu hari Selasa, Kamis dan
Sabtu.
B. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
eksperimen. Suharsimi Arikunto (1998: 9) menyatakan sebagai berikut :
Eksperimen adalah suatu cara untuk mencari hubungan sebab akibat
(hubungan kausal) antara 2 faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti
dengan mengeliminasi atau mengurangi atau menyisihkan faktor-faktor
lain yang bisa mengganggu. Eksperimen selalu dilakukan dengan maksud
untuk melihat akibat dari suatu perlakuan.
Memperhatikan pendapat tersebut, dapat diketahui bahwa dalam
penelitian eksperimen adalah penelitian dengan memberikan perlakuan terhadap
oran guntuk mencari gambaran tentang hubungan sebab akibat.
Metode penelitian yang digunakan, ditetapkan berdasarkan pada tujuan
dan hasil penelitian yang diharapkan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah eksperimen dengan rancangan pretest-posttes design. Metode yang
digunakan adalah metode eksperimen yaitu metode yang memberikan suatu gejala
latihan atau percobaan maka akan terlihat hubungan sebab akibat sebagai
pengaruh dari pelaksanaan latihan. Rancangan penelitian eksperimen pretest-
posstest design dalam penelitian ini yaitu:
35
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
KE1 X Postest
Latihan acceleration sprint
Pretest OP
KE2 Y Postest
Latihan repetition sprint
Gambar 6. Rangkaian Penelitian
(Suharsimi Arikunto, 1998 : 9)
Keterangan:
OP = Ordinal Pairing
KE1 = Kelompok Eksperimen 1
X = Latihan dengan acceleration sprint
KE2 = Kelompok Eksperimen 2
Y = Latihan dengan repetiton sprint
Menyeimbangkan kelompok dilakukan dengan cara ordinal pairing
berdasarkan hasil tes awal kecepatan lari 100 meter, yaitu setelah dilakukan tes
awal. kemudian hasil tes awal dirangking setelah itu dipisahkan ke- dalam
kelompok 1 dan kelompok 2 dengan cara ordinal pairing sehingga kedua
kelompok mempunyai kemampuan yang setara atau seimbang. Adapun
pembagian kelompok dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
KI K2
1 2
4 3
5 6 dan seterusnya
Gambar 7. Pembagian Kelompok Eksperimen dengan ordinal pairing
(Suharsimi Arikunto, 1998 : 9)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
C. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel bebas ( Independen ) dan satu
variabel terikat ( Dependen ) dengan perincian :
1. Variabel bebas ( Independen ), yaitu variabel yang mempengaruhi variabel
lain. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah :
a) Latihan acceleration sprint
b) Latihan repetition sprint
2. Variabel terikat ( Dependen ), yaitu variabel yang dipengaruhi oleh variabel
lain . variabel terikat dalam penelitian ini adalah kecepatan lari 100 meter.
D. Subjek Penelitian
1. Populasi
Populasi penelitian ini adalah siswa putra kelas
VIII SMP Negeri 25 Surakarta tahun 2010 yang berjumlah 133 orang.
2. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
proporsional random sampling. Hal ini berdasarkan pendapat dari Suharsimi
-ancer maka apabila obyeknya
kurang dari 100 lebih baik diambil semua, sehingga penelitiannya merupakan
penelitian populasi. Selanjutnya apabila obyeknya besar dapat diambil 10%-15%
atau 20%-
Berdasarkan pendapat tersebut, maka sampel yang akan diambil adalah
25% dari tiap kelas yang berjumlah 7 kelas. Hal tersebut karena objeknya lebih
dari 100. Hasil dari sampel yang akan diambil dalam penelitian ini sebanyak 34
siswa. Rincian jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
Tabel 3. Pengambilan Sampel
No Kelas Populasi Sampel
1
2
VIII A
VIII B
20
18
25% x 20 = 5,00 = 5
25% x 18 = 4,50 = 5
3
4
5
6
7
VIII C
VIII D
VIII E
VIII F
VIII G
20
20
17
20
18
25% x 20 = 5,00 = 5
25% x 20 = 5,00 = 5
25% x 17 = 4,25 = 4
25% x 20 = 5,00 = 5
25% x 18 = 4,50 = 5
TOTAL 133 34
E. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini diadakan tes
dan pengukuran. Dan tes yang digunakan adalah tes lari 100 meter dari Bompa
(1990: 58).
F. Teknik Analisis Data
1. Uji Reliabilitas Tes
Menghitung Reliabilitas tes menggunakan rumus ANAVA dari Mulyono
B (2007 : 44). Adapun rumus uji reliabilita tes yang digunakan adalah sebagai
berikut:
Keterangan:
R = Koefisien reliabilita
MSA = Jumlah rata-rata dalam kelompok
MSW = Jumlah rata-rata antar kelompok
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
2. Uji Prasyarat
a. Uji normalitas
Uji normalitas data dalam penelitian ini menggunakan metode Lillieforse
dari Sudjana (1996:466). Adapun prosedur uji normalitas tersebut adalah sebagai
berikut:
1)
dengan menggunakan rumus :
Zi =s
XXi
Keterangan:
X = Rata-rata
s = Simpangan baku
2) Untuk tiap bilangan baku ini menggunakan daftar distribusi normal
baku, kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z < Xi)
3)
sama dengan Zi. Jika proporsi dinyatakan oleh S(Zi) maka:
S(Zi) = n
ZiyangZ.............ZbanyaknyaZ n21
4) Hitung selisih F(Zi)- S(Zi) kemudian ditentukan harga mutlaknya.
5) Ambil harga yang paling besar diantara harga-harga mutlak selisih
tersebut. Sebutlah harga terbesar ini sebagai Lo.
b. Uji Homogenitas
Untuk mencari atau menguji homogenitas data, digunakan rumus dari
Sudjana ( 1996:386 ) sebagai berikut:
kt2
bs2
dbvk:dbvbSD
SDF
Keterangan:
db : vb = derajat kebebasan dari varians yang lebih besar
db : vk = derajat kebebasan dari varian yang lebih kecil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
bs2SD = Varians yang lebih besar
kt2SD = Varians yang lebih kecil
3. Uji Perbedaan
Untuk menghitung perbedaan peningkatan kecepatan lari 100 meter
dengan menggunakan rumus t-test dari Sutrisno Hadi ( 1989 : 278 ), rumus t-test
yang digunakan dalam eksperimen-eksperimen yang menggunakan sampel-
sampel berkorelasi, yaitu sampel-sampel yang sudah disamakan salah satu
variabelnya. Rumus t-tes yang digunakan adalah sebagai berikut:
t =
1NN
d
Md
2
Keterangan:
t = Nilai perbedaan
Md = Rata- rata selisih antara X1 dan X2
N = Jumlah pasangan
Adapun uji perbedaannya menggunakan derajat kebebasan N-1 pada taraf
signifikansi 5%. Peningkatan presentasi dari latihan yang dilakukan, dicari dengan
sebagai berikut:
Peningkatan presentasi = testMpre
Mdx 100%
Md = perbedaan dari rata-rata tes akhir dikurangi tes awal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Diskripsi Data
Untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam penelitian maka dilakukan
pengambilan data. Pengambilan data kecepatan lari 100 meter dilakukan dengan 2
kali lari sprint dengan jarak 100 meter. Pengambilan data dalam penelitian ini
terdiri dari data sebelum diberi perlakuan (tes awal) dan data setelah diberi
perlakuan (tes akhir). Data tersebut kemudian dikelompokkan dan dianalisis
menggunakan perhitungan statistik seperti terlihat dalam lampiran. Adapun
rangkuman hasil analisis data secara keseluruhan akan disajikan dalam bentuk
tabel 4 sebagai berikut.
1. Pengajuan Data Pada Kelompok 1
Tabel 4. Diskripsi Data Hasil Tes Kecepatan Lari 100 Meter
Tes Statistik Nilai
Awal
Kecepatan Terendah 19,01
Kecepatan Tertinggi 14,45
Rata-rata 16,889
Simpangan Baku 1,171
Akhir
Kecepatan Terendah 18,53
Kecepatan Tertinggi 14,07
Rata-rata 16,225
Simpangan Baku 1,253
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa hasil tes awal kecepatan lari 100
meter pada kelompok 1 memiliki kecepatan terendah 19,01, kecepatan tertinggi
14,45, rata-rata 16,889 dengan simpangan baku 1,171. Sedangkan hasil tes akhir
kecepatan lari 100 meter pada kelompok 1 memiliki kecepatan terendah 18,53,
kecepatan tertinggi 14,07, rata-rata 16,225 dengan simpangan baku 1,253.
41
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
2. Penyajian Data pada Kelompok 2
Tabel 5. Diskripsi Data Hasil Tes Kecepatan Lari 100 Meter
Tes Statistik Nilai
Awal
Kecepatan terendah 19,15
Kecepatan tertinggi 14,74
Rata-rata 16,912
Simpangan Baku 1,163
Akhir
Kecepatan terendah 18,47
Kecepatan tertinggi 14,07
Rata-rata 15,875
Simpangan Baku 1,073
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa hasil tes awal kecepatan lari 100
meter pada kelompok 2 memiliki kecepatan terendah 19,15, kecepatan tertinggi
14,74, rata-rata 16,912 dengan simpangan baku 1,163. Sedangkan hasil tes akhir
kecepatan lari 100 meter pada kelompok 2 memiliki kecepatan terendah 18,47,
kecepatan tertinggi 14,07, rata-rata 15,875 dengan simpangan baku 1,073.
3. Pengujian Reliabita
Agar data yang dianalisis adalah hasil dari suatu tes atau pengukuran yang
baik, maka perlu diadakan Uji Reliabilita. Tujuan dari dilakukannya uji reliabilitas
tes adalah untuk mengetahui keajegan dari tes atau alat ukur yang digunakan.
Dalam penelitian ini diadakan uji reliabilitas kecepatan lari 100 meter. Untuk
menghitung reliabilitas tes digunakan rumus korelasi. Adapun hasil perhitungan
ini dari reliabilitas tes dapat dilihat dalam tabel 7 berikut ini (Perhitungan
Selengkapnya pada Lampiran 8).
Tabel 6. Derajat Reliabilitas
No Derajat Reliabilitas Koefisien Reliabilitas
1 Sangat tinggi 0,90 1,00
2 Tinggi 0,80 0,89
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
No Derajat Reliabilitas Koefisien Reliabilitas
3 Sedang 0,60 0,79
4 Jelek 0,00 0,59
Kirkendall D.R, Gruber J.J, Johnson RE (1987 : 61)
Tabel 7. Rangkuman Hasil Uji Reliabita Tes
Variabel N Rxy Keterangan
Tes Awal 34 0,958 Reliabel
Tes Akhir 34 0,972 Reliabel
Berdasarkan rangkuman hasil dari analisis yang dilakukan dengan uji
reliabilitas tes menggunakan rumus Anava diperoleh dari tes awal Rxy = 0,958 dan
dari tes akhir Rxy = 0,972 (Perhitungan Selengkapnya pada Lampiran 8). Hasil
tersebut dikonsultasikan dengan r product moment dengan N = 34 pada taraf
signifikan 5% sebesar 0,206. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, karena rxy >
rtabel maka tes kecepatan lari 100 meter dikatakan reliabel dan dapat digunakan
sebagai alat ukur karena memenuhi syarat reliabilita.
B. Uji Prasyarat Analisis Data
Penelitian ini sebelum data hasil penelitian dianalisis teknik t-tes, terlebih
dahulu dilakukan uji prasyarat analisis, yaitu dengan 1) uji normalitas sampel, 2)
uji homogenitas variansi populasi.
1. Uji Normalitas
Bentuk data yang normal merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi
sebelum digunakan untuk menganalisis data. Dalam penelitian ini untuk
mengetahui kenormalan pada tiap kelompok dengan menggunakan uji normalitas.
Pengujian normalitas data dilakukan terhadap hasil kecepatan lari dengan
mengikut 05 hasil pengujian tersebut disajikan dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
tabel 8 berikut ini.
Tabel 8. Rangkuman Hasil Uji Normalitas
Kelompok N M SD LO Lt5%
Kelompok 1 17 16,889 1,171 0,1320 0,206
Kelompok 2 17 16,912 1,163 0,1320 0,206
Dari hasil uji normalitas yang dilakukan pada kelompok 1 diperoleh Lhitung
sebesar 0,1320 dimana nilai tersebut lebih kecil dari Ltabel sebesar 0,206. dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa data kelompok 1 berdistribusi normal.
Sedangkan data hasil uji normalitas yang dilakukan pada kelompok 2 diperoleh
nilai Lhitung sebesar 0,1320 dimana nilai tersebut lebih kecil dari Ltabel sebesar
0,206. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data kelompok 2 berdistribusi
normal.
2. Uji Homogenitas
Semua sampel harus homogen merupakan salah satu syarat yang harus
dipenuhi sebelum teknik t-test dapat digunakan untuk menganalisis data.
Pengujian homogenitas terhadap kecepatan lari 100 meter dilakukan dengan cara
standar deviasi besar dibagi standar deviasi kecil. Hasil pengujian tersebut
disajikan pada tabel 9 berikut ini.
Tabel 9. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas
Kelompok N SD2 FO Ft5%
Kelompok 1 17 1,3724 1,014 2,33
Kelompok 2 17 1,3528
Dari hasil uji homogenitas varians yang tertera dalam tabel di atas, terlihat
bahwa Fhitung memiliki nilai sebesar 1,014 sedangkan nilai Ftabel dengan db = 16
lawan 16 pada taraf 5% sebesar 2,33. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan
bahwa Fhitung lebih kecil dari Ftabel dan berarti sampel yang digunakan berasal dari
populasi yang homogen.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
C. Hasil Analisis Data
1. Hasil Sebelum Diberi Perlakuan
Sebelum dilakukan uji perbedaan dengan t- Matching
yaitu tes awal yang mempunyai kemampuan setara dipasang-pasangkan dibagi
menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok 1 dan kelompok 2. Hal ini dilakukan untuk
menjaga keseimbangan antara kedua kelompok tersebut.
Dalam penentuan kelompok, kelompok 1 mendapat perlakuan latihan
acceleration sprint dan kelompok 2 mendapat perlakuan latihan repetition sprint
dengan cara rangking dan dikelompokkan menggunakan ordinal pairing. Hasil t-
test untuk tes awal antara kelompok 1 dan kelompok 2 dapat dilihat dalam tabel
10 berikut ini.
Tabel 10. Rangkuman Hasil t-test untuk Tes Awal Kelompok 1 dan Kelompok 2
Kelompok N Mean Md tO tt5%
Kelompok 1 17 16,889 -0,022 0,608 2,120
Kelompok 2 17 16,912
Dari rangkuman hasil t-test untuk tes awal diatas, pada kelompok 1 dapat
diketahui memiliki nilai rata-rata sebesar 16,889 sedangkan kelompok 2 diketahui
memiliki nilai rata-rata sebesar 16,912 dan untuk nilai mean deviasi sebesar -
0,022. Dengan derajat kebebasan N 1 = 17 1 = 16 pada taraf signifikansi 5%
ternyata nilai ttabel sebesar 2,120 sedangkan nilai thitung sebesar 0,608 berarti thitung
lebih kecil dari ttabel. Dengan demikian dapat disimpulkan sebelum diberi
perlakuan antara kelompok 1 dan kelompok 2 tidak ada perbedaan.
2. Uji Perbedaan Sesudah Diberi Perlakuan
Setelah melakukan latihan (treatment) selama 6 minggu, kemudian
diadakan tes akhir, dan untuk membuktikan apakah latihan yang diberikan telah
menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap kecepatan lari 100 meter, maka
dicari dengan uji t-test antara tes awal dan tes akhir pada masing-masing
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
kelompok. Adapun hasil t-test untuk mengetahui peningkatan prestasi tes awal ke
tes akhir kelompok 1 dan kelompok 2 dapat dilihat dalam tabel-tabel berikut ini.
a. Hasil Uji Perbedaan Tes Awal dan Tes Akhir pada Kelompok 1
Tabel 11. Rangkuman Hasil t-test untuk Tes Awal dan Tes Akhir Kelompok 1
Tes N Mean Md tO tt5%
Awal 17 16,889 0,664 8,336 2,120
Akhir 17 16,225
Dari rangkuman hasil t-test di atas, pada kelompok 1 dapat diketahui
bahwa pada tes awal memiliki nilai rata-rata sebesar 16,889 dan tes akhir sebesar
16,225 untuk Mean deviasi sebesar 0,664. Dengan derajat kebebasan 16 (N 1 =
17 1) pada taraf signifikansi 5% ternyata nilai ttabel sebesar 2,120. Sedangkan
nilai thitung sebesar 8,336, berarti thitung lebih besar dari ttabel. Dengan demikian
antara tes awal dan tes akhir pada kelompok 1 ada perbedaan yang signifikan.
b. Hasil Uji Perbedaan Tes Awal dan Tes Akhir pada Kelompok 2
Tabel 12. Rangkuman Hasil t-test Untuk Tes Awal dan Tes Akhir Kelompok 2
Tes N Mean Md tO tt5%
Awal 17 16,912 1,036 10,126 2,120
Akhir 17 15,875
Dari rangkuman hasil t-test di atas, pada kelompok 2 dapat diketahui
bahwa pada tes awal memiliki nilai rata-rata sebesar 16,912 dan tes akhir sebesar
15,875 untuk Mean deviasi sebesar 1,036. Dengan derajat kebebasan 16 (N 1 =
17 1) pada taraf signifikansi 5% ternyata nilai ttabel sebesar 2,120. Sedangkan
nilai thitung sebesar 10,126, berarti thitung lebih besar dari ttabel. Dengan demikian
antara tes awal dan tes akhir pada kelompok 2 ada perbedaan yang signifikan.
c. Perbedaan Tes Akhir Antar Kelompok
Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan hasil latihan antara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
kelompok 1 dan kelompok 2 setelah diberi perlakuan, dapat dilihat pada hasil t-
test untuk tes akhir dari kedua kelompok dalam tabel 13 berikut ini.
Tabel 13. Rangkuman Hasil t-test untuk Tes Akhir Antar Kelompok
Kelompok N Mean Md tO tt5%
Kelompok 1 17 16,225 0,350 2,430 2,120
Kelompok 2 17 15,875
Berdasarkan rangkuman diatas, pada tes akhir kelompok 1 diketahui
memiliki rata-rata sebesar 16,225 dan untuk kelompok 2 diketahui memiliki rata-
rata sebesar 15,875. Mean deviasi sebesar 0,350 dengan derajat kebebasan 16 (N
1 = 17 1) pada taraf signifikansi 5% ternyata nilai ttabel sebesar 2,120 sedangkan
nilai thitung sebesar 2,430 berarti thitung lebih besar dari ttabel. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa pada tes akhir antara kelompok 1 dan kelompok 2 ada
perbedaan yang signifikan.
d. Perbedaan Presentase Peningkatan
Setelah diberikan perlakuan latihan dengan latihan acceleration sprint
pada kelompok 1 dan latihan repetition sprint pada kelompok 2 kemudian
dilakukan perhitungan presentase peningkatan latihan. Untuk mengetahui
kelompok mana yang memiliki presentase peningkatan latihan yang lebih baik,
diadakan perhitungan perbedaan presentase peningkatan masing-masing
kelompok. Adapun nilai perbedaan peningkatan latihan, kecepatan lari 100 meter
kelompok 1 dan kelompok 2 adalah sebagai berikut.
Tabel 14. Rangkuman Hasil Perhitungan Nilai Perbedaan Prosentase Peningkatan
Kecepatan Lari 100 Meter pada Kelompok 1 dan Kelompok 2
Kelompok N Mean M. post-
test Md
Presentase
Peningkatan
Kelompok 1 17 16,889 16,225 0,664 3,932 %
Kelompok 2 17 16,912 15,875 1,036 6,129 %
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa kelompok 1 memiliki peningkatan
kecepatan lari 100 meter sebesar 3,932%, sedangkan kelompok 2 memiliki
peningkatan kecepatan lari 100 meter sebesar 6,129%. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa kelompok 2 memiliki presentase peningkatan kecepatan lari
100 meter lebih besar daripada kelompok 1.
D. Pembahasan Hasil Analisis Data
Dari hasil analisis data yang dilakukan sebelum diberi perlakuan diperoleh
nilai t antara tes awal pada kelompok 1 dan kelompok 2 sebesar 0,608, sedangkan
ttabel sebesar 2,120. Ternyata thitung yang diperoleh lebih kecil dari ttabel yang berarti
hipotesis nol diterima. Dengan demikian kelompok 1 dan kelompok 2 sebelum
diberi perlakuan dalam keadaan seimbang. Berarti antara kelompok 1 dan
kelompok 2 berangkat dari titik tolak kecepatan lari 100 meter yang sama.
Nilai t antara tes awal dan tes akhir pada kelompok 1 adalah sebesar 8,336,
sedangkan ttabel sebesar 2,120. Ternyata thitung yang diperoleh lebih besar dari
ttabel, yang berarti hipotesis nol ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil tes awal dan tes akhir pada
kelompok 1, yang berarti bahwa kelompok 1 memiliki peningkatan kecepatan lari
100 meter yang disebabkan latihan (treatment) yang diberikan yaitu dengan
latihan acceleration sprint.
Nilai t antara tes awal dan tes akhir pada kelompok 2 adalah sebesar
10,126, sedangkan ttabel sebesar 2,120. Ternyata thitung yang diperoleh lebih besar
dari ttabel, yang berarti hipotesis nol ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil tes awal dan tes akhir pada
kelompok 2, yang berarti bahwa kelompok 2 memiliki peningkatan kecepatan lari
100 meter yang disebabkan latihan (treatment) yang diberikan yaitu dengan
latihan repetition sprint.
Dalam uji perbedaan yang dilakukan terhadap hasil tes akhir pada
kelompok 1 dan kelompok 2 diperoleh nilai t sebesar 2,430, sedangkan ttabel
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
sebesar 2,120. Ternyata thitung yang diperoleh lebih besar dari ttabel yang berarti
hipotesis nol ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa setelah
diberikan perlakuan latihan selama 6 minggu, terdapat perbedaan yang signifikan
antara hasil akhir kelompok 1 dan kelompok 2, karena sebelum diberi perlakuan
kedua kelompok berangkat dari titik tolak yang sama, maka perbedaan tersebut
adalah karena perbedaan pengaruh dari perlakuan yang diberikan. Dengan
demikian, hipotesis yang menyatakan bahwa ada perbedaan pengaruh latihan
acceleration sprint dan repetition sprint terhadap kecepatan lari 100 meter pada
siswa putra kelas VIII SMP Negeri 25 Surakarta tahun pelajaran 2010/2011, dapat
diterima kebenarannya.
Kelompok 1 memiliki nilai presentase peningkatan kecepatan lari 100
meter sebesar 3,932%. Sedangkan kelompok 2 memiliki nilai presentase
peningkatan kecepatan lari 100 meter sebesar 6,129%. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa kelompok 2 memiliki peningkatan kecepatan lari 100 meter
yang lebih baik daripada kelompok 1.
Latihan repetition sprint ternyata dapat memberikan rangsangan yang
lebih baik dan efektif dalam peningkatan kecepatan lari 100 meter. Latihan
repetition sprint meningkatkan kemampuan gerakan tubuh yang menunjang
gerakan lari sprint 100 meter dengan lebih baik dibandingkan dengan gerakan
latihan acceleration sprint. Oleh karena itulah, maka kelompok 2 (kelompok yang
mendapat perlakuan latihan repetition sprint) memiliki kecepatan lari 100 meter
yang lebih baik dari pada kelmopok 1 (kelompok yang mendapat perlakuan
latihan acceleration sprint). Dengan demikian, hipotesis yang menyatakan bahwa
pengaruh latihan repetition sprint lebih baik pengaruhnya daripada latihan
acceleration sprint terhadap kecepatan lari 100 meter pada siswa putra kelas VIII
SMP Negeri 25 Surakarta tahun pelajaran 2010/2011, dapat diterima
kebenarannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dikemukakan
pada BAB VI, maka diperoleh simpulan sebagai berikut :
1. Ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara latihan acceleration sprint
dan repetition sprint terhadap kecepatan lari 100 meter pada siswa putra kelas
VIII SMP Negeri 25 Surakarta tahun pelajaran 2010/2011, dengan thitung =
2,430 > ttabel = 2,120.
2. Latihan repetition sprint lebih baik pengaruhnya daripada latihan
acceleration sprint terhadap kecepatan lari 100 meter pada siswa putra kelas
VIII SMP Negeri 25 Surakarta tahun pelajaran 2010/2011, dengan persentase
peningkatannya adalah kelompok 2 (repetition sprint) sebesar 6,129% lebih
besar daripada kelompok I (acceleration sprint) sebesar 3,932%.
B. Implikasi
Simpulan dari hasil penelitian ini dapat mengandung pengembangan ide
yang lebih luas jika dikaji tentang implikasi yang ditimbulkan. Atas dasar
simpulan yang telah diambil, dapat dikemukakan implikasinya sebagai berikut :
Latihan acceleration sprint dan repetition sprint merupakan metode
latihan yang dapat digunakan untuk meningkatkan kecepatan lari 100 meter.
Namun demikian, dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa latihan repetition
sprint memiliki pengaruh lebih baik daripada latihan acceleration sprint dalam
meningkatkan kecepatan lari 100 meter. Implikasi praktis dari hasil penelitian ini
adalah bahwa terjadi peningkatan kecepatan lari 100 meter pada siswa putra kelas
VIII SMP Negeri 25 Surakarta tahun pelajaran 2010/2011, dan siswa yang diberi
perlakuan dengan latihan repetition sprint memiliki peningkatan kecepatan lari
50
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
100 meter lebih baik daripada siswa yang diberi latihan acceleration sprint. Hal
tersebut dapat menjadi dasar pemikiran bagi para pembina dan pelatih tentang
metode yang tepat untuk meningkatkan kecepatan lari 100 meter pada anak
didiknya atau murid-muridnya.
C. Saran
Sehubungan dengan simpulan yang telah diambil dan implikasi yang
ditimbulkan, maka kepada para pembina dan pelatih atletik khususnya di SMP
Negeri 25 Surakarta, disarankan hal-hal sebagai berikut :
1. Latihan acceleration sprint maupun latihan repetition sprint dapat digunakan
sebagai variasi latihan untuk meningkatkan kecepatan lari 100 meter.
2. Untuk meningkatkan kecepatan lari 100 meter lebih baik menggunakan
latihan repetition sprint karena pengaruhnya lebih baik daripada latihan
acceleration sprint bagi siswa putra kelas VIII SMP Negeri 25 Surakarta
tahun pelajaran 2010/2011.
Top Related