BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Dewasa ini lembaga keuangan berlabel syariah berkembang dalam skala besar dengan
menawarkan produk-produknya yang beraneka ragam mulai dari kemudahan dan keuntungan
yang menguntungan sampai istilah-istilah produk dengan menggunakan bahasa Arab untuk
lebih meyakinkan nasabahnya, seperti mudahrabah, murabahah, musyarakah. Kebebasan
perbankan dalam melakukan Market product sangat terlindungi untuk mendapatkan
profitabilitas lbih keuangan syariah yang nantinya akan mendukung rill sector ekonomi
nasional. Hal tersebut sejalan dengan telah diberlakukannya Undang-Undang No.21 Tahun
2008 tentang Perbankan Syariah, maka pengembangan industri perbankan syariah nasional
semakin memiliki landasan hukum yang memadai dan akan mendorong pertumbuhannya
secara lebih cepat lagi.
Berdasarkan Jurnal bank Indonesia tentang “PERKEMBANGAN IMPRESIF iB (ai-
Bi) PERBANKAN SYARIAH” tahun 2008-2011, profitabilitas perbankan syariah tercatat
relatif cukup tinggi sebagaimana yang ditunjukkan oleh rata-rata pencapaian rasio Return on
Equity (ROE) perbankan syariah yang mencapai 45,92% pertahun (periode tahun 2007 s.d.
tahun 2008). Semua gambaran diatas menunjukkan bahwa perbankan syariah di Indonesia
merupakan industri keuangan yang berbasis sektor riil merupakan sektor usaha yang cukup
menjanjikan bagi para investor, pengusaha dan masyarakat.
Dan berdasarkan data mentah yang kami peroleh dari bank muamalat cabang
Jombang. Dapat dibuktikan minat nasabah terhadap produk yang disajikan bank muamalat,
yang paling menonjol yakni produk murabahah. Melihat banyaknya minat nasabah dalam
melakuakan pembiayaan murabahah, menggelitik saya beserta teman-teman untuk lebih
mengetahui alasan dan proses dalam pengajuan hingga pencairan dana melalui studi kasus
yang akan kami sajikan selengkapnya
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
1. Landasan Teori
1) Pengetian Pembiayaan
Pembiayaan secara umum sudah dikenal oleh masyarakat.Dan produk inilah yang
sangat diminati oleh nasabah.Karena pembiayaan sangatlah membantu untuk kelancaran
usaha yang dilakukan oleh nasabah. Pembiayaan atau financing, yaitu pendanaan yang
diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah
direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun lembaga. Dengan kata lain pembiayaan
adalah pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan.
Pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah adalah penyediaan uang atau tagihan yang
dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan
pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan
tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.
2) Jenis-jenis Pembiayaan
Pembiayaan Modal kerja
Pembiayaan yang digunakan untuk pembiayaan pembelian persediaan dan
pembiayaan piutang.Jangka waktu pembiayaan adalah jangka pendek dan menengah atau
berumur kurang dari satu tahun. Contoh pembiayaan modal kerja adalah :
a) Pembiayaan untuk pembelian bahan baku
b) Pembiayaan untuk pembelian bibit padi, apel dan sebagainya
c) Pembiayaan sebagai pengganti dana yang mengendap pada piutang
Pembiayaan Investasi
Pembiayaan yang digunakan untuk pembiayaan pembelian mesin, bangunan,
gudang, dan peralatan produktif (asset usaha).Jangka waktu kredit adalah jangka panjang
atau lebih dari satu tahun.
Contoh pembiayaan investasi adalah :
a) Kredit untuk pembuatan pabrik
b) Kredit untuk pembelian mesin
c) Kredit untuk pembuatan gedung/ gudang
Pembiayaan Konsumtif
Pembiayaan yang digunakan untuk pembiayaan pembelian rumah, kendaraan dan
alat-alat lain Jangka waktu pembiayaan adalah jangka pendek dan menengah atau
berumur kurang dari satu tahun. Contoh pembiayaan konsumtifadalah :
a) Kredit kepemilikan rumah (KPR)
b) Kredit kepemilikan kendaraan (KPM)
c) Kartu kredit
Menurut prinsip syariah, jenis pembiayaan dibagi menjadi beberapa akad, yaitu :
a) Transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah.
b) Transaksi sewa-menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam bentuk ijarah
muntahiya bittamlik.
c) Transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam, dan istishna’.
d) Transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qardh.
e) Transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi multijasa.
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara Bank Syariah dan/atau UUS dan pihak
lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai dan/atau diberi fasilitas dana untuk
mengembalikan dana tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan ujrah, tanpa
imbalan, atau bagi hasil.
3) Pengertian Murabahah
Dalam daftar istilah himpunan fatwa DSN (Dewan Syariah Nasional) dijelaskan bahwa
yang dimaksud dengan murabahah adalah menjual suatu barang dengan menegaskan
harga belinya kepada pembeli dan pembeli membayarnya dengan harga yang lebih
sebagai laba.
Murabahah merupakan bagian terpenting dari jual beli dan prinsip akad ini mendominasi
pendapatan bank dari produk-produk yang ada di semua bank Islam. Dalam Islam, jual
beli sebagai sarana tolong menolong antara sesama umat manusia yang diridhai oleh
Allah Swt
4) Jenis-Jenis Murabahah
1. Murabahah tanpa pesananMaksudnya, ada yang pesan atau tidak, ada yang beli atau tidak, bank syariah
menyediakan barang dagangannya, penyediaan barang tidak terpengaruh terkait langsung
dengan ada tidaknya pembeli.
2. Murabahah berdasarkan pesanan
Maksudnya bank syariah baru akan melakukan transaksi atau jual beli apabila ada
nasabah yang memesan barang sehingga penyediaan barang baru dilakukan jika ada
pesanan. Murabahah berdasarkan pesanan dapat dibedakan menjadi 2, yaitu:
1. Bersifat mengikat, yaitu apabila telah dipesan maka harus dibeli,
2. Bersifat tidak mengikat, yaitu walaupun nasabah telah memesan barang, tetapi
nasabah tidak terikat, nasabah dapat menerima atau membelikan barang tersebut.
5) Rukun dan Ketentuan Akad Murabahah
Rukun dan Ketentuan Murabahah, yaitu :
1. Pelaku
Pelaku cakap hukum dan baligh (berakal dan dapat membedakan), sehingga jual beli
dengan orang gila menjadi tidak sah sedangkan jual beli dengan anak kecil dianggap sah,
apabila seizin walinya.
2. Objek Jual Beli, harus memenuhi:
1. Barang yang diperjualbelikan adalah barang halal, Hal ini sesuai dengan hadist ini :
“Sesungguhnya Allah mengharamkan menjualbelikan khamar, bangkai, babi,
patung.” (HR. Bukhari Muslim)
a) Barang yang diperjualbelikan harus dapat diambil manfaatnya atau memiliki nilai,
dan bukan merupakan barang-barang yang dilarang diperjualbelikan, misalnya : jual
beli barang yang kadaluwarsa.
b) Barang tersebut dimiliki oleh penjual
Jual beli atas barang yang tidak dimiliki oleh penjual adalah tidak sah karena bagaimana
mungkin ia dapat menyerahkan kepemilikan barang kepada orang lain atas barang yang
bukan miliknya. Jual beli oleh bukan pemlik barang seperti ini, baru akan sah apabila
mendapat izin dari pemilik barang.
a) Barang tersebut dapat diserahkan tergantung dengan kejadian tertentu di masa
depan barang yang tidak jelas waktu penyerahannya adalah tidak sah, karena dapat
menimbulkan ketidakpastian (gharar), yang pada gilirannya dapat merugikan salah
satu pihak yang bertransaksi dan dapat menimbulkan persengketaan.
b) Barang tersebut harus diketahui secara spesifik dan dapat diindentifikasikan oleh
pembeli sehingga tidak ada gharar (ketidakpastian).
c) Barang tersebut dapat diketahui kuantitas dan kualitasnya dengan jelas, sehingga
tidak ada gharar. Apabila suatu barang dapat dikuantifisir/ditakar/ditimbang maka atas
barang yang diperjualbelikan harus dikuantifikasir terlebih dahulu agar tidak timbul
ketidakpastian (gharar)
2. Harga barang tersebut jelas
Harga atas barang yang diperjualbelikan diketahui oleh pembeli dan penjual berikut cara
pembayaran tunai atau tangguh sehingga jelas dan tidak ada gharar.
3. Barang yang diakadkan ada di tangan penjual
Barang dagangan yang tidak berada di tangan penjual akan menimbulkan ketidakpastian
(gharar). Hakim bin Hizam berkata :
“Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku membeli barang dagangan, apakah yang halal
dan apa pula yang haram daripadanya untukku?” Rasulullah bersabda :”Jika kamu
telah membeli sesuatu, maka janganlah kau jual sebelum ada di tanganmu”.
4. Ijab Kabul
Peryataan dan ekpresi saling rida/rela di antara pihak-pihak pelaku akad yang dilakukan
secara verbal, tertulis, melalui korespondensi atau menggunakan cara-cara komunikasi
modern.
5. Aplikasi Murabahah Dalam Perbankan
BAB III
HASIL PENELITIAN
1. Struktur organisasi bank muamalat cabang Jombang
Keterangan :
Branch Manager
Merupakan pemimpin yang mengatur semua aktifitas di bank tersebut.
Head Financing
merupakan pimpinan yang mengatur tentang keuangan Bank.
Operation Manager
merupakan pimpinan mengatur operasional.
Marketing/Relationship
bertugas untuk menganalisa kemampuan nasabah dan membuat usulan
pembiayaan nasabah.
Langkah proses Murabahah
Mu’amalah jual beli murabahah melalui beberapa langkah tahapan, diantara yang terpenting
adalah:
Branch Manager
Head Financing
Operation Manager
Marketing / Relationship
Manager
1. Pengajuan permohonan nasabah untuk pembiayaan pembelian barang.
a. Penentuan pihak yang berjanji untuk membeli barang yang diinginkan dengan
sifat-sifat yang jelas.
b. Penentuan pihak yang berjanji untuk membeli tentang lembaga tertentu dalam
pembalian barang tersebut.
2. Lembaga keuangan mempelajari formulir atau proposal yang diajukan nasabah.
3. Lembaga keuangan mempelajari barang yang diinginkan.
4. Mengadakan kesepakatan janji pembelian barang.
a. Mengadakan perjanjian yang mengikat.
b. Membayar sejumlah jaminan untuk menunjukkan kesungguhan pelaksanaan janji
c. Penentuan nisbat keuntungan dalam masa janji
d. Lembaga keuangan mengambil jaminan dari nasabah ada masa janji ini.
5. Lembaga keuangan mengadakan transaksi dengan penjual barang (pemilik pertama).
6. Penyerahan dan kepemilikan barang oleh lembaga keuangan.
7. Transaksi lembaga keuangan dengan nasabah.a. Penentuan harga barang.
b. Penentuan biaya pengeluaran yang memungkinkan untuk dimasukkan kedalam
harga.
c. Penentuan nisbat keuntungan (profit).
d. Penentuan syarat-syarat pembayaran.
e. Penentuan jaminan-jaminan yang dituntut.
2. Proses Kegiatan Murabahah
a. Syarat pengajuan pembiayaan mudharabah
Pembiayaan dalam bentuk modal/dana yang diberikan oleh Bank untuk
Anda kelola dalam usaha yang telah disepakati bersama. Selanjutnya dalam
pembiayaan ini Anda dan Bank sepakat untuk berbagi hasil atas pendapatan
usaha tersebut.Resiko kerugian ditanggung penuh oleh pihak Bank kecuali
kerugian yang diakibatkan oleh kesalahan pengelolaan, kelalaian dan
penyimpangan pihak nasabah seperti penyelewengan, kecurangan dan
penyalahgunaan.
Jenis usaha yang dapat dibiayai antara lain perdagangan,
industri/manufacturing, usaha atas dasar kontrak, dan lain-lain berupa modal
kerja dan investasi.
b. Persyaratan Umum (Pembiayaan Rupiah dan US Dollar)
Pembiayaan
Perorangan
dengan
pengajuan
minimal Rp, 50
juta (plafond)
Usia 21-54 tahun (tidak melebihi usia pensiun)
Masa kerja minimal dua tahun
Foto kopi KTP suami istri sebanyak dua buah
Foto kopi Kartu Keluarga
Foto kopi Surat Nikah
Surat persetujuan suami/istri
Slip gaji asli selama 3 bulan terakhir
Surat keterangan/rekomendasi dari perusahaan
Foto kopi NPWP (bagi pengajuan diatas Rp. 100 juta)
Rekening bank selama 3 bulan terakhir
Foto kopi jaminan (tanah, bangunan atau kendaraan
yang dibeli)
Angsuran tidak melebihi 40% dari gaji pokok
Pembiayaan
Koperasi
Surat Permohonan
Foto kopi NPWP
Foto kopi SIUP
Foto kopi TDP
AD/ART Koperasi dan perubahannya
Surat pengesahan dari Departemen Koperasi
Susunan pengurus koperasi yang disahkan oleh
Departemen Koperasi
Laporan Keuangan 2 tahun terakhir
Laporan Rapat Anggaran Tahunan (RAT) selama 2
tahun terakhir
Cash flow projection selama masa pembiayaan
Data jaminan
Dokumen-dokumen lain yang menunjang usaha
Nasabah harus melakukan mutasi keuangan di Bank
Muamalat
Pembiayaan
Korporasi
(PT/CV)
Surat Permohonan
Foto kopi NPWP
Foto kopi SIUP
Foto kopi TDP dan kelengkapan izin usaha lainnya
Foto kopi KTP Direksi
Company Profile
Akta pendirian dan perubahannya
Surat pengesahan dari Departemen Kehakiman
Foto kopi rekening koran 3 bulan terakhir
Laporan Keuangan 2 tahun terakhir
Cash flow projection selama masa pembiayaan
Data jaminan
Dokumen-dokumen lain yang menunjang usaha
Nasabah harus melakukan mutasi keuangan di Bank
Muamalat
3. Alur pengajuan pembiayaan murabahah
pengisian aplikasi
verifikasi
disetujui
pengikatan
pembayaran biaya-biaya
pecairan
angsuran
tidak disetujui
1) Nasabah yang ingin memperoleh pembiayaan dapat langsung
mengajukan permohonan pembiayaan secara tertulis yang dilampiri
dengan proposal singkat mengenai perusahaaan pemohon.
2) Proposal yang diterima BMI akan dipelajari guna melihat kelayakan
dari proyek yang diajukan pemohon. Apabila permohonan tersebut
dinilai layak untuk mendapatkan pembiayaan, maka bank akan
mencatat data-data yang diperlukan.
3) Data tersebut meliputi:
a. Nama dan alamat perusahaan
b. Badan hukum perusahaan
c. Susunan pengurus
d. Kepemilikan perusahaan
e. Permodalan
f. Hubungan dengan bank lain
g. Hubungan dengan perusahaan lain
h. Jumlah pembiayaaan yang dimohonkan
i. Tujuan penggunaan
j. Jangka waktu pengembalian yang diinginkan
k. Rencana kerja
l. Neraca dan Laporan Laba-Rugi 2 tahun terakhir
m. Data penjualan 3 bulan terakhir
n. Data agunsn
o. Copy rekening koran 3 bulan terakhir
p. Nomor pokok wajib pajak (NPWP)
q. Nomor Kartu Tanda Penduduk (KTP)
r. Kartu keluarga (KK)
s. Izin Usaha
4) Sebagai tambahan dari data tersebut di atas, Bank Muamalat
Indonesia mensyaratkan pembiayaan hanya diberikan kepada
pengusaha yang sudah menggeluti usahanya selama minimal 2 tahun
secara kontinyu.
5) Pihak bank dengan teliti akan mencari data yang berkenaan dengan
diri pemohon guna mengetahui kredibilitas calon debitur lebih dalam
tindakan pertama yang dilakukan Bank Muamalat adalah meminta
informasi mengenai calon debitur kepada Bank Indonesia dan bank lain
(Bank Checking). Jika dianggap perlu, bank meminta informasi kepada
rekanan usaha pemohon, dan lembaga terkaiat yang dapat
memberikan informasi mengenai calon debitur.
6) Pihak bank juga melakukan kunjungan langsung ke lokasi proyek (on
the spot) yang bertujuan untuk mengetahui secara global
mengenaikelayakan proyek tersebut. Kunjungan tersebut misalnya
untukmengetahui sarana ekonomi, bagaimana perusahaan
mendapatkanbahan baku yang dibutuhkan, keadaan lingkungan,
teknis penjualandan sebagainya.
7) Untuk menunjang kelancaran aktivitas keuangan, calon debitur
diwajibkan untuk membuka rekening koran.
8) Data yang diterima oleh Bank Muamalat akan diproses oleh divisi
pembiayaan disesuaikan dengan usaha calon debitur.
9) Apabila permhonan pembiayaan tersebut ditolak dengan berdasarkan
pertimbangan tertentu, maka pihak Bank Muamalat akan
memberitahukan secara tertulis kepada pemohon.
10) Apabila permohonan itu disetujui, pihak bank akan membuat
surat pemberitahuan persetujuan pembiayaan.
11) setelah diberikan surat persetujuan, maka dilakukan transaksi
dengan akad yang mengikat
12) setelah dipastikan akad selesai maa dengan persetujuan kedua
belah pihak dimulai transaksi pembiayaan dengan biaya administrasi
awal.
13) dengan berakhirnya pembayaran biaya administrasi maka dana
pembiayaan yang diajukan dapat diterima langsung oleh nasabah
14) setelah pemberian dana pembiayaan maka, nasabah mempunyai
kewajiban untuk mengangsur dana pembiayaan yang diajukan
sebelumnya.
Analisis Kualitatif
a) Character
Karakter merupakan aspek yang terpenting. Hal ini terutama
berhubungan dengan kemauan dari calon debitur untuk melakukan
kewajiban-kewajibannya.Bank selalu ingin kredit yang diberikannya dapat
kembali (dilunasi) pada waktunya. Bank akan berusaha memberi kredit
hanya kepada debitur yang memiliki komitmen yang tinggi terhadap
persetujuan yang dibuat. Analisis ini lebih cenderung merupakan analisa
kualitatif yang tidak terbaca dengan angka-angka yang disajikan.Tanpa
itikad yang baik dari debitur lebih baik kredit tidak diberikan.
Untuk memperoleh informasi tersebut seorang Relationship Manager (RM)
dapat melakukannya dengan mencari informasi melalui:
Sesama account officer baik dari bank yang sama maupun bank yang
berbeda. Seringkali nasabah bercerita tentang pihak lain yang berhubungan
kepada RM yang memegang account-nya .
Nasabah bank yang memiliki bidang usaha yang sama dengan calon debitur.
Misalnya sama-sama pedagang mobil bekas, perusahaan tekstil dan lain-lain.
Supplier atau mitra dagang dari pemohon.Dengan mencari informasi dari
supplier RM dapat mengetahui sistem pembelian yang diperoleh pemohon
dan ketetapan membayar dari calon debitur.Dengan demikian RM dapat
mengetahui sejauh mana calon debitur mampu memenuhi kewajibannya.
b) Capacity
Pada analisa ini bank berusaha mengetahui kemampuan manajemen
mengoperasikan perusahaannya sehingga dapat memenuhi kewajibannya
terhadap bank secara rutin dan pada saat jatuh tempo.
Kapasitas ini menunjukkan kemampuan riil dari perusahaan untuk
merealisasikan rencana yang telah dibuatnya. Sebagian aspek ini dapat
dibaca dari laporan keuangan yang disediakan perusahaan seperti kondisi
likuiditas (kemampuan perusahaan dalam memenuhi kebutuhan jangka
pendek maupun solvabilitas atau kebutuhan jangka panjang yang jatuh
tempo), rentabilitas (kemampuan perusahaan untuk mencapai laba dari hasil
operasinya), dan aspek keuangan lain yang merupakan refleksi kemampuan
manajemen. Di samping angka-angka, aspek kapasitas ini juga harus
dianalisis secara kualitatif, yaitu kemampuan manajemen meliputi umur,
pengalaman di bidangnya, dan pendidikan.Untuk mengukur kemampuan ini
maka sering kali RM meminta daftar riwayat hidup dari calon debitur atau
manajemennya apabila calon debitur adalah perusahaan.
c) Capital
Analisis aspek capital ini meliputi struktur modal yang disetor, cadangan-
cadangan dan laba yang ditahan dalam struktur keuangan
perusahaan.Besarnya modal sendiri ini menunjukkan tingkat resiko yang ikut
dipikul oleh debitur dalam pembiayaan suatu proyek. Capital merupakan
sumber equity dari peminjam dana. Mengapa hal ini menjadi sangat penting
bagi bank? dengan sumber modal yang baik maka peminjam dana /
perusahaan memiliki penopang yang baik dalam menghasilkan cash flow,
sebagai contoh, jika perusahaan mulai tidak menghasilkan profit, maka
modal akan dilikuidasi oleh perusahaan / peminjam dana kedalam cash flow.
Bank tidak pernah tertarik kepada perusahaan yang tidak memiliki modal
yang cukup, karena jika perusahaan tersebut mengalami kerugian maka
perusahan tersebut tidak memiliki modal yang cukup untuk merecover atau
merehabilitasi dirinya sendiri. Untuk pengukuran modal, tidak ada satuan
ukuran yang tepat untuk mengukur ukuran tersebut., tetapi lebih ke kondisi
keuangan peminjam dana, biasanya untuk mengakali hal ini bank melihat
dari ratio debt equity ratio dengan rumus total debt perusahaan/total equity
perusahaan, dan biasanya untuk mendapatkan syarat peminjaman dari
aspek permodalan debt to equity ratio perusahaan harus kurang dari 2 atau
3 kali.
d) Condition
Analisis terhadap aspek ini meliputi analisis terhadap variabel ekonomi
makro yang melingkupi perusahaan baik variabel regional, nasional, maupun
internasional. Variabel yang diperhatikan terutama adalah variabel ekonomi
(walaupun tidak terlepas juga bank memperhatikan variabel lainnya seperti
kondisi politik, perundang-undangan, dan lain-lain)
e) Collateral
Penilaian ini meliputi penilaian terhadap jaminan yang diberikan debitur
sebagai pengaman kredit yang diberikan bank. Penilaian tersebut meliputi
kecenderungan nilai jaminan di masa depan dan tingkat kemudahan
mengkonversikannya menjadi uang tunai (marketability). Pada bank
Muamalat, ketentuan jaminan haruslah mencapai 110% untuk mengcover
besar pembiayaan yang diajukan.
Analisa KuantitatifPT. Tirta Agriaraya, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang industri air mineral,
membutuhkan 2 unit truk tangki karena permintaan yang meningkat. Kemudian PT. Tirta
Agriaraya mengajukan pembiayaan ke Bank BTN Syariah dan ditawarkan produk Murabahah
Investasi. Harga 1 unit truk tangki adalah Rp 200.000.000,- dan CV Mustika membutuhkan 2
unit. Maka dari pengajuan pembiayaan tersebut diperoleh data sebagai berikut :
Fasilitas : Murabahah dengan Akad Wakalah
Harga 2 Unit Truk Tangki : Rp. 400.000.000,-
Margin yang disepakati : Rp. 29.750.000,-
Harga Jual : Rp. 429.750.000,-
Uang Muka : Rp. 50.000.000,-
Harga Jual – Uang Muka : Rp. 379.750.000,-
Porsi Pembiayaan Bank : Rp. 350.000.000,-
Jangka Waktu : 12 Bulan
Angsuran / Bulan : Rp. 31.645.833,-
Dokumen Pengikatan : - Akad Wakalah
- Akad Murabahah
- Akta Pembebanan Hak Tanggungan
- Tanda Terima Barang
- Tanda Terima Uang
- Surat Kesanggupan Membayar
- Jadwal Angsuran
Dalam akad murabahah bank harus membeli terlebih dahulu secara resmi barang yang
dipesan. Kemudian bank menawarkan kepada nasabah dan nasabah harus menerima
(membelinya). Oleh karena itu bank diperkenankan meminta nasabah membayar uang muka
sebagai tanda jadi. Namun dalam prakteknya bank tidak secara langsung membeli aset,
melainkan memberi kuasa (wakalah) kepada nasabah.
Uang muka menjadi bagian pelunasan Piutang Murabahah, jika akad murabahah disepakati. Di
sini, uang muka diakui sebagai angsuran pokok pertama, sehingga hutang murabahah PT. Tirta
Agriaraya yang digunakan oleh bank dalam menghitung angsuran adalah sejumlah Harga Jual
dikurangi dengan uang muka.
Dari data-data tersebut di atas, maka dapat diperoleh perhitungan angsuran per bulan sebagai
berikut :
(Harga Jual – Uang Muka) / Jangka waktu
= (429.750.000 – 50.000.000) / 12
= 379.750.000 / 12
= 31.645.833,-
Angsuran yang dibayarkan oleh PT. Tirta Agriaraya setiap bulannya terdiri dari dua komponen,
yaitu Pokok dan Margin. Perhitungan angsuran menggunakan metode anuitas.
Metode anuitas adalah modifikasi dari metode efektif. Prinsip metode anuitas hampir sama
dengan metode efektif yaitu menggunakan perhitungan metode yang fair, yaitu metode dihitung
dari sisa pokok yang belum dibayar. Dalam metode anuitas angsuran dibuat sedemikian rupa
agar sehingga tiap bulannya jumlahnya tetap.
Rumus Metode Anuitas :
Keterangan :
A : Besar Anuitas
M : Besar Pinjaman
i : Margin dalam %
n : Banyaknya Anuitas
Berikut tabel perhitungan angsuran Pt. Tirta Agriaraya dengan menggunakan metode Anuitas
Top Related