PERBANDINGAN HASIL PEMERIKSAAN LAJU ENDAP DARAH (LED)
YANG LANGSUNG DIPERIKSA DENGAN DITUNDA SELAMA 1 JAM
DAN 2 JAM DI RUMAH SAKIT SANTA ANNA KOTA KENDARI
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan Pendidikan
Diploma III Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari
Jurusan Analis Kesehatan
OLEH:
SURAHMI
NIM P00320013134
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
2016
ii
iii
HALAMAN PERSETUJUAN
PERBANDINGAN HASIL PEMERIKSAAN LAJU ENDAP DARAH (LED)
YANG LANGSUNG DIPERIKSA DENGAN DITUNDA SELAMA 1 JAM
DAN 2 JAM DI RUMAH SAKIT SANTA ANNA KOTA KENDARI
Disusun dan Diajukan Oleh :
SURAHMI
P00320013134
Telah Mendapat Persetujuan Tim Pembimbing
Menyetujui :
Pembimbing I Pembimbing II
Muhaimin Saranani, S.Kp.,Ns.,M.Sc Tuty Yuniarty, S.Si.,M.Kes
Nip. 19731103200112100 Nip. 197806061994032002
v
HALAMAN PENGESAHAN
PERBANDINGAN HASIL PEMERIKSAAN LAJU ENDAP DARAH (LED)
YANG LANGSUNG DIPERIKSA DENGAN DITUNDA SELAMA 1 JAM
DAN 2 JAM DI RUMAH SAKIT SANTA ANNA KOTA KENDARI
Disusun dan Diajukan Oleh :
SURAHMI
P00320013134
Telah Dipertahankan Dihadapan Dewan Penguji
Pada tanggal 08 Juli 2016 dan Dinyatakan
Telah Memenuhi Syarat
Menyetujui
1. Anita Rosanty, SST., M.Kes (..............................)
2. Masrif Bahrun, SKM., M.Kes (..............................)
3. Satya Darmayani, S.Si., M.Eng (..............................)
4. Muhaimin Saranani, S.Kep.,Ns., M.Sc (..............................)
5. Tuty Yuniarty, S.Si., M.Kes (..............................)
ix
RIWAYAT HIDUP
A. Identitas Penulis
Nama : Surahmi
Tempat, Tanggal Lahir : Rumba-rumba, 12 Desember 1995
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku / Bangsa : Tolaki / Indonesia
Alamat : Ds. Mondoe Jaya Kec. Kolono
Kabupaten Konawe Selatan
B. Riwayat Pendidikan
1. SD Negeri 1 Kolono di Kab. Konawe Selatan, tamat tahun 2007
2. SMP Negeri 2 Kolono di Kab. Konawe Selatan, tamat tahun 2010
3. SMA Negeri 7 Konsel, tamat tahun 2013
4. Sejak Tahun 2013 melanjutkan pendidikan di Politeknik Kesehatan
Kemenkes Kendari Jurusan Analis Kesehatan.
vi
MOTTO
Berangkat dengan penuh keyakinan, berjalan dengan penuh keiklasan,
istiqomah dalam menghadapi cobaan jadilah seperti karang dilautan yang kuat
dihantam ombak dan kerjakanlah hal yang bermanfaat untuk diri sendiri dengan
orang lain, karena hidup hanyalah pada allah apapun dan dimanapun kita
berada dialah tempat meminta dan memohon
Kupersembahkan untuk almamaterku
Ayah dan ibunda tercinta
Keluargaku tersayang
Doa Dan NasehatUntuk Menunjang Keberhasilanku
vii
ABSTRAK
Surahmi (P00320013134). Perbandingan Hasil Pemeriksaan Laju Endap Darah
(LED) Yang Langsung Diperiksa Dengan Ditunda Selama 1 Jam Dan 2 Jam Di
Rumah Sakit Santa Anna Kota Kendari Tahun 2016. Pembimbing
I Muhaimin Saranani, Pembimbing II Ibu Tuty Yuniarty. ( xiii + 37 Halaman +6
Tabel + 11 Lampiran). Laju endap darah (erithrocyte sedimentation n rate,ESR) yang
juga disebut kecepatan endap darah (KED) atau laju sedimentasi eritrosit adalah
kecepatan sedimentasi eritrosit dalam darah yang belum membeku, dengan satuan
mm/jam.. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil pemeriksaan Laju
Endap Darah (LED) yang langsung diperiksa dengan ditunda selama 1 jam dan 2 jam.
Tempat penelitian di rumah sakit santa anna kota kendari. Penelitian ini dilaksanakan
pada tanggal 18 april – 30 may. Populasi dalam penelitian ini adalah pasien rawat inap,
Sampel dalam penelitian ini sebanyak 32 orang, pengambilan sampel dengan cara
Purposive Sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 32 orang pasien rawat
inap dengan pemeriksaan laju endap darah di Rumah Sakit Santa Anna Kota Kendari,
sampel yang diperiksa secara langsung diperoleh sebanyak 15 sampel memiliki hasil
pemeriksaan LED yang normal dengan persentase (46,88%), dan memiliki hasil
pemeriksaan LED yang tinggi berjumlah 17 sampel dengan presentase (53,12%), dan
pemeriksaan tunda 1 jam diperoleh sebanyak 17 sampel memiliki hasil pemeriksaan LED
yang normal dengan presentase (53,12%), dan memiliki hasil pemeriksaan LED yang
tinggi berjumlah 15 sampel dengan presentase (46,88%), dan pemeriksaan tunda 2 jam
diperoleh sebanyak 17 sampel memiliki hasil pemeriksaan LED yang normal dengan
presentase (53,12%), dan memiliki hasil pemeriksaan LED yang tinggi berjumlah 15
sampel dengan presentase (46,88%), Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan
antara LED yang langsung diperiksa, setelah 1 jam, dan setelah 2 jam. Oleh karena itu,
disarankan Bagi petugas analis kesehatan jika kondisi tidak memungkinkan pemakaian
sampel darah yang disimpan selama 1-2 jam terpaksa boleh dipakai untuk pemeriksaan
LED karena belum memberikan hasil yang bermakna.
Kata Kunci : Laju Endap Darah ( LED), Purposive sampling
Daftar Pustaka : 17 buah (1995-2013)
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT, karena berkat rahmat, taufik dan hidayah-Nya yang telah diberikan kepada
penulis sehinggga penyusunan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Perbandingan
Hasil Pemeriksaan Laju Endap Darah (LED) Yang Langsung Diperiksa Dan Yang
Ditunda Selama 1 Jam Dan 2 Jam Di Rumah Sakit Santa Anna Kota Kendari”
yang merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Diploma III
(DIII) Pada Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari Jurusan Analis Kesehatan.
Rasa hormat, terima kasih dan penghargaan yang sebesar-sebesarnya kepada
Ayahanda dan Ibunda tercinta atas semua bantuan moril maupun materil,motivasi,
dukungan dan cinta kasih yang tulus serta doanya demi kesuksesan studi yang
penulis jalani selama menuntut ilmu sampai selesainya karya tulis ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah
ini masih banyak terdapat kekeliruan, kesalahan dan kekurangan yang disebabkan
oleh keterbatasan waktu, pengetahuan dan kemampuan penulis akan tetapi berkat
arahan dan masukan dari dosen pembimbing sehingga penyusunan Karya Tulis
Ilmiah ini dapat terselesaikan. Untuk itu rasa terima kasih yang setinggi-tingginya
penulis haturkan kepada pembimbing yang terhormat Bapak Muhaimin Saranani,
S.Kep.Ns., M.Sc selaku pembimbing I dan Ibu Tuty Yuniarty, S.Si., M.Kes selaku
Pembimbing II yang telah rela dan ikhlas meluangkan waktunya untuk
membimbing dan mengarahkan penulis selama penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Petrus, SKM, M. Kes selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Kendari.
2. Kepala kantor badan riset sultra yang telah memberiksan izin penelitian
kepada penulis dalam penelitian ini.
3. Bapak Dr. Mario Polo M.Kes,SP.OT selaku kepala Rumah Sakit Santa Anna
Kota Kendari beserta staf terima kasih sudah memberikan izin kepada penulis
untuk melakukan penelitian.
4. Ibu Ruth Mongan, B.Sc.,S.Pd.,M.Pd selaku Ketua Jurusan Analis Kesehatan.
ix
5. Kepada Bapak dan Ibu Dewan Penguji, Ibu Anita Rosanty, SST.,M.Kes,
Sebagai Penguji I dan Bapak Masrif Bahrun, SKM.,M.Kes, Sebagai Penguji
II dan Ibu Satya Darmayani, S.Si.,M.Eng, Sebagai Penguji III.
6. Para Dosen Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Analis Kesehatan yang
telah banyak membimbing dan membagi ilmu selama penulis mengikuti
proses belajar dibangku kuliah dan seluruh staf tata usaha yang telah banyak
membantu sehingga Karya Tulis Ilmiah ini selesai.
7. Teristimewa untuk kedua orang tua saya Ayahanda “Sabri” dan Ibunda
”Jumiati”, serta saudara-saudaraku ”Surahmat, Surahman dan Surahlan”,
terima kasih atas doa, motivasi, pengorbanan dan kasih sayang yang begitu
besar kepada penulis selama menempuh pendidikan hingga selesai.
8. Seluruh rekan-rekan Poltekkes Kemenkes Kendari Angkatan Pertama Tahun
2013 khususnya “Jurusan Analis Kesehatan” terima kasih sudah mau berbagi
semangat dan atas segala dukungan serta kebersamaan kita.
Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat berguna bagi yang membutuhkan dan
akhir kata semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat-Nya kepada kita
semua, amin.
Kendari, Juli 2016
Penelitian
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS .................................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN .............................................................................. iii
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iv
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................... v
MOTTO ................................................................................................................. vi
ABSTRAK ............................................................................................................. vii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... viii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... x
DAFTAR TABEL .................................................................................................. xii
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xiii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 3
C. Tujuan ........................................................................................... 4
D. Manfaat ......................................................................................... 4
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Tentang Laju Endap Darah (LED)..................................... 5
A. Tinjauan Umum Tentang Darah...................................................... 9
B. Tinjauan Tentang Pemeriksaan Laju Endap Darah (LED) Metode
Westergren……………………………………………………….. 9
BAB III : KERANGKA KONSEP
A. Dasar Pemikiran ........................................................................... 18
B. Bagan Kerangka Konsep................................................................ 18
C. Variabel Penelitian ........................................................................ 19
D. Defenisi Operasional ……………………..................................... 19
E. Hipotesis Penelitian……………………………………………… 20
BAB IV : METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ............................................................................. 21
B. Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................... 21
C. Populasi dan Sampel .................................................................... 21
D. Jenis Data……………………........................................................ 22
E. Instrumen Penelitian ...................................................................... 22
F. Cara Pengambilan Data.................................................................. 23
G. Pengolahan Data.......... .................................................................. 24
xi
H. Analisa Data .................................................................................. 24
I. Penyajian Data ............................................................................... 25
J. Etika Penelitian .............................................................................. 25
BAB V : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Lokasi Penelitian .......................................................... 26
B. Hasil Penelitian .............................................................................. 27
C. Pembahasan ................................................................................... 33
BAB VI : PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................... 33
B. Saran .............................................................................................. 34
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 5.1 Distribusi responden umur pasien rawat inap dengan
pemeriksaan Laju Endap Darah (LED) di Rumah Sakit
Santa Anna Kendari tahun 2016 ............................................... 28
Tabel 5.2 Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin pasien rawat
inap dengan pemeriksaan Laju Endap Darah (LED) di
Rumah Sakit Santa Anna Kendari tahun 2016 ........................ 28
Tabel 5.3 Distribusi responden berdasarkan nilai LED yang telah
diperiksa secara langsung di Rumah Sakit Santa Anna kota
kendari Kendari tahun 2016 ..................................................... 29
Tabel 5.4 Distribusi responden berdasarkan nilai LED setelah
penyimpanan 1 jam di Rumah Sakit Santa Anna kota
kendari Kendari tahun 2016 ..................................................... 29
Tabel 5.5 Distribusi responden berdasarkan perbandingan nilai LED
setelah penyimpanan 2 jam di Rumah Sakit Santa Anna
kota kendari Kendari tahun 2016 ............................................. 30
Tabel 5.6 Distribusi Responden berdasarkan analisa perbedaan nilai
LED yang lansung diperiksa dan yang ditunda 1 jam dan 2
jam di Rumah Sakit Santa Anna Kota Kendari tahun 2016 ..... 30
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Lembar Permohonan Kesediaan Menjadi Responden
Lampiran 2 : Lembar Persetujuan Responden
Lampiran 3 : Surat Izin Penelitian dari Poltekkes Kemenkes Kendari
Lampiran 4 : Surat Izin Penelitian dari Badan Penelitian dan
Pengembangan Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara
Lampiran 5 : Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian
Lampiran 6 : Kategori Umur Berdasarkan Depkes
Lampiran 7 : Tabulasi Data
Lampiran 8 : Master Tabel
Lampiran 9 : Lembar Hasil Pemeriksaan
Lampiran 10 : Uji Statistik dengan uji
Lampiran 11 : Dokumentasi Penelitian
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pemeriksaan darah lengkap merupakan pemeriksaan yang sering di minta
oleh klinisi karena dari pemeriksaan darah lengkap dapat membantu diagnosis
penderita. Pemeriksaan darah lengkap juga dapat digunakan untuk menentukan
langkah pemeriksaan selanjutnya atau kemana penderita itu akan dirujuk. Oleh
karena itu, pemeriksaan darah lengkap merupakan pemeriksaan dasar yang
sangat penting dan perlu dilakukan secara cepat dan tepat, sehingga hasil yang
diterimaolehpenderitadandibacaoleh klinisidapatdipercayaketepatannya.
Laju endap darah (erithrocyte sedimentatio-n rate, ESR) yang juga disebut
kecepatan endap darah (KED) atau laju sedimentasi eritrosit adalah kecepatan
sedimentasi eritrosit dalam darah yang belum membeku, dengan satuan
mm/jam. LED merupakan uji yang tidak spesifik. LED dijumpai meningkat
selama proses inflamasi akut, infeksi akut dan kronis, kerusakan jaringan
(nekrosis), penyakit kolagen, rheumatoid, malignansi, dan kondisi stress
fisiologis (misalnya kehamilan). Sebagian ahli hematologi, LED tidak andal
karena tidak spesifik, dan dipengaruhi oleh faktor fisiologis yang
menyebabkan temuan tidak akurat(Bakta, I made.2003).
Berdasarkan pengamatan peneliti, pemeriksaan darah lengkap pada rumah
sakit ditempat yang lebih maju saat ini sudah menggunakan alat-alat otomatis,
sehingga hasil pemeriksaan darah lengkap dapat diambil segera. Tetapi untuk
efisiensi kerja dan kelanggengan alat yang digunakan, tidak jarang bahan atau
sampel darah yang akan digunakan untuk pemeriksaan darah lengkap tersebut
dikumpulkan atau disimpan terlebih dahulu untuk diperiksa bersamaan. Selain
itu,bila hasil pemeriksaan yang ada tidak sesuai dengan keadaan klinis dari
penderita dan timbul keragu-raguan terhadap hasil tersebut, maka pemeriksaan
darah lengkap harus diulang. Bahan atau sampel yang digunakan untuk
pemeriksaan ulang ini dapat menggunakan bahan darah yang masih tersimpan
atau bahan darah pengambilan baru. Ditinjau dari segi penderita, pengambilan
yang berulang-ulang menyebabkan penderita merasa kurang nyaman,
2
sedangkan penggunaan sampel darah yang masih tersimpan sulit diketahui
kebenarannya (Beutler, 1995).
Laju endap darah (LED) adalah menurunnya atau mengendapnya sel darah
merah dalam darah dengan antikoagulan yang diukur dengan tingginya kolom
plasma yang terbentuk dalam waktu tertentu dinyatakan dalam millimeter per
jam. Laju endap darah adalah tes yang tidak spesifik namun masih umum
digunakan sebagai indicator penilaian aktifnya suatu penyakit. Oleh karena itu,
laju endap darah masih sering digunakan rutin secara manual. Metode
Westergren adalah metode yang lebih banyak digunakan untuk pemeriksaan
laju endap darah(Dharma, 2007).
Faktor – faktor yang dapat mempengaruhi laju endap darah antara lain
faktor eritrosit, komposisi plasma dan teknik. Dalam hal ini, penggunaan
sampel darah yang disimpan tentulah berpengaruh terhadap nilai LED. Untuk
mengetahui pengaruh penyimpanan sampel darah terhadap hasil pemeriksaan
LED cara Westergren, maka dilakukan penelitian perbandingan hasil
pemeriksaan Laju Endap Darah (LED) pada sampel darah segar dan sampel
darah yang disimpan selama 1 jam dan 2 jam.
Dalam pemeriksaan laju endap darah sebaiknya langsung dilakukan
pemeriksaan agar kondisi sampel tidak mengalami perubahan yang akan
mempengaruhi hasil pemeriksaan, tetapi karena banyaknya sampel darah yang
telah diambil dalam waktu pengambilan yang terlalu lama,dan sebagian
sampel darah yang tersimpan selama 1 jam dan 2 jam akan menyebabkan hasil
pemeriksaan laju endap darah akan lebih lambat karena sebagian fibrinogen
sudah terpakai dalam pembekuan dan darah yang disimpan terlalu lama akan
berbentuk sferik sehingga sukar membentuk rouleaux dan bisa menyebabkan
hasil positif palsu dan negatif palsu.
Berdasarkan data yang diperoleh di Rumah Sakit Santa Anna Kota
Kendari bahwa pada tahun 2015 tercatat jumlah pasien rawat inap sebanyak
2563 orang dengan kasus pemeriksaan laju endap darah (LED) sebanyak 125
orang. Pada bulan januari 2016 tercatat jumlah pasien rawat inap sebanyak 241
orang dengan kasus pemeriksaan laju endap darah (LED) sebanyak 85orang.
3
Sedangkan pada bulan februari 2016 jumlah pasien rawat inap sebanyak 235
orang dengan kasus pemeriksaan laju endap darah (LED) sebanyak 76 orang.
Sedangkan pada bulan maret 2016 jumlah pasien rawat inap sebanyak 263
orang dengan kasus pemeriksaan laju endap darah (LED) sebanyak
55orang(Rekam medik Rumah Sakit Santa Anna Kota Kendari, 2015-2016).
Berdasarkan hasil pengambilan data awal pelaksanaan praktek kerja
lapangan (PKL) di Rumah Sakit Santa Anna kota kendari dilakukan
pemeriksaan laju endap darah dengan metode Westergreen. Pada saat
pembacaan hasil terkadang tidak tepat waktu. Secara teoritis pada saat
pembacaan hasil pemeriksaan laju endap darah di baca pada waktu 1 jam dan 2
jam, akan tetapi di laboratorium rumah sakit santa anna sering kali
menggunakan waktu pemeriksaan lebih dari 1 jam dan 2 jam sehingga
pembacaan terkadang menimbulkan hasil positif palsu dan negatif palsu.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Perbandingan Hasil Pemeriksaan Laju Endap Darah
(LED) yang langsung diperiksa dan yang ditunda selama 1 jam dan 2 jam Di
Rumah Sakit Santa Anna Kota Kendari.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusanmasalah dalam
penelitian ini “Apakah ada perbedaanhasil pemeriksaan laju endap darah
yang langsung diperiksa dan yang ditunda selama 1 jam dan 2 jam Di Rumah
Sakit Santa Anna Kota Kendari?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui perbedaan hasil pemeriksaan laju endap darah
yang langsung diperiksa dan yang ditunda selama 1 jam dan 2 jam Di
Rumah Sakit Santa Anna Kota Kendari.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk menentukan hasil pemeriksaan LED yang langsung diperiksa.
b. Untuk menentukan hasil pemeriksaan LED yang ditunda 1 jam.
c. Untuk menentukan hasil pemeriksaan LED yang ditunda 2 jam.
4
d. Untuk menganalisis perbedaan hasil pemeriksaan LED,
langsung diperiksa dan yang ditunda selama 1 jam dan 2 jam.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Sebagai sumbangan ilmiah terhadap almamater Jurusan Analis
Kesehatan Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Kendari.
2. Manfaat Praktisi
Menambah wawasan, pengalaman, dan pengetahuan serta bahan
dalam penerapan ilmu metode penelitian, Khususnya tentang
perbandingan hasil pemeriksaan laju endap darah sampel langsung
diperiksa dan sampel ditunda 1 jam dan 2 jam.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Tentang Laju Endap Darah (LED)
1. Pengertian Laju Endap Darah (LED)
Laju Endap Darah adalah kecepatan pengendapan eritrosit dalam
suatu waktu tertentu pada sampel darah yang ditambahkan antikoagulan
dan didiamkan tegak lurus pada bidang datar dan dinyatakan dalam
satuan mm/jam. Walaupun istilah ini spesifik untuk eritrosit, LED
mengambarkan komposisi plasma dan perbandingan antara eritrosit
dengan plasma. Darah dengan antikoagulan yang dimasukkan kedalam
tabung berdiameter kecil dan diletakkan tegak lurus, akan menunjukkan
pengendapan eritrosit dengan kecepatan yang ditentukan oleh permukaan
volume eritrosit. Pengendapan sel ini yang disebut laju endap darah
bertambah cepat bila berat sel meningkat, tetapi kecepatan berkurang apa
bila permukaan sel lebih luas. Sel-sel kecil mengendap lebih lambat dari
pada sel-sel yang menggumpal, karena bila sel-sel menggumpal
peningkatan berat gumpalan lebih besar dari pada peningkatan luas
permukaan. Dalam darah normal nilai laju endap darah relatif kecil
karana pengendapan eritrosit akibat tarikan gravitasi (Sadikin, 2002).
Laju Endap Darah (Erytrocyte Sedimentation Rate) diperkenalkan
pertama kali oleh Westergereen pada tahun 1921. Jika darah dicampur
dengan antikoagulan dan diletakkan secara vertikal, sel darah merah
akan mengendap secara gradual dengan angka pengendapan yang
ditunjukkan sebagai jarak (dalam milimeter) dimana eritosit jatuh per
unit berdasarkan waktu. Pada kebanyakan orang normal, pengendapan
berlangsung lambat. Namun pada beberapa jenis penyakit, pengendapan
berlangsung cepat dan pada beberapa kasus, pengendapan berbanding
lurus dengan beratnya suatu penyakit. Pengukuran angka sedimentasi
merupakan pemeriksaan laboratorium yang mempunyai beberapa fungsi
6
antara lain bertujuan mendeteksi proses peradangan dan memonitor
aktifitas atau perjalanan suatu penyakit.
Laju endap darah berfungsi untuk mengukur kecepatan pengendapan
sel darah merah di dalam plasma (mm/jam). Nilai laju endap darah
meningkat pada keadaan seperti : kehamilan (35mm/jam), menstruasi,
TBC paru-paru (65mm/jam) dan pada keadaan infeksi terutama yang
disertai dengan kerusakan jaringan. Metode yang dianjurkan oleh ICSH
(International Commite For Standardization In Hematology) adalah
metode westergreen.
Bila viskositas plasma tinggi atau kadar kolestrol meningkat tekanan
ke atas mungkin dapat menetralisasi tarikan ke bawah terhadap setiap sel
atau gumpalan sel. Sebaliknya setiap keadaan yang meningkat
penggumpalan atau perlekatan sel satu dengan yang lain akan
meningkatkan laju endap darah. Pemeriksaan ini juga bermanfaat untuk
mengetahui ada tidaknya kelainan organik pada penderita yang
menunjukkan gejala yang semar-semar dan tidak menunjukkan kelainan
pada pemeriksaan fisik . Nilai normal pada laki-laki <10 mm/jam pada
wanita < 20 mm/1jam (Sutedjo, 2007).
Laju endap darah adalah mengukur kecepatan turunya suatu kolom
yang berisi sel darah merah plasma dalam waktu 1 jam. LED sebagian
besar di tentukan oleh konsentrasi protein plasma, terutama fibrinogen
dan globulin. Laju endap darah meningkat pada anemia. Kisaran normal
LED meningkat seiring pertambahan usia. Peningkatan LED merupakan
indikator yang tidak spesifik terhadap respon fase akut dan berguna
dalam memonitor aktifitas penyakit (misalnya artritis reumatoid).
Peningkatan LED terjadi pada gangguan inflamasi, infeksi, keganasan,
mieloma, anemia, dan kehamilan. Viskositas plasma memberikan
informasi yang dapat dibandingkan dan semakin disukai karena dapat
diautomatisasi secara mudah. Viskositas whole blood juga dipengaruhi
oleh jumlah sel, sehingga meningkat bila jumlah sel darah merah
7
(eritrokrit), jumlah sel darah putih (leukokrit), atau jumlah trombosit
sangat meningkat (Mehta dan Hoffbrand, 2005).
2. Mekanisme Pengendapan Laju Endap Darah (LED)
Pengendapan eritrosit disebabkan oleh perubahan sel eritrosit yang
menyebabkan eritrosit tersebut saling menyatuhkan diri sehingga
mengendap. Proses pengendapan eritrosit dalam laju endap darah (LED)
tidak sekaligus, akan tetapi melalui fase-fase sebagai berikut :
a. Fase Pertama
Fase ini disebut juga phase of aggregation atau fase agregasi,
dimana pada fase ini terjadi rouleaux yaitu eritrosit mulai saling
menyatuhkan diri yang berlangsung selama 10 menit.
b. Fase Kedua
Disebut juga fase pengendapan maksimal. Dalam fase ini
pengendapan eritrosit sangat cepat karena telah terjadi agregasi atau
pembentukan rouleaux atau dengan kata lain partikel-partikel eritosit
menjadi lebih besar dengan permukaan yang lebih kecil sehingga
lebih cepat pula pengendapannya yang berlangsung selama 40
menit.
c. Fase Ketiga
Disebut juga fase pemadatan. Dalam fase ini terjadi
pengendapan eritrosit yang sangat lambat. Dalam keadaan normal
dibutuhkan waktu setengah sampai satu jam untuk mencapai fase
ketiga tersebut. Pengendapan eritrosit ini disebut sebagai laju endap
darah dan dinyatakan dalam mm/1 jam.
Jika pembacaan hasil pertama telah dilakukan tetapi kolom eritrosit
masih bisa mampat, maka dilakukan pembacaan jam kedua.
Laju Endap Darah (LED) akan meningkat bila berat eritrosit
bertambah, tetapi akan menurun bila permukaan sel lebih luas dan sel-sel
kecil akan mengendap lebih lambat dari pada sel yang menggumpal.
Pada umumnya dalam darah normal, peningkatan Laju Endap Darah
8
(LED) bisa terjadi lebih kecil karena pengendapan eritrosit akibat tarikan
gravitasi diimbangi oleh tekanan ke atas akibat perpindahan plasma
(Hardjoeno, 2003).
3. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Laju Endap Darah
a. Faktor Teknik
1) Letak Tabung/Pipet
Tabung atau pipet harus tegak lurus pada raknya (90o).
Jangan dimiringkan tabung agar sel-sel tidak mengendap ke
diding dasar tabung. Hasillnya : sedimentasi sel menjadi lebih
cepat. Untuk memperoleh kedudukan tabung yang tepat,
dianjurkan rak tabung dilengkapi dengan sekrup pengatur
tabung.
2) Diameter Tabung/Pipet
Diameter bagian dalam tabung yang dianjurkan adalah
2,55± 0,15 mm. Diameter yang lebih kecil akan menghalangi
kecepatan sedimentasi eritrosit, sedangkan diameter yang lebih
besar akan mempercepat sedimentasi eritrosit.
3) Suhu Ruangan
Makin tinggi suhu makin cepat sedimentasi eritrosit.
Umumnya pemeriksaan laju endap darah dilakukan pada suhu
18 – 25oC, bila dilakukan pemeriksaan pada suhu di atas 25
oC
sebaiknya ditegakkan kisaran nilai sendiri. Sejalan dengan
pengaruh suhu ini penetapan tabung dan rak laju endap darah
sebaiknya tidak dikenai cahaya matahari secara langsung.
4) Getaran
Getaran pada suhu tabung memberi pengaruh pada jalannya
sedimentasi. Oleh sebab itu, harus diusahakan rak sedimentasi
tidak diletakkan dengan peralatan yang mengeluarkan getaran,
misalnya sentrifus (Sutedjo, 2007).
b. Faktor Dalam Darah
9
1) Fibrinogen dan globulin mempercepat sedimentasi sedangkan
albumin, lecithin dan kolestrol memperlambat laju endap darah.
2) Eritrosit : bentuk yang makroskopik dan sperositik
mempercepat sedimentasi, sedangkan mikrositik memperlambat
sedimentasi
3) Kehamilan
4) Menstruasi (Sutedjo, 2007).
4. Manfaat Laju Endap Darah (LED) Dalam Klinik
Laju Endap Darah (LED) merupakan reaksi non spesifik dari tubuh.
Dikatakan demikian karena Laju Endap Darah (LED) dapat meningkat
pada penyakit-penyakit atau keadaan patologis apa saja dimana terdapat
reaksi-reaksi oedema degeneras, jaringan suppuration dan neorosis, Laju
Endap Darah (LED) dalam klinik bermanfaat membantu diagnosis
perjalanan penyakit dan membantu keberhasilan terapi kronik, misalnya
erikritis rheumetoid dan tuberculosis. Pemeriksaan Laju Endap Darah
(LED) juga dapat untuk membantu mengetahui ada tidaknya kelainan
organik pada penderita yang menunjukan gejala-gejala samar dan tidak
menunjukan kelainan-kelainan pada pemeriksaan fisik (Sutedjo, 2007)
B. Tinjauan Umum Tentang Darah
Darah merupakan komponen esencial makhluk hidup. Dalam keadaan
fisiologik, darah selalu berada dalam pembuluh darah sehingga dapat
menjalankan fungsinya sebagai pembawa oksigen atau oksigen carrier,
mekanisme pertahanan tubuh terhadap infeksi dan mekanisme hemostatis.
Darah terdiri dari dua komponen utama, pertama plasma darah yaitu bagian
darah yang sebagian terdiri atas air, elektrolit dan protein darah. Kedua, sel-
sel darah merah (blood corpuscle), yang terdiri atas sel-sel darah merah
( eritrosit ), sel darah putih (leukosit), dan keping darah (trombosit).
1. Eritrosit (Sel Darah Merah)
Sel darah merah merupakan sel yang terbanyak beredar dalam darah
dengan jumlah ±5x1012 per liter darah. Sel darah merah yang matang
berbentuk non-nuncleated biconcave disc, berdiameter ± 7- 8 m dengan
10
ketebalan pada bagian yang paling tebal 2,5 dan pada bagian tengah
(central pallor) 1 m mempunyai kemampuan mengubah bentuk
membran, tidak mengandung organel didalamnya, tetapi mengandung
640.000.000 molekul hemoglobin. Volume rata-rata sel darah merah
adalah 90-95 m. bentuk sel darah merah yang bikonkaf ini
mempermudah sel darah merah merubah bentuk, sehingga dapat
melewati pembuluh darah dengan mudah walaupun diameter pembuluh
darah tersebut lebih kecil dari pada sel darah merah, sel darah merah
akan merubah bentuknya menjadi bulat atau sferis dan kemudian
mengembalikan bentuknya menjadi bikonkaf.
Fakor yang mempengaruhi sel darah merah untuk dapat
mempertahankan bentuknya masih belum jelas karena sel darah merah
dipengaruhi oleh berbagai kemapuan. Sel darah merah dalam keadaan
normal, bila disimpan pada suhu 4C akan berubah bentuk menjadi
relatif sferosit. Perubahan bentuk sel darah merah ini tidak diikuti oleh
perubahan pada volume sehinnga dengan metabolisme yang aktif dapat
normal kembali. Umur sel darah merah manusia kurang lebih 120 hari,
setelah itu akan dihancurkan. Penghancuran sel darah merah ini
didahului dengan adanya senescence atau tanda-tanda ketuaan dari sel
darah merah dan terjadi beberapa tahapan penghancuran sel darah merah.
Penghancuran sel darah merah dapat terjadi secara ekstravaskuler dan
intravaskuler. Penghancuran sel darah merah ekstravaskuler terjadi ± 80-
90% dari penghancuran sel darah merah di limpa. Sedangkan
penghancuran intravaskuler terjadi ±10-20% dari penghancuran sel darah
merah di dalam peredaran darah. Pada aliran darah yang lambat, tampak
adanya agregasi sel darah merah di dalam darah. Dalam keadaan seperti
ini, sel darah merah dapat bermacam-macam.
Agregasi sel darah merah dapat terjadi anter sel darah merah sampai
beratus-ratus sel darah merah. Pada aliran darah yang sangat lambat, sel
darah merah akan menumpuk dan berjalan dengan perlahan-lahan.
Bentuk seperti ini disebut rouleaux. Didalam pembuluh darah yang
11
besar, agregasi sel darah merah tersebut akan terurai kembali oleh
adanya peningkatan kemampuan melepaskan diri dari sel darh merah
yang lain. Sel darah merah mampu untuk mempertahankan kekuatan dan
fleksibilitasnya. Kemampuan ini tergantung pada struktur protein
sitoskeleton dan cara sitoskeleton berinteraksi dengan lapisan lemak dan
membran.
2. Leukosit (Sel Darah Putih)
Leukosit merupakan komponen darah yang berperanan dalam
memerangi infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri, ataupun proses
metabolik toksin, dan lain-lain.
Nilai normal leukosit berkisar 4.000 - 10.000 sel/ l darah.
Penurunan kadar leukosit bisa ditemukan pada kasus penyakit akibat
infeksi virus, penyakit sumsum tulang, dan lain-lain, sedangkan
peningkatannya bisa ditemukan pada penyakit infeksi bakteri, penyakit
inflamasi kronis, perdarahan akut, leukemia, gagal ginjal, dan lain-lain.
Nilai normal 4500-10000 sel/mm3, Neonatus 9000-30000 sel/mm
3,
Bayi sampai balita rata-rata 5700- 18000 sel/mm3, Anak 10 tahun 4500-
13500/mm3, ibu hamil rata-rata 6000 17000 sel/mm
3, postpartum 9700 2
5700 sel/mm3.
Segala macam infeksi menyebabkan leukosit naik; baik infeksi
bakteri, virus, parasit, dan sebagainya. Kondisi lain yang dapat
menyebabkan leukositosis yaitu:
a. Anemia hemolitik
b. Sirosis hati dengan nekrosis
c. Stres emosional dan fisik (termasuk trauma dan habis berolahraga)
d. Keracunan berbagai macam zat
e. Obat: allopurinol, atropin sulfat, barbiturat, eritromisin,
streptomisin, dan sulfonamid.
Leukosit rendah (disebut juga leukopenia) dapat disebabkan oleh
agranulositosis, anemia aplastik, AIDS, infeksi atau sepsis hebat, infeksi
virus (misalnya dengue), keracunan kimiawi, dan postkemoterapi.
12
Penyebab dari segi obat antara lain antiepilepsi, sulfonamid, kina,
kloramfenikol, diuretik, arsenik (terapi leishmaniasis), dan beberapa
antibiotik lainnya.
3. Differential Count (Hitung Jenis)
Nilai normal hitung jenis :
a. Basofil 0-1% (absolut 20-100 sel/mm3);
b. Eosinofil 1-3% (absolut 50-300 sel/mm3);
c. Netrofil batang 3-5% (absolut 150-500 sel/mm3);
d. Netrofil segmen 50-70% (absolut 2500-7000 sel/mm3);
e. Limfosit 25-35% (absolut 1750-3500 sel/mm3);
f. Monosit 4-6% (absolut 200-600 sel/mm3).
Penilaian hitung jenis tunggal jarang memberi nilai diagnostik,
kecuali untuk penyakit alergi dimana eosinofil sering ditemukan
meningkat.
a. Peningkatan jumlah netrofil (baik batang maupun segmen) relatif
dibanding limfosit dan monosit dikenal juga dengan sebutan shift to
the left. Infeksi yang disertai shift to the left biasanya merupakan
infeksi bakteri dan malaria. Kondisi noninfeksi yang dapat
menyebabkan shift to the left antara lain asma dan penyakit-penyakit
alergi lainnya, luka bakar, anemia perniciosa, keracunan merkuri
(raksa), dan polisitemia vera.
b. Sedangkan peningkatan jumlah limfosit dan monosit relatif
dibanding netrofil disebut shift to the right. Infeksi yang disertai
shift to the right biasanya merupakan infeksi virus. Kondisi
noninfeksi yang dapat menyebabkan shift to the right antara lain
keracunan timbal, fenitoin, dan aspirin (Adedea, 2004).
4. Trombosit (Keping-keping Darah)
Trombosit (keping-keping darah) adalah fragmen sitoplasmik tanpa
inti berdiameter 2-4 mm yang berasal dari megakariosit. Hitung
trombosit normal dalam darah tepi adalah 150.000 – 400.000/µl dengan
13
proses pematangan selama 7-10 hari di dalam sumsum tulang. Trombosit
dihasilkan oleh sumsum tulang (sistem sel) yang berdiferensiasi menjadi
megakariosit. Megakariosit ini melakukan reflikasi inti endomitotiknya
kemudian volume sitoplasma membesar seiring dengan penambahan
lobus inti menjadi kelipatannya, kemudian sitoplasma menjadi granula
dan trombosit dilepaskan dalam bentuk platelet/keping-keping. Enzim
pengatur utama produksi trombosit adalah trombopoetin yang dihasilkan
di hati dan ginjal, dengan reseptor C-MPL serta suatu reseptor lain, yaitu
interleukin-11. Trombosit berperan penting dalam hemopoesis,
penghentian perdarahan dari cedera pembuluh darah.
Trombosit atau platelet sangat penting untuk menjaga hemostasis
tubuh. Adanya abnormalitas pada vaskuler, trombosit, koagulasi, atau
fibrinolisis akan menggangu hemostasis sistem vaskuler yang
mengakibatkan perdarahan abnormal/gangguan perdarahan
(Sheerwood, 2001).
Penegakkan diagnosis tentang penyebab utama gangguan
perdarahan amat penting dan hal ini dibutuhkan ketelitian yang cermat,
efektif, dan efisien dalam hal anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan laboratorium yang semata-mata untuk menghindari
kesalahan diagnosis. Apapun penyebab gangguan perdarahan, ternyata
memberikan gambaran klinis yang hampir sama. Maka dari itu, hampir
semua kasus gangguan perdarahan membutuhkan pemeriksaan yang
lanjut demi tegaknya diagnosis penyakit tersebut (Candrasoma, 2005).
Trombosit memiliki zona luar yang jernih dan zona dalam yang
berisi organel-organel sitoplasmik. Permukaan diselubungi reseptor
glikoprotein yang digunakan untuk reaksi adhesi & agregasi yang
mengawali pembentukan sumbat hemostasis. Membran plasma dilapisi
fosfolipid yang dapat mengalami invaginasi membentuk sistem
kanalikuler. Membran plasma ini memberikan permukaan reaktif luas
sehingga protein koagulasi dapat diabsorpsi secara selektif. Area
submembran, suatu mikrofilamen pembentuk sistem skeleton, yaitu
14
protein kontraktil yang bersifat lentur dan berubah bentuk. Sitoplasma
mengandung beberapa granula, yaitu: granula densa, granula, lisosome
yang berperan selama reaksi pelepasan yang kemudian isi granula
disekresikan melalui sistem kanalikuler. Energi yang diperoleh trombosit
untuk kelangsungan hidupnya berasal dari fosforilasi oksidatif (dalam
mitokondria) dan glikolisis anaerob (Candrasoma,2005).
5. Plasma
Plasma adalah cairan yang berwarna kuning yang dalam reaksi
bersifat sedikit alkali. Plasma bekerja sebagai medium (perantara) untuk
menyalurkan makanan, mineral, lemak, glukosa dan asam amino ke
jaringan. Plasma juga merupakan medium untuk mengangkat bahan
buangan yaitu urea, asam urat dan karbo dioksida (Pearce, 2008).
Plasma adalah bagian cair dari darah yang diberi antikoagulan (anti
pembekuan darah). Jika darah ditambahkan antikoagualan, maka tidak
akan terjadi pembekuan dan darah tetap cair. Darah yang ditambah
antikoagulan tersebut setelah didiambakan beberapa menit atau setelah
disentrifugasi akan menjadi tiga bagian, yaitu :
a. Plasma, yang berada dilapisan atas, berupa cairan yang berwarna
kuning.
b. Buffy coat, yang berada dilapisan tengah yang tipis, merupakan
lapisan sel leukosit dan trombosit.
c. Eritrosit, yang berada dilapisan bawah (Riswanto, 2013)
6. Pengendalian Perdarahan (Hemostatis)
Hemostatis adalah proses tubuh yang secara simultan menghentikan
perdarahan dari tempat yang cedera, sekaligus mempertahankan darah
dalam keadaan cair di dalam pembuluh darah. Mekanisme hemostatik
normal terdiri dari empat sistem utama, yaitu sistem pembuluh darah
(Vaskuler), trombosit, sistem pembekuan dan sistem fibrinolitik
(Sacher, 2004).
Hemostatis dan koagulasi adalah serangkaian kompleks reaksi yang
menyebabkan pengendalian perdarahan melalui pembentukan trombosit
15
dan pembekuan fibrin pada tempat cedera. Pembekuan diikuti dengan
resolusi atau lisis bekuan dan regenerasi endotel. Pada keadaan
hemeostatik, hemostatis dan koagulasi melindungi individu dari
perdarahan masif akibat trauma. Pada keadaan abnormal, dapat terjadi
perdarahan yang mengancam jiwa atau trombosis yang menyumbat
cabang-cabang pembulu darah.
Pada saat cedera, ada tiga proses utama yang menyebabkan
hemostatis dan koagulasi sementara :
a. Vasokonstriksi sementara.
b. Reaksi trombosit yang terdiri atas adhesi, reaksi pelepasan, dan
agregasi trombosit.
c. Langkah-langkah awal terjadi terjadi pada permukaan jaringan
cedera yang terpajan, dan reaksi-reaksi selanjutnya terjadi pada
permukaan fosfolipid trombosit yang mengalami agregasi.
7. Kecepatan Pengendapan Eritrosit
a. Kemampuan eritrosit membentuk rouleaux. Reuleaux adalah
gumpalan sel-sel darah merah yang di satukan bukan oleh antibodi
atau ikatan kovalen, tetapi semata-mata oleh gaya tarik permukaan.
Pada anisositosi (ukuran eritrosit bervariasi), pembentukan rouleaux
terhambat, sehingga LED menurun.
b. Luas permukaan/ukuran eritrosit. Semakin luas permukaan eritrosit,
LED semakin meningkat. Darah yang di dominasi oleh mikrosit
lebih lambat mengendap (LED rendah) di bandingkan normosit.
Sementara, darah yang di dominasi makrosit dan sferosit lebih cepat
mengendap (LED meningkat) di bandingkan normosit.
c. Bentuk eritrosit. Sel sabit (sickle cell) gagal membentuk rouleaux
sehingga LED-nya rendah.
d. Rasio eritrosit terhadap plasma. Pada anemia, LED meningkat, pada
polisitemia (jumlah eritrosit meningkat), LED rendah.
e. Konsentrasi makromolekul dalam plasma. Peningkatan kadar
globulin atau fibrinogen menyebabkan peningkatan pembentukan
16
rouleaux sehingga pengendapan eritrosit juga lebih cepat (LED
meningkat). Kadar kolestrol yang tinggi menyebabkan tarikan ke
bawah atau gumpalan sel-sel darah merah sehingga kecepatan
pengendapan meningkat (LED meningkat). Kadar fibrinogen rendah
(mis. Pada bayi baru lahir), gula darah tinggi, albumin rendah dapat
menyebabkan penurunan LED.
f. Viskositas (kekentalan) plasma. Viskositas plasma yang tinggi
menetralkan tarikan ke bawah atau gumpalan sel-sel darah merah
sehingga kecepatan pengendapaan berkurang (LED rendah).
g. Faktor teknis. Letak posisi pipet, pipet yang di letakkan miring
meningkatkan kecepatan pengendapan eritrosit (LED meningkat).
Penampang pipet, makin besar diameter pipet, makin tinggi
kecepatan pengendapan eritrosit (LED meningkat). Temperatur,
makin tinggi suhu, makin tinggi kecepatan pengendapan eritosit
(LED meningkat). Kelebihan antikoagulan dapat menyebabkan
penurunan LED (Riswanto, 2013).
C. Tinjauan Tentang Pemeriksaan Laju Endap Darah (LED) Metode
Westergreen
1. Pemeriksaan Laju Endap Darah (LED) Metode Westergreen
Pemeriksaan Laju Endap Darah (LED) metode Westergreen adalah
metode yang digunakan hampir disetiap rumah sakit, klinik dan
puskesmas. Metode ini adalah metode yang juga disarankan oleh
International Commitee for standardization in Hematology (ICSH).
Metode ini menggunakan pipet Westergreen dengan ukuran kira-kira 300
mm dan berdiameter dalam 2,5 mm. Pada pipet ini terdapat garis-garis
milimeter dari 0-200 mm, garis 200 mm terdapat pada ujung bawah
pipet. Metode ini menggunakan larutan Natrium Sitrat 3,8% sebagai
pengencer.
Perhitungan LED secara Westergreen diukur dengan memasukkan
darah ke dalam tabung Westergreen selama satu jam. Cara lainnya
adalah metode Wintrobe dengan hasil tidak seberapa selisihnya jika
17
LED itu dalam batas normal. Akan tetapi nilai itu berselisih jauh pada
keadaan mempercepatnya laju endap darah, dengan cara Westergreen
didapat nilai yang lebih tinggi, hal ini disebabkan pipet westergeen yang
hampir dua kali panjang pipet Wintrobe. Kenyataan tadi menyebabkan
para klinisi lebih menyukai cara Westergeen dari pada cara Wintrobe.
(Hardjoeno, 2003).
Dengan kemajuan teknologi sekarang pemeriksaan LED mulai
menggunakan cara otomatik, alat ini masih terbatas pada laboratorium
dengan pemeriksaan LED > 30 sampel/hari dengan pertimbangan
efisiensi waktu pemeriksaan, tenaga kerja, kemudahan cara kerja, dan
biaya yang dikeluarkan sedangkan untuk pemeriksaan LED<30
sampel/hari cara Westergreen masih banyak dipergunakan. Untuk itu
perlu diketahui berapa besar perbedaan hasil yang ditimbulkan oleh
kedua cara tersebut yang masing-masing mempunyai keterbatasan
(Hardjoeno, 2003).
Pada Laboratorium Rumah Sakit Santa Anna Kota Kendari
pemeriksaan LED yang digunakan adalah Westergreen menggunakan
darah EDTA tanpa pengenceran (Hardjoeno, 2003).
18
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Dasar Pemikiran
Laju endap darah (LED) adalah menurunnya atau mengendapnya sel
darah merah dalam darah dengan antikoagulan yang diukur dengan
tingginya kolom plasma yang terbentuk dalam waktu tertentu dinyatakan
dalam millimeter per jam.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana perbandingan
hasil pemeriksaan laju endap darah (LED) antara sampel darah langsung
diperiksa dan darah yang disimpan selama 1 jam dan 2 jam, dan untuk
melihat apakah darah yang disimpan selama 1 jam dan 2 jam sudah
menunjukan perbedaan nilai LED yang signifikan dibandingkan
menggunakan sampel yang diperiksa secara langsung.
B. Bagan Kerangka Konsep
Umur Pasien Pasien
rRAWA
T INAP
RA
Jenis Kelamin
Darah
Vena
LED
Langsung
diperiksa
1 jam 2 jam
Hasil
19
Keterangan:
= Variabel yang diteliti
= Variabel yang tidak diteliti
C. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini, variabel dibagi menjadi dua bagian yaitu:
1. Variabel Independent (variabel bebas) yaitu darah vena pasien yang
berkunjung di laboratorium Rumah Sakit Santa Anna Kota Kendari.
2. Variabel Dependen (variabel terikat) yaitu LED yang langsung diperiksa
dan ditunda 1 jam dan 2 jam.
D. Definisi Operasional
Definisi operasional mencakup pengertian-pengertian atau batasan-
batasan yang digunakan untuk mendapatkan data serta memudahkan dalam
menganalisis data yang berhubungan dengan penarikan kesimpulan. Beberapa
definisi tersebut sebagai berikut :
1. Laju Endap Darah adalah suatu perbandingan hematologi untuk
mengukur kecepatan mengendap sel darah dalam waktu tertentu dan
dinyatakan dalam satuan laju mm/jam dengan kriteria Objektif.
a. nilai normal LED : 0 – 20 mm/jam untuk perempuan
b. nilai normal LED : 0 – 15 mm/jam untuk laki-laki
E. Hipotesis Penelitian
1. Ho : Tidak terdapat perbedaan bermakna pada hasil pemeriksaan
laju endap darah (LED) yang langsung diperiksa dan yang
ditunda selama 1 jam dan 2 jam.
2. Ha : Ada perbedaan bermakna pada hasil pemeriksaan laju endap
darah (LED) yang langsung diperiksa dan yang ditunda selama
1 jam dan 2 jam.
20
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah deskriptif analitik, yakni untuk
perbandingan hasil pemeriksaan laju endap darah (LED) yang langsung
diperiksa dan yang ditunda selama 1 jam dan 2 jam diRumah Sakit
SantaAnna Kendari.
B. Desain Penelitian
C. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan di Rumah Sakit Santa Anna Kota
Kendari.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 18april–30 may 2016.
D. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan atau totalitas objek yang diteliti yang
ciri-cirinya akan diduga atau ditaksir (estimated) (Nasir, 2011).
Populasi dalam penelitian ini adalah pasien rawat inap Rumah Sakit
Santa Anna Kota Kendari yang memeriksakan Laju Endap Darah (LED),
dilaboratorium pada tahun 2016 mulai Januari, Februari, dan Maret
sebanyak 216 orang.
2. Sampel
Sampel adalah wakil dari populasi yang ciri-cirinya diungkapkan
dan akan digunakan untuk menaksir ciri-ciri populasi (Nasir, 2011).
Sampel dalam penelitian ini adalah pasien rawat inap Rumah Sakit
Santa Anna Kota Kendari dengan parameter pemeriksaan LED. dengan
Periksaan Langsung
Tunda 1 Jam
Tunda 2 Jam
21
tehnik pengambilansampel dengan menggunakan tehnik
(provosifsampling) yaitu pengambilan sampel secara bertujuan dilakukan
dengan cara mengambil subjek didasarkan atas adanya tujuan
tertentu. Jika populasi > 100 maka diambil sampel15%, dan jika besarnya
populasi < 100 maka diambil sampel 25-50%.Maka populasi tahun 2016
mulai dari Januari sampaiMaret sebanyak 216.
Sampel :
216
= 32 Orang
Berdasarkanhaltersebutjumlahsampelyangdiambiladalahsebanyak32
orang.
E. Jenis Data
1. Data Primer
Data primer diperoleh langsung dari responden dengan
menggunakan lembar kuesioner yang telah dibuatoleh peneliti yang
mengacu pada kriteria objektif.
2. Data Sekunder
Data sekunder menyangkut data yang diambil dari buku, dan jurnal-
jurnal penelitian.
F. Instrument Penelitian
1. Alat dan Bahan
a. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah
1) Pipet Westergreen
2) Standar Westergreen
3) Karet Pengisap
4) Tabung Reaksi
5) Rak Tabung Reaksi
6) Stopwatch/Timer
7) Pupet Volume Ukuran 1 dan 5 ml
8) Alat Tulis Menulis
22
b. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
1) Larutan Natrium Sitrat 3,8 %
2) Darah Vena.
G. Cara Pengambilan Data
1. Prosedur penelitian
a. Pra Analitik
1) Persiapan Penderita : Tidak memerlukan persiapan khusus.
2) Persiapan Sampel :
Cara Pengambilan Darah Vena
a) Didesinfeksi lengan pasien dengan kapas alkohol 70% dan
biarkan sampai kering.
b) Dipasang tali pembendung (turniket) pada lengan atas dan
mintalah pasien mengempal tangannya agar vena terlihat
jelas, dengan catatan pembendungan tidak lebih dari 1
menit.
c) Ditusukkan jarum pada vena median kubiti yang jelas lalu
isap darah pasien 2 mL untuk Laju Endap Darah (LED).
d) Dilepaskan tali pembendung (turniket) dari lengan pasien.
e) Diletakkan kapas alkohol di atas jarum dan tarik jarum
keluar dari venamedian kubiti pasien secara perlahan-lahan.
f) Disarankan kepada pasien agar tempat tusukan ditekan dan
tidak ditekuk, sampai bekas tusukan tadi tidak
mengeluarkan darah.
g) Dilepaskan jarum dari spoitnya dan alirkan darah ke dalam
tabung yang tersedia, melalui dindingnya.
h) Spoit bekas pakai dibuang pada tempat pembuangan khusus
(bahan infeksius).
b. Analitik
1) Diambil darah vena dengan pipet volume sebanyak 1,6 mL
kemudian dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang telah berisi
23
0,4 mL larutan Natrium Sitrat 3,8% sehingga diperoleh volume
campuran 2 mL.
2) Dihisap campuran tersebut ke dalam pipet Westergreen dengan
menggunakan karet pengisap sampai tanda 0 mm.
3) Kemudian pipet dipasang pada rak Westergreen pada posisi
tegak lurus selama 1 jam.
4) Dibaca tinggi lapisan plasma dengan satuan millimeter.
c. Pasca Analitik
Nilai rujukan
1) Laki-laki : 0 – 20 mm/jam
2) Perempuan : 0 – 15 mm/jam.
H. Pengolahan Data
1. Coding, yaitu kegiatan memberikan kode pada setiap data yang
terkumpul di setiap instrumen penelitian. Kegiatan ini bertujuan untuk
memudahkan dalam penganalisisan dan penafsiran data.
2. Editing, yaitu pengecekkan atau pengoreksian data yang telah
dikumpulkan.
3. Skoring, yaitu memberi skor pada data yang telah dikumpulkan
4. Tabulating, yaitu memasukkan data yang sudah dikelompokkan ke dalam
tabel-tabel agar mudah dipahami.
I. Analisa Data
Setelah data diolah, maka selanjutnya yakni analisa data yang terdiri dari:
a. Analisis univariat
Analisa univariat (analisis presentase) dilakukan untung
menggambarkan distribusi frekuansi masing-masing, baik fariabel
bebas (independen), variabel terikat (dependen) maupun deskripsi
karakteristik responden.
24
Farmula yang digunakan yakni:
Keterangan :
x = presentase variabel diteliti
f = jumlah sampel berdasarkan kriteria penelitian
n = jumlah sampel
k = konstata ( 100% )
b. Analisis bifariat
Untuk melihat adanya perbandingan hasil pemeriksaan laju endap
darah (LED) yang langsung diperiksa denga ditunda selama 1 jam
dan 2 jam maka dikelompokkan menjadi 2 kategori yaitu normal dan
tinggi. Uji chi kuadrat (X2) digunakan untuk melihat perbedaan
antara 2 variabel yaitu normal dan tinggi.
Analisa bivariat dilakukan dengan pengujian statistik Chi Square
dengan formula sebagai berikut:
(Riduwan & Akdon, 2006:65)
Dimana : 0 = frekuensi yang diobservasi
E = frekuensi yang diharapkan
X2= Chi Square
Σ = Jumlah/Sigma
x =
x K
X2 = ∑
E =
25
Kemudian nilai X2 hitung dibandingkan dengan X
2 tabel pada taraf
signifikasi 95% (α = 0,05). Pengambilan keputusan dilakukan sebagai
berikut :
a. Jika X2 hitung > X
2 tabel, maka Ho ditolak dan Ha
diterima, Berarti ada perbedaan.
b. Jika X2 hitung > X
2 tabel, maka Ho diterima dan Ha
ditolak, Berarti tidak ada perbedaan.
J. Penyajian Data
Data dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel dan narasi.
K. Etika Penelitian
Etika penelitian bertujuan untuk melindungi hak-hak subyek. Dalam
penelitian ini menekankan masalah etika yang meliputi :
1. Ananomiti (TampaNama)
Dilakukan dengan cara tidak memberikan nama responden pada
lembar alat ukur, hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data.
2. Informed Consent
Lembar persetujuan ini diberikan kepada responden yang akan
diteliti yang memenuhi kriteria inklusi, bila subjek menolak, maka
peneliti tidak memaksa dan tetap menghormati hak-hak subyek.
3. Confidentiality (Kerahasiaan)
Confidentiality yaitu menjamin kerahasiaan hasil penelitian baik
informasi maupun masalah-masalah lainnya. Informasi yang
dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data
tertentu yang akan dilaporkan pada hasil penelitian.
26
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Profil
Rumah Sakit Santa Anna Kendari terletak di Jl. DR. Moh. Hatta No.
65 A Kota Kendari, dengan luas lahan 5.138 m2 dan luas bangunan 3.340
m2. Rumah sakit Santa Anna Kendari didirikan pada tanggal 25 Juli
1978 dan diresmikan tanggal 08 Agustus 1978, merupakan rumah sakit
swasta milik Kongraease JMJ-Indonesia.
Rumah sakit Santa Anna Kendari, mendapat sertifikat penetapan
kelas rumah sakit oleh Menteri Kesehatan nomor: HK.03.05/1/665.12
tanggal 19 April 2013, dengan ketetapan sebagai Rumah Sakit Umum
Kelas D. Surat izin operasional tetap dari walikota kendari dengan
nomor: 56/IZN/XII/2013/001 tanggal 17 Desember 2013 dengan jangka
waktu 5 (lima) tahun berlaku dari tanggal 17 Desember 2013 sampai
dengan 17 Desember 2017).
2. Fasilitas Gedung
a. Ruang poliklinik seperti poliklinik umum, poli kebidanan, poli tht,
poli bedah ortopedi dan poli gigi;
b. Ruang UDG buka 24 jam;
c. Ruang ICU;
d. Ruang Kamar Bersalin;
e. Ruang Administrasi seperti perkantoran, keuangan dan aula/diklat;
f. Ruang pelayanan penunjang seperti laboratorium, radiologi, USG,
EKG, ambulance;
g. Ruang Instalasi Gizi;
h. Ruang Laundry;
i. Ruang Jenazah;
j. Kapasitas tempat tidur rumah sakit 63 tempat tidur.
27
3. Jenis Pelayanan
Tenaga dokter yang ada :
a. Spesialis Bedah Umum, part time 3 orang;
b. Spesialis Bedah Ortopedi, full time 1 orang;
c. Spesialis Kebidanan dan Kandungan, part time 3 orang;
d. Spesialis Penyakit Dalam, full time 1 orang;
e. Spesialis Anak, part time 1 orang;
f. Spesialis THT, part time 1 orang;
g. Spesialis Saraf, part time 1 orang;
h. Spesialis Anastesi, part time 1 orang;
i. Dokter Radiologi, part time 1 orang;
j. Spesialis Jiwa, part time 1 orang;
k. Dokter Gigi, full time 1 orang;
l. Dokter Umum, full time 1 orang;
m. Dokter Umum, part time 5 orang;
n. Tenaga Apoteker, full time 2 orang.
B. Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai
perbandingan hasil pemeriksaan Laju Endap Darah (LED) yang langsung
diperiksa dan yang ditunda selama 1 jam dan 2 jam di Rumah Sakit Santa
Anna Kota Kendari tahun 2016 sebanyak 32 orang. Setelah data dikumpulkan
selanjutnya hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabel dan disertai dengan
penjelasan.
28
1. Karakteristik Responden
a. Umur
Tabel 5.1 Distribusi Umur Pasien Rawat Inap dengan Pemeriksaan
Laju Endap Darah (LED) di Rumah Sakit Santa Anna
Kota Kendari Tahun 2016
No Umur f %
1 12 – 16 10 31,25
2 17 – 25 17 53,13
3 26 – 35 5 15,62
Jumlah 32 100
Sumber :Data Primer2016
Berdasarkan tabel 5.1, menunjukkan bahwa dari 32 orang pasien
rawat inap di Rumah Sakit Santa Anna Kota Kendari ditinjau berdas-
arkan kelompok umur, kelompok umur 12 - 16 tahun berjumlah 10
orang (31,25%),kelompok umur 17 - 25 tahun berjumlah 17 orang
(53,13%),dankelompokumur 26 – 35 berjumlah 5 orang (15,62%).
b. Jenis Kelamin
Tabel 5.2 Distribusi Berdasarkan Jenis Kelamin Pasien Rawat Inap
dengan Pemeriksaan Laju Endap Darah (LED) di Rumah
Sakit Santa Anna Kota Kendari Tahun 2016
No. Jenis Kelamin f %
1. Laki-laki 15 46.87
2. Perempuan 17 53,12
Jumlah 32 100
Sumber :Data Primer 2016
Berdasarkan tabel 5.2, menunjukkan bahwa dari 32 orang pasien
rawat inap dengan pemeriksaan Laju Endap Darah (LED) di Rumah
Sakit Santa Anna Kota Kendari ditinjau berdasarkan jenis kelamin,
laki-laki yaitu sebanyak 15 orangdengan presentase (46,87%) dan
berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 17 orang dengan
presentase (53,12%).
29
2. Variabel Penelitian
a. LED yang DiperiksaSecaraLangsung
Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Nilai LED yang
TelahDiperiksa Secara Langsung di Rumah Sakit Santa
Anna Kota Kendari Tahun 2016
No. HasilPemeriksaan f %
1. Normal 15 46,88
2. Tinggi 17 53,12
Jumlah 32 100
Sumber :Data Primer 2016
Tabel 5.3 menunjukkanbahwadari 32 sampel yang
diperiksadiperoleh sebanyak 15 sampel memiliki hasil pemeriksaan
LED yang normal dengan persentase 46,88%, dan 15 sampel
memiliki hasil pemeriksaan LED yang tinggi dengan persentase
53,12%.
b. LED yang DiperiksaSetelah 1 Jam
Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Nilai LED Setelah
Penyimpanan 1 Jamdi Rumah Sakit Santa Anna
KotaKendari tahun 2016
No. Hasil Pemeriksaan f %
1. Normal 17 53,13
2. tinggi 15 46,87
Jumlah 32 100
Sumber :Data Primer 2016
Tabel 5.4menunjukkanbahwadari 32 sampel yang
diperiksadiperoleh sebanyak 17 sampel memiliki hasil pemeriksaan
LED yang normal dengan persentase 53,12%, dan 15 sampel
memiliki hasil pemeriksaan LED yang tinggi dengan persentase
46,88%.
30
c. LED yang DiperiksaSetelah 2 Jam
Tabel 5.5 Distribusi Responden berdasarkan nilai LED setelah
penyimpanan 2 jam di Rumah Sakit Santa Anna kota
kendari Kendari tahun 2016
No. Perbandingan f (%)
1. Normal 17 53,13
2. Tinggi 15 46,87
3. Jumlah 32 100
Sumber :Data Primer 2016
Tabel 5.5menunjukkanbahwadari 32 sampel yang
diperiksadiperoleh sebanyak 17 sampel memiliki hasil pemeriksaan
LED yang normal dengan persentase 53,12%, dan 15 sampel
memiliki hasil pemeriksaan LED yang tinggi dengan persentase
46,87%.
d. Perbedaan nilai laju endap darah yang langsung diperiksa dan
ditunda selama 1 jam dan 2 jam.
Tabel 5.6Distribusi Responden berdasarkan analisa perbedaan nilai
LED yang lansung diperiksa dan yang ditunda 1 jam dan
2 jam di Rumah Sakit Santa Anna Kota Kendari tahun
2016.
No Hasil
pemeriksaan
Laju Endap Darah (LED) Jumlah
Normal Tinggi
N % N % N %
1 Langsung
periksa
15 46,88 17 53,12 32 33,34
2 Tunda 1 jam 17 53,12 15 46,88 32 33,34
3 Tunda 2 jam 17 53,12 15 46,88 32 33,34
Jumlah 49 1,041 47 48,95 96 100
X2hitung 1,959
X2tabel 6,635
Keterangan X2hitung > x
2 tabel
Berdasarkan tabel 5.6 di atas dapat dilihat bahwa dari 32 sampel
yang diperiksa secara langsung diperoleh sebanyak 15 sampel
memiliki hasil pemeriksaan LED yang normal dengan persentase
31
(46,88%), dan memiliki hasil pemeriksaan LED yang tinggi
berjumlah 17 sampel dengan presentase (53,12%), dan pemeriksaan
tunda 1 jam diperoleh sebanyak 17 sampel memiliki hasil
pemeriksaan LED yang normal dengan presentase (53,12%), dan
memiliki hasil pemeriksaan LED yang tinggi berjumlah 15 sampel
dengan presentase (46,88%), dan pemeriksaan tunda 2 jam diperoleh
sebanyak 17 sampel memiliki hasil pemeriksaan LED yang normal
dengan presentase (53,12%), dan memiliki hasil pemeriksaan LED
yang tinggi berjumlah 15 sampel dengan presentase (46,88%)
C. Pembahasan
Berdasarkan hasil analisa menggunakan uji Chi Square sampel diperoleh
signifikansi α = 1,959 >0,05 hal ini berarti Ho ditolak. Maka hasil analisa
menyatakan bahwa terdapat perbedaan hasil pemeriksaan LED yang
langsung diperiksa dan ditunda selama 1 jam dan 2 jam.
Disisi lain terlihat adanya variasi dari hasil pemeriksaan nilai LED antara
sampel yang diperiksa secara langsung dan sampel dengan penyimpanan
selama 1-2 jam menunjukkanbahwadari 32 sampel yang diperiksadiperoleh
sebanyak 15 sampel memiliki hasil pemeriksaan LED yang normal dengan
persentase 46,88%, dan 15 sampel memiliki hasil pemeriksaan LED yang
tinggi dengan persentase 53,12%. Sedangkan pemeriksaan tunda 1-2 jam
menunjukkanbahwadari 32 sampel yang diperiksadiperoleh sebanyak 17
sampel memiliki hasil pemeriksaan LED yang normal dengan persentase
53,12%, dan 15 sampel memiliki hasil pemeriksaan LED yang tinggi dengan
persentase 46,88%.
peningkatan laju endap darah ini disebabkan oleh terjadinya proses infla
masi/peradangan akut, infeksi akut dan kronis, kerusakan jaringan (nekrosis),
penyakit kolagan, rheumatoid, maliknansi, dan kondisi stress fisiologis
(misalnya kehamilan). Laju endap darah meningkat akan menunjukan gejala
seperti demam, infeksi nyeri sendi. Demam adalah hal umum yang terjadi
pada laju endap darah yang meningkat. Demam dapat berasal karena masalah
infeksi, radang, kanker serta kecanduan obat atau narkotika.Laju endap darah
32
yang tinggi juga dapat menandakan adanya infeksi tertentu pada tubuh seperti
influenza atau viral syndrome, radang tenggorokan, atau infeksi kulit.Laju
endap darah dengan tingkat yang lebih tinggi (>100mm/jam) dapat menyertai
gejala infeksi jantung (endocarditis) atau infeksi sendi (septic arthritis).
Penyakit lain seperti ruam, sakit kepala, sakit tenggorokan, dan lelah yang
berlebihan juga dapat menjadi indikasi bahwa laju endap darah tinggi.
Sedangkan penurunan laju endap darah inidisebabkan oleh penggunaan obat-
obattan seperti aspirin, kortison, quinine dan etambutol.
Teori Hadi (2011) menyatakan bahwa pada darah yang disimpan atau
tidak segera diperiksa lebih dari 1-2 jam setelah pengambilan sampel, sel
darah merah akan mengalami perubahan bentukmenjadi lebih bulat dan sulit
membentuk rouleaux sehingga LED menjadi lebih lambat dan
mengakibatkannilai LED cenderung menurun. Bentuk sel darah merah yang
berubah menjadi sferis dan sulit untuk membentuk rouleaux disebabkan
karena pada darah jumlah ATP atau energy dalam sel berkurang,
mengakibatkan fungsi pompa Na+ K
+ dalam mempertahankan atau menjaga
volume terganggu. Pemasukan ion Natrium dan ion Kalsium kedalam sel dan
pengeluaran ion Kalium keluar sel mengakibatkan osmosis air ke dalam sel.
33
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa adaperbedaanantara laju endap darah
(LED) yang langsung diperiksa dan yang ditunda selama 1 jam dan 2 jam di
Rumah Sakit Santa Anna Kota Kendari, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Untuk pemeriksaan nilai LED secara langsung pada kelompok yang
memilikihasilpemeriksaan LEDnormal yang berjumlah 15 sampel
(46,88%).dan yang memilikihasilpemeriksaantinggi bejumlah
17sampel(53,12%).
2. Untuk pemeriksaan nilai LED setelah penyimpanan 1 jampaling banyak
pada kelompok yang memilikihasilpemeriksaan LED normal yang
berjumlah17 sampel memiliki hasil pemeriksaan LED yang normal dengan
persentase 53,12%, dan 15 sampel memiliki hasil pemeriksaan LED yang
tinggi dengan persentase 46,88%.
3. Untuk pemeriksaan nilai LED setelah penyimpanan 2 jampaling banyak
pada kelompok yang memilikihasilpemeriksaan LED normal yang
berjumlah 17 sampel memiliki hasil pemeriksaan LED yang normal dengan
persentase 53,12%, dan 15 sampel memiliki hasil pemeriksaan LED yang
tinggi dengan persentase 46,88%.
4. Untuk analisa perbedaan pemeriksaan nilai LED yang langsung diperiksa
dan di tund selama 1 jam dan 2 jam, dapat dilihat bahwa dari 32 sampel
yang diperiksa secara langsung diperoleh sebanyak 15 sampel memiliki
hasil pemeriksaan LED yang normal dengan persentase (46,88%), dan
memiliki hasil pemeriksaan LED yang tinggi berjumlah 17 sampel dengan
presentase (53,12%), dan pemeriksaan tunda 1 jam diperoleh sebanyak 17
sampel memiliki hasil pemeriksaan LED yang normal dengan presentase
(53,12%), dan memiliki hasil pemeriksaan LED yang tinggi berjumlah 15
sampel dengan presentase (46,88%), dan pemeriksaan tunda 2 jam diperoleh
sebanyak 17 sampel memiliki hasil pemeriksaan LED yang normal dengan
34
presentase (53,12%), dan memiliki hasil pemeriksaan LED yang tinggi
berjumlah 15 sampel dengan presentase (46,88%)
B. Saran
1. Bagi petugas analis kesehatan jika kondisi tidak memungkin
2. kan pemakaian sampel darah yang disimpan selama 1-2 jam terpaksa boleh
dipakai untuk pemeriksaan LED karena belum memberikan hasil yang
bermakna.
3. Diharapkan kepada petugas analis kesehatan saat melakukan pemeriksaan
haruslah diperhatikan mulai dari cara pengambilan sampel sampai
mengerjaan.
4. Melihat banyaknya variasi dari hasil penelitian ini sebaiknya jumlah sampel
yang diteliti lebih diperluas. Dengan demikian, diharapkan penelitian ini
memberikan hasil yang lebih valid dan representatif.
DAFTAR PUSTAKA
A.V. Hoffbrand, dkk 2005. Kapita Selekta hematologi Edisi 4. EGC: Jakarta
Adedea.2004.MateriPemeriksaan DarahLaboratorium Klinik Penerbit Universitas
Negeri Sumatera.
Nasir, Abd. dkk (2011), Metodologi Penelitian Kesehatan, Mulia Medika :
Yogyakarta.
Bakta, I made. (2003). Hematologi Klinik Ringkas, (Jakarta : Penerbit buku :
Kedokteran EGC).
Beutler, Ernest. (1995). Williams Hematology -5th
ed, (USA : Mc Graw – qabHill
Companies, Inc).
Chandrasoma, P., Taylor, C. R. 2005. Kelainan Vaskular Degeneratif. Dalam:
Ringkasan Patologi Anatomi. Jakarta: EGC. Hal: 290
Dharma, R, Immanuel, S dan R, Wirawan. (2007). Penilaian Hasil Pemeriksaan He
matologi Rutin, (Jakarta :CerminDuniaKedokteran).
Pearce, Evelyn C.. 2008. Anatomi dan fisiologi untuk para medis. Jakarta:
PT Gramedia
SoebrataGanda, R. 2004. PenuntunLaboratorium Klinik. Dian Rakyat: Jakarta.
Hardjoeno. 2003. Interpretasi hasil tes Laboratorium Diagnostik.Lembaga Penerbita
n UniversitasHasanuddin: Makassar.
Riswanto, 2013. Pemeriksaan Laboratorium Hematologi. Penerbit Alfamedia dan
Kanal Medika. Yogyakarta.
Sutedjo,A.Y,(2007).Buku Saku Mengenal Penyakit Melalui Hasil Pemeriksaan
Laboratorium . Jakarta :Penerbit Buku Kedokteran ECG (18-82)
Sadikin (2002). Seri Biokimia Darah. Jakarta:Widya Medika
Solichul Hadi, S. (2011). Pemeriksaan Laboratorium Hematologi Rutin Sederhana.
(Laboratorium Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Airlangga Surabaya)
Sutedjo, AY. 2007. Mengenal Penyakit Melalui Hasil Pemeriksaan Laboratorium.A
mara Books : Jakarta.
Sherwood, L. 2001. Fisiologi Manusia;dari Sel ke Sistem. Edisi 2.
Jakarta;EGC.
Sacher RA,McPh RA,2004, tinjauan klinis hasil pemeriksaan laboratorium. Terjema
han dr.Brahm U Pendit dan dr. Dewi Wulandari. Penerbit Buku Kedokteran
EGC : Jakarta.
Lampiran 1
SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Kepada
Yth, Bapak Responden
di
Tempat
Dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan, maka saya :
Nama : Surahmi.
NIM : P00320013134
Sebagai mahasiswa Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Analis Kesehatan
bermaksud akan melaksanakan penelitian dengan judul “Perbandingan Hasil
Pemeriksaan Laju Endap Darah (LED) Yang Langsung Diperiksa Dan Yang
Ditunda Selama 1 Jam Dan 2 Jam”.
Sehubungan dengan hal itu, saya mohon bapak untuk bersedia menjadi
responden dalam penelitian ini, anda berhak untuk menyetujui atau menolak menjadi
responden. Apabila bapak setujui, maka disilahkan untuk menandatangani surat
persetujuan responden berikut ini. Atas partisipasinya dan kerjasamanya, saya
ucapkan terima kasih.
Hormat Saya,
Surahmi
Lampiran 2
SURAT PERSETUJUAN RESPONDEN
(INFORMED CONSENT)
Saya bertanda tangan di bawah ini tidak keberatan untuk menjadi responden
dalam penelitian yang dilakukan mahasiswa Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan
Analis Kesehatan dengan judul : “Perbandingan Hasil Pemeriksaan Laju Endap
Darah (LED) Yang Langsung Diperiksa Dan Yang Ditunda Selama 1 Jam Dan
2 Jam”
Saya memahami bahwa data ini bersifat rahasia. Demikianlah surat persetujuan
ini dengan sukarela tanpa paksaan dari pihak manapun semoga dapat dipergunakan
seperlunya.
Kendari, Juni 2016
Responden
(Nama Lengkap)
Kategori Umur Menurut Depkes
Kategori umur menurut depkes RI (2009)
1. Masa balita : 0 – 5 tahun
2. Masa kanak – kanak : 5 – 11 tahun
3. Masa remaja awal : 12 – 16 tahun
4. Masa remaja akhir : 17 – 25 tahun
5. Masa dewasa awal : 26 - 35 tahun
6. Masa dewasa akhir : 36 – 45 tahun
7. Masa lansia awal : 46 – 55 tahun
8. Masa lansia akhir : 56 – 65 tahun
9. Masa manula : 65 – sampai atas
RUMAH SAKIT SANTA ANNA KOTA KENDARI
LABORATORIUM
Jl Dr. Moh.Hatta No. 65 Kota KendariTlp. (0401) 3123092
TABEL HASIL PEMERIKSAAN
Perbandingan hasil pemeriksaan Laju Endap Darah (LED) yang langsung diperiksa
dan yang ditunda selama 1 jam dan 2 jam.
No Kode
sampel
Umur
pasien
Jenis
kelamin
Hasil pemeriksaan
Langsung
periksa
(mm/jam)
Tunda 1 jam (mm/jam) Tunda 2 jam
(mm/jam)
N T N T N T
1 S1 29 Thn P 100 tinggi 110 tinggi 120 tinggi
2 S2 21 Thn P 12 normal 12 normal 12 normal
3 S3 15 Thn L 10 normal 12 normal 14 normal
4 S4 21 Thn P 50 tinggi 47 tinggi 44 tinggi
5 S5 25 Thn L 5 normal 7 normal 8 normal
6 S6 12Thn L 7 normal 7 normal 7 normal
7 S7 15 Thn L 21 tinggi 19 normal 18 normal
8 S8 23 Thn P 48 tinggi 50 tinggi 52 tinggi
9 S9 21 Thn L 53 tinggi 58 tinggi 61 tinggi
10 S10 25 Thn P 16 normal 16 normal 16 normal
11 S11 28 Thn L 90 tinggi 95 tinggi 100 tinggi
12 S12 20 Thn L 33 tinggi 35 tinggi 37 tinggi
13 S13 17 Thn P 10 normal 10 normal 10 normal
14 S14 23 Thn P 15 normal 12 normal 11 normal
15 S15 20 Thn P 10 normal 8 normal 7 normal
16 S16 17 Thn L 15 normal 17 normal 18 normal
17 S17 21 Thn L 10 normal 10 normal 10 normal
18 S18 15 Thn P 4 normal 4 normal 4 normal
19 S19 20 Thn P 35 tinggi 37 tinggi 39 tinggi
20 S20 23 Thn L 85 tinggi 90 tinggi 95 tinggi
21 S21 29 Thn L 45 tinggi 43 tinggi 41 tinggi
22 S22 25 Thn P 9 normal 9 normal 9 normal
23 S23 29 Thn P 15 normal 15 normal 15 normal
24 S24 23 Thn L 41 tinggi 39 tinggi
38 tinggi
25 S25 29 Thn P 3 normal 3 normal 3 normal
26 S26 17 Thn L 35 tinggi 37 tinggi 40 tinggi
27 S27 15 Thn P 40 tinggi 43 tinggi 36 tinggi
28 S28 12 Thn P 35 tinggi 32 tinggi 31 tinggi
29 S29 25 Thn L 16 normal 16 normal 16 normal
30 S30 20 Thn L 60 tinggi 57 tinggi 54 tinggi
31 S31 19 Thn P 25 tinggi 27 tinggi 28 tinggi
32 S32 15 Thn P 10 normal 10 normal 19 normal
Sumber : data primer 2016
Kendari, 13Juli 2016
Mengetahui ;
Kepala Laboratorium RS. Santa Anna Kota Kendari Peneliti
IrnuAyisyah, AMAK Surahmi
Nim :P00320013134
UJI STATISTIK
Perbandingan Hasil Pemeriksaan Laju Endap Darah (LED)
Yang Langsung Diperiksa Dengan Ditunda Selama 1 Jam Dan 2 Jam
Dirumah Sakit Santa Anna Kota Kendari
No Hasil pemeriksaan
Laju Endap Darah (LED) Jumlah
Normal Tinggi
1 Langusng periksa
15 17 32
2 Tunda 1 jam 17 15 32 3 Tunda 2 jam 17 15 32
Jumlah 49 47 96
X2 = ∑
Ket : e =
Hasil perhitungan :
E1 =
= 16,33
E2 =
= 16,33
E3 =
= 16,33
E4 =
= 15,66
E5 =
= 15,66
E6 =
= 15,66
O e o - e ( o – e )2
15 16,33 -1,33 1,7689 0,108
17 16,33 0,67 0,4489 0,027
17 16,33 0,67 0,4489 0,027
17 15,66 1,34 1,7956 0,114
15 15,66 -0,66 0,4356 0,027
15 15,66 -0,66 0,4356 0,027
X2 Hitung 1,959
Taraf signifikan = 99 % atau ɑ = 0,01
X2
hitung = 0,959
X2
tabel = 6,635
db = (b -1) (k – 1)
= (2-1) (2 – 1) = 1
X2 tabel ɑ = 0,01 dengan db = 1 x 1 =1 = 6,635
X2
hitung = 0,959 dan X2 tabel = 6,635 dimana X
2 hitung > X
2 tabel (0,959 >
6,635) Ho di tolak dan Ha di terima atau ada perbedaan hasil pemeriksaan laju endap darah yang langsung dipeiksa dan di tunda selama 1 jam dan 2 jam di rumah sait santa anna kota kendari.
dk Taraf signifikansi
50% 30% 20% 10% 5% 1%
1 0,455 1,074 1,642 2,706 3,841 6,635
2 1,386 2,408 3,219 4,605 5,991 9,210
3 2,366 3,665 4,642 6,251 7,815 11,345
4 3,357 4,878 5,989 7,779 9,488 13,277
5 4,351 6,064 7,289 9,236 11,070 15,086
6 5,348 7,231 8,558 10,645 12,592 16,812
7 6,346 8,383 9,803 12,017 14,067 18,475
8 7,344 9,524 11,030 13,362 15,507 20,090
9 8,343 10,656 12,242 14,684 16,919 21,666
10 9,342 11,781 13,442 15,987 18,307 23,209
11 10,341 12,899 14,631 17,275 19,675 24,725
12 11,340 14,011 15,812 18,549 21,026 26,217
13 12,340 15,119 16,985 19,812 22,362 27,688
14 13,339 16,222 18,151 21,064 23,685 29,141
15 14,339 17,322 19,311 22,307 24,996 30,578
16 15,338 18,418 20,465 23,542 26,296 32,000
17 16,338 19,511 21,615 24,769 27,587 33,409
18 17,338 20,601 22,760 25,989 28,869 34,805
19 18,338 21,689 23,900 27,204 30,114 37,566
20 19,337 22,775 25,038 28,412 31,410 38,932
21 20,337 23,858 26,171 29,615 32,671 38,932
22 21,337 24,939 27,301 30,813 33,924 40,289
23 22,337 26,018 28,429 32,007 35.172 41,639
24 23,337 27,096 29,553 33,196 35,415 42,980
25 24,337 28,172 30,675 34,382 37,652 44,314
26 25,337 29,246 31,795 35,563 38,885 45,642
27 26,336 30,319 32,912 36,741 40,113 46,963
28 27,336 31,391 34,027 37,916 41,337 48,278
29 28,336 32,461 35,139 39,087 42,557 49,588
30 29,336 33,530 36,250 40,256 43,773 50,892
Sumber Data : DalamSugiono (2007):465)
LAMPIRAN
Pra Analitik
Persiapan Alat Pengambilan Sampel
Sampel Darah Tabung Yang Berisi Natrium Citrat
Analitik
Proses Pemipetan Sampel Pemasangan Tabung Westergreen
Pasca Analitik
ProsesPembacaan Hasil Pemeriksaan LED
Top Related