1
PERBANDINGAN ADMINISTRASI NEGARA INDONESIA DENGAN KOREA
SELATAN
A. Indonesia
1. Secara Kronologis
Sistem pemerintahan di Indonesia terus mengalami perubahan dan
perkembangan sejak awal dimerdekakannya negara Indonesia ini. Namun
Indonesia sebagai rechstaat atau negara hukum tetap dipertahankan dan rakyat
baik, itu hanya formalitas atau tidak tetap menjadi pemegang
kedaulatannya.Berikut ini periode-periode pada perjalanan sistem
pemerintahan negara Indonesia berdasar konstitusi yang digunakan :
a. Periode 18 Agustus 1945 27 Desember 1945
Undang-undang Dasar 1945 merupakan konstitusi pertama bagi
negara negara republik Indonesia. Walaupun dalam segi stabilitas
keamaan belum baik, karena masih ada pengaruh NICA dan sekutunya
untuk merebut NKRI kembali. Tapi, pemerintahan bisa dijalankan
walau jatuh-bangun oleh masalah-masalah yang ada, belum lagi
inflasi dan blokade ekonomi oleh pihak Belanda saat itu. Berdasar
pasal II Aturan Peralihan, kekuasaan presiden sangat luar biasa, yaitu
meliputi: Kekuasaan presiden sendiri yaitu kekuasaan eksekutif,
Menjalankan kekuasaan MPR, Menjalankan kekuasaan DPR, dan
Menjalankan kekuasaan DPA. Dari semua wewenang yang dapat
diambil oleh presiden terlihat kalau hal itu seakan-akan menunjukan
kekuasaan presiden sebagai penguasa tertinggi tunggal. Akibatnya,
meski menurut UUD 1945 bangsa Indonesia menganut sistem
presidensial. Dalam kenyataannya, kita menganut sistem yang terpusat
secara mutlak dan bersifat revolusioner atau revolutionary and
absolutely centralized govermental system)
Namun, pada tanggal 14 November 1945 terjadi perubahan dengan
keluarnya maklumat presiden. Isi maklumat tersebut adalah bahwa
tanggung jawab pemerintah ada di tangan para menteri. Pengalihan
tangung jawab pemerintahan ini menunjukan adanya penggantian
sistem pemerintahan, sebab dengan itu presiden tidak lagi berfungsi
sebagai kepala pemerintahan, melainkan hanya sebagai kepala negara.
2
Jabatan kepala pemerintahan dijabat oleh perdana menteri, yang
bersama para menteri-menteri mempertanggungjawabkan pelaksanaan
pemerintahan kepada parlemen.
b. Sistem Pemerintahan Periode 1949-1950
Lama Periode : 27 Desember 1949 15 Agustus 1950
Bentuk Negara : Serikat ( Federasi )
Bentuk Pemerintahan : Republik
Sistem Pemerintahan : Parlementer Semu ( Quasi Parlementer )
Konstitusi : Konstitusi RIS
Secara umum pada periode ini berlaku konstitusi RIS sehinga
bentuk negara Indonesia adalah serikat dan mempunyai sistem
pemerintahan republik parlementer. Hal ini tak lepas dari pengaruh
budaya politik bangsa Belanda yang juga menganut sistem
parlementer. Pelaksana kedaulatan rakyat adalah DPR dan senat.
Pemerintah dilaksanakan oleh para menteri yang dipimpin oleh
perdana menteri dan bertanggung jawab pada parlemen.
Pada masa ini terdapat lembaga negara sebagai berikut:
a) Dewan Menteri
b) DPR
c) Presiden
d) DPK
e) MA, Lembaga Pengadilan Federal Tertinggi
f) Senat, Lembaga Perwakilan Negara-Bagian di Negara RIS
Dalam melaksanakan tugasnya, presiden dibantu oleh para dewan
menteri . para dewan menteri terdiri atas menteri-menteri yang
diwajibkan memimpin salah satu departemen. Akan tetapi, menteri-
menteri yang tidak memangku suatu departemen pun dapat diangkat.
Tanggung jawab pemerintahan sepenuhnya berada di tangan perdana
menteri dan para menteri kabinet.
Dalam menjalankan kewajuban ini, presiden tidak dapat diganggu
gugat, presiden tidak dapat salah dan disalahkan. Penanggung jawab
seluruh kebijakan pemerintah adalah para menteri, baik bersama-sama
3
untuk seluruhnya atau masing-masing untuk bagiannyasendiri. Jadi,
kabinet bertanggung jawab kepada parlemen. Konsekuensinya, kabinet
dapat dijatuhkan oleh parlemen jika kebijakanny a tidak disetujui
parlemen.
c. Sistem Pemerintahan Periode 1950-1959
Lama Periode : 15 Agustus 1950 5 Juli 1959
Bentuk Negara : Kesatuan
Bentuk Pemerintahan : Republik
Sistem Pemerintahan : Parlementer
Konstitusi : UUDS 1950
Presiden dan Wapres : Soekarno dan Mohammad Hatta
UUDS 1950 merupakan konstitusi yang berlaku di negara Republik
Indonesia sejak 17 Agustus 1950 hingga dikeluarkannya Dekrit
Presiden 5 Juli 1959. Berbeda dengan konstitusi RIS, UUDS 1950
hanya mengenal 5 lembaga negara, yakni :
a) Menteri-menteri
b) Presiden
c) DPR
d) MA
e) DPK ( Dewan Pengawas Keuangan )
Pemilihan umum 1955 berhasil memilih konstituante secara
demokratis, namun Konstituante gagal membentuk konstitusi baru
hingga berlarut-larut. Lahirnya Dekrit Presiden 1959 dilatarbelakangi
oleh kegagalan Badan Konstituante untuk menetapkan UUD baru
sebagai pengganti UUDS 1950.
d. Sistem Pemerintahan Periode 1959 1966 ( Orde Lama )
Lama Periode : 5 Juli 1959 22 Febuari 1966
Bentuk Negara : Kesatuan
Bentuk Pemerintahan : Republik
Sistem Pemerintahan : Presidensial
Konstitusi : UUD 1945
Periode ini dimulai sejak keluarnya dekrit 5 Juli 1959 yang penuh
kontroversi, namun di dukung mayoritas rakyat, ABRI dan parpol
4
tertentu karena mengembalikan Indonesia kepada UUD para founding
father, yaitu UUD 1945. Pada periode ini sistem pemerintahan RI
diselenggarakan atas asas demokrasi terpimpin dan sistem presidensial.
Pada aktualisasinya, bukannya semakin menuju ke UUD 1945,
presiden malah semakin menampakkan kediktatorannya melalui
penyimpangan-penyimpangan yang sangat kontradiktif dengan kaidah
UUD 1945. Berbagai penyimpangan UUD 1945 diantaranya :
a) Presiden mengangkat Ketua dan Wakil Ketua MPR/DPR dan
MA serta Wakil Ketua DPA menjadi Menteri Negara.
b) MPRS menetapkan Soekarno ebagai presiden seumur hidup.
c) Pemberontakan G 30 S PKI.
e. Sistem Pemerintahan Periode 1966 1998 ( Orde Baru )
Lama Periode : 22 Febuari 1966 21 Mei 1998
Bentuk Negara : Kesatuan
Bentuk Pemerintahan : Republik
Sistem Pemerintahan : Presidensial
Konstitusi : UUD 1945
Dari berbagai sudut pandang dan objek benchmarking, tampak bahwa
pelaksanaan sistem pemerintahan presidensial di masa ORBA
memiliki kemiripan dengan pelaksanaan sistem pemerintahan di masa
Demokrasi terpimpin atau Orde Lama. Yakni: Pembatasan hak-hak
politik rakyat, pemusatan kekuasaan di tangan presiden, pembentukan
lembaga ekstra-konstitusional. Walau perekonomian kualitasnya dapat
ditingkatkan, tapi karena gagalnya character-building menyebabkan
KKN merajalela.
f. Sistem Pemerintahan Periode 1998 Sekarang
Lama Periode : 21 Mei 1998 sekarang
Bentuk Negara : Kesatuan
Bentuk Pemerintahan : Republik
Sistem Pemerintahan : Presidensial
Konstitusi : UUD 1945
5
Periode ini diawali dengan pernyataan pengumuman pengunduran diri
presiden Soeharto dan selanjutnya BJ Habibie menjabat sebagai
presiden. Secara umum, sistem pemerintahan yang digunakan adalah
presidensial. Pada periode ini terlihat perkembangan yang cukup
signifikan ke arah lebih baik dalam berbagai bidang. Hukum semakin
dipertegas dan jelas, sehingga kemungkinan multitafsir dapat dicegah
dan oknum yang ingin memanifulasi hukum dapat dideteksi.
Pada periode ini, pemilu dapat dijalankan dengan baik sebagai realisasi
demokrasi di Indonesia. Pemimpin-pemimpinnya pun sangat sedikit
yang menampilkan jiwa diktator dan hedonis. Perubahan yang terjadi
setelah amandemen UUD 1945 pada masa Reformasi, yaitu :
a) Indonesia adalah negara hukum
Indonesia adalah negara hukum ( pasal 1 ayat 3).
b) Sistem konstitusional pemerintahan berdasar atas sistem konstitusi
atau basic law
Sistem konstitusional pemerintahan berdasar atas sistem konstitusi
atau basic law ( pasal 2 ayat 1, pasal 3 ayat 3, pasal 4 ayat 1).
c) Kekuasaan negara tertinggi di tangan MPR
Kekuasaan negara tertinggi di tangan MPR ( pasal 1 ayat 2, pasal 5
ayat 1).
d) Presiden adalah penyelenggara pemerintah negara yang tertinggi
menurut UUD 1945
Presiden adalah penyelenggara pemerintah negara yang tertinggi
menurut UUD 1945 ( pasal 3 ayat 2, pasal 4 ayat 1 dan 2).
e) Presiden tidak bertangung jawab kepada DPR
Presiden tidak bertangung jawab kepada DPR ( pasal 4-16 tentang
presiden).
f) Menteri negara adalah pembantu presiden, menteri negara tidak
bertanggung jawab pada DPR
Menteri negara adalah pembantu presiden, menteri negara tidak
bertanggung jawab pada DPR (pasal 17).
g) Kekuasaan kepala negara terbatas
Kekuasaan kepala negara terbatas ( pasal 3 ayat 3, pasal 7A, pasal
20A ayat 2 dan 3).
6
2. Secara Silang Budaya
a. Sistem Organisasi
Negara Indonesia menganut sistem pemerintahan presidensial, Namun
dalam prakteknya banyak bagian-bagian dari sistem pemerintahan
parlementer yang masuk ke dalam sistem pemerintahan di Indonesia.
Sehingga secara singkat bisa dikatakan bahwa sistem pemerintahan
yang berjalan di Indonesia adalah sistem pemerintahan yang
merupakan gabungan atau perpaduan antara sistem pemerintahan
presidensial dengan sistem pemerintahan parlementer. Menurut UUD
1945, sistem pemerintahan di Indonesia setidaknya mengandung 7 hal
pokok, yakni :
a) Indonesia adalah negara hukum ( rechtsstaat ).
b) Sistem Konstitusional.
c) Kekuasaan negara yang tertinggi ada di tangan MPR.
d) Presiden adalah penyelenggara pemerintah negara yang
tertinggi di bawah majelis.
e) Presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR.
f) Menteri negara ialah pembantu presiden, menteri negara tidak
bertanggung jawab kepada DPR.
g) Kekuasaan kepala negara tidak tak terbatas.
Sistem organisasinya terdiri dari lembaga-lembaga yang mengatur
serta mengurus urusan negara. Lembaga-lembaga tersebut diantaranya
MPR, Presidem, dan Wakil Presiden, DPR, DPD, KPU, Bank Sentral,
BPK, dan sebagainya.
7
Lembaga-lembaga tersebut dapat dilihat dari bagan berikut ini :
b. Sistem Administrasi Kepegawaian
Dengan adanya perubahan sistem pemerintahan daerah
berimplikasi pada perubahan UU Nomor 8 Tahun 1974 menjadi UU
No. 43 Tahun 1999 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian. Perubahannya
yang paling mendasar adalah tentang manajemen kepegawaian yang
lebih berorientasi kepada profesionalisme SDM aparatur (PNS), yang
bertugas memberikan pelayanan kepada masyarakat secara jujur, adil,
dan merata dalam penyelenggaraan tugas negara, pemerintahan dan
pembangunan, tidak partisan dan netral, keluar dari pengaruh semua
golongan dan partai politik dan tidak diskriminatif dalam memberikan
pelayanan kepada masyarakat. Untuk melaksanakan tugas pelayanan
masyarakat dengan persyaratan yang demikian, sumber daya manusia
aparatur dituntut memiliki profesionalisme, memiliki wawasan global,
dan mampu berperan sebagai unsur perekat Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Lahirnya Undang-Undang No. 43 Tahun 1999 sebagai
penganti UU No. 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian
tersebut membawa perubahan mendasar guna mewujudkan sumber
daya aparatur yang profesional yaitu dengan pembinaan karir Pegawai
Negeri Sipil yang dilaksanakan atas dasar perpaduan antara sistem
8
prestasi kerja dan karir yang dititikberatkan pada sistem prestasi kerja
yang pada hakekatnya dalam rangka peningkatan pelayanan publik.
Berdasarkan Undang Undang Nomor 8 Tahun 1974 dan
Undang Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang pokok-pokok
kepegawaian dinyatakan bahwa pegawai negeri terdiri dari:
1. Pegawai Negeri Sipil (PNS)
2. Anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI)
3. Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI)
Pegawai Negeri Sipil (PNS) terdiri dari:
1) Pegawai Negeri Sipil Pusat
a. Pegawai Negeri Sipil yang gajinya dibebankan pada Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan bekerja pada
Departemen, Lembaga Non Departemen, Kesekretariatan
Lembaga tertinggi/Tinggi Negara, dan kepaniteraan
pengadilan.
b. Pegawai Negeri Sipil Pusat yang bekerja pada perusahaan
jawatan.
c. Pegawai Negeri Sipil Pusat yang diperbantukan atau
dipekerjakan pada daerah otonom.
d. Pegawai Negeri Pusat Pusat yang berdasarkan suatu peraturan
perundang-undangan diperbantukan atau dipekerjakan pada
badan lain, seperti perusahaan umum, yayasan, dan lain-lain.
e. Pegawai Negeri Sipil Pusat yang menyelenggarakan tugas
negara lain, seperti hakim pada pengadilan negeri, pengadilan
tinggi, dan lain-lain.
2) Pegawai Negeri Sipil Daerah
Pegawai Negeri Sipil yang bekerja di daerah otonom seperti
daerah provinsi/kabupaten/kota dan gajinya dibebankan pada
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dan
dipekerjakan pada pemerintah daerah maupun dipekerjakan di luar
instansi induknya.
9
Daftar Golongan dan Pangkat Pegawai Negeri Sipil Indonesia
Golongan Pangkat
I/a Juru Muda
I/b Juru Muda Tingkat I
I/c Juru
I/d Juru Tingkat I
II/a Pengatur Muda
II/b Pengatur Muda Tingkat I
II/c Pengatur
II/d Pengatur Tingkat I
III/a Penata Muda
III/b Penata Muda Tingkat I
III/c Penata
III/d Penata Tingkat I
IV/a Pembina
IV/b Pembina Tingkat I
IV/c Pembina Utama Muda
IV/d Pembina Utama Madya
IV/e Pembina Utama
Jabatan kepemerintahan berstatus Pegawai Negeri Sipil :
1) Jabatan Struktural
Jabatan struktural adalah suatu kedudukan yang menunjukkan
tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak seorang Pegawai
Negeri Sipil dalam rangka memimpin suatu satuan organisasi
negara.
Jabatan struktural di Pegawai Negeri Sipil Pusat adalah:
o Sekretaris Jenderal
o Direktur Jenderal
o Kepala Biro
o Staf Ahli
Jabatan struktural di Pegawai Negeri Sipil Daerah adalah:
10
o Sekretaris daerah
o Kepala dinas/badan/kantor,
o Kepala bagian
o Kepala bidang
o Kepala seksi
o Camat
o Sekretaris camat
o Lurah
o Sekretaris lurah
2) Jabatan Fungsional
Jabatan yang tidak secara tegas disebutkan dalam struktur
organisasi pemerintah, tetapi dari sudut pandang fungsinya
diperlukan oleh organisasi pemerintah. Pangkat Pegawai Negeri
Sipil dalam jabatan fungsional berorientasi pada prestasi kerja,
sehingga tujuan untuk mewujudkan Pegawai Negeri Sipil sebagai
aparatur negara yang berdaya guna dan berhasil guna dalam
melaksanakan tugas umum pemerintahan dan pembangunan dapat
dicapai.
Berikut ini adalah daftar Pegawai Negeri Sipil yang
berstatus dalam jabatan fungsional sesuai peraturan perundang-
undangan yang telah ditentukan:
Peraturan Presiden
Nomor
Jabatan Fungsional
20 Tahun 2006 Panitera
22 Tahun 2006 Juru Sita dan Juru Sita Pengganti
23 Tahun 2006 Pranata Hubungan Masyarakat
24 Tahun 2006 Peneliti
25 Tahun 2006 Perekayasa dan Teknisi Penelitian dan Perekayasaan
26 Tahun 2006 Penyuluh Pertanian, Pengendali Organisme Pengganggu
Tumbuhan, Pengawas Benih Tanaman, Pengawas Bibit
Ternak, Medik Veteriner, Pengawas Perikanan, Pengendali
11
Hama dan Penyakit Ikan, dan Pengawas Benih Ikan
27 Tahun 2006 Penyuluh Kehutanan
28 Tahun 2006 Pengendali Ekosistem Hutan
29 Tahun 2006 Pengendali Dampak Lingkungan
30 Tahun 2006 Teknik Pengairan, Teknik Jalan dan Jembatan, Teknik Tata
bangunan dan Perumahan, dan Teknik Penyehatan
Lingkungan
31 Tahun 2006 Surveyor Pemetaan
32 Tahun 2006 Penyelidik Bumi
33 Tahun 2006 Pranata Komputer
34 Tahun 2006 Statistisi
35 Tahun 2006 Pemeriksa Paten dan Pemeriksa Merek
36 Tahun 2006 Perantara Hubungan Industrial
37 Tahun 2006 Perancang Peraturan Perundang-undangan
38 Tahun 2006 Perencana
39 Tahun 2006 Analis Kepegawaian
40 Tahun 2006 Arsiparis dan Pustakawan
41 Tahun 2006 Agen
42 Tahun 2006 Polisi Kehutanan
43 Tahun 2006 Penyuluh Agama
44 Tahun 2006 Pengawas Ketenagakerjaan
45 Tahun 2006 Pengawas Farmasi dan Makanan
46 Tahun 2006 Pemeriksa Pajak, Pemeriksa Bea dan Cukai, dan Penilai
Pajak Bumi dan Bangunan
47 Tahun 2006 Dokter, Dokter Gigi, Apoteker, Asisten Apoteker, Pranata
Laboratorium Kesehatan, Epidemiolog Kesehatan,
Entomolog Kesehatan, Sanitarian, Administrator Kesehatan,
Penyuluh Kesehatan Masyarakat, Perawat Gigi, Nutrisionis,
Bidan, Perawat, Radiografer, Perekam Medis, dan Teknisi
Elektromedis
48 Tahun 2006 Pranata Nuklir
49 Tahun 2006 Pengamat Meteorologi dan Geofisika
50 Tahun 2006 Pengawas Radiasi
12
51 Tahun 2006 Instruktur
52 Tahun 2006 Widyaiswara
53 Tahun 2006 Penyuluh Perindustrian dan Perdagangan
54 Tahun 2006 Pekerja Sosial
55 Tahun 2006 Pengantar Kerja
56 Tahun 2006 Penggerak Swadaya Masyarakat
57 Tahun 2006 Penyuluh Keluarga Berencana
58 Tahun 2006 Tenaga Kependidikan
59 Tahun 2006 Dosen
60 Tahun 2006 Auditor
61 Tahun 2006 Pengamat Gunung Api
62 Tahun 2006 Teknik Siaran, Andalan Siaran, dan Adikara Siaran
63 Tahun 2006 Teknisi Penerbangan
64 Tahun 2006 Penguji Mutu Barang dan Penera
65 Tahun 2010 Pranata Laboratorium Pendidikan
Jabatan kepemerintahan tidak berstatus Pegawai Negeri Sipil
Jabatan dalam organisasi pemerintah di Indonesia berikut ini
adalah pejabat yang bukan sebagai Pegawai Negeri Sipil ataupun
berstatus pegawai negeri. Pejabat berikut ini dipilih berdasarkan
pemilihan yang melibatkan suara rakyat. Kekuasaan mereka melebihi
pejabat yang berstatus Pegawai Negeri Sipil, karena mereka
merupakan aspirasi dan suara rakyat, karena jabatan ini memiliki
wewenang atas pejabat yang berstatus Pegawai Negeri Sipil. Berikut
adalah jabatan berdasarkan suara rakyat:
Presiden dan Wakil Presiden
Menteri (diangkat oleh presiden)
Gubernur dan Wakil Gubernur
Bupati dan Wakil Bupati
Walikota dan Wakil Walikota
DPD
DPR
13
DPRD
Kepala desa
c. Sistem Administrasi Keuangan
Perbandingan Sistem Administrasi Keuangan di Indonesia Pada
Masa Orde Baru dengan Masa Reformasi
Kategori Masa Orde Baru Masa Reformasi
Sistem
Penganggaran
Anggaran Berimbang
dimana anggaran
diusahakan agar penerimaan
dan pengeluaran seimbang
Sistem penganggaran yang
dipakai Anggaran Berbasis
Kinerja.
Siklus Anggaran Meliputi :
1. Penyusunan RAPBN
2. Pembahasan RUU APBN
3. Pelaksanaan UU APBN
4. Pengawasan UU APBN
5. Pertanggung jawaban
Anggaran Negara
Meliputi :
1. Penyusunan RAPBN
2. Pembahasan RUU APBN
3. Pelaksanaan UU APBN
4. Pengawasan UU APBN
5. Pertanggung jawaban
Anggaran Negara
Tahun Anggaran Tahun anggaran pada masa
Orba dimulai 1 April 31 Maret
Tahun anggaran pada masa
Reformasi dimulai 1 Januari
31 Desember.
Sumber APBD Bersumber dari :
1. Pendapatan Asli Daerah
2. Dana Perimbangan
3. Lain-lain pendapatan
yang sah.
Bersumber dari :
1. Pendapatan Asli Daerah
2. Dana Perimbangan
3. Lain-lain pendapatan
yang sah.
d. Sistem Pemerintahan Daerah
Praktek penyelenggaraan pemerintahan daerah di Indonesia
saat ini didasarkan atas Undang-Undang No. 32 Tahun 2004. UU ini
mengatur hal-hal tentang pembentukan daerah dan kawasan khusus,
pembagian urusan pemerintahan, penyelenggaraan pemerintahan,
kepegawaian daerah, perda dan peraturan kepala daerah, perencanaan
otonomi
14
Istilah Undang - Undang No. 32 Tahun 2004
Pemerintah
Pusat
Presiden Republik Indonesia yang memegang
kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945
Desentralisasi Penyerahan wewenang pemerintahan oleh
pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur
dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem
NKRI
Dekonsentrasi Pelimpahan wewenang pemerintahan oleh
pemerintah kepada Gubernur sebagai wakil
pemerintah dan/atau kepada instansi vertikal wilayah
tertentu
Tugas
pembantuan
Penugasan dari pemerintah kepada daerah dan/atau
desa dari pemerintah provinsi kepada
kabupatean/kota dan/atau desa serta dari pemerintah
kabupatean/kota kepada desa untuk melaksanakan
tugas tertentu
Otonomi
daerah
Hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan
dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan
peraturan perundang-undangan
Daerah
otonom
Kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas
wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus
urusan pemerintaha dan kepentingan masyarakat
setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan
aspirasi masyarakat dalam NKRI
Pemerintah Gubernur, Bupati, atau Walikota, dan perangkat
15
B. KOREASELATAN
1. Secara kronologis
Korea Selatan adalah negara Republik. Sistem pemerintahan yang
dianut adalah sistem pemerintahan Presidensial campuran. Seperti pada
negara-negara demokrasi lainnya, Korea Selatan membagi pemerintahannya
dalam tiga bagian, yaitu eksekutif, legislatif dan yudikatif. Lembaga eksekutif
dipegang oleh presiden yang dipilih oleh rakyat secara langsung untuk masa
jabatan 5 tahun dan hanya untuk satu periode saja (tidak dapat dipilih
kembali). Presiden bertanggung jawab dalam menentukan semua kebijakan
penting pemerintahan. Presiden melakukan fungsi eksekutif melalui kabinet
daerah daerah sebagai unsur penyelenggara Pemda
Pemerintahan
daerah
Penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh
pemerintah daerah dan DPRD menurut asas otonomi
dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi dan
tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-
luasnya dalam sistem prinsip NKRI
Desa Kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-
batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan
mengurus kepentingan masyarakat setempat,
berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang
diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pemilihan
anggota
DPRD
Dipilih secara demokratis melalui pemilihan umum.
Pelaksanaan
Otonomi
Daerah
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 menekankan
bahwa Pemerintah Daerah berhak mengatur dan
mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas
otonomi dan tugas pembantuan.
16
yang dinamakan Dewan Negara (State Council). Berdasarkan UUD 1987,
kedudukan Presiden selain sebagai Kepala Negara sekaligus juga sebagai
Kepala Pemerintahan serta Panglima Tertinggi Angkatan Bersenjata.
Perdana menteri adalah pembantu eksekutif utama presiden. Presiden
menunjuk perdana menteri dengan persetujuan legislatif atau Majelis
Nasional, sedangkan Wakil Perdana Menteri ditunjuk / diangkat oleh Presiden
dengan rekomendasi Perdana Menteri. Lembaga legislatif dipegang oleh
Dewan Perwakilan yang menjabat selama 4 tahun. Presiden mengepalai
Dewan Negara dan menunjuk anggotanya dengan rekomendasi dari perdana
menteri. Dewan ini harus terdiri dari minimal 15 dan tidak lebih dari 30
menteri pemerintahan, termasuk perdana menteri. Perdana menteri dan
anggota Dewan Negara mempunyai hak untuk membimbing menteri
administratif, membuat kebijakan utama nasional dan menyuarakan pendapat
di rapat Majelis Nasional. Perdana Menteri mempunyai fungsi mewakili tugas-
tugas Presiden bilamana berhalangan dan bertugas membantu Presiden serta
mengarahkan para menteri kabinet sesuai petunjuk Presiden. Perdana Menteri
juga dapat memberikan rekomendasi kepada Presiden dalam pengangkatan
menteri dalam kabinet.
Dalam hal sistem Perwakilan / Parlemen, Korea Selatan menerapkan
sistem satu kamar (Unikameral) dalam sistem perwakilannya. Negara yang
menggunakan sistem satu kamar seringkali adalah negara kesatuan yang kecil
dan homogen dan menganggap sebuah majelis tinggi atau kamar kedua tidak
perlu. Dukungan terhadap sistem satu kamar ini didasarkan pada pemikiran
bahwa apabila majelis tingginya demokratis, hal itu semata-mata
mencerminkan majelis rendah yang juga demokratis. Di korea selatan tidak
dikenal adanya dua badan terpisah seperti adanya DPR atau tinggi dan Senat,
ataupun majelis Tinggi atau Majelis rendah. Di dalam lembaga legislatif tidak
ada yang dianggap tinggi atau rendah. Hanya ada satu dewan yang mewakili
rakyat dalam parlemen di korea selatan. Majelis Nasional (MN) merupakan
badan pemegang kekuasaan legislatif satu-satunya di Korea Selatan, sesuai
dengan sistem satu kamar (unikameral) yang dijalankannya. Majelis Nasional
dipimpin oleh seorang Ketua dan 2 orang Wakil Ketua yang dipilih oleh para
anggota Majelis Nasional. Sesuai dengan UUD 1987, anggota Majelis
Nasional tidak boleh kurang dari 200 orang. Sejak terbentuknya Republik
17
Korea tahun 1948, Majelis Nasional yang sedang berjalan saat ini adalah yang
ke-18 sebagai hasil Pemilu tanggal 9 April 2008 yang terdiri dari 299 kursi.
Pemilu untuk memilih anggota Majelis Nasional diadakan setiap 4 tahun
sekali di seluruh 266 daerah pemilihan (electoral district), ditambah dengan 46
kursi tambahan (additional seat) yang dibagikan kepada partai politik dalam
proporsi suara yang diperoleh. Dari 299 kursi parlemen tersebut, sebanyak 245
kursi diperebutkan melalui pemilihan langsung (direct voting) di seluruh
daerah pemilihan. Sedangkan 54 kursi yang tersisa diperebutkan melalui
sistem perwakilan secara proporsional. Pemilih dapat memberikan dua suara,
satu untuk calon dari daerah pemilihan mereka dan satu lagi untuk partai
politik yang dipilihnya.
Pengadilan konstitusional menjadi lembaga tertinggi pemegang
kekuasaan yudikatif yang terdiri atas 9 hakim yang direkomendasikan oleh
presiden dan dewan perwakilan. Hakim akan menjabat selama enam tahun dan
usianya tidak boleh melebihi 65 tahun pada saat terpilih. Pengadilan Agung
(Supreme Court) di Korea terdiri dari 14 Jaksa (termasuk kepala jaksa). Di
bawah Pengadilan Agung adalah 5 pengadilan tinggi yang berlokasi di
Kwangju, Busan, Daegu, Daejeon dan Seoul. Pengadilan wilayah, terletak di
kota-kota besar, mempunyai hak hukum atas kasus sipil dan kriminal pertama.
Pengadilan konstitusi bertugas mengkaji hukum konstitusi (bila diminta oleh
pengadilan), hal tentang impeachment dan pembubaran partai politik.
Sedangkan Mahkamah Agung (MA) merupakan lembaga peradilan tertinggi.
MA dipimpin oleh seorang Ketua (Chief Justice of the Supreme Court) yang
diangkat oleh Presiden dengan persetujuan MN. Masa jabatan Ketua MA
adalah 6 tahun dan tidak dapat dipilih kembali. Para Hakim Agung juga
diangkat oleh Presiden atas usul Ketua MA dan dengan persetujuan MN. Para
Hakim Agung mempunyai masa jabatan 6 tahun dan dapat dipilih kembali.
2. Secara Silang Budaya
a. Sistem Organisasi
Dalam sistem administrasi keorganisasian atau yang dapat dikatakan
dalam hal pemerintahan, Korea Selatan telah unggul karena
menerapkan sistem pemerintahan berbasis teknologi di semua aspek
pemerintahannya baik itu di bidang pendidikan, keuangan, pertahanan,
18
hingga kesejahteraan masyarakat, layanan e-Government Korea
Selatan yang mendukung kecepatan proses administrasi
antardepartemen sehingga semua masyarakat dapat memproses
berbagai permintaan layanan yang diinginkan hanya dengan
memeriksa semua jaringan tanpa mengharuskan masyarakat
mengajukan dokumen-dokumen yang diperlukan. Pemerintah Korea
Selatan juga memiliki sistem yang mengintegrasikan semua sistem
kedalam dua pusat data, dan menyajikan layanan-layanan administrasi
yang anti gangguan yang dioperasikan oleh tenaga kerja dengan
keahlian yang unggul untuk menjamin keteraksesan semua layanan e-
Government tanpa pernah terputus. Kehandalan dan keamanan
informasi yang maju menjamin kemampuan monitor yang real time
terhadap kesalahan sistem dan keamanan, sistem disaster recovery, dan
sistem cadangan real time. Tidak hanya itu, pemerintah Korea Selatan
juga memfasilitasi rakyatnya untuk ikut serta dalam pembuatan
kebijakan publik, atau menyampaikan kritik dan saran mereka tentang
pengelolaan administratif serta pembuatan kebijakan secara online
hanya dengan mengunjungi situs yang sudah disediakan, yakni e-
people window. Situs inilah yang akan menampung dan menerima
segala saran atau masukan serta kritikan dari masyarakat untuk
pemerintah. Selain itu terdapat pula Single Window for Business
Support, meyediakan sebuah informasi yang luas dan layanan untuk
mendukung semua aktivitas bisnis perusahaan seperti layanan
informasi sipil, informasi kebijakan, dan layanan-layanan lainnya.
Korea Selatan juga memiliki system yang bernama On-Nara Business
Process Systems (BPS) adalah sebuah sistem manajemen bisnis baru
yang mampu meningkatkan efisiensi dan transparansi administrasi
sebab sistem menangani, merekam dan mengelola dengan mekanisme
terstandarisasi pada semua prosedur online bisnis pemerintah. Pada
sistem ini semua proses yang dilakukan oleh pemerintah
diklasifikasikan berdasarkan; fungsi dan tujuan, kemajuan proses dan
kinerja yang secara sistematis dirunut hingga ke unit kerja yang paling
dasar. Pembuatan dokumen dan prosedur-prosedur bisnis distandarisasi
19
dan proses pembuatan keputusan direkam untuk menjamin
akuntabilitas dan transparansi administrasi publik.
b. Sistem Administrasi Kepegawaian
Sejak reformasi bergulir tahun 1998, segera dirasakan adanya
perubahan yang signifikan. Seleksi dan rekrutmen PNS dilakukan
secara sentralistis oleh MOPAS (Ministry of Public Administration and
Security) untuk menjamin adanya standar nasional yang berat.
Pendidikan tidak lagi menjadi syarat penempatan seorang pelamar
dalam tingkat jabatan tertentu, namun yang menentukan posisi
seseorang adalah kelulusan pada ujian tingkat tertentu. Contoh konkrit
adalah mantan Presiden Kim Dae-jung yang merupakan pengacara
hebat meskipun tidak memiliki dasar pendidikan formal bidang
hukum. Kenaikan ke jenjang pangkat yang lebih tinggi juga ditempuh
melalui ujian yang sangat berat, dan tidak dikenal kenaikan pangkat
secara otomatis (berkala 4 tahunan) seperti di Indonesia. Dengan
demikian, prinsip competency-based benar-benar telah diterapkan
dalam sistem birokrasi di Korea Selatan. Untuk menghindari
kecenderungan kolusi, maka sistem rotasi/mutasi lebih dipercepat
untuk jabatan tertentu. Dalam hal ini, rata-rata perpindahan antar
jabatan di Korea adalah 14 bulan, sementara di Indonesia belum ada
standar ideal, sehingga banyak kasus seseorang menduduki jabatan
terlalu lama (lebih dari 10 tahun), namun ada kalanya terlalu pendek
(dibawah 1 tahun).
Perubahan yang signifikan lainnya adalah sistem evaluasi yang
menggunakan metode 360 derajat. Dengan metode ini, bukan hanya
pimpinan yang mengevaluasi bawahan, namun dapat terjadi
sebaliknya. Kriteria yang digunakan tidak lagi yang bersifat sangat
subyektif dan sulit terukur seperti kesetiaan, kejujuran, prakarsa,
kerjasama, dan sebagainya, melainkan kompetensi (competency),
perilaku (attitude), dan kinerja (performance). Konsekuensi dari sistem
evaluasi seperti ini, remunerasi yang diterima seorang pegawai akan
sangat berbeda dengan pegawai lainnya, tergantung dari unjuk kerja
atau prestasi nyata yang dihasilkan. Hal ini sekaligus memacu
20
persaingan dan hasrat untuk terus berkembang (need for achievement)
antar pegawai.
c. Sistem Administrasi Keuangan
Korea Selatan muncul sebagai kekuatan ekonomi utama dan masuk
dalam jajaran 11 negara dengan ekonomi terbesar di dunia.
Pertumbuhan ekonomi yang cepat sejak wala tahun 1960-an
dikarenakan faktor pemilihan strategi industrialisasi yang berorientasi
pada pertumbuhan, industri, dan ekspor. Pemerintah Korea Selatan
juga meluncurkan empat langkah strategis meliputi reformasi sektor
keuangan (restrukturisasi dan privatisasi lembaga keuangan), reformasi
korporasi, reformasi di bidang tenaga kerja (kebijakan ketenagakerjaan
antara pengusaha, pemerintah, dan buruh), dan reformasi di bidang
pertahanan (menjaga stabilitas dalam negeri) (Soekro, 2008:65).
Pilihan terpenting yang dimiliki Korea Selatan kemudian adalah
penekanan pada mobilisasi secara efisien dan pengandalan pada
sumber daya domestik, serta penekanan kebijakan eksternal pada
promosi perdagangan luar negeri. Orientasi pertumbuhan Korea
Selatan dilandasi oleh kebutuhan mendesak untuk menyaingi Korea
Utara pada tahun 1960-an, dan juga untuk memotong lingkaran setan
penangguran dan kemiskinan melalui upaya moderenisasi. Kemiskinan
sumber daya alam Korea Selatan mengharuskannya untuk lebih
berorientasi pada industri yang sesuai dengan kebutuhan negara
berkembang untuk secara terus menerus mentransformasi struktur
produksinya. Kebijakan ekonomi Korea Selatan ini dirancang dalam
suatu konteks ekonomi global sehingga dapat memperkuat posisi daya
saing internasional. Sejak krisis keuangan melanda Asia pada 1997,
Korea Selatan telah mengalami kemajuan berarti dalam mereformasi
sektor ekonomi dan keuangan, meski sejumlah pekerjaan rumah
masih tetap perlu digarap, khususnya di sektor publik, BUMN, dan
pasar tenaga kerja. Ekonomi Korea telah tumbuh kembali dengan kuat
ditandai dengan ekspor yang besar rata-rata meningkat 10% per-tahun.
d. Sistem Administrasi Pemerintahan Daerah
21
Dari segi administrasi daerah, Korea Selatan dibagi ke dalam 9
propinsi dan 7 kota dengan status setara provinsi. Kesembilan provinsi
tersebut adalah Gyeonggi, Gangwon, Chungcheong Utara dan Selatan,
Gyeongsang Utara dan Selatan Jeolla Utara dan Selatan serta Jeju.
Ketujuh kota tersebut adalah Incheon, Kwangju, Busan, Daegu,
Daejeon, Seoul dan Ulsan. Gubernur provinsi dan walikota dipilih oleh
rakyat setiap 4 tahun sekali. Dengan adanya UU otonomi daerah
tanggal 6 april 1988, pemerintahan Korea selatan tidak terpusat,
dimana hubungan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah
memiliki masing-masing pembagian tugas administrasi. Korea selatan
menerapkan sistem distrik. Secara singkat, dalam sistem distrik,
sebuah daerah pemilihan hanya bisa memiliki seorang wakil terpilih.
artinya, dalam sistem distrik, akan terjadi situasi di mana calon yang
mendapatkan suara terbanyak akan mewakili daerah pemilihan
tersebut, dan hanya dia yang mewakili daerah pemilihan tersebut,
meskipun selisih suara dengan peringkat dua hanya satu suara.
Perbandingan Administrasi Negara Indonesia dan Korea Selatan
No. Istilah Pembanding Indonesia Korea Selatan
1. Sistem Administrasi
Organisasi
Sistem pemerintahan yang
dianut presidensial, namun
dalam prakteknya sistem
pemerintahan yang berjalan di
Indonesia adalah sistem
pemerintahan yang merupakan
perpaduan antara sistem
pemerintahan presidensial
dengan sistem pemerintahan
parlementer. Sistem
organisasinya terdiri dari
lembaga-lembaga yang
mengatur serta mengurus
urusan negara. Lembaga-
Sistem pemerintahannya
Presidensial Campuran. Masa
jabatan presiden 5 tahun dan
hanya untuk satu periode.
Perdana menteri adalah
pembantu eksekutif utama
presiden. Presiden menunjuk
perdana menteri dengan
persetujuan legislatif atau
Majelis Nasional, sedangkan
Wakil Perdana Menteri
ditunjuk / diangkat oleh
Presiden dengan rekomendasi
Perdana Menteri. Lembaga
22
lembaga tersebut diantaranya
MPR, Presidem, dan Wakil
Presiden, DPR, DPD, KPU,
Bank Sentral, BPK, dan
sebagainya.
legislatif dipegang oleh
Dewan Perwakilan yang
menjabat selama 4 tahun.
Presiden mengepalai Dewan
Negara dan menunjuk
anggotanya dengan
rekomendasi dari perdana
menteri. Dewan ini harus
terdiri dari minimal 15 dan
tidak lebih dari 30 menteri
pemerintahan, termasuk
perdana menteri. Perdana
menteri dan anggota Dewan
Negara mempunyai hak untuk
membimbing menteri
administratif, membuat
kebijakan utama nasional dan
menyuarakan pendapat di
rapat Majelis Nasional.
Perdana Menteri mempunyai
fungsi mewakili tugas-tugas
Presiden bilamana
berhalangan dan bertugas
membantu Presiden serta
mengarahkan para menteri
kabinet sesuai petunjuk
Presiden. Perdana Menteri
juga dapat memberikan
rekomendasi kepada Presiden
dalam pengangkatan menteri
dalam kabinet.
2. Sistem Administrasi
Kepegawaian
Dalam hal rekrutmen PNS di
Indonesia masih berjalan
Di Korea Selatan, baik di
lingkungan Pemerintah Pusat,
23
kurang transparan, kurang
akuntabel, dan kurang
profesional. Hal ini ditandai
dengan masih adanya indikasi
KKN dalam penerimaan PNS
di Pemerintah Pusat
(Departemen, Kementrian,
Lembaga Negara) dan
Pemerintah Daerah (Propinsi
dan Kabupaten/Kota).
Saran :
a. Perlunya Pemerintah
Indonesia, dalam hal
ini Badan
Kepegawaian Negara,
melakukan studi
banding/kunjungan
kerja ke Korea Selatan
untuk mempelajari apa
yang telah dilakukan
oleh Pemerintah Korea
Selatan dalam
menyelenggarakan
sistem rekrutmen PNS.
b. Perlunya Badan
Kepegawaian
Negara/BKN
mengundang Civil
Service Commission
Korea Selatan ke
Indonesia untuk
melakukan diskusi,
Propinsi dan Kota
Metropolitan,penyelenggaraan
rekrutmen PNS dilaksanakan
secara transparan, akuntabel,
profesional dan obyektif.
Sistem meritokrasi dalam
manajemen kepegawaian di
lingkungan Pemerintah Korea
Selatan sangat dijunjung
tinggi dimana siapa yang
berprestasi, bermutu dan
berkualitas,maka pasti/niscaya
akan lulus menjadi PNS.
Unsur koneksi, jaringan, dan
uang/materi tidak akan
berpengaruh apapun dalam
rekrutmen PNS di Korea
Selatan tanpa adanya unsur
prestasi, mutu dan kualitas
pegawai.
24
dialog, tukar informasi,
dan sharing knowledge
mengenai reformasi
sistem rekrutmen PNS
di Korea Selatan dan
Indonesia.
c. Perlunya komitmen,
keberanian, dan
keteladanan
kepemimpinan di
Indonesia, khususnya
kepemimpinan para
kepala daerah, baik
gubernur, bupati,
walikota agar mampu
menerapkan
punishment kepada
setiap oknum PNS
yang melakukan KKN
dalam rekrutmen PNS
sebagaimana yang
dilakukan oleh para
pemimpin daerah di
Korea Selatan.
3. Sistem Administrasi
Keuangan
Ekonomi Indonesia saat ini
telah cukup stabil. Sistem
penganggaran yang dipakai
Anggaran Berbasis Kinerja,
dimana hal ini Meliputi :
1. Penyusunan RAPBN
2. Pembahasan RUU APBN
3. Pelaksanaan UU APBN
Korea Selatan mengadopsi
sistem kedekatan antara sektor
pemerintahan dan bisnis yang
termasuk juga kredit yang
terarah, pembatasan impor,
dan pensponsoran industri-
industri khusus. Pemerintah
Korea Selatan mendorong
25
4. Pengawasan UU APBN
5. Pertanggung jawaban
Anggaran Negara.
Bersumber dari :
1. Pendapatan Asli Daerah
2. Dana Perimbangan
3. Lain-lain pendapatan yang
sah.
impor bahan-bahan baku
mentah dan teknologi dengan
mengorbankan barang
konsumtif serta mendorong
masyarakat untuk menabung
dan melakukan investasi.
Korea Selatan memiliki
ekonomi pasar dan menempat
urutan kelima belas
berdasarkan PDB. Sebagai
salah satu dari empat Macan
Asia Timur, Korea Selatan
telah mencapai rekor ekspor
impor yang memukau, nilai
ekspornya merupakan terbesar
kedelapan di dunia.
Sementara, nilai impornya
terbesar kesebelas
4. Sistem Pemerintahan
Daerah
Undang - Undang yang
mengatur mengenai praktek
penyelenggaraan pemerintahan
daerah yaitu Undang-Undang
No. 32 Tahun 2004. Undang-
Undang ini mengatur hal-hal
tentang pembentukan daerah
dan kawasan khusus,
pembagian urusan
pemerintahan,penyelenggaraan
pemerintahan, kepegawaian
daerah, perda dan peraturan
kepala daerah, perencanaan
pembangunan daerah,
keuangan daerah, kerja sama
Dengan adanya Undang -
Undang otonomi daerah
tanggal 6 april 1988,
pemerintahan Korea selatan
tidak terpusat, dimana
hubungan antara pemerintah
pusat dan pemerintah daerah
memiliki masing-masing
pembagian tugas administrasi.
Korea selatan menerapkan
sistem distrik. Selain itu, dari
segi administrasi daerah,
Korea Selatan dibagi ke
dalam 9 propinsi dan 7 kota
dengan status setara provinsi.
26
dan penyelesaian perselisihan,
kawasan perkotaan, desa,
pembinaan dan pengawasan,
pertimbangan dalam kebijakan
otonomi daerah. Selain itu
dalam praktek
penyelenggaraan pemerintahan
daerah, dikenal tiga prinsip,
yaitu prinsip Desentralisasi,
Dekonsentrasi, dan Tugas
Perbantuan (Medebewind).
Top Related