PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN
NOMOR 17 TAHUN 2012
TENTANG
PENGELOLAAN PASAR KABUPATEN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI SLEMAN,
Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan pelayanan pasar
kabupaten dan menjamin terselenggaranya kegiatan jual
beli yang ada di pasar kabupaten perlu untuk mengatur
pengelolaan pasar kabupaten;
b. bahwa dalam rangka memberdayakan pasar kabupaten
agar mampu berkembang, bersaing, tangguh, maju dan
mandiri ditengah perkembangan pusat perbelanjaan dan
toko modern diperlukan pengelolaan pasar kabupaten
secara profesional;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
pada huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan
Daerah tentang Pengelolaan Pasar Kabupaten;
Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1950 tentang
Pembentukan Daerah Kabupaten dalam Lingkungan
Daerah Istimewa Yogyakarta (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 1950 Nomor 44);
3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
2
Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana
telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12
Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4844);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1950 tentang
Penetapan Mulai Berlakunya Undang-Undang 1950
Nomor 12, 13, 14 dan 15 Dari Hal Pembentukan Daerah-
daerah Kabupaten di Jawa Timur/Tengah/Barat dan
Daerah Istimewa Yogyakarta (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 1950 Nomor 59);
5. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2012
tentang Pengelolaan dan Pemberdayaan Pasar Tradisional
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2012
Nomor 178);
6. Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Nomor 8 Tahun 2011 tentang Pasar Tradisional, Pusat
Perbelanjaan dan Toko Modern (Lembaran Daerah
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011
Nomor 8, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta);
7. Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 8
Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan yang Menjadi
Kewenangan Pemerintah Kabupaten Sleman (Lembaran
Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2008 Nomor 3 Seri E);
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN SLEMAN
dan
BUPATI SLEMAN
3
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PENGELOLAAN PASAR
KABUPATEN.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:
1. Daerah adalah Kabupaten Sleman.
2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur
penyelenggara pemerintahan daerah.
3. Bupati adalah Bupati Sleman.
4. Perangkat Daerah adalah unsur pembantu Bupati dalam penyelenggaraan
pemerintah daerah yang terdiri dari Sekretariat Daerah, Sekretariat Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah, Dinas Daerah, Lembaga Teknis Daerah, dan
Kecamatan.
5. Organisasi Perangkat Daerah yang selanjutnya disebut OPD adalah
organisasi perangkat daerah yang mempunyai fungsi dan tanggung jawab
di bidang pengelolaan pasar.
6. Kepala Organisasi Perangkat Daerah yang selanjutnya disebut Kepala OPD
adalah kepala organisasi perangkat daerah yang mempunyai fungsi dan
tanggung jawab di bidang pengelolaan pasar.
7. Pasar Kabupaten yang selanjutnya disebut pasar adalah tempat
pertemuan antara penjual dan pembeli barang maupun jasa yang dikelola
oleh Pemerintah Daerah.
8. Pengelolaan pasar adalah penataan pasar kabupaten yang meliputi
perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian pasar kabupaten.
9. Tempat Dasaran adalah tempat di dalam pasar yang dipergunakan untuk
berjualan yang bentuknya dapat berupa kios, los, dan pelataran yang
merupakan bagian dari pasar.
10. Kios adalah bangunan permanen yang antara satu dengan lainnya
dipisahkan oleh dinding pemisah mulai dari lantai sampai ke langit-
4
langit/penutup atas, dan setiap petak dilengkapi dengan pintu, yang
dipergunakan untuk berjualan.
11. Los dengan sekat adalah bangunan tetap, beratap, dilengkapi dinding
penuh sampai atap di sisi belakang dan antar tempat dasaran disekat
dengan dinding rendah sebagai pemisah dan dipergunakan untuk
berjualan.
12. Los tanpa sekat adalah bangunan tetap, beratap memanjang tanpa
dinding yang penggunaannya terbagi dalam petak-petak dan
dipergunakan untuk berjualan.
13. Los sementara adalah bangunan sementara yang beratap, yang terletak di
atas lahan pasar untuk tempat berjualan yang dibangun secara swadaya
oleh pedagang.
14. Pelataran adalah lahan di area pasar selain kios dan los sebagai tempat
berjualan, bongkar muat, dan kegiatan insidentil lainnya yang berada di
area pasar.
15. Area pasar adalah lahan dengan radius tertentu yang dipergunakan untuk
melakukan aktivitas di pasar yang merupakan bagian dari pasar.
16. Pedagang adalah orang atau badan yang melakukan aktivitas jual beli
barang dan/atau jasa di pasar.
17. Badan adalah sekumpulan orang atau modal yang merupakan kesatuan,
baik yang melakukan usaha maupun tidak melakukan usaha yang
meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya,
badan usaha milik Negara atau daerah dengan nama dan dalam bentuk
apapun, persekutuan, perkumpulan, firma, kongsi, koperasi, yayasan
atau organisasi yang sejenis, lembaga, dana pensiun, bentuk usaha tetap
serta bentuk badan usaha lainnya.
18. Surat Izin Tempat Usaha yang selanjutnya disingkat SITU adalah izin
tempat usaha kepada orang pribadi atau badan di lokasi pasar kabupaten.
BAB II
ASAS, TUJUAN, DAN RUANG LINGKUP
Pasal 2
Pengelolaan pasar didasarkan pada asas:
a. kepastian hukum;
5
b. kemanfaatan; dan
c. keadilan.
Pasal 3
Tujuan pengelolaan pasar adalah:
a. menciptakan pasar yang tertib, teratur, aman, bersih, dan sehat;
b. meningkatkan pelayanan kepada masyarakat;
c. memberikan perlindungan terhadap pasar;
d. memberdayakan potensi ekonomi lokal;
e. memberdayakan pasar agar mampu berkembang, bersaing, tangguh,
maju, dan mandiri;
f. meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah.
Pasal 4
(1) Ruang lingkup pengelolaan pasar dalam Peraturan Daerah ini adalah
pengelolaan pasar yang dikelola oleh Pemerintah Daerah.
(2) Pasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi lahan pasar dan
lingkungan sekitar pasar dengan radius paling jauh 100 m (seratus meter)
dari titik terluar lahan pasar.
BAB III
FUNGSI PASAR
Pasal 5
Pasar berfungsi sebagai tempat pelayanan masyarakat dalam melakukan
kegiatan jual beli barang dan/atau jasa.
BAB IV
PENGELOLAAN PASAR
Bagian Kesatu
Perencanaan
6
Paragraf 1
Umum
Pasal 6
Perencanan pasar terdiri dari:
a. perencanaan fisik; dan
b. perencanaan non fisik.
Paragraf 2
Perencanaan Fisik
Pasal 7
(1) Perencanaan fisik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf a meliputi:
a. penentuan lokasi;
b. penyediaan fasilitas bangunan dan tata letak pasar; dan
c. sarana pendukung.
(2) Perencanaan fisik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, huruf b,
dan huruf c berlaku untuk pembangunan pasar baru.
(3) Perencanaan fisik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dan
huruf c berlaku untuk rehabilitasi dan/atau rekonstruksi pasar.
Pasal 8
Penentuan lokasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) huruf a
dengan ketentuan sebagai berikut:
a. kesesuaian dengan rencana tata ruang;
b. telah mempunyai embrio pasar;
c. dekat dengan pemukiman penduduk atau pusat kegiatan ekonomi
masyarakat;
d. boleh berlokasi pada setiap sistem jaringan jalan; dan
e. memiliki prasarana dan sarana transportasi yang menghubungkan
ibukota kabupaten dan ibukota kecamatan.
7
Pasal 9
(1) Fasilitas bangunan dan tata letak pasar sebagaimana dimaksud pada
Pasal 7 ayat (1) huruf b antara lain:
a. bangunan kios dan los dibuat dengan ukuran standar luas;
b. petak atau blok dengan akses jalan pengunjung ke segala arah;
c. pencahayaan dan sirkulasi udara yang cukup;
d. penataan kios dan los berdasarkan golongan dengan melihat jenis
barang dagangan; dan
e. bentuk bangunan pasar selaras dengan karakteristik budaya daerah.
(2) Standar luas bangunan kios dan los sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a diatur per petak sebagai berikut:
a. kios dengan ukuran 9 m2 (sembilan meter persegi) dan 12 m2 (dua
belas meter persegi);
b. los dengan sekat ukuran 6 m2 (enam meter persegi);
c. los tanpa sekat dengan ukuran 4 m2 (empat meter persegi) sampai
dengan 6 m2 (enam meter persegi);
d. los sementara dengan ukuran 4 m2 (empat meter persegi).
(3) Standar luas los tanpa sekat yang digunakan untuk menjual daging dan
sejenisnya dengan ukuran 2 m2 (dua meter persegi) sampai dengan 4 m2
(empat meter persegi).
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai fasilitas bangunan dan tata letak pasar
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Bupati.
Pasal 10
Sarana pendukung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) huruf c,
antara lain:
a. kantor pengelola;
b. lahan untuk bongkar muat;
c. tempat promosi;
d. tempat parkir kendaraan;
e. sarana pengamanan;
f. pelayanan kesehatan;
g. tempat ibadah;
8
h. sarana pengelolaan kebersihan
i. kamar mandi/WC;
j. sarana air bersih;
k. instalasi listrik;
l. penerangan umum.
Pasal 11
Tempat parkir kendaraan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf d
paling sedikit seluas kebutuhan parkir 1 (satu) unit kendaraan roda 4 (empat)
untuk setiap 100 m2 (seratus meter persegi) luas lantai penjualan pasar.
Pasal 12
(1) Pasar diklasifikasi berdasarkan fasilitas, prasarana dan sarana
pendukung pasar sebagai berikut:
a. kelas pasar tipe A;
b. kelas pasar tipe B;
c. kelas pasar tipe C; dan
d. kelas pasar tipe D.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai klasifikasi pasar sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Bupati.
(3) Kelas pasar pada masing-masing pasar sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) ditetapkan oleh Bupati.
Paragraf 3
Perencanaan Non Fisik
Pasal 13
Perencanaan non fisik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf b
dilakukan untuk melaksanakan kegiatan pengelolaan pasar sesuai dengan
standar operasional dan prosedur yang ditetapkan.
9
Pasal 14
(1) Standar operasional dan prosedur sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 13, antara lain:
a. penarikan retribusi pasar;
b. keamanan dan ketertiban;
c. kebersihan dan penanganan sampah;
d. pemeliharaan sarana pasar;
e. penataan pedagang pasar;
f. penanggulangan kebakaran;
g. penataan parkir di area pasar;
h. penataan reklame di area pasar;
i. mekanisme pengaduan dan penanganan pengelolaan pasar.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai standar operasional dan prosedur diatur
dengan Peraturan Bupati.
Bagian Kedua
Pelaksanaan
Pasal 15
Kepala OPD melaksanakan kegiatan pengelolaan pasar sesuai dengan rencana
fisik dan non fisik yang dianggarkan dalam anggaran pendapatan dan belanja
daerah.
Pasal 16
(1) Bupati dapat melakukan kerjasama dengan pihak ketiga untuk
pembangunan pasar baru, rehabilitasi pasar, dan pengelolaan pasar.
(2) Kerja sama dengan pihak ketiga sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
10
BAB V
PERIZINAN PENGGUNAAN KIOS DAN LOS
Bagian Kesatu
SITU
Pasal 17
Setiap orang atau badan yang menggunakan tempat dasaran berupa kios dan
los di Pasar wajib memiliki SITU.
Pasal 18
Pemberian SITU sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 tidak dikenakan
biaya.
Pasal 19
SITU sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 tidak berlaku sebagai bukti
kepemilikan kios dan los.
Bagian Kedua
Dasar Pemberian SITU
Pasal 20
Dasar pemberian SITU adalah:
a. ketersediaan tempat dasaran;
b. jumlah tempat dasaran berupa kios atau los yang telah digunakan oleh
pemohon;
c. kesesuaian mata dagangan yang dimohonkan dengan golongan jenis
dagangan di sekitarnya;
d. diutamakan pedagang yang sudah lama aktif di pasar tersebut dan belum
memiliki tempat dasaran tetap.
11
Pasal 21
(1) Jumlah tempat dasaran kios sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20
huruf b dapat diberikan kepada setiap pedagang paling banyak 2 (dua)
unit/satuan ukuran kios pada setiap pasar.
(2) Jumlah tempat dasaran los sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20
huruf b dapat diberikan kepada setiap pedagang paling banyak 2 (dua)
petak pada setiap pasar.
Bagian Ketiga
Masa Berlaku SITU
Pasal 22
(1) SITU sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 berlaku selama 3 (tiga)
tahun dan dapat diperbaharui.
(2) SITU sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dilakukan daftar ulang
setiap 1 (satu) tahun.
Pasal 23
(1) SITU berlaku untuk 1 (satu) kios atau los.
(2) SITU tidak dapat dipindahtangankan.
Pasal 24
Masa berlaku SITU berakhir dan hak penggunaan kios dan los kembali ke
Pemerintah Daerah apabila:
a. pemilik SITU meninggal dunia;
b. SITU dicabut atas permintaan sendiri;
c. SITU dicabut oleh Pemerintah Daerah.
12
BAB VI
KARTU PEDAGANG
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 25
(1) Setiap pedagang pasar wajib memiliki kartu pedagang.
(2) Setiap pedagang diberikan 1 (satu) kartu pedagang.
(3) Kartu pedagang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagai berikut:
a. kartu pedagang kios/los untuk pedagang pada tempat dasaran
berupa kios dan los;
b. kartu pedagang pelataran untuk pedagang pada tempat dasaran
berupa pelataran.
(4) Kartu pedagang sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a diberikan
setelah pedagang memperoleh SITU.
(5) Kartu pedagang pelataran sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b
diterbitkan bagi pedagang pelataran yang aktif dan berada di dalam pasar
dan/atau area pasar.
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemberian kartu pedagang
diatur dengan Peraturan Bupati.
Pasal 26
Pemberian kartu pedagang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 tidak
dikenakan biaya.
Bagian Kedua
Dasar Pemberian Kartu Pedagang
Pasal 27
Kepala OPD memberikan kartu pedagang pelataran sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 25 ayat (5) sebagai berikut:
a. ketersediaan tempat dasaran;
13
b. jumlah tempat dasaran yang telah digunakan oleh pemohon;
c. kesesuaian mata dagangan yang dimohonkan dengan golongan jenis
dagangan di sekitarnya;
d. diutamakan pedagang yang sudah lama aktif di pasar.
Bagian Ketiga
Masa Berlaku Kartu Pedagang
Pasal 28
(1) Kartu pedagang kios/los sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (3)
huruf a berlaku selama pedagang masih aktif melakukan kegiatan jual
beli di pasar.
(2) Kartu pedagang pelataran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (3)
huruf b berlaku selama 1 (satu) tahun dan dapat diperbaharui.
Pasal 29
Masa berlaku kartu pedagang berakhir apabila:
a. pemilik kartu pedagang meninggal dunia;
b. kartu pedagang dicabut atas permintaan sendiri;
c. kartu pedagang dicabut oleh Pemerintah Daerah.
BAB VII
SISTEM DAN PROSEDUR PEMBERIAN IZIN
Pasal 30
(1) Permohonan SITU disampaikan secara tertulis kepada Kepala OPD
dilengkapi dengan persyaratan administrasi.
(2) Kepala OPD menerbitkan SITU dalam jangka waktu paling lama 14 (empat
belas) hari kerja sejak berkas permohonan dinyatakan lengkap dan benar.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai sistem dan prosedur pemberian SITU
diatur dengan Peraturan Bupati.
14
BAB VIII
HAK, KEWAJIBAN, LARANGAN, DAN SANKSI
Bagian Kesatu
Hak, Kewajiban, dan Larangan
Pasal 31
(1) Setiap pedagang berhak:
a. melakukan kegiatan usaha di tempat dasaran sesuai dengan izin
yang diberikan;
b. menggunakan tempat dasaran sesuai dengan izin bagi pemilik SITU
atau lokasi yang diperuntukan bagi pedagang pelataran;
c. mendapatkan pembinaan dari pemerintah daerah;
d. mendapatkan pemberdayaan dan akses penguatan modal dari
pemerintah daerah.
(2) Setiap pedagang wajib:
a. membayar retribusi sesuai ketentuan yang berlaku;
b. memelihara kebersihan, keindahan, ketertiban, keamanan,
kenyamanan dan kesehatan lingkungan pasar serta fungsi fasilitas
umum lainnya di lokasi kegiatan usaha;
c. menjaga keutuhan sarana dan prasarana fisik yang menjadi
tanggung jawabnya serta lingkungan sekitar kegiatan usaha;
d. melaporkan setiap ada kerusakan kios atau los kepada Bupati
melalui Kepala OPD paling lama 3 (tiga) hari setelah terjadi
kerusakan bagi pemilik SITU;
e. melaporkan kepada Bupati apabila bermaksud menghentikan
penggunaan kios atau los paling lama 1 (satu) bulan sebelum saat
penghentian bagi pemilik SITU.
(3) Setiap pedagang dilarang:
a. meninggalkan aktivitas jual beli pada kios atau los pasar harian yang
menjadi haknya selama 1 (satu) bulan berturut-turut atau 90
(sembilan puluh) hari dalam satu tahun secara kumulatif, tanpa
alasan yang dapat dipertanggungjawabkan;
15
b. meninggalkan aktivitas jual beli pada kios atau los pasar dengan hari
pasaran yang menjadi haknya selama 6 (enam) hari pasaran yang
sama secara berturut-turut atau 18 (delapan belas) hari pasaran
yang sama dalam satu tahun secara kumulatif, tanpa alasan yang
dapat dipertanggungjawabkan;
c. memperjualbelikan barang dan atau jasa yang tidak sesuai dengan
jenis dagangan yang tercantum dalam izin;
d. memperjualbelikan barang atau jasa yang bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan;
e. menyewakan tempat dasaran kepada pihak lain;
f. memindahtangankan tempat dasaran kepada pihak lain;
g. mengalihfungsikan kios atau los;
h. mengubah, menambah dan atau mengurangi bangunan yang ada di
pasar tanpa izin Kepala OPD;
i. melakukan aktivitas jual beli pada kios atau los atau lahan pasar
yang bukan haknya;
j. menggunakan mesin tanpa dilengkapi dengan peredam suara dan
getaran;
k. menggunakan SITU sebagai agunan pinjaman;
l. meletakkan dan/atau menimbun barang yang menyebabkan
terganggunya aktivitas pasar;
m. melakukan kegiatan bongkar muat di tempat yang dapat
mengganggu aktivitas pasar;
n. melakukan kegiatan yang dapat mengganggu keamanan dan
ketertiban umum.
Pasal 32
Setiap orang atau badan yang berada di pasar dilarang:
a. menginap dan/atau bertempat tinggal;
b. melakukan praktik rentenir;
c. melakukan praktik perjudian;
d. menggelandang, mengemis, mengamen, memulung;
e. membawa masuk kendaraan bermotor di area dalam pasar;
16
f. meletakkan dan/atau menimbun barang yang menyebabkan
terganggunya aktivitas pasar;
g. melakukan kegiatan bongkar muat di tempat yang dapat mengganggu
aktivitas pasar;
h. melakukan kegiatan yang dapat mengganggu keamanan, kenyamanan,
dan ketertiban umum.
Bagian Kedua
Sanksi Administrasi
Pasal 33
(1) Pedagang yang tidak memenuhi ketentuan dalam Pasal 17, Pasal 25
ayat (1), Pasal 31 ayat (2) dan ayat (3), dan Pasal 32 dikenakan sanksi
administrasi.
(2) Sanksi administasi dikenakan bagi pedagang yang belum memiliki izin
atau telah memiliki izin yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), antara lain:
a. peringatan tertulis;
b. pembekuan sementara SITU dan/atau kartu pedagang;
c. pencabutan SITU dan/atau kartu pedagang; dan/atau
d. pembongkaran bangunan pasar yang dibangun tanpa izin.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara dan tahapan penerapan sanksi
administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan
Peraturan Bupati.
BAB IX
PEMBINAAN, PEMBERDAYAAN, DAN PENGENDALIAN
Bagian Kesatu
Pembinaan dan Pemberdayaan Pasar
Pasal 34
Pemerintah Daerah dalam rangka pembinaan dan pemberdayaan pasar dapat
melakukan:
17
a. peningkatan profesionalisme pengelola;
b. mengupayakan sumber alternatif pendanaan untuk pemberdayaan pasar
sesuai peraturan perundang-undangan;
c. peningkatan kompetensi pedagang pasar;
d. memprioritaskan kesempatan memperoleh tempat usaha bagi pedagang
pasar yang telah ada sebelum dilakukan renovasi atau relokasi pasar;
e. peningkatan kualitas dan pembenahan sarana fisik pasar.
Bagian Kedua
Pengendalian Pasar
Pasal 35
(1) Kepala OPD melakukan pengendalian dan evaluasi pengelolaan pasar.
(2) Pengendalian dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan terhadap:
a. kebijakan pengelolaan pasar kabupaten;
b. pengelola dan pedagang;
c. pendapatan dan belanja pengelolaan pasar; dan
d. sarana dan prasarana pasar.
Bagian Ketiga
Pelaksanaan, Pembinaan, dan Pengawasan Perizinan
Pasal 36
(1) Pelaksanaan, pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pengelolaan
pasar dilakukan oleh OPD.
(2) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
secara koordinatif dengan organisasi perangkat daerah lain.
18
BAB X
KETENTUAN PENYIDIKAN
Pasal 37
(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah
diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan
atas pelanggaran ketentuan dalam Peraturan Daerah ini sebagaimana
dimaksud dalam undang-undang hukum acara pidana.
(2) Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah:
a. menerima laporan atau pengaduan dari seseorang mengenai adanya
tindak pidana atas pelanggaran peraturan daerah;
b. melakukan tindakan pertama dan pemeriksaan di tempat kejadian;
c. menyuruh berhenti seseorang dan memeriksa tanda pengenal diri
tersangka;
d. melakukan penyitaan benda atau surat;
e. mengambil sidik jari dan memotret seseorang;
f. memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagau tersangka
atau saksi;
g. mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya
dengan pemeriksaan perkara;
h. melakukan penghentian penyidikan setelah penyidik mendapat
petunjuk bahwa tidak terdapat cukup bukti atau peristiwa tersebut
bukan merupakan tindak pidana dan selanjutnya melalui penyidik
memberitahukan hal tersebut kepada penuntut umum, tersangka
atau keluarganya;
i. melakukan tindakan lain menurut hukum yang dapat
dipertanggungjawabkan.
(3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan
dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada
penuntut umum melalui penyidik Pejabat Polisi Negara Republik
19
Indonesia sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam undang-undang
hukum acara pidana.
BAB XI
KETENTUAN PIDANA
Pasal 38
(1) Setiap pedagang yang tidak memiliki SITU sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 17 diancam pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau denda
paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).
(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah pelanggaran.
BAB XII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 39
Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, izin tempat dasaran yang telah
dikeluarkan dinyatakan tetap berlaku sampai dengan jangka waktu izin tempat
dasaran berakhir.
BAB XIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 40
Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, Peraturan Daerah Kabupaten
Sleman Nomor 9 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Pasar Kabupaten (Lembaran
Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2001 Nomor 1 Seri B) dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 41
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
20
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten
Sleman.
Ditetapkan di Sleman
pada tanggal 17 Desember 2012
BUPATI SLEMAN,
SRI PURNOMO
Diundangkan di Sleman
pada tanggal 17 Desember 2012
SEKRETARIS DAERAH
KABUPATEN SLEMAN,
SUNARTONO
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2012 NOMOR SERI
21
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN
NOMOR TAHUN 2012
TENTANG
PENGELOLAAN PASAR KABUPATEN
I. UMUM
Pasar merupakan salah satu pendukung kegiatan perekonomian yang
menyangkut hajat hidup orang banyak, sehingga dalam penyelenggaraan
pasar kabupaten perlu dilakukan peningkatan pengelolaan guna menjamin
pelayanan pasar dan terselenggaranya kegiatan jual beli yang sesuai
dengan tuntutan perkembangan zaman.
Pemerintah Daerah dalam upaya meningkatkan pelayanan pasar
kabupaten sehingga dapat berdaya saing mengikuti perkembangan zaman,
menetapkan kebijakan pengelolaan pasar kabupaten dalam peraturan
daerah. Pengelolaan pasar kabupaten sebelumnya didasarkan pada
Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 9 Tahun 2001 tentang
Pengelolaan Pasar Kabupaten.
Berdasarkan peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20
Tahun 2012 tentang Pengelolaan dan Pemberdayaan Pasar Tradisional,
pengelolaan pasar kabupaten antara lain:
a. perencanan pasar yang terdiri dari perencanaan fisik, dan
perencanaan non fisik;
b. pembinaan, pemberdayaan, pengendalian pasar;
c. pemberian Surat Izin Tempat Usaha (SITU) bagi yang menggunakan
tempat dasaran di pasar;
d. kerjasama dengan pihak ketiga untuk pembangunan pasar baru,
rehabilitasi pasar, dan pengelolaan pasar yang dilaksanakan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
Berdasarkan hal tersebut dan dalam rangka memberdayakan
pasar kabupaten agar mampu berkembang, bersaing, tangguh, maju dan
mandiri ditengah perkembangan pusat perbelanjaan dan toko modern
diperlukan pengelolaan pasar kabupaten secara profesional perlu
22
menetapkan Peraturan Daerah Kabupaten Sleman tentang Pengelolaan
Pasar Kabupaten.
II. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup jelas.
Pasal 2
Cukup jelas.
Pasal 3
Cukup jelas.
Pasal 4
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan titik terluar lahan pasar adalah batas
terluar pasar sesuai dengan batas kepemilikan tanah lokasi
pasar.
Pasal 5
Cukup jelas.
Pasal 6
Cukup jelas.
Pasal 7
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Rehabilitasi dan rekonstruksi pasar termasuk pemindahan dan
penggabungan pasar.
Pasal 8
Cukup jelas.
Pasal 9
Cukup jelas.
Pasal 10
Huruf a
Cukup jelas.
23
Huruf b
Yang dimaksud dengan lahan untuk bongkar muat adalah lahan
yang bisa dipergunakan untuk membongkar dan/atau memuat
barang dagangan.
Huruf c
Yang dimaksud dengan tempat promosi adalah lahan yang
disediakan untuk kegiatan promosi barang dan/atau jasa
berbentuk bangunan berdinding dan beratap dan atau bangunan
beratap tanpa dinding dan/atau lahan tanpa atap dan dinding.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Yang dimaksud dengan sarana pengamanan adalah sarana yang
berupa alat maupun tempat yang digunakan untuk keperluan
pengamanan di pasar, antara lain pos keamanan, alat pemadam
kebakaran, pintu/pagar berkunci.
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g
Cukup jelas.
Huruf h
Cukup jelas.
Huruf i
Cukup jelas.
Huruf j
Yang dimaksud dengan sarana air bersih adalah penyediaan air
bersih untuk pedagang pasar dan pihak lain yang beraktivitas di
pasar.
Huruf k
Yang dimaksud dengan instalasi listrik adalah instalasi listrik
yang disediakan untuk pedagang pasar dan pihak lain yang
beraktivitas di pasar.
Huruf l
Yang dimaksud dengan penerangan umum adalah instalasi listrik
yang disediakan untuk penerangan pasar yang bersifat umum.
24
Pasal 11
Cukup jelas.
Pasal 12
Cukup jelas.
Pasal 13
Cukup jelas.
Pasal 14
Cukup jelas.
Pasal 15
Cukup jelas.
Pasal 16
Cukup jelas.
Pasal 17
Cukup jelas.
Pasal 18
Cukup jelas.
Pasal 19
Cukup jelas.
Pasal 20
Cukup jelas.
Pasal 21
Cukup jelas.
Pasal 22
Cukup jelas.
Pasal 23
Cukup jelas.
Pasal 24
Cukup jelas.
Pasal 25
Cukup jelas.
Pasal 26
Cukup jelas.
Pasal 27
Huruf a
Ketersediaan tempat dasaran didasarkan pada zona yang
ditetapkan oleh Kepala OPD.
25
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Pasal 28
Cukup jelas.
Pasal 29
Cukup jelas.
Pasal 30
Cukup jelas.
Pasal 31
Cukup jelas.
Pasal 32
Cukup jelas.
Pasal 33
Cukup jelas.
Pasal 34
Huruf a
Peningkatan profesionalisme pengelola melalui:
a. penetapan visi, misi dan kebijakan pengembangan pasar;
b. penerapan manajemen yang profesional;
c. pembentukan struktur organisasi dan uraian tugas yang jelas;
dan
d. ketersediaan standar operasional dan prosedur.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Peningkatan kompetensi pedagang pasar antara lain:
a. pembinaan disiplin pedagang dan pembeli;
b. bimbingan kepada para pedagang untuk menarik para
pembeli;
c. peningkatan pengetahuan dasar bagi para pedagang; dan
d. memahami perilaku pembeli.
Top Related