Download - Perang Rusia-Jepang Sebagai Gerbang Awal Hancurnya Kekaisaran Rusia

Transcript

] PERANG RUSIA-JEPANG SEBAGAI GERBANG AWAL HANCURNYA KEKAISARAN RUSIA

Disusun oleh: Abdul Safiek Bachdar 0806355424

Disusun untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah Sejarah Dunia

Program Studi Prancis Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia 2010

Kata Pengantar

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat serta karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Perang Rusia Jepang Sebagai Gerbang Awal Hancurnya Kekaisaran Rusia tepat pada waktunya. Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas akhir mata kuliah Sejarah Dunia. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan. Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan ingkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Jakarta, Mei 2010

Penulis

DAFTAR ISI

Kata Pengantar.. i DAFTAR ISI..... ii BAB I PENDAHULUAN,,,.. 1 1.1 1.2 1.3 Latar Belakang.. 1 Permasalahan..... 2 Tujuan 2

BAB II PERANG RUSIA-JEPANG DAN PENGARUHNYA TERHADAP REVOLUSI RUSIA 3 2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 Asal Mula Perang .. 3 Pertempuran di Laut Port Arthur... 5 Pertempuran Tsushima.... 5 Perjanjian Portsmouth. 7 Revolusi Rusia.....8

BAB III PENUTUP... 8 BIBLIOGRAFI.. 9 Lampiran

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Berbeda dengan negara-negara Eropa lainnya, ketika monarki-monarki di Eropa Barat

mulai memakai sistem parlemen dan memberlakukan struktur pemilihan umum, Imperium Rusia justru menunjukkan arah yang berlawanan. Rusia masih merupakan negara dengan kekuasaan tsar (kaisar) yang absolut, yang tidak terbatasi oleh organ-organ lainnya. Werth (2000)1 mencatat bahwa Undang-Undang Imperium Rusia yang dikeluarkan pada tahun 1892 mewajibkan kepatuhan penuh kepada tsar, dimana kekuasaannya ditetapkan sebagai adikuasa dan tidak terbatas, karena memiliki legitimasi kekuasaan sebagai pewaris Imperium Bizantium, tsar diasumsikan mendapatkan hak kekuasaan langsung dari Tuhan. Hal inilah yang membuat posisinya tidak terbantahkan. Dalam menjalankan kekuasaan, imperator bertumpu pada sentralisasi dan sistem hirarki yang ketat aparat birokrasi. Para menteri dan penasehat tidak lebih dari sekedar badan-badan konsultasi yang tidak sedikitpun membatasi kebebasan imperator. Kepala Pemerintah Rusia Tsar Nicholas II tidak mau memberikan hak-hak politik yang sungguh-sungguh kepada warga negaranya. Duma (Dewan Rakyat) yang dibentuk atas perintah Tsar Nikolay Aleksandrovich atau Tsar Nicholas II ini pun tidak sepenuhnya mewakili rakyat, hanya sebagai badan penasehat saja. Terlebih dengan susunan pemerintahannya yang buruk dimana pemerintahan tidak disusun secara rasional, tetapi atas dasar favoritisme (mementingkan kesukaan terhadap seseorang). Tsar tidak memilih orang-orang yang cakap, tetapi hanya orang yang disukainya untuk duduk di pemerintahan. Perbedaan sosial yang mencolok juga menghiasi susasan politik saat itu. Tsar dan kaum bangsawan hidup mewah dan kaya raya, sementara rakyat terutama para petani dan buruh hidup miskin dan sengsara. Meskipun Menteri Pertanian Rusia, Pyotr Arkadyevicn atau yang lebih dikenal dengan Stolypin, pada tahun 1906 melakukan program-program yang mendasari perubahan secara besar dalam bidang agrarian, namun tetap saja perubahan tidak dapat

1

Lihat Nicolas Werth, Istoriya Rossiskogo Gosudarstva (tahun 2000), halaman 7.

sepenuhnya dilakukan. Hal ini dikarenakan kaum bangsawan masih tetap menjadi penguasa atas tanah-tanah yang cukup luas yang dikerjakan oleh para petani. Sehingga timbulah pergolakan kaum petani yang menuntut tanah garapannya menjadi miliknya. Sehingga pada awal abad-20, Rusia mengalami krisis ekonomi yang sangat berat (19001903) dan periode depresi yang panjang (1904-1908) dan terselematkan oleh loncatan ekonomi pada empat tahun berikutnya. Namun demikian, situasi revolusioner yang telah terbangun di kancah sosial politik terus tumbuh subur. Otokrasi yang bertumpu kekuatan kelas bangsawan masih tetap bertahan walaupun mulai mendapat rongrongan dari gerakan-gerakan revolusioner. Situasi dalam negeri diperberat dengan terjadinya perang antara Rusia dan Jepang.

1.2

Permasalahan Apakah perang yang terjadi antara Rusia dan Jepang merupakan salah satu penyebab

timbulnya gerakan revolusioner yang mengakhiri imperium kekasisaran Rusia yang telah dibangun selama berabad-abad?

1.3

Tujuan

Tujuan dari penulisan ini adalah memaparkan kronologis Perang Rusia-Jepang serta menjelaskan pengaruh perang tersebut terhadap munculnya revolusi yang terjadi di Rusia oleh serangkaian gerakan-gerakan revolusioner yang telah menggulingkan kekuasaan kekaisaran di negara tersebut.

BAB II PERANG RUSIA-JEPANG DAN PENGARUHNYA TERHADAP REVOLUSI RUSIA

Perang Rusia-Jepang merupakan momen penting bagi bangsa Asia yang selalu dipandang sebelah mata. Perang Rusia-Jepang (10 Februari 19045 September 1905) merupakan konflik yang sangat berdarah yang tumbuh dari persaingan antara ambisi imperialis Rusia dan Jepang di Manchuria dan Korea. Peperangan ini utamanya terjadi karena perebutan kota Port Arthur dan Jazirah Liaodong, ditambah dengan jalur rel dari pelabuhan tersebut ke Harbin.

2.1

Asal Mula Perang Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, berbagai negara Barat bersaingan

memperebutkan pengaruh, perdagangan dan wilayah di Asia Timur sementara Jepang berjuang untuk menjadi sebuah negara modern yang besar. Lokasi Jepang mendorongnya untuk memusatkan perhatian pada Dinasti Choson Korea dan Dinasti Qing di Tiongkok utara, sehingga membuat negara itu bersaingan dengan tetangganya, Rusia. Upaya Jepang untuk menduduki Korea menyebabkan pecahnya Perang Tiongkok-Jepang. Kekalahan yang dialami Jepang dalam perang itu menyebabkan ditandatanganinya Perjanjian Shimonoseki (17 April 1895). Dengan perjanjian itu Tiongkok melepaskan klaimnya atas Korea, dan menyerahkan Taiwan dan Lshunkou (sering disebut Port Arthur). Namun, tiga kekuatan Barat (Rusia, Kekaisaran Jerman dan Republik III Prancis ) melalui Intervensi Tiga Negara pada 23 April 1895 menekan Jepang untuk menyerahkan Port Arthur, dan belakangan Rusia (tahun 1898) merundingkan penyewaan pangkalan Angkatan Laut selama 25 tahun dengan Tiongkok. Sementara itu, pasukan-pasukan Rusia menduduki sebagian besar wilayah Manchuria dan Rusia maupun Jepang berusaha mengambil alih Korea. Setelah gagal mendapatkan perjanjian yang menguntungkan dengan Rusia, Jepang mengirimkan sebuah ultimatum pada 31 Desember 1903, memutuskan hubungan diplomatik pada 6 Februari, dan mulai menyerang dua hari kemudian. Kedua pihak mengeluarkan pernyataan perang pada 10 Februari. Di bawah hukum internasional, serangan Jepang tidak dapat

dianggap sebagai serangan tersembunyi, karena ultimatum telah dikeluarkan. Namun demikian, setelah serangan Pearl Harbor, seringkali dikatakan bahwa ini adalah salah satu contoh bahwa Jepang suka melakukan serangan mendadak. Perang tahun 1904 Port Arthur, di Jazirah Liaodong di selatan Manchuria, telah diperkuat Rusia hingga menjadi sebuah pangkalan Angkatan Laut besar. Jepang membutuhkan kekuasaan laut untuk berperang di daratan Asia, karena itu tujuan militer pertama mereka adalah menetralkan armada Rusia di Port Arthur. Pada 8 Februari malam, armada Jepang di bawah pimpinan Admiral Heihachiro Togo memulai peperangan dengan sebuah serangan torpedo mendadak pada kapal-kapal Rusia di Port Arthur, sehingga membuat dua kapal perang Rusia rusak parah. Serangan-serangan itu berkembang menjadi Pertempuran Port Arthur esok paginya. Serangkaian pertempuran laut yang tidak memberikan hasil yang menentukan pun terjadi. Pada kesempatan itu, Jepang tidak berhasil menyerang Rusia dengan menggunakan meriam-meriam darat dari pelabuhan, dan armada Rusia menolak untuk meninggalkan pelabuhan itu dan pergi ke laut terbuka, khususnya setelah kematian Admiral Stepan Osipovich Makarov2 pada 13 April. Pertempuran-pertempuran ini memberikan perlindungan bagi sebuah pasukan Jepang untuk mendarat dekat Incheon di Korea, dan dari sana mereka menduduki Seoul dan berikutnya seluruh Korea. Pada akhir April, tentara Jepang di bawah Kuroki Itei bersiap-siap menyeberangi sungai Yalu ke Manchuria yang saat itu diduduki Rusia. Sebagai jawaban terhadap strategi Jepang yang memberikan kemenangan cepat untuk menguasai Manchuria, Rusia melakukan tindakan-tindakan penghalang untuk memperoleh cukup waktu untuk menunggu tibanya pasukan-pasukan tambahan yang datang melalui jalan kereta api Trans-Siberia yang panjang. Pada 1 Mei, pecahlah Pertempuran Sungai Yalu. Dalam pertempuran ini pasukanpasukan Jepang menyerang sebuah posisi Rusia setelah mereka menyeberangi sungai itu tanpa menghadapi perlawanan. Ini adalah sebuah pertempuran besar pertama dari perang ini di daratan. Pasukan-pasukan Jepang bergerak maju dan mendarat di beberapa titik di pantai Manchuria, serta melakukan sejumlah pertempuran hingga memukul balik pasukan-pasukan Rusia ke Port Arthur. Pertempuran-pertempuran ini, termasuk Pertempuran Nanshan pada 25 Mei, ditandai oleh kekalahan besar Jepang dalam penyerangan kepada sejumlah posisi kuat Rusia, tetapi

2

Russian naval commander in charge of the Pacific fleet at the start of the Russo-Japanese War in 1904 (Britannica.com)

tentara

Rusia

tetap

bersikap

pasif

dan

tidak

melakukan

serangan

balasan.

Di laut, perang ini sama brutalnya. Setelah penyerangan pada 8 Februari terhadap Port Arthur, pasukan Jepang berusaha mencegah pasukan Rusia menggunakan pelabuhan itu. Perang ini menandai bangkitnya kekuatan Asia menandingi kekuatan Barat yang berkuasa di Tiongkok saat itu. Kemenangan ini membuat kekuatan Barat harus

memperhitungkan Jepang dalam urusan politik di Asia. Selain itu, kemenangan ini memicu kebangkitan nasional di negara-negara Asia lainnya yang sedang terjajah oleh negara Eropa. 2.2 Pertempuran di Laut Port Arthur Pertempuran Laut Port Arthur (Bahasa Jepang: , Ryojunkou Isen, 89

Februari 1904) adalah pertempuran pembuka Perang Rusia-Jepang. Pertempuran dimulai dengan serangan tiba-tiba pada malam hari oleh skuadron kapal perusak Jepang yang dikomandani oleh Laksamana Heihachiro Togo serta wakilnya Laksamana Shigeto, terhadap armada Rusia (dikomandoni Oskar Victorovich Stark) yang berlabuh di Port Arthur, Manchuria, dan dilanjutkan dengan suatu pertempuran besar pagi berikutnya. Pertempuran berakhir tanpa hasil pasti, dan pertempuran-pertempuran kecil di sekitar Port Arthur terus berlangsung hingga Mei 1904. Perang ini menjatuhkan korban sebanyak 90 orang dari pihak Jepang dan 150 orang serta 7 kapal rusak.

2.3

Pertempuran Tsushima Pertempuran Tsushima (bahasa Rusia: ) atau Pertempuran Selat

Tsushima adalah pertempuran laut terakhir dan paling menentukan sepanjang Perang JepangRusia (19041905). Pertempuran terjadi di Selat Tsushima pada 27-28 Mei 1905 (14-15 Mei menurut kalender Julian yang waktu itu digunakan di Rusia) dan merupakan pertempuran laut terbesar di era kapal tempur Pra-Dreadnought3. Kapal-kapal uap dari Armada Gabungan Kekaisaran Jepang di bawah komando Laksamana Togo Heihachiro menghancurkan dua pertiga Armada Baltik Kekaisaran Rusia di bawah komando Laksamana Zinovy Rozhestvensky. Sejarawan Edmund Morris dalam buku Theodore Rex menyebut Pertempuran Tsushima sebagai pertempuran terbesar setelah

3

British battleship launched in 1906 that established the pattern of the turbine-powered, "all-big-gun" warship, a type that dominated the world's navies for the next 35 years. (Britannica.com)

Pertempuran Trafalgar. Kekalahan Rusia membuka jalan bagi Perjanjian Portsmouth yang mengakhiri Perang Rusia-Jepang 1904-1905. Armada Baltik Rusia yang dikirim dari Eropa bertempur melawan Armada Gabungan Jepang di perairan Selat Tsushima antara Semenanjung Korea dan Jepang. Sebelumnya, 10 Agustus 1904, Armada Pasifik Rusia sudah berantakan dalam Pertempuran Laut Kuning dikalahkan armada Jepang. Armada Baltik berlayar melewati Laut Utara, dan menyebabkan insiden diplomatik di Dogger Bank (lepas pantai Inggris) akibat menyerang armada nelayan Britania. Pelayaran diteruskan melalui Afrika dan berlabuh di Indocina. Perjalanan begitu panjang dan meletihkan, dan akibatnya moral awak kapal mulai anjlok. Armada Baltik mulanya diperintahkan untuk membuka blokade Jepang terhadap Lshunkou, tapi jauh sebelum Armada Baltik tiba, wilayah tersebut sudah jatuh ke tangan Jepang. Armada Baltik sedang berlayar ke pelabuhan Rusia di Vladivostok melewati wilayah perairan Selat Tsushima ketika ditemukan kapal penjelajah Jepang. Armada Baltik mempunyai tiga rute yang bisa dilewati untuk sampai di Vladivostok: Selat La Prouse, Selat Tsugaru, dan Selat Tsushima. Laksamana Rozhestvensky memilih Selat Tsushima yang memisahkan Kyushu dan Semenanjung Korea. Selat Tsushima merupakan rute terdekat menuju Vladivostok. Dua rute lainnya adalah jalan memutar melewati Samudra Pasifik. Laksamana Togo yang berpangkalan di Busan, Semenanjung Korea sudah memperkirakan Selat Tsushima bakal dilewati armada Rusia. Dua kapal rumah sakit yang mengikuti armada Rusia terlihat kapal penjelajah Jepang. Armada Rusia berlayar dari selatan-barat daya menuju utara-timur laut; Armada Jepang dari datang dari barat menuju timur laut. Walaupun berisiko kehilangan sebagian dari armadanya, Laksamana Togo memerintahkan kapal-kapal perangnya untuk berbalik arah satu per satu agar bisa berhadapan dengan armada Rusia. Kapal-kapal Jepang berbalik arah dengan selamat, dan kedua armada saling berhadapan terpisah jarak 6.200 meter. Era pertempuran laut modern dimulai ketika kedua belah armada mulai saling melepaskan tembakan meriam. Sebelum Pertempuran Tsushima, kapal-kapal dalam pertempuran laut melepaskan tembakan meriam pada jarak yang lebih dekat. Laksamana Togo unggul karena armada Rusia tidak bersiap menghadapi serangan. Sejak perang dimulai, awak kapal perang Jepang sudah terus-menerus berlatih menembakkan meriam dengan peluru sub-kaliber. Armada Laksamana Togo memiliki penembak meriam yang lebih unggul dan lebih sering mengenai

sasaran. Selain itu, kualitas amunisi Jepang waktu itu lebih baik dibandingkan amunisi Rusia. Tembakan meriam kapal-kapal Jepang juga lebih akurat karena memiliki lebih banyak instrumen pengukur jarak dibandingkan kapal Rusia. Armada Baltik waktu itu sedang tidak dalam keadaan siap tempur. Selain 4 kapal perang terbaru kelas Borodino, Armada Baltik terdiri dari kapal model lama dan tidak terpelihara dengan baik. Pelayaran panjang menyebabkan bagian bawah lambung kapal kotor karena kurangnya waktu pemeliharaan. Akibatnya, kecepatan kapal Rusia menjadi berkurang. Kapalkapal Laksamana Togo bisa memiliki kecepatan maksimum 16 knot (30 km/jam), sedangkan kapal-kapal Laksamana Rozhestvensky hanya memiliki kecepatan maksimum 9 knot (17 km/jam). Laksamana Togo memanfaatkan keunggulan manuver kapal-kapalnya, dan sempat melakukan taktik pertempuran laut Crossing the T sebanyak 2 kali. Laksamana Rozhestvensky tewas seketika akibat pecahan logam di kepala. Dalam sehari pada 27 Mei 1905, armada Rusia kehilangan kapal tempur Knyaz' Suvorov, Oslyabya, Emperor Alexander III, dan Borodino. Kapal-kapal Jepang hanya mengalami kerusakan ringan, terutama Kapal tempur Jepang Mikasa. Menjelang malam, Laksamana Muda Nebogatov mengambil alih komando armada Rusia. Di malam hari, kapal torpedo dan kapal perusak Jepang mulai memburu kapal-kapal armada Rusia yang berpencar dalam kelompok-kelompok kecil dan berusaha malarikan diri ke utara. Kapal tempur Navarin yang memang sudah tua, tenggelam. Kapal tempur Sisoy Veliki dan dua kapal. Dalam perang tersebut Rusia mengalami kekalahan yang amat memalukan.

Tenggelamnya Kapal tempur Rusia Varyag dan terbenuhnya komandan Armanda Pasifik Stepan Makarov bersama kapal Petropavlosk yang dipimpinnya, serta kekalahan skuadron II pasifik di Pulau Tsunima merupakan pukulan telak bagi prestise kekuatan militer Rusia.

2.4

Perjanjian Portsmouth Berbagai kemenangan Jepang atas Rusia diakhiri dengan perjanjian damai di Portsmouth,

Amerika Serikat pada September 1905. Rusia dan Jepang menandatangani perjanjian Portsmouth yang berisi penyerahan Manchuria, setengah dari pulau Sakhalin, dan Korea, kepada Jepang yang dimediasi oleh Presiden Amerika Serikat, Theodore Roosevelt.

Dalam perjaniian tersebut, Rusia menyerahkan separuh dari Sakhalin kepada Jepang setelah perang mereka pada 1905 yang menandai menyatunya bangsa-bangsa Asia menjadi kekuatan global. Rusia menguasai kembali seluruh pulau itu pada 1945. Sementara itu, Jepang menerima penguasaan Rusia atas Sakhalin, pihaknya menuntut dikembalikannya empat pulau kecil di lepas pantai pulau Jepang utara, Hokkaido. Walaupun Jepang menduduki wilayah teritorial Timur Jauh Rusia dalam Perang Saudara Rusia yang terjadi setelah Revolusi Oktober, Jepang tidak secara formal menganeksasi wilayahwilayah teritorial Rusia, dan Jepang menarik mundur pasukannya pada pertengahan 1920-an. Namun yang jelas, perang Rusia-Jepang telah menurunkan mental bangsa Rusia dan makin mempercepat gerakan revolusioner yang telah berkembang di Rusia. S. Witte menyebutkan dalam bukunya yang berjudul Pyatetsky, tahun 1999 halaman 38 bahwa perang tersebut sebagai Perang yang mengenaskan, yang mendekatkan kepada revolusi selama satu dasawarsa.

2.5

Revolusi di Rusia Revolusi yang terjadi di Rusia telah menghapus latar belakang ideologi yang selama ini

mendasari kebijakan Rusia melalui peranan tsar yang sangat diagungkan. Maraknya gerakan revolusioner dari berbagai kalangan menyebabkan timbulnya gerakan menentang kekaisaran Rusia, kesempatan emas tersebut dimanfaatkan oleh kaum Marxis (kaum sosialis) untuk mendorong keadaan pada titik klimaks berupa demontrasi mahasiswa, pemogokkan pabrikpabrik dan pemberontakan kaum petani. Karena selama perang, rakyat harus menanggung biaya perang yang berimplikasi terhadap penurunan upah kaum petani sebesar 25%. Gerakan revolusioner pada akhirnya menjadikan perubahan mendasar dalam sistem pemerintahan di Rusia. Hal-hal yang menyebabkan terjadinya revolusi tersebut adalah krisis yang terjadi di kalangan atas maupun masyarakat bawah. Pengunguman tentang pemberhentian sekitar 30 ribu pekerja di Petrogard (sekarang Peterburg, kota sebelah timur laut Rusia) pada tanggal 22 Februari 1917 telah mengakibatkan reaksi yang begitu keras di kalangan para pekerja dimana pada tanggal 23-25 Februari terjadi pemogokkan besar-besaran di kota tersebut. Sehari kemudian para tentara yang sedianya ditugaskan untuk menghentikan pemogokkan tersebut justru berbalik memihak para demonstan.

Sekitar sepekan setelah peristiwa itu, tepatnya tanggal 2 Maret 1917, Tsar Nikolay Aleksandrovich mengundurkan diri dari tahta Imperium Rusia dan untuk mengisi kekosongan kekuasaan dibentuklah organ kekuasaan yang dikenal dengan Pemerintah Sementara (Vremennoye Pravitelstvo). Secara umum revolusi yang terjadi saat itu sangat penting dalam meletakkan landasan bagi perkembangan demokrasi yang mengakibatkan perubahan besar di Rusia. Revolusi ini telah mengakhiri sistem monarki yang telah berlangsung berabad-abad. Setelah kejatuhan tsar, kekuasaan sempat terdapat gesekan dua kekuatan besar antara Pemerintahan Sementara di satu sisi, dengan Dewan Pekerja dan Prajurit Petrogard (Soviet Petrogard) di sisi lain. Namun lahirnya Rusia baru mulai resmi terbentuk pada sidang Soviet seluruh Rusia II yang berlangsung pada 25-27 Oktober 1917. Dalam sidang tersebut dibentuk Pemerintahan Soviet yang dikenal dengan Soviet Komisaris Rakyat yang diketuai oleh V.I Lenin (Pemimpin rezim Bolshevik). Pada gilirannya, yakni pada tanggal 7 November 1917, Soviet Komisaris Rakyat berubah nama menjadi RSFSR (Rossiiskaya Sovietskaya Federativnaya Sotsialisticheskaya Respublika) atau yang kita kenal dengan sebutan Republik Soviet Sosialis Federasi Rusia.

BAB III PENUTUP

Setelah penolakan Rusia atas rencana Jepang untuk membagi Manchuria dan Korea, Jepang meluncurkan serangan laut yang mengejutkan di Port Arthur. Port Arthur adalah basis angkatan laut Rusia di China. Peristiwa yang terjadi pada 8 Februari 1904 itu menjadi awal Perang Rusia-Jepang. Armada Rusia menjadi porak-poranda. Selama Perang Rusia-Jepang, Jepang mengalami serangkaian kemenangan yang menentukan. Pada Januari 1905, Port Arthur jatuh ke tangan Jepang di bawah pimpinan Laksamana Heihachiro Togo. Pada Maret, tentara Rusia dikalahkan di Shenyang, Cina. Pada Mei, armada baltik Rusia dihancurkan Togo di dekat Kepulauan Tsushima. Akhirnya pada Agustus 1905, Presiden Theodore Roosevelt menjadi mediator dalam pertemuan perdamaian di Portsmouth, New Hampshire. Kelak ia akan dianugerahi Hadiah Nobel Perdamaian atas prestasi itu Pertempuran Jepang-Rusia terjadi karena persaingan antara kedua negara tersebut dalam memperebutkan Korea dan Manchuria. Tentara Jepang menyerang tentara Rusia yang berpangkalan di Cina pada tahun 1904. Namun sayangnya, kekalahan perang melawan Jepang memicu reaksi warga Rusia untuk melakukan tindakan revolusioner. Keikutsertaan dalam banyak peperangan termsuk perang melawan Jepang menuntuk pengorbanan besar yang tidak hanya materi. Banyak sekali tentara Rusia yang gugur dalam peperangan besar itu. Ribuan serdadu Rusia tewas dan terluka selama perang. Perang ini secara ekonomi juga telah menjadi pemicu kemerosostan yang tajam dan menyebabkan krisis mendalam yang berpengaruh pada perubahan mendasar kehidupan bangsa Rusia. Keterlibatan perang yang diputuskan oleh pemerintah tsar, diakhiri oleh penguasa Bolshevik menyusul terjadinya revolusi oleh para revolusioner (termasuk Gerakan Marxisme) yang ingin menggusur penguasa lama. Mereka menuntut perubahan negara secara radikal, penggulingan otokrasi dan pembentukan republik demokrasi, serta penghapusan struktur kelas bangsawan (penguasa tanah) menjadi agenda penting revolusi. Meskipun pada kenyataannya para revolusioner berhasil merubah sistem pemerintahan dari kekaisaran Rusia menjadi negara

komunis Uni Soviet, namun sayangnya periode Uni Soviet merupakan periode yang terlampau singkat, hanya berlangsung sekitar tujuh dasawarsa. Kemenangan Jepang atas Rusia ini mempunyai implikasi luas di dunia internasional. Kemenangan ini bukan saja berimbas kepada prestise Rusia yang menurun di mata internasional kala itu, tetapi juga tercatat sebagai sejarah tersendiri. Inilah untuk pertama kalinya selama berabad-abad sebuah kekuatan Asia dapat mengalahkan kekuatan Eropa (barat).

BIBLIOGRAFI

Fahrurodji, A. 2005. Rusia Baru Menuju Demokrasi: Pengantar Sejarah Dan Latar Belakang Budayanya. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia http://www.kompas.com/kompas-cetak/0603/. Diunduh pada Rabu, 18 Mei 2010, pukul 17.00 WIB. http://andisutopo.wordpress.com/2008/05/25/bab-v/. Diunduh pada Rabu, 18 Mei 2010, pukul 17.10 WIB. http://www.theglobal-review.com/content_detail.php?lang=id&id=248&type=1. Diunduh pada Rabu, 18 Mei 2010, pukul 17.16 WIB. http://internasional.kompas.com/read/xml/2009/02/08/04040369/Jepang.Selesaikan.Seng keta.Wilayah.dengan.Rusia. Diunduh pada Rabu, 18 Mei 2010, pukul 17.30 WIB.

Lampiran

Manchuria Raya, Manchuria Rusia (di bagian luar) adalah wilayah di kanan atas dengan warna merah muda; Jazirah Liaodong adalah bagian yang menjorok ke Laut Kuning.