SNTIKI III 2011 ISSN : 2085-9902
405
Perancangan Ulang Tata Letak Fasilitas Pabrik Pembuatan Batu Bata
(Studi Kasus: Kulim, Pekanbaru)
Yenita Morena1, Merry Siska2
1Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sultan Syarif Kasim Riau 2 Jurusan Teknik Industri,Fakultas Sains dan Teknologi UIN Suska Riau
[email protected], [email protected]
Tel : 0813 6562 5579
Abstrak
Perancangan tata letak meliputi pengaturan tata letak fasilitas-fasilitas operasi dengan memanfaatkan area yang tersedia untuk penempatan mesin-mesin, bahan-bahan perlengkapan untuk operasi, dan semua peralatan yang digunakan dalam proses operasi. Kekurangan dari tata letak yang ada pada pabrik batu bata Pak Simun adalah pengaturan tata letak tiap stasiun kerja yang belum sesuai, karena belum memperhitungkan derajat tingkat kedekatan antar stasiun kerja terlihat pada stasiun kerja tungku yang letaknya berjauhan dengan tempat penjemuran batu bata kering. Apalagi proses pemindahan batu bata yang telah dicetak di meja kerja pada stasiun kerja pencetakan dilakukan secara manual. Ketidakteraturan kondisi tata letak yang ada sekarang dapat berimbas terhadap terjadinya aliran material yang tidak sempurna sehingga memerlukan perancangan tata letak baru untuk mengatur ulang jalur lalu lintas material/barang yang lebih sesuai dengan fungsi masing-masing stasiun kerja. Penyelesaian permasalahan tata letaknya menggunakan metode yang memperhitungkan derajat kedekatan antar stasiun kerja, membangun atau mengubah tata letak dengan mencari total jarak tempuh yang minimal dilalui dalam perpindahan material dalam menemukan solusi terbaik. Berdasarkan hasil pengolahan diperoleh persentase penurunan panjang lintasan material handling layout alternatif 1 dengan layout awal adalah sebesar 74.8%, sedangkan persentase penurunan panjang lintasan material handling layout alternatif 2 dengan layout awal adalah sebesar 69.5%. Hal ini membuktikan bahwa layout alternatif 1 lebih optimal dibandingkan dengan layout awal dan layout alternatif 2. Hasil ini diperoleh karena tata letak pada layout awal dan layout alternatif 2 terlalu jauh antara stasiun satu dengan stasiun lainnya sehingga lintasan material handling menjadi tidak optimal. Dengan demikian, perancangan ulang layout awal telah mengurangi panjang lintasan meterial handling proses produksi yang sekaligus dapat mengurangi waktu dan biaya proses produksi. Kata Kunci : Perancangan, Tata Letak, Batu Bata, Material Handling
1. Pendahuluan Perkembangan sistem manufaktur berdampak pada persaingan perusahaan yang
cukup ketat. Permasalahan industri tidak hanya menyangkut seberapa besar investasi yang harus ditanam, sistem dan prosedur produksi, namun menyangkut pula dalam perencanaan fasilitas, baik permasalahan fasilitas maupun menyangkut rancangan fasilitas (Susetyo, 2010). Definisi Tata Letak Fasilitas adalah suatu tata cara pengaturan fasilitas-fasilitas produksi guna menunjang proses produksi (Wingjosoebroto, 1996). Tata letak secara umum ditinjau dari sudut pandang produksi adalah susunan fasilitas-fasilitas produksi untuk memperoleh efisiensi pada suatu produksi. Tujuan perancangan tata letak fasilitas yaitu untuk menentukan bagaimana koordinasi dari setiap fasilitas produksi diatur sedemikian rupa sehingga mampu menunjang upaya pencapaian efisiensi dan efektifitas operasi kegiatan produksi.
Pabrik pembuatan bata bata merupakan suatu usaha yang memproduksi batu bata. Batu bata adalah bahan bangunan yang telah lama dikenal dan dipakai oleh masyarakat baik di pedesaan maupun di perkotaan yang berfungsi untuk bahan bangunan konstruksi. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya pabrik batu bata yang dibangun masyarakat untuk memproduksi batu bata.
SNTIKI III 2011 ISSN : 2085-9902
406
Salah satu industri kecil pembuatan yang ada di sentra pembuatan batu bata Kulim adalah pabrik batu bata milik Pak Simun yang terletak di Jalan Hang Tuah Ujung, Gang Simpang Jengkol, Kecamatan Tenayan Raya, Kulim, Pekanbaru (Gambar 1.a). Pabrik batu bata ini dimulai sejak tahun 2000, dimana sekarang terdapat 2 orang keryawan dan 1 orang pemilik yaitu Pak Simun, sedangkan pemilik lahannya bernama Pak Basuki. Jumlah produksi batu bata pada pabrik ini setiap bulannya adalah 90.000 batu bata. Proses pengerjaan batu bata ini masih dilakukan secara manual, dimana harga batu bata per buahnya adalah Rp. 350,- (Gambar 1.b).
(a). (b).
Gambar 1. Kulim sebagai Sentra Pembuatan Batu Bata di Pekanbaru (a). Pabrik batu bata di Kulim dan (b). Stasiun Kerja Pembuatan Batu Bata
Tata letak fasilitas produksi pada usaha batu bata ini berdasarkan tata letak
fungsi/macam proses (process layout) sehingga terjadi kesulitan untuk menyeimbangkan kerja dari setiap fasilitas produksi. Kapasitas produksi yang berlebih pada stasiun kerja tertentu mengakibatkan terjadi penumpukan produk/material sehingga memerlukan area untuk penyimpanan sementara (work in process storage). Alat material handling yang digunakan untuk memindahkan material pada usaha batu bata ini menggunakan alat material handling yaitu manual (manusia), gerobak bak, gerobak kayu dan kendaraan tipe pick-up untuk memindahkan produk batu bata ke pasaran, maka perhitungan yang dilakukan berupa perhitungan jarak material handling dan menghitung ongkos material handling.
Kekurangan dari tata letak yang ada sekarang adalah pengaturan tata letak tiap stasiun kerja yang belum sesuai, karena belum memperhitungkan derajat tingkat kedekatan antar stasiun kerja terlihat pada stasiun kerja tungku yang letaknya berjauhan dengan tempat penjemuran batu bata kering. Apalagi proses pemindahan batu bata yang telah dicetak di meja kerja pada stasiun kerja pencetakan dilakukan secara manual. Operator harus mengangkat batu bata yang telah dicetak untuk dijemur di tempat penjemuran batu bata yang masih basah. Luas area kerja tidak standar sehingga mengganggu keleluasaan gerak dan kenyamanan pekerja, terdapat perpotongan aliran material dan jauhnya jarak antar stasiun kerja yang menimbulkan ongkos material handling yang lebih.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka perumusan permasalahannya adalah bagaimana merancang ulang tata letak fasilitas pabrik pembuatan batu bata sehingga dapat meminimalkan biaya material handling. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : Merancang ulang tata letak fasilitas pabrik batu bata (studi kasus: Kulim, Pekanbaru) sehingga dapat meminimalkan biaya material handling.
SNTIKI III 2011 ISSN : 2085-9902
407
2. Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan suatu cara berpikir yang dimulai dari menentukan
permasalahan, pengumpulan data, melakukan penelitian berdasarkan data yang ada sampai dengan penarikan kesimpulan dari permasalahan yang diteliti. Dalam metode penelitian direncanakan cara atau prosedur beserta tahapan-tahapan yang jelas dan disusun secara sistematis dalam proses penelitian. Flow chart penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2, Flow Chart Penelitian
A
Mulai
Penelitian Pendahuluan
Pengaturan tata letak yang tidak sesuai dan
karena belum memperhatikan derajat
tingkat kedekatan antar stasiun kerja
Landasan TeoriBuku, jurnal dan artikel mengenai tata letak fasilitas pabrik.
Perumusan Masalah
Bagaimana merancang ulang tata letak
fasilitas pabrik pembuatan batu bata
sehingga dapat meminimalkan biaya material
handling.
Penetapan Tujuan
Merancang ulang tata letak fasilitas pabrik
pembuatan batu bata sehingga dapat
meminimalkan biaya material handling.
Pengumpulan Data Teknik
pengumpulan Data
penelitian:
A
Pengolahan Data
1. Membuat Peta Proses Operasi.
2. Membuat Routing Sheet/Production Routing.
3. Membuat Multy Product Process Chart. 4. Menghitung jarak Material Handling Layout awal.
5. Menghitung kebutuhan bahan, mesin dan operator.
6. Menghitung luas area gudang. 7. Menghitung luas area lantai produksi.
8. Menghitung luas area pelayanan pabrik.
9. Menghitung kebutuhan luas area keseluruhan. 10. Membuat Activity Relationship Chart (ARC).
11. Membuat Work Sheet.
12. Membuat Blok Template. 13. Membuat Activity Relationship Diagram (ARD).
14. Membuat Area Allocating Diagram (AAD).
15. Menggambarkan layout tata letak fasilitas lantai produksi proses perakitan sofa.
16. Menghitung jarak material handling berdasarkan layout hasil rancangan.
Kesimpulan dan Saran
Analisa dan Pembahasan
Selesai
SNTIKI III 2011 ISSN : 2085-9902
408
O-1
Bahan Baku
Mengambil
tanah liat
Cangkul
8 hari
0%
O-2
Merancah
tanah liat
Kerbau
3 hari
0%
O-3
Mengelurkan tanah
dari kolam &
Meniriskan tanah di
bedeng5 hari
0%
O-4
Mencetak
bata
Cetakan,kawat
pemotong, papan
alas
20 hari
0%
Serbuk kayu
O-5
Menjemur/
bandreng16 hari
0%
O-6
Menyusun bata
di tungku8 hari
0%
O-7
Pembakaran3 hari
0%
Penyimpanan
batu bata
Ringkasan
Kegiatan Jumlah Waktu (hari)
Total
7 63
7 63
Gambar 3. Peta Proses Operasi Pembuatan Batu Bata 3. Pengumpulan dan Pengolahan Data 3.1. Peta Proses Operasi (OPC) Peta Proses Operasi merupakan peta yang menjelaskan urutan dalam pembuatan produk, dalam hal ini batu bata. Adapun OPC dari pembuatan batu bata dapat dilihat pada Gambar 3. 3.2. Panjang Lintasan Material Handling Layout Awal Total panjang lintasan material handling layout awal selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 1. di bawah ini.
Tabel 1. Panjang Lintasan Material Handling Layout Awal
Ke 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Total
Dari
1 56.5 56.5
2 5.4 5.4
3 2.8 2 16.5 21.3
4 7.3 30.3 37.6
5 7.1 29.8 36.9
6 10.8 25 35.8
7 33.5 33.5
8 34.2 34.2
9 11 11
10 0.0
11 45.3 44.9 39.1 129.3
Total Panjang Lintasan Material Handling Layout Awal 404.2
3.3. Perhitungan Luas Area Keseluruhan
Berdasarkan hasil perhitungan di atas dapat diestimasikan total kebutuhan area keseluruhan untuk pabrik. Total kebutuhan area pabrik ini meliputi seluruh area kerja/departemen yang diugunakan selama proses produksi, baik area kerja yang telah rancang ulang maupun area kerja yang memang telah disesuaikan dengan kondisi pabrik dari awal. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini.
SNTIKI III 2011 ISSN : 2085-9902
409
Tabel 2. Luas Area Keseluruhan
LEMBAR KEBUTUHAN LUAS AREA KESELURUHAN
Departemen/ Stasiun Kerja
Luas (m2)
Jumlah Fasilitas
Total Luas Lantai (m2)
Lahan Bahan Baku 2016 1 2016
Kolam Rancah 11.46 1 11.46
Stasiun Pencetakan 24 1 24
Stasiun Penjemuran 120 2 240
Stasiun Pembakaran 64 1 64
Bak Serbuk Kayu 1.57 1 1.57
Ruang Istirahat 12 1 12
Toilet 2.25 1 2.25
Total Luas Area Pelayanan 2371.28
3.4. Perencanaan Activity Relationship Chart (ARC)
1
2
3
4
5
6
7
8 Toilet
Ruang Istirahat
Bak Serbuk Kayu
Stasiun Pembakaran
Stasiun Penjemuran
Stasiun Pencetakan
Kolam Rancah
Lahan Bahan Baku1
8
7
6
5
4
3
2
A1,2
O3
U4
I3
E1,2
X5
U4
E1,2
A1,2
E1,2 I
3 I
3
O3
U4
U4
U4
U4
U4
U4
U4
U4
U4
U4
U4
O3
O3
O3
O3
Gambar 4. Activity Relationship Chart (ARC) Hasil Rancangan
3.5. Perencanaan Activity Relationship Diagram (ARD)
(3) Stasiun Pencetakan
A=4
I = 7,8
U=1
E=2,6
X-
O=5
(1) Lahan Bahan Baku
A-
I-
U=3,4,5,6
E=2
X-
O=7,8
(2) Kolam Rancah
A-
I-
U=4,5,6
E=1,3
X-
O=7,8
(4) Stasiun Penjemuran
A=3,5
I-
U=1,2,6,7,8
E-
X-
O-
(5) Stasiun Pembakran
A=4
I-
U=1,2,6,8
E-
X=7
O=3
(6) Bak Serbuk Kayu
A-
I-
U=1,2,4,5,8
E=3
X-
O=7
(7) Ruang Istirahat
A-
I=3,8
U=4
E-
X=5
O=1,2,6
(8) Toilet
A-
I=3,7
U=4,5,6
E-
X-
O=1,2
(3) Stasiun Pencetakan
A=4
I = 7,8
U=1
E=2,6
X-
O=5
(1) Lahan Bahan Baku
A-
I-
U=3,4,5,6
E=2
X-
O=7,8
(2) Kolam Rancah
A-
I-
U=4,5,6
E=1,3
X-
O=7,8
(4) Stasiun Penjemuran
A=3,5
I-
U=1,2,6,7,8
E-
X-
O-
(5) Stasiun Pembakran
A=4
I-
U=1,2,6,8
E-
X=7
O=3
(6) Bak Serbuk Kayu
A-
I-
U=1,2,4,5,8
E=3
X-
O=7
(7) Ruang Istirahat
A-
I=3,8
U=4
E-
X=5
O=1,2,6
(8) Toilet
A-
I=3,7
U=4,5,6
E-
X-
O=1,2
Gambar 5. ARD Alternatif 1 Gambar 6. ARD Alternatif 2
SNTIKI III 2011 ISSN : 2085-9902
410
3.6. Area Alocation Diagram (AAD)
Area Alocation Diagram merupakan diagram yang memberikan informasi mengenai pemamfaatan area yang tersedia. Di bawah ini merupakan AAD yang dibuat berdasarkan ARD yang telah dirancang pada tahapan sebelumnya.
1
3
5
4
4
7
8
6
2
AAD ALTERNATIF 1
1
3
5
4
4
78
6
2
AAD ALTERNATIF 2
Gambar 7. AAD Alternatif 1 Gambar 8. AAD Alternatif 2
4. Hasil dan Analisis Layout awal pabrik pembuatan batu bata dapat dilihat pada Gambar 9 dengan luas area keseluruhan 7555.5 m2. Berdasarkan AAD yang telah dibuat terlebih dahulu maka layout usulan dapat dibuat dengan mudah. Layout usulan ini ada 2 alternatif yang sesuai dengan bentuk AAD, pada layout usulan ini tata letak stasiun kerja diatur sedemikian rupa sehingga tercipta aliran material handling yang lebih baik seperti terlihat pada Gambar 10 yang merupakan perancangan berdasarkan AAD alternatif 1 dengan luas area keseluruhan yang dibutuhkan adalah sebesar 2371.28 m2.
SNTIKI III 2011 ISSN : 2085-9902
411
Lahan Bahan Baku
(1)
2.8 m
11
.2 m
8.7 m
8.3
m
Bedeng III
(9)
5.8 m
2.5 m
2.5
m
Bak
Serbuk
Kayu
Tungku
(10)
600,0 mm x
700,0 mm
600,0 mm x
600,0 mm
575,0 mm x
600,0 mm
575,0 mm x
600,0 mm575,0 mm x
700,0 mm
2.35 m
9.2
m
2.7 m (6)
Bedeng I
(7)
Bedeng II
(8)
17
m
Jalan Akses
Jalan Utama
Jalan Akses ke
Tungku
Kolam
Rancah
(2)
63.00m.
32
.00
m.
6.10m.
21
.80
m.
6.20m.
18.1
0m
.
Ø 7.3m.
21.60m.
3.2
0m
.
6.3
5m
.
11.5m.
2.7
0m
.1
0.6
0m
.
2.96m.
2.6
0m
.
0.6
9m
.
73 m
Skala 1 : 200
Keterangan :
Meja Kerja
Tempat Serbuk Kayu
Tempat Batu Bata
SKALA
UKURAN
TANGGAL
: 1:200
: m
: 29-06-2011
LAB. GAMBAR UIN
SUSKA RIAULAYOUT AWAL USAHA PERCETAKAN BATU BATA
DIGAMBAR
DEP./NRP
DILIHAT
: FERDI FERNANDO
: TEKNIK INDUSTRI
: MERRY SISKA, MT
PERINGATAN :
A2No.
Tumpukan
Kayu Bakar
Jalur proses produksi
Tempat
Pengumpulan Tanah
Liat
(3)
(4)(5)
Gambar 9. Layout Awal Pabrik Pembuatan Batu Bata
SNTIKI III 2011 ISSN : 2085-9902
412
Lahan Bahan Baku
Jalan Akses
Jalan Utama
Keterangan : Meja Kerja
Tempat Serbuk
Kayu
Tempat Batu Bata
SKALA
UKURAN
TANGGAL
: 1:200
: m
: 29-06-2011
LAB. GAMBAR UIN
SUSKA RIAULAYOUT AWAL USAHA PERCETAKAN BATU BATA
DIGAMBAR
DEP./NRP
DILIHAT
: FERDI FERNANDO
: TEKNIK INDUSTRI
: MERRY SISKA, MT
PERINGATAN :
No. A2
3
4
4
5
6
7
8
Kolam
Rancah
Ø 7.3m.
Gambar 10. Layout Hasil Rancang Ulang Pabrik Pembuatan Batu Bata
5. Kesimpulan Berdasarkan hasil pengolahan dan analisa data pada bagian sebelumnya maka
dapat disimpulkan bahwa rancangan ulang tata letak dan fasilitas pabrik pembuatan batu bata milik Bapak Simun yang terpilih adalah layout alernatif 1 dengan panjang lintasan material handling 101.8 m, dimana hasil ini lebih efisien dan optimal dibandingkan dengan panjang lintasan material handling layout alternatif 2 dan layout awal. Berikut tabel
SNTIKI III 2011 ISSN : 2085-9902
413
perbandingan panjang lintasan meterial handling antara layout awal, layout alternatif 1, dan layout alternatif 2.
Tabel 3. Perbandingan Panjang Lintasan Material Handling Layout Awal, Layout Alternatif 1, dan Layout Alternatif 2
Layout Panjang Lintasan
Material Handling (m) Persentase (%)
Awal 404.2 100
Alternatif 1 101.8 25.2
Alternatif 2 123.2 30.5
Penurunan panjang lintasan material handling layout alternatif 1 dengan layout awal
74.8
Penurunan panjang lintasan material handling layout alternatif 2 dengan layout awal
69.5
Dari tabel di atas diketahui bahwa persentase penurunan panjang lintasan material
handling layout alternatif 1 dengan layout awal adalah sebesar 74.8%, sedangkan persentase penurunan panjang lintasan material handling layout alternatif 2 dengan layout awal adalah sebesar 69.5%. Hal ini membuktikan bahwa layout alternatif 1 lebih optimal dibandingkan dengan layout awal dan layout alternatif 2. Hasil ini diperoleh karena tata letak pada layout awal dan layout alternatif 2 terlalu jauh antara stasiun satu dengan stasiun lainnya sehingga lintasan material handling menjadi tidak optimal. Dengan demikian, perancangan ulang layout awal telah mengurangi panjang lintasan meterial handling proses produksi yang sekaligus dapat mengurangi waktu dan biaya proses produksi.
Referensi [1] Apple, James M. “Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan”. Edisi ke tiga, ITB, Bandung. 1990. [2] Askin R.G., Lundgren N.H., dan Ciarallo F., 1997, Material Flow Based Evaluation of Layout
Alternatives For Agile Manufacturing, in Progress in Material Handling Research, R.J, Graves et
al., Eds. Ann Arbor, MI: Material Handling Institute, Braun-Brumfield, pp. 71-90. [3] Hadiguna, R. A, Heri Setiawan. “Tata Letak Pabrik”. Andi, Yogyakarta. 2008. [4] Heragu, S., Facilities Design, 1997, USA: PWS Publishing Company. [5] Huang, H. dan Irani, S.A., 1999, Design of Facility Layout Using Layout Modules: A Numerical
Clustering Approach, Preceeding of the 8th Annual Industrial Engineering Research Conference, Poenix, AZ, May 23 -36.
[6] Irani, S.A., dan Huang, H., 2000, Custom Design of Facility Layouts for Multiproduct Facilities Using Layout Modules, IEEE Transactions on Robotic and Automation, vol-16, no. 3, pp. 259-
267. [7] Siska, Merry. “Perancangan Tata Letak Modular”. Edisi pertama Cetakan pertama, Yayasan
Pusaka Riau, Pekanbaru. 2010 [8] Sutalaksana, Iftikar Z, dkk. “Teknik Perancangan Sistem Kerja”. Edisi ke dua, ITB, Bandung.
2006 [9] Susetyo, J., Simanjuntak, R., A., Ramos.,J. M., 2010, Perancangan Ulang Tata Letak Fasilitas
Produksi dengan Pendekatan Group Technology dan Algoritma Blocplan untuk Meminimasi Ongkos Material Handling, Jurnal Teknologi, Volume 3 No,or 1, Juni 2010, pp 75-84.
[10] Sutrisno., O dan Singgih., M.L., 2010, Perancangan Tata Letak dan Investasi Mesin Produksi Crank Case di PT. Tri Ratna Diesel untuk Meningkatkan Kapasitas Produksi, Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XII, program Studi MMT-ITS, Surabaya 7 Agustus 2010.
[11] Wignjosoebroto, Sritomo, ”Ergonomi Studi Gerak dan Waktu”, Edisi pertama Cetakan ke tiga, ITS, Surabaya. 2009.
Wignjosoebroto, Sritomo, ”Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan”, Edisi ke empat, ITS,
Surabaya. 2009.
Top Related