PERANAN MA'HAD AL-JAMIAH DALAM BIMBINGAN BELAJAR
AL-QUR’AN MAHASISWA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEMESTER III FITK IAIN AMBON
Hasil Penelitian
Ditulis Oleh:
Maimunah, MA.
Alfianti Saut Tehuayo
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
A M B O N
2017
xii
ABSTRAK
Ajaran Islam memberikan penghargaan yang luar biasa terhadap mereka
yang belajar membaca al-Qur’an. Belajar membaca al-Qur’an merupakan tamu
Allah Swt. Forum, majelis, atau halaqah-nya akan selalu dkerumun para malaikat
dalam rangka menurunkan rahmat dan kesentosaan. Berbicara mengenai akhlak
maka tidak akan terlepas dari perilaku-perilaku manusia baik itu baik yang dikenal
dengan akhlak baik maupun perilaku buruk yaitu ahklak yang buruk. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui peranan Ma’had al-Jam’ah dalam bimbingan
belajar al-Qur’an mahasiswa pelajaran pendidikan agama Islam Semester III pada
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Ambon. Serta untuk mengetahui
faktor pendukung dan penghambat kegiatan Ma’had al-Jam’ah dalam bimbingan
belajar al-Qur’an mahasiswa pelajaran pendidikan agama Islam Semester III pada
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Ambon.
Tipe penelitian ini adalah penelitian kualitatif, dengan teknik pengumpulan
data berupa observasi, wawancara, dan dokumentasi dengan instrumen penelitian
adalah peneliti sendiri dalam memperoleh data-data lapangan. yaitu penelitian
yang menggambarkan tentang bimbingan belajar al-Qur’an dalam pembentukan
akhlak mahasiswa pelajaran pendidikan agama Islam semester II pada Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Ambon. Subjek dalam penelitian ini adalah 3
orang pengajar serta mahasiswa PAI sebanyak 12 orang yang diambil dari
semester III.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa peranan Ma’had al-Jamiah melalui
bimbingan belajar al-Qur’an di Ma’had al-Jamiah IAIN Ambon yaitu untuk
menjadikan mahasiswa mampu dan lancar membaca al-Qur’an dengan baik dan
benar, serta mahasiswa mamppu berkepribadian secara Islami sehingga karakter
mahasiswa IAIN Ambon dapat diterapkan dalam kehidupannya sehari-hari.
Sehingga faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan peran Ma’had al-Jam’ah
dalam pembentukan akhlak mahasiswa PAI melalui bimbingan belajar al-Qur’an
berupa ilmu-ilmu agama yang harus dimiliki oleh mahasiswa, adanya aturan
yang jelas dari pihak lembaga untuk mengakomodir permasalahan terkait
dengan akhlak tersebut berupa bimbingan dan pengarahan yang baik kepada
mahasiswa. Sedangkan mengenai faktor penghambat adalah merasa kesulitan
dalam membimbing para mahasiswa karena kurangnya para pengajar, kurangnya
perhatian pemimpin dalam menajadikan mahasiswa merasa acau serta tidak
memperhatikan kegiatan tersebut, serta mahasiswa yang kurang memiliki minat
untuk belajar di Mahad al-Jamiah IAIN Ambon.
Kata Kunci : Bimbingan Belajar Al-Qur’an
viii
DAFTAR ISI
Halaman Judul .......................................................................................................
Halaman Persetujuan ............................................................................................
Pernyataan Keaslian Skripsi .................................................................................
Motto dan Dedikasi ............................................................................................
Kata Pengantar ....................................................................................................
Daftar Isi .............................................................................................................
Daftar Tabel .........................................................................................................
Daftar Lampiran ..................................................................................................
Abstrak ..................................................................................................................
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................
B. Rumusan Masalah..................................................................................
C. Tujuan Penelitian ...................................................................................
D. Manfaat Penelitian ..................................................................................
E. Defenisi Operasional ........................................................................
BAB II.TINJAUAN PUSTAKA
A. Tadarus Al-Qur’an Al-Karim ............................................................
1. Pengertian Belajar Al-Qur’an Al-Karim ......................................
2. Keutamaan Belajar Al-Qur’an .......………………………………
3. Adab Atau Etika Belajar Al-Qur’an ..........……….........................
4. Pengaruh Belajar Al-Qur’an Terhadap Jiwa Manusia ...……....
B. Konsep Dasar Akhlak ...............................………………….....……
1. Pengertian Akhlak ........................................………..………..
2. Sumber, Macam dan Tujuan Akhlak ......................................
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Tipe Penelitian........................................................................................
B. Lokasi dan Waktu Penelitian................................................................
C. Subjek Penelitian .................................................................................
i
ii
iii
iv
v
viii
x
xi
xii
1
7
8
8
9
11
11
12
14
17
19
19
23
27
27
28
ix
D. Instrumen Penelitian .............................................................................
E. Prosedur Pengumpulan Data .................................................................
F. Teknik Analisis Data...............................................................................
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Profil Mahad al-Jamiah IAIN Ambon ..................................................
B. Hasil Penelitian .......................................................................................
C. Pembahasan .............................................................................................
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................
B. Saran .......................................................................................................
Daftar Pustaka ..........................................................................................................
Lampiran-Lampiran ..................................................................................................
24
25
25
25
27
28
30
30
31
32
33
34
35
40
45
46
47
49
24
25
25
25
27
28
30
30
31
32
33
34
35
40
45
46
47
49
24
25
25
25
27
28
30
30
31
32
33
34
35
40
45
46
47
49
27
27
28
31
36
45
52
53
54
56
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hakikat manusia diciptakan oleh Allah swt di muka bumi ini adalah sebagai
khalifah. Keberadaannya di dunia ini disertai dengan aturan-aturan, dan Islam
sebagai agama terakhr umat manusia telah mengajarkan hal itu. Kehadiran agama
Islam yang dibawah oleh Nabi Muhammad Saw, diyakini dapat menjamin
terwujudnya kehidupan manusia yang sejahtera lahir dan batin. Di dalamnya
terdapat berbagai petunjuk tentang bagaimana seharusnya manusia itu menyikapi
hidup dan kehidupan ini secara lebih bermakna dalam arti yang seluas-luasnya.1
Aturan-atauran tersebut dalam Islam terkandung di dalam sebuah kitab suci,
yaitu al-Qur’an, dan juga dalam Sunnah Rasul. Al-Qur’an merupakan kitab suci
umat Islam yang menjadi sumber pokok ajaran Islam.
Sebagai sumber utama ajaran Islam, al-Qur’an diyakini dari Allah dan
mutlak benar.2 Keberadaan al-Qur’an sangat dibutuhkan oleh manusia. Di
dalamnya terdapat petunjuk mengenai segala sesuatu, namun petunjuk tersebut
terkadang datang dalam bentuk global, sehingga diperlukan pengolahan dan
penalaran akal manusia (penafsiran).3
Agama Islam merupakan agama yang diridhai Allah Swt. Ajaran bersifat
universal, dikatakan demikian karena Islam merupakan agama yang ajarannya
1Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: Raja Grafindo, Persada, 2001), hlm. 1.
2Katakan roh suci (Jibril) membawakannya turun dengan kebenaran dari Tuhanmu untuk
meneguhkan hati orang yang percaya dan untuk menjadi petunjuk serta kabar gembara bagi
orang-orang yang bersukur. Lihat Al-Qur’an Surat al-Nahl, 16:102). 3Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, h. 71.
2
mencakup semua aspek kehidupan manusia, baik itu kehidupan di dunia maupun
kehidupan di akhirat nantinya. Semua ajaran Islam terhimpun di daalam al-Qur’an
sebagai kitab suci dan pedoman hidup umat muslim. al-Qur’an adalah kalam
Allah dan merupakan mukjizat (bukti kebenaran ajaran Islam), yang barang siapa
membacanya akan bernilai ibadah.4 Sebagaimana Allah swt berfirman dalam Q.S.
al-A’raaf, 7:204.
Terjemahnya: Dan apabila dibacakan Al-Qur’an, Maka dengarkanlah baik-baik,
dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat.5
Penjelasan ayat di atas, bahwa jika dibacakan al-Qur’an kita diwajibkan
mendengar dan memperhatikan sambil berdiam diri, baik dalam sembahyang
maupun di luar sembahyang, terkecuali dalam shalat berjamaah ma'mum boleh
membaca al-Fatihah sendiri waktu imam membaca ayat-ayat al-Qur’an.
Secara mutlak, al-Qur’an merupakan perkataan yang paling agung dan
paling mulia.6 Segala perintah dan larangan Allah Swt tersurat didalamnya.
Membaca, menulis, mengkaji serta memahami makna yang terkandung dalam al-
Qur’an dinilai sebagai suatu ibadah.
Pembelajaran al-Qur’an telah dimulai sejak zaman Nabi. Setiap kali Nabi
mendapatkan wahyu, maka Nabi mengumpulkan para sahabat untuk
menyampaikan wahyu tersebut dan mengajarkan isinya. Pada zaman dikenal
4Ajat Sudrajat, Din Al-Islam, (Yogyakarta: UPP IKIP, 1998), hlm. 238.
5Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: Kathoda, 2005), hlm. 238.
6Zainal Abidin, Seluk Beluk Al-Qur’an, (Jakarta: Rineka Cipta, 1992), hlm. 18.
3
istilah Majelis al-Rasul.7 Di tempat dan pada waktu inilah, Nabi menyampaikan
wahyu kepada para sahabat, dan kemudian para sahabat mengajarkan kepada para
tabi’in sampai di luar kota Mekkah. Hal itu berlanjut sering dengan berkembang
Islam ke negara-negara lain. Dengan demikian, mulai saat itu pembelajaran al-
Qur’an berlangsung di setiap wilayah di mana umat Islam tinggal.
Al-Qur’an dengan bahasa Arabnya memiliki keistimewaan tersendiri bagi
umat Islam di Indonesia harus belajar dan mengenal huruf-huruf Hijaiyah.
Dengan demikian diperlukan program pendidikan yang dirancang secara
sistematik untuk memberikan kemampuan membaca al-Qur’an bagi umat Islam di
Indonesia.
Pembelajaran al-Qur’an di Indonesia telah dimulai bersamaan dengan
masuknya agama Islam di Indonesia. Bahkan pendidikan ini merupakan
pendidikan non formal yang pertama dan lebih tua dari sistem pendidikan pondok
pasantren. Pembelajaran al-Qur’an pada saat itu merupakan embrio yang pada
gilirannya melahirkan pondok pasantren. Hal ini dapat dilihat dari kebiasan umat
Islam di sebagian daerah di Indonesia yang memisahkan anak laki-laki berumu 7
tahun atau lebih dari ibunya. Mereka mulai bermalam di masjid atau di surau
untuk belajar al-Qur’an pada guru yang ada di surau tersebut.8 Adapun materi
yang diajarkan tidak hanya membaca al-Qur’an saja tetapi juga ibadah (seperti
latihan shalat, wudhu dan sebagainya), keimanan dan juga akhlak.9
7“Majelis al-Rasul” merupakan suatu majelis atau tempit yang digunakan oleh Nabi untuk
menyampaikan wahyu kepada para sahabat. Setiap kali Nabi menerima wahyu, beliau
menyampaikan kepada para sahabat melalui majelis-majelis tersebut. 8Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam Di Indonesia, (Jakarta: Mutiara, 1979),
hlm. 34. 9Ibid., hlm 35.
4
Perkembangan selanjutnya, lembaga pendidikan non formal banyak
mengalami hambatan sering munculnya lembaga-lembaga pendidikan formal,
sehingga keadaannya sangat memperhatikan dan banyak umat Islam menglami
buta huruf al-Qur’an.
Al-Qur’an juga memilki hikmah-hikmah tersendiri ketika seseorang
membaca atau bahkan mendengarkan ayat al-Qur’an dibacakan. Hal ini
menunjukan bahwa al-Qur’an mempunyai keagungan dan kemuliaan tersendiri.
Dengan demikian, aktivitas tadarus tersebut hendaklah dijadikan sebuah rutinitas
yang sangat diutamakan. al-Qur’an merupakan sumber hukum Islam yang sangat
pokok. Di dalamnya dijelaskan segala sesuatu tentang Islam dan ajarannya,
termasuk amalan-amalan keagamaan tidak terkecuali aktifitas bimbingan belajar
al-Qur’an yang sering dilakukan umat muslim.
Pengertian yang lebih luas, pemaknaan tadarus tidak hanya sebatas
membaca al-Qur’an saja, tetapi mempelajari makna ayat, mendengarkan serta
menyimak bacaan ayat al-Qur’an pun dapat dikategorikan sebagai aktivitas
bimbingan belajar al-Qur’an. Pembiasaan bimbingan belajar al-Qur’an memiliki
banyak manfaat bagi yang mengamalkannya. Membaca al-Qur’an bukan saja
amal ibadah, namun juga bisa menjadi obat penawar rasa gelisah, pikiran kusut,
murani tidak tentram dan sebagainya.
Membaca al-Qur’an diibaratkan komunikasi dengan Allah Swt. Otomatis,
dengan komunikasi itu, orang yang membaca al-Qur’an jiwanya akan tenang dan
5
tentram.10
Maka oleh karena itu, apabila seseorang ingin merasakan jiwa yang
tenang dan tentram, hendaknya memperbanyak membaca al-Qur’an. Al-Qur’an
secar harfiah merupakan “bacaan sempurnaan” merupakan suatu nama pilihan
Allah Swt yang paling tepat. Dikatakan demikian karena al-Qur’an merupakan
sumber bacaan yang paling agung, mulia, dan tidak ada yang dapat menandingi
kalamullah (firman Allah Swt) tersebut.
Ajaran Islam memberikan penghargaan yang luar biasa terhadap aktivitas
bimbingan belajar al-Qur’an dan semaan al-Qur’an. Peserta bimbingan belajar al-
Qur’an dan semaan al-Qur’an merupakan tamu Allah Swt. Forum, majelis, atau
halaqah-nya akan selalu dikerumun para malaikat dalam rangka menurunkan
rahmat dan kesentosaan.11
Berbicara mengenai akhlak maka tidak akan terlepas dari perilaku-perilaku
manusia baik itu baik yang dikenal dengan akhlak baik maupun perilaku buruk
yaitu ahklak yang buruk. Dimana kita sering melihat bagaiman perilaku kaum
muda bukan saja di Indonesia tetapi di seluruh dunia ini sudah terangsang oleh
kegemaran berfoya-foya dan bersenang-senang. Sebagai akibatnya sangat
melemahkan rasa hormat terhadap kewajiban dan tradisi serta rasa hormat
terhadap orang tua. Kemorosatan akhlak semacam itu banyak terjadi dikalangan
generasi mudah terpelajar, terutama mereka yang menghabiskan masa remaja dan
kepemudahannya di sekolah-sekolah asing. Untuk menjadi guru pembimbing al-
Qur’an yang berkelayakan dituntut persyaratan formal juga harus mempunyai
10
Abu Laila dan Thohir, Al-Qur’an dan Pembelajarannya, (Bandung Al-Ma’arif, 1983),
hlm. 87. 11
M. Quraish Sihab, Mukjizat Al-Qur’an ditinjau dari Aspek Kebahasaan, Isyarat Ilmia dan
Pemberitahuan Gaib, Bandung: Mizan, 2001), hlm 21.
6
kepribadian dan perilaku yang baik. Sebab tugas guru pembimbing adalah
memberikan bantuan dan contoh kepada sang pembimbing untuk dapat
mengatasi dan memecahkan persoalan-persoalan yang sedang dihadapi
mahasiswa. Oleh sebab itu, seorang sosok guru pendidikan agama Islam yang
merupakan panutan akan ditiru harus memiliki perilaku dan dedikasi yang tinggi
dan terpuji, maka di sini pula seorang guru pembimbing tidak hanya profesional
tetapi juga harus profesional dalam menjalankan tugasnya. Karena seorang guru
bimbingan konseling akan diperhadapkan dengan berbagai keadaan mahasiswa
dengan latar belakang kehidupan sosial, psikologi dan kepribadian serta perilaku
dan karakteristik yang beraneka ragam.
Pendidikan agama Islam merupakan suatu sistem pendidikan yang
mencakup seluruh aspek kehidupan yang dibutuhkan oleh umat manusia
dalam rangka meningkatkan penghayatan dan pengalaman agama dalam
kehidupan bermasyarakat, beragama, berbangsa dan bernegara. Menurut Ahmad
Dadang Marimba, pendidikan agama Islam adalah bimbingan jasmani, rohani
berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju kepada terbentuknya
kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam. Dengan pengertian yang lain
seringkali beliau mengatakan kepribadian utama tersebut dengan istilah
kepribadian Muslim, yaitu kepribadian yang memiliki nilai-nilai agama Islam,
memilih dan memutuskan serta berbuat berdasarkan nilai-nilai Islam, dan
bertanggung jawab sesuai dengan nilai-nilai Islam.”12
12
Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Cet.II; Bandung : CV. Pustaka Setia, 1999),
hlm. 9.
7
Bimbingan belajar al-Qur’an hendaknya dijadikan suatu aktivitas rutin umat
muslim sebagai bentuk aktualisas dari keimanan dan ketaqwaan kepada Allah
Swt. Erat kaitannya dengan uraian-uraian tentang pembelajaran Pendidikan
Agama Islam di kampus IAIN Ambon dalam hal ini pada Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan maka penulis merasa perlu untuk melakukan penelitian kaitannya
dengan masalah di atas dengan mengangkat judul: “Peranan Ma’had al-Jam’ah
dalam Bimbingan Belajar al-Qur’an Mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam
Semester III pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Ambon.”
B. Rumusan Masalah
Melalui latar belakang di atas maka yang menjadi rumusan masalah dalam
permasalahan ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana peranan Ma’had al-Jam’ah dalam bimbingan belajar al-Qur’an
mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam Semester III pada Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Ambon ?
2. Apa saja faktor-faktor pendukung dan penghambat Ma’had al-Jam’ah
dalam bimbingan belajar al-Qur’an mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama
Islam Semester III pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN
Ambon ?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui :
8
1. Peranan Ma’had al-Jam’ah dalam bimbingan belajar al-Qur’an
mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam Semester III pada Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Ambon.
2. Apa saja faktor pendukung dan penghambat kegiatan Ma’had al-Jam’ah
dalam bimbingan belajar al-Qur’an mahasiswa Jurusan Pendidikan
Agama Islam Semester III pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
IAIN Ambon.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk pembaca
yaitu sebagai berikut:
1. Secara teoritik ilmiah
a) Untuk digunakan sebagai dasar memecahkan masalah yang timbul
yang berhubungan dengan aktivitas bimbingan belajar al-Qur’an dalam
pembentukan akhlak mahasiswa pendidikan agama Islam siswa
semester III pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Ambon.
b) Sebagai dasar untuk menjadikan bimbingan belajar al-Qur’an sebagai
salah satu cara untuk membentuk akhlak mahasiswa.
c) Memberikan bahan masukan dan bahan pertimbangan kepada instansi
terkait dalam pengambilan kebijakan selanjutnya.
2. Secara teoritik praktis
Sebagai bahan acuan bagi peneliti yang ingin meneliti lebih lanjut,
dalam tahap hal yang sama guna untuk menjadikannya sebagai referensi.
9
E. Defenisi Operasional
Untuk menghindari terjadinya perbedaan penafsiran dan membatasi masalah
yang akan diteliti, maka perlu ditegaskan istilah-istilah sebagai berikut:
1. Peran
Peran menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah proses
ikut ambil bagian dalam suatu kegiatan, keikutsertaan secara aktif maupun
mengikuti partisipasi.
2. Kegiatan
Kegiatan menurut menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
adalah suatu perbandingan yang menunjukan hasil bagian produksi yang
dilanggar dan yang senyataan telah diselesaikan.
3. Bimbingan Belajar Al-Qur’an
Bimbingan Belajar Al-Qur’an adalah suatu proses kegiatan belajar
dan membaca al-Qur’an yang dilakukan bersama-sama.13
4. Akhlak
Akhlak di sini yang penulis maksudkan adalah sikap maupun
perilaku mahasiswa yang terpuji, yang menjadi secara spontan sehingga
mahasiswa tersebut dapat menjauhkan diri dari hal-hal yang dilarang oleh
agama Islam.14
Yang dimaksud peneliti dalam judul ini adalah proses pengarahan
dan bimbingan yang dilakukan oleh guru terhadap peserta didik untuk
membaca Al-Qur’an Al-Karim bersama-sama dengan para mahasiswa
13
Sulcan Yasin, Kamus Lengakap Bahasa Indinesia, (Surabaya: Amanah, 1997), hlm. 447. 14
Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia hlm. 666.
10
maupun guru sehingga kebersamaan dalam melakukan bimbingan belajar
al-Qur’an tersebut dapat membentuk peribadi mahasiswa yang baik guna
mengaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari dalam hal pembentukan
akhlak mahasiswa agar lebih baik sesuai dengan harapan guru, orang tua
lebih-lebih adalah Allah Swt yang sesuai dengan ajaran Islam yang ada
dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah.
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Akhlak
1. Pengertian Akhlak
Pengertian Akhlak Secara Etimologi, perkataan "akhlak" berasal dari
bahasa Arab jamak dari bentuk mufradnya "Khuluqun" yang menurut
bahasa diartikan sebagai budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat.
Kalimat tersebut mengandung segi-segi persesuaian dengan perkataan
"khalkun" yang berarti kejadian, serta erat hubungan" Khaliq”
Yang berarti Pencipta dan "Makhluk" yang berarti yang diciptakan.1 baik
kata akhlaq atau khuluq kedua-duanya dapat dijumpai di dalam Q.S. Al-Qalam,
(68): 4. sebagai berikut:
Terjemahnya: ”Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar berbudi
pekerti yang agung.2
Sedangkan secara terminologi, berikut ini beberapa pakar mengemukakan
pengertian akhlak sebagai berikut :
a. Menurut Ahmad Amin, mengatakan bahwa orang mengetahui bahwa yang
disebut akhlak ialah kehendak yang dibiasakan. Artinya, kehendak itu bila
membiasakan sesuatu, kebiasaan itu dinamakan akhlak. Menurut saya,
1Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, hlm. 1.
2Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur'an dan Terjemah, (Semarang, : CV.Toha
Putra, 1989), hlm. 960.
12
kehendak ialah ketentuan dari beberapa keinginan manusia setelah
imbang, sedang kebiasaan merupakan perbuatan yang diulang-ulang
sehingga mudah melakukannya, Masing-masing dari kehendak dan
kebiasaan ini mempunyai kekuatan, dan gabungan dari kekuatan itu
menimbulkan kekuatan yang lebih besar. Kekuatan besar inilah yang
bernama akhlak.3
b. Ibnu Miskawaih dalam Zahruddin A.R., mengatakan bahwa akhlak
adalah keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan
perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran lebih dahulu.”4
c. Imam Al-Ghazali dalam Zahruddin A.R., mengatakan bahwa akhlak adalah
suatu sikap yang mengakar dalam jiwa yang darinya lahir berbagai
perbuatan dengan mudah dan gampang, tanpa perlu kepada pikiran
dan pertimbangan. Jika sikap itu yang darinya lahir perbuatan yang baik
dan terpuji, baik dari segi akal dan syara', maka ia disebut akhlak yang
baik. Dan jika lahir darinya perbuatan tercela, maka sikap tersebut disebut
akhlak yang buruk.”5
Diperhatikan dengan seksama, tampak bahwa seluruh definisi akhlak
sebagaimana tersebut di atas tidak ada yang saling bertentangan, melainkan saling
melengkapi, yaitu sifat yang tertanam kuat dalam jiwa yang nampak dalam
perbuatan lahiriah yang dilakukan dengan mudah, tanpa memerlukan pemikiran
lagi dan sudah menjadi kebiasaan.
3Zahruddin A.R, Pengantar Ilmu Akhlak, (Cet.I; Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,2004),
hlm. 4-5. 4Zahruddin A.R., Pengantar Ilmu Akhlak, hlm. 4.
5Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf,., hlm. 29.
13
Dikaitkan dengan kata Islami, maka akan berbentuk akhlak Islam, secara
sederhana akhlak Islami diartikan sebagai akhlak yang berdasarkan ajaran Islam
atau akhlak yang bersifat Islami. Kata Islam yang berada di belakang kata akhlak
menempati posisi sebagai sifat. Dengan demikian akhlak Islami adalah perbuatan
yang dilakukan dengan mudah, disengaja, mendarah daging dan sumbernya
berdasarkan pada ajaran Islam. Dilihat dari segi sifatnya yang universal, maka
akhlak Islam juga bersifat universal.6
Definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa; akhlak Islam bersifat
mengarahkan, membimbing, mendorong, membangun peradaban manusia dan
mengobati bagi penyakit sosial dari jiwa dan mental, serta tujuan berakhlak yang
baik untuk mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Demikian akhlak Islami itu jauh lebih sempurna dibandingkan dengan
akhlak lainnya. Jika akhlak lainnya hanya berbicara tentang hubungan dengan
manusia, maka akhlak Islami berbicara pula tentang cara berhubungan dengan
Allah swt, manusia dan alam raya.
2. Sumber, Macam dan Tujuan Akhlak
a. Sumber Akhlak
Persoalan "akhlak" di dalam Islam banyak dibicarakan dan dimuat
dalam al-Hadits. Kita telah mengetahui bahwa akhlak Islam adalah
merupakan sistem moral atau akhlak yang berdasarkan Islam, yakni
bertitik tolak dari aqidah yang diwahyukan Allah kepada Nabi atau
Rasul-Nya yang kemudian agar disampaikan kepada umatnya. Akhlak
6H.A. Mustofa, AkhlakTasawuf, (Cet.I; Bandung: CV Pustaka Setia, 1997), hlm. 147.
14
Islam, karena merupakan sistem akhlak yang berdasarkan kepada
kepercayaan kepada Tuhan, maka tentunya sesuai pula dengan dasar dari
pada agama itu sendiri. Dengan demikian, dasar atau sumber pokok dari
pada akhlak adalah al-Qur'an dan al-Hadits yang merupakan sumber utama
dari agama itu sendiri.7
Pribadi Nabi Muhammad adalah contoh yang paling tepat untuk
dijadikan teladan dalam membentuk kepribadian. Begitu juga sahabat-
sahabat Beliau yang selalu berpedoman kepada al-Qur'an dan as-Sunah
dalam kesehariannya.
b. Macam-macam Akhlak
1) Akhlak Al-Karimah / Mahmudah
Akhlak Al-karimah atau akhlak yang mulia sangat banyak
jumlahnya, namun dilihat dari segi hubungan manusia dengan
Tuhan dan manusia dengan manusia, akhlak yang mulia itu dibagi
menjadi tiga bagian, yaitu: akhlak terhadap Allah; b) akhlak
terhadap diri sendiri; dan c) akhlak terhadap sesama manusia.8
2) Akhlak Al-Mazmumah
Akhlak Al-mazmumah (akhlak yang tercela) adalah sebagai
lawan atau kebalikan dari akhlak yang baik sebagaimana tersebut
di atas. Dalam ajaran Islam dijelaskan secara terperinci dengan
tujuan, agar dapat dipahami dengan benar, dan dapat diketahui
cara-cara menjauhinya. Berdasarkan petunjuk ajaran Islam
7Ibid., hlm.149.
8H. Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf,. hlm. 49-57.
15
dijumpai berbagai macam akhlak yang tercela, di antaranya:
berbohong, takabur (sombong), dengki, bakhil atau kikir.
Dalam tugas tesis yang dikarang oleh Mokhsin kaliky menjelaskan
macam-macam akhlak, akhlak terdiri dari dua macam, yaitu:9
1) Akhlamk baik
Akhlak yang baik sering pula diartikan dengan kebiasaan-
kebiasaan yang terpuji yang dinampakkan oleh setiap indivu dalam
interaksi sosial tampa direncanakan dan tampa persiapan yang
disengaja sehingga dinamakan dengan; أخآلق الكريمة .
2) Akhlak tercela
Adapun yang dimaksud dengan akhlak tercela yaitu kebiasaan-
kebiasaan yang mewarnai aktifitas suatu individu dalam interaksi
sosial dengan suatu tindakan-tindakan yang melanggar aturan-aturan
atau norma baik dalam norma agama, norma kesusilaan, norma
kesopanan, dan norma hukum yang tanpa disadari dan direncanakan
akan timbul dengan sendirinya yang melekat pada diri individu,
akhlak ini disebut dengan أخآلق السيءة .
Dari kedua sifat di atas sebagaimana yang penulis uraikan maka
dapatlah diambil kesimpulan bahwa akhlak ada dua yaitu akhlak baik
dan akhlak yang tercela, pada kedua akhlak yang tersebut di atas
memiliki ciri-ciri masing-masing yaitu sebagai berikut :
9Mokhsin Kaliky, Pendidikan Akhlak, (Makalah, Program Studi Pascasarjana IAIN Ambon,
2013), hlm 15.
16
1) Ciri-ciri akhlak baik
a) Setiap individu selalu menampakkan kegiatan-kegiatan atau
aktivitas yang berdasarkan akal sehat, ilmu yang baik, dan
pendidikan yang baik pula
b) Setiap individu yang memiliki akhlak yang baik pada dirinya
timbul ide-ide yang baik pula berdasarkan pemikiran yang
mantap. Contoh, sering melaksanakn shalat dan lemah lembut
dalam bertutur kata, selalu menghargai orang lain sebagai
penghormatan kepada sesama makhluk ciptaan Allah SWT. 10
2) Ciri-ciri akhlak tercela
a) Setiap individu senantiasa menampakkan kegiatan-kegiatan
atau aktivitas yang melanggar aturan-aturan atau norma yang
berlaku.
b) Hampir semua kegiatan menjurus pada hal-hal yang negatif
menurut aturan yang berlaku. Contoh, kebiasaan mencuri milik
orang lain dianggap hal yang wajar, mudah mencaci dan
memaki orang lain, serta tidak terpengaruh oleh nasehat-
nasehat yang datang dari berbagai pihak.11
Dari sinilah dapat kita ketahui bahwa dalam suatu kelompok
masyarakat hanya ada dua tingkatan yang membedakan antara
yang satu dengan yang lain yaitu melalui kenampakan-
kenampakan akhlak yang dimiliki oleh masing-masing individu,
10
Ibid., hlm. 18. 11
Ibid. hlm. 20.
17
ada yang berperangai sopan dan beriman sehingga disebut orang
yang memiliki akhlak yang baik, dan ada pula yang berperangai
kasar dan congkak sehingga disebut orang yang memiliki akhlak
tercela.
c. Tujuan Akhlak
Tujuan dari pendidikan akhlak dalam Islam adalah untuk membentuk
manusia yang bermoral baik, keras kemauan, sopan dalam berbicara dan
perbuatan, mulia dalam tingkah laku perangai, bersifat bijaksana,
sempurna, sopan dan beradab, ikhlas, jujur dan suci. Dengan kata lain
pendidikan akhlak bertujuan untuk melahirkan manusia yang memiliki
keutamaan (al-fadhilah). Berdasarkan tujuan ini, maka setiap saat,
keadaan, pelajaran, aktivitas, merupakan sarana pendidikan akhlak. Dan
setiap pendidik harus memelihara akhlak dan memperhatikan akhlak di
atas segala-galanya.12
Tujuan utama dari pendidikan Islam ialah, pembentukan akhlak
dan budi pekerti yang sanggup menghasilkan orang-orang yang bermoral
bukan hanya sekedar memenuhi otak siswa dengan ilmu pengetahuan
tetapi tujuannya ialah, mendidik akhlak dengan memperhatikan segi-segi
kesehatan, pendidikan fisik dan mental, perasaan dan praktek serta
mempersiapkan anak-anak menjadi anggota masyarakat.
Adapun tujuan pendidikan akhlak secara umum yang dikemukakan
oleh para pakar pendidikan Islam adalah sebagai berikut:
12
H. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam,. hlm. 115.
18
1. Tujuan pendidikan akhlak menurut Muhammad Sidiq, “Tujuan
tertinggi agama dan akhlak ialah menciptakan kebahagiaan dua
kampung (dunia dan akhirat), kesempurnaan jiwa bagi individu, dan
menciptakan kebahagiaan, kemajuan, kekuatan dan keteguhan bagi
masyarakat”. Pada dasarnya apa yang akan dicapai dalam pendidikan
akhlak tidak berbeda dengan tujuan pendidikan Islam itu sendiri.
2. Tujuan pendidikan akhlak menurut Muhammad Dubhay, “Tujuan
pendidikan budi pekerti adalah membentuk manusia yang berakhlak
(baik laki-laki maupun wanita) agar mempunyai kehendak yang kuat,
perbuatan-perbuatan yang baik, meresapkan fadhilah (ke dalam
jiwanya) dengan meresapkan cinta kepada fadhilah (ke dalam jiwanya)
dengan perasaan cinta kepada fadhilah dan menjauhi kekejian (dengan
keyakinan bahwa perbuatan itu benar-benar keji).
3. Tujuan pendidikan akhlak menurut Mahmud Yunus “Tujuan
pendidikan akhlak adalah membentuk putra-putri yang berakhlak
mulia, berbudi luhur, bercita-cita tinggi, berkemauan keras, beradab,
sopan santun, baik tingkah lakunya, manis tutur bahasanya, jujur
dalam segala perbuatannya, suci murni hatinya”.
4. Barmawie Umary dalam bukunya materi akhlak menyebutkan bahwa;
tujuan berakhlak adalah hubungan umat Islam dengan Allah SWT dan
sesama makhluk selalu terpelihara dengan baik dan harmonis.13
13
Barnawie Umary, Materi Akhlak, (Surakarta : CV. Ramadhani Solo, 1988), hlm. 2
19
Tujuan di atas selaras dengan tujuan pendidikan Nasional yang
tercantum dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20
Tahun 2003, bab II, Pasal 3 dinyatakan bahwa:
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradapan bangsa yang bermatabat dalam rangka
mencerdaskan anak bangsa, bertujuan untuk berkembangkannya potensi
siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri
dan menjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggung jawab.14
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tersebut mengisyaratkan
bahwa fungsi dan tujuan pendidikan adalah sebagai usaha mengembangkan
kemampuan serta meningkatkan mutu pendidikan dan martabat manusia
baik secara jasmaniah maupun rohaniah.
Pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa; tujuan akhlak pada
prinsipnya adalah untuk mencapai kebahagian dan keharmonisan dalam
berhubungan dengan Allah SWT, di samping berhubungan dengan sesama
makhluk dan juga alam sekitar, hendak menciptakan manusia sebagai
makhluk yang tinggi dan sempurna serta lebih dari makhluk lainnya.
Pendidikan agama berkaitan erat dengan pendidikan akhlak, tidak
berlebihan apabila dikatakan bahwa pendidikan akhlak dalam pengertian
Islam adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pendidikan agama.
Sehingga nilai-nilai akhlak, keutamaan akhlak dalam masyarakat Islam
adalah akhlak dan keutamaan yang diajarkan oleh agama. Sebagaimana
14
Undang-Undang Republik Indonesia, Nomor 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan
Nasional, (Surabaya, PT Kesindo Utama), hlm. 18.
20
yang telah diajarkan oleh Baginda Rasulullah Saw, kepada kita
sebaigaimana tercanum dalam sebuah hadis yaitu sebagai berikut :
Artinya:
Abdullah telah menceritakan kepada kami, telah menceritakan kepadaku
ayahku, telah menceritakan kepada kami Said bin Mansur, berkata telah
menceritakan kepada kami Abdul Aziz bin Muhammad dari Muhammad
bin Ajlan dari Alqa’qa bin Hakim, dari Abi Shalih, dari Abi Hurairah
berkata Rasulullah Saw Bersabda: Sesungguhnya aku diutus untuk
menyempurnakan kesalihan ahlak. (H.R. Ahmad).15
Membahas persoalan akhlak, yang melintas dalam fikiran adalah sederetan
tingkah yang cenderung dipahami sebagai bersifat lahiriah semata. Namun,
cakupan makna yang dikandung oleh akhlak itu tidak sesempit itu. Makna akhlak
dalam kerangka yang luas ini dapat dikaitkan dengan ajaran profetik Rasulullah
yang memfokuskan misinya pada aspek akhlak. Dengan demikian, hadits tersebut
tidak bertentangan dengan kenyataan sejarah bahwa misi pertama Rasulullah
adalah meluruskan kidah umat yang telah lama mengalami proses pembengkokan.
Akhlak yang merupakan bentuk plural dari kata hulq, secara etimologi
sering diartikan sebagai tabi’at, kabiasaan, perangi atau bahkan agama.
Mmengacu pada batasan etimologi pertama, akhlak lebih dipahami sebagai
15
Umi Sumbulah, Kritik Hadis Pendekatan Historis Metodologis, (Cet.I, Malang, PT UIN
Malang Press 2008), hlm 49.
21
tingkah laku dan kelakuan, sementara jika dipahami dalam batasan bahasa yang
kedua, akhlak tidak hanya mencakup kelakuan, namun juga menyangkut seluruh
muatan agama, baik aqidah, ibadah maupun akhlak yang dipahami sebagai cabang
dari Islam itu.16
Berdasarkan kedua batasan etimologi di atas, penulis memahami akhlak
dalam kerangka yang lebih umum, yakni; bahwa cakupan akhlak itu tidak hanya
pada perilaku seseorang dalam hubungan dengan sesamanya, melainkan
mencakup berbagai aspek, dimulai dari akhlak terhadap Allah, hingga kepada
sesama makhluk (manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan dan benda-benda tak
bernyawa).
B. Bimbingan Belajar Al-Qur’an
1. Pengertian Bimbingan Belajar Al-Qur’an
Bimbingan belajar al-Qur’an adalah suatu kegiatan belajar membaca al-
Qur’an yang dilakukan bersama-sama.17
Kata al-Qur’an berasal dari bahasa Arab
yang berarti membaca, belajar.18
Setiap mukmin mempercayai al-Qur’an mempunyai kewajiban dan
tanggung jawab itu ialah membacanya dan mengajrkannya. Rasulullah Saw, telah
mengatakan “yang sebaik-baik kamu ialah orang mempelajari al-Qur’an dan
mengajarkannya”.19
Jadi belajar al-Qur’an itu merupakan kewajban yang utama
bagi setiap mukmin, bagitu juga mengajarkannya. Belajar al-Qur’an itu dapat
16
Ibid., hlm 50. 17
Sulcen Yunus, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, hlm. 447. 18
Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, (Jakarta: Hildakarya Agung, 1989), hlm.126. 19
Abil Husen Muslim bin Al-Hajaj Al-Imam, Sholeh Muslim Juz I, (Maktahul Darlan
Indonesia 1997), hlm. 550.
22
dibagi kepada beberapa tingkat, yaitu belajar membaca dengan baik, belajar arti
maksudnya dan terakhir belajar menghafal diluar kepala.
Pada tingkat belajar mempelajari dan membaca al-Qur’an dengan baik,
hendaklah sudah merat dilaksanakan, sehngga tidak ada lagi orang yang buta
huruf al-Qur’an dikalangan masyarakat Islam.20
2. Keutamaan Beajar Al-Qur’an
Al-Qur’an adalah kita suci yang diturunkan Allah kepada Nabi muhammad
Saw sebagai salah satu rahmat yang tak ada taranya bagi alam semesta. Di
dalamnya terkumpul wahyu Allah Swt, yang menjadi petunjuk, pedoman dan
pelajaran bagi siapa yang mempercayainya serta mengamalkan.
Setiap mukmin membaca al-Qur’an saja sudah termasuk amal yang sangat
mulia dan akan mendapat pahala yang berlipat ganda, sebab yang dibacanya itu
adalah kitab suci Illahi. Al-Qur’an adalah sebaik-baik bacaan bagi orang mukmin,
baik dikala senang maupun dikala susah, dikala gembira ataupun dikala sedih.
Malahan membaca al-Qur’an itu bukan saja menjadi amal dan ibadah, tetapi juga
menjadi obat dan penawar orang yang gelisah jiwanya.21
Al-Qur’an sangat baik dibaca di sekolah, di tempat-tempat pertemuan,
surau, mesjid, di rumah dan sebagainya. Sebagaimana dalam sebuah keterangan:
“perbanyaklah membaca al-Qur’an di rumah, yang tidak ada orang membaca al-
Qur’an akan sedikit sekali dijumpai kebaikan dirumah itu dan akan banyak sekali
kejahatan serta penghuninya merasa sempit dan susah”.22
Membaca al-Qur’an itu,
20
Zainal Abidin, Seluk Beluk Al-Qur’an, (Jakarta: Rineka Cipta, 1992), hlm. 150. 21
Ibid., hlm. 153. 22
Abil Husen Muslim bin Al-Hajaj Al-Imam, Shahih Muslim Juz I,(Hadist riwayat Daru
23
baik mengetahui artinya ataupun tidak adalah termasuk ibadah, amal sholeh dan
memberi rahmat serta manfaat bagi yang melakukannya, memberi cahaya ke
dalam hati yang membacanya sehingga terang benderang.23
3. Adab atau Etika Belajar Al-Qur’an
Al-Qur’an sebagai kitab suci, wahyu Illahi, mempunyai adab-adab tersendiri
bagi orang-orang yang membacanya. Adab-adab itu sudah diatur dengan sangat
baik, untuk penghormatan dan keagungan al-Qur’an. Dan berikut ini adalah aturan
formal yang bukan merupakan akan dapat membangkitkan gairah untuk
memahami kandungan al-Qur’an yang dibaca, yang pada gilirannya akan
mendorong manusia untuk mampu menafsirkan secara lebih itu.
Diantara adab-adab membaca al-Qur’an yang terpenting ialah sebagai
berikut :
a. Disunnahkan membaca al-Qur’an sesudah berwudhu, dalam keadaan
bersih, sebab yang dibaca adalah wahyu Allah. Kemudian mengambil al-
Qur’an hendaknya dengan tangan kanan, dan sebaiknya memegang al-
Qur’an dengan kedua belah tangannya.
b. Disunahkan membaca al-Qur’an ditempat yang bersih, seperti: di rumah,
di surau, di mushollah dan di tempat-tempat lain yang dianggap bersih.
c. Disunahkan membaca al-Qur’an menghadap ke kiblat, membacanya
dengan khusyu’ dan tenang, sebaiknya dengan berpakaian yang pantas.
d. Ketika membaca al-Qur’an mulut hendaknya besih, tidak berisi makanan,
sebaiknya sebelum membaca al-Qur’an mulut dan gigi dibersihkan lebih
Quthri dari Anas R,A). 23
Hadi Fajar, Psikologi Nabi, (Bandung: Pustaka Hidayah, 2005), hlm. 56.
24
dahulu.
e. Sebelum membaca al-Qur’an disunahkan membaca ta’awwudz.
f. Disunahkan membaca al-Qur’an dengan tartil, yaitu dengan bacaan yang
pelan dan tenang. Sesuai dengan firman Allah swt, dalam Q.S. al-
Muzzammil 73:4.
Terjemahnya:
Atau lebih dari seperdua itu. dan Bacalah Al Quran itu dengan perlahan-
lahan.24
g. Bagi orang yang sudah mengerti arti dan maksud ayat-ayat al-Qur’an
disunahkan membaca dengan penuh perhatian dan pemikiran tentang ayat-
ayat yang dibacaannya itu dan maksudnya.
h. Dalam membaca al-Qur’an hendaknya benar-benar direspon arti dan
maksudnya.
i. Disunatkan membaca al-Qur’an dengan suara yang bagus lagi merdu.
j. Hendaklah membaca al-Qur’an janganlah diputuskan hanya karena hendak
berbicara dengan orang lain. Hendaknya pembacaan diteruskan sampai ke
batas yang telah dtentukan barulah disudah.25
Itulah diantara adab-adab yang terpenting yang harus dijaga dan
diperhatikan, sehingga dengan demikian kesucian al-Qur’an dapat terpelihara
menurut arti yang sebenarnya.
24
Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, hlm. 1238. 25
Zanal Abidin, Seluk Beluk Al-Qur’an, hlm. 145.
25
4. Pengaruh Belajar Bimbingan Al-Qur’an Terhadap Jiwa Manusia
Allah Swt, menurunkan al-Qur’an untuk umat manusia dengan sejumlah
maksud dan tujuan. Semuanya itu adalah untuk membahagiakan ketika hidup
dalam dunia dan juga kelak di alam akhirat. Secara umum, mendasar dan
menentukan, maksud penurunan al-Qur’an adalah sebagai petunjuk bagi manusia,
mendapat kelapangan, mendapat jaminan surga yang penuh kenikmatan bagi
mereka yang beramal shaleh. Dan tidak dapat disangkal bahwa ayat-ayat al-
Qur’an mempunyai pengaruh psikologis terhadap orang yang beriman.26
Hal ini
secara tegas telah dinyatakan al-Qur’an ketika berbicara tentang sifat-sifat orang
mukmin yakni sebagaimana Allah Swt, berfirman dalam Q.S. al-Anfaal (7): 2.
Terjemahnya:
Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut
nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya
bertambahlah iman mereka (karenanya), dan Hanya kepada Tuhanlah
mereka bertawakkal.27
Membaca al-Qur’an dengan baik, dapat menghibur perasaan yang sedih,
menenangkan jiwa yang gelisah dan melunakan hati yang keras, serta
mendatangkan petunjuk. Itulah yang dimaksud dengan rahmat Allah Swt, yang
diberikan kepada orang yang membaca al-Qur’an sebagai wahyu Illahi, yang tak
26
M. Quraish Shihab, Mukjizat Al-Qur’an Ditinjau Dari Aspek Kebahasaanm Isyarat Ilmia
dan Pemberian Gaib, (Bandung: Mizan, 2001), hlm. 234. 27
Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, hlm. 38.
26
bosan-bosan orang membacanya. Bahkan semakin sering orang membaca,
semakin terpikat hatinya kepada al-Qur’an itu. Bila al-Qur’an itu dibaca dengan
lidah yang fasih, dengan suara yang baik dan merdu akan lebih baik memberi
pengaruh kepada jiwa orang yang membacanya.28
28
Zanal Abidin, Seluk Beluk Al-Qur’an, hlm. 156.
27
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tipe Penelitian
Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
deskriptif kualitatf, yang bertujuan untuk mendeskripsikan atau menjelaskan
peristiwa atau kejadian yang terjadi pada masa sekarang berdasarkan fakta di
lapangan. Dalam hal ini peneliti akan mendeskripsikan bagaimana peran Mahad
al-Jamiah dalam pengembangan akhlak mahasiswa pada FITK melalui bimbingan
belajar al-Qur’an.
B. Waktu dan Lokasi Penelitian
1. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan satu bulan terhitung sejak tanggal 03
September 2015 sampai dengan 03 Oktober 2015.
2. Lokasi Penelitian
Tempat penelitian ini akan dilaksanakan di Kampus IAIN Ambon.
Jln Dr. Tarmizi Taher Kabun Cengkeh batu Merah Atas.
C. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah, dosen Ma’had IAIN Ambon
sebanyak 3 orang selaku guru bimbingan belajar al-Qur’an kepada mahasiswa
di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Ambon dengan mahasiswa PAI
sebanyak 12 orang yang diambil dari semester III.
28
D. Instrumen Penelitian
Instrumen utama dalam penelitian kualitatif ini adalah peneliti sendiri.1
Untuk dapat dimengerti bahwa peneliti memaparkan instrumen utama, maka
seorang peneliti harus memiliki syarat-syarat. Lincolin dan Cuba dalam
Moleong, merincikan syarat-syarat tersebut antara lain: 1), responsif dapat
disesuaikan, menekan keutuhan, mendasarkan diri atas perluasan pengetahuan,
proses data secepatnya dan memanfaatkan kesempatan untuk mencari respon
yang tidak lazim, 2), kualitas yang diharapkan dan 3), meningkatkan
kemampuan peneliti sebagai instrumen.2
Dalam penelitian kualitatif, penelti merupakan instrumen dalam hal
pengumpulan data dengan cara mengamati langsung baik berupa dokumen
yang ada atau aktivitas para dosen dan mahasiswa yang ada di Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan IAIN Ambon.
E. Prosedur Pengumpulan Data
Penelitian dilakukan dengan menggunakan penelitian lapangan (field
reseach). Penelitian lapangan yaitu; peneliti secara langsung terjun kelapangan
sebagai instrument pengumpulan data.
1. Observasi yaitu pengamatan yang dilakukan secara sengaja dan langsung
keobyek yang diteliti guna memperoleh gambaran yang sebenarnya
terhadap permasalahan yang diteliti.
1Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R d D,
(Cet.XIV; Bandung, 2012), hlm 400. 2Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung, PT. Remaja Rosdakarya,
2000), hlm 121-124.
29
2. Wawancara, metode ini digunakan agar mengetahui dan mendapatkan
informasi secara langsung dari obyek penelitian terkait dengan
permaslahan yang dikaji.
3. Dokumentasi, yaitu suatu metode pengumpulan data dengan jalan
mencatat secara langsung dokumen yang terdapat pada lokasi
penelitian.3
F. Teknik Analisis Data
Bafadal dalam Masykuri Bakri mengemukakan bahwa analisis data dapat
disefinisikan sebagai proses penguatan dan pengelompokan data dengan tujuan
untuk menyusun hipotesis kerja dan mengangkatnya menjadi kesimpulan atau
teori sebagai temuan.4 Data dalam penelitian kualitatf terdiri dari deskripsi yang
dirinci tentang situasi, interaksi, peristiwa orang dan peristiwa yang teramati,
pikiran, sikap, dan keyakinan, atau pertikan-pertikan dokumen.
Pendapat lain mengatakan bahwa analisis data adalah upaya mencari dan
menata secara sistematis catatan hasil observasi, wawancara, dokumentasi, dan
sejenisnya untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang masalah yang ditelit
dan menjelaskannya sebagai temuan yang dilanjutkan dengan upaya mencari
makna.
1. Tahap Reduksi Data
Pada tahap ini peneliti membaca, mempelajari dan menelaah data yang
telah diperoleh dari wawancara yang kemudian direduksi. Reduksi data adalah
3Nana Saodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung, PT. Remaja
Rosdkarya, 2005), hlm 219. 4Masykuri Bakri, Metode Penelitian Kualitatif Tinjauan Teoritis dan Praktis, (Malang:
Unisma-Visi Press, 2002), hlm 73-174.
30
suatu bentuk analisis yang mengacu pada proses menajamkan,
menggolongkan, membuang yang tidak perlu dan menggorganisasikan data
mentah yang diperoleh dari lapangan. Semua data yang diperoleh sesuai
dengan kebutuhan untuk menjawab pertanyan penelitian.5
2. Penyajian data
Tahap ini dilakukan dengan mengorganisasikan data yang merupakan
sekumpulan informasi yang terorganisir, memberikan makna, dan
terkategorikan serta menarik kesimpulan tentang proses berfikir masyarakat
dalam hal ini persoalan yang peneliti kaji di lapangan.
3. Menarik kesimpulan
Pada tahap ini peneliti berusaha menarik kesimpulan tentang subyek
berdasarkan proses berfikir msyarakat dalam menanggapi pertanyaan dalam
bentuk wawancara yang ditanyakan oleh peneliti.6
5Lexy J. Moleong, Penelitian Kuantitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1998), h. 66.
6Ibid., h. 67.
31
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Profil Ma'had al-Jamiah IAIN Ambon
1. Sejarah Singkat Ma,had al-Jamiah IAINAmbon
Ma'had al-Jamiah IAIN Ambon adalah lembaga pesentren mahasiswa yang
bernaung di bawah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ambon. Lembaga ini
resmi di bentuk sejak tanggal 12 November 2012 dengan diterbitkannya SK
Rektor Nomor 62 tahun 2012 tentang Pembentukan Pengurusan Pesentren
Mahasiswa "Ma’had al-Jamiah IAIN Ambon" periode 2012-2016.1
Secara kronologis, lahirnya Ma’had al-Jamiah IAIN Ambon telah melalui
perjuangan cukup panjang. Itu dimulai ketika pembagunan asrama putra sedang
berlansung tepatnya pada bulan Juni 2011 terjadi diskusi antara H. Dedi Djubaedi,
M.ag (Rektor IAIN Ambon Periode 2008-2012), Much. Mu'alim (dosen pengasuh
Ma'had al-Jamiah periode pertama) dan Pardianto (Dosen Fakultas Ushuluddin
Dakwah) tentang rencana sistem pembelajaran yang akan diterapkan di asrama
putra.2
Diskusi tersebut menghasilkan sebuah gagasan tentang penerapan sistem
pesentren pada asrama mahasiswa IAIN Ambon, yang akan memfokuskan pada
pembinaan empat kompetensi pokok; (l) pembinaan mental spiritual, (2)
pembinaan baca tulis Al-Qur'an, (3) pengenalan kitab kuning atau turas, dan (4)
penerapan bahasa arab-inggris. Dengan adanya gagasan tersebut, maka segera
1Sumber Data Dokumentasi Ma’had al-Jam’ah IAIN Ambon, Tanggal 18 Oktober 2015.
2Sumber Data Dokumentasi Ma’had al-Jam’ah IAIN Ambon, Tanggal 18 Oktober 2015.
32
disiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan mulai dari rancangan sistem
pembelajaran, rencana kerja sama dengan lembaga-lembaga lain di luar kampus,
baik pemerintah maupun swasta, termasuk dengan pesentren-pesantren di jawa,
serta rekrukmen mahasiswa calon pembina asrama.3
Periode selanjutnya, jabatan rektor dipegang oleh Hasbollah Toisuta, M.Ag
pada masa kepemimpinannya rencana tersebut di lanjutkan dengan mejalin
kerjasama pembinaan dengan Pesantren Tebuireng Jombang. Rektor menyerahkan
sepenuhnya pengasuh Ma'had al-Jamiah untuk melakukan pengelolaan bersama
dengan tim pembina pesantren yang akan di datangkan dari Tebuireng Jombang
asalkan semua upaya tersebut dilakukan untuk mendukung dan meningkatkan
kualitas akademik para mahasiswa IAIN Ambon.
Pada tanggal 25 November 2012, enam orang pembina asrama didatangkan
dari pesantren Tebuireng. Berdasarkan MOU yang telah ditandatangai oleh rektor
IAIN Ambon; Hasbollah Toisuta dan pengusaha pesantren Tebuireng, KH
Salahuddin Wahid. Enam orang pembina tersebut direncanakan akan melakukan
pembinaan selama satu tahun, dan kontraknya akan diperpanjang jika dianggap
perlu, setelah dilakukan evaluasi terhadap kinerja yang dicapai. Di samping itu,
terdapat beberapa orang dosen IAIN Ambon yang bersedia bergabung dengan
pengurus Ma'had al-Jami'ah IAIN Ambon untuk bersama-sama melakukan
pembinaan para santri.
Para santri putra Ma'had al-Jamiah resmi menempati asrama pesantren sejak
tanggal 12 Januari 2013 dan pada tahun pertama ini asrama Ma,had al-Jamiah
3Sejarah Ma’had al-Jam’ah IAIN Ambon, Data Administrasi Ma’had al-Jam’ah IAIN
Ambon.
33
hanya diperuntukkan bagi para mahasiswa calon pembina asrama yang telah lulus
tes seleksi PPSM (Pengkaderan Pembina Santri mahasiswa) yang diadakan pada
bulan Desember 2012. Mereka pada awalnya berjumlah 26 orang, namun karena
ada beberapa orang yang belum siap untuk tinggal di asrama sehinga jumlah
mereka pada saat ini adalah 19 orang.
Pada pertengahan tahun 2014, sebuah rusunawa berkapasitas sekitar 300
penghuni telah dibangun di dalam lingkungan kampus IAIN Ambon, dan saat ini
dipergunakan menjadi tempat baca tulis al-Qur'an bagi mahasantri Ma'had al-
Jami'ah olehnya itu pada tahun 2013 kepengurusan ma,had al-Jami,ah
IAINAmbon masih terfokus pada pembinaan asrama putera dengan kepengurusan
Ma’had al-Jami'ah sebagai beriut:
Tabel 1. Daftar Nama Pengajar Mahadal-Jamiah IAIN Ambon
No Jabatan Nama
1.
2.
Dewan pengasuh Ma'had
Kepala pengasuh:
Sekretaris pengasuh:
Much, Mu'alim M. HI
Farid Naya. M Si
Dewan Pembina (Mudabbir)
1. Koordinator pembina:
2. Kabag. Peinb. Al-Qur,an
bandongan;
3. Kabag. Tahfiz (Putra) &
koperasi:
4. Kabag. Bahasa Arab & Wk.
Kamtib:
5. Kabag. Bahasa inggirs dan
Keorganisasia:
6. Kabag. Niniayah & sorogan:
7. Kabag. Pendampingan &
Kebersihan:
8. Kabag. Kamtib & konseling:
9. Kabag. Tataboga &. tahfiz
(Putri);
Ahsyahri. S. Arif khuzaini, SA
S. Pd.I
M. Sub,khi, SA S. Pd.I
Mukhlisin, S4 S.Pd.I
Nakip Pelu, MA.
Agung Mulyono, SA. S. Pd. I
Nurhadi, SA. S. Pd. I
Haman Asy'ari, SA. S. Pd.I
Abd. Khoir Wattimena, MH.
Lailatul Munawwaroh, S. Pd. I
34
2. Visi Misi Ma,had al-Jami’ah IAINAmbon
a. Visi
Sebagai lembaga pencetak mahasiswa yang urggul dalam keilmuan
Islam akhlak dan prestasi.
b. Misi
1) Mecetak mahasiswa yang menguasai baca tulis al-Qur'an
2) Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam penguasaan khazanah
Keilmuan lslam
3) Membentuk kepribadian mahasiswa yang berakhlaq al-karimah dan
berkarakter unggul
4) Menyiapkan mahasiswa kader da,i.4
3. Tujuan Ma'had al-Jami,ah IAIN Ambon
Adapun tujuan didirikannya Ma'had al-Jami'ah IAIN Ambon adalah selaras
dengan tujuan Institut Agama Islam Negeri Ambon khususnya dalam peningkatan
kualitas mahasiswa pada bidang keagamaan. Tujuan tersebut masih bersifat umum
dan tampak abstrak, maka setelah merumuskan masalah itu selanljutnya
dliabarkan dalam uraian tujuan Ma'had al-Jami'ah yang difokuskan pada empat
bidang pokok:
a. Pembinaan akidah dan akhlak kelslaman
b. Pembinaan baca tulis al-Qur'an
c. Pengenalan khazanah keislaman
d. Pendamping praktek bahasa Arab lnggris secara aktif.5
4Sejarah Ma’had al-Jam’ah IAIN Ambon, Data Administrasi Ma’had al-Jam’ah IAIN
Ambon.
35
4. Sistem Pembinaan pada Ma,had al-Jami'ah IAIN Ambon
Ada dua macam sistem pembinaan yang ditangani oleh Ma'had al-Jami’ah
IAIN Ambo yaitu:
a. Sistem Pembinaan Keasramaan.
Asrama Ma'had al-Jami'ah banyak diperuntukkan bagi para santri
mahasiswa, baik mahasiswa kader pembina maupun mahasiswa umum
Mahasiswa Kader Pembina adalah mahasiswa yang tehh lulus seleksi PPSM
(Pengkderan Pembina Santri mahasiswa) yang dilaksanakan pada bulan Desember
2012. Mereka selanjutnya dibina untuk menjadi pembina santi asrama Ma'had al-
Jami'ah IAIN Ambon.
b. Sistem Pembinaan Non Asrama.
Pembinaan ini terbagi kepada dua yaitu pembinaan yang diperuntukkan bagi
seluru mahasiswa semester I dan II dan pembinaan bagi mahasiswa semester atas
yang gagal melewati tes baca tulis al-Qur'an sebagai prasyarat mengukuti
Munaqasyah (ujian skripsi). Adapun program-program yang dilaksanakan oleh
Ma,had al-Jami,ah IAIN Ambon dalam sistem pembinaan santri asrama,
dibedakan tiga kategori:
c. Prograni Internal Ma'had al-Jami,ah (program Asrama)
Program ini berisi berbagai agenda kegiatan yang dilaksanakan oleh para
santri Ma'had al-Jami'ah IAIN Ambon, baik yang bersifat harian, mingguan,
bulanan, tahunan, maupun yang dilaksanakan secara eksidentil.
5Sejarah Ma’had al-Jam’ah IAIN Ambon, Data Administrasi Ma’had al-Jam’ah IAIN
Ambon.
36
5. Pembinaan Bahasa Arab (adapun Bahasa Inggris masih dalam tahap
persiapan)
a. Program Internal Kampus (program No Asrama)
Program ini berupa pembinaan baca tulis al-Qur,an bagi seluru mahasiswa
semester I dan II dan juga bagi para mahasiswa pada semester atas yang gagal
melewati tes baca tulis al-qur'an sebagai prasyarat mengukuti munaqasyah (ujian
skripsi).
b. Program pengabdian Kepada Masyarakat
Program ini dilaksanakan dalam tiga bentuk kegiatan: (l). Dakwa Lingkaran
Kampus ceramah dan khutbah; (2). pendamping masyarakat binaan Beberapa
kegiatan tersebut akan dikembangkan dengan menjalani kerja saura dengan
beberapa pihah baik instansi pemerintah maupun masyarakat.
6. Mahasantri Ma’had al-Jamirah IAINAmbon
Mahasantri Ma'had al-Jami'ah adalah mahasiswa aktif pada fakuftas-
fakultas di lingkungan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ambon yang telah
diterima sebagai mahasantri Ma'had al-Jami,ah dan terbagi atas dua kategori
yaitu:
a. Mahasantri asrama adarah mahasiswa/i yang tinggal di asrama dan wajib
mengukuti pembinaan asrama, mahasiswa/i wajib melakukan regestrasi
dan lulus seleksi serta membayar administrasi sewa kamar dan kegiatan
pembinaan arama yang bersamanya ditentukan KS Rektor.
b. mahasiswa non asrama adalah mahasiswa/i yang mengikuti pembinaan al-
Qur'an maupun pembinaan lainnya, namun tidak tinggal di asrama. Untuk
menjadi mahasantri non asrma, mahasiswa/i harus mengikuti tes
37
konpetensi baca tulis al-Qur'an yang diserengarakan oleh Ma,had al-
Jami,ah pada setiap awal tahun akademik bagi semua mahasiswa/i baru,
atau pada waktu lain begi mahasiswa yang terlambat pendaftaran, sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
Perencanaan pengkaderan pembinaan santri, hanya memerlukan waktu satu
semester, selanjutnya mereka akan membina santri yang direncanakan atau masuk
asrama pada semester berikutnya. Namun rencana tersebut belurn dapat
direlisasikan. oleh karena itu pengurus ma'had jami'ah mengalihkan
konsentrasinnya pada pembina baca tulis al-Qur'an pada mahasiswa semester
bawah dan semester atas. Dan program tersebut pelaksanaannya masa aktif
sampai pada saat sekarang ini.
B. Hasil Penelitian
Belajar membaca al-Qur’an diibaratkan komunikasi dengan Allah Swt,
otomatis, dengan komunikasi itu, orang yang belajar membaca al-Qur’an jiwanya
akan tenang dan tentram. Oleh karena itu, apabila seseorang ingin merasakan jiwa
yang tenang dan tentram, hendaknya memperbanyak belajar membaca al-Qur’an.
al-Qur’an secar harfiah merupakn “bacaan sempurnaan” merupakan suatu nama
pilihan Allah Swt yang paling tepat. Dikatakan demikian karena al-Qur’an
merupakan sumber bacaan yang paling agung, mulia, dan tidak ada yang dapat
menandingi kalamullah (firman Allah Swt) tersebut.
Ajaran Islam memberikan penghargaan yang luar biasa terhadap aktivitas
belajar membaca al-Qur’an. Peserta tadarus merupakan tamu Allah Swt, forum,
majelis, atau halaqah-Nya akan selalu dikerumun para malaikat dalam rangka
38
menurunkan rahmat dan kesentosaan. Berbicara mengenai akhlak maka tidak
akan terlepas dari perilaku-perilaku manusia baik itu baik yang dikenal dengan
akhlak baik maupun perilaku buruk yaitu ahklak yang buruk. perilaku dapat
dibatasi sebagai keadaan jiwa untuk berpendapat, berfikir, bersikap, dan lain
sebagainya yang merupakan refleksi dari berbagai macam aspek, baik fisik
maupun non fisik. Perilaku juga diartikan sebagai suatu reaksi psikis seseorang
terhadap lingkungannya.6
Akhlak atau perilaku sangat penting, karena akhlak adalah kepribadian yang
mempunyai tiga komponen, yaitu tahu (pengetahuan), sikap, dan perilaku. Hal
tersebut menjadi penanda bahwa seseorang layak atau tidak layak disebut
manusia. Perilaku adalah watak, sifat, atau hal-hal yang memang sangat mendasar
yang ada pada diri seseorang. Hal-hal yang sangat abstrak yang ada pada diri
seseorang dan sering orang menyebutnya dengan tabiat atau perangai.7
Pandangan Islam bahwa pendidikan karakter dalam Islam yang memiliki
keunikan dan perbedaan dengan pendidikan karakter di dunia Barat. Perbedaan-
perbedaan tersebut mencakup penekanan terhadap prinsip-prinsip agama yang
abadi, aturan dan hukum dalam memperkuat moralitas, perbedaan pemahaman
tentang kebenaran, penolakan terhadap otonomi moral sebagai tujuan pendidikan
moral, dan penekanan pahala di akhirat sebagai motivasi perilaku bermoral.8
Sehingga akhlak dalam Islam sangat mulia dan agung bagi orang mampu
melakukannya. Sehingga untuk mengetahui proses kegiatan belajar membaca al-
6M. Quraish Sihab, Mukjizat Al-Qur’an ditinjau dari Aspek Kebahasaan, Isyarat Ilmia dan
Pemberitahuan Gaib, Bandung: Mizan, 2001), hlm 21. 7Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Cet.II; Bandung : CV. Pustaka Setia, 1999),
hlm. 9. 8Ibid., hlm. 10.
39
Qur’an dalam membentuk perilaku mahasiswa dapat dilihat pada pembahasan
berikut :
1. Kegiatan Belajar Membaca Al-Qur’an dalam pembentukan akhlak
mahasiswa
Kegiatan ini sangat membantu pendidik dalam membentuk perilaku atau
akhlak mahasiswa karena dengan kegiatan belajar membaca al-Qur’an diharapkan
mahasiswa mampu memahami apa yang mereka baca, dimana dengan adanya
kegiatan ini mahasiswa dituntut agar bisa belajar membaca al-Qur’an dengan baik
sesuai dengan hukum tajwid itu sendiri. Tujuan dari kegiatan tersebut ialah agar
mahasiswa mampu belajar membaca al-Qur’an dan mempersiapkan generasi
muda yang Qur’ani, dimana di era yang modern ini banyak generasi muda Islam
jauh dari tuntunan al-Qur’an dan as-sunnah.
Namun apa yang ditemukan penulis walaupun sudah diadakan kegiatan
belajar membaca al-Qur’an, tetapi masih terdapat sebagian besar mahasiswa yang
belum mampu membentuk akhlak atau perilaku mereka dengan baik. Akhlak atau
karakter sangat penting, karena akhlak adalah kepribadian yang mempunyai tiga
komponen, yaitu tahu (pengetahuan), sikap, dan perilaku. Hal tersebut menjadi
penanda bahwa seseorang layak atau tidak layak disebut manusia. Perilaku
merupakan watak, sifat, atau hal-hal yang memang sangat mendasar yang ada
pada diri mereka (seseorang). Hal-hal yang sangat abstrak yang ada pada diri
seseorang dan sering orang menyebutnya dengan tabiat atau perangai. Oleh karena
itu, pelaksanaan tadarus mempunyai peran yang sangat signifikan dalam
membentuk akhlak mahasiswa dalam aktifitasnya sehari-hari, sebagaimana yang
disampaikan oleh salah seorang pengajar di Mahad al-Jamiah bahwa :
40
“Belajar membaca al-Qur’an bagi para pelajar merupakan hal yang
sangat penting bagi mereka, karena dengan kegiatan belajar membaca al-
Qur’an, menjadikan mereka menjadi pandai menganal al-Qur’an menjadi
lebih baik, selain itu juga kegiatan belajar membaca al-Qur’an ini yang
kami lakukan tidak lain agar para mahasiswa mampu dan pandai
membaca al-Qur’an dengan baik, kerena apabila mereka bersungguh-
sungguh membaca al-Qur’an ini perilaku atau akhlak mereka akan
tercermin disini, sebab apabila mereka memahami apa yang mereka baca
dengan sendirinya akan menuntun akhlak mereka dengan baik, maka
kegiatan belajar membaca al-Qur’an sangan baik untuk membentuk
perilaku mahasiswa di IAIN Ambon”.9
Hal ini juga dibenarkan oleh Alfin salah satu pengajar al-Qur’an di Mahad
al-Jamiah bahwa :
“peranan kegiatan belajar membaca al-Qur’an sangat penting bagi
mahasiswa, karena dengan adanya kegiatan tadarus mahasiswa telah
menghidupkan al-Qur’an, kemudian apabila mereka sudah
menghidupkan al-Qur’an terebut mereka dengan sendirinya mampu
memahami apa yang mereka baca, dengan sendirinya ada kesadaran yang
baik”.10
Namun penjelasan ini sedikit berbeda dengan apa yang disampaikan oleh
Nurhadi bahwa :
“Peranan kegiatan belajar membaca al-Qur’an merupakan hal yang
sangat terpenting bagi mahasiswa karenadan ini sangat baik bagi mereka,
namun apabila dikaitkan dengan pembentukan akhlak maka tergantung
dari siapa yang membacanya, karena banyak yang melakukan belajar
membaca al-Qur’an di sini tetapi niat mereka untuk belajar itu berbeda,
makanya ada sedikit paksaan dalam diri mereka untuk datang belajar di
sini, sehingga kurang membekas dalam diri para mahasiswa, khususnya
dalam membentuk kahlak mereka, jadi itu kembali kepada diri kita
masing-masing para mahasiswa itu sendiri’.11
Namun hasil penelitian yang peneliti temukan dari mahasiswa dari hasil
wawancara yang ternyata beragam jawaban mereka, tetapi semuanya menjurus
9Muslimin, Salah Seorang Pengajar Di Mahad al-Jamiah IAIN Ambon, “Wawancara”,
Pada Tanggal 09 September 2015. 10
Alfin, Salah Seorang Pengajar Di Mahad al-Jamiah IAIN Ambon, “Wawancara”, Pada
Tanggal 09 September 2015. 11
Nurhadi, Salah Seorang Pengajar Di Mahad al-Jamiah IAIN Ambon, “Wawancara”, Pada
Tanggal 12 September 2015.
41
pada kebaikan hal ini karena mereka sangat berterima kasih dengan adanya
kegiatan belajar membaca al-Qur’an yang dijalankan oleh Mahad al-Jamiah ini,
karena dengan kegiatan ini mereka bisa diajarkan membaca al-Qur’an dengan
baik sebagaimana yang disampaikan oleh Siti Burdah Sangdji bahwa :
“Kegiatan belajar membaca al-Qur’an sangat penting bagi mahasiswa
dan mahasiswi, karena selain kita bisa membaca, tapi kita juga diajarkan
untuk menulis, dan juga diajarkan bagaimana belajar membaca al-Qur’an
dengan baik beserta hukum-hukum bacaannya, sehingga al-Qur’an bisa
dibaca dengan baik dan benar sesuai dengan makhorijil huruf dan
maknanya, dan juga tidak keluar dari kaidah-kaidah belajar membaca al-
Qur’an. Insya Allah, dengan kegiatan belajar membaca al-Qur’an terus-
menerus perlahan-lahan akan membentuk akhlakul karimah yang baik
para mahasiswa/i, karena dengan cara sendirinya dia akan merasa bahwa
belajar membaca al-Qur’an itu penting, mempelajari itu penting, apalagi
kalo kebetulan dia membaca al-Qur’an yang terjemahannya membaca
tentang akhlak, maka dia akan tersadar bahwa, “Oh akhlak yang itu
seperti ini”.12
Hal ini juga dibenarkan oleh Juliyanti Mahasiswi Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan pada Progra Studi Pendidikan Agama Islam semester tiga bahwa:
“Ia sangat penting karena belajar membaca al-Qur’an adalah sebagai
pedoman hidup, lembaga kita adalah lembaga IAIN sehingga sangat
diwajibkan untuk bisa belajar dan mengajarkannya. Ia dengan
mempelajari al-Qur’an dengan sungguh-sungguh dan tekun akan
merubah akhlak seseorang, karena kita lebih mengetahui makna dari
ayat-ayat al-Qur’an”.13
Kemudian senada dengan yang disampaikan oleh Lilinurinda Daud bahwa:
“Iya, karena tidak semua mahasiswa yang ada di IAIN Ambon ini bisa
mengaji dengan baik dan benar. Bisa iya dan bisa tidak. Karena tidak
semua yang mampu menerapkan belajar membaca al-Qur’an kehidupan
sehari-harinya. Hanya orang-orang yang mempunyai keinginan dan tekad
yang kuat untuk berubah yang bisa melakukannya”.14
12
Siti Burdah Sangadji, Salah Seorang Mahasiswa yang Mengikuti Kegiatan Tadarus al-
Qur’an di Mahad al-Jamiah IAIN Ambon, “Wawancara”, Pada Tanggal 08 September 2015. 13
Julianti, Salah Seorang Mahasiswa yang Mengikuti Kegiatan Tadarus al-Qur’an di Mahad
al-Jamiah IAIN Ambon, “Wawancara”, Pada Tanggal 12 September 2015. 14
Lilinurinda Daud, Salah Seorang Mahasiswa yang Mengikuti Kegiatan Tadarus al-Qur’an
di Mahad al-Jamiah IAIN Ambon, “Wawancara”, Pada Tanggal 15 September 2015.
42
Dan juga dibenarkan oleh Yurni Hanafi bahwa :
“Kegiatan belajar membaca al-Qur’an itu sangat penting bagi para
mahasiswa apalagi untuk mahasiswa Pendidikan Agama Islam. Karena
dengan adanya belajar membaca al-Qur’an ini para mahasiswa bisa
belajar membaca al-Qur’an dengan baik. Ya, belajar membaca al-Qur’an
dapat membantu untuk membentuk akhlak yang baik. Karena dijamin
bahwa selain belajar membaca al-Qur’an pasti ada nasehat-nsehat atau
ceramah-ceramah yang di sampaikan bagi para mahasiswa sehingga
dengan sendirinya mahasiswa bisa memperbaiki akhlaknya”.15
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kegiatan Belajar Membaca Al-
Qur’an dalam Pembentukan Akhlak Mahasiswa.
Allah Swt, menurunkan al-Qur’an untuk umat manusia dengan sejumlah
maksud dan tujuan. Semuanya itu adalah untuk membahagiakan ketika hidup
dalam dunia dan juga kelak di alam akhirat. Secara umum, mendasar dan
menentukan, maksud penurunan al-Qur’an adalah sebagai petunjuk bagi manusia,
mendapat kelapangan, mendapat jaminan surga yang penuh kenikmatan bagi
mereka yang beramal shaleh, sehingga ada beberapa faktor yang mempengaruhi
kegiatan belajar membaca al-Qur’an di kalangan mahasiswa yaitu sebagai berikut:
a. Faktor pendukung
Adapun faktor-faktor pendukung dari kegiatan belajar membaca al-Qur’an
dalam membentuk akhlak mahasiswa, yang peneliti dapatkan berupa hal yang
pokok guna menunjang proses kelancaran dari belajar membaca al-Qur’an ini
sekaligus untuk membentuk akhlak mahasiswa menjadi lebih baik, yaitu berupa
ilmu-ilmu agama yang harus dimiliki oleh mahasiswa sehingga akhlak yang
mereka miliki menjadi akhlak yang baik, selain itu perlu adanya aturan yang
jelas dari pihak lembaga untuk mengakomodir permasalahan terkait dengan
15
Yurni Hanafi, Salah Seorang Mahasiswa yang Mengikuti Kegiatan Tadarus al-Qur’an di
Mahad al-Jamiah IAIN Ambon, “Wawancara”, Pada Tanggal 15 September 2015.
43
akhlak tersebut berupa bimbingan dan pengarahan yang baik kepada mahasiswa.
Sebagaimana yyang disampaikan oleh Muslimin bahwa :
“faktor pendukung proses kelancaran kegiatan belajar membaca al-
Qur’an ini adalah dari pihak petinggi lembaga kampus berupa aturan
yang mengikat kampus dan pihak ma’had, sehingga terhubung satu
dengan yang lain, sehingga mampu membentu akhlak mahasiswa yang
lebih baik”.16
Hal ini juga dibenarkan oleh Alfin salah seorang pengajar al-Qur’an di
Mahad al-Jamiah IAIN Ambon bahwa :
“Mengharapkan pengurus rektorat untuk mengawasi dengan ketat.
Adanya kerja sama dalam pembentukan karakter siswa baik dengan dua
dosen. Sehingga bisa belajar membaca al-Qur’an dengan baik pahaman
dalam al-Qur’an dan mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari”.17
Hal ini juga dibenarkan oleh para mahasiswa yang belajar ilmu di Ma’had
al-Jam’iah IAIN Ambon bahwa pantor pendukung proses berjalannya kegiatan
belajar membaca al-Qur’an ini dengan baik, serta membentuk akhlak mahasiswa
ini harusnya mempunyai kerja sama yang baik antara pemimin Fakultas maupun
pemimpin Institut dengan Mahad al-Jamiah IAIN Ambon guna untuk menjaga
serta membantuk kepribadian yang baik dalam beraktifitasnya baik itu di kampus
lebih-lebih di lingkungan tempat mereka tinggal. Sebagaimana yang disampaikan
oleh Siti Burdah Sangadji bahwa :
“Menurut saya, solusi yang baik untuk membentuk akhlak di FITK ini
adalah dengan mempelajari ilmu-ilmu yang berhubungan dengan akhlak,
karena mempelajari atau belajar membaca al-Qur’an tapi tidak
mendalaminya dalam artian hanya membaca, itu saya rasa tidak akan
membawa perubahan besar terhadap akhlak seseorang, karena itu harus
diperdalam dengan membaca artinya dan mendalami makna dari ayat
16
Muslimin, Salah Seorang Pengajar Di Mahad al-Jamiah IAIN Ambon, “Wawancara”,
Pada Tanggal 09 September 2015. 17
Alfin, Salah Seorang Pengajar Di Mahad al-Jamiah IAIN Ambon, “Wawancara”, Pada
Tanggal 09 September 2015.
44
tersebut, jika tidak cukup dengan membaca tapi harus diperdalam dengan
tafsir”.18
Hal ini juga dibenarkan oleh Juliyanti Mahasiswi Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan pada Program Studi Pendidikan Agama Islam semester tiga bahwa:
“Membudayakan sistem membimbing bagi mahasiswa agar membentuk
karakter yang jauh lebih baik. Dan membuat satu aturan agar hal tersebut
dapat merubah karakter mereka. Sehingga bisa mungkin kita realisasikan
dalam kehidupan sehari-hari. Karena apa yang disampaikan bisa
berkaitan langsung dengan keseharian, sperti akhlak yang baik dan lain-
lain”.19
Kemudian senada dengan yang disampaikan oleh Lilinurinda Daud bahwa:
“Menjaga pergaulan apabila kita bergaul dengan orang akhlaknya kurang
bagus kita pun pasti akan mempengaruh olehnya, begitu pun sebaliknya.
Karena peranan seorang teman sangat berpengaruh dalam membentuk
karakter kita”.20
Dan juga dibenarkan oleh Yurni Hanafi bahwa :
“Membudayakan sistem bimbingan bagi para mahasiswa oleh para
bimbingannya atau membuat satu aturan yang mengikat para mahasiswa
dalam pembentukan akhlak yang baik. Menerapkan sistem bimbingan
dari para dosen yang mengajarkan mata kuliah Islam setiap bulan. Serta
selalu mempelajari dan melestarikan apa yang telah diajarkan meskipun
terkadang ada yang di lupkan tetapi selalu berusaha untuk bisa
melestarikan”.21
b. Faktor Penghambat
Pada dasarnya berbicara mengenai faktor penghambat adalah kebalikan
dari faktor pendukung yang dijelaskan di atas, sehingga faktor penghambat
inilah yang membuat kita merasa kesulitan dalam membimbing para mahasiswa.
18
Siti Burdah Sangadji, Salah Seorang Mahasiswa yang Mengikuti Kegiatan Tadarus al-
Qur’an di Mahad al-Jamiah IAIN Ambon, “Wawancara”, Pada Tanggal 08 September 2015. 19
Julianti, Salah Seorang Mahasiswa yang Mengikuti Kegiatan Tadarus al-Qur’an di Mahad
al-Jamiah IAIN Ambon, “Wawancara”, Pada Tanggal 12 September 2015. 20
Lilinurinda Daud, Salah Seorang Mahasiswa yang Mengikuti Kegiatan Tadarus al-Qur’an
di Mahad al-Jamiah IAIN Ambon, “Wawancara”, Pada Tanggal 15 September 2015. 21
Yurni Hanafi, Salah Seorang Mahasiswa yang Mengikuti Kegiatan Tadarus al-Qur’an di
Mahad al-Jamiah IAIN Ambon, “Wawancara”, Pada Tanggal 15 September 2015.
45
Faktor-faktor penghambat dari pelaksanaan kegiatan belajar membaca al-Qur’an
dalam membentuk akhlak mahasiswa sehingga mereka tidak merasa ada
peningkatan baik itu pada kegiataan belajar membaca al-Qur’an maupun pada
perkembangan akhlak tersebut. Selain itu juga ada kurangnya perhatian baik itu
dosen atau pemimpin dalam pemegang kegiatan ini sehingga menajadikan
mahasiswa merasa acau serta tidak memperhatikan kegiatan tersebut.
Sebagaimana yang disampaikan oleh Alfin bahwa :
“yaitu kurangnya perhatian yang baik dari fakultas maupun para petinggi
kampus, sehingga para mahasiswa masih merasa tidak memperdulikan
kegiatan belajar membaca al-Qur’an ini, hal ini yang menjadi masalah
dalam kampus dimana para mahasiswa masih banyak yang sudah di sini
mereka kurang lancar membaca al-Qur’an, berkaitan dengan akhlak para
mahasiswa masih minim pemahaman mereka terkait dengan perilaku
mereka masih menanamkan streotif-streotif pada mahasiswa yang lain
sehingga akhlak tersebut kurang tercermin dalam kehidupan mereka di
kampus”.22
Hal ini juga dibenarkan oleh mahasiswa yaitu Siti Burdah Sangadji bahwa :
“Permasalahannya adalah banyak diantara kita yang mempelajari al-
Qur’an tapi tidak memperdalam dengan tafsir, akhirnya masih banyak
diantara kita yang akhlaknya masih kurang bagus”.23
Hal ini juga dibenarkan oleh Juliyanti Mahasiswi Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan pada Program Studi Pendidikan Agama Islam semester tiga bahwa:
“Problematika yang dihadapi adalah banyak sekali mahasiswa yang tidak
mengikuti kegiatan belajar membaca al-Qur’an, padahal kegiatan
tersebut sebenarnya untuk memperbaiki mahrojnya hurup menjadi
baik”.24
22
Alfin, Salah Seorang Pengajar Di Mahad al-Jamiah IAIN Ambon, “Wawancara”, Pada
Tanggal 09 September 2015. 23
Siti Burdah Sangadji, Salah Seorang Mahasiswa yang Mengikuti Kegiatan Tadarus al-
Qur’an di Mahad al-Jamiah IAIN Ambon, “Wawancara”, Pada Tanggal 08 September 2015. 24
Julianti, Salah Seorang Mahasiswa yang Mengikuti Kegiatan Tadarus al-Qur’an di Mahad
al-Jamiah IAIN Ambon, “Wawancara”, Pada Tanggal 12 September 2015.
46
Kemudian senada dengan yang disampaikan oleh Nadira Attamimi bahwa:
“Mahasiswa banyak yang sering tidak masuk saat mengikuti belajar
membaca al-Qur’an”.25
Dan juga dibenarkan oleh Yurni Hanafi bahwa :
“Para mahasiswa yang cukup banyak yang tidak ikut belajar membaca al-
Qur’an ini, sehingga mereka sulit untuk mau memperbaiki akhlak”.26
C. Pembahasan
Al-Qur’an merupakan kumpulan firman Allah Swt, yang di turungkan
kepada Nabi Muhammad Saw, melalui malaikat Jibril dan diteruskan kepada umat
manusia dengan tujuan utama diturunkan al-Qur’an adalah sebagai petunjuk dan
pedoman bagi manusia yang mencapai kebahagiaan dan ketentraman hidup di
dunia dan di akhirat. dimana firman Allah dalam surat al-Baqarah ayat 2 yang
berbunyi:
Terjemahnya:
“Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya: petunjuk bagi
mereka yang bertakwa”.27
Untuk menggali petunjuk dan pedoman yang terdapat di dalam al-Qur’an
tersebut, maka umat Islam harus berupaya mempelajarinya, mulai dari
25
Nadira Attamimi, Salah Seorang Mahasiswa yang Mengikuti Kegiatan Tadarus al-Qur’an
di Mahad al-Jamiah IAIN Ambon, “Wawancara”, Pada Tanggal 12 September 2015. 26
Yurni Hanafi, Salah Seorang Mahasiswa yang Mengikuti Kegiatan Tadarus al-Qur’an di
Mahad al-Jamiah IAIN Ambon, “Wawancara”, Pada Tanggal 15 September 2015. 27
Depertemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahanya (Semarang: PT. Karya Toha Putra
1996), hlm. 8.
47
membacanya, menterjemahkannya, menafsirkannya, dan mengaktualisasikannya
dalam kehidupan sehari-hari. Ini pula hakekat dari tujuan pendidikan al-Qur’an.28
Hakikat pembelajaran al-Qur’an adalah menyampaikan pengetahuan
mengenai cara membaca al-Qur’an sebagai kalam Allah Swt, mulai dari cara
membaca huruf, kata, dan kalimatnya. Secara prinsip kegiatan belajar membaca
al-Qur’an mempunyai tujuan agar umat Islam menjadikan al-Qur’an sebagai
pegangan hidupnya. Karena dengan adanya kegiatan belajar membaca al-Qur’an
adalah merupakan kitab suci yang merupakan sumber utama dan pertama ajaran
Islam menjadi petunjuk kehidupan umat manusia yang dituangkan kepada Nabi
Muhammad Swt sebagai salah satu rahmat yang tak ada taranya bagi alam
semesta.
Selain itu, para ulama mengemukakan bahwa kegiatan belajar membaca al-
Qur’an bertujuan untuk memberikan bakal dasar pada anak untuk mencintai al-
Qur’an sehingga al-Qur’an menjadi bacaan dan pandangan hidupnya. Secara lebih
khusus pengajaran al-Qur’an bertujuan sebagai dasar dalam belajar membaca al-
Qur’an.29
Membaca merupakan bagian dari mempelajari al-Qur’an, karena umat
Islam yang ingin menggali isi al-Qur’an sendiri, secara etimologi berarti bacaan,
sebagaimana dijumpai dalam Q.S. Al-Qiyamah (75):17-18.
28
Abd. Al-Rahman al-Nahlawiy, Ushul al-Tarbuyah al-Islamiyah wa Asalbuha,
Diterjemakan Oleh Hery Noer Ali dengan judul prinsip-prinsip dan metode pendidikan islam, cet.
II, (Bandung:CV. Diponegoro, 1992), hlm. 184. 29
Syamsudin Nur dan M. Karman, Al-Kuningani Metodologi Studi Islam, (Bandung:
Fakultas Tarbiyah, 2001), hlm. 95
48
Terjemahnya:
“Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dalam)
dan (membuatmu) pandai membacanya. Maka, apabila kami telah selesai
membacannya, maka ikutilah bacaanya itu”.30
Al-Qur’an juga memilki hikmah-hikmah tersendiri ketika seseorang
membaca atau bahkan mendengarkan ayat al-Qur’an dibacakan. Hal ini
menunjukan bahwa al-Qur’an mempunyai keagungan dan kemuliaan tersendiri.
Dengan demikian, aktivitas tadarus tersebut hendaklah dijadikan sebuah rutinitas
yang sangat diutamakan. Al-Qur’an merupakan sumber hukum Islam yang sangat
pokok. Di dalamnya dijelaskan segala sesuatu tentang Islam dan ajarannya,
termasuk amalan-amalan keagamaan tidak terkecuali aktifitas tadarus yang sering
dilakukan umat muslim. Sebagaimana dipahami bahwa para remaja berkembang
secara integral, dalam arti fungsi–fungsi jiwanya saling mempengaruhi secara
organik.
Akibatnya dari kegiatan belajar membaca al-Qur’an sebagai landasan bagi
pengembangan spiritual terhadap kesejahteraan masyarakat dipertanyakan.
Dengan demikian jika pengembangan akhlak yang dijadikan landasan
pengembangan nilai spiritual dilakukan dengan baik, maka kehidupan masyarakat
akan lebih baik. Juga sebagaimana diketahui, bahwa inti ajaran Islam meliputi:
masalah keimanan (akidah), masalah keislaman (syari’ah), dan masalah ikhsan
(akhlak).31
30
Depertemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, hlm. 999. 31
Zuhairini dan Abdul Ghofir, Metodologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
(Malang: Fakultas Tarbiyah UIN Malang dengan UM Press, 2004), hlm. 48.
49
Sehingga ruang lingkup dari akhlak meliputi tiga bidang yaitu akhlak
kepada Allah Swt, akhlak kepada sesama manusia, dan akhlak terhadap alam
lingkungan. Dengan demikian, akhlak mencakup jasmani dan rohani, lahir dan
batin, dunia dan akhirat, bersifat universal, berlaku sepanjang zaman dan
mencakup hubungan dengan Allah, manusia dan alam lingkungan.
Sehingga apabila kegiatan belajar membaca al-Qur’an ini diterapkan dengan
baik oleh para pelaksana aturan dan kemudian diikuti dengan baik oleh para
mahasiswa maka dengan sendirinya kegiatan belajar membaca al-Qur’an yang
dilaksanakan di Ma’had al-Jam’iah IAIN Ambon mampu membentuk akhlak pada
mahasiswa Pendidikan Agama Islam di Fakultas Ilmu Pendidikan dan Keguruan.
Hal ini apabila aturan yang ditetapkan oleh pihak kampus dilakukan dengan baik,
karena al-Qur’an merupakan saran untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt.
Karena Allah Swt, menurunkan al-Qur’an untuk umat manusia dengan
sejumlah maksud dan tujuan. Semuanya itu adalah untuk membahagiakan ketika
hidup dalam dunia dan juga kelak di alam akhirat. Secara umum, mendasar dan
menentukan, maksud penurunan al-Qur’an adalah sebagai petunjuk bagi manusia,
mendapat kelapangan, mendapat jaminan surga yang penuh kenikmatan bagi
mereka yang beramal shaleh. Dan tidak dapat disangkal bahwa ayat-ayat al-
Qur’an mempunyai pengaruh psikologis terhadap orang yang beriman.32
Hal ini secara tegas telah dinyatakan al-Qur’an ketika berbicara tentang
sifat-sifat orang mukmin yakni sebagaimana Allah swt, berfirman dalam Q.S. al-
Anfaal (7): 2.
32
M. Quraish Shihab, Mukjizat Al-Qur’an Ditinjau Dari Aspek Kebahasaanm Isyarat Ilmia
dan Pemberian Gaib, (Bandung: Mizan, 2001), hlm. 234.
50
Terjemahnya:
Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut
nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya
bertambahlah iman mereka (karenanya), dan Hanya kepada Tuhanlah
mereka bertawakkal.33
Belajar membaca al-Qur’an dengan baik, dapat menghibur perasaan yang
sedih, menenangkan jiwa yang gelisah dan melunakan hati yang keras, serta
mendatangkan petunjuk. Itulah yang dimaksud dengan rahmat Allah Swt, yang
diberikan kepada orang yang belajar membaca al-Qur’an sebagai wahyu Illahi,
yang tak bosan-bosan orang membacanya. Bahkan semakin sering orang
membaca, semakin terpikat hatinya kepada al-Qur’an itu. Bila al-Qur’an itu
dibaca dengan lidah yang fasih, dengan suara yang baik dan merdu akan lebih
baik memberi pengaruh kepada jiwa orang yang membacanya.34
Pendidikan agama berkaitan erat dengan pendidikan akhlak, tidak
berlebihan apabila dikatakan bahwa pendidikan akhlak dalam pengertian Islam
adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pendidikan agama. Sehingga nilai-
nilai akhlak, keutamaan akhlak dalam masyarakat Islam adalah akhlak dan
keutamaan yang diajarkan oleh agama.
Membahas persoalan akhlak, yang melintas dalam fikiran adalah sederetan
tingkah yang cenderung dipahami sebagai bersifat lahiriah semata. Namun,
33
Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, hlm. 38. 34
Zanal Abidin, Seluk Beluk Al-Qur’an, hlm. 156.
51
cakupan makna yang dikandung oleh akhlak itu tidak sesempit itu. Makna akhlak
dalam kerangka yang luas ini dapat dikaitkan dengan ajaran profetik Rasulullah
yang memfokuskan misinya pada aspek akhlak. Dengan demikian, hadits tersebut
tidak bertentangan dengan kenyataan sejarah bahwa misi pertama Rasulullah Saw
adalah meluruskan kidah umat yang telah lama mengalami proses pembengkokan.
Akhlak yang merupakan bentuk plural dari kata hulq, berupa tabi’at, kabiasaan,
perangi atau bahkan agama.
Memengacu pada akhlak lebih dipahami sebagai tingkah laku dan kelakuan,
sementara jika dipahami dalam batasan bahasa yang kedua, akhlak tidak hanya
mencakup kelakuan, namun juga menyangkut seluruh muatan agama, baik aqidah,
ibadah maupun akhlak yang dipahami sebagai cabang dari Islam itu.35
Sehinga
faktor yang mempengaruhi proses kegiatan belajar membaca al-Qur’an ini dalam
membentuk akhlak mahasiswa yaitu berupa faktor pendukungnya adalah guna
menunjang proses kelancaran dari belajar membaca al-Qur’an ini sekaligus untuk
membentuk akhlak mahasiswa menjadi lebih baik, yaitu berupa ilmu-ilmu
agama yang harus dimiliki oleh mahasiswa sehingga akhlak yang mereka miliki
menjadi akhlak yang baik, selain itu perlu adanya aturan yang jelas dari pihak
lembaga untuk mengakomodir permasalahan terkait dengan akhlak tersebut
berupa bimbingan dan pengarahan yang baik kepada mahasiswa.
Sedangkan mengenai faktor penghambat adalah kebalikan dari faktor
pendukung yang dijelaskan di atas, sehingga faktor penghambat inilah yang
membuat kita merasa kesulitan dalam membimbing para mahasiswa. Faktor-
35
Ibid., hlm. 50.
52
faktor penghambat dari pelaksanaan kegiatan belajar membaca al-Qur’an dalam
membentuk akhlak mahasiswa sehingga mereka tidak merasa ada peningkatan
baik itu pada kegiataan tadarus maupun pada perkembangan akhlak tersebut.
Selain itu juga ada kurangnya perhatian baik itu dosen atau pemimpin dalam
pemegang kegiatan ini sehingga menajadikan mahasiswa merasa acau serta tidak
memperhatikan kegiatan tersebut.
Hal ini senada dengan pendapat Nur Uhbiyati bahwa pendidikan agama
Islam merupakan suatu sistem pendidikan yang mencakup seluruh aspek
kehidupan yang dibutuhkan oleh umat manusia dalam rangka meningkatkan
penghayatan dan pengalaman agama dalam kehidupan bermasyarakat, beragama,
berbangsa dan bernegara. Menurut Ahmad Dadang Marimba, pendidikan agama
Islam adalah bimbingan jasmani, rohani berdasarkan hukum-hukum agama
Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran
Islam. Dengan pengertian yang lain seringkali beliau mengatakan kepribadian
utama tersebut dengan istilah kepribadian Muslim, yaitu kepribadian yang
memiliki nilai-nilai agama Islam, memilih dan memutuskan serta berbuat
berdasarkan nilai-nilai Islam, dan bertanggung jawab sesuai dengan nilai-nilai
Islam.”36
Belajar membaca al-Qur’an hendaknya dijadikan suatu aktivitas rutin
umat muslim sebagai bentuk aktualisas dari keimanan dan ketaqwaan kepada
Allah Swt.
36
Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Cet.II; Bandung : CV. Pustaka Setia, 1999),
hlm. 9.
53
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan
sebagai beriku :
1. Peran Ma’had al-Jam’ah melalui bimbingan belajar al-Qur’an di Ma’had al-
Jam’ah IAIN Ambon yaitu untuk menjadikan mahasiswa mampu dan lancar
membaca al-Qur’an dengan baik dan benar, serta mahasiswa mamppu
berkepribadian secara Islami sehingga karakter mahasiswa IAIN Ambon dapat
diterapkan dalam kehidupannya sehari-hari.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan peran Ma’had al-Jam’ah dalam
pembentukan akhlak mahasiswa PAI melalui bimbingan belajar al-Qur’an
berupa ilmu-ilmu agama yang harus dimiliki oleh mahasiswa, adanya aturan
yang jelas dari pihak lembaga untuk mengakomodir permasalahan terkait
dengan akhlak tersebut berupa bimbingan dan pengarahan yang baik kepada
mahasiswa. Sedangkan mengenai faktor penghambat adalah merasa kesulitan
dalam membimbing para mahasiswa karena kurangnya para pengajar,
kurangnya perhatian pemimpin dalam menajadikan mahasiswa merasa acau
serta tidak memperhatikan kegiatan tersebut, serta mahasiswa yang kurang
memiliki minat untuk belajar di Mahad al-Jamiah IAIN Ambon.
53
54
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dapat dikemukakan beberapa saran
terkait dengan penelitian ini, yakni:
1. Diharapkan kepada Lembaga pendidikan dalam hal ini Ma’had al-Jam’iah,
dalam menyusun program bimbingan dan langkah-langkah teknik harus
merujuk kepada kebutuhan Ma’had al-Jam’iah dan evaluasi program untuk
menelaah atau menganalisis program yang telah dan sedang berjalan serta
melibatkan pihak terkait (stakeholders).
2. Dengan adanya kegiatan bimbingan belajar al-Qur’an diharapkan mahasiswa
memiliki keinginan yang kuat dan mampu keluar dari masalah-masalah yang
berkaitan dengan al-Qur’an.
3. Diharapkan kepada pimpinan baik pimpinan Institut, pimpinan fakultas,
pimpinan Jurusan dan Ma’had al-Jam’iah agar lebih dapat memperhatikan
kondisi mahasiswa dalam hal kegiatan bimbingan belajar al-Qur’an.
4. Diharapkan kepada mahasiswa dalam menyelesaikan sarjana, dalam sebuah
penelitian agar lebih paham tentang fenomena dari masalah yang diteliti
sehingga mampu dipertanggungjawabkan untuk menjadi seorang sarjana.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin. Zainal, Seluk Beluk Al-Qur’an, Jakarta: Rineka Cipta, 1992.
A.R. Zahruddin, Pengantar Ilmu Akhlak, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada,2004.
Bakri. Masykuri, Metode Penelitian Kualitatif Tinjauan Teoritis dan Praktis,
Malang: Unisma-Visi Press, 2002.
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur'an dan Terjemah, Semarang, :
CV.Toha Putra, 1989.
Laila. Abu, dan Thohir, Al-Qur’an dan Pembelajarannya, Bandung Al-Ma’arif,
1983.
Moleong. Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung, PT. Remaja
Rosdakarya, 2000.
Muslim bin Al-Hajaj Al-Imam. Abil Husen, Sholeh Muslim Juz I, Maktahul
Darlan Indonesia 1997.
Mustofa. H.A., AkhlakTasawuf, Bandung: CV Pustaka Setia, 1997.
Nata. Abuddin, Metodologi Studi Islam, Jakarta: Raja Grafindo, Persada, 2001.
Pidato dari Menteri Penerangan RI, Bapak Harmoko pada Munas LPTQ Nasional
di pekan Baru, Riau Tahun 1994. Lihat juga Majalah Hidayah, (edisi
XXVII, Tahun 2007).
Shihab. M. Quraish, Mukjizat Al-Qur’an Ditinjau Dari Aspek Kebahasaanm
Isyarat Ilmia dan Pemberian Gaib, Bandung: Mizan, 2001
Sihab. M. Qurais, Mukjizat Al-Qur’an ditinjau dari Aspek Kebahasaan, Isyarat
Ilmia dan Pemberitahuan Gaib, Bandung: Mizan, 2001.
Sudrajat. Ajat, Din Al-Islam, Yogyakarta: UPP IKIP, 1998.
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R
d D, Bandung, 2012.
Sukmadinata, Nana Saodih, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung, PT. Remaja
Rosdkarya, 2005.
Sumbulah. Umi, Kritik Hadis Pendekatan Historis Metodologis, Malang, PT UIN
Malang Press 2008.
Uhbiyati. Nur, Ilmu Pendidikan Islam, Bandung : CV. Pustaka Setia, 1999.
Umary. Barnawie, Materi Akhlak, Surakarta : CV. Ramadhani Solo, 1988.
Undang-Undang Republik Indonesia, Nomor 20 Tahun 2003, Tentang Sistem
Pendidikan Nasional, Surabaya, PT Kesindo Utama.
Yasin. Sulcan, Kamus Lengakap Bahasa Indinesia, Surabaya: Amanah, 1997.
Yunus. Mahmud, Kamus Arab Indonesia, Jakarta: Hildakarya Agung, 1989
----------------, Sejarah Pendidikan Islam Di Indonesia, Jakarta: Mutiara, 1979.
“Surat Masjid” No. 175 April 1989, hlm 11.
Top Related