perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
PERANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN TERHADAP
PEREDARAN BAHAN PANGAN YANG TIDAK MENCANTUMKAN LABEL
PADA KEMASAN DI KOTA SURAKARTA DITINJAU DARI PERATURAN
PEMERINTAH NOMOR 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL
DAN IKLAN PANGAN
Penulisan Hukum
(Skripsi)
Disusun Dan Diajukan untuk
Melengkapi Sebagai Persyaratan guna Memperoleh Derajat Sarjana S1
Dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret
Oleh :
RACHMAD KRANI P
E 0006204
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Penulisan Hukum (Skripsi)
PERANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN
TERHADAP PEREDARAN BAHAN PANGAN YANG TIDAK
MENCANTUMKAN LABEL PADA KEMASAN DI KOTA SURAKARTA
DITINJAU DARI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 69 TAHUN 1999
TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN
OLEH
Rachmad Krani P
NIM. E0006204
Disetujui untuk dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Penulisan Hukum
(Skripsi) Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta
Surakarta, Februari 2011
Dosen Pembimbing
I Gusti Ayu Ketut RH, S.H., M.H., M.M
NIP. 197210082005012001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PENGESAHAN PENGUJI
Penulisan Hukum (Skripsi)
PERANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN
TERHADAP PEREDARAN BAHAN PANGAN YANG TIDAK
MENCANTUMKAN LABEL PADA KEMASAN DI KOTA SURAKARTA
DITINJAU DARI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 69 TAHUN 1999
TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN
Oleh
Rachmad Krani P NIM. E0006204
Telah diterima dan dipertahankan di hadapan
Dewan Penguji Penulisan Hukum (Sripsi) Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta
Pada : Hari : Tanggal : DEWAN PENGUJI
1. Wida Astuti, S.H. ( )
2. Waluyo, S.H., M.Si. ( )
3. DR. I.Gusti Ayu.KRH, S.H., M.M. ( )
Mengetahui Dekan,
Moh. Jamin, S.H, M.Hum NIP 196109301986011001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PERNYATAAN
Nama : Rachmad Krani P
NIM : E 0006204
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (Skripsi) berjudul :
PERANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN TERHADAP
PEREDARAN BAHAN PANGAN YANG TIDAK MENCANTUMKAN
LABEL PADA KEMASAN DI KOTA SURAKARTA DITINJAU DARI
PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL
DAN IKLAN PANGAN adalah betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang bukan
karya saya dalam penulisan hukum (Skripsi) ini diberi tanda citasi dan ditunjukan
dalam daftar pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak
benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan
penulisan hukum (Skripsi) dan gelar yang saya peroleh dari penulisan hukum
(Sripsi) ini.
Surakarta,
Yang membuat pernyataan
Rachmad Krani P
NIM E0006204
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
PERSEMBAHAN
Dengan segala kerendahan hati
Skripsi ini akan kupersembahkan untuk :
Allah SWT yang maha pengasih dan pemberi segala nikmat .
Terima kasih ya Allah atas semua Karunia dan Inspirasi serta pertolongan
yang aku terima, sehingga aku dapat menyelesaikan tugas ku ini dengan
sebaik mungkin.
Ayah dan Ibu tercinta
Sebagai tanda bakti atas limpahan kasih sayang, do’a, dan restu yang
selalu kalian berikan dalam setiap keputusan yang aku kerjakan.
Permohonan maaf tidak bisa dana selalu ucapkan atas segala kesalahan
yang selalu dan lakukan. Namun dengan terselesaikannya kuliah S1 serta
mendapatkan predikat sebagai Sarjana Hukum ini merupakan satu bentuk
usaha dalam memperoleh kesuksesan di masa mendatang.
Alm mbah kakung Wahono
Terima kasih atas segala macam do’a semasa hidup mu, dan memebrikan
dukungan penuh agar dana bisa terus berjuang untuk meraih cita-cita yang
dana harapkan.
Nenek tebet
Satu-satunya dari keluarga ayah yang selalu cocern terhadap kuliah aku
selama disolo, semoga dengan selesainya kuliah ini merupakan bukti dana
untuk selama ini nenek…
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
Eddy Hari Purnomo
Yang selalu membantu dan memberikan ku berbagai macam inspirasi .
Terima kasih atas segala bantuan dan usahanya untuk men-support aku
dalam mengerjakan beberapa urusan yang terbilang rumit dan
membutuhkan pemikiran yang panjang.
Tante uti
Yang pernah ke solo dan membantu segala macam kerebekan dana di
sana, serta mensupport dari jauh asupaya aku bisa meraih segala impian
yang dana harapkan.
Om gowo
Om ku yang selalu memberikan dukungan penuh terhadap kuliah dan
usaha-usaha ku
Untuk the usi
Yang selalu membantu dalam mengerjakan urusan kuliah ku
Icha
Terima kasih keapada Icha yang selalu memberikan masukan-masukan
yang terbaik dalam segala hal.
Seluruh teman-teman muwardi yang menjadi inspirasi tersendiri bagi
penulis untuk menjadi bertambah dewasa dan memiliki banyak pengalam-
pengalaman yang tidak terlupakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
ABSTRAK
Rachmad Krani P, E0006204. Dengan judul skripsi : PERANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN TERHADAP PEREDARAN BAHAN PANGAN YANG TIDAK MENCANTUMKAN LABEL PADA KEMASAN DI KOTA SURAKARTA DITINJAU DARI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN, Fakultas hukum, Universitas Sevelas Maret, 2011. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan bagaimana peranan Dinas Perindustrian Dan Perdagangan terhadap peredaran bahan pangan yang beredar di wilayah kota Surakarta, berapa banyak jumlah bahan pangan yang tidak mencantumkan label pada kemasan di pasaran kota Surakarta, serta bagaimana penegakan Hukum Administrasi Negara terhadap bahan pangan yang tidak mencantumkan label tersebut. Penulisan skripsi ini menggunakan metode kualitatif dan bersifat deskriptif, karena permasalahan yang dibahas menyangkut realitas, dalam ini yaitu mengenai peredaran bahan pangan yang tidak mencantumkan label di kota Surakarta. Penulis mengumpulkan data melalui studi lapangan, yaitu dengan cara wawancara, dan studi kepustakaan. Analisis data yang digunakan adalah analisis data kualitatif dengan model interaktif, baik data primer maupun data sekunder. Data primer didapatkan dari Dinas Perindustrian Dan Perdagangan, sedangkan data sekunder bersumber dari: data sekunder yang bersifat pribadi dan publik, serta data sekunder dibidang hukum. Untuk jenis data primer, pengumpulan data dilakukan dengan dua cara, yaitu melalui pengamatan (observasi) dan wawancara (interview). Pengumpulan data sekunder dilakukan melalui studi pustaka dan Content analisys dokumen, arsip, bahkan hukum primer dan bahan hukum sekunder. Pengecekan keabsahan data dilakukan dengan teknik trianggulasi sumber. Berdasarkan penelitian dan analisis data yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa Dinas Perindustrian Dan Perdagangan kota Surakarta adalah merupakan salah satu instansi pemerintah yang berwenang menangani peredaran bahan pangan khususnya di kota Surakarta. Berdasarkan kewenangannya tersebut dinas ini memiliki beberapa kegiatan untuk mewujudkan perlindungan konsumen terkait dengan peredaran bahan pangan yang beredar di kota Surakarta ini, diantaranya yakni pengawasan peredaran bahan pangan, pembinaan terhadap pelaku-pelaku usaha yang akan dan sedang memulai kegiatan usahanya, serta sosialisasi terhadap para konsumen tentang kebijakan tentang pangan serta cara memilih bahan pangan yang baik dan benar. Dalam hal ini terdapat pangan yang tidak mencantumkan label pada kemasannya, terkait hal tersebut maka dapat dikatakan bahwa tidak seluruhnya pelaku usaha di kota Surakarta telah memenuhi ketentuan yang berkaitan dengan pangan. Atas kelalaian yang dilakukan oleh pelaku usaha tersebut maka akan dikenakan sanksi administratif berupa pencabutan ijin usaha Kata Kunci : Dinas Perindustrian Dan Perdagangan, bahan pangan, label, kemasan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
ABSTRACT Rachmad Krani P, E0006204. Entitled : THE ROLE OF DEPARTMENT OF INDUSYTRY AND COMMERCE TOWARD CIRCULATION OF FOOD SUBSTANCE WITHOUT LABEL ON IT’S PACKAGE IN SURAKARTA REVIEWED BASED ON GOVERNMENT REGULATION NUMBER 69 ON YEAR 1999 ABOUT FOOD LABEL AND ADVERTISEMENT. Faculty of Law, Sebelas Maret University, 2011 The aim of this research is to describe: what is role of Department of Industry and Commerce which circulated in Surakarta, How many food substance withot label in Surakarta, how about legal supremacy of Public Administration Law toward food substance without label. It was a descriptively research and used qualitatively method because the problem inside related to reality especially food substance circulation without label in Surakarta. The author collected data through field observation such as interview and literature research. Data analisys that used here is qualitatively data analisys with interactively model either primary or secondary data. Pramery data came from Department of Industry and commerce. Secondary data, however came from: private and public secondary data, and legal secondary data. For primary data, data collection was done by two methods that are obseravation and interview. Data collection for secondary data was done by literature research and content analisys of document, arcieves, material of primary and secondary data. Validity of data is corrected by technique of source triangulation. Research and data analisys showed that Department of industry and commece in Surakarta is a government department that holds food substance on it’s authority to protect consumer from food substance sirculation in Surakarta such as an observation of food substance sirculation, guidance for business man who will began or are beginning their busness, and socialization about food policy ang Department of Industry and commerce find food substance without label on it’s package. So it called that no all of buseness man on Surakarta fulfilled rule of food. For their careless, business man will receive administrative punishment like cancellation of their business lisence, penalty or sentence. Keywords : Department of Industry and Commerce, Food substance, Label,
Peckage
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
KATA PENGANTAR
Bismillahhirahmanirahiim
Dengan mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan rahmat
dan hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan penulisan
hukum yang berjudul PERANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN
PERDAGANGAN TERHADAP PEREDARAN BAHAN PANGAN YANG
TIDAK MENCANTUMKAN LABEL DI KOTA SURAKARTA DITINJAU
DARI PERATIRAN PEMERINTAH NOMOR 69 YAHUN 1999 TENTANG
LABEL DAN BAHN PANGAN, guna melengkapi syarat untuk memeperoleh
gelar sarjana pada Fakultas hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan hukum ini tidak akan
terselesaikan tanpa bantuan, bimbingan, dan pengarahan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis hendak menyampaikan ucpan
terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada :
1. Bapak Mohammad Jamin,S.H,M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum
Universitas Sebelas Maret atas ijin yang diberikan untuk penyusunan
penulisan hukm (Skripsi) ini.
2. Bapak Prasetyo Hadi S.H selaku Pembantu Dekan I Fakultas Hukum
Universitas Sebelas Maret , yang telah memberikan ijin kepada Penulis untuk
melakukan penelitian. Sehingga Penulis dapat menyelesaikan penulisan
hukum (Skrpsi) ini.
3. Bapak Lego S.H selaku ketua PPH Fakultas Hukum Universitas Sebelas
Maret, berkat ijin dan arahannya yang diberikan kepada Penulis.
4. Ibu I.Gusti Ayu S.H selaku pembimbing penulisan hukum (Skripi) ini atas
bimbingan , arahan, masukan, serta saran dan kritik yang sangat bermanfaat
bagi Penulis, sehingga Penulis berhasil menyelesaikan penulisan hukum ini.
5. Ibu Sasmini S.H, M.H selaku pembimbing akademik yang membantu dalam
bimbingan serta masukannya selama penulis menempuh perkuliahan di
Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
6. Bapak dan Ibu dosen yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu atas
pengajaran serta arahan kepada Penulis, sehingga Penulis mendapatkan ilmu
kususnya dibidang Hukum yang tentunya bermanfaat bagi penulis di
kemudian hari.
7. Dinas Perindustrian dan Perdagangan kota Surakarta yang telah mengijinkan
kepada Penulis untuk melakukan penelitian di instansi tersebut. Sehingga
penulis dapat mengambil dan meneliti tentang informasi yang berkaitan
dengan penulisan hukum (Skripsi) ini.
8. Semua orang yang dekat dengan Penulis yang tidak bisa Penulis sebutkan satu
per satu yang selalu menemani dan memberikan dukungannya kepada penulis
dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan hukum ini masih jauh dari
kesempurnaan dan masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, maka Penulis
mengharapkan berbagai macam kritik dan saran yang dapat membangun dan
keberhasilan dari penulis dimasa yang akan datang.
Akhirnya Semoga penulisan Hukum ini dapat bermanfaat bagi kita semua
pihak.
Surakarta,
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR ISI
Halaman Judul ................................................................................................. i
Halaman Persetujuan ........................................................................................ ii
Halaman Pengesahan ....................................................................................... iii
Halaman Pernyataan......................................................................................... iv
Halaman Persembahan ..................................................................................... v
Abstrak ............................................................................................................. vii
Abstract ............................................................................................................ viii
Kata pengantar ................................................................................................. ix
Daftar isi ........................................................................................................... xi
Daftar tabel ....................................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ..................................................... 1
B. Perumusan Masalah ........................................................... 7
C. Tujuan Penelitian ............................................................... 8
D. Manfaat Penelitian ............................................................. 9
E. Metode Penelitian .............................................................. 10
F. Sistematika Penulisan Hukum .......................................... 12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................... 14
A. Kerangka Teori ................................................................... 14
1. Tinjauan umum Hukum Perlindungan Konsumen ....... 14
2. Tinjauan umum tentang Dinas Perindustrian
dan Perdagangan .......................................................... 22
3. Tinjauan umum tentang bahan pangan ........................ 27
4. Tinjauan umum tentang label ....................................... 28
5. Tinjauan umum tentang kemasan................................. 34
6. Tinjauan umum tentang Peraturan Pemerintah Nomor
69 Tahun 1999 Tentang Label Iklan Pangan ............. 35
B. Kerangka Pemikiran ........................................................... 40
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ....................... 42
A. Hasil Penelitian ................................................................... 42
1. Peranan Dinas Perindustrian Dan Perdagangan kota
Surakarta terhadap peredaran bahan pangan yang
beredar di kota Surakarta ............................................. 42
2. Berapa jumlah kasus yang ditemukan mengenai bahan
pangan yang tidak memenuhi syarat di kota Surakarta pada
tahun 2009-2010 ......................................................... 48
3. Penegakan hukum terhadap peredaran bahan pangan
yang tidak mencantumkan label pada kemasan ............ 55
B. Pembahasan ........................................................................ 57
1. Pembahasan peranan Dinas Perindustrian dan
Perdagangan kota Surakarta terhadap peredaran bahan
pangan yang beredar di kota Surakarta ....................... 57
2. Pemabahasan Berapa jumlah kasus yang ditemukan
mengenai bahan pangan yang tidak memenuhi syarat di
kota Surakarta pada tahun 2009-2010 .......................... 59
3. Pembahasan penegakan hukum terhadap peredaran
bahan pangan yang tidak mencantumkan label pada
kemasan ........................................................................ 62
BAB IV PENUTUP ............................................................................... 64
A. Kesimpulan ........................................................................ 64
B. Saran ................................................................................... 66
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 68
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel Hasil Pemeriksaan Dinas Perindustrian Dan Perdagangan 1 ................. 49
Tabel Hasil Pemeriksaan Dinas Perindustrian Dan Perdagangan 2 ................. 49
Tabel Hasil Pemeriksaan Dinas Perindustrian Dan Perdagangan 3 ................. 50
Tabel Hasil Pemeriksaan Dinas Perindustrian Dan Perdagangan 4 ................. 50
Tabel Hasil Pemeriksaan Dinas Perindustrian Dan Perdagangan 5 ................. 51
Tabel Hasil Pemeriksaan Dinas Perindustrian Dan Perdagangan 6 ................. 51
Tabel Hasil Pemeriksaan Dinas Perindustrian Dan Perdagangan 7 ................. 52
Tabel Hasil Pemeriksaan Dinas Perindustrian Dan Perdagangan 8 ................. 52
Tabel Hasil Pemeriksaan Dinas Perindustrian Dan Perdagangan 9 ................. 53
Tabel Hasil Pemeriksaan Dinas Perindustrian Dan Perdagangan 10 ............... 53
Tabel Hasil Pemeriksaan Dinas Perindustrian Dan Perdagangan 11 ............... 54
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada masa kini fungsi dan peran negara terhadap masyarakatnya bukan
hanya sekedar menjaga ketertiban dan keamanan saja, namun lebih luas dari hal
tersebut. Fungsi dan peran negara lainnya yakni memberikan kesejahteraan pada
masyarakat luas untuk dapat memajukan kesejahteraan secara menyeluruh. Dalam
melaksanakan konsep kesejahteraan ini, perlindungan bagi warga negara baik
sebagai individu maupun sebagai kelompok merupakan sisi yang sangat penting,
Karena tanpa adanya perlindungan yang menimbulkan rasa aman bagi rakyat.
tidak mungkin dapat tercapai suatu kesejahteraan yang merata. Sebagaimana kita
ketahui bahwa tantangan bangsa Indonesia dalam pembangunan jangka panjang
kedua adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat untuk mewujudkan
masyarakat yang maju, adil, makmur, dan mandiri yang merata baik materil
maupun spirituil dalam suatu era demokrasi ekonomi berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945.
Untuk dapat menjawab tantangan tersebut, maka kita dihadapkan pada
kemajuan kegiatan ekonomi perdagangan yang semakin terbuka serta globalisasi
ekonomi yang akan memperluas ruang gerak arus transaksi barang dan jasa.
Sebagaimana diketahui bahwa dari keterbukaan itu akan memeberikan begitu
banyak tantangan baik sebagai konsumen, produsen, atau pemerintah. salah satu
aspeknya adalah akan semakin meningkatnya permasalahan dibidang
perlindungan konsumen. Dampak yang timbul tersebut perlu mendapatkan
perhatian seksama, karena perkembangan dinamis dan terus menerus yang terjadi
di bidang ekonomi akan menimbulkan permasalahan baru dibidang ini. Masalah
Perlindungan Konsumen juga tidak luput dari perhatian pemerintah saat ini,
jumlah masyarakat Indonesia yang cukup banyak yakni sekitar dua ratus juta lebih
dan sebagian besar dari mereka adalah konsumen yang buta akan hak-hak mereka
sebagai konsumen yang baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Undang-Undang Perlindungan Konsumen telah membangkitkan kesadaran
baru berupa penumbuhkembangan sikap pelaku usaha yang bertanggung jawab
(Caveat Venditor). Sikap bertanggung jawab tersebut diperlukan untuk
mewujudkan keseimbangan perlindungan kepentingan konsumen dan pelaku
usaha. Perekonomian yang sehat tercipta melalui keseimbangan perlindungan
kepentingan diantara para pihak. Perwujudan terhadap keseimbangan
perlindungan kepentingan tersebut merupakan rasio diundangkannya Undang-
Undang Perlindungan Konsumen. Pembentukan Undang-Undang tampaknya
menyadari bahwa prinsip ekonomi pelaku usaha yaitu mendapat keuntungan
semaksimal mungkin dengan modal seminimal mungkin, sangat potensial
merugikan kepentingan konsumen, baik secara langsung maupun tidak langsung
(Yusuf Shofie, 2008 : 42)
Hukum dibuat agar dapat menciptakan suatu tertib nasional, serta
menciptakan rasa keadilan pada setiap aspek di negara ini. Atas hal itu maka
produk hukum yang ada harus dapat di buat dan dilaksanakan dengan sebaik
mungkin. namun walaupun peraturan telah dibuat dan dirancang dengan
pertimbangan yang sangat matang, dalam pelaksanannya tentu masih banyak
terdapat kesalahan ataupun pelanggaran yang terjadi. Hal ini dapat kita lihat di
sekitar kita, dimana masih banyak masyarakat yang tidak taat pada peraturan yang
berlaku di negara ini, walaupun pengaturannya telah dibuat dengan sedemikian
rupa.
Salah satu kajian yang ingin Penulis bahas pada penulisan skripsi ini
adalah keterkaitan sebuah aparatur negara dalam menangani masalah terhadap
Perlindungan Konsumen. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia Konsumen
adalah “Pemakai barang-barang hasil industri (bahan pangan dan sebagainya,
lawan dari Produsen)”. Pada dasarnya kita dapat memahami bahwa kepentingan-
kepentingan dari konsumen di Indonesia dilindungi dengan sedemikan rupa untuk
dapat mengurangi kerugian-kerugian yang mungkin akan diderita oleh konsumen
itu sendiri. Pada perkembangan hukum perlindungan konsumen memang pernah
diadakan suatu inventarisasai terhadap peraturan-peraturan yang memuat materi
perlindungan konsumen di dalamnya, kendati kata “Konsumen” sendiri mungkin
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
tidak di sebutkan secara tegas. Hanya terdapat istilah-istilah yang dapat
menggantikannya.
Lahirnya UUPK memberikan penjelasan mengenai apa saja yang menjadi
hak-hak konsumen, yakni:
1. Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi
barang dan jasa
2. Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau
jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang
dijanjikan
3. Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan
barang dan jasa
4. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa.
5. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian
sengketa perlindungan konsumen secara patut
6. Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen, hak unduk
diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif
7. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian, apabila
barangdan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak
sebagaimana mestinya
8. Hak-hak lain yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-
undangan.(Shidarta, 2004:21)
Dengan adanya pengaturan seperti yang telah disebutkan diatas maka kita
dapat melihat konsumen diberikan hak untuk mendapatkan informasi yang benar
mengenai identitas maupun kondisi produk yang akan mereka konsumsi. Maka
berkaitan dengan hal tersebut pelaku usaha diberikan kewajiban yang harus di
taati dalam memproduksi ataupun memasarkan hasil produksinya hingga sampai
kepada konsumen. Dalam Pasal 1 ayat (3) UU No 8 Tahun 1999 Tentang
Perlindungan Konsumen, memberikan pengertian mengenai pelaku usaha, yakni
”Pelaku Usaha adalah setiap perseorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk
badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau
melakukan kegiatan dalam wilayah Hukum Negara Republik Indonesia, baik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian penyelenggaraan kegiatan usaha
dalam berbagai bidang ekonomi”.
Terkait dengan hak-hak yang dimiliki oleh konsumen tadi, kewajiban yang
harus Pelaku Usaha taati berdasarkan Pasal 7 UUPK dalam usaha mewujudkan
industri Indonesia yang baik, jujur, dan bertanggung jawab, diantaranya adalah :
1. Beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya.
2. Tidak menjual, menawarkan, atau menyerahkan barang-barang palsu
3. Memberikan jaminan terhadap barang dan jasa serta memberikan penjelasan
penggunaan perbaikan dan pemeliharaan.
4. Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif.
5. Menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau
diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan/atau jasa
yang berlaku.
6. Memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji, dan/atau mencoba
barang dan/atau jasa tertentu serta memberi jaminan dan/atau garansi atas
barang yang dibuat dan/atau yang diperdagangkan.
7. Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian atas kerugian akibat
penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang
diperdagangkan.
Hal diatas menjelaskan bahwa segala macam produk baik berupa makanan,
minuman, dan barang lainnya dilindungi dan diberikan jaminan agar dapat
menciptakan perlindungan yang akurat dari pada kepentingan konsumen itu
sendiri. Untuk memperjelas pengertian barang ataupun produk kita akan
mendapatkan pengertian yang tertuang dalam Undang-Undang Perlindungan
Konsumen dimana barang adalah ”setiap benda yang berwujud ataupun tidak
berwujud, baik bergerak ataupun tidak bergerak, dapat dihabiskan atau tidak dapat
dihabiskan, yang dapat untuk diperdagangkan, dipakai, dipergunakan, atau untuk
dimanfaatkan oleh konsumen”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
Berdasarkan pengertian menurut UUPK tersebut diatas, maka barang dapat
disimpulkan meliputi benda hasil pertanian, perikanan, pemburuan, dan termaksud
barang-barang hasil olahan yang dapat dimanfaatkan oleh manusia dan
mengandung aspek perdagangan. Sedangkan berdasarkan Black’s law dictionary
atau kamus hukum, maka dapat dijelaskan bahwa pengertian produk adalah
”Something that distributed commercially for use or consumption and that is use.
(Tangibel personal property, (2) the result of fabrication or processing, and (3)
an item that has passed through a chain of commercial distribution before
ultimate use or consumption”.
Penjelasan diatas apabila diterjemahkan secara bebas maka dapat diartikan
bahwa produk adalah suatu barang yang dihasilkan melalui proses alamiah
maupun segala sesuatu yang dihasilkan melalui proses kimiawi dan turunannya,
serta dengan suatu metode pemikiran tertentu yang dipakai, sebelum barang
tersebut dapat dimanfaatkan ataupun diambil hasilnya oleh manusia. Maka kedua
aspek tersebut diatas baik barang ataupun produk adalah benda yang dihasilkan
melalui proses produksi oleh pelaku usaha.
Fakta yang dapat kita lihat saat ini adalah banyaknya pelaku usaha yang
masih tidak dapat mematuhi peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah
berkaitan dengan produk pangan. Fenomena yang dapat kita lihat secara nyata di
sekitar kita adalah terdapatnya beberapa produk makanan yang dijual disekitar
kita dengan tidak mencantumkan informasi-informasi yang lengkap mengenai
identitas dari bahan makanan itu sendiri. Dalam hal ini kita menyebutnya sebagai
”Label”.
Penulis mengamati sejumlah bahan pangan yang dipasarkan kepada
konsumen di kota Surakarta. Kenyataan yang ada adalah masih ada sejumlah
bahan pangan baik yang dihasilkan melalui produksi industri besar ataupun
produksi industri rumah tangga (kecil), yang tidak memperhatikan keberadaan
label pada kemasannya, hal ini tentunya melanggar ketentuan pada undang-
undang perlindungan konsumen dan juga Peraturan Pemerintah No.69 Tahun
1999 Tentang Label dan Iklan Pangan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
Terciptanya suatu perdagangan pangan yang jujur dan bertanggung jawab
merupakan salah satu tujuan penting pengaturan, pembinaan, dan pengawasan di
bidang pangan. Salah satu upaya untuk mencapai tertib pengaturan di bidang
pangan adalah melalui pengaturan di bidang label dan iklan pangan, namun dalam
praktiknya selama ini hal tersebut belum memperoleh penerapan sebagaimana
mestinya. Banyak pangan yang beredar tanpa mengindahkan mengenai ketentuan
tersebut.
Peran serta pemerintah sangat diperlukan terkait hal ini, dimana pemerintah
adalah suatu lembaga yang diharapkan dapat membuat kebijakan-kebijakan
tertentu yang dapat mengatur serta menciptakan lingkungan ekonomi yang sehat
dikalangan pengusaha di Indonesia, namun peran serta pemerintah tidak hanya
terpaut pada lingkup pengusaha saja, terhadap masyarakat pun diperlukan suatu
perlindungan khusus untuk dapat melindungi kepentingannya sebagai konsumen.
Dalam beberapa peraturan yang dibuat dijelaskan beberapa hal mengenai syarat
dan ketentuan terhadap suatu produk industri di Indonesia. Pengaturan beserta
sanksinya pun sudah sangat jelas dan tegas. Namun pada kenyataannya masih
banyak pelaku usaha yang tidak patuh dan melakukan pelanggaran-pelanggaran
tertentu yang tentunya dapat merugikan pihak konsumen itu sendiri.
Peneliti mengamati hal tersebut khususnya di kota Surakarta. Sudah
banyak masyarakat yang dirugikan baik secara materil maupun imateril oleh
pelaku usaha yang melakukan pelanggaran tersebut, namun dari pihak masyarakat
pun kurang peka terhadap kasus ini. Kenyataan ini disebabkan oleh karena
konsumen kurang menyadari hal-hal apa saja yang menjadi haknya. Pada
dasarnya mereka enggan untuk menjalani proses penuntutan berkaitan dengan
hilangnya hak-hak mendasar mereka sebagai konsumen akhir. Hal ini mungkin
disebabkan dengan adanya faktor panjang dan rumitnya suatu proses penuntutan,
serta faktor lainnya adalah tidak banyak masyarakat yang tahu dan mengerti
tentang hal-hal yang tertuang dalam Hukum Perlindungan Konsumen itu sendiri.
Apabila kita melihat lebih dalam, jika seorang produsen melakukan
pelanggaran-pelanggaran tertentu berkaitan dengan kegiatan produksi maupun
terhadap hasil usahanya, maka sudah sepatutnya pihak-pihak yang berwenang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
untuk dapat segera mengambil langkah untuk mengatasi hal tersebut, namun pada
kenyataannya produk tersebut tetap beredar di lingkungan masyarakat. Produk-
produk tersebut di pasarkan secara bebas di toko-toko, pasar, ataupun di tempat
umum lainnya yang dapat terjangkau dan bisa didapatkan dengan mudah oleh
masyarakat luas dan dari berbagi lapisan.
Menangani masalah peredaran bahan pangan yang bermasalah tersebut,
terdapat beberapa instansi pemerintah yang berwenang untuk menanganinya,
salah satunya adalah Dinas Perindustrian dan Perdagangan yang diamanatkan
untuk mengawasi dan memantau peredaran barang baik pangan maupun non-
pangan. Dinas perindustrian dan perdagangan ini melakukan banyak upaya dan
kegiatan-kegiatan yang dapat meminimalisir pelanggaran dalam hal barang yang
beredar dilingkungan masyarakat. Namun dengan adanya beberapa fenomena
yang berkaitan dengan pelangaran terhadap pencantuman label pada bahan pangan
di kota Surakarta ini, maka kita dapat melihat keberadaan dari Dinas Perindustrian
dan Perdagangan kota Surakarta kurang mendapat perhatian dari para pelaku
usaha. Dari uraian yang telah penulis jelaskan diatas maka penulis tertarik untuk
mengadakan penelitian dan menyusunnya menjadi sebuah skripsi dengan judul
“PERANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN
TERHADAP PEREDARAN BAHAN PANGAN YANG TIDAK
MENCANTUMKAN LABEL PADA KEMASAN DI KOTA SURAKARTA
DITINJAU DARI PERATURAN PEMERINYAH NOMOR 69 TAHUN 1999
TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN”.
B. Perumusan Masalah
Perumusan masalah dalam suatu penelitian merupakan suatu hal yang
penting, karna diperlukan untuk memberikan kemudahan bagi penulis dalam
membatasi permasalahan yang akan ditelitinya, sehingga dapat mencapai tujuan
dan sasaran yang jelas, serta memperoleh jawaban sesuai dengan yang
diharapkan. Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis merumuskan
masalah sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
1. Apakah peranan Dinas Perindustrian dan Perdagangan terhadap peredaran
bahan pangan yang beredar di kota Surakarta?
2. Berapa jumlah kasus yang ditemukan mengenai bahan pangan yang tidak
memenuhi syarat di kota Surakarta pada tahun 2009-2010?
3. Sanksi hukum apa yang diberikan kepada pelaku usaha yang melakukan
pelanggaran terkait penegakan hukum terhadap peredaran bahan pangan yang
tidak mencantumkan label pada kemasan.
C. Tujuan Penelitian
Dalam setiap penelitian tentu harus memiliki tujuan yang jelas agar dapat
mengenai sasaran yang dikehendaki. Suatu penelitian harus dapat memiliki tujuan
yang jelas sehingga dapat memeberikan arah dalam pelaksanaan penelitian
tersebut. Adapun yang menjadi tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Tujuan obyektif
a. Untuk mengetahui dengan jelas mengenai peranan Dinas Perindustrian dan
Perdagangan kota Surakarta terhadap segala peredaran bahan pangan yang
beredar di kota Surakarta dan kegiatan-kegiatan apa saja yang telah
dilakukan.
b. Untuk mengetahui jumlah bahan pangan yang tidak memenuhi syarat
pemasaran yang dalam hal ini adalah tidak mencantumkan label pada
kemasannya.
c. Untuk mengetahui penegakan Hukum Perlindungan Konsumen di
Indonesia melalui sanksi hukum kepada pelaku usaha yang yang
melakukan pelanggaran, khususnya di kota Surakarta.
2 Tujuan subyektif
a. Untuk memperoleh data dan informasi secara jelas dan lengkap untuk
bahan penyusunan skripsi sebagai prasyarat guna menyelesaikan studi
dalam meraih gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
b. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis dan memperluas
pemahaman dan arti pentingnya ilmu hukum dalam teori dan praktik.
c. Memberikan manfaat bagi penulis dan masyarakat pada umumnya.
D. Manfaat Penelitian
Dalam suatu penelitian pasti ada manfaat yang diharapkan untuk dapat
dicapai oleh penulisnya, adapun yang menjadi manfaat yang diharapkan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat teoritis
Penulis berharap dapat mengembangkan ilmu pengetahuan dalam bidang
hukum administrasi negara, yakni keterkaitan instansi pemerintah yang
menangani masalah pelanggaran dalam bidang pemasaran dan informasi
produk kepada konsumen di kota Surakarta khususnya. Memberikan
gambaran dan pengetahuan terhadap pembaca mengenai keterikatan Dinas
Perindustrian Dan Perdagangan dalam hal pemasaran produk yang bermasalah
yang beredar di pasaran khususnya di kota Surakarta. Serta diharapkan
pembaca dapat lebih teliti dalam membeli atau mengkonsumsi suatu produk.
2. Manfaat praktis
Suatu penelitian akan lebih bernilai apabila memiliki manfaat bagi
berbagai pihak. Adapun yang menjadi manfaat yang diharapkan dari penulisan
skripsi ini adalah sebagai berikut :
a. Memberikan wawasan dalam mengembangkan pengetahuan bagi peneliti
akan permasalahan yang diteliti, dan dapat digunakan sebagai bahan
masukan dan referensi bagi peneliti selanjutnya yang berminat pada hal
yang sama.
b. Melatih penulis dalam mengungkapkan permasalahan tertentu secara
sistematis dan berusaha memecahkan permasalahan yang ada tersebut
dengan metode ilmiah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
E. Metode Penelitian
Metode penelitian dalam sebuah penelitian mempunyai peranan yang
sangat penting karena dapat dipergunakan sebagai pedoman guna mempermudah
dalam mempelajari, menganalisa, dan memahami permasalahan yang diteliti.
Dengan demikian metodologi penelitian merupakan unsur yang mutlak harus ada
di dalam penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan.Berdasarkan hal
tersebut diatas, penulis dalam penelitian menggunakan metode penulisan yaitu:
1. Jenis penelitian
Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penulisan hukum ini adalah
penelitian empiris. Penelitian hukum empiris adalah penelitian yang
menggunakan data primer sebagai data utama, dimana penulis langsung
melakukan penelitian pada data primer di lapangan. (Soejorno Soekanto,
2008:11)
2. Sifat penelitian
Sifat penelitian yang dipakai oleh penulis adalah deskriptif. Suatu
penelitian deskriptif dimaksudkan untuk memberikan data yang sedetail
mungkin tentang manusia, atau gejala-gejalanya. Maksudnya adalah untuk
mempertegas hipotesa-hipotesa, agar dapat membantu dalam memperkuat
teori-teori lama atau di dalam menyusun teori-teori baru.(Soejorno Soekanto,
2008:10)
3. Pendekatan penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis pendekatan kualitatif, yaitu pendekatan
yang digunakan oleh peneliti dengan berdasarkan pada data yang digunakan
pada responden secara lisan ataupun tulisan, dan juga perilakunya yang nyata
dan diteliti sebagai sesuatu yang utuh.(Soerjono Soekanto,2006:250)
4. Jenis data
Jenis data yang dipakai dalam penelitian ini adalah :
a. Data primer
Data primer adalah merupakan data atau fakta-fakta yang diperoleh
langsung dari sumber pertama melalui penelitian lapangan termaksud
keterangan dari responden yang berhubungan dengan objek penelitian,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
sehingga dapat memperoleh hasil yang sebenarnya dari objek yang
diteliti. Data primer dalam penelitian ini dilakukan di kantor Dinas
perindustrian dan Perdagangan kota Surakarta.
b. Data sekunder
Data sekunder merupakan data yang menunjang dan mendukung data
primer, data ini diperoleh dari data kepustakaan, buku-buku literatur,
tulisan, ilmiah, Koran, majalah, Peraturan Perundang-undangan dan
sumber lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini.(Soerjono
Soekanto,1006:12)
5. Sumber data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian hukum ini :
a. Sumber data primer
Sumber data primer adalah Sumber data yang didapatkan langsung dari
lapangan yang dalam penulisan hukum (Skripsi) ini adalah di Dinas
Perindustrian dan Perdagangan kota Surakarta.
b. Sumber data sekunder
Sumber data sekunder adalah berupa bahan dokumen, Peraturan
Perundang-undangan, laporan, arsip, literatur, dan hasil penelitian lainnya
yang mendukung data primer. Sumber data sekunder dalam penelitian ini
adalah:
1) Bahan hukum primer
(a) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata).
(b) Undang-Undang Nomor.8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan
Konsumen.
(c) Peraturan Pemerintah Nomor.69 Tahun 1999 Tentang Label Dan
Iklan Pangan.
2) Bahan hukum sekunder
Bahan hukum sekunder yaitu bahan yang berisi penjelasan mengenai
bahan hukum primer, yang terdiri dari buku, artikel, karya ilmiah,
majalah, koran, dan yang lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini.
(Soerjono Soekanto 2008:112)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
3) Bahan hukum tersier
Bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang memeberikan petunjuk
atau penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum
sekunder yaitu kamus, dan bahan-bahan dari internet. (Soerjono
Soekanto, 2008:113)
6. Teknik pengumpulan data
Teknik data pengumpulan data primer dilakukan dengan cara
Wawancara yakni dengan suatu pengumpulan data dengan mengadakan
sejumlah tanya jawab secara langsung dengan sumber data primer, dalam hal
ini bersama Ibu Lestari selaku Kepala Seksi Pengawasan di Dinas
Perindustrian dan Perdagangan kota Surakarta..
7. Teknik analisis data
Analis data merupakan proses pengorganisasian dan pengurutan data
dalam pola, kategori dan uraian dasar sehingga akan ditemukan tema dan
dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data Mengenai
analisis isi dalam penelitian ini adalah data selesai, maka hasilnya akan
disajikan secara deskriptif yaitu dengan menuturkan dan menggambarkan
adanya sesuai dengan permasalahn yang dieliti dan data yang diperoleh. (Lexy
J. Moleong, 2002 : 103).
F. Sistematika Penulisan Hukum
Dalam memberikan gambaran menyeluruh mengenai sistematika penulisan
karya ilmiah yang sesuai dengan aturan baru dalam penulisan karya ilmiah, maka
penulis menyiapkan suatu sistematika penulisan hukum. Adapun sistematika
pnulisan hukum terbagi dalam 4 (empat) bab yang saling berkaitan dan
berhubungan, yaitu:
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab ini di uraikan mengenai latar belakang masalah,
rumusan masalah Tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode
penelitian,dan sistematika Penulisan hukum
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini dikemukakan kerangka teori mengenai tinjauan
tinjauan tentang badan perindustrian dan perdagangan, tinjauan
umum tentang bahan pangan,tinjauan umum tentang label,tinjauan
umum tentang kemasan, serta tinjauan umum tentang PP No.69
Tahun 1999.
BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini penulis membahas sekaligus menjawab
permasalahan yang telah ditentukan sebelumnya. Pertama apakah
peranan Dinas Perindustrian Dan Perdagangan terhadap peredaran
bahan pangan di kota Surakarta, kedua mengenai besarnya jumlah
bahan pangan yang tidak mencantumkan label pada kemaannya di
kota Surakarta, dan yang ketiga sanksi hukum apa yang diberikan
kepada pelaku usaha yang melakukan pelanggaran tersebut.
BAB IV : PENUTUP
Dalam bab ini berisi simpulan dari jawaban permasalahan yang
mnjadi obyek penelitian dan saran.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teori
1. Tinjauan umum tentang Hukum Perlindungan Konsumen
a. Sejarah dan perkembangan Hukum Perlindungan Konsumen
Hukum Perlindungan Konsumen atau yang sering kali dikenal
dengan Hukum Konsumen (consumers law), merupakan salah satu cabang
baru ilmu hukum yang bercorak universal. Sebagian besar perangkatnya
diwarnai hukum asing, akan tetapi ternyata dasar-dasar yang menopangnya
sudah ada sejak dahulu, termaksud dalam hukum adat. Perkembangan
Hukum Konsumen di dunia berawal dari adanya Gerakan Perlindungan
Konsumen (consumers movement) yang terjadi di awal abad ke-19.
Ada beberapa pakar yang menyebutkan bahwa Hukum
Perlindungan Konsumen merupakan cabang dari Hukum Ekonomi.
Alasannya, permasalahan yang diatur dalam Hukum Konsumen berkaitan
erat dengan pemenuhan kebutuhan barang/jasa. Ada pula yang
mengatakan bahwa Hukum Konsumen digolongkan dalam Hukum Bisnis
atau Hukum Dagang karena dalam rangkaian pemenuhan kebutuhan
barang/jasa selalu berhubungan dengan aspek bisnis atau transaksi
perdagangan. Serta terdapat pula yang menggolongkan Hukum Konsumen
dalam Hukum Perdata, karena hubungan antara konsumen dan
produsen/pelaku usaha dalam aspek pemenuhan barang/jasa yang
merupakan hubungan perdata (N. H. T. Siahaan, 2005: 34).
Secara umum, sejarah Gerakan Perlindungan Konsumen dapat dibagi
dalam empat tahapan, yaitu :
1) Tahapan I (1881-1914)
Pada kurun waktu ini merupakan titik awak munculnya kesadaran
masyarakat untuk melakukan pergerakan konsumen. Sebagai
pemicunya adalah histeria massal akibat novel karya Upton Sinclair
berjudul The Jungle, yang menggambarkan cara kerja pabrik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
pengolahan daging di Ameriak Serikat yang sangat tidak memenuhi
syarat-syarat kesehatan.
2) Tahapan II (1920-1940)
Pada kurun waktu ini muncul pula buku berjudul “your money’s
worth” karya Chase dan Scelink. Karya ini mampu menggugah
konsumen diatas hak-hak mereka dalam jual beli. Pada kurun waktu
ini muncul selogan fair deal, best buy.
3) Tahapan III (1950-1960)
Pada dekade 1950-an ini muncul keinginan untuk mempersatukan
gerakan perlindungan konsumen dalam lingkup internasional. Dengan
diprakarsai oleh wakil-wakil gerakan konsumen dari Amerika Serikat,
Inggris, Belanda, Australia, dan Belgia pada 1 April 1960 berdirilah
international organization of consumer union. Semula organisasi ini
berpusat di Den Haag Belanda, lalu pindah ke London, Inggris pada
tahun 1993. Dua tahun kemudian IOCU mengubah namanya menjadi
Consumers International (CI).
4) Tahapan IV ( pasca 1965)
Kurun waktu ini merupakan masa pemantapan gerakan perlindungan
konsumen, baik ditingkat regional maupun ditingkat internasional.
Sampai saat ini dibentuk lima kantor regional, yakni di Amerika Latin
dan karibia yang berpusat di Chili, Asia Pasifik berpusat di Malaysia,
Afrika berpusat di Zimbabwe, Eropa Timur dan Tengah berpusat di
Inggris, dan negara-negara maju berpusat di London, Inggris.
(Shidarta,2000:30)
Amerika Serikat tercatat sebagai negara yang memberikan
sumbangan dalam masalah perlindungan konsumen. Liga konsumen
dibantuk pertama kali di New York pada tahun 1891 dan ditingkat
nasional Amerika Serikat pada tahun 1898 terbentuk tiga konsumen
nasional (the national consumers league). Gerakan perlindungan
konsumen ini banyak mengalami hambatan terutama pada saat
mengeluarkan the foot drugs act dan the meat inspection act yang lahir
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
pada tahun 1906. Perjuangan yang dilakukan mulai tahun 1892 ini
kemudian dicoba kembali pada tahun 1902 dengan dukungan liga
konsumen nasional, THE GERNERAL FEDERATION OF WOMEN CLUB
DAN STATE FOOD AND DIARY CHEMISTRY juga mengalami
kegagalan yang sama. Akhirnya pada tahun 1906 atas dukungan presiden
Amerika Serikat kemudian lahirlah the food and drugs act dan the meat
inspection act . ( Gunawan widjaja dan Ahmad Yani, 2000:13).
Pada tahun 1914 pemerintah Federal Amerika Serikat
mengeluarkan peraturan tentang tentang praktek periklanan, yang disebut
The 1914’s Federal Trade Commission Act. Undang-Undang ini melarang
metode-metode persaingan yang tidak jujur dalam perdagangan. Untuk
mengawasi jalannya undang-undang ini dibentuk badan khusus yang
diberi nama The Federal Trade Commission (FTC) yaitu badan yang
independen. Selanjutnya pada tahun 1930-an para pendidik mulai
memikirkan urgensi dari pendidikan konsumen, yaitu dengan mengadakan
penulisan buku-buku tentang konsumen dan perlindungan konsumen yang
disertai dengan riset-riset yang mendukungnya. Pada tahun 1937 dimana
terjadi tragedi Elixir Sulfanilamide yang menyebabkan konsumen di
Amerika Serikat meninggal telah mendorong terbentuknya The food, drug
and cosmetic act, tahun 1938 yang merupakan mandemen dari The food
and drug act, tahun 1906.
Era selanjutnya dari pergolakan konsumen terjadi dalam tahun
1960-an yang melahirkan era hukum perlindungan konsumen dengan
lahirnya satu cabang ilmu hukum baru, yaitu Hukum Konsumen
(Consumers Law). Pada tahun 1962 Presiden Amerika Serikat John F
Kennedy menyampaikan consumer massege kepada kongres yang
kemudian ini dianggap sebagai era baru gejolak konsumen. Dalam
consumer massege ini terjadi formulasi pokok-pokok pikiran yang sampai
sekarang terkenal sebagai hak-hak kinsmen (consumer bill of right).
Presiden Jimmy Carter juga memeberikan perhatian dan apresiasi yang
besar sekali terhadap perkembangan hukum perlindungan konsumen.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
Dinegara-negara lain selain Amerika Seriakat setelah era ketiga ini terjadi
kebangkitan yang berarti bagi perlindungan konsumen. Era ketiga ini juga
telah menyadarkan negara-negara lain untuk memebentuk undang-undang
perlindungan konsumen. (Shidarta, 2000:35).
Di Indonesia itu sendiri masalah perlindungan konsumen baru
mulai terdengar pada tahun 1970-an. Hal ini terutama ditandai dengan
lahirnya yayasan lembaga konsumen Indonesia (YLKI) bulan Mei 1973.
Setelah lahirnya Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), suara-
suara untuk memperdayakan konsumen semakin gencar dan sebagai
puncaknya adalah dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999
tentang perlindungan konsumen. (GunawaN Widjaja dan Ahmad Yani,
2000:15)
Undang-Undang Perlindungan Konsumen ini lahir atas
kesepakatan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) pada tanggal 30 Maret
1999 dan telah disahkan oleh Presiden Republik Indonesia pada tanggal 20
April 1999 menjadi Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 ( Lembaran
Negara Nomor 42 Tahun 1999), dan mulai berlaku efektif sejak tanggal 29
April 2000. Undang-Undang tentang Perlindungan Konsumen ini
diharapkan tidak hanya sanggup untuk merangkum segala keperluan dan
kebutuhan konsumen akan suatu sistem keadilan, namun setidaknya
Undang-Undang ini diharapka akan mampu menjadi sumber atau acuan
bagi Peraturan Perundang-undangan lainnya, serta dijadikan dasar
pembentukan bagi peraturan perundangan konsumen pada tingkat yang
lebih rendah. (Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, 2000:14)
b. Pengaturan Hukum Perlindungan Konsumen dalam tata hukum Indonesia.
Pengaturan yang berkaitan dengan perlindungan konsumen
sebenarnya sudah ada sebelum Indonesia merdeka, namun saat ini
sebagaian besar peraturan itu sudah tidak berlaku lagi. Peraturan
perundang-undangan pada jaman Hindia Belanda tersebut dapat
disebutkan antara lain seperti Ordonansi Bahan-bahan Berbahaya,
Ordonansi Petasan, Ordonansi Tera dan sebagainya. Dibawah ini adalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
beberapa pengaturan khusus berkaitan dengan perlindungan konsumen,
diantaranya adalah :
1) Bidang Hukum Keperdataan
Dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata terdapat ketentuan yang
bertendensi melindungi konsumen yaitu dalam Pasal 1473-1512 Pasal
1320-1338. Pasal-Pasal tersebut mengatur perbuatan yang berkaitan
dengan perlindungan kepada pembeli dan perlindungan kepada pihak-
pihak yang terkait dalam perjanjian. Dalam Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata memang tidak sama sekali disebut-sebut kata
“konsumen”. Istilah lain yang sepadan dengan kata itu adalah seperti
pembeli, penyawa, dan si berutang (debitur). Pasal-Pasal yang
dimaksud adalah :
a) Pasal 1235 (jo. Pasal-Pasal 1033, 1157, 1236, 1365, 1444, 1445,
1473, 1474, 1482, 1550, 1560, 1706, 1744):
Dalam tiap-tiap perikatan untuk memeberikan sesuatu adalah
termaktub kewajiban si berutang untuk menyerahkan kebendaan
yang bersangkutan dan untuk merawatnya seorang bapak rumah
yang baik sampai pada saat penyerahan. Kewajiban yang terkhir ini
adalah kurang atau lebih luas terhadap persetujuan-persetujuan
tertentu, yang akibat-akibatnya mengenai hal ini akan ditunjukan
dalam bab-bab yang bersangkutan.
b) Pasal 1236 (jo. Pasal-Pasal 1235, 1243, 1246, 1275, 1391, 1444,
1480)
Si berutang wajib memeberikan ganti biaya, rugi, dan bunga
kepada si piutang, jika ia membawa dirinya dalam keadaan tak
mampu untuk menyerahkan kebandaannya, atau tidak merawatnya
sepatutnya guna menyelamatkannya.
c) Pasal 1504 (jo. Pasal-Pasal 1322, 1473, 1474, 1491, 1504, s.d
1511) :
Si penjual diwajibkan menanggung terhadap cacat tesembunyi
pada barang yang dijual, yang memebuat barang itu tak sanggup
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
untuk pemakaian yang dimaksudkan itu, sehingga seandainya si
pembeli mengetahui cacat itu, ia sama sekali tidak akan
membelinya, atau tidak akan membelinya selain dengan harga yang
kurang. (Shidarta 2000:80)
2) Bidang Hukum Pidana
Dalam Kitab Hukum Pidana (KUHP) Pasal 202, 203, 204, 205, 263,
364, 266, 382, 383, 388 dan sebagainya. Pasal-Pasal tersebut mengatur
pemidanaan dari perbuatan-perbuatan :
a) Memasukan bahan berbahaya ke dalam air minum umum.
b) Menjual, menawarkan, menerimakan, atau menbagikan barang
yang dapat membahayakan jiwa atau keselamatan orang.
c) Memalsukan surat.
d) Melakukan persaingan curang.
e) Melakukan penipuan terhadap pembeli.
f) Menjual, menawarkan, atau menyerahkan makanan, minuman dan
obat-obatan palsu. (Husni Syawali dan Nenny Sri Imaniyati,
2000:9)
3) Hukum Administrasi Negara
Dalam Hukum Administrasi Negara itu sendiri, terdapat sanksi
administratif terhadap pengusaha baik itu produsen maupun para
distributor (penjual) yang merugikan konsumen. Dalam hal ini terlihat
dan termuat dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang
Perlindungan Konsumen. Sanksi administrasi tersebut berkaitan
dengan perjanjian yang diberikan pemerintah kepada pengusaha yang
bersangkutan, yaitu apabila terjadi pelanggaran sepanjang didukung
oleh bukti-bukti yang cukup maka ijin usaha akan di cabut secara
sepihak oleh pemerintah. Sanksi administrasif ini seringkali lebih
efektif dibandingkan dengan saksi perdata atau pidana, alasan yang
mendukung pernyataan ini adalah sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
a) Sanksi administratif dapat diterapkan langsung dan sepihak.
b) Sanksi perdata atau pidana seringkali tidak membawa efek bagi
pelakunya.(Shidarta,2000:96)
Undang-Undang Tentang Perlindungan Konsumen pada dasarnya
bukan merupakan awal dan akhir dari hukum yang mengatur perlindungan
konsumen. Dalam rangka membangun Hukum Perlindungan Konsumen
dalam sistem hukum Indonesia sangatlah perlu dikaitkan dengan Peraturan
Perundang-undangan lain yang mempunyai tujuan memberikan
perlindungan pada konsumen. Undang-Undang Tentang Perlindungan
Konsumen pada dasarnya juga bukan merupakan awal dan akhir dari
hukum yang mengatur perlindungan konsumen, sebab sampai
terbentuknya Undang-Undang Tentang Perlindungan Konsumen
sebelumnya telah ada beberapa Undang-Undang yang materinya
melindungan kepentingan konsumen. Seperti kita ketahui, Undang-
Undang No. 8 Tahun 1999 dan Peraturan Pemerintah No. 69 Tahun 1999
merupakan wadah yang tepat bagi para masyarakat untuk mendapatkan
perlindungan dalam hal pemakaian produk yang akan dikonsumsi.
(Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani,2000:19).
Perlindungan konsumen di Indonesia diselenggarakan sebagai
usaha bersama berdasarkan 5 (lima) Asas Pembangunan Nasional, yaitu :
1) Asas Manfaat
Dimaksudkan untuk mengamanatkan bahwa segala upaya dalam
penyelenggaraan perlindungan konsumen harus memberikan manfaat
yang sebesar-besarnya bagi kepentingan konsumen dan pelaku usaha
secara keseluruhan.
2) Asas Keadilan
Dimaksudkan agar partisipasi seluruh rakyat dapat diwujudkan secara
maksimal dan memberikan kesempatan kepada konsumen dan pelaku
usaha untuk mendapatkan hak dan kewajibannya secara adil.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
3) Asas Keseimbangan
Dimaksudkan untuk memberikan keseimbangan antara kepentingan
konsumen, pelaku usaha dan pemerintah dalam arti materil maupun
spiritual.
4) Asas Keamanan dan Keselamatan Konsumen
Dimaksudkan untuk memberikan jaminan atas keamanan dan
keselamatan kepada konsumen dalam penggunaan, pemakaian dan
pemanfaatan barang atau jasa yang dikonsumsi atau digunakan.
5) Asas Kepastian Hukum
Dimaksudkan agar baik pelaku usaha maupun konsumen menaati
hukum dan memperoleh keadilan dalam penyelenggaraan
perlindungan konsumen serta negara menjamin adanya suatu kepastian
hukum. (Badan Perlindungan Konsumen Nasional, 2005: cet. 2 Hal. 5)
Sesuai dengan Pasal 3 Undang-Undang Perlindungan Konsumen,
tujuan dari perlindungan konsumen diantaranya adalah :
1) Meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian konsumen
untuk dapat melindungi diri.
2) Meningkatkan harkat dan martabat konsumen dengan cara
menghindarkannya dari kases negatif pemakaian barang dan/atau jasa.
3) Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan
dan menuntut hak-haknya sebagai konsumen
4) Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur
kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk
mendapatkan informasi.
5) Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya
perlindungan ini sehingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggung
jawab dalam berusaha.
6) Meningkatkan kualitas barang dan/atau jasa yang menjamin
kelangsungan usaha produksi barang dan/atau jasa, kesehatan,
kenyamanan, keamanan dan keselamatan konsumen.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
WJ.Brown juga mengungkapkan bahwa salah satu alasan untuk
melindungi konsumen adalah ”....that due the technical development of
consumer goods, the ordinary consumer cannot be expected to know if the
goods are fit for the perpose for which they were bought, or if the are of
good or bad quality”. (WJ.Brown,1982:126)
Berkenaan dengan masalah produk, terdapat beberapa hal yang
menyebabkan produsen harus dapat bertanggung-jawab, yakni:
1) Production / Manufacturing defect yaitu apabila suatu produk dibuat
dan tidak sesuai dengan persyaratan sehingga produk tersebut tidak
aman bagi konsumen
2) Design defects atau bahaya dari produk lebih besar dari pada bahaya
yang dihasilkan.
3) Warning / Instruction defects yakni apabila buku pedoman, buku
panduan, pengemasan (packaging) tidak dapat memberikan informasi
tentang produk itu sendiri.(Shidarta, 2000:96).
Namun dalam hal ini kita tidak hanya berbicara mengenai apa saja
yang menjadi tanggung jawab dari para produsen, konsumen pun juga
memiliki beberapa kewajiban yang diatur dalam Pasal 5 Undang-Undang
Perlindunganan Konsumen, diantaranya adalah :
1) Membaca atau mengikuti petunjuk informasi atau prosedur pemakaian
atau pemanfaatan barang dan/atau jasa demi keamanan dan
keselamatan.
2) Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan/atau
jasa.
3) Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati
4) Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan
konsumen secara patut.
2. Tinjauan umum tentang Dinas Perindustrian dan Perdagangan kota Surakarta.
Dinas Perindustrian dan Perdagangan kota Surakarta adalah unsur
pelaksana otonomi daerah yang dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Walikota Surakarta melalui
Sekrertaris Daerah kota Surakarta. Dinas ini memiliki tugas melaksanakan
urusan pemerintahan daerah berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan
di bidang perindustrian dan perdagangan.. Dinas Perindustrian dan
Perdagangan memiliki fungsi yang diantara lain adalah:
a. Penyusunan rencana program, pengendalian evaluasi dan pelaporan
b. Penyelenggaraan bimbingan terhadap perindustrian
c. Pembinaan dan pengembangan pengusaha industri menengah, besar,kecil
dan pengendalian pencemaran
d. Penyelenggaraan perlindungan terhadap konsumen
e. Penyelenggaraan sosialisasi
f. Pembinaan jabatan fungsional pelaksanaan tugas lain yang diberikan
oleh walikota.
g. Perumusan kebijakan teknis pelaksanaan dan pengendalian di bidang
Perindustrian dan Perdagangan
h. Pelaksanaan pembinaan umum dan perijinan di bidang Perindustrian dan
Perdagangan
i. Pelaksanaan sinkronisasi penyusunan rencana dan program pembangunan
Perindustrian dan Perdagangan
j. Pembimbingan teknis dan penyuluhan dalam melaksanakan kegiatan
industri dan perdagangan
k. Pembimbingan teknis pelaksanaan program sektoral di bidang industri dan
perdagangan
l. Pengevaluasian pelaksanaan kebijakan teknis bimbingan dan
pengembangan industri dan perdagangan di Wilayah Kota Surakarta
m. Pelaksanaan hubungan kerja sama dengan instansi lainnya serta organisasi/
asosiasi dunia usaha
n. Pembimbingan dan pengendalian pelaksanaan penyediaan dan penyaluran
barang dan jasa serta penyiapan dan pelaksanaan urusan perijinan
o. Pembimbingan dan pengawasan kegiatan di bidang kemetrologian;
p. Pengelolaan urusan ketatausahaan Dinas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
Untuk menjalankan fungsi yang telah disebutkan diatas, Dinas
Perindustrian dan Perdagangan juga diberikan kewenangan khusus olehnya,
beberapa kewenangan khusus yang dimiliki oleh Dinas Perindustrian dan
Perdagangan adalah sebagai berikut :
a. Penyelenggaraan fasilitasi, pengembangan dan pengawasan perdagangan
berjangka komoditi
b. Penyelenggaraan lalu lintas barang dan jasa di bidang industri dan
perdagangan
c. Mendorong penyelenggaraan kemitraan industri kecil, menengah, besar
dan sektor ekonomi lainnya
d. Penyelenggaraan perlindungan konsumen
e. Penyelenggaraan pengembangan sistem pergudangan
f. Penyelenggaraan distribusi bahan-bahan pokok
g. Pemberian ijin industri dan ijin kawasan industri
h. Pemberian perijinan di bidang industri dan perdagangan termasuk ijin
kawasan industri
i. Fasilitasi permodalan bagi industri kecil dalam pengambangan usaha
j. Pengawasan dan pengendalian industri dan produk tertentu yang berkaitan
dengan keamanan, keselamatan umum, keselamatan lingkungan dan moral
k. Fasilitasi kegiatan industri bahan-bahan pokok
l. Penyuluhan, pengawasan dan penetapan penggunaan tanda tera dan tera isi
ulang alat UTTP (Ukuran, Takaran, Timbangan dan Perdagangan)
m. Pemberian ijin gudang
n. Penerbitan SKA (Surat Keterangan Asal) barang
o. Fasilitasi permodalan, aspek permodalan, manajemen, kelembagaan,
kemitraan dan perniagaan, pemasaran untuk tumbuh dan berkembangnya
Koperasi, Pengusaha Kecil dan Menengah (PKM)
p. Penetapan kebijakan untuk mendukung pembangunan industri dan
perdagangan Daerah
q. Penyelenggaraan dan pengawasaan pelaksanaan standard pelayanan
minimal dalam bidang industri dan perdagangan yang wajib dilaksanakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
r. Penyusunan rencana industri dan perdagangan
s. Perijinan di bidang industri dan perdagangan
t. Penyelenggaraan eksport dan import hasil produksi dan perdagangan
sesuai peraturan perundang-undangan
Dibawah ini ialah susunan dan bagan organisasi Dinas Perindustrian
dan Perdagangan:
a. Kepala Dinas.
b. Sekertariat terdiri dari Sub bagian penyusunan program, keuangan dan
umum.
c. Bagian Perindustrian, terdiri dari seksi pengembangan industri kecil,
menengah dan atas. Dalam hal ini memiliki tugas utama untuk persiapan
sarana dan pra sarana bidang perindustrian serta pembinaan dan
pengendalian.
d. Bidang perdagangan, dibagi menjadi seksi perdagangan dalam negri dan
luar negri dan menangani permasalahan yang berkaitan dengan bina usaha
dan pendistribusian.
e. Bidang pengawasan dan perlindungan konsumen.
f. Kelompok Jabatan Fungsional termaksud Unit Pelaksana Teknis Dinas
(UPTD).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Bagan 1
Bagan Organnisasi Dinas Perindustrian Dan Perdagangan Kota Surakarta
Sumber : http://Dinas Perdagangan dan Perindustrian.com/profil-struktur
organisasi.html
KEPALA DINAS
SEKERTARIAT
SUBBAGIAN PERENCANAAN, EVALUASI DAN
PELAPORAN
SUBBAGIAN KEUANGAN
SUBBAGIAN UMUM DAN
KEPEGAWAIAN
BIDANG
PERINDUSTRIAN
BIDANG
PERDAGANGAN
BIDANG PENGAWASAN DAN PERLINDUNGAN KONSUMEN
SEKSI
INDUSTRI KECIL
SEKSI
PERDAGANGAN DALAM NEGERI
BIDANGPENGAWASAN DAN PERLINDUNGAN KONSUMEN
SEKSI INDUSTRI
MENENGAH & BESAR
SEKSI PERDAGANGAN LUAR
NEGERI
SEKSI PERLINDUNGAN KONSUMEN
KELOMPOK JABATAN
FUNGSIONAL
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
3. Tinjauan umum tentang bahan pangan
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 Tentang Label
Dan Iklan Pangan, ”Bahan pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari
sumber hayati dan juga air, baik yang diolah ataupun tidak diolah”. Bahan
pangan diperuntukan untuk dapat dikonsumsi oleh manusia dan diharapkan
manusia akan memeperoleh khasiat dari apa yang dikonsumsinya tersebut.
Pangan olahan adalah bahan makanan atau minuman hasil proses dengan cara
atau metode tertentu dengan atau tanpa bahan tambahan. Bahan pangan dapat
berupa berbagai macam makanan atau minuman yang dapat di konsumsi oleh
manusia yang memiliki fungsi primer yaitu untuk mencapai tingkat kesehatan
dan kebugaran yang optimal. Dibawah ini adalah beberapa ciri bahan pangan
yang tidak layak dikonsumsi, diantaranya :
a. Terjadi perubahan warna, bentuk dan rasa dari aslinya pada bahan pangan.
b. Ditumbuhi jamur atau mikroorganisme yang ditunjukan dengan adanya
jamur, lender, bau basi, dan adanya ulat.
c. Menunjukan ciri-ciri makanan yang mengandung makanan berbahaya,
seperti pewarna dan pengawet yang dilarang
d. Adanya pencemaran fisik.
e. Makanan yang diolah atau dikemas, tidak memenuhi syarat.
f. Memperhatikan makanan yang disimpan dalam lemari es atau pendingin
karna dapat menutupi makanan yang basi.
g. Makanan yang kemasannya sudah rusak.
h. Makanan yang kadaluarsa.
i. Memperhatikan izin makanan dari kesehatan.
Bahan pangan juga dapat diartikan sebagai segala macam pangan yang
secara alamiah ataupun telah melalui proses, mengandung satu atau lebih
senyawa yang berdasarkan kajian-kajian ilmiah dianggap mempunyai fungsi-
fungsi fisiologis terentu yang bermanfaat bagi kesehatan. Beberapa fungsi
fisiologis yang diharapkan pada bahan pangan adalah:
a. Mencegah dari timbulnya penyakit
b. Dapat meningkatkan daya tahan tubuh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
c. Regulasi kondisi ritme fisik tubuh
d. Menyehatkan. (Hayuan, http://blogspot makanan dan kemasan-
pangan.html/2009/06 diakses pada tanggal 1 november 2010)
4. Tinjauan umum tentang label
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor. 69 Tahun 1999 Tentang Label
Dan Iklan pangan, Label adalah “setiap keterangan mengenai barang yang
berbentuk gambar, tulisan, kombinasi keduanya, atau bentuk lain yang
memuat informasi tentang barang dan keterangan mengenai pelaku usaha”.
Dalam label juga memuat informasi lainnya yang sesuai dengan ketentuan
Peraturan Perundang-undangan yang berlaku dan disertakan pada barang,
dimasukan kedalam, ditempelkan, atau merupakan bagian kemasan pada
barang.
Kita dapat melihat bahwa label adalah suatu hal yang wajib disertakan
pada kemasan. Maka dengan tidak terteranya label pada kemasan dapat
dikatakan bahwa barang tersebut tidak dapat memberikan informasi kepada
konsumennya sebagai penikmat produk itu sendiri. Adapun ketentuan yang
mengatur tentang label diatur dalam pasal 30 ayat (2), Undang-Undang Nomor
7 Tahun 1996 Tentang Pangan dan Pasal 111 ayat (3) Undang-Undang Nomor
36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan. Secara umum setidaknya terdapat 6
(enam) jenis informasi yang dapat kita ketahui dari label kemasan, diantaranya
adalah:
a. Nama produk, merupakan informasi yang sangat penting yang merupakan
informasi pertama yang memungkinkan konsumen mengidentifikasi jenis
produk itu.
b. Kandungan isi, semua substansi termaksud zat adiktif yang digunakan
dalam pembuatan atau persiapan pangan dalam kemasan. Informasi
tersebut dihitung dari presentasi dari yang tertinggi hingga terendah,
Namun hal ini bukan merupakan suatu keharusan, kecuali diberikan pada
bahan yang memberikan pengaruh khusus, umpamanya kolesterol. Bahan
adiktif yang harus dicantumkan dalam kandungan isi meliputi substansi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
sintetis atau alami yang ditambahkan untuk memperbaiki bau, rasa, lama
penyimpanan, atau konsistensi. Terdapat lebih dari seratus macam adiktif
makanan kemasan diantaranya sebagai pewarna, pengawet, emulsi,
stabilisator.
c. Sertifikasi produk atau halal serta adanya ijin edar yang dikeluarkan oleh
lembaga yang telah terakreditasi sesuai dengan undang-undang.
d. Waktu kadaluarsa, informasi ini sangatlah penting untuk mengetahui batas
waktu pemakaian produk.
e. Kuanitas isi, Satuan kuantitas adalah biasanya menggunakan satuan liter
untuk satuan cairan dan gram atau satuan bobot lainnya untuk produk
lainnya.
f. Identitas asal produk, dapat dinyatakan dalam kode bergaris atau bar code,
dibawah garis-garis vertikal yang dapat dibaca dengan tekhnologi optik
umumnya terdapat tiga belas angka. Angka pertama menunjukan negara
asal, lima angka berikutnya menunjukan pembuat atau distributornya, lima
angka berikutnya menunjukan ientifikasi produk itu sendiri, dan satu
angka terakhir adalah angka kontrol.
In recent deccades, developed countries have seen unincrease in nutrition-and livestyle realeted health problem. Policy makers are concerned about how the population can be invormed about healthy eating the realitive healthnes of the food products, in order to make the right decision at the supermarket shelf. Nutrition and health claims, as prescribed by the new eu regulation, are meant to served as a compremise, being a short health-realited information tools that takes into account the costumers limited time, willingness, and cappability to process information while shopping. (Jill Avery, Consumers behaviour and human persuits of happiness in a world Vol 4 : 2010).
Berdasarkan penjelasan diatas kita dapat melihat bahwa dalam
beberapa tahun terakhir, negara-negara maju telah melihat penurunan dalam
masalah informasi gizi dan kesehatan pada lingkungan masyarakatnya. Para
pembuat kebijakan khawatir mengenai bagaimana penduduk bisa memenuhi
unsur kesehatan dalam suatu produk makanan, dalam rangka untuk membuat
keputusan yang tepat mengenai kandungan gizi dalam suatu produk makanan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
keberadaan label menjadi suatu informasi yang penting bagi para konsumen
atau orang-orang yang akan membeli produk yang bersangkutan.
Dalam hal ini yang menjadi prinsip pengaturan pada label yang tidak
dapat dilanggar oleh para pelaku usaha menurut Peraturan Pemerintah Nomor
69 Tahun 1999 Tentang Label Dan Iklan Pangan adalah sebagai berikut :
a. Non diskriminasi, untuk barang yang diproduksi dalam negri maupun
barang impor yang diperdagangkan di pasar dalam negeri.
b. Pencantuman label dalam bahasa Indonesia yang jelas dan mudah
dimengerti.
c. Label menggunakan bahasa Indonesia. Untuk barang impor berlaku saat
memasuki daerah pabean Republik Indonesia.
d. Penggunaan bahasa, selain bahasa Indonesia, angka arab, huruf latin
diperbolehkan sepanjang tidak ada padanannya atau tidak dapat diciptakan
padanannya.
e. Label tidak mudah lepas dari barang atau kemasannya.
f. Setiap orang yang memproduksi atau menghasilkan pangan yang dikemas
ke dalam wilayah Indonesia untuk diperdagangkan wajib mencantumkan
Label pada, di dalam, dan atau di kemasan pangan.
g. Pencantuman Label sebagaimana dimaksud dilakukan sedemikian rupa
sehingga tidak mudah lepas dari kemasannya, tidak mudah luntur atau
rusak, serta terletak pada bagian kemasan pangan yang mudah untuk
dilihat dan dibaca.
h. Keterangan atau pernyataan tentang pangan dalam label harus benar dan
tidak menyesatkan, baik mengenai tulisan, gambar, atau bentuk apapun
lainnya.
i. Setiap orang dilarang memberikan keterangan atau pernyataan tentang
pangan yang diperdagangkan melalui, dalam, atau dengan label apabila
keterangan atau pernyataan tersebut tidak benar dan atau menyesatkan.
j. Pencantuman pernyataan tentang manfaat pangan bagi kesehatan dalam
Label hanya dapat dilakukan apabila didukung oleh fakta ilmiah yang
dapat dipertanggungjawabkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
k. Ketentuan lebih lanjut, tentang tata cara dan persyaratan pencantuman
pernyataan tentang manfaat pangan bagi kesehatan diatur oleh mentri
kesehatan
l. Pada label dilarang dicantumkan pernyataan atau keterangan dalam bentuk
apapun bahwa pangan yang bersangkutan dapat berfungsi sebagai obat.
m. Setiap orang dilarang mencantumkan pada label tentang nama, logo, atau
identitas lembaga yang melakukan analisis tentang produk pangan
tersebut.
Suatu barang dan jasa yang akan dipasarkan untuk dikonsumsi kepada
konsumen harus dapat memenuhi standarisasi yang telah ditetapkan
sebelumnya oleh pemerintah, namun tidak selamanya seluruh bahan pangan
yang beredar harus memenuhi ketentuan tentang label itu sendiri, dalam hal
ini terdapat beberapa pengecualian yang ada terhadap ketentuan label yang
tercantum dalam Pasal 63 Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999,
diantaranya adalah:
1) Pangan yang kemasannya terlalu kecil sehingga tidak mungkin
mencantumkan seluruh keterangan yang dimaksud peraturan pemerintah.
2) Pangan yang dijual dan dikemas secara langsung dihadapan pembeli dalam
jumlah yang kecil-kecil.
3) Pangan yang di jual secara besar.
Berkaitan masalah pelabelan halal di Indonesia terdapat pengaturan
khusus yang mengaturnya. Indonesia Dapat dikatakan sebagai negara yang
mayoritas penduduknya beragama islam, maka berkaitan dengan suatu produk
yang dipasarkan atau diedarkan di pasaran juga tidak luput dari perhatian
warga muslim kita dalam memilih suatu produk, selain memperhatikan
tampilan luar serta substansi kandungannya, masyarakat juga akan
memperhatikan segi kehalalan dari makanan tersebut. Apakah pangan yang
bersangkutan telah didaftarkan dan mendapatkan label halal dari pihak yang
berwenang yang dalam hal ini adalah Majelis Ulama Indonesia(MUI) atau
belum.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
Dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996, selain ditentukan bahwa pangan harus memenuhi standar kesehatan (Thoyyib dalam istilah hukum Islam, juga dijumpai beberapa ketentuan yang mensyaratkan label halal bagi pangan yang diperdagangkan yang memberi petunjuk tentang kehalalan atas produk makanan tersebut. Hal ini cukup penting bagi konsumen muslim. (Yulkarnai Harahap, 2003:No.44/I/2003 Hal72). MUI adalah organisasi yang salah satu tugasnya adalah meneliti dan
memberilkan label halal pada suatu produk. Bagaimanapun juga kepentingan
agama atau kepercayaan lainnya tetap harus dapat dilindungi melalui tanggung
jawab pihak yang memproduksi pangan dalam wilayah Indonesia. Hal-hal
yang diatur terkait masalah pelabelan halal untuk produk pangan dan
minuman antara lain :
1) Setiap orang yang memproduksi dan memasukan pangan yang dikemas
kedalam wilayah Indonesia untuk diperdagangkan dan menyatakan bahwa
pangan tersebut halal bagi unat islam, bertanggung jawab atas pernyataan
tersebut, hal tersebut dicantumkan pada label kemasan.
2) Dalam hal label halal tersebut harus dapat memeriksakan kebenarannya
pada lembaga yang telah terakreditasi sesuai dengan peraturan perundang-
undangan. (Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo,2004:78)
Kita dapat melihat bagaimana kepentingan umat islam di negara kita
benar-benar diperhatikan serta dilindungi agar hak masyarakat untuk
mendapatkan suatu produk makanan yang aman serta halal dan nyaman untuk
dikonsumsi oleh umat islam dapat dirasakan. Untuk mendapatkan suatu label
halal tentunya diperlukan penelitian khusus mengenai kandungan makanan itu
sendiri apakah telah sesuai dengan unsur halal atas makanan yang dimaksud
oleh MUI tersebut.
Disinilah letak pentingnya suatu wadah yang mengurusi perlindungan konsumen dari makanan yang tidak halal. Suatu wadah yang berusaha meneliti, menyeleksi dan mengawasi peredaran makanan produk di pasaran. Tentunya wadah semacam ini memerlukan tenaga-tenaga yang memiliki latar belakang pengetahuan dan keahlian yang berbeda-beda. (Abdul Ghofur Anshori, 2002:No.40/II/2002 Hal.90).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Syariat Islam mengatur kehidupan manusia bagi terwujudnya
kepentingan hidup yang membawa kebaikan. Islam memandang makanan
sebagai faktor yang amat penting dalam kehidupan manusia, disamping
ibadah-ibadah yang lain. “Although, it is well known that consumer groups
from different cultures and religious backgrounds are likely to have different
customer satisfaction expectations, the attributes associated with customer
segments (Muslim, non- Muslim)” ( Eurasian Journal of Business and
Economics, 2009: 150).
Makanan mempunyai pengaruh yang besar terhadap perkembangan
jasmani dan rohani manusia. Di dalam ajaran Islam banyak peraturan yang
berkaitan dengan makanan, mulai dari mengatur makanan yang halal dan
haram, etika makan, sampai mengatur idealisme kuantitas makanan didalam
perut. Salah satu peraturan yang terpenting ialah larangan mengkonsumsi
makanan atau minuman yang haram. Mengkonsumsi yang haram, atau yang
belum diketahui kehalalannya akan berakibat serius, baik didunia maupun
diakhirat kelak. Sebagaimana Hadits Nabi yang artinya ”Setiap daging
tumbuh yang diperoleh dari kejahatan (jalan haram), maka neraka lebih layak
baginya”. (HR. Imam Ahmad)
Pada dasarnya masyarakat muslim memiliki harapan atas bahan
makanan yang akan mereka konsumsi, yakni makanan yang higienis, nutrisi,
dan halal, yang menjadi dasar pengharaman menurut Al-Quran adalah:
a. Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi,
(daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam binatang buas kecuali yang sempat km menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu memakan hewan) yang disembelih untuk berhala. (QS Al-Maidah 5:3)
b. Hai orang-orang beriman yang beriman (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, menguji nasib dengan panah adalah perbuatan keji termaksud perbuatan syetan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan. Sesungguhnya syetan itu bermaksud hendak menimbulakn permusuhan dan kebencian diantara kamu lantaran khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sholat, maka berhentilah kamu.(QS Al-Maidah 5:90-91)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Berdasarkan penjelasan mengenai ketentuan haram menurut kitab suci
Al-Quran tersebut diatas, maka dapat disimpulkan bahwa syarat kehalalan
suatu produk pangan yang sesuai dengan syri’at Islam adalah sebagai berikut :
a. Tidak mengandung babi dan bahan yang berasal dari babi.
b. Tidak mengandung bahan-bahan yang diharamkan seperti bahan-bahan
yang berasal dari organ manusia, darah, kotoran dan lainnya.
c. Semua bahan makanan yang berasal dari hewan yang halal dan disembelih
menurut tata cara syari’at Islam.
d. Semua tempat penyimpanan, penjualan, pengelolaan dan transportasi tidak
boleh digunakan untuk babi dan/atau barang tidak halal lainnya. Jika
pernah digunakan untuk babi dan/atau barang tidak halal lainnya terlebih
dahulu harus dibersihkan dengan tata cara syari’at Islam.
e. Semua makanan dan minuman yang tidak mengandung khamar.
5 Tinjauan umum tentang kemasan.
Kemasan adalah pembungkus yang mengacu pada wadah atau materi
yang membungkus suatu Produk. kemasan dibagi menjadi dua fungsi dasar
yaitu melindungi produk dari kerusakan selama pengiriman dan
mempromosikan produk ke konsumen akhir serta untuk melindungi
kerusakan Produk pada saat penjualan dan mempromosikan Produk kepada
konsumen. Beberapa jenis umum dari kemasan adalah karton, tas, kotak,
kaleng, dan yang lainnnya. Kemasan sangat penting baik untuk penjual
maupun pembeli produk. Bagi penjual kemasan berfungsi untuk menjaga agar
tidak terjadi kerusakan, gangguan, atau pencurian terhadap barang tersebut.
Kemasan juga dapat meningkatkan kenyamanan dalam penggunaan atau
penyimpanan, serta kemasan juga dapat membuat produk lebih mudah untuk
mengidentifikasi. Bagi pembeli kemasan juga memiliki arti yang penting
dimana pengemasan yang baik dapat memastikan pangan tersebut berinteraksi
dengan lingkungan sekitar sehingga dapat menjaga keaslian kondisi barang
tersebut. Dengan pengemasan yang baik dapat menguntungkan bagi pembeli
yang mengkonsumsi bahan pangan tersebut. Pengemasan dengan benar dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
membuat suatu makanan dapat terlihat sesuai dengan nilai estetika. Tujuan
pengemasan diantaranya adalah untuk :
a. Membuat umur simpan bahan pangan menjadi panjang
b. Menyelamatkan produksi bahan pangan yang berlimpah dan mencegah
rusaknya nutrisi atau gizi bahan pangan
c. Menjaga dan menjamin tingkat kesehatan bahan pangan, Memudahkan
distribusi atau pengangkutan bahan pangan,
d. Mendukung perkembangan makanan siap saji,
e. Menambah estetika dan menambah suatu nilai jual dari bahan
makanan.(Amar Abu, 2007:41)
Untuk dapat mencapai tujuan pengemasan itu diantaranya adalah
Bahan pengemasnya harus memenuhi persyaratan tertentu, metode atau teknik
pengemasan bahan pangan harus tepat, serta pola distribusi dan penyimpanan
produk hasil pengemasan harus baik. Dalam suatu proses produksi juga harus
dapat memenuhi persyaratan pada bahan pengemas, diantaranya adalah
sebagai berikut :
a. Memiliki permeabilitas (kemampuan melewatkan) udara yang sesuai
dengan jenis bahan pangan yang akan dikemas.
b. Harus bersifat tidak beracun dan inert (tidak bereaksi dengan bahan
pangan).
c. Harus kedap air.
d. Tahan panas.
e. Mudah dikerjakan secara maksimal dan harganya relatif murah.
(Hayuan,http://blogspot makanan dan kemasan-pangan/2009/06.html
diakses pada tanggal 1 November 2010)
6 Tinjauan umum tentang Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999
Tentang Label Dan Iklan Pangan.
Di dalam rangka membangun Hukum Perlindungan Konsumen dalam
sistem hukum Indonesia sangatlah perlu untuk dikaitkan dengan suatu
peraturan yang mengacu pada perlindungan konsumen itu sendiri, peraturan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
ataupun ketentuan sangat diperlukan sebagai suatu acuan oleh objek hukum
dalam melakukan suatu tindakan tertentu. Dengan adanya hal tersebut maka
sutu tujuan dari penetapan hukum itu sendiri akan terwujud secara maksimal.
Terciptanya perdagangan pangan yang jujur dan bertanggung jawab
merupakan salah satu tujuan penting pengaturan, pembinaan, dan pengawasan
di bidang pangan sebagaimana dikehendaki oleh Peraturan Pemerintah Nomor
69 Tahun1999 Tentang Pangan Dan iklan pangan. Salah satu upaya untuk
mencapai tertib pengaturan di bidang pangan adalah melalui pengaturan di
bidang label dan iklan pangan. Secara umum dalam hal pengaturan mengenai
label yang dimaksudkan oleh Peraturan Pemerintah ini adalah sebagai berikut:
a. Setiap orang yang memproduksi atau menghasilkan pangan yang dikemas
di wilayah Republik Indonesia untuk diperdagangkan wajib
mencantumkan label pada, didalam, dan atau dikemasan pangan
b. Pencantuman label sebagaimana dimaksud dapat dilakukan sedemikian
rupa sehingga tidak mudah lepas dari kemasannya, tidak mudah luntur
atau lepas, serta terletak pada kemasan pangan yang mudah untuk dilihat
dan dibaca
Dari ketentuan diatas kita dapat melihat bahwa salah satu kewajiban
dari pelaku usaha dalam memproduksi dan memasarkan hasil produksinya
adalah menyertakan label pada kemasannya, hal ini tentunya agar para
konsumen dapat melihat secara langsung isi ataupun kandungan dari produk
itu sendiri. Seperti dijelaskan pada Pasal 12 dalam Peraturan Pemerintah ini,
dikatakan bahwa label mamuat sekurang-kurangnya :
a. Nama produk,
b. Berat dan isi bersih,
c. Nama dan alamat pihak yang memproduksi,
d. Serta Nomor Ijin Usaha dari produsen itu sendiri.
Dengan terpenuhinya ketentuan tersebut maka diharapkan konsumen
dapat mendapatkan segala informasi yang berkaitan dengan produk yang akan
mereka konsumsi. Label dan iklan pangan yang tidak jujur dan atau
menyesatkan berakibat buruk terhadap produsen, distributor, maupun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
konsumen itu sendiri. diharapkan setiap orang yang memproduksi pangan atau
memasukkan pangan ke dalam wilayah Indonesia untuk diperdagangkan dapat
memperoleh perlindungan dan jaminan kepastian hukum.
The purchase of environmental-labelled goods is an important dimension of sustainable consumption. Exixting research of environmental labels and sutainable consumption has rather individualistic bias, organizational and structural determinants have only recently sparked attention. (Sebastian Koos, Varieties of environmental abelling Volume 34 : 2007 )
Pembelian barang berlabel pada lingkungan masyarakat merupakan
hal yang penting untuk dilakukan. Pengawasan yang berkaitan dengan label
kemasan terus dilakukan demi kepentingan khalayak ramai yang dalam hal ini
adalah masyarakat. Persaingan dalam perdagangan pangan diatur agar pihak
yang memproduksi pangan atau pengusaha agar dapat membuat informasi
secara benar dan tidak menyesatkan masyarakat melalui pencantuman label
dan iklan pangan yang harus memuat keterangan mengenai pangan tersebut.
Pemerintah menyadari perkembangan teknologi pangan sangat berpengaruh
terhadap pelabelan pangan. Perkembangan tersebut tidak mungkin dicakupi
secara keseluruhan melalui Peraturan Pemerintah ini. Namun, hal itu tidak
mungkin pula untuk dikesampingkan tanpa membuka peluang untuk
pengaturan lebih lanjut. Dalam kondisi yang demikian, Peraturan Pemerintah
ini sekaligus memerintahkan kepada instansi terkait untuk mengaturnya
manakala diperlukan. Hal tersebut dapat kita lihat memalui isi dari Pasal 60
yang berisi :
(1) Dalam melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59, Menteri Kesehatan menunjuk pejabat untuk diserahi tugas pemeriksaan.
(2) Pejabat pemeriksa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipilih dan ditunjuk oleh Menteri Kesehatan berdasarkan keahlian tertentu yang dimiliki.
Terhadap setiap pelanggaran dari ketentuan yang diatur dari Peraturan
Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 memang tidak diatur secara tegas bahwa
terdapat ancaman pidana, melainkan merujuk pada ketentuan yang diatur
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
dalam BAB V mengenai tindakan administratif. Namun demikian Pasal 61
Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 menyatakan sebagi berikut :
(1) Setiap orang yang melanggar ketentuan-ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Peraturan Pemerintah ini dikenakan tindakan administratif.
(2) Tindakan administratif sebagai mana dalam ayat (1) meliputi :
(a) Peringatan secara tertulis
(b) Larangan intuk mengedarkan untuk sementara waktu dan atau perintah
untuk menarik produk pangan dari peredaran.
(c) Pemusnahan pangan jika terbukti dapat membahayakan kesahatan
manusia.
(d) Penghentian produksi untuk sementara waktu.
(e) Pengenaan denda paling tinggi Rp. 50.000.000 (lima puluh juta
rupiah).
(f) Pencabutan ijin produksi atau ijin usaha.
(3) Pengenaan tindakan administratif sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)
huruf b, c, d, e, dan f hanya dapat dilakukan setelah peringatan tertulis
sebagimana dimaksud dalam ayat (2) huruf a diberikan diberikan
sebanyak-banyaknya tiga kali.
(4) Pengenaan tindakan administratif sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)
dan (3) hanya dapat dilakukan oleh mentri tekhnis sesuai dengan
kewenangan berdasarkan masukan dari Mentri Kesehatan.
Selanjutnya hal yang diatur adalah hal yang berkaitan mengenai
industri perikalanan, Industri periklanan sendiri mengalami pertumbuhan
pada tahun 1970. Hal ini seiring dengan berkembangnya media massa di
Indonesia seperti media cetak (Koran dan majalah), serta radio swasta.. Masa
tahun 1980 iklan tidak lagi menerapkan pendekatan demografis saja untuk
menarik audience, melainkan juga dengan menggunakan pendekatan
psikiografis, ini bisa dilihat bagaimana iklan dirancang dengan memperhatikan
gaya hidup. Sehingga pola pesan yang disampaikan pun mengikuti gaya hidup
yang berkembang pada saat itu. Dekade tahun 1990 simbolisasi dan pencitraan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
semakin mendominasi karakter iklan di media massa, baik media cetak,
ataupun media elektronik. (Rhenald Kasali, 1992:3)
Sebagaimana telah diuraikan di atas pengaruh pangan yang dikonsumsi
terhadap kesehatan manusia perlu diwaspadai. Oleh karena itu, iklan tentang
pangan perlu secara khusus diatur dan dikendalikan dengan sebaik-baiknya
melalui Peraturan Pemerintah ini. dibawah ini adalah pengertian dari beberapa
istilah yang berkaitan dengan iklan menuruk Kamus Besar Bahasa Indosesia:
a. Iklan adalah segala bentuk pesan tentang suatu produk yang disampaikan
melalui suatu media, dibiayai oleh pemrakarsa yang dikenal, serta
ditujukan kepada sebagian atau seluruh masyarakat.
b. Media adalah sarana komunikasi untuk menyampaikan pesan-pesan iklan
kepada khalayak melalui surat kabar, majalah, televisi, radio, papan iklan,
dll.
c. Periklanan adalah keseluruhan proses yang meliputi penyiapan,
perencanaan, pelaksanaan dan penyampaian iklan/pesan
Berdasarkan penjelasan umum mengenai iklan pangan yang diatur oleh
pemerintah melalui Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 dapat
diartikan bahwa posisi iklan di masyarakat selalu ditujukan pada fungsi-fungsi
dalam pasar modern. Iklan yang efektif harus mampu menciptakan
pemahaman yang positif, Jangan sampai setelah melihat suatu iklan,
konsumen justru memiliki asosiasi yang salah atau bahkan melenceng.
Sehingga konsep efektif dan kreatif saat ini menjadi hal mendasar dalam
pembuatan suatu iklan. perkembangan iklan sendiri berjalan beriringan dengan
perkembangan industri terhadap barang. Ketentuan ini berlaku mengikat tidak
hanya terhadap pangan yang diproduksi di dalam negeri, namun berlaku juga
terhadap pangan yang dimasukkan ke dalam wilayah Indonesia untuk
diperdagangkan.
Dengan tidak mengesampingkan pengaturan yang sudah ada dalam
lingkungan undang-undang yang mengatur tentang Kesehatan, maka Peraturan
Pemerintah tentang Label dan Iklan pangan sebagai pelaksanaan dari Undang-
Undang Nomor 7 Tahun 1996 Tentang Pangan merupakan pelengkap terhadap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
pengaturan yang sudah ada. Tujuan dari pada pengaturan tersebut adalah
untuk lebih memperkuat jaminan kepastian hukum bagi masyarakat yang
mengkonsumsi pangan. Pada akhirnya, keterpaduan tugas di bidang
pengawasan dalam pelaksanaan Peraturan Pemerintah ini sangat tergantung
pada kemampuan aparatur negara untuk menghindari timbulnya ekses yang
tidak diharapkan bagi tubuh dan khususnya dalam hal kesehatan pada diri
manusia. (Goshe, http://wordpress. Iklan-pangan.html/2009/05/29 diakses
pada 1 November 2010).
B. Kerangka Pemikiran
DISPERINDAG KOTASURAKARTA
Pengawasan terhadap label dan kemasan
Produsen Konsumen
Pelanggaran terhadap pencantuman label
Sanksi hukum
PEMDA KOTA SURAKARTA
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Keterangan :
Didalam prakteknya dalam memasarkan hasil produksi, pelaku usaha
memiliki beberapa ketentuan terkait dengan hasil produksi yang akan dipasarkan
kepada konsumen. Namun pada kenyataanya pelaku usaha tersebut kurang
memperhatikan kelengkapan infomasi pada kemasan produk-produknya, atau
dalam hal ini disebut sebagai ”Label”. Hal ini terlihat pada sejumlah produk yang
beredar di kota Surakarta, Atas hal itu tentunya membuat masyarakat kota
Surakarta. sebagai konsumen akhir merasa dirugikan baik dalam segi materiil
maupun imateriil. Hal inilah yang menjadi perhatian bagi dinas perindustrian dan
perdagangan untuk dapat memperhatikan keberadaannya. Pelaku usaha
seharusnya memandang peraturan-peraturan yang telah di tetapkan baik oleh
Undang-Undang Perlindungan Konsumen ataupun Peraturan Perundang-
undangan lainnya.
Dalam hal peredaran bahan pangan yang beredar di seluruh wilayah kota Surakarta terdapat beberapa instansi pemerintah kota yang berwenang untuk mengawasinya. Salah satunya yakni Dinas Perindustrian dan Perdagangan. Dalam hal ini Dinas Perindustrian dan Perdagangan Berada dibawah Sekrertariat Daerah kota Surakarta dan bertanggung jawab langsung terhadap walikota Surakarta. Untuk melaksanakan fungsi pengawasan yang dimiliki oleh dinas ini, Dinas Perindustrian dan Perdagangan bekerjasama serta membentuk suatu tim kerja bersama-sama dengan Dinas Kesehatan,Dinas Pertanian serta pihak Kepolisian yang diperlukan apabila dimungkinkan adanya penyitaan terhadap suatu bahan pangan yang menjadi sengketa. Untuk itu penulis mencoba untuk mengetahui sejauh apa peranan dinas Perindustrian dan Perdagangan dalam menangani masalah produk-produk yang tidak mencantumkan label pada kemasanya, seberapa banyak jumlah produk pangan yang tidak memenuhi kriteria yang telah ditentukan sebelumnya, dan sanksi hukum apa yang diberikan terhadap pelaku usaha tersebut. Dengan hal tersebut maka kita sebagai konsumen dapat memperhatikan apakah instansi pemerintah dalam hal ini Dinas Perindustrian Dan Perdagangan sebagai pelaksana tindakan administratif dalam hal Label dan iklan pangan memiliki pengaruh yang positif bagi pelaku-pelaku usaha.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
BAB III
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Peranan Dinas Perindustrian dan Perdagangan terhadap peredaran bahan
pangan yang beredar di kota Surakarta
Dinas Perindustrian dan Perdagangan kota Surakarta dalam melaksanakan tugasnya berlandaskan pada Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 dan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2001 Tentang Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Perlindungan Konsumen. Pada dasarnya kegiatan ini diselenggarakan dengan berdasarkan asas manfaat, keadilan, keseimbangan, keamanan dan keselamatan konsumen serta adanya kepastian hukum.
Guna menyelaraskan tugas dan fungsinya, Dinas Perindustrian dan Perdagangan kota Surakarta mempunyai Visi dan Misi, yakni: a. Visi
Terwujudnya industri dan perdagangan kota Surakarta yang kuat dan tangguh bertumpu pada potensi sumber daya daerah, berorientasi pada ekonomi kerakyatan.
b. Misi Adapun yang menjadi misi dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan kota Surakarta dalam menyelaraskan dengan visinya diatas adalah dengan melakukan rencana kerja yang terstruktur secara dinamis yang diantaranya adalah sebagai berikut : 1) Meningkatkan industri dan perdagangan yang berdaya saing kuat dan
tangguh di era globalisasi 2) Mempercepat pertumbuhan ekonomi daerah dengan lebih
memperhatikan aspek lingkungan, tertib niaga dan perlindungan konsumen serta kelancaran distribusi
3) Meningkatkan pemberdayaan ekonomi kerakyatan.
Dalam menjalankan fungsinya sebagai suatu lembaga pemerintah yang
khusus menangani peredaran barang baik Pangan maupun Non-pangan di kota
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Surakarta ini, Dinas Perindustrian dan Perdagangan pasti memiliki cara-cara
tersendiri yang berkaitan dengan fungsinya tersebut, khususnya dalam rangka
penegakan Hukum Perlindungan Konsumen. Dalam melaksanakan tugasnya
Dinas perindustrian dan perdagangan dibantu oleh beberapa instansi
pemerintah lainnya yang terbentuk menjadi suatu tim kerja yang saling
berkoordinasi. Kerjasama ini diantaranya oleh Dinas Kesehatan dan pihak
Kepolisian. Dalam setiap melakukan program kerjanya Dinas Perindustrian
dan Perdagangan mengikutsertakan pihak Kepolisian untuk mengantisipasi
apabila di mungkinkan adanya penyitaan barang secara paksa bagi produk
produk yang akan di sita dan menimbulkan sengketa. Berdasarkan hal
tersebut, maka terdapat beberapa hal yang menjadi wewenang dari Dinas
Perindustrian dan Perdagangan itu sendiri diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Pengawasan
Dinas Perindustrian dan Perdangangan bertugas dalam hal
pengawasan terhadap segala macam peredaran barang dan bahan pangan
yang beredar di kota Surakarta. Dalam kegiatan pengawasan tersebut
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Surakarta melakukan beberapa hal
yang berkaitan dengan pendistribusian melalui distributor pasar maupun
toko-toko yang ada di kota Surakarta. Kegiatan tersebut antara lain :
1) Pengecekan label.
Dalam kegiatan ini Dinas Perindustrian dan Perdagangan akan
melakukan pengecekan terhadap kelengkapan label yang seharusnya
tercantum pada kemasan suatu produk, apakah telah lengkap dan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Berdasarkan ketentuan yang
telah ditetapkan hal-hal yang harus terdapat pada kemasan adalah:
a) Kode ijin edar yang dikeluarkan oleh BPOM.
b) Nama produk.
c) Identitas pelaku usaha atau tempat produksi.
d) Kandungan gizi.
e) Ijin dari Departemen Kesehatan.
f) Label Halal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
g) Komposisi.
h) Bar code.
i) Tanggal kadaluarsa.
2) Pengecekan kondisi kemasan.
Kegiatan pengecekan kemasan dan label dikhususkan untuk
mengecek apakah kemasan dalam kondisi yang tidak rusak dan tetap
dalam keadaan baik. Apabila ditemukan kemasan yang sudah rusak,
maka Dinas Perindustrian dan Perdagangan akan meminta produk
tersebut untuk dikembalikan dan tidak dipasarkan kembali atau ditarik
dari peredaran. Apabila hal tersebut tidak dihiraukan, maka atas barang
tersebut akan di tarik secara paksa dan diberikan pada pelaku usaha
surat informasi penarikan atas barang tersebut.
3) Sampling Product.
Pada kegiatan sampling product ini, dimana contoh bahan
pangan akan di ambil dan dibawa untuk diuji pada laboratorium untuk
mengetahui substansi dari bahan pangan yang bersangkutan, apakah
bahan pangan yang tersebut telah sesuai dengan apa yang di
informasikan kepada konsumen melalui label, atau mungkin terdapat
unsur penipuan didalamnya berupa ketidaksesuaian antar label dan isi
di dalamnya. Dalam kegiatan ini Dinas Perindustrian dan Perdagangan
bekerjasama dengan Dinas Kesehatan untuk mengadakan riset khusus
dan penelitian melalui ahli-ahli pangan dan gizi yang telah disiapkan.
Dengan adanya kegiatan ini juga dapat dilihat dan dibuktikan secara
ilmiah apakah suatu pangan mengandung bahan berbahaya atau zat-zat
lain yang tidak layak dikonsumsi oleh manusia.
4) Uji kelayakan tempat.
Pada kegiatan uji kelayakan tempat ini melibatkan distributor
(penjual) yang memeperdagangkan langsung kepada konsumen,
kegiatan tersebut dikhususkan untuk melihat penataan dan penyajian
bahan pangan apakah telah tertata dan telah mengikuti petunjuk
penyajian yang benar. Dengan adanya pengecekan penataan makanan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
ini sangatlah baik untuk menjaga produk bahan pangan agar dalam
keadaan baik dan tidak rusak. Dalam hal penataan memiliki aturan
tersendiri, diantaranya sebagai berikut :
a) Bahan pangan tertata rapih.
b) Pada papan penyajian harus terdapat lubang-lubang sirkulasi udara
Dalam hal penataan dan penyajian barang.
b. Pembinaan
Dalam hal pembinaan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan
malakukan kegiatan penyuluhan yang ditujukan kepada pelaku-pelaku
usaha baru yang akan memproduksi serta memasarkan hasil produksinya
tersebut. Dalam kegiatan ini Dinas Perindustrian dan Perdagangan akan
memberikan segala macam informasi yang berkaitan dengan bidang
industri, seperti cara membuat dan menghasilkan barang pangan yang baik
dan benar, proses pengemasan yang baik, dan bagaimana cara penyertaan
label, dan mendaftarkan produknya ke instansi yang bersangkutan untuk
mendapatkan ijin edar terhadap barang, yakni Badan POM. Adapun
pengaturan dalam hal pemberian label terhadap ijin edar adalah :
1) Apabila barang tersebut merupakan hasil produksi dalam negri, maka
akan diberikan logo MD.
2) Sedangkan apabila barang tersubut merupakan barang impor, maka
untuk ijin edarnya di dalam negri akan diberikan logo ML.
Hal lain yang diinformasikan kepada pelaku-pelaku usaha tersebut
adalah mengenai ijin kesehatan. Untuk ijin kesehatan itu sendiri terdapat
pengaturan khusus di dalamnya, adapun yang menjadi pengaturannya
adalah sebagai berikut :
1) Ijin Kesehatan untuk suatu produk yang dihasilkan melalui industri
besar didapatkan dengan pendaftaran melalui Departemen Kesehatan,
apabila telah dilakukan penelitian dan atas barang tersebut dinyatakan
telah memenuhi syarat kesehatan yang telah ditentukan sebelumnya,
maka atas barang tersebut akan diberikan surat keterangan dan nomor
yang menerangkan bahwa barang tersebut dinyatakan bersih dan telah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
memenuhi persyaratan sebagai suatu produk yang telah memenuhi
kriteria dalam segi kesehatan. dan keterangan dari Departemen
Kesehatan tersebut harus dicantumkan pada kemasan dalam bentuk
label, hal ini bertujuan agar konsumen dapat membaca dan mengerti
bahwa produk yang bersangkutan telah mendapatkan ijin dari
Departemen Kesehatan.
2) Untuk suatu produk yang dihasilkan melalui industri kecil dan
menengah pada tingkat kabupaten atau kota, ijin kesehatan bisa di
dapatkan melalui Dinas Kesehatan setempat dengan mengadakan uji
laboratorium. Apabila barang tersebut dinyatakan sehat maka Dinas
Kesehatan akan memberiakan keterangan berupa kode PIRT.
Dinas Perindustrian dan Perdagangan juga akan menginformasikan
mengenai tata cara pembuatan bahan pangan yang baik dan benar. Untuk
dapat menghasilkan suatu produk pangan yang baik maka suatu produsen
harus memiliki pengetahuan yang cukup akan hal tersebut, diantaranya :
1) Menggunakan bahan-bahan dasar yang baik dan tidak mengandung
bahan kimia yang berlebihan, sehingga tidak menimbulkan efek-efek
negatif terhadap manusia.
2) Menggunakan penutup rambut (hair nett) untuk menjaga kebersihan
makanan.
3) Menggunakan alat masak yang baik dan sehat, serta tidak rusak
(berkarat).
Dalam suatu kegiatan penelitian lapangan hal-hal yang wajib
dilakukan adalah sampling, uji kelayakan tempat, pengecekkan kemasan,
dan pengecekkan label. Hal-hal tersebut penting untuk dilaksanakan
mengingat perkembangan situasi dan kondisi di mana banyaknya
permasalahan yang menyangkut konsumen di kota Surakarta, maka untuk
melindungi masyarakat perlu di laksanakan kegiatan tersebut secara rutin.
c. Sosialisasi
Selain menjalankan fungsi pengawasan terhadap peredaran bahan
pangan di kota Surakarta dan pembinaan terhadap pelaku usaha, Dinas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Perindustrian Dan Perdagangan juga melakukan tugas sosialisasi terhadap
masyarakat yang dalam hal ini sebagai konsumen utama. Hal-hal yang di
informasikan pada kegiatan sosialisasi ini di antaranya adalah :
1) Bagaimana cara memilih bahan pangan yang baik dan telah sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
2) Menginformasikan kepada masyarakat tentang keikutsertaannya dalam
membantu pemerintah dalam hal pengawasan terhadap bahan pangan
itu sendiri.
Kegiatan tersebut di atas sangatlah penting dilakukan agar
masyarakat dapat lebih meningkatkan pengetahuannya terhadap pemilihan
barang dan ketentuan lain yang berkaitan dengan perlindungan konsumen
sehingga dalam hal penegakan hukum di Indonesia tidak hanya pemerintah
saja yang melakukannya namun masyarakat dapat pula membantu
pemerintah terkait hal tersebut. Apabila kegiatan sosialisasi ini dilakukan
secara rutin dan menyeluruh terhadap seluruh lapisan masyarakat, maka di
harapkan konsumen lebih memahami terhadap hal berikut :
1) kesadaran atas masyarakat itu sendiri akan hak-haknya sebagai
konsumen.
2) Dapat memilih bahan pangan yang telah sesui dengan ketentuan yang
telah ditetapkan
3) Dapat memilih bahan pangan yang baik serta sehat untuk dikonsumsi,
seperti tidak mengandung bahan-bahan pengawet yang berlebihan dan
mengandung zat-zat lain yang berbahaya bagi kesehatan manusia.
4) Memahami serta mengerti tentang Hukum Perlindungan Konsumen
yang merupakan payung hukum bagi masyarakat.
Namun dalam melaksanakan kegiatan tersebut terdapat beberapa
kendala yang dihadapi oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan, adapun
yang menjadi kendalanya adalah sebagai berikut :
a. Terbatasnya jumlah personil yang dipakai untuk diterjunkan langsung ke
lapangan dalam hal melakukan inspeksi lapangan terhadap bahan pangan
di seluruh wilayah kota Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
b. Tidak banyak pelaku usaha yang sadar untuk ikut serta dalam pemberian
penyuluhan atau pembinaan berkaitan dengan kegiatan produksinya.
c. Dalam melakukan kegiatan tentunya memerlukan pendanaan yang tidak
sedikit, Hal ini tentunya menjadi kendala tersendiri bagi Dinas
Perindustrian dan Perdagangan.
d. Dalam melakukan kegiatan Dinas Perindustrian dan Perdagangan bekerja
sama dengan instansi lainnya, atas hal tersebut diperlukan pengaturan
jadwal yang sesuai, sehingga terkait hal ini beberapa kepentingan
menyebabkan tertundanya kegiatan tersebut.
2. Berapa jumlah kasus yang ditemukan mengenai bahan pangan yang tidak
memenuhi syarat di kota Surakarta pada tahun 2009-2010
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dinas Perindustrian dan
Perdagangan memang ditemukan beberapa pelanggaran yang di lakukan baik
oleh pelaku usaha maupun distributor. kegiatan Pemeriksaan ini dilakukan di
beberapa tempat yang telah ditentukan terlebih dahulu sebagai sampel di
wilayah Surakarta, Sehingga pemeriksaan lapangan ini seperti ini dilakukan di
beberapa tempat saja atau dengan kata lain tidak menyeluruh pada wilayah
Surakarta. Kegiatan ini bertujuan untuk meneliti secara langsung ke lapangan
terkait dengan peredaran bahan pangan khususnya di kota Surakarta dan
melihat secara langsung proses jual-beli dan kemungkinan adanya
pelanggaran terhadap bahan pangan yang diperjualbelikan. Adapun hasil
pemeriksaan yang dilakukan Dinas Perindustrian dan Perdagangan selama
tahun 2009-2010 yakni:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Tabel 1
Nama lokasi : Psasar legi / pedagang ayam
Alamat : Surakarta
penanggung jawab : Yanti (63 TS)
HASIL PEMERIKSAAN
1 Ditemukan daging sapi yang rusak/berbau busuk
Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan kota Surakarta tahun 2010.
Table 2
Nama lokasi : tempat penjualan ayam dan babi
Alamat : jagalan, Rt 01/ Rw 13 jebres surakarta
penanggung jawab : Yanti (63 TS)
HASIL PEMERIKSAAN
1 Ditemukan daging ayam yang rusak/berbau busuk sebanyak 5Kg
Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan kota Surakarta tahun 2010.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
Tabel 3
Nama lokasi : safari distributor
Alamat : Jl. Dewi sartika Surakarta
penanggung jawab : Ratna. M
HASIL PEMERIKSAAN
1 Penyimpanan makanan tidak tertata dengan rapih
2 Penerangan kurang
3 Masih banyak makanan yang tidak menyertakan No. PIRT dan SP
4 Terdapat kemasan luar makanan yang rusak
5 cara penempatan makanan salah sehingga kemasan rusak
Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan kota Surakarta tahun 2010.
Tabel 4
Nama lokasi : UD Budi mas
Alamat : Jl. Serut Rt.04/12 Mojosongo (0271) 856064
penanggung jawab : Wenyati
HASIL PEMERIKSAAN
1 Penyimpanan makanan yang tidak teratur
2 sirkulasi atau alur barang yang tidak tertata dengan baik
3 Kebersihan yang tidak diperhatiakn dengan seksama
4 Penyimpanan komoditi bahan makanan yang tidak rapih / berantakan
Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan kota Surakarta tahun 2010.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Tabel 5
Nama lokasi : Toko Sinar
Alamat : Jl. Adi Sumarmo No.22 Surakarta
penanggung jawab : Sugianto Gunawan
HASIL PEMERIKSAAN
1 Pemisahan barang yang baik/pengaturan
2 No. SP yang tidak lengkap pada tiap kemasan
3 masih terdapatnya beberapa kemasan yang rusak
Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan kota Surakarta tahun 2010.
Tabel 6
Nama lokasi : Lanny Distributor
Alamat : Jl. Daing I Surakarta
penanggung jawab : Sri Lanny Raharjo
HASIL PEMERIKSAAN
1 Barang pangan yang baru datang di taruh pada lantai dengan alas an mau
dikirim
2 Penyimpanan barang yang masih tidak tertata dengan rapih
3 Makanan masih banyak yang tidak terdapat PIRT
4 Banyak makanan yang hamper mendekati tanggal kadaluarsa
Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan kota Surakarta tahun 2010.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Tabel 7
Nama lokasi : Toko Sari
Alamat : Jl. P Tendean No. 62 Surakarta (0271) 719046
penanggung jawab : Krisman
HASIL PEMERIKSAAN
1 Richoo wafer coklat akan di retur
2 Marimas berbeda tanggal kadaluarsa antara kemasan dan kardus
3 enataan masih kurang rapih
4 ada bebrapa makanan yang tidak mencantumkan PIRT
5 Dus kemasan ada yang tidak mencantumkan tanggal kadaluarsa
Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan kota Surakarta tahun 2010.
Tabel 8
Nama lokasi : Lotte mart
Alamat : Jl. Bhayangkara Tipes Surakarta
penanggung jawab : Bpk. Lisanudin Nasution
HASIL PEMERIKSAAN
1 Makanan/bahan makanan mendekati kadaluarsa yakni tahun 2010
2 Makanan curah yang tidak memiliki ijin edar
3 Terdapat makanan yang telah jatuh tempo pemakaian (kadaluarsa)
4 Sample kerupuk dicurigai mengandung bahan berbahaya
5 Daging beku yang dikemas tidak mencantumkan tanggal kadaluarsa
6 Daging ayam yang telah mengalami pembusukan
7 Penyimpanan telur yang tidak rapih
Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan kota Surakarta tahun 2010.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
Tabel 9
Nama lokasi : Hypermart Grand mall Surakarta
Alamat : Jl. Slamet Riyadi Solo
penanggung jawab : Yoseph Heru
HASIL PEMERIKSAAN
1 Kode PIRT tidak sesuai dengan jenis produk snack ybs
2 Makanan yang tidak menyertai tanggal kadaluarsa
3 kebersihan telur yang masih belum tertata dengan baik
4 Makanan curah (beras) tidak dicantumkan tanggal
5 Kulit lumpia yang telah kadaluarsa
6 Tofu telur yang mendekati tanggal kadaluarsa
Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan kota Surakarta tahun 2010.
Tabel 10
Nama lokasi : kios Bangun No. 22 Pasar legi
Alamat : Jl. S Parman Surakarta
penanggung jawab : -
HASIL PEMERIKSAAN
1 Beberapa snack yang dicurigai mengandung bahan berbahaya
2 Masih banyak label yang kosong
3 Terdapat kue-kue yang tidak ada identitas
4 Beberapa kemasan yang rusak
Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan kota Surakarta tahun 2010.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Tabel 11
Nama lokasi : Kios 16 Pasar Legi ( UD Sanjaya)
Alamat : Jl. S. Parman Surakarta
penanggung jawab : Yenni
HASIL PEMERIKSAAN
1 Terdapat makanan yang dicurigai mengandung bahan terlarang
2 Banyak makanan yang tidak ada label/ kosong
3 penyimpanan makanan yang tidak rapih
4 Makanan curah tidak terdapat ijin edar
Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan kota Surakarta tahun 2010.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
3. Penegakan hukum terhadap peredaran bahan pangan yang tidak
mencantumkan label pada kemasan
Berdasarkan penjelasan diatas, kita dapat melihat bahwa pelanggaran
yang terjadi dalam hal pencatuman label tidaklah sedikit. Hal ini membuktikan
bahwa kurangnya pengawasan dari pihak-pihak yang berwenang terhadap
pelaku-pelaku usaha di kota Surakarta itu sendiri. Berdasarkan hasil
pengamatan yang dilakukan oleh Penulis, dimana Dinas Perindustrian dan
perdagangan dalam melakukan suatu kegiatan lapangan dibantu oleh instansi
lain yang terbentuk menjadi kesatuan yang terpadu, salah satunya adalah pihak
Kepolisian. Dalam menjalankan fungsi dan tugasnya sebagai penegak hukum,
pihak Kepolisian diikutsertakan dalam tim tersebut untuk mengamankan baik
barang maupun pelaku usaha yang dianggap telah melakukan pelanggaran.
Pada dasarnya apabila ditemukan atau terdapat bahan pangan yang
dicurigai menyalahi ketentuan dalam hal pencantuman label, akan
diberlakukan olehnya bebarapa sanksi yang tegas namun dilakukan secara
bertahap, proses pemberian sanksi tersebut adalah sebagai berikut :
a. Apabila dalam kegiatan lapangan terhadap bahan pangan tersebut pihak
Dinas Perindustrian dan Perdagangan menemukan bahan pangan yang
tidak melengkapi kelengkapan label, maka Instansi ini akan memberikan
surat peringatan terlebih dahulu kepada pihak distributor yang menjual
barang tersebut kepada konsumen. Informasi yang berkaitan dengan surat
peringatan tesebut adalah :
1) Peringatan untuk mengembalikan barang tersebut kepada pelaku usaha
yang memproduksi bahan pangan yang bersangkutan agar pelaku
usaha dapat melengkapi informasi yang tertera pada label.
2) Larangan untuk memeperdagangkan produk yang bersangkutan.
b. Bahan pangan yang dicurigai serta bahan pangan lain yang dicurigai
bermasalah juga akan dibawa untuk dijadikan sample dan diteliti
substansi kandungannya apakah telah sesuai dengan apa yang tertera
dengan kemasan. Apabia setelah melalui proses penelitian tersebut
ditemukan adanya unsur penipuan kepada konsumen, maka Dinas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Perindustrian dan Perdagangan juga akan memberikan surat peringatan
sebagai tanda agar distributor untuk menyerahkan kembali barang
dagangan tersebut kepada produsen agar dibenahi. Namun jika pada sidak
berikutnya masih ditemukan pelanggaran yang sama dan atas produk yang
sama pula, maka atas barang tersebut akan diambil secara paksa dan
dimusnahkan pada tempat yang telah ditentukan sebelumnya.
c. Sanksi hukum yang diberikan tingkatan lain adalah pencabutan atas izin
usaha serta larangan untuk memasarkan hasil produksi dari produsen
tersebut dalam lingkup kota Surakarta. Dalam hal pencabutan ijin tersebut,
Dinas Perindustrian dan Perdagangan sebagai pengawas terhadap
peredaran bahan pangan akan menginformasikan pangan yang dinyatakan
bermasalah tersebut kepada Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
Berdasarkan laporan tersebut BPOM akan menindaklanjuti ataupun
mengeksekusi penjabutan ijin berdasarkan keputusan yang dikeluarkan
oleh Mentri Perdagangan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
B. Pembahasan
1. Peranan Dinas Perindustrian dan Perdagangan terhadap peredaran bahan
pangan yang beredar di kota Surakarta.
Pada dasarnya peranan Dinas Perindustrian dan Perdagangan sangatlah
besar terhadap peredaran barang baik pangan dan non-pangan di kota
Surakarta. Terhadap barang pangan yang ada dikota Surakarta ini, Dinas
Perindutrian dan Perdagangan memiliki beberapa tanggung jawab yang
sangatlah bersar yakni bukan hanya memeperhatikan keberadaan pelaku usaha
yang membuat produk tersebut, namun keberadaan distributor dan konsumen
juga menjadi perhatian yang penting. Dalam melakukan kegiatan baik itu
berupa pengawasan, pembinaan, ataupun sosialisasi Dinas Perindustrian dan
Perdagangan berpacu pada setiap peraturan yang memuat mengenai bahan
pangan dan Label pangan. Salah satunya adalah Peraturan Pemerintah Nomor
69 Tahun 1999 Tentang Label Dan Iklan Pangan. Pengaturan ini dibuat agar
setiap pengusaha dapat memiliki acuan tersendiri dalam melaksanakan
kegiatan usahanya.
Seperti kita ketahui bahwa pengusaha ataupun pelaku usaha
merupakan pihak yang paling penting serta bertanggung jawab atas hasil
produksi yang mereka hasilkan. Ketentuan tentang label yang termuat dalam
setiap Pasal dalam Peraturan Pemerintah ini memiliki poin-poin penting
sebagai salah satu perwujudan dari perlindungan terhadap konsumen.
Konsumen adalah pihak yang harus dapat memahami serta mendapatkan
segala macam informasi yang berkaitan dengan produk yang akan mereka
konsumsi. Atas kewajiban pencantuman label ini tertera dengan jelas pada
Pasal 2 PP Nomor 69 dimana dikatakan bahwa setiap pelaku usaha harus
dengan jelas mencantumkan label pada hasil produksinya. Ketentuan ini jelas
memperlihatkan bahwa pemerintah telah dengan tegas memerintahkan pelaku
usaha untuk dapat berlaku jujur serta bersikap transparan kepada konsumen.
Atas ketentuan Dinas Perindustrian Dan Perdagangan melakukan kegiatan
Pengawasan terhadap segala peredaran bahan pangan khususnya pada lingkup
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
wilayah kota Surakarta. Seperti yang telah dijelaskan pada hasil penelitian
diatas bahwa dinas ini melakukan pengecekan terhadap kelengkapan label
pada produk-produk yang beredar di pasar-pasar maupun tempat perbelanjaan
umum lainnya di wilayah Surakarta ini seperti nama produk, kandungan isi,
label halal serta hal-hal lain yang dirasa perlu tertera pada suatu kemasan
produk. Hal lain yang dapat dijelaskan adalah Dinas Perindustrian dan
Perdagangan juga Melakukan kegiatan pembinaan kepada pelaku-pelaku
usaha baru yang akan melakukan kegiatan produksi. Kegiatan ini tentu
sangatlah penting dilaksanakan agar pera pengusaha dapat mengerti dan
memahami segala ketentuan dan tata cara dalam menghasilkan suatu produk
secara baik dan benar.
Selain kegiatan pengawasan tersebut diatas Dinas Perindustrian dan
Perdagangan juga menaruh perhatian pada Distributor ataupun pedagang yang
mendistrribusikan suatu bahan pangan tersebut. Karena bagimana pun juga
seorang distributor adalah orang-orang yang secara langsung memasarkan
produk pangan yang dihasilkan oleh produsen kepada masyarakat. Hal ini
tentunya sangatlah penting dilakukan, karena dapat diasumsikan bahwa
apabila seorang konsumen merasa dirugikan hak-hak utama mereka atas
penggunaan suatu barang yang dikonsumsi, maka pihak pertama yang
dimintai pertanggungjawaban adalah distributor (penjual). Untuk itu seorang
distributor (penjual) haruslah dapat menjaga kualitas barang yang
diperdagangkannya tersebut.
Konsumen sepertinya juga harus memiliki pengetahuan khusus
mengenai hak-hak yang mereka miliki terhadap penggunaan barang, dalam hal
ini konsumen haruslah memiliki pengetahuan yang cukup sebagai penggunaan
suatu produk, namun saat ini dapat dikatakan bahwa kebanyakan konsumen
tidak memahami secara pasti mengenai hak-hak mendasar mereka. Apabila
ditemukan suatu pelanggaran yang jelas terlihat dan hal tersebut merugikan
konsumen, masih banyak konsumen yang tidak peka dan mambiarkan hal
tersebut begitu saja, hal tersebut dapat kita kaitkan dengan pemikiran
konsumen terhadap pembelian suatu produk dengan harga nominal yang kecil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
dan tidak ingin terlalu membesar-besarkan permasalahan tersubut. Namun
apabila hal tersebut dibiarkan terjadi sehingga produk tersebut beredar luas
dikalangan masyarakat luas, maka akan semakin banyak jumlah korban yang
akan menderita hal tersebut. Hal ini adalah hal yang menjadi tujuan utama dari
pamerintah dalam menciptakan peraturan ini. Diharapkan dengan adanya
serangkaian kegiatan yang dilakukan oileh Dinas Perindustrian dan
Perdagangan ini dapat Meminimalisir segala kerugian yang diderita oleh
konsumen dalam kaitannya dengan penegakan Hukum Perlindungan
Konsumen itu sendiri di wilayah kota Surakarta khususnya.
2. Berapa jumlah kasus yang ditemukan mengenai bahan pangan yang tidak
memenuhi syarat di kota Surakarta pada tahun 2009-2010.
Dalam melakukan suatu kegiatan, Dinas Perindustrian dan
Perdagangan kota Surakarta mengambil beberapa lokasi yang akan diteliti
sebagai contoh lokasi dalam lingkup wilayah kota Surakarta, sehingga tidak
seluruh tempat perbelanjaan ataupun pasar dikunjungi untuk di teliti. Menurut
Instansi Pemerintah ini dengan beberapa lokasi yang dipilih tersebut akan
menjadi literatur yang cukup untuk peredaran bahan pangan yang umumnya
diperdagangkan di kota Surakarta.
Berdasarkan tebel diatas mengenai beberapa pelanggaran yang terjadi
di kota Surakarta, kita dapat melihat bahwa tidak seluruh pelaku usaha di kota
Surakarta ini tergolong sebagai pelaku-pelaku usaha yang baik dan taat pada
hukum yang mengaturnya. Hal tersebut dapat kita amati dengan terdapatnya
11 kasus dari beberapa jenis produk yang tidak melengkapi berbagai informasi
dalam bentuk label pada kemasannya, diantaranya tidak terdapat nama produk
atau identitas produk, ataupun izin edar yang seharusnya dicantumkan pada
kemasan yang didapatkan sebelum barang tersebut di pasarkan kepada
masyarakat luas. Beberapa diantaranya juga terdapat beberapa bahan pangan
yang telah jatuh tempo masa kadaluarsa, hal ini tentunya sangatlah
memprihatinkan, karena apabila bahan pengan tersebut sampai terkonsumsi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
oleh manusia, maka akan dapat menimbulkan efek seperti gangguan-gangguan
pencernaan atau bahkan kematian.
Dalam setiap kegiatan lapangan yang dilakukan apabila terdapat bahan
makanan yang juga dicurigai mengandung bahan kimia yang berbahaya
ataupun mengandung bahan pewarna yang berlebihan, makanan tersebut akan
dibawa untuk diteliti oleh Dinas Kesehatan kota Surakarta dan diuji lebih
lanjut mengenai kandungan isinya. Hal tersebut dilakukan melalui proses
laboratorium. Dalam uji laboratorium ini akan memperlihatkan bahan pangan
yang bersangkutan mengandung bahan-bahan kimia yang memang dilarang
atau tidak.
Apabila kita melihat tabel diatas secara terperici, maka kita dapat
mengetahui bahwa pelanggaran yang terjadi tidak hanya tedapat di pasar-
pasar tradisional saja, namun juga terdapat pada pasar modern seperti salah
satu pusat perbelanjaan terbesar di kota Surakarta, yakin Carrefour cabang
Solo Grand Mall. Hal tersebut dapat terlihat dari beberapa produk makanan di
Carrefour yang tidak mencantumkan tanggal kadaluarsa. Hal ini tentunya
sangatlah memprihatinkan. Suatu tempat perbelanjaan terkenal dan besar
sudah sepatutnya dapat menyediakan barang yang baik serta telah melalui
proses penyeleksian terlebih dahulu sebelum dipasarkan kepada konsumen,
namun fakta yang terlihat adalah kurangnya tingkat pengawasan dari pihak
manajemen Carrefourt terhadap barang-barang yang diperdagangkan di tempat
itu, sehingga hal tersebut dapat mengakibatkan kerugian bagi konsumen yang
membeli barang yang bersangkutan. Ketentuan tentang label yang dibuat oleh
pemerintah pada dasarnya telah menjelaskan secara lengkap dan terperinci.
Namun pada kenyataan yang terjadi berdasarkan hasil kegiatan lapangan yang
dilakukan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan, masih cukup banyak
jumlah pelanggaran mengenai pencantuman label di kota Surakarta.
Apabila kita meneliti lebih jauh terhadap fenomena masyarakat ini,
maka kita dapat kaitkan terhadap dua hal yakni, lemah tingkat pengawasan
oleh pemerintah itu sendiri atau kurangnya perhatian pelaku usaha itu sendiri
terhadap ketentuan mengenai label dan iklan pangan yang telah ditetapkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
oleh pemerintah. Kedua hal ini sangat menarik untuk kita bahas. Dimana
apabila hal ini disebabkan oleh kurangnya perhatian pemerintah, maka dapat
dikatakan bahwa pemerintah sebagai pihak yang paling diharapkan oleh
masyarakat dalam menciptakan iklim perdagangan yang sehat dan perwujudan
perlindungan konsumen telah gagal untuk melaksanakan kedua hal tersebut,
namun apabila hal ini merupakan kesalahan utuh dari pihak pelaku usaha
dengan berbagai alasannya, maka hal ini dapat kita bagi kembali menjadi dua
sebab apakah pelaku usaha tersebut kurang paham dan mengerti mengenai
hukum dan ketentuan yang mengaturnya atau memang pelaku usaha tersebut
tergolong dalam pelaku usaha yang tidak bertanggung jawab terhadap hasil
produksinya tersebut.
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan oleh pihak
Kesekertariatan Dinas Perindustrian dan Perdagangan kota Surakarta,
kegiatan-kegiatan baik berupa pengawasan, pembinaan dan sosialisai seperti
ini pada dasarnya dilakukan setiap tahunnya demi terwujudnya pengetahuan
yang luas dari segala pihak baik itu konsumen, produsen maupun distributor.
Namun tidak jarang para pelaku usaha maupun distributor enggan untuk hadir
secara langsung dalam kegiatan ini. Maka dapat dikatakan bahwa
pelanggaran-pelanggaran yang terjadi dan terlihat secara jelas pada tabel
diatas disebabkan karena para pelaku usaha tersebut yang memang kurang
menaruh perhatian lebih terhadap ketentuan yang mengaturnya. Hal ini
tentunya sangatlah memeprihatinkan, pelaku usaha sudah sepatutnya untuk
tahu dan mengaplikasikan segala peraturan yang mengaturnya demi
terwujudnya iklim usaha yang baik dan benar. Hal ini tentunya sangatlah baik
bagi konsumen maupun para pelaku usaha itu sendiri. Selain konsumen yang
merasa lebih aman dalam mengkonsumsi suatu barang, pelaku usaha pun akan
terhindar dari sanksi hukum yang akan menjeratnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
3. Penegakan hukum terhadap peredaran bahan pangan yang tidak
mencantumkan label pada kemasan
Secara Hukum Administrasi di dalam Peraturan Pemerintah Tentang
Label Dan Iklan Pangan Tahun 1999, menyatakan bahwa salah satu tujuan
pengaturan, pembinaan dan pengawasan pangan adalah terciptanya suatu
perdagangan pangan yang jujur dan bertanggung jawab. Label dan iklan
pangan merupakan sarana dalam perdagangan pangan dan memiliki arti yang
sangat penting, sehingga perlu diatur dan dikendalikan agar informasi
mengenai pangan yang disampaikan oleh masyarakat adalah suatu informasi
yang benar dan tidak menyesatkan. Masyarakat berhak untuk memeproleh
informasi yang benar serta tidak menyesatkan mengenai pangan yang akan
dikonsumsi khususnya yang disampaikan melalui label dan iklan pangan.
Hukum Administrasi yang memuat kaidah hukum yang terdapat dalam
berbagai Peraturan Perundang-undangan pada pokonya bersifat mengatur,
membina dan mengawasi pelaku usaha dalam menjalankan kegiatannya.
Disamping itu terdapat pula ketentuan tentang penunjukan tingkah laku
tertentu sebagai tindakan yang melanggar Hukum Administrasi. Dalam
penerapan Peraturan Perundang-undangan ini terdapat beberapa tahap
penindakan terhadap pelaku yang melanggar peraturan. Pada umumnya
hampir bersamaan yaitu tindakan awal berupa peringatan-peringatan lisan atau
tertulis dan kemudian disusul dengan tindakan tertentu yakni penarikan
Nomor daftar atau registrasi dari produk, memerintahkan penarikan produk
dari pasar, memeriksa produk di laboratorium dan sebagainya. Setelah itu
karena pelanggaran bersifat sangat memebahayahkan, maka tindakan dapat
berupa pencabutan Nomor Pendaftaran Produk, penarikan produk dari
peredaran, pencabutan ijin usaha atau bahkan pengajuan perkara ke
pengadilan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
Tahapan-tahapan tindakan administrasi yang dilakukan oleh Dinas
Perindustrian dan Perdagangan tersebut memiliki segi positif dan negatif.
yakni bagi kalangan dunia usaha hal ini memeberikan kesempatan bagi
pengusaha-pengusaha untuk dapat “memperbaiki diri”, tetapi bagi konsumen
hal ini belumlah cukup, karena dalam pengaturannya tidak terdapat pasal yang
mengatur mengenai ganti rugi atas diri konsumen sebagai akibat dari kelalaian
yang dilakukan oleh pelaku usaha tersebut. Maka dengan adanya hal ini dapat
mengakibatkan ganguan atas keseimbangan dalam masyarakat.
Dengan adanya kelengkapan label yang telah dipenuhi oleh pelaku
usaha terhadap produk yang dipasarkannya, maka pelaku usaha tersebut sudah
dapat dikatakan sebagai pelaku usaha yang patuh terhadap ketentuan
pemerintah yang telah ditetapkan. Namun apabila hal tersebut tidak dapat
dipenuhi, maka dapat dikatakan bahwa pelaku usaha tersebut telah gagal
dalam memenuhi kriteria sebagai pelaku usaha yang baik dan benar. Hal ini
berkaitan dengan rasa kepercayaan konsumen terhadap suatu produk. Pada
dasarnya konsumen akan memeberikan suatu apresiasi terhadap suatu produk
yang telah mereka konsumsi. Dalam hal ini apabila konsumen merasa aman
dan nyaman, serta terpenuhi hasratnya atas penggunaan suatu barang, maka
mereka akan memeberikan apresiasi yang baik atas barang tersebut, Namun
sebaliknya apabila hal-hal yang diinginkan atas penggunan produk yang
bersangkutan tidak terpenuhi oleh konsumen, maka kemungkinan konsumen
tidak akan membeli atau mengkonsumsi produk tersebut untuk kedua kalinya.
Dalam usaha untuk mewujudkan perlindungan konsumen itu sendiri,
maka Dinas Perindustrian dan Perdagangan akan terus meningkatkan
kesadaran masayarakat baik itu pelaku usaha, maupun konsumen melalui
kegiatan-kegiatnnya. Hal tersebut akan terus dilakukan mengingat akan terus
berkembangnya dunia perindustrian di negara kita ini. Selain untuk
meningkatkan pengetahuan kepada pengusaha, hal ini juga untuk
mempersiapkan kota Surakarta dalam menyongsong perdagangan bebas yang
semakin maju dikemudian hari.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan dan perincian yang telah diuraikan oleh penulis
dalam penulisan hukum (skripsi) ini, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa :
1. Pada dasarnya peranan Dinas Perindustrian dan Perdagangan terhadap
peredaran bahan pangan di kota Surakarta ini sangatlah besar. Dinas ini
berwenang untuk mengecek kondisi fisik suatu bahan pangan melalui kemasan
dan teknik penjualan oleh produsen. Dalam mengaplikasikan fungsinya
sebagai instansi pemerintah yang berwenang terhadap peredaran bahan pangan
tersebut, dinas ini memiliki cara-cara khusus dalam melakukannya, seperti
melakukan kegiatan pengawasan, pembinaan dan sosoialisasi. Pada kegiatan
pengawasan, dinas ini akan melakukan kegiatan lapangan yang dibantu oleh
Dinas Kesehatan dalam menguji substansi isi makanan serta pihak Kepolisian
untuk melakukan penyitaan secara paksa terhadap bahan pangan yang
bermasalah. Maka sebagai salah satu instansi pemerintah yang berwenang
mengusrusi peredaran bahan pangan Dinas Perindustrian Dan Perdagangan
kota Surakarta merupakan salah satu instansi yang ikut berperan dalam
memberikan perlindungan konsumen khususnya pada lingkup wilayah kota
Surakarta.
2. Pada dasarnya sampai dengan tahun 2010 ini masih terdapat beberapa
pelanggaran yang dilakukan oleh pelaku usaha maupun distributor barang di
kota Surakarta, baik berupa pencantuman label maupun pelanggaran-
pelanggaran lain yang berkaitan dengan pangan. Hal tersebut disebabkan oleh
dua faktor yakni kurang maksimalnya pengawsan yang dilakukan oleh
pemerintah melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan. Hal tersebut dapat
dibuktikan dari tidak menyeluruhnya kegiatan lapangan yang dilakukan oleh
Dinas Perindustrian dan Perdagangan pada tiap tahunnya pada lingkup
wilayah kota Surakarta. Fenomena pelanggaran dalam hal pencantuman label
masih marak terjadi. Hal itu juga tercermin pada kenyataan yang terjadi pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
setiap kegiatan pembinaan yang dilakukan oleh Dinas Perindustrian dan
Perdagangan terhadap pelaku-pelaku usaha baru yang akan memulai kegiatan
produksinya, dimana tidak semua pelaku usaha tersebut ikut andil dalam
kegiatan tersebut. Sehingga tidak banyak pelaku usaha yang minim
pengetahuan yang berkaitan dengan dunia usaha. Hal ini sangatlah
memprihatinkan, karena bagaimanapun juga, pelaku usaha tetap harus
memiliki pengetahuan yang cukup, serta kemahiran yang baik dalam memulai
kegiatan produksi usahanya. Hal ini sangatlah baik demi mencipatakan iklim
industri yang baik khususnya di kota Surakarta.
3. Pada penerapan Hukum Administrasi itu sendiri pada dasarnya lebih efektif
untuk dilaksanakan kepada pelaku usaha yang melanggar ketentuan yang
telah ditetapkan, karena pada dasarnya penerapan hukum ini lebih bersifat
tegas dibandingkan dengan peraturan-peraturan lain yang mengatur ataupun
berkaitan dengan perlindungan terhadap konsumen. Dengan adanya beberapa
sanksi yang dilakukan kepada pelaku usaha yang bermasalah seperti
pencabutan ijin usaha serta penyitaan barang yang dilakukan, maka dapat
lebih menimbulkan efek jera pada diri produsen. Dan diharapkan pelaku usaha
tersebut akan lebih meningkatkan kualitas barang serta pengetahuan yang
tinggi berkaitan dengan produksi barang ataupun jasa. Tentunya hal ini dapat
diterapkan secara maksimal apabila dilakukan secara rutin serta adanya
inisiatif yang besar pada diri pemerintah, palaku usaha, maupun konsumen itu
sendiri. Maka dengan adanya kerjasama yang solid antara pemerintah, pelaku
usaha dan masyarakat angka produk-produk pangan yang bermasalah akan
dapat ditekan ataupun dikurangi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
B. Saran
Dari beberapa uraian yang telah disampaikan oleh penulis melalui hasil
penelitian diatas, maka penulis dapat mengajukan beberapa saran yang
diharapkan dapat berguna bagi kita semua, diantaranya adalah :
1. Diharapkan kepada pemerintah, khususnya instansi yang berwenang dalam
hal pengawasan bahan pangan di kota Surakarta, untuk lebih dapat
meningkatkan kinerjanya dalam hal pengawasan kepada setiap diri pelaku
usaha maupun barang yang beredar di kota ini baik berupa pangan maupun
non-pangan. Pemerintah juga diharapkan dapat meningkatkan kuantitas
pembinaan terhadap diri pelaku usaha baik makro maupun mikro dalam
hal standarisasi mutu barang dan jasa. Dengan adanya hal tersebut maka
diharapakan adanya suatu peningkatan pengetahuan yang akan dimiliki
oleh para pelaku usaha mengenai teknik produksi dan pemasaran yang
baik. Sehingga konsumen akan lebih merasa aman dalam mengkonsumsi
hasil produksinya tersebut. Pemerintah juga harus dapat menyempurnakan
pengaturan mengenai ganti rugi terhadap kerugian yang diderita oleh
konsumen sebagai akibat kelalaian yang dilakukan oleh para pelaku usaha
yang tidak bertanggung jawab di kota Surakarta ini. Hal ini dapat tertuang
secara langsung dalam Peraturan Pemerintah ataupun Undang-Undang
yang nantinya akan menjadi acuan tersendiri bagi penegak hukum dalam
mengupayakan ganti rugi kepada konsumen yang dirugikan tersebut.
Sehingga dengan adanya hal ini diharapkan konsumen mendapatkan
kepuasan tersendiri dari kerugian yang dialaminya.
2. Kepada distributor barang baik pada pasar modern maupun tradisional
untuk dapat labih menyeleksi barang yang akan dipasarkan serta
melakukan kegiatan usaha yang jujur dan benar. Dalam hal penyeleksian
tersebut diharapakan tidak hanya dilakukan pada pasar-pasar modern saja,
namun pada pasar-pasar tradisional yang merupakan wilayah yang paling
sering dikunjungi masyarakat sehari-hari untuk dapat lebih memperhatikan
keberadaan makanan yang diperdagangkan. Dengan hal ini diharapakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
dapat meningkatkan rasa kepercayaan dari para konsumen terhadap
distributor itu sendiri maupun lokasi usahanya tersebut.
3. Kepada seluruh konsumen diharapkan untuk dapat lebih memiliki
pengetahuan yang lebih banyak tentang standarisasi mutu pangan serta
lebih selektif dalam memilih bahan pangan yang akan dikonsumsi. Hal ini
juga dapat membuktikan bahwa kecerdasan yang dimiliki masyarakat
Indonesia telah meningkat dan tidak dapat lagi dikelabui dan dirugikan
haknya sebagai konsumen. Karena bagaimana pun juga dalam setiap kasus
terhadap suatu barang ataupun jasa, pihak yang paling berpotensi untuk
dirugikan adalah pada diri konsumen itu sendiri, maka untuk menghindari
hal tersebut diperlukan adanya kepekaan tersendiri serta pengetahuan yang
lebih yang harus dimiliki oleh konsumen. Maka dengan adanya
pengetahuan yang lebih tersebut dapat meminimalisir kerugian-kerugian
yang mungkin akan diderita oleh para konsumen yang bersangkutan.
Top Related