PERANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN ...

80
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PERANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN TERHADAP PEREDARAN BAHAN PANGAN YANG TIDAK MENCANTUMKAN LABEL PADA KEMASAN DI KOTA SURAKARTA DITINJAU DARI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun Dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagai Persyaratan guna Memperoleh Derajat Sarjana S1 Dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Oleh : RACHMAD KRANI P E 0006204 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

Transcript of PERANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN ...

Page 1: PERANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

i

PERANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN TERHADAP

PEREDARAN BAHAN PANGAN YANG TIDAK MENCANTUMKAN LABEL

PADA KEMASAN DI KOTA SURAKARTA DITINJAU DARI PERATURAN

PEMERINTAH NOMOR 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL

DAN IKLAN PANGAN

Penulisan Hukum

(Skripsi)

Disusun Dan Diajukan untuk

Melengkapi Sebagai Persyaratan guna Memperoleh Derajat Sarjana S1

Dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret

Oleh :

RACHMAD KRANI P

E 0006204

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

Page 2: PERANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Penulisan Hukum (Skripsi)

PERANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN

TERHADAP PEREDARAN BAHAN PANGAN YANG TIDAK

MENCANTUMKAN LABEL PADA KEMASAN DI KOTA SURAKARTA

DITINJAU DARI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 69 TAHUN 1999

TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN

OLEH

Rachmad Krani P

NIM. E0006204

Disetujui untuk dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Penulisan Hukum

(Skripsi) Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Surakarta, Februari 2011

Dosen Pembimbing

I Gusti Ayu Ketut RH, S.H., M.H., M.M

NIP. 197210082005012001

Page 3: PERANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

PENGESAHAN PENGUJI

Penulisan Hukum (Skripsi)

PERANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN

TERHADAP PEREDARAN BAHAN PANGAN YANG TIDAK

MENCANTUMKAN LABEL PADA KEMASAN DI KOTA SURAKARTA

DITINJAU DARI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 69 TAHUN 1999

TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN

Oleh

Rachmad Krani P NIM. E0006204

Telah diterima dan dipertahankan di hadapan

Dewan Penguji Penulisan Hukum (Sripsi) Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pada : Hari : Tanggal : DEWAN PENGUJI

1. Wida Astuti, S.H. ( )

2. Waluyo, S.H., M.Si. ( )

3. DR. I.Gusti Ayu.KRH, S.H., M.M. ( )

Mengetahui Dekan,

Moh. Jamin, S.H, M.Hum NIP 196109301986011001

Page 4: PERANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

PERNYATAAN

Nama : Rachmad Krani P

NIM : E 0006204

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (Skripsi) berjudul :

PERANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN TERHADAP

PEREDARAN BAHAN PANGAN YANG TIDAK MENCANTUMKAN

LABEL PADA KEMASAN DI KOTA SURAKARTA DITINJAU DARI

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL

DAN IKLAN PANGAN adalah betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang bukan

karya saya dalam penulisan hukum (Skripsi) ini diberi tanda citasi dan ditunjukan

dalam daftar pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak

benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan

penulisan hukum (Skripsi) dan gelar yang saya peroleh dari penulisan hukum

(Sripsi) ini.

Surakarta,

Yang membuat pernyataan

Rachmad Krani P

NIM E0006204

Page 5: PERANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

PERSEMBAHAN

Dengan segala kerendahan hati

Skripsi ini akan kupersembahkan untuk :

Allah SWT yang maha pengasih dan pemberi segala nikmat .

Terima kasih ya Allah atas semua Karunia dan Inspirasi serta pertolongan

yang aku terima, sehingga aku dapat menyelesaikan tugas ku ini dengan

sebaik mungkin.

Ayah dan Ibu tercinta

Sebagai tanda bakti atas limpahan kasih sayang, do’a, dan restu yang

selalu kalian berikan dalam setiap keputusan yang aku kerjakan.

Permohonan maaf tidak bisa dana selalu ucapkan atas segala kesalahan

yang selalu dan lakukan. Namun dengan terselesaikannya kuliah S1 serta

mendapatkan predikat sebagai Sarjana Hukum ini merupakan satu bentuk

usaha dalam memperoleh kesuksesan di masa mendatang.

Alm mbah kakung Wahono

Terima kasih atas segala macam do’a semasa hidup mu, dan memebrikan

dukungan penuh agar dana bisa terus berjuang untuk meraih cita-cita yang

dana harapkan.

Nenek tebet

Satu-satunya dari keluarga ayah yang selalu cocern terhadap kuliah aku

selama disolo, semoga dengan selesainya kuliah ini merupakan bukti dana

untuk selama ini nenek…

Page 6: PERANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

Eddy Hari Purnomo

Yang selalu membantu dan memberikan ku berbagai macam inspirasi .

Terima kasih atas segala bantuan dan usahanya untuk men-support aku

dalam mengerjakan beberapa urusan yang terbilang rumit dan

membutuhkan pemikiran yang panjang.

Tante uti

Yang pernah ke solo dan membantu segala macam kerebekan dana di

sana, serta mensupport dari jauh asupaya aku bisa meraih segala impian

yang dana harapkan.

Om gowo

Om ku yang selalu memberikan dukungan penuh terhadap kuliah dan

usaha-usaha ku

Untuk the usi

Yang selalu membantu dalam mengerjakan urusan kuliah ku

Icha

Terima kasih keapada Icha yang selalu memberikan masukan-masukan

yang terbaik dalam segala hal.

Seluruh teman-teman muwardi yang menjadi inspirasi tersendiri bagi

penulis untuk menjadi bertambah dewasa dan memiliki banyak pengalam-

pengalaman yang tidak terlupakan.

Page 7: PERANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

ABSTRAK

Rachmad Krani P, E0006204. Dengan judul skripsi : PERANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN TERHADAP PEREDARAN BAHAN PANGAN YANG TIDAK MENCANTUMKAN LABEL PADA KEMASAN DI KOTA SURAKARTA DITINJAU DARI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN, Fakultas hukum, Universitas Sevelas Maret, 2011. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan bagaimana peranan Dinas Perindustrian Dan Perdagangan terhadap peredaran bahan pangan yang beredar di wilayah kota Surakarta, berapa banyak jumlah bahan pangan yang tidak mencantumkan label pada kemasan di pasaran kota Surakarta, serta bagaimana penegakan Hukum Administrasi Negara terhadap bahan pangan yang tidak mencantumkan label tersebut. Penulisan skripsi ini menggunakan metode kualitatif dan bersifat deskriptif, karena permasalahan yang dibahas menyangkut realitas, dalam ini yaitu mengenai peredaran bahan pangan yang tidak mencantumkan label di kota Surakarta. Penulis mengumpulkan data melalui studi lapangan, yaitu dengan cara wawancara, dan studi kepustakaan. Analisis data yang digunakan adalah analisis data kualitatif dengan model interaktif, baik data primer maupun data sekunder. Data primer didapatkan dari Dinas Perindustrian Dan Perdagangan, sedangkan data sekunder bersumber dari: data sekunder yang bersifat pribadi dan publik, serta data sekunder dibidang hukum. Untuk jenis data primer, pengumpulan data dilakukan dengan dua cara, yaitu melalui pengamatan (observasi) dan wawancara (interview). Pengumpulan data sekunder dilakukan melalui studi pustaka dan Content analisys dokumen, arsip, bahkan hukum primer dan bahan hukum sekunder. Pengecekan keabsahan data dilakukan dengan teknik trianggulasi sumber. Berdasarkan penelitian dan analisis data yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa Dinas Perindustrian Dan Perdagangan kota Surakarta adalah merupakan salah satu instansi pemerintah yang berwenang menangani peredaran bahan pangan khususnya di kota Surakarta. Berdasarkan kewenangannya tersebut dinas ini memiliki beberapa kegiatan untuk mewujudkan perlindungan konsumen terkait dengan peredaran bahan pangan yang beredar di kota Surakarta ini, diantaranya yakni pengawasan peredaran bahan pangan, pembinaan terhadap pelaku-pelaku usaha yang akan dan sedang memulai kegiatan usahanya, serta sosialisasi terhadap para konsumen tentang kebijakan tentang pangan serta cara memilih bahan pangan yang baik dan benar. Dalam hal ini terdapat pangan yang tidak mencantumkan label pada kemasannya, terkait hal tersebut maka dapat dikatakan bahwa tidak seluruhnya pelaku usaha di kota Surakarta telah memenuhi ketentuan yang berkaitan dengan pangan. Atas kelalaian yang dilakukan oleh pelaku usaha tersebut maka akan dikenakan sanksi administratif berupa pencabutan ijin usaha Kata Kunci : Dinas Perindustrian Dan Perdagangan, bahan pangan, label, kemasan.

Page 8: PERANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

ABSTRACT Rachmad Krani P, E0006204. Entitled : THE ROLE OF DEPARTMENT OF INDUSYTRY AND COMMERCE TOWARD CIRCULATION OF FOOD SUBSTANCE WITHOUT LABEL ON IT’S PACKAGE IN SURAKARTA REVIEWED BASED ON GOVERNMENT REGULATION NUMBER 69 ON YEAR 1999 ABOUT FOOD LABEL AND ADVERTISEMENT. Faculty of Law, Sebelas Maret University, 2011 The aim of this research is to describe: what is role of Department of Industry and Commerce which circulated in Surakarta, How many food substance withot label in Surakarta, how about legal supremacy of Public Administration Law toward food substance without label. It was a descriptively research and used qualitatively method because the problem inside related to reality especially food substance circulation without label in Surakarta. The author collected data through field observation such as interview and literature research. Data analisys that used here is qualitatively data analisys with interactively model either primary or secondary data. Pramery data came from Department of Industry and commerce. Secondary data, however came from: private and public secondary data, and legal secondary data. For primary data, data collection was done by two methods that are obseravation and interview. Data collection for secondary data was done by literature research and content analisys of document, arcieves, material of primary and secondary data. Validity of data is corrected by technique of source triangulation. Research and data analisys showed that Department of industry and commece in Surakarta is a government department that holds food substance on it’s authority to protect consumer from food substance sirculation in Surakarta such as an observation of food substance sirculation, guidance for business man who will began or are beginning their busness, and socialization about food policy ang Department of Industry and commerce find food substance without label on it’s package. So it called that no all of buseness man on Surakarta fulfilled rule of food. For their careless, business man will receive administrative punishment like cancellation of their business lisence, penalty or sentence. Keywords : Department of Industry and Commerce, Food substance, Label,

Peckage

Page 9: PERANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

KATA PENGANTAR

Bismillahhirahmanirahiim

Dengan mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan rahmat

dan hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan penulisan

hukum yang berjudul PERANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN

PERDAGANGAN TERHADAP PEREDARAN BAHAN PANGAN YANG

TIDAK MENCANTUMKAN LABEL DI KOTA SURAKARTA DITINJAU

DARI PERATIRAN PEMERINTAH NOMOR 69 YAHUN 1999 TENTANG

LABEL DAN BAHN PANGAN, guna melengkapi syarat untuk memeperoleh

gelar sarjana pada Fakultas hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan hukum ini tidak akan

terselesaikan tanpa bantuan, bimbingan, dan pengarahan dari berbagai pihak. Oleh

karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis hendak menyampaikan ucpan

terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada :

1. Bapak Mohammad Jamin,S.H,M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Sebelas Maret atas ijin yang diberikan untuk penyusunan

penulisan hukm (Skripsi) ini.

2. Bapak Prasetyo Hadi S.H selaku Pembantu Dekan I Fakultas Hukum

Universitas Sebelas Maret , yang telah memberikan ijin kepada Penulis untuk

melakukan penelitian. Sehingga Penulis dapat menyelesaikan penulisan

hukum (Skrpsi) ini.

3. Bapak Lego S.H selaku ketua PPH Fakultas Hukum Universitas Sebelas

Maret, berkat ijin dan arahannya yang diberikan kepada Penulis.

4. Ibu I.Gusti Ayu S.H selaku pembimbing penulisan hukum (Skripi) ini atas

bimbingan , arahan, masukan, serta saran dan kritik yang sangat bermanfaat

bagi Penulis, sehingga Penulis berhasil menyelesaikan penulisan hukum ini.

5. Ibu Sasmini S.H, M.H selaku pembimbing akademik yang membantu dalam

bimbingan serta masukannya selama penulis menempuh perkuliahan di

Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Page 10: PERANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

6. Bapak dan Ibu dosen yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu atas

pengajaran serta arahan kepada Penulis, sehingga Penulis mendapatkan ilmu

kususnya dibidang Hukum yang tentunya bermanfaat bagi penulis di

kemudian hari.

7. Dinas Perindustrian dan Perdagangan kota Surakarta yang telah mengijinkan

kepada Penulis untuk melakukan penelitian di instansi tersebut. Sehingga

penulis dapat mengambil dan meneliti tentang informasi yang berkaitan

dengan penulisan hukum (Skripsi) ini.

8. Semua orang yang dekat dengan Penulis yang tidak bisa Penulis sebutkan satu

per satu yang selalu menemani dan memberikan dukungannya kepada penulis

dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan hukum ini masih jauh dari

kesempurnaan dan masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, maka Penulis

mengharapkan berbagai macam kritik dan saran yang dapat membangun dan

keberhasilan dari penulis dimasa yang akan datang.

Akhirnya Semoga penulisan Hukum ini dapat bermanfaat bagi kita semua

pihak.

Surakarta,

Penulis

Page 11: PERANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

DAFTAR ISI

Halaman Judul ................................................................................................. i

Halaman Persetujuan ........................................................................................ ii

Halaman Pengesahan ....................................................................................... iii

Halaman Pernyataan......................................................................................... iv

Halaman Persembahan ..................................................................................... v

Abstrak ............................................................................................................. vii

Abstract ............................................................................................................ viii

Kata pengantar ................................................................................................. ix

Daftar isi ........................................................................................................... xi

Daftar tabel ....................................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah ..................................................... 1

B. Perumusan Masalah ........................................................... 7

C. Tujuan Penelitian ............................................................... 8

D. Manfaat Penelitian ............................................................. 9

E. Metode Penelitian .............................................................. 10

F. Sistematika Penulisan Hukum .......................................... 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................... 14

A. Kerangka Teori ................................................................... 14

1. Tinjauan umum Hukum Perlindungan Konsumen ....... 14

2. Tinjauan umum tentang Dinas Perindustrian

dan Perdagangan .......................................................... 22

3. Tinjauan umum tentang bahan pangan ........................ 27

4. Tinjauan umum tentang label ....................................... 28

5. Tinjauan umum tentang kemasan................................. 34

6. Tinjauan umum tentang Peraturan Pemerintah Nomor

69 Tahun 1999 Tentang Label Iklan Pangan ............. 35

B. Kerangka Pemikiran ........................................................... 40

Page 12: PERANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ....................... 42

A. Hasil Penelitian ................................................................... 42

1. Peranan Dinas Perindustrian Dan Perdagangan kota

Surakarta terhadap peredaran bahan pangan yang

beredar di kota Surakarta ............................................. 42

2. Berapa jumlah kasus yang ditemukan mengenai bahan

pangan yang tidak memenuhi syarat di kota Surakarta pada

tahun 2009-2010 ......................................................... 48

3. Penegakan hukum terhadap peredaran bahan pangan

yang tidak mencantumkan label pada kemasan ............ 55

B. Pembahasan ........................................................................ 57

1. Pembahasan peranan Dinas Perindustrian dan

Perdagangan kota Surakarta terhadap peredaran bahan

pangan yang beredar di kota Surakarta ....................... 57

2. Pemabahasan Berapa jumlah kasus yang ditemukan

mengenai bahan pangan yang tidak memenuhi syarat di

kota Surakarta pada tahun 2009-2010 .......................... 59

3. Pembahasan penegakan hukum terhadap peredaran

bahan pangan yang tidak mencantumkan label pada

kemasan ........................................................................ 62

BAB IV PENUTUP ............................................................................... 64

A. Kesimpulan ........................................................................ 64

B. Saran ................................................................................... 66

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 68

LAMPIRAN

Page 13: PERANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel Hasil Pemeriksaan Dinas Perindustrian Dan Perdagangan 1 ................. 49

Tabel Hasil Pemeriksaan Dinas Perindustrian Dan Perdagangan 2 ................. 49

Tabel Hasil Pemeriksaan Dinas Perindustrian Dan Perdagangan 3 ................. 50

Tabel Hasil Pemeriksaan Dinas Perindustrian Dan Perdagangan 4 ................. 50

Tabel Hasil Pemeriksaan Dinas Perindustrian Dan Perdagangan 5 ................. 51

Tabel Hasil Pemeriksaan Dinas Perindustrian Dan Perdagangan 6 ................. 51

Tabel Hasil Pemeriksaan Dinas Perindustrian Dan Perdagangan 7 ................. 52

Tabel Hasil Pemeriksaan Dinas Perindustrian Dan Perdagangan 8 ................. 52

Tabel Hasil Pemeriksaan Dinas Perindustrian Dan Perdagangan 9 ................. 53

Tabel Hasil Pemeriksaan Dinas Perindustrian Dan Perdagangan 10 ............... 53

Tabel Hasil Pemeriksaan Dinas Perindustrian Dan Perdagangan 11 ............... 54

Page 14: PERANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada masa kini fungsi dan peran negara terhadap masyarakatnya bukan

hanya sekedar menjaga ketertiban dan keamanan saja, namun lebih luas dari hal

tersebut. Fungsi dan peran negara lainnya yakni memberikan kesejahteraan pada

masyarakat luas untuk dapat memajukan kesejahteraan secara menyeluruh. Dalam

melaksanakan konsep kesejahteraan ini, perlindungan bagi warga negara baik

sebagai individu maupun sebagai kelompok merupakan sisi yang sangat penting,

Karena tanpa adanya perlindungan yang menimbulkan rasa aman bagi rakyat.

tidak mungkin dapat tercapai suatu kesejahteraan yang merata. Sebagaimana kita

ketahui bahwa tantangan bangsa Indonesia dalam pembangunan jangka panjang

kedua adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat untuk mewujudkan

masyarakat yang maju, adil, makmur, dan mandiri yang merata baik materil

maupun spirituil dalam suatu era demokrasi ekonomi berdasarkan Pancasila dan

Undang-Undang Dasar 1945.

Untuk dapat menjawab tantangan tersebut, maka kita dihadapkan pada

kemajuan kegiatan ekonomi perdagangan yang semakin terbuka serta globalisasi

ekonomi yang akan memperluas ruang gerak arus transaksi barang dan jasa.

Sebagaimana diketahui bahwa dari keterbukaan itu akan memeberikan begitu

banyak tantangan baik sebagai konsumen, produsen, atau pemerintah. salah satu

aspeknya adalah akan semakin meningkatnya permasalahan dibidang

perlindungan konsumen. Dampak yang timbul tersebut perlu mendapatkan

perhatian seksama, karena perkembangan dinamis dan terus menerus yang terjadi

di bidang ekonomi akan menimbulkan permasalahan baru dibidang ini. Masalah

Perlindungan Konsumen juga tidak luput dari perhatian pemerintah saat ini,

jumlah masyarakat Indonesia yang cukup banyak yakni sekitar dua ratus juta lebih

dan sebagian besar dari mereka adalah konsumen yang buta akan hak-hak mereka

sebagai konsumen yang baik.

Page 15: PERANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

  2

Undang-Undang Perlindungan Konsumen telah membangkitkan kesadaran

baru berupa penumbuhkembangan sikap pelaku usaha yang bertanggung jawab

(Caveat Venditor). Sikap bertanggung jawab tersebut diperlukan untuk

mewujudkan keseimbangan perlindungan kepentingan konsumen dan pelaku

usaha. Perekonomian yang sehat tercipta melalui keseimbangan perlindungan

kepentingan diantara para pihak. Perwujudan terhadap keseimbangan

perlindungan kepentingan tersebut merupakan rasio diundangkannya Undang-

Undang Perlindungan Konsumen. Pembentukan Undang-Undang tampaknya

menyadari bahwa prinsip ekonomi pelaku usaha yaitu mendapat keuntungan

semaksimal mungkin dengan modal seminimal mungkin, sangat potensial

merugikan kepentingan konsumen, baik secara langsung maupun tidak langsung

(Yusuf Shofie, 2008 : 42)

Hukum dibuat agar dapat menciptakan suatu tertib nasional, serta

menciptakan rasa keadilan pada setiap aspek di negara ini. Atas hal itu maka

produk hukum yang ada harus dapat di buat dan dilaksanakan dengan sebaik

mungkin. namun walaupun peraturan telah dibuat dan dirancang dengan

pertimbangan yang sangat matang, dalam pelaksanannya tentu masih banyak

terdapat kesalahan ataupun pelanggaran yang terjadi. Hal ini dapat kita lihat di

sekitar kita, dimana masih banyak masyarakat yang tidak taat pada peraturan yang

berlaku di negara ini, walaupun pengaturannya telah dibuat dengan sedemikian

rupa.

Salah satu kajian yang ingin Penulis bahas pada penulisan skripsi ini

adalah keterkaitan sebuah aparatur negara dalam menangani masalah terhadap

Perlindungan Konsumen. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia Konsumen

adalah “Pemakai barang-barang hasil industri (bahan pangan dan sebagainya,

lawan dari Produsen)”. Pada dasarnya kita dapat memahami bahwa kepentingan-

kepentingan dari konsumen di Indonesia dilindungi dengan sedemikan rupa untuk

dapat mengurangi kerugian-kerugian yang mungkin akan diderita oleh konsumen

itu sendiri. Pada perkembangan hukum perlindungan konsumen memang pernah

diadakan suatu inventarisasai terhadap peraturan-peraturan yang memuat materi

perlindungan konsumen di dalamnya, kendati kata “Konsumen” sendiri mungkin

Page 16: PERANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

  3

tidak di sebutkan secara tegas. Hanya terdapat istilah-istilah yang dapat

menggantikannya.

Lahirnya UUPK memberikan penjelasan mengenai apa saja yang menjadi

hak-hak konsumen, yakni:

1. Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi

barang dan jasa

2. Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau

jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang

dijanjikan

3. Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan

barang dan jasa

4. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa.

5. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian

sengketa perlindungan konsumen secara patut

6. Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen, hak unduk

diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif

7. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian, apabila

barangdan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak

sebagaimana mestinya

8. Hak-hak lain yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-

undangan.(Shidarta, 2004:21)

Dengan adanya pengaturan seperti yang telah disebutkan diatas maka kita

dapat melihat konsumen diberikan hak untuk mendapatkan informasi yang benar

mengenai identitas maupun kondisi produk yang akan mereka konsumsi. Maka

berkaitan dengan hal tersebut pelaku usaha diberikan kewajiban yang harus di

taati dalam memproduksi ataupun memasarkan hasil produksinya hingga sampai

kepada konsumen. Dalam Pasal 1 ayat (3) UU No 8 Tahun 1999 Tentang

Perlindungan Konsumen, memberikan pengertian mengenai pelaku usaha, yakni

”Pelaku Usaha adalah setiap perseorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk

badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau

melakukan kegiatan dalam wilayah Hukum Negara Republik Indonesia, baik

Page 17: PERANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

  4

sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian penyelenggaraan kegiatan usaha

dalam berbagai bidang ekonomi”.

Terkait dengan hak-hak yang dimiliki oleh konsumen tadi, kewajiban yang

harus Pelaku Usaha taati berdasarkan Pasal 7 UUPK dalam usaha mewujudkan

industri Indonesia yang baik, jujur, dan bertanggung jawab, diantaranya adalah :

1. Beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya.

2. Tidak menjual, menawarkan, atau menyerahkan barang-barang palsu

3. Memberikan jaminan terhadap barang dan jasa serta memberikan penjelasan

penggunaan perbaikan dan pemeliharaan.

4. Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak

diskriminatif.

5. Menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau

diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan/atau jasa

yang berlaku.

6. Memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji, dan/atau mencoba

barang dan/atau jasa tertentu serta memberi jaminan dan/atau garansi atas

barang yang dibuat dan/atau yang diperdagangkan.

7. Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian atas kerugian akibat

penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang

diperdagangkan.

Hal diatas menjelaskan bahwa segala macam produk baik berupa makanan,

minuman, dan barang lainnya dilindungi dan diberikan jaminan agar dapat

menciptakan perlindungan yang akurat dari pada kepentingan konsumen itu

sendiri. Untuk memperjelas pengertian barang ataupun produk kita akan

mendapatkan pengertian yang tertuang dalam Undang-Undang Perlindungan

Konsumen dimana barang adalah ”setiap benda yang berwujud ataupun tidak

berwujud, baik bergerak ataupun tidak bergerak, dapat dihabiskan atau tidak dapat

dihabiskan, yang dapat untuk diperdagangkan, dipakai, dipergunakan, atau untuk

dimanfaatkan oleh konsumen”.

Page 18: PERANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

  5

Berdasarkan pengertian menurut UUPK tersebut diatas, maka barang dapat

disimpulkan meliputi benda hasil pertanian, perikanan, pemburuan, dan termaksud

barang-barang hasil olahan yang dapat dimanfaatkan oleh manusia dan

mengandung aspek perdagangan. Sedangkan berdasarkan Black’s law dictionary

atau kamus hukum, maka dapat dijelaskan bahwa pengertian produk adalah

”Something that distributed commercially for use or consumption and that is use.

(Tangibel personal property, (2) the result of fabrication or processing, and (3)

an item that has passed through a chain of commercial distribution before

ultimate use or consumption”.

Penjelasan diatas apabila diterjemahkan secara bebas maka dapat diartikan

bahwa produk adalah suatu barang yang dihasilkan melalui proses alamiah

maupun segala sesuatu yang dihasilkan melalui proses kimiawi dan turunannya,

serta dengan suatu metode pemikiran tertentu yang dipakai, sebelum barang

tersebut dapat dimanfaatkan ataupun diambil hasilnya oleh manusia. Maka kedua

aspek tersebut diatas baik barang ataupun produk adalah benda yang dihasilkan

melalui proses produksi oleh pelaku usaha.

Fakta yang dapat kita lihat saat ini adalah banyaknya pelaku usaha yang

masih tidak dapat mematuhi peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah

berkaitan dengan produk pangan. Fenomena yang dapat kita lihat secara nyata di

sekitar kita adalah terdapatnya beberapa produk makanan yang dijual disekitar

kita dengan tidak mencantumkan informasi-informasi yang lengkap mengenai

identitas dari bahan makanan itu sendiri. Dalam hal ini kita menyebutnya sebagai

”Label”.

Penulis mengamati sejumlah bahan pangan yang dipasarkan kepada

konsumen di kota Surakarta. Kenyataan yang ada adalah masih ada sejumlah

bahan pangan baik yang dihasilkan melalui produksi industri besar ataupun

produksi industri rumah tangga (kecil), yang tidak memperhatikan keberadaan

label pada kemasannya, hal ini tentunya melanggar ketentuan pada undang-

undang perlindungan konsumen dan juga Peraturan Pemerintah No.69 Tahun

1999 Tentang Label dan Iklan Pangan.

Page 19: PERANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

  6

Terciptanya suatu perdagangan pangan yang jujur dan bertanggung jawab

merupakan salah satu tujuan penting pengaturan, pembinaan, dan pengawasan di

bidang pangan. Salah satu upaya untuk mencapai tertib pengaturan di bidang

pangan adalah melalui pengaturan di bidang label dan iklan pangan, namun dalam

praktiknya selama ini hal tersebut belum memperoleh penerapan sebagaimana

mestinya. Banyak pangan yang beredar tanpa mengindahkan mengenai ketentuan

tersebut.

Peran serta pemerintah sangat diperlukan terkait hal ini, dimana pemerintah

adalah suatu lembaga yang diharapkan dapat membuat kebijakan-kebijakan

tertentu yang dapat mengatur serta menciptakan lingkungan ekonomi yang sehat

dikalangan pengusaha di Indonesia, namun peran serta pemerintah tidak hanya

terpaut pada lingkup pengusaha saja, terhadap masyarakat pun diperlukan suatu

perlindungan khusus untuk dapat melindungi kepentingannya sebagai konsumen.

Dalam beberapa peraturan yang dibuat dijelaskan beberapa hal mengenai syarat

dan ketentuan terhadap suatu produk industri di Indonesia. Pengaturan beserta

sanksinya pun sudah sangat jelas dan tegas. Namun pada kenyataannya masih

banyak pelaku usaha yang tidak patuh dan melakukan pelanggaran-pelanggaran

tertentu yang tentunya dapat merugikan pihak konsumen itu sendiri.

Peneliti mengamati hal tersebut khususnya di kota Surakarta. Sudah

banyak masyarakat yang dirugikan baik secara materil maupun imateril oleh

pelaku usaha yang melakukan pelanggaran tersebut, namun dari pihak masyarakat

pun kurang peka terhadap kasus ini. Kenyataan ini disebabkan oleh karena

konsumen kurang menyadari hal-hal apa saja yang menjadi haknya. Pada

dasarnya mereka enggan untuk menjalani proses penuntutan berkaitan dengan

hilangnya hak-hak mendasar mereka sebagai konsumen akhir. Hal ini mungkin

disebabkan dengan adanya faktor panjang dan rumitnya suatu proses penuntutan,

serta faktor lainnya adalah tidak banyak masyarakat yang tahu dan mengerti

tentang hal-hal yang tertuang dalam Hukum Perlindungan Konsumen itu sendiri.

Apabila kita melihat lebih dalam, jika seorang produsen melakukan

pelanggaran-pelanggaran tertentu berkaitan dengan kegiatan produksi maupun

terhadap hasil usahanya, maka sudah sepatutnya pihak-pihak yang berwenang

Page 20: PERANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

  7

untuk dapat segera mengambil langkah untuk mengatasi hal tersebut, namun pada

kenyataannya produk tersebut tetap beredar di lingkungan masyarakat. Produk-

produk tersebut di pasarkan secara bebas di toko-toko, pasar, ataupun di tempat

umum lainnya yang dapat terjangkau dan bisa didapatkan dengan mudah oleh

masyarakat luas dan dari berbagi lapisan.

Menangani masalah peredaran bahan pangan yang bermasalah tersebut,

terdapat beberapa instansi pemerintah yang berwenang untuk menanganinya,

salah satunya adalah Dinas Perindustrian dan Perdagangan yang diamanatkan

untuk mengawasi dan memantau peredaran barang baik pangan maupun non-

pangan. Dinas perindustrian dan perdagangan ini melakukan banyak upaya dan

kegiatan-kegiatan yang dapat meminimalisir pelanggaran dalam hal barang yang

beredar dilingkungan masyarakat. Namun dengan adanya beberapa fenomena

yang berkaitan dengan pelangaran terhadap pencantuman label pada bahan pangan

di kota Surakarta ini, maka kita dapat melihat keberadaan dari Dinas Perindustrian

dan Perdagangan kota Surakarta kurang mendapat perhatian dari para pelaku

usaha. Dari uraian yang telah penulis jelaskan diatas maka penulis tertarik untuk

mengadakan penelitian dan menyusunnya menjadi sebuah skripsi dengan judul

“PERANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN

TERHADAP PEREDARAN BAHAN PANGAN YANG TIDAK

MENCANTUMKAN LABEL PADA KEMASAN DI KOTA SURAKARTA

DITINJAU DARI PERATURAN PEMERINYAH NOMOR 69 TAHUN 1999

TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN”.

B. Perumusan Masalah

Perumusan masalah dalam suatu penelitian merupakan suatu hal yang

penting, karna diperlukan untuk memberikan kemudahan bagi penulis dalam

membatasi permasalahan yang akan ditelitinya, sehingga dapat mencapai tujuan

dan sasaran yang jelas, serta memperoleh jawaban sesuai dengan yang

diharapkan. Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis merumuskan

masalah sebagai berikut:

Page 21: PERANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

  8

1. Apakah peranan Dinas Perindustrian dan Perdagangan terhadap peredaran

bahan pangan yang beredar di kota Surakarta?

2. Berapa jumlah kasus yang ditemukan mengenai bahan pangan yang tidak

memenuhi syarat di kota Surakarta pada tahun 2009-2010?

3. Sanksi hukum apa yang diberikan kepada pelaku usaha yang melakukan

pelanggaran terkait penegakan hukum terhadap peredaran bahan pangan yang

tidak mencantumkan label pada kemasan.

C. Tujuan Penelitian

Dalam setiap penelitian tentu harus memiliki tujuan yang jelas agar dapat

mengenai sasaran yang dikehendaki. Suatu penelitian harus dapat memiliki tujuan

yang jelas sehingga dapat memeberikan arah dalam pelaksanaan penelitian

tersebut. Adapun yang menjadi tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini

adalah sebagai berikut :

1. Tujuan obyektif

a. Untuk mengetahui dengan jelas mengenai peranan Dinas Perindustrian dan

Perdagangan kota Surakarta terhadap segala peredaran bahan pangan yang

beredar di kota Surakarta dan kegiatan-kegiatan apa saja yang telah

dilakukan.

b. Untuk mengetahui jumlah bahan pangan yang tidak memenuhi syarat

pemasaran yang dalam hal ini adalah tidak mencantumkan label pada

kemasannya.

c. Untuk mengetahui penegakan Hukum Perlindungan Konsumen di

Indonesia melalui sanksi hukum kepada pelaku usaha yang yang

melakukan pelanggaran, khususnya di kota Surakarta.

2 Tujuan subyektif

a. Untuk memperoleh data dan informasi secara jelas dan lengkap untuk

bahan penyusunan skripsi sebagai prasyarat guna menyelesaikan studi

dalam meraih gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

Page 22: PERANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

  9

b. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis dan memperluas

pemahaman dan arti pentingnya ilmu hukum dalam teori dan praktik.

c. Memberikan manfaat bagi penulis dan masyarakat pada umumnya.

D. Manfaat Penelitian

Dalam suatu penelitian pasti ada manfaat yang diharapkan untuk dapat

dicapai oleh penulisnya, adapun yang menjadi manfaat yang diharapkan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat teoritis

Penulis berharap dapat mengembangkan ilmu pengetahuan dalam bidang

hukum administrasi negara, yakni keterkaitan instansi pemerintah yang

menangani masalah pelanggaran dalam bidang pemasaran dan informasi

produk kepada konsumen di kota Surakarta khususnya. Memberikan

gambaran dan pengetahuan terhadap pembaca mengenai keterikatan Dinas

Perindustrian Dan Perdagangan dalam hal pemasaran produk yang bermasalah

yang beredar di pasaran khususnya di kota Surakarta. Serta diharapkan

pembaca dapat lebih teliti dalam membeli atau mengkonsumsi suatu produk.

2. Manfaat praktis

Suatu penelitian akan lebih bernilai apabila memiliki manfaat bagi

berbagai pihak. Adapun yang menjadi manfaat yang diharapkan dari penulisan

skripsi ini adalah sebagai berikut :

a. Memberikan wawasan dalam mengembangkan pengetahuan bagi peneliti

akan permasalahan yang diteliti, dan dapat digunakan sebagai bahan

masukan dan referensi bagi peneliti selanjutnya yang berminat pada hal

yang sama.

b. Melatih penulis dalam mengungkapkan permasalahan tertentu secara

sistematis dan berusaha memecahkan permasalahan yang ada tersebut

dengan metode ilmiah.

Page 23: PERANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

  10

E. Metode Penelitian

Metode penelitian dalam sebuah penelitian mempunyai peranan yang

sangat penting karena dapat dipergunakan sebagai pedoman guna mempermudah

dalam mempelajari, menganalisa, dan memahami permasalahan yang diteliti.

Dengan demikian metodologi penelitian merupakan unsur yang mutlak harus ada

di dalam penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan.Berdasarkan hal

tersebut diatas, penulis dalam penelitian menggunakan metode penulisan yaitu:

1. Jenis penelitian

Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penulisan hukum ini adalah

penelitian empiris. Penelitian hukum empiris adalah penelitian yang

menggunakan data primer sebagai data utama, dimana penulis langsung

melakukan penelitian pada data primer di lapangan. (Soejorno Soekanto,

2008:11)

2. Sifat penelitian

Sifat penelitian yang dipakai oleh penulis adalah deskriptif. Suatu

penelitian deskriptif dimaksudkan untuk memberikan data yang sedetail

mungkin tentang manusia, atau gejala-gejalanya. Maksudnya adalah untuk

mempertegas hipotesa-hipotesa, agar dapat membantu dalam memperkuat

teori-teori lama atau di dalam menyusun teori-teori baru.(Soejorno Soekanto,

2008:10)

3. Pendekatan penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis pendekatan kualitatif, yaitu pendekatan

yang digunakan oleh peneliti dengan berdasarkan pada data yang digunakan

pada responden secara lisan ataupun tulisan, dan juga perilakunya yang nyata

dan diteliti sebagai sesuatu yang utuh.(Soerjono Soekanto,2006:250)

4. Jenis data

Jenis data yang dipakai dalam penelitian ini adalah :

a. Data primer

Data primer adalah merupakan data atau fakta-fakta yang diperoleh

langsung dari sumber pertama melalui penelitian lapangan termaksud

keterangan dari responden yang berhubungan dengan objek penelitian,

Page 24: PERANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

  11

sehingga dapat memperoleh hasil yang sebenarnya dari objek yang

diteliti. Data primer dalam penelitian ini dilakukan di kantor Dinas

perindustrian dan Perdagangan kota Surakarta.

b. Data sekunder

Data sekunder merupakan data yang menunjang dan mendukung data

primer, data ini diperoleh dari data kepustakaan, buku-buku literatur,

tulisan, ilmiah, Koran, majalah, Peraturan Perundang-undangan dan

sumber lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini.(Soerjono

Soekanto,1006:12)

5. Sumber data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian hukum ini :

a. Sumber data primer

Sumber data primer adalah Sumber data yang didapatkan langsung dari

lapangan yang dalam penulisan hukum (Skripsi) ini adalah di Dinas

Perindustrian dan Perdagangan kota Surakarta.

b. Sumber data sekunder

Sumber data sekunder adalah berupa bahan dokumen, Peraturan

Perundang-undangan, laporan, arsip, literatur, dan hasil penelitian lainnya

yang mendukung data primer. Sumber data sekunder dalam penelitian ini

adalah:

1) Bahan hukum primer

(a) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata).

(b) Undang-Undang Nomor.8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan

Konsumen.

(c) Peraturan Pemerintah Nomor.69 Tahun 1999 Tentang Label Dan

Iklan Pangan.

2) Bahan hukum sekunder

Bahan hukum sekunder yaitu bahan yang berisi penjelasan mengenai

bahan hukum primer, yang terdiri dari buku, artikel, karya ilmiah,

majalah, koran, dan yang lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini.

(Soerjono Soekanto 2008:112)

Page 25: PERANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

  12

3) Bahan hukum tersier

Bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang memeberikan petunjuk

atau penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum

sekunder yaitu kamus, dan bahan-bahan dari internet. (Soerjono

Soekanto, 2008:113)

6. Teknik pengumpulan data

Teknik data pengumpulan data primer dilakukan dengan cara

Wawancara yakni dengan suatu pengumpulan data dengan mengadakan

sejumlah tanya jawab secara langsung dengan sumber data primer, dalam hal

ini bersama Ibu Lestari selaku Kepala Seksi Pengawasan di Dinas

Perindustrian dan Perdagangan kota Surakarta..

7. Teknik analisis data

Analis data merupakan proses pengorganisasian dan pengurutan data

dalam pola, kategori dan uraian dasar sehingga akan ditemukan tema dan

dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data Mengenai

analisis isi dalam penelitian ini adalah data selesai, maka hasilnya akan

disajikan secara deskriptif yaitu dengan menuturkan dan menggambarkan

adanya sesuai dengan permasalahn yang dieliti dan data yang diperoleh. (Lexy

J. Moleong, 2002 : 103).

F. Sistematika Penulisan Hukum

Dalam memberikan gambaran menyeluruh mengenai sistematika penulisan

karya ilmiah yang sesuai dengan aturan baru dalam penulisan karya ilmiah, maka

penulis menyiapkan suatu sistematika penulisan hukum. Adapun sistematika

pnulisan hukum terbagi dalam 4 (empat) bab yang saling berkaitan dan

berhubungan, yaitu:

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini di uraikan mengenai latar belakang masalah,

rumusan masalah Tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode

penelitian,dan sistematika Penulisan hukum

Page 26: PERANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

  13

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini dikemukakan kerangka teori mengenai tinjauan

tinjauan tentang badan perindustrian dan perdagangan, tinjauan

umum tentang bahan pangan,tinjauan umum tentang label,tinjauan

umum tentang kemasan, serta tinjauan umum tentang PP No.69

Tahun 1999.

BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini penulis membahas sekaligus menjawab

permasalahan yang telah ditentukan sebelumnya. Pertama apakah

peranan Dinas Perindustrian Dan Perdagangan terhadap peredaran

bahan pangan di kota Surakarta, kedua mengenai besarnya jumlah

bahan pangan yang tidak mencantumkan label pada kemaannya di

kota Surakarta, dan yang ketiga sanksi hukum apa yang diberikan

kepada pelaku usaha yang melakukan pelanggaran tersebut.

BAB IV : PENUTUP

Dalam bab ini berisi simpulan dari jawaban permasalahan yang

mnjadi obyek penelitian dan saran.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

 

Page 27: PERANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori

1. Tinjauan umum tentang Hukum Perlindungan Konsumen

a. Sejarah dan perkembangan Hukum Perlindungan Konsumen

Hukum Perlindungan Konsumen atau yang sering kali dikenal

dengan Hukum Konsumen (consumers law), merupakan salah satu cabang

baru ilmu hukum yang bercorak universal. Sebagian besar perangkatnya

diwarnai hukum asing, akan tetapi ternyata dasar-dasar yang menopangnya

sudah ada sejak dahulu, termaksud dalam hukum adat. Perkembangan

Hukum Konsumen di dunia berawal dari adanya Gerakan Perlindungan

Konsumen (consumers movement) yang terjadi di awal abad ke-19.

Ada beberapa pakar yang menyebutkan bahwa Hukum

Perlindungan Konsumen merupakan cabang dari Hukum Ekonomi.

Alasannya, permasalahan yang diatur dalam Hukum Konsumen berkaitan

erat dengan pemenuhan kebutuhan barang/jasa. Ada pula yang

mengatakan bahwa Hukum Konsumen digolongkan dalam Hukum Bisnis

atau Hukum Dagang karena dalam rangkaian pemenuhan kebutuhan

barang/jasa selalu berhubungan dengan aspek bisnis atau transaksi

perdagangan. Serta terdapat pula yang menggolongkan Hukum Konsumen

dalam Hukum Perdata, karena hubungan antara konsumen dan

produsen/pelaku usaha dalam aspek pemenuhan barang/jasa yang

merupakan hubungan perdata (N. H. T. Siahaan, 2005: 34).

Secara umum, sejarah Gerakan Perlindungan Konsumen dapat dibagi

dalam empat tahapan, yaitu :

1) Tahapan I (1881-1914)

Pada kurun waktu ini merupakan titik awak munculnya kesadaran

masyarakat untuk melakukan pergerakan konsumen. Sebagai

pemicunya adalah histeria massal akibat novel karya Upton Sinclair

berjudul The Jungle, yang menggambarkan cara kerja pabrik

Page 28: PERANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

  15

pengolahan daging di Ameriak Serikat yang sangat tidak memenuhi

syarat-syarat kesehatan.

2) Tahapan II (1920-1940)

Pada kurun waktu ini muncul pula buku berjudul “your money’s

worth” karya Chase dan Scelink. Karya ini mampu menggugah

konsumen diatas hak-hak mereka dalam jual beli. Pada kurun waktu

ini muncul selogan fair deal, best buy.

3) Tahapan III (1950-1960)

Pada dekade 1950-an ini muncul keinginan untuk mempersatukan

gerakan perlindungan konsumen dalam lingkup internasional. Dengan

diprakarsai oleh wakil-wakil gerakan konsumen dari Amerika Serikat,

Inggris, Belanda, Australia, dan Belgia pada 1 April 1960 berdirilah

international organization of consumer union. Semula organisasi ini

berpusat di Den Haag Belanda, lalu pindah ke London, Inggris pada

tahun 1993. Dua tahun kemudian IOCU mengubah namanya menjadi

Consumers International (CI).

4) Tahapan IV ( pasca 1965)

Kurun waktu ini merupakan masa pemantapan gerakan perlindungan

konsumen, baik ditingkat regional maupun ditingkat internasional.

Sampai saat ini dibentuk lima kantor regional, yakni di Amerika Latin

dan karibia yang berpusat di Chili, Asia Pasifik berpusat di Malaysia,

Afrika berpusat di Zimbabwe, Eropa Timur dan Tengah berpusat di

Inggris, dan negara-negara maju berpusat di London, Inggris.

(Shidarta,2000:30)

Amerika Serikat tercatat sebagai negara yang memberikan

sumbangan dalam masalah perlindungan konsumen. Liga konsumen

dibantuk pertama kali di New York pada tahun 1891 dan ditingkat

nasional Amerika Serikat pada tahun 1898 terbentuk tiga konsumen

nasional (the national consumers league). Gerakan perlindungan

konsumen ini banyak mengalami hambatan terutama pada saat

mengeluarkan the foot drugs act dan the meat inspection act yang lahir

Page 29: PERANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

  16

pada tahun 1906. Perjuangan yang dilakukan mulai tahun 1892 ini

kemudian dicoba kembali pada tahun 1902 dengan dukungan liga

konsumen nasional, THE GERNERAL FEDERATION OF WOMEN CLUB

DAN STATE FOOD AND DIARY CHEMISTRY juga mengalami

kegagalan yang sama. Akhirnya pada tahun 1906 atas dukungan presiden

Amerika Serikat kemudian lahirlah the food and drugs act dan the meat

inspection act . ( Gunawan widjaja dan Ahmad Yani, 2000:13).

Pada tahun 1914 pemerintah Federal Amerika Serikat

mengeluarkan peraturan tentang tentang praktek periklanan, yang disebut

The 1914’s Federal Trade Commission Act. Undang-Undang ini melarang

metode-metode persaingan yang tidak jujur dalam perdagangan. Untuk

mengawasi jalannya undang-undang ini dibentuk badan khusus yang

diberi nama The Federal Trade Commission (FTC) yaitu badan yang

independen. Selanjutnya pada tahun 1930-an para pendidik mulai

memikirkan urgensi dari pendidikan konsumen, yaitu dengan mengadakan

penulisan buku-buku tentang konsumen dan perlindungan konsumen yang

disertai dengan riset-riset yang mendukungnya. Pada tahun 1937 dimana

terjadi tragedi Elixir Sulfanilamide yang menyebabkan konsumen di

Amerika Serikat meninggal telah mendorong terbentuknya The food, drug

and cosmetic act, tahun 1938 yang merupakan mandemen dari The food

and drug act, tahun 1906.

Era selanjutnya dari pergolakan konsumen terjadi dalam tahun

1960-an yang melahirkan era hukum perlindungan konsumen dengan

lahirnya satu cabang ilmu hukum baru, yaitu Hukum Konsumen

(Consumers Law). Pada tahun 1962 Presiden Amerika Serikat John F

Kennedy menyampaikan consumer massege kepada kongres yang

kemudian ini dianggap sebagai era baru gejolak konsumen. Dalam

consumer massege ini terjadi formulasi pokok-pokok pikiran yang sampai

sekarang terkenal sebagai hak-hak kinsmen (consumer bill of right).

Presiden Jimmy Carter juga memeberikan perhatian dan apresiasi yang

besar sekali terhadap perkembangan hukum perlindungan konsumen.

Page 30: PERANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

  17

Dinegara-negara lain selain Amerika Seriakat setelah era ketiga ini terjadi

kebangkitan yang berarti bagi perlindungan konsumen. Era ketiga ini juga

telah menyadarkan negara-negara lain untuk memebentuk undang-undang

perlindungan konsumen. (Shidarta, 2000:35).

Di Indonesia itu sendiri masalah perlindungan konsumen baru

mulai terdengar pada tahun 1970-an. Hal ini terutama ditandai dengan

lahirnya yayasan lembaga konsumen Indonesia (YLKI) bulan Mei 1973.

Setelah lahirnya Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), suara-

suara untuk memperdayakan konsumen semakin gencar dan sebagai

puncaknya adalah dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999

tentang perlindungan konsumen. (GunawaN Widjaja dan Ahmad Yani,

2000:15)

Undang-Undang Perlindungan Konsumen ini lahir atas

kesepakatan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) pada tanggal 30 Maret

1999 dan telah disahkan oleh Presiden Republik Indonesia pada tanggal 20

April 1999 menjadi Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 ( Lembaran

Negara Nomor 42 Tahun 1999), dan mulai berlaku efektif sejak tanggal 29

April 2000. Undang-Undang tentang Perlindungan Konsumen ini

diharapkan tidak hanya sanggup untuk merangkum segala keperluan dan

kebutuhan konsumen akan suatu sistem keadilan, namun setidaknya

Undang-Undang ini diharapka akan mampu menjadi sumber atau acuan

bagi Peraturan Perundang-undangan lainnya, serta dijadikan dasar

pembentukan bagi peraturan perundangan konsumen pada tingkat yang

lebih rendah. (Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, 2000:14)

b. Pengaturan Hukum Perlindungan Konsumen dalam tata hukum Indonesia.

Pengaturan yang berkaitan dengan perlindungan konsumen

sebenarnya sudah ada sebelum Indonesia merdeka, namun saat ini

sebagaian besar peraturan itu sudah tidak berlaku lagi. Peraturan

perundang-undangan pada jaman Hindia Belanda tersebut dapat

disebutkan antara lain seperti Ordonansi Bahan-bahan Berbahaya,

Ordonansi Petasan, Ordonansi Tera dan sebagainya. Dibawah ini adalah

Page 31: PERANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

  18

beberapa pengaturan khusus berkaitan dengan perlindungan konsumen,

diantaranya adalah :

1) Bidang Hukum Keperdataan

Dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata terdapat ketentuan yang

bertendensi melindungi konsumen yaitu dalam Pasal 1473-1512 Pasal

1320-1338. Pasal-Pasal tersebut mengatur perbuatan yang berkaitan

dengan perlindungan kepada pembeli dan perlindungan kepada pihak-

pihak yang terkait dalam perjanjian. Dalam Kitab Undang-Undang

Hukum Perdata memang tidak sama sekali disebut-sebut kata

“konsumen”. Istilah lain yang sepadan dengan kata itu adalah seperti

pembeli, penyawa, dan si berutang (debitur). Pasal-Pasal yang

dimaksud adalah :

a) Pasal 1235 (jo. Pasal-Pasal 1033, 1157, 1236, 1365, 1444, 1445,

1473, 1474, 1482, 1550, 1560, 1706, 1744):

Dalam tiap-tiap perikatan untuk memeberikan sesuatu adalah

termaktub kewajiban si berutang untuk menyerahkan kebendaan

yang bersangkutan dan untuk merawatnya seorang bapak rumah

yang baik sampai pada saat penyerahan. Kewajiban yang terkhir ini

adalah kurang atau lebih luas terhadap persetujuan-persetujuan

tertentu, yang akibat-akibatnya mengenai hal ini akan ditunjukan

dalam bab-bab yang bersangkutan.

b) Pasal 1236 (jo. Pasal-Pasal 1235, 1243, 1246, 1275, 1391, 1444,

1480)

Si berutang wajib memeberikan ganti biaya, rugi, dan bunga

kepada si piutang, jika ia membawa dirinya dalam keadaan tak

mampu untuk menyerahkan kebandaannya, atau tidak merawatnya

sepatutnya guna menyelamatkannya.

c) Pasal 1504 (jo. Pasal-Pasal 1322, 1473, 1474, 1491, 1504, s.d

1511) :

Si penjual diwajibkan menanggung terhadap cacat tesembunyi

pada barang yang dijual, yang memebuat barang itu tak sanggup

Page 32: PERANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

  19

untuk pemakaian yang dimaksudkan itu, sehingga seandainya si

pembeli mengetahui cacat itu, ia sama sekali tidak akan

membelinya, atau tidak akan membelinya selain dengan harga yang

kurang. (Shidarta 2000:80)

2) Bidang Hukum Pidana

Dalam Kitab Hukum Pidana (KUHP) Pasal 202, 203, 204, 205, 263,

364, 266, 382, 383, 388 dan sebagainya. Pasal-Pasal tersebut mengatur

pemidanaan dari perbuatan-perbuatan :

a) Memasukan bahan berbahaya ke dalam air minum umum.

b) Menjual, menawarkan, menerimakan, atau menbagikan barang

yang dapat membahayakan jiwa atau keselamatan orang.

c) Memalsukan surat.

d) Melakukan persaingan curang.

e) Melakukan penipuan terhadap pembeli.

f) Menjual, menawarkan, atau menyerahkan makanan, minuman dan

obat-obatan palsu. (Husni Syawali dan Nenny Sri Imaniyati,

2000:9)

3) Hukum Administrasi Negara

Dalam Hukum Administrasi Negara itu sendiri, terdapat sanksi

administratif terhadap pengusaha baik itu produsen maupun para

distributor (penjual) yang merugikan konsumen. Dalam hal ini terlihat

dan termuat dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang

Perlindungan Konsumen. Sanksi administrasi tersebut berkaitan

dengan perjanjian yang diberikan pemerintah kepada pengusaha yang

bersangkutan, yaitu apabila terjadi pelanggaran sepanjang didukung

oleh bukti-bukti yang cukup maka ijin usaha akan di cabut secara

sepihak oleh pemerintah. Sanksi administrasif ini seringkali lebih

efektif dibandingkan dengan saksi perdata atau pidana, alasan yang

mendukung pernyataan ini adalah sebagai berikut :

Page 33: PERANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

  20

a) Sanksi administratif dapat diterapkan langsung dan sepihak.

b) Sanksi perdata atau pidana seringkali tidak membawa efek bagi

pelakunya.(Shidarta,2000:96)

Undang-Undang Tentang Perlindungan Konsumen pada dasarnya

bukan merupakan awal dan akhir dari hukum yang mengatur perlindungan

konsumen. Dalam rangka membangun Hukum Perlindungan Konsumen

dalam sistem hukum Indonesia sangatlah perlu dikaitkan dengan Peraturan

Perundang-undangan lain yang mempunyai tujuan memberikan

perlindungan pada konsumen. Undang-Undang Tentang Perlindungan

Konsumen pada dasarnya juga bukan merupakan awal dan akhir dari

hukum yang mengatur perlindungan konsumen, sebab sampai

terbentuknya Undang-Undang Tentang Perlindungan Konsumen

sebelumnya telah ada beberapa Undang-Undang yang materinya

melindungan kepentingan konsumen. Seperti kita ketahui, Undang-

Undang No. 8 Tahun 1999 dan Peraturan Pemerintah No. 69 Tahun 1999

merupakan wadah yang tepat bagi para masyarakat untuk mendapatkan

perlindungan dalam hal pemakaian produk yang akan dikonsumsi.

(Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani,2000:19).

Perlindungan konsumen di Indonesia diselenggarakan sebagai

usaha bersama berdasarkan 5 (lima) Asas Pembangunan Nasional, yaitu :

1) Asas Manfaat

Dimaksudkan untuk mengamanatkan bahwa segala upaya dalam

penyelenggaraan perlindungan konsumen harus memberikan manfaat

yang sebesar-besarnya bagi kepentingan konsumen dan pelaku usaha

secara keseluruhan.

2) Asas Keadilan

Dimaksudkan agar partisipasi seluruh rakyat dapat diwujudkan secara

maksimal dan memberikan kesempatan kepada konsumen dan pelaku

usaha untuk mendapatkan hak dan kewajibannya secara adil.

Page 34: PERANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

  21

3) Asas Keseimbangan

Dimaksudkan untuk memberikan keseimbangan antara kepentingan

konsumen, pelaku usaha dan pemerintah dalam arti materil maupun

spiritual.

4) Asas Keamanan dan Keselamatan Konsumen

Dimaksudkan untuk memberikan jaminan atas keamanan dan

keselamatan kepada konsumen dalam penggunaan, pemakaian dan

pemanfaatan barang atau jasa yang dikonsumsi atau digunakan.

5) Asas Kepastian Hukum

Dimaksudkan agar baik pelaku usaha maupun konsumen menaati

hukum dan memperoleh keadilan dalam penyelenggaraan

perlindungan konsumen serta negara menjamin adanya suatu kepastian

hukum. (Badan Perlindungan Konsumen Nasional, 2005: cet. 2 Hal. 5)

Sesuai dengan Pasal 3 Undang-Undang Perlindungan Konsumen,

tujuan dari perlindungan konsumen diantaranya adalah :

1) Meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian konsumen

untuk dapat melindungi diri.

2) Meningkatkan harkat dan martabat konsumen dengan cara

menghindarkannya dari kases negatif pemakaian barang dan/atau jasa.

3) Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan

dan menuntut hak-haknya sebagai konsumen

4) Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur

kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk

mendapatkan informasi.

5) Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya

perlindungan ini sehingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggung

jawab dalam berusaha.

6) Meningkatkan kualitas barang dan/atau jasa yang menjamin

kelangsungan usaha produksi barang dan/atau jasa, kesehatan,

kenyamanan, keamanan dan keselamatan konsumen.

Page 35: PERANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

  22

WJ.Brown juga mengungkapkan bahwa salah satu alasan untuk

melindungi konsumen adalah ”....that due the technical development of

consumer goods, the ordinary consumer cannot be expected to know if the

goods are fit for the perpose for which they were bought, or if the are of

good or bad quality”. (WJ.Brown,1982:126)

Berkenaan dengan masalah produk, terdapat beberapa hal yang

menyebabkan produsen harus dapat bertanggung-jawab, yakni:

1) Production / Manufacturing defect yaitu apabila suatu produk dibuat

dan tidak sesuai dengan persyaratan sehingga produk tersebut tidak

aman bagi konsumen

2) Design defects atau bahaya dari produk lebih besar dari pada bahaya

yang dihasilkan.

3) Warning / Instruction defects yakni apabila buku pedoman, buku

panduan, pengemasan (packaging) tidak dapat memberikan informasi

tentang produk itu sendiri.(Shidarta, 2000:96).

Namun dalam hal ini kita tidak hanya berbicara mengenai apa saja

yang menjadi tanggung jawab dari para produsen, konsumen pun juga

memiliki beberapa kewajiban yang diatur dalam Pasal 5 Undang-Undang

Perlindunganan Konsumen, diantaranya adalah :

1) Membaca atau mengikuti petunjuk informasi atau prosedur pemakaian

atau pemanfaatan barang dan/atau jasa demi keamanan dan

keselamatan.

2) Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan/atau

jasa.

3) Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati

4) Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan

konsumen secara patut.

2. Tinjauan umum tentang Dinas Perindustrian dan Perdagangan kota Surakarta.

Dinas Perindustrian dan Perdagangan kota Surakarta adalah unsur

pelaksana otonomi daerah yang dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang

Page 36: PERANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

  23

berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Walikota Surakarta melalui

Sekrertaris Daerah kota Surakarta. Dinas ini memiliki tugas melaksanakan

urusan pemerintahan daerah berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan

di bidang perindustrian dan perdagangan.. Dinas Perindustrian dan

Perdagangan memiliki fungsi yang diantara lain adalah:

a. Penyusunan rencana program, pengendalian evaluasi dan pelaporan

b. Penyelenggaraan bimbingan terhadap perindustrian

c. Pembinaan dan pengembangan pengusaha industri menengah, besar,kecil

dan pengendalian pencemaran

d. Penyelenggaraan perlindungan terhadap konsumen

e. Penyelenggaraan sosialisasi

f. Pembinaan jabatan fungsional pelaksanaan tugas lain yang diberikan

oleh walikota.

g. Perumusan kebijakan teknis pelaksanaan dan pengendalian di bidang

Perindustrian dan Perdagangan

h. Pelaksanaan pembinaan umum dan perijinan di bidang Perindustrian dan

Perdagangan

i. Pelaksanaan sinkronisasi penyusunan rencana dan program pembangunan

Perindustrian dan Perdagangan

j. Pembimbingan teknis dan penyuluhan dalam melaksanakan kegiatan

industri dan perdagangan

k. Pembimbingan teknis pelaksanaan program sektoral di bidang industri dan

perdagangan

l. Pengevaluasian pelaksanaan kebijakan teknis bimbingan dan

pengembangan industri dan perdagangan di Wilayah Kota Surakarta

m. Pelaksanaan hubungan kerja sama dengan instansi lainnya serta organisasi/

asosiasi dunia usaha

n. Pembimbingan dan pengendalian pelaksanaan penyediaan dan penyaluran

barang dan jasa serta penyiapan dan pelaksanaan urusan perijinan

o. Pembimbingan dan pengawasan kegiatan di bidang kemetrologian;

p. Pengelolaan urusan ketatausahaan Dinas.

Page 37: PERANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

  24

Untuk menjalankan fungsi yang telah disebutkan diatas, Dinas

Perindustrian dan Perdagangan juga diberikan kewenangan khusus olehnya,

beberapa kewenangan khusus yang dimiliki oleh Dinas Perindustrian dan

Perdagangan adalah sebagai berikut :

a. Penyelenggaraan fasilitasi, pengembangan dan pengawasan perdagangan

berjangka komoditi

b. Penyelenggaraan lalu lintas barang dan jasa di bidang industri dan

perdagangan

c. Mendorong penyelenggaraan kemitraan industri kecil, menengah, besar

dan sektor ekonomi lainnya

d. Penyelenggaraan perlindungan konsumen

e. Penyelenggaraan pengembangan sistem pergudangan

f. Penyelenggaraan distribusi bahan-bahan pokok

g. Pemberian ijin industri dan ijin kawasan industri

h. Pemberian perijinan di bidang industri dan perdagangan termasuk ijin

kawasan industri

i. Fasilitasi permodalan bagi industri kecil dalam pengambangan usaha

j. Pengawasan dan pengendalian industri dan produk tertentu yang berkaitan

dengan keamanan, keselamatan umum, keselamatan lingkungan dan moral

k. Fasilitasi kegiatan industri bahan-bahan pokok

l. Penyuluhan, pengawasan dan penetapan penggunaan tanda tera dan tera isi

ulang alat UTTP (Ukuran, Takaran, Timbangan dan Perdagangan)

m. Pemberian ijin gudang

n. Penerbitan SKA (Surat Keterangan Asal) barang

o. Fasilitasi permodalan, aspek permodalan, manajemen, kelembagaan,

kemitraan dan perniagaan, pemasaran untuk tumbuh dan berkembangnya

Koperasi, Pengusaha Kecil dan Menengah (PKM)

p. Penetapan kebijakan untuk mendukung pembangunan industri dan

perdagangan Daerah

q. Penyelenggaraan dan pengawasaan pelaksanaan standard pelayanan

minimal dalam bidang industri dan perdagangan yang wajib dilaksanakan

Page 38: PERANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

  25

r. Penyusunan rencana industri dan perdagangan

s. Perijinan di bidang industri dan perdagangan

t. Penyelenggaraan eksport dan import hasil produksi dan perdagangan

sesuai peraturan perundang-undangan

Dibawah ini ialah susunan dan bagan organisasi Dinas Perindustrian

dan Perdagangan:

a. Kepala Dinas.

b. Sekertariat terdiri dari Sub bagian penyusunan program, keuangan dan

umum.

c. Bagian Perindustrian, terdiri dari seksi pengembangan industri kecil,

menengah dan atas. Dalam hal ini memiliki tugas utama untuk persiapan

sarana dan pra sarana bidang perindustrian serta pembinaan dan

pengendalian.

d. Bidang perdagangan, dibagi menjadi seksi perdagangan dalam negri dan

luar negri dan menangani permasalahan yang berkaitan dengan bina usaha

dan pendistribusian.

e. Bidang pengawasan dan perlindungan konsumen.

f. Kelompok Jabatan Fungsional termaksud Unit Pelaksana Teknis Dinas

(UPTD).

Page 39: PERANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

  26

Bagan 1 

Bagan Organnisasi Dinas Perindustrian Dan Perdagangan Kota Surakarta

 

Sumber : http://Dinas Perdagangan dan Perindustrian.com/profil-struktur

organisasi.html

KEPALA DINAS 

SEKERTARIAT 

SUBBAGIAN PERENCANAAN, EVALUASI DAN

PELAPORAN

SUBBAGIAN KEUANGAN

 

SUBBAGIAN UMUM DAN 

KEPEGAWAIAN 

BIDANG 

PERINDUSTRIAN 

 

BIDANG 

PERDAGANGAN 

BIDANG PENGAWASAN DAN PERLINDUNGAN KONSUMEN  

SEKSI  

INDUSTRI KECIL 

 

SEKSI 

PERDAGANGAN DALAM NEGERI 

BIDANGPENGAWASAN DAN PERLINDUNGAN KONSUMEN  

SEKSI  INDUSTRI 

MENENGAH & BESAR 

SEKSI PERDAGANGAN LUAR 

NEGERI 

SEKSI PERLINDUNGAN KONSUMEN 

KELOMPOK JABATAN 

FUNGSIONAL 

Page 40: PERANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

  27

3. Tinjauan umum tentang bahan pangan

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 Tentang Label

Dan Iklan Pangan, ”Bahan pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari

sumber hayati dan juga air, baik yang diolah ataupun tidak diolah”. Bahan

pangan diperuntukan untuk dapat dikonsumsi oleh manusia dan diharapkan

manusia akan memeperoleh khasiat dari apa yang dikonsumsinya tersebut.

Pangan olahan adalah bahan makanan atau minuman hasil proses dengan cara

atau metode tertentu dengan atau tanpa bahan tambahan. Bahan pangan dapat

berupa berbagai macam makanan atau minuman yang dapat di konsumsi oleh

manusia yang memiliki fungsi primer yaitu untuk mencapai tingkat kesehatan

dan kebugaran yang optimal. Dibawah ini adalah beberapa ciri bahan pangan

yang tidak layak dikonsumsi, diantaranya :

a. Terjadi perubahan warna, bentuk dan rasa dari aslinya pada bahan pangan.

b. Ditumbuhi jamur atau mikroorganisme yang ditunjukan dengan adanya

jamur, lender, bau basi, dan adanya ulat.

c. Menunjukan ciri-ciri makanan yang mengandung makanan berbahaya,

seperti pewarna dan pengawet yang dilarang

d. Adanya pencemaran fisik.

e. Makanan yang diolah atau dikemas, tidak memenuhi syarat.

f. Memperhatikan makanan yang disimpan dalam lemari es atau pendingin

karna dapat menutupi makanan yang basi.

g. Makanan yang kemasannya sudah rusak.

h. Makanan yang kadaluarsa.

i. Memperhatikan izin makanan dari kesehatan.

Bahan pangan juga dapat diartikan sebagai segala macam pangan yang

secara alamiah ataupun telah melalui proses, mengandung satu atau lebih

senyawa yang berdasarkan kajian-kajian ilmiah dianggap mempunyai fungsi-

fungsi fisiologis terentu yang bermanfaat bagi kesehatan. Beberapa fungsi

fisiologis yang diharapkan pada bahan pangan adalah:

a. Mencegah dari timbulnya penyakit

b. Dapat meningkatkan daya tahan tubuh

Page 41: PERANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

  28

c. Regulasi kondisi ritme fisik tubuh

d. Menyehatkan. (Hayuan, http://blogspot makanan dan kemasan-

pangan.html/2009/06 diakses pada tanggal 1 november 2010)

4. Tinjauan umum tentang label

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor. 69 Tahun 1999 Tentang Label

Dan Iklan pangan, Label adalah “setiap keterangan mengenai barang yang

berbentuk gambar, tulisan, kombinasi keduanya, atau bentuk lain yang

memuat informasi tentang barang dan keterangan mengenai pelaku usaha”.

Dalam label juga memuat informasi lainnya yang sesuai dengan ketentuan

Peraturan Perundang-undangan yang berlaku dan disertakan pada barang,

dimasukan kedalam, ditempelkan, atau merupakan bagian kemasan pada

barang.

Kita dapat melihat bahwa label adalah suatu hal yang wajib disertakan

pada kemasan. Maka dengan tidak terteranya label pada kemasan dapat

dikatakan bahwa barang tersebut tidak dapat memberikan informasi kepada

konsumennya sebagai penikmat produk itu sendiri. Adapun ketentuan yang

mengatur tentang label diatur dalam pasal 30 ayat (2), Undang-Undang Nomor

7 Tahun 1996 Tentang Pangan dan Pasal 111 ayat (3) Undang-Undang Nomor

36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan. Secara umum setidaknya terdapat 6

(enam) jenis informasi yang dapat kita ketahui dari label kemasan, diantaranya

adalah:

a. Nama produk, merupakan informasi yang sangat penting yang merupakan

informasi pertama yang memungkinkan konsumen mengidentifikasi jenis

produk itu.

b. Kandungan isi, semua substansi termaksud zat adiktif yang digunakan

dalam pembuatan atau persiapan pangan dalam kemasan. Informasi

tersebut dihitung dari presentasi dari yang tertinggi hingga terendah,

Namun hal ini bukan merupakan suatu keharusan, kecuali diberikan pada

bahan yang memberikan pengaruh khusus, umpamanya kolesterol. Bahan

adiktif yang harus dicantumkan dalam kandungan isi meliputi substansi

Page 42: PERANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

  29

sintetis atau alami yang ditambahkan untuk memperbaiki bau, rasa, lama

penyimpanan, atau konsistensi. Terdapat lebih dari seratus macam adiktif

makanan kemasan diantaranya sebagai pewarna, pengawet, emulsi,

stabilisator.

c. Sertifikasi produk atau halal serta adanya ijin edar yang dikeluarkan oleh

lembaga yang telah terakreditasi sesuai dengan undang-undang.

d. Waktu kadaluarsa, informasi ini sangatlah penting untuk mengetahui batas

waktu pemakaian produk.

e. Kuanitas isi, Satuan kuantitas adalah biasanya menggunakan satuan liter

untuk satuan cairan dan gram atau satuan bobot lainnya untuk produk

lainnya.

f. Identitas asal produk, dapat dinyatakan dalam kode bergaris atau bar code,

dibawah garis-garis vertikal yang dapat dibaca dengan tekhnologi optik

umumnya terdapat tiga belas angka. Angka pertama menunjukan negara

asal, lima angka berikutnya menunjukan pembuat atau distributornya, lima

angka berikutnya menunjukan ientifikasi produk itu sendiri, dan satu

angka terakhir adalah angka kontrol.

In recent deccades, developed countries have seen unincrease in nutrition-and livestyle realeted health problem. Policy makers are concerned about how the population can be invormed about healthy eating the realitive healthnes of the food products, in order to make the right decision at the supermarket shelf. Nutrition and health claims, as prescribed by the new eu regulation, are meant to served as a compremise, being a short health-realited information tools that takes into account the costumers limited time, willingness, and cappability to process information while shopping. (Jill Avery, Consumers behaviour and human persuits of happiness in a world Vol 4 : 2010).

Berdasarkan penjelasan diatas kita dapat melihat bahwa dalam

beberapa tahun terakhir, negara-negara maju telah melihat penurunan dalam

masalah informasi gizi dan kesehatan pada lingkungan masyarakatnya. Para

pembuat kebijakan khawatir mengenai bagaimana penduduk bisa memenuhi

unsur kesehatan dalam suatu produk makanan, dalam rangka untuk membuat

keputusan yang tepat mengenai kandungan gizi dalam suatu produk makanan,

Page 43: PERANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

  30

keberadaan label menjadi suatu informasi yang penting bagi para konsumen

atau orang-orang yang akan membeli produk yang bersangkutan.

Dalam hal ini yang menjadi prinsip pengaturan pada label yang tidak

dapat dilanggar oleh para pelaku usaha menurut Peraturan Pemerintah Nomor

69 Tahun 1999 Tentang Label Dan Iklan Pangan adalah sebagai berikut :

a. Non diskriminasi, untuk barang yang diproduksi dalam negri maupun

barang impor yang diperdagangkan di pasar dalam negeri.

b. Pencantuman label dalam bahasa Indonesia yang jelas dan mudah

dimengerti.

c. Label menggunakan bahasa Indonesia. Untuk barang impor berlaku saat

memasuki daerah pabean Republik Indonesia.

d. Penggunaan bahasa, selain bahasa Indonesia, angka arab, huruf latin

diperbolehkan sepanjang tidak ada padanannya atau tidak dapat diciptakan

padanannya.

e. Label tidak mudah lepas dari barang atau kemasannya.

f. Setiap orang yang memproduksi atau menghasilkan pangan yang dikemas

ke dalam wilayah Indonesia untuk diperdagangkan wajib mencantumkan

Label pada, di dalam, dan atau di kemasan pangan.

g. Pencantuman Label sebagaimana dimaksud dilakukan sedemikian rupa

sehingga tidak mudah lepas dari kemasannya, tidak mudah luntur atau

rusak, serta terletak pada bagian kemasan pangan yang mudah untuk

dilihat dan dibaca.

h. Keterangan atau pernyataan tentang pangan dalam label harus benar dan

tidak menyesatkan, baik mengenai tulisan, gambar, atau bentuk apapun

lainnya.

i. Setiap orang dilarang memberikan keterangan atau pernyataan tentang

pangan yang diperdagangkan melalui, dalam, atau dengan label apabila

keterangan atau pernyataan tersebut tidak benar dan atau menyesatkan.

j. Pencantuman pernyataan tentang manfaat pangan bagi kesehatan dalam

Label hanya dapat dilakukan apabila didukung oleh fakta ilmiah yang

dapat dipertanggungjawabkan.

Page 44: PERANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

  31

k. Ketentuan lebih lanjut, tentang tata cara dan persyaratan pencantuman

pernyataan tentang manfaat pangan bagi kesehatan diatur oleh mentri

kesehatan

l. Pada label dilarang dicantumkan pernyataan atau keterangan dalam bentuk

apapun bahwa pangan yang bersangkutan dapat berfungsi sebagai obat.

m. Setiap orang dilarang mencantumkan pada label tentang nama, logo, atau

identitas lembaga yang melakukan analisis tentang produk pangan

tersebut.

Suatu barang dan jasa yang akan dipasarkan untuk dikonsumsi kepada

konsumen harus dapat memenuhi standarisasi yang telah ditetapkan

sebelumnya oleh pemerintah, namun tidak selamanya seluruh bahan pangan

yang beredar harus memenuhi ketentuan tentang label itu sendiri, dalam hal

ini terdapat beberapa pengecualian yang ada terhadap ketentuan label yang

tercantum dalam Pasal 63 Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999,

diantaranya adalah:

1) Pangan yang kemasannya terlalu kecil sehingga tidak mungkin

mencantumkan seluruh keterangan yang dimaksud peraturan pemerintah.

2) Pangan yang dijual dan dikemas secara langsung dihadapan pembeli dalam

jumlah yang kecil-kecil.

3) Pangan yang di jual secara besar.

Berkaitan masalah pelabelan halal di Indonesia terdapat pengaturan

khusus yang mengaturnya. Indonesia Dapat dikatakan sebagai negara yang

mayoritas penduduknya beragama islam, maka berkaitan dengan suatu produk

yang dipasarkan atau diedarkan di pasaran juga tidak luput dari perhatian

warga muslim kita dalam memilih suatu produk, selain memperhatikan

tampilan luar serta substansi kandungannya, masyarakat juga akan

memperhatikan segi kehalalan dari makanan tersebut. Apakah pangan yang

bersangkutan telah didaftarkan dan mendapatkan label halal dari pihak yang

berwenang yang dalam hal ini adalah Majelis Ulama Indonesia(MUI) atau

belum.

Page 45: PERANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

  32

Dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996, selain ditentukan bahwa pangan harus memenuhi standar kesehatan (Thoyyib dalam istilah hukum Islam, juga dijumpai beberapa ketentuan yang mensyaratkan label halal bagi pangan yang diperdagangkan yang memberi petunjuk tentang kehalalan atas produk makanan tersebut. Hal ini cukup penting bagi konsumen muslim. (Yulkarnai Harahap, 2003:No.44/I/2003 Hal72). MUI adalah organisasi yang salah satu tugasnya adalah meneliti dan

memberilkan label halal pada suatu produk. Bagaimanapun juga kepentingan

agama atau kepercayaan lainnya tetap harus dapat dilindungi melalui tanggung

jawab pihak yang memproduksi pangan dalam wilayah Indonesia. Hal-hal

yang diatur terkait masalah pelabelan halal untuk produk pangan dan

minuman antara lain :

1) Setiap orang yang memproduksi dan memasukan pangan yang dikemas

kedalam wilayah Indonesia untuk diperdagangkan dan menyatakan bahwa

pangan tersebut halal bagi unat islam, bertanggung jawab atas pernyataan

tersebut, hal tersebut dicantumkan pada label kemasan.

2) Dalam hal label halal tersebut harus dapat memeriksakan kebenarannya

pada lembaga yang telah terakreditasi sesuai dengan peraturan perundang-

undangan. (Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo,2004:78)

Kita dapat melihat bagaimana kepentingan umat islam di negara kita

benar-benar diperhatikan serta dilindungi agar hak masyarakat untuk

mendapatkan suatu produk makanan yang aman serta halal dan nyaman untuk

dikonsumsi oleh umat islam dapat dirasakan. Untuk mendapatkan suatu label

halal tentunya diperlukan penelitian khusus mengenai kandungan makanan itu

sendiri apakah telah sesuai dengan unsur halal atas makanan yang dimaksud

oleh MUI tersebut.

Disinilah letak pentingnya suatu wadah yang mengurusi perlindungan konsumen dari makanan yang tidak halal. Suatu wadah yang berusaha meneliti, menyeleksi dan mengawasi peredaran makanan produk di pasaran. Tentunya wadah semacam ini memerlukan tenaga-tenaga yang memiliki latar belakang pengetahuan dan keahlian yang berbeda-beda. (Abdul Ghofur Anshori, 2002:No.40/II/2002 Hal.90).

Page 46: PERANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

  33

Syariat Islam mengatur kehidupan manusia bagi terwujudnya

kepentingan hidup yang membawa kebaikan. Islam memandang makanan

sebagai faktor yang amat penting dalam kehidupan manusia, disamping

ibadah-ibadah yang lain. “Although, it is well known that consumer groups

from different cultures and religious backgrounds are likely to have different

customer satisfaction expectations, the attributes associated with customer

segments (Muslim, non- Muslim)” ( Eurasian Journal of Business and

Economics, 2009: 150).

Makanan mempunyai pengaruh yang besar terhadap perkembangan

jasmani dan rohani manusia. Di dalam ajaran Islam banyak peraturan yang

berkaitan dengan makanan, mulai dari mengatur makanan yang halal dan

haram, etika makan, sampai mengatur idealisme kuantitas makanan didalam

perut. Salah satu peraturan yang terpenting ialah larangan mengkonsumsi

makanan atau minuman yang haram. Mengkonsumsi yang haram, atau yang

belum diketahui kehalalannya akan berakibat serius, baik didunia maupun

diakhirat kelak. Sebagaimana Hadits Nabi yang artinya ”Setiap daging

tumbuh yang diperoleh dari kejahatan (jalan haram), maka neraka lebih layak

baginya”. (HR. Imam Ahmad)

Pada dasarnya masyarakat muslim memiliki harapan atas bahan

makanan yang akan mereka konsumsi, yakni makanan yang higienis, nutrisi,

dan halal, yang menjadi dasar pengharaman menurut Al-Quran adalah:

a. Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi,

(daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam binatang buas kecuali yang sempat km menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu memakan hewan) yang disembelih untuk berhala. (QS Al-Maidah 5:3)

b. Hai orang-orang beriman yang beriman (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, menguji nasib dengan panah adalah perbuatan keji termaksud perbuatan syetan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan. Sesungguhnya syetan itu bermaksud hendak menimbulakn permusuhan dan kebencian diantara kamu lantaran khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sholat, maka berhentilah kamu.(QS Al-Maidah 5:90-91)

Page 47: PERANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

  34

Berdasarkan penjelasan mengenai ketentuan haram menurut kitab suci

Al-Quran tersebut diatas, maka dapat disimpulkan bahwa syarat kehalalan

suatu produk pangan yang sesuai dengan syri’at Islam adalah sebagai berikut :

a. Tidak mengandung babi dan bahan yang berasal dari babi.

b. Tidak mengandung bahan-bahan yang diharamkan seperti bahan-bahan

yang berasal dari organ manusia, darah, kotoran dan lainnya.

c. Semua bahan makanan yang berasal dari hewan yang halal dan disembelih

menurut tata cara syari’at Islam.

d. Semua tempat penyimpanan, penjualan, pengelolaan dan transportasi tidak

boleh digunakan untuk babi dan/atau barang tidak halal lainnya. Jika

pernah digunakan untuk babi dan/atau barang tidak halal lainnya terlebih

dahulu harus dibersihkan dengan tata cara syari’at Islam.

e. Semua makanan dan minuman yang tidak mengandung khamar.

5 Tinjauan umum tentang kemasan.

Kemasan adalah pembungkus yang mengacu pada wadah atau materi

yang membungkus suatu Produk. kemasan dibagi menjadi dua fungsi dasar

yaitu melindungi produk dari kerusakan selama pengiriman dan

mempromosikan produk ke konsumen akhir serta untuk melindungi

kerusakan Produk pada saat penjualan dan mempromosikan Produk kepada

konsumen. Beberapa jenis umum dari kemasan adalah karton, tas, kotak,

kaleng, dan yang lainnnya. Kemasan sangat penting baik untuk penjual

maupun pembeli produk. Bagi penjual kemasan berfungsi untuk menjaga agar

tidak terjadi kerusakan, gangguan, atau pencurian terhadap barang tersebut.

Kemasan juga dapat meningkatkan kenyamanan dalam penggunaan atau

penyimpanan, serta kemasan juga dapat membuat produk lebih mudah untuk

mengidentifikasi. Bagi pembeli kemasan juga memiliki arti yang penting

dimana pengemasan yang baik dapat memastikan pangan tersebut berinteraksi

dengan lingkungan sekitar sehingga dapat menjaga keaslian kondisi barang

tersebut. Dengan pengemasan yang baik dapat menguntungkan bagi pembeli

yang mengkonsumsi bahan pangan tersebut. Pengemasan dengan benar dapat

Page 48: PERANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

  35

membuat suatu makanan dapat terlihat sesuai dengan nilai estetika. Tujuan

pengemasan diantaranya adalah untuk :

a. Membuat umur simpan bahan pangan menjadi panjang

b. Menyelamatkan produksi bahan pangan yang berlimpah dan mencegah

rusaknya nutrisi atau gizi bahan pangan

c. Menjaga dan menjamin tingkat kesehatan bahan pangan, Memudahkan

distribusi atau pengangkutan bahan pangan,

d. Mendukung perkembangan makanan siap saji,

e. Menambah estetika dan menambah suatu nilai jual dari bahan

makanan.(Amar Abu, 2007:41)

Untuk dapat mencapai tujuan pengemasan itu diantaranya adalah

Bahan pengemasnya harus memenuhi persyaratan tertentu, metode atau teknik

pengemasan bahan pangan harus tepat, serta pola distribusi dan penyimpanan

produk hasil pengemasan harus baik. Dalam suatu proses produksi juga harus

dapat memenuhi persyaratan pada bahan pengemas, diantaranya adalah

sebagai berikut :

a. Memiliki permeabilitas (kemampuan melewatkan) udara yang sesuai

dengan jenis bahan pangan yang akan dikemas.

b. Harus bersifat tidak beracun dan inert (tidak bereaksi dengan bahan

pangan).

c. Harus kedap air.

d. Tahan panas.

e. Mudah dikerjakan secara maksimal dan harganya relatif murah.

(Hayuan,http://blogspot makanan dan kemasan-pangan/2009/06.html

diakses pada tanggal 1 November 2010)

6 Tinjauan umum tentang Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999

Tentang Label Dan Iklan Pangan.

Di dalam rangka membangun Hukum Perlindungan Konsumen dalam

sistem hukum Indonesia sangatlah perlu untuk dikaitkan dengan suatu

peraturan yang mengacu pada perlindungan konsumen itu sendiri, peraturan

Page 49: PERANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

  36

ataupun ketentuan sangat diperlukan sebagai suatu acuan oleh objek hukum

dalam melakukan suatu tindakan tertentu. Dengan adanya hal tersebut maka

sutu tujuan dari penetapan hukum itu sendiri akan terwujud secara maksimal.

Terciptanya perdagangan pangan yang jujur dan bertanggung jawab

merupakan salah satu tujuan penting pengaturan, pembinaan, dan pengawasan

di bidang pangan sebagaimana dikehendaki oleh Peraturan Pemerintah Nomor

69 Tahun1999 Tentang Pangan Dan iklan pangan. Salah satu upaya untuk

mencapai tertib pengaturan di bidang pangan adalah melalui pengaturan di

bidang label dan iklan pangan. Secara umum dalam hal pengaturan mengenai

label yang dimaksudkan oleh Peraturan Pemerintah ini adalah sebagai berikut:

a. Setiap orang yang memproduksi atau menghasilkan pangan yang dikemas

di wilayah Republik Indonesia untuk diperdagangkan wajib

mencantumkan label pada, didalam, dan atau dikemasan pangan

b. Pencantuman label sebagaimana dimaksud dapat dilakukan sedemikian

rupa sehingga tidak mudah lepas dari kemasannya, tidak mudah luntur

atau lepas, serta terletak pada kemasan pangan yang mudah untuk dilihat

dan dibaca

Dari ketentuan diatas kita dapat melihat bahwa salah satu kewajiban

dari pelaku usaha dalam memproduksi dan memasarkan hasil produksinya

adalah menyertakan label pada kemasannya, hal ini tentunya agar para

konsumen dapat melihat secara langsung isi ataupun kandungan dari produk

itu sendiri. Seperti dijelaskan pada Pasal 12 dalam Peraturan Pemerintah ini,

dikatakan bahwa label mamuat sekurang-kurangnya :

a. Nama produk,

b. Berat dan isi bersih,

c. Nama dan alamat pihak yang memproduksi,

d. Serta Nomor Ijin Usaha dari produsen itu sendiri.

Dengan terpenuhinya ketentuan tersebut maka diharapkan konsumen

dapat mendapatkan segala informasi yang berkaitan dengan produk yang akan

mereka konsumsi. Label dan iklan pangan yang tidak jujur dan atau

menyesatkan berakibat buruk terhadap produsen, distributor, maupun

Page 50: PERANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

  37

konsumen itu sendiri. diharapkan setiap orang yang memproduksi pangan atau

memasukkan pangan ke dalam wilayah Indonesia untuk diperdagangkan dapat

memperoleh perlindungan dan jaminan kepastian hukum.

The purchase of environmental-labelled goods is an important dimension of sustainable consumption. Exixting research of environmental labels and sutainable consumption has rather individualistic bias, organizational and structural determinants have only recently sparked attention. (Sebastian Koos, Varieties of environmental abelling Volume 34 : 2007 )

Pembelian barang berlabel pada lingkungan masyarakat merupakan

hal yang penting untuk dilakukan. Pengawasan yang berkaitan dengan label

kemasan terus dilakukan demi kepentingan khalayak ramai yang dalam hal ini

adalah masyarakat. Persaingan dalam perdagangan pangan diatur agar pihak

yang memproduksi pangan atau pengusaha agar dapat membuat informasi

secara benar dan tidak menyesatkan masyarakat melalui pencantuman label

dan iklan pangan yang harus memuat keterangan mengenai pangan tersebut.

Pemerintah menyadari perkembangan teknologi pangan sangat berpengaruh

terhadap pelabelan pangan. Perkembangan tersebut tidak mungkin dicakupi

secara keseluruhan melalui Peraturan Pemerintah ini. Namun, hal itu tidak

mungkin pula untuk dikesampingkan tanpa membuka peluang untuk

pengaturan lebih lanjut. Dalam kondisi yang demikian, Peraturan Pemerintah

ini sekaligus memerintahkan kepada instansi terkait untuk mengaturnya

manakala diperlukan. Hal tersebut dapat kita lihat memalui isi dari Pasal 60

yang berisi :  

(1) Dalam melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59, Menteri Kesehatan menunjuk pejabat untuk diserahi tugas pemeriksaan.

(2) Pejabat pemeriksa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipilih dan ditunjuk oleh Menteri Kesehatan berdasarkan keahlian tertentu yang dimiliki.

Terhadap setiap pelanggaran dari ketentuan yang diatur dari Peraturan

Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 memang tidak diatur secara tegas bahwa

terdapat ancaman pidana, melainkan merujuk pada ketentuan yang diatur

Page 51: PERANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

  38

dalam BAB V mengenai tindakan administratif. Namun demikian Pasal 61

Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 menyatakan sebagi berikut :

(1) Setiap orang yang melanggar ketentuan-ketentuan sebagaimana dimaksud

dalam Peraturan Pemerintah ini dikenakan tindakan administratif.

(2) Tindakan administratif sebagai mana dalam ayat (1) meliputi :

(a) Peringatan secara tertulis

(b) Larangan intuk mengedarkan untuk sementara waktu dan atau perintah

untuk menarik produk pangan dari peredaran.

(c) Pemusnahan pangan jika terbukti dapat membahayakan kesahatan

manusia.

(d) Penghentian produksi untuk sementara waktu.

(e) Pengenaan denda paling tinggi Rp. 50.000.000 (lima puluh juta

rupiah).

(f) Pencabutan ijin produksi atau ijin usaha.

(3) Pengenaan tindakan administratif sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)

huruf b, c, d, e, dan f hanya dapat dilakukan setelah peringatan tertulis

sebagimana dimaksud dalam ayat (2) huruf a diberikan diberikan

sebanyak-banyaknya tiga kali.

(4) Pengenaan tindakan administratif sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)

dan (3) hanya dapat dilakukan oleh mentri tekhnis sesuai dengan

kewenangan berdasarkan masukan dari Mentri Kesehatan.

Selanjutnya hal yang diatur adalah hal yang berkaitan mengenai

industri perikalanan, Industri periklanan sendiri mengalami pertumbuhan

pada tahun 1970. Hal ini seiring dengan berkembangnya media massa di

Indonesia seperti media cetak (Koran dan majalah), serta radio swasta.. Masa

tahun 1980 iklan tidak lagi menerapkan pendekatan demografis saja untuk

menarik audience, melainkan juga dengan menggunakan pendekatan

psikiografis, ini bisa dilihat bagaimana iklan dirancang dengan memperhatikan

gaya hidup. Sehingga pola pesan yang disampaikan pun mengikuti gaya hidup

yang berkembang pada saat itu. Dekade tahun 1990 simbolisasi dan pencitraan

Page 52: PERANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

  39

semakin mendominasi karakter iklan di media massa, baik media cetak,

ataupun media elektronik. (Rhenald Kasali, 1992:3)

Sebagaimana telah diuraikan di atas pengaruh pangan yang dikonsumsi

terhadap kesehatan manusia perlu diwaspadai. Oleh karena itu, iklan tentang

pangan perlu secara khusus diatur dan dikendalikan dengan sebaik-baiknya

melalui Peraturan Pemerintah ini. dibawah ini adalah pengertian dari beberapa

istilah yang berkaitan dengan iklan menuruk Kamus Besar Bahasa Indosesia:

a. Iklan adalah segala bentuk pesan tentang suatu produk yang disampaikan

melalui suatu media, dibiayai oleh pemrakarsa yang dikenal, serta

ditujukan kepada sebagian atau seluruh masyarakat.

b. Media adalah sarana komunikasi untuk menyampaikan pesan-pesan iklan

kepada khalayak melalui surat kabar, majalah, televisi, radio, papan iklan,

dll.

c. Periklanan adalah keseluruhan proses yang meliputi penyiapan,

perencanaan, pelaksanaan dan penyampaian iklan/pesan

Berdasarkan penjelasan umum mengenai iklan pangan yang diatur oleh

pemerintah melalui Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 dapat

diartikan bahwa posisi iklan di masyarakat selalu ditujukan pada fungsi-fungsi

dalam pasar modern. Iklan yang efektif harus mampu menciptakan

pemahaman yang positif, Jangan sampai setelah melihat suatu iklan,

konsumen justru memiliki asosiasi yang salah atau bahkan melenceng.

Sehingga konsep efektif dan kreatif saat ini menjadi hal mendasar dalam

pembuatan suatu iklan. perkembangan iklan sendiri berjalan beriringan dengan

perkembangan industri terhadap barang. Ketentuan ini berlaku mengikat tidak

hanya terhadap pangan yang diproduksi di dalam negeri, namun berlaku juga

terhadap pangan yang dimasukkan ke dalam wilayah Indonesia untuk

diperdagangkan.

Dengan tidak mengesampingkan pengaturan yang sudah ada dalam

lingkungan undang-undang yang mengatur tentang Kesehatan, maka Peraturan

Pemerintah tentang Label dan Iklan pangan sebagai pelaksanaan dari Undang-

Undang Nomor 7 Tahun 1996 Tentang Pangan merupakan pelengkap terhadap

Page 53: PERANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

  40

pengaturan yang sudah ada. Tujuan dari pada pengaturan tersebut adalah

untuk lebih memperkuat jaminan kepastian hukum bagi masyarakat yang

mengkonsumsi pangan. Pada akhirnya, keterpaduan tugas di bidang

pengawasan dalam pelaksanaan Peraturan Pemerintah ini sangat tergantung

pada kemampuan aparatur negara untuk menghindari timbulnya ekses yang

tidak diharapkan bagi tubuh dan khususnya dalam hal kesehatan pada diri

manusia. (Goshe, http://wordpress. Iklan-pangan.html/2009/05/29 diakses

pada 1 November 2010).

B. Kerangka Pemikiran

DISPERINDAG KOTASURAKARTA

Pengawasan terhadap label dan kemasan 

Produsen  Konsumen 

Pelanggaran terhadap pencantuman label

Sanksi hukum 

PEMDA KOTA SURAKARTA 

Page 54: PERANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

  41

Keterangan :

Didalam prakteknya dalam memasarkan hasil produksi, pelaku usaha

memiliki beberapa ketentuan terkait dengan hasil produksi yang akan dipasarkan

kepada konsumen. Namun pada kenyataanya pelaku usaha tersebut kurang

memperhatikan kelengkapan infomasi pada kemasan produk-produknya, atau

dalam hal ini disebut sebagai ”Label”. Hal ini terlihat pada sejumlah produk yang

beredar di kota Surakarta, Atas hal itu tentunya membuat masyarakat kota

Surakarta. sebagai konsumen akhir merasa dirugikan baik dalam segi materiil

maupun imateriil. Hal inilah yang menjadi perhatian bagi dinas perindustrian dan

perdagangan untuk dapat memperhatikan keberadaannya. Pelaku usaha

seharusnya memandang peraturan-peraturan yang telah di tetapkan baik oleh

Undang-Undang Perlindungan Konsumen ataupun Peraturan Perundang-

undangan lainnya.

Dalam hal peredaran bahan pangan yang beredar di seluruh wilayah kota Surakarta terdapat beberapa instansi pemerintah kota yang berwenang untuk mengawasinya. Salah satunya yakni Dinas Perindustrian dan Perdagangan. Dalam hal ini Dinas Perindustrian dan Perdagangan Berada dibawah Sekrertariat Daerah kota Surakarta dan bertanggung jawab langsung terhadap walikota Surakarta. Untuk melaksanakan fungsi pengawasan yang dimiliki oleh dinas ini, Dinas Perindustrian dan Perdagangan bekerjasama serta membentuk suatu tim kerja bersama-sama dengan Dinas Kesehatan,Dinas Pertanian serta pihak Kepolisian yang diperlukan apabila dimungkinkan adanya penyitaan terhadap suatu bahan pangan yang menjadi sengketa. Untuk itu penulis mencoba untuk mengetahui sejauh apa peranan dinas Perindustrian dan Perdagangan dalam menangani masalah produk-produk yang tidak mencantumkan label pada kemasanya, seberapa banyak jumlah produk pangan yang tidak memenuhi kriteria yang telah ditentukan sebelumnya, dan sanksi hukum apa yang diberikan terhadap pelaku usaha tersebut. Dengan hal tersebut maka kita sebagai konsumen dapat memperhatikan apakah instansi pemerintah dalam hal ini Dinas Perindustrian Dan Perdagangan sebagai pelaksana tindakan administratif dalam hal Label dan iklan pangan memiliki pengaruh yang positif bagi pelaku-pelaku usaha.

Page 55: PERANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Peranan Dinas Perindustrian dan Perdagangan terhadap peredaran bahan

pangan yang beredar di kota Surakarta

Dinas Perindustrian dan Perdagangan kota Surakarta dalam melaksanakan tugasnya berlandaskan pada Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 dan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2001 Tentang Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Perlindungan Konsumen. Pada dasarnya kegiatan ini diselenggarakan dengan berdasarkan asas manfaat, keadilan, keseimbangan, keamanan dan keselamatan konsumen serta adanya kepastian hukum.

Guna menyelaraskan tugas dan fungsinya, Dinas Perindustrian dan Perdagangan kota Surakarta mempunyai Visi dan Misi, yakni: a. Visi

Terwujudnya industri dan perdagangan kota Surakarta yang kuat dan tangguh bertumpu pada potensi sumber daya daerah, berorientasi pada ekonomi kerakyatan.

b. Misi Adapun yang menjadi misi dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan kota Surakarta dalam menyelaraskan dengan visinya diatas adalah dengan melakukan rencana kerja yang terstruktur secara dinamis yang diantaranya adalah sebagai berikut : 1) Meningkatkan industri dan perdagangan yang berdaya saing kuat dan

tangguh di era globalisasi 2) Mempercepat pertumbuhan ekonomi daerah dengan lebih

memperhatikan aspek lingkungan, tertib niaga dan perlindungan konsumen serta kelancaran distribusi

3) Meningkatkan pemberdayaan ekonomi kerakyatan.

Dalam menjalankan fungsinya sebagai suatu lembaga pemerintah yang

khusus menangani peredaran barang baik Pangan maupun Non-pangan di kota

Page 56: PERANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

  43

Surakarta ini, Dinas Perindustrian dan Perdagangan pasti memiliki cara-cara

tersendiri yang berkaitan dengan fungsinya tersebut, khususnya dalam rangka

penegakan Hukum Perlindungan Konsumen. Dalam melaksanakan tugasnya

Dinas perindustrian dan perdagangan dibantu oleh beberapa instansi

pemerintah lainnya yang terbentuk menjadi suatu tim kerja yang saling

berkoordinasi. Kerjasama ini diantaranya oleh Dinas Kesehatan dan pihak

Kepolisian. Dalam setiap melakukan program kerjanya Dinas Perindustrian

dan Perdagangan mengikutsertakan pihak Kepolisian untuk mengantisipasi

apabila di mungkinkan adanya penyitaan barang secara paksa bagi produk

produk yang akan di sita dan menimbulkan sengketa. Berdasarkan hal

tersebut, maka terdapat beberapa hal yang menjadi wewenang dari Dinas

Perindustrian dan Perdagangan itu sendiri diantaranya adalah sebagai berikut :

a. Pengawasan

Dinas Perindustrian dan Perdangangan bertugas dalam hal

pengawasan terhadap segala macam peredaran barang dan bahan pangan

yang beredar di kota Surakarta. Dalam kegiatan pengawasan tersebut

Dinas Perindustrian dan Perdagangan Surakarta melakukan beberapa hal

yang berkaitan dengan pendistribusian melalui distributor pasar maupun

toko-toko yang ada di kota Surakarta. Kegiatan tersebut antara lain :

1) Pengecekan label.

Dalam kegiatan ini Dinas Perindustrian dan Perdagangan akan

melakukan pengecekan terhadap kelengkapan label yang seharusnya

tercantum pada kemasan suatu produk, apakah telah lengkap dan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Berdasarkan ketentuan yang

telah ditetapkan hal-hal yang harus terdapat pada kemasan adalah:

a) Kode ijin edar yang dikeluarkan oleh BPOM.

b) Nama produk.

c) Identitas pelaku usaha atau tempat produksi.

d) Kandungan gizi.

e) Ijin dari Departemen Kesehatan.

f) Label Halal.

Page 57: PERANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

  44

g) Komposisi.

h) Bar code.

i) Tanggal kadaluarsa.

2) Pengecekan kondisi kemasan.

Kegiatan pengecekan kemasan dan label dikhususkan untuk

mengecek apakah kemasan dalam kondisi yang tidak rusak dan tetap

dalam keadaan baik. Apabila ditemukan kemasan yang sudah rusak,

maka Dinas Perindustrian dan Perdagangan akan meminta produk

tersebut untuk dikembalikan dan tidak dipasarkan kembali atau ditarik

dari peredaran. Apabila hal tersebut tidak dihiraukan, maka atas barang

tersebut akan di tarik secara paksa dan diberikan pada pelaku usaha

surat informasi penarikan atas barang tersebut.

3) Sampling Product.

Pada kegiatan sampling product ini, dimana contoh bahan

pangan akan di ambil dan dibawa untuk diuji pada laboratorium untuk

mengetahui substansi dari bahan pangan yang bersangkutan, apakah

bahan pangan yang tersebut telah sesuai dengan apa yang di

informasikan kepada konsumen melalui label, atau mungkin terdapat

unsur penipuan didalamnya berupa ketidaksesuaian antar label dan isi

di dalamnya. Dalam kegiatan ini Dinas Perindustrian dan Perdagangan

bekerjasama dengan Dinas Kesehatan untuk mengadakan riset khusus

dan penelitian melalui ahli-ahli pangan dan gizi yang telah disiapkan.

Dengan adanya kegiatan ini juga dapat dilihat dan dibuktikan secara

ilmiah apakah suatu pangan mengandung bahan berbahaya atau zat-zat

lain yang tidak layak dikonsumsi oleh manusia.

4) Uji kelayakan tempat.

Pada kegiatan uji kelayakan tempat ini melibatkan distributor

(penjual) yang memeperdagangkan langsung kepada konsumen,

kegiatan tersebut dikhususkan untuk melihat penataan dan penyajian

bahan pangan apakah telah tertata dan telah mengikuti petunjuk

penyajian yang benar. Dengan adanya pengecekan penataan makanan

Page 58: PERANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

  45

ini sangatlah baik untuk menjaga produk bahan pangan agar dalam

keadaan baik dan tidak rusak. Dalam hal penataan memiliki aturan

tersendiri, diantaranya sebagai berikut :

a) Bahan pangan tertata rapih.

b) Pada papan penyajian harus terdapat lubang-lubang sirkulasi udara

Dalam hal penataan dan penyajian barang.

b. Pembinaan

Dalam hal pembinaan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan

malakukan kegiatan penyuluhan yang ditujukan kepada pelaku-pelaku

usaha baru yang akan memproduksi serta memasarkan hasil produksinya

tersebut. Dalam kegiatan ini Dinas Perindustrian dan Perdagangan akan

memberikan segala macam informasi yang berkaitan dengan bidang

industri, seperti cara membuat dan menghasilkan barang pangan yang baik

dan benar, proses pengemasan yang baik, dan bagaimana cara penyertaan

label, dan mendaftarkan produknya ke instansi yang bersangkutan untuk

mendapatkan ijin edar terhadap barang, yakni Badan POM. Adapun

pengaturan dalam hal pemberian label terhadap ijin edar adalah :

1) Apabila barang tersebut merupakan hasil produksi dalam negri, maka

akan diberikan logo MD.

2) Sedangkan apabila barang tersubut merupakan barang impor, maka

untuk ijin edarnya di dalam negri akan diberikan logo ML.

Hal lain yang diinformasikan kepada pelaku-pelaku usaha tersebut

adalah mengenai ijin kesehatan. Untuk ijin kesehatan itu sendiri terdapat

pengaturan khusus di dalamnya, adapun yang menjadi pengaturannya

adalah sebagai berikut :

1) Ijin Kesehatan untuk suatu produk yang dihasilkan melalui industri

besar didapatkan dengan pendaftaran melalui Departemen Kesehatan,

apabila telah dilakukan penelitian dan atas barang tersebut dinyatakan

telah memenuhi syarat kesehatan yang telah ditentukan sebelumnya,

maka atas barang tersebut akan diberikan surat keterangan dan nomor

yang menerangkan bahwa barang tersebut dinyatakan bersih dan telah

Page 59: PERANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

  46

memenuhi persyaratan sebagai suatu produk yang telah memenuhi

kriteria dalam segi kesehatan. dan keterangan dari Departemen

Kesehatan tersebut harus dicantumkan pada kemasan dalam bentuk

label, hal ini bertujuan agar konsumen dapat membaca dan mengerti

bahwa produk yang bersangkutan telah mendapatkan ijin dari

Departemen Kesehatan.

2) Untuk suatu produk yang dihasilkan melalui industri kecil dan

menengah pada tingkat kabupaten atau kota, ijin kesehatan bisa di

dapatkan melalui Dinas Kesehatan setempat dengan mengadakan uji

laboratorium. Apabila barang tersebut dinyatakan sehat maka Dinas

Kesehatan akan memberiakan keterangan berupa kode PIRT.

Dinas Perindustrian dan Perdagangan juga akan menginformasikan

mengenai tata cara pembuatan bahan pangan yang baik dan benar. Untuk

dapat menghasilkan suatu produk pangan yang baik maka suatu produsen

harus memiliki pengetahuan yang cukup akan hal tersebut, diantaranya :

1) Menggunakan bahan-bahan dasar yang baik dan tidak mengandung

bahan kimia yang berlebihan, sehingga tidak menimbulkan efek-efek

negatif terhadap manusia.

2) Menggunakan penutup rambut (hair nett) untuk menjaga kebersihan

makanan.

3) Menggunakan alat masak yang baik dan sehat, serta tidak rusak

(berkarat).

Dalam suatu kegiatan penelitian lapangan hal-hal yang wajib

dilakukan adalah sampling, uji kelayakan tempat, pengecekkan kemasan,

dan pengecekkan label. Hal-hal tersebut penting untuk dilaksanakan

mengingat perkembangan situasi dan kondisi di mana banyaknya

permasalahan yang menyangkut konsumen di kota Surakarta, maka untuk

melindungi masyarakat perlu di laksanakan kegiatan tersebut secara rutin.

c. Sosialisasi

Selain menjalankan fungsi pengawasan terhadap peredaran bahan

pangan di kota Surakarta dan pembinaan terhadap pelaku usaha, Dinas

Page 60: PERANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

  47

Perindustrian Dan Perdagangan juga melakukan tugas sosialisasi terhadap

masyarakat yang dalam hal ini sebagai konsumen utama. Hal-hal yang di

informasikan pada kegiatan sosialisasi ini di antaranya adalah :

1) Bagaimana cara memilih bahan pangan yang baik dan telah sesuai

dengan ketentuan yang berlaku.

2) Menginformasikan kepada masyarakat tentang keikutsertaannya dalam

membantu pemerintah dalam hal pengawasan terhadap bahan pangan

itu sendiri.

Kegiatan tersebut di atas sangatlah penting dilakukan agar

masyarakat dapat lebih meningkatkan pengetahuannya terhadap pemilihan

barang dan ketentuan lain yang berkaitan dengan perlindungan konsumen

sehingga dalam hal penegakan hukum di Indonesia tidak hanya pemerintah

saja yang melakukannya namun masyarakat dapat pula membantu

pemerintah terkait hal tersebut. Apabila kegiatan sosialisasi ini dilakukan

secara rutin dan menyeluruh terhadap seluruh lapisan masyarakat, maka di

harapkan konsumen lebih memahami terhadap hal berikut :

1) kesadaran atas masyarakat itu sendiri akan hak-haknya sebagai

konsumen.

2) Dapat memilih bahan pangan yang telah sesui dengan ketentuan yang

telah ditetapkan

3) Dapat memilih bahan pangan yang baik serta sehat untuk dikonsumsi,

seperti tidak mengandung bahan-bahan pengawet yang berlebihan dan

mengandung zat-zat lain yang berbahaya bagi kesehatan manusia.

4) Memahami serta mengerti tentang Hukum Perlindungan Konsumen

yang merupakan payung hukum bagi masyarakat.

Namun dalam melaksanakan kegiatan tersebut terdapat beberapa

kendala yang dihadapi oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan, adapun

yang menjadi kendalanya adalah sebagai berikut :

a. Terbatasnya jumlah personil yang dipakai untuk diterjunkan langsung ke

lapangan dalam hal melakukan inspeksi lapangan terhadap bahan pangan

di seluruh wilayah kota Surakarta.

Page 61: PERANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

  48

b. Tidak banyak pelaku usaha yang sadar untuk ikut serta dalam pemberian

penyuluhan atau pembinaan berkaitan dengan kegiatan produksinya.

c. Dalam melakukan kegiatan tentunya memerlukan pendanaan yang tidak

sedikit, Hal ini tentunya menjadi kendala tersendiri bagi Dinas

Perindustrian dan Perdagangan.

d. Dalam melakukan kegiatan Dinas Perindustrian dan Perdagangan bekerja

sama dengan instansi lainnya, atas hal tersebut diperlukan pengaturan

jadwal yang sesuai, sehingga terkait hal ini beberapa kepentingan

menyebabkan tertundanya kegiatan tersebut.

2. Berapa jumlah kasus yang ditemukan mengenai bahan pangan yang tidak

memenuhi syarat di kota Surakarta pada tahun 2009-2010

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dinas Perindustrian dan

Perdagangan memang ditemukan beberapa pelanggaran yang di lakukan baik

oleh pelaku usaha maupun distributor. kegiatan Pemeriksaan ini dilakukan di

beberapa tempat yang telah ditentukan terlebih dahulu sebagai sampel di

wilayah Surakarta, Sehingga pemeriksaan lapangan ini seperti ini dilakukan di

beberapa tempat saja atau dengan kata lain tidak menyeluruh pada wilayah

Surakarta. Kegiatan ini bertujuan untuk meneliti secara langsung ke lapangan

terkait dengan peredaran bahan pangan khususnya di kota Surakarta dan

melihat secara langsung proses jual-beli dan kemungkinan adanya

pelanggaran terhadap bahan pangan yang diperjualbelikan. Adapun hasil

pemeriksaan yang dilakukan Dinas Perindustrian dan Perdagangan selama

tahun 2009-2010 yakni:

Page 62: PERANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

  49

Tabel 1

Nama lokasi : Psasar legi / pedagang ayam

Alamat : Surakarta

penanggung jawab : Yanti (63 TS)

HASIL PEMERIKSAAN

1 Ditemukan daging sapi yang rusak/berbau busuk

Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan kota Surakarta tahun 2010.

Table 2

Nama lokasi : tempat penjualan ayam dan babi

Alamat : jagalan, Rt 01/ Rw 13 jebres surakarta

penanggung jawab : Yanti (63 TS)

HASIL PEMERIKSAAN

1 Ditemukan daging ayam yang rusak/berbau busuk sebanyak 5Kg

Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan kota Surakarta tahun 2010.

Page 63: PERANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

  50

Tabel 3

Nama lokasi : safari distributor

Alamat : Jl. Dewi sartika Surakarta

penanggung jawab : Ratna. M

HASIL PEMERIKSAAN

1 Penyimpanan makanan tidak tertata dengan rapih

2 Penerangan kurang

3 Masih banyak makanan yang tidak menyertakan No. PIRT dan SP

4 Terdapat kemasan luar makanan yang rusak

5 cara penempatan makanan salah sehingga kemasan rusak

Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan kota Surakarta tahun 2010.

Tabel 4

Nama lokasi : UD Budi mas

Alamat : Jl. Serut Rt.04/12 Mojosongo (0271) 856064

penanggung jawab : Wenyati

HASIL PEMERIKSAAN

1 Penyimpanan makanan yang tidak teratur

2 sirkulasi atau alur barang yang tidak tertata dengan baik

3 Kebersihan yang tidak diperhatiakn dengan seksama

4 Penyimpanan komoditi bahan makanan yang tidak rapih / berantakan

Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan kota Surakarta tahun 2010.

Page 64: PERANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

  51

Tabel 5

Nama lokasi : Toko Sinar

Alamat : Jl. Adi Sumarmo No.22 Surakarta

penanggung jawab : Sugianto Gunawan

HASIL PEMERIKSAAN

1 Pemisahan barang yang baik/pengaturan

2 No. SP yang tidak lengkap pada tiap kemasan

3 masih terdapatnya beberapa kemasan yang rusak

Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan kota Surakarta tahun 2010.

Tabel 6

Nama lokasi : Lanny Distributor

Alamat : Jl. Daing I Surakarta

penanggung jawab : Sri Lanny Raharjo

HASIL PEMERIKSAAN

1 Barang pangan yang baru datang di taruh pada lantai dengan alas an mau

dikirim

2 Penyimpanan barang yang masih tidak tertata dengan rapih

3 Makanan masih banyak yang tidak terdapat PIRT

4 Banyak makanan yang hamper mendekati tanggal kadaluarsa

Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan kota Surakarta tahun 2010.

Page 65: PERANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

  52

Tabel 7

Nama lokasi : Toko Sari

Alamat : Jl. P Tendean No. 62 Surakarta (0271) 719046

penanggung jawab : Krisman

HASIL PEMERIKSAAN

1 Richoo wafer coklat akan di retur

2 Marimas berbeda tanggal kadaluarsa antara kemasan dan kardus

3 enataan masih kurang rapih

4 ada bebrapa makanan yang tidak mencantumkan PIRT

5 Dus kemasan ada yang tidak mencantumkan tanggal kadaluarsa

Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan kota Surakarta tahun 2010.

Tabel 8

Nama lokasi : Lotte mart

Alamat : Jl. Bhayangkara Tipes Surakarta

penanggung jawab : Bpk. Lisanudin Nasution

HASIL PEMERIKSAAN

1 Makanan/bahan makanan mendekati kadaluarsa yakni tahun 2010

2 Makanan curah yang tidak memiliki ijin edar

3 Terdapat makanan yang telah jatuh tempo pemakaian (kadaluarsa)

4 Sample kerupuk dicurigai mengandung bahan berbahaya

5 Daging beku yang dikemas tidak mencantumkan tanggal kadaluarsa

6 Daging ayam yang telah mengalami pembusukan

7 Penyimpanan telur yang tidak rapih

Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan kota Surakarta tahun 2010.

Page 66: PERANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

  53

Tabel 9

Nama lokasi : Hypermart Grand mall Surakarta

Alamat : Jl. Slamet Riyadi Solo

penanggung jawab : Yoseph Heru

HASIL PEMERIKSAAN

1 Kode PIRT tidak sesuai dengan jenis produk snack ybs

2 Makanan yang tidak menyertai tanggal kadaluarsa

3 kebersihan telur yang masih belum tertata dengan baik

4 Makanan curah (beras) tidak dicantumkan tanggal

5 Kulit lumpia yang telah kadaluarsa

6 Tofu telur yang mendekati tanggal kadaluarsa

Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan kota Surakarta tahun 2010.

Tabel 10

Nama lokasi : kios Bangun No. 22 Pasar legi

Alamat : Jl. S Parman Surakarta

penanggung jawab : -

HASIL PEMERIKSAAN

1 Beberapa snack yang dicurigai mengandung bahan berbahaya

2 Masih banyak label yang kosong

3 Terdapat kue-kue yang tidak ada identitas

4 Beberapa kemasan yang rusak

Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan kota Surakarta tahun 2010.

Page 67: PERANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

  54

Tabel 11

Nama lokasi : Kios 16 Pasar Legi ( UD Sanjaya)

Alamat : Jl. S. Parman Surakarta

penanggung jawab : Yenni

HASIL PEMERIKSAAN

1 Terdapat makanan yang dicurigai mengandung bahan terlarang

2 Banyak makanan yang tidak ada label/ kosong

3 penyimpanan makanan yang tidak rapih

4 Makanan curah tidak terdapat ijin edar

Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan kota Surakarta tahun 2010.

Page 68: PERANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

  55

3. Penegakan hukum terhadap peredaran bahan pangan yang tidak

mencantumkan label pada kemasan

Berdasarkan penjelasan diatas, kita dapat melihat bahwa pelanggaran

yang terjadi dalam hal pencatuman label tidaklah sedikit. Hal ini membuktikan

bahwa kurangnya pengawasan dari pihak-pihak yang berwenang terhadap

pelaku-pelaku usaha di kota Surakarta itu sendiri. Berdasarkan hasil

pengamatan yang dilakukan oleh Penulis, dimana Dinas Perindustrian dan

perdagangan dalam melakukan suatu kegiatan lapangan dibantu oleh instansi

lain yang terbentuk menjadi kesatuan yang terpadu, salah satunya adalah pihak

Kepolisian. Dalam menjalankan fungsi dan tugasnya sebagai penegak hukum,

pihak Kepolisian diikutsertakan dalam tim tersebut untuk mengamankan baik

barang maupun pelaku usaha yang dianggap telah melakukan pelanggaran.

Pada dasarnya apabila ditemukan atau terdapat bahan pangan yang

dicurigai menyalahi ketentuan dalam hal pencantuman label, akan

diberlakukan olehnya bebarapa sanksi yang tegas namun dilakukan secara

bertahap, proses pemberian sanksi tersebut adalah sebagai berikut :

a. Apabila dalam kegiatan lapangan terhadap bahan pangan tersebut pihak

Dinas Perindustrian dan Perdagangan menemukan bahan pangan yang

tidak melengkapi kelengkapan label, maka Instansi ini akan memberikan

surat peringatan terlebih dahulu kepada pihak distributor yang menjual

barang tersebut kepada konsumen. Informasi yang berkaitan dengan surat

peringatan tesebut adalah :

1) Peringatan untuk mengembalikan barang tersebut kepada pelaku usaha

yang memproduksi bahan pangan yang bersangkutan agar pelaku

usaha dapat melengkapi informasi yang tertera pada label.

2) Larangan untuk memeperdagangkan produk yang bersangkutan.

b. Bahan pangan yang dicurigai serta bahan pangan lain yang dicurigai

bermasalah juga akan dibawa untuk dijadikan sample dan diteliti

substansi kandungannya apakah telah sesuai dengan apa yang tertera

dengan kemasan. Apabia setelah melalui proses penelitian tersebut

ditemukan adanya unsur penipuan kepada konsumen, maka Dinas

Page 69: PERANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

  56

Perindustrian dan Perdagangan juga akan memberikan surat peringatan

sebagai tanda agar distributor untuk menyerahkan kembali barang

dagangan tersebut kepada produsen agar dibenahi. Namun jika pada sidak

berikutnya masih ditemukan pelanggaran yang sama dan atas produk yang

sama pula, maka atas barang tersebut akan diambil secara paksa dan

dimusnahkan pada tempat yang telah ditentukan sebelumnya.

c. Sanksi hukum yang diberikan tingkatan lain adalah pencabutan atas izin

usaha serta larangan untuk memasarkan hasil produksi dari produsen

tersebut dalam lingkup kota Surakarta. Dalam hal pencabutan ijin tersebut,

Dinas Perindustrian dan Perdagangan sebagai pengawas terhadap

peredaran bahan pangan akan menginformasikan pangan yang dinyatakan

bermasalah tersebut kepada Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

Berdasarkan laporan tersebut BPOM akan menindaklanjuti ataupun

mengeksekusi penjabutan ijin berdasarkan keputusan yang dikeluarkan

oleh Mentri Perdagangan.

Page 70: PERANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

  57

B. Pembahasan

1. Peranan Dinas Perindustrian dan Perdagangan terhadap peredaran bahan

pangan yang beredar di kota Surakarta.

Pada dasarnya peranan Dinas Perindustrian dan Perdagangan sangatlah

besar terhadap peredaran barang baik pangan dan non-pangan di kota

Surakarta. Terhadap barang pangan yang ada dikota Surakarta ini, Dinas

Perindutrian dan Perdagangan memiliki beberapa tanggung jawab yang

sangatlah bersar yakni bukan hanya memeperhatikan keberadaan pelaku usaha

yang membuat produk tersebut, namun keberadaan distributor dan konsumen

juga menjadi perhatian yang penting. Dalam melakukan kegiatan baik itu

berupa pengawasan, pembinaan, ataupun sosialisasi Dinas Perindustrian dan

Perdagangan berpacu pada setiap peraturan yang memuat mengenai bahan

pangan dan Label pangan. Salah satunya adalah Peraturan Pemerintah Nomor

69 Tahun 1999 Tentang Label Dan Iklan Pangan. Pengaturan ini dibuat agar

setiap pengusaha dapat memiliki acuan tersendiri dalam melaksanakan

kegiatan usahanya.

Seperti kita ketahui bahwa pengusaha ataupun pelaku usaha

merupakan pihak yang paling penting serta bertanggung jawab atas hasil

produksi yang mereka hasilkan. Ketentuan tentang label yang termuat dalam

setiap Pasal dalam Peraturan Pemerintah ini memiliki poin-poin penting

sebagai salah satu perwujudan dari perlindungan terhadap konsumen.

Konsumen adalah pihak yang harus dapat memahami serta mendapatkan

segala macam informasi yang berkaitan dengan produk yang akan mereka

konsumsi. Atas kewajiban pencantuman label ini tertera dengan jelas pada

Pasal 2 PP Nomor 69 dimana dikatakan bahwa setiap pelaku usaha harus

dengan jelas mencantumkan label pada hasil produksinya. Ketentuan ini jelas

memperlihatkan bahwa pemerintah telah dengan tegas memerintahkan pelaku

usaha untuk dapat berlaku jujur serta bersikap transparan kepada konsumen.

Atas ketentuan Dinas Perindustrian Dan Perdagangan melakukan kegiatan

Pengawasan terhadap segala peredaran bahan pangan khususnya pada lingkup

Page 71: PERANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

  58

wilayah kota Surakarta. Seperti yang telah dijelaskan pada hasil penelitian

diatas bahwa dinas ini melakukan pengecekan terhadap kelengkapan label

pada produk-produk yang beredar di pasar-pasar maupun tempat perbelanjaan

umum lainnya di wilayah Surakarta ini seperti nama produk, kandungan isi,

label halal serta hal-hal lain yang dirasa perlu tertera pada suatu kemasan

produk. Hal lain yang dapat dijelaskan adalah Dinas Perindustrian dan

Perdagangan juga Melakukan kegiatan pembinaan kepada pelaku-pelaku

usaha baru yang akan melakukan kegiatan produksi. Kegiatan ini tentu

sangatlah penting dilaksanakan agar pera pengusaha dapat mengerti dan

memahami segala ketentuan dan tata cara dalam menghasilkan suatu produk

secara baik dan benar.

Selain kegiatan pengawasan tersebut diatas Dinas Perindustrian dan

Perdagangan juga menaruh perhatian pada Distributor ataupun pedagang yang

mendistrribusikan suatu bahan pangan tersebut. Karena bagimana pun juga

seorang distributor adalah orang-orang yang secara langsung memasarkan

produk pangan yang dihasilkan oleh produsen kepada masyarakat. Hal ini

tentunya sangatlah penting dilakukan, karena dapat diasumsikan bahwa

apabila seorang konsumen merasa dirugikan hak-hak utama mereka atas

penggunaan suatu barang yang dikonsumsi, maka pihak pertama yang

dimintai pertanggungjawaban adalah distributor (penjual). Untuk itu seorang

distributor (penjual) haruslah dapat menjaga kualitas barang yang

diperdagangkannya tersebut.

Konsumen sepertinya juga harus memiliki pengetahuan khusus

mengenai hak-hak yang mereka miliki terhadap penggunaan barang, dalam hal

ini konsumen haruslah memiliki pengetahuan yang cukup sebagai penggunaan

suatu produk, namun saat ini dapat dikatakan bahwa kebanyakan konsumen

tidak memahami secara pasti mengenai hak-hak mendasar mereka. Apabila

ditemukan suatu pelanggaran yang jelas terlihat dan hal tersebut merugikan

konsumen, masih banyak konsumen yang tidak peka dan mambiarkan hal

tersebut begitu saja, hal tersebut dapat kita kaitkan dengan pemikiran

konsumen terhadap pembelian suatu produk dengan harga nominal yang kecil

Page 72: PERANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

  59

dan tidak ingin terlalu membesar-besarkan permasalahan tersubut. Namun

apabila hal tersebut dibiarkan terjadi sehingga produk tersebut beredar luas

dikalangan masyarakat luas, maka akan semakin banyak jumlah korban yang

akan menderita hal tersebut. Hal ini adalah hal yang menjadi tujuan utama dari

pamerintah dalam menciptakan peraturan ini. Diharapkan dengan adanya

serangkaian kegiatan yang dilakukan oileh Dinas Perindustrian dan

Perdagangan ini dapat Meminimalisir segala kerugian yang diderita oleh

konsumen dalam kaitannya dengan penegakan Hukum Perlindungan

Konsumen itu sendiri di wilayah kota Surakarta khususnya.

2. Berapa jumlah kasus yang ditemukan mengenai bahan pangan yang tidak

memenuhi syarat di kota Surakarta pada tahun 2009-2010.

Dalam melakukan suatu kegiatan, Dinas Perindustrian dan

Perdagangan kota Surakarta mengambil beberapa lokasi yang akan diteliti

sebagai contoh lokasi dalam lingkup wilayah kota Surakarta, sehingga tidak

seluruh tempat perbelanjaan ataupun pasar dikunjungi untuk di teliti. Menurut

Instansi Pemerintah ini dengan beberapa lokasi yang dipilih tersebut akan

menjadi literatur yang cukup untuk peredaran bahan pangan yang umumnya

diperdagangkan di kota Surakarta.

Berdasarkan tebel diatas mengenai beberapa pelanggaran yang terjadi

di kota Surakarta, kita dapat melihat bahwa tidak seluruh pelaku usaha di kota

Surakarta ini tergolong sebagai pelaku-pelaku usaha yang baik dan taat pada

hukum yang mengaturnya. Hal tersebut dapat kita amati dengan terdapatnya

11 kasus dari beberapa jenis produk yang tidak melengkapi berbagai informasi

dalam bentuk label pada kemasannya, diantaranya tidak terdapat nama produk

atau identitas produk, ataupun izin edar yang seharusnya dicantumkan pada

kemasan yang didapatkan sebelum barang tersebut di pasarkan kepada

masyarakat luas. Beberapa diantaranya juga terdapat beberapa bahan pangan

yang telah jatuh tempo masa kadaluarsa, hal ini tentunya sangatlah

memprihatinkan, karena apabila bahan pengan tersebut sampai terkonsumsi

Page 73: PERANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

  60

oleh manusia, maka akan dapat menimbulkan efek seperti gangguan-gangguan

pencernaan atau bahkan kematian.

Dalam setiap kegiatan lapangan yang dilakukan apabila terdapat bahan

makanan yang juga dicurigai mengandung bahan kimia yang berbahaya

ataupun mengandung bahan pewarna yang berlebihan, makanan tersebut akan

dibawa untuk diteliti oleh Dinas Kesehatan kota Surakarta dan diuji lebih

lanjut mengenai kandungan isinya. Hal tersebut dilakukan melalui proses

laboratorium. Dalam uji laboratorium ini akan memperlihatkan bahan pangan

yang bersangkutan mengandung bahan-bahan kimia yang memang dilarang

atau tidak.

Apabila kita melihat tabel diatas secara terperici, maka kita dapat

mengetahui bahwa pelanggaran yang terjadi tidak hanya tedapat di pasar-

pasar tradisional saja, namun juga terdapat pada pasar modern seperti salah

satu pusat perbelanjaan terbesar di kota Surakarta, yakin Carrefour cabang

Solo Grand Mall. Hal tersebut dapat terlihat dari beberapa produk makanan di

Carrefour yang tidak mencantumkan tanggal kadaluarsa. Hal ini tentunya

sangatlah memprihatinkan. Suatu tempat perbelanjaan terkenal dan besar

sudah sepatutnya dapat menyediakan barang yang baik serta telah melalui

proses penyeleksian terlebih dahulu sebelum dipasarkan kepada konsumen,

namun fakta yang terlihat adalah kurangnya tingkat pengawasan dari pihak

manajemen Carrefourt terhadap barang-barang yang diperdagangkan di tempat

itu, sehingga hal tersebut dapat mengakibatkan kerugian bagi konsumen yang

membeli barang yang bersangkutan. Ketentuan tentang label yang dibuat oleh

pemerintah pada dasarnya telah menjelaskan secara lengkap dan terperinci.

Namun pada kenyataan yang terjadi berdasarkan hasil kegiatan lapangan yang

dilakukan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan, masih cukup banyak

jumlah pelanggaran mengenai pencantuman label di kota Surakarta.

Apabila kita meneliti lebih jauh terhadap fenomena masyarakat ini,

maka kita dapat kaitkan terhadap dua hal yakni, lemah tingkat pengawasan

oleh pemerintah itu sendiri atau kurangnya perhatian pelaku usaha itu sendiri

terhadap ketentuan mengenai label dan iklan pangan yang telah ditetapkan

Page 74: PERANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

  61

oleh pemerintah. Kedua hal ini sangat menarik untuk kita bahas. Dimana

apabila hal ini disebabkan oleh kurangnya perhatian pemerintah, maka dapat

dikatakan bahwa pemerintah sebagai pihak yang paling diharapkan oleh

masyarakat dalam menciptakan iklim perdagangan yang sehat dan perwujudan

perlindungan konsumen telah gagal untuk melaksanakan kedua hal tersebut,

namun apabila hal ini merupakan kesalahan utuh dari pihak pelaku usaha

dengan berbagai alasannya, maka hal ini dapat kita bagi kembali menjadi dua

sebab apakah pelaku usaha tersebut kurang paham dan mengerti mengenai

hukum dan ketentuan yang mengaturnya atau memang pelaku usaha tersebut

tergolong dalam pelaku usaha yang tidak bertanggung jawab terhadap hasil

produksinya tersebut.

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan oleh pihak

Kesekertariatan Dinas Perindustrian dan Perdagangan kota Surakarta,

kegiatan-kegiatan baik berupa pengawasan, pembinaan dan sosialisai seperti

ini pada dasarnya dilakukan setiap tahunnya demi terwujudnya pengetahuan

yang luas dari segala pihak baik itu konsumen, produsen maupun distributor.

Namun tidak jarang para pelaku usaha maupun distributor enggan untuk hadir

secara langsung dalam kegiatan ini. Maka dapat dikatakan bahwa

pelanggaran-pelanggaran yang terjadi dan terlihat secara jelas pada tabel

diatas disebabkan karena para pelaku usaha tersebut yang memang kurang

menaruh perhatian lebih terhadap ketentuan yang mengaturnya. Hal ini

tentunya sangatlah memeprihatinkan, pelaku usaha sudah sepatutnya untuk

tahu dan mengaplikasikan segala peraturan yang mengaturnya demi

terwujudnya iklim usaha yang baik dan benar. Hal ini tentunya sangatlah baik

bagi konsumen maupun para pelaku usaha itu sendiri. Selain konsumen yang

merasa lebih aman dalam mengkonsumsi suatu barang, pelaku usaha pun akan

terhindar dari sanksi hukum yang akan menjeratnya.

Page 75: PERANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

  62

3. Penegakan hukum terhadap peredaran bahan pangan yang tidak

mencantumkan label pada kemasan

Secara Hukum Administrasi di dalam Peraturan Pemerintah Tentang

Label Dan Iklan Pangan Tahun 1999, menyatakan bahwa salah satu tujuan

pengaturan, pembinaan dan pengawasan pangan adalah terciptanya suatu

perdagangan pangan yang jujur dan bertanggung jawab. Label dan iklan

pangan merupakan sarana dalam perdagangan pangan dan memiliki arti yang

sangat penting, sehingga perlu diatur dan dikendalikan agar informasi

mengenai pangan yang disampaikan oleh masyarakat adalah suatu informasi

yang benar dan tidak menyesatkan. Masyarakat berhak untuk memeproleh

informasi yang benar serta tidak menyesatkan mengenai pangan yang akan

dikonsumsi khususnya yang disampaikan melalui label dan iklan pangan.

Hukum Administrasi yang memuat kaidah hukum yang terdapat dalam

berbagai Peraturan Perundang-undangan pada pokonya bersifat mengatur,

membina dan mengawasi pelaku usaha dalam menjalankan kegiatannya.

Disamping itu terdapat pula ketentuan tentang penunjukan tingkah laku

tertentu sebagai tindakan yang melanggar Hukum Administrasi. Dalam

penerapan Peraturan Perundang-undangan ini terdapat beberapa tahap

penindakan terhadap pelaku yang melanggar peraturan. Pada umumnya

hampir bersamaan yaitu tindakan awal berupa peringatan-peringatan lisan atau

tertulis dan kemudian disusul dengan tindakan tertentu yakni penarikan

Nomor daftar atau registrasi dari produk, memerintahkan penarikan produk

dari pasar, memeriksa produk di laboratorium dan sebagainya. Setelah itu

karena pelanggaran bersifat sangat memebahayahkan, maka tindakan dapat

berupa pencabutan Nomor Pendaftaran Produk, penarikan produk dari

peredaran, pencabutan ijin usaha atau bahkan pengajuan perkara ke

pengadilan.

Page 76: PERANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

  63

Tahapan-tahapan tindakan administrasi yang dilakukan oleh Dinas

Perindustrian dan Perdagangan tersebut memiliki segi positif dan negatif.

yakni bagi kalangan dunia usaha hal ini memeberikan kesempatan bagi

pengusaha-pengusaha untuk dapat “memperbaiki diri”, tetapi bagi konsumen

hal ini belumlah cukup, karena dalam pengaturannya tidak terdapat pasal yang

mengatur mengenai ganti rugi atas diri konsumen sebagai akibat dari kelalaian

yang dilakukan oleh pelaku usaha tersebut. Maka dengan adanya hal ini dapat

mengakibatkan ganguan atas keseimbangan dalam masyarakat.

Dengan adanya kelengkapan label yang telah dipenuhi oleh pelaku

usaha terhadap produk yang dipasarkannya, maka pelaku usaha tersebut sudah

dapat dikatakan sebagai pelaku usaha yang patuh terhadap ketentuan

pemerintah yang telah ditetapkan. Namun apabila hal tersebut tidak dapat

dipenuhi, maka dapat dikatakan bahwa pelaku usaha tersebut telah gagal

dalam memenuhi kriteria sebagai pelaku usaha yang baik dan benar. Hal ini

berkaitan dengan rasa kepercayaan konsumen terhadap suatu produk. Pada

dasarnya konsumen akan memeberikan suatu apresiasi terhadap suatu produk

yang telah mereka konsumsi. Dalam hal ini apabila konsumen merasa aman

dan nyaman, serta terpenuhi hasratnya atas penggunaan suatu barang, maka

mereka akan memeberikan apresiasi yang baik atas barang tersebut, Namun

sebaliknya apabila hal-hal yang diinginkan atas penggunan produk yang

bersangkutan tidak terpenuhi oleh konsumen, maka kemungkinan konsumen

tidak akan membeli atau mengkonsumsi produk tersebut untuk kedua kalinya.

Dalam usaha untuk mewujudkan perlindungan konsumen itu sendiri,

maka Dinas Perindustrian dan Perdagangan akan terus meningkatkan

kesadaran masayarakat baik itu pelaku usaha, maupun konsumen melalui

kegiatan-kegiatnnya. Hal tersebut akan terus dilakukan mengingat akan terus

berkembangnya dunia perindustrian di negara kita ini. Selain untuk

meningkatkan pengetahuan kepada pengusaha, hal ini juga untuk

mempersiapkan kota Surakarta dalam menyongsong perdagangan bebas yang

semakin maju dikemudian hari.

Page 77: PERANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penjelasan dan perincian yang telah diuraikan oleh penulis

dalam penulisan hukum (skripsi) ini, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa :

1. Pada dasarnya peranan Dinas Perindustrian dan Perdagangan terhadap

peredaran bahan pangan di kota Surakarta ini sangatlah besar. Dinas ini

berwenang untuk mengecek kondisi fisik suatu bahan pangan melalui kemasan

dan teknik penjualan oleh produsen. Dalam mengaplikasikan fungsinya

sebagai instansi pemerintah yang berwenang terhadap peredaran bahan pangan

tersebut, dinas ini memiliki cara-cara khusus dalam melakukannya, seperti

melakukan kegiatan pengawasan, pembinaan dan sosoialisasi. Pada kegiatan

pengawasan, dinas ini akan melakukan kegiatan lapangan yang dibantu oleh

Dinas Kesehatan dalam menguji substansi isi makanan serta pihak Kepolisian

untuk melakukan penyitaan secara paksa terhadap bahan pangan yang

bermasalah. Maka sebagai salah satu instansi pemerintah yang berwenang

mengusrusi peredaran bahan pangan Dinas Perindustrian Dan Perdagangan

kota Surakarta merupakan salah satu instansi yang ikut berperan dalam

memberikan perlindungan konsumen khususnya pada lingkup wilayah kota

Surakarta.

2. Pada dasarnya sampai dengan tahun 2010 ini masih terdapat beberapa

pelanggaran yang dilakukan oleh pelaku usaha maupun distributor barang di

kota Surakarta, baik berupa pencantuman label maupun pelanggaran-

pelanggaran lain yang berkaitan dengan pangan. Hal tersebut disebabkan oleh

dua faktor yakni kurang maksimalnya pengawsan yang dilakukan oleh

pemerintah melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan. Hal tersebut dapat

dibuktikan dari tidak menyeluruhnya kegiatan lapangan yang dilakukan oleh

Dinas Perindustrian dan Perdagangan pada tiap tahunnya pada lingkup

wilayah kota Surakarta. Fenomena pelanggaran dalam hal pencantuman label

masih marak terjadi. Hal itu juga tercermin pada kenyataan yang terjadi pada

Page 78: PERANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

  65

setiap kegiatan pembinaan yang dilakukan oleh Dinas Perindustrian dan

Perdagangan terhadap pelaku-pelaku usaha baru yang akan memulai kegiatan

produksinya, dimana tidak semua pelaku usaha tersebut ikut andil dalam

kegiatan tersebut. Sehingga tidak banyak pelaku usaha yang minim

pengetahuan yang berkaitan dengan dunia usaha. Hal ini sangatlah

memprihatinkan, karena bagaimanapun juga, pelaku usaha tetap harus

memiliki pengetahuan yang cukup, serta kemahiran yang baik dalam memulai

kegiatan produksi usahanya. Hal ini sangatlah baik demi mencipatakan iklim

industri yang baik khususnya di kota Surakarta.

3. Pada penerapan Hukum Administrasi itu sendiri pada dasarnya lebih efektif

untuk dilaksanakan kepada pelaku usaha yang melanggar ketentuan yang

telah ditetapkan, karena pada dasarnya penerapan hukum ini lebih bersifat

tegas dibandingkan dengan peraturan-peraturan lain yang mengatur ataupun

berkaitan dengan perlindungan terhadap konsumen. Dengan adanya beberapa

sanksi yang dilakukan kepada pelaku usaha yang bermasalah seperti

pencabutan ijin usaha serta penyitaan barang yang dilakukan, maka dapat

lebih menimbulkan efek jera pada diri produsen. Dan diharapkan pelaku usaha

tersebut akan lebih meningkatkan kualitas barang serta pengetahuan yang

tinggi berkaitan dengan produksi barang ataupun jasa. Tentunya hal ini dapat

diterapkan secara maksimal apabila dilakukan secara rutin serta adanya

inisiatif yang besar pada diri pemerintah, palaku usaha, maupun konsumen itu

sendiri. Maka dengan adanya kerjasama yang solid antara pemerintah, pelaku

usaha dan masyarakat angka produk-produk pangan yang bermasalah akan

dapat ditekan ataupun dikurangi.

Page 79: PERANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

  66

B. Saran

Dari beberapa uraian yang telah disampaikan oleh penulis melalui hasil

penelitian diatas, maka penulis dapat mengajukan beberapa saran yang

diharapkan dapat berguna bagi kita semua, diantaranya adalah :

1. Diharapkan kepada pemerintah, khususnya instansi yang berwenang dalam

hal pengawasan bahan pangan di kota Surakarta, untuk lebih dapat

meningkatkan kinerjanya dalam hal pengawasan kepada setiap diri pelaku

usaha maupun barang yang beredar di kota ini baik berupa pangan maupun

non-pangan. Pemerintah juga diharapkan dapat meningkatkan kuantitas

pembinaan terhadap diri pelaku usaha baik makro maupun mikro dalam

hal standarisasi mutu barang dan jasa. Dengan adanya hal tersebut maka

diharapakan adanya suatu peningkatan pengetahuan yang akan dimiliki

oleh para pelaku usaha mengenai teknik produksi dan pemasaran yang

baik. Sehingga konsumen akan lebih merasa aman dalam mengkonsumsi

hasil produksinya tersebut. Pemerintah juga harus dapat menyempurnakan

pengaturan mengenai ganti rugi terhadap kerugian yang diderita oleh

konsumen sebagai akibat kelalaian yang dilakukan oleh para pelaku usaha

yang tidak bertanggung jawab di kota Surakarta ini. Hal ini dapat tertuang

secara langsung dalam Peraturan Pemerintah ataupun Undang-Undang

yang nantinya akan menjadi acuan tersendiri bagi penegak hukum dalam

mengupayakan ganti rugi kepada konsumen yang dirugikan tersebut.

Sehingga dengan adanya hal ini diharapkan konsumen mendapatkan

kepuasan tersendiri dari kerugian yang dialaminya.

2. Kepada distributor barang baik pada pasar modern maupun tradisional

untuk dapat labih menyeleksi barang yang akan dipasarkan serta

melakukan kegiatan usaha yang jujur dan benar. Dalam hal penyeleksian

tersebut diharapakan tidak hanya dilakukan pada pasar-pasar modern saja,

namun pada pasar-pasar tradisional yang merupakan wilayah yang paling

sering dikunjungi masyarakat sehari-hari untuk dapat lebih memperhatikan

keberadaan makanan yang diperdagangkan. Dengan hal ini diharapakan

Page 80: PERANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

  67

dapat meningkatkan rasa kepercayaan dari para konsumen terhadap

distributor itu sendiri maupun lokasi usahanya tersebut.

3. Kepada seluruh konsumen diharapkan untuk dapat lebih memiliki

pengetahuan yang lebih banyak tentang standarisasi mutu pangan serta

lebih selektif dalam memilih bahan pangan yang akan dikonsumsi. Hal ini

juga dapat membuktikan bahwa kecerdasan yang dimiliki masyarakat

Indonesia telah meningkat dan tidak dapat lagi dikelabui dan dirugikan

haknya sebagai konsumen. Karena bagaimana pun juga dalam setiap kasus

terhadap suatu barang ataupun jasa, pihak yang paling berpotensi untuk

dirugikan adalah pada diri konsumen itu sendiri, maka untuk menghindari

hal tersebut diperlukan adanya kepekaan tersendiri serta pengetahuan yang

lebih yang harus dimiliki oleh konsumen. Maka dengan adanya

pengetahuan yang lebih tersebut dapat meminimalisir kerugian-kerugian

yang mungkin akan diderita oleh para konsumen yang bersangkutan.