Peran UP2K Kemuning Dalam Pemberdayaan Usaha Mikro
Keluarga di Kelurahan Muncul Kecamatan Setu Kota
Tangerang Selatan
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S. SoS)
Oleh :
Aya Aisyah
NIM. 1113054100059
PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1441 H/2020 M
i
LEMBAR PERSETUJUAN
ii
LEMBAR PERNYATAAN
i
i
ABSTRAK
Pada skripsi ini, penulis meneliti mengenai peran dari
program Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga (UP2K) di
Kelurahan Muncul.Adapun teori yang digunakan oleh peneliti
adalah teori peran dan pemberdayaan. Pada penelitian ini, peneliti
ingin melihat peran yang berjalan serta dampak dari program
UP2K di Kelurahan Muncul.
Adapun metode penelitian yang digunakan pada skripsi ini
adalah penelitian kualitatif. Kemudian untuk metode
pengumpulan datanya, peneliti menggunakan melalui wawancara
mendalam guna memperoleh pemahaman yang mendalam dan
menyeluruh. Sehingga penulis melakukan identifikasi secara
sistematis berdasarkan hasil wawancara, dokumen yang
didapatkan dan observasi di lapangan. Mengenai metode
pemilihan informan, peneliti menggunakan purposivesampling
yang memberikan keleluasaan kepada peneliti dalam menyeleksi
informan yang sesuai dengan tujuan penelitian
Mengenai hasil penelitian pada skripsi ini, bahwa Program
UP2K memiliki peran yang cukup penting dalam pemberdayaan
masyarakat di Kelurahan Muncul. Pada pelaksanaannya, terdapat
4 (empat) peran yang dimainkan pada program tersebut, yaitu
enabler, broker, educator, dan social planner. Adapun
dampaknya, terdapat 3 dampak yaitu, dampak secara
administratif, secara ekonomi, dan secara sosial.
Kata Kunci: Peran Program, Dampak Program, UP2K
Dosen Pembimbing: Muhtadi, S.Ag, M.Si
ii
KATA PENGANTAR
بسم اهلل الرحمن الرحيم
Segala puji bagi Allah SWT atas segala nikmat yang telah
diberikan olehNya kepada kita, baik itu sehat Iman, Ilmu, serta
jiwa dan raga kita hingga bisa mengamalkan segala yang
diperintahkanNya. Shalawat serta salam dihaturkan kepada Nabi
Muhammad SAW beserta para sahabat, keluarga, dan
pengikutnya yang setia sampai saat ini. Dengan penuh rasa
syukuratas atas karunia kesehatan jiwa dan raga dari Allah SWT,
penulis bisa menyelesaikan skripsi ini yang berjudul Peran
UP2K Kemuning Dalam Pemberdayaan Usaha Mikro
Keluarga di Kelurahan Muncul Kecamatan Setu Kota
Tangerang Selatanuntuk memperoleh gelar Sarjana Sosial
(S.Sos) pada program studi kesejahteraan sosial.
Penulis menyadari bahwa pada proses penyusunan skripsi
ini tidak lepas dari kekurangan. Oleh sebab itu penulis masih
membutuhkan saran dan kritik yang berguna dari pembaca.
Sehingga di kemudian hari, penulis bisa menghasilkan karya
yang lebih baik lagi.
Pada proses penyusunan hingga penyelesaian skripsi ini,
penulis mendapatkan banyak sekali bantuan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada
para pihak yang telah membimbing, membantu, dan memotivasi
penulis, diantaranya:
iii
1. Ibu Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, Lc,.
MA, sebagai Rektor Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Bapak Suparto, M. Ed., Ph. D sebagai Dekan Fakultas
Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
3. Bapak Ahmad Zaky, M. Si dan Ibu Nunung Khoiriyah,
MAsebagai Ketua dan Sekertaris Program Studi
Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah banyak membantu penulis
selama perkuliahan.
4. Bapak Muhtadi, M.Si., Selaku dosen pembimbing yang
telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya disela-
sela kesibukan yang dijalani untuk membimbing penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini
5. Kepada seluruh dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta, tanpa mengurangi rasa hormat
penulis, yang tidak bisa disebutkan satu persatu, telah
memberikan ilmu pengetahuan yang berharga sehingga
penulis bisa menyelesaikan skripsi ini. Semoga
mendapatkan balasan yang setimpal dari-Nya.
6. Kepada seluruh staf dan pegawai Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta, yang tidak bisa penulis
sebutkan satu persatu, telah membantu penulis untuk
iv
membantu proses administrasi pada saat penyelesaian
skripsi ini.
7. Untuk kedua orang tua penulis, Bapak Mohammad Hadjar
dan Ibu Kika yang sangat penulis hormati dan cintai,
mohon maaf atas segala kekurangan atau kesalahan
perilaku penulis dan terima kasih karena telah mendidik,
mengasuh, dan membimbing penulis dengan penuh
kesabaran, keikhlasan, serta selalu mendukung setiap
langkah yang dilakukan oleh penulis.
8. Untuk ketiga kaka penulis, Mas haris, Mba ami, mas abi
terima kasih atas support dan bantuannya selama ini
kepada penulis, dan tiada hentinya memberikan semangat
serta dukungan, baik moril maupun materil.
9. Terima kasih kepada keluarga besar H. Mahsyudi dan
keluarga besar Mulyono karena tiada hentinya
memberikan perhatian atas skripsi penulis. Kalian semua
luar biasa.
Teruntuk dr.Muhammad Nevino Fachry, sp.OG terima
kasih sudah memberikan semangat dan dukungan kepada
penulis untuk terus berkarya serta menunjukkan kepada
saya cara yang benar dan menghibur saya pada saat saya
terpuruk. Terima kasih karena memberi tahu saya
carahidup dengan jujur dan bahagia. Thank you for being
a part of my life.
10. Untuk para sahabat Bidadariku, caca, ayu, syifa, delis,
fatma, risha, prawita, putri, Terima kasih sudah menemani
masa kuliahku menjadi masa yang paling menyenangkan
v
11. Untuk teman-temanku yang selalu menemani di kala
susah maupun senang, Ditty, dina, hamni, ka gebby, astri,
ajiz, icha, ka dhiny, devi, umay, kemal, reza, ka hanna,
dinda dan juga teman-temanku dari organisasi LSO
Saman, Sketsa. Semoga Allah membalas semua kebaikan
kalian.
12. Kepada teman-teman di Jurusan Kesejahteraan Sosial
angkatan 2013.
13. Kepada siapapun yang telah membantu penulis, dalam
proses penyusunan hingga penyelesaian skripsi ini, namun
penulis tidak mengingatnya saat menulis ucapan ini.
Demikian ucapan terima kasih ini penulis sampaikan,
semoga Allah SWT membalas segala kebaikan yang telah
diberikan kepada penulis. Penulis berharap skripsi ini bermanfaat
bagi orang lain dan dapat dijadikan pembelajaran bagi yang
membacanya.
Jakarta, 5 Mei 2020
Aya Aisyah
vi
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PERNYATAAN
ABSTRAK .....................................................................................i
KATA PENGANTAR ................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN ........................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ....................... 8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................. 9
D. Metedologi Penelitian ............................................. 10
E. Tinjauan Kajian Terdahulu ..................................... 15
F. Sistematika Penulisan ............................................. 21
BAB II Kajian Teori Peran, Pemberdayaan, Kerangka
Berpikir ...................................................................... 23
A. Definisi Peran dan Pemberdayaan .......................... 23
1. Teori Peran ......................................................... 23
2. Teori Pemberdayaan........................................... 33
B. Logic Framework Approach (LFA) ........................ 45
C. Kerangka Berpikir ................................................... 50
BAB III GAMBARAN UMUM USAHA
PENINGKATAN PENDAPATAN
KELUARGA-PEMBERDAYAAN DAN
KESEJAHTERAAN KELUARGA (UP2K-
PKK) KEMUNING ................................................... 52
vii
A. Tinjauan Umum Usaha Peningkatan
Pendapatan Keluarga Pemberdayaan Dan
Kesejahteraan Keluarga (UP2K-PKK) ................... 52
B. Gambaran Umum Usaha Peningkatan
Pendapatan Keluarga Pemberdayaan dan
Kesejahteraan Keluarga (UP2K-PKK) di
Kecamatan Setu, Kelurahan Muncul,
Tangerang Selatan ................................................... 55
1. Latar Belakang TerbentuknyaUsaha
Peningkatan Pendapatan Keluarga
Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga
(UP2K-PKK) di Kecamatan Setu,
Kelurahan Muncul, Kemuning, Tangerang
Selatan ................................................................ 57
2. Struktur Pengurus Usaha Peningkatan
Pendapatan Keluarga Pemberdayaan dan
Kesejahteraan Keluarga (UP2K-PKK) di
Kecamatan Setu, Kelurahan Muncul,
Tangerang Selatan .............................................. 59
BAB IV DATA DAN TEMUAN LAPANGAN ...................... 63
A. Pemberdayaan Melalui Usaha Peningkatan
Pendapatan Keluarga (UP2K) di Kelurahan
Muncul .................................................................... 63
1. Latar Belakang Usaha Peningkatan
Pendapatan Keluarga (UP2K) Kelurahan
Muncul ............................................................... 63
viii
2. Pelaksanaan Pemberdayaan Melalui Usaha
Peningkatan Pendapatan Keluarga (UP2K)
di Kelurahan Muncul.......................................... 65
B. Dampak dan Faktor-Faktor Pada Usaha
Peningkatan Pendapatan Keluarga (UP2K) di
Kelurahan Muncul .................................................. 76
1. DampakPelaksanaan Program Usaha
Peningkatan Pendapatan Keluarga (UP2K) ....... 76
2. Faktor Pendukung Pelaksanaan Usaha
Peningkatan Pendapatan Keluarga (UP2K) ....... 82
3. Faktor Penghambat Pelaksanaan Usaha
Peningkatan Pendapatan Keluarga (UP2K) ....... 85
BAB V Analisis Data Temuan di Lapangan Program
Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga
(UP2K) di Kelurahan Muncul .................................. 91
A. Analisis Peran Program dan Para Pihak yang
Terlibat Pada Program Usaha Peningkatan
Pendapatan Keluarga (UP2K) di Kelurahan
Muncul .................................................................... 91
1. Peran Program dan Pihak-Pihak yang
Terlibat pada Program Usaha Peningkatan
Pendapatan Keluarga (UP2K) ............................ 91
2. Analisis Peran Para Pihak Pada Program
Usaha Pen ingkatan Pendapatan Keluarga
(UP2K) ............................................................... 96
B. Analisis Faktor Pendukung dan Penghambat
Pelaksanaan Program Usaha Peningkatan
ix
Pendapatan Keluarga (UP2K) di Kelurahan
Muncul .................................................................. 104
C. Analisis Dampak Program Usaha Peningkatan
Pendapatan Keluarga (UP2K) di Kelurahan
Muncul .................................................................. 107
BAB VI PENUTUP ................................................................ 111
A. Kesimpulan ........................................................... 111
B. Saran ..................................................................... 113
DAFTAR PUSTAKA ............................................................... 115
LAMPIRAN-LAMPIRAN ...................................................... 118
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Negara Indonesia merupakan salah satu negara dengan
populasi penduduk yang tinggi, dengan perkembangan
penduduknya sangat cepat, diperkirakan pertumbuhan penduduk
yang mencapai 1,3% bahkan lebih. Sehingga membuat tingkat
kesejahteraan pendidikan, ekonomi, kesehatan dan lingkungan
yang dewasa ini sangat memprihatinkan. Menurut Badan Pusat
Statistik,banyaknya warga miskin di Indonesia pada per bulan
September tahun 2018 mencapai 9,66%. Dengan demikian
pemerintah berusaha membuat program untuk meningkatkan
kesejahteraan keluarga yang subyeknya dari masyarakat oleh
masyarakat dan untuk masyarakat dengan tujuan dapat
meningkatkan ekonomi dalam keluarga (Asripah, 2012: 78).
Kemiskinan, menurut Itang (2015: 7) disebabkan oleh dua
faktor, yaitu faktor internal dan eksternal. Untuk faktor internal,
Itang membagi kembali menjadi 6 (enam), yaitu pertama
sikap.Sikap berarti suatu keadaan jiwa dan keadaan pikir yang
dipersiapkan untuk memberikan tanggapan terhadap suatu objek
yang diorganisasi melalui pengalaman dan mempengaruhi secara
langsung pada perilaku. Keadaan jiwa tersebut sangat
dipengaruhi oleh tradisi, kebiasaan, kebudayaan dan lingkungan
sosialnya. Kedua, pengalaman dan pengamatan. Pengalaman
dapat mempengaruhi pengamatan sosial dalam tingkah laku,
pengalaman dapat diperoleh dari semua tindakannya dimasa lalu
2
dan dapat dipelajari, melalui belajar orang akan dapat
memperoleh pengalaman. Hasil dari pengalaman sosial akan
dapat membentuk pandangan terhadap suatu objek.
Ketiga, kepribadian. Kepribadian adalah konfigurasi
karakteristik individu dan cara berperilaku yang menentukan
perbedaan perilaku dari setiap individu. Keempat, konsep diri.
Faktor lain yang menentukan kepribadian individu adalah konsep
diri. Konsep diri sudah menjadi pendekatan yang dikenal amat
luas untuk menggambarkan hubungan antara konsep diri
konsumen dengan image merek. Bagaimana individu memandang
dirinya akan mempengaruhi minat terhadap suatu objek. Konsep
diri sebagai inti dari pola kepribadian akan menentukan perilaku
individu dalam menghadapi permasalahan hidupnya, karena
konsep diri merupakan frame of reference yang menjadi awal
perilaku.
Kelima, motif. Perilaku individu muncul karena adanya
motif kebutuhan untuk merasa aman dan kebutuhan terhadap
prestise merupakan beberapa contoh tentang motif. Jika motif
seseorang terhadap kebutuhan akan prestise itu besar maka akan
membentuk gaya hidup yang cenderung mengarah kepada gaya
hidup hedonis. Kemudian yang terakhir, persepsi adalah proses
dimana seseorang memilih, mengatur, dan menginterpretasikan
informasi untuk membentuk suatu gambar yang berarti mengenai
dunia.
Kemiskinan pada akibatnya memiliki dampak bagi orang
yang menyandangnya, beberapa dampak atau akibat dari
kemiskinan, di antaranya:
3
Pertama, pengangguran. Pengangguran merupakan dampak
dari kemiskinan, berhubung pendidikan dan keterampilan
merupakan hal yang sulit diraih masyarakat, maka masyarakat
sulit untuk berkembang dan mencari pekerjaan yang layak untuk
memenuhi kebutuhan. Dikarenakan sulit untuk bekerja, maka
tidak adanya pendapatan membuat pemenuhan kebutuhan sulit,
kekurangan nutrisi dan kesehatan, dan tak dapat memenuhi
kebutuhan penting lainnya.
Kedua, kriminalitas. Kriminalitas merupakan dampak lain
dari kemiskinan. Kesulitan mencari nafkah mengakibatkan orang
lupa diri sehingga mencari jalan cepat tanpa memedulikan halal
atau haramnya uang sebagai alat tukar guna memenuhi
kebutuhan.
Ketiga, putus sekolah.Putusnya sekolah dan kesempatan
pendidikan sudah pasti merupakan dampak kemiskinan.
Mahalnya biaya pendidikan menyebabkan rakyat miskin putus
sekolah karena tak lagi mampu membiayai sekolah. Putus
sekolah dan hilangnya kesempatan pendidikan akan menjadi
penghambat rakyat miskin dalam menambah keterampilan,
menjangkau cita-cita dan mimpi mereka.
Keempat, kesehatan sulit didapatkan. Kesehatan sulit untuk
didapatkan karena kurangnya pemenuhan gizi sehari-hari akibat
kemiskinan membuat rakyat miskin sulit menjaga kesehatannya.
Belum lagi biaya pengobatan yang mahal di klinik atau rumah
sakit yang tidak dapat dijangkau masyarakat miskin. Ini
menyebabkan gizi buruk atau banyaknya penyakit yang
menyebar.
4
Kelima, buruknya generasi penerus.Buruknya generasi
penerus adalah dampak yang berbahaya akibat kemiskinan. Jika
anak-anak putus sekolah dan bekerja karena terpaksa, maka akan
ada gangguan pada anakanak itu sendiri seperti gangguan pada
perkembangan mental, fisik dan cara berfikir mereka.
Kemiskinan dan ketimpangan pendapatan adalah masalah
sosial yang harus diselesaikan dan ini menjadi tanggung jawab
bersama, baik pemerintah, swasta, dan organisasi masyarakat
sipil. Dari sisi peran pemerintah berbagai program dan kebijakan
pembangunan telah di lakukan untuk memacu pertumbuhan
ekonomi, namun ini tidak serta merta dapat menyelesaikan
masalah sosial tersebut secara komperhensif. Menurut Yunus
(2007), pada dasarnya pemerintah dapat melakukan banyak hal
untuk menyelesaikan masalah sosial karena kemampuannya
dalam mengakses dan mengelola sumber daya. Akan tetapi
upaya penyelesaian masalah sosial dengan wirausaha sosial
dengan menggunakan metode pendekatan kewirausahaan
merupakan terobosan yang luar biasa(Suharyanto 2005,
157).Kepedulian pemerintah dalam upaya penanggulangan
kemisikinan diwujudkan dengan adanya beberapa kebijakan
pemberdayaan ekonomi bagi keluarga miskin yang diprogramkan
pemerintah sebagai salah satu langkah yang efektif dalam upaya
penanggulangan kemiskinan baik melalui kelembagaan yang
bersifat lembaga department maupun non departemen(Harry
Hikmat 2010, 128–29).
Dalam Undang-undang No 11 Tahun 2009 tentang
Kesejahteraan Sosial Pasal 1 ayat 10 yang berbunyi,
5
Pemberdayaan sosial adalah semua upaya yang diarahkan untuk
menjadikan warga negara yang mengalami masalah sosial
mempunyai daya, sehingga mampu memenuhi kebutuhan
dasarnya (Kesejahteraan Sosial Pasal 1 Ayat 10 2009)
Pemberdayaan sebagai perubahan ke arah yang lebih, dari
tidak berdaya menjadi berdaya. Pemberdayaan terkait dengan
upaya peningkatan taraf hidup ke arah yang lebih baik.
Pemberdayaan adalah meningkatkan kemampuan dan rasa diri
untuk menggunakan daya yang dimiliki dalam menentukan
tindakan ke arah yang lebih baik.Menurut Payne (1997)
mengemukakan bahwa pemberdayaan ditunjukkan guna
membantu klien memperoleh daya untuk mengambil keputusan
dan menentukan tindakan (Diana Apriliza, 2012, 43). Salah satu
manfaat besar dari pemberdayaan adalah memungkinkan
perkembangan dan penggunaan kemampuan terpendam dalam
setiap individu.
Dalam rangka untuk memajukan kesejahteraan rakyat
Indonesia, pemerintah pusat menggalakkan program
penanggulangan kemiskinan dengan memberikan dukungan
anggaran pada APBN maupun APBD agar masyarakat miskin
cukup diberdayakan dengan berbagai program-program
pemberdayaan seperti program pembinaan dan peningkatan
pendapatan petani dan nelayan kecil (P4K), program
pembangunan kecamatan, program penanggulangan kemiskinan
perkotaan (P2KP), dan juga termasuk program upaya peningkatan
pendapatan keluarga (UP2K), dan seterusnya.
6
Program Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga (UP2K)
merupakan respon Pemerintah yang bertujuan menyelesaikan
gejala kemiskinan pada aspek pengangguran sehingga mampu
meningkatkan kesejahteraan dan ketahanan keluarga yang
dicerminkan oleh meningkatnya kemampuan keluarga dalam
memenuhi kebutuhan keluarga. Program UP2K merupakan salah
satu program pemerintah yang ditujukan untuk kaum perempuan
dan hanya diprioritaskan kepada mereka yang kurang mampu
atau minim modal untuk membuka usaha atau mengembangkan
usahanya, sehingga mereka tidak mampu untuk meningkatkan
pendapatan mereka, atau lebih tepatnya pendapatan mereka hanya
cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, tanpa adanya
penambahan modal dari pendapatan mereka.
Kecamatan setu kelurahan Muncul kota Tangsel
merupakan kecamatan yang terpilih untuk ikut bersaing dalam 6
produk unggulan secara nasional. Kelurahan ini sudah memasuki
penyeleksian yang cukup ketat dan PKK Kemuning berhasil
menjadi juara memenangkan perlombaan antar hingga tingkat
provinsi Banten. Menurut Wakil Walikota Tangerang Selatan,
Benyamin Davine, peran Tim Penggerak PKK sangat aktif dalam
menyukseskan berbagai pembangunan di Kota Tangerang
Selatan. Menurutnya, secara khusus Pemerintah Kota Tangerang
Selatan memposisikan kaum wanita sebagai bagian dari konsep
pembangunan Kota Tangerang Selatan. (http://Www.Tang
erangekspres.Co.Id/2017/08/01/Produk-Setu-Masuk-Nomine-
Unggulan-Nasional/”2018)
http://www.tang/
7
“Sebagai bagian dari konsep pembangunan, PKK
ini memiliki peran yang luar biasa. Kadang PKK
bisa berbuat hal-hal yang tak bisa disentuh oleh
Pemkot. Kami sangat apresiasi kepada kelurahan
Muncul masuk dalam kategori nasional,”
ungkapnya di Kantor Kelurahan Muncul Senin
(31/7).
Dalam agama Islam sendiri, keharusan menolong bagi
orang yang kurang mampu terdapat pada beberapa ayat, salah
satunya ada pada surat An-Nisa ayat 8 yang berbunyi:
هُ نْ م م وه قُ ارْ فَ ينُ اكِ سَ مَ ُلو اْلُقْربى َوالَيَتامى َوالْ َوِإَذا َحَضَر اْلِقْسَمَة ُأو
اوف رُ عْ م ل وْ ق َ مْ هُ وا لَ ولُ قُ وَ
Artinya: “Dan apabila pada waktu pembagian itu hadir
beberapa kerabat, anak-anak yatim dan orang miskin,
maka berilah mereka dari sebagian dari harta itu dan
ucapkanlah perkataan yang baik kepada mereka” (Q.S An-
Nisa: 8)
Dari hasil pengkajian peneliti, peneliti ingin mengangkat
bagaimana peran dan cara dari program Usaha Peningkatan
Pendapatan Keluarga (UP2K) dalam menurunkan angka
kemiskinan pada aspek pengangguran. Mengingat program ini
merupakan sudah sukses di beberapa tempat. Berdasarkan temuan
beberapa penelitian di luar penelitian ini, Usaha Peningkatan
Pendapatan Keluarga (UP2K) bisa membantu usaha-usaha yang
sedang dijalankan oleh masyarakat yang ada dinaungannya.
Selain itu, peneliti melihat belum adanya penelitian yang
dilakukan mengenaiUsaha Peningkatan Pendapatan Keluarga
8
(UP2K) di Kemuning, membuat peneliti ingin meneliti dampak
serta peran yang dijalankan oleh program tersebut. Maka pada
skripsi ini, peneliti akan mengangkat mengenai Pemberdayaan
Usaha Mikro Keluarga PKK Kemuning yang sudah sangat
berkembang. Judul dari penelitian iniyaitu “Peran UP2K
Kemuning Dalam Pemberdayaan Usaha Mikro Keluarga di
Kelurahan Muncul Kecamatan Setu Kota Tangerang
Selatan”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Melihat luasnya pembahasan yang berkaitan dengan
permasalahan yang peneliti teliti, untuk itu perlu adanya
pembatasan masalah yang berkaitan dengan penelitian ini.
Karena peneliti menyadari adanya keterbatasan waktu dan
kemampuan yang dimiliki peneliti. Pembatasan masalah
dilakukan agar pengkajian dalam penelitian ini tidak
terlampau jauh sehingga menjadi lebih terfokus dan efektif
terhadap apa yang akan disimpulkan. Peneliti membatasi
penelitian ini hanya pada peran UP2K (Upaya Peningkatan
Pendapatan Keluarga) Dalam Pemberdayaan Usaha Mikro
Keluarga di Kelurahan Muncul, Kecamatan Setu.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang yang dipaparkan di
atas, maka dapat diambil beberapa masalah yang menjadi
pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah :
9
a. Bagaimana peran UP2K dalam meningkatkan pendapatan
dan kesejahteraan masyarakat di Kelurahan Muncul
Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan ?
b. Bagaimana dampak pelaksanaan program UP2K di
Kelurahan Muncul Kecamatan Setu Kota Tangerang
Selatan?
c. Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam
pelaksanaan program UP2K di Kelurahan Muncul
Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di
atas, maka tujuan penelitian ini diantaranya:
a. Mengetahui dan menganalisis peran UP2K dalam
meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat
di Kelurahan Muncul Kecamatan Setu Kota Tangerang
Selatan
b. Mengetahui dan menganalisis dampak pelaksanaan
program UP2K di Kelurahan Muncul Kecamatan Setu
Kota Tangerang Selatan
c. Mengetahui menganalisis faktor pendukung dan
penghambat dalam pelaksanaan program UP2K di
Kelurahan Muncul Kecamatan Setu Kota Tangerang
Selatan.
10
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Akademis
1) Diajukan sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar
S1 (strata satu) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2) Untuk mengetahui kondisi pendapatan dan
kesejahteraan masyarakat sebelum dan sesudah
menerima bantuan program UP2K (Upaya
Peningkatan Pendapatan Keluarga)
3) Untuk megetahui bagaimana pelaksanaan program
UP2K (Upaya Peningkatan Pendapatan Keluarga) di
Kelurahan Muncul Kecamatan Setu
D. Metedologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Metode yang digunakanpada penelitian ini adalah
metode kualitatif. Penelitiankualitatif adalah penelitian yang
bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang
dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi,
motivasi, tindakan,dll, secara holistik, dan dengan cara
deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu
konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan
berbagai metode alamiah (Moleong 2004, 6).
2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah
pengumpulan data primer melalui wawancara mendalam guna
memperoleh pemahaman yang mendalamdan menyeluruh.
Serta data sekunder berupa observasi dan informasi dari
11
kerabat informan. Analisis data dalam penelitian ini melalui
membaca dan meninjau data (catatan observasi, transkip
wawancara) dan akhirnya dapat menganalisis temuan-temuan
dari penelitian ini(Emzir: 2011, 37)
a. Wawancara mendalam
Wawancara adalah percakapan dengan maksud
tertentu yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu
pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan
dan yang diwawancarai (interviewer) yang memberikan
jawaban atas pertanyaan(Moleong 2004, 135).
Teknik wawancara yang peneliti gunakan adalah
secara terstruktur yaitu dengan menyusun terlebih dahulu
beberapa pertanyaan yang akan disampaikan kepada
informan. Selain itu juga peneliti menggunakan jenis
wawancara pembicaraan informal. Dalam jenis ini,
pertanyaan sangat tergantung pada pewawancara, jadi
bergantung pada spontanitasnya dalam mengajukan
pertanyaan kepada terwawancara. Hubungan
pewawancara dengan terwawancara adalah dalam situasi
biasa, wajar. Sedangkan pertanyaan dan jawabannya
berjalan seperti pembicaraan biasa dalam kehidupan
sehari-hari. Sewaktu pembicaraan berjalan, terwawancara
malah barangkali tidak mengetahui atau tidak menyadari
bahwa ia sedang di wawancarai(Moleong 2004, 187).
b. Observasi
Observasi dapat diartikan sebagai pengamatan dan
pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang tampak
12
pada objek penelitian. Melalui observasi, peneliti
mengetahui tentang perilaku dan makna dari perilaku
tersebut. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
observasi langsung serta menggunakan jenis observasi
partisipatif. Dengan observasi langsung, peneliti
melakukan pengamatan untuk mencari data yang nantinya
menjadi salah satu sumber data yang kemudian dapat
diolah menjadi bahan analisis(Sugiyono 2008, 227).
c. Dokumentasi
Dokumen adalah setiap bahan yang tertulis atau
foto, sehingga dengan adanya bantuan dokumen, peneliti
terbantu mendapatkan data yang sesuai dengan masalah
penelitian. Dokumentasi adalah setiap bahan tertulis atau
film, lain dari record yang tidak dipersiapkan karena
adanya permintaan seseorang penyelidik atau peneliti.
Dokumentasi sudah lama digunakan dalam penelitian
sebagai sumber data karena dalam banyak hal
dokumentasi sebagai sumber data dimanfaatkan untuk
menguji, menafsirkan bahkan untuk
meramalkan(Moleong 2010, 216).
3. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di UP2K Kelurahan
Muncul Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan. Adapun
dengan waktu penelitian yang akan dilaksanakan bulan
Februari2019 sampai dengan bulan Oktober 2019.
13
4. Teknik Pemilihan Informan
Teknik pemilihan informan dalam penelitian ini adalah
purposive (bertujuan) sampling yang memberikan keleluasaan
kepada peneliti dalam menyeleksi informan yang sesuai
dengan tujuan penelitian. Karena purposive sampling adalah
teknik pengambilan sampel sumber data dengan
pertimbangan tertentu. Pertimbangan tersebut misalnya orang
tersebut yang dianggap paling tahu tentang apa yang peneliti
harapkan sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi
obyek/situasi sosial yang diteliti. Informan sebagai subjek
penelitian berjumlah 9 orang yang terdiri dari:
Tabel I
Sampel Data
No Nama Jabatan Informasi yang
Diperoleh
Metode
1 Pak
Mahmudin
Kasi
Kesejahteraan
Sosial Kecamatan
Setu
Latar Belakang
program dan pihak-
pihak yang
bertanggungjawab atas
program UP2K
Wawancara
Mendalam
2 Ibu
Mayuni, S.
Pd
Ibu Lurah dan
Dewan Pembina
UP2K Kelurahan
Muncul
Konsep Perencanaan
Program UP2K di
Kelurahan Muncul
Wawancara
Mendalam
3 Ibu
Khodijah
Ketua
UP2KKelurahan
Muncul
Tata Cara Pelaksanaan
Program UP2K di
Kelurahan Muncul
Wawancara
Mendalam
14
4 Ibu
Rodiyah
Masyarakat yang
mengikuti
Program UP2K
Faktor Penghambat
Pelaksanaan Program
UP2K
Wawancara
Mendalam
5 Ibu Saumi Masyarakat yang
sudah berhenti
mengikuti
Program UP2K
Faktor Pendukung dan
Dampak dari
Pelaksanaan Program
UP2K
Wawancara
Mendalam
6 Ibu
Mirhamah
Masyarakat yang
mengikuti
Program UP2K
Dampak dari dari
Pelaksanaan Program
UP2K
Wawancara
Mendalam
7 Ibu
Soliah
Masyarakat yang
mengikuti
Program UP2K
Dampak dari dari
Pelaksanaan Program
UP2K
Wawancara
Mendalam
8 Ibu
Nurhayati
Masyarakat yang
mengikuti
Program UP2K
Dampak dari dari
Pelaksanaan Program
UP2K
Wawancara
Mendalam
9 Ibu
Nurhati
Masyarakat yang
mengikuti
Program UP2K
Dampak dari dari
Pelaksanaan Program
UP2K
Wawancara
Mendalam
5. Teknik Keabsahan Data
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode
triangulasi guna keabsahan data penelitian. Triangulasi pada
hakikatnya merupakan pendekatan multimetode yang
dilakukan peneliti pada saat mengumpulkan dan menganalisis
data. Triangulasi adalah usaha mengecek kebenaran data atau
informasi yang diperoleh peneliti dari berbagai sudut pandang
15
yang berbeda dengan cara mengurangi sebanyak mungkin
bias yang terjadi pada saat pengumpulan dan analisis data.
Mengenai triangulasi yang digunakan dalam penelitian
ini, peneliti menggunakan triangulasi sumber data.
Triangulasi sumber data adalah menggali kebenaran informasi
tertentu melalui berbagai metode dan sumber perolehan data.
Misalnya, selain melalui wawancara dan observasi, peneliti
bisa menggunakan observasi terlibat (participant
observation), dokumen tertulis, arsip, dokumen sejarah,
catatan resmi, catatan pribadi dam gambar atau foto.
E. Tinjauan Kajian Terdahulu
Dalam pembuatan skripsi ini, sebelumnya peneliti
melakukan kajian terhadap tulisan-tulisan terdahulu. Ada
beberapa tulisan yang sudah mengkaji pembahasan tersebut,
penulis menemukan tulisan tersebut baik dalam bentuk hardfile
maupun softfile. Adapun tulisan-tulisan tersebut memiliki tema
sebagai berikut:
Pertama, skripsi yang dituliskan oleh Arfah Halimah
Hasibuan yang berjudul Strategi Pemasaran Produk Industri
Rumah Tangga Kue Basah Oleh Kelompok Usaha Peningkatan
Pendapatan Keluarga (UP2K) di Kelurahan Paya Pasir
Kecamatan Medan Marelan yang diterbitkan oleh Universitas
Negeri Medan pada tahun 2017. Pada penelitian ini, fokus dari
kajian penelitiannya adalah 1) kelompok usaha kue basah
mengalami kesulitan dalam memasarkan produk kue basah 2)
produk kue basah kelompok Usaha Peningkatan Keluarga
16
Kelurahan Paya Pasir belum dikenal banyak orang 3) terbatasnya
pengetahuan dan keterampilan anggota kelompok tentang
pemanfaatan perkembangan teknologi serta banyaknya pesaing
sebab penjual kue basah banyak terdapat di berbagai pasar dan
pinggiran jalan. Mengenai hasil penelitian di lapangan dapat
disimpulkan bahwa strategi pemasaran kue basah yang dilakukan
Kelompok Usaha Peningkatan Pendapatan Keluaraga (UP2K)
bidang kue basah di Kelurahan Paya Pasir Kecamatan Medan
Marelan sudah baik, hal ini dapat dilihat dari hasil penerapan
strategi pemasaran kelompok yang mengutamakan kualitas dan
pelayanan produk, harga yang bisa dijangkau dan membuat
pelanggan dan pembeli samasama cocok karena harga ditetapkan
berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak, lokasi pemasaran
yang strategis serta persediaan kuenya yang memadai. Akan
tetapi masih perlu menerapkan dan meningkatkan strategi
promosi yang lebih kreatif agar usaha lebih dikenal oleh
masyarakat lainnya guna meningkatkan penjualan. Namun
meskipun demikian, dengan strategi pemasaran yang sudah
diterapkan tersebut hasilnya sudah mampu memberikan dampak
terhadap peningkatan pendapatan keluarga.
Kedua, skripsi yang diterbitkan oleh Universitas
Muhammadiyah Malang pada tahun 2017 yang dituliskan oleh
Hafis Darmawan dengan judul Pemberdayaan Perempuan
Melalui Program Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga
(UP2K) (Studi Pada Kelompok UP2K-PKK di Kelurahan
Pandanwangi Kecamatan Blimbing Kota Malang). Pada
penelitian ini peneliti adalah metode pemberdayaan yang
17
dilakukan oleh PKK dengan program UP2K di Kelurahan
Pandanwangi, Kecamatan Blimbing, Kota Malang. Mengenai
metode penelitian yag digunakan oleh peneliti adalah
pelaksanaan kegiatan Program Usaha Peningkatan Pendapatan
Keluarga (UP2K) Kelurahan Pandanwangi Kecamatan Blimbing
Kota Malang dan Dampak Program Usaha Peningkatan
Pendapatan Keluarga (UP2K) bagi anggota kelompok UP2K
Kelurahan Pandanwangi Kecamatan Blimbing Kota Malang.
Hasil penelitian dari skripsi ini menunjukkan bahwa: 1) kegiatan
Program Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga (UP2K)
Kelurahan Pandanwangi fokus pada tiga kegiatan utama yaitu,
pelatihan, pendampingan dan simpan pinjam. Bentuk kegiatan ini
dilakukan dalam pertemuan rutin secara berkala yaitu setiap
bulan sekali. Pelaksanaan pertemuan ini dilakukan dirumah
anggota secara bergiliran. Pada umumnya, kegiatan dikemas
dengan dalam nuansa keagamaan dan kekeluargaan, sehingga
pertemuan terkesan non-formal dan bercorak silaturahmi 2)
Dampak program Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga
(UP2K) bagi anggota kelompok sangat signifikan. Hal ini terlihat
dari pendapatan anggota kelompok Usaha Peningkatan
Pendapatan Keluarga (UP2K) sebelum mengikuti program
sebesar Rp. 2.000.000, per bulan dan setelah mengikuti program
pendapatan mereka naik menjadi Rp 3.000.000, per bulan.
Setelah mengikuti program UP2K pendapatan anggota naik Rp
1.000.000 atau sebesar 35%.
Ketiga, skripsi yang dituliskan oleh Diana Kurnia Putri
yang diterbitkan pada tahun 2018 oleh UIN Raden Intan
18
Lampung dengan judul Pemberdayaan Perempuan Melalui
Program Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga (UP2K) di
Desa Sumber Rejo Kecamatan Waway Karya Lampung Timur.
Pada penelitian ini, fokus dari kajian penelitian ini adalah
pelaksanaan pemberdayaan perempuan dalam upaya
meningkatkan kemampuan keterampilan kaum perempuan
dengan diberikannya bantuan penguat modal usaha melalui
program Usaha Peningkatan PendapatanKeluarga (UP2K)
didalam meningkatkan penghasilan sebuab keluarga yang
diperoleh dari usaha perekonomian melalui kegiatan
berwirausaha sehingga dapat memenuhi kebutuhan hidup anggota
keluarganya. Mengenai temuan dari penelitian tersebut adalah
pelaksanaan pemberdayaan perempuan dalam program Usaha
Peningkatan Pendapatan Keluarga (UP2K) sudah cukup baik. Hal
tersebut terlihat adanya pelatihan yang diadakan oleh Tim
Penggerak PKK Kabupaten dan Desa baik dalam bentuk
keterampilan maupun dalam hal pengelolaan dana. Dampak
pelaksanaan program Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga
(UP2K) ini memberikan efek yang positif bagi masyarakat
khususnya kaum perempuan. Program UP2K memberikan
fasilitas perkoperasian bagi perempuan dengan tidak memberikan
beban pinjaman yang besar dan persyaratan yang memberatkan
sebagaimana koperasi lainnya. Jasa peminjaman dan simpanan
juga berdasarkan pada kesepakatan bersama dan kekeluargaan.
Sehingga dengan adanya program UP2K ini memberikan
kesempatan terhadap peningkatan kemampuan dan
pengembangan pendapatan bagi perempuan.
19
Keempat, jurnal yang berjudul Strategi Keberhasilan Usaha
Home Industri Sepatu Dalam Memberdayakan Masyarakat yang
ditulis oleh Sarah Fauziah Audina dan Muhtadi pada Jurnal
Agribisnis Terpadu. Fokus utama penelitian ini adalah
mengetahui strategi yang digunakan untuk mempertahankan
usaha serta dampak dari home industry sepatu yang mampu
memberdayakan masyarakat sekitar di Jakarta Pusat. Adapun
metode penelitian yang digunakan pada penelitian tersebut adalah
penelitian kualitatif. Mengenai metode pengumpulan data yang
digunakan adalah metode wawacara dan observasi lapangan.
Narasumber yang menjadi fokus utama pada penelitian ini adalah
usaha home industry Bapak Haryono. Terdapat 3 (tiga) kerangka
teori yang digunakan pada penelitian tersebut, yaitu aras mikro,
atas mezzo, dan aras makro. Pada kesimpulannya, peneliti
menjelaskan bahwa Bapak Haryono mendapatkan dukungan dari
warga setempat. Kemudian kesuksesan Bapak Haryono dalam
memberdayakan masyarakat sekitar dapat berjalan dengan baik
berkat adanya semangat dan kerja keras. Dampak lain dari
adanya pelatihan dari home industry di daerah tersebut adalah
adanya perubahan pola berpikir di masyarakat. Dampak
selanjutnya, ternyata beberapa karyawan dari Bapak Haryono
sudah mendirikan usaha, bermodalkan keterampilan dan
motivasu yang sudah diberikan oleh Bapak Haryono.
Kelima, tulisan ilmiah yang tulis oleh Rumayah dan
dipublikasi pada Jurnal Pemerintahan Integratif tahun 2015
dengan judul Pelaksanaan Program Pemberdayaan Dan
Kesejahteraan Keluarga (PKK) Dalam Pemberdayaan
20
Masyarakat di Desa Malinau Kota Kecamatan Malinau. Pada
penelitian ini yang menjadi fokus utamanya adalah pelaksanaan
dari pemberdayaan dan kesejahteraan keluarga di masyarakat
desa Malinau Kota. Pengumpulan data dilakukan dengan cara
penelitian kepustakaan, penelitian lapangan berupa observasi,
wawancara mendalam dan penelitian dokumen. Narasumber dari
penelitian ini adalah Ketua Pemberdayaan dan Kesejahteraan
Keluarga (PKK) Kecamatan Malinau Kota, Sekertaris
Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Desa Malinau
Kota, dan Pokok Kerja (Pokja) II. Data-data yang diperoleh dan
dikumpulkan, dibandingkan, dianalisis dengan analisis
kualitatif.Hasil penelitian menunjukan bahwa pelaksanaan
program Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) di
Desa Malinau Kota belum bisa dilaksanakan dengan maksimal.
Hal tersebut disebabkan karena kurangnya keaktifan dari
pengurus Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK)
Desa Malinau Kota, dana yang diberikan dan luasnya daerah
yang dinaungi oleh Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga
(PKK) Desa Malinau Kota. Temuan lainnya adalah Faktor
pendukung dan penghambat Pelaksanaan Program Pemberdayaan
dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) bahwa adanya pendapat yang
berbeda yang dikemukan oleh masing-masing kedua belah pihak.
Namun, dapat diketahui bahwa Pemberdayaan dan Kesejahteraan
Keluarga (PKK) desa Malinau Kota memiliki beberapa faktor
pendukung yaitu adanya partisipasi dalam kegiatan yang dia
adakan oleh Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK)
seperti kegiatan melaksanakan dan mengembangkan BKB.
21
Sedangkan faktor penghambatyang dimiliki oleh Pemberdayaan
dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) desa Malinau Kota yaitu
Kurangnya keaktifan dari pengurus, luasnya daerah yang
dinaungi, Keterbatasan dana, dan masih kurangnya kepercayaan
masyarakat desa kepada Pemberdayaan dan Kesejahteraan
Keluarga (PKK) desa Malinau Kota untuk kegiatan dibidang
pengetahuan dan keterampilan serta pengembangan berkehidupan
berkoperasi.
F. Sistematika Penulisan
Untuk mengetahui hubungan yang logis antara bagian satu
dengan bagian selanjutnya serta mempermudah dalammemahami
skripsi ini, maka peneliti menguraikan sistematika pembahasan:
BAB I: Pendahuluan
Pada bab ini, peneliti mengemukakan latar belakang
masalah, pembatasan masalah dan perumusan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan
pustaka, metodologi penelitian, tinjauan teori, dan
sistematika penulisan.
BAB II: Kajian Pustaka
Pada bab ini, peneliti akan menguraikan landasan teori,
penelitian terdahulu, dan kerangka pemikiran teoritis.
BAB III: Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Pada bab ini, peneliti memuat gambaran umum tentang
sejarah dan perkembangan, visi dan misi, program,
pola pendanaan serta manajemen Lembaga UP2K
Kemuning.
22
BAB IV: Data Dan Temuan Penelitian
Pada bab ini, peneliti akan membahas hasil temuan
penelitian meliputi gambaran umum objek penelitian,
analisis data dan pembahsan hasil penelitian.
BAB V: Pembahasan
Pada bab ini berisi uraian yang mengaitkan latar
belakang, teori, dan rumusan teori dari penelitian
BAB VI: Simpulan, Implikasi, Dan Saran
Pada bab ini Format penelitian kualitatif dapat
disesuaikan dengan rancangan penelitian yang
digunakan dan temuan yang berkembang di lapangan.
23
BAB II
Kajian Teori Peran, Pemberdayaan, Kerangka Berpikir
A. Definisi Peran dan Pemberdayaan
Dalam proses pemberdayaan, masyarakat tidak bisa begitu
saja tumbuh menjadi masyarakat yang sejahtera apabila tidak
adanya dukungan dari lembaga negara. Maka untuk
menyejahterakan masyarakat, negara perlu merencanakan dan
menyusun sebuah program yang bisa memberikan dampak
kepada masyarakat, salah satu upaya yang ditempuh oleh
Pemerintah adalah menyusun dan melaksanakan program Usaha
Peningkatan Pendapatan Keluarga-Pemberdayaan dan
Kesejahteraan Keluarga (UP2K-PKK).
Dengan terlaksananya program Usaha Peningkatan
Pendapatan Keluarga-Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga
(UP2K-PKK) ini, sebenarnya Pemerintah memainkan perannya
selaku negara pada masyarakat yang ada dinaungannya. Selain
itu, dengan lahirnya program ini sebenarnya pemerintah berupaya
untuk bisa memberdayakan masyarakatnya sehingga bisa
membantu perekonomian negara.
1. Teori Peran
Untuk memulai penelitian ini, peneliti akan memulai
dengan memaparkan teori peran dan pemberdayaan. Menurut
Dewi Wulan Sari (2009:106), mendefinisikan peran sebagai
konsep tentang apa yang harus dilakukan oleh individu dalam
masyarakat dan meliputi tuntutan-tuntutan prilaku dari
24
masyarakat terhadap seseorang dan merupakan perilaku
individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat.
Pendapat lainnya, menurut Maurice Duverger (2010:
102) berpendapat, bahwa istilah peran dipilih secara baik
karena dia menyatakan bahwa setiap orang adalah pelaku di
dalam masyarakat dimana dia hidup, juga dia adalah seorang
aktor yang harus memainkan beberapa peranan seperti aktor
profesional. Lebih lanjut lagi, menurutnya bahwa peranan
merupakan atribut sebagai dari status dan perilaku yang
diharapkan oleh anggota-anggota lain dari masyarakat
terhadap pemegang status, singkatnya, peranan hanyalah
sebuah aspek dari status yang disandang.
Menurut Ife yang dikutip dari buku Isbandi Rukminto
(2012: 91), ada beberapa peran yang dapat dilakukan petugas
pengembangan masyarakat dalam praktik pengorganisasian
dan pengembangan masyarakat, yaitu:
a. Peran-peran fasilitatif
1) Animasi sosial
Menurut Ife, keterampilan melakukan animasi
sosial menggambarkan kemampuan pelaku perubahan
ataupun pemberdayaan masyarakat untuk
membangkitkan energi, inspirasi, antusiasme
masyarakat termasuk didalamnya mengaktifkan,
menstimulasi, dan mengembangkan motivasi warga
untuk bertindak.
25
Peran pelaku perubahan ataupun pemberdaya
masyarakat disini bukanlah sebagai seseorang yang
akan melaksanakan seluruh kegiatan oleh dirinya
sendiri, tetapi lebih ke arah memampukan (enable)
warga untuk mau terlibat aktif dalam proses perubahan
di komunitas tersebut.
2) Mediasi dan negoisasi
Pelaku perubahan dalam upaya melakukan
intervensi sosial (perubahan sosial yang terencana)
kadangkala bertemu dengan situasi di mana terjadi
konflik minat dan nilai dalam komunitas. Konflik ini
sering kali tidak terhindarkan karena dalam suatu
komunitas tidak jarang terdapat berbagai perbedaan
minat dan cara pandang dari berbagai kelompok yang
ada dalam masyarakat tersebut.
3) Pemberi dukungan
Salah satu peran dari pemberdaya masyarakat
adalah untuk menyediakan dan mengembangkan
dukungan terhadap warga yang mau terlibat dalam
struktur dan aktivitas komunitas tersebut. Dukungan itu
sendiri tidak selalu bersifat materiil, tetapi dapat juga
bersifat seperti pujian, penghargaan dalam bentuk kata-
kata, ataupun sikap dan perilaku yang menunjukkan
dukungan dari pelaku perubahan terhadap apa yang
dilakukan warga, seperti menyediakan waktu bagi
warga bila mereka ingin berbicara dengannya guna
membahas permasalahan yang mereka hadapi.
26
4) Fasilitasi kelompok
Ife melihat bahwa banyak waktu yang digunakan
oleh pelaku perubahan dihabiskan dalam kelompok-
kelompok yang ada di masyarakat. Oleh karena itu,
keefektifan kerja dari pelaku perubahan sebagai
pemberdaya masyarakat juga akan sangat terkait
dengan keterampilannya untuk berinteraksi dengan
kelompok-kelompok kecil.
Kelompok-kelompok yang ada di masyarakat
pada dasarnya merupakan suatu modal sosial karena
adanya unsur norma (norms) dan nilai (values) dalam
kelompok tersebut serta adanya kepercayaan yang
merupakan suatu ciri modal sosial.
Berbagai diskusi tentang upaya mengembangkan
kelompok selalu terkait dengan peran-peran pelaku
perubahan sebagai pemberdaya masyarakat. Hal
pertama yang harus di lakukan adalah memfokuskan
pada membantu kelompok untuk mencapai hasil yang
diinginkan (misalnya, membantu membangun taman
bermain atau membantu merenovasi rumah warga),
sedangkan hal yang kedua lebih mengarah pada
bagaimana menciptakan kelompok tersebut.
Dari pandangan Ife, dalam pembangunan suatu
komunitas, justru proses itulah yang lebih memainkan
peranan utama di bandingkan dengan sekedar hasil
yang ingin dicapai.
27
5) Pemanfaatan sumber daya dan keterampilan
Pelaku perubahan sebagai pemberdaya
masyarakat harus dapat mengidentifikasi dan
memanfaatkan berbagai keterampilan dan sumber daya
yang ada dalam komunitas maupun kelompok.
Berbagai kelompok ini harus mendapat perhatian dari
pemberdaya masyarakat sehingga dalam
pengembangannya mereka bisa mengoptimalisasikan
keterampilan mereka, yang tentu saja disini
dipertimbangkan pula potensi daerah pemasaran
dimana produk tersebut bisa diterima.
6) Mengorganisasi
Peran terakhir dari pelaku perubahan sebagai
pemberdaya masyarakat yang terkait dengan peran-
peran fasilitatif adalah sebagai organisator.
Keterampilan mengorganisasi melibatkan kemampuan
pelaku perubahan untuk berpikir tentang hal-hal apa
saja yang perlu dilakukan.
b. Peran-peran pendidikan
Petugas pengembangan masyarakat tidak hanya
membantu pelaksanaan, tetapi juga harus lebih berperan
aktif dalam memberikan masukan secara langsung,
sebagai hasil dari pengetahuan, keterampilan dan
pengalamannya. (Abu Huraerah, 2008: 155)
1) Peningkatan kesadaran
Peningkatan kesadaran diawali dengan upaya
membangun hubungan antara hubungan personal
28
dengan kepentingan politisi, atau kepentingan
individual dengan kepentingan struktural. Hal ini
bertujuan membantu individu melihat permasalahan,
impian, aspirasi, penderitaan yang dialaminya dalam
perspektif sosial dan politik yang lebih luas.
Komponen penting yang lain dari peningkatan
kesadaran masyarakat adalah: Pertama, membantu
masyarakat untuk dapat melihat berbagai alternatif
yang ada. Masyarakat tidaklah perlu hanya melihat
kehidupan seperti apa adanya saat ini karena dengan
mau melihat dunia ini dari sudut pandang yang lain,
seringkali justru dapat memunculkan beberapa
alternatif untuk mengatasi permasalahan yang ada.
Kedua, dalam proses penyadaran adalah menyadarkan
masyarakat tentang struktur dan strategi perubahan
sosial di mana warga dapat berpartisipasi dan bertindak
secara efektif .
2) Pemberian informasi
Pelaku perubahan dalam upaya memberdayakan
masyarakat tidak jarang juga harus menyampaikan
informasi yang mungkin belum diketahui oleh
komunitas sasarannya. Membantu memberikan
informasi yang relevan kepada masyarakat merupakan
satu di antara peran penting seorang pelaku perubahan
masyarakat.
Aspek-aspek yang berkaitan dengan informasi
demografi dan indikator-indikator sosial, seperti:
29
struktur usia, tingkat kematian, tingkat kenakalan
remaja, distribusi pendapatan dapat menjadi informasi
penting bagi masyarakat untuk menyusun profil bagi
mereka sendiri.
3) Pelatihan
Pelatihan merupakan peran pendidikan yang
paling spesifik karena secara mendasar dapat
memfokuskan pada upaya mengajarkan komunitas
sasaran bagaimana cara melakukan sesuatu hal yang
berguna bagi mereka secara khusus dan lebih luas lagi
bagi komunitasnya.
Pelatihan pada dasarnya akan lebih efektif bila
keterampilan yang di ajarkan adalah keterampilan yang
di inginkan oleh masyarakat. Dalam arti, masyarakat
dilibatkan dalam proses menentukan pelatihan apa
yang mereka inginkan.
Sedangkan peran petugas pengembangan
masyarakat menurut Zastrow yang di kutip oleh Abu
Huraerah (2008: 149-151) adalah:
1) Enabler (pemercepat perubahan)
Peran sebagai enabler adalah membantu
masyarakat agar dapat mengartikulasikan atau
mengungkapkan kebutuhan-kebutuhan mereka,
menjelaskan dan mengidentifikasikan masalah-masalah
mereka dan mengembangkan kemampuan mereka agar
dapat menangani masalah yang mereka hadapi secara
30
lebih efektif. Fokusnya adalah menolong masyarakat
agar dapat menolong dirinya sendiri.
Ada empat fungsi utama yang dilakukan
pengembang masyarakat sebagai pemercepat
perubahan (enabler), yaitu: membantu masyarakat
menyadari dan melihat kondisi mereka,
membangkitkan dan mengembangkan organisasi dalam
masyarakat, mengembangkan relasi yang baik dan
memfasilitasi perencanaan yang baik.
2) Broker (perantara)
Peranan seorang broker adalah menghubungkan
individu-individu ataupun kelompok dalam masyarakat
yang membutuhkan pertolongan dengan pelayanan
masyarakat, tetapi tidak tahu dimana dan bagaimana
mendapatkan bantuan tersebut dengan lembaga yang
menyediakan layanan masyarakat. Peranan ini
dilakukan seorang broker karena individu atau
kelompok tersebut kerapkali tidak mengetahui dimana
dan bagaimana mendapatkan pertolongan tersebut.
3) Educator (pendidik)
Dalam menjalankan peran sebagai pendidik,
pengembang masyarakat diharapkan mempunyai
kemampuan menyampaikan informasi dengan baik dan
jelas, serta mudah ditangkap oleh komunitas yang
menjadi sasaran perubahan. Di samping itu, ia juga
harus mempunyai pengetahuan yang cukup memadai
mengenai topik yang akan dibicarakan. Dalam hal ini,
31
tidak jarang seorang pengembang masyarakat harus
menghubungi rekan dari profesi lain yang menguasai
materi tersebut. Aspek lain yang terkait dengan peran
ini adalah keharusan bagi seorang pengembang
masyarakat untuk selalu belajar.
4) Expert (tenaga ahli)
Sebagai seorang expert, pelaku perubahan
berperan menyediakan informasi dan memberikan
saran-saran dalam berbagai area. Seorang expert juga
harus sadar bahwa usulan dan saran yang ia berikan
bukanlah mutlak harus di jalankan klien mereka, tetapi
usulan dan saran tersebut lebih merupakan gagasan
sebagai bahan pertimbangan masyarakat ataupun
organisasi dalam pengambilan keputusan.
5) Social Planner (perencana sosial)
Seorang perencana sosial berperan
mengumpulkan fakta-fakta tentang masalah sosial yang
terdapat dalam komunitas serta menyusun alternatif
tindakan dalam menangani masalah tersebut. Seorang
sosial planner lebih lebih memfokuskan pada
keterlibatan dalam tugas-tugas pengembangan dan
pengimplementasian program.
6) Advocate (advokasi)
Peranan sebagai advokasi dipinjam dari profesi
hukum. Peranan ini adalah peranan yang aktif dan
terarah, dimana pelaku perubahan melaksanakan
32
fungsinya sebagai advokat yang mewakili kelompok
masyarakat yang membutuhkan pertolongan ataupun
pelayanan, tetapi institusi yang seharusnya
memberikan pertolongan tersebut tidak memperdulikan
ataupun menolak tuntunan masyarakat.
7) Activist (aktivis)
Sebagai aktivis, seorang pengembang masyarakat
senantiasa melakukan perubahan yang mendasar dan
sering kali tujuannya adalah pengalihan sumber daya
atau kekuatan pada kelompok yang kurang
mendapatkan keuntungan. Seorang aktivis biasanya
mencoba menstimulasi kelompok yang kurang
diuntungkan tersebut untuk mengorganisasi diri dan
melakukan tindakan melawan struktur kekuasaan yang
ada.
Menurut Sembiring yang dikutip oleh Muh. Nurdin
dkk (2014: 70) fungsi pemerintah negara termasuk
pemerintah daerah dimanapun berada, sekurang-kurangnya
melakukan fungsi pelayanan (services), fungsi pengaturan
(regulation), dan fungsi pemberdayaan (empowering),
dalam upaya mewujudkan tata kelolah pemerintahan yang
baik (good governance).
Sementara menurut Hamdi yang dikutip oleh Muh.
Nurdin dkk (2014: 70) fungsi pemerintah yakni melakukan
pengaturan dan memberikan pelayanan. Pengaturan dalam
arti menegaskan bingkai kesepakatan kehidupan kolektif,
agar terdapat kepastian dan perilaku yang memberikan
33
kemanfaatan pada kepentingan umum. Pelayanan terhadap
hak-hak masyarakat berisi kegiatan untuk memudahkan
masyarakat menikmati hidupnya yang patut atau pantas
sesuai dengan nilai-nilai dan martabat kemanusiaannya.
Sedangkan pelayanan teradap kewajiban masyarakat berisi
kegiatan untuk memampukan masyarakat memahami
kepatuhan kolektif yang semestinya dikembangkan.
Pelayanan ini kemudiaan sangat berkaitan dengan fungsi
pemberdayaan.
2. Teori Pemberdayaan
a. Definisi Pemberdayaan
Setelah memaparkan teori peran, maka peneliti
selanjutnya akan menjelaskan teori pemberdayaan
masyarakat yang telah disampaikan oleh para ahli. Jika
dilihat pemberdayaan masyarakat terdiri dari dua suku
kata, yaitu pemberdayaan dan masyarakat. Pemberdayaan
berasal dari kata daya yang berarti kemampuan.
Berdasarkan keterangan tersebut maka pemberdayaan
adalah kemampuan yang dimiliki oleh orang atau
organisasi dalam upaya membuat berdaya asing.
Pendapat lainnya mengenai pemberdayaan
mengemukakan bahwa pada hakikatnya konsep
pemberdayaan dan memberdayakan adalah terjemahan
dari bahasa Ingrris yaitu empowerment dan empower yang
mengandung dua arti. Pertama yaitu to give power or
authority to yang artinya memberi kekuasaan,
34
mengalihkan kekuatan atau mendelegasikan otoritas ke
pihak lain. Pengertian kedua yaitu to give ability to or
enable yang diartikan sebagai upaya untuk memberi
kemampuan atau pemberdayaan. (TP. Yansen; 2013: 131)
Menurut Mas‟oed dalam Mardikanto dan Soebianto
(2015:26), pemberdayaan merupakan upaya untuk
memberikan daya (empowerment) atau penguatan
(strengthening) kepada masyarakat.Selanjutnya
Kartasasmita,yang dikutip oleh Mardikanto dan Soebianto
(2015:53) mendefinisikan bahwa pemberdayaan adalah
upaya untuk membangun daya itu sendiri, dengan
mendorong, memotivasi dan membangkitkan kesadaran
akan potensi yang dimilikinya serta berupaya untuk
mengembangkannya. Selanjutnya, upaya tersebut diikuti
dengan memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh
masyarakat itu sendiri.
Sumodiningrat dalam Mardikanto dan Soebianto
(2015:33) berpendapat bahwa pemberdayaan merupakan
upaya pemberian kesempatan dan/atau memfasilitasi
kelompok miskin agar mereka memiliki aksesibilitas
terhadap sumber daya yang berupa: modal, teknologi,
informasi, jaminan pemasaran dan lain-lain agar mereka
mampu memajukan dan mengembangkan usahanya,
sehingga memperoleh perbaikan pendapatan serta
perluasan kesempatan kerja demi perbaikan kehidupan
dan kesejahteraannya.
35
Sementara untuk pendefinisian pemberdayaan
masyarakat, Mardiakanto dan Soebinato (2015:30)
menjelaskan bahwa upaya untuk meningkatkan harkat dan
martabat laposan masyarakat yang dalam kondisi
sekarang tidak mampu untuk melepaskan diri dari
perangkap kemiskinan dan keterbelakangan. Dengan kata
lain, pemberdayaan adalah memampukan dan
memandirikan masyarakat. Lebih lanjut lagi,
pemberdayaan masyarakat itu suatu proses dimana
masyarakat, terutama mereka yang miskin sumber daya,
kaum peremuan dan kelompok yang terabaikan lainnya,
didukung agar mampu meningkatkan kesejahteraannya
secara mandiri.
Pemberdayaan memiliki makna membangkitkan
sumber daya, kesempatan, pengetahuan dan keterampilan
masyarakat untuk meningkatkan kapasitas dalam
menentukan masa depan mereka. Konsep utama yang
terkandung dalam pemberdayaan adalah bagaimana
memberikan ruang kesempatan yang luas bagi masyarakat
untuk menentukan sendiri arah kehidupan dalam
komunitasnya. Pemberdayaan memberikan tekanan pada
otonom pengambilan keputusan dari suatu kelompok
masyarakat. Penerapan aspek demokrasi dan partisipasi
dengan titik fokus pada lokalitas akan menjadi landasan
bagi upaya penguatan potensi lokal. Pada kesempatan ini
pemberdayaan masyarakat difokuskan pada penguatan
individu anggota masyarakat beserta pranata-pranatanya.
36
Pendekatan utama dalam konsep pemberdayaan
adalah menempatkan masyarakat tidak sekedar sebagai
objek melainkan juga sebagai subjek. Konteks
pemberdayaan, sebenarnya tekandung dalam proses
pembangunan dan hak untuk menikmati hasil
pembangunan. Pemberdayaan mementingkan adanya
pengakuan subjek akan kemampuan atau daya yang
dimiliki objek.
Secara garis besar, Sri Widayanti (2012: 94)
membagi definisi pemberdayaan ke dalam dua kelompok.
Kelompok pertama merupakan kelompok yang memiliki
pandangan pada kerangka kerja developmentalisme.
Kelompok ini didasari oleh kesadaran naif atau reformatif
yang melihat faktor manusia sebagai akar masalah
ketidakberdayaan mereka. Dalam konteks ini, mereka
tidak menolak konsep dasar dan gagasan pembangunan,
tetapi lebih kepada mengkritisi pendekatan dan
metodologi yang digunakan. Menurut mereka, kegagalan
pemberdayaan disebabkan oleh pendekatan konvensional
yang di antaranya, transplantative planning, top down,
inductive, capital intensive, west-biased technological
transfer dan lainnya.
Oleh karena itu, solusi yang mereka tawarkan
adalah mengupayakan teknik dan metodologi „alternatif‟
dari metode dan pendekatan proyek pemerintah, seperti
proyek pengembangan industri kecil; pengembangan
kerajinan (handycraft); proyek peningkatan pendapatan;
37
pelayanan kesehatan masyarakat; program keluarga
berencana dan pengendalian penduduk; teknologi tepat
guna dan proyek pembangunan perdesaan lainnya.
Strategi-strategi yang mereka tawarkan adalah
transformative and transactive planning, bottom up,
community empowerment, dan participative, semuanya ini
terkenal dengan Pembangunan Komunitas (Community
Development).
Menurut Robert Adams selaku pemikir yang
berpijak pada kerangka kerja developmentalism,
menyampaikan bahwa pemberdayaan masyarakat “the
user participation in services and to self-help movement
generally, in which group take action on their own behalf,
either in cooperation with, or independently of, the
statutory services.” Berdasarkan pengertian tersebut, Sri
Widayanti menyimpulkan bahwa pemberdayaan sebagai
alat untuk membantu individu, kelompok dan masyarakat
supaya mereka mampu mengelola lingkungan dan
mencapai tujuan mereka, sehingga mampu bekerja dan
membantu diri mereka dan orang lain untuk
memaksimalkan kualitas hidup. (Widayanti, 2012: 95)
Dampak dari kurang tepatnya metode yang sudah
disebutkan seperti pembangunan tidak menghasilkan
kemajuan, melainkan justrusemakin meningkatkan
keterbelakangan, melahirkan ketergantungan negara
sedang berkembang terhadap negara maju, melahirkan
ketergantungan pheriphery terhadap center, melahirkan
38
ketergantungan masyarakat terhadap negara atau
pemerintah, dan melahirkan ketergantungan masyarakat
kecil terhadap pemilik modal. (Widayanti, 2012: 94)
Kemudian pandangan dari kelompok kedua yang
merupakan anti tesis dari pemikiran kelompok pertama,
yaitu anti-developmentalisme, mempertanyakan gagasan
dasar dari diskursus pembangunan. Pandangan ini
menggunakan pendekatan kritis sebagai landasan dan alat
analisa atas realitas sosial. Kritik atas pembangunan ini
mengundang banyak kajian yang diantara hasilnya
menunjukkan bahwa modernisasi dan developmentalisme
adalah bungkus baru dari kapitalisme. Banyak pendapat
yang menyatakan bahwa ideologi pembangunan atau
developmentalisme adalah salah satu produk dari proyek
pencerahan (enlightenment), yang memiliki prinsip dasar
penduniawian (sekularisasi); penalaran (rasionalisasi); dan
individualisasi. Ketiga landasan tersebut mendorong
dilakukannya revolusi industri, revolusi ilmu
pengetahuan, dan reformasi politik. (Widayanti, 2012: 94)
Menurut pandangan ini, pembangunan dilihat
sebagai ideologi dominan yang telah mengendap sekian
lama di Negara-negara berkembang, termasuk Indonesia,
tidak memungkinkan bagi pencapaian demokratisasi dan
transformasi dibidang apapun yang meliputi ekonomi,
politik, kultur, gender, dan lingkungan, termasuk relasi
pengetahuan/kekuasaan. Dari perspektif ini, menurut Sri
Widayanti, kritik dan penolakan bukan hanya pada aras
39
metodologi dan pendekatan tetapi juga terhadap konsep
dan diskursus pembangunan. (Widayanti, 2012: 96)
Menurut Jim Ife (Jim Ife & Frank Tesoriero, 2008)
yang berpijak pada pandangan anti-developmentalisme,
membagi pandangan pemberdayaan ke dalam beberapa
kelompok, pertama penganut strukturalis memaknai
pemberdayaan sebagai upaya pembebasan, transformasi
struktural secara fundamental, dan eliminasi struktural
atau sistem yang opresif; kedua kelompok pluralis
memandang pemberdayaan sebagai upaya meningkatkan
daya seseorang atau sekelompok orang untuk dapat
bersaing dengan kelompok lain dalam suatu “rule of the
game” tertentu; ketiga kelompok elitis, pemberdayaan
sebagai upaya mempengaruhi elit, membentuk aliniasi
dengan elit-elit tersebut, serta berusaha melakukan
perubahan terhadap praktek-praktek dan struktur yang
elitis; dan keempat, kelompok post-strukturalis,
pemberdayaan merupakan upaya mengubah diskursus
serta menghargai subyektivitas dalam pemahaman realitas
sosial.
Selain itu, menurut Pranarka, konsep empowerment
pada dasarnya adalah upaya menjadikan suasana
kemanusiaan yang adil dan beradab menjadisemakin
efektif secara struktural, baik di dalam kehidupan
keluarga, masyarakat, negara, regional, internasional, baik
dalam bidang politik, ekonomi, budaya, dan lain-lain.
40
Konsep pemberdayaan yang diusung oleh anti-
developmentalisme tersebut menjelaskan bahwa
pemberdayaan merupakan upaya pembebasan dari
determinisme dan kekuasaan yang absolut, dengan
mendasarkan pada aktualisasi dan koaktualisasi eksistensi
manusia dan kemanusiaan, yang bertujuan untuk
menciptakan kehidupan kemanusiaan yang adil dan
beradab dalam sistem politik, ekonomi, sosial dan budaya.
Oleh karena itu, pemberdayaan bukanlah sebuah istilah
yang netral, tetapi memiliki keberpihakan yang jelas
terhadap masyarakat grass-root yang menjadi pihak yang
dirugikan dalam relasi sistem dominan-subordinat.
Perbedaan yang sangat signifikan dari kedua pandangan
tersebut adalah pada sasaran utama pemberdayaan,
apabila aliran pertama menekankan pada perubahan
manusia supaya dapat menyesuaikan dengan sistem,
aliran kedua justru menekankan pada perubahan sistem
dan struktur ekonomi, politik, sosial dan budaya yang
lebih adil dan lebih baik sehingga dengan sendirinya
masyakat akan berdaya dari determinisme kekuasaan yang
absolut. (Widayanti, 2012: 99)
Kemudian berkaitan dengan pemberdayaan
masyarakat, menurut Tantan Hermansah (2018)
menuliskan bahwa pada hakikatnya pemberdayaan
masyarakat merupakan agenda pembangunan untuk
mencapai kondisi masyarakat yang ideal, yaitu kondisi
yang saling menguntungkan antara pemberi dan penerima
41
manfaat. Pemberi bisa menyalurkan tanggungjawabnya
sebagai bentuk partisipasi dalam pembangunan.
Sementara penerima diharapkan mendapat manfaat
program lebih berdaya dalam sebgala aspek kehidupan,
seperti ekonomi, sosial, pendidikan, kesehatan, aspek
kehidupan lainnya untuk mencapai kesejahteraan.
b. Ruang Lingkup Pemberdayaan
Lingkup kegiatan pemberdayaan masyarakat,
menurut Mardikanto dan Soebianto (2015: 114) antara
lain:
1) Bina Manusia
Bina manusia merupakan upaya yang pertama
dan utama yang harus diperhatikan dalam setiap upaya
pemberdayaan masyarakat. Hal ini dilandasi oleh
pemahaman bahwa tujuan pembangunan adalah untuk
perbaikan mutu hidup atau kesejahteraan manusia.
Disamping itu dalam ilmu manajemen, manusia
menempati unsur yang paling unik karena selain
sebagai salah satu sumberdaya juga sekaligus pelaku
atau pengelola manajemen itu sendiri. Upaya bina
manusia adalah semua kegiatan yang termasuk dalam
upaya penguatan atau pengembangan kapasitas yang
meliputi:
a) Pengembangan kapasitas individu, yang meliputi
kapasitas kepribadian, kapasitas di dunia kerja dan
pengembangan keprofesionalan.
42
b) Pengembangan kapasitas entitas/kelembagaan yang
meliputi:
(1) Kejelasan visi, misi dan budaya organisasi
(2) Kejelasan struktur organisasi, kompetensi dan
strategi organisasi
(3) Proses organisasi atau pengelolaan organisasi
(4) Pengembangan jumlah dan mutu sumberdaya
(5) Interaksi antar individu di dalam organisasi
(6) Interaksi dengan entitas organisasi dengan
pemangku kepentingan yang lainnya.
c) Pengembangan kapasitas sistem (jejaring) yang
meliputi:
(1) Pengembangan interaksi antar entitas (organisasi)
dalam sistem yang sama
(2) Pengembangan interaksi dengan entitas di luar
sistem
2) Bina Usaha
Bina usaha menjadi suatu upaya penting dalam
setiap pemberdayaan, sebab bina manusia yang tanpa
memberikan dampak atau manfaat bagi perbaikan
kesejahteraan (ekonomi) tidak akan laku dan bahkan
menambah kekecewaan. Sebaliknya, hanya bina
manusia yang mampu (dalam waktu dekat/cepat)
memberikan dampak atau manfaat bagi perbaikan
kesejahteraan (ekonomi) yang akan laku atau
memperoleh dukungan dalam bentuk partisipasi
masyarakat. Bina usaha mencakup:
43
a) Pemilihan komoditas dan jenis usaha
b) Studi kelayakan dan perencanaan bisnis
c) Pembentukan badan usaha
d) Perencanaan investasi dan penetapan sumber-
sumber pembiayaan
e) Pengelolaan SDM dan pengembangan karir
f) Manajemen produksi dan operasional
g) Manajemen logistik dan finansial
h) Penelitian dan pengembangan
i) Pengembangan dan pengelolaan sistem informasi
bisnis
j) Pengembangan jejaring dan kemitraan
k) Pengembangan sarana dan prasarana pendukung
3) Bina Lingkungan
Setelah dikembangkan teori pembanguna
berkelanjutan, isu lingkungan menjadi salah satu isu
yang sangat penting. Hal ini terlihat pada kewajiban
dilakukannya AMDAL (analisis manfaat dan dampak
lingkungan) dalam setiap kegiatan investasi,ISO 1400
tentang keamanan lingkungan, sertifikat ekolebel. Hal
ini dinilai penting karena pelestarian lingkungan
(fisik) akan sangat menentukan keberlanjutan
kegiataninvestasi maupun operasi (utamanya yang
terkait dengan tersedianya bahan baku). Jika selama
ini pengertian lingkungan seringkali dimaknai sekedar
lingkungan fisik, utamanya yang menyangkut
44
pelestarian sumberdaya alam dan lingkungan hidup.
Tetapi dalam prakteknya perlu disadari bahwa
lingkungan sosial juga sangat berpengaruh terhadap
keberlanjutan bisnis dan kehidupan. Maka di era
sekarang ini, kesadaran mengenai lingkungan sudah
bergeser dengan diterbitkannya Undang-undang No.
25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal dan
Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang
Perseroan yang didalamnya mencantumkan
tanggungjawab sosial dan lingkungan oleh
penanammodal/perseroan. Di lingkungan
internasional, sejak 2007 telah ditetapkan ISO 26000
tentang tanggungjawab sosial perusahaan.
4) Bina Kelembagaan
Tersedianya dan efektivitas kelembagaan akan
sangat berpengaruh terhadap keberhasilan bina
manusia, bina usaha dan bina lingkungan. Pengertian
tentang kelembagaan seringkali dimaknai dalam arti
sempit sebagai beragam bentuk lembaga (kelompok,
organisasi). tetapi kelembagaan sebenarnya memiliki
arti yang lebih luas. Menurut Hayami dan Kikuchi
(dalam Mardikanto dan Soebianto, 2015:116)
mengartikan kelembagaan sebagai suatu perangkat
umum yang ditaati oleh anggota suatu komunitas
(masyarakat).
45
B. Logic Framework Approach (LFA)
Untuk bisa mendapatkan manfaat yang maksimal dari
aktifitas pemberdayaan di daerah, maka pemerintah daerah
dituntut untuk memiiliki kapasitas atau kompetensi yang
memadai dalam rangka mengidentifikasi berbagai persoalan yang
ada di dalam pertambangan daerah. Salah satu cara yang dapat
membantu atau memudahkan untuk menginventarisir berbagai
persoalan adalah dengan menggunakan pendekatan Logical
Framework Approach (LFA).
Logical Framework Approach (LFA) adalah alat untuk
perencanaan, monitoring dan evaluasi dari project/program.
Selain itu LFA adalah instrumen analisis, presentasi, dan
manajemen yang dapat membantu perencana untuk menganalisis
situasi eksisting, membangun hierarki logika dari tujuan yang
akan dicapai, mengidentifikasi resiko potensial yang dihadapi
dalam pencapaian tujuan dan hasil, membangun cara untuk
melakukan monitoring dan evaluasi terhadap tujuan (output) dan
hasil (outcome), menyajikan ringkasan aktivitas suatu
kegiatanserta membantu upaya monitoring selama pelaksanaan
implementasi proyek.
Dapat disimpulkan bahwa LFA adalah alat untuk
perencanaan, monitoring, evaluasi, instrumen analisis, presentasi
dan manajemen yang dapat membantu perencana untuk
menganalisis situasi eksisting, membangun hirarki logika dari
tujuan yang akan dicapai dari project/program.
DalamLogical Framework Approach (LFA) terdapat
beberapa analisis yang dilakukan. Alan Wasch (2000: 9-21)
46
dalam artikelnya Introduction to the LFAyang dikutip oleh
Sulaeman, ada 4 analisis yang dilakukan, yakni analisis
stakeholder, analisis problem, analisis tujuan, dan analisis
strategi.
Pertama, Analisis Stakeholder yakni merupakan, (a)
Analisis stakeholder digunakan untuk memetakan dan menganalis
setiap stakeholder yang terkait dengan pencapaian project; (b)
Stakeholder adalah pihak bisa individu atau kelompok atau
organisasi/lembaga yang terkait dengan kegiatan program/project
yang akan dilakukan; (c) Stakeholder utama adalah stakeholder
yang berpengaruh langsung terhadap kegiatan; (d) Stakeholder
sekunder adalah stakeholder yangberpengaruh tidak langsung
terhadap program/project;
Kedua, analisis permasalahan, meliputi: (a) menyusun
daftar permasalahan yang akan menjadi dasar dalam penyusunan
program/project; (b) menyusun dalam bentuk pohon
permasalahan dimulai dengan menentukan permasalahan kunci
atau permasalahan utama; (c) menyusun penyebab dari
permasalahan tersebut muncul. Disusun secara bertingkat mulai
dari satu tingkat ke tingkat lainnya; (d) menyusun akibat dari
adanya permasalahan tersebut. Juga disusun secara bertingkat; (e)
Pohon permasalahan memberikan gambaran mulai dari akar
sampai pucuk permasalahannya dan akan menjadi panduan untuk
menyusun logframe.
Ketiga, analisis hasil yakni: (a) Merupakan prosedur yang
secara sistematis mengenali, memilah dan menjelaskan secara
rinci mengenai keterlibatan semua pihak dalam situasi yang
47
tertentu; (b) Dalam prakteknya dilakukan dengan membuat pohon
hasil yang dikembangkan dari pohon permasalahan yang diangkat
dan melakukan perincian lebih detail lagi dengan menuliskan
pilihan pilihan dari hasil yang akan dicapai; (c) Cara
melakukannya adalah dengan mengacu pada pohon
permasalahan, dan mengubah kalimat negatif dari pohon
permasalahan menjadi kalimat positif; (d) Setelah diubah menjadi
kalimat positif maka harus diperhatikan adalah pernyataan
objective/hasil tersebut harus jelas.
Keempat, analisis strategi adalah tahapan identifikasi
pilihan-pilihan strategi untuk mencapai tujuan program, dari
pilihan yang ada kemudian ditentukan strategi yang paling tepat
berdasarkan tujuan utama pengembangan program. Pilihan
strategi mesti mempertimbangkan resiko yang mungkin muncul
serta membangun kriteria seperti target group penerima manfaat,
kelanjutan manfaat, kemampuan memelihara aset setelah
program selesai, jumlah biaya yang dibutuhkan, kelayakan teknis,
kontribusi terhadap penguatan institusi, dampak terhadap
lingkungan, dan kesesuaian dengan prioritas program pemerintah.
Berdasarkan hasil analisis tersebut, maka dibangunlah
matriks logframe yang merupakan rangkuman dari tujuan
program, strategi mencapai tujuan, asumsi yang digunakan dan
bagaimana output dan outcome dimonitor. Logframe matriks
terdiri dari 4 elemen dasar yaitu: (1) Hubungan antara goals,
objectives, outputs dan activities; (2) Logika vertikal dan logika
horizontal; (3) Indikator; (4) Asumsi dan resiko yang perlu
diidentifikasi pada tahap penyusunan program.
48
Mengenai matriks logframedari program usaha peningkatan
pendapatan keluarga (UP2K) sendiri, dapat dianalisis bahwa
tujuan dibentuknya usaha peningkatan pendapatan keluarga
(UP2K) adalah pemberdayaan usaha mikro, kecil, dan menengah
dengan kaum perempuan sebagai pelaku usahanya, baik secara
pribadi atau kelompok, dengan tujuan untuk meningkatkan
pendapatan atau perekonomian keluarga. Berdasarkan tujuan
tersebut, usaha peningkatan pendapatan keluarga (UP2K)
memiliki program unggulan yaitu pembinaan kegiatan usaha
yang merupakan bagian dari pelaksanaan 10 pokok UP2K
sebagai usaha bersama guna meningkatkan pendapatan keluarga
dalam rangka usaha untuk mencapai keluarga sejahtera.
Mengenai sasaran dari program tersebut adalah keluarga-keluarga
yang berpenghasilan rendah dan telah memiliki kegiatan usaha
yang tergabung dalam kelompok, dan berdasarkan hasil
pengamatan benar-benar membutuhkan penambahan dana usaha.
Untuk memudahkan penelitian ini, peneliti akan
memfokuskan pada salah satu teori saja. Mengenai teori peran
yang digunakan oleh peneliti adalah teori peran yang
disampaikan oleh Dewi Wulan Sari (2009:106), mendefinisikan
peran sebagai konsep tentang apa yang harus dilakukan oleh
individu dalam masyarakat dan meliputi tuntutan-tuntutan prilaku
dari masyarakat terhadap seseorang dan merupakan perilaku
individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat.
Program UP2K ini dapat berjalan baik, jika beberapa faktor
yang mendukung, seperti kondisi pemerintahan di tempat berjalan
dengan baik. Program ini bisa berjalan dan efektif di masyarakat,
49
apabila kondisi dari pemerintahan di daerah tersebut tidak
memiliki masalah. Misalnya, konflik internal aparat desa atau
kelurahan, bisa juga pejabat aparat yang menjadi
penanggungjawab tidak menjalankan program ini secara
maksimal. Maka apabila kondisi dari pemerintahan tidak berjalan
dengan baik, bisa menjadi faktor penghambat pelaksanaan
program UP2K.
Faktor lain yang juga tidak kalah penting adalah sarana dan
prasarana yang memadai. Meskipun memang, faktor ini masih
bisa diperdebatkan, namun bagi peneliti, faktor sarana dan
prasarana yang untuk program ini juga tidak kalah pentingnya
guna mempermudah pelaksanaan program UP2K. Untuk sarana
dan prasarana ini, bisa juga berbentuk kondisi lapangan yang sulit
dijangkau untuk proses pemantauan maupun evaluasi.
Kemudian ketika aparat pemerintah sudah berjalan dan
sarana serta prasarana sudah memadai, akan tetapi minat dari
masyarakat untuk program ini kecil, itu bisa menjadi faktor
penghambat terlaksananya program ini. Maka perlu ada publikasi
dan ajak yang menarik, guna meningkatkan minat masyarakat
terhadap program ini. Oleh sebab itu, minat masyarakat terhadap
program, bagi peneliti, menjadi salah satu faktor yang
menentukan, baik itu untuk mendukung maupun menghambat
terlaksananya program UP2K.
Mengenai tujuan umum yang dari program UP2K adalah
untuk membina dan mengembangkan kegiatan usaha keluarga
yang tergabung dalam kelompok atau perorangan sehingga secara
bertahap mampu menjadi wiraswasta serta memungkinkan
50
timbulnya kegiatan yang kooperatif. Sementara tujuan khusus
dari program UP2K adalah membantu modal usaha bagi usaha
ekonomi lemah untuk menumbukan kewirausahaan, membantu
modal usaha bagi usaha yang membutuhkan penambahan modal,
membantu modal usaha untuk usaha perkreditan guna memenuhi
kebutuhan modal dan mengurangi ketergantungan dari para
pelepas uang, kemudian yang terakhir menumbuhkembangkan
kegiatan usaha yang kooperatif untuk memperkokoh perkembang
Kredit Usaha Desa (KUD) dan akhirnya mampu menolong
masyarakat dari keterpurukan ekonomi.
C. Kerangka Berpikir
Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga-Pemberdayaan
dan Kesejahteraan Keluarga (UP2K-PKK) adalah segala kegiatan
ekonomi yang diusahakan oleh keluarga, baik secara perorangan
maupun kelompok, yang modalnya bersumber dari swadaya
masyarakat, bantuan pemerintah, bantuan luar negeri, swasta,
serta sumber lain yang sah dan tidak mengikat. Tujuan umum
dari UP2K-PKK ini adalah tercapainya peningkatan usaha
ekonomi keluarga melalui usaha kelompok/perorangan UP2K-
PKK, sehingga dapat meningkatkan pendapatan dan
kesejahteraan keluarga. Sasaran kegiatan UP2K-PKK (Usaha
Peningkatan Pendapatan Keluarga) ini lebih diutamakan pada
keluarga-keluarga yang berpenghasilan rendah dan telah memiliki
usaha namun mengalami keterbatasan modal untuk
mengembangkan usahanya. Kelompok pelaksana UP2K-
PKKdibentuk oleh setiap desa atau kelurahan melalui PKK.
51
Gambar: Tabel II
Kerangka Berpikir
Usaha Peningkatan Pendapatan
Keluarga (UP2K)
Peran Usaha Peningkatan
Pendapatan Keluarga (UP2K)
Pengembangan Masyarakat di
Muncul
Dampak Perubahan Usaha
Peningkatan Pendapatan
Keluarga (UP2K)
Faktor
Penghambat
Pelaksanaan
Program Usaha
Peningkatan
Pendapatan
Keluarga
(UP2K)
Faktor
Pendukung
Pelaksanaan
Program Usaha
Peningkatan
Pendapatan
Keluarga
(UP2K)
55
BAB III
GAMBARAN UMUM USAHA PENINGKATAN
PENDAPATAN KELUARGA-PEMBERDAYAAN DAN
KESEJAHTERAAN KELUARGA (UP2K-PKK)
KEMUNING
A. Tinjauan Umum Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga
Pemberdayaan Dan Kesejahteraan Keluarga (UP2K-PKK)
Gerakan UP2K-PKK (Usaha Peningkatan Pendapatan
Keluarga Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga) merupakan
gerakan nasional dalam bidang pembangunan masyarakat yang
dalam pelaksaanaannya dari oleh, dan untuk masyarakat. Gerakan
ini merupakan salah satu implementasi kebijakan bidang
pemberdayaan wanita dari segi perekonomian. UP2K-PKK
bergerak dibawah koordinasi UP2K-PKK dilatarbelakangi oleh
rendahnya tingkat pendapatan keluarga yang menjadi hambatan
tercapainya kesejahteraan keluarga. Salah satu cara untuk
meningkatkan kesejahteraan keluarga adalah dengan membina
keluarga yang ekonomis dan produktif.
Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga (UP2K) adalah
segala kegiatan ekonomi yang diusahakan oleh keluarga, baik
secara perorangan maupun kelompok, yang modalnya bersumber
Top Related