PERAN PUASA SENIN KAMIS DALAM MENGEMBANGKAN
KECERDASAN SPIRITUAL (SQ) SISWA KELAS VIII
SMP NEGERI 8 PURWOKERTO
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan IAIN Purwokerto
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Strata Satu Pendidikan (S. Pd.)
Oleh:
‘Atiq Rifqi Mu’akhiroh
1423301031
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
PURWOKERTO
2019
ii
PERNYATAAN KEASLIAN
Dengan ini, saya menyatakan:
Nama : ‘Atiq Rifqi Mu’akhiroh
NIM : 1423301031
Jenjang : S-1
Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa Naskah Skripsi yang berjudul “PERAN PUASA
SENIN KAMIS DALAM MENGEMBANGKAN KECERDASAN
SPIRITUAL (SQ) SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 8 PURWOKERTO”
ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian atau karya saya sendiri kecuali pada
bagian-bagian yang dirujuk sumbernya.
Apabila dikemudian hari terbukti ternyata pernyataan saya tidak benar,
maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan
gelar akademik yang saya peroleh.
iii
iv
NOTA DINAS PEMBIMBING
Kepada Yth.
Dekan FTIK IAIN
Purwokerto
Di Purwokerto
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Setelah melakukan bimbingan, telaah, arahan, dan koreksi terhadap
penulisan skripsi dari ’Atiq Rifqi Mu’akhiroh , NIM: 1423301031 yang berjudul:
PERAN PUASA SENIN KAMIS DALAM MENGEMBANGKAN
KECERDASAN SPIRITUAL (SQ) SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 8
PURWOKERTO
Saya berpendapat bahwa skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada Dekan
FTIK IAIN Purwokerto untuk diujikan dalam rangka memperoleh gelar Sarjana
dalam Ilmu Pendidikan.
Demikian atas perhatiannya kami ucapkan terimakasih.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
v
MOTTO فا فطرت الله الت فطر الناس علي ها ين القيم ولكن اكث ر لات بديل للق ال فا قم وجهك للد ين حني له ذا لك الد
(03الناس لاي علمون) الروم :
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Islam), (sesuai)
fitrah Allah disebabkan Dia telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak
ada perubahan pada ciptaan Allah. (Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan
manusia tidak mengetahui.”
vi
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan untuk kedua orang tuaku dan semua keluargaku
yang selalu tulus mendidik, mendoakan, memotivasi, dan menginginkan aku
menjadi yang terbaik, serta almamaterku tercinta, IAIN PURWOKERTO
vii
PERAN PUASA SENIN KAMIS DALAM MENGEMBANGKAN
KECERDASAN SPIRITUAL (SQ) SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 8
PURWOKERTO
‘Atiq Rifqi Mu’akhiroh
NIM: 1423301031
Email: [email protected]
Program Studi S1 Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Purwokerto
Abstrak
Pendidikan mempunyai peran sangat penting dalam mengembangkan
potensi yang dimiliki oleh manusia. Oleh karena itu untuk melahirkan manusia
yang ber-SQ tinggi dibutuhkan pendidikan yang tidak hanya memperhatikan
pengembangan aspek IQ saja melainkan sekaligus EQ dan SQ. dengan demikian
diharapkan akan lahirlah dari lembaga-lembaga pendidikan menusia yang benar-benar utuh. Salah satu hal yang dapat dijadikan sebagai bagian pengembangan SQ
manusia adalah pembiasaan puasa Senin Kamis. Waktu remaja awal adalah waktu
yang sangat rentan bagi perkembangan seseorang dari segi apapun salah satunya
dari SQnya, oleh karenanya waktu ini dianjurkan sangat bagi para guru ataupun
orang tua agar membiasakan putra-putrinya untuk melakukan hal-hal yang
mengarahkan mereka kepada kebaikan.
Metode penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian kali ini adalah
metode penelitian kualitatif. Adapun subjek yang memberikan informasi kepada
penulis yaitu guru pengampu PAI, guru BK, dan siswa kelas VIII. Adapun yang
menjadi objek penelitian yaitu Peran Puasa Senin Kamis dalam Mengembangkan
Kecerdasan Spiritual (SQ) Siswa Kelas VIII di SMP Negeri 8 Purwokerto
Penelitian ini bertujuan untuk menjabarkan bahwa puasa Senin Kamis
mempunyai peran yang sangat penting dalam mengembangkan kecerdasan
spiritual siswa. diantaranya adalah: mengembangkan kemampuan bersikap
fleksibel, mengembangkan kesadaran diri yang tinggi, mengembangkan sikap
jujur, sabar, empati yang tinggi dan sikap disiplin
Kata Kunci: Peran Puasa Senin Kamis, Kecerdasan Spiritual (SQ) Siswa
Kelas VIII , dan SMP Negeri 8 Purwokerto.
viii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, taufik serta hidayah-Nya sehingga skripsi ini data terselesaikan. Sholawat
serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabiyullah
Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan umat islam yang ada didunia
ini, amin.
Karya tulis ini merupakan skripsi yang diajukan kepada Fakultas Tarbiyah
dan Ilmu Keguruan IAIN Purwokerto sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd). Selama penyusunan skripsi ini dan selama
penulis belajar di Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Purwokerto,
penulis banyak mendaoat arahan, motivasi, bantuan serta bimbingan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis akan menyampaikan terima
kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat:
1. Dr. KH. Mohammad Roqib, M. Ag., Rektor Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Purwokerto
2. Dr. H. Suwito, M.Ag., Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut
Agama Islam Negeri (IAIN) Purwokerto.
3. Dr. Suparjo, S.Ag., MA., Wakil Dekan I Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Purwokerto
4. Dr. Subur, M.Ag., M.Pd., Wakil Dekan II Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Purwokerto.
5. Dr. Hj. Sumiarti, M.Ag., Wakil Dekan III Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Purwokerto.
6. M. Slamet Yahya, M. Ag., Ketua Jurusan Prodi Pendidikan Agama slam
Institut Agama Islam Negeri Purwokerto.
7. Dr. Ifada Novikasari, S. Si, M. Pd., Dosen Pembimbing skripsi yang telah
membimbing penulis menyelesaikan skripsi.
8. Segenap Dosen dan Staff Administrasi IAIN Purwokerto yang telah
membantu selama kuliah dan penyusunan skripsi.
ix
9. Kedua orang tua penulis Bapak Kasirun Ischaq dan Ibu Winarni, serta kakak-
kakakku Mb Imro’atun, Mba Salis, Mas Isnaeni, yang selalu mencurahkan
kasih sayang, do’a, dan dukungan sehingga penulis mampu menyelesaikan
studi dengan baik.
10. Abah Salim Muttaqin dan keluarga, serta KH. Abuya Muhammad Thoha
Alawy Al-Hafidz dan keluarga, serta para dewan asatidz yang telah membekali
penulis ilmu agama.
11. Teman-teman jajaran kepengurusan Pondok Pesantren Ath-Thohiriyyah masa
bakti 2017-2019, Mba Nia, Mba Aisyah, Umi, Yuti, Amoy, Titis, Nurul,
Rima, Sulih, Nana, Datul Fitri, dan Teh Rifa, serta teman-teman pengurus
putra. Terima kasih untuk kebersamaannya selama ini.
12. Untuk penyemangat hebat penulis, yaitu Mba Sevi, Mba Naelis, Mba Dian,
Mba Lita, Mba Nindi, dan Mas Syaefi yang selalu rajin memotivasi penulis.
13. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini yang
tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Akhirnya hanya kepada Allah SWT penulis memohon agar budi baik yang
telah mereka berikan mendapat imbalan yang sesuai dan menjadi amal sholeh
yang diterima oleh-Nya. Penulis menyadari segala kekurangan dan keterbatasan
skripsi ini, namun penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.
Aamiin.
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i
PERNYATAAN KEASLIAN .............................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii
NOTA DINAS PEMBIMBING ........................................................................... iv
MOTTO ................................................................................................................ v
PERSEMBAHAN ................................................................................................. vi
ABSTRAK ............................................................................................................ vii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... viii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................... 1
B. Definisi Konseptual .................................................................................... 5
C. Rumusan Masalah ...................................................................................... 7
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................................. 7
E. Kajian Pustaka ............................................................................................ 8
F. Sistematika Pembahasan ............................................................................ 10
BAB II TEORI PERAN PUASA SENIN KAMIS DAN KECERDASAN
SPIRITUAL (SQ)
A. Peran Puasa Senin Kamis
1. Pengertian Puasa Senin Kamis ............................................................ 12
2. Syarat Wajib Puasa .............................................................................. 13
3. Rukun Puasa ....................................................................................... 14
4. Macam-Macam Puasa ......................................................................... 14
5. Tingkatan Puasa ................................................................................... 18
6. Sunnah dan Adab-Adab Puasa ........................................................... 20
7. Syarat Sah Puasa ................................................................................. 20
8. Hikmah Puasa ..................................................................................... 20
B. Kecerdasan Spiritual (SQ)
1. Macam-Macam Kecerdasan ................................................................. 25
xi
2. Pengertian Kecerdasan Spiritual .......................................................... 26
3. Pembuktian Kecerdasan Spiritual ......................................................... 27
4. Ciri-Ciri Kecerdasan Spiritual............................................................... 29
5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecerdasan Spiritual ................... 32
C. Puasa Senin Kamis dalam Mengembangkan Kecerdasan Spiritual
(SQ) Siswa ................................................................................................... 33
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ........................................................................................... 38
B. Setting Penelitian ....................................................................................... 38
C. Objek dan Subjek Penelitian ...................................................................... 39
D. Metode Pengumpulan Data ........................................................................ 40
1. Observasi ............................................................................................ 40
2. Wawancara ......................................................................................... 41
3. Dokumentasi ....................................................................................... 41
E. Teknik Analisis Data .................................................................................. 42
BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
A. Penyajian Data ........................................................................................... 44
1. Pelaksanaan Puasa Senin Kamis di SMP Negeri 8 Purwokerto ......... 44
2. Evaluasi ................................................................................................ 54
B. Analisis Data Penelitian ............................................................................. 55
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................ 61
B. Saran ........................................................................................................... 61
C. Kata Penutup .............................................................................................. 61
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Dokumentasi-dokumentasi SMP Negeri 8 Purwokerto
Lampiran 2 Foto kegiatan anak kelas VIII SMP Negeri 8 Purwokerto
Lampiran 3 Surat permohonan persutujuan judul skripsi
Lampiran 4 Surat keterangan persetujuan judul skripsi
Lampiran 5 Blangko bimbingan judul skripsi
Lampiran 6 Surat rekomendasi munaqosyah
Lampiran 7 Berita acara mengikuti kegiatan sidang munaqosah
Lampiran 8 Rekomendasi seminar proposal skripsi
Lampiran 9 Daftar hadir seminar proposal skripsi
Lampiran 10 Berita acara seminar proposal skripsi
Lampiran 11 Surat keterangan seminar proposal skripsi
Lampiran 12 Surat keterangan wakaf buku perpustakaan
Lampiran 13 Surat keterangan lulus ujian komprehensif
Lampiran 14 Sertifikat OPAK
Lampiran 15 Sertifikat BTA/PPI
Lampiran 16 Serifikat ujian komputer
Lampiran 17 Sertifikat pengembangan bahasa arab
Lampiran 18 Sertifikat pengembangan bahasa inggris
Lampiran 19 Sertifikat PPL
Lampiran 20 Sertifikat KKN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ibadah merupakan bentuk perwujudan dari pengabdian dan penghambaan
kita kepada Allah yang dijalani dengan mengerjakan perintah-Nya dan menjauhi
larangan-Nya. Semua bentuk amalan ibadah yang disyariatkan kepada umat Islam
hakikatnya mengandung banyak hikmah tersendiri, baik untuk orang tersebut
maupun untuk orang disekitarnya. Misalnya seperti shalat, semua gerakan yang
dilakukan di dalam shalat mengandung hikmah. Salah satu contohnya adalah
ketika kita bersujud, di saat bersujud kita meletakkan muka di lantai, gerakan ini
mengajarkan kita untuk menghilangkan rasa takabbur atau sombong.1 Selain itu
sujud juga melambangkan bentuk pengakuan kerendahan seorang hamba di
hadapan kemuliaan Tuhannya.2 Begitu juga amalan ibadah yang lain seperti zakat,
puasa dan haji.
Puasa merupakan salah satu ibadah atau amalan yang istimewa yang
menjadi rukun Islam yang ke tiga. Menurut Ibnu Qayyim al-Jauziyah yang dikutip
dari Ridwan Malik dalam bukunya barokah puasa Senin Kamis dijelaskan bahwa
puasa sangat manjur dalam memberikan perlindungan terhadap anggota badan
bagian luar maupun dalam. Puasa mencegah kerusakan-kerusakan yang
ditimbulkan oleh timbunan materi yang sudah busuk di dalam tubuh, menetralisir
racun dan bakteri yang dapat merusak kesehatan. Puasa juga mengobati berbagai
penyakit yang berkembang di dalam tubuh, yang disebabkan oleh kekenyangan
berlebihan.3
Mengetahui berbagai hikmah dari puasa seperti yang dijelaskan di atas,
tidak berarti membuat ibadah yang kita lakukan hanya sekedar untuk
mendapatkan hikmah-hikmah tersebut tetapi sebaiknya sebagai motivasi kita
untuk berpuasa. Sementara itu kita harus mengembalikan niat puasa itu sendiri
1 M. Solahudin, Butir-Butir Hikmah Ibadah, (Jakarta: Citra Risalah, 2010), hlm. 45.
2 M. Solahudin, Butir-Butir Hikmah Ibadah, hlm. 46.
3 Ridwan Malik, Barokah Puasa Senin Kamis, ( Jakarta: Kuta Bina, 2008), hlm. 7.
2
untuk mengharap ridho Allah SWT karena tidak ada yang mengetahui hakikat
pahalanya terkecuali Allah SWT. Di dalam HR. At- Tirmidzi disebutkan
)رواهالترمذى(أناأجزىبووملولص ا
“Puasa itu untuk-Ku dan Akulah yang berhak memberikan
balasan puasa itu.”(H.R At-Tirmidzi)4
Penilaiaan berpuasa sudah menjadi hak prerogatif Allah SWT ini
membuktikan bahwa puasa memilki nilai lebih tersendiri. Satu amal biasanya
dinilai satu pahala hingga dilipatgandakan menjadi seratus, berbeda dengan
berpuasa tidak dibatasi nilainya. Karena bisa jadi pahalanya berlipat-lipat dan
tidak terhingga selama aktifitas ibadah ini dijalankan dengan baik dan diterima.5
Ajaran berpuasa telah diperintahkan kepada umat-umat sebelum
kedatangan Rasulullah SAW.6 Ajaran berpuasa ini juga dilakukan oleh pemeluk-
pemeluk agama kuno tetapi dengan tatacara yang berbeda-beda.7 Bagi umat Islam,
melakukan puasa tidak harus menunggu bulan Ramadhan, tetapi bisa berpuasa
sunnah pada waktu-waktu tertentu seperti puasa sunnah Daud, puasa Tarwiyah,
puasa Arafah ataupun, puasa Senin Kamis.
Puasa sunnah Senin Kamis merupakan puasa yang biasa dilakukan oleh
Rasulullah SAW selama hidupnya, bahkan sebuah hadis dari Usmah menyebutkan
bahwa beliau tidak pernah meninggalkan puasa dua hari ini. Di dalam haditsnya
dijelaskan bahwa pada dua hari itu amal-amal manusia diperlihatkan kepada
Allah, dan Rasul lebih suka jika amalnya diperlihatkan sementara beliau dalam
keaadaan berpuasa.8 Hadits ini menjelaskan kepada kita bahwa puasa Senin
Kamis merupakan puasa yang istimewa.
Terlepas dari hal di atas, seperti apa yang kita ketahui kehidupan dalam
masa sekarang ini sering sekali terjadi krisis-krisis moral dan sosial yang
berkepanjangan mulai dari kasus kekerasan, pemerkosaan, penjarahan, pertikaian
4 Ahmad Syarifuddin, Puasa Menuju Sehat Fisik dan Psikis, (Jakarta: Gema Insani,
2003), hlm. 65. 5 Ahmad Syarifuddin, Puasa Menuju Sehat, hlm. 81.
6 Ahmad Syarifuddin, Puasa Menuju Sehat, hlm. 13.
7 Toni Pransiska, Peta dan Risalah Ramadhan, (Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2014),
hlm. 8- 18. 8 Ridwan Malik, Barokah Puasa Senin Kamis, ( Jakarta: Kuta Bina, 2008), hlm. 40.
3
antar kelompok serta hal-hal lain yang membuat kita untuk selalu mengawasi
anak-anak kita untuk tidak terjerumus dalam hal-hal tersebut. Apalagi bagi
mereka yang menginjak usia remaja (kurun usia 12-18 tahun), usia ini sangat
rentan bagi mereka untuk terlibat atau terpengaruh karena pada usia ini anak
cenderung untuk mencoba hal atau sesuatu yang baru baginya. Karena masa ini
merupakan masa dimana remaja belajar dan berkembang dalam mengenali diri
dan lingkungannya.9 Apabila lingkungan bergaul sekitar mereka positif, maka
mereka akan berkembang ke arah positif, dan sebaliknya apabila lingkungan
bergaul sekitar mereka negatif maka mereka juga akan terdorong untuk
berkembang ke negatif. Dalam hal ini, peran orang tua dan lingkungan sekitarnya
sangat berpengaruh, para orang tua harus sangat berhati-hati serta teliti dengan
siapa anak mereka bermain. Orang tua yang perhatian pada anaknya akan
mengajarkan kepada mereka pembiasaan-pembiasaan hal yang positif di
lingkungan rumahnya. Selain itu, sekolah juga berperan penting dalam
menumbuhkan kemampuan anak-anak.
Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang berfungsi untuk
meningkatkan kualitas moral, pengetahuan, ketrampilan, dan sosial anak didik.
Berbagai program dilaksanakan untuk mewujudkan tujuan tersebut. Selain itu
para guru juga memiliki peran sama pentingnya seperti halnya orang tua. Mampu
membimbing serta mengarahkan anak-anak didiknya menuju hal yang lebih baik,
salah satu contohnya yaitu dengan membiasakan mereka berpuasa sunnah Senin
Kamis. Berpuasa Senin Kamis bagi sebagian orang menjadi sebuah kerutinan
amal yang mudah dilakukan, namun bagi sebagian lagi banyak yang merasa berat
untuk berpuasa, terlebih bagi para remaja yang tinggal di lingkungan umum,
bukan lingkungan santri. Butuh sekali bimbingan dari orang dewasa untuk
melakukan kebiaasaan berpuasa, baik itu dari orang tuanya di rumah maupun
gurunya di sekolah.
Pembiaasaan berpuasa sunnah biasanya diterapkan di sekolah-sekolah
yang berada di bawah naungan Kementrian Agama, bukan di sekolah-sekolah
9 Jamal Ma’mur Asmani, Kiat Mengatasi Kenakalan Remaja di Sekolah, (Yogyakarta:
Buku Biru, 2012), hlm. 13.
4
yang di bawah naungan Dinas Pendidikan. Tetapi berbeda dengan SMP Negeri 8
Purwokerto yang notabennya di bawah Dinas Pendidikan. Di sekolah ini
menerapkan pembiasaan berpuasa sunnah Senin Kamis yang dilakukan dengan
cara mengingatkan kepada siswanya ketika hari Rabu dan Jum’at untuk berpuasa
sunnah Senin Kamis, penyampaiannya dilakukan oleh guru mata Pelajaran Agama
Islam pada setiap jam terakhir.
Berdasarkan A. Syifaul Qulub dalam jurnal pendidikaan Islamnya yang
berjudul pengaruh puasa terhadap kecerdasan spiritual meneyebutkan bahwa
aktivitas puasa dapat berpengaruh terhadap peningkatan SQ manusia terutama
puasa yang dijalankan secara fungsional (shaumul khawash, wa khawashul
khawash) sebab melalui puasa manusia akan lebih memahami dirinya sendiri,
sadar eksitensi, dan terus mencari hakikat kehidupan. Adapun pengaruh yang
disebutkan antara lain yaitu menambah rasa rendah hati (tawadhu’),
membersihkan jiwa (tazkiyatun nafsi), menambah rasa sabar, menambah syukur,
tawakkal dan memperbaiki akhlak.10
Sedangkan Spiritual Quetient (SQ)
merupakan temuan mutakhir ilmiah yang digagas oleh Danah Zohar dan Ian
Marshal. SQ merupakan landasan yang diperlukan untuk memfungsikan IQ dan
EQ .11
Pada dasarnya setiap anak telah memiliki kemampuan SQ yang dibawanya
sejak lahir, untuk mengembangkan kemampuan ini pendidikan mempunyai
peranan yang sangat penting. Oleh sebab itu, untuk melahirkan manusia yang ber-
SQ tinggi, dibutuhkan pendidikan yang tidak hanya memperhatikan
pengembangan aspek IQ saja, melainkan sekaligus aspek EQ dan SQ. Dengan
demikian lahirlah lembaga pendidikan manusia yang benar-benar utuh.12
Masih
jarang sekali lembaga pendidikan khususnya sekolah yang benar-benar
memperhatikan ranah ini, kebanyakan sekolah hanya memperhatikan ranah
kognitif yang cenderung dianggap sebagai tolak ukur keberhasilan suatu lembaga
10
A. Syifaul Qulub, “Pengaruh Puasa terhadap Kecerdasan Spiritual”, Jurnal Pendidikan
Islam, vol. 12 no. 1, (Gresik: Sekolah Tinggi Agama Islam Daruttaqwa Suci Gresik, 2016), hlm.
111. 11
Desmita, Psikologi Perkembangan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013), hlm.
174. 12
Desmita, Psikologi Perkembangan, hlm. 175.
5
pendidikan. Peran sekolah di sini menjadi sangat penting dalam rangka
mengembangkan ketiga aspek ini khususnya dalam aspek SQ siswa. Terlebih
untuk jenjang SMP-MTs, pada masa remaja awal ini, diperlukan perhatian yang
sangat intens dari setiap sekolah. Mengacu pada hasil observasi pendahuluan yang
dilakukan penulis di SMP Negeri 8 Purwokerto pembiasaan berpuasa sunnah
Senin Kamis yang dilakukan di sekolah ini diyakini menjadi salah satu bagian
dari kegiatan untuk mengembangkan aspek SQ siswa, sesuai pernyataan dari salah
satu guru pengampu PAI di SMP Negeri 8 Purwokerto.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis tertarik untuk
melakukan penelitian di SMP Negeri 8 Purwokerto, dengan mengambil judul
penelitian “Peran Puasa Senin Kamis dalam Mengembangkan Kecerdasan
Spiritual (SQ) Siswa Kelas VIII SMP Negeri 8 Purwokerto”.
B. Definisi Operasional
Penulis akan menjelaskan maksud yang terkandung dalam judul agar tidak
terjadi kesalahpahaman dalam memahami judul skripsi serta pembahasan dalam
skripsi lebih terarah dan jelas.
1. Peran
Peran dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti pemain sandiwara
(film), tukang lawak pada pemain makyong, perangkat tingkah yang akan
diharapkan dimiliki oleh seseorang yang berkedudukan di masyarakat.13
Peran
yang dimaksud oleh penulis dalam skripsi ini adalah serangkaian perilaku
maupun hasil yang diperoleh oleh seseorang setelah orang tersebut melakukan
puasa sunnah Senin Kamis. Dalam skripsi ini akan membahas tentang peran
puasa sunnah Senin Kamis dalam mengembangkan kecerdasan spiritual siswa.
2. Puasa Senin Kamis
Puasa dalam bahasa Arab dinamakan dengan shiyam atau shaum yang
secara bahasa berarti “menahan diri” (berpantang) dari suatu perbuatan.
Adapun menurut istilah hukum Islam puasa berarti menahan, berpantang, atau
mengendalikan diri dari makan, minum, seks, dan hal-hal lain yang
membatalkan dari terbit fajar (waktu subuh) hingga terbenam matahari (waktu
13
Dendy Sugono, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008),hlm.1115
6
maghrib).14
Di dalam ajaran0 Islam, puasa diatur dengan sangat tegas
sebagaimana yang dijelaskan dalam Al-Qur’an dalam Qs. Al-Baqarah ayat
183-184, Allah berfirman:
ي هاال ذي كتبعليكمالصيامكماكتبعلىال ذينمنق بلكملعل كمت ت قون)ياأ (381نءامن وا (381أي امامعدودات..)
“Wahai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu berpuasa
sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu
bertakwa (yaitu) dalam beberapa hari tertentu (bulan Ramadhan)”
(Al-Baqarah:183-184). 15
Puasa dibagi menjadi dua yaitu puasa wajib dan puasa sunnah. Puasa
sunnah merupakan amalan yang dapat melengkapi kekurangan amalan wajib.
Adapun puasa Senin Kamis merupakan salah satu puasa sunnah yang sering
sekali dilakukan oleh Nabi. Nabi Muhammad SAW pernah ditanyai oleh para
sahabat tentang keutamaan puasa sunnah Senin Kamis beliau menjawab
bahwa semua amal-amal dipersembahkan setiap hari senin dan kamis dan
beliau lebih berkenan jika ketika waktu itu beliau sedang dalam keadaan
berpuasa.16
3. Kecerdasan Spiritual Siswa
Kecerdasan spiritual (SQ) menurut Danah Zohar dan Ian Marshal
merupakan kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna
dan nilai. Kecerdasan yang dimaksudkan di sini yaitu kecerdasan untuk
menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas
dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup
seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain.17
Seseorang yang
14
Ahmad Syarifuddin, Puasa Menuju Sehat Fisik dan Psikis, (Jakarta: Gema Insani
Press,2003), hlm. 43. 15
Departeman Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Bandung: Diponegoro,
2006), hlm. 28. 16
Ahmad Harjani, Panduan Lengkap Puasa Wajib dan Sunnah, (Yogyakarta: Buku
Pintar, 2015), hlm.156. 17
Danah Zohar dan Ian Marshall, SQ Memanfaatkan Kecerdasan Spiritual dalam
Berbikir Integralistik dan Holistik untuk Memaknai Kehidupan, (Bandung: Mizan, 2002), hlm. 4.
7
memiliki kecerdasan spiritual tinggi mampu mamaknai secara utuh segala hal
yang mereka lakukan sehari-hari.
Danah Zohar dan Ian Marshal menyebutkan beberapa dimensi-dimensi
kecerdasan spiritual antara lain: kemampuan bersikap fleksibel (adaptif secara
spontan dan aktif), tingkat kesadaran diri yang tinggi, kemampuan untuk
menghadapi dan memanfaatkan penderitaan, kualitas hidup yang diilhami
dengan visi dan nilai, berpandangan holistik dan keengganan untuk
menyebabkan kerugian yang tidak perlu.18
4. SMP Negeri 8 Purwokerto
SMP Negeri 8 Purwokerto merupakan sekolah di Kabupaten
Banyumas yang terletak di Jl. Pierre Tendean No. 36, Brubahan, Purwokerto
Lor, Purwokerto Tim., Kabupaten Banyumas. Sekolah ini merupakan salah
satu sekolah favorit di Kabupaten Banyumas yang pada tahun 2015 pernah
mendapatkan kejuaraan prestasi PAI unggulan tingkat Nasional. Dari segi
prestasi, sekolah ini telah banyak sekali tercatat mendapatkan kejuaraan baik
akademik maupun non akademik semenjak tahun ajaran 1989/1990 sampai
sekarang. Berawal dari perolehan-perolehan kejuaraan yang didapat inilah
SMP Negeri 8 Purwokerto menjadi sekolah yang sangat diperhitungkan oleh
sekolah-sekolah lain bahkan mulai digemari oleh masyarakat.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang peneliti paparkan, maka peneliti tertarik
untuk memfokuskan pelaksanaan penelitian dengan rumusan masalah yaitu
“Bagaimana Peran Puasa Senin Kamis dalam Mengembangkan Kecerdasan
Spiritual (SQ) Siswa Kelas VIII SMP Negeri 8 Purwokerto?”
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan
tentang peran puasa Senin Kamis dalam mengembangkan kecerdasan spiritual
(SQ) siswa kelas VIII di SMP Negeri 8 Purwokerto.
18 Danah Zohar dan Ian Marshall, SQ Memanfaatkan, hlm. 14.
8
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
1) Memberikan kontribusi terhadap ilmu pengetahuan dan khazanah
keilmuan terkait peran puasa Senin Kamis dalam mengembangkan
kecerdasan spiritual (SQ) siswa. Selain itu juga dapat diharapkan dapat
dijadikan bahan perbandingan untuk penelitian selanjutnya yang
berkaitan dengan penelitian ini.
2) Memberikan pemahaman kepada penulis, pendidik, serta pembaca
terkait peran puasa Senin Kamis dalam mengembangkan kecerdasan
spiritual (SQ) siswa kelas VIII di SMP Negeri 8 Purwokerto.
b. Manfaat Praktis
1) Menambah dan memperkaya keilmuan bagi penulis dalam rangka
mengembangkan wacana dan pendidikan terkait peranan puasa Senin
Kamis dalam mengembangkan kecerdasan spiritual (SQ) siswa kelas
VIII SMP Negeri 8 Purwokerto.
2) Mengetahui bagaimana pelaksanaan puasa Senin Kamis di SMP Negeri
8 Purwokerto.
3) Sebagai sumbangan khazanah keilmuan pada IAIN Purwokerto.
E. Kajian Pustaka
Peneliti akan membandingkan beberapa karya yang ada relevansinya
dengan judul skripsi ini. Berikut ini merupakan kajian pustakanya:
Skripsi Umi Masitah (2014) Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. “Peranan Puasa Sunnah
Senin Kamis dalam Meningkatkan Kecerdasan Spiritual Siswa Kelas IX
Madrasah Aliyah Nurul Ummah Yogyakarta”. Dalam penelitian ini menjelaskan
bahwa puasa sunnah Senin Kamis memiliki peranan dalam meningkatkan
kecerdasan spiritual siswa, hal ini dapat dilihat dari tercapainya nilai-nilai
kecerdasan spiritual yang dimiliki siswa seperti kemampuan sikap fleksibel dan
tanggap, memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, mampu bersikap jujur, sabar,
dermawan, sederhana dan memiliki empati. Kesamaan pembahasan terletak pada
objek penelitian, yaitu sama-sama meneliti tentang peran puasa sunnah Senin
9
Kamis terkait kecerdasan spiritual siswa. Perbedaannya adalah pada subjek
penelitian, pada penelitian ini subjek penelitian yang diteliti adalah untuk
tingkatan Aliyah atau menengah atas, sedangkan pada penelitian yang akan saya
teliti adalah untuk tingkatan menengah pertama, serta yang perannya dalam
mengembangkan kecerdasan spiritual siswa.
Skripsi Fadlul Munir (2017) Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas
Islam Negeri Raden Intan Lampung “Nilai-nilai Religius Ibadah Puasa dalam
Mengembangkan Kecerdasan Spiritual”. Dalam penelitian ini menjelaskan bahwa
kecerdasan spiritual sangat penting ditanamkan kepada jiwa setiap insan mulai
sejak anak bahkan sejak di dalam kandungan, kecerdasan tersebut dapat dimiliki
apabila seseorang menghiasi dirinya dengan beberapa akhlakul karimah yang
termasuk ke dalam nilai-nilai religius ibadah puasa. Kesamaan pembahasan
penelitian ini adalah sama-sama membahas tentang ibadah puasa terkait
kecerdasan spiritual namun dilihat dari sisi nilai-nilai religiusnya, sedangkan
dalam penelitian yang akan saya teliti adalah dilihat dari peranan puasa, lebih
khususkan lagi yaitu puasa sunnah Senin Kamis. Dalam skripsi Fadlul Munir ini
disebutkan ciri-ciri seseorang yang SQ-nya berkembang antara lain kemampuan
bersikap fleksibel, kemampuan refleksi tinggi, kesadaran diri dan lingkungan
tinggi, kemampuan kontemplasi tinggi, berfikir secara holistik, berani
menghadapi dan memanfaatkan penderitaan, berani melawan arus atau tradisi,
kemampuan untuk menggunakan sumber-sumber spiritual untuk menyelesaikan
masalah dan kemampuan untuk berbuat baik.
Skripsi Nuraeni (2014). Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam,
Universitas islam Negri yogyakarta yang berjudul “ Makna puasa sunnah bagi
santri As-Salafiah Mlangi Nogotirto Sleman Yogyakarta”, jenis penelitiannya
adalah penelitian lapangan yang membahas satu makna ibadah sunnah yang
meliputi: dasar hukum puasa sunnah, macam-macam puasa sunnah, hikmah puasa
sunnah dan keutamaan puasa sunnah serta serta aspek-aspek puasa sunnah.
Adapun makna puasa sunnah bagi santri As-salafiah Mlangi tersebut adalah dapat
menjadikan santri lebih mampu mengendalikan diri sendiri dalam setiap
pemikiran dan tindakan. Kesamaan pembahasan terletak pada pokok pembahasan
10
yang membahas tentang puasa sunnah, hanya saja pada penelitian yang saya teliti
lebih dikhususkan lagi yaitu puasa sunnah Senin Kamis. Sedangkan perbedaannya
terletak pada subyek penelitian yaitu santri dan siswa.
F. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan berisikan gambaran secara umum tentang skripsi
yang akan disusun penulis, hal ini ditunjukan untuk memudahkan pembaca dalam
memahami isi penelitian. Oleh karena itu penulis akan membaginya menjadi tiga
bagian:
Pada bagian awal skripsi berisi halaman judul, halaman pernyataan
keaslian, halaman pengesahan, halaman nota dinas pembimbing, halaman moto,
halaman pembahasan, halaman abstrak, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel dan
daftar lampiran.
Pada bagian kedua berisikan pokok-pokok permasalahan skripsi yang
disajikan dalam bentuk bab I sampai bab V, berikut ini penjabarannya:
BAB I Pendahuluan, yang didalamnya memuat latar belakang masalah,
devinisi operasional, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kajian
pustaka, dan sistematika pembahasan.
BAB II Kerangka teori yang didalamnya memuat penjabaran tentang teori-
teori yang menjadi dasar penelitian ini terutama teori-teori tentang peranan puasa
Senin Kamis dalam meningkatkan kecerdasan spiritual (SQ) siswa kelas VIII
SMP Negeri 8 Purwokerto.
BAB III Metode penelitian yang memuat jenis penelitian, lokasi
penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.
BAB IV Pembahasan Hasil Penelitian yang memuat pembahan tentang
hasil penelitain terkait peranan puasa Senin Kamis dalam meningkatkan
kecerdasan spiritual (SQ) siswa kelas VIII SMP Negeri 8 Purwokerto. Bagian
pertama berisi gambaran umum tentang pelaksanaan puasa Senin Kamis di SMP
Negeri 8 Purwokerto terutama kelas VIII dan peranannya dalam meningkatkan
kecerdasan spiritual (SQ) siswa. Bagian kedua berisi tentang gambaran umum
objek penelitian meliputi sejarah berdirinya sekolah, tujuan, visi dan misi, letak
dan kondisi geografis serta struktur organisasi. Bagian ketiga meliputi analisis
11
data terkait peranan puasa sunnah Senin Kamis dalam meningkatkan kecerdasan
spiritual (SQ) siswa kelas VIII SMP Negeri 8 Purwokerto.
BAB V Penutup, berisi kesimpulan dan saran-saran. Sedangkan bagian
yang terakhir memuat daftar pustaka, lampiran-lampiran, dan daftar riwayat
hidup.
Sedangkan pada bagian akhir dari skripsi ini adalah daftar pustaka dan
lampiran-lampiran yang berkaitan dengan kepenulisan skripsi ini.
12
BAB II
PERAN PUASA SENIN KAMIS DALAM MENGEMBANGKAN
KECERDASAN SPIRITUAL (SQ) SISWA
A. Peran Puasa Senin Kamis
Peran dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti pemain
sandiwara (film), tukang lawak pada pemain makyong, perangkat tingkah
yang akan diharapkan dimiliki oleh seseorang yang berkedudukan di
masyarakat.19
Peran yang dimaksud oleh penulis dalam skripsi ini adalah
serangkaian perilaku maupun hasil yang diperoleh oleh seseorang setelah
orang tersebut melakukan puasa sunnah Senin Kamis. Dalam skripsi ini
penulis akan membahas tentang peran puasa sunnah Senin Kamis dalam
mengembangkan kecerdasan spiritual siswa.
1. Pengertian Puasa Senin Kamis
Secara etimologi puasa berarti menahan diri dari sesuatu, baik
dalam bentuk perkataan maupun perbuatan, seperti menahan makan,
minum, berbicara atau perbuatan lain. Sedangkan secara terminologi
puasa berarti menahan diri dari segala perbuatan yang dapat
membatalkan, yang dilakukan oleh seorang mukallaf pada siang hari,
sejak terbitnya fajar sampai terbenamnya matahari.20
Puasa menurut istilah (syari’at) adalah mencegah diri dari
segala perkara yang membatalkan, mulai terbit fajar hingga
terbenamnya matahari dengan niat ibadah kepada Allah SWT. Ada
juga yang mendefinisikan puasa dari segi bahasa (lughah) adalah
semata-mata menahan dan menjauhkan diri dari melakuakan sesuatu.
Apabila dikatakan seseorang itu menahan diri dari melakukan
perbuatan yang sia-sia, atau menahan diri dari makan dan minum
ataupun berbicara, semuanya itu berarti menahan diri dari melakukan
perbuatan yang membatalkan puasa, sejak terbit fajar sampai
19
Dendy Sugono, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008), hlm. 1115. 20
Ridwan Malik. Barokah Puasa Senin Kamis, (Jakarta: Kuta Bina, 2008), hlm . 13.
13
terbenamnya matahari dan disertai dengan niat pada malam harinya.21
Jadi, pengertian puasa menuju sehat secara syar’i adalah menahan dan
mencegah diri secara sadar dari makan, minum, bersetubuh, dengan
perempuan (istri), dan hal-hal yang semestinya, selama sehari penuh.
Yakni dari kemunculan fajar hingga terbit matahari, dengan niat
memenuhi perintah Allah SWT.22
Puasa merupakan salah satu ibadah yang diwajibkan bagi
umat Islam sejak dahulu. Adapun agama selain Islam yang
menganjurkan umatnya untuk berpuasa seperti agama Yahudi kuno,
namun puasa yang mereka lakukan berbeda dengan puasa yang
dilakukan umat islam. Agama Islam memahami berpuasa tidak
hanya dengan menahan lapar dan dahaga saja namun ada banyak
sekali sisi spiritual yang ada. Adapun puasa Senin Kamis merupakan
salah satu bentuk puasa sunnah yang dilakukan pada hari senin dan
kamis yang tata cara pelaksanaannya tidak berbeda dengan puasa
pada bulan ramadhan.23
Namun niat yang dilakukan untuk berpuasa
sunnah Senin Kamis ini tidak diwajibkan dilakukan pada malam
sebelumnya tetapi bisa dilakukan hari itu juga. Puasa Senin Kamis ini
merupakan salah satu puasa yang sering dilakukan oleh Rasulullah.
2. Syarat Wajib Puasa
a. Islam
b. Baligh
c. Berakal
d. Adanya kekuatan dan kemampuan untuk melaksanakan puasa 24
21
Hasan Muhammad Ayub, Puasa dan I’tikaf Dalam Islam, (Jakarta: Amzah, 2000),
hlm. 18. 22
Yusuf Qardawi, Fiqih Puasa, (Surakarta: Era Intermedia, 2000), hlm. 18. 23
Ridwan Malik, Barokah Puasa Senin Kamis, (Jakarta: Kutabina, 2008), hlm. 16. 24
Mustamiar Pedak, Puasa Obat Dasyat Ampuh Menggempur Berbagai Macam Penyakit
Ringan dan Berat, (Jakarta: Wahyu Media, 2011), hlm.17.
14
3. Rukun Puasa
a. Niat
Niat merupakan kunci bagi tercapainya manfaat puasa,
puasa yang dilandasi dengan niat yang kurang kuat akan berakibat
kurang baik pula termasuk bagi kesehatannya. Disyariatkan niat
pada malam hari untuk puasa fardhu, tetapi unutuk puasa sunnah
tetap terhitung sah apabila berniat puasa sebelum tergelincirnya
matahari.25
Niat puasa wajib dilakukan pada malam hari ketika
esoknya akan berpuasa. Sebaliknya dengan puasa sunnah, niatnya
boleh dilakukan setelah terbit fajar dan matahari telah meninggi
dengan syarat ia tidak makan atau minum sebelumnya. Jumhur
ulama berpendapat bahwa sah puasa sunnah melakukan niat di
siang hari.26
b. Menahan diri dari sesuatu yang membatalkan puasa, mulai dari
terbitnya fajar sampai terbenamnya matahari.
Hal-hal yang membatalkan puasa antara lain: makan atau
minum dengan sengaja, muntah dengan sengaja, keluarnya darah
haid atau nifas, melakukan hubungan kelamin, istim’na, gila, dan
membatalkan niat puasa.27
4. Macam-macam Puasa
Ajaran Islam mengenal pembagian puasa menjadi beberapa
macam yang dikelompokan berdasarkan hukum dari puasa itu sendiri.
Berikut ini merupakan pembagian macam-macam puasa:
25
Zainuddin bin Abdul Aziz Al-Malibari Al-Fannani, Terjemahan Fathul Mu’in 1,
(Bandung: Sinar Baru Algensindo Bandung, 2016 ), hlm. 619. 26
Asmaul Husna, “Pembiasaan Puasa Sunnah dan Korelasinya dalam Membentuk
Karakter Anak”, Skripsi, ( Banda Aceh: Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam
Negeri Ar-Raniry), hlm. 20. 27
Mahad Jami’ah IAIN Puwokerto, Modul Baca Tulis al- Qur’an(BTA) dan Pengetahuan
Pengalaman Ibadah (PPI) IAIN Purwokerto, (Purwokerto: UPT. Ma’had al-Jamiah, 2017 ), hlm.
168.
15
a. Puasa Wajib
Puasa wajib merupakan puasa yang diperintahkan Allah
SWT bagi seluruh umat muslim yang harus dilaksanakan sesuai
waktu yang telah ditentukan.
Adapun beberapa puasa yang dihukumi wajib antara lain,
yaitu:
1) Puasa Ramadhan
Kewajiban berpuasa Ramadhan bagi umat Islam
dimulai semenjak 10 Sya’ban tahun kedua Hijrah Nabi
Muhammad SAW dari Mekkah ke Madinah. Kewajiban
berpuasa Ramadhan diperintahkan Allah dalam Qs. Al-
Baqarah ayat 183.
ياأي هاال ذينآمن واكتبعلىال ذينمنق بلكملعل كمت ت قون“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu
berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum
kamu agar kamu bertakwa”
2) Puasa Nadzar
Puasa ini dilakukan karena orang tersebut telah
bernadzar akan berpuasa. Menurut para ulama jika puasa
nadzar tidak bisa dilakukan maka dapat diganti dengan
memerdekakan budak (hamba sahaya) atau memberi makan
atau memberi pakaian kepada 10 fakir miskin.
3) Puasa Kifarat
Puasa kafarat adalah puasa yang diwajibkan Allah SWT
terhadap siapa saja yang telah melakukan perbuatan terlarang
dalam syariat Islam untuk membuatnya jera, membersihkan diri
dan sebagai taubat kepada Allah SWT. Puasa ini merupakan
puasa yang dilakukan karena adanya pelanggaran yang
dilakukan oleh seorang muslim. Seperti jika seorang muslim
melakukan hubungan suami istri di siang hari pada bulan
16
Ramadhan maka akan dikenai sanksi dengan menjalankan
puasa kafarat selama dua bulan berturut-turut.
b. Puasa Sunnah
Ada beberapa puasa yang dihukumi sunnah. Berikut ini
merupakan beberapa puasa yang disunahkan oleh Rasulullah
SAW:28
1) Puasa 6 hari di Bulan Syawal
Puasa ini dilakukan setelah hari raya idul fitri selama
bulan Syawal, mulai tanggal 2 Syawal selama enam hari
berurut-urut atau secara acak.29
Orang yang berpuasa enam
hari di bulan Syawal akan mendapatkan pahala sebanding
dengan orang yang berpuasa selama satu tahun penuh.
عنأبأي وبالآنصاريرضياللوعنوأن رسولاللوصل ىاللوعليووسل مقالمن
ىرصامرمضانث أت ب عوستام نشو الكانكصيامالد
Diriwayatkan dari Abu Ayyub Al-anshari RA, Rasulullah SAW
bersabda “ Barangsiapa berpuasa pada bulan Ramadhan, lalu
diiringi dengan puasa enam hari pada bulan Syawal maka dia
seperti berpuasa sepanjang tahun.”(HR. Muslim, Abu Dawud,
At-Tirmidzi, An- Nasai, dan Ibnu Majah).
2) Puasa Arafah
Puasa ini dilakukan pada tanggal 9 Dzulhijjah
bertepatan dengan para jamaah haji berwukuf di Arafah. Puasa
ini dilakukan bagi orang-orang yang tidak berwukuf di Arafah,
sedangkan bagi mereka yang sedang berwukuf tidak
diperkenankan berpuasa di tanggal ini.
Rasulullah SAW bersabda “Puasa tiga hari setiap bulan,
bulan dari Ramadhan ke Ramadhan sama dengan puasa
28
Enjang Burhanudin, Mujahadah di Siang Hari Meraup Pahala disaat Sibuk, (Jakarta:
Qultum Media, 2018), hlm. 44-49. 29
Ahmad Harjani, Panduan Lengkap Puasa Wajib dan Sunnah, (Yogyakarta: Buku
Pintar, 2015), hlm. 152.
17
setahun penuh. Aku memohon kepada Allah agar puasa itu
bisa menghapus dosa setahun penuh sebelumnya dan setahun
sesudahnya. Adapun puasa pada hari Asyura aku memohon
kepada Allah agar puasa tersebut bisa menghapus dosa setahun
sebelumnya.”(HR. Muslim)
3) Puasa Senin Kamis
Puasa ini dilakukan pada hari Senin Kamis. Puasa ini
merupakan salah satu puasa yang sering dilakukan oleh
Rasullah setiap minggu. Ada banyak sekali keutamaan-
keutamaan dari berpuasa Senin Kamis.
4) Puasa Daud
Puasa ini dilakukan dengan cara berselang-seling,
sehari berpuasa dan sehari berikutnya tidak berpuasa. Puasa ini
biasa dilakukan oleh nabi Daud. Puasa ini merupakan puasa
sunnah yang paling afdhal dan tidak ada lagi puasa yang afdhal
selain itu.
“Abdullah bin Amru bin Al-Ash RA mengabarkan bahwa
Rasulullah pernah berkata kepadanya, ”Sebaik-baik shalat di
sisi Allah adalah shalatnya Nabi Daud As. Dan sebaik-baik
puasa disisi Allah adalah puasa Daud. Nabi Daud dahulu tidur
di pertengahan malam dan beliau shalat di sepertiga malamnya
dan tidur lagi diseperenamnya. Adapun puasa Daud yaitu
puasa sehari dan tidak berpuasa di hari berikutnya.”(HR.
Bukhari).
5) Puasa Asyura’
Puasa ini dilakukan pada tanggal 9 dan10 Muharram.
Dikisahkan dari Ibnu Abbas RA, ia berkata, Rasulullah
bersabda “apabila (usia) ku sampai tahun depan maka aku
akan berpuasa pada hari kesembilan.”(HR. Muslim)
6) Puasa 3 hari di pertengan bulan Hijriyah (13, 14, 15)
Puasa ini sering disenut dengan puasa Ayyamul Bidh
(puasa putih). Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa
berpuasa pada tanggal ini pahalanya bagaikan dengan berpuasa
18
sepanjang tahun. Puasa ini merupakan salah satu puasa yang
sering dilakukan oleh Rasulullah pada setiap bulannya.
c. Puasa Haram
Puasa yang dilakukan pada hari raya idul fitri, idul adha,
puasa hari-hari tasyrik, puasa wanita haid, puasa wanita nifas, dan
puasa hari syakk (jika tanpa sebab)
d. Puasa Makruh
Puasa makruh adalah puasa yang dilaksanakan atas dasar
kesanggupan yang tidak dianjurkan oleh Rasulullah SAW. Yang
termasuk dalam puasa makruh yaitu puasa yang dilakukan pada
hari Jum’at saja, atau Sabtu saja, atau Minggu saja.
5. Tingkatan Puasa
Pelaksanaan puasa masing-masing orang berbeda-beda
disesuaikan dengan pemaknaan puasa serta penghayatan masing-
masing orang. Sedangkan sedikit sekali orang yang dapat memahami
pemaknaan puasa seseorang Hal ini membuat para ulama membagi
puasa menjadi tiga tingkatan, antara lain yaitu:30
a. Puasa orang kebanyakan (shaumul umum)
Tingkatan puasa ini merupakan tingkatan yang paling
banyak ditempati oleh manusia. Dalam menjalankan puasa ini,
mereka menjalankan puasa dengan tidak menjalankan sesuatu yang
membatalkan puasa seperti tidak makan, tidak minum, dan tidak
melakukan hubungan seksual di siang hari. Tetapi mereka tidak
menjaga panca indranya (mata, tangan, kaki dan mulut ) untuk
berpuasa.
b. Puasa orang khusus (shaumul khusus)
Pada tingkatan ini, mereka berpuasa dengan tidak hanya
menahan lapar, minum, melakukan hubungan seksual tetapi mereka
juga berpuasa dalam menjaga panca indranya. Tingkatan puasa ini
30
M. Solahudin, Butir-butir Hikmah Ibadah, (Yogyakarta: Citra Risalah, 2010), hlm.
147.
19
ditempati oleh orang-orang shalih kekasih Allah. Ada enam hal
yang selalu diperhatikan oleh orang-orang yang telah sampai
tingkatan ini antara lain:
1) Menjaga mata agar tidak melihat hal-hal yang membuat hati
tidak lagi ingat kepada Allah atau menyebabkan lupa terhadap
kehidupan akhirat
2) Menjaga mulut agar tidak menggunnjing, mengadu domba,
memfitnah, berbohong, dan mengucapkan atau membicarakan
sesuatu yang tidak baik.
3) Menjaga telinga agar tidak mendengarkan hal-hal yang
dilarang atau tidak perlu di dengar.
4) Menjaga anggota tubuh yang lain dari hal-hal yang dilarang
atau diharamkan (al-muharramat) dan hal-hal yang
dimakruhkan (al-makhruhat), termasuk hal-hal yang syubhat
(tidak jelas hukumnya)
5) Tidak berlebihan saat berbuka karena berpotensi
membangkitkan syahwat yang sepanjang hari sebelumnya telah
dapat dikendalikan.
6) Setelah berbuka hati berada antara khauf dan raja’. Khauf
berarti rasa takut puasanya akan diterima atau tidak, sedangkan
raja’ berarti harapan agar puasanya diterima oleh Allah.
c. Puasa orang istimewa (shaum khusushil khusus)
Pada tingkatan ini mereka tidak hanya perut, kelamin, dan
seluruh anggota tubuhnya berpuasa, tetapi pikirannya juga ikut
berpuasa. Orang-orang yang berada pada tingkatan ini adalah
mereka para nabi dan rasul.
20
6. Sunnah dan Adab-Adab Puasa
Berpuasa memiliki beberapa kesunnahan dan adab yang
dianjurkan bagi orang yang berpuasa agar puasa yang dilakukan lebih
bermakna. Beberapa hal yang dianjurkan antara lain adalah:31
a. Sahur
b. Mengakhirkan sahur
c. Menyegerakan berbuka
d. Berbuka dengan kurma jika ada atau dengan air
e. Banyak berinfaq
f. Membaca dan mempelajari al-Qur’an
g. Meninggalkan apa saja yang bisa menghilangkan pahala puasa
yaitu berupa maksiat-maksiat baik yang lahir maupun batin
h. Jika ada yang mencacimaki hendaknya mengatakan saya puasa
7. Syarat Sah Puasa
Berpuasa memiliki beberapa ketentuan-ketentuan yang harus
dipenuhi, apabila ketentuan-ketentuan tersebut tidak dipenuhi maka
puasanya dianggap tidak sah. Berikut yang menjadi syarat sah puasa
adalah:
a. Islam
b. Mumayiz
c. Tidak sedang haid atau nifas
d. Waktu yang diperbolehkan untuk berpuasa32
8. Hikmah Puasa
Puasa merupakan ibadah yang mengandung banyak hikmah.
Tidak hanya dari segi spiritualnya saja, tapi juga dari aspek-aspek
yang lain. Berpuasa memiliki beberapa hikmah tersendiri yang dapat
dirasakan bagi pelakunya. Baik dari aspek kejiwaan maupun aspek
jasmaniah.
31
Syaikh Abu Malik Kamal bin As-Sayyid Salim, Ensiklopedi Shaum dan Zakat (Solo:
Cordova Mediatama, 2010), hlm. 42-46. 32
Ubaidurrahman El-Hamdy, Rahasia Kedasyatan Puasa Senin Kamis, (Jakarta: Wahyu
Media, 2010), hlm. 19-21.
21
Yusuf Qardhawi dalam bukunya fiqih puasa menyebutkan
hikmah-hikmah puasa antara lain:33
a. Tazkiyah an-Nafs (pembersihan jiwa)
Melalui berpuasa seseorang akan dapat melatih diri untuk
mengontrol segala hal yang dilakukan yaitu dengan mematuhi
perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya bermulai dari puasa.
Belajar dari dengan tidak makan, tidak minum, tidak melakukan
hal-hal yang membatalkan puasa seseorang akan bisa merasakan
kebersihan pada jiwanya.
b. Menyehatkan badan dan meningkatkan aspek kejiwaan
mengungguli aspek materi dalam diri manusia
تصحوصومو
“Berpuasalah, maka kalian akan sehat”
Ungkapan nabi ini sesuai dengan yang dilakukan para
dokter saat ini, yaitu dengan menyuruh pasien yang akan dioperasi
untuk berpuasa. Hal ini menunjukkan bahwa puasa memang
sangat penting untuk menunjang kesehatan.
Penyakit obesitas merupakan salah satu penyakit yang
timbul dari konsumsi asupan makanan yang melebihi ambang yang
dibutuhkan tubuh yang disertai kurangnya aktifitas yang dapat
membakar lemak. Sehingga banyaknya lemak yang tertimbun di
bawah kulit dan muncullah obesitas. Penyakit obesitas ini dapat
mengakibatkan beberapa penyakit yang lainnya seperti: tekanan
darah tinggi, penyakit jantung, diabetes, penyakit kandung kemih,
encok, ataupun radang persendian. Selama berpuasa tidak ada
asupan makanan, sehingga lemak yang berada di bawah kulit
menjadi terurai untuk mengganti asupan makanan tersebut. Dengan
33
Yusuf Qardhawi, Fiqih Puasa, hlm. 22.
22
demikian maka penyakit obesitas dapat dihindari dengan cara
berpuasa.34
c. Tarbiyah bagi iradah (kemauan), jihad bagi jiwa, pembiasaan
kesabaran dan pemberontakan bagi hal-hal yang telah lekat
mentradisi.
Toni pransiska menyebutkan bahwa di dalam berpuasa
mengandung tiga macam kesabaran yang sesuai dengan pendapat
sahabat Ali bin abi thalib dan Imam Al-Ghazali yang
mengklasifikasikan sabar menjadi tiga macam yaitu (1) sabar
dalam ketaatan yaitu menahan kesusahan dan kesukaran dalam
mengerjakan dan menunaikan amal ibadah, (2) sabar dalam
kemaksiatan, (3) sabar dalam menghadapi ujian dan cobaan yang
menimpanya. Puasa adalah separuh kesabaran dan kesabaran
adalah separuh keimanan. Ini berarti puasa merupakan seperempat
keimanan.35
d. Mempertajam Kecerdasan
Pada saat tidak ada asupan makanan dalam tubuh, usus
akan beristirahat, sari makanan akan berkurang. Jadi beban darah
yang membawanya akan berkurang. Itu sebabnya darah yang ada
di dalam otak tidak perlu lagi dikerahkan untuk membawa sari
makanan dari dalam usus. Ketika itulah pikiran akan merasa
senang dan segar.
Tentunya dengan pikiran yang jernih dan segar, kerja otak
untuk menerima ilmu pengetahuan akan semakin cepat. Pikiran
akan menjadi fokus dan dapat berkonsentrasi penuh, sehingga
34
Mustaghfiroh, “Pengaruh Intensitas Puasa Senin Kamis terhadap Kecerdasan Spiritual
Santri Pondok Pesantren Daarun Najaah Jerakah Tugu Semarang”, Skripsi, (Semarang: Fakultas
Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo, 2012) 35
Toni Pransiska, Peta dan Risalah Ramadhan Menebar Hikmah dan Pesan Ilahi di
Bulan Suci, (Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2011), hlm. 91-92.
23
penuntut ilmu yang sering berpuasa akan memperoleh prestasi
yang cemerlang36
Az-Zarnuji dalam karyanya kitab Ta’lim al Muta’allim
menyebutkan sebuah keterangan bahwa belajar paling efektif
adalah pada saat perut lapar, karena pada saat perut kenyang,
banyak darah yang tersalur untuk melakukan proses pencernaan.
Sewaktu seseorang berpuasa dan perut kosong maka volume darah
dibagian pencernaan dapat dikurangi dan dipakai untuk keperluan
lain terutama untuk melayani otak. 37
e. Mematahkan gelora syahwat dan mengangkat tinggi nalurinya
khususnya jika terus-menerus puasa dengan mengharap ridho Allah
SWT.
Sudah menjadi nalurinya semua manusia memiliki syahwat
(hawa nafsu), melalui berpuasa manusia akan lebih mampu
mengendalikan hawa nafsunya. Oleh karena itu Rasulullah
menganjurkan berpuasa bagi para pemuda yang belum mampu
menikah.
Melalui berpuasa, seseorang akan mudah untuk
mengendalikan hawa nafsunya. Sebagaimana sabda Rasulullah:
للبصرواحصنللفرجومنيامعشرالشب ابمناستطاعمنكمالباءةف ليت زو جفأن وأغض
ليستطعف عليوبالص ومفأن ولووجاء“Wahai para pemuda, barang siapa diantara kalian telah mampu
maka menikahlah. Sesungguhnya ia lebih dapat menundukkan
pandangan dan lebih menjaga kemaluan. Sedangkan barangsiapa
tidak mampu maka berpuasalah, karena sesungguhnya puasa itu
pengendalian baginya.”
36
Mustaghfiroh, “Pengaruh Intensitas Puasa Senin Kamis Terhadap Kecerdasan Spiritual
Santri Pondok Pesantren Daarun Najaah Jerakah Tugu Semarang”, Skripsi, (Semarang: Fakultas
Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo, 2012) 37
A. Syifaul Qulub, “Pengaruh Puasa Terhadap Kecerdasan Spiritual”, Jurnal Pendidikan
Islam, vol. 12 no. 1 (Gresik: Sekolah Tinggi Agama Islam Daruttaqwa Suci, 2016), hlm. 103.
24
f. Menajamkan perasaan terhadap nikmat Allah SWT
Seseorang dapat merasakan nikmatnya kenyang dan
nikmatnya pemenuhan dahaga jika dia merasakan lapar dan
kehausan. Jika dia merasakan kenyang setelah lapar atau hilang
dahaga setelah kehausan, dalam hatinya akan keluar ucapan
alhamdulillah. Hal inilah yang akan mendorong seseorang untuk
senantiasa mensyukuru nikma-nikmat Allah kepadanya.
g. Mempunyai hikmah ijtima’iyah (hikmah sosial)
Puasa dapat memperkokoh dan mendidik rasa kasih sayang,
karena pada saat berpuasa akan merasakan panasnya lapar.
Sehingga menumbuhkan rasa kasih sayang kepada fakir miskin
yang tidak mendapati pangan dan bisa menutupi lapar dan
dahaganya. Kalau orang yang berpuasa bisa berbuka di sore hari
karena ada makanan, mereka kaum fakir miskin belum tentu bisa
makan. Dari sinilah akan menimbulkan rasa empati sosial yang
tinggi.
h. Mempersiapkan orang menuju derajat taqwa dan naik
meningkatkan ke kedudukan orang-orang muttaqin
Puasa adalah alat untuk mengetes ketaatan dan amanah
seorang muslim. Sebab, puasa adalah ibadah yang khusus di mana
yang mengetahuinya hanyalah orang yang berpuasa dan Allah
semata. Bisa saja berpura-pura berpuasa dengan menampakkan
badan yang lemas. Bisa pula ia bilang kepada teman-temannya
bahwa hari ini ia berpuasa. Namun yang tahu hanya Allah dan
dirinya. Jika ia bisa menunaikan amanah tersebut, maka dia
termasuk hamba yang mendapatkan pahala khusus dari-Nya.
Namun, jika ia gagal berarti ia telah berkhianat baik dunia maupun
akhirat.38
38
Mustaghfiroh, “Pengaruh Intensitas Puasa Senin Kamis Terhadap Kecerdasan Spiritual
Santri Pondok Pesantren Daarun Najaah Jerakah Tugu Semarang”, Skripsi, (Semarang: Fakultas
Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo, 2012)
25
B. KECERDASAN SPIRITUAL (SQ)
1. Macam-macam Kecerdasan
a. Intellgence Quotient (IQ)
Intellgence Quotient (IQ) adalah ukuran kemampuan
intelektual, analisis, logika dan rasio seseorang. Dengan demikian,
hal ini berkaitan dengan ketrampilan berbicara, kesadaran akan
ruang, kesadaran akan sesuatu yang tampak, dan penguasaan
matematika. IQ mengukur kecepatan kita mempelajari hal-hal baru,
memusatkan perhatian pada aneka tugas dan latihan, menyimpan
dan mengingat kembali informasi objektif, terlibat dalam proses
berpikir, bekerja dengan angka, berpikir abstrak dan analisis, serta
memecahkan permasalahan dan menerapkan pengetahuan yang
telah ada sebelumnya. Jika IQ kita tinggi, kita memiliki modal yang
sangat baik untuk lulus dari semua jenis ujian dengan gemilang,
dan meraih nilai yang tinggi dalam uji IQ.
b. Emotional Quotient (EQ)
Emotional Quotienet secara sederhana merupakan
perangakat untuk mengukur kecerdasan emosional seseorang,
namu sampai saat ini belum ada testing yang baku sehingga masih
berupa kepedulian-kepedulian saja. EQ merupakan kecerdasan
yang dimiliki seseorang sehinggga ia mampu mengendalikan
emosinya ahkan menguasainya. Orang yang memiliki IQ yang
baik, ditandai dengan kehidupan yang penuh motivasi, menyadari
kemempuan dan kelemahan diri, selalu berempati dan simpatik,
bersolidaritas tinggi dan syarat dengan kehangatan emosional
dalam pergaulan.39
c. Spiritual Quotient (SQ)
Pada hakikatnya SQ adalah suara hati. Suara yang paling
jernih muncul dari hati. Suara tersebut tidak dapat ditipu oleh
siapapun termasuk diri sendiri. SQ akan membimbing manusia
39
Azhari Akmal Tarigan, 40 Pesan Ramadhan, hlm. 29.
26
menjadi manusia yang jenuine diri yang autentik dan bukan menjadi
diri yang palsu.40
Dalam SQ ini ditemukan eksistensi “titik Tuhan
(god spot) dalam otak manusia. Pusat spiritual ini terletak diantara
jaringan saraf dan otak. Zohar dan Marshal berkesimpulan bahwa
SQ sangat dibutuhkan dalam mencapai kehidupan yang lebih bernilai
dan lebih bermakna.41
2. Pengertian Kecerdasan Spiritual (SQ)
Pusat pembinaan dan pengembangan bahasa menyebutkan
bahwa kecerdasan adalah kesempurnaan perkembangan akal budi
seperti kepandaian dan ketajaman pikiran42
Pada dasarnya manusia
memiliki potensi diri yang dibawa sejak lahir
Kecerdasan spiritual (SQ) merupakan temuan ilmiah mutakhir
yang digagas oleh Danah Zohar dan Ian Marshal. Danah Zohar dan
Ian Marshal mengartikan kecerdasan spiritual sebagai kecerdasan
untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan nilai.
Kecerdasan yang dimaksudkan di sini yaitu kecerdasan untuk
menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang
lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau
jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang
lain.43
Dalam penelitiannya disebutkan bahwa Kecerdasan spiritual
(SQ) merupakan kecerdasan paling tinggi dibandingkan dengan dua
kecerdasan yang telah ditemukan sebelumnya yaitu kecerdasan
intelektual (IQ) dan kecerdasan emosional (EQ).
Pada hakikatnya kecerdasan spiritual (SQ) merupakan suara
hati. Suara hati paling jernih yang muncul dari hati. Suara itu tidak
dapat ditipu oleh siapapun termasuk oleh diri kita sendiri.44
Winarno
40
Azhari Akmal Tarigan, 40 Pesan Ramadhan ,hlm. 31-32. 41
Desmita, Psikologi Perkembangan, hlm. 174-175. 42
Tim Penyusun Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
2009), hlm. 209. 43
Danah Zohar dan Ian Marshall,SQ Memanfaatkan, hlm. 4. 44
Azhari Akmal Tarigan, 40 Pesan Ramadhan Agar Puasa Lebih Bermakna, (Jakarta:
Prenada Media Group, 2008), hlm. 30.
27
Darmoyuwono mengartiakan SQ sebagai kecerdasan yang berkaitan
dengan kecerdasan interpersonal yaitu kemempuan seseorang
melakukan refleksi diri, merenung, dan berhubungan dengan alam
batin serta Tuhannya, serta keceradasan interpersonal yaitu sikap dan
perbuat an terhadap orang lain atau makhluk lain.45
Berdasarkan pernyataan Jalaludin Rahmat dalam pengantar
buku SQ Memanfaatkan Kecerdasan Spiritual dalam Berpikir Integralistik
dan Holistik untuk Memaknai Kehidupan yang mengutip pernyataan
Marsha Sinetar dan Khalil Khavari tentang kecerdasan spiritual.
Marsha Sinetar menyebutkan bahwa kecerdasan spiritual adalah
pikiran yang mendapat inspirasi, dorongan, dan efektifitas yang
terinspirasi, theisness atau penghayatan keutuhan yang di dalamnya
kita semua menjadi bagian. Adapun Khalil Khavari mengartikan
kecerdasan spiritual sebagai fakultas dari dimensi non material kita-
ruh manusia. 46
Berdasarkan berbagai pernyataan di atas maka dapat
disimpulkan bahwa kecerdasan spiritual merupakan kemampuan
manusia dalam memahami segala hal secara utuh yang bersumber dari
hati nurani dan bersifat fitrah serta berprinsip karena Allah yang
mengarahkan manusia agar bersikap bijak dalam segala hal.
3. Pembuktian Kecerdasan Spiritual
Hasil riset yang dilakukan oleh ahli saraf Austria Wolf Singer
pada tahun 1990 atas makalahnya The Binding Problem yang
menunjukkan bahwa ada proses saraf manusia yang terkonsentrasi
pada usaha untuk menyatukan serta member makna dalam
pengalaman hidup kita. Suatu jaringan yang secara literal “mengikat”
pengalaman kita secara bersama untuk “hidup lebih bemakna”. Pada
God Spot inilah sebenarnya terdapat value manusia yang tertinggi.
45
Winarno Darmoyuwono, Rahasia Kecedasan Spiritual, (Jakarta: PT. Sangkan Peran
Media, 2008), hlm. 20. 46
Danar Zohar dan Ian Marshall, SQ Memanfaatkan, hlm. Xxvii.
28
Namun pembahasannya baru sebatas tataran biologi-psikologi, belum
menjangkau pada nilai-nilai ketuhanan.47
Penelitian terbaru yang dilakukan oleh ahli saraf VS
Ramachandran dan timnya dari California university pada tahun 1997
yang menemukan bahwa terdapat eksistensi God Spot dalam otak
manusia. Titik God spot ini digunakan sebagai pusat spiritual
(spiritual center) yang terletak diantara jaringan saraf dan otak.48
God
Spot ini merupakan fitrah hati yang dimiliki oleh manusia sehingga
manusia mampu melihat dengan “mata hati”, mampu melihat dengan
tepat serta memprioritaskannya dengan benar sehingga mampu
menghasilkan keputusan yang adil dan bijaksana.49
Pembuktian kecerdasan spiritual dalam Islam yang menjadi
acuan para ilmuan Muslim mengacu pada beberapa ayat al-Qur’an
diantaranya terdapat dalam al-Qur’an surat Ar-Rum: 30
ينح ينالقيمفاقموجهكللد فافطرتاللوال تفطرالن اسعلي هالات بديلللقاللوذالكالد ني
ولكن اكث رالن اسلاي علمون
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Islam),
(sesuai) fitrah Allah disebabkan Dia telah menciptakan manusia
menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah. (Itulah)
agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.”
Keterkaitan antara fitrah dengan God Spot sangatlah erat. God
Spot merupakan sumber suara hati spiritual yang akan mengantarkan
manusia kembali pada fitrah. Sedangkan suara hati manusia pada
dasarnya bersifat universal. Adapun yang menjadi sumber dari suara
hati manusia adalah sifat-sifat Allah 99 yang dikenal dengan Asmaul
husna. Sifat-sifat yang sering tiba-tiba muncul dan dirasakan, mulai
dari berupa larangan, peringatan, atau sebaliknya. Semua itu bermula
47 Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual
ESQ (Emosional Spiritual Quotient) Berdasarkan 6 Rukun Iman dan 5 Rukun Islam, (Jakarta:
Arga, 2001), hlm. 44. 48
Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses, hlm. 44. 49 Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses, hlm. 104.
29
dari perjanjian primodial antara manusia dan Tuhannya. Ketika jiwa
manusia mengakui bahwa Allah sebagai Tuhannya maka saat itu juga
sifat-sifat Allah akan memancar dalam God Spotnya. Bermula dari
sinilah dasar awal pijakan kecerdasan spiritual muncul.50
Kebenaran Islam senantiasa selaras dengan suara hati manusia.
Dengan demikian agama Isam merupakan agama fitrah yang sesuai
dengan kebutuhan yang dibutuhkan manusia. Jadi seluruh ajaran
agama Islam merupakan tuntutan suara hati manusia. Karena hati
nurani merupakan tantangan hidup yang perlu dipertimbangkan serta
dikembangkan agar mampu menghadapi perubahan kehidupan yang
cepat serta dinamis ini, maka agama Islam mampu menjadi landasan
bagi penegembangan kecerdasan spiritual.51
4. Ciri-ciri Kecerdasan Spiritual
Ciri-ciri kecerdasan spiritual menurut Sinetar antara lain:52
a. Mempunyai kesadaran diri yang mendalam, sehingga bisa
menyadari situasi dan kondisi yang datang sehingga bisa
menghadapinya dengan positif.
b. Mempunyai visi dan tujuan hidup, sehingga kualitas hidupnya
diilhami oleh visi dan nilai-nilai kebaikan yang dianutnya.
c. Mampu bersikap fleksibel secara spontan dan aktif untuk
mencapai hasil yang baik, berpandangan pragmatis (sesuai
kegunaan) dan efisien tentang realitas.
d. Berpandangan holistik, yang melihat keterkaitan peristiwa dalam
berbagai hal sebagai rencana yang indah dari Tuhan di dalam
kehidupannya.
e. Mampu melakukan perubahan dalam bidang-bidang kehidupan
yang ditekuninya tanpa harus menjatuhkan orang lain.
50 Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses, hlm.107-108. 51 Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses, hlm. 40. 52
Monty P. Satiadarma & Fidelis E. Waruwu, Mendidik Kecerdasan, (Jakarta: Pustaka
Populer Obor, 2003), hlm. 46.
30
f. Mampu menjadi sumber inspirasi bagi orang lain, mempunyai
gagasan-gagasan yang unik, segar dan spektakuler.
g. Mampu melakukan refeksi diri dan memilah-memilah mana yang
menjadi prioritas dalam hidupnya.
Toto Tasmara menyebutkan beberapa ciri-ciri kecerdasan
spiritual diantaranya adalah:53
a. Memiliki visi
Mereka menyadari bahwa hidup merupakan kesengajaan
yang harus dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab, yaitu
dengan memahami hidup mereka secara utuh. Membuat proyeksi
dirinya di masa yang akan datang, yaitu dengan menetapkan
visinya dengan berdasarkan alasan-alasan yang bisa
dipertanggungjawabkan . Visi atau tujuan hidup setiap muslim
yang cerdas secara spiritual akan menjadikan pertemuan Allah
sebagai puncak dari pernyataan visi pribadinya yang kemudian
dijabarkan dalam bentuk perbuatan baik yang terukur dan terarah.
b. Merasakan kehadirat Allah
Mereka merasakan menyadari bahwa seluruh detak
hatinya diketahui dan dicatat oleh Allah tanpa ada satupun yang
tercecer. Kesadaran bahwa Allah senantiasa bersamanya dan
perasaan bahwa Allah bersama dirinya merupakan bentuk fitrah
manusia.54
Melalui kesadaran inilah yang nantinya akan
mengarahkan manusia berlaku pada arah yang baik. Perasaan
akan hadirnya Allah dapat diperoleh melalui ibadah-ibadah, baik
itu ibadah wajib maupun sunnah.
c. Berdzikir dan berdoa
Berdzikir memberikan makna kesadaran diri “aku di
hadapan Tuhanku”, yang kemudian mendorong dirinya sadar dan
53
Toto Tasmara, Kecerdasan Ruhaniah, (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), hlm. 14. 54
Toto Tasmara, Kecerdasan Ruhaniah(Transcendental Intelligence), (Jakarta: Gema
Insani, 2001), hlm. 14.
31
penuh tanggungjawab untuk melanjutkan misi hidupnya yang
dinamis. Sedangkan doa merupakan bagian dari berdzikir55
d. Memiliki kualitas sabar
Sabar berarti memiliki ketabahan dan daya yang sanagat
kuat unutuk menerima beban, ujian, atau tantangan tanpa
sedikitpun mengubah harapan untuk menuai hasil yang
ditanamnya. Mereka yang sabar akan menerima ujian sebagai
tatangan, baginya hal tersebut adalah sesuatu yang biasa atau
memang demikianlah seharusnya. Menerima dengan hati yang
lapang dan antusias.56
e. Cenderung pada kebaikan
Kebaikan merupakan kodrat yang melekat pada fitrah
manusia itu sendiri. Sedangkan manusia hanya dapat
memanusiakan dirinya selama ia bertanggungjawab terhadap
amanah yang diberikan oleh Allah kepadanya, dan amanah
tersebut harus dilaksanakan dalam bentuk tanggungjwab yaitu
dengan bertaqwa.57
f. Memiliki empati
Empati berarti kemampuan sesorang untuk memahami
orang lain.58
Daniel goelman mengartikan empati sebagai
kesadaran terhadap perasaan, kebutuhan, dan kepentingan orang
lain59
. Maka orang yang memiliki empati tinggi akan cenderung
lebih bersikap bijaksana terhadap orang lain karena mereka
memahami perasaan masing-masing orang.
55
Toto Tasmara, Kecerdaasan Ruhaniah,hlm.19. 56
Toto Tasmara, Kecerdasan Ruhaniah,hlm.30. 57
Toto Tasmara, Kecerdasan Ruhaniah,hlm. 34. 58
Toto Tasmara, Kecerdasan Ruhaniah ,hlm. 34. 59
Mustaghfiroh, “Pengaruh intensitas Puasa Senin Kamis Terhadap Kecerdasan Santri
Pondok Pesantren Daarun Najah Jerakah Tugu Semarang”, srkipsi, ( Semarang: Fakultas Tarbiyah
IAIN Walisongo Semarang, 2012)
32
g. Berjiwa besar
Orang yang cerdas secara spiritual adalah mereka yang
mampu memaafkan kesalahan orang lain betapa besarnya
kesalahan tersebut. Terkecuali dalam hal yang sudah termasuk
melanggar norma. Baik itu norma agama dan norma adat.
h. Bahagia melayani
Budaya melayani dan tolong menolong merupakan bagian
dari citra diri seorang muslim. Mereka sadar bahwa kehadiran
dirinya tidak terlepas dari tanggungjawab terhadap
lingkungannya. Sebagai bentuk tanggungjawab mereka
menunjukan sikapnya dengan tulus melayani orang-orang di
sekitarnya.60
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Spiritual (SQ)
Perkembangan kecerdasan spiritual setiap masing-masing orang
berbeda, tergantung pada pribadi mereka untuk terus berusaha
mengasahnya seperti rasa keingintahuan mereka tentang sesuatu dan
bagimana cara mereka menyikapi hal tersebut. Ada beberapa hal yang
dapat mempengaruhi kecerdasan spiritual seseorang, antara lain:
a. Tidak mengembangkan beberapa bagian dari dirinya sendiri.
Tidak ada usaha sama sekali untuk mengembangkan kemampuan
mereka. Hal ini bisa terjadi karena pengaruh banyak faktor baik
dalam diri yang memang tidak ada kemauan ataupun dari
pengaruh luar yang tidak mendukung seperti kurangnya perhatian
orang tua serta guru mereka masing-masing.
b. Mengembangkan beberapa bagian namun tidak proposional atau
dengan cara yang negatif atau diskriptif. Hal ini sering terjadi
dalam dunia nyata pendidikan sekarang ini seperti halnya hanya
memperhatikan perkembangan aspek kognitif siswa mereka tanpa
memperhatikan aspek psikomotorik dan aspek spiritual mereka.
jika pengembangannya tidak proposional (tidak seimbang) maka
60
Toto Tasmara, Kecerdasan Ruhaniah, hlm. 38.
33
yang terjadi adalah tingkat kecerdasan spiritual mereka tidak akan
berkembang maksimal, begitu juga apabila dengan cara yang
negatif.
c. Bertentangan atau buruknya hubungan antara bagian-bagian.61
Ketidaksinambungan antara bagian yang satu dengan yang
lainnya menyebabkan buruknya hasil dari setiap perkembangan
spiritual mereka.
C. PUASA SENIN KAMIS DALAM MENGEMBANGKAN
KECERDASAN SPIRITUAL (SQ) SISWA
Puasa merupakan salah satu sarana pendekatan seorang hamba
kepada Allah SWT. dan bukti kecintaan pada-Nya. Orang yang berusaha
menahan diri dari makan dan minum serta sesuatu yang membatalkan
puasa, padahal makanan dan minuman itu halal baginya, tentu orang ini
memiliki kedudukan mulia di sisi Allah SWT.62
Pada hakikatnya puasa adalah media latihan bagi manusia untuk
kembali menjadi autentik. Manusia autentik adalah manusia yang tetap
berada dalam fitrah keseimbangan.Yaitu fitrah untuk selalu berpegang
pada kebenaran serta memperjuangkan kebenaran demi kemanusiaan.
Adapun manusia merupakan makhluk rohani dan jasmani yang memiliki
kebutuhan berbeda-beda. Kebutuhan rohani selalu menggiring manusia
untuk dekat dengan Tuhan dan selalu mengerjakan kebaikan, sedangkan
kebutuhan jasmani menggiring manusia untuk selalu memenuhi
kebutuhan fisik.63
Kedua kebutuhan di atas hakikatnya harus seimbang, namun pada
realitanya kebutuhan jasmani selalu mendominasi manusia sehingga
menjadi rakus, tamak, dan tidak pernah puas terhadap kesenangan duniawi
yang akhirnya membuat manusia menjadi makhluk yang semena-mena
dalam bertindak. Pada kondisi ini sebenarnya manusia tidak lagi berada
dalam fitrah keseimbangan. Ia telah menjelma menjadi manusia yang
61
Danar Zohar dan Ian Marshall, SQ Memanfaatkan, hlm. 44. 62
Azhari Akmal Tarigan, 40 Pesan Ramadhan, hlm 35 63
Azhari Akmal Tarigan, 40 Pesan Ramadhan, hlm. 31.
34
palsu. lebih dari itu iapun semakin jauh dari titik orbit Tuhan karena
kebutuhan rohaninya tidak lagi terpenuhi. Fitrah keseimbangan setiap
muslim bisa dikembalikan melalui pelaksanaan puasa. Melalui kegiatan
puasa, kebutuhan jasmani ditekan sedangkan kebutuhan rohaninya yang
selama ini rendah dipacu naik sehingga sejajar dengan kebutuhaan jasmani
yang telah mengalami penurunan tersebut. 64
Tidak hanya puasa wajib, kecerdasan spiritual juga dapat
dikembangkan melalui puasa sunah seperti halnya puasa Senin Kamis.
Puasa Senin Kamis adalah puasa yang dilakukan pada hari senin dan
kamis, dengan tata cara tidak berbeda dengan puasa Ramadhan.65
Hanya
saja puasa Ramadhan ketika tidak dilakukan wajib mengganti dilain hari,
sedang puasa Senin Kamis tidak. Istimewanya puasa Senin Kamis adalah
tepat hari senin dimana hari Nabi Agung Muhammad Saw, dilahirkan ke
muka bumi serta dimana semua amal perbuatan diperiksa dan dilaporkan.
Hari kamis ialah hari dimana dosa-dosa umat islam diampuni oleh Allah.
A. Syifaul Qulub menyebutkan dalam jurnalnya yang berjudul
“Pengaruh Puasa Terhadap Kecerdasan Spiritual” bahwa SQ mengacu
pada titik Tuhan (God Spot). Adapun aspek-aspek God Spot tersebut
diantaranya adalah rasa rendah hati, pembersihan jiwa, rasa sabar, rasa
syukur, rasa tawakkal, perbaikan akhlak. Aktifitas puasa dapat memberi
pengaruh terhadap peningkatan SQ manusia, terutama puasa yang
dijalankan secara fungsional (shaumul khawash, wa khawashul khawash)
sebab melalui puasa, manusia akan lebih memahami dirinya sendiri, sadar
eksistensi, dan terus mencari hakikat kehidupan. Adapun pengaruhnya
antara lain yaitu: menambah rasa rendah hati (tawadhu'), membersihkan
jiwa (tazkiyatun nafsi), menambah rasa sabar, menambah syukur, tawakkal
dan memperbaiki akhlak.66
64
Azhari Akmal Tarigan, 40 Pesan Ramadhan ,hlm. 31-32. 65
Ridwan Malik, Barokah Puasa Senin Kamis, (Jakarta: Kutabina, 2008), hlm . 16. 66
A. Syifaul Qulub, “Pengaruh Puasa Terhadap Kecerdasan Spiritual”, Jurnal Pendidikan
Islam, vol. 12 no. 1 (Gresik: Sekolah Tinggi Agama Islam Daruttaqwa Suci, 2016), hlm. 111.
35
Sebagaimana kita tahu macam-macam kecerdasan dibagi menjadi 3
yaitu IQ, EQ, dan SQ. Pada idealnya ketiga kecerdasan tersebut
merupakan serangkaian kecerdasan yang saling mendukung antara yang
lain namun pada umumnya ketiga kecerdasan tersebut memiliki potensi
kekuatan tersendiri yang sangat memungkinkan bahwa ketiga kecerdasan
tersebut tidak berjalan dengan seimbang. Orang yang mempunyai IQ serta
EQ tinggi belum tentu memiliki SQ yang tinggi, bisa juga begitu
sebaliknya bahkan bisa jadi orang tersebut hanya memilki satu tingkat
kecerdasan. Hakikatnya setiap orang mempunyai tiga potensi kecerdasan
tersebut namun tidak semuanya dapat mengolah serta mengembangkan
potensi tersebut.
Pendidikan mempunyai peran sangat penting dalam
mengembangkan potensi ini. Oleh karena itu untuk melahirkan manusia
yang ber-SQ tinggi dibutuhkan pendidikan yang tidak hanya
memperhatikan pengembangan aspek IQ saja melainkan sekaligus EQ dan
SQ. Dengan demikian diharapkan akan lahirlah dari lembaga-lembaga
pendidikan menusia yang benar-benar utuh.67
Pendidikan agama memberikan ruang pembelajaran anak dalam
memahami eksistensi Allah dan keberadaan manusia sebagai makhluk
ciptaan-Nya yang berkewajiban untuk beribadah. Sudah saatnya bagi para
orang tua dan pendidik untuk menanamkan nilai-nilai agama sebagai dasar
rujukan utama mengenal nilai-nilai kemanusiaan, nilai-nilai lahiriyah dan
relevansinya dalam kehidupan bermasyarakat. Nilai-nilai itulah yang
membentangkan potensi kecerdasan spiritual anak.68
Penanaman nilai-nilai agama dalam lingkungan sekolah bisa
dimulai dengan pembiasaan-pembiaasaan kegiatan rutinan di sekolah baik
dalam jangka waktu mingguan ataupun bulanan seperti pembasaan 3 S
67
Desmita, Psikologi Perkembangan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2017), hlm.
175. 68
Anisa Muslimatun, “Pengembangan Kecerdasan Spiritual pada Santri di SMP Daarul
Qur’an Colomadu, Karanganyar, Tanun 2015/2016”, Sripsi, (Surakarta: Intitut Agama Islam
Negeri Surakarta, 2017) hlm. 27.
36
(senyum, salam,dan sapa) serta sopan, jamaah sholat dhuhur pada waktu
istirahat kedua, infaq hari Jum’at, pengumpulan dan pembagian zakat
fitrah, maupun pembiasaan berpuasa Senin Kamis. Melalui kegiatan-
kegiatan tersebutlah aspek kecerdasan spiritual siswa dapat berkembang.
Semua manusia dibekali potensi kecerdasan sejak lahir, namun
tidak semuanya dapat mengembangkan atau bahkan memahami potensi
kecerdasan masing-masing individu. Dalam rangka mengembangkan
kecerdasan spiritual seseorang diperlukan masukan-masukan terkait
dimensi spiritual. Adapun dimensi spiritual itu merupakan dimensi yang
berhubungan dengan hal-hal yang bersifat spiritual seperti entitas rohaniah
(termasuk makhluk rohaniah) serta kualitas-kualitas rohaniah (cinta, kasih
sayang, kesabaran, keadilan, kejujuran, kedamaian, kebahagiaan,
ketekunan, konsistensi, loyalitas, ketulusan, keikhlasan, kerendah-hatian,
pemanfaatan, keramahan, penuh perhatian, suka menolong, mengalah,
bersyukur, keuletan berjuang dan rela berkorban).69
Pengembangan potensi kecerdasan menjadi tugas masing-masing
individu serta lingkungan sekitarnya agar potensi kecerdasan mereka
berkembang secara baik. Begitu pula dalam pengembangan ranah
kecerdasan spiritual (SQ) siswa, Berikut ini merupakan tanda-tanda dari
seseorang yang SQnya telah berkembang secara baik:70
1. Kemampuan bersikap fleksibel
Orang yang bersikap fleksibel adalah mereka yang dapat
membawa diri dan menyesuaikan diri dengan berbagai situasi yang
dihadapinya. Tidak kaku dan keras serta bisa menerima berbagai
keadaan. Biasanya cenderung bersikap terbuka dan pembawaan diri
yang baik terhadap lingkungan sekitarnya.
2. Tingkat kesadaran diri yang tinggi
Kesadaran diri yang tinggi berarti telah mengenal dirinya
dengan sebaik-baiknya, mampu mengendalikan diri dengan baik.
69
Winarno Darmoyuwono, Rahasia Kecerdasan, hlm. 39. 70
Danah Zohar dan Ian Marshall,SQ Memanfaatkan, hlm. 14.
37
Untuk mampu mengenali dirinya diperlukan sikap yang kooperatif
terhadap dirinya, biasanya setelah mereka mampu mengenali dirinya
dengan baik maka sikap mereka terhadap lingkungannya juga dapat
berjalan dengan baik.
3. Kemampuan untuk mengahadapi dan memanfaatkan penderitaan
Mereka menganggap segala kesulitan hidup merupakan ujian
untuk meningkatkan kesadaran diri seseorang, berawal dari berbagai
kesulitan inilah yang dapat menjadikan seseorang berada pada
puncaknya. Semakin banyak kesulitan yang kita hadapi maka semakin
banyak perluang kita untuk berkembang, melalui tahap-tahap inilah
yang akan menjadikan kita menjadi manusia yang seutuhnya.
4. Kemampuan untuk menghadapi dan melampaui rasa sakit
5. Kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan nilai-nilai
6. Keengganan untuk menyebabkan kerugian yang tidak perlu
7. Kecendurungan untuk melihat keterkaitan antara berbagai hal
(berpandangan holistik)
Berpandangan secara holistik berarti berpikir secara
menyeluruh, mengkaitkan hal-hal yang berbeda-beda. Dalam berpikir
secara holistik ini maka terlihat hubungan antara satu hal dengan hal
lainnya. Mereka berpikir bahwa segala sesuatu di alam ini adalah satu
kesatuan sistem yang besar dimana komponen-komponenya saling
mendukung.
8. Kecenderungan nyata untuk bertanya “mengapa atau bagaimana jika”
untuk mencari jawaban-jawaban yang mendasar
9. Menjadi apa yang disebut oleh para pisikolog sebagai “bidang
mandiri” yaitu memiliki kemudahan untuk bekerja melawan konvensi.
38
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian lapangan (field research) dan penelitian ini digolongkan
penelitian deskriptif kualitatif, merupakan penelitian yang dimaksud
dengan mengumpulkan informasi mengenai status gejala yang ada yaitu
keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan.71
Apabila dilihat dari sifat data, penelitian yang dilakukan oleh
penulis ini tergolong dalam penelitian kualitatif yaitu dengan
menggunakan data-data yang disajikan dalam bentuk kalimat atau
kumpulan beberapa kata. Penelitian kualitatif merupakan suatu
pendekatan dalam penelitian yang berorientasi pada fenomena atau gejala
yang bersifat alami.72
Penulis berupaya menggambarkan bagaimana pelaksanaan puasa
Senin Kamis oleh siswa kelas VIII SMP 8 N Purwokerto serta kecerdasan
spiritual siswa yang terbiasa melakukan puasa Senin Kamis.
B. Setting Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian yang diambil berlokasi di SMP Negeri 8 Purwokerto
karena penulis tertarik untuk meneliti sekolah tersebut dengan alasan:
a. SMP Negeri 8 merupakan salah satu sekolah menengah pertama
favorit di kabupaten Banyumas dilihat dari prestasi-prestasi yang
diraih oleh para siswa.
b. Belum ada penelitian terkait puasa peran Senin Kamis dalam
mengembangkan kecerdasan spiritual siswa di SMP Negeri 8
Purwokerto ini.
71
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R &D, (
Bandung: Alfabeta, 2010), hlm. 15. 72 Mohammad Ali, Strategi Penelitian Pendidikan, (Bandung: Angkasa, 1992), hlm. 159.
39
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan terhitung sejak tanggal 15 Februari
– 17 April 20I9
C. Objek dan Subjek Penelitian
1. Objek Penelitian
Objek yang akan diteliti adalah pelaksanaan pembiasaan puasa
sunnah Senin Kamis yang dilaksanakan siswa, serta kecerdasan
spiritual siswa dilihat dari sikap-sikap yang mereka miliki.
2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah orang yang dijadikan sebagai sumber
informasi untuk menggali data dalam sebuah penelitian. Teknik
samping yang dipakai dalam memilih sumber data merupakan teknik
pengambilan sampel berupa data dengan pertimbangan tertentu.73
Adapun subjek yang dijadikan pertimbangan yaitu orang yang
mengetahui informasi terkait penelitian yang dilakukan peneliti.
Dalam hal ini yang menjadi subjek penelitian adalah:
a. Guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam kelas VIII yaitu
Bapak Rano Subehi, S. Pd.
b. Guru Bimbingan Konseling (BK) kelas VIII yaitu Ibu Robiyatin,
S. Pd.
c. Siswa kelas VIII di SMP Negeri 8 Purwokerto. Adapun sampel
siswa kelas VIII yang diambil peneliti yaitu dari tiga siswa dari
setiap masing-masing kelas VIII E, F, serta G. Siswa yang peneliti
ambil dari kelas VIII E antara lain Naila Rahma, Azizah Nur
Adriyani, dan Tanti Herlina. Dari kelas VIII F yaitu Rofi Nur
Hidayah, Adelia Najmi Raissa, dan Ardesto. Sedangkan dari kelas
VIII G yaitu Khalif Bintang Pratama, Meutya Zahra, dan Rahmi
Ismawati. Hal yang dijadikan pertimbangan peneliti memilih kelas
VIII E, F dan G sebagai sampel adalah dilihat dari kerajinan
73
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2010), hlm. 219.
40
mereka dalam berpuasa Senin Kamis sebagaimana penuturan guru
mata pelajaran Pendidikan Agama Islam Bapak Rano Subehi.
D. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data merupakan prosedur atau cara yang
dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data yang diperlukan
dalam sebuah penelitian yang dilakukannya.74
Terdapat beberapa metode
pengumpulan data untuk memperoleh data secara lengkap dan objektif.
Metode yang akan digunakan peneliti dalam penelitian ini dibagi menjadi
tiga metode penelitian, yaitu:
1. Metode Observasi
Observasi diartikan sebagai cara menghimpun bahan-bahan
keterangan yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan
pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sering
dijadikan sasaran pengamatan.75
Inti dari observasi adalah adanya perilaku yang tampak dan
adanya tujuan yang ingin dicapai. Perilaku yang tampak dapat berupa
perilaku yang dilihat langsung oleh mata, dapat didengar, dihitung,
dan diukur. Tujuan obervasi adalah mendeskripsikan lingkungan yang
diamati, aktivitas-aktivitas yang berlangsung, individu-individu yang
terlibat dalam lingkungan tersebut beserta aktivitas dan perilaku yang
dimunculkan.76
Metode observasi ini digunakan untuk mendapatkan gambaran
menyeluruh tentang lokasi penelitian yaitu SMP Negeri 8
Purwokerto. Melalui observasi ini peneliti meneliti langsung tentang
bagaimana peran puasa Senin Kamis dalam mengembangkan
kecerdasan spiritual (SQ) siswa kelas VIII di SMP Negeri 8
Purwokerto. Adapun aspek kecerdasan spiritual yang akan diteliti di
74
Suharsini Arikunto, Manajemen Penelitian, (Yogyakarta: Rineka Cipta, 2010), hlm.
100. 75
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Press 2011), hlm.
76. 76
Hari Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Salemba Humanika,
2010), hlm.132.
41
sini adalah berupa kemampuan mereka bersikap fleksibel dan
tanggap, memiliki kesadaran diri yang tinggi, pengembangan sikap
jujur, sikap sabar, empati yang tinggi dan sikap disiplin.
2. Metode Wawancara
Wawancara atau interview merupakan sebuah dialog yang
dilakukan oleh pewawancara untuk mendapatkan informasi dari
terwawancara77
. Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur, semi
struktur maupun tidak terstruktur, dan dapat dilakukan melalui tatap
muka (face to face) maupun dengan menggunakan telepon.78
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode
wawancara semi terstruktur yang diawali dengan perumusan
pedoman wawancara serta pembuatan daftar pertanyaan yang
nantinya digunakan ketika pelaksanaan wawancara. Pemilihan metode
wawancara ini digunakan karena dalam penelitian lapangan, peneliti
berhadapan langsung dengan subjek penelitian dalam hal ini adalah
siswa dan guru sebagai sumber informasi dalam penelitian.
Pedoman wawancara dan daftar pertanyaan yang telah dibuat
sebelumnya ditujukan karena peneliti langsung berhadapan dengan
subjek yang diteliti sebagai informan untuk melakukan tanya jawab
secara lisan dua arah, artinya pertanyaan diberikan dari pihak peneliti
ataupun pihak informan, dengan tujuan untuk mendapatkan jawaban
dari pihak yang diwawancari.
Metode wawancara ini peneliti gunakan untuk menggali
informasi atau data terhadap siswa kelas VIII, tentang hal-hal yang
berhubungan dengan pelaksanaan puasa Senin Kamis serta
kemampuan mereka terkait kecerdasan spiritualnya. Berupa
kemampuan mereka bersikap fleksibel dan tanggap, memiliki
77
Suharsini Arikunto, Manajemen Penelitian, (Yogyakarta: Rineka Cipta, 2010), hlm.
127.
78 Sugiyono, Penelitian Pendidikan, hlm. 203.
42
kesadaran diri yang tinggi, pengembangan sikap jujur, sikap sabar,
empati yang tinggi dan sikap disiplin.
Sedangkan wawancara dengan guru mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam dilakukan dengan tujuan untuk menggali informasi
terkait dengan pelaksanaan puasa Senin Kamis serta perkembangan
kecerdasan spiritual siswa yang terbiasa melakukan puasa Senin
Kamis.
3. Metode Dokumentasi
Dokumentasi berasal dari kata dokumen yang berarti barang-
barang tertulis. Dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti
menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah,
dokumentasi, peraturan-peraturan notulen rapat, catatan harian dan
sebagainya.79
Metode dokumentasi digunakan untuk mendapatkan data
tentang letak geografis, sejarah singkat berdirinya sekolah, visi dan
misi, struktur organisasi, guru, dan karyawan, siswa, sarana dan
prasarana serta data-data lain yang berhubungan dengan penelitian ini.
Melalui metode dokumentasi ini juga digunakan untuk mengetahui
tentang bagaimana peran puasa Senin Kamis dalam mengembangkan
kecerdasan spiritual (SQ) siswa kelas VIII SMP Negeri 8 Purwokerto.
E. Teknik Analisis Data
Teknis analisis data merupakan upaya yang dilakukan dengan
jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya
menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan
menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari,
dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.80
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti menggunakan analisis data
kualitatif model Miles and Huberman. Miles and Huberman,
menyebutkan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan
79
Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: Rajawali Press, 2011), hlm. 50. 80
Lexi J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, hlm. 248.
43
secara interaktif. Kegiatan tersebut yaitu data reduction (reduksi data),
data display (penyajian data), dan verification (verifikasi/kesimpulan).81
Berikut ini merupakan penjelasan kegiatan dalam analisis data
menurut Miles and Huberman :
1. Reduksi Data
Perolehan data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup
banyak, oleh karena itu perlu dicatat dan dirangkum secara teliti.
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, kemudian membuang yang
tidak perlu.82
Pada tahap ini, peneliti mereduksi data sehingga peneliti
mendapatkan data-data yang spesifik terkait peran puasa Senin Kamis
dalam mengembangkan kecerdasan spiritual siswa kelas VIII di SMP
Negeri 8 Purwokerto.
2. Penyajian Data
Setelah mereduksi data, maka langkah selanjutnya yaitu
menyajikan data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data dapat
dilakukan dengan bentuk uraian singkat, bagan, ataupun dengan teks
yang bersifat naratif.
Peneliti menyajikan data yang telah direduksi dalam bentuk
uraian singkat, bagan ataupun teks naratif yang berkaitan dengan
peran puasa Senin Kamis dalam meningkatkan kecerdasan spiritual
siswa kelas VIII di SMP Negeri 8 Purwokerto.
3. Verifikasi atau Kesimpulan
Peneliti dapat mengambil sebuah kesimpulan dan verifikasi
setelah menelaah seluruh data, mereduksi dan penyajian data untuk
menjawab rumusan masalah dalam penelitian. Karena kesimpulan
yang dikemukakan di awal masih bersifat sementara dan dapat
berubah jika ditemukan bukti-bukti yang kuat serta mendukung terkait
pengambilan kesimpulan data yang terbaru.
81
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, hlm. 246. 82
Sugiyono, Metode Penelitian, hlm. 247.
44
BAB IV
PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
A. Penyajian Data
1. Pelaksanaan Puasa Senin Kamis di SMP Negeri 8 Purwokerto
SMP Negeri 8 Purwokerto merupakan salah satu sekolah
menengah pertama di Banyumas yang menerapkan pembiasaan
puasa Senin Kamis bagi semua muridnya. Berdasarkan hasil
pengamatan yang peneliti lakukan pada kurun waktu bulan Februari
2019-April 2019 diambil dari wawancara yang dilakukan dengan
salah satu guru PAI yaitu Bapak Rano Subehi yang mengampu mata
pelajaran PAI kelas VIII diketahui bahwa pembiasaan puasa Senin
Kamis ini mulai diberlakukan sejak 2013 terhitung sejak pergantian
kurikulum untuk sekolah yaitu kurtilas (kurikulum 2013) yang dalam
pengembangannya didasarkan pada kurikulum yang berbasis
kompetensi dan karakter.
Kita ketahui bahwa kurikulum ini mengacu pada
penyeimbangan soft skills dan hard skills siswa agar mampu
mengembangkan pengetahuaannya serta menginternalisasikannya
dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan nilai-nilai karakter dan
akhlak mulia.83
Kurikulum ini dirancang untuk mengarahkan
pembentukan budi pekerti dan akhlak mulia peserta didik secara
utuh, terpadu dan seimbang sesuai dangan SKL dalam setiap satuan
pendidikan. Dengan kata lain kurikulum tiga belas merupakan
implikasi pembentukan budi pekerti dan akhlak mulia.
Pembiasaan puasa Senin Kamis ini menjadi salah satu
progam mingguan sekolah yang ditujukan bagi semua warga SMP
Negeri 8 Purwokerto terutama para siswa, dalam praktiknya
kebanyakan dilakukan oleh anak kelas VIII karena di kelas VIII
83
Hasil wawancara dengan guru PAI Bapak Rano Subehi pada hari Senin, 18 Februari
2019 pukul 09.30.
45
semester genap ini, terdapat materi tentang puasa dan siswa
dianjurkan untuk mempraktikannya secara langsung. Proses
pelaksanaannya yaitu dengan mewajibkan setiap anak kelas VIII
untuk melaksanakan puasa sunnah Senin Kamis minimal 8X
berpuasa. Adapun pelaksanaan puasa sunnah Senin Kamis
selanjutnya menjadi hak pribadi masing-masing siswa, boleh
meneruskannya maupun tidak. Program pembiasaan puasa Senin
Kamis di sekolah ini awalnya diterapkan dengan cara para guru mata
pelajaran di akhir pembelajaran mengingatkan siswanya ketika hari
Rabu untuk berpuasa sunnah besok harinya dan mengingatkan ketika
hari Jum’at untuk berpuasa sunnah hari Senin. Tetapi pada
pelaksanaannya pengingatan yang dilakukan oleh guru di setiap
akhir pelajaran tidak berlangsung lama, dan sampai sekarang hanya
guru pengampu mata pelajaran PAI yang masih sering mengingatkan
terkait puasa Senin Kamis mereka.
Dalam hal ini peneliti mengambil kelas VIII E, F dan G
sebagai bahan penelitian. Masing-masing kelas diambil 3 anak
dengan kriteria tingkat kerajinan dalam berpuasa sunnah Senin
Kamis tinggi, sedang, dan rendah. Alasan mengapa peneliti
mengambil sampel dari kelas VIII E, F dan G adalah berdasarkan
saran dari guru pengampu mata pelajaran PAI di kelas VIII, karena
menurut beliau ketiga kelas ini termasuk kategori kelas yang rajin
melaksanakan puasa Senin Kamis.
Berikut ini merupakan profil ketiga anak dari setiap kelas
yang diambil oleh penulis antara lain:
a. Kelas VIII E diambil hari Senin 24 Februari 2019, atas nama
siswa:
1) Naila Rahma
Responden pertama siswa atas nama Naila Rahma
didapat bahwa siswa ini rajin sekali berpuasa Senin Kamis,
bahkan berdasarkan pemaparannya diketahui bahwa
46
pembiasaan puasa Senin Kamis ini tidak hanya berawal ketika
dia mulai bersekolah di SMP ini, pembiasaan puasa Senin
Kamis yang dia lakukan merupakan salah pembiasaan yang
biasa dilakukan di dalam keluarganya bahkan tidak hanya
puasa sunnah Senin Kamis saja tetapi puasa sunnah yang lain
juga sering keluarga mereka lakukan.
Berikut pemaparan siswa Naila Rahma:
“…Alhamdulillah mba saya sudah terbiasa berpuasa Senin
Kamis, kebiasaan ini sudah saya lakukan sejak lama mba,
teruskan kita juga tahu banyak sekali manfaat yang kita
dapatkan dengan berpuasa sunnah termasuk puasa Senin
Kamis ini. Yang saya tangkap dari penjelasan Pak Rano sih
manfaatnya antara lain ya mba mendekatkan kita kepad
Allah, mententramkan jiwa, melatih jadi lebih penyabar,
melembutkan hati, selain itu juga baik sekali untuk
kesehatan badan mba. Karena porsi makan lebih kita
terkontrol”84
Menurut pandangan penulis siswa ini di kelas
dikategorikan dengan siswa yang sikap fleksibelitasnya tinggi,
terlihat dari cara dia mengkomunikasikan sesuatu dengan
teman sangat ramah, luwes, serta aktif bertanya dengan guru
ketika pembelajaran berlangsung. Kemudian ketika
pembelajaran selesai, Naila langsung membersihkan papan
tulis, sikap ini merupakan salah satu bentuk empati yang
tinggi yang dimiliki oleh sesorang. Pada waktu istirahat
pertama anak ini bersama beberapa teman lainnya langsung
bergegas ke masjid sekolahan untuk melaksanakan sholat
dhuha, setelah bel masuk berbunyi dia langsung masuk kelas
untuk melanjutkan pembelajaran pada hari itu.
Siswa ini juga dikenal dengan siswa yang sangat rajin
terutama dalam hal ibadah, berdasarkan wawancara dengan
84
Wawancara dengan Naila Rahma siswa kelas VIII E pada Senin 24 Februari 2019
pukul 14. 15.
47
salah satu anak kelas VIII E yang bernama Aisyah Amalia
Prastikasari menyebutkan bahwa Naila Rahma rajin sekali
berpuasa sunnah tidak hanya puasa Senin Kamis saja, tetapi
juga puasa sunnah yang lain seperti puasa arofah maupun
tarwiyah.
Hal yang melatarbelakangi Naila Rahma berpuasa
Senin Kamis ini juga terlihat sekali bahwa memang siswa ini
melaksanakan puasa Senin Kamis dikarenakan tingkat
pemahaman pemaknaan puasa Senin Kamis yang tinggi dari
siswa ini. Hal tersebut dapat terlihat dari pernyataannya yang
mengatakan :
“…Terkait hikmah puasa Senin Kamis itu sendiri sih bisa
saya rasakan mba misalnya badannya jadi merasa lebih
sehat, mungkin karena porsi makan terkontrol, jadi kalau
mau beraktifitas merasa enteng, selain itu juga kalau mau
marah jadi inget lagi berpuasa, jadi lebih bisa belajar
sabar.” 85
Karena kebiasaan konsisten dalam berpuasa sunnah
ini, di kelas terlihat sekali jika Naila Rahma tidak lagi merasa
berat untuk berpuasa sunnah yang lain terlebih untuk
mengqodho puasa wajib, dia tidak lagi merasakan badan lemas
ataupun merasa malas untuk beraktifitas seperti hari-hari biasa
ketika dia tidak berpuasa.
2) Azizah Nur Adriani
Responden kedua yaitu siswa atas nama Azizah Nur
Adriana ini dapat dikategorikan dalam tingkat sedang,
dikarenakan siswa ini rutin melaksanakannya hanya saja
terkadang apabila ada beberapa alasan seperti lupa tidak
makan sahur anak ini tidak berpuasa. Azizah terbiasa selalu
untuk makan sahur apabila dia akan berpuasa sunnah Senin
85
Wawancara dengan Naila Rahma siswa kelas VIII E pada Senin 24 Februari 2019
pukul 14.15.
48
Kamis ini, jadi apabila waktu sahur dia tidak terbangun maka
paginya dia tidak akan berpuasa.
Siswa bernama Azizah ini di dalam kelas terlihat
cukup aktif, beberapa kali dia terlihat mengajukan beberapa
pertanyaan kepada guru ketika pelajaran berlangsung. Ketika
siswa di sebelahnya tidak membawa bolpoin anak ini
meminjamkan bolpoin kepadanya. Di kelas dia juga dikenal
sebagai salah satu siswa yang pintar dan suka berbuat baik
kepada siswa yang lain.86
3) Tanti Herlina
Tanti herlina merupakan salah satu siswi kelas VIII E
yang melaksanakan puasa Senin Kamis beberapa kali, dia
berpuasa Senin Kamis sebanyak 8 kali puasa yaitu minggu
ketika siswa-siswa kelas 8 ini mulai ditugaskan untuk
membuat laporan akhir terkait pelaksanaan puasa sunnah
Senin Kamis.
b. Kelas VIII F diambil pada hari Kamis 27 Februari 2019 atas
nama siswa :
1) Rofi Nur Hidayah
Rofi Nur Hidayah tergolong siswa yang cukup rajin
melaksanakan puasa Senin Kamis. Di kelas dia terlihat sangat
cekatan apabila lantai di kelas kotor dia menyapunya. Dalam
hal ibadah anak ini terlihat sangat tekun dalam
mengerjakannnya, tidak menunda-nunda melaksanakannya.
Beberapa perbedaan terlihat antara anak yang rajin berpuasa
Senin Kamis dan anak yang tidak rajin melaksanakan puasa
Senin Kamis ini, sebagaimana penjelasan dari hasil wawa
ncara dengan salah satu temannya mengatakan:
“Terlihat sekali bedanya mba, ketekunan ibadahnya siswa
yang rajin berpuasa Senin Kamis dengan siswa yang
86
Hasil Observasi di kelas VIII E pada hari Senin 24 Februari 2019 pukul 08.00.
49
berpuasanya bolong-bolong, contoh saja Rofi Nur Azizah
dia termasuk siswa yang rajin berpuasa Senin Kamis jika
sudah waktunya istirahat pertama jam 10 lebih 10 dia
langsung bergegas ke masjid untuk sholat dhuha, sama juga
ketika waktu jam sholat dhuhur tiba, dia langsung bergegas
mengikuti sholat dhuhur berjama’ah di masjid, dan ketika
menunggu waktu maghrib datang dia menunggu sambil
membaca al-Qur’an.”87
2) Adelia Najmi Raissa
Adelia Najmi Raissa tergolong siswa yang konsisten
dalam melaksanakan puasa Senin Kamis. Dia menyebutkan
bahwa ketika berpuasa Senin Kamis melakukan ibadahnya
jadi lebih semangat, berikut pemaparannya:
“…Kalau lagi berpuasa nderes al-qur’annya lebih banyak
daripada hari biasa, biasanya kalau hari-hari biasanya
membiasakan minimal baca satu ruku.”88
Adelia tergolong anak ini bersikap sangat ramah dan
santun terhadap anak yang lain. Dia juga peka, ketika ada
teman kelasnya bernama Reva Agustina tidak berangkat lama
dan mengetahui bahwa teman mereka itu sakit dan dirawat di
rumah sakit, dia berinisiatif untuk mengajak temannya untuk
menjenguk bersama-sama ke Rumah Sakit.
3) Ardesto
Ardesto tergolong siswa yang jarang melakukan puasa
Senin Kamis, beberapa kali dia berpuasa pada minggu ketika
tugas untuk pembuatan laporan individu siswa terkait puasa
Senin Kamis. Hal ini menyebabkan dia malas beraktifitas
ketika berpuasa baik mulai dari beribadahnya ataupun aktifitas
yang lain.89
87
Wawancara dengan anak kelas Nila Tsaqifa siswa kelas F pada Kamis 27 Februari
2019 pukul 12.30. 88
Wawancara dengan Adelia Najmi Raissa siswa kelas VIII F pada Kamis 27 Februari
2019 pukul 12.15. 89
Hasil Obeservasi di kelas VIII F pada hari Kamis 27 Februari 2019 pukul 12.00.
50
c. Kelas VIII G diambil pada hari kamis 12 maret 2019 atas nama
siswa:
1) Khalif Bintang Pratama
Khalif Bintang Pratama tergolong siswa yang rajin
atau konsisten dalam melaksanakan puasa sunnah Senin
Kamis, ketika penulis melakukan penelitian di kelas VIII G
ini, Bapak Rano selaku guru PAI sedang melakukan ulangan
harian untuk siswa-siswanya. Sementara itu ketika teman yang
lain sedang saling mencontek, dia tidak mencontek walapun
ketika itu banyak siswa yang lain saling menawarkan
contekannya, anak ini tetap kukuh untuk tidak mencontek. Dia
juga tergolong siswa yang pintar di kelas. Selain itu ketika di
kelas dia diejek dengan siswa yang lainnya dia tidak pernah
tersinggung ataupun marah.90
2) Meutya Zahra
Anak ini mempunyai prinsip hidup enggan untuk
menyebabkan kerugian yang tidak perlu terlihat dari sikap dia
ketika pembelajaran berlangsung anak ini tidak berbincang-
bincang sendiri dengan teman berbeda dengan teman yang
lain, hal ini menunjukan bahwa Meutya Zahra merupakan tipe
anak yang tingkat kecerdasan spiritualnya sedang.91
3) Rahmi Ismawati
Rahmi Ismawati terlihat beberapa kali berbincang-
bincang dengan teman sebangkunya ketika pembelajaran
berlangsung, dia terlihat tidak terlalu memperhatikan apa yang
disampaikan oleh gurunya. Ini memperlihatkan bahwa prinsip
90 Hasil Obeservasi di kelas VIII G pada hari Kamis 12 Maret 2019 pukul 08.00. 91
Hasil Obeservasi di kelas VIII G pada hari Kamis, 12 Maret 2019 pukul 11.00.
51
enggan untuk menyebabakan kerugian yang tidak perlu yang
dia miliki rendah.92
Bapak Rano biasanya secara langsung Bapak Rano
menanyakan dalam kelas apakah mereka puasa Senin Kamis
hari itu juga dan biasanya mereka secara langsung menjawab,
jadi ketika itu juga dapat diketahui siapa yang berpuasa dan
siapa yang tidak berpuasa. Berikut pemaparan beliau ketika
berada di kelas VIII E :
“…Siapa hari ini yang tidak berpuasa Senin Kamis?,mereka
spontan ada yang menjawab, Bapak Rahma tidak puasa
Bapak, tadi waktu istirahat dia jajan Bapak. Melalui ini kita
bisa tau mana yang biasa rajin berpuasa dan mana yang
tidak mba”.
Pelaksanaan puasa Senin Kamis di lakukan oleh siswa
kelas VIII di SMP Negeri 8 Purwokerto ini juga bukan hanya
dilatarbelakangi karena program dari sekolah itu sendiri, tapi
memang ada banyak yang melaksanakannya karena menyadari
hakikat puasa Senin Kamis itu sendiri
Waktu pelaksanaan puasa di hari senin dan kamis ini
juga biasa digunakan bagi para siswa perempuan yang
memiliki tanggungan hutang mengqodho puasa ramadhan,
karena pada dua hari itu banyak yang sedang berpuasa.
Berikut pernyataan dari Bapak Rano Subehi:
“…Biasanya bagi anak perempuan juga melaksanakan
puasa mengqodo puasa ramadhan di 2 hari ini mba,
mungkin agar sekalian puasanya tidak merasa berat, ya
karena banyak temannya yang berpuasa di hari ini.”93
Upaya yang dilakukan oleh guru PAI terkait
pelaksanaan puasa Senin Kamis di sekolah ini yaitu dengan
sering mengingatkan kepada siswa tentang manfaat-manfaat
92 Hasil Obeservasi di kelas VIII G pada hari Kamis, 12 Maret 2019 pukul 11.00. 93
Wawancara dengan guru PAI Bapak Rano Subehi pada hari pada hari Senin, 18
Februari 2019 pukul 09.30.
52
yang bisa diperoleh siswa melalui pembiasaan puasa Senin
Kamis ini. Berhubung Pemantauan pelaksanaan berpuasa
Senin Kamis yang dilakukan oleh guru tidak bisa dalam
kurun waktu 24 jam, maka secara tidak langsung orang tua
serta teman di rumah menjadi salah satu pemantau puasa
Senin Kamis mereka. Sebagaimana pemaparan Bapak Rano
Subehi :
“…Karena dari kita hanya bisa memantau puasa Senin
Kamis mereka ketika sedang di sekolah saja, pemantauan
ya dilanjutkan oleh orang tua masing-masing siswa di
rumah mereka, entah itu nantinya di rumah mereka
melanjutkan puasanya sampai waktu maghrib tiba atau
medot di tengah-tengah hari itu sudah menjadi tanggungan
mereka masing-masing.”94
Respon para orang tua terhadap anak mereka yang
sering berpuasa Senin Kamis juga positif, hal ini dibuktikan
dengan tidak adanya keluhan para orang tua kepada guru
terkait kebiasaan anak mereka berpuasa Senin Kamis, terlebih
banyak orang tua yang ikut melaksanakan puasa Senin Kamis
ini berawal dari kebiasaan anak mereka melakukan puasa
sunnah Senin Kamis.
Sesuai pernyataan dari siswa bernama Aqilah Nala:
“…Kalau dari orang tua sih responnya baik mba,
mendukung sekali juga, biasanya orang tua nyiapkan
makanan buat buka dan sahur kita. Terus juga lebih
diperhatiin sama orang tua. Malahan kadang-kadang orang
tua juga ikutan puasa ya walaupun puasanya termasuk
puasa nyaur hutang puasa ramadhan.” 95
94
Wawancara dengan guru PAI Bapak Rano Subehi pada hari pada hari Senin, 18
Februari 2019 pukul 09.30. 95
Wawancara dengan Aqilah Nala siswa kelas VIII E pada Senin 24 Februari 2019 pukul
14.30.
53
Pernyataan dari aqilah Nala di atas dibenarkan oleh
salah satu pemaparan siswa bernama Naila Rahma yang
menyatakan bahwa:
“…Orang tua kita sangat mendukung mba, memang
sebenarnya juga pembiasaan puasa Senin Kamis ini di
keluarga saya menjadi salah satu rutinan, mulai dari Bapak,
ibu dan saudara-saudara yang lain mba. Selain puasa Senin
Kamis puasa sunnah yang lain juga dilakukan. Dari
keluarga saya memang sudah membiasakan lama, jadi ya
berpuasa Senin Kamis di sekolah sudah merasa enteng
mba, tidak menjadi beban.” 96
Keadaan lingkungan yang mendukung seperti hal di
atas menjadi salah satu hal yang memudahkan siswa berpuasa
Senin Kamis dengan ringan.
2. Evaluasi
Evaluasi yang dilakukan oleh guru mata pelajaran PAI terkait
pelaksanaan puasa Senin Kamis ini dilakukan diakhir semester yaitu
dengan memberikan mereka tugas akhir yaitu membuat laporan akhir
tidak terstruktur terkait pembiasaan puasa Senin Kamis yang
didalamnya dimasukan juga pernyataan dari orang tua setiap siswa
bahwa anak mereka tersebut telah benar-benar melakukan puasa
Senin Kamis terhitung setelah 8 kali berpuasa. Dalam laporan ini
juga dimasukan foto dokumentasi mereka ketika bersahur dan
berbuka serta tanggal hari itu.
“…Masing-masing siswa ditugasi untuk membuat laporan
akhir, nanti di dalamnya dimasukin foto mereka ketika sahur
dan buka, terus juga dimasukan surat pernyataan dari orang
tua bahwa mereka berpuasa mulai dari minggu pertama
sampai minggu ke empat.”97
Terkait dengan hikmah berpuasa sunnah Senin Kamis itu
sendiri dapat dilihat dari perbedaan antara siswa yang rajin berpuasa
96 Wawancara dengan Naila Rahma siswa kelas VIII E pada Senin 24 Februari 2019
pukul 14.15. 97
Hasil wawancara dengan guru PAI Bapak Rano Subehi pada hari pada hari Senin, 18
Februari 2019 pukul 09.30.
54
dengan siswa yang hanya berpuasa ketika minggu-minggu sebelum
pembuatan laporan tugas akhir, bagi mereka yang rajin berpuasa
Senin Kamis biasanya anak itu cenderung lebih bisa mengontrol
emosinya, karena kebiasaan berpuasa tersebut,dan dilihat dari tingkat
kerajianan mereka beribadah sunnah juga berbeda, lebih rajin sholat
dhuha, mengaji al-qur’an, ataupun sholat malam
Ibu Robiyatin, S. Pd. menyebutkan bahwa siswa yang rajin
berpuasa Senin Kamis dengan siswa yang berpuasa Senin Kamisnya
tidak rutin akan terlihat sekali bedanya dalam hal spiritualnya
“…Kalau dilihat dari sisi kecerdasan spiritual ya akan terlihat
jelas bedanya mba antara siswa yang rajin berpuasa dengan
siswa yang tidak. Pandangan saya, siswa puasa sunnahya
rajin cenderung berkecerdasan spiritual tinggi, karena secara
naluriah puasa mereka akan cenderung mereka mendorong
mereka melakukan hal-hal yang positif dalam kesehariannya.
Lihat saja di SMP Negeri 8 Purwokerto ini, terlihat sekali
anak-anak yang berpuasanya rajin jarang sekali yang
beruusan dengan guru BK mba, dalam artian mereka jarang
sekali melakukan hal-hal seperti keributan atau apapun yang
membuat dari pihak kami berturun tangan entah baik ruga
skorsing, sanksi ataupun yang lainnya.”98
Agenda kegiatan yang dilakukan oleh para siswa ketika
mereka berpuasa berjalan seperti biasa dimulai dari kegiatan
pembiasaan 3 S (senyum, salam, sapa) yang dilakukan ketika siswa
sampai di sekolah berjabat tangan guru piket di halaman depan
sekolah sebelum bel jam 1 dimulai. Dilanjutkan dengan tadarus Al-
qur’an 10 menit sebelum pembelajaran jam pertama, dan pembacaan
asmaul husna 5 menit dilakukan setelah tadarus Al-qur’an. Adapun
kegiatan sholat dhuha berlaku sunnah sedangkan untuk sholat dhuhur
wajib berjamaah. Selain itu sedekah setiap hari selain hari Jum’at
juga diberlakukan, diambil dari 2,5 % uang jajan diperuntukan untuk
98
Wawancara dengan guru BK Ibu Robiyatin, S. Pd. Pada hari Jum’at 8 Maret 2019
pukul 11. 15.
55
pembangunan masjid serta untuk membagikan makanan untuk orang
yang membutuhkan ditarik ketika jam istirahat kedua.
B. Analisis Data
Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis di SMP Negeri 8
Purwokerto melalui pengumpulan data yaitu observasi, wawancara dan
dokumentasi maka selanjutnya penulis akan melakukan analisis terhadap
penelitian yang telah dilaksanakan. Dalam hal ini hasil analisis akan
menjawab rumusan masalah yang ada yaitu bagaimana peran puasa
Senin Kamis dalam mengembangkan kecerdasan spiritual (SQ) siswa
kelas VIII SMP Negeri 8 Purwokerto.
Danar Zohar dan Ian Marshall dalam bukunya SQ Memanfaatkan
Kecerdasan Spiritual dalam Berbikir Integralistik dan Holistik untuk
Memaknai Kehidupan yang menyebutkan bahwa tanda-tanda dari
seseorang yang SQnya telah berkembang secara baik antara lain adalah
memiliki kemampuan bersikap fleksibel, tingkat kesadaran diri yang
tinggi, kemampuan untuk mengahadapi dan memanfaatkan penderitaan,
kemampuan untuk menghadapi dan melampaui rasa sakit, kualitas hidup
yang diilhami oleh visi dan nilai-nilai, keengganan untuk menyebabkan
kerugian yang tidak perlu, kecendurungan untuk melihat keterkaitan
antara berbagai hal (berpandangan holistik), berpandangan secara
holistik, kecenderungan nyata untuk bertanya “mengapa atau bagaimana
jika” untuk mencari jawaban-jawaban yang mendasar (kemampuan
refleksi tinggi), Menjadi apa yang disebut oleh para psikolog sebagai
“bidang mandiri” yaitu memiliki kemudahan untuk bekerja melawan
konvensi.
Adapun Toto Tasmara menyebutkan bahwa kecerdasan spiritual
memiliki 8 ciri diantaranya adalah memiliki visi, merasakan kehadirat
Allah, berdzikir dan berdoa, memiliki kualitas sabar, cenderung pada
kebaikan, memiliki empati, berjiwa besar, bahagia melayani.
Adapun analisis yang didapatkan penulis melalui deskripsi yang
telah dipaparkan dalam penyajian data sebelumnya dikatakan dengan
56
kedua teori diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa peran puasa
Senin Kamis dalam mengembangkan kecerdasan spiritual (SQ) siswa
kelas VIII SMP Negeri 8 Purwokerto yaitu menumbuhkan sikap
fleksibel, menumbuhkan kesadaran diri yang tinggi, mengembangkan
sikap jujur, sabar, empati yang tinggi dan sikap disiplin. Hal ini dapat
dilihat dari tanda-tanda berkembangnya SQ yang ada pada diri siswa.
Berikut merupakan pembahasannya:
1. Menumbuhkan Sikap Fleksibel
Sikap fleksibel tumbuh pada diri seseorang dapat dilihat
melalui pembawaan seseorang dalam menyesuaikan diri dengan
orang yang dihadapi. Dalam hal ini mereka bisa menerima berbagai
keadaan. Di SMP ini semua siswa diajak untuk berperan aktif dalam
kegiatan keagamaan yaitu dengan terlibat langsung dalam hal ibadah.
Terutama kelas VIII ini. Tujuannya yaitu untuk mengarahkan serta
membantu para siswa mengetahui bagaimana cara memelihara
hubungan baik antara manusia dengan Allah melalui keterlibatan
langsung dalam ibadah, serta agar mengetahui bagaimana
memelihara hubungan antara sesama manusia melalui komunikasi
mereka dengan para guru dan teman-temannya.
Bentuk peran aktif siswa kelas VIII dalam hal ibadah di SMP
Negeri 8 Purwokerto ini dapat dilihat dari kebiasaan mereka dalam
melaksanakan sholat dhuha, sholat dhuhur berjamaah, tadarus al-
Qur’an dan bentuk ibadah-ibadah yang lain. Sedangkan sikap
fleksibelitas siswa dapat dilihat dari tatakrama mereka
berkomunikasi dengan guru, yaitu dengan bahasa yang sopan serta
sikap mereka ketika bertemu dengan orang yang lebih tua dengan
menjabat tangan (bersalaman). Sikap fleksibel ini sejalan dengan
teori yang dikemukakan oleh Danah Zohar dan Ian Marshal.
2. Menumbuhkan Kesadaran Diri Yang Tinggi
Berpuasa menyebabkan seseorang akan merasakan akan
hadirnya Allah, hal ini membuat mereka secara naluriah akan
57
berlaku sesuai kaidah norma yang berlaku, puasa dilakukan dengan
sepenuh hati yang membuat puasa yang dilakukan mereka lebih
bermakna, karena puasa yang mereka lakukan bukan atas dasar
paksaan. Sebagaimana penjelasan yang disebutkan oleh Bapak Rano
bahwa karena puasa yang mereka lakukan merupakan sebuah
rutinitas jadi mereka tetap semangat melaksanakan aktifitas, bukan
kemudian merasa lemas dan membuat siswa dalam mengikuti KBM
(kegiatan Belajar Mengajar) terganggu. Bahkan mereka tetap
semangat seperti biasa.
Bentuk dari sikap kesadaran diri yang tinggi pada siswa kelas
VIII SMP Negeri 8 Purwokerto dapat dilihat dari tingkat kerajinan
mereka dalam beribadah. Siswa yang mempuanyai kesadaran diri
yang tinggi akan senantiasa mengerjakan setiap ibadah sebagai
bentuk dari penghambaan seoarng hamba terhadap Rabnya. Hal ini
membuat semangat beribadah seperti sholat malam, sholat dhuha,
dan membaca al-Qur’an mereka bertambah. Sebagaimana yang
dilakukan oleh Aqilatul Nala dan Naila Rahma. Sikap mereka ini
sejalan dengan pendapat dari Danar Zohar dan Ian Marshal yang
menyebutkan bahwa seseorang yang SQnya telah berkembang
ditandai dengan adanya sikap sadar diri mereka yang tinggi.
2. Mengembangkan Sikap Jujur
Kejujuran menempati posisi yang sangat sentral dalam
pelaksanaan ibadah puasa. Letak kejujuran orang yang berpuasa
dapat dilihat melaui pelaksanaannya. Orang-orang yang berpuasa
harus bisa menjaga puasanya menahan dari segala sesuatu yang
membatalkan dimulai sejak terbitnya fajar sampai terbenamnya
matahari. Pada hakikatnya puasa merupakan ibadah yang hanya
orang tersebut dan Allah saja yang mengetahui, terkait bagaimana
sikap mereka ketika di depan orang tidak dapat menjamin bahwa
orang tersebut benar-benar berpuasa. Jika tidak jujur maka bisa saja
mereka makan atau minum di tempat yang sepi. Namun bagi orang
58
yang kecerdasan spiritualnya berkembang dengan baik maka ia sadar
akan hakikat puasa itu sendiri. Berpuasa semata-mata karena
mengharap ridho Allah SWT. maka mereka akan senantiasa ikhlas
dalam mengerjakannya
Pengembangan sikap jujur yang terjadi pada diri siswa SMP
Negeri 8 Purwokerto terkait puasa Senin Kamis dapat dilihat melalui
adanya pengawasan dari guru dan siswa melalui pengawasan secara
langsung di sekolah. Mulai dari awal pembelajaran sampai
pembelajaran di sekolah selesai secara otomatis mereka juga turut
berperan mengontrol kejujuran siswa.
Adapun pengawasan dari orang tua setiap siswa dilakukan di
rumah mulai dari pelasanaan sahur dan berbuka mereka hingga
kegiatan sehari-hari mereka pada hari mereka berpuasa Senin Kamis.
3. Sabar
Berpuasa melatih sikap sabar. Sifat ini dapat dilihat dari sikap
mereka ketika ada teman sekelas mereka yang mengajak mereka
bertengkar namun mereka tidak menanggapinya. Hal ini juga selaras
dengan pernyataan dari guru mapel PAI mereka Bapak Rano Subehi
bahwa bedanya antara anak yang rajin berpuasa adalah lebih bisa
mengontrol emosi diri mereka, menjadikan mereka tidak mudah
marah dikarenakan anak yang rajin berpuasa sudah terbiasa terlatih
untuk menahan diri baik itu berupa tidak makan, tidak minum, dan
melakukan hal-hal yang membatalkan puasa. Seperti halnya apa
yang Khalif Bintang Pratama lakukan, siswa kelas VIII G ini terlihat
sangat sabar sekali ketika beberapa teman kelasnya mengejeknya,
dari sikap Khalif ini dapat dipahami bahwa kecerdasan spiritual anak
ini telah berkembang dengan baik.
Sabar menjadi salah satu ciri-ciri kecerdasan spiritual yang
diungkapkan oleh Toto Tasmara. Melalui berpuasa sunnah Senin
Kamis ini seseorang akan dilatih untuk bersabar dalam menyikapi
segala hal. Hal ini menandakan bahwa puasa Senin Kamis ini
59
memiliki peranan dalam mengembangkan kecerdasan spiritual siswa
yaitu berupa kesabaran.
4. Empati yang tinggi
Puasa dapat memperkokoh dan mendidik rasa kasih sayang,
karena pada saat berpuasa seseorang akan merasakan keadaan orang
yang lapar dalam jangka waktu yang lama yaitu sekitar 12 jam. Pada
akhirnya kepekaan seseorang atas nikmat (baik berupa makanan
ataupun sebagainya) yang diberikan oleh Allah akan meningkat jadi
akan lebih mudah bersyukur. Adapun bentuk rasa syukur seorang
hamba ini bisa diwujudkan melalui rasa kasih sayang kepada fakir
miskin yaitu dengan berbagi rizki kepada mereka yang
membutuhkan. Melalui hal inilah rasa empati sosial yang tinggi pada
diri seseorang akan tumbuh.
Berpuasa menjadikan seseorang dapat merasakan apa yang
dirasakan orang-orang yang kurang beruntung (para dhuafa) yaitu
sama-sama merasakan lapar, hal inilah yang mendorong mereka
mudah untuk menyedekahkan sebagian hartanya baik itu dalam
bentuk uang, makanan ataupun pakaian. Selain itu, dengan berpuasa
juga pengeluaran uang mereka tidak terlalu banyak dan uang jajan
mereka bisa disimpan dan disedekahkan untuk yang lain
sebagaimana penjelasan dari Bapak Rano Subehi yang menuturkan
bahwa anak akan lebih mudah untuk berinfaq ketika anak itu dalam
kondisi sedang berpuasa. Secara otomatis berpuasa berperan dalam
menumbuhkembangkan empati yang tinggi dari seseorang sesuai
teori yang dikemukakan oleh Toto Tasmara.
5. Disiplin
Dalam berpuasa seseorang diajarkan untuk disiplin baik itu
disiplin waktu maupun aturan. Seseorang yang akan berpuasa baik
itu puasa wajib ataupun sunnah secara tidak langsung akan belajar
disiplin, disiplin membagi waktu antara waktu berbuka maupun
waktu sahur. Setiap masing-masing waktu ada batasnya disesuaikan
60
dengan pembagian waktu yang ada. Adapun mengenai aturan, puasa
memiliki beberapa aturan didalamnya mulai dari rukun, syarat wajib
berpuasa, ataupun hal-hal yang membatalkan puasa. Orang yang
berpuasa harus mengikuti beberapa aturan yang ada agar puasanya
sah menurut syariat.
Puasa menjadikan pelakunya memiliki sikap disiplin yang
tinggi karena dalam berpuasa banyak hal yang dapat membentuk
kedisiplinan atau keteraturan contoh halnya harus bangun di akhir
malam untuk bersahur, dilanjutkan dengan mengerjakan shalat
tahajud, dilanjutkan menahan diri dari hal-hal yang membatalkan
sejak terbitnya fajar sampai datangnya waktu maghrib, kemudian
dilanjutkan dengan melakukan ibadah kesunahan-kesunahan lain
yang dilakukan ketika sedang berpuasa. Jika hal-hal tersebut
dilakukan secara konsisten maka akan membentuk sebuah
kepribadian dengan disiplin yang tinggi. Kedisiplinan menjadi salah
satu bentuk kecerdasan spiritual siswa berupa kecenderungan kepada
kebaikan sebagaimana teori yang diungkapkan oleh Toto Tasmara
61
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang penulis
lakukan mengenai peran puasa Senin Kamis dalam mengembangkan
kecerdasan spiritual (SQ) siswa kelas VIII SMP Negeri 8 Purwokerto,
dapat diambil kesimpulan bahwa puasa Senin Kamis mempunyai peran
yang sangat penting dalam mengembangkan kecerdasan spiritual siswa.
diantaranya adalah: mengembangkan kemampuan bersikap fleksibel,
mengembangkan kesadaran diri yang tinggi, mengembangkan sikap jujur,
sabar, empati yang tinggi dan sikap disiplin.
B. Saran
1. Guru Pendidikan Agama Islam
a) Selalu memberikan motivasi kepada siswa agar mereka lebih
bersemangat dan rajin melaksanakan puasa Senin Kamis agar
puasa Senin Kamis yang mereka lakukan lebih bermakna dan dari
sisi spiritualitas mereka selalu berkembang.
b) Merancang pengembangan kecerdasan spiritual yang efektif
melalui berbagai kegiatan pengamalan dan pembudayaan yang ada
di sekolah.
2. Siswa
Lebih semangat dalam melaksanakan kegiatan puasa Senin
Kamis dan melaksanakannya dengan tulus ikhlas dengan meniatkan
untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT.
C. Kata Penutup
Alhamdulillahirabbil’alamin penulis panjatkan puji syukur kepada
Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang atas limpahan
rahmat, taufiq serta inayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan skripsi yang berjudul “Peran Puasa Senin Kamis dalam
Mengembangkan Kecerdasan Spiritual (SQ) Siswa Kelas VIII SMP Negeri
8 Purwokerto”.
62
Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada baginda agung
nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan para
pengikutnya sampai hari akhir nanti.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik, saran serta masukan yang
membangun dari pembaca sangat penulis harapkan.
Penulis berterimakasih atas bantuan semua pihak yang telah
membantu terselesaikannya skripsi ini. Semoga Allah memberikan balasan
yang terbaik atas segala bantuan yang diberikan berbagai pihak kepada
penulis. Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan
bagi para pembaca umumnya. Amin.
63
DAFTAR PUSTAKA
Agustian, Ary Ginanjar. 2001. Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi
dan Spiritual ESQ (Emosional Spiritual Quotient) Berdasarkan 6 Rukun
Iman dan 5 Rukun Islam. Jakarta: Arga.
Ali, Mohammad. 1992. Strategi Penelitian Pendidikan. Bandung: Angkasa.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Manajemen Penelitian. Yogyakarta: Rineka Cipta.
Asmani, Jamal Ma’mur. 2012. Kiat Mengatasi Kenakalan Remaja di Sekolah.
Yogyakarta: Buku Biru.
Ayub, Hasan Muhammad. 2000. Puasa dan I’tikaf Dalam Islam. Jakarta: Amzah.
Burhanudin, Enjang. 2018. Mujahadah di Siang Hari Meraup Pahala disaat
Sibuk. Jakarta: Qultum Media.
Darmoyuwono, Winarno. 2008. Rahasia Kecedasan Spiritual. Jakarta: PT.
Sangkan Peran Media.
Desmita. Psikologi Perkembangan. 2013. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
El-Hamdy, Ubaidurrahman. 2010. Rahasia Kedasyatan Puasa Senin Kamis.
Jakarta: Wahyu Media.
Fidelis E. Waruwu & Monty P. Satiadarma. 2003. Mendidik Kecerdasan. Jakarta:
Pustaka Populer Obor.
Harjani, Ahmad. 2015. Panduan Lengkap Puasa Wajib dan Sunnah. Yogyakarta:
Buku Pintar.
Herdiansyah, Hari. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Salemba
Humanika.
Husna, Asmaul. 2016. “Pembiasaan Puasa Sunnah dan Korelasinya dalam
Membentuk Karakter Anak”, Skripsi, Banda Aceh: Fakultas Tarbiyah
dan Keguruan Universitas Islam Negeri Ar-Raniry.
64
Ian Marshall, dan Danah Zohar. 2002. SQ Memanfaatkan Kecerdasan Spiritual
dalam Berfikir Integralistik dan Holistik untuk Memaknai Kehidupan.
Bandung: Mizan.
Mahad Jami’ah IAIN Puwokerto. 2017. Modul Baca Tulis al- Qur’an(BTA) dan
Pengetahuan Pengalaman Ibadah (PPI) IAIN Purwokerto. Purwokerto:
UPT. Ma’had al-Jamiah.
Malik, Ridwan. 2008. Barokah Puasa Senin Kamis. Jakarta: Kuta Bina.
Muslimatun, Anisa. 2017. “Pengembangan Kecerdasan Spiritual pada Santri di
SMP Daarul Qur’an Colomadu, Karanganyar, Tanun 2015/2016”.
Skripsi. Surakarta: Intitut Agama Islam Negeri Surakarta.
Mustaghfiroh. 2012. “Pengaruh Intensitas Puasa Senin Kamis terhadap
Kecerdasan Spiritual Santri Pondok Pesantren Daarun Najaah Jerakah
Tugu Semarang”. Skripsi. Semarang: Fakultas Tarbiyah Institut Agama
Islam Negeri Walisongo.
Nata, Abuddin. 2011. Metodologi Studi Islam. Jakarta: Rajawali Press.
Pedak, Mustamar. 2011. Puasa Obat Dasyat Ampuh Menggempur Berbagai
Macam Penyakit Ringan dan Berat. Jakarta: Wahyu Media.
Pransiska, Toni. 2011. Peta dan Risalah Ramadhan Menebar Hikmah dan Pesan
Ilahi di Bulan Suci. Yogyakarta: Aswaja Pressindo.
Qardawi, Yusuf. 2000. Fiqih Puasa. Surakarta: Era Intermedia.
Qulub, A. Syifaul. 2016. “Pengaruh Puasa terhadap Kecerdasan Spiritual”, Jurnal
Pendidikan Islam, Vol. 12 No. 1. Gresik: Sekolah Tinggi Agama Islam
Daruttaqwa Suci Gresik.
RI, Departeman Agama. 2006. Al-Qur’an dan Terjemahannya. Bandung:
Diponegoro.
Solahudin, M. 2010. Butir-Butir Hikmah Ibadah. Jakarta: Citra Risalah.
65
Sudijono, Anas. 2011. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Press.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R &D. Bandung: Alfabeta.
Sugono, Dendy. 2008. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa.
Syaikh Abu Malik Kamal bin As-Sayyid Salim. 2010. Ensiklopedi Shaum dan
Zakat. Solo: Cordova Mediatama.
Syarifuddin, Ahmad. 2003. Puasa Menuju Sehat Fisik dan Psikis. Jakarta: Gema
Insani.
Tarigan, Azhari Akmal. 2008. 40 Pesan Ramadhan Agar Puasa Lebih Bermakna.
Jakarta: Prenada Media Group.
Tasmara, Toto. 2001. Kecerdasan Ruhaniah. Jakarta: Gema Insani Press.
Zainuddin bin Abdul Aziz Al-Malibari Al-Fannani. 2016. Terjemahan Fathul
Mu’in 1. Bandung: Sinar Baru Algensindo Bandung.
Top Related