PERAN DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA DALAM
PENGEMBANGAN OBJEK WISATA (Studi Pada Pengembangan Objek Wisata Kayangan Api Oleh Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bojonegoro)
SKRIPSI
Diajukan untuk Menempuh Ujian Sarjana
Pada Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya
Pradipta Wiraloka
135030201111105
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
JURUSAN ADMINISTRASI BISNIS
PROGRAM STUDI ADMINISTRASI BISNIS
KONSENTRASI MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA
MALANG
2017
TANDA PENGESAHAN SKRIPSI
Telah dipertahankan di depan majelis penguji skripsi, Fakultas Ilmu
Administrasi Universitas Brawijaya, pada:
Hari : Senin
Tanggal : 18 September 2017
Jam : 08.00
Skripsi atas nama : Pradipta Wiraloka
Judul : Peran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Dalam
Pengembangan Objek Wisata (Studi pada
Pengembangan Objek Wisata Kayangan Api oleh Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bojonegoro)
dan dinyatakan
LULUS
MAJELIS PENGUJI
Ketua,
Drs. Mochammad Djudi Mukzam, M.Si
NIP. 19520607 198010 1 001
Anggota, Anggota,
Dr. M. Al Musadieq, MBA
NIP. 19580501 198403 1 001
Drs. M. Soe’oed Hakam, M.Si
NIP. 19490717 197903 1 002
PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI
Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa sepanjang pengetahuan
saya dalam naskah ini tidak terdapat karya ilmiah yang diajukan oleh pihak lain
untuk mendapatkan suatu gelar atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan
oleh orang lain, kecuali secara tertulis dalam naskah ini dan disebut dalam sumber
kutipan dalam daftar pustaka.
Apabila ternyata di dalam naskah skripsi ini dapat dibuktikan terdapat
unsur-unsur jiplakan, saya bersedia skripsi ini digugurkan dan gelar akademik
yang telah saya peroleh (S-1) dibatalkan secara proses sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku (UU No.23 Tahun 2003, Pasal 25 ayat 2 dan
pasal 70).
Malang, 11 Agustus 2017
Pradipta Wiraloka
NIM. 135030201111105
Daftar Riwayat Hidup
Data Pribadi
Nama : Pradipta Wiraloka
Tempat, Tanggal Lahir : Bojonegoro, 30 Juli 1995
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Jl. Soentoro, Ds. Sumberarum, Kab. Bojonegoro
No. Telp/Hp : 085746138881
Latar Belakang Pendidikan
2001 – 2007 SDN Negeri 1 Sumberarum
2007 – 2010 SMP Negeri 3 Bojonegoro
2010 – 2013 SMA Negeri 1 Dander
2013 – 2017 Universitas Brawijaya Malang
Pengalaman Organisasi
2011 – 2013 PSHT Rayon Sumberarum, Sebagai
Pelatih Rayon
2013 – 2015 Brawijaya Student From
Bojonegoro (BSB), Sebagai Anggota
2014 – 2015 PSHT Komisariat Brawijaya, Sebagai
Ketua Divisi Kepelatihan Luhur
RINGKASAN
Pradipta Wiraloka, 2017, Peran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Dalam
Pengembangan Objek Wisata (Studi pada Pengembangan Objek Wisata
Kayangan Api oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bojonegoro),
Drs. Mochamad Djudi Mukzam, M.Si.94 halaman.
Majunya industri pariwisata dalam suatu daerah sangat bergantung
terhadap jumlah peningkatan dan pemanfaatan Daerah Tujuan Wisata (DTW),
sehingga dengan banyaknya wisatawan maka lokasi wisata akan berkembang
dengan baik, dan hal tersebut terjadi di Kabupaten Bojonegoro yang memiliki
potensi wisata. Salah satu objek wisata unggulan adalahKayangan Api. Kayangan
Api merupakan ikon Kabupaten Bojonegoro yang perlu dikembangkan. Maka dari
itu, diperlukan upaya-upaya dalam pengembangan objek wisata Kayangan Api
agar dapat meningkatkan minat wisatawan untuk berkunjung.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian deskriptif kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi,
wawancara, dan dokumentasi. Instrumen penelitian yang digunakan meliputi
pedoman wawancara, pedoman dokumentasi, alat rekam dan kamera.Validitas
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode triangulasi data. Teknik
analisis data yang digunakan adalah teknik analisis interaktif yang terdiri atas
empat komponen yaitu pengumpulan data, kondensasi data, penyajian data dan
penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian ini menunjukkanperan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Kabupaten Bojonegoro adalah melaksanakan penyusunan, pendataan,
perencanaan, pengkoordinasiaan kegiatan dan program kerja di bidang pariwisata.
Serta melaksanakan pembinaan, pengembangan objek wisata, pemberdayaan
usaha pariwisata, dan promosi pariwisata. Upaya ini dilakukan oleh Pemerintah
Daerah sehingga memberikan dukungan pengembangan potensi wisata di wilayah
obyek wisata Kayangan Api. Upaya pengembangan sarana dan prasarana
pariwisata sebagai upaya pemgembangan strategi pada prinsipnya berkaitan
dengan persoalan kebijakan pelaksanaan, penentuan tujuan yang hendak dicapai,
dan penentuan cara-cara atau metode penggunaan sarana-prasarana.Faktor
pendukung dan penghambat Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten
Bojonegoro dalam Pengembangan Objek Wisata Kayangan Api dapat diketahui
bahwa faktor pendukung internal yaitu tersedianya SDM, kedua tersedianya akan
dana. Adapun yang menjadi faktor penghambat yaitu mengenai rendahya
sumberdaya manusia, terutama tenaga yang terampil dan profesional dalam hal
manajerial di bidang pariwisata.
Kata Kunci: Pengembangan Pariwisata, Kayangan Api, Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata
SUMMARY
Pradipta Wiraloka, 2017, The Role of The Departement of Culture and
Tourism in Development of Tourism Object (Study on Development of
Kayangan Api Tourism Object by Department of Culture and Tourism of
Bojonegoro), Drs. Mochamad Djudi Mukzam, M.Si. 94 pages.
The development of tourism industry in an area is very dependent on the
increasing number and utilization of the Tourism Destination (DTW), so that with
the number of tourists the tourist location will develop well, and it happens in
Bojonegoro Regency which has tourism potential. One of the leading tourist
attraction is Kayangan Api. Kayangan Api is an icon of Bojonegoro Regency that
needs to be developed. Therefore, it is necessary efforts in the development of
attractions Kayangan Api in order to increase the interest of tourists to visit.
The research method used in this research is descriptive qualitative
research method. Data was collected by observation, interview, and
documentation. Research instruments used include interview guides,
documentation guides, recorder and camera. The validity of data used in this
research is data triangulation method. Data analysis technique used is an
interactive analysis technique consisting of four components of data collection,
data condensation, data presentation and drawing conclusions.
The results of this study indicate the role of the Department of Culture and
Tourism Bojonegoro Regency is implementing the preparation, data collection,
planning, coordinating activities and work programs in the field of tourism. As
well as carrying out coaching, tourism development, tourism business
empowerment, and tourism promotion. This effort is done by the Regional
Government so as to provide support for the development of tourism potential in
the area of attractions Kayangan Api. Efforts to develop tourism facilities and
infrastructures as a strategy development effort in principle related to
implementation policy issues, determining the objectives to be achieved, and
determining ways or methods of using facilities. The supporting and inhibiting
factors of Culture and Tourism Office of Bojonegoro Regency in Development of
Kayangan Api Tourism Objects can be seen that internal support factors are the
availability of human resources, the second is the availability of funds. As for the
inhibiting factor that is about the low human resources, especially skilled and
professional personnel in terms of managerial in the field of tourism.
Keywords: Tourism Development, Kayangan Api, Departement of Culture
and Tourism
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat ALLAH SWT, yang telah
meluapkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
Skripsi yang berjudul Peran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Dalam
Pengembangan Objek Wisata (Studi pada Pengembangan Objek Wisata
Kayangan Api oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten
Bojonegoro).
Skiripsi ini merupakan tugas akhir individu yang diajukan untuk
memenuhi syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Ilmu Administrasi Bisnis pada
Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang.Penulis menyadari
bahwa penyusunan Skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya dukungan
bantuan bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:
1. Bapak Prof. Dr. Bambang Supriyono, M.S, selaku dekan Fakultas Ilmu
Administrasi Universitas Brawijaya Malang.
2. Bapak Dr. Mochammad Al Musadieq, MBA, selaku Ketua Jurusan
Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya.
3. Mohammad Iqbal S.Sos, M.IB D.BA selaku Sekretaris Jurusan
Administras Bisnis Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya.
4. Bapak Dr. Wilopo, MAB, selaku Ketua Program Studi Administrasi Bisnis
Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya.
5. M. Kholid Mawardi, Ph.D selaku Sekretaris Program Studi Administrasi
Bisnis Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya.
6. Bapak Drs. Mochammad Djudi, M.Si, selaku Dosen Pembimbing Skripsi
yang telah memberikan kritikan, dukungan, dan saran dalam penyusunan
Skripsi penulis.
7. Seluruh Dosen Pengajar Administrasi Bisnis yang telah memberikan ilmu
yang bermanfaat bagi penulis.
8. Pimpinan, staf dan karyawan pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Kabupaten Bojonegoro yang telah memberikan ijin dan bantuan selama
penulis melakukan penelitian.
9. Kepada kedua orang tua saya Bapak Leksono Wahyudi, S.H. dan Ibu Siti
Rukmini terima kasih atas kasih sayang yang tiada henti,berikut saran,
fasilitas, segala bentuk dukungan baik moral maupun spiritual dan doa
yang selalu terpanjatkan untuk terselesaikannya penulisan skripsi.
10. Kepada kekasih tercinta Listiani Ria Anggarwati, A.Md.Keb. terima kasih
atas cinta dan kasih sayang yang luar biasa, serta dukungan dan doa yang
tiada henti untuk menyelesaikan Skripsi penulis.
11. Kepada sahabat-sahabat (Ari, Aris, Baihaqi, Candra, Dhani, Dimas, Ega,
Ezra, Fanizar, Fandy, Faris, Fial, Isyak, Joko, Katon, Melza, Putra, Rafi,
Tama) terima kasih untuk canda, tawa dan dukungan tiada henti sehingga
penulis selalu semangat untuk menyelesaikan Skripsi hingga selesai.
12. Seluruh teman-teman Administrasi Bisnis 2013 Fakultas Ilmu
Administrasi Universitas Brawijaya. Terima kasih atas bantuan maupun
dukungan yang diberikan sehingga terselesaikan skripsi ini.
13. Serta semua pihak yang telah membantu terselesainya Skripsi ini yang
tidak dapat penulis sebut satu persatu.
Demi kesempurnaan Skripsi ini, saran dan kritik yang sifatnya membangun
sangat penulis harapkan. Semoga Skripsi ini bermanfaat dan dapat memberikan
saran yang berarti bagi pihak yang membutuhkan.
Harapan penulis agar Skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca dan
menambah wawasan serta pengetahuan khususnya mengenai Peran Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Dalam Pengembangan Objek Wisata.
Malang, 07 Juni 2017
Pradipta Wiraloka
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN ............................................................................................................. i
SUMMARY .................................................................................................................. ii
KATA PENGANTAR..... ........................................................................................... iii
DAFTAR ISI.................................................................................................. ............. iv
DAFTAR TABEL............................................................................................... ....... v
DAFTAR GAMBAR................................................................... ............................... vi
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... .......... vii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ............................................................................. 8
C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 8
D. Kontribusi Penelitian ............................................................................ 8
E. Sistematika Penulisan .......................................................................... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................ 11
A. Pengertian Peran................................................................................... 11
B. Pariwisata ............................................................................................. 12
1. Pengertian Pariwisata ....................................................................... 12
2. Pengertian Obyek Wisata ................................................................ 13
3. Jenis Pariwisata ................................................................................ 14
4. Peran Pariwisata ............................................................................... 16
C. Strategi Pengembangan Pariwisata ...................................................... 18
1. Pengembangan Obyek dan Daya Tarik Wisata .............................. 19
2. Pengembangan Sarana dan Prasarana ............................................ 19
3. Pemasaran dan Promosi Pariwisata ................................................ 21
4. Pengembangan Sumber Daya Manusia .......................................... 22
5. Tahapan Pengembangan Pariwisata ............................................... 23
D. Kerangka Pemikiran ............................................................................. 25
BAB III METODE PENELITIAN ........................................................................ 26
A. Jenis Penelitian ..................................................................................... 26
B. Fokus Penelitian ................................................................................... 26
C. Lokasi dan Situs Penelitian .................................................................. 27
D. Jenis dan Sumber Data ......................................................................... 28
E. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 30
F. Instrumen Penelitian............................................................................. 31
G. Analisis Data ........................................................................................ 32
H. Keabsahan Data .................................................................................... 35
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................ 38
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .................................................... 38
1. Gambaran Umum Kabupaten Bojonegoro ..................................... 38
2. Potensi Wisata di Kabupaten Bojonegoro ..................................... 40
3. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bojonegoro ........... 42
4. Kayangan Api................................................................................. 50
B. Data Fokus Penelitian .......................................................................... 52
C. Pembahasan .......................................................................................... 62
BAB V PENUTUP .................................................................................................. 69
A. Kesimpulan .......................................................................................... 69
B. Saran ..................................................................................................... 70
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 95
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Objek Wisata Rintisan Kabupaten Bojonegoro .............................................. 41
Tabel 2 Objek Wisata Unggulan Kabupaten Bojonegoro ............................................ 42
DAFTAR GAMBAR
Gambar1 Siklus Kehidupan Pariwisata ........................................................................ 23
Gambar 2 Komponen Dalam Analisis Data ................................................................. 33
Gambar 3 Peta Wilayah Kabupaten Bojonegoro ......................................................... 39
Gambar 4 Bagan Struktur Organisasi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata ................... 45
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Pedoman Wawancara ............................................................................... 72
Lampiran 2 Pedoman Dokumentasi ............................................................................. 73
Lampiran3 Hasil Wawancara ....................................................................................... 74
Lampiran 4 Dokumentasi Penelitian ............................................................................ 85
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sektor pariwisata merupakan sektor yang memiliki potensi untuk
dikembangkan sebagai salah satu sumber pendapatan daerah. Usaha untuk
memperbesar pendapatan asli daerah maka dalam program pengembangan dan
pendayagunan sumber daya dan potensi pariwisata di daerah dapat memberikan
sumbangan bagi pembangunan ekonomi dan suatusistem yang multikompleks,
denganberbagaiaspek yang salingterkaitdalam upaya pengembangan potensi
wisata (Pitana, I Gde&Gayatri, 2005).
Peningkatan jumlah wisatawan yang terus naik tidak terlepas dari
pengembangan pengelolaan wisata oleh daerah masing-masing. Terbentuk
kelompok ekowisata yang akan mengatur mengenai peran dan tugas anggota
dalam melakukan pelayanan terhadap wisatawan (Undang-undang No 10 Tahun
2009). Diharapkan dengan adanya kelompok ini, semua anggota masyarakat
mempunyai kesempatan yang sama dalam hal melayani pengunjung, sehingga
terjadi pemerataan pendapatan di antara anggota masyarakat tersebut.
Majunya industri pariwisata dalam suatu daerah sangat bergantung
terhadap jumlah peningkatan dan pemanfaatan Daerah Tujuan Wisata (DTW)
sehingga dengan banyaknya wisatawan maka lokasi wisata akan berkembang
dengan baik dan hal tersebut juga yang terjadi di Kabupaten Bojonegoro yang
memiliki potensi wisata. Kabupaten Bojonegoro memiliki beberapa lokasi yang
dapat dijadikan objek wisata.
2
Struktur pemerintahan Kabupaten Bojonegoro, Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata memiliki tugas pokok dalam bidang pariwisata yang secara umum
yaitu menyusun rencana, kebijakan operasional, mengendalikan dan
menyelenggarakan kegiatan dalam bidang pariwisata yang meliputi
ketatausahaan, sarana pariwisata, obyek dan daya tarik wisata, promosi dan
pemasaran pariwisata. Visi dari dinas Pariwisata Bojonegoro yaitu“ Terwujudnya
Pembangunan yang berkualitas, ramah lingkungan, berwawasan budaya serta
melibatkan peran serta masyarakat secara luas”, dengan demikian upaya dalam
mengembangkan potensi pariwisata daerah tidak hanya dilakukan oleh pemerintah
tetapi partisipasi masyarakat juga sangat diperlukan.
Kabupaten Bojonegoro memiliki banyak potensi wisata yang khas, namun
masih banyak memiliki kelemahan. Bentuk-bentuk kelemahan yaitu terkait
dengan proses pengelolaan dan pengembangan obyek wisata yang terdapat di
Kabupaten Bojonegoro. Ada beberapa hal yang mendasar yang dianggap penting
untuk diperhatikan karena hal ini dapat mempengaruhi perkembangan objek
wisata: 1) masih kurangnya sarana dan prasarana penunjang kebutuhan berwisata
yang disediakan oleh dinas kebudayaan dan pariwisata 2) Masih rendahnya
pengawasan pelaksanaan aktivitaspariwisata 3) masih rendahnya pelayanan
kepada wisatawan yang berkunjung pada suatu daerah berkaitan dengan
meningkatnya orang-orang melakukan perjalanan wisata, baik domestik maupun
mancanegara. Kondisi ini menjadikan aktivitas operasional dalam pengelolaan
tempat wisata sehingga memberikan dukungan dalam proses pengelolaan potensi
wisata di Kabupaten Bojonegoro.
3
Kurangnya kesadaran pariwisata yang dimiliki masyarakat menjadi salah
satu kelemahan yang sangat menonjol. Karena kurang sadarnya masyarakat akan
pariwisata tentu berdampak besar terhadap wisatawan yang mendapatkan
perlakuan langsung ataupun tidak langsung dari masyarakat. Sehingga timbul
keluhan dari parawisatawan yang tidak mendapatkan pelayanan yang memuaskan
dari masyarakat. Keluhan yang dilontarkan oleh wisatawan antara lain kurang
ramahnya para pelaku wisata seperti kusir andong dan tukang becak, pedagang
kaki lima yang tidak menjaga kebersihan lingkungan sekitar objek wisata
sehingga lingkungan terlihat kumuh dan kotor, tariff parkir yang terlalu mahal dan
tidak sesuai dengan peraturan daerah yang berlaku, serta fasilitas umum
penunjang wisata yang kurang memadai. Fasilitas umum yang kurang memadai
dilihat dari belum tersedianya toilet umum yang memenuhi standard kelayakan
untuk wisatawan.
Kabupaten Bojonegoro merupakan salah satu Kabupaten di Jawa Timur
yang memiliki potensi tempat wisata alam maupun buatan, dimana potensi yang
dimiliki ini memberikan dukungan dalam peningkatan sumber pendapatan daerah.
Terdapat 8 (delapan) tempat wisata yang terdapat di Kabupaten Bojonegoro yaitu
Wisata Tirtawana Dander, Kayangan Api di Sendangharjo, Bendungan Gerak,
Agrowisata Belimbing, Waduk Pacal, Negeri Atas Angin, Kedung Maor, dan Air
Terjun Krondonan (dinbudpar.bojonegorokab.go.id). Salah satu tempat wisata
yang memiliki potensi yang besar dalam mendukung pendapatan daerah yaitu
Kayangan Api adalah salah satu obyek wisata yang sangat populer di Bojonegoro.
4
Kayangan Api yang merupakan sumber api abadi yang tak pernah padam
sekalipun ini terletak di desa Sendangharjo, kecamatan Ngasem, sebuah desa yang
memiliki area hutan seluas 42,29% dari luas desa. Setiap bulannya wisata
Kayangan Api abadi Bojonegoro dikunjungi wisatawan sebanyak kurang lebih
berjumlah 2.000 orang dengan pendapatan Rp 16.915 juta.
Pariwisata di Kabupaten Bojonegoro, khususnya pada lokasi obyek wisata
Kayangan Api dapat berkembang cukup baik, bahkan beberapa kawasan dan
obyek pariwisata yang telah terkenal hingga ke mancanegara. Kawasan wisata
Kayangan Api yang memiliki api abadi dan tidak pernah padam ini menjadi daya
tarik para wisatawan lokal maupun mancanegara untuk melakukan kunjungan.
Semakin berkembangnya wisata Kayangan Api di Bojonegoro kini mulai menjadi
ikon wisata di Kabupaten Bojonegoro, sehingga dengan semakin
berkembangannya wisata Kayangan Api yang ada di Bojonegoro maka
Pemerintah dari Dinas Pariwisata melakukan pembangunan untuk pengembangan
lokasi.
Pembangunan harus dilakukan terencana dan terus menerus karena
kebutuhan masyarakat selalu meningkat dari waktu ke waktu. Pembangunan
pariwisata merupakan langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mencapai
tujuan dan sasaran pembangunan yang telah ditentukan sebelumnya. Upaya-upaya
pembangunan tersebut antara lain daya tarik pariwisata, sarana dan prasarana
pariwisata, promosi pariwisata, dan sumber daya manusia.Pengelolaan objek
wisata harus memiliki beberapa aspek yang harus dikembangkan agar dapat
memberikan manfaat dan mengeluarkan potensi secara maksimal. Pengelolan
5
objek wisata maka terdapat beberapa strategi pengelolaan dan pengembangan
guna memberdayakan masyarakat sekitar diantaranya; pengembangan obyek dan
daya tarik wisata, pengembanan ini dapat dilakukan dengan mengembangkan
objek wisata yang dapat menimbulkan rasa senang, indah, nyaman dan bersih,
pengembanan objek yang memiliki ciri khusus/spesifikasi yang bersifat langka,
yang tidak ada pada daerah lain, membangun aksesbilitas yang banyak untuk
dapat menjangkau obyek wisata di Kabupaten Bojonegoro.
Pengembangan lokasi wisata yang dilakukan untuk menaikkan jumlah
pengunjung dapat dilakukan dengan meningkatan jumlah sarana dan prasarana.
Sarana dalam kepariwisataan dilakukan dengan memberikan pelayanan kepada
wisatawan untuk metode pengembangan selanjutnya yang dilakukan dengan
melakukan pengembangan dalam pemasaran dan promosi. Metode pemasaran
yang merupakan proses dalam manajemen yang dilakukan oleh organisasi untuk
meningkatkan lokasi jumlah wisatawan yang akan datang kelokasi wisata dan
upaya selanjutnya yang dilakukan dengan pengembangan sumber daya manusia.
Apabila pengembangan objek wisata dan sumber daya manusia sekitar
objek wisata baik maka dapat dipastikan akan memberikan dampak positif bagi
kesejahteraan, ekonomi, dan pendidikan masyarakat sekitar. Adanya suatu
destinasi wisata adalah harus siap menerima dampak pariwisata yang terjadi baik
dari aspek sosial budaya maupun ekonomi. Diperlukan kerjasama antara
pemerintah daerah, investor, maupun masyarakat sekitar untuk meminimalkan
dampak pariwisata yang akan terjadi. Tantangan perkembangan zaman saat ini
maka dinas kebudayaan dan pariwisatan haruslah melakukan pengelolaan objek
6
wisata yang dapat digunkan untuk meningkatan sumber daya manusia yang
profesional khusunya SDM disekitar objek wisata Kayangan Api Bojonegoro.
Berbagai upaya telah dilakukan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Kabupaten Bojonegoro antara lain adalah dengan melakukanpendekatan dan
sosialisasi sadar wisata terhadap beberapa paguyuban yangada di Kabupaten
Bojonegoro khusunya yang berhubungan dengan bidangkebudayaan dan
pariwisata seperti paguyuban pedagang kali lima di kawasanwisata, paguyuban
pengelola parkir, paguyuban becak dan paguyuban kusirandong. Hal tersebut
merupakan salah satu upaya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten
Bojonegoro dalam rangka membina kesadaran wisata parapelaku wisata di
Kabupaten Bojonegorountuk mengelola objek wisata. Belum optimalnya
pengelolaan menjadikan adanya peningkatan keluhan yang masih dirasakan
olehwisatawan yang berkunjung ke Kabupaten Bojonegoro.
Berbagai upaya harus dilakukan oleh Dinas Kebudayaan dan
PariwisataKabupaten Bojonegoro sebagai pihak pemerintah yang
bertanggungjawab dalam bidang kebudayaan dan pariwisata untukmenciptakan
iklim yang kondusif dan partisipasi masyarakat yang aktifdalam rangka
pencapaian good tourism governance atau tata kelolakepariwisataan yang baik,
kondisi ini menjadikan aktivitas pengelolaan yang dilakukan sesuai dengan
ketentuan yang telah ditetapkan.
Hasil penelitian Muis (2016) dapat diketahui bahwafaktor pendukung yang
menjadikan aktivitas dalam pengelolaan tempat wisata yaitu adanya potensi alam,
potensi budaya, potensi manusia serta sistem informasi yang akurat, pengadaan dan
7
pengawasan sarana prasarana dan adanya dukungan masyarakat sekitar mengenai
pengawasan keberadaan sarana prasarana di objek wisata. Faktor penghambatnya
berasal dari letak objek wisata yang sulit dijangkau, persepsi atau pandangan negatif,
kurangnya sistem informasi pariwisata, promosi wisata dilakukan tidak terarah dan
tidak fokus oleh faktor dana dan kurangnya kesadaran masyarakat, ketersediaan
sarana prasarana yang belum mencukupi dibeberapa obyek wisata serta kurangnya
pengadaan sarana prasarana pada objek wisata.
Hasil penelitian yang dilakukan Sri Puspa Nilam (2016), menjadikan hasil
penelitian menunjukkan bahwa peranan pemberian pembimbingan dan pembinaan
sudah di laksanakan sesuai dengan tugas dari dinas kebudayaan dan pariwisata,
peranan pemantau dan pengendali pelaksanaan pokoknya perencanaan program
yang dilaksanakan sebelum program itu di lakukan merupakan cara untuk
mengendalikan tugas pokok agar sesuai, peranan sebagai pelaksana kebijakan
teknis pengembangan seni budaya daerah dengan adanya kegiatan teknis yang
telah dilaksanakan sudah sesuai dengan penanganannya secara langsung selain itu
peranan melaksanakan penyuluhan pemasaran wisata masih belum maksimal
dalam hal promosi karena hanya di lakukan di daerah saja tidak secara global.
Tata kelola kepariwisataan yang baik merupakanharapan maupun cita-cita
dari seluruh pihak baik pemerintah, masyarakatmaupun swasta agar pariwisata di
Kabupaten Bojonegoro semakin maju danberkembang pesat.Berdasarkan latar
belakang ini, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Peran
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dalam Pengembangan Objek Wisata
(Studi pada Pengembangan Objek Wisata Kayangan Api oleh Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bojonegoro)”
8
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi perumusan
masalahnya adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana cara pengembangan Objek Wisata Kayangan Api yang dilakukan
oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupateen Bojonegoro?
2. Apa faktor pendukung dan penghambat Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Kabupaten Bojonegoro dalam Pengembangan Objek Wisata Kayangan Api?
C. Tujuan Penelitian
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Mendeskripsikan dan menganalisis cara pengembangan Objek Wisata
Kayangan Api yang dilakukan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Kabupaten Bojonegoro.
2. Mendeskripsikan dan menganalisis faktor pendukung dan penghambat Dinas
Kebudayaan dan pariwisata dalam pengembangan Objek Wisata Kayangan
Api Bojonegoro.
D. Kontribusi Penelitian
Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini diharapkan dapat digunakan
antara lain:
1. Secara Akademis
Bagi Peneliti sendiri yaitu dapat menambah pengetahuan dan wawasan serta
dapat mengaplikasikan dan mensosialisasikan teori yang telah diperoleh
selama perkuliahan. Bagi peneliti selanjutnya yaitu sebagai bahan banding
9
dan referensi yang bermanfaat apabila diperlukan bagi peneliti-peneliti lain
yang berminat dalam rangka mengadakan penelitian serupa di daerah lain.
2. Secara Praktis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan informasi
maupun masukan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten
Bojonegoro dalam rangka pengembangan potensi pariwisatanya di
Kabupaten Bojonegoro.
b. Masyarakat umum, dalam memahami dinamika pembangunan daerah
khususnya pengembangan potensi pariwisata di Kabupaten Bojonegoro
yang nantinya diperuntukkan hiburan dan kesejahteraan masyarakat.
c. Investor, dalam memperoleh gambaran mengenai peluang dan prospek
investasi yang cukup menjanjikan di Kabupaten Bojonegoro.
E. Sistematika Penulisan
Sitematika penulisan berfungsi untuk menyusun skripsi secara sistematis
agar mudah dipahami dan dimengerti oleh pembaca. Penelitian ini terbagi menjadi
3 (tiga) bab dan setiap bab terdiri beberapa sub bab, untuk itu peneliti telah
menyusun sistematikanya sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini terdiri dari Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian,
Kontribusi Penelitian, dan Sitematis Penulisan. Latar belakang berisikan tentang
uraian latar belakang masalah dan alasan penulis mengambil topik. jkil Rumusan
masalah menjadi dasar penulisan atau masalah yang akan diteliti. Pada bagian
tujuan penelitian berisikan tentang tujuan yang hendak dicapai dari penulisan
10
penelitian ini. Kontribusi penelitian menjelaskan manfaat apa yang didapat dari
penelitian ini. Serta sistematika pembahasan yang menguraikan setiap bab yang
ada di penelitian ini.
BAB II : TINJUAN PUSTAKA
Bab ini terdiri dari teori-teori yang berhubungan dengan penelitian ini yang
digunakan sebagai landasan. Teori-teori yang diuraikan pada bab ini
yaitu:Administrasi Bisnis, Sumber Daya Manusia, dan Pariwisata.
BAB III : METODE PENELITIAN
Bab ini menjelaskan tentang metode apa yang digunakan penulis untuk
melakukan penelitian yang terdiri dari : Jenis Penelitian, Fokus Penelitian, Lokasi
dan Situs Penelitian, Jenis dan Sumber Data, Teknik Pengumpulan Data,
Instrumen Penelitian dan Analisis Data.
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini menjelaskan tentang gambaran umum lokasi penelitian, hasil
penelitian serta pembahasan yang dilakukan oleh peneliti.
BAB V : PENUTUP
Bab ini menjelaskan tentang kesimpulan yang merupakan ringkasan dari
hasil penelitian yang dilakukan dan saran dari permasalahan yang ada dalam
penelitian ini.
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Peran
Definisi peran secara umun adalah kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi dalam
menjalankan hak untuk memenuhi kegiatan lembaga-lembaga yang berkepentingan.
Soekanto (1987:221),mengemukakan “definisi peranan lebih banyak menunjukkan pada
fungsi,penyesuaian diri dan sebagai suatu proses, jadi tepatnya adalah bahwa
seseorangmenduduki suatu posisi atau tempat dalam masyarakat serta menjalankan
suatuperanan”.
Menurut Poerwodarminta (2005:571),“peran merupakan tindakan yang dilakukan
seseorang atau sekelompok orang dalam suatu peristiwa”. Artinya, seperangkat tingkah laku
yang diharapkan, dimiliki oleh orang atau seseorang yang berkedudukan di masyarakat.
Sementara dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,“peran adalah seperangkat tingkat yang
diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan dalam masyarakat”.
Berdasarkan definisi dan konsep di atas dapat disimpulkan bahwa peran merupakan
fungsi penyesuaian yang dimiliki oleh seseorang atau kelompok yang mempunyai kedudukan
dalam masyarakat.Apabila konsep tersebut dikaitkan
dengan fungsi pemerintah maka, dapat disimpulkan definisi peran adalah
organisasi pemerintah yang menjalankan tugas-tugas negara dan fungsi-fungsi
pemerintahan daerah di Kabupaten Bojonegoro dalam hal ini adalah Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Kabupaten Bojonegoro.
DinasKebudayaan dan Pariwisatamemiliki peran penting, terutama melakukan
koordinasiterhadap semua potensi dan sumber-sumber daya yang terdapat di daerah
itu,sehingga harapan terhadap pariwisata sebagai katalisator bagi pembangunandaerah dapat
menjadi kenyataan dan dapat meningkatkan kesejahteraan bagimasyarakat di daerah itu.
B. Pariwisata
12
1. Pengertian Pariwisata
Istilah pariwisata (tourism) baru muncul di masyarakat kira-kira pada abad ke-18,
khususnya sesudah revolusi industri di Inggris. Istilah pariwisata berasal dari
dilaksanakannya kegiatan wisata (tour), yaitu suatu aktivitas perubahan tempat tinggal
sementara dari seseorang, di luar tempat tinggal sehari-hari dengan suatu alasan apapun
selain melakukan kegiatan yang bisa menghasilkan upah atau gaji.
Menurut Yoeti (1991:103), “Kata pariwisata berasal dari dua suku kata, yaitu pari
dan wisata. pari berarti banyak, berkali-kali dan berputar-putar, sedangkan wisata berarti
perjalanan atau bepergian”. Jadi pariwisata berarti perjalanan atau bepergian yang
dilakukan secara berkali-kali atau berkeliling
Damanik & Weber (2006:1), mendefinisikan “Pariwisata adalah kegiatan rekreasi
di luar domisili untuk melepaskan diri dari pekerjaan rutin atau mencari suasana lain”.
Sedangkan menurut Kuncoro, (2006:295). “Kata pariwisata dapat diartikan perjalanan
penuh, mulai dari berangkat dari suatu tempat ke satu atau beberapa tempat lain dan
singgah, kemudian kembali ke tempat semula”.
World Tourism Organizations (WTO) dalam Muljadi(2009:8-9), mendefinisikan
“Pariwisata adalah berbagai aktivitas yang dilakukan orang-orang yang mengadakan
perjalanan untuk dan tinggal di luar kebiasaan lingkungannya dan tidak lebih dari satu
tahun berturut-turut untuk kesenangan, bisnis dan keperluan lain”.
Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa pariwisata adalah
segala sesuatu yang berhubungan dengan kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan
tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati objek
dan daya tarik wisata.
2. Pengertian Obyek Wisata
Pengertian Obyek wisata menurut Marpaung (2002:78), adalah “Suatu bentukan
dari aktivitas dan fasilitas yang berhubungan dan dapat menarik minat wisatawan atau
pengunjung untuk datang ke suatu daerah atau tempat tertentu”. Jadi obyek wisata dapat
13
menarik perhatian wisatawan untuk datang karena wisatawan ingin mengunjungi dan
mendapatkan suatu pengalaman tertentu dalam kunjungannya.Menurut Undang-Undang
RI No. 10 Tahun 2009 Bab I Pasal I Tentang Kepariwisataan, menjelaskan “Obyek
wisata/daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan
nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia
yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisata”.
Berdasarkan pengertian dari Marpaung dan menurut Undang-Undang RI No. 10
Tahun 2009, jadi obyek wisata merupakan suatu keunikan dan keistimewaan yang
dimiliki suatu daerah wisata sehingga bisa menarik perhatian dan menjadi sasaran atau
tempat kunjungan wisata.
Menurut Cooper (1995:81), terdapat 4 (empat) komponen yang harus dimiliki
oleh sebuah objek wisata, yaitu:
1. Atraksi (attraction), seperti alam yang menarik, kebudayaan daerah yang
menawan dan seni pertunjukan.
2. Aksesibilitas (accessbilities), seperti adanya transportasi lokal.
3. Fasilitas (facility), seperti tersedianya akomodasi, rumah makan, dan agen
perjalanan.
4. Ancillary services, yaitu organisasi kepariwisataan yang dibutuhkan untuk
pelayanan wisata seperti destination marketing management organization,
conventional and visitor bureau.
Berdasar komponen yang dijelaskan oleh Cooper, maka daerah yang menjadi
obyek wisata harus memiliki sumber daya alam dan kebudayaan yang menarik,
transportasi lokal, fasilitas yang memadai serta juga organisasi kepariwisataan atau
kelompok wisata yang ada disuatu daerah wisata itu.
3. Jenis Pariwisata
Seorang wisatawan mengadakan perjalanan wisata karena didorong oleh berbagai
motif yang tercermin dalam berbagai macam jenis pariwisata. Bagi daerah sangat perlu
mempelajari motif ini karena berhubungan dengan fasilitas yang perlu disiapkan dan
program-program pomosinya.
14
Menurut Pendit (2005:56-58), pariwisata dapat dikelompokkan menurut motif
wisatawan untuk mengunjungi suatu tempat. Jenis-jenis paiwisata tersebut adalah sebagai
berikut, yaitu:
1) Pariwisata budaya, pariwisata yang didasari rasa ingin tahu wisatawan akan
budaya lain, kebiasaan yang dilakukan, kepercayaan serta atraksi budaya lain.
2) Pariwisata kesehatan, adalah suatu kegiatan wisata yang dilakukan untuk
penyegaran jasmani maupun rohani, seperti berkunjung ke tempat pemandian
air panas.
3) Pariwisata olahraga, pariwisata yang dilakukan dalam rangka olahraga, seperti
bepergian dalam rangka perwakilan negara dalam pertandingan olahraga
antarnegara.
4) Pariwisata komersial, pariwisata yang dikomersilkan dapat berupa pameran-
pameran.
5) Pariwisata industri, erat kaitannya dengan pariwisata komersil, hanya saja
objek yang dituju berupa lingkungan industri.
6) Pariwisata politik, pariwisata yang berkenaan dengan kegiatan politik suatu
negara.
7) Pariwisata konvensi, pariwisata yang menyediakan fasilitas tempat pertemuan-
pertemuan atau acara antar negara.
8) Pariwisata sosial, adalah kegiatan wisata yang diperuntukkan bagi kelas
menengah ke bawah. Kegiatan wisata ini biasanya disponsori oleh lembaga-
lembaga tertentu.
9) Pariwisata pertanian, adalah pariwisata yang memanfaatkan kegiatan pertanian
(agriculture) dan produknya.
10) Pariwisata maritim, kegiatan wisata yang memanfaatkan pesona alam laut.
11) Pariwisata cagar alam, adalah kegiatan wisata dengan bepergian ke tempat
cagar alam.
12) Pariwisata buru, adalah pariwisata yang menyediakan tempat untuk melakukan
kegiatan berburu.
Sementara jenis-jenis pariwisata menurut Spillane (2005:29-30), didasarkan pada
motif tujuan perjalanan, yaitu :
1) Pariwisata untuk menikmati perjalanan (Pleasure Tourism).Jenis pariwisata ini
dilakukan oleh orang-orang yang meninggalkan tempat tinggalnya untuk
berlibur, mencari udara segar, memenuhi kehendak ingin-tahunya,
mengendorkan ketegangan syaraf, melihat sesuatu yang baru, menikmati
keindahan alam, mengetahui hikayat rakyat setempat, mendapatkan
ketenangan.
2) Pariwisata untuk rekreasi (Recreation Tourism). Pariwisata ini dilakukan untuk
pemanfaatan hari-hari libur untuk beristirahat, memulihkan kembali kesegaran
jasmani dan rohaninya, dan menyegarkan diri dari keletihan dan kelelahannya.
Dapat dilakukan pada tempat yang menjamin tujuan-tujuan rekreasi yang
menawarkan kenikmatan yang diperlukan seperti tepi pantai, pegunungan,
pusat-pusat peristirahatan dan pusat-pusat kesehatan.
15
3) Pariwisata untuk kebudayaan (Cultural Tourism). Jenis ini ditandai oleh
adanya rangkaian motivasi, seperti keinginan untuk belajar di pusat-pusat
pengajaran dan riset, mempelajari adat-istiadat, kelembagaan, dan cara hidup
masyarakat yang berbeda-beda, mengunjungi monumen bersejarah,
peninggalan masa lalu, pusat-pusat kesenian dan keagamaan, festival seni
musik, teater, tarian rakyat dan lain-lain.
4) Pariwisata untuk olahraga (Sports Tourism). Pariwisata ini dapat dibagi lagi
menjadi dua kategori:
(1) Big sports events, yaitu peristiwa-peristiwa olahraga besar seperti
Olympiade Games, kejuaraan ski dunia, kejuaraan tinju dunia, dan lain-lain
yang menarik perhatian bagi penonton atau penggemarnya.
(2) Sporting tourism of the Practitioners, yaitu pariwisata olahraga bagi
mereka yang ingin berlatih dan mempraktekkan sendiri seperti pendakian
gunung, olahraga naik kuda, berburu, memancing dan lain-lain.
5) Pariwisata untuk urusan usaha dagang (Business Tourism). Pariwisata ini
adalah bentuk profesional travel atau perjalanan karena ada kaitannya dengan
pekerjaan atau jabatan yang tidak memberikan kepada seseorang untuk
memilih tujuan maupun waktu perjalanan.
6) Pariwisata untuk berkonvensi (Convention Tourism). Pariwisata ini banyak
diminati olehnegara-negara karena ketika diadakan suatu konvensi atau
pertemuan maka akan banyak peserta yang hadir untuk tinggal dalam jangka
waktu tertentu dinegara yang mengadakan konvensi. Negara yang sering
mengadakan konvensi akan mendirikan bangunan-bangunan yang menunjang
diadakannya pariwisata konvensi.
Berdasarkan jenis-jenis wisata di atas maka dapat dikatakan bahwa jenis
pariwisata maka Kayangan Api merupakan obyek wisata alam yang dimiliki oleh
Kabupaten Bojonegoro. Obyek wisata ini memiliki potensi wisata yang besar dimana
wilayah Bojonegoro mendukung atas keberadaan tempat wisata tersebut. Kayangan
Api juga menjadi salah satu ikon tempat wisata dengan berbagai keunggulan yang
dimiliki.
4. Peran Pariwisata
Pariwisata mulai dikenal banyak orang setelah keputusan dari presiden pada
tanggal 9 Agustus 1964 dengan istilah industri pariwisata. Berdasarkan keputusan dari
Presiden, di Indonesia mulai diadakan upaya pengembangan industri pariwisata agar
tujuannya tercapai.Kegiatan pariwisata sungguh memberi peranan berarti terhadap
keseluruhan kinerja perekonomian Indonesia. Peranan suatu sektor dalam perekonomian
selain dapat dilihat dari kontribusi sektor tersebut dalam penciptaan output, juga dapat
16
dilihat dari besaran nilai tambah yang dihasilkan. Nilai tambah yang dihasilkan tidak
hanya dipengaruhi oleh kemampuan suatu sektor dalam menciptakan output namun juga
oleh biaya yang dikeluarkan dalam menciptakan output tersebut.
Menurut Yoeti (2008:27-28), berikut adalahperan-peran pariwisata diantaranya:
a. Peningkatan kegiatan perekonomian sebagai akibat dibangunnya prasarana dan
sarana demi pengembangan pariwisata, sehingga memungkinkan orang-orang
melakukan aktivitas ekonominya dari suatu tempat ke tempat lainnya, baik
dalam suatu wilayah negara tertentu, maupun dalam kawasan internasional
sekalipun.
b. Meningkatkan industri-industri baru yang erat kaitannya dengan pariwisata,
misalnya: Transportation, Accomodation (Hotel, Motel, Holiday Village,
Camping ites, dll).
c. Meningkatkan hasil pertanian dan peternakan untuk kebutuhan hotel dan
restoran, seperti sayur, buah-buahan, bunga, telur, daging, dll. Karena semakin
banyaknya orang-orang melakukan perjalanan wisata.
d. Meningkatkan permintaan terhadap: Handicraft, Souvenir Goods, Art
Painting, dll.
e. Memperluas barang-barang lokal untuk lebih dikenal oleh dunia internasional
termasuk makanan dan minuman.
f. Meningkatkan perolehan devisa negara sehingga dapat mengurangi beban
defisit neraca pembayaran.
g. Memberikan kesempatan berusaha, kesempatan kerja, peningkatan penerimaan
pajak bagi pemerintah dan peningkatan pendapatan nasional.
h. Membantu membangun daerah-daerah terpencil yang selama ini tidak
tersentuh pembangunan.
i. Mempercepat perputaran perekonomian pada negara-negara penerima
kunjungan wisatawan (tourist receiving countries).
j. Dampak penggandaan yang ditimbulkan pengeluaran wisatawan, sehingga
memberi dampak positif bagi pertumbuhan daerah tujuan wisata (DTW) yang
dikunjungi wisatawan.
Berdasarkan beberapa peran pariwisata tersebut maka dapat diketahui pentingnya
pariwisata yang bermanfaat bagi berbagai macam pihak yang ikut merasakan manfaat
dari pariwisata yang ada di suatu daerah obyek wisata. Manfaat atau dampak tempat
wisata terkait dengan upaya peningkatan kondisi ekonomi masyarakat dan untuk dampak
yang lebih luas yaitu sebagai upaya peningkatan pendapatan daerah.
Pariwisata memang sangat berpotensi untuk dijadikan instrumen peningkatan
perolehan devisa. Bahkan lebih dari itu, sebagai suatu fenomena yang ditimbulkan oleh
perjalanan dan persinggahan manusia ke tempat-tempat yang bukan tempat tinggalnya.
17
Pariwisata mempunyai potensi untuk dijadikan instrument guna meningkatkan kualitas
hidup masyarakat, dalam artian meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Bukan hanya
kesejahteraan materiil dan spiritual, tetapi juga meningkatkan kesejahteraan kultural dan
intelektual. Dan tidak kalah pentingnya, pariwisata juga berpotensi untuk diijadikan
instrument guna meningkatkan kualitas lingkungan hidup, baik lingkungan fisik atau
alam, maupun kebudayaan.
C. Strategi Pengembangan Pariwisata
Sesungguhnya dengan adanya kegiatan kepariwisataan akan timbul hasrat dan
keinginan untuk memelihara semua aset wisata agar tetap bertahan dengan baik. Pentingnya
perencanaan dalam pengembangan pariwisata pada suatu daerah tertentu.Para pengambil
kebijakan hendaklah sebelumnya melakukan penelitian atau pengkajian terhadap semua
aspek yang berkaitan dengan pariwisata tersebut. Mulai dari potensi yang dimiliki daerah itu,
kebiasaan hidup masyarakat sekitar, kepercayaan yang di anutnya, sampai dengan tingkah
laku atau kebiasaan yang direncanakan akan ditarik untuk berkunjung ke daerah tersebut.
(Yoeti,2008)
1. Pengembangan Obyek dan Daya Tarik Wisata
Menurut Yoeti (2008:2),“daya tarik pariwisata adalah suatu obyek ciptaan Tuhan
maupun hasil karya manusia yang menarik minat orang untuk berkunjung dan
menikmatinya”. Suatu obyek wisata keberadaannya harus memenuhi beberapa syarat yang
dikemukakan oleh Yoeti (2008:3), yaitu:
a) Something to see yaitu segala sesuatu yang dapat dilihat pada suatu obyek wisata
misalnya di tempat tersebut harus ada obyek wisata dan atraksi wisata yang
berbeda dengan apa yang dimiliki oleh daerah lain.
18
b) Something to do yaitu segala sesuatu yang dapat dilakukan di suatu obyek wisata
misalnya disediakan fasilitas rekreasi yang dapat membuat wisatawan betah
tinggal lebih lama di tempat itu.
c) Something to buy yaitu segala sesuatu yang dapat dibeli misalnya tempat tersebut
harus tersedia fasilitas untuk berbelanja (shopping), terutama barang-barang
souvenir dan kerajinan rakyat sebagai oleh-oleh untuk dibawa pulang ke tempat
asal wisatawan.
Daya tarik wisata yang juga disebut obyek wisata merupakan potensi yang menjadi
pendorong kehadiran wisatawan ke suatu daerah tujuan wisata. Adapun unsur pokok yang
harus diperlihatkan dalam menunjang pengembangan obyek dan daya tarik wisata menurut
Yoeti (2008:7), yaitu:
a) Adanya sumber daya yang dapat menimbulkan rasa senang, indah, nyaman dan
bersih.
b) Adanya ciri khusus/spesifikasi yang bersifat langka, yang tidak ada pada daerah
lain.
c) Adanya aksesbilitas yang banyak untuk dapat menjangkau obyek wisata tersebut.
2. Pengembangan Sarana dan Prasarana
Menurut Yoeti (2008:179),“Sarana kepariwisataan dapat diartikan semua bentuk
perusahaan yang dapat memberikan pelayanan kepada wisatawan tetapi hidup dan kehidupan
tidak selamanya tergantung kepada wisatawan”. Menurut Yoeti (2008:180), Sarana
kepariwisataan terbagi menjadi tiga dimana semuanya saling melengkapi dan tidak dapat
dipisahkan antara lain:
a. Sarana pokok kepariwisataan, yaitu perusahaan-perusahaan yang hidup dan
kehidupannya tergantung kepada lalu lintas wisatwan yang melakukan wisata,
yang fungsinya mempersiapkan dan merencanakan wisatawan. Termasuk dalam
kelompok ini adalah hotel, losmen, wiswa, restoran, dan lain-lain.
b. Sarana perlengkapan kepariwisataan, adalah fasilitas-fasilitas yang dapat
melengkapi sarana pokok, sehingga fungsinya membuat wisatawan lebih lama
tinggal di daerah atau tempat yang dikunjunginya, yang termasuk dalam
kelompok ini adalah fasilitas-fasilitas untuk bermain, olahraga, dan beribadah.
c. Sarana penunjang kepariwisataan, adalah fasilitas yang diperlukan untuk
menunjang sarana prasarana pokok sarana pelengkap yang berfungsi agar
wisatawan lebih banyak membelanjakan uangnya di tempat yang dikunjungi
tersebut, yang termasuk dalam kelompok ini adalah keberadaan pasar yang
menjual berbagai hasil kerajianan dari masyarakat setempat.
19
Prasarana menurut Yoeti (2006:344),“adalah fasilitas yang memungkinkan proses
perekonomian dapat berjalan dengan lancar sedemikian rupa, sehingga dapat memudahkan
manusia untuk memenuhi kebutuhannya”. Menurut Lother A. Kreek yang dikutip Yoeti
(2004:346), membagi prasarana menjadi dua kelompok yaitu, prasarana perekonomian dan
prasarana sosial.
a. Prasarana perekonomian, terdiri dari :
1) Pengangkutan (transportasi), yang dapat membawa para wisatawan dari
tempat dimana ia tinggal, ke tempat atau Negara yang merupakan daerah
tujuan wisata.
2) Prasarana komunikasi, yang bermanfaat agar mendorong para wisatawan
untuk mengadakan perjalanan perjalanan jarak jauh. Dengan tersedianya
prasarana komunikasi, wisatawan dapat berkomunikasi dengan keluarganya di
Negara asal, yang termasuk dalam prasarana ini antara lain, telepon, telegram
radio, TV, dan lain-lain.
3) Perbankan, pelayanan bank yang lancar dan baik berarti wisatawan
memndapat jaminan untuk memudahkan mengirim dan menerima uangnya.
4) Kelompok prasarana yang tergolong utilitas, maksudnya adalah kelompok
prasaranan yang sifatnya sangat mendasar, yang termasuk dalam kelompok ini
adalah penerangan listrik dan persediaan air minum.
b. Prasarana sosial
Prasarana sosial adalah semua faktor yang menunjang kemajuan atau
menjamin kelangsungan prasarana perekonomian yang ada. Termasuk dalam
prasarana ini adalah:
1) Faktor keamanan, perasaan aman selama tinggal di daerah tujuan wisata
2) Petugas yang langsung melayani wisatwan termasuk ke dalam kelompok ini
seperti: polisi, pramuwisata dan lain-lain.
3) Pelayanan kesehatan dengan adanya jaminan bahwa di daerah tujuan wisata
tersedia pelayanan bagi suatu penyakit yang mungkin diderita oleh wisatawan,
misalnya didirikan Rumah Sakit atau Rumah Sakit Pembantu.
Berdasarkan penjelasan Yoeti, dapat diambil kesimpulan bahwa dengan adanya
sarana pelengkap dan penunjang serta sarana perekonomian dan sosial akan mendukung
sarana prasarana pokok kepariwisataan, dan itu berarti adanya saling keterkaitan antara satu
dengan yang lain dan saling mengisi.
3. Pemasaran dan Promosi Pariwisata
Menurut Wahab yang dikutip oleh Yoeti (2006:2),“Pemasaran pariwisata adalah
suatu proses manajemen yang dilakukan oleh organisasi pariwisata nasional untuk
melakukan identifikasi terhadap wisatawan yang sudah punya keinginan untuk melakukan
20
perjalanan wisata”. Sedangkan J Krippendorf dalam Yoeti (2006:2),“Pemasaran pariwisata
adalah suatu sistem dan koordinasi yang harus dilakukan sebagai kebijaksanaan bagi
perusahaan-perusahaan kelompok industri pariwisata, baik milik swasta atau pemerintah
dalam ruang lingkup lokal, regional, nasional atau internasional untuk mencapai kepuasan
wisata dengan memperoleh keuntungan yang wajar”.
Pemasaran sebagai suatu kebijakan dalam pengembangan pariwisata memiliki empat
fungsi menurut Yoeti (2006:4), yaitu:
a) Perumusan pasar baik yang nyata maupun potensial dan pengkajian yang dalam
mengenai analisis kebutuhan selera dan konsumen.
b) Komunikasi, untuk memikat permintaan dengan cara meyakinkan wisatawan,
bahwa daerah tujuan wisata tersedia dengan daya tarik, fasilitas, dan jasa-jasanya
akan memenuhi selera wisatawan.
c) Pengembangan, merencanakan dan mengembangkan atraksi-atraksi dan jasa-jasa
wisata yang dapat memberikan peluang penjualan serta dapat memenuhi
permintaan wisatawan.
d) Pengawasan, untuk mengevaluasi, mengukur dan menghitung hasil-hasil serta
pendapatan yang diperoleh.
4. Pengembangan Sumber Daya Manusia
Menurut Siagian (2013:200),“Pengembangan sumber daya manusia adalah proses
untuk meningkatkan kemampuan sumber daya manusia dalam membantu tercapainya
tujuan”. Kemampuan sumber daya manusia dalam instansi pemerintah dapat
ditingkatkan melalui program-program atau pelatihan-pelatihan dan pendidikan.
Pelatihan akan dilakukan bagi sumber daya manusia yang dinilai kurang memiliki
pengetahuan dalam pekerjaannya. Secara umum, pelatihan dapat dilakukan di dalam
(internal) dan diluar organisasi (eksternal), serta dapat juga melalui pelatihan online
melalui e-learning.Sedangkan metode on-the-jobtraining dan metode off-the-job-
training.
Pengembangan sumber manusia di bidang pariwisata sangat penting dilakukan
agar daerah yang akan mengembangkan pariwisata dapat menyediakan sendiri kebutuhan
akan tenaga-tenaga pariwisata yang terlatih, sehingga dapat menyerap tenaga-tenaga
21
lokal, disamping itu akan dapat meningkatkan apresiasi dan pengertian terhadap
pariwisata dan dapat memberikan pelayanan sesuai dengan standar internasional.
5. Tahap Pengembangan Pariwisata
Upaya pengembangan pariwisata baik dalam upaya pengembangan destinasi,
kawasan pariwisata, maupun objek daya tarik wisata pada umumnya mengikuti alur atau
siklus hidup pariwisata. Adapun tujuannya adalah untuk menentukan posisi pariwisata
yang akan dikembangkan. Tahapan pengembangan pariwisata (tourism life cycle)
mengacu pada pendapat Butler (2000) dalam Cooper et all.(2008) dapat dilihat pada
Gambar 1.
Gambar 1 : Siklus Kehidupan Pariwisata
Sumber : Butler. R. W. (2000). “The Concept of a Tourist Area Cycle of Evolution
Implications for Management of Resources”. Canadian Geographer, 14 pp 5-12.
Menurut Butler (2000:5-12), Adapun tahapan pengembangan pariwisata (tourism life
cycle) terdiri dari:
1. Tahap eksplorasi (exploration) yang berkaitan dengan discovery yaitu suatu tempat
sebagai potensi wisata baru ditemukan baik oleh wisatawan, pelaku pariwisata,
maupun pemerintah. Biasanya jumlah pengunjung sedikit, wisatawan tertarik pada
daerah yang belum tercemar dan sepi, lokasinya sulit dicapai namun diminati oleh
sejumlah kecil wisatawan yang justru menjadi berminat karena belum ramai
dikunjungi.
2. Tahap keterlibatan (involvement) yang diikuti oleh kontrol lokal (local control),
dimana biasanya oleh masyarakat lokal. Pada tahapan ini terdapat inisiatif dari
22
masyarakat lokal, objek wisata mulai dipromosikan oleh wisatawan, jumlah
wisatwan meningkat, dan infrastruktur mulai dibangun.
3. Tahap pengembangan (development) dan adanya kontrol lokal (local control)
menunjukkan adanya peningkatan jumlah kunjungan wisata secara drastis.
Pengawasan oleh lembaga lokal agak sulit membuahkan hasil, masuknya industri
wisata dari luar dan kepopuleran kawasan wisata menyebabkan kerusakan
lingkungan alam dan sosial budaya sehingga diperlukan adanya campur tangan
kontrol penguasa lokal maupun nasional.
4. Tahap konsolidasi (consolidation) dengan constitutionalism ditunjukkan oleh
penurunan tingkat pertumbuhan kunjungan wisatawan. Kawasan wisata dipenuhi
oleh berbagai industri pariwisata berupa hiburan dan berbagai macam atraksi
wisata.
5. Tahap kestabilan (stagnation) dan masih diikuti oleh adanya institutionalism,
dimana jumlah wisatawan tertinggi telah tercapai dan kawasan ini telah tercapai
dan kawasan ini telah mulai ditinggalkan karena tidak mode lagi, kunjungan ulang
dan para pebisnis memanfaatkan fasilitas yang telah ada. Pada tahapan ini terdapat
upaya untuk menjaga jumlah wisatawan secara intensif dilakukan oleh industri
pariwisata dan kawasan ini kemungkinan besar mengalami masalah besar yang
terkait dengan lingkungan alam maupun sosial budaya.
6. Tahap penurunan kualitas (decline) hampir semua wisatwan telah mengalihkan
kunjungannya ke daerah tujuan wisata lain. Kawasan ini telah menjadi objek
wisata kecil yang dikunjungi sehari atau akhir pekan. Beberapa fasilitas pariwisata
telah diubah bentuk dan fungsinya menjadi tujuan lain. Dengan demikian pada
tahap ini diperlukan upaya pemerintah untuk meremajakan kembali (rejuvenate).
7. Tahap peremajaan kembali (rejuvenate), dimana dalam tahapan ini perlu dilakukan
pertimbangan mengubah pemanfaatan kawasan pariwisata, mencari pasar baru, dan
mereposisi atraksi wisata ke bentuk lain. Oleh sebab itu diperlukan modal baru atau
kerjasama antara pemerintah dengan pihak swasta.
Berdasarkan tahapan pengembangan pariwisata oleh Butler, menunjukkan bahwa
peran lingkungan sangat penting dalam keberlanjutan pariwisata. Adanya faktor kerusakan
lingkungan alam maupun sosial budaya, mempengaruhi penurunan kualitas dari daerah
tujuan wisata. Namun sebaliknya, jika daerah tujuan wisata tetap terpelihara dengan baik dari
segi lingkungan, sosial maupun budaya, maka peningkatan jumlah wisatawan maupun tingkat
perekonomian pariwisata semakin meningkat.
D. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran ini menggambarkan model konseptual mengenai teori yang
berhubungan dengan berbagai faktor-faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah.
Kerangka pemikiran ini sebagai penjelasan sementara terhadap gejala-gejala yang menjadi
pokok penelitian.
23
Sumber: Data Diolah
Peran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Kabupaten Bojonegoro
a. Pengembangan obyek dan peningkatan
daya tarik wisata
b. Pengembangan sarana dan prasarana
pariwisata
c. Pemasaran dan promosi pariwisata
d. Pengembangan sumber daya manusia
Faktor pendukung dan
penghambat
a. Internal
b. Eksternal
Kurangnya kesadaran masyarakat akan potensi
wisata
24
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah penelitian
deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian yang
dilakukan untuk mengetahui dan memaparkan karakteristik dari beberapa variabel
dalam suatu situasi. Tujuan dari penelitian deskriptif adalah untuk membuat
deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai
fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.Penelitian
kualitatif merupakan metode penelitian yang digunakan untuk meneliti kondisi
objek yang alamiah. Penelitian kualitatif merupakan instrumen kunci dengan
teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara triangulasi (gabungan), dan
analisis yang digunakan bersifat induktif dan hasil penelitian kualitatif lebih
menekankan makna daripada generalisasi. Penelitian ini melakukan
mendeskripsikan peran dinas kebudayaan dan pariwisata dalam pengembangan
obyek wisata di Kabupaten Bojonegoro.
B. Fokus Penelitian
Fokus penelitian yang digunakan dalam penelitian ini terdapat beberapa
fokus yang disesuaikan dengan tujuan penelitian, adapun fokus dalam penelitian
ini sebagai berikut:
1. Cara Pengembangan objek wisata Kayangan Api oleh Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Kabupaten Bojonegoro
25
a. Pengembangan obyek dan peningkatan daya tarik wisata
b. Pengembangan sarana dan prasarana pariwisata
c. Pengembangan pemasaran dan promosi pariwisata
d. Pengembangan sumber daya manusia
2. Faktor pendukung dan penghambat Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Kabupaten Bojonegoro terhadap pengembangan objek wisata Kayangan Api.
a. Faktor pendukung eksternal dan internal
b. Faktor penghambat eksternal dan internal
C. Lokasi dan Situs Penelitian
Penelitian kualitatif tidak dikenal istilah populasi dan sampel. Istilah yang
digunakan adalah setting atau lokasi penelitian. Lokasi penelitian merupakan
tempat dimana peneliti melakukan penelitian, sehingga peneliti dapat memperoleh
informasi sesuai dengan tema, masalah serta fokus penelitian yang telah
ditetapkan. Lokasi penelitian ini di Kabupaten Bojonegoro. Pertimbangan peneliti
memilih lokasi ini adalah karena menurut peneliti, keberadaan wisata Kayangan
Api yang ada di Kabupaten Bojonegoro semakin berkembang sehingga
membutuhkan pengelolaan yang harus semakin ditingkatkan. Situs penelitian
merupakan tempat dimana seharusnya peneliti menangkap keadaan sebenarnya
dari objek yang diteliti. Adapun yang menjadi situs dalam penelitian ini, meliputi :
1. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bojonegoro
2. Kawasan hutan lindung di Desa Sendangharjo, Kecamatan Ngasem, Kabupaten
Bojonegoro.
3. Kantor Desa Sendangharjo, Kecamatan Ngasem, Kabupaten Bojonegoro.
26
D. Jenis dan Sumber Data
Salah satu pertimbangan dalam memilih masalah penelitian adalah
ketersediaan sumber data. Sumber data adalah bagaimana peneliti memperoleh
data yang digunakan sebagai dasar dalam melakukan analisis. Berkaitan dengan
hal itu pada bagian ini jenis datanya dibagi ke dalam kata-kata dan tindakan,
sumber data tertulis, foto dan statistik. Sumber data yang digunakan dalam
penelitian ini antara lain :
1. Orang atau pelaku atau informan (pengalaman, pemikiran, perilaku,
percakapan, perasaan, persepsi dan sebagainya). Pelaku yang menjadi sumber
data dalam penelitian ini meliputi perangkat Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Kabupaten Bojonegoro Kabupaten Bojonegoro serta masyarakat di sekitar
kawasan wisata Kayangan Api. Data diperoleh langsung dari hasil wawancara
terhadap pemerintah Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten
Bojonegoro dan masyarakat lokal sehubungan dengan objek yang diteliti. Data
tersebut berupa hasil rekaman wawancara terhadap Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Kabupaten Bojonegoro serta masyarakat lokal kawasan wisata
Kayangan Api.
2. Kejadian atau peristiwa yang terjadi di lokasi wisata Kayangan Api. Peneliti
memperoleh data dari informasi malalui pengamatan langsung yang
bersumber dari peristiwa atau fenomena yang dianggap cocok dan bermanfaat
untuk mengungkapkan permasalahan atau fokus penelitian. Data tersebut
berupa foto-foto peristiwa yang terjadi di lokasi wisata Kayangan Api.
27
4. Dokumen. Data ini berupa dokumen terkait judul penelitian yang dilakukan,
catatan-catatan resmi misalnya skema dan bagan keorganisasian, serta
peraturan-peraturan yang tertulis ataupun arsip-arsip yang relevan dengan
penelitian ini. Data tersebut diperoleh dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Kabupaten Bojonegoro.
Berdasarkan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini, maka data
yang diperoleh peneliti dapat digolongkan menjadi dua jenis:
1. Data primer
Data primer adalah data yang diperoleh melalui pengamatan langsung
atau dikumpulkan oleh peneliti secara langsung dari sumbernya atau kata-kata
dan tindakan orang-orang yang diamati atau diwawancarai dan digunakan
sebagai data utama, misalnya dengan cara wawancara dan atau dengan
melakukan observasi secara langsung. Data primer dalam penelitian ini yaitu
hasil wawancara yang dilakukan kepada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Kabupaten Bojonegoro, pengelola kawasan hutan lindung di Desa
Sendangharjo dan Kepala Kantor Desa Sendangharjo, Kecamatan Ngasem,
Kabupaten Bojonegoro mengenai peran dinas kebudayaan dan pariwisata
dalam pengembangan obyek wisata di Kabupaten Bojonegoro.
2. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang sudah ada dan penyusunannya tidak
dilakukan oleh peneliti. Data sekunder dapat diperoleh dari Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata Kabupaten Bojonegoro Kabupaten Bojonegoro berupa buku
28
catatan, laporan, peraturan perundang-undangan, dokumen-dokumen dan
arsip-arsip yang berkaitan dengan masalah yang diteliti dalam penelitian ini.
E. Teknik Pengumpulan Data
Menurut Chaterin Marshall dan Gretchen B. Rossman dalam Sugiyono
(2010:63) dalam penelitian kualitatif, teknik pengumpulan data yang lebih banyak
digunakan adalah observasi berperan serta wawancara yang mendalam dan
dokumentasi. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam skripsi ini
adalah :
1. Observasi
Merupakan suatu cara yang digunakan oleh peneliti dengan cara
mengamati kegiatan yang terjadi pada kawasan wisata Kayangan Api
Kabupaten Bojonegoro. Observasi peneliti melibatkan diri secara langsung
pada situasi yang diteliti serta melakukan pemotretan peristiwa yang terjadi di
lokasi kawasan wisata Kayangan Api.
2. Interview (wawancara)
Merupakan suatu cara yang dilakukan untuk memperoleh suatu data
atau informasi yang dibutuhkan dengan cara mengadakan tanya jawab secara
langsung dengan pihak yang dapat memberikan informasi yang dibutuhkan
tersebut. Sasaran Interview dalam kegiatan ini dilakukan pada masyarakat
sekitar kawasan wisata Kayangan Api Kabupaten Bojonegoro serta beberapa
orang dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bojonegoro.
29
3. Dokumentasi
Teknik pengumpulan data dengan mencatat dan memanfaatkan data
yang diperoleh dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bojonegoro
Kabupaten Bojonegoro yang berkaitan dengan penelitian yang berupa
dokumen-dokumen, buku catatan, laporan, peraturan perundang-undangan,
dan arsip-arsip.
F. Instrumen Penelitian
Instrument penelitian adalah alat yang digunakan oleh peneliti untuk
mengumpulkan, memeriksa, menyelidiki suatu masalah, mengolah, menganalisa
dan menyajikan data secara sistematis secara objektif dengan tujuan memecahkan
suatu persoalan atau menguji suatu hipotesis. Peneliti harus datang sendiri ke
lokasi penelitian untuk memperoleh gambaran-gambaran yang sebenarnya dari
objek yang diteliti dan kemudian menganalisis data yang diperoleh.
Sehubungan dengan teknik pengumpulan data tersebut, maka instrumen
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini sebagai alat dalam melakukan
pengumpulan data antara lain:
1. Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara merupakan pedoman berupa daftar pertanyaan
yang telah disusun sebelumnya dan akan dijadikan untuk memperoleh
informasi yang diperlukan. Pedoman wawancara ini ditulis secara struktur
berdasarkan pertanyaan yang terkait dengan pengelolaan kawasan wisata
Kayangan Api oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bojonegoro.
30
2. Pedoman Dokumentasi
Pedoman dokumentasi merupakan pedoman berupa dokumen-dokumen
yang telah ada dan digunakan dalam kegiatan operasional di tempat penelitian
serta berisi data-data pendukung yang dapat digunakan sebagai sumber
penelitian.
3. Alat Rekam
Alat rekam yang digunakan adalah handphone (HP), untuk menyimpan
hasil wawancara, agar hasil wawancara yang telah dilakukan dapat terekam
dengan baik. Dapat juga digunakan sebagai bukti otentik atas hasil wawaancara
sehingga apabila ada masalah dikemudian hari dapat dibuktikan kebenarannya.
4. Kamera
Kamera digunakan untuk mendokumentasikan kondisi fisik kawasan
wisata Kayangan Api saat ini sebagai objek dari penelitian dengan lebih akurat.
Hasil yang didapatkan berupa gambar atau foto digital.
G. Analisis Data
Suatu penelitian seringkali peneliti membutuhkan proses analisis data hasil
penelitian untuk menarik suatu kesimpulan dari hipotesis penelitian yang
dilakukan. Analisis data merupakan tahap yang sangat menentukan dalam
keseluruhan proses penelitian, hal ini karena analisis data menyangkut kekuatan
analisis dan kemampuan dalam mendeskripsikan data dan situasi, peristiwa dan
konsepsi yang merupakan bagian dari objek peneliti. Jadi semua penelitian
diharuskan untuk menganalisis data agar dapat memecahkan masalah. Menurut
Arikunto (2010) data kualitatif, maka pengolahannya dibandingkan dengan
31
standar atau kriteria yang telah dibuat oleh peneliti, sedangkan data yang bersifat
kuantitatif dapat bersifat statistik dan non-statistik.
Penelitian ini menggunakan metode derskriptif dengan analisa kualitatif
yaitu analisa dengan cara memberikan penjelasan dengan kata-kata atau kalimat
yang menerangkan data mengenai pengelolaan objek wisata Kayangan Api oleh
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bojonegoro.
Tahapan-tahapan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan dan menganalisis pengelolaan objek wisata Kayangan Api
oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bojonegoro.
2. Mendeskripsikan dan menganalisis faktor pendukung dan penghambat dari
pengelolaan objek wisata Kayangan Api oleh Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Kabupaten Bojonegoro.
Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2010:337) menyatakan bahwa
aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung
secara terus menerus sampai tuntas. Analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini terdiri dari empat kegiatan, yaitu:
Gambar 2Komponen Dalam Analisis Data Miles, Huberman dan Saldana
(2014)
32
1. Pengumpulan data (Data collection)
Proses pengumpulan data dari lapangan dengan menggunakan instrument
penelitian seperti wawancara, studi pustaka dan dokumentasi.
2. Kondensasi Data (Data Condensation)
Kondensasi data merujuk pada proses memilih, menyederhanakan,
mengabstrakkan, dan atau mentransformasikan data yang mendekati
keseluruhan bagian dari catatan-catatan lapangan secara tertulis, transkip
wawancara, dokumen-dokumen, dan materi-materi empiris lainnya. Data yang
diperoleh dilapangan jumlahnya cukup banyak sehingga perlu adanya
pencatatan secara teliti dan rinci. Mereduksi data berarti merangkum, memilih
hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal penting, dicari tema dan
polanya.
Reduksi data merupakan proses berpikir sensitif yang memerlukan
kecerdasan dan keluasan dan kedalaman wawasan yang tinggi. Setelah proses
reduksi data langkah selanjutnya adalah penyajian data yang merupakan
sekumpulan informasi yang telah tersusun dan dapat memberikan kemungkinan
adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data, maka
data akan terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan
semakin mudah dipahami. Penelitian kualitatif penyajian data dapat dilakukan
dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, dan flowchart.
3. Penyajian Data (Data Display)
Penyajian data adalah sebuah pengorganisasian, penyatuan dari infomasi yang
memungkinkan penyimpulan dan aksi. Penyajian data membantu dalam
33
memahami apa yang terjadi dan untuk melakukan sesuatu, termasuk analisis
yang lebih mendalam atau mengambil aksi berdasarkan pemahaman. Sugiyono
menyatakan, yang paling sering dignakan untuk menyajikan data dalam
penelitian kualitatif adalah teks yang bersifat naratif. Langkah ketiga dalam
analisi data kualitatif adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kegiatan
penarikan kesimpulan merupakan langkah lebih lanjut setelah proses reduksi
dan penyajian data. Setelah data direduksi dan disajikan secara sistematis pada
dasarnya sudah memberikan arahan bagi kegiatan penarikan kesimpulan.
4. Penarikan Kesimpulan (Conclusions Drawing)
Kegiatan analisis ketiga yang penting adalah menarik kesimpulan dan
verifikasi. Proses pengumpulan data penganalisis kualitatif mulai mencari arti
benda-benda, mencatat keteraturan penjelasan, konfigurasi-koritigurasi yang
mungkin, alur sebab-akibat, dan proposisi. Kesimpulan-kesimpulan “final”
mungkin tidak muncul sampai pengumpulan data berakhir, tergantung pada
besarnya kumpulan-kumpulan catatan lapangan, pengkodeannya,
penyimpanan, dan metode pencarian ulang yang digunakan, kecakapan
peneliti, dan tuntutan-tuntutan pemberi dana.
H. Keabsahan Data
Sugiyono (2015:267) menyatakan bahwa uji keabsahan data dalam
penelitian ditekankan pada uji validitas dan reliabilitas. Validitas merupakan
ukuran ketepatan antara data yang terjadi di objek penelitian dengan yang dapat
dilaporkan oleh peneliti, sedangkan reliabilitas merupakan ukuran konsistensi dan
34
stabilitas data atau temuan. Jadi, uji keabsahan data digunakan sebagai ukuran
kesepakatan antara data dan temuan dalam penelitian.
Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi uji kredibilitas
data, uji transferability, uji dependability, dan uji confirmability. Pada penelitian
ini digunakan uji kredibilitas untuk menguji keabsahan dan validitas data. Uji
kredibilitas data dilakukan dengan teknik triangulasi data/sumber dan teknik
pernyataan kesediaan informasi.
1. Triangulasi Data/Sumber
Triangulasi data menggunakan beberapa sumber data seperti arsip,
dokumen, hasil wawancara dan hasil observasi. Peneliti dalam penelitian ini
menggunakan metode triangulasi data dimana peneliti membandingkan
sumber informasi dan jenis data yang dikeluarkan oleh pihak tertentu,
sehingga dapat ditemukan pendapat yang apa adanya dan sesuai dengan
penelitian. Peneliti melakukan wawancara dengan 3 (tiga) narasumber dalam
penelitian ini. Narasumber yaitu pihak-pihak yang berkaitan dengan
pengembangan obyek wisata Kayangan Api. Selanjutnya metode triangulasi
dilakukan menurut:
1. Sudut pandang dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata sebagai pihak yang
memberikan informasi terkait pengembangan obyek wisata yang terdapat
di Kabupaten Bojonegoro.
2. Sudut pandang Kepala Desa Sedangharjo sebagai pelopor
masyarakatdalam mengelola kegiatan pengembangan wisata Kayangan
Api.
35
3. Sudut pandang dari masyarakat lokal atau pengunjung obyek wisata
Kayangan Api sebagai informan yang berhubungan langsung dengan
obyek wisata Kayangan Api.
Analisis terhadap metode triangulasi sumber menjadikan informasi
yang diberikan benar-benar sesuai dengan ketentuan dan informasi yang
diberikan dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan tujuan penelitian
yang dilakukan yaitu mengenai pengembangan objek wisata Kayangan
Api.
2. Pernyataan Kesediaan Informan (Consent Form)
Bandur (2014:244) menyatakan “Consent Form digunakan dalam menjaga
informasi kejujuran narasumber sehingga dapat meningkatkan tingkat kredibilitas
selama proses penelitian”. Consent form berisi data informan beserta pernyataan
kesediaan informan untuk menjadi narasumber tanpa ada paksaan dari pihak
manapun.
38
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Gambaran Umum Kabupaten Bojonegoro
Kabupaten Bojonegoro memiliki luas 230,76 Ha, dengan jumlah
penduduk sebesar 1.453.880 jiwa merupakan bagian dari wilayah provinsi
Jawa Timur dengan jarak ± 110 Km dari ibu kota provinsi Jawa Timur.
Topografi Kabupaten Bojonegoro menunjukan bahwa di sepanjang daerah
aliran sungai Bengawan Solo merupakan daerah rendah, sedangkan di bagian
Selatan merupakan dataran tinggi di sepanjang Gunung Pandan, kramat dan
Gajah. Bengawan solo mengalir dari Selatan menjadi batas alam dari Provinsi
Jawa Tengah, kemudian mengalir kearah Timur, di sepanjang wilayah Utara
Kabupaten Bojonegoro. Bagian Utara merupakan daerah Aliran Sungai
Bengawan Solo yang cukup subur dengan pertanian yang sangat ekstensif.
Bagian Selatan adalah pegunungan kapur, bagian dari pegunungan Kendeng.
Bagian Barat laut (berbatasan dengan Jawa Tengah) adalah bagian dari
rangkain pegunungan Kapur Utara. Kabupaten Bojonegoro adalah Kabupaten
yang memiliki iklim tropis dan hanya ada dua musim yaitu musim kemarau
dan musim penghujuan. Batas-batas wilayah kabupaten Bojonegoro sendiri
antara lain:
1. Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kabupaten Tuban
2. Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kabupaten Lamongan
39
3. Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kabupaten Madiun, Ngajuk,
dan Jombang
4. Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kabupaten Nagwi dan Blora
(Jawa Tengah)
Kabupaten Bojenegoro merupakan kota minyak sejak adanya 2 blok
pengeboran minyak bumi di daerah Bojonegoro, yaitu Blok Sukowati yang
berada di kecamatan Bojonegoro dikelola oleh Joint Operation Body
Pertamina Petrochina East Java (JOB PPEJ) dan Blok Cepu yang berada
pada Kecamatan Gayam dikelola oleh Mobile Cepu Limited (MCL). Blok
yang berada di Kecamatan Kota Bojonegoro berada di Desa Campurejo, Desa
Sambiroto dan Desa Ngampel. Tahun 2016 wilayah Kabupaten Bojonegoro
secara administratif Kabupaten Bojonegoro pada saat telah terbagi menjadi
28 Kecamatan dengan 419 desa dan 11 kelurahan. Peta wilayah Kabupaten
Bojonegoro dapat disajikan pada gambar 3.
Gambar 3. Peta Wilayah Kabupaten Bojonegoro
Sumber: Website Resmi Pemkab Bojonegoro
40
Populasi Penduduk yang ada di daerah Kabupaten Bojonegoro
pada tahun 2016 mencapai dengan 1.453.880 jiwa serta dengan jumlah
KK mencapai 453.726 dibandingkan dengan tahun 2015 mengalami
peningkatan sebesar 0,05%. Selain jumlah penduduk yang berdasarkan
dengan jenis kelamin, sex ratio dan kepadatan penduduk dari masing-
masing kecamatan yang berada di wilayah Bojonegoro, jumlah penduduk
menurut kelmopok umur merupakan salah satu aspek dalam aspek
demografi di suatu wilayah.
Pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Bojonegoro dengan adanya
Migas pada tahun 2015 sangat berkembang pesat serta ekonomi mampu
tumbuh sebesar 19,87% mengalami peningkatan yang cukup signifikan
dibanding pada tahun 2014 hanya memcapai 2,36%. Sedangkan untuk
tingkat pertumbuhan ekonomi tanpa adanya Migas di daerah Bojonegoro
mencapai 5,99%, sedikit terjadi perlambatan pertumbuhan ekonomi
dibandingkan dengan tahun sebelumnya hanya mencapai 6,19%. Sebagai
pembanding untuk menigkatkan pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jawa
Timur mencapai 5,44% dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi di
tingkat Nasional mencapai 4,79%.
2. Potensi Wisata di Kabupaten Bojonegoro
Obyek wisata yang terdapat di Kabupaten Bojonegoro pada
dasarnya terbagi menjadi 2 kelompok atau kategori, dimana kelompok tersebut
yaitu obyek wisata rintisan dan unggulan. Adapun nama wisata dan nama-nama
41
lokasi wisata yang masuk dalam kriteria obyek wisata rintisan secara lengkap
disajika pada tabel 1.
Tabel 1. Objek Wisata Rintisan di Kabupaten Bojonegoro
No. Nama Wisata Lokasi Kategori Wisata
1 Agrowisata Belimbing Mojo Ds.Mojo Kec. Kalitidu Wisata Buatan
2 Agrowisata Salak Ds.Tanjungharjo Kec.
Kapas
Wisata Buatan
3 Agrowisata Jambu Biji Ds. Mayanggeneng
Kec.Kalitidu
Wisata Buatan
4 Petilasan Angling Dharma Wotanngare Kec.
Kalitidu
Wisata Budaya
5 Kampung Kreatif Mojodeso Kec. Kapas Wisata Buatan
6 Desa Budaya Jono Jono Kec. Temayang Wisata Budaya
7
Kedung Maor
Kedungsumber Kec.
Temayang
Wisata Alam
8
Watu Gandul
Sambongrejo
Kec.Gondang
Wisata Alam
9 Wisata Krondonan Krondonan Kec.Gondang Wisata Alam
10
Wali Kidangan
Desa Sumberjo Kec.
Malo
Wisata Budaya
11
Wisata Blok M Semawot
Desa Semawot
Kec.Sukosewu
Wisata Alam
12
Kampung Budaya Samin
Desa Margomulyo Kec.
Margomulyo
Wisata Budaya
13
Wisata Gunung Kapur Gajahan
Desa Gajahan Kec.
Baureno
Wisata Alam
14
Sendang Gong
Ds. Gunungsari
Kec.Baureno
Wisata Alam
15 Kubur Kalang Ds. Tanggir Kec. Malo Wisata Budaya
16
Wisata Hutan Konservasi
Ds. Malingmati
Kec.Tambakrejo
Wisata Alam
17 Sendang Sampang & Sendang
Templek Ds. Jono Kec.Temayang
Wisata Alam
18
Waduk Pedang
Ds. Kepohkidul
Kec.Kedungadem
Wisata Buatan
19 Bendung Gerak & Perahu Kuno Ds. Padang Kec.Trucuk Wisata Buatan
Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Bojonegoro
Nama-nama wisata lokasi wisata yang masuk dalam kriteria obyek
wisata unggulan secara lengkap disajika pada tabel 2.
42
Tabel 2. Objek Wisata Unggulan di Kabupaten Bojonegoro
No. Nama Wisata Lokasi Kategori Wisata
1 Khayangan Api Ds. Sendangharjo Kec.Ngasem Wisata Alam
2 Waterpark Dander Ds.Dander Kec.Dander Wisata Buatan
3
Waduk Pacal
Ds. Kedungsumber
Kec.Temayang
Wisata Buatan
4 Agrowisata
Belimbing Ds.Ngringinrejo Kec. Kalitidu
Wisata Buatan
5 Teksas Wonocolo Ds. Wonocolo Kec.Kedewan Wisata Buatan
6 Negeri Atas Angin Deling Kec. Sekar Wisata Alam
7 Wisata Edukasi
Gerabah Rendeng Kec. Malo
Wisata Buatan
8 Go Fun Theme Park Jl. Veteran Bojonegoro Wisata Buatan
9 AGROGUNA Jl. Ahmad Yani Bojonegoto Wisata Buatan
Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Bojonegoro
3. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Bojonegoro
a. Gambaran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Bojonegoro
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Daerah Kabupaten
Bojonegoro yang awalnya hanya sebuah kantor yang menangani berbagai
budaya, seni, maupun wisata. Kemudian pada bulan Februari tahun 2001
berubah menjadi kantor Pariwisata dan Kebudayaan. Karena fokus yang
diutamakan adalah sektor Pariwisata, maka pada tahun 2009 sampai
sekarang berubah menjadi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten
Bojonegoro.
Bangunan satu lantai yang berdiri di atas tanah seluas 1.252
meter persegi di Jl. Teuku Umar no. 80 kota Bojonegoro ini berbentuk
sangat unik sesuai dengan fungsi kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
tersebut. Saat pertama kali memasuki Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Kabupaten Bojonegoro, tepat pada bagian depan pintu masuk ada sebuah
pendopo untuk berbagai kegiatan yang sudah dijadwalkan oleh Dinas
43
Kebudayaan dan Pariwisata. Mulai dari pertunjukkan wayang yang selalu
dilakukan 2 sampai 4 kali dalam sebulan. Kemudian Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata juga berfungsi sebagai tempat berkumpulnya para seniman
yang mengharumkan nama Kabupaten Bojonegoro. Selain itu juga
digunakan sebagai tempat berkumpulnya para duta daerah atau yang
disebut “Kange” dan “Yune” Bojonegoro.
b. Visi dan Misi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Bojonegoro
Visi :
“Menjadi Dinas yang Profesional dalam Mewujudkan Bojonegoro sebagai
Daerah Tujuan Wisata dan Budaya”
Misi :
1. Meningkatkan daerah tujuan wisata melalui penggalian dan
pengembangan obyek wisata
2. Mewujudkan daerah tujuan budaya melaluip enggalian, pelestarian
dan pengembangan budaya lokal
c. Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
1. Tugas Pokok
Tugas pokok Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten
Bojonegoro sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Bojonegoro
Nomor 7 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas di
Kabupaten Bojonegoro, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten
Bojonegoro mempunyai tugas “Melaksanakan urusan Pemerintahan
Daerah dan tugas pembantuan bidang Kebudayaan dan Pariwisata.”
44
2. Fungsi
Untuk melaksanakan tugas sebagaimana disebutkan dan sesuai dengan
Peraturan Daerah Kabupaten Bojonegoro Nomor 3 Tahun 2009,
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bojonegoro mempunyai
fungsi :
a. Perumusan kebijakan teknis di bidang Kebudayaan dan
Pariwisata;
b. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di
bidang Kebudayaan dan Pariwisata;
c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang Kebudayaan dan
Pariwisata;
d. Pelaksanaan pengembangan pembangunan di bidang Kebudayaan
dan Pariwisata;
e. Pengawasan dan pengendalian teknis bidang Pariwisata;
f. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan
bidang tugasnya.
3. Struktur Organisasi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten
Bojonegoro
Struktur Organisasi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten
Bojonegoro berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Bojonegoro
Nomor 3 Tahun 2008 dapat disajikan pada gambar 4.
45
Gambar 4. Bagan Struktur Organisasi Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Kabupaten Bojonegoro
Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bojonegoro
4. Uraian Jabatan
a. Kepala Dinas
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata bertanggung jawab kepada
Bupati melalui Sekretaris Daerah. Kepala Dinas mempunyai tugas
memimpin Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dalam melaksanakan
urusan Pemerintahan Daerah dan tugas pembantuan bidang
Kepala Dinas
Sekretaris
Kasubag
umum dan
kepegawaian
Kasubag
keuangan
Kasubag
Program dan
Laporan
Kabid Bina Sarana
Pariwisata
Seksi Pengembangan
dan Pemeliharaan
Objek Wisata
Kabid Pengembangan
Objek Wisata
Kabid Pengembangan
Usaha Seni dan Budaya
Kabid Pelestarian dan
Pengembangan
Budaya
Seksi Pengembangan
Daya Tarik Wisata
Jabatan Fungsional
Seksi Bina Hotel,
Rumah Makan dan
Tempat Hiburan
Seksi Hubungan
Antar Lembaga
Pariwisata
Seksi Pelestarian
Budaya Tradisional
Seksi Bina Sumber
Daya manusia
Pariwisata
Seksi Kepurbakalaan
Dan Cagar Budaya
Seksi Pengembangan
Budaya
UPTD
Seksi Bina Usaha, Seni
dan Budaya
Seksi Promosi
Pariwisata, Seni dan
Budaya
46
Kebudayaan dan Pariwisata. Kepala Dinas dalam melaksanakan tugas
mempunyai fungsi :
1. Perumusan kebijakan teknis di bidang Kebudayaan dan Pariwisata;
2. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di
bidang Kebudayaan dan Pariwisata;
3. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang Kebudayaan dan
Pariwisata;
4. Pelaksanaan pengembangan pembangunan di bidang Kebudayaan
dan Pariwisata;
b. Sekretaris
Sekretariat dipimpin oleh Sekretaris yang dalam
melaksanakan tugasnya bertanggungjawab kepada Kepala Dinas.
Sekretaris mempunyai tugas menyiapkan bahan koordinasi dan
memberikan pelayanan administratif. Sekretaris dalam
melaksanakan tugas mempunyai fungsi :
1. Penyiapan bahan koordinasi dan pengendalian rencana program
kerja ;
2. Penghimpunan, pengelolaan, penilaian dan penyimpanan
laporan kinerja;
3. Penyusunan bahan data dalam rangka pembinaan teknis
fungsional;
4. Penyusunan, penginventarisasian dan pengkoordinasian data
dalam rangka penatausahaan;
47
Sekretariat Dinas terdiri dari :
a. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian ;
Kepala Sub Bagian Umum dan Kepegawaian mempunyai tugas
memberikan pelayanan administratif urusan umum dan urusan
kepegawaian Untuk melaksanakan tugas ini.
b. Sub Bagian Keuangan;
Kepala Sub Bagian Keuangan mempunyai tugas memberikan pelayanan
administrasi keuangan.
c. Sub Bagian Program dan Laporan
Kepala Sub Bagian Program dan Laporan mempunyai tugas pelayanan
administratif dalam menyiapkan bahan penyusunan, penghimpunan,
pengolahan, penyimpanan, evaluasi Program dan Laporan.
d. Kepala Bidang Pengembangan Obyek Wisata
Bidang Pengembangan Obyek Wisata dipimpin oleh Kepala Bidang yang
dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Kepala Dinas
melalui Sekretaris Dinas. Kepala Bidang Pengembangan Obyek Wisata
mempunyai tugas menyiapkan bahan pembinaan, pengembangan dan
pemeliharaan obyek serta pengembangan daya tarik wisata. Untuk
menyelenggarakan tugasnya Kepala Bidang Pengembangan Obyek Wisata
mempunyai fungsi :
1. Pelaksanaan pembinaan dan upaya pengembangan obyek wisata
serta pelaksanaan pemeliharaan sarana dan prasarana obyek wisata;
48
2. Pelaksanaan pembinaan dan upaya pengembangan daya Tarik
wisata;
3. Pembinaan rekomendasi bidang pengembangan obyek wisata dalam
rangka pengembangan daya tarik wisata;
4. Pelaksanaan fungsi-fungsi lain yang diberikan oleh Kepala Dinas
sesuai dengan bidang tugasnya.
Bidang Pengembangan Obyek Wisata terdiri dari :
a. Seksi Pengembangan dan Pemeliharaaan Obyek Wisata;
Kepala Seksi Pengembangan dan Pemeliharaan Obyek Wisata,
mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas bidang pengembangan
obyek wisata pada bagian Pengembangan dan Pemeliharaaan Obyek
Wisata.
b. Seksi Pengembangan Daya Tarik Wisata
Kepala Seksi Pengembangan Daya Tarik Wisata, mempunyai tugas
melaksanakan sebagian tugas bidang pengembangan obyek wisata pada
bagian Pengembangan Daya Tarik Wisata.
c. Bidang Bina Sarana Pariwisata
Bidang Bina Sarana Pariwisata dipimpin oleh Kepala Bidang yang dalam
melaksanakan tugasnya bertanggungjawab kepada Kepala Dinas melalui
Sekretaris Dinas. Kepala Bidang Bina Sarana Pariwisata mempunyai tugas
menyiapkan bahan dan melaksanakan pembinaan, pengembangan dan
pemantauan sarana pariwisata sumber daya manusia pariwisata dan
hubungan antar lembaga pariwisata.
49
Bina Sarana Pariwisata terdiri dari:
1. Seksi Bina Hotel, Rumah Makan dan Tempat Hiburan;
Kepala Seksi Bina Hotel Rumah Makan dan Tempat Hiburan
mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas bidang Bina Sarana
Pariwisata pada bagian Bina Hotel Rumah Makan dan Tempat
Hiburan.
2. Seksi Hubungan Antar Lembaga Pariwisata
Kepala Seksi Hubungan Antar Lembaga Pariwisata mempunyai tugas
melaksanakan sebagian tugas bidang Bina Sarana Pariwisata pada
bagian Hubungan Antar Lembaga Pariwisata.
3. Seksi Bina Sumber Daya Manusia Pariwisata
Kepala Seksi Bina Sumber Daya Manusia Pariwisata mempunyai
tugas melaksanakan sebagian tugas bidang Bina Sarana Pariwisata
pada bagian Sumber Daya Manusia Pariwisata.
d. Bidang Pelestarian Dan Pengembangan Budaya
Bidang Pelestarian dan Pengembangan Budaya dipimpin oleh Kepala
Bidang yang dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada
Kepala Dinas melalui Sekretaris Dinas.
e. Bidang Pengembangan Usaha Seni Dan Budaya
Bidang Pengembangan Usaha Seni dan Budaya dipimpin oleh Kepala
Bidang yang dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada
Kepala Dinas melalui Sekretaris Dinas. Kepala Bidang Pengembangan
Usaha Seni dan Budaya mempunyai tugas menyiapkan bahan pembinaan
50
dan pengembangan promosi, usaha pariwisata dan seni budaya, pemantuan
dan evaluasi pariwisata, seni dan budaya.
4. UPT Dinas
UPT Dinas Kebudayaan dan Pariwisata mempunyai tugas
melaksanakan sebagian tugas dinas Kebudayaan dan Pariwisata sesuai
dengan nomenklaturnya serta tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala
Dinas. UPT Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dibentuk dan ditetapkan
dengan peraturan perundang-undangan berdasarkan kebutuhan daerah
serta telah memenuhi kriteria dan ketentuan yang telah ditetapkan dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
4. Kayangan Api
Seperti halnya lokasi wisata Kayangan Api yang berada di Desa
Sendangharjo, Kecamatan Ngasem, Kabupaten Bojonegoro. Sekarang saja (2017)
infrastruktur jalan menuju Lokasi Api abadi Kayangan Api, sudah diperbaiki.
Jadi, untuk akses lokasi menuju wisata tersebut tidak akan menjumpai jalan yang
dulu rusak, karena kini jalan sudah mulai bagus dengan betonnya yang kokoh.
Sepanjang perjalanan, wisatawan akan dimanjakan dengan hijaunya
pepohonan. Karena memang lokasi wisata Kayangan Api ini juga berada di
tengah-tengah kawasan hutan Kesatuan Pemangku Hutan (KPH) Bojonegoro.
Begitu masuk ke lokasi wisata, pengunjung dikenakan biaya Rp 7.500 per orang.
Sebenarnya wisata ini sudah dari dulu ada, setelah ditemukannya semburan api
dari tanah. Api abadi ini juga diklaim sebagai sumber api dari alam terbesar se-
51
Asia Tenggara. Hebatnya, api ini tak pernah padam meski saat itu hujan deras
terjadi.
Sebuah gapura dengan ciri seni Majapahit berdiri kokoh sebagai gerbang
masuk ke lokasi wisata ini. Tidak jauh dari gapura tersebut dibagian dalam,
tampak beberapa tiang berwarna merah berjajar rapi dengan sebuah dinding
rendah berupa lingkaran batu berdiameter +/- 5 meter. Didalam lingkaran dinding
batu terasa sekali ada gelombang hawa panas, sementara warna dan bentuk apinya
sendiri terlihat samar-samar di bawah terjangan sinar matahari. Jika dilihat secara
sepintas, seolah tidak ada api sama sekali di bagian tengah lingkaran tersebut.
Namun kalau diperhatikan secara seksama akan nampak sekali lidah api berwarna
kuning menyambar-nyambar keluar dari celah-celah batu yang ada dibawahnya.
Dari informasi petugas jaga yang ada dilokasi ini menyatakan bahwa saat yang
paling bagus melihat api tersebut adalah di sore atau malam hari.
Tidak jauh dari sumber Kayangan, Api kurang lebih 80 meter ke arah
timur laut anda akan menjumpai sebuah kolam air kecil berwarna abu-abu muda
dengan gelembung udara yang timbul dari dasar kolam tersebut. Penduduk
setempat menamakannya Kolam Blukuthuk (Jawa, blukuthuk = gelembung air
yang mengeluarkan suara). Meskipun nampak seperti air mendidih, namun
tidaklah panas suhu airnya. Hal ini dimungkinkan gelembung udara yang ada
berasal dari sumber gas yang sama seperti ayang terdapat pada Api Khayangan.
Penduduk setempat mempercayai bahwa air tersebut berkhasiat untuk
menyembuhkan berbagai macam penyakit kulit, rematik dan gigi.
52
Tidak jauh dari lokasi Air Blukutuk yang masih di kawasan lokasi
Kayangan Api, wisatawan juga akan dibuat kagum dengan adanya Pohon Cinta.
Pohon Cinta ini sangat unik. Satu batang dengan dua perakaran dan menyerupai
pintu gerbang. mitos pohon cinta ini menurut Mbah Juli Juru kunci Kayangan api
bahwa pohon cinta merupakan gerbang masuk kayangan api pada saat Empu Supo
pindah ke hutan dan masuk melewati gerbang khayangan api, yang terbuat dari 2
akar yang menyatu dalam satu pohon. Karena keunikan akar tersebut masyarakat
menyebutnya pohon cinta
Disekitar Air Blukutuk dan Pohon Cinta, juga disediakan pusat pedagang
makanan, minuman dan souvenir. Ada banyak gazebo yang sudah dibangun untuk
wisatawan yang ingin istirahat. Secara umum, objek wisata ini telah dikelola
dengan cukup baik. Bangunan-bangunan yang ada di lokasi beserta sarana
permainan anak-anak tampak masih kokoh dan terawat cukup baik.
B. Data Fokus Penelitian
1. Cara Pengembangan obyek wisata Kayangan Api oleh Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bojonegoro
a. Pengembangan obyek dan peningkatan daya tarik wisata
Pengembangan obyek wisata merupakan bentuk aktivitas yang
dilakukan oleh dinas dalam rangka untuk menjalankan aktivitas dalam
pelaksanaan atau implementasi potensi atau daya tarik wisata dengan
upaya untuk menciptakan rentang waktu, berapa langkah sistematis yang
dapat mengarah pada pencapaian hasil, dan hasil yang dicapai diharapkan
53
pada perencanaan manajemen dengan kegiatan yang sangat spesifik
untuk mencapai tujuan visi, tujuan, dan sasaran dari rencana tersebut.
Pengembangan obyek wisata di Kabupaten Bojonegoro dapat
ditunjukkan dari hasil wawancara dengan Kepala Desa Sendangharjo
yaitu Bapak Prasetyo terkait dengan pengembangan Objek Wisata
Kayangan Api dapat diuraikan sebagai berikut:
Ya, itu yang masih kita bahas, kita kembangkan. Jadi yang sekiranya
membuat lebih nyaman lebih asri kan perlu kerjasama antara dinas
pariwisata dan desa, tapi sementara ini memang sebagian besar
diambil alih langsung oleh dinas pariwisata, dan dari desa hanya
mendukung gerakan-gerakan nyata disana. Yang jelas
mengkondisikan kericuhan atau mungkin keamanannya, tempat
parkir yang lebih asri dan rapi kita atur. Yang jelas ikut mengayomi
dan ikut memiliki kayangan api itu.
(Wawancara pada tanggal 19 Juni 2017, pukul 14:29 WIB)
Pernyataan Pak Prasetyo tersebut sejalan dengan pernyataan Pak
Yanto selaku Kepala Bidang Destinasi dan Industri Pariwisata yang
ditunjukkan dari hasil wawancara berikut:
Yang pertama tentang regulasinya, karena kita tahu obyek tersebut
merupakan milik perhutani, bagaimana saya bisa membangun
disana dikawasan tanahnya orang. Jadi itu regulasi yang kami
keluarkan dengan adanya MoU dengan pehutani dan dibarengi oleh
surat perintah perintah kerjasama dengan perhutani untuk
pengelolaan itu nanti bagi hasil. Yang kedua bagaimana
meningkatkan tata kelola sarana prasarana dibenahi sebagaimana
untuk mendukung bahwa wisata ini sebagai wisata mistis. Kita juga
mendukung adanya sumber daya manusianya, tata kelolanya
bagaimana dan yang tak kalah pentingnya adalah promosi. Tiap
bulan purnama kita gelar seni tari disana dan kita kirim ke YouTube
dan juga tempat informasi wisata.
(Wawancara pada tanggal 21 Juni 2017, pukul 13:31 WIB)
Berdasarkan hasil wawancara di atas, maka dapat dikatakan bahwa
pemerintah desa ikut menjalankan program-program pengembangan
54
wisata dan berupaya untuk memaksimalkan potensi wisata yang dimiliki
oleh daerah. Peranan kepala desa akan sangat penting apabila mereka aktif
untuk mendatangi masyarakat, sering menghadiri pertemuan terkait
pengembangan potensi wisata daerah dan dalam setiap kesempatan selalu
menjelaskan manfaat pengembangan wisata daerah, serta mengajak
masyarakat untuk mengelola kegiatan pengembangan wisata daerah.
Pemerintah desa selalu bekerja sama dengan Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata untuk mengembangkan potensi wisata Kayangan Api karena
wisata tersebut menjadi ikon di Kabupaten Bojonegoro, dimana obyek
wisata ini merupakan fenomena geologi alam berupa api abadi yang tak
kunjung padam.
b. Pengembangan sarana dan prasarana pariwisata
Pengelolaan dalam tempat wisata juga dilakukan dengan
memberikan dukungan dalam pengelolaan tempat wisata yang dilakukan,
hal tersebut dapat ditunjukkan dari hasil wawancara dengan Pak Yanto
selaku Kepala Bidang Destinasi dan Industri Pariwisata sebagai berikut:
Perlu kita ketauhi bahwa di Kayangan api ini merupakan link dari
beberapa wisata, maka sarana prasarana terutama adalah sarana
jalan, kita tidak bisa membangun jalan, karena bukan dimensi
kami untuk membangun, maka kami harus saling kerjasama
dengan dinas terkait. Yang kedua adalah jaringan listrik, perlu
sekali. Yang ketiga adalah dengan BUMD, yaitu tentang air untuk
memenuhi kebutuhan disana. Yang tak kalah pentingnya tiap tahun
kita anggarkan bagaimana untuk mempercantik dan menciptakan
sapta pesona itu harus betul-betul tertanam di lokasi tersebut. Dan
tidak kalah pentingnya juga, disamping tiap tahun kita adakan
pengembangan-pengembangan kami juga akan mengembangkan
dan dimaksimalkan selama 5 tahun kedepan rintisan itu akan terus
kita benahi. Untuk tahun ini saja kita akan membangun pagar
keliling untuk bisa membedakan mana yang harus masuk ke tanah
55
budaya mana yang harus masuk wisata umum dan juga akan kami
buatkan jalan setapak itu nanti mengarah kepada kenyamanan
pengunjung dari sudut satu ke sudut lain bisa tercover dalam suatu
kawasan.
(Wawancara pada tanggal 21 Juni 2017, pukul 13:31 WIB)
Pernyataan Pak Yanto tersebut di sejalan dengan pernyataan Pak
Hasta selaku pengunjung obyek wisata Kayangan Api yang ditunjukkan
dari hasil wawancara berikut:
Saya melihat Dinas Pariwisata akhir-akhir ini lebih giat dan lebih
peduli dengan pariwisata yang ada di kabupaten Bojonegoro,
mungkin karena banyak pariwisata yang ada di luar kota semakin
banyak dan terkenal, dan juga permintaan masyarakat akan
kebutuhan rekreasi yang semakin meningkat. Kayangan api ini kan
letaknya strategis mas, oleh karena itu saya juga senang mas kalo
akses jalan menuju wisata kayangan api sudah bagus gak kayak
dulu. Sekarang saya dan keluarga sudah tidak enggan lagi kalo
mau mengunjungi tempat ini, soalnya sekalian juga kayangan api
letaknya juga tidak jauh dari wisata tirtawana dander dan juga
wisata Negeri Atas Angin. Jadi dengan sarana dan prasarana yang
baik, kita sebagai pengunjung akan lebih nyaman dan senang
untuk datang lagi kesini.
(Wawancara dilakukan pada 3 Juli 2017, pukul 15:36 WIB)
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa adanya upaya
pengembangan sarana dan prasarana pariwisata sebagai upaya
pemgembangan strategi pada prinsipnya berkaitan dengan persoalan
kebijakan pelaksanaan, penentuan tujuan yang hendak dicapai, dan
penentuan cara-cara atau metode penggunaan sarana-prasarana. Strategi
selalu berkaitan dengan 3 hal yaitu tujuan, sarana, dan cara. Oleh karena
itu, strategi juga harus didukung oleh kemampuan untuk mengantisipasi
kesempatan yang ada. Dalam melaksanakan fungsi dan peranannya dalam
pengembangan pariwisata daerah, pemerintah daerah harus melakukan
berbagai upaya dalam pengembangan sarana dan prasarana pariwisata.
56
c. Pengembangan pemasaran dan promosi pariwisata
Pengembangan aktivitas pemasaran dan promosi pariwisata
dilakukan untuk memberikan informasi kepada wisatawan dengan tujuan
akhir yaitu untuk memberikan pengaruh agar mengunjungi tempat wisata
yang ditawarkan. Langkah yang dilakukan oleh Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Kabupaten Bojonegoro dalam aktivitas pengembangan
pemasaran dan promosi pariwisata dapat diketahui dari hasil wawancara
dengan Pak Hasta selaku pengunjung obyek wisata Kayangan Api sebagai
berikut:
Dalam hal ini Dinas Pariwisata harus melakukan promosi dengan
memanfaatkan berbagi media, entah itu media cetak atau elektronik.
Mengingat sekarang ini juga banyak media sosial yang digunakan
oleh masyarakat kita saat ini. Selain itu juga harus dibuatkan peta
wisata atau arahan-arahan yang jelas untuk menuju lokasi wisata
yang ada. Percuma mas kalau ada banyak potensi tapi masyarakat
malah tidak mengetahui lokasi wisata itu dimana. Kan jadi susah
mas. Untuk pengembangan pemasarannya itu kerjasama lah intinya
dengan pihak-pihak yang terkait pemasaran.
(Wawancara pada tanggal 3 Juli 2017, pukul 15:36 WIB)
Pernyataan Pak Hasta sejalan dengan pernyataan Pak Yanto selaku
Kepala Bidang Destinasi dan Industri Pariwisata yang ditunjukkan dari
hasil wawancara berikut:
Yang tidak kalah pentingnya dalam hal ini yang sudah dilakukan
dinas adalah promosi, promosi disini kita menekankan pada dua
dimensi yaitu media, media cetak maupun media elektronik. Kita
kerjasama dengan kominfo selaku mitra kita dan dispenda selaku
mitra kita dalam hal perijinan. Kominfo sebagai woro-woro lewat
media dan dari dispenda nanti kita membuat baliho-baliho. Kami
juga buat pusat informasi wisata di situs internet, ini bagian dari
promosi kita. Dan tidak kalah pentingnya tiap bulan kita selalu
menampilkan sanggar tari kayangan api tiap bulan purnama, dan
tiap 19 oktober kita lakukan pengambilan api abadi. Disitulah
merupakan bagaimana cara kita memperkenalkan kayangan api di
57
masyarakat, lambat laun akan makin terkenal, ini strategi kita untuk
promosinya.
(Wawancara dilakukan pada tanggal 21 Juni 2017, pukul 13:31 WIB)
Aktivitas pengembangan pemasaran dan promosi pariwisata
merupakan bentuk kebijakan dari pemerintah daerah dalam upaya untuk
pengembangan wisata yang terdapat di wilayah Kabupaten Bojonegoro.
Hasil wawancara yang telah dilakukan menunjukkan bahwa tujuan
pengembangan dan promosi pariwisata yaitu sebagai upaya untuk
memberikan informasi, mempengaruhi, dan meningkatkan nilai jual dari
suatu tempat wisata supaya wisatawan dapat menikmati dan mengunjungi
tempat wisata yang ada.
Jadi dapat dikatakan bahwa pengembangan pemasaran dan promosi
pariwisata di Kabupaten Bojonegoro bertujuan untuk memberikan
dukungan dalam upaya untuk menarik perhatian masyarakat, memberikan
pemahanan dan mengembangkan pemahaman tentang keuntungan paket
wisata yang ditawarkan. Selain itu dinas kebudayaan dan pariwisata
berupaya untuk menciptakan sikap yang positif tentang apa yang
dipromosikan, berupaya untuk mengembangkan preferensi wisatawan
yang dipromosikan, menjadikan aktivitas wisatawan untuk mengikuti
setiap aktivitas wisata yang dilakukan dan memberikan jaminan bahwa
kepuasan wisatawan dapat secara maksimal diberikan kepada pengunjung.
58
d. Pengembangan Sumber Daya Manusia
Upaya pengelolaan tempat wisata di Kayangan Api dalam upaya
untuk dapat ditunjukkan dari hasil wawancara dengan Pak Prasetyo
selaku Kepala Desa Sendangharjo sebagai berikut:
Memang pengaruh besar di masyarakat kami, terutama mereka yang
suka berbisnis, kategori rata-rata disana itu makanan dan minuman,
itu jelas untuk menunjang ekonomi dan menambah perekonomian
karena ada pengrajin juga seperti kaos dan batik. Sama ibu-ibu
PKK membuat tape ketan yang dikemas dengan daun, juga ada
krupuk kayangan api karena pedas itu tadi.
(Wawancara pada tanggal 19 Juni 2017, pukul 14:29 WIB)
Kebijakan yang ditetapkan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Kabupaten Bojonegoro dalam rangka pengembangan sumber daya
manusia sebagai upaya untuk mendukung untuk melakukan pengelolaan
tempat wisata dapat ditunjukkan dari hasil wawancara dengan Bapak
Yanto selaku Kepala Bidang Destinasi dan Industri Pariwisata sebagai
berikut:
Kalau dalam hal ini dinas ada dua kongsi, yang pertama adalah
regulasi secara yuridis formal kita ketahui bahwa kayangan api itu
milik perhutani tanahnya, maka kita harus formalkan yuridisnya itu
bagaimana kami bisa mengelola tanpa menyalahi haknya orang
lain. Dari segi perencanaan SDM, pelaku-pelaku wisata kita
adakan suatu diklat dua kali, dan meningkatkan lembaga di desa
untuk bagaimana mengelola desa, dalam hal ini pokdarwis
bagaimana untuk mengelola hiburan di desa. Yang terakhir dalam
hal ini kita juga akan kunjungan menghadirkan teman-teman dari
biro perjalanan dan biro travel untuk melihat dari sana dan setelah
ini kami sodorkan pada pelaku-pelaku wisata untuk meningkatkan
SDM. Dalam hal ini kami lakukan untuk meningkatkan SDM kita
lakukan diklat dua kali.
(Wawancara pada tanggal 21 Juni 2017, pukul 13:31 WIB)
Hasil wawancara pengembangan sumber daya manusia sebagai
upaya untuk mendukung untuk melakukan pengelolaan tempat wisata,
59
masalah SDM merupakan tantangan yang cukup berat bagi pengembangan
pariwisata, karena SDM sangat menentukan segala sesuatu yang
perhubungan dengan pariwisata. Pariwisata sangat mementingkan
profesionalisme baik dalam pengelolaan investasi maupun dalam bidang
perhotelan, transportasi, komunikasi dan informasi. Selain itu, walaupun
pariwisata telah membuka peluang pasar bagi sektor-sektor lain, akibat
dari rendahnya SDM peluang tersebut tidak dapat dimanfaatkan secara
optimal. SDM yang rendah dapat menyebabkan mutu barang-barang
kerajinan menurun, teknik pemasaran kurang tepat, kurang tepat membaca
trend pasar, dan lain-lain.
a. Faktor Pendukung dan Penghambat Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Kabupaten Bojonegoro Dalam Pengembangan Objek Wisata Kayangan
Api
Faktor pendukung merupakan faktor yang memberikan dukungan
terkait dengan upaya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten
Bojonegoro dalam Pengembangan Objek Wisata Kayangan Api dalam
menjalankan sistem dan prosedur yang ditetapkan oleh dinas. Faktor
pendukung dalam aktivitas yang dilakukan oleh dinas dapat diuraikan sebagai
berikut:
a. Faktor Pendukung Eksternal dan Internal
Faktor eksternal dan internal yang menjadi pendukung Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bojonegoro terhadap pengembangan
60
objek wisata Kayangan Api dapat ditunjukkan dari hasil wawancara dengan
Pak Hasta selaku pengunjung obyek wisata Kayangan Api sebagai berikut:
Kalau menurut saya, keunikan kayangan api sendiri itulah yang
menjadi faktor pendukung internal mas. Ditambah lagi dengan
adanya air blukuthuk dan pohon cinta, serta pemandangan hutan
jati yang luas dan indah. Yang menjadi faktor pendukung eksternal
itu adanya campur tangan dari pemerintah desa dan masyarakat
lokal yang mendukung perkembangan Kayangan api lebih baik lagi
dan lebih ramai.
(Wawancara pada tanggal 3 Juli 2017, pukul 15:36 WIB)
Pernyataan Pak Hasta tersebut sejalan dengan pernyataan Pak Yanto
selaku Kepala Bidang Destinasi dan Industri Pariwisata yang ditunjukkan
dari hasil wawancara berikut:
faktor pendukung internal adalah dari kita yang pertama adalah
tersedianya SDM, kedua tersedianya akan dana. SDM nya ada dua,
SDM teknis bagaimana pengembangan visi, yang kedua adalah
SDM pengelola, ini yang mendukung kami. Faktor eksternal yang
bisa mendukung adalah keterbukaan dari pihak perhutani. Kalau di
awal-awal kita sulit, ternyata dengan adanya MoU kita bisa
mendukung kesana. Yang kedua adalah potensi lain yang tidak ada
selain kita, yang ketiga adalah dukungan dari lembaga masyarakat
desa dan tersedianya air bersih untuk mendukung ini.
(Wawancara pada tanggal 21 Juni 2017, pukul 13:31 WIB)
Hasil wawancara menunjukkan bahwa aktivitas yang terkait dengan
upaya peningkatan potensi tempat wisata yang ada sehingga upaya untuk
meningkatkan potensi wisata yang dimiliki oleh potensi wisata. Potensi
wisata yang dimiliki oleh tempat wisata yang dimiliki sehingga aktivitas
operasional sehingga memberikan dukungan pengelolaan sumber daya
yang digunakan untuk memberikan jaminan pengembangan potensi wisata.
61
b. Faktor Penghambat Eksternal dan Internal
Faktor eksternal dan internal yang menjadi penghambat Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bojonegoro terhadap
pengembangan objek wisata Kayangan Api dapat ditunjukkan dari hasil
wawancara dengan Pak Prasetyo selaku Kepala Desa Sendangharjo
sebagai berikut:
Faktor penghambat internalnya adalah dari orang-orang yang
mengambil barang berharga di kayangan api, intinya adanya unsur
kejahatan dari segelintir orang yang suka bikin onar. Faktor
eksternalnya rata-rata adalah orang dari luar daerah yang suka
iseng sehingga membuat pengunjung kurang nyaman.
(Wawancara pada tanggal 19 Juni 2017, pukul 14:29 WIB)
Pernyataan Pak Prasetyo tersebut sejalan dengan pernyataan Pak
Yanto selaku Kepala Bidang Destinasi dan Industri Pariwisata yang
ditunjukkan dari hasil wawancara berikut:
Untuk faktor penghambat internalnya dari kami belum ada
perencanaan induk, namun tahun ini kita mulai, dan kedua kami
selalu ada pasang surutnya kebijakan walaupun bukan kesalahan
kami namun itu semuanya strategi bagaimana dalam membangun
obyek itu kan kita punya poin-poin mana dulu yang harus
didahulukan. Faktor eksternalnya ya itu tadi bila tiap tahun masih
harus memperbaiki MoU tersebut dengan perhutani ini menghambat
kita. Dan yang tidak kalah pentingnya kita juga harus
mempersiapkan masyarakat disekitar harus siap menjadi daerah
tujuan wisata.
(Wawancara pada tanggal 21 Juni 2017, pukul 13:31 WIB)
Rendahya sumber daya manusia, terutama tenaga yang terampil dan
profesional dalam hal manajerial di bidang pariwisata merupakan kendala
yang seringkali muncul dalam proses pengelolaan wisata sehingga menjadi
faktor penghambat dalam proses pengelolaan tempat wisata. Faktor
62
penghambat menjadikan potensi wisata yang dimiliki tidak dapat berjalan
sesuai dengan ketentuan atau program-program yang telah ditetapkan.
C. Pembahasan
1. Cara Pengembangan objek wisata Kayangan Api oleh Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bojonegoro
Upaya mengembangkan obyek wisata perlu segera dilaksanakan
inventarisasi terhadap potensi nasional obyek wisata alam secara bertahap
sesuai prioritas dengan memperhatikan nilai keunggulan saing dan
keunggulan banding, kekhasan obyek, kebijaksanaan pengembangan serta
ketersediaan dana dan tenaga. Potensi daerah obyek wisata alam yang
sudah ditemukenali segera diinformasikan dan dipromosikan kepada calon
penanam modal. Dalam rangka optimalisasi fungsi obyek wisata alam
perlu diupayakan pengembangan pendidikan konservasi melalui
pengembangan sistem interprestasi obyek wisata alam dan kerjasama
dengan instansi terkait termasuk lembaga-lembaga pendidikan, penelitian,
penerangan masyarakat, dan lain-lain. Upaya-upaya yang dilakukan ini
terkait dengan aktivitas pengelolaan tempat wisata yang dilakukan.
Pengelolaan tempat wisata ini bertujuan untuk memberikan dukungan
alam proses pengembangan tempat wisata yang dilakukan.
Menurut Nurmawati (2006), pengembangan wisata alam dan
wisata budaya dalam perspektif kemandirian lokal merupakan perwujudan
dalam pengembangan tatanan masyarakat yang dilakukan secara mandiri
oleh tatanan itu sendiri guna meningkatkan kualitas tatanan dengan tetap
63
memelihara kelestarian alam dan nilai-nilai budaya lokal, serta obyek
wisata alam dan wisata budaya yang ada. Selama ini pengembangan
pariwisata daerah ditujukan untuk mengembangkan potensi lokal yang
bersumber dari alam, sosial budaya ataupun ekonomi guna memberikan
kontribusi bagi pemerintah daerah, sekaligus meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.
Berkaitan dengan hal tersebut di atas, saat ini perencanaan
pengembangan pariwisata dengan menggunakan pengembangan fasilitas
dan peningkatan sarana maupun prasarana sehingga mendukung upaya
memaksimalkan potensi wisata yang ada. Dalam hal ini masyarakat lokal
yang akan membangun, memiliki dan mengelola langsung fasilitas wisata
serta pelayanannya, sehingga dengan demikian masyarakat diharapkan
dapat menerima secara langsung keuntungan ekonomi dan mengurangi
urbanisasi (Nurhayati, 2005).
Menurut Panji (2005), usaha-usaha pengembangan pariwisata
yang berorientasi pada masyarakat lokal masih minim. Hal ini
dikarenakan masyarakat tidak memiliki kemampuan secara finansial dan
keahlian yang berkualitas untuk mengelolanya atau terlibat langsung
dalam kegiatan pariwisata yang berbasiskan alam dan budaya. Sehingga
perlunya partisipasi aktif masyarakat untuk menjadi tuan rumah yang baik,
menyediakan sesuatu yang terbaik sesuai kemampuan, ikut menjaga
keamanan, ketentraman, keindahan dan kebersihan lingkungan,
memberikan kenangan dan kesan yang baik bagi wisatawan dalam rangka
64
mendukung program sapta pesona, serta menanamkan kesadaran
masyarakat dalam rangka pengembangan tempat wisata. Pengembangan
tempat wisata ini menjadikan seluruh aktivitas yang dilakukan pengelola
dalam pengendalian aktivitas atau pengelolaan potensi wiasata yang ada.
Pariwisata adalah sebuah kegiatan dimana dilakukan oleh
beberapa orang atau seseorang kondisi ini didukung oleh kondisi terkait
dengan keberadaan tempat wiusata tersebut. Menurut Spilane (2007:21),
dalam arti luas “pariwisata adalah perjalanan dari suatu tempat ke tempat
lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan maupun kelompok, sebagai
usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagiaan dengan
lingkungan hidup dalam dimensi sosial, budaya, alam dan ilmu”.
Ditambahkan pula bahwa pariwisata terbagi atas beberapa jenis, yaitu: a)
pariwisata untuk menikmati perjalanan (pleasure tourism), b) pariwisata
untuk berekreasi (recreation tourism) , c) pariwisata untuk kebudayaan
(culture tourism), d) pariwisata untuk olahraga (sports tourism), e)
pariwisata untuk urusan usaha dagang (business tourism), f) pariwisata
untuk berkonvensi (convention tourism).
Pengembangan pariwisata adalah segala sesuatu yang berkaitan
dengan wisata, termasuk pengusahaan obyek daya tarik wisata serta usaha-
usaha yang terkait di bidang tersebut. Dijelaskan pula bahwa wisata
merupakan suatu kegiatan bepergian dari suatu tempat ke tempat tujuan
lain di luar tempat tinggalnya, dengan maksud bukan untuk mencari
nafkah, melainkan untuk menciptakan kembali kesegaran baik fisik
65
maupun psikis agar dapat berprestasi lagi. Pariwisata merupakan suatu
sektor yang kompleks, yang juga melibatkan industri-industri klasik,
seperti kerajinan tangan dan cinderamata, serta usaha-usaha penginapan
dan transportasi. Ditambahkan pula bahwa pariwisata terdiri 10 unsur
pokok, yaitu : 1) politik pemerintah, 2) perasaan ingin tahun, 3) sifat
ramaha tamah, 4) jarak dan waktu, 5) atraksi, 6) akomodasi, 7)
pengangkutan, 8) harga-harga, 9) publisitas dan 10) kesempatan
berbelanja.
Menurut Joyosuharto (2005:46), bahwa “pengembangan
pariwisata memiliki tiga fungsi, yaitu: 1) menggalakkan ekonomi, 2)
memelihara kepribadian bangsa dan kelestarian fungsi dan mutu
lingkungan hidup, 3) memupuk rasa cinta tanah air dan bangsa”. Untuk
menjalankan ketiga fungsi tersebut maka diperlukan pengembangan obyek
wisata dan daya tarik wisata, meningkatkan dan mengembangan promosi
dan pemasaran, serta meningkatkan pendidikan dan pelatihan
kepariwisataan. Pengembangan pariwisata mampu menghasilkan
pertumbuhan ekonomi, karena dapat menyediakan lapangan kerja,
menstimulasi berbagai sektor produksi, serta memberikan kontribusi
secara langsung bagi kemajuan-kemajuan dalam usaha-usaha pembuatan
dan perbaikan pelabuhan, jalan raya, pengangkutan, serta mendorong
pelaksanaan program kebersihan dan kesehatan, proyek sasana budaya,
pelestarian lingkungan hidup dan sebagainya yang dapat memberikan
66
keuntungan dan kesenangan baik kepada masyarakat setempat maupun
wisatawan dari luar.
Upaya selanjutnya yang dilakukan oleh dinas Kebudayaan dan
Pariwisata yaitu melalui kegiatan promosi wisata. Kegiatan promosi yang
dilakukan oleh dinas yaitu dengan mendistribusikan berbagai kegiatan
yang didasarkan pada pengelolaan tempat wisata. Promosi pariwisata yang
dimaksud di sini adalah kampanye dan propaganda kepariwisataan yang
didasarkan atas rencana atau program yang teratur dan secara kontinyu.
Kegiatan promosi wisata dilakukan untuk membeirkan pandangan
masyarakat agar mempunyai kesadaran akan kegunaan pariwisata baginya,
sehingga industri pariwisata di negeri ini memperoleh dukungan dalam
rangka mendukung untuk aktivitas pemberian informasi kepada
masyarakat.
Menurut Pendit (2006: 23) yang memberikan pandangan bahwa
komunikasi atau kegiatan promosi wisata dapat dibagi dalam tiga bagian
penting, dalam hal ini yaitu mengenai 1) Harus ada komunikator yang
bertindak sebagai memberikan informasi wisata, 2) Harus ada reciever
yang akan menerima berita dari komunikator dalam hal ini terkait dengan
kualitas informasi mengenai wisata dan 3) adanya media untuk
memberikan informasi terkait dengan upaya dalam pemberian informasi
tentang kualitas tempat wisata.
67
2. Faktor pendukung dan penghambat Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Kabupaten Bojonegoro dalam Pengembangan Objek
Wisata Kayangan Api
Sebagai penyelenggara kegiatan kepariwisataan, peranan sumber
daya manusia sangat penting. Dengan memanfaatkan sumber daya
manusia yang berkualitas tinggi, maka kegiatan-kegiatan kepariwisataan
dapat menghasilkan pelayanan yang profesional. Sebagai penyelenggara
kegiatan kepariwisataan, peranan sumber daya manusia sangat penting.
Dengan memanfaatkan sumber daya manusia yang berkualitas tinggi,
maka kegiatan-kegiatan kepariwisataan dapat menghasilkan pelayanan
yang profesional. Untuk itu perlu ditempuh kebijaksanaan-kebijaksanaan
sebagai berikut: 1) Mengembangkan lembaga pendidikan dan latihan Guna
menghasilkan sumber daya manusia yang mampu memberikan pelayanan
secara profesional di bidang kepariwisataan, perlu dikembangkan model
pendidikan dan latihan dengan memberikan fasilitas fisik dan non-fisik
dan memanfaatkan iptek modern. 2) Memperbanyak jumlah pemandu
wisata dan penyedia profesional Pelayanan jasa kepariwisataan juga
bertumpu pada profesionalnya pemandu wisata dan penyedia. Peningkatan
kemampuan profesional ini mencakup penguasaan dalam memahami dan
menggunakan bahasa sehingga perlu dilakukan akreditasi terhadap
lembaga penyelenggara pendidikan dan latihan di bidang kepariwisataan.
Ada banyak cara sebenarnya untuk memajukan pariwisata negara
kita. Memang untuk memajukan pariwisata budaya bukan hanya tugas
68
pemerintah tetapi juga masyarakat kita. Namun tentunya Kementerian
Kebudayaan dan Pariwisata, serta Dinas Pariwisata di seluruh daerah di
Indonesia, sebagai instansi pemerintah yang bertugas memajukan
kebudayaan dan pariwisata Indonesia, memiliki tanggung jawab yang
lebih besar. Pertama, Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata sesuai
dengan fungsinya yang hanya sebagai perumus kebijakan, harus berani dan
tegas menentukan konsep, visi, dan misi pariwisata budaya Indonesia.
Keberanian untuk menyepakati konsep pariwisata dan budaya juga harus
dilakukan karena dalam dunia akademik tidak akan pernah disepakati
kedua konsep tersebut yang disebabkan oleh selalu adanya dialektika
antara temuan dan pemikiran cendekiawan satu dengan yang lainnya.
69
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan,
maka dapat ditarik kesimpulan yaitu sebagai berikut:
1. Peran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bojonegoro yaitu
melaksanakan penyusunan, pendataan, perencanaan, pengkoordinasiaan
kegiatan dan program kerja di bidang pariwisata. Serta melaksanakan
pembinaan, pengembangan objek wisata, pemberdayaan usaha pariwisata,
dan promosi pariwisata. Upaya ini dilakukan oleh Pemerintah Daerah
Kabupaten Bojonegoro sehingga memberikan dukungan pengembangan
potensi wisata di wilayah obyek wisata Kayangan Api. Upaya pengembangan
sarana dan prasarana pariwisata sebagai upaya pemgembangan strategi pada
prinsipnya berkaitan dengan persoalan kebijakan pelaksanaan, penentuan
tujuan yang hendak dicapai, dan penentuan cara-cara atau metode
penggunaan sarana-prasarana. Strategi selalu berkaitan dengan 3 hal yaitu
tujuan, sarana, dan cara. Oleh karena itu, strategi juga harus didukung oleh
kemampuan untuk mengantisipasi kesempatan yang ada. Dalam
melaksanakan fungsi dan peranannya dalam pengembangan pariwisata
daerah, pemerintah daerah harus melakukan berbagai upaya dalam
pengembangan sarana dan prasarana pariwisata.
70
2. Faktor pendukung dan penghambat Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Kabupaten Bojonegoro dalam Pengembangan Objek Wisata Kayangan Api
dapat diketahui bahwa faktor pendukung internal yaitu tersedianya SDM,
kedua tersedianya akan dana. Adapun yang menjadi faktor penghambat yaitu
mengenai rendahya sumberdaya manusia, terutama tenaga yang terampil dan
profesional dalam hal manajerial di bidang pariwisata merupakan kendala
yang seringkali muncul dalam proses pengelolaan wisata sehingga menjadi
faktor penghambat dalam proses pengelolaan tempat wisata.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan,
maka Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bojonegoro disarankan
untuk melakukan hal-hal sebagai berikut:
1. Harus melakukan penguatan regulasi tentang pariwisata, karena obyek
wisata Kayangan Api merupakan obyek wisata yang berada di wilayah
perhutani. Jadi, dengan adanya MoU dengan pehutani dan diperkuat oleh
surat perintah kerjasama dari Pemerintah Kabupaten antara Dinas dengan
perhutani, maka obyek wisata kayangan Api dapat dikembangkan dan
dikelola dengan baik.
2. Perlu adanya pengelolaan pariwisata sinergitas antara pemerintah,
masyarakat, dan dunia usaha yang mengarah pada pemberdayaan.
Diharapkan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata mampu menjalin kerjasama
dan kemitraan dengan berbagai pihak seperti lembaga pariwisata, asosiasi,
himpunan, komunitas, kelompok, swasta, perbankan, perusahaan,
71
perhotelan, media dan sebagainya untuk menundukung orgnisasi
pendukung wisata.
3. Perlu adanya peningkatan perawatan sarana prasarana dan kebersihan di
lokasi obyek wisata Kayangan Api dengan cara memanbahkan beberapa
tenaga kebersihan pada lokasi wisata, memaksimalkan kinerja tenaga
kebersihan yang ada melalui sistem reward and punish, dan menambah
sarana kebersihan pada lokasi wisata.
DAFTAR PUSTAKA
A, Yoeti, Oka. Edisi Revisi 2008, Pengantar Ilmu Pariwisata, Penerbit Angkasa,
Bandung.
A.Sihotang.2007. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta:Pradnya Paramita
Ambita, 2013, Pengaruh Pendidikan, Pelatihan, dan Pembinaan Sumber Daya
Manusia terhadap Kinerja Pegawai, Management Analysis Journal 2
Vol 2 No. 2.
Arikunto, S. 2010. Prosedur penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. (Edisi
Revisi). Jakarta : Rineka Cipta
Bappenas, BPS, UNDP (2004), “Laporan Pembangunan Manusia Indonesia
2004, Menuju Konsensus Baru Demokrasi dan pembangunan Manusia
Di Indonesia”, Bappenas, BPS, UNDP. Jakarta
Bryant dan White. 2006. Manajemen Pembangunan Untuk Negara Berkembang,
Cetakan Pertama, Alih Bahasa Rusyanto L. Simatupang, LP3ES, Jakarta
Cooper et all. 2008. Tourism Principles and Practice. England: Longman.
Creswell, John W. 2010. Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan
Mixed.Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Damanik, Janianton. & Weber, Helmut. 2006. Perncanaan ekowisata dari teori ke
aplikasi. Yogyakarta: PUSPAR UGM dan ANDI
Deddy Rustiono. 2008. Analisis Pengaruh Investasi, Tenaga Kerja dan
Pengeluaran Pemerintah terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Propinsi
Jawa Tengah. Tesis, Universitas Diponegoro
Esti R dan Bambang P.S Brodjonegoro. 2011. Simulasi Penyerapan Tenaga Kerja
dengan Pendekatan Demometrik. Jurnal Ekonomi Pembangunan
Indonesia. Vol. 3. No. 2
James.J.Spillane DR, 2007, ”Ekonomi Pariwisata Sejarah dan Prospeknya”,
Yogyakarta: Kanisius.
Kuncoro, Mudrajad. 2006. Strategi: Bagaimana Meraih Keunggulan Kompetitif.
Jakarta: Erlangga.
Kuncoro, Mudrajad. 2009. Ekonomi Pembangunan: Teori, masalah dan
Kebijakan, Edisi Ketiga. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.
Mathis, Robert L. dan John H. Jackson. 2012. Manajemen Sumber Daya Manusia,
Edisi Pertama Salemba Empat, Jakarta
Moleong, Lexy J. 2013. Metode Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. Bandung : PT.
Remaja Rosdakarya.
Muljadi, A.J. 2009. Kepariwisataan dan Perjalanan. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Patton, Michael Quinn. 2009. Metode Evaluasi Kualitatif. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Pendit, Nyoman.S. 2005. Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana. Jakarta :
Pradya Paramita.
Poerwodarminta. 2006. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Putong, 2007, Daya beli dan sikap pelanggan terhadap pemakaian (usage)
telpon) diakses dari
http://repository.upi.edu/operator/upload/t_mmb__0708028_chapter1.pdf
pada tanggal 3 Maret 2017
Remi, Sutyastie Soemitro dan Prijono Tjiptoherijanto. 2009. Kemiskinan dan
Ketidakmerataan di Indonesia. Edisi 2 Cet. 2. Jakarta: Penerbit Rineka
Cipta.
Siagian ,Sondang P. 2013. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi
Aksara
Siagian, Sondang P. 2006, Manajemen Sumber Daya Manusia, Cetakan ketiga
belas, Bumi Aksara, Jakarta.
Simanjuntak, Payaman, J. 2010. Ekonomi Sumber Daya Manusia. Lembaga
Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia: Jakarta.
Spillane, James J. 2005. Ekonomi Pariwisata Sejarah dan Prospeknya.
Yogyakarta: Kanisius.
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, kualitatif,
dan R&D. Bandung: Alfabeta
Sumihardjo.T. 2008. Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Melalui
Pengembangan Daya Saing Berbasis Potensi Daerah. Penerbit Fokus
media
Suparmoko, 2009, Ekonomi Publik untuk Keuangan dan Pembangunan, ANDI,
Yogyakarta
Supawi Pawenang, 2016, Modul Perkuliahan Lingkungan Ekonomi Bisnis,
Surakarta: Program Pascasarjana, UNIBA.
Susilo, Martoyo. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Kedelapan.
BPFE. Yogyakarta.
Tangkilisan, Hessel Nogi. 2005. Manajemen Publik. Gramedia Widia. Jakarta
Tri Wahyu Rejekiningsih. 2007. Mengukur Besarnya Peranan Industri Kecil
dalam Perekonomian di Propinsi Jawa Tengah. Jurnal Dinamika
Pembangunan Vol. 1. No. 2
Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan
Undang-Undang RI Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
Yoeti Oka A. 2004. Strategi Pemasaran Hotel. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka
Utama.
Yoeti, A. Okta. 2008. Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata. Jakarta:
Pradnya Paramitha.
Yoeti,Oka A. 2006. Pemasaran Pariwisata. Edisi Revisi. Bandung: Angkasa
Top Related