Proses Pengambilan Keputusan Hidup Membiara: Studi Kasus...

97
213 LAMPIRAN

Transcript of Proses Pengambilan Keputusan Hidup Membiara: Studi Kasus...

Page 1: Proses Pengambilan Keputusan Hidup Membiara: Studi Kasus ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6750/8/T1_802007079... · MUDIKA, kan masuk MUDIKA muda mudi katolik itu kegiatannya

213

LAMPIRAN

Page 2: Proses Pengambilan Keputusan Hidup Membiara: Studi Kasus ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6750/8/T1_802007079... · MUDIKA, kan masuk MUDIKA muda mudi katolik itu kegiatannya

214

Pedoman Wawancara

Pengambilan Keputusan Membiara

1. Mengenali masalah

a. Individu mulai menyadari adanya kesempatan bagi dirinya

untuk menjalani hidup membiara

1) Adanya kehampaan dalam dirinya sebelum menjalani hidup

dalam biara.

2) Adanya perasaan menjadi lebih baik jika menjalani hidup

membiara.

3) Pandangan individu pada kehidupan membiara

b. Melihat bahwa tantangan dalam membiara sebagai peluang

bagi individu.

1) Mulai menyadari akan adanya resiko yang mungkin

dihadapi kedepan saat memutuskan hidup membiara

2) Mulai mempertimbangkan akan kehidupan membiara

dengan melihat resiko yang mungkin terjadi.

2. Mencari alternatif

a. Individu mulai mencari informasi sebelum mengambil

keputusan membiara

1) Mencari informasi-informasi dari berbagai sumber

mengenai kehidupan membiara, dan mencari orang-orang

yang lebih kompeten dalam bidang tersebut.

Page 3: Proses Pengambilan Keputusan Hidup Membiara: Studi Kasus ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6750/8/T1_802007079... · MUDIKA, kan masuk MUDIKA muda mudi katolik itu kegiatannya

215

2) Siapa sajakah orang-orang yang memberi informasi atau

pengetahuan akan hidup membiara.

3) Informasi digunakan sebagai pengetahuan individu untuk

mengambil keputusan.

3. Menimbang alternatif

a. Individu mempertimbangkan resiko-resiko dari

keputusannya untuk membiara

1) Melihat sisi positif dan negatif dari pengambilan keputusan

hidup membiara.

2) Mulai mengambil keputusan yang sesuai dengan tujuannya.

3) Perasaan partisipan dan keluarga jika mengambil keputusan

membiara.

4. Menimbang komitmen

a. Individu menjalankan keputusan yang diambilnya dan

berhati-hati pada celaan yang ada.

1) Partisipan mulai menjalani hidup membiara yang sudah

menjadi keputusannya.

2) Partisipan bersiap untuk menerima resiko dan konsekuensi

dari pengambilan keputusannya.

3) Perasaan partisipan dalam menerima konsekuensi.

Page 4: Proses Pengambilan Keputusan Hidup Membiara: Studi Kasus ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6750/8/T1_802007079... · MUDIKA, kan masuk MUDIKA muda mudi katolik itu kegiatannya

216

b. Individu mulai menyampaikan keputusannya pada

orang lain.

Individu menyampaikan secara langsung pada orang-

orang terdekat mengenai keputusannya untuk hidup

membiara dan menjadi biarawati.

5. Menghadapi umpan balik

a. Individu tanpa ragu-ragu mengambil keputusan

Partisipan dengan mantap mengambil keputusan untuk

menjalankan hidup membiara dan menjadi biarawati.

b. Mempertahankan pada keputusan yang telah

diambilnya

Partisipan melakukan usaha-usaha untuk tetap setia pada

panggilannya untuk hidup membiara.

Page 5: Proses Pengambilan Keputusan Hidup Membiara: Studi Kasus ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6750/8/T1_802007079... · MUDIKA, kan masuk MUDIKA muda mudi katolik itu kegiatannya

217

Partisipan 1 Wawancara 1

(P1W1)

Waktu : Jumat, 16 November 2012; pukul 10.30-11.43 WIB

Lokasi : Panti Asuhan 2, Salatiga

MTU : Selamat pagi suster? 1

P : Pagi. 2

MTU : Seperti kesepakatan sebelumnya, hari ini saya akan

mewawancarai suster mengenai pengambilan

keputusan suster untuk hidup membiara.

3

4

5

P : Iya. 8

MTU : Baik suster, bisa kita mulai? 9

P : Iya, silahkan. 10

MTU : Baik, pertama-tama bisa suster ceritakan, kapan suster

tertarik untuk hidup membiara dan menjadi seorang

suster?

11

12

13

P : Bagaimana ya, saat saya melihat seorang suster itu

kayak anggun banget, kayak bahagia begitu

berpakaian putih, kok bisa seperti itu bagaimana ya,

saya pingin tahu. Trus saya SD dan SMP kebetulan,

SMP itu kebetulan kepala sekolah kami suster. Kelas

satu kelas dua saya masih tinggal di rumah keluarga

terus kelas 3 saya masuk asrama, diasrama itu

digembleng bener-bener sama suster ya, hidup doanya

teratur, belajar, istirahat, makan jadi teratur, terus saya

jadi ada tertarik juga untuk menjadi suster, tapi dalam

hati saya, saya tidak ungkapkan, jadi disimpan dalam

hati, terus saat kelas 3 SMP itu, bapak besar saya

masih hidup, dia bilang kamu mau jadi suster ya, saya

tidak langsung bilang iya, saya lihat dulu kalau saya

memang ada panggilan saya mau masuk tapi kalau

tidak ada, saya tidak masuk, lalu dia bilang “kamu

pasti bisa”……..Sebenarnya saya SMP itu di kota di

Ende, tapi saya takut kalau meneruskan SMA di kota

saya tidak bisa belajar, jadi ya biar nanti saja jika

memang orang tua punya biaya untuk kuliah saya,

kuliahnya nanti baru di kota, jadi saya memilih SMA

di desa saja. Terus saya SMA di Bai, disana memang

asrama tuh bebas tidak ada diatur-atur lagi kayak di

asrama seperti waktu SMP, paling hari minggu, terus

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

28

29

30

31

32

33

34

35

36

37

Page 6: Proses Pengambilan Keputusan Hidup Membiara: Studi Kasus ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6750/8/T1_802007079... · MUDIKA, kan masuk MUDIKA muda mudi katolik itu kegiatannya

218

doa pribadi, misa jumat pertama itu juga ada. Ya

namanya apa ya, udah SMA itu kan pergaulan juga

sudah, apa ya… pacaran tu, juga ada memang, dan

memang panggilan saya itu hilang disana, saya tidak

ada panggilan lagi.

38

39

40

41

42

MTU : Hmmm, jadi pada saat SMP panggilan itu ada, dan

saat SMA sempat hilang? 43

44

P : He…eh, sempat hilang…hilang…, ya mungkin

pergaulan juga ya, dan teman-teman juga kita hidup

diluar tidak terarah, asrama memang ada tapi kan,

kepala asramanya orang awam, kita bebas, mau

belajar kita belajar sendiri, masak sendiri, asrama itu

kan kayak kost-kostan gitu. Waktu itu juga ada dari

salah satu kesusteran disana, melakukan aksi

panggilan, tapi memang kami gak ada tertarik, kami

tidak ada satu pun yang daftar, tidak ada, dan saya

saat itu tidak ada, tidak ada niat lagi ke situ kayak

hilang gitu. Setelah itu saya tamat, keluarga saya itu

kan tidak mampu untuk biayai kuliah, sudah saya

memikirkan begini, kalau saya di luar saya tidak bisa

untuk bekerja seperti orang di luar kan diluar itu

kerjanya macam-macam ya, ya selain dulu kan masuk

MUDIKA, kan masuk MUDIKA muda mudi katolik

itu kegiatannya juga banyak berkebun, bercocok

tanam, nah kalau kita diluar itu hidupnya apa ya, itu

orang tidak lama hidupnya akan cepat menikah, ya

kadang tergantung juga dari keputusan pribadi

seseorang, saat itu saya tidak mau tinggal diluar

sudah, waktu itu saya juga pingin kerja, dan saya

waktu itu bekerja di SPSS, kerja di Biara SPSS di

Ende, kerja sebagai karyawati, satu bulan saya

percobaan di dapur memasak, sudah selama dua

bulan, ada suster yang melihat saya beda dengan

teman-teman lain, karyawati lain kan mereka Cuma

tamat SMP, SD, begitu, saya disitu memang tamat

SMA, saat itu yang tamat SMA ada sekitar tiga

sampai empat orang, ada juga kami sempat dekat juga

dengan calon suster SPSS, teman saya itu ajak saya

“ayo masuk sini, ikut di SPSS dengan saya (menjadi

suster), saya jawab, “saya kalau di SPSS tidak bisa”,

terus dia bertanya, lalu mau masuk dimana, “ya saya

45

46

47

48

49

50

51

52

53

54

55

56

57

58

59

60

61

62

63

64

65

66

67

68

69

70

71

72

73

74

75

76

77

78

Page 7: Proses Pengambilan Keputusan Hidup Membiara: Studi Kasus ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6750/8/T1_802007079... · MUDIKA, kan masuk MUDIKA muda mudi katolik itu kegiatannya

219

lihat dulu, mungkin ada biara yang cocok untuk saya”,

saya bilang begitu 79

80

MTU : Suster, kalau boleh tahu Biara SPSS itu apa bedanya

dengan biara lain? 81

82

P : SPSS itu, Abdi Roh Kudus, jadi mereka dalam biara

itu, satu kamar sendiri, hidup dalam biara,mereka

tidak seperti kami, di dalam itu ruangan khusus untuk

mereka kamar tidur sendiri, kamar mandi sendiri,

pakaian dicucikan oleh karyawati, jadi namanya biara

itu kan hidup dalam tembok biara, nah kalau kami kan

hidup di tengah-tengah masyarakat, hidup membaur

dengan umat dengan masyarakat.

83

84

85

86

87

88

89

90

MTU : Berarti saat itu suster belum menemukan biara yang

cocok dengan suster? 91

92

P : Belum, memang teman saya itu mengajak masuk di

biara SPSS, dan waktu itu ada empat biara lain yang

ada di sana, tapi keempat ini saya tidak ada tertarik,

saya tidak ada satu pun yang saya tertarik. Terus tiba-

tiba tahun 1994, saya kerja di SPSS itu sejak saya

tamat 92, angkatan 92, saya kerja sejak bulan Juni,

dan kebetulan saat itu ada tiga suster dari biara AM

untuk cari panggilan, cari panggilan kan tidak ada

keluarga, tidak ada umat yang mereka kenal untuk

nginap, nah mereka nginap di SPSS yang kebetulan

saya kerja disana, dan dari ketiga suster ini ada teman

saya yang sama-sama tamat SMA dan satu kelas. Saat

bulan Juni saya sempat pulang, dan saya tanya pada

kakak ipar saya mengenai teman saya, dan katanya dia

sudah di Malang, sekarang dia sudah pakai kerudung,

pakai pakaian, sudah terima cincin, dan salib, nah

saya bingung kan namanya masuk biara kan ada

prosesnya, prosesnya itu kan dua tahun tiga tahun itu

baru terima pakaian, terima kerudung, terima cincin,

terima kalung salib, tapi kok langsung, saya

penasaran, biara apa sih, saya penasaran. Tapi saya

tidak tahu visi misinya apa, karyanya apa saya belum

tahu, dan tiba-tiba suster ini datang, saya tu tidak tahu,

apa memang kehendak Tuhan juga tiba-tiba ketemu

dengan teman saya itu, setelah itu saya bertemu

dengan ketiga suster ini, dan wawancara dan mereka

juga kasih brosur, dan dijelaskan visi misinya hidup

93

94

95

96

97

98

99

100

101

102

103

104

105

106

107

108

109

110

111

112

113

114

115

116

117

118

119

Page 8: Proses Pengambilan Keputusan Hidup Membiara: Studi Kasus ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6750/8/T1_802007079... · MUDIKA, kan masuk MUDIKA muda mudi katolik itu kegiatannya

220

bersama dengan anak-anak, kita ini melayani anak-

anak cacat, hidup serumah dengan mereka. Sudah,

saya tu pingin, sudah saya masuk disini saja, saya tuh

pingin melayani seperti ini. Saat saya ambil keputusan

masuk dalam biara AM, saya kirim surat ke orang tua,

saya minta ijin ke mereka, kami kan sembilan

bersaudara, memang kami bersebelas, tetapi

meninggal dua, tinggal kami bersembilan, saya nomor

tujuh, saya minta ijin orang tua, apakah orang tua

mengijinkan saya untuk menjadi suster, kalau

mengijinkan saya juga masuk suster, tapi kalau orang

tua dan keluarga tidak mengijinkan berarti saya tidak

bisa. Saya minta persetujuan dari orang tua, mereka

setuju, ya sudah.

120

121

122

123

124

125

126

127

128

129

130

131

132

133

MTU : Dari kesembilan saudara, hanya suster ya yang

sekarang menjadi suster? 134

135

P : Iya, hanya saya sendiri, dan memang ditempat saya

itu satu-satunya susternya baru saya, kalau imamnya 2

tapi susternya baru saya. Saat menerima keputusan,

saya langsung, saya juga sempet bohong ya, sempet

bohong sama suster yang disana (SPSS), saya

sebenarnya sudah direncanakan dikuliahkan untuk

kebidanan, sudah daftar, sudah tes tinggal tunggu

masuknya, tapi saya punya panggilan lebih kuat,

akhirnya saya tinggalkan untuk profesi itu untuk

kemudian masuk di komunitas AM

136

137

138

139

140

141

142

143

144

145

MTU : Kalau boleh tahu suster, komunitas A ini, apakah

tidak ada hidup membiaranya, dan langsung

ditahbisakan dan hidup dalam masyarakat?

146

147

148

P : Untuk kami komunitas AM itu, langsung, langsung

dalam pembinaan. 149

150

MTU : Tapi juga sempat novis dulu suster? 151

P : Iya, tapi gak lama, kalau sekarang ada perkenalan

postulan, habis postulan nanti novis, lalu profesi, jadi

dulu kami novis langsung profesi.

152

153

154

MTU : Saat itu suster pembinaan novis berapa tahun? 155

P : Kalau novis waktu itu satu tahun, tapi sekarang dua

tahun. 156

157

MTU : Saya ingin mengajak, suster untuk mengingat lagi,

saat dalam pembinaan, bisa suster ceritakan saat

masih menjadi novis?

158

159

160

Page 9: Proses Pengambilan Keputusan Hidup Membiara: Studi Kasus ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6750/8/T1_802007079... · MUDIKA, kan masuk MUDIKA muda mudi katolik itu kegiatannya

221

P : Waktu itu, sekitar ada 15 orang novis calon suster, di

pembinaan, diperkenalkan cara berdoa, hidup dengan

anak-anak, itu dilatih selama satu tahun itu.

161

162

163

MTU : Selama satu tahun menjalani novis itu, bagaimana

perasaan suster? 164

165

P : Perasaan waktu itu, ada perasaan dua-duanya, ada

perasaan senang ada perasaan pingin pulang juga. 166

167

MTU : Rasa senang seperti apa 168

P : Senang melihat anak-anak, bertemu dengan suster-

suster yang lain, bergabung, dan bisa sampai disini

(Malang), impian saya tercapai, maksudnya saya kan

punya cita-cita ingin menjadi suster kok bisa tercapai

seperti itu perasaan saya waktu itu. Terus tidak

senangnya waktu itu saya, kalau saya sakit, saya ingat

semua dirumah, soalnya kalau saya sakit saya ingat

semua dirumah yang lebih saya ingat itu mama, kalau

saya sakit itu di rumah mama saya pasti ada. Saya

juga tahun 1995 saya sempat pulang, pulang itu karna

bapak saya sakit, tapi saya pulang saya sudah terima

kerudung, kalung salib, dan cicncin di rumah saat itu

3 bulan. Kemudian saya ditugaskan untuk membuka

baru di daerah itu, saya sendiri.

169

170

171

172

173

174

175

176

177

178

179

180

181

182

MTU : Berarti suster yang memang merintis dari awal

dibangunnya panti? 183

184

P : Iya, kami bertiga suster juga, sekitar 1997-2000,

kamudian kami kembali ke Malang, kami dikuliahkan

jurusan PLB, pendidikan luar biasa. Kemudian dari

tahun 2000 sampai 2002 awal saya dipindahkan di

Maumere lagi, terus 2002 Februari saya pindah ke

Madiun sampai 2007 September, kemudian dari 2007

Oktober sampai sekarang, saya di sini.

185

186

187

188

189

190

191

MTU : Luar biasa perjalanan suster ya, dari suster 9

bersaudara hanya suster yang memiliki keinginan

untuk menjadi seperti sekarang. Apakah sempat

mungkin sebelum orang tua dan keluarga menyetujui

untuk menjadi suster, sempat tidak mereka melarang?

192

193

194

195

196

P : Gak tau ya, waktu itu tu setelah saya mengirim surat

ke rumah, misalnya saya mengirim surat hari ini,

besok tuh mamak saya, kaka saya nomor 3 sama

nomor 5, sama adek saya yang bungsu mereka

langsung datang ke Ende (sambil tersenyum), saat

197

198

199

200

201

Page 10: Proses Pengambilan Keputusan Hidup Membiara: Studi Kasus ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6750/8/T1_802007079... · MUDIKA, kan masuk MUDIKA muda mudi katolik itu kegiatannya

222

mereka sampai sana saya tuh kaget, kenapa harus

datang, lha mamak saya bilang, kan surat saya mereka

baca bersama keluarga, mereka minta persetujuan

bersama-sama, jadi ini dia punya niat seperti ini

apakah kita mau mendukung dia, terus mereka

serentak mengatakan iya, ya kalo ini memang sudah

jalannya mereka mendukung, ya mereka bilang kalau

memang sudah punya pilihan seperti ini ya jalani

terus, jangan menolah ke belakang, jangan ingat kami,

hidup kami seperti ini, kamu harus menjalani hidup

kamu disana.

202

203

204

205

206

207

208

209

210

211

212

MTU : Bagaimana perasaan suster, saat mendengar hal

tersebut dari keluarga? 213

214

P : Ya rasa sedih ada ya, karena disana itu kalau ada

anaknya yang mau masuk biara, biasanya kumpul-

kumpul ya, kumpul-kumpul keluarga, umat, untuk doa

bersama, terus acara makan-makan bersama, saya

juga waktu itu dirumah tidak lama, cuma 3 malam dan

karena sejak lama saya hidup dalam asrama, waktu itu

kan kita makan-makan bersama sebagai perpisahan,

dalam hati saya juga sempat saya mampu tidak ya

menjalani ini, tapi karena doa keluarga dan pesan dari

bapak besar saya yang mengatakan “ingat pilihanmu”.

215

216

217

218

219

220

221

222

223

224

MTU : Wahhh… keluarga luar biasa mendukung ya suster… 225

P : Iya, tapi memang ada saudara, bukan dari keluarga

inti tidak setuju ya, sempet mereka berkata bahwa

begini “ah sekolah-sekolah sudah sampai SMA kok

tidak bantu orang tua malah masuk biara, kan kalau

disana mereka berpikir kalau masuk biara kan terlepas

ya dengan keluarga, tidak melihat kebelakang lagi,

dan hidup untuk berkarya. Terus ada pengalaman saat

saya berkarya melayani orang-orang yang didesa saat

itu belum ada kendaraan, tiap hari saya berjalan kaki

pergi untuk berkarya, pergi untuk mengunjungi dan

terapi anak-anak di rumah-rumah mereka masing-

masing. Sempat om kandung bilang begini, “kenapa

tidak ikut masuk sama teman-temanmu di SPSS kan

enak, kenapa memilih panggilan seperti ini tiap hari

jalan terus kok miskin sekali”, sampai bilang begitu,

lalu saya bilang, “ya tidak apa-apa om, Tuhan pasti

punya rencana untuk saya, tidak mungkin Tuhan

226

227

228

229

230

231

232

233

234

235

236

237

238

239

240

241

242

Page 11: Proses Pengambilan Keputusan Hidup Membiara: Studi Kasus ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6750/8/T1_802007079... · MUDIKA, kan masuk MUDIKA muda mudi katolik itu kegiatannya

223

meninggalkan saya, saya pilih jalan ini, pasti Tuhan

akan membantu saya. 243

244

Partisipan 1 Wawancara 2

(P1W2)

Waktu : Jumat, 23 November 2012; pukul 11.30-11.43 WIB

Lokasi : Panti Asuhan 2, Salatiga

MTU : Selamat pagi suster... 1

P : Selamat pagi, ini pintunya saya tutup saja (pintu

samping panti), biar anak-anak tidak pada masuk dan

berisik.

2

3

4

MTU : Oiya suster... Baik, begini, setelah wawancara yang

pertama, ada beberapa hal yang belum saya mengerti

dan tanyakan sehingga diperlukan untuk wawancara

kedua.

5

6

7

8

P : Oh iya, tidak apa. 9

MTU : Suster, saat wawancara pertama, suster sempat

menyebutkan bapak besar, saya kurang mengerti,

apakah bapak besar itu bapak kandung atau bapak

rohani?

10

11

12

13

P : Bukan... bukan bapak rohani, bapak saya dengan

bapak yang meninggal itu (bapak besar) itu masih

kakak adik, masih satu turunan.

14

15

16

MTU : Oh, jadi seperti om begitu ya? 17

P : He...eh, masih keluarga dari bapak gitu, kalau kami

punya di NTT itu kan kakak dari bapak, dipanggilnya

bapak besar, kalo adek dari bapak dipanggilnya bapak

kecil, kalau di sini kan pakde, pakle gitu.

18

19

20

21

MTU : Bagaimana hubungan suster dengan bapak besar,

sehingga bapak besar ini tahu bahwa suster ingin

menjadi seorang suster?

22

23

24

P : Sangat dekat sekali. 25

MTU : Apakah suster pernah bilang pada bapak besar

mengenai keinginan menjadi seorang suster? 26

27

P : Saya ndak bilang, hanya waktu itu dia sempet bilang

gini, tapi saya gak jawab iya, dia bilang “nanti kamu

jadi suster saja ya”, bilang gitu. Sebetulnya dia sudah

28

29

30

Page 12: Proses Pengambilan Keputusan Hidup Membiara: Studi Kasus ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6750/8/T1_802007079... · MUDIKA, kan masuk MUDIKA muda mudi katolik itu kegiatannya

224

daftarin saya sekolah di Ende, tapi dalam pikiran dan

hati saya kan, ah saya tidak mau sekolah di kota,

ketimbang saya sekolah di kota nanti saya hanya main

saja, pergi jalan-jalan terus saya tidak ingat belajar,

lebih baik sekolah di desa dulu, nanti kalau memang

ada biaya ya kuliah di kota boleh, tapi saya belum

sempet tamat beliau sudah duluan meninggal ya sudah.

31

32

33

34

35

36

37

MTU : Jadi suster gak bilang keinginan untuk menjadi suster

pada bapak besar, tapi tiba-tiba bapak besar bertanya

seperti itu?

38

39

40

P : Ndak bilang, iya dia bertanya seperti itu tiba-tiba.

Makanya saya saat beliau meninggal itu saya sangat

kehilangan sekali, awal saya menajdi seorang suster

ini, saya sempat, aduh seandainya bapak besar masih

ada, saya memang paling bahagia. Saya tuh seperti di

lindungi, bapak besar ini kan orangnya dengan siapa

saja tuh orangnya baik gitu (menekankan kata-

katanya), suster-suster yang di SPSS itu pun

menganggap bapak besar ini seperti keluarga sendiri,

dia tidak pandang asal keluarga sendiri, tidak, orang

yang datang sama dia, dia anggap keluarganya sendiri.

41

42

43

44

45

46

47

48

49

50

51

MTU : Oh, jadi bapak besar ini memiliki hubungan yang

dekat dengan para suster ya? 52

53

P : Iya kan bapak besar ini hidup di biara ya. Bapak besar

ini seorang pastur SVD. 54

55

MTU : Apa bapak besar ini salah satu yang menginspirasi

suster untuk mejadi seorang suster? 56

57

P : Iya, gimana ya, bapak besar ini, saya tidak bisa

mengungkapkan dengan kata-kata, saya dan beliau itu

dekat sejak SD, tapi saat SD belum terlalu dekat, saat

SMP itu, saat SMP kan saya sering pergi ke biaranya,

kalau libur tuh sambil pergi ke biaranya pergi liburan

di sana, kadang-kadang 1 minggu, pernah juga SMP

dia datang mengunjungi saya.

58

59

60

61

62

63

64

MTU : Kemarin suster mengatakan bahwa dari sembilan

bersaudara dalam keluarga suster, hanya suster yang

mengambil profesi suster, apakah saudara suster yang

lain juga pernah didorong oleh bapak besar untuk

menjadi seorang suster, seperti perlakuan bapak besar

pada suster?

65

66

67

68

69

70

P : Enggak. 71

Page 13: Proses Pengambilan Keputusan Hidup Membiara: Studi Kasus ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6750/8/T1_802007079... · MUDIKA, kan masuk MUDIKA muda mudi katolik itu kegiatannya

225

MTU : Saat suster memutuskan untuk menjadi seorang suster,

siapa yang paling pertama suster beritahu mengenai

hal itu?

72

73

74

P : Orang di rumah. 75

MTU : Boleh lebih spesifik suster, siapa? 76

P : Waktu itu kan saya tulis surat, jelas di rumah kalau

mereka menerima surat itu mereka kumpul semua,

satu orang yang baca, yang lain dengarkan.

77

78

79

MTU : Ooo, kalau dari teman-teman suster ada yang

diberitahu? 80

81

P : Kalau teman-teman itu.....(sambil tertawa), teman-

teman itu mereka gak tau ya, kan saya tutup mati,

maksudnya saya gak mau beritahu gitu, jadi disimpen

sendiri, tapi temen-temen saya itu kayaknya feelingnya

kuat, soalnya kan mereka melihat kok saya dekat

banget sama suster yang baru datang itu, mereka

bilang, “kamu mau jadi suster itu ya (AM)?”, “siapa

bilang saya mau jadi suster?”, “kok deket gitu?”, saya

bilang enggak, ya akhirnya mereka tahu sendiri saat 1

minggu sebelum saya keluar dari situ (SPSS), bahkan

suster yang di biara itu (SPSS) saya bohong sih,

seandainya saya tidak bohong mungkin saya tidak

diijinkan untuk masuk komunitas AM. Persis 1

minggu saya mau keluar, suster itu bilang “saya tahu

kamu bohong”, terus saya bilang “suster kalau saya

tidak bohong mungkin saya tidak bisa keluar dari

sini”, bahkan saya bilang ke mereka saya mau kuliah

di Kupang, mereka bilang “buat apa kuliah di Kupang

jauh-jauh, udah di sini kamu sambil kerja sambil

kuliah, biar nanti biayanya kami yang biayai.”

82

83

84

85

86

87

88

89

90

91

92

93

94

95

96

97

98

99

100

101

MTU : Jadi yang diberitahu pertama kali benar-benar

keluarga, teman-teman tidak ada yang diberitahu ya.

Oke, kalau di keluarga suster siapa yang paling

berperan dalam suster mengambil keputusan ini?

102

103

104

105

P : Yang berperan ya kakak-kakak saya, mereka yang

mengumpulkan keluarga, mereka terus bilang kalau

memang panggilan dia, kita harus mendukung. Saat

ada kumpul-kumpul keluarga sebelum saya pergi, ya

mungkin mereka juga sedih ya, bagaimana saya yang

tidak pernah kumpul keluarga, sudah mau pergi lagi,

saya waktu itu sedih juga ya. Waktu itu mereka juga

106

107

108

109

110

111

112

Page 14: Proses Pengambilan Keputusan Hidup Membiara: Studi Kasus ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6750/8/T1_802007079... · MUDIKA, kan masuk MUDIKA muda mudi katolik itu kegiatannya

226

pernah bilang kok saya pergi jadi suster, tapi saya

menjanjikan, saya minta doa, saya akan jalan terus ke

depan, dan saya harap keluarga di rumah juga baik-

baik.

113

114

115

116

MTU : Kalau di keluarga sendiri, siapa yang paling dekat? 117

P : Yang paling dekat dengan saya ya, maksudnya kalau

saya punya masalah atau apa cerita gitu, itu kakak

yang nomor enam, kalau memang ada masalah, saya

cerita sama dia, dan itu juga yang pertama kali tau

saya mau jadi suster dia juga, kan dia juga waktu itu

salah satu karyawan di biara di Ende.

118

119

120

121

122

123

MTU : Apakah keluarga langsung menyetujui pilihan suster,

bagaimana saat itu proses mereka menyetujui? 124

125

P : Saya tidak tahu waktu itu saya tidak ada di rumah, tapi

waktu itu lewat 2 hari setelah saya kirim surat ke

rumah, saya juga kaget, mamak dan kakak saya nomor

tiga dan nomor lima, sama adek bungsu saya itu

datang ke biara ke Ende, saya kaget, lho mereka ini

buat apa, terus mamak saya langsung bilang sambil

nangis, dia bilang begini, “ya saya datang karena dekat

di sini, kalau besok-besok sudah pergi jauh tidak

mungkin saya bisa datang gitu.” Ya saya mau

bagaimana, saya harus mengikuti keputusan ini.

126

127

128

129

130

131

132

133

134

135

MTU : Bagaimana perasaan suster waktu melihat mamak

menangis? 136

137

P : Ya sedih juga ya, mau bagaimana ya namanya anak

sama ibu, ya sedih. 138

139

MTU : Apakah ada keraguan saat melihat mamak menangis? 140

P : Saya tidak ada rasa ragu ya, mungkin kan saya punya

keinginan itu dari tamat SMA itu, setelah di SPSS itu,

mau masuk itu juga tidak mungkin, saat waktu itu ada

orang cari panggilan di biara AM ini, saya pikir ini ni.

Ya saat diadakan perpisahan dengan keluarga itu

memang sedih, saya memang sedih tapi ya.....

141

142

143

144

145

146

MTU : Saya mengajak suster untuk berandai-andai, andaikan

saat suster mengirimkan surat untuk keluarga, mereka

tidak setuju untuk pilihan suster?

147

148

149

P : Kalau mungkin mereka gak setuju, ya saya ikut

mereka, yah mungkin mereka tau saya, mereka juga

lebih tau hidup saya, kalau mereka tidak setuju tidak

mungkin saya.....

150

151

152

153

Page 15: Proses Pengambilan Keputusan Hidup Membiara: Studi Kasus ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6750/8/T1_802007079... · MUDIKA, kan masuk MUDIKA muda mudi katolik itu kegiatannya

227

MTU : Lalu bagaimana perasaan suster andaikan saat itu tidak

diijinkan? 154

155

P : Kalau tidak diijinkan pasti kecewa berat ya, kecewa

sekali kalau memang gak diijinkan, yang pasti kalau

gak diijinkan saya gak seperti ini, saya gak tau dimana.

156

157

158

MTU : Jika suster tidak diijinkan menjadi seorang suster oleh

keluarga, ada gak terbesit keinginan lain atau pilihan

lain?

159

160

161

P : Mungkin saya jadi bidan, karena di SPSS sebenarnya

saya dikuliahkan, tapi saya tidak jadi masuk karena

saya lebih memilih di komunitas AM (sambil tertawa),

saya lebih kuat keinginan untuk jadi suster, saya mau

masuk ke sini (AM) itu, saya pernah bermimpi Bunda

Maria datang dia itu pegang kepala saya, tidak omong

apa terus hilang, waktu itu saya tidur, lalu saya bangun

saya ingat mimpi itu waktu saya masih di SPSS, waktu

itu saya cerita pada mamak saya, lalu saya ingat mimpi

ini saat saya mau masuk ke biara AM.

162

163

164

165

166

167

168

169

170

171

MTU : Saat suster mengirim surat ke keluarga, ada

kekhawatiran gak dalam diri suster? 172

173

P : Saya waktu itu gak ada, karena saya pikir pasti mereka

senang sekali karena diantara sembilan bersaudara ada

yang mau jadi suster, itu pasti mereka senang, pikiran

saya seperti itu.

174

175

176

177

MTU : Saat pertama kali suster melihat seorang suster yang

membuat suster terkagum-kagum itu saat SD atau

SMP?

178

179

180

P : Saat SD saat saya liburan ke bapak besar, suster itu

sudah tua.......... sekali bantu-bantu masak di dapur. 181

182

MTU : Bagaimana sih perasaan suster sehingga saat suster

melihat suster yang sudah tua itu, suster bilang kok

kayaknya hidupnya damai?

183

184

185

P

: Iya ya, waktu itu saya melihat suster ini tidak ada

beban dalam hidupnya, kok kayaknya hidupnya damai,

hidupnya aman, maksudnya kok kayaknya tidak ada

beban dia mikir apa gitu, mungkin hanya mikirnya

berdoa berdoa gitu, suster itu hidupnya kayak tenang

seperti itu.

186

187

188

189

190

191

MTU : Apakah saat SD, saat suster melihat suster yang lanjut

usia pertama kali itu, suster langung berpikir ingin

menjadi seorang suster?

192

193

194

Page 16: Proses Pengambilan Keputusan Hidup Membiara: Studi Kasus ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6750/8/T1_802007079... · MUDIKA, kan masuk MUDIKA muda mudi katolik itu kegiatannya

228

P : Iya, waktu itu sempat mikir juga, tapi SD kan, saat itu

saya SD mau ke SMP tahun 86. 195

196

MTU : Bagaimana suster memelihara keinginan suster untuk

menjadi seorang suster? 197

198

P : Waktu itu kan pernah yang saya bilang pernah hilang

kan (saat SMA keinginan hilang), ya terus kan tamat

SMA kan kerja di SPSS, di SPSS itu kan muncul lagi,

kan di SPSS kan hidup doanya teratur, ada jam doa,

jadi keinginan saya muncul lagi. Waktu itu kan ada

teman saya yang juga calon suster SPSS mengajak

saya untuk masuk menjadi suster SPSS, tapi saya tidak

mau, saya bilang “mungkin ada biara yang cocok

dengan saya”. Ya sudah dia bilang “saya mau masuk

SPSS karena saya memang ingin masuk SPSS” kata

dia. Sampai sekarang kami masih sering kontak.

199

200

201

202

203

204

205

206

207

208

209

MTU : Saat suster dari komunitas AM datang, kenapa suster

langsung tertarik? 210

211

P : Ya itu tadi saya tertarik lewat brosur, kan suster yang

kepala, yang tiga itu kan jelaskan mendetail, hidup

serumah dengan anak, sekamar, satu meja makan sama

anak-anak, mereka kan yang cacat, yang kakinya

buntung, yang tidak punya tangan, saya tuh senang

jadi suster untuk melayani mereka.

212

213

214

215

216

217

MTU : Wah kalau saya pikir sangat berat ya suster

pekerjaannya? 218

219

P : Memang suster SPSS yang wakil itu sempet bilang

saya, “apakah kamu bisa merawat anak-anak seperti

itu”, ya saya jawab, “saya coba dulu jikalau saya tidak

bisa ya saya mundur, tetapi suster, selagi saya mampu

dan kuat saya bisa.”

220

221

222

223

224

MTU : Yang mendasari suster benar-benar memilih profesi

menjadi suster di komunitas AM ini apa? 225

226

P : Pelayanan. 227

MTU : O iya suster, saat bapak besar itu bilang untuk menjadi

suster saja itu, saat SD atau SMP? 228

229

P : Saat SMP, kebetulan suster asrama SMP saat itu juga

dekat dengan bapak besar saya, sempet pesan sama

suster itu, ya nanti ponakan saya itu dia mau jadi suster

tolong kamu bimbing dia, padahal saya gak bilang

punya keinginan menjadi suster. Makanya saat saya

ketemu sama ibu asrama saya itu dia kaget (sambil

230

231

232

233

234

235

Page 17: Proses Pengambilan Keputusan Hidup Membiara: Studi Kasus ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6750/8/T1_802007079... · MUDIKA, kan masuk MUDIKA muda mudi katolik itu kegiatannya

229

tertawa), dia kira saya di SPSS karena kan pernah

ketemu juga di SPSS, dia kaget saya jadi suster di

kumunitas AM. Kan dia kuliah di UPI Malang, dia

kaget, dia keluar kampus tuh dia ngeliat kami, kami

tuh kan ada lima, namanya masih calon kan kami

masih bersih-bersih halaman itu tuh, kan kampusnya

berhadapan dengan rumah pusat (AM), ya udah dia

kaget, kan sempat ketemu, dia bilang “hah kok kamu

di biara AM?”, dia sempet marah-marah juga, tapi

saya bilang “ya suster saya masuk komunitas AM”,

terus dia bilang “kok kamu bisa dan kuat?”, ya saya

bilang ya biar saja.

236

237

238

239

240

241

242

243

244

245

246

247

MTU : Suster saat suster awal SD memiliki keinginan untuk

menjadi suster, apakah keinginan itu terus menguat? 248

249

P : Yah, sempet hilang juga, waktu, saya tuh sekolahnya

putus-putus, yah namanya orang tuatidak mampu ya,

saya tuh kelas 1 ke kelas 2, saya sempat keluar,

bahkan saya saat ujian sempat tidak ikut karena SPP

belum di bayar, yah namanya juga dari keluarga petani

ya, tapi saya tuh memang punya niat untuk sekolah,

dulu sempat saya putus asa, keinginan untuk menjadi

suster sempat gak ingat karena banyaknya masalah.

Saya tuh lebih kuat lagi keinginan itu tuh, saat bapak

besar saya meninggal itu, itu kayaknya saya ada apa

mungkin, tapi saya tidak ungkap, saya tidak ungkap

mungkin saya janji dalam hati, saya tidak tahu, waktu

itu memang sempet bilang gini “bapak saya ikut bapak

seperti yang bapak omong ke saya itu”, tapi memang

saya tidak ungkap, waktu itu saya hanya menangis

saja, hanya menangis didepannya dia itu, terus setiap

kali saya pulang itu pasti pergi bakar lilin, janji pada

bapak, minta doa untuk saya tetap kuat seperti bapak

gitu.

250

251

252

253

254

255

256

257

258

259

260

261

262

263

264

265

266

267

268

MTU : Bapak besar meninggal itu saat suster kelas berapa? 269

P : Waktu saya SMA kelas satu. 270

MTU : Berarti keinginan suster masih kuat ya waktu SMA

kelas satu kelas dua, dan sempat hilang saat di SMA

kelas tiga, begitu suster?

271

272

273

P : He.....em (sambil mengangguk). 274

MTU : Suster pernah gak selama pelatihan novis timbul

keraguan bahwa suster tidak kuat menjalani kehidupan 275

276

Page 18: Proses Pengambilan Keputusan Hidup Membiara: Studi Kasus ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6750/8/T1_802007079... · MUDIKA, kan masuk MUDIKA muda mudi katolik itu kegiatannya

230

membiara? 277

P : Pernah, ada.....ada, saat awal-awal itu memang banyak

tantangan berat, pernah saya itu benar-benar gak kuat,

tapi karena doa dari teman-teman, saya sendiri,

seandainya orang mungkin kalau tidak kuat mungkin

keluar.

278

279

280

281

282

MTU : Tantangan seperti apa? 283

P : Situasi komunitas, situasi pribadi, dari lingkungan,

kadang dari keluarga, kadang saya pikir untuk apa

saya jadi suster kalau keluarga saya ada masalah, tapi

memang saya ada kekuatan dengan mengingat

motivasi awal saya.

284

285

286

287

288

MTU : Apa yang membuat suster kuat? 289

P : Dari komunitas, mereka bantu doa, bantu sharing,

mengingat kembali motivasi awal. Kalau saya putus

asa, kalau saya merasa berat kehidupan kedepan itu,

saya mengingat motivasi awal, sudah sampai seperti

ini sayang jika dilepaskan.

290

291

292

293

294

MTU : Apakah hubungan dengan Tuhan semakin dekat? 295

P : Hahaha....., iya saya merasa saat saya ada masalah

tantangan, malah saya semakin kuat. Tuhan itu baik

sama saya setiap saya doa itu selalu terkabul, untuk

tantangan kedepan dapat membuat saya lebih kuat

lagi.

296

297

298

299

300

Partisipan 1 Wawancara 3

(P1W3)

Waktu : Senin, 11 Pebruari 2013; pukul 10.00-10.45 WIB

Lokasi : Panti Asuhan 2, Salatiga

MTU : Selamat pagi suster? 1

P : Pagi… 2

MTU : Suster pernah mengatakan bahwa suster mengambil

keputusan hidup membiara juga tidak terlepas dari

pengaruh dari dukungan orang-orang disekitar suster

seperti keluarga, teman komunitas, nah bisa ceritakan

secara spesifik, dalam hal apa saja bentuk dukungan

mereka?

3

4

5

6

7

8

P : Mereka mendukung saya lewat doa dan memotivasi

saya. 9

10

Page 19: Proses Pengambilan Keputusan Hidup Membiara: Studi Kasus ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6750/8/T1_802007079... · MUDIKA, kan masuk MUDIKA muda mudi katolik itu kegiatannya

231

MTU : Baik, dukungan tersebut seberapa besar pengaruhnya

bagi suster dalam mengambil keputusan? 11

12

P : Ya mereka mendukung saya lewat doa, ya mungkin

bukan doa secara berkelompok, tapi mereka ada yang

berdoa secara pribadi mendoakan saya, kalau saya

pulang mereka keluarga itu kumpul ya seperti itu mba.

13

14

15

16

MTU : Apakah tanpa dukungan mereka suster akan lanjut? 17

P : Yah kalau memang mereka gak mendukung saya, gak

mungkin saya lanjut terus. 18

19

MTU : Apa yang suster lihat pada orang tua suster yang

mendukung suster ? 20

21

P : Wah saya sama orang tua saya deket banget mba,

bahkan bapak saya itu inginnya saya tu tugasnya di

sana aja biar deket sama keluarga, kalau saya pulang

liburan atau pas ada tugas di sana, mereka inginnya

saya gak cepet-cepet pulang ke sini (Salatiga), biar

saya lama-lama di sana. Menjelang saya selang satu

minggu mau pulang mereka tu kayak sedih banget,

mereka senang kalau saya dekat mereka. Mereka

sangat menyayangi saya.

22

23

24

25

26

27

28

29

30

MTU : Lalu bagaimana dengan saudara-saudara suster? 31

P : Mereka pun mendukung, mereka itu sangat sayang

sama saya. 32

33

MTU : Baik, suster juga pernah bercerita bahwa suster

mengalami tantangan saat menjalani kehidupan

membiara, bagaimana tantangan tersebut

mempengaruhi suster dalam mengambil keputusan?

34

35

36

37

P : Saya itu ya saya tuh selalu ingat kalau saya

mendapatkan tantangan yang berat saya selalu maju,

pokoknya kalau saya sepertinya mau keluar saya inget

sama… ih kenapa saya hidup seperti ini, kok kenapa

saya seperti ini, tapi saya ingat lagi yang menyuruh

kau masuk itu siapa kan saya yang mau, saya berpikir

di situ, saya mikir lagi untuk apa saya memilih hidup

di luar lagi pula toh kehidupan di luar juga sama

dengan orang hidup di dalam komunitas. Saya merasa

kalau saya mendapatkan tantangan saya merasa

lebih… apa ya… saya melihat kembali apa…

hikmahnya di balik tantangan itu bahwa dengan

tantangan ini memberi lebih…lebih memberi

kekuatan atau mendorong saya agar lebih kuat untuk

38

39

40

41

42

43

44

45

46

47

48

49

50

51

Page 20: Proses Pengambilan Keputusan Hidup Membiara: Studi Kasus ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6750/8/T1_802007079... · MUDIKA, kan masuk MUDIKA muda mudi katolik itu kegiatannya

232

bisa menghadapi masalah tersebut. 52

MTU : Berarti saat ada tantangan suster malah maju tidak

menyerah gitu ya? 53

54

P : Iya…iya… 55

MTU : Suster sebelumnya pernah bercerita pada wawancara

sebelumnya bahwa, suster pernah merasakan ingin

pulang atau keluar dari komunitas/kehidupan

membiara saat suster melihat ada masalah dalam

keluarga suster. Nah usaha apa yang suster lakukan

untuk mengatasi masalah dalam keluarga?

56

57

58

59

60

61

P : Kalau saya seperti itu ya saya masuk kapel terus saya

duduk, duduk di depan kapel itu, saya duduk

diam…saya duduk diam saya gak ngomong apa-apa

saya berdoa……(mengucapkan doa yang pernah

dipanjatkan dengan suara yang sangat pelan), hanya

Engkau yang tau, hanya Engkau yang memberikan

jalan keluarnya memberikan yang terbaik, jadi saya

berdoa seperti itu, pokoknya kalau saya mendapat

tantangan saya duduk di kapel, kalau gak di kapel di

kamar dan merenung dengan tenang.

62

63

64

65

66

67

68

69

70

71

MTU : Lalu bagaimana suster jika suster mengalami masalah

dalam komunitas, usaha apa yang di lakukan untuk

mengatasinya?

72

73

74

P : Saya kalau punya masalah dengan komunitas, dengan

teman, atau mungkin dengan perawat, misalnya

mereka melakukan kesalahan, itu pertama saya diam

dulu, saya lihat mereka apakah mereka sadar

kesalahan mereka kalau mereka gak sadar saya

beritahu, kenapa saya diam seperti ini karena kamu

begini, lalu saya bawa ke dalam doa, ke dalam doa,

Tuhan seperti ini keadaannya kiranya Tuhan ampuni

mereka dan juga saya, dan Tuhan buka jalan buka hati

mereka biar mereka menyadari kesalahan yang

mereka lakukan. Saya itu kalau punya masalah saya

ke kapel duduk diam saya merenung, itu kayaknya

lega, itu kayaknya maslaah-masalah itu semuanya

habis.

75

76

77

78

79

80

81

82

83

84

85

86

87

88

MTU : Ya suster, nah itu tantangan yang terjadi dalam

keluarga dan komunitas, lalu bagaimana saat terjadi

fase pasang surut dalam diri pribadi suster, usaha apa

yang suster lakukan untuk mengatasinya sehingga

89

90

91

92

Page 21: Proses Pengambilan Keputusan Hidup Membiara: Studi Kasus ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6750/8/T1_802007079... · MUDIKA, kan masuk MUDIKA muda mudi katolik itu kegiatannya

233

suster tetap yakin dengan keputusan suster? 93

P : Saya kalau mengalami fase pasang surut begitu saya

menyibukan dengan pekerjaan dan juga berdoa seperti

tadi, nanti lupa sendiri.

94

95

96

MTU : Suster kalau di dalam lingkungan komunitas siapa sih

yang terus memotivasi suster untuk lanjut? 97

98

P : Oh ya tentunya pimpinan, pimpinan terus memotivasi

kami, teman juga. 99

100

MTU : Bagaimana suster memandang pimpinan suster itu? 101

P : Saya memandang pimpinan, pimpinan saya itu

sebenarnya sudah meninggal, pimpinan saya itu

aduh… seperti figur seorang ibu, saya anggap seperti

ibu saya sendiri, orangnya kan orang Jawa ya, lembut

dia, kalau kita sakit atau kita ada apa orangnya itu

perhatian, terus kalau saya pergi libur itu dia bilang

“ya baik-baik ya, sehat, nanti pulang ya (balik lagi)”

takut gak balik lagi, nanti pulang ya jangan di sana

terus.

102

103

104

105

106

107

108

109

110

MTU : Usianya berapa? 111

P : Dia umur 70an, setiap bulan itu mesti ke makamnya

pergi doa gitu, kadang sampe sekarang pun walau

beliau gak ada, kalau saya lagi kritis sakit atau ada

suster yang sakit saya doa sama dia, “aduh ibu kenapa

sih kok suster ini kakak ini kok sakit terus, apa yang

harus saya buat”, terus “ibu tahu kan situasi sekarang

seperti ini”, kadang saya ngomong seperti berhadapan

padahal saya ngomong pada gambarnya hehehe

(sambil tertawa), atau kalau saya ke Malang saya

ngomong “ibu saya mau ke Malang, sampe ketemu di

Malang ya” giu saya ngomog.

112

113

114

115

116

117

118

119

120

121

122

MTU : Berarti hubungan suster dengan suster pemimpin itu

dekat sekali ya? 123

124

P : Iya saya dekat banget, waktu itu kan pas saya

ditugaskan di sini, beliau sudah digantikan kan karena

dia sakit-sakitan makanya di ganti, makanya saya

waktu itu saat hari rabu ketemu saya..ketemu saya..

kok rabu besoknya dia meninggal itu, kok sedih

banget saya. Sebelum meninggal itu saya berangkat

dari sini ke Malang, saya itu peluk dia, dia tanya “kok

kamu ke sini”, kan saya panggil ibu, saya bilang “iya

bu saya ke sini, mau beli keperluan”, dia bilang

125

126

127

128

129

130

131

132

133

Page 22: Proses Pengambilan Keputusan Hidup Membiara: Studi Kasus ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6750/8/T1_802007079... · MUDIKA, kan masuk MUDIKA muda mudi katolik itu kegiatannya

234

“kamu baik-baik ya”, “ibu doakan saya ya”, dia bilang

“iya saya doakan kamu”. Saya diberitahu minggu

besoknya udah gak ada itu mendadak banget, sebelum

saya tau itu saya sedang mengerjakan laporan, saya

gak tau apa dia ingin saya kesana atau bagaimana,

saya itu melakukan pekerjaan itu kayak ngambang,

kayak gak ada pekerjaan yang bisa di buat gitu, aneh

dengan tinta mengetik kan baru beli saya mengetik

kok tidak keluar tintanya kok malah kosong, padahal

ini kan tinta baru, terus teman saya ada yang sms Lud

kamu ke sini ibu sudah kritis, iya besok pagi aja, tapi

mungkin ibu ingin saya pergi kesana, saya ngetik itu

bekerja itu tidak bisa. Akhirnya saya doa, saya lepas

pekerjaan saya pergi ke Malang, sampe Jombang di

bis itu saya menangis, saya menangis, sebelum saya

sampai beliau sudah meninggal. Setelah beliau

meninggal saya pernah mimpi beliau dua kali, datang

menemui saya, dia bilang bilang pada saya “kamu

baik-baik ya”. Dia itu baik… banget, perhatian

banget.

134

135

136

137

138

139

140

141

142

143

144

145

146

147

148

149

150

151

152

153

Page 23: Proses Pengambilan Keputusan Hidup Membiara: Studi Kasus ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6750/8/T1_802007079... · MUDIKA, kan masuk MUDIKA muda mudi katolik itu kegiatannya

235

Partisipan 2 Wawancara 1

(P2W1)

Waktu : Jumat, 15 Pebruari 2013; pukul 10.05-11.09 WIB

Lokasi : Panti Asuhan, Salatiga

MTU : Selamat pagi suster… 1

P : Pagi mba. 2

MTU : Suster, sejak kapan suster memiliki ketertarikan akan

kehidupan membiara? 3

4

P : Sejak sekolah dasar kelas tiga saya tertarik kehidupan

membiara sejak kelas tiga. Saya melihat seorang suster

saat di gereja. Kemudian saya ikut pembinaan, lalu

masuk dalam biara PRR. Tapi gak lama saya waktu itu

sakit, terus disuruh pulang sama keluarga dan diijinkan

oleh pemimpin biara, setelah saya pulang dan waktu

sembuh saya ditawarkan sama keluarga mau balik lagi

ke biara atau mau kuliah aja, waktu itu om saya yang

menawarkan, saya tanya kuliah di mana, terus katanya

di IPI di Malang, akhirnya saya pilih kuliah. Nah di

kampus itu kan ada kita pergi ke panti-panti gitu,

setiap beberapa kali dalam seminggu, di situ saya lihat

langsung mereka anak-anak yang cacat, di situ kami

biasanya bantu bersih-bersih panti, bantuin kasih

makan, setelah pulang dari situ saya putuskan saya

pengen jadi suster, biar bisa rawat langsung mereka,

akhirnya saya masuk komunitas AM.

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

MTU : Saat itu, apa yang dilihat dari suster tersebut? 23

P : Pokoknya mereka itu saya lihatnya itu sopan, anggun

seperti itu, rajin berdoa, kelihatan… itu saya tertarik

itu di situ.

24

25

26

MTU : Bagaimana perasaan suster saat melihat suster-suster

tersebut? 27

28

P : Gak tau ya mba, pokoknya saat melihat itu pingin jadi

suster. 29

30

MTU : Baik, suster saat kelas tiga SD itu, keinginan untuk

hidup membiara dan menjadi suster itu apakah selalu

ada?

31

32

33

P : Oh… setelah kelas tiga SD keinginan itu hilang tow,

tidak ada. Jadi setelah kelas tiga SD itu sudah tidak 34

35

Page 24: Proses Pengambilan Keputusan Hidup Membiara: Studi Kasus ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6750/8/T1_802007079... · MUDIKA, kan masuk MUDIKA muda mudi katolik itu kegiatannya

236

ada niat tidak ada kepikiran itu, gak sampe kepikiran

untuk masuk dalam kehidupan membiara. Waktu kelas

tiga SD ya liat terus tertarik gitu tapi kan masih anak-

anak jadi cuma begitu saja, aa… terus muncul lagi pas

SMA kelas dua.

36

37

38

39

40

MTU : Apa yang membuat keinginan itu muncul kembali? 41

P : aa… karena itu kan saya nengok kakak kelas saya, dia

kan tinggal di kesusteran tow he..eh.., terus saya ada..

ingin lagi kan ha..ah.. ingin lagi, ya muncul tiba-tiba,

jadi saya ikut pembinaan. Awalnya saya tanya apakah

di biara itu ada pembinaan calon suster gak, terus

katanya biasanya ada tapi setiap minggu, jadi saya

ikut setiap minggu.

42

43

44

45

46

47

48

MTU : Jadi kakak kelas suster itu tinggal di biara PRR ya

suster? 49

50

P : e.. he..eh.. dia tinggal asramanya bukan masuk jadi

suster. 51

52

MTU : Nah apakah suster saat memiliki keinginan untuk

hidup membiara saat SMA dan suster mengikuti

pembinaan, apakah suster memberitahu keluarga?

53

54

55

P : Belum, sama sekali belum, cuma saya beritahu kakak

itu… bilang “masa kamu…gak boleh…kamu kan

jurusan IPA”, saya kan jurusan Fisika, saya diam-diam

saja.. tapi saya diam-diam ikut pembinaan itu hehe…

diam-diam…

56

57

58

59

60

MTU : Hmm, kalau boleh tahu suster berapa bersaudara? 61

P : Tujuh. 62

MTU : Oke, yang diberitahu itu kakak nomor berapa? 63

P : Kakak yang nomor tiga, saya sendiri nomor enam. 64

MTU : Apakah hanya kakak nomor tiga saja yang diberitahu? 65

P : Iya… 66

MTU : Lalu, setelah ikut pembinaan suster memberitahu

orang tua? 67

68

P : Iya. 69

MTU : Bagaimana reaksi mereka? 70

P : Hmmm.. sebelum… waktu itu kan saya beritahu

sudah.. ini tow.. sudah lulus om saya itu guru agama

setuju sekali sama bapak itu setuju sekali, nah mamak

ini yang gak setuju… tapi ya mamak juga ya lama-

lama ikut setuju lah. Mamak saya sudah meninggal,

mamak meninggal itu waktu saya SMP kelas tiga

71

72

73

74

75

76

Page 25: Proses Pengambilan Keputusan Hidup Membiara: Studi Kasus ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6750/8/T1_802007079... · MUDIKA, kan masuk MUDIKA muda mudi katolik itu kegiatannya

237

hmm.. 77

MTU : SMP kelas tiga mamak sudah meninggal, berarti

mamak gak tahu suster ikut pembinaan? 77

78

P : ee… he..eh... iya mamak belum tau.. 79

MTU : Berarti bapak suster reaksinya setuju sekali ya dengan

keputusan suster? 80

81

P : Iya bapak itu setuju sekali. 82

MTU : Nah suster kan tujuh bersaudara, nah yang keenam

saudara suster itu bagaimana reaksi mereka setelah

mengetahui keputusan suster?

83

84

85

P : Mereka mengikuti saja. 86

MTU : Berarti reasksi mereka mendukung semua sejak awal? 87

P : Ya… memang kalau kita di sana kan, kalau anak

perempuan itu kan kalau kita masuk biara kan kita

tidak punya keturunan dan mungkin mereka rasa

awalnya kayak apa..kecewa.. keliatan muka pada sedih

kayak begitu… tapi ya lama-lama mereka ikut juga sih

keputusan. Ya kalau memang itu keputusan kamu ya

jalani saja he..eh..kami mendukung.

88

89

90

91

92

93

94

MTU : Kalau boleh tau suster di dalam keluarga suster paling

dekat dengan siapa? 95

96

P : Kalau saya itu kan dipiara, saya sejak kecil

dipiara..saya paling dekat itu sama mamak kecil saya

(tante), adek dari mamak saya gitu lho.. ha..eh.. terus

saya lebih dekat dengan mamak piara saya gitu ha..eh..

97

98

99

100

MTU : Nah, apakah mamak kecil itu setuju dengan keputusan

suster untuk hidup membiara? 101

102

P : Oh.. setuju, memang awalnya ya..berat ya, awalnya

berat, terus kan saya.. mereka ikut saya hehe… 103

104

MTU : Usaha apa yang suster lakukan sehingga mereka setuju

dengan keputusan suster? 105

106

P : E….itu kan dari saya, saya sudah memutuskan…..

mereka ikut aja hehe… 107

108

MTU : Apa suster meyakinkan mereka? 109

P : ee..ha..eh.. meyakinkan mereka 110

MTU : Sulit apa tidak suster meyakinkan mereka? 111

P : Ya dengan kita penuh dengan keyakinan dan kita

harus doa, doa terus, doa untuk mendapatkan hati

mereka supaya mereka setuju he eh gitu hehe…

112

113

114

MTU : Lama gak suster untuk meyakinkan mereka akan

keputusan yang suster ambil? 115

116

Page 26: Proses Pengambilan Keputusan Hidup Membiara: Studi Kasus ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6750/8/T1_802007079... · MUDIKA, kan masuk MUDIKA muda mudi katolik itu kegiatannya

238

P : …..e..agak lama juga sih ya (sambil tertawa),

memberikan pengertian pada mereka ha..eh.. ya

memang agak..agak..lama sih, tapi ya akhirnya juga

mereka setuju mendukung.

117

118

119

120

MTU : Suster siapa sih yang memiliki peran yang besar bagi

suster, sehingga suster mengambil keputusan hidup

membiara?

121

122

123

P : Itu bapak saya bapak, bapak itu….. bapak itu orangnya

kuat doa….. pokoknya setiap setiap jam doa, sampe

sekarang pun umur 80 tahun tapi tetep doa doa kuat.

Yah sejak saya awal memberitahu kalau saya punya

niat untuk masuk biara dia setuju. Itu saya kan sering

sakit sering sakit, kakak saya yang lain bilang “sudah

keluar saja, pulang saja”, kalau seperti itu bapak saya

bilang “ya..kalau kamu suruh keluar keluar aja, tapi

nanti besok kamu tanggung jawabnya sama Tuhan

Allah”, bapak saya ngomong gitu sama kakak-kakak

saya.

124

125

126

127

128

129

130

131

132

133

134

MTU : Baik suster, lalu apakah suster pernah mengalami fase

pasang surut dalam proses menuju kehidupan

membiara?

135

136

137

P : Ya ada sih, waktu itu ada ada dari temen saya, temen

deket saya, saya kan punya kenalan itu…kami

dari…kenalan itu dari SMP kelas 2 sampe tamat pun

masih aaa… gitu… awalnya tidak tidak mendukung

tow tapi kemudian dia mendukung.

138

139

140

141

142

MTU : Apakah ketidaksetujuan mereka membuat suster

mundur dari niatan hidup membiara? 143

144

P : Oh.. itu.. saya itu nekat, keinginan ya.. bagaimanapun

ya akan gitu… Nah kalau setelah di dalam itu (dalam

komunitas) itu banyak pasang surutnya.

145

146

147

MTU : Itu baru saja mau saya tanyakan suster hehe.., baik apa

yang mungkin menjadi tantangan bagi suster saat di

komunitas?

148

149

150

P : Hal yang berat buat saya itu..apa..dalam komunitas

antara bersama… pokoknya antar sesama gitu, itu

yang membuat…membuat… aa…waktu itu hampir

mau hampir mau..hampir mau keluar.. waktu itu juga

pernah apa..aa..tinggalkan tinggalkan komunitas pergi

ke tempat lain, setelah itu memang waktu itu saya

sudah..saya sudah tidak kuat lagi di dalam komunitas

151

152

153

154

155

156

157

Page 27: Proses Pengambilan Keputusan Hidup Membiara: Studi Kasus ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6750/8/T1_802007079... · MUDIKA, kan masuk MUDIKA muda mudi katolik itu kegiatannya

239

itu saya mau pergi saja, pergi saja sudah pokoknya

sudah tidak kuat lagi kayaknya mau pergi saja, waktu

saya pergi pun gak memberitahu siapa-siapa, tapi saya

pergi bukan ke rumah orang tua tapi di rumah

komunitas di tempat lain masih rumah punya

komunitas tapi di tempat lain gitu, setelah itu.. setelah

saya pergi diam-diam, malemnya itu saya memutuskan

apakah saya harus tinggalkan tinggalkan panggilan

atau… malam itu sepanjang malam saya tidak bisa

tidur saya doa, saya doa rosario dan saya duduk

sepanjang malam itu paginya saya… kan waktu itu di

rumah itu cuma ada satu orang tow aa.. satu orang

saja, saya masih tidur tow, paginya, waktu itu kan

belum bawa hp, jadi saya telpon ke wartel, pagi-pagi

saya telpon dari wartel saya telpon keluarga ini

mamaknya kakak ipar saya kakak yang nomor tiga ini,

mamak itu kan aktif aktif kegiatan-kegiatan di gereja

kan aktif, terus saya telpon, saya bilang “saya di sini

ini saya tidak kuat lagi saya mau..saya mau keluar saja

mengundurkan diri saja”, mamak saya bilang

“kenapa?, kamu tidak boleh begitu, kamu ada masalah

ya ? kalau kamu ada masalah kamu ketemu sama

pimpinan saja tow, sama pimpinan omong minta

pindah ke tempat lain kalau kamu gak cocok kamu

pindah ke tempat lain saja, ya nanti kami doakan kamu

tidak boleh pikir untuk keluar kalau kamu sudah

memilih itu ya teruskan. Pokoknya kamu kembali

kamu ketemu dengan pimpinan nanti ceritakan apa

masalah kamu, pimpinan yang putuskan mau

pindahkan atau bagaimana”. Sudah saya pulang

kembali ke rumah itu bagaimana ya saya ini,

bagaimana mamak ini… saya belum memberitahu

keluarga saya, saya mau kembali itu rasanya berat

kembali ke komunitas itu, memang malamnya itu

pimpinan menelpon, tanya ke teman itu, ditanya saya

ada di rumah itu tidak, oh ada di sini tapi dia tidur, tadi

dia datang itu kepala pusing padahal saya duduk di

samping, terus ini setelah dari wartel, temen saya dari

gereja belum pulang, sambil tunggu teman saya saya

pikir ulang bagaimana ya saya ini apa kembali ke sana,

saya pikir-pikir, akhirnya ya sudah apapun yang terjadi

158

159

160

161

162

163

164

165

166

167

168

169

170

171

172

173

174

175

176

177

178

179

180

181

182

183

184

185

186

187

188

189

190

191

192

193

194

195

196

197

198

Page 28: Proses Pengambilan Keputusan Hidup Membiara: Studi Kasus ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6750/8/T1_802007079... · MUDIKA, kan masuk MUDIKA muda mudi katolik itu kegiatannya

240

saya kembali ke sana, pokoknya saya hadapi saja,

sekitar jam sepuluh saya kembali lagi ke komunitas

itu, terus saya ke sana itu, orang yang pokoknya yang

tidak suka dengan saya itu di asrama itu kan gak

ketemu, saya langsung ke pimpinan. Mereka pagi itu

sudah gossip bilang saya sudah minggat, terus saya

bicara sama pimpinan terus “Em” itu saya baru datang

“Em, apa sih kamu itu kok katanya kamu minggat, Em

ngopo sih kamu?”, terus saya disuruh duduk “ngopo

tow kamu itu? cerita”, baru saya ceritakan semua,

setelah cerita semua, “sekarang kamu pilih mau pindah

ke asrama mana?”, saya bilang saya gak mau pilih ibu,

pokoknnya ibu suruh saya di mana saja saya ikut,

akhirnya ibu tunjukan satu tempat, saya kesitu terus..

dua dua bulan saja saya di rumah itu di asrama yang

baru terus saya pindah lagi ke tempat yang sama, tapi

orang itu sudah pindah ke tempat lain, saya pindah lagi

ke asrama lama sampai dua tahun dari tahun 2000

sampai tahun 2002, saya ngurus di sekolah terus saya

ngurus di kapel. Saya dua tahun di situ saya

dipindahkan ke Flores, di Flores itu sepuluh tahun.

199

200

201

202

203

204

205

206

207

208

209

210

211

212

213

214

215

216

217

218

219

MTU : Apa yang suster lakukan untuk tetap setia pada pilihan

suster? 220

221

P : Ya, satu-satunya itu berdoa… berdoa ya berdoa

supaya kita itu kuat, sambil berdoa,juga dukungan dari

teman-teman yang lain kalau enggak bisa-bisa itu

kan…..keluar.

222

223

224

225

MTU : O iya suster, saat pilihan suster untuk hidup membiara

tidak mendapatkan sepenuhnya dukungan dari

keluarga (kakak dan adik), bagaimana sih perasaan

suster saat itu?

226

227

228

229

P : Iya, waktu itu ada yang tidak mendukung tapi saya

punya prinsip, punya prinsip saya sudah memilih ini

biar apapun resikonya saya akan hadapi begitu

230

231

232

MTU : Suster saat pertama kali melihat seorang suster, suster

melihat mereka itu sopan, anggun, dan rajin berdoa,

mengapa hal-hal itu menjadi hal yang penting buat

suster?

233

234

235

236

P : Hehehehehe…..gimana ya hehehe….. pokoknya waktu

itu saya melihat mereka itu sopan, anggun, rajin

berdoa….. pokoknya…. Waktu itu juga waktu saya

237

238

239

Page 29: Proses Pengambilan Keputusan Hidup Membiara: Studi Kasus ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6750/8/T1_802007079... · MUDIKA, kan masuk MUDIKA muda mudi katolik itu kegiatannya

241

kelas enam ini, apa guru bahasa Indonesia minta ini

lho aaa….. mengarang….. mengarang tentang cita-cita

terus saya itu pilihan saya itu saya ingin mau jadi

suster dan perawat nah dari dua pilihan itu, memang

dari kecilnya sudah pingin begitu.

240

241

242

243

244

MTU : Baik suster, saat suster di biara PRR, dan suster keluar

dan memilih untuk berkuliah di Malang, apakah

keinginan itu juga hilang?

245

246

247

P : Waktu saya keluar dari biara itu, saya masih punya

niat..punya niat.. tapi kan waktu itu kakak dan paman

memberi alternatif buat saya saya pilih kuliah dan

waktu itu tidak ada pikiran lagi untuk kembali ke biara

PRR dan tidak ada…niat lagi untuk membiara. Waktu

itu kan kakak tanya mau kursus, mau kuliah, atau mau

kembali lagi, saya pilih kuliah. Nah waktu itu pas kaka

kantar saya itu di kapal tiba di Kupang ketemu suster

AM (komunitas AM), belum… saya belum tau itu AM

atau biara apa ha ah…suster dua orang itu orang Timor

semua ha terus waktu itu mereka kenalan terus mereka

sebut, kami ini biara AM, terus kan kok AM itu di

mana, o itu di ini Malang, o ini kakak saya bilang,

adek ini juga mau masuk IPI Malang, terus suster

bilang o pak, IPI itu dikelola oleh AM. Akhirnya kami

sama-sama dengan suster itu, terus suster tanya ini

adek sama bapak mau turun dimana, kami jawab kami

itu mau masuk IPI itu bagaimana?, kita ke biara dulu,

sampe Surabaya kita turun sama-sama naik travel,

terus kita ke biara AM di Malang itu, kami turun

langsung pimpinannya datang salaman trus suster yang

itu bilang ini mau masuk IPI, terus kami diantar, saya

itu terlambat training 2 hari saya terlambat, setelah

kakak antar saya langsung ke Bandung.

248

249

250

251

252

253

254

255

256

257

258

259

260

261

262

263

264

265

266

267

268

269

270

271

272

MTU : Hmm.. oke suster juga bilang bahwa saat pertama

suster masuk biara PRR kemudian keluar dan memilih

kuliah dan kemudian memilih masuk pada komunitas

AM, apa yang membuat suster lebih bertahan di AM

daripada di PRR?

273

274

275

276

277

P : Saya itu kuatnya karna anak-anak he em, kalo anak-

anak itu kalau mau tinggalkan mereka itu gak tega,

kita ini sudah normal kok kita ini melihat penderitaan

278

279

280

Page 30: Proses Pengambilan Keputusan Hidup Membiara: Studi Kasus ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6750/8/T1_802007079... · MUDIKA, kan masuk MUDIKA muda mudi katolik itu kegiatannya

242

sedikit pun kita masih enak mereka itu penderitaannya

luar biasa, anak-anak itu, kalau saya mau tinggalkan

itu saya masih pikir tapi kadang juga saat emosi saat

kita emosi kan kita sembarang mengambil keputusan,

tapi kita kembali merenungkan kembali berdoa saat

doa itu apa maksudnya keinginan kita untuk pergi itu

hilang dengan berdoa gitu. Apalagi dengan anak yang

kita rawat dari bayi itu rasanya kalau kita mau

tinggalkan…mereka itu sudah kita anggap anak kita

sendiri, kalau mau meninggalkan mereka itu berat,

saya senangnya di AM itu dengan anak-anak itu

memberikan penghiburan, saat hati geram rasa

apa..kita pulang dari mana-mana lalu lihat mereka itu

kita rasa semua itu hilang.

281

282

283

284

285

286

287

288

289

290

291

292

293

294

MTU : Suster seberapa besar dukungan dari bapak dan paman

yang mendukung dari awal? 295

296

P : Bapak itu wah gak tau ya, saya juga, mereka itu kok

mendukung ya, gimana ya mereka itu kuat doa,

mereka itu bener-bener selalu mendukung, bapak itu

selalu mendukung, a… baru-baru ini kan saya

menceritakan ke mereka kalau ada temen-temen saya

yang tinggalkan, teman saya, teman saya satu

kampung tow, he eh dia sudah di komunitas dia

tinggalkan komunitas, nah saya cerita sama keluarga

saya, kakak ini yang awalnya tidak mendukung ini

saya sempat cerita itu, kakak bilang “kenapa mereka

seperti ini?”, saya bilang “ya tidak tau lah katanya

alasannya itu capek”, “lho semua orang di dunia ini

harus capek, orang mau makan itu harus bekerja dulu

baru dapet sesuatu, masak hanya itu, alasan itu tidak

masuk akal, pokoknya kalau kamu merasa seperti itu

kamu harus terus”, jadi saya itu tidak bisa kata-kata

lagi, mau bicara gak bisa lagi hahahahaha…..

297

298

299

300

301

302

303

304

305

306

307

308

309

310

311

312

313

MTU : Oke suster, berarti keluarga sepenuhnya mendukung

ya, nah bagaimana dukungan tersebut nyata dalam diri

suster?

314

315

316

P : Apa ya, mereka itu mendukung doanya itu kuat,

mereka berpesan kalau ada masalah kamu harus

hadapi, jadi saya saat ada masalah saya ingat pesan

mereka.

317

318

319

320

Page 31: Proses Pengambilan Keputusan Hidup Membiara: Studi Kasus ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6750/8/T1_802007079... · MUDIKA, kan masuk MUDIKA muda mudi katolik itu kegiatannya

243

Partisipan 2 Wawancara 2

(P2W2)

Waktu : Minggu, 10 Maret 2013; pukul 10.34-11.28 WIB

Lokasi : Panti Asuhan, Salatiga

MTU : Selamat pagi suster. 1

P : Pagi mba… 2

MTU : Suster kalau boleh saya tahu suster itu asalnya dari

daerah mana ya? 3

4

P : Saya dari NTT di Atambua, saya di pulau Timornya. 5

MTU : Oh iya suster. Baik, suster pada wawancara yang

pertama suster mengatakan saat suster mengambil

keputusan hidup membiara, ayah setuju sedangkan ibu

tidak setuju, nah kalau boleh tau yang dimaksud ibu di

sini, ibu kandung suster atau ibu yang mengasuh suster

(mamak kecil)? Karena suster sebelumnya juga cerita

bahwa ibu kandung meninggal sebelum suster

mengambil keputusan hidup membiara.

6

7

8

9

10

11

12

13

P : Ooo itu, maksudnya itu mamak kecil saya, mamak

kandung saya kan meninggal dan belum tahu saya

punya keinginan untuk hidup membiara, jadi mamak

kecil saya waktu itu kan memang ada dia gak setuju

saya memilih menjadi seperti ini.

14

15

16

17

18

MTU : Ohh jadi yang gak setuju itu mamak kecil ya, lalu suster

kalau boleh tau suster anak ke berapa dari berapa

bersaudara?

19

20

21

P : Saya anak ke enam dari tujuh bersaudara, tapi anak ke

lima yang pas di atas saya itu sudah meninggal sejak

masih kecil.

22

23

24

MTU : Apakah suster satu-satunya anak perempuan? 25

P : Enggak, dari ketujuh itu perempuannya empat dan laki-

lakinya tiga. 26

27

MTU : Suster kalau boleh tau sejak kapan suster diasuh oleh

mamak kecil? 28

29

P : Saya, diasuh, waktu itu sejak kecil, sejak usia….. aduh

usia berapa saya gak tau pokoknya sejak masih bayi

saya diasuh sama mamak kecil.

30

31

32

MTU : Bisa suster ceritakan alasan suster diasuh oleh mamak

kecil? 33

34

Page 32: Proses Pengambilan Keputusan Hidup Membiara: Studi Kasus ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6750/8/T1_802007079... · MUDIKA, kan masuk MUDIKA muda mudi katolik itu kegiatannya

244

P : Ohh… begini kan mamak kecil saya itu belum punya

anak, sudah menikah tapi belum punya anak, jadi saya

itu diasuh sama mamak kecil, istilahnya itu lho mba

buat pancingan supaya mamak kecil bisa punya anak.

35

36

37

38

MTU : Oo, lalu sampai usia berapa suster diasuh oleh mamak

kecil? 39

40

P : Waktu itu sampai saya kelas enam, karena saya sudah

dengar-dengar begitu kalau mamak saya itu bukan

mamak kandung saya tapi itu tante saya, terus kan

sekolah saya kan waktu itu jauh dari rumah mamak

kecil dan lebih dekat dengan rumah orang tua kandung

saya, jadi saya sering pulang ke rumah.

41

42

43

44

45

46

MTU : Ooo, baik suster kalau begitu bagaimana sih relasi

suster dengan mamak kecil itu? 47

48

P : Mamak itu dia itu eh apa itu… omongnya

banyak…cerewet gitu hehehe, jadi misalnya kalau udah

ngomong itu banyak dan bapak kalau dengar biasanya

ngomong, itu seperti radio begitu haha…

49

50

51

52

MTU : Lalu apakah suster dengan mamak kandung dan mamak

kecil suster merasa lebih dekat dengan yang mana? 53

54

P : Em…….ya karena sudah diasuh sejak kecil ya, jadi ya

sama mamak kecil saya lebih dekat. Saya itu sudah

dianggap anak pertamanya.

55

56

57

MTU : Kalau dengan mamak kandung bagaimana? 58

P : Mamak kandung saya itu ya gimana ya, ya biasa-biasa

aja gitu…heem, waktu meninggal juga ya…sedih sih

tapi ya gimana ya, ya gitu…

59

60

61

MTU : Suster lalu bagaimana relasi suster dengan bapak

kandung suster? 62

63

P : Bapak, hubungannya ya baik ya, ya biasa, ya bapak itu

rajin doanya. 64

65

MTU : Hmm, baik suster suster sebelumnya bercerita pada

awalnya mamak kecil gak setuju ya saat awal-awal

suster tertarik mengambil keputusan menjadi suster di

biara PRR, nah tapi lama-lama kemudian setuju.

Bagaimana sih prosesnya sampai mamak kecil itu

setuju?

66

67

68

69

70

71

P : Bagaimana ya, ya memang awalnya tidak setuju tapi

lama-lama mereka setuju, setelah melihat saya masuk

dalam pelatihan ya akhirnya setuju juga.

72

73

74

MTU : Kalau boleh tau kalau mamak kecil itu alasan gak 75

Page 33: Proses Pengambilan Keputusan Hidup Membiara: Studi Kasus ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6750/8/T1_802007079... · MUDIKA, kan masuk MUDIKA muda mudi katolik itu kegiatannya

245

setujunya itu karena apa? 76

P : Yah, mungkin mamak (mamak kecil) itu pikir kan saya

anak paling pertama, jadi nanti siapa yang mungkin

menjaga dan mengurus adik-adik begitu.

77

78

79

MTU : Usaha apa yang suster lakukan saat itu agar keluarga

(mamak besar dan kakak-kakak) setuju? 80

81

P : Apa ya, ya saya itu nekat aja, saya ikut pembinaan, saya

waktu itu lulus tesnya dan saya diterima, terus saya

bilang sama mereka, ya saya akhirnya diijinkan, waktu

itu sebelum saya pergi kan biasanya ada acara kumpul-

kumpul gitu ya untuk perpisahan, ya saya gak tau ya

dalam hati mereka, tapi saat itu mereka gak

mengucapkan mereka gak setuju.

82

83

84

85

86

87

88

MTU : Bisa diceritakan saat itu apa sih yang suster lakukan

untuk meyakinkan keluarga? 89

90

P : Apa ya, ya setelah mereka melihat saya ikut pembinaan

ya mereka juga setuju. 91

92

MTU : Ada gak waktu itu yang membantu suster agar keluarga

setuju? 93

94

P : Ya ada, om saya itu, itu guru agama, om saya itu yang

bilang sama kakak-kakak saya, bapak saya, kasih

pengertian sama keluarga. Akhirnya keluarga juga

setuju.

95

96

97

98

MTU : Saat itu suster waktu awal mengambil keputusan suster

mantap gak? 99

100

P : iya saat itu pokoknya saya mau jadi suster, ya mantap. 101

MTU : Berarti tidak ada keraguan saat mengambil keputusan

itu? 102

103

P : Hmmm.. waktu itu sempat ada ya…ada ragu juga ya…

Ada teman saya…teman ya… kami sudah dari SMP itu

dekat, ya saya sempat kirim surat sama dia bilang kalau

saya memutuskan memilih menjadi suster, waktu itu dia

juga kaget gitu ya, dia bilang kenapa saya itu gak bilang

punya keinginan seperti itu, kenapa saya itu memberi

harapan sama dia, kan saya dengan orang tuanya kan

sudah kenal juga. Tapi setelah masuk saya jadi novis

begitu, sempat dia kirim surat bilang kalau dia

mendukung saya, dia mendukung pilihan saya, dia

bilang kalau memang sudah keputusan kamu itu ya

jalani jangan menengok ke belakang begitu. Waktu itu

saya ingat kalau pas dia itu sedang skripsi ya, waktu itu

104

105

106

107

108

109

110

111

112

113

114

115

116

Page 34: Proses Pengambilan Keputusan Hidup Membiara: Studi Kasus ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6750/8/T1_802007079... · MUDIKA, kan masuk MUDIKA muda mudi katolik itu kegiatannya

246

pas saya kasih tau mau jadi suster, ya begitu heee… 117

MTU : Suster juga sebelumnya pernah menceritakan saat di

komunitas ada tantangan yang besar yang membuat

suster ingin meninggalkan hidup membiara, bisa suster

ceritakan bagaimana perasaan suster saat itu?

118

119

120

121

P : Waktu itu ya, saat saya ada tantangan itu, saya satu

malam itu saya gak bisa tidur, saya pikir bagaimana ya

kalau saya keluar, kalau saya keluar apa yang akan saya

lakukan di luar, saya juga ingat dengan saat-saat saya

memutuskan pilihan ini, saya ingat juga suka dukanya

menjalani ini, saya tidak bisa tidur. Saya besok pagi

saya telpon keluarga, itu mamak besarnya kakak ipar

saya, dia kan aktifis begitu ya di gereja, saya telpon

bagaimana ini, dia bilang saya tidak boleh keluar, kalau

ada masalah bilang sama pimpinan biar pimpinan yang

bantu cari jalan keluar, apa mau dipindah atau

bagaimana, begitu, saya akhirnya tidak jadi keluar itu.

122

123

124

125

126

127

128

129

130

131

132

133

MTU : Lalu saat itu perasaan apa sih yang muncul suster? 134

P : Ya sedih juga, ya saya pikir kalau saya tinggalkan

bagaimana apa yang saya lakukan di luar. 135

136

MTU : Berarti saat itu yang membantu meyakinkan suster

adalah mamak besar dari kakak ipar ya suster? 137

138

P : Iya. 139

MTU : Suster saat di AM ini, suster merawat anak-anak itu

apakah sudah terbiasa pengalaman mengurus anak-

anak?

140

141

142

P : Iya kan saya itu juga sudah terbiasa mengurus adik-adik

saya, mamak kecil saya kan buka usaha jadi sibuk, jadi

sering pergi, saya yang di rumah jagain dan ngurus

adik-adik.

143

144

145

146

MTU : Lalu suster bagaimana hubungan suster dengan keluarga

dengan kakak-kakak? 147

148

P : Baik ya. 149

MTU : Kalau suster pulang itu, apakah bertemu dengan

keluarga? 150

151

P : Iya bertemu, kalau saya pulang mereka pada datang dan

kumpul, kalau mereka gak datang saya yang

mengunjungi mereka.

152

153

154

MTU : O iya suster waktu pertama keluarga tau suster masuk

dalam pembinaan di biara PRR itu keluarga gak setuju

ya seperti yang baru suster ceritakan, nah bagaimana

155

156

157

Page 35: Proses Pengambilan Keputusan Hidup Membiara: Studi Kasus ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6750/8/T1_802007079... · MUDIKA, kan masuk MUDIKA muda mudi katolik itu kegiatannya

247

Partisipan 2 Wawancara 3

(P2W3)

Waktu : Kamis, 4 April 2013; pukul 10.10-10.28 WIB

Lokasi : Panti Asuhan, Salatiga.

saat di AM, mereka setuju gak? 158

P : Waktu itu, kalau waktu saya di AM ini saya gak ada

cerita sama mereka, jadi kan mereka taunya saya kuliah

di IPI (Institut Pastoral Indonesia) padahal saya masuk

jadi suster, waktu itu waktu saya jadi novis saya

ditugaskan ke Atambua, terus mereka melihat saya,

mereka juga kaget melihat saya sudah pakai kerudung,

ya mereka kaget.

159

160

161

162

163

164

165

MTU : Suster berarti selama itu gak cerita sama keluarga? 166

P : Enggak, saya ada telpon mereka tapi saya gak bilang

saya ikut di AM. 167

168

MTU : Apa sih reaksi mereka saat itu? 169

P : Ya mereka juga kaget, kok kamu sudah seperti ini, he… 170

MTU : Saat itu apakah suster sempat pulang, saat ditugaskan di

Atambua? 171

172

P : Iya saya itu pulang, saya di rumah selama dua minggu. 173

MTU : Waktu itu mereka bertanya pada suster, bisa

diceritakan? 174

175

P : Ya mereka tanya kok sudah seperti ini, kok gak bilang

gitu, ya mereka kaget. 176

177

MTU : Mereka setuju gak dengan keputusan suster? 178

P : Mereka gak bilang apa-apa sih mereka kaget, waktu itu

saya juga bawa anak yang cacat juga tinggal di rumah,

ya mereka melihat anak itu, saya juga menceritakan kita

ini karyanya merawat anak-anak miskin, cacat seperti

itu, ya mereka setuju.

179

180

181

182

183

MTU : Selamat pagi suster… 1

P : Selamat pagi mba Maria… 2

MTU : Suster, sebelumnya suster pernah cerita, saat suster

nekat ikut pembinaan, lulus, baru terbuka sama

keluarga, baru bilang, nah kenapa suster saat itu bisa

nekat?

3

4

5

6

P : Iya ha ah, ya… karena itu kan keinginan mau jadi suster 7

Page 36: Proses Pengambilan Keputusan Hidup Membiara: Studi Kasus ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6750/8/T1_802007079... · MUDIKA, kan masuk MUDIKA muda mudi katolik itu kegiatannya

248

itu kan dari…dari SD, dari SD kelas tiga tow, tapi karna

setelah tamat SD terus hilang ya..apa gak ada lagi

pikiran untuk itu, setelah SMA kelas dua baru

saya…apa..ingin, keinginan itu mulai muncul lagi

akhirnya saya ini apa, tanya teman yang tinggal dengan

suster itu untuk pembinaan, akhirnya saya ikut

pembinaan gitu.

8

9

10

11

12

13

14

MTU : Apa sih yang mungkin membuat suster nekat, saat itu

perasaan suster bagaimana? 15

16

P : Pokoknya perasaan itu pingin jadi, pingin jadi suster,

ingin sekali gitu jadi suster. 17

18

MTU : Walaupun mungkin ada tantangan (keluarga tidak

setuju) tetap ingin? 19

20

P : Ingin ha ah begitu. 21

MTU : Kenapa saat itu mesti nekat? 22

P : Ya memang saya pingin sekali ya untuk ini, mau masuk

suster gitu, saya kan sebelumnya belum beritahu diam-

diam saja ikut ini pembinaan, kemudian ikut tes, setelah

lulus tes baru saya beritahu kalau saya sudah lulus

begitu, nanti tanggal ini saya berangkat, berangkat ke

Flores begitu.

23

24

25

26

27

28

MTU : Berarti, keinginannya sangat besar ya suster. Berarti

suster tidak beritahu karna tidak diijinkan, makannya

diam-diam begitu suster?

29

30

31

P : Iya, sebelumnya saya beritahukan kakak waktu kelas

dua, saya sampaikan keinginan saya sama kakak, terus

kata dia “buat apa kamu kan jurusan IPA, buat apa

kamu masuk suster?”, gitu kan, nah diam-diam saya

ikut pembinaan itu hehehe..

32

33

34

35

36

MTU : Apa sih alasannya waktu itu suster tidak memberitahu

keluarga misalnya yang dekat dengan suster seperti

mamak kecil?

37

38

39

P : Iya, alasannya itu ya saya takut kan untuk mereka gak

setuju kalo beritahu dulu kan, jadi saya apa diam-diam

ikut begitu, setelah saya lulus baru beritahu, itu kan

pasti mau tidak mau mereka itu kan sudah (sambil

tertawa) itu kan, terlanjurlah.

40

41

42

43

44

MTU : Apa yang membuat suster itu berani untuk melakukan

hal yang nekat itu? 45

46

P : Ya pokoknya itu, saya pinginlah jadi suster seperti itu,

keinginan saya kerinduan saya, itu kan kerinduan itu 47

48

Page 37: Proses Pengambilan Keputusan Hidup Membiara: Studi Kasus ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6750/8/T1_802007079... · MUDIKA, kan masuk MUDIKA muda mudi katolik itu kegiatannya

249

dari kecil ya, dari SD tapi ya karna situasi hilang

muncul begitu tow. 49

50

MTU : Berarti sejak keinginan itu kembali muncul suster itu

selalu terpikir sampai bertanya pada teman itu? 51

52

P : Iya ha ah, pokoknya saya senang mau ikut pembinaan

mau jadi suster itu gitu senang. 53

54

MTU : Berarti selama suster tidak memberitahu pada keluarga

waktu ikut pembinaan itu berarti selama satu tahu itu

suster?

55

56

57

P : Iya, setiap minggu, tapi itu pergi saya juga tidak

beritahu, saya pergi diam-diam mau iji ya saya mau ke

tempat teman begitu, tiap hari minggu.

58

59

60

MTU : Nah berarti satu tahun itu suster menyimpan rahasia

besar, bagaimana sih saat itu perasaan suster? 61

62

P : Ya pokoknya saya biasa saja hanya diam-diam gitu. 63

MTU : Ada gak perasaan takut ketahuan? 64

P : Pernah juga sih. 65

MTU : Berarti saat itu suster merasa senang ikut pembinaan

tapi juga ada rasa takut ketahuan, begitu suster? 66

67

P : Iya, saya itu senang ikut pembinaan kan ketemu suster,

tapi ada rasa khawatir juga sih. 68

69

MTU : Apa yang menjadi pertimbangan suster untuk berbuat

nekat? 70

71

P : Saya takut nanti gak boleh tow orang tua gak mau lebih

baik saya diam-diam saja, baru saya nanti tow beritahu

kalau sudah lulus.

72

73

74

MTU : Saat suster mengalami masalah dalam komunitas, suster

bercerita kalau saat itu suster menghubungi ibu dari

kakak ipar, nah kenapa saat itu ibu dari kakak ipar yang

dihubungi/ditelpon?

75

76

77

78

P : Ya itu karna, waktu itu yang bisa saya hubungi itu, saya

hanya tau nomor itu, dulu kan kita belum ada hp jadi ini

apa pake nomor telpon rumah, nah yang bisa dihubungi

itu mamak itu gitu, kan yang lain itu gak ada, kakak

saya kan waktu itu di Timor Leste, jadi gak bisa

dihubungi begitu.

79

80

81

82

83

84

MTU : Ada faktor lain, mungkin karna suster dekat dengan

beliau? 85

86

P : Enggak, gak dekat juga sih, itu mamak besar kakak ipar

saya bukan mamak kandung, sering ke rumah tow,

waktu saya di Atambua sering datang ke rumah dan

87

88

89

Page 38: Proses Pengambilan Keputusan Hidup Membiara: Studi Kasus ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6750/8/T1_802007079... · MUDIKA, kan masuk MUDIKA muda mudi katolik itu kegiatannya

250

mamak itu juga orangnya aktif, aktif di gereja tow, aktif

gitu he eh. Waktu itu saya telpon itu saya kan…pasti

mamak ini bisa bantu, saya kan mau…mau keluar,

pokoknya mau mengundurkan diri, tapi mamak itu

nasihat kamu tidak boleh tinggalkan panggilan, lebih

baik sekarang kamu ketemu dengan pimpinan kamu,

nanti pimpinan kamu pindahkan kemana ya terserah,

mungkin mau ke komunitas lain gitu.

90

91

92

93

94

95

96

97

MTU : Berarti saat itu, mamak kecil pun saat itu tidak tahu

karena tidak bisa dihubungi ya? 98

99

P : Ya ya, gak bisa dihubungi, karna kan di kampung, yang

bisa dihubungi ya mamak itu (mamak dari kakak ipar)

he eh.

100

101

102

MTU : Saat masalah itu terjadi, siapa saja yang mempengaruhi

suster supaya suster itu lanjut terus selain dari mamak

dari kakak ipar?

103

104

105

P : Oh itu, itu dari temen-temen saya, teman-teman banyak

yang mendukung saya supaya saya tetap ha ah, terus

yang mamak, teman-teman, terus ini pimpinan ha ah

pimpinan itu yang member apa arahan, pembinaan biar

saya tetap.

106

107

108

109

110

MTU : Sebelumnya suster pernah bercerita saat suster kuliah di

Malang dan kemudian suster memutuskan untuk masuk

pembinaan menjadi suster di AM itu, suster kan

kemudian mendapatkan tugas untuk pergi ke daerah

suster tinggal, dan saat keluarga lihat mereka kaget, nah

reaksi apa yang timbul selain daripada kaget?

111

112

113

114

115

116

P : Waktu itu kan saya tugas di Atambua tow padahal saya

kan baru dua tahun di Malang ha ah, terus diutus ke

Atambua, saya pulang ke rumah, mau kunjung saja,

kunjung ke orang tua tow, terus saya tiba di sana

mereka kaget kok…”kok kamu jadi suster ya?”, “iya

saya jadi suster”, “katanya kamu ini apa kuliah kok”,

“iya saya kuliah tow, sambil kuliah sambil masuk

suster”, ya awalnya kaget reaksinya kaget gitu ya sudah

(sambil tertawa).

117

118

119

120

121

122

123

124

125

MTU : Ada gak yang mungkin marah begitu? 126

P : Enggak, enggak, gak marah, ya ada yang meneteskan

air mata ya gitu keluarga. 127

128

MTU : Meneteskan air mata itu mereka bagaimana? 129

P : Hah, maksudnya mereka itu merasa terharu. 130

Page 39: Proses Pengambilan Keputusan Hidup Membiara: Studi Kasus ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6750/8/T1_802007079... · MUDIKA, kan masuk MUDIKA muda mudi katolik itu kegiatannya

251

MTU : Siapa itu suster yang menangis saat itu? 131

P : Yah itu ada kakak, adek, mamak kecil itu yang

menangis, mereka itu terharu. 132

133

MTU : Kalau dari bapak itu reaksinya bagaimana? 134

P : Begitu saja, mau bagaimana, ya senang..senang. 135

MTU : O iya suster, suster kelahiran tahun berapa? 136

P : Oh iya, oh sudah tua sih hehehe....., 27 Oktober 1972.

Sudah tua ya hehe… 137

138

MTU : Oh hehehe, sekitar kepala 4 ya suster. 139

P : Iya, sudah tua ya. 140

MTU : Waktu suster diasuh oleh mamak kecil itu, sejak dari

bayi ya? 141

142

P : Iya, sejak bayi, waktu itu usianya saya kurang tau, ya

kurang lebih sekitar usia satu tahun. 143

144

MTU : Lalu, kapan tepatnya, suster mengetahui kalau mamak

kecil itu bukan ibu kandung suster? 145

146

P : Oh itu dari SD, SD kelas enam, hah SD kelas enam

sudah tahu he eh. Jadi saya apa.. pulang sekolah sering

ke rumah orang tua saya itu.

147

148

149

MTU : Berarti sejak saat itu suster, tinggalnya dengan keluarga

yang mana? 150

151

P : Sejak kelas enam itu, tinggal dengan orang tua, orang

tua kandung. Karena saya juga sering ke rumah orang

tua saya itu, mereka biar saja lepas, tapi saya juga sering

pergi ke rumah mamak kecil.

152

153

154

155

MTU : Berarti adiknya suster, dari mamak kecil, itu ada

berapa? 156

157

P : Ada lima ha ah, lima anak, tapi yang satu sudah

meninggal SMP kelas dua, dia yang bungsu, yang

bungsu itu yang meninggal.

158

159

160

MTU : Suster kalau dengan bapak, suster lebih dekat dengan

bapak kandung, atau bapak asuh (suami mamak kecil)? 161

162

P : Setelah mamak saya meninggal itu, dekat dengan ya,

bapak saya, bapak dari mamak kecil juga dekat, ya

begitu-begitu saja, kan saya sudah jauh tow, kalau

pulang ya ketemu begitu.

163

164

165

166

MTU : kalau suster memandang bapak (suami dari mamak

kecil) itu bagaimana sih? 167

168

P : Orangnya itu baik, sayang sih, hanya dari sayangnya

saja, tapi lebih ke orang tua kandung saya. 169

170

MTU : Berarti SMP itu sudah tinggal sama orang tua kandung 171

Page 40: Proses Pengambilan Keputusan Hidup Membiara: Studi Kasus ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6750/8/T1_802007079... · MUDIKA, kan masuk MUDIKA muda mudi katolik itu kegiatannya

252

ya? 172

P : SMP itu saya sudah di luar tow, saya tinggal dengan

kakak dan om saya di Timor Leste. Jadi libur baru

pulang, liburan natal, liburan besar. SMP dan SMA di

Timor Leste.

173

174

175

176

MTU : Jadi pulang itu setelah selesai SMA? 177

P : Memang sih setiap tahun itu pulang sih, sebentar ya,

liburan besar dan natal ya pulang. 178

179

MTU : Waktu SMA itu kan suster mengikuti pembinaan yang

suster tidak bilang itu. Berarti itu di Timor Leste? 180

181

P : Iya. 182

MTU : Berarti, waktu suster cerita kalau tidak memberitahu

keluarga dan diam-diam mengikuti pelatihan itu, yang

dimaksud itu berbohong pada kakak dan keluarga om?

183

184

185

P : Iya, keluarga om, keluarga orang tua ka nada di

kampung, di Atambua gitu he eh. 186

187

MTU : Berarti, bapak di Atambua, gak tau sama sekali ya? 188

P : Iya, bapak gak tau. 189

MTU : Berarti suster itu, ingin masuk PRR yang ada di Timor

Leste? 190

191

P : Iya ha ah 192

MTU : Berarti setelah selesai, suster pulang ke rumah, bilang

sama orang tua kalau mau masuk kesusteran? 193

194

P : Iya. 195

MTU : Suster kan pernah cerita, kembali ke rumah dari biara

PRR, karena sakit, itu pulang ke rumah yang di Timor

Leste, atau yang di Atambua?

196

197

198

P : Pertama pulang ke Timor Leste dulu baru ke Atambua,

karena kebetulan kakak saya juga ada yang nikah. 199

200

MTU : Suster kalau boleh tahu, saat di PRR, suster sakitnya itu

apakah sering, sehingga biara pun mengijinkan suster

untuk pulang ke rumah?

201

202

203

P : Sering sakit 204

MTU : Boleh tahu suster sakit apa saat itu? 205

P : Sakitnya itu aneh lho, periksa di dokter gak ada

penyakit, sering ke dokter periksa tapi normal aja

rasanya, tapi yang saya rasa sakit gak tahu ya. Hanya

saya lambung sama malaria itu, memang saya dari kecil.

206

207

208

209

MTU : Selama di biara itu, suster sakit berapa kali kira-kira? 210

P : Di biara itu saya berapa kali waktu itu. Itu kan hanya

saya di sana Sembilan bulan, itu terus saya ke rumah 211

212

Page 41: Proses Pengambilan Keputusan Hidup Membiara: Studi Kasus ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6750/8/T1_802007079... · MUDIKA, kan masuk MUDIKA muda mudi katolik itu kegiatannya

253

sakit itu berapa kali ya, sekitar tiga atau berapa kali gitu

selama Sembilan bulan. 213

214

MTU : Suster masuk PRR itu tahun berapa? 215

P : Tahun 1995, berangkatnya itu kan bulan Juli, pulangnya

itu bulan Maret 1996. Saya berobat di Ende, sekitar satu

minggu, setelah itu ke Timor Leste. Pulang ke Atambua

sekitar tiga bulan.

216

217

218

219

MTU : Berangkat ke Jawa Timur tahun berapa suster? 220

P : Dari Timor Leste, tanggal 29 Juni 1996, tiba di Malang

1 Juli. Kan dengan kapal laut tow, jadi tiga malam di

perjalanan. Di Malang kan untuk kuliah di IPI, terus

selang ikut training, sekitar kurang lebih tiga minggu

untuk masuk IPI.

221

222

223

224

225

MTU : Saat masuk biara AM ini kapan ya suster tepatnya? 226

P : Pertama itu kan perkenalan aspiran, perkenalan itu tiga

bulan, saya waktu itu perkenalannya bulan Agustus

sampai Desember, setelah itu tanggal 30 Desember itu

kita diterima, diterima sebagai aspiran satu tahun,

postulant satu tahun, terus novis itu tiga tahun, terus

kaul pertamanya sembilan tahun, terus 27 September

tahun 2010 baru kaul kekal.

227

228

229

230

231

232

233

MTU : Nah keluarga itu tahu saat suster ditugaskan ke

Atambua, berarti masih novis? 234

235

P : Waktu ke Atambua itu saya masih novis. 236

MTU : Kuliahnya dilanjutkan atau tidak? 237

P : Dilanjutkan, setelah saya masuk biara AM itu kuliahnya

dilanjutkan, sembil kuliah begitu. 238

239

MTU : Berarti kuliah selesai ya, saat itu kuliah suster S1? 240

P : Enggak, saya yang D3. 241

MTU : Saat ke Atambua, saat orang tua tahu itu tahun berapa

suster? 242

243

P : Eee….., pertama saya ke Atambua itu ya waktu saya

novis itu ya, saya di sana itu satu tahun, tugas di

Atambua, sekalian melayani pengungsi. Januari 1999

saya ke Atambua, kembali lagi ke Malang Desember

1999.

244

245

246

247

248

MTU : Saat orang tua ketemu sama suster, kuliah sudah selesai

ya? 249

250

P : Sudah selesai. 251

MTU : Keluarga ada yang menjenguk gak? 252

P : Ada, keluarga ada yang menjenguk, ada mamak kecil, 253

Page 42: Proses Pengambilan Keputusan Hidup Membiara: Studi Kasus ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6750/8/T1_802007079... · MUDIKA, kan masuk MUDIKA muda mudi katolik itu kegiatannya

254

ada om-om, ada kakak. 254

MTU : Waktu di Atambua, suster pulang ke rumah berapa kali? 255

P : Pulangnya dua kali lah, pertama kali datang terus mau

pas mau pulang itu. 256

257

Page 43: Proses Pengambilan Keputusan Hidup Membiara: Studi Kasus ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6750/8/T1_802007079... · MUDIKA, kan masuk MUDIKA muda mudi katolik itu kegiatannya

255

Partisipan 3 Wawancara 1

(P3W1)

Waktu : Sabtu, 12 Januari 2013; pukul 13.25-14.02 WIB

Lokasi : Vihara Ampel

MTU : Selamat siang samaneri… 1

P : Selamat siang. 2

MTU : Terima kasih sudah bersedia melakukan wawancara

hari ini. 3

4

P : Iya. 5

MTU : Baik, jadi begini samaneri, saya ini tertarik dengan

kehidupan membiara yang dijalani oleh beberapa orang

yang banyak orang tidak mengambil keputusan seperti

ini, seperti yang samaneri jalani. Kalau boleh saya tahu

sejak kapan samaneri memiliki keinginan untuk hidup

membiara?

6

7

8

9

10

11

P : Keinginan ini timbul waktu saya SMA kelas 2, nah

mama masih hidup waktu itu, kan saya anak cewek

satu-satunya adik saya dua cowok, nah saya ijin sama

mama tapi gak dikasih ya udah saya urungkan niatnya,

nah udah gitu mama meninggal akhir saya SMA kelas

2 mau naik kelas 3 mama meninggal, kemudian waktu

2004 orang tua saya kena tsunami, nah kena tsunami

sama adik saya jadi tinggal saya sendiri, jadi saya

berpikir ulang kenapa tidak saya ambil membiara gitu

kan, e sedangkan kedua orang tua saya sudah tidak ada

gitu kan, akhirnya saya memutuskan keluar dari

pekerjaan saya, saya hidup membiara.

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

MTU : Hmmm… iya… jadi sebelum hidup membiara

samaneri pernah bekerja? 24

25

P : Iya. 26

MTU : Kalau boleh tau dibidang apa? 27

P : Selama berapa tahun ya (sambil melihat keatas

mencoba mengingat), saya tamat tahun 99 sampai

tahun 2004 kemaren saya bekerja di Medan bagian

finance itu 4 tahun, habis itu kepala kasir di Jakarta dan

kemudian pernah kerja di Malaysia, baru kesini (sambil

menunjuk tempat wawancara kami).

28

29

30

31

32

33

MTU : Apakah samaneri sejak kecil pernah terpikir untuk

hidup membiara? 34

35

Page 44: Proses Pengambilan Keputusan Hidup Membiara: Studi Kasus ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6750/8/T1_802007079... · MUDIKA, kan masuk MUDIKA muda mudi katolik itu kegiatannya

256

P : Enggak (menggelengkan kepala), nah waktu kecil kan

kita tinggal di Aceh, jarang sekali ada bhikkhu yang

kesana, jadi pas bhikkhu datang itu kita liat, ih

hidupnya tenang, orangnya anggun, akhirnya saya

suka, nah pas SMA itu saya memutuskan untuk ikut

pelatihan tapi ternyata tidak direstui.

36

37

38

39

40

41

MTU : Jadi sebelum menjadi samaneri itu sudah ada

latihannya ya? itu berapa lama samaneri? 42

43

P : Tergantung gurunya, jadi ini kan bajunya coklat

(menunjuk baju/jubahnya), ada juga yang putih, nah

saya latihan selama 5 bulan, baru saya jadi samaneri,

sebelum itu anagarini.

44

45

46

47

MTU : Samaneri tadi mengatakan tertarik untuk hidup

membiara karena melihat seorang bhikkhu yang datang

melayani ke Aceh, bisa samaneri jelaskan lebih rinci

lagi mengapa sehingga samaneri benar-benar tertarik

dengan kehidupan membiara?

48

49

50

51

52

P : Karena gini, saya kan dari keluarga yang dibilang kaya

tidak, dibilang miskin juga tidak karena kita hidup

sederhana nah kita liat, kan orang tua kadang kan

masalah keuangan kan ada cekcoknya, nah kemudian

saya merasa bosan dengan cekcok-cekcok orang tua,

nah saya liat ternyata seorang bhikkhu itu hidupnya

damai, jadi saya ingin kehidupan yang damai itu jadi

saya ingin sekali latihan tapi gak direstui orang tua

(sambil tersenyum).

53

54

55

56

57

58

59

60

61

MTU : Samaneri, bagaimana perasaan samaneri ketika gak

direstui oleh orang tua untuk ikut pelatihan? 62

63

P : ee…, waktu itu mungkin masih anak SMA ya jadi gak

direstuin ya udah cuek gitu, konsentrasi dengan sekolah

dan pelajaran lagi.

64

65

66

MTU : Hmm, mungkin ada perasaan lain yang timbul yang

samaneri rasakan saat keinginannya tidak didukung

oleh orangtua?

67

68

69

P : Kecewa pasti, tapi ya mungkin mereka orangtua jadi

tidak terlalu mengambil hati, mungkin karena alasan

mama begini, saya cewek satu-satunya di keluarga nah

kalau saya membiara, ee… mama gak rela, jadi ya

udah saya menerima, apalagi setelah mama meninggal

kan, tinggal papa sama adik, nah habis itu saya merasa

ooo, ya udah saya ngurus keluarga

70

71

72

73

74

75

76

Page 45: Proses Pengambilan Keputusan Hidup Membiara: Studi Kasus ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6750/8/T1_802007079... · MUDIKA, kan masuk MUDIKA muda mudi katolik itu kegiatannya

257

MTU : Jadi keinginan samaneri sempat terpendam lagi saat

mama meninggal? 77

78

P : Hehehe… iya. 79

MTU : Baik, kalau begitu samaneri, kapan dan seberapa besar

keinginan untuk hidup membiara itu timbul? 80

81

P : Setelah saya mengetahui orang tua saya meninggal,

papa kena tsunami, adik kena tsunami, jadi satu

keluarga 3 orang kena tsunami, kan mama meninggal

dan yang ketiganya itu kena tsunami, settelah itu saya

berpikir, memang kerja saya gaji lumayan, tetapi saya

berpikir ulang, saya kan bertekad tidak ingin

berumahtangga, tidak berumahtangga, saya berpikir

ulang saya cari uang banyak-banyak untuk apa, jadi ya

udahlah saya memutuskan saya ingin hidup membiara

aja.

82

83

84

85

86

87

88

89

90

91

MTU : Berarti itu sejak papa sama adik gak ada (meninggal)

ya? 92

93

P : Ha ah, habis tsunami saya sempat bekerja di Malaysia

selama 2 tahun, jadi saya berpikir kerja berat-berat

banyak uang untuk apa, jadi saya memutuskan untuk

membiara.

94

95

96

97

MTU : Apakah samaneri saat akan mengikuti pelatihan,

samaneri sudah tahu akan peraturan-peraturan dalam

biara? apakah samaneri tetap ingin hidup membiara

setelah mengetahui peraturan-peraturan tersebut?

98

99

100

101

P : Iya (menganguk sambil tertawa), karena saya tahu saat

saya menjadi anagarini saya menjalankan 8 peraturan,

sedangkan samanerinya 10 peraturan, nah bagi saya 10

peraturan itu gak masalah, karna kan tidak terlalu berat

bagi saya, jadi saya merasa mampu

102

103

104

105

106

MTU : Samaneri bagaimana samaneri menumbuhkan

keinginan untuk hidup membiara? Bagaima samaneri

mengembangkan keinginan itu?

107

108

109

P : Waktu saya SMA itu saya kan….. kita kan di agama

Buddha ada 3 aliran, nah aliran Mahayana, Theravada,

dan Tantrayana, nah yang Theravada kan memakai

jubah begini (sambil menunjuk jubahnya), nah kalau

Mahayana kan pake jubah kayak yang di Taiwan-

Taiwan di film-film itu kan yang kuning itu kan, kalau

yang Tantra kan merah, jubah merah nah kalau itu

Tantra. Saya dari dulu ingin sekali memakai jubah

110

111

112

113

114

115

116

117

Page 46: Proses Pengambilan Keputusan Hidup Membiara: Studi Kasus ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6750/8/T1_802007079... · MUDIKA, kan masuk MUDIKA muda mudi katolik itu kegiatannya

258

seperti ini yang Theravada nah dialiran Theravada itu

bhikhuni itu belum ada, jadi saya memutuskan ya

udahlah saya enggak latihan dulu, saya enggak

membiara dulu, nah kemudian kan saya bekerja-

bekerja, nah waktu mulai aktif facebook, facebook

mulai membooming nah kita main-main di facebook,

nah lihat kok ada samaneri yang pakai jubah ini, nah

saya merasa tertarik kan, saya tanya kok, eee tukar no

telpon, kemudian dibilang saya (orang yang bertukar

no telpon) sekarang pelatihan di Jawa Tengah katanya,

jadi saya bilang saya ingin sekali latihan, waktu itu

saya pulang dari Malaysia, dia bilang kalau misal mau

latihan nanti kita ketemuan dulu di Jakarta, waktu itu

saya domisili di Jakarta, kemudian kita jumpa dan

ketemu dengan guru saya sekarang ini, bhante

S, kita jumpa di Vihara Ekayana, kemudian saya

merasa saya dekat dengan bhante S, jadi kita sering

kontek-kontek, akhirnya saya memutuskan, sudah

ternyata sudah ada samaneri yang jubah kayak gini,

jadi saya ingin latihan.

118

119

120

121

122

123

124

125

126

127

128

129

130

131

132

133

134

135

136

137

MTU : Jadi samaneri mencari informasi terus ya? 138

P : He eh, karena bhikkhuni untuk Theravada belum ada,

tetapi sekarang saya tahu ada tetapi dithabiskan di

Srilangka.

139

140

141

MTU : Jadi dari waktu ke waktu keinginan samaneri untuk

hidup membiara tidak pernah hilang, tapi terhalang,

begitu ya samaneri?

142

143

144

P : He eh, iya, tetap ada hanya tinggal cari kesempatan

kapan (hehehe…) 145

146

MTU : Waktu itu, siapa yang samaneri beritahu pertama kali

kalau samaneri memiliki keinginan untuk hidup

membiara?

147

148

149

P : Mama, karna kan saya satu kamar sama mama, jadi

sering curhat sama mama. Nah saya memang waktu

memutuskan hidup membiara itu memang saya aktif di

vihara, saya aktif di vihara kan, tapi mama kan

memang agama Buddha tetapi tidak mengerti ajaran

Buddha itu apa, mereka hanya ke klenteng, hanya

sembahyang-sembahyang bakar hio, nancep gitu udah

permohonan-permohonan gitu, mama cuma tau begitu,

mama tidak aktif, jadi waktu saya bilang ingin menjadi

150

151

152

153

154

155

156

157

158

Page 47: Proses Pengambilan Keputusan Hidup Membiara: Studi Kasus ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6750/8/T1_802007079... · MUDIKA, kan masuk MUDIKA muda mudi katolik itu kegiatannya

259

samaneri gitu kan ikut pelatihan membiara mama

langsung gak setuju, karna kan pendapat orang tua itu

kalau kita sudah hidup membiara itu tidak boleh

ketemu orang tua lagi begitu pemikiran mereka, jadi

waktu itu kan saya masih vakum gak mengerti apa-apa

tentang membiara itu, jadi saya bilang “boleh lah,

boleh pulang”, kata mama “gak boleh, itu anaknya

siapa (teman) jadi biksu gak boleh pulang”, jadi mama

gak kasih karna kan saya cewek satu-satunya. Padahal

boleh kalau kita memang ada waktu, mengunjungi

orang tua boleh.

159

160

161

162

163

164

165

166

167

168

169

MTU : Selain keluarga inti, ada gak mungkin yang tidak setuju

dengan keputusan samaneri? 170

171

P : Ada dari paman saya, kan perlu ijin dari keluarga

terdekat untuk ikut latihan, karena keluarga saya gak

ada, saya ijin ke keluarga paman, nah waktu saya minta

ijin dia bilang, “gak usahlah, nikah aja”, aduh saya gak

kepikiran nikah gitu, ya kata paman kalau memang

kamu merasa ingin seperti ini, ya kamu jalani, jangan

buat yang jahat-jahat, jangan terpengaruh dengan

teman yang enggak-enggak, kalau kamu mau

membiara ya silahkan yang penting kamu bisa jaga

diri.

172

173

174

175

176

177

178

179

180

181

MTU : Berarti samaneri membuat surat ijin untuk

ditandatangani oleh paman selaku keluarga? 182

183

P : Waktu itu saya gak jadi buat (sambil tertawa), karena

kan saya tuh gak tau apa-apa bagaimana format-

formatnya, terus saya telephone bhante, saya tanya

“bagaimana bhante format suratnya seperti apa?”, terus

kata bhante “ya sudah tidak usah buat yang penting

keluarga kamu mengijinkan, sehingga kalau ada apa-

apa keluarga gak nyari”.

184

185

186

187

188

189

190

MTU : Siapa yang berperan sangat besar, sehingga samaneri

mengambil keputusan untuk hidup membiara? 191

192

P : Waktu saya aktif di vihara Ekayana Jakarta, di Ekayana

Buddhist Center, saya punya temen banyak, dan

mereka mendukung, sebenarnya mereka juga ingin

seperti saya, ikut latihan hidup membiara, tetapi

mereka kan masih dari keluarga yang lengkap jadi

mereka terbebani, belum bisa, tapi mereka tetap

mendukung saya. Nah dukungan kedua mungkin

193

194

195

196

197

198

199

Page 48: Proses Pengambilan Keputusan Hidup Membiara: Studi Kasus ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6750/8/T1_802007079... · MUDIKA, kan masuk MUDIKA muda mudi katolik itu kegiatannya

260

dari samaneri yang saya kenal itu, samaneri T

namanya, waktu saya kesini ke Jawa ini, saya tuh gak

kenal Jawa tuh kayak gimana, kotanya bagaimana, saya

gak tau, tapi bhante S, guru saya itu bilang, “kamu

datang ke Jawa, nanti dijemput sama samaneri T,

jadi saya datang sendiri kayak orang ilang (tersenyum

dan tertawa), nah habis itu ketemu sama samaneri, kita

gak saling kenal hmmm… akhirnya “dimana kamu?”,

“saya disini”, dan yang keluar pake jubah gini

(menunjuk jubahnya), ya berarti dia ( sambil

tersenyum), baru kita kenalan. Padahal saya belum

kenal apakah orang baik atau tidak, tapi saya

memberanikan diri.

200

201

202

203

204

205

206

207

208

209

210

211

212

MTU : Bentuk dukungan mereka itu seperti apa? 213

P : Kasih support terus karna untuk latihan membiara itu

tidak mudah, sangat tidak mudah karna pertama harus

adaptasi dulu, nah saya sampai disini pertama sampai

disini, saya dibiarkan lepas gitu, gak ditegur, gak

disuruh makan, jadi dilepasin, saya kan bingung saya

masih awam sekali, saya tanya samaneri,

kalau ke vihara itu kita harus gimana, nah kalau guru

saya bhante S, itu biasanya kalau bawa murid,

dibawa kesini terus disuruh adaptasi selama satu atau

dua minggu, biar beradaptasi kehidupan disini itu

seperti apa dan bagaimana kebiasaannya, setelah itu

kita akan ditanya, mau lanjut apa lepas (keluar dari

hidup membiara). Nah setelah 7 minggu, bhante S,

suruh samanera gundulin, “kamu sudah siap?”, “siap”,

biar kita terbiasa hidup dilingkungan seperti ini.

214

215

216

217

218

219

220

221

222

223

224

225

226

227

228

MTU : Jadi adaptasi sekitar 7 minggu itu ya? 229

P : Iya, kalau saya adaptasinya selama 7 minggu. 230

MTU : O berarti setiap orang berbeda? 231

P : Iya, tergantung gurunya, kalau gurunya tanya sudah

siap dan kita siap y, ada juga yang 2 bulan. 232

233

MTU : Berarti, tergantung kesiapan dari individunya sendiri ya

samaneri, apakah dia siap untuk lanjut apa belum atau

malah lepas.

234

235

236

P : He eh, tergantung dari orangnya sendiri juga, tidak

dipaksa. Guru saya juga selalu beri dukungan dengan

berkata yang penting semangat kalau sudah ada niat

tapi gak semangat sama aja boong, kalau sudah ada niat

237

238

239

240

Page 49: Proses Pengambilan Keputusan Hidup Membiara: Studi Kasus ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6750/8/T1_802007079... · MUDIKA, kan masuk MUDIKA muda mudi katolik itu kegiatannya

261

dan tetap semangat itu baru gitu. 241

MTU : Tadi samaneri mengatakan bahwa tidak mudah untuk

menjalani hidup membiara, bagaimana perasaan

samaneri saat pertama kali masuk ke kehidupan

tersebut?

242

243

244

245

P : Pertama masuk saya jadi anagarini, kalau waktu masih

umat awam kan kita makan 3 kali sehari, setelah kita

masuk kan kita 2 hari sekali, lewat dari jam 12 kita

tidak makan lagi, nah itu mungkin berat bagi saya

waktu awal-awal, tapi saya berusaha saya bisa, saya

bisa, tapi malemnya keroncongan (sambil tertawa), tapi

saya minum teh akhirnya bisa.

246

247

248

249

250

251

252

MTU : Lalu bagaimana dengan kehidupan dengan orang-orang

didalam komunitas samaneri? dengan berbagai ragam

orang, apakah ada kesulitan?

253

254

255

P : Kita teman biasa, walaupun kita dibedakan oleh jubah

dan pemikiran kita masih awam, tapi seawam-

awamnya pikiran samaneri, kita harus mengalah,

misalnya ada masalah kita ya selesaikan dengan cepat,

pertengkaran pasti ada, selisih paham pasti ada tetapi

kita selesaikan secepatnya kalau bisa, kita bertanya ada

apa, misalnya mereka bilang kamu gini-gini, ya wes

besok saya gak kayak gitu, nah gitu.

256

257

258

259

260

261

262

263

MTU : Apakah samaneri, merasa kangen dengan keluarga

samaneri di Aceh sana? 264

265

P : Ada, karna masih ada, apalagi ada mama angkat, mama

angkat sangat baik, nah saya ni liburan rencana pengen

pulang, tapi KKN nanti, nanti kalau udah tamat nanti

pulang, kan saya rencananya saya diwisuda suruh

mereka datang, tapi kalau gak bisa saya yang kesana.

266

267

268

269

270

MTU : Waktu samaneri memutuskan untuk hidup membiara,

mama angkat setuju gak? 271

272

P : Ooooo, setuju banget, mama angkat kan rajin ke

vihara, dia malah seneng. 273

274

MTU : Samaneri kan lihat seorang bhikku, bagaimana itu bisa

terpengaruh untuk hidup membiara? 275

276

P : Nah karna itu kan, bosen sama cekcok orang tua itu

kan pertama karena saya merasa di Aceh itu kan di

kampung, walaupun kampung pun masih agak kota,

misalnya gini, kita pulang malam aja, kita bisa jadi

gossip satu RT, aduh manusia ini, kita bosan dengan

277

278

279

280

281

Page 50: Proses Pengambilan Keputusan Hidup Membiara: Studi Kasus ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6750/8/T1_802007079... · MUDIKA, kan masuk MUDIKA muda mudi katolik itu kegiatannya

262

yang seperti itu, kalau bilang saya ingin mengasingkan

diri, memang mungkin itu, tetapi saat kita lihat

kehidupan seorang bhante sangat damai, kenapa saya

mesti mengasingkan diri, kalau saya bisa seperti

mereka gitu kan, punya keluarga yang akur, itu yang

membuat saya ingin… sekali latihan membiara.

282

283

284

285

286

287

MTU : Bagaimana perasaan samaneri setelah menjadi

samaneri? 288

289

P : Senang sekali tentunya, dan oo jadi samaneri itu gini ya

ternyata, saya ini dulunya penakut dibebani dengan

tugas ceramah di depan orang banyak sangat sangat

membuat saya kedinginan (hehehehe…..), aduh

keringatan tapi sekarang saya seneng kalau disuruh

ceramah saya seneng, ketemu sama ibu-ibu, bapak-

bapak, itu tidak beban lagi bagi saya, mungkin awal-

awal iya.

290

291

292

293

294

295

296

297

MTU : Samaneri, berarti samaneri saat pelatihan anagarini di

sini ya? Di Ampel? 298

299

P : Iya, jadi saya disini, setelah saya siap lalu samanera

menggundul kepala saya, saya juga menerima 8 sila

(peraturan), saya dibawa sama guru saya ke vihara di

Pati, disitu saya pembinaan selama 5 bulan menjadi

seorang anagarini ini seperti ini.

300

301

302

303

304

MTU : Nah, bagaimana perasaan samaneri saat pelatihan

tersebut? 305

306

P : Disitu saya ketakutan, ketakutannya gini bagaimana ya

saya jika berjumpa dengan umat, nanti umat tanya a

saya jawabnya c, karna waktu saya di Aceh itu

pendidikan agama Buddha itu kurang sekali, nah disini

saya kuliah, awalnya saya gak niat kuliah, disini untuk

latihan membiara, tetapi saya ingat lagi umatnya aja

sudah pinter-pinter nanti saya diatanya a jawabnya c,

kan gak nyambung banget, ketakutan, was-was, kadang

saya berpikir ingin pulang aja, tetapi gak ah aku udah

sampe sini, ngapain pulang lagi gitu kan pokoknya

berkecambuk disitu, akhirnya disitu bhante menyuruh

latihan membaca parrita, membaca sutra, mantra,

pokoknya setiap hari tuh ada latihannya, jadi nanti

untuk terjun ke masyarakat kita bisa jadi setiap hari

latihan-latihan ya itulah.

307

308

309

310

311

312

313

314

315

316

317

318

319

320

321

MTU : Samaneri pernah gak mengalami fase keinginan untuk 322

Page 51: Proses Pengambilan Keputusan Hidup Membiara: Studi Kasus ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6750/8/T1_802007079... · MUDIKA, kan masuk MUDIKA muda mudi katolik itu kegiatannya

263

hidup membiara sangat kuat tapi juga suatu waktu

sangat lemah, seperti itu? 323

324

P : Pasti ada, waktu awal-awal, saat saya menjadi samaneri

diwajibkan ceramah, saya tuh kesulitan aduh saya

pingin pulang aja, jadi umat biasa bekerja begitu, tetapi

setelah dijalani ceramahnya, saya gak takut lagi, malah

beberapa orang bilang “samaneri sukses lho, umatnya

pada senang”, ibu-ibunya pada suka, jadi itu yang

membuat saya termotivasi banget.

325

326

327

328

329

330

331

Partisipan 3 Wawancara 2

(P3W2)

Waktu : Rabu, 30 Januari 2013; pukul 14.27-15.01 WIB

Lokasi : Vihara Ampel

MTU : Selamat sore samaneri, maaf ni samaneri mengganggu. 1

P : Iya gak apa, selamat sore. 2

MTU : O iya samaneri mohon maaf, saya mau tanya samaneri

kelahiran tahun berapa ya samaneri? 3

4

P : Saya kelahiran „79. 5

MTU : Baik, samaneri pada interview yang pertama samaneri

menceritakan bahwa ibu samaneri sudah gak ada atau

meninggal, setelah ibu gak ada, kemudian juga

samaneri juga kehilangan anggota keluarga yang lain

seperti ayah dan kedua adik samaneri karena terkena

bencana tsunami, bagaimana sih arti peristiwa itu bagi

samaneri?

6

7

8

9

10

11

12

P : Begini kan setelah tamat sekolah SMA, saya kan sudah

keluar kota, awal ke Medan lalu ke Jakarta, nah tahun

2004 itu kan tsunami nah setelah itu a… saya masih

apa, setelah tsunami itu saya masih sempat kerja ke

Malaysia, nah setelah ke Malaysia kan balik, balik saya

pikir ulang kalo misalnya saya masih kerja terus gitu

kan, kan keinginan saya untuk latihan ini kan sudah

dari dulu, jadi saya berpikir lagi, selesai nabung uang

begitu banyak untuk apa gitu kan, keinginan menikah

memang tidak ada, tidak ada jadi ya sudah saya bilang

ya sudah saya mau latihan saja apalagi waktu itu udah

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

Page 52: Proses Pengambilan Keputusan Hidup Membiara: Studi Kasus ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6750/8/T1_802007079... · MUDIKA, kan masuk MUDIKA muda mudi katolik itu kegiatannya

264

kenal dengan samaneri T dari facebook, nah udah

kenalan itu ya udah itu yang membuat tekad saya

makin bulat.

24

25

26

MTU : Kalau dari peristiwa tsunami itu, apa arti peristiwa itu

bagi samaneri? 27

28

P : Itu sangat apa….. piye ya… a… peristiwa itu sangat

melukai saya, karna tiba-tiba dulu tiba-tiba saya harus

kehilangan ibu karna saya dekat sama ibu apalagi saya

cewek satu-satunya di rumah tapi setelah ibu

meninggal kan sedikit demi sedikit… sempat tinggal

dengan adik mama di Biak, setelah itu saya

memutuskan ya saya kembali ke bapak sama adek-adek

saya. Nah setelah kita apa tinggal bersama, walaupun

tetap kan saya tamat sekolah saya berpisah sama orang

tua, saya kerja keluar kota tetapi kita tetap… misalnya

setahun sekali kadang…setengah tahun sekali saya

pulang ke Aceh, jumpa… jumpa walaupun kita jarang

jumpa tapi lebih akrab gitu, sekali pulang itu akrab

banget, nah tiba-tiba harus kehilangan semuanya sak

rumah-rumahnya gitu kan, jadi seperti.. ya bisa di

bilang waktu itu selama dua bulan saya berpikir kayak

orang gila sempat jatuh dari motor kan nah kayak orang

gak bener gitu, ya saya kadang pergi sama temen

sampe malem gitu, habis itu saya… saya berpikir yang

ngalamin hal itu bukan saya sendiri karna kan teman-

teman lain juga seperti itu ada temen saya juga

kehilangan sekeluarga tinggal dia sendiri tapi dia masih

bersemangat ya udah saya kembali lagi saya

memutuskan itu kerja dulu, ada yang ngajak ke

Malaysia.

29

30

31

32

33

34

35

36

37

38

39

40

41

42

43

44

45

46

47

48

49

50

51

52

53

MTU : Iya samaneri, samaneri bisa untuk bangkit kembali luar

biasa ya. 54

55

P : Sempet down, karna kan kejadiannya minggu, nah

sabtu malem itu kita masih sempat teleponan, nah papa

kan suka liat film-film serial-serial drama gitu kan,

yang serial drama Taiwan, Korea, nah saya dah beli

banyak udah packing, mau kirim minggu ini, ternyata

belum kirim udah gak ada duluan… itu.

56

57

58

59

60

61

MTU : Samaneri saat interview pertama samaneri bilang kalau

keinginan samaneri untuk ikut pelatihan itu sudah ada

sejak dulu tapi ijin dari orang tua belum ada, lalu

62

63

64

Page 53: Proses Pengambilan Keputusan Hidup Membiara: Studi Kasus ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6750/8/T1_802007079... · MUDIKA, kan masuk MUDIKA muda mudi katolik itu kegiatannya

265

samaneri juga pernah bilang mungkin setelah keluarga

sudah gak ada mungkin ini kesempatan bagi samaneri

kembali pada minat awal samaneri. Nah saya mau

mengajak samaneri berandai-andai, andaikan keluarga

samaneri masih ada apakah keinginan untuk hidup

membiara tetap ada?

65

66

67

68

69

70

P : Mungkin pada saat itu jika orang tua saya masih

lengkap, mungkin saya tidak memutuskan untuk

latihan, karna kan bagaimanapun mama saya ingin saya

menikah, waktu mama meninggal kan saya masuk

SMA kelas 1, nah dari situ seperti remaja biasa yang

sempat pacaran, ketika mama meninggal masih pacaran

kemudian …aa… agama kita beda tapi setelah itu

tamat SMA papa gak setuju, nah saya memutuskan

kerja di luar kota kita pisah, nah setelah itu saya gak

kepikiran untuk menikah tetapi saya kepikirannya

pengen kerja…kerja…kerja… gitu, karna walapun

keluarga kita tidak kaya banget sederhana, saya tidak

pernah menyusahkan orang tua, nah saya kan suka

jalan-jalan ke luar negeri, jadi kerja itu… saya sempet

ke luar negeri jalan, nabung jalan, nah kalo keluarga

masih ada mungkin saya masih ingin kerja, ingin jalan-

jalan gitu.

71

72

73

74

75

76

77

78

79

80

81

82

83

84

85

86

87

MTU : O kemana saja tu samaneri jalan-jalannya? 88

P : Sempat ke Malaysia, sebelum kerja itu sempat ke

Malaysia, ke Thailand, sempet jalan sampe ke sana.

Jadi pas diminta kerja ke Malaysia kenapa enggak

disana enak juga.

89

90

91

92

MTU : Oke, samaneri juga kemarin bilang ada seorang

bhikkhu yang datang ke Aceh, nah samaneri juga

bilang ingin hidup damai seperti bhikkhu itu, selain itu

apa sih perasaan samaneri saat samaneri bertemu

pertama kali dengan bhikkhu itu?

93

94

95

96

97

P : Partama sekali lihat bhikkhu itu takut, rasa takut ada,

karna kan kita jarang ketemu sama orang-orang kayak

gitu karna di Aceh kan jarang, nah sekali ketemu kita

merasa takut pernah ketemu tetapi jarang-jarang sekali,

jadi sekali ketemu itu kita takut, jarang berkomunikasi,

nah pada saat itu saya mulai aktif di Vihara kan,

aktif…aktif … jadi kita akrab dengan guru agama di

sana, bukan guru agama spesial ngajar agama enggak

98

99

100

101

102

103

104

105

Page 54: Proses Pengambilan Keputusan Hidup Membiara: Studi Kasus ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6750/8/T1_802007079... · MUDIKA, kan masuk MUDIKA muda mudi katolik itu kegiatannya

266

tapi ngurus Vihara gitu kan, nah kita akrab jadi suatu

hari bhikkhunya datang ngajak kita keluar, misalnya ni

Banda Aceh kan ibukotanya nah ada Aceh Besar

misalnya ke Melaboh ke Langsa gitu kan, nah kita

diajak, jadi yang pergi saya sama temen saya berdua

nah sama guru agama itu kemudian ada bhikkhunya

satu, nah kemudian kita akrab di situ sama bhikkhu,

yah ooo ternyata seorang bhikkhu itu bawaannya

tenang, santai, baik, da sebagainya, itu yang

memotivasi oo ternyata kehidupan bhikkhu itu begitu

menyenangkan.

106

107

108

109

110

111

112

113

114

115

116

MTU : Jadi timbul perasaan ingin seperti bhikkhu? 117

P : Ya, kan sebelum kenal itu, kita gak ngerti gimana sih

aa… seorang bhikkhu itu, ya taunya bawaannya tenang

gitu kan tapi setelah akrab enak oo ternyata sama

bhikkhu itu begini baik.

118

119

120

121

MTU : Pada interview yang pertama samaneri juga melihat

bahwa bhikkhu itu tenang, apa yang membuat hal itu

penting, rasa tenang itu penting bagi samaneri?

122

123

124

P : Begini, karna pada waktu itu apa masih anak-anak gitu

saya sering liat orang tua saya bertengkar, bertengkar

kan kayaknya… kalo udah bertengkar itu kan namanya

anak-anak, waktu itu remaja yak an merasa gak tenang

hidupnya, jadi setiap hari ada warna warni

pertengkaran gitu kan, kita rasanya sebel gitu, jadi

gimana sih rasanya biar damai. Habis itu mama itu

sering..eee … apa, mungkin dulu saya bandel banget

jadi sering dipukul mama gitu, jadi waktu itu saya ingin

sekali apa, punya keluarga yang bahagia, yang tenang

gitu, tidak ada pertengkaran itu yang membuat saya

pengen cari suasana yang tenang bebas dari cekcok

cekcok.

125

126

127

128

129

130

131

132

133

134

135

136

137

MTU : Nah kalau itu tenang dan damai ya, nah kalau dari

anggunnya saat samaneri lihat seorang bhikkhu,

mengapa hal itu penting bagi samaneri?

138

139

140

P : Begini e…, gimana ya seorang bhikkhu itu kalau

berjalan kan kayaknya damai liatnya, dia

membuat..membuat saya itu seperti nyaman, nyaman

berada di sisi dia gitu kan, jadi seperti saya berjumpa

dengan guru saya ini saya liat… jiwa bapaknya itu ada

gitu jadi saya merasa nyaman, tenang di sisi dia gitu

141

142

143

144

145

146

Page 55: Proses Pengambilan Keputusan Hidup Membiara: Studi Kasus ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6750/8/T1_802007079... · MUDIKA, kan masuk MUDIKA muda mudi katolik itu kegiatannya

267

kan, jadi ya udah, padahal saya belum kenal banget

sama guru saya pertama saya jumpa, baru ketemu dua

kali, tapi beda perasaannya ada perasaan yang berbeda,

mungkin saya tidak mendapatkan perasaan itu ketika

orang tua saya masih lengkap, ya kata sekarang ini

kurang perhatian lah, nah jadi sekali liat seorang

bhikkhu itu ooo seorang bhikku itu seorang yang

melindungi.

147

148

149

150

151

152

153

154

MTU : Hmmm, jadi perasaan itu yang tidak samaneri dapat

dari kedua orang tua samaneri? 155

156

P : He eh mungkin, jadi seorang bhikkhu itu seperti orang

tua yang saya harapkan, seorang ayah yang saya

harapkan.

157

158

159

MTU : Jadi, mengapa hal-hal tersebut bagi samaneri harus ada

dalam hidup samaneri? 160

161

P : Gak mengerti ya, mungkin saya kurang nyaman hidup

dengan ayah dan ibu, nah habis itu saya pernah denger

cerita dari tetangga-tetangga itu, waktu itu saya masih

kecil orang tua saya hidupnya mapan, ya bisa di bilang

orang kaya gitu kan mapan, sejak itu jatuh usahanya,

nah kira-kira apa saya gak ngerti karna waktu itu masih

kecil, nah sejak itu orang tua sering bertengkar, kalo

dulu waktu mapan kata tetangga saya kan mama kan

sering jalan-jalan ke rumah tetangga maen, saya sering

dibawa, mama sayang kok katanyanya, tetapi setelah

jatuh itu mungkin, yah dari kaya tiba-tiba miskin

mungkin gak menerima ya… jadi kita sebagai anak

merasa kok orang tua kita gak perhatian sama kita,

waktu kejadian saat kecil kan kita gak mengerti tetapi

setelah SMP SMA, kita mengerti kok ayah dan ibu

gitu.

162

163

164

165

166

167

168

169

170

171

172

173

174

175

176

177

MTU : Kemarin kan samaneri mengatakan bahwa saat ingin

ikut pelatihan samaneri tidak diijinkan, dan samaneri

merasa kecewa, nah seberapa dalam sih rasa

kecewanya itu?

178

179

180

181

P : Dalem sih gak dalem, karna saya kan berpikir begini,

ya saat ini mungkin belum, mungkin nanti kan karna

waktu itu saya mikirnya gini, kan umur saya masih

panjang kok saya masih muda, nanti saya umur tiga

puluh saya umur empat puluh saya masih bisa latihan

gitu, ya udah saya gak terlalu kecewa banget.

182

183

184

185

186

187

Page 56: Proses Pengambilan Keputusan Hidup Membiara: Studi Kasus ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6750/8/T1_802007079... · MUDIKA, kan masuk MUDIKA muda mudi katolik itu kegiatannya

268

MTU : O, waktu itu samaneri masih SMA juga ya? 188

P : Iya, jadi ada temen maen, masih ada kegiatan lain, jadi

saya lupa gak terlalu kecewa banget. 189

190

MTU : Baik, lalu saat tidak diijinkan itu, rasa minat itu sempat

hilang? 191

192

P : Sempat hilang, tapi tetap saat jumpa dengan bhikkhu

itu tetap…tetap pengen. Kan karena pelatihan kita juga

kan gak di batasi umur, jadi kapan pun kita siap kita

bisa.

193

194

195

196

MTU : Berarti minat untuk ikut pelatihan itu ada, tapi saat

untuk menjalani itu belum ada? 197

198

P : He eh. 199

MTU : Nah samaneri, sewaktu samaneri bekerja di Jakarta dan

di Malaysia, seringkali muncul gak minat untuk

mengikuti pelatihan hidup membiara itu?

200

201

202

P : Gak, sewaktu di Malaysia gak muncul, gak muncul

mungkin terlalu nyaman dengan kehidupan di sana,

ataupun terlalu disibukan oleh kerjaan di sana, karna

kan saya kerja sehari dua belas jam, jadi pergi pagi

pulang malam jam tujuh, kadang kita tukar shift jam

tujuh malem pulangnya jam tujuh pagi, jadi sibuk sibuk

jadi gak kepikiran kesana, nah setelah dua tahun kan

kita namanya gak punya tanggungan hidup jadi nabung

kan banyak gitu, nah pulang-pulang pengen usaha tapi

usaha apa gitu kan pengen ini penen itu tapi buat apa

gitu, nanti kalau saya sakit atau meninggal sapa yang

ngurus semua itu gitu kan, ya udahlah pas chating-

chating di facebook ketemu sama samaneri T, baru

kepikiran lagi gitu.

203

204

205

206

207

208

209

210

211

212

213

214

215

216

MTU : Nah itu saat udah di Jakarta ya? 217

P : Iya, kan sempat kerja lagi di Jakarta tapi itu gak lama,

jumpa dengan samaneri T, jumpa dengan apa sama

guru saya ini, jadi saya memutuskan mengundurkan

diri dari pekerjaan.

218

219

220

221

MTU : Berarti keinginan untuk menjadi samaneri itu muncul

sekian lama setelah samaneri kembali ke Jakarta, nah

karena apa samaneri keinginan itu kembali muncul?

222

223

224

P : Pada saat saya ketemu lagi dengan samaneri

T. 225

226

MTU : O jadi sebelumnya samaneri sudah pernah bertemu

dengan samaneri T? 227

228

Page 57: Proses Pengambilan Keputusan Hidup Membiara: Studi Kasus ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6750/8/T1_802007079... · MUDIKA, kan masuk MUDIKA muda mudi katolik itu kegiatannya

269

P : Belum, jadi setelah saya dari Malaysia, saya kan

bekerja di Jakarta, nah saat itu kan mulai heboh

facebookan nah kita mulai chatingan cari teman

gitu kan cari dapetlah samaneri T, samaneri T ini

pake jubah Theravada nah dulu kan saya ingin pake

jubah Theravada nah saya liat kok sekarang ada

yang cewek pake jubah Theravada ya udah tak

chating-chating kenalan-kenalan, pernah samaneri T

datang ke Jakarta jumpa sama saya bareng guru saya

sekarang ini.

229

230

231

232

233

234

235

236

237

238

MTU : Bagaimana perasaan samaneri saat keinginan itu timbul

lagi? 239

240

P : Oo, waktu dulu kan belum ada wanita yang memakai

jubah Theravada, dan itu yang mungkin membuat saya

juga mengurungkan niat untuk mengikuti pelatihan,

karna saya merasa kalau pake Mahayana yang kayak

baju Taiwan itu kan ritualnya banyak, sembayang sana,

jadi lebih fokusnya ke ritual, saya gak suka, saya lebih

suka Theravada, karna Theravada itu lebih ke meditasi

jadi lebih simpel daripada Mahayana, nah itu mungkin

faktor yang membuat saya mengurungkan niat saya

dulu, nah ketika saya melihat samaneri T,

lho kok sudah ada oo ya udah saya ajak chating saya

tanya samaneri sekarang memang wanita uda boleh

pake jubah Theravada, kata samaneri T, boleh saya

latihan di Jawa, di sini ada beberapa orang samaneri

katanya gitu, nah anagarini juga ada, nah kalo gitu kalo

latihan harus nunggu pabbaja atau kita boleh datang

langsung, kata samaneri datang langsung boleh nunggu

pabbaja boleh, tapi setelah bertemu sama guru sudah

merasa nyaman gitu dan siap untuk latihan boleh

datang sendiri katanya gitu, ya udah saya bilang saya

pengen ketemu…saya pengen ketemu… nah samaneri

sama guru saya ada acara di Jakarta kita jumpa.

241

242

243

244

245

246

247

248

249

250

251

252

253

254

255

256

257

258

259

260

261

262

MTU : Nah itu rasanya bagaimana? 263

P : Dag dig dug, gak tau dari dulu saya kalo ketemu sama

bhikkhu itu takut, tapi setelah ngobrol itu nyaman,

waktu pertama kali jumpa itu takut, jadi kita duduk gak

kenal kan ngobrol-ngobrol, bhante tanya keluarga

gimana, kedua kali jumpa udah akrab, yang ketiga kali

saya memutuskan, selang lama juga ya tiga bulan apa

264

265

266

267

268

269

Page 58: Proses Pengambilan Keputusan Hidup Membiara: Studi Kasus ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6750/8/T1_802007079... · MUDIKA, kan masuk MUDIKA muda mudi katolik itu kegiatannya

270

empat bulan kita jumpa lagi lalu saya bilang bhante

saya mau ke Jawa, yah kalau udah niat nanti datang

ntar dijemput sama samaneri.

270

271

272

MTU : Samaneri waktu selang selama tiga empat bulan itu,

apa yang samaneri lakukan untuk memantapkan diri

untuk mengambil keputusan itu?

273

274

275

P : Iya saya sempat.. rambut saya kan panjang saya potong

pendek temen-temen kan bilang ngapain lu potong

pendek mungkin teman-teman saya kan teman akrab

saya mereka aktif di Vihara jadi mereka dukung seratus

persen, jadi waktu saya potong pendek, mereka tanya

ngampain kamu potong pendek, saya ingin nanti sampe

di sini gak susah-susah lagi kan digundulinnya gak

susah, oo ya udah mereka ngasih dukungan, dukungan

mereka juga memantapkan saya. Saya juga latihan

tidak makan malem, latihan tidak makan daging,

latihan memberika sedekah-sedekah, misalnya panti

asuhan ini butuh, jadi kita berlatih melepaskan uang itu

lebih banyak dari biasanya gitu, jadi tabungan saya itu

sedikit demi sedikit saya lepas.

276

277

278

279

280

281

282

283

284

285

286

287

288

289

MTU : Baik samaneri, lalu bagaimana samaneri memantapkan

hati samaneri untuk memutuskan pergi pelatihan? 290

291

P : Hati saya, waktu saat itu senang sekali tidak ada

keragu-raguan sama sekali, malah temen-temen bilang,

enak ya kamu punya keinginan sebentar lagi terkabul,

kami punya keinginan tapi belum bisa menjalaninya.

292

293

294

295

MT : Seberapa besar pengaruh guru samaneri dalam

pengambilan keputusan samaneri? 296

297

P : Mungkin pertama kali saya ambil keputusan bukan

karna dia hebat atau bagaimana, karna saya tidak

mengenal guru saya ini, saya gak kenal, saya kenalnya

bhante Utomo di Jawa Timur di Blitar, sering

melakukan ceramah. Waktu pertama ketemu dengan

guru saya ini saya buta sama dia, apa hebatnya dia, apa

pinternya dia, waktu pertama ketemu itu yang saya

rasakan saya nyaman, saya merasa nyaman kok bhante

ini baik gitu kan, ayah yang saya harapkan, habis itu

samaneri T juga baik gitu kan seperti ibaratnya seorang

kakak, jadi saya merasa oo mungkin inilah…inilah

guru yang bisa membimbing saya, samaneri T bilang

mungkin bhate Sur bisa menjadi guru yang baik buat

298

299

300

301

302

303

304

305

306

307

308

309

310

Page 59: Proses Pengambilan Keputusan Hidup Membiara: Studi Kasus ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6750/8/T1_802007079... · MUDIKA, kan masuk MUDIKA muda mudi katolik itu kegiatannya

271

kita ya udah itu yang membuat saya mengambil

keputusan dengan mantep, padahal saya gak kenal

awalnya.

311

312

313

MTU : Pandangan samaneri pada guru samaneri itu seperti apa

sih sekarang? 314

315

P : Setelah jadi murid? 316

MTU : Iya, setelah jadi murid. 317

P : Setelah jadi muridnya saya melihat oo ternyata murid

bhante S banyak juga sudah pada tingkatannya sudah

tinggi, padahal bhante S kan umurnya masih empat

puluh delapanan, tetapi muridnya sudah banyak, habis

gitu saya juga mendengar bahwa bhate Sur tidak suka

membatasi muridnya harus seperti ini kamu harus

gini..gini.. gak, bhante membiasakan pada murid-

muridnya untuk mengambil keputusan sendiri karna

murid-muridnya sudah di anggap dewasa, jadi segala

keputusan yang di ambil adalah yang benar, nah nanti

kalo ada salah nanti bhante S yang bimbing lagi, nah

begitu banyak masukan-masukan itu yang membuat

saya mulai yakin bener gak sih, jadi setelah saya lihat-

lihat dan alami memang bhante orang yang seperti itu,

dia tidak pernah misalnya gini, bhante saya mau gini,

oh itu gak bagus kamu gak boleh gini gini gak itu gak

pernah, misalnya kami bilang mau seperti ini bhante

bilang kalau memang itu yang baik kamu ambil. Jadi

bagi saya itu bhante itu bijaksana kalo kamu mau ambil

keputusan seperti ini kamu ambil, kita kan gak merasa

terbebani karna kita sebagai orang tua kita tidak boleh

mengatakan kata-kata jangan, karna kata-kata itu

membuat pikologis anak ini terganggu. Jadi saya

merasa nyaman.

318

319

320

321

322

323

324

325

326

327

328

329

330

331

332

333

334

335

336

337

338

339

340

341

MTU : Lalu ada gak tokoh lain? 342

P : Ya kalo dulu kan dari seorang bhikkhu doang, yah saya

waktu itu sering melihat bhante Utomo saya melihat

dari luar belum tau dalamnya, kan dia sering talkshow,

banyak orang seneng sama dia karna dia lucu

menyenangkan ramah salah satunya, saya sempat ke

Blitar saya ingin tau oo bagini kehidupan bhante

Utomo, kan saya sempat mengikuti pelatihan meditasi,

setelah kita ngobrol-ngobrol ternyata bhante tidak

menerima muid, jadi bhante masih ingin melatih

343

344

345

346

347

348

349

350

351

Page 60: Proses Pengambilan Keputusan Hidup Membiara: Studi Kasus ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6750/8/T1_802007079... · MUDIKA, kan masuk MUDIKA muda mudi katolik itu kegiatannya

272

dirinya dulu. Tapi sampe sekarang bhante Utomo

mungkin sesosok bhante yang yang membuat saya oo

bhante itu begini lho begini dalam hal bhante itu bisa

jadi panutan bagi banyak orang, mungkin salah satu

faktor saya menjadi seperti ini salah satunya juga dari

beliau, karna saya suka ngeliat talkshownya.

352

353

354

355

356

357

Page 61: Proses Pengambilan Keputusan Hidup Membiara: Studi Kasus ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6750/8/T1_802007079... · MUDIKA, kan masuk MUDIKA muda mudi katolik itu kegiatannya

273

Partisipan 4 Wawancara 1

(P4W1)

Waktu : Sabtu, 12 Januari 2013; pukul 14.07-14.37 WIB

Lokasi : Vihara Ampel

MTU : Sejak kapan sih, samaneri memiliki keinginan untuk

hidup membiara? 1

2

P : Keinginan itu dateng semenjak saya kelas 2 SMA

(ehem…), ketika itu kakak saya kuliah di Jakarta, beliau

baru semester 3, beliau juga mengambil keputusan

untuk hidup menjadi samanera untuk hidup membiara.

Nah beliau itu, ketika kuliah di Jakarta itu kan

tinggalnya di asrama, dia tidak ijin ke orang tua dulu,

enggak, tetapi dia langsung, ketika pulang langsung

bawa surat, meminta ijin. Nah ketika itu bapak saya

enggak setuju, kedua orang tua saya nggak setuju

dengan apa… dengan kasarnya orang tua saya itu

menyobek surat persetujuan itu tadi. Mulai dari situ

saya mempunyai keinginan mempunyai niatan, kenapa

enggak untuk mencoba gitu, nah mungkin kakak saya

gak bisa, mungkin saya bisa seperti itu. Nah, setelah

saya tahun 2010 itu lulus, bulan Juni.. eh bulan Mei

kalo gak salah, nah tanggal 22 Juni saya mengikuti apa

ya.. eee pabaja, pabaja itu pelatihan samanera samaneri

di Palembang, nah disitu selama ½ bulan dan

akhirnya… saya, saya sendiri samanerinya saya sendiri,

sekian banyak orang cuma saya sendiri perempuan itu

dan akhirnya selama ½ bulan teman-teman saya sudah

lepas, sudah menjadi umat biasa lagi, nah saya masih

tetep lanjut, waktu itu yang lanjut laki-lakinya cuma

dua perempuannya satu saya dan akhirnya bertahan

selama 3 bulan, 3 bulan itu yang bertahan cuma saya,

temen dua saya yang dua itu lepas, saya yang masih

bertahan sampai sekarang dan kenapa saya kuliah di

Agama Buddha karna waktu itu saya mau ambil ke

umum, tetapi saya belum paham dengan agama Buddha

walaupun dari kecil saya sudah beragama Buddha cuma

saya belum paham agama Buddha itu seperti apa, saya

belum paham, aliran-aliran agama Buddha itu saya

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

28

29

30

31

32

33

34

Page 62: Proses Pengambilan Keputusan Hidup Membiara: Studi Kasus ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6750/8/T1_802007079... · MUDIKA, kan masuk MUDIKA muda mudi katolik itu kegiatannya

274

belum paham, nah guru saya bilang, kamu harus ambil

ke jurusan agama Buddha dulu biar kamu tau, kalau

kamu seperti ini kamu gak tau bagaimana, agama

Buddha itu seperti apa, sama aja percuma bohong… itu,

nah akhirnya saya dikirim ke Jawa sampe sekarang.

35

36

37

38

39

MTU : Waktu samaneri ikut pelatihan itu, bilang gak sama

keluarga/orang tua? 40

41

P : Sebenernya…………., gini saya waktu itu kan kakak

saya yang dari Jakarta itu, saya sebenernya gak ada

rencana, gak ada rencana mau jadi samaneri atau

gimana-gimana gak ada, cuma pas saat itu, saya mau

nerusin di umum saya udah daftar di universitas

lampung di UNILA, saya sudah daftar, saya sudah

bayar, saya sudah ikut tes, nah pas saat itu datanglah

formulir pelatihan itu, nah saya itu tertarik dan saya

tinggalin semuanya itu, dan saya ijin sama orang tua itu

saya gak dapet, dapetnya cuma untuk latihan, akhirnya

saya gak jadi mengundurkan diri dari tes itu, saya lanjut

cuman masuknya bulan Mei Juli, eh bulan Juli, nah

saya latihan bulan Juni, nah disitu saya cuma dapet ijin

½ bulan dari orang tua untuk mengikuti pelatihan. Saat

itu saya mulai tertarik-tertarik, saya tinggalin orang tua,

saya tinggalin orang tua saya tinggalin semuanya sampe

sekarang. Saya setahun, minta persetujuan orang tua,

saya gak dapet, sampe sekarang belum dapat. Cuma

yang menginjinkan waktu itu saya dianter kakak saya

yang dari Jakarta itu, dia anterin saya ke Palembang,

nemenin saya ketika saya baru ditahbiskan menjadi

samaneri terus saya ditinggal di Palembang.

43

44

45

46

47

48

49

50

51

52

53

54

55

56

57

58

59

60

61

62

63

64

MTU : Berarti kakak laki-laki samaneri gak jadi hidup

membiara? 65

66

P : Enggak. 67

MTU : Nah waktu itu samaneri kok dapat berpikiran kalau bisa

hidup membiara, padahal kakak samaneri aja gak

diijinkan? Dan bagaimana perasaaan saamneri saat itu?

68

69

70

P : Karna kan saya berpikiran seperti ini, keluarga saya

banyak, saudara saya ada delapan, saya anak ke

delapan, saya anak terakhir dan saya anak perempuan

sendiri seperti itu, jadi merupakan suatu tantangan gitu

lho, kenapa enggak untuk mencoba, terus entah kenapa,

saya juga gak tau kenapa saya punya niatan gitu,

71

72

73

74

75

76

Page 63: Proses Pengambilan Keputusan Hidup Membiara: Studi Kasus ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6750/8/T1_802007079... · MUDIKA, kan masuk MUDIKA muda mudi katolik itu kegiatannya

275

pokoknya punya niatan gitu, kenapa enggak dicoba.

Keluarga saya banyak, anak-anak dari orang tua saya

juga banyak delapan, kenapa enggak salah satu

mungkin bisa jadi istilahnya bisa jadi samaneri, kenapa

enggak. Saya juga gak dapet ijin, sampe orang tua saya

juga sakit dirumah sakit, saya gak peduli (sambil

menggelengkan kepala), saya bisa dikatakan saya egois

atau gimana-gimana, bisa dikatakan seperti itu tapi,

saya bertujuan saya itu baik karna saya meninggalkan

mereka itu bukan karna lari ke jalan yang negatif tetapi

saya menuju jalan yang positif gitu, saya berpikir

seperti ini kalau saya apa (suara motor membuat

samaneri mengeraskan suara), saya sadar, saya sadar

saya, kalau saya itu juga sudah negatif gitu lho,

namanya juga anak kost-kostan, anak apa, masih SMA,

keingintahuannya sangat tinggi gitu, saya sadar kalau

saya sudah terjun ke hal yang negatif, misalnya yaaa

pergi gak pulang seperti itu, saya sudah sadar it uterus,

karna-karna orang tua saya itu gak tau kalau saya itu

seperti itu di kost-kostan, jadi masih melarang saya

untuk seperti ini, saya berpikir dengan seperti ini saya

bisa merubah diri saya ke hal yang positif.

77

78

79

80

81

82

83

84

85

86

87

88

89

90

91

92

93

94

95

96

97

98

MTU : Apa yang membuat samaneri ingin meninggalkan

kehidupan “bebas” ? 99

100

P : Karna saya sadar bebas saya itu dalam hal yang negatif,

saya sadar kalo itu negatif saya sadar, misalnya,

misalnya kan saya masih SMA dapet jatah dari orang

tua itu enam ratus ribu per bulan, saya masih dapet

tambahan saya ngajar nari, itu saya masih dapet

tambahan itu perbulan tiga ratus ribu, tapi itu tanpa

sepengetahuan orang tua, orang tua tu gak tau kalau

saya ngajar nari gitu, karna orang tua saya gak tau saya

punya bakat nari itu gak tau karna mungkin dari pola

asuh orang tua saya sendiri, dari SMP orang tua saya

sibuk mungkin saya berangkat pagi sekolah sampe jam

satu siang saya pulang, jam dua berangkat lagi les

sampe jam empat saya gak ketemu sama orang tua,

orang tua saya sibuk. Mungkin ketemu nanti saya jam

tujuh sudah berangkat kerja kelompok atau kemana-

kemana jam tujuh malem, pulang jam sembilan, saya

juga pulang jam sembilan orang tua saya istirahat,

101

102

103

104

105

106

107

108

109

110

111

112

113

114

115

116

117

Page 64: Proses Pengambilan Keputusan Hidup Membiara: Studi Kasus ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6750/8/T1_802007079... · MUDIKA, kan masuk MUDIKA muda mudi katolik itu kegiatannya

276

mungkin ngobrol sama orang tua saya, ngobrol sama

orang tua saya itu cuma hari minggu ketika ke vihara

paling satu jam dua jam, sudah. Orang tua saya sibuk

dengan pekerjaan sendiri-sendiri, jadi orang tua saya

gak tau saya punya bakat gak tau gitu. Jadinya saya

seperti bebas, bebas saya itu seperti hidup sendiri, SMA

ngekost jauh dari orang tua saya, orang tua saya sayang,

maksudnya minta apapun dikasih, cuman saya tidak

butuh itu, mikirnya saya, saya tidak butuh materi tapi

saya butuh kasih sayang..kasih sayang..kasih sayang

orang tua gitu, saya memang merasa saya kurang kasih

sayang orang tua (tertawa tapi menunjukan wajah

murung), jadinya ya sadar kalau itu negatif terus

mungkin saya juga punya pikiran mungkin dengan

seperti ini saya bisa mendapat perhatian orang tua,

ternyata benar, setelah saya seperti ini, apa… kasih

sayangnya itu bener-bener gitu, pas pertama kali saya

pulang, satu tahun kan saya baru pulang pertama kali.

118

119

120

121

122

123

124

125

126

127

128

129

130

131

132

133

134

135

MTU : Sudah menjadi samaneri? 136

P : He em…, sudah menjadi samaneri satu tahun, saya baru

pulang, ketika itu saya bener-bener merasakan yang

namanya keluarga, yang namanya keluaraga itu saya

bener-bener merasakan. Dan pas saat itu, saya sudah

menjadi samaneri 3 bulan, kakak saya yang ada di

Jakarta sudah lulus kuliah, sudah wisuda, setelah

wisuda pulang, dia ikut saya ke Palembang. Kakak saya

ikut saya, ikut saya ke Palembang jadi samanera. Dia

bilang “saya mau ngapain?‟, sebenernya dia sudah bisa

ngajar cuma sudah ngajar di deket rumah, mungkin

orang tua saya juga mikir gak papa setelah dia lulus gak

papa, kenapa karena orang tua untuk mengiklaskan

untuk nemenin saya gitu, jadi orang tua saya gak iklas

gitu lho saya sendiri, gak iklas, jadi kakak saya

diperbolehkan menjadi samanera untuk nemenin saya,

padahal…, nemeni saya itu untuk jadi samaneri, kami

pisah, dia di Palembang tetep aja kami pisah. Tapi

akhirnya dia boleh.

137

138

139

140

141

142

143

144

145

146

147

148

149

150

151

152

153

154

MTU : Samaneri, samaneri untuk mendapatkan tanda tangan

sebagai ijin dari orang tua bagaimana? 155

156

P : saya itu yang tanda tangan kakak saya, karena yang

nganter itu kakak saya, tapi secara moral belum, dari 157

158

Page 65: Proses Pengambilan Keputusan Hidup Membiara: Studi Kasus ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6750/8/T1_802007079... · MUDIKA, kan masuk MUDIKA muda mudi katolik itu kegiatannya

277

orang tua itu belum, cuma sedikit demi sedikit itu sudah

dapet ijin. Kami berdua itu juga sambil membimbing

orang tua, karna kan orang tua saya sudah tua,

maksudnya jangan sibuk dalam pekerjaan terus

menerus, waktu ke vihara itu juga harus ada gitu, untuk

berbuat baik itu gimana. Jadi kami itu sebenernya

berdua itu punya prinsip untuk membing keluarga saya

lah, supaya gak melupakan sama keyakinannya gitu,

karna sibuk dengan pekerjaannya jadi sibuk, apa… lupa

dengan keyakinannya gitu uhuk…. (sambil terbatuk).

159

160

161

162

163

164

165

166

167

168

MTU : Samaneri bilang bahwa keinginan itu datang pada kelas

2 SMA, seberapa besar keinginan itu? 169

170

P : Belum besar, kalau diukur belum besar, keinginannya

itu belum besar tetapi setelah lulus SMA, saya punya

keyakinan yang bener-bener itu ketika saya lulus SMA,

ketika saya ngobrol-ngobrol sama kakak saya, saya

sharing saya tanya-tanya dulu gimana sih, kan dia sudah

pernah gitu, gimana sih latihan jadi samanera samaneri

ya gini-gini diceritakan seperti itu, coba dulu aja gak

papa, kenapa enggak gitu.

171

172

173

174

175

176

177

178

MTU : Ketika orang tua tidak setuju samaneri mengikuti

pelatihan, bagaimana sih respon tindakan mereka? 179

180

P : Tidak setujunya, yang pertama sih dengan tidak

memberikan surat ijin, saya pulang itu sudah buat surat

ijin tapi gak juga ditandatangani gitu lho sama bapak

saya, gak disobek gak diapain, dibaca aja enggak, cuma

“pak ini pak tandatangan” ketika kumpul, diambil sama

bapak saya ditaroh habis itu ngobrol lagi dibiarin aja

suratnya, sudah saya pun gak mau memaksa gitu toh

ketidaksetujuannya itu bapak saya tidak

memperlihatkan “jangan” gini-gini sampe saya di

musuhi enggak, enggak cuman kan kadang ketika

telpon, ketika telpon itu mencoba untuk apa ya,

pembicaraannya itu selalu menarik saya untuk kembali

gitu lho, ketika ngomong itu pembicaraannya selalu

menarik saya kembali gitu lho.

181

182

183

184

185

186

187

188

189

190

191

192

193

194

MTU : Sampe sekarang? 195

P : He em… , tapi kalo sekarang sih udah gak terlalu, cuma

kalo sekarang ketika saya bilang mo jadi bhikkhuni, kan

ada tingkatannya kan setelah samaneri nah itu tuh selalu

bicara seperti ini, saya masih ingat pembicaraannya gitu

196

197

198

199

Page 66: Proses Pengambilan Keputusan Hidup Membiara: Studi Kasus ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6750/8/T1_802007079... · MUDIKA, kan masuk MUDIKA muda mudi katolik itu kegiatannya

278

ketika saya minta ijin kan, “kalo seumpamanya kamu

jadi bhikkhuni terus kamu gak nikah?”, saya jawab “ya

enggaklah pak”, kan kalo perempuan itu seumur hidup

sekali jadi bhikkhuni, kalau jadi samaneri bisa berkali-

kali kalau jadi bhikkhuni cuma sekali, “anak

perempuanku tuh cuma satu, saya pingin ikut anak

perempuanku, saya pengen melihat anak perempuan

saya itu berkeluarga” gitu, tetapi beliau tidak bilang

kamu tuh jangan gini-gini enggak cuman beliau

ngomongnya secara halus seperti itu, kadang kan dihati

kan wah gini kan (sambil mata berkaca-kaca dan hidung

memerah) tetapi enggak, kalau bapak mau ikut saya

bapak juga bisa, kalau saya jadi bhikkhuni besok beli

rumah tinggal disitu, tinggal di vihara juga bisa seperti

itu selalu kalau bapak saya ngomong seperti itu saya

jawab seperti itu.

200

201

202

203

204

205

206

207

208

209

210

211

212

213

214

215

MTU : samaneri bagaimana sih samaneri terus memilihara

keinginan itu agar tidak hilang dengan adanya

tantangan dari orang tua?

216

217

218

P : Karna saya berpikir seperti ini, kalo saya pulang saya

kembali ke yang dulu otomatis pasti negatif lagi pikiran

saya negatif lagi saya berpikir seperti ini saya malah

bisa membahagiakan orang tua. Logikanya saja dari hal

yang terkecil, pasti tiap bulan saya masih minta jatah

terus saya kuliah pasti masih minta orang tua, yang

kedua pergaulan itu pasti mempengaruhi kehidupan

saya dan selamanya saya gak…gak… punya pemikiran

yang apa ya istilahnya positif yang bener-bener gitu,

saya masih menimbang ulang, memikirkan ulang

tentang hal itu.

219

220

221

222

223

224

225

226

227

228

229

MTU : Samaneri saat samaneri tertarik untuk hidup membiara

dan menjadi samaneri, siapa yang pertama kali

samaneri beritahu?

230

231

232

P : Kakak saya, kakak saya yang nomor tujuh, dia nomor

tujuh saya nomor 8, jadi delapan bersudara itu

semuanya sudah berkeluarga cuma dua yang tidak.

233

234

235

MTU : Ada gak kekhawatiran dalam mengahadapi tantangan

dari keluarga atau lingkungan yang tidak setuju

samaneri untuk mengambil keputusan itu?

236

237

238

P : Enggak, saya gak ada kekhawatiran, kesulitan saya

hadapi aja, hadapi sendiri, kehidupan jadi samaneri kan 239

240

Page 67: Proses Pengambilan Keputusan Hidup Membiara: Studi Kasus ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6750/8/T1_802007079... · MUDIKA, kan masuk MUDIKA muda mudi katolik itu kegiatannya

279

kita juga hidup dengan masyarakat sekitar to, saya

harus hidup dengan komunitas-komunitas dari tempat

yang berbeda dari pemikiran yang berbeda, suku yang

berbeda itu juga sulit gitu kan, harus berkumpul dengan

mereka juga kadang itu kesulitannya tapi saya mencoba

menimbang ulang dan ketika saya bener-bener

mengahadapi masalah bener-bener sulit sekali bagi saya

pasti cerita sama kakak saya, walau saya punya guru

pertama saya cerita pada kakak saya walaupun dia cuma

samanera gitu kan saya pasti pasti pertama itu ke kakak

saya dulu baru ke guru saya kalau kakak saya tidak bisa

memutuskan saya harus gimana, saya harus seperti apa

saya baru ke guru.

241

242

243

244

245

246

247

248

249

250

251

252

253

MTU : Siapa yang paling berperan dalam samaneri mengambil

keputusan hidup membiara? 254

255

P : Ya kakak saya itu, kakak saya yang menjadi samanera

itu, saya paling deket sama dia, beliau itu bener-bener

motivasi saya, walaupun saya punya orang tua yang

luar biasa tetapi beliau itu motivasi saya gitu, mulai dari

kuliah dari saya pertama jadi samaneri.

256

257

258

259

260

MTU : Bagaimana samaneri memandang kakak samaneri? 261

P : Kakak saya itu ya kakak, ya teman, ya ayah saya gitu,

memandang orangnya itu bijaksana, orangnya itu

bijaksana beliau tidak egois menurut saya, menurut saya

lho tidak egois, beliau masih mementingkan keluarga

daripada dirinya sendiri. Pernah dulu, ini saya cerita ya,

beliau punya pacar, pacarnya itu ada di Tangerang, dia

di Jakarta sama-sama kuliah di situ dan beliau itu pas

wisuda saya sudah jadi samaneri disini ketika itu, saya

mau kesana tetapi pas ada bencana gunung merapi

meletus, sama pacarnya gak boleh kesana, alasannya

gini..gini..gini.. ternyata enggak, alasannya pesawatnya

seperti ini seperti ini jadi gak bisa lewat gitu, dengan

bodohnya saya itu dibohongi, ternyata setelah saya tahu

saya ditanya sama guru saya kenapa kamu gak datang,

ternyata bisa gitu, guru saya pun juga kesana, akhirnya

dari situ saya kecewa sama mantan, mantan kan karna

dia juga sudah jadi samanera. Dan pernah juga saya

sakit dan pacrnya juga sakit pacarnya dirumah sait

diJakarta, saya juga dirumah sakit di Lampung, beliau

rela meninggalkan pacarnya yang sakit untuk jenguk

262

263

264

265

266

267

268

269

270

271

272

273

274

275

276

277

278

279

280

281

Page 68: Proses Pengambilan Keputusan Hidup Membiara: Studi Kasus ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6750/8/T1_802007079... · MUDIKA, kan masuk MUDIKA muda mudi katolik itu kegiatannya

280

saya, dan dia pulang saya sembuh, kalo saya kangen

sama dia pengen ditemeni saya pasti sakit. Waktu saya

jadi baru mau jadi samaneri, saya sama kakak itu pergi

berdua ke Palembang, bekel dari Lampung ke

Palembang itu berdua dua ratus lima puluh, uang saya

kan pas itu hilang jadinya berdua cuma bawa uang dua

ratus tujuh puluh lima, jadi sisa uang itu dua puluh lima

ribu, sehari itu untung saya dibawain bekel sama kakak

ipar, bawain bekel satu tempat makan itu dimakan

berdua, nyampe Palembang di vihara Palembang

untung ada acara disitu jadi kita makan disitu, sisa uang

dua puluh lima ribu malem itu saya kan mabok, sakit

dibeliin obat tinggal sisa sepuluh ribu, makan pagi kan

itu belum penahbisan jadi samaneri itu masih acara

pengarahan, acara potong rambut, belajar pake jubah itu

masih 2 hari, cuma sisa uang sepuluh ribu, jadi saya

makan vihara, walaupun dia bukan peserta dia ikut

makan dan uang sepuluh ribu itu gak diapa-apain, nah

pas acara potong rambut rambut saya kan panjang,

samape sekarang masih disimpen sama dia, rambut itu

guru saya kan yang motong sama dia diambilin

disimpen sama dia, nah terus kan guru saya sudah kenal

sama kakak saya duluan akhirnya sama guru saya itu

diongkosin dikasih uang dua juta lima ratus untuk

pulang. Sampe waktu itu kan ada anagarini dia kira

kakak saya itu pacar saya bukan kakak saya, karna

waktu itu dia nungguin saya, yah kakak saya itu ya

teman ya kakak ya ayah.

282

283

284

285

286

287

288

289

290

291

292

293

294

295

296

297

298

299

300

301

302

303

304

305

306

307

308

309

MTU : Ada gak kesulitan yang samaneri hadapi saat di

komunitas saat pelatihan? 310

311

P : Pas pelatihan, pas pelatihan itu gak ada kesulitan, yang

perempuan itu yang paling banyak peraturannya itu

saya karna kan yang lainnya kan anagarini, jadi

mungkin mereka kan segen sama saya, mereka begitu

baik dengan saya, jadi saya sama temen-temen itu gak

mengalami kesulitan baik sama samanera sama

anagarini. Cuma saat itu kesulitannya itu saya sakit

maag, makan kan cuma 2 hari, saya kaget malemnya

saya cuma minum jus jadi saya kaget, saya sempet

masuk rumah sakit tiga hari.

312

313

314

315

316

317

318

319

320

321

MTU : Pernah gak samaneri mengalami fase pasang surut 322

Page 69: Proses Pengambilan Keputusan Hidup Membiara: Studi Kasus ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6750/8/T1_802007079... · MUDIKA, kan masuk MUDIKA muda mudi katolik itu kegiatannya

281

dalam kehidupan membiara? 323

P : Suatu kali pernah waktu saya sudah jadi samaneri

selama 1 tahun, saya ingin pulangnya itu karna ibu saya

masuk rumah sakit. Saya sudah pulang satu tahun itu

saya sudah pulang saya liburan, kalau gak Juli ya

Agustus saya pulang pas lebaran di rumah berdua sama

kakak saya, dirumah itu sudah satu minggu berkumpul

sama keluarga, saya pulang duluan kesini soalnya saya

mau masuk kuliah ikut mos kakak saya juga sudah

beberapa hari di rumah pulang, setelah saya pulang dia

dirumah dulu beberapa hari, saya pulang. Ketika saya

pulang itu ibu saya kaget kok seperti ini, saya sudah gak

punya rambut, pakaiannya sudah seperti ini kan,

mungkin pikirannya kacau walaupun pas kami kumpul

keluarga itu fine-fine aja, tidak menunjukan emosi

cuma menunjukan kasih sayangnya, rasa kangennya

pada seorang anak, beliau menunjukan seperti itu saya

gak tau batinnya itu menolak saya gak tau, saya pulang.

Tetapi saya ingetnya seperti ini pas saya pulang pertama

kali saya pulang dulu ke rumah saya liburan, saya

dirumah itu 3 hari saya pulang kalau mau pulang ke

Lampung kan harus ke Palembang, harus nemuin guru

saya dulu nah waktu itu saya nemuin orang tua saya

dulu 3 hari pas waktu itu katanya… Saya kan punya

uang waktu itu entah uangnya jumlahnya berapa nah

ibu saya itu bilang gak punya duit saya pergi ke atm

saya tarik uang semua, dittany saya punya uang sekian,

pinjem dulu semua nanti saya kembalikan pas mau ke

Palembang, jadinya tak tarik semua uang itu, nah pas 3

hari setelah itu 2 hari saya sudah kode hari apa gitu saya

mau pulang (ke Palembang) orang tua saya bilang gini

pas hari H malemnya saya sudah kode uangnya mana

mau beli tiket, gak usah balikin semua cukup dua ratus

aja kalo gak seratus lima puluh saya bilang seperti itu,

orang tua saya diem aja, tertanya orang tua saya itu gak

boleh saya kembali, aduh pikiran saya kan kacau aduh

gimana sudah pake jubah kok seoerti ini pas itu saya

bingung saya telpon kakak saya, kakak saya sudah

telpon orang tua jangan seperti ini gini-gini secara

bauk-baik saja kita bicarakan di Palembang, bapak ke

Palembang ngomong sama bhante, bapak saya gak

324

325

326

327

328

329

330

331

332

333

334

335

336

337

338

339

340

341

342

343

344

345

346

347

348

349

350

351

352

353

354

355

356

357

358

359

360

361

362

363

Page 70: Proses Pengambilan Keputusan Hidup Membiara: Studi Kasus ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6750/8/T1_802007079... · MUDIKA, kan masuk MUDIKA muda mudi katolik itu kegiatannya

282

gubris gak peduli gitu omongan kakak saya gak peduli,

saya telpon samaneri yang ada di dini (ampel), tolong

kirim uang enam ratus ribu pinjem dulu nanti ketika

saya pulang ke Jawa, untungnya samaneri punya

ditransfer, malem itu juga saya pergi ke atm saya minta

tolong tetangga saya saya ambil uang jam 20.30 itu saya

sudah tidur, ibu saya ke kamar bingung gak saya

pedulikan, mungkin rasa kangennya itu masih, mungkin

saya yang egois tapi saya udah gak mikirin perasaan

orang tua sudah sembuh belum kangennya itu saya

mikir sampe situ gitu loh, saya itu mikirnya dirumah

jangan lama-lama saya mikirnya kalau lama-lama

dirumah saya bahaya gitu dengan pikiran saya sendiri,

saya takut dengan pikiran saya sendiri gitu sudah, saya

tidur saya dipeluk, dicium saya pengen nangis

(menghapus air matanya saat bercerita) tapi saya gak

mau menunjukan hal itu, saya tahan saya takut dengan

pikiran saya sendiri, akhirnya besok paginya jam 4 ibu

saya belum bangun, saya jam 4 berusaha bangun, saya

gak mandi gak apa, gak makan, gak minum, saya ambil

tas pake sandal saya minta tolong tetangga saya anterin

ke kotanya naik travel ke Palembang. Saya nunggu

travelnya itu dari jam 5 sampe jam 8, akhirnya saya sms

tapi mereka gak nyari, gak dikejar anehnya, kan sempat

nunggunya di Begadang, saya sms bapak saya saya

sudah dibegadang saya pamit, saya juga sms ibu saya,

saya itu smsnya jam 6, kalau memang mereka itu ngejar

saya tapi itu enggak, ibu saya ngebalesin hati-hati ya

sayang, aneh kan aneh sekali, ya sudah saya pulang ke

Palembang. Setelah saya pulang ke Jawa, selang

beberapa hari ibu saya masuk rumah sakit lagi, nah itu,

saya duduk …..waktu itu saya sempet nangis ada

samaneri-samaneri, saya nangis bener-bener saya

nangis harus gimana saya bingung, waktu itu kakak

saya lagi ikut ret-ret jadi hpnya tidak bisa dihubungi

sama guru saya juga, ret-retnya di Thailand. Saya

bingung harus gimana kalau saya gak lepas orang tua

saya gimana nasib ibu saya gimana kalau seperti ini

saya durhaka atau enggak, saya masih mikirin perasaan

orang tua saya, kan namanya nyawa kan cuma satu saya

sampe mikirin sampe situ, akhirnya saya sembahyang

364

365

366

367

368

369

370

371

372

373

374

375

376

377

378

379

380

381

382

383

384

385

386

387

388

389

390

391

392

393

394

395

396

397

398

399

400

401

402

403

404

Page 71: Proses Pengambilan Keputusan Hidup Membiara: Studi Kasus ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6750/8/T1_802007079... · MUDIKA, kan masuk MUDIKA muda mudi katolik itu kegiatannya

283

disini, saya jam 3 pagi saya bangun saya

merenung…merenung…merenung…dan merenung,

saya berpikir…berpikir… harus gimana akhirnya saya

berpikir kalau saya lepas saya pulang belum tentu

sembuh namanya penyakit sembuh hanya sesaat dan

saya gak pulang belum tentu sembuh belum tentu juga

gak sembuh akhirnya saya sering telpon, akhirnya

sembuh juga, saya juga ditelpon tetangga, ditelpon

temen, ditelpon kakak suruh pulang cuma ya tadi

perempuan satu-satunya, yang mau diikuti sama orang

tua saya itu cuma saya, saya juga berusaha ngasih

perhatian sama mereka, ngasih sesuatu lah, misalnya

lebaran saya beliin apa, waisak perlunya apa, saya

belikan, walaupun mereka sebenernya bisa beli sendiri

bahkan lebih mahal dari yang saya berikan, tapi kan

berpikir kalau saya kasihnya dengan iklas dengan tulus

orang tua saya juga kan seneng, ya akhirnya ya iya,

kenyataannya walaupun itu barang murah tapi selalu

mereka pake gitu.

405

406

407

408

409

410

411

412

413

414

415

416

417

418

419

420

421

422

423

MTU : Bagaimana dengan respon dari teman-teman samaneri? 424

P : Ya mereka mendukung, kalau pulang kita makan

bareng sama-sama bahkan ada ni teman saya yang

bilang, s”ebenernya gue pengen kayak elu, tapi belum

siap”, ya saya bilang “ya tunggu aja, pasti nanti bisa”.

425

426

427

428

MTU : Berarti sampe sekarang orang tua masih terus menerus

menarik, agar lepas dari kehidupan membiara? 429

430

P : Ya kadang-kadang kan saya berbicara seperti itu

menuju kesana (untuk mrnjadi samaneri), nah itu saya

bicara pelan dan mereka pun menariknya secara pelan,

keinginan bapak saya tinggi kalau ibu saya suka

ngomong “ya gak papa gimana lagi udah pilihannya ya

yang penting kamu kuat, ya kalo bisa kamu pulang ya

kalau enggak sih gak papa tapi sebenernya ya ibu

kangen”. Ini bapak saya ya bilang “kalau sudah lulus

kuliah, silahkan kamu kerja dan silahkan kamu pulang”,

saya petik pembicaraannya itu seperti itu, setelah selesai

kuliah setahun istilahnya mengabdi sama masyarakat

dulu setelah itu yuk kita pulang, kamu berkeluarga

setelah itu saya ikut kamu.

431

432

433

434

435

436

437

438

439

440

441

442

443

MTU : Lalu bagaimana denga perasaan samaneri? 444

P : Untuk saat ini, namanya juga perasaan, pikiran orang 445

Page 72: Proses Pengambilan Keputusan Hidup Membiara: Studi Kasus ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6750/8/T1_802007079... · MUDIKA, kan masuk MUDIKA muda mudi katolik itu kegiatannya

284

bisa berubah, tapi sekarang saya masih mau lanjut. 446

MTU : Ada kekhawatiran untuk peraturannya gak samaneri? 447

P : Kalau untuk peraturannya saya gak khawatir,

sebenernya kalau peraturan sendiri sih gak masalah, gak

boleh makan lebih dari dua kali, gak boleh make make

up, perhiasan, menikah, berbohong, membunuh dan

seperti itu, saya rasa saya bisa. Tapi yang lebih sulit itu

dengan lingkungan sekitar, hidup dengan komunitas itu

lebih… sulit.

448

449

450

451

452

453

454

MTU : Sulit dalam hal apa, kalau saya boleh tau? 455

P : Pemikiran, pemikiran berbeda kan walaupun hidup di

vihara kan organisasi kan, misalnya dalam hal kecil saja

misalnya, makan itu harus gimana, itu sudah suatu

kesulita, atau kita ngomong, kami kan orang Sumatra

kan kasar kan ngomongnya, jujur saya sendiri kasar,

saya sendiri kasar ngomongnya dan menurut saya itu

bukan suatu kata-kata yang kasar, tetapi kan menurut

orang jawa sini kan sudah kasar gitu, kadang mereka

tersinggung, kadang juga kata-kata mereka itu gak etis

menurut saya tapi etis menururt mereka.

456

457

458

459

460

461

462

463

464

465

MTU : Jadi kesulitannya lebih ke komunitas ya? 466

P : Iya, kalau peraturan lebih ke misalnya tidak boleh

membiacarakan orang lain, kadang-kadang hal itu yang

masih sulit bagi saya, karena kita juga kan masih

manusia biasa, ya hal-hal seperti itu.

467

468

469

470

Partisipan 4 Wawancara 2

(P4W2)

Waktu : Rabu, 30 Januari 2013; pukul 13.21-14.13 WIB

Lokasi : Pondok Meditasi Ampel MTU : Selamat sore samaneri… 1

P : Selamat sore 2

MTU : Sebenarnya samaneri, apa yang menjadi alasan

(melatarbelakangi) samaneri mengambil keputusan

untuk hidup membiara dan menjadi samaneri?

3

4

5

P : Kenapa saya menjadi samaneri? bukannya sudah

saya ceritakan ya? 6

7

MTU : Iya samaneri, kalau boleh, saya ingin tau lebih

mendalam. 8

9

Page 73: Proses Pengambilan Keputusan Hidup Membiara: Studi Kasus ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6750/8/T1_802007079... · MUDIKA, kan masuk MUDIKA muda mudi katolik itu kegiatannya

285

P : Yang melatarbelakangi saya ya keinginan saya untuk

hidup membiara, yang melatarbelakangi dari awal

sudah saya jelaskan pergaulan saya dan tingkah laku

saya sepertinya itu kurang pas, kurang pas untuk di

masyarakat dalam hidup berkeluarga gitu dan saya

itu sadar itu dan akhirnya saya memutuskan untuk

latihan membiara seperti itu supaya ada perubahan.

10

11

12

13

14

15

16

MTU : Samaneri, boleh dijelaskan kurang pasnya itu seperti

apa? 17

18

P : Misalnya kan e….., misalnya pergaulan, pergaulan

sama temen, kan saya dulu ngekos SMA nah saya

sering keluar malem kumpul, tetapi saya enggak gak,

istilahnya gak mabuk gak itu enggak cuman saya

sering keluar sama temen-temen gak tau waktu dan

tidak memprioritaskan sekolah tidak

memprioritaskan pendidikan tapi taunya hanya maen

gitu, seneng gitu sama temen saya tapi tidak

memikirkan bahwa uang itu yang di dapet dari mana,

orang tua gimana ngedapetin uang saya gak mikir,

seperti itu. Saat saya kelas tiga sudah lulus saya

punya pikiran untuk jadi samaneri atau hidup

membiara itu.

19

20

21

22

23

24

25

26

27

28

29

30

31

MTU : Apa yang membuat samaneri berubah / konflik apa

yang terjadi dalam diri samaneri sehingga samaneri

memiliki keinginan untuk hidup membiara?

32

33

34

P : Yang bener-bener mendukung yang pertama itu tadi,

yang ke dua kan saya udah pernah bilang kalo orang

tua saya itu istilahnya cuman ngasih itu materi gitu

tetapi untuk apa ya.. perhatian apa itu saya itu merasa

kurang jadi sama aja saya hidup membiara sama saya

hidup jadi umat biasa sudah sama aja gak

diperhatikan mungkin seperti itu dan pasti juga

diperbolehkan, dan ternyata ketika saya ijin untuk

hidup membiara saya itu tidak diijinkan.

35

36

37

38

39

40

41

42

43

MTU : Berarti samaneri berpikiran kalau samaneri pasti

diberi ijin karena biasanya keluarga tidak memberi

perhatian (cuek), apakah seperti itu maksud

samaneri?

44

45

46

47

P : Iya. 48

MTU : Nah saat ternyata orang tua tidak mengiijinkan,

apakah keinginan/minat itu hilang atau semakin 49

50

Page 74: Proses Pengambilan Keputusan Hidup Membiara: Studi Kasus ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6750/8/T1_802007079... · MUDIKA, kan masuk MUDIKA muda mudi katolik itu kegiatannya

286

kuat? 51

P : Saya semakin kuat, saya berpikir kalo saya masih

punya niatan aja dilarang berarti mereka masih

perhatian, apalagi setelah saya masuk otomatis

mereka akan berubah gitu, dan ternyata iya, ketika

saya sudah masuk memang iya berubah, perubahan

dalam orang tua saya sendiri, perubahan untuk diri

saya sendiri juga ada

52

53

54

55

56

57

58

MTU : Berarti perubahan dari orang tua semakin memberi

perhatian ya? 59

60

P : He eh, yang pertama itu, nah misalnya kan dari diri

orang tua sendiri misalnya tiap hari rabu kalo di

vihara saya itu ada….. kalo ibu-ibu itu kan ada kayak

arisan kayak kumpul-kumpul gitu kan, nah dulu

mamak saya ibu saya itu gak pernah namanya ikut itu

apa, kumpul dengan wanita buddhis, WBI itu

namanya kan perkumpulannya, itu gak pernah gitu,

ibu saya sibuk dengan pekerjaannya nah mulai saya

masuk (peatihan), mulai saya masuk itu lama-lama

pelan-pelan di arahkan, kan saya sama kakak jadi

saya sama kakak itu mengarahkan orang tua, pelan-

pelan diarahkan diarahkan dan akhirnya ada

perubahan juga walaupun dikit demi sedikit ibu saya

kalau hari rabu mulai ikut kegiatan sama wanita

buddhis itu, terus bapak saya juga, setiap malem rabu

itu kan misalnya kebaktian sembahyang bapak-

bapak, kalau hari rabunya kan ibu-ibu, nah bapak

saya juga mau ikut dan ibu saya juga mau ikut

jadinya kan seneng tambah tertarik gitu lho, kalau

misalnya saya jadi umat biasa kan belum tentu ibu

saya mau ke vihara, orang saya aja males ke vihara

gitu.

61

62

63

64

65

66

67

68

69

70

71

72

73

74

75

76

77

78

79

80

81

82

MTU : Jadi kegiatan-kegiatan vihara yang sebelumnya tidak

pernah diikuti mulai diikuti oleh kedua orang tua

samaneri ya, setelah samaneri memilih ikut hidup

membiara?

83

84

85

86

P : He eh… 87

MTU : Oke, samaneri saya mau mengajak samaneri

berandai-andai, pada interview yang pertama

samaneri menceritakan bahwa kakak samaneri

memiliki peran yang sangat besar pada kehidupan

88

89

90

91

Page 75: Proses Pengambilan Keputusan Hidup Membiara: Studi Kasus ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6750/8/T1_802007079... · MUDIKA, kan masuk MUDIKA muda mudi katolik itu kegiatannya

287

samaneri, nah andaikan kakak samaneri tidak masuk

dalam hidup membiara, kakak tidak memiliki minat

untuk hidup membiara, apakah samaneri tetap akan

mengambil keputusan untuk mengikuti pelatihan

membiara menjadi samaneri?

92

93

94

95

96

P : Iya tetap mengikuti, karna kan itu keinginan pertama,

kan waktu itu pas kelas tiga, saya sadar kalo

perbuatan saya itu tingkah lakunya sudah

menyimpang gitu lho, jadinya ya pasti ada, pasti ada

niatan seperti itu pasti ada walaupun kakak saya

sendiri enggak…enggak… awalnya gak masuk, saya

pasti ada niatan gitu.

97

98

99

100

101

102

103

MTU : Berarti keinginan menjadi samaneri itu sudah ada

sebelum kakak samaneri berniat ikut pelatihan? 104

105

P : Sudah ada, karna kan dulu ketika masih kelas satu

SMA, ini cerita ya ada namanya mba VI gitu kan dia

itu mau jadi samaneri gitu nanti kalo lulus kuliah eh

lulus sekolah mau jadi samaneri gitu, namanya mba

VI. Aku bilang iya mba, kalo nanti jadi samaneri aku

juga ikutan tapi itu masih kelas satu, aku juga ikutan

ya, nanti sampean yang motong rambut ku, iya dek

iya gitu ya udah, tetapi akhirnya mba VI itu gak jadi

sih, dia kuliah di umum gak kuliah di agama, ya

sudah gitu tapi nah ….. terus yang kedua kali kakak

saya itu, kakak saya di rumah kan gak disetujui, nah

itu saya punya niatan kayak punya tantangan

gitu……..

106

107

108

109

110

111

112

113

114

115

116

117

118

MTU : Andaikan lagi kalau samaneri tidak memiliki kakak

seperti yang sekarang ini yang perhatiannya sangat

besar pada samaneri, apakah keinginan samaneri

untuk hidup membiara itu ada?

119

120

121

122

P : Tetep ada, saya deket sama kakak saya itu sudah

dekat dari dulu, karna waktu saya SD kelas lima

kelas enam kakak saya itu pergi kan dia ngekos juga

jauh, dia malah hidupnya itu lebih sengsara

disbanding saya gitu, dia itu orangnya itu nerima gitu

lho, walaupun dia gak dikosin gitu suruh tinggal di

vihara, dia tinggal di vihara itu harus membantu

vihara untuk dapetin makan itu dia itu harus

membantu, dari ngangkat beras ngangkat apa gitu

nanti, pagi pun bangun pagi bersih-bersih nah setelah

123

124

125

126

127

128

129

130

131

132

Page 76: Proses Pengambilan Keputusan Hidup Membiara: Studi Kasus ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6750/8/T1_802007079... · MUDIKA, kan masuk MUDIKA muda mudi katolik itu kegiatannya

288

itu baru berangkat sekolah gitu, gitu kan pulang sore

nanti masih bersih-bersih vihara lagi masih apa kerja

di situ kan kadang ada kegiatan gitu nah, dia SMA

saya SD, saya masih inget nah dia itu udah beberapa

bulan gak pulang, dia itu pertama kali dia itu

ngirimin apa, ngirimin celana, celana sama jeket itu

hasil kerja dia, itu saya bener-bener terharu, nah

akhirnya pas ada hajatan di rumah saya, kakak saya

nikah yang nomor tiga dia pulang, itu saya bener-

bener ketemu dia, ketika dia pulang saya itu gak di

rumah, nah dikabarin dia pulang, saya pulang ya

udah saya peluk… bener-bener saya peluk, saya

nangis padahal saya masih SD, saya itu sudah deket

gitu, memang kan kami berdua yang paling kecil.

133

134

135

136

137

138

139

140

141

142

143

144

145

146

MTU : Usianya beda berapa tahun samaneri dengan kakak? 147

P : Dia 1987, saya 1991. Berdua itu, kakak saya kan

sudah dewasa-dewasa semua jadinya ketika di SMP

saya masih kecil dia bawa uang saku seribu misalnya

kadang gak bawa uang saku, terus bawa uang saku,

itu pun pulang masih bawa jajan buat saya gitu,

memang dari kecil memang deket.

148

149

150

151

152

153

MTU : Samaneri mengetahui kehidupan membiara itu dari

kakak ya? 154

155

P : Iya, kemaren kan sempet cerita kalau jadi samanera

itu seperti ini lho, gak mungkin terlepas dari masalah,

masalah itu tetep ada diarahin, dicontohi seperti ini,

dikasih tau kalau sama aja, tetapi masih mungkin

masih dalam komunitas dia bilang seperti itu ya,

sama aja kehidupannya ada makan minum, nyuci

sendiri, apa sendiri, ya cuman itu kamu dalam

komunitas, komunitas di masyarakat bukan tetapi

kamu komunitas di vihara gitu, masih banyak

peraturan yang harus kamu patuhi. Sama aja sebelum

saya masuk, sebelum saya berangkat ke Palembang

ini, itu sudah dikasih arahan-arahan gitu, seperti ini

lho, seperti ini lho, seperti ini. Kemaren kan baru

kesini, ngajak orang tua kesini juga, ke Borobudur

yuk. Ya memang misinya itu sama untuk keluarga

gitu, gak ada niatan gimana-mana. Kalau dia ada

masalah gitu yang pertama kali dia tanya itu pasti

saya, ini gimana, misalnya dia punya uang dia mau

156

157

158

159

160

161

162

163

164

165

166

167

168

169

170

171

172

173

Page 77: Proses Pengambilan Keputusan Hidup Membiara: Studi Kasus ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6750/8/T1_802007079... · MUDIKA, kan masuk MUDIKA muda mudi katolik itu kegiatannya

289

beli apa, dia tanya saya dulu boleh apa gak, saya

bilang kira-kira itu bermanfaat gak, kira-kira itu

berguna apa gak, kalo gak bermanfaat buat apa gitu

sama sebaliknya saya juga begitu.

174

175

176

177

MTU : Pada interview pertama samaneri juga bercerita,

bahwa samaneri pernah mendaftar di Universitas

Lampung, sebelum masuk pelatihan, bahkan

samaneri sudah ikut tes dan sudah membayar, dan itu

samaneri tinggalkan, padahal ijin dari orang tua

untuk ikut pelatihan pun belum dapat, nah apa sih

yang benar-benar memotivasi (mendorong) samaneri

untuk berani mengambil langkah itu?

178

179

180

181

182

183

184

185

P : Yang bener-bener. Nah ketika itu malem hajatan itu

kan saya e….. pas sesudah itu kan kakak saya yang

nomor lima itu kan nikah nah pas itu kan memang

ada hajatan di rumah, ada pesta rame, nah itu kan

memang ada konflik dari keluarga terutama dengan

orang tua saya memang ada konflik tapi gak mungkin

dong saya ceritakan, nah ada konflik dan itu bener-

bener memicu saya untuk pergi dari rumah gitu, tapi

sebelum itu pas hari H, orang itu kakak saya, yang

kakak saya yang samanera itu pulang sama pacarnya,

dia itu ngajak pulang ke Lampung itu sama pacarnya

dari Jakarta, dan itu saya sudah tanya, memang saya

sudah tanya, sudah tanya gimana… apa kalo saya

jadi samaneri, nah itu masih, ya itu tadi dijelasin

kalau kehidupan samaneri seperti ini seperti ini,

dijelasin sama dia gitu nah pas hari H hajatan itu kan

sampe malem nah itu memang ada konflik ya sudah,

terus saya kan sakit, memang saya ada penyakit gitu,

ada penyakit nah saya sudah santai gitu, santai sudah,

makan sudah selesai nah saya berobat, saya berobat

dan memang sudah parah kan, nah….. itu saya pas

itu saya, kalo di Lampung itu namanya kota Metro

saya di bawa kesitu nah bener-bener parah kan, kok

sudah seperti ini kemarin belum seperti ini kok sudah

seperti ini gitu, dokternya tanya. Ya saya juga

bingung kan harusnya kalau saat ini belum seperti ini

gitu dan ya sudah saya pulang, saya kan sama pacar

kakak saya itu, sama orang tua sama bapak sama

kakak saya ibu saya gak ikut, sudah saya pulang ke

186

287

189

190

191

192

193

194

195

196

197

198

199

200

201

202

203

204

205

206

207

208

209

210

211

212

213

214

215

Page 78: Proses Pengambilan Keputusan Hidup Membiara: Studi Kasus ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6750/8/T1_802007079... · MUDIKA, kan masuk MUDIKA muda mudi katolik itu kegiatannya

290

rumah, besoknya saya berangkat, mulai dari itu saya

sudah punya niatan kalau memang saya mau mati ya

sudah gitu, mending saya kalau seperti ini kan

istilahnya saya punya karma baik gitu kalau memang

saya mau mati ya saya setidaknya saya sudah punya,

cita-cita saya itu sudah sampe gitu, nah saya kemarin

juga kan pernah cerita ini lho, pas saya ketika

pelaksanaan pabbaja itu yang 14 hari ya atau 15 hari

yang dua minggu itu, selama pelatihannya yang

bener-bener pelatihannya itu digembleng itu kan

selama 14 hari itu kan saya meditasi nah, makan itu

kan yang sebelumnya makan saya gak teratur itu kan,

nah disitu itu saya kan bangun tidur, meditasi,

sambahyang, makan sarapan pagi, siangnya dengerin

materi pokoknya selama 14 hari itu pola hidup saya

bagus gitu lho sama kan pikirannya positif,

pikirannya positif ya udah kok saya ngerasa kan, kan

setiap pagi itu, gak setiap pagi sih, pokoknya setiap

pagi itu kan ada meditasi jalan, meditasi duduk, terus

yoga gitu kan, pokoknya pas 14 hari itu saya merasa

bener-bener dalam mmm..... apa ya, hati saya itu

tenang… sekali, pokoknya enak gitu lho kok kondisi

fisik saya, o.. padahal saya makan itu cuma dua kali

malem cuman minum jus, tapi kok enak ya saya

pikir, 14 hari itu sudah selesai pabbajanya terus saya

telpon kakak saya, saya sudah selesai, ya sudah kamu

mau lanjut apa enggak?, saya bilang lanjut, saya coba

tiga bulan dulu, tiga bulan lagi seperti itu seperti itu,

terus habis itu setelah saya tiga bulan kan kakak saya

nyusul saya ke Palembang, kakak saya nyusul ke

Palembang saya di bawa chek up gitu nah

penyakitnya itu sudah a… istilahnya yang dari 4 gitu

kan tinggal 2 gitu, menurun ya… kakak saya kaget

dan kemudian memotivasi juga langsung gitu, nah itu

yang bener-bener. Terus ya itu kakak saya kan tiga

bulan terus ikut.

216

217

218

219

220

221

222

223

224

225

226

227

228

229

230

231

232

233

234

235

236

237

238

239

240

241

242

243

244

245

246

247

248

249

250

251

MTU : hmmm… wah terima kasih semakin diperjelas. 252

P : Saya itu lho, dulu gak bisa lho ngomong seperti ini,

ngomong dengan orang-orang yang katrok gitu lho,

maksudnya itu misalnya kan saya tinggal lama di

kota, saya pulang ke desa kan, tempat saya kan juga

253

254

255

256

Page 79: Proses Pengambilan Keputusan Hidup Membiara: Studi Kasus ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6750/8/T1_802007079... · MUDIKA, kan masuk MUDIKA muda mudi katolik itu kegiatannya

291

desa, saya tuh walaupun tinggalnya di kampung dulu,

saya itu tidak bisa berkomunikasi dengan tetangga

saya, saya itu tidak bisa bersosialisasi gitu lho,

saya… walaupun ketika saya sakit gitu tetangga saya

ya nengok semuanya, tapi kan karna bawaan dari

orang tua gitu kan.

257

258

259

260

261

262

MTU : Samaneri maksudnya gak merasa dekat dengan

mereka? 263

264

P : Enggak, enggak saya kan gak bisa bersosialisasi gitu,

tetapi ketika sekarang ini kalo saya pulang bisa gitu

lho, makanya kadang tetangga saya pada heran kok,

saya dulu gak bisa bersosialisasi, berkomunikasi itu

gak bisa saya nah ketika saya… kan walaupun saya

di desa gitu kan, saya kan SMPnya juga jauh, saya

laju, SD pun saya itu di rumah, saya pulang sekolah

gitu, pulang sekolah saya main sama temen-temen

juga gak begitu istilahnya saya itu orangnya tertutup

gitu, saya gak itu… nah ketika SMP, SMP kan sudah

mulai di kota saya laju, nah itu saya bisa bergaul

dengan mereka (teman-teman di kota), tetapi ketika

pulang nyampe rumah gitu ada kegiatan apa, di

tetangga itu misalnya apa apa, saya cuma keluar aja

nengok udah gitu saya pergi naek motor gitu, saya

gak bisa bergaul sama mereka, sampe tetangga saya

itu lho, bilang orang kok hidup sendiri, saya cuek gak

papa.

265

266

267

268

269

270

271

272

273

274

275

276

277

278

279

280

281

282

MTU : Berarti maksud samaneri dengan teman-teman di

kota samaneri bisa bergaul, sedangkan dengan yang

satu daerah malah gak bisa?

283

284

285

P : Iya gak bisa, gak cocok gitu ngomongnya gitu lho

mungkin, nah tetapi anehnya ketika saya sudah jadi

samaneri saya itu bisa pulang pun saya juga ngobrol,

ketika ada orang sakit saya juga jenguk, itu yang

membuat orang tua saya itu mungkin tersentuh gitu

lho, kok anak saya bisa berubah seperti ini, kenapa

saya enggak gitu, mungkin dengan seperti itu,

dengan anehnya saya sendiri perasaan saya ketika

ada umat gitu sakit dia bener-bener udah tua gitu

sakit saya lho mau nengok gak ada yang nganter, itu

padahal jauh saya jalan, jalan itu baru dapet.. kalo di

desa susah kan, itu baru dapet tumpangan itu sesudah

286

287

288

289

290

291

292

293

294

295

296

297

Page 80: Proses Pengambilan Keputusan Hidup Membiara: Studi Kasus ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6750/8/T1_802007079... · MUDIKA, kan masuk MUDIKA muda mudi katolik itu kegiatannya

292

jalan jauh, saya nekat mau nengok mbah itu,

walaupun jauh saya tengok gitu, gak tau, saya

sekarang juga gak tau gimana perasaan saya itu gak

tau tapi… rasa belas kasihan saya itu muncul, cinta

kasih saya itu muncul ketika saya jadi samaneri, saya

dulu kaku orangnya… kaku…. sekali. Dulu saya

angkuh, angkuh sekali, ketika pas lebaran itu bisa

pulang sama kakak saya berdua itu, kalo di desa kan

kalo lebaran itu masih kunjungan ke tempat tetangga

ya, nah itu silahturahmi ke tetangga-tetangga saya

aja, tetangga saya pada heran kok, mereka bilang

akhirnya rumah ku ini kamu injek, kalo bahasa

Jawanya oalah akhire awakmu iso ngidek omahku,

bahasa Jawanya gitu, aneh saya juga cuman

tersenyum gitu.

298

299

300

301

302

303

304

305

306

307

308

309

310

311

312

MTU : Jadi belas kasih itu muncul ya setelah menjadi

samaneri? 313

314

P : Iya, bener-bener, kalo liat orang itu rasanya… kalo

liat orang yang… misalnya orang tua, orang apa itu

bener-bener wah… gimana perasaannya itu,

kasihan…

315

316

317

318

MTU : Baik samaneri, sebelumnya samaneri juga pernah

mengatakan bahwa ingin menjauhi hal-hal yang

negatif, pikiran-pikiran yang negatif, bisa samaneri

jelaskan lagi maksudnya negatif itu seperti apa?

319

320

321

322

P : Ingin mejauhkan diri itu ya misalnya seperti tadi, ya

kebalikan dari itu tadi tow, saya sombong, angkuh,

itu saya pengen menghilangkan rasa angkuh, wong

sekarang aja kadang saya masih ada angkuh gitu, di

dalam diri saya masih ada perasaan angkuh itu masih

ada gitu, sombong itu masih ada gitu, ya saya itu

pengen menghilangkan itu gitu. Misalnya angkuh,

sombong itu pengen saya hindari gitu.

323

324

325

326

327

328

329

330

MTU : Baik, kalau begitu apakah masalah dalam keluarga,

penyakit yang diderita, dan sikap samaneri yang

mungkin samaneri anggap sebagai hal yang negatif?

331

332

333

P : Iya, dulu saya pikir kalo saya mati yang penting cita-

cita saya terlaksana walaupun sebentar gitu kan,

waktu itu juga mungkin orang tua tidak

memperbolehkan itu karena itu, karna ya saya sakit

itu, ada rasa khawatir. Sebenernya keluarga kakak

334

335

336

337

338

Page 81: Proses Pengambilan Keputusan Hidup Membiara: Studi Kasus ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6750/8/T1_802007079... · MUDIKA, kan masuk MUDIKA muda mudi katolik itu kegiatannya

293

saya itu ketika saya sakit mereka perhatian kalo ndak

ya enggak cuek gitu lho, saya mau ngapain.. mau

ngapain terserah, tapi pas saya sakit ya mereka

perhatian gitu, misalnya pas kumat gitu, saya di kos-

kosan kambuh penyakitnya saya pulang, ya dijemput

ya apa gitu, jadi kalo sehat ya udah enggak, tapi

ketika sakit cepet-cepet, tapi ketika sembuh saya itu

merasa mereka gak ada perhatiannya, mereka sibuk

sendiri.

339

340

341

342

343

344

345

346

347

MTU : Baik, selama interview awal kan samaneri selalu

menceritakan kakak yang ke tujuh, nah saya mau

tanya, bagaimana respon ke enam kakak samaneri

saat mendengar samaneri ingin ikut pelatihan hidup

membiara?

348

349

350

351

352

P : Mereka gak mendengar sih, mereka langsung tau

gitu, kaget gitu, saya kan tadinya ikut pabbaja 14 hari

itu, nah kok lanjut gitu, mereka ya.. ya responnya

seneng, kalo kakak saya itu responnya seneng,

mungkin yang pertama mereka pikirnya gak

ngerepotin orang tua mikirnya juga gitu, mereka

responnya seneng kakak-kakak saya yang satu sampe

enam, responnya seneng mereka sering telpon, apa

kalo telpon itu jadwal, mereka bikin jadwal sendiri

gitu, satu bulan kan sekali telpon itu, jadi giliran gitu.

Dulu ada ya kakak ipar saya, dulu gak pernah yang

namanya telpon ngomong jarang, sama saya itu

hanya kebencian yang mereka tanamkan ke saya itu

hanya kebencian, kenapa kebencian karna mereka

kan, kalo saya itu pulang, saya minta uang ke kakak

saya gak mungkin enggak, namanya pulang ke kos-

kosan saya minta uang gitu, pokoknya kalo gak

dikasih saya gak pulang, saya minta uang walaupun

saya cuma dikasih dua puluh ribu saya terima tapi

hati saya sudah seneng, nah dari itulah kakak ipar

saya itu benci, ya mereka negur apa bareng tapi kan

kita juga bisa membedakan kan antara orang yang

suka dengan yang gak suka, yang seneng dengan

yang gak seneng, nah ketika saya sudah jadi

samaneri, saya sudah seperti ini saya sudah setaun itu

saya pulang mereka nangis, salaman…gak pernah

namanya salaman paling salaman cium tangan tok

353

354

355

356

357

358

359

360

361

362

363

364

365

366

367

368

369

370

371

372

373

374

375

376

377

378

379

Page 82: Proses Pengambilan Keputusan Hidup Membiara: Studi Kasus ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6750/8/T1_802007079... · MUDIKA, kan masuk MUDIKA muda mudi katolik itu kegiatannya

294

gak pernah namanya sampe nyium, apa itu, kemaren

sampe alah nyium sampe pelukan sampe apa gitu

ngelihat saya seperti ini, ketika mereka ada masalah

sama kakak saya, masalah dalam keluarga mereka,

mereka pasti telpon kalo gak telpon saya telpon

samanera (kakak), ngomong curhat.

380

381

382

383

384

385

MTU : Maksud saya samaneri respon saat awal, saat

samaneri minta ijin sama orang tua, semua keluarga

tau kan?

386

387

388

P : Enggak, orang tua saya aja kok. 389

MTU : Berarti mereka taunya kapan? 390

P : Taunya itu saya sudah dipanggil, saya sudah masuk

pabbaja, mereka tau.. tau saya mau ke Palembang itu

tau, tetapi mereka taunya saya itu ikut pabbaja gitu.

391

392

393

MTU

: Ooo, berarti mereka gak tau kalo ternyata samaneri

lanjut ikut menjadi samaneri? 394

395

P : H eh… 396

MT : Nah, ada gak repon mereka yang mungkin gak

setuju? 397

398

P : Enggak, kalo kakak saya, gak tau… seneng malah

saya seperti ini, yang pertama mungkin pola

hidupnya, pola hidupnya jadi bagus gitu lho,

hidupnya jadi terpola gitu lho, makannya rutin…

saya kan dulu gak, contohnya saya itu gak bisa

makan bakso, tetapi saya nekat dan jadi sakit, nah

kakak saya itu besoknya pasti bilang beli bakso

segerobaknya, apalagi kakak saya yang ketiga, jadi

dia tau klo saya sakit itu kenapa.

399

400

401

402

403

404

405

406

407

MTU : Jadi sebenarnya kakak-kakak samaneri perhatian

juga ya… 408

409

P : Saya tuh gak tau, saya tuh gak bisa membedakan

apakah mereka itu perhatian atau tidak sama saya,

tapi mereka senang saya menjadi samaneri, kalo

kakak-kakak ipar saya, yang istilahnya gak

merespon, mungkin mereka iri gitu, irinya itu ya gak

tau dalam hal apa, mungkin saya itu kalo minta itu

harus, karna kan, misalnya saya minta motor, ya

diturutin sama orang tua saya ya diturutin. Tapi kan,

mbanya (peneliti) sendiri misalnya kalo materi selalu

diturutin…… terus, tetapi kayak apa ya, perhatian

gak pernah dikasih kan sama aja hampa kan, ketika

410

411

412

413

414

415

416

417

418

419

420

Page 83: Proses Pengambilan Keputusan Hidup Membiara: Studi Kasus ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6750/8/T1_802007079... · MUDIKA, kan masuk MUDIKA muda mudi katolik itu kegiatannya

295

mbanya sendiri ketika ada masalah gak ada tempat

untuk ngadu, gak ada tempat untuk berbicara, orang

tua gak bisa untuk bersandar kan otomatis merasa

gak bisa kan tetep aja, sedangkan yang dirumah

kakak-kakak yang lain ya gimana ya, yang merespon

ya kakak saya yang nomor tujuh itu, yang lain ya

biasa-biasa aja, kalo kakak saya yang nomor tujuh itu

ya sudah tau orang tua saya seperti itu sudah tau kalo

gak tau gak mungkin dong dia itu mau nerima

misalnya orang tua, ada orang tua mampu tapi dia

kuliah di Jakarta nerima sepeserpun gak ada dapet

biaya dari orang tua kecuali pas pulang, ongkos

pulang ke Jakarta, mana mau kalo dia itu udah tau

sifat orang tua, ya kalo dia gak tau kan otomatis gak

mau dong karna dia sudah memahami sifat orang tua

saya, karakter orang tua saya jadi ya dia berusaha

sendiri, dia berusaha cari beasiswa, cari makan ya

hidup di asrama hidup bantu vihara itu tadi, dan

SMA pun setahu saya orang tua juga gak ada, gak

mengeluarkan biaya, ya mengeluarkan biaya ya

ketika pulang, lebaran beliin baju, itu aja, makanan

juga gak pernah dikirm gitu setahu saya.

421

422

423

424

425

426

427

428

429

430

431

432

433

434

435

436

437

438

439

440

441

442

MTU

: Mungkin orang tua samaneri pola asuh pada anak

laki-lakinya lebih keras begitu, dari pada yang

perempuan?

443

444

445

P : Sebenernya kakak saya kalo mau minta juga dituruti,

cuma kakak saya gak mau minta, gak mau memang

sifatnya beda, orangnya rendah hati….. sekali,

memang beda sama saya, dia SMA sekolah

sepedanya butut dia nerima…, saya baru masuk SMP

dibelikan sepeda baru, habis itu baru beberapa bulan

saya minta dibelikan motor, langsung dibelikan.

446

447

448

449

450

451

452

MTU

: Baik, berarti kalo dari kakak-kakak samaneri tidak

ada yang tidak mendukung keputusan samaneri ya? 453

454

P : Iya, mereka mendukung, walaupun ada kakak saya

yang dari agama yang berbeda, ada dua itu ikut

muslim, malahan kakak ipar saya yang muslim itu

suka telpon saya walaupun telpon sambil nangis,

bilang gini, bilangin kakakmu itu lho

gini…gini…gini…

455

456

457

458

459

460

MTU : Ada gak samaneri kakak-kakak yang mungkin 461

Page 84: Proses Pengambilan Keputusan Hidup Membiara: Studi Kasus ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6750/8/T1_802007079... · MUDIKA, kan masuk MUDIKA muda mudi katolik itu kegiatannya

296

membantu samaneri untuk orang tua memberikan

samaneri ijin? 462

463

P : Ya kakak saya yang ke tujuh itu tow. 464

MTU : Lalu bagaimana dengan kakak yang lain? 465

P : Enggak, mereka sih mendukung kalo hal itu baik

buat saya, tapi mereka gak pernah bilang ke orang

tua untuk kasih ijin ke saya, ya kakak saya yang

nomor tujuh itu yang pelan-pelan memberikan

pengertian sama orang tua.

466

467

468

469

470

MTU

: Oke, samaneri boleh saya tahu, samaneri hubungan

dengan orang tua, lebih dekat dengan ayah atau ibu? 471

472

P : Saya lebih ke ibu, karna bapak saya orangnya keras,

orangnya keras….. kalo apa, punya kemauan, punya

apa ya, anaknya gak boleh ya gak boleh beneran.

Misalnya kakak saya yang nomor enam, kan sekolah

SMP itu nakal dia, sekolah itu bawa pisau, sekolah

itu peso, bapak saya bilang suruh berhenti ya suruh

berhenti beneran, kalo mau sekolah ya silahkan tapi

saya gak akan biayai kamu, jadi SMP belum lulus ya

udah berhenti, kalo bapak saya sekali ngomong A ya

A.

473

474

475

476

477

478

479

480

481

482

MTU

: Nah, samaneri tau sifat bapak, samaneri kok bisa

berani ambil keputusan yang tidak diperbolehkan? 483

484

P : Bapak saya sebenernya sifatnya itu keras tapi bisa

lunaknya itu kalo sama saya kalo saya sudah nangis,

bapak saya itu udah gak bisa liat, itu

sebenernya…sebenernya… wong yang ketika saya

pamit itu yang gak memperbolehkan yang bener-

bener megangi kuat itu ibu saya tetapi ketika saya

sudah jadi seperti ini, ketika saya sudah jauh yang

nangis itu bapak saya, bapak saya itu orangnya keras

tapi tuh bisa lunak, wong waktu itu ngomong

apa…entah apa, saya itu udah jadi samaneri, kakak

saya yang samanera gak bisa atasi, terus kakak saya

ngomong sama, saya “bapak kenopo?”,

gini…gini..gini…gini...gini…, terus saya telpon,

saya ngomong pelan-pelan, orangnya ngomong

sendiri, dan nurutin omongan saya, padahal kalo

kakak saya yang ngomong itu bisa mencengangkan.

Tetapi saya kalo telpon saya lebih banyak ngomong

sama mamak

485

486

487

488

489

490

491

492

493

494

495

496

497

498

499

500

501

502

Page 85: Proses Pengambilan Keputusan Hidup Membiara: Studi Kasus ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6750/8/T1_802007079... · MUDIKA, kan masuk MUDIKA muda mudi katolik itu kegiatannya

297

MTU : Lalu, bagaimana hubungan samaneri dengan ibu? 503

P : Saya juga bingung, hubungan saya dengan ibu itu

seperti apa, kalo saya di rumah cuek, diem aja tetapi

kalo saya jauh bentar-bentar telpon.

504

505

506

MTU

: Oiya samaneri, samaneri kan menceritakan bahwa

samaneri memiliki guru yang sudah membimbing

samaneri, nah bagaimana samaneri memandang guru

samaneri, sehingga samaneri mengambil keputusan

untuk hidup membiara dan menjadi samaneri, apa

yang samaneri lihat dari guru tersebut?

507

508

509

510

511

512

P : Sebenernya guru saya sudah gak ada sudah

meninggal, satu tahunnya tanggal 2 besok, makanya

saya pulang ke Palembang. Guru saya itu, saya sudah

mengenal beliau ketika saya SMA, kakak saya kan

tinggal di vihara, beliau itu kadang datang ke vihara

tempat tinggal kakak saya itu, nah itu saya kesitu,

saya itu sempat namaskara (sujud) sama beliau, dan

beliau itu pernah mengatakan sayangi adekmu, kan

pake bahasa… apa Palembang gitu, artinya itu

sayangi adekmu jangan pernah sia-siain, dia itu

berkah buat kamu itu bilang ke kakak, memang

sebelum itu kan kita deket gitu lho, nah saya disitu

sempet namaskara sujud gitu sama beliau, ketika

saya mau masuk jadi samaneri dia sudah sakit sudah

storke, udah gak mampu, sudah gak bisa ngapa-

ngapain, sebelumnya itu beliau dari Lampung ke

Palembang perjalanan satu hari, hanya makan pisang

gepok, pisang rebus itu satu tok, beliau itu semangat,

beliau itu sering membagikan obat di kampung-

kampung, walaupun kampung itu belum ada sepeda

beliau itu jalan, harus nyebrang sungai semangatnya

luar biasa untuk memperjuangkan agama Buddha di

kampung-kampung, beliau selalu menolong orang

lain, beliau mendirikan beberapa balai pengobatan, di

Lampung 2, di Palembang, beliau juga membangun

jembatan di desa-desa, itu yang membuat saya

kagum sama beliau, makanya saya mau berguru

dengan beliau.

513

514

515

516

517

518

519

520

521

522

523

524

525

526

527

528

529

530

531

532

533

534

535

536

537

538

539

540

Page 86: Proses Pengambilan Keputusan Hidup Membiara: Studi Kasus ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6750/8/T1_802007079... · MUDIKA, kan masuk MUDIKA muda mudi katolik itu kegiatannya

298

Partisipan 4 Wawancara 3

(P4W3)

Waktu : Selasa, 19 Maret 2013; pukul 09.35-10.03 WIB

Lokasi : Vihara Ampel

MTU : Selamat pagi samaneri, terima kasih sudah bersedia

meluangkan waktu untuk melakukan wawancara lagi

pagi-pagi begini.

1

2

3

P : Iya, gak apa. 4

MTU : Samaneri, saya mau klarifikasi beberapa hal, samaneri

waktu memutuskan untuk ikut pelatihan setengah bulan

itu setelah kakak ke lima menikah atau sebelumnya?

5

6

7

P : Setelahnya, jadi waktu itu setelah kakak ke lima nikah

kan kakak saya yang nomor tujuh itu pulang, nah saya

minta pendapatnya, terus di dukung dan saya

memutuskan untuk ikut pelatihan itu.

8

9

10

11

MTU : Nah samaneri saat itu orang tua sempet nyari gak? 12

P : Uhuk…uhuk… sempet… tapi cuman kan saya bilang

pelatihannya itu apa cuman…cuman…beberapa hari

cuman… 14 hari setengah bulan gitu. Nah saya bilang

kan lanjut lagi 3 bulan, iya lanjut tiga bulan itu baru

lanjut.

13

14

15

16

17

MTU : Berarti orang tua gak nyari saat samaneri ikut yang tiga

bulan itu? 18

19

P : Enggak karena kan mereka sudah tau, jadi orang tua

sudah tau gitu, dan guru saya waktu itu… kan saya

bilang orang tua gak ngasih ijin, guru saya juga sempet

telpon sama orang tua, jadi guru saya sudah…sudah

menghubungi orang tua saya sudah biar gak ke sini gitu,

biar gak ke Palembang gitu

20

21

22

23

24

25

MTU : Apa guru samaneri dan orang tua samaneri pernah

bertemu? 26

27

P : Belum, telpon itu tau nomornya dari kakak saya, yang

nyuruh hubungi itu kakak saya gitu. 28

29

MTU : Baik samaneri dengan begitu saya lebih jelas, terima

kasih. Lalu samaneri, saat samaneri mengatakan

samaneri memiliki penyakit yang cukup parah saat itu,

saya ingin tahu seberapa jauh penyakit itu mengganggu

bagi samaneri?

30

31

32

33

34

P : Ya waktu SMA sangat-sangat mengganggu sih, karna 35

Page 87: Proses Pengambilan Keputusan Hidup Membiara: Studi Kasus ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6750/8/T1_802007079... · MUDIKA, kan masuk MUDIKA muda mudi katolik itu kegiatannya

299

kan kenapa saya bilang mengganggu kan karna setiap

sedikit pingsan, bisa dalam sehari itu pingsan itu 15 kali

juga ada, setiap kaget sedikit pingsan ada masalah

sedikit pingsan, misalnya kena panas…kena panas kan

jalan dari sekolah ke kost-kostan itu panas gitu mimisan

nanti nyampe kost gak kuat lagi kadang masih di jalan

gitu sudah kluk pingsan gitu dan setiap hari saya harus

minum obat uhuk…uhuk…uhuk…..jadi bekalnya itu

kalo ke sekolah ya air aqua, airnya kan air aqua sama

obat gitu…iya dulu…dulu…udah lewat (sambil

tersenyum).

36

37

38

39

40

41

42

43

44

45

46

MTU : Apa dampak dari penyakit samaneri itu pada

pengambilan keputusan hidup membiara? 47

48

P : Dampaknya ya positif tho, dampaknya kan sekarang

sudah bisa apa ya istilahnya melakukan hal-hal yang

bisa dilakukan oleh orang lain gitu, misalnya bisa…

kalo dulu sekolah kan cuma bisa duduk di kelas, kita

istirahat, saya kan jarang ikut aktifitas misalnya apa

gitu…misalnya ke pasar apa beli apa, masak, nyapu,

dulu kan saya enggak pernah maksudnya jarang gitu

beraktifitas seperti yang lain karna kan saya gak kuat,

saya gak pernah masak walaupun kost ngekost,

temennya masak saya beli, saya gak pernah maksudnya

aktifitas. Sebenernya dulu saya gak boleh ngekost

tadinya suruh pindah kan waktu masih SMA kelas satu

itu disuruh pindah suruh pulang ke rumah, saya di

masukin sekolah gitu kan sudah mau didaftarin, tapi

saya gak saya gak mau, karna kan rumah saya kan di

kampung jadi otomatis saya mikir kalo saya tinggal di

kampung,….. ya walaupun saya disitu cuman duduk

sekolah tapi kan seenggak-enggaknya bisa bertemu

dengan orang-orang yang ya istilahnya orang kota lah

terus bisa mengenal berbagai macam jenis orang gitu

kan, bisa kenal sama orang Cina, kalau saya semisalnya

di kampung kan gak mungkin kan di kampung ada

orang Cina, ada orang Batak, ada orang apa di

sekolahan saya gitu kan, karna kan banyak pendatang

gitu

49

50

51

52

53

54

55

56

57

58

59

60

61

62

63

64

64

66

67

68

69

70

71

72

73

MTU : Berarti bagi samaneri penyakit itu walaupun suatu hal

yang berat tapi akhirnya membawa dampak yang positif

bagi samaneri hingga bisa sampai seperti sekarang?

74

75

76

Page 88: Proses Pengambilan Keputusan Hidup Membiara: Studi Kasus ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6750/8/T1_802007079... · MUDIKA, kan masuk MUDIKA muda mudi katolik itu kegiatannya

300

P : He eh…..tapi saya dulu juga berusaha sih, misalnya

untuk penyembuhan penyakit saya sendiri saya juga

berusaha, kemana-kemana gitu kadang ya, pokoknya ya

berusaha kemana, dikasih tau orang ke sini ya saya ke

situ gitu.

77

78

79

80

81

MTU : Dan itu ada pengaruhnya gak perobatan yang

dilakukan? 82

83

P : Enggak ada, ya cuman ada pengaruhnya kan cuma

sebentar nanti balik lagi, gitu doang. 84

85

MTU : Setelah ikut pelatihan bisa sembuh ya? 86

P : Ya saya tuh merasa penyakit saya itu…sebenernya

sampe sekarang kan masih cuman kan sudah menurun

gitu kan, karna kan kenapa saya bilang menurun karna

kan waktu saya ikut pelatihan itu, waktu yang setengah

bulan latihan bener-bener setengah bulan itu saya kan

ibaratnya makan teratur, pertama kali saya ikut lho

pertama kali, makan teratur, apa… sembahyang pagi

sore habis itu… kan kegiatannya pagi bangun tidur cuci

muka habis itu ikut latihan meditasi, meditasi kan

konsentrasi ya kan..membuang pikiran-pikiran negatif

dan disitu habis meditasi sembahyang, habis itu habis

sembahyang olahraga gitu lho apa…hmm (mencoba

mengingat sesuatu) bukan erobik….senam

berkesadaran, kalo di dalam agama Buddha itu

menyebutnya senam berkesadaran jadi menyadari setiap

gerak tubuh itu disadari, misalnya saya lagi ini lho, saya

lagi mengangkat kaki, saya sadar saya mengangkat

kaki, saya meletakan kaki saya sadar bahwa saya

sedang mengangkat kaki, dan kegiatannya itu rutin

terus, ntar ada meditasi jalan, pokoknya ada pelatihan-

pelatihan lah, pokoknya di situ positif gitu, jadi lama-

lama kok saya merasakan ringan gitu, saya mengambil

nafas pun kayaknya gak berat gitu, waktu, pokoknya

badan saya sudah sedikit lega gitu jadinya ya saya, saya

kan komunikasi sama kakak saya yang nomor tujuh

kakak saya pas, berkomunikasi saya berkonsultasi dan

dikasih dukungan lanjut lagi tiga bulan, dan seperti itu

merasa ringan..ringan..ringan, akhirnya saya sama guru

saya dikirim ke sini gitu uhukk…..uhuk..

87

88

89

90

91

92

93

94

95

96

97

98

99

100

101

102

103

104

105

106

107

108

109

110

111

112

113

114

115

MTU : Di kirim ke STIAB ini? 116

P : He eh, di sini walaupun saya kuliah kan pertama kali 117

Page 89: Proses Pengambilan Keputusan Hidup Membiara: Studi Kasus ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6750/8/T1_802007079... · MUDIKA, kan masuk MUDIKA muda mudi katolik itu kegiatannya

301

saya juga merasa kaget, di Sumatra sana kan panas nah

di sini (Ampel) dingin, saya juga sempet drop di sini,

sampe wah drop sampe dikatain saya kena busung lapar

karna kurus..kurus sekali, terus habis itu saya berusaha

lagi, pokoknya yang penting itu niatnya lah,

semangatnya saya sendiri punya semangat untuk

sembuh trus kan banyak orang-orang di sini yang

mendukung yang merespon banyak lah. Yang

berpengaruh besar itu ya pelatihan setengah bulan bulan

sama yang tiga bulan, karna kan di situ saya gak

beraktifitas yang lain, cuma bangun tidur, mandi,

aktifitas, sembahyang, pelatihan lagi sampe siang,

dikasih makan cemilan, habis itu minum, habis itu

kegiatan lagi dikasih kayak materi-materi gitu, habis

gitu makan siang, makan siang materi lagi sedikit, jam

setengah satu sudah apa…rileksasi, habis setelah

rileksasi kegiatan lagi sampe sore, mandi sembahyang,

meditasi, latihan lagi sampe jam 9 malem terus tidur,

sampe pagi seperti itu diulang terus, jadinya kan hidup

sehat kan, pikiran, batin gitu.

118

119

120

121

122

123

124

125

126

127

128

129

130

131

132

133

134

135

136

137

MTU : Sebelumnya samaneri pernah mengatakan bahwa orang

yang menjadi inspirasi samaneri dalam mengambil

keputusan itu kakak dan guru samaneri, nah ada yang

lain lagi gak selain mereka berdua?

138

139

140

141

P : Enggak. 142

MTU : Dan bagaimana orang tersebut mempengaruhi samaneri

dalam mengambil keputusan ini? 143

144

P : Yang pertama kan yang mempengaruhi saya mengambil

keputusan kan kakak saya, ya seperti yang saya pernah

bilang, saya melihat kakak saya.

145

146

147

MTU : Lalu kalau dari guru, bagaimana guru mempengaruhi

samaneri mengambil keputusan? 148

149

P : Guru saya itu kan usianya 83, saya masuk itu tahun

2010 bulan Juli tanggal 23 Juli saya masuk habis itu

meninggalnya beliau itu Januari tahun 2011 berarti ya

hampir 2 tahun.

150

151

152

153

MTU : Tapi sebelumnya samaneri sudah kenal kan guru dari

kakak samaneri? 154

155

P : Sudah…Nah memotivasinya itu kan saya tanya pas

beliau pulang saya tanya-tanya lagi kan sebelumnya kan

beliau sudah kuliah di Jakarta sudah jadi samanera nah

156

157

158

Page 90: Proses Pengambilan Keputusan Hidup Membiara: Studi Kasus ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6750/8/T1_802007079... · MUDIKA, kan masuk MUDIKA muda mudi katolik itu kegiatannya

302

beliau pulang beliau tuh gak boleh latihan gitu lho

ditolak sama orang tua saya. 159

160

MTU : Lho jadi kakak itu sudah pernah jadi samanera? 161

P : Sudah, kan saya sudah pernah cerita. 162

MTU : Ya, waktu samaneri cerita itu kan, kakak pulang lalu

kan klo mau masuk pelatihan kan minta surat ijin dari

orang tua dan kemudian disobek, berarti kan waktu itu

kakak belum masuk jadi samanera, begitu?

163

164

165

166

P : Ya…ya… itu kan tahun berapa ya, saya lupa tahunnya,

pokoknya beliau itu kuliah di Jakarta semester awal,

semester pertama dia itu kuliah di Jakarta yak an, kuliah

di Jakarta beliau itu pulang-pulang sudah pake jubah

sudah jadi samanera yak an, nah di situ beliau itu

nyodorin surat ijin.

167

168

169

170

171

172

MTU : Jadi sebelumnya kakak gak bilang dan minta ijin dari

orang tua? 173

174

P : Iya, sebelum latihan itu ga ijin dulu, karna kan

beliau,beliau gak sempet pulang, jadi sudah jadi

samanera beliau itu minta surat ijin, minta surat ijin

sama bapak saya surat ijinnya itu disobek nah disobek

itu kan di depan semuanya, karna waktu itu kan kumpul

keluarga, nah di situ saya mempunyai motivasi, saya

mempunyai niatan itu saya jadikan motivasi nantinya

saya mau jadi seperti itu (kakak), tapi itu sebelum saya

sakit, setelah saya masuk SMA masih semester awal,

saya hamper satu tahun, belum ada lah, hampir satu

tahun SMA kelas satu bulan Oktober kalo enggak

November saya itu jatuh di depan kamar mandi tiba-tiba

saya pingsan, nah saya langsung, orang tua saya datang

malem-malem jam 12, saya langsung di bawa lari ke

rumah sakit, disitulah saya ketahuan punya penyakit

begitu, itu kelas satu dan saya sudah di rumah sakit itu

sudah 35 hari, 35 hari saya di rumah sakit, nah pulang,

istirahat di rumah selama setengah bulan, itu sudah

badan saya sudah agak mendingan tapi kan namanya

orang sakit seperti itu kan namanya sudah punya

penyakit, nah di situ saya disuruh pindah sekolah saya

gak mau, saya bertahan saya pulang ke kost-kostan dan

saya bertahan di situ, tapi kan bertahan namanya orang

sakit seperti itu, bolak-balik masuk rumah sakit saya,

nah akhirnya persingkat aja ya, sesampe saya kelas tiga,

175

176

177

178

179

180

181

182

183

184

185

186

187

188

189

190

191

192

193

194

195

196

197

198

199

Page 91: Proses Pengambilan Keputusan Hidup Membiara: Studi Kasus ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6750/8/T1_802007079... · MUDIKA, kan masuk MUDIKA muda mudi katolik itu kegiatannya

303

kelas tiga bulan, pokoknya sekitar bulan Mei, gak bulan

Juli kan saya ditahbisnya tanggal 23, seminggu

sebelumnya kan kakak saya nikah, kakak saya sudah

nikah, pas kakak saya nikah kakak saya yang dari

Jakarta itu kan belum lulus dia sudah nyusun skripsi

tinggal ujian, beliau pulang karna kakak saya mau

nikah, dia itu posisi sudah lepas sudah kembali jadi

umat awam, karena tidak dikasih ijin sama orang tua,

dia itu juga pulang sama pacarnya gitu, nah di situ saya

tanya saya pengen latihan saya bilang di Palembang itu

ada pabbaja saya bilang, oh iya didukung, gimana lho

kehidupan di sana itu, kan sudah pernah gini lho… gini

lho diceritain pengalaman-pengalaman dia jaman dulu

gitu, nah sesudah itu saya kan masuk, saya juga pamit

sama orang tua, ya tapi istilahnya pamit juga secara gak

resmi ya, jadi saya minta ijin tapi tidak menunggu

mereka mengiyakan, gak sampe, saya kan pernah cerita

kalo saya itu berangkat ke Palembang cuma menyisakan

uang 25 lima ribu atau berapa gitu untuk makan, untung

di Vihara itu dikasih makan nunggu sampe tanggal 23,

tanggal 23 saya ditahbis gitu jadi samaneri, habis gitu

lanjut sampe tiga bulan, setelah tiga bulan kan kakak

saya datang, kakak saya kan udah dapet ijin dari orang

tua saya yang bermaksud suruh nemenin saya, dan

akhirnya beliau di sana saya di sini. Saya kan awalnya

gak ada niat kuliah, guru saya mau ngajarin saya

tentang agama Buddha lebih dalem kan gak bisa, beliau

sibuk dan guru saya yang membimbing yang kakak

seperguruan saya, kalau guru yang saya itu sudah sakit

sudah kena stroke, ya sudah akhirnya saya dikirim ke

sini memperdalam agama Buddha sambil latihan.

200

201

202

203

204

205

206

207

208

209

210

211

212

213

214

215

216

217

218

219

220

221

222

223

224

225

226

227

228

229

230

MTU : Kalau dari guru sendiri, yang sudah usianya 83 tahun

itu, apa yang mempengaruhi samaneri dari guru tersebut

pada pengambilan keputusan samaneri?

231

232

233

P : Beliau itu baik, suka menolong suka bagiin obat, ke

masyarakat-masyarakat sekitar, gak membeda-bedakan

mau itu Muslim, mau itu Katolik, mau itu Kristen gak

peduli beliau ingin membantu, banyak orang-orang

Muslim yang dibantu sama guru saya, jadi saya ingin

menjadi seperti itu.

234

235

236

237

238

239

MTU : Kalau dari kakak, bagaimana kakak itu menurut 240

Page 92: Proses Pengambilan Keputusan Hidup Membiara: Studi Kasus ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6750/8/T1_802007079... · MUDIKA, kan masuk MUDIKA muda mudi katolik itu kegiatannya

304

samaneri, apa yang dari diri dia yang samaneri lihat? 241

P : Kakak itu bisa jadi kakak, bisa jadi ayah, sahabat. 242

MTU : Nah kalau guru kan sudah meninggal, apa yang dalam

diri guru yang sekarang masih hidup bagi samaneri? 243

244

P : Kedermawanannya, kesederhanaannya, dan menerima,

contohnya saja yang masih saya ingat yang masih

terngiang-ngiang itu, beliau sempet, kan kami lagi

makan memang masakan di Vihara itu memang

makanannya gak enak gitu, ini jujur aja, ibu itu

masakannya memang gak enak dan ada salah satu

muridnya samanera juga muridnya, itu sebelum kakak

saya masuk, dia itu makan cuma gak habis, murid-

muridnya itu cuma samneri-samanerinya aja yang habis

yang samanera yang bhikkhu pada enggak habis, dan

guru saya itu bilang “makan itu jangan cuma enak di

mulut tapi enak di badan, jangan suka memilih-milih

makanan, karna makanan ini hanya sesaat lewat mulut

begitu sampe di perut itu semuanya sama”, jadi mau

makanan itu asin, manis, asem, rasanya apapun

dimakan, gak mencela masakan itu dan gak pernah

mencela ibu yang masak, gak pernah mencela orang

mau hasil karya kamu seperti ini ya gak pernah dicela

selalu memotivasi orang itu, kalau memang orang itu

gak bener, karya orang itu gak bener dituntun gimana

sih supaya itu bener gak pernah marah, kalau memang

muridnya salah beliau hanya diam, dan hanya

tersenyum sambil mengucapkan “ya belajar lagi,

berlatih lagi secara giat, belajar lagi dengan giat”, beliau

itu selalu mengarahkan, selalu menuntun kami gak

pernah yang namanya marah mencela itu gak pernah.

Ya saya inget itu ya itu tadi kedermawanannya,

kesederhanaannya, dan menerima itu tadi

245

246

247

248

249

250

251

252

253

254

255

256

257

258

259

260

261

262

263

264

265

266

267

268

269

270

271

272

MTU : Kalau dari kakak, bagaimana pengaruh kakak pada diri

samaneri dalam mengambil keputusan? 273

274

P : Pengaruh ya, pengaruhnya itu…... Saya itu sedikit

mencontoh semangat kakak dan guru, jika kakak ada

masalah dia selalu bilang “semua itu pasti akan baik-

baik saja dan semua itu pasti akan berlalu”, dan kata-

kata itu timbul semenjak dia ikut latihan (pabbaja), dan

kata-kata itu pasti ketika saya ada masalah itu pun

selalu saya terapkan, yang kata-kata semua itu pasti

275

276

277

278

279

280

281

Page 93: Proses Pengambilan Keputusan Hidup Membiara: Studi Kasus ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6750/8/T1_802007079... · MUDIKA, kan masuk MUDIKA muda mudi katolik itu kegiatannya

305

baik-baik saja kata-kata itu walaupun sederhana sampe

sekarang pun masih , saya punya BB juga kata-katanya

itu yang buat jadi status ya itu, “semua pasti baik-baik

saja.”

282

283

284

285

Page 94: Proses Pengambilan Keputusan Hidup Membiara: Studi Kasus ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6750/8/T1_802007079... · MUDIKA, kan masuk MUDIKA muda mudi katolik itu kegiatannya

306

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini, saya ________* menyatakan bahwa mahasiswa dengan

identitas sebagai berikut :

Nama : MARIANA TRI UTAMI

NIM : 802007079

Fakultas : PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA

WACANA

Telah datang menemui saya dalam rangka pengambilan data sehubungan

dengan penelitian (skripsi) yang dilakukan pada :

No. Hari dan Tanggal Kegiatan

1. Jumat, 16 November 2012 Wawancara dan observasi pertama

2. Jumat, 23 November 2012 Wawancara dan observasi kedua

3. Senin, 11 Pebruari 2012 Wawancara dan observasi ketiga

Saya ________* telah membaca transkrip wawancara dan laporan

observasi dan menyatakan bahwa transkrip wawancara dan laporan observasi

tersebut benar adanya sesuai dengan yang sebenarnya terjadi. Saya juga

menyetujui permintaan peneliti (Mariana) terkait dengan pencantuman

transkrip wawancara ke dalam bandel skripsi dengan memperhatikan

perlindungan terhadap identitas saya sebagai partisipan penelitian dan

digunakan sebagaimana mestinya.

Salatiga,

__________*

Partisipan Riset

Catatan :

Bagian kosong dengan tanda * harap diisi dengan inisial anda.

Page 95: Proses Pengambilan Keputusan Hidup Membiara: Studi Kasus ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6750/8/T1_802007079... · MUDIKA, kan masuk MUDIKA muda mudi katolik itu kegiatannya

307

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini, saya ________* menyatakan bahwa mahasiswa dengan

identitas sebagai berikut :

Nama : MARIANA TRI UTAMI

NIM : 802007079

Fakultas : PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA

WACANA

Telah datang menemui saya dalam rangka pengambilan data sehubungan

dengan penelitian (skripsi) yang dilakukan pada :

No. Hari dan Tanggal Kegiatan

1. Jumat, 15 Pebruari 2013 Wawancara dan observasi pertama

2. Minggu, 10 Maret 2013 Wawancara dan observasi kedua

3. Kamis, 4 April 2013 Wawancara dan observasi ketiga

Saya ________* telah membaca transkrip wawancara dan laporan

observasi dan menyatakan bahwa transkrip wawancara dan laporan observasi

tersebut benar adanya sesuai dengan yang sebenarnya terjadi. Saya juga

menyetujui permintaan peneliti (Mariana) terkait dengan pencantuman

transkrip wawancara ke dalam bandel skripsi dengan memperhatikan

perlindungan terhadap identitas saya sebagai partisipan penelitian dan

digunakan sebagaimana mestinya.

Salatiga,

__________*

Partisipan Riset

Catatan :

Bagian kosong dengan tanda * harap diisi dengan inisial anda.

SURAT PERNYATAAN

Page 96: Proses Pengambilan Keputusan Hidup Membiara: Studi Kasus ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6750/8/T1_802007079... · MUDIKA, kan masuk MUDIKA muda mudi katolik itu kegiatannya

308

Dengan ini, saya ________* menyatakan bahwa mahasiswa dengan

identitas sebagai berikut :

Nama : MARIANA TRI UTAMI

NIM : 802007079

Fakultas : PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA

WACANA

Telah datang menemui saya dalam rangka pengambilan data sehubungan

dengan penelitian (skripsi) yang dilakukan pada :

No. Hari dan Tanggal Kegiatan

1. Sabtu, 12 Januari 2013 Wawancara dan observasi pertama

2. Rabu, 30 Januari 2013 Wawancara dan observasi kedua

Saya ________* telah membaca transkrip wawancara dan laporan

observasi dan menyatakan bahwa transkrip wawancara dan laporan observasi

tersebut benar adanya sesuai dengan yang sebenarnya terjadi. Saya juga

menyetujui permintaan peneliti (Mariana) terkait dengan pencantuman

transkrip wawancara ke dalam bandel skripsi dengan memperhatikan

perlindungan terhadap identitas saya sebagai partisipan penelitian dan

digunakan sebagaimana mestinya.

Salatiga,

__________*

Partisipan Riset

Catatan :

Bagian kosong dengan tanda * harap diisi dengan inisial anda.

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini, saya ________* menyatakan bahwa mahasiswa dengan

identitas sebagai berikut :

Page 97: Proses Pengambilan Keputusan Hidup Membiara: Studi Kasus ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6750/8/T1_802007079... · MUDIKA, kan masuk MUDIKA muda mudi katolik itu kegiatannya

309

Nama : MARIANA TRI UTAMI

NIM : 802007079

Fakultas : PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA

WACANA

Telah datang menemui saya dalam rangka pengambilan data sehubungan

dengan penelitian (skripsi) yang dilakukan pada :

No. Hari dan Tanggal Kegiatan

1. Sabtu, 12 Januari 2013 Wawancara dan observasi pertama

2. Rabu, 30 Januari 2013 Wawancara dan observasi kedua

3. Selasa, 19 Maret 2013 Wawancara dan observasi ketiga

Saya ________* telah membaca transkrip wawancara dan laporan

observasi dan menyatakan bahwa transkrip wawancara dan laporan observasi

tersebut benar adanya sesuai dengan yang sebenarnya terjadi. Saya juga

menyetujui permintaan peneliti (Mariana) terkait dengan pencantuman

transkrip wawancara ke dalam bandel skripsi dengan memperhatikan

perlindungan terhadap identitas saya sebagai partisipan penelitian dan

digunakan sebagaimana mestinya.

Salatiga,

__________*

Partisipan Riset

Catatan :

Bagian kosong dengan tanda * harap