7/16/2019 Pentingnya Pendidikan Karakter Pada Anak Sejak Usia Dini
http://slidepdf.com/reader/full/pentingnya-pendidikan-karakter-pada-anak-sejak-usia-dini 1/28
Pentingnya Pendidikan Karakter Pada Anak Sejak Usia
Dini
Makalah Pendidikan Karakter - Dalam makalah ini akan dijelaskan apa saja dan seberapa penting
peran guru dalam pendidikan karakter juga bentuk-bentuk Pembelajaran Terpadu YangBerkarakter. langsung saja simak selengkapanya.
BAB IPENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Salah satu misi mewujudkan visi bangsa Indonesia masa depan telah termuat dalam Garis-Garis
Besar Haluan Negara yaitu mewujudkan sistem dan iklim pendidikan nasional yang demokratisdan bermutu guna memperteguh akhlak mulia, kreatif, inovatif, berwawasan kebangsaan, cerdas,
sehat, berdisiplin dan bertanggungjawab, berketerampilan serta menguasai ilmu pengetahuan dan
teknologi dalam rangka mengembangkan kualitas manusia Indonesia Terlihat dengan jelas
GBHN mengamanatkan arah kebijakan di bidang pendidikan yaitu: meningkatkan kemampuan
akademik dan profesional serta meningkatkan jaminan kesejahteraan tenaga kependidikansehingga tenaga pendidik mampu berfungsi secara optimal terutama dalam peningkatan
pendidikan watak dan budi pekerti agar dapat mengembalikan wibawa lembaga dan tenaga
kependidikan; memberdayakan lembaga pendidikan baik sekolah maupun luar sekolah sebagai pusat pembudayaan nilai, sikap, dan kemampuan, serta meningkatkan partisipasi keluarga dan
masyarakat yang didukung oleh sarana dan prasarana memadai.
Sementara itu, UU 20 2003 tentang Sisdiknas menyatakan bahwa Pendidikan NasionalPendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
7/16/2019 Pentingnya Pendidikan Karakter Pada Anak Sejak Usia Dini
http://slidepdf.com/reader/full/pentingnya-pendidikan-karakter-pada-anak-sejak-usia-dini 2/28
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, danmenjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Berangkat dari hal tersebut diatas, secara formal upaya menyiapkan kondisi, sarana/prasarana,
kegiatan, pendidikan, dan kurikulum yang mengarah kepada pembentukan watak dan budi pekerti generasi muda bangsa memiliki landasan yuridis yang kuat. Namun, sinyal tersebut barudisadari ketika terjadi krisis akhlak yang menerpa semua lapisan masyarakat. Tidak terkecuali
juga pada anak-anak usia sekolah. Untuk mencegah lebih parahnya krisis akhlak, kini upaya
tersebut mulai dirintis melalui pendidikan karakter bangsa. Dalam pemberian pendidikankarakter bangsa di sekolah, para pakar berbeda pendapat. Setidaknya ada tiga pendapat yang
berkembang. Pertama, bahwa pendidikan karakter bangsa diberikan berdiri sendiri sebagai suatu
mata pelajaran. Pendapat kedua, pendidikan karakter bangsa diberikan secara terintegrasi dalam
mata pelajaran PKn, pendidikan agama, dan mata pelajaran lain yang relevan. Pendapat ketiga, pendidikan karakter bangsa terintegrasi ke dalam semua mata pelajaran.
1.2 TUJUAN
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini ialah :
1. Mengetahui pengertian pendidikan karakter
2. Mengetahui bentuk-bentuk Pembelajaran Terpadu Yang Berkarakter 3. Mengetahui seberapa penting pendidikan karakter pada usia dini
4. Mengetahui peran guru dalam pendidikan karakter
1.3 RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah makalah ini adalah :
1. Apa pengertian dari pendidikan karakter ?
2. Apa saja bentuk-bentuk pembelajaran terpadu yang berkarakter ?
3. seberapa penting pendidikan karakter pada usia dini ?4. Apa saja peran guru dalam pendidikan karakter ?
1.4 RUANG LINGKUPRuang lingkup dalam makalah ini adalah mengurai bentuk-bentuk pembelajaran terpadu yang
berkarakter serta mengkritisi seberapa penting adanya pendidikan karakter pada anak usia dini.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENDIDIKAN KARAKTER
Pendidikan adalah proses internalisasi budaya ke dalam diri seseorang dan masyarakat sehingga
membuat orang dan masyarakat jadi beradab. Pendidikan bukan merupakan sarana transfer ilmu pengetahuan saja, tetapi lebih luas lagi yakni sebagai sarana pembudayaan dan penyaluran nilai
(enkulturisasi dan sosialisasi). Anak harus mendapatkan pendidikan yang menyentuh dimensi
dasar kemanusiaan. Dimensi kemanusiaan itu mencakup sekurang-kurangnya tiga hal paling
7/16/2019 Pentingnya Pendidikan Karakter Pada Anak Sejak Usia Dini
http://slidepdf.com/reader/full/pentingnya-pendidikan-karakter-pada-anak-sejak-usia-dini 3/28
mendasar, yaitu: (1) afektif yang tercermin pada kualitas keimanan, ketakwaan, akhlak mulia
termasuk budi pekerti luhur serta kepribadian unggul, dan kompetensi estetis; (2) kognitif yang
tercermin pada kapasitas pikir dan daya intelektualitas untuk menggali dan mengembang-kanserta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi; dan (3) psikomotorik yang tercermin pada
kemampuan mengembangkan keterampilan teknis, kecakapan praktis, dan kompetensi kinestetis.
Pengertian karakter menurut Pusat Bahasa Depdiknas adalah “bawaan, hati, jiwa, kepribadian,
budi pekerti, per ilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen, watak”. Adapun berkarakter adalah
berkepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat, dan berwatak”. Menurut Tadkiroatun Musfiroh(UNY, 2008), karakter mengacu kepada serangkaian sikap (attitudes), perilaku (behaviors),
motivasi (motivations), dan keterampilan (skills). Karakter berasal dari bahasa Yunani yang
berarti “to mark” atau menandai dan memfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan
dalam bentuk tindakan atau tingkah laku, sehingga orang yang tidak jujur, kejam, rakus dan perilaku jelek lainnya dikatakan orang berkarakter jelek. Sebaliknya, orang yang perilakunya
sesuai dengan kaidah moral disebut dengan berkarakter mulia.
Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolahyang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk
melaksanakan nilai-nilai tersebut. Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen(pemangku pendidikan) harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri,
yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, penanganan atau pengelolaan mata
pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan ko-kurikuler, pemberdayaan
sarana prasarana, pembiayaan, dan etos kerja seluruh warga sekolah/lingkungan. Di samping itu, pendidikan karakter dimaknai sebagai suatu perilaku warga sekolah yang dalam
menyelenggarakan pendidikan harus berkarakter.
Pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu yang melibatkan aspek
pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action). Menurut Thomas Lickona,tanpa ketiga aspek ini, maka pendidikan karakter tidak akan efektif. Dengan pendidikan karakter yang diterapkan secara sistematis dan berkelanjutan, seorang anak akan menjadi cerdas
emosinya. Kecerdasan emosi ini adalah bekal penting dalam mempersiapkan anak menyongsong
masa depan, karena seseorang akan lebih mudah dan berhasil menghadapi segala macamtantangan kehidupan, termasuk tantangan untuk berhasil secara akademis.
Terdapat sembilan pilar karakter yang berasal dari nilai-nilai luhur universal, yaitu: pertama,
karakter cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya; kedua, kemandirian dan tanggungjawab; ketiga,
kejujuran/amanah, diplomatis; keempat, hormat dan santun; kelima, dermawan, suka tolong-menolong dan gotong royong/kerjasama; keenam, percaya diri dan pekerja keras; ketujuh,
kepemimpinan dan keadilan; kedelapan, baik dan rendah hati, dan; kesembilan, karakter
toleransi, kedamaian, dan kesatuan.
Kesembilan pilar karakter itu, diajarkan secara sistematis dalam model pendidikan holistik menggunakan metode knowing the good, feeling the good, dan acting the good. Knowing the
good bisa mudah diajarkan sebab pengetahuan bersifat kognitif saja. Setelah knowing the good
harus ditumbuhkan feeling loving the good, yakni bagaimana merasakan dan mencintaikebajikan menjadi engine yang bisa membuat orang senantiasa mau berbuat sesuatu kebaikan.
Sehingga tumbuh kesadaran bahwa, orang mau melakukan perilaku kebajikan karena dia cinta
dengan perilaku kebajikan itu. Setelah terbiasa melakukan kebajikan, maka acting the good itu
7/16/2019 Pentingnya Pendidikan Karakter Pada Anak Sejak Usia Dini
http://slidepdf.com/reader/full/pentingnya-pendidikan-karakter-pada-anak-sejak-usia-dini 4/28
berubah menjadi kebiasaan.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa pendidikan karakter adalah segala sesuatu yang dilakukan guru,
yang mampu mempengaruhi karakter peserta didik. Guru membantu membentuk watak pesertadidik. Hal ini mencakup keteladanan bagaimana perilaku guru, cara guru berbicara atau
menyampaikan materi, bagaimana guru bertoleransi, dan berbagai hal terkait lainnya.
Menurut T. Ramli (2003), pendidikan karakter memiliki esensi dan makna yang sama dengan
pendidikan moral dan pendidikan akhlak. Tujuannya adalah membentuk pribadi anak, supaya
menjadi manusia yang baik, warga masyarakat, dan warga negara yang baik. Adapun kriteriamanusia yang baik, warga masyarakat yang baik, dan warga negara yang baik bagi suatu
masyarakat atau bangsa, secara umum adalah nilai-nilai sosial tertentu, yang banyak dipengaruhi
oleh budaya masyarakat dan bangsanya. Oleh karena itu, hakikat dari pendidikan karakter dalam
konteks pendidikan di Indonesia adalah pedidikan nilai, yakni pendidikan nilai-nilai luhur yang bersumber dari budaya bangsa Indonesia sendiri, dalam rangka membina kepribadian generasi
muda.
Pendidikan karakter berpijak dari karakter dasar manusia, yang bersumber dari nilai moral
universal (bersifat absolut) yang bersumber dari agama yang juga disebut sebagai the goldenrule. Pendidikan karakter dapat memiliki tujuan yang pasti, apabila berpijak dari nilai-nilai
karakter dasar tersebut. Menurut para ahli psikolog, beberapa nilai karakter dasar tersebut adalah:cinta kepada Allah dan ciptaann-Nya (alam dengan isinya), tanggung jawab, jujur, hormat dansantun, kasih sayang, peduli, dan kerjasama, percaya diri, kreatif, kerja keras, dan pantang
menyerah, keadilan dan kepemimpinan; baik dan rendah hati, toleransi, cinta damai, dan cinta
persatuan. Pendapat lain mengatakan bahwa karakter dasar manusia terdiri dari: dapat dipercaya,rasa hormat dan perhatian, peduli, jujur, tanggung jawab; kewarganegaraan, ketulusan, berani,
tekun, disiplin, visioner, adil, dan punya integritas. Penyelenggaraan pendidikan karakter di
sekolah harus berpijak kepada nilai-nilai karakter dasar, yang selanjutnya dikembangkan menjadi
nilai-nilai yang lebih banyak atau lebih tinggi (yang bersifat tidak absolut atau bersifat relatif)sesuai dengan kebutuhan, kondisi, dan lingkungan sekolah itu sendiri.
Dewasa ini banyak pihak menuntut peningkatan intensitas dan kualitas pelaksanaan pendidikankarakter pada lembaga pendidikan formal. Tuntutan tersebut didasarkan pada fenomena sosial
yang berkembang, yakni meningkatnya kenakalan remaja dalam masyarakat, seperti perkelahian
massal dan berbagai kasus dekadensi moral lainnya. Bahkan di kota-kota besar tertentu, gejalatersebut telah sampai pada taraf yang sangat meresahkan. Oleh karena itu, lembaga pendidikan
formal sebagai wadah resmi pembinaan generasi muda diharapkan dapat meningkatkan
peranannya dalam pembentukan kepribadian peserta didik melalui peningkatan intensitas dankualitas pendidikan karakter.
Para pakar pendidikan pada umumnya sependapat tentang pentingnya upaya peningkatan
pendidikan karakter pada jalur pendidikan formal. Namun demikian, ada perbedaan-perbedaan pendapat di antara mereka tentang pendekatan dan modus pendidikannya. Berhubungan dengan
pendekatan, sebagian pakar menyarankan penggunaan pendekatan-pendekatan pendidikan moral
yang dikembangkan di negara-negara barat, seperti: pendekatan perkembangan moral kognitif, pendekatan analisis nilai, dan pendekatan klarifikasi nilai. Sebagian yang lain menyarankan
penggunaan pendekatan tradisional, yakni melalui penanaman nilai-nilai sosial tertentu dalam
diri peserta didik.
7/16/2019 Pentingnya Pendidikan Karakter Pada Anak Sejak Usia Dini
http://slidepdf.com/reader/full/pentingnya-pendidikan-karakter-pada-anak-sejak-usia-dini 5/28
Ki Hadjar Dewantara dari Taman Siswa di Yogyakarta bulan Oktober 1949 pernah berkata
bahwa “Hidup haruslah diarahkan pada kemajuan, keberadaban, budaya, dan persatuan”.
Sedangkan menurut Prof. Wuryadi, manusia pada dasarnya baik secara individu dan kelompok,memiliki apa yang jadi penentu watak dan karakternya yaitu dasar dan ajar. Dasar dapat dilihat
sebagai apa yang disebut modal biologis (genetik) atau hasil pengalaman yang sudah dimiliki
(teori konstruktivisme), sedangkan ajar adalah kondisi yang sifatnya diperoleh dari rangkaian pendidikan atau perubahan yang direncanakan atau diprogram.
2.2 BENTUK-BENTUK PEMBELAJARAN TERPADU YANG BERKARAKTER
Menurut Cohen dalam Degeng (1989), terdapat tiga kemungkinan variasi pembelajaran terpadu
yang berkenaan dengan pendidikan yang dilaksanakan dalam suasana pendidikan progresif yaitukurikulum terpadu (integrated curriculum), hari terpadu (integrated day), dan pembelajaran
terpadu (integrated learning). Kurikulum terpadu adalah kegiatan menata keterpaduan berbagai
materi mata pelajaran melalui suatu tema lintas bidang membentuk suatu keseluruhan yang
bermakna sehingga batas antara berbagai bidang studi tidaklah ketat atau boleh dikatakan tidak
ada. Hari terpadu berupa perancangan kegiatan siswa dari sesuatu kelas pada hari tertentu untuk mempelajari atau mengerjakan berbagai kegiatan sesuai dengan minat mereka. Sementara itu,
pembelajaran terpadu menunjuk pada kegiatan belajar yang terorganisasikan secara lebihterstruktur yang bertolak pada tema-tema tertentu atau pelajaran tertentu sebagai titik pusatnya
(center core/center of interst).
Lebih lanjut, model-model pembelajaran inovatif dan terpadu yang mungkin dapat diadaptasi,
seperti yang ditulis oleh Trianto, 2009, dalam bukunya yang berjudul Pembelajaran Inovatif
Berorientasi Konstruktivistik adalah sebagai berikut :
1. FragmentasiDalam model ini, suatu disiplin yang berbeda dan terpisah dikembangkan merupakan suatu
kawasan dari suatu mata pelajaran
2. Koneksi
Dalam model ini, dalam setiap topik ke topik, tema ke tema, atau konsep ke konsep isi mata
pelajaran dihubungkan secara tegas
3. SarangDalam model ini, guru mentargetkan variasi keterampilan (sosial, berpikir, dan keterampilan
khusus) dari setiap mata pelajaran.
4. Rangkaian/UrutanDalam model ini, topik atau unit pembelajaran disusun dan diurutkan selaras dengan yang lain.
Ide yang sama diberikan dalam kegiatan yang sama sambil mengingatkan konsep-konsep yang
berbeda.
5. Patungan
Dalam model ini, perencanaan dan pembelajaran menyatu dalam dua disiplin yangkonsep/gagasannya muncul saling mengisi sebagai suatu sistem.
7/16/2019 Pentingnya Pendidikan Karakter Pada Anak Sejak Usia Dini
http://slidepdf.com/reader/full/pentingnya-pendidikan-karakter-pada-anak-sejak-usia-dini 6/28
6. Jala-jala
Dalam model ini, tema/topik yang bercabang ditautkan ke dalam kurikulum. Dengan
menggunakan tema itu, pembelajaran mencari konsep/gagasan yang tepat.
7. Untaian Simpul
Dalam model ini, pendekatan metakurikuler menjalin keterampilan berpikir, sosial, intelegensi,teknik, dan keterampilan belajar melalui variasi disiplin.
8. IntegrasiDalam model ini, pendekatan interdisipliner memasangkan antar mata pelajaran untuk saling
mengisi dalam topik dan konsep dengan beberapa tim guru dalam model integrasi riil.
9. Peleburan
Dalam model ini, suatu disiplin menjadi bagian yang tak terpisahkan dari keahliannya, para
pebelajar menjaring semua isi melalui keahlian dan meramu ke dalam pengalamannya.
10. JaringanDalam model ini, pebelajar menjaring semua pembelajaran melalui pandangan keahliannya danmembuat jaringan hubungan internal mengarah ke jaringan eksternal dari keahliannya yang
berkaitan dengan lapangan.
2.3 PENTINGNYA PENDIDIKAN KARAKTER PADA USIA DINI
Pendidikan karakter pada anak usia dini , dewasa ini sangat di perlukan di karenakan saat ini
Bangsa Indonesia sedang mengalami krisis karakter dalam diri anak bangsa. Karakter di siniadalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi
berbagai kebajikan yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang , bepikir,
bersikap dan bertindak. Kebajikan tersebut berupa Sejumlah nilai moral, dan norma, seperti
jujur, berani bertindak, dapat dipercaya, hormat pada orang lain, disiplin, mandiri, kerja keras,kreatif.
Berbagai permasalahan yang melanda bangsa belakangan ini ditengarai karena jauhnya kita dari
karakter. Jati diri bangsa seolah tercabut dari akar yang sesungguhnya. Sehingga pendidikankarakter menjadi topik yang hangat di bicarakan belakangan ini. Menurut Prof Suyanto Ph.D
karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup
dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap mempertang-
gungjawabkan tiap akibat dari keputusan yang ia buat.
Pembentukan karakter merupakan salah satu tujuan pendidikan nasional. Pasal I UU Sisdiknastahun 2003 menyatakan bahwa di antara tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan
potensi peserta didik untuk memiliki kecerdasan, kepribadian dan akhlak mulia. Amanah UU
Sisdiknas tahun 2003 itu bermaksud agar pendidikan tidak hanya membentuk insan Indonesiayang cerdas, namun juga berkepribadian atau berkarakter, sehingga nantinya akan lahir generasi
bangsa yang tumbuh berkembang dengan karakter yang bernafas nilai-nilai luhur bangsa serta
agama.
7/16/2019 Pentingnya Pendidikan Karakter Pada Anak Sejak Usia Dini
http://slidepdf.com/reader/full/pentingnya-pendidikan-karakter-pada-anak-sejak-usia-dini 7/28
Pendidikan karakter di nilai sangat penting untuk di mulai pada anak usia dini karena pendidikan
karakter adalah proses pendidikan yang ditujukan untuk mengembangkan nilai, sikap, dan
perilaku yang memancarkan akhlak mulia atau budi pekerti luhur. Nilai-nilai positif dan yangseharusnya dimiliki seseorang menurut ajaran budi pekerti yang luhur adalah amal saleh,
amanah, antisipatif, baik sangka, bekerja keras, beradab, berani berbuat benar, berani memikul
resiko, berdisiplin, berhati lapang, berhati lembut, beriman dan bertaqwa, berinisiatif, berkemauan keras, berkepribadian, berpikiran jauh ke depan, bersahaja, bersemangat, bersifatkonstruktif, bersyukur, bertanggung jawab, bertenggang rasa, bijaksana, cerdas, cermat,
demokratis, dinamis, efisien, empati, gigih, hemat, ikhlas, jujur, kesatria, komitmen, kooperatif,
kosmopolitan (mendunia), kreatif, kukuh hati, lugas, mandiri, manusiawi, mawas diri, mencintaiilmu, menghargai karya orang lain, menghargai kesehatan, menghargai pendapat orang lain,
menghargai waktu, patriotik, pemaaf, pemurah, pengabdian, berpengendalian diri, produktif,
rajin, ramah, rasa indah, rasa kasih sayang,rasa keterikatan, rasa malu, rasa memiliki, rasa
percaya diri, rela berkorban, rendah hati, sabar, semangat kebersamaan, setia, siap mental, sikapadil, sikap hormat, sikap nalar, sikap tertib, sopan santun, sportif, susila, taat asas, takut bersalah,
tangguh, tawakal, tegar, tegas, tekun, tepat janji, terbuka, ulet, dan sejenisnya.
Sejatinya pendidikan karakter ini memang sangat penting dimulai sejak dini. Sebab falsafah
menanam sekarang menuai hari esok adalah sebuah proses yang harus dilakukan dalam rangkamembentuk karakter anak bangsa. Pada usia kanak-kanak atau yang biasa disebut para ahli psikologi sebagai usia emas (golden age) terbukti sangat menentukan kemampuan anak dalam
mengembangkan potensinya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sekitar 50 persen variabilitas
kecerdasan orang dewasa sudah terjadi ketika anak berusia empat tahun. Peningkatan 30 persen berikutnya terjadi pada usia delapan tahun, dan 20 persen sisanya pada pertengahan atau akhir
dasawarsa kedua.
Dari sini, sudah sepatutnya pendidikan karakter dimulai dari dalam keluarga, yang merupakan
lingkungan pertama bagi pertumbuhan karakter anak. Setelah keluarga, di dunia pendidikan
karakter ini sudah harus menjadi ajaran wajib sejak sekolah dasar.
Anak-anak adalah generasi yang akan menentukan nasib bangsa di kemudian hari. Karakter
anak-anak yang terbentuk sejak sekarang akan sangat menentukan karakter bangsa di kemudianhari. Karakter anak-anak akan terbentuk dengan baik, jika dalam proses tumbuh kembang
mereka mendapatkan cukup ruang untuk mengekspresikan diri secara leluasa.
2.4 PERAN GURU DALAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), yang kemudian diimplementasikan menjadi KurikulumTingkat Satuan Pendidikan (KTSP), merupakan kurikulum yang dirancang untuk memberikan
peluang seluas-luasnya bagi sekolah dan tenaga pendidik untuk melakukan praktik-praktik
pendidikan dalam rangka mengembangkan semua potensi yang dimiliki peserta didik, baik
melalui proses pembelajaran di kelas maupun melalui program pengembangan diri(ekstrakurikuler). Pengembangan potensi peserta didik tersebut dimaksudkan untuk
memantapkan kesadaran diri tentang kemampuan atau life skill terutama kemampuan personal
(personal skill) yang dimilikinya. Termasuk dalam hal ini adalah pengembangan potensi pesertadidik yang berhubungan dengan karakter dirinya.
7/16/2019 Pentingnya Pendidikan Karakter Pada Anak Sejak Usia Dini
http://slidepdf.com/reader/full/pentingnya-pendidikan-karakter-pada-anak-sejak-usia-dini 8/28
Dalam pengembangan karakter peserta didik di sekolah, guru memiliki posisi yang strategis
sebagai pelaku utama. Guru merupakan sosok yang bisa ditiru atau menjadi idola bagi peserta
didik. Guru bisa menjadi sumber inpirasi dan motivasi peserta didiknya. Sikap dan prilakuseorang guru sangat membekas dalam diri siswa, sehingga ucapan, karakter dan kepribadian guru
menjadi cermin siswa. Dengan demikian guru memiliki tanggung jawab besar dalam
menghasilkan generasi yang berkarakter, berbudaya, dan bermoral. Tugas-tugas manusiawi itumerupakan transpormasi, identifikasi, dan pengertian tentang diri sendiri, yang harusdilaksanakan secara bersama-sama dalam kesatuan yang organis, harmonis, dan dinamis.
Ada beberapa strategi yang dapat memberikan peluang dan kesempatan bagi guru untuk
memainkan peranannya secara optimal dalam hal pengembangan pendidikan karakter peserta
didik di sekolah, sebagai berikut :
1. Optimalisasi peran guru dalam proses pembelajaran. Guru tidak seharusnya menempatkan diri
sebagai aktor yang dilihat dan didengar oleh peserta didik, tetapi guru seyogyanya berperan
sebagai sutradara yang mengarahkan, membimbing, memfasilitasi dalam proses pembelajaran,
sehingga peserta didik dapat melakukan dan menemukan sendiri hasil belajarnya.
2. Integrasi materi pendidikan karakter ke dalam mata pelajaran. Guru dituntut untuk perduli,mau dan mampu mengaitkan konsep-konsep pendidikan karakter pada materi-materi
pembelajaran dalam mata pelajaran yang diampunya. Dalam hubungannya dengan ini, setiap
guru dituntut untuk terus menambah wawasan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan pendidikan karakter, yang dapat diintergrasikan dalam proses pembelajaran.
3. Mengoptimalkan kegiatan pembiasaan diri yang berwawasan pengembangan budi pekerti dan
akhlak mulia. Para guru (pembina program) melalui program pembiasaan diri lebih
mengedepankan atau menekankan kepada kegiatan-kegiatan pengembangan budi pekerti danakhlak mulia yang kontekstual, kegiatan yang menjurus pada pengembangan kemampuan afektif
dan psikomotorik.
4. Penciptaan lingkungan sekolah yang kondusif untuk tumbuh dan berkembangnya karakter
peserta didik. Lingkungan terbukti sangat berperan penting dalam pembentukan pribadi manusia
(peserta didik), baik lingkungan fisik maupun lingkungan spiritual. Untuk itu sekolah dan guru perlu untuk menyiapkan fasilitas-fasilitas dan melaksanakan berbagai jenis kegiatan yang
mendukung kegiatan pengembangan pendidikan karakter peserta didik.
5. Menjalin kerjasama dengan orang tua peserta didik dan masyarakat dalam pengembangan
pendidikan karakter. Bentuk kerjasama yang bisa dilakukan adalah menempatkan orang tua
peserta didik dan masyarakat sebagai fasilitator dan nara sumber dalam kegiatan-kegiatan pengembangan pendidikan karakter yang dilaksanakan di sekolah.
6. Menjadi figur teladan bagi peserta didik. Penerimaan peserta didik terhadap materi pembelajaran yang diberikan oleh seorang guru, sedikit tidak akan bergantung kepada
penerimaan pribadi peserta didik tersevut terhadap pribadi seorang guru. Ini suatu hal yang
sangat manusiawi, dimana seseorang akan selalu berusaha untuk meniru, mencontoh apa yangdisenangi dari model/pigurnya tersebut. Momen seperti ini sebenarnya merupakan kesempatan
bagi seorang guru, baik secara langsung maupun tidak langsung menanamkan nilai-nilai karakter
7/16/2019 Pentingnya Pendidikan Karakter Pada Anak Sejak Usia Dini
http://slidepdf.com/reader/full/pentingnya-pendidikan-karakter-pada-anak-sejak-usia-dini 9/28
dalam diri pribadi peserta didik. Dalam proses pembelajaran, intergrasi nilai-nilai karakter tidak
hanya dapat diintegrasikan ke dalam subtansi atau materi pelajaran, tetapi juga pada prosesnya
Dalam uraian di atas menggambarkan peranan guru dalam pengembangan pendidikan karakter di
sekolah yang berkedudukan sebagai katalisator atau teladan, inspirator, motivator, dinamisator,
dan evaluator. Dalam berperan sebagai katalisator, maka keteladanan seorang guru merupakanfaktor mutlak dalam pengembangan pendidikan karakter peserta didik yang efektif, karena
kedudukannya sebagai figur atau idola yang ditiru oleh peserta didik. Peran sebagai inspirator
berarti seorang guru harus mampu membangkitkan semangat peserta didik untuk majumengembangkan potensinya. Peran sebagai motivator, mengandung makna bahwa setiap guru
harus mampu membangkitkan spirit, etos kerja dan potensi yang luar biasa pada diri peserta
didik. Peran sebagai dinamisator, bermakna setiap guru memiliki kemampuan untuk mendorong
peserta didik ke arah pencapaian tujuan dengan penuh kearifan, kesabaran, cekatan, cerdas danmenjunjung tinggi spiritualitas. Sedangkan peran guru sebagai evaluator, berarti setiap guru
dituntut untuk mampu dan selalu mengevaluasi sikap atau prilaku diri, dan metode pembelajaran
yang dipakai dalam pengembangan pendidikan karakter peserta didik, sehingga dapat diketahui
tingkat efektivitas, efisiensi, dan produktivitas programnya.
Dengan demikian berdasarkan paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam konteks sistem pendidikan di sekolah untuk mengembangkan pendidikan karakter peserta didik, guru harus
diposisikan atau memposisikan diri pada hakekat yang sebenarnya, yaitu sebagai pengajar dan
pendidik, yang berarti disamping mentransfer ilmu pengetahuan, juga mendidik dan
mengembangkan kepribadian peserta didik melalui intraksi yang dilakukannya di kelas dan luar kelas.
Guru hendaknya diberikan hak penuh (hak mutlak) dalam melakukan penilaian (evaluasi) proses pembelajaran, karena dalam masalah kepribadian atau karakter peserta didik, guru merupakan
pihak yang paling mengetahui tentang kondisi dan perkembangannya.
Guru hendaknya mengembangkan sistem evaluasi yang lebih menitikberatkan pada aspek
afektif, dengan menggunakan alat dan bentuk penilaian essay dan wawancara langsung dengan
peserta didik. Aalat dan bentuk penilaian seperti itu, lebih dapat mengukur karakteristik setiap peserta didik, serta mampu mengukur sikap kejujuran, kemandirian, kemampuan berkomunikasi,
struktur logika, dan lain sebagainya yang merupakan bagian dari proses pembentukan karakter
positif. Ini akan terlaksana dengan lebih baik lagi apabila didukung oleh pemerintah selaku penentu kebijakan
BAB IIIPENUTUP
3.1 KESIMPULAN1. Pengertian pendidikan karakter
Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah
yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut. Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai “the deliberate
use of all dimensions of school life to foster optimal character development”. Dalam pendidikan
7/16/2019 Pentingnya Pendidikan Karakter Pada Anak Sejak Usia Dini
http://slidepdf.com/reader/full/pentingnya-pendidikan-karakter-pada-anak-sejak-usia-dini 10/28
karakter di sekolah, semua komponen (pemangku pendidikan) harus dilibatkan, termasuk
komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan
penilaian, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaanaktivitas atau kegiatan ko-kurikuler, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan etos kerja
seluruh warga sekolah/lingkungan. Di samping itu, pendidikan karakter dimaknai sebagai suatu
perilaku warga sekolah yang dalam menyelenggarakan pendidikan harus berkarakter.
2. Bentuk-Bentuk pembelajaran inovatif dan terpadu yang mungkin dapat diadaptasi, seperti
yang ditulis oleh Trianto, 2009, dalam bukunya yang berjudul Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik adalah sebagai berikut :
1. - Fragmentasi2. - Koneksi
3. - Sarang
4. - Rangkaian/Urutan
5. - Patungan
6.
- Jala-jala7. - Untaian Simpul
8. - Integrasi9. - Peleburan
10. - Jaringan
3. Pendidikan karakter pada anak usia dini di nilai sangat penting karena anak-anak adalah
generasi yang akan menentukan nasib bangsa di kemudian hari. Karakter anak-anak yang
terbentuk sejak sekarang akan sangat menentukan karakter bangsa di kemudian hari. Pada usia
kanak-kanak atau yang biasa disebut para ahli psikologi sebagai usia emas (golden age) terbuktisangat menentukan kemampuan anak dalam mengembangkan potensinya. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa sekitar 50 persen variabilitas kecerdasan orang dewasa sudah terjadi ketikaanak berusia empat tahun. Peningkatan 30 persen berikutnya terjadi pada usia delapan tahun, dan20 persen sisanya pada pertengahan atau akhir dasawarsa kedua. Pada usia inilah proses
pendidikan karakter di mulai proses pendidikan yang ditujukan untuk mengembangkan nilai,
sikap, dan perilaku yang memancarkan akhlak mulia atau budi pekerti luhur. Nilai-nilai positif dan yang seharusnya dimiliki seseorang menurut ajaran budi pekerti yang luhur adalah amal
saleh, amanah, antisipatif, baik sangka, bekerja keras, beradab, berani berbuat benar, berani
memikul resiko, berdisiplin, berhati lapang, berhati lembut, beriman dan bertaqwa, berinisiatif,
berkemauan keras, berkepribadian, berpikiran jauh ke depan, bersahaja, bersemangat, bersifatkonstruktif, bersyukur, bertanggung jawab, bertenggang rasa, bijaksana, cerdas, cermat,
demokratis, dinamis, efisien, empati, gigih, hemat, ikhlas, jujur, kesatria, komitmen, kooperatif,
kosmopolitan (mendunia), kreatif, kukuh hati, lugas, mandiri, manusiawi, mawas diri, mencintai
ilmu, menghargai karya orang lain, menghargai kesehatan, menghargai pendapat orang lain,menghargai waktu, patriotik, pemaaf, pemurah, pengabdian, berpengendalian diri, produktif,
rajin, ramah, rasa indah, rasa kasih sayang,rasa keterikatan, rasa malu, rasa memiliki, rasa
percaya diri, rela berkorban, rendah hati, sabar, semangat kebersamaan, setia, siap mental, sikapadil, sikap hormat, sikap nalar, sikap tertib, sopan santun, sportif, susila, taat asas, takut bersalah,
tangguh, tawakal, tegar, tegas, tekun, tepat janji, terbuka, ulet, dan sejenisnya.
7/16/2019 Pentingnya Pendidikan Karakter Pada Anak Sejak Usia Dini
http://slidepdf.com/reader/full/pentingnya-pendidikan-karakter-pada-anak-sejak-usia-dini 11/28
4. Peran guru dalam pendidikan karakter untuk peserta didik di sekolah ialah , guru memiliki
posisi yang strategis sebagai pelaku utama. Guru merupakan sosok yang bisa ditiru atau menjadi
idola bagi peserta didik. Guru bisa menjadi sumber inpirasi dan motivasi peserta didiknya. Sikapdan perilaku seorang guru sangat membekas dalam diri siswa, sehingga ucapan, karakter dan
kepribadian guru menjadi cermin siswa. Dengan demikian guru memiliki tanggung jawab besar
dalam menghasilkan generasi yang berkarakter, berbudaya, dan bermoral. Tugas-tugasmanusiawi itu merupakan transpormasi, identifikasi, dan pengertian tentang diri sendiri, yangharus dilaksanakan secara bersama-sama dalam kesatuan yang organis, harmonis, dan dinamis.
3.2 SARAN
Penulis sangat menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna , oleh karena itu Prnulissangat mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca dan dosen
pembimbing , agar dalam pembuatan makalah ke depannya dapat lebih baik.
judul asli “Pentingnya Pendidikan Karakter pada anak sejak usia dini , dan Peran Guru dalam
pendidikan karakter”
sumber: http://makalahpendidikan.blogdetik.com/pentingnya-pendidikan-karakter-pada-anak-sejak-
usia-dini/
7/16/2019 Pentingnya Pendidikan Karakter Pada Anak Sejak Usia Dini
http://slidepdf.com/reader/full/pentingnya-pendidikan-karakter-pada-anak-sejak-usia-dini 12/28
PENGEMBANGAN KARAKTER MELALUI BERMAIN PADA ANAK USIA DINI
PENGEMBANGAN KARAKTER MELALUI BERMAIN PADA ANAK USIA DINI
Penyusun : Nurhasanah, M.Pd
A. Pendahuluan
Perkembangan pendidikan di Indonesia membawa dampak bagi perkembangna sumber daya
manusia di masa depan. Pemerintah berupaya meningkatkat kualitas sumber daya manusia melalui
bidang pendidikan dengan mengangkat selogan “Pendidikan Berkarakter”, dengan harapan sumber daya
manusia masa depan merupakan sumber daya manusia yang memiliki kualitas karakter yang mampu
menghadapi tantangan dan tuntutan zaman. Pendidikan karakter merupakan modal utama bagi anak
dalam berinteraksi dan bersosialisasi dengan lingkungan yang lebih besar dari lingkungan keluarga.
Dengan memiliki karakter yang baik dan dapat diterima lingkungan anak dapat mengambil peranan
dalam lingkungan masyarakatanya. Pendidikan karakter memiliki makna lebih tinggi daripada
pendidikan moral karena dalam pendidikan karakter tidak hanya pengenalan moral yang
dikembangkankan, seperti pengenalan akan konsep benar salah, baik buruk, tetapi dalam pendidikan
karakter lebih pada cara menanamkan pembiasaan akan aplikasi dari moral dalam kehidupan sehari-
hari.
Perkembangan dan pergeseran nilai-nilai budaya yang terjadi sekarang juga berdampak pada
pergeseran akan nilai dan kepribadian masyarakat. Pendidikan karkater merupakan dasar dalam
membentuk kepribadian yang ajek menyatu dalam diri dan jiwa anak. Hal itu tentu saja dapat terealisasi
apabila pola dan bentuk pengembangan pendidikan karakter tidak keluar dari fitrah anak.
Pengembangan dan penanaman karakter dapat dimulai sejak usia dini melalui pembiasaan-pembiasaan
yang dilakukan dengan cara bermain. Bermain merupakan salah satu kebutuhan dasar dalam diri setiap
anak, oleh karena itu bermain dapat dijadikan sebagai salah satu sarana dalam menanamkan karakter
sejak dini. Melalui bermain anak tidak akan merasakan suatu paksaan dalam melakukan sesuatu, karena
cirri utama bermain adalah menyenangkan bagi anak dan dilakukan tanpa paksaan.
Membangun karakter pada anak melalui kegiatan bermain diharapkan akan dapat memberikan
pengalaman mental bagi anak dalam membentuk kepribadiannya di masa depan. melalui bermain
memiliki kesempatan untuk menjadi seperti yang diinginkannya tanpa terikat pada batasan ruang dan
7/16/2019 Pentingnya Pendidikan Karakter Pada Anak Sejak Usia Dini
http://slidepdf.com/reader/full/pentingnya-pendidikan-karakter-pada-anak-sejak-usia-dini 13/28
waktu bagi anak, maksudnya pada saat bermain anak dapat memerankan peran dewasa yang
dibayangkannya walaupun pada saat itu dalam konsep ruang dan waktu anak belum pada masa dewasa.
B. Hakikat Karakter Dan Bermain Pada Anak Usia Dini
Karakter dan kepribadian seperti dua kata yang tidak dapat dipisahkan, dalam karakter akan
membentuk watak atau sifat manusia. Thomas Lickona mengatakan seorang anak hanyalah wadah di
mana seorang dewasa yang bertanggung jawab dapat diciptakanya, karena itulah mempersiapkan anak
merupakan investasi masa depan yang memerlukan stategi yang tepat. Ki Hajar Dewantara
mengatakan ‘Karakter’ sebagai ‘watak’ dengan makna pertama bahwa dalam diri manusia memiliki
keterpaduan antara tabiat/watak yang bersifat tetap sehingga dapat membedakan manusia yang satu
dengan lainnya. Kedua watak tersebut terbentuk dari bakat atau potensi yang dimiliki manusia sehingga
dapat menetap karena pengaruh pengajaran dan sifat pendidikan yang dilaluinya. Ketiga dalam karakter
memiliki hubungan antara keturunan dengan lingkungan yang mempengaruhinya. Kelima dalam
karakter memiliki keseimbangan antara kondisi psikologis (kebatinan) dengan perbuatan yang dilakukan,
sehingga melahirkan perangai atau tabiat yang membedakannya dengan orang lain. Keenam dalam
karakter keseimbangan antara kondisi psikologis dengan perbuatan melahirkan perangai atau tabiat
lebih dipengaruhi oleh kualitas psikologis. Ketujuh kondisi psikologis tercipta dari gabungan antara cipta,
rasa, dan karsa, sehingga menumbuhkan kekuatan karekter dalam diri. (Ki Hajar Dewantara,407-410)
Lickona (1992) dalam Nindya Laksana, dkk menekankan pentingya tiga komponen karakter yang
baik (components of good character ) yaitu moral knowing atau pengetahuan tentang moral , moral
feeling atau perasaan tentang moraldan moral action atau perbuatan bermoral. Hal ini diperlukan agar
siswa didik mampu memahami, merasakan dan mengerjakan sekaligus nilai-nilai kebajikan.Moral action
atau perbuatan/tindakan moral ini merupakan hasil (outcome) dari dua komponen karakter
lainnya. Untuk memahami apa yang mendorong seseorang dalam perbuatan yang baik (act morally )
maka harus dilihat tiga aspek lain dari karakter yaitu : 1) kompetensi (competence), 2) keinginan (will )
dan 3) kebiasaan (habit )
Dalam mencapai tiga komponen karakter tersebut perlu diketahui peran orang dewasa yang
terlibat langsung dengan pendidikan anak, selain guru dan apa saja yang mempengaruhi perkembangan
kepribadian seorang anak. Conny Semiawan (2007) mengungkapkan bahwa ada pengaruh kebudayaan
asing terhadap kepribadian anak. Adanya interaksi antara lingkungan dan faktor heriditas akan berlanjut
7/16/2019 Pentingnya Pendidikan Karakter Pada Anak Sejak Usia Dini
http://slidepdf.com/reader/full/pentingnya-pendidikan-karakter-pada-anak-sejak-usia-dini 14/28
dalam tumbuh kembang anak dan fungsi keluarga adalah terutama membangun komunikasi dua arah
dalam keterlibatan mental, social, emosional dan mengatasi masalah anak-anaknya. Sehingga, dalam
pengembangan kepribadian anak perlu mengoptimalkan peran orang tua sebagai ujung tombak
pendidikan anak. Pengaruh terbesar yang menjadi dampak langsung pembentukan kepribadian anak
dalam percampuran budaya adalah televise. Televisi sebagai media elektronik yang dimiliki hampir
semua keluarga member kontribusi terbesar dalam hal pengaruh kebudayaan asing terhadap
keprbadaian anak. Pada program-program televise memuat berbagai dampak posifik dan negative yang
diserap anak secara utuh. Dampak positif dan negative tersebut memberi kontribusi yang signifikan
terhadap pembentukan kepribadian anak. Guna menangkal dan mengembangkan pendidikan
berkarakter dalam membangun kepribadian anak makan perlu diketahui ciri utama yang menjadi dasar
dalam pendidikan karakter.
Foester dalam Nyoman Suarta mengungkapkan bahwa ada empat ciri dasar dalam pendidikan
karakter, yaitu : pertama keteraturan interior dimana setiap tindakan diukur berdasarkan hirarki nilai,
nilailah yang menjadi pedoman normative setiap tindakan. Kedua kohernsi yang memberikan
keberanian, membuat seseorang teguh pada prinsip, tidak mudah terombang ambing pada situasi baru
atau takut resiko. Dengan adanya koherensi akan menumbuhkan kepercayaan antara satu individu
dengan individu lain, sehingga koherensi bukan untuk meruntuhkan kridibilitas orang lain. Ketiga
otonomi dimana individu menginternalisasikan aturan dari luar sampai menjadi nilai-nilai bagi pribadi.
Hal ini akan terlihat dari keputusan yang diambil seseorang tanpa pengaruh orang lain. Keempat
keteguhan dan kesetiaan. Keteguhan merupakan daya tahan seseorang untuk mencapai yang baik
sesuai dengan nilai-nilai dan etika. Kesetiaan merupakan kesetiaan pada yang baik. Keempat cirri dasar
tersebut yang seharusnya terbangun melalui pendidikan karakter.
Pendidikan karakter pada anak usia dini melalui pendidikan anak usia dini dapat terbangun
menggunakan beberapa metode yang terbungkus dalam kegiatan bermain. Bermain menurut
Schwartzman (1978) seperti dikutip oleh Patmonodewo dalam ”Pendidikan Anak Prasekolah”
mengemukakan bahwa bermain bukan bekerja; bermain adalah berpura-pura; bermain bukan sesuatu
yang sungguh-sungguh; bermain bukan suatu kegiatan yang produktif dan sebagainya. Bekerja pun
dapat diartikan bermain, sementara bermain dapat dialami sebagai bekerja; demikian pula anak yang
sedang bermain dapat membentuk dunianya, sehingga seringkali dianggap nyata, sungguh-sungguh,
produktif dan menyerupai kehidupan yang sesungguhnya.Senada dengan Schwartzman Vygotsky dalam
Sue Dockett and Marilyn Flerr mengemukakan bermain sebagai perkembangan yang saling
7/16/2019 Pentingnya Pendidikan Karakter Pada Anak Sejak Usia Dini
http://slidepdf.com/reader/full/pentingnya-pendidikan-karakter-pada-anak-sejak-usia-dini 15/28
berhubungan antara perkembangan bermain dan kognitif. Menurutnya bermain memiliki peranan
langsung terhadap perkembangan kognitif, dimana saat bermain simbolik memiliki peranan yang
penting dalam mengembangkan berpikir abstrak.
Merujuk pada hakikat pendidikan karakter dan pengertian bermain maka perlu dikembangkanpendidikan karakter pada anak usia dini berbasis bermain. Melalui bermain anak dapat berpura-pura
menjadi seperti yang diinginkan atau dicita-citakan, melalui bermain pengenalan dan menanaman
kepribadian yang menjadi bibit awal pembentukan karakter dapat dilakukan.Saat bermain anak tidak
akan merasakan paksaan dalam menentukan suatu sikap yang mungkin akan menjadi watak dari
kepribadaiannya dimasa depan.
Permainan seperti apa yang dapat dikembangkan dan dirancang dalam rangka member
kontribusi terhadap pengembangan karakter pada anak usia dini? Permainan yang dapat dikembangkandapat berupa bermain peran, bercerita atau bermain pembangunan. Pada permainan tersebut
mengandung filosifis pengembangan karakter anak selanjutnya.
Hasil penelitian (Lulu Ilhamdi,2010) mengungkapkan bahwa permainan matematika
meningkatkan kecakapan hidup pada anak SD kelas awal. Kecakapan hidup yang dapat ditingkatkan
adalah kecakapan akademik dan kecakapan social, terkait dengan kecakapan social yang dikembangkan
adalah sikap berinteraksi, disiplin dan berkomunikasi. Dari penelitian ini apabila dihubungan dengan
pengembangan karakter maka permainan matematika dapat meningkatkan kemampuan disiplin anak
yang harapan kedepan anak akan memiliki karakter disiplin dalam hidupnya.
Hasil studi kajian (Warni Djuwita, 2010) tentang pendidikan karakter berbasis kearifan local
mengungkapkan bahwa perilaku yang ditampilkan dalam permainan tradisional merupakan segala
bentuk reaksi atau tanggapan seseorang terhadap suatu objek yang terwujud dalam tindakan atau
gerakan. Perilaku ini terjadi karena adanya kecendrungan atau dorongan seseorang untuk memenuhi
kebutuhannya, mencari kesenangan dan atau menghindari kesusahan. Maka dengan perilaku yang
nampak dalam setiap permainan tradisional yang terjadi ber ulang-ulang, saat permainan berlangsung
adalah dapat dikatakan menjadi sarana bagi ”pembangunan Karakter” (character Building). C. Pengembangan Karakter Melalui Bermain Pada Anak Usia Dini
7/16/2019 Pentingnya Pendidikan Karakter Pada Anak Sejak Usia Dini
http://slidepdf.com/reader/full/pentingnya-pendidikan-karakter-pada-anak-sejak-usia-dini 16/28
Penjabara sebelumnya mengungkapkan bahwa pengembangan pendidikan karakter dapat
dikembangkan melalui kegiatan bermain. Berikut ini akan dijabarkan kegiatan bermain yang dapat
dilakukan dalam rangka mengembangkan karakter anak usia diini.
a. Bermain Peran
Bermain peran yang lebih dikenal dengan istilah bermain pura-pura, khayalan, fantasi, make-believe,
atau simbolik merupakan salah satu bentuk permainan yang biasa dilakukan pada pendidikan anak usia
dini (PAUD), baik dilakukan secara terstruktur maupun non terstruktur. Piaget (1962) menjelaskan
bahwa anaknya bermain peran ketika ia tiduran di lantai dengan selimutnya dan pura-pura tidur. Piaget
menguraikan bahwa awal main peran dapat menjadi bukti perilaku anak yang telah berumur satu tahun.
Ia menyatakan bahwa main peran ditandai oleh penerapan cerita pada obyek dimana cerita itu
sebenarnya tidak dapat diterapkan (seperti pada saat anak bermain pura-pura suguhan makan malam,maka anak berpura-pura menata meja, menyiapkan meja makan dan hidangan kecil, pura-pura
mengaduk teh dalam gelas) dan mengulang ingatan yang menyenangkan (anak usia dini melihat mini
perlengkapan makan dan berpura-pura makan bersama dengan boneka). Piaget merujuk pada
keterlibatan anak dalam main peran tahap yang lebih tinggi dengan anak lainnya sebagai collective
symbolism. Ia juga menerangkan percakapan lisan yang anak lakukan dengan diri sendiri sebagai
idiosyncratic soliloquies. Bermain peran yang bersifat makro dilakukan secara terstruktur dengan
umumnya mengangkat tema besar telah ditentukan guru, misalnya bermain peran dengan tema “pasar-
pasaran”. Guru telah mendisplay atau mensetting tempat bermain seperti pasar, dengan dilengkapi
berbagai atribut pasar, seperti kios-kios sederhana, barang-barang untuk jualan dan alat tukar (uang-
uangan). Anak hanya dijelaskan aturan permainan dan tema besar permainan, selanjutnya anak dapat
memilih peran-peran yang terkait dengan tema dan setting tempat yang telah disediakan. Melalui
permainan ini diharapakan akan terbangun karakter anak yang berani mengambil resiko dari pilihannya,
bertanggungjawab terhadap pilihan akan peran yang dimainkan dan kepatuhan serta kesetiaan dalam
bermain. Bermain peran juga mengembangkan sikap disiplin, kejujuran dan empati terhadap peran yang
dimainkan.
Kegiatan bermain peran yang non terstruktur dapat kita amati dari kegiatan anak bermain peran sendiri
diluar kegiatan pembelajaran. Seperti pada saat bermain bebas anak bersama kelompok sosialnya
mencoba bermain derngan memerankan peran-peran tertentu, misalnya bermain polisi-polisian.
Dengan sendirinya anak mencoba membagi diri dalam peran-peran yang terkait dengan tugas kepolisian
dan mencoba mendalami karakter sebagai seorang polisi. Kegiatan bermain peran baik secara
7/16/2019 Pentingnya Pendidikan Karakter Pada Anak Sejak Usia Dini
http://slidepdf.com/reader/full/pentingnya-pendidikan-karakter-pada-anak-sejak-usia-dini 17/28
terstruktur maupun tidak memberikan kontribusi kesempatan bagi anak untuk memerankan berbagai
peran yang dimainkannya dan dalam bermain peran anak akan mencoba mendalam karakter dari peran
yang dilakoninya.
Bermain peran merupakan suatu pengalaman penting yang mendukung perolehan pengetahuan danketerampilan kognisi, sosial, emosi, dan bahasa; semuanya merupakan hal yang sangat penting untuk
keberhasilan di sekolah nanti. Bermain peran lebih tidak hanya sekedar sebuah sudut dapur dan
kerumahtanngga namun semua aspek yang dapat di ciptakan untuk berrmain peran dapat di display
dalam setting bermain peran. Bermaain peran merupakan sarana praktek bagi anak dalam kegiatan
yang menyerupai kehidupan nyata, membolehkan anak untuk membayangkan dirinya ke dalam masa
depan dan menciptakan kembali kondisi masa lalu. bermain peran mendukung perkembangan anak
secara keseluruhan, kognitif, sosial, emosi, fisik sekaligus membangun karakter sejak dini.
Pada saat bermain peran hal yang perlu mendapat perhatian, khususnya dalam mengembangkan
karakter anak adalah pada saat pijakan sebelum pengalaman bermain peran. Pada saat pijakan sebelum
pengalaman bermain peran disini merupakan pengenalan akan karakter yang akan diperankan,
pengenalan karaktek peran tersebut yang akan mengantarkan anak untuk belajar mengaplikasikan
karakter peran yang dimainkan dalam bentuk bermain peran selama bermain peran, dan penguatan
karakter yang diperlukan dalam menetapkan karakter menjadi kepribadian adalah pada saat pijakan
setelah pengalaman bermain peran.
b. Bercerita
Bercerita merupakan salah satu metode yang dapat dikembangkan dalam mengembangkan pendidikan
karakter pada anak usia dini. Bercerita merupakan suatu proses kreatif bagi guru dalam menceritakan isi
cerita kepada siswa. Pada saat bercerita guru mencoba mengajak anak masuk dan terlibat secara
emosional dalam alur cerita. Kegiatan bercerita yang sering disebut dengan berdongeng merupakan
salah satu sarana yang dapat dimanfaatkan guru dalam mengenalkan, menanamkan dan melatih
keterampilan mental anak akan pemahaman terhadap karakter yang bersifat abstrak. Dongeng atau
bercerita merupakan bentuk komunikasi yang menarik perhatian anak, apabila dikemas dalam bentuk
cerita yang menggugah emosi dan perhatian pendengarnya. Melalui bercerita anak dilatih
berkonsentrasi tentang alur cerita sekaligus membayangkan setiap alur cerita yang diceritakan. Melalui
bercerita pengenalan akan konsep-konsep abstrak seperti konsep benar salah, baik buruk, berbohong,
kejujuran, kesetiaan, tersosialisasi secara menarik dan menyenangkan. Melalui bercerita anak
7/16/2019 Pentingnya Pendidikan Karakter Pada Anak Sejak Usia Dini
http://slidepdf.com/reader/full/pentingnya-pendidikan-karakter-pada-anak-sejak-usia-dini 18/28
dikenalkan akan bentuk-bentuk karakter yang dapat dicontoh anak dari isi cerita yang disampaikan.
Bercerita dengan menggunakan bantuan media yang menarik dan perubahan intonasi suara juga akan
melatih anak dalam berasosiasi.
Bercerita berfungsi menyampaikan ajaran moral dan juga menghibur,bentuk cerita ada termasuk cerita tradisional. Cerita tradisional adalah cerita yang disampaikan secara
turun temurun. Suatu cerita tradisional dapat disebarkan secara luas ke berbagai tempat. Kemudian,
cerita itu disesuaikan dengan kondisi daerah setempat. Dalam cerita tradisioanal memiliki cirri-ciri
antara lain : alur cerita sederhana, jalan cerita relative singkat, tokoh tidak diraikan secara rinci, dalam
dongeng penceritaan dilakukan secara lisan, dan pesan atau tema tertulis dalam cerita serta diawali
dengan pendahuluan singkat seperti dengan kalimat “dahulu kala….”, kemudian langsung pada cerita.
Dongeng atau bercerita cocok dalam mengembangkan karakter karena tema yang diangkat terkaitdengan moral tentang kebaikan yang selalu menang melawan kejahatan, kejadian yang terjadi di masa
lampau, di suatu tempat yang jauh sekali. Tugas yang tak mungkin dilaksanakan. Mantra ajaib, misalnya
mantra untuk mengubah orang menjadi binatang. Daya tarik yang timbul melalui kebaikan dan
cinta. Pertolongan yang diberikan kepada orang baik oleh makhluk dengan kekuatan ajaib. keberhasilan
anak ketiga atau anak bungsu ketika sang kakak gagal. Kecantikan dan keluhuran anak ketiga atau anak
bungsu. Kecemburuan saudara kandung yang lebih tua. Kejahatan ibu tiri dan lain sebagainya.
Cerita dalam dongeng umumnya terkelompokkan dalam beberapa kelompok, seperti ; cerita binatang,
cerita biasa yang terkait dengan kehidupan sehari-hari, cerita lucu atau lelucon dan
Cerita legenda. Setiap cerita yang disampaikan mengandung unsur nilai-nilai moral sebagai bibit awal
dalam penanaman karakter anak.
c. Bermain Pembangunan
Bermain Pembangunan merupakan salah satu jenis permainan yang identik dengan menggunakan
media balok, lego atau kelengkapan pembangunan lainnya. Dalam permainan pembangunan pada anak
usia dini memberi kesempatan pada anak untuk mengembangan daya imajinasi, koordinasi
sensorimotor, kemampuan kognitif dan kecerdasan sparsial. Bermain pembangunan member
kesempatan pada anak dalam berbagai hal, seperti ; kesempatan untuk mengembangkan keterampilan
berhubungan dengan teman sebaya, karena dalam bermain pembangunan bersama melatih anak
berinteraksi dan bersosialisasi dengan teman bermain, saat ini juga melatih anak mengikuti aturan social
7/16/2019 Pentingnya Pendidikan Karakter Pada Anak Sejak Usia Dini
http://slidepdf.com/reader/full/pentingnya-pendidikan-karakter-pada-anak-sejak-usia-dini 19/28
yang berlaku. Permainan pembangunan melatih koordinasi motorik halus dan motorik kasar. Permainan
pembangunan melatih dan mengenalkan konsep matematika dan geometri, melatih berpikir simbolik,
melatih pengetahuan pemetaan dan
d. Bermain Permainan Tradisional
D. Saran Dan Penutup
Daftar Pustaka
…….., 2011, Prosiding Seminar Nasional “Pendidikan Karakter Sejak Usia Dini”, Seminar
Kerjasama antara Universitas Negeri Padang dengan Universitas Mataram, Mataram.
I Nyoman Suarta, 2011, Menghadapi Problematika Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dengan
Pendidikan Karakter, Mataram.
Lulu Ilhamdi, 2010, Peningkatan Kecakapan Hidup Anak Sd Melalui Permainan Dalam
Pembelajaran Matematika Penelitian Tindakan Di Sekolah Dasar Islam Terpadu Al-
Husnayain Harapan Baru, Bekasi Barat, Tesis, Universitas Negeri Jakarta, Jakarta.
Patmonodewo, S. 2003, Pendidikan Anak Prasekolah, PT. Rineka Cipta, Jakarta.
Papalia Ols F, 2009, Human Development, edisi 10, Terjemahan Brian Marswendy, Penerbit
Salemba Humanika, Jakarta.
Warni Djuwiita, 2011, Pendidikan Karakter Berbasis Kearifan Lokal (Suatu Kajian Tentang
Permainan Tradisional dan Nilai KeIslama sebagai Lokal Identity Etnis Sasak),
Mataram.
Sumber : http://noerhasanahpaud.blogspot.com/2011/08/pengembangan-karakter-melalui-
bermain.html
7/16/2019 Pentingnya Pendidikan Karakter Pada Anak Sejak Usia Dini
http://slidepdf.com/reader/full/pentingnya-pendidikan-karakter-pada-anak-sejak-usia-dini 20/28
STRATEGI PEMBELAJARAN UNTUK ANAK USIA DINI
27/07/2010
Posted by ebekunt in Pendidikan.
trackback
Oleh : KUNTJOJO
A. Hakikat Anak Usia Dini
Dalam undang-undang tentang sistem pendidikan nasional dinyatakan bahwa
pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak
lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan
pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak
memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut (UU Nomor 20 Tahun 2003 Bab
I Pasal 1 Ayat 14).
Anak usia dini adalah anak yang baru dilahirkan sampai usia 6 tahun. Usia ini
merupakan usia yang sangat menentukan dalam pembentukan karakter dan kepribadian anak
(Yuliani Nurani Sujiono, 2009: 7). Usia dini merupakan usia di mana anak mengalami
pertumbuhan dan perkembangan yang pesat. Usia dini disebut sebagai usia emas ( golden
age). Makanan yang bergizi yang seimbang serta stimulasi yang intensif sangat dibutuhkan
untuk pertumbuhan dan perkembangan tersebut.
Ada berbagai kajian tentang hakikat anak usia dini, khususnya anak TK diantaranya
oleh Bredecam dan Copple, Brener, serta Kellough (dalam Masitoh dkk., 2005: 1.12 – 1.13)sebagai berikut.
1. Anak bersifat unik.
2. Anak mengekspresikan perilakunya secara relative spontan.
3. Anak bersifat aktif dan enerjik.
4. Anak itu egosentris.
5. Anak memiliki rasa ingin tahu yang kuat dan antusias terhadap banyak hal.
7/16/2019 Pentingnya Pendidikan Karakter Pada Anak Sejak Usia Dini
http://slidepdf.com/reader/full/pentingnya-pendidikan-karakter-pada-anak-sejak-usia-dini 21/28
6. Anak bersifat eksploratif dan berjiwa petualang.
7. Anak umumnya kaya dengan fantasi.
8. Anak masih mudah frustrasi.
9. Anak masih kurang pertimbangan dalam bertindak.
10. Anak memiliki daya perhatian yang pendek.
11. Masa anak merupakan masa belajar yang paling potensial.
12. Anak semakin menunjukkan minat terhadap teman.
B. Karakteristik Cara Belajar Anak Usia Dini
Anak memiliki karakteristik yang berbeda dengan orang dewasa dalam berperilaku.
Dengan demikian dalam hal belajar anak juga memiliki karakteristik yang tidak sama pula
dengan orang dewasa. Karakteristik cara belajar anak merupakan fenomena yang harus
dipahami dan dijadikan acuan dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran untuk
anak usia dini. Adapun karakterisktik cara belajar anak menurut Masitoh dkk. (2009: 6.9 –
6.12) adalah :
1. Anak belajar melalui bermain.2. Anak belajar dengan cara membangun pengetahuannya.
3. Anak belajar secara alamiah.
4. Anak belajar paling baik jika apa yang dipelajarinya mempertimbangkan keseluruhan aspek pengembangan, bermakna, menarik, dan fungsional.
C. Karakteristik Pembelajaran untuk Anak Usia Dini
Kegiatan pembelajaran pada anak usia dini, menurut Sujiono dan Sujiono
(Yuliani Nurani Sujiono, 2009: 138), pada dasarnya adalah pengembangan
kurikulum secara konkret berupa seperangkat rencana yang berisi sejumlah
pengalaman belajar melalui bermain yang diberikan pada anak usia dini berdasarkan potensi dan tugas perkembangan yang harus dikuasainya dalam rangka pencapaian
kompetensi yang harus dimiliki oleh anak.
Atas dasar pendapat di atas dapat dinyatakan bahwa pembelajaran untuk anak
usia dini memiliki karakteristik sebagai berikut.
1. Belajar, bermain, dan bernyanyi
Pembelajaran untuk anak usia dini menggunakan prinsip belajar,
bermain, dan bernyanyi (Slamet Suyanto, 2005: 133). Pembelajaran untuk
anak usia dini diwujudkan sedemikian rupa sehingga dapat membuat anak aktif, senang, bebas memilih. Anak-anak belajar melalui interaksi dengan
alat-alat permainan dan perlengkapan serta manusia. Anak belajar dengan
bermain dalam suasana yang menyenangkan. Hasil belajar anak menjadi lebih baik jika kegiatan belajar dilakukan dengan teman sebayanya. Dalam belajar,
anak menggunakan seluruh alat inderanya.
2. Pembelajaran yang berorientasi pada perkembangan
7/16/2019 Pentingnya Pendidikan Karakter Pada Anak Sejak Usia Dini
http://slidepdf.com/reader/full/pentingnya-pendidikan-karakter-pada-anak-sejak-usia-dini 22/28
Pembelajaran yang berorientasi pada perkembangan mengacu pada tiga
hal penting, yaitu : 1) berorientasi pada usia yang tepat, 2) berorientasi pada
individu yang tepat, dan 3) berorientasi pada konteks social budaya (Masitohdkk., 2005: 3.12).
Pembelajaran yang berorientasi pada perkembangan harus sesuai dengan
tingkat usia anak, artinya pembelajaran harus diminati, kemampuan yangdiharapkan dapat dicapai, serta kegiatan belajar tersebut menantang untuk dilakukan anak di usia tersebut.
Manusia merupakan makhluk individu. Perbedaan individual juga harus
manjadi pertimbangan guru dalam merancang, menerapkan, mengevaluasikegiatan, berinteraksi, dan memenuhi harapan anak.
Selain berorientasi pada usia dan individu yang tepat, pembelajaran
berorientasi perkembangan harus mempertimbangkan konteks sosial budaya
anak. Untuk dapat mengembangkan program pembelajaran yang bermakna,guru hendaknya melihat anak dalam konteks keluarga, masyarakat, faktor
budaya yang melingkupinya.D. Kriteria Pemilihan Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran sebagai segala usaha guru dalam menerapkan berbagai metode
pembelajaran untuk mencapai tujuan yang diharapkan (Masitoh dkk., 20056.3). Ada
bermacam-macam strategi pembelajaran yang dapat dipilih oleh guru Taman Kanak-kanak.
Pemilihan strategi pembelajaran hendaknya mempertimbangkan beberapa faktor penting,
yaitu: a. karakteristik tujuan pembelajaran, b. karakteristik anak dan cara belajarnya, c.
tempat berlangsungnya kegiatan belajar, d. tema pembelajaran, serta e. pola kegiatan
(Masitoh dkk., 2005: 6.3).
E. Jenis-jenis Strategi Pembelajaran di Taman Kanak-kanak
1. Strategi Pembelajaran yang Berpusat pada Anak
a. Pendekatan yang melandasi pembelajaran yang berpusat pada anak
Anak merupakan individu yang sedang tumbuh dan berkembang. Anak juga
merupakan makhluk yang aktif. Atas dasar fakta tersebut maka dikembangkan strategi
pembelajaran berdasarkan: 1) pendekatan perkembangan dan 2) pendekatan belajar
aktif.
b. Karakteristik pembelajaran yang berpusat pada anak
Pembelajaran yang berpusat pada anak memiliki karakteristik sebagai berikut
(Masitoh dkk., 2005: 8.5 – 8.6).
Prakarsa kegiatan tumbuh dari anak.
Anak memilih bahan-bahan dan memutuskan apa yang akan dikerjakan.
Anak mengekspresikan bahan-bahan secara aktif dengan seluruh inderanya.
Anak menemukan sebab akibat melalui pengalaman langsung dengan objek.
Anak mentransformasi dan menggabungkan bahan-bahan.
Anak menggunakan otot kasarnya.
7/16/2019 Pentingnya Pendidikan Karakter Pada Anak Sejak Usia Dini
http://slidepdf.com/reader/full/pentingnya-pendidikan-karakter-pada-anak-sejak-usia-dini 23/28
c. Sintaks pembelajaran yang berpusat pada anak
Pembelajaran yang berpusat pada anak terdiri dari 3 tahap utama, yaitu : tahap
merencanakan, tahap bekerja, dan tahap review.
1) Tahap merencanakan ( planning time)
Pada tahap ini guru member kesempatan kepada anak-anak untuk
merencanakan kegiatan yang akan dilakukannya. Guru, misalnya, menyediakan
alat-alat bermain yang terdiri dari : a) balok-balok kayu, b) model buah-buahan,
c) alat-alat transportasi, d) buku-buku cerita, e) peralatan menggambar, dan f)
macam-macam boneka.
2) Tahap bekerja (work time)
Setelah memilih kegiatan yang akan dilakukannya, anak kemudian
dikelompokkan berdasarkan kegiatan yang dipilih. Pada tahap ini anak mulai
bekerja, bermain, atau memecahkan masalah sesuai dengan apa yang telah
direncanakan sebelumnya. Guru mendampingi siswa, memberikan dkungan dan
siap memberikan bimbingan jika anak membutuhkan.
3) Review / recall
Setelah anak-anak selesai melakukan aktivitasnya, mereka kemudian diberi
kesempatan untuk mengungkapkan pengalamannya secara langsung. Pada tahap
ini guru berusaha agar ana-anak mengungkapkan perasaannya dengan tepat.
2. Strategi Pembelajaran Melalui Bermain
a. Rasional strategi pembelajaran melalui bermain
Bermain merupakan kebutuhan anak. Bermain merupakan aktivitas yang menyatu
dengan dunia anak, yang di dalamnya terkandung bermacam-macam fungsi seperti
pengembangan kemampuan fisik motorik, kognitif, afektif, social, dst. Dengan
bermain akan mengalami suatu proses yang menarahkan pada perkembangan
kemampuan manusiawinya.
b. Sintaks pembelajaran melalui bermain
Strategi pembelajaran melalui bermain terdiri dari 3 langkah utama, yaitu: tahap
prabermain, tahap bermain, dan tahap penutup.
1) Tahap prabermain
Tahap prabermain terdiri dari dua macam kegiatan persiapan : kegiatan
penyiapan siswa dalam melaksanakan kegiatan bermain dan kegiatan penyiapan
bahan dan peralatan yang siap untuk dipergunakan.
a) Kegiatan penyiapan siswa terdiri dari : (1) guru menyampaikan tujuan
kegiatan bermain kepada para siswa, (2) guru menyampaikan aturan-
aturan yang harus diikuti dalam kegiatan bermain, (3) guru menawarkan
7/16/2019 Pentingnya Pendidikan Karakter Pada Anak Sejak Usia Dini
http://slidepdf.com/reader/full/pentingnya-pendidikan-karakter-pada-anak-sejak-usia-dini 24/28
tugas kepada masing-masing anak, misalnya membuat istana, membuat,
menara, dst., dan (4) guru memperjelas apa yang harus dilakukan oleh
setiap anak dalam melakukan tugasnya.
b) Kegiatan penyiapan bahan dan peralatan yang diperlukan, misalnya
menyiapkan bak pasir, ember, bendera kecil, dsb.
2) Tahap bermain
Tahap bermain terdiri dari rangkaian kegiatan berikut : a) semua anak
menuju tempat yang sudah disediakan untuk bermain, b) dengan bimbingan
guru, peserta permainan mulai melakukan tugasnya masing-masing, c) setelah
kegiatan selesai setiap anak menata kembali bahan dan peralatan permainannya,
dan d) anak-anak mencuci tangan.
3) Tahap penutup
Tahap penutup dari strategi pembelajaran melalui bermain terdiri dari
kegiatan-kegiatan : a) menarik perhatian dan membangkitkan minat anak
tentang aspek-aspek penting dalam membangun sesuatu, seperti mengulas
bentuk-bentuk geometris yang dibentuk anak, dsb., b) menghubungkan
pengalaman anak dalam bermain yang baru saja dilakukan dengan pengalaman
lain, misalnya di rumah, c) menunjukkan aspek-aspek penting dalam bekerja
secara kelompok, d) menekankan petingnya kerja sama.
3. Strategi Pembelajaran Melalui bercerita
a. Rasional strategi pembelajaran melalui bercerita
Pencapaian tujuan pendidikan Taman Kanak-kanak dapat ditempuh dengan strategi
pembelajaran melalui bercerita. Masitoh dkk. (2005: 10.6) mengidentifikasi manfaat
cerita bagi anak TK, yaitu sebagai berikut.
Bagi anak TK mendengarkan cerita yang menarik dan dekat dengan lingkungannyamerupakan kegiatan yang mengasyikkan.
Guru dapat memanfaatkan kegiatan bercerita untuk menanamkan nilai-nilai positif
pada anak.
Kegiatan bercerita juga memberikan sejumlah pengetahuan social, nilai-nilai moraldan keagamaan.
Pembelajaran dengan bercerita memberikan memberikan pengalaman belajar untuk mendengarkan.
Dengan dengan mendengarkan cerita anak dimungkinkan untk mengembangkankemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Membantu anak untuk membangun bermacam-macam peran yang mungkin dipilih
anak, dan bermacam layanan jasa yang ingin disumbangkan anak kepada masyarakat.
b. Sintaks pembelajaran melalui bercerita
7/16/2019 Pentingnya Pendidikan Karakter Pada Anak Sejak Usia Dini
http://slidepdf.com/reader/full/pentingnya-pendidikan-karakter-pada-anak-sejak-usia-dini 25/28
Strategi pembelajaran melalui bercerita terdiri dari 5 langkah. Langkah-langkah dimaksud adalah sebagai berikut.
1) Menetapkan tujuan dan tema cerita.
2) Menetapkan bentuk bercerita yang dipilih, misalnya bercerita denganmembaca langsung dari buku cerita, menggunakan gambar-gambar,
menggunakan papan flannel, dst.
3) Menetapkan bahan dan alat yang diperlukan dalam kegiatan bercerita
sesuai dengan bentuk bercerita yang dipilih.
4) Menetapkan rancangan langkah-langkah kegiatan bercerita, yang terdiri
dari:
menyampaikan tujuan dan tema cerita,
mengatur tempat duduk,
melaksanaan kegiatan pembukaan,
mengembangkan cerita,
menetapkan teknik bertutur,
mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan isi cerita.
5) Menetapkan rancangan penilaian kegiatan bercerita
Untuk mengetahui ketercapaian tujuan pembelajaran dilaksanakan penilaian dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang
berhubungan dengan isi cerita untuk mengembangkan pemahaman anak
aka isi cerita yang telah didengarkan.
4. Strategi Pembelajaran Melalui Bernyanyi
a. Rasional strategi pembelajaran melalui bernyanyi
Honig, dalam Masitoh dkk. (2005: 11.3) menyatakan bahwa bernyanyi memiliki
banyak manfaat untuk praktik pendidikan anak dan pengembangan pribadinya secara
luas karena : 1) bernyanyi bersifat menyenangkan, 2) bernyanyi dapat dipakai untuk
mengatasi kecemasan, 3) bernyanyi merupakan media untuk mengekspresikan
perasaan, 4) bernyanyi dapat membantu membangun rasa percaya diri anak, 5)
bernyanyi dapat membantu daya ingat anak, 6) bernyanyi dapat mengembangkan rasa
humor, 7) bernyanyi dapat membantu pengembangan keterampilan berpikir dan
kemampuan motorik anak, dan 8) bernyanyi dapat meningkatkan keeratan dalamsebuah kelompok.
b. Sintaks pembelajaran melalui bernyanyi
Strategi pembelajaran dengan bernyanyi terdiri dari langkah-langkah sebagai
berikut.
7/16/2019 Pentingnya Pendidikan Karakter Pada Anak Sejak Usia Dini
http://slidepdf.com/reader/full/pentingnya-pendidikan-karakter-pada-anak-sejak-usia-dini 26/28
1) Tahap perencanaan, terdiri dari: (a) penetapkan tujuan pembelajaran, (b)
penetapan materi pembelajaran, (c) menetapkan metode dan teknik
pembelajaran, dan (d) menetapkan evaluasi pembelajaran.
2) Tahap pelaksanaan, berupa pelaksanaan apa saja yang telah direncanakan, yang
terdiri dari:
(a) kegiatan awal : guru memperkenalkan lagu yang akan dinyanyikan bersama
dan memberi contoh bagaimana seharusnya lagu itu dinyanyikan serta
memberikan arahan bagaimana bunyi tepuk tangan yang mengiringinya.
(b) Kegiatan tambahan : anak diajak mendramatisasikan lagu, misalnya lagu
Dua Mata Saya, yaitu dengan melakukan gerakan menunjuk organ-organ
tubuh yang ada dalam lirik lagu.
(c) Kegiatan pengembangan : guru membantu anak untuk mengenal nada tinggi
dan rendah dengan alat musik, misalnya pianika.
3) Tahap penilaian, dilakukan dengan memakai pedoman observasi untuk
mengetahui sejauh mana perkembangan yang telah dicapai anak secara
individual maupun kelompok.
5. Strategi Pembelajaran Terpadu
a. Rasional strategi pembelajaran terpadu
Anak adalah makhluk seutuhnya, yang memiliki berbagai aspek kemampuan, yang
semuanya perlu dikembangkan. Berbagai kemampuan yang dimiliki oleh anak dapat
berkembang jika ada stimulasi untuk hal tersebut. Dengan pembelajaran terpadu,
pembelajaran yang mengintegrasikan ke dalam semua bidang kurikulum atau bidang-
bidang pengembangan, berbagai kemampuan anak yang ada pada anak diharapkan
dapat berkembangan secara optimal.
b. Karakteristik strategi pembelajaran terpadu
Pembelajaran terpadu memiliki karakteristik : 1) dilakukan melalui kegiatan
pengalaman langsung, 2) sesuai dengan kebutuhan dan minat anak, 3) memberikan
kesempatan kepada anak untuk menggunakan semua pemikirannya, 4) menggunakan
bermain sebagai wahana belajar, 5) menghargai perbedaan individu, dan 6) melibatkan
orag tua atau keluarga untuk mengoptimalkan pembelajaran (Masitoh dkk., 2005:
12.10).
c. Prinsip-prinsip strategi pembelajaran terpadu
Strategi pembelajaran terpadu direncanakan dan dilaksanakan berdasarkan prinsip-
prinsip: 1) berorientasi pada perkembangan anak, 2) berkaitan dengan pengalaman
nyata anak, 3) mengintegrasikan isi dan proses belajar, 4) melibatkan penemuan aktif,
5) memadukan berbagai bidang pengembangan, 6) kegiatan belajar bervariasi, 7)
memiliki potensi untuk dilaksanakan melalui proyek oleh anak, 8) waktu pelaksanaan
7/16/2019 Pentingnya Pendidikan Karakter Pada Anak Sejak Usia Dini
http://slidepdf.com/reader/full/pentingnya-pendidikan-karakter-pada-anak-sejak-usia-dini 27/28
fleksibel, 9) melibatkan anggota keluarga anak, 10) tema dapat diperluas, dan 11)
direvisi sesuai dengan minat dan pemahaman yang ditunjukkan anak (Masitoh dkk.,
2005: 12.10).
d. Manfaat strategi pembelajaran terpadu
Ada beberapa manfaat dari strategi pembelajaran terpadu, yaitu: 1) meningkatkan perkembangan konsep anak, 2) memungkinkan anak untuk mengeksplorasi
pengetahuan melalui berbagai kegiatan, 3) membantu guru dan praktisi lainnya untuk
mengembangkan kemampuan profesionalnya, dan 4) dapat dilaksanakan pada jenjang
program yang berbeda, utnuk semua tingkat usia, dan untuk anak-anak berkebutuhan
khusus.
e. Sintaks pembelajaran terpadu
Prosedur pelaksanaan pembelajaran terpadu terdiri dari langkah-langkah sebagai
berikut (Masitoh dkk., 2005: 12.19 – 12.20).
1) Memilih tema
Pemilihan tema untuk pembelajaran terpadu dapat bersumber dari: (a) minat
anak, (b) peristiwa khusus, (c) kejadian yang tidak diduga, (d) materi yang
dimandatkan oleh lembaga, dan (e) orang tua dan guru.
Ada beberapa kriteria untuk pemilihan tema, yaitu: (a) relevansi topik
dengan karakteristik anak, (b) pengalaman langsung, (c) keragaman dan
keseimbangan dalam area kurikulum, (d) ketersediaan alat-alat, dan (e) potensi
proyek.
2) Penjabaran tema
Tema yang sudah diplih harus dijabarkan ke dalam sub tema-sub tema dakan
konsep-konsep yang didalamnya terkandung istilah (term), fakta ( fact ), dan
prinsip ( principle), kemudian dijabarkan ke dalam bidang-bidang
pengembangan dan kegiatan belajar yang lebih operasional.
3) Perencanaan
Perencanaan harus dibuat secara tertulis sehingga memudahkan guru untuk
mengetahui langkah-langkah apa yang harus ditempuh. Tentukan tujuan
pembelajaran, kegiatan belajar, waktu, pengorganisasian anak, sumber rujukan,
alat-permainan yang diperlukan, dan penilaian yang akan dilakukan.
4) Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan dilakukan dan dikembangkan kegiatan belajar sesuai
dengan rencana yang telah disusun. Pada saat proses berlangsung dilakukan
pengamatan terhadap proses belajar yang dilakukan oleh anak.
5) Penilaian
7/16/2019 Pentingnya Pendidikan Karakter Pada Anak Sejak Usia Dini
http://slidepdf.com/reader/full/pentingnya-pendidikan-karakter-pada-anak-sejak-usia-dini 28/28
Penilaian dilakukan pada saat pelaksanaan dan pada akhir kegiatan
pembelajaran dengan tujuan untuk mengamati proses dan kemajuan yang
dicapai anak melalui kegiatan pembelajaran terpadu.
Sumber : http://ebekunt.wordpress.com/2010/07/27/strategi-pembelajaran-untuk-anak-usia-dini/
Top Related