Pentingnya Pendidikan Karakter Pada Anak Sejak Usia Dini

28
Pentingnya Pendidikan Karakter Pada Anak Sejak Usia Dini  Makalah Pendidikan Karakter - Dalam makalah ini akan dijelaskan apa saja dan seberapa penting peran guru dalam pendidikan karakter juga bentuk-bentuk Pembelajaran Terpadu Yang Berkarakter . langsung saja simak selengkapanya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Salah satu misi mewujudkan visi bangsa Indonesia masa depan telah termuat dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara yaitu mewujudkan sistem dan iklim pendidikan nasional yang demokratis dan bermutu guna memperteguh akhlak mulia, kreatif, inovatif, berwawasan kebangsaan, cerdas, sehat, berdisiplin dan bertanggungjawab, berketerampilan serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi dalam rangka mengembangkan kualitas manusia Indonesia Terlihat dengan jelas GBHN mengamanatkan arah kebijakan di bidang pendidikan yaitu: meningkatkan kemampuan akademik dan profesional serta meningkatkan jaminan kesejahteraan tenaga kependidikan sehingga tenaga pendidik mampu berfungsi secara optimal terutama dalam peningkatan  pendidikan watak dan budi pekerti agar dapat mengembalikan wibawa lembaga dan tena ga kependidikan; memberdayakan lembaga pendidikan baik sekolah maupun luar sekolah sebagai  pusat pembudayaan nilai, sikap, dan kemampuan, serta meningkatkan partisipasi keluarga dan masyarakat yang didukung oleh sarana dan prasarana memadai. Sementara itu, UU 20 2003 tentang Sisdiknas menyatakan bahwa Pendidikan Nasional Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta

Transcript of Pentingnya Pendidikan Karakter Pada Anak Sejak Usia Dini

Page 1: Pentingnya Pendidikan Karakter Pada Anak Sejak Usia Dini

7/16/2019 Pentingnya Pendidikan Karakter Pada Anak Sejak Usia Dini

http://slidepdf.com/reader/full/pentingnya-pendidikan-karakter-pada-anak-sejak-usia-dini 1/28

Pentingnya Pendidikan Karakter Pada Anak Sejak Usia

Dini

 Makalah Pendidikan Karakter - Dalam makalah ini akan dijelaskan apa saja dan seberapa penting

peran guru dalam pendidikan karakter juga bentuk-bentuk Pembelajaran Terpadu YangBerkarakter. langsung saja simak selengkapanya.

BAB IPENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Salah satu misi mewujudkan visi bangsa Indonesia masa depan telah termuat dalam Garis-Garis

Besar Haluan Negara yaitu mewujudkan sistem dan iklim pendidikan nasional yang demokratisdan bermutu guna memperteguh akhlak mulia, kreatif, inovatif, berwawasan kebangsaan, cerdas,

sehat, berdisiplin dan bertanggungjawab, berketerampilan serta menguasai ilmu pengetahuan dan

teknologi dalam rangka mengembangkan kualitas manusia Indonesia Terlihat dengan jelas

GBHN mengamanatkan arah kebijakan di bidang pendidikan yaitu: meningkatkan kemampuan

akademik dan profesional serta meningkatkan jaminan kesejahteraan tenaga kependidikansehingga tenaga pendidik mampu berfungsi secara optimal terutama dalam peningkatan

 pendidikan watak dan budi pekerti agar dapat mengembalikan wibawa lembaga dan tenaga

kependidikan; memberdayakan lembaga pendidikan baik sekolah maupun luar sekolah sebagai pusat pembudayaan nilai, sikap, dan kemampuan, serta meningkatkan partisipasi keluarga dan

masyarakat yang didukung oleh sarana dan prasarana memadai.

Sementara itu, UU 20 2003 tentang Sisdiknas menyatakan bahwa Pendidikan NasionalPendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta

Page 2: Pentingnya Pendidikan Karakter Pada Anak Sejak Usia Dini

7/16/2019 Pentingnya Pendidikan Karakter Pada Anak Sejak Usia Dini

http://slidepdf.com/reader/full/pentingnya-pendidikan-karakter-pada-anak-sejak-usia-dini 2/28

 peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan

untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa

kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, danmenjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Berangkat dari hal tersebut diatas, secara formal upaya menyiapkan kondisi, sarana/prasarana,

kegiatan, pendidikan, dan kurikulum yang mengarah kepada pembentukan watak dan budi pekerti generasi muda bangsa memiliki landasan yuridis yang kuat. Namun, sinyal tersebut barudisadari ketika terjadi krisis akhlak yang menerpa semua lapisan masyarakat. Tidak terkecuali

 juga pada anak-anak usia sekolah. Untuk mencegah lebih parahnya krisis akhlak, kini upaya

tersebut mulai dirintis melalui pendidikan karakter bangsa. Dalam pemberian pendidikankarakter bangsa di sekolah, para pakar berbeda pendapat. Setidaknya ada tiga pendapat yang

 berkembang. Pertama, bahwa pendidikan karakter bangsa diberikan berdiri sendiri sebagai suatu

mata pelajaran. Pendapat kedua, pendidikan karakter bangsa diberikan secara terintegrasi dalam

mata pelajaran PKn, pendidikan agama, dan mata pelajaran lain yang relevan. Pendapat ketiga, pendidikan karakter bangsa terintegrasi ke dalam semua mata pelajaran.

1.2 TUJUAN

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini ialah :

1.  Mengetahui pengertian pendidikan karakter 

2.  Mengetahui bentuk-bentuk Pembelajaran Terpadu Yang Berkarakter 3.  Mengetahui seberapa penting pendidikan karakter pada usia dini

4.  Mengetahui peran guru dalam pendidikan karakter 

1.3 RUMUSAN MASALAH

Adapun rumusan masalah makalah ini adalah :

1.  Apa pengertian dari pendidikan karakter ?

2.  Apa saja bentuk-bentuk pembelajaran terpadu yang berkarakter ?

3.  seberapa penting pendidikan karakter pada usia dini ?4.  Apa saja peran guru dalam pendidikan karakter ?

1.4 RUANG LINGKUPRuang lingkup dalam makalah ini adalah mengurai bentuk-bentuk pembelajaran terpadu yang

 berkarakter serta mengkritisi seberapa penting adanya pendidikan karakter pada anak usia dini.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENDIDIKAN KARAKTER 

Pendidikan adalah proses internalisasi budaya ke dalam diri seseorang dan masyarakat sehingga

membuat orang dan masyarakat jadi beradab. Pendidikan bukan merupakan sarana transfer ilmu pengetahuan saja, tetapi lebih luas lagi yakni sebagai sarana pembudayaan dan penyaluran nilai

(enkulturisasi dan sosialisasi). Anak harus mendapatkan pendidikan yang menyentuh dimensi

dasar kemanusiaan. Dimensi kemanusiaan itu mencakup sekurang-kurangnya tiga hal paling

Page 3: Pentingnya Pendidikan Karakter Pada Anak Sejak Usia Dini

7/16/2019 Pentingnya Pendidikan Karakter Pada Anak Sejak Usia Dini

http://slidepdf.com/reader/full/pentingnya-pendidikan-karakter-pada-anak-sejak-usia-dini 3/28

mendasar, yaitu: (1) afektif yang tercermin pada kualitas keimanan, ketakwaan, akhlak mulia

termasuk budi pekerti luhur serta kepribadian unggul, dan kompetensi estetis; (2) kognitif yang

tercermin pada kapasitas pikir dan daya intelektualitas untuk menggali dan mengembang-kanserta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi; dan (3) psikomotorik yang tercermin pada

kemampuan mengembangkan keterampilan teknis, kecakapan praktis, dan kompetensi kinestetis.

Pengertian karakter menurut Pusat Bahasa Depdiknas adalah “bawaan, hati, jiwa, kepribadian,

 budi pekerti, per ilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen, watak”. Adapun berkarakter adalah

 berkepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat, dan berwatak”. Menurut Tadkiroatun Musfiroh(UNY, 2008), karakter mengacu kepada serangkaian sikap (attitudes), perilaku (behaviors),

motivasi (motivations), dan keterampilan (skills). Karakter berasal dari bahasa Yunani yang

 berarti “to mark” atau menandai dan memfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan

dalam bentuk tindakan atau tingkah laku, sehingga orang yang tidak jujur, kejam, rakus dan perilaku jelek lainnya dikatakan orang berkarakter jelek. Sebaliknya, orang yang perilakunya

sesuai dengan kaidah moral disebut dengan berkarakter mulia.

Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolahyang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk 

melaksanakan nilai-nilai tersebut. Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen(pemangku pendidikan) harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri,

yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, penanganan atau pengelolaan mata

 pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan ko-kurikuler, pemberdayaan

sarana prasarana, pembiayaan, dan etos kerja seluruh warga sekolah/lingkungan. Di samping itu, pendidikan karakter dimaknai sebagai suatu perilaku warga sekolah yang dalam

menyelenggarakan pendidikan harus berkarakter.

Pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu yang melibatkan aspek 

 pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action). Menurut Thomas Lickona,tanpa ketiga aspek ini, maka pendidikan karakter tidak akan efektif. Dengan pendidikan karakter yang diterapkan secara sistematis dan berkelanjutan, seorang anak akan menjadi cerdas

emosinya. Kecerdasan emosi ini adalah bekal penting dalam mempersiapkan anak menyongsong

masa depan, karena seseorang akan lebih mudah dan berhasil menghadapi segala macamtantangan kehidupan, termasuk tantangan untuk berhasil secara akademis.

Terdapat sembilan pilar karakter yang berasal dari nilai-nilai luhur universal, yaitu: pertama,

karakter cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya; kedua, kemandirian dan tanggungjawab; ketiga,

kejujuran/amanah, diplomatis; keempat, hormat dan santun; kelima, dermawan, suka tolong-menolong dan gotong royong/kerjasama; keenam, percaya diri dan pekerja keras; ketujuh,

kepemimpinan dan keadilan; kedelapan, baik dan rendah hati, dan; kesembilan, karakter 

toleransi, kedamaian, dan kesatuan.

Kesembilan pilar karakter itu, diajarkan secara sistematis dalam model pendidikan holistik menggunakan metode knowing the good, feeling the good, dan acting the good. Knowing the

good bisa mudah diajarkan sebab pengetahuan bersifat kognitif saja. Setelah knowing the good

harus ditumbuhkan feeling loving the good, yakni bagaimana merasakan dan mencintaikebajikan menjadi engine yang bisa membuat orang senantiasa mau berbuat sesuatu kebaikan.

Sehingga tumbuh kesadaran bahwa, orang mau melakukan perilaku kebajikan karena dia cinta

dengan perilaku kebajikan itu. Setelah terbiasa melakukan kebajikan, maka acting the good itu

Page 4: Pentingnya Pendidikan Karakter Pada Anak Sejak Usia Dini

7/16/2019 Pentingnya Pendidikan Karakter Pada Anak Sejak Usia Dini

http://slidepdf.com/reader/full/pentingnya-pendidikan-karakter-pada-anak-sejak-usia-dini 4/28

 berubah menjadi kebiasaan.

Lebih lanjut dijelaskan bahwa pendidikan karakter adalah segala sesuatu yang dilakukan guru,

yang mampu mempengaruhi karakter peserta didik. Guru membantu membentuk watak pesertadidik. Hal ini mencakup keteladanan bagaimana perilaku guru, cara guru berbicara atau

menyampaikan materi, bagaimana guru bertoleransi, dan berbagai hal terkait lainnya.

Menurut T. Ramli (2003), pendidikan karakter memiliki esensi dan makna yang sama dengan

 pendidikan moral dan pendidikan akhlak. Tujuannya adalah membentuk pribadi anak, supaya

menjadi manusia yang baik, warga masyarakat, dan warga negara yang baik. Adapun kriteriamanusia yang baik, warga masyarakat yang baik, dan warga negara yang baik bagi suatu

masyarakat atau bangsa, secara umum adalah nilai-nilai sosial tertentu, yang banyak dipengaruhi

oleh budaya masyarakat dan bangsanya. Oleh karena itu, hakikat dari pendidikan karakter dalam

konteks pendidikan di Indonesia adalah pedidikan nilai, yakni pendidikan nilai-nilai luhur yang bersumber dari budaya bangsa Indonesia sendiri, dalam rangka membina kepribadian generasi

muda.

Pendidikan karakter berpijak dari karakter dasar manusia, yang bersumber dari nilai moral

universal (bersifat absolut) yang bersumber dari agama yang juga disebut sebagai the goldenrule. Pendidikan karakter dapat memiliki tujuan yang pasti, apabila berpijak dari nilai-nilai

karakter dasar tersebut. Menurut para ahli psikolog, beberapa nilai karakter dasar tersebut adalah:cinta kepada Allah dan ciptaann-Nya (alam dengan isinya), tanggung jawab, jujur, hormat dansantun, kasih sayang, peduli, dan kerjasama, percaya diri, kreatif, kerja keras, dan pantang

menyerah, keadilan dan kepemimpinan; baik dan rendah hati, toleransi, cinta damai, dan cinta

 persatuan. Pendapat lain mengatakan bahwa karakter dasar manusia terdiri dari: dapat dipercaya,rasa hormat dan perhatian, peduli, jujur, tanggung jawab; kewarganegaraan, ketulusan, berani,

tekun, disiplin, visioner, adil, dan punya integritas. Penyelenggaraan pendidikan karakter di

sekolah harus berpijak kepada nilai-nilai karakter dasar, yang selanjutnya dikembangkan menjadi

nilai-nilai yang lebih banyak atau lebih tinggi (yang bersifat tidak absolut atau bersifat relatif)sesuai dengan kebutuhan, kondisi, dan lingkungan sekolah itu sendiri.

Dewasa ini banyak pihak menuntut peningkatan intensitas dan kualitas pelaksanaan pendidikankarakter pada lembaga pendidikan formal. Tuntutan tersebut didasarkan pada fenomena sosial

yang berkembang, yakni meningkatnya kenakalan remaja dalam masyarakat, seperti perkelahian

massal dan berbagai kasus dekadensi moral lainnya. Bahkan di kota-kota besar tertentu, gejalatersebut telah sampai pada taraf yang sangat meresahkan. Oleh karena itu, lembaga pendidikan

formal sebagai wadah resmi pembinaan generasi muda diharapkan dapat meningkatkan

 peranannya dalam pembentukan kepribadian peserta didik melalui peningkatan intensitas dankualitas pendidikan karakter.

Para pakar pendidikan pada umumnya sependapat tentang pentingnya upaya peningkatan

 pendidikan karakter pada jalur pendidikan formal. Namun demikian, ada perbedaan-perbedaan pendapat di antara mereka tentang pendekatan dan modus pendidikannya. Berhubungan dengan

 pendekatan, sebagian pakar menyarankan penggunaan pendekatan-pendekatan pendidikan moral

yang dikembangkan di negara-negara barat, seperti: pendekatan perkembangan moral kognitif, pendekatan analisis nilai, dan pendekatan klarifikasi nilai. Sebagian yang lain menyarankan

 penggunaan pendekatan tradisional, yakni melalui penanaman nilai-nilai sosial tertentu dalam

diri peserta didik.

Page 5: Pentingnya Pendidikan Karakter Pada Anak Sejak Usia Dini

7/16/2019 Pentingnya Pendidikan Karakter Pada Anak Sejak Usia Dini

http://slidepdf.com/reader/full/pentingnya-pendidikan-karakter-pada-anak-sejak-usia-dini 5/28

Ki Hadjar Dewantara dari Taman Siswa di Yogyakarta bulan Oktober 1949 pernah berkata

 bahwa “Hidup haruslah diarahkan pada kemajuan, keberadaban, budaya, dan persatuan”.

Sedangkan menurut Prof. Wuryadi, manusia pada dasarnya baik secara individu dan kelompok,memiliki apa yang jadi penentu watak dan karakternya yaitu dasar dan ajar. Dasar dapat dilihat

sebagai apa yang disebut modal biologis (genetik) atau hasil pengalaman yang sudah dimiliki

(teori konstruktivisme), sedangkan ajar adalah kondisi yang sifatnya diperoleh dari rangkaian pendidikan atau perubahan yang direncanakan atau diprogram.

2.2 BENTUK-BENTUK PEMBELAJARAN TERPADU YANG BERKARAKTER 

Menurut Cohen dalam Degeng (1989), terdapat tiga kemungkinan variasi pembelajaran terpadu

yang berkenaan dengan pendidikan yang dilaksanakan dalam suasana pendidikan progresif yaitukurikulum terpadu (integrated curriculum), hari terpadu (integrated day), dan pembelajaran

terpadu (integrated learning). Kurikulum terpadu adalah kegiatan menata keterpaduan berbagai

materi mata pelajaran melalui suatu tema lintas bidang membentuk suatu keseluruhan yang

 bermakna sehingga batas antara berbagai bidang studi tidaklah ketat atau boleh dikatakan tidak 

ada. Hari terpadu berupa perancangan kegiatan siswa dari sesuatu kelas pada hari tertentu untuk mempelajari atau mengerjakan berbagai kegiatan sesuai dengan minat mereka. Sementara itu,

 pembelajaran terpadu menunjuk pada kegiatan belajar yang terorganisasikan secara lebihterstruktur yang bertolak pada tema-tema tertentu atau pelajaran tertentu sebagai titik pusatnya

(center core/center of interst).

Lebih lanjut, model-model pembelajaran inovatif dan terpadu yang mungkin dapat diadaptasi,

seperti yang ditulis oleh Trianto, 2009, dalam bukunya yang berjudul Pembelajaran Inovatif 

Berorientasi Konstruktivistik adalah sebagai berikut :

1. FragmentasiDalam model ini, suatu disiplin yang berbeda dan terpisah dikembangkan merupakan suatu

kawasan dari suatu mata pelajaran

2. Koneksi

Dalam model ini, dalam setiap topik ke topik, tema ke tema, atau konsep ke konsep isi mata

 pelajaran dihubungkan secara tegas

3. SarangDalam model ini, guru mentargetkan variasi keterampilan (sosial, berpikir, dan keterampilan

khusus) dari setiap mata pelajaran.

4. Rangkaian/UrutanDalam model ini, topik atau unit pembelajaran disusun dan diurutkan selaras dengan yang lain.

Ide yang sama diberikan dalam kegiatan yang sama sambil mengingatkan konsep-konsep yang

 berbeda.

5. Patungan

Dalam model ini, perencanaan dan pembelajaran menyatu dalam dua disiplin yangkonsep/gagasannya muncul saling mengisi sebagai suatu sistem.

Page 6: Pentingnya Pendidikan Karakter Pada Anak Sejak Usia Dini

7/16/2019 Pentingnya Pendidikan Karakter Pada Anak Sejak Usia Dini

http://slidepdf.com/reader/full/pentingnya-pendidikan-karakter-pada-anak-sejak-usia-dini 6/28

6. Jala-jala

Dalam model ini, tema/topik yang bercabang ditautkan ke dalam kurikulum. Dengan

menggunakan tema itu, pembelajaran mencari konsep/gagasan yang tepat.

7. Untaian Simpul

Dalam model ini, pendekatan metakurikuler menjalin keterampilan berpikir, sosial, intelegensi,teknik, dan keterampilan belajar melalui variasi disiplin.

8. IntegrasiDalam model ini, pendekatan interdisipliner memasangkan antar mata pelajaran untuk saling

mengisi dalam topik dan konsep dengan beberapa tim guru dalam model integrasi riil.

9. Peleburan

Dalam model ini, suatu disiplin menjadi bagian yang tak terpisahkan dari keahliannya, para

 pebelajar menjaring semua isi melalui keahlian dan meramu ke dalam pengalamannya.

10. JaringanDalam model ini, pebelajar menjaring semua pembelajaran melalui pandangan keahliannya danmembuat jaringan hubungan internal mengarah ke jaringan eksternal dari keahliannya yang

 berkaitan dengan lapangan.

2.3 PENTINGNYA PENDIDIKAN KARAKTER PADA USIA DINI

Pendidikan karakter pada anak usia dini , dewasa ini sangat di perlukan di karenakan saat ini

Bangsa Indonesia sedang mengalami krisis karakter dalam diri anak bangsa. Karakter di siniadalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi

 berbagai kebajikan yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang , bepikir,

 bersikap dan bertindak. Kebajikan tersebut berupa Sejumlah nilai moral, dan norma, seperti

 jujur, berani bertindak, dapat dipercaya, hormat pada orang lain, disiplin, mandiri, kerja keras,kreatif.

Berbagai permasalahan yang melanda bangsa belakangan ini ditengarai karena jauhnya kita dari

karakter. Jati diri bangsa seolah tercabut dari akar yang sesungguhnya. Sehingga pendidikankarakter menjadi topik yang hangat di bicarakan belakangan ini. Menurut Prof Suyanto Ph.D

karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup

dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap mempertang-

gungjawabkan tiap akibat dari keputusan yang ia buat.

Pembentukan karakter merupakan salah satu tujuan pendidikan nasional. Pasal I UU Sisdiknastahun 2003 menyatakan bahwa di antara tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan

 potensi peserta didik untuk memiliki kecerdasan, kepribadian dan akhlak mulia. Amanah UU

Sisdiknas tahun 2003 itu bermaksud agar pendidikan tidak hanya membentuk insan Indonesiayang cerdas, namun juga berkepribadian atau berkarakter, sehingga nantinya akan lahir generasi

 bangsa yang tumbuh berkembang dengan karakter yang bernafas nilai-nilai luhur bangsa serta

agama.

Page 7: Pentingnya Pendidikan Karakter Pada Anak Sejak Usia Dini

7/16/2019 Pentingnya Pendidikan Karakter Pada Anak Sejak Usia Dini

http://slidepdf.com/reader/full/pentingnya-pendidikan-karakter-pada-anak-sejak-usia-dini 7/28

Pendidikan karakter di nilai sangat penting untuk di mulai pada anak usia dini karena pendidikan

karakter adalah proses pendidikan yang ditujukan untuk mengembangkan nilai, sikap, dan

 perilaku yang memancarkan akhlak mulia atau budi pekerti luhur. Nilai-nilai positif dan yangseharusnya dimiliki seseorang menurut ajaran budi pekerti yang luhur adalah amal saleh,

amanah, antisipatif, baik sangka, bekerja keras, beradab, berani berbuat benar, berani memikul

resiko, berdisiplin, berhati lapang, berhati lembut, beriman dan bertaqwa, berinisiatif, berkemauan keras, berkepribadian, berpikiran jauh ke depan, bersahaja, bersemangat, bersifatkonstruktif, bersyukur, bertanggung jawab, bertenggang rasa, bijaksana, cerdas, cermat,

demokratis, dinamis, efisien, empati, gigih, hemat, ikhlas, jujur, kesatria, komitmen, kooperatif,

kosmopolitan (mendunia), kreatif, kukuh hati, lugas, mandiri, manusiawi, mawas diri, mencintaiilmu, menghargai karya orang lain, menghargai kesehatan, menghargai pendapat orang lain,

menghargai waktu, patriotik, pemaaf, pemurah, pengabdian, berpengendalian diri, produktif,

rajin, ramah, rasa indah, rasa kasih sayang,rasa keterikatan, rasa malu, rasa memiliki, rasa

 percaya diri, rela berkorban, rendah hati, sabar, semangat kebersamaan, setia, siap mental, sikapadil, sikap hormat, sikap nalar, sikap tertib, sopan santun, sportif, susila, taat asas, takut bersalah,

tangguh, tawakal, tegar, tegas, tekun, tepat janji, terbuka, ulet, dan sejenisnya.

Sejatinya pendidikan karakter ini memang sangat penting dimulai sejak dini. Sebab falsafah

menanam sekarang menuai hari esok adalah sebuah proses yang harus dilakukan dalam rangkamembentuk karakter anak bangsa. Pada usia kanak-kanak atau yang biasa disebut para ahli psikologi sebagai usia emas (golden age) terbukti sangat menentukan kemampuan anak dalam

mengembangkan potensinya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sekitar 50 persen variabilitas

kecerdasan orang dewasa sudah terjadi ketika anak berusia empat tahun. Peningkatan 30 persen berikutnya terjadi pada usia delapan tahun, dan 20 persen sisanya pada pertengahan atau akhir 

dasawarsa kedua.

Dari sini, sudah sepatutnya pendidikan karakter dimulai dari dalam keluarga, yang merupakan

lingkungan pertama bagi pertumbuhan karakter anak. Setelah keluarga, di dunia pendidikan

karakter ini sudah harus menjadi ajaran wajib sejak sekolah dasar.

Anak-anak adalah generasi yang akan menentukan nasib bangsa di kemudian hari. Karakter 

anak-anak yang terbentuk sejak sekarang akan sangat menentukan karakter bangsa di kemudianhari. Karakter anak-anak akan terbentuk dengan baik, jika dalam proses tumbuh kembang

mereka mendapatkan cukup ruang untuk mengekspresikan diri secara leluasa.

2.4 PERAN GURU DALAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH

Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), yang kemudian diimplementasikan menjadi KurikulumTingkat Satuan Pendidikan (KTSP), merupakan kurikulum yang dirancang untuk memberikan

 peluang seluas-luasnya bagi sekolah dan tenaga pendidik untuk melakukan praktik-praktik 

 pendidikan dalam rangka mengembangkan semua potensi yang dimiliki peserta didik, baik 

melalui proses pembelajaran di kelas maupun melalui program pengembangan diri(ekstrakurikuler). Pengembangan potensi peserta didik tersebut dimaksudkan untuk 

memantapkan kesadaran diri tentang kemampuan atau life skill terutama kemampuan personal

(personal skill) yang dimilikinya. Termasuk dalam hal ini adalah pengembangan potensi pesertadidik yang berhubungan dengan karakter dirinya.

Page 8: Pentingnya Pendidikan Karakter Pada Anak Sejak Usia Dini

7/16/2019 Pentingnya Pendidikan Karakter Pada Anak Sejak Usia Dini

http://slidepdf.com/reader/full/pentingnya-pendidikan-karakter-pada-anak-sejak-usia-dini 8/28

Dalam pengembangan karakter peserta didik di sekolah, guru memiliki posisi yang strategis

sebagai pelaku utama. Guru merupakan sosok yang bisa ditiru atau menjadi idola bagi peserta

didik. Guru bisa menjadi sumber inpirasi dan motivasi peserta didiknya. Sikap dan prilakuseorang guru sangat membekas dalam diri siswa, sehingga ucapan, karakter dan kepribadian guru

menjadi cermin siswa. Dengan demikian guru memiliki tanggung jawab besar dalam

menghasilkan generasi yang berkarakter, berbudaya, dan bermoral. Tugas-tugas manusiawi itumerupakan transpormasi, identifikasi, dan pengertian tentang diri sendiri, yang harusdilaksanakan secara bersama-sama dalam kesatuan yang organis, harmonis, dan dinamis.

Ada beberapa strategi yang dapat memberikan peluang dan kesempatan bagi guru untuk 

memainkan peranannya secara optimal dalam hal pengembangan pendidikan karakter peserta

didik di sekolah, sebagai berikut :

1. Optimalisasi peran guru dalam proses pembelajaran. Guru tidak seharusnya menempatkan diri

sebagai aktor yang dilihat dan didengar oleh peserta didik, tetapi guru seyogyanya berperan

sebagai sutradara yang mengarahkan, membimbing, memfasilitasi dalam proses pembelajaran,

sehingga peserta didik dapat melakukan dan menemukan sendiri hasil belajarnya.

2. Integrasi materi pendidikan karakter ke dalam mata pelajaran. Guru dituntut untuk perduli,mau dan mampu mengaitkan konsep-konsep pendidikan karakter pada materi-materi

 pembelajaran dalam mata pelajaran yang diampunya. Dalam hubungannya dengan ini, setiap

guru dituntut untuk terus menambah wawasan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan pendidikan karakter, yang dapat diintergrasikan dalam proses pembelajaran.

3. Mengoptimalkan kegiatan pembiasaan diri yang berwawasan pengembangan budi pekerti dan

akhlak mulia. Para guru (pembina program) melalui program pembiasaan diri lebih

mengedepankan atau menekankan kepada kegiatan-kegiatan pengembangan budi pekerti danakhlak mulia yang kontekstual, kegiatan yang menjurus pada pengembangan kemampuan afektif 

dan psikomotorik.

4. Penciptaan lingkungan sekolah yang kondusif untuk tumbuh dan berkembangnya karakter 

 peserta didik. Lingkungan terbukti sangat berperan penting dalam pembentukan pribadi manusia

(peserta didik), baik lingkungan fisik maupun lingkungan spiritual. Untuk itu sekolah dan guru perlu untuk menyiapkan fasilitas-fasilitas dan melaksanakan berbagai jenis kegiatan yang

mendukung kegiatan pengembangan pendidikan karakter peserta didik.

5. Menjalin kerjasama dengan orang tua peserta didik dan masyarakat dalam pengembangan

 pendidikan karakter. Bentuk kerjasama yang bisa dilakukan adalah menempatkan orang tua

 peserta didik dan masyarakat sebagai fasilitator dan nara sumber dalam kegiatan-kegiatan pengembangan pendidikan karakter yang dilaksanakan di sekolah.

6. Menjadi figur teladan bagi peserta didik. Penerimaan peserta didik terhadap materi pembelajaran yang diberikan oleh seorang guru, sedikit tidak akan bergantung kepada

 penerimaan pribadi peserta didik tersevut terhadap pribadi seorang guru. Ini suatu hal yang

sangat manusiawi, dimana seseorang akan selalu berusaha untuk meniru, mencontoh apa yangdisenangi dari model/pigurnya tersebut. Momen seperti ini sebenarnya merupakan kesempatan

 bagi seorang guru, baik secara langsung maupun tidak langsung menanamkan nilai-nilai karakter 

Page 9: Pentingnya Pendidikan Karakter Pada Anak Sejak Usia Dini

7/16/2019 Pentingnya Pendidikan Karakter Pada Anak Sejak Usia Dini

http://slidepdf.com/reader/full/pentingnya-pendidikan-karakter-pada-anak-sejak-usia-dini 9/28

dalam diri pribadi peserta didik. Dalam proses pembelajaran, intergrasi nilai-nilai karakter tidak 

hanya dapat diintegrasikan ke dalam subtansi atau materi pelajaran, tetapi juga pada prosesnya

Dalam uraian di atas menggambarkan peranan guru dalam pengembangan pendidikan karakter di

sekolah yang berkedudukan sebagai katalisator atau teladan, inspirator, motivator, dinamisator,

dan evaluator. Dalam berperan sebagai katalisator, maka keteladanan seorang guru merupakanfaktor mutlak dalam pengembangan pendidikan karakter peserta didik yang efektif, karena

kedudukannya sebagai figur atau idola yang ditiru oleh peserta didik. Peran sebagai inspirator 

 berarti seorang guru harus mampu membangkitkan semangat peserta didik untuk majumengembangkan potensinya. Peran sebagai motivator, mengandung makna bahwa setiap guru

harus mampu membangkitkan spirit, etos kerja dan potensi yang luar biasa pada diri peserta

didik. Peran sebagai dinamisator, bermakna setiap guru memiliki kemampuan untuk mendorong

 peserta didik ke arah pencapaian tujuan dengan penuh kearifan, kesabaran, cekatan, cerdas danmenjunjung tinggi spiritualitas. Sedangkan peran guru sebagai evaluator, berarti setiap guru

dituntut untuk mampu dan selalu mengevaluasi sikap atau prilaku diri, dan metode pembelajaran

yang dipakai dalam pengembangan pendidikan karakter peserta didik, sehingga dapat diketahui

tingkat efektivitas, efisiensi, dan produktivitas programnya.

Dengan demikian berdasarkan paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam konteks sistem pendidikan di sekolah untuk mengembangkan pendidikan karakter peserta didik, guru harus

diposisikan atau memposisikan diri pada hakekat yang sebenarnya, yaitu sebagai pengajar dan

 pendidik, yang berarti disamping mentransfer ilmu pengetahuan, juga mendidik dan

mengembangkan kepribadian peserta didik melalui intraksi yang dilakukannya di kelas dan luar kelas.

Guru hendaknya diberikan hak penuh (hak mutlak) dalam melakukan penilaian (evaluasi) proses pembelajaran, karena dalam masalah kepribadian atau karakter peserta didik, guru merupakan

 pihak yang paling mengetahui tentang kondisi dan perkembangannya.

Guru hendaknya mengembangkan sistem evaluasi yang lebih menitikberatkan pada aspek 

afektif, dengan menggunakan alat dan bentuk penilaian essay dan wawancara langsung dengan

 peserta didik. Aalat dan bentuk penilaian seperti itu, lebih dapat mengukur karakteristik setiap peserta didik, serta mampu mengukur sikap kejujuran, kemandirian, kemampuan berkomunikasi,

struktur logika, dan lain sebagainya yang merupakan bagian dari proses pembentukan karakter 

 positif. Ini akan terlaksana dengan lebih baik lagi apabila didukung oleh pemerintah selaku penentu kebijakan

BAB IIIPENUTUP

3.1 KESIMPULAN1. Pengertian pendidikan karakter 

Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah

yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut. Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai “the deliberate

use of all dimensions of school life to foster optimal character development”. Dalam pendidikan

Page 10: Pentingnya Pendidikan Karakter Pada Anak Sejak Usia Dini

7/16/2019 Pentingnya Pendidikan Karakter Pada Anak Sejak Usia Dini

http://slidepdf.com/reader/full/pentingnya-pendidikan-karakter-pada-anak-sejak-usia-dini 10/28

karakter di sekolah, semua komponen (pemangku pendidikan) harus dilibatkan, termasuk 

komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan

 penilaian, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaanaktivitas atau kegiatan ko-kurikuler, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan etos kerja

seluruh warga sekolah/lingkungan. Di samping itu, pendidikan karakter dimaknai sebagai suatu

 perilaku warga sekolah yang dalam menyelenggarakan pendidikan harus berkarakter.

2. Bentuk-Bentuk pembelajaran inovatif dan terpadu yang mungkin dapat diadaptasi, seperti

yang ditulis oleh Trianto, 2009, dalam bukunya yang berjudul Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik adalah sebagai berikut :

1.  - Fragmentasi2.  - Koneksi

3.  - Sarang

4.  - Rangkaian/Urutan

5.  - Patungan

6. 

- Jala-jala7.  - Untaian Simpul

8.  - Integrasi9.  - Peleburan

10. - Jaringan

3. Pendidikan karakter pada anak usia dini di nilai sangat penting karena anak-anak adalah

generasi yang akan menentukan nasib bangsa di kemudian hari. Karakter anak-anak yang

terbentuk sejak sekarang akan sangat menentukan karakter bangsa di kemudian hari. Pada usia

kanak-kanak atau yang biasa disebut para ahli psikologi sebagai usia emas (golden age) terbuktisangat menentukan kemampuan anak dalam mengembangkan potensinya. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa sekitar 50 persen variabilitas kecerdasan orang dewasa sudah terjadi ketikaanak berusia empat tahun. Peningkatan 30 persen berikutnya terjadi pada usia delapan tahun, dan20 persen sisanya pada pertengahan atau akhir dasawarsa kedua. Pada usia inilah proses

 pendidikan karakter di mulai proses pendidikan yang ditujukan untuk mengembangkan nilai,

sikap, dan perilaku yang memancarkan akhlak mulia atau budi pekerti luhur. Nilai-nilai positif dan yang seharusnya dimiliki seseorang menurut ajaran budi pekerti yang luhur adalah amal

saleh, amanah, antisipatif, baik sangka, bekerja keras, beradab, berani berbuat benar, berani

memikul resiko, berdisiplin, berhati lapang, berhati lembut, beriman dan bertaqwa, berinisiatif,

 berkemauan keras, berkepribadian, berpikiran jauh ke depan, bersahaja, bersemangat, bersifatkonstruktif, bersyukur, bertanggung jawab, bertenggang rasa, bijaksana, cerdas, cermat,

demokratis, dinamis, efisien, empati, gigih, hemat, ikhlas, jujur, kesatria, komitmen, kooperatif,

kosmopolitan (mendunia), kreatif, kukuh hati, lugas, mandiri, manusiawi, mawas diri, mencintai

ilmu, menghargai karya orang lain, menghargai kesehatan, menghargai pendapat orang lain,menghargai waktu, patriotik, pemaaf, pemurah, pengabdian, berpengendalian diri, produktif,

rajin, ramah, rasa indah, rasa kasih sayang,rasa keterikatan, rasa malu, rasa memiliki, rasa

 percaya diri, rela berkorban, rendah hati, sabar, semangat kebersamaan, setia, siap mental, sikapadil, sikap hormat, sikap nalar, sikap tertib, sopan santun, sportif, susila, taat asas, takut bersalah,

tangguh, tawakal, tegar, tegas, tekun, tepat janji, terbuka, ulet, dan sejenisnya.

Page 11: Pentingnya Pendidikan Karakter Pada Anak Sejak Usia Dini

7/16/2019 Pentingnya Pendidikan Karakter Pada Anak Sejak Usia Dini

http://slidepdf.com/reader/full/pentingnya-pendidikan-karakter-pada-anak-sejak-usia-dini 11/28

4. Peran guru dalam pendidikan karakter untuk peserta didik di sekolah ialah , guru memiliki

 posisi yang strategis sebagai pelaku utama. Guru merupakan sosok yang bisa ditiru atau menjadi

idola bagi peserta didik. Guru bisa menjadi sumber inpirasi dan motivasi peserta didiknya. Sikapdan perilaku seorang guru sangat membekas dalam diri siswa, sehingga ucapan, karakter dan

kepribadian guru menjadi cermin siswa. Dengan demikian guru memiliki tanggung jawab besar 

dalam menghasilkan generasi yang berkarakter, berbudaya, dan bermoral. Tugas-tugasmanusiawi itu merupakan transpormasi, identifikasi, dan pengertian tentang diri sendiri, yangharus dilaksanakan secara bersama-sama dalam kesatuan yang organis, harmonis, dan dinamis.

3.2 SARAN

Penulis sangat menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna , oleh karena itu Prnulissangat mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca dan dosen

 pembimbing , agar dalam pembuatan makalah ke depannya dapat lebih baik.

 judul asli “Pentingnya Pendidikan Karakter pada anak sejak usia dini , dan Peran Guru dalam

 pendidikan karakter” 

sumber: http://makalahpendidikan.blogdetik.com/pentingnya-pendidikan-karakter-pada-anak-sejak-

usia-dini/

Page 12: Pentingnya Pendidikan Karakter Pada Anak Sejak Usia Dini

7/16/2019 Pentingnya Pendidikan Karakter Pada Anak Sejak Usia Dini

http://slidepdf.com/reader/full/pentingnya-pendidikan-karakter-pada-anak-sejak-usia-dini 12/28

PENGEMBANGAN KARAKTER MELALUI BERMAIN PADA ANAK USIA DINI

PENGEMBANGAN KARAKTER MELALUI BERMAIN PADA ANAK USIA DINI 

Penyusun : Nurhasanah, M.Pd 

A.  Pendahuluan 

Perkembangan pendidikan di Indonesia membawa dampak bagi perkembangna sumber daya

manusia di masa depan. Pemerintah berupaya meningkatkat kualitas sumber daya manusia melalui

bidang pendidikan dengan mengangkat selogan “Pendidikan Berkarakter”, dengan harapan sumber daya

manusia masa depan merupakan sumber daya manusia yang memiliki kualitas karakter yang mampu

menghadapi tantangan dan tuntutan zaman. Pendidikan karakter merupakan modal utama bagi anak

dalam berinteraksi dan bersosialisasi dengan lingkungan yang lebih besar dari lingkungan keluarga.

Dengan memiliki karakter yang baik dan dapat diterima lingkungan anak dapat mengambil peranan

dalam lingkungan masyarakatanya. Pendidikan karakter memiliki makna lebih tinggi daripada

pendidikan moral karena dalam pendidikan karakter tidak hanya pengenalan moral yang

dikembangkankan, seperti pengenalan akan konsep benar salah, baik buruk, tetapi dalam pendidikan

karakter lebih pada cara menanamkan pembiasaan akan aplikasi dari moral dalam kehidupan sehari-

hari.

Perkembangan dan pergeseran nilai-nilai budaya yang terjadi sekarang juga berdampak pada

pergeseran akan nilai dan kepribadian masyarakat. Pendidikan karkater merupakan dasar dalam

membentuk kepribadian yang ajek menyatu dalam diri dan jiwa anak. Hal itu tentu saja dapat terealisasi

apabila pola dan bentuk pengembangan pendidikan karakter tidak keluar dari fitrah anak.

Pengembangan dan penanaman karakter dapat dimulai sejak usia dini melalui pembiasaan-pembiasaan

yang dilakukan dengan cara bermain. Bermain merupakan salah satu kebutuhan dasar dalam diri setiap

anak, oleh karena itu bermain dapat dijadikan sebagai salah satu sarana dalam menanamkan karakter

sejak dini. Melalui bermain anak tidak akan merasakan suatu paksaan dalam melakukan sesuatu, karena

cirri utama bermain adalah menyenangkan bagi anak dan dilakukan tanpa paksaan.

Membangun karakter pada anak melalui kegiatan bermain diharapkan akan dapat memberikan

pengalaman mental bagi anak dalam membentuk kepribadiannya di masa depan. melalui bermain

memiliki kesempatan untuk menjadi seperti yang diinginkannya tanpa terikat pada batasan ruang dan

Page 13: Pentingnya Pendidikan Karakter Pada Anak Sejak Usia Dini

7/16/2019 Pentingnya Pendidikan Karakter Pada Anak Sejak Usia Dini

http://slidepdf.com/reader/full/pentingnya-pendidikan-karakter-pada-anak-sejak-usia-dini 13/28

waktu bagi anak, maksudnya pada saat bermain anak dapat memerankan peran dewasa yang

dibayangkannya walaupun pada saat itu dalam konsep ruang dan waktu anak belum pada masa dewasa.

B.  Hakikat Karakter Dan Bermain Pada Anak Usia Dini 

Karakter dan kepribadian seperti dua kata yang tidak dapat dipisahkan, dalam karakter akan

membentuk watak atau sifat manusia. Thomas Lickona mengatakan seorang anak hanyalah wadah di

mana seorang dewasa yang bertanggung jawab dapat diciptakanya, karena itulah mempersiapkan anak

merupakan investasi masa depan yang memerlukan stategi yang tepat. Ki Hajar Dewantara

mengatakan ‘Karakter’ sebagai ‘watak’ dengan makna pertama bahwa dalam diri manusia memiliki

keterpaduan antara tabiat/watak yang bersifat tetap sehingga dapat membedakan manusia yang satu

dengan lainnya. Kedua watak tersebut terbentuk dari bakat atau potensi yang dimiliki manusia sehingga

dapat menetap karena pengaruh pengajaran dan sifat pendidikan yang dilaluinya. Ketiga dalam karakter

memiliki hubungan antara keturunan dengan lingkungan yang mempengaruhinya. Kelima dalam

karakter memiliki keseimbangan antara kondisi psikologis (kebatinan) dengan perbuatan yang dilakukan,

sehingga melahirkan perangai atau tabiat yang membedakannya dengan orang lain. Keenam dalam

karakter keseimbangan antara kondisi psikologis dengan perbuatan melahirkan perangai atau tabiat

lebih dipengaruhi oleh kualitas psikologis. Ketujuh kondisi psikologis tercipta dari gabungan antara cipta,

rasa, dan karsa, sehingga menumbuhkan kekuatan karekter dalam diri. (Ki Hajar Dewantara,407-410)

Lickona (1992) dalam Nindya Laksana, dkk menekankan pentingya tiga komponen karakter yang

baik (components of good character ) yaitu moral knowing atau pengetahuan tentang moral , moral 

 feeling atau perasaan tentang moraldan moral action atau perbuatan bermoral. Hal ini diperlukan agar

siswa didik mampu memahami, merasakan dan mengerjakan sekaligus nilai-nilai kebajikan.Moral action 

atau perbuatan/tindakan moral ini merupakan hasil (outcome) dari dua komponen karakter

lainnya. Untuk memahami apa yang mendorong seseorang dalam perbuatan yang baik (act morally )

maka harus dilihat tiga aspek lain dari karakter yaitu : 1) kompetensi (competence), 2) keinginan (will )

dan 3) kebiasaan (habit )

Dalam mencapai tiga komponen karakter tersebut perlu diketahui peran orang dewasa yang

terlibat langsung dengan pendidikan anak, selain guru dan apa saja yang mempengaruhi perkembangan

kepribadian seorang anak. Conny Semiawan (2007) mengungkapkan bahwa ada pengaruh kebudayaan

asing terhadap kepribadian anak. Adanya interaksi antara lingkungan dan faktor heriditas akan berlanjut

Page 14: Pentingnya Pendidikan Karakter Pada Anak Sejak Usia Dini

7/16/2019 Pentingnya Pendidikan Karakter Pada Anak Sejak Usia Dini

http://slidepdf.com/reader/full/pentingnya-pendidikan-karakter-pada-anak-sejak-usia-dini 14/28

dalam tumbuh kembang anak dan fungsi keluarga adalah terutama membangun komunikasi dua arah

dalam keterlibatan mental, social, emosional dan mengatasi masalah anak-anaknya. Sehingga, dalam

pengembangan kepribadian anak perlu mengoptimalkan peran orang tua sebagai ujung tombak

pendidikan anak. Pengaruh terbesar yang menjadi dampak langsung pembentukan kepribadian anak

dalam percampuran budaya adalah televise. Televisi sebagai media elektronik yang dimiliki hampir

semua keluarga member kontribusi terbesar dalam hal pengaruh kebudayaan asing terhadap

keprbadaian anak. Pada program-program televise memuat berbagai dampak posifik dan negative yang

diserap anak secara utuh. Dampak positif dan negative tersebut memberi kontribusi yang signifikan

terhadap pembentukan kepribadian anak. Guna menangkal dan mengembangkan pendidikan

berkarakter dalam membangun kepribadian anak makan perlu diketahui ciri utama yang menjadi dasar

dalam pendidikan karakter.

Foester dalam Nyoman Suarta mengungkapkan bahwa ada empat ciri dasar dalam pendidikan

karakter, yaitu : pertama keteraturan interior dimana setiap tindakan diukur berdasarkan hirarki nilai,

nilailah yang menjadi pedoman normative setiap tindakan. Kedua kohernsi  yang memberikan

keberanian, membuat seseorang teguh pada prinsip, tidak mudah terombang ambing pada situasi baru

atau takut resiko. Dengan adanya koherensi  akan menumbuhkan kepercayaan antara satu individu

dengan individu lain, sehingga koherensi  bukan untuk meruntuhkan kridibilitas orang lain. Ketiga

otonomi dimana individu menginternalisasikan aturan dari luar sampai menjadi nilai-nilai bagi pribadi.

Hal ini akan terlihat dari keputusan yang diambil seseorang tanpa pengaruh orang lain. Keempat

keteguhan dan kesetiaan. Keteguhan merupakan daya tahan seseorang untuk mencapai yang baik

sesuai dengan nilai-nilai dan etika. Kesetiaan merupakan kesetiaan pada yang baik. Keempat cirri dasar

tersebut yang seharusnya terbangun melalui pendidikan karakter.

Pendidikan karakter pada anak usia dini melalui pendidikan anak usia dini dapat terbangun

menggunakan beberapa metode yang terbungkus dalam kegiatan bermain. Bermain menurut

Schwartzman (1978) seperti dikutip oleh Patmonodewo dalam ”Pendidikan Anak Prasekolah”

mengemukakan bahwa bermain bukan bekerja; bermain adalah berpura-pura; bermain bukan sesuatu

yang sungguh-sungguh; bermain bukan suatu kegiatan yang produktif dan sebagainya. Bekerja pun

dapat diartikan bermain, sementara bermain dapat dialami sebagai bekerja; demikian pula anak yang

sedang bermain dapat membentuk dunianya, sehingga seringkali dianggap nyata, sungguh-sungguh,

produktif dan menyerupai kehidupan yang sesungguhnya.Senada dengan Schwartzman Vygotsky dalam

Sue Dockett and Marilyn Flerr mengemukakan bermain sebagai perkembangan yang saling

Page 15: Pentingnya Pendidikan Karakter Pada Anak Sejak Usia Dini

7/16/2019 Pentingnya Pendidikan Karakter Pada Anak Sejak Usia Dini

http://slidepdf.com/reader/full/pentingnya-pendidikan-karakter-pada-anak-sejak-usia-dini 15/28

berhubungan antara perkembangan bermain dan kognitif. Menurutnya bermain memiliki peranan

langsung terhadap perkembangan kognitif, dimana saat bermain simbolik memiliki peranan yang

penting dalam mengembangkan berpikir abstrak.

Merujuk pada hakikat pendidikan karakter dan pengertian bermain maka perlu dikembangkanpendidikan karakter pada anak usia dini berbasis bermain. Melalui bermain anak dapat berpura-pura

menjadi seperti yang diinginkan atau dicita-citakan, melalui bermain pengenalan dan menanaman

kepribadian yang menjadi bibit awal pembentukan karakter dapat dilakukan.Saat bermain anak tidak

akan merasakan paksaan dalam menentukan suatu sikap yang mungkin akan menjadi watak dari

kepribadaiannya dimasa depan.

Permainan seperti apa yang dapat dikembangkan dan dirancang dalam rangka member

kontribusi terhadap pengembangan karakter pada anak usia dini? Permainan yang dapat dikembangkandapat berupa bermain peran, bercerita atau bermain pembangunan. Pada permainan tersebut

mengandung filosifis pengembangan karakter anak selanjutnya.

Hasil penelitian (Lulu Ilhamdi,2010) mengungkapkan bahwa permainan matematika

meningkatkan kecakapan hidup pada anak SD kelas awal. Kecakapan hidup yang dapat ditingkatkan

adalah kecakapan akademik dan kecakapan social, terkait dengan kecakapan social yang dikembangkan

adalah sikap berinteraksi, disiplin dan berkomunikasi. Dari penelitian ini apabila dihubungan dengan

pengembangan karakter maka permainan matematika dapat meningkatkan kemampuan disiplin anak

yang harapan kedepan anak akan memiliki karakter disiplin dalam hidupnya.

Hasil studi kajian (Warni Djuwita, 2010) tentang pendidikan karakter berbasis kearifan local

mengungkapkan bahwa perilaku yang ditampilkan dalam permainan tradisional merupakan segala

bentuk reaksi atau tanggapan seseorang terhadap suatu objek yang terwujud dalam tindakan atau

gerakan. Perilaku ini terjadi karena adanya kecendrungan atau dorongan seseorang untuk memenuhi

kebutuhannya, mencari kesenangan dan atau menghindari kesusahan. Maka dengan perilaku yang

nampak dalam setiap permainan tradisional yang terjadi ber ulang-ulang, saat permainan berlangsung

adalah dapat dikatakan menjadi sarana bagi ”pembangunan Karakter” (character Building). C.  Pengembangan Karakter Melalui Bermain Pada Anak Usia Dini 

Page 16: Pentingnya Pendidikan Karakter Pada Anak Sejak Usia Dini

7/16/2019 Pentingnya Pendidikan Karakter Pada Anak Sejak Usia Dini

http://slidepdf.com/reader/full/pentingnya-pendidikan-karakter-pada-anak-sejak-usia-dini 16/28

Penjabara sebelumnya mengungkapkan bahwa pengembangan pendidikan karakter dapat

dikembangkan melalui kegiatan bermain. Berikut ini akan dijabarkan kegiatan bermain yang dapat

dilakukan dalam rangka mengembangkan karakter anak usia diini.

a.  Bermain Peran

Bermain peran yang lebih dikenal dengan istilah bermain pura-pura, khayalan, fantasi, make-believe,

atau simbolik merupakan salah satu bentuk permainan yang biasa dilakukan pada pendidikan anak usia

dini (PAUD), baik dilakukan secara terstruktur maupun non terstruktur. Piaget (1962) menjelaskan

bahwa anaknya bermain peran ketika ia tiduran di lantai dengan selimutnya dan pura-pura tidur. Piaget

menguraikan bahwa awal main peran dapat menjadi bukti perilaku anak yang telah berumur satu tahun.

Ia menyatakan bahwa main peran ditandai oleh penerapan cerita pada obyek dimana cerita itu

sebenarnya tidak dapat diterapkan (seperti pada saat anak bermain pura-pura suguhan makan malam,maka anak berpura-pura menata meja, menyiapkan meja makan dan hidangan kecil, pura-pura

mengaduk teh dalam gelas) dan mengulang ingatan yang menyenangkan (anak usia dini melihat mini

perlengkapan makan dan berpura-pura makan bersama dengan boneka). Piaget merujuk pada

keterlibatan anak dalam main peran tahap yang lebih tinggi dengan anak lainnya sebagai collective

symbolism. Ia juga menerangkan percakapan lisan yang anak lakukan dengan diri sendiri sebagai

idiosyncratic soliloquies. Bermain peran yang bersifat makro dilakukan secara terstruktur dengan

umumnya mengangkat tema besar telah ditentukan guru, misalnya bermain peran dengan tema “pasar-

pasaran”. Guru telah mendisplay atau mensetting tempat bermain seperti pasar, dengan dilengkapi

berbagai atribut pasar, seperti kios-kios sederhana, barang-barang untuk jualan dan alat tukar (uang-

uangan). Anak hanya dijelaskan aturan permainan dan tema besar permainan, selanjutnya anak dapat

memilih peran-peran yang terkait dengan tema dan setting tempat yang telah disediakan. Melalui

permainan ini diharapakan akan terbangun karakter anak yang berani mengambil resiko dari pilihannya,

bertanggungjawab terhadap pilihan akan peran yang dimainkan dan kepatuhan serta kesetiaan dalam

bermain. Bermain peran juga mengembangkan sikap disiplin, kejujuran dan empati terhadap peran yang

dimainkan.

Kegiatan bermain peran yang non terstruktur dapat kita amati dari kegiatan anak bermain peran sendiri

diluar kegiatan pembelajaran. Seperti pada saat bermain bebas anak bersama kelompok sosialnya

mencoba bermain derngan memerankan peran-peran tertentu, misalnya bermain polisi-polisian.

Dengan sendirinya anak mencoba membagi diri dalam peran-peran yang terkait dengan tugas kepolisian

dan mencoba mendalami karakter sebagai seorang polisi. Kegiatan bermain peran baik secara

Page 17: Pentingnya Pendidikan Karakter Pada Anak Sejak Usia Dini

7/16/2019 Pentingnya Pendidikan Karakter Pada Anak Sejak Usia Dini

http://slidepdf.com/reader/full/pentingnya-pendidikan-karakter-pada-anak-sejak-usia-dini 17/28

terstruktur maupun tidak memberikan kontribusi kesempatan bagi anak untuk memerankan berbagai

peran yang dimainkannya dan dalam bermain peran anak akan mencoba mendalam karakter dari peran

yang dilakoninya.

Bermain peran merupakan suatu pengalaman penting yang mendukung perolehan pengetahuan danketerampilan kognisi, sosial, emosi, dan bahasa; semuanya merupakan hal yang sangat penting untuk

keberhasilan di sekolah nanti. Bermain peran lebih tidak hanya sekedar sebuah sudut dapur dan

kerumahtanngga namun semua aspek yang dapat di ciptakan untuk berrmain peran dapat di display

dalam setting bermain peran. Bermaain peran merupakan sarana praktek bagi anak dalam kegiatan

yang menyerupai kehidupan nyata, membolehkan anak untuk membayangkan dirinya ke dalam masa

depan dan menciptakan kembali kondisi masa lalu. bermain peran mendukung perkembangan anak

secara keseluruhan, kognitif, sosial, emosi, fisik sekaligus membangun karakter sejak dini.

Pada saat bermain peran hal yang perlu mendapat perhatian, khususnya dalam mengembangkan

karakter anak adalah pada saat pijakan sebelum pengalaman bermain peran. Pada saat pijakan sebelum

pengalaman bermain peran disini merupakan pengenalan akan karakter yang akan diperankan,

pengenalan karaktek peran tersebut yang akan mengantarkan anak untuk belajar mengaplikasikan

karakter peran yang dimainkan dalam bentuk bermain peran selama bermain peran, dan penguatan

karakter yang diperlukan dalam menetapkan karakter menjadi kepribadian adalah pada saat pijakan

setelah pengalaman bermain peran.

b.  Bercerita

Bercerita merupakan salah satu metode yang dapat dikembangkan dalam mengembangkan pendidikan

karakter pada anak usia dini. Bercerita merupakan suatu proses kreatif bagi guru dalam menceritakan isi

cerita kepada siswa. Pada saat bercerita guru mencoba mengajak anak masuk dan terlibat secara

emosional dalam alur cerita. Kegiatan bercerita yang sering disebut dengan berdongeng merupakan

salah satu sarana yang dapat dimanfaatkan guru dalam mengenalkan, menanamkan dan melatih

keterampilan mental anak akan pemahaman terhadap karakter yang bersifat abstrak. Dongeng atau

bercerita merupakan bentuk komunikasi yang menarik perhatian anak, apabila dikemas dalam bentuk

cerita yang menggugah emosi dan perhatian pendengarnya. Melalui bercerita anak dilatih

berkonsentrasi tentang alur cerita sekaligus membayangkan setiap alur cerita yang diceritakan. Melalui

bercerita pengenalan akan konsep-konsep abstrak seperti konsep benar salah, baik buruk, berbohong,

kejujuran, kesetiaan, tersosialisasi secara menarik dan menyenangkan. Melalui bercerita anak

Page 18: Pentingnya Pendidikan Karakter Pada Anak Sejak Usia Dini

7/16/2019 Pentingnya Pendidikan Karakter Pada Anak Sejak Usia Dini

http://slidepdf.com/reader/full/pentingnya-pendidikan-karakter-pada-anak-sejak-usia-dini 18/28

dikenalkan akan bentuk-bentuk karakter yang dapat dicontoh anak dari isi cerita yang disampaikan.

Bercerita dengan menggunakan bantuan media yang menarik dan perubahan intonasi suara juga akan

melatih anak dalam berasosiasi.

Bercerita berfungsi menyampaikan ajaran moral dan juga menghibur,bentuk cerita ada termasuk cerita tradisional. Cerita tradisional adalah cerita yang disampaikan secara

turun temurun. Suatu cerita tradisional dapat disebarkan secara luas ke berbagai tempat. Kemudian,

cerita itu disesuaikan dengan kondisi daerah setempat. Dalam cerita tradisioanal memiliki cirri-ciri

antara lain : alur cerita sederhana, jalan cerita relative singkat, tokoh tidak diraikan secara rinci, dalam

dongeng penceritaan dilakukan secara lisan, dan pesan atau tema tertulis dalam cerita serta diawali

dengan pendahuluan singkat seperti dengan kalimat “dahulu kala….”, kemudian langsung pada cerita.

Dongeng atau bercerita cocok dalam mengembangkan karakter karena tema yang diangkat terkaitdengan moral tentang kebaikan yang selalu menang melawan kejahatan, kejadian yang terjadi di masa

lampau, di suatu tempat yang jauh sekali. Tugas yang tak mungkin dilaksanakan. Mantra ajaib, misalnya

mantra untuk mengubah orang menjadi binatang. Daya tarik yang timbul melalui kebaikan dan

cinta. Pertolongan yang diberikan kepada orang baik oleh makhluk dengan kekuatan ajaib. keberhasilan

anak ketiga atau anak bungsu ketika sang kakak gagal. Kecantikan dan keluhuran anak ketiga atau anak

bungsu. Kecemburuan saudara kandung yang lebih tua. Kejahatan ibu tiri dan lain sebagainya.

Cerita dalam dongeng umumnya terkelompokkan dalam beberapa kelompok, seperti ; cerita binatang,

cerita biasa yang terkait dengan kehidupan sehari-hari, cerita lucu atau lelucon dan

Cerita legenda. Setiap cerita yang disampaikan mengandung unsur nilai-nilai moral sebagai bibit awal

dalam penanaman karakter anak.

c.  Bermain Pembangunan

Bermain Pembangunan merupakan salah satu jenis permainan yang identik dengan menggunakan

media balok, lego atau kelengkapan pembangunan lainnya. Dalam permainan pembangunan pada anak

usia dini memberi kesempatan pada anak untuk mengembangan daya imajinasi, koordinasi

sensorimotor, kemampuan kognitif dan kecerdasan sparsial. Bermain pembangunan member

kesempatan pada anak dalam berbagai hal, seperti ; kesempatan untuk mengembangkan keterampilan

berhubungan dengan teman sebaya, karena dalam bermain pembangunan bersama melatih anak

berinteraksi dan bersosialisasi dengan teman bermain, saat ini juga melatih anak mengikuti aturan social

Page 19: Pentingnya Pendidikan Karakter Pada Anak Sejak Usia Dini

7/16/2019 Pentingnya Pendidikan Karakter Pada Anak Sejak Usia Dini

http://slidepdf.com/reader/full/pentingnya-pendidikan-karakter-pada-anak-sejak-usia-dini 19/28

yang berlaku. Permainan pembangunan melatih koordinasi motorik halus dan motorik kasar. Permainan

pembangunan melatih dan mengenalkan konsep matematika dan geometri, melatih berpikir simbolik,

melatih pengetahuan pemetaan dan

d.  Bermain Permainan Tradisional

D.  Saran Dan Penutup 

Daftar Pustaka 

…….., 2011, Prosiding Seminar Nasional “Pendidikan Karakter Sejak Usia Dini”, Seminar

Kerjasama antara Universitas Negeri Padang dengan Universitas Mataram, Mataram.

I Nyoman Suarta, 2011, Menghadapi Problematika Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dengan 

Pendidikan Karakter, Mataram.

Lulu Ilhamdi, 2010, Peningkatan Kecakapan Hidup Anak Sd Melalui Permainan Dalam

Pembelajaran Matematika Penelitian Tindakan Di Sekolah Dasar Islam Terpadu Al- 

Husnayain Harapan Baru, Bekasi Barat, Tesis, Universitas Negeri Jakarta, Jakarta.

Patmonodewo, S. 2003, Pendidikan Anak Prasekolah, PT. Rineka Cipta, Jakarta.

Papalia Ols F, 2009, Human Development, edisi 10, Terjemahan Brian Marswendy, Penerbit

Salemba Humanika, Jakarta.

Warni Djuwiita, 2011, Pendidikan Karakter Berbasis Kearifan Lokal (Suatu Kajian Tentang

Permainan Tradisional dan Nilai KeIslama sebagai Lokal Identity Etnis Sasak), 

Mataram.

Sumber : http://noerhasanahpaud.blogspot.com/2011/08/pengembangan-karakter-melalui-

bermain.html 

Page 20: Pentingnya Pendidikan Karakter Pada Anak Sejak Usia Dini

7/16/2019 Pentingnya Pendidikan Karakter Pada Anak Sejak Usia Dini

http://slidepdf.com/reader/full/pentingnya-pendidikan-karakter-pada-anak-sejak-usia-dini 20/28

STRATEGI PEMBELAJARAN UNTUK ANAK USIA DINI

27/07/2010  

Posted by ebekunt in Pendidikan. 

trackback  

Oleh : KUNTJOJO 

A. Hakikat Anak Usia Dini 

Dalam undang-undang tentang sistem pendidikan nasional dinyatakan bahwa

 pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak 

lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan

 pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak 

memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut (UU Nomor 20 Tahun 2003 Bab

I Pasal 1 Ayat 14). 

Anak usia dini adalah anak yang baru dilahirkan sampai usia 6 tahun. Usia ini

merupakan usia yang sangat menentukan dalam pembentukan karakter dan kepribadian anak 

(Yuliani Nurani Sujiono, 2009: 7). Usia dini merupakan usia di mana anak mengalami

 pertumbuhan dan perkembangan yang pesat. Usia dini disebut sebagai usia emas ( golden

age). Makanan yang bergizi yang seimbang serta stimulasi yang intensif sangat dibutuhkan

untuk pertumbuhan dan perkembangan tersebut. 

Ada berbagai kajian tentang hakikat anak usia dini, khususnya anak TK diantaranya

oleh Bredecam dan Copple, Brener, serta Kellough (dalam Masitoh dkk., 2005: 1.12  – 1.13)sebagai berikut. 

1.  Anak bersifat unik. 

2.  Anak mengekspresikan perilakunya secara relative spontan. 

3.  Anak bersifat aktif dan enerjik. 

4.  Anak itu egosentris. 

5.  Anak memiliki rasa ingin tahu yang kuat dan antusias terhadap banyak hal. 

Page 21: Pentingnya Pendidikan Karakter Pada Anak Sejak Usia Dini

7/16/2019 Pentingnya Pendidikan Karakter Pada Anak Sejak Usia Dini

http://slidepdf.com/reader/full/pentingnya-pendidikan-karakter-pada-anak-sejak-usia-dini 21/28

6.  Anak bersifat eksploratif dan berjiwa petualang. 

7.  Anak umumnya kaya dengan fantasi. 

8.  Anak masih mudah frustrasi. 

9.  Anak masih kurang pertimbangan dalam bertindak. 

10. Anak memiliki daya perhatian yang pendek. 

11. Masa anak merupakan masa belajar yang paling potensial. 

12. Anak semakin menunjukkan minat terhadap teman.

B. Karakteristik Cara Belajar Anak Usia Dini 

Anak memiliki karakteristik yang berbeda dengan orang dewasa dalam berperilaku.

Dengan demikian dalam hal belajar anak juga memiliki karakteristik yang tidak sama pula

dengan orang dewasa. Karakteristik cara belajar anak merupakan fenomena yang harus

dipahami dan dijadikan acuan dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran untuk 

anak usia dini. Adapun karakterisktik cara belajar anak menurut Masitoh dkk. (2009: 6.9  –  

6.12) adalah : 

1.  Anak belajar melalui bermain.2.  Anak belajar dengan cara membangun pengetahuannya. 

3.  Anak belajar secara alamiah. 

4.  Anak belajar paling baik jika apa yang dipelajarinya mempertimbangkan keseluruhan aspek  pengembangan, bermakna, menarik, dan fungsional. 

C. Karakteristik Pembelajaran untuk Anak Usia Dini 

Kegiatan pembelajaran pada anak usia dini, menurut Sujiono dan Sujiono

(Yuliani Nurani Sujiono, 2009: 138), pada dasarnya adalah pengembangan

kurikulum secara konkret berupa seperangkat rencana yang berisi sejumlah

 pengalaman belajar melalui bermain yang diberikan pada anak usia dini berdasarkan potensi dan tugas perkembangan yang harus dikuasainya dalam rangka pencapaian

kompetensi yang harus dimiliki oleh anak.

Atas dasar pendapat di atas dapat dinyatakan bahwa pembelajaran untuk anak 

usia dini memiliki karakteristik sebagai berikut.

1. Belajar, bermain, dan bernyanyi

Pembelajaran untuk anak usia dini menggunakan prinsip belajar,

 bermain, dan bernyanyi (Slamet Suyanto, 2005: 133). Pembelajaran untuk 

anak usia dini diwujudkan sedemikian rupa sehingga dapat membuat anak aktif, senang, bebas memilih. Anak-anak belajar melalui interaksi dengan

alat-alat permainan dan perlengkapan serta manusia. Anak belajar dengan

 bermain dalam suasana yang menyenangkan. Hasil belajar anak menjadi lebih baik jika kegiatan belajar dilakukan dengan teman sebayanya. Dalam belajar,

anak menggunakan seluruh alat inderanya.

2. Pembelajaran yang berorientasi pada perkembangan

Page 22: Pentingnya Pendidikan Karakter Pada Anak Sejak Usia Dini

7/16/2019 Pentingnya Pendidikan Karakter Pada Anak Sejak Usia Dini

http://slidepdf.com/reader/full/pentingnya-pendidikan-karakter-pada-anak-sejak-usia-dini 22/28

Pembelajaran yang berorientasi pada perkembangan mengacu pada tiga

hal penting, yaitu : 1) berorientasi pada usia yang tepat, 2) berorientasi pada

individu yang tepat, dan 3) berorientasi pada konteks social budaya (Masitohdkk., 2005: 3.12).

Pembelajaran yang berorientasi pada perkembangan harus sesuai dengan

tingkat usia anak, artinya pembelajaran harus diminati, kemampuan yangdiharapkan dapat dicapai, serta kegiatan belajar tersebut menantang untuk dilakukan anak di usia tersebut.

Manusia merupakan makhluk individu. Perbedaan individual juga harus

manjadi pertimbangan guru dalam merancang, menerapkan, mengevaluasikegiatan, berinteraksi, dan memenuhi harapan anak.

Selain berorientasi pada usia dan individu yang tepat, pembelajaran

 berorientasi perkembangan harus mempertimbangkan konteks sosial budaya

anak. Untuk dapat mengembangkan program pembelajaran yang bermakna,guru hendaknya melihat anak dalam konteks keluarga, masyarakat, faktor 

 budaya yang melingkupinya.D. Kriteria Pemilihan Strategi Pembelajaran 

Strategi pembelajaran sebagai segala usaha guru dalam menerapkan berbagai metode

 pembelajaran untuk mencapai tujuan yang diharapkan (Masitoh dkk., 20056.3). Ada

 bermacam-macam strategi pembelajaran yang dapat dipilih oleh guru Taman Kanak-kanak.

Pemilihan strategi pembelajaran hendaknya mempertimbangkan beberapa faktor penting,

yaitu: a. karakteristik tujuan pembelajaran, b. karakteristik anak dan cara belajarnya, c.

tempat berlangsungnya kegiatan belajar, d. tema pembelajaran, serta e. pola kegiatan

(Masitoh dkk., 2005: 6.3). 

E. Jenis-jenis Strategi Pembelajaran di Taman Kanak-kanak 

1. Strategi Pembelajaran yang Berpusat pada Anak  

a. Pendekatan yang melandasi pembelajaran yang berpusat pada anak  

Anak merupakan individu yang sedang tumbuh dan berkembang. Anak juga

merupakan makhluk yang aktif. Atas dasar fakta tersebut maka dikembangkan strategi

 pembelajaran berdasarkan: 1) pendekatan perkembangan dan 2) pendekatan belajar 

aktif. 

 b. Karakteristik pembelajaran yang berpusat pada anak  

Pembelajaran yang berpusat pada anak memiliki karakteristik sebagai berikut

(Masitoh dkk., 2005: 8.5 – 8.6). 

  Prakarsa kegiatan tumbuh dari anak. 

  Anak memilih bahan-bahan dan memutuskan apa yang akan dikerjakan.  

  Anak mengekspresikan bahan-bahan secara aktif dengan seluruh inderanya.  

  Anak menemukan sebab akibat melalui pengalaman langsung dengan objek.  

  Anak mentransformasi dan menggabungkan bahan-bahan. 

  Anak menggunakan otot kasarnya. 

Page 23: Pentingnya Pendidikan Karakter Pada Anak Sejak Usia Dini

7/16/2019 Pentingnya Pendidikan Karakter Pada Anak Sejak Usia Dini

http://slidepdf.com/reader/full/pentingnya-pendidikan-karakter-pada-anak-sejak-usia-dini 23/28

c. Sintaks pembelajaran yang berpusat pada anak  

Pembelajaran yang berpusat pada anak terdiri dari 3 tahap utama, yaitu : tahap

merencanakan, tahap bekerja, dan tahap review. 

1) Tahap merencanakan ( planning time) 

Pada tahap ini guru member kesempatan kepada anak-anak untuk 

merencanakan kegiatan yang akan dilakukannya. Guru, misalnya, menyediakan

alat-alat bermain yang terdiri dari : a) balok-balok kayu, b) model buah-buahan,

c) alat-alat transportasi, d) buku-buku cerita, e) peralatan menggambar, dan f)

macam-macam boneka. 

2) Tahap bekerja (work time) 

Setelah memilih kegiatan yang akan dilakukannya, anak kemudian

dikelompokkan berdasarkan kegiatan yang dipilih. Pada tahap ini anak mulai

 bekerja, bermain, atau memecahkan masalah sesuai dengan apa yang telah

direncanakan sebelumnya. Guru mendampingi siswa, memberikan dkungan dan

siap memberikan bimbingan jika anak membutuhkan. 

3) Review / recall  

Setelah anak-anak selesai melakukan aktivitasnya, mereka kemudian diberi

kesempatan untuk mengungkapkan pengalamannya secara langsung. Pada tahap

ini guru berusaha agar ana-anak mengungkapkan perasaannya dengan tepat. 

2. Strategi Pembelajaran Melalui Bermain 

a. Rasional strategi pembelajaran melalui bermain 

Bermain merupakan kebutuhan anak. Bermain merupakan aktivitas yang menyatu

dengan dunia anak, yang di dalamnya terkandung bermacam-macam fungsi seperti

 pengembangan kemampuan fisik motorik, kognitif, afektif, social, dst. Dengan

 bermain akan mengalami suatu proses yang menarahkan pada perkembangan

kemampuan manusiawinya.

 b. Sintaks pembelajaran melalui bermain 

Strategi pembelajaran melalui bermain terdiri dari 3 langkah utama, yaitu: tahap

 prabermain, tahap bermain, dan tahap penutup.

1) Tahap prabermain 

Tahap prabermain terdiri dari dua macam kegiatan persiapan : kegiatan

 penyiapan siswa dalam melaksanakan kegiatan bermain dan kegiatan penyiapan

 bahan dan peralatan yang siap untuk dipergunakan. 

a) Kegiatan penyiapan siswa terdiri dari : (1) guru menyampaikan tujuan

kegiatan bermain kepada para siswa, (2) guru menyampaikan aturan-

aturan yang harus diikuti dalam kegiatan bermain, (3) guru menawarkan

Page 24: Pentingnya Pendidikan Karakter Pada Anak Sejak Usia Dini

7/16/2019 Pentingnya Pendidikan Karakter Pada Anak Sejak Usia Dini

http://slidepdf.com/reader/full/pentingnya-pendidikan-karakter-pada-anak-sejak-usia-dini 24/28

tugas kepada masing-masing anak, misalnya membuat istana, membuat,

menara, dst., dan (4) guru memperjelas apa yang harus dilakukan oleh

setiap anak dalam melakukan tugasnya. 

 b) Kegiatan penyiapan bahan dan peralatan yang diperlukan, misalnya

menyiapkan bak pasir, ember, bendera kecil, dsb. 

2) Tahap bermain

Tahap bermain terdiri dari rangkaian kegiatan berikut : a) semua anak 

menuju tempat yang sudah disediakan untuk bermain, b) dengan bimbingan

guru, peserta permainan mulai melakukan tugasnya masing-masing, c) setelah

kegiatan selesai setiap anak menata kembali bahan dan peralatan permainannya,

dan d) anak-anak mencuci tangan.

3) Tahap penutup 

Tahap penutup dari strategi pembelajaran melalui bermain terdiri dari

kegiatan-kegiatan : a) menarik perhatian dan membangkitkan minat anak 

tentang aspek-aspek penting dalam membangun sesuatu, seperti mengulas

 bentuk-bentuk geometris yang dibentuk anak, dsb., b) menghubungkan

 pengalaman anak dalam bermain yang baru saja dilakukan dengan pengalaman

lain, misalnya di rumah, c) menunjukkan aspek-aspek penting dalam bekerja

secara kelompok, d) menekankan petingnya kerja sama. 

3. Strategi Pembelajaran Melalui bercerita 

a. Rasional strategi pembelajaran melalui bercerita 

Pencapaian tujuan pendidikan Taman Kanak-kanak dapat ditempuh dengan strategi

 pembelajaran melalui bercerita. Masitoh dkk. (2005: 10.6) mengidentifikasi manfaat

cerita bagi anak TK, yaitu sebagai berikut. 

  Bagi anak TK mendengarkan cerita yang menarik dan dekat dengan lingkungannyamerupakan kegiatan yang mengasyikkan. 

  Guru dapat memanfaatkan kegiatan bercerita untuk menanamkan nilai-nilai positif 

 pada anak. 

  Kegiatan bercerita juga memberikan sejumlah pengetahuan social, nilai-nilai moraldan keagamaan. 

  Pembelajaran dengan bercerita memberikan memberikan pengalaman belajar untuk mendengarkan. 

 Dengan dengan mendengarkan cerita anak dimungkinkan untk mengembangkankemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. 

  Membantu anak untuk membangun bermacam-macam peran yang mungkin dipilih

anak, dan bermacam layanan jasa yang ingin disumbangkan anak kepada masyarakat. 

 b. Sintaks pembelajaran melalui bercerita 

Page 25: Pentingnya Pendidikan Karakter Pada Anak Sejak Usia Dini

7/16/2019 Pentingnya Pendidikan Karakter Pada Anak Sejak Usia Dini

http://slidepdf.com/reader/full/pentingnya-pendidikan-karakter-pada-anak-sejak-usia-dini 25/28

Strategi pembelajaran melalui bercerita terdiri dari 5 langkah. Langkah-langkah dimaksud adalah sebagai berikut.

1) Menetapkan tujuan dan tema cerita.

2) Menetapkan bentuk bercerita yang dipilih, misalnya bercerita denganmembaca langsung dari buku cerita, menggunakan gambar-gambar,

menggunakan papan flannel, dst.

3) Menetapkan bahan dan alat yang diperlukan dalam kegiatan bercerita

sesuai dengan bentuk bercerita yang dipilih.

4) Menetapkan rancangan langkah-langkah kegiatan bercerita, yang terdiri

dari:

  menyampaikan tujuan dan tema cerita, 

  mengatur tempat duduk, 

  melaksanaan kegiatan pembukaan, 

  mengembangkan cerita, 

  menetapkan teknik bertutur,

  mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan isi cerita. 

5) Menetapkan rancangan penilaian kegiatan bercerita

Untuk mengetahui ketercapaian tujuan pembelajaran dilaksanakan penilaian dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang

 berhubungan dengan isi cerita untuk mengembangkan pemahaman anak 

aka isi cerita yang telah didengarkan.

4. Strategi Pembelajaran Melalui Bernyanyi 

a. Rasional strategi pembelajaran melalui bernyanyi 

Honig, dalam Masitoh dkk. (2005: 11.3) menyatakan bahwa bernyanyi memiliki

 banyak manfaat untuk praktik pendidikan anak dan pengembangan pribadinya secara

luas karena : 1) bernyanyi bersifat menyenangkan, 2) bernyanyi dapat dipakai untuk 

mengatasi kecemasan, 3) bernyanyi merupakan media untuk mengekspresikan

 perasaan, 4) bernyanyi dapat membantu membangun rasa percaya diri anak, 5)

 bernyanyi dapat membantu daya ingat anak, 6) bernyanyi dapat mengembangkan rasa

humor, 7) bernyanyi dapat membantu pengembangan keterampilan berpikir dan

kemampuan motorik anak, dan 8) bernyanyi dapat meningkatkan keeratan dalamsebuah kelompok.

 b. Sintaks pembelajaran melalui bernyanyi 

Strategi pembelajaran dengan bernyanyi terdiri dari langkah-langkah sebagai

 berikut. 

Page 26: Pentingnya Pendidikan Karakter Pada Anak Sejak Usia Dini

7/16/2019 Pentingnya Pendidikan Karakter Pada Anak Sejak Usia Dini

http://slidepdf.com/reader/full/pentingnya-pendidikan-karakter-pada-anak-sejak-usia-dini 26/28

1) Tahap perencanaan, terdiri dari: (a) penetapkan tujuan pembelajaran, (b)

 penetapan materi pembelajaran, (c) menetapkan metode dan teknik 

 pembelajaran, dan (d) menetapkan evaluasi pembelajaran. 

2) Tahap pelaksanaan, berupa pelaksanaan apa saja yang telah direncanakan, yang

terdiri dari: 

(a) kegiatan awal : guru memperkenalkan lagu yang akan dinyanyikan bersama

dan memberi contoh bagaimana seharusnya lagu itu dinyanyikan serta

memberikan arahan bagaimana bunyi tepuk tangan yang mengiringinya. 

(b) Kegiatan tambahan : anak diajak mendramatisasikan lagu, misalnya lagu

Dua Mata Saya, yaitu dengan melakukan gerakan menunjuk organ-organ

tubuh yang ada dalam lirik lagu. 

(c) Kegiatan pengembangan : guru membantu anak untuk mengenal nada tinggi

dan rendah dengan alat musik, misalnya pianika.

3) Tahap penilaian, dilakukan dengan memakai pedoman observasi untuk 

mengetahui sejauh mana perkembangan yang telah dicapai anak secara

individual maupun kelompok. 

5. Strategi Pembelajaran Terpadu 

a. Rasional strategi pembelajaran terpadu 

Anak adalah makhluk seutuhnya, yang memiliki berbagai aspek kemampuan, yang

semuanya perlu dikembangkan. Berbagai kemampuan yang dimiliki oleh anak dapat

 berkembang jika ada stimulasi untuk hal tersebut. Dengan pembelajaran terpadu,

 pembelajaran yang mengintegrasikan ke dalam semua bidang kurikulum atau bidang-

 bidang pengembangan, berbagai kemampuan anak yang ada pada anak diharapkan

dapat berkembangan secara optimal. 

 b. Karakteristik strategi pembelajaran terpadu 

Pembelajaran terpadu memiliki karakteristik : 1) dilakukan melalui kegiatan

 pengalaman langsung, 2) sesuai dengan kebutuhan dan minat anak, 3) memberikan

kesempatan kepada anak untuk menggunakan semua pemikirannya, 4) menggunakan

 bermain sebagai wahana belajar, 5) menghargai perbedaan individu, dan 6) melibatkan

orag tua atau keluarga untuk mengoptimalkan pembelajaran (Masitoh dkk., 2005:

12.10). 

c. Prinsip-prinsip strategi pembelajaran terpadu 

Strategi pembelajaran terpadu direncanakan dan dilaksanakan berdasarkan prinsip-

 prinsip: 1) berorientasi pada perkembangan anak, 2) berkaitan dengan pengalaman

nyata anak, 3) mengintegrasikan isi dan proses belajar, 4) melibatkan penemuan aktif,

5) memadukan berbagai bidang pengembangan, 6) kegiatan belajar bervariasi, 7)

memiliki potensi untuk dilaksanakan melalui proyek oleh anak, 8) waktu pelaksanaan

Page 27: Pentingnya Pendidikan Karakter Pada Anak Sejak Usia Dini

7/16/2019 Pentingnya Pendidikan Karakter Pada Anak Sejak Usia Dini

http://slidepdf.com/reader/full/pentingnya-pendidikan-karakter-pada-anak-sejak-usia-dini 27/28

fleksibel, 9) melibatkan anggota keluarga anak, 10) tema dapat diperluas, dan 11)

direvisi sesuai dengan minat dan pemahaman yang ditunjukkan anak (Masitoh dkk.,

2005: 12.10).

d. Manfaat strategi pembelajaran terpadu 

Ada beberapa manfaat dari strategi pembelajaran terpadu, yaitu: 1) meningkatkan perkembangan konsep anak, 2) memungkinkan anak untuk mengeksplorasi

 pengetahuan melalui berbagai kegiatan, 3) membantu guru dan praktisi lainnya untuk 

mengembangkan kemampuan profesionalnya, dan 4) dapat dilaksanakan pada jenjang

 program yang berbeda, utnuk semua tingkat usia, dan untuk anak-anak berkebutuhan

khusus. 

e. Sintaks pembelajaran terpadu 

Prosedur pelaksanaan pembelajaran terpadu terdiri dari langkah-langkah sebagai

 berikut (Masitoh dkk., 2005: 12.19 – 12.20). 

1) Memilih tema 

Pemilihan tema untuk pembelajaran terpadu dapat bersumber dari: (a) minat

anak, (b) peristiwa khusus, (c) kejadian yang tidak diduga, (d) materi yang

dimandatkan oleh lembaga, dan (e) orang tua dan guru. 

Ada beberapa kriteria untuk pemilihan tema, yaitu: (a) relevansi topik 

dengan karakteristik anak, (b) pengalaman langsung, (c) keragaman dan

keseimbangan dalam area kurikulum, (d) ketersediaan alat-alat, dan (e) potensi

 proyek. 

2) Penjabaran tema 

Tema yang sudah diplih harus dijabarkan ke dalam sub tema-sub tema dakan

konsep-konsep yang didalamnya terkandung istilah (term), fakta ( fact ), dan

 prinsip ( principle), kemudian dijabarkan ke dalam bidang-bidang

 pengembangan dan kegiatan belajar yang lebih operasional. 

3) Perencanaan 

Perencanaan harus dibuat secara tertulis sehingga memudahkan guru untuk 

mengetahui langkah-langkah apa yang harus ditempuh. Tentukan tujuan

 pembelajaran, kegiatan belajar, waktu, pengorganisasian anak, sumber rujukan,

alat-permainan yang diperlukan, dan penilaian yang akan dilakukan.

4) Pelaksanaan 

Pada tahap pelaksanaan dilakukan dan dikembangkan kegiatan belajar sesuai

dengan rencana yang telah disusun. Pada saat proses berlangsung dilakukan

 pengamatan terhadap proses belajar yang dilakukan oleh anak. 

5) Penilaian 

Page 28: Pentingnya Pendidikan Karakter Pada Anak Sejak Usia Dini

7/16/2019 Pentingnya Pendidikan Karakter Pada Anak Sejak Usia Dini

http://slidepdf.com/reader/full/pentingnya-pendidikan-karakter-pada-anak-sejak-usia-dini 28/28

Penilaian dilakukan pada saat pelaksanaan dan pada akhir kegiatan

 pembelajaran dengan tujuan untuk mengamati proses dan kemajuan yang

dicapai anak melalui kegiatan pembelajaran terpadu. 

Sumber : http://ebekunt.wordpress.com/2010/07/27/strategi-pembelajaran-untuk-anak-usia-dini/