12
BAB IIKAJIAN PUSTAKA
2.1. Kajian Teori
2.1.1. Prestasi Belajar
a. Pengertian Prestasi Belajar
Sebelum membicarakan pengertian prestasi belajar terlebih dahulu
akan dikemukakan apa yang dimaksud dengan prestasi dan belajar. Prestasi
menurut kamus Bahasa Indonesia berasal dari kata “prestasi” yang berarti
hasil yang telah dicapai dan “belajar” yang berarti penguasaan pengetahuan
atau keterampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran. Lazimnya
ditunjukkan dengan nilai tes atau nilai (angka) yang diberikan oleh guru. Jadi
prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai dalam penguasaan pengetahuan
atau keterampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran, lazimnya
ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan oleh guru (Depdikbud 1997).
Selanjutnya menurut Winkel (1996), belajar adalah suatu aktivitas
mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi yang aktif dengan
lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan,
pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap. Prestasi belajar merupakan hal yang
tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar
merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses belajar.
Memahami pengertian prestasi belajar secara garis besar harus bertitik tolak
kepada pengertian belajar itu sendiri; untuk itu para ahli mengemukakan
pendapatnya yang berbeda-beda sesuai dengan pandangan yang mereka anut.
Namun dari pendapat-pendapat yang berbeda itu dapat kita temukan satu titik
persamaan.
Menurut Djamarah (2002), prestasi adalah suatu kegiatan yang telah
dikerjakan, diciptakan baik secara individual maupun kelompok”. Pengertian
yang dimaksud dengan prestasi belajar adalah suatu bukti atau simbol
13
keberhasilan yang dapat dicapai dalam suatu proses yang berlangsung dalam
proses interaksi belajar baik yang diciptakan secara individual maupun dalam
kelompok.
Dalam dunia pendidikan prestasi dapat diartikan sebagai hasil dari
proses belajar mengajar yakni, penguasaan, perubahan emosional, atau
perubahan tingkah laku yang dapat diukur dengan tes tertentu (Abdullah,
2008). Dapat diartikan bahwa prestasi belajar adalah hasil dari sebuah proses
yang dialami siswa dalam sebuah pengajaran yang dapat diukur melalui tes
tertentu.
Hampir serupa dengan pernyataan Abdullah, Ilyas (2008) menjelaskan
bahwa prestasi belajar adalah hasil maksimum yang dicapai oleh seseorang
setelah melakukan kegiatan belajar yang diberikan berdasarkan atas
pengukuran tertentu. Seseorang yang telah melakukan kegiatan belajar yang
diberikan berdasarkan atas pengukuran tertentu diharapkan dapat mencapai
hasil yang maksimum. Seorang yang dapat melakukan atau memperoleh hasil
maksimum dari kegiatan belajarnya maka sebuah prestasi belajar akan
didapatkan.
Sementara itu, Syah (2006) mencoba meluaskan pemahaman dengan
menyampaikan bahwa prestasi belajar adalah perubahan tingkah laku yang
dianggap penting yang diharapkan dapat mencerminkan perubahan yang
terjadi sebagai hasil belajar siswa, baik yang berdimensi cipta, dan rasa
maupun yang berdimensi karsa. Kata lainnya, prestasi belajar adalah sebuah
usaha perubahan tingkah laku siswa yang berorientasi menuju perubahan
tingkah laku siswa yang mengandung nilai-nilai positif sebagai hasil dari hasil
belajar siswa.
Selanjutnya Winkel (1996) mengatakan bahwa “prestasi belajar adalah
suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam
melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya.”
14
Di atas, tampak bahwa meskipun memberikan batasan-batasan yang
berbeda-beda tentang apa itu prestasi belajar, namun demikian, para ahli
tersebut tetap sampai pada satu titik temu yang sama, bahwa prestasi belajar
adalah sebuah capaian yang dalam pemaparan Syah (2006) disebut sebagai
perubahan tingkah laku pada dimensi cipta, rasa dan karsa. Illyas (2008)
menyebutkan sebagai hasil maksimum yang dicapai karena telah melakukan
kegiatan belajar. Abdullah (2008) menyebutkan sebagai hasil dari proses yang
dialami dalam pengajaran, dimana alat ukur untuk mengukur hasil proses
tersebut dilakukan melalui tes, sedangkan Djamarah (2002) menyebutkan
sebagai simbol keberhasilan yang dicapai dalam proses interaksi karena
proses belajar mengajar yang berlangsung. Winkel (1996) sendiri membatasi
prestasi belajar dengan menyebutkan bahwa prestasi belajar sebagai bukti
keberhasilan atau kemampuan siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya.
Namun demikian, demi kepentingan penelitian ini, penulis memilih
untuk membuat batasan tentang prestasi belajar sebagai hasil atau capaian
yang telah diperoleh siswa karena telah melewati proses belajar mengajar,
dimana hasil atau capaian itu diukur dengan memberikan tes. Nilai yang
diperoleh dari hasil tes tersebut kemudian yang diukur untuk melihat siswa
tersebut telah berhasil mencapai belajarnya atau masih belum. Agar lebih
terukur, kriteria nilai sebagai bukti keberhasilan bahwa siswa tersebut telah
berhasil mengikuti proses pembelajaran, diukur berdasarkan Kriteria
Ketuntasan Minimum (KKM). Khusus dalam penelitian ini, acuan ukuran
KKM adalah sebagai berikut:
Ketuntasan individual = 100%Ketuntasan klasikal = 100%Keterangan
Ketuntasan indiviual : Jika siswa mencapai ketuntasan skor > 65
15
Ketuntasan klasikal : Jika > 75% dari seluruh siswa mencapai
ketuntasan skor > 65.
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Diakui bahwa sukses atau gagalnya seorang siswa dalam mencapai
prestasi belajar sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-faktor tersebut
dapat saja berasal dari dalam diri siswa, dan dapat pula berasal dari luar diri
siswa. Slameto (2003), menyebutkan ada dua faktor yaitu faktor internal dan
faktor eksternal. Sementara itu Syah (2002) menyebutkan bahwa faktor-faktor
yang mempengaruhi prestasi belajar siswa terdiri atas tiga, yaitu faktor internal
eksternl dan pendeketan belajar. Faktor ini sebenarnya telah disebutkan oleh
Slameto (2003) dalam paparannya, namun dipisahkan oleh Syah (2002)
sebagai faktor yang berdiri sendiri dari faktor eksternal. Sependapat dengan
Slameto, Muhadi (2008) juga menyebutkan bahwa faktor-faktor yang
berkontribusi terhadap prestasi belajar ada dua yaitu faktor internal dan faktor
eksternal. Detailnya, pemikiran ketiga ahli ini diuraikan berikut di bawah ini:
Pertama, menurut Slameto (2003), secara garis besarnya faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi prestasi belajar dapat dikelompokkan atas :
a. Faktor Internal
Faktor internal ini sering disebut faktor instrinsik yang meliputi
kondisi fisiologi dan kondisi psikologis yang mencakup minat, kecerdasan,
bakat, motivasi, dan lain-lain.
1) Kondisi Fisiologis Secara Umum
Kondisi fisiologis pada umumnya sangat berpengaruh terhadap
keberhasilan belajar seseorang. Contoh: Orang yang ada dalam keadaan
segar jasmaninya akan berlainan belajarnya dari orang yang ada dalam
keadaan lelah.
2) Kondisi Psikologis
Belajar pada hakikatnya adalah proses psikologi. Oleh karena itu semua
keadaan dan fungsi psikologis tentu saja mempengaruhi belajar seseorang.
16
Itu berarti belajar bukanlah berdiri sendiri, terlepas dari faktor lain seperti
faktor dari luar dan faktor dari dalam. Faktor psikologis sebagai faktor
dari dalam tentu saja merupakan hal yang utama dalam menentukan
intensitas belajar seorang anak. (Djamarah, 2008).
3) Kondisi Panca Indera
Sebagian besar yang dipelajari manusia dipelari menggunakan penglihatan
dan pendengaran. Orang belajar dengan membaca, melihat contoh atau
model, melakukan observasi, mengamati hasil eksperimen, mendengarkan
keterangan guru dan orang lain, mendengarkan ceramah, dan lain
sebagainya.
4) Intelegensi/Kecerdasan
Intelegensi adalah suatu kemampuan umum dari seseorang untuk belajar
dan memecahkan suatu permasalahan. Jika intelegensi seseorang rendah
bagaimanapun usaha yang dilakukan dalam kegiatan belajar, jika tidak ada
bantuan orang tua atau pendidik niscaya usaha belajar tidak akan berhasil.
5) Bakat
Bakat merupakan kemampuan yang menonjol disuatu bidang tertentu
misalnya bidang studi matematika atau bahasa asing. Bakat adalah suatu
yang dibentuk dalam kurun waktu, sejumlah lahan dan merupakan
perpaduan taraf intelegensi.
6) Motivasi
Kuat lemahnya motivasi belajar seseorang turut mempengaruhi
keberhasilan belajar. Karena itu motivasi belajar perlu diusahakan
terutama yang berasal dari dalam diri (motivasi intrinsik) dengan cara
senantiasa memikirkan masa depan yang penuh tantangan dan harus untuk
mencapai cita-cita.
b. Faktor Eksternal
Faktor yang bersumber dari luar diri individu yang bersangkutan.
Faktor ini sering disebut dengan faktor ekstrinsik yang meliputi segala sesuatu
17
yang berasal dari luar diri individu yang dapat mempengaruhi prestasi
belajarnya baik itu di lingkungan sosial maupun lingkungan lain (Djamarah,
2008).
1) Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu:
a) Lingkungan Alami
Belajar pada keadaan udara yang segar akan lebih baik hasilnya
daripada belajar pada suhu udara yang lebih panas dan pengap.
b) Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial, baik yang berwujud manusia dan representasinya
(wakilnya), walaupun yang berwujud hal yang lain langsung
berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar. Seseorang yang sedang
belajar memecahkan soal akan terganggu bila ada orang lain yang
mondar-mandir di dekatnya atau keluar masuk kamar.
Kedua, menurut Syah (2002), faktor-faktor yang mempengaruhi
belajar dibedakan menjadi tiga yaitu:
a. Faktor internal (faktor-faktor yang berasal dari dalam diri peserta didik),
di antaranya:
1) Aspek fisiologis (yang bersifat jasmaniah) diantaranya kondisi
kesehatan, daya pendengaran dan penglihatan, dan sebagainya.
2) Aspek psikologis yang mempengaruhi kuantitas dan kualitas
perolehan pembelajaran peserta didik, diantaranya yaitu kondisi rohani
peserta didik, tingkat kecerdasan/intelegensi, sikap, bakat, minat, dan
motivasi peserta didik.
b. Faktor Eksternal (faktor-faktor yang berasal dari luar diri peserta didik),
diantaranya:
1) Lingkungan sosial, seperti para guru, staff administrasi, dan teman-
teman sekelas, masyarakat, tetangga, teman bermain, orangtua dan
keluarga peserta didik itu sendiri.
18
2) Lingkungan non sosial, seperti gedung sekolah dan letaknya, rumah
tempat keluarga peserta didik dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan
cuaca dan waktu belajar yang digunakan peserta didik.
c. Faktor pendekatan belajar, dapat dipahami sebagai cara atau strategi yang
digunakan peserta didik dalam menunjang efektivitas belajar dan efisiensi
proses pembelajaran materi tertentu.
Ketiga, pendapat yang disampaikan oleh Muhadi (2008). Senada
dengan pendapat Slameto (2003), Muhadi memamparkan bahwa faktor-faktor
yang mempengaruhi prestasi belajar antara lain, yaitu:
a. Faktor internal
1. Faktor Fisiologis
Secara umum kondisi fisiologis, seperti kondisi kesehatan yang prima,
tidak dalam keadaan yang lelah dan capek, tidak dalam keadaan cacat
jasmani dan sebagainya. Hal-hal tersebut dapat mempengaruhi siswa
dalam menerima materi pelajaran.
2. Faktor Psikologis
Dalam hal ini setiap manusia memiliki kondisi psikologis yang
berbeda-beda, tentunya hal ini turut mempengaruhi hasil belajar siswa.
Beberapa faktor psikologis meliputi intelegensi, perhatian, minat,
bakat, motif, motivasi, kognitif dan daya nalar siswa.
b. Faktor eksternal
1. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan ini meliputi lingkungan fisik dan sosial.
2. Faktor instrumental
Faktor instrumental adalah faktor yang keberadaan dan
penggunaannya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan.
Faktor intrumental ini berupa kurikulum, sarana dan guru.
19
Telah kita lihat di atas, berdasarkan pemikiran ketiga ahli kita dapat
mengatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar seorang
siswa terdiri dari faktor internal yang disampaikan oleh Slameto (2003) antara
lain faktor fisiologis, faktor psikologis, kondisi panca indera,
inteligensi/kecerdasan, bakat dan motivasi. Sementara itu Syah (2002)
meskipun juga mengatakan bahwa faktor internal yang ikut mempengaruhi
prestasi belajar seorang siswa adalah faktor fisiologis, Syah memaparkan
secara berbeda dengan paparan yang disampaikan oleh Slameto. Paparan yang
disampaikan Slameto terlihat lebih rinci, dimana faktor fisiologis, bagi
Slameto adalah faktor-faktor yang terkait dengan kondisi jasmani siswa secara
umum misalnya kelelahan, sedangkan bagi Syah faktor fisiologis adalah
kondisi yang dalam paparannya Slameto masuk pada kondisi panca indra
siswa. Perbedaan paparan yang lain adalah pada faktor psikologis. Syah
memasukkan inteligensi, bakat, motivasi sebagai faktor psikologis, sementara
Slameto lebih terurai dan memisahkan secara tegas; dimana dengan
meminjam pemikiran Djamarah (2008) kondisi psikologis dimaksudkan
sebagai suasana batin siswa ketika proses pembelajaran sedang berlangsung.
Muhadi, lebih sependapat dengan Slameto ketika menyebutkan salah satu
faktor internal yang mempengaruhi prestasi belajar siswa, yaitu kondisi
fisiologis. Muhadi sependapat dengan Slameto bahwa kondisi fisiologis
adalah kondisi dimana siswa tidak dalam keadan prima atau berada dalam
kondisi lelah; namun demikian, Muhadi juga mengikuti Syah dengan
menambahkan hal lain lagi dalam kondisi fisiologis yaitu keadaan tubuh
seperti cacat dimana kondisi ini dipisah secara tegas oleh Slameto sebagai
kondisi panca indera siswa. Kondisi internal kedua Muhadi lebih mengikut
Syah dengan memasukkan faktor psikologis antara lain inteligensi, bakat,
motivasi sebagai bagian dari kondisi psikologis, dimana kondisi ini jelas
secara tegas dipisahkan oleh Slameto.
20
Selain faktor internal di atas, ketiga ahli ini sepakat bahwa faktor
lain yang mempengaruhi prestasi belajar siswa adalah faktor eksternal.
Slameto menyebutkan faktor eksternal ini adalah lingkungan dengan
memberikan pemisahan yaitu lingkungan alami dan lingkungan sosial. Syah
juga mengatakan hal yang sama bahwa faktor eksternal adalah lingkungan,
dan juga sepikiran dengan Slameto, yaitu memisahkan lagi lingkungan itu
menjadi dua yaitu lingkungan sosial dan non sosial menurut bahasanya Syah.
Namun, pembeda dari keduanya adalah bahwa Slameto lebih tepat
memaparkan lingkungan alami sebagai lingkungan fisik yang tidak hidup
yang benar-benar alami seperti udara, dan kondisi cuaca. Sedangkan kondisi
rumah, kondisi sekolah yang dipaparkan sebagai lingkungan non sosial
dimasukkan oleh Slameto sebagai kondisi sosial, dan pemilihan ini lebih tepat
dibandingkan pemilahan yang dilakukan oleh Syah. Muhadi tampaknya lebih
sependapat dengan Slameto dimana ia menjelaskan serupa dengan Slameto
bahwa faktor eksternal yang mempengaruhi adalah lingkungan. Dalam
pemilahannya tentang lingkungan, Muhadi lebih dekat kepada pemikiran
Slameto dibandingkan dengan Syah, karena Muhadi mengikuti Slameto
memisahkan lingkungan sebagai lingkungan fisik dan lingkungan sosial.
Kedua Muhadi lebih terbatas membahas faktor eksternal kedua dengan
membatasi hanya pada instrument dalam hal ini yaitu guru, kurikulum;
dimana faktor ini lebih tegas dikatakan oleh Slameto sebagai faktor sosial.
Mengacu pada ketiga ahli di atas, penulis menyimpulkan bahwa
faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah faktor internal dan
faktor eksternal. Namun demikian, agar penelitian ini lebih terarah, penulis
hanya memilih salah satu dalam faktor eksternal yaitu faktor sosial seperti
yang dipaparkan oleh Slameto. Agar lebih spesifik dan sesuai dengan
penelitian ini, penulis mengambil kondisi sekolah yaitu metode pembelajaran
yang diterapkan sekolah. Sesuai dengan pendapat ketiga ahli di atas, dimana
mereka bersepakat bahwa faktor sosial yaitu metode pembelajaran atau yang
21
disebut Muhadi sebagai faktor instrumental turut berkontribusi dalam
mempengaruhi prestasi belajar siswa. Karena itu, dalam penelitian ini, terkait
dengan faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, penulis mengambil
metode pembelajaran sebagai fokus kajian. Kata lainnya adalah bahwa
penulis memutuskan untuk melihat metode pembelajaran sebagai faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar siswa.
2.1.2. Metode pembelajaran
a. Pengertian metode
Telah tersebutkan di atas bahwa metode pembelajaran adalah salah
satu faktor yang ikut mempengaruhi prestasi belajar siswa. Namun, sebelum
membahas lebih rinci tentang metode pembelajaran itu sendiri, perlu
dipaparkan lebih dahulu apa yang disebut sebagai metode. Secara harafiah
metode berarti cara. Metode berasal dari bahasa Yunani metha yang berarti
melalui atau melewati dan hodos berarti jalan atau cara. Jadi metode bisa
berarti jalan atau cara yang harus dilalui untuk mencapai tujuan tertentu
(Ahmadi dan Prasetya, 1997). Syah (2002) mengatakan bahwa metode
diartikan sebagai cara melakukan suatu kegiatan atau melakukan pekerjaan
dengan menggunakan fakta-fakta dan konsep-konsep sistematis.
Terkait dengan metode, Djamarah (2002) menyatakan bahwa
pemilihan metode merupakan hal yang sangat penting perlu diperhatikan
karena metode adalah salah satu alat untuk mencapai tujuan. Dalam
pembelajaran, dengan memanfaatkan metode secara akurat, guru akan mampu
mencapai tujuan pembelajaran. Karena itu, menurut Djamarah (2002),
pemilihan dan penentuan metode dalam pembelajaran harus memiliki kriteria
sebagai berikut:
1. Nilai strategi dan metode.Didalam proses pembelajaran sering terjadi interaksi edukatifantara anak didik dan guru. Pengalaman membuktikan bahwakegagalan pembelajaran salah satunya disebabkan olehpemilikan metode yang kurang tepat. Oleh karena itu metode
22
adalah salah satu cara yang memilliki nilai strategis dalamkegiatan belajar mengajar. Nilai strategis dari metode adalahdapat mempengaruhi jalannya pembelajaran.
2. Efektivitas penggunaan metode. Penggunaan metode yang tidaksesuai dengan tujuan pembelajaran akan menjadikan kendaladalam mencapai tujuan yang dirumuskan, karena itu, efektivitaspenggunaan metode dapat terjadi bila ada kesesuain metodedengan semua komponen pembelajaran yang telahdiprogramkan.
3. Pentingnya pemilihan dan penentuan metode. Titik sentral yangharus dicapai oleh setiap pembelajaran adalah tercapainyatujuan pembelajaran. Apapun yang termasuk perangkat programpembelajaran, dituntut secara mutlak untuk menunjangtercapainya tujuan. Guru sebagai salah satu sumber belajar,berkewajiban menyediakan lingkungan belajar yang kreatif bagikegiatan belajar anak didik dikelas.
Pemaparan di atas memberikan makna beberapa hal. Pertama, jika
metode adalah alat metode harus dapat mempengaruhi jalannya pembelajaran.
Artinya, pembuktian bahwa metode yang digunakan tepat atau tidak dapat
dibuktikan dengan keberhasilan atau kegagalan dalam pembelajaran. Dalam
penelitian ini, ukuran keberhasilan dan kegagalan metode yang diterapkan
ditentukan pada meningkat atau tidaknya prestasi belajar siswa. Ukuran yang
digunakan dalam meningkat atau tidak prestasi belajar dalam konteks
penelitian ini adalah siswa dapat mencapai KKM. Kedua, makna pertama di
atas mengandung juga makna kedua yaitu efektivitas. Artinya metode tersebut
dikatakan efektif, apabila metode yang diterapkan dalam pembelajaran
memiliki kesesuaian dengan dengan komponen pembelajaran yang telah
diprogramkan. Dalam penelitian ini komponen yang diprogramkan adalah
rencana pelaksanaan pembelajaran, dan tujuan tercapainya tujuan
pembelajaran yang direncanakan yaitu meningkatnya motivasi dan prestasi
belajar siswa kelas V SDN 03 Karangrejo Kab Wonosobo, pada mata
pelajaran IPS. Ketiga, implikasi dari efektivitas penggunaan metode adalah
tercapainya tujuan pembelajaran. Pada poin ini, maka peran guru sebagai
23
pemakai metode adalah komponen yang menentukan keberhasilan
pembelajaran tersebut.
b. Pengertian pembelajaran
Setelah dipaparkan tentang pengertian metode dan syarat yang perlu
dipenuhi dalam memilih sebuah metode agar metode tersebut tepat
diterapkan, berikutnya akan dipaparkan apa yang dimaksudkan dengan
pembelajaran. Berdasar pada asal katanya, pembelajaran berasal dari kata
“ajar” yang mendapat awalan “ber” sehingga mejadi kata pembelajaran
(Badudu, J.S, 1985). Selanjutnya menurut Harjanto (1996) mengatakan bahwa
pembelajaran berasal dari bahasa Inggris, yaitu Instruction yang
diterjemahkan menjadi “pembelajaran atau pengajaran” dan “bahan instruksi”.
Mengacu pada konsep tersebut, istilah “sistem instruksional” digunakan untuk
menunjuk suatu “proses belajar mengajar” atau proses pengajaran atau lebih
tepat lagi proses pembelajaran.
Menurut Oemar Hamalik (2001) pembelajaran adalah suatu kombinasi
yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas,
perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi dalam mencapai tujuan
pembelajaran.
Berbeda dengan Hamalik, Sagala (2006),”pembelajaran ialah
membelajarkan siswa dengan menggunakan asas pendidikan maupun teori
belajar merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Sedangkan
Riyanto (2002) berpendapat bahwa pembelajaran adalah “suatu proses
eksperimantasi.” Selalu harus ada yang dipelajari dan karena adanya
pengalaman-pengalaman baru.
Beberapa pendapat di atas, memiliki pandangan yang berbeda-beda
tentang pembelajaran itu sendiri. Hamalik (2001) memandang pembelajaran
sebagai kombinasi atau gabungan dari berbagai unsur yang terlibat dalam
proses pembelajaran. Sagala (2006) memandang pembelajaran sebagai
sebagai pendekatan atau strategi dalam membelajarkan siswa; sedangkan
24
Riyanto (2002) hampir sepikiran dengan Sagala yang memandang bahwa
pembelajaran sebagai proses melatih. Meskipun terdapat perbedaan-perbedaan
pemahaman secara konseptual dalam memandang pembelajaran, ditemukan
ada satu kesamaan bahwa semua yang dilakukan baik itu melakukan
kombinasi unsur yang terlibat dalam proses pembelajaran, atau sebagai
strategi dalam membelajarkan siswa, atau sebagai proses eksperimentasi,
semua hal itu mengarah agar pada satu hal, yaitu bahwa semua itu dilakukan
agar tujuan pembelajaran tercapai.
Mendasarkan diri pada berbagai pendapat yang berbeda di atas,
penulis mengambil satu simpulan yang khusus digunakan dalam penelitian ini
adalah pembelajaran dimaksudkan sebagai proses eksperimentasi atau proses
mengujicobakan sebuah strategi atau pendekatan pembelajaran; dimana di
dalam pemberlakuannya diperlukan kombinasi dari berbagai komponen-
komponen yang saling mendukung. Komponen-komponen yang saling
mendukung, khusus dalam penelitian ini adalah guru dan metode pengajaran
yang digunakan dalam pengajaran, agar tercapai tujuan pembelajaran yang
diharapkan. Dalam penelitian ini tujuan pembelajaran yang diharapkan adalah
meningkatnya motivasi belajar siswa terhadap mata pelajaran IPS dan
meningkatnya prestasi belajar siswa kelas V SDN 03 Karangrejo pada mata
pelajaran IPS.
Dengan acuan simpulan tentang metode dan pembelajaran di atas,
dengan demikian dalam penelitian ini penulis membuat batasan bahwa yang
disebut dengan metode pembelajaran adalah alat pembelajaran yang
digunakan dalam proses pembelajaran, dimana alat tersebut dapat secara
efektif atau berkesesuaian dengan komponen-komponen dalam pengajaran,
untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Tujuan pembelajaran
yang diharapkan dalam penelitian ini adalah meningkatnya motivasi dan
prestasi belajar siswa kelas V SDN 03 Karangrejo pada mata pelajaran IPS.
25
2.1.3. Mind Map
a. Definisi Mind Map
Pada pembahasan tentang metode pembelajaran, telah diberikan
batasan oleh penulis bahwa metode pembelajaran adalah alat pembelajaran
yang digunakan dalam proses pembelajaran, dimana alat tersebut dapat secara
efektif atau berkesesuaian dengan komponen-komponen dalam pengajaran,
untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Pertanyaannya, dalam
penelitian ini metode pembelajaran apa yang diharapkan untuk menjawab
tujuan pembelajaran yang diharapkan tersebut? Dalam penelitian ini, penulis
memilih menggunakan metode pembelajaran Mind Map sebagai metode
pembelajaran, dengan harapan bahwa metode pembelajaran Mind Map ini
dapat menjawab harapan dan tujuan pembelajaran itu sendiri. Sebelum
membicarakan bagaimana desain pelaksanaan metode pembelajaran Mind
Map, perlu didahului dengan mengetahui lebih dahulu apa itu Mind Map?
Menurut Buzan (2009) Mind Map adalah mencatat kreatif, efektif dan
secara harafiah yang akan “memetakan” pikiran. Karena itu, menurut Buzan
(2009) Mind Map dikatakan sebagai cara termudah untuk menempatkan
informasi ke dalam otak dan mengambil informasi ke luar dari otak – Mind
Map adalah cara mencatat yang kreatif, efektif, dan secara harfiah akan
memetakan pikiran-pikiran kita. Serupa dengan Buzan, namun sedikit lebih
detail, De Porter (2000) Mind Map (peta pikiran) adalah teknik
pemanfaatan seluruh otak dengan menggunakan citra visual dan
prasarana grafis lainnya untuk membentuk kesan. Berdasarkan definisi-
definisi tersebut maka model pembelajaran mind mapping dapat diartikan
sebagai model pembelajaran yang menggunakan teknik mencatat tingkat
tinggi. Di mana melalui catatan siswa ini, siswa harus mengasosiasikan
antara satu topik/konsep dengan konsep lain.
Timbul suatu pertanyaan, mengapa Mind Map adalah alat yang
penuh daya dan ramah diterapkan dalam kegiatan pembelajaran? De Porter
26
dan Hernacki (2006) memberitahukan bahwa sesungguhnya saat seseorang
sedang terlibat dalam pembelajaran, apalagi yang mensyaratkan dia harus
mencatat (menulis), saat itu juga terjadi aktivitas pada seluruh belahan
otak kanan (emosional) dan otak kiri (logika). Dalam hal ini, yang
merupakan bagian logika adalah perencanaan, outline, tata bahasa,
penyuntingan, penulisan kembali, penelitian dan tanda baca. Sementara
yang termasuk bagian emosional ialah semangat, spontanitas, emosi,
warna, imajinasi, gairah, ada unsur baru dan kegembiraan.
Mind Map, sesungguhnya mengikuti kaidah seperti yang dipaparkan
oleh De Porter dan Hernacki (2006) di atas; sebab Mind Map melibatkan
kedua sisi otak karena mind mapping menggunakan gambar, warna dan
imajinasi (wilayah otak kanan), bersamaan dengan kata, angka dan logika
(wilayah otak kiri). Mind Map dapat mendorong pemikiran yang sinergis dan
membantu otak membuat lompatan pengertian dan imajinasi besar
melalui asosiasi (Buzan, 2009). Dalam pelajaran matematika misalnya,
jika siswa hanya membuat daftar sederhana tentang materi matematika
yang dibahas, kemungkinan besar siswa tidak akan menghasilkan jumlah
ide yang sama banyak seperti siswa yang membuat mind mapping. Ini
disebabkan karena informasi pada daftar, siswa tidak mengaitkan materi
secara logis atau teratur dan ini akan menghambat cara berpikir sinergis
siswa.
b. Prinsip Mind Map
Jika Mind Map menggunakan prinsip pemaksimalan otak kiri dan
otak kanan secara bersamaan, dalam kerangka pikir sebagai sebuah metode,
Mind Map tentu memiliki prinsip-prinsip tertentu. Menurut Lazaer (2000),
prinsip dasar Mind Map adalah penggunaan atau penggabungan kerja otak
kanan dan otak kiri – dimana masing-masing kedua belahan otak ini
memiliki kelebihan dan tingkat kecerdasan yang berbeda. Dalam mencoba
untuk mengandaikan agar mempermudah memahami prinsip Mind Map,
27
DePorter (2000) mengungkapkan bahwa prinsip yang digunakan dalam
Mind Map sejalan dengan tujuh prinsip super memory. Prinsip- prinsip
tersebut adalah sebagai berikut:
1. VisualisasiVisualisasi adalah salah satu dari dua prinsip memori yang
paling kuat. Otak kita berpikir dalam bentuk gambar. Sehinggalebih mudah mengingat dalam bentuk gambar dibandingkan dengankata-kata. Jika semakin rinci dan hidup gambar itu dalam otak makasemakin kuat pula daya ingat siswa. Jadi rahasianya adalah mengubahmateri pelajaran ke dalam gambar-gambar, supaya otak siswadapat menyerap konsep dengan sangat cepat.
2. AsosiasiAsosiasi mempunyai arti hubungan, maksudnya siswa
membentuk hubungan antara satu topik dengan topik lain. Sehinggahal ini akan menciptakan indeks berurutan dalam otak untukpemanggilan kembali dengan cepat.
3. Membuat sesuatu menjadi lebih berbeda.Analogi untuk prinsip ini adalah ketika kita melakukan
sesuatu yang berbeda dari biasanya atau melakukan sesuatu hal yangsangat disenangi atau menyakitkan, pasti kita akan senantiasateringat terus. Dalam pembelajaran pun seharusnya seperti itu,oleh karena melalui Mind Map ini siswa dituntut untuk membuatcatatan yang beda dari yang lain sehingga materi pelajarannya dapatdiingat terus.
4. ImajinasiImajinasi dalam pembelajaran dapat dipraktikan dengan cara
membayangkan materi yang akan disampaikan sehingga melaluipengalaman-pengalaman yang sudah dilakukan, siswa dapatmengingatnya kembali. Dan biasanya kita pun suka mengingatsesuatu yang kita buat berdasarkan imajinasi sendiri.
5. WarnaBerdasarkan penelitian, warna dapat meningkatkan memori
kita lebih dari 50%. Oleh karena itu, jika dalam pembelajaranhal ini diterapkan akan sangat membantu siswa, selain memori yangmeningkat, pembelajaran pun akan lebih menyenangkan dan dapatmembuat catatan menjadi lebih menarik.
6. IramaIrama atau musik dalam pembelajaran sangat dibutuhkan,
irama akan meningkatkan kemampuan daya ingat siswa karena iramadapat mengaktifkan otak sebelah kanan, yang selalu dominan dipakaipada saat belajar.
28
7. HolismHolism berarti “seluruhnya”, pada saat siswa belajar maka
materi yang disampaikan jangan sampai terpisah-pisah,melainkan harus seluruhnya, hal ini untuk memudahkan dalammemahami konsep. Oleh karena itu, Mind Map sangat cocokuntuk diterapkan. Sebab Mind Map itu bersifat holistik, dapatmelihat gambaran secara keseluruhan.
Dari berbagai prinsip di atas, Mind Map ini identik dengan daya
ingat. Atau bahasa lainnya adalah sesungguhnya Mind Map adalah sebuah
metode dalam “memanggil” informasi yang dibutuhkan, yang mana informasi
itu telah tercatat dan terekam dalam memori. Karena itu, prinsip agar
informasi yang diperlukan tersebut dapat terpanggil, satu yang perlu dilakukan
adalah melakukan visualisasi. Visualisasi adalah teknik menggali informasi
yang biasanya terseleksi dan tidak nampak dalam kondisi yang tidak
dibutuhkan. Prinsip kedua dalam “memanggil” informasi adalah dengan
menggunakan asosiasi dengan menggunakan konsep-konsep tertentu. Otak
sesungguhnya berfungsi sebagai peta petunjuk, jika otak mendapat petunjuk
yang benar dari sebuah konsep, otak akan menyusur ke memori untuk
menggali informasi yang memiliki keterkaitan dengan konsep yang diberikan
sebagai petunjuk tadi. Disamping dua hal di atas, prinsip melatih
memaksimalkan fungsi otak adalah melakukan hal yang tidak biasanya atau
melakukan sesuatu yang berbeda. Contoh yang paling sederhana dari hal ini
adalah ketika orang terbiasa sore hari berolahraga secara teratur dan rutin, tapi
kemudian mengubah kebiasaannya menjadi membaca tiap sore pada jam yang
harusnya digunakan untuk berolahraga. Secara perlahan, otak akan memanggil
informasi baru yaitu membaca dan semakin lama, otak akan beradaptasi
dengan kebiasaan baru tersebut. Salah satu prinsip yang efektif dalam melatih
menerapkan Mind Map adalah melatih imajinasi. Imajinasi sesungguhnya
adalah kegiatan menggabungkan beberapa kejadian, konsep, peristiwa, yang
berbeda dalam satu kegiatan atau hal yang sama. Imajinasi dengan demikian
29
adalah kegiatan mengaktifkan dua belahan otak sekaligus pada saat yang
sama, dimana otak kanan mengingat emosi pada sebuah kejadian atau
peristiwa misalnya, sedangkan otak kiri mencoba menyusun secara terstruktur
kejadian-kejadian tersebut. Prinsip lain yang dapat digunakan untuk
memanggil informasi yang tersimpan dalam memori adalah dengan
menghidupkan musik dalam irama tertentu. Musik yang bernuansa sedih, akan
diasosiasikan dengan peristiwa sedih yang dialami; sedangkan musik yang
irama dan syairnya gembira, dapat memicu informasi (kenangan) yang indah
yang pernah terjadi. Selain itu, beat (hentakan) dalam musik, ikut berpengaruh
dalam membangkitkan informasi berjenis seperti apa.
c. Derajad Keberhasilan
Perlu disadari bahwa sebagai sebuah metode, tidak akan efektif atau
tidak akan terukur derajat keberhasilan metode tersebut jika dilakukan jika
tidak melalui hal-hal tertentu. Buzan (2009), sebagai penggagas metode i n i
mengatakan bahwa rumus kesuksesan dalam pembelajaran yang erat
kaitannya dengan mind mapping adalah TEFCAS atau trial, event,
feedback, check, adjust dan success. Penjelasannya adalah sebagai berikut:
1. Trial atau PercobaanDalam setiap pembelajaran yang kita lakukan khususnya
dalam IPS, tidak akan ada yang terjadi jika tidak mencobanyaterlebih dahulu. Kemajuan dalam pembelajaran IPSditandai dengan berbagai percobaan yang dilakukan. Dalamhal ini siswa akan dituntut untuk mencoba terus dalammembuat Mind Map.
2. Event atau peristiwaTahapan atau proses pembelajaran harus dilalui oleh
setiap siswa. Hal ini akan menunjang dalam keberhasilan,sebab jika satu kali tidak masuk atau tidak mengikutipembelajaran maka siswa tersebut akan tertinggal. Selain itu,jika dalam pembelajaran siswa hanya bermalas-malasan, tidakmengikuti pembelajaran sebagai mana mestinya, maka siswa itupun akan tertinggal bahkan menggangu prosespembelajaran yangsedang berlangsung.
30
3. Feedback atau umpan balikUmpan balik dalam kegiatan pembelajaran sangat
dibutuhkan, hal ini akan membuat kelas menjadi lebih interaktif.Umpan balik ini dapat dilakukan antar siswa atau antara gurudengan siswa.
4. Check atau memeriksaIni akan terjadi secara otomatis dan sadar, dan akan
dilakukan hubungannya dengan tujuan belajar siswa. Setiapsiswa pasti akan secara otomatis memeriksa pelajaran yang akandipelajari atau yang sudah dipelajari. Khususnya dalam halcatatan atau tugas yang diberikan guru.
5. Adjust atau Menyesuaikan diriProses pembelajaran yang baik yaitu membandingkan
kinerja atau hasil kerja dengan standar kompetensi dankompetensi dasar yang ingin dicapainya. Oleh karena itu,siswa harus bisa menyesuaikan diri dengan kompetensi yangdiinginkan. Dan jika ada yang kurang bagus, dapat dilakukanpenyelarasan yang tepat untuk percobaan selanjutnya.
6. Success atau berhasilApapun yang siswa lakukan, tujuan otak siswa adalah
berhasil dan sukses melakukannya. Walaupun kesalahan ataukegagalan sering terjadi, jangan sampai membuat aktifitaspembelajaran menjadi terhambat. Kesalahan yang terjadi harusdijadikan sebagai pembelajaran untuk pertemuan selanjutnya,sampai siswa berhasil.
Terkait dengan penelitian ini, khusus dalam mata pelajaran IPS,
rumus kesuksesan dalam pembelajaran IPS dengan menggunakan metode
Mind Map, menurut penulis, tidak lepas dari rumus TEFCAS atau trial,
event, feedback, check, adjust dan success. Karena dalam TEFCAS telah
memuat semua yang dibutuhkan dalam kesuksesan pelaksanaan pembelajaran
dalam mata pelajaran IPS. Meskipun begitu, agar rumus sukses TEFCAS ini
berjalan sebagaimana dikemukakan oleh sang penggagas Mind Map ini, maka
guru harus dapat menuntun, melakukan dan memahami setiap makna dari
TEFCAS tersebut. Secara garis besar TEFCAS mempunyai makna berikut
yaitu: percobaan, peristiwa, umpan balik, memeriksa, menyesuaikan diri, dan
berhasil. Bila semua itu telah berjalan dan diterapkan maka pembelajaran IPS
31
yang dilakukan dengan menggunakan metode Mind Map akan mendapatkan
sebuah hasil yang maksimal yang mengarah kepada peningkatan prestasi belajar
siswa.
d. Fungsi Mind Map
Mind Map, menurut Buzan (2006) diandaikan seperti peta jalan.
Karena fungsi andaiannya adalah sebagai peta jalan, maka sesungguhnya
fungsi dasar Mind Map adalah sebagai berikut:
1. Mind Map akan memberi pandangan menyeluruh pokok bahasan atau
area yang luas.
2. Mengumpulkan sejumlah data pada satu tempat.
3. Mendorong pemecahan masalah dengan membiarkan kita melihat
jalan- jalan terobosan kreatif baru.
4. Menyenangkan untuk dilihat, dibaca, dicerna dan diingat.
Mind Map juga merupakan peta rute yang hebat bagi ingatan,
memungkinkan kita menyusun fakta dan pikiran sedemikian rupa
sehingga cara kerja alami otak dilibatkan sejak awal. Ini berarti
mengingat informasi akan lebih mudah dan lebih bisa diandalkan daripada
menggunakan teknik pencatatan tradisional.
Dalam pembelajaran khususnya IPS, (Nasution, 1989) Mind Map
ini dapat membantu kita untuk:
1) Merencanakan atau merangkai materi ajar yang akankita bahas saat pembelajaran.
2) Berkomunikasi/berdiskusi dan mempresentasikan materi.3) Menghemat waktu.4) Menyelesaikan masalah, dalam hal ini berkaitan dengan
menyelesaikan soal-soal IPS.5) Mengingat dengan lebih baik.6) Belajar lebih cepat dan efisien.
Michael Michalko (Buzan, 2009) mengatakan bahwa Mind Map
dapat memberikan banyak pengaruh, diantaranya:
1) Mengaktifkan seluruh otak
32
2) Membereskan akal dari kekusutan mental3) Memungkinkan kita berfokus pada pokok bahasan4) Membantu menunjukkan hubungan antara bagian-
bagian informasi yang saling terpisah5) Memberi gambaran yang jelas pada keseluruhan dan
perincian6) Memungkinkan kita mengelompokkan konsep dan
membantu kita dalam membandingkan konsep-konseptersebut
7) Mensyaratkan kita untuk memusatkan perhatian padapokok bahasan yang membantu mengalihkan informasitentangnya dari ingatan jangka pendek ke ingatan jangkapanjang.
Berdasarkan pada fungsi dasarnya sebagai peta petunjuk, jika fungsi ini
didaratkan pada dalam pembelajaran, secara khusus pembelajaran IPS, maka
fungsi Mind Map dalam pelajaran IPS ini adalah mengingat informasi yang
diterima atau pun belum dan mengungkapkan informasi tersebut dalam
bentuk tulisan.
Khusus dalam penelitian ini, agar fungsinya sebagai peta petunjuk
dapat berjalan sebagaimana yang dipaparkan di depan, maka langkah yang
dilakukan dalam rangka memaksimalkan fungsi Mind Map itu sendiri,
tekniknya adalah dalam pembelajaran, kegiatan dimulai dengan aktivitas
membaca dan mencari data berkaitan dengan materi ajar yang disampaikan,
juga diberikan LKS untuk membantu keberlangsungan proses pembelajaran.
Setelah melakukan pembacaan dan pencarian data yang terkait dengan
materi, siswa membuat Mind Map dari temuan-temuannya tersebut. Karena
terkait dengan melakukan asosiasif pada konsep, dalam pelaksanannya siswa
diizinkan untuk melakukan diskusi dan tanya jawab dengan sesama teman
sekelasnya.
33
e. Langkah Membuat Mind Map
Sehubungan Mind Map ini sangat sederhana, maka alat dan bahan
yang harus dipersiapkan juga sedikit, diantaranya:
1. Kertas kosong tak bergaris2. Pena dan pensil warna atau spidol, usahakan setiap siswa harus
membawa pensil dan pena.Tujuh langkah dalam membuat Mind Map (Buzan, 2009) adalah:
a) Mulailah dari bagian tengah kertas kosong yang panjang sisinyadiletakkan mendatar. Mengapa? Karena mulai dari tengahmemberi kebebasan kepada otak untuk menyebar ke segalaarah dan untuk mengungkapkan dirinya dengan lebih bebasdan alami.
b) Gunakan gambar atau foto untuk ide sentral. Mengapa?Karena sebuah gambar bermakna seribu kata dan membantu kitamenggunakan imajinasi. Sebuah gambar sentral akan lebihmenarik, membuat kita tetap terfokus, membantu kitaberkonsentrasi, dan mengaktifkan otak kita.
c) Gunakan warna. Mengapa? Karena bagi otak, warna samamenariknya dengan gambar. Warna membuat Mind Map lebihhidup, dan menyenangkan.
d) Hubungkan cabang-cabang utama ke gambar pusat danhubungkan cabang-cabang tingkat dua dan tiga ke cabang tingkatsatu dan dua, dan seterusnya. Kenapa? Karena otak bekerjamenurut asosiasi. Otak senang mengaitkan dua, tiga atau empathal sekaligus. Bila kita menghubungkan cabang-cabang, kitaakan lebih mudah mengerti dan mengingat.
e) Buatlah garis hubung yang melengkung, bukan garis lurus.Mengapa?Karena garis lurus akan membosankan otak. Cabang-cabangyang melengkung dan organis, seperti cabang-cabang pohon,jauh lebih menarik bagi mata.
f) Gunakan satu kata kunci untuk setiap garis. Mengapa? Karenakata kunci tunggal memberikan lebih banyak daya danflesksibilitas kepada Mind Map.
g) Gunakan gambar untuk setiap cabangnya. Mengapa?Karena seperti halnya gambar sentral akan memberikan maknaseribu kata.
Buzan memaparkan secara umum langkah-langkah yang perlu
dilakukan dalam menerapkan metode Mind Map. Dalam konteks penelitian
34
ini, pertanyaannya adalah bagaimana langkah-langkah ini teraplikasi pada
materi pelajaran IPS yang dipilih penulis sebagai mata pelajaran yang dipilih
untuk menerapkan metode Mind Map ini? Pertama, mengawali aktivitas
pembelajaran mata pelajaran IPS dengan menggunakan metode Mind Map,
dilakukan dengan cara menyediakan satu lembar kertas kosong atau bisa
juga kertas karton putih kosong. Kedua, konsep yang dipilih dalam hal ini
materi yang akan diajarkan ditulis di tengah-tengah kertas tersebut. Ketiga,
terkait dengan materi IPS yang akan diberikan yaitu tentang topik
Kemerdekaan, sebagai “pemanggil” informasi, akan digunakan gambar para
tokoh-tokoh yang terkait dengan sejarah kemerdekaan Indonesia. Dengan
acuan pada gambar tokoh-tokoh tersebut, siswa dipersilakan untuk
menyusun peta jalannya sendiri yang diasosiasikan dengan tokoh tersebut.
Misalnya, tokoh Soekarno dalam membuat peta, siswa dapat secara bebas
untuk mengasosiasikan beliau dengan tempat lahir, peran dan karyanya bagi
bangsa Indonesia, kepemipinannya, strategi politik yang dipilih ketika
menjabat sebagai presiden RI, dll. Selama pelaksanaan membuat asosiasi,
diingatkan kepada siswa untuk membuat garis bukan garis lurus tetapi juga
garis melengkung, selain bahwa garis lurus adalah garis yang membosankan,
dengan menggunakan garis melengkung, siswa mungkin saja dapat
menggabungkan dua konsep yang berlainan dan bertemu pada satu titik temu
yang sama. Ini bisa terjadi jika garis yang digunakan adalah melengkung dan
bukan garis lurus. Disamping itu, ketika sebuah konsep diasosiasikan dengan
konsep baru, konsep baru yang merupakan cabang dari konsep utama
diberikan gambar, sebab cabang sendiri memiliki banyak informasi yang
dapat diungkapkan dengan membuat “ranting-ranting” baru.
f. Aturan Mind Map
Sebuah metode tentu memiliki aturan mainnya sendiri. Keberhasilan
dalam menerapkan metode tersebut, juga sangat ditentukan oleh kesetiaan
35
mengikuti aturan-aturan main yang telah dibuat dan pernah berhasil
diberlakukan sebelumnya. Buzan (2009) sebagai penggagas metode Mind
Map ini, telah menyusun sejumlah aturan yang harus diikuti agar Mind Map
yang dibuat dapat memberikan manfaat yang optimal. Berikut adalah
ringkasan dari aturan Mind Map yaitu :
1. Kertas polos dengan ukuran minimal A4 dan paling baikadalah ukuran A3 dengan orientasi horizontal(Landscape). Central Topic diletakkan ditengah-tengahkertas dan sedapat mungkin berupa image denganminimal 3 warna.
2. Garis : lebih tebal untuk BOIs dan selanjutnya semakinjauh dari pusat garis akan semakin tipis. Garis harusmelengkung (tidak boleh garis lurus) dengan panjangyang sama dengan panjang kata atau image yang ada diatasnya. Seluruh garis harus tersambung ke pusat.
3. Kata : menggunakan kata kunci saja dan hanya satu katauntuk satu garis. Harus selalu menggunakan huruf cetaksupaya lebih jelas dengan besar huruf yang semakinmengecil untuk cabang yang semakin jauh dari pusat.
4. Image : gunakan sebanyak mungkin gambar, kode,simbol, grafik, tabel dan ritme karena lebih menarik sertamudah untuk diingat dan dipahami. Kalaumemungkinkan gunakan Image yang 3 dimensi agarlebih menarik lagi.
5. Warna : gunakan minimal 3 warna dan lebih baik 5 – 6warna. Warna berbeda untuk setiap BOIs dan warnacabang harus mengikuti warna BOIs.
6. Struktur: menggunakan struktur radian dengan centraltopic terletak di tengah-tengah kertas dan selanjutnyacabang-cabangnya menyebar ke segala arah. BOIsumumnya terdiri dari 2 – 7 buah yang disusun sesuaidengan arah jarum jam di mulai dari arah jam1.
Mind Map merupakan teknik penyusunan catatan demi membantu
siswa menggunakan seluruh potensi otak agar optimum. Caranya,
menggabungkan kerja otak bagian kiri dan kanan. “berdasarkan penelitian di
luar negeri, rata-rata anak meningkat 70-90% dari seluruh materi saat anak
selesai membuat sendiri Mind Map nya” (Caroline Edward, 2009).
36
Dengan penerapan Mind Map dalam kegiatan pembelajaran siswa
tidak lagi hanya mentransformasikan informasi yang didapatnya ke dalam
catatan linear berupa barisan huruf-huruf yang tersusun rapi dalam baris-baris
halaman buku, tetapi siswa juga dapat membuat catatan yang menarik, bebas
berkreasi dalam menyusun sebuah catatan yaitu dengan bantuan berbagai
symbol, gambar-gambar, kata kunci dan berbagai warna yang dapat membuat
siswa tertarik untuk membacanya, catatan ini dibuat cepat dan mengakibatkan
kualitas visual yang baik sehingga mudah diingat ( Rusel Lisnawati, 2006).
Melalui Mind Map itulah siswa akan lebih memahami materi yang
diberikan dan kedua bagian siswa dapat digunakan secara seimbang. Otak
kanan dapat menyimpan memori dalam jangka waktu yang panjang, oleh
karena itu pembelajaran di kelas hendaknya guru melibatkan kedua belah otak
siswa, dimana otak kanan contohnya lebih banyak menyimpan gambar yang
menyenangkan bagi siswa, warna, irama, dan imajinasi, sedangkan otak kiri
contohnya kata, angka, analisa, logika dan hitungan yang mempercepat rasa
jenuh atau bosan siswa dalam pembelajaran dikelas.
g. Pelaksanaan Pembelajaran IPS Dengan Mind Maping
Berdasar pada Standar Proses Pelaksanaan Pembelajaran yang tertuang
dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia, nomor 41
tahun 2007, Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari
RPP. Pelaksanaan pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti
dan kegiatan penutup. Artinya seluruh rencana pelaksanaan pembelajaran
perlu mengacu pada Standar Proses Pelaksanaan Pembelajaran ini. Berikut
adalah uraian Standar Proses Pelaksanaan Pembelajaran tersebut, yang
teraplikasi dalam rencana pelaksanaan pembelajaran:
1. Kegiatan PendahuluanDalam kegiatan pendahuluan, guru:
a) menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untukmengikuti proses pembelajaran.
37
b) mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkanpengetahuan sebelumnya dengan materi yang akandipelajari.
c) menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasaryang akan dicapai
d) menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraiankegiatan sesuai silabus.
2. Kegiatan IntiPelaksanaan kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk
mencapai KD yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta
memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian
sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta
didik. Kegiatan inti menggunakan metode yang disesuaikan dengan
karakteristik peserta didik dan mata pelajaran, yang dapat meliputi proses
eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi.
a) EksplorasiDalam kegiatan eksplorasi, guru:
1) melibatkan peserta didik mencari informasi yang luasdan dalam tentang topik/tema materi yang akandipelajari dengan menerapkan prinsip alam takambangjadi guru dan belajar dari aneka sumber;
2) menggunakan beragam pendekatan pembelajaran,media pembelajaran, dan sumber belajar lain;
3) memfasilitasi terjadinya interaksi antar peserta didikserta antara peserta didik dengan guru, lingkungan, dansumber belajar lainnya;
4) melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiapkegiatan pembelajaran
5) memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan dilaboratorium, studio, atau lapangan.
b) ElaborasiDalam kegiatan elaborasi, guru:1) membiasakan peserta didik membaca dan menulis
yang beragam melalui tugas-tugas tertentu yangbermakna;
38
2) memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas,diskusi, dan lain- lain untuk memunculkan gagasanbaru baik secara lisan maupun tertulis;
3) memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis,menyelesaikan masalah dan bertindak tanpa rasa takut;
4) memfasilitasi peserta didik dalam pembelajarankooperatif dan kolaboratif;
5) memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehatuntuk meningkatkan prestasi belajar;
6) memfasilitasi peserta didik membuat laporaneksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis,secara individual maupun kelompok;
7) memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasilkerja individual maupun kelompok;
8) memfasilitasi peserta didik melakukan pameran,turnamen, festival, serta produk yang dihasilkan;
9) memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatanyang menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diripeserta didik.
c) KonfirmasiDalam kegiatan konfirmasi, guru:1) memberikan umpan balik positif dan penguatan
dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiahterhadap keberhasilan peserta didik,
2) memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi danelaborasi peserta didik melalui berbagai sumber,
3) memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untukmemperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan,
4) memfasilitasi peserta didik untuk memperolehpengalaman yang bermakna dalam mencapaikompetensi dasar :
(a) Berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalammenjawab pertanyaan peserta didik yangmenghadapi kesulitan, dengar menggunakanbahasa yang baku dan benar;
(b) Membantu menyelesaikan masalah;(c) Memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan
pengecekan hasil eksplorasi;(d) Memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh;(e) Memberikan motivasi kepada peserta didik yang
kurang atau belum berpartisipasi aktif.3. Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru:
39
a. bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendirimembuat rangkuman/simpulan pelajaran;
b. melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadapkegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsistendan terprogram;
c. memberikan umpan balik terhadap proses dan hasilpembelajaran;
b. merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentukpembelajaran remedi, program pengayaan, layanankonseling dan/atau memberikan tugas baik tugasindividual maupun kelompok sesuai dengan hasilbelajar peserta didik;
e. menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuanberikutnya.
Rencana pelaksanaan pembelajaran yang mengacu pada standar proses
pelaksanaan pembelajaran, sesungguhnya adalah jawaban terhadap tantangan
yang diberikan melalui Permendiknas No 41 tahun 2007. Artinya bahwa
bagaimana rancangan pelaksanaan pembelajaran berdasarkan standar proses
pelaksanaan pembelajaan ini mampu menjawab berbagai pertanyaan yang
diajukan melalui Permendiknas No 41 tahun 2007 tersebut. Dalam
permendikas No 41 tahun 2007 secara jelas memaparkan bahwa pelaksanaan
pembelajaran (melalui desain kurikulum) perlu memperhatikan berbagai
karakteristik peserta didik itu sendiri. Karakteristik seperti tingkat
pengetahuan, budaya, lokasi dimana peserta didik tinggal, dan lain-lain adalah
tantangan bagi para pengajar dalam mendesain rencana pelaksanaan
pembelajaran. Desain-desain yang telah ditata melalui RPP bagaimana dapat
menjawab dua kebutuhan yang berbeda tapi harus dipenuhi sekaligus yaitu
kebutuhan kelompok (siswa seisi kelas; sekolah sebagai institusi), namun juga
tetap memperhatikan karakterstik individual dari masing-masing siswa
tersebut. Karena itu, dalam rangka mengaplikasikan RPP ini, guru perlu
secara kreatif dan cerdas mendesain alat evaluasi sebagai alat ukur untuk
mengukur keberhasilan siswa dalam pembelajaran.
40
Mengacu pada RPP yang dirancang dengan mendasarkan pada
Permendiknas No 41 tahun 2007, pertanyaannya adalah jika diaplikasikan
dalam mata pelajaran IPS kelas V dengan menggunakan metode Mind Map,
maka bagaimana penjabaran rencana pembelajaran ini jika dikolaborasikan
dengan metode Mind Map? Pertama, sebelum di desain dalam RPP yang
dikolaborasikan dengan metode Mind Map, dicatat terlebih dahulu bahwa
prinsip dasar metode Mind Map adalah memaksimalkan kerja belahan otak
kiri dan kanan, untuk memanggil dan menggunakan serta menata informasi
yang dibutuhkan dalam pembelajaran. Kedua, perlu juga perhatikan tata
aturan RPP secara umum yang diaplikasikan dari PERMENDIKNAS No 41
tahun 2007 tersebut. Ketiga, substansi dari materi IPS itu sendiri. Isi yang
hendak diajarkan pada mata pelajaran IPS perlu ditimbang sebagai salah satu
komponen tunggal yang berdiri sendiri, namun juga berkontribusi dalam
menentukan keberhasilan pembelajaran. Keempat, kondisi peserta didik.
Kondisi ini dapat berupa kondisi fisiologis maupun psikologis peserta didik.
Artinya, fleksibilitas tetapi sekaligus konsistensi RPP untuk menyesuaikan
dengan metode Mind Map dan demikian sebaliknya, juga substansi
pembelajaran IPS pada kelas V sekolah dasar dan karakteristik kondisi siswa
menjadi penting untuk menjadi hal yang serius diperhatikan. Dengan
mempertimbangkan prinsip-prinsip, aturan-aturan yang perlu diterapkan
dalam metode Mind Map, disamping juga mempertimbangkan prinsip dan
aturan-aturan RPP yang didasarkan pada PERMENDIKNAS No 41 tahun
2007, juga substansi mata pelajaran IPS kelas V SD dan karakteristik siswa
SD kelas V, maka desain pelaksanaan pembelajaran IPS dengan menggunakan
metode Mind Map dibuat seperti berikut:
1. Rencana PelaksanaanKegiatan yang akan dilakukan pada tahap ini adalah:a) menyiapkan alat peraga berupa karton putih, spidol berwarna,
gambar-gambar berwarna yang terkait dengan kata kuncikonsep-konsep pada materi yang akan diajarkan.
41
b) menyiapkan peserta didik secara fisik maupun psikis untukmengikuti proses pembelajaran.
c) mengajukan pertanyaan-pertanyaan dengan menggunakankonsep kunci tertentu misalnya “kemerdekaan” yangmengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yangakan dipelajari.
d) menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yangperlu dicapai.
e) menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uruaiankegiatan sesuai silabus.
2. Kegiatan intiEksplorasi
a) guru memaparkan garis-garis dengan konsep-konsep kuncidari materi yang akan diajarkan.
b) sambil menjelaskan, guru menggunakan gambar berwarnayang ditempel ditengah sebagai representasi dari konseptertentu.
c) membuat cabang-cabang sesuai dengan sup topikpembelajaran dengan menggunakan simbol gambar atau katakunci yang dipahami oleh siswa.
d) menghubungkan cabang-cabang atau sub topik pembelajarandari ide sentral atau topik pembelajaran ke sub topikpembelajaran tingkatdua, tiga ke tingkat selanjutnya.
e) membuat garis melengkung dengan warna tebal dari topikpembelajaran ke sub-sub topik pembelajaran selanjutnya.
Elaborasia) Hasil Mind Map siswa kemudian di presentasikan di depan
kelas;b) Siswa lain memberi tanggapan tentang hasil Mind Map
yang di sampaikan temannya atau yang di presentasikantemannya di depan kelas;
Konfirmasia) Guru bersama siswa menyimpulkan hasil diskusi setiap
kelompokb) Guru memberikan pengayaan berupa tanya jawab kepada
siswaKegiatan penutup
a) guru memberi evaluasi atau tugas lain untuk dikerjakandirumah.
3. Akhir pelaksanaana) melakukan evaluasi pembelajaran setelah melakukan
tindakan
42
b) melakukan refleksi agar mengetahui kelemahan –kelemahan saat melakukan tindakan
Rancangan pembelajaran di atas adalah rancangan pembelajaran yang
didesain dengan mengkolaborasikan RPP yang diacu kemudian diaplikasikan
dari Standar Proses Pelaksanaan Pembelajaran berdasarkan Permendiknas No
41 tahun 2007, langkah-langkah dalam pelaksanaan Mind Map dan mata
pelajaran IPS secara umum. Terkait dengan penelitian ini, penulis mengambil
salah satu materi dalam mata pelajaran IPS kelas V, dimana rancangannya
didesain lebih spesifik khusus pada materi pelajaran IPS kelas V semester II.
Adapun detailnya adalah sebagai berikut:
1 Pendahuluan Gurumengecek kehadiran siswa, kebersihan dan kerapian siswa Guru mengabsen kehadiran siswa Guru melakukan apersepsi dengan menanyakan mengenai hari
kemerdekaan menurut pemahaman para siswa. Guru memberi motivasi kepada siswa Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
2 KegiatanIntiEksplorasi
Guru menjelaskan konsep kunci “Kemerdekaan” dan menempelkangambar salah satu tokoh yang mempersiapkan dan mempertahankankemerdekaan.
Guru membuat cabang dari konsep utama (dari gambar) yangmenghubungkan tokoh di gambar tersebut dengan salah satu peristiwadalam mempersiapkan kemerdekaan.
Elaborasi
Siswa diminta untuk membuat Mind Map yang sama seperti yang telahdibuat guru, yang berkaitan dengan materi mempersiapkan danmempertahankan kemerdekaan.
Guru mendampingi siswa selama siswa membuat Mind Map, danmembantu siswa yang mengalami kesulitan dengan cara menggaliinformasi yang dimiliki siswa untuk diasosiasikan dengan materi yangsedang dipelajari.
Siswa diminta untuk mempresentasikan hasil temuannya melalui MindMap tentang materi mempersiapkan dan mempertahankan kemerdekaan.
Siswa yang lain diberikan kesempatan untuk bertanya. Guru memberikan LKS untuk kegiatan secara individu.
43
Konfirmasi
Setelah siswa menyelasaikan tugasnya, guru membimbing siswa dalammelakukan koreksi silang.
Apabila masih terdapat jawaban yang salah maka guru memberikankonfirmasi.
3 Penutup
Bersama dengan guru, siswa membahas hasil pembelajaran Guru membimbing siswa dalam menyimpulkan hasil pembelajaran Guru memberikan pemantapan kepada siswa Guru memberikan tindak lanjut kepada siswa
2.1.4. Motivasi Belajar
a. Pengertian Motivasi
Sebelum membahas motivasi belajar, terlebih dahulu akan dibahas
mengenai motivasi. Istilah motivasi berasal dari bahasa Latin, yakni
“movere” yang berarti “menggerakkan” (Winardi, 2007). Menurut James
O Whittaker (Wasty Soemanto 2003) motivasi adalah kondisi-kondisi atau
keadaan yang mengaktifkan atau memberi dorongan kepada mahluk untuk
bertingkah laku mencapai tujuan yang ditimbulkan oleh motivasi tersebut.
Menurut Mc Donald (Sardiman, 2003) mengatakan bahwa motivasi
adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan
munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.
Sardiman (2003) juga mengatakan bahwa motivasi dapat dikatakan sebagai
serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga
seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka
akan berusaha meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka itu.
Beberapa pendapat di atas, dengan bahasanya masing-masing
menunjukkan perasamaan dalam memberikan pengertian tentang motivasi.
Masing-masing bersepakat bahwa motivasi adalah sebuah kondisi yang
mendorong. Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa
motif dan motivasi memiliki pengertian yang sama yaitu menunjukkan suatu
44
dorongan yang timbul dari dalam diri seseorang yang menyebabkan orang
tersebut mau bertndak melakukan sesuatu guna tujuan yang diinginkan.
b. Motivasi Belajar
Dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan. Seorang yang tidak
mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin dapat melakukan
aktivitas belajar.
Menurut Sadirman AM (2003), motivasi belajar adalah keseluruhan
daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang
menjamin kelangsungan dan kegiatan belajar siswa dan memberikan arah
pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subyek belajar
tercapai.
Dari pengertian motivasi belajar diatas dapat disimpulkan 3 hal
mendasar yang termuat dalam motivasi belajar sebagai berikut :
a) Mendorong manusia untuk berbuat (motivasi sebagai motor
penggerak dari setiap kegiatan yang akan dilakukan)
b) Menyeleksi sesuatu perbuatan (menentukan perbuatan-perbuatan)
yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan.
c) Menentukan arah perbuatan (ke arah tujuan yang hendak dicapai)
(M Ngalim Purwanto, 2006)
Berdasarkan kutipan di atas, maka dapat penulis simpulkan bahwa
yang dimaksud dengan motivasi belajar adalah dorongan yang timbul dalam
diri individu untuk melakukan sesuatu tindakan yang dipilih secara sadar,
dengan tujuan-tujuan yaitu berhasil di dalam belajar. Terkait dengan
penelitian ini, seseorang dikatakan memiliki motivasi belajar jika ia terdorong
untuk menggunakan metode Mind Map dalam pembelajaran IPS, secara sadar
memilih menggunakan metode Mind Map dalam pembelajaran IPS dan
berhasil tuntas dalam belajarnya, yang ditunjukkan dengan adanya dorongan
dari dalam diri yang tinggi untuk berhasil mencapai Kriteria Ketuntasan
Minimum (KKM). Untuk mengetahui adanya dorongan yang tinggi dari
45
dalam diri untuk mencapai KKM tersebut, maka digunakan patokan skala
motivasi belajar dengan menggunakan skala Likert, yang terdiri dari tiga
kategori: tinggi, sedang dan rendah; dan diperoleh melalui angket, dengan
patokan sebagai berikut:Nilai = Σskor yang diperoleh siswaΣskor maksimum X100%
Dengan ketentuan sebagai berikut:≥ 80 ke atas : tinggi60 – 79 : sedang≤ 59 : rendah
c. Macam-Macam Motivasi Belajar
Dalam membicarakan macam-macam motivasi belajar, hanya dibahas
dari dua sudut pandang yaitu motivasi yang berasal dari dalam diri seseorang
yang disebut “motivasi intrinsik” dan motivasi yang berasal dari luar diri
seseorang disebut “motivasi ekstrinsik” Djamarah (dalam Samsudin 2003).
a) Motivasi Intrinsik
Motivasi Intrinsik adalah motiv-motiv yang menjadi aktif dan
berfungsi tanpa perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu
sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.
Bila seseorang memiliki motif intrinsik dalam dirinya, maka ia sadar
akan melakukan sesuatu kegiatan yang tidak menimbulkan motivasi dari luar
dirinya. Dalam aktivitas belajar, motivasi intrinsik diperlukan terutama belajar
sendiri. Seseorang yang memiliki motivasi intrinsik selalu ingin maju sulit
sekali melakukan aktifitas belajar terus menerus. Sedangkan seseorang yang
memiliki motivasi intrinsik selalu ingin maju dalam belajar. Keinginan ini
dilatarbelakangi oleh pemikiran yang positif, bahwa semua mata pelajaran
yang dipelajari sangat dibutuhkan dan sangat berguna kini dan mendatang.
Motivasi memang berhubungan dengan kebutuhan seseorang yang
memunculkan kesadaran untuk melakukan aktifitas atau kegiatan.
46
Siswa yang memiliki motivasi intrinsik cenderung akan menjadi
seseorang yang terdidik, berpengetahuan yang mempunyai keahlian dalam
bidang tertentu. Untuk mendapatkan semuanya itu perlu belajar. Belajar
adalah suatu cara untuk mendapatkan suatu ilmu pengetahuan dan
ketrampilan.
Sebenarnya motivasi baik kitu intrinsik maupun ekstrinsik adalah
sesuatu yang abstrak dan tidak dapat dilihat bentuknya. Karena itu,
pertanyaannya adalah bagaimana mengukur motivasi tersebut? Uno (2011)
menyebutkan bahwa untuk dapat mengetahui motivasi intrinsik atau motivasi
yang datang dari dalam diri seseorang dapat diukur dengan: (1) adanya hasrat
dan keinginan berhasil; (2) adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar; (3)
adanya harapan dan cita-cita masa depan.
b) Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yag aktif dan berfungsi karena
adanya perangsang dari luar. (Djamarah, 2002). Motivasi ekstrinsik
diperlukan agar siswa mau belajar. Guru harus dapat membangkitkan minat
siswa dengan motivasi ekstrinsik dalam berbagai bentuknya. Kesalahan dalam
menggunakan motif-motif ekstrinsik bukan menjadi pendorong, tetapi
menjadikan siswa malas belajar. Untuk itu guru harus tepat dan benar dalam
memotivasi siswa dalam rangka proses interaksi belajar mengajar.
Dalam pendidikan dan pengajaran, guru bukan hanya berperan
menjadi administator, demonstrator, pengolola kelas, mediator, fasilitator,
supervisor dan evaluator, tetapi juga sebagai motivator dan pembimbing.
Sebagai motivator guru berperan untuk mendorong siswa agar giat
belajar. Usaha ini dapat diusahakan guru dengan memanfaatkan bentuk –
bentuk motivasi sekolah agar dapat membangkitkan gairah belajar siswa.
Menurut Djamarah (Samsudin 2003) ada enam hal yang dapat diusahakan
guru yaitu :
1) Membangkitkan dorongan kepada siswa agar belajar.
47
2) Menjelaskan secara konkrit kepada siswa apa yang dapat di lakukan pada
akhir pengajaran.
3) Memberikan ganjaran kepada terhadap prestasi yang dicapai siswa
sehingga dapat merangsang untuk mendapat prestasi yang lebih baik di
kemudian hari.
4) Membentuk kebiasaan belajar siswa secara individual maupun kelompok.
5) Membantu kesulitan belajar siswa secara individual maupun kelompok.
6) Menggunakan metode yang bervariasi.
Selain Djamarah, Uno menyebutkan bahwa upaya agar siswa dapat
termotivasi untuk belajar, hal-hal di luar diri siswa yang dapat mendorong
dirinya untuk belajar antara lain:
1) Adanya penghargaan dalam belajar;
2) Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar, dan;
3) Adanya lingkungan belajar yang kondusif.
Dari paparan di atas, dapat kita mengerti bahwa motivasi dapat terjadi
karena dua hal. Pertama bahwa motivasi ada karena ada keinginan dari dalam
diri sendiri untuk belajar. Motivasi jenis ini disebut juga dengan motivasi
intrinsik, dan kedua adalah motivasi belajar yang muncul dari dalam diri siswa
untuk tertarik belajar karena adanya dorongan dari pihak-pihak di luar dirinya.
Dalam penelitian ini, penulis akan menggunakan dua motivasi ini untuk
melihat motivasi belajar siswa. Khusus untuk motivasi intrinsik, indikator
yang akan digunakan untuk mengukur dua jenis motivasi belajar ini, yaitu
indikator yang disampikan oleh Uno (2011). Sedangkan untuk motivasi
ekstrinsik, indikator yang akan digunakan pada motivasi belajar siswa adalah
indikator yang disampaikan oleh Djamarah (2002).
d. Bentuk – bentuk Motivasi Belajar di Sekolah
Ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi dalam
kegiatan belajar mengajar sebagaimana dijelaskan Sardiman A.M, (2003),
48
dalam bukunya berjudul “ Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar” sebagai
berikut :
1. Memberi angka
Angka dalam hal ini sebagai simbol dari nilai kegiatan belajarnya.
Banyak siswa belajar, yang utama justru untuk mencapai angka/nilai yang
baik. Sehingga siswa biasanya yang dikejar adalah nilai ulangan atau nilai-
nilai pada raport angkanya baik-baik. Angka merupakan alat motivasi
yang cukup memberikan rangsangan kepada siswa untuk mempertahankan
atau bahkan lebih meningkatkan prestasi belajar. Angka biasanya terdapat
dalam rapor sesuai dengan jumlah mata pelajaran yang diprogramkan
dalam kurikulum. Angka-angka yang baik itu bagi para siswa merupakan
motivasi yang sangat kuat.
2. Hadiah
Hadiah adalah memberikan sesuatu kepada orang lain sebagai
penghargaan atau kenang – kenangan. Dalam dunia pendidikan, hadiah
juga bisa dijadikan sebagai alat motivasi.
3. Saingan / kompetisi
Saingan / kompetisi digunakan sebagai alat motivasi untuk mendorong
siswa agar bergairah belajar. Persaingan, baik persaingan individual
maupun persaingan kelompok dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
memang unsur persaingan ini banyak dimanfaatkan di dalam dunia
industri atau perdagangan, tetapi juga sangat baik digunakan untuk
meningkatkan kegiatan belajar siswa.
4. Ego-involvement
Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan pentingnya
tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja keras dengan
mempertaruhkan harga diri, adalah sebagai salah satu bentuk motivasi
yang cukup penting. Seseorang akan berusaha dengan segenap tenaga
untuk mencapai prestasi yang baik dengan menjaga harga dirinya.
49
Penyelesaian tugas dengan baik adalah simbol kebanggaan dan harga diri,
begitu juga untuk siswa si subjek belajar. Para siswa akan belajar dengan
keras bisa jadi karena harga dirinya.
5. Memberi Ulangan
Ulangan merupakan strategi yang cukup baik untuk memotivasi siswa
agar giat belajar. Para siswa akan belajar lebih giat kalau tahu jika akan
ada ulangan. Oleh karena itu, memberi ulangan ini juga merupakan sarana
motivasi. Tetapi yang harus diingat oleh guru, adalah jangan terlalu sering
(misalnya setiap hari) karena bisa membosankan dan bersifat rutinitas.
Dalam hal ini guru juga harus bersifat terbuka, maksudnya kalau akan ada
ulangan harus diberitahukan terlebih dahulu kepada siswanya.
6. Mengetahui Hasil
Mengetahui hasil bisa dijadikan motivasi bagi siswa. Denga
mengetahui hasil siswa terdorong untuk belajar lebih giat. Semakin
mengetahui bahwa grafik hasil belajar meningkat, maka ada motivasi pada
diri siswa untuk terus belajar, dengan satu harapan hasilnya terus
meningkat.
7. Pujian
Pujian adalah bentuk reinforcement yang penting dan sekaligus
merupakan motivasi yang baik. Oleh karena itu, supaya pujian ini
merupakan motivasi, pemberiannya harus tepat. Dengan pujian yang tepat
akan memupuk suasana yang sangat menyenangkan dan mempertinggi
gairah belajar serta sekaligus akan membangkitkan harga diri siswa.
8. Hukuman
Meski hukuman sebagai reinforcement yang negatif, tetapi apabila
dilakukan dengan tepat dan bijak akan merupakan alat motivasi yang baik.
Oleh karena itu guru harus memahami prinsip-prinsip pemberian
hukuman.
50
9. Hasrat untuk belajar
Hasrat untuk belajar, berarti ada unsur kesengajaan, ada maksud untuk
belajar. Hal ini akan lebih baik, bila dibandingkan segala sesuatu kegiatan
yang tanpa maksud. Hasrat unutk belajar berarti pada diri anak didik itu
memang ada motivasi untuk belajar, sehingga sudah barang tentu hasilnya
akan lebih baik.
10. Minat
Motivasi muncul karena ada kebutuhan, begitu juga minat sehingga
tepatlah kalau minat merupakan alat motivasi yang pokok. Proses belajar
itu akan berjalan lancar kalau disertai dengan minat. Mengenai minat ini
antara lain dapat dibangkitkan dengan cara cara-cara sebagai berikut:
1) Membangkitkan adanya suatu kebutuhan;
2) Menghubungkan dengan persoalan pengalaman yang lampau;
3) Memberi kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik;
4) Menggunakan berbagai macam bentuk mengajar;
11. Tujuan yang diakui
Rumusan tujuan yang diakui dan diterima baik oleh siswa, karena
dirasa sangat berguna dan menguntungkan, maka akan timbul gairah untuk
terus belajar.
Diakui bahwa dalam proses pembelajaran, tidak mudah untuk
menumbuhkan motivasi belajar siswa. Artinya bahwa jika tidak muncul
motivasi dari dalam diri siswa, diperlukan motivasi dari luar diri siswa. Dalam
konteks belajar mengajar, guru yang berperan sebagai motivator dalam
membangkitkan motivasi belajar siswa. Karena itu, diperlukan berbagai cara
atau strategi untuk dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa itu sendiri.
Sardiman (2007) menawarkan 11 strategi yang dapat digunakan oleh guru
untuk meningkatkan motivasi siswa dalam belajar.
Meskipun demikian, dalam penelitian ini, penulis memilih
menggunakan jenis-jenis motivasi belajar siswa yang digunakan oleh Uno
51
(2011) Djamarah (2002) yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik
antara lain: (1) adanya hasrat dan keinginan berhasil; (2) adanya dorongan dan
kebutuhan dalam belajar; (3) adanya harapan dan cita-cita masa depan (4)
membangkitkan dorongan kepada siswa agar belajar; (5) menjelaskan secara
konkrit kepada siswa apa yang dapat di lakukan pada akhir pengajaran; (6)
memberikan ganjaran kepada terhadap prestasi yang dicapai siswa sehingga
dapat merangsang untuk mendapat prestasi yang lebih baik di kemudian hari;
(7) membentuk kebiasaan belajar siswa secara individual maupun kelompok;
(8) membantu kesulitan belajar siswa secara individual maupun kelompok;
dan (9) menggunakan metode yang bervariasi. Lebih khusus lagi, dalam
penelitian ini penulis memilih menggunakan indikator yang kesembilan yaitu
menggunakan metode yang bervariasi. Dalam penelitian ini metode tersebut
adalah metode Mind Map. Artinya setelah menggunakan metode ini, siswa
memiliki motivasi belajar terhadap mata pelajaran IPS yang diukur dengan
adanya motivasi intrinsik atau motivasi dari dalam diri siswa berupa: (1)
adanya hasrat dan keinginan berhasil; (2) adanya dorongan dan kebutuhan
dalam belajar; (3) adanya harapan dan cita-cita masa depan. Dari ketiga
motivasi intrinsik ini, hanya dua aspek yang akan digunakan dalam penelitian
yaitu: adanya hasrat dan keinginan untuk berhasil, dan adanya dorongan dan
kebutuhan dalam belajar.
2.1.5. Pembelajaran IPS di SD
a) Ilmu Pengetahuan Sosial
Natanael Daldjuni (1985) mendefinisikan ilmu pengetahuan sosial
sebagai ilmu pengetahuan tentang manusia di dalam kelompok yang disebut
masyarakat, dengan menggunakan ilmu politik, ekonomi, sejarah, geografi,
sosiologi, antropologi dan sebagainya.
Ilmu pengetahuan sosial adalah mata pelajaran yang merupakan suatu
panduan sejumlah mata pelajaran sosial. Dapat juga dikatakan bahwa ilmu
pengetahuan sosial merupakan mata pelajaran yang menggunakan bagian-
52
bagian tertentu dari ilmu sosial. Ilmu pengetahuan sosial. Ilmu pengetahuan
sosial mempelajari manusia dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisiknya
untuk memahami masalah-masalah sosial ( Depdikbud, 1990)
Ilmu pengetahuan sosial adalah mata pelajaran yang mempelajari
kehidupan sosial yang didasarkan pada baha kajian geografi, ekonomi,
sosiologi, antropologi, tata negara dan sejarah (Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, 1993).
Dari uraian pendapat para ahli di atas menyimpulkan bahwa ilmu
pengetahuan sosial adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari kehidupan
manusia dalam masyarakat yang didasarka pada bahan kajian geografi,
sosiologi, antropologi, tata negara dan sejarah.
b) Pembelajaran IPS di SD
1. Kajian Pokok
Ilmu pengetahuan yang diajarkan di SD terdiri atas dua bahan kajian
pokok, yaitu : pengetahuan sosial dan sejarah. Bahan kajian pengetahuan
sosial, mencakup lingkungan sosial, ilmu bumi, ekonomi dan pemerintahan.
Bahan kajian sejarah meliputi, perkembangan masyarakat Indonesia sejak
masa lampau hingga masa kini. (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
1993)
2. Fungsi
Pelajaran IPS di SD berfungsi mengembangkan pengetahuan dan
ketrampilan dasa untuk melihat kenyataan sosial yang dihadapi siswa dalam
kehidupan sehari-hari. Sedangkan pengajaran sejarah berfungsi sebagai
menumbuhkan rasa kebanggaan dan bangga perkembangan masyarakat
Indonesia sejak masa lalu hingga masa sekarang. (Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, 1993)
3. Tujuan Belajar IPS
Berikut beberapa tujuan siswa belajar mengenai IPS:
53
a) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan
masyarakat dan lingkungannya
b) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin
tahu, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial
c) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan
kemanusiaan, ditingkat lokal, nasional dan global
d) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetensi
dalam masyarakat yang majemuk.
2.2. Kajian Penelitian Yang Relevan
Pada penerapan metode pembelajaran Mind Map yang dilakukan
Shofiah (2007). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa, dengan penerapan
Mind Map dapat meningkatkan hasil belajar kelas XI IPS dalam mata
pelajaran sejarah. Hal ini terbukti dengan adanya peningkatan rata-rata skor
siswa dari pada hasil tes awal 33,75% meningkat menjadi 73,25% hal ini
berarti peningkatan skor sekitar 39,5% pada tes siklus I. Sedangkan pada
siklus II hasil tes awal siswa adalah 36% dan pada dan pada post tes
meningkat menjadi 88,75% ini menunjukkan telah terjadi peningkatan skor
siswa sebanyk 52,75%.
Fatma (2010), yang melakukan penelitian dengan judul penerapan
model Mind Map untuk meningkatkan kreativitas dan prestasi belajar IPS
terpadu pada siswa kelas VII A SMP Walisongo Gempol di Pasuruantemua.
Hasil penelitian menunjukkan bahwasanya model belajar yang penulis
tawarkan dapat meningkatkan kreativitas dan prestasi belajar IPS Terpadu
pada siswa kelas VII A SMP Walisongo Gempol Pasuruan (1) pada
perencanaan model mengacu pada RRP yang telah dirancang, pelaksanaan
model sesuai dengan RPP yang telah dirancang secara kolaborasi bersama ibu
Vivi Rianti selaku guru IPS Terpadu kelas VII A; (2) pada pelaksanaan dapat
berjalan lancar, pelaksanaan model Mind Map merupakan pengalaman baru
54
bagi guru dan siswa dan Mind Map telah memberi beberapa manfaat bagi
siswa dan guru dalam belajar, manfaat Mind Map yang diperoleh antara lain:
siswa menjadi semangat belajar, siswa mudah mengingat pelajaran dan siswa
memperoleh pengalaman menggambar dan guru lebih mudah menjelaskan
materi pelajaran pada siswa; (3) pada penilaian, dari data secara kuantitatif
perolehan skor dalam prestasi belajar dan kreativitas siswa memperoleh nilai
yang cukup tinggi.
Dari dua penelitian terdahulu membuktikan bahwa metode Mind Map
dapat membantu proses pembelajaran untuk meningkatkan motivasi dan
prestasi belajar siswa. Mengacu pada penelitian terdahulu, maka peneliti ingin
melakukan penelitian lagi dengan menggunakan metode yang pembelajaran
yang sama. Meskipun demikian, terdapat beberapa perbedaan antara
penelitian yang dilakukan kali ini, dengan penelitian-penelitian terdahulu.
Perbedaan tersebut pertama bahwa pada penelitian terdahulu, para peneliti
belum memasukkan variabel motivasi belajar sebagai salah satu variabel yang
diteliti. Artinya bahwa dengan menggunakan metode Mind Map penulis
menduga dapat meningkatkan motivasi belajar yang berimplikasi pada
prestasi belajar siswa. Kedua, subyek penelitian. Pada penelitian terdahulu
subyek penelitiannya adalah siswa sekolah menengah pertama dan sekolah
menengah atas. Penulis berhipotesis bahwa ada perbedaan pendekatan
pembelajaran, meskipun dengan menggunakan metode yang sama. Hal ini
dikarenakan psikologis peserta didik, serta akumulasi peserta didik berbeda.
Pada level SMP dan SMA, akumulasi pengetahuan subyek sudah lebih
kompleks dan lebih luas, dibandingkan dengan siswa yang berada pada
bangku sekolah dasar. Dengan menggunakan metode Mind Map, dimana
metode ini menekankan pada konsep kunci yang kemudian konsep kunci ini
dijabarkan berdasarkan pengetahuan dan pengalaman siswa, aspek akumulasi
pengetahuan siswa menjadi penting. Artinya bahwa, anak SD tentu
mengakumulasi pengetahuan belum kompleks dan luas dibandingkan dengan
55
siswa SMP atau SMA. Akumulasi pengetahuan subyek, bisa dapat
berimplikasi pada bagaimana subyek menjabarkan konsep kunci yang
ditawarkan selama proses pembelajaran.
2.3. Kerangka Berpikir
Mengapa siswa harus menggunakan Mind Map, sebab dalam
penelitian ternyata Mind Map mampu meningkatkan hasil prestasi belajar
siswa dan motivasi belajar siswa. Dalam hal ini dibuktikan dari penelitian
yang dilakukan oleh beberapa tokoh ternyata berhasil. Selain itu juga di
perkuat dengan teori-teori yang dikemukakan oleh para ahli dibidangnya,
yang menyatakan bahwa Mind Map dapat meningkatkan rendahnya motivasi
belajar siswa serta rendahnya motivasi belajar siswa. Hal ini disebabkan
karena berdasarkan prinsipnya, metode Mind Map adalah metode yang
memaksimalkan kedua fungsi otak sekaligus secara bersamaan. Karena itu,
dalam penerapannya, metode ini lebih mengutamakan menggunakan konsep-
konsep kunci untuk diberikan kepada peserta didik, selanjutnya dengan
menggunakan konsep kunci ini, siswa diberikan ruang untuk mengeksplorasi
segala pengetahuannya yang dibuat dalam bagan-bagan (cabang-cabang),
dimana dari cabang-cabang konsep ini dapat terus dan terus dieksplorasi
sejauh pengetahuan siswa terhadap konsep itu sendiri. Dengan cara ini, siswa
“memanggil” semua informasi yang pernah diperoleh terkait dengan sebuah
konsep. Itu juga berarti pada saat yang bersamaan, siswa dipicu dan dipacu
untuk memaksimalkan segenap kemampuannya. Dengan begitu, secara tidak
langsung metode Mind Map sebenarnya sedang meningkatkan kemampuan
belajar siswa. Akibatnya, hal ini akan berkorelasi positif dengan peningkatan
prestasi belajarnya.
56
2.4. Hipotesis Penelitian
Penggunaan metode Mind Map dalam pembelajaran mata pelajaran
IPS dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dan motivasi belajar siswa
kelas V SD Negeri 03 Karangrejo, Kecamatan Selomerto, Kabupaten
Wonosobo Semester II Tahun Pelajaran 2011/2012.
Dengan berpijak pada kerangka berpikir yang tersebutkan di depan,
diduga dengan menerapkan metode Mind Map dalam pembelajaran pada mata
pelajaran IPS akan meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa.
Top Related