1
PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS ANEKDOT MELALUI
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK (PBP)
SISWA KELAS VII SMP 3 SUNGGUMINASA
SKRIPSI
Diajukan untuk Melakukan Penelitian
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Universitas Muhammadiyah Makassar
O l e h
TIARA OCTORA
NIM 105331114116
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
2
3
4
iv
5
v
6
vi
7
vii
8
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Rabbil Alamin, untaian Zikir lewat kata yang indah
terucap sebagai ungkapan rasa syukur penulis selaku hamba dalam balutan
kerendahan hati dan jiwa yang tulus kepada Sang Khaliq, yang menciptakan
manusia dari segumpal darah, Yang Maha Pemurah, mengajar kepada manusia
apa yang tidak diketahuinya dengan perantaraan kalam. Tiada upaya, tiada
kekuatan, dan tiada kuasa tanpa kehendak-Nya. Bingkisan salam dan salawat
tercurah kepada Kekasih Allah, Nabiullah Muhammad SAW, Para sahabat dan
keluarganya serta umat yang senantiasa istiqomah dijalan-Nya.
Tiada jalan tanpa rintangan, tiada puncak tanpa tanjakan, tiada kesuksesan
tanpa perjuangan. Dengan kesungguhan dan keyakinan untuk terus melangkah,
akhirnya sampai di titik akhir penyelesaian proposal ini. Namun, semua itu tak
lepas dari uluran tangan berbagai pihak lewat dukungan, arahan, bimbingan serta
bantuan moril dan materil.
Terima kasih penulis ucapkan kepada beberapa pihak yang telah
membantu selama penulis menyusun proposal penelitian yaitu diantaranya :
Ayahanda M. Nur Syamsuddin dan Ibunda Alkendi serta semua keluarga yang
telah mencurahkan kasih sayang dan cintanya dalam membesarkan, mendidik dan
membiayai penulis serta doa restu yang tak henti-hentinya untuk keberhasilan
penulis. Pembimbing 1 Bapak Muhammad Akhir dan Pembimbing II Bapak
Muhammad Dahlan yang telah meluangkan waktunya disela kesibukan beliau
untuk mengarahkan dan membimbing penulis dalam penyusunan proposal
penelitian sampai tahap penyelesaian.
viii
9
Bapak Dr. H. Rahman Rahim, SE., MM. Rektor Universitas
Muhammadiyah Makassar. Ibu Dr. Munirah, M.Pd Ketua Jurusan Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Makassar. Bapak dan
Ibu dosen Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan
Dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu atas bimbingan, arahan, dan jasa-jasa yang
takternilai harganya kepada penulis.
Saudaraku yang telah memberikan doa dan dukungan kepada adinda
selama pendidikan baik berupa moril maupun materil selama penyusunan
Proposal ini. Teman-teman seperjuangan angkatan 2016 di Jurusan Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia terkhusus kelas D yang telah bersama-sama berusaha
keras dan penuh semangat dalam menjalani studi dalam suka dan duka. Semua
pihak yang tidak bisa dituliskan Namanya satu-persatu namun tak mengurangi
rasa terima kasih penulis kepada mereka. Oleh karena itu, kritik dan saran dari
semua pihak sangat penulis harapkan sebagai bahan acuan untuk perbaikan dan
penyempurnaan proposal ini.Hanya kepada Allah swt kita memohon semoga
berkat dan rahmat serta limpahan pahala yang berlipat ganda selalu dicurahkan
kepada kita semua.
Amin Ya Rabbal Alamin.
Makassar, 09 Januari 2020
Penulis
ix
10
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL -------------------------------------------------------------------- i
HALAMAN PENGESAHAN -------------------------------------------------------- ii
KATA PENGANTAR ---------------------------------------------------------------- iii
DAFTAR ISI ----------------------------------------------------------------------------- v
BAB I PENDAHULUAN -------------------------------------------------------------- 1
A. Latar Belakang ------------------------------------------------------------------- 1
B. Rumusan Masalah -------------------------------------------------------------- 6
C. Tujuan Penelitian ---------------------------------------------------------------- 7
D. Manfaat Penelitian ------------------------------------------------------------- 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ---------------------------------------------------- 8
A. Kajian Teori --------------------------------------------------------------------- 8
1. Penelitian yang Relevan -------------------------------------------------- 9
2. Hakikat Menulis ------------------------------------------------------------ 10
3. Manfaat Menulis ----------------------------------------------------------- 13
4. Kriteria tulisan yang baik ------------------------------------------------- 14
5. Menulis sebagai suatu proses -------------------------------------------- 16
6. Tahap kegiatan menulis --------------------------------------------------- 18
7. Hakikat Menulis Teks Anekdot ----------------------------------------- 20
8. Pembelajaran Menulis Anekdot ----------------------------------------- 22
9. Model Pembelajaran Berbasis Proyek
(PBP)/Project-based learning(PBL) ----------------------------------- 28
x
11
B. Kerangka Pikir ------------------------------------------------------------------- 33
C. Hipotesis Tindakan ------------------------------------------------------------- 36
BAB III METODE PENELITIAN ------------------------------------------------- 37
A. Jenis Penelitian ------------------------------------------------------------------ 37
B. Lokasi Penelitian --------------------------------------------------------------- 37
C. Prosedur penelitian -------------------------------------------------------------- 38
D. Teknik Pengumpulan Data --------------------------------------------------- 40
E. Instrument Penelitian ---------------------------------------------------------- 42
F. Teknik Analisis Data ----------------------------------------------------------- 43
G. Indikator keberhasilan ------------------------------------------------------- 44
DAFTAR PUSTAKA ------------------------------------------------------------------ 46
xi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Aktivitas bahasa mengenal adanya empat keterampilan berbahasa, yaitu
mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat keterampilan tersebut
saling berkorelasi satu dengan yang lain. Sebagai salah satu dari empat
keterampilan berbahasa, membaca menduduki posisi penting dalam kehidupan
manusia. Keterampilan membaca memberi pengaruh yang besar dalam
menguasai bahasa, baik secara lisan maupun tulisan.
Keberhasilan belajar seseorang akan sangat ditentukan oleh kemampuan
membacanya dalam memahami sebuah informasi. Selain itu, kegiatan membaca
juga dapat menambah pengetahuan dan informasi, serta memudahkan seseorang
dalam berkomunikasi. Terlebih lagi dalam dunia pendidikan, kegiatan membaca
sangat penting untuk dilakukan. Pentingnya sebuah kegiatan membaca
ditegaskan oleh (Nurgiyantoro, 2012:368) yang menyatakan bahwa ―dalam dunia
pendidikan aktivitas dan tugas membaca merupakan suatu hal yang tidak dapat
ditawar- tawar‖.
Pentingnya menulis ditegaskan oleh Tarigan (2008:23) bahwa tulisan dapat
membantu kita menjelaskan pikiran-pikiran kita. Peranan menulis yang sangat
tinggi sejalan dengan pendapat Horn (1988:12) yang menyatakan bahwa
―masyarakat yang tidak mampu mengekspresikan pikiran dalam bentuk tulisan,
akan tertinggal jauh dari kemajuan karena kegiatan menulis dapat mendorong
perkembangan intelektual seseorang sehingga mampu berpikir kritis‖. Hal senada
1
2
diungkapkan oleh Tarigan (1992: 44) bahwa ―indikasi kemajuan suatu bangsa
dapat dilihat maju-tidaknya komunikasi tulis bangsa itu‖
Keterampilan menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang
sangat penting diajarkan kepada siswa. Oleh karena itu, sejak dini, mulai sekolah
dasar sampai perguruan tinggi keterampilan menulis dijadikan aspek
pembelajaran bahasa yang mempunyai porsi yang cukup tinggi. Kenyataan
menunjukkan, bahwa keterampilan menulis merupakan suatu yang sangat penting
dalam kehidupan manusia. Hampir semua aktivitas manusia di berbagai sektor
membutuhkan keterampilan menulis, seperti menulis surat, menulis di surat
kabar, menulis laporan, menulis makalah, menulis karya sastra, menulis surat
perjanjian dan sebagainya. Karena pentingnya keterampilan menulis, maka para
ahli pengajaran bahasa menempatkan keterampilan menulis pada tingkatan
paling tinggi dalam proses pemerolehan bahasa.
Keterampilan menulis memang merupakan keterampilan produktif yang
hanya dapat diperoleh sesudah keterampilan menyimak, berbicara, dan membaca.
Dengan demikian, keterampilan menulis merupakan keterampilan berbahasa yang
dianggap paling rumit. Kenyataan di atas mengharuskan pengajaran menulis
digalakkan sedini mungkin. Tidak mengherankan jika dalam Kurikulum 2006
maupun kurikulum 2013 di baik SD, SMP, maupun SMP, pembelajaran menulis
menjadi aspek pembelajaran bahasa Indonesia yang mendapat porsi cukup besar.
Pembelajaran menulis perlu ditingkatkan terutama dalam praktik. Menulis
melatih siswa untuk kreatif mengolah kata dari realita yang mereka lihat. Tulisan
yang tertata akan membawa pembaca mamahami maksud yang disampaikan
3
penulis. Pemahaman tepat yang disampaikan guru akan mempermudah siswa
dalam mencapai tujuan menulis yang telah ditetapkan sekolah.
Salah satu kompetensi dasar yang terdapat dalam kurikulum 2013 untuk
Sekolah Menengah Atas (SMP) adalah memproduksi teks anekdot secara lisan
maupun tulisan dengan mengambil spesifikasi menulis teks anekdot. Dalam
kurikulum tersebut dinyatakan bahwa anekdot bertujuan menceritakan suatu
kejadian yang tidak biasa dan lucu. Sementara itu munculnya teks anekdot sebagai
teks yang diajarkan dalam mata pelajaran bahasa Indonesia baru disampaikan
secara tersurat dalam kurikulum 2013. Sesuai dengan prinsip pembelajaran bahasa
Indonesia dalam kurikulum tersebut yakni berbasis teks. Teks anekdot menjadi
salah satu teks yang wajib dipelajari siswa. Hanya saja teks anekdot baru
dikenalkan mulai jenjang SMP.
Teks anekdot ialah sebuah cerita singkat yang menarik karena lucu dan
mengesankan, biasanya mengenai orang penting atau terkenal dan berdasarkan
kejadian yang sebenarnya (Kemendikbud, 2013: 111). Teks anekdot dapat berisi
peristiwa-peristiwa yang membuat jengkel atau konyol bagi partisipan yang
mengalaminya. Munculnya teks anekdot sebagai teks yang diajarkan dalam mata
pelajaran bahasa Indonesia baru disampaikan secara tersurat dalam Kurikulum
2013. Hal tersebut tercantum dalam salah satu kompetensi dasar pada
Kurikulum 2013 yang menyatakan,―Siswa mampu memproduksi teks anekdot
yang koheren sesuai dengan karakteristik teks yang akan dibuat, baik secara
lisan maupun tulisan‖. Untuk tercapainya kompetensi dasar itu, siswa harus
terampil dalam menulis, khususnya menulis teks anekdot. Dalam keterampilan
4
menulis, siswa dituntut untuk menguasai kosakata, pengetahuan, dan
pengalaman agar dapat menyampaikan gagasan-gagasan dengan baik kepada
pembaca. Kartono (2009:17) menyatakan bahwa menulis adalah proses
menuangkan pikiran dan menyampaikan.
Model pembelajaran berbasis proyek (PBP) adalah model pembelajaran
yang melibatkan siswa secara langsung dalam proses pembelajaran melalui
kegiatan penelitian untuk mengerjakan dan menyelesaikan suatu proyek tertentu,
proyek (project based learning) adalah sebuah model pembelajaran yang
menggunakan proyek (kegiatan) sebagai inti pembelajaran. Dalam kegiatan ini,
siswa melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, dan sintesis informasi untuk
memperoleh berbagai hasil belajar (pengetahuan, keterampilan, dan sikap).
Melalui pembelajaran berbasis proyek, peserta didik akan melakukan
eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintesis, dan informasi untuk menghasilkan
berbagai bentuk hasil belajar. Pembelajaran berbasis proyek diterapkan untuk
memotivasi siswa lebih aktif dan berinisiatif untuk memperoleh hal-hal yang
mereka inginkan baik pada sisi pengetahuan, pemahaman, dan keterampilannya.
Pembelajaran menulis teks anekdot akan lebih kreatif dan aktif, apabila guru
memberikan banyak proyek atau tugas pada siswa. Pembelajaran berbasis
proyek memiliki potensi besar untuk membuat pengalaman belajar yang lebih
menarik dan bermanfaat bagi peserta didik.
Guru hanya sebagai fasilitator, mengevaluasi produk hasil kerja peserta
didik yang ditampilkan dalam hasil proyek yang dikerjakan. Dalam pembelajaran
berbasis proyek, guru harus menekankan pada pendekatan saintifik agar peserta
5
didik terdorong lebih aktif dalam belajar. Misalnya pada materi menulis teks
anekdot, guru mengarahkan siswa dengan memberi tugas untuk mencari contoh
teks anekdot, kemudian siswa akan merombaknya dengan mengganti subjek atau
tokohnya menjadi subjek atau tokoh yang dekat dengan sekitarnya.
Salah satu strategi pembelajaran yang dapat membantu siswa agar memiliki
kreativitas berfikir, pemecahan masalah, dan interaksi serta membantu dalam
penyelidikan yang mengarah pada penyelesaian masalah- masalah nyata adalah
project-based learning (PBL) atau pembelajaran berbasis proyek (Thomas, 1999).
Project-based learning dapat menstimulasi motivasi, proses, dan meningkatkan
prestasi belajar siswa dengan menggunakan masalah-masalah yang berkaitan
dengan mata kuliah tertentu pada situasi nyata.
Masalah-masalah dalam pengajaran puisi tersebut menyebabkan
pembelajaran menulis anekdot dianggap oleh siswa sesuatu yang cukup sulit,
sehingga motivasi pembelajaran menulis anekdot sangat minim. Akibatnya, pada
pelaksanaan pembelajaran menulis anekdot, siswa kurang aktif dalam
pembelajaran menulis puisi, siswa kesulitan berimajinasi untuk menemukan ide,
menentukan diksi, memulai menulis dan mengembangkan ide utama yang akan
menjadi pondasi untuk topik yang menjadi pilihan mereka.
Hasil wawancara dan pengamatan awal pada Desember 2019
menunjukkan bahwa kemampuan menulis kreatif anekdot siswa kelas VII SMP
Negeri 3 Sungguminasa masih rendah. Dampak nyata dari masalah tersebut adalah
rata-rata hasil belajar siswa dalam menulis puisi secara klasikal belum mampu
mencapai angka 75 sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah
6
dirumuskan. Diketahui bahwa salah satu faktor yang menghambat pelaksanaan
pembelajaran menulis anekdot adalah daya imajinasi yang terpasung. Kreatifitas
dan daya imajinasi mereka dibatasi dalam ruang, sehingga kurang mampu
mengeksplorasi daya imajinasi yang dimilikinya, kurang mampu menuangkan
daya imajinasi ekspresi jiwanya secara bebas terbuka dan bertanggung jawab
dalam bentuk teks anekdot.
Salah satu hal yang menarik dalam metode project-based learning penting
untuk diterapkan adalah ditunjukkan oleh beberapa penelitian yang
mendahuluinya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 90% siswa yang mengikuti
proses belajar dengan implementasi project-based learning yakin dan optimis
dapat mengimplementasikan project-based learning dalam dunia kerja serta
dapat meningkatkan prestasi akademiknya Berdasarkan uraian latar belakang di
atas maka termotivasi untuk melakukan penelitian dengan judul, ―Peningkatan
Keterampilan Menulis Anekdot Melalui Penerapan Model Pembelajaran Berbasis
Proyek (PBP) Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Sungguminasa.
B. Rumusan Masalah
Permasalahan yang muncul berkaitan dengan batasan masalah di atas
dapat dirumuskan sebagai berikut.
1. Bagaimana proses perencanaan menulis anekdot melalui penerapan model
pembelajaran berbasis proyek (PBP) siswa kelas VII SMP Negeri 3
Sungguminasa?
2. Bagaimana proses pembelajaran menulis anekdot melalui penerapan model
7
pembelajaran berbasis proyek (PBP) siswa kelas VII SMP Negeri 3
Sungguminasa?
3. Bagaimana mengevaluasi penulisan teks anekdot melalui penerapan model
pembelajaran berbasis proyek (PBP) siswa kelas VII SMP Negeri 3
Sungguminasa?
B. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini, adalah
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui proses perencanaan menulis anekdot melalui penerapan
model pembelajaran berbasis proyek (PBP) siswa kelas VII SMP Negeri 3
Sungguminasa.
2. Untuk mengetahui proses pembelajaran menulis anekdot melalui penerapan
model pembelajaran berbasis proyek (PBP) siswa kelas VII SMP Negeri 3
Sungguminasa.
3. Untuk mengetahui hasil evaluasi kegiatan menulis anekdot melalui penerapan
model pembelajaran berbasis proyek (PBP) siswa kelas VII SMP Negeri 3
Sungguminasa.
C. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini, diharapkan memberikan manfaat untuk
meningkatkan keterampilan siswa kelas VII SMP Negeri 3 Sungguminasa dengan
menerapkan model pembelajaran berbasis proyek.
1. Bagi guru
Penerapan model pembelajaran berbasis proyek (PBP) dalam pembelajaran
8
menulis teks anekdot diharapkan mampu menjadi alternatif strategi untuk
membantu guru meningkatkan keterampilan menulis anekdot siswa sehingga
kompetensi menulis siswa meningkat.
2. Bagi siswa
Model pembelajaran berbasis proyek (PBP) ini menyesuaikan dengan
kondisi siswa dalam belajar sehingga siswa lebih mudah menangkap dan
memahami pelajaran. Di samping itu, dapat meningkatkan keterampilan dalam
memproduksi anekdot dan membangkitkan semangat siswa bahwa menulis itu
menyenangkan.
3. Bagi sekolah
Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran Bahasa
Indonesia di kelas dalam pencapaian tujuan pendidikan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Penelitian yang Relevan
a. Sartianti Ayu 2012 dengan judul Peningkatan keterampilan menulis anekdot
melalui penerapan model pembelajaran berbasis proyek (PBP) siswa kelas VII
SMP negeri 1 Sukasada pada siklus I dari 25 orang siswa yang tuntas 15
dan tidak tuntas 10 orang atau ketuntasan 60% , siklus II tuntas 24 orang
dan 1 orang tidak tuntas atau 96% jadi disimpulkan bahwa hasil pada
penelitian ini dikatakan meningkat.
b. Sastri Desy 2013 dengan judul Peningkatan keterampilan menulis anekdot
melalui penerapan model pembelajaran berbasis proyek (PBP) siswa kelas VII
SMP negeri 1 Sukasada pada siklus I dari 28 orang siswa yang tuntas 14
dan tidak tuntas 14 orang atau ketuntasan 50% , siklus II tuntas 27 orang
dan 1 orang tidak tuntas atau 96,4% jadi disimpulkan bahwa hasil pada
penelitian ini dikatakan meningkat.
c. Faisal Sukadana 2014 dengan judul Peningkatan keterampilan menulis
anekdot melalui penerapan model pembelajaran berbasis proyek (PBP) siswa
kelas VII SMP negeri 1 Singosari pada siklus I dari 24 orang siswa yang
tuntas 13 dan tidak tuntas 11 orang atau ketuntasan 54,1%, siklus II
tuntas 23 orang dan 1 orang tidak tuntas atau 95,3% jadi disimpulkan bahwa
hasil pada penelitian ini dikatakan meningkat.
Berdasarkan penelitian relevan di atas hanya meneliti tingkat kemampuan
9
10
hasil menulis anekdot sedangkan penelitian yang akan dilaksanakan yakni
meneliti aktivitas belajar dan kemampuan menulis anekdot
2. Hakikat Menulis
Menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang
menggambarkan suatu bahasa, agar dapat dipahami oleh seseorang sehingga orang
lain dapat membaca lambang-lambang grafik itu (Tarigan, 2008:20). Seringkali
lambang atau grafik tersebut perlu didefinisikan agar dapat dipahami oleh semua
kalangan yang melihatnya.
Pada dasarnya menulis adalah upaya untuk mengkomunikasikan gagasan,
ide, pikiran, pendapat, opini, dan lain sebagainya. Media tulis memiliki bentuk
yang bermacam seperti: surat, koran, majalah, selebaran, jurnal, buku, dan
sejenisnya. Hal serupa diperkuat oleh pendapat Alwasilah (2008:83) bahwa
menulis merupakan rutinitas sehari-hari manusia sebagai upaya mengikat ilmu
agar tidak hanya terbang ke awan khilafan. Tabroni (2007:12), menyatakan bahwa
penulis adalah pelaku komunikasi yang sedang terlibat dalam proses penyampaian
pesan lewat media tulis.
Demikian pula, Sumarmo (1989: 7) mengemukakan, bahwa ―menulis adalah
mengungkapkan bahasa dalam bentuk simbol gambar.‖ Berdasarkan kedua
batasan di atas, dapat dinyatakan bahwa ada beberapa komponen menulis , yaitu
menulis adalah bentuk komunikasi, menulis adalah menggambarkan pikiran,
perasaan, dan ide menggunakan media visual.
Menulis pada hakekatnya menyampaikan ide atau pesan dengan
menggunakan lambang grafik (tulisan) kepada orang lain. Dalam kegiatan
11
menulis seseorang juga dituntut untuk menguasai komponen-komponen tulisan
yang meliputi isi (materi) tulisan, organisasi tulisan, kebahagiaan, (kaidah
bahasa tulis), gaya penulisan, dan mekanisme tulisan (Mulyati, 2002). Menulis
adalah rangkaian proses berpikir. Proses berpikir berkaitan erat dengan kegiatan
penalaran. Penalaran yang baik dapat menghasilkan tulisan yang baik pula,
bahkan tempat penalaran tidak akan ada pengetahuan yang benar, Syafi’ie (1988 :
182) mengemukakan bahwa salah satu substansi retorika menulis adalah
penalaran yang baik. Dalam hal ini, berari untuk menghasilkan kesimpulan yang
benar harus dilakukan penalaran secara cermat dengan berdasarkan pikiran yang
logis. Penalaran yang salah akan menuntun kepada kesimpulan yang salah.
Menulis merupakan proses pengungkapan ide atau gagasan, pikiran,
pengalaman, perasaan dengan menggunakan bahasa sebagai medianya. Hal-hal-
hal yang dikemukakan dalam tulisan bersumber dari pengalaman pribadi,
pengalaman orang lain, atau dari membaca buku. menulis seperti halnya
berbicara, merupakan keterampilan berbahasa yang produktif dan ekspresif.
Perbedaannya, kegiatan menulis merupakan satu keterampilan berbahasa yang
dapat menggunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap
muka dengan orang lain (tidak langsung), sedangkan berbicara merupakan tatap
muka (langsung) (Tarigan, 2002).
Secara konseptual, para ahli mengemukakan batasan menulis antara laian
sebagai berikut Tarigan (1994:21) menyatakan bahwa, ‖Menulis adalah
menurunkan atau menuliskan lambang-lambang grafen yang menggambarkan
suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca
12
lambang-lambang grafen tersebut, jika mereka memahami bahasa atau gambaran
grafen itu.‖ Selanjutnya Enre (1994:5) memberikan pengertian bahwa: ‖Menulis
merupakan kegiatan yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak
langsung.‖
Tarigan (1994) mengemukakan bahwa keterampilan menulis merupakan
keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak
langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain, sedangkankegiatan menulis
merupakan kegiatan penyampaian pesan dengan menggunakan tuloisansebagai
medianya. Pesan yang dimaksud berupa isi atau muatan yang terkandung dalam
suatu tulisan. Tulisan merupakan sistem komunikasi antar manusia yang
menggunakan lambang-lambang yang dapat dilihat dan disepakati pemakaiannya.
Jadi menulis merupakan kegiatan produktif dan ekspresif.
Akhadiah, dkk., (1995) menjelaskan bahwa pemerolehan keterampilan
menulis dilakukan melalui proses karena hal ini merupakan kegiatan yang
produktif. Sebagai suatu proses, merupakan suatu rangkaian aktivitas yang terjadi
dari beberapa tahap, yaitu pramenulis, menulis, dan revisi. Selanjutnya dikatakan
bahwa dalam kegiatan menulis ini seseorang penulis harus memanfaatkan
pengetahuan tentang struktur bahasa, kosakata, dan pengetahuan yang mendukung
tulisannya.
Munirah (2015:2) mengungkapkan bahwa menulis merupakan kegiatan
yang memunyai beberapa komponen mulai dari hal yang sederhana, seperti
memilih kata, merakit kalimat, sampai ke hal-hal yang rumit, yaitu merakit
13
paragraf sampai menjadi sebuah wacana yang utuh.Di samping itu, penulis harus
juga kreatif dalam menyampaikan gagasan yang segar bagi pembaca setianya.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa
menulis adalah pengungkapan pikiran dan perasaan melalui tulisan. Tentu saja
tulisan yang dipakai harus dipahami dan merupakan kesepakatan pemakai bahasa.
3. Manfaat Menulis
Bagi sebagian besar orang, menulis adalah aktifitas yang membosankan.
Namun, pada hakikatnya menulis adalah aktifitas yang sangat menyenangkan
ketika dilakukan oleh siapa pun dan di mana pun. Hal tersebut dikarenakan,
menulis mampu menciptakan gagasan dan kreativitas yang baik. Selain itu,
menulis dapat memberikan manfaat ganda yang menggairahkan, seseorang dapat
menularkan ide yang bermanfaat kepada khalayak luas. Tabroni (2007: 51)
mengungkapkan bahwa tulisan dapat dijadikan sebagai sarana untuk menyalurkan
aspirasi dan uneg-uneg kepada pemerintah atau siapa saja yang dapat
membahayakan dan merugikan orang banyak.
Menurut Tarigan (2008: 6), setiap jenis tulisan mengandung beberapa tujuan
yang beraneka ragam, bagi penulis yang belum berpengalaman ada baiknya
memperhatikan beberapa kategori di bawah ini.(1) Memberitahukan atau
mengajar; (2) Meyakinkan atau mendesak; (3) Menghibur atau menyenangkan; (4)
Mengutarakan atau mengekspresikan perasaan dan emosi yang berapi-api.
Pengertian maksud dan tujuan menulis (the writer’s intention), adalah
respon atau jawaban yang diharapkan oleh penulis dari pembaca‖. Berdasarkan
batasan ini, dapatlah dikatakan bahwa pertama, tulisan yang bertujuan untuk
14
memberitahukan atau mengajar disebut wacana informatif (informative
discourse). Kedua, tulisan yang bertujuan untuk meyakinkan atau mendesak
disebut wacana persuasif (persuasive discourse). Ketiga, tulisan yang bertujuan
untuk menghibur mengandung tujuan estetik disebut tulisan literer (wacana
kesastraan atau literary discourse). Keempat, tulisan yang mengekspresikan
perasaan dan emosi yang kuat atau berapi-api disebut wacana ekspresif
(expressive discourse) (Tarigan, 2008: 6).
4. Kriteria tulisan yang baik
Menurut Thomkins (1990), untuk mengukur kriteria tulisan yang baik, hal-
hal yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut:
a. Kesesuaian topik yang meliputi: (1) relevansi, dan (2) akurasi.
b. Kesesuaian antarparagraf yang meliputi: (1) pengaruh terhadap pembaca, (2)
kerekatan, argumen, dan butir (3) mudah dimengerti, (4) informasi diatur
dengan terstruktur, (5) hubungan antarkalimat berjalan dengan lembut, (6)
menukik langsung ke persoalan, (7) ide logis, dan (8) ide dan bukti relevan satu
dengan yang lain.
c. Perolehan kata dan rangkaian kalimat yang meliputi: (1) tidak ada kesalahan
‖spelling‖, (2) formasi kata teratur dengan baik, (3) pilihan kata bervariasi,
dan (4) model kalimat bervariasi.
Sedangkan menurut Enre (1994:5) tulisan yang baik memiliki ciri-ciri,
yaitu: (1) tulisan yang baik selalu bermakna; tulisan yang baik harus mampu
menyatakan sesuatu yang mempunyai makna bagi seseorang dan memberikan
bukti terhadap apa yang dikatakan itu, (2) tulisan yang baik selalu jelas; sebuah
15
tulisan dapat disebut jelas jika pembaca yang kepadanya tukisan itu ditunjukkan
dapat membacanya dengan kecepatan yang tetap dan menangkap maknanya
sesudah ia berusaha dengan cara yang wajar, (3) tulisan yang baik selalu padu dan
utuh; sebuah tulisan dikatakan padu dan utuh jika pembaca dapat mengikutinya
dengan mudah karena ia diorganisasikan dengan jelas menurut suatu perencanaan
dan karena bahagian-bahagiannya dihubungkan satu dengan lainnya, baik dengan
perantaraan pola yang mendasarinya atau dengan kata atau frasa penghubung, (4)
tulisan yang baik selalu ekonomis; penulis yang baik selalu tidak akan
membiarkan waktu pembaca hilang dengan sia-sia, sehingga ia akan membuang
semua kata yang berlebihan dari tulisannya.
Seorang penulis yang ingin mengikat perhatian pembacanya harus berusaha
terus untuk menjaga agar karangannya padat dan lurus ke depan, (5) tulisan yang
baik selalu mengikuti kaidah gramatika; di sini biasa juga disebut tulisan yang
menggunakan bahasa yang baku, yaitu bahasa yang dipakai oleh kebanyakan
anggota masyarakat yang berpendidikan dan mengharapkan orang lain juga
menggunakannya dalam komunikasi formal dan informal khususnya dalam
bentuk tulisan, (6) penyaksian akhir; tulisan dikatakan mantap atau kuat jika
penulis memilih kata-kata yang menunjukkan kepada pembaca apa yang terjadi
melalui gambaran yang jelas dengan menggunakan contoh-contoh dengan
perbandingan yang menggugah, kongkrit, langsung dan efisien. Keperibadian
penulis muncul dari tulisannya, sehingga menjadikan pembaca merasakan dan
berusaha mengkonfirmasikan ide-ide dan informasi yang terdapat dalam tulisan
yang dibacanya.
16
Menurut Nursisto (2000:49) ciri-ciri karangan yang baik adalah: (1) berisi
hal-hal yang bermanfaat, (2) pengungkapan jelas, (3) penciptaan kesatuan dan
pengorganisasian, (4) efektif dan efisien, (5) ketepatan penggunaan bahasa, (6)
ada variasi kalimat, (6) vitalitas, (7) cermat, dan (8) objektif.
5. Menulis sebagai suatu proses
Kegiatan menulis merupakan keterampilan mekanis yang dapat dipahami
dan dipelajari. Menulis sebagai suatu proses terdiri dari beberapa tahapan. Nursito
(2000). menguraikan lima tahapan menulis, yaitu pramenulis, siswa diberi
kesempatan menentukan apa yang akan ditulis, tujuan menulis dan kerangka
tulisan, setelah siswa menentukan apa yang akan ditulis dan sistimatika tulisan,
siswa mengumpulkan bahan-bahan tulisan dengan menggunakan buku-buku dan
sumber lainnya untuk memudahkan dalam penulisan.
Pengendrapan, siswa dibimbing menuangkan gagasan, pikiran, dan
perasaannya dalam bentuk draf kasar. Pada tahap perbaikan, siswa merevisi
drafan yang telah disusun. Siswa dapat meminta bantuan guru maupun teman
sekelompok untuk membantu dan mempertimbangkan gagasan yang
dikemukakan. Pada tahap penyuntingan, siswa dilatih untuk memperbaiki aspek
mekanis (ejaan, tanda baca, pilihan kata, dan struktur kalimat) yang tidak sesuai
dengan kaidah penulisan. Hal ini dilakukan guna memperbaiki karangan sendiri
maupun teman kelompok atau teman sekelas. Pada tahap publikasi siswa
menyampaikan tulisan kepada teman sekelas untuk meminta masukan dari guru
dan teman sekelas, agar mereka dapat berbagi informasi sehingga tulisan menjadi
sempurna.
17
Menulis merupakan proses kreatif. Proses itu mulai munculnya ide dalam
benak penulis, menangkap dan menuangkan ide tersebut, mematangka ide tersebut
dan menatanya dan diakhiri dengan menuliskan ide tersebut dalam bentuk tulisan.
Penulis yang mampu menghasilkan tulisan sebenarnya hanyalah kebiasaan
saja. Karena terlalu seringnya proses tersebut dilakukannya, maka setiap kali
melakukan proses kreatif, seolah-olah proses tersebut berlangsung begitu cepat
dan singkat. Namun pada dasarnya, tahapan proses tersebut tetap dilakukannya,
hanya saja tahap yang satu dengan tahap yang berikutnya begitu berhimpitan
(Tarigan, 1985).
Cepat lambat proses kreatif berlangsung sangat bergantung pada tingkat
keterampilan penulis, semakin lama proses tersebut berlangsung. Sebaliknya,
semakin tinggi tingkat keterampilan seorang penulis semakin cepat proses
tersebut berlangsung.
Kreativitas dapat diartikan (1)Kreativitas dapat diartikan sebagai prilaku
yang berbeda dari prilaku umum. Misalnya, Khairil Anwar yang menetapkan
puisi-puisi ekspresif dengan aturan lirik dan bait yang longgar. (2) Kreativitas
merupakan kecenderungan jiwa (seseorang) untuk menciptakan sesuatu yang
baru/lain dari umum. Kecenderungan ini memacu tumbuhnya ide-ide baru.
Misalnya, Rianto mengangkat cerita Maling Kundang yang lain menyimpang dari
versi cerita yang berkembang selama ini. Akan tetapi, ternyata para kritikus Sastra
menganggap itu sebagai sesuatu yang kreatif dan bermakna. (3)Kreatif merupakan
bentuk pikiran yang cenderung menentang arus.
18
Orang yang kreatif menyukai hal-hal yang rumit dan selalu berusaha
menemukan sesuatu yang belum pernah ditemukan orang lain. Misalnya,
pemerintah Indonesia terus berusaha meningkatkan pemanfaatan air sungai untuk
berbagai keperluan (4) Kreativitas bisa mengacu kepada pengertian hasil yang
baru, berbeda dengan yang pernah ada. Misalnya, puisi Sutardji didominasi
permainan bunyi yang banyak dikritisi oleh penyair saat itu. Akan tetapi, pada
akhirnya karya Sutardji diakui sebagai karya yang membawa perubahan di
Indonesia.
6. Tahap kegiatan menulis
Secara umum kegiatan menulis yang dilakukan sesungguhnya merupakan
suatu kegiatan tunggal jika yang ditulis hanyalah tulisan sederhana, pendek, dan
bahasanya sudah dikuasai. Akan tetapi, sebenarnya jika diamati secara cermat
kegiatan menulis adalah suatu proses. Artinya, kegiatan itu melalui tiga tahap
yaitu tahap prapenulisan, tahap penulisan dan tahap revisi.
a) Tahap Prapenulisan
Tahap prapenulisan merupakan tahap persiapan menulis. Yang pertama
dilakukan adalah menentukan topik tulisan. Kemudian, membatasi topik itu jika
masih luas. Dengan membatasi topik sebenarnya menentukan tujuan. Selanjutnya
bahan penulisan dan sumbernya. Hal yang tidak boleh dilupakan adalah menyusun
kerangka tulisan
Penyusunan kerangka tulisan merupakan kegiatan terakhir pada tahap
prapenulisan masuk ke tahapan menulis yang sebenarnya. Untuk itu, perlu untuk
menilai kembali persiapan yang sudah dibuat dengan mengajukan pertanyaan-
19
pertanyaan mengenai penulisan tujuan, kelengkapan kerangka, kelogisan kerangka
dan sebagainya.
b) Tahap penulisan
Pada tahap ini, penulis membahas setiap butir topik yang ada dalam
kerangka tulisan yang disusun. Hal ini berarti bahwa hendaknya menggunakan
bahan-bahan yang sudah diklasifikasi. Kadang-kadang pada saat ini disadari
bahwa masih diperlukan bahan lain. Dalam pengembangan gagasan menjadi suatu
tulisan yang utuh diperlukan bahasa.
Itulah sebabnya, seorang penulis harus mampu memilih kata dan istilah
yang tepat sehingga dapat dipahami oleh pembaca. Kata-kata itu harus
dirangkaikan menjadi kalimat-kalimat yang efektif. Selanjutnya, kalimat-kalimat
harus disusun menjadi paragraf yang memenuhi persyaratan. tetapi itu saja belum
cukup, tulisan harus menggunakan ejaan yang berlaku dan disertai tanda baca
yang tepat.
c) Tahap revisi
Jika sudah selesai, tulisan yang dibuat dibaca kembali. Tulisan tersebut
perlu direvisi (diperbaiki, dikurangi, atau diperluas) sebenarnya revisi sudah
dilakukan pada tahap penulisan berlangsung, revisi yang dilakukan pada tahap ini
adalah revisi secara menyeluruh sebelum naskah ini diketik.
Pada tahap ini biasanya penulis meneliti secara menyeluruh mengenai,
sistematika penulisan, ejaan tanda baca, pilihan kata, hubungan antar kalimat
dalam paragraf, dan hubungan antar paragraf dalam karangan, jika tidak ada lagi
yang kurang memenuhi persyaratan, maka selesailah tulisan tersebut.
20
7. Hakikat Menulis Teks Anekdot
Anekdot merupakan salah satu jenis humor. Anekdot kadang sering
dianggap sebagai humor itu sendiri. Oleh karena itu, uraian mengenai humor juga
menjelaskan tentang anekdot. Secara konsep anekdot adalah sebuah cerita singkat
dan lucu atau menarik, yang mungkin menggambarkan kejadian atau orang
sebenarnya. [Anekdot bisa saja sesingkat pengaturan dan provokasi dari
sebuah kelakar. Anekdot selalu disajikan berdasarkan pada kejadian
nyata melibatkan orang-orang yang sebenarnya, apakah terkenal atau tidak,
biasanya di suatu tempat yang dapat diidentifikasi. Namun, seiring waktu,
modifikasi pada saat penceritaan kembali dapat mengubah sebuah anekdot
tertentu menjadi sebuah fiksi, sesuatu yang diceritakan kembali tapi "terlalu bagus
untuk nyata".
Terkadang menghibur, anekdot bukanlah lelucon, karena tujuan utamanya
adalah tidak hanya untuk membangkitkan tawa, tetapi untuk mengungkapkan
suatu kebenaran yang lebih umum daripada kisah singkat itu sendiri, atau untuk
melukiskan suatu sifat karakter dengan ringan sehingga ia menghentak dalam
kilasan pemahaman yang langsung pada intinya.
Istilah anekdot telah muncul dalam pembelajaran bahasa Inggris kurikulum
2004. Tersebut dalam kurikulum 2004 bahwa jenis anekdot telah dipelajari sejak
kelas VIII Sekolah Menengah Pertama. Kurikulum tersebut menyatakan bahwa
anekdot bertujuan untuk menceritakan suatu kejadian yang tidak biasa dan lucu.
Sementara itu munculnya teks anekdot sebagai teks yang diajarkan dalam mata
21
pelajaran Bahasa Indonesia baru disampaikan secara tersurat dalam Kurikulum
2013.
Berdasarkan paradigma kurikulum 2013 yang mencanangkan pembelajaran
bahasa berbasis teks, siswa sudah dituntut mampu mengonsumsi dan
memproduksi teks. Selain teks sastra non-naratif itu, hadir pula teks cerita naratif
dengan fungsi sosial berbeda. Perbedaan fungsi sosial tentu terdapat pada setiap
jenis teks, baik sastra maupun nonsastra, yaitu faktual dan tanggapan. Teks
anekdot dapat juga digunakan untuk mengkritik pihak lain dan suatu sistem
tertentu.
Ada berbagai pendapat tentang teks anekdot. Akan tetapi, berdasarkan
semua pendapat terdapat satu hal yang para ahli sepakati bahwa anekdot memuat
hal yang bersifat humor atau lucu. Menurut Wachidah (2004:1) jika dilihat dari
tujuannya untuk memaparkan suatu kejadian atau peristiwa yang telah lewat
anekdot mirip dengan teks recount. Dananjaja (2001: 11) berpendapat bahwa
anekdot adalah kisah fiktif lucu pribadi seorang tokoh atau beberapa tokoh yang
benar-benar ada.
Pengalaman yang tidak biasa tersebut disampaikan kepada orang lain
dengan tujuan untuk menghibur si pembaca. Teks Anekdot disebut pula dengan
cerita jenaka. Pada umumnya teks anekdot terdiri dari lima bagian atau struktur
generik. Lima bagian tersebut antara lain abstract, orientation, crisis, reaction,
dan coda (Gerot dan Wignell dalam Wachidah, 2004: 10).
Berikut penjelasan tentang struktur anekdot. (1) Abstraksi disebut juga
dengan pembukaan dan berisi pokok pikiran utama. (2) Orientasi berfungsi untuk
22
membangun konteks yang berisi kalimat penjelas dari absraksi. (3) Krisis
dimaknai sebagai saat terjadinya ketidakpuasan atau kejanggalan. (4) Reaksi
berkenaan dengan tanggapan. (5) Koda atau penutup.
Menurut buku Bahasa Indonesia Kurikulum 2013, kaidah isi dan bahasa
teks anekdot memuat, (1) partisipan, (2) unsur lucu (3) sindiran yang diungkapkan
dengan pengandaian, (4) konjungsi yang menyatakan urutan peristiwa. Untuk
memahami atau menganalisis makna sebuah anekdot memerlukan kemampuan
dalam memahami makna kata, istilah, dan ungkapan.
Wijana (1995: 24) menuturkan bahwa teks humor adalah teks atau wacana
bermuatan humor untuk bersenda gurau, menyindir, atau mengkritik secara tidak
langsung segala macam kepincangan atau ketidakberesan yang tengah terjadi di
masyarakat penciptanya. Dengan demikian, teks anekdot merupakan cerita narasi
ataupun percakapan yang lucu dengan berbagai tujuan, baik hanya sekadar
hiburan atau senda gurau, sindiran, atau kritik tidak langsung. Pada akhirnya tidak
menutup kemungkinan bahwa segala sesuatu yang ada di dunia ini berpotensi
untuk dijadikan sebagai bahan lelucon.
8. Pembelajaran Menulis Anekdot
Menurut Sudjana (2000: 6), mengajar adalah proses memberikan bantuan
atau bimbingan kepada anak didik dalam melakukan proses belajar. Konsep
tentang mengajar merupakan satu rangkaian dengan konsep yang berbeda.
Pemahaman tentang belajar adalah menunjuk pada apa yang harus dilakukan
seseorang sebagai subjek yang menerima pelajaran, sedangkan mengajar
menunjuk pada apa yang harus dilakukan oleh guru sebagai pengajar. Dalam
23
konsep tersebut, tersirat bahwa peran guru adalah pemimpin belajar dan fasilitator
belajar mengajar bukanlah kegiatan menyampaikan pelajaran melainkan suatu
proses pembelajaran siswa.
Aktifitas mengajar adalah proses yang terjadi pada guru, sedangkan belajar
adalah proses yang terjadi pada siswa. Pada umumnya, antara mengajar dan
belajar memiliki proses yang berbeda. Keduanya terikat pada tujuan akhir yang
sama, yaitu bagaimana agar terjadi perubahan yang optimal pada diri siswa.
Konteks semacam ini, mengungkapkan bahwa mengajar adalah perbuatan guru
untuk menciptakan situasi kelas dan persiapan siswa dalam melakukan proses
belajar. Keefektifan belajar mengajar sangat ditentukan bagaimana terjadi
interaksi yang dinamis antara mengajar dan belajar.
Menurut Sunendar (2009: 67), istilah pembelajaran dipakai untuk
menunjukan proses yang menekankan pada pola interaksi antara guru dan siswa
yaitu interaksi antara kegiatan mengajar dan kegiatan belajar. Pembelajaran di
dalamnya mencakup proses mengajar, berisi serangkaian perbuatan guru untuk
menciptakan situasi kelas yaitu proses belajar yang berisi perbuatan siswa untuk
menghasilkan perubahan pada diri siswa sebagai akibat dari kegiatan berlajar
mengajar. Proses belajar mengajar adalah interaksi antara manusia, sumber daya
dengan lingkungannya. Proses belajar mengajar, merupakan proses yang tersusun
secara teratur yang mampu mengubah kemampuan siswa dari satu tingkatan
ketingkatan lain yang lebih baik.
Hasil proses belajar mengajar dapat dicapai secara maksimal apabila
komponen-komponen yang berinteraksi dapat berfungsi secara optimal. Perlu
24
diupayakan terciptanya situasi kelas yang memungkinkan berlakunya hal tersebut.
Situasi kelas yang memotivasi dapat memperbaiki proses belajar dan perilaku para
siswa. Siswa yang termotivasi untuk belajar akan tertarik dengan berbagai tugas
belajar yang sedang dikerjakan. Dengan demikian, guru hendaknya mampu
menciptakan lingkungan belajar yang dapat memberikan rangsangan atau
tantangan sehingga para siswa tertarik untuk belajar aktif dan kreatif.
Dalam penelitian ini dituliskan proses menulis anekdot untuk siswa kelas
VII SMP Negeri 3 Sungguminasa . Kegiatan menulis anekdot tersebut
membutuhkan pengetahuan kebahasaan, keterampilan berbahasa dan penguasaan
kosakata. Berbekal ketiga itu, siswa diharapkan dapat menghasilkan tulisan yang
baik dengan kriteria antara lain: bermakna, jelas, merupakan kesatuan yang bulat,
singkat, dan padat, serta memenuhi kaidah kebahasaan.
Upaya agar siswa mampu menghasilkan tulisan yang baik, dibutuhkan suatu
pembelajaran menulis yang efektif. Sementara untuk mencapai pembelajaran yang
efektif diperlukan suatu pendekatan yang tepat dan terarah. Salah satu pendekatan
tersebut adalah pendekatan proses.
Hal tersebut dikarenakan pendekatan proses dalam pembelajaran menulis
menitikberatkan pada proses memproduksi suatu tulisan. Sementara guru tidak
hanya mengevalusi hasil akhir tulisan siswa, tetapi juga harus membimbing
siswanya sejak awal perencanaan menulis sampai siswa menghasilkan tulisan.
Adapun aspek penilaian menulis anekdot antara lain isi, organisasi, kosa
kata, penggunaan bahasa, dan mekanik. Untuk lebih jelasnya penilaian tugas
menulis anekdot dengan pembobotan masing-masing unsur yang dikemukakan
25
oleh Hartfield dalam Nurgiyantoro (2012), adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1. Model Penilaian Tugas Menulis Anekdot
Aspek Skor Kriteria S
kor ISI
27—30
Sangat baik—sempurna: lucu, sesuai dengan
topik, relevan dengan topik yang dibahas,
dan kreativitas dalam pengembangan
22—26
Cukup—baik: cukup lucu, menguasai
permasalahan, pengembangan tesis terbatas,
relevan dengan topik, tetapi kurang terperinci,
cukup kreatif.
17—21
Sedang—cukup: sedikit lucu tetapi
penguasaan permasalahan terbatas, substansi
kurang, pengembangan topik tidak
memadai, kurang kreatif.
13—16
Sangat kurang—kurang: tidak lucu,
menguasai permasalahan, tidak relevan; tidak
layak dinilai, cerita tidak tuntas, tidak kreatif.
ORGA-
NISASI 18—20
Sangat baik—sempurna: gagasan terungkap
jelas; tertata dengan baik; urutan logis
(abstraksi, orientasi, krisis, reaksi, koda).
14—17
Cukup—baik: kurang terorganisasi
(abstraksi, orientasi, krisis, reaksi, koda), tetapi
ide utama ternyatakan; pendukung terbatas;
logis, tetapi tidak lengkap
10—13 Sedang—cukup: gagasan kacau atau tidak
terkait; urutan dan pengembangan kurang logis
7—9 Sangat kurang—kurang: tidak terorganisasi;
tidak layak dinilai
KOSA
KATA 22—25
Sangat baik—sempurna: pemanfaatan potensi
kata canggih, pilihan kata, ungkapan tepat, dan
menguasai pembentukan kata.
18—21
Cukup—baik: pemanfaatan kata cukup
canggih,pilihan kata dan ungkapan sesekali
kurang tepat tetapi tidak mengganggu.
26
11—17
Sedang—cukup: pemanfaatan potensi kata
terbatas, sering terjadi kesalahan penggunaan
kosakata dan dapat merusak makna
5—10
Sangat kurang—kurang: pemanfaatan potensi
kata asal-asalan, pengetahuan kosakata rendah,
tidak layak.
PENGGUN
AAN
BAHASA
18-20
Sangat baik—sempurna: konstruksi kompleks
dan efektif. Hanya terjadi sedikit kesalahan
kebahasaan.
14-17
Cukup—baik: konstruksi sederhana, tetapi
efektif; terdapat kesalahan kecil pada
konstruksi kompleks; terjadi sejumlah
kesalahan, tetapi makna tidak kabur.
10-13
Sedang-cukup: terjadi kesalahan serius
dalam konstruksi kalimat, makna
membingungkan atau kabur
7-9
Sangat kurang—kurang: tida menguasai tata kalimat; terdapat banyak
kesalahan; tidak komunikatif; tidak layak
dinilai.
MEKA-NIK
5 Sangat baik—sempurna: menguasai aturan
penulisan; terdapat sedikit kesalahan ejaan,
tanda baca, penggunaan huruf kapital, dan
penataan paragraf
4 Cukup—baik: kadang-kadang terjadi kesalahan
ejaan, tanda baca, penggunaan huruf kapital,
dan penataan paragraf, tetapi tidak
mengaburkan makna
3 Sedang—cukup: sering terjadi kesalahan ejaan,
tanda baca, penggunaan huruf kapital, dan
penataan paragraf; tulisan tangan tidak jelas,
makna membingungkan atau kabur
2 Sangat kurang—kurang: tidak menguasai
aturan penulisan, terdapat banyak kesalahan
ejaan, tanda baca, penggunaan huruf kapital,
dan tidak layak dinilai
9. Model Pembelajaran Berbasis Proyek (PBP) / Project-based learning(PBL)
a. Hakikat model pembelajaran berbasis proyek
27
Pembelajaran berbasis proyek adalah metode pembelajaran yang
menggunakan proyek/kegiatan sebagai media. Peserta didik melakukan
eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintesis, dan informasi untuk menghasilkan
berbagai bentuk hasil belajar. Pembelajaran berbasis proyek merupakan metode
belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan
dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam
beraktivitas secara nyata (Rudi, 2011).
Simkins (2002) mendefenisikan Project-Based Learning is a teaching
model in which students acquire new knowledge and skills in the course of
designing, planning, and producing some product or performance‖. Artinya:
model pembelajaran berbasis proyek model pembelajaran di mana siswa
memperoleh pengetahuan dan keterampilan baru dalam perjalanan merancang ,
perencanaan , dan memproduksi beberapa produk atau kinerja .
Pembelajaran berbasis proyek adalah pemanfaatan proyek dalam proses
belajar mengajar, dengan tujuan memperdalam pembelajaran, di mana siswa
menggunakan pertanyaan-pertanyaan investigatif dan juga teknologi yang relevan
dengan hidup mereka. Proyek-proyek ini juga berfungsi sebagai bahan menguji
dan menilai kompetensi siswa pada mata pelajaran tertentu, bukan dengan
menggunakan ujian tertulis konvensional. Project-based learning berfokus pada
konsep-konsep dan prinsip-prinsip utama (central) dari suatu disiplin, melibatkan
siswa dalam kegiatan pemecahan masalah dan tugas-tugas bermakna lainya,
memberi peluang siswa bekerja secara otonom mengkonstruk belajar mereka
28
sendiri, dan puncaknya menghasilkan produk karya siswa bernilai, dan realistik
(Okudan. Gul E. dan Sarah E. Rzasa, 2004).
Project-based learning merupakan sebuah model pembelajaran yang sudah
banyak dikembangkan di negara-negara maju seperti Amerika Serikat. Jika
diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, project based learning bermakna
sebagai pembelajaran berbasis proyek. Project-based learning adalah sebuah
model atau pendekatan pembelajaran yang inovatif, yang menekankan belajar
kontekstual melalui kegiatan-kegiatan yang kompleks (Cord, 2001). Berbeda
dengan model-model pembelajaran tradisional yang umumnya bercirikan praktik
kelas yang berdurasi pendek, terisolasi/lepas- lepas, dan aktivitas pembelajaran
berpusat pada dosen, maka model project- based learning lebih menekankan pada
kegiatan belajar yang relatif berdurasi panjang, holistik-interdisipliner, perpusat
pada pebelajar, dan terintegrasi dengan praktik dan isu-isu dunia nyata. Dalam
project-based learning siswa belajar dalam situasi problem yang nyata, yang
dapat melahirkan pengetahuan yang bersifat permanen dan mengorganisir proyek-
proyek dalam pembelajaran (Thomas, 2000).
Pembelajaran berbasis proyek adalah suatu pendekatan pendidikan yang
efektif yang berfokus pada kreatifitas berfikir, pemecahan masalah, dan interaksi
antara siswa dengan kawan sebaya mereka untuk menciptakan dan menggunakan
pengetahuan baru. Khususnya ini dilakukan dalam konteks pembelajaran aktif,
dialog ilmiah dengan supervisor yang aktif sebagai peneliti (Berenfeld, 1996;
Marchaim 2001; dan Asan, 2005).
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, project-based learning
29
merupakan strategi pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan faham
pembelajaran konstruktivis yang menuntut peserta didik menyusun sendiri
pengetahuannya (Doppelt, 2003). Konstruktivisme adalah teori belajar yang
mendapat dukungan luas yang bersandar pada ide bahwa siswa membangun
pengetahuannya sendiri di dalam konteks pengalamannya sendiri (Wilson,
1996). Pendekatan project-based learning dapat dipandang sebagai salah satu
pendekatan penciptaan lingkungan belajar yang dapat mendorong siswa
mengkonstruk pengetahuan dan keterampilan secara personal.
Asan (2005) menyebutkan bahwa project-based learning memiliki
karakteristik, yaitu: (a) siswa sebagai pembuat keputusan, dan membuat
kerangka kerja, (b) terdapat masalah yang pemecahannya tidak ditentukan
sebelumnya, (c) siswa sebagai perancang proses untuk mencapai hasil, (d) siswa
bertanggungjawab untuk mendapatkan dan mengelola informasi yang
dikumpulkan, (e) melakukan evaluasi secara kontinu, (f) siswa secara teratur
melihat kembali apa yang mereka kerjakan, (g) hasil akhir berupa produk dan
dievaluasi kualitasnya, dan (h) kelas memiliki atmosfer yang memberi toleransi
kesalahan dan perubahan.
Project-based learning memiliki potensi yang besar untuk membuat
pengalaman belajar yang menarik dan bermakna bagi siswa untuk memasuki
lapangan kerja. Menurut Gaer (1998), di dalam project-based learning yang
diterapkan untuk mengembangkan kompetensi setelah siswa bekerja di
perusahaan, siswa menjadi lebih aktif di dalam belajar, dan banyak keterampilan
yang berhasil dibangun dari proyek di dalam kelasnya, seperti keterampilan
30
membangun tim, membuat keputusan kooperatif, pemecahan masalah kelompok,
dan pengelolaan tim. Keterampilan-keterampilan tersebut besar nilainya ketika
sudah memasuki lingkungan kerja. dan merupakan keterampilan yang sukar
diajarkan melalui pembelajaran tradisional.
b. Langkah-langkah dalam Project-Based Learning
Kegiatan pembelajaran project-based learning bagi tutor menurut
Rosenfeld (2001) terdiri dari: (1) membuat pertanyaan yang akan dijadikan
proyek, (2) memilih pertanyaan utama atau menentukan proyek, (3)
membaca dan mencari materi yang relevan dengan masalah, (4) merancang
masalah, (5) merancang/ metode yang tepat dalam memecahkan masalah, (6)
menulis proyek proposal, (7) implementasi dan membuat dokumen tugas, (8)
analisis data dan membuat simpulan, (9) membuat laporan final, (10)
mempresentasikan proyek final.
Langkah yang lebih singkat untuk setting siswa menurut Gabriella (2000)
dan Thomas (2000) adalah:
1. Pertama persiapan formulasi problem (memilih tema proyek,
membuat pertanyaan, membuat list, membuat defenisi, memilih dan
memutuskan proyek, memformulasi problem dan hipotesis). Ini adalah
tahapan standar pengantar pembelajaran dimana informasi dan jadwal
dibuat siswa berusaha memahami satu sama lain dengan
memperkenalkan diri dan mengumpulkan harapannya di dalam
keseluruhan aktivitas proyek.
2. Kedua integrasi, ini merupkan langkah proses yang terdiri dari
31
sejumlah aktifitas berkenaan dengan persiapan dan langkah penting
pengerjaan suatu proyek. (a) Merancang dan menyiapkan perlengkapan
untuk proyek, menentukan metode, tempat, dan gejala-gejala.(b)
Pembentukan kelompok dan pemilihan proyek: siswa diharapkan
untuk memecahkan permasalahan yang dipilih secara jujur dalam
kelompok kecil.(c) Pengumpulan informasi: presentasi ringkas dan
diskusi proyek individual, yang mendukung pengumpulan berbagai
pandangan atas proyek. (d)Langkah kerja proyek: langkah kerja
merupakan bagian penting dari kerja kelompok. Adapun hal-hal yang
dilihat berkaitan dengan bagaimana motivasi siswa dalam mengikuti
project-based learning, cara siswa dalam melakukan problem-solving,
proses kolaborasi antar siswa dan dosen, serta kemandirian siswa
dalam menyelesaikan proyek-proyek.
3. Ketiga adalah Evaluasi (interpretasi dan membuat perbandingan,
menyimpulkan & membuat laporan proyek). Hal-hal yang disiapkan
dalam PBL: kurikulum, perelengkapan proyek, lingkungan fisik,
lingkungan sosial, dan interaksi aspek-aspek tersebut. Pola ini menunjukan
bentuk aktivitas dalam melakukan penilaian terhadap mahasiswa.
Feedback membantu dosen dalam menafsirkan penguasaan siswa tehadap
proyek yang telah dikerjakannya.
Langkah project-based learning menunjukkan skenario pembelajaran yang
dijalankan. Menurut Waras (2007), skenario pembelajaran berbasis proyek
dalam Jurusan Teknik Mesin pada mata kuliah Teknologi Produksi terdiri dari:
32
1) Tahap 1: identifikasi masalah riil di industri kecil, dalam proses ini siswa
mengkaji proses perancangan mesin dan mengidentifikasi masalah yang
dihadapi industri kecil yang dikunjungi untuk diangkat menjadi mata
proyek.
2) Tahap 2: perumusan strategi/alternatif pemecahan masalah, hasil dari tahap
ini berupa ―artifak‖ produk teknologi yang akan dihasilkan dari proyek ini
untuk memecahkan masalah, yaitu apa mata proyek yang ditetapkan, apa
yang akan dicapai dari proyek ini, produk apa yang akan dihasilkan, dan
bagaimana cara merealisasikannya.
3) Tahap 3: perancangan produk, Pada tahap ini, proposal proyek
dilengkapi dengan rancangan/desain produk berupa alat atau mesin yang
akan dibuat untuk memecahkan masalah. Dalam perencanaan produk ini
siswa melakukan proses kalkulasi dimensi produk, kekuatan bahan, dan
kalkulasi teknik dan biaya yang kemudian ditampilkan dalam gambar kerja.
4) Tahap 4; proses produksi alat/mesin, dalam tahap ini, siswa dalam
kelompok masing-masing melakukan proses produksi alat yang telah
didesain dengan basis pekerjaan menggunakan mesin perkakas. Jadwal dan
prosedur kerja dalam tahap proses produksi dibuat oleh masing-masing
kelompok kerja, termuat di dalam proposal proyek
5) Tahap 5: tahap evaluasi, dalam tahap ini, siswa melakukan uji-coba produk
untuk mengetahui unjuk kerja alat yang dihasilkan, mengetahui kelebihan
dan kelemahannya. Proses uji- coba ini merupakan bentuk self-evaluation
yang menjadi umpan balik bagi unjuk kerja mereka.
33
6) Tahap 6: presentasi, pada tahap ini, dimaksudkan untuk
mengkomunikasikan secara aktual kreasi teknologi yang dapat mengatasi
masalah produksi tertentu. Melalui seminar kelas, setiap kelompok
menampilkan karya mereka. Pada tahap ini, kegiatan akan mendorong
munculnya pertanyaan baru yang dapat memicu munculnya ide-ide
teknologi baru.
Project-based learning sebagai model pembelajaran yang kooperatif dan
akomodatif terhadap kemampuan anak menuju proses berpikir yang bebas dan
kreatif. Implementasi project-based learning ialah pada keikutsertaan pebelajar
dalam memahami realitas kehidupan dari yang konkret sampai yang abstrak.
Realitas kehidupan ini akan menjadi sumber inspirasi dan kreativitas dalam
melakukan analisis dan membangun visi kehidupan. Thomas (2000) berpendapat
bahwa PBL terdiri dari kegiatan sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan Ini adalah tahapan standar pengantar pembelajaran dimana
informasi dan jadwal dibuat. siswa berusaha memahami satu sama lain dengan
memperkenalkan diri dan mengumpulkan harapannya di dalam keseluruhan
aktifitas proyek.
2. Proses PBL Ini adalah tahapan-utama pembelajaran dan terdiri dari sejumlah
aktifitas berkenaan dengan persiapan dan langkah penting pengerjaan suatu
proyek. Tahap ini meliputi: (a) pembentukan kelompok dan pemilihan proyek,
(b) pengumpulan informasi, dan (c) langkah kerja proyek. 3.Tahap Evaluasi
Pola ini menunjukan bentuk aktifitas di dalam melakukan penilaian terhadap
siswa. Feedback membantu guru dalam menafsirkan penguasaan ssiwa tehadap
34
proyek yang telah dikerjakannya. Lebih jelas gambaran proses kerja PBL dapat
dilihat pada gambar di bawah ini
B. Kerangka Pikir
Keterampilan menulis merupakan salah satu kompetensi dalam
pembelajaran bahasa yang cukup sulit dibandingkan dengan kompetensi lainnya.
Keterampilan menulis tidak dapat dimiliki begitu saja, tapi perlu adanya proses
latihan secara terus menerus dan berkesinambungan. Kenyataannya, kondisi
pembelajaran di kelas, siswa kurang mempunyai motivasi dalam belajar
keterampilan menulis. Siswa malas setiap mengikuti pelajaran menulis anekdot,
dan menganggap menulis itu sesuatu yang tidak penting.
Salah satu strategi pembelajaran menulis anekdot yang dapat digunakan
adalah model pembelajaran berbasis proyek (PBP) . Pada model pembelajaran
berbasis proyek (PBP), guru berperan sebagai motivator dan fasilitator. Model
pembelajaran berbasis proyek (PBP) adalah strategi pembelajaran yang pada
intinya membangun dan mengembangkan lingkungan pembelajaran yang positif
dan kondusif. Kondisi kondusif ini merupakan syarat mutlak demi tercapainya
hasil belajar yang maksimal.
Tahapan utama dalam PBP adalah (1) membuat pertanyaan yang akan
dijadikan proyek, (2) memilih pertanyaan utama atau menentukan
proyek, (3) membaca dan mencari materi yang relevan dengan masalah, (4)
merancang masalah, (5) merancang/ metode yang tepat dalam memecahkan
masalah, (6) menulis proyek proposal, (7) implementasi dan membuat dokumen
tugas, (8) analisis data dan membuat simpulan, (9) membuat laporan final, (10)
35
mempresentasikan proyek final.
Jadi, siswalah yang dituntut untuk berperan aktif dalam pembelajaran.
Strategi tersebut sebagai salah satu upaya melakukan variasi, khususnya dalam
pembelajaran di dalam kelas agar siswa tidak merasa bosan dengan model
pembelajaran yang monoton sehingga menghasilkan tulisan teks anekdot sebagai
suatu produk.
ASPEK GURU
Teknik tradisional
(menulis bebas, berdasarkan
kerangka, topik)
Penilaian Hasil Belajar Menulis Teks Anekdot
Hasil Belajar Menulis Teks Anekdot Siswa
Meningkat
Model Pembelajaran Berbasis Proyek (PBP)
KETERAMPILAN MENULIS
Hasil belajar menulis
Anekdok Rendah
rendah
Siklus I dan Siklus II
o Membuat pertanyaan kunci
o Memilih pertanyaan utama
atau menentukan proyek
o Membaca dan mencari materi yang
relevan dengan masalah
o Merancang masalah
o Merancang/ metode yang tepat
dalam memecahkan masalah
proyek proposal,
o Membuat dokumen tugas,
o Analisis data dan membuat
simpulan,
ASPEK Siswa
Kurang Motivasi, kurang
penyaluran kreativitas
36
C. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka pikir yang telah diuraikan di atas, hipotesis
tindakan dalam penelitian ini adalah jika model pembelajaran berbasis proyek
(PBP) diterapkan dalam pembelajaran menulis anekdot dengan benar maka hasil
belajar , siswa kelas VII SMP 3 Sungguminasa akan meningkat.
37
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian tindakan kelas (PTK) yang memiliki
kecenderungan menggunakan penelitian kualitatif. Jenis penelitian ini digunakan
dengan alasan peneliti dapat meningkatkan kemampuan menulis anekdot, meliputi
proses dan hasil pembelajaran, dengan diterapkannya model pembelajaran
berbasis proyek (PBP) . Penelitian melibatkan mahasiswa sebagai peneliti yang
berkolaborasi dengan guru Bahasa Indonesia SMP Negeri 3 Sungguminasa.
Berdasarkan keadaan tersebut, penelitian dengan model pembelajaran
berbasis proyek (PBP) diharapkan dapat membantu siswa untuk menciptakan
sebuah teks anekdot yang baik sekaligus dapat meningkatkan apresiasi terhadap
pembelajaran bahasa khususnya menulis. Desain penelitian tindakan kelas diawali
dengan perencanaan tindakan (planning), tindakan (action), observasi (observe,)
dan refleksi (reflect).
B. Lokasi dan Subjek Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan pada di SMP Negeri 3 Sungguminasa yang
berlokasi di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan 92351.
2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII yang berjumlah 30 siswa.
Sekolah ini dipilih dengan beberapa pertimbangan, antara lain dalam keterampilan
menulis siswanya masih tergolong rendah.
37
38
Penelitian ini dilaksanakan oleh guru mata pelajaran sebagai subjek yang
melaksanakan tindakan pembelajaran, sedangkan yang melakukan pengamatan
adalah mahasiswa peneliti. Waktu perencanaan penelitian dilaksanakan pada
bulan April 2020 karena bertepatan dengan semester ganjil, dimana kompetensi
inti menulis anekdot dilaksanakan.
C. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian tindakan kelas dapat dilaksanakan melalui empat
langkah utama yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Empat
langkah utama yang saling berkaitan itu dalam pelaksanaan penelitian tindakan
kelas sering disebut dengan istilah satu siklus.
1. Perencanaan
Pada tahap perencanaan ini, peneliti bersama dengan kolaborator akan
menetapkan alternatif tindakan yang akan dilakukan dalam upaya peningkatan
keterampilan subjek yang diinginkan melalui tahap berikut:
a) menentukan KD/topik/pokok bahasan,
b) mengembangkan RPP dengan desain PBP,
c) menyiapkan media pembelajaran,
d) menyiapkan instrumen penelitian yang berupa tes, catatan lapangan, angket,
pedoman wawancara, dan alat dokumentasi,
e) mengembangkan format evaluasi.
2. Implementasi tindakan
Implementasi yaitu pelaksanakan KBM sesuai dengan RPP siklus 1 yang
telah dibuat bekerja sama dengan kolaborator. Inti pelaksanaannya adalah
39
pembelajaran menulis teks anekdot siswa kelas VII SMP Negeri 3 Sungguminasa
dengan menggunakan model pembelajaran berbasis proyek (PBP). Langkah yang
akan dilakukan pada implementasi tindakan ini adalah sebagai berikut.
a. Guru menciptakan suasana yang kondusif sebelum memulai pembelajaran
dengan mengatur tata letak tempat duduk.
b. Guru membangun apersepsi siswa tentang menulis teks anekdot. Tujuannya
adalah membawa kesiapan siswa untuk masuk ke materi dengan menyesuaikan
keadaan siswa.
c. Guru memberitahukan prosedur pelaksanaan pembelajaran menulis teks
anekdot dengan menggunakan model pembelajaran genius learning agar siswa
dapat
d. memahami materi yang disampaikan, serta dapat memahami materi tentang
menulis teks anekdot.
e. Siswa memperhatikan guru memberikan materi tentang menulis teks anekdot
pada siswa, sehingga siswa dapat mengerti tentang ruang lingkup penulisan.
f. Siswa dapat bertanya apabila merasa belum paham terhadap materi yang
disampaikan oleh guru.
g. Siswa berlatih menulis teks anekdot, dengan tema yang telah ditentukan, dari
pengalaman mereka.
h. Guru bersama mahasiswa peneliti menilai isi, proses, dan hasil menggunakan
strategi ini.
i. Pada akhir pembelajaran, guru merefleksi kegiatan pembelajaran yang telah
berlangsung. Refleksi ini bertujuan agar siswa dapat mengevaluasi kegiatan
40
pembelajaran sehingga dapat diperbaiki pada siklus II.
3. Observasi
Pengamatan akan dilakukan terhadap pelaksanaan tindakan dengan
menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan pada tahap perencanaan.
Berikut hal-hal yang dilakukan mahasiswa peneliti saat proses pembelajaran
berlangsung.
a. Mengamati segala yang dilakukan siswa di dalam kelas yang berkaitan
dengan kegiatan menulis teks anekdot pada siswa dengan menerapkan
metode sebelumnya.
b. Mengamati guru, bagaimana guru memberi bimbingan, motivasi kepada
siswa dalam melakukan pembelajaran menulis teks anekdot dengan
menggunakan model pembelajaran berbasis proyek (PBP) .
4. Refleksi
Kegiatan refleksi ini digunakan untuk merencanakan kegiatan siklus II.
Mahasiswa peneliti bersama guru berdiskusi dan menganalisis hasil pengamatan
pada siklus I, antara lain sebagai berikut:
a. mengambil kesimpulan tentang kemampuan siswa setelah dilakukan
tindakan penelitian,
b. menilai keaktifan siswa ketika berinteraksi dengan guru dan siswa lainnya,
c. menilai keterampilan masing-masing siswa dalam praktik menulis
cerpen berdasarkan hasil tugas siswa.
D. Teknik Pengumpulan Data
Sumber data penelitian tindakan ini meliputi siswa, guru, dokumen hasil
41
pembelajaran, dan proses pembelajaran. Adapun teknik pengumpulan datanya
dilakukan dengan cara sebagai berikut.
1. Metode Observasi
Observasi adalah suatu cara pengumpulan data dengan pengamatan
langsung. Observasi yang dilakukan pada penelitian ini adalah jenis pengamatan
tak berstruktur, yaitu tidak membatasi pengamatan tersebut dengan kerangka kerja
tertentu. Observasi dilakukan oleh peneliti dengan cara pengamatan dan
pencatatan mengenai pelaksanaan pembelajaran di kelas yang dideskripsikan
melalui lembar catatan lapangan.
2. Wawancara
Wawancara dilakukan dengan guru dan siswa saat di luar jam pelajaran.
Wawancara dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tanggapan guru
terhadap pelaksanaan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Wawancara dengan
guru dilakukan secara terstruktur untuk mengetahui proses pembelajaran yang
telah dilakukan.
3. Tes
Tes dalam penelitian ini digunakan untuk mengukur keterampilan siswa
dalam menulis teks anekdot baik sebelum implementasi tindakan dan sesudah
implementasi tindakan. Tes menulis teks anekdot diberikan dengan tujuan untuk
mengetahui tingkat kemampuan siswa dalam menulis anekdot melalui model
pembelajaran berbasis proyek (PBP) .
4. Dokumentasi
Berupa foto-foto kegiatan pelaksanaan penelitian tindakan di kelas, dari
42
awal pembelajaran sampai akhir pembelajaran.
D. Instrumen Penelitiaan
1. Angket
Instrumen ini berupa pertanyaan yang memerlukan jawaban tertulis. Angket
meliputi angket pratindakan dan angket pasca tindakan. Angket pratindakan yang
diberikan sebelum tindakan dilakukan untuk mengetahui keterampilan menulis
teks anekdot siswa sebelum diberi tindakan. Angket pasca tindakan digunakan
untuk mengetahui bagaimana penerapan model pembelajaran berbasis proyek
(PBP) dalam pembelajaran menulis teks anekdot dan mengetahui tingkat
pemahaman siswa setelah menerapkan model pembelajaran berbasis proyek
(PBP)
2. Pedoman Penilaian Keterampilan Menulis
Pedoman penilaian digunakan sebagai pijakan dalam menilai tulisan teks
anekdot siswa.Pedoman penilaian tersebut berpedoman dalam Penilaian
Pembelajaran Bahasa (Nurgiyantoro, 2012) yang telah dimodifikasi sesuai
kebutuhan
Tabel 3.1 Model Penilaian Tugas Menulis Anekdot
No. Aspek Deskripsi bobot Skor
1. Unsur-unsur
teks anekdot
Menemukan seluruh unsur 4
Menemukan 3-4 unsur 3
Menemukan 1-2 unsur 2
2. Struktur teks
anekdot
Menyebutkan struktur dengan lengkap,
tepat dan sistematis
4
Menyebutkan struktur kurang lengkap,
tepat dan sistematis
3
Menyebutkan struktur kurang lengkap,
tidak tepat dan tidak sistematis
2
3. Ciri
kebahasaan
Menyebutkan seluruh ciri-ciri kebahasaan
secara lengkap
4
43
Menyebutkan 3-4 ciri-ciri kebahasaan 3
Menyebutkan 1-2 ciri-ciri kebahasaan 2
4. Kata, istilah
dan
ungkapan
Menjelaskan makna kata, istilah dan
ungkapan seluruhnya
4
Menjelaskan makna kata, istilah dan
ungkapan sebagian besar
3
Menjelaskan makna kata, istilah dan
ungkapan sebagian kecil
2
5 Isi teks
anekdot
Menjelaskan isi anekdot dengan tepat
dengan bahasa yang santun, baik dan benar
4
Menjelaskan isi anekdot kurang tepat
dengan bahasa yang santun, baik dan benar
3
Menjelaskan isi anekdot kurang tepat,
dengan bahasa yang kurang santun, baik
dan benar
2
Perolehan Skor
Nilai = -------------------- X Skor ideal = NA
Skor Maksimal
3. Catatan Lapangan
Catatan lapangan digunakan untuk mendeskripsikan kegiatan-kegiatan yang
dilakukan guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Catatan
lapangan dibuat agar segala sesuatu yang terjadi pada saat pengambilan data dapat
terangkum. (lembar terlampir.
4. Lembar Observasi
Instrumen lembar observasi digunakan untuk mendata dan memberikan
gambaran mengenai proses pembelajaran di kelas. Di dalam lembar observasi,
penulis mencatat pengamatan mengenai proses pembelajaran anekdot pada setiap
rangkaian penelitian. Instrumen lembar observasi digunakan selama pelaksanaan
penelitian mulai pratindakan hingga siklus terakhir.
44
E. Teknik Analisis Data
Dalam analisis data, peneliti membandingkan isi catatan yang dilakukan
dengan kolaborator, kemudian data diolah dan disajikan secara deskriptif
kuantitatif dan kualitatif.
1. Teknik Analisis Data Kualitatif
Teknik data kualitatif dalam penelitian ini menggunakan teknik deskripsi
kualitatif. Data yang dikumpulkan berupa wawancara, catatan lapangan, dan
dokumentasi tugas siswa. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut.
a) Perbandingan antara data yaitu membandingkan data-data dari
setiap informasi yang diperoleh,
b) kategorisasi, mengelompokkan data-data dalam kategori tertentu,
c) pembuatan inferensi, memaknai data-data dan menarik kesimpulan.
2. Teknik Analisis Data Kuantitatif
Analisis deskripsi kuantitatif, yaitu informasi yang muncul di lapangan dan
memiliki karakteristik yang dapat ditampilkan dalam bentuk angka, berupa hasil
pembelajaran prates dan angket yang diambil sebelum maupun sesudah
tindakan dilakukan. Data dapat dilihat dalam bentuk diagram atau tabel. Data yang
berupa angka dideskripsikan dengan cara penyajian dalam bentuk kesimpulan.
F. Indikator Keberhasilan
Sesuai dengan karakteristik penelitian tindakan, keberhasilan penelitian
tindakan ini ditandai adanya perubahan ke arah perbaikan, baik terkait dengan
suasana belajar dan pembelajaran. Indikator keberhasilan dapat ditentukan
45
berdasarkan proses dan produk. Keberhasilan berdasarkan proses apabila dalam
penelitian ini terjadi peningkatan keterampilan dalam menulis teks anekdot
dibandingkan dengan sebelum diadakannya tindakan.
Hal ini, dapat dilihat adanya perubahan aktivitas siswa dalam kegiatan
pembelajaran menulis teks anekdot dengan model pembelajaran genius learning,
meliputi siswa aktif berpartisipasi dalam proses pembelajaran menulis anekdot.
Siswa mampu menulis ide atau gagasan dari hasil pengamatan dengan lingkungan
sekitarnya dengan demikian, siswa akan terampil dan kreatif dalam menulis teks
anekdot.
Indikator keberhasilan produk dideskripsikan dari keberhasilan siswa dalam
praktik menulis teks anekdot dengan model pembelajaran berbasis proyek (PBP) .
Keberhasilan diperoleh jika telah terjadi peningkatan skor sebesar 75% dari
jumlah siswa sesudah diberikan tindakan.
46
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam bagian ini dipaparkan data dan pembahasan pembelajaran menulis
anekdot model pembelajaran berbasis proyek (PBP). Data tindakan, temuan, dan
refleksi diperoleh melalui tes dan pengamatan. Data setiap siklus dipaparkan
secara terpisah, bertujuan untuk melihat persamaan, perbedaan, perubahan,
perkembangan alur setiap siklus. Menggunakan model pembelajaran berbasis
proyek (PBP) dalam pembelajaran menulis anekdot merupakan suatu kesatuan
dalam proses pembelajaran yang utuh dari setiap siklus. Pembelajaran menulis
anekdot melalui model pembelajaran berbasis proyek (PBP) sebagai suatu proses
mencakup (1) perencanaan pembelajaran, (2) pelaksanaan/ tindakan pembelajaran,
(3) observasi penelitian, dan (4) refleksi tindakan.
A. Hasil Penelitian
1. Siklus I
a. Hasil Belajar siswa
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti, maka diperoleh
data hasil belajar siswa siklus I. Data ini dikumpulkan melalui instrument hasil
belajar Bahasa Indonesia. Hasil tes siklus I dapat dilihat pada table dibawah ini:
Tabel 4.1. Nilai Teks Siklus I Peningkatkan kemampuan menulis anekdot
melalui model pembelajaran berbasis proyek (PBP) pada siswa kelas VII SMP
Negeri 3 Sungguminasa.
46
47
Skor Rata-Rata Siklus I
Nomor
Subjek
SKOR
Ju
mla
h
Nil
ai
A B C
A1 A2 B1 B2 B3 C1 C2 C3
T1 3 1,5 2,5 2,5 1,5 3 3 2 23 76,66
T2 3 1 1 1 1 3 3 2,5 19 63,33
T3 3 1 2,5 2,5 2,5 3 2 2 22,5 74,99
T4 2 1,5 1,5 2 2,5 3 2 2,5 21 70
T5 3 1 2,5 2,5 2,5 3 2 2 22,5 74,99
T6 3 1 1,5 2 1,5 1 2,5 2,5 19 63,33
T7 1,5 1 1,5 2 2 3 2 2 18,5 61,66
T8 3 2 1,5 2,5 3 3 2,5 2,5 22 73,33
T9 3 1,5 1,5 2 3 3 2,5 2 22 73,33
T10 1,5 1 1,5 2 1 3 2 2 16 53,33
T11 2 1 1 2 3 3 2 2 20 66,66
T12 2 1,5 1,5 2 3 3 3 2,5 21,5 71,5
T13 2 1,5 1,5 2 2,5 3 2 2,5 21 70
T14 3 1 2,5 2,5 2,5 3 2 2 22,5 74,99
T15 3 1,5 2,5 2,5 1,5 3 3 2 23 76,66
T16 3 1 1 1 1 3 3 2,5 19 63,33
T17 3 1 2,5 2,5 2,5 3 2 2 22,5 74,99
T18 3 2 2,5 2,5 2,5 3 2 2,5 24 80
T19 3 1 2 1,5 1 3 1 1,5 18 60
T20 3 1 2 2 1,5 3 2 2,5 20 66,66
T21 3 1 1 2 1,5 3 2 2 17,5 58,33
T22 2 1 1 1,5 1 1 2 2 15,5 51,66
T23 3 1,5 1,5 1 2,5 1,5 3 2,5 19,5 64,99
T24 3 1 2 2 3 2,5 1,5 1,5 20,5 68,33
T25 2 2 3 2 1 3 2 3 22 73,33
T26 3 1,5 1,5 2 2 3 2 3 20 66,66
T27 1,5 1 1 1 1 1 2,5 2 15 50
T28 2 1 1 2 2,5 3 3 2 21,5 71,66
T29 2 1 1,5 2 2 3 1,5 2 19 63,33
T30 3 1 2 2 3 3 3 2 23 76,66
Jumlah 60,5 30 39,5 46 48,5 64 54 53 480 1599,73
Rata-Rata 4,84 2,4 3,16 3,68 3,88 5,12 4,32 4,24 19,83 127,98
Keterangan:
A₁ = Kesesuaian isi cerita dengan tema
A₂ = Kreatifitas pengembangan cerita
48
B₁ = Penyajian alur
B₂ = Penyajian tokoh
B₃ = Penyajian latar
C₁ =Penyajian sudut pandang
C₂ = Pemilihan diksi
C₃ = Penggunaan judul
Pada siklus ini dilaksanakan tes hasil belajar yang berbentuk teks anekdot,
setelah selesai pelaksanaan tindakan untuk siklus I. Adapun analisis deskriptif
skor hasil belajar menulis anekdot siswa kelas VII SMP Negeri 3 Sungguminasa
dengan menggunakan model pembelajaran berbasis proyek (PBP).
Tabel 4.3 Statistik Skor Peningkatkan kemampuan menulis anekdot pada
siswa kelas VII SMP Negeri 3 Sungguminasa melalui model pembelajaran
berbasis proyek (PBP). pada Tes Akhir Siklus I.
Statistik Nilai Statistik
Subyek 30
Skor ideal 100
Skor Tertinggi 80
Skor Terendah 60
Jumlah Skor 1594,86
Skor rata-rata 66,66
Jika Skor hasil belajar membuat karangan siswa pada siklus I tersebut
dikelompokkan kedalam 4 kategori (kelas Interval), maka diperoleh distribusi
frekuensi sebagai berikut :
49
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Peresentase Skor Peningkatkan kemampuan
menulis cerpem dengan menggunakan model pembelajaran berbasis proyek
(PBP) siswa kelas VII SMP Negeri 3 Sungguminasa. Akhir siklus I.
Interval Nilai Kategori Frekuensi Presentase (%)
0-74 Rendah 21 87,5
75-84 Sedang 9 12,5
85-95 Tinggi - -
96-100 Sangat tinggi - -
Jumlah 30 100
Berdasarkan Tabel 4.3 dan 4.4, maka dapat disimpulkan bahwa skor rata-
rata hasil belajar siswa kelas VII SMP Negeri 3 Sungguminasa pada siklus I
sebesar 67,1 berada pada kategori sedang. Selanjutnya dapat disimpulkan bahwa
dari 30 siswa yang menjadi subjek penelitian, 21 siswa (70 %) memperoleh skor
berada dalam kategori rendah sedangkan 9 siswa (30%) memperoleh skor berada
dalam kategori sedang.
b. Aktivitas Siswa
Hasil pengamatan aktivitas siswa dalam pembelajaran menulis anekdot
dengan menggunakan model pembelajaran berbasis proyek (PBP) siswa kelas VII
SMP Negeri 3 Sungguminasa. menunjukkan bahwa perolehan rata-rata skor
aktivitas siswa pada poin 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,,15,16 adalah 51,1% yang
berada pada kategori aktif. Dengan demikian, maka dapat dikatakan bahwa
aktivitas siswa pada siklus I belum efektif.
50
Tabel 4.5 hasil Observasi Aktivitas Siswa Selama siklus I
No Indikator yang diamati Pertemuan Ke-
% 1 2 3
1. Kehadiran siswa 17 19 22 80
2. Siswa yang mengajukan solusi
ketika guru memberikan masalah
untuk memotivasi diawal
pembelajaran
10 11 13 37,77
3. Siswa yang mengajukan pertanyaan
terhadap masalah yang diberikan
4 6 10 22,22
4. Siswa yang mengajukan solusi
dalam kelompok terhadap masalah
yang diberikan
7 8 10 27,77
5. Siswa yang menanggapi solusi
permasalahan yang diajukan oleh
siswa lain dalam kelompok
8 8 10 28,88
6. Siswa yang aktif bekerja sama
dalam kelompok untuk
menyelesaikan masalah
7 9 10 28,88
7. Siswa yang melakukan kegiatan
lain ketika proses pembelajaran
berlangsung.
15 17 13 50,00
Pada siklus I siswa masih kurang termotivasi belajar sehingga kurang
terfokus pada materi. Hal ini nampak pada banyaknya siswa yang mengajukan
pertanyaan pada masalah yang diberikan masih tergolong rendah selain itu,
terlihat dari siswa yang mengajukan solusi kurang. Sikap siswa umumnya masih
kurang memberikan respon positif terhadap model yang digunakan. Hal ini
51
disebabkan siswa belum terbiasa diberikan pertanyaan sebelum proses
pembelajaran apalagi bekerja secara individu untuk menyelesaikan masalah.
2. Siklus II
a) Hasil Belajar
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti, maka diperoleh
data hasil belajar siswa siklus II. Data ini dikumpulkan melalui instruments hasil
belajar Bahasa Indonesia. Hasil tes siklus II dapat dilihat pada table dibawah ini.
Tabel 4.2. Nilai Teks Siklus II Menulis anekdot dengan menggunakan
model pembelajaran berbasis proyek (PBP). siswa kelas VII SMP Negeri 3
Sungguminasa.
Skor Rata-Rata Siklus II
Nomor
Subjek
SKOR
Ju
mla
h
Nil
ai
A B C
A1 A2 B1 B2 B3 C1 C2 C3
T1 3 2 2 2,5 3 3 2 1,5 21 70
T2 3 1 2,5 2 3 3 2 2 22,5 75
T3 3 1,5 3 2,5 2 3 2 2 22 73,33
T4 3 2 3 2,5 3 3 2 2 24,5 81,66
T5 2 1,5 1,5 2 3 3 2 2,5 21,5 71,66
T6 2,5 2 1,5 2 1,5 3 2 2,5 21,5 71,66
T7 3 2 2 2,5 2 3 2 2,5 24,5 81.66
T8 3 1 2 2 2 3 2 2 21,5 71,66
T9 3 2 2 2,5 3 3 2 1,5 21 70
T10 3 1 2,5 2 3 3 2 2 22,5 75
T11 3 1,5 3 2,5 2 3 2 2 22 73,33
T12 3 2 3 2,5 3 3 2 2 24,5 81,66
T13 3 2,5 3 2 3 3 2 3 25 83,33
T14 3 1 1,5 2 1 3 2,5 3 20 66,66
T15 3 1,5 3 1,5 3 1 2,5 2 21,5 71,66
T16 3 1,5 2,5 2,5 2,5 3 1,5 2,5 23,5 78,33
T17 3 1 2,5 1,5 3 2,5 2 2 2,5 75
T18 3 2 3 2 2,5 3 2 2,5 24 80
T19 3 2 2,5 2 3 3 2 2 23,5 78,33
T20 3 1,5 3 1 3 3 2,5 3 24 80
52
T21 3 2 3 2 2,5 2,5 2 2,5 24,5 81,66
T22 3 2 2,5 2 3 3 2 2 24 80
T23 3 1 2,5 2,5 2,5 3 2 2 22,5 74,99
T24 3 1 2 2,5 2,5 3 2 3 23 76,66
T25 3 2 2,5 2,5 2,5 3 2 2 23,5 78,33
T26 3 2 3 3 2,5 3 2,5 2 24,5 81,66
T27 3 1 2,5 2 2 3 2 2 21,5 71,66
T28 3 2 3 2,5 3 3 2 2 25 83,33
T29 3 1 2,5 2,5 2,5 3 2 2 22,5 74,99
T30 3 1 2 2,5 2,5 3 2 3 23 76,66
Jumlah 70,5 39 59,5 51,5 61 69 49,5 54,5 531,5 1756,57
Rata-Rata 5,64 3,12 4,76 4,12 4,88 5,52 3,96 4,36 42,52 146,38
Keterangan:
A₁ = Kesesuaian isi cerita dengan tema
A₂ = Kreatifitas pengembangan cerita
B₁ = Penyajian alur
B₂ = Penyajian tokoh
B₃ = Penyajian latar
C₁ =Penyajian sudut pandang
C₂ = Pemilihan diksi
C₃ = Penggunaan judul
Hasil analisis deskriktif skor hasil belajar siklus II berada pada kategori
baik, setelah dilakukan tindakan selama 2 kali pertemuan diadakan evalusi dengan
memberikan tes hasil belajar menulis anekdot dengan menggunakan model
pembelajaran berbasis proyek (PBP) siswa kelas VII SMP Negeri 3
Sungguminasa. pada akhir siklus II disajikan pada tabel berikut ini :
Tabel 4.6 Statistik Skor Peningkatkan kemampuan menulis anekdot dengan
menggunakan model pembelajaran berbasis proyek (PBP) siswa kelas VII SMP
Negeri 3 Sungguminasa.
53
No. Statistik Nilai Statistik
1. Ukuran Sampel 30
2. Skor Ideal 100
3. Skor Tertinggi 83,33
4. Skor Terendah 67
5. Jumlah skor 2192,54
6. Skor Rata-rata 91,37
Berdasarkan tabel 4.6 diatas dapat dilihat bahwa dari skor 0-100, skor
terendah yang diperoleh yaitu skor 67, sedangkan skor tertinggi yang diperoleh
siswa skor 83,33. Hal Ini menunjukkan bahwa hasil belajar siswa pada siklus II
mengenai menulis anekdot melalui model pembelajaran berbasis proyek (PBP)
siswa kelas VII SMP Negeri 3 Sungguminasa sudah mencapai nilai KKM.
Jika skor hasil belajar ini dikelompokkan, menjadi lima kategori maka
diperoleh distribusi frekuensi dan presentase sebagaimana berikut ini:
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi dan Presentase Hasil Belajar menulis anekdot
dengan menggunakan model pembelajaran berbasis proyek (PBP) siswa kelas VII
SMP Negeri 3 Sungguminasa. Akhir Siklus II
Interval Nilai Kategori Frekuensi Presentase (%)
0-74 Rendah 5 17
75-84 Sedang 25 83
85-95 Tinggi
96-100 Sangat tinggi
Jumlah 30 100
54
Berdasarkan tabel 4.7 dapat disimpulkan bahwa skor rata-rata hasil belajar
siswa kelas VII SMP Negeri 3 Sungguminasa pada siklus II yaitu sebesar 17%
berada pada kategori rendah, 83% berada pada kategori sedang, 0% berada pada
kategori tinggi , 0% berada pada kategori sangat tinggi. Adapun Presentase
ketuntasan hasil menulis anekdot dengan menggunakan model pembelajaran
berbasis proyek (PBP) siswa kelas VII SMP Negeri 3 Sungguminasa siklus II
ditunjukkan pada tabel berikut ini:
Tabel 4.8 Persentase Ketuntasan Hasil Belajar menulis anekdot dengan
menggunakan model pembelajaran berbasis proyek (PBP) siswa kelas VII SMP
Negeri 3 Sungguminasa.
No. Skor Kategori Frekuensi Persentase (%)
1 0-74 Tidak tuntas 5 17
2 75-100 Tuntas 25 83
Jumlah 24 100
Berdasarkan tabel 4.8 diperoleh ketuntasan hasil belajar siswa yaitu 15
siswa dikategorikan tuntas dan 9 siswa dikategorikan tidak tuntas. Dari hasil yang
diperoleh ini, dapat dinyatakan bahwa pada siklus II ini telah terjadi peningkatan
hasil belajar.
b) Aktivitas siswa
Hasil pengamatan aktivitas siswa pada siklus II lebih meningkat dibanding
siklus II dimana perolehan rata-rata skor aktivitas siswa pada poin 1,2,3,4,5,6,7
adalah 85,3% yang berada pada kategori aktif. Dengan demikian, maka dapat
dikatakan bahwa aktivitas siswa pada siklus ini sudah efektif.
55
Tabel 4.9 hasil Observasi Aktivitas Siswa Selama siklus II
No Indikator yang diamati Pertemuan Ke-
% 1 2 3
1. Kehadiran siswa 24 24 24 100
2. Siswa yang mengajukan solusi ketika guru
memberikan masalah untuk memotivasi
diawal pembelajaran
13 12 14 43,33
3. Siswa yang mengajukan pertanyaan terhadap
masalah yang diberikan
6 9 13 31,11
4. Siswa yang mengajukan solusi dalam
kelompok terhadap masalah yang diberikan
7 9 12 31,11
5. Siswa yang menanggapi solusi permasalahan
yang diajukan oleh siswa lain dalam kelompok
8 10 13 34,44
6. Siswa yang aktif bekerja sama dalam
kelompok untuk menyelesaikan masalah
8 11 13 35,55
7. Siswa yang melakukan kegiatan lain ketika
proses pembelajaran berlangsung.
11 9 8 31,11
Pada siklus II sudah nampak adanya kelompok yang bersaing dan kelihatan
bahwa sudah muncul rasa ingin tahu terhadap materi yang dibahas. Pada minggu
ke dua siklus II ini pada dasarnya hampir sama dengan siklus minggu pertama
siklus II hanya saja pada minggu ke dua ini perhatian dan motivasi semakin
meningkat. Hal ini ditandai dengan semakin meningkatnya frekuensi siswa yang
mengajukan solusi ketika guru memberikan masalah di awal pembelajaran,
mengajukan pertanyaan terhadap masalah yang diberikan, mengajukan solusi atau
memberikan tanggapan dalam kelompok.Hal ini menandakan bahwa kesungguhan
siswa untuk belajar.
56
B. Pembahasan
Subbab ini merupakan pembahasan hasil penelitian yang telah dipaparkan
sebelumnya pada peningkatan kemampuan siswa menulis anekdot melalui model
pembelajaran berbasis proyek (PBP). pada tahap ini peneliti memaparkan garis
besar hasil penelitian mulai dari pratindakan hingga siklus II.
Pada tahap pratindakan, dalam hal ini peneliti memberikan untuk siswa.
dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa siswa sudah pernah mendapat
pengetahuan dan tugas menulis anekdot dari guru. Akan tetapi, hanya sebagian
siswa yang senang ketika diberi tugas oleh guru untuk menulis anekdot.
Terkadang siswa menulis karya satra lain seperti puisi atau novel. Hampir
sebagian siswa kurang mengetahui tahapan menulis anekdot dengan baik. Hal ini
disebabkan karena guru sering menggunakan model pembelajaran berbasis proyek
(PBP). Guru juga menggunakan buku paket ketika menyampaikan materi,
sehingga kurang memaksimalkan metode dan media pembelajaran. Selanjutnya,
siswa sering diberi tugas untuk dikerjakan di rumah. Hal ini menyebabkan siswa
merasa bosan saat mengikuti kegiatan pembelajaran di kelas. Oleh karena itu,
siswa tertarik untuk mengikuti pembelajaran menulis anekdot menggunakan
model pembelajaran berbasis proyek (PBP) dan media pembelajaran yang baru.
Pada siklus I siswa cukup bersemangat untuk mengikuti pembelajaran
menggunakan model pembelajaran berbasis proyek (PBP), dalam hal ini guru
berinisiatif untuk membentuk sebuah membahas mengenai langkah-langkah
menulis anekdot yang benar. Siswa lebih mudah mendapatkan ide karena tema
menulis anekdot sudah ditentukan. Selain menentukan gagasan, siswa juga
57
mengingat tahapan menulis anekdot dengan benar. Setelah berdiskusi siswa
disuruh membuat sebuah anekdot.
Peningkatan hasil belajar menulis anekdot dapat dilihat pada skor setiap
aspek dari tahap siklus I hingga siklus II. Skor awal pada aspek isi rata-rata pada
siklus I sebesar 67 dan pada siklus II skor menjadi 91,37 Data tersebut
menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan keterampilan menulis anekdot .
58
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan analisis data dan pembahasaan pada bab sebelumnya maka
dapat disimpulkan bahwa pembelajaran keterampilan menulis anekdot dengan
menerapkan model pembelajaran berbasis proyek (PBP) dapat meningkatkan
hasil belajar siswa kelas kelas VII SMP Negeri 3 Sungguminasa. Hal ini
ditunjukkan dengan terjadinya peningkatan dari siklus I dengan pencapaian
ketuntasan belajar dari siklus I yaitu 15 siswa dengan persentase 67% dan
meningkat pada siklus II yaitu 22 siswa dengan persentase 91,37%.
Terjadi perubahan aktivitas atau sikap siswa dengan menerapkan model
pembelajaran berbasis proyek (PBP) dalam pembelajaran keterampilan menulis
anekdot yang dapat dilihat dari persentase kehadiran siswa dari siklus I yaitu 80%
dan meningkat pada siklus II menjadi 100%, keaktifan dalam memperhatikan
materi yang dijelaskan oleh guru dari siklus I yaitu 68,82% dan meningkat pada
siklus II menjadi 89,25%, siswa yang mengajukan pertanyaan dari siklus I yaitu
57,82% dan meningkat pada siklus II menjadi 70,62%, serta siswa yang
menganggu (ribut, bermain, tidur, dll) pada proses pembelajaran siklus I yaitu
20,60% dan meningkat pada siklus II menjadi 5,76%.
B. Saran
Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan yang diperoleh dari
penelitian ini, maka penulis mengajukan beberapa saran sebagai berikut:
58
59
1) Guru diharapkan dapat menjadikan menggunakan model pembelajaran
berbasis proyek (PBP) sebagai suatu alternatif dalam mata pelajaran Menulis
anekdot untuk meningkatkan hasil belajar serta mengaktifkan siswa dalam
proses pembelajaran.
2) Kepada peneliti berikutnya, yang akan mengkaji rumusan yang serupa
diharapkan dapat mengembangkan peneliti ini dengan mengkaji pembelajaran
menggunakan model pembelajaran berbasis proyek (PBP) secara lebih
mendalam lagi.
3) Kepada peneliti lain yang berniat melakukan penelitian yang berkaitan dengan
pembelajaran menggunakan model pembelajaran berbasis proyek (PBP) dapat
menjadikan hasil penelitian ini sebagai alat perbandingan.
60
DAFTAR PUSTAKA
Akhadiah, Sabarti. Dkk. 1995. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta:
Erlangga.
Alwasilah, A. Chaedar dan Senny Suzanna Alwasilah. 2008. Pokoknya Menulis. Bandung:Kiblat
Arikunto, Suharsimi. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : PT Bumi Aksara.
Asan, A dan Haliloglu, Z. 2005. Implementing Project Based Learning In Computer
Classroom. The Turkish Online Journal of Educational Technology – TOJET, volume
4 Issue 3. http://www.tojet.net/articles/ 4310.doc.Diakses 3 Desember 2015
Berenfeld B. (1996). Linking Students to the Info-sphere. Technology Horizon
Buck Institutute for Education. 1999. Project-Based Learning.
http://www.bgsu.edu/organizations/etl/proj.html.
Cord, 2001. Contextual Learning Resource. http://www.cord.org. Diakses 3 Desember 2015
Enre, Fahruddin Ambo. 1994. Dasar-dasar Keterampilan Menulis. Ujungpandang: IKIP
Esche, S.K. 2002. Project-Based Learning (PBL) in a Course on Mechanisms and Machine
Dynamics. World Transactions on Engineering and Technology Education. Volume
I. No. 2. 201-204. http://www.eng. monash.edu.au. Diakses 3 Desember 2015
Gabriella Bodnar dan Judit Hazy. 2000. Experiences of Project-Based Teaching Applied In The
Field of Psychology. Journal Social Management Science. 2000. Volume VII. Page
173-190
Gaer, S. 1998. What is Project-Based Learning?. http://members.aol.com
Gunawan, Adi.W. 2013. Genius Learning Strategy. Jakarta : PT Gramedia.
Horn, Van. 1988. Tulis Apa yang Kamu Lihat (terjemahan). Jakarta: Rosdakarya.
Kartono. 2009. Menulis Tanpa Rasa Takut Membaca Realitas dengan Kritis. Yogyakarta:
Kanisius.
Kemendikbud. 2013. Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik. Jakarta: Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan .
Kepala Badan PSDMPK-PMP. 2013. Materi Pelatihan Guru Implementasi
Kurikulum 2013 SMA/MA dan SMK/MAK Bahasa Indonesia. Jakarta:
Kementerian Pendidikan dan Kerbudayaan RI.
Koch, Chlosta. S, & Klandt. H. 2006. Project Seminar Business Plan Development-An Analysis
Of Integrative Project-Based Project-Based Entrepreneurship Education. Journal of
Asia Entrepreneurship and Sustainability. Volume II (2). May. Page 1-16.
Lasonen, Johanna, Vesterinen, & Pirkko. 2000. Finland Work-Based Learning in Vocational
Higher Education Programmes: A Finish Case of Project Learning. Paper
Presentation. Institut for Educational Research University of Jyvakyla. Page 3-18.
60
61
Moleong, Lexy J. 2006. Metodologi Penelitian Kulitatif. Bandung: PT Remaj Rosdakarya
Mulyati. 2002. Keterampilan Menulis. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Munandar, Utami. 1999. Kreativitas dan keberbakatan: Strategi Mewujudkan Potensi kreatif &
Bakat. Jakarta: Gramedia Pustaka.
Munirah. 2015. Pengembangan Menulis Paragraf.Yogyakarta: deepublish.
Nuraini, Fatimah. 2013. Teks Anekdot Sebagai Sarana Pengembangan Kompetensi Bahasa dan
Karakter Siswa. Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah FKIP Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Nurgiyantoro, Burhan. 2010. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: BPFE.
Nurgiyantoro, Burhan. 2012. Penilaian Pembelajaran Bahasa. Yogyakarta: BPFE.
Nursito, 2000. Penuntung Mengarang. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa.
Okudan. Gul E. dan Sarah E. Rzasa. 2004. A Project-Based Approach to Entreprenurial
Leadership Education. Journal Technovation. Desember. Volume XX. Page 1-16.
Rais 2010. Pengembangan Model Project Based Learning: Suatu Upaya Meningkatkan
Kecakapan Akademik Mahasiswa Jurusan Teknik Mesin UNM.Laporan Penelitian
Tahun II DP2M DIKTI-LEMLIT UNM.
Rudi. 2011. Pembelajaran Berbasis Proyek (project based learning) dalam Materi Statistika
SMP. Makalah Diklat. Tidak Terbit .
Simkins . 2002. 1990. Teaching Balancing Proses and Product. New York: Maximillang
Publishing Company.
Stevens, D. Dannelle & Levi, J. Antonia. 2005. Introduction to Rubrics. Stylus Publishing.
Sterling: Virginia.
Sudjana, Nana. 2000. Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar
Baru Algesindo..
Sumarmo, Agus. 1989. Keterampilan Menulis Bagi Siswa SMA. Jogjakarta: Analisis
Sunendar. 2009. Keterampilan Menulis (sebuah Pengantar). Jakarta: Gema Press
Syafe’ie, Imam. 1988. Retorika dalam Menulis. Jakarta: Depdikbud
Syamsyah. 2003. Penelitian Pendidikan. Jakarta: Gema Media
Tabroni, Roni. 2007. Melejit Potensi Mengasah Kreativitas Menulis Artikel. Bandung: Nuansa
Tarigan, Djago dan Henry Guntur Tarigan. 1994. Teknik Pengajaran Keterampilan Berbahasa.
Bandung: Angkasa.
Tarigan, H.G. 2008. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
----------- 1992. Keterampilan Menulis. Bandung: Angkasa.
62
----------- 1985. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Thomas, J.W., Margendoller, J.R., & Michaelson, A. 1999. Project-Based Learning: A.
Handbook for Middle and High School Teachers.
http://www.bgsu.edu/organizations/ctl/proj.html.
Wachidah, Siti. 2004. Pembelajaran Teks Anekdot. Jakarta: Departemen Penddidikan Nasional
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Lanjut
Pertama.
Waras Kamdi. 2007. Pembelajaran Berbasis Proyek: Model Potensial untuk Peningkatan Mutu
Pembelajaran. http://lubisgrafura. wordpress.com. Diakses 3 Desember 2015
Wijana, I dewa Putu. 1995. Pemanfaatan Teks Humor dalam Pegajaran Aspek- Aspek
Kebahasaan. II/1995. Halaman 23-30.
63
L
A
M
P
I
R
A
N
64
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Sekolah : SMP 3 Sungguminasa
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : VII
Tahun Pelajaran : 2020/2021
Alokasi Waktu : 2 x 5 menit (1x pertemuan)
Standar Kompetensi 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab,
peduli (gotong royong, kerja sama, toleran, damai), santun, responsif,
proaktif, dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai
permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial
dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dan
pergaulan dunia.
3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian,
serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang
spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
4. Mengolah, menalar, dan menyajikan dalam ranah konkret dan abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara
mandiri, dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.
Kompetensi Dasar
Memproduksi teks anekdot baik secara lisan maupun tulisan.
Indikator
Menentukan struktur teks anekdot berdasarkan abstraksi, orientasi, krisis,
reaksi, dan koda.
Menggunakan kaidah kebahasaan teks anekdok
Menyusun teks anekdot baru dengan tema bebas.
A. Kognitif
Produk
Mengidentifikasi isi teks anekdot tentang bebas berpikir dan bebas
belanja
Proses
Menentukan isi teks anekdot tentang bebas berpikir dan bebas belanja
B. Psikomotor
Menyampaikan isi teks anekdot secara lisan dengan baik dan benar
C. Afektif
1. Karakter
a. Ketekunan
b. Keantusiasan
c. Inisiatif
65
2. Keterampilan Sosial
a. Menyapaikan tek anekdot dengan bahasa yang baik dan benar
b. Menyumbang ide
c. Membantu teman yang mengalami kesulitan
I. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan model
pembelajaran berbasis proyek siswa diharapkan mampu:
A. Kognitif
Produk
Mengidentifikasi isi teks anekdot tentang bebas berpikir dan bebas
belanja
Proses Menentukan isi teks anekdot tentang bebas berpikir dan bebas belanja
B. Psikomotor
Menyampaikan teks anekdot secara lisan dengan baik dan benar
C. Afektif
1. Karakter
Siswa terlibat aktif dalam pembelajaran dengan perilaku seperti:
ketekunan, keantusiasan, dan disiplin
2. Keterampilan Sosial
Siswa terlibat aktif dalam pembelajaran seperti : menyampaikan
dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar, menyumbang ide,
dan membantu teman yang mengalami kesulitan.
II. MATERI PEMBELAJARAN
Menganalisis Teks Anekdot
A. Teks Anekdot
B. Menyampaikan kaidah teks anekdot
Contoh Teks Anekdot
BEBAS PARKIR VS BEBAS BELANJA Pada suatu sore, Jono pergi ke sebuah minimarket untuk membeli
perlengkapan rumah tangga dengan menaiki sepeda motor. Pada saat tiba
di halaman supermarket tersebut, terlihat olehnya tulisan besar ―BEBAS
PARKIR.‖ ―Wah bisa hemat nih‖ katanya di dalam hati dengan riang.
Selesai membeli berbagai keperluan yang dibutuhkan dan
membayarnya, dia kemudian menuju ke sepeda motor miliknya untuk
kembali ke rumahnya. Di halaman parkir minimarket tersebut, dia
langsung menaiki motor dan menyalakannya. Pada saat dia akan
menjalankan sepeda motornya, tiba-tiba si tukang parkir berteriak, ―
Mas, Mas… uang parkirnya mana?.‖ Merasa heran, Jono malah balik
bertanya, ―Loh Pak, kan di sini bebas parkir, berarti tidak perlu
membanyar dong?‖ Si tukang parkir pun dengan ketus menjawab,
―Memang betul Mas, di sini bebas parkir, sampeyan bisa parkir di sana
(sambil menunjuk ke arah utara), disini (sambil menunjuk ke arah tepat
Jono), di depan sana, di sebalah kanan, kiri, di atas atap mini
market, terserah. Bebas kok. Cuma, kalau mau pulang tetap harus bayar‖
66
kata si tukang parkir dengan berapi-api ―Sini dua rebu.‖ Dia
menambahkan.
Jono pun dengan pasrah meroggoh saku celananya dan
memberikan uang seribu rupiah, sambil berlalu mengendarai sepeda
motornya, ia melambai dan berteriak ―Duitku tinggal segitu, habis buat
belanja. Lain kali di dalam minimarketnya saja buat tulisan ―BEBAS
BELANJA.‖ Si tukang parkirpun marah dan berusaha mengingat-ingat
wajah Jono untuk merencanakan balas dendam kalau Jono balik lagi.
III. MODEL PEMBELAJARAN Model pembelajaran bebasis proyerk (PBP)
IV. BAHAN A. Buku paket bahasa Indonesia
B. Teks Anekdot (diakses dari internet)
V. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN
Penentuan projek
Guru bersama dengan peserta didik menentukan tema/topik projek
2. Perancangan langkah-langkah penyelesaian projek
Guru memfasilitasi Peserta didik untuk merancang langkah-langkah kegiatan
penyelesaian projek beserta pengelolaannya
3. Penyusunan jadwal pelaksanaan projek
Guru memberikan pendampingan kepada peserta didik melakukan penjadwalan
semua kegiatan yang telah dirancangnya
4. Penyelesaian projek dengan fasilitasi dan monitoring guru
Guru memfasilitasi dan memonitor peserta didik dalam melaksanakan rancangan
projek yang telah dibuat
5. Penyusunan laporan dan presentasi/publikasi hasil projek
Guru memfasilitasi Peserta didik untuk mempresentasikan dan mempublikasikan
hasil karya
6. Evaluasi proses dan hasil projek,
Guru dan peserta didik pada akhir proses pembelajaran melakukan refleksi
terhadap aktivitas dan hasil tugas projek.
VI. SUMBER PEMBELAJARAN
A. Buku paket bahasa Indonesia
B. File internet
67
Rentang Skor
Nilai Keterangan
91 – 100 Sangat Tinggi
76 – 90 Tinggi
61 – 75 Sedang
51 – 60 Rendah
<50 Sangat Rendah
(Nurgiyantoro, 2010: 399)
Gowa, September 2017
Mengetahui,
Mahasiswa,
Annisa Fitriana
Kepala Sekolah, Guru Pamong.
LEMBAR KERJA SISWA (LKS) BAHASA INDONESIA TEKS ANEKDOT
Nama :
Kelas :
TEKS 1
Seorang kakek hidup serumah bersama anak, menantu, dan
cucu berusia 6 tahun. Keluarga itu biasa makan malam bersama.
Si kakek yang sudah pikun sering mengacaukan segalanya.
Tangan bergetar dan mata rabunnya membuat kakek susah
menyantap makanan. Sendok dan garpu kerap jatuh.
Saat si kakek meraih gelas, sering susu tumpah membasahi taplak. Anak dan menantunya menjadi gusar. Suami istri itu lalu menempatkan sebuah meja kecil di sudut ruangan, tempat sang kakek makan sendirian. Mereka memberikan mangkuk melamin yang tidak gampang pecah. Saat keluarga sibuk dengan piring masing-masing, sering terdengar ratap kesedihan dari sudut ruangan. Namun, suami-istri itu justru mengomel agar kakek tak menghamburkan makanan lagi. Sang cucu yang baru berusia 6 tahun mengamati
semua kejadian itu dalam diam. Suatu hari si ayah
memerhatikan anaknya sedang membuat replika
68
mainan kayu. “Sedang apa, sayang?” tanya ayah pada
anaknya.
“Aku sedang membuat meja buat ayah dan ibu. Persiapan
buat ayah dan ibu bila aku besar nanti.” Ayah anak kecil itu
langsung terdiam.
Ia berjanji dalam hati, mulai hari itu, kakek akan kembali
diajak makan di meja yang sama. Tak akan ada lagi omelan
saat piring jatuh, makanan tumpah, atau taplak ternoda kuah.
Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini!
1. Analisislah struktur teks anekdot di atas!(tulis kembali teksnya)
Struktur
Isi
Abstraksi
Orientasi
Krisis
Reaksi
Koda
2. Tuliskan hal yang dipelajari atau hikmah yang didapat dari cerita di atas!
3. Tuliskan hal yang dianggap lucu/aneh/ganjil yang terdapat dalam cerita di atas!
4. Tuliskan sebuah teks anekdot berdasarkan cerita atau
pengalaman sendiri dan teks tersebut harus sesuai
dengan struktur teks anekdot serta tentukan strukturnya!
69
Top Related