perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE
KOOPERATIF TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT) PADA SISWA
KELAS V SD NEGERI KADIRESO TERAS BOYOLALI
TAHUN PELAJARAN 2010/2011
Skripsi
Oleh:
DENTY WINDARNY
X7107017
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE
KOOPERATIF TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT) PADA SISWA
KELAS V SD NEGERI KADIRESO TERAS BOYOLALI
TAHUN PELAJARAN 2010/2011
SKRIPSI
Ditulis dan diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan
Gelar Sarjana Pendidikan
Jurusan Ilmu Pendidikan
Oleh:
DENTY WINDARNY
X7107017
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
ABSTRAK
Denty Windarny. X7107017. PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE KOOPERATIF TEAMS-GAMES TOURNAMENT (TGT) PADA SISWA KELAS V SD NEGERI KADIRESO TERAS BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2010/2011. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juli 2011.
Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan kemampuan berbicara serta mendeskripsikan penerapan metode kooperatif tipe Team-Games Tournament (TGT) dalam meningkatkan kemampuan berbicara siswa kelas V SD Negeri Kadireso, Teras, Boyolali tahun pelajaran 2010/2011.
Penelitian ini berbentuk Penelitian Tindakan Kelas. Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa dan guru kelas V SD Negeri Kadireso Teras Boyolali tahun pelajaran 2010/2011. Siswa berjumlah 32 siswa yang terdiri dari 18 siswa laki-laki dan 14 siswa perempuan. Sumber data yang digunakan adalah informasi dari narasumber yaitu guru kelas V dan siswa dan hasil pengamatan proses pembelajaran kooperatif tipe Teams-Games Tournament (TGT). Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dokumen, observasi, dan metode tes. Untuk menguji validitas data penulis menggunakan triangulasi sumber data dan triangulasi metode. Teknik analisis data menggunakan teknik interaktif yaitu meliputi tiga buah komponen yaitu reduksi data, sajian data, dan penarikan simpulan atau verifikasi. Proses penelitian dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahap, yaitu: (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi, dan (4) refleksi.
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa metode kooperatif tipe Teams-Games Tournament dapat meningkatkan kemampuan berbicara siswa kelas V SD Negeri Kadireso Teras Boyolali tahun pelajaran 2010/ 2011. Hal ini dapat dibuktikan dengan diperolehnya peningkatan rata- rata nilai siswa, nilai rata-rata hasil tes awal sebelum tindakan yaitu 57,25 dengan ketuntasan klasikal 28,13%. Pada siklus I, nilai rata-rata kelas mencapai 65,25 dengan ketuntasan klasikal 68,75%. Pada siklus II nilai rata-rata kelas meningkat 73,5 dengan ketuntasan klasikal 96,8 %.
Kata Kunci: Kemampuan Berbicara, Metode Kooperatif Team-Games Tournament (TGT)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRACT
Denty Windarny. X7107017. IMPROVING THE SPEAKING ABILITY THE STUDENTS IN GRADE V OF STATE PRIMARY SCHOOL OF KADIRESO TERAS BOYOLALI IN THE ACADEMIC YEAR OF 2010/2011 THROUGH THE USE OF THE COOPERATIVE LEARNING OF TEAMS GAMES TOURNAMENT TYPE. Mini Thesis: The Faculty of Teacher Training and Education, Sebelas Maret University, Surakarta, July 2011. The objective of the research is to improve the speaking ability and description for practice how use the cooperative learning of Team-Games Tournament (TGT) type for the students in Grade V of State Primary School of Kadireso, Teras, Boyolali in the academic year of 2010/2011. This research used a classroom action research method. The subject of the research are student and the teacher in Grade V of state primary school of Kadireso Teras Boyolali in the academic year of 2010/2011. They are 32 student, kind of 18 boys and 14 girls. It was collaboration between the researcher and the class teacher. The data sources of the research were informant, that is, the class teacher of the students in Grade V, the result of observation on the learning process with the cooperative learning teams games tournament type, and official documents. The data of the research were gathered through observation, and test of achievement. The validity of the data was tested by using a data source triangulation and a method triangulation. The data were then analyzed by using a descriptive comparative method by comparing the speaking of ability of the students between the cycles by using a critical analysis, that is, by revealing the strengths and weaknesses of the class teacher and students during the learning process. The research process consisted of two cycles, and each cycle comprised four phases, namely: (1) planning, (2) implementation, (3) observation, and (4) reflection. Based on the results of the analysis, a conclusion is drawn that the use of the cooperative learning teams games tournament type can improve the speaking ability of the students in Grade V of State Primary School of Kadireso teras.Boyolali in the academic year of 2010/2011.
The results of the analysis are as follows: The preliminary average score of the achievement test prior to the treatment is 57,25 and the classical learning completeness is 28,1. Following the treatment of Cycle 1, the average score of the achievement test becomes 65,25 and the classical learning completeness is 68,75%. After the treatment of Cycle 2, the average score of the achievement test becomes 73,5, and the classical learning completeness is 96,8%.
Key words: Speaking Ability, Cooperative Learning Team-Games Tournament (TGT)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
MOTTO
Barang siapa yang membawa kebaikan, maka ia memperoleh
(balasan) yang lebih baik darinya, sedang mereka itu adalah
orang-orang yang aman tenteram dari kejutan yang dahsyat
pada hari itu.
(An Naml:89)
Bersikap kukuh seperti batu karang yang tidak putus-putusnya
dipukul ombak. Ia tidak saja berdiri kukuh, bahkan ia menentramkan
amarah ombak dan gelombang.
(Marcus Aurelius)
Orang yang bodoh adalah orang yang belum bersyukur atas apa yang
sudah dia punya.
(Penulis)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan skripsi ini untuk:
Ayah Ibuku Tercinta yang telah memberikan kasih sayang dan motivasi
serta memberikan dukungan dan doa yang tulus kepada ananda.
Seluruh keluarga besar Sonosemito dan Kromokarso yang telah
memberikan semangat.
Sahabat-sahabat yang telah memberikan dukungan dan menemani saat
suka dan duka.
Teman-teman seangkatan 2007 untuk kebersamaan yang tak terlupakan.
Almamaterku yang selalu aku banggakan, UNS.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas Rahmat
dan hidayah-Nya skripsi ini akhirnya dapat diselesaikan.
Peningkatan Kemampuan Berbicara Melalui Metode
Kooperatif Team-Games Tournament (TGT) pada Siswa Kelas V SD Negeri
Kadireso Teras Boyolali Tahun Pelajaran 2010/2011 Ini diajukan untuk
memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penulis menyadari bahwa penelitian tindakan kelas ini tidak akan berhasil
tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak yang telah berpartisipasi dalam
penyusunan skripsi ini. Untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis
menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setulus-tulusnya kepada
semua pihak, khususnya kepada:
1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Drs. R. Indianto, M.Pd. selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Drs. Hadi Mulyono, M.Pd. selaku Ketua Program Studi PGSD Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Dra. Yulianti, M. Pd. selaku Pembimbing I yang mengarahkan dan
membimbing dengan sabar hingga selesainya skripsi ini.
5. Drs. Hasan Mahfud, M. Pd. selaku pembimbing II yang membimbing hingga
selesainya skripsi ini.
6. Bapak/Ibu dosen program studi PGSD FKIP UNS yang telah memberikan
motivasi dan pengarahan kepada penulis.
7. Ibu Sri Widati, S.Pd. selaku Kepala Sekolah Dasar Negeri Kadireso yang telah
mengijinkan penulis mengadakan penelitian.
8. Bapak Hardono, S.Pd selaku guru kelas V Sekolah Dasar Negeri Kadireso
yang dengan senang hati membantu peneliti dalam menyelesaikan penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
9. Bapak/Ibu Guru Sekolah Dasar Negeri Kadireso yang banyak memberikan
bantuan dan dorongan.
10. Keluarga penulis tercinta yang memberikan bantuan materiil dan nonmaterial
serta dukungan demi kelancaran penyelesaian skripsi ini.
11. Teman-temanku se-almamater yang telah memberikan semangat dan
kerjasamanya.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan
karena keterbatasan pengetahuan yang ada. Oleh karena itu saran dan kritik yang
bersifat membangun sangat penulis harapkan. Harapan penulis semoga skripsi ini
dapat memberi manfaat kepada penulis khususnya dan para pembaca umumnya.
Surakarta, Juli 2011
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ..................................................................................................... i
ii
................................................................................... iii
iv
v
vi
vii
KATA PENGANTAR .............................................................................. viii
DAFTAR ISI ............................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR.. .............................................................................. xii
xiii
xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................... 1
B. Perumusan Masalah .......................................................... 3
C. Tujuan Penelitian .............................................................. 3
D. Manfaat Penelitian ............................................................ 3
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka .............................................................. 5
1. Hakikat Kemampuan Berbicara .................................. 5
2. Hakikat Metode Kooperatif TGT ............................... 11
B. Penelitian Yang Relevan ................................................... 25
C. Kerangka Berpikir ............................................................ 27
D. Hipotesis Tindakan ........................................................... 29
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................... 30
B. Subjek Penelitian ............................................................... 31
C. Bentuk dan Strategi Penelitian .......................................... 31
D. Sumber Data ...................................................................... 32
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
E. Teknik Pengumpulan Data ................................................ 32
F. Validitas Data .................................................................... 34
G. Teknik Analisis Data ......................................................... 35
H. Indikator Kinerja ............................................................... 37
I. Prosedur Penelitian............................................................ 38
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. ................... 44
B. ................... 82
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. 85
B. 86
C. 87
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 89
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR GAMBAR
halaman
23
28
.. 31
36
42
.. 46
58
Gambar 59
60
73
74
Gambar 12 76
77
78
79
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR TABEL
halaman
Tabel 1 Perbandingan Metode Kooperatif dengan Metode
15
24
24
Tabel 4 Kriteria 24
30
45
47
Tabel 8 Observasi terhadap Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan I.. 53
54
Tabel 10 Observasi terhadap Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan II 55
56
Tabel 12 Hasil Observasi Aktivitas Si 57
58
60
Tabel 15 Perkembangan Nilai Kemampuan Berbicara Siswa
dari Tes Awal- 61
Tabel 16 Observasi terhadap Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan I 68
69
Tabel 18 Observasi terhadap Aktivitas Siswa Siklus II
70
Tabel 19 Observasi 71
73
74
75
Tabel 23 Data Frekuensi Penilaian Aktivitas Siswa Siklus I dan
77
Tabel 24 Data Frekuensi Penilaian Kinerja Guru Siklus I
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
77
Tabel 25 Perbandingan Nilai Kemampuan Berbicara dari Tes Awal
78
80
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
91
Lampiran 2 Standar Kompetensi Dan Kompetensi Dasar
92
93
Lampiran 4 RencanaPelaksanaan Pembelajaran Siklus I
96
101
102
Lampiran 7 RencanaPelaksanaan Pembelajaran Siklus I
103
108
109
110
Lampiran 11 RencanaPelaksanaan Pembelajaran Siklus II
111
117
Lampiran 14 RencanaPelaksanaan Pembelajaran Siklus II
118
123
124
125
Lampiran 18 128
131
Lampiran 20 Nilai Rata- 134
135
Lampiran 22 138
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
141
Lampiran 24 Nilai Rata- 144
Lampiran 25 Observasi Penilaian Aktivitas Siswa Siklus I
145
Lampiran 26 Observasi Penilaian Aktivitas Siswa Siklus I
147
Lampiran 27 Observasi Penilaian Aktivitas Siswa Siklus II
149
Lampiran 28 Observasi Penilaian Aktivitas Siswa Siklus II
151
153
Lampiran 30 Observasi Kinerja Guru 159
. 161
. 163
165
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran bahasa Indonesia terintegrasi dalam empat keterampilan
berbahasa. Salah satu keterampilan berbahasa adalah berbicara, (S. T. Y Slamet,
2008:31 ). Pembelajaran berbicara merupakan bagian dari pembelajaran bahasa.
Bahasa merupakan alat penting bagi manusia untuk komunikasi (Gorys Keraf,
1980:1). Selain itu, bahasa merupakan sarana berpikir keilmuan. Sebagai sarana
berkomunikasi dan juga sarana berpikir keilmuan, maka bahasa menjadi penting
untuk dipelajari.
Melalui kegiatan berbicara sebenarnya siswa diharapkan mampu
mengungkapkan gagasan, perasaan, dan pengalamannya kepada orang lain dengan
bahasa Indonesia yang baik dan benar. Namun kenyataannya hingga sekarang
kemampuan berbicara yang dimiliki siswa, khususnya siswa SD belum
memperlihatkan keberhasilan. Kemampuan berbahasa termasuk berbicara, di
kalangan para pelajar kita masih rendah (Henry Tarigan, 1996: 25).
Selain perasaan malu, ketidakmampuan siswa berbicara di depan kelas
juga dipengaruhi oleh rasa percaya diri yang kurang. Berkaitan dengan rasa
percaya diri, (Rogers, 2004: 25) menyatakan bahwa jika ingin menjadi seseorang
yang terampil berbicara di depan publik harus memiliki rasa percaya diri,
ketenangan, dan sering melakukan latihan. Rasa percaya diri dapat dibangkitkan
oleh siswa sendiri. Karena kurang percaya diri inilah yang menyebabkan ketika
siswa berbicara di depan kelas, banyak dijumpai di antara mereka yang bicaranya
terputus-putus, bahkan yang memiliki rasa malu dan tidak bisa menguasai diri
lebih memilih mundur ke tempat duduk semula.
Sebagai pengajar, guru juga memiliki peran yang penting. Tugas guru
adalah mendorong siswa untuk berpikir kreatif dalam setiap pembelajaran.
Ditegaskan oleh Mudjito A.K (1994: 10) bahwa cara menyajikan pelajaran
hendaknya memanfaatkan metode yang tepat. Banyaknya metode pembelajaran
yang ada saat ini, tentunya memerlukan kemampuan guru untuk memilih metode
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
yang paling sesuai dengan situasi dan kondisi. Karena setiap metode memiliki
kelebihan dan kelemahan yang berbeda-beda. Karena itulah maka guru harus
dapat memahami kelasnya masing-masing.
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Sekolah Dasar (SD)
Mata Pelajaran Bahasa Indonesia, disebutkan bahwa salah satu standar
kompetensi untuk siswa kelas V semester dua, khususnya aspek berbicara adalah:
dijabarkan ke dalam kompetensi dasar, yaitu: siswa mampu mengomentari
persoalan faktual disertai alasan yang mendukung dengan memperhatikan pilihan
kata dan santun berbahasa. (Depdiknas, 2006: 27).
Siswa kelas V di Sekolah Dasar Negeri Kadireso, Teras, Boyolali selama
ini masih memiliki kemampuan berbicara yang kurang, khususnya di dalam
kompetensi dasar: mampu mengomentari persoalan faktual disertai alasan yang
mendukung dengan memperhatikan pilihan kata dan santun berbahasa. Dilihat
dari hasil pra siklus yang menunjukkan rata-rata nilai siswa hanya 56,75 dari 32
siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Kadireso, Teras, Boyolali dengan nilai
terendah 28 dan nilai tertinggi adalah 80, sedangkan nilai KKM (Kriteria
Ketuntasan Minimum) untuk mata pelajaran bahasa Indonesia adalah 62 (lampiran
3 halaman 93). Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain kurang
optimalnya pelaksanaan belajar mengajar berbicara di kelas dan lemahnya minat
belajar siswa karena rasa takut untuk berbicara di depan kelas. Berkaitan dengan
pelaksanaan belajar mengajar di kelas, erat kaitannya dengan penggunaan metode
pembelajaran yang digunakan oleh guru selama ini. Oleh karena itu, perlu
dilakukan eksperimen atau tindakan pembelajaran dengan memaksimalkan
metode pembelajaran yang berbeda. Salah satu metode yang digunakan adalah
kooperatif tipe Team-Games Tournament (TGT). Belajar kooperatif adalah
pemanfaatan kelompok kecil dalam pengajaran yang memungkinkan siswa
bekerja bersama untuk memaksimalkan belajar mereka dan anggota dalam
kelompok tersebut, mereka saling bekerja bersama dalam mencapai tujuan
bersama (Hamid Hasan dalam Etin Solihatin dan Raharjo, 2008: 4).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Berdasarkan hal di atas, untuk mengetahui peningkatan kemampuan
berbicara siswa di depan kelas maka peneliti tertarik untuk mengangkat
permasalahan tersebut dengan judul emampuan Berbicara
melalui Metode Pembelajaran Kooperatif Team-Games Tournament (TGT)
pada Siswa Kelas V SD Negeri Kadireso, Teras, Boyolali Tahun Perlajaran
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan di
dirumuskan dalam perumusan masalah adalah sebagai berikut:
1. Apakah melalui metode kooperatif Team-Games Tournament (TGT) dapat
meningkatkan kemampuan berbicara pada siswa kelas V SD Negeri
Kadireso, Teras, Boyolali Tahun Pelajaran 2010/2011?
2. Bagaimana proses penggunaan metode kooperatif Team-Games
Tournament (TGT) untuk meningkatkan kemampuan berbicara pada siswa
kelas V SD Negeri Kadireso, Teras, Boyolali Tahun Pelajaran 2010/2011 ?
C. Tujuan Penelitian
Dengan memperhatikan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini
adalah untuk:
1. Meningkatkan kemampuan berbicara melalui metode kooperatif Team-
Games Tournament (TGT) pada siswa SD Negeri Kadireso, Teras,
Boyolali tahun pelajaran 2010/2011.
2. Mendeskripsikan penerapan metode kooperatif Team-Games Tournament
(TGT) dalam meningkatkan kemampuan berbicara pada siswa SD Negeri
Kadireso, Teras, Boyolali tahun pelajaran 2010/2011.
D. Manfaat Penelitian
Sesuai dengan tujuan penelitian, maka penelitian ini diharapkan memiliki manfaat
sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
1. Secara Teoritis
Dapat dijadikan bahan masukan/informasi untuk memperdalam
pemahaman dan wawasan teori tentang langkah-langkah penggunaan
media gambar dan metode kooperatif teams-games tournament, khususnya
berbicara di depan kelas. Selain itu dapat mendorong peneliti lain untuk
pengembangan ilmu pengetahuan yang lebih luas dan mendalam.
2. Secara Praktis
Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh beberapa pihak,
khususnya yang terkait dalam bidang pendidikan dan pembelajaran. Pihak-
pihak tersebut antara lain:
a. Bagi Siswa
1) Meningkatnya perhatian siswa dalam mengikuti pembelajaran.
2) Meningkatnya gairah siswa dalam belajar, bersemangat karena
metode pembelajaran yang menarik.
3) Diberikan kesempatan lebih banyak untuk mencermati,
mengamati, meneliti, serta melatih kerjasama dengan siswa
lainnya.
b. Bagi Guru
1) Bertambahnya pengetahuan yang lebih konkret mengenai
penggunaan metode kooperatif Team-Games Tournament
(TGT) dalam meningkatkan kemampuan berbicara siswa.
2) Meningkatnya kemampuan dalam meningkatkan pelaksanaan
pembelajaran di kelas.
c. Bagi Sekolah
1) Memberikan gambaran tentang kompetensi guru dalam
mengajar, dan kemampuan siswa dalam berbicara di depan
kelas, sehingga meningkatnya kualitas proses dan hasil
pembelajaran dapat ditingkatkan.
2) Tumbuhnya iklim pembelajaran yang kondusif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Hakikat Kemampuan Berbicara
a. Pengertian Kemampuan
Kemampuan adalah modal utama untuk dapat melakukan sesuatu.
Dalam pembelajaran kemampuan awal anak merupakan hal penting agar anak
sanggup mengikuti perkembangan pembelajaran berikutnya. Definisi
kemampuan menurut Keith Davis dalam Mangkunegara (2000) dalam
(http://digib.petra.ac.id) kemampuan (ability) terdiri dari kemampuan potensi
(IQ) dan kemampuan reality (knowledge + skill). Artinya bahwa seseorang
yang mempunyai IQ di atas rata-rata dan dengan pendidikan yang memadai
serta terampil dalam mengarjakan pekerjaanya sehari- hari, maka akan lebih
mudah mencapai kinerja maksimal.
Menurut Chaplin dalam (http: //digilib.petra.ac.id) ability
(kemampuan, kecakapan, ketangkasan, bakat, kesanggupan) merupakan
pendapat tersebut, Akhmat Sudrajat dalam (http://akhmadsudrajat.
wordpress.co) menganalogikan kemampuan dengan kata kecakapan. Menurut
Robbins dalam (http://digilib.petra.ac.id)
Menilik dari sruktur penyusunan awalan ke dan akhiran an, mampu
diartikan sebagai kuasa (bisa, sanggup) melakukan sesuatu, dapat.Sedang
kemampuan diartikan sebagai kesanggupan, kekuatan, kekayaan
(Poerwadarminta, 2007: 742).
Lebih lanjut Robbins, dalam (http://digilib.petra.ac.id) menyatakan
bahwa kemampuan terdiri dari dua faktor, yaitu:
1) Kemampuan intelektual (intelectual ability)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang dalam melakukan
aktivitas secara mental.
2) Kemampuan fisik (physical intellectual)
merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang dalam melakukan
aktivitas berdasarkan stamina, kekuatan, dan karakteristik fisik.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan
adalah kesanggupan, kekuatan atau tenaga untuk menguasai sesuatu atau
perbuatan yang dipengaruhi oleh faktor intelektual dan faktor fisik.
b. Pengertian Berbicara
Berbicara merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang paling
sering dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Djago Tarigan (1992: 129),
menyatakan bahwa berbicara adalah keterampilan menyampaikan pesan
melalui bahasa lisan. Sedangkan Henry Guntur Tarigan (1983:27) dalam St. Y.
Slamet (2008: 33) mengemukakan bahwa berbicara adalah kemampuan
mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan,
menyatakan, serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. berbicara
tidak hanya sekedar pengucapan bunyi-bunyi atau kata-kata. Berbicara adalah
sarana untuk mengkomunikasikan gagasan-gagasan yang disusun serta
dikembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan pendengar atau penyimak.
Hal senada dikemukakan oleh Asep Jolly (2004: 1) bahwa berbicara
adalah salah satu aspek keterampilan berbahasa. Berbicara sebagai suatu proses
komunikasi, proses perubahan wujud pikiran atau perasaan menjadi wujud
ujaran atau bunyi bahasa yang bermakna, yang disampaikan kepada orang lain.
Berbicara merupakan suatu peristiwa penyampaian maksud, ide, pikiran, dan
perasaan seseorang kepada orang lain.
Menurut Logan dalam Djago Tarigan (1992: 143), konsep dasar
berbicara dengan sarana berkomunikasi mencakup sembilan hal. Kesembilan
hal tersebut sebagai berikut:
1) Berbicara dan menyimak adalah dua kegiatan yang resiprokal.
2) Berbicara adalah proses individu berkomunikasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
3) Berbicara adalah ekspresi kreatif.
4) Berbicara adalah tingkah laku.
5) Berbicara adalah tingkah laku yang dipelajari.
6) Berbicara dipengaruhi kekayaan pengalaman.
7) Berbicara adalah sarana memperlancar cakrawala.
8) Kemampuan linguistik dan lingkungan berkaitan erat.
9) Berbicara adalah pancaran pribadi.
Dari beberapa pendapat tentang berbicara tersebut di atas bahwa berbicara
adalah suatu proses komunikasi secara lisan dengan mengucapkan bunyi-
bunyi atau kata-kata untuk menyampaikan ide, gagasan, pikiran, dan perasaan
kepada orang lain.
c. Pengertian Kemampuan Berbicara
Kemampuan berbicara pada dasarnya harus dimiliki oleh semua orang
yang ada di dalam kegiatannya membutuhkan komunikasi, baik yang sifatnya
satu arah maupun dua arah. Dengan kemampuannya segala pesan yang
disampaikannya akan mudah dicerna, sehingga komunikasi dapat berjalan
lancar dengan siapa saja.
Menurut Anwar Effendi (2008:370), kemampuan berbicara pada
hakikatnya adalah kemampuan untuk megucapkan kata-kata untuk
menceritakan, mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan pikiran gagasan,
dan perasaan kepada orang lain dengan kepercayaan diri.
Kemampuan berbicara yang dimaksud di atas adalah kemampuan
untuk untuk berbicara secara wajar, jujur, benar, dan bertanggung jawab, serta
menghilangkan masalah psikologis seperti rasa malu, rendah diri, ketegangan,
berat lidah, dan lain-lain.
Senada dengan pendapat tersebut, ST. Y Slamet (2007:35),
menyatakan bahwa kemampuan berbicara merupakan kemampuan untuk
mengekspresikan diri. Yang dimaksud beliau adalah bila si pembicara
memiliki pengetahuan dan pengalaman yang luas, maka dengan mudah yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
bersangkutan dapat menguraikan pengetahuan dan pengalamannya, begitupun
sebaliknya.
Lebih lanjut lagi Wilkin dalam Oktarina (2002:56), menyatakan bahwa
-kalimat karena
komunikasi terjadi melalui kalimat-
Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat peneliti simpulkan bahwa
kemampuan berbicara adalah kesanggupan yang dimiliki seseorang untuk
mengucapkan bunyi-bunyi, kata-kata atau kalimat-kalimat untuk
menceritakan, mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan pikiran gagasan
ide, pikiran, dan perasaan kepada orang lain yang bertujuan sebagai bentuk
dari komunikasi.
d. Kesulitan-kesulitan dalam Berbicara
Kesulitan berbicara merupakan salah satu bentuk kesulitan yang nyata
dalam aktivitas. Kesulitan tersebut berupa gangguan intrinsik yang diduga
karena adanya disfungsi sistem saraf pusat. Kesulitan berbicara bisa terjadi
bersamaan dengan gangguan lain, misalnya gangguan sensoris, hambatan
sosial, dan emosional serta pengaruh lingkungan misalnya perbedaan budaya
atau proses pembelajaran yang tidak sesuai.
Kesulitan berbicara yang dialami oleh anak akan menjadi masalah
awal anak untuk belajar hal lainnya, sebab berbicara merupakan salah satu
kemampuan dasar anak untuk berkomunikasi dengan orang lain. Menurut
Derek Wood (2005: 25), kesulitan dalam berbicara sering menjadi indikasi
awal bagi kesulitan belajar yang dialami seorang anak. Orang yang mengalami
kesulitan jenis ini menemui kesulitan dalam menghasilkan bunyi-bunyi bahasa
yang tepat, berkomunikasi dengan orang lain melalui penggunaan bahasa yang
benar, atau memahami apa yang orang lain katakan.
Kemampuan berbicara yang masih rendah dipengaruhi oleh banyak
hal. Menurut Lovvit dalam Mulyono Abdurahman (1999: 190), menyebutkan
kesulitan ini antara lain dikarenakan hal sebagai berikut: 1) kekurangan
kognitif, 2) kekurangan dalam memori, 3) kekurangan kemampuan melakukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
evaluasi, 4) kekurangan kemampuan memproduksi bahasa, dan 5) kekurangan
dalam bidang pragmatic atau penggunaan fungsional bahasa. Sedangkan
Anwar Efendi (2008: 319), menyebutkan rendahnya tingkat kemampuan
berbicara siswa dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor
internal antara lain berkaitan dengan metode, teknik, media, atau sumber
pembelajaran. Sedangkan faktor eksternal antara lain yaitu berhubungan
dengan penggunaan bahasa Indonesia di lingkungan keluarga dan masyarakat
yang pada umumnya belum memperhatikan kaidah-kaidah berbahasa yang
baik dan benar. Akibatnya anak terbiasa untuk menuturkan bahasa Indonesia
sesuai dengan konteks.
Menurut Djago Tarigan (1992: 143), kesulitan berbicara yang dialami
siswa ini bervariasi mulai dari taraf baik/lancar, sedang, atau kurang/gagap.
Ada siswa yang lancar menyatakan keinginan, rasa senang, sedih, sakit, atau
letih. Bahkan mungkin dapat menyatakan pendapatnya mengenai sesuatu
walaupun dalam taraf yang sederhana. Beberapa siswa lainnya masih takut-
takut berdiri di hadapan teman sekelasnya. Bahkan tidak jarang beberapa
siswa berkeringat dingin, berdiri kaku, lupa segalanya bila ia berhadapan
dengan siswa lainnya.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
kemampuan berbicara pada anak berbeda-beda. Anak dihadapkan pada
kesulitan-kesulitan dalam berbicara. Hal ini dipengaruhi oleh banyak faktor,
baik itu faktor fisik maupun psikologis, serta faktor internal dan eksternal.
e. Jenis-jenis Berbicara
Berbicara dapat berlangsung dalam situasi, suasana, dan lingkungan
tertentu. Di dalam lingkungan formal, pembicara dituntut secara formal pula,
sebaliknya dalam suasana informal pembicara berbicara santai (tidak formal).
St. Y. Slamet (2008: 37), menyebutkan jenis-jenis berbicara ditinjau
sebagai seni dan sebagai ilmu. Berbicara adalah seni menekankan
penerapannya sebagai alat komunikasi dalam masyarakat, dan yang menjadi
perhatiannya antara lain: 1) berbicara di muka umum, 2) diskusi kelompok, 3)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
debat. Berbicara sebagai limu menelaah hal-hal yang berkaitan dengan: 1)
mekanisme berbicara dan mendengar, 2) latihan dasar tentang ujaran dan
suara, 3) bunyi-bunyi bahasa, dan 4) patologi ujaran. Pengetahuan tentang
ilmu atau teori berbicara sangat menunjang kemahiran serta keberhasilan
kemampuan berbicara.
Berbicara merupakan kemampuan untuk mengucapkan dan
dan Darmiyati (2001: 8-11), jenis-jenis berbicara dapat dibedakan menjadi
empat kategori, yaitu: 1) percakapan, 2) bebicara estetik, 3) berbicara untuk
menyampaikan informasi atau mempengaruhi, dan 4) kegiatan dramatik.
Djago Tarigan (1992: 155), membedakan jenis berbicara ke dalam dua
kategori. Kategori yang pertama adalah berbicara informal yang meliputi tukar
pengalaman, percakapan, menyampaikan berita, menyampaikan pengumuman,
bertelepon, memberi petunjuk. Kategori yang kedua adalah berbicara formal
yang mencakup ceramah, perencanaan dan penilaian, interview, prosedur
parlemen, dan bercerita.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa jenis-
jenis berbicara meliputi dua kategori, yaitu berbicara formal dan informal.
Jenis-jenis berbicara merupakan suatu seni dan ilmu sebagai alat komunikasi
di masyarakat.
f. Tujuan Berbicara
Sesuai dengan hakikat berbicara sebagai suatu peristiwa penyampaian
pesan, pasti ada sesuatu yang ingin disampaikan oleh pembicara kepada
pendengarnya. Dengan demikian dalam berbicara akan selalu terlihat adanya
unsur tujuan. Seperti halnya kemampuan berbahasa yang lain, berbicara juga
memiliki tujuan yang hendak di capai oleh pembicara maupun pendengar agar
maksud dari pembicaraan tepat pada sasaran yang diinginkan.
Menurut St. Y. Slamet (2008: 36), tujuan utama berbicara adalah untuk
berkomunikasi. Agar dapat menyampaikan pikiran, gagasan, perasaan, dan
kemauan secara efektif, seyogyanya pembicara memahami makna segala
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
sesuatu yang ingin dikomunikasikan. Dia harus mampu mengevaluasi efek
komunikasinya terhadap pendengarnya, dapat dimanfaatkan untuk mengontrol
diri, apakah sudah mempunyai kesanggupan mengucapkan bunyi-bunyi
bahasa dengan tepat, mengungkapkan fakta-fakta dengan spontan, dan
menerapkan kaidah-kaidah bahasa yang benar secara otomatis.
Djago Tarigan (1992: 156), menyatakan bahwa tujuan berbicara antara
lain: 1) menghibur, 2) menginformasikan, 3) menstimulasi, 4) meyakinkan,
dan 5) menggerakkan.
Gorys Keraf dalam St. Y. Slamet (2008: 37), menyebutkan bahwa
tujuan berbicara sebagai berikut: 1) mendorong pembicara untuk memberi
semangat, membangkitkan kegairahan, serta menunjukkan rasa hormat, dan
pengabdian, 2) meyakinkan, 3) berbuat/bertindak, 4) memberitahukan, dan 5)
menyenangkan.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan dari
berbicara adalah untuk menyampaikan pikiran, gagasan, perasaan, dan
kemauan secara efektif sehingga kegiatan berbicara menjadi suatu kegiatan
yang mampu memberikan semangat bagi pembicara, meyakinkan pendengar,
menyenangkan, dan menghibur pendengar.
2. Hakikat Metode Kooperatif TGT
a. Pengertian Metode
Suatu pembelajaran yang dilaksanakan diperlukan adanya strategi.
Kadang antara strategi dan metode disalah artikan padahal keduanya memiliki
arti yang berbeda. Dalam (http://id.wikipedia.org/wiki/Metode) diakses 20
April 2011, mengemukakan bahwa metode berasal dari Bahasa Yunani
Methodos
Sehubungan dengan upaya ilmiah maka metode menyangkut masalah
cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang
bersangkutan. Metode adalah cara yang digunakan oleh guru/peserta didik
dalam mengolah informasi yang berupa fakta, data, dan konsep pada proses
pembelajaran yang mungkin terjadi dalam suatu strategi. Untuk mencapai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
hasil pembelajaran yang maksimal, diperlukan strategi pembelajaran yang
tepat. Pada saat menetapkan strategi yang digunakan, guru harus cermat
memilih dan menetapkan metode yang sesuai.
Menurut Isjoni (2010: 108), menyebutkan bahwa untuk melaksanakan
strategi diperlukan seperangkat metode pembelajaran yang diselenggarakan
tiap tatap muka. Strategi dapat diartikan sebagai
yang berarti rencana kegiatan untuk mencapai sesuatu. Sedangkan
yang berarti cara untuk
mencapai sesuatu.
Senada dengan hal tersebut, J. R David (1976: 67), mengemukakan
plan, method or series of activities designed to achieves a particular
e Menurut pengertian ini strategi pembelajaran meliputi
rencana, metode, dan perangkat kegiatan yang direncanakan untuk mencapai
tujuan pengajaran tertentu.
Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa metode
adalah cara yang digunakan oleh guru/peserta didik untuk mencapai suatu
tujuan pembelajaran dan digunakan untuk mengolah informasi yang berupa
fakta, data, dan konsep pada proses pembelajaran yang mungkin terjadi dalam
suatu strategi.
b. Metode Kooperatif
Metode kooperatif berasal dari kata cooperative yang artinya
mengerjakan sesuatu secara bersama- sama dengan saling membantu satu
sama lainya sebagai satu kelompok atau satu tim.
Slavin (2010: 8) mengemukakan metode kooperatif adalah metode
pembelajaran dimana kelompok belajar dan bekerja dalam kelompok-
kelompok kecil yang berjumlah empat orang untuk menguasai materi yang
disampaikan oleh guru.
Johson (2010:2) mengemukakan bahwa pembelajaran dengan metode
kooperatif mengandung arti bekerja bersama dalam mencapai tujuan
bersama.dalam kegiatan kooperatif, siswa mencari hasil yang menguntungkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
bagi seluruh anggota kelompok. Belajar kooperatif adalah memanfaatkan
kelompok kecil untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota
kelompok lainya dalam kelompok itu. Prosedur pembelajaran dengan metode
kooperatif dirancang untuk mengaktivitaskan siswa melalui inkuiri dan
perbincangan dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4- 5 orang.
Metode kooperatif lebih menekankan pada adanya kerjasama dan
gotong royong di antara anggota kelompok yang ada. Anita Lie (2000: 47)
menyebutkan pembelajaran dengan metode kooperatif dengan istilah gotong
royong, yaitu kelompok pembelajaran memberi kesempatan kepada peserta
didik untuk bekerjasama dengan siswa lain dalam tugas-tugas tersruktur.
Lebih jauh dikatakan pembelajaraan dengan metode kooperatif hanya berjalan
kalau sudah terbentuk suatu kelompok atau suatu kelompok didalamnya siswa
bekerja secara terarah untuk mencapai tujuan yang sudah ditentukan dengan
jumlah kelompok pada umumnya terdiri dari 4- 5 orang saja.
Etin Solihatin dan Raharjo (2007: 4) menyebutkan bahwa cooperative
learning mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau perilaku bersama
dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerja sama
yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih di mana
keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota
kelompok itu sendiri.
Menurut Davidson dan Warsham (2003: 56) dalam Isjoni (2010: 29),
pembelajaran dengan metode kooperatif adalah kegitan belajar mengajar
secara kelompok-kelompok kecil, siswa belajar dan bekerja sama untuk
sampai kepada pengalaman belajar yang berkelompok pengalaman individu
dan pengalaman kelompok. Pada hakekatnya pembelajaran kooperatif sama
dengan kerja kelompok, oleh karena itu banyak guru yang mengatakan bahwa
tidak ada sesuatu yang aneh dalam pembelajaran kooperatif karena
menganggap telah biasa menggunakanya. Walaupun pembelajaran dengan
metode kooperatif terbentuk dalam suatu kelompok, tetapi tidak setiap kerja
kelompok dikatakan pembelajaran kooperatif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
dengan metode kooperatif adalah kegiatan belajar mengajar, dimana siswa
dituntut untuk aktif dan saling bekerja sama dalam kelompok kecil untuk
mencapai tujuan bersama.
c. Ciri-ciri Metode Kooperatif
Pada hakekatnya pembelajaran kooperatif sama dengan kerja
kelompok. Walaupun pembelajaran kooperatif terjadi dalam bentuk kelompok,
tetapi tidak setiap kerja kelompok di sebut pembelajaran kooperatif.
Menurut Rusman (2010 : 207) menjelaskan bahwa ciri pembelajaran
kooperatif dapat dijelaskan sebagai berikut (1) pembelajaran secara tim untuk
mencapai tujuan, oleh karena itu tim harus mampu membuat setiap siswa
belajar dan setiap anggota tim harus saling membantu untuk mencapai tujuan
pembelajaran (2) didasarkan pada manejemen kooperatif (3) kemampuan
untuk bekerja sama, karena keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan
oleh keberhasilan secara kelompok dan (4) keterampilan bekerja sama yang
dipraktikkan melalui aktivitas dan melalui kegiatan pembelajaran secara
berkelompok.
Bennet (1995) dalam Isjoni (2009: 60) menyatakan ada lima unsur
dasar yang dapat membedakan pembelajaran kooperatif dengan kerja
kelompok, yaitu:
1) Positive Interdependence, yaitu hubugan timbal balik yang didasari adanya
kepentingan yang sama atau perasaan diantara anggota kelompok dimana
keberhasilan seseorang merupakan keberhasilan yang lain pula atau
sebaliknya.
2) Interaction face to face, yaitu interaksi yang lagsung terjadi antar siswa
tanpa adanya perantara.
3) Adanya tanggungjawab pribadi mengenai materi pelajaran dalam anggota
kelompok. Hal tersebut, dapat memotivasi siswa untukmembantu temanya,
karena tujuan pembelajaran kooperatif adalah menjadikan setiap anggota
kelompok lebih kuat pribadinya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
4) Membutuhkan keluwesan, yaitu menciptakan hubungan antar pribadi,
mengembangkan kemampuan antar kelompok dan memelihara hubungan
kerja yang efektif.
5) Meningkatkan ketrampilan kerja dalam memecahkan masalah (proses
kelompok).
Kemudian Isjoni (2009: 27) menyebutkan pembelajaran kooperatif
mempunyai ciri-ciri yaitu: a) setiap anggota memiliki peran, b) terjadi
hubungan interaksi langsung diantara siswa, c) setiap anggota kelompok
bertanggungjawab atas belajarnya dan juga teman-teman sekelompoknya, d)
guru membantu mengembangkan ketrampila-ketrampilan interpersonal
kelompok dan e) guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat siswa
membutuhkan bantuan guru.
Selain itu Etin Solihatin dan Raharjo (2008: 9), mengemukakan bahwa
metode pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri: 1) untuk menuntaskan
materi belajarnya, siswa belajar dalam kelompok secara kooperatif, 2)
kelompok dibentuk dari siswa-siswanya yang memiliki kemampuan tinggi,
sedang, dan rendah, 3) jika dalam kelas terdapat siswa-siswa yang terdiri dari
beberapa ras, suku, budaya, jenis kelamin yang berbeda, maka diupayakan
agar dalam tiap kelompok terdiri dari ras, suku, budaya, jenis kelamin yang
berbeda pula, dan 4) penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok
daripada perorangan.
Metode kooperatif memiliki perbedaan yang berbeda dengan metode
konvensional. Adapun perbedaan metode kooperatif dengan metode
konvensional dapat dilihat dalam Tabel 1:
No Kelompok Belajar Kooperatif Kelompok Belajar
Tradisional
1. Adanya saling ketergantungan positif,
Saling membentu dan saling
memberikan motivasi sehingga ada
interaksi promotif.
Guru membiarkan siswa
yang mendominasi kelompok
atau mengantungkan diri
pada kelompok.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
2. Adanya akuntabilitas individual yang
mengukur penguasaan materi pelajaran
tiap anggota kelompok.
Akuntabilitas individual
sering diabaikan sehingga
tugas- tugas sering
dikerjakan salah seorang
anggota kelompok.
3. Kelompok belajar heterogen dalam
kemampuan akademik, jenis kelamin,
ras, suku, dan etnik sehingga dapat
saling mengetahuai siapa yang
memerlukan bantuan dan siapa yang
dapat memberikan bantuan
Kelompok belajar homogen.
4. Pimpinan kelompok dipilih secara
demokratis atau bergilir untuk
memberikan pengalaman memimpin
bagi para anggota kelompok.
Pemimpin kelompok sering
ditentukan oleh guru.
5. Keterampilan sosial yang diperlukan
dalam kerja gotong royong seperti
kepemimpinan, kemampuan
komunikasi, mempercayai orang lain,
dan mengelola konflik secara langsung
diajarkan.
Keterampilan sosial sering
tidak diajarkan langsung
6. Pada saat belajar kooperatif sedang
berlangsung, guru terus memantau
melalui observasi.
Pemantauan melalui
observasi dan intervensi
sering dilakukan oleh guru
pada saat pembelajaran
sedang berlangsung.
7. Guru memperhatikan secara langsung
proses kelompok yang terjadi dalam
kelompok- kelompok belajar.
Guru tidak memperhatikan
proses kelompok yang terjadi
dalm kelompok- kelompok
belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
8. Penekanan tidak hanya pada
penyelesaian tugas tetapi juga
hubungan interpersonal (hubungan
antar pribadi yang saling menghargai).
Penekanan hanya sering pada
tugas- tugas.
Tabel 1. Perbedaan Metode Kooperatif dengan Metode Konvensional
Sumber: (Sugiyanto, 2008:40-41 )
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa metode
kooperatif memiliki ciri-ciri yang melekat pada saat metode pembelajaran ini
berlangsung. Adapun ciri-cirinya antara lain adanya kerjasama antar kelompok
yang memiliki satu tujuan yang sama, memiliki tanggungjawab, dan
keluwesan serta adanya kekompakan dalam membantu teman satu
kelompoknya demi keberhasilan bersama yang hendak dicapai.
d. Tujuan Metode Kooperatif
Setiap metode pembelajaran memiliki tujuan yang ingin dicapai.
Metode kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan
pembelajaran yang penting. Menurut Ibrahim (2000) dalam Isjoni (2010:27),
ketiga tujuan tersebut adalah:
Tujuan pertama pembelajaran dengan metode kooperatif yaitu meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademiknya. Siswa yang lebih mampu akan menjadi narasumber bagi siswa yang memiliki kemampuan kurang. Sedangkan tujuan kedua, pembelajaran dengan metode kooperatif adalah memberi peluang agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai perbedaan latar belajar. Tujuan penting yang ketiga adalah untuk mengembangkan keterampilan sosial anak. Ketiga tujuan yang dikemukakan di atas merupakan satu rangkaian
yang ingin dicapai dalam pembelajaran yang menggunakan metode kooperatif.
Siswa yang memiliki kemampuan yang lebih dapat membantu anggota
kelompoknya yang memiliki kemampuan belajar yang kurang. Metode
kooperatif ini juga melatih siswa untuk menerima perbedaan di lingkungan
sekitarnya yang terdiri dari suku, ras, agama, kemampuan akademik, dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
tingkat sosial yang berbeda-beda. Dengan perbedaan yang ada tersebut siswa
diharapkan mampu mengembangkan keterampilan sosialnya, antara lain
mampu berbagi tugas dengan yang lain, aktif bertanya, menghargai pendapat
orang lain, memancing teman untuk bertanya, mau menjelaskan ide atau
pendapat, bekerja dalam kelompok, dan sebagainya.
Menurut David Johnson, Robert Johnson dan Holubec (2010: 36),
suasana belajar cooperative learning menghasilkan prestasi yang lebih tinggi,
hubungan yang lebih positif, dan penyesuaian psikologis yang lebih baik
daripada suasana belajar yang penuh dengan persaingan dan memisah-
misahkan siswa. Pembelajaran kooperatif memiliki tujuan untuk membiasakan
siswa untuk bekerjasama secara bersama-sama dan tidak dipisah-pisahkan.
Sedangkan Ricard
tujuan kooperatif terjadi apabila siswa dapat mencapai tujuan yang ingin
bertanggungjawab atas keberhasilan kelompoknya. Siswa dalam situasi
cooperative learning dituntut untuk mengerjakan tugas yang sama secara
bersama-sama, dan mereka harus mengkoordinasikan usahanya untuk
menyelesaikan tugas tersebut.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa metode
kooperatif memiliki tujuan untuk membiasakan siswa saling bekerjasama
dalam perbedaan dan bertanggungjawab terhadap tugasnya masing-masing di
dalam kelompok demi tercapainya keberhasilan kelompoknya.
e. Tipe-tipe Metode Kooperatif
Berbeda dengan metode konvensional, tekanan utama pembelajaran
interaksi siswa menjadi maksimal dan efektif. Namun demikian, belajar
kelompok tidak selalu dapat digolongkan sebagai pembelajaran kooperatif.
Bila siswa dalam kelompok belajar tidak saling menyumbangkan pikiran dan
bertanggung jawab terhadap pencapaian hasil belajar tersebut tidak dapat
digolongkan sebagai pembelajaran kooperatif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Ada beberapa variasi tipe metode kooperatif, walaupun prinsip dasar
dari pembelajaran kooperatif ini tidak berubah Tipe-tipe metode kooperatif
menurut Isjoni (2009 : 73), menyatakan bahwa dalam pembelajaran kooperatif
terdapat beberapa variasi tipe yang dapat diterapkan , yaitu :
1) Student Team Achievement Division (STAD)
2) Jigsaw
3) Teams Games Tournaments (TGT)
4) Group Investigation (GI)
5) Rotating Trio Exchange
6) Group Resume
Menurut Suyitno (2004: 37), pembelajaran kooperatif di bagi kedalam
enam tipe yaitu:
1) STAD (Student Teams Achievement Divisions).
2) TGT (Teams Games Tournament).
3) TAI (Teams Assisted Individualization).
4) Jigsaw I.
5) Jigsaw II.
6) CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition).
Sedangkan menurut Triyanto (2010: 67), menyebutkan tipe metode
kooperatif ada 4 macam, yaitu:
1) STAD (Student Team Achievement Division).
2) JIGSAW.
3) Investigasi Kelompok (Team-Games Tournament atau TGT).
4) Pendekatan Struktural (Think Pair Share atau TPS dan Numbered Head
Together atau NHT).
Dari beberapa tipe metode kooperatif yang disebutkan oleh beberapa
ahli di atas, pembelajaran yang diterapkan dalam penelitian ini adalah melalui
metode Team-Games Tournament (TGT) karena metode kooperatif tipe TGT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
menggunakan permainan yang menarik dan dibentuk kelompok-kelompok,
diharapkan dengan tipe TGT ini siswa akan lebih fokus dalam pembelajaran
dan dapat bekerja sama di dalam kelompok sehingga tujuan pembelajaran
akan tercapai secara maksimal dan mampu meningkatkan kemampuan
berbicara siswa.
f. Pengertian Metode Kooperatif Team-Games Tournament (TGT)
Pada awalnya pembelajaran menggunakan metode TGT dikembangkan
oleh David DeVries dan Keith Edwards,yang merupakan pembelajaran
pertama dari Johns Hopkis.
Menurut Winastwan dan Sunarto (2010: 61), mengemukakan bahwa
TGT adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa
dalam kelompok kelompok belajar yang beranggotakan 5 sampai 6 orang
siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin dan suku kata atau ras yang
berbeda. Guru menyajikan materi, dan siswa bekerja dalam kelompok mereka
masing masing. Dalam kerja kelompok guru memberikan LKS kepada
setiap kelompok. Tugas yang diberikan dikerjakan bersama sama dengan
anggota kelompoknya. Apabila ada dari anggota kelompok yang tidak
mengerti dengan tugas yang diberikan, maka anggota kelompok yang lain
bertanggungjawab untuk memberikan jawaban atau menjelaskannya, sebelum
mengajukan pertanyaan tersebut kepada guru.
Senada dengan pendapat di atas, menurut Saco (2006: 32) dalam
(http://suhadinet.wordpress.com/2008/03/28/model-pembelajaran-kooperatif-
tipe-tgt-teams-games-tournaments/) diakses 23 Maret 2011, di dalam TGT
siswa memainkan permainan-permainan dengan anggota-anggota tim lain
untuk memperoleh skor bagi tim mereka masing-masing. Permainan dapat
disusun guru dalam bentuk kuis berupa pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan
dengan materi pelajaran. Kadang-kadang dapat juga diselingi dengan
pertanyaan yang berkaitan dengan kelompok (identitas kelompok mereka).
Slavin (2010: 163), menyatakan bahwa metode kooperatif tipe TGT
adalah metode dimana siswa memainkan game akademik dengan anggota tim
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
yang lain untuk menyumbangkan poin bagi skor timnya. Metode kooperatif
tipe TGT menambahkan dimensi kegembiraan yang diperoleh dari
penggunaan permainan. Teman satu tim akan saling membantu dalam
mempersiapkan diri untuk permainan dengan mempelajari lembar kegiatan
dan menjelaskan masalah-masalah satu sama lain, tetapi sewaktu siswa sedang
bermain dengan game temannya tidak boleh membantu, memastikan telah
terjadi tanggung jawab individual.
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa metode
pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah salah satu tipe pembelajaran
kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan seluruh siswa tanpa harus ada
perbedaan status. Tipe ini melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya,
mengandung unsur permainan yang bisa menggairahkan semangat belajar dan
mengandung reinforcement. Aktivitas belajar dengan permainan yang
dirancang dalam metode pembelajaran kooperatif tipe TGT memungkinkan
siswa dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab,
kerja sama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.
g. Ciri-ciri Metode Kooperatif Team-Games Tournament (TGT)
Sama seperti metode kooeratif tipe yang lain, metode kooperatif Team
Games Tournament (TGT) memiliki ciri-ciri yang melekat pada metode
pembelajaran ini. Menurut Winastwan (2010: 61), ciri-ciri dari TGT adalah
sebagai berikut:
1) Siswa Bekerja Dalam Kelompok Kelompok Kecil
Siswa ditempatkan dalam kelompok kelompok belajar yang
beranggotakan 5 sampai 6 orang yang memiliki kemampuan, jenis
kelamin, dan suku atau ras yang berbeda.
2) Games Tournament
Dalam permainan ini setiap siswa yang bersaing merupakan wakil
dari kelompoknya. Siswa yang mewakili kelompoknya, masing masing
ditempatkan dalam meja meja turnamen. Tiap meja turnamen ditempati
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
5 sampai 6 orang peserta, dan diusahakan agar tidak ada peserta yang
berasal dari kelompok yang sama.
3) Penghargaan Kelompok
Langkah pertama sebelum memberikan penghargaan kelompok
adalah menghitung rerata skor kelompok. Untuk memilih rerata skor
kelompok dilakukan dengan cara menjumlahkan skor yang diperoleh oleh
masing masing anggota kelompok dibagi dengan banyaknya anggota
kelompok. Pemberian penghargaan didasarkan atas rata rata poin yang
didapat oleh kelompok tersebut.
Dengan adanya heterogenitas anggota kelompok, diharapkan dapat
memotivasi siswa untuk saling membantu antar siswa yang berkemampuan
lebih dengan siswa yang berkemampuan kurang dalam menguasai materi
pelajaran. Hal ini akan menyebabkan tumbuhnya rasa kesadaran pada diri
siswa bahwa belajar secara kooperatif sangat menyenangkan.
Di dalam metode kooperatif tipe Team-Games Tornament (TGT) ini
terdapat game atau kuis yang masing-masing perwakilan kelompok
ditempatkan pada satu meja turnamen dan menjawab pertanyaan yang ada.
Kelompok yang memiliki poin tertinggi merupakan pemenang atau tim
terbaik.
Persaingan antar kelompok dibutuhkan untuk memperoleh poin paling
banyak. Untuk itu, masing-masing wakil kelompok harus siap untuk
menyumbangkan poin bagi timnya. Menurut Isjoni (2010: 84), metode
kooperatif tipe TGT memiliki ciri utama yaitu, pembagian kelompok yang
dalam permainannya setiap siswa yang bersaing merupakan wakil dari
kelompoknya. Siswa yang mewakili kelompoknya, masing-masing
ditempatkan dalam meja-meja turnamen.
Sedangkan menurut Slavin (2010: 169), mengemukakan bahwa
metode kooperatif tipe Team-Games Tournament (TGT) ini dalam
pelaksanaannya adalah menempatkan para siswa ke dalam tim. Kemudian
masing-masing mengirimkan wakilnya di meja tournament, dan memberi
penghargaan bagi tim yang memiliki nilai tertinggi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa ciri-
ciri metode kooperatif tipe Team-Games Tournament (TGT) ini adalah salah
satu tipe metode kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok-
kelompok belajar yang beranggotakan 4-6 orang siswa yang memiliki
kemampuan, jenis kelamin dan suku atau ras yang berbeda. Kelompok-
kelompok belajar tersebut diusahakan untuk menyumbangkan poin bagi
kelompoknya pada saat berada di meja turnamen, dan bagi kelompok terbaik
akan diberi penghargaan yang dihitung dari rata-rata poin yang didapat
kelompok tersebut.
h. Tahap-tahap Metode Kooperatif Team-Games Tournament (TGT)
Secara umum dalam penerapan metode kooperatif Team-Games
Tournament (TGT) ada beberapa tahapan yang perlu ditempuh. Menurut
Slavin (2010: 166), tahap-tahap (skenario) yang perlu diperhatikan dalam
pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah sebagai berikut :
1) Pembentukan kelompok
Kelas dibagi atas kelompok-kelompok kecil terdiri dari 4-5 siswa.
Perlu diperhatikan bahwa setiap kelompok mempunyai sifat heterogen
dalam hal jenis kelamin dan kemampuan akademik. Fungsi kelompok
untuk lebih mendalami materi bersama teman kelompoknya dan lebih
khusus untuk mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan baik
dan optimal pada saat game. Sebelum materi pelajaran diberikan kepada
siswa dijelaskan bahwa mereka akan bekerjasama dalam kelompok selama
beberapa minggu dan memainkan permainan akademik untuk menambah
poin bagi nilai kelompok mereka, dan bahwa kelompok yang nilainya
tinggi akan mendapat penghargaan.
2) Pemberian materi
Pada awalnya pembelajaran, guru menyampaikan materi dalam
penyajian kelas, biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung atau
dengan ceramah, dapat juga melalui diskusi yang dipimpin guru. Pada saat
penyajian di kelas ini siswa harus benar-benar memperhatikan dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
memahami materi yang diberikan oleh guru, karena dapat membantu siswa
bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok dan pada saat game karena
skor game akan menentukan skor kelompok. Materi ini dapat dibuat
sendiri dengan jalan mempersiapkan lembaran kerja siswa.
3) Belajar kelompok
Kepada masing-masing kelompok diberikan untuk mengerjakan
LKS yang telah disediakan. Fungsi kelompok untuk lebih mendalami
materi bersama teman kelompoknya dan lebih khusus untuk
mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan baik dan optimal
pada saat game yaitu ketika mengerjakan soal-soal latihan. Setelah guru
memberikan materi I, kelompok bertemu untuk mempelajari lembar kerja
dan materi lainnya. Dalam belajar kelompok, siswa diminta
mendiskusikan masalah secara bersama-sama, membandingkan
jawabannya, dan mengoreksi miskonsepsi jika teman satu kelompok
membuat kesalahan.
4) Game
Game terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk
menguji pengetahuan yang didapat siswa dari penyajian kelas dan belajar
kelompok. Kebanyakan game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan sederhana
bernomor. Siswa memilih kartu bernomor dan mencoba menjawab
pertanyaan yang sesuai dengan nomor itu. Siswa yang menjawab benar
pertanyaan itu akan mendapatkan skor.
5) Turnamen
Turnamen dapat dilaksanakan tiap akhir pokok bahasan. Untuk
melaksanakan turnamen, langkahnya adalah sebagai berikut:
a) membentuk meja turnamen, disesuaikan dengan banyaknya siswa pada
setiap kelompok.
b) menentukan rangking (berdasarkan kemampuan) setiap siswa pada
masing-masing kelompok. Tabel penempatan siswa pada tim di atas di
dasarkan pada hasil pretest yang dilaksanakan sebelumnya. Sehinggaa
pada tiap tim terdapat siswa yang memiliki kemampuan akademik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
yang tinggi, sedang, dan kurang. Jadi masing-masing tim akan
memiliki anggota yang heterogen.
c) Menempatkan siswa dengan rangking yang sama pada meja yang
sama.
TIM A
A-1 A-2 A-3 A-4 B-1 B-2 B-3 B-4 C-1 C-2 C-3 C-4
TIM B TIM C
Gambar 1 Penempatan pada Meja Turnamen
d) masing-masing siswa pada meja turnamen bertanding untuk
mendapatkan skor sebanyak-banyaknya.
e) skor siswa dari masing-masing kelompok dikumpulkan, dan ditentukan
kelompok yang mempunyai jumlah kumulatif tertinggi sebagai
pemenang pertandingan.
Tabel 2. Perhitungan Permainan Untuk Empat Pemain
(Sumber : Slavin, 1995:90)
Pemain dengan Poin Bila Jumlah Kartu Yang Diperoleh
Top Scorer 40 High Middle Scorer 30 Low Middle Scorer 20 Low Scorer 10
Meja turnamen
Meja turnamen
Meja turnamen
3
Meja turnamen
4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Tabel 3. Perhitungan Poin Permainan Untuk Tiga Pemain
(Sumber : Slavin, 1995:90)
Pemain dengan Poin Bila Jumlah Kartu Yang Diperoleh Top scorer 60 Middle scorer 40 Low scorer 20
Dengan keterangan sebagai berikut:
1. Top Scorer (skor tertinggi)
2. High Middle scorer ( skor tinggi )
3. Low Middle scorer (skor rendah)
4. Low Scorer ( skor terendah).
Skor individu adalah skor yang diperoleh masing-masing anggota
dalam tes akhir. Sedangkan skor kelompok diperoleh dari rata-rata nilai
perkembangan anggota kelompok. Nilai perkembangan adalah nilai yang
diperoleh oleh masing-masing siswa dengan membandingkan skor pada
tes awal dengan skor pada tes akhir.
6) Penghargaan
Segera setelah turnamen, hitunglah nilai kelompok dan siapkan sertifikat
kelompok untuk menghargai kelompok bernilai tinggi.
Tabel 4. Kriteria Penghargaan kelompok (Sumber : Slavin, 1995:90)
Kriteria penilaian Predikat 30 sampai 39 Tim kurang baik 40 sampai 44 Tim baik 45 sampai 49 Tim baik sekali 50 ke atas Tim istimewa
Menurut Winastwan dan Sunarto (2010: 63), tahap-tahap dalam
metode kooperatif TGT meliputi 1) Mengajar (teach), 2) belajar kelompok
(team study), 3) Permainan (game tournament), dan 4) penghargaan (team
recognition). Sedangkan menurut Trianto (2010: 84), tahapan dalam metode
kooperatif tipe TGT adalah 1) presentasi guru, 2) membentuk kelompok
belajar, 3) tournament, dan 4) penghargaan kelompok.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Tahapan-tahapan yang ditempuh dalam metode kooperatif TGT
diawali dengan pemberian materi oleh guru, berupa presentasi mengenai
materi yang akan diajarkan, menyampaikan tujuan, tugas, atau, kegiatan yang
akan dilakukan siswa, dan memberikan motivasi. Pembentukan kelompok
untuk melaksanakan diskusi kemudian dilanjutkan permainan yang diikuti
oleh anggota kelompok dari masing-masing kelompok yang berbeda. Tahap
akhir adalah pemberian penghargaan kelompok didasarkan pada rerata poin
yang diperoleh kelompok dari permainan.
Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa di
dalam pelaksanaan metode kooperatif tipe TGT akan terjadi melalui tahapan-
tahapan yang runtut. Tahapan-tahapan tersebut meliputi pemberian materi,
pembentukan kelompok, game, tournament, dan tahap akhir berupa
penghargaan kelompok.
B. Penelitian yang Relevan
Peningkatan Kemampuan Berbicara Melalui Penggunaan Metode STAD Pada
Siswa Kelas V SD Negeri Muncanglarang 01 Kecamatan Bumijwa Kabupaten
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas
dapat disimpulkan bahwa metode STAD dapat meningkatkan kemampuan
berbicara siswa yang ditandai adanya peningkatan pada siklus I jika dibandingkan
sebelum dilakukan tindakan. Sebelum tindakan siswa yang tuntas dari KKM
(Kriteria Ketuntasan Minimal) adalah 65 hanya 20 %, tetapi pada siklus I siswa
yang tuntas mencapai 46,3 %. Sedangkan pada siklus II siswa yang tuntas jauh
meningkat yaitu mencapai 85,4%.
Yulianti (2010) dalam (http://skripsitgt.ac.id) diakses pada 24 Maret
Model
Team Games Tournament (TGT) Sebagai Alternatif Meningkatkan Prestasi
Belajar IPS pada Siswa Kelas IV SD Negeri Bunulrejo 1 Kecamatan Blimbing
Kota Malang Tahun Pelajaran 2009-
yang dilaksanakan, disimpulkan bahwa metode kooperatif tipe TGT dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
berpengaruh positif terhadap prestasi belajar siswa kelas IV SD Negeri Bunulrejo
Kecamatan Blimbing Kota Malang yang ditandai dengan adanya peningkatan
prestasi belajar siswa dari siklus I sampai III yaitu, siklus I (51, 00%), siklus II
(74, 00%), siklus III (91.00 %).
Sumarni (2010: 69) dalam pe
Peningkatan Keterampilan Berbicara dengan Pembelajaran Kooperatif Model
TGT pada Siswa Kelas IV SD Negeri Pilangsari 1 Kec. Ngrampal Kab. Sragen
disimpulkan bahwa model pembelajaran TGT dapat meningkatkan keterampilan
berbicara pada siswa Kelas IV SD Negeri Pilangsari 1 Kec. Ngrampal Kab.
Sragen Tahun Pelajaran 2009/2010 yang ditandai dengan rata rata nilai sebesar
79,79 yang berarti mengalami kenaikan sebesar 12,08 dari nilai awal yang
mempunyai rata rata nilai 67,71.
Berdasarkan pada hasil penelitian dari Sri Sutamtono (2010) terdapat
kesamaan variabel terhadap penelitian yang akan dilakukan peneliti. Kesamaan itu
terletak pada penggunaan model kooperatif dan berkaitan dengan kemampuan
berbicara. Sedangkan perbedaannya terletak dalam penggunaan model
Pembelajaran kooperatif tipe Student Achievement Divissions (STAD). Dari
penelitian Yulianti (2010) terdapat kesamaan variabel terhadap penelitian yang
akan dilakukan yaitu menggunakan model pembelajaran tipe Team Games
Tournament (TGT), juga terdapat perbedaan variabel dalam penelitian ini yaitu
variabel peningkatan kemampuan berbicara dengan peningkatan prestasi belajar
serta mata pelajaran yang diteliti berbeda, yaitu Bahasa dengan IPS. Dari
penelitian Sumarni (2010) terdapat persamaan variabel yaitu terletak pada metode
TGT dan berkaitan dengan kemampuan berbicara, namun juga terdapat perbedaan
yaitu penelitian dilaksanakan untuk kelas V semester 2.
Maka, dari beberapa penelitian yang relevan tersebut akan memperkuat
peneliti dalam menerapkan metode pembelajaran kooperatif tipe Team-Games
Tournament (TGT) untuk meningkatkan kemampuan berbicara pada siswa kelas
V SD Negeri Kadireso, Teras, Boyolali tahun pelajaran 2010/2011.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
C. Kerangka Berpikir
Pada kondisi awal, hasil pembelajaran kemampuan berbahasa lisan
(berbicara), khususnya dalam mengungkapkan gagasan dan pikiran dalam
menanggapi masalah faktual disertai alasan yang mendukung dengan
memperhatikan pilihan kata dan santun berbahasa masih rendah. Rendahnya
kemampuan berbicara siswa tersebut salah satunya disebabkan oleh pembelajaran
yang dilaksanakan guru yang kurang memperhatikan metode yang dapat menarik
perhatian siswa. Guru masih menggunakan metode konvensional berupa ceramah
sehingga belum ada timbal balik antara guru dengan siswa ataupun siswa dengan
siswa.
Upaya mengatasi permasalahan tersebut dapat dilakukan dengan berbagai
hal, dan salah satunya adalah dengan menggunakan metode pembelajaran yang
sesuai. Metode pembelajaran yang digunakan adalah metode kooperatif (TGT).
Dengan metode kooperatif (TGT) diharapkan semua siswa menjadi aktif dan
lebih menarik, karena dibentuk kelompok-kelompok kecil yang dipimpin atau
dibimbing oleh temannya sendiri. Kegiatan belajar berbicara, khususnya dalam
mengungkapkan gagasan dan pikiran dalam menanggapi masalah faktual disertai
alasan yang mendukung dengan memperhatikan pilihan kata dan santun berbahasa
tidak harus diajarkan oleh guru. Siswa yang sudah mampu dan lancar dalam
mengungkapkan pikiran dan gagasan secara lisan mengenai masalah faktual
dengan alasan dan memperhatikan pilihan kata dan santun berbahasa diberi
tanggung jawab untuk membimbing teman-temannya dalam satu kelompok.
Dengan kerjasama kelompok kecil, maka akan dapat tercapai tujuan pembelajaran
sebagaimana yang telah direncanakan dan diinginkan bersama. Dalam
pelaksanaannya, pembelajaran dengan metode kooperatif Team-Games
Tournament (TGT) ini dilaksanakan melalui siklus I dan siklus II. Dengan
indikator ketercapaian 60 % pada siklus I dan 80 % pada siklus II.
Pada kondisi akhir dapat diperoleh bahwa dengan menggunakan metode
kooperatif tipe Teams Game Tournament (TGT), diharapkan adanya peningkatan
kemampuan berbicara siswa kelas V SD Negeri Kadireso, Teras, Boyolali tahun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
pelajaran 2010/2011. Alur kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat
digambarkan pada gambar 2 berikut ini:
Gambar 2. Kerangka berpikir
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka berpikir di atas, maka dapat
dikemukakan hipotesis sebagai berikut:
Team-Games Tournament (TGT)
dapat meningkatkan kemampuan berbicara siswa kelas V SD Negeri Kadireso,
Kondisi
Awal
Tindakan
Kondisi
Akhir
Guru masih mengunakan metode konvensional dalam pembelajaran bahasa
Indonesia.
Kemampuan
berbicara siswa
rendah
Guru menggunakan metode kooperatif
Teams Games Tournament (TGT) dalam pembelajaran bahasa Indonesia.
Dengan menggunakan
metode pembelajaran TGT,
kemampuan berbicara siswa
dapat meningkat.
Siklus I
Siklus II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Teras Kabupaten Boyolali
Tahun Pelajaran 2010/2011. Objek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V
Sekolah Dasar Negeri Kadireso. Sekolah ini dipimpin oleh Ibu Sri Widati, S.
Pd. Penetapan lokasi penelitian dalam penelitian ini dikarenakan peneliti ingin
meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia
khususnya pada aspek berbicara.
2. Waktu Penelitian
Penelitian telah dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran
2010/2011. Tahap persiapan hingga pelaporan hasil penelitian dilakukan
selama tujuh bulan, yakni mulai bulan Februari 2011 sampai Agustus 2011.
Berikut rincian waktu dan jenis kegiatan penelitian.
a. Persiapan penyusunan dan pengajuan proposal dilaksanakan dari bulan
Februari sampai Juni 2011.
b. Mengurus ijin penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2011.
c. Pengadaan penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2011.
d. Analisis data dilaksanakan pada bulan Juli 2011.
e. Penyusunan laporan dilaksanakan pada bulan Agustus 2011.
B. Subyek Penelitian
Menurut Sarwiji Suwandi (2009:55), subjek penelitian adalah siswa dan
guru yang terlibat dalam pelaksanaan pembelajaran. Subjek atau sasaran pada
penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri Kadireso Teras Boyolali, berjumlah
32 siswa. Yang terdiri dari 14 siswa perempuan, 18 siswa laki-laki, dan yang
bertindak sebagai guru kelas adalah Hardono, S.Pd. dari 32 siswa ini semuanya
adalah anak yang normal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
C. Bentuk dan Strategi Penelitian
Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action
Research) atau PTK. PTK adalah suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar
berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan, dan terjadi di dalam sebuah
kelas. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang
dilakukan oleh siswa (Suharsimi, dkk, 2008: 3).
Pelaksanaan PTK dilakukan melalui empat tahap, yaitu: perencanaan
(planning), pelaksanaan tindakan (acting), pengamatan (observasing), dan refleksi
(reflecting). Langkah-langkah tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
Siklus I
Siklus II
dan seterusnya
Gambar 3: Spiral Tindakan Kelas (adaptasi dari Hopkins dalam Zainal Aqib,
2006: 31).
D. Sumber Data
Data atau informasi yang paling penting untuk dikumpulkan dan diolah
dalam penelitian ini diperoleh dari data kualitatif. Informasi data ini akan digali
dari berbagai macam sumber data. Adapun sumber data yang akan dimanfaatkan
dalam penelitian ini antara lain:
1. Informasi data dari nara sumber yang terdiri siswa kelas V dan guru kelas V
SD Negeri Kadireso, Teras, Boyolali.
2. Arsip nilai ulangan harian.
Identifikasi
perencanaan
aksi
observasi
refleksi
Perencanaan
aksi
observasi refleksi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
3. Hasil pengamatan pelaksanaan pembelajaran dengan metode kooperatif TGT
di kelas V SD Negeri Kadireso, Teras, Boyolali.
4. Hasil tes penelitian.
E. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memecahkan masalah dalam penelitian diperlukan data yang
relevan dengan permasalahannya, sedangkan untuk mendapatkan data tersebut
perlu digunakan teknik pengumpulan data yang tepat. Teknik pengumpulan data
yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Metode Dokumentasi
Menurut St.Y. Slamet dan Suwarto ( 2007: 53), dokumen adalah bahan
tertulis maupun film yang digunakan sebagai sumber data. Dokumen
merupakan sumber data tertulis dan arsip yang sering memiliki posisi yang
penting dalam suatu penelitian kualitatif (Yin dalam H.B. Sutopo, 2002: 69).
Data yang diperoleh dari dokumen yaitu keadaan administrasi siswa yang
sudah ada.
Dokumen yang dikaji berupa arsip atau dokumen yang ada. Dokumen
tersebut antara lain kurikulum (silabus), nilai formatif tentang kemampuan
berbicara, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), foto-foto selama proses
pembelajaran berlangsung. Hal ini untuk mengetahui peningkatan kemampuan
siswa.
2. Teknik obsevasi langsung
Menurut Suharsimi Akunto (2005:27), observasi adalah suatu teknik
yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti serta
mencatat secara sistematis. Observasi yang dilaksanakan adalah dimana
peneliti dalam penelitian ini berperan aktif dalam semua pembelajaran dikelas.
Observasi ini digunakan untuk mendapatkan data-data yang diperlukan
sebagai dasar untuk melakukan penelitian yang lebih lanjut, serta dengan
observasi yang dilakukan ini peneliti akan memperoleh data-data mengenai
seluruh aktivitas atau tingkah laku siswa dalam pembelajaran yaitu data
tentang sikap (perilaku) dan aktivitas siswa dalam berbicara. Observasi yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
dilakukan yaitu secara langsung (direct observation) adalah observasi tanpa
perantara (secara langsung) terhadap objek yang diteliti. Observasi ini
dilakukan pada siswa kelas V SD Negeri Kadireso Boyolali untuk mengetahui
kemampuan berbicara siswa.
Observasi dilakukan untuk memantau proses dan dampak
pembelajaran yang diperlukan untuk menata langkah-langkah perbaikan agar
lebih efektif dan efisien pada pembelajaran berikutnya. Observasi dipusatkan
pada kegiatan siswa kelas V SD Negeri Kadireso, Teras, Boyolali selama
pembelajaran berbicara bahasa Indonesia dengan menggunakan metode
kooperatif TGT.
3. Tes
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang
dipergunakan untuk mengukur kemampuan, pengetahuan intelegensi,
kemempuan atau bakat yang dimiliki individu atau kelompok (Suharsimi
Arikunto, 2006: 150).
Tes merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengukur sesuatu,
berwujud pernyataan atau tugas yang harus diselesaikan oleh siswa, sehingga
akan diketahui kuantitas dan kualitas sesuatu setelah dibandingkan dengan
standar yang telah ditetapkan.
Dalam metode tes ini terdiri dari tes awal, tes proses dan tes akhir. Tes
awal bertujuan untuk mengetahui kemampuan berbicara sebelum diberi
tindakan dan sekaligus penentu rangking guna pembagian kelompok TGT
(Team-Games Tournament). Tes proses diambil selama proses pembelajaran
berlangsung. Tes akhir, diambil dari hasil turnamen.
F. Validitas Data
Menurut Suharsimi Arikunto (2008:12) di dalam penelitian diperlukan
adanya validitas data, maksudnya adalah semua data yang dikumpulkan
hendaknya mencerminkan apa yang sebenarnya diukur atau diteliti. Di dalam
penelitian ini untuk menguji kesahihan data digunakan triangulasi data dan
triangulasi metode.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Adapun yang dimaksud kedua hal tersebut adalah:
1. Triangulasi data
Trianggulasi data adalah data atau informasi yang diperoleh selalu
dikomparasikan dan diuji dengan data dan informasi lain, baik dari segi
koheren sumber yang sama atau sumber yang berbeda. Untuk menggali data
yang sejenis bisa diperoleh dari nara sumber (manusia), dari kondisi lokasi,
dari aktivitas yang menggambarkan perilaku warga masyarakat atau dari
sumber yang berupa catatan atau arsip yang memuat catatan yang berkaitan
dengan data yang dimaksud.
Pada penelitian ini peneliti membandingkan hasil pengamatan
langsung dari peneliti dengan isi dokumen yang terkait (arsip nilai yang sesuai
dengan KKM, absensi harian siswa, dan lain-lain). Dalam triangulasi data ini,
data yang diteliti sama akan tetapi data yang diperoleh berasal dari sumber
yang berbeda, sumber dari penelitian ini adalah dari guru dan siswa.
2. Triangulasi metode
Triangulasi metode yaitu bahwa peneliti mengumpulkan data sejenis
dengan menggunakan metode pengumpulan data yang berbeda. Peneliti
menggunakan metode pengumpulan data berupa observasi terhadap kegiatan
pembelajaran guru dan partisipasi siswa SD Negeri Kadireso, Teras, Boyolali
kemudian diuji dengan pengumpulan data sejenis dengan menggunakan teknik
wawancara pada pelaku kegiatan pembelajaran berbicara bahasa Indonesia SD
Negeri Kadireso, Teras, Boyolali. Dari beberapa data yang diperoleh lewat
teknik pengumpulan data yang berbeda tersebut hasilnya dibandingkan dan
dapat ditarik kesimpulan agar diperoleh data yang lebih kuat validitasnya.
Dalam penelitian ini hasil yang diperoleh peneliti sama akan tetapi metode
yang digunakan berbeda, hasil dalam penelitian ini diperoleh melalui tes dan
observasi.
G. Teknik Analisis Data
Yang dimaksud analisis data adalah cara mengelola data yang sudah
diperoleh dari dokumen. Agar hasil penelitian dapat terwujud sesuai dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
tujuan yang diharapkan maka dalam menganalisis data penelitian ini
menggunakan teknik triangulasi. Untuk menguji validitas data adalah cara
mengelola data yang sudah diperoleh dari dokumen. Teknik analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis interaktif Miles dan
Huberman (1992: 20) yang mempunyai tiga model kegiatan, yaitu: 1) reduksi
data, 2) penyajian data, 3) penarikan kesimpulan atau verifikasi yang membentuk
proses atau siklus bersama secara berkaitan.
Langkah-langkah analisis:
1. Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data ini dilakukan selama
proses penelitian berlangsung. Data yang dikumpulkan lalu dipilih dan
disederhanakan, mana yang penting diambil dan yang tidak diperlukan
dihilangkan. Dalam penelitian ini dokumentasi yang hasilnya baik diambil
sedangkan yang kurang baik dihilangkan.
2. Penyajian data yaitu dengan menyusun data-data yang diperoleh pada saat
reduksi data. Dari sajian data tersebut kita dapat menarik kesimpulan dan
pengambilan tindakan. Sajian data ini berupa nilai-nilai pada saat evaluasi
maupun observasi. Dalam penyajian ini dapat dilakukan melalui berbagai
macam cara visual misalnya, gambar, grafik, diagram, dan sebagainya.
3. Penarikan kesimpulan akhir atau verifikasi sebagai temuan penelitian. Dari
sajian-sajian data selanjutnya peneliti dapat menarik kesimpulan-kesimpulan
selama penelitian. Data-data yang telah didapatkan dari hasil penelitian
kemudian diuji kebenarannya.penarikan kesimpulan ini merupakan bagian dari
konvigurasi utuh, sehingga kesimpulan-kesimpulan juga diverifikasi selama
penelitian berlangsung. Verifikasi data yaitu pemeriksaan tentang benar dan
tidaknya hasil laporan penelitian. Sedangkan kesimpulan adalah tinjauan ulang
pada catatan di lapangan atau kesimpulan dapat diuji kebenarannya,
kekokohannya, maupun validitasnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
Berdasarkan uraian di atas maka reduksi data, penyajian data, dan
penarikan kesimpulan/verifikasi sebagai suatu jalin-menjalin pada saat sebelum,
selama, dan sesudah pengumpulan data dalam bentuk sejajar, untuk membangun
wawasan umum yang disebut analisis. Kegiatan pengumpulan data itu sendiri
merupakan siklus dan interaktif.
Oleh karena penelitian ini sifatnya kualitatif maka diperlakukan adanya
objektifitas, subjektifitas, dan kesepakatan intersubjektifitas dari penelitian agar
hasil penelitian tersebut mudah dipahami bagi para pembaca secara mendalam.
Secara visual dapat dilihat pada gambar 4 di bawah ini:
( Gambar 4. Model Analisis Interaktif Miles dan Huberman 2007: 19)
Dari bagan tersebut di atas, langkah yang akan ditempuh dalam penelitian ini
adalah:
1. Melakukan analisis awal, bila data yang didapat di kelas sudah cukup, data
dikumpulkan.
2. Mengembangkan bentuk sajian data dengan menyusun coding dan matrik
yang berguna untuk penelitian selanjutnya.
3. Melakukan analisis data di kelas dan mengembangkan matrik antar unsure.
4. Merumuskan simpulan akhir sebagai temuan penelitian.
5. Merumuskan kebijakan sebagai bagian dari pengembangan saran dalam
laporan akhir penelitian.
Pengumpulan
data
Reduksi
data Kesimpulan-
kesimpulan:
Penyajian
data
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
Dalam penelitian yang dilaksanakan dikelas V SD Negeri Kadireso
peneliti memperoleh beberapa data berupa nilai tes berbicara, observasi kegiatan
siswa, lembar observasi aktivitas guru. Semua data tersebut digunakan dalam hasil
penelitian. Kesimpulan-kesimpulan yang diambil yaitu bahwa penggunaan
metode kooperatif dapat meningkatkan kemampuan berbicara pada siswa kelas V
SD Negeri Kadireso Kabupaten Boyolali.
H. Indikator Kinerja
Indikator kinerja merupakan rumusan kinerja yang akan dijadikan acuan
atau tolak ukur dalam menentukan keberhasilan atau keefektifan penelitian
(Sarwiji Suwandi, 2008: 70). Indikator kinerja yang ingin dicapai dalam penelitian
tindakan kelas ini adalah meningkatnya kemampuan berbicara bahasa Indonesia
pada siswa kelas V SD Negeri Kadireso, Teras, Boyolali dengan menggunakan
metode kooperatif TGT. Indikator penelitian ini bersumber dari kurikulum dan
silabus KTSP Bahasa Indonesia kelas V serta Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM) yaitu 62.
Pada siklus I pembelajaran dikatakan berhasil apabila kemampuan
berbicara siswa mencapai nilai batas Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) mata
pelajaran Bahasa Indonesia, yaitu 62 62
mencapai 60%.
Pada siklus II pembelajaran dikatakan berhasil apabila kemampuan
berbicara siswa mencapai nilai batas Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) mata
pelajaran Bahasa Indonesia, yaitu 62 62
mencapai 80%.
I. Prosedur Penelitian
Penelitian ini menggunakan metodelogi classroom action research.
Metodologi penelitian ini mengacu pada teori Kemmis dan Tart. Kemmis dan Tart
dalam Zainal Aqib (2006:31), mengemukakan bahwa penelitian tindakan kelas
menggunakan model spiral (the action research spiral). Dalam pelaksanaan PTK
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
ini, mekanisme kerjanya diwujudkan dalam bentuk siklus yang tercakup empat
kegiatan, yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.
1. Tindakan Siklus I
a. Tahap Perencanaan Tindakan
Pada tahap perencanaan ini peneliti menyusun rencana tindakan
yang didasarkan pada hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan.
Dalam hal ini guru dan peneliti menyamakan persepsi tentang
permasalahan yang ditemui dan menjabarkannya serinci mungkin
Adapun langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah:
1) Menentukan pokok bahasan.
2) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan metode
kooperatif tipe TGT.
3) Mengembangkan skenario pembelajaran.
4) Menyiapkan sumber belajar.
5) Menyiapkan fasilitas dan sarana pendukung.
6) Mengembangkan format evaluasi pembelajaran.
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Setelah membuat rencana yang matang maka langkah selanjutnya
adalah melaksanakan rencana tersebut sebagai tindakan yang mengacu
pada skenario dan langkah kegiatan mengajar. Dalam pelaksanaannya,
guru harus mengingat dan berusaha menaati apa yang sudah dirumuskan
dalam rancangan dan berlaku secara wajar.
1. Pertemuan I
a) Kegiatan Awal:
1) Guru menentukan masalah yang berkaitan dengan materi
pembelajaran kemampuan berbicara.
2) Guru mempersiapkan pembelajaran dengan metode kooperatif
Team-Games Tournament (TGT).
3) Guru memberikan apersepsi dengan melakukan tanya jawab
tentang masalah faktual yang saat ini terjadi. Misalnya, masih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
ingatkah kalian tentang teror bom di dalam sebuah masjid yang
terjadi beberapa hari yang lalu?
b) Kegiatan Inti:
1) Guru menyajikan materi yang akan dipelajari.
2) Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok.
3) Masing-masing kelompok diberi Lembar Kerja Siswa.
4) Masing-masing kelompok berdiskusi.
5) Guru memulai permainan.
6) Penghitungan skor.
c) Kegitan Akhir:
1) Pemberian penghargaan bagi kelompok yang memiliki skor
tertinggi.
2) Membuat kesimpulan.
3) Evaluasi.
4) Pemberian tugas rumah sebagai pendalaman materi.
2. Pertemuan II
a) Kegiatan Awal
1) Guru mempersiapkan pembelajaran dengan metode kooperatif
Team-Games Tournament (TGT).
2) Guru melakukan tanya jawab tentang pekerjaan rumah yang
diberikan pada pertemuan sebelumnya.
b) Kegiatan inti
1) Siswa berkumpul kembali ke kelompoknya masing-masing.
2) Masing-masing kelompok diberi Lembar Kerja Siswa.
3) Masing-masing kelompok berdiskusi.
4) Guru memulai permainan.
5) Penghitungan skor.
c) Kegiatan akhir
1) Pemberian penghargaan bagi kelompok yang memiliki skor
tertinggi.
2) Membuat kesimpulan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
3) Evaluasi.
4) Pemberian tugas rumah sebagai pendalaman materi.
c. Tahap Observasi
Tahap observasi dilakukan dengan mengamati proses pembelajaran
(aktivitas guru dan siswa). Observasi diarahkan pada poin-poin dalam
pedoman yang telah disiapkan peneliti. Peneliti sebagai guru pelaksana
KBM, sedangkan guru kelas V sebagai kolaborator melakukan observasi
terhadap aktivitas siswa dan kinerja guru (peneliti).
d. Tahap Refleksi
Pelaksanaan siklus pertama sudah memenuhi target, siswa yang
memperoleh nilai di atas KKM sudah lebih dari 60%. Akan tetapi untuk
memenuhi target pada siklus kedua maka harus dilakukan perbaikan dalam
pembelajaran.
Mengadakan refleksi dan evaluasi dari kegiatan pelaksanaan tindakan
siklus I. pada siklus I, sebagian besar siswa yang memperoleh nilai di atas
KKM adalah sebesar 68,75%. Siswa yang aktif dalam pembelajaran,
berani untuk mengungkapkan pendapat dan memberikan komentar
terhadap suatu persoalan faktual yang disajikan guru masih kurang.
Kemampuan berbicara yang dimiliki siswa masih dalam kondisi yang
rendah. Di dalam pembelajaran masih ditemukan kendala dan
permasalahan maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode
kooperatif tipe TGT (Team-Games Tournament) dalam pembelajaran
bahasa Indonesia khususnya guna meningkatkan kemampuan berbicara
pada siswa kelas V di SD Negeri Kadireso tersebut belum berhasil
sepenuhnya, sehingga perlu dilakukan siklus II sebagai langkah perbaikan
dari proses pembelajaran pada siklus I.
2. Tindakan Siklus II
a. Tahap Perencanaan Tindakan
Berdasarkan hasil analisis dan refleksi pada siklus I diketahui
adanya perbaikan dalam pelaksanaan pembelajaran, maka dari itu peneliti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
mempersiapkan rancangan pembelajaran pada siklus II. Adapun rancangan
tindakan pada siklus II, meliputi langkah-langkah sebagai berikut:
1) Identifikasi masalah pada siklus I.
2) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan
menggunakan metode kooperatif tipe TGT.
3) Menyusun lembar observasi aktivitas guru dan siswa selama
menggunakan metode kooperatif tipe TGT.
4) Mengembangkan format evaluasi pembelajaran.
5) Menetapkan indikator ketercapaian yang akan dilaksanakan dalam
proses pembelajaran.
b. Tahap pelaksanaan Tindakan
Pada pelaksanakan tindakan siklus II ini, pada dasarnya sama
dengan pelaksanaan tindakan pada siklus I. Pelaksanaan tindakan siklus II
ini disesuaikan dengan kekurangan kekurangan yang ditemukan pada
siklus I, sehingga rencana tindakan bertujuan untuk memperbaiki
kekurangan dan menyempurnakan pembelajaran pada siklus I.
c. Tahap Observasi
Tahap observasi dilakukan dengan mengamati proses pembelajaran
(aktivitas guru dan siswa). Observasi diarahkan pada poin-poin dalam
pedoman yang telah disiapkan peneliti. Peneliti sebagai guru pelaksana
KBM, sedangkan guru kelas V sebagai kolaborator melakukan observasi
terhadap aktivitas siswa dan kinerja guru (peneliti).
d. Tahap Refleksi
Pada siklus II, sebagian besar sudah memenuhi target, siswa yang
memperoleh nilai di atas KKM lebih dari 80%. Siswa aktif dalam
pembelajaran, berani untuk mengungkapkan pendapat dan memberikan
komentar terhadap suatu persoalan faktual yang disajikan guru. Maka
dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode kooperatif tipe TGT (Team-
Games Tournament) dalam pembelajaran bahasa Indonesia khususnya
guna meningkatkan kemampuan berbicara pada siswa kelas V di SD
Negeri Kadireso tersebut telah berhasil.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Skema Penelitian Tindakan Kelas ini tertera pada gambar 5:
Gambar 5. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas (Suharsimi Arikunto, 2008: 16)
Refleksi Pelaksanaan SIKLUS I
Pengamatan
Refleksi Pelaksanaan
Pengamatan
SIKLUS II
Perencanaan
Perencanaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti mengadakan penelitian di suatu lembaga
pendidikan yaitu Sekolah Dasar Negeri Negeri Kadireso Kecamatan Teras
Kabupaten Boyolali yang berada di desa yang terletak dan berada pada perbatasan
dengan kabupaten lain yaitu Kabupaten Klaten.
Sekolah Dasar Negeri Kadireso Boyolali didirikan pada tahun 1953 berada
di Dusun Karangnongko, Kelurahan Kadireso, Kecamatan Teras, Kabupaten
Boyolali. Merupakan salah satu suatu Lembaga Pendidikan Dasar yang
mempunyai visi cerdas, berkualitas, beretika dan mempunyai misi yaitu: (1)
melaksanakan pembelajaran yang aktif, inovatif, kretaif, efisen dan
menyenangkan, (2) mengembangkan potensi akademik atau non akademik siswa
secara optimal, (3) menciptakan suasana santun, ramah dan saling menghormati
antar warga sekolah. Sekolah Dasar Negeri Kadireso berusaha untuk
meningkatkan sarana dan prasarana untuk menunjang belajar siswa. Dari tahun ke
tahun Sekolah Dasar Negeri Kadireso selalu mengalami peningkatan baik dalam
kualitas maupun kuantitas. Tenaga-tenaga pengajarnyapun profesional di
bidangnya.
Sekolah Dasar Negeri Kadireso dipimpin oleh seorang kepala sekolah
yaitu Ibu Sri Widati, S. Pd dengan tenaga pengajar yang berjumlah seluruhnya
ada 8 orang yaitu 5 guru kelas yang sudah pegawai negeri dan 1 guru kelas wiyata
bakti, 1 guru Bahasa Inggris wiyata bakti, 1 guru Agama Islam yang sudah
pegawai negeri, 1 guru Olah Raga yang sudah pegawai negeri, dan 2 orang
karyawan wiyata bakti.
Untuk kelancaran program-program sekolah dan semakin meningkatnya
mutu pendidikan di sekolah, oleh karena itu segenap komponen pengelola baik
kepala sekolah, guru, komite sekolah, karyawan senantiasa berusaha
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
melaksanakan tugas dan kewajibannya sesuai dengan tanggung jawabnya masing-
masing sebagaimana telah ada dalam program kerja yang sudah direncanakan
pada setiap tahun pelajaran. Mekanisme kerja segenap pengelola Sekolah Dasar
Negeri Kadireso tersebut berada di bawah koordinasi dan pengawasan dari kepala
sekolah.
Penelitian ini dilaksanakan di kelas V Sekolah Dasar Negeri Kadireso.
Lokasi kelas V berada di antara kelas IV dan kelas VI. Kondisi kelasnya cukup
baik. Pencahayaan dan siklus udaranya bagus sehingga keadaannya nyaman jika
digunakan untuk belajar. Kondisi meja dan kursi yang ada di kelas V sangat
memadai.
Karakter siswa-siswi kelas V di tempat penelitian kebanyakan siswa
menganggap Bahasa Indonesia khususnya pada saat menanggapi atau
memberikan komentar terhadap persoalan faktual disertai alasan yang mendukung
dengan memperhatikan pilihan kata dan santun berbahasa banyak siswa yang
belum mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang ditentukan sekolah
pada awal semester. Pada pembelajaran bahasa Indonesia siswa kurang optimal
dalam belajar. Siswa masih banyak tergantung pada guru dalam memecahkan
masalah pada materi tersebut. Hal itu menyebabkan kurang optimalnya
kemampuan berbicara siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Untuk
mengantisipasi hal tersebut peneliti mengadakan penelitian di kelas V. Peneliti
menggunakan pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berbicara
siswa pada pelajaran bahasa Indonesia yaitu dengan menggunakan metode
pembelajaran kooperatif tipe TGT (Team-Games Tournament). Dengan penelitian
ini diharapkan siswa Sekolah Dasar Negeri Kadireso khususnya kelas V lebih
tertarik dan termotivasi untuk belajar bahasa Indonesia, sehingga kemampuan
berbicara siswa pada pelajaran bahasa Indonesia dapat meningkat.
2. Deskripsi Kondisi Awal
Sebelum melaksanakan proses penelitian, terlebih dahulu peneliti
melakukan kegiatan pengamatan awal dengan tujuan untuk mengetahui keadaan
nyata yang ada di lapangan. Peneliti mengadakan observasi di kelas V Sekolah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Dasar Negeri Kadireso pada saat pelajaran bahasa Indonesia dengan materi
menanggapi atau memberikan komentar terhadap persoalan faktual disertai alasan
yang mendukung dengan memperhatikan pilihan kata dan santun berbahasa.
Berdasarkan data hasil pengamatan langsung pada bulan Mei terhadap
pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru dalam menyampaikan materi
masih kurang maksimal, beberapa penyebabnya diantaranya yaitu guru masih
menggunakan metode ceramah biasa dalam pembelajaran bahasa Indonesia,
kurang dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, belum
menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi. Selain permasalahan yang
ada pada guru ada juga permasalahan yang ditemui pada diri siswa pada saat
pembelajaran berlangsung, antara lain: siswa pasif, kurang kreatif, bahkan
cenderung bosan; masih ragu-ragu untuk bertanya dan menjawab pertanyaan; dan
kurang antusias saat merespon tindakan guru. Kurang optimalnya kemampuan
berbicara siswa yang ditunjukkan dari nilai sebelum tindakan yaitu dari 32 anak
hanya 28,13 % atau 9 siswa yang mendapat nilai di atas KKM dengan nilai
tertinggi 80 dan masih ada 23 anak atau 71,87 % yang mendapatkan nilai di
bawah KKM, dengan perolehan nilai terendah 28. Sedangkan rata-rata nilai kelas
56,75. Dari lampiran 3 dapat dibuat Tabel 6 distribusi frekuensi sebagai berikut:
Tabel 6. Distribusi Frekuensi Data Tes Awal Kemampuan Berbicara
Melalui Metode Kooperatif Team-Games Tournament (TGT) Siswa Kelas V
SD Negeri Kadireso Sebelum Tindakan (Pra Siklus)
No Interval Nilai Nilai Tengah (xi) Frekuensi (fi) fi.xi Prosentase (%)
1 28-36 32 3 96 5,3 %
2 37-45 41 2 82 4,51 %
3 46-54 50 9 450 24,77 %
4 55-63 59 9 531 29,24 %
5 64-72 68 4 272 14,98 %
6 73-81 77 5 385 21,2%
Jumlah 32 1816 100%
Nilai rata-rata = 1816 : 32 = 56,75
Ketuntasan klasikal = 9 : 32 X 100 % = 28,13 %
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Dari Tabel 6, distribusi frekuensi nilai tes kemampuan berbicara siswa
kelas V SD Negeri Kadireso sebelum diadakan tindakan melalui penggunaan
metode kooperatif tipe TGT (Team-Games Tournament) yang telah diterangkan di
atas dapat disajikan dalam bentuk Grafik 1 gambar 5 sebagai berikut:
Gambar 5. Grafik 1 Hasil Data Nilai Tes Awal Kemampuan
Berbicara Siswa kelas V SD Negeri Kadireso (Sebelum Tindakan)
Berdasarkan Tabel 6 dan Grafik 1 di atas, nilai kemampuan berbicara
siswa kelas V sebelum diterapkan penggunaan metode kooperatif tipe TGT
diperoleh rata-rata kelas sebesar 56,75. Siswa yang memperoleh nilai 28-36
sebanyak 3 siswa atau 5,3%. Siswa yang memperoleh nilai 37-45 sebanyak 2
siswa atau 4,51%. Siswa yang memperoleh nilai 46-54 sebanyak 9 siswa atau
24,77%. Siswa yang memperoleh nilai 55-63 sebanyak 9 siswa atau 29,24%.
Siswa yang memperoleh nilai 64-72 sebanyak 4 siswa atau 14,98%. Siswa
yang mendapat nilai 73-81 sebanyak 5 siswa atau 21,2%. Dari hasil tes
seperti tersebut di atas, sebagian besar siswa belum mencapai ketuntasan
belajar, hanya sebagian kecil yang telah mencapai ketuntasan belajar. Dari
hasil tes seperti tersebut di atas, sebagian besar siswa belum mencapai
ketuntasan belajar, hanya sebagian kecil yang telah mencapai ketuntasan
belajar. Data ketuntasan belajar pada kondisi awal dapat diketahui pada tabel
di bawah ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
Tabel 7. Hasil Nilai Tes Awal Kemampuan Berbicara Melalui Metode
Kooperatif Team-Games Tournament (TGT) Pada Siswa Kelas V SD Negeri
Kadireso (Sebelum Tindakan)
Keterangan Tes Awal
Nilai Terendah 28
Nilai Tertinggi 80
Rata-rata Nilai 56,75
Siswa Tuntas Belajar 28,13%
Siswa Tidak Tuntas Belajar 71,87%
Berdasarkan tabel 7 tersebut di atas, diketahui bahwa nilai rata-rata
siswa dalam kemampuan berbicara adalah sebesar 56,75 dimana hasil
tersebut masih dibawah rata-rata nilai yang diinginkan oleh pihak guru dan
peneliti yaitu sebesar 62. Sedangkan siswa yang mendapatkan nilai di atas
KKM adalah sebanyak 28,13% dan siswa yang nilainya di bawah KKM
adalah sebanyak 71,87% dari total siswa sebanyak 32 siswa. Dari hasil tabel
di atas dapat disimpulkan sementara bahwa kemampuan berbicara pada siswa
kelas V SD Negeri Kadireso masih kurang dan perlu diperbaiki. Melalui
penggunaan metode kooperatif tipe TGT (Team-Games Tournament) ini
diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berbicara siswa kelas V SD
Negeri Kadireso tersebut.
3. Deskripsi Siklus I
Tindakan siklus I dilaksanakan selama 2 kali pertemuan. Setiap
pertemuan terdiri dari dua jam pelajaran (2 x 35 menit) yang dilaksanakan
selama satu minggu yaitu pada tanggal 01 Juni dan 02 Juni 2011. Penelitian
dilakukan dengan menggunakan penelitian tindakan kelas yang terdiri atas
siklus siklus dan tiap siklus terdiri atas 4 tahapan. Adapun tahapan yang
dilakukan adalah sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
a. Tahap Perencanaan
Pada tahap perencanaan tindakan yang pertama ini, peneliti
mengadakan observasi. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari data
awal siswa sebagai subyek penelitian sebanyak 32 siswa. Peneliti juga
mengadakan pengamatan terhadap proses pembelajaran yang meliputi
kegiatan guru dan siswa. Hal ini bertujuan untuk mengetahui proses
pembelajaran yang berlangsung, penggunaan metode, model, strategi, serta
media pembelajaran yang digunakan oleh guru. Peneliti mengadakan
koordinasi dengan guru kelas untuk membahas alternatif yang dapat
dilaksanakan untuk meningkatkan kemampuan berbicara siswa kelas V SD
Negeri Kadireso. Kemudian disepakati bahwa penelitian tindakan kelas
pada siklus I dilaksanakan dalam dua kali pertemuan, yaitu pertemuan
pertama dilaksanakan pada hari Rabu, 01 Juni 2011 dengan alokasi waktu
2 x 35 menit dan pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Kamis, 02 Juni
2011 dengan alokasi waktu yang masih sama yaitu 2 x 35 menit.
Berdasarkan kesepakatan tersebut, digunakan metode kooperatif tipe TGT
(Team-Games Tournament) sebagai alternatif untuk meningkatkan
kemampuan berbicara siswa.
Hal yang dilakukan peneliti dalam tahap perencanaan siklus 1 yaitu:
1) Menentukan pokok bahasan, yaitu memberi tanggapan atau
mengomentari persoalan faktual yang terjadi disertai alasan yang
mendukung dengan memperhatikan pilihan kata dan santun berbahasa.
2) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan metode
kooperatif tipe TGT.
3) Mengembangkan skenario pembelajaran.
4) Menyiapkan sumber belajar dan materi pembelajaran. Sumber belajar
mata pelajaran bahasa Indonesia yaitu buku BSE, SilabiBahasa
Indonesia BSNP, dan KTSP 2006.
5) Menyiapkan fasilitas dan sarana pendukung dalam pelaksanaan
pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
6) Membuat lembar observasi siswa, observasi aktivitas guru untuk
mengetahui kondisi belajar mengajar di kelas ketika diajarkan dengan
metode kooperatif tipe TGT.
7) Mengembangkan format evaluasi pembelajaran. Membuat alat evaluasi
soal tournamen, tugas kelompok, dan tes individu.
8) Menetapkan indikator ketercapaian yang akan dilaksanakan dalam
proses pembelajaran.
9) Membagi kelompok siswa menjadi 8 kelompok yang masing-masing
beranggotakan 4 orang. Membagi kelompok secara heterogen dan
menamai masing-masing kelompok, yaitu Tim A,B,C,D,E,F,G,H.
b. Tahap Pelaksanaan / Tindakan
Dalam tahap pelaksanaan ini peneliti yang berkolaborasi dengan
guru menerapkan metode pembelajaran kooperatif tipe TGT sesuai dengan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun. Peneliti
disini bertindak sebagai pengajar dan guru sebagai observer atau
pengamat. Pembelajaran yang telah di susun pada siklus I dilaksanakan
dalam dua kali pertemuan. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:
1) Pertemuan Pertama
Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Rabu, 01 Juni
2011. Pada pertemuan itu siswa mempelajari tentang persoalan faktual,
yaitu memberikan tanggapan dan mengomentari persoalan faktual
yang terjadi disertai alasan yang mendukung dengan memperhatikan
pilihan kata dan santun berbahasa.
Guru mengawali pembelajaran dengan mengucapkan salam,
berdoa bersama, pengkondisian kelas, kemudian dilanjutkan presensi
kehadiran siswa. Untuk memusatkan perhatian siswa, guru
memberikan apersepsi dengan memancing pengetahuan siswa tentang
persoalan-persoalan yang terjadi akhir-akhir ini. Guru menjelaskan
secara singkat mengenai materi yang akan dibahas, sambil tanya jawab
dengan siswa terkait dengan materi yang diajarkan. Kemudian siswa
menyimak tujuan pembelajaran yang disampaikan oleh guru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Kegiatan inti, guru membagi kelas ke dalam 8 kelompok/tim,
setiap tim terdiri dari 4 anak yang bersifat heterogen yang ditentukan
berdasarkan nilai tes awal sebelum dilaksanakan penelitian tindakan
kelas. Guru membagikan lembar kerja siswa kepada masing-masing
tim. Masing-masing kelompok mendiskusikan tugas tersebut. Siswa
mempersiapkan diri untuk memulai permainan, masing- masing siswa
harus menjadi pembaca soal dan penjawab. Setiap anggota tim
bertanggung jawab pada keberhasilan anggota yang lain untuk
menguasai materi. Hal tersebut karena keberhasilan kelompok
didasarkan dari keberhasilan individu. Kemudian setelah selesai guru
menghitung skor nilai dari hasil permainan dan mengumumkan
kelompok yang mendapatkan nilai tertinggi. Kelompok yang
mendapatkan nilai tertinggi mendapatkan penghargaan dari guru. Guru
memberikan pengertian tentang metode pembelajaran kooperatif TGT
dan langkah-langkah pelaksanaannya yang akan dipakai pada
pertemuan nanti supaya siswa tidak kesulitan saat pelaksanaan.
Guru kemudian mengingatkan para siswa untuk mempelajari
kembali materi yang sudah dipelajari guna persiapan pembelajaran
selanjutnya. Kemudian guru menutup pembelajaran dengan
mengucapkan salam penutup.
2) Pertemuan Kedua
Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Kamis, 02 Juni 2011.
Pada pertemuan ini guru memberikan pembelajaran dengan
melanjutkan materi yang telah lalu. Langkah-langkah pembelajaran
yang dilakukan guru pada pertemuan kedua dalam pelaksanaan
tindakan siklus I sama halnya dengan pertemuan pertama yaitu
kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir.
Guru mengawali pembelajaran dengan ucapan salam,
dilanjutkan dengan guru mengkondisikan kelas dan memeriksa
kesiapan siswa. Guru melakukan apersepsi tentang materi yang lalu
dengan tanya jawab tentang materi pada pertemuan minggu yang lalu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Siswa menjawab pertanyaan guru tentang persoalan faktual yang telah
terjadi. Kemudian guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
Kegiatan inti yang dilakukan adalah dengan diawali dengan
siswa berkumpul bersama teman satu kelompoknya atau teman satu
timnya, sama seperti pertemuan sebelumnya. Guru membuat meja
turnamen yang diisi dari perwakilan masing-masing tim lalu
menjelaskan kembali mengenai aturan main turnamen.
Setiap pemain dalam tiap meja menentukan dulu pembaca
soal dan pemain yang pertama dengan cara undian. Kemudian pemain
yang menang undian mengambil kartu undian yang berisi nomor soal
dan diberikan kepada pembaca soal. Pembaca soal membacakan soal
sesuai dengan nomor undian yang diambil oleh pemain, selanjutnya
soal dikerjakan secara mandiri. Pemain membacakan hasil pekerjaan
yang akan ditanggapi oleh penantang. Setelah itu pembaca soal akan
membaca kunci jawaban kepada pemain yang menjawab benar atau
penantang yang pertama kali menjawab benar. Jika semua pemain
menjawab salah maka kartu dibiarkan saja. Permainan dilanjutkan
pada kartu soal berikutnya sampai kartu soal habis.
Apabila permainan sudah selesai, setiap pemain dalam satu
meja menghitung jumlah kartu yang diperoleh dan menentukan poin
yang diperoleh berdasarkan tabel yang disediakan. Masing-masing
pemain kembali ke timnya dan melaporkan poin pada ketua kelompok.
Selanjutnya masing-masing tim menjumlahkan seluruh poinnya. Siswa
dan kelompok yang mendapatkan skor paling banyak diberikan
penghargaan.
Kegiatan akhir di siklus I ini siswa dengan bimbingan guru
membuat kesimpulan pembelajaran dan diadakan evaluasi secara
individu apakah siswa sudah paham atau belum tentang materi yang
sudah dipelajari. Sebelum guru menutup pelajaran, guru memberikan
nasihat kepada siswa supaya rajin belajar. Kemudian guru menutup
pelajaran dengan mengucapkan salam.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
c. Tahap pengamatan/ observasi
Peneliti melakukan pengamatan terhadap pelaksanaan tindakan
sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu peningkatan kemampuan berbicara
dengan menggunakan metode kooperatif tipe TGT pada siswa kelas V SD
Negeri Kadireso Kecamatan Teras Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran
2010/2011. Dalam tahap ini, peneliti mengadakan kolaborasi dengan guru
kelas dalam melaksanakan pengamatan terhadap pelaksanaan proses
pembelajaran yaitu dengan menggunakan lembar observasi. Observasi
tidak hanya terfokus pada siswa namun juga pada guru. Maka dari itu
obeservasi dilaksanakan secara keseluruhan aspek, baik dari aspek siswa,
guru, dan kegiatan pembelajaran. Observasi dilaksanakan untuk
mengetahui seberapa besar aktivitas siswa dan guru dalam mengikuti
pembelajaran untuk dapat meningkatkan kemampuan berbicara siswa.
Observasi ini dilakukan untuk memperoleh data mengenai kesesuaian
pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan metode kooperatif tipe
TGT dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun
serta untuk mengetahui secara detail keaktifan, kerjasama, kecepatan dan
ketepatan yang menghasilkan perubahan pada kemampuan berbicara
siswa.
Berdasarkan hasil pengamatan proses belajar mengajar siklus I
selama dua kali pertemuan, diperoleh gambaran tentang aktivitas siswa
maupun guru dalam proses pembelajaran, yaitu sebagai berikut:
a) Hasil Observasi pada Siswa
1) Pertemuan I
Hasil observasi siswa pada lampiran 25 halaman 145, sebagai
berikut:
(1) Sebanyak 19 siswa memiliki minat dalam mengikuti
pembelajaran.
(2) Sebanyak 20 siwa aktif dalam pembelajaran.
(3) Sebanyak 22 siswa memiliki kerjasama yang baik di dalam
pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
(4) Sebanyak 19 siswa sungguh-sungguh dalam mengikuti
pembelajaran.
Hasil pengamatan terhadap siswa selama mengikuti
pembelajaran bahasa Indonesia dengan menggunakan metode
kooperatif tipe TGT (Team-Games Tournament) pada siklus I
pertemuan I ditunjukkan pada tabel 8.
Tabel 8. Observasi Terhadap Kegiatan Siswa dalam
Peningkatan Kemampuan Berbicara Melalui Metode
Kooperatif Team-Games Tournament (TGT) Pada Siswa
Kelas V SD Negeri Kadireso Siklus I Pertemuan I
Keterangan Persentase (%)
Minat 59,38 %
Keaktifan 62,5 %
Kerja Sama 68,75 %
Kesungguhan 59,38 %
Nilai rata-rata 2,5
Berdasarkan tabel 8 di atas, menunjukkan bahwa dalam
proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru pada siklus I
pertemuan I, terdapat 59,38% yang berminat mengikuti
pembelajaran berbicara. Siswa yang tercatat aktif sebanyak 62,5%,
siswa yang mampu bekerjasama dengan baik sebanyak 68,75%,
dan siswa yang bersungguh-sungguh dalam mengikuti
pembelajaran berbicara sebanyak 59,38%. Tabel hasil observasi
kegiatan siswa dapat dilihat pada lampiran 25 halaman 145.
b) Hasil Observasi pada Guru
Dilihat dari hasil pengamatan guru pada saat pelaksanaan
pembelajaran dalam lampiran 30 halaman 159, memperoleh
keterangan sebagai berikut:
(1) Kegiatan guru mengelola ruang dan fasilitas pembelajaran kurang
baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
(2) Dalam pelaksanaan pembelajaran sudah dilakukan dengan cukup
baik.
(3) Mengelola interaksi kelas dengan baik.
(4) Sudah cukup memiliki sikap terbuka dan luwes, serta membantu
mengembangkan sikap positif siswa terhadap belajar.
(5) Memberikan pelatihan kemampuan berbahasa dengan cukup baik.
(6) Penilaian proses dan hasil belajar yang dilakukan sudah baik.
(7) Penggunaan bahasa yang digunakan sudah baik dan penampilan
guru sudah cukup.
Hasil pengamatan terhadap kinerja guru selama mengikuti
pembelajaran bahasa Indonesia dengan menggunakan metode
kooperatif tipe TGT (Team-Games Tournament) pada siklus I
pertemuan I ditunjukkan pada tabel 9.
Tabel 9. Observasi Terhadap Kinerja Guru dalam
Peningkatan Kemampuan Berbicara Melalui Metode
Kooperatif Team-Games Tournament (TGT) Pada Siswa Kelas
V SD Negeri Kadireso Siklus I Pertemuan I
Keterangan Nilai
Jumlah Skor hasil pengamatan pada guru 21,6
Rata-rata hasil pengamatan terhadap guru 3,08
Berdasarkan tabel 9, total nilai kinerja guru diperoleh melalui
rekapan nilai dari observasi pelaksanaan pembelajaran. Rata-rata hasil
observasi pada guru adalah 3,08. Berdasarkan nilai rata-rata tersebutu
diketahui bahwa kinerja guru saat mengajar termasuk dalam kategori
baik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 30 halaman 159.
2) Pertemuan II Hasil observasi siswa pada lampiran 26 halaman 149, sebagai
berikut:
(1) Sebanyak 22 siswa memiliki minat dalam mengikuti
pembelajaran.
(2) Sebanyak 23 siwa aktif dalam pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
(3) Sebanyak 24 siswa memiliki kerjasama yang baik di dalam
pembelajaran.
(4) Sebanyak 23 siswa sungguh-sungguh dalam mengikuti
pembelajaran.
Hasil pengamatan terhadap siswa selama mengikuti
pembelajaran bahasa Indonesia dengan menggunakan metode
kooperatif tipe TGT (Team-Games Tournament) pada siklus I
pertemuan II ditunjukkan pada tabel 10.
Tabel 10. Observasi Terhadap Kegiatan Siswa dalam
Peningkatan Kemampuan Berbicara Melalui Metode
Kooperatif Team-Games Tournament (TGT) Pada Siswa
Kelas V SD Negeri Kadireso Siklus I Pertemuan II
Keterangan Persentase (%)
Minat 68,75 %
Keaktifan 71,88 %
Kerja Sama 75 %
Kesungguhan 71,88 %
Nilai rata-rata 2,78
Berdasarkan tabel 10 di atas, menunjukkan bahwa dalam
proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru pada siklus I pertemuan
II, terdapat 68,75% yang berminat mengikuti pembelajaran berbicara.
Siswa yang tercatat aktif sebanyak 71,88%, siswa yang mampu
bekerjasama dengan baik sebanyak 75%, dan siswa yang bersungguh -
sungguh dalam mengikuti pembelajaran berbicara sebanyak 71,88%.
Tabel hasil observasi kegiatan siswa dapat dilihat pada lampiran 26
halaman 149.
c) Hasil Observasi pada Guru
Dilihat dari hasil pengamatan guru pada saat pelaksanaan
pembelajaran dalam lampiran 31 halaman 161, memperoleh
keterangan sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
(1) Kegiatan guru mengelola ruang dan fasilitas pembelajaran baik.
(2) Dalam pelaksanaan pembelajaran sudah dilakukan dengan baik.
(3) Mengelola interaksi kelas dengan baik.
(4) Sudah cukup memiliki sikap terbuka dan luwes, serta membantu
mengembangkan sikap positif siswa terhadap belajar.
(5) Memberikan pelatihan kemampuan berbahasa dengan cukup baik.
(6) Penilaian proses dan hasil belajar yang dilakukan sudah baik.
(7) Penggunaan bahasa yang digunakan sudah baik dan penampilan
guru sudah cukup.
Hasil pengamatan terhadap kinerja guru selama mengikuti
pembelajaran bahasa Indonesia dengan menggunakan metode
kooperatif tipe TGT (Team-Games Tournament) pada siklus I
pertemuan II ditunjukkan pada tabel 11.
Tabel 11. Observasi Terhadap Kinerja Guru dalam
Peningkatan Kemampuan Berbicara Melalui Metode
Kooperatif Team-Games Tournament (TGT) Pada Siswa Kelas
V SD Negeri Kadireso Siklus I Pertemuan II
Keterangan Nilai
Jumlah Skor hasil pengamatan pada guru 22,7
Rata-rata hasil pengamatan terhadap guru 3,24
Berdasarkan tabel 11, total nilai kinerja guru diperoleh melalui
rekapan nilai dari observasi pelaksanaan pembelajaran. Rata-rata hasil
observasi pada guru adalah 3,24. Berdasarkan nilai rata-rata tersebutu
diketahui bahwa kinerja guru saat mengajar termasuk dalam kategori baik.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 31 halaman 161.
Hasil pengamatan terhadap siswa pada siklus I menunjukkan
adanya peningkatan pada keaktifan dan peran serta siswa dalam
pembelajaran. Dengan meningkatnya aktifitas siswa dalam proses
pembelajaran diharapkan siswa lebih memahami materi dan dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
meningkatkan kemampuan berbicara siswa khususnya dalam materi
menanggapi persoalan faktual.
Dari pengamatan yang dilakukan, dapat diketahui bahwa
pembelajaran bahasa Indonesia yang dilaksanaakan dengan menggunakan
metode kooperatif tipe TGT (Team-Games Tournament) pada siklus I
dapat ditarik kesimpulan keaktifan siswa sudah meningkat namun belum
maksimal. Hasil yang diharapkan sudah tercapai meskipun masih dalam
pertemuan I dan pertemuan II. Dan hasil tersebut harus ditingkatkan lagi
pada siklus berikutnya.
d. Tahap Analisis dan Refleksi Setelah melaksanakan observasi, data-data yang diperoleh melalui
observasi dikumpulkan untuk di analisis. Tujuan dari refleksi adalah untuk
mengetahui kendala sekaligus solusi pelaksanaan pada siklus berikutnya.
Berdasarkan hasil observasi yang dilaksanakan selama proses pelaksanaan
tindakan pada pertemuan I belum menunjukkan perubahan yang berarti,
baik pada keaktifan siswa maupun pada kemampuan siswa dalam
berbicara. Sedangkan untuk pertemuan II telah menunjukkan perubahan
yang cukup baik.
Uraian Hasil Refleksi pada Siklus I
Berdasarkan hasil pengamatan observasi yang dilaksanakan selama
proses pelaksanaan tindakan pada pertemuai I dan pertemuan II, rata-rata
hasil observasi kegiatan siswa dan rata-rata hasil observasi kinerja guru
pada siklus I pertemuan I dan pertemuan II dapat dilihat pada tabel 12
sebagai berikut:
Tabel 12. Hasil Observasi Aktivitas Siswa dalam Peningkatan Kemampuan
Berbicara melalui Metode Kooperatif Team-Games Tournamen (TGT) pada
Siswa Kelas V SD Negeri Kadireso
Siklus I Pertemuan I dan Pertemuan II
Keterangan Pertemuan I Pertemuan II
Hasil observasi aktivitas siswa 2,5 2,78
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Berdasarkan tabel 12, tabel observasi terhadap aktivitas siswa pada siklus I
pertemuan I dan pertemuan II dapat dibuat grafik 2 sebagai berikut:
Gambar 6 . Grafik 2 Observasi Terhadap Aktivitas Siswa dalam
Peningkatan Kemampuan Berbicara Melalui Metode Kooperatif Team-
Games Tournament (TGT) Pada Siswa Kelas V SD Negeri Kadireso
Siklus I
Berdasarkan hasil observasi kegiatan siswa yang telah dilakukan, terdapat
peningkatan keaktifan dan partisipasi siswa dari pertemuan I ke pertemuan II yaitu
dari 2,5 meningkat menjadi 2,78. Hal ini dilihat dari hasil pengamatan selama
proses pembelajaran diperoleh data bahwa siswa memiliki keaktifan dan perhatian
dengan kriteria istimewa, baik, dan cukup, dan kurang selama proses
pembelajaran dengan indikator penilaian: siswa memiliki minat dalam mengikuti
pembelajaran, siswa aktif selama pembelajaran berlangsung, siswa memiliki sikap
kerjasama selama pembelajaran, dan bersungguh-sungguh dalam pembelajaran.
Sebagian siswa sudah berkriteria cukup, ada siswa kurang, dan kurang sekali.
Akan tetapi perlu ada peningkatan lagi pada siswa agar keseluruhan siswa dapat
memenuhi indikator penilaian yang ada pada aspek aktifitas siswa selama
pembelajaran.
Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
Tabel 13. Observasi Terhadap Kinerja Guru Dalam Peningkatan
Kemampuan Berbicara Melalui Metode Kooperatif Team-Games
Tournament (TGT) pada Siswa Kelas V SD Negeri Kadireso
Siklus I Pertemuan I, dan Pertemuan II.
Keterangan Pertemuan I Pertemuan II
Hasil observasi kinerja guru 3,08 3,24
Berdasarkan Tabel 13, tabel observasi terhadap kinerja guru pada siklus I
pertemuan I, dan pertemuan II dapat dibuat grafik sebagai berikut :
Gambar 7. Grafik 3 Observasi Terhadap Kinerja Guru Dalam
Peningkatan Kemampuan Berbicara Melalui Metode Kooperatif Team-
Games Tournament (TGT) pada Siswa Kelas V SD Negeri Kadireso
Siklus I Pertemuan I dan Pertemuan II
Berdasarkan hasil observasi kinerja guru yang telah dilakukan, terdapat
peningkatan kinerja guru dari pertemuan I ke pertemuan II yaitu dari 3,08
meningkat menjadi 3,24. Hal ini dilihat dari hasil pengamatan oleh observer saat
guru sedang mengajar. Tugas sebagai observer dilakukan oleh guru kelas. Guru
kelas mengamati dan menilai kinerja guru saat peneliti mengajar di kelas. Dari
pengamatan tersebut diperoleh data bahwa kinerja guru pada pertemuan I hanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
ada pada kriteria cukup, kemudian pada pertemuan II kinerja guru meningkat dan
termasuk pada kriteria baik.
Keaktifan dan perhatian, serta kinerja guru siswa sangat berpengaruh
terhadap nilai kemampuan bebicara, dimana KKM pada Siklus I siswa harus
dengan nilai di atas KKM harus lebih dari 60 %. Adapun hasil kemampuan
berbicara yang diperoleh pada siklus I dapat dilihat pada tabel 14 dan grafik di
bawah ini:
Tabel 14. Frekuensi Data Nilai Kemampuan Berbicara Melalui
Metode Kooperatif Team-Games Tournament (TGT) pada Siswa Kelas V SD
Negeri Kadireso Siklus I
No Interval Nilai Nilai Tengah
(Xi)
Frekuensi
(fi) Fi.Xi
Prosentase
(%)
1 50-55 52,5 7 367,5 17,6%
2 56-61 58,5 3 175,5 8,41%
3 62-67 64,5 9 580,5 27,8%
4 68-73 70,5 6 423 20,26%
5 74-79 76,5 6 459 21,98%
6 80-85 82,5 1 82,5 3,95
Jumlah 32 2088 100%
Nilai rata-rata 2088 : 32 = 65,25
Ketuntasan klasikal 22: 32 x 100% = 68,75 %
Dari tabel 14 frekuensi nilai kemampuan berbicara siswa kelas V SD
Negeri Kadireso pada siklus I melalui penggunaan metode kooperatif Team-
Games Tounament (TGT), dapat disajikan dalam bentuk grafik 4 pada gambar 8
sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Gambar 8. Grafik 4 Nilai Kemampuan Berbicara Melalui Metode
Kooperatif Team-Games Tournament (TGT) pada Siswa Kelas V SD Negeri
Kadireso Siklus I
Dari data tabel 14 dapat dilihat bahwa setelah melaksanakan siklus I,
siswa yang memperoleh nilai 50-55 sebanyak 7 siswa atau 17,6%, siswa yang
mendapat nilai 56-61 adalah sebanyak 3 siswa atau 8,41%, yang mendapat nilai
62-67 adalah 9 siswa atau sebanyak 27,8%, yang mendapat nilai 68-73 sebanyak 6
siswa atau 20,26%, yang mendapat nilai 74-79 sebanyak 6 siswa atau 21,98% dan
yang mendapat nilai 80-89 sebanyak 1 siswa atau 3,95%. Berikut perkembangan
siswa dari tes awal ke siklus I akan dijelaskan pada tabel 15.
Tabel 15. Perkembangan Nilai Kemampuan Berbicara Siswa
Melalui Metode Kooperatif Team-Games Tournament (TGT) pada Siswa
Kelas V SD Negeri Kadireso dari Tes Awal dan Siklus I
Keterangan Tes Awal Siklus I
Nilai terendah 28 50
Nilai tertinggi 80 82
Rata-rata nilai 56,75 65,25
Siswa tuntas belajar 28,13% 68,75%
Siswa tidak tuntas belajar 71,87 % 31,25%
Dari hasil analisa data perkembangan nilai kemampuan berbicara siswa
dengan menggunakan metode kooperatif tipe Team-Games Tournament (TGT)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
pada siklus I tabel 15 dapat disimpulkan bahwa persentasi hasil tes siswa yang
belajar tuntas naik 40,62% dengan Kriteria Ketuntasan Minimum sebesar 62 ke
atas. Siswa yang belajar tuntas pada siklus I sebesar 68,75 % atau 22 siswa,
semula pada tes awal hanya 28,13% atau 9 siswa yang mencapai batas
ketuntasan. Besarnya nilai terendah pada tes awal adalah 28, dan pada siklus I
naik menjadi 50. Untuk nilai tertinggi siswa pada tes awal sebesar 80 naik pada
siklus I menjadi 82, dan nilai rata-rata kelas yang semula hanya 56,75 naik
menjadi 65,25 pada siklus I. Perolehan nilai dan tingkat ketuntasan yang diperoleh
pada siklus I sudah memenuhi target ketercapaian yang disepakati oleh pihak guru
dan peneliti yaitu pada pelaksanaan siklus I siswa yang tuntas belajar harus lebih
dari 60% yaitu sebesar 68,75% siswa yang tuntas dari jumlah seluruh siswa.
Hasil siklus I yang didapat dari hasil observasi dan penilaian proses,
kemudian dianalisis dan direfleksi sebagai langkah pengambilan tindakan pada
siklus berikutnya. Adapun hasilnya adalah:
1) Pembelajaran belum mengarah pada student center, guru masih lebih aktif
dalam pembelajaran.
2) Guru kurang memberikan motivasi kepada siswa, sehingga masih banyak siswa
yang kurang termotivasi selama pembelajaran.
3) Penjelasan guru mengenai peraturan permainan dalam turnamen masih kurang.
4) Pengkondisian kelas kurang, masih banyak siswa yang ramai sendiri.
5) Suara guru kurang keras.
Untuk mengatasi beberapa kekurangan pada siklus I, peneliti dan guru
kolaborator kemudian mencari solusi untuk memecahkan masalah tersebut,
berikut solusi yang telah didiskusikan:
1) Untuk meningkatkan keaktifan siswa, guru harus mengutamakan cara
pembelajaran yang berpusat pada siswa (student center), pembelajaran harus
lebih menyenangkan lagi agar siswa semangat terhadap pembelajaran yang
dilaksanakan oleh peneliti.
2) Memberikan reward pada siswa. Baik berupa pujian, penghargaan atau pun
teguran bagi siswa yang aktif maupun kurang aktif dalam pembelajaran. Hal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
tersebut bertujuan agar minat dan motivasi siswa dalam pembelajaran
meningkat.
3) Memberikan keterangan atau penjelasan dengan lebih seksama lagi, agar siswa
tidak bingung selama proses pembelajaran.
4) Pengkondisian kelas yang lebih baik, mencakup keseluruhan kelas dan
siswanya.
5) Suara guru harus lebih nyaring dan tegas, jangan ragu-ragu untuk menegur
anak yang ramai sendiri.
4. Deskripsi Siklus II
Tindakan siklus II dilaksanakan selama 2 kali pertemuan. Setiap
pertemuan terdiri dari dua jam pelajaran (2 x 35 menit) yang dilaksanakan selama
satu minggu yaitu pada tanggal 03 Juni dan 04 Juni 2011. Penelitian dilakukan
dengan menggunakan penelitian tindakan kelas yang terdiri atas siklus siklus
dan tiap siklus terdiri atas 4 tahapan. Adapun tahapan yang dilakukan adalah
sebagai berikut:
a. Tahap Perencanaan
Berdasarkan pada refleksi dan evaluasi pelaksanaan tindakan siklus I
diketahui bahwa pembelajaran kemampuan berbicara siswa dalam
menanggapi persoalan faktual yang terjadi belum menunjukkan adanya
peningkatan kemampuan berbicara secara signifikan, oleh karena itu peneliti
menyuasun rencana pelaksanaan pembelajaran kembali melalui metode
pembelajaran yang sama. Dan memutuskan untuk melaksanakan siklus II
untuk mencapai target yang diinginkan.
Kegiatan perencanaan tindakan siklus I dilaksanakan dalam dua kali
2011 dengan alokasi waktu 2 x 35 menit dan pertemuan kedua dilaksanakan
pada hari Sabtu, 04 Juni 2011 dengan alokasi waktu yang masih sama yaitu 2
x 35 menit.
Selain itu berdasarkan hasil observasi saat guru mengajar kemampuan
berbicara melalui metode kooperatif tipe Team-Games Tournament (TGT)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
pada siklus I, maka guru memberikan tindak lanjut kepada peneliti untuk
meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran dengan cara memberikan
umpan balik kepada siswa saat pembelajaran berlangsung, meningkatkan
minat dan motivasi siswa dalam pembelajaran, memberi penjelasan kepada
siswa mengenai aturan permainan saat turnamen dengan lebih detail lagi, dan
suara guru diharapkan lebih keras, lantang dan tegas. Selain itu peneliti juga
menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran untuk siklus II. Dalam
perencanaan tindakan siklus II peneliti merancang Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran.
Hal yang dilakukan peneliti dalam tahap perencanaan siklus II yaitu:
1) Menentukan pokok bahasan, yaitu memberi tanggapan atau mengomentari
persoalan faktual yang terjadi disertai alasan yang mendukung dengan
memperhatikan pilihan kata dan santun berbahasa.
2) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan metode
kooperatif tipe TGT.
3) Mengembangkan skenario pembelajaran.
4) Menyiapkan sumber belajar dan materi pembelajaran. Sumber belajar
mata pelajaran bahasa Indonesia yaitu buku BSE, SilabiBahasa Indonesia
BSNP, dan KTSP 2006.
5) Menyiapkan fasilitas dan sarana pendukung dalam pelaksanaan
pembelajaran.
6) Membuat lembar observasi siswa, observasi aktivitas guru untuk
mengetahui kondisi belajar mengajar di kelas ketika diajarkan dengan
metode kooperatif tipe TGT.
7) Mengembangkan format evaluasi pembelajaran. Membuat alat evaluasi
soal tournamen, tugas kelompok, dan tes individu.
8) Menetapkan indikator ketercapaian yang akan dilaksanakan dalam proses
pembelajaran.
9) Menempatkan siswa di tim atau kelompoknya masing-masing, yaitu Tim
A,B,C,D,E,F,G,H.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
b. Tahap Pelaksanaan / Tindakan
Dalam tahap pelaksanaan ini peneliti yang berkolaborasi dengan guru
menerapkan metode pembelajaran kooperatif tipe TGT sesuai dengan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun. Peneliti disini bertindak
sebagai pengajar dan guru sebagai observer atau pengamat. Pembelajaran
yang telah di susun pada siklus II dilaksanakan dalam dua kali pertemuan.
Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:
1) Pertemuan Pertama
Pada pertemuan itu siswa mempelajari tentang persoalan faktual, yaitu
memberikan tanggapan dan mengomentari persoalan faktual yang terjadi
disertai alasan yang mendukung dengan memperhatikan pilihan kata dan
santun berbahasa.
Guru mengawali pembelajaran dengan mengucapkan salam, berdoa
bersama, pengkondisian kelas, kemudian dilanjutkan presensi kehadiran
siswa. Untuk memusatkan perhatian siswa, guru memberikan apersepsi
dengan memancing pengetahuan siswa tentang persoalan-persoalan yang
terjadi akhir-akhir ini. Guru menjelaskan secara singkat mengenai materi
yang akan dibahas, sambil tanya jawab dengan siswa terkait dengan materi
yang diajarkan. Kemudian siswa menyimak tujuan pembelajaran yang
disampaikan oleh guru.
Kegiatan inti, guru menyuruh siswa duduk berkelompok dengan
timnya masing-masing. Guru membagikan lembar kerja siswa kepada
masing-masing tim. Masing-masing kelompok mendiskusikan tugas
tersebut. Siswa mempersiapkan diri untuk memulai permainan, masing-
masing siswa harus menjadi pembaca soal dan penjawab. Setiap anggota
tim bertanggung jawab pada keberhasilan anggota yang lain untuk
menguasai materi. Hal tersebut karena keberhasilan kelompok didasarkan
dari keberhasilan individu. Kemudian setelah selesai guru menghitung
skor nilai dari hasil permainan dan mengumumkan kelompok yang
mendapatkan nilai tertinggi. Kelompok yang mendapatkan nilai tertinggi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
mendapatkan penghargaan dari guru. Guru memberikan pengertian tentang
metode pembelajaran kooperatif TGT dan langkah-langkah
pelaksanaannya yang akan dipakai pada pertemuan nanti supaya siswa
tidak kesulitan saat pelaksanaan.
Guru kemudian mengingatkan para siswa untuk mempelajari
kembali materi yang sudah dipelajari guna persiapan pembelajaran
selanjutnya. Kemudian guru menutup pembelajaran dengan mengucapkan
salam penutup.
2) Pertemuan Kedua
Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Sabtu, 04 Juni 2011.
Pada pertemuan ini guru memberikan pembelajaran dengan
melanjutkan materi yang telah lalu. Langkah-langkah pembelajaran
yang dilakukan guru pada pertemuan kedua dalam pelaksanaan
tindakan siklus II sama halnya dengan pertemuan pertama yaitu
kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir.
Guru mengawali pembelajaran dengan ucapan salam,
dilanjutkan dengan guru mengkondisikan kelas dan memeriksa
kesiapan siswa. Guru melakukan apersepsi tentang materi yang lalu
dengan tanya jawab tentang materi pada pertemuan minggu yang lalu.
Siswa menjawab pertanyaan guru tentang persoalan faktual yang telah
terjadi. Kemudian guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
Kegiatan inti yang dilakukan adalah dengan diawali dengan
siswa berkumpul bersama teman satu kelompoknya atau teman satu
timnya, sama seperti pertemuan sebelumnya. Guru membuat meja
turnamen yang diisi dari perwakilan masing-masing tim lalu
menjelaskan kembali mengenai aturan main turnamen.
Setiap pemain dalam tiap meja menentukan dulu pembaca
soal dan pemain yang pertama dengan cara undian. Kemudian pemain
yang menang undian mengambil kartu undian yang berisi nomor soal
dan diberikan kepada pembaca soal. Pembaca soal membacakan soal
sesuai dengan nomor undian yang diambil oleh pemain, selanjutnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
soal dikerjakan secara mandiri. Pemain membacakan hasil pekerjaan
yang akan ditanggapi oleh penantang. Setelah itu pembaca soal akan
membaca kunci jawaban kepada pemain yang menjawab benar atau
penantang yang pertama kali menjawab benar. Jika semua pemain
menjawab salah maka kartu dibiarkan saja. Permainan dilanjutkan
pada kartu soal berikutnya sampai kartu soal habis.
Apabila permainan sudah selesai, setiap pemain dalam satu
meja menghitung jumlah kartu yang diperoleh dan menentukan poin
yang diperoleh berdasarkan tabel yang disediakan. Masing-masing
pemain kembali ke timnya dan melaporkan poin pada ketua kelompok.
Selanjutnya masing-masing tim menjumlahkan seluruh poinnya. Siswa
dan kelompok yang mendapatkan skor paling banyak diberikan
penghargaan.
Kegiatan akhir di siklus II ini siswa dengan bimbingan guru
membuat kesimpulan pembelajaran dan diadakan evaluasi secara
individu apakah siswa sudah paham atau belum tentang materi yang
sudah dipelajari. Sebelum guru menutup pelajaran, guru memberikan
nasihat kepada siswa supaya rajin belajar. Kemudian guru menutup
pelajaran dengan mengucapkan salam.
c. Tahap pengamatan/ observasi
Peneliti melakukan pengamatan terhadap pelaksanaan tindakan sesuai
dengan tujuan penelitian, yaitu peningkatan kemampuan berbicara dengan
menggunakan metode kooperatif tipe TGT pada siswa kelas V SD Negeri
Kadireso Kecamatan Teras Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2010/2011.
Dalam tahap ini, peneliti mengadakan kolaborasi dengan guru kelas dalam
melaksanakan pengamatan terhadap pelaksanaan proses pembelajaran yaitu
dengan menggunakan lembar observasi. Observasi tidak hanya terfokus pada
siswa namun juga pada guru. Maka dari itu obeservasi dilaksanakan secara
keseluruhan aspek, baik dari aspek siswa, guru, dan kegiatan pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
Observasi dilaksanakan untuk mengetahui seberapa besar aktivitas
siswa dan guru dalam mengikuti pembelajaran untuk dapat meningkatkan
kemampuan berbicara siswa. Observasi ini dilakukan untuk memperoleh data
mengenai kesesuaian pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan metode
kooperatif tipe TGT dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang
telah disusun serta untuk mengetahui secara detail keaktifan, kerjasama,
kecepatan dan ketepatan yang menghasilkan perubahan pada kemampuan
berbicara siswa.
Berdasarkan hasil pengamatan proses belajar mengajar siklus I selama
dua kali pertemuan, diperoleh gambaran tentang aktivitas siswa maupun guru
dalam proses pembelajaran, yaitu sebagai berikut:
a) Hasil Observasi pada Siswa
1) Pertemuan I
Hasil observasi siswa pada lampiran 27 halaman 149, sebagai berikut:
(1) Sebanyak 23 siswa memiliki minat dalam mengikuti pembelajaran.
(2) Sebanyak 26 siwa aktif dalam pembelajaran.
(3) Sebanyak 26 siswa memiliki kerjasama yang baik di dalam
pembelajaran.
(4) Sebanyak 25 siswa sungguh-sungguh dalam mengikuti
pembelajaran.
Hasil pengamatan terhadap siswa selama mengikuti
pembelajaran bahasa Indonesia dengan menggunakan metode
kooperatif tipe TGT (Team-Games Tournament) pada siklus II
pertemuan I ditunjukkan pada tabel 16.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
Tabel 16. Observasi Terhadap Kegiatan Siswa dalam Peningkatan
Kemampuan Berbicara melalui Metode Kooperatif Team-Games
Tournamen (TGT) pada Siswa Kelas V SD Negeri Kadireso
Siklus II Pertemuan I
Keterangan Persentase (%)
Minat 71,88 %
Keaktifan 71,88 %
Kerja Sama 71,88 %
Kesungguhan 78,13 %
Rata-rata 2,94
Berdasarkan tabel 16 di atas, menunjukkan bahwa dalam
proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru pada siklus II
pertemuan I, terdapat 71,88% yang berminat mengikuti pembelajaran
berbicara. Siswa yang tercatat aktif sebanyak 71,88%, siswa yang
mampu bekerjasama dengan baik sebanyak 71,88%, dan siswa yang
bersungguh-sungguh dalam mengikuti pembelajaran berbicara
sebanyak 78,13%. Tabel hasil observasi kegiatan siswa dapat dilihat
pada lampiran 27 halaman 149.
b) Hasil Observasi pada Guru
Dilihat dari hasil pengamatan guru pada saat pelaksanaan
pembelajaran dalam lampiran 32 halaman 163, memperoleh
keterangan sebagai berikut:
(1) Kegiatan guru mengelola ruang dan fasilitas pembelajaran baik.
(2) Dalam pelaksanaan pembelajaran sudah dilakukan dengan baik.
(3) Mengelola interaksi kelas dengan baik.
(4) Sudah cukup memiliki sikap terbuka dan luwes, serta membantu
mengembangkan sikap positif siswa terhadap belajar.
(5) Memberikan pelatihan kemampuan berbahasa dengan baik.
(6) Penilaian proses dan hasil belajar yang dilakukan sudah baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
(7) Penggunaan bahasa yang digunakan sudah baik dan penampilan
guru sudah baik.
Hasil pengamatan terhadap kinerja guru selama mengikuti
pembelajaran bahasa Indonesia dengan menggunakan metode
kooperatif tipe TGT (Team-Games Tournament) pada siklus II
pertemuan I ditunjukkan pada tabel 17.
Tabel 17. Observasi Terhadap Kinerja Guru dalam Peningkatan
Kemampuan Berbicara melalui Metode Kooperatif Team-Games
Tournamen (TGT) pada Siswa Kelas V SD Negeri Kadireso
Siklus II Pertemuan I
Keterangan Nilai
Jumlah Skor hasil pengamatan pada guru 23,8
Rata-rata hasil pengamatan terhadap guru 3,4
Berdasarkan tabel 17, total nilai kinerja guru diperoleh melalui
rekapan nilai dari observasi pelaksanaan pembelajaran. Rata-rata hasil
observasi pada guru adalah 3,4. Berdasarkan nilai rata-rata tersebutu
diketahui bahwa kinerja guru saat mengajar termasuk dalam kategori
baik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 32 halaman 163.
2) Pertemuan II
a) Hasil Observasi Siswa
Hasil observasi siswa pada lampiran 28 halaman 151, sebagai
berikut:
(1) Sebanyak 25 siswa memiliki minat dalam mengikuti
pembelajaran.
(2) Sebanyak 27 siwa aktif dalam pembelajaran.
(3) Sebanyak 28 siswa memiliki kerjasama yang baik di dalam
pembelajaran.
(4) Sebanyak 26 siswa sungguh-sungguh dalam mengikuti
pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
Hasil pengamatan terhadap siswa selama mengikuti
pembelajaran bahasa Indonesia dengan menggunakan metode kooperatif
tipe TGT (Team-Games Tournament) pada siklus II pertemuan II
ditunjukkan pada tabel 18.
Tabel 18. Observasi Terhadap Kegiatan Siswa dalam Peningkatan
Kemampuan Berbicara melalui Metode Kooperatif Team-Games
Tournamen (TGT) pada Siswa Kelas V SD Negeri Kadireso
Siklus II Pertemuan II
Keterangan Persentase (%)
Minat 68,75 %
Keaktifan 71,88 %
Kerja Sama 75 %
Kesungguhan 71,88 %
Nilai rata-rata 3,25
Berdasarkan tabel 18 di atas, menunjukkan bahwa dalam
proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru pada siklus II
pertemuan II, terdapat 78,13% yang berminat mengikuti pembelajaran
berbicara. Siswa yang tercatat aktif sebanyak 84,38%, siswa yang
mampu bekerjasama dengan baik sebanyak 87,5%, dan siswa yang
bersungguh - sungguh dalam mengikuti pembelajaran berbicara
sebanyak 71,88%. Tabel hasil observasi kegiatan siswa dapat dilihat
pada lampiran 28 halaman 151.
b) Hasil Observasi pada Guru
Dilihat dari hasil pengamatan guru pada saat pelaksanaan
pembelajaran dalam lampiran 33 halaman 165, memperoleh
keterangan sebagai berikut:
(1) Kegiatan guru mengelola ruang dan fasilitas pembelajaran baik.
(2) Dalam pelaksanaan pembelajaran sudah dilakukan dengan baik.
(3) Mengelola interaksi kelas dengan baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
(4) Sudah cukup memiliki sikap terbuka dan luwes, serta membantu
mengembangkan sikap positif siswa terhadap belajar.
(5) Memberikan pelatihan kemampuan berbahasa dengan cukup baik.
(6) Penilaian proses dan hasil belajar yang dilakukan sudah baik.
(7) Penggunaan bahasa yang digunakan sudah baik dan penampilan
guru sudah cukup.
Hasil pengamatan terhadap kinerja guru selama mengikuti
pembelajaran bahasa Indonesia dengan menggunakan metode kooperatif
tipe TGT (Team-Games Tournament) pada siklus II pertemuan II
ditunjukkan pada tabel 19.
Tabel 19. Observasi Terhadap Kinerja Guru dalam Peningkatan
Kemampuan Berbicara melalui Metode Kooperatif Team-Games
Tournamen (TGT) pada Siswa Kelas V SD Negeri Kadireso
Siklus II Pertemuan II
Keterangan Nilai
Jumlah Skor hasil pengamatan pada guru 24,4
Rata-rata hasil pengamatan terhadap guru 3,48
. Berdasarkan tabel 19, total nilai kinerja guru diperoleh melalui
rekapan nilai dari observasi pelaksanaan pembelajaran. Rata-rata hasil
observasi pada guru adalah 3,48. Berdasarkan nilai rata-rata tersebutu
diketahui bahwa kinerja guru saat mengajar termasuk dalam kategori baik.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 33 halaman 165.
Hasil pengamatan terhadap siswa pada siklus II menunjukkan
adanya peningkatan pada keaktifan dan peran serta siswa dalam
pembelajaran. Dengan meningkatnya aktifitas siswa dalam proses
pembelajaran diharapkan siswa lebih memahami materi dan dapat
meningkatkan kemampuan berbicara siswa khususnya dalam materi
menanggapi persoalan faktual
Dari pengamatan yang dilakukan, dapat diketahui bahwa
pembelajaran bahasa Indonesia yang dilaksanaakan dengan menggunakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
metode kooperatif tipe TGT (Team-Games Tournament) pada siklus I
dapat ditarik kesimpulan keaktifan siswa sudah meningkat. Hasil yang
diharapkan sudah tercapai.
e. Tahap Analisis dan Refleksi Setelah melaksanakan observasi, data-data yang diperoleh melalui
observasi dikumpulkan untuk di analisis. Tujuan dari refleksi adalah untuk
mengetahui kendala sekaligus solusi pelaksanaan pada siklus berikutnya.
Berdasarkan hasil observasi yang dilaksanakan selama proses pelaksanaan
tindakan pada pertemuan I belum menunjukkan perubahan yang berarti, baik
pada keaktifan siswa maupun pada kemampuan siswa dalam berbicara.
Sedangkan untuk pertemuan II telah menunjukkan perubahan yang baik.
Uraian Hasil Refleksi pada Siklus II
Berdasarkan hasil pengamatan observasi yang dilaksanakan selama
proses pelaksanaan tindakan pada pertemuai I dan pertemuan II, rata-rata hasil
observasi kegiatan siswa dan rata-rata hasil observasi kinerja guru pada siklus
II pertemuan I dan pertemuan II dapat dilihat pada tabel 20 sebagai berikut:
Tabel 20. Hasil Observasi Aktivitas Siswa dalam Peningkatan
Kemampuan Berbicara melalui Metode Kooperatif Team-Games
Tournamen (TGT) pada Siswa Kelas V SD Negeri Kadireso
Siklus II Pertemuan I dan Pertemuan II
Keterangan Pertemuan I Pertemuan II
Hasil observasi aktivitas siswa 2,94 3,25
Berdasarkan tabel 20, tabel observasi terhadap aktivitas siswa pada
siklus II pertemuan I dan pertemuan II dapat dibuat grafik sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
Gambar 9. Grafik 5 Observasi Terhadap Aktivitas Siswa dalam
Peningkatan Kemampuan Berbicara melalui Metode Kooperatif
Team-Games Tournamen (TGT) pada Siswa Kelas V SD Negeri
Kadireso Pada Siklus II
Berdasarkan hasil observasi kegiatan siswa yang telah dilakukan, terdapat
peningkatan keaktifan dan partisipasi siswa dari pertemuan I ke pertemuan II yaitu
dari 2,94 meningkat menjadi 3,25. Hal ini dilihat dari hasil pengamatan selama
proses pembelajaran diperoleh data bahwa siswa memiliki keaktifan dan perhatian
dengan kriteria istimewa, baik, dan cukup, dan kurang selama proses
pembelajaran dengan indikator penilaian: siswa memiliki minat dalam mengikuti
pembelajaran, siswa aktif selama pembelajaran berlangsung, siswa memiliki sikap
kerjasama selama pembelajaran, dan bersungguh-sungguh dalam pembelajaran.
Sebagian siswa sudah berkriteria cukup, ada siswa kurang, dan kurang sekali.
Akan tetapi perlu ada peningkatan lagi pada siswa agar keseluruhan siswa dapat
memenuhi indikator penilaian yang ada pada aspek aktifitas siswa selama
pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
Tabel 21. Observasi Terhadap Kinerja Guru Dalam Peningkatan
Kemampuan Berbicara melalui Metode Kooperatif Team-Games
Tournamen (TGT) pada Siswa Kelas V SD Negeri Kadireso
Siklus II Pertemuan I, dan Pertemuan II.
Keterangan Pertemuan I Pertemuan II
Hasil observasi kinerja guru 3,4 3,48
Berdasarkan Tabel 21, tabel observasi terhadap kinerja guru pada siklus II
pertemuan I, dan pertemuan II dapat dibuat grafik sebagai berikut :
Gambar 10. Grafik 6 Observasi Terhadap Kinerja Guru dalam
Peningkatan Kemampuan Berbicara melalui Metode Kooperatif
Team-Games Tournamen (TGT) pada Siswa Kelas V SD Negeri
Kadireso Siklus II Pertemuan I, dan Pertemuan II.
Berdasarkan hasil observasi kinerja guru yang telah dilakukan, terdapat
peningkatan kinerja guru dari pertemuan I ke pertemuan II yaitu dari 3,4
meningkat menjadi 3,48. Hal ini dilihat dari hasil pengamatan oleh observer saat
guru sedang mengajar. Tugas sebagai observer dilakukan oleh guru kelas. Guru
kelas mengamati dan menilai kinerja guru saat peneliti mengajar di kelas. Dari
pengamatan tersebut diperoleh data bahwa kinerja guru pada pertemuan I hanya
ada pada kriteria cukup, kemudian pada pertemuan II kinerja guru meningkat dan
termasuk pada kriteria baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
Keaktifan dan perhatian, serta kinerja guru siswa sangat berpengaruh
terhadap nilai kemampuan bebicara, dimana KKM pada Siklus II siswa harus
dengan nilai di atas KKM harus lebih dari 80 %. Adapun hasil kemampuan
berbicara yang diperoleh pada siklus II dapat dilihat pada tabel 22 dan grafik di
bawah ini:
Tabel 22. Frekuensi Data Nilai Kemampuan Berbicara Melalui
Metode Kooperatif Team-Games Tournamen (TGT) pada Siswa Kelas
V SD Negeri Kadireso Siklus II
No Interval Nilai Nilai Tengah
(Xi)
Frekuensi
(fi) Fi.Xi
Prosentase
(%)
1 58-62 60 3 180 7,66%
2 63-67 65 3 195 8,29%
3 68-72 70 4 280 11,9%
4 73-77 75 11 825 35,07%
5 78-82 78 9 702 28,85%
6 83-87 85 2 170 7,23%
Jumlah 32 2352 100%
Nilai rata-rata 2352 : 32 = 73,5
Ketuntasan klasikal 31: 32 x 100% = 96,8 %
Dari tabel 22 frekuensi nilai kemampuan berbicara siswa kelas V SD
Negeri Kadireso pada siklus II melalui penggunaan metode kooperatif Team-
Games Tounament (TGT), dapat disajikan dalam bentuk grafik 7 pada gambar 11
sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
Gambar 11. Grafik 7 Nilai Kemampuan Berbicara Melalui Metode
Kooperatif Team-Games Tournamen (TGT) pada Siswa Kelas V SD
Negeri Kadireso Siklus II
Dari frekuensi nilai pada siklus II pada tabel 22 dapat dilihat bahwa
setelah melaksanakan siklus II, siswa yang memperoleh nilai 58-62 sebanyak 3
siswa atau 7,66%, siswa yang mendapat nilai 63-67 adalah sebanyak 3 siswa atau
8,29%, yang mendapat nilai 68-72 adalah 4 siswa atau sebanyak 11,9%, yang
mendapat nilai 73-77 sebanyak 11 siswa atau 35,07%, yang mendapat nilai 78-82
sebanyak 9 siswa atau 28,85%, dan yang mendapat nilai 83-87 sebanyak 2 siswa
atau 7,23%. Berdasarkan tabel 22, pembelajaran pada siklus II menunjukkan rata-
rata kelas dan peningkatan jumlah siswa yang mendatkan nilai diatas nilai KKM,
sehingga pembelajaran pada siklus II sudah berhasil.
B. Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini akan disajikan dalam bentuk peningkatan dari
hubungan antar siklus. Untuk hasil penelitian persiklus sudah disajikan pada tahap
observasi (pengamatan) pada masing-masing siklus. Berdasarkan pengamatan dari
analisis data yang ada, dapat dilihat adanya peningkatan kualitas proses dan hasil
siswa kelas V SD Negeri Kadireso dalam pembelajaran bahasa Indonesia pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
aspek kemampuan berbicara dengan menggunakan metode kooperatif Team-
Games Tournament (TGT).
Peningkatan kualitas proses ditunjukkan dari sebaran frekuensi sikap
siswa selama pembelajaran. Yaitu dengan menunjukkan minat, kerjasama,
keaktifan, serta sungguh-sungguh dalam belajar. Hal tersebut ditunjukkan dalam
tabel 23 berikut:
Tabel 23. Data Frekuensi Penilaian Aktivitas Siswa dalam
Peningkatan Kemampuan Berbicara melalui Metode Kooperatif
Team-Games Tournamen (TGT) pada Siswa Kelas V SD Negeri
Kadireso Siklus I dan II
Tindakan Nilai rata-rata
Siklus I 2,64
Siklus II 3,09
Berdasarkan tabel 23 maka akan dibuat grafik 8 pada gambar 12 sebagai berikut :
Gambar 12. Grafik 8 Frekuensi Penilaian Kegiatan siswa dalam
Peningkatan Kemampuan Berbicara melalui Metode Kooperatif Team-
Games Tournamen (TGT) pada Siswa Kelas V SD Negeri Kadireso
Keaktifan dan partisipasi siswa meningkat pada setiap siklus, hal ini
dapat dilihat dari hasil pengamatan terhadap kegiatan siswa yang semula pada
siklus I hanya 2,04 meningkat menjadi 3,09 pada siklus II.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
Selanjutnya peningkatan kualitas proses pembelajaran oleh guru akan
dijelaskan pada tabel 24.
Tabel 24. Data Frekuensi Penilaian Kinerja Guru dalam Peningkatan
Kemampuan Berbicara melalui Metode Kooperatif Team-Games
Tournamen (TGT) pada Siswa Kelas V SD Negeri Kadireso
Siklus I dan II
Tindakan Nilai rata-rata
Siklus I 3,16
Siklus II 3,44
Berdasarkan tabel 24 maka akan dibuat grafik 9 pada gambar 13 sebagai berikut :
Gambar 13. Grafik 7 Frekuensi Penilaian Kinerja Guru dalam Peningkatan
Kemampuan Berbicara melalui Metode Kooperatif Team-Games Tournament
(TGT) pada Siswa Kelas V SD Negeri Kadireso
Kinerja guru meningkat pada setiap siklus, hal ini dapat dilihat dari hasil
pengamatan terhadap kinerja guru yang semula pada siklus I hanya 3,16
meningkat menjadi 3,44 pada siklus II.
Setelah kinerja guru di uraikan di atas, perbandingan nilai keterampilan
menulis narasi melalui media gambar seri dapat dilihat pada tabel 25 sebagai
berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
Tabel 25. Perbandingan Nilai Kemampuan Berbicara melalui Metode
Kooperatif Team-Games Tournamen (TGT) pada Siswa Kelas V SD
Negeri Kadireso dari Tes Awal sampai Pelaksanaan Siklus II Pada
Siswa Kelas V SD Negeri Kadireso.
Keterangan Tes Awal Siklus I Siklus II
Nilai terendah 28 50 58
Nilai tertinggi 80 82 88
Rata-rata nilai 56,75 65,25 73,5
Siswa tuntas belajar 28,1% 68,75% 96,87%
Berdasarkan tabel 25 akan dibuat gambar 14 grafik 10 sebagai berikut :
Gambar 14. Grafik 10 Data Nilai Setiap Siklus dalam Peningkatan
Kemampuan Berbicara melalui Metode Kooperatif Team-Games Tournamen
(TGT) pada Siswa Kelas V SD Negeri Kadireso
Penjelasan dari data di atas adalah :
1. Nilai rata-rata siswa naik dari 56,75 pada tes awal menjadi 65,25 pada siklus
pertama 68, 75 dan naik lagi pada siklus kedua sebesar 73,5.
2. Siswa yang tuntas belajar pada tes awal sebanyak 28,13% atau 9 siswa,
kemudian pada siklus pertama siswa yang tuntas belajar naik menjadi sebesar
68,75% atau 22 siswa dan pada siklus kedua siswa yang tuntas belajar sebesar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
96,87% atau 31 siswa. Siswa yang tuntas belajar paling banyak adalah pada
siklus kedua.
B. Pembahasan
Pada kondisi awal, kemampuan berbicara siswa sangat rendah, hal ini
dapat dilihat dari perolehan nilai pra siklus (tabel 2) yang rendah. Hanya ada 9
siswa atau 28,13% memperoleh nilai dalam kategori di atas KKM, sedangkan 23
siswa atau 71,87% siswa lainya memperoleh nilai dalam kategori di bawah KKM.
Rata-rata nilai kemampuan berbicara siswa sebelum tindakan (pra siklus) ini
adalah 56,75.
Berdasarkan hasil pelaksanaan siklus I dan II dapat dinyatakan bahwa
terjadi peningkatan kemampuan berbicara dengan menggunakan metode
kooperatif tipe Team-Games Tournament (TGT). Hal tersebut dapat dilihat pada
rekapitulasi data di bawah ini:
Tabel 27. Prosentase Kemampuan Berbicara melalui Metode Kooperatif
Team-Games Tournamen (TGT) pada Siswa Kelas V SD Negeri Kadireso
No Kegiatan Siswa Prosentase
Ketuntasan Prosentase
1 Keaktifan siswa dalam
pembelajaran
a. Siklus I b. Siklus II
2,64
3,09
66%
77,25%
2 Kinerja guru dalam
pembelajaran
a. Siklus I b. Siklus II
3,16
3,44
79%
86%
3 Kemampuan siswa dalam
berbicara siklus I 60% 68,75%
4 Kemampuan siswa dalam
berbicara siklus II 80% 96,87%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
Berdasarkan data rekapitulasi pada tabel 25 di atas, dapat dinyatakan
bahwa terjadi peningkatan pada indikator yang ditetapkan dari hasil pelaksanaan
tindakan siklus I dan siklus II.
1) Peningkatan Keaktifan dan Partisipasi Siswa dalam Pembelajaran
Pada siklus I keaktifan siswa dalam berbicara nilai rata-rata siswa hanya
sebanyak 2,64 atau 66% dari keseluruhan siswa, kemudian meningkat menjadi
3,09 atau 77,25% pada siklus II, hal ini membuktikan bahwa penggunaan
metode kooperatif tipe Team-Games Tournament (TGT) dapat meningkatkan
keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran.
2) Peningkatan Kinerja Guru dalam Pembelajaran
Pada siklus I kinerja guru dalam berbicara setelah dirata-rata hanya
sebesar 3,16 atau 79%, kemudian pada siklus II kinerja guru meningkat
menjadi 3,44 atau 86%. Hal ini menunjukkan bahwa penampilan dan
penyampaian guru dalam pembelajaran menulis narasi mengalami peningkatan
yang baik.
3) Peningkatan Kemampuan Siswa dalam berbicara pada Siklus I.
Kemampuan berbicara siswa, pada siklus I meningkat menjadi 68,75%
lebih besar sebelum dilaksanakan tindakan yang hanya sebesar 28,13%, target
pada siklus I sudah dapat terlaksana dengan baik yaitu lebih dari 60% siswa
sudah mencapai KKM.
4) Peningkatan Berbicara Siswa pada Siklus II.
Kemampuan siswa, pada siklus I meningkat menjadi 68,75% lebih besar
sebelum dilaksanakan tindakan yang hanya sebesar 28,13%, pada siklus II
meningkat lagi sebesar 28,12% menjadi 96,87%. Pada siklus II sudah
memenuhi target yang ingin dicapai yaitu 80% siswa sudah mencapai nilai di
atas indikator keberhasilan yang ingin dicapai.
Hambatan-hambatan yang ditemui pada siklus I antara lain: 1) Keaktifan
siswa selama pembelajaran sudah baik namun masih belum maksimal, jarang ada
siswa yang nampak bersikap aktif mengikuti proses pembelajaran berbicara
khususnya dalam hal menyampaikan pendapat. Persentase keaktifan diperoleh
dari jumlah siswa yang memiliki keaktifan dengan kriteria, baik sekali, baik, dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
kurang baik selama proses pembelajaran dengan indikator penilaian: siswa
memiliki minat, aktif selama pembelajaran, mampu bekerjasama dengan baik
selama pembelajaran dan bersungguh-sungguh dalam belajar. 2) Guru kurang
memberikan motivasi kepada siswa, sehingga masih banyak siswa yang kurang
termotivasi selama pembelajaran. 3) Penjelasan guru untuk aturan permainan
dalam turnamen kurang sehingga banyak siswa yang masih bingung.
4)Pengkondisian kelas kurang, dan5) Suara guru kurang keras.
Upaya untuk mengatasi hambatan yang ada pada siklus I yang
dilaksanakan di siklus II dalam upaya perbaikan adalah 1) Untuk meningkatkan
keaktifan siswa, guru harus mengutamakan cara pembelajaran yang berpusat pada
siswa (student center). 2) memberikan penjelasan tentang aturan permainan di
dalam tournament secara lebih detail, dan 3)Memberikan reward pada siswa. Hal
tersebut bertujuan agar minat dan motivasi siswa dalam pembelajaran meningkat.
4) Pengkondisian kelas yang lebih baik, mencakup keseluruhan kelas dan
siswanya. 5) Suara guru harus lebih nyaring dan tegas, jangan ragu-ragu untuk
menegur anak yang ramai sendiri. Pembelajaran pada siklus II sudah berhasil
sehingga tidak ada hambatan yang berarti.
Dari analisis data dan diskusi terhadap pelaksanaan pembelajaran pada
setiap siklus, secara umum telah menunjukkan perubahan yang signifikan, hal ini
dapat dilihat dari perbandingan nilai terendah siswa, nilai tertinggi siswa, rata-rata
kelas dan siswa yang tuntas belajar dari tes awal sampai pelaksanaan siklus II.
Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan menulis
narasi kelas V SD Negeri Kadireso ditandai dengan peningkatan jumlah siswa
yang tuntas belajar pada tiap siklus.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
BAB V
SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam
dua siklus tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa melalui metode kooperatif
tipe TGT (Team-Games Tournament) dapat meningkatkan kemampuan berbicara
siswa kelas V SD Negeri Kadireso tahun pelajaran 2010/2011. Peningkatan
kemampuan berbicara tersebut dapat dibuktikan dengan:
1. Peningkatan Kemampuan Berbicara Siswa.
Kemampuan berbicara siswa mengalami peningkatan tiap siklusnya.
Kemampuan berbicara siswa pada siklus I meningkat menjadi 68,75% lebih
besar sebelum dilaksanakan tindakan yang hanya sebesar 28,13%, target pada
siklus I sudah dapat terlaksana dengan baik yaitu lebih dari 60% siswa sudah
mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum). Kemampuan siswa pada
siklus II meningkat lagi sebesar 28,12% menjadi 96,87%. Pada siklus II sudah
memenuhi target yang ingin dicapai yaitu 80% siswa sudah mencapai nilai di
atas indikator keberhasilan yang ingin dicapai.
2. Proses Pelaksanaan Pembelajaran dengan Metode Kooperatif Tipe TGT
(Team-Games Tournament) dalam meningkatkan kemampuan berbicara.
Selama proses pelaksanaan pembelajaran, peneliti menemukan
temuan-temuan yang dapat disimpulkan sebagai berikut :
Pembelajaran menggunakan metode kooperatif Team-Games
Tournament (TGT) dapat meningkatkan kemampuan berbicara. Suasana
pembelajaran lebih kondusif dibanding sebelum menggunakan metode
kooperatif Team-Games Tournament (TGT). Hal ini dirasakan baik oleh siswa
maupun guru yang dipantau dari hasil observasi oleh guru mitra. Suasana
dapat menciptakan hubungan dan kerjasama antara personal siswa secara baik.
Hal ini dapat dilihat ketika pelaksanaan diskusi tim yang dibagi secara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
heterogen, yaitu tim dengan anggota kelompok yang memiliki perbedaan baik
dari segi kemampuan akademis, segi ekonomi, dan segi sosial yang terdiri dari
4 anak tiap timnya yang kemudian terbentuk tim A, B, C, D, E, E, F, G, H.
Pembagian kelompok secara heterogen ini dapat mengembangkan
kemandirian dan tanggung jawab siswa serta melatih kerjasama dalam satu
tim. Kekompakan di dalam tim ini menentukkan perolehan nilai bagi tim
mereka masing-masing, khususnya ketika pelaksanaan turnamen. Pada
pelaksanaan turnamen ini masing-masing anggota tim berlomba-lomba untuk
memperoleh skor dengan menjawab soal yang diberikan oleh guru berkaitan
Suasana pembelajaran kondusif dan tercipta kompetisi, siswa berebut untuk
menjawab soal dari guru. Hal ini membuktikan adanya persaingan di antara
tim. Pada tahap akhir, tim yang memiliki skor tertinggi akan mendapatkan
penghargaan berupa piagam penghargaan bagi Tim Super, Tim Terbaik, dan
Tim Baik. Penghargaan yang diberikan diharapkan dapat membuat siswa lain
menjadi termotivasi untuk meningkatkan kemampuan berbicara mereka.
Dengan demikian penggunaan metode kooperatif Team-Games Tournament
(TGT) dapat diterapkan oleh guru dalam proses pembelajaran bahasa
Indonesia pada khususnya dan pelajaran lain pada umumnya.
B. Implikasi
Berdasarkan hasil penelitian di atas terbukti metode kooperatif tipe
Team-Games Tournament (TGT) dapat meningkatkan kemampuan berbicara
siswa. Sehubungan dengan penelitian ini maka dapat dikemukakan implikasi hasil
penelitian sebagai berikut:
1. Implikasi Teoritis
Penelitian ini berimplikasi pada terbukanya wawasan dan khazanah ilmu
pengetahuan tentang penggunaan metode kooperatif tipe Team-Games
Tournament (TGT) dalam pembelajaran. Berdasarkan temuan membuktikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
keberhasilan metode kooperatif tipe Team-Games Tournament (TGT) dalam
meningkatkan kemampuan berbicara siswa baik dari segi proses maupun hasil.
Penelitian ini menggambarkan bahwa proses dan hasil pembelajaran meningkat
setelah metode kooperatif tipe Team-Games Tournament (TGT) digunakan.
Penelitian ini dapat sebagai pertimbangan bagi guru lain yang ingin menggunakan
metode pembelajaran sejenis sebagai metode pembelajaran.
2. Implikasi Praktis
Setelah penelitian dilaksanakan, terlihat dengan jelas bahwa keberhasilan
proses pembelajaran dan peningkatan hasil pembelajaran dipengaruhi oleh
beberapa hal. Dilihat dari sisi guru yaitu: keterampilan mengelola kelas,
kemampuan guru dalam membangkitkan keaktifan, perhatian, dan ketertarikan
siswa terhadap pembelajaran, serta metode, teknik atau media yang digunakan
guru dalam proses belajar mengajar. Pedoman penilaian yang tepat juga harus
diterapkan guru disesuaikan dengan kompetensi yang akan dicapai. Sementara itu,
dari sisi siswa, minat, motivasi dan lingkungan yang kondusif sangat berpengaruh
terhadap proses dan hasil pembelajaran.
C. Saran
Berkaitan dengan simpulan dan implikasi di atas, maka peneliti dapat
mengajukan saran sebagai berikut.
1. Bagi Sekolah
Hendaknya sekolah mengupayakan penggunaan metode pembelajaran
dalam pembelajaran bahasa Indonesia untuk dapat mendukung pelaksanaan
pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat tercapai sesuai dengan harapan.
2. Bagi Guru mata pelajaran bahasa Indonesia
a. Guru hendaknya mempersiapkan RPP dan melaksanakannya agar
pembelajaran berjalan dengan baik.
b. Guru sebaiknya menggunakan metode kooperatif tipe Team-Games
Tournament (TGT) dalam pembelajaran aspek berbicara.
c. Guru hendaknya memberikan reward agar siswa menjadi lebih termotivasi
dalam mengikuti pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
d. Adanya tindak lanjut terhadap penggunaan metode kooperatif tipe Team-
Games Tournament (TGT) pada materi menanggapi persoalan faktual yang
terjadi dengan alasan dan santun berbahasa yang tepat.
3. Bagi Siswa
a. Siswa harus lebih mengembangkan inisiatif belajar dan mengembangkan
keberanian menyampaikan gagasan.
b. Siswa dapat mengaplikasikan kemampuan yang dimiliki ke dalam
kehidupan sehari-hari.
4. Bagi Peneliti Lain
Peneliti menyadari bahwa penelitian yang sudah dilakukan ini masih
memiliki kekurangan, untuk itu bagi peneliti yang ingin mengkaji lebih jauh
tentang permasalahan yang sama dengan penelitian ini hendaknya lebih cermat
meningkatkan proses pelaksanaan pembelajaran agar target ketuntasan siswa
dapat tercapai secara utuh dan mengupayakan pengkajian teori-teori lebih
dalam yang berkaitan dengan penggunaan metode kooperatif tipe Team-Games
Tournament (TGT) guna melengkapi kekurangan yang ada, serta sebagai salah
satu alternatif dalam meningkatkan kemampuan siswa yang belum tercakup
dalam penelitian ini agar diperoleh hasil yang lebih baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR PUSTAKA
Agus Suprijono, 2010. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Ahmad Saebani Beni., 2008. Metode Penelitian. Bandung: CV. Pustaka Setia
Anita Lie, 2010. Cooperative Learning. Jakarta: Grasindo
Anwar Efendi, 2008. Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: Tiara Wacana
Burhan Nurgiyantoro, 2010. Penilaian dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia. Yogyakarta: PBFE
Chalin, (http://www.digilib.petra.ac.id) diakses tanggal 20 Maret 2011
Darmiyanti Zuchdi, 2001. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Rendah. Yogyakarta: PAS
David Johnson, 2010. Colaborative Learning. Bandung: Nusa Media
Derrek Wood, 2005. Kiat Mengatasi Gangguan Belajar. Yogyakarta: Katahati
Djago Tarigan, 2006. Pendidikan Keterampilan Berbahasa. Jakarta: Universitas Terbuka
Etin Solihatatin dan Raharjo, 2007. Cooperative Learning Analisis Model
Pembelajaran IPS. Jakarta: Bumi Aksara HG. Tarigan, 2008. Berbahasa sebagai Keterampilan Berbahasa. Bandung:
Angkasa Isjoni, 2010. Kooperatif Meningkatnya Kecerdasan Komunikasi Antar Peserta
Didik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Milles and Huberman. 2007. Analisis Data Kualitatif. Jakarta.: UIP
Mulyono Abdurrahman, 1999. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Puji Santosa. 2008. Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia SD. Depdiknas:
Universitas Terbuka Robert E. Slavin, 2010. Cooperative Learning. Bandung: Nusa Media
Saco,(http://suhadinet.wordpress.com/2008/03/28/model-pembelajaran-kooperatif-tipe-tgt-teams-games-tournaments/) diakses 23 Maret 2011
Sarwiji Suwandi, 2009. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan Karya Ilmiah.
Surakarta: FKIP UNS Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
St. Y Slamet, 2008. Dasar-dasar Keterampilan Berbahasa Indonesia. Surakarta: UNS Press
Suharsimi Arikunto dkk, 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara
Sujana. 2002. Metode Statistika. Bandung: Tarsito
Syaiful Bahri Djamarah,2008. Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Triyanto, 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Regresif. Jakarta: Kencana Predana Media Group
Winastwan Gora, 2010. Pakematik Strategi Pembelajaran Inovatif Berbasis TIK.
Jakarta: PT. Elex Media Komputindo
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Lampiran 1
Rincian Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian
No
Jenis Kegiatan
Bulan
Februari 2011
Maret 2011
April 2011
Mei 2011
Juni 2011
Juli 2011
Agustus 2011
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 1. Penyusunan
dan pengajuan proposal
x x x x x x x x x x x x
2. Mengurus izin
penelitian
x x
3. Perencanaan dan
pengadaan penelitian
x
4. Analisis data x x 5. Penyusunan
laporan hingga
penjilidan skripsi
x x x x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Lampiran 2
STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR SD KELAS V SEMESTER II MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA
No. Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 1. Mendengarkan
5. Memahami cerita tentang suatu peristiwa dan cerita pendek anak yang disampaikan secara lisan
5.1 Menanggapi cerita tentang peristiwa
yang terjadi di sekitar yang disampaikan secara lisan
5.2 Mengidentifikasi unsur cerita (tokoh, tema, latar, dan amanat)
2. Berbicara
6. Mengungkapkan pikiran dan perasaan secara lisan dalam diskusi dan bermain drama
6.1 Mengomentari persoalan faktual
disertai alasan yang mendukung dengan memperhatikan pilihan kata dan santun berbahasa
6.2 Memerankan tokoh drama dengan lafal, intonasi, dan ekspresi yang tepat
3. Membaca
7. Memahami teks dengan membaca sekilas, membaca memindai, dan membaca cerita anak
7.1 Membandingkan isi dua teks yang
dibaca dengan membaca sekilas 7.2 Menemukan informasi secara cepat
dari berbagai teks khusus yang dilakukan dengan membaca memindai
7.3 Menyimpulkan isi cerita anak dalam beberapa kalimat
4. Menulis
8. Mengungkapkan pikiran, perasaan, informasi, dan fakta secara tertulis dalam bentuk ringkasan, laporan, dan puisi bebas
8.1 Meringkas isi buku yang dipilih
sendiri dengan memperhatikan penggunaan ejaan
8.2 Menulis laporan pengamatan atau kunjungan berdasarkan tahapan dengan memperhatikan penggunaan ejaan
8.3 Menulis puisi bebas dengan pilihan kata yang tepat
Sumber: Silabus Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Dasar Kelas V
BSNP tahun 2007
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Lampiran 3
Nilai Kemampuan Berbicara (Sebelum Tindakan)
No Nama Aspek yang Dinilai Jumlah
Skor Nilai
Akhir Ketuntasan I II III IV V
1. Nur Aziz 3 2 2 2 4 13 52 Tidak Tuntas 2. Muhammad Riyadi 3 3 2 2 2 12 48 Tidak Tuntas 3. Murdoko Aji. S 2 1 2 2 3 10 40 Tidak Tuntas 4. Alma Faraga 1 2 1 2 1 7 28 Tidak Tuntas 5. Aji Mega Buwana 4 4 4 4 4 20 80 Tuntas 6. Anisatur Rodiyah 3 4 4 3 4 18 72 Tuntas 7. Arif Waksito. W 4 4 4 4 4 20 80 Tuntas 8. Dwi Krisdiyanto 4 4 3 3 4 18 72 Tuntas 9. Eksi Kristiyani 3 4 2 3 3 15 60 Tidak Tuntas
10. Hendrix Dika. S 4 3 4 4 4 19 76 Tuntas 11. Indriani 2 2 2 3 2 11 44 Tidak Tuntas 12. Intan Dewi. S 2 2 3 3 2 12 48 Tidak Tuntas 13. Murni Rahayu 3 2 2 2 3 12 48 Tidak Tuntas 14. Nadya Novita Sari 4 2 3 3 3 15 60 Tidak Tuntas 15. 3 3 3 4 4 17 68 Tuntas 16. Rizky Andrian. A 2 3 3 4 3 15 60 Tidak Tuntas 17. Shoffan Huanda. H 2 2 3 3 3 13 52 Tidak Tuntas 18. Siti Istiqomah 3 3 2 3 3 14 56 Tidak Tuntas 19. Vina Agustina 3 2 2 3 3 13 52 Tidak Tuntas 20. Wahyu Budi. P 3 3 2 4 3 15 60 Tidak Tuntas 21. Zulfa Indah. U 3 2 3 3 2 13 52 Tidak Tuntas 22. Aprilia Farida 3 3 4 3 2 15 60 Tidak Tuntas 23. Sekar Semanggi 2 3 3 2 4 14 56 Tidak Tuntas 24. Adam Darmawan 2 2 1 2 2 9 36 Tidak Tuntas 25. Afifah Kusumawati 4 3 4 4 4 19 76 Tuntas 26. Alan Septiawan 4 4 4 3 3 18 72 Tuntas 27. Anjani Hikmatul. L 2 2 1 1 2 8 32 Tidak Tuntas 28. Hafidz Nur Raffi. S 3 2 3 3 2 13 52 Tidak Tuntas 29. Khofifah Kusumawati 2 3 3 3 3 14 56 Tidak Tuntas 30. Muhammad Irfan. RM 3 4 2 2 4 15 60 Tidak Tuntas 31. Nur Hamini 3 3 2 2 2 12 48 Tidak Tuntas 32. Wahyu Handayani 4 4 3 4 4 19 76 Tuntas Jumlah 1816
Nilai rata-rata 56,75 Nilai di bawah 62 23 Nilai di atas atau sama dengan 62 9 Ketuntasan Klasikal 9:32 X 100% 28,1%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Keterangan :
Aspek yang dinilai:
I. Lafal IV. Ekspresi berbicara
II. Intonasi V. Pemahaman Isi
III. Kelancaran
Petunjuk penilaian : 1) Nilai setiap aspek yang dinilai dalam berbicara berskala antara 1 sampai 5,
secara garis besar nilai 5 memiliki arti sangat baik, nilai 4 berarti baik,
nilai 3 berarti cukup, nilai 2 berarti kurang, dan nilai 1 sangat kurang.
2) Jumlah skor atau total nilai diperoleh dari menjumlahkan nilai setiap aspek
penilaian yang diperoleh siswa.
3) Nilai akhir yang diperoleh siswa diolah dengan menggunakan rumus:
Jumlah skor X 4 = 100
4) Nilai rata-rata kelas dihitung dengan rumus:
Jumlah nilai Jumlah siswa
5) Presentase ketuntasan pembelajaran berbicara dapat dihitung dengan
menggunakan rumus:
Jumlah siswa yang nilainya tuntas X 100 % Jumlah Siswa
Lembar Penilaian Kemampuan Berbicara
No. Aspek yang Dinilai Deskriptor Skor 1. Lafal a. Pelafalan sangat jelas
b. Pelafalan jelas c. Pelafalan cukup jelas d. Pelafalan kurang jelas e. Pelafalan tidak jelas
5 4 3 2 1
2. Intonasi a. Intonasi kata/suku kata sangat tepat b. Intonasi kata/suku kata tepat c. Intonasi kata/suku kata cukup tepat d. Intonasi kata/suku kata kurang tepat e. Intonasi kata/suku kata tidak tepat
5 4 3 2 1
3. Kelancaran a. Berbicara sangat lancar b. Berbicara dengan lancar
5 4
= Nilai Rata-Rata
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
c. Berbicara cukup lancar d. Berbicara kurang lancar e. Berbicara tidak lancar
3 2 1
4. Ekspresi berbicara a. Ekspresi berbicara sangat tepat b. Ekspresi berbicara tepat c. Ekspresi berbicara cukup tepat d. Ekspresi berbicara kurang tepat e. Ekspresi berbicara tidak tepat
5 4 3 2 1
5. Pemahaman Isi a. Sangat memahami isi pembicaraan b. Memahami isi pembicaraan c. Cukup memahami isi pembicaraan d. Kurang memahami isi pembicaraan e. Tidak memahami isi pembicaraan
5 4 3 2 1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Lampiran 4
RENCANA PEMBELAJARAN
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Siklus I Pertemuan I
Sekolah : SD Negeri Kadireso
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas / Semester : V (Lima) / 2 (dua)
Alokasi Waktu : 2 x pertemuan (2 x 35 menit)
Hari, tanggal : Rabu, 01 Juni 2011
I. Standar Kompetensi
2. Berbicara
Mengungkapkan pikiran dan perasaan secara lisan dalam diskusi dan
bermain drama.
II. Kompetensi Dasar
2.1 Mengomentari persoalan faktual disertai alasan yang mendukung
dengan memperhatikan pilihan kata dan santun berbahasa.
III. Indikator A. Kognitif
2.1.1 Menjelaskan persoalan faktual yang terjadi.
2.1.2 Mampu memberikan komentar terhadap persoalan faktual yang
terjadi disertai alasan yang logis.
B. Afektif
2.1.3 Bekerjasama dan berinteraksi dalam pembelajaran.
C. Psikomotor
2.1.4 Memberikan saran untuk mengatasi persoalan yang terjadi.
IV. Tujuan Pembelajaran A. Kognitif
1. Melalui tanya jawab, siswa dapat menjelaskan pengertian persoalan
faktual.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2. Melalui tanya jawab dan penjelasan dari guru, siswa dapat
menyebutkan masalah faktual yang terjadi saat ini.
3. Melalui metode TGT , siswa dapat mengetahui persoalan faktual
yang terjadi saat ini.
B. Afektif
1. Melalui metode kooperatif tipe Team-Games Tournament (TGT),
siswa dapat bekerjasama dengan teman kelompok saat melakukan
diskusi dalam pembelajaran.
C. Psikomotor
1. Melalui metode kooperatif tipe Team-Games Tournament (TGT),
siswa dapat memberikan saran untuk mengatasi persoalan faktual
yang terjadi.
V. Dampak Pengiring
Setelah pembelajaran ini selesai, diharapkan siswa dapat menanggapi
dan memberikan saran terhadap persoalan-persoalan faktual yang terjadi
dengan benar dalam kehidupan sehari- hari.
VI. Materi Pembelajaran
1. Pengertian persoalan faktual
Persoalan faktual adalah persoalan yang nyata, yang terjadi disertai
dengan fakta-fakta yang mendukung.
2. Cara Mengomentari/ menanggapi persoalan faktual
a. Mengetahui sumber fakta berupa waktu dan tempat peristiwa.
Apabila ada narasumber, harus ada orang yang menjadi saksi
peristiwa tersebut secara tepat.
b. Kelogisan kejadian, meskipun tidak menutup kemungkinan berupa
peristiwa yang tidak logis.
c. Kalimat memuat 5W + 1H, artinya isi fakta itu dapat dijawab dengan
pertanyaan siapa, apa, kapan, di mana, mengapa, dan bagaimana.
3. Memberi Saran
Saran adalah ide atau pendapat yang diungkapkan untuk membantu
atau menyelesaikan persoalan faktual.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
VII. Model dan Metode Pembelajaran
1. Model Pembelajaran
a. Model Pembelajaran Kooperatif
2. Metode Pembelajaran
a. Metode Teams Games-Tournament (TGT)
b. Metode ceramah
c. Metode diskusi kelompok
d. Metode tanya jawab
e. Metode penugasan
VIII. Langkah-langkah Pembelajaran
NO. Kegiatan Pembelajaran Waktu Metode
1. Pendahuluan a. Guru memulai pelajaran dengan:
1) Mengucapkan salam pembuka
2) Berdoa
3) Absensi
4) Persiapan siswa untuk proses
pembelajaran.
b. Guru menanyakan materi yang terkait
dengan persoalan faktual.
c. Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran.
5 menit Ceramah Tanya jawab Ceramah
2. Kegiatan Inti a. Eksplorasi
1) Siswa diberi pertanyaan untuk
menggali pengetahuan siswa
mengenai persoalan faktual.
2) Siswa dijelaskan tentang pengertian
persoalan faktual.
60 menit Tanya jawab Ceramah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b. Elaborasi
1) Siswa dibagi menjadi 8 tim masing -
masing tim terdiri dari 4 siswa.
2) Siswa diberi lembar kegiatan.
3) Siswa berdiskusi.
4) Siswa memulai permainan tim sesuai
dengan aturan permainan TGT
(Team-Games Tournament).
5) Siswa bersama guru menghitung
skor hasil permainan
6) Guru mengumumkan yang menjadi
pemenang dalam permainan.
c. Konfirmasi
1) Guru memberikan penguatan kepada
masing-masing tim karena telah
melakukan pembelajaran dengan
baik.
2) Guru menekankan kembali materi
yang telah disampaikan.
3) Guru menanyakan kepada siswa
mengenai materi yang belum jelas.
TGT
Diskusi Kelompok Penugasan
Ceramah Ceramah Ceramah
Ceramah
3. Kegiatan Penutup a. Siswa bersama guru menyimpulkan hasil
pembelajaran.
b. Guru memberi motivasi dan saran-saran
sebelum menutup pelajaran.
c. Menutup pelajaran dengan salam.
5 menit Ceramah Ceramah Ceramah
IX. Penilaian
a. Prosedur : Tes akhir
b. Jenis tes : Tes lisan dan tertulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Lampiran 5
Lembar Kegiatan Tim (Siklus I Pertemuan I)
Nama Tim
Anggota
Berikan komentar terhadap persoalan faktual berikut ini:
SOAL 1: Harga BBM naik. Harga-harga makanan pokok juga naik sebagai
dampak dari hal tersebut. Begitu pula dengan harga makanan di sekolah juga ikut
naik.
SOAL 2: Pemilik peternakan lembu tidak membuang limbahnya ke sungai.
Limbah atau kotoran lembu di tampung pada suatu tempat di sekitar peternakan.
Namun, bau kotorannya menyebar kemana-mana. Selain itu, menimbulkan
banyak lalat di sekitar peternakan.
Penilaian : diserahkan pada guru (kebijakan guru)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Lampiran 6
Lembar Kuis/Games/Permainan (Siklus I Pertemuan I)
Berikan komentar tehadap persoalan berikut ini:
1. Kenaikan harga sembako menjelang puasa.
2. Penggunaan bahan pengawet pada makanan.
3. Mahalnya biaya pendidikan yang tidak sebanding dengan fasilitas
pendidikan yang memadai.
4. Adanya tanam sejuta pohon untuk penghijauan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Lampiran 7
RENCANA PEMBELAJARAN
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Siklus I Pertemuan II
Sekolah : SD Negeri Kadireso
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas / Semester : V (Lima) / 2 (dua)
Alokasi Waktu : 2 x pertemuan (2 x 35 menit)
Hari, tanggal : Kamis, 02 Juni 2011
I. Standar Kompetensi
2. Berbicara
Mengungkapkan pikiran dan perasaan secara lisan dalam diskusi dan
bermain drama.
II. Kompetensi Dasar
2.1 Mengomentari persoalan faktual disertai alasan yang mendukung
dengan memperhatikan pilihan kata dan santun berbahasa.
III. Indikator
A. Kognitif
2.1.1 Menjelaskan persoalan faktual yang terjadi.
2.1.2 Mampu memberikan komentar terhadap persoalan faktual yang
terjadi disertai alasan yang logis.
B. Afektif
2.1.3 Bekerjasama dan berinteraksi dalam pembelajaran.
C. Psikomotor
2.1.4 Memberikan saran untuk mengatasi persoalan yang terjadi.
IV. Tujuan Pembelajaran
A. Kognitif
1. Melalui tanya jawab, siswa dapat menjelaskan pengertian persoalan
faktual.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2. Melalui tanya jawab dan penjelasan dari guru, siswa dapat
menyebutkan masalah faktual yang terjadi saat ini.
3. Melalui metode kooperatif tipe Team-Games Tournament (TGT) ,
siswa dapat mengetahui persoalan faktual yang terjadi saat ini.
B. Afektif
1. Melalui metode kooperatif tipe Team-Games Tournament (TGT),
siswa dapat bekerjasama dengan teman kelompok saat melakukan
diskusi dalam pembelajaran.
C. Psikomotor
1. Melalui metode kooperatif tipe Team-Games Tournament (TGT),
siswa dapat memberikan saran untuk mengatasi persoalan faktual
yang terjadi.
V. Dampak Pengiring
Setelah pembelajaran ini selesai, diharapkan siswa dapat menanggapi
dan memberikan saran terhadap persoalan-persoalan faktual yang terjadi
dengan benar dalam kehidupan sehari- hari.
VI. Materi Pembelajaran
1. Pengertian persoalan faktual
Persoalan faktual adalah persoalan yang nyata, yang terjadi disertai
dengan fakta-fakta yang mendukung.
2. Cara Mengomentari/ menanggapi persoalan faktual
a. Mengetahui sumber fakta berupa waktu dan tempat peristiwa.
Apabila ada narasumber, harus ada orang yang menjadi saksi
peristiwa tersebut secara tepat.
b. Kelogisan kejadian, meskipun tidak menutup kemungkinan berupa
peristiwa yang tidak logis.
c. Kalimat memuat 5W + 1H, artinya isi fakta itu dapat dijawab dengan
pertanyaan siapa, apa, kapan, di mana, mengapa, dan bagaimana.
3. Memberi Saran
Saran adalah ide atau pendapat yang diungkapkan untuk membantu
atau menyelesaikan persoalan faktual.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
VII. Model dan Metode Pembelajaran
1. Model Pembelajaran
Model Pembelajaran Kooperatif
2. Metode Pembelajaran
a. Metode Teams Games-Tournament (TGT)
b. Metode ceramah
c. Metode diskusi kelompok
d. Metode tanya jawab
e. Metode penugasan
VIII. Langkah-langkah Pembelajaran
NO. Kegiatan Pembelajaran Waktu Metode
1. Pendahuluan a. Guru memulai pelajaran dengan:
1) Mengucapkan salam pembuka
2) Berdoa
3) Absensi
4) Persiapan siswa untuk proses
pembelajaran.
b. Guru menanyakan materi yang terkait
dengan persoalan faktual.
c. Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran.
5 menit Ceramah Tanya jawab Ceramah
2. Kegiatan Inti a. Eksplorasi
1) Siswa diberi pertanyaan untuk
menggali pengetahuan siswa
mengenai persoalan faktual.
2) Siswa dijelaskan tentang pengertian
persoalan faktual.
b. Elaborasi
1) Siswa dibagi menjadi 8 tim masing -
60 menit Tanya jawab Ceramah
TGT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
masing tim terdiri dari 4 siswa.
2) Siswa diberi lembar kegiatan.
3) Siswa berdiskusi.
4) Guru membuat meja tournament.
5) Masing-masing siswa duduk di meja
turnamen sebagai wakil dari tim
mereka.
6) Siswa memulai turnamen sesuai
dengan aturan permainan TGT
(Team-Games Tournament).
7) Siswa bersama guru menghitung
skor hasil turnamen.
8) Guru mengumumkan yang menjadi
pemenang dalam turnamen.
c. Konfirmasi
1) Guru memberikan penguatan kepada
masing-masing tim karena telah
melakukan pembelajaran dengan
baik.
2) Guru menekankan kembali materi
yang telah disampaikan.
3) Guru menanyakan kepada siswa
mengenai materi yang belum jelas.
Diskusi Kelompok Penugasan Ceramah
Ceramah Ceramah Ceramah
Ceramah
Ceramah
3. Kegiatan Penutup a. Siswa bersama guru menyimpulkan
hasil pembelajaran.
b. Guru memberi motivasi dan saran-saran
sebelum menutup pelajaran.
c. Menutup pelajaran dengan salam.
5 menit Ceramah Ceramah Ceramah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Lampiran 8
Lembar Kegiatan Tim (Siklus I Pertemuan II)
Nama Tim
Anggota
Berikan komentar terhadap persoalan faktual berikut ini:
SOAL 1: Menjelang hari raya, harga pakaian baik di mall maupun pasar
tradisional naik.
SOAL 2: Harga buah-buahan di pasar swalayan lebih mahal dibandingkan di
pasar tradisional.
Penilaian : diserahkan pada guru (kebijakan guru)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Lampiran 9
Soal Turnamen (Siklus I Pertemuan II)
Berikan komentar terhadap persoalan faktual berikut ini:
1. Sebagian masyarakat lebih suka berbelanja di pasar swalayan daripada di
pasar tradisional.
2. Para pedagang kaki lima membuat trotoar menjadi kotor dan semrawut
sehingga para pejalan kaki terganggu.
3. Para pedagang kecil kekurangan modal.
4. Kecelakaan lalu lintas terus meningkat akibat para pengguna jalan yang tidak
taat aturan.
Penilaian: diserahkan pada guru (kebijakan guru)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Lampiran 10
Pembagian Meja Turnamen (Siklus I Pertemuan II)
NO. Nama Siswa Tim
1. Aji A 2. Hendrix B 3. Anisatur C 4. D 5. Arif E 6. Afifah F 7. Dwi G 8. Anjani H 9. Eksi A
10. Aprilia B 11. Nadya C 12. Irvan D 13. Risky E 14. Azis F 15. Wahyu. B G 16. Wahyu. H H 17. Sekar A 18. Murdoko B 19. Nur C 20. Vina D 21. Indriyani E 22. Hafidz F 23. Riyadi G 24. Alma H 25. Siti A 26. Zulfa B 27. Adam C 28. Alan D 29. Khofifah E 30. Murni F 31. Intan G 32. Soffan H
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Lampiran 11
RENCANA PEMBELAJARAN
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Siklus II Pertemuan I
Sekolah : SD Negeri Kadireso
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas / Semester : V (Lima) / 2 (dua)
Alokasi Waktu : 2 x pertemuan (2 x 35 menit)
Hari, tanggal
I. Standar Kompetensi
1. Berbicara
Mengungkapkan pikiran dan perasaan secara lisan dalam diskusi dan
bermain drama.
II. Kompetensi Dasar
2.1 Mengomentari persoalan faktual disertai alasan yang mendukung
dengan memperhatikan pilihan kata dan santun berbahasa.
III. Indikator
A. Kognitif
1. Menjelaskan persoalan faktual yang terjadi.
2. Mampu memberikan komentar terhadap persoalan faktual yang
terjadi disertai alasan yang logis.
B. Afektif
1. Bekerjasama dan berinteraksi dalam pembelajaran.
C. Psikomotor
1. Memberikan saran untuk mengatasi persoalan yang terjadi.
IV. Tujuan Pembelajaran
A. Kognitif
1. Melalui tanya jawab, siswa dapat menjelaskan pengertian persoalan
faktual.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2. Melalui tanya jawab dan penjelasan dari guru, siswa dapat
menyebutkan masalah faktual yang terjadi saat ini.
3. Melalui metode TGT, siswa dapat mengetahui persoalan faktual
yang terjadi saat ini.
B. Afektif
1. Melalui metode kooperatif tipe Team-Games Tournament (TGT),
siswa dapat bekerjasama dengan teman kelompok saat melakukan
diskusi dalam pembelajaran.
C. Psikomotor
1. Melalui metode kooperatif tipe Team-Games Tournament (TGT),
siswa dapat memberikan saran untuk mengatasi persoalan 109ndustr
yang terjadi.
V. Dampak Pengiring
Setelah pembelajaran ini selesai, diharapkan siswa dapat menanggapi
dan memberikan saran terhadap persoalan-persoalan 109ndustr yang terjadi
dengan benar dalam kehidupan sehari- hari.
VI. Materi Pembelajaran
1. Pengertian persoalan faktual
Persoalan 109ndustr adalah persoalan yang nyata, yang terjadi disertai
dengan fakta-fakta yang mendukung.
2. Cara Mengomentari/ menanggapi persoalan faktual
a. Mengetahui sumber fakta berupa waktu dan tempat peristiwa.
Apabila ada narasumber, harus ada orang yang menjadi saksi
peristiwa tersebut secara tepat.
b. Kelogisan kejadian, meskipun tidak menutup kemungkinan berupa
peristiwa yang tidak logis.
c. Kalimat memuat 5W + 1H, artinya isi fakta itu dapat dijawab dengan
pertanyaan siapa, apa, kapan, di mana, mengapa, dan bagaimana.
3. Memberi Saran
Saran adalah pendapat yang diungkapkan untuk membantu atau
menyelesaikan persoalan faktual.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
VII. Model dan Metode Pembelajaran
1. Model Pembelajaran
a. Model Pembelajaran Kooperatif
2. Metode Pembelajaran
a. Metode Teams Games-Tournament (TGT)
b. Metode ceramah
c. Metode diskusi kelompok
d. Metode tanya jawab
e. Metode penugasan
VIII. Langkah-langkah Pembelajaran
NO. Kegiatan Pembelajaran Waktu Metode
1. Pendahuluan a. Guru memulai pelajaran dengan:
1) Mengucapkan salam pembuka
2) Berdoa
3) Absensi
4) Persiapan siswa untuk proses
pembelajaran.
b. Guru menanyakan materi yang terkait
dengan persoalan 110faktual.
c. Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran.
5 menit Ceramah Tanya jawab Ceramah
2. Kegiatan Inti a. Eksplorasi
1) Siswa diberi pertanyaan untuk
menggali pengetahuan siswa
mengenai persoalan faktual.
2) Siswa dijelaskan tentang pengertian
persoalan faktual.
60 menit Tanya jawab Ceramah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b. Elaborasi
1) Siswa dibagi menjadi 8 tim masing
masing tim terdiri dari 4 siswa.
2) Siswa diberi lembar kegiatan.
3) Siswa berdiskusi.
4) Siswa memulai permainan tim sesuai
dengan aturan permainan TGT
(Team-Games Tournament).
5) Siswa bersama guru menghitung
skor hasil permainan
6) Guru mengumumkan yang menjadi
pemenang dalam permainan.
c. Konfirmasi
1) Guru memberikan penguatan kepada
masing-masing tim karena telah
melakukan pembelajaran dengan
baik.
2) Guru menekankan kembali materi
yang telah disampaikan.
3) Guru menanyakan kepada siswa
mengenai materi yang belum jelas.
TGT
Diskusi Kelompok Penugasan
Ceramah Ceramah Ceramah
Ceramah
3. Kegiatan Penutup a. Siswa bersama guru menyimpulkan hasil
pembelajaran.
b. Guru memberi motivasi dan saran-saran
sebelum menutup pelajaran.
c. Menutup pelajaran dengan salam.
5 menit Ceramah Ceramah Ceramah
IX. Penilaian
a. Prosedur : Tes akhir
b. Jenis tes : Tes lisan dan tertulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Lampiran 12
Lembar Kegiatan Tim (Siklus II Pertemuan I)
Nama Tim
Anggota
Berikan komentar terhadap persoalan faktual berikut ini:
SOAL 1: Tingkat kejahatan di lingkungan desa mulai meningkat.
SOAL 2: Kesadaran masyarakat terhadap kebersihan lingkungan
semakin berkurang.
Penilaian : diserahkan pada guru (kebijakan guru)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Lampiran 13
Soal Turnamen (Siklus II Pertemuan I)
SOAL 1: Sesudah diberi peringatan oleh pemerintah, pemilik industry
pencelupan kain masih tetap membuang limbahnya ke sungai.
Mereka tidak memerhatikan peringatan pemerintah setempat.
Alasannya, mengalirkan limbah ke sungai lebih mudah dan
menghemat biaya.
SOAL 2: Para pengusaha kecil tahu mulai mengurangi produksi tahu karena
harga kedelai naik dua kali lipat. Selain itu, kedelai semakin jarang
didapatkan, kalaupun ada harganya terlalu mahal.
SOAL 3: Nelayan tradisional merasa resah akibat ulah pemburu ikan-ikan
yang lebih menggunakan peralatan modern. Selain alat-alat modern
itu dapat mengganggu ekosistem laut juga dapat membuat hasil
tangkapan nelayan tradisional berkurang karena jumlah ikan yang
semakin sedikit.
SOAL 4: Kecelakaan lalu lintas semakin meningkat. Banyak pengguna jalan
yang tidak mematuhi peraturan. tidak adanya kesadaran pengguna
jalan sangat merugikan bagi pengguna jalan yang lainnya.
Penilaian : diserahkan pada guru (kebijakan guru)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Lampiran 14
RENCANA PEMBELAJARAN
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Siklus II Pertemuan II
Sekolah : SD Negeri Kadireso
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas / Semester : V (Lima) / 2 (dua)
Alokasi Waktu : 2 x pertemuan (2 x 35 menit)
Hari, tanggal : Sabtu, 04 Juni 2011
I. Standar Kompetensi
2. Berbicara
Mengungkapkan pikiran dan perasaan secara lisan dalam diskusi dan
bermain drama.
II. Kompetensi Dasar
2.1 Mengomentari persoalan faktual disertai alasan yang mendukung
dengan memperhatikan pilihan kata dan santun berbahasa.
III. Indikator
A. Kognitif
2.1.1 Menjelaskan persoalan faktual yang terjadi.
2.1.2 Mampu memberikan komentar terhadap persoalan faktual yang
terjadi disertai alasan yang logis.
B. Afektif
2.1.3 Bekerjasama dan berinteraksi dalam pembelajaran.
C. Psikomotor
2.1.4 Memberikan saran untuk mengatasi persoalan yang terjadi.
IV. Tujuan Pembelajaran
A. Kognitif
1. Melalui tanya jawab, siswa dapat menjelaskan pengertian persoalan
faktual.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2. Melalui tanya jawab dan penjelasan dari guru, siswa dapat
menyebutkan masalah faktual yang terjadi saat ini.
3. Melalui metode kooperatif tipe Team-Games Tournament (TGT) ,
siswa dapat mengetahui persoalan faktual yang terjadi saat ini.
B. Afektif
1. Melalui metode kooperatif tipe Team-Games Tournament (TGT),
siswa dapat bekerjasama dengan teman kelompok saat melakukan
diskusi dalam pembelajaran.
C. Psikomotor
1. Melalui metode kooperatif tipe Team-Games Tournament (TGT),
siswa dapat memberikan saran untuk mengatasi persoalan faktual
yang terjadi.
V. Dampak Pengiring
Setelah pembelajaran ini selesai, diharapkan siswa dapat menanggapi
dan memberikan saran terhadap persoalan-persoalan faktual yang terjadi
dengan benar dalam kehidupan sehari- hari.
VI. Materi Pembelajaran
1. Pengertian persoalan faktual
Persoalan faktual adalah persoalan yang nyata, yang terjadi disertai
dengan fakta-fakta yang mendukung.
2. Cara Mengomentari/ menanggapi persoalan faktual
a. Mengetahui sumber fakta berupa waktu dan tempat peristiwa.
Apabila ada narasumber, harus ada orang yang menjadi saksi
peristiwa tersebut secara tepat.
b. Kelogisan kejadian, meskipun tidak menutup kemungkinan berupa
peristiwa yang tidak logis.
c. Kalimat memuat 5W + 1H, artinya isi fakta itu dapat dijawab dengan
pertanyaan siapa, apa, kapan, di mana, mengapa, dan bagaimana.
3. Memberi Saran
Saran adalah ide atau pendapat yang diungkapkan untuk membantu
atau menyelesaikan persoalan faktual.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
VII. Model dan Metode Pembelajaran
1. Model Pembelajaran
Model Pembelajaran Kooperatif
2. Metode Pembelajaran
a. Metode Teams Games-Tournament (TGT)
b. Metode ceramah
c. Metode diskusi kelompok
d. Metode tanya jawab
e. Metode penugasan
VIII. Langkah-langkah Pembelajaran
NO. Kegiatan Pembelajaran Waktu Metode
1. Pendahuluan a. Guru memulai pelajaran dengan:
1) Mengucapkan salam pembuka
2) Berdoa
3) Absensi
4) Persiapan siswa untuk proses
pembelajaran.
b. Guru menanyakan materi yang terkait
dengan persoalan faktual.
c. Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran.
5 menit Ceramah Tanya jawab Ceramah
2. Kegiatan Inti a. Eksplorasi
1) Siswa diberi pertanyaan untuk
menggali pengetahuan siswa
mengenai persoalan faktual.
2) Siswa dijelaskan tentang pengertian
persoalan faktual.
b. Elaborasi
1) Siswa dibagi menjadi 8 tim masing -
60 menit Tanya jawab Ceramah
TGT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
masing tim terdiri dari 4 siswa.
2) Siswa diberi lembar kegiatan.
3) Siswa berdiskusi.
4) Guru membuat meja tournament.
5) Masing-masing siswa duduk di meja
turnamen sebagai wakil dari tim
mereka.
6) Siswa memulai turnamen sesuai
dengan aturan permainan TGT
(Team-Games Tournament).
7) Siswa bersama guru menghitung
skor hasil turnamen.
8) Guru mengumumkan yang menjadi
pemenang dalam turnamen.
c. Konfirmasi
1) Guru memberikan penguatan kepada
masing-masing tim karena telah
melakukan pembelajaran dengan
baik.
2) Guru menekankan kembali materi
yang telah disampaikan.
3) Guru menanyakan kepada siswa
mengenai materi yang belum jelas.
Diskusi Kelompok Penugasan Ceramah
Ceramah Ceramah
Ceramah
Ceramah
3. Kegiatan Penutup a. Siswa bersama guru menyimpulkan
hasil pembelajaran.
b. Guru memberi motivasi dan saran-saran
sebelum menutup pelajaran.
c. Menutup pelajaran dengan salam.
5 menit Ceramah Ceramah Ceramah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Lampiran 15
Lembar Kegiatan Tim (Siklus II Pertemuan II)
Nama Tim
Anggota
Berikan komentar terhadap persoalan faktual berikut ini:
SOAL 1: Kebiasaan menjaga kebersihan sebaiknya memang dipelihara sejak
kecil. Jika tidak sempat belajar disiplin sejak kecil, pelajaran itu
dapat dimulai dari sekarang.
SOAL 2: Nelayan yang tidak bertanggung jawab menangkap ikan secara
membabi buta memakai bahan peledak.
Penilaian : diserahkan pada guru (kebijakan guru)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Lampiran 16
Soal Turnamen (Siklus I Pertemuan II)
Berikan komentar terhadap persoalan faktual berikut ini:
SOAL 1: Laut dan isinya yang beraneka ragam memberikan kekayaan yang
luar biasa jika bisa mengolahnya. Tak akan ada habisnya, kita pun
bebas mengambilnya tanpa harus ada yang mengatur dan
mengawasinya.
SOAL 2: Menabung adalah hal yang penting bagi kehidupan kita kelak.
Banyak orang menabung di celengan dan ada pula yang lebih
memilih untuk menabung di bank. Alasannya adalah karena
menabung di bank jauh lebih aman.
SOAL 3: Kebersihan kelas adalah tanggung jawab bersama. Hari itu kelas
masih terlihat kotor, padahal jadwal piket sudah dibagi. Dan
ternyata ini disebakan regu piket pada hari itu tidak melaksanakan
tugasnya.
SOAL 4: Pada saat upacara bendera, banyak siswa yang berbicara sendiri.
Padahal seharusnya peserta upacara harus diam dan mengikuti
upacara dengan khidmat.
Penilaian: diserahkan pada guru (kebijakan guru)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Lampiran 17
Nilai Perolehan Tim Kelas V SD Negeri Kadireso Menggunakan Metode
Pembelajaran Kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament)
Siklus I
Team Anggota Skor individu Penghargaan
kelompok
A
Aji Mega Buwana 50
Tim Baik Sekali
Eksi Kristiyani 50 Sekar Semanggi 40 Siti Istiqomah 40
Total Skor Kelompok 180 Rata- rata Kelompok 45
Team Anggota Skor Individu Penghargaan
Kelompok
B Hendrix Dika. S 50
Tim Baik
Aprilia Farida 40 Murdoko Aji. S 40
Zulfa Indah Utami 40 Total Skor Kelompok 170 Rata-rata Kelompok 42,5
Team Anggota Skor Individu Penghargaan
Kelompok
C
Anisatur Rodiyah 40
Tim Kurang Baik
Nadya Novita. S 20 Nur Hamini 30
Adam Darmawan 30 Total Skor Kelompok 120 Rata-rata Kelompok 30
Team Anggota Skor Individu Penghargaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Kelompok
D
50
Tim Baik Sekali
Muhammad Irfan. RD
50
Vina Agustina 50 Alan Septiawan 40
Total Skor Kelompok 190 Rata-rata Kelompok 47,5
Team Anggota Skor Individu Penghargaan
Kelompok
E
Arif Waksito. W 30
Tim Kurang Baik
Rizky Andrian. A 40 Indriani 20
Khofifah Kusumawati 40 Total Skor Kelompok 130 Rata-rata Kelompok 32,5
Team Anggota Skor Individu Penghargaan
Kelompok
F
Afifah Kusumawati 40
Tim Kurang Baik
Nur Aziz 30 Hafizh Nur Rafii. RD 40
Murni Rahayu 40 Total Skor Kelompok 150 Rata-rata Kelompok 37,5
Team Anggota Skor Individu Penghargaan
Kelompok
G
Dwi Krisdiyanto 30
Tim Kurang Baik
Wahyu Budi. P 50 Muhammad Riyadi 40 Intan Dewi Safitri 20
Total Skor Kelompok 140 Rata-rata Kelompok 35
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Team Anggota Skor Individu Penghargaan
Kelompok
H Anjani Hikmatul. L 40
Tim Kurang Baik
Wahyu Handayani 50 Alma Faraga 30
Shoffan Huanda. H 30 Total Skor Kelompok 150 Rata-rata Kelompok 37,5
Keterangan:
Kriteria Penghargaan Kelompok:
Nilai rata-rata 30-39 Tim Kurang Baik
Nilai rata-rata 40-44 Tim Baik
Nilai rata-rata 45-49 Tim Baik Sekali
Nilai rata-rata 50 Tim Istimewa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Lampiran 18
Nilai Kemampuan Berbicara Siswa kelas V SD Negeri Kadireso Siklus I Pertemuan I
No Nama Aspek yang Dinilai Jumlah
Skor Nilai
Akhir Ketuntasan I II III IV V
1. Nur Aziz 3 3 3 3 4 16 64 Tuntas 2. Muhammad Riyadi 3 3 3 4 4 17 68 Tuntas 3. Murdoko Aji. S 2 3 3 3 4 15 60 Tidak Tuntas 4. Alma Faraga 3 3 2 2 3 11 52 Tidak Tuntas 5. Aji Mega Buwana 4 4 3 4 3 18 72 Tuntas 6. Anisatur Rodiyah 3 4 4 4 4 19 76 Tuntas 7. Arif Waksito. W 4 4 4 4 4 21 80 Tuntas 8. Dwi Krisdiyanto 4 3 3 3 3 16 64 Tuntas 9. Eksi Kristiyani 3 4 3 3 4 17 68 Tuntas
10. Hendrix Dika. S 4 3 4 3 3 16 64 Tuntas 11. Indriani 2 2 3 3 4 14 56 Tidak Tuntas 12. Intan Dewi. S 2 2 3 3 2 12 48 Tidak Tuntas 13. Murni Rahayu 3 2 1 3 3 12 48 Tidak Tuntas 14. Nadya Novita Sari 4 3 3 3 3 16 64 Tuntas 15. 3 3 3 4 4 17 68 Tuntas 16. Rizky Andrian. A 3 4 4 4 3 18 72 Tuntas 17. Shoffan Huanda. H 3 3 4 4 3 17 68 Tuntas 18. Siti Istiqomah 3 4 3 4 4 18 72 Tuntas 19. Vina Agustina 2 1 2 2 2 9 36 Tidak Tuntas 20. Wahyu Budi. P 3 3 4 4 4 18 72 Tuntas 21. Zulfa Indah. U 3 2 3 4 3 15 60 Tidak Tuntas 22. Aprilia Farida 2 4 4 3 3 16 64 Tuntas 23. Sekar Semanggi 3 4 3 3 4 17 68 Tuntas 24. Adam Darmawan 2 3 3 2 3 13 52 Tidak Tuntas 25. Afifah Kusumawati 4 3 4 3 3 17 76 Tuntas 26. Alan Septiawan 4 3 3 2 4 16 64 Tuntas 27. Anjani Hikmatul. L 3 4 3 3 3 16 64 Tuntas 28. Hafidz Nur Raffi. S 3 2 2 2 3 12 48 Tidak Tuntas 29. Khofifah. K 2 3 3 3 3 14 56 Tidak Tuntas 30. Muhammad. IRM 3 4 4 3 4 18 72 Tuntas 31. Nur Hamini 3 3 2 2 4 14 56 Tidak Tuntas 32. Wahyu Handayani 3 2 3 4 4 16 64 Tuntas Jumlah 2016
Nilai rata-rata 67,9 Nilai di bawah 62 11 Nilai di atas atau sama dengan 62 21 Ketuntasan Klasikal 21:32 X 100% 65,63%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Keterangan :
Aspek yang dinilai:
I. Lafal IV. Ekspresi berbicara
II. Intonasi V. Pemahaman Isi
III. Kelancaran
Petunjuk penilaian : 1) Nilai setiap aspek yang dinilai dalam berbicara berskala antara 1 sampai 5,
secara garis besar nilai 5 memiliki arti sangat baik, nilai 4 berarti baik,
nilai 3 berarti cukup, nilai 2 berarti kurang, dan nilai 1 sangat kurang.
2) Jumlah skor atau total nilai diperoleh dari menjumlahkan nilai setiap aspek
penilaian yang diperoleh siswa.
3) Nilai akhir yang diperoleh siswa diolah dengan menggunakan rumus:
Jumlah skor X 4 = 100
4) Nilai rata-rata kelas dihitung dengan rumus: Jumlah nilai Jumlah siswa
5) Presentase ketuntasan pembelajaran berbicara dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
Jumlah siswa yang nilainya tuntas X 100 % Jumlah Siswa
Lembar Penilaian Kemampuan Berbicara
No. Aspek yang Dinilai Deskriptor Skor 1. Lafal a. Pelafalan sangat jelas
b. Pelafalan jelas c. Pelafalan cukup jelas d. Pelafalan kurang jelas e. Pelafalan tidak jelas
5 4 3 2 1
2. Intonasi a. Intonasi kata/suku kata sangat tepat b. Intonasi kata/suku kata tepat c. Intonasi kata/suku kata cukup tepat d. Intonasi kata/suku kata kurang tepat e. Intonasi kata/suku kata tidak tepat
5 4 3 2 1
3. Kelancaran a. Berbicara sangat lancer 5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b. Berbicara dengan lancar c. Berbicara cukup lancar d. Berbicara kurang lancar e. Berbicara tidak lancer
4 3 2 1
4. Ekspresi berbicara a. Ekspresi berbicara sangat tepat b. Ekspresi berbicara tepat c. Ekspresi berbicara cukup tepat d. Ekspresi berbicara kurang tepat e. Ekspresi berbicara tidak tepat
5 4 3 2 1
5. Pemahaman Isi a. Sangat memahami isi pembicaraan b. Memahami isi pembicaraan c. Cukup memahami isi pembicaraan d. Kurang memahami isi pembicaraan e. Tidak memahami isi pembicaraan
5 4 3 2 1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Lampiran 19
Nilai Kemampuan Berbicara Siswa kelas V SD Negeri Kadireso Siklus I Pertemuan II
No Nama Aspek yang Dinilai Jumlah
Skor Nilai
Akhir Ketuntasan I II III IV V
1. Nur Aziz 3 3 4 4 3 17 68 Tuntas 2. Muhammad Riyadi 3 4 3 4 4 18 72 Tuntas 3. Murdoko Aji. S 3 3 3 4 4 17 68 Tuntas 4. Alma Faraga 3 3 3 2 3 14 56 Tidak Tuntas 5. Aji Mega Buwana 4 4 4 3 4 19 76 Tuntas 6. Anisatur Rodiyah 4 4 4 4 4 20 80 Tuntas 7. Arif Waksito. W 4 5 4 4 4 21 84 Tuntas 8. Dwi Krisdiyanto 4 4 3 3 3 17 68 Tuntas 9. Eksi Kristiyani 3 4 3 3 4 17 68 Tuntas
10. Hendrix Dika. S 4 4 4 3 3 17 68 Tuntas 11. Indriani 2 3 3 3 4 15 60 Tidak Tuntas 12. Intan Dewi. S 3 3 3 2 2 13 52 Tidak Tuntas 13. Murni Rahayu 2 2 4 3 3 14 56 Tidak Tuntas 14. Nadya Novita Sari 3 3 4 3 4 17 68 Tuntas 15. 3 3 4 4 4 18 72 Tuntas 16. Rizky Andrian. A 4 4 4 4 3 19 76 Tuntas 17. Shoffan Huanda. H 4 4 3 4 4 19 76 Tuntas 18. Siti Istiqomah 3 4 4 4 4 19 76 Tuntas 19. Vina Agustina 3 2 2 2 3 12 48 Tidak Tuntas 20. Wahyu Budi. P 3 3 4 4 3 19 76 Tuntas 21. Zulfa Indah. U 3 2 3 3 4 15 60 Tidak Tuntas 22. Aprilia Farida 3 4 3 3 4 17 68 Tuntas 23. Sekar Semanggi 3 4 4 3 4 18 72 Tuntas 24. Adam Darmawan 3 3 3 2 3 14 56 Tidak Tuntas 25. Afifah Kusumawati 4 3 4 4 4 29 76 Tuntas 26. Alan Septiawan 4 3 3 3 4 17 68 Tuntas 27. Anjani Hikmatul. L 3 4 3 4 3 17 68 Tuntas 28. Hafidz Nur Raffi. S 3 3 2 3 3 14 56 Tidak Tuntas 29. Khofifah. K 3 3 3 3 3 15 60 Tidak Tuntas 30. Muhammad. IRM 3 4 4 3 4 18 72 Tuntas 31. Nur Hamini 3 3 3 3 4 16 64 Tuntas 32. Wahyu Handayani 3 2 4 4 4 17 68 Tuntas Jumlah 2156
Nilai rata-rata 69,6 Nilai di bawah 62 9 Nilai di atas atau sama dengan 62 23 Ketuntasan Klasikal 23:32 X 100% 71,88%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Keterangan :
Aspek yang dinilai:
I. Lafal IV. Ekspresi berbicara
II. Intonasi V. Pemahaman Isi
III. Kelancaran
Petunjuk penilaian :
1) Nilai setiap aspek yang dinilai dalam berbicara berskala antara 1 sampai 5,
secara garis besar nilai 5 memiliki arti sangat baik, nilai 4 berarti baik,
nilai 3 berarti cukup, nilai 2 berarti kurang, dan nilai 1 sangat kurang.
2) Jumlah skor atau total nilai diperoleh dari menjumlahkan nilai setiap aspek
penilaian yang diperoleh siswa.
3) Nilai akhir yang diperoleh siswa diolah dengan menggunakan rumus:
Jumlah skor X 4 = 100
4) Nilai rata-rata kelas dihitung dengan rumus:
Jumlah nilai
Jumlah siswa
6) Presentase ketuntasan pembelajaran berbicara dapat dihitung dengan
menggunakan rumus:
Jumlah siswa yang nilainya tuntas X 100 %
Jumlah Siswa
Lembar Penilaian Kemampuan Berbicara
No. Aspek yang Dinilai Deskriptor Skor 1. Lafal a. Pelafalan sangat jelas
b. Pelafalan jelas c. Pelafalan cukup jelas d. Pelafalan kurang jelas e. Pelafalan tidak jelas
5 4 3 2 1
2. Intonasi a. Intonasi kata/suku kata sangat tepat b. Intonasi kata/suku kata tepat c. Intonasi kata/suku kata cukup tepat
5 4 3
= Nilai Rata-Rata
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
d. Intonasi kata/suku kata kurang tepat e. Intonasi kata/suku kata tidak tepat
2 1
3. Kelancaran a. Berbicara sangat lancar b. Berbicara dengan lancar c. Berbicara cukup lancar d. Berbicara kurang lancar e. Berbicara tidak lancer
5 4 3 2 1
4. Ekspresi berbicara a. Ekspresi berbicara sangat tepat b. Ekspresi berbicara tepat c. Ekspresi berbicara cukup tepat d. Ekspresi berbicara kurang tepat e. Ekspresi berbicara tidak tepat
5 4 3 2 1
5. Pemahaman Isi a. Sangat memahami isi pembicaraan b. Memahami isi pembicaraan c. Cukup memahami isi pembicaraan d. Kurang memahami isi pembicaraan e. Tidak memahami isi pembicaraan
5 4 3 2 1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Lampiran 20
Nilai Rata-rata Kemampuan Berbicara Siswa SD Negeri Kadireso Siklus I
No. Nilai
Pertemuan I Nilai
Pertemuan II Nilai Rata-
rata Keterangan
1 64 68 66 Tuntas 2 68 72 70 Tuntas 3 60 68 64 Tuntas 4 52 56 54 Tidak Tuntas 5 72 76 74 Tuntas 6 76 80 78 Tuntas 7 80 84 82 Tuntas 8 64 68 66 Tuntas 9 68 68 68 Tuntas 10 64 68 66 Tuntas 11 56 60 58 Tidak Tuntas 12 48 52 50 Tidak Tuntas 13 48 56 52 Tidak Tuntas 14 64 68 66 Tuntas 15 68 72 70 Tuntas 16 72 76 74 Tuntas 17 68 76 72 Tuntas 18 72 76 74 Tuntas 19 36 48 50 Tidak Tuntas 20 72 76 74 Tuntas 21 60 60 60 Tidak Tuntas 22 64 68 66 Tuntas 23 68 72 70 Tuntas 24 52 56 54 Tidak Tuntas 25 76 76 76 Tuntas 26 64 68 66 Tuntas 27 64 68 66 Tuntas 28 48 56 52 Tidak Tuntas 29 56 60 58 Tidak Tuntas 30 72 72 72 Tuntas 31 56 64 60 Tidak Tuntas 32 64 68 66 Tuntas
Rata-rata pertemuan I : 67,9 Rata-rata pertemuan II : 69,6 Rata-rata Keseluruhan : 68,75
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Lampiran 21
Nilai Perolehan Tim Kelas V SD Negeri Kadireso Menggunakan Metode
Pembelajaran Kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament)
Siklus II
Team Anggota Skor individu Penghargaan
kelompok
A
Aji Mega Buwana 40
Tim Baik Sekali
Eksi Kristiyani 50 Sekar Semanggi 50 Siti Istiqomah 50
Total Skor Kelompok 190 Rata- rata Kelompok 47,5
Team Anggota Skor Individu Penghargaan
Kelompok
B Hendrix Dika. S 50
Tim Baik
Aprilia Farida 40 Murdoko Aji. S 40
Zulfa Indah Utami 50 Total Skor Kelompok 180 Rata-rata Kelompok 45
Team Anggota Skor Individu Penghargaan
Kelompok
C
Anisatur Rodiyah 40
Tim Baik
Nadya Novita. S 30 Nur Hamini 50
Adam Darmawan 40 Total Skor Kelompok 160 Rata-rata Kelompok 40
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Team Anggota Skor Individu Penghargaan
Kelompok
D
50
Tim Istimewa
Muhammad Irfan. RD
50
Vina Agustina 50 Alan Septiawan 50
Total Skor Kelompok 200 Rata-rata Kelompok 50
Team Anggota Skor Individu Penghargaan
Kelompok
E
Arif Waksito. W 40
Tim Baik
Rizky Andrian. A 40 Indriani 30
Khofifah Kusumawati 40 Total Skor Kelompok 160 Rata-rata Kelompok 40
Team Anggota Skor Individu Penghargaan
Kelompok
F
Afifah Kusumawati 40
Tim Baik
Nur Aziz 40 Hafizh Nur Rafii. RD 50
Murni Rahayu 40 Total Skor Kelompok 170 Rata-rata Kelompok 42,5
Team Anggota Skor Individu Penghargaan
Kelompok
G
Dwi Krisdiyanto 40
Tim Baik
Wahyu Budi. P 50 Muhammad Riyadi 40 Intan Dewi Safitri 50
Total Skor Kelompok 180 Rata-rata Kelompok 45
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Team Anggota Skor Individu Penghargaan
Kelompok
H Anjani Hikmatul. L 40
Tim Baik
Wahyu Handayani 50 Alma Faraga 40
Shoffan Huanda. H 30 Total Skor Kelompok 160 Rata-rata Kelompok 40
Keterangan:
Kriteria Penghargaan Kelompok:
Nilai rata-rata 30-39 Tim Kurang Baik
Nilai rata-rata 40-44 Tim Baik
Nilai rata-rata 45-49 Tim Baik Sekali
Nilai rata-rata 50 Tim Istimewa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Lampiran 22
Nilai Kemampuan Berbicara Siswa kelas V SD Negeri Kadireso Siklus II Pertemuan I
No Nama Aspek yang Dinilai Jumlah
Skor Nilai
Akhir Ketuntasan I II III IV V
1. Nur Aziz 3 4 4 4 3 18 72 Tuntas 2. Muhammad Riyadi 3 5 3 4 4 19 76 Tuntas 3. Murdoko Aji. S 3 3 4 4 4 18 72 Tuntas 4. Alma Faraga 3 3 3 3 3 15 60 Tidak Tuntas 5. Aji Mega Buwana 4 4 4 3 5 20 80 Tuntas 6. Anisatur Rodiyah 4 4 4 4 5 21 84 Tuntas 7. Arif Waksito. W 4 5 4 4 5 22 88 Tuntas 8. Dwi Krisdiyanto 4 4 3 4 3 18 72 Tuntas 9. Eksi Kristiyani 3 4 3 4 4 18 72 Tuntas
10. Hendrix Dika. S 4 4 4 4 3 19 76 Tuntas 11. Indriani 3 4 3 4 3 17 68 Tuntas 12. Intan Dewi. S 2 3 4 3 3 15 60 Tidak Tuntas 13. Murni Rahayu 3 3 3 3 3 15 60 Tidak Tuntas 14. Nadya Novita Sari 3 3 4 4 4 18 72 Tuntas 15. 3 3 4 4 5 19 76 Tuntas 16. Rizky Andrian. A 4 4 4 4 4 20 80 Tuntas 17. Shoffan Huanda. H 3 4 4 4 4 19 76 Tuntas 18. Siti Istiqomah 4 4 4 3 4 19 76 Tuntas 19. Vina Agustina 3 3 3 2 3 14 56 Tidak Tuntas 20. Wahyu Budi. P 3 4 4 5 4 20 80 Tuntas 21. Zulfa Indah. U 3 3 4 3 3 16 64 Tuntas 22. Aprilia Farida 3 4 4 4 4 19 72 Tuntas 23. Sekar Semanggi 3 4 4 4 4 19 72 Tuntas 24. Adam Darmawan 3 3 2 4 3 15 60 Tidak Tuntas 25. Afifah Kusumawati 4 3 4 4 5 20 80 Tuntas 26. Alan Septiawan 4 4 3 3 4 18 72 Tuntas 27. Anjani Hikmatul. L 3 4 3 4 4 18 72 Tuntas 28. Hafidz Nur Raffi. S 4 3 2 3 3 15 60 Tidak Tuntas 29. Khofifah. K 3 3 3 4 3 16 64 Tuntas 30. Muhammad. IRM 3 4 4 3 4 18 72 Tuntas 31. Nur Hamini 3 3 3 4 4 17 64 Tuntas 32. Wahyu Handayani 4 3 4 4 4 19 76 Tuntas Jumlah 2284 Nilai rata-rata 70,5 Nilai di bawah 62 6 Nilai di atas atau sama dengan 62 26 Ketuntasan Klasikal 26:32 X 100% 81,25%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Keterangan :
Aspek yang dinilai:
I. Lafal IV. Ekspresi berbicara
II. Intonasi V. Pemahaman Isi
III. Kelancaran
Petunjuk penilaian :
1) Nilai setiap aspek yang dinilai dalam berbicara berskala antara 1 sampai 5,
secara garis besar nilai 5 memiliki arti sangat baik, nilai 4 berarti baik,
nilai 3 berarti cukup, nilai 2 berarti kurang, dan nilai 1 sangat kurang.
2) Jumlah skor atau total nilai diperoleh dari menjumlahkan nilai setiap aspek
penilaian yang diperoleh siswa.
3) Nilai akhir yang diperoleh siswa diolah dengan menggunakan rumus:
Jumlah skor X 4 = 100
4) Nilai rata-rata kelas dihitung dengan rumus:
Jumlah nilai
Jumlah siswa
7) Presentase ketuntasan pembelajaran berbicara dapat dihitung dengan
menggunakan rumus:
Jumlah siswa yang nilainya tuntas X 100 %
Jumlah Siswa
Lembar Penilaian Kemampuan Berbicara
No. Aspek yang Dinilai Deskriptor Skor 1. Lafal a. Pelafalan sangat jelas
b. Pelafalan jelas c. Pelafalan cukup jelas d. Pelafalan kurang jelas e. Pelafalan tidak jelas
5 4 3 2 1
= Nilai Rata-Rata
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2. Intonasi a. Intonasi kata/suku kata sangat tepat b. Intonasi kata/suku kata tepat c. Intonasi kata/suku kata cukup tepat d. Intonasi kata/suku kata kurang tepat e. Intonasi kata/suku kata tidak tepat
5 4 3 2 1
3. Kelancaran a. Berbicara sangat lancar b. Berbicara dengan lancar c. Berbicara cukup lancar d. Berbicara kurang lancar e. Berbicara tidak lancar
5 4 3 2 1
4. Ekspresi berbicara a. Ekspresi berbicara sangat tepat b. Ekspresi berbicara tepat c. Ekspresi berbicara cukup tepat d. Ekspresi berbicara kurang tepat e. Ekspresi berbicara tidak tepat
5 4 3 2 1
5. Pemahaman Isi a. Sangat memahami isi pembicaraan b. Memahami isi pembicaraan c. Cukup memahami isi pembicaraan d. Kurang memahami isi pembicaraan e. Tidak memahami isi pembicaraan
5 4 3 2 1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Lampiran 23
Nilai Kemampuan Berbicara Siswa kelas V SD Negeri Kadireso Siklus II Pertemuan II
No Nama Aspek yang Dinilai Jumlah
Skor Nilai
Akhir Ketuntasan I II III IV V
1. Nur Aziz 4 4 4 5 3 20 80 Tuntas 2. Muhammad Riyadi 4 5 4 4 5 21 84 Tuntas 3. Murdoko Aji. S 3 4 4 4 4 19 76 Tuntas 4. Alma Faraga 4 4 3 4 3 18 72 Tuntas 5. Aji Mega Buwana 4 4 4 4 5 21 84 Tuntas 6. Anisatur Rodiyah 4 4 4 5 5 22 88 Tuntas 7. Arif Waksito. W 4 5 4 4 5 22 88 Tuntas 8. Dwi Krisdiyanto 4 4 3 4 4 19 76 Tuntas 9. Eksi Kristiyani 3 4 4 4 4 19 76 Tuntas
10. Hendrix Dika. S 4 4 4 4 4 20 80 Tuntas 11. Indriani 3 4 3 4 4 18 72 Tuntas 12. Intan Dewi. S 3 4 4 3 3 17 68 Tuntas 13. Murni Rahayu 3 3 3 4 3 16 64 Tuntas 14. Nadya Novita Sari 3 4 4 4 4 19 76 Tuntas 15. Faiqoh 3 4 4 4 5 20 80 Tuntas 16. Rizky Andrian. A 4 4 4 5 4 21 84 Tuntas 17. Shoffan Huanda. H 4 4 4 4 4 20 80 Tuntas 18. Siti Istiqomah 4 4 4 3 4 19 76 Tuntas 19. Vina Agustina 4 3 2 3 3 15 60 Tidak Tuntas 20. Wahyu Budi. P 4 4 4 5 4 21 84 Tuntas 21. Zulfa Indah. U 3 4 4 4 4 19 76 Tuntas 22. Aprilia Farida 3 4 4 4 5 20 80 Tuntas 23. Sekar Semanggi 3 4 4 4 4 19 76 Tuntas 24. Adam Darmawan 3 3 2 4 3 17 68 Tuntas 25. Afifah Kusumawati 4 3 4 4 5 20 80 Tuntas 26. Alan Septiawan 4 4 3 4 4 19 76 Tuntas 27. Anjani Hikmatul. L 3 4 4 5 4 20 80 Tuntas 28. Hafidz Nur Raffi. S 4 3 3 3 3 16 64 Tuntas 29. Khofifah. K 3 3 4 4 4 18 72 Tuntas 30. Muhammad. IRM 3 4 4 4 4 19 76 Tuntas 31. Nur Hamini 3 3 4 4 4 18 72 Tuntas 32. Wahyu Handayani 5 3 4 4 4 20 80 Tuntas Jumlah 2448
Nilai rata-rata 76,5 Nilai di bawah 62 1 Nilai di atas atau sama dengan 62 31 Ketuntasan Klasikal 31:32 X 100% 96,88%
Top Related