Pengintegrasian Pengurangan Resiko Bencana (PRB)Dalam Pelajaran Penjasorkes SD/MI
Oleh: Husaini, S.Pd, M.Pd
ABSTRAK
Indonesia adalah negara yang paling rawan terhadap ancaman bencana seperti gempa bumi, tsunami, tanah longsor, dan gunung berapi. Dan bencana yang paling mengkhawatirkan adalah bencana tsunami yang memiliki risiko tertinggi terhadap sekitar 5,4 juta orang seperti yang dilansir BBC Indonesia. Hal ini disebabkan karena wilayah Indonesia dikepung oleh lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia, dan lempeng Pasifik.Untuk mengurangi resiko kebencanaan Pemerintah Aceh dalam hal ini Dinas Pendidikan Aceh bekerjasama dengan Disaster Risk Reduction Aceh (DRR-A) atau Pengurangan Risiko Bencana Aceh merupakan program kerjasama antara United Nations Development Programme (UNDP) mengimplementasikan sebuah program yaitu Integrasi Materi Kebencanaan ke dalam mata pelajaran pada tingkat SD/MI di Provinsi Aceh. Pengurangan Risiko Bencana (PRB) adalah konsep dan praktek mengurangi risiko bencana melalui upaya sistematis untuk menganalisis dan mengelola faktor-faktor penyebab bencana termasuk dengan dikuranginya paparan terhadap ancaman, penurunan kerentanan manusia dan properti, pengelolaan lahan dan lingkungan yang bijaksana, serta meningkatkan kesiapsiagaan terhadap kejadian yang merugikan. Pengintegrasian PRB dalam pembelajaran merupakan kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan dengan menyatukan, menggabungkan dan menggabungkan pengatahuan, sikap dan ketrampilan tentang penguarangan resiko bencana baik sebelum terjadi bencana, saat sedang terjadi bencana maupun setelah terjadi bencana melalui penguasaan materi, fakta, konsep, prinsip, prosedur, sikap dan nilai, proses pengintegrasian melalui pemetaan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dengan materi Kebencanaan, Penyususnan Silabus, penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dan amelaksanakan pembelajaran sesuai dengan Standar Proses Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007.
Kata Kunci : Bencana , terintegrasi , Mata Pelajaran SD/MI
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang memiliki lebih kurang 17.000 buah pulau
dengan luas daratan 1.922.750 km2 dan luas perairan 3.257.483 km2. Berdasarkan
letak astronomisnya, Indonesia terletak di antara 60LU - 110LS dan 950BT –
1410BT yang dilalui oleh garis khatulistiwa. Secara geologis, wilayah
Indonesia dilalui oleh dua jalur pegunungan muda dunia yaitu Pegunungan
Mediterania di sebelah barat dan Pegunungan Sirkum Pasifik di sebelah timur.
Adanya dua jalur pegunungan tersebut menyebabkan Indonesia banyak memiliki
gunung api yang aktif dan rawan terjadinya gempa bumi. Daryono. (2011).
Prediksi dan Gejala Awal Tsunami. http://www.depdiknas.go.id/ inlink. (diakses
pada tanggal 20 April 2011).
Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Badan Perserikatan Bangsa
Bangsa (PBB) untuk Strategi Internasional Pengurangan Risiko Bencana (UN-
ISDR) bahwa Indonesia adalah negara yang paling rawan terhadap ancaman
bencana seperti bahaya gempa bumi, tsunami, tanah longsor, dan gunung berapi.
Dan bencana yang paling mengkhawatirkan adalah bencana tsunami yang
memiliki risiko tertinggi terhadap sekitar 5,4 juta orang seperti yang dilansir BBC
Indonesia. Hal ini disebabkan karena wilayah Indonesia dikepung oleh lempeng
Eurasia, lempeng Indo-Australia, dan lempeng Pasifik.
Pada saat tertentu lempeng ini akan bergeser patah yang menimbulkan
gempa bumi dan selanjutnya jika terjadi tumbukan antar lempeng tektonik dapat
menghasilkan tsunami selain dikepung tiga lempeng tektonik dunia, Indonesia
juga merupakan jalur Cincin Api Pasifik, yang merupakan jalur rangkaian gunung
api aktif di dunia. Indonesia memiliki gunung berapi dengan jumlah kurang lebih
240 buah, di mana hampir 70 di antaranya masih aktif. Zona kegempaan dan
gunung api aktif Circum Pasifik amat terkenal, karena setiap gempa hebat atau
tsunami dahsyat di kawasan itu, dipastikan menelan korban jiwa manusia amat
banyak, terutama anak-anak yang juga memiliki potensi kerentanan yang cukup
tinggi menjadi korban bencana. Wikipedia. “Gempa Bumi”
http://id.wikipedia.org/wiki/Gempa_bumi. diakses tanggal 14 Desember 2011.
Pada umumnya resiko bencana alam meliputi bencana akibat faktor goelogi
(gempa bumi, tsunami dan letusan gunung api), bencana akibat hydrometeorology
(banjir, tanah longsor, kekeringan, angin topan) bencana akibat faktor biologi
(wabah penyakit manusia, penyakit tanaman/ternak, hama tanaman) serta
kegagalan teknologi (kecelakaan industri, kecelakaan transportasi, radiasi nuklir,
pencemaran bahan kimia). Bencana akibat ulah manusia terkait dengan konflik
antar manusia akibat ulah perebutan sumberdaya yang terbatas, alasan ideologi,
religius serta politik. Sedangkan kedaruratan kompleks merupakan kombinasi dari
situasi bencana pada suatu daerah konflik.
Provinsi Aceh pada khususnya merupakan daerah yang rawan terjadi
bencana, hal ini disebabkan karena wilayah provinsi Aceh yang terdiri dari
gugusan pulau-pulau yang dikelilingi oleh lautan yang terhampar luas. Aceh
sebagai salah satu daerah yang pernah mengalami bencana dahsyat gempa yang
disusul tsunami yang terjadi pada tanggal 26 Desember 2004 telah menghancurkan
harta benda dan ratusan ribu jiwa melayang (yang paling banyak adalah usia anak-
anak). Peristiwa tersebut termasuk salah satu peristiwa terdahsyat yang pernah
terjadi di dunia. Ratusan ribu jiwa melayang hal ini disebabkan karena masyarakat
Aceh belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang kebencanaan, sehingga
tidak punya sikap tanggap menghadapi kebencanaan.
Oleh sebab itu, untuk mengurangi resiko kebencanaan di masa yang akan
datang, Pemerintah Aceh dalam hal ini Dinas Pendidikan Aceh bekerjasama
dengan Disaster Risk Reduction Aceh (DRR-A) atau Pengurangan Risiko Bencana
Aceh merupakan program kerjasama antara United Nations Development
Programme (UNDP). Mengimplementasikan sebuah program yaitu Integrasi
Materi Kebencanaan ke dalam mata pelajaran pada tingkat SD/MI di Provinsi
Aceh.
B. Bencana
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007
tentang penanggulangan bencana menyebutkan bahwa: Bencana adalah suatu
peristiwa atau serangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu
kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam
dan/atau faktor non-alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan
dampak psikologis. Oleh karena itu, maka tidak semua peristiwa/kejadian alam
dikatakan sebagai bencana alam.
Sementara pengertian “Bencana alam” menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia, “bencana” adalah sesuatu yang menyebabkan (menimbulkan)
kesusahan, kerugian, atau penderitaan (KBBI, 2001: 31). Bencana alam terjadi
karena satu penyebab (monocausal) atau banyak penyebab (multicausal), tetapi
umumnya selalu mengakibatkan banyak dampak (multi effects). Pada tataran
tertentu yang repetitif, bencana alam melibatkan manusia sebagai penyebabnya.
Bencana seperti ini digolongkan sebagai bencana antropogen atau man initiated
disaster.
Terkait relasi konseptual antara bencana dan alam, terdapat teori bahwa
bencana alam selalu melibatkan ”alam”. Disebut “alam” atau “alami” karena
dianggap tidak ada campur tangan manusia yang menjadi penyebabnya. Tsunami
atau gempa bumi dapat disebut bencana alam karena keterlibatan manusia tidak
terlihat secara langsung. Namun, bencana yang lain, seperti banjir, tanah longsor,
kabut asap, atau semburan lumpur panas, tidak lagi layak disebut bencana alam
karena faktor manusia jauh lebih dominan sebagai penyebab (langsung maupun
tak langsung). Intinya, jika ditarik pada hukum kausalitas, manusia mau tidak mau
menjadi salah satu faktor determinan yang tidak boleh diabaikan.
Jadi bencana alam dapat dikatakan adalah konsekwensi dari kombinasi
aktivitas alami (suatu peristiwa fisik, seperti letusan gunung, gempa bumi, tanah
longsor) dan aktivitas manusia. Karena ketidakberdayaan manusia, akibat kurang
baiknya manajemen keadaan darurat, sehingga menyebabkan kerugian dalam
bidang keuangan dan struktural, bahkan sampai kematian. Kerugian yang
dihasilkan tergantung pada kemampuan untuk mencegah atau menghindari
bencana dan daya tahan mereka. Pemahaman ini berhubungan dengan pernyataan:
"bencana muncul bila ancaman bahaya bertemu dengan ketidakberdayaan".
Dengan demikian, aktivitas alam yang berbahaya tidak akan menjadi bencana
alam di daerah tanpa ketidakberdayaan manusia, misalnya gempa bumi di wilayah
tak berpenghuni. Konsekuensinya, pemakaian istilah "alam" juga ditentang karena
peristiwa tersebut bukan hanya bahaya atau malapetaka tanpa keterlibatan
manusia. Besarnya potensi kerugian juga tergantung pada bentuk bahayanya
sendiri, mulai dari kebakaran, yang mengancam bangunan individual, sampai
peristiwa tubrukan meteor besar yang berpotensi mengakhiri peradaban umat
manusia.
Namun demikian pada daerah yang memiliki tingkat bahaya tinggi (hazard)
serta memiliki kerentanan/kerawanan (vulnerability) yang juga tinggi tidak akan
memberi dampak yang hebat/luas jika manusia yang berada disana memiliki
ketahanan terhadap bencana (disaster resilience). Konsep ketahanan bencana
merupakan valuasi kemampuan sistem dan infrastruktur-infrastruktur untuk
mendeteksi, mencegah & menangani tantangan-tantangan serius yang hadir.
Dengan demikian meskipun daerah tersebut rawan bencana dengan jumlah
penduduk yang besar jika diimbangi dengan ketetahanan terhadap bencana yang
cukup.
Untuk mengetahui kapan bencana alam akan terjadi merupakan pekerjaan
yang sulit. Hal ini dikarenakan bencana alam dapat terjadi secara tiba-tiba di mana
pun dan kapan pun. Oleh karena itu, penting dilakukan pemantauan risiko bencana
dan sistem peringatan dini (early warning system) yang berfungsi sebagai “alarm”
darurat jika sewaktu-waktu bencana alam datang secara tak terduga. Selain itu
penting juga dilakukan usaha pengurangan risiko bencana yang melibatkan anak
usia sekolah sehingga pada situasi bencana anak-anak lebih banyak tahu apa yang
harus dilakukan.
Dalam Modul Pelatihan Pengurangan Risiko Bencana yang diterbitkan
Pusat Kajian dan Perlindungan Anak (PKPA), disebutkan bentuk kerentanan yang
dapat terjadi pada anak-anak antara lain:
1. Korban Jiwa lebih banyak terjadi pada anak-anak karena kemampuan anak-
anak menyelamatkan diri dan pengalaman menghadapi situasi darurat bencana
minim.
2. Tidak adanya sistem database terpilah khusus data anak-anak pada situasi
darurat khususnya data anak yang menjadi korban, mengungsi, hilang, dan lain-
lain sehingga sistem bantuan dan penanganan dilakukan secara general.
3. Trauma psikologis berkepanjangan yang dialami anak-anak tanpa adanya
penanganan yang baik.
4. Child Trafficking anak-anak yang terpisah dari lingkungan keluarga dan anak-
anak dari keluarga yang terkena bencana dapat menjadi sasaran perekrutan
untuk berbagai tujuan yang sifatnya eksploitatif.
5. Anak-anak kehilangan akses pendidikan karena hancurnya fasilitas pendidikan
dan sumber perekonomian keluarga.
6. Munculnya kasus gizi buruk yang dapat berujung pada kematian anak di
pengungsian karena kekurangan bahan makanan dan tidak adanya sistem
penanganan kesehatan yang memadai.
7. Usaha pengurangan risiko bencana minim keterlibatan anak sehingga pada
situasi bencana anak-anak lebih banyak menjadi korban.
Pengurangan Risiko Bencana (PRB) adalah konsep dan praktek mengurangi
risiko bencana melalui upaya sistematis untuk menganalisis dan mengelola faktor-
faktor penyebab bencana termasuk dengan dikuranginya paparan terhadap
ancaman, penurunan kerentanan manusia dan properti, pengelolaan lahan dan
lingkungan yang bijaksana, serta meningkatkan kesiap-siagaan terhadap kejadian
yang merugikan. Oleh karena itu diperlukan usaha-usaha antara lain:
1. Memasukkan pengetahuan tentang PRB sebagai bagian yang relevan dalam
kurikulum pendidikan di semua tingkat baik melalui jalur formal maupun jalur
informal.
2. Melaksanakan penjajakan risiko tingkat lokal dan program kesiap-siagaan
terhadap bencana di sekolah-sekolah dan lembaga-lembaga pendidikan.
3. Melaksanakan program pembelajaran tentang cara cara meminimalkan resiko
bencana disekolah-sekolah.
4. Mengembangkan program pelatihan dan pembelajaran tentang PRB dengan
sasaran sektor-sektor tertentu, misalnya: para perancang bangunan,
penyelenggara tanggap darurat, pejabat pemerintah tingkat lokal, dan
sebagainya.
5. Mengembangkan inisiatif pelatihan berbasis masyarakat dengan
mempertimbangkan peran tenaga sukarelawan sebagaimana mestinya untuk
meningkatkan kapasitas lokal dalam melakukan mitigasi menghadapi bencana.
6. Memastikan kesetaraan akses kesempatan memperoleh pelatihan dan
pendidikan bagi perempuan dan konstituen yang rentan.
7. Melaksanakan pelatihan tentang sensitivitas gender dan budaya sebagai bagian
tak terpisahkan dari pendidikan dan pelatihan tentang pengurangan risiko
bencana.
Sekolah dipercaya memiliki pengaruh langsung terhadap generasi muda,
yaitu dalam menanamkan nilai-nilai budaya dan menyampaikan pengetahuan
tradisional dan modern kepada generasi muda. Untuk melindungi anak-anak dari
ancaman bencana alam diperlukan dua prioritas berbeda, tetapi tidak bisa
dipisahkan aksinya, yaitu (1) pendidikan untuk mengurangi risiko bencana dan (2)
keselamatan dan keamanan sekolah. Sekolah juga harus mampu melindungi anak-
anak dari bencana alam.
Memasukkan pendidikan tentang risiko bencana ke dalam kurikulum
sekolah sangat membantu dalam membangun kesadaran akan isu tersebut di
lingkungan siswa dan masyarakat. Mengurangi risiko bencana dapat dimulai dari
sekolah. Seluruh komponen, dalam hal ini para siswa, para guru, para pemimpin
masyarakat, orangtua, maupun individu yang tertarik dengan pendidikan tentang
risiko bencana dan keselamatan di sekolah, lembaga swadaya masyarakat,
organisasi kemasyarakatan, institusi lokal/regional/nasional/internasional, sektor
swasta dan publik dapat berpartisipasi secara aktif.
Padatnya kurikulum pendidikan nasional tidak boleh dijadikan alasan
untuk tidak melakukan kegiatan pengurangan risiko bencana di sekolah secara
berkelanjutan. Pembelajaran tentang pengurangan risiko bencana di sekolah
sekolah bisa dilaksanakan dengan mengintegrasikan materi pembelajaran
pengurangan risiko bencana ke dalam mata pelajaran pokok, muatan lokal, dan
ekstrakurikuler serta pengembangan diri.
C. Pengintegrasian PRB dalam pembelajaran
Pengintegrasian menurut kamus Bahasa Indonesia adalah kata dasar Integrasi
yaitu penggabungan, penyatuan, pembauran, marger, dan pelaburan. Sedangkan
mengintegrasikan adalah mengumpulkan, memadukan, menggabungkan dan
menyatukan. http://www.artikata.com/arti-365871-mengintegrasikan.html (diakses
tanggal 1 Juli 2012). Maka Pengintegrasian PRB dalam pembelajaran merupakan
kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan dengan menyatukan, menggabungkan
dan menggabungkan pengatahuan, sikap dan ketrampilan tentang penguarangan
resiko bencana baik sebelum terjadi bencana, saat sedang terjadi bencana maupun
setelah terjadi bencana melalui penguasaan materi, fakta, konsep, prinsip,
prosedur, sikap dan nilai. Hal ini dapat diberikan pengertian sebagai berikut:
1. Materi fakta, yaitu segala hal yang berwujud kenyataan dan kebenaran,
meliputi nama-nama obyek, peristiwa sejarah, lambang, nama tempat.
2. Materi konsep, yaitu segala yang berwujud pengertian-pengertian baru yang
bisa timbul sebagai hasil pemikiran, meliputi definisi, pengertian, ciri khusus,
hakekat, inti /isi dan sebagainya. Materi konsep ini pada materi pembelajaran
pendidikan PRB contohnya adalah pengertian gempa bumi dan proses
terjadinya tsunami.
3. Materi prinsip, berupa hal-hal utama, pokok, dan memiliki posisi terpenting,
meliputi dalil, rumus, adagium, postulat, paradigma, teorema, serta hubungan
antar konsep yang menggambarkan implikasi sebab akibat.
4. Materi prosedur, meliputi langkah-langkah secara sistematis atau berurutan
dalam mengerjakan suatu aktivitas dan kronologi suatu sistem. Materi
prosedur ini pada pembelajaran pendidikan PRB contohnya adalah prosedur
penyelamatan diri ketika terjadi ge mpa dan tsunami.
5. Materi sikap atau nilai, merupakan hasil belajar aspek afektif, misalnya nilai
kejujuran, kasih sayang, tolong-menolong, semangat dan minat belajar dan
bekerja, dsb. Materi sikap atau nilai ini pada materi pembelajaran pendidikan
PRB contohnya adalah sikap yang harus dikembangkan dalam menjaga
keselamatan lingkungan.
Pendidikan Pengurangan Risiko Bencana (PRB) adalah usaha sadar dan
terencana dalam proses pembelajaran untuk memberdayaan peserta didik dalam
upaya untuk pengurangan risiko bencana dan membangun budaya aman serta
tangguh terhadap bencana. Pendidikan PRB lebih luas dari pendidikan bencana,
bahkan lebih dari pendidikan tentang pengurangan risiko bencana. Tetapi
mengembangkan motivasi, keterampilan, dan pengetahuan agar dapat tertindak
dan mengambil bagian sekuat tenaga dari upaya untuk pengurangan risiko
bencana.
Tujuan pendidikan pengurangan risiko bencana adalah sebagai berikut:
1. Menumbuh kembangkan nilai dan sikap kemanusiaan.
2. Menumbuh kembangkan sikap dan kepedulian terhadap risiko bencana.
3. Mengembangkan pemahaman tentang risiko bencana, pemahaman tentang
kerentanan sosial, pemahaman tentang kerentanan fisik, serta kerentanan
prilaku dan motivasi.
4. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan untuk pencegahan dan
pengurangan risiko bencana, pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan
yang bertanggungjawab, dan adaptasi terhadap risiko bencana.
5. Mengembangkan upaya untuk pengurangan risiko bencana diatas, baik secara
individu maupun kolektif.
6. Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan siaga bencana.
7. Meningkatkan kemampuan tanggap darurat bencana.
8. Mengembangkan kesiapan untuk mendukung pembangunan kembali
komunitas saat bencana terjadi dan mengurangi dampak yang disebabkan
karena terjadinya bencana.
9. Meningkatkan kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan besar dan
mendadak.
Pengintegarasian PRB dalan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) bisa dilaksanakan dengan memasukkan dalam muatan lokal, terintegrasi
dalam mata pelajaran atau pengembangan diri melalui kegiatan ekstra kurikuler.
Hal ini disesuaikan dengan kondisi sekolah masing-masing. Pengintegrasian
materi pembelajaran pendidikan PRB ke dalam mata pelajaran dapat dilakukan
terhadap mata pelajaran yang ada dalam struktur kurikulum (Standar Isi) yang
wajib dilaksanakan di sekolah atau pun mata pelajaran tambahan sebagai mata
pelajaran pokok.
Materi pembelajaran adalah bahan yang diperlukan untuk pembentukan
pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dikuasai siswa dalam rangka
memenuhi standar kompetensi dan kompetensi dasar yang ditetapkan. Materi
pembelajaran pendidikan PRB dibagi menjadi 3 fase, yaitu sebelum bencana,
ketika bencana, dan sesaat atau setelah bencana. Materi pembelajaran ketiga fase
tersebut disusun berdasarkan jenis bencana yang terjadi, seperti Gempa Bumi,
Tsunami, Banjir, Tanah Longsor, Kebakaran, Angin Topan, Banjir Bandang,
Gunung Api, Komflik Sosial dan Wabah Penyakit.
Untuk dapat melaksanakan Pengintegrasian PRB kedalam pembelajaran
diperlukan melakukan beberapa hal sebagai berikut: Kegiatan ini diawali dengan
penyusunan Bahan Ajar, Pemetaan Standar Kompetensi dan Kompetensi dasar,
Pengembangan Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar
Kerja Siswa ( LKS) dan Lembar Evaluasi ( LE).
Realisasi kegiatan terintegrasi pengirangan resiko bencana dalam
pembelajaran di SD/MI diawali dengan melakukan pelatihan pelatih (TOT) untuk
fasilitator tingkat provinsi, pelatihan pelatih (TOT) tingkat
Kabupaten/Kotamadya, melakukan pelatihan Pelatih (TOT) pada tingkat Gugus
sekolah, melatih para guru untuk mengintegrasikan kebencanaan kedalam mata
pelajaran sesuai dengan potensi bencana kabupaten/Kotamadya masing-masing.
Melakukan Monitoring dan Evaluasi kegiatan pembelajaran di kelas, melakukan
cerdas cermat, lomba buletin siswa bicara bencana, Menyusun Standar Oprsional
Prosedur (SOP) Pengurangan Resiko Bencana (PRB) pada tingkat sekolah
dasar/madrasah ibtidaiyah serta melakukan simulasi perngurangan resiko
bencana disekolah yang melibatkan warga sekolah, komite sekolah dan warga
masyarakat.
Pengintegrasian materi pembelajaran Pendidikan PRB ke dalam mata
pelajaran pokok dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Pemetaan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang Terintergrasi
dengan Materi Kebencanaan Jenjang Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah
mulai dari Kelas I Semester 1 sampai dengan Kelas VI Semester 2 dari
berbagai mata pelajaran.
2. Mengembangkan Silabus Tematik mulai dari Kelas I Semester 1 sampai
dengan Kelas III Semester 2 dari berbagai mata pelajaran dengan tema dan
berbagai materi kebencanaan, dan menegembangkan silabus mata pelajaran
mulai dari Kelas IV semster I sampai Kelas VI semester II. dari berbagai mata
pelajaran dan berbagai materi kebencanaan.
3. Mengembangkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Menyusun
Lembar Kerja Siswa (LKS), Menyusun Lembar Evaluasi (LE) sesuai dengan
indikator pencapaian dan Melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan
standar Proses Permendiknas Nomor 41 tahun 2007 yaitu : Kegiatan Awal,
Kegiatan Inti (Eksplorasi, Elaborasi, dan Komfirmasi), dan Kegiatan Akhir
.
D. Kesimpulan
Indonesia merupakan negara yang memiliki lebih kurang 17.000 buah
pulau dengan luas daratan 1.922.750 km2 dan luas perairan 3.257.483 km2.
Berdasarkan letak astronomisnya, Indonesia terletak di antara 60 LU - 110 LS dan
950 BT – 1410 BT yang dilalui oleh garis khatulistiwa. Secara geologis, wilayah
Indonesia dilalui oleh dua jalur pegunungan muda dunia yaitu Pegunungan
Mediterania di sebelah barat dan Pegunungan Sirkum Pasifik di sebelah timur.
Adanya dua jalur pegunungan tersebut menyebabkan Indonesia banyak memiliki
gunung api yang aktif dan rawan terjadinya gempa bumi.
Bencana Alam adalah konsekwensi dari kombinasi aktivitas alami (suatu
peristiwa fisik, seperti letusan gunung, gempa bumi, tanah longsor) dan aktivitas
manusia. Karena ketidakberdayaan manusia, akibat kurang baiknya manajemen
keadaan darurat, sehingga menyebabkan kerugian dalam bidang keuangan dan
struktural, bahkan sampai kematian. Kerugian yang dihasilkan tergantung pada
kemampuan untuk mencegah atau menghindari bencana dan daya tahan mereka.
Pemahaman ini berhubungan dengan pernyataan: "bencana muncul bila ancaman
bahaya bertemu dengan ketidakberdayaan". Dengan demikian, aktivitas alam yang
berbahaya tidak akan menjadi bencana alam di daerah tanpa ketidakberdayaan
manusia, misalnya gempa bumi di wilayah tak berpenghuni. Konsekuensinya,
pemakaian istilah "alam" juga ditentang karena peristiwa tersebut bukan hanya
bahaya atau malapetaka tanpa keterlibatan manusia. Besarnya potensi kerugian
juga tergantung pada bentuk bahayanya sendiri, mulai dari kebakaran, yang
mengancam bangunan individual, sampai peristiwa tubrukan meteor besar yang
berpotensi mengakhiri peradaban umat manusia.
Kesiapsiagaan Pengurangan Resiko Bencanan (PRB) di masa yang akan
datang salah satu cara yang dapat ditempuh yaitu Integrasi Materi Kebencanaan
ke dalam mata pelajaran pada tingkat SD/MI di Provinsi Aceh khususnya dan di
Indonesia pada umumnya. Kegiatan ini diawali dengan penyusunan Bahan Ajar,
Pemetaan Standar Kompetensi dan Kompetensi dasar, Pengembangan Silabus,
RPP, LKS, LE.
Realisasi kegiatan terintegrasi pernguranagn resiko bencana dalam
pembelajaran di SD/MI diawali dengan melakukan pelatihan pelatih (TOT) untuk
fasilitator tingkat provinsi, pelatihan pelatih (TOT) tingkat Kabupaten/Kotamadya,
melakukan pelatihan Pelatih (TOT) pada tingkat Gugus sekolah, melatih para guru
untuk mengintegrasikan kebencanaan kedalam mata pelajaran sesuai dengan
potensi bencana kabupaten/Kotamadya masing-masing. Melakukan Monitoring
dan Evaluasi kegiatan pembelajaran di kelas, melakukan cerdas cermat, lomba
buletin siswa bicara bencana, Menyusun Standar Oprsional Prosedur (SOP)
Pengurangan Resiko Bencana (PRB) pada tingkat sekolah dasar/madrasah
ibtidaiyah serta melakukan simulasi perngurangan resiko bencana disekolah yang
melibatkan warga sekolah, komite sekolah dan warga masyarakat dengan
demikian penguarangan resiko bencana terhadap para siswa di SD/MI dapat
tercapai.
Daftar Pustaka:
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Tahun (2001), “bencana” adalah sesuatu yang menyebabkan (menimbulkan) kesusahan, kerugian, atau penderitaan.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 tentang penanggulangan bencana.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 22 tahun 2007 Tentang standar Isi Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar)
Marga Suraya, Mudhari. (2009). Modul PRB Tsunami. Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional.
Mukhlis. (2009). Buku Panduan Integrasi Materi Kebencanaan Matpel SD dan MI. Banda Aceh: Dinas Pendidikan Aceh & ADEF.
Husaini, dkk, Panduan Pengintegrasian Materi Kebencanaan Kedalam
Pembelajaran Tematik Kelas I,II, dan III Pada Jenjang Sekolah Dasar Dan
Madrasah Ibtidaiyah, (Penerbit: Dinas pendidikan Provinsi Aceh dan UNDP,
Juli 2010
M. Ikhsan Shiddieqy. (2009). Gejala Alam Bila Akan Ada Gempa/ Tsunami http://www.wetlands.org/WatchRead/tabid/56/mod/1570/articleType/ArticleView/articleId/2552/Poster--Gejala-tsunami.aspx. (diakses pada tanggal 26 Juli 2011).
Wikipedia. “Gempa Bumi”.http://id.wikipedia.org/wiki/Gempa_bumi. Diakses tanggal 14 Desember 2011.
Defenisi arti kata Mengintegrasikan. http://www.artikata.com/arti-365871-mengintegrasikan.html (diakses tanggal 1 Juli 2012).
Contoh: PEMETAAN STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR TERINTERGRASI MATERI PENGURANGAN RESIKO BENCANA (PRB) JENJANG
No. Tema Kelas Mapel Standar Kompetensi Kompetensi DasarJenis Kebencanaan
Gempa bumi
Tsunami Banjir Longsor Gunung Api
Angin Topan
KonflikSosial
Wabah Penyakit
1 Diri Sendiri
Satu PenjasOrkes
5. .Menerapkan budaya hidup sehat
5.1 Menjaga kebersihan diri yang meliputi kuku dan kulit
V
2 Diri Sendiri
Satu PenjasOrkes
5. .Menerapkan budaya hidup sehat
5.1 Menjaga kebersihan diri yang meliputi kuku dan kulit
V
3 Kegemaran Satu PenjasOrkes
1.1 Mempraktikkan gerak dasar ke dalam permainan sederhana/aktivitas jasmani dan nilai yang terkandung di dalamnya
1.1 Mempraktikkan gerak dasar jalan, lari, dan lompat dalam permainan sederhana, serta nilai sportivitas, kejujuran, kerjasama, toleransi dan percaya diri.
1.2. Memutar, mengayun, ataupun menekuk dalam permainan sederhana serta nilai sportiviutas, kerjasama, toleransi, dan percaya diri
* * V
*
4 Peristiwa Satu Penjasorkes
10. Mempraktikkan dasar-dasar pengenalan air dan nilai yang terkandung di dalamnya.
12. Menerapkan budaya hidup sehat
10.1 mempraktikkan aktivitas dasar di air.
12.2 Mengenal makanan sehat
*
* V
*
*
V
5 Kesehatan Dua Penjas 12. Menerapkan budaya 12.2 Menjaga kebersihan * √
Lampiran: 1
No. Tema Kelas Mapel Standar Kompetensi Kompetensi DasarJenis Kebencanaan
Gempa bumi
Tsunami Banjir Longsor Gunung Api
Angin Topan
KonflikSosial
Wabah Penyakit
orkes hidup sehat lingkungan terhadap sumber penularan penyakit seperti nyamuk dan unggas
6 Kesehatan Tiga Penjasorkes
Mempraktikkan1. Berbagai
kombinasi gerak dasar melalui permainan dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya
1.1 Mempraktikkan kombinasi berbagai pola gerak jalan dan lari dalam permainan sederhana,serta aturan dan kerjasama
* √ * *
7 Kesehatan Tiga Penjasorkes
5. Menerapkan budaya hidup sehat
5.1 Menjaga kebersihan pakaian * * * √
8 Peristiwa Tiga Penjasorkes
6. Mempraktikkan berbagai gerak dasar dalam permainan sederhana dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya
6.1 Mempraktikkan kombinasi gerak dasar jalan, lari dan lompat dengan koordinasi yang baik dalam permainan sederhana, serta nilai kerjasama, toleransi, kejujuran, tanggung jawab dan menghargai lawan atau diri sendiri
* * * * √
Peristiwa Tiga Penjas orkes
10. Mempraktikkan gerak dasar renang gaya dada, dan nilai-nilai yang terkandung didalamnya
10.3 Mengkombinasikan gerakan lengan dan tungkai renang gaya dada dan nilai kebersihan
* √
9 Tiga Penjasorkes
12. Menerapkan budaya hidup sehat
12.1 Mengenal bahaya penyakit diare, demam berdarah dan influenza
* * √
No. Tema Kelas Mapel Standar Kompetensi Kompetensi DasarJenis Kebencanaan
Gempa bumi
Tsunami Banjir Longsor Gunung Api
Angin Topan
KonflikSosial
Wabah Penyakit
9 Empat PenjasOrkes
7. Mempraktikkan latihan kebugaran yang lebih kompleks untuk meningkatkan keterampilan dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya
7.1 Mempraktikkan aktivitas dan permainan untuk melatih daya tahan dan kekuatan dengan kecepatan dan kualitas gerak yang meningkat, serta nilai kerja keras, disiplin, kerjasama, dan kejujuran
V V * *
SILABUS TEMATIK
NAMA SEKOLAH : SD/MITEMA : Kegiatan KEBENCANAAN : Tsunami KELAS/SEMESTER : III/1
MapelStandar
KompetensiKompetensi
DasarMateri Pokok
Kegiatan Pembelajaran
Indikator PenilaianAlokasi Waktu
Alat dan Sumber
Penjas-orkes
1. Mempraktik-kan berbagai kombinasi gerak dasar melalui permainan dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya
1.1 Memprak-tikkan kombinasi berbagai pola gerak jalan dan lari dalam permainan sederhana, serta aturan dan kerjasama
Atletik (pola gerak jalan dan lari)
Melakukan jalan ke segala arah dalam permainan sederhana
Melakukan lari ke segala arah dalam permainan sederhana menuju titik aman (Simulasi Tsunami)
Melakukan kombinasi lari dan jalan ke arah evakuasi dalam permainan sederhana menuju titik aman (Simulasi Tsunami)
1.1.1Melakukan kombinasi gerak jalan dan lari ke segala arah dalam permainan sederhana
Tes:Unjuk Kerja
Non Tes:Observasi
2x35 menit
Alat; - Peluit - Bendera
Start - Pita Garis
Finish- Rambu–
Rambu
Sumber :Buku Paket
Lampiran: 2
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP Tematik)
Tema : KegiatanKebencanaan : TsunamiKelas/Semester : III/1Alokasi Waktu : 2 x 35 Menit (Pertemuan Ke I)
I. Standar Kompetensi:Penjasorkes : 1. Mempraktikkan berbagai kombinasi gerak dasar
melalui permainan dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya
II. Kompetensi Dasar :Penjasorkes :1.1 Mempraktikkan kombinasi berbagai pola gerak
jalan dan lari dalam permainan sederhana, serta aturan dan kerja sama
III. Indikator :Penjasorkes : 1.1.1. Melakukan kombinasi gerakan jalan dan lari ke
segala arah dalam permainan sederhana
IV. Tujuan Pembelajaran :Penjasorkes : Siswa dapat melakukan kombinasi gerakan jalan dan
lari kesegala arah dalam permainan sederhana.
V. Materi Pembelajaran :Penjasorkes : Atletik (Pola gerak dasar jalan dan Lari)
VI. Metode Pelajaran : Ceramah, Tanya Jawab, Diskusi, Penugasan, Demontrasi
VII. Langkah – Langkah Pembelajaran
No Uraian Kegiatan Pembelajaran PengelolaanWaktu Siswa
1 Kegiatan Awal : Mengkodisikan Kelas Permainan hitam hijau Pembagian Kelompok
2’4’4’
KlasikalKlasikal
Klasikal
Lampiran: 3
2 Kegiatan Inti : Melakukan jalan kesegala arah dalam
permainan sederhana (Ular Makan Ekornya)
Melakukan lari dalam permainan kucing masuk lorong
Melakukan lari kesegala arah dalam permainan sederhana menuju tempat aman (simulasi tsunami)
Melakukan kombinasi lari dan jalan kesegala arah evakuasi dalam permainan sederhana ke titik aman (Simulasi Tsunami)
10’
10’
15’
15’
Individu
Individu
Individu
Individu
3 Kegiatan Akhir : Bernyanyi bersama (berkebun) Menyampaikan pesan moral Repleksi
5’3’2’
KlasikalKlasikalKlasikal
VIII. Penilaian : Penilaian Proses Tes Performance
IX. Alat / Sumber : Sumber : Buku Penunjang Alat :
Peluit Bendera Star Tiang Bendera Rambu- rambu penunjuk arah
Mengetahui: ....................., ................. 2010 Kepala SD/MI N .... Guru Kelas
.......................... ...................................
NIP. NIP.
Top Related