i
PENGGUNAAN BIRTH BALL SEBAGAI METODE
PENGURANGAN NYERI PERSALINAN KALA I FASE AKTIF
(Studi Kasus Di Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan Jakarta
Barat Tahun 2019)
LAPORAN TUGAS AKHIR
THALIA GEA NOVIYANTI
NIM P3.73.24.2.16.044
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN JAKARTA III
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI D.III KEBIDANAN
TAHUN 2019
ii
PENGGUNAAN BIRTH BALL SEBAGAI METODE
PENGURANGAN NYERI PERSALINAN KALA I FASE AKTIF
(Studi Kasus Di Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan Jakarta
Barat Tahun 2019)
Untuk memenuhi salah satu syarat tugas akhir dalam menyelesaikan pendidikan D.III
Kebidanan pada Jurusan Kebidanan Poltekkes Jakarta III
LAPORAN TUGAS AKHIR
THALIA GEA NOVIYANTI
NIM P3.73.24.2.16.044
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN JAKARTA III
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI D.III KEBIDANAN
TAHUN 2019
iii
HALAMAN PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:
Nama : Thalia Gea Noviyanti
NIM : P3.73.24.2.16.044
Prodi : D.III Kebidanan
Angkatan : Sembilan Belas (19)
Jenjang : Diploma III Kebidanan
Menyatakan bahwa saya tidak melakukan plagiat dalam penulisan Laporan Tugas
Akhir, yang berjudul “Penggunaan Birth Ball Sebagai Metode Pengurangan Nyeri
Persalinan Kala I Fase Aktif (Studi Kasus Di Puskesmas Kecamatan Grogol
Petamburan Jakarta Barat Tahun 2019)”.
Apabila suatu saat nanti saya terbukti melakukan tindakan plagiat, maka saya akan
menerima sangsi yang telah ditetapkan. Demikian surat penyataan ini saya buat
dengan sebenar-benarnya.
Bekasi, 1 Mei 2019
(Thalia Gea Noviyanti)
iv
HALAMAN PERSETUJUAN
LAPORAN TUGAS AKHIR
PENGGUNAAN BIRTH BALL SEBAGAI METODE
PENGURANGAN NYERI PERSALINAN KALA I FASE AKTIF
(Studi Kasus Di Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan Jakarta
Barat Tahun 2019)
Oleh :
Thalia Gea Noviyanti
NIM P3.73.24.2.16.044
Laporan tugas akhir ini telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing untuk
dipertahankan di hadapan penguji
Bekasi, 1 Mei 2019
PEMBIMBING I PEMBIMBING II
Nessi Meilan, S.ST, M.Kes Wahyudin Rajab, SKp, M.Epid
NIP. 198205022006042035 NIP. 196806131995031004
v
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Tugas Akhir ini diajukan oleh :
Nama : Thalia Gea Noviyanti
NIM : P3.73.24.2.16.044
Program Studi : D III Kebidanan
Judul : Penggunaan Birth Ball Sebagai Metode Pengurangan Nyeri
Persalinan Kala I Fase Aktif (Studi Kasus Di Puskesmas Kecamatan Grogol
Petamburan Jakarta Barat Tahun 2019)
DEWAN PENGUJI
PENGUJI I PENGUJI II
Debbiyantina, SST. Mkeb Sri Sukamti, Skp. MKM
NIP. 196812172002122001 NIP. 196902201989012001
Ditetapkan di : Bekasi
Tanggal : 09 Mei 2019
Mengetahui :
Ketua Program Studi Diploma III Kebidanan
Poltekkes Kemenkes Jakarta III
Hamidah, AM.Keb, M.Kes
NIP: 195910091982012001
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berbagai
kemudahan, petunjuk serta karunia yang tak terhingga sehingga penulis dapat
menyelesaikan Laporan Tugas Akhir yang berjudul “Penggunaan Birth Ball Sebagai
Metode Pengurangan Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif (Studi Kasus Di
Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan Jakarta Barat Tahun 2019)”.
Laporan Tugas Akhir ini penulis susun untuk memenuhi salah satu persyaratan
memperoleh derajat Ahli Madya Kebidanan di Jurusan Kebidanan Politeknik
Kesehatan Kemenkes Jakarta III. Dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini penulis
telah mendapatkan banyak bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada
kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Yupi Supartini, S.Kp, M.Sc selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes
Jakarta III
2. Erika Yulita Ichwan, S.ST., M.Keb selaku ketua jurusan kebidanan, Politeknik
Kesehatan Kementerian Kesehatan Jakarta III.
3. Hamidah, Am,Keb., S.Pd., M.Kes, selaku ketua program studi DIII kebidanan,
Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Jakarta III
4. Nessi Meilan, SST, M.Kes selaku pembimbing I, yang telah memberikan
bimbingan, arahan serta motivasi kepada penulis, sehingga Laporan Tugas Akhir
ini dapat terwujud.
5. Wahyudin Rajab, S.Kp, M.Epid selaku pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan, arahan serta motivasi kepada penulis, sehingga Laporan Tugas Akhir
ini dapat terwujud.
6. Debbiyantina, SST.,MKeb dan Sri Sukamti, SKp. MKM selaku Penguji yang telah
memberikan masukan, arahan serta motivasi kepada penulis dalam penulisan Laporan
Tugas Akhir ini
vii
7. Kepala Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan beserta pegawai yang telah
memberi ijin dan membantu penelitian ini.
8. Orang tua yang telah mendidik penulis hingga seperti sekarang ini. Terima kasih
karena telah memberikan support mental dan materil serta doa-doanya, penulis
memohonkan rahmat kesejahteraan yang tiada habisnya dan dengan iringan doa
dari lubuk hati yang paling dalam semoga Mama dan Papa senantiasa mendapatkan
lindungan dan keselamatan dari Allah SWT di dunia akhirat kelak.
9. Sahabat-sahabatku Atika Zahara, Rami Handayani, Buluk 2013 dan Denoas yang
selalu mendukung dan memberi semangat
10. Teman-teman kelas A dan Ansembel yang selalu membawa canda tawa serta
semangat, semoga menjadi orang yang sukses dan menjadi bidan yang profesional
kelak.
11. Adik-adik tingkat yang telah memberi semangat, terima kasih atas semua
perhatiannya.
12. Semua pihak yang telah membantu dan tidak dapat disebutkan satu per satu. Penulis
sadar sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat dalam Penulisan
Proposal Laporan tugas Akhir ini, Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat diharapkan untuk kesempurnaan Proposal ini.
Jakarta, 1 Mei 2019
Thalia Gea Noviyanti
viii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Thalia Gea Noviyanti
Jenis kelamin : Perempuan
Tanggal lahir : Jakarta, 05 November 1997
Alamat : Jl Kalibaru Timur VII RT/RW 012/001 No 40 Cilincing, Jakarta
Utara
No HP : 0877 1525 3402
Riwayat Pendidikan
2004 – 2010 : SD Negeri Kalibaru 10 Jakarta Utara
2010 – 2013 : SMP Negeri 53 Jakarta Utara
2013 – 2016 : SMA Negeri 73 Jakarta Utara
2016 – Sekarang : Poltekkes Kemenkes Jakarta III
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ................................................................................................ iii
HALAMAN JUDUL .................................................................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN ..................................................................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN ..................................................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................................... v
KATA PENGANTAR ................................................................................................. vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................................ ix
DAFTAR TABEL ........................................................................................................ xi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
A. Latar Belakang ............................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian ...................................................................................... 5
E. Ruang Lingkup ............................................................................................ 5
BAB II TINJAUAN TEORI ....................................................................................... 6
A. Persalinan .................................................................................................... 6
B. Nyeri Persalinan ........................................................................................ 11
C. Birth Ball ................................................................................................... 25
D. Penelitian Sebelumnya .............................................................................. 29
BAB III METODE PENELITIAN .......................................................................... 30
A. Jenis Penelitian .......................................................................................... 30
B. Desain ........................................................................................................ 30
C. Lokasi dan Waktu Pelaksanaan ................................................................. 30
D. Responden ................................................................................................ 30
E.Teknik/Cara Pengumpulan Data ................................................................ 31
x
F.Instrument Laporan Kasus ......................................................................... 33
G.Alat dan Bahan .......................................................................................... 33
H.Jadwal Kegiatan ........................................................................................ 33
I. Etika Penelitian .......................................................................................... 33
BAB IV PEMBAHASAN .......................................................................................... 35
A. Keterbatasan Penelitian ............................................................................ 35
B. Hasil .......................................................................................................... 35
C. Pembahasan .............................................................................................. 42
BAB V SIMPULAN DAN SARAN .......................................................................... 49
A. Simpulan .................................................................................................. 49
B. Saran ......................................................................................................... 49
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Gambaran Kondisi Responden ................................................................... 41
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Jadwal LTA
Lampiran 2 Surat Permohonan Izin
Lampiran 3 Surat Jawaban Izin
Lampiran 4 Bimbingan Proposal
Lampiran 5 Bimbingan LTA
Lampiran 6 Persetujuan Menjadi Informan
Lampiran 7 Kuesioner NRS Responden 1
Lampiran 8 Kuesioner NRS Responden 2
Lampiran 9 Kuesioner NRS Responden 3
Lampiran 10 Kuesioner NRS Responden 4
Lampiran 11 Logbook Lahan
Lampiran 12 SOP Penggunaan Birth Ball
Lampiran 13 Dokumentasi Foto
1
ABSTRAK
PENGGUNAAN BIRTH BALL SEBAGAI METODE PENGURANGAN NYERI
PERSALINAN KALA I FASE AKTIF (Studi Kasus Di Puskesmas Kecamatan
Grogol Petamburan Jakarta Barat Tahun 2019)
Thalia Gea Noviyanti, Nessi Meilan, Wahyudin Radjab
Proses kelahiran identik dengan rasa nyeri. Nyeri pada persalinan merupakan proses
yang fisiologis namun rasa nyeri tersebut menyebabkan beberapa ibu merasa khawatir
tidak akan mampu melewati proses persalinan. Rasa takut dan cemas dapat
menyebabkan rasa nyeri sehingga membuat otot rahim semakin kuat dan keras.
Padahal kecemasan yang tidak dapat dikelola dengan baik dapat berdampak buruk pada
kesehatan ibu dan janin. Banyak upaya yang telah dilakukan untuk menurunkan nyeri
pada persalinan, dengan menggunakan metode nonfarmakologi. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui perbedaan intensitas nyeri pada ibu bersalin menggunakan
latihan birth ball dan yang tidak. Dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian
deskriptif yang dilakukan dengan cara meneliti empat responden ibu inpartu kala 1 fase
aktif dengan metode studi kasus. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah
NRS (Numeric Rating Scale). Hasilnya adalah subjek yang menggunakan birth ball
mengalami penurunan nyeri sedang menjadi ringan. Penelitian ini menunjukkan bahwa
penggunaan birth ball dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk menurunkan nyeri
saat persalinan.
Kata Kunci : Nyeri Persalinan, Relaksasi dengan Birth Ball
Pustaka : 25 (2010-2017)
2
ABSTRACT
USING BIRTH BALL AS A METHODS FOR REDUCING LABOR PAIN OF
ACTIVE LABOR PHASE I (Case Study At Grogol Petamburan Public Health
Center 2019)
Thalia Gea Noviyanti, Nessi Meilan, Wahyudin Radjab
The birth process is known with pain. Pain in labor is a physiological process.
but the pain caused some mothers felt worried that they would not be able to go through
labor.
Fear and anxiety can cause pain that makes the uterine muscles stronger and harder.
anxiety that cannot be managed properly can adversely affect the health of the mother
and fetus.
Many efforts have been made to reduce labor pain. by using nonpharmacology
methods. The purpose of this study is to determine the difference in pain intensity on
maternity mothers use birth ball exercises and those who don't. In this study using
descriptive research conducted by examining four in-part mothers during the active
phase with case study method. The measuring instrument used in this research is NRS
Pain Scale. The result is the subject who uses a birth ball has decreased pain from the
high to be low. This research shows that he use of birth ball can be used as a way to
reduce pain during labor.
Key Words: labor pain, Relaxation with Birth Ball
Pustaka : 25 (2010-2017)
1
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang
telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau
melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri). Proses ini
dimulai dengan adanya kontraksi persalinan sejati, yang ditandai 26 dengan
perubahan serviks secara progresif dan diakhiri dengan kelahiran plasenta
(Sulistyawati dan Nugraheny, 2010).
Proses kelahiran identik dengan rasa nyeri yang akan dijalani nyeri pada
persalinan merupakan proses yang fisiologis. Nyeri menyebabkan frustasi dan
putus asa, sehingga beberapa ibu merasa khawatir tidak akan mampu melewati
proses persalinan. Menurut sebuah penelitian yang dilakukan oleh Bonica (1995)
terhadap 2.700 parturien di 212 pusat obstetric dari 36 negara menemukan bahwa
persalinan yang berlangsung tanpa nyeri 15%, persalinan dengan nyeri sedang
30%, persalinan di sertai dengan nyeri hebat 35%, dan persalinan dengan nyeri
yang sangat hebat 20% (Ajartha (2007) dalam Hanesty, 2017). Hal ini sejalan
dengan program yang dicanangkan kementrian kesehatan yaitu program Making
Pregnancy Saver (MPS) yang merupakan salah satu aspek penatalaksanaan dalam
persalinan yaitu aspek sayang ibu (Aryani, et al, 2015).
Rasa ketidaknyamanan dan nyeri dalam persalinan merupakan hal unik dan
fisiologis yang akan di alami oleh setiap ibu yang akan bersalin. Nyeri persalinan
tidak bersifat terus menerus yang akan hilang dengan sendirinya. Nyeri persalinan
mulai timbul pada persalinan kala I fase laten pada pembukaan 0 – 3 cm nyeri
tersebut menimbulkan rasa sakit yang tidak nyaman, pada pembukaan 4 – 7 cm
nyeri yang dirasakan agak menusuk, dan pada pembukaan 7 – 10 cm nyeri yang
ditimbulkan menjadi lebih hebat, menusuk dan kaku. Nyeri tersebut disebabkan
oleh kontraksi uterus dan dilatasi serviks (Maryunani,2010).
2
Penanggulangan nyeri persalinan merupakan usaha untuk menurunkan AKI.
Nyeri persalinan harus diatasi dengan cara yang efektif karena bila nyeri yang
dibarengi dengan reaksi stress maka akan memiliki efek samping yang berbahaya
bagi ibu dan juga janinnya (Danuatmaja, 2004 dalam Marni, 2014). Nyeri pada saat
proses persalinan menempati skor 30 – 40 dari 50 skor yang telah ditetapkan oleh
Wall dan Mellzack. Skor tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan nyeri klinik
seperti nyeri punggung kronik, nyeri akibat kanker, nyeri tungkai dan lainnya
(Fraser, 2009).
Rasa takut dan cemas dapat menyebabkan rasa nyeri sehingga membuat otot
rahim semakin kuat dan keras. Kecemasan dan ketakutan juga dapat memicu
keluarnya hormon adrenalin yang menyebabkan serviks menjadi kaku yang
berdampak pada proses persalinan menjadi lambat. Kecemasan dan ketakutan
menyebabkan pernapasan ibu tidak teratur sehingga dapat mengurangi sirkulasi
oksigen bagi tubuh ibu dan janin (Maryunani,2010).
Banyak upaya yang telah dilakukan untuk menurunkan nyeri pada persalinan,
dengan menggunakan metode nonfarmakologi diantaranya kompres hangat,
kompres dingin, hidroterapi, counterpressure, penekanan lutut, gerakan,
pengaturan posisi, relaksasi dan latihan pernafasan, usapan di punggung atau
abdomen, dan pengosongan kandung kemih. Keluhan yang biasanya dialami oleh
ibu yang akan bersalin merupakan suatu keluhan umum yang dianggap sebagai hal
biasa, sehingga perhatian yang diberikan oleh bidan kepada ibu yang akan bersalin
tidak cukup memuaskan. (Yuliatun (2008) dalam Kholisotin, 2010).
Bidan dalam prakteknya memberikan asuhan persalinan diharapkan dapat
memberikan kenyamanan selama persalinan, untuk itu perlu dilakukan upaya
pengendalian nyeri saat persalinan. Birthball (bola kelahiran) adalah bola terapi
fisik yang membantu ibu inpartu kala I ke posisi yang membantu kemajuan
persalinan. Sebuah bola terapi fisik dapat digunakan dalam berbagai posisi. Dengan
duduk di bola dan bergoyang-goyang membuat rasa nyaman dan membantu
kemajuan persalinan dengan menggunakan gravitasi, sambil meningkatkan
pelepasan endorphin karena elastisitas dan lengkungan bola merangsang reseptor
3
di panggul yang bertanggung jawab untuk mengsekresi endorphin (Maurenne,
2005).
Adapun keuntungan dari pemakaian birthball ini adalah meningkatkan aliran
darah ke rahim, plasenta dan bayi, meredakan tekanan dan dapat meningkatkan
oulet panggul sebanyak 30%, memberikan rasa nyaman untuk lutut dan
pergelangan kaki, memberikan kontra-tekanan pada perineum dan paha tegak.
Postur ini bekerja dengan gravitasi mendorong turunnya bayi sehingga
mempercepat proses persalinan (Maurenne, 2005).
Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Rusmayani (2012) di Malang
didapatkan bahwa teknik distraksi birthball terhadap penurunan nyeri ibu inpartu
kala I yang didapatkan bahwa pengaruh skala nyeri ibu setelah diberikan teknik
distraksi birthball lebih rendah dari skala nyeri ibu sebelum diberikan teknik
distraksi birthball.
Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan merupakan unit pelaksana teknis
kesehatan dibawah supervisi suku dinas kesehatan Jakarta Barat. Pelayanan yang
diberikan , salah satunya yaitu persalinan normal. Di Puskesmas Kecamatan Grogol
Petamburan, upaya untuk penurunan nyeri persalinan menggunakan penggunaan
birth ball, teknik pernapasan dan usapan pada punggung dengan teknik back
effuerage
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilaksanakan peneliti dengan wawancara
terhadap 4 orang ibu nifas di Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan mengenai
cara mengatasi nyeri persalinan, 2 ibu mengatakan tidak tahu cara yang efektif
untuk mengatasi nyeri persalinan, 1 ibu dengan mendengarkan murotal quran dan
1 ibu melakukan metode dengan usapan di bagian pinggang ibu yang dilakukan
oleh suami atau keluarga, hasilnya ibu merasa lebih nyaman dalam menghadapi
nyeri persalinan.
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan, maka penulis tertarik untuk meneliti
tentang “pengaruh penggunaan birth ball sebagai metode pengurangan nyeri
persalinan kala i fase aktif (studi kasus di puskesmas kecamatan grogol petamburan
jakarta barat tahun 2019)”.
4
B. Rumusan Masalah
Nyeri persalinan merupakan hal yang biasa terjadi, namun tidak semua
perempuan merasakan sakit yang sama karena terdapat beberapa faktor yang
berkontribusi menjadi rasa tidak nyaman. Salah satu metode yang digunakan untuk
menurunkan nyeri persalinan yaitu dengan penggunaan birthball, Berdasarkan
uraian dalam latar belakang masalah di atas maka dapat dirumuskan masalah yaitu
bagaimana pengaruh penggunaan birth ball sebagai metode pengurangan nyeri
persalinan kala 1 fase aktif (studi kasus di puskesmas kecamatan grogol petamburan
jakarta barat tahun 2019)?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh penggunaan birth ball sebagai metode
pengurangan nyeri persalinan kala 1 fase aktif (studi kasus di puskesmas
kecamatan grogol petamburan jakarta barat tahun 2019).
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui karakteristik ibu bersalin di Puskesmas Kecamatan Grogol
Petamburan tahun 2019.
b. Mendeskripsikan skala nyeri sebelum tindakan penggunaan birthball pada
ibu di Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan tahun 2019.
c. Mendeskripsikan skala nyeri sesudah tindakan penggunaan birthball pada
ibu di Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan tahun 2019.
d. Mengetahui perbedaan skala nyeri ibu bersalin yang menggunakan dan
yang tidak menggunakan birthball di Puskesmas Kecamatan Grogol
Petamburan tahun 2019.
5
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Penulis
Dapat menambah wawasan penulis tentang gambaran penggunaan birthball
terhadap penurunan nyeri persalinan kala 1 fase aktif. Selain itu dapat
menambah pengetahuan serta pengalaman dalam penyusunan karya tulis ilmiah
dan dapat mengembangkan teori yang telah didapat selama proses perkuliahan.
2. Bagi Klien
Dapat membantu pasien dalam mengurangi rasa nyeri saat persalinan, sehingga
proses persalinan menjadi, aman, nyaman, dan tentram. Selain itu membantu
pasien dalam menambah pengetahuannya.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat dijadikan sumber referensi penerapan asuhan kebidanan dengan
penggunaan birthball terhadap penurunan nyeri persalinan kala 1 fase aktif
pada ibu.
4. Bagi Institusi pelayanan Kesehatan
Dapat dijadikan sumber referensi untuk menerapkan asuhan kebidanan dengan
penggunaan birthball yang dapat diaplikasikan kepada ibu bersalin di tempat
praktik.
E. Ruang Lingkup
Penelitian ini meneliti tentang asuhan kebidanan dengan penggunaan birthball
terhadap penurunan nyeri persalinan kala 1 fase aktif pada ibu bersalin di Puskesmas
Kecamatan Grogol Petamburan tahun 2019. Responden dalam penelitian ini adalah
ibu multipara yang akan bersalin dengan nyeri persalinan pada kala I fase aktif di
Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan. Penelitian ini akan dimulai pada bulan
Februari sampai bulan April tahun 2019. Data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data primer. Jenis metode penelitian ini adalah studi kasus dengan
pendekatan penelitian yang dipakai adalah pendekatan deskriptif.
6
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Persalinan
1. Pengertian
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta)
yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir
atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri).
Proses ini dimulai dengan adanya kontraksi persalinan sejati, yang ditandai 26
dengan perubahan serviks secara progresif dan diakhiri dengan kelahiran
plasenta (Sulistyawati dan Nugraheny, 2010).
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dan janin turun
ke dalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban
didorong keluar atau melalui jalan lahir (Sumarah, dkk, 2009).
2. Tujuan Asuhan Persalinan Normal
Tujuan asuhan persalinan normal adalah mengupayakan kelangsungan
hidup dan mencapai derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui
berbagai upaya yang berintergrasi dan lengkap serta intervensi minimal
sehingga prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat
yang optimal.
3. Sebab-Sebab Mulainya Persalinan
Beberapa teori yang menyatakan sebab mulainya persalinan (Sulistyawati,
2010):
a. Penurunan kadar progesterone
Progesteron menimbulkan relaksasi otot-otot rahim. Selama kehamilan
terdapat keseimbangan antara kadar progesteron dan estrogen di dalam
darah, tetapi pada akhir kehamilan kadar progesteron menurun sehingga
timbul his.
7
b. Keregangan otot
Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu.
Setelah melewati batas tersebut, akhirnya terjadi kontraksi sehingga
persalinan dapat dimulai. Contohnya pada kehamilan gemeli, sering terjadi
kontraksi karena uterus teregang oleh ukuran janin ganda, sehingga kadang
kehamilan gemeli mengalami persalinan yang lebih dini.
c. Teori oksitosin
Pada akhir kehamilan kadar oksitosinn bertambah. Oleh karena itu
timbul kontraksi otot-otot Rahim.
d. Teori prostaglandin
Prostaglandin yang dihasilkan oleh desidua disangkasebagai salah satu
sebab permulaan persalinan. Hasil percobaan menunjukkan bahwa
prostaglandin F2 atau E2 yang diberikan secara intravena menimbulkan
kontraksi miometrium pada setiap usia kehamilan. Hal ini juga disokong
dengan adanya kadar prostaglandin yang tinggi baik dalam air ketuban
maupun darah perifer pada ibu hamil sebelum melahirkan atau selama
proses persalinan.
4. Tanda-Tanda Persalinan
Sebelum terjadi persalinan, beberapa minggu sebelumnya perempuan
memasuki kala pendahuluan (preparatory stage of labor), dengan tanda-tanda
sebagai berikut:
a. Terjadi lightening
Menjelang minggu ke-36 pada primigravida, terjadi penurunan fundus
uteri karena kepala bayi sudah masuk PAP. Pada multigravida tanda ini
tidak begitu terlihat. Mulai menurunnya bagian terbawah bayi ke pelvis
terjadi sekitar 2 minggu menjelang persalinan. Bila bagian bawah bayi telah
turun, maka ibu akan merasa tidak nyaman. Ketidak nyamanan disebabkan
karena adanya tekanan bagian terbawah pada struktur daerah pelvis, secara
spesifik akan mengalami hal berikut :
8
1) Kandung kemih tertekan sedikit, menyebabkan peluang untuk
melakukan ekspansi berkurang, sehingga frekuensi berkemih
meningkat.
2) tekanan oleh sebagian besar bagian janin pada saraf yang melewati
foramen obturator yang menuju kaki, menyebabkan sering terjadi kram
kaki.
3) Meningkatnya tekanan pada pembuluh darah vena menyebabkan
terjadinya udema karena bagian terbesar dari janin menghambat darah
yang kembali dari bagian bawah tubuh.
b. Terjadinya his permulaan
Adanya perubahan kadar hormon estrogen dan progesteron
menyebabkan oksitosin semakin meningkat dan dapat menjalankan
fungsinya dengan efektif untuk menimbulkan kontraksi atau his permulaan.
Sifat his permulaan (palsu) adalah seperti, rasa nyeri ringan di bagian
bawah, datang tidak teratur, tidak ada perubahan pada serviks atau
pembawa tanda, durasi pendek, tidak bertambah bila beraktivitas (Rohani,
2011).
5. Faktor – Fator yang Mempengaruhi Persalinan
a. Passage (jalan lahir)
Passage atau faktor jalan lahir terbagi atas bagian keras dan bagian
lunak. Bagian keras terdiri dari tulang-tulang panggul (rangka panggul).
Bagian lunak terdiri dari otot-otot, jaringan-jaringan dan ligamenligamen.
b. Power (Tenaga)
Kekuatan yang mendorong janin keluar. Kekuatan yang mendorong
janin keluar dalam persalinan ialah : his, kontraksi otot-otot perut, kontraksi
diafragma dan aksi dari ligament, dengan kerjasama yang baik dan
sempurna.
1) His, adalah kontraksi uterus karena otot-otot polos rahim bekerja
dengan baik dan sempurna dengan sifat-sifat: kontraksi simetris, fundus
dominan, kemudian diikuti relaksasi. Pada saat kontraksi otot-otot
9
rahim menguncup sehingga menjadi tebal dan lebih pendek. Kavum
uteri menjadi lebih kecil mendorong janin dan kantong amnion kearah
bawah rahim dan serviks. Dalam melakukan observasi pada ibu
bersalin, hal-hal yang harus diperhatikandari his adalah :
a) Frekuensi his adalah jumlah his dalam waktu tertentu biasanya
permenitatau per 10 menit
b) Intensitas his adalah kekuatan his (adekuat atau lemah)
c) Durasi (lama his) adalah lamanya setiap his berlangsung dan
ditentukan dengan detik, misalnya 50 detik d) Interval his adalah
jarak antara his satu dengan his berikutnya, misalnya his datang tiap
2 – 3 menit
d) Datangnya his apakah sering, teratur atau tidak. Perubahan-
perubahan akibat his, diantaranya :
(1) Pada uterus dan serviks: uterus teraba keras/padat karena
kontraksi. Serviks tidak mempunyai otot-otot yang banyak,
sehingga setiap muncul his maka terjadi pendataran
(effacement) dan pembukaan (dilatasi) dari serviks.
(2) Pada ibu: rasa nyeri karena iskemia rahim dan kontraksi rahim,
terdapat pula kenaikan nadi dan tekanan darah.
(3) Pada janin: pertukaran oksigen pada sirkulasi utero–plasenter
kurang sehingga timbul hipoksia janin. Denyut jantung janin
melembat dan kurang jelas didengar karena adanya iskemia
fisiologis. Jika benar terjadi hipoksia yang cukup lama, misalnya
pada kontraksi tetanik, maka terjadi gawat janin asfiksia dengan
denyut jantung janin diatas 160 permenit dan tidak teratur.
2) Tenaga mengejan Setelah pembukaan lengkap dan setelah ketuban
pecah tenaga yang mendorong anak keluar selain his, terutama
disebabkan oleh kontraksi otot-otot dinding perut yang mengakibatkan
peninggian tekanan intraabdominal. Tenaga ini serupa dengan tenaga
mengejan saat buang air besar tetapi jauh lebih kuat lagi. Saat kepala
10
sampai pada dasar panggul, timbul suatu reflek yang mengakibatkan ibu
menutup glottisnya, mengkontraksikan otot-otot perutnya dan menekan
diafragmanya kebawah. Tenaga mengejan ini hanya dapat berhasil, bila
pembukaan sudah lengkap dan paling efektif sewaktu ada his.Tanpa
tenaga mengejan ini anak tidak dapat lahir, misalnya pada penderita
yang lumpuh otot-otot perutnya, persalinan harus dibantu dengan
forceps. Tenaga mengejan ini juga melahirkan placenta setelah plasenta
lepas daridinding rahim.
c. Passenger
Faktor lain yang berpengaruh terhadap persalinan adalah factor janin,
yang meliputi sikap janin, letak janin, presentasi janin, bagian terbawah,
dan posisi janin.
1) Sikap (habitus) Menunjukkan hubungan bagian-bagian janin dengan
sumbu janin, biasanya terhadap tulang punggungnya. Janin umumnya
dalam sikap fleksi dimana kepala, tulang punggung, dan kaki dalam
keadaan fleksi, lengan bersilang di dada.
2) Letak (situs) Adalah bagaimana sumbu janin berada terhadap sumbu ibu
misalnya Letak Lintang dimana sumbu janin tegak lurus pada sumbu
ibu. Letak membujur dimana sumbu janin sejajar dengan sumbu ibu, ini
bisa letak kepala atau letak sungsang.
3) Presentasi Dipakai untuk menentukan bagian janin yang ada di bagian
bawah rahim yang dijumpai pada palpasi atau pada pemeriksaan dalam.
Misalnya presentasi kepala, presentasi bokong, presentasi bahu dan
lain-lain.
a) Bagian terbawah janin, sama dengan presentasi hanya lebih
diperjelas istilahnya.
b) Posisi janin untuk indikator atau menetapkan arah bagian terbawah
janin apakah sebelah kanan, kiri, depan atau belakang terhadap
sumbu ibu (maternal–pelvis). Misalnya pada letak belakang kepala
11
(LBK) ubun-ubun kecil (UUK) kiri depan, UUK kanan belakang
(Kurniawati, 2010).
6. Tahap Persalinan
a. Kala I atau kala pembukaan dimulai dari adanya his yang adekuat sampai
pembukaan lengkap. Kala I dibagi dalam 2 fase: fase laten (pembukaan
serviks 1-3 cm) membutuhkan waktu 8 jam, fase aktif (pembukaan serviks
4-10 cm/lengkap), membutuhkan waktu 6 jam. Fase aktif terbagi lagi
menjadi:
1) Fase akselerasi (fase percepatan), dari pembukaan 3 cm sampai 4 cm
yang dicapai dalam 2 jam.
2) Fase dilatasi maksimal, dari pembukaan 4 cm sampai 9 cm yang dicapai
dalam 2 jam.
3) Fase diselerasi (kurangnya percepatan), dari pembukaan 9 cm sampai
10 cm selama 2 jam (Kurniawati, 2010).
b. Kala II atau kala pengeluaran, dari pembukaan lengkap sampai lahirnya
bayi. Proses ini biasanya berlangsung 2 jam pada primipara dan 1 jam pada
multipara.
c. Kala III atau kala uri, dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya
plasenta, yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit.
d. Kala IV atau kala pengawasan, dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2
jam pertama post partum (Hidayat, 2010).
B. Nyeri Persalinan
1. Pengertian
Rasa nyeri merupakan mekanisme pertahanan tubuh, rasa nyeri timbul bila
ada jaringan rusak, dan hal ini menyebabkan individu bereaksi dengan cara
memindahkan stimulus nyeri. Bila kulit nyeri akibat iskemia, maka secara tak
sadar orang itu akan mengubah posisinya (Guyton, (1997) dalam Tazkiyah &
Yanti, 2014).
12
Nyeri adalah suatu rasa yang tidak nyaman baik ringan ataupun berat
(Robert, 1995). Menurut International Association for Study of Pain (IASP),
nyeri adalah sensasi subyektif dan emosional yang tidak menyenangkan yang
didapat terkait dengan kerusakan jaringan aktual maupun potensial, atau
menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan (Tazkiyah & Yanti, 2014).
2. Etiologi Nyeri dalam Persalinan
a. Nyeri Persalinan
Nyeri selama persalinan adalah satu hal yang membuat wanita merasa
cemas. Banyak wanita menganggap bahwa nyeri merupakan bagian besar
dari proses kelahiran. Nyeri saat persalinan merupakan proses yang
fisiologis meskipun pada tipe nyeri yang lain selalu disebabkan oleh suatu
kecelakaan atau penyakit ( Kinney, (2002) dalam Handayani, et al, 2013).
Nyeri persalinan merupakan pengalaman subjektif tentang sensasi fisik
yang terkait dengan kontraksi uterus, dilatasi dan penipisan serviks, serta
penurunan janin selama persalinan. Respon fisiologis terhadap nyeri
meliputi peningkatan tekanan darah, denyut nadi, pernapasan, keringat,
diameter pupil, dan ketegangan otot (Arifin, (2008) dalam Handayani, et al,
2013).
Banyak penelitian yang mendukung bahwa nyeri persalinan kala satu
adalah akibat dilatasi serviks dan segmen uterus bawah, dengan distensi
lanjut, peregangan, dan trauma pada serat otot dan ligamen yang
menyokong struktur-struktur ini Bonika dan McDonald, menyatakan bahwa
faktor berikut mendukung teori tersebut :
1) Peregangan otot polos telah ditunjukan menjadi rangsangan pada nyeri
versal. Intensitas yang dialami pada konntraksi dikaitkan dengan derajat
dan kecepatan dilatasi serviks dan segmen uterus bawah.
2) Intensitas dan waktu nyeri dikaitkan dengan terbentuknya tekanan
intrauterin yang menambah dilatasi struktural tesebut. Pada awal
persalinan, terdapat pembentukan tekanan perlahan, dan nyeri dirasakan
kira-kira 20 detik setelah mulai kontraksi uterus. Pada persalinan
13
selanjutnya, terdapat pembentukan tekanan lebuh cepat yang
mengakibatkan waktu kelambatan minimal sebelum adanya persepsi
nyeri.
3) Ketika serviks dilatasi cepat pada wanita yang tidak melahirkan, mereka
mengalami nyeri serupa dengan yang dirasakan selama kontraksi uterus.
Rangsangan persalinan kala-satu ditransmisikan dari serat aferen
melalui pleksus hipogastrik superior, inferior dan tengah, rantai
simpatik torakal bawah, dan lumbal, ke ganglia akar saraf posterior.
Nyeri dapat disebar dari area pelvik ke umbilikus, paha atas, dan area
midsakral (Hanesty, 2017).
3. Penyebab Rasa Nyeri dalam Persalinan
Menurut Judha (2012), Nyeri persalinan muncul karena:
a. Kontraksi otot rahim
Kontraksi rahim menyebabkan dilatasi dan penipisan serviks serta iskemia
rahim akibat kontraksi arteri miometrium. Biasanya ibu hanya mengalami
rasa nyeri ini hanya selama kontraksi dan bebas dari rasa nyeri pada interval
antar kontraksi.
b. Regangan otot dasar panggul
Nyeri ini timbul pada saat mendekati kala II. Nyeri ini terlokalisir di daerah
vagina, rectum dan perineum, sekitar anus dan disebabkan peregangan
struktur jalan lahir bagian bawah akibat penurunan bagian terbawah janin.
c. Episiotomy
Nyeri dirasakan apabila ada tindakan episiotomy, tindakan ini dilakukan
sebelum jalan lahir mengalami laserasi maupun rupture pada jalan lahir.
d. Kondisi psikologi
Nyeri dan rasa sakit yang berlebihan akan menimbulkan rasa cemas. Takut,
cemas dan tegang memicu produksi hormone prostaglandine sehingga
timbul stress. Kondisi stress dapat mempengaruhi kemampuan tubuh
menahan rasa nyeri.
14
4. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Nyeri dalam Persalinan
Adapun beberapa factor yang mempengaruhi nyeri persalinan, diantaranya:
a. Usia
Menurut Perry & Potter (2005) dalam Judha (2012) usia merupakan
variabel penting yang mempengaruhi nyeri, khususnya pada anak dan
lansia. Perbedaan perkembangan yang ditemukan diantara kelompok usia
ini dapat mempengaruhi bagaimana anak dan lansia bereaksi terhadap
nyeri. Usia muda cendrung dikaitkan dengan kondisi psikologis yang masih
labil, yang memicu terjadinya kecemasan sehingga nyeri yang dirasakan
menjadi lebih berat.
b. Budaya
Menurut Perry & Potter (2005) dalam Judha (2012) Keyakinan dan
nilai-nilai budaya mempengaruhi cara individu mengatasi nyeri. Individu
mempelajari apa yang diharapkan dan apa yang diterima oleh kebudayaan
mereka. Menurut Clancy dan Vicar (Cit Perry & Potter, 2005) mengatakan
bahwa sosialisasi budaya menentukan perilaku psikologis seseorang.
Persepsi dan ekspresi terhadap nyeri persalinan dipengaruhi oleh budaya
individu. Budaya dapat mempengaruhi sikap ibu pada saat bersalin
(Pilliteri, 2003 dalam Judha 2012).
c. Pendidikan
Pendidikan adalah proses pembelajaran yang sudah dialami pada
jenjang-jenjang tertentu pada institusi formal dan nonformal, semakin
tinggi jenjang pendidikan seseorang semakin mempermudah dalam
penyampaian dan penyerapan informasi. Pendidikan merupakan suatu
proses perubahan sikap dan tata laku yang berlangsung secara terus
menerus, dimana pendidikan merupakan faktor eksternal yang
mempengaruhi tingkat kesehatan manusia, karena dengan semakin tinggi
pendidikan sesorang, diharapkan pengetahuan dan kemampuan, semakin
meningkat menuju suatu perubahan tingkah laku.
15
d. Emosi (Cemas dan Takut)
Stres atau rasa takut ternyata secara fisiologis dapat menyebabkan
kontraksi uterus menjadi terasa semakin nyeri. Saat ibu akan bersalin
mengalami stress maka secara otomatis tubuh akan melakukan reaksi
defensif sehingga secara otomatis dari stres tersebut merangsang tubuh
mengeluarkan hormone stressor, yaitu hormon Katekolamin dan hormone
Adrenalin. Katekolamin ini akan dilepaskan dalam konsentrasi tinggi saat
persalinan jika calon ibu tidak bisa menghilangkan rasa takutnya sebelum
melahirkan. Akibat respon tubuh tersebut, maka uterus menjadi semakin
tegang sehingga aliran darah dan oksigen menjadi semakin berkurang
karena arteri menyempit akhirnya rasa nyeri yang tak tertahankan. Selain
itu, dengan adanya sistem saraf simpatis, stimulus nyeri juga dapat
mengakibatkan berbagai perubahan, seperti peningkatan frekuensi jantung,
peningkatan tekanan darah, pelepasan adrenalin (epinefrin) ke dalam aliran
darah, dan meningkatkan kadar glukosa darah. Sehingga terjadilah
penurunan motilitas lambung dan penurunan suplai darah ke kulit yang
menyebabkannya tubuh berkeringat. Dengan demikian stimulus yang
menyebabkan nyeri akan menyebabkan terjadinya insiden atau peristiwa
sensorik.
e. Pengalaman persalinan
Menurut Bobok (2000), dalam Judha (2012) pengalaman melahirkan
sebelumnya juga dapat mempengaruhi respon ibu terhadap nyeri.
Pengalaman nyeri sebelumnya tidak selalu berarti bahwa individu akan
menerima nyeri dengan lebih mudah pada masa yang akan datang. Apabila
individu sejak lama sering mengalami serangkaian episode nyeri tanpa
pernah sembuh maka rasa takut akan muncul, dan juga sebaliknya.
f. Dukungan Keluarga
Faktor lain yang bermakna mempengaruhi respon nyeri adalah
kehadiran orang-orang terdekat klien dan bagaimana sikap mereka terhadap
klien. Kehadiran keluarga sangat bermakna, selain itu dapat meminimalkan
16
kesepian dan ketakutan. Apabila tidak ada keluarga atau teman, seringkali
pengalaman nyeri membuat klien semakin tertekan, sebaliknya tersedianya
seseorang yang memberi dukungan sangatlah berguna karena akan
membuat seseorang menjadi lebih nyaman. Dukungan dari pasangan,
keluarga maupun pendamping persalinan dapat membantu memenuhi
kebutuhan ibu bersalin, juga membantu mengatasi rasa nyeri Martin (2002)
dalam Judha (2012).
5. Fisiologi Nyeri
Menurut Judha (2012), beberapa teori yang menjelaskan mekanisme nyeri
diantaranya:
a. Nyeri berdasarkan tingkat kedalaman dan letaknya
1) Nyeri Viseral yaitu rasa nyeri yang dialami ibu karena perubahan
serviks dan iskemia uterus pada persalinan kala I. Pada kala I fase laten
lebih banyak penipisan di serviks sedangkan pembukaan serviks dan
penurunan daerah terendah janin terjadi pada fase aktif dan transisi. Ibu
merasakan nyeri yang berasal dari bagian bawah abdomen dan
menyebar ke daerah lumbal punggung dan menurun ke paha. Ibu
biasanya mengalami nyeri hanya selama kontraksi dan bebas rasa nyeri
pada interval antar kontraksi.
2) Nyeri Somatik yaitu nyeri yang dialami ibu pada akhir kala I dan kala
II persalinan. Nyeri disebabkan oleh peregangan perineum dan vulva,
tekanan servikal saat kontraksi, penekanan bagian terendah janin secara
progesif pada fleksus lumboskral, kandung kemih, usus dan struktur
sensitif panggul yang lain.
b. Teori Kontrol Gerbang (Gate Control Theory)
Teori Gate Control menyatakan bahwa selama proses persalinan implus
nyeri berjalan dari uterus sepanjang serat-serat syaraf besar kearah uterus
ke subtansia gelatinosa di dalam spina kolumna, sel-sel transmisi
memproyeksikan pesan nyeri ke otak, adanya stimulasi ( seperti vibrasi atau
massage) mengakibatkan pesan yang berlawanan yang lebih kuat, cepat dan
17
berjalan sepanjang serat syaraf kecil. Pesan yang berlawanan ini menutup
gate di substansi gelatinosa lalu memblokir pesan nyeri sehingga otak tidak
mencatat pesan nyeri tersebut.
6. Teori Nyeri
Terdapat beberapa teori tentang terjadinya rangsangan nyeri, yaitu :
a. Teori Pemisahan (Specificiy Theory)
Menurut teori ini, rangsangan sakit masuk ke medulla spinalis (spinal cord)
melalui kornu dorsalis yang bersinaps di daerah posterior, kemudian naik
ke tractus lissur, dan menyilang di garis median ke sisi lainnya, dan berakhir
di korteks sensoris tempat rangsangan nyeri tersebut diteruskan.
b. Teori Pola (Pattern Theory)
Rangsangan nyeri masuk melalui akar ganglion dorsal ke medulla spinalis
dan merangsang aktivitas sel T. Hal ini mengakibatkan suatu respons yang
merangsang ke bagian yang lebih tinggi, yaitu korteks serebri, serta
kontraksi menimbulkan persepsi dan otot berkontraksi sehingga
menimbulkan nyeri. Persepsi dipengaruhi oleh modalitas respons dari
reaksi sel T.
c. Teori Pengendalian Gerbang (Gate Control Theory)
Teori yang dikemukakan oleh melzak dan wall, menjelaskan tramisi dan
presepsi nyeri secara komprehensip, nyeri tergantung dari kerja serta saraf
besar dan kecil yang keduanya berada dalam akar ganglion dorsalis.
Rangsang pada serat saraf besar akan mengakibatkan tertutupnya pintu
mekanisme sehingga aktivitas sel T terhambat dan menyebabkan hantaran
rangsangan ikut terhambat. Rangsangan serat besar dapat langsung
merangsang korteks serebri. Hasil persepsi ini akan dikembalikan ke dalam
medulla spinalis melalui spinalis serat eferen dan reaksinya memengaruhi
aktivitas sel T. Rangsangan pada serat kecil akan menghambat aktivitas
substansia gelatiosa dan membuka pintu mekanisme, sehingga merangsang
aktivitas sel T yang selanjutnya akan menghantarkan rangsangan nyeri.
18
d. Teori Trasmisi dan Inhibisi
Terdapat stimulus pada noiciceptor memulai implus-implus saraf, sehingga
transmisi implus nyeri menjadi efektif oleh neurotransmitter yang spesifik.
Kemudian, inhibisi implus nyeri menjadi efektif oleh implusimplus pada
serabut-serabut besar yang memblok implus-implus pada serabut lamban
dan endogen opiate system supresif.
7. Klasifikasi Nyeri
Klasifikasi nyeri dibagi menjadi dua, yaitu nyeri secara umum dan nyeri dalam
proses persalinan yaitu :
a. Klasifikasi nyeri secara umum, antara lain adalah
1) Nyeri akut yaitu nyeri yang timbul segera setelah rangsangan dan hilang
setelah penyembuhan.
2) Nyeri kronik yaitu nyeri ini dapat berlangsung lama (lebih dari enam
bulan) dibandingkan dengan nyeri akut dan resisten dengan pengobatan.
b. Klasifikasi nyeri persalinan dibagi beberapa nyeri yaitu :
1) Nyeri Viseral, bersifat lambat dalam yang tidak terlokalisir. Implus
nyeri selama kala I pada persalinan di trasmisi melalui segment saraf
spinal dan bagian bawah thorak dan bagian atas lumbal saraf simpatis.
Lokasi nyeri ini meliputi bagian segmen abdomen dan menjalar
kedaerah lumbal bagian belakang dan turun sampai dengan paha.
2) Nyeri somatic bersifat lebih cepat dan tajam menusuk dan lokasi jelas.
Implus nyeri pada kala II ditransmisi melalui saraf spina dan
parasimpatis dari jaringan perinal. Nyeri ini pada akhirnya kala I dan
selama kala II yang merupakan akibat dari penurunan kepala janin yang
menekan jaringan-jaringan maternal dan tarikan perinium dan
Utercocervical selama kontraksi.
3) After pain, nyeri selama kala II dimana uterus mengecil, sobek dari hasil
distensi dan laserasi dari serviks, vagina dan jaringan perinal nyeri yang
dirasakan seperti awal kala I dan kala II.
19
8. Intensitas Nyeri
Intensitas nyeri (skala nyeri) adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri
dirasakan individu, pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan individual
dan kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan sangat berbeda
oleh dua orang yang berbeda. Pengukuran nyeri dengan pendekatan objektif
yang paling mungkin adalah menggunakan respon fisiologik tubuh terhadap
nyeri itu sendiri. Pengukuran dengan tehnik ini juga tidak dapat memberikan
gambaran pasti tentang nyeri itu sendiri Tamsuri, (2007) dalam Handayani, et
al, (2013).
Skala penilaian numerik (Numerical Rating Scales, NRS) lebih digunakan
sebagai pengganti alat pendeskripsi kata. Dalam hal ini, klien menilai nyeri
dengan menggunakan skala 0-10. Skala paling efektif digunakan saat mengkaji
intensitas nyeri sebelum dan setelah intervensi terapeutik. Apabila digunakan
skala untuk menilai nyeri, maka direkomendasikan patokan 10 cm Tamsuri,
(2007) dalam Handayani, et al, (2013).
a. Visual Analog Scale (VAS)
Visual Analog Scale (VAS) merupakan cara yang paling banyak
digunakan untuk menilai nyeri. Skala linier ini menggambarkan secara
visual gradasi tingkat nyeri yang mungkin di alami seorang pasien. Rentang
nyeri diwakili sebagai garis sepanjang 10 cm, dengan atau tanpa tanda pada
tiap sentimeter. Tanda pada kedua ujung garis ini dapat berupa angka atau
pernyataan deskriptif. Ujung yang satu mewakili tidak ada nyeri,
sedangkan ujung yang lain mewakili rasa nyeri terparah yang mungkin
terjadi. Skala dapat dibuat vertikal atau horizontal dan dapat diadaptasi
menjadi skala hilangnya atau reda rasa nyeri. Digunakan pada pasien anak
>8 tahun dan dewasa. Manfaat utama VAS adalah penggunaannya sangat
mudah dan sederhana. Namun, untuk periode pasca bedah, VAS tidak
banyak bermanfaat karena VAS memerlukan koordinasi visual dan
motorik serta kemampuan konsentrasi.
20
Gambar 1. Visual Analog Scale (Sumber :
https://www.google.com/search?q=Visual+Analog+Scale+(VAS)&client=firefox-b-
ab&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKEwiXlIuzm57ZAhXKLI8KHYVgCBYQ_AUIC
igB&biw=1365&bih=651#imgrc=2CGzm0_0AtInnM:)
b. Verbal Rating Scale (VRS)
Skala ini menggunakan angka 0 sampai 10 untuk menggambarkan
tingkat nyeri, terdapat dua ujung ekstrem yang digunakan pada skala ini.
Skala numerik verbal ini lebih bermanfaat pada periode pascabedah, karena
secara alami verbal atau kata-kata tidak terlalu mengandalkan koordinasi
visual dan motorik. Skala verbal menggunakan kata-kata dan bukan garis
atau angka untuk menggambarkan tingkat nyeri. Skala yang digunakan
dapat berupa tidak ada nyeri, sedang, dan parah. Hilang atau redanya nyeri
dapat dinyatakan dengan kata sama sekali tidak hilang, sedikit berkurang,
cukup berkurang, baik atau nyeri hilang sama sekali. Karena skala ini
membatasi pilihan kata pasien, skala ini tidak dapat membedakan berbagai
tipe nyeri.
21
Gambar 2. Verbal Rating Scale (VRS) (Sumber :
https://www.google.com/url?sa=i&rct=j&q=&esrc=s&source=images&cd=&cad=rja&uact=8&ve
d=0ahUKEwiVst37nZ7ZAhWGuI8KHcM4DAAQjRwIBw&url=https%3A%2F%2Fwww.science
direct.com%2Fscience%2Farticle%2Fpii%2FS1521694215000303&psig=AOvVaw1zMqHF3S4
MOFbCfb9ARDyE&ust=1518451085049087)
c. Numeric Rating Scale (NRS)
Numeric Rating Scale (NRS) dianggap sederhana dan mudah untuk
dimengerti, sensitif terhadap dosis, jenis kelamin, dan perbedaan etnis.
Kekurangannya adalah keterbatasan pilihan kata untuk menggambarkan
rasa nyeri, tidak memungkinkan untuk membedakan tingkat nyeri dengan
lebih teliti dan dianggap terdapat jarak yang sama antar kata yang
menggambarkan efek analgesik.
Gambar 3. Numeric rating Scale (NRS) (Sumber :
https://www.google.com/url?sa=i&rct=j&q=&esrc=s&source=images&cd=&cad=rja&uact=8&ve
d=0ahUKEwjozZ32n57ZAhXGr48KHdBHCjEQjRwIBw&url=https%3A%2F%2Fwww.physio-
pedia.com%2FNumeric_Pain_Rating_Scale&psig=AOvVaw38o_6ubQsSJALDnoh8Jdq4&ust=15
18451795674961)
d. Wong Baker Pain Rating Scale
22
Wong Baker Pain Rating Scale merupakan skala nyeri yang tergolong
mudah untuk dilakukan hanya dengan melihat ekspresi wajah pasien pada
saat bertatap muka tanpa kita menanyakan keluhannya. Digunakan pada
pasien dewasa dan anak >3 tahun yang tidak dapat menggambarkan
intensitas nyerinya dengan angka.
Gambar 4. Wong Baker Pain Rating Sclae (Sumber :
https://www.google.com/url?sa=i&rct=j&q=&esrc=s&source=images&cd=&cad=rja&uact=8&ve
d=0ahUKEwjslrKboZ7ZAhUmT48KHQPwDWEQjRwIBw&url=https%3A%2F%2Fmediskus.co
m%2Fpenyakit%2Fmenilai-skala-
nyeri&psig=AOvVaw3HIacM0SEbT3B1RP2J3WHm&ust=1518451975541508)
Penilaian Skala nyeri dari kiri ke kanan:
1) Wajah Pertama : Sangat senang karena ia tidak merasa sakit sama sekali.
2) Wajah Kedua : Sakit hanya sedikit.
3) wajah ketiga : Sedikit lebih sakit.
4) Wajah Keempat : Jauh lebih sakit.
5) Wajah Kelima : Jauh lebih sakit banget.
6) Wajah Keenam : Sangat sakit luar biasa sampai-sampai menangis.
9. Penatalaksanaan Nyeri dalam Persalinan Secara Non Farmakologis
Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam mengatasi (memanajemen) nyeri
saat persalinan, yaitu salah satunya dengan memberikan terapi non
farmakologis. Terapi nonfarmakologis yaitu terapi yang digunakan yakni
dengan tanpa menggunakan obat-obatan, tetapi dengan memberikan berbagai
23
teknik yang setidaknya dapat sedikit mengurangi rasa nyeri saat persalinan tiba.
Beberapa hal yang dapat dilakukan ialah (Mander, 2012):
a. Distraksi
Distraksi adalah memfokuskan perhatian pasien pada sesuatu selain nyeri.
Ada empat tipe distraksi, yaitu distraksi visual, misalnya membaca atau
menonton televisi, Distraksi auditory, misalnya mendengarkan musik,
Distraksi taktil, misalnya menarik nafas dan massase, Distraksi kognitif,
misalnya bermain puzzle.
b. Hypnosis-diri
Hypnosis-diri dengan membantu merubah persepsi nyeri melalui pengaruh
sugesti positif. Hypnosis-diri menggunakan sugesti dari dankesan tentang
perasaan yang rileks dan damai. Individu memasuki keadaan rileks dengan
menggunakan bagian ide pikiran dan kemudian kondisikondisi yang
menghasilkan respons tertentu bagi mereka (Edelman & Mandel, 1994).
Hypnosis-diri sama seperti dengan melamun. Konsentrasi yang efektif
mengurangi ketakutan dan sters karena individu berkonsentrasi hanya pada
satu pikiran. Selain itu juga mengurangi persepsi nyeri merupakan salah
satu sederhana untuk meningkatkan rasa nyaman ialah membuang atau
mencegah stimulasi nyeri. Hal ini terutama penting bagi klien yang
imobilisasi atau tidak mampu merasakan sensasi ketidaknyamanan. Nyeri
juga dapat dicegah dengan mengantisipasi kejadian yang menyakitkan,
misalnya seorang klien yang dibiarkan mengalami konstipasi akan
menderita distensi dan kram abdomen. Upaya ini hanya klien alami dan
sedikit waktu ekstra dalam upaya menghindari situasi yang menenyebabkan
nyeri (Mander, 2012).
c. Stimulas Kutaneus
Terapi stimulasi kutaneus adalah stimulasi kulit yang dilakukan untuk
menghilangkan nyeri massase, mandi air hangat, kompres panas atau dingin
dan stimulasi saraf elektrik transkutan (TENS) merupakan langkah-langkah
sederhana dalam upaya menurunkan persepsi nyeri. Cara kerja khusus
24
stimulasi kutaneus masih belum jelas. Salah satu pemikiran adalah cara ini
menyebabkan pelepasan endorfin, sehingga memblog transmisi stimulasi
nyeri. Teori Gate-kontrol mengatakn bahwa stimulasi kutaneus
mengaktifkan transmisi tersebut saraf sensori A-Beta yang lebih besar dan
lebih cepat. Proses ini menurunkan transmisi nyeri melalui serabut dan
delta-A berdiameter kecil. Gerbang sinaps menutup transmisi impuls nyeri.
Bahwa keuntungan stimulasi kutaneus adalah tindakan ini dapat dilakkan
dirumah, sehingga memungkinkan klien dan keluarga melakukan upaya
kontrol gejala nyeri dan penanganannya. Penggunaan yang benar dapat
mengurangi persepsi nyeri dan membantu mengurangi ketegangan otot. 31
Stimulasi kutaneus jangan digunakan secara langsung pada daerah kulit
yang sensitif (misalnya luka bakar, luka memar, cram kulit, inflamasi dan
kulit dibawah tulang yang fraktur) (Mander,2012).
d. Massase
Masasse adalah melakukan tekanan tangan pada jaringan lunak, biasanya
otot, atau ligamentum, tanpa menyebabkan gerakan atau perubahan posisi
sendi untuk meredakan nyeri, menghasilkan relaksasi, dan / atau
memperbaiki sirkulasi. Masase adalah terapi nyeri yang paling primitive
dan menggunakan refleks lembut manusia untuk menahan, menggosok,
atau meremas bagian tubuh yang nyeri .
e. Terapi Hangat dan Dingin
Terapi hangat dan dingin bekerja dengan menstimulasi reseptor tidak nyeri
(non-nosiseptor). Terapi dingin dapat menurunkan prostaglandin yang
memperkuat sensitifitas reseptor nyeri. Agar efektif es harus diletakkan di
area sekitar pembedahan. Penggunaan panas dapat meningkatkan aliran
darah yang dapat mempercepat penyembuhan dan penurunan nyeri.
f. Relaksasi pernafasan
Relaksasi pernafasan yang merupakan suatu bentuk asuhan keperawatan,
yang dalam hal ini perawat mengajakan pada klien bagaimana cara
melakukan pernafasan, nafas lambat (menahan inspirasi secara maksimal)
25
dan bagaimana menghembuskan nafas secara perlahan. Selain dapat
menurunkan intensitas nyeri, teknik relaksasi pernafasan juga dapat
meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan oksigenasi darah (Smeltzer
& Bare, 32 2002). Menurut kegunaanya teknik relaksasi pernafasan
dianggap mampu meredakan nyeri, prosesnya menarik nafas lambat melalui
hidung (menahan inspirasi secara maksimal) dan menghembuskan nafas
melalui mulut secara perlahan-lahan.
C. Birth Ball
1. Pengertian
Birth ball adalah bola terapi fisik yang membantu ibu inpartu kala I ke posisi
yang membantu kemajuan persalinan. Sebuah bola terapi fisik yang membantu
kemajuan persalinan dan dapat digunakan dalam berbagai posisi. Salah satu
gerakannya yaitu dengan duduk di bola dan bergoyang-goyang membuat rasa
nyaman dan membantu kemajuan persalinan dengan menggunakan gravitasi
sambil meningkatkan pelepasan endorfin karena elastisitas dan lengkungan bola
merangsang reseptor di panggul yang bertanggung jawab untuk mensekresi
endorfin (Gau & Tian S-H, 2011).
2. Manfaat
Birth ball bermanfaat secara fisik sehingga dapat digunakan selama
kehamilan dan persalinan. Dalam hal ini, birth ball memposisikan tubuh ibu
secara optimal dan pengurangan nyeri selama kontraksi uterus memunculkan
gerakan yang tidak biasa. Alasan yang mendasari hal ini adalah latihan birth ball
dapat bekerja secara efektif dalam persalinan (Gau & Tian S-H, 2011). Manfaat
yang disarankan menggunakan birth ball adalah penuruan rasa sakit,
pengurangan kecemasan. Namun sebagian manfaat yang dilaporkan dari birth
ball bersifat deskriptif, dan sampai sekarang penggunaanya belum dipelajari dan
dievaluasi dengan menggunakan metode penelitian yang objektif (Hau & Kwan
W, 2012)
3. Macam-macam Gerakan Birth Ball
26
Menurut Oktifa, et al, (2012) jenis gerakan yang dapat dilakukan dengan birth
ball yaitu:
a. Duduk di atas bola
• Duduklah di atas bola seperti halnya duduk di kursi dengan kaki sedikit
membuka agar keseimbangan badan di atas bola terjaga.
• Dengan tangan di pinggang atau di lutut, gerakkan pinggul ke samping
kanan dan ke samping kiri mengikuti aliran gelinding bola. Lakukan
secara berulang minimal 2 x 8 hitungan.
• Tetap dengan tangan di pinggang, lakukan gerakan pinggul ke depan
dan kebelakang mengikuti aliran menggelinding bola. Lakukan secara
berulang minimal 2 x 8 hitungan.
• Dengan tetap duduk di atas bola, lakukan gerakan memutar pinggul
searah jarum jam dan sebaliknya seperti membentuk lingkaran atau
hula hoop.
• Kemudian lakukan gerakan pinggul seperti spiral maju dan mundur.
Gambar 1. Duduk di atas bola (Sumber : https://www.babycentre.co.uk/a1048463/using-a-birthing-ball)
b. Duduk di atas bola bersandar ke depan
• Setelah menggerakkan pinggul mengikuti aliran menggelinding
bola, lakukan fase istirahat dengan bersandar ke depan pada kursi
atau pendamping (bisa instruktur atau salah satu anggota keluarga).
• Sisipkan latihan tarikan nafas dalam.
27
• Lakukan teknik ini selama 5 menit.
Gambar 2. Duduk di atas bola bersandar ke depan (Sumber : https://www.babycentre.co.uk/a1048463/using-a-
birthing-ball)
c. Berdiri bersandar di atas bola
• Letakkan bola di atas kursi.
• Berdiri dengan kaki sedikit dibuka dan bersandar ke depan pada
bola seperti merangkul bola.
• Lakukan gerakan ini selama 5 menit.
Gambar 3. Berdiri bersandar di atas bola (Sumber : https://www.babycentre.co.uk/a1048463/using-a-birthing-ball)
28
d. Berlutut dan bersandar di atas bola
• Letakkan bola di lantai.
• Dengan menggunakan bantal atau pengalas yang empuk lakukan
posisi berlutut.
• Kemudian posisikan badan bersandar ke depan di atas bola seperti
merangkul bola.
• Dengan tetap pada posisi
• Merangkul bola, gerakkan badan ke samping kanan dan kiri
mengikuti aliran menggelinding bola.
• Dengan tetap merangkul bola, minta pendamping untuk memijat
atau melakukan tekanan halus pada punggung bawah. Lakukan
tindakan ini selama 5 menit.
Gambar 4. Berlutut dan bersandar di atas bola (Sumber : https://www.babycentre.co.uk/a1048463/using-a-
birthing-ball)
e. Jongkok bersandar pada bola
• Letakkan bola menempel pada tembok atau papan sandaran.
• Ibu duduk di lantai dengan posisi jongkok dan membelakangi atau
menyandar pada bola.
• Sisipkan latihan tarikan nafas dalam pada posisi ini.
29
• Lakukan selama 5-10 menit.
Gambar 5. Jongkok bersandar pada bola (Sumber : https://id.theasianparent.com/birth-ball/)
D. Penelitian Sebelumnya
Penelitian lain yang berhubungan dengan penelitian ini adalah :
1. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rusmayani (2012) di Malang
didapatkan bahwa teknik distraksi birthball terhadap penurunan nyeri ibu
inpartu kala I yang didapatkan bahwa pengaruh skala nyeri ibu setelah
diberikan teknik distraksi birthball lebih rendah dari skala nyeri ibu
sebelum diberikan teknik distraksi birthball.
2. Penelitian Dyah dkk, 2013 menemukan bahwa melakukan pelvic rocking
dengan birthing ball mampu memperlancar proses persalinan khususnya
pada kala I dan membantu ibu mengalami waktu persalinan kala I yang
normal.
3. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Oktifa dkk, 2012 menunjukkan bahwa
dari 15 responden setelah dilakukan terapi Birthing Ball dan Musik
sebanyak 10 responden (66,7%) mengalami penurunan intensitas nyeri dan
5 responden (33,3%) tidak mengalami perubahan intensitas nyeri.
4. Hasil penelitian Hendri P. dengan judul Pengaruh Terapi Musik Klasik
Terhadap Intensitas Nyeri Pada Ibu Primigravida Kala I Fase Aktif
Persalinan didapatkan hasil Penggunaan Birthing Ball dan Musik lebih
efektif terhadap penurunan tingkat nyeri kala I fase aktif persalinan normal
ibu primipara
30
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif yang dilakukan dengan
cara meneliti ibu yang akan bersalin dengan nyeri persalinan. Strategi atau
pendekatan penelitian yang dipakai adalah pendekatan penelitian deskriptif dengan
metode studi kasus.
B. Desain
Dalam penelitian ini menggunakan desain studi kasus bentuk tunggal (One-
Shot Case Study). Desain dimulai dengan melakukan pengamatan terhadap nyeri
persalinan sebelum penggunaan birth ball, kemudian penggunaan birth ball, Untuk
melihat perbandingan penggunaan birth ball, terhadap penurunan skala nyeri
persalinan.
C. Lokasi dan Waktu Pelaksanaan
Lokasi pelaksanaan di Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta
Barat. Waktu Pelaksanaan Pengambilan studi kasus ini akan dilakukan mulai bulan
Maret 2019 sampai bulan April 2019.
D. Responden
Responden berjumlah 4 orang ibu yang sedang inpartu kala I fase aktif dengan
nyeri persalinan, di Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan Jakarta Barat. 2
Orang menggunakan birth ball dan 2 orang tidak. Dengan kriteria responden :
1. Bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini.
2. Ibu bersalin dengan kala I fase aktif di Puskesmas Kecamatan Grogol
Petamburan.
3. Tidak memiliki resiko tinggi.
31
4. Primipara dan multipara dengan persalinan sebelumnya tidak menggunakan
birth ball.
5. Sudah diberikan informasi dan latihan sebanyak 2 kali sejak Trimester III.
E. Teknik/Cara Pengumpulan Data
1. Data primer
a. Perizinan
Izin dengan pihak Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan bahwa peneliti
akan mengambil data berupa wawancara dan observasi serta memberi latihan
birth ball mulai dari trimester III sampai inpartu kala I fase aktif. Serta
berkoordinasi dengan bidan jaga apabila peneliti sedang melakukan
pengambilan data melalui wawancara, observasi serta melakukan tindakan
menggunakan birth ball.
b. Wawancara
Berupa anamnesa kepada klien ditunjukan untuk mengetahui identitas, riwayat
kesehatan, kebiasaan sehari – hari, personal hygiene, dan adanya komplikasi
atau tidak.
c. Observasi
Mengobservasi keadaan klien dan perkembangan keadaan nyeri yang dialami
selama proses melahirkan yang dilakukan pada kala I fase aktif.
d. Kegiatan yang dilakukan
Melaksanakan penggunaan birth ball pada ibu bersalin kala I fase aktif. Peneliti
melakukan perizinan kepada Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan bahwa
peneliti akan mengambil data berupa wawancara dan observasi kepada ibu
multigravida kala I fase aktif, setelah peneliti mendapatkan data ibu hamil
trimester III dengan usia kehamilan 37 – 40 minggu akan dijelaskan mengenai
penelitian yang dilakukan. Ibu dan keluarga setuju untuk menjadi responden
dalam penelitian, maka peneliti akan melakukan kunjungan rumah untuk serta
memberikan latihan penggunaan birth ball maksimal sebanyak 2 kali kepada
ibu dan keluarga. Ibu sudah mengalami tanda – tanda persalinan dan datang ke
32
Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan, peneliti akan melakukan terapi
sesuai dengan informed consent yang telah disetujui.
Langkah – langkah pengumpulan data :
Pada dua responden A (Yang diberikan tindakan menggunakan birth ball)
1. Memilih responden.
2. Menyiapkan alat.
3. Menjelaskan kepada ibu mengenai prosedur yang akan dilakukan setelah ibu
bersedia menjadi responden.
4. Memberikan kuesioner dan melakukan wawancara dengan ibu.
5. Melakukan kunjungan rumah untuk memberikan materi dan latihan
penggunaan birth ball kepada ibu dan suami.
6. Mengukur tingkatan nyeri yang dialami ibu sebelum melakukan penggunaan
birth ball dengan menggunakan pedoman observasi skala nyeri.
7. Melakukan penggunaan birth ball dimulai dari kala I fase aktif dengan
berganti gerakan setiap 5-10 menit.
8. Mencatat perubahan tingkatan nyeri yang terjadi pada ibu bersalin sesudah
penggunaan birth ball. Pencatatan skala nyeri akan dipantau setiap 30 menit
sekali dengan menggunakan pedoman observasi skala nyeri.
Pada dua responden B (Yang tidak menggunakan latihan birth ball)
1. Memilih responden.
2. Menyiapkan alat.
3. Menjelaskan kepada ibu mengenai prosedur yang akan dilakukan setelah ibu
bersedia menjadi responden.
4. Memberikan kuesioner dan melakukan wawancara dengan ibu.
5. Mengukur tingkatan nyeri yang dialami ibu sebelum memulai observasi
dengan menggunakan pedoman observasi skala nyeri.
33
6. Mencatat perubahan tingkatan nyeri yang terjadi pada ibu bersalin yang akan
dipantau setiap 30 menit sekali dengan menggunakan pedoman observasi
skala nyeri.
F. Instrument Laporan Kasus
Terlampir
G. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Guling atau bantal atau kursi.
b. Tensimeter
c. Stetoskop
d. Doppler/Laenec
e. Partus Set
f. Birth Ball
g. Informed consent
h. Lembar observasi skala nyeri
i. Format pengkajian asuhan kebidanan pada ibu bersalin, dan partograf.
H. Jadwal Kegiatan
Waktu yang digunakan dalam melaksanakan penelitian. Jadwal terlampir.
I. Etika Penelitian
Sebelumnya peneliti membuat informed consent atau persetujuan kepada
responden dengan menjelaskan jati diri, identitas peneliti, tujuan peneliti, serta
permohonan kesediaan responden untuk berpartisipasi dalam penelitian.
Masalah etika penelitian yang harus diperhatikan antara lain, adalah sebagai
berikut :
34
1. Informed concent
Pemberian informed concent bertujuan agar responden mengerti maksud
dan tujuan serta agar mengetahui dampak dari penelitian tersebut. Jika
responden bersedia, maka harus menandatangani lembar persetujuan dan
jika responden tidak bersedia, maka peneliti harus menghormati keputusan
tersebut.
2. Anonymity
Masalah etika kebidanan merupakan masalah yang memberikan jaminan
dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau
mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data atau hasil
penelitian yang akan disajikan.
3. Confidentiality (Kerahasiaan)
Kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya
oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan dalam
hasil penelitian.
35
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini tidak lepas dari keterbatasan. Beberapa keterbatasan
penelitian ini antara lain, saat memberikan treatment pada responden,
suami/pendamping saat persalinan belum mengetahui cara-cara terapi
menggunakan birth ball sehingga sedikit menghambat pemberian treatment itu
terjadi karena saat responden diberi latihan menggunakan birth ball suami tidak
mendampingi responden saat ANC.
B. Hasil
Penelitian dilakukan dengan jumlah responden 4 yaitu, 2 ibu yang
diberikan treatment dan 2 ibu tidak diberikan treatment di kala I fase aktif.
Sebelum responden diberikan treatment, peneliti melakukan 2 kali latihan
menggunakan birth ball pada 2 responden saat melakukan ANC di puskesmas
dan dievaluasi setiap pertemuan. Pengumpulan data dilakukan dengan cara
wawancara, observasi, dan melaksanakan kegiatan pengurangan nyeri
menggunakan birth ball pada responden yang diberikan treatment dan pada
responden yg lain menggunakan teknik pengurangan nyeri dengan massase,
latihan napas dalam dan affirmasi positif. Setelah penelitian dilaksanakan,
kemudian data yang telah didapat diolah dan hasil wawancara dan observasi
disajikan dalam bentuk tabel.
36
Gambaran Karakteristik Responden 1
Nama Ny. G usia 25 tahun agama islam Pendidikan terakhir SD pekerjaan
saat ini yaitu sebagai ibu rumah tangga, alamat saat ini di Jl. Satria X, Jelambar
Jakarta Barat. Ini adalah kehamilan kedua dengan riwayat kehamilan pertama
tahun 2014, persalinan spontan di Rumah Sakit dengan indikasi post term
ditolong oleh dokter. Saat pengambilan data usia kehamilan Ny. G 37 minggu
semua hasil pemeriksaan ibu dalam batas normal dan ibu dalam keadaan sehat.
Setelah menjelaskan informasi tentang penelitian, pasien bersedia menjadi
responden dan mengisi lembar informed consent.
Treatment pertama dilakukan pada tanggal 1 April 2019 di Puskesmas
Kecamatan Grogol Petamburan, menjelaskan tentang kegunaan dan fungsi
birth ball, macam-macam gerakan latihan, dilanjutkan dengan latihan dengan
birth ball selama kurang lebih 20 menit. Lalu mengevaluasi apakah ibu paham
dan mengerti serta menanyakan apakah ibu merasa nyaman setelah
menggunakan birth ball. Ny. G merasa lebih rileks dan bisa mengikuti
treatment dengan baik. Selanjutnya kontrak waktu untuk treatment selanjutnya
yaitu saat ibu kunjungan ANC berikutnya. Ibu bersedia
Treatment kedua dilakukan pada kunjungan ANC Ny.G seminggu
kemudian yaitu tanggal 8 April 2019 di Puskesmas Kecamatan Grogol
Petamburan. Kegiatan kurang lebih sama dengan treatment yang pertama yaitu
memberi latihan dengan birth ball selama kurang lebih 20 menit dan
mengevaluasinya. Di sela-sela latihan birth ball ibu mengeluh sudah merasa
tidak nyaman dengan kehamilannya dan takut karena sampai saat ini ia belum
melahirkan juga, peneliti memberikan dukungan serta affirmasi positif untuk
mengurangi rasa tidak nyaman ibu serta mengedukasi ibu bahwa ibu harus
sabar dan menjalani masa kehamilannya dengan bahagia.
Tanggal 14 april 2019 pukul 04.00 WIB ibu mengeluh mulas yang teratur
setiap 10 menit sekali namun ibu masih ingin menunggu mulasnya sampai
teratur 5 menit sekali, ibu belum ingin periksa ke puskesmas. Pukul 10.00 WIB
ibu datang didampingi suami dan ibunya ke puskesmas dengan keluhan mulas
37
yang teratur setiap 5 menit dan keluar lendir darah dan belum keluar air-air.
Hasil pemeriksaan ibu dan janin dalam keadaan baik, pembukaan 6 cm dan his
3x10’x35’’. Ibu mengatakan makan terakhir pukul 09.00. Peneliti menilai skala
nyeri yang dirasakan ibu. Ibu memiliki skor nyeri 6 selanjutnya peneliti
melakukan latihan birth ball dengan didampingi oleh ibu responden, melatih
napas dalam yang benar setiap His muncul dan memberikan affirmasi positif
agar ibu merasa tenang dan rileks. Setelah melakukan intervensi birth ball
peneliti menilai ulang skala nyeri ibu. Ibu mengalami penurunan skala nyeri
dengan skor nyeri saat ini yaitu 2.
Pukul 13.20 ketuban pecah dan ibu mengatakan ingin BAB, setelah
dilakukan pemeriksaan pembukaan 10 cm (lengkap). Pukul 13.30 bayi lahir
spontan, menangis kuat tonus otot aktif jenis kelamin perempuan.
Gambaran Karakteristik Responden 2
Nama Ny. R usia 26 tahun agama kristen Pendidikan terakhir S1 pekerjaan
saat ini yaitu sebagai ibu rumah tangga, alamat saat ini di Jl. Jelambar Raya
Noo.36 Jelambar Baru Jakarta Barat. Ini adalah kehamilan pertama. Ibu
mengatakan tidak ada riwayat penyakit apapun. Saat pengambilan data usia
kehamilan Ny. R 38 minggu semua hasil pemeriksaan ibu dalam batas normal
dan ibu dalam keadaan sehat. Setelah menjelaskan informasi tentang penelitian,
Ny. R bersedia menjadi responden dan mengisi lembar informed consent.
Treatment pertama dilakukan pada tanggal 1 April 2019 di Puskesmas
Kecamatan Grogol Petamburan, menjelaskan tentang kegunaan dan fungsi
birth ball, macam-macam gerakan latihan, dilanjutkan dengan latihan dengan
birth ball selama kurang lebih 25 menit. Sebelum latihan ibu mengeluh merasa
pegal dan kaku di bagian punggung dan pinggangnya, ibu mengatakan bahwa
selama kehamilannya ia tidak pernah mengikuti senam ibu hamil dengan
keluhan tersebut maka peneliti memfokuskan gerakan di bagian punggung dan
sekitar panggul. Selanjutnya mengizinkan ibu untuk bertanya seputar
kehamilan. mengevaluasi apakah ibu paham dan mengerti serta menanyakan
38
apakah ibu merasa nyaman setelah menggunakan birth ball. Ny. R merasa lebih
nyaman dan bisa mengikuti treatment dengan baik. Selanjutnya kontrak waktu
untuk treatment selanjutnya yaitu saat ibu kunjungan ANC berikutnya. Ibu
bersedia
Treatment kedua dilakukan pada kunjungan ANC Ny.R seminggu
kemudian yaitu tanggal 8 April di Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan.
Kegiatan kurang lebih sama dengan treatment yang pertama yaitu memberi
latihan dengan birth ball selama kurang lebih 20 menit dan mengevaluasinya..
Tanggal 9 april pukul 01.00 WIB ibu datang ke puskesmas mengeluh
mulas dan keluar lendir darah. Hasil pemeriksaan ibu dan janin dalam batas
normal, His 1x10’10”, pembukaan 2 cm. Ibu dianjurkan pulang dan kembali ke
puskesmas jika mulas nya sudah teratur 5 menit sekali atau jika sudah keluar
air-air. Pukul 08.35 WIB ibu kembali datang didampingi suami ke puskesmas
dengan keluhan mulas yang teratur setiap 5 menit dan keluar lendir darah
namun belum keluar air-air. Hasil pemeriksaan ibu dan janin dalam keadaan
baik, pembukaan 4 cm dan his 2x10’x30’’. Menganjurkan ibu untuk makan dan
minum. Peneliti menilai skala nyeri yang dirasakan ibu. Ibu memiliki skor nyeri
7 selanjutnya peneliti melakukan latihan birth ball dengan didampingi oleh
suami responden, melatih napas dalam yang benar setiap His muncul dan
memberikan affirmasi positif agar ibu merasa tenang dan rileks. Setelah
melakukan latihan birth ball peneliti menilai ulang skala nyeri ibu. Ibu
mengalami penurunan skala nyeri dengan skor nyeri saat ini yaitu 4.
Pukul 12.30 ketuban pecah dan ibu mengatakan ingin BAB, setelah
dilakukan pemeriksaan pembukaan 10 cm (lengkap). Pukul 13.30 bayi lahir
spontan, menangis kuat tonus otot aktif jenis kelamin perempuan.
39
Gambaran Karakteristik Responden 3
Nama Ny. U usia 24 tahun agama islam Pendidikan terakhir SMA
pekerjaan saat ini yaitu sebagai ibu rumah tangga, alamat saat ini di Jl. Utama
Sakti, Jelambar Jakarta Barat. Ini adalah kehamilan kedua, dengan riwayat
kehamilan pertama tahun 2015, persalinan spontan di BPM. Ibu mengatakan
tidak ada riwayat penyakit apapun. Saat pengambilan data usia kehamilan Ny.
U 38 minggu semua hasil pemeriksaan ibu dalam batas normal dan ibu dalam
keadaan sehat. Setelah menjelaskan informasi tentang penelitian, Ny. U
bersedia menjadi responden dan mengisi lembar informed consent.
Tanggal 1 April 2019 pukul 16.10 ibu datang dengan keluhan mulas-mulas
sejak jam 07.00 WIB, sudah keluar lendir bercampur darah dan belum keluar
air-air. Hasil pemeriksaan ibu dan janin dalam keadaan baik, pembukaan 6 cm
dan his 3x10’x35’’. Menganjurkan ibu makan dan minum. Peneliti menilai
skala nyeri yang dirasakan ibu. Ibu memiliki skor nyeri 7 selanjutnya peneliti
melakukan massase effleurage di bagian pinggang dengan didampingi oleh ibu
responden, peneliti juga melatih napas dalam yang benar setiap His muncul
agar ibu merasa tenang dan rileks. Setelah melakukan massase effleurage dan
latihan napas dalam peneliti menilai ulang skala nyeri ibu. Ibu mengalami
penurunan skala nyeri dengan skor nyeri saat ini yaitu 6.
Pukul 20.30 WIB ibu mengatakan mulas yang tidak tertahan dan ingin
BAB, setelah dilakukan pemeriksaan pembukaan 10 cm (lengkap). Pukul 21.15
bayi lahir spontan, menangis kuat tonus otot aktif jenis kelamin laki-laki.
Gambaran Karakteristik Responden 4
Nama Ny. D usia 30 tahun agama islam Pendidikan terakhir SMA
pekerjaan saat ini yaitu sebagai ibu rumah tangga, alamat saat ini di Jl. Kebon
Pisang, Jelambar Jakarta Barat. Ini adalah kehamilan ketiga, dengan riwayat
kehamilan pertama tahun 2010 dan kehamilan kedua tahun 2014, persalinan
spontan di Puskesmas. Ibu mengatakan tidak ada riwayat penyakit apapun. Saat
40
pengambilan data usia kehamilan Ny. U 39 minggu semua hasil pemeriksaan
ibu dalam batas normal dan ibu dalam keadaan sehat. Setelah menjelaskan
informasi tentang penelitian, Ny. D bersedia menjadi responden dan mengisi
lembar informed consent.
Tanggal 16 April 2019 pukul 05.00 ibu datang didampingi oleh adiknya
dengan keluhan mulas-mulas sejak jam 01.00 WIB, sudah keluar lendir
bercampur darah dan belum keluar air-air. Hasil pemeriksaan ibu dan janin
dalam keadaan baik, pembukaan 4 cm dan his 2x10’x30’’. Menganjurkan ibu
makan dan minum. Peneliti menilai skala nyeri yang dirasakan ibu. Ibu
memiliki skor nyeri 4 selanjutnya peneliti melakukan massase effleurage di
bagian pinggang dengan didampingi oleh adik responden karena suami sedang
berada di luar kota, peneliti juga memberikan dukungan serta affirmasi positif
agar ibu merasa tenang dan rileks. Setelah melakukan massase effleurage
peneliti menilai ulang skala nyeri ibu. Ibu mengalami peningkatan skala nyeri
dengan skor nyeri saat ini yaitu 5.
Pukul 10.30 WIB ketuban pecah dan ibu mengatakan ingin BAB, setelah
dilakukan pemeriksaan pembukaan 10 cm (lengkap). Pukul 11.00 bayi lahir
spontan, menangis kuat tonus otot aktif jenis kelamin perempuan.
41
Tabel.4.1
Gambaran Kondisi Responden di Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan
Tahun 2019
Pernyataan
Pasien Intervensi Birth Ball Pasien Non Intervensi Birth Ball
Responden 1 Responden 2 Responden 3 Responden 4
Keluhan Ibu datang pukul
10.00 WIB pada
tanggal 14 April
2019 dengan
keluhan mulas-
mulas sejak jam
04.00 WIB, sudah
keluar lendir
bercampur darah
dan belum keluar
air-air
Ibu datang pukul
08.35 pada
tanggal 9 April
2019 dengan
keluhan mulas-
mulas sejak jam
01.00 WIB,
belum keluar air-
air dan sudah
keluar lender
bercampur darah
Ibu datang pukul
16.10 pada
tanggal 1 April
2019 dengan
keluhan mulas-
mulas sejak jam
07.00 WIB,
sudah keluar
lendir bercampur
darah dan belum
keluar air-air
Ibu datang pukul
05.00 pada tanggal
16 April ; 2019
dengan keluhan
mulas-mulas sejak
jam 01.00 WIB,
belum keluar air-
air dan sudah
keluar lender
bercampur darah
Pembukaan 6 Cm 4 Cm 6 Cm 4 Cm
Pendamping
persalinan
Suami dan Ibu Suami Ibu Keluarga
His 3x10’x35’’ 2x10’x30’’ 3x10’x35’’ 2x10’x30’’
Riwayat
Penyakit
Ibu tidak memiliki
riwayat penyakit
menurun ataupun
menderita suatu
penyakit
Ibu tidak
memiliki riwayat
penyakit menurun
ataupun
menderita suatu
penyakit
Ibu tidak
memiliki riwayat
penyakit
menurun ataupun
menderita suatu
penyakit
Ibu tidak memiliki
riwayat penyakit
menurun ataupun
menderita suatu
penyakit
42
Diagnosis G2P1A0 hamil 39
minggu inpartu
kala I fase aktif
Janin tunggal
hidup presentasi
kepala
G1P0A0 hamil 40
minggu inpartu
kala I fase aktif
Janin tunggal
hidup presentasi
kepala
G2P1A0 hamil 38
minggu inpartu
kala I fase aktif
Janin tunggal
hidup presentasi
kepala
G3P2A0 hamil 39
minggu inpartu
kala I fase aktif
Janin tunggal
hidup presentasi
kepala
Intervensi
yang
dilakukan
Bermain birth ball
selama 15 menit,
berlatih napas
dalam, affirmasi
positif, massase
effleurage
Bermain birth
ball selama 15
menit, berlatih
napas dalam ,
affirmasi positif,
massase
effleurage
Massase
effleurage,
berlatih napas
dalam
Massase
effleurage,
affirmasi positif
Skor Sebelum
Dilakukan
Treatment
6 7 7 4
Skor Sesudah
Dilakukan
Treatment
2 4 6 5
C. Pembahasan
Berdasarkan hasil dari pemberian teknik relaksasi dengan penggunaan birth
ball kepada 2 responden ibu multipara dan primipara, dan kepada 2 responden
lainnya diberikan teknik relaksasi dengan massase serta affirmasi positif dan napas
dalam tetapi setiap responden mempunyai tingkat nyeri yang berbeda.
43
1. Pengurangan nyeri persalinan dengan pengunaan birth ball
Kontraksi rahim menyebabkan dilatasi dan penipisan serviks serta iskemia
rahim akibat kontraksi arteri miometrium. Biasanya ibu hanya mengalami rasa
nyeri ini hanya selama kontraksi dan bebas dari rasa nyeri pada interval antar
kontraksi
Nyeri Ligamentum, ligament teres uteri melekat di sisi-sisi tepat di bawah
uterus. Secara anatomis memiliki kemampuan memanjang saat uterus meninggi
dan masuk ke dalam abdomen. Nyeri ligamentum teres uteri diduga akibat
peregangan dan penekanan berat uterus yang meningkat pesat pada ligamentum.
Ketidak nyamanan ini merupakan salah satu yang harus ditoleransi oleh ibu
bersalin sejak masa kehamilan. Nyeri punggung bawah tepatnya pada lumbosakral
yang diakibatkan terjadinya pergeseran pusat gravitasi dan postur tubuh ibu
bersalin, yang semakin berat seiring semakin membesarnya uterus.
Sejak masa kehamilan ibu mengalami perubahan bentuk uterus yang semakin
membesar dan mulai menekan ke arah tulang belakang, menekan vena kava dan
aorta sehingga aliran darah tertekan. Posisi ibu bersalin juga mempengaruhi
tekanan arteri dan tekanan vena. Posisi terlentang uterus yang besar dan berat dapat
menekan aliran balik vena sehingga pengisian dan curah jantung menurun.
Membesarnya uterus sendi pelvik pada saat hamil sedikit bergerak untuk
mengkompensasi perubahan bahu lbh tertarik ke belakang, lebih melengkung,
sendi tulang belakang lebih lentur sehingga mengakibatnya nyeri punggung.
Penggunaan birth ball selama persalinan mencegah ibu dalam posisi terlentang
secara terus-menerus. Birth ball memposisikan tubuh ibu secara optimal dan
pengurangan nyeri selama kontraksi uterus memunculkan gerakan yang tidak biasa.
Latihan birth ball dapat meningkatkan mobilitas panggul ibu hamil. Latihan ini
dilakukan dalam posisi tegak dan duduk, yang diyakini untuk mendorong
persalinan dan mendukung perineum untuk relaksasi dan meredakan nyeri
persalinan (RW, 2013)
Gerakan jongkok atau duduk di atas birth ball dapat membuka panggul ibu
lebih lebar bahkan pada diameter yang terluas untuk bayi bisa bermanuver lebih
44
mudah, membuat perineumnya lebih rileks sedangkan gerakan berdiri dan
bersandar pada birth ball bisa menjaga agar tubuhnya tetap tegak dan dengan
bantuan gaya gravitasi ini dapat memudahkan menurunkan bayinya. (Island
Childbirth Education).
Penggunaan birth ball juga dapat meningkatkan hormon-hormon yang
dibutuhkan saat proses persalinan yaitu hormon oksitosin dan hormon endorfin.
Hormon oksitosin sering dikenal sebagai “hormon cinta” karena hormon ini
berhubungan erat dengan bercinta, kesuburan, kontraksi selama persalinan dan
kelahiran, dan pelepasan ASI saat menyusui. Reseptor sel yang memungkinkan
tubuh wanita untuk menanggapi oksitosin mengalami peningkatan secara bertahap
pada kehamilan, dan kemudian meningkat tajam pada saat bersalin. (Aprilia, Yesie)
Oksitosin adalah stimulator paten dari kontraksi, yang membantu untuk
membuka dan melebarkan leher rahim, mengeluarkan bayi, melahirkan plasenta,
dan mengurangi perdarahan di lokasi perlekatan plasenta. Selama persalinan dan
kelahiran, tekanan bayi terhadap leher rahim dan kemudian terhadap jaringan di
dasar panggul merangsang oksitosin dan kontraksi. (Aprilia, Yesie)
Endorfin berefek menenangkan dan meredakan nyeri. Hormon ini seperti
morfin alami akan naik menjelang akhir kehamilan, dan kemudian naik terus dan
tajam selama persalinan pada proses persalinan alami tanpa pengobatan.Tingkat
endorfin lebih tinggi selama persalinan dan kelahiran dapat menghasilkan kondisi
kesadaran yang berubah yang membantu seoorang ibu dapat melewati proses
persalinan ini, bahkan ketika proses ini menjadi sangat panjang dan sulit. Dalam
proses persalinan seorang ibu dengan tingkat endorfin tinggi dapat merasa
waspada, penuh perhatian, dan bahkan euforia saat ia mulai mengenal dan merawat
bayinya setelah lahir. (Aprilia, Yesie)
Pendamping persalinan dan tenaga medis, memiliki peran untuk memberi
kenyamanan spiritual dan psikologis kepada sang ibu yang sedang menempuh
persalinannya. Kondisi spiritual yang yakin, perasaan yang nyaman, keadaan yang
aman dan privat tentu membuat ibu lebih rileks dalam proses persalinannya.
45
Sehingga menyebabkan mengalirnya hormon oksitosin dan hormon endorfin ke
tubuh ibu (Evanov Rahayuev, 2015)
Terapi Birthball membantu ibu inpartu kala I ke posisi yang membantu
kemajuan persalinan. Sebuah bola terapi fisik dapat digunakan dalam berbagai
posisi. Dengan duduk di bola dan bergoyang-goyang membuat rasa nyaman dan
membantu kemajuan persalinan dengan menggunakan gravitasi, sambil
meningkatkan pelepasan endorphin karena elastisitas dan lengkungan bola
merangsang reseptor di panggul yang bertanggung jawab untuk mengsekresi
endorphin (Maurenne, 2005).
2. Perbedaan tingkatan nyeri persalinan dengan pengunaan birth ball dan tidak
Proses kelahiran identik dengan rasa nyeri yang akan dijalani nyeri pada
persalinan merupakan proses yang fisiologis. Nyeri menyebabkan frustasi dan
putus asa, sehingga beberapa ibu merasa khawatir tidak akan mampu melewati
proses persalinan.
Banyak upaya yang telah dilakukan untuk menurunkan nyeri pada persalinan,
dengan menggunakan metode nonfarmakologi diantaranya kompres hangat,
kompres dingin, hidroterapi, counterpressure, penekanan lutut, gerakan,
pengaturan posisi, relaksasi dan latihan pernafasan, usapan di punggung atau
abdomen, dan pengosongan kandung kemih.
Untuk menilai tingkatan nyeri pada setiap responden, peneiti menggunakan
Numeric Rating Scale (NRS) yang terdiri dari 0-10 angka diklasifikasikan dalam 3
tingkatan nyeri yaitu nyeri ringan, nyeri sedang, dan nyeri berat.
Hasil penelitian menunjukkan perbedaan nyeri yang dialami responden,
responden 1 dan 2 yang diberikan treatment birth ball sejak hamil mengalami
penurunan intensitas nyeri yang awalnya nyeri sedang menjadi nyeri ringan,
sedangkan pada responden 3 dan 4 yang tidak menggunakan birth ball mengalami
penurunan intensitas nyeri namun hanya berkurang sedikit dan masih dalam
intensitas nyeri yang berat.
46
Terdapat karakteristik pada ibu bersalin di Puskesmas Kecamatan Grogol
Petamburan Tahun 2019, antara lain:
a. Usia
Menurut Amalia (Utami & Lestari 2012) usia ibu hamil juga memberi
dampak terhadap munculnya perasaan takut dan cemas, pada individu dengan
usia 20-30 tahun dianggap telah memiliki kematangan secara emosi, namun
pada kenyataan nya usia tidak menjadi ukuran seorang memiliki kematangan
terhadap rasa nyeri.
Keempat responden sama sama pada usia yang produktif dan memiliki
tingkatan nyeri yang berbeda sesuai dilatasi serviks yang dialami. Hal ini
kemungkinan disebabkan karena usia yang produktif tidak menjadi ukuran
kematangan terhadap emosi karena saat ibu yang sedang menjalani proses
persalinan mempunyai rasa nyeri saat kontraksi, lalu pikiran dan emosinya
terpengaruh sehingga pikiran yang dominan adalah rasa takut, cemas, hingga
memikirkan hal yang negatif terjadi pada dirinya sehingga rasa nyeri saat
kontraksi semakin terasa.
Usia muda, usia reproduksi, ataupun usia tua pasti akan merasakan nyeri saat
saat proses persalinan, sebagai tenaga kesehatan kita bisa mengurangi rasa
ketidaknyamanan tersebut dengan memberikan asuhan sayang ibu yaitu
mendukung dan menggunakan metode alamiah seperti latihan birth ball agar
ibu lebih rileks dan bisa lebih menikmati rasa nyeri saat kontraksi.
b. Paritas
Pada hasil penelitian menunjukan bahwa tingkat nyeri yang dialami
responden bervariasi, responden 1, 2, 3 dan 4 memiliki paritas yang berbeda.
Menurut (Handayani, 2015) Paritas dapat mempengaruhi tingkatan nyeri,
karena terkait dengan aspek psikologis, dengan semakin dekatnya masa
persalinan, terutama pada persalinan pertama, wajar jika timbul perasaan cemas
ataupun takut. Sedangkan pada multigravida perasaan ibu hamil terganggu
akibat rasa sakit, tegang, bingung yang selanjutnya ibu akan merasa cemas oleh
bayangan rasa sakit yang dideritanya dulu sewaktu melahirkan.
47
c. Pendidikan
Pendidikan merupakan suatu proses perubahan sikap dan tata laku yang
berlangsung secara terus menerus, dimana pendidikan merupakan faktor
eksternal yang mempengaruhi tingkat kesehatan manusia, karena dengan
semakin tinggi pendidikan seseorang maka diharapkan pengetahuan dan
kemampuannya semakin meningkat. Menurut (Hawari, 2016) semakin tinggi
tingkat pendidikan seseorang dimana akan dapat mencari informasi dan
menerima informasi dengan matang sehingga akan memotivasi dirinya untuk
memecahkan sebuah masalah sehingga dapat menurunkan tingkat kecemasan
serta nyeri yang dirasakan.
Berdasarkan hasil penelitian, analisis dari peneliti adalah pendidikan
berpengaruh terhadap penurunan tingkat nyeri yang dirasakan pada proses
persalinan.
d. Dukungan Keluarga
Faktor lain yang mempengaruhi tingkat nyeri adalah kehadiran orang orang
terdekat klien dan bagaimana sikap mereka terhadap klien. Kehadiran keluarga
sangat bermakna, selain itu dapat meminimalkan kesepian dan ketakutan pada
ibu yang ingi bersalin. Apabila tidak ada keluarga atau teman dekat, sering kali
kecemasan yang dialami semakin tinggi sehingga intensitas nyeri yang
dirasakan semakin tinggi, sebaliknya jika adanya orang-orang yang memberi
dukungan sangatlah berguna karena akan membuat seseorang lebih aman dan
nyaman sehingga dapat mengurangi tingkat nyeri pada ibu yang ingin
menghadapi proses persalinan (Jannah,2015).
Pada kala I fase aktif reaksi ibu bersalin antara lain adalah kecemasan,
ketakutan dan meningkatnya sensitivitas nyeri. Dengan adanya dukungan orang-
orang berarti terutama suami akan memberi perasaan aman dan nyaman.
Kehadiran seseorang pendamping persalinan juga akan membantu merangsang
pengeluaran hormone oksitosin yang memberi pengaruh pada proses kemajuan
persalinan.
48
Responden 1 dan 2 datang ke puskesmas diantar oleh suami dan keluarga,
sedangkan pada responden 3 datang hanya dengan Ibu karena suami sedang
bekerja dan pada responden 4 datang hanya ditemani adik karena suami sedang
berada di luar kota. Dalam hal ini tingkat nyeri yang dialami oleh masing-masing
responden pun berbeda.
49
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Selama proses pelaksanaan studi kasus ini, maka dapat di ambil
kesimpulan sebagai berikut :
1. Karakteristik ibu bersalin di Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan
Tahun 2019 adalah usia, paritas, pendidikan dan dukungan keluarga.
2. Intensitas nyeri yang dialami oleh responden dengan intervensi
penggunaan birth ball dengan menggunakan skala NRS mengalami
penurunan tingkatan nyeri 3-4.
3. Intensitas nyeri yang dialami oleh responden 3 dengan non intervensi
penggunaan birth ball dengan menggunakan skala NRS mengalami
penurunan tingkatan nyeri 1.
4. Intensitas nyeri yang dialami oleh responden 4 dengan non intervensi
penggunaan birth ball dengan menggunakan skala NRS mengalami
peningkatan nyeri 1.
B. Saran
1. Bagi Tenaga Kesehatan
Tenaga kesehatan khususnya bidan dapat mempersiapkan ibu bersalin
dengan edukasi pengurangan rasa nyeri saat persalinan mulai sejak
kehamilan serta melengkapi fasilitas untuk pengurangan nyeri bagi ibu
bersalin dengan menggunakan birth ball. Serta bidan bisa memberikan
afirmasi positif agar ibu lebih tenang dan rileks saat proses persalinan
supaya ibu dapat mempunyai pengalaman persalinan yang nyaman,
menenangkan dan indah.
50
2. Bagi Institusi Pendidikan
Dengan adanya laporan ini, diharapkan dapat menjadi bahan bacaan yang
bermanfaat untuk menambah pengetahuan khususnya mahasiswa
kesehatan agar menjadi referensi untuk dapat menerapkan metode alamiah
seperti penggunaan birth ball saat proses persalinan untuk penurunan nyeri.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Untuk peneliti selanjutnya diharapkan:
a. Dapat mengembangkan metode penggunaan birth ball dengan
menambahkan metode lain yang dapat mempengaruhi penurunan
nyeri pada ibu bersalin kala I fase aktif
b. Dapat mengatur waktu dengan baik agar penelitiannya dapat berjalan
lebih cepat dan menambah referensi yang lebih baik lagi ke depannya.
DAFTAR PUSTAKA
Sulistyawati, Ari., Esti Nugraheny. 2010. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin.
Jakarta : Salemba Medika.
APN. 2014. Buku Acuan Persalinan Normal. Jakarta: JNPK-KR
Hidayat. A. M., Sujiyatini. 2010. Asuhan Kebidanan Persalinan. Yogyakarta: Nuha
Medika.
IBI. 2016. Buku Acuan Midwifery Update. Jakarta : IBI
Judha, et al. 2012. Teori Pengukuran Nyeri dan Nyeri Persalinan. Yogyakarta : Nuha
Medika.
Maryunani, A., 2010. Nyeri dalam Persalinan, Edisi 1, Jakarta: Trans Info Media
Sriwenda, D. 2016. Efektifitas Latihan Birth Ball terhadap Efikasi Diri Primipara
dengan Persalinan Normal. Bandung : Journal Ners And Midwifery
Indonesia.
Hanesty, Dila. 2017. Jakarta. Perbandingan Efektifitas Kompres Hangat Terhadap
Penurunan Nyeri Persalinan Pada Ibu Multipara Di Puskesmas Pulo Gadung
Tahun 2017. Jakarta, Poltekkes Kemenkes Jakarta 3.
Fitriyani. 2018. Penggunaan Birth Ball Untuk Mengurangi Nyeri Persalinan Kala I
Di Praktik Mandiri Bidan Aning Friyanti, Amd. Keb . Jurnal Stikes
Muhammadiyah Gombong. (http://elib.stikesmuhgombong.ac.id/922/, diakses
pada 15-01-2019)
Maurenne. 2005. Birthing Ball (http://mynaturalchidbirth.org/birthing-ball/, diakses
tanggal 24-01-2019)
Aryani, Yeni, dkk. 2015. Pengaruh Masase pada Punggung Terhadap Intensitas
Nyeri Kala I Fase Laten Persalinan Normal Melalui Peningkatan Kadar
Endorfin. Jurnal FK Universitas Andalas (http://download.portalgaruda.org ,
diaskes pada tanggal 01-02-2019).
Bidan Andalan, 2015.,Birthing Ball dan Musik Yang Populer Saat Ini
(http://www.bidanandalan.com/2015/11/prosesmelahirkan-normal-
denganmetode.html , diakses, 12-02-2019)
Oktifa, dkk, 2012. Birth Ball, Seminar Akhir Departemen Maternitas, PSIK, FK
Universitas Brawijaya, Malang
Magfuroh, Annisa. (2012). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Nyeri
Persalinan Kala I Fase Aktif Di Ruang Bersalin Rumah Sakit Umum
Kabupaten Tangerang. Jakarta, Univeritas Islam Syarif Hidayatullah.
(http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25501/1/ANNISA
%20MAGFUROH%20-%20fkik%20.pdf, diakses pada tanggal 21-04-2019)
Aprilia, Y. dan Ricthmond, B (2011). Gentle Birth: Melahirkan Nyaman Tanpa Rasa
Sakit. Jakarta : PT Gramedia Widiasarana Indonesia.
Rusmayani Astrina, 2012. Pengaruh Teknik Distraksi Birthball Terhadap Penurunan
Intensitas Nyeri Ibu Inpartu Kala I.(http://old.fk.ub.ac.id/artikel/id/ , diakses
pada tanggal 24-02-2019). FK Universitas Brawijaya.
Mander, Rosemary. 2012. Nyeri Persalinan. Jakarta : EGC
Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
_____________________. 2013. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Dyah, dkk. 2013. Hubungan Pelaksanaan Pelvic Rocking Dengan Birthing Ball
Terhadap Lamanya Kala I Pada Ibu Bersalin Di Griya Hamil Sehat Mejasem.
Politeknik Harapan Bersama Tegal
(http://ejournal.poltektegal.ac.id/index.php/siklus/article/view/206, diakses
pada 28-01-2019)
Puspita, A D. (2013). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nyeri Persalinan
Pada Ibu Bersalin Kala I Fase Aktif di Puskesmas Mergangsan Tahun 2013
(online). Yogyakarta, STIKES Aisyiyah.
(http://opac.unisayogya.ac.id/1306/1/naskah%20publikasi.pdf , diakses pada
tanggal 20-03-2019)
Maryani, T. 2016. Terapi Birth Ball Berpengaruh Terhadap Lama Kala II Dan
lntensitas Nyeri Persalinan Pada lbu Bersalin Primigravida Di RB Kasih lbu
Yogyakarta. Jurnal Poltekkes Yogyakarta.
(http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/426/1/TERAPI%20BIRTH%20BALL%20
BERPENGARUH%20TERHADAP%20LAMA%20KALA%20II%20DAN%
20INTENSITAS%20NYERI%20PERSALINAN%20PADA%20IBU%20BE
RSALIN%20PRIMIGRAVIDA%20DI%20RB%20KASIH%20IBU%20YOG
YAKARTA.pdf, diakses pada tanggal 02-02-2019)
Sari, NM. 2013. Pengaruh Terapi Musik Klasik Terhadap Intensitas Nyeri Pada Ibu
Primigravida kala I Fase Aktif persalinan di Klinik Bersalin Wilayah Kerja
Puskesmas Deliuta (online). Medan, Universitas Sumatra Utara. Thesis.
(http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/46253 , diakses pada tanggal
11-02-2019)
Khoer, Amelia L. 2018. Jakarta. Gambaran Masase Punggung Dengan Teknik
Effluerage Terhadap Pengurangan Rasa Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif
Di Puskesmas Kecamatan Tambora Jakarta Barat Tahun 2018. Jakarta,
Poltekkes Kemenkes Jakarta 3.
Tobing, Hendri. 2016. Pengaruh Terapi Musik Klasik Terhadap Intensitas Nyeri
Pada Ibu Primigravida Kala I Fase Aktif Persalinan. Medan, Poltekkes
Kemenkes Medan.
No. Kegiatan Bulan
Januari Februari Maret April Mei
1. Pembuatan Proposal LTA
2. Pengumpulan Proposal
3. Ujian Sidang Proposal
4. Melakukan Penelitian
5. Pembuatan Lanjutan LTA
6. Ujian Akhir LTA
INTENSITAS NYERI SEBELUM INTERVENSI DILAKUKAN
Reponden : 1. Ny. G Tanggal : 14 April 2019
Petunjuk :
1. Diisi oleh peneliti
Berikan tanda (√) pada tanda kurung yang sesuai tindakan yang dilakukan
( √ ) penggunaan birth ball ( √ ) massase effluerage
( √ ) affirmasi positif ( √ ) latihan napas dalam
2. Pada skala ini diisi oleh peneliti setelah ibu menunjukkan angka berapa nyeri
yang ibu rasakan dengan menggunakan skala nyeri numerik (0-10), yaitu :
Skala Keterangan
0 Tidak ada rasa sakit. Merasa normal
1 Nyeri hampir tak terasa (sangat ringan) seperti gigitan
nyamuk. Sebagian besar waktu Anda tidak pernah berpikir
tentang rasa sakit
2 (Tidak menyenangkan) nyeri ringan, seperti cubitan ringan
pada kulit
3 (Bisa ditoleransi) nyeri sangat terasa, seperti pukulan ke
hidung menyebabkan hidung berdarah, atau suntikkan oleh
dokter.
4 (menyedihkan) kuat, nyeri yang dalam, seperti sakit gigi atau
rasa sakit sengatan lebah.
5 (Sangat menyedihkan) kuat, dalam, nyeri yang menusuk,
seperti pergelangan kaki terkilir
6 (Intens) kuat, dalam, nyeri yang menusuk begitu kuat
sehingga tampaknya sebagian mempengaruhi sebagian indra
anda, menyebabkan tidak fokus, komunikasi terganggu
7 (Sangat intens) sama seperti 6 kecuali bahwa rasa sakit benar-
benar mendominasi indra Anda menyebabkan tidak dapat
berkomunikasi dengan baik dan tak mampu melakukan
perawatan diri
8 (Benar-benar mengerikan) Nyeri begitu kuat sehingga Anda
tidak lagi dapat berpikir jernih, dan sering mengalami
perubahan kepribadian yang parah jika sakit datang dan
berlangsung lama
9 (Menyiksa tak tertahankan) Nyeri begitu kuat sehingga Anda
tidak bisa mentolerirnya dan sampai-sampai menuntut untuk
segera menghilangkan rasa sakit apapun caranya, tidak peduli
apa efek samping atau risikonya
10 (Sakit tak terbayangkan tak dapat diungkapkan) Nyeri begitu
kuat tak sadarkan diri. Kebanyakan orang tidak pernah
mengalami skala rasa sakit ini. Karena sudah keburu pingsan
seperti mengalami kecelakaan parah, tangan hancur, dan
kesadaran akan hilang sebagai akibat dari rasa sakit yang luar
biasa parah
Tanyakan kepada ibu pada angka berapa nyeri yang dirasakan dengan menunjukkan
posisi garis yang sesuai menurut ibu untuk menggambarkan nyeri yang ibu rasakan
sebelum intervensi dilakukan dengan membuat tanda silang (X) pada skala yang telah
disediakan.
Sebelum dilakukan tindakan (Intervensi)
X
INTENSITAS NYERI SESUDAH INTERVENSI DILAKUKAN
Reponden : 1. Ny. G Tanggal : 14 April 2019
Petunjuk :
1. Diisi oleh peneliti
Berikan tanda (√) pada tanda kurung yang sesuai tindakan yang dilakukan
( √ ) penggunaan birth ball ( √ ) massase effleurage
( √ ) affirmasi positif ( √ ) latihan napas dalam
2. Pada skala ini diisi oleh peneliti setelah ibu menunjukkan angka berapa nyeri yang
ibu rasakan dengan menggunakan skala nyeri numerik (0-10), yaitu :
Skala Keterangan
0 Tidak ada rasa sakit. Merasa normal
1 Nyeri hampir tak terasa (sangat ringan) seperti gigitan
nyamuk. Sebagian besar waktu Anda tidak pernah berpikir
tentang rasa sakit
2 (Tidak menyenangkan) nyeri ringan, seperti cubitan ringan
pada kulit
3 (Bisa ditoleransi) nyeri sangat terasa, seperti pukulan ke
hidung menyebabkan hidung berdarah, atau suntikkan oleh
dokter.
4 (menyedihkan) kuat, nyeri yang dalam, seperti sakit gigi atau
rasa sakit sengatan lebah.
5 (Sangat menyedihkan) kuat, dalam, nyeri yang menusuk,
seperti pergelangan kaki terkilir
6 (Intens) kuat, dalam, nyeri yang menusuk begitu kuat
sehingga tampaknya sebagian mempengaruhi sebagian indra
anda, menyebabkan tidak fokus, komunikasi terganggu
7 (Sangat intens) sama seperti 6 kecuali bahwa rasa sakit benar-
benar mendominasi indra Anda menyebabkan tidak dapat
berkomunikasi dengan baik dan tak mampu melakukan
perawatan diri
8 (Benar-benar mengerikan) Nyeri begitu kuat sehingga Anda
tidak lagi dapat berpikir jernih, dan sering mengalami
perubahan kepribadian yang parah jika sakit datang dan
berlangsung lama
9 (Menyiksa tak tertahankan) Nyeri begitu kuat sehingga Anda
tidak bisa mentolerirnya dan sampai-sampai menuntut untuk
segera menghilangkan rasa sakit apapun caranya, tidak peduli
apa efek samping atau risikonya
10 (Sakit tak terbayangkan tak dapat diungkapkan) Nyeri begitu
kuat tak sadarkan diri. Kebanyakan orang tidak pernah
mengalami skala rasa sakit ini. Karena sudah keburu pingsan
seperti mengalami kecelakaan parah, tangan hancur, dan
kesadaran akan hilang sebagai akibat dari rasa sakit yang luar
biasa parah
Tanyakan kepada ibu pada angka berapa nyeri yang dirasakan dengan
menunjukkan posisi garis yang sesuai menurut ibu untuk menggambarkan nyeri
yang ibu rasakan sebelum intervensi dilakukan dengan membuat tanda silang
(X) pada skala yang telah disediakan.
Sesudah dilakukan tindakan (Intervensi)
X
INTENSITAS NYERI SEBELUM INTERVENSI DILAKUKAN
Reponden : 2. Ny. R Tanggal : 9 April 2019
Petunjuk :
3. Diisi oleh peneliti
Berikan tanda (√) pada tanda kurung yang sesuai tindakan yang dilakukan
( √ ) penggunaan birth ball ( √ ) massase effluerage
( √ ) affirmasi positif ( √ ) latihan napas dalam
4. Pada skala ini diisi oleh peneliti setelah ibu menunjukkan angka berapa nyeri
yang ibu rasakan dengan menggunakan skala nyeri numerik (0-10), yaitu :
Skala Keterangan
0 Tidak ada rasa sakit. Merasa normal
1 Nyeri hampir tak terasa (sangat ringan) seperti gigitan
nyamuk. Sebagian besar waktu Anda tidak pernah berpikir
tentang rasa sakit
2 (Tidak menyenangkan) nyeri ringan, seperti cubitan ringan
pada kulit
3 (Bisa ditoleransi) nyeri sangat terasa, seperti pukulan ke
hidung menyebabkan hidung berdarah, atau suntikkan oleh
dokter.
4 (menyedihkan) kuat, nyeri yang dalam, seperti sakit gigi atau
rasa sakit sengatan lebah.
5 (Sangat menyedihkan) kuat, dalam, nyeri yang menusuk,
seperti pergelangan kaki terkilir
6 (Intens) kuat, dalam, nyeri yang menusuk begitu kuat
sehingga tampaknya sebagian mempengaruhi sebagian indra
anda, menyebabkan tidak fokus, komunikasi terganggu
7 (Sangat intens) sama seperti 6 kecuali bahwa rasa sakit benar-
benar mendominasi indra Anda menyebabkan tidak dapat
berkomunikasi dengan baik dan tak mampu melakukan
perawatan diri
8 (Benar-benar mengerikan) Nyeri begitu kuat sehingga Anda
tidak lagi dapat berpikir jernih, dan sering mengalami
perubahan kepribadian yang parah jika sakit datang dan
berlangsung lama
9 (Menyiksa tak tertahankan) Nyeri begitu kuat sehingga Anda
tidak bisa mentolerirnya dan sampai-sampai menuntut untuk
segera menghilangkan rasa sakit apapun caranya, tidak peduli
apa efek samping atau risikonya
10 (Sakit tak terbayangkan tak dapat diungkapkan) Nyeri begitu
kuat tak sadarkan diri. Kebanyakan orang tidak pernah
mengalami skala rasa sakit ini. Karena sudah keburu pingsan
seperti mengalami kecelakaan parah, tangan hancur, dan
kesadaran akan hilang sebagai akibat dari rasa sakit yang luar
biasa parah
Tanyakan kepada ibu pada angka berapa nyeri yang dirasakan dengan
menunjukkan posisi garis yang sesuai menurut ibu untuk menggambarkan nyeri
yang ibu rasakan sebelum intervensi dilakukan dengan membuat tanda silang
(X) pada skala yang telah disediakan.
Sebelum dilakukan tindakan (Intervensi)
INTENSITAS NYERI SESUDAH INTERVENSI DILAKUKAN
Reponden : 2. Ny. R Tanggal : 9 April 2019
Petunjuk :
1. Diisi oleh peneliti
Berikan tanda (√) pada tanda kurung yang sesuai tindakan yang dilakukan
( √ ) penggunaan birth ball ( √ ) massase effleurage
( √ ) affirmasi positif ( √ ) latihan napas dalam
2. Pada skala ini diisi oleh peneliti setelah ibu menunjukkan angka berapa nyeri yang
ibu rasakan dengan menggunakan skala nyeri numerik (0-10), yaitu :
Skala Keterangan
0 Tidak ada rasa sakit. Merasa normal
1 Nyeri hampir tak terasa (sangat ringan) seperti gigitan
nyamuk. Sebagian besar waktu Anda tidak pernah berpikir
tentang rasa sakit
2 (Tidak menyenangkan) nyeri ringan, seperti cubitan ringan
pada kulit
x
3 (Bisa ditoleransi) nyeri sangat terasa, seperti pukulan ke
hidung menyebabkan hidung berdarah, atau suntikkan oleh
dokter.
4 (menyedihkan) kuat, nyeri yang dalam, seperti sakit gigi atau
rasa sakit sengatan lebah.
5 (Sangat menyedihkan) kuat, dalam, nyeri yang menusuk,
seperti pergelangan kaki terkilir
6 (Intens) kuat, dalam, nyeri yang menusuk begitu kuat
sehingga tampaknya sebagian mempengaruhi sebagian indra
anda, menyebabkan tidak fokus, komunikasi terganggu
7 (Sangat intens) sama seperti 6 kecuali bahwa rasa sakit benar-
benar mendominasi indra Anda menyebabkan tidak dapat
berkomunikasi dengan baik dan tak mampu melakukan
perawatan diri
8 (Benar-benar mengerikan) Nyeri begitu kuat sehingga Anda
tidak lagi dapat berpikir jernih, dan sering mengalami
perubahan kepribadian yang parah jika sakit datang dan
berlangsung lama
9 (Menyiksa tak tertahankan) Nyeri begitu kuat sehingga Anda
tidak bisa mentolerirnya dan sampai-sampai menuntut untuk
segera menghilangkan rasa sakit apapun caranya, tidak peduli
apa efek samping atau risikonya
10 (Sakit tak terbayangkan tak dapat diungkapkan) Nyeri begitu
kuat tak sadarkan diri. Kebanyakan orang tidak pernah
mengalami skala rasa sakit ini. Karena sudah keburu pingsan
seperti mengalami kecelakaan parah, tangan hancur, dan
kesadaran akan hilang sebagai akibat dari rasa sakit yang luar
biasa parah
Tanyakan kepada ibu pada angka berapa nyeri yang dirasakan dengan
menunjukkan posisi garis yang sesuai menurut ibu untuk menggambarkan nyeri
yang ibu rasakan sebelum intervensi dilakukan dengan membuat tanda silang
(X) pada skala yang telah disediakan.
Sesudah dilakukan tindakan (Intervensi)
X
INTENSITAS NYERI SEBELUM INTERVENSI DILAKUKAN
Reponden : 3. Ny. U Tanggal : 1 April 2019
Petunjuk :
5. Diisi oleh peneliti
Berikan tanda (√) pada tanda kurung yang sesuai tindakan yang dilakukan
(….) penggunaan birth ball ( √ ) massase effluerage
(….) affirmasi positif ( √ ) latihan napas dalam
6. Pada skala ini diisi oleh peneliti setelah ibu menunjukkan angka berapa nyeri
yang ibu rasakan dengan menggunakan skala nyeri numerik (0-10), yaitu :
Skala Keterangan
0 Tidak ada rasa sakit. Merasa normal
1 Nyeri hampir tak terasa (sangat ringan) seperti gigitan
nyamuk. Sebagian besar waktu Anda tidak pernah berpikir
tentang rasa sakit
2 (Tidak menyenangkan) nyeri ringan, seperti cubitan ringan
pada kulit
3 (Bisa ditoleransi) nyeri sangat terasa, seperti pukulan ke
hidung menyebabkan hidung berdarah, atau suntikkan oleh
dokter.
4 (menyedihkan) kuat, nyeri yang dalam, seperti sakit gigi atau
rasa sakit sengatan lebah.
5 (Sangat menyedihkan) kuat, dalam, nyeri yang menusuk,
seperti pergelangan kaki terkilir
6 (Intens) kuat, dalam, nyeri yang menusuk begitu kuat
sehingga tampaknya sebagian mempengaruhi sebagian indra
anda, menyebabkan tidak fokus, komunikasi terganggu
7 (Sangat intens) sama seperti 6 kecuali bahwa rasa sakit benar-
benar mendominasi indra Anda menyebabkan tidak dapat
berkomunikasi dengan baik dan tak mampu melakukan
perawatan diri
8 (Benar-benar mengerikan) Nyeri begitu kuat sehingga Anda
tidak lagi dapat berpikir jernih, dan sering mengalami
perubahan kepribadian yang parah jika sakit datang dan
berlangsung lama
9 (Menyiksa tak tertahankan) Nyeri begitu kuat sehingga Anda
tidak bisa mentolerirnya dan sampai-sampai menuntut untuk
segera menghilangkan rasa sakit apapun caranya, tidak peduli
apa efek samping atau risikonya
10 (Sakit tak terbayangkan tak dapat diungkapkan) Nyeri begitu
kuat tak sadarkan diri. Kebanyakan orang tidak pernah
mengalami skala rasa sakit ini. Karena sudah keburu pingsan
seperti mengalami kecelakaan parah, tangan hancur, dan
kesadaran akan hilang sebagai akibat dari rasa sakit yang luar
biasa parah
Tanyakan kepada ibu pada angka berapa nyeri yang dirasakan dengan
menunjukkan posisi garis yang sesuai menurut ibu untuk menggambarkan nyeri
yang ibu rasakan sebelum intervensi dilakukan dengan membuat tanda silang
(X) pada skala yang telah disediakan.
Sebelum dilakukan tindakan (Intervensi)
INTENSITAS NYERI SESUDAH INTERVENSI DILAKUKAN
Reponden : 3. Ny. U Tanggal : 1 April 2019
Petunjuk :
1. Diisi oleh peneliti
Berikan tanda (√) pada tanda kurung yang sesuai tindakan yang dilakukan
(….) penggunaan birth ball ( √ ) massase effluerage
(….) affirmasi positif ( √ ) latihan napas dalam
2. Pada skala ini diisi oleh peneliti setelah ibu menunjukkan angka berapa nyeri yang
ibu rasakan dengan menggunakan skala nyeri numerik (0-10), yaitu :
Skala Keterangan
0 Tidak ada rasa sakit. Merasa normal
1 Nyeri hampir tak terasa (sangat ringan) seperti gigitan
nyamuk. Sebagian besar waktu Anda tidak pernah berpikir
tentang rasa sakit
2 (Tidak menyenangkan) nyeri ringan, seperti cubitan ringan
pada kulit
x
3 (Bisa ditoleransi) nyeri sangat terasa, seperti pukulan ke
hidung menyebabkan hidung berdarah, atau suntikkan oleh
dokter.
4 (menyedihkan) kuat, nyeri yang dalam, seperti sakit gigi atau
rasa sakit sengatan lebah.
5 (Sangat menyedihkan) kuat, dalam, nyeri yang menusuk,
seperti pergelangan kaki terkilir
6 (Intens) kuat, dalam, nyeri yang menusuk begitu kuat
sehingga tampaknya sebagian mempengaruhi sebagian indra
anda, menyebabkan tidak fokus, komunikasi terganggu
7 (Sangat intens) sama seperti 6 kecuali bahwa rasa sakit benar-
benar mendominasi indra Anda menyebabkan tidak dapat
berkomunikasi dengan baik dan tak mampu melakukan
perawatan diri
8 (Benar-benar mengerikan) Nyeri begitu kuat sehingga Anda
tidak lagi dapat berpikir jernih, dan sering mengalami
perubahan kepribadian yang parah jika sakit datang dan
berlangsung lama
9 (Menyiksa tak tertahankan) Nyeri begitu kuat sehingga Anda
tidak bisa mentolerirnya dan sampai-sampai menuntut untuk
segera menghilangkan rasa sakit apapun caranya, tidak peduli
apa efek samping atau risikonya
10 (Sakit tak terbayangkan tak dapat diungkapkan) Nyeri begitu
kuat tak sadarkan diri. Kebanyakan orang tidak pernah
mengalami skala rasa sakit ini. Karena sudah keburu pingsan
seperti mengalami kecelakaan parah, tangan hancur, dan
kesadaran akan hilang sebagai akibat dari rasa sakit yang luar
biasa parah
Tanyakan kepada ibu pada angka berapa nyeri yang dirasakan dengan
menunjukkan posisi garis yang sesuai menurut ibu untuk menggambarkan nyeri
yang ibu rasakan sebelum intervensi dilakukan dengan membuat tanda silang
(X) pada skala yang telah disediakan.
Sesudah dilakukan tindakan (Intervensi)
X
INTENSITAS NYERI SEBELUM INTERVENSI DILAKUKAN
Reponden : 4. Ny. D Tanggal : 16 April 2019
Petunjuk :
7. Diisi oleh peneliti
Berikan tanda (√) pada tanda kurung yang sesuai tindakan yang dilakukan
(….) penggunaan birth ball ( √ ) massase effluerage
( √ ) affirmasi positif ( ... ) latihan napas dalam
8. Pada skala ini diisi oleh peneliti setelah ibu menunjukkan angka berapa nyeri
yang ibu rasakan dengan menggunakan skala nyeri numerik (0-10), yaitu :
Skala Keterangan
0 Tidak ada rasa sakit. Merasa normal
1 Nyeri hampir tak terasa (sangat ringan) seperti gigitan
nyamuk. Sebagian besar waktu Anda tidak pernah berpikir
tentang rasa sakit
2 (Tidak menyenangkan) nyeri ringan, seperti cubitan ringan
pada kulit
3 (Bisa ditoleransi) nyeri sangat terasa, seperti pukulan ke
hidung menyebabkan hidung berdarah, atau suntikkan oleh
dokter.
4 (menyedihkan) kuat, nyeri yang dalam, seperti sakit gigi atau
rasa sakit sengatan lebah.
5 (Sangat menyedihkan) kuat, dalam, nyeri yang menusuk,
seperti pergelangan kaki terkilir
6 (Intens) kuat, dalam, nyeri yang menusuk begitu kuat
sehingga tampaknya sebagian mempengaruhi sebagian indra
anda, menyebabkan tidak fokus, komunikasi terganggu
7 (Sangat intens) sama seperti 6 kecuali bahwa rasa sakit benar-
benar mendominasi indra Anda menyebabkan tidak dapat
berkomunikasi dengan baik dan tak mampu melakukan
perawatan diri
8 (Benar-benar mengerikan) Nyeri begitu kuat sehingga Anda
tidak lagi dapat berpikir jernih, dan sering mengalami
perubahan kepribadian yang parah jika sakit datang dan
berlangsung lama
9 (Menyiksa tak tertahankan) Nyeri begitu kuat sehingga Anda
tidak bisa mentolerirnya dan sampai-sampai menuntut untuk
segera menghilangkan rasa sakit apapun caranya, tidak peduli
apa efek samping atau risikonya
10 (Sakit tak terbayangkan tak dapat diungkapkan) Nyeri begitu
kuat tak sadarkan diri. Kebanyakan orang tidak pernah
mengalami skala rasa sakit ini. Karena sudah keburu pingsan
seperti mengalami kecelakaan parah, tangan hancur, dan
kesadaran akan hilang sebagai akibat dari rasa sakit yang luar
biasa parah
Tanyakan kepada ibu pada angka berapa nyeri yang dirasakan dengan
menunjukkan posisi garis yang sesuai menurut ibu untuk menggambarkan nyeri
yang ibu rasakan sebelum intervensi dilakukan dengan membuat tanda silang
(X) pada skala yang telah disediakan.
Sebelum dilakukan tindakan (Intervensi)
INTENSITAS NYERI SESUDAH INTERVENSI DILAKUKAN
Reponden : 4. Ny. D Tanggal : 16 April 2019
Petunjuk :
1. Diisi oleh peneliti
Berikan tanda (√) pada tanda kurung yang sesuai tindakan yang dilakukan
(….) penggunaan birth ball ( √ ) massase effluerage
( √ ) affirmasi positif ( ... ) latihan napas dalam
2. Pada skala ini diisi oleh peneliti setelah ibu menunjukkan angka berapa nyeri yang
ibu rasakan dengan menggunakan skala nyeri numerik (0-10), yaitu :
Skala Keterangan
0 Tidak ada rasa sakit. Merasa normal
1 Nyeri hampir tak terasa (sangat ringan) seperti gigitan
nyamuk. Sebagian besar waktu Anda tidak pernah berpikir
tentang rasa sakit
2 (Tidak menyenangkan) nyeri ringan, seperti cubitan ringan
pada kulit
x
3 (Bisa ditoleransi) nyeri sangat terasa, seperti pukulan ke
hidung menyebabkan hidung berdarah, atau suntikkan oleh
dokter.
4 (menyedihkan) kuat, nyeri yang dalam, seperti sakit gigi atau
rasa sakit sengatan lebah.
5 (Sangat menyedihkan) kuat, dalam, nyeri yang menusuk,
seperti pergelangan kaki terkilir
6 (Intens) kuat, dalam, nyeri yang menusuk begitu kuat
sehingga tampaknya sebagian mempengaruhi sebagian indra
anda, menyebabkan tidak fokus, komunikasi terganggu
7 (Sangat intens) sama seperti 6 kecuali bahwa rasa sakit benar-
benar mendominasi indra Anda menyebabkan tidak dapat
berkomunikasi dengan baik dan tak mampu melakukan
perawatan diri
8 (Benar-benar mengerikan) Nyeri begitu kuat sehingga Anda
tidak lagi dapat berpikir jernih, dan sering mengalami
perubahan kepribadian yang parah jika sakit datang dan
berlangsung lama
9 (Menyiksa tak tertahankan) Nyeri begitu kuat sehingga Anda
tidak bisa mentolerirnya dan sampai-sampai menuntut untuk
segera menghilangkan rasa sakit apapun caranya, tidak peduli
apa efek samping atau risikonya
10 (Sakit tak terbayangkan tak dapat diungkapkan) Nyeri begitu
kuat tak sadarkan diri. Kebanyakan orang tidak pernah
mengalami skala rasa sakit ini. Karena sudah keburu pingsan
seperti mengalami kecelakaan parah, tangan hancur, dan
kesadaran akan hilang sebagai akibat dari rasa sakit yang luar
biasa parah
Tanyakan kepada ibu pada angka berapa nyeri yang dirasakan dengan
menunjukkan posisi garis yang sesuai menurut ibu untuk menggambarkan nyeri
yang ibu rasakan sebelum intervensi dilakukan dengan membuat tanda silang
(X) pada skala yang telah disediakan.
Sesudah dilakukan tindakan (Intervensi)
X
Prosedur Pelaksanaan Penggunaan Birth Ball Sebagai Pengurangan Intensitas
Nyeri Persalinan
Standar Operasional Prosedur (SOP)
Penggunaan Birth Ball
Pengertian Birth ball adalah bola terapi fisik yang membantu ibu
inpartu kala I ke posisi yang membantu kemajuan
persalinan
Tujuan Mengurangi nyeri persalinan dan membuat rasa nyaman
Petugas Bidan
Pasien Ibu bersalin pada kala 1
Persiapan Lingkungan 1. Menjaga privasi
2. Memberikan lingkungan yang nyaman
Prosedur A. PERSIAPAN ALAT:
• Birth ball
• Matras
• Kursi untuk bersandar
• Bantal untuk penyangga
• Lembar observasi
B. PERSIAPAN PASIEN:
• Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan yang
akan dilakukan
• Sudah dilakukan pemeriksaan keadaan umum,
tanda-tanda vital, serta DJJ ibu bersalin.
• Atur posisi pasien sesuai kebutuhan (comfortable)
C. PELAKSANAAN TERAPI:
• Melakukan terapi birth ball saat kontraksi pada
kala I fase aktif dengan cara berganti gerakan setiap
5-10 menit.
• Sisipkan gerakan dengan latihan napas dalam slow
breathing yaitu metode yang dilakukan dengan
cara menarik nafas perlahan-lahan dengan
menggunakan hitungan (1-3 hitungan) kemudian
anda keluarkan melalui hidung secara perlahan.
• Tambahkan affirmasi positif untuk merilekskan
pikiran ibu contoh kata-kata affirmasi positif
sebagai berikut “Setiap kali aku merasakan
kontraksi di perutku secara otomatis aku
mengambil nafas dalam untuk di arahkan ke dalam
perutku dan saat aku menghembuskan nafas rasa
relaksasi mengalir ke dalam tubuhku. Kontraksi
yang kurasakan memandu bayiku dengan lemah
lembut untuk lahir dari rahimku dengan tenang
dan nyaman. Seluruh proses persalinanku
berlangsung dengan cepat, mudah dan nyaman.”
• Saat melakukan gerakan birth ball kita bisa
mempraktikkan massase teknik effleurage dengan
cara pijatan di daerah pinggang atau punggung
menggunakan telapak jari tangan dengan pola
gerakan melingkar atau diputar searah jam atau
pada punggung ibu bersalin setinggi servikal 7 ke
arah luar menuju sisi tulang rusuk, diberikan
massase 1 jam sekali selama 30 menit dengan
frekuensi 40 kali gosokan permenit (bisa dilakukan
oleh keluarga dan suami).
• Gerakan birth ball juga dapat dimodifikasi dengan
menambahkan gerakan rebozo perut atau rebozo
panggul menggunakan kain panjang.
• Lakukan pemantauan kemajuan persalinan dan
gerakan birth ball dapat diulang terus-menerus
• Pada saat melakukan tindakan harus
memperhatikan keadaan pasien. Apabila pasien
kurang nyaman terhadap tindakan tersebut maka
tindakan dapat dihentikan.
Responden 1
Responden 2
Responden 3
Responden 4
PENGGUNAAN BIRTH BALL SEBAGAI METODE
PENGURANGAN NYERI PERSALINAN KALA I FASE AKTIF
(Studi Kasus Di Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan Jakarta
Barat Tahun 2019)
Thalia Gea Noviyanti, Nessi Meilan, Wahyudin Rajab
Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Jakarta III
Email : [email protected]
ABSTRACT
The birth process is known with pain. Pain in labor is a physiological process. but the
pain caused some mothers felt worried that they would not be able to go through labor.
Fear and anxiety can cause pain that makes the uterine muscles stronger and harder.
anxiety that cannot be managed properly can adversely affect the health of the mother
and fetus.Many efforts have been made to reduce labor pain. by using
nonpharmacology methods. The purpose of this study is to determine the difference in
pain intensity on maternity mothers use birth ball exercises and those who don't. In this
study using descriptive research conducted by examining four in-part mothers during
the active phase with case study method. The measuring instrument used in this
research is NRS Pain Scale. The result is the subject who uses a birth ball has
decreased pain from the high to be low. This research shows that he use of birth ball
can be used as a way to reduce pain during labor.
Key Words: labor pain, Relaxation with Birth Ball
ABSTRAK
Proses kelahiran identik dengan rasa nyeri. Nyeri pada persalinan merupakan proses
yang fisiologis namun rasa nyeri tersebut menyebabkan beberapa ibu merasa khawatir
tidak akan mampu melewati proses persalinan. Rasa takut dan cemas dapat
menyebabkan rasa nyeri sehingga membuat otot rahim semakin kuat dan keras.
Padahal kecemasan yang tidak dapat dikelola dengan baik dapat berdampak buruk pada
kesehatan ibu dan janin. Banyak upaya yang telah dilakukan untuk menurunkan nyeri
pada persalinan, dengan menggunakan metode nonfarmakologi. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui perbedaan intensitas nyeri pada ibu bersalin menggunakan
latihan birth ball dan yang tidak. Dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian
deskriptif yang dilakukan dengan cara meneliti empat responden ibu inpartu kala 1 fase
aktif dengan metode studi kasus. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah
NRS (Numeric Rating Scale). Hasilnya adalah subjek yang menggunakan birth ball
mengalami penurunan nyeri sedang menjadi ringan. Penelitian ini menunjukkan bahwa
penggunaan birth ball dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk menurunkan nyeri
saat persalinan.
PENDAHULUAN
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang
telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui
jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri). (Sulistyawati dan
Nugraheny, 2010). Proses kelahiran identik dengan rasa nyeri yang akan dijalani nyeri
pada persalinan merupakan proses yang fisiologis. Nyeri menyebabkan frustasi dan
putus asa, sehingga beberapa ibu merasa khawatir tidak akan mampu melewati proses
persalinan.
Penanggulangan nyeri persalinan merupakan usaha untuk menurunkan AKI. Nyeri
persalinan harus diatasi dengan cara yang efektif karena bila nyeri yang dibarengi
dengan reaksi stress maka akan memiliki efek samping yang berbahaya bagi ibu dan
juga janinnya (Danuatmaja, 2004 dalam Marni, 2014).
Banyak upaya yang telah dilakukan untuk menurunkan nyeri pada persalinan, dengan
menggunakan metode nonfarmakologi diantaranya kompres hangat, kompres dingin,
hidroterapi, counterpressure, penekanan lutut, gerakan, pengaturan posisi, relaksasi dan
latihan pernafasan, usapan di punggung atau abdomen, dan pengosongan kandung
kemih (Yuliatun (2008) dalam Kholisotin, 2010).
Rasa takut dan cemas dapat menyebabkan rasa nyeri sehingga membuat otot rahim
semakin kuat dan keras. Kecemasan dan ketakutan juga dapat memicu keluarnya
hormon adrenalin yang menyebabkan serviks menjadi kaku yang berdampak pada
proses persalinan menjadi lambat. Kecemasan dan ketakutan menyebabkan pernapasan
ibu tidak teratur sehingga dapat mengurangi sirkulasi oksigen bagi tubuh ibu dan janin
(Maryunani,2010).
Birthball (bola kelahiran) adalah bola terapi fisik yang membantu ibu inpartu kala
I ke posisi yang membantu kemajuan persalinan. Sebuah bola terapi fisik dapat
digunakan dalam berbagai posisi. Dengan duduk di bola dan bergoyang-goyang
membuat rasa nyaman dan membantu kemajuan persalinan dengan menggunakan
gravitasi, sambil meningkatkan pelepasan endorphin karena elastisitas dan lengkungan
bola merangsang reseptor di panggul yang bertanggung jawab untuk mengsekresi
endorphin (Maurenne, 2005).
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan, maka penulis tertarik untuk meneliti
tentang “penggunaan birth ball sebagai metode pengurangan nyeri persalinan kala i
fase aktif (studi kasus di puskesmas kecamatan grogol petamburan jakarta barat tahun
2019)”.
METODE
Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif dengan menggunakan desain studi
kasus bentuk tunggal (One-Shot Case Study). Responden berjumlah 4 orang ibu yang
sedang inpartu kala I fase aktif dengan nyeri persalinan di Puskesmas Kecamatan
Grogol Petamburan Jakarta Barat. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
adalah rekam medis untuk menunjang data penelitian, informed consent untuk
mengetahui responden bersedia dalam penelitian, kuesinoer tingkat nyeri NRS
(Numeric Rating Scale). Pengumpulan data yang digunakan adalah menggunakan
data primer observasi dan wawancara langsung pada respomden.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian dilakukan dengan jumlah responden 4 yaitu, 2 ibu yang diberikan treatment
dan 2 ibu tidak diberikan treatment di kala I fase aktif. Sebelum responden diberikan
treatment, peneliti melakukan 2 kali latihan menggunakan birth ball pada 2 responden
saat melakukan ANC di puskesmas dan dievaluasi setiap pertemuan. Pengumpulan
data dilakukan dengan cara wawancara, observasi, dan melaksanakan kegiatan
pengurangan nyeri menggunakan birth ball pada responden yang diberikan treatment
dan pada responden yg lain menggunakan teknik pengurangan nyeri dengan massase,
latihan napas dalam dan affirmasi positif. Setelah penelitian dilaksanakan, kemudian
data yang telah didapat diolah dan hasil wawancara dan observasi disajikan dalam
bentuk tabel.
Tabel.4.1
Gambaran Kondisi Responden di Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan
Tahun 2019
Pernyataan
Pasien Intervensi Birth Ball Pasien Non Intervensi Birth Ball
Responden 1 Responden 2 Responden 3 Responden 4
Keluhan Ibu datang pukul
10.00 WIB pada
tanggal 14 April
2019 dengan
keluhan mulas-
mulas sejak jam
04.00 WIB, sudah
Ibu datang pukul
08.35 pada tanggal
9 April 2019
dengan keluhan
mulas-mulas sejak
jam 01.00 WIB,
belum keluar air-
Ibu datang pukul
16.10 pada
tanggal 1 April
2019 dengan
keluhan mulas-
mulas sejak jam
07.00 WIB,
Ibu datang pukul
05.00 pada tanggal 16
April ; 2019 dengan
keluhan mulas-mulas
sejak jam 01.00 WIB,
belum keluar air-air
dan sudah keluar
keluar lendir
bercampur darah
dan belum keluar
air-air
air dan sudah
keluar lender
bercampur darah
sudah keluar
lendir bercampur
darah dan belum
keluar air-air
lender bercampur
darah
Pembukaan 6 Cm 4 Cm 6 Cm 4 Cm
Pendamping
persalinan
Suami dan Ibu Suami Ibu Keluarga
His 3x10’x35’’ 2x10’x30’’ 3x10’x35’’ 2x10’x30’’
Riwayat
Penyakit
Ibu tidak memiliki
riwayat penyakit
menurun ataupun
menderita suatu
penyakit
Ibu tidak memiliki
riwayat penyakit
menurun ataupun
menderita suatu
penyakit
Ibu tidak
memiliki riwayat
penyakit
menurun ataupun
menderita suatu
penyakit
Ibu tidak memiliki
riwayat penyakit
menurun ataupun
menderita suatu
penyakit
Diagnosis G2P1A0 hamil 39
minggu inpartu
kala I fase aktif
Janin tunggal
hidup presentasi
kepala
G1P0A0 hamil 40
minggu inpartu
kala I fase aktif
Janin tunggal hidup
presentasi kepala
G2P1A0 hamil 38
minggu inpartu
kala I fase aktif
Janin tunggal
hidup presentasi
kepala
G3P2A0 hamil 39
minggu inpartu kala I
fase aktif
Janin tunggal hidup
presentasi kepala
Intervensi
yang
dilakukan
Bermain birth ball
selama 15 menit,
berlatih napas
dalam, affirmasi
positif, massase
effleurage
Bermain birth ball
selama 15 menit,
berlatih napas
dalam , affirmasi
positif, massase
effleurage
Massase
effleurage,
berlatih napas
dalam
Massase effleurage,
affirmasi positif
Skor
Sebelum
6 7 7 4
Dilakukan
Treatment
Skor
Sesudah
Dilakukan
Treatment
2 4 6 5
Berdasarkan hasil dari pemberian teknik relaksasi dengan penggunaan birth
ball kepada 2 responden ibu multipara dan primipara, dan kepada 2 responden
lainnya diberikan teknik relaksasi dengan massase serta affirmasi positif dan napas
dalam tetapi setiap responden mempunyai tingkat nyeri yang berbeda.
1. Pengurangan nyeri persalinan dengan pengunaan birth ball
Kontraksi rahim menyebabkan dilatasi dan penipisan serviks serta iskemia
rahim akibat kontraksi arteri miometrium. Biasanya ibu hanya mengalami rasa
nyeri ini hanya selama kontraksi dan bebas dari rasa nyeri pada interval antar
kontraksi
Nyeri Ligamentum, ligament teres uteri melekat di sisi-sisi tepat di bawah
uterus. Secara anatomis memiliki kemampuan memanjang saat uterus meninggi
dan masuk ke dalam abdomen. Nyeri ligamentum teres uteri diduga akibat
peregangan dan penekanan berat uterus yang meningkat pesat pada ligamentum.
Ketidak nyamanan ini merupakan salah satu yang harus ditoleransi oleh ibu
bersalin sejak masa kehamilan. Nyeri punggung bawah tepatnya pada lumbosakral
yang diakibatkan terjadinya pergeseran pusat gravitasi dan postur tubuh ibu
bersalin, yang semakin berat seiring semakin membesarnya uterus.
Penggunaan birth ball selama persalinan mencegah ibu dalam posisi terlentang
secara terus-menerus. Birth ball memposisikan tubuh ibu secara optimal dan
pengurangan nyeri selama kontraksi uterus memunculkan gerakan yang tidak biasa.
Latihan birth ball dapat meningkatkan mobilitas panggul ibu hamil. Latihan ini
dilakukan dalam posisi tegak dan duduk, yang diyakini untuk mendorong
persalinan dan mendukung perineum untuk relaksasi dan meredakan nyeri
persalinan (RW, 2013)
Gerakan jongkok atau duduk di atas birth ball dapat membuka panggul ibu
lebih lebar bahkan pada diameter yang terluas untuk bayi bisa bermanuver lebih
mudah, membuat perineumnya lebih rileks sedangkan gerakan berdiri dan
bersandar pada birth ball bisa menjaga agar tubuhnya tetap tegak dan dengan
bantuan gaya gravitasi ini dapat memudahkan menurunkan bayinya. (Island
Childbirth Education).
2. Perbedaan tingkatan nyeri persalinan dengan pengunaan birth ball dan tidak
Proses kelahiran identik dengan rasa nyeri yang akan dijalani nyeri pada
persalinan merupakan proses yang fisiologis. Nyeri menyebabkan frustasi dan
putus asa, sehingga beberapa ibu merasa khawatir tidak akan mampu melewati
proses persalinan.
Banyak upaya yang telah dilakukan untuk menurunkan nyeri pada persalinan,
dengan menggunakan metode nonfarmakologi diantaranya kompres hangat,
kompres dingin, hidroterapi, counterpressure, penekanan lutut, gerakan,
pengaturan posisi, relaksasi dan latihan pernafasan, usapan di punggung atau
abdomen, dan pengosongan kandung kemih.
Untuk menilai tingkatan nyeri pada setiap responden, peneiti menggunakan
Numeric Rating Scale (NRS) yang terdiri dari 0-10 angka diklasifikasikan dalam 3
tingkatan nyeri yaitu nyeri ringan, nyeri sedang, dan nyeri berat.
Hasil penelitian menunjukkan perbedaan nyeri yang dialami responden,
responden 1 dan 2 yang diberikan treatment birth ball sejak hamil mengalami
penurunan intensitas nyeri yang awalnya nyeri sedang menjadi nyeri ringan,
sedangkan pada responden 3 dan 4 yang tidak menggunakan birth ball mengalami
penurunan intensitas nyeri namun hanya berkurang sedikit dan masih dalam
intensitas nyeri yang berat.
Terdapat karakteristik pada ibu bersalin di Puskesmas Kecamatan Grogol
Petamburan Tahun 2019, antara lain:
a. Usia
Keempat responden sama sama pada usia yang produktif dan memiliki
tingkatan nyeri yang berbeda sesuai dilatasi serviks yang dialami. Hal ini
kemungkinan disebabkan karena usia yang produktif tidak menjadi ukuran
kematangan terhadap emosi karena saat ibu yang sedang menjalani proses
persalinan mempunyai rasa nyeri saat kontraksi, lalu pikiran dan emosinya
terpengaruh sehingga pikiran yang dominan adalah rasa takut, cemas, hingga
memikirkan hal yang negatif terjadi pada dirinya sehingga rasa nyeri saat
kontraksi semakin terasa.
b. Paritas
Pada hasil penelitian menunjukan bahwa tingkat nyeri yang dialami
responden bervariasi, responden 1, 2, 3 dan 4 memiliki paritas yang berbeda.
Menurut (Handayani, 2015) Paritas dapat mempengaruhi tingkatan nyeri,
karena terkait dengan aspek psikologis, dengan semakin dekatnya masa
persalinan, terutama pada persalinan pertama, wajar jika timbul perasaan cemas
ataupun takut. Sedangkan pada multigravida perasaan ibu hamil terganggu
akibat rasa sakit, tegang, bingung yang selanjutnya ibu akan merasa cemas oleh
bayangan rasa sakit yang dideritanya dulu sewaktu melahirkan.
c. Pendidikan
Pendidikan merupakan suatu proses perubahan sikap dan tata laku yang
berlangsung secara terus menerus, dimana pendidikan merupakan faktor eksternal
yang mempengaruhi tingkat kesehatan manusia, karena dengan semakin tinggi
pendidikan seseorang maka diharapkan pengetahuan dan kemampuannya semakin
meningkat
d. Dukungan Keluarga
Pada kala I fase aktif reaksi ibu bersalin antara lain adalah kecemasan,
ketakutan dan meningkatnya sensitivitas nyeri. Dengan adanya dukungan orang-
orang berarti terutama suami akan memberi perasaan aman dan nyaman.
Kehadiran seseorang pendamping persalinan juga akan membantu merangsang
pengeluaran hormone oksitosin yang memberi pengaruh pada proses kemajuan
persalinan.
Responden 1 dan 2 datang ke puskesmas diantar oleh suami dan keluarga,
sedangkan pada responden 3 datang hanya dengan Ibu karena suami sedang
bekerja dan pada responden 4 datang hanya ditemani adik karena suami sedang
berada di luar kota. Dalam hal ini tingkat nyeri yang dialami oleh masing-masing
responden pun berbeda.
SIMPULAN
Selama proses pelaksanaan studi kasus ini, maka dapat di ambil kesimpulan yaitu
karakteristik ibu bersalin di Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan Tahun 2019
adalah usia, paritas, pendidikan dan dukungan keluarga. Intensitas nyeri yang dialami
oleh responden dengan intervensi penggunaan birth ball dengan menggunakan skala
NRS mengalami penurunan tingkatan nyeri 3-4.Intensitas nyeri yang dialami oleh
responden 3 dengan non intervensi penggunaan birth ball dengan menggunakan skala
NRS mengalami penurunan tingkatan nyeri 1. Sedangkan intensitas nyeri yang dialami
oleh responden 4 dengan non intervensi penggunaan birth ball dengan menggunakan
skala NRS mengalami peningkatan nyeri 1.
DAFTAR RUJUKAN
Sulistyawati, Ari., Esti Nugraheny. 2010. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin.
Jakarta : Salemba Medika.
APN. 2014. Buku Acuan Persalinan Normal. Jakarta: JNPK-KR
Hidayat. A. M., Sujiyatini. 2010. Asuhan Kebidanan Persalinan. Yogyakarta: Nuha
Medika.
IBI. 2016. Buku Acuan Midwifery Update. Jakarta : IBI
Judha, et al. 2012. Teori Pengukuran Nyeri dan Nyeri Persalinan. Yogyakarta : Nuha
Medika.
Maryunani, A., 2010. Nyeri dalam Persalinan, Edisi 1, Jakarta: Trans Info Media
Sriwenda, D. 2016. Efektifitas Latihan Birth Ball terhadap Efikasi Diri Primipara
dengan Persalinan Normal. Bandung : Journal Ners And Midwifery
Indonesia.
Hanesty, Dila. 2017. Jakarta. Perbandingan Efektifitas Kompres Hangat Terhadap
Penurunan Nyeri Persalinan Pada Ibu Multipara Di Puskesmas Pulo Gadung
Tahun 2017. Jakarta, Poltekkes Kemenkes Jakarta 3.
Fitriyani. 2018. Penggunaan Birth Ball Untuk Mengurangi Nyeri Persalinan Kala I
Di Praktik Mandiri Bidan Aning Friyanti, Amd. Keb . Jurnal Stikes
Muhammadiyah Gombong. (http://elib.stikesmuhgombong.ac.id/922/, diakses
pada 15-01-2019)
Maurenne. 2005. Birthing Ball (http://mynaturalchidbirth.org/birthing-ball/, diakses
tanggal 24-01-2019)
Bidan Andalan, 2015.,Birthing Ball dan Musik Yang Populer Saat Ini
(http://www.bidanandalan.com/2015/11/prosesmelahirkan-normal-
denganmetode.html , diakses, 12-02-2019)
Oktifa, dkk, 2012. Birth Ball, Seminar Akhir Departemen Maternitas, PSIK, FK
Universitas Brawijaya, Malang
Magfuroh, Annisa. (2012). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Nyeri
Persalinan Kala I Fase Aktif Di Ruang Bersalin Rumah Sakit Umum
Kabupaten Tangerang. Jakarta, Univeritas Islam Syarif Hidayatullah.
(http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25501/1/ANNISA
%20MAGFUROH%20-%20fkik%20.pdf, diakses pada tanggal 21-04-2019)
Aprilia, Y. dan Ricthmond, B (2011). Gentle Birth: Melahirkan Nyaman Tanpa Rasa
Sakit. Jakarta : PT Gramedia Widiasarana Indonesia.
Rusmayani Astrina, 2012. Pengaruh Teknik Distraksi Birthball Terhadap Penurunan
Intensitas Nyeri Ibu Inpartu Kala I.(http://old.fk.ub.ac.id/artikel/id/ , diakses
pada tanggal 24-02-2019). FK Universitas Brawijaya.
Mander, Rosemary. 2012. Nyeri Persalinan. Jakarta : EGC
Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
_____________________. 2013. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Dyah, dkk. 2013. Hubungan Pelaksanaan Pelvic Rocking Dengan Birthing Ball
Terhadap Lamanya Kala I Pada Ibu Bersalin Di Griya Hamil Sehat Mejasem.
Politeknik Harapan Bersama Tegal
(http://ejournal.poltektegal.ac.id/index.php/siklus/article/view/206, diakses
pada 28-01-2019)
Puspita, A D. (2013). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nyeri Persalinan
Pada Ibu Bersalin Kala I Fase Aktif di Puskesmas Mergangsan Tahun 2013
(online). Yogyakarta, STIKES Aisyiyah.
(http://opac.unisayogya.ac.id/1306/1/naskah%20publikasi.pdf , diakses pada
tanggal 20-03-2019)
Maryani, T. 2016. Terapi Birth Ball Berpengaruh Terhadap Lama Kala II Dan
lntensitas Nyeri Persalinan Pada lbu Bersalin Primigravida Di RB Kasih lbu
Yogyakarta. Jurnal Poltekkes Yogyakarta.
(http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/426/1/TERAPI%20BIRTH%20BALL%20
BERPENGARUH%20TERHADAP%20LAMA%20KALA%20II%20DAN%
20INTENSITAS%20NYERI%20PERSALINAN%20PADA%20IBU%20BE
RSALIN%20PRIMIGRAVIDA%20DI%20RB%20KASIH%20IBU%20YOG
YAKARTA.pdf, diakses pada tanggal 02-02-2019)
Sari, NM. 2013. Pengaruh Terapi Musik Klasik Terhadap Intensitas Nyeri Pada Ibu
Primigravida kala I Fase Aktif persalinan di Klinik Bersalin Wilayah Kerja
Puskesmas Deliuta (online). Medan, Universitas Sumatra Utara. Thesis.
(http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/46253 , diakses pada tanggal
11-02-2019)
Tobing, Hendri. 2016. Pengaruh Terapi Musik Klasik Terhadap Intensitas Nyeri
Pada Ibu Primigravida Kala I Fase Aktif Persalinan. Medan, Poltekkes
Kemenkes Medan.
Top Related