PENGARUH YOGA TERHADAP TEKANAN DARAH PADA
PENDERITA HIPERTENSI DI PURWODININGRATAN
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada
Program Studi Keperawatan
Oleh
MIAYUNAISYA DYAHPARTITA NURWIDYA
J210161044
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN TRANSFER
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKRTA
2018
i
ii
iii
1
PENGARUH YOGA TERHADAP TEKANAN DARAH PADA
PENDERITA HIPERTENSI DI PURWODININGRATAN
Abstrak
Pendahuluan: Hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang tidak normal dengan
angka sistolik dan diastolik yang menunjukkan angka 140 / 90mmHg yang lebih
tinggi dan diukur setidaknya pada tiga kesempatan yang berbeda. Tekanan darah
yang meningkat dan berkepanjangan dapat merusak pembuluh darah pada organ
target seperti ginjal, jantung, otak dan mata, sehingga hipertensi menjadi salah
satu faktor utama penyebab kematian nomor satu di seluruh dunia atau dikenal
sebagai silent killer.
Tujuan: untuk mengetahui pengaruh yoga terhadap tekanan darah pada penderita
hipertensi di Purwodiningratan.
Metode Penelitan: Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain
penelitian Quasi experiment dengan pendekatan non equivalent control group
yang dilakukan pada 03 – 30 Desember 2017. Populasi dalam penelitian ini adalah
penderita hipertensi esensial di kelurahan purwodiningratan, diantaranya 52
responden dipilih sesuai kriteria inklusi, hipertensi 10 responden (19,2%),
hipertensi stadium 1 15 responden (28,8%), dan hipertensi stadium 2 27
responden (51.9%). Analisis data menggukanan uji mann whiteny untuk
mengetahuai uji beda pengaruh .
Hasil: Hasil menunjukkan bahwa ada pengaruh yoga terhadap penurunan tekanan
darah namun tidak signifikan, dengan nilia p value tekanan sistolik (p=0,001), dan
tekanan diastolik (p=0,002).
Kesimpulan: Pemberian latihan yoga (perengangan dan pernapasan) yang
dilakukan secara rutin hal ini dapat membuat peredaran darah lebih lancar.
Kata Kunci : yoga, tekanan darah, hipertensi.
Abstrack
Backgorund: hypertension is an abnormally high blood pressure with systolic and
diastolic numbers indicating a higher number of 140 / 90mmHg and measured at
least on three different occasions. Increased and prolonged blood pressure can
damage blood vessels in target organs such as kidneys, heart, brain and eyes, so
hypertension becomes one of the main factors as the number one cause of death
worldwide or known as the silent killer.
Purpose: to determine the effect of yoga on blood pressure in hypertensive
patients in Purwodiningratan.
Methode: this research is quantitative research with Quasi experiment research
design with non equivalent control group approach done on 03 - 30 December
2017. Population in this research is patient of essential hypertension in
purwodiningratan urban village, among which 52 respondents selected according
to inclusion criteria, hypertension 10 respondents (19 , 2%), stage 1 hypertension
15 respondents (28.8%), and hypertension stage 2 27 respondents (51.9%). The
data analysis used mann whiteny test to know the effect difference test.
2
Result: the results show that there is a yoga effect on blood pressure decrease but
not significant, with nilia p value of systolic pressure (p = 0,001), and diastolic
pressure (p = 0,002).
Conclusion: giving yoga practice (pervasive and breathing) routinely this can
make blood circulation more smoothly.
Keywords: yoga, blood pressure, hypertension.
1. PENDAHULUAN
Hipertensi merupakan tekanan darah tinggi yang bersifat abnormal
dengan angka sistolik dan diastolik menunjukkan angka lebih tinggi dari
140/90mmHg dan diukur paling tidak pada tiga kesempatan yang berbeda.
Tekanan darah yang meningkat dan berkepanjangan dapat merusak
pembuluh darah di organ target seperti ginjal, jantung, otak dan mata,
sehingga hipertensi menjadi salah satu faktor utama sebagai penyebab
kematian nomor satu didunia atau dikenal sebagai the silent killer
(Ardiansyah, 2012., DiGiulio, 2014.,Pusdatin, 2014., dan Smeltzer, 2016).
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua yaitu hipertensi
primer (esensial) dan hipertensi sekunder, di kalangan masyarakat banyak
dijumpai kejadian atau kasus hipertensi esensial. Hipertensi esensial
merupakan hipertensi yang penyebabnya tidak diketahui (idiopatik),
walaupun dikaitkan dengan kombinasi faktor gaya hidup seperti kurang
bergerak (inaktivitas) dan pola makan (Pusdatin, 2014).
American Heart Association (AHA) tahun 2013 memaparkan bahwa
penduduk Amerika yang berusia diatas 20 tahun dan menderita hipertensi
telah mencapai angka hingga 74,5 juta jiwa, namun hampir sekitar 90-95%
kasus hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya (Pusdatin, 2014).
Berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah di Indonesia, prevalensi
hipertensi pada penduduk umur 18 tahun ke atas tahun 2013 menggunakan
unit analisis inividu secara nasional menunjukan sebesar sebesar 25.8%, jika
penduduk Indonesia sebesar 252.124.458 jiwa maka terdapat
65.048.110.jiwa (Riskesdas, 2014). Menurut profil dinas kesehatan provinsi
Jawa Tengah tahun 2015 ditemukan angka kejadian pada penderita
hipertensi primer (esensial) dengan prevalensi sekitar 90% dari total
3
kejadian hipertensi, dengan angka kejadian mencapai 281.581 kasus, lalu
tahun 2016 meningkat sebanyak 473.603 kasus, sedangkan pada kabupaten
Surakarta angka kejadian kasus di tahun 2015 mencapai 12.157 kasus dan
ditahun 2016 meningkat menjad 24.614 kasus.
Hipertensi esensial dapat dicegah atau diobati, antara lain dengan
mengkonsumsi obat-obatan penurun tekanan darah, mengubah pola makan,
mengurangi pemakaian garam, olahraga aerobik, menghindari alkohol,
menghindari merokok dan metode keperawatan holistik (Ardiansyah, 2012).
Keperawatan holistik saat ini sangat dikenal sebagai pendekatan terbaik
untuk menyeimbangkan kehidupan dan kesehatan seseorang dengan cara
menyatukan aspek fisik, mental, dan spiritualnya sebagai manusia yang
utuh, serta memanfaatkan teknologi perawatan modern maupun beragam
terapi alternatif (komplementer), yang dimana terapi tersebut dapat
meningkatakan kesehatan secara menyeluruh. Terapi komplementer
memiliki empat kelompok, salah satunya yaitu terapi pikiran tubuh atau
mind body therapy dan contohnya yaitu yoga (Widyatuti, 2008).
Yoga merupakan suatu mekanisme penyatuan dari tubuh (body),
pikiran (mind) dan jiwa (soul) (Yoga, 2016).Yoga mengkombinasikan antara
teknik bernapas (pranayama), relaksasi dan meditasi serta latihan
peregangan atau postur (asana) (Jain, 2011). Yoga dianjurkan pada
penderita hipertensi, karena yoga memiliki efek relaksasi yang dapat
meningkatkan sirkulasi darah ke seluruh tubuh. Sirkulasi darah yang lancar,
mengindikasikan kerja jantung yang baik (Yoga, 2016).Asana pada yoga
dapat menstimulasi pengeluaran hormon endorphin, hormon ini dapat
berfungsi sebagai obat penenang alami yang diproduksi otak yang
melahirkan rasa nyaman, dan meningkatnya kadar endorphin dalam tubuh
dapat mengurangi tekanan darah tinggi. Pranayama dalam yoga adalah
bentuk latihan pernafasan, pola penafasan yang terkontrol secara volunter
dapat memengaruhi peningakatan aktivitas sistem saraf parasimpatis dan
juga dapat meningkatkan kadar dopamin yang berfungsi untuk menurunkan
stress emosional yang juga dapat merelaksasikan pembuluh darah dan
4
tekanan darah menurun, sehingga yoga dianjurkan sebagai salah satu terapi
komplementer untuk penderita hipertensi. (Sindhu,2013 dan Prawesti, 2015)
Menurut Therese, Praveena, Murali (2016) dengan penelitian yang
berjudul yogaeffective therapy to reduce blood pressure among hypertensive
clients, menunjukan hasil tingkat perbandingan pretest dan postest tekanan
darah kelompok eksperimen dan kontrol rata-rata secara statistic signifikan,
sehingga yoga memiliki dampak yang baik terhadap kesehatan. Studi
tersebut membuktikan bahwa terapi yoga dapat mengurangi tekanan darah
pada pasien hipertensi.
Hasil penelitian Werdani (2013) dengan judul penelitian “Pengaruh Positif
Modifikasi Senam Jantung dan Yoga pada Hipertensi Stage 1”.mengatakan
bahwa modifikasi senam jantung dan yoga, secara signifikan menurunkan
tekanan darah dengan rata-rata penurunan tekanan darah sistolik 5 mmHg
dan diastolik 2,8mmHg. Pada kelompok intervensi selain diberi latihan
yoga asana (peregangan atau postur) kelompok juga diberi latihan
pranayama (teknik pernapasan) yang dapat meningkatkan dopamin, untuk
memberikan relaksasi pada pembuluh darah dan dapat membuat tekanan
darah menurun. Hasil penelitian Hagins, States, Selfe, Innes yang berjudul
effectivitnes of yoga for hypertension: systematic review and meta-analisis
mengatakan bahwa kelompok intvensi yang menggabungkan 3 elemen dasar
latihan yoga (postur, meditasi, dan pernapasan) menunjukkan pengurangan
tekanan darah yang signifikan untuk (SBP: 8,17 mmHg; DBP: 6,14
mmHg). Kesimpulannya yoga dapat direkomendasikan sebagai intervensi
efektif untuk mengurangi tekanan darah. Puskesmas Purwodiningatan
merupakan salah satu puskesmas di Surakarta dengan penyakit hipertensi
yang tinggi dengan jumlah kasus hipertensi esensial yaitu 3.221 kasus yang
jumlah penduduknya 4.817 jiwa (Dinas Kesehatan Kota Surakarta, 2016).
5
Menurut hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 23
Maret 2017 di Purwodiningratan 7 dari 10 responden yang diwawancarai
mengatakan rata-rata sudah mengidap penyakit hipertensi 4 tahun lamanya,
5 dari 7 mengatakan tidak minum obat secara teratur. Peneliti melakukan
pengukuran tekanan darah kepada 7 responden yang mengalami hipertensi,
hasil dari pengukuran yakni tekanan darah anatra 150/90mmHg sampai
180/100mmHg. Dari fenomena tersebut maka peneliti tertarik melakukan
penelitian dengan judul “pengaruh yoga terhadap tekanan darah
padapenderita hipertensi di Purwodiningratan
2. METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakandesain penelitian Quasi experiment
dengan pendekatan non equivalent control group.Penelitian dilakukan di
Puskesmas Purwodiningratan Kota Surakarta. Waktu penelitian
dilaksanakan pada tanggal 03 – 30 Desember 2017.Sampeldalam penelitian
ini adalah klien penderita hipertensi esensial yang tinggal di lingkungan
Purwodiningratan yangmemenuhi kriteria restriksi.Sedangkanteknik
sampling yang digunakan dalampenelitian ini adalah denganmenggunakan
teknik purposive sampling.Besar sampel yang yang dibutuhkandalam
penelitian ini sebanyak 52 orang.Penelitian ini menggunakan Instrument
sphygmomanometer, stetoscope, lembaridentitas, dan lembar penilaian hasil
ukur tekanan darah.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Karakteristik Responden
Data karakteristik responden terdiri dari jenis kelamin, umur
tingkat pendidikan, riwayat menderita hipertensi dan tekanan darah
responden sebelum diberi yoga.
Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol
Frekuensi % Frekuensi %
Jenis
Kelamin
6
Tabel 1 Distribusi Karakteristik responden
Tabel 1. menunjukkan responden kelompok eksperimen maupun
kelompok kontrol perempuan lebih banyak masing-masing 57,1% dan
73,1%. Pada usia menunjukkan rata-rata usia responden kelompok
eksperimen adalah 45.73 ± 6,2 tahun, dengan umur paling muda 34
tahun dan tertua 56 tahun. Rata-rata umur responden kelompok kontrol
adalah 45.38 ± 52 tahun, dengan umur paling muda 36 tahun dan tertua
57 tahun, dan pada tingkat pendidikan responden menunjukkan sebagian
besar tingkat pendidikan responden kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol adalah SMA masing-masing 53,8% dan 50%.
3.2 Gambaran tekanan darah responden
3.2.1 Gambaran tekanan darah sebelum diberikan terapi
Tekanan darah responden pada saat pre test baik sistolik dan
diastolik dijelaskan dalam tabel 2
Tabel 2 Distribusi tekanan darah responden pada saat pre test
Rata-rata Median SD Min Maks P
tek. darah sistolik
eksperimen
153.84 160 7.52 140 160 0.644
tek. darah sistolik kontrol 152.69 155 8,2 140 160
tek. darah diastolic
eksperimen
93.07 90 4.70 90 100 0.564
Laki-Laki 11 42.3 7 26.9
Perempuan 15 57.7 19 73.1
Pendidikan
Tidak sekolah 4 15.4 2 7.7
SD 0 0 4 15.4
SMP 5 19.2 3 11.5
SMA 14 53,8 13 50.0
DIII 3 11.5 4 15.4
Rata-
rata SD
Medi
an
Termu
da
Tert
ua
Rata-
rata SD
Medi
an
Termu
da
Tertu
a
Usia 45.7 6.2 46 34 56 45.3 5.2 46 36 57
7
tek. darah diastolic
kontrol
93.84 90 4.96 90 100
Tabeel 2 menunjukkan rata-rata tekanan darah sistolik
kelompok eksperimen, pada saat pre test adalah 153.84 ± 7,52
mmHg, dengan tekanan darah sistolik terendah 140 mmHg dan
tertinggi 160 mmHg. Tekanan darah diastolik dengan rata-rata 93,07
± 4,70 mmHg, dengan tekanan darah diastolik terendah 90 mmHg
dan tertinggi 100 mmHg.
Rata-rata tekanan darah sistolik kelompok kontrol pada saat
pre test adalah 152.69± 8,20 mmHg, dengan tekanan darah sistolik
terendah 140 mmHg dan tertinggi 160 mmHg. Tekanan darah
diastolik dengan rata-rata 93,84 ± 4,96 mmHg, dengan tekanan
darah diastolik terendah 90 mmHg dan tertinggi 100 mmHg. Nilai p
value pada sistolik yakni 0.64 dan pada diastolik 0.564, oleh karena
itu dapat disimpulkan tidak terdapat perbedaan pada teknan darah
sistolik dan diastolik karena nilai p>0.05.
3.2.2 Gambaran Tekanan Darah Responden setelah diberikan terapi
Tabel 3 Distribusi tekanan darah responden pada saat posttest
Rata-rata Median SD Min Maks P
tek. darah sistolik
eksperimen
143.84 140 6.79 130 150 0,001
tek. darah sistolik kontrol 153.30 150 6,5 140 160
tek. darah diastolic
eksperimen
90.00 90 4.00 80 100 0,002
tek. darah diastolic kontrol 94.84 90 5.03 90 100
Tabel 3 menunjukkan rata-rata tekanan darah sistolik dan
diastolik kelompok eksperimen pada saat post test adalah 143/ 93
mmHg, dengan tekanan darah sistolik terendah 130 mmHg dan
tertinggi 150 mmHg dan tekanan darah diastolik terendah 90 mmHg
dan tertinggi 100 mmHg.
8
Rata-rata tekanan darah sistolik kelompok kontrol pada saat
post test adalah 153/94 mmHg, dengan tekanan darah sistolik
terendah 140 mmHg dan tertinggi 160 mmHg dan tekanan darah
diastolik terendah 90 mmHg dan tertinggi 100 mmHg. Berdasarkan
hasil dari p value pada tekananan darah sistolik dan diastolik dengan
nilai p<0,05 dapat disimpulakan adanya perubahan yang signifikan.
3.3 Analisis uji beda pengaruh yoga terhadap tekanan darah pasien
hipertensi
Hasil uji beda beda pengaruh yoga terhadap tekanan darah pasien
hipertensi ditampilkan dalam tabel 4
Tabel 4 Hasil uji beda pengaruh yoga terhadap tekanan darah pasien
hipertensi
Tekanan darah Mean Rank Z p
Selisih tekanan darah pre test post
test kel. Eksperimen – kel. kontrol
32.85 -3,572 0,001
18.88
Tabel 4 menunjukkan hasil uji beda pengaruh yoga terhadap tekanan
darah pasien hipertensi diperoleh nilai p = 0,001, sehingga disimpulkan
terdapat pengaruh yoga terhadap tekanan darah pada penderita hipertensi
di Purwodiningratan.
3.4 Pembahasan
3.4.1 Karakteristik responden
3.4.1.1 Jenis kelamin
Data karakteristik responden kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol banyak berjenis kelamin perempuan. Tambayong (2006)
menyatakan insiden hipertansi terjadi pada perempuan lebih tinggi
dikarenakan fungsi hormon esterogen pada wanita usia pertengahan mulai
menurun, dimana hormon ini berperan dalam meningkatkan kadar HDL
(High Density Lipoprotein), yang merupakan faktor pelindung terjadinya
arterosklerosis, teori tersebut sama halnya dengan penelitian Putri (2014)
di Desa Mancasan wilayah kerja Puskesmas I Baki Sukoharjo dari 82
9
responden penelitian myoritas yang mengalami hipertensi adalah
perempuan sebesar 57,3%.
3.4.1.2 Umur
Berdasarkan hasil penelitian rata-rata rata-rata umur responden
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol adalah 45 tahun. Smeltzer &
Bare (2007) mengemukakan perubahan struktural dan fungsional pada
sistem pembuluh perifer bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah
yang terjadi seirinng bertambahnya umur seseorang. Perubahan tersebut
meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat, dan penurunan
dalam relaksasiotot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya
menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah.
Konsekuensinya aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam
mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume
sekuncup), mengakibatkan penurunan curah jantung, danpeningkatan
tahanan perifer sehingga insidensi hipertensi meningkat seiring
pertambahan usia Penelitian Miles (2013) menyebutkan rata-rata umur
responden penelitian baik kelompok eksperimen maupun kelompok
kontrol adalah 44 tahun dalam penelitian pengaruh yoga terhadap tekanan
darah dan detak jantung di Fakultas ilmu kesehatan Universitas Texas,
Amerika Serikat.
3.4.1.3 Tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan responden kelompok eksperimen dan kelompok
sebagian besar adalah SMA. Menurut Notoadmojo (2007) pendidikan
yang tinggi mempengaruhi pemahaman seseorang terhadap sesuatu
pengetahuan termasuk pemahaman manfaat terapi yoga terhadap
perubahan tekanan darah, sehingga dengan melakukan yoga secara teratur
responden berharap tekanan darah menjadi lebih stabil. Hasil penelitian
10
Agra (2011) tentang kepatuhan lansia penderita hipertensi dalam
pemenuhan diet hipertensi di Kelurahan Sidomulyo Barat Tampan Kota
Pekanbaru menjelaskan dari 60 responden penelitian 36,7% berpendidikan
SMA kurang patuh dalam pemenuhan diet hipertensi. Tingkat pendidikan
dapat mempengaruhi kemampuan danpengetahuan seseorang dalam
menerapkan perilaku hidup sehat, makin tinggi pendidikan seseorang,
maka makin mudah menerima informasi, terutama mencegahpenyakit
hipertensi, sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki.
Responden yang berpendidikan tinggi akan mudah menyerap informasi
dan akan memiliki pengetahuan yang lebih baik daripada responden
dengan tingkat pendidikan yang rendah. Semakin tinggi pendidikan yang
dimiliki oleh responden maka semakin mudah menerima informasi yang
diberikan (Nursalam, 2008).
3.4.2 Gambaran Tekanan darah responden penderita hipertensi di
purwodiningratan
3.4.2.1 Tekanan darah sebelum deberikan yoga
Berdasarkan hasil penelitian diketahui rata-rata tekanan darah
sistolik dan diastolik antara kelompok eksperimen dengan kelompok
kontrol pada saat pre test adalah 150/90 mmHg, tekanan darah sistolik
dan diastolik dari kedua kelompok sama atau dalam kondisi seimbang.
Kondisi seimbang ini dapat dilihat dari jumlah responden kedua
kelompok lebih banyak mengalami hipertensi stadium 2. Menurut
Depkes RI (2014) tekanan darah sistolik 160-179 mmHg dan tekanan
darah diastolik 100-109 mmHg masuk dalam klasifikasi hipertensi
derajat
3.4.2.2 Tekanan darah setelah diberikan yoga
Berdasarkan hasil penelitian diketahui rata-rata tekanan darah
sistolik dan diastolik kelompok eksperimen pada saat post test adalah
143/90 mmHg. Rata-rata tekanan darah sistolik dan diastolik kelompok
kontrol adalah 152/ 93 mmHg. Data tekanan darah sistolik dan diastolik
11
kedua kelompok diketahui terdapat perbedaan yang cukup besar,
sehingga dalam penilaian derajat hipertensi dari kedua kelompok adalah
untuk kelompok eksperimen banyak dalam kategori hipertensi, sementara
kelompok kontrol masih tetap sama yaitu pada kategori hipertensi
stadium 2. Penurunan tekanan darah kelompok eksperimen setelah
diberikan latihan yoga selama 30 menit setiap kali latihan dengan
frekuensi tiga kali perminggu selama empat minggu.
Hasil tekanan darah kelompok eksperimen yang menurun sesuai
dengan Joint National Committee 7 yang memasukkan ketegori
Hipertensi dengan nilai 140-159 mmHg. Penelitian Ovianasari (2015)
diketahui lansia dengan hipertensi setelah mengikuti latihan yoga
mengalami penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik dalam
penelitian di Dusun Niten Nogotirto Gamping Sleman Yogyakarta.
3.4.2.3 Analisis tekanan darah pada penderita hipertensi
Berdasarkan hasil penelitian dengan uji Mann Whitney diketahui ada
beda pengaruh tekan darah antara kelompok eksperimen yang mendapat
terapi yoga dengan kelompok kontrol yang tidak menerima terapi yoga.
Perbedaaan tekanan darah dapat dilihat dari ditribusi frekuensi responden
kelompok eksperimen setelah melakukan terapi yoga banyak yang
mengalami, hipertensi dan hipertensi stadium 1, sementara kelompok kontrol
pada post test tetap banyak pada hipertensi stadium 2.
Berdasarkan hasil analisis statistik pada data tekanan darah sistolik
maupun data tekanan darah diastolik disimpulkan ada perbedaan tekanan
darah diastolik dan sistolik pada kelompok eksperimen antara sebelum dan
sesudah diberi terapi yoga. Hasil yang berbeda pada data kelompok kontrol
diketahui secara statistik tidak terdapat berbedaan tekanan darah sistolik dan
diastolik antara pre test dan post test.
Penurunan tekanan darah pada kelompok ekperimen disebabkan
karena pemberian terapi yoga yang dilakukan selama 4 minggu dengan
interval 3 kali dalam seminggu ( 2hari sekali). Adanya penurunan tekanan
12
darah sistolik dan diastolik kelompok eksperimen dapat disebabkan karena
sistem limbik akan teraktivasi dan menjadikan individu menjadi rileks yang
dapat menurunkan tekanan darah. Yoga merupakan penggabungan antara
latihan peregangan dan latihan pernafsan, latihan peregangan akan menjadika
otot lebih lentur hal ini membuat peredaran darah lebih lancar dan hasilnya
tekanan darah yang menurun atau normal. Latihan pernapasan pada yoga
dengan cara mengatur napas menjadi lebih pelan dan dalam berfungsi
menenangkan pikiran dan tubuh, pada saat latihan pernapsa dilakukan otot-
otot tubuh akan merengang, sehingga tubuh dan pikiran menjadi rileks,
nyaman dan tenang yang membuat teknan darah menurun (Oktavia, 20012)
Penurunan pada tekanan darah disebabkan karena relaksasi pada
yoga prinsipnya adalah memposisikan tubuh dalam kondisi tenang, sehingga
akan mengalami relaksasi dan pada akhirnya akan mengalami kondisi
keseimbangan, dengan demikian relaksasi pada yoga berintikan pada
pernafasan yang akan meningkatkan sirkulasi oksegen ke otot-otot, sehingga
otot-otot akan mengendur, tekanan darah akan menurun (Triyanto,
2014)Hasil penelitian Pangaribuan (2016) menjelaskan bahwa senam yoga
efektif dalamPenurunanTekananDarah pada Lanjut Usia
Pada penelitian ini terdapatketerbatasan yaitu peneliti tidak
mengetahui gaya hidup yang dilakukan responden yang dapat mempengaruhi
perubahan tekanan darah
4 PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Terdapat pengaruh yoga yang siginifikan terhadap tekanan darah pada penderita
hipertensi di Purwodiningratan
4.2 Saran
4.2.1 Bagi responden
Diharapkan kader kesehatan untuk dapat melakukan dan mengikuti latihan
terapi yoga secara teratur sehingga tekanan darah tetap dalam kondisi stabil
4.2.2 Bagi peneliti lain
Bagi peneliti lain, penelitian ini dapat menjadi bahan referensi serta dapat
13
dikembangkan dengan menambah variabel lain yang berhubungan dengan
terapi yoga seperti pengukuran denyut nadi, kadar immunoglobulin, maupun
frekuensi nafas
DAFTAR PUSTAKA
Agrina (2011) Kepatuhan Lansia Penderita Hipertensi Dalam Pemenuhan Diet
Hipertensi. Jurnal Ilmiah Kesehatan, 6(1), 357-363. ISSN 1907 – 364X.
Andra, S. W., danYessie M P. (2013). KMB 1
(KeperawatanMedikalBedah).Yogyakarta: Nuha Medika
Anggara, F.H.D.,danNanang P. (2012). Faktor-Faktor Yang
BerhubunganDenganTekananDarah Di PuskesmasTelagaMurni, Cikarang
Barat Tahun 2012.JurnalIlmiaKesehatan, 5(1), 233-238.
Ardiansyah, M. (2012).Keperawatan Medikal Bedah. Jogjakarta: Diva Press
Arifin, M H B M., I Wayan W., dan NiLuh Ketut A R. (2016). Faktor- Faktor
Yang Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi Pada Kelompok Lnajut
Usia Di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Petang I Kabupaten Badung
Tahun 2011. E-JurnalMedika.5 (7), 241-245. ISSN:2303-1395.
Arikunto, S.(2010).Prosedur PenelitianSuatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
RinekaCipta
Azwar, A., danJoedo P. (2014). Metodelogi Penelitian Kedokterandan Kesehatan
Masyarakat. Tangerang: Binarupa Aksara Publisher
Basford, dan Oliver, S. (2007). Teori Praktik Keperawatan Pendekatan Integral
pada asuhan pasien. Jakarta: EGC Black., J. M., and Jane H. H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah. Manajemen
Klinis untuk Hasil yang diharapkan.Edisi Bahasa Indonesia. Singapura:
Elsevier, 177-185.
Brashers, V.L., (2007), Aplikasi Klinis Patofisiologi :Pemeriksaan
&Manajemen,Ed. 2. Jakarta: EGC
Depkes, RI.(2014). PedomanPengukurandanPemeriksaan.JakartaDepkes: RI
Diguilo.,M., and Donna J. (2014). Keperawatan Medikal Bedah, Yogyakarta:
Rapha Publishing
DinasKesehatan Kota Surakarta.(2016). Demografi Kesehatan Kota Surakarta.
Fauci, A.S., et all. (2012). Harrison Manual kedokteran. JilidDua. Tangerang:
Karisma Publishing Group
Hagins, M., States R., Selfe T., Innes K. (2015). Effectiveness of Yoga
Hypertension: Systematic Review and Meta Analysis. Hindiawi
Publishing Corporation, http://dx.doi.org/10.1155/2013/649836. 13 pages
Hajir., R. (2010). Easy Yoga – Sehatdan Fit dengan Yoga Praktis. Jakarta:
PenerbitBukune.
14
Hidayat., A. A. (2010). Metodelogi Penelitian Kesehatan Paradigma Kuantitatif.
Surabaya: Helath Books Publishing
Imron.(2010). MetodelogiPeneltianBidangKesehatan. Jakarta: SagungSeto
Jain., R. (2011). Pengobatan Alternatif Untuk Mengatasi Tekanan Darah. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama
Kaplan, N. M. (2007). Kaplan’s Clinical Hypertension. Philadelphia: Lipincott
Williams & Wilkins.
Kishore, J., Gupta N., Kohli C., and Kumar N. 2016.Prevalence of Hypertension
and Determination of Its Risk Factors in Rural Delhi.Research
Article.Internasional Journal of Hypertension, 6(2), 453-459,
http://dx.doi.org/10.1155/2016/7962595
Kluwer, W., LippicottW., dan Wilkins. (2012). Kapita Selekta Penyakit. Edisi 2.
Jakarta: EGC
Kowalski, R. (2010). TerpaiHipertensi: Program 8
MingguMenurunkanTekananDarahTinggi. Alih Bahasa: Rani Ekawati.
Bandung: Qanita Mizani Pustaka.
Kozier, Erb., Berman., Snyder. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan:
Konsep, Proses &Praktik, Edisi 7. Jakarta:EGC
Lebang, E. (2010). Yoga Sehari-hari untuk Kesehatan. Jakarta : Penerbit Pustaka
Bunda.
Miles S, C., Chun-Chung C (2013) Arterial Blood Pressure and Cardiovascular
Responses to Yoga PracticeAlternative Therapies. Internasional Journal of
Hypertension, 19(1), 782-791.
Muchtar AF. (2010). Behealty Be Happy: Kesehatan/ Tradisional & Alternatif.
Jakarta: Bhuana Ilmu Populer
Murtin, B. (2013). Desaindan Ukuran Sampel Untuk Penelitian Kuantitatif dan
Kualitatif di Bidang Kesehatan.
Yogyakarta: Gajah Mada University Press
Nelson, Debra, Reed J., Buck S. M. (2014).Effect of A 16-Week Voga program on
Blood Pressure in Healthy College Students. The Physical Educator, 7,(2),
533-544.
Notoatmodjo, S. (2012).Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta: RinekaCipta
Nursalam.(2008). Konsep dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Pedoman Skripsi, Tesisdan Instrument Penelitian
Keperawatan. Surabaya: SelamaMedika
Nursalam.(2008). Manajemen Keperawatan, Aplikasi Dalam Praktik Keperawtan
Profesional.Jakarta: Salemba Medika
15
Ovianasari,A. (2015) PengaruhLatihan Yoga terhadap Tekanan Darahpada Lansia
Penderita Hipertensi di Dusun Niten Nogotirto Gamping Sleman
Yogyakarta. Naskahpublikasi.Program StudiIlmu Keperawatan Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan „Aisyiyah Yogyakarta.
Pal, A.,et all. (2011). Effect of yogic practices on lipid profile and body fat
composition in patients of coronary artery disease.Elsevier, 19; 122-127
Pangaribuan B B 2016. Pengaruh Senam Jantung, Yoga, Senam Lansia,dan Senam
Aerobik dalam PenurunanTekanan Darah pada Lanjut Usia . Jurnal
Majority.5(3), 431-437.
Patil, S. G., Aithala M. R., Das K. K. (2015). Effect Of Yoga On Arterial Stiffness
In Elderly Subjects With Incrased Pulse Pressure: A Randomized
Controlled Study. Elsevier, 7 (4), 562-569.
Pranawa, et all. (2015). BukuAjarIlmuPenyakitDalam. Surabaya: Airlangga
University Press
ProfilKesehatanJawa Tengah. (2015).
www.dinkesjatengprov.go.id/2015/dokumen/profil2015/Tabel180.pdf.
(diakses pada tanggal 4 April 2017)
ProfilKesehatanJawa Tengah. (2016).
www.dinkesjatengprov.go.id/2016/dokumen/profil2016/Tabel183.pdf.
(diakses pada tanggal 4 April 2017)
Purwanto.(2011). Statistika Untuk Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Pusdatin (PusatdanInformasi) KementrianKesehatan RI. 2014.
www.pusdatin.kemkes.go.id/pdf.php?id=15080300001 (diakses pada
tanggal 4 April 2017)
Putri,R. (2014) Hubungan Antara Tingkat PengetahuanTentang Diet Hipertensi
Dengan Kejadian Kekambuhan HipertensiLansia di Desa Mancasan
Wilayah Kerja Puskesmas I Baki Sukoharjo. Naskahpublikasi, FIKUMS
Surakarta.
Rimawati A.,dan Sylvia N. (2015). Pengaruh Terapi Yoga Terhadap Penurunan
kecemasan Pada Lansia Dengan Hipertensi. JurnalKeperawatan
Indonesia, 22(1), 45-51
Riskesdas.(2014).www.depkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/infoda
tin/...hipertensi.pdf (diaksespadatanggal 4 April 2017)
Ruhyanuddin, F. (2007).Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan
Sistem Kardiovaskular. Malang: UMM Pres
Saputra, L. (2009). Kapita Selekta Kedokteran Klinik. AlihBahasa. Tangerang:
Binarupa Asara Publisher
Setyanda, G., Sulastri D., danLesatari Y. (2015).Hubungan Merokok Dengan
Kejadian Hipertensi Pada Laki-Laki Usia 35-65 Tahun Di Kota
Padang.Artikel penenlitian. JurnalKesehatanAndalas, 4,(2), 568-573.
16
Sigarlaki, H. J.O. (2006).Karakteristik Dan Faktor Berhubungan dengan
Hipertensidi Desa Bocor, Kecamatan Bulus Pesantren, Kabupaten
Kebumen, Jawa Tengah, Tahun 2006. Makara Kesehatan. 10(2), 78-88.
Sindhu, P.2014. Panduan Lengkap Yoga untuk Hidup Sehat dan seImbang,
Bandung. : Qanita.
Smelstzet, S.C. (2016). KeperawatanMedikal-Bedah. Edisi 12. Jakarta: EGC.
Smeltzer, C. Suzanne, Bare G, Brenda.,(2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah. Alih Bahasa: dr. H. Y. Kuncara. Jakarta: EGC
Spicuzzaet all dalamWerdani, Y.D.W. (2013).Pengaruh Positif Modifikasi Senam
Jantung Dan Yoga Pada Hipertensi Stage1.Jurnal Ners LENTERA, 1 (2),
13 – 2.
Tambayong, J (2006). PatofisiologiUntukKeperawatan. Jakarta: EGC
Tanto, C., et all. (2014). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius
Tekur P., Nagarathna R., Chametcha S., Alex H., Nagendra H. R. (2012). A
Comprehensive Yoga Program Improves Pain, Anxiety And Depression
In Chronic Low Back Pain Patients More Than Exercise: An RCT.
Elsevier. Complementary Therapies in Medicine, 20(1), 107-108.
Therese, A. M., Praveena R., and Murail R. (2016). Yoga: Efektive Therapy To
reduce Blood Pressure Among Hypertension Clients. International
Journal of DevelopmentResearh, 6(05), 7761-7765. ISSN: 2230-9926.
Triyanto, Endang. (2014). Pelayanan Keperawatan Bagi Penderita Hipertensi
Secara Terpadu. Yogyakarta: Graha Ilmu
Ward J.P.T., 2010, At a Glance system cardiovascular, edisi 3,Erlangga,Jakarta.
Werdani, Y.D.W. (2013).PengaruhPositifModifikasiSenamJantung Dan
YogaPadaHipertensiStage1.JurnalNers LENTERA, 1(2),13 – 21
Wibowo, A. (2014). MetodelogiPenelitianPraktisBidangKesehatan. Jakarta:
Rajawali Pers
Widyatuti, (2008).Terapi Komplementer dalam Keperawatan.Jurnal Keperawatan
Indonesia, 12(1), 53-57.
Wolf, M. (2013) Impact of Yoga On Blood Pressure And Quality Of Life In
Patients With Hypertension – A Controlled Trial In Primary Care, Matched
For Systolic Blood Pressure. Research Article.BMC Cardiovascular
Disorders.
Worby.(2007). Dalam Prawesti, D., Rimawati, Ade danNurcahyani S. 2015.
PengaruhTerapi Yoga Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Dengan
Hipertensi.Jurnal Keperawatan Indonesia, 22(1), 45-51.
Yoga, R.P. (2013).Buku Saku Yoga. Jakarta: An Nuha Publishing
17
Top Related