PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG
TUA DAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI MELALUI
MOTIVASI KERJA TERHADAP KESIAPAN KERJA
SISWA KELAS 12 PROGRAM KEAHLIAN
AKUNTANSI DI SMK NEGERI 2 KOTA TEGAL
TAHUN AJARAN 2018/2019
SKRIPSI
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Pada Universitas Negeri Semarang
Oleh
Ika Wahyuningsih
7101414038
JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2019
ii
iii
iv
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO:
La Tahzan Innallaha Ma’ana ( Don’t Be Sad, Indeed Allah is with Us)
PERSEMBAHAN:
Dengan rasa syukur dan bangga, skripsi ini saya
persembahkan kepada:
1. Kedua orang tuaku tercinta Bapak Edy Haryanto dan Ibu
Pardinah, dan segenap keluarga yang membersamai,
mendukung dan mendo’akan,
2. Suamiku yang mendukung, menguatkan, dan
mendo’akan, Lukni Alif Abidin,
3. Dan almamaterku Universitas Negeri Semarang.
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“Pengaruh Status Sosial Ekonomi Orang Tua dan Praktik Kerja Industri melalui
Motivasi Kerja terhadap Kesiapan Kerja siswa Kelas 12 Program Keahlian
Akuntansi di SMK Negeri 2 Kota Tegal Tahun Ajaran 2018.2019” dalam rangka
menyelesaikan pendidikan Strata 1 untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan
pada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang.
Penulisan skripsi ini tidak lepas dari dorongan, bantuan, dan bimbingan
dari berbagai pihak. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada :
1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang
2. Drs. Heri Yanto, MBA.,Ph.D., Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri
Semarang
3. Ahmad Nurkhin, S.Pd., M.Si., Ketua Jurusan Pendidikan Ekonomi Fakultas
Ekonomi Universitas Negeri Semarang
4. Agung Yulianto, S.Pd., M.Si., sebagai dosen pembimbing yang memberikan
pengarahan dan bimbingan saat penyusunan skripsi
5. Drs. Tarsis Tarmudji, M.M., selaku dosen penguji satu yang telah memberikan
kritik maupun saran yang membangun dalam penyelesaian skripsi
6. Ratieh Widhiastuti,S.Pd., M.Si., selaku dosen penguji kedua yang talah
memberikan kritik dan saran yang membangun untuk penyelesain skripsi
vii
7. Amir Mahmud,S.Pd., M.Si., selaku dosen wali rombel Pendidikan Akuntansi
A 2014
8. Bapak/Ibu Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang yang
telah mmberikan pengarahan, bimbingan dan motivasi selama penulis
menimba ilmu di Universitas Negeri Semarang
9. Sri Indrawati, M.Pd., Kepala SMK Negeri 2 Kota Tegal yang telah
memberikan izin melaksanakan penelitian
10. Siswa siswi SMK Negeri 2 Kota Tegal yang telah bersedia menjadi responden
dalam penelitian
11. Kedua orang tua saya, Bapak Edy Haryanto dan Ibu Pardinah yang selalu
memberikan dorongan agar saya dapat menyelesaikan skripsi dan segera lulus
12. Suami saya, Lukni Alif Abidin yang telah mendorong, menyemangati, dan
memberikan dukungan fisik maupun mental
13. Teman-teman rombel Pendidikan Akuntansi 2014
14. Dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
memberikan bantuan dalam penyusunan skripsi ini.
Semarang, Februari 2019
Penulis
viii
SARI
Wahyuningsih, Ika.2018. “Pengaruh Status Sosial Ekonomi Orang Tua dan
Praktik Kerja Industri melalui Motivasi Kerja terhadap Kesiapan Kerja Siswa Kelas
12 Program Keahlian Akuntansi di SMK Negeri 2 Kota Tegal Tahun Ajaran
2018/2019”. Skripsi. Jurusan Pendidikan Ekonomi. Fakultas Ekonomi. Universitas
Negeri Semarang. Pembimbing: Agung Yulianto, S.Pd., M.Si.
Kata Kunci: Kesiapan Kerja, Status Sosial Ekonomi Orang Tua, Praktik kerja
Industri, dan Motivasi Kerja.
Kesiapan kerja merupakan keseluruhan kondisi seseorang merespon sesuai
dengan kemampuan pengetahuan, keterampilan serta sikap dalam jenis pekerjaan
yang dikerjakan dalam lingkungan kerja sesuai dengan potensi-potensi yang
dimilikinya. Pada tahun 2016, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
mengemukakan bahwa terdapat 1.296.246 orang lulusan SMK dengan 5.759.787
peluang kebutuhan tenaga kerja SMK. Hal ini menggambarkan bahwa kebutuhan
tenaga kerja SMK sangat banyak. Namun, pada kenyataannya tingkat
pengangguran terbuka dari lulusan SMK paling tinggi dibandingkan dengan tingkat
pendidikan lain. Pada tahun 2016 sampai dengan tahun 2017, TPT SMK merupakan
yang tertinggi dengan prosentase diatas 11%. Penelitian ini bertujuan untuk
menguji apakah status sosial ekonomi orang tua dan praktik kerja industri
berpengaruh terhadap kesiapan kerja dengan motivasi kerja sebagai veriabel
intervening.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Populasi dalam penelitian
ini adalah siswa kelas 12 program keahlian akuntansi di SMK Negeri 2 Kota Tegal
tahun ajaran 2018/2019 yang berjumlah 96 siswa. Penelitian ini merupakan
penelitian populasi dengan menjadikan seluruh anggota populasi sebagai responden
(sampel jenuh). Metode pengumpulan data menggunakan kuesioner. Teknik
analisis data menggunakan analisis deskriptif dan analisis jalur.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa status sosial ekonomi orang tua tidak
berpengaruh negatif terhadap kesiapan kerja, praktik kerja industri dan motivasi
kerja berpengaruh positif terhadap kesiapan kerja. Status sosial ekonomi orang tua
berpengaruh negatif terhadap motivasi kerja sedangkan praktik kerja industri
berpengaruh positif terhadap motivasi kerja. Hasil penelitian ini juga menunjukkan
bahwa status sosial ekonomi orang tua tidak berpengaruh negatif terhadap kesiapan
kerja melalui motivasi kerja dan praktik kerja industri berpengaruh positif terhadap
kesiapan kerja melalui motivasi kerja.
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa status sosial
ekonomi orang tua dan praktik kerja industri berpengaruh positif terhadap kesiapan
kerja melalui motivasi kerja. Saran yang dapat diberikan adalah siswa perlu
mempersiapkan diri dalam menghadapi dunia pasca sekolah terutama dalam hal
pencarian pekerjaan dengan terus mengasah keterampilan, sikap maupun
pengetahuan serta menambah informasi. Sekolah maupun orang-orang disekitar
lingkungan siswa hendaknya mendukung siswa dalam pengembangan diri dan
memberikan bekal pengetahuan serta informasi kepada siswa tentang dunia pasca
sekolah sehingga siswa memiliki motivasi kerja yang tinggi dan percaya diri.
ix
ABSTRACT
Wahyuningsih, Ika.2018. “The Influence of Parents' Socio-Economic Status and
Industrial Work Practices through Work Motivation on the Work Readiness of
Class 12 Students in Accounting Skills Program at State Vocational School 2 of
Tegal City Academic Year 2018/2019”.Final Project. Departement of Economics
Education. Faculty of Economics. Semarang State University. Advisor: Agung
Yulianto, S.Pd., M.Si.
Keywords: Work Readiness, Parents' Socio-Economic Status, Industrial
Work Practices, and Work Motivation
Work readiness is an overall response to needs in accordance with
knowledge, skills and attitudes in the work done in the work environment in
accordance with the potential they have. In 2016, the Directorate of Vocational
Middle School Development suggested 1,296,246 people for Vocational Schools
with 5,759,787 opportunities for vocational workforce needs. This illustrates the
importance of labor. However, when the level of attainment is higher than the
vocational school the highest compared to other levels of education. In 2016 until
2017, the SMK TPT becomes the highest with a percentage above 11%. This study
aims to discuss whether the socio-economic status of parents and industrial work
influences work readiness with work motivation as an intervention.
This type of research is quantitative research. The population in this study
were 12th graders of accounting skills program at State Vocational High School 2
of Tegal City 2018/2019 which totaled 96 students. This research is a population
research by making all members of the population as respondents (saturated
samples). Methods of collecting data using a questionnaire. Data analysis
techniques used descriptive analysis and path analysis.
The results showed that parents' socio-economic status did not negatively
affect work readiness, industrial work practices and work motivation had a positive
effect on work readiness. The socio-economic status of parents negatively
influences work motivation while industrial work practices have a positive effect
on work motivation. The results of this study also indicate that parents' socio-
economic status does not negatively affect work readiness through work motivation
and industrial work practices positively influencing work readiness through work
motivation.
Based on the results of the study, it can be concluded that parents' socio-economic
status and industrial work practices have a positive effect on work readiness through
work motivation. Suggestions that can be given are students need to prepare
themselves in facing the post-school world, especially in terms of job search by
continuing to hone skills, attitudes and knowledge and add information. Schools
and people around the student environment should support students in self-
development and provide students with knowledge and information about the post-
school world so that students have high work motivation and confidence.
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................ ii
PENGESAHAN KELULUSAN .................................................................... iii
PERNYATAAN ............................................................................................ iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................ v
KATA PENGANTAR ................................................................................... vi
SARI/ABSTRACT ........................................................................................ viii
DAFTAR ISI ................................................................................................. x
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xvii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2. Identifikasi Masalah ................................................................................. 12
1.3. Cakupan Masalah ..................................................................................... 13
1.4. Rumusan Masalah .................................................................................... 13
1.5. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 14
1.6. Kegunaan Penelitian................................................................................. 15
1.7. Orisinalitas Penalitian .............................................................................. 16
BAB II KAJIAN PUSTAKA ........................................................................ 18
2.1. Kajian Teori Utama (Grand Theory) ........................................................ 18
2.1.1. Teori Koneksionisme Thorndike ..................................................... 18
2.1.2. Theory of Planned Behavior ........................................................... 21
2.2. Kajian Variabel Penelitian ........................................................................ 26
2.2.1. Kesiapan Kerja ............................................................................... 26
2.2.1.1. Pengertian Kesiapan Kerja ................................................. 26
2.2.1.2. Prinsip-prinsip Kesiapan Kerja ........................................... 28
2.2.1.3. Aspek-aspek Pembentuk Kesiapan Kerja ........................... 29
2.2.1.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesiapan Kerja ............ 30
2.2.1.5. Indikator Kesiapan Kerja.................................................... 31
xi
2.2.2. Status Sosial Ekonomi Orang Tua................................................... 32
2.2.2.1. Pengertian Status Sosial Ekoomi Orang Tua....................... 32
2.2.2.2. Indikator Status Sosial Ekonomi Orang Tua ....................... 37
2.2.3. Praktik Kerja Industri ..................................................................... 38
2.2.3.1. Pengertian Praktik Kerja Industri ....................................... 38
2.2.3.2. Tujuan Praktik Kerja Industri ............................................. 39
2.2.3.3. Manfaat Praktik Kerja Industri ........................................... 40
2.2.3.4. Indikator Praktik Kerja Industri .......................................... 41
2.2.4. Motivasi Kerja ................................................................................ 42
2.2.4.1. Pengertian Motivasi Kerja .................................................. 42
2.2.4.2. Macam-macam Motivasi .................................................... 43
2.2.4.3. Fungsi Motivasi Kerja ........................................................ 44
2.2.4.4. Indikator Motivasi Kerja .................................................... 45
2.3. Kajian Penelitian Terdahulu ..................................................................... 45
2.4. Kerangka Berfikir .................................................................................... 54
2.4.1. Pengaruh Status Sosial Ekonomi Orang Tua Terhadap Kesiapan
Kerja .............................................................................................. 54
2.4.2. Pengaruh Praktik Kerja Industri Terhadap Kesiapan Kerja .............. 55
2.4.3. Pengaruh Motivasi Kerja Terhadap Kesiapan Kerja ........................ 56
2.4.4. Pengaruh Status Sosial Ekonomi Orang Tua Terhadap Motivasi
Kerja .............................................................................................. 57
2.4.5. Pengaruh Praktik Kerja Industri Terhadap Motivasi Kerja .............. 58
2.4.6. Pengaruh Status Sosial Ekonomi Orang Tua Melalui Motivasi
Kerja Terhadap Kesiapan Kerja ...................................................... 59
2.4.7. Pengaruh Praktik Kerja Industri Melalui Motivasi Kerja
Terhadap Kesiapan Kerja ................................................................ 60
2.5. Hipotesis Penelitian .................................................................................. 63
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 64
3.1. Jenis dan Desain Penelitian ..................................................................... 64
3.2. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel .................................. 64
3.3. Variabel Penelitian ................................................................................... 65
xii
3.3.1. Kesiapan Kerja ............................................................................... 65
3.3.2. Variabel Bebas ............................................................................... 65
3.3.2.1. Status Sosial Ekonomi Orang Tua ...................................... 66
3.3.2.2. Praktik Kerja Industri ......................................................... 66
3.3.3. Variabel Intervening ....................................................................... 66
3.4. Teknik Pengumpulan Data ....................................................................... 67
3.5. Uji Instrumen Penelitian ........................................................................... 68
3.5.1. Uji Validitas ................................................................................... 68
3.5.2. Uji Reliabilitas ................................................................................ 73
3.6. Teknik Pengolahan dan Analisis Data....................................................... 73
3.6.1. Analisis Deskriptif .......................................................................... 73
3.6.1.1. Analisis Deskriptif Variabel Kesiapan Kerja ..................... 74
3.6.1.2. Analisis Deskriptif Variabel Status Sosial Ekonomi
Orang Tua .......................................................................... 75
3.6.1.3. Analisis Deskriptif Variabel Praktik Kerja Industri ............. 75
3.6.1.4. Analisis Deskriptif Variabel Motivasi Kerja ....................... 76
3.6.2. Analisis Statistik Inferensial ............................................................ 77
3.6.2.1. Uji Prasyarat ....................................................................... 77
3.6.2.2. Uji Asumsi Klasik ............................................................... 78
3.6.2.3. Analisis Jalur (Path Analysis) .............................................. 79
3.6.2.4. Uji Hipotesis ....................................................................... 82
3.6.2.4.1. Uji Sobel (Sobel Test) .......................................... 83
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 86
4.1. Hasil Penelitian ........................................................................................ 86
4.1.1. Hasil Analisis Statistik Deskriptif ................................................... 86
4.1.1.1. Hasil Analisis Deskriptif Variabel Kesiapan Kerja ............. 86
4.1.1.2. Hasil Analisis Deskriptif Variabel Status Sosial Ekonomi
Orang Tua ........................................................................... 88
4.1.1.3. Hasil Analisis Deskriptif Variabel Praktik Kerja Industri.... 90
4.1.1.4. Hasil Analisis Deskriptif Variabel Motivasi Kerja .............. 92
4.1.2. Hasil Analisis Statistik Inferensial .................................................. 94
xiii
4.1.2.1. Hasil Uji Prasyarat ............................................................. 94
4.1.2.1.1. Uji Normalitas .................................................... 94
4.1.2.1.2. Uji Linearitas ...................................................... 96
4.1.2.2. Hasil Uji Asumsi Klasik ....................................................... 99
4.1.2.2.1. Hasil Uji Multikolinearitas .................................... 99
4.1.2.2.2. Hasil Uji Heteroskedastisitas ................................ 101
4.1.2.3. Hasil Analisis Jalur (Path Analysis)...................................... 102
4.1.2.4. Hasil Uji Hipotesis ............................................................... 108
4.1.2.4.1. Hasil Uji Sobel ..................................................... 110
4.2. Pembahasan Hasil Penelitian .................................................................... 114
4.2.1. Pengaruh Status Sosial ekonomi Orang Tua Terhadap Kesiapan
Kerja .............................................................................................. 114
4.2.2. Pengaruh Praktik Kerja Industri Terhadap Kesiapan Kerja .............. 116
4.2.3. Pengaruh Motivasi Kerja Terhadap Kesiapan Kerja ........................ 118
4.2.4. Pengaruh Status Sosial ekonomi Orang Tua Terhadap Motivasi
Kerja .............................................................................................. 120
4.2.5. Pengaruh Praktik Kerja Industri Terhadap motivasi Kerja ................ 121
4.2.6. Pengaruh Status Sosial Ekonomi Orang Tua Melalui Motivasi
Kerja Terhadap Kesiapan Kerja ...................................................... 123
4.2.7. Pengaruh Praktik Kerja Industri Melalui Motivasi Kerja
Terhadap Kesiapan Kerja................................................................. 125
BAB V PENUTUP ........................................................................................ 128
5.1. Simpulan .................................................................................................. 128
5.2. Saran ........................................................................................................ 129
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 131
LAMPIRAN .................................................................................................. 138
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1. Tingkat Pengangguran Terbuka Indonesia Tahun 2016-2017 .......... 2
Tabel 1.2. Penelusuran Alumni SMK Negeri 2 Kota Tegal Tahun 2016-2017 . 4
Tabel 1.3. Penelusuran Alumni SMK PGRI Kota Tegal Angkatan 2015-2017 . 5
Tabel 2.1. Kajian Penelitian Terdahulu ........................................................... 46
Tabel 3.1. Populasi Penelitian ......................................................................... 65
Tabel 3.2. Pedoman Penskoran Skala Linkert .................................................. 68
Tabel 3.3. Hasil Uji Validitas Variabel Kesiapan Kerja ................................... 69
Tabel 3.4. Hasil Uji Validitas Variabel Status Sosial Ekonomi Orang Tua ...... 70
Tabel 3.5. Hasil Uji Validitas Variabel Praktik Kerja Industri ......................... 71
Tabel 3.6. Hasil Uji Validitas Variabel Motivasi Kerja .................................... 72
Tabel 3.7. Hasi Uji Reliabilitas Instrumen ....................................................... 73
Tabel 3.8. Kategori Analisis Deskriptif Variabel Kesiapan Kerja .................... 75
Tabel 3.9. Kategori Analisis Deskriptif Variabel Status Sosial Ekonomi
Orang Tua ...................................................................................... 75
Tabel 3.10. Kategori Analisis Deskriptif Variabel Praktik Kerja Industri ......... 76
Tabel 3.11. Kategori Analisis Deskriptif Variabel Motivasi Kerja ................... 76
Tabel 4.1. Hasil Statistik Deskriptif Variabel Kesiapan Kerja.......................... 86
Tabel 4.2. Hasil Analisis Deskriptif Variabel Kesiapan Kerja.......................... 87
Tabel 4.3. Hasil Analisis Deskriptif Indikator Variabel Kesiapan Kerja........... 87
Tabel 4.4. Hasil Statistik Deskriptif Variabel Status Sosial Ekonomi
Orang Tua ...................................................................................... 88
Tabel 4.5. Hasil Analisis Deskriptif Variabel Status Sosial Ekonomi
Orang Tua ...................................................................................... 89
Tabel 4.6. Hasil Analisis Deskriptif Indikator Variabel Status Sosial
Ekonomi Orang Tua ....................................................................... 90
Tabel 4.7. Hasil Statistik Deskriptif Variabel Praktik Kerja Industri ................ 90
Tabel 4.8. Hasil Analisis Deskriptif Variabel Praktik Kerja Industri ................ 91
Tabel 4.9. Hasil Analisis Deskriptif Indikator Praktik Kerja Industri ............... 92
Tabel 4.10. Hasil Statistik Deskriptif Variabel Motivasi Kerja ........................ 92
xv
Tabel 4.11. Hasil Analisis Deskriptif Variabel Motivasi Kerja ........................ 93
Tabel 4.12. Hasil Analisis Deskriptif Indikator Motivasi Kerja ....................... 94
Tabel 4.13. Hasil Uji Normalitas Dengan Kesiapan Kerja Sebagai Variabel
Dependen ..................................................................................... 95
Tabel 4.14. Hasil Uji Normalitas Dengan Motivasi Kerja Sebgai Variabel
Dependen ..................................................................................... 96
Tabel 4.15. Hasil Uji Linearitas Status Sosial Ekonomi Orang Tua Terhadap
Kesiapan Kerja ............................................................................. 97
Tabel 4.16. Hasil Uji Linearitas Praktik Kerja Industri Terhadap
Kesiapan Kerja ............................................................................. 97
Tabel 4.17. Hasil Uji Linearitas Motivasi Kerja Terhadap Kesiapan Kerja ...... 98
Tabel 4.18. Hasil Uji Linearitas Status Sosial Ekonomi Orang Tua Terhadap
Motivasi Kerja .............................................................................. 98
Tabel 4.19. Hasil Uji Linearitas Praktik Kerja Industri Terhadap
Motivasi Kerja .............................................................................. 99
Tabel 4.20. Hasil Uji Multikolinearitas Dengan Kesiapan Kerja Sebgai
Variabel Dependen ....................................................................... 100
Tabel 4.21. Hasil Uji Multikolinearitas Dengan Motivasi Kerja Sebgai
Variabel Dependen ....................................................................... 100
Tabel 4.22. Hasil Uji Heteroskedastisitas Dengan Kesiapan Kerja Sebagai
Variabel Dependen ....................................................................... 101
Tabel 4.23. Hasil Uji Heteroskedastisitas Dengan Motivasi Kerja Sebagai
Variabel Dependen ....................................................................... 102
Tabel 4.24. Hasil Regresi Linear Berganda Dengan Kesiapan Kerja Sebagai
Variabel Dependen ....................................................................... 103
Tabel 4.25. Hasil Regresi Linear Berganda Dengan Motivasi Kerja Sebagai
Variabel Dependen ....................................................................... 105
Tabel 4.26. Hasil Uji Hipotesis Penelitian ....................................................... 113
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Theory Of Planned Behavior ....................................................... 25
Gambar 2.2. Kerangka Berfikir ....................................................................... 62
Gambar 4.1. Model Diagram Jalur .................................................................. 108
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Perbandingan Lulusan SMK dengan Kebutuhan Tenaga Kerja
Tahun 2016................................................................................. 139
Lampiran 2. Tingkat Pengangguran Terbuka Indonesia ................................... 140
Lampiran 3. Tingkat Pengangguran Terbuka Jawa Tengah .............................. 141
Lampiran 4. Daftar Akreditasi SMK di Kota Tegal ......................................... 142
Lampiran 5. Data Penelusuran Alumni ............................................................ 143
Lampiran 6. Responden Uji Coba Penelitian ................................................... 144
Lampiran 7. Kisi-kisi Uji Coba Instrumen ....................................................... 145
Lampiran 8. Kuesioner Uji Coba Penelitian .................................................... 148
Lampiran 9. Tabulasi Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian ............................. 158
Lampiran 10. Hasil Uji Validitas ..................................................................... 162
Lampiran 11. Hasil Uji Reliabilitas ................................................................. 172
Lampiran 12. Responden Penelitian ................................................................ 173
Lampiran 13. Kisi-kisi Kuesioner Penelitian ................................................... 175
Lampiran 14. Kuesioner Penelitian ................................................................. 178
Lampiran 15. Tabulasi Hasil Penelitian Variabel Kesiapan Kerja .................... 186
Lampiran 16. Analisis Deskriptif Variabel Kesiapan Kerja ............................. 191
Lampiran 17. Tabulasi Hasil Penelitian Variabel Status Sosial Ekonomi
Orang Tua.................................................................................. 192
Lampiran 18. Analisis Deskriptif Variabel Status Sosial Ekonomi
Orang Tua.................................................................................. 197
Lampiran 19. Tabulasi Hasil Penelitian Variabel Praktik Kerja Industri .......... 198
Lampiran 20. Analisis Deskriptif Variabel Praktik Kerja Industri .................... 203
Lampiran 21. Tabulasi Hasil Penelitian Variabel Motivasi Kerja ..................... 204
Lampiran 22. Analisis Deskriptif Variabel Motivasi Kerja .............................. 209
Lampiran 23. Hasil Uji Normalitas.................................................................. 210
Lampiran 24. Hasil Uji Linearitas ................................................................... 211
Lampiran 25. Hasil Uji Multikolinearitas ........................................................ 213
xviii
Lampiran 26. Hasil Uji Heterokedastisitas ...................................................... 214
Lampiran 27. Hasil Uji Analisis Jalur.............................................................. 215
Lampiran 28. Hasil Uji Sobel Melalui Aplikasi ............................................... 217
Lampiran 29. Surat Izin Penelitian .................................................................. 218
Lampiran 29. Surat Keterangan Telah Melaksaksanakan Penelitian ................ 219
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
SMK merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta
didiknya agar siap kerja sesuai dengan bidanganya. Hal ini juga tertera dalam
Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 15
menyebutkan bahwa SMK merupakan pendidikan menengah yang utamanya
mempersiapkan peserta didik untuk bekerja dibidang tertentu.
Saat ini kemajuan teknologi dan pengetahuan serta adanya globalisasi
membuat industri barang dan jasa terus berkembang. Data Badan Pusat Statistik
menunjukkan bahwa pertumbuhan industri pengolahan non migas pada triwulan III
tahun 2017 mencapai 5,49%. Pertumbuhan industri triwulan ke III cenderung naik
dibandingkan dengan triwulan ke II sebesar 4,76% dan triwulan I sebesar 3,89%.
Menteri Perindustrian yaitu Airlangga Hartanto menjelaskan bahwa pertumbuhan
industri yang tinggi ini menandakan para pelaku industri sudah terbangun
optimisnya untuk membangun pabrik di Indonesia.
Meningkatnya sektor industri dan investasi yang besar, maka peluang
penyerapan tenaga kerja akan semakin besar. Meningkatnya sektor industri tersebut
akan membuka banyak peluang bagi tenaga kerja termasuk didalamnya adalah
lulusan SMK yang mempunyai kesiapan kerja. Kesiapan kerja adalah keseluruhan
kondisi seseorang merespon sesuai dengan kemampuan pengetahuan, keterampilan
serta sikap dalam jenis pekerjaan yang dikerjakan dalam lingkungan kerja sesuai
dengan potensi-potensi yang dimilikinya.
2
2
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan mengemukakan bahwa
pada tahun 2016 terdapat 1.296.246 orang lulusan SMK dengan 5.759.787 peluang
kebutuhan tenaga kerja SMK. Hal ini menggambarkan bahwa kebutuhan tenaga
kerja SMK sangat banyak. Namun, pada kenyataannya tingkat pengangguran
terbuka dari lulusan SMK paling tinggi dibandingkan dengan tingkat pendidikan
lain. Pada tahun 2016 sampai dengan tahun 2017, tingkat pengagguran terbuka
(TPT) SMK merupakan yang tertinggi. Berikut ini merupakan data TPT SMK tahun
2016-2017:
Tabel 1.1.
Tingkat Pengangguran Terbuka Indonesia 2016-2017 Periode Tidak/
belum
pernah
bersekolah
Tidak/
belum
tamat
SD
SD SLTP SLTA SMK Akademi/
Diploma
Universitas
Februari
2016
2,15 3,44 3,62 5,76 6,96 9,82 7,22 6,22
Agustus
2016
1,46 2,65 3,15 5,71 8,72 11,11 6,04 4,87
Februari
2017
2,21 3,06 3,98 3,56 7,03 9,27 6,32 4,98
Agustus
2017
1,63 2,47 2,82 5,54 8,29 11,41 6,88 5,18
Sumber: bps.go.id, diakses tahun 2018 pada lampiran 2 (halaman 139)
Dari Tabel 1.1. dapat disimpulkan bahwa TPT SMK merupakan yang
tertinggi pada tahun 2017 yaitu sebesar 11,41%. Tingginya TPT lulusan SMK
tersebut menjelaskan bahwa masih banyak lulusan SMK yang memiliki kesiapan
kerja yang kurang karena belum dapat memasuki peluang kerja yang sudah tersedia
dalam dunia kerja. Menurut Menteri Perencanaan dan Pembangunan Bapak
Bambang Brojonegoro, kurangnya kesiapan kerja siswa SMK disebabkan karena
lulusan tidak sesuai dengan kebutuhan pasar atau tenaga kerja yang disebabkan
sulitnya merubah kurikulum; banyaknya SMK swasta berkapasitas kecil sehingga
3
3
tidak dapat membangun guru maupun mengembangkan kurikulum yang melibatkan
perusahaan; dan tidak banyak guru produktif yang ahli dalam bidangnya. Lebih
lanjut, Ketua Komisi X DPR RI Sutan Adil Hendara mengungkapkan bahwa
kebutuhan akan tenaga kerja SMK banyak, namun tenaga kerja yang tersedia tidak
memiliki keahlian yang dibutuhkan dunia kerja karena kurang baiknya tata kelola
kurikulum SMK dan input guru produktif yang hanya sebear 22% dari sekitar
13.710 SMK di seluruh Indonesia.
Tata kelola sekolah yang kurang baik yang menyebabkan kesiapan kerja
siswa kurang seperti pengembangan kurikulum yang sulit menyesuaikan dunia
kerja, jumlah guru produktif yang sedikit, pembangunan dan pengembangan
pengetahuan guru melalui berbagai pelatihan yang terbatas erat kaitannya dengan
mutu pendidikan yang dapat dinilai berdasarkan akreditasi sekolah. Akreditasi
merupakan suatu kegiatan penilaian kelayakan program dan satuan pendidikan
dasar dan menengah berdasarkan kriteria yang ditetapkan untuk memberikan
penjaminan mutu pendidikan sekolah/madrasah.
Di Kota Tegal terdapat 21 SMK yang terdiri dari 4 SMK negeri dan 17 SMK
swasta. Namun, hanya terdapat 7 sekolah yang telah terakreditasi yaitu SMK N 1
Tegal, SMK N 2 Tegal, SMK N 3 Tegal, SMK PGRI Tegal, SMK Ihsaniyah Tegal,
SMK Al Irsyad, dan SMK Harapan Bersama Tegal. Dari ketujuh sekolah tersebut
hanya 3 sekolah yang mendapatkan akreditasi A, 3 sekolah akreditas B, 1 sekolah
akreditsi C, dan 14 sekolah yang lain belum terakreditasi. Fakta banyaknya sekolah
yang belum terakreditasi khususnya SMK swasta di Kota Tegal, menandakan
4
4
kualitas dari sekolah belum optimal untuk mencetak tenaga kerja yang siap kerja
sehingga banyak lulusan SMK yang menganggur.
Berdasarkan hasil observasi awal diperoleh data penelusuran alumni yang
dikumpulkan oleh BKK SMK Negeri 2 Kota Tegal. Data lulusan yang didapat
merupakan data penelusuran alumni yang telah lulus, dan dikumpukan selama satu
tahun pasca alumni lulus. Berikut ini tabel penelusuran alumni SMK Negeri 2 Kota
Tegal tahun 2017:
Tabel 1.2.
Penelusuran Alumni Program Kelahlian Akuntansi di SMK Negeri 2 Kota
Tegal Angkatan tahun 2016/2017
Program
Keahlian
Bekerja Kuliah
Belum
Bekerja
(Status
Menunggu)
Wirausaha Jumlah
Lulusan
Jml % Jml % Jml % Jml %
AK 1 4 12,5% 7 21,88% 18 56,25% 3 9,38% 32
AK 2 11 36,67% 7 23,33% 10 33,33% 1 3,33% 30
AK 3 8 25% 5 15,63% 19 59,38% 0 0% 32
JUMLAH 23 24,47% 19 20,21% 47 50,00% 4 4,26% 94
Sumber: BKK SMK Negeri 2 Kota Tegal pada lampiran 5 (halaman 142)
Pada Tabel 1.2. diketahui bahwa sebanyak 50% lulusan program keahlian
akuntansi di SMK Negeri 2 kota Tegal belum mendapatkan pekerjaan atau berstatus
menganggur dan hanya 24,47% lulusan yang telah bekerja pada tahun 2017. Hal ini
tidak sesuai dengan standar Bursa Kerja Khusus SMK bahwa seharusnya jumlah
minimal lulusan SMK yang bekerja minimal adalah 60% dari lulusan.
Selain SMK Negeri 2 Kota Tegal, sekolah swasta juga mengalami kondisi
yang sama salah satunya yaitu SMK PGRI Kota Tegal. Berikut ini merupakan data
penelusuran alumni SMK PGRI Kota Tegal:
5
5
Tabel 1.3.
Penelusuran Alumni Program Keahlian Akuntansi SMK PGRI Kota Tegal
Angkatan 2015-2017
Tahun Kelulusan
Bekerja Melanjutkan Perguruan
Tinggi
Belum Bekerja (Status
Menunggu) Wirausaha Jumlah
Lulusan Jml % Jml % Jml % Jml %
2015 16 25,81% 3 4,48% 43 69,35% 0 0% 62
2016 11 18,64% 5 8,47% 43 72,88% 0 0% 59
2017 23 43,40% 6 11,32% 24 45,28% 0 0% 53
Sumber: Data diolah (BKK SMK PGRI Kota Tegal) pada lampiran 5 (halaman 142)
Pada Tabel 1.3. dapat diketahui bahwa SMK PGRI Tegal menunjukkan
tingkat lulusan yang bekerja tergolong rendah. Selama kurun waktu 3 tahun
terakhir, lulusan program keahlian akuntansi di SMK PGRI Kota Tegal yang telah
bekerja tidak mencapai prosentase 60%. Peneliti menduga bahwa alumni SMK di
Kota Tegal mengalami tingkat kesiapan kerja yang kurang karena kualitas SMK di
Kota tegal belum sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
Teori yang menjelaskan tentang perilaku kesiapan kerja pada seseorang
adalah Teori Koneksionisme Thorndike. Thorndike memplokamirkan teorinya
dalam belajar bahwasanya setiap makhluk hidup itu dalam tingkah lakunya
merupakan hubungan antara stimulus dan respon. Stimulus adalah suatu perubahan
dari lingkungan eksternal yang menjadi tanda untuk mengaktifkan organisme untuk
beraksi atau berbuat, sedangkan respon adalah sembarang tingkah laku yang
dimunculkan karena adanya stimulus.
Segala tingkah laku siswa merupakan hal yang didasari oleh stimulus dan
menghasilkan respon. Kesiapan kerja siswa merupakan respon yang disebabkan
oleh berbagai macam stimulus yang berasal dari dalam diri siswa maupun dari
lingkungannya yang mempengaruhi siswa tersebut. Dalam penelitian ini kesiapan
6
6
kerja dapat distimulus oleh status sosial ekonomi orang tua dan juga praktik kerja
industri, serta motivasi kerja.
Selanjutnya Theory of Planned Behavior merupakan teori yang disusun
menggunakan asumsi dasar bahwa manusia berperilaku dengan cara yang sadar dan
mempertimbangkan segala informasi yang tersedia. Theory of Planned Behavior
relevan dengan penelitian mengenai kepatuhan pajak. Ajzen (1988), menyatakan
perilaku seseorang tergantung pada keinginan berperilaku (behavioral intention)
yang terdiri dari tiga komponen, yaitu: sikap (attitude), norma subjektif (subjective
norm), dan pengendalian perilaku yang dirasakan (perceived behavioral control).
Sikap terhadap perilaku ini ditentukan oleh keyakinan yang diperoleh
mengenai konsekuensi dari suatu perilaku atau disebut juga behavioral beliefs.
Norma subjektif adalah perasaan atau dugaan-dugaan seseorang terhadap
harapan-harapan dari orang-orang yang ada di dalam kehidupannya tentang
dilakukan atau tidak dilakukannya perilaku tertentu. Salah satu faktor latar
belakang dari norma subyektif adalah pendapatan. Siswa merupakan individu yang
belum dewasa dan belum dapat bekerja sehingga pendapatannya bersumber dari
orang tua. Sehingga norma subyektif berkaitan dengan variabel status sosial
ekonomi orang tua. Persepsi kontrol perilaku atau disebut juga dengan kontrol
perilaku adalah perasaan seseorang mengenai mudah atau sulitnya mewujudkan
suatu perilaku tertentu. Ajzen (2005) mengemukakan bahwa persepsi kontrol
ditentukan oleh keyakinan individu mengenai ketersediaan sumberdaya berupa
peralatan, kompatibilitas, kompetensi, dan kesempatan (control belief strength)
yang mendukung atau menghambat perilaku yang akan diprediksi dan besarnya
7
7
peran sumber daya tersebut (power of control factor) dalam mewujudkan
perilaku tersebut. Sehingga dalam penelitian ini, persepsi kontrol berkaitan dengan
variabel praktik kerja industri. Dan intensi dalam Theory of Planned Behavior
berkaitan dengan variabel motivasi kerja.
Slameto (2010:123) menjabarkan faktor–faktor kesiapan kerja mencakup
tiga aspek, yaitu: (1) kondisi fisik, mental, dan emosional; (2) kebutuhan–
kebutuhan, motif dan tujuan; (3) keterampilan, pengetahuan dan pengertian lain
yang telah dipelajari. Dirwanto (2008) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi kesiapan kerja siswa yaitu keterampilan, pengalaman praktik,
kreativitas, pengetahuan, penampilan diri, temtamen, informasi pekerjaan, kondisi
ekonomi keluarga, bimbingan vokasional, kedisiplinan, prestasi belajar, nilai-nilai,
keadaan fisik, bakat, sikap, kemandirian, minat, ekspektasi masuk dunia kerja, dan
tingkat intelejensi.
Datadiwa (2015) menjelaskan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
kesiapan kerja adalah cita-cita, lingkungan keluarga, kesehatan, kepribadian, bakat,
kemampuan, kondisi fisik, pengalaman, keterampilan, ekonomi keluarga, sikap dan
pandangan hidup. Dan Pitaloka (2016) menjelaskan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi kesiapan kerja adalah pribadi siswa, kurikulum, kemitraan, dan
praktik kerja industri. Dari uraian faktor yang diduga berpengaruh terhadap
kesiapan kerja tersebut dapat disimpulkan oleh peneliti bahwa faktor-faktor yang
akan digunakan sebagai variabel dalam penelitian ini adalah praktik kerja industri,
status sosial ekonomi orang tua dan motivasi kerja.
8
8
Salah satu faktor yang mempengaruhi kesiapan kerja adalah status sosial
ekonomi orang tua siswa. Menurut John W. Santrock dalam Nurhadiyanti(2014),
“Status sosial ekonomi adalah kategorisasi orang–orang menurut karakteristik
ekonomi, pendidikan, dan pekerjaan mereka”. Sedangkan menurut Sugihartono
(2007:30) dalam Nurhadiyanti (2014), “Status sosial ekonomi orang tua meliputi
tingkat pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, dan penghasilan orang tua”.
Berdasarkan uraian di atas, status sosial ekonomi orang tua adalah kedudukan atau
posisi yang dipegang orang tua dalam masyarakat dan usaha pemenuhan kebutuhan
hidup keluarganya berkaitan dengan tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, dan
pekerjaan orang tua.
Orang tua dengan status sosial ekonomi orang tua yang baik cenderung akan
memberikan dorongan anaknya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang
perguruan tinggi daripada bekerja. Sedangkan siswa dengan latar belakang sosial
ekonomi yang kurang akan menjadi dorongan siswa untuk bekerja setelah lulus
daripada melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi karena kebutuhan. Hal ini
akan memotivasi dirinya untuk belajar dan mempersiapkan dirinya agar siap kerja.
Hasil penelitian Wiryani (2015) menyatakan bahwa faktor yang paling
mempengaruhi motivasi kerja terhadap kesiapan kerja pada siswa adalah faktor
desakan dan dorongan lingkungan, dalam hal ini adalah status sosial ekonomi orang
tua siswa. Dalam penelitian ini, status sosial ekonomi orang tua siswa di SMK
Negeri 2 Kota Tegal yang merupakan buruh dan tani membuat sebagian bersar
lulusan akan lebih memilih untuk bekerja setelah lulus karena tidak memungkinkan
untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi karena terkendala pembiayaan
9
9
dan kebutuhan yang harus dipenuhi. Dalam penelitian Wiryani (2015) siswa yang
memiliki orang tua dengan status sosial ekonomi yang baik akan menyarankan
anaknya untuk melanjutkan ke perguruan tinggi daripada bekerja setelah lulus
SMK. Penelitian yang dilakukan Inshofa (2016) memberikan hasil bahwa status
sosial ekonomi orang tua berpengaruh terhadap kesiapan kerja sebesar 7,84% dan
Arwani (2017) menyatakan status sosial ekonomi orang tua berpengaruh terhadap
kesiapan kerja sebesar 13,8%. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Huda
(2015) menyatakan bahwa status sosial ekonomi orang tua tidak berpengaruh
signifikan terhadap kesiapan kerja siswa.
Selain itu, faktor yang berpengaruh terhadap kesiapan kerja siswa adalah
adanya pengalaman praktik. Dalam penelitian ini, pengalaman praktik siswa SMK
akan didapatkan melalui praktik kerja industri. Clarke (Baiti,2014) menjelaskan
bahwa dunia kerja dan industri menginginkan lulusan dengan high competence
yaitu lulusan dengan kemampuan teknis dan sikap yang baik. Sedangkan sekolah
beranggapan bahwa lulusan yang baik adalah lulusan dengan nilai ujian yang baik
dan lulus dalam waktu yang cepat. Perbedaan inilah yang membuat terjadinya
ketidakcocokan antara lulusan yang dicetak oleh sekolah dengan kebutuhan tenaga
kerja yang dibutuhkan oleh para pelaku bisnis. Oleh karena itu pemerintah melalui
revitalisai SMK menggalakkan agar SMK dapat mencetak tenaga kerja yang sesuai
dengan kebutuhan para pelaku dunia usaha dengan mensinkronkan berbagai pihak
yang berkepentingan.
Prakerin adalah pola penyelenggaraan diklat yang dikelola bersama-sama
antara SMK dengan industri/asosiasi profesi sebagai institusi pasangan (IP), mulai
10
10
dari tahap perencanaan, pelaksanaan hingga evaluasi dan sertifikasi yang
merupakan satu kesatuan program (Dikmenjur, 2008). Herminanto dalam Sirsa
(2014) berpendapat bahwa pendidikan kejuruan akan efektif jika dalam praktik
kerja industri siswa ditempatkan diposisi yang sesuai dengan kompetensi
keahliannya sehingga mereka akan paham tentang kondisi tuntutan kerja. Putra
(2009) menyatakan bahwa pengalaman yang diperoleh pada saat melakukan
praktik kerja industri akan mempercepat transisi siswa dari sekolah ke dunia
industri. Penelitian yang dilakukan Saputri (2016) menunjukkan bahwa prakerin
berpengaruh terhadap kesiapan kerja sebesar 4,41% dan penelitian yang dilakukan
oleh Muktiani (2014) hanya sebesar 3,76%. Sedangkan Yuniati (2014) dan
Suryatulus (2017) menyatakan bahwa prakerin tidak berpengaruh signifikan
terhadap kesiapan kerja.
Winkel dan Hastuti (2007:647) menyatakan faktor pembentuk kematangan
berkarir seseorang dalam hal ini kesiapan untuk bekerja terdiri dari faktor dari
dalam diri sendiri (internal) dan dari luar diri (eksternal). Motivasi kerja merupakan
salah satu faktor dalam diri siswa yang dapat mempengaruhi kesiapan kerja. Karena
kecilnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen yang dapat
dilihat dari beberapa penelitian rujukan, maka peneliti menambahkan motivasi
kerja sebagai variabel intervening. Motivasi kerja dapat menjadi variabel penentu
yang berfungsi sebagai variabel yang mediasi variabel status sosial ekonomi orang
tua dan praktik kerja industri karena mempengaruhi kesiapan kerja.
Anoraga (2014:35) menjelaskan bahwa motivasi kerja adalah sesuatu yang
menimbulkan semangat atau dorongan kerja atau menggerakkan individu untuk
11
11
memasuki dunia kerja. Motivasi memasuki dunia kerja timbul karena adanya
dorongan dan keinginan dari dalam diri peserta didik (Wiryani,2015). Uno
(2006:10) menjelaskan motivasi timbul karena adanya keinginan untuk
melakukan kegiatan, adanya dorongan dan kebutuhan melakukan kegiatan, adanya
harapan dan cita-cita, adanya penghormatan atas diri, adanya lingkungan yang
baik dan adanya kegiatan yang menarik. Semakin tinggi motivasi kerja yang
dimiliki siswa maka semakin tinggi pula kemampuan dan keterampilan siswa dan
berakibat semakin tinggi pula kesiapan kerja siswa (Damasanti,2014).
Beberapa penelitian terdahulu yang meneliti tentang motivasi kerja terhadap
kesiapan kerja adalah penelitian yang dilakukan oleh Kusnaeni (2016)
mengemukakan bahwa motivasi kerja berpengaruh terhadap kesiapan kerja sebesar
62,3%. Lukitasari (2015) mengemukakan motivasi kerja berpengaruh sebesar
27,4% terhadap kesiapan kerja. Dan Damasanti (2014) yang mengemukakan bahwa
motivasi kerja merupakan faktor penentu terbesar kesiapan kerja yaitu sebesar
22,8%.
Berdasarkan uraian masalah tersebut diatas didukung dengan teori dan
penelitian terdahulu, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan
judul “Pengaruh Status Sosial Ekonomi Orang Tua dan Praktik Kerja
Industri Mealui Motivasi Kerja Terhadap Kesiapan Kerja Siswa Kelas 12
Program Keahlian Akuntansi di SMK Negeri 2 Kota Tegal Tahun Ajaran
2018/2019”
12
12
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan dan hasil observasi
maka dapat diidentifikasi bahwa permasalah kesiapan kerja adalah sebagai berikut:
1. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan mengemukakan bahwa
pada tahun 2016 terdapat 1.296.246 orang lulusan SMK dengan 5.759.787
peluang kebutuhan tenaga kerja SMK. Hal ini menggambarkan bahwa
kebutuhan tenaga kerja SMK sangat banyak. Namun, pada kenyataannya
tingkat pengangguran terbuka dari lulusan SMK lebih tinggi dibandingkan
dengan tingkat pendidikan lain yaitu sebesar 11,11%
2. Di Kota Tegal terdapat 21 SMK yang terdiri dari 4 SMK negeri dan 17 SMK
swasta. Namun, hanya terdapat 7 sekolah yang telah terakreditasi yaitu
SMK N 1 Tegal, SMK N 2 Tegal, SMK N 3 Tegal, SMK PGRI Tegal, SMK
Ihsaniyah Tegal, SMK Al Irsyad, dan SMK Harapan Bersama Tegal. Dari
ketujuh sekolah tersebut hanya 3 sekolah yang mendapatkan akreditasi A, 3
sekolah akreditas B, 1 sekolah akreditsi C, dan 14 sekolah yang lain belum
terakreditasi. Fakta banyaknya sekolah yang belum terakreditasi khususnya
SMK swasta di Kota Tegal, menandakan kualitas dari sekolah belum
optimal untuk mencetak tenaga kerja yang siap kerja.
3. Sebanyak 50% lulusan program keahlian akuntansi di SMK Negeri 2 kota
Tegal belum mendapatkan pekerjaan atau berstatus menganggur dan hanya
24,47% lulusan yang telah bekerja pada tahun 2017. Hal ini tidak sesuai
dengan standar Bursa Kerja Khusus SMK bahwa seharusnya jumlah
minimal lulusan SMK yang bekerja minimal adalah 60% dari lulusan.
13
13
1.3. Cakupan Masalah
Pada penelitian ini akan dibahas secara mendalam tentang kesiapan kerja
siswa kelas 12 program keahlian akuntansi pada SMK Negeri 2 Kota Tegal tahun
ajaran 2018/2019. Untuk mendapatkan gambaran yang jelas pada permasalahan
diatas, peneliti akan menitikberatkan pada pengaruh status sosial ekonomi orang
tua, dan praktik kerja industri secara langsung maupun tidak langsung melalui
motivasi kerja terhadap kesiapan kerja.
1.4. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah seabagai berikut:
1. Adakah pengaruh negatif status sosial ekonomi orang tua terhadap kesiapan
kerja siswa kelas 12 program keahlian akuntansi di SMK Negeri 2 Kota Tegal
tahun ajaran 2018/2019?
2. Adakah pengaruh positif praktik kerja industri terhadap kesiapan kerja siswa
kelas 12 program keahlian akuntansi di SMK Negeri 2 Kota Tegal tahun ajaran
2018/2019?
3. Adakah pengaruh positif motivasi kerja terhadap kesiapan kerja siswa kelas 12
program keahlian akuntansi di SMK Negeri 2 Kota Tegal tahun ajaran
2018/2019?
4. Adakah pengaruh negatif status sosial ekonomi orang tua terhadap motivasi
kerja siswa kelas 12 program keahlian akuntansi di SMK Negeri 2 Kota Tegal
tahun ajaran 2018/2019?
14
14
5. Adakah positif pengaruh praktik kerja industri terhadap motivasi kerja siswa
kelas 12 program keahlian akuntansi di SMK Negeri 2 Kota Tegal tahun ajaran
2018/2019?
6. Adakah pengaruh negatif status sosial ekonomi orang tua melalui motivasi
kerja terhadap kesiapan kerja siswa kelas 12 program keahlian akuntansi di
SMK Negeri 2 Kota Tegal tahun ajaran 2018/2019?
7. Adakah pengaruh positif praktik kerja industri melalui motivasi kerja terhadap
kesiapan kerja siswa kelas 12 program keahlian akuntansi di SMK Negeri 2
Kota Tegal tahun ajaran 2018/2019?
1.5. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah, cakupan masalah dan
rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui adakah pengaruh negatif status sosial ekonomi orang tua
terhadap kesiapan kerja siswa kelas 12 program keahlian akuntansi di SMK
Negeri 2 Kota Tegal tahun ajaran 2018/2019
2. Untuk mengetahui adakah pengaruh positif praktik kerja industri terhadap
kesiapan kerja siswa kelas 12 program keahlian akuntansi di SMK Negeri 2
Kota Tegal tahun ajaran 2018/2019
3. Untuk mengetahui adakah pengaruh positif motivasi kerja terhadap kesiapan
kerja siswa kelas 12 program keahlian akuntansi di SMK Negeri 2 Kota Tegal
tahun ajaran 2018/2019?
15
15
4. Untuk mengetahui adakah pengaruh negatif status sosial ekonomi orang tua
terhadap motivasi kerja siswa kelas 12 program keahlian akuntansi di SMK
Negeri 2 Kota Tegal tahun ajaran 2018/2019
5. Untuk mengetahui adakah pengaruh positif praktik kerja industri terhadap
motivasi kerja siswa kelas 12 program keahlian akuntansi di SMK Negeri 2
Kota Tegal tahun ajaran 2018/2019
6. Untuk mengetahui adakah pengaruh negatif status sosial ekonomi orang tua
melalui motivasi kerja terhadap kesiapan kerja siswa kelas 12 program
keahlian akuntansi di SMK Negeri 2 Kota Tegal tahun ajaran 2018/2019
7. Untuk mengetahui adakah pengaruh positif praktik kerja industri melalui
motivasi kerja terhadap kesiapan kerja siswa kelas 12 program keahlian
akuntansi di SMK Negeri 2 Kota Tegal tahun ajaran 2018/2019
1.6. Kegunaan Penelitian
Kegunaan dari penelitian ini sebagai berikut:
1. Secara Teoritis
a. Penelitian ini diharapkan dapat memperjelas pengaruh status sosial ekonomi
orang tua, praktik kerja industri terhadap kesiapan kerja siswa secara
langsung maupun secara tidak langsung melalui motivasi kerja.
b. Menambah pengetahuan khususnya mengenai status sosial ekonomi orang
tua dan praktik kerja industri terhadap kesiapan kerja siswa secara langsung
atau tidak langsung melalui motivasi kerja
c. Dapat menjadi sumber referensi bagi peneliti berikutnya yang meneliti topik
yang sejenis
16
16
2. Secara Praktis
a. Bagi peneliti, penelitian ini dapat menjadi pengetahuan dan pengalaman
meneliti tentang kesiapan kerja siswa
b. Bagi siswa, hasil penelitian ini dapat menjadi bahan introspeksi dan
pengetahun untuk meningkatkan diri dalam mempersiapkan diri memasuki
dunia kerja dengan cara mempertimbangkan pentingnya faktor status sosial
ekonomi orang tua dan praktik kerja industri serta motivasi kerja terhadap
kesiapan kerja siswa
c. Bagi guru, hasil penelitian ini diharapkan menjadi pengetahuan untuk
membimbing siswa dalam mempersiapkan diri memasuki dunia kerja
d. Bagi sekolah, hasil penelitian dapat memberikan informasi peningkatan
mutu sekolah dan pendidikan dalam menyiapkan siswa untuk siap kerja
1.7. Orisinilitas Penelitian
Penelitian ini mengacu kepada penelitian yang dilakukan oleh Sulistyarini
(2012). Penelitian Sulistyarini (2012) tentang kesiapan kerja menggunakan variabel
motivasi memasuki dunia kerja dan pengalaman praktik kerja industri sebagai
variabel independen serta responden merupakan siswa program keahlian akuntansi
di SMK Negeri 1 Tempel tahun ajaran 2011/2012. Pembaharuan penelitian ini
dibandingkan dengan penelitian sebelulmnya adalah sebagai berikut : (1) model
penelitian, dalam penelitian ini menggunakan variabel penelitian yaitu status sosial
ekonomi orang tua dan praktik kerja industri sebagai variabel independen, dan
motivasi kerja sebagai variabel intervening; (2) grand theory yang digunakan,
penelitian ini menggunakan teori Koneksionisme Thorndike dan Theory of Planned
17
17
Behavior; (3) obyek penelitian, obyek penelitian ini adalah siswa kelas 12 program
keahlian akuntansi di SMK Negeri 2 Kota Tegal; (4) waktu penelitian, penelitian
ini dilakukan di tahun 2018.
18
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Kajian Teori Utama (Grand Theory)
2.1.1. Teori Koneksionisme Thorndike
Edward L. Thorndike (1874-1949) adalah salah seorang penganut paham
psikologi perubahan perilaku. Perubahan perilaku yang dimaksud Thorndike
adalah perubahan terjadi melalui rangsangan (stimulans) yang menimbulkan
hubungan perilaku reaktif (respon) berdasarkan hukum-hukum mekanistik.
Thorndike melakukan eksperimen teorinya pada tahun 1890-an, Thorndike
memplokamirkan teorinya dalam belajar bahwasanya setiap makhluk hidup itu
dalam tingkah lakunya merupakan hubungan antara stimulus dan respon. Stimulus
adalah suatu perubahan dari lingkungan eksternal yang menjadi tanda untuk
mengaktifkan organisme untuk beraksi atau berbuat sedangkan respon adalah
sembarang tingkah laku yang dimunculkan karena adanya perangsang. Belajar
adalah pembentukan hubungan stimulus dan respon sebanyak -banyaknya.
Dari definisi belajar tersebut menurut Thorndike, perubahan tingkah laku
akibat dari kegiatan belajar dapat berwujud kongkrit yaitu yang dapat diamati.
Meskipun aliran Behaviorisme sangat mengutamakan pengukuran, namun ia tidak
dapat menjelaskan bagaimana cara mengukur tingkah laku yang tidak dapat
diamati. Namun demikian, teorinya telah banyak memberikan pemikiran dan
inspirasi kepada tokoh-tokoh lain yang datang kemudian. Teori Thorndike ini
disebut juga sebagai aliran Koneksionisme.
19
19
Teori Koneksionisme Thorndike dalam eksperimennya dirumuskan ke
dalam tiga hukum. Ketiga hukum dasar tersebut yaitu:
1. Law of Readness (Hukum Kesiapan)
Ketika seseorang dipersiapkan (sehingga siap) untuk bertindak, maka
melakukan tindakan merupakan imbalan (reward) sementara tidak melakukannya
merupakan hukuman (punishment) (Schunk,2012). Semakin siap suatu individu
terhadap suatu tindakan, maka perilaku-perilaku yang mendukung akan
menghasilkan imbalan (memuaskan). Kegiatan belajar dapat berlangsung secara
efisien bila pelajar telah memiliki kesiapan belajar baik siap secara fisik maupun
psikis. Ada tiga keadaan yang menunjukan berlakunya hukum kesiapan menurut
Thorndike:
1) Apabila individu memiliki kesiapan untuk bertindak atau berperilaku, dan
dapat melaksanakannya, maka dia akan mengalami kepuasan
2) Apabila individu memiliki kesiapan untuk bertindak atau berperilaku dan dia
tidak bisa melaksanakannya maka dia akan kecewa
3) Apabila individu tidak memiliki kesiapan untuk bertindak atau berperilaku,
dan dipaksa untuk melakukannya maka akan menimbulkan keadaan yang
tidak memuaskan.
Ketiga kondisi tersebut dapat dijelaskan bahwa apabila kecenderungan
bertindak itu timbul karena penyesuain diri atau hubungan dengan sekitar, karena
sikap dan sebagainya, maka memenuhi kecendrungan itu di dalam tindakan akan
memberikan kepuasan, dan tidak memenuhi kecendrungan tersebut akan
menimbulkan ketidakpuasan. Jadi sebenarnya readiness itu adalah persiapan untuk
20
20
bertindak ready to act. Dapat disimpulkan bahwa seorang akan lebih berhasil, jika
ia telah siap untuk bertindak
2. Law of Exercise (Hukum Latihan)
Koneksi antara kondisi dan tindakan akan menjadi kuat karena latihan dan
akan menjadi lemah karena kurang latihan. Dalam belajar, pelajar perlu mengulang-
ulang bahan pelajaran. Semakin sering suatu pelajaran diulangi semakin dikuasai
pelajaran tersebut.
3. Law of Effect (Hukum Akibat)
Kegiatan belajar yang memberikan efek hasil belajar yang menyenangkan
(hadiah) cenderung akan diulangi, sedangkan kegiatan belajar yang memberikan
efek hasil belajar yang tidak menyenangkan (hukuman) akan dihentikan. Dalam
pembelajaran hukum ini biasa diterapkan dengan pemberian reward and
punishment.
Implikasi dari teori koneksionisme Thorndike adalah dengan berlakunya
hukum kesiapan yaitu apabila seseorang ingin berhasil mencapai suatu tujuan atau
melakukan suatu hal maka orang tersebut harus mempunyai kesiapan dalam diri.
Karena setiap makhluk hidup itu dalam tingkah lakunya merupakan hubungan
antara stimulus dan respon. Dengan pengaruh stimulus yang bagus dalam penelitian
ini yaitu status sosial ekonomi orang tua dan praktik kerja industri yang baik maka
akan menimbulkan respon kesiapan kerja siswa. Teori inilah yang yang dijadikan
sebagai grand theory variabel kesiapan kerja dan sangat cocok untuk
menggambarkan kondisi siswa SMK yang tidak harus menguasai aspek
21
21
pengetahuan saja, akan tetapi juga aspek sikap dan keterampilan yang siap untuk
memasuki dunia kerja.
Dikaitkan dengan penelitian ini, teori koneksionisme thorndike relevan
untuk menjelaskan perilaku kesiapan kerja yang merupakan respon dari stimulus
status sosial ekonomi orang tua siswa yang mendukung siswa untuk berorintasi
bekerja setelah lulus. Selain itu pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh saat
praktik kerja industri dan motivasi kerja menjadi stimulus yang baik untuk siswa
memiliki kesiapan kerja karena terdorong untuk bekerja setelah lulus.
2.1.2. Theory of Planned Behavior
Theory Of Reaseoned Action dan Theory of Planned Behavior merupakan
suatu teori yang menjelaskan tentang perilaku manusia. Teori ini disusun
menggunakan asumsi dasar bahwa manusia berperilaku dengan cara yang sadar
dan mempertimbangkan segala informasi yang tersedia. Teori perilaku
direncanakan (Theory of Planned Behavior) merupakan pembaharuan dari teori
tindakan beralasan (Theory of Reasoned Action) yang diusulkan oleh Ajzen dan
Fishbein (1980) dan diperbaharui oleh Ajzen pada tahun 1991. Teori perilaku
direncanakan ini dikembangkan dari teori tindakan beralasan dengan memasukkan
faktor tambahan yaitu perilaku kontrol yang dirasakan. Perilaku kontrol yang
dirasakan adalah perasaan seseorang mengenai mudah atau sulitnya mewujudkan
suatu perilaku tertentu (Ajzen, 2015). Teori Ajzen tentang sikap terhadap perilaku
mengacu pada derajat mana seseorang memiliki penilaian evaluasi menguntungkan
atau tidak menguntungkan dari perilaku dalam sebuah pertanyaan, (Ajzen, 1991).
Teori ini merupakan alat yang dapat digunakan untuk memprediksi perilaku
22
22
individu ketika individu tersebut tidak memiliki kontrol kemauan sendiri secara
penuh. Individu tersebut memiliki halangan atau hambatan sehingga perilakunya
tidak bisa semaunya sendiri.
Ajzen (1988), menyatakan perilaku seseorang tergantung pada keinginan
berperilaku (behavioral intention) yang terdiri dari tiga komponen, yaitu: sikap
(attitude), norma subjektif (subjective norm), dan pengendalian perilaku yang
dirasakan (perceived behavioral control). Ajzen (2005) mengemukakan bahwa
sikap terhadap perilaku ini ditentukan oleh keyakinan yang diperoleh mengenai
konsekuensi dari suatu perilaku atau disebut juga behavioral beliefs. Belief
berkaitan dengan penilaian-penilaian subjektif seseorang terhadap dunia
sekitarnya, pemahaman mengenai diri dan lingkungannya. Bagaimana cara
mengetahui belief, dalam teori perilaku direncanakan ini, Ajzen menyatakan
bahwa belief dapat diungkapkan dengan cara menghubungkan suatu perilaku
yang akan kita prediksi dengan berbagai manfaat atau kerugian yang mungkin
diperoleh apabila kita melakukan atau tidak melakukan perilaku itu. Keyakinan
ini dapat memperkuat sikap terhadap perilaku berdasarkan evaluasi dari data
yang diperoleh bahwa perilaku itu dapat memberikan keuntungan bagi pelakunya.
Norma subjektif adalah perasaan atau dugaan-dugaan seseorang terhadap
harapan-harapan dari orang-orang yang ada di dalam kehidupannya tentang
dilakukan atau tidak dilakukannya perilaku tertentu, karena perasaan ini sifatnya
subjektif maka dimensi ini disebut norma subjektif (subjective norm). Hubungan
sikap terhadap perilaku sangat menentukan, maka norma subjektif juga
dipengaruhi oleh keyakinan, bedanya adalah apabila hubungan sikap terhadap
23
23
perilaku merupakan fungsi dari keyakinan terhadap perilaku yang akan dilakukan
(behavioral belief) maka norma subjektif adalah fungsi dari keyakinan seseorang
yang diperoleh atas pandangan orang-orang lain yang berhubungan dengannya
(normative belief) (Mahyarni, 2013).
Persepsi kontrol perilaku atau disebut juga dengan kontrol perilaku adalah
perasaan seseorang mengenai mudah atau sulitnya mewujudkan suatu perilaku
tertentu, (Ajzen, 2005). Persepsi kontrol perilaku dapat berubah tergantung situasi
dan jenis perilaku yang akan dilakukan. Pusat kendali berkaitan dengan
keyakinan individu bahwa keberhasilannya melakukan segala sesuatu tergantung
pada usahanya sendiri (Rotter’s,1966). Keyakinan ini berkaitan dengan pencapaian
yang spesifik, misalnya keyakinan dapat menguasai keterampilan menggunakan
komputer dengan baik disebut kontrol perilaku (perceived behavioral control).
Ajzen (2005) dalam teori perilaku direncanakan mengemukakan bahwa
persepsi kontrol ditentukan oleh keyakinan individu mengenai ketersediaan
sumberdaya berupa peralatan, kompatibilitas, kompetensi, dan kesempatan
(control belief strength) yang mendukung atau menghambat perilaku yang akan
diprediksi dan besarnya peran sumber daya tersebut (power of control factor)
dalam mewujudkan perilaku tersebut. Keyakinan yang kuat terhadap tersedianya
sumberdaya dan kesempatan yang dimiliki individu berkaitan dengan perilaku
tertentu dan semakin besar peranan sumberdaya tersebut maka semakin kuat
persepsi kontrol individu terhadap perilaku tersebut. Individu yang mempunyai
persepsi kontrol yang tinggi akan terus terdorong dan berusaha untuk berhasil
24
24
karena yakin dengan sumberdaya dan kesempatan yang ada, kesulitan yang
dihadapinya dapat diatasi.
Intensi dianggap dapat melihat faktor-faktor motivasi yang mempengaruhi
perilaku. Intensi merupakan indikasi seberapa keras orang mau berusaha untuk
mencoba dan berapa besar usaha yang akan dikeluarkan individu untuk melakukan
suatu perilaku. Intensi merupakan penentu dan disposisi dari perilaku, hingga
individu memiliki kesempatan dan waktu yang tepat untuk menampilkan perilaku
tersebut secara nyata. Intensi dalam penerapan teori ini akan digantikan melalui
variabel motivasi kerja. Intensi untuk melakukan suatu perilaku adalah indikasi
kecenderungan individu untuk melakukan suatu perilaku dan merupakan anteseden
langsung dari perilaku tersebut. Intensi untuk melakukan suatu perilaku dapat
diukur melalu tiga prediktor utama yang memengaruhi intensi tersebut, yaitu
attitude toward the behavior, subjective norm, dan perceived behavioral control
(Ajzen, 2006).
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa dalam teori ini intensi
diterapkan dalam variabel motivasi kerja yang menghubungkan variabel status
sosial ekonomi orang tua pada subjective norm dan variabel praktek kerja industri
pada perceived behavioral control. Teori ini yang menguatkan hubungan antara
variabel status sosial ekonomi orang tua dan praktek kerja industri terhadap
kesiapan kerja melalui motivasi kerja.
Dikaikan dengan penelitian ini, Theory of Planned Behavior relevan untuk
menjelaskan kesiapan kerja siswa. Status sosial ekonomi orang tua berkaitan
dengan norma subyektif. Status sosial ekonomi orang tua siswa yang kurang akan
25
25
memberikan dorongan kepada siswa untuk memiliki kesiapan kerja yang tinggi
agar dapat langsung bekerja setelah lulus. Selain itu, praktik kerja industri berkaitan
dengan persepsi kontrol. Dengan praktik kerja industri, siswa akan memiliki
pengalaman, keterampilan dan pengetahuan serta informasi tentang keahliannya
sehingga menambah kesiapan kerja. Intensi dalam penelitian ini berkaitan dengan
motivasi kerja. Motivasi kerja dapat menguatkan maupun melemahkan kesiapan
kerja siswa. Siswa dengan kondisi status sosial ekonomi yang kurang baik dan
didorong oleh motivasi kerja tinggi maka akan meningkatkan kesiapan kerja siswa.
Begitu pula dengan variabel praktik kerja industri yang baik dan motivasi kerja
yang tinggi maka akan meningkatkan kesiapan kerja siswa.
Gambar 2.1Theory of Planned Behavior (Ajzen,1988)
26
26
2.2. Kajian Variabel Penelitian
2.2.1. Kesiapan Kerja
2.2.1.1. Pengertian Kesiapan Kerja
Kesiapan merupakan kondisi yang memungkinkan seseorang dapat
melaksanakan suatu pekerjaan dengan baik dan sesuai dengan yang diharapkan
serta dapat beradaptasi dengan lingkungan sekitar. Penyesuaian diri terhadap
lingkungan sangat penting agar dapat membuat seseorang merespon suatu hal yang
membuatnya disebut memiliki kesiapan. Kondisi seseorang mencakup tiga aspek
yaitu kondisi fisik, mental dan emosional; kebutuhan, motif dan tujuan; dan
keterampilan, pengetahuan dan keterampilan lain yang dipelajari. Slameto
(2010:113) mengemukakan bahwa kesiapan adalah keseluruhan kondisi seseorang
yang membuatnya siap untuk memberi respons/jawaban di dalam cara tertentu
terhadap suatu situasi. Sedangkan Jamies Drever (Slameto, 2010:59)
mendefinisikan bahaw readiness adalah “Preparedness to respond or react” atau
dengan kata lain kesiapan adalah kesediaan untuk memberi respon atau bereaksi.
Dalyono (2007:166) mendefinisikan bahwa readiness merupakan sifat-sifat dan
kekuatan pribadi yang berkembang. Perkembangan ini memungkinkan orang itu
untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya serta mampu memecahkan
persoalan yang selalu dihadapinya.
Tujuan seseorang melakukan pekerjaan adalah untuk memenuhi kebutuhan
hidup. Anoraga (2009:14) menjelaskan kerja merupakan sesuatu yang dibutuhkan
oleh manusia. Seseorang yang bekerja memiliki tujuan yang ingin dicapai dan
dapat membawa pada keadaan yang lebih baik dari keadaan sebelumnya. Dengan
27
27
bekerja, seseorang dapat memiliki kedudukan yang baik di masyarakat dan dapat
memenuhi kebutuhan dalam hidupnya yang bersifat materiil. Kebutuhan tersebut
antara lain kebutuhan akan sandang, pangan, papan, pendidikan, keamanan,
maupun kesehatan. Janah (2016:23) menyebutkan bahwa kerja merupakan bagian
paling dasar dari kehidupan manusia, dia akan memberikan status dari masyarakat
yang ada di lingkungannya. Sedangkan Slameto (2010:113) menjelaskan kesiapan
adalah keseluruhan kondisi yang membuatnya siap untuk memberi respon/jawaban
di dalam cara tertentu terhadap suatu kecenderungan untuk memberi respon.
Ketut (1993:15) menjelaskan kesiapan kerja adalah kemampuan,
keterampilan, dan sikap kerja yang sesuai dengan tuntutan masyarakat serta sesuai
dengan potensi-potensi dalam berbagai jenis pekerjaan tertentu yang secara
langsung dapat diterapkannya. Winkel & Hastuti (2006:668) berpendapat bahwa
kesiapan kerja dipandang sebagai usaha untuk memantapkan seseorang
mempersiapkan diri dalam hal pengetahuan, keterampilan, sikap serta nilai yang
diperlukan dalam menekuni sebuah pekerjaan. Kesiapan kerja bukan hanya sebatas
mempersiapkan seseorang bekerja, akan tetapi pekerjaan tersebut haruslah sesuai
dengan potensi yang dimiliki sehingga pekerjaan dapat berjalan dengan baik dan
tidak menimbulkan keterpaksaan dalam diri individu. Keterpaksaan dalam bekerja
tentunya dapat mengakibatkan berbagai permasalahan dalam bekerja dan situasi
sosial yang lain bahkan kondisi ekonomi.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
kesiapan kerja adalah keseluruhan kondisi seseorang merespon sesuai dengan
28
28
kemampuan pengetahuan, keterampilan serta sikap dalam jenis pekerjaan yang
dikerjakan dalam lingkungan kerja sesuai dengan potensi-potensi yang dimilikinya.
2.2.1.2. Prinsip-prinsip Kesiapan Kerja
Dalyono (2012:166-167) yang menyebutkan bahwa prinsip bagi
perkembangan readiness (kesiapan) kerja meliputi:
1. semua aspek pertumbuhan berinteraksi dan bersama membentuk readiness
2. pengalaman seseorang ikut mempengaruhi pertumbuhan fisiologis individu
3. pengalaman mempunyai efek kumulatif dalam perkembangan fungsi-fungsi
kepribadian individu, baik yang jasmaniah maupun yang rohaniah
4. apabila readiness untuk melaksanakan kegiatan tertentu terbentuk pada diri
seseorang, maka saat-saat tertentu dalam kehidupan seseorang merupakan
masa formatif bagi perkembangan pribadinya.
Slameto (2010:115) menyebutkan prinsip-prinsip kesiapan kerja terdiri
dari:
1. semua aspek keseimbangan berinteraksi (saling mempengaruhi)
2. kematangan jasmani dan rohani adalah perlu untuk memperoleh manfaat dari
pengalaman
3. pengalaman-pengalaman mempunyai pengaruh yang positif terhadap kesiapan
4. kesiapan dasar untuk kegiatan tertentu terbentuk dalam periode tertentu selama
masa-masa pembentukan dalam masa perkembangan.
29
29
2.2.1.3. Aspek-aspek Pembentuk Kesiapan Kerja
Aspek-aspek kesiapan kerja yang dikemukakan oleh Slameto (2010:115)
meliputi:
1. Kematangan, ialah suatu proses yang menimbulkan perubahan tingkah laku
sebagai akibat dari pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan mendasari
perkembangan sedangkan perkembangan berhubungan dengan fungsi-fungsi
tubuh dan jiwa sehingga terjadi diferensial.
2. Kecerdasan, terdiri dari tahap-tahap perkembangan kecerdasan menurut teori
J. Piaget mencakup tahap:
a. Tahap sesnsomotorik (0-2 tahun)
Pada awal tahap ini, bayi hanya memperlihatkan pola refelektif untuk
beradaptasi dengan dunia dan menjelang akhir tahap ini bayi menunjukan
pola sensorimotorik yang lebih kompleks.
b. Tahap praoprasional (2-7 tahun)
Pemikiran pada tahap ini terbagi menjadi 2 sub-tahap yaitu simbolik (2-4
tahun) dan intuitif (4-7 tahun).
c. Tahap operasional kongkrit (7-11 tahun)
Tahap ini, seseorang mampu mengoperasikan berbagai logika dalam
bentuk benda kongkrit. Penalaran logika mampu menggantikan penalaran
intuitif, namun hanya pada situasi kongkrit dan kemampuan untuk
menggolonggolongkan sudah ada namun belum bisa memecahkan masalah
abstrak
30
30
d. Tahap operasional formal (lebih dari 11 tahun)
Pada tahap ini kecakapan anak tidak lagi terbatas pada objek-objek yang
konkret, ia dapat memandang kemungkinan-kemungkinan yang ada
melalui pemikirannya, dapat mengorganisasikan situasi/masalah, dapat
berpikir dengan betul (logis, mengerti hubungan sebab akibat,
memecahkan masalah/berpikir secara ilmiah). Saat usia inilah, proses
pendidikan di SMK bertujuan untuk membantu siswa menyusun rencana
karir dan membentuk individu agar memiliki kesiapan kerja.
2.2.1.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesiapan Kerja
Slameto (2010:113) juga mengemukakan bahwa kondisi yang dapat
mempengaruhi kesiapan kerja seseorang setidaknya mencakup 3 aspek, yaitu:
1. Kondisi fisik, mental, dan emosional
Terdiri dari fisik temporer (lelah, keadaan, alat indera dll) dan yang
permanen (cacat tubuh), mental dan emosi (kemampuan mengolah kondisi
perasaan).
2. Kebutuhan-kebutuhan, motif, dan tujuan
Dalam memenuhi kebutuhan seseorang akan terdorong dan termotivasi
untuk segera memenuhi kebutuhan tersebut serta mencapai tujuannya tersebut.
Hubungan antara kebutuhan, motif, tujuan dan kesiapan adalah sebagai berikut:
a. Kebutuhan ada yang disadari dan ada yang tidak disadari
b. Kebutuhan yang tidak disadari akan mengakibatkan tidak adanya
dorongan untuk berusaha
c. Kebutuhan mendorong usaha, dengan kata lain akan timbul motif
31
31
d. Motif tersebut diarahkan ke pencapaian tujuan
3. Keterampilan, pengetahuan, dan pengertian lain yang dipelajari
Yulianti (2015) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi kesiapan kerja siswa yaitu pengalaman praktik kerja industri,
motivasi memasuki dunia kerja, dan kemampuan soft skill. Sedangkan Datadiwa
(2015) menjelaskan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapan kerja
adalah cita-cita, lingkungan keluarga, kesehatan, kepribadian, bakat,
kemampuan, kondisi fisik, pengalaman, keterampilan, ekonomi keluarga, sikap
dan pandangan hidup.
Banyak faktor yang mempengaruhi kesiapan kerja seseorang. Faktor
tersebut dapat berasal dari dalam diri mapupun dari lingkungan sekitar seseorang
yang mencakup norma, nilai dan masyarakatnya.
2.2.1.5. Indikator Kesiapan Kerja
Indikator kesiapan kerja dalam penelitian ini menurut Permendikbud No.20
tahun 2016 tentang Standar Kompetensi Lulusan yang dijadikan alat ukur kesiapan
kerja seperti yang pernah diuji oleh Ngaini (2017) yaitu:
a. Pengetahuan, yaitu segala sesuatu yang diketahui berkenaan dengan bidang
pekerjaan yang akan ditekuni dengan pengamatan akalnya.
b. Keterampilan, yaitu kemampuan untuk menggunakan akal, fikiran, ide maupun
kereatifitas dalam mengerjakan, mengubah maupun membuat sesuatu menjadi
lebih bernilai
c. Sikap, yaitu reaksi sesorang menanggapi suatu stimlus atau kondisi yang ada
disekitarnya sesuai dengan norma yang berlaku.
32
32
2.2.2. Status Sosial Ekonomi Orang Tua
2.2.2.1. Pengertian Status Sosial Ekonomi Orang Tua
Masyarakat terbentuk dari individu-individu yang membentuk suatu
masyarakat yang heterogen yang terdiri dari kelas sosial. Dengan adanya kelas
sosial. Dengan adanya lapisan-lapisan dalam masyarakat, menjadikan seseorang
sebagai anggota warga masyarakat mempunyai status atau bahkan berbagai status.
Perbedaan kedudukan atau status yang dimiliki seseorang dari orang lain
melahirkan adanya peran, hak, kewajiban, pola tingkah laku dan perolehan
perlakuan yang berbeda pula. Menurut Wahyuni (2011) status adalah keadaan atau
kedudukan seseorang dalam kelompoknya yang membedakan martabat dari orang
satu terhadap lainnya. Status mempunyai dua aspek yaitu aspek struktural yang
mengandung perbandingan tinggi rendah dan aspek fungsional yang berkaitan
dengan peranan pada orang yang memiliki status tersebut.
Gerungan dalam Wahyuni (2011) menjelaskan bahwa status sosial adalah
setiap status dimana saling berhubungan antara manusia satu dengan manusia lain.
Dengan adanya hubungan antar individu menjadikan status sosial dalam
masyarakat semakin saling berinteraksi dalam menjalani sebuah kehidupan
manusia. Status ekonomi merupakan salah satu bentuk dari stratifikasi sosial dalam
masyarakat. Stratifikasi sosial dalam masyarakat mencakup berbagai dimensi
antara lain berdasarkan usia, jenis kelamin, agama, kelompok etnis, kelompok ras,
pendidikan formal, pekerjaan dan ekonomi. Menurut Soekanto (2004:49) status
ekonomi ditunjukkan dalam sudut pandang keuangan masyarakat tempat tinggal
objektif dalam kultur masyarakat tertentu. Uraian tersebut menjelaskan bahwa
33
33
status ekonomi adalah kedudukan seseorang dalam masyarakat yang diukur
berdasarkan kemampuan seseorang tersebut dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Berdasarkan uraian di atas peneliti memaknai status sosial ekonomi orang tua
adalah kedudukan atau posisi yang dipegang orang tua dalam masyarakat dan usaha
pemenuhan kebutuhan hidup keluarganya berkaitan dengan tingkat pendidikan,
tingkat pendapatan, dan pekerjaan orang tua.
Nurjannah (2014) memaparkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
status sosial ekonomi orang tua adalah sebagai berikut:
1) Pekerjaan
Soeroto (Nurjannah,2014) memberikan definisi mengenai pekerjaan yaitu
kegiatan menghasilkan barang dan jasa bagi diri sendiri atau orang lain, baik orang
melakukan dengan dibayar atau tidak. Pekerjaan akan menentukan status sosial
ekonomi karena dari bekerja maka segala kebutuhan akan sapat terpenuhi.
Pekerjaan tidak hanya mempunyai nilai ekonomi namun usaha manusia untuk
mendapatkan kepuasan dan mendapatkan imbalan atau upah, berupa barang dan
jasa yang akan terpenuhi kebutuhan hidupnya. Ditinjau dari segi sosial, tujuan
bekerja tidak hanya berhubungan dengan aspek ekonomi atau mendapatkan
pendapatan untuk keluarga saja, namun orang yang bekerja juga berfungsi untuk
mendapatkan status, untuk diterima menjadi bagian dari suatu unit stsatus sosial
ekonomi dan untuk memainkan suatu peranan dalam statusnya.
Lilik (Nurjannah,2014) memberikan batasan dalam menentukan jenis
pekerjaan dalam menentukan status sosial yaitu sebagai berikut:
34
34
a. Pekerjaan yang menunjukkan status sosial ekonomi tinggi, PNS golongan IV
ke atas, pedagang besar, pengusaha besar, dokter
b. Pekerjaan menunjukkan status sosial ekonomi sedang adalah pensiunan PNS
golongan IV keatas, pedagang menengah, PNS golongan IIIb-IIId, guru
SMP/SMA, TNI, Kepala Sekolah, pensiunan PNS golongan IId-IIIb, PNS
golongan IId-IIIb, guru SD, usaha toko
c. Pekerjaan menunjukkan status sosial ekonomi rendah adalah tukang bangunan,
tani kecil, buruh tani, sopir angkutan, dan pekerjaan lain yang tidak tentu dalam
mendapatkan penghasilan tiap bulannya.
Kuesioner dalam penelitian ini disusun dengan urutan pegawai negeri sipil
dengan status paling tinggi, kemudian karyawan, wiraswasta/pedagang, dan buruh/
petani, serta pekerjaan yang lain. Wiraswasta/pedagang mempunyai status yang
lebih rendah dibandingkan dengan karyawan swasta dikarenakan karakteristik
kondisi masyarakat yang tergolong menengah kebawah sehingga status karyawan
memiliki status sosial yang lebih tinggi karena memiliki penghasilan yang lebih
tatap dan terjamin dibandingkan dengan wiraswasta dan pedagang.
2) Pendapatan Keluarga
Badan Pusat Statistik menjelaskan bahwa tingkat pendapatan adalah jumlah
penerimaan berupa uang atau barang yang dihasilkan oleh segenap orang yang
merupakan balas jasa untuk faktor-faktor produksi, ada 3 sumber penerimaan
rumah tangga yaitu:
a. Pendapatan dari gaji dan upah yaitu balas jasa terhadap kesediaan orang
menjadi tenaga kerja.
35
35
b. Pendapatan dari aset produktif yaitu aset yang memberikan pemasukan atas
balas jasa penggunaanya.
c. Pendapatan dari pemerintah atau penerimaan transfer adalah pendapatan yang
di terima bukan sebagai balas jasa atau input yang di berikan.
Badan Pusat Statistik (2009) mengelompokkan tingkat pendapatan menjadi
empat golongan yaitu:
a. Golongan sangat tinggi : lebih dari Rp. 3.500.000 perbulan
b. Golongan tinggi : Rp. 2.500.000 s/d Rp. 3.500.000 perbulan
c. Golongan sedang : Rp. 1.500.000 s/d Rp. 2.500.000 perbulan
d. Golongan rendah : kurang dari Rp. 1.500.000 perbulan
3) Pendidikan
Tingkat pendidikan akan berpengaruh pula pada pendapatan. Dalam jenis
pekerjaan yang sama, yang memerlukan pikiran untuk mempekerjakannya,
tentunya orang yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi akan lebih cepat
untuk menyelesaikan pekerjaannya dibandingkan orang yang berpendidikan
rendah. Hal demikian tentunya akan berpengaruh pada penghasilan. Seseorang
yang mendapatkan pendidikan diharapkan dapat lebih baik dalam kepribaddian,
kemampuan dan keterampilannya agar bisa lebih baik dalam bergaul, beradaptasidi
tengah masyarakat sehingga mempermudah seseorang dalam memenuhi
kehidupannya.
Ngadiyono (Nurjannah,1998:46) membedakan pendidikan berdasarkan isi
program dan penyelenggraannya menjadi 3 macam, yaitu:
36
36
a. Pendidikan formal merupakan pendidikan resmi di sekolah-sekolah,
penyelenggaraannya teratur dengan penjenjangan yang tegas, persyaratan
tegas, dan disertai peraturan yang ketat.
b. Pendidikan informal merupakan pendidikan yang diperoleh melalui hasil
pengalaman, baik yang diterima dalam keluarga maupun masyarakat.
Penjenjangan dan penyelenggaraannya tidak ada, sistemnya tidak
diformulasikan.
c. Pendidikan non formal merupakan pendidikan yang dilakukan diluar sekolah
dan penyelenggraannya teratur. Isi pendidikannya tidak seluas pendidikan
formal begiu juga dengan peraturannya.
4) Jumlah tanggungan orang tua
Jumlah anggota keluarga akan berpengaruh terhadap perolehan pendapatan
keluarga. Semakin banyak anggota keluarga yang bekerja semakin banyak pula
pendapatan yang diperoleh keluarga, namun akan terjadi sebaliknya bila yang
bekerja sedikit sedang upah yang diterima sedikit, sedangkan jumlah tanggungan
banyak tentunya akan memberatkan ekonomi keluarga. Jumlah tanggungan orang
tua yaitu berapa banyak anggota keluarga yang masih bersekolah dan
membutuhkan biaya pendidikan.
5) Pemilikan
Orang-orang dengan kemampuan ekonomi yang tinggi biasanya memiliki
kepemilikan barang-barang berharga seperti rumah, mobil, tanah, perhiasan dan
sebagainya. Hal ini juga berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan dasar yang
tercukupi sehingga kelebihan pendapatan yang dimiliki akan beralih kepada gaya
37
37
hidup. Semakin banyak seseorang memiliki susuatu yang berharga maka dapat
dikatakan bahwa orang tersebut mempunyai kemempuan ekonomi yang tinggi dan
semakin dihormati oleh orang-orang disekitarnya.
6) Jenis Tempat Tinggal
Sumardi (Nurjannah, 2014) menjelaskan bahwa untuk mengukur tingkat
ekonomi dari rumahnya, maka dapat dilihat dari :
a. status rumah yang ditempati, hal ini bisa berstatus rumah milik sendiri, rumah
dinas, menyewa, atau menumpang.
b. kondisi fisik bangunan, rumah dapat berstatus rumah permanen, semi
permanen ataupun rumah tidak permanen.
c. besarnya rumah yang ditempati, semakin besar ukuran rumah yang ditempati
biasanya menggambarkan kondisi ekonomi yang baik dari keluarga tersebut
Rumah dapat mewujudkan suatu tingkat ekonomi bagi keluarga yang
menempati. Rumah dengan ukurasn besar, ,permanen dan milik pribadi dapat
menunjukkan bahwa kondisi sosial ekonominya tinggi, berbeda dengan rumah
berukuran kecil, semi permanen dan menyewa menunjukkan bahwa kondisi sosial
ekonominya rendah.
2.2.2.2. Indikator Status Sosial Ekonomi Orang Tua
Indikator status sosial ekonomi orang tua dalam penelitian ini menurut
pendapat Mahmud (2009) yang juga pernah diuji oleh Inshofa (2016) meliputi:
a. Pendidikan orang tua, yaitu tingkat pendidikan formal orang tua yang baik SD,
SMP, SMA, maupun Perguruan Tinggi
38
38
b. Pekerjaan orang tua, yaitu kegiatan yang dilakukan untuk mencari pendapatan
yang akan digunakan dalam memenuhi kebutuhan hidup dirinya dan keluarga
c. Penghasilan orang tua, yaitu seluruh pendapatan yang diperoleh orang tua yang
dapat berupa gaji, upah, maupun keuntungan serta tunjangan-tunjangan yang
digunakan untuk memenuhi kebutuhan bersama ataupun perseorangan dalam
keluarga
d. Fasilitas khusus dan barang berharga yang dimiliki, yaitu barang berharga
merupakan benda atau barang yang berwujud yang memiliki guna, penting
serta mahal harganya seperti rumah, tanah, mobil, perhiasan, perabotan rumah,
sepeda motor dan sebagainya.
2.2.3. Praktik Kerja Industri
2.2.3.1. Pengertian Praktik Kerja Industri
Hamalik (2009) menjelaskan tenaga kerja adalah sumber daya manusia
yang memiliki potensi, kemampuan, yang tepat guna, berdaya guna, berpribadi
dalam kategori tertentu untuk bekerja dan berperan serta dalam pembangunan,
sehingga berhasil guna bagi dirinya dan masyarakat secara keseluruhan. Tenaga
kerja yang baik adalah tenaga kerja yang memiliki kualifikasi yang dibutuhkan
dalam mengerjakan pekerjaannya. Untuk memiliki kualifikasi seorang tenaga kerja
harus menjalani serangkaian pembelajaran untuk mendapatkan pengetahuan dan
keterampilan serta membentuk sikap yang baik.
Dalam pembentukan kualifikasi siap kerja, siswa SMK membutuhkan suatu
wadah yang dapat mengasah kemampuan pengetahuan dan keterampilan yang
didapatkan disekolah untuk diterapkan di DU/DI (Dunia Usaha/Dunia Industri).
39
39
Melalui prakerin, siswa dapat membentuk karakter yang tepat dalam menerapkan
pengetahuan dan keterampilannya.
Prakerin merupakan bagian dari kurikulum SMK yang dijalankan agar
siswa mempunyai pengalaman dan pengetahuan secara langsung tentang
kompetensi yang dipelajarinya didunia kerja. Hal ini merupakan bentuk kegiatan
yang bertujuan untuk mempersiapkan siswa untuk siap kerja dan menjawab
kebutuhan tenaga kerja yang diinginkan oleh para pelaku dunia usaha dan dunia
industri.
pengertian prakerin dalam penelitian ini, merujuk Dikmenjur (2008) yaitu
pendidikan dan pelatihan yang dikelola bersama antara SMK dengan industri atau
asosiasi profesi sebagai institusi pasangan yang terdiri dari tahap perencanaan,
pelaksanaan, evaluasi dan sertifikasi dengan berbagai bentuk alternatif pelaksanaan.
2.2.3.2. Tujuan Praktik Kerja Industri
Tujuan praktik kerja industri menurut Dikmenjur (2013) antara lain :
1. Mengaktualisasikan model penyelenggaraan pendidikan sistem ganda (PSG)
antara SMK dan institusi pasangan dunia usaha atau dunia industri yang
memadukan secara sistematis program pendidikan di sekolah SMK dan program
latihan penguasaan keahlian di dunia kerja.
2. Membagi topik-topik pembelajaran dan kompetensi dasar yang dapat
dilaksanakan di SMK dan yang dapat dilaksanakan di institusi pasangan
(DU/DI) sesuai dengan sumber daya yang tersedia.
40
40
3. Memberikan pengalaman kerja langsung kepada peserta didik dalam rangka
menanamkan iklim kerja positif yang berorientasi pada peduli mutu proses dan
hasil kerja.
4. Memberikan bekal etos kerja yang tinggi bagi peserta didik untuk memasuki
dunia kerja dalam menghadapi tuntutan pasar kerja global.
5. Meningkatkan efisiensi proses pendidikan dan pelatihan tenaga kerja berkualitas
dan profesional.
2.2.3.3. Manfaat Praktik Kerja Industri
Manfaat Praktik kerja industri bisa dirasakan oleh pihak industri maupun
pihak pendidikan, dan paling bermanfaat bagi para siswa. Adapun manfaat praktik
kerja industri untuk siswa atau para peserta menurut Hamalik (2009:93) adalah
sebagai berikut:
1. Menyediakan kesempatan kepada peserta untuk melatih keterampilan-
keterampilan manajemen dalam situasi lapangan yang aktual. Hal ini penting
dalam rangka belajar menerapkan teori atau konsep atau prinsip yang telah
dipelajari sebelumnya.
2. Memberikan pengalaman-pengalaman praktis kepada peserta sehingga hasil
pelatihan bertambah luas
3. Peserta berkesempatan memecahkan berbagai masalah manajemen di lapangan
dengan mendayagunakan kemampuannya
4. Mendekatkan dan menjembatani penyiapan peserta untuk terjun kebidang
tugasnya setelah menempuh program pelatihan tersebut. Untuk
41
41
menjembataninya, perlu adanya bimbingan dalam pelaksanaan praktik kerja
yang bertujuan untuk membantu peserta yang mengalami kesulitan.
2.2.3.4. Indikator Praktik Kerja Industri
Penelitian ini menggunakan indikator praktik kerja industri menurut
Hamalik (2009:93) yang telah diuji oleh Nurhidayah (2016) yaitu sebagai berikut:
1. Pengetahuan dan keterampilan kerja
Pengetahuan kerja yang dimaksud adalah segala sesuatu yang diketahui
siswa tentang pekerjaan. Sedangkan keterampilan kerja dalam hal ini adalah
keterampilan siswa dibidang akuntansi yang semakin terasah setelah bekerja
langsung di DU/DI.
2. Pengalaman Praktis
Pengalaman praktis adalah pengalaman yang didapat siswa secara langsung
dengan mempraktikkan pengetahuan yang diperoleh disekolah ditempat kerja
3. Pemecahan masalah kerja
Pemecahan masalah kerja merupakan kemampuan siswa dalam
menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan pekerjaannya di tempat kerja
4. Mendekatkan ke dunia kerja
Dengan melaksanakan prakerin diharapkan siswa dapat memperoleh
pengalaman kerja yang membuatnya merasa yakin bahwa pekerjaan yang
dilakukannya sesuai dengan potensi dirinya dan dijadikan sebagai tujuan setelah
lulus.
42
42
2.2.4. Motivasi Kerja
2.2.4.1. Pengertian Motivasi Kerja
Purwanto (2007:71) motivasi adalah pendorongan suatu usaha yang
disadari untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang agar ia tergerak hatinya untuk
bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu. Motivasi
mengandung tiga komponen pokok, yaitu menggerakan, mengarahkan, dan
menopang tingkah laku manusia. Menggerakan berati menimbulkan kekuatan pada
individu memimpin seseorang untuk bertindak dengan cara tertentu. Motivasi juga
mengarahkan atau menyalurkan tingkah laku, dengan demikian ia menyediakan
suatu orientasi tujuan. Menjaga dan menopang tingkah laku, lingkungan harus
menguatkan (reinforce) intensitas dan arah dorongan-dorongan dan kekuatan-
kekuatan individu.
Motivasi akan memempengaruhi perasaan dan emosi seseorang yang
kemudian akan mendorong orang tersebut untuk melakukan sesuatu yang didorong
oleh adanya keinginan, kebutuhan dan tujuan. Eysenek dkk (Slameto,2010:170)
merumuskan bahwa motivasi sebagai suatu proses yang menentukan tingkatan
kegiatan, intensitas konsentrasi, serta arah umum dari tingkah laku manusia,
merupakan konsep yang rumit dan berkaitan dengan konsep-konsep lain seperti
minat, konsep diri, sikap, dan sebagainya.
Alfan (2014:116) menjelaskan motivasi kerja adalah sesuatu yang dapat
menimbulkan semangat atau dorongan kerja dan mengarahkan perilaku untuk
mampu bekerja secara efektif dan bersinergi dengan segala daya guna mencapai
tujuan. Sedangkan Anoraga (2014:35) berpendapat motivasi kerja adalah sesuatu
43
43
yang menimbulkan semangat atau dorongan kerja. Dari beberapa pengertian diatas
dapat disimpulkan bahwa motivasi kerja adalah dorongan yang dapat disebabkan
oleh keinginan, kebutuhan maupun tujuan yang menyebabkan siswa memiliki
dorongan untuk bekerja setelah lulus untuk mencapai harapannya.
2.2.4.2. Macam-macam Motivasi
Pada umumnya motivasi dibagi menjadi dua macam, yaitu motivasi
intrinsik dan motivasi ekstrinsik, penjelasannya adalah sebagai berikut:
a. Motivasi Intrinsik
Thorburgh menjelaskan motivasi merupakan suatu keinginan yang dipengaruhi
oleh faktor pendorong yang berasal dari dalam individu tanpa adanya pengaruh
dari lingkungan (Prayitno,1989:10). Sedangkan menurut Sudirman (2006:89)
menyatakan bahwa motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif
atau berfungsi karena dari falam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk
melakukan sesuatu. Motivasi intrinsi sebagai sebuah aktifitas belajar yang
dimulai dan diteruskan berdasarkan penghayatan suatu kebutuhan dan
dorongan secara mutlak berkaitan dengan melaksanakan sebuah aktifitas.
b. Motivasi Ekstrinsik
Tadjab (1998:103) menyatakan bahwa motivasi ekstrinsik adalah aktivitas
belajar yang dimulai dan diteruskan berdasarkan kebutuhan dan dorongan yang
tidak secara mutlak berkaitan dengan aktifitas diri. Motivasi ekstrinsik yaitu
motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang atau
pendorong dari luar antara lain pendidikan, ekonomi dan cita-cita.
44
44
2.2.4.3. Fungsi Motivasi Kerja
Sudirman (2006:85) menjelaskan bahwa terdapat tiga fungsi motivasi
diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang
melepaskan energi
2. menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai
3. menyelesaikan perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang
harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan
perbuatan-perbuatan yang bermanfaat bagi tujuan tersebut.
Sedangkan Purwanto (2007:70) menjelaskan fungsi dari motivasi adalah
sebagai berikut:
1. motivasi mendorong manusia untuk berbuat/bertindak. Motif itu berfungsi
sebagai penggerak atau sebagai motor yang memberikan energi (kekuatan)
kepada seseorang untuk melakukan suatu tugas
2. motivasi itu menentukan arah perbuatan, yakni kearah perwujudan suatu tujuan
atau cita-cita. Motivasi mencegah penyelewengan dari jalan yang harus
ditempuh untuk mencapai tujuan itu. Makin jelas tujuan itu, makin jelas pula
terbentang jalan yang harus ditempuh
3. motivasi itu menyeleksi perbuatan kita. Artinya menentukan perbuatan-
perbuatan mana yang harus dilakukan.
45
45
2.2.4.4. Indikator Motivasi Kerja
Berdasarkan beberapa penjelasan diatas, maka dalam penelelitian ini akan
digunakan indikator menurut Sulisyarini (2012) yaitu:
a. Desakan dan dan dorongan lingkungan, yaitu segala sesuatu yang berasal dari
lingkungan tempat induvidu yang menyebabkan seseorang termotivasi
melakukan suatu tindakan yang dapat berupa lingkungan keluarga, sekolah
maupun masyarakat
b. Harapan dan cita-cita, yaitu sesuatu yang diinginkan dimasa depan yang dapat
berupa cita-cita atau sesuatu yang ingin diraih
c. Penghormatan atas diri, yaitu penghargaan seseorang terhadap dirinya sendiri
dengan melakukan upaya yang membuat dirinya terlihat baik di masyarakat
sehingga membuat orang tersebut memiliki status dalam masyarakat
d. Keinginan dan minat memasuki dunia kerja, yaitu keinginan yang kuat yang
bertujuan untuk bekerja setelah lulus
e. Kebutuhan fisiologis, merupakan kebutuhan yang mutlak yang harus dipenihi
manusia untuk hidup.
2.3. Kajian Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai kesiapan kerja dan faktor-faktor yang mempengaruhi
seperti status sosial ekonomi orang tua, motivasi kerja, praktik kerja industri telah
banyak dilakukan. Berikut ini adalah beberapa penelitian terdahulu yang relevan
dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu Pengaruh Status Sosial Ekonomi
Orang Tua dan Praktik Kerja Industri Melalui Motivasi Kerja Terhadap Kesiapan
Kerja Siswa Kelas 12 SMK Negeri 2 Kota Tegal Tahun Ajaran 2018/2019:
46
46
Tabel 2.1.
Kajian Penelitian Terdahulu
No Identitas Jurnal Judul Penelitian Hasil Penelitian
1 Ida Ayu Reviena
Damasanti.
(Jurnal Pendidikan
Sains, Vol.2 No.2,
Juni 2014, Hal 114-
124)
Kesiapan Kerja
Ditinjau dari Motivasi
Kerja,Sikap
Kewirausahaan,dan
Kompetensi Keahlian
Busana Wanita pada
Siswa SMKN
a. analisis deskriptif
menunjukkan kesiapan
kerja dengan kategori
baik, motivasi kerja
dengan kategori baik,
sikap kewirausahaan
dengan kategori cukup
baik, kompetensi
keahlian busana wanita
dengan kategori baik
b. terdapat hubungan yang
signifikan antara
motivasi kerja dengan
kesiapan kerja pada siswa
SMKN program keahlian
tata busana di Provinsi
Bali.
c. terdapat hubungan yang
signifikan antara sikap
kewirausahaan dengan
kesiapan kerja pada siswa
SMKN program
keahlian tata busana di
Provinsi Bali.
d. terdapat hubungan yang
signifikan antara
kompetensi keahlian
busana wanita dengan
kesiapan kerja pada siswa
SMKN program kehlian
tata busana di Propinsi
Bali.
e. ada hubungan simultan
yang signifikan antara
motivasi kerja, sikap
kewirausahaan, dan
kompetensi keahlian
busana wanita dengan
kesiapan kerja pada siswa
SMKN program keahlian
tata busana di Provinsi
Bali.
47
47
No Identitas Jurnal Judul Penelitian Hasil Penelitian
2 I Made Sirsa
(E journal program
Pascasarjana
Universitas
Pendidikan
Ganesha Volume 5.
2014)
Kontribusi Ekspektasi
Karir, Motivasi Kerja,
dan Pengalaman
Praktik Kerja Industri
Terhadap Kesiapan
Kerja Siswa Kelas XII
SMK negeri 2 Seririt
a. terdapat kontribusi yang
antara ekspektasi karir
terhadap kesiapan kerja
sebesar 36,4%
b. terdapat kontribusi yang
signifikan antara
motivasi kerja terhadap
kesiapan kerja sebesar
19,7%
c. terdapat kontribusi yang
signifikan antara
pengalaman praktik kerja
industri dengan kesiapan
kerja sebesar 33,0%
d. terdapat kontribusi yang
signifikan antara
ekspektasi karir, motivasi
kerja, dan pengalaman
praktik kerja industri
siswa secara bersama-
sama terhadap kesiapan
kerja sebesar 51,5%
3 Ika Yulianti dan
Muhammad
Khafid.
(Economic
Education Analysis
Journal Volume 4
No.2.Hal.389-403. Juli 2015)
Pengaruh Pengalaman
Praktik Kerja
Industri, Motivasi
Memasuki Dunia
Kerja, Dan
Kemampuan Soft
Skills Terhadap
Tingkat Kesiapan
Kerja Siswa Kelas
XII Kompetensi
Keahlian
Akuntansi Di Smk
Negeri 2 Semarang
Tahun Ajaran
2014/2015
a. ada pengaruh
pengalaman praktik kerja
industri terhadap tingkat
kesiapan kerja sebesar
18,40%,
b. ada pengaruh motivasi
memasuki dunia kerja
terhadap tingkat kesiapan
kerja sebesar 10,43%,
c. ada pengaruh
kemampuan soft skills
terhadap tingkat kesiapan
kerja sebesar 30,36%,
dan
d. ada pengaruh antara
pengalaman praktik kerja
industri, motivasi
memasuki dunia kerja
dan kemampuan soft
skills terhadap tingkat
kesiapan kerja siswa
kelas XII kompetensi
keahlian Akuntansi di
48
48
No Identitas Jurnal Judul Penelitian Hasil Penelitian
SMK Negeri 2
Semarang tahun ajaran
2014/2015 secara
simultan sebesar 71,5%
4 Dito Datadiwa dan
Joko Widodo.
(Economic
Education Analysis
Journal Volume 4
No.1. Hal. 31-37
Februari 2015)
Analisis Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi
Kesiapan
Kerja Siswa SMK
Negeri 1 Warureja
Tahun 2014
a. Dari 15 mereduksi 12
variabel yang masing-
masing mengelompok
menjadi 2 faktor yaitu:
1) pribadi siswa dan
lingkungan
2) potensi diri siswa dan
lingkungan
b. faktor 1 mampu
menjelaskan 47,046%
variasi, dan faktor 2
mampu menjelaskan
35,645%. Atau dengan
kata lain kedua faktor
mampu menjelaskan
82,690% variasi dan
selebihnya sebesar
17,31% dijelaskan oleh
faktor lain yang tidak
termasuk dalam model.
c. Faktor kesiapan kerja
yang dominan yaitu
faktor probadi siswa dan
lingkungan dengan
melihat nilai kumulatif
dari varian sebesar
95,94%
5 Hana Binti
Muyasaroh.
(Jurnal Pendidikan
dan Ekonomi
Universitas Sebelas
Maret. Volume.2
No.1. Hal.1-11.
April 2013)
Pengaruh Pengalaman
Praktik Kerja Industri
Dan Locus Of Control
Terhadap Kesiapan
Kerja
Siswa Kelas XII SMK
Negeri 1 Surakarta
a. ada pengaruh yang
signifikan pengalaman
praktik kerja industri
terhadap kesiapan kerja
siswa SMK Negeri 1
Surakarta tahun
pelajaran 2012/2013
sebesar 27%
b. ada pengaruh yang
signifikan pengalaman
locus of control
terhadap kesiapan kerja
siswa SMK Negeri 1
Surakarta tahun
49
49
No Identitas Jurnal Judul Penelitian Hasil Penelitian
pelajaran 2012/2013
sebesar 4,06%
c. ada pengaruh yang
signifikan pengalaman
praktik kerja industri
dan locus of control
terhadap kesiapan kerja
siswa SMK Negeri 1
Surakarta tahun pelajaran
2012/2013 sebear 31%
6 Frida Pradhita.
(Economic
Education Analysis
Journal. Volume 3
No.1. Juni 2014)
Pengaruh Praktik
Kerja Lapangan
(PKL), Efikasi Diri,
dan Dorongan Orang
Tua Terhadap
Kesiapan Kerja Siswa
Kelas XII SMK
a. ada pengaruh positif dan
signifikan PKL, efikasi
diri, dorongan orang tua
terhadap kesiapan kerja
sebesar 57,4%
b. PKL berpengaruh
berpengaruh positif dan
signifikan terhadap
kesiapan kerja secara
parsial sebesar 7,02%
c. Efikasi diri berpengaruh
positif dan signifikan
secara parsial terhadap
kesiapan kerja sebesar
6,67%
d. Dorongan orang tua
berpengaruh positif dan
signifikan secara parsial
terhadap kesiapan kerja
sebesar 14,21%
7 Ahmad Awaludin
Baiti.
(Jurnal Pendidikan
Vokasi. Volume 4
No.2 hal.164-180.
Juni 2014)
Pengaruh Pengalaman
Praktik, Prestasi
Belajar
Dasar Kejuruan dan
Dukungan Orang Tua
Terhadap Kesiapan
Kerja Siswa SMK
a. Terdapat pengaruh
pengalaman praktik,
prestasi belajar dasar
kejuruan, dukungan
orang tua secara sendiri
maupun bersama – sama
terhadap kesiapan kerja,
dan
b. sumbangan efektif
variabel pengalaman
praktik, prestasi belajar
dasar kejuruan, dan
dukungan orang tua
terhadap kesiapan kerja
(R2) sebesar 39,6% dan
50
50
No Identitas Jurnal Judul Penelitian Hasil Penelitian
sumbangan efektif
masing – masing variabel
yaitu pengalaman praktik
23,1%, prestasi belajar
dasar kejuruan 6,4%, dan
dukungan orang tua
9,6%.
8 Eka Evi Muktiani,
(Economic
Education Analysis
Journal 3 (1), 2014)
Pengaruh Praktek
Kerja Industri Dan
Prestasi Akademik
Mata Diklat Produktif
Akuntansi Terhadap
Kesiapan Kerja Siswa
Kelas XI Program
Keahlian Akuntansi
SMK Nasional Pati
Tahun Pelajaran
2012/2013
a. Ada pengaruh praktik
kerja industri dan
prestasi akademik mata
diklat produktif
akuntansi terhadap
kesiapan kerja secara
simultan sebesar
30,01%.
b. Ada pengaruh praktik
kerja industry terhadap
kesiapan kerja secara
parsial sebesar 3,76%
dan pengaruh prestasi
akademik mata diklat
produktif akuntansi
terhadap kesiapan kerja
secara parsial sebesar
4,12%
9 Siti Yuniati (Economic Education Analysis Journal Volume 3 No.1. September
2014)
Pengaruh Praktik
Kerja Industri
(Prakerin),
Keterampilan
Interpersonal, dan
Kompetensi Kerja
terhadap Kesiapan
Kerja Siswa SMK
PGRI 01 Semarang
dengan Efikasi Diri
Sebagai Variabel
Intervening
a. Terdapat pengaruh
signifikan antara
keterampilan
interpersonal dan
kompetensi kerja
terhadap efikasi diri
sebesar 0,166 dan 0,429
b. Terdapat pengaruh yang
signifikan secara
langsung maupun tidak
langsung dengan efikasi
diri
c. Praktik kerja industri
tidak ada pengaruh yang
signifikan terhadap
kesiapan kerja
10 Ni Putu Ratna
Wiryani
Survei Deskriptif
Faktor Motivasi
Memasuki Dunia
Kerja Terhadap
a. hasil penelitian pada
responden laki-laki dan
responden perempuan
memiliki motivasi
51
51
No Identitas Jurnal Judul Penelitian Hasil Penelitian
(Kumpulan Artikel
Mahasiswa
Pendidikan Teknik
Informatika.
Universitas
Pendidikan
Ganesha Volume 4
No.4. 2015)
Kesiapan Kerja Siswa
SMK Negeri di
Bidang TIK Se-Bali
Tahun Ajaran
2014/2015
memasuki dunia kerja
tinggi terhadap kesiapan
kerja atau sebesar
49,67% dan 50,41%.
b. persentase responden
laki-laki dan responden
perempuan terhadap
kesiapan kerja sebesar
58,43% dan 62,4%.
c. faktor motivasi
memasuki dunia kerja
yang dominan pada
responden laki-laki dan
responden perempuan
adalah faktor desakan
dan dorongan
lingkungan yaitu 52,31%
untuk responden laki-laki
dan 52,81% untuk
responden perempuan.
d. sedangkan ciri-ciri
kesiapan kerja yang
dominan yaitu
mempunyai ambisi
untuk responden laki-
laki sebesar 62,66% dan
beradaptasi dengan
lingkungan untuk
responden perempuan
sebesar 71,3%
11 Ega Putriatama
(AIP Conference
Proceedings 1778.
American Institute
of Physics 2016)
Work Readiness By
Vocational School
Graduates Viewed
From Industrial Work
Practice’s
Experience And
Vocational Skills
a. Secara simultan,
pengalaman kejuruan,
dan keterampilan kerja
berpengaruh positif dan
signifikan terhadap
kesiapan kerja sebesar
52%
b. Secara parsial, praktek
pengalaman kerja
berpengaruh positif dan
signifikan terhadap
kesiapan kerja sebesar
13%
c. Secara parsial,
kompetensi kerjuruan
52
52
No Identitas Jurnal Judul Penelitian Hasil Penelitian
berpengaruh positif dan
signifikan terhadap
kesiapan kerja sebesar
14%
12 Subkhan Rojuli.
(Academic Journal.
Volume 12 No.9.
Hal. 554-558. 10
Mei 2017)
Observational
Learning On Industry
Work Practices
Toward Job Readiness
a. Pengaruh pembelajaran
observasional praktik
pengalaman kerja
terhadap kesiapan kerja
sebesar 14% dengan
standar kesalahan 0,053
dan nilai t sebesar 6,38
lebih besar dibandingkan
t tabel 1,96.
b. Hasil tersebut
membuktikan bahwa
pembelajaran
observasional praktik
pengalaman kerja
terhadap kesiapan kerja
berpengaruh signifikan
terhadap kesiapan kerja.
13 Suniti
Bandaranaike
(Asia Pasific
Journal of
Cooperative
Education, Special I
Issue, 2015,
16(3),223-233,
James Cook
University,
Australia)
Building Capacityfor
Work-Readiness:
Bridging The
Cognitive And
Affective Domains
a. Terdapat perbedaan
pendapat antara
mahasiswa dengan
pengusaha tentang hal
yang dibutuhkan dalam
pekerjaan. Pengusaha
lebih mementingkan
domain afektif inisiatif
(68%) dan keterampilan
komunikasi (46%).
Sedangkan mahasiswa
mementingkan
manajemen (33%),
teknologi (42%),
pemecahan masalah
(33%).
b. Tidak ada perbedaan
signifikan dalam jenis
kelamin
c. Tidak ada perbedaan
signifikan dalam usia
d. Terdapat perbedaan
signifikan dispilin belajar
ilmu
53
53
No Identitas Jurnal Judul Penelitian Hasil Penelitian
e. Tidak terdapat perbedaan
signifikan siswa yang
memiliki pengalaman
kerja dengan yang tidak
14 Fatimah Pa’Wan
(Business and
Economics Jurnal,
Volume 2010: BEJ-
11, Faculty of
Business
Administration
Universiti Tun
Abdul Razak,
Agustus 2010)
Factor Influencing
Internal and External
Emploability of
Employees
a. Praktek manajemen karir
formal berhubungan
positif dengan kerja
eksternal dan kerja
internal
b. Pelatihan karir formal
berhubungan positif
dengan kerja eksternal
dan kerja internal
c. pengalaman kerja hanya
signifikan berhubungan
dengan kerja internal
15 Urnika Mudhifatul
J.,dkk,
(AIP Conference
Proceedings 1778,
030044, American
Institute of Physics,
2016)
Vocational High
School Student’s
Readiness To Work In
Internet Service
Provider Enterprise:
Based On Mastery
Vocational
Competence,
Internship And Job
Interest
a. Ada hubungan simultan
dan signifikan antara
fasilitas belajar dan
magang untuk siswa
menyimpulkan bahwa
ada hubungan simultan
dan signifikan antara
fasilitas belajar dan
magang untuk siswa
bunga karir.
b. Kontribusi secara
bersamaan merupakan
nilai kontribusi 24,2%
dan sisanya adalah
75,8% merupakan
kontribusi dari variabel
lain selain variabel yang
disurvei.
Penelitian dengan judul “Pengaruh Status Sosial Ekonomi Orang Tua dan
Praktik Kerja Industri Melalui Motivasi Kerja terhadap Kersiapan Kerja Siswa
Kelas 12 Program Keahlian Akuntansi di SMK Negeri 2 Kota Tegal Tahun Ajaran
2018/2019” ini berbeda dari penelitian-penelitian sebelumnya karena
menggunakan variabel motivasi kerja sebagai variabel intervening untuk
54
54
mengetahui pengaruh status sosial ekonomi dan prakerin secara langsung maupun
tidak langsung terhadap kesiapan kerja.
Selain itu, perbedaan dengan penelitian terdahulu antara lain pada metode
penelitian, waktu penelitian, tempat penelitian, populasi, dan variabel. Penelitian
ini dilaksanakan pada tahun 2018 menggunakan metode kuantitatif menggunakan
variabel status sosial ekonomi orang tua dan praktik kerja indutri untuk mengukur
kesiapan kerja siswa. Obyek penelitian yaitu siswa kelas 12 kompetensi keahlian
akuntansi di SMK Negeri 2 Kota Tegal yang dianalisis menggunakan path analysis
dengan SPSS 23.
2.4. Kerangka Berfikir
2.4.1. Pengaruh Status Sosial Ekonomi Orang Tua Terhadap Kesiapan Kerja
Teori koneksionisme thorndike berbunyi bahwa setiap makhluk hidup
dalam tingkah lakunya merupakan hubungan antara stimulus dan respon. Seorang
siswa yang hendak lulus akan dihadapkan pada suatu masalah seperti penentuan jati
diri, akan kemana setelah lulus, apakah bekerja atau melanjutkan ke perguruan tinggi
(Wiryani,2015). Status sosial ekonomi orang tua dapat menjadi stimulus siswa untuk
menentukan tingkah laku yang akan dilakukannya pasca lulus. Hal ini juga
didukung oleh Inshofa (2016) bahwa tidak dipungkiri keadaan sosial ekonomi
orang tua, akan mempengaruhi cara berfikir siswa, yang kemudian akan
mempengaruhi pilihan karier siswa. Siswa dengan latar belakang sosial ekonomi
orang tua yang kurang baik atau lemah, akan cenderung untuk melanjutkan
pendidikannya dari jenjang SMP ke SMK karena berorintasi bekerja setelah lulus.
55
55
Saoerjono Soekanto (Arwani,2017) menyatakan bahwa orang tua
merupakan kunci motivasi dan keberhasilan studi anak dan remaja, tidak ada pihak
lain yang akan menggantikan peran orang tua seutuhnya. Keberhasilan orang tua
dalam menunjang keberhasilan studi terletak pada eratnya hubungan antara orang
tua dan anak serta yang terpenting bahwa suasana keluarga yang positif bagi
keberhasilan studi adalah keadaan yang menyebabkan anak atau remaja merasa
aman dan damai bila merasa di tengah keluarga
Menurut Theory of Planned Behavior dalam melakukan suatu perilaku
tertentu, individu akan dipengaruhi oleh norma subyektif. Norma subyektif
merupakan perasaan atau dugaan seseorang terhadap harapan-harapan dari orang-
orang yang ada didalam kehidupannya tentang dilakukan atau tidak dilakukannya
perilaku tertentu. Norma subyektif dalam hal ini adalah status sosial ekonomi orang
tua sangat berpengaruh terhadap kesiapan kerja siswa karena kondisi status sosial
ekonomi orang tua yang memotivasi siswa untuk siap kerja setelah lulus, sehingga
mereka akan termotivasi untuk menyiapkan diri menjadi siap kerja.
2.4.2. Pengaruh Praktik Kerja Industri Terhadap Kesiapan Kerja
Terdapat tiga hukum dalam teori koneksionisme yaitu hukum kesiapan,
hukum latihan dan hukum akibat. Dengan praktik kerja indutri, siswa dipersiapkan
untuk memahami dunia kerja yang sesungguhnya dan berlatih untuk menjadi tenaga
kerja yang sesuai dengan tuntutan dunia kerja. Dengan dilaksanakan praktik kerja
industri siswa akan menjadi siap untuk bekerja setelah lulus. Baiti (2014)
berpendapat bahwa tempat pendidikan tidak memiliki sarana yang sepadan untuk
membiasakan peserta didik pada wujud masalah-masalah kehidupan kerja.
56
56
Wawasan yang diperlukan hanya dapat diperoleh dengan mengumpulkan
pengalaman praktik bekerja di tempat kerja yang sesungguhnya.
Dengan hukum latihan juga dijelaskan bahwa semakin keahlian dan
kerterampilan serta pengetahuan dilatihkan sesuai dengan keadaan nyata ditempat
kerja, maka kesiapan kerja siswa akan lebih terasah dan membentuk sifat dan
karakter yang baik ditempat kerja. Dalyono (2005) menjelaskan bahwa pengalaman
dapat mempengaruhi fisiologi perkembangan individu yang merupakan salah satu
prinsip perkembangan kesiapan siswa SMK dalam mempersiapkan diri memasuki
dunia kerja.
Selain teori koneksionisme, penjelasan ini juga didukung dengan theory of
planned behavior. Ajzen (2005) menambahkan faktor latar belakang individu ke
dalam theory of planned behavior yang dibagi menjadi faktor personal, sosial dan
informasi. Salah satu faktor yang termasuk kedalam faktor informasi yaitu
pengalaman. Praktik kerja industri merupakan salah satu cara siswa untuk
mendapatkan pengalaman. Dengan adanya pengalaman tersebut akan membuat
siswa lebih termotivasi untuk bekerja dibidang yang sudah pernah mereka coba
karena telah mempunyai bekal pengetahuan dan keterampilan serta sikap yang
mereka pelajari di tempat kerja.
2.4.3. Pengaruh Motivasi Kerja Terhadap Kesiapan Kerja
Steer dan Porter (Sirsa, 2014) menjelaskan bahwa motivasi kerja adalah
segala sesuatu yang menimbulkan gairah, hasrat, keinginan dan energi dari dalam
diri sesorang yang mempengaruhi dan mengarahkan serta memelihara perilakunya
untuk mencapai tujuan yang diinginkan, sesuai dengan lingkup kerja. Wiryani
57
57
(2015) berpendapat bahwa seorang siswa yang menginginkan untuk bekerja, maka
motivasi kerja akan menentukan siswa menjadi siap kerja.
Hal yang sama juga diperkuat dalam Theory of Planned Behavior dengan
adanya faktor intensi. Intensi merupakan indikasi seberapa keras orang mau
berusaha untuk mencoba dan berapa besar usaha yang akan dikeluarkan individu
untuk melakukan suatu perilaku. Niat atau intensi merupakan variabel antara yang
menyebabkan terjadinya suatu perilaku dari sikap maupun variabel lainnya. Intensi
atau niat dianggap dapat melihat faktor-faktor motivasi yang mempengaruhi
perilaku. Dalam penelitian ini, Theory of Planned Behavior menjelaskan intensi
atau variabel motivasi kerja berpengaruh dan akan membentuk perilaku siswa untuk
siap kerja.
Wiryani (2015) menjelaskan bahwa semakin tinggi motivasi memasuki
dunia kerja maka akan meningkatkan kesiapan kerja dan begitu sebaliknya.
Motivasi memasuki dunia kerja akan menentukan sikap peserta didik menjadi siap
kerja. Hal ini didukung pula oleh penelitian Damasanti (2014) bahwa motivasi kerja
merupakan faktor penentu terbesar kesiapan kerja.
2.4.4. Pengaruh Status Sosial Ekonomi Orang Tua Terhadap Motivasi Kerja
Teori koneksionisme thorndike berbunyi bahwa setiap makhluk hidup
dalam tingkah lakunya merupakan hubungan antara stimulus dan respon. Seorang
siswa yang hendak lulus akan dihadapkan pada suatu masalah seperti penentuan jati
diri, akan kemana setelah lulus, apakah bekerja atau melanjutkan ke perguruan tinggi
(Wiryani,2015). Status sosial ekonomi orang tua dapat menjadi stimulus siswa untuk
menentukan tingkah laku yang akan dilakukannya pasca lulus. Hal ini juga
58
58
didukung oleh Inshofa (2016) bahwa tidak dipungkiri keadaan sosial ekonomi
orang tua, akan mempengaruhi cara berfikir siswa, yang kemudian akan
mempengaruhi pilihan karier siswa. Siswa dengan latar belakang sosial ekonomi
orang tua yang kurang baik atau lemah, akan cenderung untuk melanjutkan
pendidikannya dari jenjang SMP ke SMK karena berorintasi bekerja setelah lulus. Oleh
karena itu, untuk mempersiapkan tujuannya untuk bekerja setelah lulus, siswa akan
mempersiapkan segala kompetensi dan hal-hal yang dibutuhkan untuk dirinya dapat
diterima didunia kerja.
Hubungan antara variabel status sosial ekonomi orang tua dengan motivasi
kerja juga dapat dijelaskan menggunakan theory of planed behavior. Bahwa status
sosial ekonomi orang tua merupakan salah satu faktor sosial yaitu pendapatan yang
mempengaruhi norma subyektif seseorang dan akan berpengaruh terhadap intensi.
Norma subyektif merupakan keyakinan seseorang yang diperoleh atas pandangan
orang-orang yang berada disekitarnya. Siswa dengan latar belakang status sosial
ekonom orang tua yang kurang akan lebih termotivasi untuk bekerja daripada
melanjutkan ke perguruan tinggi karena kurangnnya sumber daya untuk
meneruskan pendidikan ke tingkat yang lebih lanjut.
2.4.5. Pengaruh Praktik Kerja Industri Terhadap Motivasi Kerja
Hubungan antara variabel praktik kerja industri dengan motivasi kerja dapat
dijelaskan menggunakan theory of planed behavior. Bahwa praktik kerja industri
merupakan salah satu faktor informasi yaitu pengalaman yang mempengaruhi
persepsi kontrol seseorang dan berepengaruh terhadap intensi. Persepsi kontrol
merupakan perasaan seseorang tentang mudah atau sulitnya mewujudkan suatu
59
59
perilaku. Ajzen (2005) mengemukakan bahwa persepsi kontrol ditentukan oleh
keyakinan individu mengenai ketersediaan sumber daya beruapa, peralatan,
kompabilitas, kompetensi dan kesempatan yang mendukung atau mengahambat
perilaku yang diprediksi dan besarnya peran sumber daya tersebut dalam
mewujudkan perilaku tersebut. Praktik kerja industri merupakan salah satu wadah
siswa untuk mendapatkan pengalaman kerja yang menyebabkan siswa lebih
termotivasi untuk bekerja dibidang yang sudah mereka ketahui. Hal ini disebabkan
karena siswa telah mempunyai bekal pengetahuan, keterampilan, informasi dan
sikap yang telah dipelajari ditempat kerja.
2.4.6. Pengaruh Status Sosial Ekonomi Orang Tua Melalui Motivasi Kerja
Terhadap Kesiapan Kerja
Terdapat faktor latar belakang individu dalam theory of planned behavior
yang terdiri dari faktor yang tergabung dalam kategori personal, sosial dan
informasi. Dalam faktor sosial tersebut salah satunya dalah faktor pendapatan.
Faktor pendapatan dalam penelitian ini diwakilkan oleh variabel status sosial
ekonomi orang tua yang mempengaruhi motivasi kerja sehingga membentuk
perilaku kesiapan kerja. Seorang siswa yang hendak lulus akan dihadapkan pada suatu
masalah seperti penentuan jati diri, akan kemana setelah lulus, apakah bekerja atau
melanjutkan ke perguruan tinggi (Wiryani,2015). Status sosial ekonomi orang tua
dapat menjadi stimulus siswa untuk menentukan tingkah laku yang akan
dilakukannya pasca lulus. Hal ini juga didukung oleh Inshofa (2016) bahwa tidak
dipungkiri keadaan sosial ekonomi orang tua, akan mempengaruhi cara berfikir
siswa, yang kemudian akan mempengaruhi pilihan karier siswa. Siswa yang status
60
60
sosial ekonomi orang tuanya yang kurang mampu, akan mendorong siswa
termotivasi untuk bekerja sehingga mereka akan memutuskan untuk melanjutkan
ke jenjang SMK. Siswa yang termotivasi untuk bekerja setelah lulus, akan
mempersiapkan kesiapan kerja mereka dengan mempelajari pengetahuan,
keterampilan dan sikap yang diperlukan untuk memasuki dunia kerja di sekolah
maupun di tempat kerja. Hal ini didukung oleh pendapat Wiryani (2015) bahwa
seorang siswa yang menginginkan untuk bekerja, maka motivasi kerja akan
menentukan siswa menjadi siap kerja. Arwani (2017) berpendapat bahwa umumnya
status sosial ekonomi orang tua siswa yang melanjutkan ke SMK adalah menengah
kebawah, hal ini akan mendorong siswa SMK akan segera bekerja setelah lulus.
2.4.7. Pengaruh Praktik Kerja Industri Melalui Motivasi Kerja Terhadap
Kesiapan Kerja
Seorang siswa yang hendak lulus akan dihadapkan pada suatu masalah seperti
penentuan jati diri, akan kemana setelah lulus, apakah bekerja atau melanjutkan ke
perguruan tinggi (Wiryani,2015). Siswa yang memiliki motivasi untuk bekerja maka
akan mempersiapkan dirinya agar memiliki kompetensi yang dibutuhkan untuk
memasuki dunia kerja. Wiryani (2015) menjelaskan bahwa motivasi memasuki
dunia kerja akan menentukan sikap peserta didik menjadi siap kerja. Praktik kerja
industri merupakan salah satu program dalam kurikulum SMK yang memberikan
kesempatan kepada siswa untuk merasakan secara langsung bekerja dalam bidang
yang diminati dalam kurun waktu tertentu yang bertujuan untuk mempercepat
transisi siswa ke dunia kerja. Dengan praktik kerja industri, siswa akan
mendapatkan pengalaman yang berguna untuk meningkatkan pengetahuan,
61
61
keterampilan serta melatih sikap dan perilaku yang baik dalam dunia kerja.
Dalyono (2005) menjelaskan bahwa pengalaman dapat mempengaruhi fisiologi
perkembangan individu yang merupakan salah satu prinsip perkembangan kesiapan
siswa SMK dalam mempersiapkan diri memasuki dunia kerja.
Terdapat faktor latar belakang dalam theory of planned behavior yang
mempengaruhi persepsi kontrol terhadap motivasi sehingga dapat menimbulkan
perilaku kesiapan kerja. Faktor latar belakang terbagi menjadi faktor personal,
sosial dan informasi.Salah satu faktor yang termasuk kedalam faktor informasi
yaitu pengalaman. Praktik kerja industri merupakan salah satu cara siswa untuk
mendapatkan pengalaman. Dengan adanya pengalaman tersebut akan membuat
siswa lebih termotivasi untuk bekerja dibidang yang sudah pernah mereka coba
karena sudah mempunyai bekal pengetahuan dan keterampilan serta sikap yang
sudah mereka pelajari di tempat kerja.
Praktik kerja industri akan membentuk karakter siswa menjadi mudah untuk
beradaptasi dengan lingkungan. Hal ini juga didukung oleh penelitian Wiryani
(2015) bahwa ciri-ciri kesiapan kerja peserta didik yang paling dominan adalah
beradaptasi dengan lingkungan kerja. Beradaptasi dengan lingkungan kerja
merupakan modal untuk berinteraksi dengan lingkungan kerja yang dapat
didapatkan dari praktik kerja industri. Dan penelitian Yulianti (2015) menjelaskan
bahwa praktik kerja industri dan motivasi kerja berpengaruh terhadap kesiapan
kerja.
62
62
2.5. Hipotesis Penelitian
H1 : Terdapat pengaruh negatif status sosial ekonomi orang tua terhadap
kesiapan kerja siswa kelas 12 program keahlian akuntansi di SMK Negeri 2
Kota Tegal tahun ajaran 2018/2019
H2 : Terdapat pengaruh positif praktik kerja industri terhadap kesiapan kerja
siswa kelas 12 program keahlian akuntansi di SMK Negeri 2 Kota Tegal
tahun ajaran 2018/2019
H3 : Terdapat pengaruh positif motivasi kerja terhadap kesiapan kerja siswa kelas
12 program keahlian akuntansi di SMK Negeri 2 Kota Tegal tahun ajaran
2018/2019
H4 : Terdapat pengaruh negatif status sosial ekonomi orang tua terhadap
motivasi kerja siswa kelas 12 program keahlian akuntansi di SMK Negeri 2
Kota Tegal tahun ajaran 2018/2019
H7
H3
H6
Status Sosial
Ekonomi Orang
Tua
Praktik Kerja
Industri
Motivasi Kerja Kesiapan
Kerja
H1
H4
H2
H5
Gambar 2.2 Kerangka Berfikir
63
63
H5 : Terdapat pengaruh positif praktik kerja industri terhadap motivasi kerja
siswa kelas 12 program keahlian akuntansi di SMK Negeri 2 Kota Tegal
tahun ajaran 2018/2019
H6 : Terdapat pengaruh negatif status sosial ekonomi orang tua melalui motivasi
kerja terhadap kesiapan kerja siswa kelas 12 program keahlian akuntansi di
SMK Negeri 2 Kota Tegal tahun ajaran 2018/2019
H7 : Terdapat pengaruh positif praktik kerja industri melalui motivasi kerja
terhadap kesiapan kerja siswa kelas 12 program keahlian akuntansi di SMK
Negeri 2 Kota Tegal tahun ajaran 2018/2019
128
BAB V
PENUTUP
5.1. Simpulan
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh status sosial ekonomi
orang tua dan praktik kerja industri terhadap kesiapan kerja melalui motivasi kerja
pada siswa kelas 12 akuntansi di SMK Negeri 2 Tegal tahun ajaran 2018/2019.
Berdasarkan hasil pengujian dan pembahasan, maka dapat dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Status sosial ekonomi orang tua tidak berpengaruh negatif terhadap kesiapan
kerja siswa kelas 12 program keahlian akuntansi di SMK Negeri 2 Tegal tahun
ajaran 2018/2019.
2. Praktik kerja industri berpengaruh positif terhadap kersiapan kerja siswa kelas
12 program keahlian akuntansi di SMK Negeri 2 Tegal tahun ajaran
2018/2019.
3. Motivasi kerja berpengaruh positif terhadap kesiapan kerja siswa kelas 12
program keahlian akuntansi di SMK Negeri 2 Tegal tahun ajaran 2018/2019.
4. Status sosial ekonomi orang tua berpengaruh negatif terhadap motivasi kerja
siswa kelas 12 program keahlian akuntansi di SMK Negeri 2 Tegal tahun ajaran
2018/2019.
5. Praktik kerja industri berpengaruh positif terhadap motivasi kerja siswa kelas
12 program keahlian akuntansi di SMK Negeri 2 Tegal tahun ajaran
2018/2019.
129
6. Status sosial ekonomi tidak berpengaruh negatif terhadap kesiapan kerja
melalui motivasi kerja siswa kelas 12 program keahlian akuntansi di SMK
Negeri 2 Tegal tahun ajaran 2018/2019.
7. Praktik kerja industri berpengaruh positif terhadap kesiapan kerja melalui
motivasi kerja siswa kelas 12 program keahlian akuntansi di SMK Negeri 2
Tegal tahun ajaran 2018/2019.
5.2. Saran
Saran yang dapat diberikan peneliti berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Dalam rangka meningkatkan kesiapan kerja siswa program keahlian akuntansi
disarankan agar orang tua maupun pihak sekolah dalam hal ini adalah guru
maupun guru BK untuk memberikan konseling terkait karir setelah sekolah
yang akan ditekuni oleh siswa. Pemberian informasi dan motivasi akan
berdampak pada kematangan mental siswa untuk mencoba mengawali karir
dalam dunia kerja.
2. Peneliti menyarankan agar siswa dipantau untuk ditempatkan pada bidang
pekerjaan yang sesuai dengan keahlian yang diminati memberikan
pendampingan pada saat pelaksanaan praktik kerja industri agar semakin
optimal.
3. Orang tua siswa mengusahakan untuk memberikan fasilitas belajar yang
memadai dan dorongan mental untuk mempersiapkan diri menghadapi dunia
kerja setelah lulus.
130
4. Orang tua maupun pihak sekolah yaitu guru atau guru BK, agar memberikan
bimbingan karir dan konsultasi terkait pemilihan karir siswa setelah lulus untuk
menuntaskan masalah latar belakang status sosial ekonomi orang tua yang
kurang menudukung pencapaian tujuan siswa.
5. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan pembaharuan dan menambah
ruang lingkup penelitian dengan variabel lain diluar variabel yang telah diteliti.
Sehingga dapat memperoleh hasil yang lebih baik dan dapat mengetahui
faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi kesiapan kerja. Sebagai contoh
menggunakan vaiabel intervening selain motivasi kerja, yang dapat
memberikan pengaruh yang lebih besar terhadap kesiapan kerja.
131
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, Munib. 2015. Pengantar Ilmu Pendidikan. Semarang: UNNES Press
Ahmadi, Abu. 2004. Sosiologi Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta
Ajzen, I. 1985. From intentions to actions: A theory of planned behavior. In J.
Kuhl and J. Beckmann (Eds), Action control: From cognition to behavior.
Berlin, Heidelber, New York: Springer-Verlag
Ajzen, I.1991. The Theory of Planned Behavior, Organizational Behavior and
Human Decision Processes, vol. 50, no. 2, pp. 179-211
Ajzen, I. and Fishbein, M. 2005. The influence of attitudes on behavior. In
Albarracin, D., Johnson, BT., Zanna MP. (Eds),The handbook of attitudes,
Lawrence Erlbaum Associates
Alfan, Muhammad Zachim.2014. Pengaruh Bimbingan Karir dan Lingkungan
Sekolah Melalui Motivasi Kerja Terhadap Kesiapan Kerja Siswa Kelas XII
Kompetensi Keahlian Akuntansi SMK Negeri 2 Magelang. Economic
Education Analysis Journal,Volume 3 No.1. Hal.114-123 Universitas
Negeri Semarang
Amalia, Riski.2016. Pengaruh Kondisi Ekonomi Orang Tua dan Motivasi
Belajar Terhadap Minat Melanjutkan Ke Perguruan Tinggi pada Siswa
Kelas XI IPS MAN 1 Pekalongan Tahun Ajaran 2015/2016. Economic
Education Analysis Journal, Hal.1-10 Universitas Negeri Semarang
Anoraga, Pandji.2014. Psikologi Kerja. Jakarta: PT Rineka Cipta
Arifin, Johar.2017. SPSS 24 untuk Penelitian dan Skripsi. Jakarta: Elex Media
Komputindo
Arwani, Imam.2017.Pengaruh Praktik Kerja Industri dan Status Sosial Ekonomi
terhadap Kesiapan Kerja Siswa SMK Negeri 1 Pajangan.Jurnal Pendidikan
Teknik Sipil dan Perencanaan, Hal.1-8 Universitas Negeri Yogyakarta
Badan Pusat Statistik.2018.Tersedia:http:/www.bps.go.id/(diakses tanggal 26
Februari 2018)
Badan Pusat Statistik.2018. Tersedia:https:// tegalkota.bps.go.id/ (diakses 28
Februari 2018)
132
Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah. 2018.
Tersedia:https://jateng.bps.go.id/ (diakses 27 Februari 2018)
Baiti,Ahmad Awaludin.2013. Pengaruh Pengalaman Praktik, Prestasi Belajar
Dasar Kejuruan dan Dukungan Orang Tua Terhadap Kesiapan Kerja Siswa
SMK. Jurnal Pendidikan Vokasi,Volume 4 No.2. Hal.164-180 Yogyakarta:
Universitas Negeri Yogyakarta
Bandaranaike,Suniti.2015.Building capacity for work-readiness: Bridging the
cognitive and affective domains. Asia-Pacific Journal of Cooperative
Education, Special Issue, Volume 16 No.3. Hal.223-233 South Australia:
The University of Adelaide
Dalyono.M.2009. Psikologi Pendidikan.Jakarta: PT Rineka Cipta.
Damasanti, Ida Ayu R.2014. Kesiapan Kerja Ditinjau dari Motivasi Kerja,Sikap
Kewirausahaan,dan Kompetensi Keahlian Busana Wanita pada Siswa
SMKN.Jurnal Pendidikan Sains,Volume 2 No.2. Hal 114-124 Universitas
Negeri Malang
Datadiwa, Dito.2015. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesiapan Kerja
Siswa Smk Negeri 1 Warureja Tahun 2014. Economic Education Analysis
Journal,Volume 4 No.1. Hal.31-37.Universitas Negeri Semarang
Data Pokok Pendidikan Dasar dan Menengah.2018.
Tersedia:http://dapo.dikdasmen.kemendikbud.go.id (diakses 28 Februari
2018)
Dikmenjur.2008.Prakerin sebagai Bagian dari Pendidikan Sistem
Ganda.Tersedia:http://www.geocities.com/dit_dikmenjur/prosedur_Praker
in.html (diakses tanggal 18 Mei 2018)
Elih, Mulyana.2014. Kepuasan Pengguna Lulusan SMK. Skripsi.Bandung:
Universitas Pendidikan Indonesia
Ghazali, Imam.2016.Aplikasi Analisis Multivariete dengan ProgramIBM SPSS
23.Semarang: Badan Penerbit Undip
Hamalik, Oemar.2009. Proses Belajar Mengajar.Jakarta: PT Bumi Aksara
Hartoyo, Tulus Budi. 2016. Pengaruh Model Pembelajaran Training Within
Industry (Twi) Dan Pengalaman Praktik Kerja Industri Terhadap Motivasi
Serta Kesiapan Kerja Bidang Teknik Bubut Siswa Smk Kompetensi
Keahlian Teknik Pemesinan Se-Kabupaten Gresik.Jurnal Pendidikan,
Volume 1 No.8. Hal 1633-1639 Universitas Negeri Malang
133
http://www.kemenperin.go.id/artikel/17177/Investasi-Sektor-industri-Topang-
Pertumbuhan-Ekonomi-2017&hl=id-ID diakses tanggal 16 Mei 2018 pukul
21.39 WIB
http://www.kemenperin.go.id/artikel/18379/Capai-5,49-Persen,-Pertumbuhan-
Industri-Kembali-Meroket-di-atas-Perekonomian diakses tanggal 16 Mei
2018 pukul 21.00 WIB
Huda, Fatkhan Amirul.2015.Pengaruh Praktik Kerja Industri, Kompetensi
Kejuruan, dan Kondisi Sosial Ekonomi Orang Tua terhadap Minat Kerja
dan Kesiapan Kerja Siswa SMK Keahlian TKJ di Kota Sintang.
Skripsi.Universitas Negeri Malang
Ikhsan, Arfan & Ishak M.2009. Akuntansi Keperilakuan. Jakarta: Salemba Empat.
Inshofa.2016.Pengaruh Prakerin,Bimbingan Karir,Status Sosial Ekonomi
terhadap Kesiapan Kerja Siswa Akuntansi. Economic Education Analysis
Journal, Hal.1-15.Universitas Negeri Semarang
Ketut, Dewa.1993. Bimbingan Karir di Sekolah. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Khairuddin. 2002. Sosiologi Keluarga.Yogyakarta : Liberty Yogyakarta.
Kusnaeni, Yuyun.2016. Pengaruh Persepsi Tentang Praktik Kerja Lapangan,
Informasi Ke Dunia Kerja Dan Motivasi Memasuki Dunia Kerjaterhadap
Kesiapan Kerja Siswa SMK. Economic Education Analysis Journal,Volume
5 No.1. Hal 16-29. Universitas Negeri Semarang
Krisnamurti, Tira Fatma.2017.Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesiapan Kerja
SMK. Jurnal Pendidikan dan Ekonomi, Volume 6 No.1 Hal.65-76
Universitas negeri Yogyakarta
Lukitasari, Nur.2015. Pengaruh Prestasi Belajar Mata Pelajaran Akuntansi
Komputer, Bimbingan Karier, Dan Motivasi Kerja Terhadap Kesiapan
Kerja Siswa Kelas XII Kompetensi Keahlian Akuntansi SMK Negeri 1
Purbalingga Tahun Ajaran 2014/2015.Skripsi. Universitas Negeri Semarang
Mahmud, Dimyati.2009. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan
Mahyarni.2013. Theory of Reason Action dan Theory of Planned Behavior (Sebuah
Kajian Historis Tentang Perilaku. Jurnal El-Riyasah, Volume 4 No.1
Hal.13-23 Riau: Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau
134
Muktiani, Eka Evi. 2014. Pengaruh Praktek Kerja Industri Dan Prestasi Akademik
Mata Diklat Produktif Akuntansi Terhadap Kesiapan Kerja Siswa Kelas XI
Program Keahlian Akuntansi SMK Nasional Pati Tahun Pelajaran
2012/2013. Economic Education Analysis Journal, Volume 3 No.1.
Universitas Negeri Semarang
Muslimah.2017. Pengaruh Bimbingan Karir, Lingkungan Keluarga dan
Ekspektasi Karir Terhadap Kesiapan Kerja Siswa Kelas XII Akuntansi
Di SMK Negeri 1 Demak Tahun Ajaran 2016/2017. Economic Education
Analysis Journal, Volume 3 no.1. Hal.1-19 Universitas Negeri Semarang
Muyasaroh,Hana Binti.2013. Pengaruh Pengalaman Praktik Kerja IndustriDan
Locus Of Control Terhadap Kesiapan KerjaSiswa Kelas Xii Smk Negeri 1
Surakarta. Jurnal Pendidikan dan Ekonomi, Volume.2 No.1. Hal.1-11
Universitas Sebelas Maret
Nagini, Nurul.2017. Pengaruh Persepsi Siswa Tentang Kompetensi Kejuruan,
Efikasi Diri, Bimbingan Karir, Dan Penguasaan Soft Skills Terhadap
Kesiapan Kerja Siswa Kelas XII Program Keahlian Akuntansi SMK N 1
Kebumen dan SMK Tamtama Prembun Tahun Ajaran 2016/2017.Skripsi.
Universitas Negeri Semarang
Nurhidayah, Ria. 2016. Pengaruh Motivasi, Lingkungan Keluarga, dan Pengalaman
Prakerin Terhadap Kesiapan Kerja Siswa Kelas XI SMK N 1 Kendal Tahun
Ajaran 2015/2016.Skripsi. Universitas negeri Semarang
Nurhadiyanti, Sulistyorini.2014.Pengaruh Motivasi Belajar dan Status Sosial
Ekonomi Orang Tua Terhadap Minat Melanjutkan ke Perguruan Tinggi
Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 1 Piyungan Tahun Ajaran 2013/2014.
Skripsi.Universitas Negeri Yogyakarta
Nurjannah, Siti Laila.2014. Hubungan antara Status Sosial Ekonomi dengan
Motivasi Orang Tua Menyekolahkan Anak di PAUD Smart Kid dan
PAUD Sahabat Ananda Kecamatan Dau.Skripsi.Universitas Islam negeri
Maulana malik Ibrahim Malang
Pa’wan,Fatimah.2010. Factor Influencing Internal and External Emploability of
Employees.Business and Economics Jurnal, Volume 2010: BEJ-11.
Malaysia: Universiti Tun Abdul Razak
Pitaloka, Lola Kurnia.2016. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesiapan
Kerja Jurusan Jasa Boga dan Pemasaran dalam Rangka Mempersiapkan
Kematangan Kerja Siswa SMK Negeri 1 Kudus. Economic Education
Analysis Journal, Volume 3 No.1. Universitas Negeri Semarang
135
Pradhita,Frida.2014. Pengaruh Praktik Kerja Lapangan (PKL), Efikasi Diri, dan
Dorongan Orang Tua Terhadap Kesiapan Kerja Siswa Kelas XII SMK.
Economic Education Analysis Journal, Volume 3 No.1. Universitas Negeri
Semarang
Prayitno,Elida.1989.Motivasi dalam Belajar.Jakarta: P2LPTK
Putra, Aditya Indra.2009.Pengaruh Pengalaman Praktik Kerja Industri Terhadap
Minat Berwirausaha pada Siswa Kelas XII Program Keahlian Teknik
Mekanik Otomotif SMK Texmaco Pemalang. Jurnal Pendidikan Teknik
Mesin,Volume 9 No.1. Universitas Negeri Semarang
Puriatama,Ega.2016. Work Readiness By Vocational School Graduates Viewed
From Industrial Work Practice’s Experience And Vocational Skills. AIP
Conference Proceedings 1778. American Institute of Physics, American
Institute of Physics
Purwanto, Ngalim M. (2007). Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja
Rosdakarya
Rojuli, Subkhan.2017.Observational Learning On Industry Work Practices Toward
Job Readiness. Academic Journal, Volume 12 No.9. Hal. 554-558
Saputri, Melinda Noviana. 2016.Pengaruh Praktik Kerja Lapangan (PKL),
Lingkungan Keluarga dan Self–Efficacy terhadap Kesiapan Kerja Siswa
Kelas XII Prgram Keahlian Akuntansi di SMK Negeri 1 Kebumen Tahun
Ajaran 2015/2016.Skripsi.Universitas Negeri Semarang
Sardiman. 1990. Interaksi Motivasi Belajar Mengajar. Bandung : Rosdakarya
Sirsa, I Made.2014. Kontribusi Ekspektasi Karier, Motivasi Kerja, dan
Pengalaman Kerja Industri Terhadap Kesiapan Kerja Siswa Kelas XII SMK
Negeri 2 Seririt. e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan
Ganesha, Volume 5. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka
Cipta.
Soekanto,Soerjono.2006.Sosiplogi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada
Sudirman.2006.Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar.Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada
Sudjana.2015. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito
136
Sugiyanto,Alhusnaly Rismawati.2016. Pengaruh Minat Kerja, Prestasi Belajar
dan Lingkungan Keluarga Terhadap Motivasi Siswa Smk Memasuki
Dunia Kerja. Economic Education Analysis Journal, Volume 5 No.2. Hal.
428-440 Universitas Negeri Semarang
Sugiyono.2017. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta
Sukmadinata, Syaodih Nana. (2009). Landasan Psikologi dan Proses Pendidikan.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Sulistyarini, Emi Prabawati.2012. Pengaruh Motivasi Memasuki Dunia Kerja Dan
Pengalaman Praktik Kerja Industri TerhadapKesiapan Kerja Peserta Didik
Kelas XII Program Keahlian Akuntansi SMK Negeri 1 Tempel Tahun
Pelajaran 2011/2012. Skripsi.Universitas Negeri Yogyakarta
Suryana, Asep. (2007). Akreditasi, Sertifikasi dan Upaya Penjaminan Mutu
Pendidikan.Jurnal Administrasi Pendidikan, Volume 3 No.2. Hal 1-11
Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia
Suryaningsih.2016. Pengaruh Praktik Kerja Industri (Prakerin), Motivasi Diri,
Dan Lingkungan Keluarga Terhadap Kesiapan Kerja Siswa Kelas XII SMK
Negeri 1 Batang Tahun 2015/2016. Economic Education Analysis Journal,
Volume 3 No.1. Hal. 1-13Universitas Negeri Semarang
Suryatulus.2017.Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesiapan Kerja
Mahasiswa Manajemen Keuangan Syari’ah UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta.Skripsi.Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta
Tadjab.1998. Inmu Jiwa Pendidikan.Surabaya: Karya Abditama
Umaya, Siti.2017. Pengaruh On The Job Training (Ojt), Minat Kerja, dan
Bimbingan Karir Terhadap Kesiapan Kerja Siswa Kelas XII SMK Negeri 1
Batang. Economic Education Analysis Journal Volume 5 No.1. Universitas
Negeri Semarang
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional.Jakarta
Wahyudin, Agus. 2015. Metodologi Penelitian. Semarang: UNNES Press
Wahyuni, Sri.. 2011.Hubungan Status Sosial Ekonomi Orang Tua dan Pemanfaatan
Media Pembelajaran dengan Prestasi Belajar pada Siswa Kelas XI SMA
Batik 2 Surakarta Tahun Ajaran 2010/2011. Skripsi. Surakarta: Universitas
Sebelas Maret
137
Widarto, P., & Widodo,N.(2012). Pengembangan Model Pembelajaran Soft Skills
dan Hard Skills Untuk Siswa SMK.Cakrawala Pendidikan, No.3. Hal.409-
423 Yogyakarta:Universitas Negeri Yogyakarta
Winkel, W.S & MM Sre Hastuti. 2004. Bimbingan Konseling di Institusi
Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi
Wiryani, Ni Putu Ratna. 2015. Survei Deskriptif Faktor Motivasi Memasuki Dunia
Kerja Terhadap Kesiapan Kerja Siswa SMK Negeri di Bidang TIK Se-Bali
Tahun Ajaran 2014/2015. Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik
Informatika,Volume 4 No.4. Bali: Universitas Pendidikan Ganesha
Yulianti, Ika.2015. Pengaruh Pengalaman Praktik Kerja Industri, Motivasi
Memasuki Dunia Kerja, Dan Kemampuan Soft Skills Terhadap Tingkat
Kesiapan Kerja Siswa Kelas XII Kompetensi Keahlian Akuntansi Di
Smk Negeri 2 Semarang Tahun Ajaran 2014/2015. Economic Education
Analysis Journa,l Volume 4 No.2. Hal.389-403 Universitas Negeri
Semarang
Yuniati, Sri.2014. Pengaruh Praktik Kerja Industri (Prakerin) Keterampilan
Interpersonal, Dan Kompetensi Kerja Terhadap Kesiapan Kerja Siswa
SMK PGRI 01 Semarang Dengan Efikasi Diri Sebagai Variabel
Intervening. Economi Education Analysis Journal, Volume 3 No.1
Universitas Negeri Semarang
Top Related