1
1
PENGARUH SIZE, PROFITABILITAS, FINANCIAL
LEVERAGE, JUMLAH DEWAN KOMISARIS,
STRUKTUR KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL
TERHADAP CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY
DISCLOSURE
SKRIPSI
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Pada Universitas Negeri Semarang
Oleh
Maulida Dwi Kartikasari
7250407048
Akuntansi S1
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2011
2
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian
skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang pada :
Hari :
Tanggal :
Pembimbing I Pembimbing II
Muhammad Khafid, S.Pd, M.Si AgungYulianto, S.Pd., M.Si
NIP. 197510101999031001 NIP. 197407072003121002
Mengetahui
Ketua Jurusan Akuntansi
Drs. Fachrurozie, M.Si
NIP. 196206231989011001
ii
3
PENGESAHAN KELULUSAN
Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas
Ekonomi Universitas Negeri Semarang pada :
Hari :
Tanggal :
Penguji
Drs. Fachrurozie, M.Si
NIP. 196206231989011001
Anggota I Anggota II
Muhammad Khafid, S.Pd, M.Si Agung Yulianto, S.Pd., M.Si
NIP. 197510101999031001 NIP. 197407072003121002
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ekonomi
Drs. S. Martono, M.Si
NIP. 196603081989011001
iii
4
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya
saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian maupun
seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini
dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Semarang, 1 Juli 2011
Maulida Dwi Kartikasari
NIM. 7250407048
iv
5
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto
Orang yang berpikiran optimis selalu memandang segala sesuatu itu sulit,
tetapi orang yang berpikiran pesimis selalu memandang segala sesuatu itu
mungkin, tetapi sulit.
No matter how dark the night, morning always come and our life begin a
new.
Orang yang paling sempurna bukanlah orang dengan otak yang sempurna,
melainkan orang yang dapat mempergunakan sebaiknya-baiknya dari bagian
otaknya yang kurang sempurna. (Aristoteles)
Persembahan
Bapak dan Ibu tersayang, terima kasih atas doa, rasa sayang,
perhatian, dan perjuangan yang tiada batasnya
Kakakku tersayang, Ika Kusumaningtyas dan Almira Shafina,
terima kasih telah memberi semangat
Keluarga Besar Kos Asri (Esp: Imbul, Ijah, Jupe, Keket,
Pitul) terima kasih atas dukungan dan kebahagiaan yang tiada
hentinya.
Almamaterku Universitas Negeri Semarang yang memberiku
banyak ilmu agar menjadi seseorang yang lebih baik
Tri Prasetya Adi, terima kasih atas dukungan dan motivasi
yang begitu besar
Teman-teman seperjuangan “Lampirr”, Yayuk, Mbeka,
Kokom, Maruto, Phoniyem, Ma’e, Oppily Kalian
memberikan ku banyak pelajaran kehidupan
v
6
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan anugera, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi
yang berjudul “Pengaruh Size, Profitabilitas, Financial Leverage, Jumlah Dewan
Komisaris, Struktur Kepemilikan Institusional Terhadap Corporate Social
Responsibility Disclosure”.
Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu
persyaratan guna memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Semarang.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan skripsi ini
penulis memperoleh bantuan, masukan, saran, bimbingan, dan pengarahan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan yang baik ini, penulis ingin
menyampaikan ucapan terimakasih kepada :
1. Prof. Dr. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si. Rektor Universitas Negeri
Semarang.
2. Drs. S. Martono, M.Si. Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri
Semarang.
3. Drs. Fachrurrozie, M.Si. Ketua Jurusan Akuntansi sekaligus Dosen Penguji
yang telah memberikan saran, masukan, kritikan, dan kebijaksanaannya
dalam ujian skripsi.
4. Muhammad Khafid, S.Pd., M.Si Dosen Pembimbing I yang dengan sabar
mengarahkan dan membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini.
vi
7
5. Agung Yulianto, S.Pd., M.Si Dosen Pembimbing II yang dengan sabar
memberi banyak masukan dan bimbingan selama penyusunan skripsi ini.
6. Bestari Dwi Handayani, S.E., M.Si Dosen Wali Prodi Akuntansi S1 B ’07,
yang selalu memberi arahan dan motivasi selama menjalani perkuliahan.
7. Seluruh Dosen dan Staf Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas
Negeri Semarang, yang telah membimbing, mengarahkan, dan menularkan
ilmu pengetahuannya.
8. Bapak dan Ibu tersayang, terima kasih atas doa, kasih sayang, dan
perjuangannya yang tiada henti.
9. Teman-teman seperjuangan Akuntansi B angkatan 2007, jangan pernah
lupakan kebersamaan dan perujuangan kita selama menimba ilmu di bangku
kuliah.
10. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu.
Akhir kata, besar harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
pembaca, dapat dijadikan referensi penelitian selanjutnya, dan berguna bagi
perkembangan studi akuntansi.
Semarang, 16 Juli 2011
Penyusun
\
vii
8
SARI
Maulida Dwi Kartikasari. 2011. Pengaruh Size, Profitabilitas, Financial
Leverage, Jumlah Dewan Komisaris, Struktur Kepemilikan Institusional
Terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure. Jurusan Akuntansi,
Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I. Muhammad
Khafid, S.Pd., M.Si. II Agung Yulianto, S.Pd., M.Si
Kata Kunci : CSR Disclosure, Size, Profitabilitas, Leverage, Jumlah Dewan
Komisaris, dan Struktur Kepemilikan Institusional.
Selama ini akuntansi terbatas pada pertanggungjawaban manajemen kepada
pemilik saham, kini paradigma tersebut diperluas menjadi pertanggungjawaban
kepada seluruh stakeholder. Masyarakat membutuhkan informasi apakah
perusahaan sudah melakukan aktivitas sosial. Oleh sebab itu perlu adanya tema
pengungkapan tanggung jawab sosial secara jelas dan bersifat wajib (mandatory).
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis apakah size, profitabilitas, Financial
leverage, jumlah dewan komisaris, dan struktur kepemilikan institusional
berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.
Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kuantitatif, yang
mengungkapkan besar kecilnya pengaruh antar variabel yang dinyatakan dalam
angka-angka. Populasi penelitian perusahaan Go Public yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia tahun 2008-2009 sebanyak 48 perusahaan selama 2 periode,
sehingga didapat sampel sejumlah 96. Data yang digunakan berupa data sekunder
yang diambil dengan teknik dokumentasi. Metode pengungkapan dengan
pengamatan item informasi yang ditentukan dalam laporan tahunan dengan cara
checklist. Metode pengujian penelitian ini melalui analisis regresi berganda
dengan bantuan program SPSS 16.0.
Hasil penelitian menunjukkan secara simultan kelima variabel signifikan
mempengaruhi pengungkapan tanggung jawab sosial (0,04<0,05). Secara parsial
size signifikan mempengaruhi pengungkapan tanggung jawab sosial (0,009<0,05).
Profitabilitas tidak signifikan mempengaruhi pengungkapan tanggung jawab
sosial (0,466>0,05). Financial Leverage tidak signifikan mempengaruhi
pengungkapan tanggung jawab sosial (0,535>0,05). Jumlah Dewan Komisaris
signifikan mempengaruhi pengungkapan tanggung jawab sosial (0,03<0,05).
Struktur Kepemilikan Institusional tidak signifikan mempengaruhi pengungkapan
tanggung jawab sosial (0,429>0,05).
Secara simultan size, profitabilitas, financial leverage, jumlah dewan
komisaris, struktur kepemilikan institusional signifikan berpengaruh terhadap
pengungkapan tanggung jawab sosial. Secara parsial size dan jumlah dewan
komisaris secara signifikan berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab
sosial. Sedangakan profitabilitas, leverage, struktur kepemilikan institusional tidak
signifikan berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial. Saran
penelitian berikutnya agar menggunakan proksi lain pada variabel yang sama dan
menambah variabel baru pada penelitian selanjutnya.
viii
9
ABSTRACT
Maulida Dwi Kartikasari. 2011. The Effect of Size Company, Profitability,
Financial Leverage, Number of Commissioners, Institusional Ownership To
Corporate Social Responsibility Disclosure. Accounting, Economic Faculty.
Semarang State University. Lecturer I. Muhammad Khafid, S.Pd., M.Si. II Agung
Yulianto, S.Pd., M.Si
Keywords : CSR Disclosure, Size, Profitability, Leverage, number of
commissioner, and institusional ownership.
Accounting concern only limited on management accountability to
shareholders, now extends this paradigm to be accountable to all stakeholders.
People needs information on whether the company is already doing social
activities. Therefore there is need corporate social responsibility disclosure
themes in a clearly and compulsory (mandatory). This study was conducted to
analyze whether the size, profitability, financial leverage, number of
commissioners, and institutional ownership affect to corporate social
responsibility disclosure.
This study included quantitative descriptive research, which revealed the
size of the influence between variables expressed in figures. The study population
go public company listed on the Indonesia Stock Exchange in 2008-2009 as many
as 48 companies during the second period, so that the obtained sample number 96.
The data used were secondary data taken with the technical documentation.
Method of disclosure with the observation that the information items specified in
the annual report by the checklist. This research testing methods through multiple
regression analysis with SPSS 16.0.
The results showed simultaneous five significant variables affecting the
corporate social responsibility disclosure (0.04 <0.05). Partially size significantly
affect to corporate social responsibility disclosure (0.009 <0.05). Profitability does
not significantly affect to corporate social responsibility disclosure (0.466> 0.05).
financial leverage does not significantly affect to corporate social responsibility
disclosure (0.535> 0.05). Number of commissioners significantly affect to
corporate social responsibility disclosure (0.03 <0.05). Institutional Ownership
does not significantly affect to corporate social responsibility disclosure (0.429>
0.05).
Simultaneously size, profitability, financial leverage, number of
commissioners, institutional ownership significantly affects to corporate social
responsibility disclosure. Partially size and number of commissioners significantly
affect to corporate social responsibility disclosure. But another variables with
profitability, leverage, institutional ownership structure does not significantly
affect to corporate social responsibility disclosure. The next research advice to use
another proxy on the same variables and add new variables in subsequent studies.
ix
10
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................. i
PERSETUJUAN PEMBIMBING............................................................ ii
PENGESAHAN KELULUSAN ............................................................... iii
PERNYATAAN ......................................................................................... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................ v
PRAKATA ................................................................................................. vi
SARI ........................................................................................................... viii
ABSTRACT ............................................................................................... ix
DAFTAR ISI .............................................................................................. x
DAFTAR TABEL...................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xvi
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ................................................................... 1
1.2. Permasalahan ..................................................................... 16
1.3. Tujuan Penelitian ............................................................... 17
1.4. Manfaat Penelitian ............................................................. 18
BAB II LANDASAN TEORI
2.1. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan .................................. 20
2.1.1. Pengertian Tanggung Jawab Sosial Perusahaan .... 20
2.1.2. Tujuan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ......... 25
x
11
2.2. Pengungkapan Tanggung Jawab sosial Perusahaan (CSR
Disclosure) ......................................................................... 25
2.2.1. Pengertian CSR Disclosure .................................... 25
2.2.2. Tujuan CSR Disclosure .......................................... 31
2.2.3. Alasan Perusahaan Mengungkapkan CSR.............. 32
2.2.4. Faktor yang mempengaruhi CSR Disclosure ......... 37
2.3. Size Perusahaan........................................................... ....... 46
2.4. Profitabilitas ....................................................................... 48
2.5. Financial Leverage ............................................................ 50
2.6. Jumlah Dewan Komisaris .................................................. 52
2.7. Struktur Kepemilikan Institusional .................................... 55
2.8. Penelitian Terdahulu .......................................................... 57
2.9. Kerangka Berpikir .............................................................. 65
2.10. Hipotesis ............................................................................ 65
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Populasi Dan Sampel Penelitian ......................................... 67
3.1.1 Populasi Penelitian .................................................. 67
3.1.2 Sampel Penelitian .................................................... 67
3.2 Variabel Penelitian .............................................................. 69
3.2.1. Variabel Dependen .................................................. 69
3.2.2. Variabel Independen ................................................ 70
3.3 Jenis dan Sumber Data ........................................................ 74
3.4 Metode Pengumpulan Data ................................................. 75
xi
12
3.5 Metode Analisis Data .......................................................... 75
3.5.1. Analisis Deskriptif .................................................. 75
3.5.2. Uji Prasyarat ........................................................... 78
3.5.2.1. Uji Normalitas Data .................................. 78
3.5.2.2. Uji Asumsi Klasik ..................................... 79
3.5.3. Model Regresi Berganda ........................................ 82
3.5.4. Uji Hipotesis ........................................................... 82
3.5.4.1. Uji Simultan ............................................... 83
3.5.4.2. Uji Parsial .................................................. 83
3.5.4.3. Koefisien Determinasi Simultan ................ 84
3.5.4.4. Koefisien Determinasi Parsial ................... 85
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian...................................................... .............. 86
4.1.1. Analisis Deskriptif .................................................. 86
4.1.2. Analisis Pengujian Prasyarat ................................... 96
4.1.3. Analisis Pengujian Regresi Berganda ..................... 103
4.1.4. Analisis Pengujian Simultan ................................... 104
4.1.5. Analisis Pengujian Parsial ....................................... 105
4.1.6. Koefisien Determinasi Simultan ............................. 106
4.1.7. Koefisien Determinasi Parsial ................................. 107
4.2. Pembahasan ......................................................................... 108
xii
13
BAB V PENUTUP
5.1.Simpulan ............................................................................... 118
5.2.Saran ..................................................................................... 119
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 120
LAMPIRAN ............................................................................................. 124
xiii
14
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Pengungkapan CSR Dalam Annual Report Tahun 2007 ....... 9
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu .............................................................. 57
Tabel 3.1 Prosedur Sampel Penelitian ................................................... 68
Tabel 3.2 Sampel Penelitian ................................................................... 69
Tabel 3.3 Ringkasan Variabel ................................................................ 73
Tabel 4.1 Deskriptif Variabel ................................................................. 86
Tabel 4.2 Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial ................................ 88
Tabel 4.3 Item Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Tahun 2008..... 89
Tabel 4.4 Item Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Tahun 2009..... 90
Tabel 4.5 Deskriptif Total Tenaga Kerja ............................................... 91
Tabel 4.6 Deskriptif Profitabilitas .......................................................... 92
Tabel 4.7 Deskriptif Financial Leverage ............................................... 93
Tabel 4.8 Deskriptif Jumlah Dewan Komisaris ..................................... 94
Tabel 4.9 Deskriptif Struktur Kepemilikan Intitusional ........................ 95
Tabel 4.10 Hasil Uji Normalitas Data ...................................................... 97
Tabel 4.11 Hasil Uji Multikolinearitas ..................................................... 99
Tabel 4.13 Hasil Uji Heteroskedastisitas ................................................. 100
Tabel 4.14 Hasil Uji Autokorelasi............................................................ 102
Tabel 4.15 Hasil Regresi Berganda .......................................................... 103
Tabel 4.16 Hasil Uji Simultan .................................................................. 104
Tabel 4.17 Hasil Perhitungan Koefisien Determinasi .............................. 104
Tabel 4.18 Hasil Perhitungan Koefisien Determinasi Simultan .............. 107
xiv
15
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir ................................................................. 65
Gambar 4.1 Grafik Histogram..................................................................... 98
Gambar 4.2 Gambar Normal Probability Plot............................................. 98
Gambar 4.3 Grafik Scatterplot .................................................................... 101
xv
16
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Nama Perusahaan Go Public Tahun 2007 .................. 124
Lampiran 2 Daftar Nama Perusahaan Go Public Tahun 2008-2009 ........ 131
Lampiran 3 Data Annual Report dan Pengungkapan CSR ....................... 140
Lampiran 4 Data Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Tahun 2008-2009 142
Lampiran 5 Data Item Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial 2008-2009 143
Lampiran 6 Data Size Perusahaan Tahun 2008-2009 ................................ 145
Lampiran 7 Data Profitabilitas Perusahaan Tahun 2008-2009 .................. 146
Lampiran 8 Data Financial Leverage Tahun 2008-2009 .......................... 147
Lampiran 9 Data Jumlah Dewan Komisaris Tahun 2008-2009 ................ 148
Lampiran 10 Data Struktur Kepemilikan Institusional Tahun 2008-2009 .. 149
Lampiran 11 Output SPSS .......................................................................... 150
xvi
1
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Laporan keuangan merupakan suatu alat yang digunakan oleh manajemen
untuk melakukan pertanggungjawaban kinerja ekonomi perusahaan kepada
investor, kreditur, dan pemerintah. Laporan keuangan dapat dikelompokkan dalam
pengungkapan yang sifatnya wajib (mandatory disclosure) dan pengungkapan
yang sifatnya sukarela (voluntary disclosure), pengungkapan wajib merupakan
ketentuan yang harus diikuti oleh setiap perusahaan atau institusi yang berisi
tentang hal-hal yang harus dicantumkan berdasarkan standar yang berlaku.
Sedangkan pengungkapan yang bersifat sukarela ini tidak disyaratkan oleh
standar, tetapi dianjurkan dan akan memberikan nilai tambah bagi perusahaan
yang melakukannya.
Bagi pihak-pihak diluar manajemen suatu perusahaan, laporan keuangan
merupakan jendela informasi yang memungkinkan mereka untuk mengetahui
kondisi suatu perusahaan pada suatu masa pelaporan. Dimana informasi yang
didapat dari suatu laporan keuangan perusahaan tergantung pada tingkat
pengungkapan dari laporan keuangan yang bersangkutan. Pengungkapan
informasi dalam laporan keuangan harus memadai agar dapat digunakan sebagai
dasar pengambilan keputusan sehingga menghasilkan keputusan yang cermat dan
tepat. Perusahaan diharapkan untuk dapat lebih transparan dalam mengungkapkan
informasi keuangan perusahaannya sehingga dapat membantu para pengambil
2
keputusan seperti investor, kreditur, dan pemakai informasi lainnya dalam
mengantisipasi kondisi ekonomi yang berubah-ubah.
Perusahaan dituntut untuk memberikan informasi mengenai aktivitas
sosialnya. Sejauh ini perkembangan akuntansi konvensional (mainstreem
accounting) telah banyak mendapat kritik karena tidak dapat mengakomodir
kepentingan masyarakat secara luas, sehingga perusaan wajib melaporkan
informasi pertanggungjawaban sosialnya dalam laporan keuangan.
Tanggungjawab sosial perusahaan (CSR-Corporate Social Responsibility)
merupakan tanggungjawab perusahaan yang berpengaruh terhadap konsumen,
masyarakat, dan lingkungan. Selama ini akuntansi dimaksudkan hanya terbatas
pada pertanggungjawaban manajemen kepada pemilik saham, kini paradigma
tersebut diperluas menjadi pertanggungjawaban kepada seluruh stakeholder.
Pusat perhatian perusahaan pada saat ini lebih kepada stockholders dan
bondholders, sedangkan pihak lain sering diabaikan. Banyak aksi protes yang
dilakukan oleh elemen stakeholders kepada manajemen perusahaan, mereka
menuntut keadilan terhadap kebijakan upah dan pemberian fasilitas kesejahteraan
yang diterapkan perusahaan. Di lain pihak banyak masyarakat yang protes atas
pencemaran lingkungan akibat limbah atau polusi yang dilepas ke lingkungan,
sehingga menyebabkan hubungan yang tidak harmonis antara perusahaan dengan
lingkungan sosialnya. Untuk itu masyarakat membutuhkan informasi mengenai
sejauh mana perusahaan sudah melakukan aktivitas sosialnya. Sehingga hak
masyarakat untuk hidup aman dan tentram, kesejahteraan karyawan, dan
keamanan mengkonsumsi dapat terpenuhi.
3
Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan salah satu upaya untuk
menciptakan keberlangsungan usaha dalam memelihara keseimbangan antara
mencetak keuntungan, fungsi-fungsi sosial dan pemeliharaan lingkungan hidup
(tripple bottom line) (Ambadar, 2008:32). Penerapan CSR diharapkan mendorong
peningkatan etika bisnis yang menjadi pegangan perusahaan dalam menjalankan
bisnis dan lebih jauh mendorong terciptanya sustainbility perusahaan. Dengan
melakukan pengungkapan informasi sosialnya, perusahaan ingin membangun
image yang baik dan mendapatkan perhatian dari masyarakat. Selain itu,
perusahaan juga dapat memperoleh legitimasi dengan memperlihatkan tanggung
jawab sosial melalui pengungkapan CSR dalam media termasuk dalam laporan
tahunan perusahaan (Oliver, 1991; Haniffa dan Coke, 2005; Ani, 2007 dalam
Novita dan Djakman, 2007).
Tanggung jawab sosial adalah kewajiban perusahaan untuk merumuskan
kebijakan, mengambil keputusan, dan melaksanakan tindakan yang memberikan
manfaat kepada masyarakat (Williams, 2005:116). Nugroho (2007) dalam Lely
dan Sylvia (2008) menyatakan bahwa Corporate Social Responsibility (CSR)
merupakan klaim agar perusahaan tak hanya beroperasi untuki kepentingan para
pemegang saham (shareholders), tapi juga untuk kemaslahatan pihak stakeholders
dalam praktik bisnis, yaitu para pekerja, komunitas lokal, pemerintah, LSM,
konsumen, dan lingkungan. Dengan semakin berkembangnya konsep CSR ini,
maka banyak teori yang muncul yang diungkapkan berbagai pihak mengenai CSR
ini.
4
Drucker (1973) dalam Aditya (2008) menyatakan bahwa tidak ada suatu
lembaga yang hidup sendiri dan mati sendiri. Setiap orang atau lembaga adalah
unsur yang tidak terpisah dari masyarakat dan demi kepentingan masyarakat.
Perusahaan tidak terkecuali. Perusahaan yang besar tidak dapat disebut sebagai
perusahaan yang baik, ia hanya dapat dikatakan baik jika baik untuk masyarakat.
Perusahaan adalah penduduk dan harus menjadi penduduk yang baik. (Harahap,
2005:367).
Dengan adanya gagasan CSR akan membuat perusahaan tidak lagi
dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada single botton line, yaitu nilai
perusahaan (firm value) yang direfleksikan dalam kondisi keuangannya (financial)
saja. Tapi tanggung jawab perusahaan harus berpijak pada tripple bottom lines. Di
sini bottom lines lainnya selain finansial juga ada sosial dan lingkungan. Karena
kondisi keuangan saja tidak cukup menjamin nilai perusahaan tumbuh secara
berkelanjutan (sustainable).
Pelaporan dalam pertanggung jawaban sosial (Corporate Social
Responsibility) di Indonesia belum memiliki format atau standar yang baku
sehingga pelaporannya masih bersifat sukarela (voluntary). Hal ini ditunjukkan
dalam Peraturan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) No.1 tahun 2009 paragraf 9
yang secara eksplisit berbunyi sebagai berikut, perusahaan dapat pula menyajikan
laporan tambahan seperti laporan mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai
tambah (value added statement), khususnya bagi industri dimana faktor-faktor
lingkungan hidup memegang peranan penting dan bagi industry yang
menganggap pegawai sebagai kelompok pengguna laporan yang memegang
5
peranan penting. Namun karena peraturan pada PSAK belum memiliki standar
yang baku dan peraturan tersebut hanya sebatas mengenai lingkungan hidup dan
nilai tambah perusahaan sehingga belum semua perusahaan mau melaporkan
informasi pertanggung jawaban sosialnya.
Di Indonesia, kesadaran akan perlunya menjaga lingkungan tersebut juga
diatur oleh Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Pasal 74 tahun 2007,
dimana perusahaan yang melakukan kegiatan usaha di bidang yang berkaitan
dengan sumber daya alam wajib melakukan tanggung jawab sosial dan
lingkungan (Dahlia dan Siregar, 2008). Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007
tentang Perseroan Terbatas merupakan suatu kebutuhan yang dirasa perlu oleh
kalangan pengusaha sebagai pelaku usaha maupun pemerintah sebagai pihak
regulator di bidang usaha, karena undang-undang yang selama ini berlaku, yaitu
Undang-Undang Nomor 1 tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas sudah dianggap
tidak relevan lagi dengan perkembangan dunia usaha. Di samping itu,
meningkatnya tuntutan masyarakat akan layanan yang cepat, kepastian hukum
serta tuntutan akan pengembangan dunia usaha yang sesuai dengan prinsip
pengelolaan perusahaan yang baik (Good Corporate Governance) menuntut
penyempurnaan Undang-Undang Nomor 1 tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas
(Widjaja, 2008).
Masih banyak perusahaan yang tidak mempedulikan penerapan CSR ini.
Bahkan beberapa perusahaan secara struktural seringkali menempatkan fungsi
pelaksanaan CSR di bawah departemen atau divisi humas (Public Relation) saja.
Dengan pandangan seperti ini, maka tidak heran bila pelaksanaan CSR tidak lebih
6
dari tujuan membangun citra positif atau sekedar membangun hubungan harmonis
(Living in Harmony) semata. Artinya, tidak ada gejolak sosial, sehingga dapat
dianggap sebagai kegiatan lips service saja (Widjaja, 2008). Masyarakat tidak
mendapatkan apa yang perusahaan janjikan pada saat melakukan promosi. Karena
masih banyak pula perusahaan yang menganggap bahwa CSR masih bersifat
voluntary. Harapan masyarakat mengenai kepedulian perusahaan yang tinggi
terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar tempat perusahaan beroperasi.
Masyarakat menginginkan untuk memperoleh kenyamanan dan kesejahteraan
akibat operasi perusahaan. Artinya adalah semua aktivitas perusahaan tidak
mengganggu dan meresahkan masyarakat dan lingkungan sekitar perusahaan.
Misalnya, limbah pada perusahaan manufaktur yang merugikan lingkungan.
Seharusnya perusahaan dapat mengatur limbah agar tidak merusak lingkungan
dan merugikan masyarakat atau setidaknya limbah tersebut dapat diolah dan
bermanfaat bagi banyak pihak.
Kenyatannya, perusahaan masih terpaku pada profit oriented saja tanpa
mempedulikan bahwa perusahaan mereka membawa dampak yang buruk bagi
masyarakat dan lingkungan di sekitar tempat perusahaan tersebut berdiri.
Kekecewaan masyarakat dan pemerintah akan minimnya peran serta dunia usaha
juga bisa dipahami, mengingat peran serta dunia usaha dalam implementasi CSR
selama ini lebih bersifat sukarela (voluntary) dan kedermawanan (philanthropy)
saja (Ambadar, 2008). Masalah yang ditimbulkan oleh perusahaan manufaktur ini
mengakibatkan timbulnya banyak aksi protes yang dilakukan oleh berbagai pihak
yang berkepentingan, baik yang bersifat internal, seperti karyawan dan
7
shareholder ataupun pihak eksternal seperti serikat pekerja, pemasok, konsumen,
pesaing, LSM, dan badan-badan pemerintah (Belkaoui dalam Sulastini 2007).
Contohnya adalah pada PT Lapindo Brantas, akibat kesalahan proses
usaha perusahaan tersebut, telah banyak menimbulkan kerugian besar bagi
masyarakat sekitar lingkungan perusahaan. Banjir lumpur menghanyutkan ribuan
rumah penduduk. Sayangnya, korban lapindo tidak mendapatkan ganti rugi yang
sesuai, sehingga banyak menimbulkan aksi protes dan demo masyarakat yang tak
kunjung usai menuntut adanya ganti rugi yang setimpal dengan rumah mereka.
Hal tersebut membuktikan bahwa pihak perusahaan tidak ada kemauan untuk
memperhatikan masyarakat di lingkungan sekitar perusahaan. Manajemen
berusaha agar laba perusahaan tetap dengan cara tidak menambah beban
perusahaan yaitu dengan memeberikan ganti rugi yang setimpal akibat kesalahan
proses operasi perusahaan.
Tanudjaja (2009) menyatakan bahwa perbedaan dalam memaknai CSR
oleh perusahaan akan menyebabkan perbedaan implementasi CSR antar
perusahaan pula, tergantung bagaimana perusahaan tersebut memaknai CSR.
Disinilah letak pentingnya pengaturan CSR di Indonesia, agar memiliki daya atur,
daya ikat, dan daya dorong. CSR yang semula bersifat voluntary perlu
ditingkatkan menjadi CSR yang bersifat mandatory. Dengan demikian dapat
diharapkan kontribusi dunia usaha yang terukur dan sistematis dalam
partisipasinya meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sebaliknya masyarakat
juga tidak dapat seenaknya melakukan tuntutan kepada perusahaan, apabila
perusahaannya itu berada diluar batas aturan yang berlaku.
8
Tuntutan melalui aksi protes yang dilakukan oleh pihak internal maupun
eksternal ini bertujuan agar perusahaan lebih meningkatkan kesadaran akan
tanggung jawab sosial, dengan cara memperhatikan dan mempertimbangkan
akibat dari kegiatan operasional yang dilakukan perusahaan. Aksi protes yang
dilakukan oleh para karyawan dan buruh, misalnya menuntut perusahaan untuk
memperbaiki kebijakan upah dan pemberian fasilitas kesejahteraan lain yang
dirasakan kurang mencerminkan nilai keadilan. Selain itu, aksi protes serupa juga
tidak jarang dilakukan oleh masyarakat sebagai konsumen maupun masyarakat
yang berada di lingkungan sekitar pabrik. Masyarakat sebagai konsumen
seringkali melakukan aksi protes terhadap hal-hal yang berkaitan dengan mutu
produk sehubungan dengan kesehatan, keselamatan, dan kehalalan suatu produk
bagi konsumennya. Sedangkan aksi protes yang dilakukan oleh masyarakat di
sekitar pabrik biasanya berkaitan dengan pencemaran lingkungan yang
disebabkan oleh limbah yang dihasilkan pabrik (Ambadar, 2008).
Secara umum, perusahaan besar akan mengungkapkan informasi yang
lebih banyak daripada perusahaan kecil karena perusahaan besar akan menghadapi
risiko politis yang lebih besar daripada perusahaan kecil. Secara teoritis,
perusahaan besar tidak akan lepas dari tekanan politis, yaitu tekanan untuk
melakukan pertanggung jawaban sosial. Dengan mengungkapkan kepedulian pada
lingkungan melalui pelaporan keuangan, maka perusahaan dalam jangka panjang
bisa terhindar dari biaya yang sangat besar akibat dari tuntutan masyarakat. Di
samping itu, perusahaan yang berukuran lebih besar cenderung memiliki public
9
demand akan informasi yang lebih lengkap dibanding perusahaan yang lebih
kecil.
Beberapa perusahaan di Indoesia yang telah secara serius menerapkan
CSR misalnya, PT Riau Andalan Pulp and Paper yang melakukan kegiatan berupa
SMEP (Small Medium Enterprise Pragramme) dalam bentuk pelibatan para
pengusaha lokal dalam proses produksi, baik di sector kehutanan atau forestry
(bahan baku) maupun sektor pabrik (produksi). Pemberdayaan ekonomi
masyarakat membentuk sistem multikultur yang tumbuh kembang bersama dan
saling membutuhkan (sinergis). PT Unilever Indonesia juga memiliki banyak
program di bidang CSR, salah satunya yang cukup berhasil adalah pemberdayaan
petani kacang kedelai hitam yang secara strategis sangat mendukung kebutuhan
pasokan bahan baku untuk produksi kecap Bango yang kini sudah menjadi bagian
dari Unilever. PT Indosiar Karya Media mengadakan program Peduli Kasih
Indosiar dengan memberikan pengobatan gratis bagi penderita katarak di
Indonesia dan penyakit lainnya. Serta mengadakan donor darah untuk
disumbangkan sebagai persediaan darah pada Palang Merah Indonesia.
Tabel 1.1 Daftar Pengungkapan CSR dalam Annual Report Perusahaan yang
Terdaftar di BEI Tahun 2007
Tahun
2007
Mengungkapkan Annual Report
Tidak
Mengungkapkan
Annual Report
Mengungkapkan CSR
Tidak Mengungkapkan
CSR
15 85 175
Sumber : www.idx.co.id (lampiran 1)
10
Berdasarkan data tabel diatas jumlah perusahaan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia pada tahun 2007 sebanyak 275 perusahaan yang terdiri dari
perusahaan high profile dan low profile. Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia melaporkan pengungkapan CSR pada annual report berjumlah 85
perusahaan. Sedangkan perusahaan yang tidak melaporkan pengungkapan CSR
pada annual report sebanyak 175 perusahaan dan perusahaan yang tidak
mengungkapkan annual report sebanyak 15 perusahaan.
Nicholas Eberstadt (2009) menyatakan bahwa secara umum, faktor yang
mempengaruhi pengungkapan tanggung jawab sosial adalah faktor eksternal dan
internal. Faktor ekstenal yaitu yaitu kritik organisasi masyarakat sipil terhadap
kinerja sosial dan lingkungan perusahaan, untuk memperkuat investor dalam
menanamkan modal di perusahaan, serta pasar tenaga kerja. Sejarah hubungan
antara perusahaan dan masyarakat mencatat banyak peristiwa tragis yang
disebabkan karena operasi perusahaan. Misalnya, cerobong asap pabrik yang
merusak udara di sekitar lingkungan penduduk. Serta limbah pabrik yang dibuang
ke sungai tentu saja akan mencemari air sungai. Organisasi masyarakat sipil
memprotes kinerja buruk, yang kemudian ditanggapi oleh perusahaan. Tanggapan
yang defensif serta “kamuflase hijau” justru akan memperumit masalah,
sedangkan tanggapan yang positif akan menghasilkan perkembangan tanggung
jawab sosial yang baik kepada masyarakat dan lingkungan. Institusi pembiayaan
yang kian kritis menanamkan investasi memperkuat kecenderungan CSR. Dengan
adanya laporan CSR yang baik, investor juga akan menanamkan modal dalam
perusahaan. Pasar tenaga kerja yang menunjukkan adanya pergeseran pilihan
11
dengan mempertimbangkan reputasi perusahaan. Perusahaan dengan reputasi CSR
yang baik akan lebih mudah dalam menyerap tenaga kerja. Sebaliknya apabila
reputasi CSR perusahaan buruk tenaga kerja enggan untuk bekerja di perusahaan
tersebut karena sewaktu-waktu dapat di PHK (Pemutusan Hubungan Kerja).
Faktor internal misalnya, kepemimpinan manajemen puncak yang melihat
CSR merupakan sumber peluang memperoleh keunggulan kompetitif
(responsibility is opportunity). Cukup banyak yang berpendapat bahwa faktor
internal sebagai pendorong CSR semakin kuat berperan di masa datang. Setelah
semakin terbukanya wawasan dan kesadaran masyarakat serta pemerintah
terhadap makna CSR, maka kelangsungan hidup suatu perusahaan akan
ditentukan oleh stakeholders. Hal tersebut berguna untuk menutupi tindakan
perusahaan yang merugikan masyarakat dank an berakibat fatal. Oleh karena itu,
kini makin banyak perusahaan yang sadar akan pentingnya masalah sosial dan
lingkungan sebagai unsure biaya perusahaan. Hal ini akan lebih menguntungkan
dibandingkan akhirnya harus membayar tuntutan ganti rugi kepada masyarakat
yang mungkin jauh lebih besar setelah perusahaan mengalamai masalah sosial.
Beberapa alasan perusahaan mengungkapkan informasi sosial dan
lingkungan menurut Deegan dalam Ghozali (2007:404) antara lain, memenuhi
persyaratan dalam Undang-Undang, mematuhi persyaratan peminjaman, menarik
dana investor, memenangkan penghargaan pelaporan tertentu, dan memenuhi
harapan masyarakat. Sedangkan menurut Murtanto dalam Aditya (2008) alasan
perusahaan mengungkapkan kinerja sosial seperti Internal Decision Making
(pembuat keputusan pihak internal), Product Differentiation (untuk membedakan
12
dengan perusahaan pesaing yang tidak mengungkapkan pelaporan tanggung jawab
sosial), dan Enightened Self Interest
Faktor-faktor di atas memerlukan pemahaman yang mendalam terhadap
perwujudan CSR sebagai konsekuensi dari penerapan pendekatan stakeholders.
Tuntutan bisnis etis, berimplikasi pada perwujudan aktivitas industri sebagai
interaksi harmonis antara stakeholders (pihak-pihak yang berkepentingan) dengan
shareholders (para pelaku bisnis) itu sendiri. Terwujudnya interaksi yang baik
itulah yang diharapkan oleh semua lapisan masyarakat. Oleh karena itu, semua
tindakan bisnis dan aktivitas industri akan menjadi penilaian para stakeholders.
Semakin etis perilaku bisnis atau industri, maka tujuan perusahaan akan tercapai
dengan sendirinya dan bisnisnya selalu berjalan dala koridor hukum.
Size perusahaan dikaitkan dengan teori agensi, di mana perusahaan besar
yang memiliki biaya keagenan yang lebih besar akan mengungkapkan informasi
yang lebih luas untuk mengurangi biaya keagenan tersebut (Sembiring, 2005).
Menurut Gray et. al (1995) dalam Almilia dan Retrinasari (2007) disebutkan
bahwa perusahaan besar mempunyai kemampuan untuk merekrut karyawan yang
ahli, serta adanya tuntutan dari pemegang saham dan analis, sehingga perusahaan
besar memiliki insentif untuk melakukan pengungkapan tanggung jawab sosial
yang lebih luas dari perusahaan kecil. Semakin besar perusahaan, maka jumlah
tenaga kerja yang direkrut semakin banyak. Perusahaan besar merupakan entitas
bisnis yang banyak disoroti baik dari pemerintah maupun masyarakat, semakin
banyak jumlah tenaga kerja dalam suatu perusahaan, maka tuntutan dari masyarakat
dan pemerintah pun semakin tinggi. Mengungkapkan lebih banyak informasi
13
mengenai tanggung jawab sosial perusahaan merupakan bagian dari upaya
perusahaan untuk mewujudkan akuntabilitas publik.
Profitabilitas menjadi faktor yang membuat manajemen menjadi bebas dan
fleksibel untuk mengungkapkan pertanggungjawaban sosial perusahaan kepada
pemegang saham (Heinze dalam Rosmasita, 2007). Hal ini berarti semakin tinggi
tingkat profitabilitas perusahaan maka semakin besar pengungkapan informasi
sosial. Sementara itu, Donovan dan Gibson dalam Sembiring (2005) menyatakan
bahwa berdasarkan teori legitimasi, salah satu argumen dalam hubungan antara
profitabilitas dan tingkat pengungkapan tanggung jawab sosial adalah bahwa
ketika perusahaan memiliki laba yang tinggi, perusahaan (manajemen)
menganggap tidak perlu melaporkan hal-hal yang dapat mengganggu informasi
tentang sukses keuangan perusahaan. Sebaliknya, pada saat tingkat profitabilitas
rendah, mereka berharap para pengguna laporan akan membaca “good news”
kinerja manajemen, misalnya dalam lingkup sosial. Maka, investor akan tetap
berinvestasi di perusahaan tersebut. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa
profitabilitas mempunyai hubungan yang negatif terhadap tingkat pengungkapan
tanggung jawab sosial perusahaan.
Ketergantungan perusahaan terhadap hutang dalam membiayai kegiatan
operasinya tercermin dalam tingkat financial leverage. Dengan demikian,
leverage ini juga mencerminkan tingkat risiko keuangan perusahaan. Berdasarkan
teori agensi, tingkat leverage mempunyai pengaruh negatif terhadap
pengungkapan tanggung jawab sosial (Sembiring, 2005). Semakin tinggi tingkat
leverage (rasio utang/ekuitas) semakin besar kemungkinan perusahaan akan
14
melanggar perjanjian kredit, sehingga perusahaan akan berusaha untuk
melaporkan laba sekarang lebih tinggi yang dapat dilakukan dengan cara
mengurangi biaya-biaya, termasuk biaya untuk mengungkapkan informasi sosial.
Dewan komisaris terdiri dari insider director dan outsider director yang
akan memiliki akses informasi khusus yang berharga dan sangat membantu dewan
komisaris serta menjadikannya sebagai alat efektif dalam keputusan pengendalian.
Sedangakan fungsi dewan komisaris sendiri adalah mengawasi pengelolaan
perusahaan yang dilaksanakan oleh manajemen (direksi) dan bertanggung jawab
untuk menentukan apakah manajemen memenuhi tanggung jawab mereka dalam
mengembangkan dan menyelenggarakan pengendalian intern perusahaan
(Mulyadi, 2002). Semakin besar jumlah anggota dewan komisaris, maka akan
semakin mudah untuk mengendalikan Chief Executive Officer (CEO) dan
monitoring yang dilakukan pun akan semakin efektif. Dikaitkan dengan
pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan, maka tekanan terhadap
manajemen juga akan semakin besar untuk mengungkapkannya.
Institusi merupakan sebuah lembaga yang memiliki kepentingan besar
terhadap investasi yang dilakukan termasuk investasi saham. Sehingga biasanya
institusi menyerahkan tanggung jawab pada divisi tertentu untuk menyerahkan
tanggungjawab pada divisi tertentu untuk mengelola investasi perusahaan
tersebut. Karena institusi memantau secara profesional perkembangan
investasinya maka tingkat pengendalian terhadap tidakan manajemen sangat
tinggi sehingga tingkat kecurangan dapat ditekan. Investor institusi dapat
dibedakan menjadi dua yaitu investor pasif dan investor aktif. Investor pasif tidak
15
terlalu ingin terlibat dalam pengambilan keputusan manajerial. Sedangkan
investor aktif ingin terlibat dalam pengambilan keputusan manajerial. Keberadaan
institusi inilah yang mampu menjadi alat monitoring efektif bagi perusahaan.
(Pozen dalam Etty Murwaningsari 2009). Menurut Crutcley (1999) dalam
Wahyudi dan Pawestri (2006) semakin tinggi kepemilikan institusional maka
semakin kuat kontrol eksternal terhadap perusahaan dan mengurangi agency cost,
sehingga perusahaan akan menggunakan deviden yang rendah. Dengan adanya
kontrol yang ketat, menyebabkan manajer manggunakan utang pada tingkat
rendah untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya financial distress dan risiko
kebangkrutan.
Keanekaragaman dari hasil yang diperoleh mungkin dikarenakan adanya
ketidaksamaan variabel (karakteristik perusahaan) yang digunakan dalam
penelitian. Penggunaan variabel (karakteristik perusahaan) yang berbeda-beda
pada setiap penelitian mungkin akan menyebabkan hasil yang bervariasi antara
penelitian yang satu dengan yang lain. Selain itu, alasan lainnya adalah karena
adanya ketidakselarasan hubungan antara masyarakat dan perusahaan. Tuntutan
mereka adalah agar perusahaan lebih memperhatikan tanggung jawab sosial di
lingkungan sekitar perusahaan.
Menurut Gray et. al. (1995) dalam Sembiring (2005) ada dua pendekatan
yang secara signifikan berbeda dalam melakukan penelitian tentang
pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Pertama, pengungkapan
tanggung jawab sosial mungkin diperlakukan sebagai suatu suplemen dari
aktivitas akuntansi konvensional. Pendekatan ini secara umum akan menganggap
16
masyarakat keuangan sebagai pemakai utama pengungkapan tanggung jawab
sosial perusahaan dan cenderung membatasi persepsi tentang tanggung jawab
sosial yang dilaporkan. Pendekatan alternatif kedua adalah dengan meletakkan
pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan pada suatu pengujian peran
informasi dalam hubungan masyarakat dan organisasi. Pandangan yang lebih luas
ini telah menjadi sumber utama kemajuan dalam pemahaman tentang
pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan dan sekaligus merupakan
sumber kritik yang utama terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial
perusahaan.
Perbedaan hasil penelitian membuat penulis ingin meneliti kembali
pengaruh Size, Profitabilitas, Financial Leverage, Jumlah Dewan Komisaris, dan
Struktur Kepemilikan Institusional terhadap pengungkapan Tanggung Jawab
Sosial Perusahaan yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia pada Tahun 2008-
2009 dengan tujuan agar hasil sampel menggambarkan kondisi pengungkapan
dengan lebih akurat dan agar dapat memprediksi hasil penelitian dalam jangka
panjang. Kemudian, perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dipilih
sebagai objek sampel penelitian, karena banyak kalangan yang menganggap
bahwa perusahaan-perusahaan besar adalah faktor yang paling banyak
menyebabkan kerusakan lingkungan. Karena itu, peneliti ingin mengetahui
seberapa banyak perusahaan yang telah serius mengungkapkan tanggung jawab
sosialnya. Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis mengambil judul
“Pengaruh Size, Profitabilitas, Financial Leverage, Jumlah Dewan
Komisaris, Struktur Kepemilikan Institusional terhadap Corporate Social
17
Responsibility Disclosure (Studi Empiris Perusahaan yang Tedaftar di BEI
2008-2009)”
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan
permasalahannya sebagai berikut:
1. Apakah size, profitabilitas, financial leverage, jumlah dewan komisaris, dan
struktur kepemilikan institusional berpengaruh terhadap pengungkapan
tanggung jawab sosial perusahaan (CSR Disclosure)?
2. Apakah size berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial
perusahaan (CSR Disclosure)?
3. Apakah profitabilitas berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab
sosial perusahaan (CSR Disclosure)?
4. Apakah financial leverage berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung
jawab sosial perusahaan (CSR Disclosure)?
5. Apakah jumlah dewan komisaris berpengaruh terhadap pengungkapan
tanggung jawab sosial perusahaan (CSR Disclosure)?
6. Apakah struktur kepemilikan institusional berpengaruh terhadap pengungkapan
tanggung jawab sosial perusahaan (CSR Disclosure)?
18
1.3. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui pengaruh size, profitabilitas, financial leverage jumlah dewan
komisaris, dan struktur kepemilikan institusional terhadap pengungkapan
tanggung jawab sosial perusahaan (CSR Disclosure).
2. Mengetahui pengaruh size terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial
perusahaan (CSR Disclosure).
3. Mengetahui pengaruh profitabilitas terhadap pengungkapan tanggung jawab
sosial perusahaan (CSR Disclosure).
4. Mengetahui pengaruh financial leverage terhadap pengungkapan tanggung
jawab sosial perusahaan (CSR Disclosure).
5. Mengetahui pengaruh jumlah dewan komisaris terhadap pengungkapan
tanggung jawab sosial perusahaan (CSR Disclosure).
6. Mengetahui pengaruh struktur kepemilikan institusional terhadap
pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR Disclosure).
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Manfaat Akademis
Bagi kalangan akademisi, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya dan
memberikan sumbangan bagi pengembangan kajian teori ilmu akuntansi
mengenai pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.
19
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Pihak Perusahaan / Manajemen
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi untuk
pengambilan kebijakan perusahaan yang berkaitan tentang pengelolaan dan
pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan (social disclosure), yang
diperlukan demi kemajuan dan meningkatkan kinerja perusahaan jangka
panjang.
b. Bagi Calon Investor
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang
pengungkapan sosial (social disclosure) perusahaan dalam laporan keuangan
tahunan perusahaan, sehingga dijadikan acuan untuk pembuatan keputusan
investasi.
c. Bagi Pemerintah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan bagi penyusunan standar akuntansi dalam mengungkapkan,
mengukur, dan menerapkan CSR (Corporate Social Responsibility) secara
tepat.
20
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
2.1.1. Pengertian Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
Dalam sepuluh tahun terakhir secara perlahan tampak kecenderungan
positif yang berkembang dengan cukup terbukti, berupa upaya nyata dan
membumi yang dilakukan didasari niat baik untuk memperbaiki kondisi sosial,
ekonomi, dan budaya masyarakat, serta pelestarian lingkungan. Masyarakat
menghendaki standar bisnis yang lebih tinggi daripada era-era sebelumnya, yaitu
perusahaan harus dapat melampaui “berhasil dengan baik” dengan cara
mendapatkan laba, dan “melakukannya dengan baik” dengan cara berbuat sesuai
dengan tanggung jawab sosial mereka (Ambadar, 2008).
Tanggung jawab sosial bisa dikatakan sebagai kepedulian para manajer
suatu perusahaan berkenaan dengan konsekuensi sosial, lingkungan, politik,
manusia, dan keuangan, atas tindakan-tindakan yang mereka ambil. Suatu bisnis
yang bertanggung jawab secara sosial mempertimbangkan tidak hanya “apa yang
terbaik bagi perusahaannya” saja, tetapi juga “apa yang terbaik bagi masyarakat
umum”. Para entitas bisnis memiliki tanggung jawab kepada pihak utama yang
berkepentingan, termasuk lingkungan, karyawan, pelanggan, investor, dan
komunitas, minimal dalam radius operasi usaha. Sebagian besar perusahaan secara
cermat menyadari kebutuhan untuk memastikan bahwa produk dan proses mereka
menjadi “bersahabat dengan lingkungan”. Kebijakan lingkungan yang logis
20
21
merupakan bisnis yang baik. Sebagai tambahan untuk menurunkan biaya operasi,
produk-produk yang bersahabat dengan lingkungan menarik pelanggan yang sadar
lingkungan, dan dapat memberikan keunggulan bersaing dalam bidang pemasaran
kepada suatu perusahaan (Almilia dan Retrinasari, 2007).
Ambadar (2008:31) mengemukakan bahwa fenomena yang sedang
berkembang dewasa ini menuntut perubahan tatanan kehidupan baru dalam
berbagai bidang mulai dari politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Kecenderungan
tersebut terus menjadi agenda perubahan besar masyarakat dan memunculkan
berbagai opini dalam sistem sosial kemasyarakatan yang mengharapkkan lebih
adil dan memberi peluang untuk mewujudkan kesejahteraan bersama yang
berkelanjutan (sustainable development). Pembangunan berkelanjutan
(sustainable development) menghendaki adanya hubungan yang harmonis antara
pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat (stakeholders). Perusahaan harus terus
menerus berjuang untuk mencapai kecemerlangan dengan keunggulan bersaing
di pasar sebagai hasil dari perencanaan strategis dan operasional. Dengan kata
lain, perusahaan harus dapat menciptakan strategi untuk menyampaikan produk
dan jasa mereka sedemikian rupa, sehingga dapat menciptakan nilai yang lebih
besar untuk pelanggan. Praktik dunia usaha di masa lampau yang cenderung
berdampak negatif, membuat wacana tanggung jawab sosial perusahaan, atau
yang lebih sering dikenal sebagai CSR (Corporate Social Responsibility)
menjadi kebutuhan untuk mengubah citra dunia usaha yang ramah lingkungan.
Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan salah satu upaya untuk
menciptakan keberlangsungan usaha dalam menciptakan dan memelihara
22
keseimbangan antara mencetak keuntungan, fungsi-fungsi sosial, dan
pemeliharaan lingkungan hidup (triple bottom line). CSR merupakan fungsi
yang sangat penting dalam mengembangkan lingkungan sosial perusahaan
sehingga perkembangan masyarakat seiring dengan perkembangan perusahaan.
Diharapkan dengan CSR ini, tidak akan terjadi lagi ketimpangan antara
perusahaan dengan masyarakat disekitarnya. Idealnya, CSR ini harus menjadi
bagian yang terintergrasi dalam kebijakan perusahaan yang merupakan investasi
masa depan perusahaan (social investment), bukan sekedar dianggap sebagai
biaya sosial (cost social) (Ambadar, 2008:33-34).
Widjaja dan Pratama (2008) mengungkapkan bahwa dalam definisi CSR
belum ditemukan suatu rumusan yang pasti dan tegas. Pandangan mengenai
konsep CSR pun tampaknya belum sepenuhnya seragam. Berikut ini berbagai
pandangan yang ingin disampaikan oleh beberapa organisasi yang ada diseluruh
dunia yang dikutip oleh Widjaja dan Pratama (2008:36), antara lain:
Menurut The World Business Council for Sustainable Development
(WBCSD) dalam Dewi (2010), definisi CSR atau tanggung jawab perusahaan
secara sosial adalah,
komitmen yang berkelanjutan oleh pelaku bisnis untuk bersifat etis dan
mengkontribusikan diri pada pembangunan ekonomi semetara
meningkatkan kualitas kehidupan dari para pekerja dan keluarganya
seperti halnya dengan komunitas lokal dan masyarakat luas. Atau dengan
kata lain, Corporate Social Responsibility merupakan cara dunia mengatur
proses usaha untuk memproduksi dampak positif pada masyarakat.
23
Menurut The Organization for Economic Cooperation and Development
(OECD) dalam Aditya (2008), definisi CSR diartikan sebagai,
kontribusi bisnis bagi pengembangan berkelanjutan dan bahwa perilaku
perusahaan seharusnya tidak hanya memastikan keuntungan bagi para
pemegang saham, gaji karyawan, produk dan pelayanan kepada konsumen,
tetapi mereka juga harus merespon kepedulian dan nilai-nilai terhadap
masalah-masalah lingkungan dan masyarakat.
Salah satu pendapat yang sangat ekstrim adalah pendapat dari seorang ahli
ekonomi terkenal, Milton Friedman yang dikutip oleh Suwaldiman (2009:84)
seperti berikut ini,
In such an economic, there is one and only social responsibility of
business to use its resousces and engage in activities designed to increase
its profits as long as its stays within the rules of game, which is to say,
engages in open and free comnpetition, without deception or froud.
Sedangkan menurut Indonesia Center of Sustainable Development (ICSD)
(2003,27), definisi CSR adalah,
CSR merupakan proses penting dalam pengaturan biaya yang dikeluarkan
dan keuntungan kegiatan bisnis dari stakeholder, baik secara internal
(pekerja, shareholders, dan penanam modal) maupun eksternal
(kelembagaan pengaturan umum, anggota-anggota masyarakat, kelompok
masyarakat sipil, dan perusahaan lain).
Dari definisi di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa CSR merupakan
suatu bentuk kontribusi dunia usaha bagi pembangunan berkelanjutan
(sustainable development), yang berarti suatu bentuk kotribusi suatu entitas
bisnis yang dapat memberikan manfaat tidak hanya untuk perusahaan itu sendiri,
tetapi terutama juga memberikan manfaat bagi masyarakat dan lingkungan di
sekitar tempat perusahaan tersebut beroperasi.
24
Dauman dan Hargreaves (1992) dalam Hasibuan (2001) menyatakan
bahwa tanggung jawab perusahaan dapat dibagi menjadi tiga level sebagai
berikut:
1. Basic responsibility (BR)
Pada level pertama, menghubungkan tanggung jawab yang pertama dari
suatu perusahan, yang muncul karena keberadaan perusahaan tersebut seperti;
perusahaan harus membayar pajak, memenuhi hukum, memenuhi standar
pekerjaan, dan memuaskan pemegang saham. Bila tanggung jawab pada
level ini tidak dipenuhi akan menimbulkan dampak yang sangat serius.
2. Organization responsibility (OR)
Pada level kedua ini menunjukan tanggung jawab perusahaan untuk
memenuhi perubahan kebutuhan ”Stakeholder” seperti pekerja, pemegang
saham, dan masyarakat di sekitarnya.
3. Sociental responses (SR)
Pada level ketiga, menunjukan tahapan ketika interaksi antara bisnis dan
kekuatan lain dalam masyarakat yang demikian kuat sehingga perusahaan
dapat tumbuh dan berkembang secara berkesinambungan, terlibat dengan apa
yang terjadi dalam lingkungannya secara keseluruhan.
Informasi yang diungkapkan dalam laporan keuangan perusahaan sangat
berguna bagi pihak internal dan eksternal perusahaan. Oleh karena itu,
kesesuaian penyampaian informasi dan kandungan informasi yang terdapat
dalam laporan yang dibuat oleh perusahaan sangat berpengaruh terhadap
kemajuan perusahaan. Serta dengan adanya pelaporan pengungkapan sosial
25
perusahaan menambah nilai tambah dari masyarakat, stakeholder, dan investor.
Serta keberlangsungan perusahaan terhadap produknya juga akan terjamin
setelah adanya kepercayaan yang baik dari masyarakat.
2.1.2. Tujuan Tanggung Jawab Sosial
Pada dasarnya tujuan dari tanggung jawab sosial adalah untuk
meningkatkan citra perusahaan dan mempertahankan, biasanya secara implicit,
asumsi bahwa perilaku perusahaan secara fundamental adalah baik,
membebaskan akuntabilitas organisasi atas dasar asumsi adanya kontrak sosial
diantara organisasi dan masyarakat. Keberadaaan kontrak sosial ini menuntut
dibebaskannya akuntabilitas sosial dan sebagai perpanjangan dari pelaporan
keuangan tradisional dan tujuannya adalah untuk memberikan informasi kepada
investor (Belkaoui dalam Lusiana, 2010).
2.2. Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR Disclosure)
2.2.1. Pengertian Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
Hendriksen dalam Nurlela dan Islahudin (2006) mendefinisikan
pengungkapan sebagai penyajian sejumlah informasi yang dibutuhkan untuk
pengoperasian optimal pasar modal yang efisien. Pengungkapan ada yang
bersifat wajib (mandatory) yaitu pengungkapan standar tertentu, dan ada yang
bersifat sukerala (voluntary) yang merupakan pengungkapan informasi melebihi
persyaratan minimum dari peraturan yang berlaku.
Ghozali (2007:377-378) menyatakan bahwa pengungkapan (disclosure)
apabila dikaitkan dengan data berarti memberikan data yang bermanfaat kepada
26
pihak yang memerlukan. Apabila dikaitkan dengan laporan keuangan, disclosure
mengandung arti bahwa laporan keuangan harus memberikan informasi dan
penjelasan yang cukup mengenai hasil aktivitas suatu unit usaha. Dengan
demikian, informasi tersebut harus lengkap, dan dapat menggambarkan secara
tepat mengenai kejadian-kejadian ekonomi yang berpengaruh terhadap hasil
operasi suatu unit usaha tersebut. Konsep pengungkapan yang paling umum
digunakan adalah pengungkapan yang cukup (adequate) yaitu pengungkapan
minimal yang harus dilakukan agar laporan keuangan tidak menyesatkan. Wajar
dan lengkap merupakan konsep yang lebih bersifat positif. Pengungkapan secara
wajar (fair) menunjukkan tujuan etis agar dapat memberikan perlakuan yang
sama dan bersifat umum bagi semua pemakai laporan keuangan. Pengungkapan
yang lengkap (full) mensyaratkan perlunya penyajian semua informasi yang
relevan. Bagi beberapa pihak, pengungkapan yang lengkap ini diartikan sebagai
penyajian informasi yang berlebihan, sehingga tidak bisa dikatakan layak
(Hendriksen dan Breda, 1992).
Dengan kata lain pengungkapan merupakan penyampaian informasi
kepada publik berupa laporan yang berkaitan dengan kinerja keuangan
perusahaan maupun laporan yang tidak berkaitan dengan kinerja keuangan
perusahaan. Informasi yang disampaikan juga harus mengandung tiga konsep
pengungkapan yaitu cukup (adequate), wajar (fair), dan lengkap (full), agar
tidak menyesatkan para pengguna laporan keuangan.
Tanggung jawab adalah suatu kewajiban perusahaan yang tidak hanya
menyediakan barang dan jasa, baik bagi masyarakat maupun dalam
27
mempertahankan kualitas lingkungan sosialnya secara fisik maupun memberikan
kontribusi secara positif terhadap kesejahteraan masyarakat dimana mereka
berooperasi. Perusahaan bertanggung jawab secara sosial ketika manajemennya
memiliki visi atau kinerja operasionalnya, tidak hanya mengutamakan atas laba
atau profit perusahaan saja tetapi juga dalam menjalankan aktivitasnya
memperhatikan lingkungan yang ada di sekitarnya. Perusahaan tidak hanya
memandang laba sebagai satu-satunya tujuan dari perusahaan tetapi juga ada
tujuan lainnya yaitu kepedulian perusahaan terhadap lingkungan, karena
perusahaan mempunyai tanggung jawab yang lebih luas dibanding hanya
mencari laba untuk pemegang saham (Gray et. Al., 1995 dalam Sembiring,
2005).
Sedangkan dalam pengertian luas, pertanggungjawaban sosial merupakan
konsep yang lebih “manusiawi”, di mana suatu organisasi diapandang sebagai
agen moral. Oleh karena itu, dengan atau tanpa aturan hukum, sebuah organisasi
termasuk di dalamnya organisasi bisnis wajib menjunjung tinggi moralitas.
Dengan demikian, kendati tidak ada aturan hukum atau etika masyarakat yang
mengatur, tanggung jawab sosial bisa dilaksanakan dalam berbagai situasi
dengan mempertimbangkan hasil terbaik, atau yang paling sedikit merugikan
stakeholder-nya. Tindakan tepat yang dilakukan oleh perusahaan akan
memberikan manfaat bagi masyarakat (Mirfazli dan Nurdiono, 2006).
Menurut Gray et. Al., (1995) dalam Sembiring (2005), ada dua
pendekatan yang secara signifikan berbeda dalam melakukan penelitian tentang
pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Pertama, pengungkapan
28
tanggung jawab sosial perusahaan diperlakukan sebagai suatu aktivitas dari
akuntansi konvensional. Pedekatan ini akan secara umum akan menganggap
para stakeholder sebagai pemakai utama pengungkapan tanggung jawab sosial
yang dilaporkan. Pendekatan alternatif kedua dengan meletakkan pengungkapan
tanggung jawab sosial perusahaan pada suatu pengujian peran informasi dalam
hubungan masyarakat dan organisasi. Pandangan yang lebih luas ini telah
menjadi sumber utama kemajuan dalam pemahaman tentang pengungkapan
tanggung jawab sosial perusahaan dan sekaligus merupakan sumber kritik yang
utama terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.
Pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan sangat perlu dilakukan,
karena bagaimanapun juga perusahaan memperoleh nilai tambah dari kontribusi
masyarakat di sekitar perusahaan termasuk dari penggunaan sumber-sumber
sosial (social resources). Jika aktivitas perusahaan menyebabkan kerusakan
sumber-sumber sosial maka dapat timbul adanya biaya sosial (social cost) yang
harus ditanggung oleh masyarakat, sedangkan apabila perusahaan meningkatkan
mutu social resources maka akan menimbulkan manfaat sosial (social benefit)
(Rosmasita, 2007).
Pelaporan dalam pertanggungjawaban sosial (Corporate Social
Responsibility) di Indonesia belum memiliki format atau standar yang baku
sehingga pelaporannya masih bersifat sukarela (voluntary). Hal ini ditunjukkan
dalam Peraturan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.1 tahun
2009 paragraf 9 yang secara eksplisit berbunyi sebagai berikut, perusahaan
dapat pula menyajikan laporan tambahan seperti laporan mengenai lingkungan
29
hidup dan laporan nilai tambah (value added statement), khususnya bagi industri
dimana faktor-faktor lingkungan hidup memegang peranan penting dan bagi
industri yang menganggap pegawai sebagai kelompok pengguna laporan yang
memegang peranan penting. Namun karena peraturan pada PSAK belum
memiliki standar yang baku dan peraturan tersebut hanya sebatas mengenai
lingkungan hidup dan nilai tambah perusahaan sehingga belum semua
perusahaan mau melaporkan informasi pertanggung jawaban sosialnya.
Di Indonesia, kesadaran akan perlunya menjaga lingkungan tersebut juga
diatur dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Pasal 74 tahun
2007, dimana perusahaan yang melakukan kegiatan usaha di bidang yang
berkaitan dengan sumber daya alam wajib melakukan tanggung jawab sosial dan
lingkungan (Dahlia dan Siregar), 2008). Bunyi Pasal 74 UU No.40 Tahun 2007
tentang Perseroan terbatas (PT) yang mewajibkan CSR bagi Perseroan Terbatas
(PT) adalah:
1. Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan / atau berkaitan
dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan
Lingkungan.
2. Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) merupakan kewajiban Perseroan yang dianggarkan dan diperhitungan
sebagai biaya perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan
memperhatikan kepatutan dan kewajaran.
3. Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dikenai sanksi sesuai denganketentuan peraturan perundang-udangan.
30
4. Ketentuan lebih lanjut mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan
diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Dalam menyusun dan mengungkapkan informasi mengenai aktivitas
pertangggungjawaban sosial perusahaan, Zhegal dan Ahmed dalam Anggraini
(2006) mengidentifikasi hal-hal yang berkaitan dengan pelaporan sosial
perusahaan, sebagai berikut:
1. Lingkungan
Bidang ini meliputi aktivitas pengendalian pencemaran dan pelestarian
lingkungan hidup. Meliputi, pengendalian terhadap polusi, pencegahan atau
perbaikan terhadap kerusakan lingkungan, konservasi alam, dan
pengungkapan lain yang berkaitan dengan lingkungan.
2. Energi
Bidang ini meliputi aktivitas dalam pengaturan penggunaan energi dalam
hubungannya dengan operasi perusahaan dan peningkatan efisiensi terhadap
produk perusahaan. Meliputi, konservasi energi, efisiensi energi, dan
sebagainya.
3. Praktis bisnis yang wajar
Bidang ini meliputi aktivitas bisnis operasional yang dijalankan oleh
perusahaan secara wajar. Meliputi pemberdayaan terhadap minoritas dan
perempuan, dukungan terhadap usaha minoritas, tanggung jawab sosial, dan
hal lainnya yang berkaitan dengan operasional bisnis perusahaan.
31
4. Sumber daya manusia
Bidang ini meliputi aktivitas untuk kepentingan karyawan sebagai sumber
daya manusia bagi perusahaan maupun aktivitas di dalam suatu komunitas.
Aktivitas tersebut antara lain, program pelatihan dan peningkatan
ketrampilan, perbaikan kondisi kerja, upah dan gaji, serta tunjangan yang
memadai, pemberian beberapa fasilitas, jaminan keselamatan kerja,
pelayanan kesehatan, pendidikan, seni, dan lain-lain.
5. Produk
Bidang ini meliputi aktivitas yang berkaitan dengan produk perusahaan dan
dampaknya terhadap masyarakat dan lingkungan sekitar perusahaan.
Aktivitas tersebut meliputi, keamanan produk, pengurangan polusi dan
kerusakan lingkungan karena produk, pelayanan, kepuasan pelanggan,
kejujuran dalam iklan, kejelasan / kelengkapan isi pada kemasan dan
sebagainya.
2.2.2. Tujuan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
Ahmed Riahi dan Belkaoui dalam Aditya (2008) mengemukakan tujuan
pengungkapan tanggung jawab sosial ada enam yaitu:
1. Untuk menjelaskan item-item yang diakui dan untuk menyediakan ukuran
yang relevan bagi item-item tersebut, selain ukuran dalam laporan keungan.
2. Untuk menjelaskan item-item yang belum diakui dan untuk menyediakan
ukuran yang bermanfaat bagi item-item tersebut.
32
3. Untuk menyediakan informasi untuk membantu investor dan kreditor dalam
menentukan risiko dan item-item yang potensial untuk diakui dan yang belum
diakui.
4. Untuk menyediakan informasi yang penting yang dapat digunakan oleh
pengguna laporan keuangan untuk membandingkan antar perusahaan dan
antar tahun.
5. Untuk menyediakan informasi mengenai aliran kas masuk dan kas keluar di
masa mendatang.
6. Untuk membantu investor dalam menetapkan return dan investasinya.
2.2.3. Alasan Perusahaan Mengungkapkan Informasi Pertanggungjawaban
Sosial
Beberapa alasan perusahaan mengungkapkan informasi sosial dan
lingkungan menurut Deegan dalam Ghozali (2007:404) antara lain:
1. Keinginan untuk mematuhi persyaratan yang ada dalam undang-undang.
Ini sebenarnya bukan alasan utama yang ditemukan di berbagai Negara
karena ternyata tidak banyak perusahaan yang meminta perusahaan
mengungkapkan informasi sosial dan lingkungannya.
2. Pertimbangan rasionalitas ekonomi (Economic Rasionality).
Atas dasar alasan ini, praktik pengungkapan sosial dan lingkungan
memberikan keuntungan bisnis karena perusahaan melakukan “hal yang
benar” dan alasan ini mungkin dipandang sebagai motivasi utama.
33
3. Keyakinan dalam proses akuntabilitas untuk melaporkan.
Artinya, manajer berkeyakinan bahwa orang yang memiliki hak yang tidak
dapat dihindari untuk memperoleh informasi yang memuaskan tidak peduli
dengan cost yang diperlukan untuk menyajikan informasi tersebut. Namun
demikian, kelihatannya pandangan ini bukanlan pandangan dalam
kebanyakan organisasi bisnis yang beroperasi pada lingkungan kapitalis.
4. Keinginan untuk mematuhi persyaratan pinjaman.
Lembaga pemberi pinjaman sebagai bagian dari kebijakan manajemen risiko.
Mereka cenderung mengehendaki peminjam untuk secara periodik
memberikan berbagai item informasi tentang kinerja dan kebijakan sosial dan
lingkungannya.
5. Untuk memenuhi harapan masyarakat.
Refleksi atas pandangan bahwa kepatuhan terhadap “ijin yang memberikan
masyarakat untuk beroperasi” (atau “kontrak sosial”) tergantung pada
penyediaan informasi berkaitan dengan kinerja sosial dan lingkungan.
6. Sebagai konsekuensi dari ancaman terhadap legitimasi perusahaan.
Misalnya, pelaporan mungkin dipandang sebagai respos atas pemberitaan
media yang bersifat negatif, kejadian sosial atau dampak lingkunga tertentu,
atau mungkin sebagai akibat dari rating yang jelek yang diberikan oleh
lembaga pemberi peringkat perusahaan.
7. Untuk mengatur kelompok stakeholder tertentu yang powerfull
Stakeholder pada dasarnya cepat mengendalikan atau memiliki kemampuan
untuk mempengaruhi pemakaian sumber-sumber ekonomi yang digunakan
34
perusahaan. Oleh karena itu power stakeholder oleh besar kecilnya power
yang mereka miliki atas sumber tersebut. Power tersebut dapat berupa
kemampuan untu membatasi pemakaian sumber ekonomi yang terbatas,
misalnya, modal dan tenaga kerja, akses terhadap media yang berpengaruh,
kemampuan untuk mengatur perusahaan, atau kemampuan untuk
mempengaruhi konsumsi atas barang dan jasa yang dihasilkan perusahaan.
8. Untuk menarik dana investasi.
Pihak yang bertanggung jawab dalam meranking organisasi tertentu untuk
tujan analisis portfolio menggunakan informasi dari sejumlah sumber
termasuk informasi yang dikeluarkan oleh organisasi tersebut.
9. Untuk memenuhi persyaratan industri.
Jadi dalam sebuah perusahaan terkadang ada tekanan dari pihak stakeholder
aturan tersebut dapat mempengaruhi persyaratan pelaporan.
10. Untuk memenangkan penghargaan pelaporan tertentu.
Ada berbagai penghargaan yang diberikan oleh beberapa Negara kepada
perusahaan yang melaporkan kegiatannya termasuk kegiatan yang berkaitan
dengan aspek sosial dan dampak lingkungan. Banyak organisasi berlomba-
lomba memenangkan sebuah penghargaan dengan harapan memperbaiki
image positif perusahaan. Memenangkan penghargaan memiliki implikasi
positif terhadap reputasi perusahaan di mata stakeholdernya.
Sedangkan menurut menurut Murtanto dalam Aditya (2008) alasan
perusahaan mengungkapkan kinerja sosial antara lain:
35
1. Internal Decision Making
Manajemen membutuhkan informasi untuk menentukan efektivitas
informasi sosial tertentu dalam mencapai tujuan sosial perusahaan. Walaupun
hal ini sulit diidentifikasi dan diukur, namun analisis sederhana lebih baik
dariapada tidak sama sekali.
2. Product Differetiation
Manajer perusahaan memiliki insentif untuk membedakan diri dari
pesaing yang tidak bertanggung jawab secara sosial kepada masyarakat.
Akuntansi kontemporer tidak memisahkan pencatatan biaya dan manfaat
aktivitas sosial perusahaan dalam laporan keuangan, sehingga perusahaan yang
tidak peduli sosial akan terlihat lebih sukses daripada perusahaan yang peduli.
Hal ini mendorong perusahaan yang peduli sosial untuk mengungkapkan
informasi tersebut sehingga masyarakat dapat membedakan dengan perusahaan
lain.
3. Enlightened Self Interest
Perusahaan melakukan pengungkapan untuk menjaga keselarasan
sosialnya dengan para stakeholders karena mereka dapat mempengaruhi
pendapatan penjualan dan harga saham perusahaan. Pertanggungjawaban sosial
berhubungan juga dengan Social Contract Theory. Menurut teori ini, diantara
bisnis perusahaan dan masyarakat terdapat suatu kontrak sosial baik secara
implicit maupun eksplisit. Dimana dalam kontrak sosial, akuntansi sosial
digunakan sebagai serangkaian teknik dan pengungkapan data sehingga
36
memungkinkan masyarakat untuk mengevaluasi kinerja sosial organisasi dalam
member penilaian mengenai kelayakan organisasi.
Dari alasan di atas seharusnya pada saat ini perusahaan harus telah
melaporkan informasi pertanggungjawaban sosialnya. Karena selain untuk
memenuhi syarat peraturan dalam undang-undang, laporan peranggungjawaban
sosial juga dapat menambah nilai positif perusahaan dan semakin memperoleh
kepercayaan dari konsumen. Semakin tinggi kepercayaan konsumen, maka
sustainbility perusahaan juga semakin terjamin.
Disamping itu, pertanggungjawaban sosial perusahaan diperlukan untuk
menilai apakah kegiatan perusahaan telah memenuhi ketentuan, standar, dan
peraturan yang berlaku. Misalnya mengenai polusi, kesehatan dan keselamatan,
bahaya penggunaan bahan-bahan yang beracun, dan lain-lain. Pada saat
perusahaan mulai berinteraksi dan dekat dengan lingkungan luarnya
(masyarakat), maka berkembang hubungan saling ketergantungan dan kesamaan
minat serta tujuan antara perusahaan dengan lembaga sosial yang ada. Interaksi
ini menyebabkan perusahaan tidak bisa lagi membuat keputusan atau kebijakan
yang hanya menguntungkan pihaknya saja. Tetapi perusahaan juga harus
memikirkan kebutuhan pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan
(stakeholder needs). Jika tekanan dari stakeholder berpengaruh kuat terhadap
kontinuitas dan kinerja perusahaan maka perusahaan harus bisa menyusun
kebijakan sosial dan lingkungan yang terarah.
37
2.2.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Tanggung Jawab
Sosial Perusahaan
Tanggung jawab sosial adalah kewajiban perusahaan untuk merumuskan
kebijakan, mengambil keputusan, dan melaksanakan tindakan yang memberikan
manfaat kepada masyarakat (Williams, 2005:116). Tanggung jawab sosial
perusahaan merupakan suatu bentuk kontribusi dunia usaha bagi pembangunan
berkelanjutan (sustainable development), yang berarti suatu bentuk kotribusi
suatu entitas bisnis yang dapat memberikan manfaat tidak hanya untuk
perusahaan itu sendiri, tetapi terutama juga memberikan manfaat bagi
masyarakat dan lingkungan di sekitar tempat perusahaan tersebut beroperasi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan tanggung jawab sosial
perusahaan diantaranya size, profitabilitas, financial leverage, jumlah dewan
komisaris, dan struktur kepemilikan institusional. Size perusahaan dikaitkan
dengan teori agensi, di mana perusahaan besar yang memiliki biaya keagenan
yang lebih besar akan mengungkapkan informasi yang lebih luas untuk
mengurangi biaya keagenan tersebut (Sembiring, 2005). Menurut Gray et. al
(1995) dalam Almilia dan Retrinasari (2007) disebutkan bahwa perusahaan besar
mempunyai kemampuan untuk merekrut karyawan yang ahli, serta adanya
tuntutan dari pemegang saham dan analis, sehingga perusahaan besar memiliki
insentif untuk melakukan pengungkapan tanggung jawab sosial yang lebih luas
dari perusahaan kecil. Mengungkapkan lebih banyak informasi mengenai
tanggung jawab sosial perusahaan merupakan bagian dari upaya perusahaan
untuk mewujudkan akuntabilitas publik.
38
Brigham dan Houston (2001) dalam Suryani (2007) mendefinisikan size
perusahaan sebagai rata-rata total penjualan untuk tahun yang bersangkutan
sampai beberapa tahun, ukuran perusahaan merupakan karakteristik suatu
perusahaan dalam hubungannya dengan struktur perusahaan. Perusahaan yang
lebih besar cenderung memiliki public demand akan informasi yang lebih tinggi
dibanding dengan perusahaan yang berukuran kecil. Alasan lainnya adalah
bahwa perusahaan besar mempunyai biaya produksi informasi yang lebih rendah
yang berkaitan dengan pengungkapan mereka atau biaya competitive
disadvantage yang lebih rendah pula.
Menurut Jensen dan Meckling (1976) dalam Suryani (2007) teori
keagenan yang menyatakan bahwa perusahaan besar memiliki biaya keagenan
yang lebih besar daripada perusahaan kecil. Pengungkapan informasi yang lebih
banyak akan mengurangi biaya keagenan tersebut. Hal tersebut disebabkan
karena perusahaan yang besar mungkin lebih memiliki pemikiran yang luas, skill
karyawan yang tinggi, dan sumber informasi yang banyak dibandingkan dengan
perusahaan kecil. Dengan demikian, size perusahaan mempunyai pengaruh
terhadap pengungkapan tanggungjawab sosial perusahaan.
Profitabilitas merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan karena dengan adanya
profitabilitas akan membuat manajemen menjadi bebas dan fleksibel untuk
mengungkapan pertanggungjawaban sosial kepada pemegang saham Heinze
dalam Angraini (2006). Sehingga semakin tinggi tingkat profitabilitas
perusahaan maka semakin besar pengungkapan informasi sosial. Dengan
39
kepedulian terhadap masyarakat (sosial) menghendaki manajemen untuk
membuat perusahaan menjadi profitable. Vence dalam Aditya (2008)
mempunyai pandangan berkebalikan bahwa pengungkapan sosial justru akan
memberikan kerugian kompetitif (competitive disadvantage) karena perusahaan
harus mengeluarkan tambahan biaya untuk mengungkapkan informasi sosial
tersebut.
Hubungan antara profitabilitas dengan pengungkapan tanggungjawab
sosial perusahaan paling baik diekspresikan dengan pandangan bahwa tanggapan
sosial yang diminta dari manajemen sama dengan kemampuan yang diminta
untuk membuat suatu perusahaan memperoleh laba. Manajemen yang sadar dan
memperhatikan masalah sosial juga akan memajukan kemampuan yang
diperlukan untuk menggerakkan kinerja keuangan perusahaan.
Teori keagenan memprediksi bahwa perusahaan dengan rasio leverage
yang tinggi akan mengungkapkan lebih banyak informasi, karena biaya
keagenan dengan struktur modal seperti itu akan lebih tinggi (Jensen dan
Meckling dalam Anggraini (2006). Oleh karena itu perusahaan dengan rasio
leverage yang tinggi memiliki kewajiban untuk melakukan pengungkapan yang
lebih luas daripada perusahaan dengan rasio leverage yang rendah. Pendapat lain
mengatakan bahwa semakin tinggi leverage kemungkinan besar perusahaan
akan mengalami pelanggaran terhadap kontrak utang, maka manajer akan
berusaha untuk melaporkan laba sekarang lebih tinggi dibandingkan laba di
masa depan. Dengan laba dilaporkan semakin tinggi akan mengurangi
kemungkinan perusahaan melanggar perjanjian utang. Manajer akan memilih
40
metode akuntansi yang akan memaksimalkan laba sekarang. kontrak utang
biasanya berisi tentang ketentuan bahwa perusahaan harus menjaga tingkat
leverage tertentu, interest coverage, modal kerja dan ekuitas pemegang saham
(Watt & Zimmerman dalam Anggraini (2006).
Ketergantungan perusahaan terhadap hutang dalam membiayai kegiatan
operasinya tercermin dalam tingkat financial leverage. Dengan demikian
leverage juga mencerminkan tingkat risiko keuangan perusahaan. Berdasarkan
teori agensi, tingkat leverage mempunyai pengaruh negatif terhadap
pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan (Sembiring, 2005). Semakin
tinggi tingkat leverage (rasio utang/ekuitas) semakin besar kemungkinan
perusahaan akan melanggar perjanjian kredit, sehingga perusahaan akan
berusaha untuk melaporkan laba sekarang lebih tinggi yang dapat dilakukan
dengan cara mengurangi biaya-biaya, termasuk biaya untuk mengungkapkan
informasi sosial.
Bradburry (1992), Hossain et al (1995), Ahmed dan Courtis (1999),
dalam Asaeed, (2005) menemukan adanya pengaruh positif signifikan antara
leverage dengan luasnya information voluntary disclosure. Rahman dan Hamdan
(2000) juga menemukan adanya hubungan yang positif, meskipun tidak
signifikan, dan Sabarudin (2004) menemukan hubungan negatif, yang tidak
signifikan antara leverage dan kecenderungan pengungkapan informasi dalam
laporan tahunan.
Dewan komisaris terdiri dari insider director dan outsider director yang
akan memiliki akses informasi khusus yang berharga dan sangat membantu
41
dewan komisaris serta menjadikannya sebagai alat efektif dalam keputusan
pengendalian. Sedangakan fungsi dewan komisaris sendiri adalah mengawasi
pengelolaan perusahaan yang dilaksanakan oleh manajemen (direksi) dan
bertanggung jawab untuk menentukan apakah manajemen memenuhi tanggung
jawab mereka dalam mengembangkan dan menyelenggarakan pengendalian
intern perusahaan (Mulyadi, 2002). Semakin besar jumlah anggota dewan
komisaris, maka akan semakin mudah untuk mengendalikan Chief Executive
Officer (CEO) dan monitoring yang dilakukan pun akan semakin efektif.
Dikaitkan dengan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan, maka
tekanan terhadap manajemen juga akan semakin besar untuk
mengungkapkannya.
Dewan komisaris sebagai organ perusahaan bertugas dan
bertanggungjawab secara kolektif untuk melakukan pengawasan dan
memberikan nasihat kepada direksi serta memastikan bahwa perusahaan
melaksanakan GCG sesuai dengan aturan termasuk melaporkan informasi
pertanggungjawaban sosial. Namun demikian, Dewan Komisaris tidak boleh
turut serta dalam mengambil keputusan operasional. Kedudukan masing-masing
anggota Dewan Komisaris termasuk Komisaris Utama adalah setara.
Penelitian yang berkaitan dengan dewan komisaris di Indonesia yang
dilakukan Arifin (2002) menemukan bahwa komposisi dewan komisaris yang
diukur dengan rasio outside directors terhadap jumlah dewan komisaris
mempunyai pengaruh yang signifikan (positif) terhadap pengungkapan sukarela
(Sembiring, 2005). Berkaitan dengan jumlah dewan komisaris, Coller dan
42
Grogery (1999) dalam Sembiring (2005) menyatakan bahwa semakin besar
jumlah anggota dewan komisaris, maka akan semakin mudah untuk
mengendalikan Chief Executive Officer (CEO) dan monitoring yang dilakukan
pun akan semakin efektif. Diakitkan dengan pengungkapan tanggung jawab
sosial perusahaan, maka tekanan terhadap manajemen juga kan semakin besar
untuk mengungkapkannya.
Jensen dan Meckling (1976) dalam Permanasari (2010) menyatakan
bahwa kepemilikan institusional memiliki peran yang sangat penting dalam
meminimalisasi konflik keagenan yang terjadi antara manajer dan pemegang
saham. Keberadaan investor institusional dianggap mampu menjadi mekanisme
monitoring yang efektif dalam setiap keputusan yang diambil oleh manajer. Hal
ini disebabkan investor institusional terlibat dalam pengambilan yang strategis
sehingga tidak mudah percaya terhadap tidakan manipulasi laba.
Kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham perusahaan yang
dimiliki oleh institusi atau lembaga seperti perusahaan asuransi, bank,
perusahaan investasi dan kepemilikan institusi lain. Kepemilikan institusional
memiliki arti penting dalam memonitor manajemen karena dengan adanya
kepemilikan oleh institusional akan mendorong peningkatan pengawasan yang
lebih optimal. Monitoring tersebut tentunya akan menjamin kemakmuran untuk
pemegang saham, pengaruh kepemilikan institusional sebagai agen pengawas
ditekan melalui investasi mereka yang cukup besar dalam pasar modal. Dengan
adanya tekanan tersebut tentu saja menjadikan perusahaan wajib melaporkan
43
pertanggungjawaban sosialnya. Dengan adanya pertanggungjawaban tersebut
diharapkan dapat menambah nilai bagi perusahaan tersebut.
Tingkat kepemilikan institusional yang tinggi akan menimbulkan usaha
pengawasan yang lebih besar oleh pihak investor institusional sehingga dapat
mempengaruhi perilaku opportunistic manajer. Menurut Shleifer and Vishny
dalam Barnae dan Rubin (2005) bahwa institusional shareholders, dengan
kepemilikan saham yang besar, memiliki insentif untuk memantau pengambilan
keputusan perusahaan. Begitu pula penelitian Wening (2009) semakin besar
kepemilikan oleh institusi keuangan maka semakin besar pula kekuatan suara
dan dorongan untuk mengoptimalkan nilai perusahaan.
Nicholas Eberstadt (2009) menyatakan bahwa secara umum, faktor yang
memepengaruhi pengungkapan tanggung jawab sosial adalah faktor eksternal
dan internal. Faktor ekstenal yaitu yaitu kritik organisasi masyarakat sipil
terhadap kinerja sosial dan lingkungan perusahaan, untuk memperkuat investor
dalam menanamkan modal di perusahaan, serta pasar tenaga kerja. Sejarah
hubungan antara perusahaan dan masyarakat mencatat banyak peristiwa tragis
yang disebabkan karena operasi perusahaan. Misalnya, cerobong asap pabrik
yang merusak udara di sekitar lingkungan penduduk. Serta limbah pabrik yang
dibuang ke sungai tentu saja akan mencemari air sungai. Organisasi masyarakat
sipil memprotes kinerja buruk, yang kemudian ditanggapi oleh perusahaan.
Tanggapan yang defensif serta “kamuflase hijau” justru akan
memperumit masalah, sedangkan tanggapan yang positif akan menghasilkan
perkembangan tanggung jawab sosial yang baik kepada masyarakat dan
44
lingkungan. Institusi pembiayaan yang kian kritis menanamkan investasi
memperkuat kecenderungan CSR. Dengan adanya laporan CSR yang baik,
investor juga akan menanamkan modal dalam perusahaan. Pasar tenaga kerja
yang menunjukkan adanya pergeseran pilihan dengan mempertimbangkan
reputasi perusahaan. Perusahaan dengan reputasi CSR yang baik akan lebih
mudah dalam menyerap tenaga kerja. Sebaliknya apabila reputasi CSR
perusahaan buruk tenaga kerja enggan untuk bekerja di perusahaan tersebut
karena sewaktu-waktu dapat di PHK (Pemutusan Hubungan Kerja).
Faktor internal misalnya, kepemimpinan manajemen puncak yang
melihat CSR merupakan sumber peluang memperoleh keunggulan kompetitif
(responsibility is opportunity). Cukup banyak yang berpendapat bahwa faktor
internal sebagai pendorong CSR semakin kuat berperan di masa datang. Setelah
semakin terbukanya wawasan dan kesadaran masyarakat serta pemerintah
terhadap makna CSR, maka kelangsungan hidup suatu perusahaan akan
ditentukan oleh stakeholders. Hal tersebut berguna untuk menutupi tindakan
perusahaan yang merugikan masyarakat dank an berakibat fatal. Oleh karena itu,
kini makin banyak perusahaan yang sadar akan pentingnya masalah sosial dan
lingkungan sebagai unsur biaya perusahaan. Hal ini akan lebih menguntungkan
dibandingkan akhirnya harus membayar tuntutan ganti rugi kepada masyarakat
yang mungkin jauh lebih besar setelah perusahaan mengalamai masalah sosial.
Hasil dari penelitian sebelumnya dapat diketahui bahwa faktor-faktor
yang mempengaruhi pengungkapan tanggungjawab sosial perusahaan antara
lain: size perusahaan, profitabilitas, financial leverage, jumlah dewan komisaris,
45
dan struktur kepemilikan institusional. Namun secara umum, faktor-faktor yang
mempengaruhi pengungkapan tanggungjawab sosial perusahaan dibagi menjadi
faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal terdiri dari kritik sosial organisasi
dan lingkungan perusahaan, sedangkan faktor internal adalah manajemen
puncak.
Faktor-faktor di atas memerlukan pemahaman yang mendalam terhadap
perwujudan CSR sebagai konsekuensi dari penerapan pendekatan stakeholders.
Tuntutan bisnis etis, berimplikasi pada perwujudan aktivitas industri sebagai
interaksi harmonis antara stakeholders (pihak-pihak yang berkepentingan)
dengan shareholders (para pelaku bisnis) itu sendiri. Terwujudnya interaksi
yang baik itulah yang diharapkan oleh semua lapisan masyarakat. Oleh karena
itu, semua tindakan bisnis dan aktivitas industri akan menjadi penilaian para
stakeholders. Semakin etis perilaku bisnis atau industri, maka tujuan perusahaan
akan tercapai dengan sendirinya dan bisnisnya selalu berjalan dala koridor
hukum.
Dalam penelitian ini penulis memfokuskan penelitian pada size,
profitabilitas, financial leverage, jumlah dewan komisaris, struktur kepemilikan
institusional sebagai variabel independen dikarenakan berdasarkan penelitian-
penelitian sebelumnya ditemukan bahwa variabel-variabel tersebut lebih
dominan mempengaruhi pengungkapan tanggungjawab sosial peruahaan.
46
2.3. Size Perusahaan
Size perusahaan dikaitkan dengan teori agensi, di mana perusahaan besar
yang memiliki biaya keagenan yang lebih besar akan mengungkapkan informasi
yang lebih luas untuk mengurangi biaya keagenan tersebut (Sembiring, 2005).
Menurut Gray et. al (1995) dalam Almilia dan Retrinasari (2007) disebutkan
bahwa perusahaan besar mempunyai kemampuan untuk merekrut karyawan yang
ahli, serta adanya tuntutan dari pemegang saham dan analis. Semakin besar
perusahaan, maka jumlah tenaga kerja yang direkrut semakin banyak. Perusahaan
besar merupakan entitas bisnis yang banyak disoroti baik dari pemerintah maupun
masyarakat, semakin banyak jumlah tenaga kerja dalam suatu perusahaan, maka
tuntutan dari masyarakat dan pemerintah pun semakin tinggi. Mengungkapkan
lebih banyak informasi mengenai tanggung jawab sosial perusahaan merupakan
bagian dari upaya perusahaan untuk mewujudkan akuntabilitas publik.
Size perusahaan merupakan variabel penduga yang banyak digunakan
untuk menjelaskan variasi pengungkapan sosial yang dilakukan perusahaan dalam
laporan tahunan perusahaan. Secara umum, perusahaan besar akan
mengungkapkan informasi yang lebih banyak daripada perusahaan kecil. Hal ini
karena perusahaan besar akan menghadapi resiko politis yang lebih besar daripada
perusahaan kecil. Secara teoritis, perusahaan besar tidak akan lepas dari tekanan
politis, yaitu tekanan untuk melakukan pertanggung jawabab sosial. Dengan
mengungkapkan kepedulian terhadap lingkungan melalui pelaporan keuangan,
maka perusahaan dalam jangka panjang bisa terhindar dari biaya yang sangat
besar akibat tuntutan masyarakat. Hal ini dikaitkan dengan teori agensi, di mana
47
perusahaan yang memiliki biaya keagenan yang lebih besar akan mengungkapkan
informasi yang lebih luas untuk mengurangi biaya keagenan tersebut (Sembiring,
2005). Secara umum, perusahaan besar akan mengungkapkan informasi lebih
banyak daripada perusahaan kecil. Terdapat beberapa penjelasan mengenai hal
tersebut. Teori keagenan menyatakan bahwa perusahaan besar memiliki biaya
keagenan yang lebih besar daripada perusahaan kecil (Jensen dan Meckling dalam
Almilia dan Retrinasari, 2007).
Cowen et. al (1987) dalam Sulastini (2007) menyatakan bahwa perusahaan
yang lebih besar mungkin akan memiliki pemegang saham yang memperhatikan
program sosial yang dibuat perusahaan dalam laporan tahunan, yang merupakan
media untuk menyebarkan informasi tentang tanggung jawab sosial keuangan
perusahaan. Akan tetapi, tidak semua penelitian mendukung hubungan antara size
perusahaan dengan tanggung jawab sosial perusahaan. Penelitian yang tidak
berhasil menunjukkan hubungan kedua variabel ini seperti yang disebutkan dalam
Hackston dan Milne (1996) juga tidak menemukan hubungan antara variabel ini
dan hal tersebut mungkin disebabkan oleh rendahnya jumlah sampel yang
digunakan dalam penelitian tersebut. Penelitian yang berhasil menunjukkan
hubungan kedua variabel ini antara lain Belkaoui dan Karpik (1989), Adam et. al,
(1995). Hackston dan Milne (1996), Kokubu et. al., (2001), kebanyakan penelitian
yang dilakukan mendukung hubungan antara size perusahaan dengan tanggung
jawab sosial perusahaan.
Size perusahaan bisa didasarkan pada jumlah aktiva (aktiva lancar, aktiva
tetap, tidak berwujud, dan lain-lain), jumlah tenaga kerja, volume penjulan, dan
48
kapitalisasi pasar (Cahyonowati dalam Sulastini, 2007). Pengukuran dari
penelitian ini sama dengan penelitian Sembiring (2005), size perusahaan diukur
dengan total jumlah tenaga kerja oleh perusahaan manufaktur yang terdaftar di
BEI.
Jadi, konsep yang dijadikan sebagai rujukan dan formulasi dalam variabel
size sama dengan penelitian Sembiring (2005) yaitu dengan menggunakan total
jumlah tenaga kerja. Perusahaan dengan tenaga kerja yang banyak semakin
mendapat tuntutan dari publik dan pemerintah. Semakin besar perusahaan, maka
jumlah tenaga kerja yang direkrut semakin banyak. Perusahaan besar merupakan
entitas bisnis yang banyak disoroti baik dari pemerintah maupun masyarakat
Pengukuran ini dilakukan untuk mengetahui bahwa semakin besar tenaga kerja
yang dimiliki maka akan semakin besar pula tanggung jawab sosial yang harus
diungkapkan.
2.4. Profitabilitas
Rasio profitabilitas merupakan rasio yang mengukur kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba (profit) pada tingkat penjualan, aset, dan
modal selama periode tertentu. Profitabilitas merupakan faktor yang membuat
manajemen menjadi bebas dan fleksibel untuk mengungkapkan
pertanggungjawaban sosial perusahaan kepada pemegang saham (Heinze, dalam
Rosmasita, 2007).
Parsa dan Kouhy (1994) pada penelitiannya pada perusahaan di Inggris
menemukan bahwa profitabilitas mempunyai hubungan dengan pengungkapan
49
sosial. Roberts (1992) seperti dikutip Parsa dan Kouhy (1994) menemukan bahwa
pengungkapan sosial dan lingkungan mempunyai hubungan positif dengan tingkat
profitabilitas perusahaan. Cornell dan Shapiro (1987) dalam Parsa dan Kouhy
(1994), menyatakan “companies that disclosed social information were likely to
have lower implicit cost in exchange for higher explicit cost. And this could be
one reason that they are more profitable”.
Profitabilitas merupakan faktor yang membuat manajemen menjadi bebas
dan fleksibel untuk mengungkapkan pertanggungjawaban sosial kepada pemegang
saham. Sehingga semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka semakin
besar pengungkapan informasi sosial. Hackston dan Milne (1996) menemukan
tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat profitabilitas dengan
pengungkapan informasi sosial dengan kepeduliannya terhadap masyarakat
(sosial) menghendaki manajemen untuk membuat perusahaan menjadi lebih
profitable. (Anggraini, 2006).
Penelitian tentang hubungan profitabilitas dengan pengungkapan informasi
sosial atau tanggung jawab sosial menunjukkan hasil bahwa antar keduanya tidak
ditemukan adanya hubungan (Sembiring, 2005; Anggraini, 2006; dan Sulastini,
2007). Hal ini terjadi mungkin disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya jumlah
sampel dan periode pengamatan. Penelitian ini menggunakan proksi ROE untuk
mengukur profitabilitas.
Variabel profitabilitas penelitian ini menggunakan pengukuran Return On
Equity (ROE). ROE adalah perbandingan laba bersih setelah pajak dengan total
50
ekuitas pemilik (Stoner dan Sirait dalam Pramesti, 2007). Rasio ini merupakan
rasio yang penting untuk mengetahui profitabilitas suatu perusahaan.
yTotalEquit
TaxAfterEarningEquityOnturnRe
ROE merupakan ukuran efektivitas perusahaan di dalam menghasilkan
keuntungan dengan memanfaatkan ekuitas yang dimilikinya. Dalam penelitian ini
profitabilitas menggunakan konsep yang sama dengan Stoner dan Sirait (1994)
dalam Pramesti (2007) yaitu diukur dengan menggunakan perbandingan laba
bersih setelah pajak dengan total ekuitas pemilik.
2.5. Financial Leverage
Financial Leverage merupakan penggunaan sumber dana yang memiliki
beban tetap, dengan harapan akan memberikan tambahan keuntungan yang lebih
besar daripada beban tetapnya, sehingga keuntungan pemegang saham akan
bertambah. Alasan yang kuat menggunakan beban tetap adalah untuk
meningkatkan pendapatan yang tersedia bagi pemegang saham. Leverage juga
merupakan sarana untuk mendorong peningkatan sarana untuk mendorong
peningkatan keuntungan atau pengembalian hasil / nilai tanpa menambah
investasi.
Perusahaan dengan rasio leverage yang lebih tinggi berusaha
menyampaikan informasi yang lebih banyak sebagai instrumen untuk mengurangi
monitoring cost bagi investor. Mereka memberikan informasi yang lebih detail
dalam laporan tahunan untuk memenuhi kebutuhan tersebut dibandingkan dengan
perusahaan yang leverage nya lebih rendah.
51
Peningkatan investasi relatif lebih mudah pada saat perusahaan
mempunyai likuiditas. Sedangkan utang obligasi dapat menurunkan investasi
dalam pengeluaran untuk corporate social responsibility. Bank dan pemberi utang
(kreditur) mempunyai investasi di perusahaan, mereka menginginkan return hasil
dari investasi tersebut. Gilson (1990) dalam Aditya (2008) menyatakan bahwa
Bank di USA berperan penting dalam organisasi perusahaan yang dapat
mengganti manajer dan direktur. Perusahaan memperoleh tambahan modal dari
kreditur, dan para kreditur tidak mempunyai hak memilih, maka kreditur
mempunyai kekuasaan untuk mempengaruhi manajemen perusahaan dalam
pengambilan keputusan dan menginformasikan kepada investor.
Perusahaan yang memiliki proporsi utang yang lebih tinggi dalam struktur
modal akan mempunyai biaya keagenan yang lebih tinggi. Semakin tinggi
leverage perusahaan, semakin tinggi kemungkinan transfer kemakmuran dari
kreditur kepada pemegang saham dan manajer. Oleh karena itu, perusahaan yang
mempunyai leverage tinggi mempunyai kewajiban lebih untuk memenuhi
kebutuhan informasi kreditur jangka panjang (Wallace et al dalam hardhina,
2007). Dengan semakin tinggi leverage, yang akan menambah beban tetap
perusahaan, maka untuk program corporate social responsibility menjadi terbatas
atau semakin tinggi leverage, maka semakin rendah program corporate social
responsibility.
Bradburry (1992), Hossain et al (1995), Ahmed dan Courtis (1999, dalam
Asaeed, 2005). Naser et al (2002) menemukan adanya pengaruh positif signifikan
antara leverage dengan luasnya information voluntary disclosure. Rahman dan
52
Hamdan (2000) juga menemukan adanya hubungan yang positif, meskipun tidak
signifikan, dan Sabarudin (2004) menemukan hubungan negatif, yang tidak
signifikan antara leverage dan kecenderungan pengungkapan informasi dalam
laporan tahunan.
Dalam penelitian ini mengacu pada konsep Rahman dan Hamdan (2000)
yaitu formulasi financial leverage dihitung menggunakan DER (Debt to Equity
Ratio) melalui perbandingan antara total hutang dengan ekuitas perusahaan.
Faktor ini mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh
kewajibannya yang ditunjukkan oleh bagian modal sendiri yang digunakan untuk
membayar hutang. DER yaitu rasio yang mencerminkan besarnya modal sendiri
dijadikan jaminan hutang. Total hutang dan modal sendiri dalam penelitian ini
menggunakan data per 31 Desember 2008-2009 yang diukur dengan formulasi
sebagai berikut:
EquityTotal
TotalDebtDER
2.6. Jumlah Dewan Komisaris
Dewan komisaris adalah mekanisme pengendalian intern tertinggi yang
bertanggung jawab untuk memonitor tindakan manajemen puncak. Komposisi
individu yang bekerja sebagai anggota dewan komisaris merupakan hal penting
dalam memonitor aktivitas manajmen secara efektif (Fama dan Jesen, dalam
Sulastini, 2007). Dewan komisaris yang berasal dari luar perusahaan akan
dipandang lebih baik, karena pihak dari luar perusahaan akan menetapkan
kebijakan yang berkaitan dengan perusahaan dengan lebih objektif dibanding
53
perusahaan yang memiliki susunan dewan komisaris yang hanya berasal dari
dalam perusahaan (Sulastini, 2007). Manajemen memiliki dorongan untuk
mengungkapkan informasi yang menguntungkan dan “menyembunyikan”
informasi yang tidak menguntungkan. Untuk mengatasi kecurangan tersebut, para
pemegang saham mendelegasikan wewenang mereka dalam memonitor aktivitas
perusahaan kepada dewan komisaris.
Dewan komisaris terdiri dari inside director dan outside director yang
akan memiliki akses informasi khusus yang berharga dan sangat membantu dewan
komisaris serta menjadikannya sebagai alat efektif dalam keputusan pengendalian.
Sedangkan fungsi dewan komisaris sendiri adalah mengawasi pengelolaan
perusahaan yang dilaksanakan oleh manajemen (direksi) dan bertanggung jawab
untuk menentukan apakan manajemen memenuhi tanggung jawab mereka dalam
mengembangkan dan menyelenggarakan pengendalian intern perusahaan
(Mulyadi, 2002). Teori agensi telah digunakan secara luas dalam penelitian
tentang dewan komisaris. Hal ini dilakukan dengan membagi tipe anggota dewan
komisaris menjadi dua, yaitu: inside director dan outside director (Kosnik dalam
Sulastini, 2007).
Jumlah Dewan Komisaris yang dimaksud disini adalah banyaknya anggota
dewan komisaris dalam suatu perusahaan. Alasan yang mendasari bahwa dewan
komisaris dapat mempengaruhi luasnya pengungkapan tanggung jawab sosial
adalah karena dewan komisaris merupakan pelaksana tertinggi dalam perusahaan.
Susunan atau jumlah dewan komisaris yang ada dalam perusahaan akan
mencerminkan objektivitas dalam menilai kebijakan yang dibuat perusahaan.
54
Karena semakin banyak dewan komisaris yang ada dalam perusahaan, maka
kecenderungan atau tindakan penyimpangan terhadap kebijakan yang telah
ditetapkan perusahaan dapat sedikit diminimalkan.
Penelitian yang berkaitan dengan dewan komisaris di Indonesia yang
dilakukan Arifin (2002) menemukan bahwa komposisi dewan komisaris yang
diukur dengan rasio outside directors terhadap jumlah dewan komisaris
mempunyai pengaruh yang signifikan (positif) terhadap pengungkapan sukarela
(Sembiring, 2005). Berkaitan dengan jumlah dewan komisaris, Coller dan
Grogery (1999) dalam Sembiring (2005) menyatakan bahwa semakin besar
jumlah anggota dewan komisaris, maka akan semakin mudah untuk
mengendalikan Chief Executive Officer (CEO) dan monitoring yang dilakukan
pun akan semakin efektif. Diakitkan dengan pengungkapan tanggung jawab sosial
perusahaan, maka tekanan terhadap manajemen juga kan semakin besar untuk
mengungkapkannya.
Konsep dan pengukuran dewan komisaris dalam penelitian ini adalah sama
dengan penelitian Sembiring (2005), yaitu dilihat dari banyaknya jumlah anggota
dewan komisaris yang dimiliki oleh perusahaan. Semakin banyak jumlah dewan
komisaris yang ada dalam perusahaan, maka kecenderungan atau tindakan
penyimpangan terhadap kebijakan yang telah ditetapkan perusahaan dapat sedikit
diminimalkan.
55
2.7. Struktur Kepemilikan Institusional
Struktur kepemilikan atas perusahaan merupakan faktor yang sangat
menentukan dalam pengambilan kebijakan perusahaan. Kepemilikan yang besar
atas perusahaan lebih berpengaruh terhadap pengambilan kebijakan perusahaan.
Salah satu kepemilikan atas perusahaan adalah kepemilikan jumlah saham yang
dimiliki oleh institusi dari seluruh jumlah modal saham perusahaan yang dikelola.
Sedangkan menurut Wahidahwati (2001) kepemilikan institusional adalah
kepemilikan saham oleh pihak-pihak yang berbentuk institusi seperti bank,
perusahaan asuransi, perusahaan investasi, dana pensiun, dan institusi lainnya.
Struktur kepemilikan pada umumnya dapat bertindak sebagai pihak yang
memonitor perusahaan. Perusahaan dengan kepemilikan institusional yang besar
(lebih dari 5%) mengindikasikan kemampuannya untuk memonitor manajemen,
semakin besar kepemilikan institusional maka semakin efisien pemanfaatan aktiva
perusahaan dan diharapkan juga dapat bertindak sebagai pencegahan terhadap
pemborosan yang dilakukan oleh manajemen. Hal ini berarti kepemilikan
institusional dapat menjadi pendorong perusahaan untuk melakukan
pengungkapan tanggung jawab sosial (Faizal, dalam Novita dan Chaerul, 2007).
Struktur kepemilikan oleh beberapa peneliti dipercaya mampu
mempengaruhi jalannya perusahaan yang pada akhirnya berpengaruh pada kenerja
perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan, yaitu maksimalisasi nilai
perusahaan. Hal ini disebabkan oleh karena adanya kontrol yang mereka miliki
(Wahyudi dan Pawestri, 2006). Selain itu, perusahaan juga dapat memproleh
legitimasi dengan memperlihatkan tanggung jawab sosial melalui pengungkapan
56
CSR dalam media, termasuk dalam laporan tahunan perusahaan (Novita dan
Chaerul, 2007).
Beberapa penelitian mengenai struktur kepemilikan pernah dilakukan oleh
Crutcley (1999) dengan membangun sebuah model yang menunjukkan empat
keputusan yang saling terkait menyangkut leverage, devidend, insider ownership,
dan institusional ownership yang ditentukan secara simultan meskipun tidak
menyeluruh. Sedangkan Fuerst dan Kang (2000) menemukan hubungan yang
positif antara insider ownership dengan nilai pasar setelah mengendalikan kinerja
perusahaan. Aditya (2008) menemukan hubungan yang positif antara kepemilikan
institusional terhdap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan, dimana
kepemilikan institusional dapat menjadi pendorong perusahaan untuk melakukan
pengungkapan tanggung jawab sosial.
Salah satu kepemilikan atas perusahaan adalah kepemilikan institusional
yang dijelaskan Boediono (2005) dalam Aditya (2008) sebagai jumlah saham
yang dimiliki institusi dari seluruh jumlah total modal saham yang dikelola oleh
perusahaan. Sedangkan menurut Wahidahwati (2001) dalam Amelia (2006)
kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham oleh pihak-pihak yang
berbentuk institusi seperti bank, perusahaan asuransi, perusahaan investasi, dana
pensiun, dan institusi lainnya. Perusahaan dengan kepemilikan institusional yang
besar (lebih dari 5%) mengindikasikan kemampuannya untuk memonitor
manajemen (Arief dalam Novita dan Chaerul, 2007).
Pengukuran terhadap kepemilikan institusional menggunakan rasio jumlah
saham yang dimiliki institusi dengan total saham beredar. Jadi, dapat disimpulkan
57
bahwa penelitian ini mengacu pada konsep penelitian Aditya (2008) dengan
memproksikan struktur kepemilikan institusional dengan perbandingan dari total
saham institusi dengan total saham perusahaan. Kepemilikan institusional adalah
kepemilikan saham oleh pihak-pihak yang berbentuk institusi seperti bank,
perusahaan asuransi, perusahaan investasi, dana pensiun, dan institusi lainnya.
StockFirmTotal
StocknalInstitusioTotalOwnershipnalInstitusio
Skala pengukuran untuk data kepemilikan institusional tersebut adalah skala rasio.
2.8. Penelitian Terdahulu
Selanjutnya adalah hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan
pengungkapan CSR adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No Judul Peneliti Variabel Independen Objek
Penelitian
Hasil
Penelitian
1 Pengungkapan
Informasi Sosial
dan Faktor-
Faktor yang
Mempengaruhi
Pengungkapan
Informasi Sosial
dalam Laporan
Keuangan
Tahunan pada
perusahaan
manufaktur
yang terdaftar di
Bursa Efek
Indonesia
(SNA IX
Padang)
Fr. Reni.
Retno
Anggraini
X1= Kepemilikan
Manajemen
X2= Financial
Leverage
X3=Size Perusahaan
X4= Tipe Industri
X5= Profitabilitas
Perusahaan
Manufaktur
yang terdaftar
di BEJ
Tahun 2000-
2004
X1=
Signifikan
Positif, X2=
Tidak
Signifikan,
Negatif
X3= Tidak
Signifikan
Negatif
X4=Signifi
kan Positif
X5= tidak
signifikan
negatif
58
No Judul Peneliti Variabel Independen Objek
Penelitian
Hasil
Penelitian
3 Pengaruh
Kinerja
keuangan
Terhadap nilai
perusahaan
dengan
pengungkapan
Corporate
Social
Reponsibility
dan Good
Corporate
Governance
Sebagai
Variabel
Pemoderasi
Ni Wayan
Yuniasih
Made Gede
W
X1= nilai perusahaan Perusahaan
Manufaktur
yang terdaftar
di BEJ tahun
2005-2006
X1=
signifikan
Positif
4
Pengaruh
Karakteristik
Perusahaan
Terhadap
Corporate
Social
Responsibility
Disclosure pada
P. Manufaktur
Nur
Maemunah
Permata
Sari
DR. Luluk
Kholisoh
X1= Size Perusahaan
X2=Ukuran Dewan
Komisaris X3=
profitabilitas X3=
kategori kantor
Akuntan Publik
Perusahaan
Manufaktur
yang terdaftar
di BEI tahun
2006-2008
X1=
signifikan
positif
X2=
Signifikan
Positif X3=
Signifikan
Positif
5 Corporate Social
Responsibility:
An Economic
and Financial
Framework
(Columbia)
Geoffrey
Heal
Financial
Performance,Capital
Market,Financial
Institution,
Pharmaceuticals
Financial
Institusion
Significance
positive
6 Discretionary-
Based
Disclosure: The
Case of Social
and
Environmental
Reporting in
Brazil
(Brazil)
Fernando
Dal-Ri,
Murcia
Flavia Cruz
De Souza
Auditing Firm,
Leverage,
Internationalization,
Stock Issuing,
Ownership
Concentration, Origin
of Control,
Profitability,
Corporate
Governance, Size,
Corporate
Sustainability
Companies
listed in the
Bolsa de
Valores de
Sao Paulo
(BOLSOVA)
Significance
Positive
59
No Judul Peneliti Variabel Independen Objek
Penelitian
Hasil
Penelitian
7 Corporate Social
Responsibility
as a Conflict
between
Shareholders
Amir
Barnea and
Amir Rubin
Insider Ownership,
Institusional
Ownership, Leverage
Companies Significance
Positive
8 Pengaruh
Struktur
Kepemilikan
Terhadap Luas
Pengungkapan
Tanggung
Jawab Sosial
(CSR
Disclosure)
Novita
Machmud,
Chaerul D.
Djakman
Kepemilikan
Institusional,
Kepemilikan Asing
Perusahaan
Manufaktur
yang terdaftar
di BEI tahun
2006
X1=signifik
an postif
X2= tidak
signifikan
negatif
Sumber: Jurnal dan Skripsi
2.9. KERANGKA BERPIKIR
Penelitian dilakukan untuk menggambarkan tentang praktik pengungkapan
tanggung jawab sosial yang dilaksanakan oleh perusahaan manufaktur di
Indonesia dan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh size perusahaan,
profitabilitas, financial leverage jumlah dewan komisaris, dan struktur
kepemilikan institusional terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial
perusahaan (CSR Disclosure).
CSR merupakan suatu bentuk kontribusi dunia usaha bagi pembangunan
berkelanjutan (sustainable development), yang berarti suatu bentuk kotribusi suatu
entitas bisnis yang dapat memberikan manfaat tidak hanya untuk perusahaan itu
sendiri, tetapi terutama juga memberikan manfaat bagi masyarakat dan
lingkungan di sekitar tempat perusahaan tersebut beroperasi. Pengungkapan
tanggung jawab sosial perusahaan sangat perlu dilakukan, karena bagaimanapun
60
juga perusahaan memperoleh nilai tambah dari kontribusi masyarakat di sekitar
perusahaan termasuk dari penggunaan sumber-sumber sosial (social resources).
Jika aktivitas perusahaan menyebabkan kerusakan sumber-sumber sosial maka
dapat timbul adanya biaya sosial (social cost) yang harus ditanggung oleh
masyarakat, sedangkan apabila perusahaan meningkatkan mutu social resources
maka akan menimbulkan manfaat sosial (social benefit) (Rosmasita, 2007).
Size perusahaan merupakan variabel penduga yang banyak digunakan untuk
menjelaskan variasi pengungkapan sosial yang dilakukan perusahaan dalam
laporan tahunan perusahaan. Perusahaan besar akan menghadapi risiko politis
yang lebih besar daripada perusahaan kecil. Secara teoritis, perusahaan besar tidak
akan lepas dari tekanan politis, yaitu tekanan untuk melakukan pertanggung
jawabab sosial. Dengan mengungkapkan kepedulian terhadap lingkungan melalui
pelaporan keuangan, maka perusahaan dalam jangka panjang bisa terhindar dari
biaya yang sangat besar akibat tuntutan masyarakat. Hal ini dikaitkan dengan teori
agensi, di mana perusahaan yang memiliki biaya keagenan yang lebih besar akan
mengungkapkan informasi yang lebih luas untuk mengurangi biaya keagenan
tersebut (Sembiring, 2005).
Dengan demikian dapat diartikan bahwa size perusahaan memiliki
hubungan yang positif terhadap pengungkapan tanggungjawab sosial perusahaan.
Hal ini juga menjelaskan bahwa semakin besar suatu perusahaan maka
pengungkapan tanggung jawab sosial akan dilakukan juga akan semakin lengkap
dan luas.
61
Profitabilitas menjadi faktor yang membuat manajemen menjadi bebas dan
fleksibel untuk mengungkapkan pertanggungjawaban sosial perusahaan kepada
pemegang saham (Heinze dalam Rosmasita, 2007). Hal ini berarti semakin tinggi
tingkat profitabilitas perusahaan maka semakin besar pengungkapan informasi
sosial. Sementara itu, Sembiring (2005) menyatakan bahwa berdasarkan teori
legitimasi, salah satu argumen dalam hubungan antara profitabilitas dan tingkat
pengungkapan tanggung jawab sosial adalah bahwa ketika perusahaan memiliki
laba yang tinggi, perusahaan (manajemen) menganggap tidak perlu melaporkan
hal-hal yang dapat mengganggu informasi tentang sukses keuangan perusahaan.
Sebaliknya, pada saat tingkat profitabilitas rendah, mereka berharap para
pengguna laporan akan membaca “good news” kinerja manajemen, misalnya
dalam lingkup sosial. Maka, investor akan tetap berinvestasi di perusahaan
tersebut.
Hubungan antara kinerja keuangan suatu perusahaan, dalam hal ini
profitabilitas, dengan pengungkapan tanggung jawab sosial paling baik
diekspresikan dengan pandangan bahwa tanggapan sosial yang diminta dari
manajemen sama dengan kemampuan yang diminta untuk membuat suatu
perusahaan memperoleh laba. Manajemen yang sadar dan memperhatikan
masalah sosial juga kan memajukan kemampuan yang diperlukan untuk
menggerakkan kinerja keuangan perusahaan. Dengan demikian, dapat dikatakan
bahwa profitabilitas mempunyai hubungan yang negatif terhadap tingkat
pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.
62
Financial leverage juga berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung
jawab sosial perusahaan. Teori keagenan memprediksi bahwa perusahaan dengan
rasio leverage yang lebih tinggi akan mengungkapkan lebih banyak informasi
karena biaya keganenan dengan struktur modal yang seperti itu akan lebih tinggi
(Jensen dan Meckling dalam Anggraini, 2006). Struktur modal yang dimaksud
perbandingan antara hutang, saham preferen, dan saham biasa yang direncanakan
perusahaan untuk menambah modal. Perusahaan yang memiliki beban hutang
yang tinggi berarti menggunakan hutang yang semakin tinggi pula.
Dapat disimpulkan, jika perusahaan dengan rasio hutang yang tinggi dapat
memiliki leverage yang tinggi pula. Dengan adanya tambahan informasi seperti
pengungkapan pertanggung jawaban sosial akan menghilangkan keraguan
pemegang obligasi terhadap dipenuhinya hak-hak mereka sebagai kresditur.
Dengan kata lain, perusahaan dengan rasio leverage yang tinggi akan memiliki
kewajiban untuk melakukan pengungkapan yang lebih luas jika dibandingka
dengan leverage yang lebih rendah. Ketergantungan perusahaan terhadap hutang
dalam membiayai kegiatan operasinya tercermin dalam tingkat financial leverage.
Dengan demikian, leverage ini juga mencerminkan tingkat risiko keuangan
perusahaan. Berdasarkan teori agensi, tingkat leverage mempunyai pengaruh
negatif terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial (Sembiring, 2005).
Semakin tinggi tingkat leverage (rasio utang/ekuitas) semakin besar kemungkinan
perusahaan akan melanggar perjanjian kredit, sehingga perusahaan akan berusaha
untuk melaporkan laba sekarang lebih tinggi yang dapat dilakukan dengan cara
mengurangi biaya-biaya, termasuk biaya untuk mengungkapkan informasi sosial.
63
Dewan komisaris adalah mekanisme pengendalian intern tertinggi yang
bertanggung jawab untuk memonitor tindakan manajemen puncak. Komposisi
individu yang bekerja sebagai anggota dewan komisaris merupakan hal penting
dalam memonitor aktivitas manajmen secara efektif. Dewan komisaris yang
berasal dari luar perusahaan akan dipandang lebih baik, karena pihak dari luar
perusahaan akan menetapkan kebijakan yang berkaitan dengan perusahaan dengan
lebih objektif dibanding perusahaan yang memiliki susunan dewan komisaris
yang hanya berasal dari dalam perusahaan (Sulastini, 2007).
Besar kecilnya dewan komisaris dapat diukur dengan menggunakan jumlah
anggota dewan komisaris dari perusahaan yang terdiri dari komisaris utama dan
komisaris independen. Untuk lebih memantapkan efektivitas komisaris yang
independen, jumlah komisaris independen dalam satu perusahaan paling sedikit
30% dari seluruh komisaris atau paling sedikit 1 (satu) orang. Coller dan Gregory
dalam Sembiring (2005) menyatakan bahwa semakin besar jumlah anggota dewan
komisaris, maka akan semakin mudah untuk mengendalikan Chief Executive
Officer (CEO) dan monitoring yang lebih efektif. Penelitian yang berkaitan
dengan dewan komisaris di Indonesia yang dilakukan Arifin (2002) menemukan
bahwa komposisi dewan komisaris yang mempunyai pengaruh yang signifikan
(positif) terhadap pengungkapan sukarela (Sembiring, 2005).
Institusi merupakan sebuah lembaga yang memiliki kepentingan besar
terhadap investasi yang dilakukan termasuk investasi saham. Sehingga biasanya
institusi menyerahkan tanggung jawab pada divisi tertentu untuk menyerahkan
tanggungjawab pada divisi tertentu untuk mengelola investasi perusahaan
64
tersebut. Karena institusi memantau secara profesional perkembangan
investasinya. maka tingkat pengendalian terhadap tidakan manajemen tinggi dan
tingkat kecurangan dapat ditekan. Investor institusi dapat dibedakan menjadi dua
yaitu investor pasif dan investor aktif. Investor pasif tidak terlalu ingin terlibat
dalam pengambilan keputusan manajerial. Sedangkan investor aktif ingin terlibat
dalam pengambilan keputusan manajerial. Keberadaan institusi inilah yang
mampu menjadi alat monitoring efektif bagi perusahaan (Pozen dalam Etty
Murwaningsari 2009). Dengan adanya kontrol yang ketat, menyebabkan manajer
manggunakan utang pada tingkat rendah untuk mengantisipasi kemungkinan
terjadinya financial distress dan risiko kebangkrutan.
Tingkat kepemilikan institusional yang tinggi akan menimbulkan usaha
pengawasan yang lebih besar oleh pihak investor institusional sehingga dapat
menghalangi perilaku opportunistic manajer. Menurut Shleifer and Vishny dalam
Burnae dan Rubin, 2005) bahwa institusional shareholders, dengan kepemilikan
saham yang besar, memiliki insentif untuk memantau pengambulan keputusan
perusahaan. Begitu pula penelitian Wening (2009) semakin besar kepemilikan
oleh institusi keuangan maka semakin besar pula kekuatan suara dan untuk
mengoptimalkan nilai perusahaan. Dengan demikian struktur kepemilikan
institusional mempunyai hubungan yang positif terhadap tingkat pengungkapan
tanggung jawab sosial perusahaan.
65
Berdasarkan latar belakang dan landasan teori di atas, maka dapat dibuat
model kerangka berpikir seperti Gambar berikut ini:
Gambar 2.1 Kerangka Pikir
2.10. HIPOTESIS
Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
H1 = Size, Profitabilitas, Financial Levarage, Jumlah Dewan Komisaris,
Struktur Kepemilikan Institusioanal perusahaan berpengaruh positif
terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR
Disclosure).
H2 = Profitabilitas perusahaan berpengaruh negatif terhadap Pengungkapan
Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR Disclosure).
H3 = Financial Levarage perusahaan berpengaruh negatif terhadap
Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR Disclosure).
Profitabilitas
Size Perusahaan
Jumlah Dewan Komisaris
Financial Leverage
Struktur Kepemilikan
Institusional
Pengungkapan
Tanggung Jawab Sosial
(CSR Disclosure)
66
H4 = Jumlah Dewan Komisaris perusahaan berpengaruh positif terhadap
Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR Disclosure).
H5 = Struktur Kepemilikan Institusioanal perusahaan berpengaruh positif
terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR
Disclosure).
H6 = Size perusahaan berpengaruh positif terhadap Pengungkapan Tanggung
Jawab Sosial Perusahaan (CSR Disclosure).
67
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Populasi dan Sampel Penelitian
3.1.1 Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia tahun 2008 dan 2009.
3.1.2 Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini dipilih dengan cara purpossive sampling
dengan tujuan untuk mendapatkan sampel representative sesuai dengan kriteria
yang ditentukan. Metode penelitian ini menggunakan puspossive samping dengan
kriteria sampel yang akan digunakan yaitu:
1. Perusahaan yang terdaftar di BEI selama periode tahun 2008 dan 2009.
2. Perusahaan yang terdaftar di BEI yang melaporkan pengungkapan tanggung
jawab sosial perusahaan dalam laporan tahunannya.
3. Memiliki data yang lengkap terkait dengan variabel-variabel bebas yang
digunakan dalam penelitian yang pada perusahaan yangterdaftar di Bursa Efek
Indonesia
4. Perusahaan yang laporan tahunannya telah diaudit oleh auditor independen
selama kurun waktu periode 2008-2009 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Penelitian ini menggunakan populasi pada seluruh perusahaan go public
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun periode 2008-2009. Sampel
diseleksi dengan menggunakan kriteria yang telah ditetapkan. Adapun penetuan
67
68
kriteria sampel perusahaan yang akan diteliti dapat dilihat dalam Tabel 4.1 berikut
ini:
Tabel 3.1 Prosedur Sampel Penelitian
No Keterangan Jumlah
1 Perusahaan Go Public yang terdaftar pada BEI tahun 2008-2009 342
2 Tidak secara berturut-turut menjadi kelompok perusahaan go
public pada tahun 2008-2009
(160)
3 Perusahaan Go Public yang tidak berturut-turut mengungkapkan
CSR pada laporan tahunan 2008-2009
(118)
4 Perusahaan Go Public yang terdaftar di BEI yang tidak
mengungkapkan variabel size, profitabilitas, financial leverage,
jumlah dewan komisaris, dan struktur kepemilikan institusional
pada laporan tahunannya pada tahun 2008-2009
(16)
Jumlah data observasi akhir 48
Sumber: Laporan Tahunan Perusahaan Go Public Tahun 2008-2009 (Lampiran 2)
Berdasarkan kriteria, dari 342 perusahaan go public yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia pada tahun 2008 dan 2009 terdapat 48 perusahaan yang
termasuk dalam kriteria sampel penelitian sehingga didapat jumlah sampel
perusahaan sebanyak 48 x 2 periode = 96 sampel. Nama sampel perusahaan yang
akan diteliti dalam penelitian ini akan disajikan dalam tabel 3.2 berikut ini:
69
Tabel 3.2 Sampel Perusahaan
No Perusahaan No Perusahaan
1 PT Bentoel Internasional Investama Tbk 25 PT Bank Swadesi Tbk
2 PT Fastfood Indonesia Tbk 26 PT Modern Internasional Tbk
3 PT AKR Corporindo Tbk 27 PT Bank Mega Tbk
4 PT Surya Citra Media Tbk 28 PT Buana Finance Tbk
5 PT Jasa Marga (Persero) Tbk 29 PT Multi Indocitra Tbk
6 PT Bakrie & Brother Tbk 30 PT Bank Bumiputera Indonesia Tbk
7 PT Global Land Development Tbk 31 Bank Bukopin
8 PT Berlian laju Tanker Tbk 32 PT Nusantara Infrastruktur Tbk
9 PT Perusahaan Gas Negara Tbk 33 PT Jababeka Tbk
10 PT Mobile-8 Tbk 34 Bank Internasional Indonesia
11 PT Tunas Ridean Tbk 35 PT Adhi Karya (Persero) Tbk
12 PT Global Mediacom Tbk 36 PT Bhakti Investama Tbk (Perseroan)
13 PT Tira Austenite Tbk 37 PT Jakarta Setiabudi Internasional Tbk
14 PT Elnusa Tbk 38 PT Panin Sekuritas Tbk
15 PT Excelcomindo pratama Tbk 39 PT Bank Danamon Indonesia Tbk
16 PT Tigaraksa Tbk 40 PT Sentul City Tbk (Perseroan)
17 PT Panorama Sentrawisata Tbk 41 PT Pakuwon Jati Tbk
18 PT Zebra Nusantara Tbk 42 PT Ace Hardware Indonesia Tbk
19 PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk 43 PT Alfa Retailindo Tbk
20 PT Indosiar Karya Media Tbk 44 PT Equity Development Investment Tbk
21 Panin Bank 45 PT Clipan Finance Indonesia Tbk
22 PT Bank Mandiri (Persero) Tbk 46 PT Yulie Sekurindo Tbk
23 PT Bank Central Asia Tbk 47 PT Asuransi Dayin Mitra Tbk
24 PT Asuransi Multi Guna Artha Tbk 48 PT Mitra Investindo Tbk
Sumber : ICMD 2011
3.2 Variabel Penelitian
Ada dua variabel dalam penelitian ini adalah :
3.2.1 Variabel Terikat/ Dependent Variable (Y)
Variabel dependen penelitian ini adalah Pengungkapan CSR (Corporate
Social Responsibility Disclosure). Pengungkapan CSR merupakan data yang
diungkap oleh perusahaan berkaitan dengan aktivitas sosialnya yang meliputi
tema lingkungan, energi, kesehatan dan keselamatan kerja, lain-lain tentang
tenaga kerja, produk, keterlibatan masyarakat, dan umum. Content analysis adalah
70
suatu metode pengkondifikasian teks dari ciri-ciri yang sama untuk ditulis dalam
berbagai kelompok (kategori) tergantung pada kriteria yang ditentukan (Weber
dalam Sulastini, 2007). Check list dilakukan dengan melihat pengungkapan
tanggung jawab sosial perusahaan yang mencakup tujuh kategori yaitu:
lingkungan, energi, kesehatan dan keselamatan kerja, lain-lain tenga kerja,
produk, keterlibatan masyarakat, dan umum. Kategori ini diadopsi dari penelitian
yang dilakukan oleh Hackston and Milne (1996) dan Sembiring (2005). Total item
pengungkapan adalah 80 item. Item-item pengungkapan tersebut terbagi ke dalam
tujuh kategori yaitu (1) lingkungan, (2) energy, (3) kesehatan dan keselamatan
tenaga kerja, (4) lain-lain tenaga kerja, (5) produk, (6) keterlibatan masyarakat
dan, (7) umum.
3.2.2 Variabel Bebas / Independent Variable (X)
Variabel independen penelitian ini adalah size perusahaan, profitabilitas,
jumlah dewan komisaris, struktur kepemilikan institusional, dan , financial
leverage.
a. Size
Size perusahaan bisa didasarkan pada jumlah aktiva (aktiva lancar, aktiva
tetap, tidak berwujud, dan lain-lain), jumlah tenaga kerja, volume penjulan, dan
kapitalisasi pasar (Cahyonowati, 2003 dalam Sulastini, 2007). Pengukuran dari
penelitian ini sama dengan penelitian Gray et. al., (2001) dan Sembiring (2005),
size perusahaan diukur dengan total jumlah tenaga kerja oleh perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI. Pengukuran ini dilakukan untuk mengetahui
71
bahwa semakin besar tenaga kerja yang dimiliki maka akan semakin besar pula
tanggung jawab sosial yang harus diungkapkan.
b. Profitabilitas
Profitabilitas diartikan sebagai kemampuan perusahaan untuk menghasilkan
laba atau profit dalam upaya meningkatkan nilai pemegang saham. Terdapat
beberapa pengukuran untuk menentukan profitabilitas perusahaan, yaitu: Return
On Equity, Return On Assets, Earning Per Share, Net Profit, dan Operating Ratio.
Variabel profitabilitas penelitian ini menggunakan pengukuran Return On
Equity (ROE). ROE adalah perbandingan laba bersih setelah pajak dengan total
ekuitas pemilik untuk tingkat pengembalian total ekuitas (Stoner dan Sirait, 1994
dalam Pramesti, 2007). Rasio ini merupakan rasio yang penting untuk mengetahui
profitabilitas suatu perusahaan.
yTotalEquit
TaxAfterEarningEquityOnturnRe
ROE merupakan ukuran efektivitas perusahaan di dalam menghasilkan
keuntungan dengan memanfaatkan ekuitas yang dimilikinya.
c. Financial Leverage
Financial leverage merupakan rasio yang menunjukkan bagaimana
kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajibannya. Leverage dapat diukur
dengan rasio DER.
DER (Debt to Equity Ratio) diukur melalui perbandingan antara total hutang
dengan ekuitas perusahaan (Anggraini, 1997). Faktor ini mencerminkan
kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya yang ditunjukkan
oleh bagian modal sendiri yang digunakan untuk membayar hutang. DER yaitu
72
rasio yang mencerminkan besarnya modal sendiri dijadikan jaminan hutang. Total
hutang dan modal sendiri dalam penelitian ini menggunakan data per 31
Desember 2008-2009 yang diukur dengan formulasi sebagai berikut:
EquityTotal
TotalDebtDER
d. Jumlah Dewan Komisaris
Jumlah dewan komisaris yang dimaksud disini adalah banyaknya anggota
dewan komisaris dalam suatu perusahaan. Alasan yang mendasari bahwa dewan
komisaris dapat mempengaruhi luasnya pengungkapan tanggung jawab sosial
adalah karena dewan komisaris merupakan pelaksana tertinggi dalam perusahaan.
Susunan atau jumlah dewan komisaris yang ada dalam perusahaan akan
mencerminkan objektivitas dalam menilai kebijakan yang dibuat perusahaan.
Karena semakin banyak dewan komisaris yang ada dalam perusahaan, maka
kecenderungan atau tindakan penyimpangan terhadap kebijakan yang telah
ditetapkan perusahaan dapat sedikit diminimalkan. Pengukuran dewan komisaris
yang diinginkan dalam penelitian yang diinginkan dalam penelitian ini adalah
sama dengan penelitian Sembiring (2005), yaitu dilihat dari banyaknya jumlah
anggota dewan komisaris yang dimiliki oleh perusahaan.
e. Struktur Kepemilikan Institusional
Salah satu kepemilikan atas perusahaan adalah kepemilikan institusional
yang dijelaskan Boediono (2005) dalam Aditya (2008) sebagai jumlah saham
yang dimiliki institusi dari seluruh jumlah total modal saham yang dikelola oleh
perusahaan. Sedangkan menurut Wahidahwati (2001) dalam Amelia (2006)
kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham oleh pihak-pihak yang
73
berbentuk institusi seperti bank, perusahaan asuransi, perusahaan investasi, dana
pensiun, dan institusi lainnya. Perusahaan dengan kepemilikan institusional yang
besar (lebioh dari 5%) mengindikasikan kemampuannya untuk memonitor
manajemen (Arief, 2006 dalam Novita dan Chaerul, 2007). Pengukuran terhadap
kepemilikan institusional menggunakan rasio jumlah saham yang dimiliki institusi
dengan total saham beredar. Sedangkan penelitian ini, mengacu pada penelitian
Aditya (2008) dengan memproksikan struktur kepemilikan institusional dengan
perbandingan dari total saham institusi dengan total saham perusahaan. Skala
pengukuran untuk data kepemilikan institusional adalah skala rasio.
StockFirmTotal
StocknalInstitusioTotalOwnershipnalInstitusio
Berdasarkan uraian variabel size, profitabilitas, jumlah dewan komisaris,
financial leverage, dan struktur kepemilikan institusional di atas, maka dapat
disusun ringkasan variabel seperti pada tabel 3.2 di bawah ini:
Tabel 3.3 Ringkasan Variabel
No Variabel Definisi Operasional Cara
Pengukuran
Skala
Data
1 Size Size perusahaan bisa didasarkan
atau diukur dengan cara melihat
pada jumlah aktiva (aktiva lancar,
aktiva tetap, tidak berwujud, dan
lain-lain), total jumlah tenaga
kerja, volume penjulan, dan
kapitalisasi pasar (Cahyonowati,
2003 dalam Sulastini, 2007)
Total Jumlah
Tenaga Kerja
Rasio
No Variabel Definisi Operasional Cara
Pengukuran
Skala
Data
2 Profitabilitas Profitabilitas diartikan sebagai Return on Rasio
74
kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba atau profit
dalam upaya meningkatkan nilai
pemegang saham
Equity
3 Financial
Leverage
Financial leverage merupakan
rasio yang menunjukkan
bagaimana kemampuan
perusahaan dalam melunasi
kewajibannya
Debt to Equity
Ratio
Rasio
4
Jumlah
Dewan
Komisaris
Jumlah dewan komisaris yang
dimaksud disini adalah
banyaknya anggota dewan
komisaris dalam suatu
perusahaan
Banyaknya
anggota dewan
komisaris
Rasio
5 Struktur
Kepemilikan
Institusional
Kepemilikan institusional adalah
kepemilikan saham oleh pihak-
pihak yang berbentuk institusi
seperti bank, perusahaan asuransi,
perusahaan investasi, dana
pensiun, dan institusi lainnya.
Perbandingan
dari total saham
institusi dengan
total saham
perusahaan
Rasio
3.3 Jenis Dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu
berasal dari laporan tahunan perusahaan yang dilkumpulkan dan dipublikasikan
oleh pihak Bursa Efek Indonesia (BEI). Berdasarkan dimensi waktu, penelitian ini
menggunakan data runtut waktu (time series), yaitu sekumpulan data observasi
dalam rentang waktu tertentu dan dicatat secara kontinu (Gujarati, 2005).
3.4 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan adalah dengan
penelusuran data sekunder. Data yang digunakan dalam penelitian ini
dikumpulkan dengan metode dokumentasi. Dokumentasi merupakan proses
75
penelitian dokumen dengan mengumpulkan dan mempelajari dokumen-dokumen
dan data-data yang diperlukan.
Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa item tanggung jawab
sosial perusahaan, jumlah tenaga kerja, ROE, DER, jumlah dewan komisaris, dan
besarnya struktur kepemilikan institusional. Yang terdapat dalam laporan tahunan
perusahaan Go Public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan Indonesia
Capital Market Directory (ICMD) selama tahun periode 2008-2009. Untuk
mengetahui item pengungkapan CSR dilakukan observasi terhadap laporan
tahunan perusahaan yang terdaftar sesuai dengan daftar item pengungkapan
tanggung jawab sosial yang telah digunakan oleh Hackston dan Milne (1996)
dalam Sembiring (2005).
3.5 Metode Analisis Data
Langkah-langkah yang dilakukan dalam analisis data dalam penelitian ini
adalah melalui:
3.5.1. Analisis Deskriptif
Deskripsi variabel penelitian adalah bagian dari hasil penelitian yang
berguna untuk menggambarkan tingkat variabel independen (Size, Profitabilitas,
Financial Leverage, Jumlah Dewan Komisaris, Struktur Kepemilikan
Institusional) dan variabel dependen (Corporate Social Responsibility
Disclosure). Alat analisis yang digunakan adalah rata-rata (mean), maksimum,
minimum, standar deviasi, dan varian dari variabel-variabel yang diteliti.
76
Nilai rata-rata (mean), maksimum, minimum, dan standar deviasi dapat
diperoleh dengan memilih menu Analyse dari menu utama SPSS, kemudian
dilanjutkan dengan memilih Descriptive Statistic, lalu pilih Descriptive. Setelah
itu, isikan variabel yang akan dianalisis dalam hal ini ada enam yaitu CSR, size,
ROE, DER, jumlah dewan komisaris, struktur kepemilikan institusional. Untuk
menganalisis statistik deskriptif apa saja yang akan dipilih, maka klik, Option dan
isikan statistik yang kita inginkan seperti nilai rata-rata (mean). Standar Deviasi,
Varians, Minimum, Maksimum, Sum, Range, SE Mean, Kurtosis, dan Skewness,
lalu setelah itu pilih Continue dan OK.
Berdasarkan hasil analisis deskriptif yang akan dianalisis, maka dapat
ditentukan kelas interval pada variabel size perusahaan, profitabilitas, financial
leverage, jumlah dewan komisaris, dan struktur kepemilikan institusional. Tujuan
penentuan kelas kriteria interval adalah agar hasil analisis deskriptif lebih jelas
dalam menentukan penilaian pada masing-masing variabel. Berikut ini adalah
tabel kriteria kelas interval pada variabel independen dan dependen:
77
Tabel 3.4 Kriteria Variabel Independen dan Dependen
No Nama Variabel Interval
Kriteria
1 CSR
74.00 < x ≤ 86.25
61.75 < x ≤ 74
49.50 < x ≤ 61.75
37.25 < x ≤ 49.5
25.00 < x ≤ 37.25
Sangat Tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
Sangat Rendah
2 Size
33296.8 < x ≤ 41617
249676.6 < x ≤ 33296.8
16654.6 < x ≤ 24976.6
8336.2 < x ≤ 16656.4
16 < x ≤ 8336.2
Sangat Banyak
Banyak
Sedang
Sedikit
Sangat Sedikit
3 Profitabilitas
x > 7.14%
4.76% < x ≤ 7.14%
2.38 < x < 4.76%
0 < x ≤ 2.38%
x ≤ 0
Sangat Profitable
Profitable
Kurang Profitable
Tidak Profitable
Sangat Tidak Profitable
4 Financial
Leverage
959.842< x ≤ 119.4
719.684< x ≤ 959.842
479.826< x ≤ 719.684
239.968< x ≤ 479.826
0.11< x ≤ 239.968
Sangat Tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
Sangat Rendah
5
Jumlah
Dewan
Komisaris
8.6< x ≤10
7.2< x ≤8.6
5.8< x ≤7.2
4.4< x ≤5.8
3< x ≤ 4.4
Sangat Sangat
Banyak
Sedang
Sangat Sedikit
Sedikit
6
Struktur
Kepemilikan
Institusional
2.924 < x ≤ 3.63
2.218 < x ≤ 2.924
1.512 < x ≤ 2.218
0.806 < x ≤ 1.512
0.1 < x ≤ 0.806
Sangat Tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
Sangat Rendah
78
3.5.2. Uji Prasyarat
3.5.2.1. Uji Normalitas Data
Pengujian normalitas bertujuan untuk menguji apakah model statistik
variabel-variabel penelitian berdistribusi normal atau tidak normal. Model regresi
yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Uji
normalitas data dapat dilihat dengan memperlihatkan penyebaran data (titik) pada
Normal P plot of regression standardizzed Residual variable independen, dimana:
1) Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal,
maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
2) Jika data menyebar jauh dari garis diagonal atau tidak mengikuti arah garis
diagomal, maka tidak memenuhi asumsi normalitas.
Selain dengan mengunakan Normal P plot of regression standardizzed
Residual, uji normalitas juga menggunakan uji kolomogorov-smirnov. Distribusi
data dapat dilihat dengan membandingkan Z hitung dengan Z tabel dengan kriteria
sebagi berikut:
a. Jika angka signifikan > taraf signifikan (α) 0,005 maka distribusi data
dikatakan normal.
b. Jika angka signifikan < taraf signifikan (α) 0,05 maka distribusi dikatakan tidak
normal.
Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau
mendekati normal.
79
3.5.2.2. Uji Asumsi Klasik
Model regresi dengan metode kuadrat terkecil biasa (Ordinary least
square/OLS) merupakan model regresi yang menghasilkan estimator linier tidak
bias yang terbaik (Best Linier Unbias Estimator/BLUE) jika terpenuhinya asumsi-
asumsi klasik, dengan begitu dapat diketahui bahwa uji asumsi klasik
dimaksudkan untuk mengetahui apakah model regresi linier berganda yang
digunakan untuk menganalisis dalam penelitian memenuhi asumsi klasik. Oleh
sebab itu untuk menghindari penyimpangan asumsi-asumsi klasik perlu dilakukan
uji asumsi klasik. Model uji asumsi klasik tersebut adalah:
a. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk mengetahui apakah tiap-tiap variabel
independen saling berhubungan secara linear. Menurut Santoso (2001)
multikolinearitas terjadi apabila antara variabel-variabel indepnden terdapat
hubungan yang signifikan. Multikolinearitas juga dimaksud untuk menghilangkan
gejala korelasi antara variabel independen terhadap variabel independen yang
lainya. Uji multikolinearitas juga digunakan untuk mengetahui apakah anatar
variabel bebas yang terdapat dalam model memiliki hubungan yang sempurna
atau mendekati sempurna. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mendeteksi
kolonieritas, dilakukan dengan meregresikan antar variabel bebas. Jika koefisien
regresinya signifikan, maka dalam model terdapat multikolinearitas.
Menurut Ghozali, 2005 untuk mendeteksi adanya masalah multikolinearitas
adalah dengan memperhatikan:
80
1.1.1.1.1 Besaran korelasi antar variabel independen
Pedoman suatu model regresi bebas multikoloniearitas memiliki kriteria-
kriteria sebagai berikut:
1.1.1.1.1.1.1 Koefisien korelasi antara variabel-variabel independen
dengan variabel dependen harus lemah tidak lebih besar dari 90% (0,9).
1.1.1.1.1.1.2 Jika korelasi kuat antara variabel independen dengan
variabel independen lainya yaitu korelasi diatas 90 % (0,9). Maka
menunjukan multikolinearitas yang serius.
1.1.1.1.2 Nilai tolerance dan VIF yang rendah sama rendah dengan nilai VIF
yang tinggi, persamaan yang digunakan adalah:
VIF=1/ Tolerance
Nilai yang dipakai untuk menandai adanya faktor multikolinearitas adalah
nilai tolerance > 0,10 atau sama dengan nilai VIF<10.
Dalam penelitian ini untuk adanya masalah multikolinearitas digunakan
kedua pendekatan tersebut model regresi yang baik adalah tidak terdapat masalah
multikolinearitas atau adanya hubungan korelasi diantara variabel-variabel
independen.
b. Uji Heteroskedastisitas
Uji heterokedasitas digunakan untuk mengetahui apakah terjadi
penyimpangan model karena varians gangguan berbeda antar satu observasi ke
observasi lain. Heterokedasitas dapat terdeteksi dengan melihat plot antara
taksiran nilai Y dengan residual. Untuk mendeteksi adanya heterokedasitas adalah
81
dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatter plot. Yang
mendasari dalam pengambilan keputusan adalah:
a. Jika ada pola tertentu seperti titik-titik yang membentuk suatu pola teratur
(gelombang, melebar kemudian menyempit) maka terjadi masalah
heteroskedastisitas.
b. Jika tidak ada pola jelas seperti titik-titik yang menyebar diatas dan dibawah
angka nol pada sumbu Y, maka tidak terjadi masalah heterokedasitas.
Model regresi yang baik adalah model regresi yang bebas dari masalah
heterokedastisitas.
c. Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
linear ditemukan adanya korelasi antara kesalahan pepengujian pada periode t
dengan kesalahan pengujian pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi
maka dikatakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi
tidak berurutan sepanjang waktu berkaitan dengan satu sama lain (Ghozali,2006).
Konsekuensi dari adanya autokorelasi dalam suatu model regresi adalah
bahwa varian sampel tidak menggambarkan varian populasinya, lebih jauh lagi
model regresi yang dihasilkan tidak dapat digunakan untuk mentaksir variabel
dependen pada nilai varibel independen tertentu.
Alat analisis yang digunakan adalah Durbin Watson (DW). Setelah
dilakukan regresi kemudian dihitung DWnya dengan jumlah sampel tertentu
diperoleh nilai kritis dl (batas bawah) dan du (batas atas) dalam tabel distribusi
dengan berbagai nilai.
82
3.5.3. Model Regresi Berganda
Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi berganda
(multiple regresi). Secara umum model regresi ini dapat ditulis sebagai berikut:
eSKIbJDKbLEVbPRObSIZEbbCSR a 54210
Dimana:
CSR = Indeks skor pengungkapan CSR
SIZE = Ukuran perusahaan
PRO = Profitabilitas
LEV = Financial Leverage
JDK = Jumlah Dewan Komisaris
SKI = Struktur Kepemilikan Institusional
= Koefisien regresi
e = Error term (Variabel Pengganggu)
3.5.4. Uji Hipotesis
Penelitian ini menguji hipotesis-hipotesis dengan mengunakan metode
anallisis regresi berganda (multiple regretion). Metode regresi berganda
menghubungkan satu variabel dependen dengan beberapa variabel independen
dalam suatu model perdiktif tunggal.
Adapun untuk menguji signifikan tidaknya hipotesis tersebut digunakan
uji F, uji t, R2, dan r
2
83
3.5.4.1. Uji Simultan (F-test)
Menurut Ghozali (2005) uji statistik F pada dasarnya menunjukan apakah
semua variabel bebas dimaksudkan dalam model mempunyai pengaruh secara
simultan terhadap variabel dependen. Pengujian dilakukan dengan mengunakan
signifance level 0,05 (α = 5 % ). Keputusan penerimaan atau penolakan hipotesis
adalah sebagi berikut:
1. Jika nilai signifikan > 0,05 maka hipotesis ditolak (koefisien regresi tidak
signifikan).
Ini berarti bahwa secara simultan variabel independen tersebut tidak
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.
2. Jika nilai signifikan ≤ 0,05 maka hipotesis diterima (koefisien signifikan).
Ini berarti secara simultan variabel independen tersebut mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap variabel dependen.
3.5.4.2. Uji Parsial (t-test)
Menurut Ghozali (2005) uji statistik t dasarnya menunjukan sebarapa jauh
pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variabel
dependen. Pengujian dilakukan dengan mengunakan signifance level 0,05 (α = 5
%). Penerimaan atau penolakan hipotesisi dilakukan dengan kriteria sebagai
berikut:
1. Jika nilai signifikan > 0,05 maka hipotesis ditolak (koefisien regresi tidak
signifikan).
Ini berarti bahwa secara parsial variabel independen tersebut tidak mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.
84
2. Jika nilai signifikan ≤ 0,05 maka hipotesis diterima (koefisien signifikan).
Ini berarti secara parsial variabel independen tersebut mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap variabel dependen.
3.5.4.3. Koefisien Determinasi Simultan (R2).
Uji koefisien determinasi (R2) pada intinya untuk mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien
determinasi adalah nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-
variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas.
Nilai yang mendekati satu berarti variabel-varibel independen memberikan
hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel
dependen (Ghozali, 2005:83). Namun terdapat kelemahan mendasar penggunaan
koefisien determinasi yaitu bias terhadap jumlah variabel independen yang
dimasukkan ke dalam model, sehinggan untuk mengevaluasi model regresi terbaik
digunakan nilai Adjusted R2.
Data dalam penelitian ini akan diolah dengan menggunakan program
Stastitical Package for Social Sciences (SPSS) 17. Hipotesis dalam penelitian ini
dipengaruhi nilai signifikansi koefisien variabel yang bersangkutan setelah
dilakukan pengujian. Kesimpulan hipotesis dilakukan berdasarkan t-test dan F-test
untuk menguji signifikansi variabel-variabel independen terhadap variabel
dependen.
85
3.5.4.4. Koefisien Determinasi Parsial (r2).
Koefisien determinasi pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan
model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi
adalah antara nol dan satu. Nilai r2
sama dengan 1 berarti kemampuan model
menjelaskan variasi variabel dependen secara sempurna 100%. Sebaliknya jika r2
sama dengan 0 berarti variabel independen tidak menjelaskan sedikitpun variasi
dalam variabel dependen. Untuk mengetahui presentase sumbangan dari variabel
independen secara parsial terhadap variabel dependen dapat dilihat dari besarnya
koefisien determinasi parsial.
86
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
4.1.1. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan data variabel-
variabel yang telah diolah, dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, nilai
maksimum, dan nilai minimum. Variabel yang telah diolah dalam penelitian ini
yaitu size perusahaan, profitabilitas, financial leverage, jumlah dewan komisaris,
struktur kepemilikan institusional, dan pengungkapan tanggungjawab sosial
perusahaan. Berdasarkan tabulasi data, berikut ini hasil pengolahan dengan
bantuan program SPSS 16.0 for windows dan penjelasan analisis deskriptif
variabel-variabel tersebut:
Tabel 4.1 Deskriptif Variabel Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Sum Mean Std. Deviation
Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Error Statistic
CSR 96 25.00 86.25 5030.20 52.3979 1.25036 12.25099
Size 96 16 41617 394006 4104.23 816.580 8000.819
Profitabilitas 96 .01 211.90 1718.64 17.9026 2.68266 26.28456
Leverage 96 .11 1199.40 1.41E4 1.46652 23.14506 226.77434
JDK 96 2 10 443 4.61 .194 1.905
SKI 96 .01 3.63 43.95 .4578 .05337 .52290
Valid N (listwise) 96
Sumber: Laporan Tahunan Perusahaan Go Public Tahun 2008 dan 2009 diolah
Dalam Tabel 4.1 menunjukkan deskripsi data variabel-variabel yang telah
diolah yaitu mengenai pengungkapan tanggungjawab sosial (CSR), size,
86
87
profitabilitas, financial leverage, jumlah dewan komisaris, dan struktur
kepemilikan institusional. Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa nilai CSR
dengan rata-rata (mean) 52,39 dan standar deviasi sebesar 12,25 memiliki nilai
maksimum pada 86,25 yang dimiliki oleh PT Pembangunan Jaya Ancol, Tbk dan
nilai minimum pada 25 Yang dimiliki oleh PT Buana Finance,Tbk.
Sedangkan size perusahaan yang diukur dengan menggunakan besarnya
total tenaga kerja memiliki nilai mean sebesar 4104,23 dengan standar deviasi
sebesar 8000,89 yang memiliki nilai maksimum pada 41617 dimiliki oleh PT
Bank Danamon Indonesia, Tbk dan nilai minimum pada 16 yang dimiliki oleh PT
Yuli Sekurindo,Tbk. Tingkat profitabilitas perusahaan yang diukur dengan
menggunakan laba bersih dibandingkan total ekuitas memiliki nilai mean sebesar
17,9 dengan standar deviasi sebesar 26,28 yang memiliki nilai maksimum pada
211,9 dimiliki oleh PT Bakrie & Brother, Tbk dan nilai minimum pada 0,01 yang
dimiliki oleh PT Sentul City, Tbk. Jumlah dewan komisaris perusahaan memiliki
nilai mean sebesar 4,61 dengan standar deviasi sebesar 1,905 yang memiliki nilai
maksimum pada 10 dimiliki oleh PT Excelcomindo pratama Tbk dan nilai
minimum pada 2 yang dimiliki oleh PT Zebra Nusantara Tbk. Financial Leverage
yang diukur dengan menggunakan besarnya total kewajiban dibandingkan modal
sendiri memiliki nilai mean sebesar 1,46 dengan standar deviasi sebesar 226,7
yang memiliki nilai maksimum pada 11,99 dimiliki oleh PT Bank Bumiputera
Indonesia, Tbk dan nilai minimum pada 0,11 yang dimiliki oleh PT Ace Hardware
Indonesia, Tbk. Struktur kepemilikan institusional yang diukur dengan
menggunakan besarnya total saham institusi dibandingkan total saham perusahaan
88
memiliki nilai mean sebesar 0,45 dengan standar deviasi sebesar 0,52 yang
memiliki nilai maksimum pada 3,63 dimiliki oleh PT Bakrie & Brother Tbk dan
nilai minimum pada 0,01 yang dimiliki oleh PT Bank Mega, Tbk.
4.1.1.1. Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial (CSR)
Berikut ini merupakan deskripsi pengungkapan tanggung jawab sosial
pada tahun 2008 dan 2009 secara keseluruhan yaitu:
Tabel 4.2 Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean
Std. Deviation
Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Error Statistic
CSR2008 48 25.00 86.25 50.2104 1.78054 12.33594
CSR2009 48 33.75 85.00 54.5854 1.71645 11.89191
Valid N (listwise) 48
Sumber: Laporan Tahunan Perusahaan Go Public Tahun 2008 dan 2009 diolah
Hasil pengungkapan laporan pertanggungjawaban sosial pada tahun 2008
berdasarkan tabel 4.2 pengungkapan tertinggi dilakukan PT Pembangunan Jaya
Ancol, Tbk dengan indeks sebesar 86,25% dan pengungkapan terendah
dilakukan oleh PT Buana Finance, Tbk dengan indeks pengungkapan sebesar
25% Nilai mean pada variabel pengungkapan tanggung jawab sosial (CSR)
sebesar 50,2104 dan standar deviasi sebesar 12,33594 mengindikasikan bahwa
perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini mengungkapkan
tanggung jawab sosial termasuk dalam kriteria sedang.
Pada tahun 2009 pengungkapan tertinggi dilakukan PT Pembangunan
Jaya Ancol, Tbk dengan indeks sebesar 85% dan pengungkapan terendah
dilakukan oleh PT Equity Development Investment, Tbk dengan indeks
pengungkapan sebesar 33,75%. Nilai mean pada variabel pengungkapan
89
tanggung jawab sosial (CSR) sebesar 54,5854 dan standar deviasi sebesar
11,89191 mengindikasikan bahwa perusahaan yang dijadikan sampel dalam
penelitian ini mengungkapkan tanggung jawab sosial termasuk dalam kriteria
sedang. Berikut ini merupakan deskripsi item pengungkapan tanggung jawab
sosial pada tahun 2008 dan 2009 secara keseluruhan yaitu:
Tabel 4.3 Item Pengungkapan tanggung Jawab Sosial Tahun 2008
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Lingkungan 48 0 12 4.56 3.414
Energi 48 0 7 1.92 1.514
KKTK 48 1 8 4.02 1.951
LainTK 48 9 24 17.33 4.334
Produk 48 0 10 2.21 3.121
KMasyarakat 48 1 11 8.21 2.697
Umum 48 0 2 1.94 .320
Valid N (listwise) 48
Sumber: Laporan Tahunan Perusahaan Go Public Tahun 2008 dan 2009 diolah
Berdasarkan Tabel 4.3 item pengungkapan tertinggi ada pada kategori
lain-lain tenaga kerja sebanyak 24 pada PT Elnusa, Tbk. Kategori paling banyak
diungkapkan adalah kategori lain-lain tenaga kerja. Sedangkan pengungkapan
item terendah ada pada kategori lingkungan, energi, produk, umum. Perusahaan
yang tidak mengungkapkan kategori lingkungan adalah PT Berlian laju Tanker,
Tbk, perusahaan yang tidak mengungkapkan kategori energi adalah PT Jasa
Marga (Persero) Tbk, perusahaan yang tidak mengungkapkan kategori produk
adalah PT Global Land Development Tbk, PT Berlian laju Tanker Tbk, PT
Excelcomindo pratama Tbk, PT Panorama Sentrawisata Tbk, PT Indosiar Karya
Media Tbk, Panin Bank, PT Asuransi Multi Guna Artha Tbk, PT Modern
Internasional Tbk, PT Bank Mega Tbk, PT Buana Finance Tbk, PT Bank
90
Bumiputera Indonesia Tbk, PT Bank Bumiputera Indonesia Tbk, Bank Bukopin,
PT Nusantara Infrastruktur Tbk, PT Jababeka Tbk, Bank Internasional
Indonesia, PT Bhakti Investama Tbk (Perseroan), PT Jakarta Setiabudi
Internasional Tbk, PT Bank Danamon Indonesia Tbk, PT Sentul City Tbk
(Perseroan), PT Alfa Retailindo Tbk, PT Equity Development Investment Tbk,
dan PT Clipan Finance Indonesia Tbk, PT Yulie Sekurindo Tbk, sedangkan
perusahaan yang tidak mengungkapkan kategori umum adalah PT Fastfood
Indonesia Tbk.
Berikut ini merupakan deskripsi item pengungkapan tanggung jawab
sosial pada tahun 2008 dan 2009 secara keseluruhan yaitu:
Tabel 4.4 Item Pengungkapan tanggung Jawab Sosial Tahun 2009
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Lingkungan 48 1 12 5.23 3.514
Energi 48 0 7 2.10 1.601
KKTK 48 2 8 4.77 1.692
LainTK 48 12 24 18.17 3.103
Produk 48 0 10 3.23 3.283
KMasyarakat 48 2 11 8.23 2.381
Umum 48 1 2 1.96 .202
Valid N (listwise) 48
Sumber: Laporan Tahunan Perusahaan Go Public Tahun 2008 dan 2009 diolah
Berdasarkan Tabel 4.4 item pengungkapan tertinggi ada pada kategori
lain-lain tenaga kerja sebanyak 24 pada PT Elnusa, Tbk. Kategori paling banyak
diungkapkan adalah kategori lain-lain tenaga kerja. Sedangkan item terendah
ada pada kategori energy dan produk. Perusahaan yang tidak mengungkapkan
kategori energi adalah PT Indosiar Karya Media Tbk dan PT Clipan Finance
Indonesia Tbk sedangkan perusahaan yang tidak mengungkapkan kategori
91
produk adalah PT Global Land Development Tbk, PT Global Mediacom Tbk,
PT Panorama Sentrawisata Tbk, Panin Bank, PT Indosiar Karya Media Tbk, dan
PT Yulie Sekurindo Tbk.
4.1.1.2. Size perusahaan
Size perusahaan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
tanggung jawab sosial perusahaan. Size perusahaan dihitung dengan
menggunakan total tenaga kerja yang dapat dirangkum dalam tabel 4.5 berikut
ini:
Tabel 4.5 Deskriptif Total Tenaga Kerja
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
TKerja2008 48 34 41617 4031.96 8003.055
TKerja2009 48 16 41615 4176.50 8082.614
Valid N (listwise) 48
Sumber: Laporan Tahunan Perusahaan Go Public Tahun 2008 dan 2009 diolah
Hasil mengenai ukuran perusahaan yang diproksi dengan total tenaga
kerja pada tahun 2008 tertinggi berdasarkan tabel 4.5 pada PT Bank Danamon
Indonesia, Tbk dengan jumlah total tenaga kerja 41617 orang dan terendah pada
PT Yulie Sekurindo, Tbk dengan total tenaga kerja 34 orang. Besarnya nilai
mean pada variabel size perusahaan yang diproksi dengan total jumlah tenaga
kerja sebesar 4031,96 dengan standar deviasi 8003,055 mengindikasikan bahwa
perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini memiliki total tenaga
kerja sangat sedikit.
Hasil mengenai ukuran perusahaan yang diproksi dengan total tenaga
kerja pada tahun 2009 tertinggi berdasarkan Tabel 4.5 pada PT Bank Danamon
Indonesia, Tbk dengan jumlah total tenaga kerja 41615 orang dan terendah pada
92
PT Yulie Sekurindo, Tbk dengan total tenaga kerja 16 orang. Besarnya nilai
mean pada variabel size perusahaan yang diproksi dengan total jumlah tenaga
kerja sebesar 4176.50 dengan standar deviasi 8082.614 mengindikasikan bahwa
perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini memiliki total tenaga
kerja sangat sedikit.
4.1.1.3. Profitabilitas
Tingkat profitabilitas yang dimiliki perusahaan pada tahun 2008 dan
2009 dapat dilihat pada Tabel 4.8 berikut ini:
Tabel 4.6 Deskriptif Profitabilitas
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Profitabilitas2008 48 .01 211.90 18.1535 31.98867
Profitabilitas2009 48 .03 91.40 17.6474 19.31155
Valid N (listwise) 48
Sumber: Laporan Tahunan Perusahaan Go Public Tahun 2008 dan 2009 diolah
Hasil mengenai tingkat profitabilitas pada tahun 2008 tertinggi
berdasarkan Tabel 4.6 dimiliki PT Bakrie & Brother, Tbk sebesar 211,90 dan
tingkat profitabilitas terendah sebesar 0,01 dimiliki PT Sentul City, Tbk
(Perseroan) nilai mean sebesar 18,1535 dan standar deviasi sebesar 31,98867.
Artinya bahwa tingkat profitabilitas pada perusahaan dalam penelitian ini sangat
profitable.
Hasil mengenai tingkat profitabilitas pada tahun 2009 tertinggi
berdasarkan Tabel 4.6 dimiliki PT Mobile-8, Tbk sebesar 91,40 dan tingkat
profitabilitas terendah PT Global Mediacom, Tbk sebesar 0,03 nilai mean
93
sebesar 17,6474 dan standar deviasi sebesar 19,31155. Artinya bahwa tingkat
profitabilitas pada perusahaan dalam penelitian ini sangat profitable.
4.1.1.4. Financial Leverage
Rasio leverage yang diukur dari besar total kewajiban dibandingan
dengan modal sendiri. Berikut ini merupakan gambaran rasio leverage pada
tahun 2008 dan 2009:
Tabel 4.7 Deskriptif Rasio Leverage
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Leverage2008 48 .16 1145.10 1.80182 247.51066
Leverage2009 48 .11 1199.40 1.13112 200.96978
Valid N (listwise) 48
Sumber: Laporan Tahunan Perusahaan Go Public Tahun 2008 dan 2009 diolah
Berdasarkan Tabel 4.7 leverage tertinggi pada tahun 2008 dimiliki oleh
PT Bank Bumiputera Indonesia, Tbk sebesar 1145,10 dan leverage terendah
dimiliki oleh PT Sentul City, Tbk sebesar 0,16 Tahun 2008 memiliki nilai mean
1,8012 dan standar deviasi sebesar 247,51066 Hal ini berarti bahwa sampel
dalam penelitian ini memiliki tingkat leverage yang sangat rendah.
Berdasarkan tabel 4.7 leverage tertinggi pada tahun 2009 dimiliki oleh
PT Bank Bumiputera Indonesia, Tbk sebesar 1199,40 dan leverage terendah
dimiliki oleh PT Ace Hardware Indonesia, Tbk sebesar 0,11. Tahun 2008
memiliki nilai mean 1,13112 dan standar deviasi sebesar 200,96978 Hal ini
berarti bahwa sampel dalam penelitian ini memiliki tingkat leverage yang sangat
rendah.
94
4.1.1.5. Jumlah Dewan Komisaris
Jumlah Dewan Komisaris yang dimiliki perusahaan pada tahun 2008 dan
2009 dapat dilihat pada Tabel 4.8 berikut ini:
Tabel 4.8 Deskriptif Jumlah Dewan Komisaris
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
JDK2008 48 3 8 4.71 1.543
JDK2009 48 2 10 4.52 2.222
Valid N (listwise) 48
Sumber: Laporan Tahunan Perusahaan Go Public Tahun 2008 dan 2009 diolah
Berdasarkan Tabel 4.8 jumlah dewan komisaris tertinggi pada tahun
2008 dimiliki oleh PT Bhakti Investama, Tbk (Perseroan), PT Bank Danamon
Indonesia, Tbk, dan PT Alfa Retailindo, Tbk yaitu sebanyak 8 anggota dewan
komisaris dan jumlah dewan komisaris terendah dimiliki oleh PT Bentoel
Investama, Tbk, PT AKR Corporindo, Tbk, PT Jasa Marga, Tbk, PT Tira
Austine, Tbk, PT Tigaraksa, Tbk, PT Panorama Sentrawisata, Tbk, PT Zebra
Nusantara, Tbk, PT Asuransi Multi Guna Artha, Tbk, PT Modern Internasional,
Tbk, PT Bank Mega, Tbk, PT Buana Finance, Tbk, PT Multi Indocitra, Tbk, dan
PT Jababeka, Tbk yaitu sebanyak 3 anggota dewan komisaris. Tahun 2008
memiliki nilai mean sebesar 4,71 dan standar deviasi sebesar 1,543
mengindikasikan bahwa sampel dalam penelitian ini memiliki jumlah dewan
komisaris yang sedikit.
Jumlah dewan komisaris tertinggi tahun 2009 dimiliki oleh PT Equity
Development Investment, Tbk , PT Asuransi Dayin Mitra ,Tbk, dan PT Minsuco
Internasional Finance, Tbk yaitu sebanyak 10 anggota dewan komisaris dan
95
jumlah dewan komisaris terendah dimiliki oleh PT Zebra Nusantara, Tbk, PT
Bank Bumiputera Indonesia Tbk Bank Bukopin, PT Nusantara Infrastruktur,
Tbk, PT Jakarta Setiabudi Internasional Tbk, PT Panin Sekuritas, Tbk, dan PT
Ace Hardware Indonesia, Tbk yaitu sebanyak 2 anggota dewan komisaris.
Tahun 2009 memiliki nilai mean sebesar 4,52 dan standar deviasi sebesar 2,222
mengindikasikan bahwa sampel dalam penelitian ini memiliki jumlah dewan
komisaris yang sedikit.
4.1.1.6. Struktur Kepemilikan Institusional
Struktur Kepemilikan Institusional yang dimiliki perusahaan pada tahun
2008 dan 2009 yang diukur dengan menggunakan total saham institusi
dibandingkan dengan total saham perusahaan dapat dilihat pada Tabel 4.9
berikut ini:
Tabel 4.9 Deskriptif Struktur Kepemilikan Institusional
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
SKI2008 48 .01 .99 .3985 .30442
SKI2009 48 .01 3.63 .5173 .67326
Valid N (listwise) 48
Sumber: Laporan Tahunan Perusahaan Go Public Tahun 2008 dan 2009 diolah
Salah satu kepemilikan perusahaan adalah kepemilikian institusional
yang dijelaskan Boediono (2005) dalam Aditya (2009) yang diukur berdasarkan
jumlah saham intitusi dibandingkan jumlah saham perusahaan. Berdasarkan
tabel 4.9 struktur kepemilikan institusional tertinggi pada tahun 2008 dimiliki
oleh PT Bank Mega, Tbk sebesar 0,99 dan struktur kepemilikan institusional
96
terendah dimiliki oleh PT Adhi Karya (Persero), Tbk dan PT Bank Internasional
Indonesia, Tbk sebesar 0,01. Tahun 2008 memiliki nilai mean 0,3985 dan
standar deviasi sebesar 0,30442 Hal ini berarti bahwa sampel dalam penelitian
ini memiliki tingkat kepemilikan institusional sangat rendah.
Struktur kepemilikan institusional tertinggi pada tahun 2009 dimiliki oleh
PT Bakrie & Brother, Tbk sebesar 3,63 dan struktur kepemilikan institusional
terendah dimiliki oleh PT Excelcomindo Pratama, Tbk, PT Zebra Nusantara,
Tbk, PT Bank Mega Tbk, dan PT Adhi Karya (Persero) Tbk sebesar 0,01
Tahun 2009 memiliki nilai mean 0,5173 dan standar deviasi sebesar 0,67326
Hal ini berarti bahwa sampel dalam penelitian ini memiliki tingkat kepemilikan
institusional yang sangat rendah.
4.1.2. Analisa Pangujian Prasyarat
4.1.2.1. Hasil Uji Normalitas Data
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui data berdistribusi normal.
Uji normalitas dilakukan dengan alat uji SPSS 16 dengan menggunakan uji
Kolmogorov-Smirnov (K-S). Jika nilai K-S Z signifikan maka data yang ada
tidak terdistribusi secara normal. Model regresi yang baik adalah yang memiliki
distribusi normal atau yang mendekati normal.
97
Tabel 4.10 Hasil output Uji Kolmogorov-Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 96
Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation 11.49612224
Most Extreme Differences
Absolute .085
Positive .085
Negative -.057
Kolmogorov-Smirnov Z .829
Asymp. Sig. (2-tailed) .498
a. Test distribution is Normal.
Berdasarkan tabel 4.10 bahwa hasil uji normalitas dengan menggunakan
uji Kolmogorov-Smirnov menunjukkan besarnya nilai kolmogorov-smirnov
0,829 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,498 yaitu diatas 0,05. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa data berdistribusi normal dan data ini layak digunakan untuk
penelitian.
Uji normalitas juga dapat dilakukan menggunakan grafik normal plot
dengan melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi
kumulatif dari distribusi normal. Berikut ini adalah tampilan uji normalitas
residual dengan menggunakan grafik histogram dan normal probability plot.
99
Dengan melihat tampilan grafik histogram pada gambar 4.1 maupun
grafik normal plot pada gambar 4.2 dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi
normal. Pada gambar histogram, terbukti kurva membentuk lonceng. Selain itu
diperkuat dengan gambar Normal P-P Plot of Regression Standardized dengan
adanya data disepanjang dan searah pada garis diagonal
4.1.2.2. Pengujian Asumsi Klasik
1. Hasil Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinearitas digunakan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya kolerasi antar variabel bebas (independen). Dalam penelitian
ini uji multikolinearitas diukur dari nilai tolerance dan lawannya yaitu variance
inflation factor (VIF). Adapun nilai cutoff yang umum digunakan untuk
menunjukkan tingkat multikolinearitas adalah nilai tolerance ≤ 0,10 atau sama
dengan nilai VIF ≥10. Adapun hasil uji multikolinearitas adalah sebagai
berikut:
Tabel 4.11 Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 57.944 3.632 15.952 .000
Size .000 .000 .289 2.679 .009 .841 1.190
Profitabilitas .035 .048 .075 .732 .466 .929 1.076
Leverage -.003 .005 -.063 -.623 .535 .963 1.039
JDK -1.434 .650 -.223 -2.207 .030 .958 1.044
SKI -1.906 2.400 -.081 -.794 .429 .932 1.073
a. Dependent Variable: CSR
100
Dari tabel 4.11 terlihat bahwa nilai VIF variabel size (X1) sebesar 1,190
nilai tolerance sebesar 0,841, variabel profitabilitas (X2) sebesar 1,076 nilai
tolerance sebesar 0,929, variabel jumlah dewan komisaris (X3) sebesar 1,044
nilai tolerance sebesar 0,958, variabel financial leverage (X4) sebesar 1,039
nilai tolerance sebesar 0,963, variabel struktur kepemilikan institusional (X5)
sebesar 1,073 nilai tolerance sebesar 0,932. Semua variabel tersebut nilai VIF
kurang dari 10 dengan tolerance diatas 0,10. Hal ini dapat disimpulkan bahwa
model regresi terbebas dari asumsi multikolinearitas.
2. Hasil Uji Heteroskedastisitas
Asumsi kedua adalah pengujian heteroskedastisitas. Suatu model regresi
harus terbebas dari heteroskedastisitas. Dalam penelitian ini pengujian
heteroskedastisitas menggunakan Uji Glejser. Uji Glejser mengusulkan untuk
meregres nilai absolute residual terhadap variabel independen (Gujarati dalam
Ghozali: 2009 dengan persamaan regresi:
Ut =α + βXt + vt
Tabel 4.12 Hasil Uji Glejser
Coefficients
a
Model
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 11.628 2.341 4.968 .000
Size 2.887E-5 .000 .031 .271 .787 .841 1.190
Profitabilitas -.032 .031 -.112 -1.041 .301 .929 1.076
Leverage -.005 .004 -.139 -1.322 .190 .963 1.039
JDK -.336 .419 -.085 -.801 .425 .958 1.044
SKI -.709 1.546 -.049 -.459 .648 .932 1.073
a. Dependent Variable: ABSUT
101
Berdasarkan tabel 4.12, hasil tampilan output SPSS dengan jelas
menunjukkan bahwa tidak ada satu pun variabel independen yang signifikan
secara statistic mempengaruhi variabel dependen nilai Absolut Ut (AbsUt). Hal
ini terlihat dari probabilitas signifikansi size sebesar 0,787, profitabilitas 0,301,
jumlah dewan komisaris 0,425, financial leverage 0,190, dan struktur
kepemilikan institusional 0,648 diatas tingkat kepercayaan 5%. Jadi dapat
disimpulkan model regresi tidak mengandung adanya Heteroskedastisitas.
Hasil pengujian heterokedastisitas dapat dilihat pada penelitian pada
gambar 4.3 berikut ini:
Gambar 4.3 Scatterplot Dari gambar 4.3 bahwa grafik scatterplot terlihat bahwa titik-titik
menyebar acak serta tersebar baik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu
102
Y. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada
model regresi.
3. Hasil Uji Autokorelasi
Selain memenuhi asumsi normalitas, multikolinearitas, dan
heteroskedastisitas, model regresi dalam penelitian ini juga harus memenuhi
asumsi autokorelasi. Pengujian autokorelasi bertujuan untuk mengetahui
apakan ada hubungan antara anggota serangkaian data penelitian yang
diuraikan menurut waktu (time series) atau ruang (cross section). Dalam
penelitian ini pengujian autokorelasi menggunakan uji Durbin Watson (DW).
Hasil pengujian autokorelasi selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.13 Hasil Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square Std. Error of the Estimate
Durbin-
Watson
1 .346a .119 .071 11.81114 1.818
a. Predictors: (Constant), SKI, Leverage, Profitabilitas, JDK, Size
b. Dependent Variable: CSR
Pengujian dikatakan terbebas dari asumsi autokorelasi apabila nilai
du<d<4-du. Hasil pengujian autokorelasi diperoleh angka D-W (d) sebesar
1,818 nilai tersebut apabila dilihat pada tabel 4.15 DW, ternyata terletak antara
du (1,778) sampai 4-du (2,222). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
model regresi dalam penelitian ini terbebas dari asumsi autokorelasi. Setelah
itu hasil regresi layak dianalisis, karena sudah memenuhi asumsi klasik dan
tidak terdapat masalah asumsi klasik.
103
4.1.3. Analisa Pengujian Regresi Linier Berganda
Untuk mengetahui pengaruh size perusahaan, profitabilitas, financial
leverage, jumlah dewan komisaris, dan struktur kepemilikan institusional terhadap
pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan, menggunakan analisis regresi
linier berganda dengan bantuan program SPSS 16.0 for windows diperoleh hasil
sebagai berikut:
Tabel 4.14 Hasil Regresi Linear Berganda
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 57.944 3.632 15.952 .000
Size .000 .000 .289 2.679 .009
Profitabilitas .035 .048 .075 .732 .466
Leverage -.003 .005 -.063 -.623 .535
JDK -1.434 .650 -.223 -2.207 .030
SKI -1.906 2.400 -.081 -.794 .429
a. Dependent Variable: CSR
Dari Tabel 4.14, hasi analisis regresi linear berganda diatas dapat
diperoleh persamaan regresi sebagai berikut:
Ŷ = 57,944 + X1-0,035X2 +0,003X3+1,434X4+1,906X5 + e
Dari persamaan ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Konstanta α sebesar 57,944 menyatakan bahwa jika X1, X2, X3, X4, dan X5
adalah 0, maka indeks pengungkapan sosial adalah 57,944.
b. Koefisien regresi untuk ukuran perusahaan (β1) sebesar 0,000 menyatakan
bahwa setiap penambahan 1 orang karyawan perusahaan go public akan
menambah indeks pengungkapan tanggung jawab sosial sebesar 0,000, dalam
hal ini faktor lain yang mempengaruhi dianggap konstan.
104
c. Koefisien regresi untuk jumlah dewan komisaris (β4) sebesar 1,434
menyatakan bahwa setiap penambahan 1 orang anggota dewan komisaris
akan menambah indeks pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan
sebesar 1,434, dalam hal ini faktor lain yang mempengaruhi dianggap
konstan.
4.1.4. Analisa Pengujian Simultan (Uji F)
Untuk mengetahui apakan semua variabel independen berpengaruh secara
simultan terhadap variabel dependen, maka digunakan uji F dengan bantuan SPSS
for windows release 17.0. Hasilnya dapat dilihat dalam tabel berikut ini:
Tabel 4.15 Hasil Uji Simultan
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 1702.961 5 340.592 2.441 .040a
Residual 12555.279 90 139.503
Total 14258.240 95
a. Predictors: (Constant), SKI, Leverage, Profitabilitas, JDK, Size
b. Dependent Variable: CSR
Berdasarkan tabel 4.15 diperoleh hasil nilai signifikansi sebesar 0,040.
Nilai tersebut lebih kecil dari 0,05 sehingga H0 ditolak. hal ini menunjukkan
hipotesis pertama (H1) dalam penelitian ini diterima. Artinya bahwa secara
bersama-sama (simultan) variabel ukuran perusahaan, profitabilitas, jumlah dewan
komisaris, financial leverage, dan struktur kepemilikan institusional berpengaruh
signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.
105
4.1.5. Analisa Pengujian parsial (Uji t)
Pengujian hipotesis secara parsial melalui uji t bertujuan untuk mengetahui
seberapa jauh pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel
dependen. Apabila diperoleh nilai p-value pada kolom “sig” < 0,05 maka Ho
ditolak, ini berarti terdapat pengaruh signifikan. Hasil pengujian parsial dengan
bantuan for windows release 16.0 yang dapat dilihat pada tabel 4.15.
Pada tabel 4.15 dapat diketahui bahwa variabel size perusahaan memiliki
nilai koefisien sebesar 0,000 dimana nilai signifikansinya sebesar 0,009. Nilai
tersebut lebih kecil dan 0,05, sehingga H0 ditolak. hal ini menunjukkan bahwa
hipotesis kedua (H2) dalam penelitian ini diterima. Artinya bahwa secara parsial
variabel size perusahaan berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan tanggung
jawab sosial perusahaan.
Pengujian untuk variabel profitabilitas diperoleh dari hasil nilai koefisien
sebesar 0,035 dimana nilai signifikansi 0,466. Nilai tersebut lebih besar dari 0,05,
sehingga H0 diterima hal ini menunjukkan bahwa hipotesis ketiga (H3) dalam
penelitian ini ditolak. Artinya bahwa secara parsial variabel profitabilitas tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial
perusahaan.
Selanjutnya pengujian terhadap variabel jumlah dewan komisaris memiliki
nilai koefisien sebesar -1,434 dimana nilai signifikansinya sebesar 0,030. Nilai
tersebut lebih kecil dan 0,05, sehingga H0 ditolak. hal ini menunjukkan bahwa
hipotesis ketiga (H3) dalam penelitian ini diterima. Artinya bahwa secara parsial
106
variabel jumlah dewan komisaris berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan
tanggung jawab sosial perusahaan.
Pengujian untuk variabel financial leverage diperoleh dari hasil nilai
koefisien sebesar -0,003 dimana nilai signifikansi 0,535. Nilai tersebut lebih besar
dari 0,05, sehingga H0 diterima hal ini menunjukkan bahwa hipotesis keempat
(H4) dalam penelitian ini ditolak. Artinya bahwa secara parsial variabel financial
leverage tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan tanggung
jawab sosial perusahaan.
Pengujian selanjutnya untuk variabel struktur kepemilikan institusional
diperoleh dari hasil nilai koefisien sebesar -1,906 dimana nilai signifikansi 0,429.
Nilai tersebut lebih besar dari 0,05, sehingga H0 diterima hal ini menunjukkan
bahwa hipotesis keempat (H4) dalam penelitian ini ditolak. Artinya bahwa secara
parsial variabel struktur kepemilikan institusional tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.
4.1.6. Koefisien Determinasi Simultan (Adjusted R2)
Besarnya sumbangan dari variabel independen dalam menjelaskan variabel
dependen secara simultan dapat dilihat dari besarnya koefisien determinasi
simultan (Adjusted R2). Nilai Adjusted R
2 dianjurkan untuk digunakan pada saat
mengevaluasi mana model regresi yang terbaik. Tidak seperti R2 dapat naik atau
turun apabila satu variabel independen ditambahkan ke dalam model. Dan
hasilnya dapat dilihat dalam tabel berikut ini:
107
Tabel 4.16 Hasil Perhitungan Koefisien Dterminasi
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 .346a .119 .071 11.81114
a. Predictors: (Constant), SKI, Leverage, Profitabilitas, JDK, Size
b. Dependent Variable: CSR
Berdasarkan tabel 4.16 dapat diperoleh hasil nilai adjusted R2 sebesar
0,071. Hal ini menunjukkan bahwa variabel size perusahaan, profitabilitas, jumlah
dewan komisaris, financial leverage, dan struktur kepemilikan institusional
berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan sebesar
7,1% sedangkan sisanya 92,9% dipengaruhi variabel lain yang tidak diteliti dalam
penelitian ini.
4.1.7. Koefisien Determinasi Parsial (r2)
Koefisien determinasi parsial (r2) bertujuan untuk mengetahui besarnya
sumbangan dari variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial.
Hasil selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.19 kolom correlation partial.
Tabel 4.17 Hasil Perhitungan Koefisien Dterminasi Coefficients
a
Model
Correlations
Zero-order Partial Part
1 (Constant)
Size .249 .272 .265
Profitabilitas .135 .077 .072
Leverage -.006 -.066 -.062
JDK -.170 -.227 -.218
SKI .011 -.083 -.079
a. Dependent Variable: CSR
108
Berdasarkan Tabel 4.17 dapat dilihat nilai correlation partial untuk
variabel size perusahaan sebesar 0,272 maka nilai r2 adalah sebesar 0,272
2 atau
0,073984. Hal ini berarti sumbangan yang diberikan variabel size dalam
menjelaskan pengungkapan tanggung jawab sosial sebesar 7,39%.
4.2. Pembahasan
Aktivitas tanggung jawab sosial (corporate social responsibility)
merupakan kegiatan yang dapat memperbaiki dan meningkatkan citra suatu
perusahaan. Perusahaan saat ini dituntut untuk tidak hanya mengejar keuntungan
(profit) saja tetapi juga dampak keberadaan perusahaan tersebut di masyarakat dan
lingkungannya dalam menjaga kelangsungan perusahaan secara terus menerus
(going concern). Selain itu, perusahaan juga, perusahaan juga dapat mengurangi
biaya sosial di masa mendatang sehingga dapat meningkatkan laba perusahaan.
Hasil analisis dalam penelitian ini menunjukkan bahwa perusahaan yang menjadi
sampel penelitian telah melakukan pengungkapan tanggung jawab sosial,
meskipun pengungkapan masing-masing perusahaan berbeda. Belum adanya
kriteria item-item yang harus diungkapkan dan sifatnya yang masih sukarela,
menyebabkan pengungkapan tanggung jawab sosial antar perusahaan berbeda-
beda.
Hasil penelitian yang telah dianalisis secara statistik dengan regresi
berganda mengenai pengaruh size perusahaan, profitabilitas, jumlah dewan
komisaris, financial leverage, dan struktur kepemilikan institusional terhadap
109
pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan memberikan beberapa hasil
penelitian yang akan dibahas berikut ini:
4.2.1 Hubungan Antara Size Perusahaan, Profitabilitas, Financial Leverage,
Jumlah Dewan Komisaris, dan Struktur Kepemilikan Institusional
dengan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan.
Hasil analisa regresi secara simultan untuk variabel size perusahaan,
profitabilitas, jumlah dewan komisaris, financial leverage, dan struktur
kepemilikan institusional menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan dengan
pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan go public tahun 2008 dan 2009.
Terlihat pada nilai signifikansi sebesar 0,040 yang lebih kecil dari 0,05. Dengan
nilai Adjusted R2 sebesar 0,071 yang berarti variabel size perusahaan,
profitabilitas, jumlah dewan komisaris, financial leverage, dan struktur
kepemilikan institusional secara bersama-sama (simultan) mempengaruhi variabel
pengungkapan tangggung jawab sosial sebesar 7,1% dan 92,9% dipengaruhi oleh
variabel diluar kelima variabel dalam penelitian ini.
Semakin besar size perusahaan, profitabilitas, jumlah dewan komisaris,
financial leverage, dan struktur kepemilikan institusional maka perusahaan akan
semakin besar dalam mengungkapkan tanggung jawab sosialnya.
4.2.2 Hubungan Antara Size Perusahaan dengan Pengungkapan Tanggung
Jawab Sosial Perusahaan.
Hasil analisa regresi secara parsial untuk variabel size perusahaan yang
diproksikan dengan total jumlah tenaga kerja yaitu sebesar 0,009 lebih kecil dari
0,05 menunjukkan pengaruh yang signifikan antara size perusahaan dengan
110
pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan go public pada tahun 2008 dan
2009. Temuan ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Zhang (2007),
Almalia (2007), Suprayogi (2010) yang menemukan bahwa size perusahaan yang
diproksikan dengan total jumlah tenaga kerja perusahaan berpengaruh signifikan
terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial. Artinya semakin besar size
perusahaan makan semakin banyak informasi yang diungkapkan. Karena secara
umum perusahaan dengan jumlah tenaga kerja yang besar akan mendapatkan
sorotan di publik dan sumber daya manusia perusahaan itu sendiri. Untuk
meningkatkan kepercayaan publik, perusahaan akan memberikan informasi lebih
mengenai tanggung jawab sosial dalam laporan tahunannya.
Apabila dikaitkan dengan agency theory, dimana perusahaan besar dengan
konflik keagenan antara agen dan principal yang lebih tinggi akan
mengungkapkan informasi yang lebih banyak untuk mengurangi asimetri
informasi antara agen dan principal, sehingga konflik keagenan dapat dikurangi.
Perusahaan besar umumnya menjadi sorotan banyak pihak, baik dari masyarakat
secara umum maupun pemerintah. Dengan size perusahaan yang lebih besar
relatif lebih diawasi oleh lembaga-lembaga pemerintah, sehingga mereka
berupaya menyajikan pengungkapan yang lebih baik untuk dapat meminimalisasi
tekanan-tekanan pemerintah (Tjakandra,2000).
Perusahaan besar juga merupakan entitas yang mungkin memiliki pemegang
saham yang akan memperhatikan kegiatan sosial perusahaan melalui laporan
tahunan perusahaan. Mengungkapkan lebih banyak informasi merupakan bagian
dari upaya untuk mewujudkan akuntabilitas publik. Oleh karena itu, pengaruh size
111
perusahaan sesuai dengan teori agensi yaitu semakin besar ukuran perusahaan
maka perusahaan semakin banyak mengungkapkan tanggung jawab sosialnya.
Seperti yang dijelaskan dalam analisis deskriptif total tenaga kerja pada tahun
2008 pada PT Bank Danamon Indonesia, Tbk dengan jumlah total tenaga kerja
41617 orang merupakan kriteria jumlah tenaga kerja banyak dengan indeks
pengungkapan sosial sebesar 56,25% merupakan kiteria pengungkapan yang
tinggi sedangkan total tenaga kerja pada tahun 2009 adalah PT Bank Mandiri
(Persero), Tbk dengan jumlah total tenaga kerja 24498 orang merupakan kriteria
jumlah tenaga kerja banyak dengan indeks pengungkapan sosial sebesar 68,75%
merupakan kiteria pengungkapan yang tinggi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
besar kecilnya indeks pengungkapan tanggung jawab sosial pada beberapa
perusahaan ini tidak disebabkan oleh besarnya size perusahaan.
4.2.3 Hubungan Antara Profitabilitas dengan Pengungkapan Tanggung
Jawab Sosial Perusahaan
Analisis regresi secara parsial untuk variabel profitabilitas sebesar 0,466
yang diproksikan oleh Return on Equity (ROE) tidak menunjukkan pengaruh yang
signifikan ( > 0,05) terhadap variabel pengungkapan tanggung jawab sosial
perusahaan go public pada tahun 2008 dan 2009. Hasil penelitian ini sejalan
dengan penelitian Anggraini (2006) dan Sembiring (2005) yang menyatakan
bahwa profitabilitas tidak berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab
sosial perusahaan. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Zhang Guo
dan Wang (2008). Dalam penelitian Zhang Guo dan Wang (2008) menemukan
112
hubungan yang signifikan antara variabel profitabilitas yang diukur dengan ROE
(Return on Equity) dan pengungkapan tanggung jawab sosial.
ROE menggambarkan tingkat profitabilitas perusahaan, dengan demikian
tingkat profitabilitas perusahaan tidak berpengaruh terhadap besar pengungkapan
CSR. Artinya bahwa perusahaan yang mempunyai profitabilitas tinggi belum
tentu lebih banyak melakukan aktivitas sosial karena perusahaan lebih berorientasi
pada laba semata. Hal didukung dengan argumentasi bahwa ketika perusahaan
memiliki tingkat laba yang tinggi, perusahaan (manajemen) menganggap tidak
perlu melaporkan hal-hal yang dapat mengganggu informasi tentang sukses
keuangan perusahaan. Sebaliknya, pada saat tingkat profitabilitas rendah, mereka
berharap para pengguna laporan akan membaca “good news” kinerja perusahaan.
“Good news” ini dapat berupa aktivitas-aktivitas sosial lingkungan yang
dilakukan oleh perusahaan. Hasil penelitian ini tidak mendukung teori yang
menyatakan bahwa dengan adanya laba yang tinggi maka manajemen akan
melakukan pengungkapan sosial yang luas.
Alasan yang mendasar yang dapat digunakan untuk menjelaskan hal ini
adalah bahwa tinggi atau rendahnya tingkat profitabilitas tidak mempengaruhi
banyaknya suatu perusahaan menggungkapkan tanggung jawab sosialnya. Seperti
yang dijelaskan dalam analisis deskriptif mengenai presentase profitabilitas tahun
2008 pada PT Bakrie & Brother, Tbk sebesar 211,90 merupakan kriteria Sangat
Profitable dengan indeks pengungkapan sebesar 67,5% merupakan kriteria
pengungkapan tinggi sedangkan presentase profitabilitas tahun 2009 pada PT
Mobile-8, Tbk sebesar 91,40 merupakan kriteria sangat profitable dengan indeks
113
pengungkapan sebesar 52,5% merupakan kriteria pengungkapan sedang dan
tingkat profitabilitas terendah PT Buana Finance, Tbk sebesar 4,73 merupakan
kriteria kurang profitable dengan indeks pengungkapan sebesar 25% merupakan
kriteria pengungkapan sangat rendah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa besar
kecilnya indeks pengungkapan tanggung jawab sosial pada beberapa perusahaan
ini tidak disebabkan oleh besarnya tingkat profitabilitas.
4.2.4 Hubungan Antara Financial Leverage dengan Pengungkapan
Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
Hasil Analisis regresi secara parsial pada variabel financial leverage
sebesar 0,190 tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan ( > 0,05) terhadap
variabel pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan go public pada tahun
2008 dan 2009. Hasil regresi ini mendukung penelitian Almilia (2007), Sembiring
(2005), dan Anggraini (2006) yang menyatakan bahwa tidak ada pengaruh yang
signifikan antara leverage terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial
perusahaan. Artinya tingkat Leverage perusahaan tidak berpengaruh secara positif
terhadap pengungkapan pertanggungjawaban sosial suatu perusahaan. Hasil
penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Chow dan Wong
Boren (1987), yang menemukan bahwa leverage ratio tidak memiliki hubungan
yang signifikan terhadap luas pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.
Alasan yang mendasar yang dapat digunakan untuk menjelaskan hal ini
adalah bahwa tinggi atau rendahnya tingkat leverage tidak mempengaruhi
banyaknya suatu perusahaan menggungkapkan tanggung jawab sosialnya.
Perusahaan yang memiliki proporsi utang yang lebih tinggi dalam struktur modal
114
akan mempunyai biaya keagenan yang lebih tinggi. Semakin tinggi leverage
perusahaan, semakin tinggi kemungkinan transfer kemakmuran dari kreditur
kepada pemegang saham dan manajer. Oleh karena itu, perusahaan yang
mempunyai leverage tinggi mempunyai kewajiban lebih untuk memenuhi
kebutuhan informasi kreditur jangka panjang (Wallace et al dalam Rosmasita,
2007). Dengan semakin tinggi leverage, yang akan menambah beban tetap
perusahaan, maka untuk program corporate social responsibility menjadi terbatas.
Seperti yang dijelaskan dalam analisis deskriptif mengenai presentase leverage
tahun 2008 pada PT Bank Bumiputera Indonesia, Tbk sebesar 1145,10 merupakan
kriteria sangat rendah dengan indeks pengungkapan sosial sebesar 66,25%
merupakan kriteria pengungkapan sangat tinggi dan pada PT Sentul City, Tbk
sebesar leverage sebesar 0,16 merupakan kriteria sangat rendah dengan indeks
pengungkapan sosial sebesar 47,5% merupakan kriteria pengungkapan rendah
sedangkan tingkat leverage tahun 2009 pada PT Mandiri (Persero), Tbk sebesar
10,24 merupakan kriteria sangat rendah dengan indeks pengungkapan sosial
sebesar 70% merupakan kriteria pengungkapan tinggi dan pada PT Ace Hardware
Indonesia, Tbk sebesar 0,11 merupakan kriteria sangat rendah dengan indeks
pengungkapan sosial sebesar 37,5% merupakan kriteria pengungkapan sangat
rendah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa besar kecilnya indeks pengungkapan
tanggung jawab sosial pada beberapa perusahaan ini tidak disebabkan oleh
besarnya tingkat financial leverage.
115
4.2.5 Hubungan Antara Jumlah Dewan Komisaris dengan Pengungkapan
Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
Berdasarkan teori agensi, dewan komisaris dianggap sebagai mekanisme
pengendalian intern tertinggi, yang bertanggung jawab untuk memonitor tindakan
manajemen puncak. Dikaitkan dengan pengungkapan informasi oleh perusahaan,
kebanyakan penelitian menunjukkan adanya hubungan positif antara berbagai
karakteristik dewan komisaris dengan pengungkapan informasi oleh perusahaan.
Hasil analisa regresi secara parsial untuk variabel jumlah dewan komisaris
yaitu sebesar 0,030 lebih kecil dari 0,05 menunjukkan pengaruh yang signifikan
antara jumlah dewan komisaris perusahaan dengan pengungkapan tanggung jawab
sosial perusahaan go public pada tahu 2008 dan 2009. Temuan ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Almilia (2006) dan Suprayogi (2010) yang
menemukan bahwa jumlah dewan komisaris perusahaan berpengaruh signifikan
terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial. Artinya semakin besar jumlah
dewan komisaris perusahaan makan semakin banyak informasi yang diungkapkan.
Karena secara umum perusahaan dengan jumlah dewan komisaris yang besar akan
mendapatkan sorotan di publik dan sumber daya manusia perusahaan itu sendiri.
Untuk meningkatkan kepercayaan publik, perusahaan akan memberikan informasi
lebih mengenai tanggung jawab sosial dalam laporan tahunannya.
Perusahaan besar juga merupakan entitas yang mungkin memiliki
pemegang saham yang akan memperhatikan kegiatan sosial perusahaan melalui
laporan tahunan perusahaan. Mengungkapkan lebih banyak informasi merupakan
bagian dari upaya untuk mewujudkan akuntabilitas publik. Oleh karena itu,
116
pengaruh jumlah dewan komisaris perusahaan sesuai dengan teori agensi yaitu
semakin besar jumlah dewan komisaris perusahaan maka perusahaan semakin
banyak mengungkapkan tanggung jawab sosialnya. Seperti yang dijelaskan dalam
analisis dekkriptif mengenai jumlah dewan komisaris tahun 2008 pada PT Bank
Danamon Indonesia, Tbk sebanyak 8 anggota dewan komisaris merupakan
kriteria pengungkapan banyak dengan indeks pengungkapan sosial 56,25%
merupakan kriteria pengungkapan sedang dan pada PT Elnusa, Tbk memiliki 6
anggota dewan komisaris merupakan kriteria sedang dengan indeks
pengungkapan 73,75% merupakan kriterian indeks pengungkapan tinggi . Tahun
2009 pada PT Exelcomindo, Tbk jumlah dewan komisaris sebanyak 5 orang
anggota merupakan kriteria sedang dengan indeks pengungkapan sosial 58,75%
merupakan kriteria pengungkapan sedang, dan PT Fastfood Indonesia,Tbk jumlah
dewan komisaris sebanyak 6 orang anggota merupakan kriteria sedang dengan
indeks pengungkapan sosial 52,5% merupakan kriteria pengungkapan sedang.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa besar kecilnya indeks pengungkapan
tanggung jawab sosial pada beberapa perusahaan ini tidak disebabkan oleh
besarnya jumlah dewan komisaris.
4.2.6 Hubungan Antara Struktur Kepemilikan Institusional dengan
Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
Hasil analisis regresi secara parsial untuk variabel struktur kepemilikan
institusional sebesar 0,429 tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan ( > 0,05
terhadap variabel pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan go public pada
tahun 2008 dan 2009. Hasil regresi ini mendukung penelitian Almilia dan
117
Djakman (2006), dan Suprayogi (2010) yang menyatakan bahwa tidak ada
pengaruh yang signifikan antara struktur kepemilikan institusional terhadap
informasi pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.
Alasan yang mendasar yang dapat digunakan untuk menjelaskan hal ini
adalah bahwa adanya kepemilikan institusional pada perusahaan di Indonesia
secara umum belum mempedulikan masalah lingkungan dan sosial sebagai isu
kritis yang ekstensif untuk diungkapkan dalam laporan tahunan. Dengan adanya
saham institusi tidak mempengaruhi perusahaan untuk mengungkapan semakin
banyaknya informasi sosial. Seperti yang dijelaskan dalam analisis dekkriptif
mengenai presentase kepemilikan institusional tahun 2008 dalam penelitian ini
yaitu kepemilikan atas Bakrie & Brother, Tbk sebesar 0,77 merupakan kriteria
sangat rendah dengan indeks pengungkapan sosial sebesar 67,5% merupakan
kriteria indeks pengungkapan tinggi dan PT Elnusa, Tbk sebesar 0,13
merupakan kriteria sangat rendah dengan indeks pengungkapan sebesar 73,75%
merupakan kriteria indeks pengungkapan tinggi. Struktur kepemilikan
institusional tahun 2009 pada PT Global Land Development, Tbk sebesar 3,05
meruapakan kriteria sangat tinggi dengan indeks pengungkapan sosial sebesar
45% merupakan kriteria indeks pengungkapan rendah dan PT Zebra Nusantara,
Tbk, sebesar 0,01 merupakan kriteria sangat rendah dengan indeks
pengungkapan sosial 68,75% merupakan kriteria pengungkapan tinggi. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa besar kecilnya indeks pengungkapan tanggung jawab
sosial pada beberapa perusahaan ini tidak disebabkan oleh besarnya struktur
kepemilikan institusional yang dimiliki oleh perusahaan.
118
BAB V
PENUTUP
4.3. Simpulan
Berdasarkan hasil pengujian dan pembahasan sebagaimana telah disajikan.
maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Size perusahaan, profitabilitas, jumlah dewan komisaris, financial leverage,
dan struktur kepemilikan institusional berpengaruh secara signifikan positif
terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure sehingga semakin tinggi
size perusahaan, profitabilitas, financial leverage, jumlah dewan komisaris,
dan struktur kepemilikan institusional, maka semakin tinggi pengungkapan
tanggung jawab sosial perusahaan
2. Size perusahaan berpengaruh secara signifikan positif terhadap Corporate
Social Responsibility Disclosure sehingga semakin tinggi size perusahaan
maka semakin tinggi pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan .
3. Profitabilitas tidak berpengaruh secara signifikan negatif terhadap Corporate
Social Responsibility Disclosure.
4. Jumlah dewan komisaris berpengaruh secara signifikan positif terhadap
Corporate Social Responsibility Disclosure sehingga semakin tinggi
profitabilitas maka semakin tinggi pengungkapan tanggung jawab sosial
perusahaan.
5. Financial leverage tidak berpengaruh secara signifikan negatif terhadap
Corporate Social Responsibility Disclosure.
118
119
6. Struktur kepemilikan institusional tidak berpengaruh secara signifikan positif
terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure.
4.4. Saran
Berdasarkan hasil penelitian sebagaimana telah diuraikan dalam simpulan
diatas, maka selanjutnya penulis akan memebrikan saran sebagai berikut:
1. Terdapatnya unsur subyektifitas dalam menentukan indeks pengungkapan,
karena tidak adanya suatu ketentuan baku yang dapat dijadikan standar dan
acuan, sehingga penentuan indeks untuk item pengungkapan tanggung jawab
sosial perusahaan yang sama dapat berbeda antar setiap peneliti. Untuk
penelitian selanjutnya, diharapkan menggunakan indeks pengukuran yang
berbeda agar diperoleh hasil yang bervariasi.
2. Analisis regresi yang digunakan dalam penelitian ini menghasilkan nilai
Adjusted R2 sebesar 7,1% sehingga 92,9% dipengaruhi variabel bebas lainnya.
Oleh karena itu terdapat kemungkinan untuk menampilkan variabel-variabel
baru ke dalam penelitian berikutnya misalnya: kepemilikan asing, kepemilikan
manajemen, dan umur perusahaan, karena dimungkinkan variabel tersebut akan
memberikan hasil yang lebih mempengaruhi pengungkapan informasi
tanggung jawab sosial perusahaan .
3. Bagi para peneliti berikutnya sebaiknya obyek penelitian yang digunakan lebih
baik fokus pada perusahaan high profile saja, karena perusahaan tersebut
memiliki tanggung jawab yang lebih besar terhadap lingkungan dan
masyarakat di sekitarnya dibandingkan dengan perusahaan low profile.
120
4. Item pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan hendaknya senantiasa
diperbarui agar bisa sesuai dengan kondisi yang terjadi dalam masyarakat saat
ini.
5. Sebaiknya manajer perusahaan lebih serius dalam mengungkapkan informasi
pertangunggjawaban sosial dalam laporan tahunannya karena hal ini tidak saja
akan mempengaruhi kelangsungan oprasional perusahaan, tetapi juga
kelangsungan hidup lingkungan di sekitar perusahaan.
121
DAFTAR PUSTAKA
Aditya, Lukman. 2008. “Pengaruh Size, Profitabilitas, dan Kepemilikan
Institusional terhadap Informasi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan”.
Skripsi S1 Fakultas Ekonomi UNNES (Tidak Dipublikasikan)
Almilia, Spica, Luciana dan Retrinasari, Ikka. 2007. “Analisis Pengaruh
Karakteristik Perusahaan Terhadap Kelengkapan Pengungkapan dalam
Laporan Tahunan Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEJ
periode 2001-2004. Seminar Nasional Inovasi dalam Menghadapi
Perubahan Lingkungan Bisnis”. Seminar Nasional Fakultas Ekonomi
Universitas Trisakti, Jakarta (Tidak Dipublikasikan)
Ambadar, Jackie. 2008. “CSR Dalam Praktik Bisnis di Indonesia”. Jakarta: PT
Elex Media Komputindo.
Anggraini, Retno, Reni,. FR. 2005. “Pengungkapan Informasi Sosial dan
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial
dalam laporan Keuangan Tahunan (Studi Empiris pada Perusahaan-
Perusahaan yang Terdaftar Bursa Efek Jakarta)”. Simposium Nasional
Akuntansi IX, IAI
Barnae, Amir dan Amir Rubin, 2005. “Corporate Social Responsibility as a
Conflict Between Shareholders”.
Dahlia, Lely dan Siregar, Veronica, Sylvia. 2007. “Pengaruh Corporate Social
Responsibility terhadap Kinerja Perusahaan (Studi Empiris pada
Perusahaan yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2005 dan
2006)”. Simposium Nasional Akuntansi XI, IAI
Dewi, Lusiana Yosanti Ayu. 2010. “Pengaruh Karakteristik Perusahaan
Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan pada
Perusahaan LQ 45 di BEI Periode 2005-2008.” Semarang. Fakultas
Ekonomi. Universitas Negeri Semarang.
Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro
Ghozali, Imam dan Anis Chariri. 2007. Teori Akuntansi. Semarang: Badan
Penerbit Universitas Diponegoro
Harahap, Sofyan, Syafri. 2005. Teori Akuntansi, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada
Rosmasita, Hardhina, 2007. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan
Sosial (Social Disclosure) dalam Laporan Keuangan Tahunan
121
122
Perusahaan manufaktur yang Terdaftar di Bu rsa Efek Indonesia”.
Universitas Islam Indonesia
Hasibuan, M Rizal. 2001. “Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap
Pengungkapan Sosial (Social Disclosure) dalam Laporan Tahunan
Emiten di BEJ dan BES.” Tesis. Semarang. Fakultas Ekonomi
Universitas Diponegoro
Heal, Geoffrey. 2004. “Corporate Social Responsibility – An Economics and
Fiinancial Framework”. Reseach of Paul Garrest Professor of Public
Policy and Corporate Responsibility Columbia Business School
Islahuddin dan Nurlela, Rika, 2008. ”Pengaruh Corporate Social Responsibility
Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Prosentase Kepemilikan Manajemen
Sebagai Variabel Moderating”. Simposium Nasional Akuntansi XI, IAI.
Mahmud, Novita dan Chaerul, D. Djakman. 2007. “Pengaruh Struktur
Kepemilikan Terhadap Luas Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial
(CSR Disclosure) pada Laporan Tahunan Perusahaan; Studi Empiris
pada Perusahaan Publik yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun
2006”. Simposium Nasional Akuntansi XI, IAI.
Mirfazli, Edwin dan Nurdiono. 2006. “Evaluasi Pengungkapan Informasi
Pertanggungjawaban Sosial pada Laporan Tahunan Perusahaan dalam
Kelompok Aneka Industri yang Go Public di BEJ Tahun 2006”. Jurnal
Akuntansi dan Keuangan. Vol. 12 No. 1 (Tidak Dipublikasikan)
Murwaningsari, Ety. 2009. “Hubungan Corporate Governance, Corporate
Social Responsibility Financial Performance Dalam Satu Continuum”.
Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti
Nicholas, Eberstadt. 2009. CSR Mempengaruhi Keputusan Bisnis dan Pembuat
Kebijakan. Artikel Tidak Dipublikasikan.
Paul, C. J. M. 2006. “Corporate Social Responsibility and Economic
Performance”. Research at Department of Agriculturan Resource
Economics University of California.
Permanasari, Wien Ika. 2010. “Pengaruh Kepemilikan Manajemen, Kepemilikan
Institusional, dan Corporate Social Responsibility terhadap Nilai
Perusahaan”. Skripsi S1 Fakultas Ekonomi UNDIP (Tidak
Dipublikasikan)
Pramesti, Lintang. 2007. “Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap Luas
Pengungkapan Sukarela pada Perusahaan Property yang listing di BEJ”.
Skripsi UNNES (Tidak Dipublikasikan)
123
Reni, Fr, Retno Anggraini. 2006. “Pengungkapan Informasi Sosial dan Faktor-
faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial dalam
Laporan Keuangan Tahunan (Studi Empiris pada perusahaan-
perusahaan yang Terdaftar Bursa Efek Jakarta)”. Simposium Nasional
Akuntansi IX. IAI
Rosmasita, Hardhina. 2007. “Faktor-faktor yang mempengaruhi Pengungkapan
Sosial (Social Disclosure) dalam Laporan Keuangan Tahunan
Perusahaan Mnaufaktur di Bursa Efek Jakarta”. Skripsi S1 Fakultas
Ekonomi Universitas Islam Indonesia, Jakarta (Tidak Dipublikasikan)
Sekaran, Uma. 2006. Research Methods for Business : Metodologi Penelitian
Untuk Bisnis, Jakarta: Salemba Empat
Sembiring, Eddy, Rismanda. 2005. “Karakteristik Perusahaan dan
Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial : Studi Empiris pada Perusahaan
yang Tercatat di Bursa Efek Jakarta”. Simposium Nasional Akuntansi
XI, IAI
Sulastini, Sri. 2007. “Pengaruh Karakteristik perusahaan Terhadap Social
Disclosure Perusahaan Mnaufaktur Yang Telah Go Public”. Skripsi S1
Fakultas Ekonomi UNNES (Tidak Dipublikasikan)
Sule, Tisnawati, Ernie dan Saefullah, Kurniawan. 2005. Pengantar Manajemen
Edisi Pertama
Suwaldiman. 2009. Kapita Selekta Akuntansi: Current Issues Dalam Teori
Akuntansi dan Akuntansi Manajemen. Yogyakarta: Ekonisia
Tanudjaja, Bing Bedjo. 2009. “Perkembangan Corporate Social Responsibility
Di Indonesia”. Artikel Tidak Dipublikasikan. Universitas Kristen Petra
Surabaya
Undang-Undang Perseroan Terbatas RI No.40 Tahun 2007 Pasal 74 Ayat 1
Tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan Terbatas
Wening, Kartikawati. 2009. “Pengaruh Kepemilikan Institusional Terhadap
Kinerja Keuangan”. diakses tanggal 30 Desember 2009
Yuniasih, Ni Wayan, Made Gede Wirakusuma. 2007. “Pengaruh Kinerja
Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan dengan Pengungkapan Corporate
Social Responsibility dan Good Corporate Governance sebagai Variabel
Pemoderasi”. Fakultas Ekonomi Universitas Udayana.
124
Lampiran 1
Perusahaan Go Public Tahun 2007
No Nama Perusahaan CSR Tidak
CSR
Data Tidak
Lengkap
1 Adira Finance √
2 Bank Arta Graha √
3 Bank Bukopin √
4 Bank Bumiputera √
5 Bank Bumiputera Indonesia √
6 Bank Century √
7 Bank Agroniaga, Tbk √
8 Bank Artha Graha Internasional, Tbk √
9 Bank Bukopin Tbk √
10 Bank Capital Indonesia, Tbk √
11 Bank Central Asia Tbk √
12 Bank MayapadaTbk √
13 Bank Bina Arta, Tbk √
14 Bank Pan Indonesia √
15 Bank CIMB Niaga √
16 Bank Danamon Indonesia √
17 Bank Ekonomi Raharja √
18 Bank Eksekutif Internasiomal √
19 Bank Internasional Indonesia √
20 Bank Kesawan √
21 Bank Lippo √
22 Bank Mandiri √
23 Bank Mayapada √
24 Bank Mega √
25 Bank Negara Indonesia √
26 Bank Niaga √
27 Bank NISP √
28 Bank Nusantara Parahyangan √
29 Bank Panin √
30 Bank Permata √
31 Bank Rakyat Indonesia √
32 Bank Sekawan √
33 Bank Tabungan Pensiunan Nasional √
34 Bank Victoria √
35 Bank Windu Kentjana √
36 BCA √
37 BFI Finance Indonesia √
38 Bhakti Capital Indonesia √
No Nama Perusahaan CSR Tidak Data Tidak
125
CSR Lengkap
39 BRI √
40 Kresna Sekurities √
41 Lippo Cikarang √
42 Lippo General Insurance √
43 Lippo Insurance √
44 Lippo Karawaci √
45 Lippo Cikarang √
46 Lippo Securities √
47 Mandala Multifinance √
48 Matahari Putra Prima √
49 Panin Bank √
50 Panin Insurance √
51 Panin Life √
52 Panin Sekuritas √
53 PT Abdi Bangsa √
54 PT Adira Dinamika Multifinance √
55 PT Agis √
56 PT Alam Sutera Realty √
57 PT Ancora Indonesia Resources √
58 PT Anta Tour & Servive Travel √
59 PT Arpeni Ocean Line √
60 PT Arpeni Pratama Ocean Line √
61 PT Arthavest √
62 PT Asamimas Flat Glass √
63 PT Asia Kapitalindo Seccurities √
64 PT Astra Agrolestari √
65 PT Astra Graphia √
66 PT Astra Internasional √
67 PT Asuransi Bina Dana Arta √
68 PT Asuransi Bintang √
69 PT Asuransi Harta Aman Pratama √
70 PT Asuransi Jasa Tania √
71 PT Bakrie Sumatra Platation √
72 PT Batavia Prosperindo Finance, Tbk √
73 PT Bayu Buana, Tbk √
74 PT Banyu Biru, Tbk √
75 PT Benakat Petroleum Tbk √
76 PT Bentoel Internasional Investama Tbk √
77 PT Bank Pan Indonesia, Tbk √
78 PT Bima Primarindo Asia, Tbk √
79 PT Bakrie Telecom √
80 PT Bank OCBC NISP √
81 PT Barito Pasific √
126
No Nama Perusahaan CSR Tidak
CSR
Data Tidak
Lengkap
82 PT Batavia Prosperindo Finance √
83 PT Bekasi Asri Pemula, Tbk √
84 PT Bayu Buana √
85 PT Bekasi Asri Pemula √
86 PT Berlian Laju Tanker √
87 PT Bhakti Capital Indonesia √
88 PT Bhuwanatala Indah Permai √
89 PT Budi Acid Jaya Tbk √
90 PT Bukit Darmo properti √
91 PT Bumi Citra permai √
92 PT Bumi Resources √
93 PT Bumi Serpong Damai √
94 PT Catur Sentosa Adiprana √
95 PT Central Omega Resources √
96 PT Centrin Online √
97 PT Centris Multipersada Pratama √
98 PT Ciputra Development √
99 PT Ciputra Properti √
100 PT Ciputra Surya √
101 PT Courts Indonesia, Tbk √
102 PT Citra kebun Raya Agri √
103 PT Citra Marga Nusaphala Persada √
104 PT Courts Indonesia √
105 PT Cowell Development √
106 PT Citra kebun Raya Agri, Tbk √
107 PT Citra Marga Nusaphala Persada, Tbk √
108 PT Citra Tubindo Tbk √
109 PT Clipan Finance Indonesia Tbk √
110 PT Danasupra Era Pasific √
111 PT Danayasa Arthatama √
112 PT Darma Henwa √
113 PT Darya Varia √
114 PT Dayaindo Resources √
115 PT Destinasi Tirta Nusantara √
116 PT Dian Swastatika Sentosa √
117 PT Duta Anggada Realty √
118 PT Duta Graha √
119 PT Duta Pertiwi √
120 PT Dynaplast √
121 PT Dyviacom Intrabumi √
122 PT Enseval Megatrading √
123 PT Equity Development Investment √
124 PT Fortune Indonesia √
127
No Nama Perusahaan CSR Tidak
CSR
Data Tidak
Lengkap
125 PT Gajah Tunggal √
126 PT Gema Graharsana √
127 PT Global Land Development √
128 PT Global Mediacom √
129 PT Gunawan Dianjaya Steel, Tbk √
130 PT Goodyear, Tbk √
131 PT Gema Grahasarana, Tbk √
132 PT Gowa Makassar Tourism √
133 PT Grahamas Citrawisata √
134 PT Hero Supermarket √
135 PT Hexindo Adiperkasa √
136 PT HM Sampoerna √
137 PT Holcim √
138 PT Home Retail Group √
139 PT Hotel Mandarin Regency √
140 PT Hero Supermarket, Tbk √
141 PT Hotel Sahid Jaya Internasional √
142 PT Indo Tambangraya Megah √
143 PT Indocement √
144 PT Indocitra Finance √
145 PT Indoexchange √
146 PT Indofood √
147 PT Island Concepts Indonesia Tbk √
148 PT Indonesia Air Transport √
149 PT Indonesia Prima Property √
150 PT Indonesian Paradise Property √
151 PT Indosat √
152 PT Indosiar Karya Media √
153 PT Inovisi Infracom √
154 PT Inter Delta √
155 √
156 PT Internasional Nickel Indonesia √
157 PT Intiland Development √
158 PT Intraco Penta √
159 PT Island Concept Indonesia √
160 √
171 PT Jakarta Internasional Hotel & Dev. √
172 PT Jakarta Setiabudi Internasional √
173 PT Jasa Angkasa Semesta √
174 PT Jasuindo Tiga Perkasa √
175 PT Jaya Konstruksi √
176 PT Jaya Kontruksi Manggala √
177 PT Jaya Kontruksi Manunggal √
128
No Nama Perusahaan CSR Tidak
CSR
Data Tidak
Lengkap
178 PT Lami Citra Nusantara √
179 PT London Plantation, Tbk √
180 PT Lautan Luas √
181 PT Limas Centric Indonesia √
182 PT Lippo Karawaci √
183 PT London Sumatra √
184 PT Mandala Multifinance √
185 PT Mas Murni Indonesia √
186 PT Maskapai Reasuransi Indonesia √
187 PT Medco Energi Internasional √
188 PT Medco Energy √
189 PT Media Nusantara Citra √
190 PT Mas Murni Indonesia Tbk √
191 PT Metro Supermarket Realty √
192 PT Metrodata √
193 PT Metrodata Electronics √
194 PT Metropolitan Kentjana √
195 PT Millenium Pharmacon √
196 PT Mitra Adi Perkasa √
197 PT Mitra adiperkasa √
198 PT Mitra Investindo √
199 PT Mobile-8 Telecom √
200 PT Modernland Realty √
201 PT Multibreeder Adirama √
202 PT Multipolar √
203 PT Metrodata Electronics Tbk √
204 PT Myoh Technologi √
205 PT New Century Development √
206 PT Nusantara Infrastruktur √
207 PT Nusantara Inticorpora √
208 PT Pacific Utama √
209 PT Pan Pacific Internasional √
210 PT Panca Global Securities √
211 PT Panca Wiratama Sakti √
212 PT Pancaglobal Securitas √
213 PT Panorama Destinasi √
214 PT Panorama Sentrawisata √
215 PT Pelayaran Tempuran Mas √
216 PT Pelita Sejahtera Abadi √
217 PT Pelayaran Mas, Tbk √
218 PT Perdana Bangun Pusaka, Tbk √
219 PT Pelta Sejahtera Abadi, Tbk √
220 PT Pembangunan Graha Lestari, Tbk √
129
No Nama Perusahaan CSR Tidak
CSR
Data Tidak
Lengkap
221 PT Pembangungan Graha Lestari Indah √
222 PT Perdana Bangun Pusaka √
223 PT Perdana Gapura Prima √
224 PT Perusahaan Gas Negara √
225 PT Petrosea √
226 PT Plaza Indonesia Realty √
227 PT Petrosea, Tbk √
228 PT Pioneerindo Gourmet Internasional Tbk √
229 PT Perdana gapura Prima, Tbk √
230 PT Pool Advista √
231 PT Adhi Karya (Persero) √
232 PT Pudjiaji And Son √
233 PT Pusako Tarinta √
234 PT Petrosea, Tbk √
235 PT Ramayana Lestari Sentosa √
236 PT Reliance Sekuritas √
237 PT Rig Tenders Indonesia √
238 PT Rimo Catur Lestari √
239 PT Royal Oak Development Asia √
240 PT Rukun Raharja √
241 PT Semen Gresik √
242 PT Sentul City √
243 PT Sinarmas Multiartha √
244 PT Siwani makmur, Tbk √
245 PT Singer Indonesia √
246 PT Smart √
247 PT Star Pasific √
248 PT Star Pasific √
249 PT Sugi samapersada √
250 PT Sumarmercon √
251 PT Sumber Alfaria Trijaya √
252 PT Surya Inti Permata √
253 PT Suryainternusa √
254 PT Suryamas Dutamakmur √
255 PT Tambang Batu Bara Bukit √
256 PT Tambang Bukit Asam √
257 PT Telkom √
258 PT Tempo Intimedia √
259 PT Tira Austine √
260 PT Total Bangun Persada √
261 PT Trada Maritime √
262 PT Trikomsel Oke √
263 PT Triwira Insan Lestari √
130
No Nama Perusahaan CSR Tidak
CSR
Data Tidak
Lengkap
264 PT Trust Finance Indonesia √
265 PT Unggu Indah Cahaya √
266 PT Unilever √
267 PT Ultra Jaya, Tbk √
268 PT Triwira Insanlestari Tbk √
269 PT United Tractors √
270 PT Verena oto Finance √
271 PT Wahana Ottomitra Multiartha √
272 Toko Gunung Agung √
273 PT Wahana Phonix mandiri √
274 PT Wicaksana Overseas Internasional √
275 PT Wom Finance √
276 PT Zebra Nusantara Tbk √
131
Lampiran 2
Prosedur Pemilihan Sampel
No Nama Perusahaan Tahun
2008
Tahun
2009
CSR
2008
CSR
2009
Data
Tidak
Lengkap
1 Bank Agroniaga, Tbk √ √
2 Bank Artha Graha Internasional, Tbk √ √
3 Bank Bukopin Tbk √ √ √ √
4 Bank Bumiputera Indonesia, Tbk √ √ √ √
5 Bank Capital Indonesia, Tbk √
6 Bank Central Asia Tbk √ √ √ √
7 Bank Century, Tbk √
8 Bank CIMB Niaga, Tbk √ √
9 Bank Ekonomi Raharja Tbk √ √
10 Bank Eksekutif Internasiomal Tbk √ √
11 Bank Internasional Indonesia, Tbk √ √
12 Bank Kesawan Tbk √ √
13 Bank Mandiri Tbk √ √ √ √
14 Bank Mayapada Tbk √ √ √
15 Bank Negara Indonesia, Tbk √ √
16 Bank Nusantara Parahyangan, Tbk √ √
17 Bank Permata, Tbk √ √
18 Bank Rakyat Indonesia, Tbk √ √
19 Bank Sekawan, Tbk √ √
20 Bank Tabungan Pensiunan Nasional, Tbk √
21 Bank Victoria Tbk √ √
22 Bank Windu Kentjana, Tbk √ √
23 BFI Finance Indonesia, Tbk √
24 Bhakti Capital Indonesia, Tbk √
25 Kresna Sekurities, Tbk √
26 Lippo Insurance Tbk √
27 Matahari Putra Prima Tbk √ √
28 Lippo Securities Tbk √ √
29 Panin Bank Tbk √ √ √ √
30 PT Putra Bungsu Tbk √
31 Panin Sekuritas √ √ √ √
32 Panin Insurance, Tbk √ √
33 PT Ace Hardware Indonesia Tbk √ √ √ √
34 PT Adhi Karya (Persero) Tbk √ √ √ √
35 PT Adira Dinamika Multifinance, Tbk √ √
36 PT Adira Finance, Tbk √
37 PT Agis, Tbk √
38 PT Abdi Bangsa, Tbk √ √ √ √
Prosedur Pemilihan Sampel
132
No Nama Perusahaan Tahun
2008
Tahun
2009
CSR
2008
CSR
2009
Data
Tidak
Lengkap
39 PT Akbar Indomakmur Stimec, Tbk √ √ √
40 PT AKR Corporindo Tbk √ √ √ √
41 PT Alam Sutera Realty, Tbk √ √
42 PT Alfa Retailindo Tbk √ √ √
43 PT Allbond Makmur Usaha Tbk √
44 PT Ancora Indonesia Resources, Tbk √ √ √ √
45 PT Aneka Kemasindo Utama Tbk √ √
46 PT Anta Tour & Servive Travel, Tbk √ √
47 PT Argha Karya Prima Industry Tbk √ √
48 PT Arpeni Ocean Line, Tbk √ √
49 PT Arthavest, Tbk √ √
50 PT Asia Kapitalindo Seccurities, Tbk √ √
51 PT Asiaplast Industri,Tbk √ √ √ √
52 PT Asia Pacific Timber Tbk √ √ √
53 PT Astra Graphia, Tbk √ √
54 PT Astra Internasional Tbk √ √ √
55 PT Asuransi Bina Dana Arta, Tbk √ √
56 PT Asuransi Bintang, Tbk √ √
57 PT Asuransi Dayin Mitra Tbk √ √ √ √
58 PT Asuransi Harta Aman Pratama, Tbk √
59 PT Asuransi Jasa Tania, Tbk √ √
60 PT Asuransi Multi Guna Artha Tbk √ √ √ √
61 PT Asuransi Ramayana, Tbk √
62 PT Bakrie & Brother Tbk √ √ √ √
63 PT Bakrie Sumatra Platation, Tbk √
64 PT Bank Bumiputera Indonesia Tbk √ √ √ √
65 PT Lippo Karawaci Tbk √ √ √ √
66 PT Bank Danamon Indonesia Tbk √ √ √ √
67 PT Bank Internasional Indonesia Tbk √ √ √ √
68 PT Bank Mega Tbk √ √ √ √ √
69 PT Bank OCBC NISP Tbk √ √
70 PT Bank Swadesi Tbk √ √ √ √
71 PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional, Tbk √ √
72 PT Barito Pacific, Tbk √
73 PT Batavia Prosperindo Finance, Tbk √ √
74 PT Bayu Buana, Tbk √ √ √
75 PT Banyu Biru, Tbk √
76 PT Benakat Petroleum Tbk √ √
77 PT Bentoel Internasional Investama Tbk √ √ √ √
78 PT Bank Pan Indonesia, Tbk √ √
Prosedur Pemilihan Sampel
133
No Nama Perusahaan Tahun
2008
Tahun
2009
CSR
2008
CSR
2009
Data
Tidak
Lengkap
79 PT Bima Primarindo Asia, Tbk √ √
80 PT Benakat Petroleum, Tbk √ √
81 PT Berlian Laju Tanker, Tbk √ √ √ √
82 PT Berlina Tbk √ √ √
83 PT Betonjaya Manunggal √ √
84 PT Bhakti Capital Indonesia, Tbk √ √
85 PT Bhakti Investama Tbk (Perseroan) √ √ √ √ √
86 PT Bhuwanatala Indah Permai, Tbk √ √
87 PT Bintang Mitra Semestaraya (BMSR) √ √
88 PT Buana Finance (BBLD) Tbk √ √
89 PT Buana Finance Tbk √ √ √ √
90 PT Budi Acid Jaya Tbk √ √
91 PT Bukit Asam Tbk √ √ √ √
92 PT Bukit Darmo Property (BKDP) Tbk √ √ √
93 PT Bumi Citra Permai (BCIP) Tbk √ √
94 PT Bumi Citra permai, Tbk √ √
95 PT Bumi Resources, Tbk √ √ √ √
96 PT Bumi Serpong Damai, Tbk √ √
97 PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk √ √
98 PT Budi Acid Jaya, Tbk √
99 PT BW Plantation √ √
100 PT Capitalink Investment, Tbk √ √
101 PT Catur Sentosa Adiprana, Tbk √
102 PT Centarl Omega Resources, Tbk √
103 PT Central Proteina Prima Tbk √
104 PT Centrin Online, Tbk √
105 PT Centris Multipersada Pratama Tbk √ √
106 PT Ciputra Development Tbk √ √
107 PT Ciputra Properti, Tbk √ √
108 PT Ciputra Surya, Tbk √
109 PT Central Potreina, Tbk √ √ √ √
110 PT Citra Tubindo, Tbk √ √
111 PT Citatah, Tbk √ √
112 PT Cipendawa, Tbk √ √ √
113 PT Citra Turbindo, Tbk √ √
114 PT Cita Mineral Investindo √
115 PT Cahaya Kalbar √
116 PT Century Textile Industri √ √
117 PT Ciputra Surya, Tbk √ √ √
118 PT Citatah Tbk √ √
Prosedur Pemilihan Sampel
134
No Nama Perusahaan Tahun
2008
Tahun
2009
CSR
2008
CSR
2009
Data
Tidak
Lengkap
119 PT Citra kebun Raya Agri, Tbk √ √ √
120 PT Citra Marga Nusaphala Persada, Tbk √ √
121 PT Citra Tubindo Tbk √ √ √ √ √
122 PT Clipan Finance Indonesia Tbk √ √ √ √
123 PT Courts Indonesia, Tbk √
124 PT Cowell Development, Tbk √ √
125 PT Danasupra Erapasific, Tbk √
126 PT Dayaindo Resources, Tbk √ √
127 PT Davomas Abadi, Tbk √ √
128 PT Destinasi Tirta Nusantara, Tbk √ √
129 PT Darma Henwa, Tbk √ √ √
130 PT Dian Swastatika Sentosa, Tbk √ √
131 PT Delta Jakarta, Tbk √ √
132 PT Duta Anggada Realty, Tbk √ √ √
133 PT Duta Graha Tbk √ √
134 PT Duta Graha Indah Tbk √ √
135 PT Duta Pertiwi Tbk √ √
136 PT Dharma Samudra Fishing, Tbk √ √
137 PT Darya Varia Laboratoria √ √
138 PT Dynaplast, Tbk √
139 PT Dyviacom Intrabumi, Tbk √ √
140 PT Entertainment Internasional, Tbk √ √
141 PT Ekadharma Internasional, Tbk √
142 PT Elang Mahkota Teknologi, Tbk √
143 PT Elnusa Tbk √ √ √ √
144 PT Enseval Megatrading, Tbk √
145 PT Equity Development Investment Tbk √ √ √
146 PT Excelcomindo pratama Tbk √ √ √ √
147 PT Ever Shine Tex, Tbk √ √
148 PT Eterindo, Tbk √
149 PT Ekadarma Internasional, Tbk √ √
150 PT Eterindo Wahanatama, Tbk √ √
151 PT Fajar Surya Wisesa, Tbk √ √
153 PT Fastfood Indonesia Tbk √ √ √ √
154 PT Fortune Indonesia, Tbk √ √
155 PT Global Land Development Tbk √ √ √ √
156 PT Global Mediacom Tbk √ √ √ √
157 PT Gowa Makassar Tourism, Tbk √ √
158 PT Grahamas Citrawisata, Tbk √ √
159 PT Grahamas Citrawisata, Tbk √ √ √
Perosedur Pemilihan Sampel
135
No Nama Perusahaan Tahun
2008
Tahun
2009
CSR
2008
CSR
2009
Data
Tidak
Lengkap
160 PT Grahamas Citrawisata, Tbk √ √
161 PT Gunawan Dianjaya Steel, Tbk √ √
162 PT Goodyear, Tbk √ √ √
163 PT Gema Grahasarana, Tbk √ √ √
164 PT Gajah Tunggal, Tbk √
165 PT Hero Supermarket, Tbk √ √ √
166 PT HM Sampoerna, Tbk √
167 PT Holcim Indonesia √ √
168 PT Holcim, Tbk √ √
169 PT Hotel Mandarin Regency, Tbk √ √
170 PT Hotel Sahid Jaya Internasional Tbk √ √
171 PT Indo Acidatama Tbk √ √
172 PT Indo Kordsa Tbk √ √ √ √
173 PT Indo Tambangraya Megah, Tbk √ √ √
174 PT Indocitra Finance Tbk √ √
175 PT Indoexchange Tbk √ √
176 PT Indofood, Tbk √ √
177 PT Indonesia Air Transport Tbk √ √ √
178 PT Indosat, Tbk √ √ √
179 PT Indosiar Karya Media Tbk √ √ √ √
180 PT Inovisi Infracom, Tbk √ √
181 PT Inter Delta, Tbk √ √
182 PT Internasional Nickel Indonesia, Tbk √
183 PT Island Concepts Indonesia Tbk √
184 PT Jababeka Tbk √ √ √ √
185 PT Jakarta Setiabudi Internasional Tbk √ √ √ √
186 PT Jasa Angkasa Semesta, Tbk √ √
187 PT Jasa Marga (Persero) Tbk √ √ √ √
188 PT Jasa Tania, Tbk √ √
189 PT Jasuindo Tiga Perkasa, Tbk √
190 PT Jaya Konstruksi Tbk √ √ √ √
191 PT Jaya Kontruksi Manggala, Tbk √ √
192 PT Jaya Real Property Tbk √ √ √
193 PT Kalbe Farma, Tbk √ √ √
194 PT Katarina Utama, Tbk √ √
195 PT Kokoh Inti Arebama, Tbk √
196 PT Konica Minolta Tbk √
197 PT Laguna Cipta Griya Tbk √
198 PT Lamicitra Nusantara, Tbk √
199 PT Lautan Luas, Tbk √ √
Perosedur Pemilihan Sampel
136
No Nama Perusahaan Tahun
2008
Tahun
2009
CSR
2008
CSR
2009
Data
Tidak
Lengkap
200 PT Leo Investment, Tbk √ √
201 PT Limas Centric Indonesia, Tbk √ √
202 PT London SumatraTbk √ √ √
203 PT Minsuco Internasional Tbk √ √ √ √
204 PT Mas Murni Indonesia Tbk √
205 PT Maskapai Reasuransi Indonesia, Tbk √ √ √ √
206 PT Medco Energi Internasional, Tbk √
207 PT Media Nusantara Citra, Tbk √ √
208 PT Metro Supermarket Realty Tbk √ √
209 PT Metrodata Electronics Tbk √ √
210 PT Metropolitan Kentjana, Tbk √ √
211 PT Millenium Pharmacon Tbk √ √
212 PT Mitra adiperkasa, Tbk √ √ √
213 PT Mitra Investindo Tbk √ √ √ √
214 PT Mobile-8 Tbk √ √ √ √
215 PT Modern Internasional Tbk √ √ √ √
216 PT Modernland Realty, Tbk √ √
217 PT Multi Indocitra Tbk √ √ √ √
218 PT Multibreeder Adirama Tbk √ √
219 PT Multipolar Tbk √
220 PT Myoh Technology Tbk √ √
221 PT New Century Development, Tbk √ √
222 PT Nusantara Infrastruktur, Tbk √ √ √ √
223 PT Nusantara Inticorpora Tbk √ √ √
224 PT Pacific Utama, Tbk √ √ √
225 PT Pakuwon Jati Tbk √ √ √ √
226 PT Pan Pasific Internasional, Tbk √ √
227 PT Panca Global Securities Tbk √ √
228 PT Panasia Filament inti, Tbk √ √
229 PT Panca Wiratama Sakti, Tbk √
230 PT Pancaglobal Securitas Tbk √ √ √ √
231 PT Panin Sekuritas Tbk √ √
232 PT Panorama Destinasi Tbk √ √ √ √
233 PT Panorama Sentrawisata Tbk √ √ √
234 PT Panorama Transportasi Tbk √ √
235 PT Pan Brother Textile, Tbk √
236 PT Pelayaran Tempuran Mas, Tbk √
237 PT Perdana Bangun Pusaka, Tbk √
238 PT Pelta Sejahtera Abadi, Tbk √
239 PT Pembangunan Graha Lestari, Tbk √ √ √ √
Prosedur Pemilihan Sampel
137
No Nama Perusahaan Tahun
2008
Tahun
2009
CSR
2008
CSR
2009
Data
Tidak
Lengkap
240 PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk √ √ √ √
241 PT Pembangungan Graha Lestari Indah Tbk √ √
242 PT Perdana Bangun Pusaka Tbk √ √
243 PT Perdana Gapura Prima Tbk √ √ √
244 PT Perusahaan Gas Negara Tbk √ √ √
245 PT Petrosea, Tbk √ √ √
246 PT Pioneerindo Gourmet Internasional Tbk √
247 PT Perdana gapura Prima, Tbk √ √
248 PT Plaza Indonesia Realty, Tbk √ √ √
249 PT Petrosea, Tbk √ √
250 PT Pool Advista Indonesia, Tbk √ √
251 PT Pool advista Indonesia, Tbk √ √
252 PT PP (Persero) (PTPP) Tbk √ √ √ √
253 PT Prasidha Aneka Niaga Tbk √ √ √
254 PT Prima Alloy Steel Tbk √ √
255 PT Primarindo Asia Tbk √ √
256 PT Pudjiadi And Sons Tbk √ √
257 PT Pudjiadi Prestige (PUDP) √ √
258 PT Pudjiaji And Son √ √
259 PT Pusako Tarinta, Tbk √
260 PT Pusako Tarinta, Tbk √ √
261 PT Radiant Utama Interisco, Tbk √ √
262 PT Reliance Securities, Tbk √
263 PT Rig Tenders Indonesia, Tbk √
264 PT Ricky Putra Globalindo, Tbk √ √ √
265 PT Rimo Catur Lestari, Tbk √ √ √
266 PT Royal Oak Development Asia, Tbk √ √
267 PT Rukun Raharja, Tbk √ √
268 PT Ristia Bintang Mahkota sejati, Tbk √ √
269 PT Rukun Raharja, Tbk √
270 PT Samudra Indonesia, Tbk √ √ √ √
271 PT Sat Nusapersada Tbk √ √
272 PT Sekar Laut Tbk √ √
273 PT Sekawan Intipratama Tbk √ √
274 PT Selamat Sempurna Tbk √ √
275 PT Semen Gresik, Tbk √ √
276 PT Sentul City Tbk (Perseroan) √ √ √ √
277 PT Sierad Produce Tbk √
278 PT Surabaya Bangun Industri, Tbk √
279 PT Sinarmas Multiartha Tbk √ √ √ √
Prosedur Pemilihan Sampel
138
No Nama Perusahaan Tahun
2008
Tahun
2009
CSR
2008
CSR
2009
Data
Tidak
Lengkap
280 PT Sinarmas Multiartha, Tbk √ √
281 PT Singer Indonesia, Tbk √ √
281 PT Siwani Makmur Tbk √ √
283 PT Smart Tbk √
284 PT Smart, Tbk √ √ √
285 PT Sona Topas Tourism Industri, Tbk √ √ √ √ √
286 PT Sarana Menara Nusantara, Tbk √ √
287 PT Samudra Indonesia, Tbk √ √
288 PT Schering Plough Indonesia, Tbk √ √
289 PT Star Pasific, Tbk √ √
290 PT Steady Safe, Tbk √ √
291 PT Siwani makmur, Tbk √ √ √
292 PT Sugi samapersada, Tbk √ √ √
293 PT Sumarmercon, Tbk √ √
294 PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk √ √
295 PT Suparma Tbk √ √
296 PT Surya Citra Media Tbk √ √
297 PT Surya Intirindo Makmur Tbk √ √
298 PT Suryainternusa, Tbk √
299 PT Suryainti Permata, Tbk √ √
300 PT Surya Intirindo Makmur, Tbk √ √
301 PT Suryamas Dutamakmur, Tbk √
302 PT Sentul CityTbk √ √ √ √
303 PT Tambang Batu Bara Bukit, Tbk √ √
304 PT Taisho Pharmaceutical Indonesia, Tbk √ √ √
305 PT Telkom, Tbk √ √
306 PT Tempo Inti Media, Tbk √ √
307 PT Mas Multiartha, Tbk √ √
308 PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk √
309 PT Tigaraksa Tbk √ √ √ √
310 PT Timah Tbk √ √
311 PT Tira Austenite Tbk √ √ √ √
312 PT Total Bangun Persada Tbk √ √
313 PT Trada Maritime, Tbk √ √
314 PT Sierad Produce, Tbk √ √
315 PT Trias Sentosa Tbk √
316 PT Sekar Laut, Tbk √ √ √
317 PT Trikomsel Oke, Tbk √
318 PT Trimegah Securities Tbk √ √ √
319 PT Triwira Insan Lestari, Tbk √ √
Pros
edur Pemilihan Sampel
139
No Nama Perusahaan Tahun
2008
Tahun
2009
CSR
2008
CSR
2009
Data
Tidak
Lengkap
320 PT Triwira Insanlestari, Tbk √ √
321 PT Trias Sentosa, Tbk √ √
322 PT Trust Finance Indonesia, Tbk √ √
322 PT Tunas Ridean Tbk √ √ √ √
323 PT Tri Polyta Indonesia, Tbk √ √ √ √
324 PT Trias sentosa,Tbk √
325 PT Trus Finance Indonesia, Tbk √ √
326 PT Tempo Scan Pasific, Tbk √ √
327 PT Tigaraksa Satria, Tbk √ √ √ √
328 PT Surya Toto Indonesia, Tbk √ √
329 PT Triwira Insan Lestari, Tbk √ √
330 PT Tifico,Tbk √ √
331 PT United Tractors, Tbk √ √ √
332 PT Ultra Jaya, Tbk √ √
333 PT Verena oto Finance Tbk Tbk √ √
334 PT Wahana Ottomitra Multiartha Tbk √ √
335 PT Wahana Phonix Mandiri, Tbk √ √
336 PT Wicaksana Overseas Internasional, Tbk √ √
337 PT Wijaya Karya (Persero) Tbk √
338 PT Wom Finance, Tbk √ √
339 PT Yulie Sekurindo Tbk √ √ √ √
340 PT Zebra Nusantara Tbk √ √ √ √
341 Toko Gunung Agung Tbk √
342 PT Triwira Insanlestari Tbk √ √ √ √
140
Lampiran 3
Data Annual Report dan Pengungkapan CSR 2008
No Nama Perusahaan CSR Size Profitabilitas Leverage JDK SKI
1
PT Bentoel Internasional Investama
Tbk 52,5 3427 13,82 157,52 3 0,28
2 PT Fastfood Indonesia Tbk 43,75 12622 26 62,6 6 0,26
3 PT AKR Corporindo Tbk 48,75 1200 13,1 121,7 3 0,43
4 PT Surya Citra Media Tbk 52,5 1095 15,3 71,3 4 0,15
5 PT Jasa Marga (Persero) Tbk 28,75 5489 10,8 118,1 3 0,16
6 PT Bakrie & Brother Tbk 67,5 26229 211,9 186 4 0,77
7 PT Global Land Development Tbk 35 242 6,44 20,83 4 0,78
8 PT Berlian laju Tanker Tbk 30 403 26,4 323,5 4 0,67
9 PT Perusahaan Gas Negara Tbk 47,5 1350 65,82 247,07 5 0,58
10 PT Mobile-8 Tbk 47,5 865 22,28 559,66 8 0,35
11 PT Tunas Ridean Tbk 36,25 3354 23,9 2,5 5 0,14
12 PT Global Mediacom Tbk 48,75 7864 0,63 6,049 7 0,96
13 PT Tira Austenite Tbk 53,75 844 1,74 194,422 3 0,13
14 PT Elnusa Tbk 73,75 1800 8,28 57 5 0,20
15 PT Excelcomindo pratama Tbk 56,25 2097 0,3 4,2 4 0,16
16 PT Tigaraksa Tbk 72,5 2000 29,2 299,8 3 0,97
17 PT Panorama Sentrawisata Tbk 58,75 2289 3,27 199,57 3 0,79
18 PT Zebra Nusantara Tbk 62,5 243 24 70 3 0,48
19 PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk 86,25 1021 14,97 50,6 5 0,04
20 PT Indosiar Karya Media Tbk 35 1357 6,94 232,34 5 0,93
21 Panin Bank 50 365 10,16 444,63 6 0,66
22 PT Bank Mandiri (Persero) Tbk 68,75 22408 18,1 895,19 8 0,28
23 PT Bank Central Asia Tbk 56,25 20303 30,2 484,49 5 0,51
24 PT Asuransi Multi Guna Artha Tbk 52,5 252 13,45 97,13 3 0,35
25 PT Bank Swadesi Tbk 61,25 339 10,48 32,89 5 0,01
26 PT Modern Internasional Tbk 50 441 0,6 77,9 3 0,28
27 PT Bank Mega Tbk 50 8455 20,47 21,899 3 0,99
28 PT Buana Finance Tbk 25 423 6,2 0,98 3 0,11
29 PT Multi Indocitra Tbk 66,25 535 11,5 3,003 3 0,18
30 PT Bank Bumiputera Indonesia Tbk 45 1256 0,37 1145,13 4 0,05
31 Bank Bukopin 50 4241 18,8 94,4 6 0,22
32 PT Nusantara Infrastruktur Tbk 48,75 889 1,77 250,86 4 0,24
33 PT Jababeka Tbk 62,5 516 3,92 86 3 0,45
34 Bank Internasional Indonesia 47,5 7009 9,4 696,94 6 0,01
35 PT Adhi Karya (Persero) Tbk 57,5 1818 19,31 122,47 5 0,01
36 PT Bhakti Investama Tbk (Perseroan) 41,25 48 7,3 151,2 8 0,02
37
PT Jakarta Setiabudi Internasional
Tbk 51,25 2660 5,7 1,46 5 0,66
141
38 PT Panin Sekuritas Tbk 37,5 134 12,39 207,42 5 0,01
39 PT Bank Danamon Indonesia Tbk 56,25 41617 14,6 631,29 8 0,47
40 PT Sentul City Tbk (Perseroan) 47,5 424 0,01 0,16 5 0,71
41 PT Pakuwon Jati Tbk 48,75 1417 8 4,01 4 0,43
42 PT Ace Hardware Indonesia Tbk 56,25 987 19,3 18,12 4 0,66
43 PT Alfa Retailindo Tbk 46,25 321 74,29 15 8 0,25
44
PT Equity Development Investment
Tbk 32,5 256 3,37 2,2 5 0,16
45 PT Clipan Finance Indonesia Tbk 38,75 381 9,6 0,4 5 0,84
46 PT Yulie Sekurindo Tbk 40 34 1,94 14,89 5 0,89
47 PT Asuransi Dayin Mitra Tbk 41,25 57 4,88 145,8 4 0,34
48
PT Minsuco Internasional Finance
Tbk 45 157 10,17 18,2 6 0,11
142
Data Annual Report dan Pengungkapan CSR 2009
No Nama Perusahaan CSR Size Profitabilitas Leverage JDK SKI
1 PT Bentoel Internasional Investama Tbk 61,25 3458 1,445 145,13 3 0,26
2 PT Fastfood Indonesia Tbk 52,5 13229 28,5 62,9 6 0,25
3 PT AKR Corporindo Tbk 60 2132 15,8 126,9 3 0,40
4 PT Surya Citra Media Tbk 56,25 1453 20,5 59,1 4 0,16
5 PT Jasa Marga (Persero) Tbk 57,5 5821 13,82 117,34 3 0,35
6 PT Bakrie & Brother Tbk 68,75 26447 32,448 281,92 4 3,63
7 PT Global Land Development Tbk 45 230 7 14,29 3 3,05
8 PT Berlian laju Tanker Tbk 41,25 433 18 288,7 4 0,83
9 PT Perusahaan Gas Negara Tbk 65 1333 53,09 99,87 5 0,75
10 PT Mobile-8 Tbk 52,5 777 91,4 500,2 3 0,55
11 PT Tunas Ridean Tbk 46,25 3466 31 0,8 5 0,37
12 PT Global Mediacom Tbk 53,75 7428 0,03 0,6 8 0,95
13 PT Tira Austenite Tbk 61,25 965 2,8 1,51 4 0,08
14 PT Elnusa Tbk 78,75 1838 24,41 1,2 5 0,25
15 PT Excelcomindo pratama Tbk 58,75 2038 27 1,5 8 0,01
16 PT Tigaraksa Tbk 73,75 2138 12,7 272,6 5 0,99
17 PT Panorama Sentrawisata Tbk 61,25 1815 3,58 1,59 3 0,31
18 PT Zebra Nusantara Tbk 68,75 231 21 88 2 0,01
19 PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk 85 5119 19,27 58,02 5 0,38
20 PT Indosiar Karya Media Tbk 41,25 1673 2,93 205,88 5 0,13
21 Panin Bank 50 464 10,4 447,43 4 0,84
22 PT Bank Mandiri (Persero) Tbk 70 24498 22,1 10,24 6 0,29
23 PT Bank Central Asia Tbk 56,25 20173 31,8 11,5 5 0,45
24 PT Asuransi Multi Artha GunaTbk 56,25 322 18,1 86,28 3 0,41
25 PT Bank Swadesi Tbk 52,5 324 13,36 319,9 5 0,04
26 PT Modern Internasional Tbk 45 521 3,6 134,6 3 0,28
27 PT Bank Mega Tbk 62,5 6121 18,72 5,48 3 0,01
28 PT Buana Finance Tbk 37,5 400 4,73 0,54 3 0,12
29 PT Multi Indocitra Tbk 67,5 615 13,4 17,3 4 0,03
30 PT Bank Bumiputera Indonesia Tbk 47,5 1306 0,99 1199,49 2 0,03
31 Bank Bukopin 47,5 4472 16,52 9,7 2 0,43
32 PT Nusantara Infrastruktur Tbk 51,25 1312 13,15 268,73 2 0,98
33 PT Jababeka Tbk 67,5 507 1 98 3 0,68
34 Bank Internasional Indonesia 50 7151 0,8 10,56 3 0,79
35 PT Adhi Karya (Persero) Tbk 57,5 1853 27,08 116,59 4 0,01
36 PT Bhakti Investama Tbk (Perseroan) 51,25 46 0,99 139,29 4 0,56
37 PT Jakarta Setiabudi Internasional Tbk 57,5 2522 7,5 1,15 2 0,66
38 PT Panin Sekuritas Tbk 36,25 142 47,6 136,5 2 0,97
39 PT Bank Danamon Indonesia Tbk 60 41615 11,2 4,32 4 0,54
40 PT Sentul City Tbk (Perseroan) 61,25 415 0,11 21,91 6 0,11
143
41 PT Pakuwon Jati Tbk 37,5 1298 12,7 1,9 4 0,23
42 PT Ace Hardware Indonesia Tbk 68,75 998 17,8 0,11 2 0,19
43 PT Alfa Retailindo Tbk 50 319 86,51 0,96 6 0,34
44 PT Equity Development Investment Tbk 33,75 260 3,5 2,4 10 0,21
45 PT Clipan Finance Indonesia Tbk 35 510 12,1 0,4 9 0,91
46 PT Yulie Sekurindo Tbk 38,75 16 5,79 19,5 8 0,87
47 PT Asuransi Dayin Mitra Tbk 38,75 63 6,81 1,32 10 0,02
48 PT Minsuco Internasional Finance Tbk 45 205 31,2 35,4 10 0,12
144
Lampiran 4
Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Go Public Tahun 2008-2009
No Nama Perusahaan CSR 2008 CSR 2009 Total
1 PT Bentoel Internasional Investama Tbk 52,5 61,25 113,75
2 PT Fastfood Indonesia Tbk 43,75 52,5 96,25
3 PT AKR Corporindo Tbk 48,75 60 108,75
4 PT Surya Citra Media Tbk 52,5 56,25 108,75
5 PT Jasa Marga (Persero) Tbk 28,75 57,5 86,25
6 PT Bakrie & Brother Tbk 67,5 68,75 136,25
7 PT Global Land Development Tbk 35 45 80
8 PT Berlian laju Tanker Tbk 30 41,25 71,25
9 PT Perusahaan Gas Negara Tbk 47,5 65 112,5
10 PT Mobile-8 Tbk 47,5 52,5 100
11 PT Tunas Ridean Tbk 36,25 46,25 82,5
12 PT Global Mediacom Tbk 48,75 53,75 102,5
13 PT Tira Austenite Tbk 53,75 61,25 115
14 PT Elnusa Tbk 73,75 78,75 152,5
15 PT Excelcomindo pratama Tbk 56,25 58,75 115
16 PT Tigaraksa Tbk 72,5 73,75 146,25
17 PT Panorama Sentrawisata Tbk 58,75 61,25 120
18 PT Zebra Nusantara Tbk 62,5 68,75 131,25
19 PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk 86,25 85 171,25
20 PT Indosiar Karya Media Tbk 35 41,25 76,25
21 Panin Bank 50 50 100
22 PT Bank Mandiri (Persero) Tbk 68,75 70 138,75
23 PT Bank Central Asia Tbk 56,25 56,25 112,5
24 PT Asuransi Multi Guna Artha Tbk 52,5 56,25 108,75
25 PT Bank Swadesi Tbk 61,25 52,5 113,75
26 PT Modern Internasional Tbk 50 45 95
27 PT Bank Mega Tbk 50 62,5 112,5
28 PT Buana Finance Tbk 25 37,5 62,5
29 PT Multi Indocitra Tbk 66,25 67,5 133,75
30 PT Bank Bumiputera Indonesia Tbk 45 47,5 92,5
31 Bank Bukopin 50 47,5 97,5
32 PT Nusantara Infrastruktur Tbk 48,75 51,25 100
33 PT Jababeka Tbk 62,5 67,5 130
34 Bank Internasional Indonesia 47,5 50 97,5
35 PT Adhi Karya (Persero) Tbk 57,5 57,5 115
36 PT Bhakti Investama Tbk (Perseroan) 41,25 51,25 92,5
37 PT Jakarta Setiabudi Internasional Tbk 51,25 57,5 108,75
145
38 PT Panin Sekuritas Tbk 37,5 36,25 73,75
39 PT Bank Danamon Indonesia Tbk 56,25 60 116,25
40 PT Sentul City Tbk (Perseroan) 47,5 61,25 108,75
41 PT Pakuwon Jati Tbk 48,75 37,5 86,25
42 PT Ace Hardware Indonesia Tbk 56,25 68,75 125
43 PT Alfa Retailindo Tbk 46,25 50 96,25
44 PT Equity Development Investment Tbk 32,5 33,75 66,25
45 PT Clipan Finance Indonesia Tbk 38,75 35 73,75
46 PT Yulie Sekurindo Tbk 40 38,75 78,75
47 PT Asuransi Dayin Mitra Tbk 41,25 38,75 80
48 PT Mitra Investindo Tbk 45 45 90
146
Lampiran 5
Data Item Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Go Public Tahun 2008
No Lingkungan Energi KKTK
Lain
Lain TK Produk
K
Masy. Umum Total Sampel
Rata-
Rata
1 8 3 3 14 7 6 1 42 80 52,5
2 6 1 3 11 8 6 0 35 80 43,75
3 7 2 4 13 3 8 2 39 80 48,75
4 7 1 3 17 4 8 2 42 80 52,5
5 6 0 1 11 2 1 2 23 80 28,75
6 10 5 4 22 3 8 2 54 80 67,5
7 4 1 3 11 0 7 2 28 80 35
8 4 1 4 10 0 3 2 24 80 30
9 5 4 6 9 9 3 2 38 80 47,5
10 8 5 2 10 1 10 2 38 80 47,5
11 1 2 1 10 4 9 2 29 80 36,25
12 2 1 8 15 1 10 2 39 80 48,75
13 2 1 6 18 6 8 2 43 80 53,75
14 11 2 7 24 2 11 2 59 80 73,75
15 4 2 7 19 0 11 2 45 80 56,25
16 5 6 6 19 10 10 2 58 80 72,5
17 6 1 7 21 0 10 2 47 80 58,75
18 2 4 7 21 4 10 2 50 80 62,5
19 11 7 7 24 7 11 2 69 80 86,25
20 4 1 3 11 0 7 2 28 80 35
21 6 3 4 15 0 10 2 40 80 50
22 10 4 6 19 4 10 2 55 80 68,75
23 2 3 6 20 1 11 2 45 80 56,25
24 3 1 7 21 0 8 2 42 80 52,5
25 4 1 6 23 2 11 2 49 80 61,25
26 2 1 4 20 0 11 2 40 80 50
27 2 1 3 23 0 9 2 40 80 50
28 0 1 2 9 0 6 2 20 80 25
29 2 2 7 22 10 8 2 53 80 66,25
30 1 1 2 22 0 8 2 36 80 45
31 1 1 2 23 0 11 2 40 80 50
32 1 1 3 22 0 10 2 39 80 48,75
33 12 3 2 20 0 11 2 50 80 62,5
34 3 1 2 21 0 9 2 38 80 47,5
35 9 2 3 18 2 10 2 46 80 57,5
36 1 1 2 19 0 8 2 33 80 41,25
147
37 9 1 3 17 0 9 2 41 80 51,25
38 1 1 2 16 1 7 2 30 80 37,5
39 11 3 3 17 0 9 2 45 80 56,25
40 8 1 3 16 0 8 2 38 80 47,5
41 6 1 3 15 1 11 2 39 80 48,75
42 1 1 2 19 10 10 2 45 80 56,25
43 1 1 4 18 0 11 2 37 80 46,25
44 1 1 2 19 0 1 2 26 80 32,5
45 3 1 3 19 0 3 2 31 80 38,75
46 2 1 4 17 0 6 2 32 80 40
47 1 1 5 16 1 7 2 33 80 41,25
48 3 2 6 16 3 4 2 36 80 45
148
Data Item Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Go Public Tahun 2009
No Lingkungan Energi KKTK
Lain
Lain TK Produk
K
Masyarakat Umum Total Sampel
Rata-
Rata
1 7 3 4 15 9 9 2 49 80 61,25
2 8 1 3 12 10 6 2 42 80 52,5
3 8 4 6 15 4 9 2 48 80 60
4 7 1 5 18 4 8 2 45 80 56,25
5 8 2 5 16 2 11 2 46 80 57,5
6 10 5 5 22 3 8 2 55 80 68,75
7 5 2 5 15 0 7 2 36 80 45
8 4 2 4 15 1 5 2 33 80 41,25
9 8 5 6 13 10 8 2 52 80 65
10 8 5 4 12 2 9 2 42 80 52,5
11 2 1 5 13 5 9 2 37 80 46,25
12 5 2 7 16 0 11 2 43 80 53,75
13 6 2 6 18 7 8 2 49 80 61,25
14 11 4 8 24 3 11 2 63 80 78,75
15 5 2 7 19 1 11 2 47 80 58,75
16 5 6 6 19 10 11 2 59 80 73,75
17 6 1 8 22 0 10 2 49 80 61,25
18 4 4 7 21 7 10 2 55 80 68,75
19 12 7 7 22 8 10 2 68 80 85
20 3 0 2 16 0 10 2 33 80 41,25
21 5 1 5 16 0 11 2 40 80 50
22 9 4 7 19 5 10 2 56 80 70
23 1 3 7 21 2 9 2 45 80 56,25
24 5 1 7 21 1 8 2 45 80 56,25
25 4 1 6 23 2 4 2 42 80 52,5
26 3 1 4 19 1 6 2 36 80 45
27 3 1 5 23 9 7 2 50 80 62,5
28 2 1 2 15 1 7 2 30 80 37,5
29 3 2 7 22 10 8 2 54 80 67,5
30 1 1 3 22 1 8 2 38 80 47,5
31 1 1 2 20 1 11 2 38 80 47,5
32 1 1 4 22 1 10 2 41 80 51,25
33 12 3 3 22 1 11 2 54 80 67,5
34 2 1 4 21 1 9 2 40 80 50
35 8 2 4 18 3 9 2 46 80 57,5
36 5 1 4 19 2 8 2 41 80 51,25
37 11 1 5 17 3 7 2 46 80 57,5
38 1 1 2 17 1 5 2 29 80 36,25
39 12 4 3 17 1 9 2 48 80 60
149
40 11 2 4 17 3 10 2 49 80 61,25
41 1 1 3 15 1 7 2 30 80 37,5
42 8 2 3 20 10 10 2 55 80 68,75
43 1 1 4 18 3 11 2 40 80 50
44 1 1 2 19 0 2 2 27 80 33,75
45 3 0 4 16 1 2 2 28 80 35
46 1 1 4 17 0 6 2 31 80 38,75
47 1 1 5 16 2 5 1 31 80 38,75
48 3 2 6 17 3 4 1 36 80 45
150
Lampiran 6 Data Size Perusahaan Tahun 2008-2009
No Nama Perusahaan 2008 2009 Total
1 PT Bentoel Internasional Investama Tbk 3427 3458 6885
2 PT Fastfood Indonesia Tbk 12622 13229 25851
3 PT AKR Corporindo Tbk 1200 2132 3332
4 PT Surya Citra Media Tbk 1095 1453 2548
5 PT Jasa Marga (Persero) Tbk 5489 5821 11310
6 PT Bakrie & Brother Tbk 26229 26447 52676
7 PT Global Land Development Tbk 242 230 472
8 PT Berlian laju Tanker Tbk 403 433 836
9 PT Perusahaan Gas Negara Tbk 1350 1333 2683
10 PT Mobile-8 Tbk 865 777 1642
11 PT Tunas Ridean Tbk 3354 3466 6820
12 PT Global Mediacom Tbk 7864 7428 15292
13 PT Tira Austenite Tbk 844 965 1809
14 PT Elnusa Tbk 1800 1838 3638
15 PT Excelcomindo pratama Tbk 2097 2038 4135
16 PT Tigaraksa Tbk 2000 2138 4138
17 PT Panorama Sentrawisata Tbk 231 1815 2046
18 PT Zebra Nusantara Tbk 243 231 474
19 PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk 1021 5119 6140
20 PT Indosiar Karya Media Tbk 1357 1673 3030
21 Panin Bank 365 464 829
22 PT Bank Mandiri (Persero) Tbk 22408 24498 46906
23 PT Bank Central Asia Tbk 20303 20173 40476
24 PT Asuransi Multi Guna Artha Tbk 252 322 574
25 PT Bank Swadesi Tbk 339 324 663
26 PT Modern Internasional Tbk 441 521 962
27 PT Bank Mega Tbk 8455 6121 14576
28 PT Buana Finance Tbk 423 400 823
29 PT Multi Indocitra Tbk 535 615 1150
30 PT Bank Bumiputera Indonesia Tbk 1256 1306 2562
31 Bank Bukopin 4241 4472 8713
32 PT Nusantara Infrastruktur Tbk 889 1312 2201
33 PT Jababeka Tbk 516 507 1023
34 Bank Internasional Indonesia 7009 7151 14160
35 PT Adhi Karya (Persero) Tbk 1818 1853 3671
36 PT Bhakti Investama Tbk (Perseroan) 48 46 94
37 PT Jakarta Setiabudi Internasional Tbk 2660 2522 5182
38 PT Panin Sekuritas Tbk 130 222 352
151
39 PT Bank Danamon Indonesia Tbk 41617 41615 83232
40 PT Sentul City Tbk (Perseroan) 424 415 839
41 PT Pakuwon Jati Tbk 1417 1298 2715
42 PT Ace Hardware Indonesia Tbk 987 998 1985
43 PT Alfa Retailindo Tbk 321 319 640
44 PT Equity Development Investment Tbk 256 260 516
45 PT Clipan Finance Indonesia Tbk 381 510 891
46 PT Yulie Sekurindo Tbk 34 16 50
47 PT Asuransi Dayin Mitra Tbk 57 63 120
48 PT Mitra Investindo Tbk 157 205 362
152
Lampiran 7
Data Profitabilitas Perusahaan Tahun 2008-2009
No Nama Perusahaan 2008 2009
1 PT Bentoel Internasional Investama Tbk 13,82 1,445
2 PT Fastfood Indonesia Tbk 26 28,5
3 PT AKR Corporindo Tbk 13,1 15,8
4 PT Surya Citra Media Tbk 15,3 20,5
5 PT Jasa Marga (Persero) Tbk 10,8 13,82
6 PT Bakrie & Brother Tbk 211,9 32,448
7 PT Global Land Development Tbk 6,44 7
8 PT Berlian laju Tanker Tbk 26,4 18
9 PT Perusahaan Gas Negara Tbk 65,82 53,09
10 PT Mobile-8 Tbk 22,28 91,4
11 PT Tunas Ridean Tbk 23,9 31
12 PT Global Mediacom Tbk 0,63 0,03
13 PT Tira Austenite Tbk 1,74 2,8
14 PT Elnusa Tbk 8,28 24,41
15 PT Excelcomindo pratama Tbk 0,3 27
16 PT Tigaraksa Tbk 29,2 12,7
17 PT Panorama Sentrawisata Tbk 3,27 3,58
18 PT Zebra Nusantara Tbk 24 21
19 PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk 14,97 19,27
20 PT Indosiar Karya Media Tbk 6,94 2,93
21 Panin Bank 10,16 10,4
22 PT Bank Mandiri (Persero) Tbk 18,1 22,1
23 PT Bank Central Asia Tbk 30,2 31,8
24 PT Asuransi Multi Guna Artha Tbk 13,45 18,1
25 PT Bank Swadesi Tbk 10,48 13,36
26 PT Modern Internasional Tbk 0,6 3,6
27 PT Bank Mega Tbk 20,47 18,72
28 PT Buana Finance Tbk 6,2 4,73
29 PT Multi Indocitra Tbk 11,5 13,4
30 PT Bank Bumiputera Indonesia Tbk 0,37 0,99
31 Bank Bukopin 18,8 16,52
32 PT Nusantara Infrastruktur Tbk 1,77 13,15
33 PT Jababeka Tbk 3,92 1
34 Bank Internasional Indonesia 9,4 0,8
35 PT Adhi Karya (Persero) Tbk 19,31 27,08
36 PT Bhakti Investama Tbk (Perseroan) 7,3 0,99
37 PT Jakarta Setiabudi Internasional Tbk 5,7 7,5
153
38 PT Panin Sekuritas Tbk 12,39 47,6
39 PT Bank Danamon Indonesia Tbk 14,6 11,2
40 PT Sentul City Tbk (Perseroan) 0,01 0,11
41 PT Pakuwon Jati Tbk 8 12,7
42 PT Ace Hardware Indonesia Tbk 19,3 17,8
43 PT Alfa Retailindo Tbk 74,29 86,51
44 PT Equity Development Investment Tbk 3,37 3,5
45 PT Clipan Finance Indonesia Tbk 9,6 12,1
46 PT Yulie Sekurindo Tbk 1,94 5,79
47 PT Asuransi Dayin Mitra Tbk 4,88 6,81
48 PT Minsuco Internasional Finance Tbk 10,17 31,2
154
Lampiran 8
Data Financial Leverage Tahun 2008-2009
No Nama Perusahaan 2008 2009
1 PT Bentoel Internasional Investama Tbk 157,52 145,13
2 PT Fastfood Indonesia Tbk 62,6 62,9
3 PT AKR Corporindo Tbk 121,7 126,9
4 PT Surya Citra Media Tbk 71,3 59,1
5 PT Jasa Marga (Persero) Tbk 118,1 117,34
6 PT Bakrie & Brother Tbk 186 281,92
7 PT Global Land Development Tbk 20,83 14,29
8 PT Berlian laju Tanker Tbk 323,5 288,7
9 PT Perusahaan Gas Negara Tbk 247,07 99,87
10 PT Mobile-8 Tbk 559,66 500,2
11 PT Tunas Ridean Tbk 2,5 0,8
12 PT Global Mediacom Tbk 6,049 0,6
13 PT Tira Austenite Tbk 194,422 1,51
14 PT Elnusa Tbk 57 1,2
15 PT Excelcomindo pratama Tbk 4,2 1,5
16 PT Tigaraksa Tbk 299,8 272,6
17 PT Panorama Sentrawisata Tbk 199,57 1,59
18 PT Zebra Nusantara Tbk 70 88
19 PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk 50,6 58,02
20 PT Indosiar Karya Media Tbk 232,34 205,88
21 Panin Bank 444,63 447,43
22 PT Bank Mandiri (Persero) Tbk 895,19 10,24
23 PT Bank Central Asia Tbk 484,49 11,5
24 PT Asuransi Multi Guna Artha Tbk 97,13 86,28
25 PT Bank Swadesi Tbk 32,89 319,9
26 PT Modern Internasional Tbk 77,9 134,6
27 PT Bank Mega Tbk 21,899 5,48
28 PT Buana Finance Tbk 0,98 0,54
29 PT Multi Indocitra Tbk 3,003 17,3
30 PT Bank Bumiputera Indonesia Tbk 1145,13 1199,49
31 Bank Bukopin 94,4 9,7
32 PT Nusantara Infrastruktur Tbk 250,86 268,73
33 PT Jababeka Tbk 86 98
34 Bank Internasional Indonesia 696,94 10,56
35 PT Adhi Karya (Persero) Tbk 122,47 116,59
36 PT Bhakti Investama Tbk (Perseroan) 151,2 139,29
37 PT Jakarta Setiabudi Internasional Tbk 1,46 1,15
38 PT Panin Sekuritas Tbk 207,42 136,5
155
39 PT Bank Danamon Indonesia Tbk 631,29 4,32
40 PT Sentul City Tbk (Perseroan) 0,16 21,91
41 PT Pakuwon Jati Tbk 4,01 1,9
42 PT Ace Hardware Indonesia Tbk 18,12 0,11
43 PT Alfa Retailindo Tbk 15 0,96
44 PT Equity Development Investment Tbk 2,2 2,4
45 PT Clipan Finance Indonesia Tbk 0,4 0,4
46 PT Yulie Sekurindo Tbk 14,89 19,5
47 PT Asuransi Dayin Mitra Tbk 145,8 1,32
48 PT Minsuco Internasional Finance Tbk 18,2 35,4
156
Lampiran 9
Data Jumlah Dewan Komisaris Tahun 2008-2009
No Nama Perusahaan 2008 2009
1 PT Bentoel Internasional Investama Tbk 3 3
2 PT Fastfood Indonesia Tbk 6 6
3 PT AKR Corporindo Tbk 3 3
4 PT Surya Citra Media Tbk 4 4
5 PT Jasa Marga (Persero) Tbk 3 3
6 PT Bakrie & Brother Tbk 4 4
7 PT Global Land Development Tbk 4 3
8 PT Berlian laju Tanker Tbk 4 4
9 PT Perusahaan Gas Negara Tbk 5 5
10 PT Mobile-8 Tbk 8 3
11 PT Tunas Ridean Tbk 5 5
12 PT Global Mediacom Tbk 7 8
13 PT Tira Austenite Tbk 3 4
14 PT Elnusa Tbk 5 5
15 PT Excelcomindo pratama Tbk 4 8
16 PT Tigaraksa Tbk 3 5
17 PT Panorama Sentrawisata Tbk 3 3
18 PT Zebra Nusantara Tbk 3 2
19 PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk 5 5
20 PT Indosiar Karya Media Tbk 5 5
21 Panin Bank 6 4
22 PT Bank Mandiri (Persero) Tbk 8 6
23 PT Bank Central Asia Tbk 5 5
24 PT Asuransi Multi Guna Artha Tbk 3 3
25 PT Bank Swadesi Tbk 5 5
26 PT Modern Internasional Tbk 3 3
27 PT Bank Mega Tbk 3 3
28 PT Buana Finance Tbk 3 3
29 PT Multi Indocitra Tbk 3 4
30 PT Bank Bumiputera Indonesia Tbk 4 2
31 Bank Bukopin 6 2
32 PT Nusantara Infrastruktur Tbk 4 2
33 PT Jababeka Tbk 3 3
34 Bank Internasional Indonesia 6 3
35 PT Adhi Karya (Persero) Tbk 5 4
36 PT Bhakti Investama Tbk (Perseroan) 8 4
37 PT Jakarta Setiabudi Internasional Tbk 5 2
38 PT Panin Sekuritas Tbk 5 2
157
39 PT Bank Danamon Indonesia Tbk 8 4
40 PT Sentul City Tbk (Perseroan) 5 6
41 PT Pakuwon Jati Tbk 4 4
42 PT Ace Hardware Indonesia Tbk 4 2
43 PT Alfa Retailindo Tbk 8 6
44 PT Equity Development Investment Tbk 5 10
45 PT Clipan Finance Indonesia Tbk 5 9
46 PT Yulie Sekurindo Tbk 5 8
47 PT Asuransi Dayin Mitra Tbk 4 10
48 PT Minsuco Internasional Finance Tbk 6 10
158
Lampiran 10
Data Struktur Kepemilikan Institusional Tahun 2008-2009
No Nama Perusahaan 2008 2009
1
PT Bentoel Internasional Investama
Tbk 0,282 0,26
2 PT Fastfood Indonesia Tbk 0,255 0,25
3 PT AKR Corporindo Tbk 0,434 0,401
4 PT Surya Citra Media Tbk 0,152 0,16
5 PT Jasa Marga (Persero) Tbk 0,162 0,35
6 PT Bakrie & Brother Tbk 0,771 3,627
7 PT Global Land Development Tbk 0,782 3,05
8 PT Berlian laju Tanker Tbk 0,665 0,832
9 PT Perusahaan Gas Negara Tbk 0,579 0,75
10 PT Mobile-8 Tbk 0,345 0,55
11 PT Tunas Ridean Tbk 0,14 0,37
12 PT Global Mediacom Tbk 0,956 0,949
13 PT Tira Austenite Tbk 0,126 0,078
14 PT Elnusa Tbk 0,197 0,254
15 PT Excelcomindo pratama Tbk 0,156 0,012
16 PT Tigaraksa Tbk 0,97 0,99
17 PT Panorama Sentrawisata Tbk 0,79 0,31
18 PT Zebra Nusantara Tbk 0,475 0,013
19 PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk 0,04 0,38
20 PT Indosiar Karya Media Tbk 0,93 0,13
21 Panin Bank 0,66 0,84
22 PT Bank Mandiri (Persero) Tbk 0,279 0,289
23 PT Bank Central Asia Tbk 0,505 0,45
24 PT Asuransi Multi Artha GunaTbk 0,35 0,41
25 PT Bank Swadesi Tbk 0,012 0,0405
26 PT Modern Internasional Tbk 0,284 0,284
27 PT Bank Mega Tbk 0,99 0,01
28 PT Buana Finance Tbk 0,113 0,12
29 PT Multi Indocitra Tbk 0,18 0,025
30 PT Bank Bumiputera Indonesia Tbk 0,045 0,027
31 Bank Bukopin 0,22 0,43
32 PT Nusantara Infrastruktur Tbk 0,242 0,98
33 PT Jababeka Tbk 0,45 0,68
34 Bank Internasional Indonesia 0,012 0,794
35 PT Adhi Karya (Persero) Tbk 0,013 0,013
36 PT Bhakti Investama Tbk (Perseroan) 0,02 0,56
37 PT Jakarta Setiabudi Internasional Tbk 0,66 0,66
159
38 PT Panin Sekuritas Tbk 0,0103 0,97
39 PT Bank Danamon Indonesia Tbk 0,47 0,54
40 PT Sentul City Tbk (Perseroan) 0,71 0,11
41 PT Pakuwon Jati Tbk 0,43 0,23
42 PT Ace Hardware Indonesia Tbk 0,66 0,19
43 PT Alfa Retailindo Tbk 0,25 0,34
44
PT Equity Development Investment
Tbk 0,157 0,21
45 PT Clipan Finance Indonesia Tbk 0,84 0,91
46 PT Yulie Sekurindo Tbk 0,89 0,87
47 PT Asuransi Dayin Mitra Tbk 0,34 0,02
48 PT Minsuco Internasional Finance Tbk 0,109 0,124
160
Output SPSS
REGRESSION
/DESCRIPTIVES MEAN STDDEV CORR SIG N
/MISSING LISTWISE
/STATISTICS COEFF OUTS BCOV R ANOVA COLLIN TOL CHANGE ZPP
/CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10)
/NOORIGIN
/DEPENDENT CSR
/METHOD=ENTER Size Profitabilitas JDK Leverage SKI
/SCATTERPLOT=(*SRESID ,*ZPRED)
/RESIDUALS DURBIN HIST(ZRESID) NORM(ZRESID)
/SAVE RESID.
Regression
Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation N
CSR 52.3979 12.25099 96
Size 4104.23 8000.819 96
Profitabilitas 17.9026 26.28456 96
JDK 4.61 1.905 96
Leverage 1.4665E2 226.77434 96
SKI .4578 .52290 96
Correlations
CSR Size Profitabilitas JDK Leverage SKI
Pearson Correlation
CSR 1.000 .249 .134 -.170 -.006 .011
Size .249 1.000 .264 .142 .181 .208
Profitabilitas .134 .264 1.000 .033 .034 .090
JDK -.170 .142 .033 1.000 -.004 -.111
Leverage -.006 .181 .034 -.004 1.000 -.017
SKI .011 .208 .090 -.111 -.017 1.000
Sig. (1-tailed) CSR . .007 .096 .049 .477 .457
Size .007 . .005 .084 .039 .021
Profitabilitas .096 .005 . .374 .372 .192
JDK .049 .084 .374 . .486 .141
Leverage .477 .039 .372 .486 . .433
SKI .457 .021 .192 .141 .433 .
N CSR 96 96 96 96 96 96
Size 96 96 96 96 96 96
Profitabilitas 96 96 96 96 96 96
JDK 96 96 96 96 96 96
Leverage 96 96 96 96 96 96
161
Correlations
CSR Size Profitabilitas JDK Leverage SKI
Pearson Correlation
CSR 1.000 .249 .134 -.170 -.006 .011
Size .249 1.000 .264 .142 .181 .208
Profitabilitas .134 .264 1.000 .033 .034 .090
JDK -.170 .142 .033 1.000 -.004 -.111
Leverage -.006 .181 .034 -.004 1.000 -.017
SKI .011 .208 .090 -.111 -.017 1.000
Sig. (1-tailed) CSR . .007 .096 .049 .477 .457
Size .007 . .005 .084 .039 .021
Profitabilitas .096 .005 . .374 .372 .192
JDK .049 .084 .374 . .486 .141
Leverage .477 .039 .372 .486 . .433
SKI .457 .021 .192 .141 .433 .
N CSR 96 96 96 96 96 96
Size 96 96 96 96 96 96
Profitabilitas 96 96 96 96 96 96
JDK 96 96 96 96 96 96
Leverage 96 96 96 96 96 96
SKI 96 96 96 96 96 96
Variables Entered/Removedb
Model Variables Entered
Variables Removed Method
1 SKI, Leverage, Profitabilitas, JDK, Size
a
. Enter
a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: CSR
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Change Statistics
Durbin-Watson
R Square Change
F Change df1
df Sig. F Change
1 .346a .119 .071 11.81097 .119 2.442 5 90 .040 1.818
a. Predictors: (Constant), SKI, Leverage, Profitabilitas, JDK, Size
b. Dependent Variable: CSR
162
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 1703.319 5 340.664 2.442 .040
a
Residual 12554.921 90 139.499
Total 14258.240 95
a. Predictors: (Constant), SKI, Leverage, Profitabilitas, JDK, Size
b. Dependent Variable: CSR
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 57.948 3.633 15.950 .000
Size .000 .000 .289 2.680 .009 .841 1.189
Profitabilitas .035 .048 .075 .733 .466 .929 1.076
JDK -1.435 .650 -.223 -2.207 .030 .958 1.044
Leverage -.003 .005 -.063 -.624 .534 .963 1.039
SKI -1.911 2.401 -.082 -.796 .428 .932 1.073
a. Dependent Variable: CSR
Coefficient Correlationsa
Model SKI Leverage Profitabilitas JDK Size
1 Correlations SKI 1.000 .062 -.036 .147 -.219
Leverage .062 1.000 .012 .039 -.189
Profitabilitas -.036 .012 1.000 .000 -.246
JDK .147 .039 .000 1.000 -.169
Size -.219 -.189 -.246 -.169 1.000
Covariances SKI 5.765 .001 -.004 .230 -8.674E-5
Leverage .001 2.966E-5 3.219E-6 .000 -1.702E-7
Profitabilitas -.004 3.219E-6 .002 -1.905E-5 -1.940E-6
JDK .230 .000 -1.905E-5 .423 -1.811E-5
Size -8.674E-5 -1.702E-7 -1.940E-6 -1.811E-5 2.728E-8
a. Dependent Variable: CSR
163
Collinearity Diagnosticsa
Model Dimension Eigenvalue Condition
Index
Variance Proportions
(Constant) Size Profitabilitas JDK Leverage SKI
1 1 3.596 1.000 .01 .02 .02 .01 .02 .02
2 .698 2.270 .00 .18 .21 .01 .48 .02
3 .667 2.322 .02 .43 .00 .02 .26 .11
4 .560 2.535 .00 .18 .58 .00 .01 .30
5 .414 2.947 .02 .16 .17 .08 .20 .44
6 .065 7.436 .95 .03 .01 .88 .03 .11
a. Dependent Variable: CSR
Residuals Statisticsa
Minimum Maximum Mean Std. Deviation N
Predicted Value 43.4289 69.9735 52.3979 4.23434 96
Std. Predicted Value -2.118 4.151 .000 1.000 96
Standard Error of Predicted Value
1.352 9.137 2.570 1.461 96
Adjusted Predicted Value 44.3652 74.5427 52.4440 4.55925 96
Residual -2.88290E1 34.69767 .00000 11.49596 96
Std. Residual -2.441 2.938 .000 .973 96
Stud. Residual -2.478 2.967 -.002 .996 96
Deleted Residual -2.97119E1 35.39045 -.04605 12.07645 96
Stud. Deleted Residual -2.553 3.106 .001 1.011 96
Mahal. Distance .256 55.866 4.948 8.743 96
Cook's Distance .000 .206 .009 .024 96
Centered Leverage Value .003 .588 .052 .092 96
a. Dependent Variable: CSR
165
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 96
Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation 11.49595840
Most Extreme Differences Absolute .085
Positive .085
Negative -.057
Kolmogorov-Smirnov Z .828
Asymp. Sig. (2-tailed) .499
a. Test distribution is Normal.
Correlations
ABSUT Size Profitabilitas JDK Leverage SKI
Pearson Correlation
ABSUT 1.000 -.046 -.116 -.078 -.136 -.041
Size -.046 1.000 .264 .142 .181 .208
Profitabilitas -.116 .264 1.000 .033 .034 .090
JDK -.078 .142 .033 1.000 -.004 -.111
Leverage -.136 .181 .034 -.004 1.000 -.017
SKI -.041 .208 .090 -.111 -.017 1.000
Sig. (1-tailed) ABSUT . .328 .131 .225 .093 .346
Size .328 . .005 .084 .039 .021
Profitabilitas .131 .005 . .374 .372 .192
JDK .225 .084 .374 . .486 .141
Leverage .093 .039 .372 .486 . .433
SKI .346 .021 .192 .141 .433 .
N ABSUT 96 96 96 96 96 96
Size 96 96 96 96 96 96
Profitabilitas 96 96 96 96 96 96
JDK 96 96 96 96 96 96
Leverage 96 96 96 96 96 96
SKI 96 96 96 96 96 96
166
Variables Entered/Removedb
Model Variables Entered
Variables Removed Method
1 SKI, Leverage, Profitabilitas, JDK, Size
a
. Enter
a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: ABSUT
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
Change Statistics
Durbin-
Watson R Square Change F Change df1 df2
Sig. F
Change
1 .198a .039 -.014 7.61138 .039 .731 5 90 .602 1.988
a. Predictors: (Constant), SKI, Leverage, Profitabilitas, JDK, Size
b. Dependent Variable: ABSUT
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 211.826 5 42.365 .731 .602
a
Residual 5213.979 90 57.933
Total 5425.805 95
a. Predictors: (Constant), SKI, Leverage, Profitabilitas, JDK, Size
b. Dependent Variable: ABSUT
167
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
Correlations Collinearity Statistics
B Std. Error Beta
Zero-order Partial Part Tolerance VIF
1 (Constant)
11.626 2.341 4.966 .000
Size 2.894E-5 .000 .031 .272 .786 -.046 .029 .028 .841 1.189
Profitabilitas
-.032 .031 -.112 -1.041 .301 -.116 -.109 -
.108 .929 1.076
JDK -.335 .419 -.085 -.800 .426 -.078 -.084
-.083
.958 1.044
Leverage
-.005 .004 -.139 -1.321 .190 -.136 -.138 -
.137 .963 1.039
SKI -.711 1.547 -.049 -.459 .647 -.041 -.048
-.047
.932 1.073
a. Dependent Variable:
ABSUT
Coefficient Correlationsa
Model SKI Leverage Profitabilitas JDK Size
1 Correlations SKI 1.000 .062 -.036 .147 -.219
Leverage .062 1.000 .012 .039 -.189
Profitabilitas -.036 .012 1.000 .000 -.246
JDK .147 .039 .000 1.000 -.169
Size -.219 -.189 -.246 -.169 1.000
Covariances SKI 2.394 .000 -.002 .095 -3.602E-5
Leverage .000 1.232E-5 1.337E-6 5.702E-5 -7.067E-8
Profitabilitas -.002 1.337E-6 .001 -7.911E-6 -8.057E-7
JDK .095 5.702E-5 -7.911E-6 .175 -7.522E-6
Size -3.602E-5 -7.067E-8 -8.057E-7 -7.522E-6 1.133E-8
a. Dependent Variable: ABSUT
Collinearity Diagnosticsa
Model Dimension Eigenvalue
Condition Index
Variance Proportions
(Constant) Size Profitabilitas JDK Leverage SKI
1 1 3.596 1.000 .01 .02 .02 .01 .02 .02
2 .698 2.270 .00 .18 .21 .01 .48 .02
3 .667 2.322 .02 .43 .00 .02 .26 .11
4 .560 2.535 .00 .18 .58 .00 .01 .30
5 .414 2.947 .02 .16 .17 .08 .20 .44
6 .065 7.436 .95 .03 .01 .88 .03 .11
a. Dependent Variable: ABSUT
168
Residuals Statisticsa
Minimum Maximum Mean Std. Deviation N
Predicted Value 2.8323 10.7259 8.6175 1.49323 96
Std. Predicted Value -3.874 1.412 .000 1.000 96
Standard Error of Predicted Value
.872 5.888 1.656 .942 96
Adjusted Predicted Value 2.1005 11.0706 8.6395 1.61043 96
Residual -9.18972 25.46221 .00000 7.40837 96
Std. Residual -1.207 3.345 .000 .973 96
Stud. Residual -1.218 3.379 -.001 .992 96
Deleted Residual -9.34919 25.97059 -.02196 7.71650 96
Stud. Deleted Residual -1.221 3.595 .006 1.012 96
Mahal. Distance .256 55.866 4.948 8.743 96
Cook's Distance .000 .109 .007 .016 96
Centered Leverage Value .003 .588 .052 .092 96
a. Dependent Variable: ABSUT
Top Related