PENGARUH SIZE, PROFITABILITAS, FINANCIAL LEVERAGE, …lib.unnes.ac.id/6775/1/7864.pdf · 1 1...

184
PENGARUH SIZE, PROFITABILITAS, FINANCIAL LEVERAGE, JUMLAH DEWAN KOMISARIS, STRUKTUR KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL TERHADAP CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DISCLOSURE SKRIPSI Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Pada Universitas Negeri Semarang Oleh Maulida Dwi Kartikasari 7250407048 Akuntansi S1 JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2011

Transcript of PENGARUH SIZE, PROFITABILITAS, FINANCIAL LEVERAGE, …lib.unnes.ac.id/6775/1/7864.pdf · 1 1...

1

1

PENGARUH SIZE, PROFITABILITAS, FINANCIAL

LEVERAGE, JUMLAH DEWAN KOMISARIS,

STRUKTUR KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL

TERHADAP CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY

DISCLOSURE

SKRIPSI

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Pada Universitas Negeri Semarang

Oleh

Maulida Dwi Kartikasari

7250407048

Akuntansi S1

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2011

2

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian

skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang pada :

Hari :

Tanggal :

Pembimbing I Pembimbing II

Muhammad Khafid, S.Pd, M.Si AgungYulianto, S.Pd., M.Si

NIP. 197510101999031001 NIP. 197407072003121002

Mengetahui

Ketua Jurusan Akuntansi

Drs. Fachrurozie, M.Si

NIP. 196206231989011001

ii

3

PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas

Ekonomi Universitas Negeri Semarang pada :

Hari :

Tanggal :

Penguji

Drs. Fachrurozie, M.Si

NIP. 196206231989011001

Anggota I Anggota II

Muhammad Khafid, S.Pd, M.Si Agung Yulianto, S.Pd., M.Si

NIP. 197510101999031001 NIP. 197407072003121002

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ekonomi

Drs. S. Martono, M.Si

NIP. 196603081989011001

iii

4

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya

saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian maupun

seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini

dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, 1 Juli 2011

Maulida Dwi Kartikasari

NIM. 7250407048

iv

5

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto

Orang yang berpikiran optimis selalu memandang segala sesuatu itu sulit,

tetapi orang yang berpikiran pesimis selalu memandang segala sesuatu itu

mungkin, tetapi sulit.

No matter how dark the night, morning always come and our life begin a

new.

Orang yang paling sempurna bukanlah orang dengan otak yang sempurna,

melainkan orang yang dapat mempergunakan sebaiknya-baiknya dari bagian

otaknya yang kurang sempurna. (Aristoteles)

Persembahan

Bapak dan Ibu tersayang, terima kasih atas doa, rasa sayang,

perhatian, dan perjuangan yang tiada batasnya

Kakakku tersayang, Ika Kusumaningtyas dan Almira Shafina,

terima kasih telah memberi semangat

Keluarga Besar Kos Asri (Esp: Imbul, Ijah, Jupe, Keket,

Pitul) terima kasih atas dukungan dan kebahagiaan yang tiada

hentinya.

Almamaterku Universitas Negeri Semarang yang memberiku

banyak ilmu agar menjadi seseorang yang lebih baik

Tri Prasetya Adi, terima kasih atas dukungan dan motivasi

yang begitu besar

Teman-teman seperjuangan “Lampirr”, Yayuk, Mbeka,

Kokom, Maruto, Phoniyem, Ma’e, Oppily Kalian

memberikan ku banyak pelajaran kehidupan

v

6

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan

rahmat dan anugera, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi

yang berjudul “Pengaruh Size, Profitabilitas, Financial Leverage, Jumlah Dewan

Komisaris, Struktur Kepemilikan Institusional Terhadap Corporate Social

Responsibility Disclosure”.

Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu

persyaratan guna memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi

Universitas Negeri Semarang.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan skripsi ini

penulis memperoleh bantuan, masukan, saran, bimbingan, dan pengarahan dari

berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan yang baik ini, penulis ingin

menyampaikan ucapan terimakasih kepada :

1. Prof. Dr. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si. Rektor Universitas Negeri

Semarang.

2. Drs. S. Martono, M.Si. Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri

Semarang.

3. Drs. Fachrurrozie, M.Si. Ketua Jurusan Akuntansi sekaligus Dosen Penguji

yang telah memberikan saran, masukan, kritikan, dan kebijaksanaannya

dalam ujian skripsi.

4. Muhammad Khafid, S.Pd., M.Si Dosen Pembimbing I yang dengan sabar

mengarahkan dan membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini.

vi

7

5. Agung Yulianto, S.Pd., M.Si Dosen Pembimbing II yang dengan sabar

memberi banyak masukan dan bimbingan selama penyusunan skripsi ini.

6. Bestari Dwi Handayani, S.E., M.Si Dosen Wali Prodi Akuntansi S1 B ’07,

yang selalu memberi arahan dan motivasi selama menjalani perkuliahan.

7. Seluruh Dosen dan Staf Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas

Negeri Semarang, yang telah membimbing, mengarahkan, dan menularkan

ilmu pengetahuannya.

8. Bapak dan Ibu tersayang, terima kasih atas doa, kasih sayang, dan

perjuangannya yang tiada henti.

9. Teman-teman seperjuangan Akuntansi B angkatan 2007, jangan pernah

lupakan kebersamaan dan perujuangan kita selama menimba ilmu di bangku

kuliah.

10. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak

dapat penulis sebutkan satu persatu.

Akhir kata, besar harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi

pembaca, dapat dijadikan referensi penelitian selanjutnya, dan berguna bagi

perkembangan studi akuntansi.

Semarang, 16 Juli 2011

Penyusun

\

vii

8

SARI

Maulida Dwi Kartikasari. 2011. Pengaruh Size, Profitabilitas, Financial

Leverage, Jumlah Dewan Komisaris, Struktur Kepemilikan Institusional

Terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure. Jurusan Akuntansi,

Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I. Muhammad

Khafid, S.Pd., M.Si. II Agung Yulianto, S.Pd., M.Si

Kata Kunci : CSR Disclosure, Size, Profitabilitas, Leverage, Jumlah Dewan

Komisaris, dan Struktur Kepemilikan Institusional.

Selama ini akuntansi terbatas pada pertanggungjawaban manajemen kepada

pemilik saham, kini paradigma tersebut diperluas menjadi pertanggungjawaban

kepada seluruh stakeholder. Masyarakat membutuhkan informasi apakah

perusahaan sudah melakukan aktivitas sosial. Oleh sebab itu perlu adanya tema

pengungkapan tanggung jawab sosial secara jelas dan bersifat wajib (mandatory).

Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis apakah size, profitabilitas, Financial

leverage, jumlah dewan komisaris, dan struktur kepemilikan institusional

berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.

Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kuantitatif, yang

mengungkapkan besar kecilnya pengaruh antar variabel yang dinyatakan dalam

angka-angka. Populasi penelitian perusahaan Go Public yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia tahun 2008-2009 sebanyak 48 perusahaan selama 2 periode,

sehingga didapat sampel sejumlah 96. Data yang digunakan berupa data sekunder

yang diambil dengan teknik dokumentasi. Metode pengungkapan dengan

pengamatan item informasi yang ditentukan dalam laporan tahunan dengan cara

checklist. Metode pengujian penelitian ini melalui analisis regresi berganda

dengan bantuan program SPSS 16.0.

Hasil penelitian menunjukkan secara simultan kelima variabel signifikan

mempengaruhi pengungkapan tanggung jawab sosial (0,04<0,05). Secara parsial

size signifikan mempengaruhi pengungkapan tanggung jawab sosial (0,009<0,05).

Profitabilitas tidak signifikan mempengaruhi pengungkapan tanggung jawab

sosial (0,466>0,05). Financial Leverage tidak signifikan mempengaruhi

pengungkapan tanggung jawab sosial (0,535>0,05). Jumlah Dewan Komisaris

signifikan mempengaruhi pengungkapan tanggung jawab sosial (0,03<0,05).

Struktur Kepemilikan Institusional tidak signifikan mempengaruhi pengungkapan

tanggung jawab sosial (0,429>0,05).

Secara simultan size, profitabilitas, financial leverage, jumlah dewan

komisaris, struktur kepemilikan institusional signifikan berpengaruh terhadap

pengungkapan tanggung jawab sosial. Secara parsial size dan jumlah dewan

komisaris secara signifikan berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab

sosial. Sedangakan profitabilitas, leverage, struktur kepemilikan institusional tidak

signifikan berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial. Saran

penelitian berikutnya agar menggunakan proksi lain pada variabel yang sama dan

menambah variabel baru pada penelitian selanjutnya.

viii

9

ABSTRACT

Maulida Dwi Kartikasari. 2011. The Effect of Size Company, Profitability,

Financial Leverage, Number of Commissioners, Institusional Ownership To

Corporate Social Responsibility Disclosure. Accounting, Economic Faculty.

Semarang State University. Lecturer I. Muhammad Khafid, S.Pd., M.Si. II Agung

Yulianto, S.Pd., M.Si

Keywords : CSR Disclosure, Size, Profitability, Leverage, number of

commissioner, and institusional ownership.

Accounting concern only limited on management accountability to

shareholders, now extends this paradigm to be accountable to all stakeholders.

People needs information on whether the company is already doing social

activities. Therefore there is need corporate social responsibility disclosure

themes in a clearly and compulsory (mandatory). This study was conducted to

analyze whether the size, profitability, financial leverage, number of

commissioners, and institutional ownership affect to corporate social

responsibility disclosure.

This study included quantitative descriptive research, which revealed the

size of the influence between variables expressed in figures. The study population

go public company listed on the Indonesia Stock Exchange in 2008-2009 as many

as 48 companies during the second period, so that the obtained sample number 96.

The data used were secondary data taken with the technical documentation.

Method of disclosure with the observation that the information items specified in

the annual report by the checklist. This research testing methods through multiple

regression analysis with SPSS 16.0.

The results showed simultaneous five significant variables affecting the

corporate social responsibility disclosure (0.04 <0.05). Partially size significantly

affect to corporate social responsibility disclosure (0.009 <0.05). Profitability does

not significantly affect to corporate social responsibility disclosure (0.466> 0.05).

financial leverage does not significantly affect to corporate social responsibility

disclosure (0.535> 0.05). Number of commissioners significantly affect to

corporate social responsibility disclosure (0.03 <0.05). Institutional Ownership

does not significantly affect to corporate social responsibility disclosure (0.429>

0.05).

Simultaneously size, profitability, financial leverage, number of

commissioners, institutional ownership significantly affects to corporate social

responsibility disclosure. Partially size and number of commissioners significantly

affect to corporate social responsibility disclosure. But another variables with

profitability, leverage, institutional ownership structure does not significantly

affect to corporate social responsibility disclosure. The next research advice to use

another proxy on the same variables and add new variables in subsequent studies.

ix

10

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ................................................................................. i

PERSETUJUAN PEMBIMBING............................................................ ii

PENGESAHAN KELULUSAN ............................................................... iii

PERNYATAAN ......................................................................................... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................ v

PRAKATA ................................................................................................. vi

SARI ........................................................................................................... viii

ABSTRACT ............................................................................................... ix

DAFTAR ISI .............................................................................................. x

DAFTAR TABEL...................................................................................... xiv

DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xv

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xvi

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ................................................................... 1

1.2. Permasalahan ..................................................................... 16

1.3. Tujuan Penelitian ............................................................... 17

1.4. Manfaat Penelitian ............................................................. 18

BAB II LANDASAN TEORI

2.1. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan .................................. 20

2.1.1. Pengertian Tanggung Jawab Sosial Perusahaan .... 20

2.1.2. Tujuan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ......... 25

x

11

2.2. Pengungkapan Tanggung Jawab sosial Perusahaan (CSR

Disclosure) ......................................................................... 25

2.2.1. Pengertian CSR Disclosure .................................... 25

2.2.2. Tujuan CSR Disclosure .......................................... 31

2.2.3. Alasan Perusahaan Mengungkapkan CSR.............. 32

2.2.4. Faktor yang mempengaruhi CSR Disclosure ......... 37

2.3. Size Perusahaan........................................................... ....... 46

2.4. Profitabilitas ....................................................................... 48

2.5. Financial Leverage ............................................................ 50

2.6. Jumlah Dewan Komisaris .................................................. 52

2.7. Struktur Kepemilikan Institusional .................................... 55

2.8. Penelitian Terdahulu .......................................................... 57

2.9. Kerangka Berpikir .............................................................. 65

2.10. Hipotesis ............................................................................ 65

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Populasi Dan Sampel Penelitian ......................................... 67

3.1.1 Populasi Penelitian .................................................. 67

3.1.2 Sampel Penelitian .................................................... 67

3.2 Variabel Penelitian .............................................................. 69

3.2.1. Variabel Dependen .................................................. 69

3.2.2. Variabel Independen ................................................ 70

3.3 Jenis dan Sumber Data ........................................................ 74

3.4 Metode Pengumpulan Data ................................................. 75

xi

12

3.5 Metode Analisis Data .......................................................... 75

3.5.1. Analisis Deskriptif .................................................. 75

3.5.2. Uji Prasyarat ........................................................... 78

3.5.2.1. Uji Normalitas Data .................................. 78

3.5.2.2. Uji Asumsi Klasik ..................................... 79

3.5.3. Model Regresi Berganda ........................................ 82

3.5.4. Uji Hipotesis ........................................................... 82

3.5.4.1. Uji Simultan ............................................... 83

3.5.4.2. Uji Parsial .................................................. 83

3.5.4.3. Koefisien Determinasi Simultan ................ 84

3.5.4.4. Koefisien Determinasi Parsial ................... 85

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian...................................................... .............. 86

4.1.1. Analisis Deskriptif .................................................. 86

4.1.2. Analisis Pengujian Prasyarat ................................... 96

4.1.3. Analisis Pengujian Regresi Berganda ..................... 103

4.1.4. Analisis Pengujian Simultan ................................... 104

4.1.5. Analisis Pengujian Parsial ....................................... 105

4.1.6. Koefisien Determinasi Simultan ............................. 106

4.1.7. Koefisien Determinasi Parsial ................................. 107

4.2. Pembahasan ......................................................................... 108

xii

13

BAB V PENUTUP

5.1.Simpulan ............................................................................... 118

5.2.Saran ..................................................................................... 119

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 120

LAMPIRAN ............................................................................................. 124

xiii

14

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Pengungkapan CSR Dalam Annual Report Tahun 2007 ....... 9

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu .............................................................. 57

Tabel 3.1 Prosedur Sampel Penelitian ................................................... 68

Tabel 3.2 Sampel Penelitian ................................................................... 69

Tabel 3.3 Ringkasan Variabel ................................................................ 73

Tabel 4.1 Deskriptif Variabel ................................................................. 86

Tabel 4.2 Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial ................................ 88

Tabel 4.3 Item Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Tahun 2008..... 89

Tabel 4.4 Item Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Tahun 2009..... 90

Tabel 4.5 Deskriptif Total Tenaga Kerja ............................................... 91

Tabel 4.6 Deskriptif Profitabilitas .......................................................... 92

Tabel 4.7 Deskriptif Financial Leverage ............................................... 93

Tabel 4.8 Deskriptif Jumlah Dewan Komisaris ..................................... 94

Tabel 4.9 Deskriptif Struktur Kepemilikan Intitusional ........................ 95

Tabel 4.10 Hasil Uji Normalitas Data ...................................................... 97

Tabel 4.11 Hasil Uji Multikolinearitas ..................................................... 99

Tabel 4.13 Hasil Uji Heteroskedastisitas ................................................. 100

Tabel 4.14 Hasil Uji Autokorelasi............................................................ 102

Tabel 4.15 Hasil Regresi Berganda .......................................................... 103

Tabel 4.16 Hasil Uji Simultan .................................................................. 104

Tabel 4.17 Hasil Perhitungan Koefisien Determinasi .............................. 104

Tabel 4.18 Hasil Perhitungan Koefisien Determinasi Simultan .............. 107

xiv

15

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir ................................................................. 65

Gambar 4.1 Grafik Histogram..................................................................... 98

Gambar 4.2 Gambar Normal Probability Plot............................................. 98

Gambar 4.3 Grafik Scatterplot .................................................................... 101

xv

16

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Nama Perusahaan Go Public Tahun 2007 .................. 124

Lampiran 2 Daftar Nama Perusahaan Go Public Tahun 2008-2009 ........ 131

Lampiran 3 Data Annual Report dan Pengungkapan CSR ....................... 140

Lampiran 4 Data Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Tahun 2008-2009 142

Lampiran 5 Data Item Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial 2008-2009 143

Lampiran 6 Data Size Perusahaan Tahun 2008-2009 ................................ 145

Lampiran 7 Data Profitabilitas Perusahaan Tahun 2008-2009 .................. 146

Lampiran 8 Data Financial Leverage Tahun 2008-2009 .......................... 147

Lampiran 9 Data Jumlah Dewan Komisaris Tahun 2008-2009 ................ 148

Lampiran 10 Data Struktur Kepemilikan Institusional Tahun 2008-2009 .. 149

Lampiran 11 Output SPSS .......................................................................... 150

xvi

1

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Laporan keuangan merupakan suatu alat yang digunakan oleh manajemen

untuk melakukan pertanggungjawaban kinerja ekonomi perusahaan kepada

investor, kreditur, dan pemerintah. Laporan keuangan dapat dikelompokkan dalam

pengungkapan yang sifatnya wajib (mandatory disclosure) dan pengungkapan

yang sifatnya sukarela (voluntary disclosure), pengungkapan wajib merupakan

ketentuan yang harus diikuti oleh setiap perusahaan atau institusi yang berisi

tentang hal-hal yang harus dicantumkan berdasarkan standar yang berlaku.

Sedangkan pengungkapan yang bersifat sukarela ini tidak disyaratkan oleh

standar, tetapi dianjurkan dan akan memberikan nilai tambah bagi perusahaan

yang melakukannya.

Bagi pihak-pihak diluar manajemen suatu perusahaan, laporan keuangan

merupakan jendela informasi yang memungkinkan mereka untuk mengetahui

kondisi suatu perusahaan pada suatu masa pelaporan. Dimana informasi yang

didapat dari suatu laporan keuangan perusahaan tergantung pada tingkat

pengungkapan dari laporan keuangan yang bersangkutan. Pengungkapan

informasi dalam laporan keuangan harus memadai agar dapat digunakan sebagai

dasar pengambilan keputusan sehingga menghasilkan keputusan yang cermat dan

tepat. Perusahaan diharapkan untuk dapat lebih transparan dalam mengungkapkan

informasi keuangan perusahaannya sehingga dapat membantu para pengambil

2

keputusan seperti investor, kreditur, dan pemakai informasi lainnya dalam

mengantisipasi kondisi ekonomi yang berubah-ubah.

Perusahaan dituntut untuk memberikan informasi mengenai aktivitas

sosialnya. Sejauh ini perkembangan akuntansi konvensional (mainstreem

accounting) telah banyak mendapat kritik karena tidak dapat mengakomodir

kepentingan masyarakat secara luas, sehingga perusaan wajib melaporkan

informasi pertanggungjawaban sosialnya dalam laporan keuangan.

Tanggungjawab sosial perusahaan (CSR-Corporate Social Responsibility)

merupakan tanggungjawab perusahaan yang berpengaruh terhadap konsumen,

masyarakat, dan lingkungan. Selama ini akuntansi dimaksudkan hanya terbatas

pada pertanggungjawaban manajemen kepada pemilik saham, kini paradigma

tersebut diperluas menjadi pertanggungjawaban kepada seluruh stakeholder.

Pusat perhatian perusahaan pada saat ini lebih kepada stockholders dan

bondholders, sedangkan pihak lain sering diabaikan. Banyak aksi protes yang

dilakukan oleh elemen stakeholders kepada manajemen perusahaan, mereka

menuntut keadilan terhadap kebijakan upah dan pemberian fasilitas kesejahteraan

yang diterapkan perusahaan. Di lain pihak banyak masyarakat yang protes atas

pencemaran lingkungan akibat limbah atau polusi yang dilepas ke lingkungan,

sehingga menyebabkan hubungan yang tidak harmonis antara perusahaan dengan

lingkungan sosialnya. Untuk itu masyarakat membutuhkan informasi mengenai

sejauh mana perusahaan sudah melakukan aktivitas sosialnya. Sehingga hak

masyarakat untuk hidup aman dan tentram, kesejahteraan karyawan, dan

keamanan mengkonsumsi dapat terpenuhi.

3

Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan salah satu upaya untuk

menciptakan keberlangsungan usaha dalam memelihara keseimbangan antara

mencetak keuntungan, fungsi-fungsi sosial dan pemeliharaan lingkungan hidup

(tripple bottom line) (Ambadar, 2008:32). Penerapan CSR diharapkan mendorong

peningkatan etika bisnis yang menjadi pegangan perusahaan dalam menjalankan

bisnis dan lebih jauh mendorong terciptanya sustainbility perusahaan. Dengan

melakukan pengungkapan informasi sosialnya, perusahaan ingin membangun

image yang baik dan mendapatkan perhatian dari masyarakat. Selain itu,

perusahaan juga dapat memperoleh legitimasi dengan memperlihatkan tanggung

jawab sosial melalui pengungkapan CSR dalam media termasuk dalam laporan

tahunan perusahaan (Oliver, 1991; Haniffa dan Coke, 2005; Ani, 2007 dalam

Novita dan Djakman, 2007).

Tanggung jawab sosial adalah kewajiban perusahaan untuk merumuskan

kebijakan, mengambil keputusan, dan melaksanakan tindakan yang memberikan

manfaat kepada masyarakat (Williams, 2005:116). Nugroho (2007) dalam Lely

dan Sylvia (2008) menyatakan bahwa Corporate Social Responsibility (CSR)

merupakan klaim agar perusahaan tak hanya beroperasi untuki kepentingan para

pemegang saham (shareholders), tapi juga untuk kemaslahatan pihak stakeholders

dalam praktik bisnis, yaitu para pekerja, komunitas lokal, pemerintah, LSM,

konsumen, dan lingkungan. Dengan semakin berkembangnya konsep CSR ini,

maka banyak teori yang muncul yang diungkapkan berbagai pihak mengenai CSR

ini.

4

Drucker (1973) dalam Aditya (2008) menyatakan bahwa tidak ada suatu

lembaga yang hidup sendiri dan mati sendiri. Setiap orang atau lembaga adalah

unsur yang tidak terpisah dari masyarakat dan demi kepentingan masyarakat.

Perusahaan tidak terkecuali. Perusahaan yang besar tidak dapat disebut sebagai

perusahaan yang baik, ia hanya dapat dikatakan baik jika baik untuk masyarakat.

Perusahaan adalah penduduk dan harus menjadi penduduk yang baik. (Harahap,

2005:367).

Dengan adanya gagasan CSR akan membuat perusahaan tidak lagi

dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada single botton line, yaitu nilai

perusahaan (firm value) yang direfleksikan dalam kondisi keuangannya (financial)

saja. Tapi tanggung jawab perusahaan harus berpijak pada tripple bottom lines. Di

sini bottom lines lainnya selain finansial juga ada sosial dan lingkungan. Karena

kondisi keuangan saja tidak cukup menjamin nilai perusahaan tumbuh secara

berkelanjutan (sustainable).

Pelaporan dalam pertanggung jawaban sosial (Corporate Social

Responsibility) di Indonesia belum memiliki format atau standar yang baku

sehingga pelaporannya masih bersifat sukarela (voluntary). Hal ini ditunjukkan

dalam Peraturan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) No.1 tahun 2009 paragraf 9

yang secara eksplisit berbunyi sebagai berikut, perusahaan dapat pula menyajikan

laporan tambahan seperti laporan mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai

tambah (value added statement), khususnya bagi industri dimana faktor-faktor

lingkungan hidup memegang peranan penting dan bagi industry yang

menganggap pegawai sebagai kelompok pengguna laporan yang memegang

5

peranan penting. Namun karena peraturan pada PSAK belum memiliki standar

yang baku dan peraturan tersebut hanya sebatas mengenai lingkungan hidup dan

nilai tambah perusahaan sehingga belum semua perusahaan mau melaporkan

informasi pertanggung jawaban sosialnya.

Di Indonesia, kesadaran akan perlunya menjaga lingkungan tersebut juga

diatur oleh Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Pasal 74 tahun 2007,

dimana perusahaan yang melakukan kegiatan usaha di bidang yang berkaitan

dengan sumber daya alam wajib melakukan tanggung jawab sosial dan

lingkungan (Dahlia dan Siregar, 2008). Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007

tentang Perseroan Terbatas merupakan suatu kebutuhan yang dirasa perlu oleh

kalangan pengusaha sebagai pelaku usaha maupun pemerintah sebagai pihak

regulator di bidang usaha, karena undang-undang yang selama ini berlaku, yaitu

Undang-Undang Nomor 1 tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas sudah dianggap

tidak relevan lagi dengan perkembangan dunia usaha. Di samping itu,

meningkatnya tuntutan masyarakat akan layanan yang cepat, kepastian hukum

serta tuntutan akan pengembangan dunia usaha yang sesuai dengan prinsip

pengelolaan perusahaan yang baik (Good Corporate Governance) menuntut

penyempurnaan Undang-Undang Nomor 1 tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas

(Widjaja, 2008).

Masih banyak perusahaan yang tidak mempedulikan penerapan CSR ini.

Bahkan beberapa perusahaan secara struktural seringkali menempatkan fungsi

pelaksanaan CSR di bawah departemen atau divisi humas (Public Relation) saja.

Dengan pandangan seperti ini, maka tidak heran bila pelaksanaan CSR tidak lebih

6

dari tujuan membangun citra positif atau sekedar membangun hubungan harmonis

(Living in Harmony) semata. Artinya, tidak ada gejolak sosial, sehingga dapat

dianggap sebagai kegiatan lips service saja (Widjaja, 2008). Masyarakat tidak

mendapatkan apa yang perusahaan janjikan pada saat melakukan promosi. Karena

masih banyak pula perusahaan yang menganggap bahwa CSR masih bersifat

voluntary. Harapan masyarakat mengenai kepedulian perusahaan yang tinggi

terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar tempat perusahaan beroperasi.

Masyarakat menginginkan untuk memperoleh kenyamanan dan kesejahteraan

akibat operasi perusahaan. Artinya adalah semua aktivitas perusahaan tidak

mengganggu dan meresahkan masyarakat dan lingkungan sekitar perusahaan.

Misalnya, limbah pada perusahaan manufaktur yang merugikan lingkungan.

Seharusnya perusahaan dapat mengatur limbah agar tidak merusak lingkungan

dan merugikan masyarakat atau setidaknya limbah tersebut dapat diolah dan

bermanfaat bagi banyak pihak.

Kenyatannya, perusahaan masih terpaku pada profit oriented saja tanpa

mempedulikan bahwa perusahaan mereka membawa dampak yang buruk bagi

masyarakat dan lingkungan di sekitar tempat perusahaan tersebut berdiri.

Kekecewaan masyarakat dan pemerintah akan minimnya peran serta dunia usaha

juga bisa dipahami, mengingat peran serta dunia usaha dalam implementasi CSR

selama ini lebih bersifat sukarela (voluntary) dan kedermawanan (philanthropy)

saja (Ambadar, 2008). Masalah yang ditimbulkan oleh perusahaan manufaktur ini

mengakibatkan timbulnya banyak aksi protes yang dilakukan oleh berbagai pihak

yang berkepentingan, baik yang bersifat internal, seperti karyawan dan

7

shareholder ataupun pihak eksternal seperti serikat pekerja, pemasok, konsumen,

pesaing, LSM, dan badan-badan pemerintah (Belkaoui dalam Sulastini 2007).

Contohnya adalah pada PT Lapindo Brantas, akibat kesalahan proses

usaha perusahaan tersebut, telah banyak menimbulkan kerugian besar bagi

masyarakat sekitar lingkungan perusahaan. Banjir lumpur menghanyutkan ribuan

rumah penduduk. Sayangnya, korban lapindo tidak mendapatkan ganti rugi yang

sesuai, sehingga banyak menimbulkan aksi protes dan demo masyarakat yang tak

kunjung usai menuntut adanya ganti rugi yang setimpal dengan rumah mereka.

Hal tersebut membuktikan bahwa pihak perusahaan tidak ada kemauan untuk

memperhatikan masyarakat di lingkungan sekitar perusahaan. Manajemen

berusaha agar laba perusahaan tetap dengan cara tidak menambah beban

perusahaan yaitu dengan memeberikan ganti rugi yang setimpal akibat kesalahan

proses operasi perusahaan.

Tanudjaja (2009) menyatakan bahwa perbedaan dalam memaknai CSR

oleh perusahaan akan menyebabkan perbedaan implementasi CSR antar

perusahaan pula, tergantung bagaimana perusahaan tersebut memaknai CSR.

Disinilah letak pentingnya pengaturan CSR di Indonesia, agar memiliki daya atur,

daya ikat, dan daya dorong. CSR yang semula bersifat voluntary perlu

ditingkatkan menjadi CSR yang bersifat mandatory. Dengan demikian dapat

diharapkan kontribusi dunia usaha yang terukur dan sistematis dalam

partisipasinya meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sebaliknya masyarakat

juga tidak dapat seenaknya melakukan tuntutan kepada perusahaan, apabila

perusahaannya itu berada diluar batas aturan yang berlaku.

8

Tuntutan melalui aksi protes yang dilakukan oleh pihak internal maupun

eksternal ini bertujuan agar perusahaan lebih meningkatkan kesadaran akan

tanggung jawab sosial, dengan cara memperhatikan dan mempertimbangkan

akibat dari kegiatan operasional yang dilakukan perusahaan. Aksi protes yang

dilakukan oleh para karyawan dan buruh, misalnya menuntut perusahaan untuk

memperbaiki kebijakan upah dan pemberian fasilitas kesejahteraan lain yang

dirasakan kurang mencerminkan nilai keadilan. Selain itu, aksi protes serupa juga

tidak jarang dilakukan oleh masyarakat sebagai konsumen maupun masyarakat

yang berada di lingkungan sekitar pabrik. Masyarakat sebagai konsumen

seringkali melakukan aksi protes terhadap hal-hal yang berkaitan dengan mutu

produk sehubungan dengan kesehatan, keselamatan, dan kehalalan suatu produk

bagi konsumennya. Sedangkan aksi protes yang dilakukan oleh masyarakat di

sekitar pabrik biasanya berkaitan dengan pencemaran lingkungan yang

disebabkan oleh limbah yang dihasilkan pabrik (Ambadar, 2008).

Secara umum, perusahaan besar akan mengungkapkan informasi yang

lebih banyak daripada perusahaan kecil karena perusahaan besar akan menghadapi

risiko politis yang lebih besar daripada perusahaan kecil. Secara teoritis,

perusahaan besar tidak akan lepas dari tekanan politis, yaitu tekanan untuk

melakukan pertanggung jawaban sosial. Dengan mengungkapkan kepedulian pada

lingkungan melalui pelaporan keuangan, maka perusahaan dalam jangka panjang

bisa terhindar dari biaya yang sangat besar akibat dari tuntutan masyarakat. Di

samping itu, perusahaan yang berukuran lebih besar cenderung memiliki public

9

demand akan informasi yang lebih lengkap dibanding perusahaan yang lebih

kecil.

Beberapa perusahaan di Indoesia yang telah secara serius menerapkan

CSR misalnya, PT Riau Andalan Pulp and Paper yang melakukan kegiatan berupa

SMEP (Small Medium Enterprise Pragramme) dalam bentuk pelibatan para

pengusaha lokal dalam proses produksi, baik di sector kehutanan atau forestry

(bahan baku) maupun sektor pabrik (produksi). Pemberdayaan ekonomi

masyarakat membentuk sistem multikultur yang tumbuh kembang bersama dan

saling membutuhkan (sinergis). PT Unilever Indonesia juga memiliki banyak

program di bidang CSR, salah satunya yang cukup berhasil adalah pemberdayaan

petani kacang kedelai hitam yang secara strategis sangat mendukung kebutuhan

pasokan bahan baku untuk produksi kecap Bango yang kini sudah menjadi bagian

dari Unilever. PT Indosiar Karya Media mengadakan program Peduli Kasih

Indosiar dengan memberikan pengobatan gratis bagi penderita katarak di

Indonesia dan penyakit lainnya. Serta mengadakan donor darah untuk

disumbangkan sebagai persediaan darah pada Palang Merah Indonesia.

Tabel 1.1 Daftar Pengungkapan CSR dalam Annual Report Perusahaan yang

Terdaftar di BEI Tahun 2007

Tahun

2007

Mengungkapkan Annual Report

Tidak

Mengungkapkan

Annual Report

Mengungkapkan CSR

Tidak Mengungkapkan

CSR

15 85 175

Sumber : www.idx.co.id (lampiran 1)

10

Berdasarkan data tabel diatas jumlah perusahaan yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia pada tahun 2007 sebanyak 275 perusahaan yang terdiri dari

perusahaan high profile dan low profile. Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia melaporkan pengungkapan CSR pada annual report berjumlah 85

perusahaan. Sedangkan perusahaan yang tidak melaporkan pengungkapan CSR

pada annual report sebanyak 175 perusahaan dan perusahaan yang tidak

mengungkapkan annual report sebanyak 15 perusahaan.

Nicholas Eberstadt (2009) menyatakan bahwa secara umum, faktor yang

mempengaruhi pengungkapan tanggung jawab sosial adalah faktor eksternal dan

internal. Faktor ekstenal yaitu yaitu kritik organisasi masyarakat sipil terhadap

kinerja sosial dan lingkungan perusahaan, untuk memperkuat investor dalam

menanamkan modal di perusahaan, serta pasar tenaga kerja. Sejarah hubungan

antara perusahaan dan masyarakat mencatat banyak peristiwa tragis yang

disebabkan karena operasi perusahaan. Misalnya, cerobong asap pabrik yang

merusak udara di sekitar lingkungan penduduk. Serta limbah pabrik yang dibuang

ke sungai tentu saja akan mencemari air sungai. Organisasi masyarakat sipil

memprotes kinerja buruk, yang kemudian ditanggapi oleh perusahaan. Tanggapan

yang defensif serta “kamuflase hijau” justru akan memperumit masalah,

sedangkan tanggapan yang positif akan menghasilkan perkembangan tanggung

jawab sosial yang baik kepada masyarakat dan lingkungan. Institusi pembiayaan

yang kian kritis menanamkan investasi memperkuat kecenderungan CSR. Dengan

adanya laporan CSR yang baik, investor juga akan menanamkan modal dalam

perusahaan. Pasar tenaga kerja yang menunjukkan adanya pergeseran pilihan

11

dengan mempertimbangkan reputasi perusahaan. Perusahaan dengan reputasi CSR

yang baik akan lebih mudah dalam menyerap tenaga kerja. Sebaliknya apabila

reputasi CSR perusahaan buruk tenaga kerja enggan untuk bekerja di perusahaan

tersebut karena sewaktu-waktu dapat di PHK (Pemutusan Hubungan Kerja).

Faktor internal misalnya, kepemimpinan manajemen puncak yang melihat

CSR merupakan sumber peluang memperoleh keunggulan kompetitif

(responsibility is opportunity). Cukup banyak yang berpendapat bahwa faktor

internal sebagai pendorong CSR semakin kuat berperan di masa datang. Setelah

semakin terbukanya wawasan dan kesadaran masyarakat serta pemerintah

terhadap makna CSR, maka kelangsungan hidup suatu perusahaan akan

ditentukan oleh stakeholders. Hal tersebut berguna untuk menutupi tindakan

perusahaan yang merugikan masyarakat dank an berakibat fatal. Oleh karena itu,

kini makin banyak perusahaan yang sadar akan pentingnya masalah sosial dan

lingkungan sebagai unsure biaya perusahaan. Hal ini akan lebih menguntungkan

dibandingkan akhirnya harus membayar tuntutan ganti rugi kepada masyarakat

yang mungkin jauh lebih besar setelah perusahaan mengalamai masalah sosial.

Beberapa alasan perusahaan mengungkapkan informasi sosial dan

lingkungan menurut Deegan dalam Ghozali (2007:404) antara lain, memenuhi

persyaratan dalam Undang-Undang, mematuhi persyaratan peminjaman, menarik

dana investor, memenangkan penghargaan pelaporan tertentu, dan memenuhi

harapan masyarakat. Sedangkan menurut Murtanto dalam Aditya (2008) alasan

perusahaan mengungkapkan kinerja sosial seperti Internal Decision Making

(pembuat keputusan pihak internal), Product Differentiation (untuk membedakan

12

dengan perusahaan pesaing yang tidak mengungkapkan pelaporan tanggung jawab

sosial), dan Enightened Self Interest

Faktor-faktor di atas memerlukan pemahaman yang mendalam terhadap

perwujudan CSR sebagai konsekuensi dari penerapan pendekatan stakeholders.

Tuntutan bisnis etis, berimplikasi pada perwujudan aktivitas industri sebagai

interaksi harmonis antara stakeholders (pihak-pihak yang berkepentingan) dengan

shareholders (para pelaku bisnis) itu sendiri. Terwujudnya interaksi yang baik

itulah yang diharapkan oleh semua lapisan masyarakat. Oleh karena itu, semua

tindakan bisnis dan aktivitas industri akan menjadi penilaian para stakeholders.

Semakin etis perilaku bisnis atau industri, maka tujuan perusahaan akan tercapai

dengan sendirinya dan bisnisnya selalu berjalan dala koridor hukum.

Size perusahaan dikaitkan dengan teori agensi, di mana perusahaan besar

yang memiliki biaya keagenan yang lebih besar akan mengungkapkan informasi

yang lebih luas untuk mengurangi biaya keagenan tersebut (Sembiring, 2005).

Menurut Gray et. al (1995) dalam Almilia dan Retrinasari (2007) disebutkan

bahwa perusahaan besar mempunyai kemampuan untuk merekrut karyawan yang

ahli, serta adanya tuntutan dari pemegang saham dan analis, sehingga perusahaan

besar memiliki insentif untuk melakukan pengungkapan tanggung jawab sosial

yang lebih luas dari perusahaan kecil. Semakin besar perusahaan, maka jumlah

tenaga kerja yang direkrut semakin banyak. Perusahaan besar merupakan entitas

bisnis yang banyak disoroti baik dari pemerintah maupun masyarakat, semakin

banyak jumlah tenaga kerja dalam suatu perusahaan, maka tuntutan dari masyarakat

dan pemerintah pun semakin tinggi. Mengungkapkan lebih banyak informasi

13

mengenai tanggung jawab sosial perusahaan merupakan bagian dari upaya

perusahaan untuk mewujudkan akuntabilitas publik.

Profitabilitas menjadi faktor yang membuat manajemen menjadi bebas dan

fleksibel untuk mengungkapkan pertanggungjawaban sosial perusahaan kepada

pemegang saham (Heinze dalam Rosmasita, 2007). Hal ini berarti semakin tinggi

tingkat profitabilitas perusahaan maka semakin besar pengungkapan informasi

sosial. Sementara itu, Donovan dan Gibson dalam Sembiring (2005) menyatakan

bahwa berdasarkan teori legitimasi, salah satu argumen dalam hubungan antara

profitabilitas dan tingkat pengungkapan tanggung jawab sosial adalah bahwa

ketika perusahaan memiliki laba yang tinggi, perusahaan (manajemen)

menganggap tidak perlu melaporkan hal-hal yang dapat mengganggu informasi

tentang sukses keuangan perusahaan. Sebaliknya, pada saat tingkat profitabilitas

rendah, mereka berharap para pengguna laporan akan membaca “good news”

kinerja manajemen, misalnya dalam lingkup sosial. Maka, investor akan tetap

berinvestasi di perusahaan tersebut. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa

profitabilitas mempunyai hubungan yang negatif terhadap tingkat pengungkapan

tanggung jawab sosial perusahaan.

Ketergantungan perusahaan terhadap hutang dalam membiayai kegiatan

operasinya tercermin dalam tingkat financial leverage. Dengan demikian,

leverage ini juga mencerminkan tingkat risiko keuangan perusahaan. Berdasarkan

teori agensi, tingkat leverage mempunyai pengaruh negatif terhadap

pengungkapan tanggung jawab sosial (Sembiring, 2005). Semakin tinggi tingkat

leverage (rasio utang/ekuitas) semakin besar kemungkinan perusahaan akan

14

melanggar perjanjian kredit, sehingga perusahaan akan berusaha untuk

melaporkan laba sekarang lebih tinggi yang dapat dilakukan dengan cara

mengurangi biaya-biaya, termasuk biaya untuk mengungkapkan informasi sosial.

Dewan komisaris terdiri dari insider director dan outsider director yang

akan memiliki akses informasi khusus yang berharga dan sangat membantu dewan

komisaris serta menjadikannya sebagai alat efektif dalam keputusan pengendalian.

Sedangakan fungsi dewan komisaris sendiri adalah mengawasi pengelolaan

perusahaan yang dilaksanakan oleh manajemen (direksi) dan bertanggung jawab

untuk menentukan apakah manajemen memenuhi tanggung jawab mereka dalam

mengembangkan dan menyelenggarakan pengendalian intern perusahaan

(Mulyadi, 2002). Semakin besar jumlah anggota dewan komisaris, maka akan

semakin mudah untuk mengendalikan Chief Executive Officer (CEO) dan

monitoring yang dilakukan pun akan semakin efektif. Dikaitkan dengan

pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan, maka tekanan terhadap

manajemen juga akan semakin besar untuk mengungkapkannya.

Institusi merupakan sebuah lembaga yang memiliki kepentingan besar

terhadap investasi yang dilakukan termasuk investasi saham. Sehingga biasanya

institusi menyerahkan tanggung jawab pada divisi tertentu untuk menyerahkan

tanggungjawab pada divisi tertentu untuk mengelola investasi perusahaan

tersebut. Karena institusi memantau secara profesional perkembangan

investasinya maka tingkat pengendalian terhadap tidakan manajemen sangat

tinggi sehingga tingkat kecurangan dapat ditekan. Investor institusi dapat

dibedakan menjadi dua yaitu investor pasif dan investor aktif. Investor pasif tidak

15

terlalu ingin terlibat dalam pengambilan keputusan manajerial. Sedangkan

investor aktif ingin terlibat dalam pengambilan keputusan manajerial. Keberadaan

institusi inilah yang mampu menjadi alat monitoring efektif bagi perusahaan.

(Pozen dalam Etty Murwaningsari 2009). Menurut Crutcley (1999) dalam

Wahyudi dan Pawestri (2006) semakin tinggi kepemilikan institusional maka

semakin kuat kontrol eksternal terhadap perusahaan dan mengurangi agency cost,

sehingga perusahaan akan menggunakan deviden yang rendah. Dengan adanya

kontrol yang ketat, menyebabkan manajer manggunakan utang pada tingkat

rendah untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya financial distress dan risiko

kebangkrutan.

Keanekaragaman dari hasil yang diperoleh mungkin dikarenakan adanya

ketidaksamaan variabel (karakteristik perusahaan) yang digunakan dalam

penelitian. Penggunaan variabel (karakteristik perusahaan) yang berbeda-beda

pada setiap penelitian mungkin akan menyebabkan hasil yang bervariasi antara

penelitian yang satu dengan yang lain. Selain itu, alasan lainnya adalah karena

adanya ketidakselarasan hubungan antara masyarakat dan perusahaan. Tuntutan

mereka adalah agar perusahaan lebih memperhatikan tanggung jawab sosial di

lingkungan sekitar perusahaan.

Menurut Gray et. al. (1995) dalam Sembiring (2005) ada dua pendekatan

yang secara signifikan berbeda dalam melakukan penelitian tentang

pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Pertama, pengungkapan

tanggung jawab sosial mungkin diperlakukan sebagai suatu suplemen dari

aktivitas akuntansi konvensional. Pendekatan ini secara umum akan menganggap

16

masyarakat keuangan sebagai pemakai utama pengungkapan tanggung jawab

sosial perusahaan dan cenderung membatasi persepsi tentang tanggung jawab

sosial yang dilaporkan. Pendekatan alternatif kedua adalah dengan meletakkan

pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan pada suatu pengujian peran

informasi dalam hubungan masyarakat dan organisasi. Pandangan yang lebih luas

ini telah menjadi sumber utama kemajuan dalam pemahaman tentang

pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan dan sekaligus merupakan

sumber kritik yang utama terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial

perusahaan.

Perbedaan hasil penelitian membuat penulis ingin meneliti kembali

pengaruh Size, Profitabilitas, Financial Leverage, Jumlah Dewan Komisaris, dan

Struktur Kepemilikan Institusional terhadap pengungkapan Tanggung Jawab

Sosial Perusahaan yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia pada Tahun 2008-

2009 dengan tujuan agar hasil sampel menggambarkan kondisi pengungkapan

dengan lebih akurat dan agar dapat memprediksi hasil penelitian dalam jangka

panjang. Kemudian, perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dipilih

sebagai objek sampel penelitian, karena banyak kalangan yang menganggap

bahwa perusahaan-perusahaan besar adalah faktor yang paling banyak

menyebabkan kerusakan lingkungan. Karena itu, peneliti ingin mengetahui

seberapa banyak perusahaan yang telah serius mengungkapkan tanggung jawab

sosialnya. Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis mengambil judul

“Pengaruh Size, Profitabilitas, Financial Leverage, Jumlah Dewan

Komisaris, Struktur Kepemilikan Institusional terhadap Corporate Social

17

Responsibility Disclosure (Studi Empiris Perusahaan yang Tedaftar di BEI

2008-2009)”

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan

permasalahannya sebagai berikut:

1. Apakah size, profitabilitas, financial leverage, jumlah dewan komisaris, dan

struktur kepemilikan institusional berpengaruh terhadap pengungkapan

tanggung jawab sosial perusahaan (CSR Disclosure)?

2. Apakah size berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial

perusahaan (CSR Disclosure)?

3. Apakah profitabilitas berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab

sosial perusahaan (CSR Disclosure)?

4. Apakah financial leverage berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung

jawab sosial perusahaan (CSR Disclosure)?

5. Apakah jumlah dewan komisaris berpengaruh terhadap pengungkapan

tanggung jawab sosial perusahaan (CSR Disclosure)?

6. Apakah struktur kepemilikan institusional berpengaruh terhadap pengungkapan

tanggung jawab sosial perusahaan (CSR Disclosure)?

18

1.3. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui pengaruh size, profitabilitas, financial leverage jumlah dewan

komisaris, dan struktur kepemilikan institusional terhadap pengungkapan

tanggung jawab sosial perusahaan (CSR Disclosure).

2. Mengetahui pengaruh size terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial

perusahaan (CSR Disclosure).

3. Mengetahui pengaruh profitabilitas terhadap pengungkapan tanggung jawab

sosial perusahaan (CSR Disclosure).

4. Mengetahui pengaruh financial leverage terhadap pengungkapan tanggung

jawab sosial perusahaan (CSR Disclosure).

5. Mengetahui pengaruh jumlah dewan komisaris terhadap pengungkapan

tanggung jawab sosial perusahaan (CSR Disclosure).

6. Mengetahui pengaruh struktur kepemilikan institusional terhadap

pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR Disclosure).

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Akademis

Bagi kalangan akademisi, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya dan

memberikan sumbangan bagi pengembangan kajian teori ilmu akuntansi

mengenai pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.

19

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Pihak Perusahaan / Manajemen

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi untuk

pengambilan kebijakan perusahaan yang berkaitan tentang pengelolaan dan

pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan (social disclosure), yang

diperlukan demi kemajuan dan meningkatkan kinerja perusahaan jangka

panjang.

b. Bagi Calon Investor

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang

pengungkapan sosial (social disclosure) perusahaan dalam laporan keuangan

tahunan perusahaan, sehingga dijadikan acuan untuk pembuatan keputusan

investasi.

c. Bagi Pemerintah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan

pertimbangan bagi penyusunan standar akuntansi dalam mengungkapkan,

mengukur, dan menerapkan CSR (Corporate Social Responsibility) secara

tepat.

20

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

2.1.1. Pengertian Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

Dalam sepuluh tahun terakhir secara perlahan tampak kecenderungan

positif yang berkembang dengan cukup terbukti, berupa upaya nyata dan

membumi yang dilakukan didasari niat baik untuk memperbaiki kondisi sosial,

ekonomi, dan budaya masyarakat, serta pelestarian lingkungan. Masyarakat

menghendaki standar bisnis yang lebih tinggi daripada era-era sebelumnya, yaitu

perusahaan harus dapat melampaui “berhasil dengan baik” dengan cara

mendapatkan laba, dan “melakukannya dengan baik” dengan cara berbuat sesuai

dengan tanggung jawab sosial mereka (Ambadar, 2008).

Tanggung jawab sosial bisa dikatakan sebagai kepedulian para manajer

suatu perusahaan berkenaan dengan konsekuensi sosial, lingkungan, politik,

manusia, dan keuangan, atas tindakan-tindakan yang mereka ambil. Suatu bisnis

yang bertanggung jawab secara sosial mempertimbangkan tidak hanya “apa yang

terbaik bagi perusahaannya” saja, tetapi juga “apa yang terbaik bagi masyarakat

umum”. Para entitas bisnis memiliki tanggung jawab kepada pihak utama yang

berkepentingan, termasuk lingkungan, karyawan, pelanggan, investor, dan

komunitas, minimal dalam radius operasi usaha. Sebagian besar perusahaan secara

cermat menyadari kebutuhan untuk memastikan bahwa produk dan proses mereka

menjadi “bersahabat dengan lingkungan”. Kebijakan lingkungan yang logis

20

21

merupakan bisnis yang baik. Sebagai tambahan untuk menurunkan biaya operasi,

produk-produk yang bersahabat dengan lingkungan menarik pelanggan yang sadar

lingkungan, dan dapat memberikan keunggulan bersaing dalam bidang pemasaran

kepada suatu perusahaan (Almilia dan Retrinasari, 2007).

Ambadar (2008:31) mengemukakan bahwa fenomena yang sedang

berkembang dewasa ini menuntut perubahan tatanan kehidupan baru dalam

berbagai bidang mulai dari politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Kecenderungan

tersebut terus menjadi agenda perubahan besar masyarakat dan memunculkan

berbagai opini dalam sistem sosial kemasyarakatan yang mengharapkkan lebih

adil dan memberi peluang untuk mewujudkan kesejahteraan bersama yang

berkelanjutan (sustainable development). Pembangunan berkelanjutan

(sustainable development) menghendaki adanya hubungan yang harmonis antara

pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat (stakeholders). Perusahaan harus terus

menerus berjuang untuk mencapai kecemerlangan dengan keunggulan bersaing

di pasar sebagai hasil dari perencanaan strategis dan operasional. Dengan kata

lain, perusahaan harus dapat menciptakan strategi untuk menyampaikan produk

dan jasa mereka sedemikian rupa, sehingga dapat menciptakan nilai yang lebih

besar untuk pelanggan. Praktik dunia usaha di masa lampau yang cenderung

berdampak negatif, membuat wacana tanggung jawab sosial perusahaan, atau

yang lebih sering dikenal sebagai CSR (Corporate Social Responsibility)

menjadi kebutuhan untuk mengubah citra dunia usaha yang ramah lingkungan.

Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan salah satu upaya untuk

menciptakan keberlangsungan usaha dalam menciptakan dan memelihara

22

keseimbangan antara mencetak keuntungan, fungsi-fungsi sosial, dan

pemeliharaan lingkungan hidup (triple bottom line). CSR merupakan fungsi

yang sangat penting dalam mengembangkan lingkungan sosial perusahaan

sehingga perkembangan masyarakat seiring dengan perkembangan perusahaan.

Diharapkan dengan CSR ini, tidak akan terjadi lagi ketimpangan antara

perusahaan dengan masyarakat disekitarnya. Idealnya, CSR ini harus menjadi

bagian yang terintergrasi dalam kebijakan perusahaan yang merupakan investasi

masa depan perusahaan (social investment), bukan sekedar dianggap sebagai

biaya sosial (cost social) (Ambadar, 2008:33-34).

Widjaja dan Pratama (2008) mengungkapkan bahwa dalam definisi CSR

belum ditemukan suatu rumusan yang pasti dan tegas. Pandangan mengenai

konsep CSR pun tampaknya belum sepenuhnya seragam. Berikut ini berbagai

pandangan yang ingin disampaikan oleh beberapa organisasi yang ada diseluruh

dunia yang dikutip oleh Widjaja dan Pratama (2008:36), antara lain:

Menurut The World Business Council for Sustainable Development

(WBCSD) dalam Dewi (2010), definisi CSR atau tanggung jawab perusahaan

secara sosial adalah,

komitmen yang berkelanjutan oleh pelaku bisnis untuk bersifat etis dan

mengkontribusikan diri pada pembangunan ekonomi semetara

meningkatkan kualitas kehidupan dari para pekerja dan keluarganya

seperti halnya dengan komunitas lokal dan masyarakat luas. Atau dengan

kata lain, Corporate Social Responsibility merupakan cara dunia mengatur

proses usaha untuk memproduksi dampak positif pada masyarakat.

23

Menurut The Organization for Economic Cooperation and Development

(OECD) dalam Aditya (2008), definisi CSR diartikan sebagai,

kontribusi bisnis bagi pengembangan berkelanjutan dan bahwa perilaku

perusahaan seharusnya tidak hanya memastikan keuntungan bagi para

pemegang saham, gaji karyawan, produk dan pelayanan kepada konsumen,

tetapi mereka juga harus merespon kepedulian dan nilai-nilai terhadap

masalah-masalah lingkungan dan masyarakat.

Salah satu pendapat yang sangat ekstrim adalah pendapat dari seorang ahli

ekonomi terkenal, Milton Friedman yang dikutip oleh Suwaldiman (2009:84)

seperti berikut ini,

In such an economic, there is one and only social responsibility of

business to use its resousces and engage in activities designed to increase

its profits as long as its stays within the rules of game, which is to say,

engages in open and free comnpetition, without deception or froud.

Sedangkan menurut Indonesia Center of Sustainable Development (ICSD)

(2003,27), definisi CSR adalah,

CSR merupakan proses penting dalam pengaturan biaya yang dikeluarkan

dan keuntungan kegiatan bisnis dari stakeholder, baik secara internal

(pekerja, shareholders, dan penanam modal) maupun eksternal

(kelembagaan pengaturan umum, anggota-anggota masyarakat, kelompok

masyarakat sipil, dan perusahaan lain).

Dari definisi di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa CSR merupakan

suatu bentuk kontribusi dunia usaha bagi pembangunan berkelanjutan

(sustainable development), yang berarti suatu bentuk kotribusi suatu entitas

bisnis yang dapat memberikan manfaat tidak hanya untuk perusahaan itu sendiri,

tetapi terutama juga memberikan manfaat bagi masyarakat dan lingkungan di

sekitar tempat perusahaan tersebut beroperasi.

24

Dauman dan Hargreaves (1992) dalam Hasibuan (2001) menyatakan

bahwa tanggung jawab perusahaan dapat dibagi menjadi tiga level sebagai

berikut:

1. Basic responsibility (BR)

Pada level pertama, menghubungkan tanggung jawab yang pertama dari

suatu perusahan, yang muncul karena keberadaan perusahaan tersebut seperti;

perusahaan harus membayar pajak, memenuhi hukum, memenuhi standar

pekerjaan, dan memuaskan pemegang saham. Bila tanggung jawab pada

level ini tidak dipenuhi akan menimbulkan dampak yang sangat serius.

2. Organization responsibility (OR)

Pada level kedua ini menunjukan tanggung jawab perusahaan untuk

memenuhi perubahan kebutuhan ”Stakeholder” seperti pekerja, pemegang

saham, dan masyarakat di sekitarnya.

3. Sociental responses (SR)

Pada level ketiga, menunjukan tahapan ketika interaksi antara bisnis dan

kekuatan lain dalam masyarakat yang demikian kuat sehingga perusahaan

dapat tumbuh dan berkembang secara berkesinambungan, terlibat dengan apa

yang terjadi dalam lingkungannya secara keseluruhan.

Informasi yang diungkapkan dalam laporan keuangan perusahaan sangat

berguna bagi pihak internal dan eksternal perusahaan. Oleh karena itu,

kesesuaian penyampaian informasi dan kandungan informasi yang terdapat

dalam laporan yang dibuat oleh perusahaan sangat berpengaruh terhadap

kemajuan perusahaan. Serta dengan adanya pelaporan pengungkapan sosial

25

perusahaan menambah nilai tambah dari masyarakat, stakeholder, dan investor.

Serta keberlangsungan perusahaan terhadap produknya juga akan terjamin

setelah adanya kepercayaan yang baik dari masyarakat.

2.1.2. Tujuan Tanggung Jawab Sosial

Pada dasarnya tujuan dari tanggung jawab sosial adalah untuk

meningkatkan citra perusahaan dan mempertahankan, biasanya secara implicit,

asumsi bahwa perilaku perusahaan secara fundamental adalah baik,

membebaskan akuntabilitas organisasi atas dasar asumsi adanya kontrak sosial

diantara organisasi dan masyarakat. Keberadaaan kontrak sosial ini menuntut

dibebaskannya akuntabilitas sosial dan sebagai perpanjangan dari pelaporan

keuangan tradisional dan tujuannya adalah untuk memberikan informasi kepada

investor (Belkaoui dalam Lusiana, 2010).

2.2. Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR Disclosure)

2.2.1. Pengertian Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

Hendriksen dalam Nurlela dan Islahudin (2006) mendefinisikan

pengungkapan sebagai penyajian sejumlah informasi yang dibutuhkan untuk

pengoperasian optimal pasar modal yang efisien. Pengungkapan ada yang

bersifat wajib (mandatory) yaitu pengungkapan standar tertentu, dan ada yang

bersifat sukerala (voluntary) yang merupakan pengungkapan informasi melebihi

persyaratan minimum dari peraturan yang berlaku.

Ghozali (2007:377-378) menyatakan bahwa pengungkapan (disclosure)

apabila dikaitkan dengan data berarti memberikan data yang bermanfaat kepada

26

pihak yang memerlukan. Apabila dikaitkan dengan laporan keuangan, disclosure

mengandung arti bahwa laporan keuangan harus memberikan informasi dan

penjelasan yang cukup mengenai hasil aktivitas suatu unit usaha. Dengan

demikian, informasi tersebut harus lengkap, dan dapat menggambarkan secara

tepat mengenai kejadian-kejadian ekonomi yang berpengaruh terhadap hasil

operasi suatu unit usaha tersebut. Konsep pengungkapan yang paling umum

digunakan adalah pengungkapan yang cukup (adequate) yaitu pengungkapan

minimal yang harus dilakukan agar laporan keuangan tidak menyesatkan. Wajar

dan lengkap merupakan konsep yang lebih bersifat positif. Pengungkapan secara

wajar (fair) menunjukkan tujuan etis agar dapat memberikan perlakuan yang

sama dan bersifat umum bagi semua pemakai laporan keuangan. Pengungkapan

yang lengkap (full) mensyaratkan perlunya penyajian semua informasi yang

relevan. Bagi beberapa pihak, pengungkapan yang lengkap ini diartikan sebagai

penyajian informasi yang berlebihan, sehingga tidak bisa dikatakan layak

(Hendriksen dan Breda, 1992).

Dengan kata lain pengungkapan merupakan penyampaian informasi

kepada publik berupa laporan yang berkaitan dengan kinerja keuangan

perusahaan maupun laporan yang tidak berkaitan dengan kinerja keuangan

perusahaan. Informasi yang disampaikan juga harus mengandung tiga konsep

pengungkapan yaitu cukup (adequate), wajar (fair), dan lengkap (full), agar

tidak menyesatkan para pengguna laporan keuangan.

Tanggung jawab adalah suatu kewajiban perusahaan yang tidak hanya

menyediakan barang dan jasa, baik bagi masyarakat maupun dalam

27

mempertahankan kualitas lingkungan sosialnya secara fisik maupun memberikan

kontribusi secara positif terhadap kesejahteraan masyarakat dimana mereka

berooperasi. Perusahaan bertanggung jawab secara sosial ketika manajemennya

memiliki visi atau kinerja operasionalnya, tidak hanya mengutamakan atas laba

atau profit perusahaan saja tetapi juga dalam menjalankan aktivitasnya

memperhatikan lingkungan yang ada di sekitarnya. Perusahaan tidak hanya

memandang laba sebagai satu-satunya tujuan dari perusahaan tetapi juga ada

tujuan lainnya yaitu kepedulian perusahaan terhadap lingkungan, karena

perusahaan mempunyai tanggung jawab yang lebih luas dibanding hanya

mencari laba untuk pemegang saham (Gray et. Al., 1995 dalam Sembiring,

2005).

Sedangkan dalam pengertian luas, pertanggungjawaban sosial merupakan

konsep yang lebih “manusiawi”, di mana suatu organisasi diapandang sebagai

agen moral. Oleh karena itu, dengan atau tanpa aturan hukum, sebuah organisasi

termasuk di dalamnya organisasi bisnis wajib menjunjung tinggi moralitas.

Dengan demikian, kendati tidak ada aturan hukum atau etika masyarakat yang

mengatur, tanggung jawab sosial bisa dilaksanakan dalam berbagai situasi

dengan mempertimbangkan hasil terbaik, atau yang paling sedikit merugikan

stakeholder-nya. Tindakan tepat yang dilakukan oleh perusahaan akan

memberikan manfaat bagi masyarakat (Mirfazli dan Nurdiono, 2006).

Menurut Gray et. Al., (1995) dalam Sembiring (2005), ada dua

pendekatan yang secara signifikan berbeda dalam melakukan penelitian tentang

pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Pertama, pengungkapan

28

tanggung jawab sosial perusahaan diperlakukan sebagai suatu aktivitas dari

akuntansi konvensional. Pedekatan ini akan secara umum akan menganggap

para stakeholder sebagai pemakai utama pengungkapan tanggung jawab sosial

yang dilaporkan. Pendekatan alternatif kedua dengan meletakkan pengungkapan

tanggung jawab sosial perusahaan pada suatu pengujian peran informasi dalam

hubungan masyarakat dan organisasi. Pandangan yang lebih luas ini telah

menjadi sumber utama kemajuan dalam pemahaman tentang pengungkapan

tanggung jawab sosial perusahaan dan sekaligus merupakan sumber kritik yang

utama terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.

Pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan sangat perlu dilakukan,

karena bagaimanapun juga perusahaan memperoleh nilai tambah dari kontribusi

masyarakat di sekitar perusahaan termasuk dari penggunaan sumber-sumber

sosial (social resources). Jika aktivitas perusahaan menyebabkan kerusakan

sumber-sumber sosial maka dapat timbul adanya biaya sosial (social cost) yang

harus ditanggung oleh masyarakat, sedangkan apabila perusahaan meningkatkan

mutu social resources maka akan menimbulkan manfaat sosial (social benefit)

(Rosmasita, 2007).

Pelaporan dalam pertanggungjawaban sosial (Corporate Social

Responsibility) di Indonesia belum memiliki format atau standar yang baku

sehingga pelaporannya masih bersifat sukarela (voluntary). Hal ini ditunjukkan

dalam Peraturan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.1 tahun

2009 paragraf 9 yang secara eksplisit berbunyi sebagai berikut, perusahaan

dapat pula menyajikan laporan tambahan seperti laporan mengenai lingkungan

29

hidup dan laporan nilai tambah (value added statement), khususnya bagi industri

dimana faktor-faktor lingkungan hidup memegang peranan penting dan bagi

industri yang menganggap pegawai sebagai kelompok pengguna laporan yang

memegang peranan penting. Namun karena peraturan pada PSAK belum

memiliki standar yang baku dan peraturan tersebut hanya sebatas mengenai

lingkungan hidup dan nilai tambah perusahaan sehingga belum semua

perusahaan mau melaporkan informasi pertanggung jawaban sosialnya.

Di Indonesia, kesadaran akan perlunya menjaga lingkungan tersebut juga

diatur dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Pasal 74 tahun

2007, dimana perusahaan yang melakukan kegiatan usaha di bidang yang

berkaitan dengan sumber daya alam wajib melakukan tanggung jawab sosial dan

lingkungan (Dahlia dan Siregar), 2008). Bunyi Pasal 74 UU No.40 Tahun 2007

tentang Perseroan terbatas (PT) yang mewajibkan CSR bagi Perseroan Terbatas

(PT) adalah:

1. Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan / atau berkaitan

dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan

Lingkungan.

2. Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) merupakan kewajiban Perseroan yang dianggarkan dan diperhitungan

sebagai biaya perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan

memperhatikan kepatutan dan kewajaran.

3. Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dikenai sanksi sesuai denganketentuan peraturan perundang-udangan.

30

4. Ketentuan lebih lanjut mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan

diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Dalam menyusun dan mengungkapkan informasi mengenai aktivitas

pertangggungjawaban sosial perusahaan, Zhegal dan Ahmed dalam Anggraini

(2006) mengidentifikasi hal-hal yang berkaitan dengan pelaporan sosial

perusahaan, sebagai berikut:

1. Lingkungan

Bidang ini meliputi aktivitas pengendalian pencemaran dan pelestarian

lingkungan hidup. Meliputi, pengendalian terhadap polusi, pencegahan atau

perbaikan terhadap kerusakan lingkungan, konservasi alam, dan

pengungkapan lain yang berkaitan dengan lingkungan.

2. Energi

Bidang ini meliputi aktivitas dalam pengaturan penggunaan energi dalam

hubungannya dengan operasi perusahaan dan peningkatan efisiensi terhadap

produk perusahaan. Meliputi, konservasi energi, efisiensi energi, dan

sebagainya.

3. Praktis bisnis yang wajar

Bidang ini meliputi aktivitas bisnis operasional yang dijalankan oleh

perusahaan secara wajar. Meliputi pemberdayaan terhadap minoritas dan

perempuan, dukungan terhadap usaha minoritas, tanggung jawab sosial, dan

hal lainnya yang berkaitan dengan operasional bisnis perusahaan.

31

4. Sumber daya manusia

Bidang ini meliputi aktivitas untuk kepentingan karyawan sebagai sumber

daya manusia bagi perusahaan maupun aktivitas di dalam suatu komunitas.

Aktivitas tersebut antara lain, program pelatihan dan peningkatan

ketrampilan, perbaikan kondisi kerja, upah dan gaji, serta tunjangan yang

memadai, pemberian beberapa fasilitas, jaminan keselamatan kerja,

pelayanan kesehatan, pendidikan, seni, dan lain-lain.

5. Produk

Bidang ini meliputi aktivitas yang berkaitan dengan produk perusahaan dan

dampaknya terhadap masyarakat dan lingkungan sekitar perusahaan.

Aktivitas tersebut meliputi, keamanan produk, pengurangan polusi dan

kerusakan lingkungan karena produk, pelayanan, kepuasan pelanggan,

kejujuran dalam iklan, kejelasan / kelengkapan isi pada kemasan dan

sebagainya.

2.2.2. Tujuan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

Ahmed Riahi dan Belkaoui dalam Aditya (2008) mengemukakan tujuan

pengungkapan tanggung jawab sosial ada enam yaitu:

1. Untuk menjelaskan item-item yang diakui dan untuk menyediakan ukuran

yang relevan bagi item-item tersebut, selain ukuran dalam laporan keungan.

2. Untuk menjelaskan item-item yang belum diakui dan untuk menyediakan

ukuran yang bermanfaat bagi item-item tersebut.

32

3. Untuk menyediakan informasi untuk membantu investor dan kreditor dalam

menentukan risiko dan item-item yang potensial untuk diakui dan yang belum

diakui.

4. Untuk menyediakan informasi yang penting yang dapat digunakan oleh

pengguna laporan keuangan untuk membandingkan antar perusahaan dan

antar tahun.

5. Untuk menyediakan informasi mengenai aliran kas masuk dan kas keluar di

masa mendatang.

6. Untuk membantu investor dalam menetapkan return dan investasinya.

2.2.3. Alasan Perusahaan Mengungkapkan Informasi Pertanggungjawaban

Sosial

Beberapa alasan perusahaan mengungkapkan informasi sosial dan

lingkungan menurut Deegan dalam Ghozali (2007:404) antara lain:

1. Keinginan untuk mematuhi persyaratan yang ada dalam undang-undang.

Ini sebenarnya bukan alasan utama yang ditemukan di berbagai Negara

karena ternyata tidak banyak perusahaan yang meminta perusahaan

mengungkapkan informasi sosial dan lingkungannya.

2. Pertimbangan rasionalitas ekonomi (Economic Rasionality).

Atas dasar alasan ini, praktik pengungkapan sosial dan lingkungan

memberikan keuntungan bisnis karena perusahaan melakukan “hal yang

benar” dan alasan ini mungkin dipandang sebagai motivasi utama.

33

3. Keyakinan dalam proses akuntabilitas untuk melaporkan.

Artinya, manajer berkeyakinan bahwa orang yang memiliki hak yang tidak

dapat dihindari untuk memperoleh informasi yang memuaskan tidak peduli

dengan cost yang diperlukan untuk menyajikan informasi tersebut. Namun

demikian, kelihatannya pandangan ini bukanlan pandangan dalam

kebanyakan organisasi bisnis yang beroperasi pada lingkungan kapitalis.

4. Keinginan untuk mematuhi persyaratan pinjaman.

Lembaga pemberi pinjaman sebagai bagian dari kebijakan manajemen risiko.

Mereka cenderung mengehendaki peminjam untuk secara periodik

memberikan berbagai item informasi tentang kinerja dan kebijakan sosial dan

lingkungannya.

5. Untuk memenuhi harapan masyarakat.

Refleksi atas pandangan bahwa kepatuhan terhadap “ijin yang memberikan

masyarakat untuk beroperasi” (atau “kontrak sosial”) tergantung pada

penyediaan informasi berkaitan dengan kinerja sosial dan lingkungan.

6. Sebagai konsekuensi dari ancaman terhadap legitimasi perusahaan.

Misalnya, pelaporan mungkin dipandang sebagai respos atas pemberitaan

media yang bersifat negatif, kejadian sosial atau dampak lingkunga tertentu,

atau mungkin sebagai akibat dari rating yang jelek yang diberikan oleh

lembaga pemberi peringkat perusahaan.

7. Untuk mengatur kelompok stakeholder tertentu yang powerfull

Stakeholder pada dasarnya cepat mengendalikan atau memiliki kemampuan

untuk mempengaruhi pemakaian sumber-sumber ekonomi yang digunakan

34

perusahaan. Oleh karena itu power stakeholder oleh besar kecilnya power

yang mereka miliki atas sumber tersebut. Power tersebut dapat berupa

kemampuan untu membatasi pemakaian sumber ekonomi yang terbatas,

misalnya, modal dan tenaga kerja, akses terhadap media yang berpengaruh,

kemampuan untuk mengatur perusahaan, atau kemampuan untuk

mempengaruhi konsumsi atas barang dan jasa yang dihasilkan perusahaan.

8. Untuk menarik dana investasi.

Pihak yang bertanggung jawab dalam meranking organisasi tertentu untuk

tujan analisis portfolio menggunakan informasi dari sejumlah sumber

termasuk informasi yang dikeluarkan oleh organisasi tersebut.

9. Untuk memenuhi persyaratan industri.

Jadi dalam sebuah perusahaan terkadang ada tekanan dari pihak stakeholder

aturan tersebut dapat mempengaruhi persyaratan pelaporan.

10. Untuk memenangkan penghargaan pelaporan tertentu.

Ada berbagai penghargaan yang diberikan oleh beberapa Negara kepada

perusahaan yang melaporkan kegiatannya termasuk kegiatan yang berkaitan

dengan aspek sosial dan dampak lingkungan. Banyak organisasi berlomba-

lomba memenangkan sebuah penghargaan dengan harapan memperbaiki

image positif perusahaan. Memenangkan penghargaan memiliki implikasi

positif terhadap reputasi perusahaan di mata stakeholdernya.

Sedangkan menurut menurut Murtanto dalam Aditya (2008) alasan

perusahaan mengungkapkan kinerja sosial antara lain:

35

1. Internal Decision Making

Manajemen membutuhkan informasi untuk menentukan efektivitas

informasi sosial tertentu dalam mencapai tujuan sosial perusahaan. Walaupun

hal ini sulit diidentifikasi dan diukur, namun analisis sederhana lebih baik

dariapada tidak sama sekali.

2. Product Differetiation

Manajer perusahaan memiliki insentif untuk membedakan diri dari

pesaing yang tidak bertanggung jawab secara sosial kepada masyarakat.

Akuntansi kontemporer tidak memisahkan pencatatan biaya dan manfaat

aktivitas sosial perusahaan dalam laporan keuangan, sehingga perusahaan yang

tidak peduli sosial akan terlihat lebih sukses daripada perusahaan yang peduli.

Hal ini mendorong perusahaan yang peduli sosial untuk mengungkapkan

informasi tersebut sehingga masyarakat dapat membedakan dengan perusahaan

lain.

3. Enlightened Self Interest

Perusahaan melakukan pengungkapan untuk menjaga keselarasan

sosialnya dengan para stakeholders karena mereka dapat mempengaruhi

pendapatan penjualan dan harga saham perusahaan. Pertanggungjawaban sosial

berhubungan juga dengan Social Contract Theory. Menurut teori ini, diantara

bisnis perusahaan dan masyarakat terdapat suatu kontrak sosial baik secara

implicit maupun eksplisit. Dimana dalam kontrak sosial, akuntansi sosial

digunakan sebagai serangkaian teknik dan pengungkapan data sehingga

36

memungkinkan masyarakat untuk mengevaluasi kinerja sosial organisasi dalam

member penilaian mengenai kelayakan organisasi.

Dari alasan di atas seharusnya pada saat ini perusahaan harus telah

melaporkan informasi pertanggungjawaban sosialnya. Karena selain untuk

memenuhi syarat peraturan dalam undang-undang, laporan peranggungjawaban

sosial juga dapat menambah nilai positif perusahaan dan semakin memperoleh

kepercayaan dari konsumen. Semakin tinggi kepercayaan konsumen, maka

sustainbility perusahaan juga semakin terjamin.

Disamping itu, pertanggungjawaban sosial perusahaan diperlukan untuk

menilai apakah kegiatan perusahaan telah memenuhi ketentuan, standar, dan

peraturan yang berlaku. Misalnya mengenai polusi, kesehatan dan keselamatan,

bahaya penggunaan bahan-bahan yang beracun, dan lain-lain. Pada saat

perusahaan mulai berinteraksi dan dekat dengan lingkungan luarnya

(masyarakat), maka berkembang hubungan saling ketergantungan dan kesamaan

minat serta tujuan antara perusahaan dengan lembaga sosial yang ada. Interaksi

ini menyebabkan perusahaan tidak bisa lagi membuat keputusan atau kebijakan

yang hanya menguntungkan pihaknya saja. Tetapi perusahaan juga harus

memikirkan kebutuhan pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan

(stakeholder needs). Jika tekanan dari stakeholder berpengaruh kuat terhadap

kontinuitas dan kinerja perusahaan maka perusahaan harus bisa menyusun

kebijakan sosial dan lingkungan yang terarah.

37

2.2.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Tanggung Jawab

Sosial Perusahaan

Tanggung jawab sosial adalah kewajiban perusahaan untuk merumuskan

kebijakan, mengambil keputusan, dan melaksanakan tindakan yang memberikan

manfaat kepada masyarakat (Williams, 2005:116). Tanggung jawab sosial

perusahaan merupakan suatu bentuk kontribusi dunia usaha bagi pembangunan

berkelanjutan (sustainable development), yang berarti suatu bentuk kotribusi

suatu entitas bisnis yang dapat memberikan manfaat tidak hanya untuk

perusahaan itu sendiri, tetapi terutama juga memberikan manfaat bagi

masyarakat dan lingkungan di sekitar tempat perusahaan tersebut beroperasi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan tanggung jawab sosial

perusahaan diantaranya size, profitabilitas, financial leverage, jumlah dewan

komisaris, dan struktur kepemilikan institusional. Size perusahaan dikaitkan

dengan teori agensi, di mana perusahaan besar yang memiliki biaya keagenan

yang lebih besar akan mengungkapkan informasi yang lebih luas untuk

mengurangi biaya keagenan tersebut (Sembiring, 2005). Menurut Gray et. al

(1995) dalam Almilia dan Retrinasari (2007) disebutkan bahwa perusahaan besar

mempunyai kemampuan untuk merekrut karyawan yang ahli, serta adanya

tuntutan dari pemegang saham dan analis, sehingga perusahaan besar memiliki

insentif untuk melakukan pengungkapan tanggung jawab sosial yang lebih luas

dari perusahaan kecil. Mengungkapkan lebih banyak informasi mengenai

tanggung jawab sosial perusahaan merupakan bagian dari upaya perusahaan

untuk mewujudkan akuntabilitas publik.

38

Brigham dan Houston (2001) dalam Suryani (2007) mendefinisikan size

perusahaan sebagai rata-rata total penjualan untuk tahun yang bersangkutan

sampai beberapa tahun, ukuran perusahaan merupakan karakteristik suatu

perusahaan dalam hubungannya dengan struktur perusahaan. Perusahaan yang

lebih besar cenderung memiliki public demand akan informasi yang lebih tinggi

dibanding dengan perusahaan yang berukuran kecil. Alasan lainnya adalah

bahwa perusahaan besar mempunyai biaya produksi informasi yang lebih rendah

yang berkaitan dengan pengungkapan mereka atau biaya competitive

disadvantage yang lebih rendah pula.

Menurut Jensen dan Meckling (1976) dalam Suryani (2007) teori

keagenan yang menyatakan bahwa perusahaan besar memiliki biaya keagenan

yang lebih besar daripada perusahaan kecil. Pengungkapan informasi yang lebih

banyak akan mengurangi biaya keagenan tersebut. Hal tersebut disebabkan

karena perusahaan yang besar mungkin lebih memiliki pemikiran yang luas, skill

karyawan yang tinggi, dan sumber informasi yang banyak dibandingkan dengan

perusahaan kecil. Dengan demikian, size perusahaan mempunyai pengaruh

terhadap pengungkapan tanggungjawab sosial perusahaan.

Profitabilitas merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan karena dengan adanya

profitabilitas akan membuat manajemen menjadi bebas dan fleksibel untuk

mengungkapan pertanggungjawaban sosial kepada pemegang saham Heinze

dalam Angraini (2006). Sehingga semakin tinggi tingkat profitabilitas

perusahaan maka semakin besar pengungkapan informasi sosial. Dengan

39

kepedulian terhadap masyarakat (sosial) menghendaki manajemen untuk

membuat perusahaan menjadi profitable. Vence dalam Aditya (2008)

mempunyai pandangan berkebalikan bahwa pengungkapan sosial justru akan

memberikan kerugian kompetitif (competitive disadvantage) karena perusahaan

harus mengeluarkan tambahan biaya untuk mengungkapkan informasi sosial

tersebut.

Hubungan antara profitabilitas dengan pengungkapan tanggungjawab

sosial perusahaan paling baik diekspresikan dengan pandangan bahwa tanggapan

sosial yang diminta dari manajemen sama dengan kemampuan yang diminta

untuk membuat suatu perusahaan memperoleh laba. Manajemen yang sadar dan

memperhatikan masalah sosial juga akan memajukan kemampuan yang

diperlukan untuk menggerakkan kinerja keuangan perusahaan.

Teori keagenan memprediksi bahwa perusahaan dengan rasio leverage

yang tinggi akan mengungkapkan lebih banyak informasi, karena biaya

keagenan dengan struktur modal seperti itu akan lebih tinggi (Jensen dan

Meckling dalam Anggraini (2006). Oleh karena itu perusahaan dengan rasio

leverage yang tinggi memiliki kewajiban untuk melakukan pengungkapan yang

lebih luas daripada perusahaan dengan rasio leverage yang rendah. Pendapat lain

mengatakan bahwa semakin tinggi leverage kemungkinan besar perusahaan

akan mengalami pelanggaran terhadap kontrak utang, maka manajer akan

berusaha untuk melaporkan laba sekarang lebih tinggi dibandingkan laba di

masa depan. Dengan laba dilaporkan semakin tinggi akan mengurangi

kemungkinan perusahaan melanggar perjanjian utang. Manajer akan memilih

40

metode akuntansi yang akan memaksimalkan laba sekarang. kontrak utang

biasanya berisi tentang ketentuan bahwa perusahaan harus menjaga tingkat

leverage tertentu, interest coverage, modal kerja dan ekuitas pemegang saham

(Watt & Zimmerman dalam Anggraini (2006).

Ketergantungan perusahaan terhadap hutang dalam membiayai kegiatan

operasinya tercermin dalam tingkat financial leverage. Dengan demikian

leverage juga mencerminkan tingkat risiko keuangan perusahaan. Berdasarkan

teori agensi, tingkat leverage mempunyai pengaruh negatif terhadap

pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan (Sembiring, 2005). Semakin

tinggi tingkat leverage (rasio utang/ekuitas) semakin besar kemungkinan

perusahaan akan melanggar perjanjian kredit, sehingga perusahaan akan

berusaha untuk melaporkan laba sekarang lebih tinggi yang dapat dilakukan

dengan cara mengurangi biaya-biaya, termasuk biaya untuk mengungkapkan

informasi sosial.

Bradburry (1992), Hossain et al (1995), Ahmed dan Courtis (1999),

dalam Asaeed, (2005) menemukan adanya pengaruh positif signifikan antara

leverage dengan luasnya information voluntary disclosure. Rahman dan Hamdan

(2000) juga menemukan adanya hubungan yang positif, meskipun tidak

signifikan, dan Sabarudin (2004) menemukan hubungan negatif, yang tidak

signifikan antara leverage dan kecenderungan pengungkapan informasi dalam

laporan tahunan.

Dewan komisaris terdiri dari insider director dan outsider director yang

akan memiliki akses informasi khusus yang berharga dan sangat membantu

41

dewan komisaris serta menjadikannya sebagai alat efektif dalam keputusan

pengendalian. Sedangakan fungsi dewan komisaris sendiri adalah mengawasi

pengelolaan perusahaan yang dilaksanakan oleh manajemen (direksi) dan

bertanggung jawab untuk menentukan apakah manajemen memenuhi tanggung

jawab mereka dalam mengembangkan dan menyelenggarakan pengendalian

intern perusahaan (Mulyadi, 2002). Semakin besar jumlah anggota dewan

komisaris, maka akan semakin mudah untuk mengendalikan Chief Executive

Officer (CEO) dan monitoring yang dilakukan pun akan semakin efektif.

Dikaitkan dengan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan, maka

tekanan terhadap manajemen juga akan semakin besar untuk

mengungkapkannya.

Dewan komisaris sebagai organ perusahaan bertugas dan

bertanggungjawab secara kolektif untuk melakukan pengawasan dan

memberikan nasihat kepada direksi serta memastikan bahwa perusahaan

melaksanakan GCG sesuai dengan aturan termasuk melaporkan informasi

pertanggungjawaban sosial. Namun demikian, Dewan Komisaris tidak boleh

turut serta dalam mengambil keputusan operasional. Kedudukan masing-masing

anggota Dewan Komisaris termasuk Komisaris Utama adalah setara.

Penelitian yang berkaitan dengan dewan komisaris di Indonesia yang

dilakukan Arifin (2002) menemukan bahwa komposisi dewan komisaris yang

diukur dengan rasio outside directors terhadap jumlah dewan komisaris

mempunyai pengaruh yang signifikan (positif) terhadap pengungkapan sukarela

(Sembiring, 2005). Berkaitan dengan jumlah dewan komisaris, Coller dan

42

Grogery (1999) dalam Sembiring (2005) menyatakan bahwa semakin besar

jumlah anggota dewan komisaris, maka akan semakin mudah untuk

mengendalikan Chief Executive Officer (CEO) dan monitoring yang dilakukan

pun akan semakin efektif. Diakitkan dengan pengungkapan tanggung jawab

sosial perusahaan, maka tekanan terhadap manajemen juga kan semakin besar

untuk mengungkapkannya.

Jensen dan Meckling (1976) dalam Permanasari (2010) menyatakan

bahwa kepemilikan institusional memiliki peran yang sangat penting dalam

meminimalisasi konflik keagenan yang terjadi antara manajer dan pemegang

saham. Keberadaan investor institusional dianggap mampu menjadi mekanisme

monitoring yang efektif dalam setiap keputusan yang diambil oleh manajer. Hal

ini disebabkan investor institusional terlibat dalam pengambilan yang strategis

sehingga tidak mudah percaya terhadap tidakan manipulasi laba.

Kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham perusahaan yang

dimiliki oleh institusi atau lembaga seperti perusahaan asuransi, bank,

perusahaan investasi dan kepemilikan institusi lain. Kepemilikan institusional

memiliki arti penting dalam memonitor manajemen karena dengan adanya

kepemilikan oleh institusional akan mendorong peningkatan pengawasan yang

lebih optimal. Monitoring tersebut tentunya akan menjamin kemakmuran untuk

pemegang saham, pengaruh kepemilikan institusional sebagai agen pengawas

ditekan melalui investasi mereka yang cukup besar dalam pasar modal. Dengan

adanya tekanan tersebut tentu saja menjadikan perusahaan wajib melaporkan

43

pertanggungjawaban sosialnya. Dengan adanya pertanggungjawaban tersebut

diharapkan dapat menambah nilai bagi perusahaan tersebut.

Tingkat kepemilikan institusional yang tinggi akan menimbulkan usaha

pengawasan yang lebih besar oleh pihak investor institusional sehingga dapat

mempengaruhi perilaku opportunistic manajer. Menurut Shleifer and Vishny

dalam Barnae dan Rubin (2005) bahwa institusional shareholders, dengan

kepemilikan saham yang besar, memiliki insentif untuk memantau pengambilan

keputusan perusahaan. Begitu pula penelitian Wening (2009) semakin besar

kepemilikan oleh institusi keuangan maka semakin besar pula kekuatan suara

dan dorongan untuk mengoptimalkan nilai perusahaan.

Nicholas Eberstadt (2009) menyatakan bahwa secara umum, faktor yang

memepengaruhi pengungkapan tanggung jawab sosial adalah faktor eksternal

dan internal. Faktor ekstenal yaitu yaitu kritik organisasi masyarakat sipil

terhadap kinerja sosial dan lingkungan perusahaan, untuk memperkuat investor

dalam menanamkan modal di perusahaan, serta pasar tenaga kerja. Sejarah

hubungan antara perusahaan dan masyarakat mencatat banyak peristiwa tragis

yang disebabkan karena operasi perusahaan. Misalnya, cerobong asap pabrik

yang merusak udara di sekitar lingkungan penduduk. Serta limbah pabrik yang

dibuang ke sungai tentu saja akan mencemari air sungai. Organisasi masyarakat

sipil memprotes kinerja buruk, yang kemudian ditanggapi oleh perusahaan.

Tanggapan yang defensif serta “kamuflase hijau” justru akan

memperumit masalah, sedangkan tanggapan yang positif akan menghasilkan

perkembangan tanggung jawab sosial yang baik kepada masyarakat dan

44

lingkungan. Institusi pembiayaan yang kian kritis menanamkan investasi

memperkuat kecenderungan CSR. Dengan adanya laporan CSR yang baik,

investor juga akan menanamkan modal dalam perusahaan. Pasar tenaga kerja

yang menunjukkan adanya pergeseran pilihan dengan mempertimbangkan

reputasi perusahaan. Perusahaan dengan reputasi CSR yang baik akan lebih

mudah dalam menyerap tenaga kerja. Sebaliknya apabila reputasi CSR

perusahaan buruk tenaga kerja enggan untuk bekerja di perusahaan tersebut

karena sewaktu-waktu dapat di PHK (Pemutusan Hubungan Kerja).

Faktor internal misalnya, kepemimpinan manajemen puncak yang

melihat CSR merupakan sumber peluang memperoleh keunggulan kompetitif

(responsibility is opportunity). Cukup banyak yang berpendapat bahwa faktor

internal sebagai pendorong CSR semakin kuat berperan di masa datang. Setelah

semakin terbukanya wawasan dan kesadaran masyarakat serta pemerintah

terhadap makna CSR, maka kelangsungan hidup suatu perusahaan akan

ditentukan oleh stakeholders. Hal tersebut berguna untuk menutupi tindakan

perusahaan yang merugikan masyarakat dank an berakibat fatal. Oleh karena itu,

kini makin banyak perusahaan yang sadar akan pentingnya masalah sosial dan

lingkungan sebagai unsur biaya perusahaan. Hal ini akan lebih menguntungkan

dibandingkan akhirnya harus membayar tuntutan ganti rugi kepada masyarakat

yang mungkin jauh lebih besar setelah perusahaan mengalamai masalah sosial.

Hasil dari penelitian sebelumnya dapat diketahui bahwa faktor-faktor

yang mempengaruhi pengungkapan tanggungjawab sosial perusahaan antara

lain: size perusahaan, profitabilitas, financial leverage, jumlah dewan komisaris,

45

dan struktur kepemilikan institusional. Namun secara umum, faktor-faktor yang

mempengaruhi pengungkapan tanggungjawab sosial perusahaan dibagi menjadi

faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal terdiri dari kritik sosial organisasi

dan lingkungan perusahaan, sedangkan faktor internal adalah manajemen

puncak.

Faktor-faktor di atas memerlukan pemahaman yang mendalam terhadap

perwujudan CSR sebagai konsekuensi dari penerapan pendekatan stakeholders.

Tuntutan bisnis etis, berimplikasi pada perwujudan aktivitas industri sebagai

interaksi harmonis antara stakeholders (pihak-pihak yang berkepentingan)

dengan shareholders (para pelaku bisnis) itu sendiri. Terwujudnya interaksi

yang baik itulah yang diharapkan oleh semua lapisan masyarakat. Oleh karena

itu, semua tindakan bisnis dan aktivitas industri akan menjadi penilaian para

stakeholders. Semakin etis perilaku bisnis atau industri, maka tujuan perusahaan

akan tercapai dengan sendirinya dan bisnisnya selalu berjalan dala koridor

hukum.

Dalam penelitian ini penulis memfokuskan penelitian pada size,

profitabilitas, financial leverage, jumlah dewan komisaris, struktur kepemilikan

institusional sebagai variabel independen dikarenakan berdasarkan penelitian-

penelitian sebelumnya ditemukan bahwa variabel-variabel tersebut lebih

dominan mempengaruhi pengungkapan tanggungjawab sosial peruahaan.

46

2.3. Size Perusahaan

Size perusahaan dikaitkan dengan teori agensi, di mana perusahaan besar

yang memiliki biaya keagenan yang lebih besar akan mengungkapkan informasi

yang lebih luas untuk mengurangi biaya keagenan tersebut (Sembiring, 2005).

Menurut Gray et. al (1995) dalam Almilia dan Retrinasari (2007) disebutkan

bahwa perusahaan besar mempunyai kemampuan untuk merekrut karyawan yang

ahli, serta adanya tuntutan dari pemegang saham dan analis. Semakin besar

perusahaan, maka jumlah tenaga kerja yang direkrut semakin banyak. Perusahaan

besar merupakan entitas bisnis yang banyak disoroti baik dari pemerintah maupun

masyarakat, semakin banyak jumlah tenaga kerja dalam suatu perusahaan, maka

tuntutan dari masyarakat dan pemerintah pun semakin tinggi. Mengungkapkan

lebih banyak informasi mengenai tanggung jawab sosial perusahaan merupakan

bagian dari upaya perusahaan untuk mewujudkan akuntabilitas publik.

Size perusahaan merupakan variabel penduga yang banyak digunakan

untuk menjelaskan variasi pengungkapan sosial yang dilakukan perusahaan dalam

laporan tahunan perusahaan. Secara umum, perusahaan besar akan

mengungkapkan informasi yang lebih banyak daripada perusahaan kecil. Hal ini

karena perusahaan besar akan menghadapi resiko politis yang lebih besar daripada

perusahaan kecil. Secara teoritis, perusahaan besar tidak akan lepas dari tekanan

politis, yaitu tekanan untuk melakukan pertanggung jawabab sosial. Dengan

mengungkapkan kepedulian terhadap lingkungan melalui pelaporan keuangan,

maka perusahaan dalam jangka panjang bisa terhindar dari biaya yang sangat

besar akibat tuntutan masyarakat. Hal ini dikaitkan dengan teori agensi, di mana

47

perusahaan yang memiliki biaya keagenan yang lebih besar akan mengungkapkan

informasi yang lebih luas untuk mengurangi biaya keagenan tersebut (Sembiring,

2005). Secara umum, perusahaan besar akan mengungkapkan informasi lebih

banyak daripada perusahaan kecil. Terdapat beberapa penjelasan mengenai hal

tersebut. Teori keagenan menyatakan bahwa perusahaan besar memiliki biaya

keagenan yang lebih besar daripada perusahaan kecil (Jensen dan Meckling dalam

Almilia dan Retrinasari, 2007).

Cowen et. al (1987) dalam Sulastini (2007) menyatakan bahwa perusahaan

yang lebih besar mungkin akan memiliki pemegang saham yang memperhatikan

program sosial yang dibuat perusahaan dalam laporan tahunan, yang merupakan

media untuk menyebarkan informasi tentang tanggung jawab sosial keuangan

perusahaan. Akan tetapi, tidak semua penelitian mendukung hubungan antara size

perusahaan dengan tanggung jawab sosial perusahaan. Penelitian yang tidak

berhasil menunjukkan hubungan kedua variabel ini seperti yang disebutkan dalam

Hackston dan Milne (1996) juga tidak menemukan hubungan antara variabel ini

dan hal tersebut mungkin disebabkan oleh rendahnya jumlah sampel yang

digunakan dalam penelitian tersebut. Penelitian yang berhasil menunjukkan

hubungan kedua variabel ini antara lain Belkaoui dan Karpik (1989), Adam et. al,

(1995). Hackston dan Milne (1996), Kokubu et. al., (2001), kebanyakan penelitian

yang dilakukan mendukung hubungan antara size perusahaan dengan tanggung

jawab sosial perusahaan.

Size perusahaan bisa didasarkan pada jumlah aktiva (aktiva lancar, aktiva

tetap, tidak berwujud, dan lain-lain), jumlah tenaga kerja, volume penjulan, dan

48

kapitalisasi pasar (Cahyonowati dalam Sulastini, 2007). Pengukuran dari

penelitian ini sama dengan penelitian Sembiring (2005), size perusahaan diukur

dengan total jumlah tenaga kerja oleh perusahaan manufaktur yang terdaftar di

BEI.

Jadi, konsep yang dijadikan sebagai rujukan dan formulasi dalam variabel

size sama dengan penelitian Sembiring (2005) yaitu dengan menggunakan total

jumlah tenaga kerja. Perusahaan dengan tenaga kerja yang banyak semakin

mendapat tuntutan dari publik dan pemerintah. Semakin besar perusahaan, maka

jumlah tenaga kerja yang direkrut semakin banyak. Perusahaan besar merupakan

entitas bisnis yang banyak disoroti baik dari pemerintah maupun masyarakat

Pengukuran ini dilakukan untuk mengetahui bahwa semakin besar tenaga kerja

yang dimiliki maka akan semakin besar pula tanggung jawab sosial yang harus

diungkapkan.

2.4. Profitabilitas

Rasio profitabilitas merupakan rasio yang mengukur kemampuan

perusahaan dalam menghasilkan laba (profit) pada tingkat penjualan, aset, dan

modal selama periode tertentu. Profitabilitas merupakan faktor yang membuat

manajemen menjadi bebas dan fleksibel untuk mengungkapkan

pertanggungjawaban sosial perusahaan kepada pemegang saham (Heinze, dalam

Rosmasita, 2007).

Parsa dan Kouhy (1994) pada penelitiannya pada perusahaan di Inggris

menemukan bahwa profitabilitas mempunyai hubungan dengan pengungkapan

49

sosial. Roberts (1992) seperti dikutip Parsa dan Kouhy (1994) menemukan bahwa

pengungkapan sosial dan lingkungan mempunyai hubungan positif dengan tingkat

profitabilitas perusahaan. Cornell dan Shapiro (1987) dalam Parsa dan Kouhy

(1994), menyatakan “companies that disclosed social information were likely to

have lower implicit cost in exchange for higher explicit cost. And this could be

one reason that they are more profitable”.

Profitabilitas merupakan faktor yang membuat manajemen menjadi bebas

dan fleksibel untuk mengungkapkan pertanggungjawaban sosial kepada pemegang

saham. Sehingga semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka semakin

besar pengungkapan informasi sosial. Hackston dan Milne (1996) menemukan

tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat profitabilitas dengan

pengungkapan informasi sosial dengan kepeduliannya terhadap masyarakat

(sosial) menghendaki manajemen untuk membuat perusahaan menjadi lebih

profitable. (Anggraini, 2006).

Penelitian tentang hubungan profitabilitas dengan pengungkapan informasi

sosial atau tanggung jawab sosial menunjukkan hasil bahwa antar keduanya tidak

ditemukan adanya hubungan (Sembiring, 2005; Anggraini, 2006; dan Sulastini,

2007). Hal ini terjadi mungkin disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya jumlah

sampel dan periode pengamatan. Penelitian ini menggunakan proksi ROE untuk

mengukur profitabilitas.

Variabel profitabilitas penelitian ini menggunakan pengukuran Return On

Equity (ROE). ROE adalah perbandingan laba bersih setelah pajak dengan total

50

ekuitas pemilik (Stoner dan Sirait dalam Pramesti, 2007). Rasio ini merupakan

rasio yang penting untuk mengetahui profitabilitas suatu perusahaan.

yTotalEquit

TaxAfterEarningEquityOnturnRe

ROE merupakan ukuran efektivitas perusahaan di dalam menghasilkan

keuntungan dengan memanfaatkan ekuitas yang dimilikinya. Dalam penelitian ini

profitabilitas menggunakan konsep yang sama dengan Stoner dan Sirait (1994)

dalam Pramesti (2007) yaitu diukur dengan menggunakan perbandingan laba

bersih setelah pajak dengan total ekuitas pemilik.

2.5. Financial Leverage

Financial Leverage merupakan penggunaan sumber dana yang memiliki

beban tetap, dengan harapan akan memberikan tambahan keuntungan yang lebih

besar daripada beban tetapnya, sehingga keuntungan pemegang saham akan

bertambah. Alasan yang kuat menggunakan beban tetap adalah untuk

meningkatkan pendapatan yang tersedia bagi pemegang saham. Leverage juga

merupakan sarana untuk mendorong peningkatan sarana untuk mendorong

peningkatan keuntungan atau pengembalian hasil / nilai tanpa menambah

investasi.

Perusahaan dengan rasio leverage yang lebih tinggi berusaha

menyampaikan informasi yang lebih banyak sebagai instrumen untuk mengurangi

monitoring cost bagi investor. Mereka memberikan informasi yang lebih detail

dalam laporan tahunan untuk memenuhi kebutuhan tersebut dibandingkan dengan

perusahaan yang leverage nya lebih rendah.

51

Peningkatan investasi relatif lebih mudah pada saat perusahaan

mempunyai likuiditas. Sedangkan utang obligasi dapat menurunkan investasi

dalam pengeluaran untuk corporate social responsibility. Bank dan pemberi utang

(kreditur) mempunyai investasi di perusahaan, mereka menginginkan return hasil

dari investasi tersebut. Gilson (1990) dalam Aditya (2008) menyatakan bahwa

Bank di USA berperan penting dalam organisasi perusahaan yang dapat

mengganti manajer dan direktur. Perusahaan memperoleh tambahan modal dari

kreditur, dan para kreditur tidak mempunyai hak memilih, maka kreditur

mempunyai kekuasaan untuk mempengaruhi manajemen perusahaan dalam

pengambilan keputusan dan menginformasikan kepada investor.

Perusahaan yang memiliki proporsi utang yang lebih tinggi dalam struktur

modal akan mempunyai biaya keagenan yang lebih tinggi. Semakin tinggi

leverage perusahaan, semakin tinggi kemungkinan transfer kemakmuran dari

kreditur kepada pemegang saham dan manajer. Oleh karena itu, perusahaan yang

mempunyai leverage tinggi mempunyai kewajiban lebih untuk memenuhi

kebutuhan informasi kreditur jangka panjang (Wallace et al dalam hardhina,

2007). Dengan semakin tinggi leverage, yang akan menambah beban tetap

perusahaan, maka untuk program corporate social responsibility menjadi terbatas

atau semakin tinggi leverage, maka semakin rendah program corporate social

responsibility.

Bradburry (1992), Hossain et al (1995), Ahmed dan Courtis (1999, dalam

Asaeed, 2005). Naser et al (2002) menemukan adanya pengaruh positif signifikan

antara leverage dengan luasnya information voluntary disclosure. Rahman dan

52

Hamdan (2000) juga menemukan adanya hubungan yang positif, meskipun tidak

signifikan, dan Sabarudin (2004) menemukan hubungan negatif, yang tidak

signifikan antara leverage dan kecenderungan pengungkapan informasi dalam

laporan tahunan.

Dalam penelitian ini mengacu pada konsep Rahman dan Hamdan (2000)

yaitu formulasi financial leverage dihitung menggunakan DER (Debt to Equity

Ratio) melalui perbandingan antara total hutang dengan ekuitas perusahaan.

Faktor ini mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh

kewajibannya yang ditunjukkan oleh bagian modal sendiri yang digunakan untuk

membayar hutang. DER yaitu rasio yang mencerminkan besarnya modal sendiri

dijadikan jaminan hutang. Total hutang dan modal sendiri dalam penelitian ini

menggunakan data per 31 Desember 2008-2009 yang diukur dengan formulasi

sebagai berikut:

EquityTotal

TotalDebtDER

2.6. Jumlah Dewan Komisaris

Dewan komisaris adalah mekanisme pengendalian intern tertinggi yang

bertanggung jawab untuk memonitor tindakan manajemen puncak. Komposisi

individu yang bekerja sebagai anggota dewan komisaris merupakan hal penting

dalam memonitor aktivitas manajmen secara efektif (Fama dan Jesen, dalam

Sulastini, 2007). Dewan komisaris yang berasal dari luar perusahaan akan

dipandang lebih baik, karena pihak dari luar perusahaan akan menetapkan

kebijakan yang berkaitan dengan perusahaan dengan lebih objektif dibanding

53

perusahaan yang memiliki susunan dewan komisaris yang hanya berasal dari

dalam perusahaan (Sulastini, 2007). Manajemen memiliki dorongan untuk

mengungkapkan informasi yang menguntungkan dan “menyembunyikan”

informasi yang tidak menguntungkan. Untuk mengatasi kecurangan tersebut, para

pemegang saham mendelegasikan wewenang mereka dalam memonitor aktivitas

perusahaan kepada dewan komisaris.

Dewan komisaris terdiri dari inside director dan outside director yang

akan memiliki akses informasi khusus yang berharga dan sangat membantu dewan

komisaris serta menjadikannya sebagai alat efektif dalam keputusan pengendalian.

Sedangkan fungsi dewan komisaris sendiri adalah mengawasi pengelolaan

perusahaan yang dilaksanakan oleh manajemen (direksi) dan bertanggung jawab

untuk menentukan apakan manajemen memenuhi tanggung jawab mereka dalam

mengembangkan dan menyelenggarakan pengendalian intern perusahaan

(Mulyadi, 2002). Teori agensi telah digunakan secara luas dalam penelitian

tentang dewan komisaris. Hal ini dilakukan dengan membagi tipe anggota dewan

komisaris menjadi dua, yaitu: inside director dan outside director (Kosnik dalam

Sulastini, 2007).

Jumlah Dewan Komisaris yang dimaksud disini adalah banyaknya anggota

dewan komisaris dalam suatu perusahaan. Alasan yang mendasari bahwa dewan

komisaris dapat mempengaruhi luasnya pengungkapan tanggung jawab sosial

adalah karena dewan komisaris merupakan pelaksana tertinggi dalam perusahaan.

Susunan atau jumlah dewan komisaris yang ada dalam perusahaan akan

mencerminkan objektivitas dalam menilai kebijakan yang dibuat perusahaan.

54

Karena semakin banyak dewan komisaris yang ada dalam perusahaan, maka

kecenderungan atau tindakan penyimpangan terhadap kebijakan yang telah

ditetapkan perusahaan dapat sedikit diminimalkan.

Penelitian yang berkaitan dengan dewan komisaris di Indonesia yang

dilakukan Arifin (2002) menemukan bahwa komposisi dewan komisaris yang

diukur dengan rasio outside directors terhadap jumlah dewan komisaris

mempunyai pengaruh yang signifikan (positif) terhadap pengungkapan sukarela

(Sembiring, 2005). Berkaitan dengan jumlah dewan komisaris, Coller dan

Grogery (1999) dalam Sembiring (2005) menyatakan bahwa semakin besar

jumlah anggota dewan komisaris, maka akan semakin mudah untuk

mengendalikan Chief Executive Officer (CEO) dan monitoring yang dilakukan

pun akan semakin efektif. Diakitkan dengan pengungkapan tanggung jawab sosial

perusahaan, maka tekanan terhadap manajemen juga kan semakin besar untuk

mengungkapkannya.

Konsep dan pengukuran dewan komisaris dalam penelitian ini adalah sama

dengan penelitian Sembiring (2005), yaitu dilihat dari banyaknya jumlah anggota

dewan komisaris yang dimiliki oleh perusahaan. Semakin banyak jumlah dewan

komisaris yang ada dalam perusahaan, maka kecenderungan atau tindakan

penyimpangan terhadap kebijakan yang telah ditetapkan perusahaan dapat sedikit

diminimalkan.

55

2.7. Struktur Kepemilikan Institusional

Struktur kepemilikan atas perusahaan merupakan faktor yang sangat

menentukan dalam pengambilan kebijakan perusahaan. Kepemilikan yang besar

atas perusahaan lebih berpengaruh terhadap pengambilan kebijakan perusahaan.

Salah satu kepemilikan atas perusahaan adalah kepemilikan jumlah saham yang

dimiliki oleh institusi dari seluruh jumlah modal saham perusahaan yang dikelola.

Sedangkan menurut Wahidahwati (2001) kepemilikan institusional adalah

kepemilikan saham oleh pihak-pihak yang berbentuk institusi seperti bank,

perusahaan asuransi, perusahaan investasi, dana pensiun, dan institusi lainnya.

Struktur kepemilikan pada umumnya dapat bertindak sebagai pihak yang

memonitor perusahaan. Perusahaan dengan kepemilikan institusional yang besar

(lebih dari 5%) mengindikasikan kemampuannya untuk memonitor manajemen,

semakin besar kepemilikan institusional maka semakin efisien pemanfaatan aktiva

perusahaan dan diharapkan juga dapat bertindak sebagai pencegahan terhadap

pemborosan yang dilakukan oleh manajemen. Hal ini berarti kepemilikan

institusional dapat menjadi pendorong perusahaan untuk melakukan

pengungkapan tanggung jawab sosial (Faizal, dalam Novita dan Chaerul, 2007).

Struktur kepemilikan oleh beberapa peneliti dipercaya mampu

mempengaruhi jalannya perusahaan yang pada akhirnya berpengaruh pada kenerja

perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan, yaitu maksimalisasi nilai

perusahaan. Hal ini disebabkan oleh karena adanya kontrol yang mereka miliki

(Wahyudi dan Pawestri, 2006). Selain itu, perusahaan juga dapat memproleh

legitimasi dengan memperlihatkan tanggung jawab sosial melalui pengungkapan

56

CSR dalam media, termasuk dalam laporan tahunan perusahaan (Novita dan

Chaerul, 2007).

Beberapa penelitian mengenai struktur kepemilikan pernah dilakukan oleh

Crutcley (1999) dengan membangun sebuah model yang menunjukkan empat

keputusan yang saling terkait menyangkut leverage, devidend, insider ownership,

dan institusional ownership yang ditentukan secara simultan meskipun tidak

menyeluruh. Sedangkan Fuerst dan Kang (2000) menemukan hubungan yang

positif antara insider ownership dengan nilai pasar setelah mengendalikan kinerja

perusahaan. Aditya (2008) menemukan hubungan yang positif antara kepemilikan

institusional terhdap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan, dimana

kepemilikan institusional dapat menjadi pendorong perusahaan untuk melakukan

pengungkapan tanggung jawab sosial.

Salah satu kepemilikan atas perusahaan adalah kepemilikan institusional

yang dijelaskan Boediono (2005) dalam Aditya (2008) sebagai jumlah saham

yang dimiliki institusi dari seluruh jumlah total modal saham yang dikelola oleh

perusahaan. Sedangkan menurut Wahidahwati (2001) dalam Amelia (2006)

kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham oleh pihak-pihak yang

berbentuk institusi seperti bank, perusahaan asuransi, perusahaan investasi, dana

pensiun, dan institusi lainnya. Perusahaan dengan kepemilikan institusional yang

besar (lebih dari 5%) mengindikasikan kemampuannya untuk memonitor

manajemen (Arief dalam Novita dan Chaerul, 2007).

Pengukuran terhadap kepemilikan institusional menggunakan rasio jumlah

saham yang dimiliki institusi dengan total saham beredar. Jadi, dapat disimpulkan

57

bahwa penelitian ini mengacu pada konsep penelitian Aditya (2008) dengan

memproksikan struktur kepemilikan institusional dengan perbandingan dari total

saham institusi dengan total saham perusahaan. Kepemilikan institusional adalah

kepemilikan saham oleh pihak-pihak yang berbentuk institusi seperti bank,

perusahaan asuransi, perusahaan investasi, dana pensiun, dan institusi lainnya.

StockFirmTotal

StocknalInstitusioTotalOwnershipnalInstitusio

Skala pengukuran untuk data kepemilikan institusional tersebut adalah skala rasio.

2.8. Penelitian Terdahulu

Selanjutnya adalah hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan

pengungkapan CSR adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No Judul Peneliti Variabel Independen Objek

Penelitian

Hasil

Penelitian

1 Pengungkapan

Informasi Sosial

dan Faktor-

Faktor yang

Mempengaruhi

Pengungkapan

Informasi Sosial

dalam Laporan

Keuangan

Tahunan pada

perusahaan

manufaktur

yang terdaftar di

Bursa Efek

Indonesia

(SNA IX

Padang)

Fr. Reni.

Retno

Anggraini

X1= Kepemilikan

Manajemen

X2= Financial

Leverage

X3=Size Perusahaan

X4= Tipe Industri

X5= Profitabilitas

Perusahaan

Manufaktur

yang terdaftar

di BEJ

Tahun 2000-

2004

X1=

Signifikan

Positif, X2=

Tidak

Signifikan,

Negatif

X3= Tidak

Signifikan

Negatif

X4=Signifi

kan Positif

X5= tidak

signifikan

negatif

58

No Judul Peneliti Variabel Independen Objek

Penelitian

Hasil

Penelitian

3 Pengaruh

Kinerja

keuangan

Terhadap nilai

perusahaan

dengan

pengungkapan

Corporate

Social

Reponsibility

dan Good

Corporate

Governance

Sebagai

Variabel

Pemoderasi

Ni Wayan

Yuniasih

Made Gede

W

X1= nilai perusahaan Perusahaan

Manufaktur

yang terdaftar

di BEJ tahun

2005-2006

X1=

signifikan

Positif

4

Pengaruh

Karakteristik

Perusahaan

Terhadap

Corporate

Social

Responsibility

Disclosure pada

P. Manufaktur

Nur

Maemunah

Permata

Sari

DR. Luluk

Kholisoh

X1= Size Perusahaan

X2=Ukuran Dewan

Komisaris X3=

profitabilitas X3=

kategori kantor

Akuntan Publik

Perusahaan

Manufaktur

yang terdaftar

di BEI tahun

2006-2008

X1=

signifikan

positif

X2=

Signifikan

Positif X3=

Signifikan

Positif

5 Corporate Social

Responsibility:

An Economic

and Financial

Framework

(Columbia)

Geoffrey

Heal

Financial

Performance,Capital

Market,Financial

Institution,

Pharmaceuticals

Financial

Institusion

Significance

positive

6 Discretionary-

Based

Disclosure: The

Case of Social

and

Environmental

Reporting in

Brazil

(Brazil)

Fernando

Dal-Ri,

Murcia

Flavia Cruz

De Souza

Auditing Firm,

Leverage,

Internationalization,

Stock Issuing,

Ownership

Concentration, Origin

of Control,

Profitability,

Corporate

Governance, Size,

Corporate

Sustainability

Companies

listed in the

Bolsa de

Valores de

Sao Paulo

(BOLSOVA)

Significance

Positive

59

No Judul Peneliti Variabel Independen Objek

Penelitian

Hasil

Penelitian

7 Corporate Social

Responsibility

as a Conflict

between

Shareholders

Amir

Barnea and

Amir Rubin

Insider Ownership,

Institusional

Ownership, Leverage

Companies Significance

Positive

8 Pengaruh

Struktur

Kepemilikan

Terhadap Luas

Pengungkapan

Tanggung

Jawab Sosial

(CSR

Disclosure)

Novita

Machmud,

Chaerul D.

Djakman

Kepemilikan

Institusional,

Kepemilikan Asing

Perusahaan

Manufaktur

yang terdaftar

di BEI tahun

2006

X1=signifik

an postif

X2= tidak

signifikan

negatif

Sumber: Jurnal dan Skripsi

2.9. KERANGKA BERPIKIR

Penelitian dilakukan untuk menggambarkan tentang praktik pengungkapan

tanggung jawab sosial yang dilaksanakan oleh perusahaan manufaktur di

Indonesia dan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh size perusahaan,

profitabilitas, financial leverage jumlah dewan komisaris, dan struktur

kepemilikan institusional terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial

perusahaan (CSR Disclosure).

CSR merupakan suatu bentuk kontribusi dunia usaha bagi pembangunan

berkelanjutan (sustainable development), yang berarti suatu bentuk kotribusi suatu

entitas bisnis yang dapat memberikan manfaat tidak hanya untuk perusahaan itu

sendiri, tetapi terutama juga memberikan manfaat bagi masyarakat dan

lingkungan di sekitar tempat perusahaan tersebut beroperasi. Pengungkapan

tanggung jawab sosial perusahaan sangat perlu dilakukan, karena bagaimanapun

60

juga perusahaan memperoleh nilai tambah dari kontribusi masyarakat di sekitar

perusahaan termasuk dari penggunaan sumber-sumber sosial (social resources).

Jika aktivitas perusahaan menyebabkan kerusakan sumber-sumber sosial maka

dapat timbul adanya biaya sosial (social cost) yang harus ditanggung oleh

masyarakat, sedangkan apabila perusahaan meningkatkan mutu social resources

maka akan menimbulkan manfaat sosial (social benefit) (Rosmasita, 2007).

Size perusahaan merupakan variabel penduga yang banyak digunakan untuk

menjelaskan variasi pengungkapan sosial yang dilakukan perusahaan dalam

laporan tahunan perusahaan. Perusahaan besar akan menghadapi risiko politis

yang lebih besar daripada perusahaan kecil. Secara teoritis, perusahaan besar tidak

akan lepas dari tekanan politis, yaitu tekanan untuk melakukan pertanggung

jawabab sosial. Dengan mengungkapkan kepedulian terhadap lingkungan melalui

pelaporan keuangan, maka perusahaan dalam jangka panjang bisa terhindar dari

biaya yang sangat besar akibat tuntutan masyarakat. Hal ini dikaitkan dengan teori

agensi, di mana perusahaan yang memiliki biaya keagenan yang lebih besar akan

mengungkapkan informasi yang lebih luas untuk mengurangi biaya keagenan

tersebut (Sembiring, 2005).

Dengan demikian dapat diartikan bahwa size perusahaan memiliki

hubungan yang positif terhadap pengungkapan tanggungjawab sosial perusahaan.

Hal ini juga menjelaskan bahwa semakin besar suatu perusahaan maka

pengungkapan tanggung jawab sosial akan dilakukan juga akan semakin lengkap

dan luas.

61

Profitabilitas menjadi faktor yang membuat manajemen menjadi bebas dan

fleksibel untuk mengungkapkan pertanggungjawaban sosial perusahaan kepada

pemegang saham (Heinze dalam Rosmasita, 2007). Hal ini berarti semakin tinggi

tingkat profitabilitas perusahaan maka semakin besar pengungkapan informasi

sosial. Sementara itu, Sembiring (2005) menyatakan bahwa berdasarkan teori

legitimasi, salah satu argumen dalam hubungan antara profitabilitas dan tingkat

pengungkapan tanggung jawab sosial adalah bahwa ketika perusahaan memiliki

laba yang tinggi, perusahaan (manajemen) menganggap tidak perlu melaporkan

hal-hal yang dapat mengganggu informasi tentang sukses keuangan perusahaan.

Sebaliknya, pada saat tingkat profitabilitas rendah, mereka berharap para

pengguna laporan akan membaca “good news” kinerja manajemen, misalnya

dalam lingkup sosial. Maka, investor akan tetap berinvestasi di perusahaan

tersebut.

Hubungan antara kinerja keuangan suatu perusahaan, dalam hal ini

profitabilitas, dengan pengungkapan tanggung jawab sosial paling baik

diekspresikan dengan pandangan bahwa tanggapan sosial yang diminta dari

manajemen sama dengan kemampuan yang diminta untuk membuat suatu

perusahaan memperoleh laba. Manajemen yang sadar dan memperhatikan

masalah sosial juga kan memajukan kemampuan yang diperlukan untuk

menggerakkan kinerja keuangan perusahaan. Dengan demikian, dapat dikatakan

bahwa profitabilitas mempunyai hubungan yang negatif terhadap tingkat

pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.

62

Financial leverage juga berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung

jawab sosial perusahaan. Teori keagenan memprediksi bahwa perusahaan dengan

rasio leverage yang lebih tinggi akan mengungkapkan lebih banyak informasi

karena biaya keganenan dengan struktur modal yang seperti itu akan lebih tinggi

(Jensen dan Meckling dalam Anggraini, 2006). Struktur modal yang dimaksud

perbandingan antara hutang, saham preferen, dan saham biasa yang direncanakan

perusahaan untuk menambah modal. Perusahaan yang memiliki beban hutang

yang tinggi berarti menggunakan hutang yang semakin tinggi pula.

Dapat disimpulkan, jika perusahaan dengan rasio hutang yang tinggi dapat

memiliki leverage yang tinggi pula. Dengan adanya tambahan informasi seperti

pengungkapan pertanggung jawaban sosial akan menghilangkan keraguan

pemegang obligasi terhadap dipenuhinya hak-hak mereka sebagai kresditur.

Dengan kata lain, perusahaan dengan rasio leverage yang tinggi akan memiliki

kewajiban untuk melakukan pengungkapan yang lebih luas jika dibandingka

dengan leverage yang lebih rendah. Ketergantungan perusahaan terhadap hutang

dalam membiayai kegiatan operasinya tercermin dalam tingkat financial leverage.

Dengan demikian, leverage ini juga mencerminkan tingkat risiko keuangan

perusahaan. Berdasarkan teori agensi, tingkat leverage mempunyai pengaruh

negatif terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial (Sembiring, 2005).

Semakin tinggi tingkat leverage (rasio utang/ekuitas) semakin besar kemungkinan

perusahaan akan melanggar perjanjian kredit, sehingga perusahaan akan berusaha

untuk melaporkan laba sekarang lebih tinggi yang dapat dilakukan dengan cara

mengurangi biaya-biaya, termasuk biaya untuk mengungkapkan informasi sosial.

63

Dewan komisaris adalah mekanisme pengendalian intern tertinggi yang

bertanggung jawab untuk memonitor tindakan manajemen puncak. Komposisi

individu yang bekerja sebagai anggota dewan komisaris merupakan hal penting

dalam memonitor aktivitas manajmen secara efektif. Dewan komisaris yang

berasal dari luar perusahaan akan dipandang lebih baik, karena pihak dari luar

perusahaan akan menetapkan kebijakan yang berkaitan dengan perusahaan dengan

lebih objektif dibanding perusahaan yang memiliki susunan dewan komisaris

yang hanya berasal dari dalam perusahaan (Sulastini, 2007).

Besar kecilnya dewan komisaris dapat diukur dengan menggunakan jumlah

anggota dewan komisaris dari perusahaan yang terdiri dari komisaris utama dan

komisaris independen. Untuk lebih memantapkan efektivitas komisaris yang

independen, jumlah komisaris independen dalam satu perusahaan paling sedikit

30% dari seluruh komisaris atau paling sedikit 1 (satu) orang. Coller dan Gregory

dalam Sembiring (2005) menyatakan bahwa semakin besar jumlah anggota dewan

komisaris, maka akan semakin mudah untuk mengendalikan Chief Executive

Officer (CEO) dan monitoring yang lebih efektif. Penelitian yang berkaitan

dengan dewan komisaris di Indonesia yang dilakukan Arifin (2002) menemukan

bahwa komposisi dewan komisaris yang mempunyai pengaruh yang signifikan

(positif) terhadap pengungkapan sukarela (Sembiring, 2005).

Institusi merupakan sebuah lembaga yang memiliki kepentingan besar

terhadap investasi yang dilakukan termasuk investasi saham. Sehingga biasanya

institusi menyerahkan tanggung jawab pada divisi tertentu untuk menyerahkan

tanggungjawab pada divisi tertentu untuk mengelola investasi perusahaan

64

tersebut. Karena institusi memantau secara profesional perkembangan

investasinya. maka tingkat pengendalian terhadap tidakan manajemen tinggi dan

tingkat kecurangan dapat ditekan. Investor institusi dapat dibedakan menjadi dua

yaitu investor pasif dan investor aktif. Investor pasif tidak terlalu ingin terlibat

dalam pengambilan keputusan manajerial. Sedangkan investor aktif ingin terlibat

dalam pengambilan keputusan manajerial. Keberadaan institusi inilah yang

mampu menjadi alat monitoring efektif bagi perusahaan (Pozen dalam Etty

Murwaningsari 2009). Dengan adanya kontrol yang ketat, menyebabkan manajer

manggunakan utang pada tingkat rendah untuk mengantisipasi kemungkinan

terjadinya financial distress dan risiko kebangkrutan.

Tingkat kepemilikan institusional yang tinggi akan menimbulkan usaha

pengawasan yang lebih besar oleh pihak investor institusional sehingga dapat

menghalangi perilaku opportunistic manajer. Menurut Shleifer and Vishny dalam

Burnae dan Rubin, 2005) bahwa institusional shareholders, dengan kepemilikan

saham yang besar, memiliki insentif untuk memantau pengambulan keputusan

perusahaan. Begitu pula penelitian Wening (2009) semakin besar kepemilikan

oleh institusi keuangan maka semakin besar pula kekuatan suara dan untuk

mengoptimalkan nilai perusahaan. Dengan demikian struktur kepemilikan

institusional mempunyai hubungan yang positif terhadap tingkat pengungkapan

tanggung jawab sosial perusahaan.

65

Berdasarkan latar belakang dan landasan teori di atas, maka dapat dibuat

model kerangka berpikir seperti Gambar berikut ini:

Gambar 2.1 Kerangka Pikir

2.10. HIPOTESIS

Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

H1 = Size, Profitabilitas, Financial Levarage, Jumlah Dewan Komisaris,

Struktur Kepemilikan Institusioanal perusahaan berpengaruh positif

terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR

Disclosure).

H2 = Profitabilitas perusahaan berpengaruh negatif terhadap Pengungkapan

Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR Disclosure).

H3 = Financial Levarage perusahaan berpengaruh negatif terhadap

Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR Disclosure).

Profitabilitas

Size Perusahaan

Jumlah Dewan Komisaris

Financial Leverage

Struktur Kepemilikan

Institusional

Pengungkapan

Tanggung Jawab Sosial

(CSR Disclosure)

66

H4 = Jumlah Dewan Komisaris perusahaan berpengaruh positif terhadap

Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR Disclosure).

H5 = Struktur Kepemilikan Institusioanal perusahaan berpengaruh positif

terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR

Disclosure).

H6 = Size perusahaan berpengaruh positif terhadap Pengungkapan Tanggung

Jawab Sosial Perusahaan (CSR Disclosure).

67

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Populasi dan Sampel Penelitian

3.1.1 Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan yang terdaftar

di Bursa Efek Indonesia tahun 2008 dan 2009.

3.1.2 Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini dipilih dengan cara purpossive sampling

dengan tujuan untuk mendapatkan sampel representative sesuai dengan kriteria

yang ditentukan. Metode penelitian ini menggunakan puspossive samping dengan

kriteria sampel yang akan digunakan yaitu:

1. Perusahaan yang terdaftar di BEI selama periode tahun 2008 dan 2009.

2. Perusahaan yang terdaftar di BEI yang melaporkan pengungkapan tanggung

jawab sosial perusahaan dalam laporan tahunannya.

3. Memiliki data yang lengkap terkait dengan variabel-variabel bebas yang

digunakan dalam penelitian yang pada perusahaan yangterdaftar di Bursa Efek

Indonesia

4. Perusahaan yang laporan tahunannya telah diaudit oleh auditor independen

selama kurun waktu periode 2008-2009 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Penelitian ini menggunakan populasi pada seluruh perusahaan go public

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun periode 2008-2009. Sampel

diseleksi dengan menggunakan kriteria yang telah ditetapkan. Adapun penetuan

67

68

kriteria sampel perusahaan yang akan diteliti dapat dilihat dalam Tabel 4.1 berikut

ini:

Tabel 3.1 Prosedur Sampel Penelitian

No Keterangan Jumlah

1 Perusahaan Go Public yang terdaftar pada BEI tahun 2008-2009 342

2 Tidak secara berturut-turut menjadi kelompok perusahaan go

public pada tahun 2008-2009

(160)

3 Perusahaan Go Public yang tidak berturut-turut mengungkapkan

CSR pada laporan tahunan 2008-2009

(118)

4 Perusahaan Go Public yang terdaftar di BEI yang tidak

mengungkapkan variabel size, profitabilitas, financial leverage,

jumlah dewan komisaris, dan struktur kepemilikan institusional

pada laporan tahunannya pada tahun 2008-2009

(16)

Jumlah data observasi akhir 48

Sumber: Laporan Tahunan Perusahaan Go Public Tahun 2008-2009 (Lampiran 2)

Berdasarkan kriteria, dari 342 perusahaan go public yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia pada tahun 2008 dan 2009 terdapat 48 perusahaan yang

termasuk dalam kriteria sampel penelitian sehingga didapat jumlah sampel

perusahaan sebanyak 48 x 2 periode = 96 sampel. Nama sampel perusahaan yang

akan diteliti dalam penelitian ini akan disajikan dalam tabel 3.2 berikut ini:

69

Tabel 3.2 Sampel Perusahaan

No Perusahaan No Perusahaan

1 PT Bentoel Internasional Investama Tbk 25 PT Bank Swadesi Tbk

2 PT Fastfood Indonesia Tbk 26 PT Modern Internasional Tbk

3 PT AKR Corporindo Tbk 27 PT Bank Mega Tbk

4 PT Surya Citra Media Tbk 28 PT Buana Finance Tbk

5 PT Jasa Marga (Persero) Tbk 29 PT Multi Indocitra Tbk

6 PT Bakrie & Brother Tbk 30 PT Bank Bumiputera Indonesia Tbk

7 PT Global Land Development Tbk 31 Bank Bukopin

8 PT Berlian laju Tanker Tbk 32 PT Nusantara Infrastruktur Tbk

9 PT Perusahaan Gas Negara Tbk 33 PT Jababeka Tbk

10 PT Mobile-8 Tbk 34 Bank Internasional Indonesia

11 PT Tunas Ridean Tbk 35 PT Adhi Karya (Persero) Tbk

12 PT Global Mediacom Tbk 36 PT Bhakti Investama Tbk (Perseroan)

13 PT Tira Austenite Tbk 37 PT Jakarta Setiabudi Internasional Tbk

14 PT Elnusa Tbk 38 PT Panin Sekuritas Tbk

15 PT Excelcomindo pratama Tbk 39 PT Bank Danamon Indonesia Tbk

16 PT Tigaraksa Tbk 40 PT Sentul City Tbk (Perseroan)

17 PT Panorama Sentrawisata Tbk 41 PT Pakuwon Jati Tbk

18 PT Zebra Nusantara Tbk 42 PT Ace Hardware Indonesia Tbk

19 PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk 43 PT Alfa Retailindo Tbk

20 PT Indosiar Karya Media Tbk 44 PT Equity Development Investment Tbk

21 Panin Bank 45 PT Clipan Finance Indonesia Tbk

22 PT Bank Mandiri (Persero) Tbk 46 PT Yulie Sekurindo Tbk

23 PT Bank Central Asia Tbk 47 PT Asuransi Dayin Mitra Tbk

24 PT Asuransi Multi Guna Artha Tbk 48 PT Mitra Investindo Tbk

Sumber : ICMD 2011

3.2 Variabel Penelitian

Ada dua variabel dalam penelitian ini adalah :

3.2.1 Variabel Terikat/ Dependent Variable (Y)

Variabel dependen penelitian ini adalah Pengungkapan CSR (Corporate

Social Responsibility Disclosure). Pengungkapan CSR merupakan data yang

diungkap oleh perusahaan berkaitan dengan aktivitas sosialnya yang meliputi

tema lingkungan, energi, kesehatan dan keselamatan kerja, lain-lain tentang

tenaga kerja, produk, keterlibatan masyarakat, dan umum. Content analysis adalah

70

suatu metode pengkondifikasian teks dari ciri-ciri yang sama untuk ditulis dalam

berbagai kelompok (kategori) tergantung pada kriteria yang ditentukan (Weber

dalam Sulastini, 2007). Check list dilakukan dengan melihat pengungkapan

tanggung jawab sosial perusahaan yang mencakup tujuh kategori yaitu:

lingkungan, energi, kesehatan dan keselamatan kerja, lain-lain tenga kerja,

produk, keterlibatan masyarakat, dan umum. Kategori ini diadopsi dari penelitian

yang dilakukan oleh Hackston and Milne (1996) dan Sembiring (2005). Total item

pengungkapan adalah 80 item. Item-item pengungkapan tersebut terbagi ke dalam

tujuh kategori yaitu (1) lingkungan, (2) energy, (3) kesehatan dan keselamatan

tenaga kerja, (4) lain-lain tenaga kerja, (5) produk, (6) keterlibatan masyarakat

dan, (7) umum.

3.2.2 Variabel Bebas / Independent Variable (X)

Variabel independen penelitian ini adalah size perusahaan, profitabilitas,

jumlah dewan komisaris, struktur kepemilikan institusional, dan , financial

leverage.

a. Size

Size perusahaan bisa didasarkan pada jumlah aktiva (aktiva lancar, aktiva

tetap, tidak berwujud, dan lain-lain), jumlah tenaga kerja, volume penjulan, dan

kapitalisasi pasar (Cahyonowati, 2003 dalam Sulastini, 2007). Pengukuran dari

penelitian ini sama dengan penelitian Gray et. al., (2001) dan Sembiring (2005),

size perusahaan diukur dengan total jumlah tenaga kerja oleh perusahaan

manufaktur yang terdaftar di BEI. Pengukuran ini dilakukan untuk mengetahui

71

bahwa semakin besar tenaga kerja yang dimiliki maka akan semakin besar pula

tanggung jawab sosial yang harus diungkapkan.

b. Profitabilitas

Profitabilitas diartikan sebagai kemampuan perusahaan untuk menghasilkan

laba atau profit dalam upaya meningkatkan nilai pemegang saham. Terdapat

beberapa pengukuran untuk menentukan profitabilitas perusahaan, yaitu: Return

On Equity, Return On Assets, Earning Per Share, Net Profit, dan Operating Ratio.

Variabel profitabilitas penelitian ini menggunakan pengukuran Return On

Equity (ROE). ROE adalah perbandingan laba bersih setelah pajak dengan total

ekuitas pemilik untuk tingkat pengembalian total ekuitas (Stoner dan Sirait, 1994

dalam Pramesti, 2007). Rasio ini merupakan rasio yang penting untuk mengetahui

profitabilitas suatu perusahaan.

yTotalEquit

TaxAfterEarningEquityOnturnRe

ROE merupakan ukuran efektivitas perusahaan di dalam menghasilkan

keuntungan dengan memanfaatkan ekuitas yang dimilikinya.

c. Financial Leverage

Financial leverage merupakan rasio yang menunjukkan bagaimana

kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajibannya. Leverage dapat diukur

dengan rasio DER.

DER (Debt to Equity Ratio) diukur melalui perbandingan antara total hutang

dengan ekuitas perusahaan (Anggraini, 1997). Faktor ini mencerminkan

kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya yang ditunjukkan

oleh bagian modal sendiri yang digunakan untuk membayar hutang. DER yaitu

72

rasio yang mencerminkan besarnya modal sendiri dijadikan jaminan hutang. Total

hutang dan modal sendiri dalam penelitian ini menggunakan data per 31

Desember 2008-2009 yang diukur dengan formulasi sebagai berikut:

EquityTotal

TotalDebtDER

d. Jumlah Dewan Komisaris

Jumlah dewan komisaris yang dimaksud disini adalah banyaknya anggota

dewan komisaris dalam suatu perusahaan. Alasan yang mendasari bahwa dewan

komisaris dapat mempengaruhi luasnya pengungkapan tanggung jawab sosial

adalah karena dewan komisaris merupakan pelaksana tertinggi dalam perusahaan.

Susunan atau jumlah dewan komisaris yang ada dalam perusahaan akan

mencerminkan objektivitas dalam menilai kebijakan yang dibuat perusahaan.

Karena semakin banyak dewan komisaris yang ada dalam perusahaan, maka

kecenderungan atau tindakan penyimpangan terhadap kebijakan yang telah

ditetapkan perusahaan dapat sedikit diminimalkan. Pengukuran dewan komisaris

yang diinginkan dalam penelitian yang diinginkan dalam penelitian ini adalah

sama dengan penelitian Sembiring (2005), yaitu dilihat dari banyaknya jumlah

anggota dewan komisaris yang dimiliki oleh perusahaan.

e. Struktur Kepemilikan Institusional

Salah satu kepemilikan atas perusahaan adalah kepemilikan institusional

yang dijelaskan Boediono (2005) dalam Aditya (2008) sebagai jumlah saham

yang dimiliki institusi dari seluruh jumlah total modal saham yang dikelola oleh

perusahaan. Sedangkan menurut Wahidahwati (2001) dalam Amelia (2006)

kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham oleh pihak-pihak yang

73

berbentuk institusi seperti bank, perusahaan asuransi, perusahaan investasi, dana

pensiun, dan institusi lainnya. Perusahaan dengan kepemilikan institusional yang

besar (lebioh dari 5%) mengindikasikan kemampuannya untuk memonitor

manajemen (Arief, 2006 dalam Novita dan Chaerul, 2007). Pengukuran terhadap

kepemilikan institusional menggunakan rasio jumlah saham yang dimiliki institusi

dengan total saham beredar. Sedangkan penelitian ini, mengacu pada penelitian

Aditya (2008) dengan memproksikan struktur kepemilikan institusional dengan

perbandingan dari total saham institusi dengan total saham perusahaan. Skala

pengukuran untuk data kepemilikan institusional adalah skala rasio.

StockFirmTotal

StocknalInstitusioTotalOwnershipnalInstitusio

Berdasarkan uraian variabel size, profitabilitas, jumlah dewan komisaris,

financial leverage, dan struktur kepemilikan institusional di atas, maka dapat

disusun ringkasan variabel seperti pada tabel 3.2 di bawah ini:

Tabel 3.3 Ringkasan Variabel

No Variabel Definisi Operasional Cara

Pengukuran

Skala

Data

1 Size Size perusahaan bisa didasarkan

atau diukur dengan cara melihat

pada jumlah aktiva (aktiva lancar,

aktiva tetap, tidak berwujud, dan

lain-lain), total jumlah tenaga

kerja, volume penjulan, dan

kapitalisasi pasar (Cahyonowati,

2003 dalam Sulastini, 2007)

Total Jumlah

Tenaga Kerja

Rasio

No Variabel Definisi Operasional Cara

Pengukuran

Skala

Data

2 Profitabilitas Profitabilitas diartikan sebagai Return on Rasio

74

kemampuan perusahaan untuk

menghasilkan laba atau profit

dalam upaya meningkatkan nilai

pemegang saham

Equity

3 Financial

Leverage

Financial leverage merupakan

rasio yang menunjukkan

bagaimana kemampuan

perusahaan dalam melunasi

kewajibannya

Debt to Equity

Ratio

Rasio

4

Jumlah

Dewan

Komisaris

Jumlah dewan komisaris yang

dimaksud disini adalah

banyaknya anggota dewan

komisaris dalam suatu

perusahaan

Banyaknya

anggota dewan

komisaris

Rasio

5 Struktur

Kepemilikan

Institusional

Kepemilikan institusional adalah

kepemilikan saham oleh pihak-

pihak yang berbentuk institusi

seperti bank, perusahaan asuransi,

perusahaan investasi, dana

pensiun, dan institusi lainnya.

Perbandingan

dari total saham

institusi dengan

total saham

perusahaan

Rasio

3.3 Jenis Dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu

berasal dari laporan tahunan perusahaan yang dilkumpulkan dan dipublikasikan

oleh pihak Bursa Efek Indonesia (BEI). Berdasarkan dimensi waktu, penelitian ini

menggunakan data runtut waktu (time series), yaitu sekumpulan data observasi

dalam rentang waktu tertentu dan dicatat secara kontinu (Gujarati, 2005).

3.4 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan adalah dengan

penelusuran data sekunder. Data yang digunakan dalam penelitian ini

dikumpulkan dengan metode dokumentasi. Dokumentasi merupakan proses

75

penelitian dokumen dengan mengumpulkan dan mempelajari dokumen-dokumen

dan data-data yang diperlukan.

Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa item tanggung jawab

sosial perusahaan, jumlah tenaga kerja, ROE, DER, jumlah dewan komisaris, dan

besarnya struktur kepemilikan institusional. Yang terdapat dalam laporan tahunan

perusahaan Go Public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan Indonesia

Capital Market Directory (ICMD) selama tahun periode 2008-2009. Untuk

mengetahui item pengungkapan CSR dilakukan observasi terhadap laporan

tahunan perusahaan yang terdaftar sesuai dengan daftar item pengungkapan

tanggung jawab sosial yang telah digunakan oleh Hackston dan Milne (1996)

dalam Sembiring (2005).

3.5 Metode Analisis Data

Langkah-langkah yang dilakukan dalam analisis data dalam penelitian ini

adalah melalui:

3.5.1. Analisis Deskriptif

Deskripsi variabel penelitian adalah bagian dari hasil penelitian yang

berguna untuk menggambarkan tingkat variabel independen (Size, Profitabilitas,

Financial Leverage, Jumlah Dewan Komisaris, Struktur Kepemilikan

Institusional) dan variabel dependen (Corporate Social Responsibility

Disclosure). Alat analisis yang digunakan adalah rata-rata (mean), maksimum,

minimum, standar deviasi, dan varian dari variabel-variabel yang diteliti.

76

Nilai rata-rata (mean), maksimum, minimum, dan standar deviasi dapat

diperoleh dengan memilih menu Analyse dari menu utama SPSS, kemudian

dilanjutkan dengan memilih Descriptive Statistic, lalu pilih Descriptive. Setelah

itu, isikan variabel yang akan dianalisis dalam hal ini ada enam yaitu CSR, size,

ROE, DER, jumlah dewan komisaris, struktur kepemilikan institusional. Untuk

menganalisis statistik deskriptif apa saja yang akan dipilih, maka klik, Option dan

isikan statistik yang kita inginkan seperti nilai rata-rata (mean). Standar Deviasi,

Varians, Minimum, Maksimum, Sum, Range, SE Mean, Kurtosis, dan Skewness,

lalu setelah itu pilih Continue dan OK.

Berdasarkan hasil analisis deskriptif yang akan dianalisis, maka dapat

ditentukan kelas interval pada variabel size perusahaan, profitabilitas, financial

leverage, jumlah dewan komisaris, dan struktur kepemilikan institusional. Tujuan

penentuan kelas kriteria interval adalah agar hasil analisis deskriptif lebih jelas

dalam menentukan penilaian pada masing-masing variabel. Berikut ini adalah

tabel kriteria kelas interval pada variabel independen dan dependen:

77

Tabel 3.4 Kriteria Variabel Independen dan Dependen

No Nama Variabel Interval

Kriteria

1 CSR

74.00 < x ≤ 86.25

61.75 < x ≤ 74

49.50 < x ≤ 61.75

37.25 < x ≤ 49.5

25.00 < x ≤ 37.25

Sangat Tinggi

Tinggi

Sedang

Rendah

Sangat Rendah

2 Size

33296.8 < x ≤ 41617

249676.6 < x ≤ 33296.8

16654.6 < x ≤ 24976.6

8336.2 < x ≤ 16656.4

16 < x ≤ 8336.2

Sangat Banyak

Banyak

Sedang

Sedikit

Sangat Sedikit

3 Profitabilitas

x > 7.14%

4.76% < x ≤ 7.14%

2.38 < x < 4.76%

0 < x ≤ 2.38%

x ≤ 0

Sangat Profitable

Profitable

Kurang Profitable

Tidak Profitable

Sangat Tidak Profitable

4 Financial

Leverage

959.842< x ≤ 119.4

719.684< x ≤ 959.842

479.826< x ≤ 719.684

239.968< x ≤ 479.826

0.11< x ≤ 239.968

Sangat Tinggi

Tinggi

Sedang

Rendah

Sangat Rendah

5

Jumlah

Dewan

Komisaris

8.6< x ≤10

7.2< x ≤8.6

5.8< x ≤7.2

4.4< x ≤5.8

3< x ≤ 4.4

Sangat Sangat

Banyak

Sedang

Sangat Sedikit

Sedikit

6

Struktur

Kepemilikan

Institusional

2.924 < x ≤ 3.63

2.218 < x ≤ 2.924

1.512 < x ≤ 2.218

0.806 < x ≤ 1.512

0.1 < x ≤ 0.806

Sangat Tinggi

Tinggi

Sedang

Rendah

Sangat Rendah

78

3.5.2. Uji Prasyarat

3.5.2.1. Uji Normalitas Data

Pengujian normalitas bertujuan untuk menguji apakah model statistik

variabel-variabel penelitian berdistribusi normal atau tidak normal. Model regresi

yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Uji

normalitas data dapat dilihat dengan memperlihatkan penyebaran data (titik) pada

Normal P plot of regression standardizzed Residual variable independen, dimana:

1) Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal,

maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

2) Jika data menyebar jauh dari garis diagonal atau tidak mengikuti arah garis

diagomal, maka tidak memenuhi asumsi normalitas.

Selain dengan mengunakan Normal P plot of regression standardizzed

Residual, uji normalitas juga menggunakan uji kolomogorov-smirnov. Distribusi

data dapat dilihat dengan membandingkan Z hitung dengan Z tabel dengan kriteria

sebagi berikut:

a. Jika angka signifikan > taraf signifikan (α) 0,005 maka distribusi data

dikatakan normal.

b. Jika angka signifikan < taraf signifikan (α) 0,05 maka distribusi dikatakan tidak

normal.

Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau

mendekati normal.

79

3.5.2.2. Uji Asumsi Klasik

Model regresi dengan metode kuadrat terkecil biasa (Ordinary least

square/OLS) merupakan model regresi yang menghasilkan estimator linier tidak

bias yang terbaik (Best Linier Unbias Estimator/BLUE) jika terpenuhinya asumsi-

asumsi klasik, dengan begitu dapat diketahui bahwa uji asumsi klasik

dimaksudkan untuk mengetahui apakah model regresi linier berganda yang

digunakan untuk menganalisis dalam penelitian memenuhi asumsi klasik. Oleh

sebab itu untuk menghindari penyimpangan asumsi-asumsi klasik perlu dilakukan

uji asumsi klasik. Model uji asumsi klasik tersebut adalah:

a. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk mengetahui apakah tiap-tiap variabel

independen saling berhubungan secara linear. Menurut Santoso (2001)

multikolinearitas terjadi apabila antara variabel-variabel indepnden terdapat

hubungan yang signifikan. Multikolinearitas juga dimaksud untuk menghilangkan

gejala korelasi antara variabel independen terhadap variabel independen yang

lainya. Uji multikolinearitas juga digunakan untuk mengetahui apakah anatar

variabel bebas yang terdapat dalam model memiliki hubungan yang sempurna

atau mendekati sempurna. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mendeteksi

kolonieritas, dilakukan dengan meregresikan antar variabel bebas. Jika koefisien

regresinya signifikan, maka dalam model terdapat multikolinearitas.

Menurut Ghozali, 2005 untuk mendeteksi adanya masalah multikolinearitas

adalah dengan memperhatikan:

80

1.1.1.1.1 Besaran korelasi antar variabel independen

Pedoman suatu model regresi bebas multikoloniearitas memiliki kriteria-

kriteria sebagai berikut:

1.1.1.1.1.1.1 Koefisien korelasi antara variabel-variabel independen

dengan variabel dependen harus lemah tidak lebih besar dari 90% (0,9).

1.1.1.1.1.1.2 Jika korelasi kuat antara variabel independen dengan

variabel independen lainya yaitu korelasi diatas 90 % (0,9). Maka

menunjukan multikolinearitas yang serius.

1.1.1.1.2 Nilai tolerance dan VIF yang rendah sama rendah dengan nilai VIF

yang tinggi, persamaan yang digunakan adalah:

VIF=1/ Tolerance

Nilai yang dipakai untuk menandai adanya faktor multikolinearitas adalah

nilai tolerance > 0,10 atau sama dengan nilai VIF<10.

Dalam penelitian ini untuk adanya masalah multikolinearitas digunakan

kedua pendekatan tersebut model regresi yang baik adalah tidak terdapat masalah

multikolinearitas atau adanya hubungan korelasi diantara variabel-variabel

independen.

b. Uji Heteroskedastisitas

Uji heterokedasitas digunakan untuk mengetahui apakah terjadi

penyimpangan model karena varians gangguan berbeda antar satu observasi ke

observasi lain. Heterokedasitas dapat terdeteksi dengan melihat plot antara

taksiran nilai Y dengan residual. Untuk mendeteksi adanya heterokedasitas adalah

81

dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatter plot. Yang

mendasari dalam pengambilan keputusan adalah:

a. Jika ada pola tertentu seperti titik-titik yang membentuk suatu pola teratur

(gelombang, melebar kemudian menyempit) maka terjadi masalah

heteroskedastisitas.

b. Jika tidak ada pola jelas seperti titik-titik yang menyebar diatas dan dibawah

angka nol pada sumbu Y, maka tidak terjadi masalah heterokedasitas.

Model regresi yang baik adalah model regresi yang bebas dari masalah

heterokedastisitas.

c. Uji Autokorelasi

Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

linear ditemukan adanya korelasi antara kesalahan pepengujian pada periode t

dengan kesalahan pengujian pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi

maka dikatakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi

tidak berurutan sepanjang waktu berkaitan dengan satu sama lain (Ghozali,2006).

Konsekuensi dari adanya autokorelasi dalam suatu model regresi adalah

bahwa varian sampel tidak menggambarkan varian populasinya, lebih jauh lagi

model regresi yang dihasilkan tidak dapat digunakan untuk mentaksir variabel

dependen pada nilai varibel independen tertentu.

Alat analisis yang digunakan adalah Durbin Watson (DW). Setelah

dilakukan regresi kemudian dihitung DWnya dengan jumlah sampel tertentu

diperoleh nilai kritis dl (batas bawah) dan du (batas atas) dalam tabel distribusi

dengan berbagai nilai.

82

3.5.3. Model Regresi Berganda

Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi berganda

(multiple regresi). Secara umum model regresi ini dapat ditulis sebagai berikut:

eSKIbJDKbLEVbPRObSIZEbbCSR a 54210

Dimana:

CSR = Indeks skor pengungkapan CSR

SIZE = Ukuran perusahaan

PRO = Profitabilitas

LEV = Financial Leverage

JDK = Jumlah Dewan Komisaris

SKI = Struktur Kepemilikan Institusional

= Koefisien regresi

e = Error term (Variabel Pengganggu)

3.5.4. Uji Hipotesis

Penelitian ini menguji hipotesis-hipotesis dengan mengunakan metode

anallisis regresi berganda (multiple regretion). Metode regresi berganda

menghubungkan satu variabel dependen dengan beberapa variabel independen

dalam suatu model perdiktif tunggal.

Adapun untuk menguji signifikan tidaknya hipotesis tersebut digunakan

uji F, uji t, R2, dan r

2

83

3.5.4.1. Uji Simultan (F-test)

Menurut Ghozali (2005) uji statistik F pada dasarnya menunjukan apakah

semua variabel bebas dimaksudkan dalam model mempunyai pengaruh secara

simultan terhadap variabel dependen. Pengujian dilakukan dengan mengunakan

signifance level 0,05 (α = 5 % ). Keputusan penerimaan atau penolakan hipotesis

adalah sebagi berikut:

1. Jika nilai signifikan > 0,05 maka hipotesis ditolak (koefisien regresi tidak

signifikan).

Ini berarti bahwa secara simultan variabel independen tersebut tidak

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.

2. Jika nilai signifikan ≤ 0,05 maka hipotesis diterima (koefisien signifikan).

Ini berarti secara simultan variabel independen tersebut mempunyai pengaruh

yang signifikan terhadap variabel dependen.

3.5.4.2. Uji Parsial (t-test)

Menurut Ghozali (2005) uji statistik t dasarnya menunjukan sebarapa jauh

pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variabel

dependen. Pengujian dilakukan dengan mengunakan signifance level 0,05 (α = 5

%). Penerimaan atau penolakan hipotesisi dilakukan dengan kriteria sebagai

berikut:

1. Jika nilai signifikan > 0,05 maka hipotesis ditolak (koefisien regresi tidak

signifikan).

Ini berarti bahwa secara parsial variabel independen tersebut tidak mempunyai

pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.

84

2. Jika nilai signifikan ≤ 0,05 maka hipotesis diterima (koefisien signifikan).

Ini berarti secara parsial variabel independen tersebut mempunyai pengaruh

yang signifikan terhadap variabel dependen.

3.5.4.3. Koefisien Determinasi Simultan (R2).

Uji koefisien determinasi (R2) pada intinya untuk mengukur seberapa jauh

kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien

determinasi adalah nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-

variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas.

Nilai yang mendekati satu berarti variabel-varibel independen memberikan

hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel

dependen (Ghozali, 2005:83). Namun terdapat kelemahan mendasar penggunaan

koefisien determinasi yaitu bias terhadap jumlah variabel independen yang

dimasukkan ke dalam model, sehinggan untuk mengevaluasi model regresi terbaik

digunakan nilai Adjusted R2.

Data dalam penelitian ini akan diolah dengan menggunakan program

Stastitical Package for Social Sciences (SPSS) 17. Hipotesis dalam penelitian ini

dipengaruhi nilai signifikansi koefisien variabel yang bersangkutan setelah

dilakukan pengujian. Kesimpulan hipotesis dilakukan berdasarkan t-test dan F-test

untuk menguji signifikansi variabel-variabel independen terhadap variabel

dependen.

85

3.5.4.4. Koefisien Determinasi Parsial (r2).

Koefisien determinasi pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan

model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi

adalah antara nol dan satu. Nilai r2

sama dengan 1 berarti kemampuan model

menjelaskan variasi variabel dependen secara sempurna 100%. Sebaliknya jika r2

sama dengan 0 berarti variabel independen tidak menjelaskan sedikitpun variasi

dalam variabel dependen. Untuk mengetahui presentase sumbangan dari variabel

independen secara parsial terhadap variabel dependen dapat dilihat dari besarnya

koefisien determinasi parsial.

86

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

4.1.1. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan data variabel-

variabel yang telah diolah, dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, nilai

maksimum, dan nilai minimum. Variabel yang telah diolah dalam penelitian ini

yaitu size perusahaan, profitabilitas, financial leverage, jumlah dewan komisaris,

struktur kepemilikan institusional, dan pengungkapan tanggungjawab sosial

perusahaan. Berdasarkan tabulasi data, berikut ini hasil pengolahan dengan

bantuan program SPSS 16.0 for windows dan penjelasan analisis deskriptif

variabel-variabel tersebut:

Tabel 4.1 Deskriptif Variabel Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Sum Mean Std. Deviation

Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Error Statistic

CSR 96 25.00 86.25 5030.20 52.3979 1.25036 12.25099

Size 96 16 41617 394006 4104.23 816.580 8000.819

Profitabilitas 96 .01 211.90 1718.64 17.9026 2.68266 26.28456

Leverage 96 .11 1199.40 1.41E4 1.46652 23.14506 226.77434

JDK 96 2 10 443 4.61 .194 1.905

SKI 96 .01 3.63 43.95 .4578 .05337 .52290

Valid N (listwise) 96

Sumber: Laporan Tahunan Perusahaan Go Public Tahun 2008 dan 2009 diolah

Dalam Tabel 4.1 menunjukkan deskripsi data variabel-variabel yang telah

diolah yaitu mengenai pengungkapan tanggungjawab sosial (CSR), size,

86

87

profitabilitas, financial leverage, jumlah dewan komisaris, dan struktur

kepemilikan institusional. Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa nilai CSR

dengan rata-rata (mean) 52,39 dan standar deviasi sebesar 12,25 memiliki nilai

maksimum pada 86,25 yang dimiliki oleh PT Pembangunan Jaya Ancol, Tbk dan

nilai minimum pada 25 Yang dimiliki oleh PT Buana Finance,Tbk.

Sedangkan size perusahaan yang diukur dengan menggunakan besarnya

total tenaga kerja memiliki nilai mean sebesar 4104,23 dengan standar deviasi

sebesar 8000,89 yang memiliki nilai maksimum pada 41617 dimiliki oleh PT

Bank Danamon Indonesia, Tbk dan nilai minimum pada 16 yang dimiliki oleh PT

Yuli Sekurindo,Tbk. Tingkat profitabilitas perusahaan yang diukur dengan

menggunakan laba bersih dibandingkan total ekuitas memiliki nilai mean sebesar

17,9 dengan standar deviasi sebesar 26,28 yang memiliki nilai maksimum pada

211,9 dimiliki oleh PT Bakrie & Brother, Tbk dan nilai minimum pada 0,01 yang

dimiliki oleh PT Sentul City, Tbk. Jumlah dewan komisaris perusahaan memiliki

nilai mean sebesar 4,61 dengan standar deviasi sebesar 1,905 yang memiliki nilai

maksimum pada 10 dimiliki oleh PT Excelcomindo pratama Tbk dan nilai

minimum pada 2 yang dimiliki oleh PT Zebra Nusantara Tbk. Financial Leverage

yang diukur dengan menggunakan besarnya total kewajiban dibandingkan modal

sendiri memiliki nilai mean sebesar 1,46 dengan standar deviasi sebesar 226,7

yang memiliki nilai maksimum pada 11,99 dimiliki oleh PT Bank Bumiputera

Indonesia, Tbk dan nilai minimum pada 0,11 yang dimiliki oleh PT Ace Hardware

Indonesia, Tbk. Struktur kepemilikan institusional yang diukur dengan

menggunakan besarnya total saham institusi dibandingkan total saham perusahaan

88

memiliki nilai mean sebesar 0,45 dengan standar deviasi sebesar 0,52 yang

memiliki nilai maksimum pada 3,63 dimiliki oleh PT Bakrie & Brother Tbk dan

nilai minimum pada 0,01 yang dimiliki oleh PT Bank Mega, Tbk.

4.1.1.1. Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial (CSR)

Berikut ini merupakan deskripsi pengungkapan tanggung jawab sosial

pada tahun 2008 dan 2009 secara keseluruhan yaitu:

Tabel 4.2 Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean

Std. Deviation

Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Error Statistic

CSR2008 48 25.00 86.25 50.2104 1.78054 12.33594

CSR2009 48 33.75 85.00 54.5854 1.71645 11.89191

Valid N (listwise) 48

Sumber: Laporan Tahunan Perusahaan Go Public Tahun 2008 dan 2009 diolah

Hasil pengungkapan laporan pertanggungjawaban sosial pada tahun 2008

berdasarkan tabel 4.2 pengungkapan tertinggi dilakukan PT Pembangunan Jaya

Ancol, Tbk dengan indeks sebesar 86,25% dan pengungkapan terendah

dilakukan oleh PT Buana Finance, Tbk dengan indeks pengungkapan sebesar

25% Nilai mean pada variabel pengungkapan tanggung jawab sosial (CSR)

sebesar 50,2104 dan standar deviasi sebesar 12,33594 mengindikasikan bahwa

perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini mengungkapkan

tanggung jawab sosial termasuk dalam kriteria sedang.

Pada tahun 2009 pengungkapan tertinggi dilakukan PT Pembangunan

Jaya Ancol, Tbk dengan indeks sebesar 85% dan pengungkapan terendah

dilakukan oleh PT Equity Development Investment, Tbk dengan indeks

pengungkapan sebesar 33,75%. Nilai mean pada variabel pengungkapan

89

tanggung jawab sosial (CSR) sebesar 54,5854 dan standar deviasi sebesar

11,89191 mengindikasikan bahwa perusahaan yang dijadikan sampel dalam

penelitian ini mengungkapkan tanggung jawab sosial termasuk dalam kriteria

sedang. Berikut ini merupakan deskripsi item pengungkapan tanggung jawab

sosial pada tahun 2008 dan 2009 secara keseluruhan yaitu:

Tabel 4.3 Item Pengungkapan tanggung Jawab Sosial Tahun 2008

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Lingkungan 48 0 12 4.56 3.414

Energi 48 0 7 1.92 1.514

KKTK 48 1 8 4.02 1.951

LainTK 48 9 24 17.33 4.334

Produk 48 0 10 2.21 3.121

KMasyarakat 48 1 11 8.21 2.697

Umum 48 0 2 1.94 .320

Valid N (listwise) 48

Sumber: Laporan Tahunan Perusahaan Go Public Tahun 2008 dan 2009 diolah

Berdasarkan Tabel 4.3 item pengungkapan tertinggi ada pada kategori

lain-lain tenaga kerja sebanyak 24 pada PT Elnusa, Tbk. Kategori paling banyak

diungkapkan adalah kategori lain-lain tenaga kerja. Sedangkan pengungkapan

item terendah ada pada kategori lingkungan, energi, produk, umum. Perusahaan

yang tidak mengungkapkan kategori lingkungan adalah PT Berlian laju Tanker,

Tbk, perusahaan yang tidak mengungkapkan kategori energi adalah PT Jasa

Marga (Persero) Tbk, perusahaan yang tidak mengungkapkan kategori produk

adalah PT Global Land Development Tbk, PT Berlian laju Tanker Tbk, PT

Excelcomindo pratama Tbk, PT Panorama Sentrawisata Tbk, PT Indosiar Karya

Media Tbk, Panin Bank, PT Asuransi Multi Guna Artha Tbk, PT Modern

Internasional Tbk, PT Bank Mega Tbk, PT Buana Finance Tbk, PT Bank

90

Bumiputera Indonesia Tbk, PT Bank Bumiputera Indonesia Tbk, Bank Bukopin,

PT Nusantara Infrastruktur Tbk, PT Jababeka Tbk, Bank Internasional

Indonesia, PT Bhakti Investama Tbk (Perseroan), PT Jakarta Setiabudi

Internasional Tbk, PT Bank Danamon Indonesia Tbk, PT Sentul City Tbk

(Perseroan), PT Alfa Retailindo Tbk, PT Equity Development Investment Tbk,

dan PT Clipan Finance Indonesia Tbk, PT Yulie Sekurindo Tbk, sedangkan

perusahaan yang tidak mengungkapkan kategori umum adalah PT Fastfood

Indonesia Tbk.

Berikut ini merupakan deskripsi item pengungkapan tanggung jawab

sosial pada tahun 2008 dan 2009 secara keseluruhan yaitu:

Tabel 4.4 Item Pengungkapan tanggung Jawab Sosial Tahun 2009

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Lingkungan 48 1 12 5.23 3.514

Energi 48 0 7 2.10 1.601

KKTK 48 2 8 4.77 1.692

LainTK 48 12 24 18.17 3.103

Produk 48 0 10 3.23 3.283

KMasyarakat 48 2 11 8.23 2.381

Umum 48 1 2 1.96 .202

Valid N (listwise) 48

Sumber: Laporan Tahunan Perusahaan Go Public Tahun 2008 dan 2009 diolah

Berdasarkan Tabel 4.4 item pengungkapan tertinggi ada pada kategori

lain-lain tenaga kerja sebanyak 24 pada PT Elnusa, Tbk. Kategori paling banyak

diungkapkan adalah kategori lain-lain tenaga kerja. Sedangkan item terendah

ada pada kategori energy dan produk. Perusahaan yang tidak mengungkapkan

kategori energi adalah PT Indosiar Karya Media Tbk dan PT Clipan Finance

Indonesia Tbk sedangkan perusahaan yang tidak mengungkapkan kategori

91

produk adalah PT Global Land Development Tbk, PT Global Mediacom Tbk,

PT Panorama Sentrawisata Tbk, Panin Bank, PT Indosiar Karya Media Tbk, dan

PT Yulie Sekurindo Tbk.

4.1.1.2. Size perusahaan

Size perusahaan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

tanggung jawab sosial perusahaan. Size perusahaan dihitung dengan

menggunakan total tenaga kerja yang dapat dirangkum dalam tabel 4.5 berikut

ini:

Tabel 4.5 Deskriptif Total Tenaga Kerja

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

TKerja2008 48 34 41617 4031.96 8003.055

TKerja2009 48 16 41615 4176.50 8082.614

Valid N (listwise) 48

Sumber: Laporan Tahunan Perusahaan Go Public Tahun 2008 dan 2009 diolah

Hasil mengenai ukuran perusahaan yang diproksi dengan total tenaga

kerja pada tahun 2008 tertinggi berdasarkan tabel 4.5 pada PT Bank Danamon

Indonesia, Tbk dengan jumlah total tenaga kerja 41617 orang dan terendah pada

PT Yulie Sekurindo, Tbk dengan total tenaga kerja 34 orang. Besarnya nilai

mean pada variabel size perusahaan yang diproksi dengan total jumlah tenaga

kerja sebesar 4031,96 dengan standar deviasi 8003,055 mengindikasikan bahwa

perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini memiliki total tenaga

kerja sangat sedikit.

Hasil mengenai ukuran perusahaan yang diproksi dengan total tenaga

kerja pada tahun 2009 tertinggi berdasarkan Tabel 4.5 pada PT Bank Danamon

Indonesia, Tbk dengan jumlah total tenaga kerja 41615 orang dan terendah pada

92

PT Yulie Sekurindo, Tbk dengan total tenaga kerja 16 orang. Besarnya nilai

mean pada variabel size perusahaan yang diproksi dengan total jumlah tenaga

kerja sebesar 4176.50 dengan standar deviasi 8082.614 mengindikasikan bahwa

perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini memiliki total tenaga

kerja sangat sedikit.

4.1.1.3. Profitabilitas

Tingkat profitabilitas yang dimiliki perusahaan pada tahun 2008 dan

2009 dapat dilihat pada Tabel 4.8 berikut ini:

Tabel 4.6 Deskriptif Profitabilitas

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Profitabilitas2008 48 .01 211.90 18.1535 31.98867

Profitabilitas2009 48 .03 91.40 17.6474 19.31155

Valid N (listwise) 48

Sumber: Laporan Tahunan Perusahaan Go Public Tahun 2008 dan 2009 diolah

Hasil mengenai tingkat profitabilitas pada tahun 2008 tertinggi

berdasarkan Tabel 4.6 dimiliki PT Bakrie & Brother, Tbk sebesar 211,90 dan

tingkat profitabilitas terendah sebesar 0,01 dimiliki PT Sentul City, Tbk

(Perseroan) nilai mean sebesar 18,1535 dan standar deviasi sebesar 31,98867.

Artinya bahwa tingkat profitabilitas pada perusahaan dalam penelitian ini sangat

profitable.

Hasil mengenai tingkat profitabilitas pada tahun 2009 tertinggi

berdasarkan Tabel 4.6 dimiliki PT Mobile-8, Tbk sebesar 91,40 dan tingkat

profitabilitas terendah PT Global Mediacom, Tbk sebesar 0,03 nilai mean

93

sebesar 17,6474 dan standar deviasi sebesar 19,31155. Artinya bahwa tingkat

profitabilitas pada perusahaan dalam penelitian ini sangat profitable.

4.1.1.4. Financial Leverage

Rasio leverage yang diukur dari besar total kewajiban dibandingan

dengan modal sendiri. Berikut ini merupakan gambaran rasio leverage pada

tahun 2008 dan 2009:

Tabel 4.7 Deskriptif Rasio Leverage

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Leverage2008 48 .16 1145.10 1.80182 247.51066

Leverage2009 48 .11 1199.40 1.13112 200.96978

Valid N (listwise) 48

Sumber: Laporan Tahunan Perusahaan Go Public Tahun 2008 dan 2009 diolah

Berdasarkan Tabel 4.7 leverage tertinggi pada tahun 2008 dimiliki oleh

PT Bank Bumiputera Indonesia, Tbk sebesar 1145,10 dan leverage terendah

dimiliki oleh PT Sentul City, Tbk sebesar 0,16 Tahun 2008 memiliki nilai mean

1,8012 dan standar deviasi sebesar 247,51066 Hal ini berarti bahwa sampel

dalam penelitian ini memiliki tingkat leverage yang sangat rendah.

Berdasarkan tabel 4.7 leverage tertinggi pada tahun 2009 dimiliki oleh

PT Bank Bumiputera Indonesia, Tbk sebesar 1199,40 dan leverage terendah

dimiliki oleh PT Ace Hardware Indonesia, Tbk sebesar 0,11. Tahun 2008

memiliki nilai mean 1,13112 dan standar deviasi sebesar 200,96978 Hal ini

berarti bahwa sampel dalam penelitian ini memiliki tingkat leverage yang sangat

rendah.

94

4.1.1.5. Jumlah Dewan Komisaris

Jumlah Dewan Komisaris yang dimiliki perusahaan pada tahun 2008 dan

2009 dapat dilihat pada Tabel 4.8 berikut ini:

Tabel 4.8 Deskriptif Jumlah Dewan Komisaris

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

JDK2008 48 3 8 4.71 1.543

JDK2009 48 2 10 4.52 2.222

Valid N (listwise) 48

Sumber: Laporan Tahunan Perusahaan Go Public Tahun 2008 dan 2009 diolah

Berdasarkan Tabel 4.8 jumlah dewan komisaris tertinggi pada tahun

2008 dimiliki oleh PT Bhakti Investama, Tbk (Perseroan), PT Bank Danamon

Indonesia, Tbk, dan PT Alfa Retailindo, Tbk yaitu sebanyak 8 anggota dewan

komisaris dan jumlah dewan komisaris terendah dimiliki oleh PT Bentoel

Investama, Tbk, PT AKR Corporindo, Tbk, PT Jasa Marga, Tbk, PT Tira

Austine, Tbk, PT Tigaraksa, Tbk, PT Panorama Sentrawisata, Tbk, PT Zebra

Nusantara, Tbk, PT Asuransi Multi Guna Artha, Tbk, PT Modern Internasional,

Tbk, PT Bank Mega, Tbk, PT Buana Finance, Tbk, PT Multi Indocitra, Tbk, dan

PT Jababeka, Tbk yaitu sebanyak 3 anggota dewan komisaris. Tahun 2008

memiliki nilai mean sebesar 4,71 dan standar deviasi sebesar 1,543

mengindikasikan bahwa sampel dalam penelitian ini memiliki jumlah dewan

komisaris yang sedikit.

Jumlah dewan komisaris tertinggi tahun 2009 dimiliki oleh PT Equity

Development Investment, Tbk , PT Asuransi Dayin Mitra ,Tbk, dan PT Minsuco

Internasional Finance, Tbk yaitu sebanyak 10 anggota dewan komisaris dan

95

jumlah dewan komisaris terendah dimiliki oleh PT Zebra Nusantara, Tbk, PT

Bank Bumiputera Indonesia Tbk Bank Bukopin, PT Nusantara Infrastruktur,

Tbk, PT Jakarta Setiabudi Internasional Tbk, PT Panin Sekuritas, Tbk, dan PT

Ace Hardware Indonesia, Tbk yaitu sebanyak 2 anggota dewan komisaris.

Tahun 2009 memiliki nilai mean sebesar 4,52 dan standar deviasi sebesar 2,222

mengindikasikan bahwa sampel dalam penelitian ini memiliki jumlah dewan

komisaris yang sedikit.

4.1.1.6. Struktur Kepemilikan Institusional

Struktur Kepemilikan Institusional yang dimiliki perusahaan pada tahun

2008 dan 2009 yang diukur dengan menggunakan total saham institusi

dibandingkan dengan total saham perusahaan dapat dilihat pada Tabel 4.9

berikut ini:

Tabel 4.9 Deskriptif Struktur Kepemilikan Institusional

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

SKI2008 48 .01 .99 .3985 .30442

SKI2009 48 .01 3.63 .5173 .67326

Valid N (listwise) 48

Sumber: Laporan Tahunan Perusahaan Go Public Tahun 2008 dan 2009 diolah

Salah satu kepemilikan perusahaan adalah kepemilikian institusional

yang dijelaskan Boediono (2005) dalam Aditya (2009) yang diukur berdasarkan

jumlah saham intitusi dibandingkan jumlah saham perusahaan. Berdasarkan

tabel 4.9 struktur kepemilikan institusional tertinggi pada tahun 2008 dimiliki

oleh PT Bank Mega, Tbk sebesar 0,99 dan struktur kepemilikan institusional

96

terendah dimiliki oleh PT Adhi Karya (Persero), Tbk dan PT Bank Internasional

Indonesia, Tbk sebesar 0,01. Tahun 2008 memiliki nilai mean 0,3985 dan

standar deviasi sebesar 0,30442 Hal ini berarti bahwa sampel dalam penelitian

ini memiliki tingkat kepemilikan institusional sangat rendah.

Struktur kepemilikan institusional tertinggi pada tahun 2009 dimiliki oleh

PT Bakrie & Brother, Tbk sebesar 3,63 dan struktur kepemilikan institusional

terendah dimiliki oleh PT Excelcomindo Pratama, Tbk, PT Zebra Nusantara,

Tbk, PT Bank Mega Tbk, dan PT Adhi Karya (Persero) Tbk sebesar 0,01

Tahun 2009 memiliki nilai mean 0,5173 dan standar deviasi sebesar 0,67326

Hal ini berarti bahwa sampel dalam penelitian ini memiliki tingkat kepemilikan

institusional yang sangat rendah.

4.1.2. Analisa Pangujian Prasyarat

4.1.2.1. Hasil Uji Normalitas Data

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui data berdistribusi normal.

Uji normalitas dilakukan dengan alat uji SPSS 16 dengan menggunakan uji

Kolmogorov-Smirnov (K-S). Jika nilai K-S Z signifikan maka data yang ada

tidak terdistribusi secara normal. Model regresi yang baik adalah yang memiliki

distribusi normal atau yang mendekati normal.

97

Tabel 4.10 Hasil output Uji Kolmogorov-Smirnov

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 96

Normal Parametersa Mean .0000000

Std. Deviation 11.49612224

Most Extreme Differences

Absolute .085

Positive .085

Negative -.057

Kolmogorov-Smirnov Z .829

Asymp. Sig. (2-tailed) .498

a. Test distribution is Normal.

Berdasarkan tabel 4.10 bahwa hasil uji normalitas dengan menggunakan

uji Kolmogorov-Smirnov menunjukkan besarnya nilai kolmogorov-smirnov

0,829 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,498 yaitu diatas 0,05. Hal ini dapat

disimpulkan bahwa data berdistribusi normal dan data ini layak digunakan untuk

penelitian.

Uji normalitas juga dapat dilakukan menggunakan grafik normal plot

dengan melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi

kumulatif dari distribusi normal. Berikut ini adalah tampilan uji normalitas

residual dengan menggunakan grafik histogram dan normal probability plot.

98

Gambar 4.1 Histrogram

Gambar 4.2 Normal P-P Plot of Regression Standardized

99

Dengan melihat tampilan grafik histogram pada gambar 4.1 maupun

grafik normal plot pada gambar 4.2 dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi

normal. Pada gambar histogram, terbukti kurva membentuk lonceng. Selain itu

diperkuat dengan gambar Normal P-P Plot of Regression Standardized dengan

adanya data disepanjang dan searah pada garis diagonal

4.1.2.2. Pengujian Asumsi Klasik

1. Hasil Uji Multikolinearitas

Uji Multikolinearitas digunakan untuk menguji apakah model regresi

ditemukan adanya kolerasi antar variabel bebas (independen). Dalam penelitian

ini uji multikolinearitas diukur dari nilai tolerance dan lawannya yaitu variance

inflation factor (VIF). Adapun nilai cutoff yang umum digunakan untuk

menunjukkan tingkat multikolinearitas adalah nilai tolerance ≤ 0,10 atau sama

dengan nilai VIF ≥10. Adapun hasil uji multikolinearitas adalah sebagai

berikut:

Tabel 4.11 Hasil Uji Multikolinearitas

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 57.944 3.632 15.952 .000

Size .000 .000 .289 2.679 .009 .841 1.190

Profitabilitas .035 .048 .075 .732 .466 .929 1.076

Leverage -.003 .005 -.063 -.623 .535 .963 1.039

JDK -1.434 .650 -.223 -2.207 .030 .958 1.044

SKI -1.906 2.400 -.081 -.794 .429 .932 1.073

a. Dependent Variable: CSR

100

Dari tabel 4.11 terlihat bahwa nilai VIF variabel size (X1) sebesar 1,190

nilai tolerance sebesar 0,841, variabel profitabilitas (X2) sebesar 1,076 nilai

tolerance sebesar 0,929, variabel jumlah dewan komisaris (X3) sebesar 1,044

nilai tolerance sebesar 0,958, variabel financial leverage (X4) sebesar 1,039

nilai tolerance sebesar 0,963, variabel struktur kepemilikan institusional (X5)

sebesar 1,073 nilai tolerance sebesar 0,932. Semua variabel tersebut nilai VIF

kurang dari 10 dengan tolerance diatas 0,10. Hal ini dapat disimpulkan bahwa

model regresi terbebas dari asumsi multikolinearitas.

2. Hasil Uji Heteroskedastisitas

Asumsi kedua adalah pengujian heteroskedastisitas. Suatu model regresi

harus terbebas dari heteroskedastisitas. Dalam penelitian ini pengujian

heteroskedastisitas menggunakan Uji Glejser. Uji Glejser mengusulkan untuk

meregres nilai absolute residual terhadap variabel independen (Gujarati dalam

Ghozali: 2009 dengan persamaan regresi:

Ut =α + βXt + vt

Tabel 4.12 Hasil Uji Glejser

Coefficients

a

Model

Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 11.628 2.341 4.968 .000

Size 2.887E-5 .000 .031 .271 .787 .841 1.190

Profitabilitas -.032 .031 -.112 -1.041 .301 .929 1.076

Leverage -.005 .004 -.139 -1.322 .190 .963 1.039

JDK -.336 .419 -.085 -.801 .425 .958 1.044

SKI -.709 1.546 -.049 -.459 .648 .932 1.073

a. Dependent Variable: ABSUT

101

Berdasarkan tabel 4.12, hasil tampilan output SPSS dengan jelas

menunjukkan bahwa tidak ada satu pun variabel independen yang signifikan

secara statistic mempengaruhi variabel dependen nilai Absolut Ut (AbsUt). Hal

ini terlihat dari probabilitas signifikansi size sebesar 0,787, profitabilitas 0,301,

jumlah dewan komisaris 0,425, financial leverage 0,190, dan struktur

kepemilikan institusional 0,648 diatas tingkat kepercayaan 5%. Jadi dapat

disimpulkan model regresi tidak mengandung adanya Heteroskedastisitas.

Hasil pengujian heterokedastisitas dapat dilihat pada penelitian pada

gambar 4.3 berikut ini:

Gambar 4.3 Scatterplot Dari gambar 4.3 bahwa grafik scatterplot terlihat bahwa titik-titik

menyebar acak serta tersebar baik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu

102

Y. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada

model regresi.

3. Hasil Uji Autokorelasi

Selain memenuhi asumsi normalitas, multikolinearitas, dan

heteroskedastisitas, model regresi dalam penelitian ini juga harus memenuhi

asumsi autokorelasi. Pengujian autokorelasi bertujuan untuk mengetahui

apakan ada hubungan antara anggota serangkaian data penelitian yang

diuraikan menurut waktu (time series) atau ruang (cross section). Dalam

penelitian ini pengujian autokorelasi menggunakan uji Durbin Watson (DW).

Hasil pengujian autokorelasi selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.13 Hasil Uji Autokorelasi

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R

Square Std. Error of the Estimate

Durbin-

Watson

1 .346a .119 .071 11.81114 1.818

a. Predictors: (Constant), SKI, Leverage, Profitabilitas, JDK, Size

b. Dependent Variable: CSR

Pengujian dikatakan terbebas dari asumsi autokorelasi apabila nilai

du<d<4-du. Hasil pengujian autokorelasi diperoleh angka D-W (d) sebesar

1,818 nilai tersebut apabila dilihat pada tabel 4.15 DW, ternyata terletak antara

du (1,778) sampai 4-du (2,222). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

model regresi dalam penelitian ini terbebas dari asumsi autokorelasi. Setelah

itu hasil regresi layak dianalisis, karena sudah memenuhi asumsi klasik dan

tidak terdapat masalah asumsi klasik.

103

4.1.3. Analisa Pengujian Regresi Linier Berganda

Untuk mengetahui pengaruh size perusahaan, profitabilitas, financial

leverage, jumlah dewan komisaris, dan struktur kepemilikan institusional terhadap

pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan, menggunakan analisis regresi

linier berganda dengan bantuan program SPSS 16.0 for windows diperoleh hasil

sebagai berikut:

Tabel 4.14 Hasil Regresi Linear Berganda

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 57.944 3.632 15.952 .000

Size .000 .000 .289 2.679 .009

Profitabilitas .035 .048 .075 .732 .466

Leverage -.003 .005 -.063 -.623 .535

JDK -1.434 .650 -.223 -2.207 .030

SKI -1.906 2.400 -.081 -.794 .429

a. Dependent Variable: CSR

Dari Tabel 4.14, hasi analisis regresi linear berganda diatas dapat

diperoleh persamaan regresi sebagai berikut:

Ŷ = 57,944 + X1-0,035X2 +0,003X3+1,434X4+1,906X5 + e

Dari persamaan ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Konstanta α sebesar 57,944 menyatakan bahwa jika X1, X2, X3, X4, dan X5

adalah 0, maka indeks pengungkapan sosial adalah 57,944.

b. Koefisien regresi untuk ukuran perusahaan (β1) sebesar 0,000 menyatakan

bahwa setiap penambahan 1 orang karyawan perusahaan go public akan

menambah indeks pengungkapan tanggung jawab sosial sebesar 0,000, dalam

hal ini faktor lain yang mempengaruhi dianggap konstan.

104

c. Koefisien regresi untuk jumlah dewan komisaris (β4) sebesar 1,434

menyatakan bahwa setiap penambahan 1 orang anggota dewan komisaris

akan menambah indeks pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan

sebesar 1,434, dalam hal ini faktor lain yang mempengaruhi dianggap

konstan.

4.1.4. Analisa Pengujian Simultan (Uji F)

Untuk mengetahui apakan semua variabel independen berpengaruh secara

simultan terhadap variabel dependen, maka digunakan uji F dengan bantuan SPSS

for windows release 17.0. Hasilnya dapat dilihat dalam tabel berikut ini:

Tabel 4.15 Hasil Uji Simultan

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 1702.961 5 340.592 2.441 .040a

Residual 12555.279 90 139.503

Total 14258.240 95

a. Predictors: (Constant), SKI, Leverage, Profitabilitas, JDK, Size

b. Dependent Variable: CSR

Berdasarkan tabel 4.15 diperoleh hasil nilai signifikansi sebesar 0,040.

Nilai tersebut lebih kecil dari 0,05 sehingga H0 ditolak. hal ini menunjukkan

hipotesis pertama (H1) dalam penelitian ini diterima. Artinya bahwa secara

bersama-sama (simultan) variabel ukuran perusahaan, profitabilitas, jumlah dewan

komisaris, financial leverage, dan struktur kepemilikan institusional berpengaruh

signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.

105

4.1.5. Analisa Pengujian parsial (Uji t)

Pengujian hipotesis secara parsial melalui uji t bertujuan untuk mengetahui

seberapa jauh pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel

dependen. Apabila diperoleh nilai p-value pada kolom “sig” < 0,05 maka Ho

ditolak, ini berarti terdapat pengaruh signifikan. Hasil pengujian parsial dengan

bantuan for windows release 16.0 yang dapat dilihat pada tabel 4.15.

Pada tabel 4.15 dapat diketahui bahwa variabel size perusahaan memiliki

nilai koefisien sebesar 0,000 dimana nilai signifikansinya sebesar 0,009. Nilai

tersebut lebih kecil dan 0,05, sehingga H0 ditolak. hal ini menunjukkan bahwa

hipotesis kedua (H2) dalam penelitian ini diterima. Artinya bahwa secara parsial

variabel size perusahaan berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan tanggung

jawab sosial perusahaan.

Pengujian untuk variabel profitabilitas diperoleh dari hasil nilai koefisien

sebesar 0,035 dimana nilai signifikansi 0,466. Nilai tersebut lebih besar dari 0,05,

sehingga H0 diterima hal ini menunjukkan bahwa hipotesis ketiga (H3) dalam

penelitian ini ditolak. Artinya bahwa secara parsial variabel profitabilitas tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial

perusahaan.

Selanjutnya pengujian terhadap variabel jumlah dewan komisaris memiliki

nilai koefisien sebesar -1,434 dimana nilai signifikansinya sebesar 0,030. Nilai

tersebut lebih kecil dan 0,05, sehingga H0 ditolak. hal ini menunjukkan bahwa

hipotesis ketiga (H3) dalam penelitian ini diterima. Artinya bahwa secara parsial

106

variabel jumlah dewan komisaris berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan

tanggung jawab sosial perusahaan.

Pengujian untuk variabel financial leverage diperoleh dari hasil nilai

koefisien sebesar -0,003 dimana nilai signifikansi 0,535. Nilai tersebut lebih besar

dari 0,05, sehingga H0 diterima hal ini menunjukkan bahwa hipotesis keempat

(H4) dalam penelitian ini ditolak. Artinya bahwa secara parsial variabel financial

leverage tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan tanggung

jawab sosial perusahaan.

Pengujian selanjutnya untuk variabel struktur kepemilikan institusional

diperoleh dari hasil nilai koefisien sebesar -1,906 dimana nilai signifikansi 0,429.

Nilai tersebut lebih besar dari 0,05, sehingga H0 diterima hal ini menunjukkan

bahwa hipotesis keempat (H4) dalam penelitian ini ditolak. Artinya bahwa secara

parsial variabel struktur kepemilikan institusional tidak berpengaruh secara

signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.

4.1.6. Koefisien Determinasi Simultan (Adjusted R2)

Besarnya sumbangan dari variabel independen dalam menjelaskan variabel

dependen secara simultan dapat dilihat dari besarnya koefisien determinasi

simultan (Adjusted R2). Nilai Adjusted R

2 dianjurkan untuk digunakan pada saat

mengevaluasi mana model regresi yang terbaik. Tidak seperti R2 dapat naik atau

turun apabila satu variabel independen ditambahkan ke dalam model. Dan

hasilnya dapat dilihat dalam tabel berikut ini:

107

Tabel 4.16 Hasil Perhitungan Koefisien Dterminasi

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

1 .346a .119 .071 11.81114

a. Predictors: (Constant), SKI, Leverage, Profitabilitas, JDK, Size

b. Dependent Variable: CSR

Berdasarkan tabel 4.16 dapat diperoleh hasil nilai adjusted R2 sebesar

0,071. Hal ini menunjukkan bahwa variabel size perusahaan, profitabilitas, jumlah

dewan komisaris, financial leverage, dan struktur kepemilikan institusional

berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan sebesar

7,1% sedangkan sisanya 92,9% dipengaruhi variabel lain yang tidak diteliti dalam

penelitian ini.

4.1.7. Koefisien Determinasi Parsial (r2)

Koefisien determinasi parsial (r2) bertujuan untuk mengetahui besarnya

sumbangan dari variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial.

Hasil selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.19 kolom correlation partial.

Tabel 4.17 Hasil Perhitungan Koefisien Dterminasi Coefficients

a

Model

Correlations

Zero-order Partial Part

1 (Constant)

Size .249 .272 .265

Profitabilitas .135 .077 .072

Leverage -.006 -.066 -.062

JDK -.170 -.227 -.218

SKI .011 -.083 -.079

a. Dependent Variable: CSR

108

Berdasarkan Tabel 4.17 dapat dilihat nilai correlation partial untuk

variabel size perusahaan sebesar 0,272 maka nilai r2 adalah sebesar 0,272

2 atau

0,073984. Hal ini berarti sumbangan yang diberikan variabel size dalam

menjelaskan pengungkapan tanggung jawab sosial sebesar 7,39%.

4.2. Pembahasan

Aktivitas tanggung jawab sosial (corporate social responsibility)

merupakan kegiatan yang dapat memperbaiki dan meningkatkan citra suatu

perusahaan. Perusahaan saat ini dituntut untuk tidak hanya mengejar keuntungan

(profit) saja tetapi juga dampak keberadaan perusahaan tersebut di masyarakat dan

lingkungannya dalam menjaga kelangsungan perusahaan secara terus menerus

(going concern). Selain itu, perusahaan juga, perusahaan juga dapat mengurangi

biaya sosial di masa mendatang sehingga dapat meningkatkan laba perusahaan.

Hasil analisis dalam penelitian ini menunjukkan bahwa perusahaan yang menjadi

sampel penelitian telah melakukan pengungkapan tanggung jawab sosial,

meskipun pengungkapan masing-masing perusahaan berbeda. Belum adanya

kriteria item-item yang harus diungkapkan dan sifatnya yang masih sukarela,

menyebabkan pengungkapan tanggung jawab sosial antar perusahaan berbeda-

beda.

Hasil penelitian yang telah dianalisis secara statistik dengan regresi

berganda mengenai pengaruh size perusahaan, profitabilitas, jumlah dewan

komisaris, financial leverage, dan struktur kepemilikan institusional terhadap

109

pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan memberikan beberapa hasil

penelitian yang akan dibahas berikut ini:

4.2.1 Hubungan Antara Size Perusahaan, Profitabilitas, Financial Leverage,

Jumlah Dewan Komisaris, dan Struktur Kepemilikan Institusional

dengan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan.

Hasil analisa regresi secara simultan untuk variabel size perusahaan,

profitabilitas, jumlah dewan komisaris, financial leverage, dan struktur

kepemilikan institusional menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan dengan

pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan go public tahun 2008 dan 2009.

Terlihat pada nilai signifikansi sebesar 0,040 yang lebih kecil dari 0,05. Dengan

nilai Adjusted R2 sebesar 0,071 yang berarti variabel size perusahaan,

profitabilitas, jumlah dewan komisaris, financial leverage, dan struktur

kepemilikan institusional secara bersama-sama (simultan) mempengaruhi variabel

pengungkapan tangggung jawab sosial sebesar 7,1% dan 92,9% dipengaruhi oleh

variabel diluar kelima variabel dalam penelitian ini.

Semakin besar size perusahaan, profitabilitas, jumlah dewan komisaris,

financial leverage, dan struktur kepemilikan institusional maka perusahaan akan

semakin besar dalam mengungkapkan tanggung jawab sosialnya.

4.2.2 Hubungan Antara Size Perusahaan dengan Pengungkapan Tanggung

Jawab Sosial Perusahaan.

Hasil analisa regresi secara parsial untuk variabel size perusahaan yang

diproksikan dengan total jumlah tenaga kerja yaitu sebesar 0,009 lebih kecil dari

0,05 menunjukkan pengaruh yang signifikan antara size perusahaan dengan

110

pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan go public pada tahun 2008 dan

2009. Temuan ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Zhang (2007),

Almalia (2007), Suprayogi (2010) yang menemukan bahwa size perusahaan yang

diproksikan dengan total jumlah tenaga kerja perusahaan berpengaruh signifikan

terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial. Artinya semakin besar size

perusahaan makan semakin banyak informasi yang diungkapkan. Karena secara

umum perusahaan dengan jumlah tenaga kerja yang besar akan mendapatkan

sorotan di publik dan sumber daya manusia perusahaan itu sendiri. Untuk

meningkatkan kepercayaan publik, perusahaan akan memberikan informasi lebih

mengenai tanggung jawab sosial dalam laporan tahunannya.

Apabila dikaitkan dengan agency theory, dimana perusahaan besar dengan

konflik keagenan antara agen dan principal yang lebih tinggi akan

mengungkapkan informasi yang lebih banyak untuk mengurangi asimetri

informasi antara agen dan principal, sehingga konflik keagenan dapat dikurangi.

Perusahaan besar umumnya menjadi sorotan banyak pihak, baik dari masyarakat

secara umum maupun pemerintah. Dengan size perusahaan yang lebih besar

relatif lebih diawasi oleh lembaga-lembaga pemerintah, sehingga mereka

berupaya menyajikan pengungkapan yang lebih baik untuk dapat meminimalisasi

tekanan-tekanan pemerintah (Tjakandra,2000).

Perusahaan besar juga merupakan entitas yang mungkin memiliki pemegang

saham yang akan memperhatikan kegiatan sosial perusahaan melalui laporan

tahunan perusahaan. Mengungkapkan lebih banyak informasi merupakan bagian

dari upaya untuk mewujudkan akuntabilitas publik. Oleh karena itu, pengaruh size

111

perusahaan sesuai dengan teori agensi yaitu semakin besar ukuran perusahaan

maka perusahaan semakin banyak mengungkapkan tanggung jawab sosialnya.

Seperti yang dijelaskan dalam analisis deskriptif total tenaga kerja pada tahun

2008 pada PT Bank Danamon Indonesia, Tbk dengan jumlah total tenaga kerja

41617 orang merupakan kriteria jumlah tenaga kerja banyak dengan indeks

pengungkapan sosial sebesar 56,25% merupakan kiteria pengungkapan yang

tinggi sedangkan total tenaga kerja pada tahun 2009 adalah PT Bank Mandiri

(Persero), Tbk dengan jumlah total tenaga kerja 24498 orang merupakan kriteria

jumlah tenaga kerja banyak dengan indeks pengungkapan sosial sebesar 68,75%

merupakan kiteria pengungkapan yang tinggi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

besar kecilnya indeks pengungkapan tanggung jawab sosial pada beberapa

perusahaan ini tidak disebabkan oleh besarnya size perusahaan.

4.2.3 Hubungan Antara Profitabilitas dengan Pengungkapan Tanggung

Jawab Sosial Perusahaan

Analisis regresi secara parsial untuk variabel profitabilitas sebesar 0,466

yang diproksikan oleh Return on Equity (ROE) tidak menunjukkan pengaruh yang

signifikan ( > 0,05) terhadap variabel pengungkapan tanggung jawab sosial

perusahaan go public pada tahun 2008 dan 2009. Hasil penelitian ini sejalan

dengan penelitian Anggraini (2006) dan Sembiring (2005) yang menyatakan

bahwa profitabilitas tidak berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab

sosial perusahaan. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Zhang Guo

dan Wang (2008). Dalam penelitian Zhang Guo dan Wang (2008) menemukan

112

hubungan yang signifikan antara variabel profitabilitas yang diukur dengan ROE

(Return on Equity) dan pengungkapan tanggung jawab sosial.

ROE menggambarkan tingkat profitabilitas perusahaan, dengan demikian

tingkat profitabilitas perusahaan tidak berpengaruh terhadap besar pengungkapan

CSR. Artinya bahwa perusahaan yang mempunyai profitabilitas tinggi belum

tentu lebih banyak melakukan aktivitas sosial karena perusahaan lebih berorientasi

pada laba semata. Hal didukung dengan argumentasi bahwa ketika perusahaan

memiliki tingkat laba yang tinggi, perusahaan (manajemen) menganggap tidak

perlu melaporkan hal-hal yang dapat mengganggu informasi tentang sukses

keuangan perusahaan. Sebaliknya, pada saat tingkat profitabilitas rendah, mereka

berharap para pengguna laporan akan membaca “good news” kinerja perusahaan.

“Good news” ini dapat berupa aktivitas-aktivitas sosial lingkungan yang

dilakukan oleh perusahaan. Hasil penelitian ini tidak mendukung teori yang

menyatakan bahwa dengan adanya laba yang tinggi maka manajemen akan

melakukan pengungkapan sosial yang luas.

Alasan yang mendasar yang dapat digunakan untuk menjelaskan hal ini

adalah bahwa tinggi atau rendahnya tingkat profitabilitas tidak mempengaruhi

banyaknya suatu perusahaan menggungkapkan tanggung jawab sosialnya. Seperti

yang dijelaskan dalam analisis deskriptif mengenai presentase profitabilitas tahun

2008 pada PT Bakrie & Brother, Tbk sebesar 211,90 merupakan kriteria Sangat

Profitable dengan indeks pengungkapan sebesar 67,5% merupakan kriteria

pengungkapan tinggi sedangkan presentase profitabilitas tahun 2009 pada PT

Mobile-8, Tbk sebesar 91,40 merupakan kriteria sangat profitable dengan indeks

113

pengungkapan sebesar 52,5% merupakan kriteria pengungkapan sedang dan

tingkat profitabilitas terendah PT Buana Finance, Tbk sebesar 4,73 merupakan

kriteria kurang profitable dengan indeks pengungkapan sebesar 25% merupakan

kriteria pengungkapan sangat rendah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa besar

kecilnya indeks pengungkapan tanggung jawab sosial pada beberapa perusahaan

ini tidak disebabkan oleh besarnya tingkat profitabilitas.

4.2.4 Hubungan Antara Financial Leverage dengan Pengungkapan

Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

Hasil Analisis regresi secara parsial pada variabel financial leverage

sebesar 0,190 tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan ( > 0,05) terhadap

variabel pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan go public pada tahun

2008 dan 2009. Hasil regresi ini mendukung penelitian Almilia (2007), Sembiring

(2005), dan Anggraini (2006) yang menyatakan bahwa tidak ada pengaruh yang

signifikan antara leverage terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial

perusahaan. Artinya tingkat Leverage perusahaan tidak berpengaruh secara positif

terhadap pengungkapan pertanggungjawaban sosial suatu perusahaan. Hasil

penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Chow dan Wong

Boren (1987), yang menemukan bahwa leverage ratio tidak memiliki hubungan

yang signifikan terhadap luas pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.

Alasan yang mendasar yang dapat digunakan untuk menjelaskan hal ini

adalah bahwa tinggi atau rendahnya tingkat leverage tidak mempengaruhi

banyaknya suatu perusahaan menggungkapkan tanggung jawab sosialnya.

Perusahaan yang memiliki proporsi utang yang lebih tinggi dalam struktur modal

114

akan mempunyai biaya keagenan yang lebih tinggi. Semakin tinggi leverage

perusahaan, semakin tinggi kemungkinan transfer kemakmuran dari kreditur

kepada pemegang saham dan manajer. Oleh karena itu, perusahaan yang

mempunyai leverage tinggi mempunyai kewajiban lebih untuk memenuhi

kebutuhan informasi kreditur jangka panjang (Wallace et al dalam Rosmasita,

2007). Dengan semakin tinggi leverage, yang akan menambah beban tetap

perusahaan, maka untuk program corporate social responsibility menjadi terbatas.

Seperti yang dijelaskan dalam analisis deskriptif mengenai presentase leverage

tahun 2008 pada PT Bank Bumiputera Indonesia, Tbk sebesar 1145,10 merupakan

kriteria sangat rendah dengan indeks pengungkapan sosial sebesar 66,25%

merupakan kriteria pengungkapan sangat tinggi dan pada PT Sentul City, Tbk

sebesar leverage sebesar 0,16 merupakan kriteria sangat rendah dengan indeks

pengungkapan sosial sebesar 47,5% merupakan kriteria pengungkapan rendah

sedangkan tingkat leverage tahun 2009 pada PT Mandiri (Persero), Tbk sebesar

10,24 merupakan kriteria sangat rendah dengan indeks pengungkapan sosial

sebesar 70% merupakan kriteria pengungkapan tinggi dan pada PT Ace Hardware

Indonesia, Tbk sebesar 0,11 merupakan kriteria sangat rendah dengan indeks

pengungkapan sosial sebesar 37,5% merupakan kriteria pengungkapan sangat

rendah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa besar kecilnya indeks pengungkapan

tanggung jawab sosial pada beberapa perusahaan ini tidak disebabkan oleh

besarnya tingkat financial leverage.

115

4.2.5 Hubungan Antara Jumlah Dewan Komisaris dengan Pengungkapan

Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

Berdasarkan teori agensi, dewan komisaris dianggap sebagai mekanisme

pengendalian intern tertinggi, yang bertanggung jawab untuk memonitor tindakan

manajemen puncak. Dikaitkan dengan pengungkapan informasi oleh perusahaan,

kebanyakan penelitian menunjukkan adanya hubungan positif antara berbagai

karakteristik dewan komisaris dengan pengungkapan informasi oleh perusahaan.

Hasil analisa regresi secara parsial untuk variabel jumlah dewan komisaris

yaitu sebesar 0,030 lebih kecil dari 0,05 menunjukkan pengaruh yang signifikan

antara jumlah dewan komisaris perusahaan dengan pengungkapan tanggung jawab

sosial perusahaan go public pada tahu 2008 dan 2009. Temuan ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Almilia (2006) dan Suprayogi (2010) yang

menemukan bahwa jumlah dewan komisaris perusahaan berpengaruh signifikan

terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial. Artinya semakin besar jumlah

dewan komisaris perusahaan makan semakin banyak informasi yang diungkapkan.

Karena secara umum perusahaan dengan jumlah dewan komisaris yang besar akan

mendapatkan sorotan di publik dan sumber daya manusia perusahaan itu sendiri.

Untuk meningkatkan kepercayaan publik, perusahaan akan memberikan informasi

lebih mengenai tanggung jawab sosial dalam laporan tahunannya.

Perusahaan besar juga merupakan entitas yang mungkin memiliki

pemegang saham yang akan memperhatikan kegiatan sosial perusahaan melalui

laporan tahunan perusahaan. Mengungkapkan lebih banyak informasi merupakan

bagian dari upaya untuk mewujudkan akuntabilitas publik. Oleh karena itu,

116

pengaruh jumlah dewan komisaris perusahaan sesuai dengan teori agensi yaitu

semakin besar jumlah dewan komisaris perusahaan maka perusahaan semakin

banyak mengungkapkan tanggung jawab sosialnya. Seperti yang dijelaskan dalam

analisis dekkriptif mengenai jumlah dewan komisaris tahun 2008 pada PT Bank

Danamon Indonesia, Tbk sebanyak 8 anggota dewan komisaris merupakan

kriteria pengungkapan banyak dengan indeks pengungkapan sosial 56,25%

merupakan kriteria pengungkapan sedang dan pada PT Elnusa, Tbk memiliki 6

anggota dewan komisaris merupakan kriteria sedang dengan indeks

pengungkapan 73,75% merupakan kriterian indeks pengungkapan tinggi . Tahun

2009 pada PT Exelcomindo, Tbk jumlah dewan komisaris sebanyak 5 orang

anggota merupakan kriteria sedang dengan indeks pengungkapan sosial 58,75%

merupakan kriteria pengungkapan sedang, dan PT Fastfood Indonesia,Tbk jumlah

dewan komisaris sebanyak 6 orang anggota merupakan kriteria sedang dengan

indeks pengungkapan sosial 52,5% merupakan kriteria pengungkapan sedang.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa besar kecilnya indeks pengungkapan

tanggung jawab sosial pada beberapa perusahaan ini tidak disebabkan oleh

besarnya jumlah dewan komisaris.

4.2.6 Hubungan Antara Struktur Kepemilikan Institusional dengan

Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

Hasil analisis regresi secara parsial untuk variabel struktur kepemilikan

institusional sebesar 0,429 tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan ( > 0,05

terhadap variabel pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan go public pada

tahun 2008 dan 2009. Hasil regresi ini mendukung penelitian Almilia dan

117

Djakman (2006), dan Suprayogi (2010) yang menyatakan bahwa tidak ada

pengaruh yang signifikan antara struktur kepemilikan institusional terhadap

informasi pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.

Alasan yang mendasar yang dapat digunakan untuk menjelaskan hal ini

adalah bahwa adanya kepemilikan institusional pada perusahaan di Indonesia

secara umum belum mempedulikan masalah lingkungan dan sosial sebagai isu

kritis yang ekstensif untuk diungkapkan dalam laporan tahunan. Dengan adanya

saham institusi tidak mempengaruhi perusahaan untuk mengungkapan semakin

banyaknya informasi sosial. Seperti yang dijelaskan dalam analisis dekkriptif

mengenai presentase kepemilikan institusional tahun 2008 dalam penelitian ini

yaitu kepemilikan atas Bakrie & Brother, Tbk sebesar 0,77 merupakan kriteria

sangat rendah dengan indeks pengungkapan sosial sebesar 67,5% merupakan

kriteria indeks pengungkapan tinggi dan PT Elnusa, Tbk sebesar 0,13

merupakan kriteria sangat rendah dengan indeks pengungkapan sebesar 73,75%

merupakan kriteria indeks pengungkapan tinggi. Struktur kepemilikan

institusional tahun 2009 pada PT Global Land Development, Tbk sebesar 3,05

meruapakan kriteria sangat tinggi dengan indeks pengungkapan sosial sebesar

45% merupakan kriteria indeks pengungkapan rendah dan PT Zebra Nusantara,

Tbk, sebesar 0,01 merupakan kriteria sangat rendah dengan indeks

pengungkapan sosial 68,75% merupakan kriteria pengungkapan tinggi. Sehingga

dapat disimpulkan bahwa besar kecilnya indeks pengungkapan tanggung jawab

sosial pada beberapa perusahaan ini tidak disebabkan oleh besarnya struktur

kepemilikan institusional yang dimiliki oleh perusahaan.

118

BAB V

PENUTUP

4.3. Simpulan

Berdasarkan hasil pengujian dan pembahasan sebagaimana telah disajikan.

maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Size perusahaan, profitabilitas, jumlah dewan komisaris, financial leverage,

dan struktur kepemilikan institusional berpengaruh secara signifikan positif

terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure sehingga semakin tinggi

size perusahaan, profitabilitas, financial leverage, jumlah dewan komisaris,

dan struktur kepemilikan institusional, maka semakin tinggi pengungkapan

tanggung jawab sosial perusahaan

2. Size perusahaan berpengaruh secara signifikan positif terhadap Corporate

Social Responsibility Disclosure sehingga semakin tinggi size perusahaan

maka semakin tinggi pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan .

3. Profitabilitas tidak berpengaruh secara signifikan negatif terhadap Corporate

Social Responsibility Disclosure.

4. Jumlah dewan komisaris berpengaruh secara signifikan positif terhadap

Corporate Social Responsibility Disclosure sehingga semakin tinggi

profitabilitas maka semakin tinggi pengungkapan tanggung jawab sosial

perusahaan.

5. Financial leverage tidak berpengaruh secara signifikan negatif terhadap

Corporate Social Responsibility Disclosure.

118

119

6. Struktur kepemilikan institusional tidak berpengaruh secara signifikan positif

terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure.

4.4. Saran

Berdasarkan hasil penelitian sebagaimana telah diuraikan dalam simpulan

diatas, maka selanjutnya penulis akan memebrikan saran sebagai berikut:

1. Terdapatnya unsur subyektifitas dalam menentukan indeks pengungkapan,

karena tidak adanya suatu ketentuan baku yang dapat dijadikan standar dan

acuan, sehingga penentuan indeks untuk item pengungkapan tanggung jawab

sosial perusahaan yang sama dapat berbeda antar setiap peneliti. Untuk

penelitian selanjutnya, diharapkan menggunakan indeks pengukuran yang

berbeda agar diperoleh hasil yang bervariasi.

2. Analisis regresi yang digunakan dalam penelitian ini menghasilkan nilai

Adjusted R2 sebesar 7,1% sehingga 92,9% dipengaruhi variabel bebas lainnya.

Oleh karena itu terdapat kemungkinan untuk menampilkan variabel-variabel

baru ke dalam penelitian berikutnya misalnya: kepemilikan asing, kepemilikan

manajemen, dan umur perusahaan, karena dimungkinkan variabel tersebut akan

memberikan hasil yang lebih mempengaruhi pengungkapan informasi

tanggung jawab sosial perusahaan .

3. Bagi para peneliti berikutnya sebaiknya obyek penelitian yang digunakan lebih

baik fokus pada perusahaan high profile saja, karena perusahaan tersebut

memiliki tanggung jawab yang lebih besar terhadap lingkungan dan

masyarakat di sekitarnya dibandingkan dengan perusahaan low profile.

120

4. Item pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan hendaknya senantiasa

diperbarui agar bisa sesuai dengan kondisi yang terjadi dalam masyarakat saat

ini.

5. Sebaiknya manajer perusahaan lebih serius dalam mengungkapkan informasi

pertangunggjawaban sosial dalam laporan tahunannya karena hal ini tidak saja

akan mempengaruhi kelangsungan oprasional perusahaan, tetapi juga

kelangsungan hidup lingkungan di sekitar perusahaan.

121

DAFTAR PUSTAKA

Aditya, Lukman. 2008. “Pengaruh Size, Profitabilitas, dan Kepemilikan

Institusional terhadap Informasi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan”.

Skripsi S1 Fakultas Ekonomi UNNES (Tidak Dipublikasikan)

Almilia, Spica, Luciana dan Retrinasari, Ikka. 2007. “Analisis Pengaruh

Karakteristik Perusahaan Terhadap Kelengkapan Pengungkapan dalam

Laporan Tahunan Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEJ

periode 2001-2004. Seminar Nasional Inovasi dalam Menghadapi

Perubahan Lingkungan Bisnis”. Seminar Nasional Fakultas Ekonomi

Universitas Trisakti, Jakarta (Tidak Dipublikasikan)

Ambadar, Jackie. 2008. “CSR Dalam Praktik Bisnis di Indonesia”. Jakarta: PT

Elex Media Komputindo.

Anggraini, Retno, Reni,. FR. 2005. “Pengungkapan Informasi Sosial dan

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial

dalam laporan Keuangan Tahunan (Studi Empiris pada Perusahaan-

Perusahaan yang Terdaftar Bursa Efek Jakarta)”. Simposium Nasional

Akuntansi IX, IAI

Barnae, Amir dan Amir Rubin, 2005. “Corporate Social Responsibility as a

Conflict Between Shareholders”.

Dahlia, Lely dan Siregar, Veronica, Sylvia. 2007. “Pengaruh Corporate Social

Responsibility terhadap Kinerja Perusahaan (Studi Empiris pada

Perusahaan yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2005 dan

2006)”. Simposium Nasional Akuntansi XI, IAI

Dewi, Lusiana Yosanti Ayu. 2010. “Pengaruh Karakteristik Perusahaan

Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan pada

Perusahaan LQ 45 di BEI Periode 2005-2008.” Semarang. Fakultas

Ekonomi. Universitas Negeri Semarang.

Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.

Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro

Ghozali, Imam dan Anis Chariri. 2007. Teori Akuntansi. Semarang: Badan

Penerbit Universitas Diponegoro

Harahap, Sofyan, Syafri. 2005. Teori Akuntansi, Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada

Rosmasita, Hardhina, 2007. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan

Sosial (Social Disclosure) dalam Laporan Keuangan Tahunan

121

122

Perusahaan manufaktur yang Terdaftar di Bu rsa Efek Indonesia”.

Universitas Islam Indonesia

Hasibuan, M Rizal. 2001. “Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap

Pengungkapan Sosial (Social Disclosure) dalam Laporan Tahunan

Emiten di BEJ dan BES.” Tesis. Semarang. Fakultas Ekonomi

Universitas Diponegoro

Heal, Geoffrey. 2004. “Corporate Social Responsibility – An Economics and

Fiinancial Framework”. Reseach of Paul Garrest Professor of Public

Policy and Corporate Responsibility Columbia Business School

Islahuddin dan Nurlela, Rika, 2008. ”Pengaruh Corporate Social Responsibility

Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Prosentase Kepemilikan Manajemen

Sebagai Variabel Moderating”. Simposium Nasional Akuntansi XI, IAI.

Mahmud, Novita dan Chaerul, D. Djakman. 2007. “Pengaruh Struktur

Kepemilikan Terhadap Luas Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial

(CSR Disclosure) pada Laporan Tahunan Perusahaan; Studi Empiris

pada Perusahaan Publik yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun

2006”. Simposium Nasional Akuntansi XI, IAI.

Mirfazli, Edwin dan Nurdiono. 2006. “Evaluasi Pengungkapan Informasi

Pertanggungjawaban Sosial pada Laporan Tahunan Perusahaan dalam

Kelompok Aneka Industri yang Go Public di BEJ Tahun 2006”. Jurnal

Akuntansi dan Keuangan. Vol. 12 No. 1 (Tidak Dipublikasikan)

Murwaningsari, Ety. 2009. “Hubungan Corporate Governance, Corporate

Social Responsibility Financial Performance Dalam Satu Continuum”.

Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti

Nicholas, Eberstadt. 2009. CSR Mempengaruhi Keputusan Bisnis dan Pembuat

Kebijakan. Artikel Tidak Dipublikasikan.

Paul, C. J. M. 2006. “Corporate Social Responsibility and Economic

Performance”. Research at Department of Agriculturan Resource

Economics University of California.

Permanasari, Wien Ika. 2010. “Pengaruh Kepemilikan Manajemen, Kepemilikan

Institusional, dan Corporate Social Responsibility terhadap Nilai

Perusahaan”. Skripsi S1 Fakultas Ekonomi UNDIP (Tidak

Dipublikasikan)

Pramesti, Lintang. 2007. “Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap Luas

Pengungkapan Sukarela pada Perusahaan Property yang listing di BEJ”.

Skripsi UNNES (Tidak Dipublikasikan)

123

Reni, Fr, Retno Anggraini. 2006. “Pengungkapan Informasi Sosial dan Faktor-

faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial dalam

Laporan Keuangan Tahunan (Studi Empiris pada perusahaan-

perusahaan yang Terdaftar Bursa Efek Jakarta)”. Simposium Nasional

Akuntansi IX. IAI

Rosmasita, Hardhina. 2007. “Faktor-faktor yang mempengaruhi Pengungkapan

Sosial (Social Disclosure) dalam Laporan Keuangan Tahunan

Perusahaan Mnaufaktur di Bursa Efek Jakarta”. Skripsi S1 Fakultas

Ekonomi Universitas Islam Indonesia, Jakarta (Tidak Dipublikasikan)

Sekaran, Uma. 2006. Research Methods for Business : Metodologi Penelitian

Untuk Bisnis, Jakarta: Salemba Empat

Sembiring, Eddy, Rismanda. 2005. “Karakteristik Perusahaan dan

Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial : Studi Empiris pada Perusahaan

yang Tercatat di Bursa Efek Jakarta”. Simposium Nasional Akuntansi

XI, IAI

Sulastini, Sri. 2007. “Pengaruh Karakteristik perusahaan Terhadap Social

Disclosure Perusahaan Mnaufaktur Yang Telah Go Public”. Skripsi S1

Fakultas Ekonomi UNNES (Tidak Dipublikasikan)

Sule, Tisnawati, Ernie dan Saefullah, Kurniawan. 2005. Pengantar Manajemen

Edisi Pertama

Suwaldiman. 2009. Kapita Selekta Akuntansi: Current Issues Dalam Teori

Akuntansi dan Akuntansi Manajemen. Yogyakarta: Ekonisia

Tanudjaja, Bing Bedjo. 2009. “Perkembangan Corporate Social Responsibility

Di Indonesia”. Artikel Tidak Dipublikasikan. Universitas Kristen Petra

Surabaya

Undang-Undang Perseroan Terbatas RI No.40 Tahun 2007 Pasal 74 Ayat 1

Tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan Terbatas

Wening, Kartikawati. 2009. “Pengaruh Kepemilikan Institusional Terhadap

Kinerja Keuangan”. diakses tanggal 30 Desember 2009

Yuniasih, Ni Wayan, Made Gede Wirakusuma. 2007. “Pengaruh Kinerja

Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan dengan Pengungkapan Corporate

Social Responsibility dan Good Corporate Governance sebagai Variabel

Pemoderasi”. Fakultas Ekonomi Universitas Udayana.

124

Lampiran 1

Perusahaan Go Public Tahun 2007

No Nama Perusahaan CSR Tidak

CSR

Data Tidak

Lengkap

1 Adira Finance √

2 Bank Arta Graha √

3 Bank Bukopin √

4 Bank Bumiputera √

5 Bank Bumiputera Indonesia √

6 Bank Century √

7 Bank Agroniaga, Tbk √

8 Bank Artha Graha Internasional, Tbk √

9 Bank Bukopin Tbk √

10 Bank Capital Indonesia, Tbk √

11 Bank Central Asia Tbk √

12 Bank MayapadaTbk √

13 Bank Bina Arta, Tbk √

14 Bank Pan Indonesia √

15 Bank CIMB Niaga √

16 Bank Danamon Indonesia √

17 Bank Ekonomi Raharja √

18 Bank Eksekutif Internasiomal √

19 Bank Internasional Indonesia √

20 Bank Kesawan √

21 Bank Lippo √

22 Bank Mandiri √

23 Bank Mayapada √

24 Bank Mega √

25 Bank Negara Indonesia √

26 Bank Niaga √

27 Bank NISP √

28 Bank Nusantara Parahyangan √

29 Bank Panin √

30 Bank Permata √

31 Bank Rakyat Indonesia √

32 Bank Sekawan √

33 Bank Tabungan Pensiunan Nasional √

34 Bank Victoria √

35 Bank Windu Kentjana √

36 BCA √

37 BFI Finance Indonesia √

38 Bhakti Capital Indonesia √

No Nama Perusahaan CSR Tidak Data Tidak

125

CSR Lengkap

39 BRI √

40 Kresna Sekurities √

41 Lippo Cikarang √

42 Lippo General Insurance √

43 Lippo Insurance √

44 Lippo Karawaci √

45 Lippo Cikarang √

46 Lippo Securities √

47 Mandala Multifinance √

48 Matahari Putra Prima √

49 Panin Bank √

50 Panin Insurance √

51 Panin Life √

52 Panin Sekuritas √

53 PT Abdi Bangsa √

54 PT Adira Dinamika Multifinance √

55 PT Agis √

56 PT Alam Sutera Realty √

57 PT Ancora Indonesia Resources √

58 PT Anta Tour & Servive Travel √

59 PT Arpeni Ocean Line √

60 PT Arpeni Pratama Ocean Line √

61 PT Arthavest √

62 PT Asamimas Flat Glass √

63 PT Asia Kapitalindo Seccurities √

64 PT Astra Agrolestari √

65 PT Astra Graphia √

66 PT Astra Internasional √

67 PT Asuransi Bina Dana Arta √

68 PT Asuransi Bintang √

69 PT Asuransi Harta Aman Pratama √

70 PT Asuransi Jasa Tania √

71 PT Bakrie Sumatra Platation √

72 PT Batavia Prosperindo Finance, Tbk √

73 PT Bayu Buana, Tbk √

74 PT Banyu Biru, Tbk √

75 PT Benakat Petroleum Tbk √

76 PT Bentoel Internasional Investama Tbk √

77 PT Bank Pan Indonesia, Tbk √

78 PT Bima Primarindo Asia, Tbk √

79 PT Bakrie Telecom √

80 PT Bank OCBC NISP √

81 PT Barito Pasific √

126

No Nama Perusahaan CSR Tidak

CSR

Data Tidak

Lengkap

82 PT Batavia Prosperindo Finance √

83 PT Bekasi Asri Pemula, Tbk √

84 PT Bayu Buana √

85 PT Bekasi Asri Pemula √

86 PT Berlian Laju Tanker √

87 PT Bhakti Capital Indonesia √

88 PT Bhuwanatala Indah Permai √

89 PT Budi Acid Jaya Tbk √

90 PT Bukit Darmo properti √

91 PT Bumi Citra permai √

92 PT Bumi Resources √

93 PT Bumi Serpong Damai √

94 PT Catur Sentosa Adiprana √

95 PT Central Omega Resources √

96 PT Centrin Online √

97 PT Centris Multipersada Pratama √

98 PT Ciputra Development √

99 PT Ciputra Properti √

100 PT Ciputra Surya √

101 PT Courts Indonesia, Tbk √

102 PT Citra kebun Raya Agri √

103 PT Citra Marga Nusaphala Persada √

104 PT Courts Indonesia √

105 PT Cowell Development √

106 PT Citra kebun Raya Agri, Tbk √

107 PT Citra Marga Nusaphala Persada, Tbk √

108 PT Citra Tubindo Tbk √

109 PT Clipan Finance Indonesia Tbk √

110 PT Danasupra Era Pasific √

111 PT Danayasa Arthatama √

112 PT Darma Henwa √

113 PT Darya Varia √

114 PT Dayaindo Resources √

115 PT Destinasi Tirta Nusantara √

116 PT Dian Swastatika Sentosa √

117 PT Duta Anggada Realty √

118 PT Duta Graha √

119 PT Duta Pertiwi √

120 PT Dynaplast √

121 PT Dyviacom Intrabumi √

122 PT Enseval Megatrading √

123 PT Equity Development Investment √

124 PT Fortune Indonesia √

127

No Nama Perusahaan CSR Tidak

CSR

Data Tidak

Lengkap

125 PT Gajah Tunggal √

126 PT Gema Graharsana √

127 PT Global Land Development √

128 PT Global Mediacom √

129 PT Gunawan Dianjaya Steel, Tbk √

130 PT Goodyear, Tbk √

131 PT Gema Grahasarana, Tbk √

132 PT Gowa Makassar Tourism √

133 PT Grahamas Citrawisata √

134 PT Hero Supermarket √

135 PT Hexindo Adiperkasa √

136 PT HM Sampoerna √

137 PT Holcim √

138 PT Home Retail Group √

139 PT Hotel Mandarin Regency √

140 PT Hero Supermarket, Tbk √

141 PT Hotel Sahid Jaya Internasional √

142 PT Indo Tambangraya Megah √

143 PT Indocement √

144 PT Indocitra Finance √

145 PT Indoexchange √

146 PT Indofood √

147 PT Island Concepts Indonesia Tbk √

148 PT Indonesia Air Transport √

149 PT Indonesia Prima Property √

150 PT Indonesian Paradise Property √

151 PT Indosat √

152 PT Indosiar Karya Media √

153 PT Inovisi Infracom √

154 PT Inter Delta √

155 √

156 PT Internasional Nickel Indonesia √

157 PT Intiland Development √

158 PT Intraco Penta √

159 PT Island Concept Indonesia √

160 √

171 PT Jakarta Internasional Hotel & Dev. √

172 PT Jakarta Setiabudi Internasional √

173 PT Jasa Angkasa Semesta √

174 PT Jasuindo Tiga Perkasa √

175 PT Jaya Konstruksi √

176 PT Jaya Kontruksi Manggala √

177 PT Jaya Kontruksi Manunggal √

128

No Nama Perusahaan CSR Tidak

CSR

Data Tidak

Lengkap

178 PT Lami Citra Nusantara √

179 PT London Plantation, Tbk √

180 PT Lautan Luas √

181 PT Limas Centric Indonesia √

182 PT Lippo Karawaci √

183 PT London Sumatra √

184 PT Mandala Multifinance √

185 PT Mas Murni Indonesia √

186 PT Maskapai Reasuransi Indonesia √

187 PT Medco Energi Internasional √

188 PT Medco Energy √

189 PT Media Nusantara Citra √

190 PT Mas Murni Indonesia Tbk √

191 PT Metro Supermarket Realty √

192 PT Metrodata √

193 PT Metrodata Electronics √

194 PT Metropolitan Kentjana √

195 PT Millenium Pharmacon √

196 PT Mitra Adi Perkasa √

197 PT Mitra adiperkasa √

198 PT Mitra Investindo √

199 PT Mobile-8 Telecom √

200 PT Modernland Realty √

201 PT Multibreeder Adirama √

202 PT Multipolar √

203 PT Metrodata Electronics Tbk √

204 PT Myoh Technologi √

205 PT New Century Development √

206 PT Nusantara Infrastruktur √

207 PT Nusantara Inticorpora √

208 PT Pacific Utama √

209 PT Pan Pacific Internasional √

210 PT Panca Global Securities √

211 PT Panca Wiratama Sakti √

212 PT Pancaglobal Securitas √

213 PT Panorama Destinasi √

214 PT Panorama Sentrawisata √

215 PT Pelayaran Tempuran Mas √

216 PT Pelita Sejahtera Abadi √

217 PT Pelayaran Mas, Tbk √

218 PT Perdana Bangun Pusaka, Tbk √

219 PT Pelta Sejahtera Abadi, Tbk √

220 PT Pembangunan Graha Lestari, Tbk √

129

No Nama Perusahaan CSR Tidak

CSR

Data Tidak

Lengkap

221 PT Pembangungan Graha Lestari Indah √

222 PT Perdana Bangun Pusaka √

223 PT Perdana Gapura Prima √

224 PT Perusahaan Gas Negara √

225 PT Petrosea √

226 PT Plaza Indonesia Realty √

227 PT Petrosea, Tbk √

228 PT Pioneerindo Gourmet Internasional Tbk √

229 PT Perdana gapura Prima, Tbk √

230 PT Pool Advista √

231 PT Adhi Karya (Persero) √

232 PT Pudjiaji And Son √

233 PT Pusako Tarinta √

234 PT Petrosea, Tbk √

235 PT Ramayana Lestari Sentosa √

236 PT Reliance Sekuritas √

237 PT Rig Tenders Indonesia √

238 PT Rimo Catur Lestari √

239 PT Royal Oak Development Asia √

240 PT Rukun Raharja √

241 PT Semen Gresik √

242 PT Sentul City √

243 PT Sinarmas Multiartha √

244 PT Siwani makmur, Tbk √

245 PT Singer Indonesia √

246 PT Smart √

247 PT Star Pasific √

248 PT Star Pasific √

249 PT Sugi samapersada √

250 PT Sumarmercon √

251 PT Sumber Alfaria Trijaya √

252 PT Surya Inti Permata √

253 PT Suryainternusa √

254 PT Suryamas Dutamakmur √

255 PT Tambang Batu Bara Bukit √

256 PT Tambang Bukit Asam √

257 PT Telkom √

258 PT Tempo Intimedia √

259 PT Tira Austine √

260 PT Total Bangun Persada √

261 PT Trada Maritime √

262 PT Trikomsel Oke √

263 PT Triwira Insan Lestari √

130

No Nama Perusahaan CSR Tidak

CSR

Data Tidak

Lengkap

264 PT Trust Finance Indonesia √

265 PT Unggu Indah Cahaya √

266 PT Unilever √

267 PT Ultra Jaya, Tbk √

268 PT Triwira Insanlestari Tbk √

269 PT United Tractors √

270 PT Verena oto Finance √

271 PT Wahana Ottomitra Multiartha √

272 Toko Gunung Agung √

273 PT Wahana Phonix mandiri √

274 PT Wicaksana Overseas Internasional √

275 PT Wom Finance √

276 PT Zebra Nusantara Tbk √

131

Lampiran 2

Prosedur Pemilihan Sampel

No Nama Perusahaan Tahun

2008

Tahun

2009

CSR

2008

CSR

2009

Data

Tidak

Lengkap

1 Bank Agroniaga, Tbk √ √

2 Bank Artha Graha Internasional, Tbk √ √

3 Bank Bukopin Tbk √ √ √ √

4 Bank Bumiputera Indonesia, Tbk √ √ √ √

5 Bank Capital Indonesia, Tbk √

6 Bank Central Asia Tbk √ √ √ √

7 Bank Century, Tbk √

8 Bank CIMB Niaga, Tbk √ √

9 Bank Ekonomi Raharja Tbk √ √

10 Bank Eksekutif Internasiomal Tbk √ √

11 Bank Internasional Indonesia, Tbk √ √

12 Bank Kesawan Tbk √ √

13 Bank Mandiri Tbk √ √ √ √

14 Bank Mayapada Tbk √ √ √

15 Bank Negara Indonesia, Tbk √ √

16 Bank Nusantara Parahyangan, Tbk √ √

17 Bank Permata, Tbk √ √

18 Bank Rakyat Indonesia, Tbk √ √

19 Bank Sekawan, Tbk √ √

20 Bank Tabungan Pensiunan Nasional, Tbk √

21 Bank Victoria Tbk √ √

22 Bank Windu Kentjana, Tbk √ √

23 BFI Finance Indonesia, Tbk √

24 Bhakti Capital Indonesia, Tbk √

25 Kresna Sekurities, Tbk √

26 Lippo Insurance Tbk √

27 Matahari Putra Prima Tbk √ √

28 Lippo Securities Tbk √ √

29 Panin Bank Tbk √ √ √ √

30 PT Putra Bungsu Tbk √

31 Panin Sekuritas √ √ √ √

32 Panin Insurance, Tbk √ √

33 PT Ace Hardware Indonesia Tbk √ √ √ √

34 PT Adhi Karya (Persero) Tbk √ √ √ √

35 PT Adira Dinamika Multifinance, Tbk √ √

36 PT Adira Finance, Tbk √

37 PT Agis, Tbk √

38 PT Abdi Bangsa, Tbk √ √ √ √

Prosedur Pemilihan Sampel

132

No Nama Perusahaan Tahun

2008

Tahun

2009

CSR

2008

CSR

2009

Data

Tidak

Lengkap

39 PT Akbar Indomakmur Stimec, Tbk √ √ √

40 PT AKR Corporindo Tbk √ √ √ √

41 PT Alam Sutera Realty, Tbk √ √

42 PT Alfa Retailindo Tbk √ √ √

43 PT Allbond Makmur Usaha Tbk √

44 PT Ancora Indonesia Resources, Tbk √ √ √ √

45 PT Aneka Kemasindo Utama Tbk √ √

46 PT Anta Tour & Servive Travel, Tbk √ √

47 PT Argha Karya Prima Industry Tbk √ √

48 PT Arpeni Ocean Line, Tbk √ √

49 PT Arthavest, Tbk √ √

50 PT Asia Kapitalindo Seccurities, Tbk √ √

51 PT Asiaplast Industri,Tbk √ √ √ √

52 PT Asia Pacific Timber Tbk √ √ √

53 PT Astra Graphia, Tbk √ √

54 PT Astra Internasional Tbk √ √ √

55 PT Asuransi Bina Dana Arta, Tbk √ √

56 PT Asuransi Bintang, Tbk √ √

57 PT Asuransi Dayin Mitra Tbk √ √ √ √

58 PT Asuransi Harta Aman Pratama, Tbk √

59 PT Asuransi Jasa Tania, Tbk √ √

60 PT Asuransi Multi Guna Artha Tbk √ √ √ √

61 PT Asuransi Ramayana, Tbk √

62 PT Bakrie & Brother Tbk √ √ √ √

63 PT Bakrie Sumatra Platation, Tbk √

64 PT Bank Bumiputera Indonesia Tbk √ √ √ √

65 PT Lippo Karawaci Tbk √ √ √ √

66 PT Bank Danamon Indonesia Tbk √ √ √ √

67 PT Bank Internasional Indonesia Tbk √ √ √ √

68 PT Bank Mega Tbk √ √ √ √ √

69 PT Bank OCBC NISP Tbk √ √

70 PT Bank Swadesi Tbk √ √ √ √

71 PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional, Tbk √ √

72 PT Barito Pacific, Tbk √

73 PT Batavia Prosperindo Finance, Tbk √ √

74 PT Bayu Buana, Tbk √ √ √

75 PT Banyu Biru, Tbk √

76 PT Benakat Petroleum Tbk √ √

77 PT Bentoel Internasional Investama Tbk √ √ √ √

78 PT Bank Pan Indonesia, Tbk √ √

Prosedur Pemilihan Sampel

133

No Nama Perusahaan Tahun

2008

Tahun

2009

CSR

2008

CSR

2009

Data

Tidak

Lengkap

79 PT Bima Primarindo Asia, Tbk √ √

80 PT Benakat Petroleum, Tbk √ √

81 PT Berlian Laju Tanker, Tbk √ √ √ √

82 PT Berlina Tbk √ √ √

83 PT Betonjaya Manunggal √ √

84 PT Bhakti Capital Indonesia, Tbk √ √

85 PT Bhakti Investama Tbk (Perseroan) √ √ √ √ √

86 PT Bhuwanatala Indah Permai, Tbk √ √

87 PT Bintang Mitra Semestaraya (BMSR) √ √

88 PT Buana Finance (BBLD) Tbk √ √

89 PT Buana Finance Tbk √ √ √ √

90 PT Budi Acid Jaya Tbk √ √

91 PT Bukit Asam Tbk √ √ √ √

92 PT Bukit Darmo Property (BKDP) Tbk √ √ √

93 PT Bumi Citra Permai (BCIP) Tbk √ √

94 PT Bumi Citra permai, Tbk √ √

95 PT Bumi Resources, Tbk √ √ √ √

96 PT Bumi Serpong Damai, Tbk √ √

97 PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk √ √

98 PT Budi Acid Jaya, Tbk √

99 PT BW Plantation √ √

100 PT Capitalink Investment, Tbk √ √

101 PT Catur Sentosa Adiprana, Tbk √

102 PT Centarl Omega Resources, Tbk √

103 PT Central Proteina Prima Tbk √

104 PT Centrin Online, Tbk √

105 PT Centris Multipersada Pratama Tbk √ √

106 PT Ciputra Development Tbk √ √

107 PT Ciputra Properti, Tbk √ √

108 PT Ciputra Surya, Tbk √

109 PT Central Potreina, Tbk √ √ √ √

110 PT Citra Tubindo, Tbk √ √

111 PT Citatah, Tbk √ √

112 PT Cipendawa, Tbk √ √ √

113 PT Citra Turbindo, Tbk √ √

114 PT Cita Mineral Investindo √

115 PT Cahaya Kalbar √

116 PT Century Textile Industri √ √

117 PT Ciputra Surya, Tbk √ √ √

118 PT Citatah Tbk √ √

Prosedur Pemilihan Sampel

134

No Nama Perusahaan Tahun

2008

Tahun

2009

CSR

2008

CSR

2009

Data

Tidak

Lengkap

119 PT Citra kebun Raya Agri, Tbk √ √ √

120 PT Citra Marga Nusaphala Persada, Tbk √ √

121 PT Citra Tubindo Tbk √ √ √ √ √

122 PT Clipan Finance Indonesia Tbk √ √ √ √

123 PT Courts Indonesia, Tbk √

124 PT Cowell Development, Tbk √ √

125 PT Danasupra Erapasific, Tbk √

126 PT Dayaindo Resources, Tbk √ √

127 PT Davomas Abadi, Tbk √ √

128 PT Destinasi Tirta Nusantara, Tbk √ √

129 PT Darma Henwa, Tbk √ √ √

130 PT Dian Swastatika Sentosa, Tbk √ √

131 PT Delta Jakarta, Tbk √ √

132 PT Duta Anggada Realty, Tbk √ √ √

133 PT Duta Graha Tbk √ √

134 PT Duta Graha Indah Tbk √ √

135 PT Duta Pertiwi Tbk √ √

136 PT Dharma Samudra Fishing, Tbk √ √

137 PT Darya Varia Laboratoria √ √

138 PT Dynaplast, Tbk √

139 PT Dyviacom Intrabumi, Tbk √ √

140 PT Entertainment Internasional, Tbk √ √

141 PT Ekadharma Internasional, Tbk √

142 PT Elang Mahkota Teknologi, Tbk √

143 PT Elnusa Tbk √ √ √ √

144 PT Enseval Megatrading, Tbk √

145 PT Equity Development Investment Tbk √ √ √

146 PT Excelcomindo pratama Tbk √ √ √ √

147 PT Ever Shine Tex, Tbk √ √

148 PT Eterindo, Tbk √

149 PT Ekadarma Internasional, Tbk √ √

150 PT Eterindo Wahanatama, Tbk √ √

151 PT Fajar Surya Wisesa, Tbk √ √

153 PT Fastfood Indonesia Tbk √ √ √ √

154 PT Fortune Indonesia, Tbk √ √

155 PT Global Land Development Tbk √ √ √ √

156 PT Global Mediacom Tbk √ √ √ √

157 PT Gowa Makassar Tourism, Tbk √ √

158 PT Grahamas Citrawisata, Tbk √ √

159 PT Grahamas Citrawisata, Tbk √ √ √

Perosedur Pemilihan Sampel

135

No Nama Perusahaan Tahun

2008

Tahun

2009

CSR

2008

CSR

2009

Data

Tidak

Lengkap

160 PT Grahamas Citrawisata, Tbk √ √

161 PT Gunawan Dianjaya Steel, Tbk √ √

162 PT Goodyear, Tbk √ √ √

163 PT Gema Grahasarana, Tbk √ √ √

164 PT Gajah Tunggal, Tbk √

165 PT Hero Supermarket, Tbk √ √ √

166 PT HM Sampoerna, Tbk √

167 PT Holcim Indonesia √ √

168 PT Holcim, Tbk √ √

169 PT Hotel Mandarin Regency, Tbk √ √

170 PT Hotel Sahid Jaya Internasional Tbk √ √

171 PT Indo Acidatama Tbk √ √

172 PT Indo Kordsa Tbk √ √ √ √

173 PT Indo Tambangraya Megah, Tbk √ √ √

174 PT Indocitra Finance Tbk √ √

175 PT Indoexchange Tbk √ √

176 PT Indofood, Tbk √ √

177 PT Indonesia Air Transport Tbk √ √ √

178 PT Indosat, Tbk √ √ √

179 PT Indosiar Karya Media Tbk √ √ √ √

180 PT Inovisi Infracom, Tbk √ √

181 PT Inter Delta, Tbk √ √

182 PT Internasional Nickel Indonesia, Tbk √

183 PT Island Concepts Indonesia Tbk √

184 PT Jababeka Tbk √ √ √ √

185 PT Jakarta Setiabudi Internasional Tbk √ √ √ √

186 PT Jasa Angkasa Semesta, Tbk √ √

187 PT Jasa Marga (Persero) Tbk √ √ √ √

188 PT Jasa Tania, Tbk √ √

189 PT Jasuindo Tiga Perkasa, Tbk √

190 PT Jaya Konstruksi Tbk √ √ √ √

191 PT Jaya Kontruksi Manggala, Tbk √ √

192 PT Jaya Real Property Tbk √ √ √

193 PT Kalbe Farma, Tbk √ √ √

194 PT Katarina Utama, Tbk √ √

195 PT Kokoh Inti Arebama, Tbk √

196 PT Konica Minolta Tbk √

197 PT Laguna Cipta Griya Tbk √

198 PT Lamicitra Nusantara, Tbk √

199 PT Lautan Luas, Tbk √ √

Perosedur Pemilihan Sampel

136

No Nama Perusahaan Tahun

2008

Tahun

2009

CSR

2008

CSR

2009

Data

Tidak

Lengkap

200 PT Leo Investment, Tbk √ √

201 PT Limas Centric Indonesia, Tbk √ √

202 PT London SumatraTbk √ √ √

203 PT Minsuco Internasional Tbk √ √ √ √

204 PT Mas Murni Indonesia Tbk √

205 PT Maskapai Reasuransi Indonesia, Tbk √ √ √ √

206 PT Medco Energi Internasional, Tbk √

207 PT Media Nusantara Citra, Tbk √ √

208 PT Metro Supermarket Realty Tbk √ √

209 PT Metrodata Electronics Tbk √ √

210 PT Metropolitan Kentjana, Tbk √ √

211 PT Millenium Pharmacon Tbk √ √

212 PT Mitra adiperkasa, Tbk √ √ √

213 PT Mitra Investindo Tbk √ √ √ √

214 PT Mobile-8 Tbk √ √ √ √

215 PT Modern Internasional Tbk √ √ √ √

216 PT Modernland Realty, Tbk √ √

217 PT Multi Indocitra Tbk √ √ √ √

218 PT Multibreeder Adirama Tbk √ √

219 PT Multipolar Tbk √

220 PT Myoh Technology Tbk √ √

221 PT New Century Development, Tbk √ √

222 PT Nusantara Infrastruktur, Tbk √ √ √ √

223 PT Nusantara Inticorpora Tbk √ √ √

224 PT Pacific Utama, Tbk √ √ √

225 PT Pakuwon Jati Tbk √ √ √ √

226 PT Pan Pasific Internasional, Tbk √ √

227 PT Panca Global Securities Tbk √ √

228 PT Panasia Filament inti, Tbk √ √

229 PT Panca Wiratama Sakti, Tbk √

230 PT Pancaglobal Securitas Tbk √ √ √ √

231 PT Panin Sekuritas Tbk √ √

232 PT Panorama Destinasi Tbk √ √ √ √

233 PT Panorama Sentrawisata Tbk √ √ √

234 PT Panorama Transportasi Tbk √ √

235 PT Pan Brother Textile, Tbk √

236 PT Pelayaran Tempuran Mas, Tbk √

237 PT Perdana Bangun Pusaka, Tbk √

238 PT Pelta Sejahtera Abadi, Tbk √

239 PT Pembangunan Graha Lestari, Tbk √ √ √ √

Prosedur Pemilihan Sampel

137

No Nama Perusahaan Tahun

2008

Tahun

2009

CSR

2008

CSR

2009

Data

Tidak

Lengkap

240 PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk √ √ √ √

241 PT Pembangungan Graha Lestari Indah Tbk √ √

242 PT Perdana Bangun Pusaka Tbk √ √

243 PT Perdana Gapura Prima Tbk √ √ √

244 PT Perusahaan Gas Negara Tbk √ √ √

245 PT Petrosea, Tbk √ √ √

246 PT Pioneerindo Gourmet Internasional Tbk √

247 PT Perdana gapura Prima, Tbk √ √

248 PT Plaza Indonesia Realty, Tbk √ √ √

249 PT Petrosea, Tbk √ √

250 PT Pool Advista Indonesia, Tbk √ √

251 PT Pool advista Indonesia, Tbk √ √

252 PT PP (Persero) (PTPP) Tbk √ √ √ √

253 PT Prasidha Aneka Niaga Tbk √ √ √

254 PT Prima Alloy Steel Tbk √ √

255 PT Primarindo Asia Tbk √ √

256 PT Pudjiadi And Sons Tbk √ √

257 PT Pudjiadi Prestige (PUDP) √ √

258 PT Pudjiaji And Son √ √

259 PT Pusako Tarinta, Tbk √

260 PT Pusako Tarinta, Tbk √ √

261 PT Radiant Utama Interisco, Tbk √ √

262 PT Reliance Securities, Tbk √

263 PT Rig Tenders Indonesia, Tbk √

264 PT Ricky Putra Globalindo, Tbk √ √ √

265 PT Rimo Catur Lestari, Tbk √ √ √

266 PT Royal Oak Development Asia, Tbk √ √

267 PT Rukun Raharja, Tbk √ √

268 PT Ristia Bintang Mahkota sejati, Tbk √ √

269 PT Rukun Raharja, Tbk √

270 PT Samudra Indonesia, Tbk √ √ √ √

271 PT Sat Nusapersada Tbk √ √

272 PT Sekar Laut Tbk √ √

273 PT Sekawan Intipratama Tbk √ √

274 PT Selamat Sempurna Tbk √ √

275 PT Semen Gresik, Tbk √ √

276 PT Sentul City Tbk (Perseroan) √ √ √ √

277 PT Sierad Produce Tbk √

278 PT Surabaya Bangun Industri, Tbk √

279 PT Sinarmas Multiartha Tbk √ √ √ √

Prosedur Pemilihan Sampel

138

No Nama Perusahaan Tahun

2008

Tahun

2009

CSR

2008

CSR

2009

Data

Tidak

Lengkap

280 PT Sinarmas Multiartha, Tbk √ √

281 PT Singer Indonesia, Tbk √ √

281 PT Siwani Makmur Tbk √ √

283 PT Smart Tbk √

284 PT Smart, Tbk √ √ √

285 PT Sona Topas Tourism Industri, Tbk √ √ √ √ √

286 PT Sarana Menara Nusantara, Tbk √ √

287 PT Samudra Indonesia, Tbk √ √

288 PT Schering Plough Indonesia, Tbk √ √

289 PT Star Pasific, Tbk √ √

290 PT Steady Safe, Tbk √ √

291 PT Siwani makmur, Tbk √ √ √

292 PT Sugi samapersada, Tbk √ √ √

293 PT Sumarmercon, Tbk √ √

294 PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk √ √

295 PT Suparma Tbk √ √

296 PT Surya Citra Media Tbk √ √

297 PT Surya Intirindo Makmur Tbk √ √

298 PT Suryainternusa, Tbk √

299 PT Suryainti Permata, Tbk √ √

300 PT Surya Intirindo Makmur, Tbk √ √

301 PT Suryamas Dutamakmur, Tbk √

302 PT Sentul CityTbk √ √ √ √

303 PT Tambang Batu Bara Bukit, Tbk √ √

304 PT Taisho Pharmaceutical Indonesia, Tbk √ √ √

305 PT Telkom, Tbk √ √

306 PT Tempo Inti Media, Tbk √ √

307 PT Mas Multiartha, Tbk √ √

308 PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk √

309 PT Tigaraksa Tbk √ √ √ √

310 PT Timah Tbk √ √

311 PT Tira Austenite Tbk √ √ √ √

312 PT Total Bangun Persada Tbk √ √

313 PT Trada Maritime, Tbk √ √

314 PT Sierad Produce, Tbk √ √

315 PT Trias Sentosa Tbk √

316 PT Sekar Laut, Tbk √ √ √

317 PT Trikomsel Oke, Tbk √

318 PT Trimegah Securities Tbk √ √ √

319 PT Triwira Insan Lestari, Tbk √ √

Pros

edur Pemilihan Sampel

139

No Nama Perusahaan Tahun

2008

Tahun

2009

CSR

2008

CSR

2009

Data

Tidak

Lengkap

320 PT Triwira Insanlestari, Tbk √ √

321 PT Trias Sentosa, Tbk √ √

322 PT Trust Finance Indonesia, Tbk √ √

322 PT Tunas Ridean Tbk √ √ √ √

323 PT Tri Polyta Indonesia, Tbk √ √ √ √

324 PT Trias sentosa,Tbk √

325 PT Trus Finance Indonesia, Tbk √ √

326 PT Tempo Scan Pasific, Tbk √ √

327 PT Tigaraksa Satria, Tbk √ √ √ √

328 PT Surya Toto Indonesia, Tbk √ √

329 PT Triwira Insan Lestari, Tbk √ √

330 PT Tifico,Tbk √ √

331 PT United Tractors, Tbk √ √ √

332 PT Ultra Jaya, Tbk √ √

333 PT Verena oto Finance Tbk Tbk √ √

334 PT Wahana Ottomitra Multiartha Tbk √ √

335 PT Wahana Phonix Mandiri, Tbk √ √

336 PT Wicaksana Overseas Internasional, Tbk √ √

337 PT Wijaya Karya (Persero) Tbk √

338 PT Wom Finance, Tbk √ √

339 PT Yulie Sekurindo Tbk √ √ √ √

340 PT Zebra Nusantara Tbk √ √ √ √

341 Toko Gunung Agung Tbk √

342 PT Triwira Insanlestari Tbk √ √ √ √

140

Lampiran 3

Data Annual Report dan Pengungkapan CSR 2008

No Nama Perusahaan CSR Size Profitabilitas Leverage JDK SKI

1

PT Bentoel Internasional Investama

Tbk 52,5 3427 13,82 157,52 3 0,28

2 PT Fastfood Indonesia Tbk 43,75 12622 26 62,6 6 0,26

3 PT AKR Corporindo Tbk 48,75 1200 13,1 121,7 3 0,43

4 PT Surya Citra Media Tbk 52,5 1095 15,3 71,3 4 0,15

5 PT Jasa Marga (Persero) Tbk 28,75 5489 10,8 118,1 3 0,16

6 PT Bakrie & Brother Tbk 67,5 26229 211,9 186 4 0,77

7 PT Global Land Development Tbk 35 242 6,44 20,83 4 0,78

8 PT Berlian laju Tanker Tbk 30 403 26,4 323,5 4 0,67

9 PT Perusahaan Gas Negara Tbk 47,5 1350 65,82 247,07 5 0,58

10 PT Mobile-8 Tbk 47,5 865 22,28 559,66 8 0,35

11 PT Tunas Ridean Tbk 36,25 3354 23,9 2,5 5 0,14

12 PT Global Mediacom Tbk 48,75 7864 0,63 6,049 7 0,96

13 PT Tira Austenite Tbk 53,75 844 1,74 194,422 3 0,13

14 PT Elnusa Tbk 73,75 1800 8,28 57 5 0,20

15 PT Excelcomindo pratama Tbk 56,25 2097 0,3 4,2 4 0,16

16 PT Tigaraksa Tbk 72,5 2000 29,2 299,8 3 0,97

17 PT Panorama Sentrawisata Tbk 58,75 2289 3,27 199,57 3 0,79

18 PT Zebra Nusantara Tbk 62,5 243 24 70 3 0,48

19 PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk 86,25 1021 14,97 50,6 5 0,04

20 PT Indosiar Karya Media Tbk 35 1357 6,94 232,34 5 0,93

21 Panin Bank 50 365 10,16 444,63 6 0,66

22 PT Bank Mandiri (Persero) Tbk 68,75 22408 18,1 895,19 8 0,28

23 PT Bank Central Asia Tbk 56,25 20303 30,2 484,49 5 0,51

24 PT Asuransi Multi Guna Artha Tbk 52,5 252 13,45 97,13 3 0,35

25 PT Bank Swadesi Tbk 61,25 339 10,48 32,89 5 0,01

26 PT Modern Internasional Tbk 50 441 0,6 77,9 3 0,28

27 PT Bank Mega Tbk 50 8455 20,47 21,899 3 0,99

28 PT Buana Finance Tbk 25 423 6,2 0,98 3 0,11

29 PT Multi Indocitra Tbk 66,25 535 11,5 3,003 3 0,18

30 PT Bank Bumiputera Indonesia Tbk 45 1256 0,37 1145,13 4 0,05

31 Bank Bukopin 50 4241 18,8 94,4 6 0,22

32 PT Nusantara Infrastruktur Tbk 48,75 889 1,77 250,86 4 0,24

33 PT Jababeka Tbk 62,5 516 3,92 86 3 0,45

34 Bank Internasional Indonesia 47,5 7009 9,4 696,94 6 0,01

35 PT Adhi Karya (Persero) Tbk 57,5 1818 19,31 122,47 5 0,01

36 PT Bhakti Investama Tbk (Perseroan) 41,25 48 7,3 151,2 8 0,02

37

PT Jakarta Setiabudi Internasional

Tbk 51,25 2660 5,7 1,46 5 0,66

141

38 PT Panin Sekuritas Tbk 37,5 134 12,39 207,42 5 0,01

39 PT Bank Danamon Indonesia Tbk 56,25 41617 14,6 631,29 8 0,47

40 PT Sentul City Tbk (Perseroan) 47,5 424 0,01 0,16 5 0,71

41 PT Pakuwon Jati Tbk 48,75 1417 8 4,01 4 0,43

42 PT Ace Hardware Indonesia Tbk 56,25 987 19,3 18,12 4 0,66

43 PT Alfa Retailindo Tbk 46,25 321 74,29 15 8 0,25

44

PT Equity Development Investment

Tbk 32,5 256 3,37 2,2 5 0,16

45 PT Clipan Finance Indonesia Tbk 38,75 381 9,6 0,4 5 0,84

46 PT Yulie Sekurindo Tbk 40 34 1,94 14,89 5 0,89

47 PT Asuransi Dayin Mitra Tbk 41,25 57 4,88 145,8 4 0,34

48

PT Minsuco Internasional Finance

Tbk 45 157 10,17 18,2 6 0,11

142

Data Annual Report dan Pengungkapan CSR 2009

No Nama Perusahaan CSR Size Profitabilitas Leverage JDK SKI

1 PT Bentoel Internasional Investama Tbk 61,25 3458 1,445 145,13 3 0,26

2 PT Fastfood Indonesia Tbk 52,5 13229 28,5 62,9 6 0,25

3 PT AKR Corporindo Tbk 60 2132 15,8 126,9 3 0,40

4 PT Surya Citra Media Tbk 56,25 1453 20,5 59,1 4 0,16

5 PT Jasa Marga (Persero) Tbk 57,5 5821 13,82 117,34 3 0,35

6 PT Bakrie & Brother Tbk 68,75 26447 32,448 281,92 4 3,63

7 PT Global Land Development Tbk 45 230 7 14,29 3 3,05

8 PT Berlian laju Tanker Tbk 41,25 433 18 288,7 4 0,83

9 PT Perusahaan Gas Negara Tbk 65 1333 53,09 99,87 5 0,75

10 PT Mobile-8 Tbk 52,5 777 91,4 500,2 3 0,55

11 PT Tunas Ridean Tbk 46,25 3466 31 0,8 5 0,37

12 PT Global Mediacom Tbk 53,75 7428 0,03 0,6 8 0,95

13 PT Tira Austenite Tbk 61,25 965 2,8 1,51 4 0,08

14 PT Elnusa Tbk 78,75 1838 24,41 1,2 5 0,25

15 PT Excelcomindo pratama Tbk 58,75 2038 27 1,5 8 0,01

16 PT Tigaraksa Tbk 73,75 2138 12,7 272,6 5 0,99

17 PT Panorama Sentrawisata Tbk 61,25 1815 3,58 1,59 3 0,31

18 PT Zebra Nusantara Tbk 68,75 231 21 88 2 0,01

19 PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk 85 5119 19,27 58,02 5 0,38

20 PT Indosiar Karya Media Tbk 41,25 1673 2,93 205,88 5 0,13

21 Panin Bank 50 464 10,4 447,43 4 0,84

22 PT Bank Mandiri (Persero) Tbk 70 24498 22,1 10,24 6 0,29

23 PT Bank Central Asia Tbk 56,25 20173 31,8 11,5 5 0,45

24 PT Asuransi Multi Artha GunaTbk 56,25 322 18,1 86,28 3 0,41

25 PT Bank Swadesi Tbk 52,5 324 13,36 319,9 5 0,04

26 PT Modern Internasional Tbk 45 521 3,6 134,6 3 0,28

27 PT Bank Mega Tbk 62,5 6121 18,72 5,48 3 0,01

28 PT Buana Finance Tbk 37,5 400 4,73 0,54 3 0,12

29 PT Multi Indocitra Tbk 67,5 615 13,4 17,3 4 0,03

30 PT Bank Bumiputera Indonesia Tbk 47,5 1306 0,99 1199,49 2 0,03

31 Bank Bukopin 47,5 4472 16,52 9,7 2 0,43

32 PT Nusantara Infrastruktur Tbk 51,25 1312 13,15 268,73 2 0,98

33 PT Jababeka Tbk 67,5 507 1 98 3 0,68

34 Bank Internasional Indonesia 50 7151 0,8 10,56 3 0,79

35 PT Adhi Karya (Persero) Tbk 57,5 1853 27,08 116,59 4 0,01

36 PT Bhakti Investama Tbk (Perseroan) 51,25 46 0,99 139,29 4 0,56

37 PT Jakarta Setiabudi Internasional Tbk 57,5 2522 7,5 1,15 2 0,66

38 PT Panin Sekuritas Tbk 36,25 142 47,6 136,5 2 0,97

39 PT Bank Danamon Indonesia Tbk 60 41615 11,2 4,32 4 0,54

40 PT Sentul City Tbk (Perseroan) 61,25 415 0,11 21,91 6 0,11

143

41 PT Pakuwon Jati Tbk 37,5 1298 12,7 1,9 4 0,23

42 PT Ace Hardware Indonesia Tbk 68,75 998 17,8 0,11 2 0,19

43 PT Alfa Retailindo Tbk 50 319 86,51 0,96 6 0,34

44 PT Equity Development Investment Tbk 33,75 260 3,5 2,4 10 0,21

45 PT Clipan Finance Indonesia Tbk 35 510 12,1 0,4 9 0,91

46 PT Yulie Sekurindo Tbk 38,75 16 5,79 19,5 8 0,87

47 PT Asuransi Dayin Mitra Tbk 38,75 63 6,81 1,32 10 0,02

48 PT Minsuco Internasional Finance Tbk 45 205 31,2 35,4 10 0,12

144

Lampiran 4

Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Go Public Tahun 2008-2009

No Nama Perusahaan CSR 2008 CSR 2009 Total

1 PT Bentoel Internasional Investama Tbk 52,5 61,25 113,75

2 PT Fastfood Indonesia Tbk 43,75 52,5 96,25

3 PT AKR Corporindo Tbk 48,75 60 108,75

4 PT Surya Citra Media Tbk 52,5 56,25 108,75

5 PT Jasa Marga (Persero) Tbk 28,75 57,5 86,25

6 PT Bakrie & Brother Tbk 67,5 68,75 136,25

7 PT Global Land Development Tbk 35 45 80

8 PT Berlian laju Tanker Tbk 30 41,25 71,25

9 PT Perusahaan Gas Negara Tbk 47,5 65 112,5

10 PT Mobile-8 Tbk 47,5 52,5 100

11 PT Tunas Ridean Tbk 36,25 46,25 82,5

12 PT Global Mediacom Tbk 48,75 53,75 102,5

13 PT Tira Austenite Tbk 53,75 61,25 115

14 PT Elnusa Tbk 73,75 78,75 152,5

15 PT Excelcomindo pratama Tbk 56,25 58,75 115

16 PT Tigaraksa Tbk 72,5 73,75 146,25

17 PT Panorama Sentrawisata Tbk 58,75 61,25 120

18 PT Zebra Nusantara Tbk 62,5 68,75 131,25

19 PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk 86,25 85 171,25

20 PT Indosiar Karya Media Tbk 35 41,25 76,25

21 Panin Bank 50 50 100

22 PT Bank Mandiri (Persero) Tbk 68,75 70 138,75

23 PT Bank Central Asia Tbk 56,25 56,25 112,5

24 PT Asuransi Multi Guna Artha Tbk 52,5 56,25 108,75

25 PT Bank Swadesi Tbk 61,25 52,5 113,75

26 PT Modern Internasional Tbk 50 45 95

27 PT Bank Mega Tbk 50 62,5 112,5

28 PT Buana Finance Tbk 25 37,5 62,5

29 PT Multi Indocitra Tbk 66,25 67,5 133,75

30 PT Bank Bumiputera Indonesia Tbk 45 47,5 92,5

31 Bank Bukopin 50 47,5 97,5

32 PT Nusantara Infrastruktur Tbk 48,75 51,25 100

33 PT Jababeka Tbk 62,5 67,5 130

34 Bank Internasional Indonesia 47,5 50 97,5

35 PT Adhi Karya (Persero) Tbk 57,5 57,5 115

36 PT Bhakti Investama Tbk (Perseroan) 41,25 51,25 92,5

37 PT Jakarta Setiabudi Internasional Tbk 51,25 57,5 108,75

145

38 PT Panin Sekuritas Tbk 37,5 36,25 73,75

39 PT Bank Danamon Indonesia Tbk 56,25 60 116,25

40 PT Sentul City Tbk (Perseroan) 47,5 61,25 108,75

41 PT Pakuwon Jati Tbk 48,75 37,5 86,25

42 PT Ace Hardware Indonesia Tbk 56,25 68,75 125

43 PT Alfa Retailindo Tbk 46,25 50 96,25

44 PT Equity Development Investment Tbk 32,5 33,75 66,25

45 PT Clipan Finance Indonesia Tbk 38,75 35 73,75

46 PT Yulie Sekurindo Tbk 40 38,75 78,75

47 PT Asuransi Dayin Mitra Tbk 41,25 38,75 80

48 PT Mitra Investindo Tbk 45 45 90

146

Lampiran 5

Data Item Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Go Public Tahun 2008

No Lingkungan Energi KKTK

Lain

Lain TK Produk

K

Masy. Umum Total Sampel

Rata-

Rata

1 8 3 3 14 7 6 1 42 80 52,5

2 6 1 3 11 8 6 0 35 80 43,75

3 7 2 4 13 3 8 2 39 80 48,75

4 7 1 3 17 4 8 2 42 80 52,5

5 6 0 1 11 2 1 2 23 80 28,75

6 10 5 4 22 3 8 2 54 80 67,5

7 4 1 3 11 0 7 2 28 80 35

8 4 1 4 10 0 3 2 24 80 30

9 5 4 6 9 9 3 2 38 80 47,5

10 8 5 2 10 1 10 2 38 80 47,5

11 1 2 1 10 4 9 2 29 80 36,25

12 2 1 8 15 1 10 2 39 80 48,75

13 2 1 6 18 6 8 2 43 80 53,75

14 11 2 7 24 2 11 2 59 80 73,75

15 4 2 7 19 0 11 2 45 80 56,25

16 5 6 6 19 10 10 2 58 80 72,5

17 6 1 7 21 0 10 2 47 80 58,75

18 2 4 7 21 4 10 2 50 80 62,5

19 11 7 7 24 7 11 2 69 80 86,25

20 4 1 3 11 0 7 2 28 80 35

21 6 3 4 15 0 10 2 40 80 50

22 10 4 6 19 4 10 2 55 80 68,75

23 2 3 6 20 1 11 2 45 80 56,25

24 3 1 7 21 0 8 2 42 80 52,5

25 4 1 6 23 2 11 2 49 80 61,25

26 2 1 4 20 0 11 2 40 80 50

27 2 1 3 23 0 9 2 40 80 50

28 0 1 2 9 0 6 2 20 80 25

29 2 2 7 22 10 8 2 53 80 66,25

30 1 1 2 22 0 8 2 36 80 45

31 1 1 2 23 0 11 2 40 80 50

32 1 1 3 22 0 10 2 39 80 48,75

33 12 3 2 20 0 11 2 50 80 62,5

34 3 1 2 21 0 9 2 38 80 47,5

35 9 2 3 18 2 10 2 46 80 57,5

36 1 1 2 19 0 8 2 33 80 41,25

147

37 9 1 3 17 0 9 2 41 80 51,25

38 1 1 2 16 1 7 2 30 80 37,5

39 11 3 3 17 0 9 2 45 80 56,25

40 8 1 3 16 0 8 2 38 80 47,5

41 6 1 3 15 1 11 2 39 80 48,75

42 1 1 2 19 10 10 2 45 80 56,25

43 1 1 4 18 0 11 2 37 80 46,25

44 1 1 2 19 0 1 2 26 80 32,5

45 3 1 3 19 0 3 2 31 80 38,75

46 2 1 4 17 0 6 2 32 80 40

47 1 1 5 16 1 7 2 33 80 41,25

48 3 2 6 16 3 4 2 36 80 45

148

Data Item Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Go Public Tahun 2009

No Lingkungan Energi KKTK

Lain

Lain TK Produk

K

Masyarakat Umum Total Sampel

Rata-

Rata

1 7 3 4 15 9 9 2 49 80 61,25

2 8 1 3 12 10 6 2 42 80 52,5

3 8 4 6 15 4 9 2 48 80 60

4 7 1 5 18 4 8 2 45 80 56,25

5 8 2 5 16 2 11 2 46 80 57,5

6 10 5 5 22 3 8 2 55 80 68,75

7 5 2 5 15 0 7 2 36 80 45

8 4 2 4 15 1 5 2 33 80 41,25

9 8 5 6 13 10 8 2 52 80 65

10 8 5 4 12 2 9 2 42 80 52,5

11 2 1 5 13 5 9 2 37 80 46,25

12 5 2 7 16 0 11 2 43 80 53,75

13 6 2 6 18 7 8 2 49 80 61,25

14 11 4 8 24 3 11 2 63 80 78,75

15 5 2 7 19 1 11 2 47 80 58,75

16 5 6 6 19 10 11 2 59 80 73,75

17 6 1 8 22 0 10 2 49 80 61,25

18 4 4 7 21 7 10 2 55 80 68,75

19 12 7 7 22 8 10 2 68 80 85

20 3 0 2 16 0 10 2 33 80 41,25

21 5 1 5 16 0 11 2 40 80 50

22 9 4 7 19 5 10 2 56 80 70

23 1 3 7 21 2 9 2 45 80 56,25

24 5 1 7 21 1 8 2 45 80 56,25

25 4 1 6 23 2 4 2 42 80 52,5

26 3 1 4 19 1 6 2 36 80 45

27 3 1 5 23 9 7 2 50 80 62,5

28 2 1 2 15 1 7 2 30 80 37,5

29 3 2 7 22 10 8 2 54 80 67,5

30 1 1 3 22 1 8 2 38 80 47,5

31 1 1 2 20 1 11 2 38 80 47,5

32 1 1 4 22 1 10 2 41 80 51,25

33 12 3 3 22 1 11 2 54 80 67,5

34 2 1 4 21 1 9 2 40 80 50

35 8 2 4 18 3 9 2 46 80 57,5

36 5 1 4 19 2 8 2 41 80 51,25

37 11 1 5 17 3 7 2 46 80 57,5

38 1 1 2 17 1 5 2 29 80 36,25

39 12 4 3 17 1 9 2 48 80 60

149

40 11 2 4 17 3 10 2 49 80 61,25

41 1 1 3 15 1 7 2 30 80 37,5

42 8 2 3 20 10 10 2 55 80 68,75

43 1 1 4 18 3 11 2 40 80 50

44 1 1 2 19 0 2 2 27 80 33,75

45 3 0 4 16 1 2 2 28 80 35

46 1 1 4 17 0 6 2 31 80 38,75

47 1 1 5 16 2 5 1 31 80 38,75

48 3 2 6 17 3 4 1 36 80 45

150

Lampiran 6 Data Size Perusahaan Tahun 2008-2009

No Nama Perusahaan 2008 2009 Total

1 PT Bentoel Internasional Investama Tbk 3427 3458 6885

2 PT Fastfood Indonesia Tbk 12622 13229 25851

3 PT AKR Corporindo Tbk 1200 2132 3332

4 PT Surya Citra Media Tbk 1095 1453 2548

5 PT Jasa Marga (Persero) Tbk 5489 5821 11310

6 PT Bakrie & Brother Tbk 26229 26447 52676

7 PT Global Land Development Tbk 242 230 472

8 PT Berlian laju Tanker Tbk 403 433 836

9 PT Perusahaan Gas Negara Tbk 1350 1333 2683

10 PT Mobile-8 Tbk 865 777 1642

11 PT Tunas Ridean Tbk 3354 3466 6820

12 PT Global Mediacom Tbk 7864 7428 15292

13 PT Tira Austenite Tbk 844 965 1809

14 PT Elnusa Tbk 1800 1838 3638

15 PT Excelcomindo pratama Tbk 2097 2038 4135

16 PT Tigaraksa Tbk 2000 2138 4138

17 PT Panorama Sentrawisata Tbk 231 1815 2046

18 PT Zebra Nusantara Tbk 243 231 474

19 PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk 1021 5119 6140

20 PT Indosiar Karya Media Tbk 1357 1673 3030

21 Panin Bank 365 464 829

22 PT Bank Mandiri (Persero) Tbk 22408 24498 46906

23 PT Bank Central Asia Tbk 20303 20173 40476

24 PT Asuransi Multi Guna Artha Tbk 252 322 574

25 PT Bank Swadesi Tbk 339 324 663

26 PT Modern Internasional Tbk 441 521 962

27 PT Bank Mega Tbk 8455 6121 14576

28 PT Buana Finance Tbk 423 400 823

29 PT Multi Indocitra Tbk 535 615 1150

30 PT Bank Bumiputera Indonesia Tbk 1256 1306 2562

31 Bank Bukopin 4241 4472 8713

32 PT Nusantara Infrastruktur Tbk 889 1312 2201

33 PT Jababeka Tbk 516 507 1023

34 Bank Internasional Indonesia 7009 7151 14160

35 PT Adhi Karya (Persero) Tbk 1818 1853 3671

36 PT Bhakti Investama Tbk (Perseroan) 48 46 94

37 PT Jakarta Setiabudi Internasional Tbk 2660 2522 5182

38 PT Panin Sekuritas Tbk 130 222 352

151

39 PT Bank Danamon Indonesia Tbk 41617 41615 83232

40 PT Sentul City Tbk (Perseroan) 424 415 839

41 PT Pakuwon Jati Tbk 1417 1298 2715

42 PT Ace Hardware Indonesia Tbk 987 998 1985

43 PT Alfa Retailindo Tbk 321 319 640

44 PT Equity Development Investment Tbk 256 260 516

45 PT Clipan Finance Indonesia Tbk 381 510 891

46 PT Yulie Sekurindo Tbk 34 16 50

47 PT Asuransi Dayin Mitra Tbk 57 63 120

48 PT Mitra Investindo Tbk 157 205 362

152

Lampiran 7

Data Profitabilitas Perusahaan Tahun 2008-2009

No Nama Perusahaan 2008 2009

1 PT Bentoel Internasional Investama Tbk 13,82 1,445

2 PT Fastfood Indonesia Tbk 26 28,5

3 PT AKR Corporindo Tbk 13,1 15,8

4 PT Surya Citra Media Tbk 15,3 20,5

5 PT Jasa Marga (Persero) Tbk 10,8 13,82

6 PT Bakrie & Brother Tbk 211,9 32,448

7 PT Global Land Development Tbk 6,44 7

8 PT Berlian laju Tanker Tbk 26,4 18

9 PT Perusahaan Gas Negara Tbk 65,82 53,09

10 PT Mobile-8 Tbk 22,28 91,4

11 PT Tunas Ridean Tbk 23,9 31

12 PT Global Mediacom Tbk 0,63 0,03

13 PT Tira Austenite Tbk 1,74 2,8

14 PT Elnusa Tbk 8,28 24,41

15 PT Excelcomindo pratama Tbk 0,3 27

16 PT Tigaraksa Tbk 29,2 12,7

17 PT Panorama Sentrawisata Tbk 3,27 3,58

18 PT Zebra Nusantara Tbk 24 21

19 PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk 14,97 19,27

20 PT Indosiar Karya Media Tbk 6,94 2,93

21 Panin Bank 10,16 10,4

22 PT Bank Mandiri (Persero) Tbk 18,1 22,1

23 PT Bank Central Asia Tbk 30,2 31,8

24 PT Asuransi Multi Guna Artha Tbk 13,45 18,1

25 PT Bank Swadesi Tbk 10,48 13,36

26 PT Modern Internasional Tbk 0,6 3,6

27 PT Bank Mega Tbk 20,47 18,72

28 PT Buana Finance Tbk 6,2 4,73

29 PT Multi Indocitra Tbk 11,5 13,4

30 PT Bank Bumiputera Indonesia Tbk 0,37 0,99

31 Bank Bukopin 18,8 16,52

32 PT Nusantara Infrastruktur Tbk 1,77 13,15

33 PT Jababeka Tbk 3,92 1

34 Bank Internasional Indonesia 9,4 0,8

35 PT Adhi Karya (Persero) Tbk 19,31 27,08

36 PT Bhakti Investama Tbk (Perseroan) 7,3 0,99

37 PT Jakarta Setiabudi Internasional Tbk 5,7 7,5

153

38 PT Panin Sekuritas Tbk 12,39 47,6

39 PT Bank Danamon Indonesia Tbk 14,6 11,2

40 PT Sentul City Tbk (Perseroan) 0,01 0,11

41 PT Pakuwon Jati Tbk 8 12,7

42 PT Ace Hardware Indonesia Tbk 19,3 17,8

43 PT Alfa Retailindo Tbk 74,29 86,51

44 PT Equity Development Investment Tbk 3,37 3,5

45 PT Clipan Finance Indonesia Tbk 9,6 12,1

46 PT Yulie Sekurindo Tbk 1,94 5,79

47 PT Asuransi Dayin Mitra Tbk 4,88 6,81

48 PT Minsuco Internasional Finance Tbk 10,17 31,2

154

Lampiran 8

Data Financial Leverage Tahun 2008-2009

No Nama Perusahaan 2008 2009

1 PT Bentoel Internasional Investama Tbk 157,52 145,13

2 PT Fastfood Indonesia Tbk 62,6 62,9

3 PT AKR Corporindo Tbk 121,7 126,9

4 PT Surya Citra Media Tbk 71,3 59,1

5 PT Jasa Marga (Persero) Tbk 118,1 117,34

6 PT Bakrie & Brother Tbk 186 281,92

7 PT Global Land Development Tbk 20,83 14,29

8 PT Berlian laju Tanker Tbk 323,5 288,7

9 PT Perusahaan Gas Negara Tbk 247,07 99,87

10 PT Mobile-8 Tbk 559,66 500,2

11 PT Tunas Ridean Tbk 2,5 0,8

12 PT Global Mediacom Tbk 6,049 0,6

13 PT Tira Austenite Tbk 194,422 1,51

14 PT Elnusa Tbk 57 1,2

15 PT Excelcomindo pratama Tbk 4,2 1,5

16 PT Tigaraksa Tbk 299,8 272,6

17 PT Panorama Sentrawisata Tbk 199,57 1,59

18 PT Zebra Nusantara Tbk 70 88

19 PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk 50,6 58,02

20 PT Indosiar Karya Media Tbk 232,34 205,88

21 Panin Bank 444,63 447,43

22 PT Bank Mandiri (Persero) Tbk 895,19 10,24

23 PT Bank Central Asia Tbk 484,49 11,5

24 PT Asuransi Multi Guna Artha Tbk 97,13 86,28

25 PT Bank Swadesi Tbk 32,89 319,9

26 PT Modern Internasional Tbk 77,9 134,6

27 PT Bank Mega Tbk 21,899 5,48

28 PT Buana Finance Tbk 0,98 0,54

29 PT Multi Indocitra Tbk 3,003 17,3

30 PT Bank Bumiputera Indonesia Tbk 1145,13 1199,49

31 Bank Bukopin 94,4 9,7

32 PT Nusantara Infrastruktur Tbk 250,86 268,73

33 PT Jababeka Tbk 86 98

34 Bank Internasional Indonesia 696,94 10,56

35 PT Adhi Karya (Persero) Tbk 122,47 116,59

36 PT Bhakti Investama Tbk (Perseroan) 151,2 139,29

37 PT Jakarta Setiabudi Internasional Tbk 1,46 1,15

38 PT Panin Sekuritas Tbk 207,42 136,5

155

39 PT Bank Danamon Indonesia Tbk 631,29 4,32

40 PT Sentul City Tbk (Perseroan) 0,16 21,91

41 PT Pakuwon Jati Tbk 4,01 1,9

42 PT Ace Hardware Indonesia Tbk 18,12 0,11

43 PT Alfa Retailindo Tbk 15 0,96

44 PT Equity Development Investment Tbk 2,2 2,4

45 PT Clipan Finance Indonesia Tbk 0,4 0,4

46 PT Yulie Sekurindo Tbk 14,89 19,5

47 PT Asuransi Dayin Mitra Tbk 145,8 1,32

48 PT Minsuco Internasional Finance Tbk 18,2 35,4

156

Lampiran 9

Data Jumlah Dewan Komisaris Tahun 2008-2009

No Nama Perusahaan 2008 2009

1 PT Bentoel Internasional Investama Tbk 3 3

2 PT Fastfood Indonesia Tbk 6 6

3 PT AKR Corporindo Tbk 3 3

4 PT Surya Citra Media Tbk 4 4

5 PT Jasa Marga (Persero) Tbk 3 3

6 PT Bakrie & Brother Tbk 4 4

7 PT Global Land Development Tbk 4 3

8 PT Berlian laju Tanker Tbk 4 4

9 PT Perusahaan Gas Negara Tbk 5 5

10 PT Mobile-8 Tbk 8 3

11 PT Tunas Ridean Tbk 5 5

12 PT Global Mediacom Tbk 7 8

13 PT Tira Austenite Tbk 3 4

14 PT Elnusa Tbk 5 5

15 PT Excelcomindo pratama Tbk 4 8

16 PT Tigaraksa Tbk 3 5

17 PT Panorama Sentrawisata Tbk 3 3

18 PT Zebra Nusantara Tbk 3 2

19 PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk 5 5

20 PT Indosiar Karya Media Tbk 5 5

21 Panin Bank 6 4

22 PT Bank Mandiri (Persero) Tbk 8 6

23 PT Bank Central Asia Tbk 5 5

24 PT Asuransi Multi Guna Artha Tbk 3 3

25 PT Bank Swadesi Tbk 5 5

26 PT Modern Internasional Tbk 3 3

27 PT Bank Mega Tbk 3 3

28 PT Buana Finance Tbk 3 3

29 PT Multi Indocitra Tbk 3 4

30 PT Bank Bumiputera Indonesia Tbk 4 2

31 Bank Bukopin 6 2

32 PT Nusantara Infrastruktur Tbk 4 2

33 PT Jababeka Tbk 3 3

34 Bank Internasional Indonesia 6 3

35 PT Adhi Karya (Persero) Tbk 5 4

36 PT Bhakti Investama Tbk (Perseroan) 8 4

37 PT Jakarta Setiabudi Internasional Tbk 5 2

38 PT Panin Sekuritas Tbk 5 2

157

39 PT Bank Danamon Indonesia Tbk 8 4

40 PT Sentul City Tbk (Perseroan) 5 6

41 PT Pakuwon Jati Tbk 4 4

42 PT Ace Hardware Indonesia Tbk 4 2

43 PT Alfa Retailindo Tbk 8 6

44 PT Equity Development Investment Tbk 5 10

45 PT Clipan Finance Indonesia Tbk 5 9

46 PT Yulie Sekurindo Tbk 5 8

47 PT Asuransi Dayin Mitra Tbk 4 10

48 PT Minsuco Internasional Finance Tbk 6 10

158

Lampiran 10

Data Struktur Kepemilikan Institusional Tahun 2008-2009

No Nama Perusahaan 2008 2009

1

PT Bentoel Internasional Investama

Tbk 0,282 0,26

2 PT Fastfood Indonesia Tbk 0,255 0,25

3 PT AKR Corporindo Tbk 0,434 0,401

4 PT Surya Citra Media Tbk 0,152 0,16

5 PT Jasa Marga (Persero) Tbk 0,162 0,35

6 PT Bakrie & Brother Tbk 0,771 3,627

7 PT Global Land Development Tbk 0,782 3,05

8 PT Berlian laju Tanker Tbk 0,665 0,832

9 PT Perusahaan Gas Negara Tbk 0,579 0,75

10 PT Mobile-8 Tbk 0,345 0,55

11 PT Tunas Ridean Tbk 0,14 0,37

12 PT Global Mediacom Tbk 0,956 0,949

13 PT Tira Austenite Tbk 0,126 0,078

14 PT Elnusa Tbk 0,197 0,254

15 PT Excelcomindo pratama Tbk 0,156 0,012

16 PT Tigaraksa Tbk 0,97 0,99

17 PT Panorama Sentrawisata Tbk 0,79 0,31

18 PT Zebra Nusantara Tbk 0,475 0,013

19 PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk 0,04 0,38

20 PT Indosiar Karya Media Tbk 0,93 0,13

21 Panin Bank 0,66 0,84

22 PT Bank Mandiri (Persero) Tbk 0,279 0,289

23 PT Bank Central Asia Tbk 0,505 0,45

24 PT Asuransi Multi Artha GunaTbk 0,35 0,41

25 PT Bank Swadesi Tbk 0,012 0,0405

26 PT Modern Internasional Tbk 0,284 0,284

27 PT Bank Mega Tbk 0,99 0,01

28 PT Buana Finance Tbk 0,113 0,12

29 PT Multi Indocitra Tbk 0,18 0,025

30 PT Bank Bumiputera Indonesia Tbk 0,045 0,027

31 Bank Bukopin 0,22 0,43

32 PT Nusantara Infrastruktur Tbk 0,242 0,98

33 PT Jababeka Tbk 0,45 0,68

34 Bank Internasional Indonesia 0,012 0,794

35 PT Adhi Karya (Persero) Tbk 0,013 0,013

36 PT Bhakti Investama Tbk (Perseroan) 0,02 0,56

37 PT Jakarta Setiabudi Internasional Tbk 0,66 0,66

159

38 PT Panin Sekuritas Tbk 0,0103 0,97

39 PT Bank Danamon Indonesia Tbk 0,47 0,54

40 PT Sentul City Tbk (Perseroan) 0,71 0,11

41 PT Pakuwon Jati Tbk 0,43 0,23

42 PT Ace Hardware Indonesia Tbk 0,66 0,19

43 PT Alfa Retailindo Tbk 0,25 0,34

44

PT Equity Development Investment

Tbk 0,157 0,21

45 PT Clipan Finance Indonesia Tbk 0,84 0,91

46 PT Yulie Sekurindo Tbk 0,89 0,87

47 PT Asuransi Dayin Mitra Tbk 0,34 0,02

48 PT Minsuco Internasional Finance Tbk 0,109 0,124

160

Output SPSS

REGRESSION

/DESCRIPTIVES MEAN STDDEV CORR SIG N

/MISSING LISTWISE

/STATISTICS COEFF OUTS BCOV R ANOVA COLLIN TOL CHANGE ZPP

/CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10)

/NOORIGIN

/DEPENDENT CSR

/METHOD=ENTER Size Profitabilitas JDK Leverage SKI

/SCATTERPLOT=(*SRESID ,*ZPRED)

/RESIDUALS DURBIN HIST(ZRESID) NORM(ZRESID)

/SAVE RESID.

Regression

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N

CSR 52.3979 12.25099 96

Size 4104.23 8000.819 96

Profitabilitas 17.9026 26.28456 96

JDK 4.61 1.905 96

Leverage 1.4665E2 226.77434 96

SKI .4578 .52290 96

Correlations

CSR Size Profitabilitas JDK Leverage SKI

Pearson Correlation

CSR 1.000 .249 .134 -.170 -.006 .011

Size .249 1.000 .264 .142 .181 .208

Profitabilitas .134 .264 1.000 .033 .034 .090

JDK -.170 .142 .033 1.000 -.004 -.111

Leverage -.006 .181 .034 -.004 1.000 -.017

SKI .011 .208 .090 -.111 -.017 1.000

Sig. (1-tailed) CSR . .007 .096 .049 .477 .457

Size .007 . .005 .084 .039 .021

Profitabilitas .096 .005 . .374 .372 .192

JDK .049 .084 .374 . .486 .141

Leverage .477 .039 .372 .486 . .433

SKI .457 .021 .192 .141 .433 .

N CSR 96 96 96 96 96 96

Size 96 96 96 96 96 96

Profitabilitas 96 96 96 96 96 96

JDK 96 96 96 96 96 96

Leverage 96 96 96 96 96 96

161

Correlations

CSR Size Profitabilitas JDK Leverage SKI

Pearson Correlation

CSR 1.000 .249 .134 -.170 -.006 .011

Size .249 1.000 .264 .142 .181 .208

Profitabilitas .134 .264 1.000 .033 .034 .090

JDK -.170 .142 .033 1.000 -.004 -.111

Leverage -.006 .181 .034 -.004 1.000 -.017

SKI .011 .208 .090 -.111 -.017 1.000

Sig. (1-tailed) CSR . .007 .096 .049 .477 .457

Size .007 . .005 .084 .039 .021

Profitabilitas .096 .005 . .374 .372 .192

JDK .049 .084 .374 . .486 .141

Leverage .477 .039 .372 .486 . .433

SKI .457 .021 .192 .141 .433 .

N CSR 96 96 96 96 96 96

Size 96 96 96 96 96 96

Profitabilitas 96 96 96 96 96 96

JDK 96 96 96 96 96 96

Leverage 96 96 96 96 96 96

SKI 96 96 96 96 96 96

Variables Entered/Removedb

Model Variables Entered

Variables Removed Method

1 SKI, Leverage, Profitabilitas, JDK, Size

a

. Enter

a. All requested variables entered.

b. Dependent Variable: CSR

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Change Statistics

Durbin-Watson

R Square Change

F Change df1

df Sig. F Change

1 .346a .119 .071 11.81097 .119 2.442 5 90 .040 1.818

a. Predictors: (Constant), SKI, Leverage, Profitabilitas, JDK, Size

b. Dependent Variable: CSR

162

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 1703.319 5 340.664 2.442 .040

a

Residual 12554.921 90 139.499

Total 14258.240 95

a. Predictors: (Constant), SKI, Leverage, Profitabilitas, JDK, Size

b. Dependent Variable: CSR

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 57.948 3.633 15.950 .000

Size .000 .000 .289 2.680 .009 .841 1.189

Profitabilitas .035 .048 .075 .733 .466 .929 1.076

JDK -1.435 .650 -.223 -2.207 .030 .958 1.044

Leverage -.003 .005 -.063 -.624 .534 .963 1.039

SKI -1.911 2.401 -.082 -.796 .428 .932 1.073

a. Dependent Variable: CSR

Coefficient Correlationsa

Model SKI Leverage Profitabilitas JDK Size

1 Correlations SKI 1.000 .062 -.036 .147 -.219

Leverage .062 1.000 .012 .039 -.189

Profitabilitas -.036 .012 1.000 .000 -.246

JDK .147 .039 .000 1.000 -.169

Size -.219 -.189 -.246 -.169 1.000

Covariances SKI 5.765 .001 -.004 .230 -8.674E-5

Leverage .001 2.966E-5 3.219E-6 .000 -1.702E-7

Profitabilitas -.004 3.219E-6 .002 -1.905E-5 -1.940E-6

JDK .230 .000 -1.905E-5 .423 -1.811E-5

Size -8.674E-5 -1.702E-7 -1.940E-6 -1.811E-5 2.728E-8

a. Dependent Variable: CSR

163

Collinearity Diagnosticsa

Model Dimension Eigenvalue Condition

Index

Variance Proportions

(Constant) Size Profitabilitas JDK Leverage SKI

1 1 3.596 1.000 .01 .02 .02 .01 .02 .02

2 .698 2.270 .00 .18 .21 .01 .48 .02

3 .667 2.322 .02 .43 .00 .02 .26 .11

4 .560 2.535 .00 .18 .58 .00 .01 .30

5 .414 2.947 .02 .16 .17 .08 .20 .44

6 .065 7.436 .95 .03 .01 .88 .03 .11

a. Dependent Variable: CSR

Residuals Statisticsa

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Predicted Value 43.4289 69.9735 52.3979 4.23434 96

Std. Predicted Value -2.118 4.151 .000 1.000 96

Standard Error of Predicted Value

1.352 9.137 2.570 1.461 96

Adjusted Predicted Value 44.3652 74.5427 52.4440 4.55925 96

Residual -2.88290E1 34.69767 .00000 11.49596 96

Std. Residual -2.441 2.938 .000 .973 96

Stud. Residual -2.478 2.967 -.002 .996 96

Deleted Residual -2.97119E1 35.39045 -.04605 12.07645 96

Stud. Deleted Residual -2.553 3.106 .001 1.011 96

Mahal. Distance .256 55.866 4.948 8.743 96

Cook's Distance .000 .206 .009 .024 96

Centered Leverage Value .003 .588 .052 .092 96

a. Dependent Variable: CSR

164

165

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized

Residual

N 96

Normal Parametersa Mean .0000000

Std. Deviation 11.49595840

Most Extreme Differences Absolute .085

Positive .085

Negative -.057

Kolmogorov-Smirnov Z .828

Asymp. Sig. (2-tailed) .499

a. Test distribution is Normal.

Correlations

ABSUT Size Profitabilitas JDK Leverage SKI

Pearson Correlation

ABSUT 1.000 -.046 -.116 -.078 -.136 -.041

Size -.046 1.000 .264 .142 .181 .208

Profitabilitas -.116 .264 1.000 .033 .034 .090

JDK -.078 .142 .033 1.000 -.004 -.111

Leverage -.136 .181 .034 -.004 1.000 -.017

SKI -.041 .208 .090 -.111 -.017 1.000

Sig. (1-tailed) ABSUT . .328 .131 .225 .093 .346

Size .328 . .005 .084 .039 .021

Profitabilitas .131 .005 . .374 .372 .192

JDK .225 .084 .374 . .486 .141

Leverage .093 .039 .372 .486 . .433

SKI .346 .021 .192 .141 .433 .

N ABSUT 96 96 96 96 96 96

Size 96 96 96 96 96 96

Profitabilitas 96 96 96 96 96 96

JDK 96 96 96 96 96 96

Leverage 96 96 96 96 96 96

SKI 96 96 96 96 96 96

166

Variables Entered/Removedb

Model Variables Entered

Variables Removed Method

1 SKI, Leverage, Profitabilitas, JDK, Size

a

. Enter

a. All requested variables entered.

b. Dependent Variable: ABSUT

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

Change Statistics

Durbin-

Watson R Square Change F Change df1 df2

Sig. F

Change

1 .198a .039 -.014 7.61138 .039 .731 5 90 .602 1.988

a. Predictors: (Constant), SKI, Leverage, Profitabilitas, JDK, Size

b. Dependent Variable: ABSUT

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 211.826 5 42.365 .731 .602

a

Residual 5213.979 90 57.933

Total 5425.805 95

a. Predictors: (Constant), SKI, Leverage, Profitabilitas, JDK, Size

b. Dependent Variable: ABSUT

167

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Correlations Collinearity Statistics

B Std. Error Beta

Zero-order Partial Part Tolerance VIF

1 (Constant)

11.626 2.341 4.966 .000

Size 2.894E-5 .000 .031 .272 .786 -.046 .029 .028 .841 1.189

Profitabilitas

-.032 .031 -.112 -1.041 .301 -.116 -.109 -

.108 .929 1.076

JDK -.335 .419 -.085 -.800 .426 -.078 -.084

-.083

.958 1.044

Leverage

-.005 .004 -.139 -1.321 .190 -.136 -.138 -

.137 .963 1.039

SKI -.711 1.547 -.049 -.459 .647 -.041 -.048

-.047

.932 1.073

a. Dependent Variable:

ABSUT

Coefficient Correlationsa

Model SKI Leverage Profitabilitas JDK Size

1 Correlations SKI 1.000 .062 -.036 .147 -.219

Leverage .062 1.000 .012 .039 -.189

Profitabilitas -.036 .012 1.000 .000 -.246

JDK .147 .039 .000 1.000 -.169

Size -.219 -.189 -.246 -.169 1.000

Covariances SKI 2.394 .000 -.002 .095 -3.602E-5

Leverage .000 1.232E-5 1.337E-6 5.702E-5 -7.067E-8

Profitabilitas -.002 1.337E-6 .001 -7.911E-6 -8.057E-7

JDK .095 5.702E-5 -7.911E-6 .175 -7.522E-6

Size -3.602E-5 -7.067E-8 -8.057E-7 -7.522E-6 1.133E-8

a. Dependent Variable: ABSUT

Collinearity Diagnosticsa

Model Dimension Eigenvalue

Condition Index

Variance Proportions

(Constant) Size Profitabilitas JDK Leverage SKI

1 1 3.596 1.000 .01 .02 .02 .01 .02 .02

2 .698 2.270 .00 .18 .21 .01 .48 .02

3 .667 2.322 .02 .43 .00 .02 .26 .11

4 .560 2.535 .00 .18 .58 .00 .01 .30

5 .414 2.947 .02 .16 .17 .08 .20 .44

6 .065 7.436 .95 .03 .01 .88 .03 .11

a. Dependent Variable: ABSUT

168

Residuals Statisticsa

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Predicted Value 2.8323 10.7259 8.6175 1.49323 96

Std. Predicted Value -3.874 1.412 .000 1.000 96

Standard Error of Predicted Value

.872 5.888 1.656 .942 96

Adjusted Predicted Value 2.1005 11.0706 8.6395 1.61043 96

Residual -9.18972 25.46221 .00000 7.40837 96

Std. Residual -1.207 3.345 .000 .973 96

Stud. Residual -1.218 3.379 -.001 .992 96

Deleted Residual -9.34919 25.97059 -.02196 7.71650 96

Stud. Deleted Residual -1.221 3.595 .006 1.012 96

Mahal. Distance .256 55.866 4.948 8.743 96

Cook's Distance .000 .109 .007 .016 96

Centered Leverage Value .003 .588 .052 .092 96

a. Dependent Variable: ABSUT