Diana Pima Nasution : Pengaruh Sistem Jarak Tanam Dan Metode Pengendalian Gulma Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Varietas DK3, 2009. USU Repository © 2009
PENGARUH SISTEM JARAK TANAM DAN METODE PENGENDALIAN GULMA TERHADAP PERTUMBUHAN
DAN PRODUKSI JAGUNG (Zea mays L.) VARIETAS DK3
SKRIPSI
OLEH :
DIANA PIMA NASUTION 040301017
BDP – AGR
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
Diana Pima Nasution : Pengaruh Sistem Jarak Tanam Dan Metode Pengendalian Gulma Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Varietas DK3, 2009. USU Repository © 2009
PENGARUH SISTEM JARAK TANAM DAN METODE PENGENDALIAN GULMA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN
PRODUKSI JAGUNG (Zea mays L.) VARIETAS DK3
SKRIPSI
Oleh
DIANA PIMA NASUTION 040301017
BDP – AGR
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
Medan
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
Diana Pima Nasution : Pengaruh Sistem Jarak Tanam Dan Metode Pengendalian Gulma Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Varietas DK3, 2009. USU Repository © 2009
Judul Skripsi : Pengaruh Sistem Jarak Tanam dan Metode
Pengendalian Gulma Terhadap Pertumbuhan dan
Produksi Jagung (Zea mays L.) Varietas DK3
Nama : Diana Pima Nasution
NIM : 040301017
Departemen : Budidaya Pertanian
Program Studi : Agronomi
Disetujui Oleh
Komisi Pembimbing
Disetujui Oleh : Disetujui Oleh :
(Ir. Edison Purba, Ph.D) (Ir. Sabar Ginting, MS) Ketua Komisi Pembimbing Anggota Komisi Pembimbing NIP. 131 570 441 NIP. 130 535 855
Mengetahui,
(Ir. Edison Purba, Ph.D) Ketua Departemen NIP. 131 570 441
i Diana Pima Nasution : Pengaruh Sistem Jarak Tanam Dan Metode Pengendalian Gulma Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Varietas DK3, 2009. USU Repository © 2009
ABSTRACT
This research is proposed to find out the influenced of row space system and method of weeding on growth and production of maize (Zea mays L.), DK3 variety. The research was held in Namo Rambe Village, started from Juni 2008 until September 2008. The design use Separated Design Frame with 2 aspects. The first aspect as a mainframe is row space system consist of three stages, those are single row (25 cm x 60 cm), double row (25 cm x 25 cm x 60 cm) and triangle row ( 25 cm x 25 cm x 25 cm). The second factor as subordinate frame is the method of weeding consist of five (5) method , without weeding, clean weeding, manual weeding, chemist weeding with glifosat and chemist weeding with paraquat. Row space system perform real effects to plant height 8 MST, production per plant, percentage of plant with two ears per plot, and production per hectare, but not gave any influenced to plan height 2, 4, and 6 MST, amount of chlorofil, 100 grain weight, harvest indeks, percentage of maize damage, and percentage of maize heal. The method of weeding really influenced on plant height 4, 6 and 8 MST old, age of tasseling, 100 grain weight, production per plant, percentage of plant with two ears per plot, and production perhectare, but not influenced on plant height 2 MST, amount of chlorofil, harvest indeks, percentage of maize damage and percentage of maize heal. The interaction between row space system with method of weeding give real effect on percentage of plant with two ears per plot and production per plant, but do not give real effect on plant height 2, 4, 6 and 8 MST, amount of chlorofil, age of tasseling, 100 grain weight, production per plant, production per hectare, harvest index, percentage of maize damage and percentage of maize heal. Keywords: row space system, method of weeding, maize..
ii Diana Pima Nasution : Pengaruh Sistem Jarak Tanam Dan Metode Pengendalian Gulma Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Varietas DK3, 2009. USU Repository © 2009
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh sistem jarak tanam dan Metode pengendalian gulma terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman jagung (Zea mays L.) varietas DK3. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Namo Rambe, dimulai pada bulan Juni 2008 dan selesai pada bulan September 2008. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Petak Terpisah faktorial dengan 2 faktor perlakuan. Faktor pertama sebagai petak utama adalah sistem jarak tanam terdiri dari 3 taraf yaitu satu baris (25 cm x 60 cm), dua baris (25 cm x 25 cm x 60 cm) dan baris segitiga (25 cm x 25 cm x 25 cm). Faktor kedua sebagai anak petak adalah metode pengendalian gulma terdiri dari 5 taraf, yaitu tanpa penyiangan, bebas gulma, pengendalian manual, pengendalian kimia dengan disemprot paraquat, dan pengendalian kimia dengan disemprot glifosat. Sistem Jarak tanam berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman 8 MST, produksi per tanaman, persentase jumlah tanaman bertongkol dua per tanaman, dan produksi per hektar, tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman 2, 4, dan 6 MST, jumlah klorofil, umur berbunga, bobot 100 biji, nilai indeks panen, persentase kerusakan tanaman jagung dan persentase pemulihan tanaman jagung. Metode pengendalian gulma berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman 4, 6, dan 8 MST, umur berbunga, bobot 100 biji, produksi per tanaman, persentase jumlah tanaman bertongkol dua per plot, dan produksi per hektar, tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman 2 MST, jumlah klorofil, nilai indeks panen, persentase kerusakan tanaman jagung dan persentase pemulihan tanaman jagung. Interaksi antara sistem jarak tanam dengan metode pengendalian gulma berpengaruh nyata terhadap persentase jumlah tanaman bertongkol dua per plot dan produksi per hektar, tetapi tidak nyata terhadap tinggi tanaman 2, 4, 6 dan 8 MST, jumlah klorofil, umur berbunga, bobot 100 biji, produksi per tanaman, persentase kerusakan tanaman jagung dan persentase pemulihan tanaman jagung. Kata kunci : sistem jarak tanam, metode pengendalian gulma, jagung.
iii Diana Pima Nasution : Pengaruh Sistem Jarak Tanam Dan Metode Pengendalian Gulma Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Varietas DK3, 2009. USU Repository © 2009
RIWAYAT HIDUP
Diana Pima Nasution, lahir pada tanggal 18 September 1986 di Medan,
Kelurahan Pangkalan Mashur, Kecamatan Medan Johor, Kotamadya Medan,
Provinsi Sumatera Utara, anak ke-2 dari 5 bersaudara, puteri dari ayahanda
Pijor Nasution dan ibunda Duma Sari Rambe.
Adapun pendidikan yang pernah ditempuh hingga saat ini adalah Pendidikan
Dasar di SD Swasta Al-Azhar Medan lulus tahun 1998, Pendidikan Menengah
Pertama di SLTP Swasta Al-Azhar Medan lulus tahun 2001, Pendidikan Menengah
Atas di SMU Negeri 1 Medan lulus tahun 2004 dan terdaftar sebagai mahasiswa
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan pada tahun 2004 melalui
Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) pada Departemen Budidaya Pertanian
Program Studi Agronomi.
Melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) periode Juni 2007 sampai Juli
2007 di PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate Dolok Merangir, Kabupaten
Simalungun.
iv Diana Pima Nasution : Pengaruh Sistem Jarak Tanam Dan Metode Pengendalian Gulma Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Varietas DK3, 2009. USU Repository © 2009
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan skripsi ini.
Skripsi ini disusun berdasarkan hasil penelitian yang berjudul “Pengaruh
Sistem Jarak Tanam dan Pengendalian Gulma Terhadap Pertumbuhan dan Produksi
Jagung (Zea mays L.) Varietas DK3” yang merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera
Utara, Medan.
Penelitian dan skripsi ini tidak akan selesai dengan baik tanpa adaya bantuan
dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1. Kedua orang tua penulis yang telah memberi dukungan serta motivasi baik
materil maupun spiritual. Kepada ayah dan mama penulis menyampaikan rasa
sayang yang terdalam atas semua perjuangan yang diberikan.
2. Bapak Ir. Edison Purba, Ph.D sebagai Ketua Komisi Pembimbing dan
Ibu Hj. Ir. Sabar Ginting, MS sebagai Anggota Komisi Pembimbing yang telah
memberi banyak saran, petunjuk, bimbingan, arahan serta kepercayaan kepada
penulis sehingga dapat menyelesaikan penelitian dan skripsi ini.
v Diana Pima Nasution : Pengaruh Sistem Jarak Tanam Dan Metode Pengendalian Gulma Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Varietas DK3, 2009. USU Repository © 2009
3. Kepada Kakak Timah, Andi, Efrida, dan Dewi serta Danil dan Susi yang telah
memberikan semangat, bantuan, kritik, saran dan menampung keluh kesah
penulis selama melaksanakan penelitian serta menyelesaikan skripsi ini.
4. Kepada teman-teman: Ophi, Sylvia, Toto, Gugun, Benget, Dinan, Papao, Wulan,
Imong, Ati, Ani, Lia, Mono, Sony, Penger, Mamang, Difa, Eko dan seluruh
keluarga besar HIMADITA atas semangat, doa, motivasi, dan rasa kekeluargaan
yang telah membantu penulis selama perkuliahan, penelitian dan penyusunan
skripsi ini
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu
penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan
skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.
Medan, Februari 2009
Penulis
vi Diana Pima Nasution : Pengaruh Sistem Jarak Tanam Dan Metode Pengendalian Gulma Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Varietas DK3, 2009. USU Repository © 2009
DAFTAR ISI
ABSTRACT ..............................................................................................i ABSTRAK ................................................................................................ii RIWAYAT HIDUP...................................................................................iii KATA PENGANTAR ..............................................................................iv DAFTAR ISI .............................................................................................vi DAFTAR TABEL .....................................................................................viii DAFTAR GAMBAR ................................................................................ix DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. PENDAHULUAN Latar Belakang ..............................................................................1 Tujuan Percobaan ..........................................................................2 Hipotesa Percobaan .......................................................................3 Kegunaan Percobaan .....................................................................3 TINJAUAN PUSTAKA Sistem Jarak Tanam ......................................................................4 Kompetisi .....................................................................................6 Pengendalian Gulma .....................................................................8 Herbisida.......................................................................................10 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan .......................................................13 Bahan dan Alat..............................................................................13
vii Diana Pima Nasution : Pengaruh Sistem Jarak Tanam Dan Metode Pengendalian Gulma Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Varietas DK3, 2009. USU Repository © 2009
Metode Percobaan .........................................................................13 PELAKSANAAN PERCOBAAN Persiapan Lahan ............................................................................16 Penanaman ....................................................................................16 Pemeliharaan.................................................................................17 Penyulaman ..........................................................................17 Pemupukan ...........................................................................17 Penyiraman ..........................................................................17 Pengendalian Gulma .............................................................17
Pengendalian Hama dan Penyakit .........................................18
Panen .............................................................................................18 Pengeringan dan Pemipilan...................................................18
Pengamatan Parameter ..................................................................18 Tinggi Tanaman ...................................................................18 Jumlah Klorofil Daun Jagung ...............................................19 Umur Berbunga ....................................................................19 Persentase Jumlah Tanaman Bertongkol Dua Perplot............19 Bobot 100 Biji ......................................................................19 Nilai Indeks Panen................................................................19 Produksi per Tanaman ..........................................................19 Produksi per Hektar ..............................................................20 Persentase Kerusakan Tanaman Jagung ................................20 Persentase Pemulihan Tanaman Jagung ................................20 Gulma dalam Barisan ...........................................................21 Gulma antar Barisan .............................................................21 Bobot Kering Gulma dalam Barisan .....................................21 Bobot Kering Gulma antar Barisan .......................................22
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil .............................................................................................23 Pembahasan ..................................................................................48
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ...................................................................................55 Saran .............................................................................................55
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
viii Diana Pima Nasution : Pengaruh Sistem Jarak Tanam Dan Metode Pengendalian Gulma Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Varietas DK3, 2009. USU Repository © 2009
DAFTAR TABEL
NO JUDUL TABEL HALAMAN 1 2 3 4 5 6 7 8
Rataan Pengaruh Sistem Jarak Tanam dan Metode Pengendalian Gulma Terhadap Tinggi Tanaman Jagung umur 2, 4, 6 dan 8 MST…………………………………. Rataan Pengaruh Sistem Jarak Tanam dan Metode Pengendalian Gulma Terhadap Jumlah Klorofil………… Rataan Pengaruh Sistem Jarak Tanam dan Metode Pengendalian Gulma Terhadap Umur Berbunga………... Rataan Pengaruh Sistem Jarak Tanam dan Metode Pengendalian Gulma Terhadap Bobot 100 Biji…………. Rataan Pengaruh Sistem Jarak Tanam dan Metode Pengendalian Gulma Terhadap Produksi Pertanaman…... Rataan Pengaruh Sistem Jarak Tanam dan Metode Pengendalian Gulma Terhadap Persentase Jumlah Tanaman bertongkol dua perplot………………………… Rataan Pengaruh Sistem Jarak Tanam dan Metode Pengendalian Gulma Terhadap Produksi Perhektar……... Rataan Pengaruh Sistem Jarak Tanam dan Metode Pengendalian Gulma Terhadap Nilai Indeks Panen……..
23 25 26 27 28 30 32 34
ix Diana Pima Nasution : Pengaruh Sistem Jarak Tanam Dan Metode Pengendalian Gulma Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Varietas DK3, 2009. USU Repository © 2009
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Rataan Pengaruh Sistem Jarak Tanam dan Metode Pengendalian Gulma Terhadap Persentase Kerusakan Tanaman Jagung…………………………………………. Rataan Pengaruh Sistem Jarak Tanam dan Metode Pengendalian Gulma Terhadap Persentase Pemulihan Tanaman Jagung…………………………………………. Data Identifikasi Gulma Dalam Barisan Sebelum Perlakuan………………………………………………… Data Identifikasi Gulma Dalam Barisan Saat Panen……. Data Suksesi Identifikasi Gulma Dalam Barisan Sebelum Perlakuan dan Saat Panen………………………….......... Data Identifikasi Gulma Antar Barisan Sebelum Perlakuan………………………………………………… Data Identifikasi Gulma Antar Barisan Saat Panen……... Data Suksesi Identifikasi Gulma Antar Barisan Sebelum Perlakuan dan Saat Panen……………………………….. Data Bobot Kering Gulma Dalam Barisan………………. Data Bobot Kering Gulma Antar Barisan………………
35 35 36 37 39 40 42 44 45 47
x Diana Pima Nasution : Pengaruh Sistem Jarak Tanam Dan Metode Pengendalian Gulma Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Varietas DK3, 2009. USU Repository © 2009
DAFTAR GAMBAR NO JUDUL GAMBAR HALAMAN 1 2 3 4 5 6 7 8
Bagan Sistem Jarak Tanam………………………………... Pengaruh Sistem Jarak Tanam Terhadap Tinggi Tanaman 8 MST…………………………………………………… Pengaruh Metode Pengendalian Gulma Terhadap Tinggi Tanaman umur 8 MST………………………………….. Pengaruh Metode Pengendalian Gulma Terhadap Umur Berbunga………………………………………………… Pengaruh Metode Pengendalian Gulma Terhadap Bobot 100 Biji…………………………………………………... Pengaruh Sistem Jarak Tanam Terhadap Produksi Per Tanaman…………………………………………………… Pengaruh Metode Pengendalian Gulma Terhadap Produksi Per Tanaman………………………………………………. Pengaruh Sistem Jarak Tanam Terhadap Persentase Jumlah Tanaman Jagung Bertongkol dua perplot…………
16 24 25 26 28 29 29 30
xi Diana Pima Nasution : Pengaruh Sistem Jarak Tanam Dan Metode Pengendalian Gulma Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Varietas DK3, 2009. USU Repository © 2009
9 10 11 12 13
Pengaruh Metode Pengendalian Gulma Terhadap Persentase Jumlah Tanaman Jagung Bertongkol dua perplot……………………………………………………… Pengaruh Interaksi Sistem Jarak Tanam dan Metode Pengendalian Gulma Terhadap Persetase Jumlah Tanaman Bertongkol Dua Per Plot…………………………………... Pengaruh Sistem Jarak Tanam Terhadap Produksi Perhektar…………………………………………………… Pengaruh Metode Pengendalian Gulma Terhadap Produksi Per Hektar………………………………………………….. Pengaruh Sistem Jarak Tanam dan Metode Pengendalian Gulma Terhadap Produksi perhektar……………………….
31 32 33 33 34
DAFTAR LAMPIRAN
NO JUDUL LAMPIRAN HALAMAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Data Pengamatan Tinggi Tanaman 2 MST……………… Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 2 MST…………… Data Pengamatan Tinggi Tanaman 4 MST……………… Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 4 MST…………… Data Pengamatan Tinggi Tanaman 6 MST……………… Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 6 MST…………… Data Pengamatan Tinggi Tanaman 8 MST……………… Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 8 MST…………… Data Pengamatan Jumlah Klorofil………………………. Daftar Sidik Ragam Jumlah Klorofil…………………….
59 59 60 60 61 61 62 62 63 63
xii Diana Pima Nasution : Pengaruh Sistem Jarak Tanam Dan Metode Pengendalian Gulma Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Varietas DK3, 2009. USU Repository © 2009
11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Data Pengamatan Umur Berbunga………………………. Daftar Sidik Ragam Umur Berbunga……………………. Data Pengamatan Bobot 100 Biji………………………... Daftar Sidik Ragam Bobot 100 Biji……………………... Data Pengamatan Produksi Per Tanaman……………….. Daftar Sidik Ragam Produksi Per Tanaman…………….. Data Pengamatan Jumlah Tanaman Jagung Bertongkol dua perplot……………………………………………….. Daftar Sidik Ragam Jumlah Tanaman Jagung Bertongkol dua perplot……………………………………………….. Data Pengamatan Produksi Per Hektar………………….. Daftar Sidik Ragam Produksi Per Hektar……………….. Data Pengamatan Nilai Indeks Panen…………………… Daftar Sidik Ragam Nilai Indeks Panen………………… Data Pengamatan Persentase Kerusakan Tanaman Jagung Daftar Sidik Ragam Persentase Kerusakan Tanaman Jagung……………………………………………………. Data Pengamatan Persentase Pemulihan Tanaman Jagung Daftar Sidik Ragam Persentase Pemulihan Tanaman Jagung……………………………………………………. Data Pengamatan Gulma Dalam Barisan (Sebelum Perlakuan)………………………………………………… Data Pengamatan Gulma Dalam Barisan (Setelah Perlakuan)…………………………………………………. Data Suksesi gulma Dalam Barisan Sebelum dan Sesudah Perlakuan…………………………………………………… Data Pengamatan Gulma Antar Barisan (Sebelum Perlakuan)………………………………………………….
64 64 65 65 66 66 67 67 68 68 69 69 70 70 71 71 72 73 74 75
xiii Diana Pima Nasution : Pengaruh Sistem Jarak Tanam Dan Metode Pengendalian Gulma Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Varietas DK3, 2009. USU Repository © 2009
31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47
Data Pengamatan Gulma Antar Barisan (Setelah Perlakuan)…………………………………………………. Data Suksesi gulma Antar Barisan Sebelum dan Sesudah Perlakuan…………………………………………………… Data Pengamatan Bobot Kering Gulma Dalam Barisan….. Data Pengamatan Bobot Kering Gulma Antar Barisan…… Rangkuman Rataan Sistem Jarak Tanam dan Metode Pengendalian Gulma……………………………………… Deskripsi Tanaman Jagung (Zea mays L.) Varietas DK3… Analisis Tanah Lahan Penelitian…………………………. Data Cuaca BMG………………………………………… Bagan Plot Penelitian……………………………………... Bagan Sistem Jarak Tanam Dalam Plot…………………... Jadwal Kegiatan Mingguan……………………………….. Model Sidik Ragam……………………………………….. Foto Hasil Tongkol Tanaman Jagung Penelitian…………. Foto Biji Pipilan Kering…………………………………... Foto Brangkasan Kering Tanaman Jagung……………….. Foto Tanaman Yang Rusak Akibat Perlakuan Herbisida…. Foto Plot Penelitian……………………………………….
76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 90 91 92 93
xiv Diana Pima Nasution : Pengaruh Sistem Jarak Tanam Dan Metode Pengendalian Gulma Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Varietas DK3, 2009. USU Repository © 2009
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Di Indonesia jagung merupakan bahan pangan kedua setelah padi. Selain itu,
jagung juga digunakan sebagai bahan baku industri pakan dan industri lainnya.
Seiring pertambahan penduduk, mengakibatkan permintaan jagung di dalam negeri
terus meningkat dari tahun ke tahun. Untuk memenuhinya, diperlukan langkah
peningkatan produksi jagung.
Menurut Badan Pusat Statistik (2008), produksi jagung di Indonesia tahun
2007 sebesar 13.279.794 ton pipilan kering atau naik sebesar 14,38% dibandingkan
dengan produksi tahun 2006. Kenaikan produksi jagung terutama disebabkan oleh
adanya perubahan varietas yang ditanam petani dari varietas lokal ke varietas
hibrida. Banyak jagung hibrida yang telah dikeluarkan dan salah satunya jagung
hibrida Dekalb varietas DK3 oleh perusahaan Monsanto. Diharapkan, kehadiran
varietas ini bisa membawa dampak positif terhadap peningkatan hasil panen petani
jagung. Sesuai dengan hasil yang diperlihatkan dari demplot di Keltan Pantai
Camin, yang mampu meningkatkan hasil panen dari 6 ton perhektar pada benih
lokal menjadi 10,3 ton perhektar (Yun, 2008).
Selain penggunaan varietas hibrida, altenatif lain yang dapat digunakan
untuk meningkatkan produksi jagung adalah dengan peningkatan populasi melalui
sistem jarak tanam. Sistem jarak tanam yang umum digunakan adalah satu baris, dan
seiring peningkatan permintaan jagung maka mulai diterapkan pertanaman dua baris
karena mampu memberikan hasil yang lebih besar (Stalcup, 2008). Baris segitiga
juga menjadi perhatian petani untuk meningkatkan produksi per satuan lahan.
2
Populasi yang lebih banyak pada baris segitiga meningkatkan produksi berkisar
8,98% dibandingkan satu baris dan 4,59% dengan dua baris (Cox et al, 2006)
Pemakaian varietas hibrida serta penambahan populasi tidak akan
memberikan hasil yang optimal tanpa disertai pengendalian tanaman pengganggu
(gulma). Keberadaan gulma merupakan masalah yang terus menghadang
dalam budidaya jagung. Kehadiran gulma dapat secara nyata menekan pertumbuhan
dan produksi karena menjadi pesaing dalam memperebutkan unsur hara serta
cahaya matahari, sehingga mampu menurunkan produksi sebesar 48 %
(Tanveer et al, 1999).
Untuk mengatasinya telah dilakukan berbagai metode pengendalian seperti
secara mekanis dengan mencabut ataupun membabat, membakar, menggenangi,
memakai mulsa, musuh alami, rotasi tanaman dan penyemprotan herbisida (Fadhly
dan Tabri, 2007). Masing-masing metode tersebut memiliki kelebihan dan
kekurangan, namun yang sering dilakukan para petani jagung adalah dengan
mekanis serta penggunaan herbisida. Akan tetapi, tidak diketahui secara pasti
metode yang mampu memberikan produksi lebih optimal.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik melakukan penelitian yang
berjudul pengaruh sistem jarak tanam dan metode pengendalian gulma terhadap
pertumbuhan dan produksi jagung (Zea mays L.) varietas DK3.
Tujuan Penelitian
Penelitian bertujuan untuk mengevaluasi sistem jarak tanam dan metode
pengendalian gulma yang optimal terhadap pertumbuhan dan produksi
jagung (Zea mays L.) varietas DK3.
3
Hipotesis Penelitian
1. Ada pengaruh sistem jarak tanam tanam terhadap pertumbuhan dan produksi
jagung (Zea mays L.) varietas DK3
2. Ada pengaruh metode pengendalian gulma terhadap pertumbuhan dan produksi
jagung (Zea mays L.) varietas DK3
3. Interaksi sistem jarak tanam tanam dan metode pengendalian
gulma berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman
jagung (Zea mays L.) varietas DK3
Kegunaan Penelitian
Untuk mendapatkan informasi tentang jarak tanam dan metode pengendalian
gulma yang mampu memberikan pertumbuhan dan produksi jagung yang
optimal agar dapat diterapkan oleh masyarakat.
4
TINJAUAN PUSTAKA
Sistem Jarak Tanam
Produsen jagung terus mencari metode yang dapat meningkatkan hasil lahan,
mengurangi biaya, ataupun kombinasi keduanya. Jumlah tanaman pada lahan,
sebagai akibat kerapatan tanaman ataupun jarak tanam masih menjadi perhatian
selama beberapa dekade. Dengan penambahan kerapatan, maka jarak tanam menjadi
lebih dekat dan meningkatkan persaingan antar tanaman (Farnham, 1999).
Tajuk tanaman, perakaran serta kondisi tanah menentukan jarak antar
tanaman. Hal ini berkaitan dengan penyerapan sinar matahari dan penyerapan unsur
hara oleh tanaman, sehingga akan mempengaruhi pertumbuhan dan produksi
tanaman. Tanaman dengan jarak yang lebih sempit mendapatkan sinar matahari dan
unsur hara yang cukup karena persaingan antar tanaman lebih kecil. Seperti yang
didapatkan oleh Barbieri, et al (2000) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa
jarak yang lebih sempit mampu meningkatkan produksi secara nyata. Namun, hasil
yang berbeda didapatkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Pedersen and Lauer
(2003) bahwa jarak yang lebih sempit menurunkan produksi hingga 11 %
dibandingkan dengan jarak yang lebih lebar.
Penyebab perbedaan hasil dari pengaruh jarak tanam terhadap pertumbuhan
dan produksi jagung belum diketahui secara pasti. Menurut Barbieri et al (2000),
faktor iklim mempengaruhi produksi jagung pada jarak tanam yang berbeda.
Dengan curah hujan yang lebih banyak akan menghasilkan produksi jagung lebih
tinggi pada jarak yang lebih sempit. Namun, berbeda halnya oleh Westgate (1997)
5
yaitu jarak tanam tidak memberikan pengaruh pada produksi jagung karena
tergantung pada intersepsi radiasi sinar matahari.
Dengan jarak tanam yang lebih sempit akan meningkatkan kerapatan
populasi jagung yang diharapkan mampu meningkatkan produksi per satuan luas
lahan. Kerapatan tanam harus diatur dengan jarak tanam sehingga tidak terjadi
persaingan antar tanaman, mudah memeliharanya dan mengurangi biaya. Kerapatan
tanaman mempengaruhi penampilan dan produksi tanaman, terutama karena
koefisien penggunaan cahaya. Tanaman memberikan respon dengan mengurangi
ukuran baik pada seluruh tanaman maupun pada bagian-bagian tertentu (Setyati,
1983). Sehingga perlu diperhatikan ada kemungkinan akan terjadi penurunan hasil
karena produksi per tanaman akan menurun. Jumlah populasi tanaman per hektar
merupakan faktor penting untuk mendapatkan hasil maksimal. Produksi maksimal
dicapai bila menggunakan jarak tanam yang sesuai. Semakin tinggi tingkat
kerapatan suatu pertanaman mengakibatkan semakin tinggi tingkat persaingan antar
tanaman dalam hal mendapatkan unsur hara dan cahaya. Liu et al (2004)
menyatakan jika peningkatan populasi masih di bawah peningkatan kompetisi maka
peningkatan produksi akan tercapai pada populasi yang lebih padat.
Sistem jarak tanam mempengaruhi cahaya, CO2,, angin dan unsur hara yang
diperoleh tanaman sehingga akan berpengaruh pada proses fotosintesa yang pada
akhirnya memberikan pengaruh yang berbeda pada parameter pertumbuhan dan
produksi jagung (Barri, 2003). Jarak yang lebih sempit mampu meningkatkan
produksi per luas lahan dan jumlah biji namun menurunkan bobot biji
(Maddonni et al, 2006). Sedangkan menurut Liu et al (2004) variasi jarak tanam
berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun, tinggi tanaman, indeks luas daun ,
indeks panen serta jumlah tongkol namun berpengaruh nyata terhadap produksi per
6
ha. Peningkatan produksi akibat pengurangan jarak juga didapatkan oleh
Andrade et al (2002) yaitu ketika jarak antar tanaman berkurang, persentase
peningkatan produksi per lahan secara nyata ditentukan oleh persentase peningkatan
intersepsi cahaya matahari.
Dari hasil penelitian yang dilakukan Simamora (2007), perlakuan jarak
tanam berpengaruh nyata terhadap hasil jagung perplot. Jarak tanam 60 cm x 25 cm
(3512,86 g) memberikan hasil lebih besar dibandingkan 75 cm x 25 cm (2853,33 g)
dan 90 cm x 25 cm (2474,67 g). Jarak tanam yang semakin renggang akan
menyebabkan penurunan hasil sebesar 15% pada jarak tanam 75 cm x 25 cm dan
29% pada jarak tanam 90 cm x 25 cm. Besarnya produksi dipengaruhi oleh jumlah
populasi tanaman. Untuk meningkatkan hasil biji tanaman jagung salah satunya
adalah dapat dilakukan dengan penambahan tingkat kerapatan tanaman persatuan
luas. Jarak tanam yang lebih renggang menghasilkan hasil yang lebih besar per
tanaman, namun pada jarak tanam yang lebih sempit sampai batas tertentu akan
menghasilkan hasil lebih besar. Perlakuan 60 cm x 25 cm belum menimbulkan
persaingan yang nyata antar tanaman jagung sehingga hasilnya lebih besar
dibandingkan dengan perlakuan jarak tanam 75 cm x 25 cm dan 90 cm x 25 cm.
Kompetisi
Kompetisi berasal dari kata competere yang berarti mencari atau mengejar
sesuatu yang secara bersamaan dibutuhkan oleh lebih dari satu pencari. Persaingan
(kompetisi) timbul dari reaksi tanaman pada faktor fisik dan pengaruh faktor yang
dimodifikasikan pada pesaing-pesaingnya. Dua tanaman meskipun tumbuh
berdekatan, tidak akan saling bersaing bila bahan yang diperebutkan jumlahnya
berlebihan. Kehadiran gulma di sekitar tanaman budidaya tidak dapat di elakkan,
7
terutama bila lahan pertanaman tersebut tidak dikendalikan. Sebagai tumbuhan,
gulma juga memerlukan persyaratan tumbuh seperti halnya tanaman lain,
membutuhkan cahaya, nutrisi, air, gas CO2 dan gas lainnya serta ruang. Persyaratan
tumbuh yang sama atau hampir sama bagi gulma dan tanaman dapat mengakibatkan
terjadinya asosiasi gulma di sekitar tanaman budidaya. Gulma yang berasosiasi akan
saling memperebutkan bahan-bahan yang dibutuhkannya, bila jumlahnya sangat
terbatas bagi kedua tanaman (Moenandir, 1993).
Gulma dan tanaman saling bersaing dalam menyerap unsur hara terutama
nitrogen, dan karena nitrogen dibutuhkan dalam jumlah yang banyak, maka unsur
ini lebih cepat habis terpakai. Gulma menyerap lebih banyak unsur hara daripada
pertanaman. Pada bobot kering yang sama, gulma mengandung kadar nitrogen dua
kali lebih banyak daripada jagung; fosfat 1,5 kali lebih banyak; kalium 3,5 kali lebih
banyak; kalsium 7,5 kali lebih banyak dan magnesium lebih dari 3 kali
(http://fp.uns.ac.id/~hamasains/dasarperlintan-4.htm, 2006).
Tingkat persaingan antara tanaman dan gulma bergantung pada empat faktor
yaitu stadia pertumbuhan tanaman, kepadatan gulma, tingkat cekaman air dan hara
serta spesies gulma. Jika dibiarkan, gulma berdaun lebar dan dan rumputan dapat
secara nyata menekan pertumbuhan dan perkembangan jagung. Gulma menyaingi
tanaman terutama dalam memperoleh air, hara dan cahaya. Tanaman jagung sangat
peka terhadap tiga faktor ini selama periode kritis antara stadia V3 dan V8, yaitu
stadia pertumbuhan jagung di mana daun ke-3 dan ke-8 telah terbentuk. Sebelum
stadia V3, gulma hanya menganggu tanaman jagung jika gulma tersebut lebih besar
dari tanaman jagung atau pada saat tanaman mengalami cekaman kekeringan.
Antara stadia V3-V8, tanaman jagung membutuhkan periode yang tidak tertekan
oleh gulma. Setelah V8 hingga matang, tanaman telah cukup besar sehingga
8
menaungi dan menekan pertumbuhan gulma. Pada stadia lanjut, gulma dapat
mengakibatkan kerugian jika terjadi cekaman air dan hara, atau gulma tumbuh pesat
dan menaungi tanaman (Lafitte, 1994).
Pengendalian Gulma
Tanaman memerlukan penyiangan sempurna untuk mencegah pertumbuhan
gulma. Penyiangan yang tepat dilakukan sebelum gulma menghambat penyerapan
zat-zat makanan dari tanah. Penundaan penyiangan sampai gulma berbunga
menyebabkan pembongkaran akar gulma tidak maksimum dan gagal mencegah
tumbuhnya biji-biji gulma yang viabel sehingga memberi kesempatan untuk
perkembangbiakan dan penyebarannya. Kompetisi (Sukman dan Yakup, 1995). Hal
ini diperlihatkan oleh Tanveer et al (1999) yaitu waktu kompetisi berpengaruh nyata
terhadap jumlah biji per tongkol, bobot 1000 biji jagung serta produksi per ha tetapi
berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah tanaman bertongkol dua. Pengendalian
gulma pada saat jagung masih muda (20 hari setelah tanam) memberikan hasil
terbaik pada semua parameter tersebut.
Dalam pertumbuhan tanaman terdapat selang waktu tertentu dimana tanaman
sangat peka terhadap persaingan gulma. Keberadaan atau munculnya gulma pada
periode waktu tertentu dengan kepadatan yang tinggi yaitu tingkat ambang kritis
akan menyebabkan penurunan hasil secara nyata. Periode waktu dimana tanaman
peka terhadap persaingan dengan gulma dikenal sebagai periode kritis. Dalam
periode kritis, adanya gulma yang tumbuh di sekitar tanaman harus dikendalikan
agar tidak menimbulkan pengaruh negatif terhadap pertumbuhan dan hasil akhir
tanaman. Persaingan gulma terhadap pertanaman terjadi dan nyata 25 – 33 %
9
pertama pada siklus hidupnya atau ¼ - 1/3 dari umur pertanaman.
(http://fp.uns.ac.id/~hamasains/dasarperlintan-4.htm, 2006).
Berbagai metode pengendalian gulma dilakukan untuk mengurangi
penurunan produksi jagung akibat persaingan dengan gulma. Chikoye et al (2005)
melakukan penelitian dengan menggunakan metode jarak tanam serta peyemprotan
glifosat dalam mengendalikan gulma. Dan hasilnya metode jarak tanam serta
peyemprotan glifosat berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman dan produksi
jagung per luas lahan. Jarak tanam yang lebih dekat memberi tinggi tanaman dan
produksi yang lebih besar dibandingkan jarak yang lebih lebar. Dan penyemprotan
glifosat mampu menekan keberadaan gulma pada pertanaman jagung sehingga
tinggi tanaman serta produksi jagung lebih besar dibandingkan pertanaman jagung
tanpa penyemprotan glifosat.
Respon yang diberikan jagung terhadap metode pengendalian gulma yang
diuji oleh Chikoye et al (2005) disebabkan oleh tanggapan gulma pada pertanaman
tersebut. Pada jarak tanam yang lebih sempit didapatkan biomassa gulma lebih kecil
dibandingkan biomassa pada jarak tanam yang lebih lebar. Hal yang sama juga
diperlihatkan pada penyemprotan glifosat yang ternyata mampu menekan biomassa
gulma hingga mencapai 18.7%.
Tanveer et al (1999) mendapatkan hasil yang berbeda yaitu jarak tanam
berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering gulma. Dalam penelitiannya, waktu
pengendalian gulma yang mampu memberi pengaruh nyata terhadap bobot kering
gulma. Karena secara umum, bobot kering gulma akan mengalami peningkatan
seiring dengan peningkatan waktu kompetisi antara gulma dengan tanaman.
Penelitian oleh Donald (1997-1998), tentang berbagai metode pengendalian
gulma pada lahan kacang kedelai, dilakukan beberapa metode yaitu pembabatan
10
gulma antar barisan, pembabatan gulma secara keseluruhan, gulma dibiarkan
tumbuh serta dengan aplikasi herbisida pada barisan. Didapatkan hasil tanaman
lebih baik pada pembabatan gulma antar barisan dibandingkan metode lainnya.
Keuntungan pembabatan antara lain karena mampu mencegah erosi akibat hujan.
Penggunaan herbisida pada barisan juga memberikan hasil yang baik terhadap
pengendalian gulma. Dengan herbisida gulma tahunan yang masih kecil dapat
dikendalikan, tidak seperti metode pembabatan. Pengaplikasian herbisida pada
barisan juga mampu mengurangi penggunaan herbisida mejadi 50 %. Dari hasil
identifikasi gulma, didapatkan lebih banyak gulma yang tumbuh di antara barisan
dibandingkan di dalam barisan. Karena dengan adanya cahaya yang mencapai tanah
mampu mendukung perkecambahan bibit gulma. Karena dengan semakin lebarnya
kanopi kedelai mampu menekan pertumbuhan gulma di bawahnya (Donald, 2000).
Herbisida
Pengendalian gulma dengan menggunakan senyawa kimia sangat diminati,
terutama untuk lahan pertanian yang cukup luas. Senyawa kimia yang digunakan
sebagai pengendalian gulma dikenal dengan nama herbisida. Penggunaan herbisida
diupayakan agar tidak memberi pengaruh negatif pada tanaman budidaya, karena
itulah diupayakan mencari senyawa-senyawa yang bersifat selektif dan cara serta
waktu pengaplikasian yang tepat (Sukman dan Yakup, 1995).
Herbisida kontak adalah herbisida yang dikenal karena mengakibatkan efek
seperti terbakar yang langsung dapat dilihat beberapa jam setelah aplikasi, terutama
pada penggunaan dengan kadar tinggi, seperti asam sulfat 70 %, besi sulfat 30 %,
tembaga sulfat 40 %. Paraquat, sebagai herbisida kontak, molekulnya dapat
menghasilkan hydrogen peroksida radikal yang dapat memecah membran sel yang
11
menyebabkan seluruh sel rusak. Herbisida kontak merusak bagian tumbuhan yang
terkena langsung dan tidak ditranslokasi ke bagian lain ( Moenandir, 1988 ).
Herbisida bersifat kontak; berarti herbisida ini hanya mematikan bagian hijau
tumbuhan yang terkena semprotan. Herbisida ini cocok untuk mengendalikan gulma
setahun karena bila terkena akan menyebabkan mati keseluruhan. Sedangkan gulma
tahunan bila terkena herbisida ini hanya seperti dibabat bagian atasnya karena
perakarannya tidak mati contoh : herbisida Paraquat ( Gromoxone ). Kerjanya
mengahambat proses photosystem I pada fotosintesis. Herbisida kontak ada 2 yaitu :
herbisida kontak selektif dan hebisida kontak non selektif. Bersifat sistemik; berarti
herbisida yang diberikan pada tumbuhan ( gulma ) setelah diserap oleh jaringan
daun kemudian ditranslokasikan keseluruh bagian tumbuhan tersebut misalnya titik
tumbuh, akar, rimpang dan lain-lain sehingga tumbuhan / gulma tersebut akan
mengalami kematian total. Contoh: Glyphosate ( Roundup ). Cara kerjanya
menghambat sintesa protein dan metabolisme asam amino ( Triharso, 1995 ).
Herbisida berbahan aktif glifosat, paraquat, dan 2,4-D banyak digunakan
petani, sehingga banyak formulasi yang menggunakan bahan aktif tersebut. Glifosat
yangdisemprotkan ke daun efektif mengendalikan gulma rumputan tahunan dan
gulma berdaun lebar tahunan, gulma rumput setahun, dan gulma berdaun lebar.
Senyawa glifosat sangat mobil, ditranslokasikan ke seluruh bagian tanaman ketika
diaplikasi pada daun, dan cepat terurai dalam tanah. Gejala keracuna berkembang
lambat dan terlihat 1-3 minggu setelah aplikasi (Klingman, 1975).
Herbisida pascatumbuh yang cukup luas penggunaannya untuk
mengendalikan gulma pada pertanaman jagung adalah paraquat (1,1 dimethyl-4,4
bypiridinium) yang merupakan herbisida kontak nonselektif. Setelah penetrasi ke
dalam daun atau bagian lain yang hijau, bila terkena sinar matahari, molekul
12
herbisida ini bereaksi menghasilkan hidrogen peroksida yang merusak membran sel
dan seluruh organ tanaman, sehingga tanaman seperti terbakar. Herbisida ini baik
digunakan untuk mengedalikan gulma golongan rumputan dan berdaun lebar.
Paraquat merupakan herbisida kontak dan menjadi tidak aktif bila bersentuha
dengan tanah. Paraquat tidal ditranslokasikan ke titik tumbuh, residunya tidak
tertimbun dalam tanah dan tidak diserap oleh akar tanaman
(Tjitrosoedirdjo, 1984).
13
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian telah dilaksanakan di desa Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang
pada tanah dengan kandungan unsur hara Nitrogen (0.22 %), Posfor (39.15 ppm),
Kalium (0.69 %), bahan organik (1.99 %) serta pH (6.10). Sebelum dilakukan
penelitian, lahan tersebut digunakan sebagai peternakan ayam, lalu ditanami
kedondong yang ditumpangsarikan dengan jagung manis. Penelitian dimulai akhir
Juni 2008 sampai awal Oktober 2008 dengan kondisi curah hujan yang cukup tinggi
(Lampiran 37 dan 38).
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih jagung
varietas DK3, glifosat (Round-Up), paraquat (Gromoxoe), Nitrogen (Urea), Posfor
(SP-36), Kalium (KCl), insektisida (Decis 2,5 EC).
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah traktor, cangkul, sabit kecil,
knapsack, meteran, beaker glass, timbangan analitik, tugal, pacak sampel, label, tali
plastik, ember, pisau, plakat nama, alat tulis dan kalkulator serta peralatan lain yang
mendukung pelaksanaan penelitian ini.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Petak Terpisah faktorial dengan dua
faktor perlakuan, yaitu :
14
Faktor I : Sistem Jarak Tanam (J) sebagai main plot dengan 3 perlakuan :
J1 = Sistem satu baris (60 cm x 25 cm)
J2 = Sistem dua baris (25 cm x 25 cm, jarak Baris
berikutnya 60 cm)
J2 = Sistem baris segitiga ( 25 cm x 25 cmx 25 cm, jarak dengan
baris segitiga berikutnya 60 cm)
Faktor II : Metode pengendalian gulma (G) sebagai sub plot dengan 5
perlakuan yaitu :
G1 = tanpa pengendalian gulma (kontrol TP)
G2 = bebas gulma sepanjang musim tanam (kontrol BG)
G3 = pengendalian gulma secara manual umur 2 MST (manual)
G4 = disemprot dengan glifosat umur 4 MST (glifosat)
G5 = disemprot dengan paraquat umur 4 MST (paraquat)
Sehingga diperoleh kombinasi perlakuan yaitu :
J1G1 J1G2 J1G3 J1G4 J1G5
J2 G1 J2G2 J2G3 J2G4 J2G5
J3G1 J3G2 J2G3 J2G4 J2G5
Jumlah ulangan : 3 ulangan
Jumlah plot utama : 9 plot
Jumlah sub plot : 45 plot
Ukuran plot utama : 275 cm x 1375 cm
Ukuran sub plot : 275 cm x 275 cm
Jarak antar plot utama : 70 cm
Jarak antar sub plot : 50 cm
Jarak antar blok : 100 cm
15
Jumlah tanaman sampel per plot : 10 tanaman
Data hasil penelitian dianalisis dengan sidik ragam berdasarkan model linier yaitu:
Yijk = μ + ρi + αj + dij + βk + (αβ)jk + εijk
Yijk = Hasil pengamatan pada blok ke-i akibat sistem jarak tanam perlakuan ke-j
dan metode pengendalian gulma perlakuan ke -k
μ = Nilai tengah
ρi = Pengaruh blok Ke-i
αj = Pengaruh sistem jarak tanam perlakuan ke-j
dij = Galat pengaruh sistem jarak tanam perlakuan ke-j
βk = Pengaruh metode pengendalian gulma perlakuan ke -k
αβ)jk = Pengaruh interaksi sistem jarak tanam perlakuan ke-j dengan metode
pengendalian gulma perlakuan ke -k
εijk = Galat percobaan pengaruh metode pengendalian gulma perlakuan ke-k
Hasil sidik ragam nyata diuji dengan uji beda rataan berdasarkan uji Beda Nyata
Terkecil (BNT) dengan taraf 5%.
16
PELAKSANAAN PENELITIAN
Persiapan Lahan
Lahan yang digunakan untuk penelitian diolah dengan menggunakan traktor
kecil dengan kedalaman olah tanah 15-25 cm. Pengolahan dilakukan hingga tanah
menjadi gembur, rata dan bersih dari sisa-sisa gulma dan perakaran. Dibuat plot-plot
percobaan dengan ukuran 275 cm x 275 cm dengan jarak antar plot 70 cm.
Penanaman
Penanaman dilakukan dengan menugal sedalam 3 – 5 cm. Jarak antar lubang
ditentukan sesuai dengan perlakuan pola tanam. Pada sistem satu baris menggunakan
jarak tanam 60 cm x 25 cm, sistem dua baris menggunakan jarak 25 cm x 25 cm,
sedangkan pada sistem baris segitiga berjarak 25 cm x 25 x 25 cm (Gambar 1). Setiap
lubang ditanam satu biji jagung lalu ditutup dengan tanah. Jagung ditanam dengan
barisan tegak lurus dengan arah matahari terbit.
x
x
x
x
x
x x
x x
x x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x x
x x
x x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x x
x x
x x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x x
x x
x x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x x
x x
x x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x x
x x
x x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x x
x x
x x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x x
x x
x x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x x
x x
x x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x x
x x
x x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x x
x x
x x
x
x
x
x
x
a b c Gambar 1. Bagan Sistem Jarak Tanam: a. Satu baris, b. Dua baris, c. Baris segitiga (ket: {= 25 cm, = 60 cm)
17
Pemeliharaan Tanaman
Penyulaman
Penyulaman dilakukan saat tanaman berumur 1 MST. Penyulaman dilakukan
dengan menanam benih jagung pada lubang tanam yang tanamannya tidak tumbuh
atau pertumbuhanya tidak baik.
Pemupukan
Pupuk yang diberikan yaitu 135 Kg N/Ha, 36 Kg P2O5 /Ha dan 25 Kg
K2O/Ha (Warisno, 1998). Dosis pemupukan dikonversikan dalam 300 Kg Urea/Ha,
100 Kg SP-36/ Ha dan 50 Kg KCl. Pemberian Nitrogen dibagi atas tiga tahap,
dimana diberikan 1/3 bagian dari dosis pada masing-masing tahap berturut-turut
pada saat tanam, umur 4 MST dan 8 MST. Sedangkan pupuk P dan K diberikan
seluruhnya pada saat tanam. Pemupukan dilakukan dengan cara menabur pada lubang
yang dibuat sedalam 5 cm dengan jarak 5 cm dari lubang tanam lalu ditutup dengan
tanah.
Penyiraman
Selama penelitian tidak dilakukan penyiraman karena curah hujan yang
cukup tinggi.
Pengendalian Gulma
Pengendalian gulma dilakukan dengan beberapa metode. Metode yang
digunakan adalah tanpa pengendalian gulma (kontrol), bebas gulma sepanjang
musim (kontrol), secara manual dengan menggunakan sabit pada tanaman umur 2
MST, disemprot dengan glifosat (2 L Round-up/ha) saat umur tanaman 4 MST, dan
disemprot paraquat (3 L Gromoxone/ ha) saat tanaman umur 4 MST. Pengendalian
kimia dengan alat semprot punggung.
18
Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama dilakukan dengan penyemprotan insektisida Decis
2,5 EC dosis 0,5 cc/liter air saat malai tanaman jagung mulai mekar karena ada
serangan kutu pada malai. Selama penelitian tidak terjadi serangan penyakit
sehingga tidak dilakukan penyemprotan fungisida.
Panen
Jagung dipanen pada umur 14 MST saat warna kelobot telah berubah warna
menjadi kuning dan biji telah keras. Cara panen jagung adalah dengan mematahkan
tangkai tongkol jagung.
Pengeringan dan Pemipilan
Setelah panen, dilakukan pengeringan brangkasan dan tongkol jagung
selama tiga hari di bawah sinar matahari langsung. Penjemuran dilakukan di atas
seng yang dihamparkan di bawah sinar matahari. Kemudian dilakukan pemipilan
tongkol dengan tangan.
Parameter
Tinggi Tanaman
Tinggi tanaman diukur mulai dari leher akar hingga ujung daun tertinggi dengan
menggunakan meteran. Pengukuran pertama dilakukan umur 2 MST dengan interval
dua minggu sekali hingga muncul bunga jantan sebanyak 75 %.
Jumlah Klorofil Daun Jagung
Jumlah klorofil daun jagung dihitung dengan menggunakan alat pengukur
klorofil (merek Minolta). Daun yang dihitung jumlah klorofilnya adalah daun yang
19
paling tengah. Pengukuran dilakuan pada bagian pangkal, tengah dan ujung daun lalu
diratakan. Pengukuran dilaksanakan pada saat tanaman mulai berbunga (7 MST).
Umur berbunga
Umur berbunga ditentukan pada saat bunga jantan setiap tanaman muncul.
Dicatat umur berbunga setiap hari dimulai sejak bunga pertama keluar sampai dengan
tanaman per plot berbunga sebanyak 75 %.
Persentase Jumlah Tanaman Bertongkol dua per plot
Tanaman yang dihitung adalah tanaman keseluruhan dalam plot kecuali tanaman
pada barisan terluar. Tanaman yang dihitung adalah tanaman yang mengeluarkan dua
tongkol.
Bobot 100 Biji per plot
Biji dikeringkan dan dipipil lalu secara acak diambil 100 biji per plot dan
ditimbang.
Nilai Indeks Panen
Nilai indeks panen dihitung dengan membagikan bobot biji pipilan kering per
tanaman dengan bobot brangkasan kering per tanaman.
Produksi Per Tanaman
Biji dipipil setelah dikeringkan. Produksi pipilan kering per tanaman dihitung
dengan menimbang biji pipilan masing-masing tanaman.
Produksi Per Hektar
Produksi pipilan kering per hektar merupakan proyeksi dari produksi pipilan
kering per tanaman yaitu dengan mengalikan produksi per tanaman dengan populasi
tanaman jagung per hektar dengan ketentuan:
- Populasi tanaman per hektar pada sistem tanam J1 = 60.000 tanaman
20
- Populasi tanaman per hektar pada sistem tanam J2 = 93.600 tanaman
- Populasi tanaman per hektar pada sistem tanam J3 = 97.478 tanaman
Persentase Kerusakan Jagung
Gejala pengamatan berupa adanya bercak kecoklatan seperti terbakar dan
daun kekuningan. Gejala yang muncul diamati untuk mengetahui sejauh mana
herbisida dapat mempengaruhi tanaman jagung. Pengamatan dilakukan sebanyak
dua tahap dan disesuaikan dengan jenis herbisida yang diaplikasikan. Tahap I,
pengamatan satu minggu setelah penyemprotan untuk perlakuan paraquat dan dua
minggu setelah penyemprotan untuk perlakuan glifosat. Tahap II, pengamatan
dilakukan dua minggu setelah penyemprotan untuk paraquat sedangkan untuk
glifosat dilakukan pengamatan pada tiga minggu setelah penyemprotan. Persentase
kerusakan dihitung dengan membagi jumlah daun yang rusak dengan jumlah seluruh
daun tanaman tersebut lalu dikali 100 % seperti rumus berikut :
%100daunseluruh jumlah
rusak yangdaun Kerusakan % ×=
Persentase PemulihanTanaman Jagung (%)
Pemulihan tanaman dari kerusakan akibat herbisida diamati pada setiap
tanaman. Pengamatan akibat paraquat dilakukan dua minggu setelah penyemprotan
sedangkan pengamatan pemulihan dari kerusakan akibat glifosat dilakukan 3 minggu
setelah penyemprotan. Persentase pemulihan dihitung dengan pengurangan persentase
kerusakan tahap I dengan persentase kerusakan tahap II.
Gulma dalam Barisan
Jenis gulma dalam barisan diidentifikasi dengan membuat petak contoh pada
setiap plot ukuran 25 cm x 50 cm pada area dalam barisan tersebut. Pengamatan
21
dilakukan sebelum penyiangan dan bersamaan dengan panen. Jenis dan populasi gulma
diidentifikasi lalu dihitung Nilai Jumlah Dominasi (NJD) dengan rumus sebagai berikut
3
BKFNKNSDR ++=
Keterangan: KN = Kerapatan Nisbi, diperoleh dengan membagikan Kerapatan Mutlak terhadap jumlah semua spesies dikali 100% FN = Frekwensi Nisbi, diperoleh dengan membagikan Frekwensi Nisbi mutlak terhadap jumlah Nilai Frekwensi Mutlak semua jenis spesies dikali 100 % BK= Bobot kering gulma
Gulma antar Barisan
Jenis gulma antar barisan diidentifikasi dengan membuat petak contoh pada
setiap plot ukuran 25 cm x 50 cm pada area antar barisan tersebut. Pengamatan
dilakukan sebelum penyiangan dan bersamaan dengan panen. Jenis dan populasi gulma
diidentifikasi dihitung Sum Dominan Ratio (SDR).
Bobot kering Gulma dalam Barisan
Jenis gulma diidentifikasi dengan membuat petak dalam barisan pada setiap plot
dengan ukuran 25 cm x 50 cm (Gambar 1) kemudian dipotong pangkal batang gulma
yang tumbuh pada petak tersebut. Kemudian gulma dikeringkan dan ditimbang tiap
jenisnya. Pengamatan dilakukan pada saat tanaman jagung dipanen.
Bobot kering Gulma antar Barisan (g)
Jenis gulma diidentifikasi dengan membuat petak antar barisan pada setiap plot
dengan ukuran 25 cm x 50 cm (Gambar 2) kemudian dipotong pangkal batang gulma
yang tumbuh pada petak tersebut. Kemudian gulma dikeringkan dan ditimbang tiap
jenisnya. Pengamatan dilakukan pada saat tanaman jagung dipanen.
22
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Tinggi Tanaman
Tinggi tanaman jagung umur 2, 4, 6, dan 8 MST pada sistem jarak tanam dan
pengendalian gulma yang berbeda ditampilkan pada Tabel 1.
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang tidak sama pada kolom dan kelompok perlakuan yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5% menurut Uji Beda Nyata Terkecil (BNT)
Tabel 1. Rataan Tinggi Tanaman Jagung umur 2, 4, 6 dan 8 MST Waktu Peng. Jarak Tanam Rataan Pengamatan Gulma Satu baris Dua baris Baris segitiga
---------------------------------cm---------------------------
2 MST
Kontrol TP 54.96
54.43
55.05
54.81 Kontrol BG 55.04
55.85
55.25
55.38
Manual 54.99
56.67
54.37
55.34 Glifosat 54.14
55.25
54.13
54.51
Paraquat 54.68
55.57
55.86 55.37 Rataan 54.76
55.56
54.93
4 MST
Kontrol TP 108.09
106.88
107.00 107.32 b Kontrol BG 112.25
109.98
110.27
110.83 a
Manual 109.65
107.97
108.50
108.71 ab Glifosat 108.32
106.98
106.29
107.20 b
Paraquat 108.40
106.35
106.15 106.97 b Rataan 109.34
107.63
107.64
6 MST
Kontrol TP 173.07
172.00
173.00 172.69 b Kontrol BG 186.63
186.43
186.03
186.37 a
Manual 186.47
185.40
185.90
185.92 a Glifosat 185.87
184.03
184.07
184.66 a
Paraquat 185.30
183.77
183.63 184.23 a Rataan 183.47
182.33
182.53
8 MST
Kontrol TP 262.26
259.43
259.6 260.43 b Kontrol BG 269.80
262.36
262.13
264.76 a
Manual 269.73
261.90
261.63
264.42 a Glifosat 267.80
261.60
260.30
263.23 ab
Paraquat 267.23
261.90
259.70 262.94 ab Rataan 267.36 a 261.44 b 260.67 b
23
267.36
261.44 260.67
250
255
260
265
270
Satu baris Dua baris Baris segitiga
Tin
ggi
Ta
na
ma
n (
cm)
Sistem Jarak Tanam
Sistem jarak tanam berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman jagung pada
pengamatan 8 MST tetapi tidak berbeda nyata pada umur 2, 4 dan 6 MST. Berbeda
halnya dengan pengendalian gulma yang berpengaruh nyata terhadap tinggi jagung
sejak umur 4, 6, hingga 8 MST.
Pada Tabel 1 diperlihatkan bahwa tidak ada interaksi antara sistem jarak
tanam dengan metode pengendalian gulma terhadap tinggi jagung.
Sistem jarak tanam berpengaruh nyata terhadap tinggi jagung 8 MST. Tinggi
tanaman tertinggi dijumpai pada perlakuan satu baris (60 cm x 25 cm) sebesar
267,36 cm yang berbeda nyata dengan sistem dua baris serta baris segitiga. Tidak
ada perbedaan signifikan tinggi tanaman pada dua baris dengan baris segitiga.
Tinggi tanaman pada kedua sistem jarak tanam tersebut berkisar antara 260.7 cm –
261.4 cm.
Pengaruh sistem jarak tanam terhadap tinggi jagung umur 8 MST
ditampilkan pada Gambar 2.
Gambar 3. Pengaruh Sistem Jarak Tanam Terhadap Tinggi Tanaman 8 MST
Pengendalian gulma berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman baik pada
umur jagung 2, 4, 6 hingga 8 MST jika dibandingkan dengan tinggi tanaman tanpa
pengendalian gulma. Pengaruh sistem jarak tanam dan metode pengendalian gulma
ditampilkan pada Gambar 3.
24
260.43
264.76 264.42 263.23 262.94
250
255
260
265
270
Kontrol TP Kontrol BG Manual Glifosat Paraquat
Tin
ggi T
an
am
an
(cm
)
Metode Pengendalian Gulma
Gambar 3. Pengaruh Metode Pengendalian Gulma Terhadap Tinggi Tanaman 8 MST
Masing-masing metode pengendalian memperlihatkan tinggi tanaman yang
tidak berbeda nyata. Tinggi tanaman pada pengendalian manual, disemprot glifosat
dan disemprot paraquat memberikan peningkatan tinggi tanaman berkisar 1.49 cm -
3.99 cm jika dibandingkan dengan tinggi tanaman yang bebas gulma sepanjang
musim.
Jumlah Klorofil Daun Jagung
Jumlah klorofil daun jagung pada sistem jarak tanam dan pengendalian
gulma yang berbeda ditampilkan pada Tabel 2.
Sistem jarak tanam, metode pengedalian gulma serta interaksi kedua
perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah klorofil daun jagung.
Tabel 2. Rataan Jumlah klorofil daun jagung Peng. Jarak Tanam Rataan Gulma Satu baris
Dua baris
Baris segitiga
--------------------------------unit/mm3---------------------------------
Kontrol TP 50.09
54.93
51.09
52.04 Kontrol BG 49.51
48.95
41.61
46.69
Manual 53.37
51.31
48.77
51.15 Glifosat 51.74
52.70
55.53
53.32
Paraquat 49.85 47.55 48.79 48.73 Rataan 50.91 51.09 49.16
25
50.1949.64
49.2749.81 49.61
47.5
48.25
49
49.75
50.5
Kontrol TP Kontrol BG Manual Glifosat Paraquat
Um
ur
Be
rbu
nga
(H
ST)
Metode Pengendalian Gulma
Umur Berbunga
Umur berbunga pada sistem jarak tanam dan pengendalian gulma yang
berbeda ditampilkan pada Tabel 3.
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang tidak sama pada kolom dan kelompok perlakuan yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5% menurut Uji Beda Nyata Terkecil (BNT)
Sistem jarak tanam berpengaruh tidak nyata terhadap umur berbunga.
Namun, pengendalian gulma memberikan pengaruh yang nyata terhadap umur
berbunga jagung. Metode pengendalian manual memberikan umur berbunga
tercepat ( 49.27 HST) tetapi tidak berbeda nyata dengan metode disemprot paraquat
(49.61 HST). Sedangkan umur berbunga terlama pada metode disemprot glifosat
(49.81 HST). Pengaruh metode pengendalian gulma terhadap umur berbunga
ditampilkan pada Gambar 4.
Gambar 4. Pengaruh Metode Pengendalian Gulma Terhadap Umur Berbunga
Tabel 3. Rataan Umur Berbunga Jagung Peng. Jarak Tanam Rataan Gulma Satu baris Dua baris Baris segitiga
---------------------------HST----------------------------
Kontrol TP 50.50
50.33
49.73
50.19 c Kontrol BG 49.83
49.17
49.93
49.64 ab
Manual 49.83
48.70
49.27
49.27 a Glifosat 50.03
49.43
49.97
49.81 bc
Paraquat 50.03 49.03 49.77 49.61 ab Rataan 50.05 49.33 49.73
0
26
Metode pengendalian manual dan disemprot paraquat memberikan umur
berbunga yang tidak berbeda dengan umur berbunga pada jagung bebas gulma,
namun berbeda dengan umur berbunga jagung tanpapengendalian gulma.
Bobot 100 Biji Perplot
Bobot 100 biji pada sistem jarak tanam dan pengendalian gulma yang
berbeda ditampilkan pada Tabel 4.
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang tidak sama pada kolom dan kelompok perlakuan yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5% menurut Uji Beda Nyata Terkecil (BNT)
Sistem jarak tanam berpengaruh tidak nyata terhadap bobot 100 biji, namun
pengendalian gulma berpengaruh nyata terhadap parameter ini. Bobot 100 biji pada
masing-masing metode pengendalian berbeda tidak nyata terhadap bobot 100 biji
perlakuan bebas gulma. Bobot 100 biji pada tanaman yang dilakukan pengendalian
gulma berkisar 25.09 g – 25.80 g. Sedangkan bobot 100 biji pada jagung tanpa
pengendalian gulma sebesar 24.51 g.
Pengaruh metode pengendalian gulma terhadap bobot 100 biji ditampilkan
pada Gambar 5.
Tabel 4. Rataan Bobot 100 Biji Peng. Jarak Tanam Rataan Gulma Satu baris Dua baris Baris segitiga
----------------------------------g------------------------------------
Kontrol TP 24.88
24.51
24.88
24.51 b Kontrol BG 27.07
25.74
27.07
25.74 a
Manual 26.76
25.80
26.76
25.80 a Glifosat 26.47
25.09
26.47
25.09 a
Paraquat 25.80 25.78 25.80 25.78 a Rataan 26.20 25.38 26.20 25.38
27
24.67
26.18 26.1
25.55 25.68
23.5
24.25
25
25.75
26.5
Kontrol TP Kontrol BG Manual Glifosat Paraquat
Bo
bo
t 10
0 B
iji (
g)Metode Pengendalian Gulma
Gambar 5. Pengaruh Metode Pengendalian Gulma Terhadap Bobot 100 Biji
Produksi Per Tanaman
Pengaruh sistem jarak tanam dan metode pegendalian gulma terhadap
produksi per tanaman ditampilkan pada Tabel 5.
Tabel 5. Rataan Produksi Pertanaman Peng. Jarak Tanam Rataan Gulma Satu baris Dua baris Baris segitiga
--------------------------g----------------------- Kontrol TP 200.20
190.65
192.42
194.42 c
Kontrol BG 235.80
220.27
225.19
227.09 a Manual 230.75
210.46
220.31
220.51 a
Glifosat 223.12
187.00
216.58
208.90 b Paraquat 214.72 182.43 215.90 204.35 b Rataan 220.92 a 198.16 b 214.08 a
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang tidak sama pada kolom dan kelompok perlakuan yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5% menurut Uji Beda Nyata Terkecil (BNT)
Sistem jarak tanam berpengaruh nyata terhadap produksi per tanaman.
Produksi per tanaman pada satu baris (220.92 g) dan baris segitiga (214.08 g)
berbeda nyata dengan dua baris (198.16 g).
Pengaruh sistem jarak tanam terhadap produksi per tanaman jagung
ditampilkan pada Gambar 6.
.
0
28
220.92
198.16
214.08
182
194
206
218
230
Satu baris Dua baris Baris segitiga
Pro
du
ksi
pe
r ta
na
ma
n
(g)
Sistem Jarak Tanam
194.42
227.09220.51
208.90204.35
170
185
200
215
230
Kontrol TP Kontrol BG Manual Glifosat Paraquat
Pro
du
ksi
pe
rta
na
ma
n
(g)
Metode Pengendalian Gulma
Gambar 6. Pengaruh Sistem Jarak Tanam Terhadap Produksi Per Tanaman
Metode pengendalian gulma berpengaruh nyata terhadap produksi per
tanaman. Metode pengendalian manual memberikan produksi per tanaman tertinggi
(220.51 g) sedangkan penyemprotan glifosat dan paraquat memberikan produksi
yang lebih rendah yaitu berkisar 204.35 g - 208.90 g. Keberadaan gulma sepanjang
musim tanam mampu menurunkan produksi sebesar 14.38 %. Pengendalian gulma
dengan metode manual, disemprot glifosat dan disemprot paraquat mampu
menaikkan produksi per tanaman berturut-turut sebesar 11.83 %, 6.56% dan 4.86%.
Pengaruh metode pengendalian gulma terhadap produksi per tanaman dapat
dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7. Pengaruh Metode Pengendalian Gulma Terhadap Produksi Per Tanaman
Persentase Jumlah Tanaman Bertongkol Dua Per Plot
Persentase jumlah tanaman bertongkol dua per plot pada sistem jarak tanam dan
metode pengendalian yang berbeda ditampilkan pada Tabel 6.
0
0
29
12.35
45.26
0
4
8
12
16
Satu baris Dua baris Baris segitiga
% J
um
lah
Ta
na
ma
n
Jag
un
g B
ert
on
gk
ol d
ua
p
erp
lot
Sistem Jarak Tanam
Tabel 6. Rataan Persentase Jumlah Tanaman bertongkol dua perplot Peng. Jarak Tanam Rataan Gulma Satu baris
Dua Baris Baris segitiga
-------------------------------------%------------------------------------
Kontrol TP 3.70 cx(EF) 0.74 by(G) 0.64 cz(G) 1.70 c Kontrol BG 18.52 ax(A) 6.67 ay(D) 10.26 az(BC) 11.81 a Manual 17.28 ax(A) 6.67 ay(D) 5.77 bz(DE) 9.91 a Glifosat 9.88 bx(C) 2.22 by(FG) 3.85 bcz(EF) 5.31 b Paraquat 12.35 bx(B) 3.70 aby(EF) 5.77 bz(DE) 7.27 b Rataan 12.35 a 4.00 b 5.26 b
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang tidak sama pada kolom dan kelompok perlakuan yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5% menurut Uji Beda Nyata Terkecil (BNT). Huruf diiukuti x,y, atau z dibandingkan pada main plot masing-masing. Huruf di dalam kurung dibandigkan secara umum.
Persentase jumlah tanaman bertongkol dua per plot tertinggi dijumpai pada
perlakuan satu baris (12.35 %) dan berbeda nyata dengan perlakuan dua baris
(4.00%) dan baris segitiga (5.26%).
Pengaruh sistem jarak tanam terhadap persentase jumlah tanaman bertongkol
dua per plot ditampilkan pada Gambar 8.
Gambar 8. Pengaruh Sistem Jarak Tanam Terhadap Persentase Jumlah Tanaman Jagung Bertongkol dua perplot
Metode pengendalian gulma berpengaruh nyata terhadap persentase jumlah
tanaman bertongkol dua per plot. Persentase tertinggi pada pengendalian manual
(9.91 %) yang berbeda tidak nyata dengan bebas gulma (11.81 %). Sedangkan
penyemprotan glifosat dan paraquat memberikan persentase yang lebih rendah
30
1.7
11.819.91
5.317.27
0
4
8
12
16
Kontrol TP Kontrol BG Manual Glifosat Paraquat
% J
um
lah
Ta
na
ma
n
Jagu
ng
Be
rto
ngk
ol d
ua
p
erp
lot
Metode Pengendalian Gulma
namun masih memberikan persentase yang lebih tinggi dibandingkan pada
perlakuan tanpa pengendalian gulma yaitu berkisar 67.98% - 76.61%.
Pengaruh metode pengendalian gulma terhadap persentase jumlah tanaman
bertongkol dua per plot ditampilkan pada Gambar 9.
Gambar 9. Pengaruh Metode Pengendalian Gulma Terhadap Persentase Jumlah Tanaman Jagung Bertongkol dua perplot
Interaksi sistem jarak tanam dan metode pengendalian gulma berpengaruh
nyata terhadap persentase jumlah tanaman bertongkol dua per plot. Dalam sistem
satu baris pengendalian manual memberikan persentase tertinggi sedangkan
terendah diberikan perlakuan glifosat serta paraquat yang berbeda tidak nyata. Pada
sistem dua baris, pengendalian manual memberikan persentase yang berbeda tidak
nyata dengan pengendalian paraquat sedangkan perlakuan glifosat memberikan
persentase terendah. Sedangkan pada sistem baris segitiga, pengendalian manual,
glifosat dan paraquat memberikan persentase yang berbeda tidak nyata satu sama
lain. Dan kombinasi perlakuan yang memberikan persentase jumlah tanaman
bertongkol dua tertinggi pada perlakuan J1G2 (18.52 %) dan terendah pada
perlakuan J3G1 (0.64 %).
Pengaruh interaksi sistem jarak tanam dan metode pengendalian gulma
terhadap persentase jumlah tanaman bertongkol dua per plot ditampilkan pada
Gambar 10.
31
0
5
10
15
20
Kontrol TP Kontrol BG Manual Glifosat ParaquatPers
etas
e JU
mla
h Ta
nam
an
Bert
ongk
ol d
ua P
er P
lot
(%)
Metode Pengendalian Gulma
Satu baris
Dua baris
Baris segitiga
Gambar 10. Pengaruh Interaksi Sistem Jarak Tanam dan Metode Pengendalian Gulma Terhadap Persentase Jumlah Tanaman Bertongkol Dua Per Plot
Produksi Per Hektar
Produksi per hektar pada sistem jarak tanam dan pengendalian gulma yang
berbeda ditampilkan pada Tabel 7.
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang tidak sama pada kolom dan kelompok perlakuan yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5% menurut Uji Beda Nyata Terkecil (BNT). Huruf diiukuti x,y, atau z dibandingkan pada main plot masing-masing. Huruf di dalam kurung dibandigkan secara umum.
Produksi per hektar tertinggi dijumpai pada perlakuan sistem baris segitiga
(17.94 ton) dan terendah pada sistem satu baris (11.73 ton)
Pengaruh sistem jarak tanam terhadap produksi per hektar ditampilkan pada
Gambar 11.
Tabel 7. Rataan Produksi Perhektar Peng. Jarak Tanam Rataan Gulma Satu baris
Dua Baris
Baris segitiga
-----------------------------------------ton-----------------------------------------
Kontrol TP 10.35 Cx(G) 15.04 by(D) 15.83 bz(CD) 13.74 c Kontrol BG 12.72 ax(EF) 17.81 ay(AB) 19.03 az(A) 16.52 a Manual 12.38 abx(F) 16.89 ay(BC) 18.55 az(A) 15.94 a Glifosat 11.87 abx(FG) 14.69 by(D) 18.19 az(AB) 14.92 b Paraquat 11.31 bcx(FG) 14.27 by(DE) 18.12 az(AB) 14.57 b Rataan 11.73 c 15.74 b 17.94 a
32
11.73
15.7417.94
0
5
10
15
20
Satu baris Dua baris Baris segitigaP
rod
uks
i per
hek
tar
Sistem Jarak Tanam
13.7416.52 15.94 14.92 14.57
0
5
10
15
20
Kontrol TP Kontrol BG Manual Glifosat Paraquat
prod
uksi
per
hekt
ar
Metode Pengendalian Gulma
Gambar 11. Pengaruh Sistem Jarak Tanam Terhadap Produksi Perhektar
Metode pengendalian gulma berpengaruh nyata terhadap produksi per
hektar. Pengendalian manual memberikan produksi tertinggi (15.94 ton) dan
berbeda tidak nyata dibandingkan produksi per ton kontrol bebas gulma.
Penyemprotan glifosat dan paraquat berbeda tidak nyata serta menghasilkan
produksi per hektar yang lebih rendah namun masih memberikan peningkatan hasil
berkisar 6% - 8.5% dibandingkan kontrol tanpa pengendalian gulma.
Pengaruh metode pengendalian gulma terhadap produksi per hektar
ditampilkan pada Gambar 12.
Gambar 12. Pengaruh Metode Pengendalian Gulma Terhadap Produksi Per Hektar
Interaksi kedua perlakuan berpengaruh nyata terhadap produksi per hektar.
Pada sistem satu baris, ketiga metode pengendalian memberikan produksi per hektar
yang berbeda tidak. Pada sistem dua baris, produksi per hektar tertinggi didapat
pada pengendalian manual (16.89 ton) yang tidak berbeda nyata dengan kontrol
33
0
5
10
15
20
Kontrol TP Kontrol BG Manual Glifosat Paraquat
prod
uksi
per
hekt
ar
(ton
)
Metode Pengendalian Gulma
Satu baris
Dua baris
Baris segitiga
bebas gulma sedangkan penyemprotan glifosat dan paraquat belum mampu
memberikan produksi per hektar lebih tinggi daripada control tanpa pengenndalian
gulma.
Berbeda halnya dengan sistem baris segitiga, ketiga perlakuan memberikan
produksi per hektar yang berbeda tidak nyata dengan kontrol bebas gulma
sehingga ketiganya mampu mecegah kehilangan produksi per hektar berkisar
14.46 ton – 17.18 %. Pengaruh interaksi sistem jarak tanam dan metode
pengendalian gulma terhadap produksi per hektar ditampilkan pada Gambar 13.
Gambar 13. Pengaruh Sistem Jarak Tanam dan Metode Pengendalian Gulma
Terhadap Produksi perhektar
Nilai Indeks Panen
Nilai indeks panen pada sistem jarak tanam dan metode pengendalian gulma
yang berbeda ditampilkan pada Tabel 8.
Tabel 8. Rataan Nilai Indeks Panen Peng. Jarak Tanam Rataan Gulma Satu baris Dua baris Baris segitiga Kontrol TP 0.86
1.01
0.87
0.92
Kontrol BG 1.01
0.83
0.95
0.93 Manual 1.32
0.97
0.91
1.07
Glifosat 0.80
0.76
0.73
0.77 Paraquat 0.81 0.90 0.77 0.83
Rataan 0.96 0.89 0.85
34
Sistem jarak tanam dan metode pengendalia gulma berpegaruh tidak nyata
terhadap nilai indeks panen jagung.
Persentase Kerusakan Jagung
Pengaruh sistem jarak tanam dan metode pengendalian gulma terhadap
persentase kerusakan tanaman jagung ditampilkan pada tabel 9.
Dari tabel 10 dapat dilihat bahwa sistem jarak tanam, metode pengendalian
gulma serta interaksi kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata persentase kerusakan
jagung
Persentase Pemulihan Jagung
Pengaruh sistem jarak tanam dan metode pengedalian gulma terhadap
persentase pemulihan tanaman jagung ditampilkan pada Tabel 10.
Sistem jarak tanam, metode pegendalian gulma serta iteraksi kedua
perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap persentase pemulihan jagung.
Tabel 9. Rataan Persentase Kerusakan Tanaman Jagung Peng. Jarak Tanam (J) Rataan Gulma (G) Satu baris Dua baris Baris segitiga
-----------------------------------%------------------------------
Glifosat 49.03
34.34
32.68
38.69 Paraquat 49.21 48.80 51.44 49.82
Rataan 49.12 41.58 42.06
Tabel 10. Rataan Persentase Pemulihan Tanaman Jagung Peng. Jarak Tanam (J) Rataan Gulma (G) Satu baris
Dua baris
Baris segitiga
-------------------%-----------------
Glifosat 38.63
18.35
18.62
25.20 Paraquat 32.77 32.57 34.41 33.25
Rataan 35.70 25.46 26.52
35
Gulma Dalam Barisan
Data gulma dalam barisan sebelum perlakuan dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Data Idetifikasi Gulma Dalam Barisan Sebelum Perlakuan Perlakuan Jenis Gulma Blok KM FM KR (%) FR (%) SDR (%) 1 2 3
J1G3
Ipomoea triloba 0 2 2 4 2 3.31 28.57 15.94 Euphorbia prunifolia 0 37 4 41 2 33.88 28.57 31.23 Cleome rutidospermae 20 0 7 27 2 22.31 28.57 25.44 Cyperus sp 0 0 49 49 1 40.50 14.29 27.39
Total 121 7 100 100 100
J1G4
Cyperus sp 7 4 26 37 3 13.41 13.64 13.52 Echinochloa colonum 4 13 34 51 3 18.48 13.64 16.06 Lantana camara 0 1 9 10 2 3.62 9.09 6.36 Cleome rutidospermae 3 7 6 16 3 5.80 13.64 9.72 Ipomoea triloba 1 3 1 5 3 1.81 13.64 7.72 Euphorbia prunifolia 23 12 18 53 3 19.20 13.64 16.42 asam-asaman 0 0 1 1 1 0.36 4.55 2.45 Boreria latifolia 32 43 0 75 2 27.17 9.09 18.13 Boreria laevis 7 21 0 28 2 10.14 9.09 9.62
Total 276 22 100 100 100
J1G5
Lantana camara 11 2 10 23 3 12.30 14.29 13.29 Cleome rutidospermae 6 3 9 18 3 9.63 14.29 11.96 euphorbia prunifolia 6 7 8 21 2 11.23 9.52 10.38 Ipomoea triloba 2 2 1 5 3 2.67 14.29 8.48 Boreria latifolia 5 61 3 69 3 36.90 14.29 25.59 Echinochloa colonum 19 2 17 38 3 20.32 14.29 17.30 Cyperus sp 2 0 6 8 2 4.28 9.52 6.90 Amaranthus spinosus 4 0 0 4 1 2.14 4.76 3.45 Axonopus compressus 1 0 0 1 1 0.53 4.76 2.65
Total 187 21 100 100 100
J2G3 Cyperus sp 8 31 52 91 3 64.54 37.50 51.02 Euphorbia prunifolia 12 13 12 37 3 26.24 37.50 31.87 Cleome rutidospermae 0 12 1 13 2 9.22 25.00 17.11
Total 141 8 100 100 100
J2G4
Euphorbia prunifolia 7 1 18 26 3 11.35 13.04 12.20 Cleome rutidospermae 1 7 3 11 3 4.80 13.04 8.92 Ipomoea triloba 0 2 3 5 2 2.18 8.70 5.44 Lantana camara 2 4 4 10 3 4.37 13.04 8.71 Boreria latifolia 32 42 14 88 3 38.43 13.04 25.74 Echinochloa colonum 17 23 8 48 3 20.96 13.04 17.00 Phillanthus niruri 4 0 1 5 2 2.18 8.70 5.44 Axonopus compressus 0 0 1 1 1 0.44 4.35 2.39 Cyperus sp 26 0 8 34 2 14.85 8.70 11.77 Asam-asaman 0 0 1 1 1 0.44 4.35 2.39
Total 229 23 100 100 100
J2G5
Euphorbia prunifolia 7 7 26 40 3 19.80 13.04 16.42 Boreria latifolia 7 3 2 12 3 5.94 13.04 9.49 Echinochloa colonum 12 7 5 24 3 11.88 13.04 12.46 Axonopus compressus 6 0 0 6 1 2.97 4.35 3.66 Ageratum conyzoides 4 0 0 4 1 1.98 4.35 3.16 Cleome rutidospermae 3 6 3 12 3 5.94 13.04 9.49 Ipomoea triloba 10 8 3 21 3 10.40 13.04 11.72 Cyperus sp 1 0 66 67 2 33.17 8.70 20.93 Lantana camara 1 12 2 15 3 7.43 13.04 10.23 Asam-asaman 1 0 0 1 1 0.50 4.35 2.42
Total 202 23 100 100 100
J3G3 Euphorbia prunifolia 6 0 5 11 2 6.79 28.57 17.68 Cleome rutidospermae 10 0 2 12 2 7.41 28.57 17.99 Cyperus sp 5 103 31 139 3 85.80 42.86 64.33
Total 162 7 100 100 100
J3G4
Euphorbia prunifolia 37 19 14 70 3 35.71 15.00 25.36 Boreria latifolia 1 3 8 12 3 6.12 15.00 10.56 Cyperus sp 21 13 0 34 2 17.35 10.00 13.67 Phillanthus niruri 0 1 2 3 2 1.53 10.00 5.77 Cleome rutidospermae 0 14 1 15 2 7.65 10.00 8.83 Lantana camara 0 8 9 17 2 8.67 10.00 9.34 Ipomoea triloba 0 1 4 5 2 2.55 10.00 6.28 Asam-asaman 0 1 0 1 1 0.51 5.00 2.76 Echinochloa colonum 9 0 22 31 2 15.82 10.00 12.91 Clidemia hirta 0 0 8 8 1 4.08 5.00 4.54
Total 196 20 100 100 100
J3G5
Cyperus sp 12 65 48 125 3 51.44 25.00 38.22 Cleome rutidospermae 0 6 17 23 2 9.47 16.67 13.07 Boreria latifolia 39 0 6 45 2 18.52 16.67 17.59 Euphorbia prunifolia 26 0 15 41 2 16.87 16.67 16.77 Lantana camara 1 0 7 8 2 3.29 16.67 9.98 Echinochloa colonum 0 0 1 1 1 0.41 8.33 4.37
Total 243 12 100 100 100
36
Dari Tabel 11, terdapat 14 spesies gulma, yang terdiri dari 10 spesies dari
golongan berdaun lebar, 3 spesies dari golongan berdaun sempit dan 1 spesies
golongan teki. Jumlah gulma dalam barisan sebelum perlakuan tertinggi pada
perlakuan J1G4 (276 gulma) dengan didominasi Boreria latifolia. Jumlah gulma
dalam barisan sebelum perlakuan terendah pada perlakuan J1G3 sebanyak 121
gulma dengan didominasi Cyperus sp.
Gulma yang dominan adalah Cyperus sp (SDR = 64.33 %), Euphorbia
prunifolia (SDR = 31.87 %) dan Boreria latifolia (SDR = 25.74 %).
Identifikasi gulma dalam barisan setelah perlakuan dilihat pada tabel 12.
Tabel 12. Data Identifikasi Gulma Dalam Barisan Saat Panen Perlakuan Jenis Gulma Blok KM FM KR (%) FR (%) SDR (%) 1 2 3
J1G3 Boreria latifolia 1 3 9 13 3 41.94 37.50 39.72 Ipomoea triloba 5 7 1 13 3 41.94 37.50 39.72 Echinochloa colonum 3 2 0 5 2 16.13 25.00 20.56
Total 31 8 100 100 100
J1G4
Boreria laevis 6 2 5 13 3 41.94 42.86 42.40 Erechtites sanchifolia 3 0 0 3 1 9.68 14.29 11.98 Cyperus sp 4 6 0 10 2 32.26 28.57 30.41 Echinochloa colonum 5 0 0 5 1 16.13 14.29 15.21
Total 31 7 100 100 100
J1G5
Setaria plicata 2 0 0 2 1 7.14 10.00 8.57 Ipomoea triloba 4 6 2 12 3 42.86 30.00 36.43 Boreria latifolia 6 3 1 10 3 35.71 30.00 32.86 Euphorbia prunifolia 1 1 2 4 3 14.29 30.00 22.14
Total 28 10 100 100 100
J2G3
Echinochloa colonum 25 4 2 31 3 55.36 37.50 46.43 Axonopus compressus 3 0 0 3 1 5.36 12.50 8.93 Centotheca lappacaea 1 0 0 1 1 1.79 12.50 7.14 Boreria laevis 5 7 9 21 3 37.50 37.50 37.50
Total 56 8 100 100 100
J2G4 Boreria laevis 9 6 4 19 3 50.00 37.50 43.75 Euphorbia prunifolia 3 7 3 13 3 34.21 37.50 35.86 Echinochloa colonum 3 3 0 6 2 15.79 25.00 20.39
Total 38 8 100 100 100
J2G5
Boreria laevis 7 5 11 23 3 62.16 33.33 47.75 Echinochloa colonum 3 2 0 5 2 13.51 22.22 17.87 Boreria latifolia 1 3 2 6 3 16.22 33.33 24.77 Setaria plicata 3 0 0 3 1 8.11 11.11 9.61
Total 37 9 100 100 100
J3G3 Boreria latifolia 19 8 7 34 2 56.67 28.57 42.62 Echinochloa colonum 5 7 0 12 2 20.00 28.57 24.29 Ipomoea triloba 1 4 9 14 3 23.33 42.86 33.10
Total 60 7 100 100 100
J3G4
Ipomoea triloba 6 4 7 17 3 51.52 30.00 40.76 Euphorbia prunifolia 2 0 3 5 2 15.15 20.00 17.58 Boreria latifolia 1 0 2 3 2 9.09 20.00 14.55 Asysatasia intrusa 4 3 0 7 2 21.21 20.00 20.61 Mimosa invisa 0 1 0 1 1 3.03 10.00 6.52
Total 33 10 100 100 100
J3G5
Ipomoea triloba 6 4 4 14 3 34.15 25.00 29.57 Euphorbia prunifolia 2 4 2 8 3 19.51 25.00 22.26 Boreria latifolia 3 6 3 12 3 29.27 25.00 27.13 Asysatasia intrusa 3 2 0 5 2 12.20 16.67 14.43 Mimosa invisa 0 2 0 2 1 4.88 8.33 6.61
Total 41 12 100 100 100
37
Berdasarkan hasil identifikasi yang dilakukan setelah perlakuan terdapat
13 spesies gulma, yang terdiri dari 9 spesies dari golongan berdaun lebar, 3 spesies
dari golongan berdaun sempit dan 1 spesies dari golongan teki. Jumlah gulma dalam
barisan saat panen tertinggi pada perlakuan J3G3 sebanyak 60 individu dengan
didominasi gulma Boreria latifolia. Jumlah gulma dalam barisan terendah pada
perlakuan J1G5 sebanyak 28 individu dengan didominasi gulma Ipomoea
triloba.
Dari tabel 12 dapat diketahui bahwa gulma yang paling dominan adalah
Boreria laevis (SDR = 47.75 %), Echinochloa colonum (SDR = 46.43 %) dan
Boreria latifolia (SDR = 42.62 %).
data suksesi dgulma dalam barisan terbesar dapada kombinasi J1G4 sebesar
18.24 % dan data suksesi terendah pada perlakuan J3G3 sebesar 0 %, seperti yang
ditampilkan pada tabel 13.
38
Perlakuan Jenis Gulma Sebelum Sesudah
C (%) KM KM
J1G3
Ipomoea triloba 4 13 5.26 Euphorbia prunifolia 41 0
Cleome rutidospermae 27 0 Boreria latifolia 0 13 Echinochloa colonum 0 5 Cyperus sp 49 0
Total 121 31
J1G4
Cyperus sp 37 10 18.24 Echinochloa colonum 51 5
Lantana camara 10 0 Cleome rutidospermae 16 0 Ipomoea triloba 5 0 Euphorbia prunifolia 53 0 asam-asaman 1 0 Boreria latifolia 75 0 Erechtites sanchifolia 0 3 Boreria laevis 28 13
Total 276 31
J1G5
Lantana camara 23 0 17.67 Cleome rutidospermae 18 0
Euphorbia prunifolia 21 4 Ipomoea triloba 5 12 Boreria latifolia 69 10 Echinochloa colonum 38 0 Cyperus sp 8
0
Amaranthus spinosus 4
0 Setaria plicata 0 2 Axonopus compressus 1 0
Total 187 28
J2G3
Cyperus sp 91 0 0 Echinochloa colonum 0 31
Euphorbia prunifolia 37 0 Axonopus compressus 0 3 Centotheca lappacaea 0 1 Boreria laevis 0 21 Cleome rutidospermae 13 0
Total 141 56
J2G4
Euphorbia prunifolia 26 13 14.23 Cleome rutidospermae 11 0
Ipomoea triloba 5 0 Lantana camara 10 0 Boreria latifolia 88 0 Echinochloa colonum 48 6 Phillanthus niruri 5 0 Axonopus compressus 1 0 Boreria laevis 0 19 Cyperus sp 34 0 Asam-asaman 1 0
Total 229 38
J2G5
Euphorbia prunifolia 40 0 9.21 Boreria latifolia 12 6
Echinochloa colonum 24 5 Axonopus compressus 6 0 Ageratum conyzoides 4 0 Cleome rutidospermae 12 0 Ipomoea triloba 21 0 Cyperus sp 67 0 Boreria laevis 0 23 Lantana camara 15 0 Setaria plicata 0 3 Asam-asaman 1 0
Total 202 37
J3G3
Boreria latifolia 0 34 0 Echinochloa colonum 0 12
Ipomoea triloba 0 14 Euphorbia prunifolia 11 0 Cleome rutidospermae 12 0 Cyperus sp 139 0
Total 162 60
J3G4
Euphorbia prunifolia 70 5 11.35 Boreria latifolia 12 3
Cyperus sp 34 0 Phillanthus niruri 3 0 Cleome rutidospermae 15 0 Lantana camara 17 0 Ipomoea triloba 5 17 Asam-asaman 1 0 Echinochloa colonum 31 0 Asysatasia intrusa 0 7 Mimosa invisa 0 1 Clidemia hirta 8 0
Total 196 33
J3G5
Cyperus sp 125 0 14.08 Cleome rutidospermae 23 0
Boreria latifolia 45 12 Euphorbia prunifolia 41 8 Ipomoea triloba 0 14 Lantana camara 8 0 Asysatasia intrusa 0 5 Mimosa invisa 0 2 Echinochloa colonum 1 0
Total 243 41
Tabel 13. Data Identifikasi Gulma Dalam Barisan Sebelum Perlakuan
39
Gulma Antar Barisan
Identifikasi gulma antar barisan tanaman jagung sebelum perlakuan dapat
dilihat pada tabel 14.
Tabel 14. Data Identifikasi Gulma Antar Barisan Sebelum Perlakuan Perlakuan Jenis Gulma Blok KM FM KR (%) FR (%) SDR (%) 1 2 3
J1G3
Ipomoea triloba 5 2 0 7 2 4.96 15.38 10.17 Cyperus sp 2 5 15 22 3 15.60 23.08 19.34 Cleome rutidospermae 5 5 0 10 2 7.09 15.38 11.24 Ageratum conyzoides 2 0 0 2 1 1.42 7.69 4.56 Asystasia intrusa 1 0 0 1 1 0.71 7.69 4.20 Axonopus compressus 2 0 0 2 1 1.42 7.69 4.56 Euphorbia prunifolia 13 27 57 97 3 68.79 23.08 45.94
Total 141 13 100 100 100
J1G4
Lantana camara 18 3 1 22 3 8.06 15.00 11.53 Ipomoea triloba 2 2 0 4 2 1.47 10.00 5.73 Cleome rutidospermae 17 14 9 40 3 14.65 15.00 14.83 Cyperus sp 13 2 3 18 3 6.59 15.00 10.80 Euphorbia prunifolia 53 15 25 93 3 34.07 15.00 24.53 Boreria latifolia 2 51 27 80 3 29.30 15.00 22.15 Echinochloa colonum 1 14 0 15 2 5.49 10.00 7.75 Asam-asaman 1 0 0 1 1 0.37 5.00 2.68
Total 273 20 100 100 100
J1G5
Boreria latifolia 38 47 12 97 3 56.73 30.00 43.36 Ipomoea triloba 0 4 2 6 2 3.51 20.00 11.75 Cleome rutidospermae 8 4 0 12 2 7.02 20.00 13.51 Euphorbia prunifolia 24 1 31 56 3 32.75 30.00 31.37
Total 171 10 100 100 100
J2G3
Cyperus sp 120 15 83 218 3 71.94719 30.00 50.97 Setaria plicata 0 6 0 6 1 1.98 10.00 5.99 Euphorbia prunifolia 38 25 0 63 2 20.79 20.00 20.40 Cleome rutidospermae 0 7 1 8 2 2.64 20.00 11.32 Ipomoea triloba 7 0 0 7 1 2.31 10.00 6.16 Ageratum conyzoides 0 0 1 1 1 0.33 10.00 5.17
Total 303 10 5.280528 40 100.00
J2G4
Ipomoea triloba 1 2 4 7 3 3.87 15.79 9.83 Boreria latifolia 17 29 8 54 3 29.83 15.79 22.81 Cleome rutidospermae 6 12 3 21 3 11.60 15.79 13.70 Echinochloa colonum 0 13 0 13 1 7.18 5.26 6.22 Euphorbia prunifolia 15 3 7 25 3 13.81 15.79 14.80 Lantana camara 0 7 2 9 2 4.97 10.53 7.75 Asam-asaman 0 1 1 2 2 1.10 10.53 5.82 Cyperus sp 33 0 17 50 2 27.62 10.53 19.08
Total 181 19 100 100 100
J2G5
Ipomoea triloba 2 4 4 10 3 4.88 15.79 10.33 Cyperus sp 48 1 42 91 3 44.39 15.79 30.09 Euphorbia prunifolia 27 5 21 53 3 25.85 15.79 20.82 Cleome rutidospermae 0 7 7 14 2 6.83 10.53 8.68 Boreria latifolia 0 18 4 22 2 10.73 10.53 10.63 Echinochloa colonum 0 5 2 7 2 3.41 10.53 6.97 Lantana camara 0 2 2 4 2 1.95 10.53 6.24 Phillanthus niruri 3 1 0 4 2 1.95 10.53 6.24
Total 205 19 100 100 100
J3G3
Cyperus sp 15 50 34 99 3 57.56 30.00 43.78 Cleome rutidospermae 0 0 30 30 1 17.44 10.00 13.72 Echinochloa colonum 7 1 2 10 3 5.81 30.00 17.91 Ipomoea triloba 0 0 6 6 1 3.49 10.00 6.74 Euphorbia prunifolia 20 7 0 27 2 15.70 20.00 17.85
Total 172 10 100 100 100
J3G4
Ipomoea triloba 3 5 8 16 3 6.23 13.04 9.63 Cyperus sp 48 9 1 58 3 22.57 13.04 17.81 Cleome rutidospermae 7 15 10 32 3 12.45 13.04 12.75 Clidemia hirta 0 0 5 5 1 1.95 4.35 3.15 Boreria latifolia 29 1 33 63 3 24.51 13.04 18.78 Echinochloa colonum 3 7 13 23 3 8.95 13.04 11.00 Lantana camara 0 13 9 22 2 8.56 8.70 8.63 Euphorbia prunifolia 13 8 15 36 3 14.01 13.04 13.53 Phillanthus niruri 0 2 0 2 2 0.78 8.70 4.74
Total 257 23 100 100 100
J3G5
Ipomoea triloba 3 9 2 14 3 6.11 15.00 10.56 Euphorbia prunifolia 36 6 26 68 3 29.69 15.00 22.35 Lantana camara 0 1 10 11 2 4.80 10.00 7.40 Boreria latifolia 4 7 5 16 3 6.99 15.00 10.99 Cleome rutidospermae 0 2 16 18 2 7.86 10.00 8.93 Cyperus sp 21 0 26 47 2 20.52 10.00 15.26 Echiochloa colonum 9 16 26 51 3 22.27 15.00 18.64 Asam-asaman 0 1 3 4 2 1.75 10.00 5.87
Total 229 20 100 100 100
40
Berdasarkan hasil identifikasi yang dilakukan sebelum penyiangan terdapat
14 spesies gulma, yang terdiri dari 9 spesies dari golongan berdaun lebar, 4 spesies
dari golongan berdaun sempit dan 1 spesies dari golongan teki. Jumlah gulma antar
barisan sebelum perlakuan tertinggi pada perlakuan J2G3 sebanyak 303 individu
dengan didominasi gulma Cyperus sp. Jumlah gulma antar barisan sebelum
perlakuan terendah pada perlakuan J1G3 sebanyak 141 individu dengan didominasi
gulma Euphorbia prunifolia. Dari tabel 14 dapat diketahui bahwa gulma yang paling
dominan adalah Cyperus sp (SDR = 50.97 %), Euphorbia prunifolia (SDR = 45.94
%) dan Boreria latifolia (SDR = 43.36 %).
Identifikasi gulma antar barisan tanaman jagung sebelum perlakuan dapat
dilihat pada tabel 15.
Tabel 15. Data Identifikasi Gulma Antar Barisan Saat Panen Perlakuan nis Gulma Blok KM FM KR (%) FR (%) SDR (%) 1 2 3
J1G3
Asystasia intrusa 6 4 7 17 3 36.96 30.00 33.48 Boreria latifolia 3 7 2 12 3 26.09 30.00 28.04 Ipomoea triloba 3 5 8 16 3 34.78 30.00 32.39 Ageratum conyzoides 1 0 0 1 1 2.17 10.00 6.09
Total 46 10 100 100 100
J1G4
Ipomoea triloba 6 7 4 17 3 33.33 21.43 27.38 Asystasia intrusa 2 4 4 10 3 19.61 21.43 20.52 Echinochloa colonum 2 1 0 3 2 5.88 14.29 10.08 Boreria latifolia 1 4 2 7 3 13.73 21.43 17.58 Euphorbia prunifolia 5 3 6 14 3 27.45 21.43 24.44
Total 51 14 100 100 100
J1G5
Boreria latifolia 17 25 3 45 3 55.56 30.00 42.78 Ipomoea triloba 1 0 9 10 2 12.35 20.00 16.17 Echinochloa colonum 10 0 5 15 2 18.52 20.00 19.26 Boreria laevis 6 2 3 11 3 13.58 30.00 21.79
Total 81 10 100 100 100
J2G3
Echinochloa colonum 29 12 0 41 2 46.59091 22.22 34.41 Erechtites sanchifolia 3 0 0 3 1 3.41 11.11 7.26 Boreria latifolia 4 8 19 31 3 35.23 33.33 34.28 Euphorbia prunifolia 1 7 5 13 3 14.77 33.33 24.05
Total 88 9 100 100 100
J2G4 Boreria laevis 8 32 0 40 2 60.61 40.00 50.30 Asystasia intrusa 0 0 9 9 1 13.64 20.00 16.82 Echinochloa colonum 6 11 0 17 2 25.76 40.00 32.88
Total 66 5 100 100 100
J2G5
Boreria laevis 12 5 7 24 3 40.68 33.33 37.01 Sida rombifolia 1 0 0 1 1 1.69 11.11 6.40 Cyperus sp 1 8 0 9 2 15.25 22.22 18.74 Ipomoea triloba 0 0 7 7 1 11.86 11.11 11.49 Echinochloa colonum 4 14 0 18 2 30.51 22.22 26.37
Total 59 9 100 100 100
J3G3
Ipomoea triloba 2 2 4 8 3 18.18 27.27 22.73 Erechtites sachifolia 3 0 0 3 1 6.82 9.09 7.95 Echinochloa colonum 2 5 0 7 2 15.91 18.18 17.05 Euphorbia prunifolia 2 0 7 9 2 20.45 18.18 19.32 Boreria latifolia 8 3 6 17 3 38.64 27.27 32.95
Total 44 11 100 100 100
J3G4
Ipomoea triloba 6 4 6 16 3 36.36 27.27 31.82 Euphorbia prunifolia 3 0 1 4 2 9.09 18.18 13.64 Boreria latifolia 8 5 5 18 3 40.91 27.27 34.09 Asysatasia intrusa 3 2 1 6 3 13.64 27.27 20.45
Total 44 11 100 100 100
J3G5
Ipomoea triloba 6 9 4 19 3 34.55 27.27 30.91 Euphorbia prunifolia 6 4 0 10 2 18.18 18.18 18.18 Boreria latifolia 7 5 4 16 3 29.09 27.27 28.18 Asysatasia intrusa 3 5 2 10 3 18.18 27.27 22.73
Total 55 11 100 100 100
41
Berdasarkan hasil identifikasi yang dilakukan saat panen terdapat
10 spesies gulma, yang terdiri dari 8 spesies dari golongan berdaun lebar,
1 spesies dari golongan berdaun sempit dan 1 spesies dari golongan teki. Jumlah
gulma antar barisan saat panen tertinggi pada perlakuan J2G3 sebanyak
88 individu dengan didominasi gulma Echinochloa colonum. Jumlah gulma antar
barisan terendah pada perlakuan J3G4 dan J3G5 sebanyak 44 individu dengan
didominasi Boreria latifolia.
Dari tabel 15 dapat diketahui bahwa gulma yang paling dominan adalah
Boreria laevis (SDR = 50.30 %), Boreria latifolia (SDR = 42.78 %) dan
Echinochloa colonum (SDR = 34.41 %).
Suksesi gulma antar barisan terbesar pada perlakuan J1G5 sebesar 40.48 %
dan suksesi terendah pada perlakuan J2G3 sebesar 6.65 % seperti yang ditampilkan
pada Tabel 16.
42
Tabel 16. Data Suksesi Gulma Antar Barisan Sebelum Perlakuan dan Saat Panen Perlakuan Jenis Gulma Sebelum Sesudah C (%) KM KM
J1G3
Ipomoea triloba 7 16 9.63 Cyperus sp 22 0
Cleome rutidospermae 10 0 Ageratum conyzoides 2 1 Asystasia intrusa 1 17 Axonopus compressus 2 0 Boreria latifolia 0 12 Euphorbia prunifolia 97 0
Total 141 46
J1G4
Lantana camara 22 0 17.28 Ipomoea triloba 4 17
Cleome rutidospermae 40 0 Cyperus sp 18 0 Euphorbia prunifolia 93 14 Boreria latifolia 80 7 Echinochloa colonum 15 3 Asam-asaman 1 0 Asystasia intrusa 0 10
Total 273 51
J1G5
Boreria latifolia 97 45 40.48 Ipomoea triloba 6 10
Cleome rutidospermae 12 0 Euphorbia prunifolia 56 0 Echinochloa colonum 0 15 Boreria laevis 0 11
Total 171 81
J2G3
Cyperus sp 218 0 6.65 Setaria plicata 6 0
Euphorbia prunifolia 63 13 Cleome rutidospermae 8 0 Ipomoea triloba 7 0 Erechtites sachifolia 0 3 Ageratum conyzoides 1 0 Boreria latifolia 0 31 Echinochloa colonum 0 41
Total 303 88
J2G4
Ipomoea triloba 7 0 10.53 Boreria latifolia 54 0
Cleome rutidospermae 21 0 Echinochloa colonum 13 17 Euphorbia prunifolia 25 0 Lantana camara 9 0 Asam-asaman 2 0 Cyperus sp 50 0 Boreria laevis 0 40 Asystasia intrusa 0 9
Total 181 66
J2G5
Ipomoea triloba 10 7 17.42 Cyperus sp 91 9
Euphorbia prunifolia 53 0 Cleome rutidospermae 14 0 Boreria latifolia 22 0 Echinochloa colonum 7 18 Lantana camara 4 0 Phillanthus niruri 4 0 Boreria laevis 0 24 Sida rombifolia 0 1
Total 205 59
Cyperus sp 99 0 20.37
Cleome rutidospermae 30 0 Echinochloa colonum 10 7 J3G3 Ipomoea triloba 6 8
Euphorbia prunifolia 27 9
Boreria latifolia 0 17 Erechtites sachifolia 0 3
Total 172 44 J3G4 Ipomoea triloba 16 16 29.24
Cyperus sp 58 0
Cleome rutidospermae 32 0
Clidemia hirta 5 0
Boreria latifolia 63 18
Echinochloa colonum 23 0
Lantana camara 22 0
Euphorbia prunifolia 36 4
Phillanthus niruri 2 0 Asystasia intrusa 0 6
Total 257 44 J3G5 Ipomoea triloba 14 19 28.17
Euphorbia prunifolia 68 10
Lantana camara 11 0
Boreria latifolia 16 16
Cleome rutidospermae 18 0
Cyperus sp 47 0
Echiochloa colonum 51 0
Asam-asaman 4 0
Asystasia intrusa 0 10 Total 229 55
43
Bobot Kering Gulma Dalam Barisan
Bobot kering gulma dalam barisan setelah perlakuan pada sistem jarak tanam
dan metode pengendalian yang berbeda ditampilkan pada Tabel 17.
Tabel 17. Rataan bobot kering gulma dalam barisan Perlakuan Jenis Gulma Blok Rataan Total 1 2 3
J1G1 Euphorbia prunifolia 10.11 8.07 0.00 18.18 6.06 Asystasia intrusa 50.37 153.36 177.25 380.98 126.99 Boreria laevis 7.56 0.00 0.00 7.56 2.52
Total 406.72 135.57
J1G2 Boreria Latifolia 6.73 6.94 9.23 22.90 7.63 Ageratum conyzoides 3.45 2.37 0.00 5.82 1.94
Total 28.72 9.57
J1G3 Boreria latifolia 3.98 13.75 34.56 52.29 17.43 Ipomoea triloba 9.34 20.15 5.19 34.68 11.56 Echinochloa colonum 3.98 5.56 0.00 9.54 3.18
Total 96.51 32.17
J1G4
Boreria laevis 19.46 3.83 19.34 42.63 14.21 Erechtites sanchifolia 7.85 0.00 0.00 7.85 2.62 Cyperus sp 3.94 6.25 0.00 10.19 3.40 Echinochloa colonum 12.05 0.00 0.00 12.05 4.02
Total 72.72 24.24
J1G5
Setaria plicata 11.01 0.00 0.00 11.01 3.67 Ipomoea triloba 10.21 17.34 6.20 33.75 11.25 Boreria latifolia 13.00 9.23 8.25 30.48 10.16 Euphorbia prunifolia 4.41 3.56 3.33 11.30 3.77
Total 86.54 28.85
J2G1 Echinochloa colonum 10.01 8.67 0.00 18.68 6.23 Boreria latifolia 36.34 33.09 30.77 100.20 33.40 Sida rombifolia 0.00 5.57 0.00 5.57 1.86
Total 124.45 41.48
J2G2 Boreria latifolia 4.14 5.30 3.58 13.02 4.34 Cyperus sp 1.84 0.00 3.01 4.85 1.62
Total 17.87 5.96
J2G3
Echinochloa colonum 12.83 2.59 1.59 17.01 5.67 Axonopus compressus 4.89 0.00 0.00 4.89 1.63 Centotheca lappacaea 4.81 0.00 0.00 4.81 1.60 Boreria laevis 6.53 7.84 14.25 28.62 9.54
Total 55.33 18.44
J2G4 Boreria laevis 25.44 23.74 17.36 66.54 22.18 Euphorbia prunifolia 7.20 4.69 5.25 17.14 5.71 Echinochloa colonum 4.93 3.73 0.00 8.66 2.89
Total 92.34 30.78
J2G5
Boreria laevis 15.78 17.58 24.36 57.72 19.24 Echinochloa colonum 5.21 1.71 0.00 6.92 2.31 Boreria latifolia 7.96 13.34 12.38 33.68 11.23 Setaria plicata 8.66 0.00 0.00 8.66 2.89
Total 106.98 35.66
J3G1
Ipomoea triloba 10.16 16.45 13.32 39.93 13.31 Sida rombifolia 9.22 0.00 0.00 9.22 3.07 Boreria laevis 16.61 15.38 24.33 56.32 18.77 Euphorbia prunifolia 4.89 0.00 2.05 6.94 2.31 Eleusine indica 13.69 0.00 0.00 13.69 4.56 Echinochloa colonum 4.14 0.00 0.00 4.14 1.38
Total 130.24 43.41
J3G2 Boreria latifolia 3.37 4.04 3.77 11.18 3.73 Mimosa pudica 5.78 0.00 0.00 5.78 1.93
Total 16.96 5.65
J3G3 Boreria latifolia 4.63 3.47 7.25 15.35 5.12 Echinochloa colonum 4.40 5.32 0.00 9.72 3.24 Ipomoea triloba 4.65 3.75 3.76 12.16 4.05
Total 37.23 12.41
J3G4
Ipomoea triloba 5.23 8.36 4.47 18.06 6.02 Euphorbia prunifolia 6.28 0.00 7.56 13.84 4.61 Boreria latifolia 5.34 0.00 4.47 9.81 3.27 Asysatasia intrusa 10.56 4.23 0.00 14.79 4.93 Mimosa invisa 0.00 6.70 0.00 6.70 2.23
Total 63.20 21.07
J3G5
Ipomoea triloba 4.26 5.32 2.58 12.16 4.05 Euphorbia prunifolia 4.50 1.89 3.08 9.47 3.16 Boreria latifolia 4.56 2.69 3.56 10.81 3.60 Asysatasia intrusa 6.46 7.15 0.00 13.61 4.54 Mimosa invisa 0.00 5.64 0.00 5.64 1.88
Total 51.69 17.23
44
Rataan bobot gulma kering tertinggi pada perlakuan JIG1 sebesar 135.57 g
dengan didominasi gulma Asystasia intrusa (126.99 g) dan rataan bobot kering
gulma terendah pada perlakuan J3G2 sebesar 5.65 g yang didominasi gulma Boreria
latifolia (3.73 g).
Bobot Kering Gulma Antar Barisan
Rataan bobot gulma kering tertinggi pada perlakuan JIG1 sebesar 87.09 g
dengan didominasi gulma Asystasia intrusa (47.13 g) dan rataan bobot kering gulma
terendah pada perlakuan J2G2 sebesar 11.29 g yang didominasi gulma Boreria
latifolia (6.97 g). Bobot kering gulma antar barisan saat panen pada sistem jarak
tanam dan metode pengendalian yang berbeda ditampilkan pada Tabel 18.
45
Tabel 18. Rataan bobot kering gulma antar barisan
Perlakuan Jenis Gulma Blok KM FM 1.00 2.00 3.00
J1G1 Asystasia intrusa 60.03 45.87 35.48 141.38 47.13 Ipomoea triloba 22.43 36.94 49.72 109.09 36.36 Setaria plicata 10.81 0.00 0.00 10.81 3.60
Total 261.28 87.09
J1G2 Asystasia intrusa 8.65 0.00 0.00 8.65 2.88 Boreria latifolia 14.54 6.57 9.56 30.67 10.22
Total 39.32 13.11
J1G3
Asystasia intrusa 9.15 6.30 15.73 31.18 10.39 Boreria latifolia 11.93 24.59 13.56 50.08 16.69 Ipomoea triloba 6.23 11.49 24.20 41.92 13.97 Ageratum conyzoides 8.26 0.00 0.00 8.26 2.75
Total 131.44 43.81
J1G4
Ipomoea triloba 8.56 16.34 5.78 30.68 10.23 Asystasia intrusa 9.98 16.45 20.93 47.36 15.79 Echinochloa colonum 5.05 4.67 0.00 9.72 3.24 Boreria latifolia 6.10 14.54 5.87 26.51 8.84 Euphorbia prunifolia 7.15 6.71 4.37 18.23 6.08
Total 132.50 44.17
J1G5
Boreria latifolia 33.52 56.98 4.76 95.26 31.75 Ipomoea triloba 5.45 0.00 25.34 30.79 10.26 Echinochloa colonum 7.66 0.00 9.04 16.70 5.57 Boreria laevis 10.89 5.98 3.87 20.74 6.91
Total 163.49 54.50
J2G1 Boreria latifolia 30.48 25.87 27.45 83.80 27.93 Setaria plicata 20.96 0.00 2.78 23.74 7.91 Echinochloa colonum 8.14 8.56 24.43 41.13 13.71
Total 148.67 49.56
J2G2 Asystasia intrusa 8.56 4.39 0.00 12.95 4.32 Boreria latifolia 5.32 7.84 7.76 20.92 6.97
Total 33.87 11.29
J2G3
Echinochloa colonum 22.18 14.47 0.00 36.65 12.22 Erechtites sanchifolia 5.78 0.00 0.00 5.78 1.93 Boreria latifolia 9.45 14.53 18.54 42.52 14.17 Euphorbia prunifolia 5.86 6.42 9.43 21.71 7.24
Total 106.66 35.55
J2G4 Boreria laevis 17.97 16.67 0.00 34.64 11.55 Asystasia intrusa 0.00 0.00 32.45 32.45 10.82 Echinochloa colonum 14.81 14.34 0.00 29.15 9.72
Total 96.24 32.08
J2G5
Boreria laevis 12.12 5.34 9.58 27.04 9.01 Sida rombifolia 6.34 0.00 0.00 6.34 2.11 Cyperus sp 5.69 14.41 0.00 20.10 6.70 Ipomoea triloba 0.00 0.00 5.07 5.07 1.69 Echinochloa colonum 8.16 23.98 0.00 32.14 10.71
Total 90.69 30.23
J3G1
Boreria latifolia 9.78 6.93 4.34 21.05 7.02 Echinochloa colonum 8.57 65.45 7.05 81.07 27.02 Euphorbia prunifolia 7.97 5.45 0.00 13.42 4.47 Ipomoea triloba 7.27 4.65 9.49 21.41 7.14 Erechtites sanchifolia 9.64 0.00 0.00 9.64 3.21 Asystasia intrusa 10.39 8.36 14.34 33.09 11.03
Total 179.68 59.89
J3G2 Asystasia intrusa 14.86 10.48 7.34 32.68 10.89 Boreria latifolia 7.39 7.34 0.00 14.73 4.91
Total 47.41 15.80
J3G3
Ipomoea triloba 8.73 6.49 3.32 18.54 6.18 Erechtites sachifolia 7.97 0.00 0.00 7.97 2.66 Echinochloa colonum 6.88 9.58 0.00 16.46 5.49 Euphorbia prunifolia 6.49 0.00 25.34 31.83 10.61 Boreria latifolia 22.73 6.37 11.05 40.15 13.38
Total 114.95 38.32
J3G4
Ipomoea triloba 5.95 6.78 3.86 16.59 5.53 Euphorbia prunifolia 7.43 0.00 3.96 11.39 3.80 Boreria latifolia 12.04 13.75 10.20 35.99 12.00 Asysatasia intrusa 8.94 8.49 5.29 22.72 7.57
Total 86.69 28.90
J3G5
Ipomoea triloba 9.54 5.43 7.93 22.90 7.63 Euphorbia prunifolia 14.52 5.49 0.00 20.01 6.67 Boreria latifolia 12.54 7.02 5.87 25.43 8.48 Asysatasia intrusa 4.76 9.54 4.92 19.22 6.41
Total 87.56 29.19
46
Pembahasan
Pengaruh Sistem Jarak Tanam Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Jagung Varietas DK3
Jarak tanam yang lebih sempit meningkatkan persaingan antar jagung.
Sistem satu baris memiliki persaingan yang lebih rendah sehingga mampu
memberikan pertumbuhan yang lebih baik. Hal ini dapat kita lihat pada sistem satu
baris yang dapat memberikan tinggi jagung tertinggi dibandingkan dua baris dan
baris segitiga. Sedangkan antara sistem dua baris dan baris segitiga memperlihatkan
tinggi tanaman yang tidak berbeda jauh karena populasi kedua sistem sistem jarak
tanam tersebut hampir sama sehingga tingkat persaingan antar tanaman yang terjadi
tidak jauh berbeda pula.
Produksi per tanaman pada satu baris tidak berbeda nyata dengan baris
segitiga padahal tinggi tanaman antara kedua sistem tersebut berbeda nyata. Hal ini
mungkin karena tanaman pada baris segitiga mampu memberikan hasil assimilat
yang maksimal. Produksi ini mungkin disebabkan karena hasil assimilat lebih
sedikit yang dipergunakan untuk pembentukan batang sehingga menambah
produksi.
Seperti yang dinyatakan oleh Barri (2003) bahwa sistem jarak tanam
mempengaruhi cahaya, angin serta unsur hara yang diperoleh tanaman yang pada
akhirnya memberikan pengaruh yang berbeda pada parameter pertumbuhan dan
produksi jagung. Hal ini diperlihatkan pada tinggi tanaman dan persentase jumlah
tanaman bertongkol dua per plot, dimana persetase tertinggi diperlihatkan pada
perlakuan satu baris. Penyebab yang mungkin terjadi karena tanaman mendapatkan
cahaya serta unsur hara yang cukup sehingga mampu tumbuh dan melakukan proses
47
assimilasi dengan lebih baik yang pada akhirnya mampu membuat tanaman jagung
mengeluarkan tongkol kedua walaupun hasil tongkol kedua tidak ada.
Jarak tanam yang lebih sempit akan meningkatkan populasi yang bertujuan
agar memberikan produksi per hektar yang lebih besar. Sistem baris segitiga
memiliki populasi yang lebih besar dibandingkan satu baris serta dua baris.
Walaupun produksi per tanaman lebih besar pada sistem satu baris, ternyata dengan
populasi yang lebih banyak lebih mampu memberikan produksi per ha yang lebih
maksimal. Hal ini juga diperlihatkan oleh Maddonni et al (2006) dimana jarak yang
lebih sempit mampu meningkatkan produksi per ha yang lebih besar.
Pada sistem baris segitiga mempunyai kepadatan populasi yang lebih besar
dibandingkan sistem dua baris. Namun ternyata memberikan bobot 100 biji,
produksi per tanaman serta persentase jumlah tanaman bertongkol dua per plot yang
lebih besar dibandingkan sistem dua baris. Diduga hal ini berkaitan dengan efisiensi
cahaya matahari yang diterima pada jagung untuk kedua sistem jarak tanam tersebut.
Dengan sistem dua baris, daun jagung yang berdekatan akan lebih banyak yang
tumpang tindih sehingga penyerapan cahaya matahari lebih sedikit dibandingkan
sistem baris segitiga. Karena pada baris segitiga, posisi jagung akan memberikan
ruang yang lebih sehingga daun yang tunpang tindih lebih sedikit.
Pengaruh Metode Pengendalian Gulma Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Jagung Varietas DK3
Pertanaman tanpa pengendalian menurunkan pertumbuhan tanaman seperti
tinggi. Tanaman tanpa pengendalian gulma memberikan penurunan sebesar 1.6%
dibandingkan tanaman bebas gulma. Pengendalian mekanik, penyemprotan glifosat
serta paraquat masing-masing memberikan tinggi tanaman yang tidak berbeda
dengan tinggi tanaman bebas gulma. Hal ini mungkin disebabkan karena keberadaan
48
gulma tidak sampai memberikan pengaruh yang besar pada kemampuan tanaman
dalam pertumbuhan batang.
Umur berbunga dipengaruhi oleh ketersediaan unsur hara, air serta cahaya
matahari. Didapatkan umur berbunga yang berbeda pada pengendalian gulma yag
berbeda pula. Pengendalian mekanik memberikan umur berbunga tercepat
dibandingkan penyemprotan glifosat. Sedangkan penyemprotan paraquat walaupun
tidak berbeda nyata dengan glifosat tetap lebih mampu memberikan umur berbunga
yang lebih cepat. Hal ini mungkin disebabkan karena waktu bereaksi tanaman akibat
paraquat lebih cepat sehingga pemulihannya juga lebih cepat yang akhirnya tanaman
dapat kembali melakukan metabolismenya.
Pengendalian gulma berpengaruh nyata terhadap bobot 100 biji. Tetapi
metode pengendalian yang diuji tidak memberikan perbedaan yang nyata satu sama
lain bahkan dibandingkan dengan bobot 100 biji tanaman bebas gulma. Namun hasil
yang berbeda didapatkan pada produksi per tanaman dimana hanya pengendalian
mekanik memberikan produksi per tanaman tertinggi dan berbeda tidak nyata
dengan produksi per tanaman bebas gulma. Hal ini mungkin disebabkan karena
pengendalian mekanik memberikan jumlah biji yang lebih banyak sehingga
produksi per tanamannya lebih besar dibandingkan penyemprotan glifosat dan
paraquat.
Hasil yang sama juga diperlihatkan pada parameter persentase jumlah
tanaman bertongkol dua per plot dan produksi per hektar dimana pengendalian
mekanik memberikan nilai tertinggi dan berbeda tidak nyata dengan yang
didapatkan tanaman bebas gulma. Pengendalian mekanik yang dilakukan pada saat
tanaman berumur MST sehingga periode kompetisi antara tanaman dengan gulma
lebih cepat dibandingkan penyemprotan glifosat dan paraquat yang dilakukan saat
49
tanaman berumur 4 MST. Hasil seperti ini sama seperti yang didapatkan oleh
Tanveer et al (1999) yaitu pengendalian gulma saat tanaman berumur 20 MST
memberikan hasil terbaik pada parameter produksi.
Pengaruh Sistem Jarak Tanam dan Metode Pengendalian Gulma Terhadap Produksi Jagung Varietas DK3
Sistem jarak tanam selain bertujuan dalam mempengaruhi kerapatan populasi
tetapi juga menjadi metode pengendalian gulma yang dapat diterapkan. Secara
umum kombinasi kedua perlakuan yang memberikan persentase jumlah tanaman
bertongkol dua per plot tertinggi adalah sistem satu baris dengan pengendalian
mekanik (J1G3). Bila dibandingkan dalam masing-masing sistem jarak tanam
ternyata metode pengendalian memberikan persentase jumlah tanaman bertongkol
dua yang berbeda-beda. Pada sistem satu baris, pengendalian mekanik adalah yang
tertinggi dan berbeda nyata dengan glifosat serta paraquat. Pada sistem dua baris,
pegendalian mekanik memberikan persentase yang lebih besar namun tidak berbeda
nyata dengan penyemprotan paraquat. Lain halnya dengan sistem baris segitiga yang
ternyata ketiga pengendalian gulma memberikan persentase yang berbeda tidak
nyata satu sama lain.
Berkebalikan dari persentase jumlah tanaman bertongkol dua, nilai tertinggi
untuk parameter produksi per hekatar diperlihatkan pada jarak tanam yang lebih
sempit yaitu kombinasi sistem baris segitiga dengan pengendalian mekanik (J3G3).
Sedangkan metode pengendalian gulma pada masig-masing sistem jarak tanam
memberikan hasil yang tidak berbeda dari persentase jumlah tanaman bertongkol
dua per plot.
50
Gulma Pada Tanaman Jagung
Gulma dalam barisan sebelum perlakuan didominasi oleh Cyperus sp (SDR
= 64,33 %), Euphorbia prunifolia (SDR = 31,87 %) dan Boreria latifolia (SDR =
25,74 %) sedangkan setelah perlakuan didominasi oleh Boreria laevis
(SDR = 47,75 %), Echinochloa colonum (SDR = 46,43 %) dan Boreria latifolia
(SDR = 42,62 %). Gulma antar barisan sebelum perlakuan didominasi oleh Cyperus
sp (SDR = 50,97 %), Euphorbia prunifolia (SDR = 45,94 %) dan Boreria latifolia
(SDR = 43,36 %) sedangkan setelah perlakuan didominasi oleh Boreria laevis (SDR
= 50,30 %), Boreria latifolia (SDR = 42,78 %) dan Echinochloa colonum (SDR =
34,41 %). Sebelum perlakuan, gulma dominan berupa teki-tekian dan setelah
perlakuan terjadi pergeseran menjadi gulma berdaun lebar. Perubahan ini terjadi
akibat tanaman jagung sudah tumbuh lebih besar dan menaungi gulma di bawahnya.
Jumlah gulma dalam barisan sebelum perlakuan tertinggi pada perlakuan
J1G4 sebanyak 276 individu dengan didominasi gulma Boreria latifolia sedangkan
setelah perlakuan, tertinggi pada perlakuan J3G3 sebanyak 60 individu dengan
didominasi gulma Boreria latifolia. Dengan metode pengendalian gulma yang
digunakan ternyata gulma Boreria latifolia masih dapat terus mendominasi karena
batangnya akan membentuk akar dan tumbuh manjadi tanaman baru jika
bersentuhan dengan tanah sehingga penyebarannya menjadi cepat.
Gulma membutuhkan cahaya untuk berkecambah dan tumbuh. Terjadi
perbedaan jumlah gulma yang tumbuh di dalam barisan dengan yang berada di
antara barisan. Jumlah gulma dalam barisan tertinggi sebelum perlakuan pada
perlakuan J1G4 sebanyak 276 individu sedangkan gulma antar barisan sebelum
perlakuan tertinggi pada perlakuan J2G3 sebanyak 303 individu. Lebih banyak
gulma yang tumbuh di antara barisan dibandingkan yang tumbuh di dalam barisan,
51
karena naungan dari tanaman jagung lebih banyak di dalam barisan dibandingkan di
antara barisan.
Dari tabel 14 didapatkan data suksesi terbesar pada perlakuan J1G4 yaitu
Sebesar 18,24 % dan data suksesi terendah pada perlakuan J3G3 sebesar 0 %. Hasil
suksesi memberi gambaran pergeseran populasi gulma yang dominan sebelum
dengan sesudah perlakuan. Pada perlakuan didapatkan suksesi 18.24 % yang
menggambarkan populasi yang tumbuh akibat perlakuan penyemprotan glifosat
mengalami pergeseran sebesar 81,76%. Bila dibandingkan dengan perlakuan dicabut
yang mengalami pergeseran 100%, didapatkan bahwa perlakuan glifosat tidak
efektif dalam upaya mencegah gulma tidak tumbuh kembali. Herbisida glifosat
adalah herbisida yang mobil dan ditranslokasikan ke seluruh tubuh tanaman.
Ketidakefektifan ini dapat disebabkan oleh kurangnya keakuratan dalam
penyemprotan sehingga larutan herbisida tidak mengenai daun gulma.
Data suksesi terbesar gulma antar baris pada perlakuan J1G5 yaitu
40,48 % dan terendah pada perlakuan J2G3 sebesar 6,65 %. Dari hasil penelitian,
pergeseran populasi gulma yang tumbuh pada perlakuan J1G5 sebesar 59.52%.
Penyemprotan paraquat ternyata tidak efektif untuk mencegah gulma untuk tumbuh
kembali terutama untuk gulma yang dapat menyebar dengan organ vegetatifnya.
Sedangkan perlakuan dicabut mampu memberikan pergeseran sebesar 93.35%.
Dengan metode pencabutan, gulma dikendalikan mulai dari akar hingga pucuk
terakhir sehingga gulma tersebut tidak tumbuh kembali kecuali yang berasal dari
seedbank yang berada di dalam tanah.
Rataan bobot kering gulma dalam baris tertinggi pada perlakuan JIG1
sebesar 135.57 g yang didominasi gulma Asystasia intrusa (126.99 g) dan rataan
bobot kering gulma terendah pada perlakuan J3G2 sebesar 5.65 g yang didominasi
52
gulma Boreria latifolia (3.73 g). Perlakuan J1G1 memiliki jarak tanam yang
renggang dengan tanpa ada pengendalian gulma sepanjang tanam, hal ini tentu saja
memberi bobot kering gulma terbesar dari semua perlakuan yang diberikan.
Perlakuan J3G2 memberikan bobot kering gulma terendah karena sistem jarak
tanam segiitga yang diterapkan memberikan ruang yang lebih baik untuk tanaman
jagung untuk mendapat cahaya namun memberikan naungan yang lebih banyak
untuk gulma yang berada di bawahnya dan didukung oleh pengendalian bebas
gulma sepanjang musim tanam sehingga pada saat panen gulma yang tumbuh lebih
sedikit.
Rataan bobot gulma kering antar baris tertinggi pada perlakuan JIG1 sebesar
87.03 g yang didominasi gulma Asystasia intrusa (47.13 g) dan rataan bobot kering
gulma terendah pada perlakuan J2G2 sebesar 11.29 g yang didominasi gulma
Boreria latifolia (6.97 g). Keberadaan gulma Asystasia intrusa serta Boreria latifolia
merupakan gulma yang paling dominan karena pertumbuhan dan penyebarannya
yang cepat sehingga kemampuannya untuk menyerap unsur hara lebih kompetitif
dibandingkan gulma lain di sekitarnya.
53
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Sistem jarak tanam berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman 8 MST,
produksi per tanaman, persentase jumlah tanaman bertongkol dua per tanaman,
dan produksi per hektar, tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman
2, 4, dan 6 MST, jumlah klorofil, umur berbunga, bobot 100 biji, nilai indeks
panen, persentase kerusakan tanaman jagung dan persentase pemulihan
tanaman jagung.
2. Metode pengendalian gulma berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman 4, 6,
dan 8 MST, umur berbunga, bobot 100 biji, produksi per tanaman, persentase
jumlah tanaman bertongkol dua per plot, dan produksi per hektar, tetapi
berpengaruh tidak nyata pada tinggi tanaman 2 MST, jumlah klorofil, nilai
indeks panen, persentase kerusakan tanaman jagung dan persentase pemulihan
tanaman jagung.
3. Interaksi kedua perlakuan hanya berpengaruh nyata terhadap persentase jumlah
tanaman bertongkol dua per plot dan produksi per hektar
4. Peningkatan produksi per hektar pada sistem jarak tanam segitiga sebesar 52.9
% dan sistem dua baris sebesar 34.1 % bila dibandingkan dengan sistem satu
baris.
5. Pengendalian manual umur 2 MST mampu menekan keberadaan gulma
sehingga mampu meningkatkan pertumbuhan dan produksi jagung mendekati
jagung bebas gulma.
6. Kombinasi perlakuan yang memberikan produksi per hektar tertinggi adalah
jarak tanam segitiga dengan pengendalian mekanik (J3G3) sebesar 18.55 ton.
54
7. Kerusakan dan pemulihan pada tanaman jagung yang diakibatkan
penyemprotan glifosat dan paraquat tidak berbeda nyata.
8. Terjadi perubahan perubahan populasi gulma antara sebelum dengan sesudah
perlakuan pada pengendalian manual, sedangkan perlakuan herbisida tidak
memberikan perubahan populasi yang besar.
Saran
Sebaiknya dalam budidaya jagung diterapkan kombinasi perlakuan jarak
tanam segitiga dan pengendalian manual umur 2 MST (J3G3) karena mampu
memberikan produksi per hektar tertinggi.
55
DAFTAR PUSTAKA
Andrade, F.H., P.Calvino, A. Cirilo and P. Barbieri. 2002. Yield Responses to Narrow Rows Depend on Increased Radiation Interception. Agron. J. 94:975-980
Badan Pusat Statistika, 2008. Harvested Area, Yield Rate and Production of Maize
by Province, 2006-2007. www.bps.go.id . Dikutip 28 Februari 2008. Barbieri, P.A., H.R.S. Rozas, F.H. Andrade and H.E. Echeverria. 2000. Soil
Management; Row Spacing Effects at Different Levels of Nitrogen Availability in Maize. Agron. J. 92:283-288
Barri, N. L. 2003. Peremajaan Kelapa Berbasis Usahatani Polikultur Penopang
Pendapatan Petani Berkelanjutan. Makalah falsafah Sains (PPs 702) Program Pasca Sarjana/S3. Institut Pertanian Bogor. Desember 2003. Diakses 15 Mei 2008.
Barus, E. 2003. Pengendalian Gulma di Perkebunan; Efektifitas dan Efisiensi
Aplikasi Herbisida. Kanisius, Yogyakarta. Bangun, M.K., 1991. Rancangan Percobaan. Fakultas Pertanian. Universitas
Sumatera Utara, Medan. Chikoye, D., U.E. Udensi and S. Ogunyemi. 2005. Integrated Management of
Cogongrass (Imperata cyliandrica L. Rauesch) in Corn Using Tillage, Glyphosate, Row Spacing, Cultivar, and Cover Cropping. Agron. J. 97:1164-1171.
Cox, W.J., D.R. Cherney and J.J. Hanchar. 2006. Row Spacing, hybrid, and Plant
Density Effects on Corn Silage Yield and Quality. J. Prod. Agric. 11:128-134. In Row Spacing, Plant Density and Hybrids Effects on Corn Grain Yield and Moisture. 2001. Agron. J. 93:1049-1053.
Donald, W.W. 2000. Timing and Frequency of Between-Row Mowing and Band
Applied Herbicide for Annual Weed Control in Soybean. Agron. J. 92:1013-1019.
Farnhamm, D.E. 2001. Row Spacing, Plant Density, and Hybrid Effects on Corn
Grain Yield and Moisture. Agron J. 93:1049-1053. Fadhly, A.F., dan F. Tabri. 2007. Pengendalian Gulma Pada Pertanaman Jagung.
http://balit.litbang.co.id.bukujagung.pdf. 2 januari 2009. http://fp.uns.ac.id/~hamasains/dasarperlintan-4.htm. 2006. Dasar Perlindungan
Tanaman. Hal. 11
56
Irfan, M. 1999. Respon Tanaman Jagung (Zea mays L.) Terhadap Pengolahan Tanah dan Kerapatan Tanam Pada Tanah Andisol dan Ultisol. Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara, Medan. Hal. 7, 13.
Klingman, G.C., F.M. Ashton and L.J. Noordhoff. 1975. Weed Science: Principles
and Practices. John Wiley & Sons, New York, 431p. Lafitte, H.R. 1994. Identifying Productio Problems in Tropical Maize: a Field
Giude. CIMMYT, Mexico. Liu, W., M. Tollenaar, G. Stewart and W. Deen. 2004. Within-Row Plat Spacing
Variability Does Not Effect Corn Yield. Agron. J. 96:275-280. Maddonni, G.A., A.G. Cirilo and M.E. Otegui. 2006. Row Width and Maize Grain
Yield. Agron. J. 98:1532-1543 Moenandir, H. J., 1993. Pengantar Ilmu dan Pengendalian Gulma. Rajawali Pers,
Jakarta. Hal. 83 Moenandir, H. J., 1988. Fisiologi Herbisida. Rajawali Pers. Jakarta. Pederson, P. and J.G. Lauer. 2003. Corn and Soybean Response to Rotation
Sequence, Row Spacing and Tillage System. Agron. J. 95:965-971. Setyati, S. 1983. Pengantar Agronomi. Gramedia, Jakarta. Hal. 168-169. Simamora, T.J. 2007. Pengaruh waktu penyiangan dan jarak tanam Terhadap
pertumbuhan dan hasil tanaman Jagung (Zea mays L.) Varietas DK3. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Stalcup, L. 2008. Twin Rows Help Boost Yields: Stil, The Jury’s Out on Whether
Twin Rows are Always Profitable. Corn and Soybean Digest; Jan 2008; 68,1; ABI/Inform Trade and Industry. Pg. 6.
Sukman, Y. dan Yakup, 1995. Gulma dan Tehnik Pengendaliannya. RajaGrafindo
Persada, Jakarta. Tanveer, A., M. Ayub, A.A.R. Ahmad. 1999. Weed-Crop Competition in Maize
Relation to Row Spacing and Duration. Pakistan Journal of Biological Sci. 2(2):363-364.
Tjitrosoedirdjo, S., I.H. Utomo, dan J. Wiroatmodjo. 1984. Pengelolaa Gulma di
Perkebunan. Badan Penerbit Kerjasama Biotrop Bogor dan Gramedia, Bogor. Triharso. 1995. Dasar – Dasar Perlindungan Tanaman. Universitas Gadjah Mada
Press, Yogyakarta.
57
Westgate, M.E., F. Forcella, D.C. Reicosky and J. Somsen. 1997. Rapid Canopy Closure for Maize Production in the Northern U.S. Corn Belt: Radiation-use Efficiency and Grain Yield. Field Crops Res. 49:249-258.
Yun. 2008. Angkat Pertanian, Keltan Diminta Produktif. Padang Ekspres.
24 Maret 2008. www.posmetropadang.com. Diakses 23 Juli 2008.
58
Lampiran 1. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 2 MST (cm)
Jarak Tanam Pengendalian Blok Jumlah Rataan Gulma 1 2 3
J1
G1 49.12 56.75 59.01 164.88 54.96 G2 52.63 55.60 56.90 165.13 55.04 G3 52.70 57.31 54.95 164.96 54.99 G4 50.11 54.73 57.58 162.42 54.14 G5 55.25 56.15 52.65 164.05 54.68
Total
259.81 280.54 281.09 821.44 54.76
J2
G1 54.96 53.33 55.00 163.29 54.43 G2 55.75 55.93 55.87 167.55 55.85 G3 59.01 56.21 54.80 170.02 56.67 G4 52.27 55.90 57.58 165.75 55.25 G5 54.90 56.74 55.08 166.72 55.57
Total
276.89 278.11 278.33 833.33 55.56
J3
G1 53.33 54.23 57.60 165.16 55.05 G2 55.25 55.28 55.22 165.75 55.25 G3 54.12 54.40 54.59 163.11 54.37 G4 56.26 51.58 54.56 162.40 54.13 G5 55.33 55.60 56.65 167.58 55.86
Total
274.29 271.09 278.62 824.00 54.93 Total Blok 810.99 829.74 838.04 2478.77 55.08
Lampiran 2. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 2 MST
SK dB JK KT F.Hit F.Tabel 0.05
Blok 2 25.60 12.80 1.31 tn 6.94 Jarak Tanam (J) 2 5.22 2.61 0.27 tn 6.94 Galat Jarak Tanam 4 39.21 9.80 - - - Peng. Gulma (G) 4 5.79 1.45 0.37 tn 2.76 Interaksi (JxG) 8 9.78 1.22 0.31 tn 2.36 Galat Peng. Gulma 24 94.39 3.93 - - - Total 44 179.99
Ket: KKJ = 5.68
KKG = 3.60
* = Nyata
tn = Tidak Nyata
59
Lampiran 3. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 4 MST (cm)
Jarak Tanam Pengendalian Blok Jumlah Rataan Gulma 1 2 3
J1
G1 107.38 104.84 112.05 324.27 108.09 G2 111.8 115.01 109.94 336.75 112.25 G3 109.95 109.55 109.46 328.96 109.65 G4 108.95 107.56 108.46 324.97 108.32 G5 107.59 110.85 106.76 325.20 108.40
Total
545.67 547.81 546.67 1640.15 109.34
J2
G1 106.44 104.98 109.22 320.64 106.88 G2 108.29 106.4 115.26 329.95 109.98 G3 111.55 104.95 107.41 323.91 107.97 G4 107.51 104.59 108.83 320.93 106.98 G5 105.27 101.24 112.54 319.05 106.35
Total
539.06 522.16 553.26 1614.48 107.63
J3
G1 110.41 102.78 107.8 320.99 107.00 G2 113.2 107.57 110.03 330.80 110.27 G3 112.2 104.99 108.31 325.50 108.50 G4 108.28 104.11 106.48 318.87 106.29 G5 106.22 102.99 109.24 318.45 106.15
Total
550.31 522.44 541.86 1614.61 107.64 Total Blok 1635.04 1592.41 1641.79 4869.24 108.21
Lampiran 4. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 4 MST
SK dB JK KT F.Hit F.Tabel 0.05
Blok 2 95.58 47.79 2.29 tn 6.94 Jarak Tanam (J) 2 29.14 14.57 0.70 tn 6.94 Galat Jarak Tanam 4 83.52 20.88 - - - Peng. Gulma (G) 4 94.41 23.60 4.65 * 2.76 Interaksi (JxG) 8 2.85 0.36 0.07 tn 2.36 Galat Peng. Gulma 24 121.71 5.07 - - - Total 44 427.22
Ket: KKJ = 4.22
KKG = 2.08
* = Nyata
tn = Tidak Nyata
60
Lampiran 5. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 6 MST (cm)
Jarak Tanam Pengendalian Blok Jumlah Rataan Gulma 1 2 3
J1
G1 171.5 167.8 179.9 519.20 173.07 G2 187.7 179.6 192.6 559.90 186.63 G3 185.2 180.6 193.6 559.40 186.47 G4 181.1 189.2 187.3 557.60 185.87 G5 187.9 185.4 182.6 555.90 185.30
Total
913.40 902.60 936.00 2752.00 183.47
J2
G1 171.6 169.6 174.8 516.00 172.00 G2 186.8 182.1 190.4 559.30 186.43 G3 186.1 182.3 187.8 556.20 185.40 G4 183.7 178.7 189.7 552.10 184.03 G5 183.7 179.9 187.7 551.30 183.77
Total
911.90 892.60 930.40 2734.90 182.33
J3
G1 173.6 171.2 174.2 519.00 173.00 G2 185.7 181.3 191.1 558.10 186.03 G3 185.2 182.8 189.7 557.70 185.90 G4 180.6 188 183.6 552.20 184.07 G5 179.2 187.9 183.8 550.90 183.63
Total
904.30 911.20 922.40 2737.90 182.53 Total Blok 2729.60 2706.40 2788.80 8224.80 182.77
Lampiran 6. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 6 MST
SK dB JK KT F.Hit F.Tabel 0.05
Blok 2 240.73 120.36 9.30 * 6.94 Jarak Tanam (J) 2 11.12 5.56 0.43 tn 6.94 Galat Jarak Tanam 4 51.75 12.94 - - - Peng. Gulma (G) 4 1171.78 292.95 22.96 * 2.76 Interaksi (JxG) 8 5.04 0.63 0.05 tn 2.36 Galat Peng. Gulma 24 306.19 12.76 - - - Total 44 1786.61
Ket: KKJ = 1.97
KKG = 1.95
* = Nyata
tn = Tidak Nyata
61
Lampiran 7. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 8 MST (cm)
Jarak Tanam Pengendalian Blok Jumlah Rataan Gulma 1 2 3
J1
G1 259.4 264.7 262.7 786.80 262.27 G2 270.1 269.4 269.9 809.40 269.80 G3 272.9 266.7 269.6 809.20 269.73 G4 267.4 271.3 264.7 803.40 267.80 G5 264.2 267.5 270 801.70 267.23
Total
1334.00 1339.60 1336.90 4010.50 267.37
J2
G1 259.3 261.8 257.2 778.30 259.43 G2 262.2 266.1 258.8 787.10 262.37 G3 258.4 262.5 264.8 785.70 261.90 G4 264.5 261.1 259.2 784.80 261.60 G5 255.8 266.6 263.3 785.70 261.90
Total
1300.20 1318.10 1303.30 3921.60 261.44
J3
G1 258.3 259.4 261.1 778.80 259.60 G2 260.1 262.2 264.1 786.40 262.13 G3 256 262.4 266.5 784.90 261.63 G4 255.8 260.8 264.3 780.90 260.30 G5 254.1 258.8 266.2 779.10 259.70
Total
1284.30 1303.60 1322.20 3910.10 260.67 Total Blok 3918.50 3961.30 3962.40 11842.20 263.16
Lampiran 8. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 8 MST
SK dB JK KT F.Hit F.Tabel 0.05
Blok 2 83.56 41.78 1.67 tn 6.94 Jarak Tanam (J) 2 402.57 201.28 8.06 * 6.94 Galat Jarak Tanam 4 99.84 24.96 - - - Peng. Gulma (G) 4 104.95 26.24 3.11 * 2.76 Interaksi (JxG) 8 40.14 5.02 0.60 tn 2.36 Galat Peng. Gulma 24 202.29 8.43 - - - Total 44 933.35
Ket: KKJ = 1.90
KKG = 1.10
* = Nyata
tn = Tidak Nyata
62
Lampiran 9. Data Pengamatan Jumlah Klorofil
Jarak Tanam Pengendalian Blok Jumlah Rataan Gulma 1 2 3
J1
G1 51.76 46.7 51.8 150.26 50.09 G2 48.14 51.1 49.3 148.54 49.51 G3 53.52 58.8 47.8 160.12 53.37 G4 53.52 51.9 49.8 155.22 51.74 G5 54.85 45.5 49.2 149.55 49.85
Total
261.79 254.00 247.90 763.69 50.91
J2
G1 56.5 54.5 53.8 164.80 54.93 G2 47.64 52.4 46.8 146.84 48.95 G3 54.32 51.8 47.8 153.92 51.31 G4 52.3 51.5 54.3 158.10 52.70 G5 48.74 46.1 47.8 142.64 47.55
Total
259.50 256.30 250.50 766.30 51.09
J3
G1 46.24 36.1 42.5 124.84 41.61 G2 49.32 54.9 42.1 146.32 48.77 G3 51.48 45.7 69.4 166.58 55.53 G4 47.78 46 52.6 146.38 48.79 G5 51.34 53.7 42.2 147.24 49.08
Total
246.16 236.40 248.80 731.36 48.76 Total Blok 767.45 746.70 747.20 2261.35 50.25
Lampiran 10. Daftar Sidik Ragam Jumlah Klorofil
SK dB JK KT F.Hit F.Tabel 0.05
Blok 2 18.69 9.34 1.43 tn 6.94 Jarak Tanam (J) 2 50.51 25.25 3.87 tn 6.94 Galat Jarak Tanam 4 26.09 6.52 - - - Peng. Gulma (G) 4 143.17 35.79 1.27 tn 2.76 Interaksi (JxG) 8 282.93 35.37 1.25 tn 2.36 Galat Peng. Gulma 24 677.71 28.24 - - - Total 44 1199.10
Ket : KKJ = 5.08
KKG = 10.57
* = Nyata
tn = Tidak Nyata
63
Lampiran 11. Data Pengamatan Umur Berbunga (HST)
Jarak Tanam Pengendalian Blok Jumlah Rataan Gulma 1 2 3
J1
G1 51.2 51.1 49.2 151.50 50.50 G2 49.4 50.2 49.9 149.50 49.83 G3 49.3 50 50.2 149.50 49.83 G4 49.4 50.9 49.8 150.10 50.03 G5 49.7 51.1 49.3 150.10 50.03
Total
249.00 253.30 248.40 750.70 50.05
J2
G1 49.2 51.1 50.7 151.00 50.33 G2 49.4 49.4 48.7 147.50 49.17 G3 48.4 48.8 48.9 146.10 48.70 G4 49.4 49.6 49.3 148.30 49.43 G5 48.1 49.4 49.6 147.10 49.03
Total
244.50 248.30 247.20 740.00 49.33
J3
G1 49.9 49.7 49.6 149.20 49.73 G2 49.7 50 50.1 149.80 49.93 G3 49.2 49.2 49.4 147.80 49.27 G4 49.8 49.8 50.3 149.90 49.97 G5 49.3 50.1 49.9 149.30 49.77
Total
247.90 248.80 249.30 746.00 49.73 Total Blok 741.40 750.40 744.90 2236.70 49.70
Lampiran 12. Daftar Sidik Ragam Umur Berbunga
SK dB JK KT F.Hit F.Tabel 0.05
Blok 2 2.74 1.37 2.98 tn 6.94 Jarak Tanam (J) 2 3.84 1.92 4.16 tn 6.94 Galat Jarak Tanam 4 1.84 0.46 - - - Peng. Gulma (G) 4 4.05 1.01 3.90 * 2.76 Interaksi (JxG) 8 2.37 0.30 1.14 tn 2.36 Galat Peng. Gulma 24 6.24 0.26 - - - Total 44 21.08
Ket : KKJ = 1.37
KKG = 1.03
* = Nyata
tn = Tidak Nyata
64
Lampiran 13. Data Pengamatan Bobot 100 Biji (g)
Jarak Tanam Pengendalian Blok Jumlah Rataan Gulma 1 2 3
J1
G1 24.56 24.7 25.39 74.65 24.88 G2 26.5 27.24 27.48 81.22 27.07 G3 27.54 26.04 26.69 80.27 26.76 G4 26.01 27.24 26.15 79.40 26.47 G5 26.15 26.65 24.59 77.39 25.80
Total
130.76 131.87 130.30 392.93 26.20
J2
G1 24.71 24.43 24.39 73.53 24.51 G2 26.03 25.68 25.5 77.21 25.74 G3 25.37 26.87 25.16 77.40 25.80 G4 24.05 27.14 24.08 75.27 25.09 G5 26.02 25.42 25.9 77.34 25.78
Total
126.18 129.54 125.03 380.75 25.38
J3
G1 25.04 24.31 24.52 73.87 24.62 G2 25.74 25.37 26.09 77.20 25.73 G3 25.2 25.23 26.82 77.25 25.75 G4 24.59 25.07 25.62 75.28 25.09 G5 25.68 24.28 26.45 76.41 25.47
Total
126.25 124.26 129.50 380.01 25.33 Total Blok 383.19 385.67 384.83 1153.69 25.64
Lampiran 14. Daftar Sidik Ragam Bobot 100 Biji
SK dB JK KT F.Hit F.Tabel 0.05
Blok 2 0.21 0.11 0.08 tn 6.94 Jarak Tanam (J) 2 7.02 3.51 2.78 tn 6.94 Galat Jarak Tanam 4 5.04 1.26 - - - Peng. Gulma (G) 4 13.08 3.27 5.74 * 2.76 Interaksi (JxG) 8 2.70 0.34 0.59 tn 2.36 Galat Peng. Gulma 24 13.67 0.57 - - - Total 44 41.72
Ket: KKJ = 4.38
KKG = 2.94
* = Nyata
tn = Tidak Nyata
65
Lampiran 15. Data Pengamatan Produksi Per Tanaman (g)
Jarak Tanam Pengendalian Blok Jumlah Rataan Gulma 1 2 3
J1
G1 206.84 189.23 204.53 600.60 200.20 G2 222.79 239.99 244.63 707.40 235.80 G3 243.48 214.30 234.47 692.24 230.75 G4 227.55 220.17 221.65 669.36 223.12 G5 211.93 211.90 220.35 644.17 214.72
Total
1112.58 1075.58 1125.62 3313.77 220.92
J2
G1 181.38 196.43 194.14 571.95 190.65 G2 200.75 210.30 249.77 660.82 220.27 G3 212.65 211.94 206.80 631.39 210.46 G4 183.69 192.67 184.63 560.99 187.00 G5 182.67 180.64 183.99 547.30 182.43
Total
961.13 992.00 1019.33 2972.45 198.16
J3
G1 194.08 191.28 191.90 577.26 192.42 G2 224.21 225.22 226.15 675.57 225.19 G3 222.38 217.75 220.82 660.94 220.31 G4 221.90 218.20 209.64 649.73 216.58 G5 217.20 227.14 203.37 647.71 215.90
Total
1079.76 1079.59 1051.86 3211.21 214.08 Total Blok 3153.47 3147.16 3196.81 9497.44 211.05
Lampiran 16. Daftar Sidik Ragam Produksi Per Tanaman
SK dB JK KT F.Hit F.Tabel 0.05
Blok 2 97.43 48.71 0.32 tn 6.94 Jarak Tanam (J) 2 4089.46 2044.73 13.31 * 6.94 Galat Jarak Tanam 4 614.49 153.62 - - - Peng. Gulma (G) 4 6053.93 1513.48 16.51 * 2.76 Interaksi (JxG) 8 1447.49 180.94 1.97 tn 2.36 Galat Peng. Gulma 24 2199.47 91.64 - - - Total 44 14502.28
Ket: KKJ = 5.87
KKG = 4.54
* = Nyata
tn = Tidak Nyata
66
Lampiran 17. Data Pengamatan Persentase Jumlah Tanaman Jagung Bertongkol dua perplot (%)
Jarak Tanam Pengendalian Blok Jumlah Rataan Gulma 1 2 3
J1
G1 7.41 0.00 3.70 11.11 3.70 G2 22.22 18.52 14.81 55.56 18.52 G3 18.52 14.81 18.52 51.85 17.28 G4 11.11 11.11 7.41 29.63 9.88 G5 14.81 11.11 11.11 37.04 12.35
Total
74.07 55.56 55.56 185.19 12.35
J2
G1 0.00 2.22 0.00 2.22 0.74 G2 8.89 6.67 4.44 20.00 6.67 G3 8.89 6.67 4.44 20.00 6.67 G4 4.44 0.00 2.22 6.67 2.22 G5 4.44 0.00 6.67 11.11 3.70
Total
26.67 15.56 17.78 60.00 4.00
J3
G1 1.92 0.00 0.00 1.92 0.64 G2 13.46 7.69 9.62 30.77 10.26 G3 7.69 5.77 3.85 17.31 5.77 G4 5.77 3.85 1.92 11.54 3.85 G5 7.69 3.85 5.77 17.31 5.77
Total
36.54 21.15 21.15 78.85 5.26 Total Blok 137.28 92.26 94.49 324.03 7.20
Lampiran 18. Daftar Sidik Ragam Jumlah Tanaman Jagung Bertogkol dua perplot
SK dB JK KT F.Hit F.Tabel 0.05
Blok 2 85.83 42.92 32.51 * 6.94 Jarak Tanam (J) 2 607.43 303.72 230.11 * 6.94 Galat Jarak Tanam 4 5.28 1.32 - - - Peng. Gulma (G) 4 562.28 140.57 37.87 * 2.76 Interaksi (JxG) 8 98.26 12.28 3.31 * 2.36 Galat Peng. Gulma 24 89.07 3.71 - - - Total 44 1448.16
Ket: KKJ = 15.95
KKG = 26.75
* = Nyata
tn = Tidak Nyata
67
Lampiran 19. Data Pengamatan Produksi Per Hektar (ton)
Jarak Tanam Pengendalian Blok Jumlah Rataan Gulma 1 2 3
J1
G1 10.79 9.62 10.64 31.04 10.35 G2 11.85 13.00 13.31 38.16 12.72 G3 13.23 11.29 12.63 37.15 12.38 G4 12.17 11.68 11.78 35.62 11.87 G5 11.13 11.13 11.69 33.94 11.31
Total
59.17 56.70 60.04 175.92 11.73
J2
G1 14.17 15.58 15.36 45.11 15.04 G2 15.98 16.88 20.57 53.43 17.81 G3 17.10 17.03 16.55 50.67 16.89 G4 14.39 15.23 14.47 44.08 14.69 G5 14.29 14.10 14.41 42.80 14.27
Total
75.92 78.81 81.37 236.10 15.74
J3
G1 15.99 15.72 15.78 47.50 15.83 G2 18.93 19.03 19.12 57.08 19.03 G3 18.75 18.30 18.60 55.65 18.55 G4 18.71 18.35 17.51 54.56 18.19 G5 18.25 19.22 16.90 54.36 18.12
Total
90.63 90.61 87.91 269.16 17.94 Total Blok 225.72 226.13 229.32 681.18 15.14
Lampiran 20. Daftar Sidik Ragam Produksi Per Hektar
SK dB JK KT F.Hit F.Tabel 0.05
Blok 2 0.52 0.26 0.22 tn 6.94 Jarak Tanam (J) 2 297.97 148.99 128.66 * 6.94 Galat Jarak Tanam 4 4.63 1.16 - - - Peng. Gulma (G) 4 43.96 10.99 16.04 * 2.76 Interaksi (JxG) 8 12.95 1.62 2.36 * 2.36 Galat Peng. Gulma 24 16.44 0.69 - - - Total 44 376.47
Ket: KKJ = 7.11
KKG = 5.47
* = Nyata
tn = Tidak Nyata
68
Lampiran 21. Data Pengamatan Nilai Indeks Panen
Jarak Tanam Pengendalian Blok Jumlah Rataan Gulma 1 2 3
J1
G1 0.91 0.89 0.79 2.59 0.86 G2 0.92 1.02 1.10 3.04 1.01 G3 0.97 0.94 2.06 3.97 1.32 G4 0.78 0.83 0.80 2.41 0.80 G5 0.77 0.89 0.78 2.44 0.81
Total
4.35 4.57 5.53 14.45 0.96
J2
G1 0.89 0.78 1.37 3.04 1.01 G2 0.63 0.70 1.16 2.49 0.83 G3 0.55 1.42 0.94 2.91 0.97 G4 0.80 0.79 0.69 2.28 0.76 G5 0.73 0.82 1.14 2.69 0.90
Total
3.60 4.51 5.30 13.41 0.89
J3
G1 0.97 0.91 0.74 2.62 0.87 G2 0.85 0.97 1.04 2.86 0.95 G3 0.92 1.02 0.79 2.73 0.91 G4 0.83 0.72 0.65 2.20 0.73 G5 0.96 0.74 0.60 2.30 0.77
Total
4.53 4.36 3.82 12.71 0.85 Total Blok 12.48 13.44 14.65 40.57 0.90
Lampiran 22. Daftar Sidik Ragam Nilai Indeks Panen
SK dB JK KT F.Hit F.Tabel 0.05
Blok 2 0.16 0.08 0.92 tn 6.94 Jarak Tanam (J) 2 0.10 0.05 0.59 tn 6.94 Galat Jarak Tanam 4 0.34 0.09 - - - Peng. Gulma (G) 4 0.48 0.12 2.13 tn 2.76 Interaksi (JxG) 8 0.33 0.04 0.72 tn 2.36 Galat Peng. Gulma 24 1.35 0.06 - - - Total 44 2.75
Ket: KKJ = 32.54
KKG = 26.27
* = Nyata
tn = Tidak nyata
69
Lampiran 23. Data Pengamatan Persentase Kerusakan Tanaman Jagung (%)
Jarak Tanam Pengendalian Blok Jumlah Rataan Gulma 1 2 3
J1 G4 68.49 39.42 39.19 147.10 49.03 G5 41.48 58.36 47.8 147.64 49.21
Total
109.97 97.78 86.99 294.74 49.12
J2 G4 33.27 33.14 36.62 103.03 34.34 G5 47.94 54.32 44.16 146.42 48.81
Total
81.21 87.46 80.78 249.45 41.58
J3 G4 27.2 37.47 33.37 98.04 32.68 G5 64.41 48.05 41.87 154.33 51.44
Total
91.61 85.52 75.24 252.37 42.06 Total Blok 282.79 270.76 243.01 796.56 44.25
Lampiran 24. Daftar Sidik Ragam Persentase Kerusakan Tanaman Jagung
SK dB JK KT F.Hit F.Tabel 0.05
Blok 2 138.74 69.37 3.66 tn 6.94 Jarak Tanam (J) 2 214.16 107.08 5.64 tn 6.94 Galat Jarak Tanam 4 75.88 18.97 - - - Peng. Gulma (G) 1 558.00 558.00 3.79 tn 5.99 Interaksi (JxG) 2 283.92 141.96 0.96 tn 5.14 Galat Peng. Gulma 6 883.98 147.33 - - - Total 17 2154.69
Ket: KKJ = 9.84
KKG = 27.43
* = Nyata
tn = Tidak Nyata
70
Lampiran 25. Data Pengamatan Persentase Pemulihan Tanaman Jagung (%)
Jarak Tanam Pengendalian Blok Jumlah Rataan Gulma 1 2 3
J1 G4 56.55 19.69 39.65 115.89 38.63 G5 27.38 39.21 31.73 98.32 32.77
Total
83.93 58.90 71.38 214.21 35.70
J2 G4 16.43 14.99 23.63 55.05 18.35 G5 34.45 38.25 25.01 97.71 32.57
Total
50.88 53.24 48.64 152.76 25.46
J3 G4 14.58 23.98 17.3 55.86 18.62 G5 41.61 34.29 27.34 103.24 34.41
Total
56.19 58.27 44.64 159.10 26.52 Total Blok 191.00 170.41 164.66 526.07 29.23
Lampiran 26. Daftar Sidik Ragam Persentase Pemulihan Tanaman Jagung
SK dB JK KT F.Hit F.Tabel 0.05
Blok 2 63.93 31.97 0.84 tn 6.94 Jarak Tanam (J) 2 380.75 190.37 5.01 tn 6.94 Galat Jarak Tanam 4 151.90 37.98 - - - Peng. Gulma (G) 1 291.77 291.77 2.13 tn 5.99 Interaksi (JxG) 2 437.14 218.57 1.60 tn 5.14 Galat Peng. Gulma 6 821.10 136.85 - - - Total 17 2146.59
Ket: KKJ = 21.09
KKG = 40.03
* = Nyata
tn = Tidak Nyata
71
Lampiran 27. Data Pengamatan Gulma Dalam Barisan (Sebelum Perlakuan)
Perlakuan Jenis Gulma Blok
KM FM KR (%) FR (%) SDR (%) 1 2 3
J1G3
Ipomoea triloba 0 2 2 4 2 3.31 28.57 15.94 Euphorbia prunifolia 0 37 4 41 2 33.88 28.57 31.23 Cleome rutidospermae 20 0 7 27 2 22.31 28.57 25.44 Cyperus sp 0 0 49 49 1 40.50 14.29 27.39
Total 121 7 100 100 100
J1G4
Cyperus sp 7 4 26 37 3 13.41 13.64 13.52 Echinochloa colonum 4 13 34 51 3 18.48 13.64 16.06 Lantana camara 0 1 9 10 2 3.62 9.09 6.36 Cleome rutidospermae 3 7 6 16 3 5.80 13.64 9.72 Ipomoea triloba 1 3 1 5 3 1.81 13.64 7.72 Euphorbia prunifolia 23 12 18 53 3 19.20 13.64 16.42 asam-asaman 0 0 1 1 1 0.36 4.55 2.45 Boreria latifolia 32 43 0 75 2 27.17 9.09 18.13 Boreria laevis 7 21 0 28 2 10.14 9.09 9.62
Total 276 22 100 100 100
J1G5
Lantana camara 11 2 10 23 3 12.30 14.29 13.29 Cleome rutidospermae 6 3 9 18 3 9.63 14.29 11.96 euphorbia prunifolia 6 7 8 21 2 11.23 9.52 10.38 Ipomoea triloba 2 2 1 5 3 2.67 14.29 8.48 Boreria latifolia 5 61 3 69 3 36.90 14.29 25.59 Echinochloa colonum 19 2 17 38 3 20.32 14.29 17.30 Cyperus sp 2 0 6 8 2 4.28 9.52 6.90 Amaranthus spinosus 4 0 0 4 1 2.14 4.76 3.45 Axonopus compressus 1 0 0 1 1 0.53 4.76 2.65
Total 187 21 100 100 100
J2G3 Cyperus sp 8 31 52 91 3 64.54 37.50 51.02 Euphorbia prunifolia 12 13 12 37 3 26.24 37.50 31.87 Cleome rutidospermae 0 12 1 13 2 9.22 25.00 17.11
Total 141 8 100 100 100
J2G4
Euphorbia prunifolia 7 1 18 26 3 11.35 13.04 12.20 Cleome rutidospermae 1 7 3 11 3 4.80 13.04 8.92 Ipomoea triloba 0 2 3 5 2 2.18 8.70 5.44 Lantana camara 2 4 4 10 3 4.37 13.04 8.71 Boreria latifolia 32 42 14 88 3 38.43 13.04 25.74 Echinochloa colonum 17 23 8 48 3 20.96 13.04 17.00 Phillanthus niruri 4 0 1 5 2 2.18 8.70 5.44 Axonopus compressus 0 0 1 1 1 0.44 4.35 2.39 Cyperus sp 26 0 8 34 2 14.85 8.70 11.77 Asam-asaman 0 0 1 1 1 0.44 4.35 2.39
Total 229 23 100 100 100
J2G5
Euphorbia prunifolia 7 7 26 40 3 19.80 13.04 16.42 Boreria latifolia 7 3 2 12 3 5.94 13.04 9.49 Echinochloa colonum 12 7 5 24 3 11.88 13.04 12.46 Axonopus compressus 6 0 0 6 1 2.97 4.35 3.66 Ageratum conyzoides 4 0 0 4 1 1.98 4.35 3.16 Cleome rutidospermae 3 6 3 12 3 5.94 13.04 9.49 Ipomoea triloba 10 8 3 21 3 10.40 13.04 11.72 Cyperus sp 1 0 66 67 2 33.17 8.70 20.93 Lantana camara 1 12 2 15 3 7.43 13.04 10.23 Asam-asaman 1 0 0 1 1 0.50 4.35 2.42
Total 202 23 100 100 100
J3G3 Euphorbia prunifolia 6 0 5 11 2 6.79 28.57 17.68 Cleome rutidospermae 10 0 2 12 2 7.41 28.57 17.99 Cyperus sp 5 103 31 139 3 85.80 42.86 64.33
Total 162 7 100 100 100
J3G4
Euphorbia prunifolia 37 19 14 70 3 35.71 15.00 25.36 Boreria latifolia 1 3 8 12 3 6.12 15.00 10.56 Cyperus sp 21 13 0 34 2 17.35 10.00 13.67 Phillanthus niruri 0 1 2 3 2 1.53 10.00 5.77 Cleome rutidospermae 0 14 1 15 2 7.65 10.00 8.83 Lantana camara 0 8 9 17 2 8.67 10.00 9.34 Ipomoea triloba 0 1 4 5 2 2.55 10.00 6.28 Asam-asaman 0 1 0 1 1 0.51 5.00 2.76 Echinochloa colonum 9 0 22 31 2 15.82 10.00 12.91 Clidemia hirta 0 0 8 8 1 4.08 5.00 4.54
Total 196 20 100 100 100
J3G5
Cyperus sp 12 65 48 125 3 51.44 25.00 38.22 Cleome rutidospermae 0 6 17 23 2 9.47 16.67 13.07 Boreria latifolia 39 0 6 45 2 18.52 16.67 17.59 Euphorbia prunifolia 26 0 15 41 2 16.87 16.67 16.77 Lantana camara 1 0 7 8 2 3.29 16.67 9.98 Echinochloa colonum 0 0 1 1 1 0.41 8.33 4.37
Total 243 12 100 100 100
72
Lampiran 28. Data Pengamatan Gulma Dalam Barisan (Setelah Perlakuan)
Perlakuan Jenis Gulma Blok
KM FM KR (%) FR (%) SDR (%) 1 2 3
J1G3 Boreria latifolia 1 3 9 13 3 41.94 37.50 39.72 Ipomoea triloba 5 7 1 13 3 41.94 37.50 39.72 Echinochloa colonum 3 2 0 5 2 16.13 25.00 20.56
Total 31 8 100 100 100
J1G4
Boreria laevis 6 2 5 13 3 41.94 42.86 42.40 Erechtites sanchifolia 3 0 0 3 1 9.68 14.29 11.98 Cyperus sp 4 6 0 10 2 32.26 28.57 30.41 Echinochloa colonum 5 0 0 5 1 16.13 14.29 15.21
Total 31 7 100 100 100
J1G5
Setaria plicata 2 0 0 2 1 7.14 10.00 8.57 Ipomoea triloba 4 6 2 12 3 42.86 30.00 36.43 Boreria latifolia 6 3 1 10 3 35.71 30.00 32.86 Euphorbia prunifolia 1 1 2 4 3 14.29 30.00 22.14
Total 28 10 100 100 100
J2G3
Echinochloa colonum 25 4 2 31 3 55.36 37.50 46.43 Axonopus compressus 3 0 0 3 1 5.36 12.50 8.93 Centotheca lappacaea 1 0 0 1 1 1.79 12.50 7.14 Boreria laevis 5 7 9 21 3 37.50 37.50 37.50
Total 56 8 100 100 100
J2G4 Boreria laevis 9 6 4 19 3 50.00 37.50 43.75 Euphorbia prunifolia 3 7 3 13 3 34.21 37.50 35.86 Echinochloa colonum 3 3 0 6 2 15.79 25.00 20.39
Total 38 8 100 100 100
J2G5
Boreria laevis 7 5 11 23 3 62.16 33.33 47.75 Echinochloa colonum 3 2 0 5 2 13.51 22.22 17.87 Boreria latifolia 1 3 2 6 3 16.22 33.33 24.77 Setaria plicata 3 0 0 3 1 8.11 11.11 9.61
Total 37 9 100 100 100
J3G3 Boreria latifolia 19 8 7 34 2 56.67 28.57 42.62 Echinochloa colonum 5 7 0 12 2 20.00 28.57 24.29 Ipomoea triloba 1 4 9 14 3 23.33 42.86 33.10
Total 60 7 100 100 100
J3G4
Ipomoea triloba 6 4 7 17 3 51.52 30.00 40.76 Euphorbia prunifolia 2 0 3 5 2 15.15 20.00 17.58 Boreria latifolia 1 0 2 3 2 9.09 20.00 14.55 Asysatasia intrusa 4 3 0 7 2 21.21 20.00 20.61 Mimosa invisa 0 1 0 1 1 3.03 10.00 6.52
Total 33 10 100 100 100
J3G5
Ipomoea triloba 6 4 4 14 3 34.15 25.00 29.57 Euphorbia prunifolia 2 4 2 8 3 19.51 25.00 22.26 Boreria latifolia 3 6 3 12 3 29.27 25.00 27.13 Asysatasia intrusa 3 2 0 5 2 12.20 16.67 14.43 Mimosa invisa 0 2 0 2 1 4.88 8.33 6.61
Total 41 12 100 100 100
73
Lampiran 29. Data Suksesi Gulma Dalam Barisan Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Perlakuan Jenis Gulma
Sebelum Sesudah C (%) KM KM
J1G3
Ipomoea triloba 4 13 5.26 Euphorbia prunifolia 41 0
Cleome rutidospermae 27 0 Boreria latifolia 0 13 Echinochloa colonum 0 5 Cyperus sp 49 0
Total 121 31
J1G4
Cyperus sp 37 10 18.24 Echinochloa colonum 51 5
Lantana camara 10 0 Cleome rutidospermae 16 0 Ipomoea triloba 5 0 Euphorbia prunifolia 53 0 asam-asaman 1 0 Boreria latifolia 75 0 Erechtites sanchifolia 0 3 Boreria laevis 28 13
Total 276 31
J1G5
Lantana camara 23 0 17.67 Cleome rutidospermae 18 0
Euphorbia prunifolia 21 4 Ipomoea triloba 5 12 Boreria latifolia 69 10 Echinochloa colonum 38 0 Axonopus compressus 1
0
Total 187 28
J2G3
Cyperus sp 91 0 0 Echinochloa colonum 0 31
Euphorbia prunifolia 37 0 Axonopus compressus 0 3 Centotheca lappacaea 0 1 Boreria laevis 0 21 Cleome rutidospermae 13 0
Total 141 56
J2G4
Euphorbia prunifolia 26 13 14.23 Cleome rutidospermae 11 0
Ipomoea triloba 5 0 Lantana camara 10 0 Boreria latifolia 88 0 Echinochloa colonum 48 6 Boreria laevis 0 19 Cyperus sp 34 0 Asam-asaman 1 0
Total 229 38
J2G5
Euphorbia prunifolia 40 0 9.21 Boreria latifolia 12 6
Echinochloa colonum 24 5 Axonopus compressus 6 0 Ageratum conyzoides 4 0 Cleome rutidospermae 12 0 Ipomoea triloba 21 0 Cyperus sp 67 0 Boreria laevis 0 23 Lantana camara 15 0 Setaria plicata 0 3 Asam-asaman 1 0
Total 202 37
J3G3
Boreria latifolia 0 34 0 Echinochloa colonum 0 12
Ipomoea triloba 0 14 Euphorbia prunifolia 11 0 Cleome rutidospermae 12 0 Cyperus sp 139 0
Total 162 60
J3G4
Euphorbia prunifolia 70 5 11.35 Boreria latifolia 12 3
Cyperus sp 34 0 Phillanthus niruri 3 0 Cleome rutidospermae 15 0 Lantana camara 17 0 Ipomoea triloba 5 17 Asam-asaman 1 0 Echinochloa colonum 31 0 Clidemia hirta 8 0
Total 196 33
J3G5
Cyperus sp 125 0 14.08 Cleome rutidospermae 23 0
Boreria latifolia 45 12 Euphorbia prunifolia 41 8 Ipomoea triloba 0 14 Lantana camara 8 0 Asysatasia intrusa 0 5 Total 243 41
74
Lampiran 30. Data Pengamatan Gulma Antar Barisan (Sebelum Perlakuan) Perlakuan Jenis Gulma Blok KM FM KR (%) FR (%) SDR (%) 1 2 3
J1G3
Ipomoea triloba 5 2 0 7 2 4.96 15.38 10.17 Cyperus sp 2 5 15 22 3 15.60 23.08 19.34 Cleome rutidospermae 5 5 0 10 2 7.09 15.38 11.24 Ageratum conyzoides 2 0 0 2 1 1.42 7.69 4.56 Asystasia intrusa 1 0 0 1 1 0.71 7.69 4.20 Axonopus compressus 2 0 0 2 1 1.42 7.69 4.56 Euphorbia prunifolia 13 27 57 97 3 68.79 23.08 45.94
Total 141 13 100 100 100
J1G4
Lantana camara 18 3 1 22 3 8.06 15.00 11.53 Ipomoea triloba 2 2 0 4 2 1.47 10.00 5.73 Cleome rutidospermae 17 14 9 40 3 14.65 15.00 14.83 Cyperus sp 13 2 3 18 3 6.59 15.00 10.80 Euphorbia prunifolia 53 15 25 93 3 34.07 15.00 24.53 Boreria latifolia 2 51 27 80 3 29.30 15.00 22.15 Echinochloa colonum 1 14 0 15 2 5.49 10.00 7.75 Asam-asaman 1 0 0 1 1 0.37 5.00 2.68
Total 273 20 100 100 100
J1G5
Boreria latifolia 38 47 12 97 3 56.73 30.00 43.36 Ipomoea triloba 0 4 2 6 2 3.51 20.00 11.75 Cleome rutidospermae 8 4 0 12 2 7.02 20.00 13.51 Euphorbia prunifolia 24 1 31 56 3 32.75 30.00 31.37
Total 171 10 100 100 100
J2G3
Cyperus sp 120 15 83 218 3 71.94719 30.00 50.97 Setaria plicata 0 6 0 6 1 1.98 10.00 5.99 Euphorbia prunifolia 38 25 0 63 2 20.79 20.00 20.40 Cleome rutidospermae 0 7 1 8 2 2.64 20.00 11.32 Ipomoea triloba 7 0 0 7 1 2.31 10.00 6.16 Ageratum conyzoides 0 0 1 1 1 0.33 10.00 5.17
Total 303 10 5.280528 40 100.00
J2G4
Ipomoea triloba 1 2 4 7 3 3.87 15.79 9.83 Boreria latifolia 17 29 8 54 3 29.83 15.79 22.81 Cleome rutidospermae 6 12 3 21 3 11.60 15.79 13.70 Echinochloa colonum 0 13 0 13 1 7.18 5.26 6.22 Euphorbia prunifolia 15 3 7 25 3 13.81 15.79 14.80 Lantana camara 0 7 2 9 2 4.97 10.53 7.75 Asam-asaman 0 1 1 2 2 1.10 10.53 5.82 Cyperus sp 33 0 17 50 2 27.62 10.53 19.08
Total 181 19 100 100 100
J2G5
Ipomoea triloba 2 4 4 10 3 4.88 15.79 10.33 Cyperus sp 48 1 42 91 3 44.39 15.79 30.09 Euphorbia prunifolia 27 5 21 53 3 25.85 15.79 20.82 Cleome rutidospermae 0 7 7 14 2 6.83 10.53 8.68 Boreria latifolia 0 18 4 22 2 10.73 10.53 10.63 Echinochloa colonum 0 5 2 7 2 3.41 10.53 6.97 Lantana camara 0 2 2 4 2 1.95 10.53 6.24 Phillanthus niruri 3 1 0 4 2 1.95 10.53 6.24
Total 205 19 100 100 100
J3G3
Cyperus sp 15 50 34 99 3 57.56 30.00 43.78 Cleome rutidospermae 0 0 30 30 1 17.44 10.00 13.72 Echinochloa colonum 7 1 2 10 3 5.81 30.00 17.91 Ipomoea triloba 0 0 6 6 1 3.49 10.00 6.74 Euphorbia prunifolia 20 7 0 27 2 15.70 20.00 17.85
Total 172 10 100 100 100
J3G4
Ipomoea triloba 3 5 8 16 3 6.23 13.04 9.63 Cyperus sp 48 9 1 58 3 22.57 13.04 17.81 Cleome rutidospermae 7 15 10 32 3 12.45 13.04 12.75 Clidemia hirta 0 0 5 5 1 1.95 4.35 3.15 Boreria latifolia 29 1 33 63 3 24.51 13.04 18.78 Echinochloa colonum 3 7 13 23 3 8.95 13.04 11.00 Lantana camara 0 13 9 22 2 8.56 8.70 8.63 Euphorbia prunifolia 13 8 15 36 3 14.01 13.04 13.53 Phillanthus niruri 0 2 0 2 2 0.78 8.70 4.74
Total 257 23 100 100 100
J3G5
Ipomoea triloba 3 9 2 14 3 6.11 15.00 10.56 Euphorbia prunifolia 36 6 26 68 3 29.69 15.00 22.35 Lantana camara 0 1 10 11 2 4.80 10.00 7.40 Boreria latifolia 4 7 5 16 3 6.99 15.00 10.99 Cleome rutidospermae 0 2 16 18 2 7.86 10.00 8.93 Cyperus sp 21 0 26 47 2 20.52 10.00 15.26 Echiochloa colonum 9 16 26 51 3 22.27 15.00 18.64 Asam-asaman 0 1 3 4 2 1.75 10.00 5.87
Total 229 20 100 100 100
75
Lampiran 31. Data Pengamatan Gulma Antar Barisan (Setelah Perlakuan) Perlakuan Jenis Gulma Blok KM FM KR (%) FR (%) SDR (%) 1 2 3
J1G3
Asystasia intrusa 6 4 7 17 3 36.96 30.00 33.48 Boreria latifolia 3 7 2 12 3 26.09 30.00 28.04 Ipomoea triloba 3 5 8 16 3 34.78 30.00 32.39 Ageratum conyzoides 1 0 0 1 1 2.17 10.00 6.09
Total 46 10 100 100 100
J1G4
Ipomoea triloba 6 7 4 17 3 33.33 21.43 27.38 Asystasia intrusa 2 4 4 10 3 19.61 21.43 20.52 Echinochloa colonum 2 1 0 3 2 5.88 14.29 10.08 Boreria latifolia 1 4 2 7 3 13.73 21.43 17.58 Euphorbia prunifolia 5 3 6 14 3 27.45 21.43 24.44
Total 51 14 100 100 100
J1G5
Boreria latifolia 17 25 3 45 3 55.56 30.00 42.78 Ipomoea triloba 1 0 9 10 2 12.35 20.00 16.17 Echinochloa colonum 10 0 5 15 2 18.52 20.00 19.26 Boreria laevis 6 2 3 11 3 13.58 30.00 21.79
Total 81 10 100 100 100
J2G3
Echinochloa colonum 29 12 0 41 2 46.59091 22.22 34.41 Erechtites sanchifolia 3 0 0 3 1 3.41 11.11 7.26 Boreria latifolia 4 8 19 31 3 35.23 33.33 34.28 Euphorbia prunifolia 1 7 5 13 3 14.77 33.33 24.05
Total 88 9 100 100 100
J2G4 Boreria laevis 8 32 0 40 2 60.61 40.00 50.30 Asystasia intrusa 0 0 9 9 1 13.64 20.00 16.82 Echinochloa colonum 6 11 0 17 2 25.76 40.00 32.88
Total 66 5 100 100 100
J2G5
Boreria laevis 12 5 7 24 3 40.68 33.33 37.01 Sida rombifolia 1 0 0 1 1 1.69 11.11 6.40 Cyperus sp 1 8 0 9 2 15.25 22.22 18.74 Ipomoea triloba 0 0 7 7 1 11.86 11.11 11.49 Echinochloa colonum 4 14 0 18 2 30.51 22.22 26.37
Total 59 9 100 100 100
J3G3
Ipomoea triloba 2 2 4 8 3 18.18 27.27 22.73 Erechtites sachifolia 3 0 0 3 1 6.82 9.09 7.95 Echinochloa colonum 2 5 0 7 2 15.91 18.18 17.05 Euphorbia prunifolia 2 0 7 9 2 20.45 18.18 19.32 Boreria latifolia 8 3 6 17 3 38.64 27.27 32.95
Total 44 11 100 100 100
J3G4
Ipomoea triloba 6 4 6 16 3 36.36 27.27 31.82 Euphorbia prunifolia 3 0 1 4 2 9.09 18.18 13.64 Boreria latifolia 8 5 5 18 3 40.91 27.27 34.09 Asysatasia intrusa 3 2 1 6 3 13.64 27.27 20.45
Total 44 11 100 100 100
J3G5
Ipomoea triloba 6 9 4 19 3 34.55 27.27 30.91 Euphorbia prunifolia 6 4 0 10 2 18.18 18.18 18.18 Boreria latifolia 7 5 4 16 3 29.09 27.27 28.18 Asysatasia intrusa 3 5 2 10 3 18.18 27.27 22.73
Total 55 11 100 100 100
76
Lampiran 32. Data Suksesi Gulma Antar Barisan Sebelum dan Sesudah Perlakuan Perlakuan Jenis Gulma Sebelum Sesudah C (%) KM KM
J1G3
Ipomoea triloba 7 16 9.63 Cyperus sp 22 0
Cleome rutidospermae 10 0 Ageratum conyzoides 2 1 Asystasia intrusa 1 17 Axonopus compressus 2 0 Boreria latifolia 0 12 Euphorbia prunifolia 97 0
Total 141 46
J1G4
Lantana camara 22 0 17.28 Ipomoea triloba 4 17
Cleome rutidospermae 40 0 Cyperus sp 18 0 Euphorbia prunifolia 93 14 Boreria latifolia 80 7 Echinochloa colonum 15 3 Asam-asaman 1 0 Asystasia intrusa 0 10
Total 273 51
J1G5
Boreria latifolia 97 45 40.48 Ipomoea triloba 6 10
Cleome rutidospermae 12 0 Euphorbia prunifolia 56 0 Echinochloa colonum 0 15 Boreria laevis 0 11
Total 171 81
J2G3
Cyperus sp 218 0 6.65 Setaria plicata 6 0
Euphorbia prunifolia 63 13 Cleome rutidospermae 8 0 Ipomoea triloba 7 0 Erechtites sachifolia 0 3 Ageratum conyzoides 1 0 Boreria latifolia 0 31 Echinochloa colonum 0 41
Total 303 88
J2G4
Ipomoea triloba 7 0 10.53 Boreria latifolia 54 0
Cleome rutidospermae 21 0 Echinochloa colonum 13 17 Euphorbia prunifolia 25 0 Lantana camara 9 0 Asam-asaman 2 0 Cyperus sp 50 0 Boreria laevis 0 40 Asystasia intrusa 0 9
Total 181 66
J2G5
Ipomoea triloba 10 7 17.42 Cyperus sp 91 9
Euphorbia prunifolia 53 0 Cleome rutidospermae 14 0 Boreria latifolia 22 0 Echinochloa colonum 7 18 Lantana camara 4 0 Phillanthus niruri 4 0 Boreria laevis 0 24 Sida rombifolia 0 1
Total 205 59
Cyperus sp 99 0 20.37 Cleome rutidospermae 30 0
Echinochloa colonum 10 7 J3G3 Ipomoea triloba 6 8
Euphorbia prunifolia 27 9
Boreria latifolia 0 17 Erechtites sachifolia 0 3
Total 172 44 J3G4 Ipomoea triloba 16 16 29.24
Cyperus sp 58 0
Cleome rutidospermae 32 0
Clidemia hirta 5 0
Boreria latifolia 63 18
Echinochloa colonum 23 0
Lantana camara 22 0
Euphorbia prunifolia 36 4
Phillanthus niruri 2 0 Asystasia intrusa 0 6
Total 257 44 J3G5 Ipomoea triloba 14 19 28.17
Euphorbia prunifolia 68 10
Lantana camara 11 0
Boreria latifolia 16 16
Cleome rutidospermae 18 0
Cyperus sp 47 0
Echiochloa colonum 51 0
Asam-asaman 4 0
Asystasia intrusa 0 10 Total 229 55
77
Lampiran 33. Data Pengamatan Bobot Kering Gulma Dalam Barisan Setelah Perlakuan (g) Perlakuan Jenis Gulma Blok Rataan Total 1 2 3
J1G1
Euphorbia prunifolia 10.11 8.07 0.00 18.18 6.06 Asystasia intrusa 50.37 153.36 177.25 380.98 126.99 Boreria laevis 7.56 0.00 0.00 7.56 2.52 Total 406.72 135.57
J1G2 Boreria Latifolia 6.73 6.94 9.23 22.90 7.63
Ageratum conyzoides 3.45 2.37 0.00 5.82 1.94 Total 28.72 9.57
J1G3 Boreria latifolia 3.98 13.75 34.56 52.29 17.43
Ipomoea triloba 9.34 20.15 5.19 34.68 11.56 Echinochloa colonum 3.98 5.56 0.00 9.54 3.18 Total 96.51 32.17
J1G4
Boreria laevis 19.46 3.83 19.34 42.63 14.21 Erechtites sanchifolia 7.85 0.00 0.00 7.85 2.62 Cyperus sp 3.94 6.25 0.00 10.19 3.40 Echinochloa colonum 12.05 0.00 0.00 12.05 4.02 Total 72.72 24.24
J1G5
Setaria plicata 11.01 0.00 0.00 11.01 3.67 Ipomoea triloba 10.21 17.34 6.20 33.75 11.25 Boreria latifolia 13.00 9.23 8.25 30.48 10.16 Euphorbia prunifolia 4.41 3.56 3.33 11.30 3.77 Total 86.54 28.85
J2G1 Echinochloa colonum 10.01 8.67 0.00 18.68 6.23
Boreria latifolia 36.34 33.09 30.77 100.20 33.40 Sida rombifolia 0.00 5.57 0.00 5.57 1.86 Total 124.45 41.48
J2G2 Boreria latifolia 4.14 5.30 3.58 13.02 4.34
Cyperus sp 1.84 0.00 3.01 4.85 1.62 Total 17.87 5.96
J2G3
Echinochloa colonum 12.83 2.59 1.59 17.01 5.67 Axonopus compressus 4.89 0.00 0.00 4.89 1.63 Centotheca lappacaea 4.81 0.00 0.00 4.81 1.60 Boreria laevis 6.53 7.84 14.25 28.62 9.54 Total 55.33 18.44
J2G4 Boreria laevis 25.44 23.74 17.36 66.54 22.18
Euphorbia prunifolia 7.20 4.69 5.25 17.14 5.71 Echinochloa colonum 4.93 3.73 0.00 8.66 2.89 Total 92.34 30.78
J2G5
Boreria laevis 15.78 17.58 24.36 57.72 19.24 Echinochloa colonum 5.21 1.71 0.00 6.92 2.31 Boreria latifolia 7.96 13.34 12.38 33.68 11.23 Setaria plicata 8.66 0.00 0.00 8.66 2.89 Total 106.98 35.66
J3G1
Ipomoea triloba 10.16 16.45 13.32 39.93 13.31 Sida rombifolia 9.22 0.00 0.00 9.22 3.07 Boreria laevis 16.61 15.38 24.33 56.32 18.77 Euphorbia prunifolia 4.89 0.00 2.05 6.94 2.31 Eleusine indica 13.69 0.00 0.00 13.69 4.56 Echinochloa colonum 4.14 0.00 0.00 4.14 1.38 Total 130.24 43.41
J3G2 Boreria latifolia 3.37 4.04 3.77 11.18 3.73
Mimosa pudica 5.78 0.00 0.00 5.78 1.93 Total 16.96 5.65
J3G3 Boreria latifolia 4.63 3.47 7.25 15.35 5.12
Echinochloa colonum 4.40 5.32 0.00 9.72 3.24 Ipomoea triloba 4.65 3.75 3.76 12.16 4.05 Total 37.23 12.41
J3G4
Ipomoea triloba 5.23 8.36 4.47 18.06 6.02 Euphorbia prunifolia 6.28 0.00 7.56 13.84 4.61 Boreria latifolia 5.34 0.00 4.47 9.81 3.27 Asysatasia intrusa 10.56 4.23 0.00 14.79 4.93 Mimosa invisa 0.00 6.70 0.00 6.70 2.23 Total 63.20 21.07
J3G5
Ipomoea triloba 4.26 5.32 2.58 12.16 4.05 Euphorbia prunifolia 4.50 1.89 3.08 9.47 3.16 Boreria latifolia 4.56 2.69 3.56 10.81 3.60 Asysatasia intrusa 6.46 7.15 0.00 13.61 4.54 Mimosa invisa 0.00 5.64 0.00 5.64 1.88 Total 51.69 17.23
78
Lampiran 34. Data Pengamatan Bobot Kering Gulma Antar Barisan Setelah Perlakuan (g)
Perlakuan Jenis Gulma Blok KM FM 1.00 2.00 3.00
J1G1 Asystasia intrusa 60.03 45.87 35.48 141.38 47.13
Ipomoea triloba 22.43 36.94 49.72 109.09 36.36 Setaria plicata 10.81 0.00 0.00 10.81 3.60 Total 261.28 87.09
J1G2 Asystasia intrusa 8.65 0.00 0.00 8.65 2.88
Boreria latifolia 14.54 6.57 9.56 30.67 10.22 Total 39.32 13.11
J1G3
Asystasia intrusa 9.15 6.30 15.73 31.18 10.39 Boreria latifolia 11.93 24.59 13.56 50.08 16.69 Ipomoea triloba 6.23 11.49 24.20 41.92 13.97 Ageratum conyzoides 8.26 0.00 0.00 8.26 2.75 Total 131.44 43.81
J1G4
Ipomoea triloba 8.56 16.34 5.78 30.68 10.23 Asystasia intrusa 9.98 16.45 20.93 47.36 15.79 Echinochloa colonum 5.05 4.67 0.00 9.72 3.24 Boreria latifolia 6.10 14.54 5.87 26.51 8.84 Euphorbia prunifolia 7.15 6.71 4.37 18.23 6.08 Total 132.50 44.17
J1G5
Boreria latifolia 33.52 56.98 4.76 95.26 31.75 Ipomoea triloba 5.45 0.00 25.34 30.79 10.26 Echinochloa colonum 7.66 0.00 9.04 16.70 5.57 Boreria laevis 10.89 5.98 3.87 20.74 6.91 Total 163.49 54.50
J2G1 Boreria latifolia 30.48 25.87 27.45 83.80 27.93
Setaria plicata 20.96 0.00 2.78 23.74 7.91 Echinochloa colonum 8.14 8.56 24.43 41.13 13.71 Total 148.67 49.56
J2G2 Asystasia intrusa 8.56 4.39 0.00 12.95 4.32
Boreria latifolia 5.32 7.84 7.76 20.92 6.97 Total 33.87 11.29
J2G3
Echinochloa colonum 22.18 14.47 0.00 36.65 12.22 Erechtites sanchifolia 5.78 0.00 0.00 5.78 1.93 Boreria latifolia 9.45 14.53 18.54 42.52 14.17 Euphorbia prunifolia 5.86 6.42 9.43 21.71 7.24 Total 106.66 35.55
J2G4 Boreria laevis 17.97 16.67 0.00 34.64 11.55
Asystasia intrusa 0.00 0.00 32.45 32.45 10.82 Echinochloa colonum 14.81 14.34 0.00 29.15 9.72 Total 96.24 32.08
J2G5
Boreria laevis 12.12 5.34 9.58 27.04 9.01 Sida rombifolia 6.34 0.00 0.00 6.34 2.11 Cyperus sp 5.69 14.41 0.00 20.10 6.70 Ipomoea triloba 0.00 0.00 5.07 5.07 1.69 Echinochloa colonum 8.16 23.98 0.00 32.14 10.71 Total 90.69 30.23
J3G1
Boreria latifolia 9.78 6.93 4.34 21.05 7.02 Echinochloa colonum 8.57 65.45 7.05 81.07 27.02 Euphorbia prunifolia 7.97 5.45 0.00 13.42 4.47 Ipomoea triloba 7.27 4.65 9.49 21.41 7.14 Erechtites sanchifolia 9.64 0.00 0.00 9.64 3.21 Asystasia intrusa 10.39 8.36 14.34 33.09 11.03 Total 179.68 59.89
J3G2 Asystasia intrusa 14.86 10.48 7.34 32.68 10.89
Boreria latifolia 7.39 7.34 0.00 14.73 4.91 Total 47.41 15.80
J3G3
Ipomoea triloba 8.73 6.49 3.32 18.54 6.18 Erechtites sachifolia 7.97 0.00 0.00 7.97 2.66 Echinochloa colonum 6.88 9.58 0.00 16.46 5.49 Euphorbia prunifolia 6.49 0.00 25.34 31.83 10.61 Boreria latifolia 22.73 6.37 11.05 40.15 13.38 Total 114.95 38.32
J3G4
Ipomoea triloba 5.95 6.78 3.86 16.59 5.53 Euphorbia prunifolia 7.43 0.00 3.96 11.39 3.80 Boreria latifolia 12.04 13.75 10.20 35.99 12.00 Asysatasia intrusa 8.94 8.49 5.29 22.72 7.57 Total 86.69 28.90
J3G5
Ipomoea triloba 9.54 5.43 7.93 22.90 7.63 Euphorbia prunifolia 14.52 5.49 0.00 20.01 6.67 Boreria latifolia 12.54 7.02 5.87 25.43 8.48 Asysatasia intrusa 4.76 9.54 4.92 19.22 6.41 Total 87.56 29.19
79
Lampiran 35. Tabel Rangkuman Uji Beda Rataan Parameter Pertumbuhan dan Produksi Jagung Akibat Sistem Jarak Tanam dan Metode Pengendalian Gulma yang Berbeda
Perlakuan Parameter
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 2 MST 4 MST 6 MST 8 MST
Jarak Tanam J1 54.76 109.34
183.47
267.37 a 50.91 50.05
26.20
220.92 a 12.35 a 11.73 c 0.9633 49.12 35.70
J2 55.56 107.63
182.33
261.44 b 51.09 49.33
25.38
198.16 b 4.00 b 15.74 b 0.894 41.58 25.46 J3 54.93 107.64
182.53
260.67 b 49.16 49.73
25.33
214.08 a 5.26 b 17.94 a 0.8473 42.06 26.52
Peng. Gulma G1 54.81 107.32 b 172.69 b 260.43 b 52.04 50.19 a 24.67 b 194.42 c 89.76 c 13.74 c 0.9167 - -
G2 55.38 110.83 a 186.37 a 264.77 a 46.69 49.64 bc 26.18 a 227.09 a 100.97 a 16.52 a 0.9322 - - G3 55.34 108.71 ab 185.92 a 264.42 a 51.15 49.27 c 26.10 a 220.51 a 98.63 a 15.94 a 1.0678 - - G4 54.51 107.20 b 184.66 a 263.23 ab 53.32 49.81 ab 25.55 a 208.90 b 94.75 b 14.92 b 0.7656 38.69 25.20 G5 55.37 106.97 b 184.23 a 262.94 ab 48.73 49.61 bc 25.68 a 204.35 b 93.22 b 14.57 b 0.8256 49.82 33.25
Interaksi (JxG) J1G1 54.96 108.09
173.07
262.27
50.09 50.50
24.88
200.20
3.70 cx/EF 10.35 cx/G 0.86 - -
J1G2 55.04 112.25
186.63
269.80
49.51 49.83
27.07
235.80
18.52 ax/A 12.72 ax/EF 1.01 - - J1G3 54.99 109.65
186.47
269.73
53.37 49.83
26.76
230.75
17.28 ax/A 12.38 abx/F 1.32 - -
J1G4 54.14 108.32
185.87
267.80
51.74 50.03
26.47
223.12
9.88 bx/c 11.87 abx/FG 0.80 49.03 38.63 J1G5 54.68 108.40
185.30
267.23
49.85 50.03
25.80
214.72
12.35 bx/B 11.31 bcx/FG 0.81 49.21 32.77
J2G1 54.43 106.88
172.00
259.43
54.93 50.33
24.51
190.65
0.74 by/G 15.04 by/D 1.01 - - J1G2 55.85 109.98
186.43
262.37
48.95 49.17
25.74
220.27
6.67 ay/D 17.81 ay/AB 0.83 - -
J2G3 56.67 107.97
185.40
261.90
51.31 48.70
25.80
210.46
6.67 ay/D 16.89 ay/BC 0.97 - - J2G4 55.25 106.98
184.03
261.60
52.70 49.43
25.09
187.00
2.22 by/FG 14.69 by/D 0.76 34.34 18.35
J2G5 55.57 106.35
183.77
261.90
47.55 49.03
25.78
182.43
3.70 aby/EF 14.27 by/DE 0.90 48.81 32.57 J3G1 55.05 107.00
173.00
259.60
51.09 49.73
24.62
192.42
0.64 cz/G 15.83 bz/CD 0.87 - -
J3G2 55.25 110.27
186.03
262.13
41.61 49.93
25.73
225.19
10.26 az/BC 19.03 az/A 0.95 - - J3G3 54.37 108.50
185.90
261.63
48.77 49.27
25.75
220.31
5.77 bz/DE 18.55 az/A 0.91 - -
J3G4 54.13 106.29
184.07
260.30
55.53 49.97
25.09
216.58
3.85 bcz/EF 18.19 az/AB 0.73 32.68 18.62 J3G5 55.86 106.15
183.63
259.70
48.79 49.77 25.47 215.90
5.77 bz/DE 18.12 az/AB 0.77 51.44 34.41
Ket : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata pada uji BNT taraf 5%. Huruf diiukuti x,y, atau z dibandingkan pada main plot masing-masing. Huruf di dalam kurung dibandigkan secara umum. Keterangan :
1 = tinggi tanaman 2 = jumlah klorofil daun jagung
3 = umur berbunga 4 = bobot 100 biji
5 = persentase jumlah tanama bertongkol dua per plot 6 = produksi per tanaman
7 = produksi per hektar 8 = nilai indeks panen 9 = persentase kerusaka jagung
10= persentase pemulihan jagung 11= gulma dalam barisan
12= gulma antar barisan 13= bobot kering gulma dalam barisan
14= bobot kering gulma antar barisan
80
Lampiran 36. Deskripsi Jagung DK3
Asal : Jagung hibrida Monsanto TB 9001 adalah persilangan ganda tetua betia (TB840134FF/TB840134MF) dan jantan TB840134FM/TB840134MM) Galur-galur TB840134FM, TB840134MM, TB840134FF, TB840134MF berasal dari populasi yang berbeda. Galur ini dikembangkan oleh Departemen Penelitian Perbenihan Monsanto, Thailand.
Golongan : Persilangan ganda Umur tanaman : - 50% keluar rambut ± 58 hari
- Masak fisiologi: ± 98 hari Tinggi tanaman : 195 cm Keragaman tanaman : Baik Batang : Besar dan kokoh Warna Batang : Hijau Kerebahan : Tahan rebah Warna Daun : Hijau Warna malai : Ungu Warna sekam (glume) : Hijau Warna benangsari (Anther) : Merah muda Warna tongkol : Putih Perakaran : Baik Tongkol : Besar Tinggi tongkol : Sedang (103 cm) Kelobot : Menutup tongkol dengan baik Baris biji : Lurus dan rapat Jumlah baris/tongkol : 14 - 16 Bentuk biji : Semi mutiara Warna biji : Kuning oranye Tip filling : Baik Bobot 1000 butir : 300 gram Rata-rata hasil : 9,25 ton/ha pipilan kering Potensi hasil : 11,94 ton/ha pipilan kering Adaptasi : Dataran rendah sampai dataran tinggi Ketahanan penyakit : Tahan terhadap karat, toleran bulai Keunggulan lain : Tahan terhadap kekeringan (stress air); tahan rebah sesuai untuk daerah
yang sering terjadi angin dengan kecepatan yang tinggi seperti di Langkat (Sumut).
Pengusul : PT. Monagro Kimia (Monsanto Indonesia)
81
Lampiran 37. Analisis Tanah Lahan Penelitian
PT. TORGANDA RESEARCH CENTER Jl. Raya Medan-Lubuk Pakam Km 24,5
Tanjung Morawa 20362 Telp. (061)7945861 Fax.(061)7945869
Anaisis tanah : Nitrogen : 0,21% K (total) : 1278 ppm P tersedia : 65 ppm C/N : 6 C Organik : 1,34 % pH : 5.61 Tekstur :pasir (29.6%), liat (36.4%) dan debu (34%)
82
Lampiran 38. Data cuaca di Namo Rambe dan sekitarnya (BMG) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA Nomor : 24 tahun 2008 Tanggal : 10 Maret 2008
PELAYANAN JASA INFORMASI DATA KLIMATOLOGI BULANAN DAERAH NAMO RAMBE DAN SEKITARNYA
TAHUN 2008 Unsur Bulan
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop RR 163.4 134.5 188.2 214.5 224.0 118.5 153.7 179.0 538.2 275.0 141.7 T 26.1 25.8 25.5 26.3 26.5 26.2 26.1 26.1 25.7 26.0 25.8
RH 88 86 88 86 86 88 88 88 90 90 87 SS 54.8 43.3 40.7 45.9 58.1 30.5 51.0 55.1 46.4 47.3 40.3
Keterangan:
1. RR : Curah hujan dalam milimeter (mm) 2. T : Suhu udara dalam derajat celcius (0C) 3. RH : Kelembaban udara dalam persen (%) 4. SS : Penyinaran matahari dalam persen (%)
83
275 cm
50 cm
Lampiran 39. Bagan Plot Penelitian
100 cm 70 cm 275 cm Blok 1 Blok 2 Blok 3
U
S
J3G2
J2G5
J1G2
J1G1
J1G3
J1G4
J2G2
J3G1
J2G4
J3G1
J1G1
J1G2
J1G3
J1G5
J2G5
J2G2
J2G1
J2G3
J3G1
J2G4
J1G2
J1G4
J3G2
J2G4
J2G2
J1G1
J1G5
J3G5
J3G4
J3G3
J3G3
J1G4
J2G5
J2G1
J3G5
J2G3
J3G5
J3G4
J3G3
J2G1
J3G4
J1G3
J3G2
J2G2
J1G5
84
60 cm
25 cm 25 cm 25 cm
25 cm
25 cm
25 cm
Lampiran 40. Bagan Sistem Jarak Tanam Dalam Plot
X X X X X
X X X X X
X X X X X
X X X X X
X X X X X
X X X X X
X X X X X
X X X X X
X X X X X
X X X X X
X X X X X
X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
X X X X X X X
X X X X X X X
X X X X X X X
X X X X X X X
X X X X X X X
X X X X X X X
X X X X X X X
X X X X X X X
X X X X X X X
X X X X X X X
X X X X X X X
Sistem satu baris (J1) Sistem dua baris (J2) Sistem baris segitiga (J3)
60 cm 60 cm
X = Tanaman sampel. Pengambilan tanaman sampel dilakukan secara acak tanpa mengikutsertakan tanaman pada barisan terluar plot
85
Lampiran 41. Jadwal Kegiatan Mingguan
Jenis Kegiatan Minggu ke-
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 Persiapan Lahan X Penanaman X Penjarangan X Aplikasi Pupuk
X
X
- N X - P X - K X Penyiraman Disesuaikan Dengan Kondisi di Lapangan Peng Gulma X X Peng H dan P Disesuaikan Dengan Kondisi di Lapangan Panen X Pengeringan dan Pemipilan X Pengamatan Parameter Tinggi Tanaman X X X X Jumlah Klorofil X Umur Berbunga X Bobot 100 Biji X Produksi per tanaman X Persentase jumlah tanaman bertogkol dua per plot X Produksi per hektar X Nilai Indeks Panen X Persentase kerusakan tanaman jagung X X Persentase pemulihan tanaman jagung X X Gulma yang Tumbuh Dalam Barisan X X Gulma yang Tumbuh Antar Barisan X X Bobot Kering Gulma Dalam Barisan X Bobot Kering Antar Gulma X
86
Lampiran 42. Model Sidik Ragam
Sidik ragam
Sumber db JK KT Fh F.05
Blok r – 1= 2 JK B JK B / 2 KT B / KT E(a) Pola Tanam (J) J – 1= 2 JK J JK J / 2 KT J/ KT E(a) Error (a) (r-1)(J-1)= 4 JK E(a) JK E(a) / 4 - Pengendalian Gulma (G) G – 1= 4 JK G JK G / 4 KT G / KT E(b) Interaksi GxJ (J – 1) (G – 1) = 8 JK J x G JK J x G / 8 KT J x G / KT E(b) Error (b) J(G – 1) (r – 1)= 24 JK E(b) - - Total JGr – 1= 44 JK T
Bila : Fh > F.05 Nyata (*) Fh < F.05 Tidak nyata (tn)
87
Lampiran 43. Foto Hasil Tongkol Tanaman Jagung Per Plot
J1G1 JIG2 J1G3 JIG4 J1G5 J2G1 J2G2 J2G3
88
J2G4 J2G5 J3G1 J3G2
J3G3 J3G4
J3G5
89
Lampiran 44. Foto Biji Pipilan Kering
90
91
Lampiran 45. Foto Brangkasan Kering Tanaman Jagung Beserta Tongkol
92
Lampiran 46. Foto Tanaman Yang Rusak Akibat Perlakuan Herbisida
93
Lampiran 47. Foto Plot Penelitian
Plot J1G2
Plot J2G4
94
Plot J3G1
Top Related