7/25/2019 Pengaruh Sistem Integrasi Ekonomi Euro z
1/28
1
PENGARUH SISTEM INTEGRASI EKONOMIEURO ZONE UNI EROPA TERHADAP
KRISIS EKONOMI YUNANI TAHUN 2009-2010
Oleh:
Eka Musti Dananjaya
0710043053
Uni Eropa merupakan intitusi regionalisme yang mewadahi negara-negara berdaulat di
lingkup wilayah geografis benua Eropa. Sebagai sebuah intitusi regionalisme, Uni Eropa
merupakan institusi yang paling terintegrasi terhadap negara anggotanya apabila dibandingkan
dengan institusi regional lainnya, baik struktural maupun fungsional. Sebagai sebuah organisasi
regional, Uni Eropa berupaya mencapai integrasi pada segala bidang kehidupan, salah satunya
mencapai integrasi penuh pada bidang perekonomiannya. Oleh karena itu, dibentuklahEconomic
and Monetary Union (EMU) yang tercantum dalam Perjanjian Maastricht (Maastricht Treaty).
Dalam perjanjian tersebut, tercantum kriteria konvergensi (convergence criteria) dan Stability
and Growth Pact, yang bertujuan mengatur keselarasan perekonomian negara anggota Uni Eropa
yang sebelum mengadopsi mata uang tunggal euro.
Perjanjian tersebut memperkenalkan konsep masyarakat Eropa, sebagai suatu bentuk
langkah pengintegrasian Eropa secara sosial, memperkuat pengaruh European Parliament, dan
membentuk Economic and Monetary Union (EMU). EMU merupakan perwujudan dari pasar
tunggal (single market) dari negara-negara Eropa. Kebijakan perekonomian EMU terdiri dari
tiga komponen, yaitu setiap negara anggota diharuskan untuk mengkoordinasikan setiap
kebijakan perekonomian, menyediakan pengawasan multilateral atas koordinasi kebijakan
perekonomian, dan merupakan subyek dari ketetapan dan disiplinari finansial dan anggaran.
Tujuan dari kebijakan moneter adalah untuk menciptakan sebuah mata uang bersama dan untuk
memastikan stabilitas mata uang. (Treaty of Maastricht, 2010, hal. 3).
Seperti telah disebutkan sebelumnya, dalam Perjanjian Maastricht tercantum kriteria
konvergensi (convergence criteria). Kriteria Konvergensi merupakan sebuah mekanisme
makroekonomi untuk menilai kesiapan negara anggota dalam mengadopsi Euro dan masuk
7/25/2019 Pengaruh Sistem Integrasi Ekonomi Euro z
2/28
2
kedalam European Monetary Union (EMU) serta menjaga kestabilannya pasca EMU. Kriteria
Konvergensi terdiri dari 5 ketentuan yang mengatur kondisi ekonomi makro, sektor moneter dan
fiskal, negara anggotanya (Afxentiou, 2000, hal. 249).
Disamping Kriteria Konvergensi, dalam Perjanjian Maastricht mencantumkan Pakta
Stabilitas dan Pertumbuhan atau Stability and Growth Pact. Stability and Growth Pact (SGP)
bertujuan untuk memfasilitasi dan menjaga kestabilan dari EMU pasca diperkenalkannya mata
uang euro. SGP merupakan kebijakan yang dibuat untuk diterapkan pada semua negara anggota
UE, melengkapi criteria konvergensi dari EMU yang telah dibentuk sebelumnya. Secara garis
besar fungsi SGP adalah memantau kondisi fiskal dari negara-negara anggota agar tetap terjaga
sesuai dengan ketentuan dalam Kriteria Konvergensi (Ngai, 2012, hal. 15).
Melalui keunggulan yang ditawarkan tersebut memungkinkan negara anggota yang telah
terintegrasi secara ekonomi akan mengalami perubahan kondisi perekonomian sebagai akibat
dari penyesuaian terhadap sistem dan regulasi perekonomian yang telah ditetapkan. Hal ini
dikarenakan sistem perekonomian yang dilakukan secara komunal akan melindungi setiap negara
anggotanya dari setiap kemungkinan akan terjadinya krisis perekonomian. Kejatuhan
perekonomian suatu negara akan berdampak terhadap perekonomian negara lain yang tergabung
di dalam institusi regional yang terkait.
Akan tetapi, situasi demikian tidak terjadi pada Yunani. Tidak stabilnya sektor fiskal
negara menjadi salah satu faktor terjadinya fluktuasi pertumbuhan GDP Yunani. Nilai
pertumbuhan GDP pada tahun 2001 berada di posisi 4.2 persen, satu tahun sebelum Yunani
bergabung ke dalam eurozone (Global Finance, Greece Country Report, hal. 1). Kemudian tahun
2002, bersamaan masuknya Yunani kedalam eurozone secara penuh, terjadi penurunan nilai
GDP pada posisi 3.4 persen diikuti dengan tren pertumbuhan GDP yang cukup fluktuatif yang
cenderung menurun (Global Finance, Greece Country Report, hal. 1). Pada tahun 2004, Yunani
menjadi tuan rumah penyelenggara pesta olahraga dunia (olimpiade). Anggaran awal yangdipersiapkan Yunani, dalam menghadapi pelaksanaan pesta olimpiade adalah 4,5 milyar euro.
Namun pada implementasinya, rekonstruksi infrastruktur tersebut mengalami pembengkakan
biaya sebesar dua kali lipat. Untuk tetap menjalankan roda perekonomiannya saat itu, Yunani
melakukan pinjaman hutang, hampir mencapai 6,6 persen dari nilai GDP-nya (Wallop, 2010,
hal.1).
7/25/2019 Pengaruh Sistem Integrasi Ekonomi Euro z
3/28
3
Pada tahun 2007, kondisi perekonomian global mengalami ketidakstabilan. Situasi
tersebut disebabkan oleh terjadinya kemacetan arus pembayaran kredit perumahan (subprime
mortgage) kepada para perusahaan finansial di Amerika Serikat, seperti Lehman Brothers.
Pengaruh yang dirasakan oleh Yunani atas ketidakstabilan ekonomi tersebut, yaitu menurunnya
jumlah wisatawan asing yang berkunjung ke Yunani. Memasuki tahun 2010 Eurostat
menyatakan bahwa defisit keuangan Yunani mencapai angka 13,6 persen dari nilai GDP-nya
(Nelson, 2010, hal.6). Selain itu, utang Pemerintah Yunani pada tahun 2010 mencapai angka
124,9 persen dari nilai GDP-nya dan untuk utang luar negerinya mencapai angka 77,5 persen
dari nilai GDP-nya (Rossi, 2010, hal.6).
Terbentuknya EMU merupakan sebuah pencapaian hebat dari proses integrasi kawasan
Eropa. Yunani, sebagai salah satu negara anggota Uni Eropa, juga mengadopsi sistem
perekonomian Uni Eropa ke dalam sistem perekonomian domestik Yunani. Dengan mengamati
lebih jauh maka akan dapat diketahui penyebab terjadinya krisis Ekonomi yang terjadi di
Yunani. Apakah sistem integrasi ekonomi zona euro yang belum berjalan sesuai fungsinya atau
ketidakmampuan Yunani sebagai negara anggota dalam mengikuti dan memenuhi ketentuan
ketentuan yang diberikan oleh Uni Eropa.
Kajian Teoretik Menggunakan Teori Organisasional
Teori organisasional mengidentifikasikan mekanisme yang berbeda-beda melalui
bagaimana adaptasi institusi dapat berevolusi (Brzel, 2003, hal. 13). Untuk membantu
menjawab rumusan masalah pada penelitian ini penulis akan menggunakan pendekatan dampak
domestik Eropa sebagai sebuah proses adaptasi institusional berdasarkan pada teori
organisasional. Lebih lanjut dijelaskan pendekatan dampak domestik Eropa sebagai sebuah
proses adaptasi institusional muncul sebagai alat yang digunakan untuk mencoba menjelaskan
pola relasi yang terbentuk antara Uni Eropa dengan negara-negara anggota yang tergabung di
dalamnya, seperti dapat dilihat melalui dua proses yang membentuk sebuah siklus relasional,yaitu bottom up dan top down.
Pola Hubungan Uni Eropa dengan Negara Anggota
7/25/2019 Pengaruh Sistem Integrasi Ekonomi Euro z
4/28
4
Sumber: Cf. Schmidt 2001; Hix dan Goetz 2000 dalam Borzel, 2003, hal. 2
Dapat dilihat bahwa di dalam proses integrasi negara-negara Eropa terdapat dua proses
yang terjadi, proses pertama adalah bottom up, di dalam proses ini negara anggota menetapkan
delegasi-delegasi nasional dari setiap negara anggota, dengan membawa kepentingan nasional
masing-masing, untuk kemudian membentuk Uni Eropa sebagai sebuah institusi supranasional
yang menjadi media bagi negara anggota untuk berinteraksi dan mencapai kepentingan nasional.
Hal tersebut diimplementasikan melalui proses pembuatan kebijakan dari Uni Eropa.
Kemudian dalam proses kedua yaitu top down, Uni Eropa sebagai sebuah institusi
supranasional dalam lingkup Eropa melakukan proses pembentukan kebijakan Uni Eropa yang
diimplementasikan berupa kebijakan, norma, aturan dan prosedur, serta proses politik, yang
kemudian ditujukan untuk mengintegrasikan negara-negara anggotanya dalam proses eropanisasi
(europeanization). Kedua proses tersebut terjadi secara bersamaan dan saling berhubungan
sehingga kemudian membentuk sebuah siklus interaksi yang saling mempengaruhi satu sama
lain.
Kemudian, terdapat dua asumsi utama yang menjelaskan bagaimana Uni Eropa dapat
berdampak terhadap negara anggotanya dan konsekuensi apa yang diberikan (Brzel, 2003, hal.
5). Pertama bahwa dampak Uni Eropa terhadap setiap negara anggotanya berbeda-beda,
bervariasi di antara negara anggota dan area kebijakannya. Kedua, dampak yang berbeda-beda
dapat dijelaskan melalui kecocokan anatara kebijakan, institusi, dan proses antara Uni Eropa dan
negara anggota. Sementara disisi lain terdapat faktor mediasi atau variabel intervensi yang
menahan dampak domestik terhadap negara anggota dari Uni Eropa.
7/25/2019 Pengaruh Sistem Integrasi Ekonomi Euro z
5/28
5
Mekanisme pengaruh Uni Eropa terhadap sistem dan kondisi perekonomian Yunani,
hingga terjadinya krisis perkonomian Yunani 2009-2010, dapat dijelaskan melalui pendekatan
yang dilakukan oleh Borzel, yaitu melalui dampak domestik Eropa sebagai sebuah proses
sosialisasi (the Domestic Impact of Europ as a Process of Socialization) dan dampak domestik
Eropa sebagai sebuah proses adaptasi institusional (the Domestic Impact of Europ as a Process
of Institutional Adaptation).
Di dalam pendekatan dampak domestik Eropa sebagai sebuah proses sosialisasi, aktor
dituntut untuk secara kolektif memahami dan menerima perilaku sosial yang diberikan dalam
sebuah regulasi dan struktur. Pemahaman kolektif tersebut berarti bahwa struktur mempengaruhi
secara kuat bagaimana para aktor menentukan tujuan yang diinginkan dan cara untuk
mencapainya melalui aksi-aksi yang rasional. Kemudian, di dalam institusionalisme sosiologis,
institusi tidak secara sederhana menentukan perilaku aktor di dalam sistem dengan menyediakan
kesempatan dan batasan. Institusi, memberikan pemahaman fundamental terhadap aktor atas
kepentingan setiap aktor yang terlibat dan cara yang tepat untuk dapat dipergunakan di dalam
upaya pencapaian kepentingan tersebut (Brzel, 2003, hal. 10).
Variasi dalam adaptasi institusional dijelaskan melalui situasi dan kondisi yang berbeda
dimana instusi yang ada dan baru, dapat sesuai satu dengan yang lain. Kemudian apabila terjadi
sebuah evolusi maka akan berupa sebuah proses dalam jangka panjang. Perubahan adaptasi
institusional dapat mengarah kepada empat mekanisme difusi yang berdampak terhadap
perubahan domestik, yaitu:
a. Coercionberarti bahwa dalam penerapan model atau regulasi yang dikeluarkan oleh sebuah
organisasi integrasi regional terdapat unsur pemaksaan dan sanksi bagi anggota jika tidak
mematuhi ketentuan yang telah ditetapkan (Dyson, 2000, dalam Brzel, 2003, hal. 13).
b. Mimetic imitation and normative pressureberarti bahwa negara anggota meniru model atau
regulasi yang dikeluarkan oleh Uni Eropa sebagai organisasi regional untuk menghindari
ketidakpastian (mimesis) atau yang telah berhasil diimplementasikan oleh negara lain
(normative pressure) (Schneider, 2001, dalam Brzel, 2003, hal. 13).
7/25/2019 Pengaruh Sistem Integrasi Ekonomi Euro z
6/28
6
c. Competitive selection (regulatory competition) adalah ketika Uni Eropa sebagai organisasi
regional tidak mengeluarkan larangan atau merekomendasikan sebuah model atau regulasi
tertentu pada sebuah sektor, maka dalam situasi demikian anggota dapat berkompetisi dalam
melakukan pengaturan terhadap aturan domestik masing-masing dengan tujuan untuk
menghindari kerugian komparatif (Kerwer dan Teutsch, 2001, dalam Brzel, 2003, hal. 13).
d. Framing, yaitu aktor eropa dapat bertindak sebagai ideational entrepreneur yang mencoba
untuk mengubah keyakinan dan ekspektasi dari aktor domestik dengan menyebarkan ide-ide
baru. (Kohler-Koch, 2002, dalam Brzel, 2003, hal. 13).
Masing-masing mekanisme difusi tersebut dapat terjadi akibat dua hal yakni resource-
dependency atau ketergantungan terhadap sumber daya/barang dan socialization approaches atau
pendekatan sosialisasi. Bentuk coercion dalam kebijakan Uni Eropa yang tidak sesuai dengan
kebijakan domestik (misfit) dapat mendorong terjadinya reformasi domestik atau sosialisasi yang
membawa perubahan menuju aturan-aturan baru. Disisi lain regulatory competition atau
kompetisi dalam peraturan sebagai hasil dari pembuatan kebijakan pasar menyebabkan
perubahan domestik melalui pembatasan wewenang pemerintah untuk melakukan proteksi pada
pasar domestik dari penyedia asing. Sedangkan Mimetic imitation, normative pressure dan
framing cenderung bekerja melalui proses pembelajaran sosial dari ide atau norma yang
disebarkan oleh aktor eropa, yang berusaha mempengaruhi kepentingan aktor domestik untuk
kepentingan mereka (Heritier et al. 2001, hal. 257, dalam Brzel, 2003, hal. 14).
Gambaran Umum Sistem Integrasi Ekonomi Uni Eropa
Uni Eropa sebagai sebuah institusi regional berupaya untuk mencapai integrasi penuh
dalam bidang perekonomian melalui pembentukan Economic and Monetary Union (EMU).
EMU merupakan kombinasi dari dua bentuk integrasi ekonomi, yaitu kesatuan ekonomi
(economic union) dan kesatuan moneter atau monetary union. EMU memiliki beberapa
kebijakan yang dirancang untuk memperkuat stabilitas ekonomi negara-negara anggota
diantaranya kebijakan tentang kondisi moneter, suku bunga, serta sektor fiskal. Dr Tsvetan
Manchev dalam tulisannya Economic and Monetary Union on the Horizon menjelaskan bahwa
EMU merupakan sebuah integrasi komunitas diantara dua atau lebih negara anggota Uni Eropa
7/25/2019 Pengaruh Sistem Integrasi Ekonomi Euro z
7/28
7
yang mengimplementasikannya, dengan mengutamakan beberapa hal sebagai berikut (Manchev
dan Karavastev, 2005, hal.7):
1. Penggunaan mata uang bersama (common currency) yang dikeluarkan oleh sebuah
penerbit independen, yaitu Bank Sentral;
2. Penerapan kebijakan moneter yang dilakukan oleh kesatuan bank sentral;
3. Pengimplementasian pasar bersama (common market) yang menampilkan pergerakan
bebas manusia, barang, jasa dan modal, serta;
4. Adanya kewajiban bagi negara-negara anggota untuk mengejar kebijakan ekonomi
bersama (common economic policies) yang telah disepakati dalam sebuah kerangka
perjanjian, seperti perjanjian tentang pertumbuhan dan kestabilan ekonomi atau yang
dikenal dengan istilah the Stability and Growth Pact.
Pembentukan EMU bermula dari pertemuan konferensi enam negara yaitu Belgia,
Perancis, Jerman, Italia, Luksemburg dan Belanda di Hague pada tahun 1969 (Manchev dan
Karavastev, 2005, hal.7). Pada saat itu, posisi EMU sebagai penyempurna dalam pelaksanaan
serikat pabean (customs union) di Eropa, memberikan kesuksesan pada implementasi kebijakan
pertanian bersama, yaitu Common Agricultural Policy atau CAP. Serikat pabean (customs union)
adalah suatu kondisi dimana masing-masing negara anggota menghapus semua hambatan
perdagangan diantara mereka dan menetapkan serangkaian hambatan eksternal yang berlaku
secara umum, dengan demikian menghapuskan kebutuhan untuk menginspeksi pajak di
perbatasan antar negara anggota (Lindert, 1994, hal.188).
Pada waktu yang hampir bersamaan, sistem perekonomian dunia yaitu Bretton Woods
System mengalami keruntuhan dan nilai mata uang dollar Amerika Serikat mengalami krisis
pada tahun 1973. Hal ini berdampak terhadap kesuksesan EMU di dalam pelaksanaan serikat
tersebut dengan mendorong para kepala negara Uni Eropa agar segera mengimplementasikannya
secara konkrit (Verdun, 2010, hal.3). Hal tersebut bertujuan untuk mencapai kestabilan nilai
mata uang Eropa. Akan tetapi, implementasi EMU yang dilangsungkan pada saat itu tidak dapat
berjalan secara signifikan, sebagai dampak dari terjadi krisis minyak (Verdun, 2010, hal.3).
7/25/2019 Pengaruh Sistem Integrasi Ekonomi Euro z
8/28
8
Di dalam pertemuan pada bulan Juni 1988 di Hanover, posisi EMU mulai diagendakan
kembali. Pada saat itu, Jacques Delors yang merupakan Presiden Komisi (Commission
President) Uni Eropa, mengusulkan langkah-langkah khusus di dalam pembentukan EMU.
Dalam pertemuan tersebut, dihasilkan sebuah kesepakatan tentang pembentukan EMU dan
perlunya mengubah isi Perjanjian Roma (the Treaty of Rome), yang dilakukan pada tanggal 17
April 1989. Disamping itu, Komisi merekomendasikan pembentukan kebijakan moneter
komunitas bersama, yang dipimpin oleh badan pemerintahan independen dari masing-masing
negara anggota dan badan komunitas, yaituEuropean System of Central Bank (ECSB) (Manchev
dan Karavastev, 2005, hal. 8-9). Pada saat itu, komite yang berada dibawah pimpinan Jacques
Delors, merekomendasikan negara-negara anggota yang terintegrasi dalam EMU, untuk
menggunakan European Currency Unit (ECU) sebagai mata uang tunggal bersama. ECU
merupakan langkah awal terbentuknya mata uang euro, yang akan dijadikan sebagai alat
transaksi jual-beli diantara negara anggota Uni Eropa yang menggunakannya.
Kriteria Konvergensi Di Uni Eropa
Rencana pembentukan monetary union atau serikat moneter dengan penggunaan mata
uang tunggal di wilayah eropa terbagi menjadi tiga tahap. Tahap pertama dilaksanakan pada
tahun 1990 dengan langkah awal adalah penghapusan kontrol pada pergerakan modal keuangan
di Uni Eropa. Setelah itu tahap kedua dilaksanakan tahun 1994 yang ditandai dengan
pembentukan European Monetary Institute (EMI) berpusat di Fankfurt, Jerman. Lembaga ini
bertanggungjawab dalam mengkordinasi proses transisi menuju serikat moneter dan secara
bertahap akan mengambil alih peran bank sentral. Kemudian tahap ketiga dilaksanakan pada
tahun 1999 ketika Euro diterapkan untuk pertama kali. Dalam tahap akhir ini European Central
Bank diciptakan dan mengambil alih sebagian tanggungjawab dari EMI (Manchev dan
Karavastev, 2005, hal.9-15).
Proses transisi dari European Monetary System (EMS) menuju EMU telah disebutkan
dalam perjanjian Maastricht yang disepakati oleh para pemimpin Eropa pada bulan Desember
tahun 1991. Dari ketiga tahapan tersebut diatas dapat dijelaskan bahwa tahap pertama dan kedua
ditujukan sebagai masa persiapan dan penyesuaian kebijakan moneter dan fiskal masing-masing
negara anggota Uni Eropa sebelum tergabung kedalam Eurozone atau zona Euro. Terkait dengan
hal tersebut Uni Eropa, dalam perjanjian Maastricht, mengembangkan sebuah mekanisme
7/25/2019 Pengaruh Sistem Integrasi Ekonomi Euro z
9/28
9
makroekonomi untuk menilai kesiapan negara anggota dalam mengadopsi Euro dan masuk
kedalam European Monetary Union (EMU) serta menjaga kestabilannya pasca EMU. Kriteria
tersebut diantaranya adalah (Afxentiou, 2000, hal. 249):
1. Tingkat inflasi di negara yang bersangkutan tidak boleh lebih dari poin 1.5 persentase
diatas rata-rata dari tiga negara anggota Uni Eropa dengan inflasi terendah.
2. Negara yang bersangkutan harus menjaga kestabilan nilai tukar mata uang dalam
mekanisme kurs atau Exchange Rate Mechanism (ERM) tanpa mendevaluasi inisiatif
mata uangnya sendiri.
3. Tingkat defisit sektor publik dari negara yang bersangkutan tidak boleh lebih dari 3
persen atas nilai Produk Domestik Bruto.
4. Tingkat hutang publik dari negara yang bersangkutan harus berada dibawah atau
mendekati tingkat acuan sebesar 60 persen dari nilai Produk Domesetik Bruto.
5. Nilai suku bunga jangka panjang dari negara yang bersangkutan tidak boleh lebih tinggi
dari 2 poin persentase diatas tiga negara anggota Uni Eropa dengan nilai suku bunga
jangka panjang terendah.
Nominal angka yang tercantum dalam perjanjian tersebut disebut sebagai reference value.
Dengan menjadi negara anggota EMU berarti, masing-masing negara anggota harus berupaya
untuk menjaga kondisi perekonomian moneternya. Implementasi kebijakan ekonomi moneter
dari konvergensi tersebut tidak mudah dilakukan karena diperlukan penyesuaian awal terhadap
kondisi makro ekonomi di masing-masing negara. Sehingga Perjanjian Maastricht memberi
tenggang waktu sementara, untuk melakukan penyesuaian tersebut. Penurunan nilai defisit suatu
negara harus dilakukan secara perlahan dan berkesinambungan hingga mencapai nilai defisit
yang tercantum dalam Perjanjian Maastricht (Rahman, 1996, hal.17).
Penerapan Stability And Growth Pact Sebagai Penguat Ketentuan Fiskal
Pada tahun 1997, atas usulan dari Jerman, para pemimpin Uni Eropa membuat sebuah
Pakta Stabilitas dan Pertumbuhan atau Stability and Growth Pact (SGP) yang bertujuan untuk
memfasilitasi dan menjaga kestabilan dari EMU pasca diperkenalkannya mata uang euro. SGP
merupakan kebijakan yang dibuat untuk diterapkan pada semua negara anggota UE, melengkapi
criteria konvergensi dari EMU yang telah dibentuk sebelumnya. Secara garis besar funsi SGP
adalah memantau kondisi fiskal dari negara-negara anggota oleh Komisi Eropa atau European
7/25/2019 Pengaruh Sistem Integrasi Ekonomi Euro z
10/28
10
Commission (EC) dan Dewan Menteri atau Council of Ministers, serta memberikan rekomendasi
kebijakan fiskal secara berkala kepada negara anggota untuk memastikan tetap sesuai dengan
SGP (Ngai, 2012, hal. 15).
Pembentukan SGP sendiri berlandaskan kepada Treaty on the Functioning of the
European Union (TFEU). Pasal 121 dan 126 dari TFEU memberikan landasan hukum dari SGP.
Pasal 121 ayat 1, 3, dan 4 menguraikan fungsi SGP sebagai preventive arm, yakni berusaha
memastikan bahwa kebijakan fiskal dilakukan secara berkelanjutan selama integrasi
berlangsung.
Instrumen kebijakan preventive arm adalah Medium-Term Budgetary Objective (MTO)
yang mengharuskan negara-negara Anggota menyerahkan rencana anggaran jangka menengah
dalam program stabilitas dan konvergensi (SCP), yang disampaikan dan dinilai setiap tahun
dalam konteks pengawasan fiskal multilateral di bawah European commission dan European
Council (Ngai, 2012, hal. 16).
Pasal 126 ayat 3, 7, 9, 11, dan 12 (Lihat lampiran 3) menguraikan fungsi SGP sebagai
corrective arm dengan menggunakan instrument kebijakan Excessive Deficit Procedure yakni
berupa serangkaian prosedur untuk mengkoreksi atau memperbaiki nilai defisit fiskal yang
melebihi reference value yaitu 3 persen nilai defisit dan 60 persen nilai hutang publik (Ngai,
2012, hal. 16).
Jika terjadi pelanggaran terhadap ketentuan SGP, baik preventive arm atau corrective
arm, negrara yang bersangkutan dapat dikenai sanksi berupa denda. Denda tersebut dibayarkan
per tahun yang kemudian akan disimpan sebagai deposit oleh European Council hingga
pelanggaran tersebut diperbaiki. Besaran jumlah denda yang ditetapkan adalah setara dengan 0.2
persen nilai PDB dari negara bersangkutan. Disamping itu, European Council memiliki
wewenang untuk meningkatkan jumlah denda secara berkala apabila negara yang bersangkutan
belum juga mengkoreksi pelanggaran yang dilakukan. Jumlah denda dapat ditambah dengan 1/10
dari perbedaan antara defisit, sebagai persentase dari PDB, pada tahun di mana defisit itu
dianggap berlebihan dan nilai referensi dari 3 persen dari PDB. Namun sebagai batasan, denda
yang dikenakan per tahun tidak akan melebihi 0.5 persen dari nilai PDB negara yang
bersangkutan (European Commission, 2011).
Jika selama 2 tahun defisit berlebihan tersebut belum juga terkoreksi, maka deposit yang
terkumpul akan dikonversi menjadi dana yang akan didistribusikan di antara negara-negara
7/25/2019 Pengaruh Sistem Integrasi Ekonomi Euro z
11/28
11
anggota tanpa defisit yang berlebihan, sesuai dengan proporsi dari total PNB mereka (European
Commission, 2011).
Pengaruh Kriteria Konvergensi Sebagai Mekanisme Coercion Dalam Proses Adaptasi
Institusional
Terbentuknya EMU merupakan langkah yang besar dari proses integrasi kawasan Eropa.
Yunani, sebagai salah satu negara anggota Uni Eropa, juga mengadopsi sistem perekonomian
Uni Eropa ke dalam sistem perekonomian domestik dengan asumsi bahwa kebijakan untuk
mengadopsi sistem tersebut merupakan suatu langkah strategis untuk menciptakan kestabilan
ekonomi Yunani. Dalam prosesnya terdapat beberapa institusi terkait yang berperan dalam
perkembangan integerasi ekonomi Uni Eropa. Terkait dengan krisis ekonomi Yunani,
berdasarkan pada teori relasional Borzel dalam siklus top down penerapannya sistem integrasi
ekonomi Uni Eropa masih belum berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
Jika diamati lebih jauh kebelakang, proses ini berawal dari adanya aksi Eropanisasi
(Europeanization). Eropanisasi merupakan fenomena yang terkait dengan masuknya setiap
negara anggota ke dalam Uni Eropa yang membawa dampak besar bagi negara anggota di dalam
prosesnya. Eropanisasi memiliki konsep yang berbeda dengan integrasi Uni Eropa karena
integrasi Uni Eropa fokus terhadap politik dan pengembangan kebijakan pada level
supranasional, sementara eropanisasi fokus terhadap konsekuensi atau akibat dari proses
integerasi Uni Eropa serta perkembangan politik diantara negara anggota (Bulmer dan Lequesne,
2005, hal.11, dalam Larsen dan Olsen, 2010, hal.6). Jika mengacu pada teori organisasional oleh
Borzel maka dapat dikatakan bahwa integerasi Uni Eropa merupakan bentuk siklus bottom up,
sedangkan eropanisasi merupakan bentuk siklus top down.
Terdapat beberapa definisi dari eropanisasi. Landrech melihat bahwa eropanisasi
merupakan proses perubahan arah dan bentuk politik domestik kepada tingkat dimana dinamika
ekonomi dan politik European Community (EC) menjadi acuan dalam politik dan pembuatan
kebijakan nasional (Larsen dan Olsen, 2010, hal.6). Dengan demikian, proses eropanisasi
mendefinisikan ulang fungsi, hubungan, nilai, pola regulasi, dan dinamika internal dari sistem
politik dari negara anggota.
7/25/2019 Pengaruh Sistem Integrasi Ekonomi Euro z
12/28
12
Borzel mendefinisikan eropanisasi sebagai sebuah proses dimana area kebijakan
domestik meningkat menjadi subyek dari proses pembuatan kebijakan kawasan Eropa (Larsen
dan Olsen, 2010, hal.6). Pendekatan yang dipergunakan oleh Borzel menjelaskan mengenai
perdebatan antara integrasi bottom-up dan top-down dalam proses eropanisasi. Permainan dua
level antara Uni Eropa dengan negara anggotanya menjelaskan pola hubungan di antara mereka
dan fungsi dari sistem yang terbentuk. Di dalam integrasi bottom-up, negara merupakan bagian
dari perdebatan tersebut karena negara anggota membentuk kebijakan dan politik Uni Eropa.
Dampak eropanisasi disetiap negara anggota Uni Eropa berbeda satu dengan yang lain.
Perbedaan tersebut muncul berdasar pada sejarah hubungan masing-masing negara dengan isu-
isu kawasan Eropa. (Larsen dan Olsen, 2010, hal.7). Dengan demikian setiap negara anggota
memiliki karakteristiknya masing-masing sehingga pada dasarnya proses pengaturan stuktural
atau adaptasi institusional baik politik maupun ekonomi, idealnya, tidak dapat digeneralisir.
Dalam hal ini bentuk eropanisasi yang dimaksud adalah hubungan antara Uni Eropa
dengan Yunani, yaitu munculnya kriteria konvergensi sebagai serangkaian ketentuan yang harus
dipenuhi untuk menjadi anggota zona euro seperti telah dikemukakan Larsen dan Olsen.
Hubungan tersebut dapat dikategorikan kedalam siklus top-down dalam teori organisasional
seperti telah dikemukakan Borzel. Kriteria konvergensi merupakan sebuah mekanisme
makroekonomi yang dibentuk untuk menilai kesiapan negara anggota dalam mengadopsi Euro
dan masuk kedalamEuropean Monetary Union (EMU) serta menjaga kestabilannya pasca EMU.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa kriteria konvergensi mengatur tentang pengendalian
tingkat inflasi, kestabilan nilai tukar mata uang, defisit sektor publik, hutang publik, serta nilai
suku bunga jangka panjang berikut dengan besaran nilai dan sanksi yang telah ditentukan. Dari
lima kriteria yang ada, tiga diantaranya berfungsi untuk mengatur bidang moneter diantaranya
adalah tingkat inflasi, kestabilan nilai tukar mata uang, dan nilai suku bungan jangka panjang.
Sedangkan dua kriteria yang lain mengatur bidang fiskal diantaranya adalah tingkat defisit sektorpublik dan hutang publik. Dalam hal ini kriteria konvergensi merupakan bentuk eropanisasi
terhadap Yunani. Jika kembali mengacu pada teori organisasional Borzel, interaksi antara Uni
Eropa dengan Yunani tersebut termasuk kedalam siklus top-down yang mengarah pada
mekanisme difusi coercion atau paksaan.
7/25/2019 Pengaruh Sistem Integrasi Ekonomi Euro z
13/28
13
Dyson, 2000, dalam Brzel, 2003, hal. 13 menjelaskan bahwa coercion terjadi ketika
dalam penerapan suatu regulasi yang dikeluarkan oleh sebuah organisasi integrasi regional
terdapat unsur paksaan dan sanksi bagi anggota jika tidak mematuhi ketentuan yang telah
ditetapkan. Namun kemudian permasalahan muncul ketika dalam penerapannya mekanisme
difusi coercion belum berjalan sesuai dengan tujuannya. Hal ini karena Uni Eropa memiliki
sebuah badan yang bertanggung jawab akan persoalan kebijakan ekonomi, namun hingga kini
badan tersebut hanya mengatur kebijakan moneter saja. Tata kelola dalam pemerintahan kawasan
Eropa dibagi menjadi dua yakni bidang moneter yang kelola oleh EMI dan ECB sebagai
representasi dari EMU, kemudian bidang fiskal yang sepenuhnya diserahkan kepada negara
anggota.
Kondisi tersebut mungkin saja tidak terlalu berpengaruh pada negara-negara anggota
zona euro dengan kekuatan ekonomi besar dan stabil seperti German atau Perancis. Akan tetapi
hal yang sama tidak dapat dialami oleh negara ekonomi yang lebih lemah dengan catatan hutang
serta defisit cukup tinggi seperti Yunani. Sebagaimana telah dijelaskan oleh Larsen dan Olsen
bahwa proses pengaturan stuktural atau adaptasi institusional baik politik maupun ekonomi tidak
dapat digeneralisir karena masing-masing negara anggota memiliki karakteristik yang berbeda
(Larsen dan Olsen, 2010, hal.7).
Pembagian wewenang dan tanggung jawab mengenai sektor fiskal dan moneter tersebut,
menurut De Grauwe, menjadi salah satu kekurangan dalam tata kelola zona eropa (De Grauwe,
2006, Hal. 728). Pembagian kebijakan fiskal dan moneter kepada dua aktor berbeda menjadi
celah dalam kordinasi proses integerasi ekonomi antara pemegang otoritas Eropa dengan Yunani
sebagai negara anggota. Karena apabila mekanisme pengawasan dan pengendalian belum
dilaksanakan dengan baik maka proses integrasi ekonomi tersebut tidak akan berjalan maksimal.
Secara umum kebijakan moneter dapat dipahami sebagai tindakan bank sentral atau
komite peraturan lain yang telah ditunjuk untuk menentukan jumlah dan laju pertumbuhan uangberedar, yang dalam jangka panjang akan mempengaruhi tingkat suku bunga (Monetary Policy,
Investopedia, 2013). Sedangkan kebijakan fiskal dapat dipahami sebagai keputusan yang
dikeluarkan oleh pemerintah terkait yang berhubungan dengan pendapatan dan pengeluaran
negara, yang bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara optimal. Dalam kata
7/25/2019 Pengaruh Sistem Integrasi Ekonomi Euro z
14/28
14
lain fungsi utama kebijakan fiskal adalah untuk menangani masalah anggaran, terutama dalam
hal perpajakan dan pinjaman (Fiscal Policy, Investopedia, 2013).
Terkait dengan pola integrasi ekonomi zona euro, untuk mengetahui bagaimana
pembagian wewenang moneter dan fiskal kepada dua aktor terhadap proses integrasi ekonomi
zona eropa di Yunani dapat dilihat dari perkembangan ekonomi Yunani berdasarkan lima kriteria
konvergensi dari perjanjian Maastricht. Dengan menganalisa fungsi coercion dalam proses
tersebut melalui kepatuhan Yunani sebagai calon negara anggota zona Euro terhadap aturan dan
sanksi yang terdapat dalam ketetapan kriteria konvergensi serta keseimbangan otoritas Eropa
dalam mengelola moneter dan fiskal, maka akan diketahui penyebab krisis yang terjadi.
Pencapaian Yunani Dalam Ketentuan Tingkat Inflasi Berdasarkan Kriteria Konvergensi
Dalam kriteria konvergensi ditetapkan bahwa tingkat inflasi di negara yang bersangkutan
tidak boleh lebih dari poin 1.5 persentase diatas rata-rata dari tiga negara anggota Uni Eropa
dengan inflasi terendah. Afxentiau menjelaskan bahwa kriteria ini bertujuan untuk menciptakan
stabilitas harga dengan menjaga nilai inflasi diantara negara anggota EMU. Ini didasari asumsi
bahwa rendahnya nilai inflasi di kawasan EMU akan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi
dengan berkurangnya sentimen ketidakstabilan aktifitas ekonomi. Perbedaan kondisi dan
karakteristik ekonomi dari negara-negara anggota, jika tidak dijaga, dapat menimbulkan inflasi
ekonomi dan moneter Uni Eropa (Afxentiou, 2000, hal. 249).
Perkembangan nilai inflasi Yunani sejak kriteria konvergensi EMU diperkenalkan
pertama kali pada tahun 1993 dapat dikatakan cukup pesat. Berdasarkan data dari European
Commission, sejak tahun 1995 terjadi tren penurunan nilai HICP dari 8.9 persen hingga
mencapai 2.9 persen pada Maret 2000 (AMECO Result, 2012). HICP merupakan sebuah
indikator ekonomi yang disusun untuk mengukur perubahan yang terjadi pada harga barang dan
jasa yang harus dibayar oleh konsumen. HICP memberikan ukuran perbandingan akan nilai
inflasi pada kawasan zona Eropa, Uni Eropa, kawasan ekonomi Eropa, serta negara-negara
kandidat terpilih. Dengan demikian akan didapat data resmi terkait dengan nilai inflasi yang
kemudian digunakan untuk menentukan kebijakan moneter pada kawasan zona Eropa serta
melakukan penilaian konvergensi nilai inflasi yang dibutuhkan dalam perjanjian Maastricht
(Eurostat, 2013)
7/25/2019 Pengaruh Sistem Integrasi Ekonomi Euro z
15/28
15
Pencapaian Yunani Dalam Ketentuan Nilai Tukar Mata Uang Berdasarkan Kriteria
Konvergensi.
Kriteria kedua bertujuan untuk menciptakan stabilitas nilai tukar bagi negara yang ingin
bergabung kedalam EMU. Kriteria ini mengharuskan negara yang bersangkutan untuk masuk
kedalam European Exchange Rate Mechanism (ERM) dengan sukarela. Secara teknis bank
sentral dari negara yang bersangkutan akan melakukan perjanjian dengan bank sentral Eropa
sebagai regulator dalam ERM, dengan kondisi tidak sedang menerapkan kebijakan pembatasan
mata uang apapun sebelum masuk kedalam ERM selama 2 tahun untuk menilai kelayakannya
bergabung kedalam EMU (Afxentiou, 2000, hal. 249).
Proses drachma Yunani menuju Euro telah dimulai sejak tahun 1990-an, bersamaan
dengan berjalannya ERM. Berbeda dengan negara Anggota lain yang tergabung dalam ERM
periode pertama, Yunani baru mengikuti ERM periode II pada 31 Desember 1998. Hal tersebut
disebabkan karena pada tahun 1995 Yunani menerapkan kebijakan Hard Drachma. Kebijakan
tersebut merupakan kebijakan moneter yang digunakan oleh pemerintah Yunani untuk
meningkatkan ekspektasi pasar sehingga akan berdampak pada penurunan nilai inflasi (Leventis,
Angelos Gkanoutas, 2004, hal 10).
Kebijakan hard drachma diberlakukan pada tahun 1995. Kebijakan tersebut merupakan
bentuk depresiasi nominal nilai tukar drachma terhadap ECU lebih rendah dari pada nilai inflasi
diferensial antara Yunani dan rata-rata Uni Eropa. Alasan Bank of Greece mengadopsi kebijakan
hard drachma adalah akibat terjadinya kegagalan dalam penargetan pasokan uang, liberalisasi
keuangan, serta adanya kepentingan untuk masuk kedalam EMU (rsky, 2003, hal. 6).
Tujuan utama dari kebijakan hard drachma adalah untuk menjaga suku bunga tetap
tinggi untuk menurunkan nilai inflasi yang mencapai 20 persen pada dekade sebelumnya
(Leventis, Angelos Gkanoutas, 2004, hal 10). Berdasarkan data yang ada kebijakan Yunani
tersebut berhasil menrunkan tingkat inflasi kurang lebih 50 persen dari tahun-tahun sebelumnya(AMECO Result, 2012).
Namun kebijakan hard drachma memiliki konsekuensi negatif yang menjadi alasan
kebijakan tersebut berakhir pada tahun 1998, tahun yang sama ketika Yunani melakukan langkah
devaluasi terhadap Drachma. Hal ini disebabkan oleh kurang ketatnya kebijakan fiskal dan
7/25/2019 Pengaruh Sistem Integrasi Ekonomi Euro z
16/28
16
pendapatan negara, bersamaan dengan menurunnya daya saing negara yang berpengaruh pada
peningkatan defisit transaksi berjalan dalam neraca pembayaran.
Devaluasi drachma dilakukan agar tercipta kestabilan neraca anggaran dan membantu
pembiayaan hutang publik Negara. Langkah devaluasi mata uang merupakan hal yang wajar
dilakukan oleh pemerintah sebuah negara. Devaluasi merupakan salah satu alat moneter yang
berguna bagi sebuah negara, namun dengan bergabungnya kedalam ERM Yunani kehilangan
pilihan tersebut.
Terkait dengan fungsi coercion dalam proses adaptasi institusional berdasarkan pada teori
organisasional, dalam hal ini tidak ada sanksi karena pencapaian ketentuan tentang nilai tukar
mata uang dalam Kriteria Konvergensi termasuk kedalam sektor moneter yang menjadi tanggung
jawab ECB sebagai bentuk monetary union.
Pencapaian Yunani Dalam Ketentuan Nilai Suku Bunga Jangka Panjang Berdasarkan
Kriteria Konvergensi
Kriteria ketiga bertujuan untuk menciptakan iklim ekonomi yang berkelanjutan dibawah
iklim kestabilan harga negara anggota EMU. Disamping itu keseragaman suku bunga jangka
panjang dapat mencegah praktik arbitrase pada pasar finansial. Suku bunga merupakan alat
penting dalam kebijakan moneter karena erat kaitannya dengan komponen perekonomian lain
seperti investasi, inflasi, dan tingkat pengangguran. Para pemegang otoritas kebijakan moneter
pada umumnya cenderung menurunkan suku bunga ketika mereka ingin meningkatkan laju
investasi dan konsumsi dalam perekonomian negara. Dalam perjalan Yunani menuju
keanggotaannya dalam EMU pergerakan nilai suku bunga jangka panjangnya lebih dipengaruhi
oleh perubahan nilai inflasi serta kondisi nilai tukar mata uang daripada sebuah kebijakan yang
spesifik dari pemerintah (Convergence Report, 1998, hal. 93).
Jika dilihat pada data yang ada nilai rata-rata suku bunga jangka panjang pada tahun 1997berada pada angka 9.8 persen dengan nilai referensi dari convergence criteria untuk suku bunga
sebesar 7.8 persen. Terjadi peningkatan pada tahun 1998 dalam kisaran nilai 8.5 persen yang
diikuti dengan tren penurunan hingga mencapai kisaran nilai 6.4 persen pada tahun 2000 dengan
nilai referensi sebesar 7.2 persen. Secara keseluruhan dalam periode ini terdapat kecenderungan
tren penurunan nilai suku bunga jangka panjang, hal ini merupakan pengaruh dari penurunan
7/25/2019 Pengaruh Sistem Integrasi Ekonomi Euro z
17/28
17
yang cukup besar dalam diferensial inflasi, disamping kestabilan nilai tukar mata uang Yunani
terhadap Negara-negara lain dalam ERM serta meningkatnya posisi fiskal Negara (Convergence
Report, 2000, hal. 23).
Terkait dengan fungsi coercion dalam proses adaptasi institusional berdasarkan pada teori
organisasional, dalam hal ini tidak ada sanksi karena pencapaian ketentuan tentang nilai suku
bunga jangka panjang dalam Kriteria Konvergensi termasuk kedalam sektor moneter yang
menjadi tanggung jawab ECB sebagai bentuk monetary union.
Kegagalan Yunani Dalam Pencapaian Ketentuan Nilai Defisit Anggaran dan Hutang
Publik Berdasarkan Kriteria Konvergensi
Kriteria keempat dan kelima bertujuan untuk menciptakan stabilitas fiskal. Menjadi
sangat penting karena sebagian besar negara anggota EMU memiliki kondisi defisit anggaran
yang berbeda. Bertambah tingginya nilai defisit anggaran dan pinjaman publik dapat
menurunkan tingkat konsumsi masyarakat dan minat investasi dari pihak swasta, dimana hal
tersebut akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi. Jika hal tersebut sampai terjadi negara
yang bersangkutan akan kehilangan daya saing ekonomi dengan negara anggota lain, atau
bahkan degara lain dalam skala internasional (Afxentiou, 2000, hal. 249).
Jika tiga kriteria lain dalam kriteria konvergensi merupakan bentuk ketentuan moneter
yang lebih menitikberatkan tanggungjawab pengawasan kepada ECB sebagai bank sentral di
kawasan Eropa, kriteria mengenai nilai defisit serta hutang publik ini lebih kepada ketentuan
fiskal dengan beban tanggungjawab pencapaiannya terletak pada negara anggota yang
bersangkutan, dalam hal ini Yunani (Exenberger, 2005, hal. 2). Hal tersebut menjadi resiko yang
dihadapi oleh Yunani serta negara anggota lainnya karena kemampuan masing-masing dari
mereka untuk memenuhi kriteria tersebut berbeda-beda.
Pajak merupakan salah satu instrumen untuk mendukung pemasukan negara yang cukupvital untuk jangka panjang. Ketentuan nilai defisit kriteria konvergensi sebesar 3 persen
merupakan tantangan berat bagi Yunani, terutama dengan nilai defisitnya pada awal masa
konvergensi tahun 1995 dengan nilai 9.1 persen.
7/25/2019 Pengaruh Sistem Integrasi Ekonomi Euro z
18/28
18
Kondisi fiskal pemerintah Yunani sendiri berangsur membaik, disatu sisi nilai defisit
pada tahun 1997 terkoreksi berada pada angka 5.9 persen, namun terjadi peningkatan rasio
hutang sebesar 105.2 persen, dimana convergence criteria mensyaratkan 3 persen untuk rasio
defisit dan 60 persen untuk rasio hutang. Jika diamati dari tahun 1996 hingga 2000
perkembangan nilai rasio defisit menunjukkan tren positif hingga mencapai nilai 3.7, sedangkan
rasio hutang publik bertambah menjadi 141 persen (AMECO Result, 2012).
Pergerakan rasio total pengeluaran pemerintah cenderung meningkat dan terlihat cukup
signifikan pada tahun 1993. Peningkatan tajam tersebut berasal dari pembayaran bunga hutang
sebagai akibat dari lonjakan hutang (Convergence Report, 1998, hal. 90). Hal tersebut berangsur
stabil pada kisaran 44-45 persen hingga tahun 1999, sebelum meningkat pada tahun 2001 sebesar
47.1 persen (AMECO Result, 2012).
Disisi lain pengeluaran pemerintah Yunani setelah bergabung dengan zona Euro berada
pada kondisi yang stabil pada kisaran nilai 45.8 persen pada tahun 2001. Kondisi stabil setelah
tahun 2001 merupakan bentuk manfaat yang diperoleh dari keanggotaan Yunani dalam zona
Eropa. Karena dengan bergabung kedalamnya Yunani memiliki akses terhadap dana pinjaman
luar negeri dengan bunga yang relatif lebih rendah. Tren pengeluaran pemerintah Yunani mulai
melonjak naik pada tahun 2007 sebelum krisis terjadi dengan kisaran nilai 47.2 persen. Kondisi
tersebut terjadi akibat pengaruh dari pembayaran hutang sebagai salah satu komponen utama
pengeluaran pemerintah Yunani (Convergence Report, 1998, hal. 90).
Secara umum selama tahun 2001 hingga 2010 nilai defisit anggaran pemerintah
cenderung meningkat dengan 2 puncak peningkatan yakni tahun 2004 dengan kisaran nilai 7.6
persen dan 2009 dengan 15.6 persen (AMECO Result, 2012). Tren peningkatan yang cukup
besar mulai pada tahun 2007 seiring dengan terjadinya resesi dan krisis pada tahun 2008.
Menurunnya pendapatan negara serta tidak stabilnya harga barang akibat bertambahnya nilai
inflasi HICP membawa nilai defisit anggaran mencapai puncaknya pada tahun 2009.
Terkait dengan fungsi coercion dalam proses adaptasi institusional berdasarkan pada teori
organisasional, dalam hal ini Yunani terkena dua sanksi yakni pada tahun 2004 dan 2009. Sanksi
yang dikenakan adalah merupakan bentuk mekanisme the corrective arm berupa serangkaian
pengaturan defisit yang terdapat dalam Stability and Growth Pact (SGP) yang bertujuan
7/25/2019 Pengaruh Sistem Integrasi Ekonomi Euro z
19/28
19
memaksa negara yang bersangkutan untuk menstabilkan kondisi fiskalnya pada tingkat yang
telah ditetapkan.
Pada tahun 2004 Komisi Eropa Memutuskan sanksi yang mengharuskan Yunani untuk
masuk kedalam mekanisme excessive deficit procedure (EDP). Hal tersebut didasari oleh
pertumbuhan nilai defisit anggaran dari tahun 2001 ketika pertama bergabung kedalam zona
Euro yang tercatat sebesar -1.4 persen bertambah buruk menjadi -3.2 pada tahun 2003. Hal
tersebut ditambah dengan tingginya tingkat hutang publik dengan proses pengembalian yang
lambat.
Proses ini berlangsung hingga tahun 2007 saat Dewan Eropa memutuskan untuk
mengakhiri mekanisme EDP pada Yunani. Hal tersebut dilakukan atas dasar penurunan nilai
defisit anggaran secara umum yakni dari 7.9 persen dari GDP pada tahun 2004 menjadi 2.6
persen dari GDP pada tahun 2006, disamping sejumlah indikator ekonomi makro lainnya
(Council Decision of 5 June 2007, 2007, hal. 1)
Kondisi ini berlangsung hingga tahun 2008 ketika permasalahan subprime mortgage
muncul dan memicu krisis secara global. Tak terkecuali Yunani terkena dampaknya, pada tahun
2009 kembali harus mengikuti mekanisme EDP untuk kedua kalinya. Berdasarkan data pada
tahun 2008 tercatat bahwa tingkat defisit Yunani mengalami peningkatan sebesar 3.5 persen dari
GDP di tahun 2007, melebihi batas ketentuan kriteria konvergensi yakni sebesar 3 persen dari
GDP.
Terlepas dari pola integrasi ekonomi Uni Eropa yang menyerahkan sepenuhnya perihal
pencapaian ketentuan fiskal kepada masing-masing negara anggota, proses konvergensi kedalam
zona Euro memiliki sebuah kerangka kerja disusun berdasarkan perjanjian Maastritch untuk
membantu mengatur dan memberi penekanan lebih terhadap pencapaian dalam bidang fiskal.
Stability Growth Pact (SGP) dibentuk pada tahun 1997 karena para elit beranggapan bahwa jika
hanya regulasi dan kriteria yang disepakati dalam perjanjian Maastritch saja tidak akan cukup
untuk mendukung proses transisi menuju penggunaan mata uang bersama (Exenberger, 2005,
hal. 2). Secara umum SGP berfungsi memantau kondisi fiskal dari negara-negara anggota oleh
Komisi Eropa atauEuropean Commission (EC) dan Dewan Menteri atau Council of Ministers,
7/25/2019 Pengaruh Sistem Integrasi Ekonomi Euro z
20/28
20
serta memberikan rekomendasi kebijakan fiskal secara berkala kepada negara anggota untuk
memastikan tetap sesuai dengan Kriteria Konvergensi (Ngai, 2012, hal. 15).
Secara fungsi dan tujuan dibentuknya SGP idealnya sangat membantu dalam proses
pencapaian kriteria konvergensi dari perjanjian Maastritch karena sifatnya yang akan
mendisiplinkan para anggota. Namun lebih lanjut Exenberger menjelaskan bahwa dalam
penerapannya tidak dapat semudah itu dilakukan. Kendala yang muncul berasal dari pemegang
otoritas SGP yang ada hubungannya dengan sistem politik dalam tata kelola Uni Eropa.
Jika SGP diasumsikan sebagai sebuah institusi maka didalamnya terdapat tiga aktor yang
berperan, diantaranya Komisi Eropa, Dewan, serta negara-negara anggota. Kendala dalam
penerapan SGP muncul dari hubungan politik antar aktor tersebut dimana tidak ada kejelasan
akan balance of power. Hal ini tentu saja berpengaruh terhadap keseimbangan dalam tata kelola
moneter dan fiskal yang berdampak pada lemahnya funsi coercion oleh Uni Eropa dalam
pemberian sanksi terhadap negara anggota yang melanggar atau tidak memenuhi ketentuan
dalam SGP.
Exenberger menjelaskan bahwa dalam institusi SGP, Komisi Eropa hanya memiliki
pengaruh politik yang relatif kecil dibanding dengan sejumlah negara anggota. Hal ini terjadi
karena keputusan akhir akan pemberlakuan mekanisme excessive deficit procedure dan
pemberian sanksi bergantung kepada keputusan Dewan (council) (Exenberger, 2005, hal.7).
Sedangkan telah dijelaskan sebelumnya bahwa Dewan terdiri dari seluruh menteri keuangan
masing-masing negara anggota yang bertugas untuk melakukan koordinasi kebijakan, menilai
dan memutuskan proposal yang diajukan oleh Komisi Eropa, serta mengawasi dan mengambil
sebuah keputusan yang secara kewenangan dapat mengikat sebuah negara terkait dengan
perkembangan ekonomi dan konsistensi pencapaian kebijakan ekonomi pada level Negara
(European Commission, 2012, hal. 6).
Disamping itu SGP sebagai sebuah institusi yang memonitor dan mengawasi pencapaian
kriteria fiskal dalam kriteria konvergensi pun belum maksimal. Hal tersebut disebabkan fungsi
corrective arm melalui mekanisme EDP hanya berperan sebagai panduan kebijakan yang harus
diterapkan oleh Yunani ketika nilai kondisi fiskalnya melebihi ketentuan yang ada. Pemberian
7/25/2019 Pengaruh Sistem Integrasi Ekonomi Euro z
21/28
21
denda yang dikenakan selama proses pemulihan kondisi fiskal juga kurang memberikan efek jera
atau menumbuhkan kepatuhan terhadap pencapaian yang ada.
Contoh kasus mengenai aksi Jerman dan Perancis yang dijelaskan oleh Exenberger
tersebut memberi gambaran bahwa mekanisme coercion belum berjalan sesuai dengan
fungsinya. Alasannya adalah karena Uni Eropa sebagai organisasi supranasional yang
membawahi integrasi ekonomi zona eropa belum dapat menerapkan mekanisme sanksi dalam
SGP dengan tegas. Disamping itu bentuk sanksi yang terdapat dalam SGP hanya merupakan
serangkaian kebijakan yang harus diterapkan Oleh Yunani untuk proses normalisasi keadaan
fiskal, sehingga tidak memiliki unsur memberatkan yang memberikan efek jera.
Penerapan Ketentuan & Sanksi Dalam Ketetapan Kriteria Konvergensi Sebagai
Mekanisme Coercion Dalam Proses Adaptasi Institusional
Jika kembali mengacu pada teori Borzel tentang siklus top-down sebagai bentuk adaptasi
institusional, telah dijelaskan bahwa terdapat empat mekanisme difusi yang membantu
mengidentifikasi bentuk interaksi antara Uni Eropa dengan Yunani sebagai negara anggota. Dari
empat mekanisme difusi tersebut dapat dikategorikan menjadi dua, sesuai dengan peranan aktor
yang ada didalamnya.
Pertama, coercion dan framing dapat dikategorikan kedalam faktor eksternal karena
dalam pengertiannya kedua mekanisme difusi tersebut peran aktor diluar negara lebih besar.
Sedangkan kebalikannya, mimetic imitation dan competitive selection lebih menekankan peran
negara dalam prosesnya. Dalam analisa krisis Yunani tahun 2009 telah dijelaskan sebelumnya
bagaimana mekanisme difusi coercion menggambarkan peranan Uni Eropa melalui kriteria
konvergensi dan SGP. Kemudian dalam prosesnya, tidak terdapat aktor Eropa tertentu yang
muncul dan menawarkan ide-ide baru dengan tujuan untuk mencoba untuk mengubah keyakinan
dan ekspektasi dari aktor domestik sebagai bentuk mekanisme difusiframing.
Sedangkan untuk faktor internal yakni mekanisme difusi mimetic imitation dan
competitive selection, sejauh ini tidak terdapat sebuah kebijakan atau aksi yang telah dilakukan
pemerintah Yunani yang termasuk kedalam salah satu diantara keduanya. Hal ini kemudian
dapat dilihat bahwa selama sebelum hingga pasca krisis terjadi pemerintah Yunani kurang
7/25/2019 Pengaruh Sistem Integrasi Ekonomi Euro z
22/28
22
menunjukkan upaya, baik dalam meningkatkan kompetensi perekonomiannya dikawasan zona
euro maupun inisiatif upaya penanggulangan krisis.
Dengan demikian dapat dilihat bahwa peran coercion sangat penting dalam integrasi
ekonomi zona euro. Ketidaksempurnaan mekanisme coercion dalam integrasi ekonomi zona
euro berdampak pada kegagalan pada proses adaptasi institusional yang dilakukan oleh Yunani.
Hal tersebut muncul dari lemahnya otoritas eropa dalam memantau dan mengawasi pencapaian
kriteria konvergensi. Disamping itu Yunani sebagai negara anggota mununjukkan kurangnya
upaya untuk berusaha mematuhi dan menjaga kondisi ekonomi makro sesuai ketentuan yang ada.
Kesimpulan
Uni Eropa merupakan intitusi regionalisme yang mewadahi negara-negara berdaulat di
lingkup wilayah geografis benua Eropa, dimana secara struktural mengintegrasikan sistem
ekonomi dan moneter kedalam regulasi sistem perekonomian negara anggota Uni Eropa yaitu
European Monetary Union (EMU). Di dalam proses integrasi Yunani ke dalam Uni Eropa, bagi
European Community, masuknya negara yang kurang berkembang secara ekonomi dengan
struktur negara dan kepemerintahan yang rendah dianggap sebagai sebuah potensi ancaman bagi
kecepatan langkah dan kohesifitas dari proses integrasi perekonomian European Community.
Oleh karena itu kriteria konvergensi diciptakan kemudian diberikan kepada negara-negara calon
anggota potensial sebagai syarat keanggotaan EMU.
Sehubungan dengan itu perjalanan Yunani menuju Euro telah melewati dua proses
penyesuaian atau konvergensi sebagai bentuk interaksi top-down antara Uni Eropa sebagai
lembaga supranasional dengan Yunani sebagai negara anggota. Interaksi tersebut berdampak
pada perubahan struktur dan kebijakan perekonomian Yunani yang dapat dikategorikan kedalam
bentuk eropanisasi. Dua proses penyesuaian tersebut adalah pertama ketika Yunani akan
bergabung kedalam Uni Eropa sebagai negara anggota ke 10 pada tahun 1981. Kemudian kedua
ketika Yunani akan bergabung kedalam zona euro sebagai negara anggota ke 11 pada tahun 2001
dan secara resmi menggunakan mata uang tunggal euro pada tahun 2002.
Untuk mencapai hal tersebut terdapat sejumlah ketentuan yang harus dipenuhi oleh setiap
negara anggota Uni Eropa, dalam hal ini Yunani, sebelum masuk kedalam EMU dan kemudian
mengadopsiEuro sebagai mata uang tunggal. Di dalam proses tersebut Yunani diharuskan untuk
7/25/2019 Pengaruh Sistem Integrasi Ekonomi Euro z
23/28
23
menyesuaikan kebijakan khususnya dalam bidang ekonomi, baik moneter maupun fiskal, agar
dapat tercipta keseragaman makro-ekonomi diantara negara-negara anggota dan calon negara
anggota.
Berdasarkan temuan dalam penelitian ini, proses konvergensi yang telah dilakukan oleh
Yunani untuk masuk ke dalam Uni Eropa dan proses zona euro, apabila dihubungkan dengan
pendekatan dampak domestik Eropa sebagai sebuah proses adaptasi institusional menurut Tanja
Borzel, termasuk ke dalam mekanisme difusi coercion. Mekanisme difusi coercionberarti bahwa
Uni Eropa, sebagai sebuah oraganisasi supranasional, menentukan model dan regulasi dimana
setiap negara anggotanya diharuskan untuk memenuhi ketentuan yang ditetapkan. Dalam hal ini
coercion merupakan sebuah langkah yang dilakukan oleh Uni Eropa kepada negara-negara
anggotanya untuk menciptakan keseragaman kebijakan moneter dengan memberikan model serta
regulasi ekonomi makro yang harus diterapkan, dimana dalam penerapannya melibatkan paksaan
atau sanksi sebagai proses persuasi.
Secara teori, mekanisme coercion menjadi penting karena fungsinya dalam integrasi
ekonomi zona euro sebagai sebuah order atau tatanan yang membantu para aktor menjalankan
hak dan kewajibannya dalam mencapai tujuan kolektif. Namun dalam penerapannya belum
berfungsi dengan maksimal karena lemahnya otoritas eropa dalam memantau dan mengawasi
pencapaian kriteria konvergensi. Disamping itu Yunani sebagai negara anggota mununjukkan
kurangnya upaya untuk berusaha mematuhi dan menjaga kondisi ekonomi makro sesuai
ketentuan yang ada. Hal ini dapat diamati dari poin poin kriteria konvergensi dari perjanjian
Maastritch yang dalam pencapaiannya diserahkan kepada dua aktor yang berbeda. Kriteria
tentang konvergensi moneter diserahkan tanggungjawabnya kepada ECB, sedangkan
konvergensi fiskal sepenuhnya diserahkan kepada pemerintah negara yang bersangkutan.
Pembagian wewenang dan tanggungjawab tersebut menjadi celah terjadinya resiko krisis
baik karena guncangan ekonomi asimetris yang tercipta dari interaksi antara negara ekonomilemah dengan kondisi pasar internasional yang tinggi, maupun akibat adanya ketidakdisiplinan
dalam pencapaian proses konvergensi yang datang dari negara anggota yang bersangkutan.
Sebagai contoh kasus adalah ketika pada tahun 2003 Jerman dan Perancis yang menggunakan
pengaruh ekonomi dan politiknya untuk mengelak dari sanksi atas pelanggaran dalam SGP.
Ketidakseimbangan tata kelola dalam integrasi ekonomi muncul sehingga peraturan dan
7/25/2019 Pengaruh Sistem Integrasi Ekonomi Euro z
24/28
24
keputusan masih dapat dipengaruhi oleh polarisasi kekuasaan dari negara-negara dengan
bargaining power yang tinggi.
Terkait dengan Krisis Yunani pada tahun 2009 2010 merupakan bentuk dari kurangnya
kontrol dari otoritas Eropa terhadap stabilitas fiskal di negara-negara anggota zona eropa,
khususnya negaraperiphery, dalam hal ini Yunani. Memang krisis tersebut dipicu krisis finansial
global pada tahun 2008, hampir sebagian besar negara dunia merasakan dampaknya, namun
diantara negara-negara anggota zona euro Yunani merupakan negara yang menerima dampak
paling parah. Namun lemahnya fungsi coercion menjadi alasan utama krisis tersebut dapat
terjadi. Hal itu dilihat dari pencapaian pola integrasi ekonomi zona euro yang menyerahkan
pencapaian fiskal sepenuhnya kepada pemerintah lokal serta kurangnya ketegasan bentuk sanksi
yang dapat memberi efek jera atas pelanggaran yang dilakukan oleh Yunani.
Apabila aksi manipulasi data-data transaksi pada tingkat makro-ekonomi oleh pemerintah
Yunani yang terungkap pada bulan Desember 2004 diberi sanksi tegas, tidak hanya sebuah
peringatan resmi dari Komisi Eropa, kemungkinan terjadinya krisis pada tahun 2009 2010 akan
kecil terjadi. Kembali lagi, hal tersebut merupakan bukti bahwa ketidakjelasan struktur atau
tatanan hierarki dalam integrasi ekonomi berdampak pada lemahnya otoritas eropa dalam
menjalankan fungsinya. Yang terjadi adalah peraturan dan keputusan masih dapat dipengaruhi
oleh polarisasi kekuasaan dari negara-negara dengan bargaining power yang tinggi.
Secara keseluruhan krisis ekonomi Yunani dalam penelitian ini disebabkan oleh
ketidakseimbangan bentuk pengawasan dan sanksi dalam proses integrasi ekonomi zona euro.
Jika kembali mengacu pada teori organisasional oleh borzel dari empat mekanisme difusi yang
ada dalam kronologi krisis Yunani, bentuk coercion dibutuhkan dalam mengatur dan mengawal
jalannya proses konvergensi yang diberikan oleh Uni Eropa kepada negara anggota zona euro.
Karena jika mekanisme difusi coercion belum dijalankan dengan maksimal maka akan terdapat
resiko kegagalan dalam proses adaptasi institusional seperti yang telah dialami oleh Yunani.
7/25/2019 Pengaruh Sistem Integrasi Ekonomi Euro z
25/28
25
Daftar Pustaka
Afxentiou, Panos C. 2000. Convergence, the Maastricht Criteria, and Their Benefits. University
of Calgary.
http://www2.econ.iastate.edu/classes/econ353/tesfatsion/MaastrichtConvergenceCriteria.
Afxentiou.pdf
AMECO Result. (2012). Budget Deficit. 13 September 2013.
http://ec.europa.eu/economy_finance/ameco/Include/Query.cfm?serie=UBLGE&trn=1&a
gg=0&unite=319&ref=0&nomserie=Net+lending+%28%2B%29+or+net+borrowing+%2
8-%29%3A+general+government+%3A-
+Excessive+deficit+procedure+%28Including+one-off+proceeds+relative+
to+the+allocation+of+mobile+phone+licences+%28UMTS%29%29
AMECO Result. (2012). GDP. 13 September 2013.
http://ec.europa.eu/economy_finance/ameco/Include/Query.cfm?serie=UVGD&trn=1&ag
g=0&unite=0&ref=0&nomserie=Gross+domestic+product+at+current+market+prices
AMECO Result. (2012). HICP. 13 September 2013.
http://ec.europa.eu/economy_finance/ameco/Include/Query.cfm?serie=ZCPIH&trn=1&ag
g=0&unite=0&ref=0&nomserie=Harmonised+consumer+price+index+%28All-
items%29
AMECO Result. (2012). Public Debt. 13 September 2013.
http://ec.europa.eu/economy_finance/ameco/Include/Query.cfm?serie=UDGGL&trn=1&
agg=0&unite=0&ref=0&nomserie=General+government+consolidated+gross+debt+%3
A-+Excessive+deficit+procedure+%28based+on+ESA+1995
%29+and+former+definition+%28linked+series%29
AMECO Result. (2012). Public Expenditure. 13 September 2013.
http://ec.europa.eu/economy_finance/ameco/Include/Query.cfm?serie=UUTGE&trn=1&
agg=0&unite=319&ref=0&nomserie=Total+expenditure%3A+general+government+%3A-+Excessive+deficit+procedure+%28Including+one-
off+proceeds+%28treated+as+negative+expenditure%29+relative+to+the+allocation+of
+mobile+phone+licences+%28UMTS%29%29
AMECO Result. (2012). Public Revenue. 13 September 2013.
7/25/2019 Pengaruh Sistem Integrasi Ekonomi Euro z
26/28
26
http://ec.europa.eu/economy_finance/ameco/Include/Query.cfm?serie=URTG&trn=1&ag
g=0&unite=319&ref=0&nomserie=Total+revenue%3A+general+government+%3A-
+ESA+1995
Borzel, Tanja A. (2003).How the European Union Interacts with its Member States.
Vienna: Institute for Advance Studies. 20 September 2012.
http://aei.pitt.edu/1049/1/pw_93.pdf
rsky, Rastislav. Klaansk, Martina. Tvarokov, Andrea. 2003. THE EXCHANGE RATE
AND ITS ROLE IN THE EMU .
http://www.nbs.sk/_img/Documents/BIATEC/BIA08_03/6_9.pdf
Convergence Report. (1998). European Monetary Institute. Convergence Report. Report required
by Article 109 j of the Treaty establishing the European Community.
http://www.ecb.europa.eu/pub/pdf/conrep/cr1998en.pdf
Convergence Report. (2000). European Monetary Institute. Convergence Report.
http://www.ecb.europa.eu/pub/pdf/conrep/cr1998en.pdf
Council Decision of 5 June. 2007. Hal. 1. 11 Oktober 2013.
http://ec.europa.eu/economy_finance/economic_governance/sgp/pdf/30_edps/104-
12_council/2007-06-05_el_104-12_council_en.pdf
De Grauwe, Paul. (2006). What Have we Learnt about Monetary Integration since the
Maastricht Treaty? Hal. 728. 11 September 2013.
http://www.intertic.org/Unions%20Papers/Degrauwe3.pdf
European Commission. (2011). Economic And Financial Affair. The Corrective Arm. 23
Februari 2013.
http://ec.europa.eu/economy_finance/economic_governance/sgp/corrective_arm/index_e
n.htm
Exenberger, Andreas. (2005). The Stability and Growth Pact, Experience and Lesson to be
Learnt for Europe and the World. Hal. 2. 20 September 2013.
http://homepage.uibk.ac.at/~c43207/die/papers/sgp.pdf
Global Finance. (2013). Greece Country Report. 10 Januari 2013.
http://www.gfmag.com/gdp-data-country-reports/266-greece-gdp-country-
report.html#axzz2lQ0lCq3C
Investopedia.com. (2013). Monetary Policy. 13 September 2013.
7/25/2019 Pengaruh Sistem Integrasi Ekonomi Euro z
27/28
27
http://www.investopedia.com/terms/d/monetarypolicy.asp
Investopedia.com. (2013). Fiscal Policy. 13 September 2013.
http://www.investopedia.com/terms/d/fiscalpolicy.asp
Larsen, Henrik dan Kim B. Olsen. (2010).Europeanization of Greece. Copenhagen:
Department of Political Science, University of Copenhagen. 11 September 2013.
http://polsci.ku.dk/english/international_students/present_international_students/taking_e
xams/past_papers/europeanization_of_greece.pdf/
Leventis, Angelos Gkanoutas. (2004). Greek Exchange Rate Policies For The EMU. The Public
And The Euro.
http://www2.lse.ac.uk/europeanInstitute/research/hellenicObservatory/pdf/4th_%20Symp
osium/PAPERS_PPS/DOMESTIC_POLICIES_EU/GKANOUTAS_LEVENTIS.pdf
Lindert, Peter H. (1994).Ekonomi Internasional. edisi kesembilan.
Jakarta: Bumi Aksara.
Manchev, Tsvetan Dr. dan Karavastev, Mincho. (2005).Economic and
Monetary Union on the Horizon. Bulgaria: Bulgarian National Bank (BNB). 21 Februari
2013.
http://www.bnb.bg/bnbweb/groups/public/documents/bnb_publication/discussion_2005_
50_en.pdf
Nelson, Rebecca M et al. (2010). Greeces Debt Crisis: Overview, Policy, Responses
and Implications, Congresional Research Service. 10 Januari 2013.
http://www.fas.org/sgp/crs/row/R41167.pdf.
Ngai, Victor. (2012). Stability Growth Pact and Fiscal Discipline in the Eurozone. Hal. 15. 20
September 2013.
http://fic.wharton.upenn.edu/fic/papers/12/12-10.pdf
Rahman, Agus R, et al. (1996). Perjanjian Maastricht: Uni Ekonomi dan Moneter Eropa.
Jakarta: Pusat Politik dan Kewilayahan LIPI.
Rossi, Vanessa & Rodrigo Delgado Aguilera. (2010).No Painless Solution
to Greeces Debt Crisis. London: Chatham House. 10 Januari 2013.
http://www.relooney.info/0_New_6582.pdf
The Maastricht Treaty. Title VI: Economic and Monetary Policy. Chapter 1
7/25/2019 Pengaruh Sistem Integrasi Ekonomi Euro z
28/28
Economic Policy, Article 103 (1). 10 Januari 2013.
http://www.eurotreaties.com/maastrichtec.pdf.
Verdun, Amy. (2010).Economic and Monetary Union. 10 Januari 2013.
http://www.princeton.edu/-smeunier/Verdun%20Memo.pdf.
Wallop, Harry. (2010). Why did its Economy Falls so Hard. 3 September 2012.
http://www.telegraph.co.uk/news/world/news/europe/greece/7646320/Greece-why-did-
its-economy-fall-so-hard.html.
Willem, Molle. (2001). The Economics of European Integration: Theory, Practice, Policy.
Ashgate Publishing Limited.
Top Related