PENGARUH PENERAPAN SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL
PEMERINTAH TERHADAP PENCEGAHAN FRAUD ATAS
PENGELOLAAN DANA BANTUAN SOSIAL
DI KABUPATEN BONE
SKRIPSI
LISNAWATI NIM 105731127716
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
MAKASSAR
2021
ii
HALAMAN JUDUL
PENGARUH PENERAPAN SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL
PEMERINTAH TERHADAP PENCEGAHAN FRAUD ATAS
PENGELOLAAN DANA BANTUAN SOSIAL
DI KABUPATEN BONE
LISNAWATI
NIM 105731127716
Untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi Akuntansi pada
Universitas Muhammadiyah Makassar
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
MAKASSAR
2021
iii
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya Ilmiah ini Saya Persembahkan Kepada :
1. Kedua orang tua tercinta Ayahanda Fudding dan Ibunda Nurasia, yang telah
memberikan semangat dan doa sehingga saya bisa menyelesaikan skripsi ini.
2. Saudara saya Sulfiana, Febriadi dan Fadli yang telah memberikan dukungan
untuk proses penyelesaian karya ilmiah ini.
3. Bapak dan Ibu dosen, terkhusus kedua pembimbing yang selama ini tulus dan
ikhlas dalam meluangkan waktunya menuntut dan memberi arahan dalam
menyelesaikan karya ilmiah ini.
4. Sahabat sahabat yang selalu memberikan bantuan dan memberi semangat
dalam penyelesaian karya ilmiah ini.
MOTTO HIDUP
“jangan batasi doamu dengan menggunakan nalar dan pikiranmu karena yang
kau anggap mustahil, bisa dengan mudah Allah wujudkan”
iv
v
vi
vii
KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala
rahmat dan hidayah yang tiada henti diberikan kepada hamba-Nya. Shalawat dan
salam tak lupa penulis kirimkan kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta para
keluarga, sahabat dan para pengikutnya. Merupakan nikmat yang tiada ternilai
manakala penulisan skripsi yang berjudul “Pengaruh Penerapan Sistem
Pengendalian Internal Pemerintah terhadap Pencegahan Fraud atas
Pengelolaan Dana Bantuan Sosial di Kabupaten Bone”.
Skripsi yang penulis buat ini bertujuan untuk memenuhi syarat dalam
menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Makassar.
Teristimewa dan terutama penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada
kedua orang tua penulis bapak Fudding dan ibu Nurasia yang senantiasa memberi
harapan, semangat, perhatian, kasih sayang dan doa tulus tak pamrih. Dan
saudara saudaraku tercinta yang yang senantiasa mendukung dan memberikan
semangat hingga akhir studi ini. Dan seluruh keluarga besar atas segala
pengorbanan, dukungan dan doa restu yang telah diberikan demi keberhasilan
penulis dalam menuntut ilmu. Semoga apa yang telah mereka berikan kepada
penulis menjadi ibadah dan cahaya penerang kehidupan di dunia dan di akhirat.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa
adanya bantuan dan dorongan dari berbagaI pihak. Begitu pula penghargaan yang
setinggi-tingginya dan terima kasih banyak disampaikan dengan hormat kepada :
viii
1. Bapak Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag selaku Rektor Universitas Muhammadiyah
Makassar.
2. Bapak Ismail Rasulong, SE., MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Makassar.
3. Bapak Dr. Ismail Badhollahi, SE., M.Si., Ak., CA. CSP, selaku Ketua Program
Studi Akuntansi Universitas Muhammadiyah Makassar.
4. Bapak Dr. Agus Salim HR, SE., MM, selaku penasehat akademik yang
senantiasa memberikan bimbingan kepada peneliti.
5. Bapak Jamaluddin M, SE., M.Si, selaku pembimbing I yang senantiasa
meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga
skripsi selesai dengan baik.
6. Ibu Endang Winarsih, SE., M.Ak, selaku pembimbing II yang telah berkenan
membantu selama dalam penyusunan skripsi hingga ujian skripsi.
7. Bapak/Ibu dan asisten dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Muhammadiyah Makassar yang telah meluangkan waktu dalam memberikan
ilmunya kepada penulis selama mengikuti kuliah.
8. Segenap staf dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Muhammadiyah Makassar.
9. Segenap staf dan pegawai Dinas Kesejahteraan Sosial yang telah
memberikan bantuan dalam proses penelitian.
10. Terima kasih kepada sahabat dari kelas Akuntansi 16.G yang selalu
memberikan bantuan serta semangat dalam penyelesaian skripsi ini.
11. Semua pihak yang telah membantu peneliti baik secara langsung maupun
tidak langsung dalam seluruh proses selama berada di Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.
ix
Akhirnya, sungguh penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini masih sangat
jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kepada semua pihak utamanya para
pembaca yang budiman, penulis senantiasa mengharapkan saran dan kritiknya
dami kesempurnaan skripsi ini.
Mudah-mudahan skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak utamanya kepada Almamater Biru Universitas Muhammadiyah Makassar
Billahi fii Sabilil Haq, Fastabiqul khairat, Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Makassar, 16 Januari 2021
Lisnawati
x
ABSTRAK
Lisnawati, 2020. “Pengaruh Penerapan Sistem Pengendalian Internal Pemerintah terhadap Pencegahan Fraud atas Pengelolaan Dana Bantuan Sosial di Kabupaten Bone”. Skripsi Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi da Bisnis. Dibimbing oleh Jamaluddin M dan Endang Winarsih.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui Pengaruh Penerapan Sistem Pengendalian Internal Pemerintah terhadap Pencegahan Fraud atas Pengelolaan Dana Bantuan Sosial di Kabupaten Bone. Penelitian ini dilakukan di Dinas Kesejahteraan Sosial Kabupaten Bone. Jenis penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan eksplanatory research. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner. Skala pengukuran data dengan skala Likert. Data dianalisis dengan menggunakan analisis regresi linear sederhana dengan bantuan program SPSS versi 25.0.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Sistem Pengendalian Internal pemerintah berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap Pencegahan Fraud. Hasil uji koefisien determinasi menunjukkan bahwa 88,3% pencegahan fraud dipengaruhi oleh Penerapan Sistem pengendalian Internal Pemerintah (SPIP) dan 11,7% pencegahan fraud dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian ini. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Sistem pengendalian Internal pemerintah berkontribusi dalam meminimalisir tingkat terjadinya fraud dalam pengelolaan dana bantuan sosial di kabupaten Bone. Oleh sebab itu, semakin baik penerapan sistem pengendalian internal pemerintah maka akan menyebabkan pencegahan fraud pengelolaan dana bantuan sosial akan menjadi semakin baik dan menimbulkan dampak yang baik bagi instansi pemerintah.
Kata kunci : Penerapan Sistem Pengendalian Internal Pemerintah, Pencegahan Fraud, Pengelolaan Dana Bantuan Sosial.
xi
ABSTRACT
Lisnawati, 2020. "The Effect of the Implementation of Government Internal Control Systems on Fraud Prevention on Management of Social AssistanceFunds in Bone Regency". Thesis Accounting Study Program, Faculty of Economics and Business. Supervised by Jamaluddin M and Endang Winarsih.
The purpose of this study was to determine the effect of the implementation of the government internal control system on fraud prevention on the management of social assistance funds in Bone Regency. This research was conducted at the Social Welfare Office of Bone Regency. This type of research uses quantitative methods with an explanatory research approach. The data collection technique used a questionnaire. Data measurement scale with a Likert scale. Data were analyzed using simple linear regression analysis with the help of the SPSS program version 25.0.
The results showed that the Government's Internal Control System had a positive and significant effect on fraud prevention. The coefficient of determination test results showed that 88.3% of fraud prevention was affected by the Implementation of the Government Internal Control System (SPIP) and 11.7% of fraud prevention was influenced by other variables not included in this research model. Thus, it can be concluded that the government's internal control system contributes to minimizing the level of fraud occurring in the management of social assistance funds in Bone district. Therefore, the better the implementation of the government's internal control system, the better the prevention of social assistance funds management will be and have a good impact on government agencies.
Keywords: Implementation of Government Internal Control Systems, Fraud Prevention, Management of Social Assistance Funds.
xii
DAFTAR ISI
SAMPUL .. ....................................................................................................... i
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... ii
HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN .......................................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ............................................................ V
HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................... Vi
KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii
ABSTRAK ...................................................................................................... x
ABSTRACK ................................................................................................... xi
DAFTAR ISI .................................................................................................. xii
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
A. Latar Belakang ...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 7
C. Tujuan Penelitian ................................................................................... 8
D. Manfaat Penelitian ................................................................................. 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 9
A. Tinjauan Teori ....................................................................................... 9
1. Fraud Triangle Theory ..................................................................... 9
2. Pengendalian Intern......................................................................... 9
3. Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (SPIP) .......................... 12
xiii
4. Pencegahan Fraud ........................................................................ 17
5. Pengelolaan Dana Bantuan Sosial ................................................ 21
B. Tinjauan Empiris .................................................................................. 25
C. Kerangka Konsep ................................................................................ 33
D. Hipotesis Penelitian ............................................................................. 34
BAB III METODE PENELITIAN ..................................................................... 35
a. Jenis penelitian .................................................................................... 35
b. Lokasi dan waktu penelitian ................................................................ 35
c. Definisi Operasional Variabel .............................................................. 35
d. Populasi dan Sampel ........................................................................... 40
e. Teknik Pengumpulan Data .................................................................. 41
f. Teknik analisis data ............................................................................ 42
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................................... 46
A. Gambaran Umum dan Objek Penelitian ................................................ 46
1. profil singkat dinas sosial kabupaten bone ..................................... 46
2. Realisasi pengelolaan anggaran APBD dinas sosial
Kabupatenbone ............................................................................. 54
B. Hasil Penelitian Dan Pembahasan ........................................................ 55
1. Deskriptif data .................................................................................. 55
2. Hasil uji statistik deskriptif ................................................................ 58
3. Hasil uji instrumen penelitian ............................................................ 59
4. Hasil uji asumsi klasik ...................................................................... 62
5. Hasil uji hipotesis ............................................................................. 64
6. Pembahasan .................................................................................... 67
xiv
BAB V PENUTUP ......................................................................................... 72
A. Kesimpulan ........................................................................................... 72
B. Saran .................................................................................................... 73
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 75
BIOGRAFI .................................................................................................... 95
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu................................................ 29
Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabe ............................................ 36
Tabel 4.1 Realisasi penggunaan anggaran APBD dinas sosial
Kabupaten bone ............ .................................................. 54
Tabel 4.2 Data Penyebaran Kuesioner ............................................ 55
Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ...... 56
Tabel 4.4 Karaktersitik Responden Berdasarkan Usia ..................... 56
Tabel 4.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja .......... 57
Tabel 4.6 karakteristik responden berdasarkan pendidikan .............. 57
Tabel 4.7 Hasil Uji Statistk Deskriptif ............................................... 58
Tabel 4..8 Hasil Uji Validitas Data ..................................................... 60
Tabel 4.9 Hasil Uji Reliabilitas .......................................................... 61
Tabel 4.10 Hasil Uji Normalitas Data ................................................. 63
Tabel 4.11 Hasil Uji Regresi Linear Sederhana .................................. 64
Tabel 4.12 Hasil Uji Koefisien Determinasi ........................................ 65
Tabel 4.13 Hasil Uji T Parsial ............................................................. 66
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Segitiga Kecurangan .... .................................................. 18
Gambar 2.2 Kerangka konsep ........ .................................................. 34
Gambar 4.1 Struktur Organisasi Dinas Sosial Kabupaten Bone ......... 49
Gambar 4.2 Hasil Uji Normalitas P-P Plot Regresi ............................. 63
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner ..................... .................................................. 78
Lampiran 2 Data Responden .......... .................................................. 83
Lampiran 3 Jawaban Responden .... .................................................. 85
Lampiran 4 Hasil Output Spss ........ .................................................. 88
Lampiran 5 Surat Penelitian ........... .................................................. 92
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemerintah indonesia telah melaksanakan berbagai program bantuan sosial
dalam upaya untuk memenuhi hak dasar, mengurangi beban hidup, serta
memperbaiki kualitas hidup masyarakat tidak mampu. Program pemberian dana
bantuan sosial yang diselenggarakan oleh pemerintah bertujuan untuk
menciptakan program kesejahteraan sosial. Dalam UU Nomor 11 tahun 2009
tentang Kesejahteraan Sosial dijelaskan bahwa pancasila dan UUD Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan negara mempunyai tanggung
jawab untuk melindungi masyarakat dari risiko risiko sosial yang mungkin timbul.
Berdasarkan Permendagri Nomor 39 tahun 2012 program bansos
merupakan salah satu bantuan yang bersifat sosial kemasyarakatan yang
diberikan dalam bentuk uang dan/atau barang kepada kelompok /anggota
masyarakat, individu, dan keluarga yang bertujuan untuk melindungi masyarakat
dari risiko sosial. Bantuan sosial dapat berupa tunjangan uang, pelayanan sosial
atau barang yang diberikan untuk melindungi setiap individu, keluarga dan
komunitas yang paling rentan, sehingga kebutuhan dasar dapat terpenuhi dan
kualitas hidup dapat meningkat (Suharto, 2009).
Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS)
menunjukkan bahwa angka kemiskinan penduduk indonesia menurun dari 11,22%
pada tahun 2015, menjadi 9,82% pada tahun 2018, terendah sejak era krisis
moneter pada tahun 1998 silam. Sementara itu indeks pembangunan manusia
naik dari 68,90% pada tahun 2014 menjadi 70,81% pada tahun 2017. Dari data
2
tersebut menunjukkan bahwa program bantuan sosial mampu mengurangi tingkat
kemiskinan dan dapat melindungi masyarakat dari kemungkinan terjadinya risiko
sosial (www.mediaIndonesia.com).
Dana bansos yang disediakan pemerintah tidak sedikit dan cenderung terus
bertambah. Kementerian keuangan (Kemenkeu) mencatat realisasi dana bantuan
sosial pada Januari sampai Juni 2019 sebesar RP 70,49 triliun. Realisasi ini
mencapai 72,63% dari target pagu APBN 2019 sebesar 97,06 triliun. Jika
dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2018 sebesar RP 45,08 triliun,
angka ini meningkat hingga 56,37%. Dari jumlah dana yang besar tersebut,
penyaluran dana bantuan sosial rawan disalahgunakan dari tujuan awalnya, yaitu
untuk kesejahteraan sosial (kementerian Keuangan, juli 2019).
Peraturan pemerintah No. 58 tahun 2005 menjadi dasar dalam pengelolaan
keuangan daerah. Dasar dalam penyalurannya didasarkan pada Permendagri
N0.13 Tahun 2006. Peraturan tersebut memberikan wewenang kepada kepala
daerah tanpa adanya kontrol, sehingga menimbulkan adanya perbedaan regulasi
mengenai bantuan sosial (Darmastuti dan setyaningrum, 2009). Perbedaan
regulasi terhadap dana bansos menyebabkan banyak terjadi penyelewengan dana
Bansos yang dilakukan oleh kepala daerah.
Banyaknya kasus fraud yang terjadi di indonesia akhir-akhir ini, menjadi
perhatian khusus pemerintah dan masyarakat. Berdasarkan kajian yang dibuat
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menyebutkan 10 temuan perihal
pengelolaan dana bantuan sosial di pemerintah daerah yang berpotensi
menimbulkan praktek korupsi. Temuan KPK tersebut dibagi ke dalam dua aspek
utama, yaitu regulasi, (tiga temuan) dan tata laksana (tujuh temuan). Ketujuh
temuan pada pada lingkup tata laksana terbagi pada proses penganggaran,
http://www.mediaindonesia.com/
3
penyaluran, serta pertanggungjawaban dan pengawasan (Tempo.com.2016).
Tuanakotta (2010: 159) mengatakan bahwa upaya mencegah fraud dimulai
dengan penerapan sistem pengendalian yang efektif.
Penerapan SPIP yang baik mendorong terciptanya laporan keuangan yang
andal. SPIP dilakukan secara terus-menerus oleh pimpinan dan pegawai untuk
memberikan sinyal yang baik kepada masyarakat. SPIP harus dijalankan secara
efektif karena efektifitas SPIP merupakan salah satu kriteria penilaian untuk
memberikan opini laporan keuangan pemerintah oleh BPK (UU No 15 tahun 2004).
Potensi terjadi penyimpangan atau korupsi sangat tinggi mengingat alokasi
dana bantuan sosial yang sangat besar. Menurut G.jack Balogna dan Robert
dalam Kaaryono (2013) fraud adalah penipuan yang disengaja umumnya
diterapkan sebagai kebohongan, penjiplakan, dan pencurian. Terjadinya
kecurangan dalam pengelolaan keuangan disebabkan adanya tiga kondisi yang
biasa disebut Fraud Triangle (segitiga kecurangan) (Zimbelman dan Albercht
(2014: 43), yaitu tekanan, kesempatan, dan sikap/rasionalisasi.
Berdasarkan hasil audit Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia
(BPK RI) telah menemukan adanya penyimpangan pengelolaan anggaran bansos
yang tidak tepat sasaran dalam pemberian bantuan sosial, baik di pemerintah
pusat maupun pemerintah daerah. Dari hasil pemeriksaan Data Terpadu
Kesejahteraan Sosial (DTKS) tahun 2018 terdapat 514 kabupaten/kota hanya ada
29 kabupaten yang tertib melakukan updating (pembaharuan data) setiap 6 bulan
yang menyebabkan banyak data yang tidak sepadan, tanpa Nomor Induk
Kependudukan (NIK) yang menjadi syarat bantuan sosial dan terdapat 20 juta
lebih tanpa NIK tapi menjadi KPM, dan sisanya hanya mengesahkan yang ada dan
dominan unsur politik di daerah.
4
Dalam ikhtisar hasil pemeriksaan semester (IHPS) II tahun 2019. BPK
memeriksa kinerja pengelolaan DTKS dalam penyaluran bantuan sosial tahun
2018-2019 dilaksanakan pada Kementerian Sosial dan DKI Jakarta, Jawa Barat,
Jawa Tengah, Jawa Timur, serta Nusa Tenggara Timur. BPK menemukan
sejumlah permasalahan dalam penyaluran bantuan sosial di pemerintah daerah
diantaranya pelaksanaan verifikasi dan validitas belum memadai dalam
menghasilkan data input yang berkualitas serta belum mempunyai mekanisme
untuk memastikan pelaksanaan verifikasi dan validitas sesuai dengan standar
yang ditetapkan untuk penyaluran bantuan sosial. Hal ini menyebabkan DTKS
yang ditetapkan oleh kemensos sebagai dasar penyaluran program bantuan sosial
menjadi kurang andal dan tidak akurat. (IHPS II 2019 BPK RI).
BPK memberikan catatan atas ketidakwajaran pengelolaan dana Bansos
disebabkan karena sistem pengendalian intern yang tidak memadai dan ketidak
patuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang selanjutnya dirumuskan
dalam temuan audit. Berdasarkan temuan pemeriksaan BPK tersebut
menunjukkan bahwa laporan keuangan pengelolaan dana bantuan sosial belum
sepenuhnya andal karena tidak memenuhi karakteristik penyajian yang jujur
berdasarkan PP Nomor 71 Tahun 2010 dalam kriteria andal, bebas dari pengertian
yang menyesatkan dan kesalahan material.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008, pengendalian
Internal Pemerintah sangat penting dilakukan karena menyangkut bentuk
pengawasan dan pencegahan terhadap segala bentuk kelalaian yang disengaja
dan tidak sengaja yang merugikan negara. Pengendalian internal adalah suatu
sistem dalam organisasi untuk mencegah semua tindakan pemborosan,
kecurangan dan ketidakefisienan penggunaan sumber daya. Sistem pengendalian
5
internal pemerintah dibuat untuk memberikan pengamanan terhadap aset serta
untuk meningkatkan ketelitian dan tingkat kepercayaan dalam laporan keuangan.
Berdasarkan hal tersebut diharapkan adanya sistem pengendalian internal yang
baik dapat memberikan akuntabilitas atau pertanggungjawaban yang baik atas
pengelolaan dana bantuan sosial.
Dalam prakteknya penganggaran dan pelaksanaan bansos di Kabupaten
Bone masih dalam kondisi yang belum optimal. Pertama, penganggaran bansos
yang seharusnya sudah pasti nama penerima dan besarannya, namun tidak
sedikit penentuan peruntukan bansos biasanya masih ditetapkan dalam
keputusan kepala daerah yang terpisah dengan Peraturan Daerah (Perda) tentang
APBD belum menjadi bagian dari Rencana Kerja Anggaran (RKA). Kedua
sebagian dana bansos masih belum ditetapkan siapa penerimanya, seiring waktu
pelaksanaan APBD, baru akan ditentukan peruntukan dan siapa penerimanya.
Selain itu lambatnya penyaluran dana bansos di Kabupaten Bone juga masih
menjadi masalah di tengah masyarakat hal ini disebabkan oleh pemda yang
terlambat dalam merealisasikan anggaran dana bansos.
Pencairan dana bantuan sosial berupa uang dilakukan dengan cara
Pembayaran Langsung (LS). Dalam hal bantuan sosial berupa uang dengan nilai
sampai dengan Rp5.000.000.00 pencairannya dapat dilakukan melalui
mekanisme Tambah Uang (TU), dengan dilengkapi kuitansi bukti penerimaan
uang bantuan sosial. Pelaksanaan anggaran bantuan sosial berupa uang
berdasarkan atas Dokumen Pelaksanaan Anggaran PPKD (DPA-PPKD).
Sedangkan pelaksanaan anggaran bantuan sosial berupa barang berdasarkan
atas Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA-SKPD) dengan catatan bahwa
6
pengadaan barang dan jasa dalam rangka bantuan sosial berpedoman pada
peraturan perundang-undangan.
Berdasarkan data dari dinas sosial Kabupaten Bone pada bulan Maret 2020,
sekitar 20.726 orang yang ter data sebagai Jaringan Pengaman Sosial (JPS)
APBD tidak ter cover oleh bantuan sosial tunai kemensos dan bantuan lainnya.
Jumlah anggaran dana JPS yang disiapkan sebesar RP 27 miliar dengan tiga
tahap penyaluran (Fajar.co.id). Hal ini berarti anggaran dana sudah tersedia
namun pemerintah daerah lambat dalam menyalurkan anggaran dana bantuan
tersebut ke masyarakat sehingga menyebabkan pelaksanaan penerima bantuan
masih kurang dirasakan masyarakat, adanya penolakan atau protes dari berbagai
elemen masyarakat dan masih adanya tumpang tindih dalam pembagian bansos
sehingga terkesan mendidik masyarakat korupsi dan nepotisme.
Penelitian Dini Pramesti Putri (2018) mengemukakan bahwa unsur-unsur
SPIP yang terdiri dari lingkungan pengendalian, penilaian risiko dan aktivitas
pengendalian terbukti berpengaruh signifikan positif terhadap keterandalan
laporan keuangan pengelolaan dana bansos. Oleh sebab itu, semakin baik
pelaksanaan SPIP diinstansi pemerintahan, maka laporan keuangan pengelolaan
dana bansos yang dihasilkan akan semakin handal. Dengan adanya pemahaman
yang bagus mengenai SPIP pada pengelolaan dana Bansos maka dapat
meminimalisir terjadinya penyimpangan pada praktek pengelolaan maupun pada
pelaporan penggunaan dana bansos. Sehingga diharapkan tidak terjadi kembali
kasus penyalahgunaan penyaluran dana bansos pada instansi pemerintah yang
berakibat pada tindakan pelanggaran hukum.
Berbagai penelitian mengenai pencegahan fraud telah dilakukan oleh
beberapa peneliti antara lain Penelitian yang dilakukan Yosua Palentino (2019)
7
juga melakukan penelitian pencegahan fraud pada pemerintah daerah dan
hasilnya menunjukkan bahwa SPIP mempunyai pengaruh yang signifikan positif
terhadap pencegahan fraud. Penelitian Hilmi Faiqoh (2019) hasil penelitiannya
juga menunjukkan bahwa SPIP berpengaruh signifikan terhadap pencegahan
fraud.
penelitian yang dilakukan oleh Suryo Irawan (2016) yang menyatakan
bahwa sistem pengendalian internal pemerintah berpengaruh signifikan terhadap
pencegahan fraud. Adapun yang membedakan penelitian ini dengan penelitian
terdahulu adalah perbedaan mengenai objek penelitian, metode analisis data, dan
sasaran penelitian, di mana pada penelitian terdahulu menggunakan objek
sekolah dengan menggunakan metode analisis data deskriptif dan sasarannya
pada pengelolaan dana BOS. Sedangkan pada penelitian ini menggunakan objek
penelitian dinas sosial, jenis penelitian eksplanatori dengan metode kuantitatif,
adapun sasaran penelitian terfokus pada pengelolaan dana Bantuan sosial.
Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian yang berjudul “PENGARUH PENERAPAN SISTEM
PENGENDALIAN INTERNAL PEMERINTAH (SPIP) TERHADAP
PENCEGAHAN FRAUD ATAS PENGELOLAAN DANA BANTUAN SOSIAL DI
KABUPATEN BONE”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas maka penulis
merumuskan masalah yang akan diteliti terkait dengan sub variabel sistem
pengendalian internal pemerintah, yaitu : “Apakah Penerapan Sistem
Pengendalian Internal Pemerintah berpengaruh terhadap Pencegahan Fraud atas
Pengelolaan Dana Bantuan Sosial di Kabupaten Bone?”.
8
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang disebutkan diatas, maka tujuan dari
penelitian ini adalah : “Untuk mengetahui pengaruh Penerapan Sistem
Pengendalian Internal Pemerintah terhadap Pencegahan Fraud atas Pengelolaan
Dana Bantuan Sosial di Kabupaten Bone.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini mempunyai empat manfaat yaitu sebagai berikut:
a. Bagi Penulis
Memberikan pengetahuan dan menambah wawasan mengenai peran
Sistem Pengendalian Internal Pemerintah terhadap pencegahan fraud.
b. Bagi Pemerintah Daerah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu menentukan kebijakan
terkait dengan unsur SPIP yang berpengaruh terhadap pencegahan fraud
pengelolaan dana Bansos.
c. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan dan wawasan
tentang peranan program Bansos.
d. Bagi Mahasiswa
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk menambah
wawasan pengetahuan, gambaran, dan bukti empiris tentang unsur SPIP
yang berpengaruh terhadap pencegahan fraud pengelolaan dana
Bansos.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Fraud Triangel Theory
Menurut Zimbelman dan Albercht (2014: 43), terdapat tiga elemen yang
muncul secara bersamaan untuk mendorong terjadinya kecurangan yaitu:
1. Tekanan (Pressure) tekanan ini adalah suatu dorongan untuk dapat
melakukan fraud yang terjadi pada karyawan dan manajer. Dorongan itu
yang terjadi karena adanya tekanan keuangan, kebiasaan buruk, tekanan
lingkungan kerja ataupun dengan tekanan lainnya.
2. Peluang atau kesempatan (Opportunity) kesempatan yang timbul dengan
adanya kelemahan pengendalian internal dalam mencegah atau mendeteksi
kecurangan ataupun bisa terjadi jika lemahnya sanksi atau ketidakmampuan
dalam menilai kualitas kinerja.
3. Pembenaran (rationalization) pelaku kecurangan akan mencari pembenaran
dengan menganggap bahwa yang telah dilakukan itu sudah biasa untuk
dilakukan orang lain juga, pelaku pun juga akan menganggap dirinya berjasa
besar di dalam organisasi.
2. Pengendalian Internal
a. Pengertian Pengendalian Internal
Menurut Romney dan Steinbart (2015: 226), pengendalian internal adalah
sebuah proses yang menyebar keseluruh aktivitas pengoperasian perusahaan
dan merupakan bagian integral dari aktivitas manajemen di mana pengendalian
internal memberikan jaminan yang memadai untuk tujuan pengendalian berupa
10
mengamankan aset, mengelola catatan secara detail yang baik untuk melaporkan
aset perusahaan secara akurat dan wajar, memberikan informasi yang akurat dan
reliabel, menyiapkan laporan keuangan yang sesuai dengan kriteria yang
ditetapkan dan mendorong dan memperbaiki efisiensi operasional.
Menurut Committe Of Sponsoring Organization (COSO) dalam Susanto
(2008: 95), menyatakan bahwa pengendalian internal menjadi dorongan yang
diberikan kepada seseorang atau karyawan dari bagian tertentu dari organisasi
secara keseluruhan agar berjalan sesuai dengan tujuan perusahaan yang telah
ditentukan.
Menurut Mulyadi (2016: 129) sistem pengendalian intern merupakan: Sistem
pengendalian intern meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran ukuran yang
dikoordinasikan untuk menjaga aset organisasi, mengecek ketelitian dan
keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan mendorong di patuhinya
kebijakan manajemen.
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pengendalian
internal adalah rencana organisasi yang dipengaruhi oleh dewan direktur,
manajemen, dan personil lain dalam sebuah entitas yang bertujuan untuk
memberikan dorongan kepada seseorang atau karyawan guna mencapai tujuan
atau strategi perusahaan yang yang telah ditetapkan.
b. Tujuan Pengendalian Internal
Dari pengertian sistem pengendalian intern diatas, terdapat pula tujuan
pengendalian intern itu sendiri yang menurut Mulyadi (2016: 129) yaitu:
a. Menjaga keamanan harta milik suatu organisasi.
b. Mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi.
c. Mendorong efisiensi kerja atau operasional perusahaan.
11
d. Mendorong di patuhinya kebijakan manajemen agar.
Menurut Committe Of Sponsoring Organization (COSO) (2013: 15)
pengendalian internal memiliki tiga kategori tujuan yaitu
a. Tujuan Operasi
Tujuan ini berkaitan dengan efektifitas dan efisiensi operasi entitas,
termasuk tujuan kinerja operasional dan keuangan, serta menjaga aset
terhadap kerugian.
b. Tujuan Pelaporan
Tujuan ini berkaitan dengan pelaporan keuangan dan non keuangan untuk
internal maupun eksternal yang mencakup keandalan, ketepatan waktu,
transparansi atau ketepatan lain yang ditetapkan oleh regulator, persyaratan
yang diakui oleh pembuat standar, atau kebijakan entitas itu sendiri.
c. Tujuan Kepatuhan
Tujuan ini berkaitan dengan kepatuhan terhadap hukum dan peraturan di
mana entitas tunduk.
c. Keterbatasan Pengendalian Internal
Berikut ini adalah keterbatasan pengendalian intern menurut Mulyadi (2002
:181) adalah:
1. kesalahan dalam pertimbangan
2. Gangguan
3. Kolusi
4. Pengabaian oleh manajemen
5. Biaya lawan manfaat
Sebagaimana disebutkan bahwa salah satu komponen pengendalian
internal adalah tentang lingkungan pengendalian, maka dalam hal ini pemerintah
12
sebagai pengelola negara, merupakan manajemen sekaligus top leader bagi
lembaga-lembaga pemerintah yang ada dibawahnya yang berwenang untuk
menetapkan rambu-rambu serta aturan tentang pengendalian internal di lembaga
lembaga pemerintahan, dan berdasarkan Undang-undang nomor 01 tahun 2004
tentang perbendaharaan negara, maka melalui PP Nomor 60 Tahun 2008 lahirlah
apa yang dinamakan Sistem Pengendalian Internal Pemerintah yang dijadikan
acuan lembaga-lembaga pemerintah dalam mengelola keuangan yang bersumber
dari negara.
3. Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (SPIP)
a. Pengertian Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (SPIP)
Dalam suatu entitas atau organisasi diperlukan adanya suatu sistem
pengendalian intern. Menurut Angelina dkk (2017) sistem pengendalian ini sangat
penting dalam pelaksanaan kegiatan operasional pemerintah, karena dengan
adanya sistem pengendalian internal maka kecurangan yang mungkin dilakukan
pegawai dapat di minimalisir. Oleh karena itu setiap entitas pemerintah membuat
dan menjalankan sistem pengendalian internal demi kelancaran dan kemajuan
organisasi.
Pengertian Sistem Pengendalian Intern menurut PP Nomor 60 Tahun 2008
adalah: “Proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara
terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan
memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan
efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan
terhadap peraturan perundang-undangan”. Substansi yang mendasar dari
Peraturan Pemerintah Nomor 60 tahun 2008 ini adalah terwujudnya satu sistem
13
pengendalian intern pada pemerintah yang dapat mewujudkan suatu praktik-
praktik yang baik dalam tata kelola (good governance) pada sektor publik.
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa sistem
pengendalian internal pemerintah adalah proses yang dirancang oleh manajemen
untuk memberikan keyakinan atau jaminan yang memadai atas tercapainya tujuan
organisasi melalui kegiatan yang efektif, efisien, keandalan pelaporan keuangan,
pengamanan aset negara, dan ketaatan peraturan perundang-undangan sehingga
tujuan organisasi pemerintah dapat tercapai dan kerugian atau kemungkinan
ancaman keamanan dalam informasi dapat dikurangi.
b. Tujuan Sistem Pengendalian Internal Pemerintah
Menurut Peraturan Pemerintah No 60 tahun 2008 tujuan sistem
pengendalian internal pemerintah adalah memberikan keyakinan yang memadai
tentang :
1. Kegiatan yang efektif dan efisien
2. Laporan keuangan yang dapat diandalkan
3. Pengamanan aset negara
4. Ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.
Tujuan tersebut mengisyaratkan bahwa jika dilaksanakan dengan baik dan
benar, SPIP akan memberi jaminan di mana seluruh penyelenggaraan negara,
mulai dari pimpinan hingga pegawai di instansi akan melaksanakan tugasnya
dengan jujur dan taat pada peraturan. Untuk mencapai tujuan dari SPIP dimaksud
ODP yang terdiri dari lingkungan pengendalian, penilaian risiko, kegiatan
pengendalian, informasi dan komunikasi, serta pemantauan. Akibat dari tujuan
SPIP tersebut maka akan memberikan manfaat yaitu mendeteksi kesalahan dan
fraud dalam pelaksanaan aktivitas organisasi dan membantu pengamanan aset
14
terkait dari kemungkinan terjadinya kecurangan, pemborosan dan salah
penggunaan yang tidak sesuai dengan tujuan organisasi.
c. Indikator Sistem Pengendalian Internal Pemerintah
Kerangka pengendalian internal yang telah diterima di sebagian besar
lingkup Amerika Serikat adalah kerangka pengendalian internal COSO yang
memiliki lima komponen kerangka pengendalian internal yaitu lingkungan
pengendalian, penilaian risiko, aktivitas pengendalian, informasi dan komunikasi,
serta pemantauan (Elder dalam Nurul, 2017). Kerangka pengendalian internal
COSO tertuang dalam PP Nomor 60 tahun 2008 yaitu sebagai berikut:
1. Lingkungan Pengendalian (Environment Control)
Lingkungan pengendalian merupakan tindakan, kebijakan, dan prosedur
yang mencerminkan sikap pimpinan instansi atau lembaga tentang
pengendalian intern yang dapat menimbulkan kesadaran seluruh pegawai
mengenai pentingnya pengendalian bagi instansi atau lembaga yang
bersangkutan melalui:
a. Penegakan integritas dan nilai etika;
b. Komitmen terhadap kompetensi;
c. Kepemimpinan yang kondusif;
d. Pembentukan struktur organisasi yang sesuai dengan kebutuhan;
e. Pendelegasian wewenang dan tanggungjawab yang tepat;
f. Penyusunan dan penerapan kebijakan pembinaan SDM;
g. Perwujudan peran aparat pengawasan intern pemerintah yang efektif;
h. Hubungan kerja yang baik dengan instansi pemerintah.
15
2. Penilaian Risiko (Risk Valution)
Hal pertama yang dilakukan berkaitan dengan pengendalian internal dalam
sub ini yaitu melihat kesesuaian antara tujuan kegiatan yang dilaksanakan
dengan tujuan sasarannya, serta kesesuaian dengan tujuan strategi yang
ditetapkan. Setelah penetapan tujuan telah dilaksanakan, tahap selanjutnya
adalah melakukan identifikasi risiko intern dan ekstern yang dapat
mempengaruhi keberhasilan pencapaian tujuan tersebut, kemudian
menganalisis risiko yang mungkin terjadi serta dampak yang mungkin
ditimbulkan mulai dari yang tertinggi sampai dengan risiko yang sangat
rendah.
3. Kegiatan Pengendalian (Activity Control)
Kegiatan pengendalian adalah tindakan yang diperlukan untuk mengatasi
risiko serta penetapan dan pelaksanaan kebijakan dan prosedur untuk
memastikan bahwa tindakan mengatasi risiko telah dilaksanakan secara
efektif. Berdasarkan PP No. 60 tahun 2008 kegiatan pengendalian yang
diselenggarakan oleh instansi pemerintah dapat berupa:
a. Review atas kinerja instansi pemerintah yang bersangkutan;
b. Pembinaan sumber daya manusia;
c. Pengendalian atas pengelolaan sistem informasi;
d. Pengendalian fisik atas aset;
e. Penetapan dan review atas indikator dan ukuran kinerja;
f. Otoritas atas transaksi dan kejadian yang penting;
g. Pencatatan yang akurat dan tepat waktu atas transaksi dan kejadian;
h. Pembatasan akses atas sumber daya dan pencatatannya;
i. Akuntabilitas terhadap sumber daya dan pencatatannya;
16
j. Dokumentasi yang baik atas SPI serta transaksi dan kejadian penting.
4. Informasi dan Komunikasi (Information and Communication)
Informasi harus dicatat dan dilaporkan kepada pimpinan instansi pemerintah
dan pihak lain yang ditentukan. Informasi disajikan dalam suatu bentuk dan
sarana tertentu serta tepat waktu sehingga memungkinkan pimpinan instansi
pemerintah melaksanakan pengendalian dan tanggung jawabnya.
5. Pemantauan ( Monitoring)
Pemantauan harus dapat menilai kualitas kinerja dari waktu ke waktu dan
memastikan bahwa rekomendasi hasil audit dan review lainnya dapat segera
ditindak lanjuti.
d. Faktor Penentu Keberhasilan Penyelenggaraan SPIP
Menurut Wibisono (2010: 85) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
keberhasilan penetapan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP), antara
lain:
1. Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia adalah merupakan modal utama dan penggerak
dalam suatu organisasi, dan merupakan soft control dalam penerapan SPIP
ini. Sumber daya manusia yang dimaksudkan adalah SDM yang memiliki
integritas dan mentaati nilai etika.
2. Komitmen
Komitmen merupakan keterikatan untuk melaksanakan suatu kegiatan
(Usman, 2010). Keberhasilan dan kata kunci sukses tercapainya tujuan
organisasi sangat dipengaruhi oleh komitmen dari seluruh pimpinan dan
pegawai dalam menjalankan organisasi.
17
3. Ketersediaan Infrastruktur
Keberadaan infrastruktur mencakup antara lain: pedoman, kebijakan, dan
prosedur yang terintegrasi dengan unsur-unsur SPIP lainnya, sesuai dengan
proses bisnis dan karakteristik suatu instansi pemerintah terkait dengan
penyelenggaraan SPIP.
4. Keteladanan dari Pimpinan
Lingkungan pekerjaan sangat mempengaruhi pemebentukan karakter dan
budaya kerja dalam suatu organisasi. Pimpinan dalam bersikap dan
bertingkah laku akan dapat mendorong terciptanya budaya kerja yang selalu
mengedepankan nilai-nilai kejujuran, etika dan disiplin.
4. Pencegahan fraud (kecurangan)
a. Pengertian Fraud
Tugiman (2008: 3) menjelaskan pengertian kecurangan adalah sebagai
berikut: “kecurangan di definisikan sebagai suatu penyimpangan atau perbuatan
melanggar hukum yang dilakukan secara sengaja untuk tujuan tertentu. Menipu
atau memberikan yang keliru untuk keuntungan pribadi atau kelompok secara
tidak fair, baik secara langsung maupun tidak langsung merugikan pihak lain.
Menurut The Institute of Internal Auditor (IIA) dalam karyono (2013) fraud
adalah sekumpulan tindakan yang tidak diizinkan dan melanggar hukum yang
ditandai dengan adanya unsur kecurangan yang disengaja. Dalam pengertian ini
diartikan bahwa fraud mengandung makna suatu penyimpangan dan perbuatan
melanggar hukum (illegal act), yang dilakukan dengan sengaja untuk tujuan
tertentu seperti menipu atau memberikan gambaran keliru kepada pihak-pihak lain
baik dalam organisasi maupun luar organisasi.
18
Dari beberapa uraian diatas dapat diketahui bahwa fraud berarti suatu item
tidak dimasukkan sehingga menyebabkan informasi tidak benar, apabila suatu
kesalahan adalah disengaja maka kesalahan tersebut merupakan fraud
(fraudulent).
b. Faktor Terjadinya Fraud
Menurut SAS 99 (AU 316) yang dikutip oleh Amin Widjaja Tunggal (2014: 9)
terdapat tiga faktor seseorang melakukan kecurangan yang dikenal sebagai fraud
triangle, yaitu:
pressure
opportunity Rationalization
Gambar 2.1
Segitiga Kecurangan (Fraud Triangle)
Sumber : Amin Widjaja Tunggal 2014
1. Pressure (tekanan)
Tekanan ekonomi merupakan salah satu faktor yang mendorong
seseorang berani melakukan tindakan kecurangan. Faktor ini berasal dari
individu si pelaku di mana ia merasa bahwa tekanan kehidupan yang
begitu berat memaksa si pelaku melakukan kecurangan untuk
keuntungan pribadinya. Hal ini terjadi biasanya dikarenakan jaminan
kesejahteraan yang ditawarkan perusahaan atau organisasi tempat ia
bekerja kurang atau pola hidup yang serba mewah sehingga si pelaku
19
terus-menerus merasa kekurangan. Namun tekanan juga dapat berasal
dari lingkungan tempatnya bekerja, karyawan merasa tidak diperlakukan
secara adil, adanya proses penerimaan pegawai yang tidak fair.
2. Oopportunity (kesempatan)
Merupakan faktor yang sepenuhnya berasal dari luar individu, yakni
berasal dari organisasi korban perbuatan kecurangan. Kesempatan
melakukan kecurangan selalu ada pada setiap kedudukan. Dengan
kedudukan yang dimiliki si pelaku merasa memiliki kesempatan untuk
mengambil keuntungan. Ditambah lagi dengan sistem pengendalian dari
organisasi yang kurang memadai.
3. Rationalization (rasionalisasi)
Si pelaku merasa memiliki alasan yang kuat yang menjadi dasar untuk
membenarkan apa yang dia lakukan. Serta mempengaruhi pihak lain
untuk menyetujui apa yang dia lakukan.
c. Klasifikasi Fraud
Siti dan Ely (2010: 64) mengklasifikasikan fraud ke dalam dua kelompok
utama, yaitu:
1. Kecurangan laporan keuangan (fraudulent financial reporting) merupakan
salah saji atau penghilangan secara sengaja jumlah atau pengungkapan
dalam laporan keuangan, untuk mengelabui pemakai laporan keuangan,
yang menyebabkan laporan keuangan menjadi menyesatkan secara
material.
2. Penyalahgunaan aset (missappropriation of assets) merupakan salah saji
yang timbul dari pencurian aset entitas.
20
d. Pengertian pencegahan Fraud
Pencegahan fraud adalah aktivitas yang dilaksanakan manajemen dalam hal
penetapan kebijakan, sistem dan prosedur yang membantu meyakinkan bahwa
tindakan yang diperlukan sudah dilakukan dewan komisaris, manajemen, dan
personil lain perusahaan untuk memberikan keyakinan memadai dalam mencapai
tiga tujuan pokok yaitu keandalan pelaporan keuangan, efektivitas dan efisiensi
operasi serta kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku (Zabibollah
Rezaee, Richard Riley, 2005 : 7).
Amin Widjaja Tunggal (2012: 59) mengemukakan bahwa terdapat beberapa
tata kelola untuk mencegah fraud diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Budaya jujur dan etika yang tinggi.
b. Tanggung jawab manajemen untuk mengevaluasi pencegahan fraud.
c. Pengawasan oleh komite audit.
e. Tujuan Pencegahan Fraud
Pencegahan Fraud yang efektif memiliki lima tujuan, menurut Diaz Priantara
(2013: 183) adalah sebagai berikut:
a. Prevention, mencegah terjadinya fraud secara nyata pada semua lini
organisasi.
b. Deterrence, menangkal pelaku potensial bahkan tindakan yang bersifat
coba-coba karena pelaku potensial melihat sistem pengendalian risiko fraud
efektif berjalan dan telah memberi sanksi tegas dan tuntas sehingga
membantu jera (takut) pelaku potensial.
c. Disruption, mempersulit gerak langkah pelaku fraud sejauh mungkin.
d. Identification, mengidentifikasi kegiatan berisiko tinggi dan kelemahan
pengendalian.
21
e. Civil action prosecution, melakukan tuntunan dan penjatuhan sanksi yang
setimpal atau perbuatan curang kepada pelakunya.
f. Indikator Pencegahan Fraud
Dalam menilai pencegahan fraud dibutuhkan suatu indikator sebagai ukuran
dalam pencegahan fraud. Menurut the Institut of Internal Auditor, pencegahan
fraud melibatkan unsur-unsur yang diambil untuk mencegah pelaksanaan
kecurangan dan membatasi ekspour kecurangan itu ketika terjadi (Widiyarta,
Herawati, dan Atmadja, 2017).
5. Pengelolaan Dana Bantuan Sosial (Bansos)
a. Pengertian Pengelolaan Dana Bantuan Sosial
Menurut Kementerian Sosial (2011:15) bantuan sosial adalah bantuan yang
sifatnya sementara yang diberikan kepada masyarakat miskin, dengan maksud
agar mereka dapat meningkatkan kehidupannya secara wajar. Program bantuan
sosial merupakan salah satu komponen program jaminan sosial yang menjadi
bentuk realisasi tanggung jawab pemerintah atau pemerintah daerah yang sangat
peduli terhadap kondisi masyarakat yang miskin dan terlantar ditingkat bawah.
Pengertian bantuan sosial berdasarkan Permendagri Nomor 32 Tahun 2011
tentang pedoman pemberian bantuan sosial yang bersumber dari APBD
sebagaimana diubah dengan Permendagri Nomor 39 Tahun 2012, pasal 1 angka
15, “Bantuan sosial adalah pemberian berupa uang/barang dari pemerintah
daerah kepada individu, keluarga, kelompok dan/atau masyarakat yang sifatnya
tidak secara terus menerus dan selektif yang bertujuan untuk melindungi dari
kemungkinan terjadinya risiko sosial”.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa bantuan sosial
adalah pemberian bantuan yang sifatnya tidak secara terus menerus dan selektif
22
dalam bentuk uang/barang kepada masyarakat yang bertujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
b. Jenis dan Tujuan Bantuan Sosial
Berdasarkan Permendagri Nomor 39 Tahun 2012, jenis dan tujuan
pemberian bantuan sosial dapat di rinci sebagai berikut:
1) Rehabilitas sosial, yaitu untuk memulihkan dan mengembangkan
kemampuan seseorang yang mengalami disfungsi sosial agar dapat
melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar.
2) Perlindungan sosial, yaitu untuk mencegah dan menangani risiko dari
guncangan dan kerentanan sosial seseorang, keluarga, kelompok
masyarakat agar kelangsungan hidupnya dapat dipenuhi sesuai dengan
kebutuhan dasar minimal.
3) Pemberdayaan sosial, yaitu untuk menjadikan seseorang atau kelompok
masyarakat yang mengalami masalah sosial mempunyai daya, sehingga
mampu memenuhi kebutuhan dasarnya.
4) Jaminan sosial, merupakan skema yang melembaga untuk menjamin
penerima bantuan agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang
layak.
5) Penanggulangan kemiskinan, merupakan kebijakan, program, dan kegiatan
yang dilakukan terhadap orang, keluarga, kelompok masyarakat yang tidak
mempunyai sumber mata pencaharian dan tidak dapat memenuhi
kebutuhan yang layak bagi kemanusiaan.
6) Penanggulangan bencana, merupakan serangkaian upaya yang ditujukan
untuk rehabilitas.
23
c. Sifat dan Kriteria Bantuan Sosial
Sifat dan kriteria bantuan sosial diatur dalam Bab IV Permendagri No. 32
Tahun 2011 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Permendagri No. 39
Tahun 2012 sebagai berikut:
1. bantuan sosial dapat diberikan kepada anggota/kelompok masyarakat oleh
pemerintah daerah sesuai kemampuan keuangan daerah, setelah
meproritaskan pemenuhan belanja urusan wajib dengan
mempertimbangkan asas keadilan, kepatuhan, rasionalitas dan manfaat
untuk masyarakat.
2. Anggota/kelompok masyarakat yang dapat diberikan bantuan sosial
meliputi:
a) Individu, keluarga, dan/atau masyarakat yang mengalami keadaan
yang tidak stabil sebagai akibat dari krisis sosial, ekonomi, politik,
bencana, atau fenomena alam agar dapat memenuhi kebutuhan hidup
minimum;
b) Lembaga non pemerintah bidang pendidikan, keagamaan, dan bidang
lain yang berperan untuk melindungi individu, kelompok, dan/atau
masyarakat dari kemungkinan terjadinya risiko sosial.
3. Bantuan sosial berupa uang kepada individu dan/atau keluarga terbagi atas:
a) Bantuan sosial yang direncanakan sebelumnya
b) Bantuan sosial yang tidak dapat direncanakan sebelumnya
4. Kriteria minimal pemberian bantuan sosial sebagai berikut:
a) Selektif
b) Memenuhi persyaratan penerima bantuan
c) Bersifat sementara dan tidak terus menerus
24
d) Sesuai tujuan penggunaan
5. Bantuan sosial dapat berupa uang dan atau barang yang diterima langsung
oleh penerima bantuan sosial.
d. Pelaporan dan Pertanggungjawaban
Untuk mewujudkan tata kelola pemerintah yang baik (good governance)
maka seluruh transaksi keuangan pada pemerintah daerah harus akuntabel (dapat
dipertanggungjawabkan), oleh karena itu, setiap penerima bantuan harus
bertanggung jawab atas penggunaan dana bantuan sosial. Pelaporan dan
pertanggungjawaban bantuan sosial dalam Permendagri No. 32 Tahun 2011
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Permendagri N0. 39 Tahun 2012 diatur
dalam pasal 34 s.d. pasal 39 dengan penjelasan sebagai berikut:
1. penerima bantuan sosial berupa uang menyampaikan laporan penggunaan
bantuan sosial kepada kepala daerah melalui Pejabat Pengelolaan
Keuangan Daerah (PPKD) dengan tembusan kepada SKPD terkait.
Penerima bantuan sosial berupa barang menyampaikan laporan
penggunaan bantuan sosial kepada kepala daerah melalui kepala SKPD
terkait.
2. Bantuan sosial berupa uang dicatat sebagai realisasi jenis belanja bantuan
sosial pada PPKD dalam tahun anggaran berkenaan. Bantuan sosial berupa
barang dicatat sebagai realisasi obyek belanja bantuan sosial pada jenis
barang dan jasa dalam program dan kegiatan pada SKPD terkait.
3. PPKD membuat rekapitulasi penyaluran bantuan sosial kepada individu
dan/atau keluarga yang tidak dapat direncanakan sebelumnya paling lambat
tanggal 5 januari tahun anggaran berikutnya.
25
4. Pertanggungjawaban pemerintah daerah atas pemberian bantuan sosial
berupa keputusan kepala daerah tentang penetapan daftar penerima
bantuan sosial dan pakta integritas penerima bantuan sosial dikecualikan
terhadap bantuan sosial bagi individu dan/atau keluarga yang tidak dapat
direncanakan sebelumnya.
5. Penerima bantuan sosial bertanggungjawab secara formal dan material atas
penggunaan bantuan sosial yang diterimanya.
6. Realisasi bantuan sosial dicantumkan pada laporan keuangan pemerintah
daerah dalam tahun anggaran berkenaan. Bantuan sosial berupa barang
yang belum diserahkan kepada penerima bantuan sosial sampai akhir tahun
anggaran berkenaan dilaporkan sebagai persediaan dalam neraca.
7. Realisasi bantuan sosial berupa barang di konversikan sesuai standar
akuntansi pemerintahan pada laporan realisasi anggaran dan diungkapkan
pada catatan atas laporan keuangan dalam penyusunan laporan keuangan
pemerintah daerah.
B. Tinjauan Empiris
Penelitian ini mengacu pada penelitian sebelumnya yang dilakukan di
sejumlah tempat. Hasil penelitian tersebut dijadikan landasan dan pembanding
dalam penelitian ini. Beberapa hasil penelitian dalam bentuk skripsi atau jurnal
yang dijadikan acuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
Penelitian Suryo Irawan (2016) yang berjudul Pengaruh Penerapan Sistem
Pengendalian Internal Pemerintah terhadap Pencegahan Fraud Pengelolaan
Dana Operasional Sekolah (BOS) (Studi pada Sekolah Dasar Di Kecamatan Andir
Kota Bandung). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh penerapan
sistem pengendalian internal pemerintah terhadap pencegahan fraud pengelolaan
26
dana bantuan operasional sekolah. Metode yang digunakan penelitian ini adalah
deskriptif kuantitatif dengan menggunakan analisis regresi linear sederhana. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa peranan sistem pengendalian internal pemerintah
berpengaruh terhadap pencegahan fraud pengelolaan dana BOS. Hal ini berarti
semakin baik peranan sistem pengendalian internal pemerintah akan
menyebabkan pencegahan fraud pengelolaan dana BOS yang semakin baik juga.
Penelitian Ni Kadek dwi Ariastini, Gede Adi Yuniarta, Putu Sukma Kurniawan
(2017) yang berjudul Pengaruh Kompetensi Sumber Daya Manusia, Sistem
Pengendalian Internal Pemerintah, Proactive Fraud Audit, dan Whisteblowing
System terhadap Pencegahan Fraud pada Pengelolaan Dana Bos Se Kabupaten
Klungkung. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh Kompetensi Sumber
Daya Manusia, Sistem Pengendalian Internal Pemerintah, Proactive Fraud Audit,
dan Whiste blowing System secara parsial dan simultan terhadap Pencegahan
Fraud pada Pengelolaan Dana Bos di Kabupaten Klungkung. Metode yang
digunakan penelitian ini adalah kuantitatif dengan analisis regresi linear berganda.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa kompetensi sumber daya manusia,
SPIP, Proactive fraud audit, dan whisteblowing system berpengaruh positif secara
parsial dan simultan terhadap pencegahan fraud pada pengelolaan dana BOS di
Kabupaten Klungkung.
Penelitian Gilang Noor Alamsyah (2017) yang berjudul Pengaruh Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah dan Kompensasi terhadap Pencegahan Fraud
pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Kota Bandung. Penelitian ini bertujuan untuk
menguji adanya pengaruh sistem pengendalian intern pemerintah dan
kompensasi terhadap pencegahan fraud pada SKPD Kota Bandung. Metode
analisis yang digunakan adalah metode explanatory dengan analisis regresi linear
27
berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa SPIP dan kompensasi secara
parsial maupun simultan berpengaruh negatif terhadap fraud pada SKPD Kota
Bandung. Kontribusi pengaruh dari SPIP dan kompensasi terhadap fraud pada
SKPD Kota Bandung adalah sebesar 53,1% sedangkan 46,9% dipengaruhi oleh
faktor lain diluar kedua variabel independen dalam penelitian ini.
Penelitian Asep Brata Muji dan Endah Nurhawaeny (2018) yang berjudul
Pengaruh Pengendalian Internal terhadap Bantuan Sosial (Studi Kasus pada
Bandan Pengelolaan Lingkungan Hidup di kabupaten Cirebon). Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengendalian internal terhadap bantuan
sosial pada Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup di Kabupaten Cirebon. Metode
yang digunakan adalah metode kuantitatif dengan analisis regresi linear berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa otorisasi dan prosedur pencatatan dengan
tingkat bantuan sosial di Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten
Cirebon membuktikan adanya hubungan yang cukup kuat (sedang) dan memiliki
signifikan.
Penelitian Hilmi Faiqoh (2019) yang berjudul Pengaruh Sistem Pengendalian
Internal dan Good Corporate Governance terhadap Pencegahan Fraud. Penelitian
ini bertujuan untuk bagaimana pengaruh sistem pengendalian internal pemerintah
dan good corporate governance terhadap pencegahan fraud. Metode yang
digunakan adalah metode kuantitatif dengan analisis regresi linear berganda. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa sistem pengendalian internal pemerintah
berpengaruh terhadap pencegahan fraud. Sedangkan good corporate governance
tidak berpengaruh terhadap pencegahan fraud.
Penelitian Yosua Palentino (2019) yang berjudul Pengaruh Sistem
Pengendalian Internal Pemerintah dan Komitmen Organisasi terhadap
28
Pencegahan Fraud (Studi Kasus pada Pemerintah Kota Medan). Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui apakah SPIP dan komitmen organisasi berpengaruh
terhadap pencegahan fraud pada pemerintah kota Medan. Metode yang
digunakan adalah metode kuantitatif dengan analisis regresi linear berganda. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa SPIP dan komitmen organisasi secara
bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap pencegahan fraud pada
pemerintah kota Medan.
Penelitian dwi Nur Huljanah (2019) yang berjudul Pengaruh kompetensi
aparatur, sistem pengendalian internal, dan moralitas individu terhadap
pencegahan fraud pengelolaan keuangan desa. Tujuan penelitian ini untuk
menganalisis pengaruh kompetensi aparatur, sistem pengendalian internal, dan
moralitas individu terhadap pencegahan fraud pengelolaan keuangan desa pada
desa-desa di Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo. Metode penelitian yang
digunakan adalah kuantitatif dengan analisis regresi linear berganda. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa bahwa kompetensi aparatur dan sistem
pengendalian internal tidak berpengaruh terhadap pencegahan fraud pengelolaan
keuangan desa di pemerintahan desa Kecamatan Baki. Moralitas individu
berpengaruh terhadap pencegahan fraud pengelolaan keuangan desa di
pemerintahan desa Kecamatan Baki.
Penelitian Mochamad Rahmat Armansyah, R Muchamad Noch, dan yana
Rohdiana (2019) yang berjudul Pengaruh Sistem Akuntansi Keuangan Daerah
(SAKD) dan Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (SPIP) terhadap
Pencegahan Fraud (Studi Kasus pada Kantor Pemerintah Kota Cimahi). Penelitian
ini bertujuan untuk menganalisis dan mengetahui SAKD, SPIP dan pencegahan
fraud pada Kantor Pemerintah Kota Cimahi, serta untuk menganalisis dan
29
mengetahui seberapa besar pengaruh SAKD dan SPIP terhadap pencegahan
fraud pada Kantor Pemerintah Kota Cimahi baik parsial dan simultan. Metode yang
digunakan adalah kuantitatif dengan analisis regresi linear berganda. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pengaruh SAKD terhadap pencegahan fraud
secara parsial pada Pemerintah Kota Cimahi sebesar 27,2% dan pengaruh SPIP
terhadap pencegahan fraud secara parsial pada Kantor Pemerintah Kota Cimahi
sebesar 61,1%. Sedangkan pengaruh SAKD dan SPIP terhadap pencegahan
fraud secara simultan pada Kantor Pemerintah Kota Cimahi sebesar 88,3%.
Sistem akuntansi keuangan daerah dan sistem pengendalian internal pemerintah
pada kantor pemerintah kota cimahi cukup baik, sementara pencegahan fraud
pada kantor pemerintah kota cimahi cukup baik.
Adapun perbedaan penelitian yang dilakukan peneliti saat ini dan penelitian
sebelumnya terletak pada objek penelitian di mana yang menjadi objek penelitian
dalam penelitian ini berdasarkan latar belakang ialah pengelolaan dana bantuan
sosial di Kabupaten Bone. Selain itu peneliti hanya menggunakan variabel sistem
pengendalian internal pemerintah untuk mengetahui pengaruhnya terhadap
pencegahan fraud atas pengelolaan dana bantuan sosial.
Tabel 2.1
Hasil Penelitian Terdahulu
NO Nama
Peneliti
Judul Penelitian Metode
Penelitian
Hasil Penelitian
1. Suryo
Irawan
(2016)
Pengaruh
Penerapan
Sistem
Pengendalian
Internal
Kuantitatif Hasil penelitian
menunjukkan bahwa
peranan sistem
pengendalian internal
pemerintah berpengaruh
30
Pemerintah
terhadap
Pencegahan
Fraud
Pengelolaan
Dana Bantuan
Operasional
Sekolah (BOS)
(Studi pada
Sekolah Dasar Di
Kecamatan Andir
Kota Bandung
terhadap pencegahan
fraud pengelolaan dana
bantuan operasional
sekolah. Hal ini berarti
semakin baik peranan
sistem pengendalian
internal pemerintah akan
menyebabkan
pencegahan fraud
pengelolaan dana BOS
yang semakin baik juga.
2. Ni Kadek
Dwi
Ariastini,
Gede Adi
Yuniarta,
Putu
Sukma
Kurniawan
(2017)
Pengaruh
Kompetensi
sumber Daya
Manusia, sistem
Pengendalian
Iternal
Pemerintah,
Proactive fraud
audit, dan
whisteblowing
System terhadap
Pencegahan
Fraud pada
Pengelolaan
Dana BOS se-
Kecamatan
Kabupaten
Klungkung
Kuantitatif Hasil penelitian
menunjukkan
kompetensi sumber
daya manusia, SPIP.
Proactive fraud audit,
dan whisteblowing
system berpengaruh
positif secara parsial dan
simultan terhadap
pencegahan fraud pada
pengelolaan dana BOS
di Kabupaten Klungkung
3. Gilang
Noor
Pengaruh sistem
pengendalian
intern pemerintah
Kuantitatif Hasil penelitian
menunjukkan bahwa
SPIP dan kompensasi
31
Alamsyah
(2017)
dan kompensasi
terhadap fraud
pada satuan kerja
perangkat daerah
kota Bandung
secara parsial maupun
simultan berpengaruh
negatif terhadap fraud
pada SKPD daerah
kabupaten Bandung.
Kontribusi pengaruh dari
SPIP dan kompensasi
terhadap fraud pada
SKPD kota Bandung
adalah 53,1%
sedangkan 46,9%
dipengaruhi oleh faktor
lain di luar kedua
variabel independen
dalam penelitian ini
4. Asep
Brata Muji
dan Endah
Nurhawae
ny (2018)
Pengaruh
pengendalian
internal terhadap
bantuan sosial
(studi kasus pada
badan
pengelolaan
lingkungan hidup
di Kabupaten
Cirebon)
Kuantitatif Hasil penelitian
menunjukkan bahwa
otorisasi dan prosedur
pencatatan sebagai
(subvariabel X1) dengan
tingkat bantuan sosial
sebagai (variabel Y) di
Badan Pengelolaan
Lingkungan Hidup
(BPLH) Kab. Cirebon
membuktikan adanya
hubungan yang cukup
kuat (sedang) dan
memiliki signifikan.
5. Hilmi
Faiqoh
(2019)
Pengaruh Sistem
Pengendalian
Internal dan Good
Corporate
Kuantitatif Hasil penelitian
menunjukkan bahwa
sistem pengendalian
internal pemerintah
32
Governance
terhadap
Pencegahan
Fraud
berpengaruh terhadap
pencegahan fraud.
Sedangkan good
corporate governance
tidak berpengaruh
terhadap pencegahan
fraud.
6. Yosua
Palentino
(2019)
Pengaruh sistem
pengendalian
internal
pemerintah dan
komitmen
organisasi
terhadap
pencegahan fraud
(studi kasus pada
pemerintah kota
Medan)
Kuantitatif Hasil penelitian
menunjukkan bahwa
SPIP dan komitmen
organisasi secara
bersama-sama
berpengaruh signifikan
terhadap pencegahan
fraud pada pemerintah
kota medan
7. Dwi Nur
Huljanah
(2019)
Pengaruh
kompetensi
aparatur, sistem
pengendalian
internal, dan
moralitas individu
terhadap
pencegahan fraud
pengelolaan
keuangan desa
Kuantitatif Hasil penelitian
menunjukkan bahwa
kompetensi aparatur dan
SPI tidak berpengaruh
terhadap pencegahan
fraud pengelolaan
keuangan desa di
pemerintah desa
kecamatan Baki.
Sedangkan moralitas
individu berpengaruh
terhadap pencegahan
fraud pengelolaan
keuangan desa di
33
pemerintah desa
Kecamatan Baki
8. Mochama
d Rahmat
Armansya
h, R
Muchama
d Noch. M
AK. Dan
Yana
Rohdiana
(2019)
Pengaruh sistem
akuntansi
keuangan daerah
(SAKD) dan
sistem
pengendalian
internal
pemerintah
(SPIP) terhadap
pencegahan fraud
(studi kasus pada
kantor pemerintah
kota Cimahi)
Kuantitatif Hasil penelitian
menunjukkan bahwa
pengaruh SAKD
terhadap pencegahan
fraud secara parsial
pada kantor pemerintah
kota Cimahi sebesar
27,2% dan pengaruh
SPIP terhadap
pencegahan fraud
secara parsial pada
kantor pemerintah kota
Cimahi sebesar 61,1%.
Sedangkan pengaruh
SAKD dan SPIP
terhadap pencegahan
fraud secara simultan
pada Kantor Pemerintah
Kota Cimahi sebesar
88,3%
C. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual merupakan suatu bentuk kerangka berpikir yang dapat
digunakan sebagai pendekatan dalam memecahkan masalah. Biasanya kerangka
penelitian ini menggunakan pendekatan ilmiah dan memperlihatkan hubungan
antara variabel dalam proses analisisnya. Adapun gambar kerangka konseptual
dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar di bawah.
34
Gambar 2.2
Kerangka Konsep
Dari kerangka konseptual diatas memperlihatkan bahwa pencegahan fraud
sebagai variabel dependen diduga akan dipengaruhi oleh variabel independennya
berupa penerapan Sistem Pengendalian Internal Pemerintah. Salah satu cara
yang paling efektif untuk mencegah timbulnya fraud pada pengelolaan dana
bantuan sosial di Kabupaten Bone yaitu melalui peningkatan sistem pengendalian
intern sesuai dengan PP No. 60 Tahun 2008. Semakin baik pengendalian internal
yang diterapkan, semakin mudah bagi kita untuk mencegah terjadinya fraud,
sebaliknya semakin buruk pengendalian internal yang diterapkan, maka semakin
sulit untuk mencegah terjadinya fraud.
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara yang kebenarannya masih harus
di uji, atau rangkuman kesimpulan teoritis yang diperoleh dari tinjauan pustaka
(Martono, 2011). Berdasarkan kerangka pemikiran dan hasil penemuan beberapa
penelitian, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: “Penerapan
Sistem Pengendalian Internal Pemerintah berpengaruh Positif dan Signifikan
terhadap Pencegahan Fraud atas Pengelolaan Dana Bantuan Sosial di
Kabupaten Bone”.
Pencegahan Fraud
(Y)
Sistem Pengendalian
Internal Pemerintah
(X)
35
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksplanatori yaitu penelitian yang
bertujuan untuk menganalisis pengaruh antara satu variabel dengan variabel
lainnya. Menurut Sugiyono, (2015) penelitian Eksplanatori adalah penelitian yang
menjelaskan hubungan kausal antara variabel yang saling berpengaruh,
sedangkan metode pada penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Metode
kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada
filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti populasi atau sampel tertentu,
pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat
kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan
(Sugiyono, 2018:35-36)
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kantor Dinas Kesejahteraan Sosial Kabupaten
Bone yang berlokasi di Jalan Jeppee, Tanete Riattang Barat, Kabupaten Bone,
sulawesi selatan. Sedangkan waktu dalam penelitian ini direncanakan selama dua
bulan.
C. Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran
Berdasarkan judul penelitian diatas, maka variabel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah variabel independen dan variabel dependen. Operasional
untuk pengujian hipotesis yang dilakukan adalah :
36
1. Variabel independen atau variabel bebas
Menurut Sugiyono (2017:68) variabel independen/bebas adalah variabel
yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahannya atau timbulnya
variabel terikat. Variabel independen dalam penelitian ini adalah Sistem
Pengendalian Internal Pemerintah (SPIP). Sub variabel dari variabel
independen adalah unsur-unsur dari sistem pengendalian internal
pemerintah, yaitu lingkungan pengendalian, penilaian risiko, aktivitas
pengendalian, informasi dan komunikasi, dan pemantauan.
2. Variabel dependen atau variabel terikat
Menurut Sugiyono (2017:68) variabel dependen/terikat adalah variabel yang
dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah pencegahan fraud yang di
ukur dengan skala likert skor 1-5.
Untuk memudahkan dalam pengumpulan data dan pengukurannya, maka
variabel variabel dalam penelitian ini dapat di operasionalkan sebagai berikut:
Tabel 3.1
Operasional Variabel
Variabel Dimensi
Variabel
Indikator Variabel Skala
Sistem
Pengendalian
Internal Pemerintah
(X)
“SPIP adalah
proses yang
integral pada
Unsur-unsur
SPIP terdiri
dari:
Lingkungan
pengendalian
1. Penegakan integritas dan nilai
etika.
2. Komitmen terhadap
kompetensi
Likert
37
tindakan dan
kegiatan yang
dilakukan secara
terus menerus oleh
pimpinan dan
seluruh pegawai
untuk memberikan
keyakinan
memadai atas
tercapainya tujuan
organisasi melalui
kegiatan yang
efektif dan efisien,
keandalan
pelaporan
keuangan,
pengamanan ase
negara, dan
ketaatan terhadap
peraturan
perundang-
undangan (PP No.
60 Tahun 2008 )
Penilaian risiko
Kegiatan
Pengendalian
3. Kepemimpinan yang kondusif
4. Pembentukan struktur
organisasi sesuai dengan
kebutuhan.
5. Pendelegasian wewenang
dan tanggungjawab yang
tepat.
6. Kebijakan dan praktik
pembinaan SDM.
7. Perwujudan peran aparat
pengawasan intern
pemerintah yang efektif.
8. Hubungan kerja yang baik
dengan instansi pemerintah.
1. Tujuan instansi pemerintah.
2. Tujuan pada tingkat kegiatan.
1. Review atas kinerja instansi.
2. Pembinaan SDM.
3. Pengendalian pengelolaan
sistem.
4. pengendalian fisik atas aset.
5. Pendapatan dan review atas
indikator dan ukuran kinerja.
6. Pemisahan fungsi
7. Otorisasi atas transaksi dan
kejadian penting.
8. pencatatan yang akurat dan
tepat waktu atas transaksi
dan kejadian yang penting.
38
Informasi dan komunikasi
Pemantauan (PP Nomor. 60 Tahun 2008)
9. Pembatasan dan akses atas
sumber daya dan
pencatatannya.
10. Dokumentasi yang baik atas
SPI serta transaksi dan
kejadian yang penting.
1. Menyediakan, memanfaatkan
berbagai bentuk dan sarana
komunikasi.
2. Mengelola, mengembangkan,
dan memperbarui sistem
infomasi secara terus
menerus.
1. Pemantauan berkelanjutan.
2. Evaluasi terpisah.
3. Penyelesaian audit.
Pencegahan fraud
(Y)
“mencegah fraud
merupakan segala
upaya untuk
menangkal pelaku
potensial,
mempersempit
ruang gerak, dan
mengidentifikasi
kegiatan yang
berisiko terjadinya
kecurangan (fraud)
1. Fraud
awarenes
2. Swakelola
dan
Partisipatif
3. Transparan
1. Memberikan sanksi yang
tegas kepada mereka yang
melakukan kecurangan.
2. Dinas sosial melibatkan
masyarakat dalam
perencanaan, pelaksanaan
dan evaluasi program.
3. Masyarakat memberikan
saran dan kritik terhadap
pengawasan program dana
bantuan sosial yang
dilakukan di dinas sosial.
Likert
39
(Karyono, 2013:47)
4. Akuntabel
5. Demokratis
6. Tertib
administrasi
dan
pelaporan
7. Saling
percaya
(Widiyarta,
Herawati, dan
Atmadja, 2017)
4. Dinas sosial sebagai
penerima dana bansos
mempertanggungjawabkan
pengelolaan dana kepada
pemerintah dalam bentuk
laporan pertanggungjawaban
setiap akhir tahun.
5. Pimpinan dan pegawai
diberikan kesempatan untuk
mengajukan kritik saat
pemecahan masalah terkait
pengelolaan dana bantuan
sosial
6. Dinas sosial sebagai
penerima dana bantuan
sosial membuat laporan
pelaksanaan program
keseluruhan pada akhir
periode
7. Saya percaya kepada
pemerintah selaku pihak
pemberi dana bantuan sosial
telah melaksanakan tugas
dengan sebaik mungkin
tanpa melakukan tindak
kecurangan (Fraud).
Ukuran yang digunakan untuk menilai jawaban jawaban yang diberikan
dalam menguji variabel yaitu lima tingkatan, bergerak dari satu sampai lima.
40
Skor 5 untuk jawab Sangat Setuju (SS)
Skor 4 untuk jawaban Setuju (S)
Skor 3 untuk jawaban kurang Setuju (KS)
Skor 2 untuk jawaban Tidak Setuju (TS)
Skor 1 untuk jawaban Sangat Tidak Setuju (STS)
D. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi penelitian menurut Sugiyono (2017:136) adalah wilayah
generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan
karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk mempelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
pegawai yang terdaftar di dinas sosial kabupaten bone. Menurut kepala bagian
umum dan kepegawaian di dinas sosial kabupaten bone seluruh pegawainya
berjumlah 41 orang, jadi populasi dalam penelitian ini yaitu 41 pegawai.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian populasi yang diteliti. Sampel penelitian menurut
Sugiyono (2017:137) adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
non probability sampling, yaitu pengambilan sampel yang memberi peluang atau
kesempatan sama bagi setiap anggota populasi untuk dijadikan sampel (Suliyanto,
2009). Penentuan sampel menggunakan sampling jenuh di mana semua anggota
populasi dijadikan sampel. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai
dinas sosial kabupaten Bone yang berjumlah 41 orang.
41
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan suatu cara yang digunakan peneliti
untuk mengumpulkan data terkait permasalahan penelitian yang diambil. Adapun
cara untuk memperoleh data dan informasi dalam penelitian ini, yaitu sebagai
berikut:
1. Tinjauan Kepustakaan (Library Research)
Metode ini dilakukan dengan mempelajari teori dan konsep yang
berhubungan dengan masalah yang diteliti pada buku, majalah, dan jurnal
guna memperoleh landasan teoritis yang memadai untuk melakukan
pembahasan.
2. Penelitian lapangan (Field Research)
Adapun alat-alat pengumpulan data yang dilakukan peneliti dalam
penelitian lapangan adalah:
1. Observasi
Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan mengamati secara langsung keadaan atau situasi subjek.
2. Dokumentasi
Dokumentasi yaitu mengumpulkan bahan-bahan yang tertulis berupa
data yang diperoleh dari perpustakaan maupun dari Kantor Dinas
Sosial Kabupaten Bone.
3. Kuesioner (Angket)
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan tertulis kepada subjek
penelitian terkait topik yang diteliti.
42
Pada penelitian ini peneliti menggunakan data primer. Data primer
merupakan data yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti langsung dari sumber data
(Suliyanto, 2009). Data primer dalam penelitian ini meliputi jawaban responden
melalui penyebaran kuesioner yang dibagikan kepada seluruh pegawai yang ada
di dinas sosial kabupaten Bone. Pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner
penelitian yang berisi tentang penilaian atas variabel x (Penerapan Sistem
Pengendalian Internal Pemerintah) yang ditetapkan dalam PP No. 60 Tahun 2008
mengadopsi dari COSO Framework. Di mana dimensi penilaian mencakup 5
aspek pengendalian yaitu lingkungan pengendalian, penilaian risiko, aktivitas
pengendalian, informasi dan komunikasi, serta pemantauan.
F. Teknik Analisis Data
1. Uji Instrumen Penelitian
a. Uji Validitas
Uji validitas merupakan sejauh mana variabel yang digunakan benar-
benar mengukur apa yang seharusnya diukur. Kuesioner riset dikatakan
valid apabila instrumen tersebut benar benar mampu mengukur besarnya
nilai variabel yang diteliti (Suliyanto, 2009). Uji validitas digunakan untuk
mengetahui kelayakan butir-butir dalam daftar pertanyaan. Pengujian
validitas dalam penelitian ini menggunakan Pearson Correlation yang di
dapat, jika nilai signifikan dibawah 0,05 berarti data yang diperoleh adalah
valid (Latan, dan Temalagi, 2012)
b. Uji reliabilitas
uji reliabilitas untuk mengukur variabel yang digunakan bebas dari
kesalahan dan menunjukkan hasil yang konsisten, menunjukkan sejauh
mana pengukuran dapat dipercaya (Suliyanto, 2009). Hasil uji reliabilitas
43
dengan SPSS akan menghasilkan Cronbach Alpha. Suatu instrumen
dikatakan reliabel jika nilai Cronbach Alpha lebih dari 0,70 (Latan, dan
Temalagi, 2012).
2. Uji Asumsi Klasik
Untuk melakukan uji asumsi klasik data primer, peneliti melakukan uji
normalitas data. Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data dari
model regresi linear memiliki distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik
adalah jika data terdistribusi normal. Jika data tidak terdistribusi secara normal
maka kesimpulan statistik menjadi tidak valid atau bias. Cara untuk mendeteksi
apakah residual data terdistribusi normal atau tidak dengan melihat grafik normal
probability plot dan uji statistik One Sample Kolmogrov-Smirnov Test. Jika di dapat
nilai signifikan >0,05 maka data terdistribusi normal secara multivariate (Latan dan
Temalagi, 2012).
3. Uji Ketepatan Model
a. Uji t (secara Parsial)
Uji t bertujuan untuk menguji koefisien regresi masing-masing variabel
independen terhadap variabel dependen untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen (Purwitasari,
2013). Uji t untuk melihat besarnya pengaruh sistem pengendalian internal
pemerintah secara parsial terhadap pencegahan fraud. Jika nilai t statistik <
0,05 atau 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 >𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 maka menolak H0, sedangkan jika t statistik > 0,05
atau 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔
44
regresi digunakan nilai adjusted 𝑅2 di mana nilainya dapat naik dan turun
apabila satu variabel independen ditambahkan ke dalam model. Nilai
adjusted 𝑅2dapat negatif, walaupun yang dikehendaki harus bernilai positif.
Jika dalam uji regresi di dapat nilai adjusted 𝑅2 negatif, maka nilai tersebut
dianggap nol (Latan dan Temalagi, 2012).
4. Analisis Regresi Linear Sederhana
Analisis regresi sederhana digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen, yaitu dengan mencari persamaan
regresi yang bermanfaat untuk meramal nilai variabel dependen berdasarkan nilai-
nilai variabel independennya serta menganalisis hubungan antara variabel
dependen dengan dua atau lebih variabel independen baik secara parsial maupun
simultan. Untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel independen yaitu
sistem pengendalian internal pemerintah (X) secara parsial terhadap variabel
dependen yaitu pencegahan fraud (Y), maka digunakan analisis regresi linier
sederhana. Menurut (Sugiyono, 2017:261), persamaan umum regresi linier
sederhana adalah sebagai berikut:
Untuk nilai α dan b menurut Sugiyono, (2017:262), ditentukan dengan
menggunakan persamaan sebagai berikut :
a= (∑𝑌)(∑𝑋2)−(∑𝑋)(∑𝑋𝑌)
𝑛∑𝑋2−(∑𝑋)2
b= 𝑛∑𝑋𝑌−(∑𝑋)(∑𝑌)
𝑛∑𝑋2−(∑𝑋)2
Keterangan :
Ŷ = (dibaca Y topi), subjek variabel terikat yang diproyeksikan
Ŷ=a+bX
45
X = Variabel independen (Perputaran Modal Kerja)
Y = Variabel dependen (Likuiditas)
a = Nilai konstanta harga Y jika X = 0
b = Nilai arah sebagai penentu ramalan (prediksi) yang menunjukkan
nilai peningkatan (+) atau nilai penurunan (-) variabel Y
ɳ = Banyaknya sampel
X dikatakan mempengaruhi Y, jika berubahnya X akan menyebabkan
adanya perubahan nilai Y, artinya naik turunnya X akan bervariasi. Namun nilai Y
juga naik turun, dengan demikian nilai Y ini akan bervariasi. Namun nilai Y
bervariasi tersebut tidak semata-mata disebabkan ol
Top Related