PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP
PENGETAHUAN IBU HAMIL USIA GESTASI 36-40 MINGGU
TENTANG CARA MENYUSUI DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS PISANGAN
Skripsi
Diajukan Guna Memenuhi Persayaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Keperawatan (S. Kep)
OLEH
YULI SRI MULYANI
1112104000033
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
TAHUN 2016 M/ 1438 H
ii
iii
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
SCHOOL OF NURSING
SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY JAKARTA
Undergraduate Thesis, June 2016
Yuli Sri Mulyani, NIM : 1112104000033
The Effect Of Health Education On The Knowledge Of 36-40 Weeks
Prenatal Mother About Breastfeeding Technique At Job Region of Pisangan
Community Health Center
Xx + 87 pages + 2 images + 10 attachments
ABSTRACT
Breastfeeding is a natural process and is an art that must be learned back in. The
ignorance of mother about breastfeeding technique properly and correctly will
have an impact on the exclusive breastfeeding. Therefore it required a knowledge
so that the mother will be able to do breastfeeding properly. One of the effort to
improve mother’s knowledge about breastfeeding technique is through health
education. Health education delivered using an individual technique with lecture
technique and demonstration with a model instrument. The purpose of this
research was to determine the effect of health education on the knowledge of 36-
40 weeks prenatal mother about breastfeeding technique at at job region of
Pisangan Community Health Center. This quasy experimental study was using
one group pre post test repeated measured design and conducted in 16 pregnant
mothers aged 36-40 weeks by using convenience sampling. On the statistical
calculation, the result of Paired T-test on the 1st pretest and posttest showed an
escalation in the knowledge level C1 and C2 significantly between before and
after the intervention (p=0,000). While on the 1st posttest and 2
nd posttest that
were tested using Wilcoxon test showed there’s no significant difference
(p=0,059). On the knowledge level C3 also showed a significant escalation after
the intervention (p=0,003) during the pretest and 1st posttest. While during 1
st
posttest and 2nd
posttest showed there’s also no difference (p=0,687). So, it can be
concluded that health education could affect an improvement of the mother’s
knowledge significantly about breastfeeding technique.
Keywords: knowledge, health education, breastfeeding technique
Reference: 106 references
iv
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Skripsi, Juni 2016
Yuli Sri Mulyani, NIM : 1112104000033
Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan Ibu Hamil Usia
Gestasi 36-40 Minggu Tentang Cara Menyusui Di Wilayah Kerja Puskesmas
Pisangan
Xx + 87 halaman + 14 tabel + 2 Gambar + 10 lampiran
ABSTRAK
Menyusui adalah suatu proses alamiah dan merupakan suatu seni yang harus
dipelajari kembali. Ketidaktahuan ibu tentang cara menyusui secara baik dan
benar akan berdampak pada pemberian ASI Eksklusif. Untuknya diperlukan
pengetahuan yang agar ibu mampu menyusui dengan benar. Maka salah satu
upaya untuk meningkatkan pengetahuan ibu tentang cara menyusui ini adalah
dengan cara pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan individual ini
disampaikan menggunakan penyampaian materi dan demonstrasi menggunakan
alat peraga. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pendidikan
kesehatan individual terhadap pengetahuan ibu hamil dengan usia gestasi 36-40
minggu di wilayah kerja puskesmas Pisangan. Penelitian quasy experiment ini
menggunakan metode one group pre post test repeated measured design yang
dilakukan pada 16 ibu hamil usia 36-40 minggu menggunakan convenience
sampling. Pada perhitungan statistik, hasil uji paired t-test pada pretest dan
postest 1 menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan tingkat C1 dan C2 yang
signifikan antara sebelum dan sesudah intervensi (p = 0.000). sedangkan pada
postest 1 dan postest 2 yang diuji menggunakan uji Wilcoxon menunjukkan tidak
ada perbedaan yang signifikan (p = 0.059). Pada pengetahuan tingkat C3
menunjukkan peningkatan yang signifikan pula setelah diintervensi (p=0.003)
pada saat pretest dan postest 1. Sedangkan pada saat postest 1 dan postest 2 tidak
terdapat perbedaan (p=0.687). Jadi, dapat disimpulkan bahwa pendidikan
kesehatan yang dilakukan dapat berpengaruh secara signifikan meningkatkan
pengetahuan ibu tentang cara menyusui.
Kata Kunci : Pengetahuan, Pendidikan Kesehatan, Cara Menyusui
Referensi : 106 referensi
v
vi
vii
viii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Yuli Sri Mulyani
Tempat, Tanggal Lahir : Pandeglang, 15 Juli 1995
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Alamat : Kp. Cimeong RT 002 RW 002 Desa Ramaya
Kecamatan Menes Kabupaten Pandenglang, Banten
42262
Nomor HP : 089634367574
Email : [email protected]
Fakultas/Jurusan : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan/ Program Studi
Ilmu Keperawatan
PENDIDIKAN
1. RA Mathla’ul Anwar Cibongkok Lulus tahun 2000
2. MI Mathla’ul Anwar Cibongkok Lulus tahun 2006
3. MTs Mathla’ul Anwar Pusat Menes Lulus tahun 2009
4. MA Mathla’ul Anwar Pusat Menes Lulus tahun 2012
5. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2012 - sekarang
ORGANISASI
1. Dewan Kerja Ranting Menes 2009-2011
2. Dewan Ambalan 2011-2012
3. CSSMoRA (LSO Majalah Denta) 2012-2013
4. CSSMoRA (Staf Ahli Depkominfo) 2013-2014
5. HMPSIK (Staf Ahli Pengsosmas) 2014-2015
ix
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr.wb
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan
judul “Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan Ibu Hamil
Usia Gestasi 36-40 Minggu Tentang Cara Menyusui Di Wilayah Kerja
Puskesmas Pisangan” yang disusun dan diajukan sebagai salah satu persyaratan
memperoleh gelar sarjana.
Selama proses pendidikan dan penyusunan skripsi ini, penulis banyak
menerima bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Ucapan terima kasih dan
penghargaan sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada yang terhormat:
1. Prof. Dr. H. Arif Sumantri, S.KM, M.Kes. selaku Dekan Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Maulina Handayani, S.Kp., M.Sc. selaku Ketua Program Studi Ilmu
Keperawatan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ns. Kustati Budi Lestari, M.Kep., Sp. Kep. An selaku dosen pembimbing I
dan sekaligus Dosen Pembimbing Akademik yang senantiasa membimbing,
meluangkan waktu, pikiran, tenaga, memberi arahan,semangat dan motivasi
hingga saat ini.
4. Ns. Eni Nur’aini Agustini, S.Kep, MSc selaku dosen pembimbing II yang
senantiasa memberi arahan dan waktu serta pikiran dalam proses penyusunan
skripsi ini.
x
5. Ns. Waras Budi Utomo, S.Kep.,MKM selaku dosen pembimbing II pengganti
yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga serta pikiran dalam proses
bimbingan selama ini dengan penuh keikhlasan dan kesabaran.
6. Yenita Agus, SKp.,M.Kep.,PhD dan Puspita Palupi, M.Kep, Ns.Sp.Kep.Mat.
selaku dosen penguji skripsi, terimakasih penulis haturkan atas saran dan
kritik yang membangun demi memperbaiki skripsi ini. Segenap staff pengajar
dan karyawan di lingkungan Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Segenap staff bidang akademik dan karyawan perpustakaan yang telah banyak
membantu kelancaran administratif dan membantu pengadaan referensi-
referensi sebagai bahan rujukan skripsi.
8. Staff karyawan puskesmas Pisangan yang telah membantu dan memberikan
kesempatan peneliti untuk melakukan penelitian.
9. Orangtuaku yang selalu mendukung dan memberikan kasih sayang dengan
tulus, doa, serta semangat yang tulus dan ikhlas, Bapak E. Lukman Sama dan
Mamah Neni Suherni. Semua ketulusan dan keikhlasanmu semoga menjadi
jalan untuk kita bertemu di tempat terindah kelak.
10. Kakak-kakakku tersayang, Enong Agustina Ferianti dan E. Rian Feriana yang
selalu memberikan dukungan dan kasih sayang kepada peneliti. Tidak ada
langit yang selalu biru, begitu pula tidak ada langit yang selalu hitam.
Insyaallah kebahagiaan akan menyertai kita di dunia dan akhirat nanti.
11. Adik-adikku terkasih, Ismi Baetuljannah dan Silmi Kaffah yang selalu
memberikan semangat kepada peneliti.
xi
12. Kementrian Agama yang telah memberikan kesempatan sehingga peneliti
mampu berkuliah yang menerima beasiswa penuh hingga saat ini.
13. Sahabat-sahabatku PSIK angkatan 2012, CSSMoRA UIN Jakarta angkatan
2012, serta CSSMoRA UIN Jakarta. Kita bersama-sama bersusah payah,
bercanda gurau, dan berjuang bersama menuju kesuksesan yang untuk
mendapatkannya tentu tidaklah mudah. Semua keluh, kesah, kasih, tangis,
tawa, serta semangat yang kalian membuat kita semakin erat. Terimakasih atas
semuanya, semoga kita semua senantiasa diberi rahmat dan lindungan-Nya.
Ciputat, Juni 2016
Yuli Sri Mulyani
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
LEMBAR PERNYATAAN .................................................................................. ii
ABSTRACT .......................................................................................................... iii
ABSTRAK ............................................................................................................ iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN ....................................................................... v
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. vi
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .......................................................................... viii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... ix
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xvi
DAFTAR BAGAN ............................................................................................. xvii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xviii
DAFTAR SINGKATAN ..................................................................................... xx
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A.Latar Belakang .................................................................................................... 1
B.Rumusan Masalah ............................................................................................... 4
C.Pertanyaan Penelitian .......................................................................................... 5
D.Tujuan Penelitian................................................................................................. 6
E.Manfaat Penelitian ............................................................................................... 6
F.Ruang Lingkup Penelitian ................................................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 9
A.Kehamilan ........................................................................................................... 9
xiii
1. Definisi ..................................................................................................................... 9
2. Pendidikan Prenatal Pada Usia Kehamilan Trimester Tiga ...................................... 9
B.Anatomi Payudara ............................................................................................. 11
C.Fisiologi Laktasi ................................................................................................ 11
D.Menyusui/Laktasi .............................................................................................. 13
1. Pengertian ............................................................................................................... 13
2. Manfaat Menyusui .................................................................................................. 13
3. Faktor yang Mempengaruhi Sikap Ibu Terhadap Pemberian ASI .......................... 15
4. Persiapan Agar Ibu Berhasil Menyusui .................................................................. 15
5. Cara Menyusui yang Benar .................................................................................... 15
6. Tanda Menyusu yang Benar ................................................................................... 19
E.Konsep Pengetahuan .......................................................................................... 19
1. Pengertian Pengetahuan .......................................................................................... 19
2. Tingkat Pengetahuan .............................................................................................. 20
3. Cara Memperoleh pengetahuan .............................................................................. 22
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan ................................................... 24
5. Pengukuran Pengetahuan ........................................................................................ 26
F.Pendidikan Kesehatan ........................................................................................ 27
1. Pengertian ............................................................................................................... 27
2. Tujuan Pendidikan Kesehatan ................................................................................ 27
3. Metode Pendidikan Kesehatan Individual .............................................................. 28
4. Alat Bantu Pendidikan Kesehatan .......................................................................... 29
G.Teori Memori .................................................................................................... 32
H. Precede-Proceed Model ............................................................................................... 34
I. Penelitian Terkait ......................................................................................................... 35
J. Kerangka Teori ................................................................................................ 39
xiv
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ............ 40
A.Kerangka Konsep .............................................................................................. 40
B.Definisi Operasional .......................................................................................... 41
C.Hipotesis ............................................................................................................ 44
BAB IV METODE PENELITIAN .................................................................... 45
A.Desain Penelitian .............................................................................................. 45\
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................................ 46
C.Populasi dan Sampel Penelitian ........................................................................ 46
D.Instrumen Penelitian .......................................................................................... 47
E.Uji Validitas dan Reliabilitas ............................................................................. 49
F.Pengumpulan Data ............................................................................................. 50
G.Prosedur Intervensi ............................................................................................ 51
H.Pengolahan Data ................................................................................................ 52
I.Metode Analisis Data.......................................................................................... 53
J.Etika Penelitian ................................................................................................... 55
BAB V HASIL PENELITIAN ........................................................................... 57
A.Analisis Univariat .............................................................................................. 57
B.Analisa Bivariat ................................................................................................. 63
BAB VI PEMBAHASAN .................................................................................... 67
A.Karakteristik Responden ................................................................................... 67
1. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ........................................................... 67
2. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan ................................................. 68
xv
3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan ................................................... 69
4. Karakteristik Responden Berdasarkan Suku ........................................................... 69
5. Karakteristik Responden Berdasarkan Status Paritas ............................................. 70
B.Pengetahuan Responden .................................................................................... 71
C.Keterbatasan Penelitian ..................................................................................... 81
BAB VII PENUTUP ............................................................................................ 82
A.Kesimpulan........................................................................................................ 82
B.Saran ................................................................................................................. 83
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Definisi Operasional ............................................................................. 41
Tabel 4.1 Kisi-kisi Kuesioner Pengetahuan Ibu Tentang Cara Menyusui ............ 59
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Usia Responden ................................................... 59
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Pendidikan Terakhir Responden.......................... 60
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Pekerjaan Responden ........................................... 61
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Suku Responden .................................................. 61
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Status Paritas Responden ..................................... 62
Tabel 5.6 Gambaran Rata-rata Pengetahuan Responden Sebelum dan Sesudah
Diberikan Intervensi Penddidikan Kesehatan Tentang Cara Menyusui ............... 63
Tabel 5.7 Gambaran Pengetahuan Tingkat C1 dan C2 Responden ...................... 63
Tabel 5.8 Gambaran Pengetahuan Tingkat C3 Responden ................................... 64
Tabel 5.9 Distribusi Hasil Normalitas Pengetahuan Ibu Prenatal dengan Usia
Kehamilan 36-40 minggu Tentang Cara Menyusui .............................................. 65
Tabel 5.10 Analisa Beda Rerata Skor Pengetahuan Tingkat C1 dan C2 Responden
Pretest dan Postest 1 ............................................................................................. 66
Tabel 5.11 Analisa Beda Rerata Skor Pengetahuan Domain C1 dan C2 Responden
Postest 1 Dan Postest 2 ......................................................................................... 67
Tabel 5.12 Distribusi Analisa Beda Rerata skor Pengetahuan Domain C3
Responden Pretest dan Postest 1 .......................................................................... 68
Tabel 5.13 Distribusi Analisa Beda Rerata skor Pengetahuan Domain C3
Responden Postest 1 dan Postest 2 ....................................................................... 68
xvii
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Urutan Pemprosesan Informasi ........................................................ 34
Bagan 2.2 Model Precede Proceed.................................................................... 35
Bagan 2.3 Kerangka Teori Penelitian ............................................................... 39
Bagan 3.1 Kerangka Konsep ............................................................................. 40
xviii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Perlekatan Bayi Saat Menyusu .................................................... 18
Gambar 2.2 Kerucut Elgar Dales ...................................................................... 31
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Persetujuan Responden
Lampiran 2. Kuesioner Penelitian
Lampiran 3. Cheklist Observasi
Lampiran 4. Hasil Uji Validitas dan Reabilitas
Lampiran 5. Satuan Acara Penyuluhan
Lampiran 6. Media Leaflet
Lampiran 7. Rekapitulasi Skor Pengetahuan Responden
Lampiran 8. Hasil Uji Validitas
Lampiran 9. Hasil Uji Reliabilitas
Lampiran 10. Analisis Univariat
Lampiran 11. Analisis Bivariat
xx
DAFTAR SINGKATAN
ASI = Air Susu Ibu
Depkes RI = Departemen Kesehatan Republik Indonesia
KB = Keluarga Berencana
Puskesmas = Pusat Kesehatan Masyarakat
Riskesdas = Riset Kesehatan Dasar
WHO = World Health Organization
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Persentase pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan di Indonesia pada
tahun 2013 sebesar 54,3%, sedikit meningkat bila dibandingkan dengan tahun
2012 yang sebesar 48,6%. Kondisi ini dapat terwujud karena usaha-usaha yang
dilakukan oleh Dinas Kesehatan, seperti konseling menyusui, pemberdayaan ibu,
keluarga, dan masyarakat dalam praktek pemberian ASI dan kegiatan promotif
dan preventif lain yang telah dilakukan (Kementrian Kesehatan RI, 2014).
Bayi yang mendapatkan ASI segera setelah lahir memiliki kesempatan
hidup sebanyak 22% dari bayi yang meninggal sebelum usia satu bulan. Menyusui
sejak dini dapat menurunkan risiko kematian karena hypothermia (kedinginan)
serta dapat menjamin kelangsungan hidupnya. Persentase pemberian ASI
eksklusif pada bayi 0-6 bulan tertinggi pada tahun 2013 terdapat di Nusa
Tenggara Barat sebesar 79,74%, diikuti oleh Sumatera Selatan sebesar 74,49%,
dan Nusa Tenggara Timur sebesar 74,37%. Sedangkan persentase pemberian ASI
eksklusif terendah terdapat di Provinsi Maluku sebesar 25,21%, diikuti oleh Jawa
Barat sebesar 33,65% dan Sulawesi Utara sebesar 34,67%. Di Banten presentase
pemberian ASI eksklusif yaitu sebesar 58,37%. Angka ini tentu masih rendah jika
dibandingkan dengan target pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan
sebesar 80% yang dicanangkan oleh pemerintah (Kementrian Kesehatan RI,
2014). Sehingga diperlukan upaya-upaya untuk mengatasi hal tersebut.
2
Air Susu Ibu (ASI) merupakan satu jenis makanan yang mencukupi
seluruh unsur kebutuhan bayi baik fisik, psikologi, sosial maupun spiritual. ASI
mengandung nutrisi, hormon, unsur kekebalan faktor pertumbuhan, antialergi
serta anti inflamasi. Zat- zat anti infeksi yang terkandung dalam ASI membantu
melindungi bayi terhadap penyakit, selain itu terdapat hubungan penting antara
menyusui dengan penjarangan kehamilan (KB). Keunggulan ASI tersebut perlu
ditunjang dengan cara pemberian ASI yang benar, antara lain pemberian ASI
segera setelah lahir (30 menit pertama bayi harus sudah disusukan) kemudian
pemberian ASI saja sampai bayi umur 6 bulan (ASI eksklusif), selanjutnya
pemberian ASI sampai 2 tahun dengan pemberian makanan pendamping ASI
yang benar (Purwanti, 2004).
Menyusui merupakan suatu hal yang alamiah, namun untuk keberhasilan
dalam menyusui tetap memerlukan pengetahuan tentang ASI dan tatalaksananya
(Roesli, 2009). Menyusui mempunyai peran penting untuk menunjang
pertumbuhan, kesehatan, dan kelangsungan hidup bayi karena ASI kaya dengan
zat gizi dan antibodi. Selain itu bagi ibu, menyusui dapat mengurangi morbiditas
dan mortalitas karena proses menyusui akan merangsang kontraksi uterus
sehingga mengurangi perdarahan pasca melahirkan (postpartum) (RISKESDAS,
2013).
Ketidaktahuan ibu tentang cara menyusui secara baik dan benar akan
berdampak pada pemberian ASI Eksklusif. Ketidaktahuan ini dapat menyebabkan
ketidaktepatan dalam meletakan dan memposisikan bayi saat menyusui yang
termasuk dalam salah satu dari penyebab utama terjadinya kegagalan laktasi
(Gadhavi, 2013). Pemberian ASI eksklusif berpengaruh pada kualitas kesehatan
3
bayi. Semakin sedikit jumlah bayi yang mendapat ASI eksklusif, maka kualitas
kesehatan bayi dan anak balita akan semakin buruk, karena pemberian makanan
pendamping ASI yang tidak benar menyebabkan gangguan pencernaan yang
selanjutnya menyebabkan gangguan pertumbuhan (Sukmawati, 2014). Untuk itu
diperlukan adanya upaya untuk meningkatkan pengetahuan ibu tentang pemberian
ASI.
Penelitian yang dilakukan oleh Nurbaeti & Lestari (2013) menyatakan
penting adanya pendidikan tentang menyusui dan membimbing ibu agar dapat
melakukan posisi perlekatan bayi yang benar, hal ini bertujuan agar dapat
mengurangi masalah-masalah yang berkaitan dengan perlekatan bayi tidak benar
pada saat menyusui, seperti puting perih, lecet atau berdarah, dan bayi kurang
puas dalam menyusu, sehingga mengakibatkan gagalnya program ASI ekslusif.
Penelitian yang dilakukan oleh Lin, Chien, Tai, & Lee (2008)
menunjukkan bahwa breastfeeding education pada masa prenatal dengan usia
kehamilan 20-36 minggu, efektif untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan
kepuasan mereka dalam menyusui. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa
breastfeeding education pada masa prenatal mampu menurunkan masalah saat
menyusui setelah postpartum.
Peningkatan pengetahuan ibu dalam pemberian ASI dapat dilakukan
dengan pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan dapat menggunakan berbagai
metode, salah satunya yaitu dengan metode penyuluhan secara individual.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Haroon, Das, Salam, Imdad, & Bhutta
(2013) menunjukkan bahwa penyuluhan individual tentang menyusui lebih efektif
dibandingkan dengan penyuluhan kelompok. Hal ini sesuai dengan penelitian
4
Hanum, Nurchayati, & Hasneli (2015) yang menyatakan bahwa pendidikan
kesehatan secara individual mampu meningkatkan pengetahuan seseorang.
Hasil studi pendahuluan yang peneliti lakukan pada 10 ibu menyusui di
wilayah kerja puskesmas Pisangan menunjukkan bahwa pengetahuan tentang cara
menyusui masih kurang. Sebanyak 7 (tujuh) ibu mengatakan bahwa mereka tidak
mengetahui bagaimana posisi dan pelekatan yang benar saat menyusui, tidak
mengetahui manfaat posisi dan pelekatan yang benar saat menyusui, serta tidak
mengetahui dampak bagi ibu dan bayi jika ibu menyusui bayi dalam posisi dan
pelekatan yang salah. Apabila hal ini tidak diatasi maka akan berdampak buruk
bagi kesehatan ibu dan bayi. Oleh karena itu peneliti ingin melakukan penelitian
tentang pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan ibu hamil usia
gestasi 36-40 minggu tentang cara menyusui di wilayah kerja puskesmas
Pisangan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat diketahui bahwa cakupan
pemberian ASI di provinsi Banten masih rendah yaitu 58,37%. Salah satu faktor
yang menyebabkan hal tersebut merupakan kurangnya pengetahuan ibu tentang
pemberian ASI. Apabila hal ini terus berlangsung maka akan berdampak buruk
bagi ibu dan terutama bagi anak yang membutuhkan ASI untuk keberlangsungan
pertumbuhan dan perkembangannya. Selain itu masalah lainnya seperti terjadinya
puting lecet, puting perih, berdarah dan masalah lainnya. Hasil studi pendahuluan
yang peneliti lakukan di wilayah kerja puskesmas Pisangan menunjukkan bahwa
pengetahuan tentang cara menyusui masih kurang. Meskipun di puskemas ini
5
pernah dilakukan pendidikan kesehatan tentang ASI dengan metode ceramah,
namun hasilnya belum begitu memuaskan.
Hal tersebut di atas menunjukkan pentingnya pendidikan kesehatan
dengan metode pendidikan kesehatan individual untuk mencegah terjadinya
masalah yang berlanjut saat pemberian ASI. Peneliti telah melakukan studi
literatur tentang pendidikan kesehatan dengan metode pendidikan kesehatan
individual efektif untuk meningkatkan pengetahuan ibu, serta mampu mengubah
sikap dan perilaku. Di puskesmas Pisangan ini belum pernah dilakukan
pendidikan kesehatan individual kepada ibu hamil tentang cara menyusui. Oleh
karena itu peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh pendidikan kesehatan terhadap
tingkat pengetahuan ibu hamil tentang cara menyusui di wilayah kerja Puskesmas
Pisangan.
C. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana karakteristik ibu hamil dengan usia gestasi 36-40 minggu di
wilayah kerja puskesmas Pisangan?
2. Bagaimana gambaran tingkat pengetahuan ibu hamil dengan usia gestasi
36-40 minggu di wilayah kerja puskesmas Pisangan sebelum diberikan
pendidikan kesehatan?
3. Bagaimana gambaran tingkat pengetahuan ibu hamil dengan usia gestasi
36-40 minggu di wilayah kerja puskesmas Pisangan setelah diberikan
pendidikan kesehatan?
4. Bagaimana pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan
tentang cara menyusui?
6
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan
ibu hamil dengan usia gestasi 36-40 minggu tentang cara menyusui.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui karakteristik ibu hamil dengan usia gestasi 36-40 minggu
di wilayah kerja Puskesmas Pisangan.
b. Mengetahui tingkat pengetahuan ibu hamil dengan usia gestasi 36-40
minggu tentang cara menyusui di wilayah kerja Puskesmas Pisangan
sebelum diberikan pendidikan kesehatan.
c. Mengetahui tingkat pengetahuan ibu hamil dengan usia gestasi 36-40
minggu tentang cara menyusui di wilayah kerja Puskesmas Pisangan
setelah diberikan pendidikan kesehatan.
d. Mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat
pengetahuan ibu hamil tentang cara menyusui di wilayah kerja
Puskesmas Pisangan.
E. Manfaat Penelitian
1. Pelayanan Keperawatan
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi landasan bagi perawat dalam
menjalankan perannya sebagai pendidik kesehatan dan penyuluh
kesehatan dalam melaksanakan program penyuluhan atau pendidikan
kesehatan bagi ibu hamil tentang cara menyusui.
7
2. Institusi Pendidikan Keperawatan
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dalam pendidikan
keperawatan terutama keperawatan maternitas dan anak yang berguna
dalam mengembangkan metode yang efektif untuk melakukan promosi
kesehatan.
3. Masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pedoman bagi masyarakat untuk
semakin meningkatkan pengetahuannya, serta mampu mengubah perilaku
masyarakat saat menyusui bayi mereka.
4. Bagi Penelitian Selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi evidence base practice
dalam upaya mencegah masalah pemberian ASI pada ibu menyusui.
F. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifiksi pengaruh pendidikan kesehatan
terhadap pengetahuan ibu hamil dengan usia gestasi 36-40 minggu di wilayah
kerja Puskesmas Pisangan tahun 2016. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
Maret-April 2016. Sasaran penelitian ini adalah ibu prenatal 36-40 minggu di
Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan. Penelitian ini menggunakan pendekatan
kuantitatif, desain quasi eksperiment dengan pendekatan one group pre post test
repeated measured design. Intervensi pendidikan kesehatan yang dilakukan sekali
melalui penyuluhan individual. Penelitian ini menggunakan metode pengambilan
data primer berupa wawancara menggunakan kuesioner pengetahuan dan
observasi. Penelitian ini dilakukan karena masih rendahnya pengetahuan ibu
8
tentang bagaimana cara menyusui bayi dengan benar dan perlunya pendidikan
kesehatan baginya.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kehamilan
1. Definisi
Kehamilan merupakan proses yang terjadi jika ada pertemuan dan
persenyawaan antara sel telur (ovum) dan sel mani (spermatozoa)
(Saminem, 2009). Kehamilan adalah suatu kondisi seorang wanita
memiliki janin yang tengah tumbuh dalam tubuhnya (Molika, 2015). Masa
kehamilan normal berlangsung 40 minggu, yang dihitung dari haid
pertama haid terakhir (Boswick, 1997). Kehamilan dibagi menjadi tiga
trimester, yaitu trimester pertama (0-12 minggu), trimester kedua (13-27
minggu), dan trimester ketiga (28-40 minggu) (Saminem, 2009).
2. Pendidikan Prenatal Pada Usia Kehamilan Trimester Tiga
Pendidikan prenatal merupakan tanggung jawab pemberi asuhan
keperawatan (Hamilton, 1995). Pada saat seorang wanita memasuki usia
kehamilan trimester tiga maka wanita menjadi lebih tertarik dengan
kebutuhan bayi sebagai sesuatu yang wajar terhadap kebutuhannya seniri
saat ini dan setelah melahirkan, mengantisipasi pendekatan perawatan
untuk bayinya setelah lahir, dan sudah merasa siap untuk melahirkan dan
untuk menerima tangguang jawab perawatan bayi, walaupun ia merasa
waspada tentang kedua hal tersebut. Hal ini akan diuraikan sebagai
berikut.
10
a. Wanita akan lebih tertarik dengan kebutuhan bayi sebagai sesuatu yang
wajar terhadap kebutuhannya sendiri saat ini dan setelah melahirkan.
Pada masa ibu seorang ibu akan menentukan rencana cara memberi
makan bayi, persiapan untuk memberikan susu botol atau menyusui
(persiapan puting susu dan masase serta pengeluaran kolostrum),
persiapan untuk bayi (peralatan dan bantuan di rumah), dan tanda-
tanda bahaya kehamilan seperti preeklamsia, sakit kepala, bengkak
yang berlebihan, penglihatan ganda dan lingasi tuba.
b. Wanita mengantisipasi pendekatan perawatan untuk bayinya setelah
lahir. Pada masa ini ibu akan mengawasi pertumbuhan dan status janin,
kebersihan personal, penurunan rasa tak nyaman, pengenalan
persalinan palsu, sifat persalinan yang benar, apa yang terjadi selama
persalinan, teknik relaksasi, teknik pernapasan, melibatkan suatu atau
orang terdekat dan pembagian terhadap kebutuhan anak yang lain.
c. Wanita merasa siap untuk melahirkan dan menerima tanggung jawab
perawatan bayi. Pada masa ini ibu akan meninjau kembali tanda-tanda
persalinan, mempelajari atau melanjutkan instruksi tentang teknik
relaksasi dan pernapasan, persiapan akhir di rumah, antisipasi
perawatan di rumah sakit, menentukan rencana untuk pergi ke rumah
sakit, pertimbangan kebutuhan keluarga berencana, dan pengaturan
dalam keadaan darurat.
Menurut Livingstone (1994) pengkajian laktasi harus dilakukan pada masa
prenatal secara formal harus dilakukan dan itu harus menjadi komponen rutin
perawatan antenatal untuk semua wanita. Pada trimester ketiga seorang ibu harus
11
dilatih atau diajarkan tentang bagaimana cara menyusui bayi menggunakan alat
peraga seperti boneka, bola dan balon (Wood, Hineman, & Meyers, 2009).
B. Anatomi Payudara
Payudara (mammae, susu) adalah kelenjar yang terletak di bawah kulit, di
atas otot dada. Fungsi dari payudara adalah memproduksi susu untuk nutrisi bayi.
Manusia mempunyai sepasang kelenjar payudara, yang beratnya kurang lebih 200
gram, saat hamil 600 gram dan saat menyusui 800 gram (Sari, 2012).
Menurut Roesli (2005) payudara terdiri dari bagian luar (eksternal) dan
bagian dalam (internal). Bagian luar terdiri dari: sepasang buah dada yang terletak
di dada, puting susu, dan daerah kecokelatan di sekitar puting susu (areola
mammae). Sementara bagian dalam terdiri dari empat jaringan utama: kelenjar
susu (mamary alveoli) merupakan pabrik susu, gudang susu (sinus lactiferous)
yang berfungsi menampung ASI, terletak di bawah daerah kecokelatan di sekitar
puting susu, saluran susu (ductus lactiferous) yang mengalirkan susu dari pabrik
susu ke gudang susu, serta jaringan penunjang dan pelindung, seperti jaringan ikat
dan sel lemak yang melindungi.
C. Fisiologi Laktasi
Selama kehamilan, hormon estrogen dan progesteron menginduksi
perkembangan alveolus dan duktus laktiverus di dalam mamae atau payudara dan
juga merangsang produksi kolostrum. Namun, produksi ASI tidak berlangsung
sampai sesudah kelahiran bayi ketika kadar hormon sterogen ini menurun.
Penurunan kadar estrogen ini memungkinkan meningkatnya kadar prolaktin dan
12
produksi ASI pun dimulai. Produksi prolaktin yang berkesinambungan
disebabkan oleh proses menyusui (Bahiyatun, 2009).
Pelepasan ASI berada di bawah kendali neuroendokrin. Rangsangan
sentuhan pada payudara yaitu bayi menghisap akan merangsang produksi
prolaktin yang memicu sel-sel kelenjar memproduksi ASI, sehingga semakin
sering bayi menysuu semakin banyak prolaktin yang diproduksi sehingga makin
banyak produksi air susu. Proses ini dikenal dengan refleks prolaktin (Pitriani,
2014).
Prolaktin menstimulasi produksi air susu, tetapi diperlukan hormon lain
untuk mengeluarkan air susu ke permukaan puting susu. Stimulasi
mekanoreseptor areolar oleh isapan bayi akan mengaktivasi jalur saraf yang naik
ke nukleus paraventrikel dan nukleus supraoptik hipotalamus melalui nukleus
servikalis lateral pada batang otak. Jalur saraf ini mengeksitasi neuron
magnoselular untuk menyekresi oksitosin secara pulsatil ke dalam darah dalam
interval 10-20 menit. Masih belum jelas bagaimana stimulus pengisapan, yang
berlangsung terus-menerus, dapat ditranslasi menjadi aktivitas sel penyekresi
oksitosin secara episodik. Sekresi pulsatil oksitosin tampaknya terjadi karena
aktivasi stimultan semua neuron oksitosin di kedua nukleus.
Hormon oksitosin merupakan stimulan sel mioepitel yang poten, yang
memompa air susu dari sinus laktiferus ke luar puting hingga sampai ke mulut
bayi. Keluarnya air susu ini menigkatkan refleks isapan bayi lebih lanjut,
menyebabkan lebih banyak oksitosin yang disekresi, sehingga terbentuklah sistem
umpan balik positif lainnya yang bekerja sampai bayi kenyang. Refleks
13
pengeluaran (ejeksi) air susu juga distimulasi sebagai respons terhadap tangisan
bayi sebagai akibat pengkondisian psikologis. Namun demikian, stres pada ibu
bisa menginhibisi dengan kuat refleks pengeluaran air susu ini, sehingga stres
pada ibu ini merupakan salah satu penyebab kegagalan laktasi tersering pada para
ibu baru (Ward, 2009).
D. Menyusui/Laktasi
1. Pengertian
Menyusui merupakan salah satu komponen dari komponen dari sistem
reproduksi: hamil, melahirkan, dan menyusui. Proses menyusui tidak selalu
berjalan baik karena menyusui itu bukan sesuatu yang terjadi dengan
sendirinya, tetapi merupakan suatu keterampilan yang perlu diajarkan dan
dipersiapkan sejak hamil (Yuliarti, 2010).
Menyusui adalah suatu proses ilmiah dan merupakan suatu seni yang
haru dipelajari kembali. Untuk keberhasilan menyusui tidak diperlukan alat-
alat khusus dan biaya mahal. Yang diperlukan hanyalah kesabaran, waktu,
sedikit pengerahuan tentang menyusui, dan dukungan dari lingkungan
terutama suami (Roesli, 2005).
2. Manfaat Menyusui
Jika seorang ibu memberikan air susu ibu kepada bayi akan
menguntungkan baik bagi bayi tersebut maupun untuk ibu sendiri.
Manfaat menyusu bagi bayi
14
a) Air susu ibu merupakan makanan bayi yang mudah dicerna, bersih,
aman dari kuman, selalu siap disajikan, mengandung zat gizi dan zat
pelindung yang dibutuhkan bayi.
b) Bayi yang mendapat ASI jarang mengalami mencret atau diare, alergi,
sembelit, terhindar dari kelebihan kalori, dan mendapat perasaan aman
dalam dekapan ibu.
c) Gerakan menghisap payudara ibu tiap menyusui akan memperkuat
rahang dan merangsang pertumbuhan gigi bayi tersebut.
Manfaat menyusui bagi ibu
a) Mempercepat proses pemulihan rahim ke ukuran sebelum melahirkan.
b) Mengurangi kemungkinan terjadinya kanker payudara di kemudian
hari.
c) Mempercepat jalinan kasih sayang antara ibu dan bayi.
d) Menghemat serta mudah mendapatkannya (Manuaba, 2009).
Manfaat menyusui sangat menonjol bagi ibu dan bayi yang memiliki
kebutuhan khusus. Bagi bayi menyusu menawarkan kenyamanan dan manfaat
kesehatan. Bagi Ibu, ada berbagai keuntungan praktis dan terangakatnya
moral ketika Ibu berhasil melakukannya. Baik Ibu maupun bayi
membutuhkan bantuan dan dukungan yang sebaik mungkin untuk
membangun proses menyusui, dengan mempertimbangkan kebutuhan dan
situasi perorangan (Moody, 2006).
15
3. Faktor yang Mempengaruhi Sikap Ibu Terhadap Pemberian ASI
Menurut Megasari (2015) faktor yang mempengaruhi sikap ibu terhadap
pemberian ASI antara lain: adat, kebiasaan, kepercayaan tentang menyusui
di daerah masing-masing, pengalaman menyusui pada kelahiran anak
sebelumnya, kebiasaan menyusui dalam keluarga atau kerabat, pengetahuan
ibu dan keluarganya tentang manfaat ASI dan sikap ibu terhadap
kehamilannya (diinginkan atau tidak).
4. Persiapan Agar Ibu Berhasil Menyusui
Menurut Yuliarti (2010) persiapan yang perlu dilakukan pada ibu agar
berhasil dalam menyusui yaitu persiapan fisik berupa makanan yang bergizi
disesuaikan dengan keperluan ibu hamil agar kenaikan berat badan ibu
selama hamil adalah sekitar 11 kg, senam hamil, pemeriksaan kehamilan
yang teratur dan cukup istirahat. Selanjutnya yaitu persiapan mental ibu
berupa meyakinkan ibu bahwa menyusui merupakan proses alamiah dan
setiap ibu dapat menyusui asalkan dilaksanakan dengan baik, menambah
pengetahuan ibu tentang manfaat ASI dan menjelaskan tentang mitos seputar
ASI sehingga ibu termotivasi untuk menyusui dan mengikutsertakan suami
dan anggota keluarga lain untuk mendukung ibu dalam menyusui (Manuaba,
2007).
5. Cara Menyusui yang Benar
Menurut Yuliarti (2010) jika seorang ibu menyusui dengan posisi dan
cara meletakan yang salah akan menyebabkan terjadinya sindrom ASI
kurang. Sindrom ASI kurang ini akan menyebabkan terhambatnya
16
pertumbuhan pada bayi. Seringkali payudara mengalami pecah-pecah dan
terdapat fisura disebabkan oleh kelalaian menyusui dan tindakan aseptik.
Kebutuhan belajar yang penting bagi ibu baru adalah teknik menyusui dan
mencuci tangan yang baik. Bila terjadi abses maka ibu harus menghentikan
menyusui, berikan dorongan pada mereka untuk menyatakan
ketidakpuasannya dan menikmati saat menggendong dan mengasuh bayinya
(Hamilton, 1995).
Sebelum menyusui, ASI dikeluarkan sedikit, kemudian dioleskan pada
puting dan di sekitar kalang payudara. Cara ini mempunyai manfaat sebagai
desinfektan dan menjaga kelembaban puting susu. Jika ibu duduk saat akan
menyusui maka lebih baik menggunakan kursi yang rendah (agar kaki ibu
tidak menggantung) dan punggung ibu bersandar pada sandaran kursi.
Sedangkan posisi berbaring miring merupakan posisi yang amat baik unTuk
pemberian ASI yang pertama kali atau bila ibu merasa lelah atau merasa nyeri
(Bahiyatun, 2009).
a) Posisi dan Pelekatan Saat Menyusui
Posisi menyusui sangat menentukan kenyamanan bayi dan ibu sendiri,
maka dari ibu perlu mengetahui bagaimana posisi yang benar saat menyusui
(Sulistianingsih, 2012). Dengan posisi menyusui yang benar, puting susu
lecet tidak terjadi. Selain itu, ASI pun mengalir secara optimal sehingga
mempengaruhi produksi ASI selanjutnya (Priyono, 2010).
Depkes RI (2002) membagi posisi menyusui ke dalam tiga macam
posisi, yaitu:
17
1. Posisi madona atau menggendong
Bayi berbaring menghadap ibu, leher dan punggung atas bayi diletakan
pada lengan bawah lateral payudara. Ibu menggunakan tangan lainnya
untuk memegang payudara jika diperlukan.
2. Posisi football atau menggepit
Bayi berbaring atau punggung melingkar antara lengan dan samping
dada ibu. Lengan bawah dan tangan ibu menyangga bayi, dan ia
menggunakan tangan sebelahnya untuk memegang payudara jika
diperlukan.
3. Posisi berbaring miring
Ibu dan bayi berbaring miring saing berhadapan. Posisi ini merupakan
posisi yang paling aman bagi ibu yang mengalami penyembuhan dari
proses persalinan melalui pembedahan.
Berikut ini penjelasan tentang posisi dan pelekatan saat menyusui
yang benar menurut Depkes RI (2010).
a) Posisi. Pada saat menyusui seorang ibu harus memperhatikan beberapa hal
yaitu menyangga seluruh tubuh bayi, jangan hanya leher dan bahunya saja,
kepala dan tubuh bayi lurus, menghadapkan bayi ke dada ibu, sehingga
hidung bayi berhadapan dengan puting susu dan mendekatkan badan bayi
ke badan ibu.
b) Pelekatan. Pada saat menyusui seorang ibu harus memperhatikan beberapa
hal yaitu menyentuhkan puting susu ke bibir bayi, menunggu sampai
mulut bayi terbuka lebar, dan segera mendekatkan bayi ke arah payudara
18
sedimikian rupa sehingga bibir bawah bayi terletak di bawah puting susu.
Cara melekatkan yang benar ditandai dengan dagu bayi menempel pada
payudara ibu, mulut bayi terbuka lebar, bibir bawah bayi membuka
keluar, dan areola tampak lebih banyak di bagian atas daripada bagian
bawah.
Gambar 2.1 Perlekatan Bayi Saat Menyusu (Bloomberg & Farley, 2012)
c) Pengisapan ASI. Bayi mengisap dengan efektif jika bayi mengisap secara
dalam, teratur yang diselingi istirahat. Pada saat bayi mengisap ASI, hanya
terdengar suara bayi menelan. Amati apakah perlekatan dan posisi bayi
sudah benar dan bayi sudah mengisap dengan efektif. Jika belum, cobalah
sekali lagi.
1. Pegang bayi
menghadap
tubuh dan
dekatkan hidung
ke puting.
2. Pindahkan bagian
kepala ke belakang
satu atau dua inchi.
Pastikan mulut bayi
terbuka lebar.
3. Jika bayi tidak
membuka ulutnya,
sentuhkan puting ke
bibirnya hingga
terbuka.
4. Hadapkan dan
pindahkan bayi ke
puting.
5. Sebagian
besar areoala
harus masuk ke
mulut bayi.
6. Lihat apakah
bayi menelan da
mengisap dengan
mudah.
19
6. Tanda Menyusu yang Benar
Tanda-tanda ibu telah menyusui bayi dengan benar yaitu mulut bayi terbuka
lebar dan bibir terlibat ke luar, dagu dan hidungnya menempel payudara, bayi
telah memasukkan sebanyak mungkin bagian areola ke dalam mulutnya, bayi
menyusu dengan teratur dan mendalam, sebentar-bentar berhenti sesaat, bayi
menelan susu yang diminum secara teratur, dan puting susu terasa nyaman setelah
beberapa kali pemberian susu pertama (Yuliarti, 2010).
Adapun tanda-tanda ibu belum menyusui bayi dengan benar, antara lain:
kepala bayi tidak lurus dengan badannya, bayi hanya menyusu pada puting susu,
tidak menyusu pada areola dengan puting susu masuk jauh ke dalam mulutnya,
bayi menyusu dengan ringan, cepat, dan gugup, tidak menyusu dengan sungguh-
sungguh dan teratur, pipinya berkerut ke arah dalam atau ibu mendengar suara
“cik-cik”, dan ibu tidak mendengar bayinya menelan secara teratur setelah
produksi air susu meningkat (Yuliarti, 2010).
E. Konsep Pengetahuan
1. Pengertian Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2007) pengetahuan adalah hasil ‘tahu’, dan ini
terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.
Penghindraan terjadi melalui pacaindra manusia, yakni: indra penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan
manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif
merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan
seseorang (overt behaviour).
20
2. Tingkat Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2007) pengetahuan yang tercakup dalam domain
kognitif mempunyai 6 tingkat, yakni:
1) Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah
mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh
bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab
itu, ‘tahu’ ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.
Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang
dipelajari antara lain: menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan,
menyatakan, dan sebagainya. Contoh: dapat menyebutkan tanda-tanda
kekurangan kalori dan protein pada anak balita.
2) Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasi materi
tersebut secara benar. Orang telah paham terhadap objek atau materi
harus dapat menjelaskan, menyebutkkan contoh, menyimpulkan,
meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. Misalnya
dapat menjelaskan mengapa harus makan makanan yang bergizi.
3) Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya).
Aplikasi di sini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-
21
hukum, rumus, metode, prinsip,dan sebagainya dalam konteks atau
situasi yang lain. Misalnya dapat menggunakan rumus statistik dalam
perhitungan-perhitungan hasil penelitian, dapat menggunakan prinsip-
prinsip siklus pemecahan masalah (problem solving cycle) dalam
pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang diberikan.
4) Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu
struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja:
dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memsahkan,
mengelompokkan, dan sebagainya.
5) Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun
formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya: dapat
menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat
menyesuaikan,dan sebagainya, terhadap suatu teori atau rumusan-
rumusan yang telah ada.
6) Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-
penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau
22
menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Misalnya: dapat
membandingkan antara anak-anak yang cukup gizi dengan anak yang
kekurangan gizi, dapat menanggapi terjadinya wabah diare di suatu
tempat, dapat menafsirkan sebab ibu-ibu tidak mau ikut KB dan
sebagainya.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau
angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari
subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin
kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkat-tingkat
tersebut di atas.
3. Cara Memperoleh pengetahuan
Imron (2010) menggolongkan cara memperoleh atau asal pengetahuan
digolongkan menjadi beberapa cara, yakni:
(1) Konvensional/tradisional atau cara non ilmiah
Cara ini digunakan orang pada saat sebelum ditemukannya suatu
metode ilmiah atau metode penemuan ilmu pengetahuan secara sistematik
dengan berdasarkan ilmu logika. Penemuan pengetahuan secara
konvensional/tradisional ini meliputi:
a. Pengalaman Pribadi (Auto Experience)
Berbagai pengalaman seseorang tentang sesuatu hal, akan menjadi
sangat berguna bagi orang lain. Suatu pengalaman dapat menjadi suatu
ilmu manakala seseorang menghadapi masalah yang sama dan
menggunakan pengalaman orang lain. Jika cocok masalah tersebut
23
akan selesai. Namun, bila ternyata tidak cocok maka orang tersebut
akan mencari cara lain, sehingga masalahnya selesai. Hal ini akan
menjadi sumber kebenaran pengetahuan. Metode berfikir kritis dan
logis diperlukan karena tidak semua pengalaman pribadi dapat
menuntun seseorang untuk menarik kesimpulan dengan benar.
b. Belajar dari Kesalahan (Trial and Error)
Cara ini digunakan semenjak belum ditemukannya caa dan metode
untuk menggali pengetahuan secara sistematik dan berdasarkan logika.
Sampai sekarang cara ini masih digunakan dalam memperoleh
pengetahuan baru, khususnya pada aspek tertentu.
c. Kekuasaan/otoritas (Authority)
Pemegang otoritas/kekuasaan pada aspek tertentu sangat dominan
untuk mempengaruhi komunitas masyarakat tertentu, tanpa penalaran
dan bukti-bukti dengan fakta yang mendukung. Para pemegang
otoritas seperti pemimpin pemerintahan, tokoh agama, tokoh adat serta
ahli ilmu pengetahuan pada prinsipnya mempunyai suatu mekanisme
yang hampir sama atau bahkan sama dalam menemukan suatu ilmu
pengetahuan. Dimana orang lain menerima pendapat yang
dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas, tanpa terlebih
dahulu menguji atau membuktikan kebenarannya berdasarkan
penalarannya sendiri berdasar logika dan dianggap benar.
d. Melalui Logika/Pikiran (To Mind)
Dengan semakin maju dan berkembangnya peradaban dan kebudayaan
umat manusia, maka cara berfikirnyapun mulai sedikit demi sedikit
24
mengalami perubahan dan kemajuan. Manusia telah mulai mampu
menggunakan akal pikiran dan penalarannya guna menganalisa suatu
kondisi di sekitarnya.
(2) Melalui Cara Ilmiah
Cara ilmiah merupakan cara yang lebih modern yang dilakukan untuk
memperoleh suatu pengetahuan yang sistematis, logis dan ilmiah. Cara-
cara semacam ini disebut dengan metode penelitian ilmiah atau
metodologi penelitian (research methodology). Pengamatan secara
langsung di lapangan atas suatu gejala atau fenomena alam atau
kemasyarakatan, untuk kemudian dibuat suatu klasifikasi yang pada
gilirannya ditarik suatu kesimpulan.
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2007) faktor-faktor yang mempengaruhi
pengetahuan yaitu:
a. Pendidikan
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kemampuan dan
kepribadian seseorang di dalam maupun di luar sekolah yang berlangsung
seumur hidup. Pendidikan dapat mempengaruhi proses belajar seseorang,
semakin tinggi pendidikan seseorang maka akan semakin mudah untuk
menerima informasi. Pendidikan merupakan proses untuk mempelajari dan
meningkatkan ilmu yang diperoleh. Pendidikan yang lebih tinggi akan
secara otomatis berbanding lurus dengan pengetahuan yang dimiliki.
25
b. Media Massa/Informasi
Informasi yang seseorang peroleh baik dari pendidikan formal atau non
formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek, sehingga
menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan.
c. Sosial Budaya dan Ekonomi
Tradisi dan kebiasaan dilakukan masyarakat tanpa melalui penalaran
apakah yang dilakukan baik atau buruk. Status ekonomi seseorang dapat
menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan
tertentu, sehingga status sosial ekonomi dapat mempengaruhi pengetahuan
seseorang.
d. Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik
lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan dapat berpengaruh
terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada
dalam lingkungan tersebut.
e. Pengalaman
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan menjadi cara untuk memperoleh
pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh
dalam pemecahan masalah yang dihadapi di masa lalu.
f. Umur
Umur dapat mempengaruhi daya tangkap serta pola pikir seseorang.
Semakin bertambah umur maka daya tangkap dan pola pikirpun akan
meningkat, sehingga pengetahuan yang diperoleh semakin membaik.
26
g. Jenis Kelamin
Jenis kelamin merupakan faktor yang mempengaruhi pengetahuan
seseorang. Angka dari luar negri menunjukan wanita memiliki angka
kesakitan yang lebih tinggi dan pria memiliki angka kematian lebih tinggi
pada semua golongan umur.
h. Pekerjaan
Pekerjaan merupakan faktor yang juga dapat berpengaruh terhadap
pengetahuan seseorang dimana pekerjaan merupakan suatu kegiatan atau
aktivitas seseorang untuk memperoleh penghasilan agar dapat terpenuhi.
5. Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau
angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek
penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui
atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkat-tingkat tersebut di atas
pada domain kognitif (Notoatmodjo, 2007).
Tes pengetahuan dilakukan untuk mengukur kemampuan meilih
alternatif pilihan yang merupakan repons yang benar dan bukan untuk
mengukur apakah seseorang dapat bereaksi sesuai dnegan pengetahuan
dasarnya. Mengetahui sesuatu yang benar tidaklah selalu menjamin akan
melakukan sesuatu yang benar (Nursalam & Efendi, 2008).
Nursalam (2008) membagi pengetahuan dalam 3 kategori, yaitu:
a. Baik : Bila 76%-100% dari seluruh pertanyaan mampu dijawab dengan
benar.
27
b. Cukup : Bila 56% - 75% dari seluruh pertanyaan mampu dijawab
dengan benar.
c. Kurang : Bila ≤56% dari seluruh pertanyaan mampu dijawab dengan
benar.
F. Pendidikan Kesehatan
1. Pengertian
Menurut Nyswander (1947) dalam Maulana (2009) pendidikan
kesehatan merupakan proses perubahan perilaku yang dinamis, bukan
hanya proses pemindahan materi dari individu ke orang lain dan bukan
seperangat prosedur yang akan dilaksanakan ataupun hasil yang akan
dicapai.
Pendidikan kesehatan didefinisikan sebagai suatu proses dimana
individu atau sekelompok individu belajar untuk berprilaku dalam suatu
kebiasaan yang kondusif terhadap peningkatan, pemeliharaan dan
pemulihan kesehatan (Tim Pengembang Ilmu Pendidikan, 2007).
2. Tujuan Pendidikan Kesehatan
Menurut Maulana (2009) pendidikan kesehatan bertujuan untuk:
1) Menjadikan kesehatan sebagai suatu yang bernilai di masyarakat. Oleh
sebab itu, pendidik kesehatan bertanggung jawab mengarahkan cara-cara
hidup sehat menjadi kebiasaan hidup masyarakat sehar-hari.
2) Menolong individu agar mampu secara mandiri atau berkelompok
mengadakan kegiatan untuk mencapai tujuan hidup sehat.
28
3) Mendorong pengembangan dan penggunaan secara tepat sarana pelayanan
kesehatan yang ada. Adakalanya, pemanfaatan sarana pelayanan yang ada
dilakukan secara berlebihan atau justru sebaliknya, kondisi sakit, tetapi
tidak menggunakan sarana kesehatan yang ada dengan semestinya.
3. Metode Pendidikan Kesehatan Individual
Metode ini digunakan untuk membina perubahan perilaku baru,
atau membina seseorang yang mulai tertarik kepada suatu perubahan
perilaku. Dasar digunakannya pendekatan individual ini karena setiap
orang mempunyai masalah atau alasan yang berbeda-beda sehubungan
dengan perilaku tersebut (Notoatmodjo, 2003).
Sasaran pendidikan kesehatan dalam 3 kelompok, yaitu pendidikan
kesehatan individual dengan sasaran individu, pendidikan kesehatan
kelompok dengan sasaran kelompok dan pendidikan kesehatan masyarakat
dengan sasaran masyarakat (Suliha, 2002). Sasaran pendidikan kesehatan
meliputi masyarakat umum dengan berorientasi pada masyarakat
pedesaan, kelompok tertentu (misalnya, wanita, pemuda, remaja, termasuk
lembaga pendidikan), dan individu dengan teknik pendidikan kesehatan
individual (Maulana, 2009).
Menurut Peraturan Presiden No. 12 tahun 2013 tentang jaminan
kesehatan penyuluhan kesehatan perorangan meliputi paling sedikit
penyuluhan mengenai pengelolaan faktor resiko penyakit dan perilaku
hidup bersih dan sehat.
29
Menurut Notoatmodjo (2003) pendidikan kesehatan individual dibagi
menjadi dua, yaitu bimbingan dan konseling (guidance and counseling)
dan wawancara (interview).
1. Bimbingan dan konseling (guidance and counseling)
Bimbingan merupakan penyampaian informasi yang berkenaan dengan
masalah pendidikan, pekerjaaan, pribadi, dan masalah sosial yang
disajikan dalam bentuk pelajaran. Informasi dalam bimbingan
dimaksudkan memperbaiki dan mengembangkan pemahaman diri dan
orang lain, sedangkan perubahan sikap merupakan tujuan tidak langsung.
Konseling merupakan suatu strategi utama dalam proses bimbingan,
dan merupakan teknik standar dan tugas pokok seorang konselor di pusat
pendidikan. Konseling membantu konseli memecahkan masalah-masalah
pribadi (sosial atau emosional), mengerti diri, mengeksploitasi diri, dan
dapat memimpin diri dalam suatu masyarakat serta membantu
mengembangkan kesehatan mental, perubahan sikap, dan tingkah laku.
2. Wawancara (interview)
Wawancara merupakan bagian dari bimbingan dan konseling.
Wawancara dilakukan bertujuan untuk menggali informasi mengapa ia
tidak atau belum menerima perubahan, apakah tertarik atau tidak terhadap
perubahan dan untuk mengetahui apakah perilaku yang sudah atau belum
diadopsi memiliki pengertian dan kesadaran yang kuat.
4. Alat Bantu Pendidikan Kesehatan
Menurut Notoatmodjo (2007) mengungkapkan secara garis besar
membagi alat bantu pendidikan (alat peraga) sebagai berikut:
30
1) Alat Bantu Lihat (Visual Aids)
Alat ini berguna dalam membantu menstimulasi indra mata
(penglihatan) pada waktu terjadinya proses pendidikan. Alat ini ada 2
bentuk: alat yang diproyeksikan, misalnya: slide, film, film strip, dan
sebagainya serta alat-alat yang tidak diproyeksikan: dua dimensi,
misalnya gambar peta, bagan, dan sebagainya. Serta tiga dimensi,
misalnya bola dunia, boneka, dan sebagainya.
2) Alat Bantu Dengar (Audio Aids)
Alat bantu dengar merupakan alat yang dapat membantu menstimulasi
indra pendengar saat proses penyampaian bahan
pendidikan/pengajaran. Misalnya: piringan hitam, radio, pita suara,
dan sebagainya.
3) Alat Bantu Lihat-Dengar
Alat bantu lihat-dengar ini misalnya televisi dan video cassette. Alat-
alat bantu pendidikan ini lebih dikenal dengan Audio Visual Aids
(AVA).
Menurut Maulana (2009) cara penggunaan alat peraga sangat bergantung pada
jenis alat peraga, termasuk perlu dipertimbangkan faktor sasaran pendidikan
seperti dalam penggunaan metode, penggunaan media atau alat peraga tidak dapat
berlaku umum. Dalam penerapannya, penting untuk mempertimbangkan metode
yang digunakan, sasaran, tempat, dan waktu.
Manfaat penggunaan alat peraga sendiri yaitu menimbulkan minat sasaran,
mencapai sasaran yang lebih banyak, membantu mengatasi banyak hambatan
dalam pemahaman, merangsang sasaran untuk meneruskan pesan pada orang lain,
31
memudahkan penyampaian informasi, memudahkan penerimaan informasi oleh
sasaran, mendorong keinginan untuk mengetahui, mendalami, dan mendapat
pengertian yang lebih baik, dan membantu menegakkan pengertian yang
diperoleh, yaitu mengenai pengetahuan yang diterima sehingga apa yang diterima
lebih lama tersimpan dalam ingatan serta penggunaan alat-alat visual akan
mempermudah cara penyampaian dan penerimaan informasi oleh masyarakat.
Alat peraga atau media mempunyai intensitas yang berbeda dalam membantu
permasalahn seseorang. Elgar Dale menggambarkan intesitas setiap alat peraga
dalam suatu kerucut. Intensitas paling tinggi adalah benda asli dan yang paling
rendah adalah kata-kata. Hal ini berarti menunjukkan bahwa penyampaian materi
hanya dengan kata-kata saja kurang efektif.
Gambar 2.2 Kerucut Elgar Dale (Maulana, 2009)
1. Kata-kata
2. Tulisan
3. Rekaman, radio
4. Film
5. Televisi
6. Pameran
7. Field trip
8. Demonstrasi
9. Sandiwara
10. Benda Tiruan
11. Benda Asli
32
G. Teori Memori
a. Pengertian
Memori merupakan fungsi intelektual yang terkait dengan proses-
proses lain. Memori berperan khusus dalam menyimpan informasi dan
mengintegrasikannya (Lawlis, 2006). Memori merupakan bagian integral
dari eksistensi manusia. Memori atau ingatan, membuat manusia mampu
menginterpretasi dan bereaksi terhadap persepsi baru dan pengacu pada
pengalaman masa lampau (Satyanegara, 2010).
b. Klasifikasi Memori
Menurut William James (1890) dalam Dardjiwidjojo (2008)
Memori dibagi menjadi dua yaitu memori jangka pendek (short-term
memory) dan memori jangka panjang (long-term memory).
1. Memori jangka pendek (short-term memory)
Memori atau ingatan jangka pendek yaitu suatu sisten penyimpanan
sementara yang dapat menyimpan informasi secara terbatas. Ingatan
jangka pendek ini adalah bagian dari ingatan, dimana informasi yang
baru saja didapat disimpan (Djiwandono, 2010). Memori jangka
pendek hanya berlangsung beberapa detik atau menit, sebaliknya
memori jangka panjang berlangsung harian, mingguan, bulanan,
tahunan, dan bahkan bisa juga seumur hidup (Dardjiwidjojo, 2008).
Kapasitas ingatan jangka pendek hanya terbatas pada 7 item dan
berlangsung sekitar 30 detik (Semiun, 2006).
33
2. Memori jangka panjang (long-term memory)
Memori jangka panjang merupakan proses penyimpanan kenangan
dalam waktu yang lama dan berlangsung tanpa batas serta dapat
meninggalkan bekas di dalam otak manusia (Priyasudiarja &
Purwaningsih, 2014). Ingatan jangka panjang adalah sistem ingatan
yang relatif menetap, tempat menyimpan sejumlah besar informasi
untuk jangka waktu lama (Santrock, 2003). Informasi yang didapat
dapat diingat lebih lama bahkan permanen jika informasi lebih sering
diulang (Santoso & Ismail, 2009).
c. Tahapan Proses Mengingat
Menurut Santoso & Ismail (2009) ada tiga tahapan proses mengingat,
yaitu sebagai berikut.
1. Tahap pertama adalah belajar atau mempelajari informasi yang
diterima dan seolah-olah mencatat (encoding) informasi tersebut.
Proses ini membutuhkan usaha untuk belajar tentang sesuatu yang
baru.
2. Tahap kedua adalah menyimpan informasi yang telah dipelajari dalam
pola penyimpanan ingatan. Pola penyimpanan ingatan ada dua macam,
yaitu penyimpanan klinis yang berkaitan dengan kondisinya dan
penyimpanan secara psikologis yang berkaitan dengan rentang waktu
ingatan yang dapat dipertahankan, yaitu ingatan sensori (sensory
memory), ingatan jangka pendek dan ingatan jangka panjang.
3. Tahap akhir ialah mengingat atau mengambil kembali ingatan yang
sudah tersimpan.
34
Bagan 2.1
Urutan pemrosesan informasi (Morris (1982) dalam Wright (2005))
H. Precede-Proceed Model
Model yang dikembangkan oleh Green dan Kreuter pada tahun 1980 ini
merupakan model yang paling cocok diterapkan dalam perencanaan dan evaluasi
promosi kesehatan, yang dikenal dengan model PRECEDE (predisposing,
reinforcing and enabiling causes in educational diagnosis and evaluation).
PRECEDE merupakan kerangka untuk membantu perencana mengenal masalah,
mulai dari kebutuhan pendidikan sampai pengembangan program. PROCEED
merupakan singkatan dari policy, regulatory, and organizational contructs in
educational and enviromental development (Maulana, 2009). Model PROCEED
ini menekankan pada tiga fase terakhir yaitu evaluasi proses, evaluasi dampak,
dan evaluasi hasil (Warner, 2014).
Model ini dimulai dengan pengkajian/penelitian-diri populasi yang
berkaitan dengan kualitas kehidupan kehidupan di dalam fase 1 dan diakhiri
dengan evaluasi hasil pada fase 9. Pendidikan merupakan dimensi kunci dan
sangat penting yang secara khusus dibahas di dalam fase 4 dan 5. Pada fase
Register
Sensoral
Ingatan jangka panjang
Ingatan jangka pendek
Terlupakan
Terlupakan
Restorasi
Pengulangan
Penghafalan
dan
pengkodean Stimulus
Eksternal
Proses awal
35
diagnosis pendidikan pada model ini terdiri dari faktor predisposisi, faktor
penguat, dan faktor pemungkin) menggabungkan Health Belief Model, Sel-
Efficacy Theory, dan Theory of Reasoned Action (Bastable, 2002).
PRECEDE-PROCEED harus dilakukan secara bersama-sama dalam
proses perencanaan, implementasi dan evaluasi. PRECEDE digunakan pada fase
diagnosis masalah, penetapan prioritas masalah dan tujuan program, sedangkan
PROCEED digunakan untuk menetapkan sasaran dan kriteria kebijakan, serta
implementasi dan evaluasi (Notoatmodjo, 2010).
Bagan 2.2 Model Precede Proceed (Green & Kreuter, 1999)
I. Penelitian Terkait
1. Penelitian Septiana (2014) tentang pengaruh pendidikan kesehatan
terhadap tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi di SMP
Kualitas
hidup
Faktor
Predisposisi
Lingkungan
Perilaku dan
Gaya Hidup
Kesehatan
Faktor
Pemungkin
Faktor Penguat
Pendidikan
Kesehatan
Kebijakan
Peraturan
Organisasi
Fase 5
Diagnosis
Administratf dan
Kebijakan
Fase 4
Diagnosis Pendidikan
dan Organisasi
Fase 3
Diagnosis Perilaku
dan Lingkungan
Fase 2
Diagnosis
Epidemiologis
Fase 1
Diagnosis Sosial
Fase 6
Implementasi
Fase 7
Evaluasi Proses
Fase 8
Evaluasi Dampak
Fase 9
Evaluasi Hasil
36
Islam Ruhama Ciputat. Penelitian ini menggunakan metode pre
eksperimental design dengan one group pretest-posttest design. Jumlah
sampel dalam penelitian ini sebanyak 24 orang. Kelompok eksperimen
diberikan intervensi berupa pendidikan kesehatan dengan metode ceramah
menggunakan media power point. Teknik pengambilan sampel
menggunakan teknik convience sample. Menggunakan uji wilcoxon
didapatkan nilai Asymp. Sig. =0.051 nilai ini lebih besar dari nilai α
(alpha) sebesar 0.05. Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa
tidak ada perbedan yang signifikan pengetahuan siswa antara sebelum dan
sesudah diberikan intervensi.
2. Penelitian Sulistianingsih (2012) tentang tingkat pengetahuan ibu
menyusui tentang cara menyusui yang benar di Dusun Lemahbang
Plosokerep Kara Ngmalang, Kabupaten Sragen. Penelitian ini
menggunakan metode penelitian deskriptif kuantitatif, teknik pengambilan
sampel dengan total sampling dengan jumlah responden 32 orang. Hasil
penelitian diperoleh hasil yang memiliki pengetahuan berkategori baik
sebesar 46,8% responden, cukup baik sebesar 43,8% reponden, kurang
baik sebesar 12,5% reponden dan yang berkategori tidak baik tidak
ditemukan dalam penelitian ini.
3. Penelitian Muliawati (2012) tentang pelaksanan teknik menyusui bayi
tunggal di RB MTA Semanggi Surakarta tahun 2011. Metode penelitian
deskriptif dengan pendekatan observasi. Teknik pengambilan sampel
menggunakan total sampling dengan jumlah responden sebanyak 37
responden. Hasil penelitian yang didapat dari 37 responden adalah 2
37
responden (5%) ibu melakukan teknik menyusui dengan hasil baik, 15
responden (41%) dengan hasil cukup dan hanya 20 responden (54%) ibu
melakukan teknik menyusui kurang.
4. Penelitian Nurbaeti & Lestari (2013) tentang efektivitas comprehensive
breastfeeding education terhadap keberhasilan pemberian Air Susu Ibu
postpartum. Metode penelitian yang digunakan yaitu quasi ekperimen
dengan one group pre post test repeated measured design. Jumlah sampel
sebanyak 22 ibu dengan menggunkan teknik accidental sampling.
Intervensi dilakukan selama 30 menit. Pengumpulan data dilakukan
sebelum intervensi, 3 hari setelah intervensi (post 1), dan 10 hari setelah
intervensi (post 2). Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan
observasi. Keberhasilan pemberian ASI berdasar pada parameter
pengetahuan, langkah menyusui, perlekatan bayi, dan kecukupan ASI.
Analisis data menggunakan general linear model repeated measure
ANOVA. Hasil penelitian menunjukkan adanya signifikansi
comprehensive breastfeeding education (p=0.001). Rata-rata keberhasilan
pemberian ASI sebelum dan setelah intervensi meningkat. Sebesar 93,9%
intervensi memengaruhi tingkat keberhasilan. Rata-rata sebelum intervensi
56,74 (SD 5,92), post 1 sebesar 60,83 (SD 6,38) dan post 2 sebesar 74,55
(SD 5,32). Subvariabel yang memiliki efek secara signifikan setelah
intervensi adalah pengetahuan (p=0.001) dan langkah menyusui (p=0.001),
sedangkan subvariabel perlekatan bayi (p=0.061) dan kecukupan ASI
(p=0.162) tidak secara signifikan berbeda antara sebelum dan setelah
intervensi.
38
5. Penelitian yang dilakukan oleh Imdad, Yakoob, & Bhutta (2011) yang
berjudul effect of breastfeeding promotion interventions on breastfeeding
rates, with special focus on developing countries. Metode penelitian yang
dilakukan adalah sistematik literatur dengan mengidentifikasi semua studi
dan dievaluasi dampak strategi promosi menyusi dan pemberian lama ASI
pada 4-6 minggu dan 6 bulan. Hasil penelitian ini, setelah mereview 968
abstrak, 268 studi yang dipilih sesuai inklusi, 53 yang dirandomisasi dan
quasi-randomized controlled trials yang dipilih untuk abstrak lengkap.
Ada peningkatan signifikan secara statistik dalam hasil ini 43%, dengan
89% dan 20% peningkatan yang signifikan di negara maju dan
berkembang . Lima belas studi melaporkan hasil ASI di 6 bulan. Terjadi
peningkatan secara keseluruhan 137%, dengan signifikan 6 kali
peningkatan EBF di negara-negara berkembang, dibandingkan dengan 1,3
kali lipat peningkatan dalam studi negara maju. Analisis sub-kelompok
lanjut membuktikan bahwa konseling prenatal memiliki dampak yang
signifikan pada hasil menyusui di 4-6 minggu, sedangkan kedua prenatal
dan postnatal konseling yang penting bagi ASI pada 6 bulan.
39
J. Kerangka Teori
Bagan 2.3 Kerangka Teori Penelitian dimodifikasi dari konsep Precede-Procede Model, Green & Kreuter (1999) dan
Notoatmodjo (2010)
Pendidikan
kesehatan
individual Perilaku
Faktor yang mempengaruhi
pengetahuan:
a. Pendidikan
b. Media massa/informasi
c. Sosial budaya dan
ekonomi
d. Lingkungan
e. Pengalaman
f. Umur
g. Jenis kelamin
h. Pekerjaan (Notoatmodjo,
2007).
Faktor Predisposisi:
Pengetahuan : tentang
cara menyusui (posisi,
pelekatan dan
pengisapan ASI)
Domain Pengetahuan:
1. Tahu (know)
2. Memahami
(conprehension)
3. Aplikasi (Aplication)
4. Analisis (anlysis)
5. Sintesis (synthesis)
6. Evaluasi (evaluation)
(Notoatmodjo, 2007).
Alat bantu pendidikan
kesehatan: alat peraga
boneka bayi dan payudara
40
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep
Konsep adalah abstraksi dari suatu realitas agar dapat dikomunikasikan
dan membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antarvariabel (baik
variabel yang diteliti maupun yang tidak diteliti). Kerangka konsep merupakan
konsep yang dipakai sebagai landasan berpikir dalam kegiatan ilmu. Kerangka
konsep akan membantu peneliti menghubungkan hasil penemuan dengan teori
(Nursalam, 2008).
Kerangka konsep dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu:
1. Variabel utama adalah pendidikan kesehatan.
2. Variabel tergantung adalah pengetahuan ibu prenatal dengan usia
kehamilan 36-40 minggu tentang cara menyusui bayi yang diukur dengan
kusioner pengetahuan.
Bagan 3.1 Kerangka Konsep
Intervensi
Pendidikan kesehatan
Input
Pengetahuan ibu
tentang cara menyusui
Output
Perbedaan tingkat
pengetahuan ibu tentang
cara menyusui
41
B. Definisi Operasional
Variabel Definisi Alat Ukur Cara ukur Hasil Ukur Skala
Pengetahuan tingkat C1 dan
C2
Pengetahuan tingkat C3
Pengetahuan ibu
prenatal dengan
usia kehamilan
36-40 minggu
tentang
bagaimana cara
menyusui baik
dari posisi dan
perlekatan dan
pengisapan bayi
saat menyusui.
Kuesioner
Pre-post test
Pengisian
kuesioner;
jawaban benar
diberi skor 1;
jawaban salah
diberi skor 0.
a. Baik jika 76-100% dari seluruh
pertanyaan dijawab dengan benar.
b. Cukup jika 56-75% dari
seluruh pertanyaan dijawab
dengan benar.
c. Kurang jika ≤56% dari seluruh
pertanyaan dijawab dengan benar
(Nursalam, 2008).
Ordinal
Bagaimana ibu
prenatal
mengaplikasikan
cara menyusui.
Checklist
Observasi
Pengamatan
yang dilakukan
oleh peneliti.
a. Tepat jika semua pernyataan
dalam kuesioner dilakukan.
b. Tidak tepat jika salah satu
pernyataan dalam kuesioner
tidak dilakukan.
Ordinal
Pendidikan Pendidikan
formal terakhir
yang diikuti
responden.
Kuesioner Pengisian
Kuesioner
1. Pendidikan Dasar: SD/se-
derajat
SMP/se-derajat
2. Pendidikan Menengah:
SMA/se-derajat
3. Pendidikan Tinggi:
Sarjana/se-derajat (Undang-
Undang Republik Indonesia
Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan
Nasional & Undang-undang
Republik Indonesia Nomor
Ordinal
42
14 Tahun 2005 tentang Guru
dan Dosen, 2007)
Status Paritas Banyaknya anak
yang hidup yang
dilahirkan
responden.
Kuesioner Pengisian
Kuesioner
1. Primipara adalah seorang
wanita yang telah pernah
melahirkan satu kali
dengan janin yang telah
mencapai batas viabilitas.
2. Multipara adalah seorang
wanita yang telah
mengalami dua atau lebih
kehamilan yang telah
mencapai batas viabilitas
(Oxorn & Forte, 2010).
Ordinal
Pekerjaan Status pekerjaan
responden saat
dilakukan
wawancara.
Kuesioner Pengisian
Kuesioner
1. Bekerja
2. Tidak bekerja
Ordinal
Usia Usia biologis
yang
menunjukkan
pada jangka
waktu seseorang
sejak lahirnya,
berada dalam
keadaan hidup,
tidak mati
(Efendi, 2009).
Kuesioner Pengisian
Kuesioner
1. 17-25 (remaja akhir)
2. 26-35 (dewasa awal)
3. 36-45 (dewasa akhir)
Interval
Pendidikan kesehatan
individual
Pendidikan
kesehatan yang
dilakukan secara
Pendidikan
Kesehatan
Dilakukan
pretest
sebelum
43
penyuluhan
secara individual
kepada
responden
tentang cara
menyusui.
responden
diberikan
pendidikan
kesehatan dan
pos test setelah
diberikan
pendidikan
kesehatan pada
ibu.
Tabel 3.1 Definisi Operasional
44
C. Hipotesis
Hipotesis berasal dari bahasa Yunani, yaitu hupo dan thesis. Hupo berarti
lemah, kurang, atau di bawah dan thesis berarti teori, proporsi. Ataupun
pernyataan yang disajikan sebagai bukti. Jadi, hipotesis dapat diartikan
sebagai dugaan yang sifatnya masih sementara (Harianti, 2012). Hipotesis
dapat diformulasikan tentang rataan, ragam, proposi, perbedaan dua rataan,
perbedaan dua ragam, perbedaan dua proporsi atau bentuk fungsi kepekatan
peluang (Nugroho, 2008).
Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
1. Ha = Adanya pengaruh pendidikan kesehatan terhadap peningkatan
pengetahuan ibu tentang cara menyusui.
2. Ho = Tidak ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap peningkatan
pengetahuan ibu tentang cara menyusui.
45
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan studi desain
quasi eksperiment dengan pendekatan one group pre post test repeated
measured design. Penelitian quasi eksperiment design yaitu suatu penelitian
yang termasuk dalam penelitian eksperimen, penelitian ini bertujuan untuk
mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan cara melibatkan kelompok
kontrol disamping kelompok eksperimental (Nursalam, 2008). Model
penelitian ini sangat berbeda dengan penelitian-penelitian eksperimen lain.
Dalam model penelitian quasi eksperiment ini tidak digunakan suatu
pembatasan-pembatasan yang sangat ketat terhadap keharusan randomisasi
atau acak (Imron, 2010).
Kelompok eksperimen diberikan pendidikan kesehatan tentang cara
menyusui bayi pada masa prenatal dengan usia kehamilan 36-40 minggu.
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh
pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan ibu prenatal dengan usia
kehamilan 36-40 minggu tentang cara menyusui bayi.
Bagan 4.1 Research design reapeted measures (Gresham, 2016).
Pretest 1 Washout
Period Postest 1 Intervensi
Eksperimental
Postest 2
46
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1) Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Pisangan.
2) Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-April tahun 2016.
C. Populasi dan Sampel Penelitian
1) Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah ibu hamil dengan usia gestasi 36-40
minggu di wilayah kerja Puskesmas Pisangan.
2) Sampel Penelitian
Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik convenience sampling
yaitu pengambilan sampel dari anggota populasi yang memang tersedia
sehingga pengambilan data secara acak tidak diperlukan (Asnawi &
Wijaya, 2005). Adapun kriteria inklusi dan ekslusi sampel penelitian ini
adalah sebagai berikut.
a. Sampel
2. Kriteria Inklusi
a) Ibu hamil dengan usia kehamilan 36-40 minggu.
b) Bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas Pisangan.
c) Dapat membaca, melihat dan mendengar dengan baik.
d) Bersedia menjadi responden.
3. Kriteria Eksklusi
a) Mengundurkan diri dari penelitian.
47
b) Ibu yang mengalami kecacatan fisik (tidak memiliki tangan,
baik salah satu atau keduanya dan tidak memiliki payudara).
c) Ibu yang memiliki kontraindikasi menyusui.
b. Besar Sampel
Menurut Gay ukuran minimum sampel yang dapat diterima
berdasarkan pada desain penelitian yang digunakan. Besar sampel pada
metode ekperimental, minimal 15 subyek per kelompok (Umar, 2007).
Pada penelitian ini terdapat 16 responden sebagai subyek penelitian.
D. Instrumen Penelitian
1) Kuesioner
Kuesioner yang digunakan bertujuan untuk megetahui biodata dari
responden dan untuk menentukan skor pengetahuan ibu menyusui tentang
cara menyusui. Kuesioner berisi beberapa pertanyaan, pertanyaan untuk
biodata berisi nama, usia, status paritas, pendidikan terakhir, pekerjaan,
nomor telepon, serta alamat responden. Sedangkan untuk pertanyaan
pengetahuan, berisi pertanyaan-pertanyaan mengenai bagaimana
pengetahuan ibu tentang cara menyusui. Peneliti menggunakan kuesioner
yang peneliti kembangkan sendiri yang mangacu pada MTBS 2011.
Pertanyaan dalam kuesioner penelitian ini terdiri dari 30 soal tentang
pengetahuan ibu tentang cara menyusui. Dalam penelitian ini skala yang
digunakan adalah skala Guttman yaitu jika responden menjawab
pertanyaan dengan benar mendapat nilai 1 dan jika salah mendapat nilai 0
(Siregar, 2013). Setelah itu dipresentasikan dan dimasukan kedalam
kategori baik, kurang dan cukup.
48
Tabel 4.1 Kisi-kisi Kuesioner Cara Menyusui
No. Aspek Pengetahuan Nomor Pertanyaan
Favorable
Nomor
Pertanyaan
unfavorable
Jumlah
Soal
1 Posisi Menyusui 1,2,3,4,6,7,8 5 8
2 Pelekatan saat
menyusui
9,11,12,13,16,17,18,19 10,14,15 11
3 Pengisapan ASI 20,24,25,26,30 21,22,23,27,28,29 11
2) Alat Peraga
Alat peraga berupa boneka bayi dan alat peraga payudara ibu. Boneka
bayi dan alat peraga payudara digunakan sebagai peraga saat dilakukan
pemberian materi penyuluhan tentang cara menyusui yang bertujuan
untuk membantu peneliti dalam menyampaikan pendidikan kesehatan.
Berdasarkan kerucut Edgar Dale alat peraga dalam bentuk benda tiruan
memiliki intensitas yang tinggi kedua setelah benda asli untuk
mempersepsikan bahan pendidikan/pengajaran (Notoatmodjo, 2007).
3) Checklist Observasi
Checklist observasi digunakan untuk melihat tingkat pengetahuan
responden pada domain aplikasi yang penilaiannya dilakukan dengan cara
observasi menggunakan checklist. Pengamat akan memberikan tanda
check (√) pada lembar observasi. Kusioner ini diambil dari buku bagan
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) tahun 2011.
49
E. Uji Validitas dan Reliabilitas
1. Uji Validitas
Uji validitas merupakan ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan suatu
instrumen atau kuesioner (Sitinjak, Durianto, Sugiarto, & Yunarto, 2004).
Peneliti menggunakan kuesioner yang peneliti kembangkan sendiri yang
mangacu pada MTBS 2011 untuk itu peneliti melakukan uji keterbacaan
kepada 10 ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan.
Lalu setelah melakukan uji keterbacaan peneliti melakukan uji
konten kepada pakar yaitu Yenita Agus,M.Kep.,Sp.,PhD., Puspita Palupi,
M.Kep, Ns.Sp.Kep.Mat. dan Ns. Kustati Budi Lestari, M.Kep,Sp.Kep.An.
Selanjutnya peneliti melakukan uji validitas. Uji validitas dilakukan
kepada 34 ibu yang karakteristiknya hampir sama dengan karakteristik
responden di wilayah kerja Puskesmas Pisangan. Kemudian ibu yang
datanya telah dipakai untuk uji valid tidak dijadikan responden oleh
peneliti. Peneliti melakukan analisa dengan menggunakan komputer
menggunakan uji Pearson Product Moment menggunakan software
komputer. Dengan hasil dari analisis terdapat 14 pertanyaan yang valid
dari 30 pertanyaan yang ada. Selanjutnya pertanyaan yang tidak valid
dimodifikasi setelah itu barulah kuesioner digunakan.
2. Uji Reliabilitas
Reabilitas (keandalan) merupakan ukuran suatu kestabilan dan konsistensi
responden dalam menjawab hal yang berkaitan dengan konstruk-konstruk
pertanyaan yang merupakan dimensi suatu variabel dan disusun dalam
50
suatu bentuk kuesioner (Gumilar, 2007). Untuk menguji kuesioner
menggunakan dengan KR 20 dengan nilai reliabilitas 0.81255.
F. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang
dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitian. Data yang dikumpulkan
ditentukan oleh variabel-variabel yang ada dalam hipotesis (Gulo, 2002).
Dalam penelitian ini data primer diperoleh dari penghitungan skor
pengetahuan ibu prenatal dengan usia kehamilan 36-40 minggu tentang cara
menyusui yang telah diisi oleh responden melalui pre-test, post-test 1 dan
post-test 2. Serta skor untuk aplikasi cara menyusui dilakukan dengan
pengamatan menggunakan checklist observasi pada saat pre-test, post-test 1
dan post-test 2.
Adapun prosedur pengumpulan data yang akan dilakukan peneliti, yaitu:
1) Melakukan pengumpulan data setelah mendapat izin dari Puskesmas
Pisangan sebagai tempat penelitian.
2) Menjelaskan tentang rencana penelitian kepada staf Puskesmas Pisangan
yang bertanggung jawab bidang dalam penelitian yang dilakukan oleh
peneliti.
3) Selanjutnya peneliti mendatangi Ketua RT setempat dan menanyakan
apakah terdapat ibu hamil yang masuk ke dalam kriteria inklusi
responden.
4) Meminta calon responden untuk bersedia menjadi responden. Responden
yang bersedia akan diberikan surat persetujuan (informed consent)
menjadi responden untuk ditanda tangani tanpa paksaan.
51
5) Setelah kuesioner dan cheklist observasi diisi, peneliti akan memeriksa
kembali kuesioner yang sudah diisi oleh reponden.
6) Setelah lembar kuesioner dan cheklist observasi terkumpul, peneliti akan
mengolah data.
G. Prosedur Intervensi
Prosedur intervensi yang akan dilakukan merupakan prosedur pendidikan
kesehatan secara individual dengan teknik peneliti mendatangi rumah
responden satu demi satu. Berikut prosedur intervensi yang dilakukan peneliti.
1) Sebelum memberikan pendidikan kesehatan tentang cara menyusui,
peneliti membuat ringkasan materi sebagai media pembantu peneliti dalam
memberikan materi dan menyiapkan boneka bayi sebagai alat peraga.
2) Sebelum diberikan pendidikan kesehatan, responden akan diberikan soal
kuesioner sebagai evaluasi awal tingkat pengetahuan tentang cara
menyusui (pretest).
3) Selanjutnya, peneliti akan melakukan pendidikan kesehatan tentang
Pengertian menyusui, anatomi payudara dan fisiologi menyusui, manfaat
menyusui jika dilakukan dengan cara yang benar, dampak menyusui jika
dilakukan dengan cara yang salah, cara menyusui yang benar, tanda
menyusui yang benar, dan tanda kecukupan ASI bagi bayi dengan durasi
30 menit, setelah responden mengisi semua kuesioner tahap awal.
4) Setelah itu akan dilakukan postest pertama untuk evaluasi tingkat
pengetahuan responden.
52
5) Selanjutnya akan ada masa washout period yaitu setelah pendidikan
kesehatan pertama kali dilakukan sampai satu minggu setelah ibu
melahirkan.
6) Satu minggu setelah kelahiran, peneliti akan melakukan postest kedua
untuk mengetahui tingkat akhir pengetahuan responden.
H. Pengolahan Data
Sebuah data akan dapat banyak bercerita, apabila telah dilakukan
pengolahan dan analisa, sehingga dapat dengan mudah dipahami untuk
kemudian disimpulkan. Pengolahan data digunakan agar data kasar atau data
dasar tersebut dapat diorganisir, disajikan serta dianalisa untuk kemudian
ditarik suatu kesimpulan (Imron, 2010). Menurut Imron (2010) proses
kegiatan pengolahan data (data procesing) terdiri dari 3 jenis kegiatan, yaitu:
1. Memeriksa data (editting)
Memeriksa data atau editting merupakan memeriksa data hasil
pengumpulan data, yang berupa kuesioner dan cheklist obsevasi. Peneliti
memeriksa data dengan melakukan perhitungan dan penjumlahan serta
koreksi hasil yang telah peneliti dapatkan, jika data yang terdapat pada
kuesioner kurang maka peneliti akan meminta kepada responden untuk
mengisinya dengan lengkap.
2. Memberi kode (koding)
Semua jawaban atau data hasil penelitian akan disederhanakan supaya
pada saat pengolahan dapat dilakukan dengan mudah. Hasil penelitian
tersebut akan diberikan simbol-simbol tertentu untuk masing-masing data
yang sudah diklasifikasikan. Peneliti memberikan kode-kode yaitu dengan
53
memberikan nomor responden sesuai dengan tahapan pengambilan, untuk
pretest peneliti memberikan kode A di depan nomor responden, untuk
postest 1 peneliti memberikan kode B, dan untuk postest 2 peneliti
memberikan kode C.
3. Pemindahan data
Setelah pemberian simbol atau pemberian kode pada jawaban kuesioner
yang dibagikan kepada responden selesai, maka data yang sudah diberi
kode dipindahkan ke dalam software untuk pengolahan data selanjutnya.
Pengolahan data dapat dilakukan dengan menggunakan software
komputer.
4. Tabulasi data (tabulating)
Peneliti menyusun dan menyajikan data dalam bentuk tabel sehingga dapat
memudahkan untuk dilakukan penjumlahan.
I. Metode Analisis Data
Data yang telah terkumpul selama penelitian akan peneliti olah menggunakan
software pengolah data. Data akan dimasukkan, diolah, dan hasil analisis
dapat dilakukan langsung.
1. Analisis Univariat
Analisis univariat adalah cara analisis untuk variabel tunggal.
Analisis univariat data sampel dapat menunjukkan komposisi populasi yang
lebih besar sehubungan dengan variabel penelitian untuk mana informasi
seperti itu tidak tersedia (Lapau, 2013). Dalam penelitian ini analisis yang
digunakan untuk mengetahui frekuensi sebaran karakteristik yang ada pada
responden dan proporsi masing-masing variabel independen yaitu
54
pendidikan kesehatan serta variabel dependen yaitu pengetahuan ibu
tentang cara menyusui.
2. Uji Normalitas Data
Uji normalitas data dilakukan untuk mengetahui apakah distribusi
sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi normal, yakni distribusi
data dengan bentuk lonceng (bell shaped). Data yang baik adalah data yang
mempunyai pola seperti distribusi normal, yakni distribusi data tersebut
tidak menceng ke kanan atau kekiri (Santoso, 2010). Pada penelitian ini
data pretest dan postest 1 terdistribusi normal (>0.05) sedangkan data
postest 2 tidak terdistribusi normal (<0.05).
3. Analisis Bivariat
Menurut Lapau (2013) analisis bivariat adalah analisis yang
menunjukkan hubungan antara satu variabel independen dengan satu
variabel dependen. Analisis bivariat ini dilakukan untuk mengetahui
perbedaan pengetahuan sebelum dan sesudah diberi intervensi. Uji bivariat
yang digunakan pada penelitian ini menggunakan uji Wilcoxon untuk
melihat perbedaan pengetahuan tingkat C1 dan C2 antara pretest dan
postest 1, sedangkan pada postest 1 dan postest 2 menggunakan uji t
paired. Sedangkan uji data kategorik untuk pengetahuan tingkat C3
menggunakan uji McNemar.
55
J. Etika Penelitian
Menurut Wasis (2008) prinsip etik menurut ANA yang berkaitan
dengan peran perawat sebagai seorang peneliti adalah sebagai berikut.
a. Otonomi
Peneliti memberikan hak atau kebebasan kepada calon responden untuk
memilih apakah bersedia atau tidak untuk menjadi bagian dalam
penelitian sebagai subjek penelitian dengan menanyakan terlebih dahulu
kesediaan calon responden dengan tanpa memaksa.
b. Informed Consent
Peneliti memberikan informed consent agar responden mendapatkan
informasi tentang prosedur penelitian ini dan menentukan keputusan
untuk berpartisipasi atau tidak berpartisipasi dalam penelitian.
c. Beneficence
Peneliti berupaya agar segala tindakan yang diberikan kepada responden
adalah baik baginya.
d. Nonmaleficence
Peneliti mengupayakan agar responden tidak mengalamai bahaya dan
tidak mengalami kerugian saat penelitian dilakukan dengan selalu
menanyakan keadaan responden saat penelitian berlangsung.
e. Confidentiality
Peneliti merahasiakan data-data yang sudah dikumpulkan. Data-data
pribadi seperti nama, nomor telepon, alamat atau data lain yang diperoleh
peneliti jaga kerahasiaannya dengan tidak mempublikasikan hal-hal yang
berkaitan dengan responden di luar kehendak responden.
56
f. Veracity
Peneliti menjelaskan manfaat dan efek penelitian yang melibatkan
responden dengan jujur kepada responden.
g. Justice
Peneliti berbuat adil kepada subjek penelitian dengan cara tidak membeda-
bedakan perlakuan saat prosedur penelitian berlangsung maupun pada saat
pemberian reward kepada responden.
57
BAB V
HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian disajikan dalam bentuk analisa univariat yang
menggambarkan distribusi frekuensi dari responden.
A. Analisis Univariat
1. Karakteristik Responden
Penelitian ini dilakukan pada 16 responden yang sesuai dengan
kriteria inklusi penelitian. Responden diambil tidak bersamaan namun
sesuai dengan jadwal posyandu, kedatangannya ke Puskesmas dan tempat
responden berdomisili. Hasil pengolahan data akan ditampilkan dalam
bentuk tabel dan menggunakan data numerik.
a. Usia
Data usia responden disajikan dalam bentuk tabel dan menggunakan
data numerik.
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Usia Responden
Usia Frekuensi Persentase (%)
Remaja Akhir (17-25
tahun) 2
12.5
Dewasa Awal (26-35
tahun) 11
68.8
Dewasa Akhir (36-45
tahun) 3
18.8
Total 16 100
58
Dari data di atas menunjukkan bahwa usia responden yang hamil
pada usia kehamilan 36-40 minggu sebagian besar (68.8%) berada
pada kelompok dewasa awal yaitu berusia 26-35 tahun (11 orang).
Sedangkan responden lainnya berada pada kelompok remaja akhir
sebanyak 12.5% (2 orang) dan kelompok dewasa akhir sebanyak
18.8% (3 orang).
b. Pendidikan Terakhir
Data tingkat pendidikan responden disajikan dalam bentuk tabel
dan menggunakan data numerik.
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Pendidikan Terakhir Responden
Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase (%)
Pendidikan Dasar 4 25
Pendidikan Menengah 8 50
Pendidikan Tinggi 4 25
Total 16 100
Dari data di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden
berada pada tingkat pendidikan menengah yaitu sebanyak 50% (8
orang). Sedangkan frekuensi responden yang berpendidikan dasar dan
berpendidikan tinggi memiliki jumlah yang sama. Responden yang
berpendidikan dasar sebanyak 25% (4 orang) dan responden yang
berpendidikan tinggi juga sebanyak 25% (4 orang).
c. Pekerjaan
Data pekerjaan responden disajikan dalam bentuk tabel dan
menggunakan data numerik.
59
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Pekerjaan Responden
Pekerjaan Frekuensi Persentase (%)
Bekerja 8 50
Tidak Bekerja 8 50
Total 16 100
Dari data di atas diperoleh bahwa presentasi reponden yang bekerja
sama frekuensinya dengan responden yang tidak bekerja yaitu 50%
untuk masing-masing kelompok.
d. Suku
Data suku responden disajikan dalam bentuk tabel dan
menggunakan data numerik.
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Suku Responden
Suku Frekuensi Persentase (%)
Jawa 11 68.8
Sunda 4 23
Betawi 1 6.3
Total 16 100
Dari data di atas menunjukkan distribusi frekuensi
responden berdasarkan suku. Suku Jawa memperoleh presentasi
tertinggi yaitu 68.8% (11 orang), sementara suku Sunda
memperoleh persentase sebanyak 23% (4 orang), dan presentasi
terendah yaitu suku Betawi sebanyak 6.3% (1 orang).
60
e. Status Paritas
Data status paritas responden disajikan dalam bentuk tabel dan
menggunakan data numerik.
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Status Paritas Responden
Status Paritas Frekuensi Persentase (%)
Primipara 5 31.3
Multipara 11 68.8
Total 16 100
Dari data di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden
termasuk kelompok multipara yaitu sebanyak 68.8% (11 orang).
Sedangkan untuk jumlah responden primipara memiliki yaitu 31.3 %(5
orang).
2. Gambaran Rata-rata Skor Pengetahuan Responden
a. Tingkat Pengetahuan Tahu (C1) dan Paham (C2)
Tingkat pengetahuan domain C1 dan C2 dalam penelitian ini
dikelompokkan menjadi tiga yaitu baik, cukup dan kurang berdasarkan
nilai titik potong dimana nilai terendah adalah 0 dan nilai tertinggi
adalah 30. Gambaran rata-rata skor pengetahuan responden tentang
cara menyusui dapat dilihat pada tabel berikut.
61
Tabel 5.6 Gambaran Rata-rata Pengetahuan Responden
Sebelum dan Sesudah Diberikan Intervensi Pendidikan Kesehatan
Tentang Cara Menyusui
Berdasarkan tabel 5.6 rata-rata skor pengetahuan pada pretest
adalah 21.31 dengan nilai minimum 18 dan nilai maksimum 26. Saat
postest pertama meningkat menjadi 25.31 dengan nilai minimum 22
dan nilai maksimum 29. Sementara saat postest kedua rata-rata skor
pengetahuan adalah 26.38 dengan nilai minimum 21 dan nilai
maksimum 29.
Gambaran pengetahuan responden tentang cara menyusui dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel 5.7 Gambaran Pengetahuan Tingkat C1 dan C2 Responden
Kategori
Pengetahuan
Pretest Postest 1 Postest 2
Frekuensi Presentase
(%) Frekuensi Presentase
(%) Frekuensi
Presentase
(%)
Baik 1 6.3
7 43.8
10 62.5
Cukup 14 87.5
9 56.3
6 37.5
Kurang 1 6.3
- -
- -
Total 16 100
16 100
16 100
N Min Mean Max SD Median
Pretest 16 18 21.31 26 1.957 21.00
Postest 1 16 22 25.13 28 1.857 25.00
Postest 2 16 21 26.38 29 2.872 27.50
62
Berdasarkan tabel 5.7 jumlah responen menunjukkan peningkatan
setelah dilakukan intervensi. Pada saat pretest jumlah reponden yang
berpengetahuan baik sebanyak 1 responden (6.3%) dan jumlah
responden yang berpengetahuan kurang sebanyak 1 orang (6.3%).
Kemudian pada saat postest pertama jumlah responden yang
berpengetahuan baik sebanyak 7 responden (43.8%) dan jumlah
responden yang berpengetahuan kurang tidak ada. Sementara pada saat
postest kedua jumlah responden yang berpengetahuan baik sebanyak
10 responden (62.5%) dan jumlah responden yang berpengetahuan
kurang tidak ada.
a. Tingkat Pengetahuan Aplikasi (C3)
Untuk distribusi tingkat pengetahuan domain C3 responden
sebelum dan setelah diberikan pendidikan kesehatan disajikan dalam
bentuk tabel dan menggunakan data numerik.
Tabel 5.8 Gambaran Pengetahuan Tingkat C3 Responden
Kategori
Aplikasi
Pretest Postest 1 Postest 2
Frekuen
si
Presentase
(%)
Frekuen
si
Presentase
(%)
Frekuen
si
Presentase
(%)
Tepat 1 6,3 12 75 14 87,5
Tidak Tepat 15 93,8 4 25 2 12,5
Total 16 100 16 100 16 100
Berdasarkan tabel 5.8 jumlah responden menunjukkan peningkatan
setelah dilakukan intervensi. Pada saat pretest jumlah reponden yang
mampu melakukan cara menyusui dengan tepat sebanyak 1 responden
63
(6.3%) dan jumlah responden yang melakukan cara menyusui tidak
tepat sebanyak 15 orang (93.8%). Kemudian pada saat postest pertama
jumlah responden yang mampu melakukan cara menyusui dengan
tepat sebanyak 12 responden (75%) dan jumlah responden yang
melakukan cara menyusui dengan tidak tepat sebanyak 4 responden
(25%). Sementara pada saat postest kedua jumlah responden yang
mampu melakukan cara menyusui dengan tepat sebanyak 14
responden (87.5%) dan jumlah responden yang melakukan cara
menyusui dengan tidak tepat sebanyak 2 responden (12.5%).
B. Analisa Bivariat
Analisa bivariat dilakukan untuk menguji hipotesis penelitian yaitu apakah
pendidikan kesehatan yang disampaikan secara individual ini mempengaruhi
tingkat pengetahuan responden tentang cara menyusui atau tidak. Pengujian
keabsahan hipotesis dilakukan dengan menganalisa perbedaan rerata skor nilai
pengetahuan responden sebelum dan setelah intervensi.
1. Uji Normalitas
Sebelum dilakukan uji beda rata-rata maka dilakukan uji normalitas
mengetahui apakah data terdistribusi normal atau tidak terdistribusi normal.
Hasil analisis uji normalitas dapat dilihat pada tabel 5.9.
Tabel 5.9 Distribusi Hasil Normalitas Pengetahuan Ibu Hamil dengan Usia
Gestasi 36-40 minggu Tentang Cara Menyusui
Pretest Postest 1 Postest 2
Statistic Df Sig. Statistic Df Sig. Statistic Df Sig.
.932 16 .265 .921 16 .173 .830 16 .007
64
Uji normalitas ini menggunakan uji Shapiro-Wilk karena sampel dalam
penelitian kurang dari 50 (Dahlan, 2011). Hasil uji normalitas pada pretest
yaitu 0.265 (p > 0.05), postest 1 yaitu 0.830 (p > 0.05) dan postest 2 yaitu
0.007 (p < 0.05). Nilai pretest dan postest 1 menunjukkan bahwa data berasal
dari populasi yang terdistribusi normal, sedangkan nilai postest 2
menunjukkan bahwa p < 0.05, artinya data berasal dari populasi yang tidak
terditribusi normal. Sehingga analisis selanjutnya untuk pretest dan postest 1
menggunakan analisis parametrik dan untuk analisis untuk postest 1 dan
postest 2 menggunakan analisis nonparametrik. Analisis parametrik yang
digunakan yaitu uji paired T-Test dan untuk analisis nonparametrik yang
digunakan untuk mengetahui beda rerata nilai pengetahuan domain C1 dan C2
responden menggunakan uji Wilcoxon. Sementara untuk menguji nilai
pengetahuan domain C3 menggunakan uji McNemar.
2. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Nilai Pengetahuan Tingkat
C1 Dan C2 Responden Tentang Cara Menyusui
Analisa perbedaan rerata nilai pengetahuan tentang cara menyusui ibu
ini menggunakan uji paired T-Test. Hasil uji ini dapat dilihat dalam tabel 5.9
berikut.
Tabel 5.10 Analisa Beda Rerata Skor Pengetahuan Tingkat C1 dan C2
Responden Pretest Dan Postest 1
Nilai Pengetahuan Mean Rank Mean Nilai (p)
Pretest 63.94 -11.438
.000 Postest 1 75.38
Tabel 5.9 menunjukkan bahwa analisa uji paired T-Test pada
pretest dan postest 1 memiliki nilai p = 0.000 (< α 0.05) maka dapat
65
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan. Hal ini
menunjukkan bahwa pendidikan kesehatan berpengaruh terhadap tingkat
pengetahuan responden.
Tabel 5.11 Analisa Beda Rerata Skor Pengetahuan Tingkat C1 dan C2
Responden Postest 1 Dan Postest 2
Nilai Pengetahuan Mean Rank Nilai (p)
Postest 1 5.40 .059 Postest 2 9.30
Tabel 5.9 menunjukkan bahwa analisa uji Wilcoxon pada postest 1
dan postest 2 memiliki nilai p = 0.059 (>0.05) maka dapat disimpulkan
bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Hal ini menunjukkan
bahwa tingkat pengetahuan responden tidak mengalami perubahan yang
signifikan.
3. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Nilai Pengetahuan Tingkat
C3 Responden Tentang Cara Menyusui
Analisa perbedaan rerata nilai pengetahuan tingkat C3 tentang cara
menyusui ibu ini menggunakan uji McNemar. Hasil uji ini dapat dilihat
dalam tabel 5.12 berikut.
66
Tabel 5.12 Distribusi Analisa Beda Rerata Skor Pengetahuan Tingkat C3
Responden Pretest Dan Postest 1
Dari hasil analisa di atas dapat menunjukkan bahwa nilai Exact Sig. (2-
tailed) menunjukkan 0.003 < α 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa
terdapat perbedaan tingkat kemampuan responden saat mengaplikasikan
cara menyusui sebelum dan setelah diberikan pendidikan kesehatan.
Tabel 5.13 Distribusi Analisa Beda Rerata Skor Pengetahuan Tingkat C3
Responden Postest 1 Dan Postest 2
Nilai Pengetahuan Postest 1- Postest 2
N 16
Exact Sig. (2-tailed) 0.687
Dari hasil analisa di atas dapat menunjukkan bahwa nilai Exact Sig.
(2-tailed) menunjukkan 0.687 > α 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa
terdapat perbedaan tingkat kemampuan responden saat mengaplikasikan
cara menyusui sebelum dan setelah diberikan pendidikan kesehatan.
Nilai Pengetahuan Pretest – Postest 1
N 16
Exact Sig. (2-tailed) 0.003
67
BAB VI
PEMBAHASAN
Pada bab ini peneliti akan menjelaskan interprestasi hasil penelitian
tentang pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan ibu hamil
usia gestasi 36-40 minggu tentang cara menyusui dan keterbatasan penelitian ini.
Hasil penelitian akan dibandingkan dengan teori yang telah ada, penelitian
sebelumnya serta kekurangan atau keterbatasan yang ada dalam penelitian ini.
A. Karakteristik Responden
1. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Penelitian ini menggambarkan satu kelompok saja, yaitu kelompok
intervensi. Karakteristik berdasarkan usia mayoritas responden berada pada
kelompok dewasa awal (26-35 tahun) yaitu sebanyak 11 responden. Menurut
Notoatmodjo (2007) usia mampu mempengaruhi pengetahuan seseorang.
Bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan
pengetahuan yang diperolehnya, akan tetapi pada umur tertentu atau
menjelang usia lanjut kemampuan mengingat atau penerimaan suatu
pengetahuan akan berkurang (Notoatmodjo, 2007). Menurut Kramer (1983)
dan Riegel (1973) dalam Bastable (2002) ada kemungkinan bahwa setelah
usia setengah baya, orang dewasa mampu mengatasi kontraindikasi,
mengumpulkan informasi, dan mengintegrasikan apa yang mereka pelajari
dengan lebih efektif.
68
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Wijayanti (2015) didapatkan
bahwa umur merupakan faktor yang berpengaruh terhadap kehamilan baik
dalam kesiapan organ reproduksi, pengalaman, maupun pengetahuan ibu
hamil. Selain itu menurut Santrock (2003) seseorang yang berada pada masa
dewasa awal memiliki kemampuan kognitif yang amat kuat dan juga
kemampuan penyesuaian terhadap pertimbangan praktis. Namun, usia
bukanlah satu-satunya faktor yang berpengaruh terhadap pengetahuan
seseorang. Semakin tua seseorang bukan berarti pengetahuannya semakin
tinggi, karena masih ada faktor lain yang dapat mempengaruhinya.
2. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan
Faktor lain yang mempengaruhi pengetahuan seseorang yaitu faktor
pendidikan. Karakteristik berdasarkan pendidikan terakhir responden
terbanyak yaitu terdapat pada pendidikan menengah yaitu sebanyak 8
responden (50%). Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh terhadap
kemampuan seseorang dan pengetahuan yang dimilikinya (Tim Pengembang
Ilmu Pendidikan, 2007).
Menurut penelitian yang dilakukan Syamsianah, Mufnaetty, &
Mahardikha (2010) oleh menunjukkan bahwa apabila pendidikan seseorang
relatif rendah, maka pengetahuannya tentang pemberian ASI juga akan rendah
sedangkan seseorang yang pendidikannya lebih tinggi pengetahuannya tentang
pemberian ASI akan lebih baik. Pengetahuan yang kita peroleh tentu berasal
dari sumber infomasi. Sumber informasi biasanya akan lebih mudah diperoleh
jika tingkat pendidikan kita semakin tinggi (Nursalam, 2003). Namun untuk
pengetahuan yang lebih spesifik seperti dalam penelitian ini yaitu pengetahuan
69
tentang cara menyusui perlu diperhatikan kembali, karena dalam pendidikan
formal yang didapat seseorang belum tentu terdapat informasi tentang ini.
3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan
Karakteristik yang berpengaruh terhadap pengetahuan seseorang
selanjutnya yaitu pekerjaan. Hasil dari penelitian didapatkan terdapat
persamaan jumlah antara responden yang berkerja dan yang tidak bekerja
yaitu sebanyak 8 responden (50%) pada masing-masing kelompok bekerja dan
tidak bekerja. Menurut Arikunto (2006) seseorang yang bekerja di luar rumah
cenderung memiliki akses yang baik terhadap informasi dibandingkan
seseorang yang sehari-hari berada di rumah. Namun, seseorang yang memiliki
bekerja di luar rumah belum tentu memiliki pengetahuan yang baik tentang
cara menyusui hal ini tergantung kepada jenis dan sumber informasi terkait
cara menyusui yang diperoleh. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Ludha & Maulida (2014) ibu yang tidak bekerja cenderung lebih sulit
memperoleh informasi tentang ASI Ekslusif.
4. Karakteristik Responden Berdasarkan Suku
Faktor sosial, budaya, dan lingkungan dapat berpengaruh terhadap
perilaku kesehatan seseorang (Bensley, 2008). Hasil penelitian didapatkan
bahwa sebagian besar dari responden bersuku Jawa yaitu sebanyak 11 orang
(68.8%). Suku Jawa merupakan kelompok suku terbesar di Indonesia dengan
populasi sebanyak 95,2 juta jiwa atau sekitar 40.2 % dari populasi penduduk
Indonesia (Na'im & Syaputra, 2010). Menurut Noorkasiani (2009) respons
individu atau masyarakat ada kaitannya dengan lingkungan sosial budaya
70
yang ada di sekitarnya, dan akan mempengaruhi sikap dan perilaku individu
atau masyarakat dalam bertindak selanjutnya.
5. Karakteristik Responden Berdasarkan Status Paritas
Karakteristik selanjutnya yaitu status paritas. Status paritas yang peneliti
maksud di sini adalah kehamilan keberapa yang responden alami saat
diberikan intervensi. Hasil penelitian didapatkan bahwa mayoritas ibu berada
pada kelompok multipara atau sudah pernah hamil lebih dari dua kali
sebanyak 6 orang (37.5 %). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Wadud
(2013) terdapat hubungan yang bermakna antara paritas dengan pemberian
ASI Ekslusif dengan nilai p value 0.004 lebih kecil dari α 0.05. Tingkat paritas
telah banyak menentukan perhatian dalam kesehatan ibu dan anak karena
terdapat kecenderungan kesehatan ibu berparitas tinggi lebih baik dari pada
ibu berparitas rendah (Notoatmodjo, 2003).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Handayani (2006) menunjukkan
bahwa sebagian besar ibu menyusui dengan jumlah persalinan 2-4 kali
(27.5% atau 14 orang) memiliki pengetahuan yang baik tentang ASI Ekslusif,
sedangkan sebagian kecil yang berpengetahuan baik berada pada kategori
paritas dengan jumlah melahirkan 1 kali (16.7% atau 6 orang). Hal ini
dikarenakan ibu yang pertama kali menyusui pengetahuan terhadap pemberian
ASI eksklusif pemberian ASI eksklusif belum pengalaman dibandingkan
dengan ibu yang sudah berpengalaman menyusui anak sebelumnya (Perinasia,
2004).
71
B. Pengetahuan Responden
1. Pengetahuan Tingkat C1 dan C2 Sebelum Diberikan Pendidikan
Kesehatan Tentang Cara Menyusui
Nilai rata-rata pengetahuan ibu hamil dengan usia gestasi 36-40
minggu tentang cara menyusui sebelum diberikan pendidikan kesehatan
adalah 21.31 atau 63.94% dari jumlah total nilai tertinggi. Nilai rata-rata
menunjukkan bahwa responden mempunyai pengetahuan yang cukup
tentang cara menyusui.
Menurut Notoatmodjo (2007) pengetahuan adalah hasil ‘tahu’, dan
ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek
tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia yaitu indra
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Meskipun
menyusui merupakan hal yang sudah dianggap biasa di masyarakat
namun sebenarnya seorang ibu harus tetap memiliki pengetahuan yang
cukup tentang bagaimana cara menyusui yang benar agar terhindar dari
gagal menyusui dikarenakan salah posisi dan peletakan saat menyusui.
Berdasarkan hasil penelitian ini, pengetahuan tentang cara
menyusui yang paling banyak tidak diketahui responden adalah tentang
domain pengisapan bayi saat menyusu dan pengetahuan yang paling
banyak diketahui oleh responden adalah domain posisi menyusui.
Keadaan ini bisa disebabkan oleh banyak faktor yang
mempengaruhi pengetahuan seseorang tentang cara menyusui. Faktor-
faktor tersebut diantaranya adalah pendidikan, usia, pekerjaan,
72
pengalaman, sosial budaya dan ekonomi, media massa/informasi,
lingkungan dan jenis kelamin (Notoatmodjo, 2007).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti pengetahuan
responden sebelum mendapatkan pendidikan kesehatan pada ibu hamil
dengan usia gestasi 36-40 minggu di wilayah kerja Puskesmas Pisangan
ini sama dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Himawati &
Mawarti (2011) yang menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan responden
sebelum diberikan pendidikan kesehatan tentang teknik menyusui
mayoritas berada pada kategori cukup sebesar 53.3%. Hal ini terjadi bisa
disebabkan karena sebagian besar ibu belum pernah mendapatkan
pendidikan kesehatan tentang cara menyusui yang benar.
2. Pengetahuan Tingkat C1 dan C2 Setelah Diberikan Pendidikan
Kesehatan Tentang Cara Menyusui
Pengetahuan ibu prenatal dengan usia kehamilan 36-40 minggu
tentang cara menyusui setelah diberikan pendidikan kesehatan pada
postest 1 memiliki nilai rata-rata 25.13 atau 75.38% sementara pada
postest 2 yaitu sebesar 26.38 atau 79.13%. Nilai ini mengalami kenaikan
jika dibandingkan dengan sebelum dilakukan pendidikan kesehatan. Hasil
ini menunjukkan bahwa terdapat peningkatan pengetahuan antara sebelum
dan sesudah intervensi serta perbedaan yang cukup signifikan antara
pretest dan postest 1. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan kesehatan
tentang cara menyusui efektif terhadap pengetahuan ibu hamil usia gestasi
36-40 minggu tentang cara menyusui. Keadaan ini bisa terjadi karena
73
sebagian besar ibu merasa tertarik dan berpartisipasi dengan baik saat
diberikan pendidikan kesehatan.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan Himawati &
Mawarti (2011) terdapat perbedaan antara sebelum dilakukan intervensi
pendidikan kesehatan dan setelah dilakukan intervensi yaitu sebesar
96.70% responden memiliki tingkat pengetahuan baik, 3.3% responden
memiliki tingkat pengetahuan cukup dan tidak ada lagi responden yang
memiliki tingkat pengetahuan kurang.
Menurut Efendi & Makhfudli (2009) saat melakukan pendidikan
kesehatan kita perlu memperhatikan beberapa hal agar pendidikan
kesehatan tersebut berhasil seperti kesesuaian sasaran dan waktu yang
tepat, lingkungan, alat bantu dan materi yang disampaikan. Selain itu
dalam pendidikan kesehatan membutuhkan komunikasi yang baik dan
juga kompetensi pengetahuan tambahan sehingga seorang pendidik
kesehatan dapat bekerja dalam tempat yang berbeda dan memilih serta
menggunakan strategi yang tepat untuk tujuan pendidikan yang berbeda-
beda (Maulana, 2009).
3. Perbedaan Pengetahuan Tingkat C1 dan C2 Sebelum dan Sesudah
Diberikan Pendidikan Kesehatan tentang Cara Menyusui
Berdasarkan hasil yang diperoleh pada penelitian ini rata-rata
pengetahuan responden pada saat pretest adalah 21.31 dengan standar
deviasi 1.957. Pada saat postest 1 didapat rata-rata pengetahuan responden
adalah 25.13 dengan standar deviasi 1.857, sementara pada postest 2 nilai
rata-rata pengetahuan responden adalah 26.38 dengan standar deviasi
74
2.872. Dari uraian tersebut kita bisa mendapat informasi bahwa terdapat
perbedaan nilai mean antara pretest dan postest 1 adalah 3.829 dan
perbedaan nilai mean antara postest 1 dan postest 2 adalah 2.500. Hasil uji
paired t-test didapatkan nilai Sig. (2-tailed) = 0.000 (< α 0.05) dan nilai
mean -11.438. Nilai ini menunjukkan bahwa terapat perbedaan yang
signifikan antara pengetahuan responden sebelum dan sesudah diberikan
pendidikan kesehatan.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Zuhri (2009) didapatkan
hasil bahwa pendidikan kesehatan reproduksi berpengaruh terhadap
pengetahuan tentang kehamilan dan persalinan remaja. Hal ini ditunjukkan
dengan nilai p value = 0.000 (< α 0.05). Hasil ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Hastuti & Andriyani (2010) yang
didapatkan hasil bahwa terdapat perubahan mean tingkat pengetahuan
tentang kesehatan gigi dari buruk (37.5%) menjadi baik (62.5%) setelah
dilakukan intervensi berupa pendidikan kesehatan dengan metode ceramah
den demonstrasi dengan alat peraga. Hasil penelitiannya menunjukkan p
value = 0.002 < α 0.05 yang berarti ada pengaruh yang signifikan yang
terjadi terhadap pengetahuan responden setelah diberikan intervensi
berupa pendidikan kesehatan.
Dalam penelitian ini didapatkan informasi bahwa ada perbedaan
peningkatan pengetahuan tentang cara menyusui setelah dilakukan
intervensi sesuai dengan uji statistik yang telah dilakukan. Menurut J.
Guilbert terdapat beberapa faktor yang memengaruhi proses belajar yaitu
materi atau hal yang dipelajari, lingkungan yang dikelompokkan menjadi
75
dua yaitu lingkungan fisik (suhu, kelembapan udara, dan konsisi tempat
belajar) dan lingkungan sosial (manusia dengan segala interaksinya serta
respresentasinya seperti keramaian atau kegaduhan, lalu lintas, pasar, dan
sebagainya). Faktor lainnya yaitu instrumen yang terdiri dari perangkat
keras (hardware) seperti perlengkapan belajar alat-alat peraga dan
perangkat lunak (software) seperti kurikulum (dalam pendidikan formal),
pengajar atau fasilitator belajar, serta metode belajar mengajar. Faktor
yang terakhir yaitu kondisi individual subjek belajar yang dibedakan ke
dalam kondisi fisiologis seperti kekurangan gizi dan kondisi pancaindra
(terutama pendengaran dan penglihatan) (Nursalam & Efendi, 2008).
Hal ini didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Astria
(2012) yang menunjukkan bahwa setelah dilakukan pendidikan kesehatan
terjadi peningkatan pengetahuan menjadi 30 responden yang
berpengetahuan baik (100%), dengan hasil uji Wilcoxon yaitu p value
p=0.000 yang menunjukkan bahwa pendidikan kesehatan berpengaruh
terhadap tingkat pengetahuan ibu menyusui dari tidak tahu menjadi tahu.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Lestari, Amelia, &
Rahmalia (2012) yang menunjukkan perbedaan kemampuan sebelum dan
sesudah diberikan pendidikan kesehatan menggunakan media audiovisual
pada kelompok eksperimen dengan p value 0.00 pada alpha 5%.
Menurut Bensley (2008) pendidikan kesehatan menggunakan
metode audiovisual seperti kaset, slide, OHP, poster, peraga atau buku
efektif untuk berbagai tingkat intelegensi (multiple intelligence). Tidak
hanya itu penggunaan alat peraga dalam pendidikan kesehatan memiliki
76
tingkat intensitas paling tinggi kedua setelah benda asli dan yang paling
rendah adalah kata-kata. Hal ini berarti bahwa penyampaian materi hanya
dengan kata-kata saja kurang efektif (Maulana, 2009). Selain itu penelitian
yang dilakukan oleh Hanum, Nurchayati, & Hasneli (2015) yang
menyatakan bahwa pendidikan kesehatan secara individual mampu
meningkatkan pengetahuan seseorang. Hal ini menunjukkan bahwa
banyak faktor yang berperan penting dalam keberhasilan pendidikan
kesehatan, termasuk materi yang disampaikan, media, dan metode
pendidikan kesehatan yang digunakan.
4. Pengetahuan Tingkat C3 Sebelum Diberikan Pendidikan Kesehatan
Tentang Cara Menyusui
Aplikasi atau penerapan diartikan sebagai kemampuan untuk
menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi nyata
(sebenarnya) atau dapat menggunakan hukum-hukum, rumus, metode,
prinsip dan sebagainya dalam situasi yang lain (Efendi & Makhfudli,
2009).
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Wilayah Kerja
Puskesmas Pisangan terdapat sebanyak 15 orang (93.8%) yang melalukan
menyusui dengan cara yang tidak tepat dan hanya 1 orang (6.3%) saja
yang mampu melakukan cara menyusui dengan tepat sebelum diberikan
pendidikan kesehatan tentang cara menyusui. Tentu saja hal ini sangat
mengkhawatirkan karena meskipun menyusui merupakan hal yang sudah
lazim dilakukan seorang ibu namun pada saat praktek tetap masih belum
tepat. Namun, tentu saja cara menyusui ini akan berbeda jika dilakukan
77
pada bayi asli karena pada saat pretest ini penilaian masih menggunakan
alat peraga bayi.
Seperti yang sudah dituturkan di atas bahwa penggunaan alat
peraga berupa benda asli memiliki intensitas dan keefektifan yang paling
tinggi jika dibandingkan dengan benda tiruan (Maulana, 2009). Selain itu
faktor pengalaman juga mampu mempengaruhi pengetahuan seseorang,
dalam hal ini yaitu faktor paritas dari responden. Menurut Prawiharjo
(2008) keterampilan yang kurang dalam menyusui dipengaruhi oleh
berbagai faktor antara lain tingkat pendidikan, usia, dukungan keluarga,
ekonomi, dan paritas ibu.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Marshella, Rusmiyati & Elisa
(2014) yang menunjukkan bahwa 100% kemampuan ibu tentang cara
menyusui sebelum diberikan pendidikan kesehatan berada dalam kategori
kurang. Hal ini terjadi karena sebagian besar ibu belum mengetahui secara
benar teknik menyusui dan belum pernah mendapatkan pendidikan
kesehatan tentang cara menyusui yang benar. Ada beberapa ibu yang
salah dalam menghentikan isapan bayinya disaat masih menyusui.
5. Pengetahuan Tingkat C3 Setelah Diberikan Pendidikan Kesehatan
Tentang Cara Menyusui
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan data pada saat postest 1
jumlah responden yang mampu melakukan cara menyusui dengan tepat
sebanyak 75% dan jumlah responden yang melakukan cara menyusui
dengan tidak tepat sebanyak 25%. Sementara pada saat postest kedua
jumlah responden yang mampu melakukan cara menyusui dengan tepat
78
sebanyak 87.5% dan jumlah responden yang melakukan cara menyusui
dengan tidak tepat sebanyak 2 responden 12.5%. Meskipun terdapat
selang waktu antara postest 1 dan postest 2 namun angka rata-rata nilai
menunjukkan kenaikan yaitu dari 84 % menjadi 87%, ini menunjukkan
bahwa setelah diberikan pendidikan kesehatan terdapat kenaikan angka
rata-rata.
Menurut Maulana (2009) semakin banyak pancaindra digunakan,
semakin jelas pula pengertian atau pengetahuan yang diperoleh. Hal ini
menunjukkan bahwa keberadaan alat peraga dimaksudkan mengerahkan
indra sebanyak mungkin pada suatu objek sehingga memudahkan
pemahaman. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Wibawa (2007)
terdapat peningkatan pengetahuan responden pada waktu sebelum
menerima perlakuan menggunakan metode demonstrasi dengan
pengetahuan responden setelah menerima perlakuan menggunakan
metode demonstrasi.
Pada saat postest 2 responden mengalami perubahan alat peraga
yaitu menggunakan alat peraga asli atau bayi yang telah lahir. Dari hasil
yang didapat terjadi peningkatan nilai dari postest 1 yaitu 84% berubah
menjadi 87%, dapat disimpulkan bahwa terjadi kenaikan nilai yang bisa
dipengaruhi karena perbedaan alat peraga yang digunakan. Alat peraga
berupa benda asli memiliki intensitas paling tinggi (Maulana, 2009).
Materi yang digunakan saat pendidikan kesehatan dapat
menentukan keefektifan penyampaian materi. Jika materi pelajaran yang
disampaikan saat pendidikan kesehatan dianggap penting oleh peserta
79
didik maka materi akan semakin mudah dipelajari, terlebih lagi apabila
pelajaran yang berhubungan dengan pengetahuan yang sudah diketahui
biasanya lebih diingat dibandingkan fakta-fakta yang tidak relevan
(Darjowidjojo, 2008). Pada saat diberikan pendidikan kesehatan maka
responden mendapatkan informasi yang akan disimpan oleh otak dan
menjadi ingatan. Data baru masuk ke dalam register sensoral melalui
proses penerjemahan lalu dimengerti secara ilmiah setelah itu tersimpan
dalam ingatan jangka-panjang. Sementara data-data yang tidak menarik
akan dibuang dan hilang, informasi ini akan memasuki ingatan jangka
pendek (Wright, 2005).
Ingatan jangka pendek harus berjalan aktif menuju memori jangka
panjang agar memori yang tersimpan bisa teringat dan berubah menjadi
memori jangka panjang dan lebih mudah direcall. Memori jangka pendek
menentukan apakah akan membuang sampai 90% dari informasi yang
diterimanya dalam selang 24 jam terakhir, atau meneruskan pengetahuan
itu ke memori jangka panjang. Jika otak mengerti apa yang dipelajari
maka informasi akan disimpan menjadi memori jangka panjang (Johnson,
2007).
6. Perbedaan Pengetahuan Tingkat C3 Setelah Diberikan Pendidikan
Kesehatan Tentang Cara Menyusui
Berdasarkan hasil yang diperoleh pada penelitian ini diperoleh data
pretest dan postest 1 dapat menunjukkan bahwa nilai Exact Sig. (2-tailed)
menunjukkan p value 0.003 < α 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa
80
terdapat perbedaan tingkat kemampuan responden saat mengaplikasikan
cara menyusui sebelum dan setelah diberikan pendidikan kesehatan. Hasil
data ini diperoleh menggunakan uji paired t-test. Sedangkan untuk data
postest 1 dan postest 2 menggunakan uji Wilcoxon dengan hasil analisa
menunjukkan bahwa nilai Exact Sig. (2-tailed) menunjukkan p value 0.687
> α 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan tingkat
kemampuan responden saat mengaplikasikan cara menyusui sebelum dan
setelah diberikan pendidikan kesehatan. Hal ini bisa terjadi karena tidak
terdapat perubahan memori yang disimpan oleh responden.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Marshella, Rusmiyati, & Elisa
(2014) menunjukkan peningkatan kemampuan ibu tentang cara menyusui
setelah dilakukan pendidikan kesehatan. Hal ini dapat dilihat dari nilai
hasil uji statistik dengan menggunakan Wilcoxon Match Pair Test yang
menunjukkan hasil -4.932 dengan nilai p value 0.000 (< α 0.05) yang
menunjukkan bahwa adanya pengaruh pendidikan kesehatan yang
dilakukan terhadap peningkatan kemampuan ibu tentang cara menyusui.
Dalam penelitian ini didapatkan informasi terdapat pengaruh
bahwa adanya peningkatan kemampuan aplikasi ibu tentang cara menyusui
dilihat dari nilai pretest dan postest 1 yang menunjukkan p value 0.003 < α
0.05 yang berarti terdapat pengaruh pendidikan kesehatan yang dilakukan
kepada responden tentang cara menyusui. Hal ini berbeda dengan hasil
yang didapat pada postest 1 dan postest 2 p value 0.687 > α 0.05 yang
berarti tidak terdapat perbedaan antara postest 1 dan postest. Hal ini bisa
terjadi karena informasi yang didapat saat diberikan pendidikan kesehatan
81
dimengerti dan dianggap penting oleh responden sehingga informasi yang
didapat ditempatkan oleh otak dalam ingatan jangka panjang (Johnson,
2007).
C. Keterbatasan Penelitian
1. Pengisian Lembar Observasi
Pada saat melakukan intervensi kesehatan responden belum
melahirkan sehingga untuk melihat apakah intervensi yang diberikan pada
awal pretest ataupun postest 1 masih menggunakan alat peraga tiruan dan
ini sangat membuat rancu pada saat observasi pada domain pengisapan
ASI saat bayi menyusu.
2. Pelaksanaan Postest 2
Penelitian ini memiliki prosedur penelitian yang berbeda dengan
penelitian-penelitian sebelumnya yaitu menunggu hingga responden
melahirkan selama 7 hari. Namun karena taksiran partus yang ada
kebanyakan tidak sesuai dengan yang terjadi hingga menyebabkan
responden melahirkan dengan jarak yang berbeda-beda. Sehingga jarak
antara postest 1 dan postest 2 tidak semuanya sama.
82
BAB VII
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan dan
dijelaskan pada bab 5 dan 6, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Karakteristik responden mayoritas berada dalam kelompok dewasa awal
(26-35 tahun) yaitu sebanyak 11 responden (68.8%), tingkat pendidikan
responden mayoritas yaitu pendidikan menengah sebanyak 8 responden
(50%), pekerjaan responden mempunyai jumlah yang sama yaitu 8
responden untuk yang bekerja dan tidak bekerja, suku responden mayoritas
bersuku Jawa yaitu sebanyak 11 reponden (68.8%), dan mayoritas
responden berstatus paritas multipara yaitu sebanyak 11 responden
(68.8%).
2. Rata-rata skor pengetahuan ibu hamil dengan usia gestasi 36-40 minggu di
wilayah kerja Puskesmas Pisangan saat pretest adalah 21.31 dengan skor
tertinggi adalah 26 dan skor terendah adalah 18.
3. Rata-rata skor pengetahuan ibu hamil usia gestasi 36-40 minggu di wilayah
kerja Puskesmas Pisangan saat postest 1 adalah 25.13 dengan skor
tertinggi adalah 28 dan skor terendah adalah 22.
4. Rata-rata skor pengetahuan ibu hamil dengan usia gestasi 36-40 minggu di
wilayah kerja Puskesmas Pisangan saat postest 2 adalah 26.38 dengan skor
tertinggi adalah 29 dan skor terendah adalah 21.
83
5. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa pendidikan kesehatan
mempengaruhi skor pengetahuan tingkat C1 dan C2 ibu hamil dengan usia
gestasi 36-40 minggu di wilayah kerja Puskesmas Pisangan dengan nilai
beda rerata pretest dan postest 1 yaitu p = 0.000 (< α 0.05). Hal ini
menunjukkan bahwa pendidikan kesehatan berpengaruh terhadap tingkat
pengetahuan responden. Sementara pada nilai rerata postest 1 dan postest 2
tidak terdapat perbedaan yang dapat dilihat dari nilai p = 0.059 (>0.05).
6. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa pendidikan kesehatan
mempengaruhi skor pengetahuan tingkat C3 ibu hamil dengan usia gestasi
36-40 minggu di wilayah kerja Puskesmas Pisangan dengan nilai beda
rerata pretest dan postest 1 yaitu p = 0.003 < α 0.05. Hal ini menunjukkan
bahwa terdapat perbedaan tingkat kemampuan responden saat
mengaplikasikan cara menyusui sebelum dan setelah diberikan pendidikan
kesehatan. Sementara pada nilai rerata postest 1 dan postest 2 tidak terdapat
perbedaan yang dapat dilihat dari nilai p = 0.687 > α 0.05.
B. Saran
1. Bagi Mahasiswa Keperawatan
Dibutuhkan pengetahuan yang luas untuk melakukan program
kesehatan seperti pendidikan kesehatan ini, karena masyarakat yang tidak
bisa kita tebak dan kita duga pada saat melontarkan pertanyaan. Maka
tidak hanya harus menguasai materi pendidikan kesehatan peneliti juga
harus belajar hal lain seputar masalah-masalah yang biasa dialami ibu
hamil atau masalah lain sekitar responden yang mungkin nanti ditanyakan.
84
2. Bagi Masyarakat
Menyusui merupakan hal yang sangat lazim di masyarakat yang
sering dianggap biasa dan tidak memerlukan teknik atau cara tertentu,
sedangkan pada kenyataannya menyusui memiliki cara yang perlu
diperhatikan agar menghindari masalah-masalah yang mungkin bisa terjadi
seperti lecet dan bahkan gagal menyusui.
3. Bagi Puskesmas
Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan puskesmas sebagai
pelayan kesehatan yang paling dekat dengan masyarakat mampu
memberikan pendidikan kesehatan tentang menyusui dalam hal ini tentang
cara menyusui. Kebanyakan dari masyarakat mengaku belum pernah
mendapatkan pendidikan kesehatan dari puskesmas mengenai cara
menyusui dan mendapatkan pengetahuan tentang cara menyusui dari
orangtua atau tetangga. Untuk kedepannya diharapkan puskesmas mampu
menyelenggarakan pendidikan kesehatan lebih menyeluruh dan menurut
hasil penelitian ini pendidikan kesehatan individual efektif dan mampu
meningkatkan pengetahuan ibu tentang cara menyusui, untuk itu peneliti
menyarakan agar puskesmas mampu menyelenggarakan program ini
dengan lebih baik ke depannya daripada yang telah dilakukan peneliti.
85
4. Peneliti Selanjutnya
a. Dilakukan penelitian lain tentang pengaruh pendidikan kesehatan
tentang cara menyusui dengan dua kelompok agar mampu
menunjukkan seberapa efektif metode pendidikan kesehatan individual
ini dibandingkan metode lain.
b. Perlu memperhatikan taksiran partus ibu hamil dengan benar dan
mengontrol ibu hamil agar tidak lupa untuk mengabari peneliti agar
memudahkan peneliti dalam pengambilan data.
c. Dilakukan penelitian tentang hubungan karakteristik responden
terhadap perbedaan pengetahuan ibu hamil tentang cara menyusui.
d. Perlu kerjasama yang baik dengan puskesmas setempat agar
mempermudah pengambilan data dan juga agar puskesmas mampu
merasakan kehadiran kita tidak hanya sekedar untuk penelitian tapi
juga membantu puskesmas dalam bertugas.
DAFTAR PUSTAKA
Aden, H. M. (2013). The Effect Of Infant Massage Towads The Sleeping Quality Of 6-12
Months Old Infants In Bu Ning’S Infant Therapy Clinic Janti, Depok, Sleman
Yogyakarta. 2.
Albantany, N. (2014). Pahala dan Doa Wanita Ketika Datang Bulan. Jakarta: Lembar
Langit Indonesia.
Alhamda, S. (2015). Buku Ajar Sosiologi Kesehatan. Jakarta: Deepublish.
Ambarwati, D., Meitawati, Y., Rizky, A., Lambung, E. A., Arianti, D., Tompunu, N. A.,
et al. (2015). Superbook for Supermom. Jakarta: FMedia.
Angsuko, D. V. (2009). Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Cara Menyusui Dengan
Perilaku Menyusui Bayi Usia 0-6 Bulan di Bidan Yuda, Klaten. Program Studi
DIV Kebidanan.
Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Asnawi, S. K., & Wijaya, C. (2005). Riset Keuangan: Pengujian-pengujian Empiris.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Astria, I. (2012). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Teknik Menyusui Terhadap
Pengetahuan Ibu Primipara di RSIA Siti Fatimah Makassar. 2.
Bahiyatun. (2009). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta: EGC.
Bastable, S. B. (2002). Perawat Sebagai Pendidik: Prinsip-prinsip Pengajaran dan
Pembelajaran. Jakarta: EGC.
Behrman, R. E., Kliegman, R. M., & Arvin, A. M. (2000). Ilmu Kesehatan Anak Nelson.
Jakarta: EGC.
Bensley, R. J. (2008). Metode Pendidikan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC.
Bloomberg, M. R., & Farley, T. (2012). Mother's Guide to Breastfeeding: Prenatal
Curiculum. New York: New York Lactation Consultant Association.
Boswick, J. (1997). Perawatan Gawat Darurat. Jakarta: EGC.
Dahlan, M. (2011). Statistik Untuk Kedokteran Dan Kesehatan: Deskriptif Bivariat dan
Multivariat. Jakarta: Salemba Empat.
Damayanti, D. (2010). Asyiknya Minum ASI; Tips Nikmati Memberi ASI. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.
Darjowidjojo, S. (2008). Psikolinguistik: Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia.
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Djiwandono, S. E. (2010). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Grasindo.
Dinas Kesehatan Banten. (2011). Profil Kesehatan Provinsi Banten Tahun. Serang: Dinas
Kesehatan Provinsi Banten.
___________________. (2011). Assessment GAVI-HSS Direktorat Jenderal Bina Gizi
dan KIA Provinsi Banten. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.
Efendi, F. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan Praktik dalam
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Efendi, F., & Makhfudli. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan Praktik
dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Fitriani, S. (2011). Promosi Kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Gadhavi, R. N. (2013). Are Today’S Mother Aware Enough About Breast Feeding?: A
Knowledge, Attitude And. NATIONAL JOURNAL OF MEDICAL RESEARCH, 3.
Gilbert, G. G. (2011). Health Education: Creating Strategis For School and Community.
United States of Amerika: Jones and Bartlett Publishers.
Girish, S. (2015). Primipara Mother’s Knowledge, Attitude and Practice of Breastfeeding.
International Journal of Advanced Nursing Science and Practice, 7.
Glinner, J. A. (2010). Research Methods In Applied Settings: An Integrated Approsch To
Design And Analysis. New York: Taylor and Francis Group, LLC.
Green, L., & Kreuter, M. (1999). Health Program Planning: An Educational and
Enviromental Approach. Mountain View: Mayfield Publishing Company.
Gresham, B. B. (2016). Concepts of evidence-based practice for the physical therapist
assistant. United States of America: F. A. Davis Company.
Gulo, W. (2002). Metodologi Penelitian. Jakarta: Grasindo.
Gumilar, I. (2007). Metode Riset untuk Bisnis dan Manajemen. Bandung: Widyatama.
Hamilton, P. M. (1995). Dasar-dasar Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC.
Handayani, D. S. (2006). Gambaran Pengetahuan Ibu Menyusui tentang Pemberian ASI
Ekslusif Berdasarkan Karakteristik Ibu Di Puskesmas Sukawarna Kota Bandung.
Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran.
Harianti, A. (2012). Statistika II. Yogyakarta: CV Andi Offset.
Harinaldi. (2005). Prinsip-Prinsip Statistik Untuk Teknik dan Sains. Jakarta: Penerbit
Erlangga.
Haroon, S., Das, J. K., Salam, R. A., Imdad, A., & Bhutta, Z. A. (2013). Breastfeeding
promotion interventions and breastfeeding practices: a systematic review. BMC
Public Health, 4.
Heffner, L. (2008). At A Glance: Sistem Reproduksi. Jakarta: 2008.
Himawati, L., & Mawarti, R. (2011). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Teknik
Menyusui Terhadap Pengetahuan Dan Perilaku Teknik Menyusui Pada Ibu
Primipara Di Bps Kecamatan Kalibawang Kulonprogo Tahun 2011. STIKES
'Aisyiyah Yogyakarta.
Imdad, A., Yakoob, M. Y., & Bhutta, Z. A. (2011). Effect of breastfeeding promotion
interventions on breastfeeding rates, with special focus on developing countries.
BMC Public Health, 6.
Imron, TA. (2010). Metodologi Penelitian Bidang Kesehatan. Jakarta: CV Sagung Seto.
Johnson, E. B. (2007). Contextual Teachinf and Learning: Menjadikan Kegiatan Belajar-
Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna. Bandung: Mizan Learning Center
(MLC).
Kementrian Kesehatan RI. (2010). Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS). Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
_____________________. (2002). Manajemen Laktasi Buku Panduan Bagi Bidan dan
Petugas Kesehatan di Puskesmas. Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Kesehatan
Masyarakat Direktorat Gizi Masyarakat.
_____________________. (2010). Buku Saku Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial.
Jakarta: Direktorat Bina Kesehatan Anak Kemkes RI.
_____________________. (2014). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013. Jakarta:
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
_____________________. (2014). Situasi dan Analisis ASI Eksklusif. Jakarta:
Kementrian Kesehatan RI.
Lapau, B. (2013). Metode Penelitin Kesehatan: Metode Ilmiah Penulisan Skripsi, Tesis,
dan Disertasi. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Lawlis, F. (2006). The IQ Answer: Meningkatkan dan Memaksimalkan IQ Anak. Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Utama.
Lestari, W., Amelia, N. R., & Rahmalia, S. (2012). Efektifitas Pendidikan Kesehatan
Tentangasi Terhadap Tingkat Pengetahuan, Kemampuan Dan Motivasi Menyusui
Primipara. Jurnal Ners Indonesia.
Lin, S. S., Chien, L. Y., Tai, C. J., & Lee, C. F. (2008). Effectiveness of a prenatal
education programme on breastfeeding outcomes in Taiwan. Journal Of Clinical
Nursing, 1.
Ludha, N., & Maulida, I. (2014). Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Status Pekerjaan
Ibu Menyusui Dengan Pemberian Asi Eksklusif Pada Bayi Di Pesantunan .
Tegal: Politeknik Harapan Bersama.
Manuaba, I. A. (2009). Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: EGC.
Manuaba, I. B. (2007). Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC.
Marshella, A. A., Rusmiyati, & Elisa. (2014). Pendidikan Kesehatan Tehnik Menyusui
Dengan Benar Terhadap Peningkatan Kemampuan Menyusui Pada Ibu Post
Partum Normal Di RSUD. Dr. Soewondo Kendal. 7.
Maulana, H. D. (2009). Promosi Kesehatan. Jakarta: EGC.
Meadow, R., & Newell, S. (2005). Lecture Notes: Pediatrika. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Moody, J. (2006). Menyusui: Cara Mudah, Praktis, & Nyaman. Jakarta: Arcan.
Molika, E. (2015). 275 Tanya Jawab Seputar Kehamilan & Melahirkan. Jawa Timur:
Vicosta Publishing.
Muliawati, S. (2012). Studi Deskriptif Pelaksanaan Teknik Menyusui Bayi Tunggal di
RB MTA Semanggi Surakarta. Jurnal Ilmiah Rekam Medis dan Informatika
Kesehatan, 50.
Na'im, A., & Syaputra, H. (2010). Kewarganegaraan, Suku Bangsa, Agama, dan Bahasa
Sehari-hari Penduduk Indonesia: Hasil Sensus Penduduk 2010. Jakarta: Badan
Pusat Statistik.
Nofia, W. (2014). Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan Ibu Tentang Pijat
Bayi Di Polindes Desa Kliengcot Aron Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh
Besar. 11.
Noorkasiani. (2009). Sosiologi Keperawatan. Jakarta: EGC.
Notoatmodjo, S. (2007). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta.
_____________. (2007). Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: PT RINEKA
CIPTA.
____________. (2003). Pendidikan Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta
_____________. (2010). Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasinya. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Nugroho, S. (2008). Dasar-dasar Metode Statistika. Jakarta: Grasindo.
Nurbaeti, I., & Lestari, K. B. (2013). Efektivitas Comprehensive Breastfeeding Education
terhadap Keberhasilan Pemberian Air Susu Ibu Postpartum. 97.
Nursalam. (2003). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan:
Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta:
Penerbit Salemba Medika.
________. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan:
Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitin Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.
Nursalam, & Efendi, F. (2008). Pendidikan Dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.
Oxorn, H., & Forte, W. R. (2010). Ilmu Kebidanan: Patologi & Fisiologi Persalinan.
Yogyakarta: ANDI OFFSET.
Perinasia. (2004). Manajemen Laktasi: Menuju Persalinan Aman dan Bayi Lahir Sehat.
Jakarta.
Pitriani, R. (2014). Panduan Lengkap Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Normal. Yogyakarta:
Deepublish.
Primadi, O., Sitohang, V., Budijanto, D., Hardhana, B., & Soenardi, T. A. (2014). Profil
Kesehatan Indonesia Tahun 2013. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia.
Priyono, Y. (2010). Merawat Bayi Tanpa Baby Sitter. Yogyakarta: MedPress (Anggota
IKAPI).
Rahmawati, M. D. (2010). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI Eksklusif
Pada Ibu Menyusui di Kelurahan Pedalangan Kecamatan Banumanik Kota
Semarang. Jurnal Kesmadaska, 11.
RISKESDAS. (2013, Desember 1). Riset Kesehatan Dasar. p. 244.
Roesli, Utami. (2005). Mengenal ASI Ekslusif. Jakarta: Trubus Agriwidya.
___________. (2009). Panduan Praktis Menyusui. Jakarta: Pustakan Bunda.
Saleh, A., Nurachmah, E., As'ad, S., & Hadju, V. (2014). Pengaruh Pendidikan Kesehatan
Dengan Pendekatan Modelling Terhadap Pengetahuan, Kemampuan Praktek dan
Percaya Diri Ibu dalam Menstimuasi Tumbuh Kembang Bayi 0-6 Bulan di
Kabupaten Maros.
Santoso, S. (2006). Menggunakan SPSS untuk Statistik Non Parametrik. Jakarta: PT Elex
Media Komputindo.
________. (2010). Statistik Multivariat. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Santrock, J. W. (2003). Adolescence Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga.
Sari, W. (2012). Panduan Lengkap Kesehatan Wanita. Jakarta: Penebar Plus.
Sinsin, I. (2008). Seri Kesehatan Ibu dan Anak Masa Kehamilan dan Persalinan. Jakarta:
PT Elex Media Komputindo.
Sinsin, I. (2008). Seri Kesehatan Ibu dan Anak: Masa Kehamilan dan Persalinan.
Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Siregar, S. (2013). Statistika Parametrik Untuk Penelitian Kuantitatif: Dilengkapi
Dengan Perhitungan Manual Dan Aplikasi SPSS Versi 17. Jakarta: Bumi Aksara.
Sitinjak, T., Durianto, D., Sugiarto, & Yunarto, H. I. (2004). Model Matriks Konsumen
Untuk Menciptakan Superior Customer Value. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
Statistik, B. P. (2012). Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia. Jakarta: Kementrian
Kesehatan Indonesia.
Sukmawati. (2014). Teknik Menyusui Selama Dua Tahun Dengan Benar Di Wilayah
Kerja Puskesmas Tangketada Kecamatan Tangketada Kabupaten Kolaka. 2.
Sulistianingsih, R. (2012). Tingkat pengetahuan Ibu Menyusui Tentang Cara Menyusui
Yang Benar di Dusun Lemahbang Plosokerep Karangmalang, Kabupaten Sragen.
Sunarti, E. (2004). Mengasuh dengan Hati. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Swarjana, I. K. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: ANDI.
Syamsianah, A., Mufnaetty, & Mahardikha, M. D. (2010). Hubungan Tingkat Pendidikan
Dan Pengetahuan Ibu Tentang Asi Dengan Lama Pemberian Asi Eksklusif Pada
Balita Usia 6 – 24 Bulan Di Desa Kebonagung Kecamatan Kebonagung
Kabupaten Pacitan Provinsi Jawa Timur. Jurnal Kesehatan Masyarakat
Indonesia.
Tim Pengembang Ilmu. (2007). Ilmu & Aplikasi Pendidikan. Bandung: PT. Imperial
Bhakti Utama.
Umar, H. (2007). Riset Sumber Daya Manusia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional & Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen. (2007). Jakarta: Visimedia.
UNICEF. (2012, Oktober). Kesehatan Ibu dan Anak. Ringkasan Kajian, pp. 1-4.
Uys, H., & Basson, A. (2005). Research Methodology in Nursing. Cape Town: Pretoria
West.
Ward, J. P. (2009). At A Glance Fisiologi. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Wasis. (2008). Pedomen Riset Praktis Untuk Profesi Perawat. Jakarta: EGC.
Wood, J., Hineman, E., & Meyers, D. (2009). Clinical Protocol Number #19:
Breastfeeding Promotion in the Prenatal Setting. Breastfeeding Medicine, 44.
Wright, P. H. (2005). Pengantar Engineering . Jakarta: Penerbit Erlangga.
Wulansari, I. (2014). Pengaruh Pendidikan Kesehatan tentang Pemberian Air Susu Ibu
dengan Media Video Terhadap Perilaku Ibu di Kecamatan Tasikmadu Kabupaten
Karanganyar. STIKES Kusuma Husada Surakarta, 3.
Yuliarti, N. (2010). Keajaiban ASI - Makanan terbaik untuk Kesehatan, Kecerdasan, dan
Kelincahan Si Kecil. Yogyakarta: CV Andi Offset.
Lampiran 1
No. Responden: ……………….
Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Saya yang bernama Yuli Sri Mulyani (1112104000033) adalah
mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Saat ini saya sedang melakukan penelitian dengan tema “pendidikan kesehatan
tentang cara menyusui”. Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dalam
menyelesaikan tugas akhir di Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Untuk keperluan tersebut saya harapkan kesediaan ibu untuk menjadi
responden dalam penelitian ini. Selanjutnya jika ibu bersedia saya mohon untuk
mengisi kuesioner yang telah saya sediakan dengan jujur dan apa adanya. Semua
informasi yang ibu berikan akan dijamin kerahasiaannya dan hanya digunakan
untuk penelitian ini. Jika ibu bersedia, silahkan menandatangani lembar
persetujuan ini sebagai bukti kesediaan ibu.
Terimakasih atas partisipasi ibu dalam penelitian ini.
Ciputat, Maret 2016
Peneliti Responden
Yuli Sri Mulyani (………………………)
Lampiran 2
Kode:…………………….
KUESIONER PENELITIAN
Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan Ibu Hamil Usia
Gestasi 36-40 Minggu Tentang Cara Menyusui Di Wilayah Kerja Puskesmas
Pisangan
A. KARAKTERISTIK RESPONDEN
1. Nama Ibu (Inisial) :....................................................................
2. Umur :....................................................................
3. Pendidikan Terakhir :....................................................................
4. Status Paritas :....................................................................
5. Usia Kehamilan :.............minggu
6. Alamat Rumah :....................................................................
.....................................................................
7. Nomor Telepon :....................................................................
8. Suku :....................................................................
9. Pekerjaan :....................................................................
B. PENGETAHUAN
Berilah tanda centang (√) pada jawaban yang anda anggap benar.
No. Pernyataan Benar Salah
1 Seluruh badan bayi harus tersangga dengan baik saat
menyusui.
2 Posisi tubuh bayi sejajar dengan puting ibu.
3 Kepala bayi berada pada lengkung siku ibu dan bokong bayi
berada pada lengan bawah ibu.
4 Posisi kepala dan badan bayi lurus saat menyusu.
5 Kepala bayi menengadah saat menyusu.
6 Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.
7 Posisi badan bayi menghadap ke dada ibu.
8 Posisi perut bayi menempel perut ibu.
9 Hidung bayi dekat dengan puting ibu.
10 Pada saat menyusui dagu bayi tidak perlu menempel pada
payudara ibu.
11 Bibir dan dagu bawah bayi menjangkau payudara pertama
kali.
12 Mulut bayi harus terbuka lebar pada saat meyusu.
13 Bayi membuka mulutnya lebar untuk mencakup puting dan
areola (daerah kehitaman yang mengelilingi puting).
14 Bibir bawah bayi saat menyusu tidak perlu membuka lebar.
15 Tangan ibu menghalangi bibir bayi.
16 Pada saat menyusui, areola (daerah kehitaman yang
mengelilingi puting) tampak lebih banyak di bagian atas.
17 Sebagian besar areola (daerah kehitaman yang mengelilingi
puting) masuk ke dalam mulut bayi
18 Pengisapan ASI yang tepat akan menyebabkan payudara ibu
terasa lunak dan kosong setiap kali selesai menyusui.
19 Daerah areola bagian bawah tidak terlihat.
20 Bayi yang mengisap dengan baik jika bayi mengisap dengan
kuat.
21 Bayi melakukan hisapan pendek terus-menerus.
22 Saat mengisap terlihat ASI mengalir keluar melalui mulut
bayi.
23 Pipi bayi kempot saat menyusu.
24 Saat bayi menghisap membuat ritme yang teratur.
25 Bayi mengisap kuat dengan irama perlahan merupakan cara
mengisap ASI yang benar.
26 Bayi berhenti mengisap setiap 3-5 kali isapan untuk
menelan.
27 Bayi mengisap terus-menerus tanpa diselingi menelan.
28 Pola saat bayi mengisap ASI yaitu hisap-telan-hisap-telan.
29 Saat bayi menyusu terdengar suara “cik-cik” dari mulut
bayi.
30 Saat bayi istirahat mengisap, terdengar suara menelan.
Lampiran 3
CHEKLIST OBSERVASI
CARA MENYUSUI
No Tindakan Menyusui
Dilakukan
Ya Tidak
1 Ibu menyangga seluruh tubuh bayi, tidak hanya leher dan bahunya
saja.
2 Kepala dan tubuh bayi lurus.
3 Menghadapkan bayi ke dada, sehingga hidung bayi berhadapan
dengan puting susu.
4 Mendekatkan badan bayi ke bada ibu.
5 Dagu bayi menempel payudara.
6 Mulut bayi terbuka lebar.
7 Bibir bawah bayi membuka keluar.
8 Areola tampak lebih banyak di bagian atas daripada di bawah
mulut.
9 Bayi tampak mengisap secara dalam dan teratur yang diselingi
dengan istirahat. Pada saat bayi mengisap ASI, hanya terdengar
suara bayi menelan.
Total Skor
Keterangan:
a) Tepat jika semua pernyataan dalam kuesioner dilakukan.
b) Tidak tepat jika salah satu pernyataan dalam kuesioner tidak dilakukan.
1
Lampiran 4
SATUAN ACARA PENYULUHAN
(SAP)
Pokok Bahasan : Cara Menyusui Bayi
Subpokok Bahasan : Pendidikan kesehatan tentang cara menyusui bayi yang
benar pada ibu hamil
Hari/Tanggal : Maret – April 2016
Waktu : 30 menit dan 10 menit untuk pretest dan postest
Narasumber : Yuli Sri Mulyani
Tempat : Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan
Sasaran : Ibu hamil usia gestasi 36-40 minggu
Pertemuan : 1 Kali
A. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan tentang cara menyusui bayi yang benar
selama 1 x 30 menit klien diharapkan mampu mengetahui tentang cara
menyusui bayi yang benar.
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan selama 1 x 30 menit klien
diharapkan:
a. Mampu mengetahui pengertian menyusui.
b. Mampu mengetahui anatomi payudara dan fisiologi menyusui.
c. Mampu mengetahui manfaat menyusui jika dilakukan dengan cara
yang benar.
d. Mampu mengetahui cara menyusui yang benar.
e. Mampu mengetahui tanda menyusui yang benar.
f. Mampu mengetahui tanda kecukupan ASI bagi bayi.
g. Mampu mempraktekan cara menyusui yang benar.
B. Materi yang akan disampaikan (terlampir)
C. Metode yang digunakan
1. Ceramah
2. Demonstrasi
3. Tanya jawab
D. Media yang dibutuhkan
1. Lembar materi : cara menyusui bayi yang benar
2. Alat peraga
E. Kegiatan Penyuluhan
No Tahap Kegiatan Narasumber Kegiatan
Peserta
Alat/
Media
Wakt
u
1 Pendahuluan
(09.00-09.05
WIB)
Pembukaan
a) Mengucapkan salam
b) Memperkenalkan
diri
c) Menjelaskan tujuan
dan prosedur
d) Menyampaikan
kontrak waktu
e) Memberikan pretest
Mendengarka
n pembukaan
yang
disampaikan.
5
menit
2 Penyajian
(09.05-09.15
WIB)
1. Menjelaskan tentang:
a) Pengertian
menyusui.
b) Anatomi payudara
dan fisiologi
menyusui.
c) Manfaat menyusui
jika dilakukan
Mendengar
kan dan
menyimak
penjelasan
penyaji
dengan
baik.
Memberika
Lembar
materi
10
menit
3
dengan cara yang
benar.
d) Cara menyusui yang
benar.
e) Tanda menyusui
yang benar.
f) Tanda kecukupan
ASI bagi bayi.
n umpan
balik
terhadap
materi yang
disampaika
n.
Mematuhi
instruksi
penyuluh.
3 Demonstrasi
(09.15- 09.
25 WIB)
Mempraktekan cara
menyusui yang benar.
Mendengarka
n dan
memprakteka
n cara
menyusui
yang benar.
Alat
peraga
10
menit
4 Penutup
(09.25-09.30
WIB)
1. Evaluasi posttest
2. Penutup
a) Pemberian
cendramata
kepada
responden.
b) Salam penutup.
Mengisi
lembar
posttest yang
diberikan.
Lembar
postest
Pemberi
an
cendram
ata
5
menit
F. Evaluasi
Prosedur :Evaluasi pendidikan kesehatan ini dilakukan dengan memberikan
post test.
Metode : Metode yang digunakan dalam posttest ini adalah dengan cara
mengisi lembar kuesioner yang diberikan setelah dilakukan
pendidikan kesehatan mengenai cara menyusui bayi yang benar.
1. Evaluasi Struktural
a. SAP sudah siap tiga hari sebelum dilaksanakan kegiatan
b. Perlengkapan dan alat sudah siap
c. Rencana penyuluhan selesai
2. Evaluasi Proses
a. Perlengkapan dan tempat bisa digunakan sesuai dengan rencana
b. Responden bersedia secara aktif untuk menjadi peserta
c. Acara terlaksana sesuai dengan yang telah direncanakan
d. Waktunya tepat sesuai dengan yang telah direncanakan
3. Evaluasi Hasil
a. 100 % dari responden yang telah bersedia menjadi responden mengikuti
kegiatan sampai akhir.
b. 90 % peserta dapat meningkat pengetahuannya (posttest) dibandingkan
sebelum diberi penyuluhan (prettest).
Lampiran 5
Materi: CARA MENYUSUI BAYI DENGAN BENAR
a. Pengertian Menyusui
Menyusui merupakan salah satu komponen dari komponen dari sistem
reproduksi: hamil, melahirkan, dan menyusui. Proses menyusui tidak selalu
berjalan baik karena menyusui itu bukan sesuatu yang terjadi dengan
sendirinya, tetapi merupakan suatu keterampilan yang perlu diajarkan dan
dipersiapkan sejak hamil (Yuliarti, 2010).
Menyusui adalah suatu proses ilmiah dan merupakan suatu seni yang harus
dipelajari kembali. Untuk keberhasilan menyusui tidak diperlukan alat-alat
khusus dan biaya mahal. Yang diperlukan hanyalah kesabaran, waktu, sedikit
pengerahuan tentang menyusui, dan dukungan dari lingkungan terutama suami
(Roesli, 2005).
b. Anatomi dan Fisiologi Menyusui
Anatomi Payudara
Payudara (mammae, susu) adalah kelenjar yang terletak di bawah kulit, di
atas otot dada. Fungsi dari payudara adalah memproduksi susu untuk nutrisi
bayi. Manusia mempunyai sepasang kelenjar payudara, yang beratnya kurang
lebih 200 gram, saat hamil 600 gram dan saat menyusui 800 gram (Sari,
2012).
Menurut Roesli (2005) payudara terdiri dari bagian luar (eksternal) dan
bagian dalam (internal). Bagian luar terdiri dari: sepasang buah dada yang
terletak di dada, puting susu, dan daerah kecokelatan di sekitar puting susu
(areola mammae). Sementara bagian dalam terdiri dari empat jaringan utama:
kelenjar susu (mamary alveoli) merupakan pabrik susu, gudang susu (sinus
lactiferous) yang berfungsi menampung ASI, terletak di bawah daerah
kecokelatan di sekitar puting susu, saluran susu (ductus lactiferous) yang
mengalirkan susu dari pabrik susu ke gudang susu, serta jaringan penunjang
dan pelindung, seperti jaringan ikat dan sel lemak yang melindungi.
Gambar 1.1 Anatomi Payudara
(Heffner, 2008)
Fisiologi Menyusui
Selama kehamilan, hormon estrogen dan progesteron menginduksi
perkembangan alveolus dan duktus laktiverus di dalam mamae atau payudara dan
juga merangsang produksi kolostrum. Namun, produksi ASI tidak berlangsung
sampai sesudah kelahiran bayi ketika kadar hormon setrogen ini menurun.
Penurunan kadar estrogen ini memungkinkan meningkatnya kadar prolaktin dan
produksi ASI pun dimulai. Produksi prolaktin yang berkesinambungan
disebabkan oleh proses menyusui (Bahiyatun, 2009).
Pelepasan ASI berada di bawah kendali neuroendokrin. Rangsangan
sentuhan pada payudara yaitu bayi menghisap akan merangsang produksi
prolaktin yang memicu sel-sel kelenjar memproduksi ASI, sehingga semakin
sering bayi menyusu semakin banyak prolaktin yang diproduksi sehingga makin
banyak produksi air susu. Proses ini dikenal dengan refleks prolaktin (Pitriani,
2014).
Prolaktin menstimulasi produksi air susu, tetapi diperlukan hormon lain
untuk mengeluarkan air susu ke permukaan puting susu. Stimulasi
mekanoreseptor areolar oleh isapan bayi akan mengaktivasi jalur saraf yang naik
ke nukleus paraventrikel dan nukleus supraoptik hipotalamus melalui nukleus
servikalis lateral pada batang otak. Jalur saraf ini mengeksitasi neuron
magnoselular untuk menyekresi oksitosin secara pulsatil ke dalam darah dalam
interval 10-20 menit. Masih belum jelas bagaimana stimulus pengisapan, yang
berlangsung terus-menerus, dapat ditranslasi menjadi aktivitas sel penyekresi
oksitosin secara episodik. Sekresi pulsatil oksitosin tampaknya terjadi karena
aktivasi stimultan semua neuron oksitosin di kedua nukleus.
Hormon oksitosin merupakan stimulan sel mioepitel yang poten, yang
memompa air susu dari sinus laktiferus ke luar puting hingga sampai ke mulut
bayi. Keluarnya air susu ini meningkatkan refleks isapan bayi lebih lanjut,
menyebabkan lebih banyak oksitosin yang disekresi, sehingga terbentuklah sistem
umpan balik positif lainnya yagn bekerja sampai bayi kenyang. Refleks
pengeluaran (ejeksi) air susu juga distimulasi sebagai respons terhadap tangisan
bayi sebagia akibat pengkondisian psikologis. Namun demikian, stres pada ibu
bisa menginhibisi dengan kuat refleks pengeluaran air susu ini, sehingga stres
pada ibu ini merupakan salah satu penyebab kegagalan laktasi tersering pada para
ibu baru (Ward, 2009).
c. Manfaat Menyusui
Manfaat menyusu bagi bayi
a) Air susu ibu merupakan makanan bayi yang mudah dicerna, bersih, aman
dari kuman, selalu siap disajikan, mengandung zat gizi dan zat pelindung
yang dibtuhkan bayi.
b) Bayi yang mendapat ASI jarang mengalami mencret atau diare, alergi,
sembelit, terhindar dari kelebihan kalori, dan mendapat perasaan aman
dalam dekapan ibu.
c) Gerakan menghisap payudara ibu tiap menyusui akan memperkuat rahang
dan merangsang pertumbuhan gigi bayi tersebut.
Manfaat menyusui bagi ibu
a) Mempercepat proses pemulihan rahim ke ukuran sebelum melahirkan.
b) Mengurangi kemungkinan terjadinya kanker payudara di kemudian hari.
c) Mempercepat jalinan kasih sayang antara ibu dan bayi.
d) Menghemat serta mudah mendapatkannya (Manuaba, 2009).
d. Cara Menyusui yang Benar
Berikut ini penjelasan tentang posisi dan pelekatan saat menyusui yang benar
menurut Depkes RI (2010).
a) Posisi
1) Sanggalah seluruh tubuh bayi, jangan hanya leher dan bahunya saja.
2) Kepala dan tubuh bayi lurus.
3) Hadapkan bayi ke dada ibu, sehingga hidung bayi berhadapan dengan
puting susu.
4) Dekatkan badan bayi ke badan ibu.
b) Pelekatan
1) Menyentuhkan puting susu ke bibir bayi.
2) Menunggu sampai mulut bayi terbuka lebar.
3) Segera mendekatkan bayi ke arah payudara sedimikian rupa sehingga
bibir bawah bayi terletak di bawah puting susu.
c) Cara melekatkan yang benar ditandai dengan dagu bayi menempel pada
payudara ibu, mulut bayi terbuka lebar, bibir bawah bayi membuka keluar,
dan areola tampak lebih banyak di bagian atas daripada bagian bawah.
d) Bayi mengisap dengan efektif jika bayi mengisap secara dalam, teratur
yang diselingi istirahat. Pada saat bayi mengisap ASI, hanya terdengar
suara bayi menelan.
e) Amati apakah perlekatan dan posisi bayi sudah benar dan bayi sudah
mengisap dengan efektif. Jika belum, cobalah sekali lagi.
a. Tanda Menyusu yang Benar dan Tanda Kecukupan ASI
Tanda-tanda ibu telah menyusui bayi dengan benar, antara lain:
1) Mulut bayi terbuka lebar dan bibir terlibat ke luar.
2) Dagu dan hidungnya menempel payudara.
3) Bayi telah memasukkan sebanyak mungkin bagian areola ke dalam
mulutnya.
4) Bayi menyusu dengan teratur dan mendalam, sebentar-bentar berhenti
sesaat.
5) Bayi menelan susu yang diminum secara teratur.
6) Puting susu terasa nyaman setelah beberapa kali pemberian susu pertama
(Yuliarti, 2010).
Tanda-tanda ibu belum menyusui bayi dengan benar, antara lain:
1) Kepala bayi tidak lurus dengan badannya.
2) Bayi hanya menyusu pada puting susu, tidak menyusu pada areola dengan
puting susu masuk jauh ke dalam mulutnya.
3) Bayi menyusu dengan ringan, cepat, dan gugup, tidak menyusu dengan
sungguh-sungguh dan teratur.
4) Pipinya berkerut ke arah dalam atau ibu mendengar suara “cik-cik”.
5) Ibu tidak mendengar bayinya menelan secara teratur setelah produksi air
susu meningkat (Yuliarti, 2010).
Tanda bayi menyusu dengan benar
1) Bayi tampak tenang.
2) Badan bayi menempel pada perut bayi.
3) Mulut bayi terbuka lebar.
4) Dagu menempel pada payudara ibu.
5) Sebagian besar areola payudara masuk ke dalam mulut bayi.
6) Bayi tampak mengisap kuat dengan irama perlahan.
7) Puting susu ibu tidak terasa nyeri.
8) Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.
9) Kepala tidak menengadah (Bahiyatun, 2009).
Tanda kecukupan ASI
1) Bayi berkemih 6 kali dalam 24 jam dan warnanya jernih sampai
kuning muda.
2) Bayi sering buang air besar berwarna kekuningan dengan bentuk
“berbiji”.
3) Bayi tampak puas, sewaktu-watu merasa lapar, bangun dan tidur
cukup.
4) Bayi setidaknya menyusu 10-12 kali dalam 24 jam.
5) Payudara ibu terasa lunak dan kosong setiap kali selesai menyusui.
6) Ibu dapat merasakan geli karena aliran ASI, setip kali bayi menyusu.
7) Bayi bertambah berat badannya (Bahiyatun, 2009).
Lampiran 6
Lampiran 7
Daftar nilai pengetahuan responden sebelum dan setelah diberikan
pendidikan kesehatan
No.
Responden
Nilai Pretest
(%) Nilai Postest 1 (%) Nilai Postest 2 (%)
1 72 75 72
2 63 75 81
3 66 81 87
4 63 78 87
5 63 78 87
6 69 75 66
7 54 66 84
8 69 84 87
9 60 78 87
10 57 78 72
11 78 84 87
12 63 75 72
13 63 69 81
14 63 66 63
15 60 69 69
16 60 75 84
Lampiran 8 Hasil Uji Validitas
No. Pernyataan Skor
1 Seluruh badan bayi harus tersangga dengan baik saat menyusui. ,607**
2 Posisi tubuh bayi sejajar dengan puting ibu. ,070
3 Kepala bayi berada pada lengkung siku ibu dan bokong bayi
berada pada lengan bawah ibu. -,101
4 Posisi kepala dan badan bayi lurus saat menyusu. ,162
5 Kepala bayi menengadah saat menyusu. ,143
6 Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus. .361*
7 Posisi badan bayi menghadap ke dada ibu. ,498**
8 Posisi perut bayi menempel perut ibu. ,443**
9 Hidung bayi dekat dengan puting ibu. ,355*
10 Pada saat menyusui dagu bayi tidak perlu menempel pada
payudara ibu.
-,127
11 Bibir dan dagu bawah bayi menjangkau payudara pertama kali. ,366*
12 Mulut bayi harus terbuka lebar pada saat meyusu. ,338
13 Bayi membuka mulutnya lebar untuk mencakup puting dan areola
(daerah kehitaman yang mengelilingi puting).
,354*
14 Bibir bawah bayi saat menyusu tidak perlu membuka lebar. ,126
15 Tangan ibu menghalangi bibir bayi. ,162
16 Pada saat menyusui, areola (daerah kehitaman yang mengelilingi
puting) tampak lebih banyak di bagian atas. ,085
17 Sebagian besar areola (daerah kehitaman yang mengelilingi puting)
masuk ke dalam mulut bayi. ,138
18 Pengisapan ASI yang tepat akan menyebabkan payudara ibu terasa
lunak dan kosong setiap kali selesai menyusui. -,199
19 Areola (daerah kehitaman yang mengelilingi puting) bagian bawah
tidak terlihat. ,339*
20 Bayi yang mengisap dengan baik jika bayi mengisap dengan kuat. ,354*
21 Bayi melakukan hisapan pendek terus-menerus. ,086
22 Saat mengisap terlihat ASI mengalir keluar melalui mulut bayi. ,523**
23 Pipi bayi kempot saat menyusu. ,369*
24 Saat bayi menghisap membuat ritme yang teratur. ,176
25 Bayi mengisap kuat dengan irama perlahan merupakan cara
mengisap ASI yang benar. -,251
26 Bayi berhenti mengisap setiap 3-5 kali isapan untuk menelan. ,394*
27 Bayi mengisap terus-menerus tanpa diselingi menelan. ,167
28 Pola saat bayi mengisap ASI yaitu hisap-telan-hisap-telan. ,291
29 Saat bayi menyusu terdengar suara “cik-cik” dari mulut bayi. ,174
30 Saat bayi istirahat mengisap, terdengar suara menelan. ,044
Lampiran 9 Hasil Uji Reliabilitas
Kuder and Richardson Formula 20 dan 21
No
Item Soal
A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8 A9 A10 A11 A12 A1
3
A1
4
A1
5
A1
6
A1
7
A1
8
A1
9
A2
0
A2
1
A2
2
A2
3
A2
4
A2
5
A2
6
A2
7
A2
8
A2
9
A3
0
Tota
l
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0
21
2 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1
22
3 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1
21
4 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1
23
5 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1
22
6 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1
18
7 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0
22
8 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1
18
9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1
24
10 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1
24
11 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1
21
12 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1
21
13 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1
20
14 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1
23
15 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1
26
16 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1
20
17 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0
23
18 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0
20
19 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1
23
20 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1
21
21 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1
23
22 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1
21
23 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1
23
24 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1
21
25 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1
15
26 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1
19
27 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1
24
28 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1
17
29 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1
23
30 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1
24
31 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1
25
32 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1
33 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0
34 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1
24
Tota
l 32 32 33 28 17 28 33 31 24 17 28 32 31 22 27 18 23 32 25 30 13 17 7 30 32 28 25 5 9 29 692
p 0,94118 0,94118
0,97059
0,82353
0,50000
0,82353
0,97059
0,91176
0,70588
0,50000
0,82353
0,94118
q 0,05882
0,0588
2
0,0294
1
0,1764
7
0,5000
0
0,1764
7
0,0294
1
0,0882
4
0,2941
2
0,5000
0
0,1764
7
0,0588
2
pq 0,05536
0,0553
6
0,0285
5
0,1453
3
0,2500
0
0,1453
3
0,0285
5
0,0804
5
0,2076
1
0,2500
0
0,1453
3
0,0553
6
k 12
Σpq 1,44723
var 5,67188
Mea
n
21,6250
0
ρ
(KR
20)
0,81255
ρ
(KR
21)
4,42700
Lampiran 10
ANALISIS UNIVARIAT
Pendidikan Terakhir
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Pendidikan Dasar 4 25,0 25,0 25,0
Pendidikan Menengah 8 50,0 50,0 75,0
Pendidikan Tinggi 4 25,0 25,0 100,0
Total 16 100,0 100,0
Pekerjaan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Bekerja 8 50,0 50,0 50,0
Tidak Bekerja 8 50,0 50,0 100,0
Total 16 100,0 100,0
Suku
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Jawa 11 68,8 68,8 68,8
Sunda 4 25,0 25,0 93,8
Betawi 1 6,3 6,3 100,0
Total 16 100,0 100,0
kategori usia
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Remaja Akhir 2 12,5 12,5 12,5
Dewasa Awal 11 68,8 68,8 81,3
Dewasa Akhir 3 18,8 18,8 100,0
Total 16 100,0 100,0
Status Paritas
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Primipara 5 31,3 31,3 31,3
Multipara 11 68,8 68,8 100,0
Total 16 100,0 100,0
kategori pretest aplikasi
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak Tepat 15 93,8 93,8 93,8
Tepat 1 6,3 6,3 100,0
Total 16 100,0 100,0
kategori postest 1 aplikasi
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak Tepat 12 75,0 75,0 75,0
Tepat 4 25,0 25,0 100,0
Total 16 100,0 100,0
kategori postest 2 aplikasi
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak Tepat 2 12,5 12,5 12,5
Tepat 14 87,5 87,5 100,0
Total 16 100,0 100,0
kategori pretest pengetahuan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Baik 1 6,3 6,3 6,3
Cukup 14 87,5 87,5 93,8
Kurang 1 6,3 6,3 100,0
Total 16 100,0 100,0
kategori postest 1 pengetahuan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Baik 7 43,8 43,8 43,8
Cukup 9 56,3 56,3 100,0
Total 16 100,0 100,0
kategori postest 2 pengetahuan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Baik 10 62,5 62,5 62,5
Cukup 6 37,5 37,5 100,0
Total 16 100,0 100,0
UJI NORMALITAS
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
skor pretest ,251 16 ,008 ,932 16 ,265
skor postest 1 pengetahuan ,223 16 ,032 ,921 16 ,173
skor postest 2 pengetahuan ,214 16 ,048 ,830 16 ,007
a. Lilliefors Significance Correction
LAMPIRAN 11
ANALISIS BIVARIAT
UJI PAIRED T-TEST
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 skor pretest 63,94 16 5,870 1,468
skor postest 1 pengetahuan 75,38 16 5,572 1,393
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Pair 1 skor pretest & skor postest 1
pengetahuan 16 ,557 ,025
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig. (2-
tailed) Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
95% Confidence Interval
of the Difference
Lower Upper
Pair
1
skor pretest - skor
postest 1
pengetahuan
-
11,438 5,391 1,348 -14,310 -8,565 -8,486 15 ,000
Uji Wilcoxon
Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
skor postest pengetahuan kedua
- Skor postest pengetahuan
pertama
Negative Ranks 5a 5,40 27,00
Positive Ranks 10b 9,30 93,00
Ties 1c
Total 16
a. skor postest pengetahuan kedua < Skor postest pengetahuan pertama
b. skor postest pengetahuan kedua > Skor postest pengetahuan pertama
c. skor postest pengetahuan kedua = Skor postest pengetahuan pertama
Test Statisticsa
skor postest
pengetahuan
kedua - Skor
postest
pengetahuan
pertama
Z -1,891b
Asymp. Sig. (2-tailed) ,059
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on negative ranks.
Statistics
Skor Pengetahuan
Pre-Test
Skor postest
pengetahuan
pertama
skor postest
pengetahuan
kedua
N Valid 16 16 16
Missing 0 0 0
Mean 21,31 25,13 26,38
Median 21,00 25,00 27,50
Std. Deviation 1,957 1,857 2,872
Variance 3,829 3,450 8,250
Minimum 18 22 21
Maximum 26 28 29
Descriptive Statistics
N Range Minimum Maximum Mean Std. Deviation
skor pretest 16 24 54 78 63,94 5,870
skor postest 1 pengetahuan 16 18 66 84 75,38 5,572
skor postest 2 pengetahuan 16 24 63 87 79,13 8,617
Valid N (listwise) 16
McNemar Test
kat_pre_apli & kat_post1_apli
kat_pre_apli
kat_post1_apli
Tepat Tidak Tepat
Tepat 0 1
Tidak Tepat 12 3
Test Statisticsa
kat_pre_apli &
kat_post1_apli
N 16
Exact Sig. (2-tailed) ,003b
a. McNemar Test
b. Binomial distribution used.
McNemar Test
kat_post1_apli & kat_post2_apli
kat_post1_apli
kat_post2_apli
Tepat Tidak Tepat
Tepat 10 2
Tidak Tepat 4 0
Test Statisticsa
kat_post1_apli &
kat_post2_apli
N 16
Exact Sig. (2-tailed) ,687b
a. McNemar Test
b. Binomial distribution used.
Top Related