SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PEER EDUCATION

130
SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PEER EDUCATION TERHADAP TINGKAT KECEMASAN MENGHADAPI PMS (PREMENSTRUAL SYNDROME)PADA SISWI KELAS 7 DI SMPN 1 JIWAN MADIUN Oleh : DINDA NIDA ANKHOFIYYA NIM. 201302020 PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN 2017

Transcript of SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PEER EDUCATION

Page 1: SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PEER EDUCATION

SKRIPSI

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PEER EDUCATION

TERHADAP TINGKAT KECEMASAN MENGHADAPI PMS

(PREMENSTRUAL SYNDROME)PADA SISWI KELAS 7

DI SMPN 1 JIWAN MADIUN

Oleh :

DINDA NIDA ANKHOFIYYA

NIM. 201302020

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN

2017

Page 2: SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PEER EDUCATION

i

SKRIPSI

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PEER EDUCATION

TERHADAP TINGKAT KECEMASAN MENGHADAPI PMS

(PREMENSTRUAL SYNDROME)PADA SISWI KELAS 7

DI SMPN 1 JIWAN MADIUN

Diajukan untuk Memenuhi

Salah Satu Persyaratan dalam Mencapai Gelar

Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Oleh :

DINDA NIDA ANKHOFIYYA

NIM : 201302020

PRODI S1 KEPERAWATAN

STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN

2017

Page 3: SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PEER EDUCATION

ii

Page 4: SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PEER EDUCATION

iii

Page 5: SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PEER EDUCATION

iv

LEMBAR PERSEMBAHAN

Bismillahirohmannirohim….

Puji syukur Alhamdulillah senantiasa ku panjatkan kepada Allah SWT

atas karunia Nya yang begitu besar yang telah memberikan kemudahan,

kelancaran dan kekuatan yang luar biasa kepada saya. Semoga keberhasilan ini

menjadi satu langkah awal bagi saya untuk dapat meraih cita-cita saya.

Ku Persembahan karya kecil ku ini yang kubuat sepenuh hati, sekuat

tenaga dan pikiran ku ini untuk kedua orang tuaku yang selalu memberikan

semangat, motivasi, dan doa yang dipanjantkan setiap sujud nya untuk

menjadikan saya orang yang suskes. Saya yakin bahwa keberhasilan yang saya

raih ini tidak lepas dari doa kedua orang tua saya. Ya Allah Ya Rahman terima

kasih telah engkau beri aku tempat terindah di dunia ini yakni Kau anugerahi ku

sosok malaikat dalam dunia nyataku.

Untuk adikku yang pertama M.Farid Wajdi terima kasih telah memberikan

dukungan dan motivasinya.

Untuk adikku yang kedua Syahra Aulia Rahma terima kasih juga atas doa

dan dukungan nya.

Untuk Bapak Hariyadi S.Kp.M.Pd dan Dian Anisia W,S.Kep.,Ners terima kasih

telah memberikan bimbingan dan masukan dalam penyusunan proposal dan

skripsi dengan penuh sabar dan ketelatenan. Semoga Allah memberikan balasan

atas kebaikan yang telah diberikan.

Page 6: SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PEER EDUCATION

v

Untuk semua dosen STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun terima kasih

yang telah mendidik dan membimbing ku selama ini. Semoga Allah membalas

semua kebaikan dan ilmu yang telah di berikan.

Untuk Anindya Galih Utami, Sri Sistari Wahyu Ningsih, An’amNofi, Lina

Fitriana, Mega Intan, dan Ranti Rosita terima kasih kalian telah menjadi partner

yang baik di perjalanan masa kuliah saya dan terima kasih telah membantu dalam

menyelesaikan skripsi ini.

Untuk teman-teman satu almamater dan seperjuangan ku kita belum

selesai sampai disini. Mari kita lanjutkan dengan membuktikan bahwa kita

mampu menjadi perawat yang professional dan bisa diandalkan agar dapat

mengahrumkan nama STIKES Bahkti Husada Mulia Madiun.

Page 7: SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PEER EDUCATION

vi

Page 8: SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PEER EDUCATION

vii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Dinda Nida Ankhofiyya

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat dan Tanggal Lahir : Semarang, 22 April 1995

Agama : Islam

Alamat : Jl. Kapten Saputra No. 43 Madiun

Email : [email protected]

Riwayat Pendidikan : TK R.A Masyitoh (2000)

MI Islamiyah (2001-2007)

SMPN 2 Madiun (2007-2010)

SMAN 5 Madiun (2010-2013)

Riwayat Pekerjaan : Belum pernah bekerja

Page 9: SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PEER EDUCATION

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, atas terselesainya

Skripsi “Pengaruh Pendidikan Kesehatan Peer Education Terhadap Tingkat

Kecemasan Menghadapi PMS (Pre Menstrual Syndrome) Pada Siswi Kelas 7

SMPN 1 Jiwan Kabupaten Madiun” dengan lancar. Skripsi ini disusun sebagai

salah satu persyaratan dalam mencapai gelar Sarjana Keperawatan di Program

Studi Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun.

Peneliti menyadari dengan sepenuh hati bahwa dalam rangka kegiatan

penyusunan skripsi ini tidak akan terlaksana seperti yang diharapkan tanpa

bantuan dari pihak-pihak yang terkait yang telah memberikan banyak bimbingan,

arahan, dan motivasi kepada peneliti. Untukitu, dalam kesempatan ini peneliti

ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Zaenal Abidin, S.KM., M. Kes. (Epid) selaku ketua STIKES Bhakti Husada

Mulia Madiun

2. Mega Arianti P.,S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku Ketua Program Studi Keperawatan

STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun yang telah memberikan kesempatan

dan fasilitas untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan di Program

Studi Keperawatan

3. Hariyadi S.Kp.M.Pd selaku pembimbing I yang telah meluangkan waktu,

tenaga, pikiran, dan ilmunya untuk membimbing peneliti dalam penyelesaian

skripsi ini.

4. Dian Anisia W,S.Kep,Ns.M.Kep, selaku pembimbing II yang telah

memberikan peneliti arahan dan bimbingan kepada peneliti dalam

menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Page 10: SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PEER EDUCATION

ix

5. Drs.Didik Utomo,M.Pd selaku kepala sekolah SMPN 1 Jiwan Madiun yang

telah memberikan kepercayaan dan kesediaanya untuk melakukan penelitian

di sekolah tanpa adanya hambatan yang berarti.

6. Adik-adik terkasih kelas 7 SMPN 1 Jiwan yang telah membantu dan bersedia

menjadi responden penelitian ini.

7. Keluarga yang telah memberikan dukungan, bantuan, motivasi, dan nasihat

yang berarti dalam penyusunan skripsi ini.

8. Teman-teman peneliti yang telah mendukung, membantu dan menjadi tim

sukses peneliti dalam penelitian ini.

9. Semua pihak terkait yang tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu atas

bantuan dalam penyelesaian skripsi ini.

Semoga Allah SWT memberikan imbalan dan berkat melimpah atas budi

baik dan ketulusan yang telah diberikan selama ini padapeneliti.

Peneliti menyadari dalam menyelesaikan skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan sehingga diharapkan ada nya kritik dan saran yang membangun

demi kesempurnaan penelitian ini.

Akhirnya peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi

pembaca dan kita semua.

Madiun, 4 Agustus 2017

Dinda Nida Ankhofiyya

NIM.201302020

Page 11: SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PEER EDUCATION

x

ABSTRAK

Dinda Nida Ankhofiyya

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PEER EDUCATION

TERHADAP KECEMASAN MENGHADAPI PREMENSTRUAL

SYANDROME PADA SISWA KELAS 7 DI SMPN I JIWAN MADIUN

130 halaman + 8 tabel + 3 gambar + lampiran

Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai adanya perubahan emosi,

fisik, dan psikis. Pada remaja perempuan, salah satu tanda menginjak masa remaja

adalah dengan adanya menstruasi. Gangguan yang menyertai menstruasi adalah

Premenstrual Syndrome. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

pengaruh pendidikan kesehatan peer education terhadap tingkat kecemasan

menghadapi Premenstrual Syndrome Pada Siswi Kelas 7 Di SMPN 1 Jiwan

Madiun.

Desain dari penelitian ini adalah pre ekperimental one group pre test-post

test. Populasi dari penelitian ini adalah sebesar 27 siswi yang mengalami

kecemasan Premenstrual Syndrome. Uji statistik menggunakan Uji Wilcoxon Sign

Rank Test. Pengambilan sample menggunakan purposive sampling.

Hasil penelitian menunjukkan tingkat kecemasan menghadapi

Premenstrual Syndrome sebelum diberikan pendidikan kesehatan Peer Education

(pre test) tergolong berat 63%. Tingkat kecemasan setelah diberikan pendidikan

Peer Education (post test) adalah ringan 51,9%. Hasil yang dapat diketahui bahwa

ada perubahan tingkat kecemasan sebelum diberikan dan sesudah diberikan

pendidikan kesehatan Peer Education.

Hasil uji statistik menggunakan Wilcoxon Sign Rank Test dan dapat

diketahui bahwa nilai Asymp. Sig (0,000 = 0 %) < α = 5%, yang berarti h0

ditolakdan ha diterima yang artinya ada pengaruh pendidikan kesehatan Peer

Education terhadap tingkat kecemasan menghadapi Premenstrual Syndrome pada

siswi kelas 7 di SMPN 1 jiwan madiun

Pendidikan kesehatan Peer Education dapat menurunkan tingkat

kecemasan Premenstrual Syndrome pada remaja yang akan mengalami menstruasi

Kata kunci : Pendidikan Kesehatan, Peer Education, Kecemasan, PMS

Premenstrual Syndrome.

Page 12: SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PEER EDUCATION

xi

ABSTRACT

INFLUENCE OF HEALTH EDUCATION OF PEER EDUCATION TO

DREAD FACE LEVEL OF PREMENSTRUAL SYNDROME AT CLASS 7

SCHOOLGIRL STUDENT IN JUNIOR HIGH SCHOOL 1 OF JIWAN

MADIUN

Dinda Nida Ankhofiyya

201302020

130 Pages, 8 tables, 3 Pictures and Enclosures

Teen-Age is a period of transition marked by the existence of emotion

change, physical, and is psychical. At is adolescent woman, one of sign step on

teen-age with existence of menstruation. Problem that accompanied menstruate is

Premenstrual Syndrome. Aim of this research is to know influence of health

education of peer education to anxiety level face of Premenstrual Syndrome

(PMS) at Class 7 schoolgirl student in Junior High School 1 of Jiwan Madiun.

Design of this research post test - pre test experimental one group .

Population of this research is count to 27 schoolgirl student who anxiety of

Premenstrual Syndrome (PMS). Statistical Test use test of Wilcoxon Sign Rank

Test. Intake of sampel use purposive sampling.

Result of research show anxiety level face of Premenstrual Syndrome

(PMS) before given health education of peer education test (pre test) pertained

heavy anxiety 63%. Anxiety level after given education of health of peer of

education ( post test) pertained light anxiety 51,9%. Result of able to know that

there is degradation of anxiety level before and after given health education of

peer education .

Result of statistical test use Wilcoxon Sign Rank Test and can know that

value of Asymp. Sig ( 0,000 = 0 = 5%, meaning h0 refused and ha accepted with

the meaning there was influence of education of health of peer of education to

anxiety level face Premenstrual Syndrome at class 7 schoolgirl student at Junior

High School Jiwan Madiun.

Education health of peer education can degrade anxiety level of

Premenstrual Syndrome at adolescent to experience of menstruate.

Keyword : Health Education, Peer Education, Anxiety, Premenstrual

Syndrome

Page 13: SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PEER EDUCATION

xii

DAFTAR ISI

Sampul Dalam .................................................................................................... i

Lembar Persetujuan ............................................................................................ ii

Lembar Pengesahan ........................................................................................... iii

Lembar Persembahan .......................................................................................... iv

Lembar Pernyataan Keaslian Penelitian ............................................................. vi

Daftar Riwayat Hidup ........................................................................................ vii

Kata Pengantar ................................................................................................... viii

Abstrak ............................................................................................................... x

Abstract .............................................................................................................. xi

Daftar Isi ............................................................................................................. xii

Daftar Tabel ........................................................................................................ xiv

Daftar Gambar .................................................................................................... xv

Daftar Lampiran ................................................................................................. xvi

Daftar Singkatan ................................................................................................. xvii

Daftar Istilah .................................................................................................... xviii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang............................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ...................................................................... 6

1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................ 6

1.4 Manfaat Penelitian ...................................................................... 7

1.5 Keaslian Penelitian ..................................................................... 8

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pendidikan Kesehatan ................................................................ 10

2.2 Peer Education ........................................................................... 23

2.3 PMS (Pre Menstrual Syndrome) ................................................ 30

2.4 Kecemasan .................................................................................. 37

BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESA PENELITIAN

3.1 Kerangka Konseptual ................................................................. 50

3.2 Hipotesa ...................................................................................... 52

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian ........................................................................ 44

4.2 Populasi dan Sampel ................................................................... 45

Page 14: SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PEER EDUCATION

xiii

4.3 Tehnik Sampling ........................................................................ 47

4.4 Kerangka Kerja ............................................................................ 48

4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ............................ 49

4.6 Instrumen Penelitian ................................................................... 51

4.7 Uji Validitas dan Reliabilitas ...................................................... 52

4.8 Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................... 53

4.9 Prosedur Pengumpulan Data ...................................................... 53

4.10 Pengolahan Data ......................................................................... 54

4.11 Tehnik Analisa Data ................................................................... 56

4.12 Etika Penelitian ........................................................................... 58

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian ........................................... 60

5.2 Karakteristik Responden ............................................................ 61

5.3 Hasil Penelitian ........................................................................... 63

5.4 Pembahasan ................................................................................ 66

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan ................................................................................. 74

6.2 Saran ........................................................................................... 74

Daftar Pustaka .................................................................................................... 84

Lampiran-Lampiran ............................................................................................ 88

Page 15: SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PEER EDUCATION

xiv

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Tabel Halaman

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian ................................................................... 8

Tabel 4.1 Definisi Operasional Pengaruh Pendidikan Kesehatan Peer

Education Terhadap Tingkat Kecemasan Menghadapi PMS

(Pre Menstrual Syndrome) ...................................................... 59

Tabel 5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Usia .............. 71

Tabel 5.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Saat Pertama

Kali Haid ................................................................................. 71

Tabel 5.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Haid ................. 72

Tabel 5.4 Hasil Penelitian Berdasarkan Tingkat Kecemasan

Menghadapi Premenstrual Syndrome Sebelum

Mendapatkan Pendidikan Kesehatan Peer Education Pada

Siswi Kelas 7 Di SMPN 1 Jiwan Madiun ............................... 72

Tabel 5.5 Hasil Penelitian Berdasarkan Tingkat Kecemasan

Menghadapi Premenstrual Syndrome Sesudah

Mendapatkan Pendidikan Kesehatan Peer Education Pada

Siswi Kelas 7 Di SMPN 1 Jiwan Madiun ............................... 73

Tabel 5.6 Analisa Pengaruh Pendidikan Kesehatan Peer Education

Terhadap Tingkat Kecemasan Menghadapi Premenstrual

Syndrome Pada Siswi Kelas 7 Di SPMN 1 Jiwan Madiun ..... 74

Page 16: SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PEER EDUCATION

xv

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Gambar Halaman

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Pengaruh Pendidikan Kesehatan Peer

Education Terhadap Tingkat Kecemasan Menghadapi

PMS (Pre Menstrual Syndrome) ........................................... 50

Gambar 4.1 Skema Desain Penelitian ...................................................... 54

Gambar 4.2 Kerangka Kerja Penelitian .................................................... 57

Page 17: SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PEER EDUCATION

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Pencarian Data Awal ...................................................... 88

Lampiran 2 Surat Keterangan Selesai Penelitian ........................................ 89

Lampiran 3 Lembar Penjelasan Penelitian .................................................. 90

Lampiran 4 Surat Permohonan Menjadi Responden .................................. 91

Lampiran 5 Surat Persetujuan Menjadi Responden .................................... 92

Lampiran 6 Kisi-kisi Kuesioner .................................................................. 93

Lampiran 7 SAP Peer Education ................................................................ 94

Lampiran 8 SOP Peer Education ................................................................. 99

Lampiran 9 Kuesioner .................................................................................. 100

Lampiran 10 Tabulasi Data Responden ........................................................ 105

Lampiran 11 Data Distribusi Frekuensi Responden ..................................... 107

Lampiran 12 Hasil Uji Wilcoxon Sign Rank Test .......................................... 108

Lampiran 13 Foto Dokumentasi ................................................................... 109

Page 18: SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PEER EDUCATION

xvii

DAFTAR SINGKATAN

AIDS : Acquired Immuno Deficiency Syndrome

AVA : Audio Visual Aid

BKKBN : Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional

HARS : Hamilton Anxiety Rating Scale

HIV : Human Immuno Deficiency Virus

KIE : Komunikasi, Informasi, Edukasi

KRR : Kesehatan Reproduksi Remaja

PIK : Perkampungan Industri Kecil

PMDD : Premenstrual Dysphoric Disorder

UNAIDS : United Nations Programme on HIV/AIDS

UNFPA : United Nations fund for Population Activities

PMS : Pre Menstrual Syndrome

Page 19: SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PEER EDUCATION

xviii

DAFTAR ISTILAH

Anxietas : Cemas

Bill Board : Papanspanduk

Booklet : Media untuk menyampaikan pesan melalui

tulisan dan gambar

Brain Storming : Curah pendapat

Buzz Group : Kelompok kecil-kecil

Craving : Mengidamkan sesuatu

Community Based : Berbasis Komunitas

Culturally Appropripate : Cocok secara budaya

Disability Limitation : Pembatasan kecacatan

Depression : Depresi

Five levels of prevention : Lima tingkat pencegahan

Flip chart : Lembar balik

Flyer : Selembaran

General and Specific Protection : Perlindungan umum dan khusus

Guidance and Counseling : Bimbingan dan penyuluhan

Health Promotion : Peningkatan kesehatan

Heterozigot : Dua telur

Interview : Wawancara

Leaflet : Lembaran yang dilipat

Menarche : Menstruasi pertama pada anak perempuan

Monozigot : Satu sel

Mood : Keinginan

Peer Education : Pendidikan sebaya

Planning : Merencanakan sesuatu untuk mencapai

suatu tujuan

Pre Menstrual Dysporic Disorder : Bentuk lebih berat dari pre menstrual

syndrome

Page 20: SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PEER EDUCATION

xix

Pre Menstrual Syndrome : Gangguan siklus yang terjadi pada wanita

sebelum menstruasi

Public Speaking : Ceramah umum

Rehabilitation : Sebuah kegiatan ataupun proses untuk

membantu para penderita yang mempunyai

penyakit serius yang memerlukan

pengobatan medis untuk mencapai

kemampuan fisik, psikologis, dan sosial

yang maksimal.

Role play : Memainkan peranan

Simulation game : Permainan simulasi

Snow Bolling : Bola salju

Page 21: SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PEER EDUCATION

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masa remaja atau masa adolesensi adalah suatu fase perkembangan yang

dinamis dalam kehidupan seorang individu. Masa ini merupakan periode transisi

dari masa anak ke dewasa yang ditandai dengan percepatan perkembangan fisik,

mental, emosional, dan sosial dan berlangsung pada dekade kedua masa

kehidupan (Moersintowarti, 2002). Pada saat itu mereka tidak hanya tumbuh

menjadi lebih tinggi dan lebih besar, tetapi juga terjadi perubahan-perubahan di

dalam tubuh yang memungkinkan untuk bereproduksi. ada masa remaja terjadi

perubahan fisikyang cepat, termasuk pertumbuhan organ-organ reproduksi (organ

seksual)untuk mencapai kematangan, sehingga mampu melangsungkan

fungsireproduksi. Perubahan ini ditandai dengan munculnya tanda-tanda primer

pada remaja putri seperti mentruasi/menarche dan tanda sekunder yaitu: pinggul

melebar, pertumbuhan rahim, payudara membesar dan tumbuhnya rambut di

ketiak dan sekitar kemaluan (Hurlock, 2011).

Salah satu peristiwa penting yang terjadi pada remaja putri adalah tentang

menstruasi yang pertama kali, biasanya umur 10-16 tahun. Saat menstruasi datang

pertama kali tersebut dinamakan dengan Menarche. Banyak wanita mengalami

ketidaknyamanan fisik selama beberapa hari sebelum menstruasi datang. Kira-kira

setengah hari dari seluruh wanita menderita akibat dismenore atau menstruasi

yang menyakitkan. Hal ini khususnya sering terjadi awal-awal masa dewasa.

Page 22: SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PEER EDUCATION

2

Dalam bentuk yang paling berat, sering melibatkan depresi dan kemarahan,

kondisi ini dikenal sebagai gejala datang bulan atau Premenstrual Syndrome

(Yudi, 2008). Sindroma Pramenstruasi merupakan kondisi medis umum yang

mempengaruhi hubungan wanita, aktivitas sosial, produktivitas kerja, dan kualitas

hidup. Berbagai gejala emosional yang paling umum dialami wanita saat pra-haid

timbul suatu kecemasan ketika menghadapi Premenstrual Syndrome. Gejala yang

sering dikeluhkan remaja adalah gejala emosional seperti mudah tersinggung,

depresi, mudah marah, cemas atau tegang, perubahan suasana hati, sedangkan

gejala fisik adalah payudara tegang, perut kembung, sakit kepala dan mudah lelah

(Qiao et al., 2012). Berbagai gejala emosional yang paling umum dialami wanita

saat PMS salah satunya timbul suatu kecemasan ketika menghadapi Premenstrual

Syndrome.

Kecemasan dalam menghadapi Premenstrual Syndrome adalah suatu

keadaan menjelang menstruasi yang ditandai dengan perasaan ketakutan yang

disertai dengan tanda somatik yaitu terjadinya hiperaktifitas sistem saraf otonom.

Remaja yang mengalami pubertas akan lebih cepat murung, khawatir, cemas,

marah dan menangis hanya karena hasutan yang sangat kecil (Ganong, 2012). Hal

ini berpengaruh terhadap aktifitas sehari-hari menjadi terganggu, misalnya pada

saat menjelang menstruasi menjadi malas masuk sekolah (absen meningkat)

sehingga kegiatan belajar mengajar menjadi menurun.

Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2015 sekitar

seperlima dari penduduk dunia adalah remaja dengan rentang usia 10-19 tahun.

Sekitar Sembilan ratus juta remaja tersebut tinggal di negara berkembang.

Page 23: SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PEER EDUCATION

3

Menurut Biro Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2015 jumlah remaja di Indonesia

mencapai 36 juta jiwa dan 55% diantaranya adalah remaja perempuan. Kelompok

usia 10-19 tahun adalah 22%, yang terdiri dari 50,9% remaja laki-laki dan 49,1%

remaja perempuan. Sedangkan jumlah remaja berusia 10 hingga 24 tahun sudah

mencapai sekitar 64 juta atau 27,6% dari total penduduk Indonesia. Angka

kejadian kecemasan akibat dari sindrom pramenstruasi cukup tinggi, yaitu sekitar

20% dari populasi dunia dan sebanyak 48% dialami oleh wanita usia subur

(Yunghui, 2011). Berdasarkan data dari Divisi Imunoendokrinologi Reproduksi

Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

RSCM, sebanyak 48% timbul suatu kecemasan menghadapi Premenstrual

Syndrome (Hestiantoro, 2009). Sedangkan menurut penelitian Syiamti dan Pertiwi

(2011) dilaporkan bahwa yang mengalami kecemasan premenstrual syndrome

yaitu kecemasan ringan 19 responden (17,1%), kecemasan sedang 33 responden

(29,7%) dan kecemasan berat 59 (53,2%). Berdasarkan hal tersebut maka semakin

berat tingkat kecemasannya , maka premenstruasi syndrome nya semakin berat,

sebaliknya semakin ringan tingkat kecemasannya, maka premenstruasi syndrome

nya juga semakin ringan.

Dalam penatalaksanaan kecemasan pre menstruasi dapat dilakukan dengan

dua cara yaitu farmakologi seperti obat anticemas ,dan anti depresan. Sedangkan

penanganan non farmakologi merupakan penanganan meliputi melakukan diet,

senam aerobic dan terapi relaksasi Mengingat hal tersebut, diperlukan solusi lain

untuk mengurangi kecemasan yang dialami oleh remaja putri. Pemberian

Page 24: SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PEER EDUCATION

4

pendidikan kesehatan merupakan solusi yang sangat dianjurkan untuk mengatasi

hal tersebut (Proverawati (2009); Trya Aryaputri Sudjana, dkk,(2015) ).

Pendidikan kesehatan merupakan suatu bentuk tindakan mandiri

keperawatan untuk membantu klien baik individu, kelompok, maupun masyarakat

dalam mengatasi masalah kesehatannya melalui kegiatan pembelajaran yang

didalamnya perawat sebagai perawat pendidik (Suliha, dkk, 2012). Ada beberapa

cara untuk memberikan pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan bisa

diberikan melalui ceramah, bentuk sosio drama dan metode peer education.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa metode ceramah yang selama ini

dilaksanakan kurang efektif, sehingga perlu dicari metode lain dalam

meningkatkan pengetahuan dan pemahaman (Murti, Prabandari dan Riyanto,

2006). Metode pendidikan kesehatan yang akan dilakukan dalam penelitian ini

adalah metode peer education.

Secara Umum Peer education adalah pendidikan sebaya. Sedangkan

secara khusus Peer education adalah merupakan sistem penyampaian sex

education melalui pendidikan teman sebaya. Sedangkan peer education atau

pendidikan sebaya adalah seseorang yang mewakili sekolah atau kelompoknya

yang mempunyai komitmen dan telah mendapat pelatihan untuk memberikan

informasi seputar kesehatan reproduksi secara tepat (Amelia, 2014). Menurut

Depdiknas (2004), untuk menjadi peer education harus menjalani pelatihan

terlebih dahulu. Pelatihan peer education pada dasarnya menggunakan azas

pendidikan orang dewasa (andragogi) dan mengikuti pendekatan partisipatori.

Proses pembelajaran yang berdasarkan partisipatori andragogi menempatkan

Page 25: SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PEER EDUCATION

5

siswa sebagai orang yang memiliki bekal pengetahuan dan sudah mempunyai

sedikit pengalaman, keterampilan serta cenderung untuk menentukan prestasinya

sendiri. Pengalaman dan potensi yang ada pada siswa adalah sumber yang perlu

digali dalam proses pembelajaran pada pendidikan sebaya. Peer education

memiliki manfaat sangat efektif dalam mengatasi berbagai masalah remaja,

karena penjelasan yang diberikan oleh seorang kelompoknya sendiri akan lebih

mudah dipahami. Pendidikan lebih bermanfaat, karena alih pengetahuan

dilaksanakan oleh antar kelompok sebaya mereka sehingga komunikasi menjadi

lebih terbuka. Hal-hal yang tidak dapat dibicarakan bersama termasuk yang

sifatnya sensitif dapat didiskusikan secara terbuka diantara mereka (Arnawa,

2011).

Penelitian Peer Education pernah dilakukan oleh Dwi Yati (2014) tentang

Pengaruh Peer Education Terhadap Kecemasan Pada Remaja Post Menarche pada

siswi SMP Muhammadiyah Kabupaten Bantul. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa prosentase responden yang mengalami kecemasan saat pre test 100% (43

orang) dan post test 79,1% (34 orang) dengan p value 0,000 (p<0,05), hal ini

menunjukkan terdapat penurunan kecemasan yang signifikan sebelum dan setelah

diberikan peer education. Hasil analisis kualitatif terhdap perasaan responden

setelah mengikuti peer education adalah remaja merasa senang, peer education

mengurangi kecemasan, kebingungan dan ketakutan karena peer education

menambah ilmu pengetahuan, memberikan gambaran dan motivasi terhadap

masalah yang mereka hadapi dan sebagai sarana berdiskusi, berbagi cerita dan

sharing pengalaman.

Page 26: SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PEER EDUCATION

6

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di SMPN I Jiwan

Kabupaten Madiun dari 10 siswi yang diwawancarai terdapat 8 siswi (80%) yang

mengatakan sangat cemas dan takut menghadapi menstruasi dan 2 siswi (20%)

tidak mengalami kecemasan. Sebagian besar alasan mereka mengatakan cemas

dan takut menghadapi menstruasi dikarenakan kurangnya informasi mengenai

menstruasi dan cara mengatasi rasa cemas saat Premenstrual Syndrome.

Dari fenomena di atas maka peneliti tertarik untuk mengambil judul

penelitian tentang Pengaruh Pendidikan Kesehatan Peer Education Terhadap

Kecemasan Menghadapi Premenstrual Syndrome Pada Siswi kelas 7 Di SMPN 1

Jiwan Madiun.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: apakah ada pengaruh

Pendidikan Kesehatan Peer Education Terhadap Kecemasan Menghadapi

Premenstrual Syndrome Pada siswi kelas 7 Di SMPN 1 Jiwan Madiun.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh Pendidikan Kesehatan Peer Education Terhadap

Kecemasan Menghadapi Premenstrual Syndrome Pada siswi kelas 7 Di SMPN 1

Jiwan Madiun.

Page 27: SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PEER EDUCATION

7

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi tingkat kecemasan menghadapi Premenstrual Syndrome

Pada Siswi kelas 7 SMPN I Jiwan Madiun sebelum dilakukan Pendidikan

kesehatan melalui Peer Education.

2. Mengidentifikasi tingkat kecemasan menghadapi Premenstrual Syndrome

pada Siswi kelas 7 SMPN I Jiwan Madiun sesudah dilakukan Pendidikan

Kesehatan melalui Peer Education.

3. Menganalisa pengaruh pendidikan kesehatan melalui Peer Education

terhadap tingkat kecemasan menghadapi Premenstrual Syndrome siswi

kelas 7 SMPN I Jiwan Madiun.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Dapat digunakan untuk menerapkan teori-teori yang diterima selama

kuliah dan memperluas cara berpikir penulis dalam memperjelas tentang

pendidikan kesehatan melalui peer education.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Bagi Penulis

Untuk mendapatkan wawasan dan pengetahuan dalam menjalankan proses

penelitian terkait Kecemasan menjelang Premenstrual Syndrome.

2. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian untuk digunakan sebagai bahan informasi dan masukan

dalam rangka meningkatkan pengetahuan mengenai pendidikan kesehatan

melalui Peer Education.Untuk mengembangkan ilmu keperawatan di

Page 28: SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PEER EDUCATION

8

bidang kepustakaan dan untuk meningkatkan pengetahuan pembaca

tentang Pengaruh Pendidikan Kesehatan Peer Education Terhadap

Kecemasan Menghadapi Premenstrual Syndrome.

3. Bagi STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun

Untuk mengembangkan ilmu keperawatan di bidang kepustakaan dan

untuk meningkatkan pengetahuan pembaca tentang Pengaruh Pendidikan

Kesehatan Peer Education Terhadap Kecemasan Menghadapi

Premenstrual Syndrome.

1.5 Keaslian Penelitian

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

No Peneliti Judul

Penelitian

Hasil

Penelitian

Persamaan

Penelitian

terdahulu

dengan

sekarang

Perbedaan

Penelitian

terdahulu

dengan

sekarang

1. Dwi

Yati

(2014)

Pengaruh Peer

Education

Terhadap

Kecemasan

Pada Remaja

Post Menarche

pada siswi

SMP

Muhammadi-

yah Kabupaten

Bantul

Prosentase

responden

yang

mengalami

kecemasan

saat pre test

100% (43

orang) dan

post test 79,1%

(34 orang)

dengan p value

0,000

(p<0,05), hal

ini

menunjukkan

terdapat

penurunan

kecemasan

yang

signifikan

1. Variabel

penelitian

tentang Peer

education

dan

kecemasan

2. Subyek

penelitian

pada siswi

SMP

1. Obyek

penelitian

pada Post

Menarche

2. Lokasi

penelitian

pada SMP

Muham-

madiyah

Kabupaten

Bantul.

Page 29: SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PEER EDUCATION

9

sebelum dan

setelah

diberikan peer

education.

2. Sri

Siyamti

dan

Herdini

Widyan

ing

Pertiwi

(2011)

Hubungan

Antara Tingkat

Kecemasan

Dengan Sin-

drom Premen-

struasi Pada

Mahasiswi

Tingkat II

Akademi

Kebidanan

Estu Utomo

Boyolali

Mahasiswi

yang

mengalami

kecemasan

premenstrual

syndrome yaitu

kecemasan

ringan 19 res-

ponden

(17,1%),

kecemasan

sedang 33 res-

ponden

(29,7%) dan

kecemasan

berat 59

(53,2%)

1. Variabel

pene-litian

tentang

kecemasan

Sindrom

Premenstrua

si

2. Pengumpula

n data

dengan

kuesioner

1. Subyek

peneliti

Mahasiswi II

2. Lokasi

penelitian di

Akademi

Kebidanan

Estu Utomo

Boyolali

Page 30: SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PEER EDUCATION

10

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pendidikan Kesehatan

2.1.1 Pengertian Pendidikan Kesehatan

Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk

mempengaruhi orang lain, baik individu, kelompok atau masyarakat, sehingga

mereka melakukan apa yang di harapkan oleh pelaku pendidikan, yang tersirat

dalam pendidikan adalah: input adalah sasaran pendidikan (individu, kelompok,

dan masyarakat), pendidik adalah (pelaku pendidikan), proses adalah (upaya yang

direncanakan untuk mempengaruhi orang lain), output adalah (melakukan apa

yang diharapkan atau perilaku) (Notoatmodjo, 2013).

Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku yang dinamis,

dimana perubahan tersebut bukan sekedar proses transfer materi atau teori dari

seseorang ke orang lain, akan tetapi perubahan tersebut terjadi karena adanya

kesadaran dari dalam diri individu, atau kelompok masyarakat sendiri (Mubarak

dan Chayatin, 2009).

Dapat disimpulkan bahwa pendidikan kesehatan adalah penerapan aplikasi

bidang kesehatan kepada individu maupun masyarakat.

2.1.2 Tujuan Pendidikan Kesehatan

Tujuan utama pendidikan kesehatan (Mubarak dan Chayatin, 2009) adalah

agar orang mampu:

1. Menetapkan masalah dan kebutuhan mereka sendiri.

Page 31: SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PEER EDUCATION

11

2. Memahami apa yang dapat mereka lakukan terhadap masalah, dengan sumber

daya yang ada pada mereka ditambah dengan dukungan dari luar.

3. Memutuskan kegiatan yang paling tepat guna untuk meningkatkan taraf hidup

sehat dan kesejahteraan masyarakat .

2.1.3 Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan

Ruang lingkup pendidikan kesehatan dapat dilihat dari berbagai dimensi,

antara lain: (Mubarak, 2007)

1. Dimensi Sasaran

a. Pendidikan kesehatan individual dengan sasaran individu.

b. Pendidikan kesehatan kelompok dengan sasaran kelompok.

c. Pendidikan kesehatan masyarakat dengan sasaran masyarakat luas.

2. Dimensi Tempat Pelaksanaan

Pendidikan kesehatan dapat berlangsung di berbagai tempat, dengan

sendirinya sasarannya berbeda pula, misalnya : a) Pendidikan kesehatan di

sekolah, dengan sasaran murid. b) Pendidikan kesehatan di rumah sakit atau

tempat pelayanan kesehatan lainnya, dengan sasaran pasien dan keluarga

pasien. c) Pendidikan kesehatan di tempat kerja dengan sasaran buruh atau

karyawan.

3. Dimensi Tingkat Pelayanan Kesehatan

Pendidikan kesehatan dapat dilakukan berdasarkan lima tingkat pencegahan

(five levels of prevention) yaitu sebagai berikut :

a. Peningkatan Kesehatan (Health Promotion)

Peningkatan status kesehatan masyarakat dapat dilakukan melalui

Page 32: SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PEER EDUCATION

12

beberapa kegiatan seperti pendidikan kesehatan (health education),

penyuluhan kesehatan, pengadaan rumah sakit, konsultasi perkawinan,

pendidikan seks, pengendalian lingkungan, dan lain-lain.

b. Perlindungan Umum dan Khusus (General and Specific Protection)

Perlindungan umum dan khusus merupakan usaha kesehatan untuk

memberikan perlindungan secara khusus atau umum kepada seseorang

atau masyarakat. Bentuk perlindungan tersebut seperti imunisasi dan

higiene perseorangan, perlindungan diri dari kecelakaan, kesehatan kerja,

pengendalian sumber-sumber pencemaran, dan lain-lain.

c. Diagnosis Dini dan Pengobatan Segera

Pengetahuan dan kesadaran masyarakat yang rendah terhadap kesehatan

mengakibatkan masyarakat mengalami kesulitan untuk mendeteksi

penyakit bahkan enggan untuk memeriksakan kesehatan dirinya dan

mengobati penyakitnya.

d. Pembatasan Kecacatan (Disability Limitation)

Kurangnya pengertian dan kesadaran masyarakat tentang kesehatan dan

penyakit sering membuat masyarakat tidak melanjutkan pengobatannya

sampai tuntas, yang akhirnya dapat mengakibatkan kecacatan atau

ketidakmampuan. Oleh karena itu, pendidikan kesehatan juga diperlukan

pada tahap ini dalam bentuk penyempurnaan dan intensifikasi terapi

lanjutan, pencegahan komplikasi, perbaikan fasilitas kesehatan,

penurunan beban sosial penderita, dan lain-lain.

Rehabilitasi (Rehabilitation) Latihan diperlukan untuk pemulihan

Page 33: SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PEER EDUCATION

13

seseorang yang telah sembuh dari suatu penyakit atau menjadi cacat.

Karena kurangnya pengetahuan dan kesadaran tentang pentingnya

rehabilitasi, masyarakat tidak mau untuk melakukan latihanlatihan

tersebut (Mubarak dan Chayatin, 2009).

Dari uraian di atas menunjukkan bahwa pendidikan kesehatan sangat

dibutuhkan dan diperlukan untuk semua kalangan.

2.1.4 Metode Pendidikan Kesehatan

1. Metode Pendidikan Individual (Perorangan)

Bentuk dari metode individual ada 2 (dua) bentuk : ( Notoatmodjo ,

2013).

a. Bimbingan dan penyuluhan (guidance and counseling), yaitu ;

1) Kontak antara klien dengan petugas lebih intensif

2) Setiap masalah yang dihadapi oleh klien dapat dikorek dan

dibantu penyelesaiannya.

3) Akhirnya klien tersebut akan dengan sukarela dan berdasarkan

kesadaran, penuh pengertian akan menerima perilaku tersebut

(mengubah perilaku)

b. Interview (wawancara)

1) Merupakan bagian dari bimbingan dan penyuluhan

2) Menggali informasi mengapa ia tidak atau belum menerima

perubahan, untuk mengetahui apakah perilaku yang sudah atau

yang akan diadopsi itu mempunyai dasar pengertian dan

Page 34: SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PEER EDUCATION

14

kesadaran yang kuat, apabila belum maka perlu penyuluhan yang

lebih mendalam lagi.

2. Metode Pendidikan Kelompok

Metode pendidikan Kelompok harus memperhatikan apakah kelompok itu

besar atau kecil, karena metodenya akan lain. Efektifitas metodenya pun

akan tergantung pada besarnya sasaran pendidikan.

a. Kelompok besar

1) Ceramah ; metode yang cocok untuk sasaran yang berpendidikan

tinggi maupun rendah.

2) Seminar ; hanya cocok untuk sasaran kelompok besar dengan

pen-didikan menengah ke atas. Seminar adalah suatu penyajian

(presentasi) dari satu ahli atau beberapa ahli tentang suatu topik

yang dianggap penting dan biasanya dianggap hangat di

masyarakat.

b. Kelompok kecil

1) Diskusi kelompok ;

Dibuat sedemikian rupa sehingga saling berhadapan, pimpinan

diskusi /penyuluh duduk diantara peserta agar tidak ada kesan

lebih tinggi, tiap kelompok punya kebebasan mengeluarkan

pendapat, pimpinan diskusi memberikan pancingan,

mengarahkan, dan mengatur sehingga diskusi berjalan hidup dan

tak ada dominasi dari salah satu peserta.

Page 35: SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PEER EDUCATION

15

2) Curah pendapat (Brain Storming) ;

Merupakan modifikasi diskusi kelompok, dimulai dengan

memberikan satu masalah, kemudian peserta memberikan

jawaban/tanggapan, tanggapan/jawaban tersebut ditampung dan

ditulis dalam flipchart/papan tulis, sebelum semuanya

mencurahkan pendapat tidak boleh ada komentar dari siapa pun,

baru setelah semuanya mengemukaan pendapat, tiap anggota

mengomentari, dan akhirnya terjadi diskusi.

3) Bola salju (Snow Balling)

Tiap orang dibagi menjadi pasangan-pasangan (1 pasang 2

orang). Kemudian dilontarkan suatu pertanyaan atau masalah,

setelah lebih kurang 5 menit tiap 2 pasang bergabung menjadi

satu. Mereka tetap mendiskusikan masalah tersebut, dan mencari

kesimpulan-nya. Kemudian tiap 2 pasang yang sudah

beranggotakan 4 orang ini bergabung lagi dengan pasangan

lainnya dan demikian seterus-nya akhirnya terjadi diskusi seluruh

kelas.

4) Kelompok kecil-kecil (Buzz group)

Kelompok langsung dibagi menjadi kelompok kecil-kecil,

kemudi-an dilontarkan suatu permasalahan sama/tidak sama

dengan kelom-pok lain, dan masing-masing kelompok

mendiskusikan masalah tersebut. Selanjutnya kesimpulan dari

tiap kelompok tersebut dan dicari kesimpulannya.

Page 36: SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PEER EDUCATION

16

5) Memainkan peranan (Role Play)

Beberapa anggota kelompok ditunjuk sebagai pemegang peranan

tertentu untuk memainkan peranan tertentu, misalnya sebagai

dokter puskesmas, sebagai perawat atau bidan, dll, sedangkan

anggota lainnya sebagai pasien/anggota masyarakat. Mereka

mem-peragakan bagaimana interaksi/komunikasi sehari-hari

dalam melaksanakan tugas.

6) Permainan simulasi (Simulation Game)

Merupakan gambaran role play dan diskusi kelompok. Pesan-

pesan disajikan dalam bentuk permainan seperti permainan

monopoli. Cara memainkannya persis seperti bermain monopoli

dengan menggunakan dadu, gaco (penunjuk arah), dan papan

main. Beberapa orang menjadi pemain, dan sebagian lagi

berperan sebagai nara sumber.

7) Pendidikan teman sebaya(peer education) adalah metode yang

paling tepat digunakan sebagai pendidikan dengan teman

cenderung dapat menyimpan rahasia , lebih terbuka , serta dapat

menghadapi masalah yang dihadapi dengan orang tua /

keluarganya (BKKBN dan UNFPA,2006).

3. Metode pendidikan Massa

Pada umumnya bentuk pendekatan (cara) ini adalah tidak langsung.

Biasanya menggunakan atau melalui media massa. Contoh :

Page 37: SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PEER EDUCATION

17

a. Ceramah umum (public speaking)

Dilakukan pada acara tertentu, misalnya Hari Kesehatan Nasional,

misalnya oleh menteri atau pejabat kesehatan lain.

b. Pidato-pidato diskusi tentang kesehatan melalui media elektronik baik

TV maupun radio, pada hakikatnya adalah merupakan bentuk

pendidikan kesehatan massa.

c. Simulasi, dialog antar pasien dengan dokter atau petugas kesehatan

lainnya tentang suatu penyakit atau masalah kesehatan melalui TV

atau radio adalah juga merupakan pendidikan kesehatan massa.

Contoh: ”Praktek Dokter Herman Susilo” di Televisi.

d. Sinetron ”Dokter Sartika” di dalam acara TV juga merupakan bentuk

pendekatan kesehatan massa. Sinetron Jejak sang elang di Indosiar

hari Sabtu siang (th 2006)

e. Tulisan-tulisan di majalah/koran, baik dalam bentuk artikel maupun

tanya jawab /konsultasi tentang kesehatan antara penyakit juga

merupakan bentuk pendidikan kesehatan massa.

f. Bill Board, yang dipasang di pinggir jalan, spanduk poster dan

sebagainya adalah juga bentuk pendidikan kesehatan massa. Contoh :

Billboard ”Ayo ke Posyandu”. Andalah yang dapat mencegahnya

(Pemberantasan Sarang Nyamuk).

2.1.5 Alat Bantu Pendidikan Kesehatan

1. Alat Bantu (Peraga)

Alat Peraga menurut Notoadmojo (2013) adalah:

Page 38: SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PEER EDUCATION

18

a. Pengertian

Alat-alat yang digunakan oleh peserta didik dalam menyampaikan

bahan pendidikan/pengajaran, sering disebut sebagai alat

peraga. Elgar Dale membagi alat peraga tersebut menjadi 11 (sebelas)

macam, dan sekaligus menggambarkan tingkat intensitas tiap-tiap alat

bantu tersebut dalam suatu kerucut. Menempati dasar kerucut adalah

benda asli yang mempunyai intensitas tertinggi disusul benda tiruan,

sandiwara, demonstrasi, field trip/kunjungan lapangan, pameran,

televisi, film, rekaman/radio, tulisan, kata-kata. Penyampaian bahan

dengan kata-kata saja sangat kurang efektif/intensitasnya paling

rendah.

b. Faedah alat bantu pendidikan

1) Menimbulkan minat sasaran pendidikan.

2) Mencapai sasaran yang lebih banyak.

3) Membantu mengatasi hambatan bahasa.

4) Merangsang sasaran pendidikan untuk melaksanakan pesan-pesan

kesehatan.

5) Membantu sasaran pendidikan untuk belajar lebih banyak dan

cepat.

6) Merangsang sasaran pendidikan untuk meneruskan pesan-pesan

yang diterima kepada orang lain.

7) Mempermudah penyampaian bahan pendidikan/informasi oleh

para pendidik/pelaku pendidikan.

Page 39: SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PEER EDUCATION

19

8) Mempermudah penerimaan informasi oleh sasaran pendidikan.

9) Mendorong keinginan orang untuk mengetahui, kemudian lebih

mendalami, dan akhirnya memberikan pengertian yang lebih baik.

10) Membantu menegakkan pengertian yang diperoleh.

c. Macam-macam alat bantu pendidikan

1) Alat bantu lihat (visual aids) ;

‐ alat yang diproyeksikan : slide, film, film strip dan sebagainya.

‐ alat yang tidak diproyeksikan; untuk dua dimensi misalnya

gambar, peta, bagan; untuk tiga dimensi misalnya bola dunia,

boneka, dsb.

2) Alat bantu dengar (audio aids); piringan hitam, radio, pita

suara, dsb.

3) Alat bantu lihat dengar (audio visual aids); televisi dan VCD.

d. Sasaran yang dicapai alat bantu pendidikan

1) Individu atau kelompok

2) Kategori-kategori sasaran seperti; kelompok umur, pendidikan,

pekerjaan, dsb.

3) Bahasa yang mereka gunakan

4) Adat istiadat serta kebiasaan

5) Minat dan perhatian

6) Pengetahuan dan pengalaman mereka tentang pesan yang akan

diterima.

Page 40: SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PEER EDUCATION

20

e. Merencanakan dan menggunakan alat peraga

Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :

1) Tujuan pendidikan, tujuan ini dapat untuk :

a) Mengubah pengetahuan/pengertian, pendapat dan konsep-

konsep.

b) Mengubah sikap dan persepsi.

c) Menanamkan tingkah laku/kebiasaan yang baru.

2) Tujuan penggunaan alat peraga

a) Sebagai alat bantu dalam latihan / penataran/pendidikan.

b) Untuk menimbulkan perhatian terhadap sesuatu masalah.

c) Untuk mengingatkan sesuatu pesan / informasi.

d) Untuk menjelaskan fakta-fakta, prosedur, tindakan.

f. Persiapan penggunaan alat peraga

Semua alat peraga yang dibuat berguna sebagai alat bantu belajar

dan tetap harus diingat bahwa alat ini dapat berfungsi mengajar

dengan sendirinya. Kita harus mengembangkan ketrampilan dalam

memilih, mengadakan alat peraga secara tepat sehingga

mempunyai hasil yang maksimal.

Contoh : satu set flip chart tentang makanan sehat untuk bayi/anak-

anak harus diperlihatkan satu persatu secara berurutan

sambil menerangkan tiap-tiap gambar beserta pesannya.

Kemudian diadakan pembahasan sesuai dengan

kebutuhan pendengarnya agar terjadi komunikasi dua

Page 41: SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PEER EDUCATION

21

arah. Apabila kita tidak mempersiapkan diri dan hanya

mempertunjukkan lembaran-lembaran flip chart satu

demi satu tanpa menerangkan atau membahasnya maka

penggunaan flip chart tersebut mungkin gagal.

g. Cara mengunakan alat peraga

Cara mempergunakan alat peraga sangat tergantung dengan

alatnya. Menggunakan gambar sudah barang tentu lain dengan

menggunakan film slide. Faktor sasaran pendidikan juga harus

diperhatikan, masya-rakat buta huruf akan berbeda dengan

masyarakat berpendidikan. Lebih penting lagi, alat yang digunakan

juga harus menarik, sehingga menimbulkan minat para pesertanya.

Ketika mempergunakan AVA, hendaknya memperhatikan :

1) Senyum adalah lebih baik, untuk mencari simpati.

2) Tunjukkan perhatian, bahwa hal yang akan

dibicarakan/diperagakan itu, adalah penting.

3) Pandangan mata hendaknya ke seluruh pendengar, agar mereka

tidak kehilangan kontrol dari pihak pendidik.

4) Nada suara hendaknya berubah-ubah, adalah agar pendengar

tidak bosan dan tidak mengantuk.

5) Libatkan para peserta/pendengar, berikan kesempatan untuk

memegang dan atau mencoba alat-alat tersebut.

6) Bila perlu berilah selingan humor, guna menghidupkan

suasana dan sebagainya.

Page 42: SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PEER EDUCATION

22

2.1.6 Media pendidikan kesehatan

Media Pendidikan berdasarkan fungsinya sebagai penyalur media

kesehatan (Notoatmodjo,2012):

1. Media cetak

a. Leaflet

Merupakan bentuk penyampaian informasi kesehatan melalui

lembaran yang dilipat. Keuntungan menggunakan media ini antara lain

:sasaran dapat menyesuaikan dan belajar mandiri serta praktis karena

mengurangi kebutuhan mencatat, sasaran dapat melihat isinya disaat

santai dan sangat ekonomis, berbagai informasi dapat diberikan atau

dibaca oleh anggota kelompok sasaran, sehingga bisa didiskusikan, dapat

memberikan informasi yang detail yang mana tidak diberikan secara

lisan, mudah dibuat, diperbanyak dan diperbaiki serta mudah disesuaikan

dengan kelompok sasaran.

b. Booklet

Booklet adalah suatu media untuk menyampaikan pesan-pesan

kesehatan dalam bentuk tulisan dan gambar. Booklet sebagai saluran, alat

bantu, sarana dan sumber daya pendukungnya untuk menyampaikan

pesan harus menyesuaikan dengan isi materi yang akan disampaikan.

c. Flyer (selembaran)

d. Flip chart (lembar balik)

Page 43: SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PEER EDUCATION

23

Media penyampaian pesan atau informasi kesehatan dalam bentuk

buku di mana tiap lembar berisi gambar peragaan dan lembaran baliknya

berisi kalimat sebagai pesan kesehatan yang berkaitan dengan gambar.

e. Rubrik (tulisan-tulisan surat kabar), poster, dan foto .

2. Media Elektronik

a. Video dan film strip

b. Slide

3. Media Papan

2.2 Peer Education

2.2.1 Pengertian Peer Education

Pendidik Sebaya (Peer Educator) adalah remaja/mahasiswa yang secara

fungsional mempunyai komitmen dan motivasi yang tinggi, sebagai narasumber

bagi kelompok remaja atau mahasiswa sebayanya yang telah mengikuti

pelatihan/orientasi pendidik sebaya atau yang belum dilatih dengan

mempergunakan Panduan Kurikulum dan Modul Pelatihan yang telah disusun

oleh BKKBN, serta bertanggung jawab kepada Ketua Pusat Informasi dan

Konseling Remaja/Mahasiswa atau PIK R/M (BKKBN, 2008).

Menurut Santrock dalam Ratnawati (2013) kawan sebaya adalah anak-

anak dengan usia atau tingkat kedewasaan yang kurang lebih sama. Salah satu

fungsi yang paling penting dari kelompok kawan sebaya adalah sebagai sumber

informasi dan perbandingan tentang dunia di luar keluarga. Remaja memperoleh

umpan-balik mengenai kemampuannya dari kelompk kawan sebaya. Remaja

mempelajari bahwa apa yang mereka lakukan itu lebih baik, sama baik, atau

Page 44: SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PEER EDUCATION

24

kurang baik, dibandingkan remaja-remaja lainnya. Remaja sebagai pendidik

sebaya diharapkan mampu menyebarkan informasi secara kreatif sehingga dapat

menarik perhatian dan minat teman-teman sebayanya. Untuk mengoptimalkan

keterampilannya, pendidik sebaya seyogyanya mulai melatih diri dengan

menyebarkan informasi kesehatan reproduksi dalam kelompok kecil (tidak lebih

dari 12 orang). Setelah lebih terbiasa dan menguasai materi secara mendalam,

para pendidik sebaya dapat meningkatkan kemampuannya dalam kelompok besar

(50 orang) untuk kegiatan ceramah (BKKBN, 2008).

Dapat disimpulkan bahwa pendidikan sebaya (peer education) adalah

pendidikan yang di dapat dari teman sebaya nya yang lebih mempunyai

pengalaman dan wawasan yang lebih.

2.2.2 Panduan Pelaksanaan Tugas Pendidik Sebaya adalah sebagai berikut

(BKKBN, 2008)

1. Menggunakan bahasa yang sama sehingga informasi mudah dipahami oleh

sebayanya.

2. Teman sebaya mudah untuk mengemukakan pikiran dan perasaannya

dihadapan pendidik sebayanya.

3. Pesan-pesan sensitif dapat disampaikan secara lebih terbuka dan santai.

4. Syarat-syarat pendidik sebaya, sebagai berikut:

a. Aktif dalam kegiatan sosial dan populer di lingkungannya.

b. Berminat secara pribadi menyebarluaskan informasi kesehatan repro-

duksi.

c. Lancar membaca dan menulis.

Page 45: SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PEER EDUCATION

25

d. Memiliki ciri-ciri kepribadian, antara lain: ramah, lancar dalam

mengemukakan pendapat, luwes dalam pergaulan, berinisiatif dan

kreatif, tidak mudah tersinggung, terbuka untuk hal-hal baru, mau

belajar serta senang menolong.

5. Uraian tugas pendidik sebaya, sebagai berikut:

a. Menyampaikan informasi substansi program KRR

b. Melaksanakan advokasi dan KIE tentang PIK-KRR

c. Melakukan kegiatan-kegiatan yang menarik minat remaja untuk datang

ke PIK-KRR

d. Melakukan pencatatan dan pelaporan

6. Pengetahuan yang perlu dimiliki pendidik sebaya, sebagai berikut:

a. Pengetahuan Kesehatan Reproduksi, mencakup: organ reproduksi dan

fungsinya, proses terjadinya kehamilan, Penyakit Menular Seksual

termasuk HIV/AIDS, metode kontrasepsi dan lain-lain.

b. Pengetahuan mengenai hukum, agama dan peraturan perundang-

undangan mengenai Kesehatan Reproduksi.

7. Ketrampilan komunikasi interpersonal perlu dimiliki pendidik sebaya yaitu

hubungan timbal balik yang bercirikan:

a. Komunikasi dua arah. Komunikasi dua arah memungkinkan kedua

belah pihak samasama berkesempatan untuk mengajukan pertanyaan,

pendapat dan perasaan berbeda dengan komunikasi satu arah dimana

hanya satu pihak yang berbicara, dalam tempo singkat namun hasilnya

Page 46: SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PEER EDUCATION

26

kurang memuaskan. Waktu yang digunakan memang lebih lama,

namun hasil yang dicapai memuaskan kedua belah pihak.

b. Perhatian pada aspek verbal dan non-verbal. Komunikasi verbal adalah

bentuk komunikasi dengan menggunakan kata-kata. Pendidik sebaya

hendaknya: (1) Menggunakan kata-kata yang sederhana dan mudah

dipahami kelompok (2) Menghindari istilah yang sulit dimengerti (3)

Menghindari kata-kata yang bias menyinggung perasaan orang lain

Komunikasi non-verbal adalah komunikasi yang tampil dalam bentuk

nada suara, ekspresi, wajah-wajah dan gerakan anggota tubuh tertentu.

Dalam menyampaikan informasi, pendidik sebaya perlu

mempertahankan kontak mata dengan lawan bicara, menggunakan nada

suara yang ramah dan bersahabat.

8. Penggunaan pertanyaan untuk menggali informasi, perasaan dan pikiran.

Cara bertanya ada dua macam, yaitu pertanyaan tertutup dan pertanyaan

terbuka.

a. Pertanyaan Tertutup. Pertanyaan tertutup adalah pertanyaan yang

memerlukan jawaban yang singkat. Bisa dijawab dengan ”Ya“ dan

“Tidak”.

b. Pertanyaan Terbuka. Mampu mendorong orang untuk mengeks-

presikan perasaan dan pikiran. Bisa memancing jawaban yang panjang.

Memungkinkan lawan bicara untuk mengungkapkan diri apa adanya.

Page 47: SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PEER EDUCATION

27

2.2.3 Keuntungan Pendidikan Sebaya (Peer Education)

Metode ini telah diterapkan sejak lama dalam bidang kesehatan

masyarakat dan kesehatan keluarga seperti pada pendidikan gizi, keluarga

berencana, pencegahan kekerasan dalam rumah tangga, dan masalah kenakalan

remaja.(UNAIDS, 2007) menjelaskan bahwa umumnya metode peer group

dipilih karena :

1. Cocok Secara Budaya (Culturally Appropripate)

Peer Group merupakan sarana yang tepat untuk menyampaikan

pesan-pesan yang secara kultural bersifat peka atau sensitive, dimana

kemungkinan benturan norma dan nilai-nilai dapat dikurangi karena

dilakukan melalui orang dalam kelompok seseorang itu sendiri.

2. Berbasis Komunitas (Community Based)

Pendidikan sebaya merupakan intervensi pada level komunitas yang

mendukung dan melengkapi program-program lain. peer group ini memiliki

keterkaitan erat dengan strategi-strategi (pembangunan sosial) lainnya yang

berbasis komunitas.

3. Mudah Diterima oleh khalayak yang menjadi sasaran sebagian besar orang

merasa lebih nyaman mengadukan persoalan mereka kepada kelompok

sebaya, terutama masalah-masalah pribadi seperti seksualitas.

4. Ekonomis

Metode pendidikan sebaya memungkinkan tersedianya layanan

sosial yang luas dengan biaya lebih kecil, dan layanan tersebut dapat tersedia

secara efektif.

Page 48: SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PEER EDUCATION

28

2.2.4 Prosedur Pelaksanaan Metode Peer Education

Ford dan Collier (2006) menyatakan mekanisme atau tahapan kegiatan

edukasi sebaya, antara lain:

1. Perencanaan (planning)

Perencanaan edukasi sebaya meliputi beberapa tahan aktifitas, berupa:

tahap pertama yaitu, mengidentifikasi isu yang berkenaan dengan masalah,

menentukan kelompok target dan menentukan tujuan yang jelas; tahap kedua

yaitu menentukan edukator sebaya; tahap ketiga yaitu merancang kegiatan

edukator sebaya dalam kelompok sebaya; dan tahap keempat yaitu

merencanakan strategi untuk monitoring dan evaluasi.

2. Pelatihan (training)

Pelatihan edukator sebaya adalah tahap awal yang harus dilakukan

sebelum kegiatan edukasi sebaya berjalan. Pelatihan edukator sebaya untuk

memberikan pengetahuan yang dibutuhkan oleh fasilitator terkait informasi

atau isu permasalahan yang akan dibahas, keterampilan dalam melaksanakan

dan memfasilitasi diskusi, menyajikan informasi dan mengatasi teman

kelompok yang sulit diatur.

Beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam melakukan pelatihan

edukator sebaya adalah tempat pelaksanaan training, lama waktu training,

pelatihan (trainer) edukator sebaya, persiapan pre-training, konten (isi

materi), dan pemberian atau pelaksanaan training. Tempat training edukator

sebaya akan lebih baik jika dilakukan di tempat pelaksanaan edukasi sebaya.

Waktu pelaksanaan training sangat ditentukan dari tujuan edukasi sebaya,

Page 49: SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PEER EDUCATION

29

karakteristik edukator sebaya yang ingin dicapai dan sumber daya yang ada.

Waktu yang ditentukan harus dapat memenuhi kebutuhan untuk penyampaian

isi materi melalui interaksi dan diskusi yaitu berkisar dua sampai dengan tiga

hari (sesi panjang) atau 10 sampai dengan 20 jam dalam seminggu (sesi

pendek).

3. Implementasi

Aktivitas edukasi sebaya digambarkan dalam bentuk kegiatan formal

atau informal. Aktivitas edukasi sebaya formal harus terencana dan

terstruktur, biasanya dilakukan berupa edukasi sebaya di ruang kelas berupa

pemberian informasi kepada kelompok sebaya yang dilakukan oleh fasilitator

(McDonald.et al., 2003). Edukasi informal meliputi aktivitas: diskusi grup

yang tidak terstruktur; diseminasi sumber-sumber dan saran (anjuran);

aktivitas melalui budaya popular, seperti musik, drama, kesenian serta

percakapan atau interaksi yang terjadi secara spontan dalam kehidupan

sehari-hari.

4. Evaluasi

Mekanisme kegiatan dari edukasi sebaya yang terakhir adalah

evaluasi. Tujuan dilakukannya evaluasi adalah untuk mengukur tingkat

keberhasilan, juga memberikan dukungan yang berkelanjutan bagi edukator

sebaya dalam menjalankan perannya. Evaluasi merupakan aktifitas yang

dilakukan untuk memperoleh informasi dan 0menilai dampak dari sesuatu

(McDonald.et al., 2003) .

Page 50: SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PEER EDUCATION

30

2.3 Premenstrual Syndrome

2.3.1 Pengertian Premenstrual Syndrome

Suparman (2012) Sindroma prahaid, yang dikenal juga dengan

terminologi “Premenstrual syndrome” merupakan suatu kumpulan keluhan

dan/atau gejala fisik, emosional, dan perilaku yang terjadi pada wanita usia

reproduksi; yang muncul secara siklik dalam rentang waktu 7-10 hari sebelum

menstruasi dan menghilang setelah darah haid keluar; yang terjadi pada suatu

tingkatan ang mampu mempengaruhi gaya hidup dan pekerjaan wanita tersebut.

Premenstrual Syndrome adalah sekumpulan keluhan dan gejala fisik,

emosional, dan perilaku yang terjadi pada wanita usia reproduksi yang muncul

secara siklik dalam rentang waktu tujuh sampai sepuluh hari sebelum menstruasi

dan menghilang setelah darah haid keluar yang terjadi pada suatu tingkatan yang

mampu memengaruhi gaya hidup dan aktivitas (Proverawati, 2009).

Jadi Premenstrual Syndrome adalah kumpulan gejala fisik, psikologis, dan

emosi yang terkait dengan siklus menstruasi wanita yang terjadi 7-10 hari

sebelum menstruasi dan hilang setelah darah haid keluar sehingga dapat

mengganggu aktivitas.

2.3.2 Patofisiologi PMS

Awalnya teori mengungkapkan bahwa penyebab PMS merupakan akibat

dari kelebihan estrogen, kekurangan progesterone, kekurangan pyridoxine dan

adanya perubahan pada metabolism glukosa dan ketidakseimbangan elektrolit.

Namun penelitian terbaru memaparkan bahwa PMS sangat dipengaruhi oleh

hormonn kelamin, termasuk dalam hal ini metabolit dan interaksinya terhadap

Page 51: SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PEER EDUCATION

31

sistem neurotransmitter dan neurohormonal misalnya serotonin, GABA,

cholecystokinin, dan rennin-angitensin aldosteron (Hanshew,2007).

Beberapa mekanisme PMS yang diduga menjadi faktor yang memberandil

besar terhadap perubahan psikologis dan fisiologis wanita pada saat mengalami

PMS antara lain:

1. Axis Hypotalamic pituitary adrenal (HPA)

Ketidakseimbangan regulasi HPA axis berhubungan dengan timbulnya

sindrom depresi. Cairan basal dan urin yang diuji tidak terdapat kandungan

kortisol yang membedakan wanita dengan PMS. Kortisol ini akan memicu

terjadinya stress. Wanita dengan PMS akan menunjukkan adanya

ketidakseimbangan HPA axis yang menyebabkan timbulnya depresi.

2. Sistem GABA

Hal ini disebabkan oleh adanya alopregnanolone yang merupakan metabolit

aktif dari progesterone yang memiliki efek anastesi dan anxiolitik namun

pada saat setengah siklus menstruasi yang metabolit aktifnya terikat pada

reseptor GABA-A turun dan menyebabkan timbulnya depresi dan

perubahan pola makan. Pada wanita dengan PMS konsentrasi GABA

korteks mengalami penurunan. Hal ini diduga akibat adanya pengarutan

hormone estradiol dan progesterone.

3. Sistem Serotogenik

Sistem serotonin merupakan salah satu sistem yang dianggap mempunyai

andil yang cukup besar dalam patofisiologi PMS. Inhibisi dari aktifitas

serotonin oleh penurunan kadar triptofan akan menyebabkan PMS semakin

Page 52: SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PEER EDUCATION

32

parah. Selanjutnya metergoline yang merupakan antagonis selektif dari

serotonin akan memblok reseptor serotonin sehingga akan menimbulkan

PMS.

4. Opioid Endogen

Wanita dengan PMS memiliki toleransi yang rendah terhadap rasa sakit atau

dapat dikatakan bahwa ambang rasa sakit wanita tersebut rendah. Hal ini

akan lebih terasa pada saat wanita tersebut berada dalam silus menstruasi

dan khususnya menjelang hari-hari siklus tersebut akan dimulai lagi. Pada

penelitian yang dilakukan pada tahun 2002 menyatakan bahwa wanita

dengan PMS dibandingkan dengan wanita yang tidak mengalami PMS

memilki B-endorfin yang rendah sehingga wanita tersebut akan lebih mudah

terserang PMS (Henshaw,2007)

2.3.2 Gejala Premenstrual Syndrome

Gejala Premenstrual Syndrome utama termasuk sakit kepala, keletihan,

sakit pinggang, pembesaran dan nyeri pada payudara, dan perasaan begah pada

abdomen, perubahan suasana hati, ketakutan akan kehilangan kontrol, makan

sangat berlebihan dan menangis tiba-tiba dapat juga terjadi. Gejala-gejala sangat

beragam dari satu wanita ke wanita lainnya dan dari satu siklus ke siklus

berikutnya pada wanita yang sama (Brunner & Suddarth, 2010).

Menurut Kanisius (2010), menyatakan bahwa Premenstrual Syndrome

merupakan sekumpulan gejala yang meliputi gejala fisik, mental, dan perilaku.

Secara definisi maka gejala-gejala ini terjadi beberapa hari sebelum menstruasi

serta akan menghilang sendiri pada hari pertama atau kedua haid. Menurut

Page 53: SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PEER EDUCATION

33

penelitian, 3-8% mungkin mengalami gangguan yang lebih berat yang disebut

Premenstrual Dysphoric Disorder (PMDD). Premenstrual Syndrome dan PMDD

tidak sama. Wanita dengan PMDD dapat mengalami depresi sampai seminggu

atau lebih sebelum mendapat haid, sedangkan Premenstrual Syndrome lebih

pendek durasinya, lebih ringan, dan gejalanya lebih ke arah fisik. Seseorang dapat

mengalami Premenstrual Syndrome atau PMDD saja atau bahkan keduanya.

Walaupun cukup mengganggu, gejala-gejala Premenstrual Syndrome

biasanya tidak cukup berat dan sampai mengganggu kehidupan normal. Namun,

mungkin ada pula yang mengalami gejala cukup berat.

Gejala Premenstrual Syndrome diduga dipengaruhi oleh perubahan level

hormon dan zat kimia di otak. Gejala Premenstrual Syndrome juga dapat

diperburuk dengan asupan vitamin dan mineral yang rendah serta diakibatkan oleh

konsumsi alkohol dan kafein. Di samping itu, kelebihan sodium dapat

menyebabkan cairan tertahan dan kembung (Rice, 2013).

Jadi dari beberapa pendapat di atas maka gejala Premenstrual Syndrome

adalah:

1. Mood, seperti kecemasan, nervous, perasaan berubah-ubah (mood swings),

sensitif, depresi, pelupa, bingung, insomnia, dan lain-lain.

2. Perilaku, seperti ingin makan manis-manis, nafsu makan meningkat, mudah

menangis, kurang konsentrasi, dan sensitif terhadap kebisingan.

3. Fungsi fisik, seperti sakit kepala, lelah, pusing, berat badan meningkat,

kembung, payudara membengkak, dan sembelit atau diare.

Page 54: SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PEER EDUCATION

34

Dengan demikian maka perlu untuk menerapkan pola hidup sehat dengan

menerapkan diet seimbang, melakukan aktivitas fisik secara teratur, dan

menerapkan waktu tidur yang cukup dapat membantu mengontrol PMS.

2.3.3 Tipe Premenstrual Syndrome

Abraham dalam Saryono (2009) membagi Premenstrual Syndrome

menjadi empat tipe yaitu :

1. Premenstrual Syndrome Tipe A

Premenstrual Syndrome tipe A (anxietas) ditandai dengan gejala seperti rasa

cemas, sensitive, saraf tegang, perasaan labil atau mudah marah. Bahwa

beberapa wanita mengalami depresi ringan sampai sebelum mendapatkan

menstruasi. Gejala ini timbul akibat hormone estrogen yang terlalu tinggi

dibanding dengan hormone progesterone.

2. Premenstrual Syndrome Tipe H

Premenstrual Syndrome tipe H (hyperhydroid) ditandai gejalanya dengan

edema pada kaki dan tangan, perut kembung, nyeri pada dada, peningkatan

berat badan sebelum menstruasi, gejalanya hampir sama dengan tipe lain,

pembengkakan terjadi akibat penumpuakan air pada jaringan di luar sel

(ektrasel) kerena asupan garam dan gula yang tinggi.

3. Premenstrual Syndrome Tipe C

Premenstrual Syndrome tipe C (craving) ditandai dengan rasa ingin makan

yang manis-manis yang disebabkan oleh stres. Pada umumnya setelah 20

menit akan timbul gejala hipoglikemia seperti lemas, jantung berdebar,

Page 55: SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PEER EDUCATION

35

pusing kepala dan terkadang sampai pingsan. Hipoglikemi timbul karena

hormon insulin dalam tubuh meningkat.

4. Premenstrual Syndrome Tipe D

Premenstrual Syndrome tipe D (depression) ditandai dengan gejala depresi,

ingin menangis, lemah, gangguan tidur, pelupa, bingung, sulit dalam

mengucapkan kata-kata (verbalisasi), disebabkan ketidakseimbangan hormon

progesteron dan estrogen, dimana hormon progesteron dalam siklus haid

terlalu tinggi dibandingkan dengan hormon estrogennya. Biasanya tipe D

berlangsung bersamaan dengan tipe A, hanya 3% dari seluruh tipe yang

benarbenar murni tipe D. kombinasi tipe D dan A disebabkan oleh faktor

stres, kurangnya asam amino tyrosine.

2.3.4 Faktor Penyebab Premenstrual Syndrome

Penyebabnya belum diketahui, namun dapat dimungkinan dari beberapa

faktor hormonal, genetik, sosial, perilaku, biologi dan psikis (Saryono, 2009;

Joseph, 2010).

1. Faktor hormonal, terjadi karena ketidak seimbangan hormon proges-teron dan

estrogen. kadar hormon estrogen sangat berlebih dan melampaui batas

sedangkan hormon progesteron menurun. Selain dengan faktor hormon

berkaitan juga dengan perasaan, faktor kejiwaan, masalah sosial yang

berkaitan dengan serotonin.

2. Faktor kimia, bahan-bahan kimia yang berada di otak seperti serotonin

berubah-ubah selama menstruasi. Serotonin adalah suatu neurotransmitter

merupakan suatu bahan kimia yang terlibat dalam pengiriman pesan

Page 56: SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PEER EDUCATION

36

sepanjang saraf di dalam otak, tulang belakang, dan seluruh tubuh. Serotonin

sangat mempengaruhi suasana hati. Aktivitas serotonin berhubungan dengan

depresi, kecemasan, kelelahan, perubahan pola makan, kesulitan untuk tidur,

implusif, dan agresif.

3. Faktor genetik, biasanya terjadi pada dua kali lebih tinggi pada kembar satu

sel (monozigot) dibanding dengan dua telur (heterozigot).

4. Faktor psikologis, yaitu stres sangat berpengaruh besar terhadap kejadian

Premenstrual Syndrome. Gejalanya akan semakin hebat jika mengalami

tekanan.

5. Faktor gaya hidup, yaitu pola makan juga memegang peranan yang tidak

kalah penting, makan yang terlalu banyak dan terlalu sedikit sangat berperan

terhadap gejala Premenstrual Syndrome. Makanan yang mengandung banyak

garam akan menyebabkan retensi cairan dan tubuh menjadi bengkak.

Mengkonsumsi minuman beralkohol dan berkafein dapat menggangu suasana

hati dan melemahkan tenaga.

6. Kekurangan zat gizi

Kekurangan zat gizi seperti vitamin (terutama B6), vitamin E, vitamin C,

magnesium, zat besi, seng, mangan, dan asam linoleat. Kebiasaan merokok

dan minum alkohol juga dapat memperberat gejala Premenstrual Syndrome.

7. Kegiatan Fisik

Kurang berolahraga dan aktivitas fisik menyebabkan semakin beratnya

Premenstrual Syndrome.

Page 57: SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PEER EDUCATION

37

2.3.5 Penatalaksanaan Premenstrual Syndrome

Menurut Silva (2010) ada tiga terapi Premenstrual Syndrome yaitu:

1. Terapi obat Menggunakan analgesic (obat penghilang rasa sakit) dan bersifat

somatik, hanya membantu mengatasi nyeri dan gejala sedang lainnya serta

bersifat sementara.

2. Menggunakan anti depresan Anti depresan seperti selective serotonin

reuptake inhibitor dapat digunakan setiap hari atau selama 14 hari sebelum

menstruasi. Membantu mengurangi dampak perubahan hormon 13 pada zat

kimiawi otak (neurotransmiter) misalnya serotonin. Penggunaan obat ini

harus dengan resep dokter.

3. Terapi relaksasi Terapi relaksasi bermanfaat meredakan secara cepat

Premenstrual Syndrome yang dialami perempuan, namun dapat dicapai

apabila telah berlatih setiap hari. Prinsipnya adalah melatih pernafasan,

mengendurkan otot tubuh mengsugestikan pikiran-pikiran kearah konstruktif

atau yang ingin dicapai.

2.4 Kecemasan

2.4.1 Pengertian Kecemasan

Cemas adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung oleh

situasi. Ketika merasa cemas, individu merasa tidak nyaman atau takut atau

mungkin memiliki firasat akan ditimpa malapetaka padahal ia tidak mengerti

mengapa emosi yang mengancam tersebut terjadi (Murwani, 2008).

Sedangkan menurut Struart (2007), ansietas adalah kekhawatiran yang

tidak jelas dan menyebar yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak

Page 58: SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PEER EDUCATION

38

berdaya. Tidak ada objek yang dapat diidentifikasi sebagai stimulus cemas.

Cemas memiliki dua aspek yakni aspek yang sehat dan aspek membahayakan,

yang bergantung dengan tingkat cemas, lama cemas yang dialami, dan seberapa

baik individu melakukan koping terhadap cemas. Cemas dapat dilihat dalam

rentang ringan, sedang, dan berat. Setiap tingkat menyebabkan perubahan

emosional dan fisiologis pada individu (Videbeck, 2008).

Jadi kecemasan adalah keadaan emosi yang tidak memiliki objek yang

spesifik dan kondisi ini dialami secara subjektif.

2.4.2 Faktor-faktor Kecemasan

Menurut Stuart dan Sudden (2011) , factor-faktor yang mempengaruhi

kecemasan adalah :

1. Usia

Usia mempengaruhi psikologi seseorang, semakin tinggi usia semakin baik

tingkat kematangan emosi seseorang serta kemampuan dalam menghadapi

berbagai persoalan.

2. Status kesehatan jiwa dan fisik

Kesehatan fisik dan penyakit dapat menurunkan mekanisme pertahanan alami

seseorang.

3. Nilai-nilai budaya dan spiritual

Budaya dan spiritual mempengaruhi cara pemikiran seseorang. Religiusitas

yang tinggi menjadikan seseorang berpandangan positif atas masalah yang

dihadapi.

Page 59: SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PEER EDUCATION

39

4. Pendidikan

Tingkat pendidikan rendah pada seseorang akan menyebabkan orang tersebut

mudah mengalami kecemasan, semakin tingkat pendidikannnya tinggi akan

berpengaruh terhadap kemampuan berpikir.

5. Respon koping

Mekanisme koping digunakan seseorang saat mengalami kecemasan.

Ketidakmampuan seseorang menghadapi kecemasan secara konstruktif

sebagai pnyebab tersediannya perilaku patologis.

6. Dukungan sosial

Dukungan sosial dan lingkungan sebagi sumber koping, dimana kehadiran

orang lain dapat membantu seseorang mengurangi kecemasan dan lingkungan

mempengaruhi area berpikir seseorang.

7. Tahap perkembangan

Pada tingkat perkembangan tertentu terdapat jumlah dan intensitas stressor

yang berbeda sehingga resiko terjadinya stress pada tiap perkembangan

berbeda. Pada tingkat perkembangan individu membentuk kemampuan

adaptasi yang semakin baik terhadap stressor.

8. Pengalaman masa lalu

Pengalaman masa lalu dapat mempengaruhi kemampuan seseorang dalam

menghadapi stressor yang sama.

9. Pengetahuan

Ketidaktahuan dapat menyebabkan kecemasan dan pengetahuan dapat

digunakan untuk mengatasi masalah.

Page 60: SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PEER EDUCATION

40

2.4.3 Tanda dan Gejala Kecemasan

Tanda dan gejala kecemasan yang ditunjukkan atau dikemukakan oleh

seseorang bervariasi, tergantung dari beratnya atau tingkatan yang dirasakan oleh

individu tersebut (Hawari, 2014). Keluhan yang sering dikemukakan oleh

seseorang saat mengalami kecemasan secara umum antara lain adalah sebagai

berikut :

1. Gejala psikologis: pernyataan cemas/khawatir, firasat buruk, takut akan

pikirannya sendiri, mudah tersinggung, merasa tegang, tidak tenang, gelisah,

mudah terkejut.

2. Gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan.

3. Gangguan konsentrasi daya ingat.

4. Gejala somatik: rasa sakit pada otot dan tulang, berdebar-debar, sesak nafas,

gangguan pencernaan, sakit kepala, gangguan perkemihan, tangan terasa

dingin dan lembab, dan lain sebagainya.

2.4.4 Tingkat Kecemasan

Menurut Stuart dalam Nixson (2016), ada empat tingkat kecemasan yang

dialami oleh individu yaitu ringan, sedang, berat dan panik.

1. Kecemasan Ringan

Dihubungkan dengan ketegangan yang dialami sehari-hari, individu masih

waspada serta lapang presepsinya meluas, menajamkan indra. Dapat

memotivasi individu untuk belajar dan mampu memecahkan masalah secara

efektif dan menghasilkan pertumbuhan.

Page 61: SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PEER EDUCATION

41

2. Kecemasan Sedang

Memungkinkan individu untuk berfokus pada hal yang penting dan

mengesampingkan yang lain. Ansietas ini mempersempit lapang presepsi

individu. Dengan demikian, individu mengalami tidak perhatian yang selektif

namun dapat berfokus pada lebih banyak area jika diarahkan untuk

melakukannya.

3. Kecemasan Berat

Lapangan presepsi individu sangat sempit. Individu cenderung berfokus pada

sesuatu yang rinci dan spesifik serta tidak berpikir tentang hal lain. Semua

perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Individu tersebut

memerlukan banyak arahan untuk berfokus pada area lain.

4. Panik

Berhubungan dengan ketakutan, dan terror. Hal yang rinci terpecah dari

proporsinya. Karena mengalami kehilangan kendali, individu yang

mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan arahan.

Panic mencakup disorganisasi kepribadian dan menimbulkan peningkatan

aktifitas motorik, menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang

lain, persepsi yang menyimpang, dan kehilangan pemikiran yang rasional.

Tingkat ansietas ini tidak sejalan dengan kehidupan, jika berlangsung terus

dalam waktu yang lama, dapat terjadi kelelahan dan kematian.

2.4.5 Dampak Kecemasan

Rasa takut dan cemas dapat menetap bahkan meningkat meskipun situasi

yang betul-betul mengancam tidak ada, dan ketika emsi-emosi ini tumbuh

Page 62: SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PEER EDUCATION

42

berlebihan dibandingkan dengan baahaya yang sesungguhnya, emosi ini menjadi

tidak adaptif. Kecemasan yang berlebihan dapat mempunyai dampak yang

merugikan pada pikiran serta tubuh bahkan dapat menimbulkan penyakit-penyakit

fisik Cutler dalam Nixson (2016), Yustinus Semiun dalam Nixson (2016)

membagi beberapa dampak dari kecemasan kedalam beberapa simtom, antara

lain:

1. Simtom suasana hati

Individu yang mengalami kecemasan memiliki perasaan akan adanya

hukuman dan bencana yang mengancam dari suatu sumber tertentu yang

tidak diketahui. Orang yang mengalami kecemasan tidak bisa tidur, dan

dengan demikian dapat menyebabkan sifat mudah marah.

2. Simtom kognitif

Kecemasan dapat menyebabkan kekhawatiran dan keprihatinan pada individu

yang mengenai hal-hal yang tidak menyenangkan yang mungkin terjadi.

Individu tersebut tidak memperhatikan masalah-masalah real yang ada,

sehingga individu sering tidak bekerja atau belajar secara efektif, dan

akhirnya dia akan menjadi lebih merasa cemas.

3. Simtom motor

Orang-orang yang mengalami kecemasan sering merasa tidak tenang, gugup,

kegiatan motor menjadi tanpa arti dan tujuan, misalnya jari-jari kaki

mengetuk-ngetuk dan sangat kaget terhadap suara yang terjadi secara tiba-

tiba. Simtom motor merupakan gambaran rangsangan kognitif yang tinggi

pada individu dan merupakan usaha untuk melindungi dirinya dari apa saja

Page 63: SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PEER EDUCATION

43

yang dirasanya mengancam. Kecemasan akan dirasakan oleh semua orang,

terutama jika ada tekanan perasaan ataupun tekanan jiwa.

Menurut Savitri Ramalah dalam Nixson (2016) kecemasan biasanya dapat

menyebabkan dua akibat, yaitu:

1. Kepanikan yang amat sangat dan karena itu gagal berfungsi secara

normal atau menyesuaikan diri pada situasi .

2. Gagal mengetahui terlebih dahulu bahayanya dan mengambil tindakan

pencegahan yang mencukupi .

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa kecemasan adalah

rasa takut atau khawatir pada situasi yang sangat mengancam karena adanya

ketidakpastian dimasa mendatang serta ketakutan bahwa sesuatu yang buruk

akan terjadi. Kecemasan tersebut ditandai dengan adanya beberapa gejala

yang muncul seperti kegelisahan, ketakutan terhadap sesuatu yang terjadi

dimasa depan, meraasa tidak tenteram, sulit untuk berkonsentrasi dan merasa

tidak mampu untuk mengatasi masalah.

2.4.6 Respon Kecemasan

Menurut Stuart dalam Nixson (2016) respon ansietas antara lain :

1. Respon fisiologis

a. Sistem Kardiovaskuler

Respon yang terjadi palpitas, jantung berdebar, tekanan darah meningkat,

rasa ingin pingsan, pingsan, tekanan darah menurun, denyut nadi menurun.

b. Respon Pernafasan

Respon yang terjaadi adalah nafas cepat, sesak nafas, tekanan pada dada,

Page 64: SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PEER EDUCATION

44

nafas dangkal, pembengkakan pada tenggorokan, sensai tercekik,

terengah-engah.

c. Respon Neuromuskular

Respon yang terjadi adalah refleks meningkat , reaksi terkejut , mata

berkedip-kedip, insomnia, tremor, rigiditas, gelisah, mondar-mandir, wajah

tegang, kelemahan umum, tungkai lemah.

d. Sistem Gastrointestinal

Respon yang terjadi adalah kehilangan nafsu makan, menolak

makan, rasa tidak nyaman pada abdomen, nyeri abdomen, mual, nyeri ulu

hati, diare.

e. Sistem Saluran Perkemihan

Respon yang terjadi adalah tidak dapat menahan kencing, sering berkemih.

f. Sistem Integumen (kulit)

Respon yang terjadi adalah wajah kemerahan, berkeringat setempat

(telapak tangan), gatal, rasa panas dan dingin pada kulit, wajah pucat,

berkeringat seluruh tubuh.

2. Respon Perilaku, Kognitif, dan Afektif

1) Sistem Perilaku

Respon yang terjadi yaitu gelisah, ketegangan fisik, reaksi

terkejut, bicara cepat, kurang koordinasi, cenderung mengalami cedera,

menarik diri dari hubungan interpersonal, inhibisi, melarikan diri dari

masalah, menghindar, hiperventilasi, sangat was-was.

Page 65: SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PEER EDUCATION

45

2) Sistem Kognitif

Respon yang terjadi yaitu perhatian terganggu, konsentrasi buruk,

perokupasi, pelupa, salah dalam memberikan penilaian, hambatan

berpikir, lapangan persepsi menurun, produktivitas menurun, bingung,

sangat waspada, kehilangan objektivitas, takut kehilangan kendali.

3) Sistem Afektif

Respon yang terjadi yaitu mudah terganggu , tidak sabar , gelisah,

tegang, gugup, ketakitan, waspada, kekhawatiran, kecemasan, mati rasa,

rasa bersalah, malu.

2.4.7 Pengukuran Tingkat Kecemasan

Skala HARS Menurut Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS) penilaian

kecemasan terdiri dari 14 item , meliputi :

1. Perasaan cemas firasat buruk, takut akan pikiran sendiri, mudah tersinggung.

2. Ketegangan merasa tegang, gelisah, gemetar, mudah terganggu dan lesu.

3. Ketakutan : takut terhadap gelap, terhadap orang asing bila tinggal sendiri dan

takut pada binatang besar.

4. Gangguan tidur sukar memulai tidur, terbangun pada malam hari, tidur tidak

pulas dan mimpi buruk.

5. Gangguan kecerdasan : penurunan daya ingat, mudah lupa, dan kulit

konsentrasi.

6. Perasaan depresi : hilangnya minat, berkurangnya kesenangan pada hobi,

sedih, perasaa tidak menyenangkan sepanjang hari.

Page 66: SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PEER EDUCATION

46

7. Gejala somatik : Nyeri path otot-otot dan kaku, gertakan gigi, suara tidak

stabil dan kedutan otot.

8. Gejala sensorik : perasaan ditusuk-tusuk, penglihatan kabur, muka merah dan

pucat serta merasa lemah.

9. Gejala Kardiovaskuler : takikardi, nyeri di dada, denyut nadi mengeras dan

detak jantung hilang sekejap.

10. Gejala pernafasan : rasa tertekan di dada, perasaan tercekik, sering menarik

nafas panjang dan merasa nafas pendek.

11. Gejala gastrointestinal : sulit menelan, obstipasi, berat badan menurun, mual

dan muntah, nyeri lambung sebelum dan sesudah makan, perasaan panas di

perut.

12. Gejala urogenital : sering kencing, tidak dapat menahan kencing, aminorea,

ereksi lemah atau impotensi.

13. Gejala vegetative : mulut kering, mudah berkeringat, muka merah, bulu roma

berdiri, pusing atau sakit kepala.

14. Perilaku sewaktu wawancara : gelisah, jari-jari gemetar, mengkerutkan dahi

atau kening, muka tegang, tonus otot meningkat dan nafas pendek dan cepat.

Cara penilaian kecemasan adalah dengan memberikan nilai dengan

kategori :

0 = tidak ada gejala sama sekali

1 = satu dari gejala yang ada

2 = sedang / separuh dri gejala yang ada

3 = berat / lebih dari separuh gejala yang ada

Page 67: SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PEER EDUCATION

47

4 = sangat berat semua gejala yang ada

Penentuan deeajat kecemasan dengan cara menjumlah nilai skor dan item

1-14 dengan hasil :

1. Skor kurang dari 6 = tidak ada kecemasan

2. Skor 7 – 14 = Kecemasan ringan

3. Skor 15 -27 = kecemasan sedang

4. Skor lebih dari 27 = kecemasan berat

2.4.8 Penatalaksanaan Kecemasan

Menurut (Hawari dalam Nixson (2016); (Notoatmodjo (2012)).

penatalaksanaan ansietas pada tahap pencegahaan dan terapi memerlukan suatu

metode pendekatan yang bersifat holistik, yaitu mencakup fisik (somatic),

psikologik atau psikiatrik, psikososil dan psikoreligius. Selengkapnya seperti pada

uraian berikut :

1. Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stres dengan cara :

a. Makan – makan yang bergizi dan seimbang

b. Tidur yang cukup

c. Cukup olahraga

d. Tidak merokok

e. Tidak meminum minuman keras

2. Terapi psikofarmako

Terapi psikofarmako merupakan oengobatan untuk cemas dengan memakai

obat- obatan yang berkhasiat memulihkan fungsi gangguan neuro-transmitter

(sinyal penghantar saraf) di susunan ssaraf pusat otak (limbic system). Terapi

Page 68: SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PEER EDUCATION

48

psikofarmako yang sering dipakai adalah obat anti cemas (anxiolytic), yaitu

seperti diazepam, clobazam, bromazepam, lorazepam, buspirone HCI,

meprobamate dan alprazolam.

3. Terapi somatic

Gejala atau keluhan fisik (somatic) sering dijumpai sebagai gejala ikutan atau

akibat dari kecemasan yang berkepanjangan. Untuk menghilangkan keluhan-

keluhan somatic(fisik) itu dapat diberikan obat-obatan yang ditujukan pada

organ tubuh yang bersangkutan.

4. Psikoterapi

Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antara lain :

a. Psikoterapi suportif, untuk memberikan motivasi, semangat dan

dorongan agar pasien yang bersangkutan tidak merasa putus asa dan

diberi keyakinan serta percaya diri.

b. Psikoterapi re-edukatif, memberikan pendidikan ulang dan koreksi bila

dinilai bahwa ketidakmampuan mengatasi kecemasan.

c. Psikoterapi re-konstruktif, untuk dimaksudkan memperbaiki kembali (re-

konstruksi) kepribadian yang telah mengalami goncangan akibat stressor.

d. Psikoterapi kognitif, untuk memulihkan fungsi kognitif pasien, yaitu

kemampuan untuk berpikir secara rasional, konsentrasi dan daya ingat.

e. Psikoterapi psiko-dinamik, untuk menganalisa dan menguraikan proses

dinamika kejiwaan yang dapat menjelaskan mengapa seseorang tidak

mampu menghadapi stressor psikososial sehingga mengalami kecemasan.

Page 69: SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PEER EDUCATION

49

f. Psikoterapi keluarga, untuk memperbaiki hubungan kekeluargaan, agar

faktor keluarga tidak lagi menjadi faktor penyebab dan faktor keluarga

dapat dijadikan sebagai faktor pendukung.

5. Pendidikan kesehatan

Pendidikan kesehatan adalah aplikasi atau penerapan pendidikan dalam

bidang kesehatan. Secara opearasional pendidikan kesehatan adalah semua

kegiatan untuk memberikan dan meningkatkan pengetahuan, sikap, praktek

baik individu, kelompok atau masyarakat dalam memelihara dan

meningkatkan kesehatan mereka sendiri.

Page 70: SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PEER EDUCATION

50

BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESA PENELITIAN

3.1 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep

yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian-penelitian yang dilakukan

(Notoatmodjo,2010).

Keterangan :

:diteliti

: tidak diteliti

: berpengaruh

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

Siswi kelas 7 yang

mengalam

ikecemasan saat

PMS

(Pre Menstrual

Syndrome)

Pendidikan kesehatan

peer education:

1.Perencanaan

2.Pelatihan

3.Implementasi

4.Evaluasi

Kecemasan

Faktor yang mempengaruhi

kecemasan :

1. Usia

2. Status kesehatan jiwa dan fisik

3. Nilai-nilai budaya dan spiritual

4. Pendidikan

5. Respon koping

6. Dukungan social

7. Tahap perkembangan

8. Pengalaman masa lalu

9. Pengetahuan

Faktor yang

mempengaruhi PMS

(Pre Menstrual

Syndrome) :

1. Faktor hormonal

2. Faktor kimia

3. Faktor genetic

4. Faktor psikologis

5. Gaya hidup

6. Kekurangan zat

gizi

7. Kegiatan fisik

Page 71: SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PEER EDUCATION

51

Siswi yang mengalami PMS biasanya akan mengalami kecemasan. PMS

memiliki banyak faktor yang mempengaruhi yaitu :faktor hormonal, faktor kimia,

faktor genetic, faktor psikologis, faktor gaya hidup, kekurangan zatgizi, kegiatan

fisik. Oleh karena itu untuk menghadapi kecemasan PMS dapat dilakukan

penatalaksanaan yaitu salah satunya adalah dengan pendidikan kesehatan peer

education. Peer Education adalah remaja/mahasiswa yang secara fungsional

mempunyai komitmen dan motivasi yang tinggi, sebagai narasumber bagi

kelompok remaja atau mahasiswa sebayanya yang telah mengikuti pelatihan/

orientasi pendidik sebaya atau yang belum dilatih. Prosedur dari peer education

sendiri yaitu :Perencanaan (Planning), Pelatihan (Training), Implementasi,

Evaluasi. Diharapkan dengan dilakukan peer education dapat menurunkan

kecemasan. Kecemasan adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung

oleh situasi. Ketika merasa cemas individu merasa tidak nyaman atau takut atau

mungkin memiliki firasat akan ditimpa malapetaka padahal ia tidak mengerti

mengapa emosi yang mengancam tersebut terjadi. Kecemasan tersebut dapat

muncul karena adanya factor-faktor yang mempengaruhi antara lain : Usia, status

kesehatan jiwa dan fisik, nilai-nilai budaya dan spiritual, pendidikan, respon

koping, dukungan sosial, tahap perkembangan, pengalaman masa lalu,

pengetahuan. Dalam menghadapi kecemasan akan timbul beberapa tingkat

kecemasan yaitu :kecemasan ringan, kecemasan sedang, kecemasan berat, dan

panik.

Page 72: SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PEER EDUCATION

52

3.2 Hipotesis

Ha : Ada pengaruh pendidikan kesehatan melalui peer education

terhadap tingkat kecemasan menghadapi PMS (Pre Menstrual

Syndrom) pada siswi kelas 7 di SMPN 1 JiwanMadiun.

Page 73: SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PEER EDUCATION

53

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

Metode penelitian merupakan cara yang digunakan oleh peneliti dalam

mengumpulkan penelitiannya. Data penelitian meliputi, desain penelitian,

kerangka kerja, populasi, sampel, tehnik sampling, identifikasi variabel, definisi

operasional, tehnik pengumpulan data, pengolahan data, penyajian data, etika

penelitian , dan keterbatasan penelitian (Arikunto, 2010).

4.1 Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan rancangan untuk mengarahkan penelitian

yang pengontrol faktor yang mungkin akan mempengaruhi validitas penemuan

(Notoatmodjo, 2010). Desain yang digunakan adalah pre experiment Design,

karena desain ini belum merupakan eksperimen sungguh-sungguh, penelitian ini

menggunakan One group pretest-postest, yaitu mengungkapkan hubungan sebab

akibat dengan cara melibatkan satu kelompok subjek. kelompok subjek

diobservasi dan di ukur tingkat kecemasan sebelum dilakukan intervensi

(Nursalam, 2013 ). Dalam penelitian ini dipilih siswi kelas 7 yang di awali dengan

observasi kecemasan pre test. Kemudian dilakukan pendidikan kesehatan peer

education satu kali. Setelah diberikan perlakuan responden diobservasi tingkat

kecemasan , pengujian sebab akibat dilakukan dengan cara membandingkan hasil

pre test dan post test. Adapun desain dalam penelitian ini dapat dijelaskan pada

skema sebagai berikut (Nursalam, 2013).

Page 74: SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PEER EDUCATION

54

Gambar 4.1 Skema desain penelitian

Keterangan

X1 : tes yang diberikan sebelum diberikan perlakuan

Y : penerapan pendidikan kesehatan peer education

X2 : tes yang diberikan setelah diberikan perlakuan

4.2 Populasi dan Sampel

4.2.1 Populasi

Menurut Nursalam (2013), populasi dalam penelitian merupakan subjek

(misalnya manusia; klien) yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan. Populasi

dalam penelitian ini adalah semua siswi kelas 7 SMPN 1 Jiwan Madiun yang

berjumlah 32 siswi yang mengalami kecemasan saat Premenstrual Syndrome.

4.2.2 Sampel

Menurut Nursalam (2013), sampel terdiri atas bagian populasi terjangkau

yang dapat dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui sampling. Sampel

yang diambil dari penelitian ini adalah 27 siswi yang mengalami kecemasan saat

Premenstrual Syndrome dan memenuhi kriteria . Besar Sampel dihitung

menggunakan Rumus Lemeshow sebagai berikut :

n= 𝑧21−𝑎/2𝑝(1−𝑝)𝑁

𝑑2(𝑁−1)+𝑍21−𝑎/2𝑝(1−𝑝)

n= 1,962.95%/2.0,5(1−0,5)32

0,052(32−1)+1,962.95%/2.0,5(1−0,5)

Pre test pada awal

eksperimen (X1)

Pendidikan kesehatan

peer education (Y)

Post test pada akhir

eksperimen (X2)

Page 75: SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PEER EDUCATION

55

n=3,841.0,475.0,25.32

0,0025(31)+3,841.0,475.0,25

n=1,824.8

0,0775+0,456

n=14,592

0,5335

n=27,351

n=27

Keterangan :

n = Jumlah sampel minimal yang diperlukan

Z= Score Z,berdasarkan nilai α yang diinginkan

α = Derajat kepercayaan

N = Populasi

d = Toleransi kesalahan

4.2.3 Kriteria Sampel

Sampel didapat dari populasi yang memenuhi kriteria inklusi. Kriteria

inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari satu populasi target yang

terjangkau dan akan diteliti (Nursalam, 2013):

Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :

a. Responden yang mengalami PMS 7-10 hari sebelum menstruasi

b. Dapat berkomunikasi dengan baik

c. Bersedia menjadi responden penelitian

Kriteria eksklusi :

a. Siswi yang tidak hadir saat penelitian

b. Siswi yang mendapat anti depresan sebelumnya

Page 76: SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PEER EDUCATION

56

4.3 Teknik Sampling

Teknik Sampling menggunakan purposive sampling. Menurut

Notoatmodjo (2010) teknik purposive sampling adalah pengambilan sampel yang

berdasarkan atas suatu pertimbangan tertentu seperti sifat-sifat populasi ataupun

ciri-ciri yang sudah diketahui sebelumnya. Adapun sifat atau ciri populasi adalah

siswi SMPN 1 Jiwan Madiun yang mengalami kecemasan saat Premenstrual

Syndrome dan memenuhi kriteria. Pengambilan sampel dengan teknik purposive

sampling. Menurut Notoatmodjo (2010) teknik purposive sampling adalah

pengambilan sampel yang berdasarkan atas suatu pertimbangan tertentu seperti

sifat-sifat populasi ataupun ciri-ciri yang sudah diketahui sebelumnya.

Page 77: SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PEER EDUCATION

57

4.4 Kerangka Kerja

Gambar 4.2 Kerangka Kerja Penelitian Pengaruh Pendidikan Kesehatan peer

education Terhadap Timgkat Kecemasan Menghadapi Pre Menstrual

Syndrome

Populasi

Siswi kelas 7 SMPN 1 Jiwan Kabupaten Madiun sebanyak 32 siswi

yang mengalami kecemasan saat Premenstrual Syndrome

Sampel

Siswi kelas 7 SMPN 1 Jiwan Kabupaten Madiun sebanyak 27 siswi yang

sesuai dengan kriteria inklusi

Sampling

Teknik Purposive Sampling

Jenis Penelitian / Desain penelitian

One Group pre test – post test

Pendidikan kesehatan peer

education

Tingkat Kecemasan

sebelum diberikan

pendidikan

Tingkat kecemasan

sesudah diberikan

pendidikan

Pengolahan data

Editing, scoring, coding, tabulating, entry data, cleaning

Analisa data

Wilcoxon

Hasil dan kesimpulan

Pelaporan

Pengumpulan Data

Page 78: SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PEER EDUCATION

58

4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

4.5.1 Identifikasi Variabel

Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau ukuran

yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang suatu konsep

pengertian tertentu (Notoatmodjo, 2012). Dalam penelitian ini terdapat dua

variabel yaitu :

1. Variabel Independen (bebas)

Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi atau nilainya

menetukan variabel lain (Nursalam, 2013). Variabel independen dalam

penelitian ini adalah Pendidikan Kesehatan Peer Education.

2. Variabel Dependen (terikat)

Variabel dependen adalah variabel yang diamati dan diukur untuk

menentukan ada tidaknya hubungan atau pengaruh dari variabel bebas

(Nursalam, 2013). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Kecemasan

Menghadapi Premenstrual Syndrome.

4.5.2 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang diamati

dari sesuatu yang didefinisikan tersebut, sehingga memungkinkan peneliti untuk

melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau

fenomena. Pada definisi operasional dirumuskan untuk kepentingan akurasi,

komunikasi, dan replikasi (Nursalam, 2013).

Page 79: SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PEER EDUCATION

59

Tabel 4.1 Definisi Operasional

Variabel Definisi

Operasional Parameter Instrumen Skala Kriteria

Independen:

Pendidikan

Kesehatan

Peer

Education

Kegiatan

pemberian

pembelajaran

dengan metode

pendidikan

sebaya

1.Perencanaan

2.Pelatihan

3.Implementasi

4.Evaluasi

SOP

Dependen :

Kecemasan

Menghadapi

PMS

Keadaan

emosi yang

tidak memiliki

objek yang

spesifik dan

kondisi ini

dialami secara

subjektif saat

menjelang

menstruasi .

1. Respon

fisiologis

2. Respon

perilaku

3. Respon

kognitif

4. Respon

afektif

Kuesioner

Dengan

Skala

HARS

Ordinal 0 = tidak ada

gejala sama

sekali

1 = satu dari gejala

yang ada

2 = sedang/

separuh dari

gejala yang

ada

3 = berat/ lebih

dari separuh

gejala yang

ada

4 = sangat berat

semua gejala

yang ada

Dengan skor

<6 = tidak ada

kecemasan

7-14 = kecemasan

ringan

15-27 = kecemasan

sedang

>27 = kecemasan

berat

4.6 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti

dalam mengumpulkan data agar pekerjaanya lebih mudah dan hasilnya lebih baik

(cermat, lengkap, dan sitematis) sehingga lebih mudah diolah (Saryono , 2011).

Page 80: SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PEER EDUCATION

60

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah SOP dan kuisoner tentang

kecemasan dengan menggunakan skala HARS :

a. Standart Operasional Prosedur

Standar Operasional Prosedur (SOP) adalah pedoman atau acuan untuk

melaksanakan tugas pekerjaan sesuai dengan fungsi dan alat penilaian kinerja

instansi pemerintahberdasarkan indicator teknis, administratife, dan

procedural sesuai dengan tata kerja, prosedur kerja dan sistem kerja pada unit

kerja yang bersangkutan (Atmoko, 2013). Peneliti memberikan pendidikan

kesehatan kepada konselor remaja putri sejumlah 4 siswi. Intervensi

dilakukan selama 1 kali dan dilakukan secara sistematis sesuai panduan

dalam lembar SOP. Tujuan penggunaan instrumen ini adalah sebagai

pedoman dalam pemberian pendidikan kesehatan Peer Education. Adapun

prosedur menurut (Ford dan Collier, 2006), antara lain:

1. Tahap perencanaan yaitu menentukan kelompok target dan konselor yang

nantinya konselor akan menjadi konselor bagi teman sebayanya.

2. Tahap pelatihan yaitu memberikan pelatihan kepada konselor tentang

edukasi dengan cara :

a. Peneliti melakukan kontrak kerja dengan konselor

b. Peneliti memberi pendidikan kepada konselor dengan media leaflet

dan LCD.

c. Peneliti mempraktekkan bersama dengan konselor cara menangani

kecemasan Premenstrual Syndrome.

d. Peneliti melakukan diskusi dan tanya jawab bersama konselor

Page 81: SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PEER EDUCATION

61

3. Tahap implementasi yaitu konselor melakukan aktivitas edukasi sebaya

dengan cara :

a. Konselor melakukan kontrak kerja dengan teman sebayanya.

b. Konselor memberi pendidikan dengan leaflet.

c. Konselor mempraktekkan bersama dengan teman sebaya nya cara

menangani kecemasan Premenstrual Syndrome.

d. Konselor melakukan diskusi dan tanya jawab dan peneliti

mengawasi.

4. Tahap evaluasi yaitu memberikan pertanyaan atau mengevaluasi kepada

teman sebayanya .

b. Kuesioner kecemasan dengan menggunakan skala HARS yang berisi 14 item

pertanyaan dengan skor sebagai berikut : 0 = tidak ada kecemasan, 1 = satu

dari gejala yang ada, 2 = sedang / separuh dari gejala yang ada, 3 = berat /

lebih dari separuh gejala yang ada, 4 = sangat berat semua gejala yang ada.

4.7 Uji Validitas dan Reliabilitas

Instrumen dalam penelitian ini untuk variabel independen (pendidikan

kesehatan peer education) adalah menggunakan Standar Operasional Prosedur

dan leaflet, dan variabel dependen (tingkat kecemasan) menggunakan Hamilton

Anxiety Rating Scale (HARS) yang sudah baku . Jadi kuesioner tidak dilakukan uji

validitas ulang.

Page 82: SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PEER EDUCATION

62

4.8 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 1 Jiwan Kabupaten

Madiun. Penelitian telah dilaksanakan bulan Januari-Agustus 2017.

4.9 Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan

proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu penelitian

(Nursalam, 2013). Proses-proses dalam pengumpulan data pada penelitian ini

melalui beberapa tahap yaitu :

1. Mengurus ijin penelitian dengan membawa surat dari Stikes Bhakti Husada

Mulia Madiun kepada Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten

Madiun.

2. Mengurus ijin kepada SMP Negeri 1 Jiwan Madiun.

3. Meminta data responden dari Siswa Kelas 7 SMPN 1 Jiwa Madiun.

4. Melakukan uji total sampling pada subyek penelitian.

5. Pre Penelitian :

a) Memberikan penjelasan kepada calon responden dan bila bersedia menjadi

responden dipersilahkan untuk menandatangani inform consent.

b) Menentukan konselor teman sebaya, dengan syarat-syarat:

• Aktif dalam kegiatan sosial dan populer di lingkungannya.

• Berminat secara pribadi menyebarluaskan informasi kesehatan repro-

duksi.

• Lancar membaca dan menulis.

Page 83: SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PEER EDUCATION

63

• Memiliki ciri-ciri kepribadian, antara lain: ramah, lancar dalam

mengemukakan pendapat, luwes dalam pergaulan, berinisiatif dan

kreatif, tidak mudah tersinggung, terbuka untuk hal-hal baru, mau

belajar serta senang menolong.

c) Memberikan inform consent pada konselor yang telah terpilih.

d) Melatih konselor selama 3 hari yaitu tanggal 1-3 Juni 2017

e) Membagi seluruh responden menjadi 3 kelompok dan kemudian konselor

memberikan pendidikan kesehatan masing-masing 1 hari

Tahap 2 :

a) Memberikan penjelasan dan inform consent kepada responden untuk

dilakukan penelitian

b) Peneliti memberikan kuesioner sebelum diberikan pendidikan kesehatan

oleh konselor yang telah dilatih oleh peneliti.

c) Konselor memberikan pendidikan kesehatan kepada teman sebaya nya .

d) Peneliti memberikan post test setelah konselor memberikan pendidikan

kesehatan.

6. Peneliti melakukan pengolahan data yang diperoleh dari responden

7. Peneliti melakukan analisis data yang diperoleh

4.10 Pengolahan Data

Menurut Setiadi (2007), dalam proses pengolahan data penelitian

mengunakan langkah-langkah sebagai berikut :

Page 84: SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PEER EDUCATION

64

1. Editing

Editing adalah upaya untuk mengevaluasi kelengkapan, konsistensi dan

kesesuaian antara kriteria data yang diperlukan untuk menguji hipotesis atau

menjawab tujuan penelitian.

2. Coding

Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data

yang terdiri atas beberapa kategorik. Pemberian kode ini sangat diperlukan

terutama dalam rangka pengolahan data, baik secara manual, menggunakan

kalkulator, maupun dengan menggunakan komputer.

3. Scoring

Scoring adalah memberikan perilaku terhadap item-item yang perlu diberi

penilaian atau skor terhadap hasil pengisian kuesioner pada responden,

kemudian hasil pengisian kuesioner dikelompokkan dalam bentuk nominal.

4. Tabulating

Proses pengelompokan jawaban–jawaban yang serupa dan menjumlahkan

dengan teliti dan teratur. Setelah jawaban terkumpul kita kelompokkan

jawaban yang sama dengan menjumlahkannya. Pada tahapan ini data

diperoleh untuk setiap variabel disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi

dalam bentuk tabel.

5. Entry Data

Data entry adalah kegiatan memasukan data yang telah dikumpulkan kedalam

master tabel atau database komputer, kemudian membuat distribusi frekuensi

sederhana atau bisa dengan membuat tabel kontingensi.

Page 85: SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PEER EDUCATION

65

6. Cleaning

Cleaning data merupakan kegiatan memeriksa kembali data yang sudah

dientri, apakah ada kesalahan atau tidak. Kesalahan mungkin terjadi pada saat

meng-entri data ke komputer.

4.11 Teknik Analisa Data

1. Analisa Univariat

Analisa Univariat adalah analisis yang digunakan terhadap tiap

variabel dari hasil penelitian (Notoatmodjo, 2012). Untuk menganalisa

Pengaruh Pendidikan Kesehatan Peer Education Terhadap Tingkat

Kecemasan Menghadapi PMS Di SMPN 1 Jiwan Kabupaten Madiun.

Penyajiaannya dalam bentuk distribusi dan prosentase dari tisp variabel.

a. Data Umum

1) Distribusi Frekuensi

Distribusi frekuensi dalam penelitian ini untuk data kategorik

sebagai berikut : umur, usia menarche

P = 𝛴𝑓

𝑁 ×100%

Keterangan :

P = Prosentase

N = Jumlah populasi

F = Frekuensi jawaban

Page 86: SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PEER EDUCATION

66

2) Data Khusus

a. Variabel Independen

Data dari variabel Independen Pendidikan Kesehatan peer

education meggunakan lembar SOP (Standart Operasional

Prosedur) yang mencakup perencanaan, pelatihan,

implementasi, dan evaluasi.

b. Variabel Dependen

Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data perlu

dilakukan pengolahan data. Hasil observasi dapat di

interpretasikan sebagai berikut :

5. Skor kurang dari 6 = tidak ada kecemasan

6. Skor 7 – 14 = Kecemasan ringan

7. Skor 15 -27 = kecemasan sedang

8. Skor lebih dari 27 = kecemasan berat

2. Analisa Bivariat

Analisa bivariat dilakukan terhadap 2 variabel yang diduga

berkorelasi atau berhubungan (Notoatmodjo, 2012). Uji statistik yang

digunakan dalam penelitian pengaruh pendidikan kesehatan peer

education terhadap kecemasan menghadapi PMS adalah Wilcoxon Sign

Rank test. Untuk uji Wilcoxon Sign Rank test pengambilan keputusan

menggunakan cara pertama yaitu jika Sig > 0,05 maka H0 diterima, artinya

tidak ada perbedaan antar variabel, jika Sig < 0,05 maka Ho ditolak,

Page 87: SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PEER EDUCATION

67

artinya ada perbedaan antara variabel. Perhitungan uji statistik

menggunakan sistem komputerisasi SPSS 16,0.

4.12 Etika Penelitian

Menurut Hidayat (2007), etika dalam melakukan penelitian meliputi :

1. Prinsip Etika Penelitian

Dalam melaksanakan penelitian khususnya menggunakan subjek penelitian

adalah manusia, maka prinsip yang harus dipahami adalah :

a. Prinsip manfaat

Penelitian yang dilakukan diharapkan memberikan manfaat untuk

kepentingan manusia. Prinsip ini bisa ditegakan dengan membebaskan,

tidak menimbulkan kekerasan, dan tidak menjadikan manusia untuk

dieksploitasi.

b. Prinsip menghormati manusia

Berdasarkan prinsip ini manusia berhak untuk menentukan pilihan antara

mau dan tidak untuk diikutsertakan menjadi subjek penelitian.

c. Prinsip keadilan

Prinsip ini dilakukan untuk menjunjung tinggi keadilan manusia dengan

menghargai hak atau memberikan pengobatan secara adil, hak menjaga

privasi manusia, dan tidak berpihak dalam perlakuan terhadap manusia.

2. Masalah Etika Penelitian

a. Informed consent

Informed consent diberikan sebelum melakukan penelitian. Informed

consent ini merupakan lembar persetujuan untuk menjadi responden.

Page 88: SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PEER EDUCATION

68

Pemberian informed consent ini bertujuan agar subjek mengerti maksud

dan tujuan penelitian dan mengetahui dampaknya.

b. Prinsip Anonimity

Anonimity berarti dalam menggunakan subjek penelitian tidak

mencantumkan nama pada lembar pengumpulan data. Peneliti hanya

menuliskan kode pada lembar pengumpulan data tersebut.

c. Prinsip Confidentialy

Dalam hal kerahasiaan, informasi yang sudah didapatkan dari responden

harus menjamin kerahasiaannya. Masalah ini merupakan masalah etika

dengan memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi

maupun masalah-masalah lainnya.

Page 89: SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PEER EDUCATION

69

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi deskripsi tentang hasil penelitian yang telah dilaksanakan di

SMPN I Jiwan Kabupaten Madiun. Penelitian ini membahas tentang Pengaruh

Pendidikan Kesehatan Peer Education Terhadap Kecemasan Menghadapi

Premenstrual Syndrome Pada Siswi kelas 7 Di SMPN 1 Jiwan Madiun.

Pengambilan data dengan menggunakan kuesioner yang diberikan kepada siswi

SMPN I Jiwan. Selanjutnya hasil penelitian akan dibahas secara rinci sesuai

variabel yang diteliti.

5.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian

Lokasi dalam penelitian ini bertempat di SMPN I Jiwan Kabupaten

Madiun.SMP Negeri 1 Jiwan Kabupaten Madiun sampai saat ini masih

menempati 2 lokasi: di Jalan Pangongangan (Belakang Kantor Kecamatan Jiwan)

ditempati untuk siswa-siswi kelas 7, dan di Jalan Raya Solo Desa Kincang

ditempati untuk pembelajaran siswa-siswi kelas 8 dan 9. (Sejak Tahun Pelajaran

2013/2014).

SMPN 1 Jiwan sebelumnya adalah Sekolah Teknik (ST 7) yang didirikan pada

tanggal 26 Maret 1972 dengan lokasi pada awalnya di depan Kampoeng Palm

Resto Jalan Raya Solo Jiwan (sekarang garasi mobil), kemudian pindah di Jalan

Pangongangan belakang Kantor Kecamatan Jiwan.ST 7 beralih menjadi SMPN

Jiwan sejak tahun 1979 dan menempati lokasi gedung belakang Kantor

Kecamatan Jiwan tersebut. Dan berangsur-angsur jumlah siswa semakin banyak

Page 90: SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PEER EDUCATION

70

bertambah sehingga lokasi sekolah tidak menampung, sehingga untuk siswa-siswi

kelas 1 dipinjamkan gedung (bangunan yang sekarang ditempati SDN 1 Jiwan).

Sedangkan siswa-siswi kelas 2 dan 3 tetap menempati gedung belakang Kantor

Kecamatan Jiwan sebagai gedung pusat.Pada tahun 1982 tempat belajar siswa-

siswi kelas 1 dipindah ke lokasi yang sebelumnya ditempati SMP Swasta (Jaman

Jepang) yaitu di Jalan Raya Solo Desa Kincang Kecamatan Jiwan.

Pada tahun 1986, nama SMPN Jiwan berubah menjadi SMPN 1 Jiwan,

karena pada tahun tersebut pemerintah mendirikan SMP Negeri di Kecamatan

Jiwan yang bertempat di Desa Wayut selanjutnya diberi nama SMPN 2 Jiwan. Hal

tersebut juga sehubungan dengan adanya kebijakan pemekaran wilayah

Kecamatan Jiwan dipecah menjadi dua yaitu wilayah utara menjadi Kecamatan

Sawahan sedangkan wilayah selatan tetap Kecamatan Jiwan.

Pada tahun 1994/1995 s.d. 2003/2004 nama SMPN 1 Jiwan diubah

menjadi SLTP Negeri 1 Jiwan. Dan pada tahun 2004 sampai sekarang kembali

dengan nama SMPN 1 Jiwan.Saat ini Kepala Sekolah SMPN 1 Jiwan adalah Drs.

Didik Utomo, M.Pd.

5.2 Karakteristik Responden

Data ini menyajikan karakteristik responden berdasarkan Usia, Usia saat

pertama kali haid, lama haid.

1. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Usia

Tabel berikut ini memberikan gambaran responden yang berdasarkan

tingkat usia.

Page 91: SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PEER EDUCATION

71

Tabel 5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Usia

Usia Frekuensi Prosentase

12 7 25,9

13 18 66,7

14 2 7,4

Jumlah 27 100

Sumber : Lembar Pengukuran tingkat kecemasan skala HARS (Hamilton Anxiety Rating

Scale) (2017)

Berdasarkan tabel 5.2 dapat diketahui bahwa responden yang paling

banyak berumur 13 tahun ada 18 siswi (66,7%) yang paling sedikit sedikit

berumur 14 tahun ada 2 siswi (7,4%), dan. Berarti sebagian besar siswi kelas

7 SMPN 1 Jiwan Kabupaten Madiun yang menjadi responden dalam

penelitian ini berusia di atas 13 tahun sejumlah 18 orang atau 66,7%.

2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia saat pertama kali haid

Tabel berikut ini memberikan gambaran responden yang berdasarkan

usia saat pertama kali haid.

Tabel 5.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Saat Pertama Kali Haid

Usia Saat Pertama Kali Haid Frekuensi Prosentase

11 4 14,8

12 10 37,0

13 13 48,1

Jumlah 27 100,0

Sumber : Lembar Pengukuran tingkat kecemasan skala HARS (Hamilton Anxiety Rating

Scale) (2017)

Berdasarkan tabel 5.2 dapat diketahui bahwa usia saat pertama kali haid

adalah paling banyak umur 13 sebanyak 13 siswi (48,1%) dan yang paling

sedikit 11 tahun sebanyak 4 siswi (14,8%). Berarti usia saat pertama kali haid

sebagian besar siswi kelas 7 SMPN 1 Jiwan Kabupaten Madiun saat pertama

kali haid berusia 13 tahun sejumlah 13 orang atau 48,1%.

Page 92: SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PEER EDUCATION

72

3. Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Haid

Tabel berikut ini memberikan gambaran responden yang berdasarkan

lama haid.

Tabel 5.3 Karakteristik Responden BerdasarkanLama Haid

Lama Haid Frekuensi Prosentase

< 4 hari 1 3,7

4 – 5 hari 10 37,0

6 – 7 hari 14 51,9

> 7 hari 2 7,4

Jumlah 27 100,0

Sumber: Lembar Pengukuran tingkat kecemasan skala HARS (Hamilton Anxiety Rating

Scale)(2017)

Berdasarkan tabel 5.3 dapat diketahui bahwalama haid yang terbanyak

antara 6-7 hari ada 14 siswi (51,9) dan yang paling sedikit yaitu <4 hari

sebanyak 1 siswi (3,7%). Berartisebagian besar siswi kelas 7 SMPN 1 Jiwan

Kabupaten Madiun yang menjadi responden dalam penelitian mengalami haid

6 sampai 7 hari sejumlah 14 orang atau 51,9%.

5.3 Hasil Penelitian

5.3.1 Tingkat Kecemasan Menghadapi Premenstrual Syndrome (PMS)

Sebelum Mendapatkan Pendidikan Kesehatan Peer Education Pada

Siswi Kelas 7 SMPN 1 Jiwan Madiun pada bulan juni 2017

Tabel 5.4 Hasil Penelitian Berdasarkan Tingkat kecemasan menghadapi

Premenstrual Syndrome sebelum mendapatkan pendidikan

kesehatan Peer Educationpada siswi kelas 7 di SMPN 1 Jiwan

Madiun.

No Tingkat Kecemasan Frekuensi Prosentase(%)

1 Tidak ada kecemasan 0 0

2 Ringan 1 3,7

3 Sedang 9 33,3

4 Berat 17 63,0

Jumlah 27 100

Sumber : Lembar Pengukuran tingkat kecemasan skala HARS (Hamilton Anxiety Rating

Scale)(2017)

Page 93: SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PEER EDUCATION

73

Hasil penelitian pada tabel 5.4 dapat diketahui bahwa yang paling

banyak adalah tingkat kecemasan berat sebanyak 17 (63,0%) responden

dan yang sedikit adalah responden yang mengalami tingkat kecemasan

ringan yaitu 1 (3,7%) responden dan sebagian besar tingkat kecemasan

responden sebelum dilakukan pendidikan kesehatan peer education dalam

kategori cemas berat yaitu sebanyak 17 (63,0%) responden.

5.3.2 Tingkat Kecemasan Menghadapi Premenstrual Syndrome (PMS)

Sesudah dilakukan Pendidikan Kesehatan Peer Education pada siswi

kelas 7 SMPN 1 Jiwan Madiun

Tabel 5.5 Hasil Penelitian Berdasarkan Tingkat kecemasan menghadapi

Premenstrual Syndrome sesudah mendapatkan pendidikan

kesehatan Peer Education pada siswi kelas 7 di SMPN 1 Jiwan

Madiun

Tingkat Kecemasan Jumlah Prosentase

Tidak ada kecemasan 0 0

Kecemasan ringan 14 51,9

Kecemasan sedang 13 48,1

Kecemasan berat 0 0,0

Jumlah 27 100,0

Sumber :Lembar Pengukuran tingkat kecemasan skala HARS (Hamilton

Anxiety Rating Scale)(2017)

Hasil penelitian pada tabel 5.5 dapat diketahui sebagian besar tingkat

kecemasan responden setelah dilakukan pendidikan kesehatan peer

education yang paling banyak adalah tingkat kecemasan ringan yaitu 14

(51,9%) responden dan yang sedikit adalah tingkat kecemasan sedang

yaitu 13 (48,1%) responde dan sebagian besar tingkat kecemasan

responden sesudah dilakukan pendidikan kesehatan peer education dalam

kategori cemas sedang yaitu sebanyak 13 (48,1%) responden.

Page 94: SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PEER EDUCATION

74

5.3.3 Pengaruh Pendidikan Kesehatan Peer Education Terhadap

Perubahan Tingkat Kecemasan Menghadapi Premenstrual Syndrome

(PMS) pada Siswi kelas 7 Di SMPN 1 Jiwan Madiun

Tabel 5.6 Analisa Pengaruh Pendidikan Kesehatan Peer Education

Terhadap Perubahan Tingkat Kecemasan Menghadapi

Premenstrual Syndrome (PMS) pada siswi kelas 7 Di SMPN 1

Jiwan Madiun pada Bulan Juni 2017

Kelompok

Tidak ada

kecemasan

Kecemasan

ringan

Kecemasan

sedang

Kecemasan

berat Jumlah

F % F % F % F %

Sebelum

intervensi 0 0% 1 3,7% 9 33,3% 17 63,0% 27

Sesudah

intervensi 0 0% 14 51,9% 13 48,1% 0 0% 27

Wilcoxon

Signed Rank

Test

P value=0,000

Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa tingkat

kecemasan premenstrual syndrome sebelum diberikan pendidikan

kesehataan peer education paling tinggi adalah tingkat kecemasan berat

yaitu 17(63,0%) responden dan yang paling rendah adalah pada tingkat

kecemasan ringan yaitu 1(3,7%) responden. Sedangkan tingkat kecemasan

menghadapi premenstrual syndrome sesudah diberikan pendidikan

kesehaatan peer education paling tinggi adalah tingkat kecemasan ringan

yaitu 14 (51,9%) responden dan yang rendah yaitu 13 (48,1%) responden.

Uji statistik menggunakan Wilcoxon Sign Rank Test dan dapat

diketahui bahwa nilai Asymp. Sig (0,000 = 0 %) < α = 5%, yang berarti h0

ditolak dan ha diterima yang artinya ada perbedaan antara kecemasan

menghadapi Premenstrual Syndromesebelum dan sesudah mendapatkan

pendidikan kesehatan Peer Educationpada siswi kelas 7 di SMPN 1 Jiwan

Madiun.

Page 95: SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PEER EDUCATION

75

5.4 Pembahasan

Pembahasan dalam penelitian ini meliputi tingkat kecemasan menghadapi

Premenstrual Syndrome (PMS) sebelum diberikan pendidikan kesehatan Peer

Educationdan sebelum diberikan pendidikan kesehatan Peer Education.

5.4.1 Tingkat Kecemasan Menghadapi Premenstrual Syndrome (PMS)

Sebelum Diberikan Pendidikan Kesehatan Peer Education

Berdasarkan dari hasil penelitian pada tabel 5.4 yang dilakukan pada 27

responden menunjukkan bahwa sebagian besar responden mengalami kecemasan

berat sebanyak 17 responden (63,0%). Kecemasan sedang 9 responden (33,3%)

dan yang paling sedikit kecemasan ringan sebanyak 1 responden (3,7%).

Sehingga, berdasarkan kuesioner yang digunakan peneliti dapat disimpulkan

bahwa tingkat kecemasan sebelum diberikan pendidikan kesehatan peer education

adalah kecemasan berat. Hal ini sesuai dengan teori (Qiao et al.,2012) bahwa

Sindroma Pramenstruasi merupakan kondisi medis umum yang mempengaruhi

hubungan wanita, aktivitas sosial, produktivitas kerja, dan kualitas hidup.

Berbagai gejala emosional yang paling umum dialami wanita saat pra-haid timbul

suatu kecemasan ketika menghadapi Premenstrual Syndrome.Gejala yang sering

dikeluhkan remaja adalah gejala emosional seperti mudah tersinggung, depresi,

mudah marah, cemas atau tegang, perubahan suasana hati, sedangkan gejala fisik

adalah payudara tegang, perut kembung, sakit kepala dan mudah lelah Berbagai

gejala emosional yang paling umum dialami wanita saat PMS salah satunya

timbul suatu kecemasan ketika menghadapi Premenstrual Syndrome.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Ayut Merdikawati,dkk (2016)

dengan judul Aromaterapi Bunga Lavender Dengan Tingkat Kecemasan Remaja

Page 96: SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PEER EDUCATION

76

Putri Saat Premenstrual Syndrome menunjukkan bahwa tingkat kecemasan yang

paling banyak kecemasan berat (50%), kecemasan sedang (37,5%), dan

kecemasan ringan (12,5%).

Berdasarkan faktor yang mempengaruhi terjadinya kecemasan saat

menghadapi premenstrual syndrome yaitu usia, seperti pada hasil penelitian ini

yang banyak ditemukan adalah usia responden yang paling banyak adalah 13

tahun. Dimana umur 13 tahun adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak

menuju masa dewasa ini dikenal dengan masa adolesens.Dalam masa ini

mengalami perkembangan fisik maupun psikis (Potter dan Perry, 2005). Hal ini

didukung oleh Notoadtmojo (2005) bahwa semakin matang usia seseorang, maka

semakin baik cara menanggapi masalah. Umur yang lebih muda akan mengalami

tingkat stress dan kecemasan yang lebih tinggi dari pada yang berusia tua.

Selain usia, faktor yang menyebabkan kecemasan menghadapi

premenstrual syndrome. Dalam penelitian ini yang paling banyak yaitu 6-7 hari.

Lama durasi haid disebabkan oleh faktor psikologis dan biologis. Secara

psikologis biasanya berkaitan dengan tingkat emosional wanita yang labil ketika

akan haid dalam Faridah Alatas dan TA Larasati (2016).

Faktor pengetahuan juga mempengaruhi kecemasan remaja saat

menghadapi Premenstrual Syndrome. Pemahaman remaja akan kesehatan

reproduksi menjadi bekal remaja dalam berperilaku sehat dan bertanggung jawab,

namun tidak semua remaja memperoleh informasi yang cukup dan benar tentang

kesehatan reproduksi. Keterbatasan pengetahuan dan pemahaman ini dapat

Page 97: SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PEER EDUCATION

77

mempengaruhi kecemasan remaja dalam menghadapi Premenstrual Syndrome

(Nurma,2015).

Berdasarkan analisis kuesioner tingkat kecemasan menggunakan HARS

kepada responden, meliputi 4 aspek yaitu faktor fisiologis, aspek perilaku, aspek

kognitif, dan aspek afektif. Dari aspek fisiologis ada 18 responden yang

menjawab. Salah satu aspek fisiologis yaitu keadaan fisik. Individu yang

mengalami gangguan fisik akan mudah mengalami kelelahan fisik. Kelelahan

fisik yang dialami akan mempermudah individu megalami kecemasan (Tallis,

2010).

Dari uraian diatas peneliti berasumsi bahwa tingkat kecemasan setiap

individu berbeda-beda karena individu memiliki emosional yang berbeda.

Semakin tinggi tingkat emosionalnya maka akan lebih tinggi tingkat

kecemasannya.

5.4.2 Tingkat Kecemasan Menghadapi Premenstrual Syndrome(PMS)

Sesudah Mendapatkan Pendidikan Kesehatan Peer Education

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan tingkat

kecemasan sesudah diberikan pendidikan kesehatan peer education yaitu cemas

ringan sebanyak 14 responden (51,9%), dan cemas sedang sebanyak 13 responden

(48,1%) . Sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat kecemasan sesudah

diberikan pendidikan kesehatan peer education adalah kecemasan ringan. Hal ini

dikarenakan dari 27 responden, peneliti memberikan pendidikan kesehatan peer

education sesuai dengan SOP (Standart Operasional Prosedur), ditambah dengan

perhatian dan kepatuhan responden melakukan terapi yang diberikan. Pada hasil

penelitian ini terjadi penurunan tingkat kecemasan setelah diberikan pendidikan

Page 98: SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PEER EDUCATION

78

kesehatan peer education didapatkan paling banyak siswi berada pada tingkat

kecemasan ringan .

Sesuai dengan teori, bahwa salah satu fungsi yang paling penting dari

kelompok kawan sebaya adalah sebagai sumber informasi dan perbandingan

tentang dunia di luar keluarga.Remaja memperoleh umpan-balik mengenai

kemampuannya dari kelompk kawan sebaya. Remaja mempelajari bahwa apa

yang mereka lakukan itu lebih baik, sama baik, atau kurang baik, dibandingkan

remaja-remaja lainnya menurut Santrock dalam Ratnawati (2013). Dari hasil

wawancara terhadap 5 responden, mereka mengerti tentang bagaimana cara

penanganan pada premenstrual syndrome yaitu salah satunya adalah dengan

melakukan tehnik relaksasi nafas dalam karena ini sangat mudah dilakukan dan

dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja.

Kecemasan dalam menghadapi Premenstrual Syndrome adalah suatu

keadaan menjelang menstruasi yang ditandai dengan perasaan ketakutan yang

disertai dengan tanda somatik yaitu terjadinya hiperaktifitas sistem saraf

otonom.Remaja yang mengalami pubertas akan lebih cepat murung, khawatir,

cemas, marah dan menangis hanya karena hasutan yang sangat kecil (Ganong,

2012). Hal ini berpengaruh terhadap aktifitas sehari-hari menjadi terganggu,

misalnya pada saat menjelang menstruasi menjadi malas masuk sekolah (absen

meningkat) sehingga kegiatan belajar mengajar menjadi menurun.

Oleh karena itu dalam penatalaksanaan kecemasan pre menstruasi dapat

dilakukan dengan dua cara yaitu farmakologi seperti obat anticemas ,dan anti

depresan. Sedangkan penanganan non farmakologi merupakan penanganan

Page 99: SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PEER EDUCATION

79

meliputi melakukan diet,senam aerobic dan terapi relaksasi Mengingat hal

tersebut, diperlukan solusi lain untuk mengurangi kecemasan yang dialami oleh

remaja putri. Pemberian pendidikan kesehatan merupakan solusi yang sangat

dianjurkan untuk mengatasi hal tersebut (Proverawati (2009); Trya Aryaputri

Sudjana, dkk, (2015) ).

Pendidikan kesehatan merupakan suatu bentuk tindakan mandiri

keperawatan untuk membantu klien baik individu, kelompok, maupun masyarakat

dalam mengatasi masalah kesehatannya melalui kegiatan pembelajaran yang

didalamnya perawat sebagai perawat pendidik (Suliha, dkk, 2012). Ada beberapa

cara untuk memberikan pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan bisa

diberikan melalui ceramah, bentuk sosio drama dan metode peer education.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa metode ceramah yang selama ini

dilaksanakan kurang efektif, sehingga perlu dicari metode lain dalam

meningkatkan pengetahuan dan pemahaman (Murti, Prabandari dan Riyanto,

2006). Metode pendidikan kesehatan yang akan dilakukan dalam penelitian ini

adalah metode peer education.

Dari hasil uraian diatas untuk mengurangi kecemasan menghadapi

premenstrual syndrome dengan dua cara yaitu secara farmakologis dan non

farmakologis. Namun pada kenyataan nya banyak wanita yang belum mengerti

bagaimana cara penenanganan kecemasan saat menghadapi premenstrual

syndrome. Seperti pada penelitian ini masih banyak siswi kelas 7 Di SMPN 1

Jiwan Madiun yang mengalami kecemasan saat menghadapi premenstrual

syndrome.Kebanyakan dari mereka biasanya bersikap acuh terhadap perasaan

Page 100: SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PEER EDUCATION

80

yang dialami hingga perasaan tersebut hilang dengan sendirinya.Dan mereka malu

untuk bertanya kepada keluarga yang lebih tua karena merasa hal ini di anggap

tabu. Salah satu cara nonfamakologis yang dapat dilakukan yaitu cara penanganan

dalam menghadapi premenstrual syndrome yang diberikan dengan memberikan

pendidikan kesehatan peer education.

5.4.3 Pengaruh Pendidikan Kesehatan Peer Education Terhadap

Perubahan Tingkat Kecemasan Menghadapi Premenstrual Syndrome

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, didapatkan hasil tingkat

kecemasan sebelum diberikan pendidikan kesehatan peer education pada tingkat

kecemasan berat yaitu sebanyak 17 responden (63,0%) . Kecemasan sedang 9

responden (33,3%) dan yang paling sedikit kecemasan ringan sebanyak 1

responden (3,7%). Pada hasil penelitian didapatkan penurunan tingkat kcemasan

sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan peer education dan setelah

dilakukan uji analisis Wilcoxon Sign Rank Test dapat diketahui bahwa nilai

Asymp.Sig (0,000=0%) <α = 5%, yang berarti signifikan. Hal ini menunjukkan

bahwa pendidikan kesehatan peer education berdampak positif dalam penurunan

tingkat kecemasan menghadapi premenstrual syndrome.

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Risqa Rahma Rasida (2016)

tentang Pengaruh Pendidikan Kesehatan Peer Education Terhadap Kesiapan

Menghadapi Premenstrual Syndrome Pada Siswi Kelas VII dan VIII Di MTS

Assalam Temanggung. Hasilnya menunjukkan perbedaan kesiapan menghadapi

premenstrual syndrome sebelum diberikan pendidikan kesehatan melalui peer

education dan setelah diberikan pendidikan kesehatan melalui peer education.

Dari analisis data diketahui p value sebesar 0,000.

Page 101: SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PEER EDUCATION

81

Hal ini berkaitan dengan teori Lawrencedan Green yang menggambarkan

kerangka Predisposing, reinforcingand enabling cause in education diagnosis and

evaluation dimana pendidikan kesehatan melalui peer education berkaitan dengan

perubahan-perubahan yang dapat mengubah sikap dan perilaku dan mencapai

tujuan yang diinginkan. Sehingga setelah peer educationtentang Premenstrual

Syndrome terjadi perbedaan bermakna pada pretestdan posttestkesiapan

menghadapi Premenstrual Syndrome yang menunjukan peningkatan setelah

mendapat perlakuan, yaitu menurunkan tingkat kecemasan.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan para siswi dalam

menurunkan tingkat kecemasan. Bila dilihat dari umur, antara 12,13,dan 14 tahun

merupakan masa remaja yang akan mengalami pubertas. Perkembangan remaja

masa pubertas berpengaruh terhadap kematangan dalam berpikir. Dengan

memberikan pendidikan kesehatan peer education maka akan mudah memahami

tentang Premenstrual Syndrome.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sesudah diberikan pendidikan

kesehatan dengan metode pendidikan sebaya tentang Premenstrual

Syndrometingkat pengetahuan responden mengalami peningkatan karena

dipengaruhi oleh penyampaian pendidikan kesehatan dengan metode pendidikan

teman sebaya (peer education). Pendidikan kesehatan dengan metode teman

sebaya dibutuhkan oleh remaja sekarang ini. Remaja memerlukan pelayanan

pendidikan kesehatan yang benar. Hal ini semakin baik bila diberikan disekolah

oleh teman sebaya melalui pendidikan teman sebaya.

Page 102: SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PEER EDUCATION

82

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang Pengaruh Pendidikan Kesehatan Peer

Education Terhadap Kecemasan Menghadapi Premenstrual Syndrome Pada Siswi

kelas 7 Di SMPN 1 Jiwan Madiun adalah sebagai berikut:

1. Tingkat kecemasan menghadapi Premenstrual Syndrome sebelum (pre test)

mendapatkan pendidikan kesehatan Peer Education pada siswi kelas 7 di

SMPN 1 Jiwan Madiun sebagian besar sebanyak 63% adalah kecemasan

berat.

2. Tingkat kecemasan menghadapi Premenstrual Syndrome sesudah (post test)

mendapatkan pendidikan kesehatan Peer Education pada siswi kelas 7 di

SMPN 1 Jiwan Madiun sebagian besar sebanyak 51,9% adalah kecemasan

ringan.

3. Ada pengaruh Pendidikan Kesehatan Peer Education Terhadap Tingkat

Kecemasan Menghadapi Premenstrual Syndrome Pada Siswi Kelas 7 Di

SMPN 1 Jiwan dengan P value = 0,000.

Page 103: SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PEER EDUCATION

83

6.2 Saran

Saran yang dapat diberikan berkaitan dengan temuan penelitian adalah

sebagai berikut:

1. Bagi Responden

Diharapkan dengan penelitian ini remaja mampu mengatasi kecemasan

menghadapi Premenstrual Syndrome dengan mengikuti penyuluhan ,

pendidikan kesehatan. Sehingga dapat mengetahui segala informasdi yang

terkait baik penanganan maupun pencegahan dalam menghadapi kecemasan

Premenstrual Syndrome.

2. Bagi Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun

Penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi mahasiswa stikes Bhakti Husada

Mulia Madiun untuk mengetahui Pengaruh Pendidikan Kesehatan Peer

Education Terhadap Tingkat Kecemasan Menghadapi Premenstrual

Syndrome.

3. Bagi SMPN 1 Jiwan Madiun

Diharapkan untuk memberikan pendidikan reproduksi kepada siswi agar

siswi dapat mengetahui bagaimana cara penanganan saat menghadapi

Premenstrual Syndrome .

Page 104: SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PEER EDUCATION

84

DAFTAR PUSTAKA

Amelia.2014. Konsumsi pangan, pengetahuan gizi, aktivitas fisik dan status gizi

pada remaja di Kota Sungai Penuh Kabupaten Kerinci Propinsi Jambi.

(Jurnal).Bogor: Fakultas Pertanian,Institut Pertanian Bogor.

Arikunto. 2010.Metodologi Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Arnawa. 2011. Meningkatkan Kemampuan Mahasiswa Dalam Meningkatkan

Pembelajaran. Jurnal Pendidikan UPI, Bandung.

Atmoko.2013.Analisis Penerapan Standart Operasional Procedure(SOP)Dalam

Pelayanan Kesehatan Berbasis IT Menggunakan Analisa

SWOT.(Jurnal).Jakarta:STMIK Nusamandiri.Jakarta.

Ayut Merdikawati.2016.Aromaterapi Bunga Lavender Dengan Tingkat

Kecemasan Remaja Putri Saat Pre Menstrual

Syndrome.(Jurnal).Malang.Universitas Brawijaya

BKKBN.2008. Modul Kesehatan Reproduksi Remaja. Yogjakarta : BKKBN.

BKKBN dan UNFPA.2006.Pengaruh Pendidikan Kesehatan Melalui Peer Group

Terhadap Sikap Remaja Tentang HIV/AIDS Di SMAN 2 Bantul

Yogyakarta.(Jurnal).Yogyakarta:Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Brunner & Suddarth, 2010. Hubungan Sindroma Pramenstruasi Dan Insomnia

Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret

Surakarta.(Skripsi).Surakarta:Universitas Sebelas Maret

Depdiknas. 2004. Kerangka Dasar Kurikulum 2004, Jakarta. Departemen

Pendidikan Nasional.

Dwi Yati.2014.Pengaruh Peer Education Terhadap Kecemasan Pada Remaja

Post Menarche Di Wilayah Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul.

(Jurnal).Yogyakarta:Universitas Gajah Mada.

Faridah Alatas&TA Larasati.2016.Disminore Primer Dan Faktor Risiko

Disminore Primer Pada Remaja.(Jurnal).Universitas Lampung

Ford dan Collier.2006.Prosedur Pelaksanaan Metode Peer Education.

http://erepo.unud.ac.id/17357/3/1102106010-3-BAB%20II.pdf di akses

tanggal 20 Februari 2017

Ganong, W.F.201. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.Jakarta:EGC.

Page 105: SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PEER EDUCATION

85

Hawari.2014.Manajemen Stress, Cemas, Depresi, Jakarta:FKUI.

Hestiantoro.2009.Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Sindroma Pramenstruasi

pada Siswi SMP Negeri 4 Surakarta.(Jurnal).Surakarta:Stikes PKU

Muhammadiyah Surakarta

Henshaw, C.2007. PMS: Diagnosis, etiology, assesment and management

Advances in Psychiatric Treatment. Vol 13:139-146

Hidayat,A.A.2007.Metode Penelitian Kebidanan Dan Tehnik Analisis Data.

Surabaya:Salemba.

.2008. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan.Jakarta:Salemba

Medika.

Hurlock. B.Elizabeth. 2011. Psikologi Perkembangan. Jakarta: PT. Aksara

Pratama.

Joseph. G.2010. Manfaat Serat Makanan Bagi Kesehatan Kita. Bogor: IPB Bogor

Kanisius. 2010. Pendidikan Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Melani Silvia, Karjiyem. 2015. Hubungan Pengetahuan tentang Sindrom

Premenstruasi dan Motivasi Penanganan Sindrom Premenstruasi Remaja

Putri dengan Penanganan Sindrom Premenstruasi Di SMA Muhammadiyah

5 Yogyakarta Tahun 2014.(Jurnal).Yogyakarta:Unisa Yogyakarta

Moersintowarti, 2002, Tumbuh Kembang Anak dan Remaja. Jakarta : Sagung

Seto.

Mubarak.2007.Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Perawatan ICU-ICCU

Terhadap Kecemasan Keluarga Pasien di RSUD dr.Soehadi Prijonegoro

Sragen.(Skripsi).Surakarta:Stikes Kusuma Husada

Mubarak dan Chayatin. 2009. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Pra Bedah

Terhadap Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi Fraktur Di RSUD

dr.Moewardi. (Jurnal). Surakarta:Stikes PKU Muhammadiyah Surakarta

Murti, Prabandari dan Riyanto, 2006. Efektivitas promosi kesehatan dengan peer

education pada kelompok dasawisma tersangka TB Paru. Jurnal Kedokteran

Masyarakat.

Murwani.2008. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan.Edisi : 1, Fitramaya :

Yogyakarta.

Page 106: SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PEER EDUCATION

86

Nixson.2016.Terapi Reminiscence: Solusi Pendekatan sebagai Upaya Tindakan

Keperawatan dalamMenurunkan Kecemasan , Stress , dan Depresi.

Jakarta:Trans Info Media.

Notoatmodjo.2005.Tingkat Kecemasan Remaja Putri Dalam Menghadapi

PreMenstrual Syndrome Di SMP 2 Sooko Mojokerto.(Jurnal).Mojokerto

.2010.Metodologi Penelitian Kesehatan.Jakarta:Rineka Cipta.

.2012.Metodologi Penelitian Kesehatan.Jakarta:Rineka Cipta.

.2013.Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta:PT Rineka

Cipta.

Nurma.2015.Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Kecemasan Menghadapi

Menarche Pada Siswi SDN Pangengudang Kecamatan Purwerojo

Kabupaten Purworejo.(Jurnal).Universitas Gajah Mada

Nursalam.2013. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis.

Proverawati. 2009. Menarche Menstruasi Pertama Penuh Makna. Yogyakarta:

Nuha Medika.

Potter&Perry.2005.Fundamental Keperawatan.Jakarta:EGC

Qiao et al.2012, Gejala PMS. (http://2015-338404-chapter 1/latar belakang.pdf.

dikases hari Kamis, tanggal 24 Maret 2017 jam.10.00)

Rice, Philip L. 2013. Stress and Health. London: Brooks Cole Publishing

Company.

Risqa Rahma Rasida.2016.Pengaruh Pendidikan Kesehatan Peer Education

Terhadap Kesiapan Menghadapi Premenstrual Syndrome Pada Siswi Kelas

VII dan VIII Di MTS Assalam Temanggung.(Jurnal).Yogyakarta.Universitas

Aisyiyah Yogyakarta

Saryono.2009. Sindrom Premenstruasi. Jakarta:Nuha Medika.

.2011.Metode Penelitian Kuantitatif,Kualitatif, R&D.Bandung:Alfabeta.

Setiadi.2007. Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Silva.DP.2010.Menarche and Lifestyle. Wisconsin Medical . Journal Vol 104, No

7. Wisconsin. Gundersen Lutheran Medical Centre.

Stuart.2007, Buku Saku Keperawatan Jiwa . Edisi 5. Jakarta. EGC.

Page 107: SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PEER EDUCATION

87

Stuart dan Sundeen.2011.Prinsip dan Praktik Keperawatan Psikiatrik.

Jakarta:Salemba Empat.

Sugiyono.2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,

Dan R&D. Bandung:Alfabeta.

Suliha,dkk, 2012. Pendidikan Kesehatan dalam Keperawatan. Cetakan I. Jakarta :

EGC.

Suparman. 2012. Premenstrual Syndrome. Jakarta:EGC

Syianti, Sri dan Pertiwi. Herdining Widyaning. Syamti. 2011. Hubungan Antara

Tingkat Kecemasan Dengan Sindrom Premenstruasi Pada Mahasiswi

Tingkat II(Jurnal).Boyolali:Akademi Kebidanan Estu Utomo Boyolali.

Tallis.2010.Mengatasi Rasa Cemas.Jakarta:Arcan

Trya Aryaputri Sudjana, Ni Komang Ari Sawitri, I.G.A Triyani, 2011. Efektivitas

Penyuluhan Peer Group Dengan Penyuluhan Oleh Petugas Kesehatan

Terhadap Tingkat Pengetahuan Tentang Menarche. Jurnal Ilmu Kesehatan

Keperawatan, Vol.7.No.3. Oktober 2011.

UNAIDS.2007.Peer education and HIV/AIDS. http://repository.usu.ac.id/

bitstream/handle/123456789/57089/Chapter%20II.pdf?sequence=5 Diakses

tanggal 20 Maret 2017.

Videbeck. Sheila L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Yudi.2008.Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Sikap Mahasiswi

Keperawatan Di Dalam Mengatasi Disminore Di Fakultas Ilmu Kesehatan

UMS.(Skripsi).Surakarta:Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Yunghui.2011. Hubungan Sindrom Pramenstruasi dengaan Tingkat Kecemasan

Pada Siswi Kelas XI Jurusan Akuntansi SMK Negeri 1 Bantul Yogyakarta .

(Jurnal).Yogyakarta:Unisa Yogyakarta.

Page 108: SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PEER EDUCATION
Page 109: SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PEER EDUCATION

88

Lampiran 1

Page 110: SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PEER EDUCATION

89

Lampiran 2

Page 111: SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PEER EDUCATION

90

Lampiran 3

PENJELASAN UNTUK MENGIKUTI PENELITIAN

1. Kami adalah Dinda Nida Ankhofiyya , mahasiswa Jurusan Keperawatan

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun , dengan ini

meminta anda untuk berpartisipasi dengan sukarela dalam penelitian yang

berjudul “Pengaruh Pendidikan Kesehatan Peer Education Terhadap

Tingkat Kecemasan Menghadapi PMS (Pre Menstrual Syndrome )

Pada Siswi Kelas 7 di SMPN 1 Jiwan Kabupaten Madiun “

2. Manfaat dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan pemahaman tentang

penanganan dalam menghadapi kecemasan saat PMS . Penelitian ini

berlangsung selama ± 20 menit denagn sampel yaitu siswi kelas 7 yang

mengalami kecemasan menghadapi PMS di SMPN 1 Jiwan Kabupaten

Madiun.

3. Prosedur pengambilan data pada sampel yaitu langsung pada subyek

penelitian , berupa kuesioner kecemasan yang dilakukan 3 kali dalam 1

bulan.

4. Keuntungan yang anda peroleh dengan keikutsertaan dapat dirasakan secara

langsung berupa cara penanganan kecemasan menghadapi PMS .

5. Seandainya anda tidak menyetujui cara ini maka anda boleh tidak mengikuti

penelitian ini sama sekali . Untuk itu anda tidak dikenai sanksi apapun .

6. Nama dan jati diri anda akan tetap dirahasiakan .

Hormat Saya

Dinda Nida Ankhofiyya

Page 112: SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PEER EDUCATION

91

Lampiran 4

SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Dengan hormat,

Saya sebagai mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan STIKES

Bhakti Husada Mulia Madiun

Nama : Dinda Nida Ankhofiyya

NIM : 201302020

Bermaksud untuk melakukan penelitian tentang “Pengaruh Pendidikan

Kesehatan Peer Education Terhadap Tingkat Kecemasan Menghadapi PMS (Pre

Menstrual Syndrome) Pada Siswi Kelas 7 Di SMPN 1 Jiwan Kabupaten

Madiun“.

Sehubungan dengan ini, saya mohon kesediaan saudari untuk bersedia

menjadi responden dalam penelitian yang akan saya lakukan . Kerahasiaan data

pribadi saudari akan sangat saya jaga dan informasi yang saya dapatkan akan

saya gunakan untuk penelitian ini.

Demikian permohonan saya, atas perhatian dan kesediaan saudari saya

mengucapkan terima kasih.

Madiun, 8 Mei 2017

Dinda Nida Ankhofiyya

NIM.201302020

Page 113: SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PEER EDUCATION

92

Lampiran 5

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

(Inform Consent)

Dengan hormat,

Saya sebagai mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan STIKES

Bhakti Husada Mulia Madiun

Nama : Dinda Nida Ankhofiyya

NIM : 201302020

Bermaksud untuk melakukan penelitian tentang “Pengaruh Pendidikan

Kesehatan Peer Education Terhadap Tingkat Kecemasan Menghadapi PMS (Pre

Menstrual Syndrome) Pada Siswi Kelas 7 Di SMPN 1 Jiwan Kabupaten

Madiun“.

Adapun informasi yang saudari berikan akan dijamin kerahasiaannya dan

saya bertanggung jawab apabila informasi yang diberikan akan merugikan

saudari.

Sehubungan dengan hal tersebut , apabila saudari setuju ikut serta dalam

penelitian ini dimohon untuk menandatangi kolom yang telah disediakan dan

menjawab semua pertanyaan yang diberikan dengan sejujur-jujurnya dan apa

adanya serta tanpa adanya keterpaksaan.

Madiun , 8 Mei 2017

Peneliti

Dinda Nida Ankhofiyya

NIM.201302020

Responden

Page 114: SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PEER EDUCATION

93

Lampiran 6

KISI- KISI KUESIONER

TINGKAT KECEMASAN

NO. Uraian Nomor

Soal NO Uraian

Nomor

Soal

1 Perasaan cemas 1 8 Gejala sensorik 8

2 Ketegangan 2 9 Gejala kardiovaskuler 9

3 Ketakutan 3 10 Gejala pernafasan 10

4 Gangguan Tidur 4 11 Gejala gastrointestinal 11

5 Gangguan

kecerdasan

5 12

Gejala urogenital 12

6 Perasaan depresi 6 13 Gejala vegetative 13

7 Gejala somatic 7 14 Apakah anda merasakan 14

Page 115: SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PEER EDUCATION

94

Lampiran 7

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Topik : Pre Menstrual Syndrome

Sasaran : Konselor peer education

Waktu : Pukul 10.00 WIB

Hari,Tanggal : 20 Mei 2017

Tempat : SMPN 1 Jiwan

Waktu : 3 Hari

Nama Penyuluh : Dinda Nida Ankhofiyya

A. Tujuan Umum

Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan konselor peer

education dapat memahami dan mengerti tentang PMS (Pre Menstrual

Syndrome)

B. Tujuan Khusus

Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan tentang PMS (Pre Menstrual

Syndrome )konselor diharapkan dapat:

1. Menjelaskan pengertian PMS

2. Menjelaskan Faktor Penyebab PMS

3. Menjelaskan Tanda dan Gejala PMS

4. Menjelaskan Cara Pencegahan Sebelum Terjadi PMS

5. Menjelaskan panatalaksanaan PMS

C. Materi Penyuluhan

1. Pengertian PMS (Pre Menstrual Syndrome)

PMS adalah sekumpulan keluhan dan gejala fisik ,emosional ,

dan perilaku yang terjadi pada wanita usia reproduksi yang muncul

secara siklik dalam rentang waktu tujuh sampai empat belas hari

sebelum menstruasi dan menghilang setelah darah haid keluar yang

Page 116: SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PEER EDUCATION

95

terjadi pada suatu tingkatan yang mampu mempengaruhi gaya hidup

dan aktivitas.

2. Faktor Penyebab PMS

a. Faktor hormonal, terjadi karena ketidakseimbangan hormone

proges-teron dan estrogen. Kadar hormon estrogen sangat berlebih

dan melampaui batas sedangkan hormone progesterone menurun.

Selain dengan faktor hormone berkaitan juga dengan perasaan,

faktor kejiwaan, masalah sosial yang berkaitan dengan serotonin.

b. Faktor kimia, bahan-bahan kimia yang berada di otak seperti

serotonin berubah-ubah selama menstruasi. Serotonin adalah suatu

neurotransmitter merupakan suatu bahan kimia yang terlibat dalam

pengiriman pesan sepanjang saraf di dalamotak, tulang belakang,

dan seluruh tubuh. Serotonin sangat mempengaruhi suasana hati.

Aktivitas serotonin berhubungan dengan depresi, kecemasan,

kelelahan, perubahan pola makan, kesulitan untuk tidur, implusif,

dan agresif.

c. Faktor genetik, biasanya terjadi pada dua kali lebih tinggi pada

kembar satu sel (monozigot) disbanding dengan dua telur

(heterozigot).

d. Faktor psikologis, yaitu stress sangat berpengaruh besar terhadap

kejadian PMS. Gejalanya akan semakin hebat jika mengalami

tekanan.

e. Faktor gaya hidup, yaitu pola makan juga memegang peranan yang

tidak kalah penting, makan yang terlalu banyak dan terlalu sedikit

sangat berperan terhadap gejala PMS. Makanan yang mengandung

banyak garam akan menyebabkan retensi cairan dan tubuh menjadi

bengkak. Mengkonsumsi minuman beralkohol dan berkafein dapat

menggangu suasana hati dan melemahkan tenaga.

f. Kekurangan zat gizi

Kekurangan zat gizi seperti vitamin (terutama B6), vitamin E,

vitamin C, magnesium, zatbesi, seng, mangan, dan asam linoleat.

Page 117: SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PEER EDUCATION

96

Kebiasaan merokok dan minum alcohol juga dapat memperberat

gejala PMS (Pre Menstrual Syndrome).

g. Kegiatan Fisik

Kurang berolahraga dan aktivitas fisikmenyebabkan semakin

beratnya PMS (Pre Menstrual Syndrome).

3. Gejala PMS

a. Sakit kepala

b. Keletihan

c. Sakit pinggang

d. Pembesaran dan nyeri pada payudara

e. Perasaan begah pada abdomen

f. Perubahan suasana hati

g. Ketakutan atau kehilangan kontrol

h. Makan sangat berlebihan

i. Menangis tiba-tiba

4. Pencegahan SebelumTerjadi PMS

a. Tidak minum alcohol

b. Mengurangi kopi

c. Menghindari (tidak) merokok

d. Belajar mengenali premenstruasi sindrom dan mengendalikan

perasaan

e. Pengaturan pola makan

f. Olahraga 3x seminggu

5. Penanganan PMS

a. Pengobatan PMS dapat menggunaka nanalgetik (obat penghilang

rasa sakit )dan bersifat simptomatis hanya membantu mengatasi

nyeri, dan gejala sedang lainnya serta bersifat sementara .

Page 118: SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PEER EDUCATION

97

Analgetik yang digunakan biasanya asam mefenamat dengan dosis

500 mg diberikan 3 kali sehari

b. Tehnik Relaksasi tarik nafas dalam dengan cara:

• Duduk dengan santai

• Tarik nafas dalam melalui hidung dengan bibir tertutup

• Tahan selama 1-2 detik

• Keluakan udara melalui mulut

c. Tehnik Distraksi

• Menonton Film

• Membaca Novel

• Jalan Jalan Ke Pusat Perbelanjaan

d. Kompres Hangat Untuk mengurangi nyeri

• Isi botol aqua dengan air hangat

• Tempelkan botol tersebut di bawah perut

• Kompres dilakukan 15-20 menit

D. MetodePenyuluhan

a. Ceramah

b. Tanya Jawab

E. Media Penyuluhan

a. Leaflet

b. LCD

Page 119: SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PEER EDUCATION

98

F. Kegiatan Penyuluhan

No Tahap

Pengkajian Waktu Kegiatan Penyuluhan Sasaran

1 Pembukaan 5 Menit 1. Membuka acara

dengan mengucapkan

salam dan perkenalan

2. Menyampaikan topik

dan tujuan Penyuluhan

kepada konselor

3. Kontrak waktu untuk

kesepakatan

penyuluhandengan

konselor

1. Menjawab salam dan

mendengarkan

perkenalan.

2. Mendengarkan

penyampaian topik

dan tujuan

3. Menyetujui

kesepakatan

pelaksanaan Penkes

2 Kegiatan Inti 10

Menit

1. Peneliti member

pendidikan kepada

konselor dengan

media leaflet dan LCD

2. Peneliti

mempraktekkan

bersama dengan

konselor cara

menangani kecemasan

PMS

1. Mendengarkan

materi yang

disampaikan

3 Evaluasi /

Penutup

5 menit 1. Memberikan

kesempatan kepada

sasaran untuk bertanya

2. Menutup acara dengan

mengucapkan salam

1. Menjawab

pertanyaan

2. Menjawab salam

Page 120: SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PEER EDUCATION

99

Lampiran 8

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

PEER EDUCATION

Pengertian Remaja yang secara fungsional mempunyai komitmen dan

motivasi yang tinggi , sebagi narasumber bagi kelompok

remaja sebayanya yang telah mengikuti pelatihan / orientasi

pendidik sebaya atau yang belum dilatih dengan

mempergunakan Panduan Kurikulum dan Modul Pelatihan

yang telah disusun

Keuntungan 1. Cocok karena memiliki kultural yang sama

2. Berbasis Komunitas

3. Mudah diterima oleh khalayak yang menjadi sasaran

4. Ekonomis

Langkah 1. Tahap perencanaan yaitu menentukan kelompok target

dan konselor yang nantinya konselor akan menjadi

konselor bagi teman sebayanya .

2. Tahap pelatihan yaitu memberikan pelatihan kepada

konselor tentang edukasi dengan cara :

a. Peneliti melakukan kontrak kerja dengan konselor

b. Peneliti memberi pendidikan kepada konselor dengan

media leaflet dan LCD

c. Peneliti mempraktekkan bersama dengan konselor

cara menangani kecemasan PMS

d. Peneliti melakukan diskusi dan tanya jawab bersama

konselor

3. Tahap implementasi yaitu konselor melakukan aktivitas

edukasi sebaya dengan cara :

a. Konselor melakukan kontrak kerja dengan teman

sebayanya

b. Konselor memberi pendidikan dengan leaflet

c. Konselor mempraktekkan bersama dengan teman

sebaya nya cara menangani kecemasan PMS

d. Konselor melakukan diskusi dan tanya jawab dan

peneliti mengawasi

4. Tahap evaluasi yaitu memberikan pertanyaan atau

mengevaluasi kepada teman sebayanya .

Page 121: SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PEER EDUCATION

100

Lampiran 9

KUESIONER TINGKAT KECEMASAN SKALA HARS

Nama :

Umur :

Umur Saat Pertama Kali Haid :

Berapa Hari Lama Haid :

(Hamilton Anxiety Rating Scale)

Adakah tanda – tanda atau gejala di bawah ini yang adik – adik rasakan saat

mengalami PMS (Pre Menstrual Syndrome)

Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan member tanda centang ( √ ) pada kolom

yang tersedia di bawah ini

1. Perasaan cemas

Firasat buruk

Takut akan pikiran sendiri

Mudah tersinggung

2. Ketegangan

Merasa tegang

Lesu

Mudah terkejut

Tidak dapat istirahat dengan nyenyak

Mudah menangis

Gemetar

Gelisah

Page 122: SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PEER EDUCATION

101

3. Ketakutan

Pada gelap

Ditinggal sendiri

Pada orang asing

Pada binatang besar

Pada keramaian lalu lintas

Pada kerumunan banyak orang

4. Gangguan tidur

Sukar memulai tidur

Terbangun malam hari

Tidak pulas

Mimpi buruk

Mimpi yang menakutkan

5. Gangguan kecerdasan

Daya ingat buruk

Sulit berkonsentrasi

Sering bingung

6. Perasaan depresi

Kehilangan minat

Sedih

Bangun dini hari

Page 123: SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PEER EDUCATION

102

Berkurangnya kesukaan pada hobi

Perasaan berubah – ubah sepanjang hari

7. Gejala somatik (otot –otot )

Nyeri otot

Kaku

Kedutan otot

Gigi gemeretak

Suara tak stabil

8. Gejala sensorik

Telinga berdengung

Penglihatan kabur

Muka merah dan pucat

Merasa lemah

Perasaan ditusuk – tusuk

9. Gejala kardiovaskuler

Denyut nadi cepat

Berdebar – debar Nyeri dada

Denyut nadi mengeras

Rasa lemah seperti mau pingsan

Detak jantung hilang sekejap

Page 124: SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PEER EDUCATION

103

10. Gejala pernapasan

Rasa tertekan di dada

Perasaan tercekik

Merasa napas pendek / sesak

Sering menarik napas panjang

11. Gejala gastrointestinal

Sulit menelan

Mual muntah

Berat badan menurun

Konstipasi / sulit buang air besar

Perut melilit

Gangguan pencernaan

Nyeri lambung sebelum / sesudah makan

Rasa panas di perut

Perut terasa penuh / kembung

12. Gejala urogenitalia

Sering kencing

Tidak dapat menahan kencing

Amenor/menstruasi yang tidak teratur

Frigiditas

Page 125: SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PEER EDUCATION

104

13. Gejala vegetatif/otonom

Mulut kering

Muka kering

Mudah berkeringat

Pusing / sakit kepala

Bulu roma berdiri

14. Apakah anda merasakan ?

Gelisah

Tidak tenang

Mengerutkan dahi muka tegang

Tonus/ketegangan otot meningkat

Napas pendek dan cepat

Muka merah

Jumlah skor : ………………………………………

Kesimpulan : Tidak ada kecemasan

Kecemasan ringan

Kecemasan sedang

Kecemasan berat

Page 126: SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PEER EDUCATION

105

Lampiran 10

item 1 item 2 item 3 item 4 item 5 item 6 item 7 item 8 item 9 item 10 item 11 item 12 item 13 item 14 total kategori Usia Usia Menarche Lama Haid

1 2 2 2 2 2 0 2 1 2 2 2 2 2 24 sedang 13 12 4 - 5

1 2 2 1 2 3 2 2 2 1 1 1 1 2 23 sedang 13 11 6 - 7

2 1 1 2 2 3 2 3 3 1 1 2 3 2 28 berat 12 13 4- 5

3 1 2 2 2 3 1 2 4 2 0 2 3 2 29 berat 12 13 6 - 7

1 1 0 0 2 0 1 0 2 1 1 0 1 1 11 ringan 14 13 4 - 5

1 2 2 1 2 3 3 3 3 2 0 0 2 2 26 sedang 13 13 6 - 7

2 4 1 1 2 3 1 1 1 1 3 2 3 4 29 berat 12 12 6 - 7

2 3 2 2 2 3 2 3 2 3 3 2 2 1 32 berat 12 13 4 - 5

3 1 2 1 2 3 1 3 3 4 1 2 2 2 30 berat 12 13 < 4

2 2 2 1 2 3 3 3 2 1 4 4 3 3 35 berat 13 12 6 - 7

1 2 2 0 2 1 1 2 1 1 2 0 1 2 18 sedang 13 11 4 - 5

1 4 2 1 2 1 1 3 3 1 0 2 2 2 25 sedang 12 13 > 7

3 1 1 1 2 3 3 4 3 2 1 2 2 2 30 berat 13 12 6 - 7

2 3 2 0 2 3 4 3 2 3 1 2 1 3 31 berat 13 13 4 - 5

3 1 2 3 2 3 3 3 3 1 1 2 2 3 32 berat 13 11 6 - 7

2 0 1 2 2 0 1 1 0 3 2 0 2 4 20 sedang 13 13 > 7

2 1 1 2 2 3 3 2 2 2 0 2 0 2 24 sedang 13 12 6 - 7

3 1 2 1 2 3 3 3 3 1 1 3 1 2 29 berat 13 12 4 - 5

3 3 3 0 2 3 2 3 3 3 1 1 2 4 33 berat 13 13 6 - 7

3 4 2 1 2 3 2 1 3 2 1 1 1 3 29 berat 13 12 4 - 5

2 3 2 0 2 3 2 3 2 3 2 2 1 1 28 berat 13 13 6 - 7

3 3 1 3 2 3 3 2 1 1 4 2 2 3 33 berat 13 12 6 - 7

3 2 2 1 2 3 3 3 1 2 3 1 2 4 32 berat 13 13 4 - 5

2 1 2 2 2 3 3 2 2 3 1 1 3 2 29 berat 13 12 4 - 5

3 3 2 2 2 3 1 3 2 2 2 2 2 1 30 berat 14 11 6 - 7

2 2 1 0 2 3 4 4 3 1 1 0 0 1 24 sedang 12 12 6 - 7

1 0 1 1 2 3 3 1 1 4 1 1 1 1 21 sedang 13 13 6 - 7

Pre-Test

TABULASI DATA KECEMASAN PRE MENSTRUAL SYNDROME

Page 127: SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PEER EDUCATION

106

item 1 item 2 item 3 item 4 item 5 item 6 item 7 item 8 item 9 item 10 item 11 item 12 item 13 item 14 total kategori Usia Usia Menarche Lama Haid

1 0 1 1 2 0 0 2 2 2 0 0 1 1 13 ringan 13 12 4 - 5

1 1 1 2 2 0 1 1 2 1 1 1 2 0 16 sedang 13 11 6 - 7

0 1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 0 1 2 15 sedang 12 13 4- 5

1 1 0 2 2 0 1 2 0 2 0 0 0 2 13 ringan 12 13 6 - 7

0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 9 ringan 14 13 4 - 5

1 0 1 1 2 0 1 0 1 1 0 0 1 1 10 ringan 13 13 6 - 7

2 1 1 1 2 0 1 1 1 1 0 0 1 0 12 ringan 12 12 6 - 7

0 1 2 2 2 2 1 1 0 2 0 1 1 1 16 sedang 12 13 4 - 5

1 1 2 1 2 1 1 1 2 2 1 1 0 1 17 sedang 12 13 < 4

2 3 2 1 2 2 1 1 2 1 1 1 1 0 20 sedang 13 12 6 - 7

1 0 1 0 1 1 1 2 1 1 1 0 1 1 12 ringan 13 11 4 - 5

0 1 2 1 2 2 1 1 2 2 0 1 1 0 16 sedang 12 13 > 7

0 1 1 1 0 1 1 1 2 2 1 2 1 1 15 sedang 13 12 6 - 7

0 1 1 0 2 1 1 1 2 1 1 2 1 2 16 sedang 13 13 4 - 5

0 1 2 2 1 1 1 1 1 2 1 0 0 1 14 ringan 13 11 6 - 7

1 0 1 2 2 0 1 1 0 1 2 0 1 1 13 ringan 13 13 > 7

2 1 1 2 2 0 0 0 2 0 0 1 0 1 12 ringan 13 12 6 - 7

1 1 2 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 17 sedang 13 12 4 - 5

0 1 1 0 2 1 2 2 1 1 1 1 2 1 16 sedang 13 13 6 - 7

1 0 2 1 2 0 2 1 0 0 1 1 1 1 13 ringan 13 12 4 - 5

2 1 2 0 2 0 2 1 2 0 2 2 1 0 17 sedang 13 13 6 - 7

2 3 1 1 0 0 0 1 1 1 1 2 0 1 14 ringan 13 12 6 - 7

2 2 2 1 2 1 1 1 0 2 1 1 2 4 22 sedang 13 13 4 - 5

1 1 2 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 11 ringan 13 12 4 - 5

2 0 0 2 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 12 ringan 14 11 6 - 7

1 1 1 0 2 0 1 1 1 1 1 0 0 1 11 ringan 12 12 6 - 7

1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 sedang 13 13 6 - 7

Post-Test

TABULASI DATA KECEMASAN PRE MENSTRUAL SYNDROME

Page 128: SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PEER EDUCATION

107

Lampiran 11

DATA DISTRIBUSI FREKUENSI RESPONDEN

Usia

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 12 7 25.9 25.9 25.9

13 18 66.7 66.7 92.6

14 2 7.4 7.4 100.0

Total 27 100.0 100.0

Usia saat pertama haid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 11 4 14.8 14.8 14.8

12 10 37.0 37.0 51.9

13 13 48.1 48.1 100.0

Total 27 100.0 100.0

Lama Haid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid <4 1 3.7 3.7 3.7

4 – 5 10 37.0 37.0 40.7

6 – 7 14 51.9 51.9 92.6

>7 2 7.4 7.4 100.0

Total 27 100.0 100.0

Page 129: SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PEER EDUCATION

108

Lampiran 12

Wilcoxon Signed Ranks Test

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks

cemas sesudah peer

education - cemas

sebelum peer education

Negative Ranks 27a 14.00 378.00

Positive Ranks 0b .00 .00

Ties 0c

Total 27

a. cemas sesudah peer education < cemas sebelum peer education

b. cemas sesudah peer education > cemas sebelum peer education

c. cemas sesudah peer education = cemas sebelum peer education

cemas sesudah peer education -

cemas sebelum peer education

Z -4.545a

Asymp. Sig. (2-tailed) .000

a. Based on positive ranks.

b. Wilcoxon Signed Ranks Test

Page 130: SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PEER EDUCATION

109

Lampiran 13

DOKUMENTASI PENELITIAN

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PEER EDUCATION

TERHADAP TINGKAT KECEMASAN MENGHADAPI PMS

(PREMENSTRUAL SYNDROME) PADA SISWI KELAS 7

DI SMPN 1 JIWAN MADIUN