UntitledPENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG KB PADA IBU POST
PARTUM TERHADAP PENGETAHUAN DAN PEMILIHAN
METODE KONTRASEPSI DI PUSKESMAS TEGALREJO YOGYAKARTA
SKRIPSI
STIKES A. Yani Yogyakarta
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
JENDERAL ACHMAD YANI YOGYAKARTA
ANI Y OGYAKARTA
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG KB PADA IBU POST PARTUM
TERHADAP PENGETAHUAN DAN PEMILIHAN
METODE KONTRASEPSI DI PUSKESMAS TEGALREJO YOGYAKARTA
SKRIPSI
Dipertahankan di Depan Dewan Penguji dan Diterima Sebagai
Salah
Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Keperawatan
di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Ahmad Yani
Yogyakarta
Tanggal:................
Penguji
Pembimbing I
NIDN : 173046
Pembimbing II
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Jenderal Ahmad Yani Yogyakarta
Dewi Retno Pamungkas, S.Kep.,Ns.,MNg
ANI Y OGYAKARTA
ANI Y OGYAKARTA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Pengasih
atas
segala rahmat yang di limpahkan-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang KB
Pada Ibu Post
Partum Terhadap Pengetahuan dan Pemilihan Metode Kontrasepsi Di
Puskesmas
Tegalrejo Yogyakarta” dalam rangka memenuhi sebagian
persyaratan
memperoleh gelar kesarjanaan jenjang Strata 1 pada Program Studi
Ilmu
Keperawatan Stikes Jenderal Achmad Yani.
Dalam penyusunan skripsi ini, peneliti telah banyak mendapat
arahan,
bimbingan dan bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan
segala ketulusan
hati peneliti mengucapkan terima kasih kepada:
1. dr. Kuswanto Hardjo, M.Kes., selaku Ketua STIKES A. Yani
Yogyakarta.
2. Dewi Retno Pamungkas, S.Kep., Ns., MNg, selaku Kaprodi
Keperawatan
STIKES A. Yani Yogyakarta.
3. Sri Sumaryani, S.Kep.. Ns., M.Kep., Sp.Mat., selaku Dosen
Pembimbing I
atas bimbingan, saran dan diskusinya.
4. Ika Parmawati, S.Kep., Ns, selaku Dosen Pembimbing II atas
bimbingan,
saran dan diskusinya.
5. Yanita Trisetyaningsih, S.Kep., Ns., M.Kep., selaku Penguji yang
telah
memberikan masukan untuk perbaikan penulisan skripsi ini.
6. Segenap staf pengajar Program Studi Ilmu Keperawatan Stikes
Jenderal
Achmad Yani Yogyakarta.
7. Rekan-rekan mahasiswa STIKES Jenderal Achmad Yani Pertama 2009
terima
kasih atas dukungan dan sarannya.
8. Dosen pengampu metodologi penelitian di STIKES A. Yani
Yogyakarta
9. Semua pihak yang terlibat dalam penyelesaian skripsi ini. Semoga
tuhan yang
maha pengasih memberikan balasan yang berlipat ganda dan meyertai
kita
semua.
vi
PERPUSTAKAAN
ANI Y OGYAKARTA
memerlukan. Untuk perbaikan karya selanjutnya kami sangat
mengharapkan
kritikan yang membangun dari semua pihak
Penyusun
vii
PERPUSTAKAAN
ANI Y OGYAKARTA
Halaman
HALAMAN JUDUL
....................................................................................
i HALAMAN PENGESAHANAN
................................................................ ii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ...................... iii
MOTTO
........................................................................................................
iv HALAMAN PERSEMBAHAN
..................................................................
v KATA PENGANTAR
..................................................................................
vi DAFTAR ISI
................................................................................................
viii DAFTAR TABEL
.......................................................................................
x DAFTAR GAMBAR
....................................................................................
xi DAFTAR LAMPIRAN
................................................................................
xii INTISARI
.....................................................................................................
xiii ABSTRCK
....................................................................................................
xiv
BAB I PENDAHULUAN
.............................................................................
1 A. Latar Belakang
............................................................................
1
B. Rumusan Masalah
.......................................................................
7
C. Tujuan Penelitian
.......................................................................
7
D. Manfaat Penelitian
......................................................................
8
E. Keaslian Penelitian
.....................................................................
8
B. Konsep Post Partum
....................................................................
16
C. Konsep Keluarga Berencana dan Kontrasepsi
............................ 22
D. Pengetahuan
................................................................................
45
Partum Terhadap Pengetahuan Dan Pemilihan Metode
Kontrasepsi
..................................................................................
49
B. Lokasi dan Waktu
.......................................................................
55
C. Populasi dan Sampel
...................................................................
55
D. Variabel Penelitian
......................................................................
57
E. Definisi Operasional
...................................................................
60
H. Etika Penelitian
...........................................................................
73
I. Pelaksanaan Penelitian
................................................................
74
ANI Y OGYAKARTA
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................
78 A. Hasil Penelitian
...........................................................................
78
B. Pembahasan
.................................................................................
87
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
....................................................... 97 A.
Kesimpulan
.................................................................................
97
B. Saran
............................................................................................
97
ANI Y OGYAKARTA
Tabel 2. Definisi Operasional
....................................................................
60
Tabel 3. Kisi-kisi Kuesioner Pengetahuan Tentang KB Setelah
Dilakukan Uji Validitas II
...........................................................
62
Tabel 4. Kisi-kisi checklist tentang pemilihan alat kontrasepsi
................ 63
Tabel 5. Kisi-kisi Lembar Balik Tentang Jenis-Jenis Alat
Kontrasepsi.... 64
Tabel 6. Kisi-kisi Leaflet Tentang Jenis-Jenis Alat Kontrasepsi
.............. 65
Tabel 7. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
............................................. 68
Tabel 8. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden (n=33)
................ 81
Tabel 9. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Ibu Post
Partum
Tentang Alat Kontrasepsi sebelum dan sesudah Pendidikan
Kesehatan Tentang KB pada kelompok intervensi .....................
84
Tabel 10. Distribusi Frekuensi Pemilihan Alat Kontrasepsi Ibu
Post
Partum Sebelum dan Sesudah Kelompok Intervensi
Diberikan Pendidikan Kesehatan Tentang KB di Puskesmas
Tegalrejo Yogyakarta
..................................................................
85
Tabel 11 Perbedaan Pretest dan Posttest Tentang KB Sebelum
dan
Sesudah
Tabel 12 Perbedaan Pretest Dan Posttest Tentang KB Sebelum
dan
Sesudah Perlakuan Kelompok Intervensi dan Kelompok
kontrol
.........................................................................................
86
ANI Y OGYAKARTA
Gambar 2.1. Kerangka Teori
.......................................................................
51 Gambar 2.2. Kerangka Konsep
...................................................................
52
xi
PERPUSTAKAAN
ANI Y OGYAKARTA
Lampiran 2. Pengantar Kuesioner
Lampiran 3. Informed Consent
Lampiran 4. Lembar Kuesioner
Lampiran 9. Surat Ijin Penelitian
Lampiran 10. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
Lampiran 11. Rekap data Penelitian
Lampiran 12. Hasil Uji Statistik
xii
PERPUSTAKAAN
ANI Y OGYAKARTA
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG KB PADA IBU POST PARTUM
TERHADAP PENGETAHUAN DAN PEMILIHAN METODE
KONTRASEPSI DI PUSKESMAS TEGALREJO YOGYAKARTA
Anggraeni Anggita Dewi1, Sri Sumaryani2, Ika Parmawati3
INTISARI Latar Belakang: Penyebab kurangnya penggunaan alat
kontrasepsi antara lain
kesadaran dan pengetahuan wanita usia subur dalam memilih alat
kontrasepsi. Salah
satu usaha untuk meningkatkan pengetahuan yaitu dengan memberikan
pendidikan
kesehatan. Faktor pengetahuan seseorang sangat menentukan dalam
pola
pengambilan keputusan dan menerima informasi dari pada seseorang
yang
berpendidikan rendah. Tujuan Penelitian: Mengetahui pengaruh
pendidikan kesehatan tentang KB pada ibu
post partum terhadap pengetahuan dan pemilihan metode kontrasepsi
di Puskesmas
Tegalrejo Yogyakarta. Metode Penelitian: Desain penelitian ini
adalah quasy experiment dengan rancangan
pretest-posttest with control group design. Sampel dalam penelitian
ini adalah ibu
postpartum yang bersalin di Puskesmas Tegalrejo dan Puskesmas
Mergangsan
Yogyakarta berjumlah 66 orang yang dipilih dengan accidental
sampling. Analisa
data menggunakan uji univariat dan bivariat dengan nilai
signifikansi p < 0,05, CI-
95%. Hasil Penelitian: Tingkat pengetahuan ibu post partum tentang
KB pretest di
Puskesmas Tegalrejo adalah cukup (78,79%) sedangkan posttest adalah
cukup
(81,82%). Tingkat pengetahuan ibu post partum tentang KB pretest di
Puskesmas
Mergangsan adalah cukup (81,82%) sedangkan posttest adalah cukup
(84,85%).
Ibu post partum pretest di Puskesmas Tegalrejo memilih suntik
(39,39%)
sedangkan posttest memilih suntik (45,4,5%). Ibu post partum
pretest dan posttest
di Puskesmas Mergangsan memilih suntik (60,6%). Ada perbedaan
signifikan
pengetahuan tentang KB pretest dan posttest kelompok intervensi (p
< 0,05)
namun tidak signifikan pada kelompok kontrol (p > 0,05).
Kesimpulan: Pengaruh pendidikan kesehatan tentang KB terhadap
pengetahuan
tentang KB kelompok intervensi yaitu signifikan sedangkan pada
kelompok
kontrol tidak signifikan. Pengaruh pendidikan kesehatan tentang KB
terhadap
pemilihan alat kontrasepsi kelompok intervensi dan kelompok kontrol
tidak
signifikan (p > 0,05).
1 Mahasiswa S1 Keperawatan Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta 2
Dosen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta 3 Dosen Stikes Jenderal
Achmad Yani Yogyakarta
xiii
PERPUSTAKAAN
ANI Y OGYAKARTA
THE INFLUENCE OF HEALTH EDUCATION ON FAMILY PLANNING IN POSTPARTUM
WOMEN TO THE KNOWLEDGE AND THE
SELECTION OF CONTRACEPTIVE METHODS IN PUBLIC HEALTH CENTER OF
TEGALREJO YOGYAKARTA
Anggraeni Anggita Dewi4, Sri Sumaryani5, Ika Parmawati6
ABSTRACT
Background: The cause of the lack of contraceptionuse, one of which
is the
awareness and knowledge of women of childbearing age in choosing
a
contraceptive.One attempt to improve their knowledge is by
providing health
education.Factor of one's knowledge is crucial in the decision
making patterns and
receiving information than someone with low education.
Objective: To get to know the influence of health education on
family planning in
postpartum women to the knowledge and the selection of
contraceptive methods
in Public Health Center of Tegalrejo Yogyakarta.
Research Method: The research design is quasy experiment with
pretest-posttest
with Control Group design. The samples of this research are the
postpartum
women who gave birth in Public Health Centers of Tegalrejo and
Mergangsan
Yogyakarta with the total of 66 people who were chosen by
accidental sampling.
The data analysis uses univariate and bivariate.
Research Result: Most of the postpartum women’s education
about
contraception, after they were given health education about family
planning in
Public Health Center of Tegalrejo Yogyakarta the category
enough.
Post partum women before and after health education about family
planning at the
health center in Yogyakarta Tegalrejo choose injection
contraception . There are
significant influence in knowledge about family planning pretest
and posttest intervention group but not significant in the control
group.
Conclusion: The influence of health education on family planning to
the
knowledge of family planning which is a significant intervention
group while the
control group was not significant .
Key words: health education, knowledge, contraceptive
selection
4 Student of S1 Nursing Study Program of Stikes Jenderal Achmad
Yani Yogyakarta 5 Lecturer of Universitas Muhammadiyah Yogyakarta 6
Lecturer of STIKES Jenderal Achmad Yani Yogyakarta
xiv
PERPUSTAKAAN
ANI Y OGYAKARTA
mewujudkan “Keluarga Berkualitas tahun 2015”. Keluarga yang
berkualitas
adalah keluarga yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki
jumlah anak ideal,
berwawasan ke depan, bertanggung jawab, harmonis, dan bertaqwa
kepada Tuhan
Yang Maha Esa (Saifuddin, dkk, 2006).
Keluarga Berencana merupakan pelayanan kesehatan preventif yang
paling
mendasar dan utama bagi wanita (Ardiansyah 2005). Menurut World
Health
Organization (WHO) secara garis besar komponen dalam pelayanan KB
adalah
komunikasi informasi dan edukasi, konseling , pelayanan
kontrasepsi, pelayanan
infertilitas, pendidikan seks, konsultasi pra-perkawinan dan
perkawinan,
konsultasi genetik, test keganasan, dan adopsi (Hartanto, 2007).
Salah satu strategi
pelayanan pokok dalam program keluarga berencana, adalah tentang
pelayanan
dan penyediaan alat kontrasepsi. Saat ini istilah alat kontrasepsi
identik dengan
keluarga berencana, dan tidak jarang orang menyebut bahwa alat
kontrasepsi
adalah KB.
Tujuan utama program KB nasional adalah untuk memenuhi
permintaan
masyarakat akan pelayanan KB dan kesehatan reproduksi yang
berkualitas,
menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB),
serta
penanggulangan masalah kesehatan reproduksi dalam rangka
membangun
keluarga kecil berkualitas (Arum dan Sujiyatini, 2011).
Pemerintah telah menyediakan berbagai macam pilihan alat
kontrasepsi,
namun terkadang masyarakat belum terpenuhi pilihan jenis
kontrasepsi yang
sesuai dengan pilihannya secara rasional, efektif dan efisien.
Memilih suatu
metode banyak orang harus mempertimbangkan berbagai macam hal,
misalnya
PERPUSTAKAAN
ANI Y OGYAKARTA
lagi, sehingga banyak orang yang menganggap bahwa pemilihan alat
kontrasepsi
merupakan hal yang problematis dan mungkin terpaksa memilih metode
yang
kurang cocok. Peran tenaga kesehatan terutama seorang perawat
sebagai pendidik
ataupun konselor dalam hal ini dirasa penting karena dengan adanya
edukasi
tentang alat kontrasepsi dapat meningkatkan pengetahuan, sikap, dan
praktek
calon akseptor KB. Konseling dapat membantu klien dalam memilih
dan
memutuskan jenis kontrasepsi yang dirasa cocok untuk dipilih dan
digunakan
(Sulistyawati, 2011).
Metode kontrasepsi terdiri dari 2 macam yaitu metode
kontrasepsi
sederhana dan metode konrasepsi efektif. Metode kontrasepsi
sederhana meliputi
kondom, coitus interuptus, KB alami (metode kalender, suhu basal,
dan lendir
serviks), diafragma, dan kontrasepsi kimiawi/spermicide (tablet
vagina, kream dan
jelly, aerosol/busa, dan tisu vagina/intravag). Metode kontrasepsi
efektif adalah
metode yang dalam penggunaannya mempunyai efektifitas atau
tingkat
kelangsungan pemakaian tinggi serta angka kegagalan rendah bila
dibandingkan
dengan metode kontrasepsi sederhana. Metode ini terdiri dari pil
KB, suntik KB,
Alat Kontrasepsi Bawah Kulit (AKBK), dan Alat Kontrasepsi Dalam
Rahim
(AKDR) (Handayani, 2010).
Di seluruh dunia, metode kontrasepsi yang paling banyak digunakan
adalah
sterilisasi. Kontrasepsi hormon berada pada posisi ketiga di
seluruh dunia. Yang
menggunakan pil sebanyak 85%, sedangkan kontrasepsi implant dan
suntik hanya
15% (Glasier, 2005). Di negara maju metode kontrasepsi yang paling
populer
adalah kontrasepsi oral (16%). Sebaliknya di negara-negara sedang
berkembang
sterilisasi wanita (20%), AKDR (13%), kontrasepsi oral (6%) dan
vasektomi (5%)
(Glasier, 2005).
Menurut BKKBN (2012) jumlah akseptor KB pada bulan Agustus
2012
adalah 6.152.231 orang dengan rincian Metode Kontrasepsi Jangka
Panjang
(MKJP) 1.025.773 orang, akseptor Intra-Uterine Devices (IUD)
459.177 (7,46%),
Medis Operatif Wanita (MOW) 87.079 (1,42%), Medis Operatif Pria
(MOP)
PERPUSTAKAAN
ANI Y OGYAKARTA
Panjang (Non MKJP) 5.126.458 orang yaitu akseptor implant 527.569
(8,58%),
suntikan 2.949.633 (47,94%) dan pil 1.649.256 (26,81%)
Dari data di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar
masyarakat
Indonesia yang menggunakan alat kontrasepsi memilih yang metode
non
kontrasepsi jangka panjang atau dapat dikatakan mereka memilih alat
kontrasepsi
yang memiliki reaksi jangka pendek. Total pengguna alat kontrasepsi
jangka
pendek mencapai 83,33%, sementara pengguna alat kontrasepsi jangka
panjang
hanya sebesar 16,67%. Metode kontrasepsi yang mayoritas dipilih
oleh
masyarakat yaitu metode suntikan dengan persentase 47,94%,
sementara metode
yang paling tidak diminati oleh masyarakat Indonesia adalah metode
MOP dengan
persentase hanya 0,51% (BKKBN, 2012)
Dari data ini dapat ambil suatu asumsi bahwa masyarakat
Indonesia
sebagian besar masih menginginkan mempunyai anak lagi setelah
menggunakan
alat kontrasepsi. Efek dari alat kontrasepsi tersebut dapat segera
dihilangkan dan
dapat segera melakukan proses reproduksi untuk mendapatkan
keturunan yang
diinginkan (BKKBN, 2012).
Secara nasional pada bulan Oktober 2013 sebanyak 723.456 peserta
dengan
rincian 53.435 peserta IUD (7,39%), 10.160 peserta MOW (1,40%),
81.000
peserta implant (11,20% ), 334.011 peserta suntikan (46,17%),
195.761 peserta pil
(27,06%), 2.174 peserta MOP (0,30%) dan 46.915 peserta kondom
(6,48%).
Mayoritas peserta KB baru bulan Oktober 2013, didominasi oleh
peserta KB yang
menggunakan Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (Non MKJP),
yaitu
sebesar 79,71% dari seluruh peserta KB baru. Sedangkan peserta KB
baru yang
menggunakan metode jangka panjang seperti IUD, MOW, MOP dan
Implant
hanya sebesar 20,29%. Peserta KB Baru secara nasional sampai dengan
bulan
Oktober 2013 sebanyak 7.059.953 peserta dengan rincian 348.134
peserta IUD
(7,78%) , 108.980 peserta MOW (1,54%), 656.047 peserta implant
(9,29%),
3.444.153 peserta suntikan (48,78%), 1.859.733 peserta pil
(26,34%), 9.375
peserta MOP (0,26%) dan 423.457 peserta kondom (6,00%) (BKKBN,
2013).
PERPUSTAKAAN
ANI Y OGYAKARTA
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta pada bulan Januari 2013, jumlah
akseptor
KB aktif sebanyak 444.917 peserta (90,22%). Dengan rincian
pengguna
kontrasepsi Intra Uterine Devices (IUD) 106.943 peserta (97,74%),
implant
27.701 peserta (96,82%) dan Medis Operatif Wanita (MOW) 21.932
peserta
(21.932%), Medis Operatif Pria (MOP) 3.277 peserta (96,70%), kondom
28.075
peserta (98,03%). Sedangkan di kota Yogyakarta jumlah akseptor KB
aktif
sebanyak 35.517 peserta (73,5%). Dengan rincian pengguna
kontrasepsi Intra
Uterine Devices (IUD) 10.479 peserta (98%), implant 1.067 peserta
(87,10%) dan
Medis Operatif Wanita (MOW) 2.230 peserta (99,24%), Medis Operatif
Pria
(MOP) 228 peserta (98,25%), kondom 6.320 peserta (95,43%) (Darwis,
D. 2013).
Faktor-faktor yang mempengaruhi akseptor dalam memilih metode
kontrasepsi antara lain faktor pasangan (umur, gaya hidup,
frekuensi senggama,
jumlah keluarga yang diinginkan, pengalaman dengan metode
kontrasepsi yang
lalu), faktor kesehatan (status kesehatan, riwayat haid, riwayat
keluarga,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan panggul), faktor metode kontrasepsi
(efektivitas,
efek samping, biaya), tingkat pendidikan, pengetahuan,
kesejahteraan keluarga,
agama, dan dukungan dari suami/istri (Radita, 2009).
Salah satu penyebab kurangnya penggunaan alat kontrasepsi
dikarenakan
kurangnya kesadaran dan pengetahuan wanita usia subur dalam memilih
alat
kontrasepsi (BKKBN, 2011). Penelitian Vianti dan Yuniarsih (2007)
yang
menerangkan bahwa tingkat pengetahuan ibu tentang kontrasepsi
sebagian besar
kurang. Pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesadaran dan
perilaku untuk
memilih alat kontrasepsi yang sesuai bagi ibu sehingga mencegah
kehamilan yang
tidak diinginkan namun sebaliknya, jika perilaku tidak didasari
oleh pengetahuan
yang baik dan terjadi penurunan penggunaan alat kontrasepsi, dapat
menyebabkan
kehamilan yang tidak diinginkan dan berdampak pada komplikasi
kehamilan.
Tingkat pengetahuan sangat mempengaruhi perilaku seseorang
dalam
memilih jenis kontrasepsi apa saja yang digunakan. Menurut Badan
Koordinasi
Keluarga Berencana Nasional (BKKBN, 2005), pengetahuan seseorang
tentang
keluarga berencana dan alat kontrasepsi yang tersedia sangat
menentukan proses
PERPUSTAKAAN
ANI Y OGYAKARTA
penerimaan dan penggunaan seseorang terhadap alat kontrasepsi.
Hasil penelitian
Vianti dan Yuniarsih (2007) menerangkan bahwa pengetahuan yang
baik
membuat seseorang yakin dan membentuk sikap atau perilaku dalam
memilih alat
kontrasepsi yang tepat bagi ibu.
Upaya untuk memperbaiki kurangnya pengetahuan ibu tentang
alat
kontrasepsi yang akan dipilih dapat dilakukan dengan pemberian
Komunikasi,
Informasi, dan Edukasi (KIA) oleh petugas kesehatan yang meliputi
pengertian,
manfaat, efektivitas, cara kerja, efek samping, indikasi, dan
kontra indikasi alat
kontrasepsi. Salah satu usaha untuk meningkatkan pengetahuan yaitu
dengan
memberikan pendidikan kesehatan. Menurut Notoatmodjo (2007)
bahwa
pendidikan kesehatan merupakan suatu kegiatan atau usaha untuk
menyampaikan
informasi kesehatan kepada individu, kelompok ataupun masyarakat,
sehingga
memperoleh pengetahuan kesehatan yang lebih baik dan dapat
berpengaruh
terhadap perilakunya. Metode lain yang dapat dilakukan untuk
menambah
pengetahuan adalah mengikuti seminar atau penyuluhan kesehatan,
membaca
buku atau majalah, melihat televisi mendengarkan radio dan
sebagainya.
Pendidikan kesehatan adalah upaya menerjemahkan apa yang
telah
diketahui tentang kesehatan ke dalam perilaku yang diinginkan dari
perorangan
ataupun masyarakat melalui proses pendidikan (Grout dalam Susilo,
2011).
Penelitian yang dilakukan Dahlan (2014) menunjukkan bahwa ada
pengaruh
pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan seseorang.
Menurut Hartanto (2007) faktor pendidikan seseorang sangat
menentukan
dalam pola pengambilan keputusan dan menerima informasi dari pada
seseorang
yang berpendidikan rendah. Pendidikan merupakan salah satu faktor
yang sangat
menentukan pengetahuan dan persepsi seseorang terhadap pentingnya
suatu hal,
termasuk pentingnya keikutsertaan dalam KB. Kepandaian membaca dan
menulis
memudahkan penyebaran keterangan tentang KB, tapi juga mengenai
tentang
pengertian dasar tentang bagaimana dan mengapa berbagai cara
membatasi
kelahiran yang di batasi selama ini berhasil dan apa keuntungan
pada setiap cara
tersebut.
PERPUSTAKAAN
ANI Y OGYAKARTA
mendapatkan pelayanan keluarga berencana (KB). Menurut keterangan
Kepala
Puskesmas Tegalrejo, selama ini belum pernah dilakukan pendidikan
kesehatan
bagi calon akseptor KB dengan menggunakan leaflet dan lembar baik.
Pendidikan
kesehatan tentang KB sangat penting bagi calon akseptor KB untuk
meningkatkan
pengetahuan tentang KB. Pendidikan kesehatan menggunakan leaflet
dan lembar
balik lebih memudahkan calon akseptor KB untuk mengetahui dan
memahami
jenis-jenis alat kontrasepsi yang dapat digunakan.
Hasil observasi dan wawancara awal pada responden di
Puskesmas
Tegalrejo tanggal 2 Januari 2013 sebanyak 8 responden, terdapat 4
responden
yang tidak mengerti tentang KB dan alat kontrasepsi dan 2 responden
kurang
mengerti tentang KB dan alat kontrasepsi, sedangkan 2 responden
mengetahui
tentang KB dan alat kontrasepsi. Rata-rata dari 8 responden, 3
responden memiliki
rencana mengikuti program KB dengan menggunakan kontrasepsi suntik
dan 5
responden masih belum memiliki rencana untuk mengikuti program
KB.
Kecenderungan pemakaian alat kontrasepsi di Puskesmas Tegalrejo
adalah suntik
sebesar 67%, pil KB sebesar 11,2%, IUD sebesar 10,85%, MOW sebesar
6,14%,
kondom sebesar 3,03%, implant sebesar 1,25%, dan MOP sebesar
0,53%.
Puskesmas Mergangsan Yogyakarta merupakan salah satu puskesmas
di
kota Yogyakarta yang memberikan pelayanan persalinan bagi ibu
hamil. Selain itu
juga memberikan fasilitas pelayanan kesehatan yang diberikan
meliputi pelayanan
kesehatan umum, pelayanan kesehatan gigi, konseling kesehatan
lingkungan,
asuhan antenatal, keluarga berencana, konseling kesehatan
reproduksi, imunisasi
dan pemeriksaan bayi. Pelayanan gizi yang diberikan kepada
masyarakat
khususnya bagi ibu hamil meliputi penyuluhan tentang gizi ibu
hamil, persalinan
dan nifas. Hasil studi pendahuluan di puskesmas Mergangsan
Yogyakarta
didapatkan informasi bahwa dari 9 ibu post partum yang ditemui, 6
diantaranya
(66,67%) belum mendapatkan informasi tentang alat kontrasepsi KB
dari tenaga
PERPUSTAKAAN
ANI Y OGYAKARTA
informasi tentang alat kontrasepsi KB dari tenaga kesehatan
puskesmas.
Dari permasalahan yang disebutkan di atas, maka peneliti tertarik
untuk
melakukan penelitian di Puskesmas Tegalrejo untuk mengidentifikasi
pengaruh
pendidikan kesehatan tentang KB pada ibu post partum terhadap
pemilihan
metode kontrasepsi.
Dari latar belakang masalah diatas dapat dirumuskan masalah
sebagai
berikut: “Apakah ada pengaruh pendidikan kesehatan tentang KB pada
ibu post
partum terhadap tingkat pengetahuan dan pemilihan metode
kontrasepsi di
Puskesmas Tegalrejo?”.
Tegalrejo Yogyakarta.
a. Diketahuinya tingkat pengetahuan ibu post partum tentang alat
kontrasepsi
sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan tentang KB
di
Puskesmas Tegalrejo Yogyakarta.
b. Diketahuinya pemilihan metode kontrasepsi ibu post partum
sebelum dan
sesudah diberikan pendidikan kesehatan tentang KB di Puskesmas
Tegalrejo
Yogyakarta.
intervensi dan kelompok kontrol
ANI Y OGYAKARTA
keperawatan, terutama yang berhubungan dengan pengaruh
pendidikan
kesehatan tentang KB pada ibu post partum terhadap pengetahuan
dan
pemilihan metode kontrasepsi.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan dan tambahan
informasi
bagi ibu post partum tentang alat kontrasepsi KB, sehingga mampu
memilih
alat kontrasepsi yang sesuai dengan kebutuhannya.
b. Bagi Puskesmas
dan Puskesmas Mergangsan untuk mengembangan promosi kesehatan
kepada masyarakat tentang pentingnya pemilihan alat kontrasepsi
sehingga
dapat memilih alat kontrasepsi yang sesuai dengan
kebutuhannya.
c. Bagi peneliti lain
tentang alat kontrasepsi dan KB
E. Keaslian Penelitian
1. Vianti Pengaruh
kelompok
kontrol,
metode
pengumpulan
sampel
menggunakan
ANI Y OGYAKARTA
metode
pengumulan
sampel
menggunakan
Pengumpulan
ANI Y OGYAKARTA
ANI Y OGYAKARTA
dan Puskesmas Mergangsan Yogyakarta. Responden di Puskesmas
Tegalrejo
digunakan sebagai kelompok intervensi yaitu kelompok yang
diberikan
perlakuan berupa pemberian pendidikan kesehatan tentang alat
kontrasepsi,
sedangkan responden di Puskesmas Mergangsan digunakan sebagai
kelompok kontrol yaitu kelompok yang tidak diberikan perlakuan
berupa
pemberian pendidikan kesehatan tentang alat kontrasepsi. Jarak
antara
Puskesmas Tegalrejo dan Puskesmas Mergangsan sekitar 4 km namun
tidak
berpengaruh terhadap data penelitian maupun uji validitas dan
reliabilitas
karena masing-masing puskesmas memiliki wilayah kerja sendiri
meskipun
memiliki karakteristik yang hampir sama. Pasien di Puskesmas
Tegalrejo
tidak akan melahirkan di Puskesmas Mergangsan dengan alasan jarak,
begitu
juga sebaliknya pasien di Puskesmas Mergangsan tidak akan
melahirkan di
Puskesmas Tegalorejo. Secara umum penduduk wilayah perkotaan
memiliki
karakteristik yang hampir sama meskipun tinggal di tempat yang
berbeda
seperti di pusat kota dan pinggiran kota, namun masih memiliki
akses jalan
dan fasilitas yang sama secara kualitas karena semua fasilitas
dikelola oleh
pemerintah yang merapkan pembangunan masyarakat perkotaan yang
adil
dan merata. Di Puskesmas Tegalrejo dan Puskesmas Mergangsan
telah
disediakan fasilitas kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan
tentang alat
kontrasepsi berupa poster yang diletakkan di sudut ruang tunggu
atau
ditempel di dinding. Namun fasilitas tersebut tidak disertai
keterangan yang
jelas sehingga pengunjung tidak bisa langsung memahami informasi
bila
tidak dijelaskan terlebih dahulu. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui
pengaruh pendidikan kesehatan tentang KB pada ibu post partum
terhadap
pengetahuan dan pemilihan metode kontrasepsi di Puskesmas
Tegalrejo
Yogyakarta.
PERPUSTAKAAN
ANI Y OGYAKARTA
Magelang kilometer 2 tepatnya masuk wilayah kampung Karangwaru
Kidul,
Kelurahan Karangwaru Kecamatan Tegalrejo Kota Yogyakarta.
Wilayah
kerja Puskesmas Tegalrejo terbagi atas 4 kelurahan yaitu Kelurahan
Kricak,
Kelurahan Karangwaru, Kelurahan Tegalrejo dan Kelurahan Bener
yang
terdiri atas 46 RW dan 185 RT. Luas wilayah kerja Puskesmas
Tegalrejo
seluas 2,91 km 2 dengan batas-batas sebagai berikut :
a. Sebelah utara : Kecamatan Mlati Kabupaten Sleman
b. Sebelah timur : Kecamatan Jetis Kota Yogyakarta
c. Sebelah selatan : Kecamatan Wirobrajan Kota Yogyakarta
d. Sebelah barat : Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul
Puskesmas Tegalrejo mempunyai 3 orang dokter umum, 2 orang
dokter
gigi, 14 bidan, 8 orang perawat umum, 3 orang perawat gigi, 2 orang
analis, 2
orang petugas gizi, 2 orang petugas kesehatan lingkungan, 2 orang
asisten
apoteker dan 21 tenaga non paramedis. Puskesmas Tegalrejo membawahi
2
Puskesmas Pembantu yaitu Puskesmas Pembantu Bener dan
Puskesmas
Pembantu Tompeyan. Fasilitas pelayanan kesehatan yang diberikan
meliputi
pelayanan kesehatan umum, pelayanan kesehatan gigi, konseling
kesehatan
lingkungan, KIA yang meliputi asuhan antenatal, keluarga
berencana,
konseling kesehatan reproduksi, imunisasi dan pemeriksaan bayi.
Penelitian
ini dilaksanakan di ruang pelayanan kesehatan ibu dan anak
meliputi
pemeriksaan ibu hamil, imunisasi, keluarga berencana dengan 3 orang
tenaga
bidan.
Puskesmas Mergangsan Yogyakarta merupakan salah satu
puskesmas
yang ada di wilayah kota Yogyakarta. Puskesmas Mergangsan terletak
di kota
Yogyakarta dengan batas wilayah sebelah utara kecamatan
Pakualaman,
sebelah selatan kecamatan Sewon Bantul, sebelah barat
kecamatan
Mantrijeron, sebelah timur kecamatan Umbulharjo.
Puskesmas Mergangsan mempunyai 3 wilayah kelurahan sebagai
wilayah kerja yaitu Kelurahan Brontokusuman, Kelurahan Wirogunan
dan
Kelurahan Keparakan. Puskesmas Mergangsan mempunyai fungsi
sesuai
PERPUSTAKAAN
ANI Y OGYAKARTA
kesehatan, pusat pembinaan peran serta masyarakat serta pusat
pengembangan kesehatan masyarakat, dan melakukan pelayanan rawat
jalan
dan rawat inap untuk persalinan. Tenaga kerja yang ada di
Puskesmas
Mergangsan meliputi 3 orang dokter umum, 2 orang dokter gigi, 7
orang
bidan, 5 orang perawat, 3 orang perawat gigi, 3 orang pekarya
kesehatan, 1
orang pelaksana kesehatan lingkungan, 1 orang pelaksana gizi, 1
orang
pelaksana promkes (PKM), 1 orang apoteker, 2 orang pelaksana
laboratorium, 2 orang TU, 4 orang tenaga staf, 1 orang sopir dan 2
orang
penjaga malam.
kesehatan umum, pelayanan kesehatan gigi, konseling kesehatan
lingkungan,
asuhan antenatal, keluarga berencana, konseling kesehatan
reproduksi,
imunisasi dan pemeriksaan bayi. Pelayanan gizi yang diberikan
kepada
masyarakat khususnya bagi ibu hamil meliputi penyuluhan tentang
gizi ibu
hamil, persalinan dan nifas, Pemberian Makanan Tambahan bagi ibu
hamil
yang mengalami Kekurangan Energi Kronik, konseling, pemberian
tablet Fe,
pemeriksaan HB, sosialisasi suami siaga (siap, antar, jaga).
1. Karakteristik responden
karakteristik responden sebagai berikut:
ANI Y OGYAKARTA
No Karakteristik
b. 31-40 tahun 18 54,55 13 39,39
c. 41-50 tahun 0 0 3 9,09
2 Pendidikan
b. SMP 9 27,27 6 18,18
c. SMA 21 63,64 26 78,79
d. PT 3 9,09 1 3,03
3 Pekerjaan
b. Swasta 10 30,3 7 21,21
c. PNS 3 9,09 0 0
d. Dagang 5 15,16 6 18,18
4 Paritas
b. 2-3 x 5 15,16 9 27,27
c. > 3 x 2 6,05 0 0
5 Penghasilan
b. 1-1,5 juta 6 18,18 7 21,21
c. > 1,5 juta 10 30,3 7 21,21
6 Sumber informasi
b. Elektronik 22 66,67 23 69,70
c. Seminar 1 3,03 1 3,03
7 Mengunakan alat kontrasepsi
b. Ya 25 75,76 26 78,79
8. Jenis alat kontrasepsi
b. Pil 4 12,12 6 18,19
c. Suntik 15 45,45 13 39,39
d. Tidak 8 24,24 7 21,21
9. Melakukan kunjungan berkala
b. Ya 16 48,48 15 45,45
10 Status kesehatan
11 Kerja sama pasangan
12 Frekuensi hubungan seks
b. 1x/2minggu 10 30,3 5 15,16
c. 2x/minggu 0 0 6 18,18
d. 2-3x/minggu 18 54,55 9 27,27
e. 3-4x/minggu 1 3,03 10 30,30
13 Rencana hamil lagi
b. 3 tahun 9 27,27 8 24,24
c. 4 tahun 5 15,16 5 15,16
d. Tidak 13 39,39 11 33,33
PERPUSTAKAAN
ANI Y OGYAKARTA
tahun yaitu 18 orang (54,55%) sedangkan untuk kelompok
kontrol
sebagian besar berumur 20-30 tahun yaitu 17 orang (51,52%). Hasil
uji
fisher’s exact test disimpulkan data homogen (p>0,05).
Berdasarkan pendidikan, responden untuk kelompok intervensi
sebagian besar berpendidikan SMA yaitu 21 orang (63,64%)
sedangkan
untuk kelompok kontrol sebagian besar berpendidikan SMA yaitu
26
orang (78,79%). Hasil uji fisher’s exact test disimpulkan data
homogen
(p>0,05).
Berdasarkan pekerjaan, responden untuk kelompok intervensi
sebagian besar bekerja sebagai ibu rumah tangga (IRT) yaitu 15
orang
(45,45%) sedangkan untuk kelompok kontrol sebagian besar
bekerja
sebagai ibu rumah tangga (IRT) yaitu 20 orang (60,61%). Hasil
uji
fisher’s exact test disimpulkan data homogen (p>0,05).
Berdasarkan paritas, responden untuk kelompok intervensi
sebagian besar dengan paritas 2 yaitu 26 orang (78,79%)
sedangkan
untuk kelompok kontrol sebagian besar dengan paritas 2 yaitu 24
orang
(72,73%). Hasil uji fisher’s exact test disimpulkan data
homogen
(p>0,05).
intervensi sebagian besar mempunyai penghasilan keluarga kurang
dari 1
juta yaitu 17 orang (51,52%) sedangkan untuk kelompok kontrol
sebagian besar mempunyai penghasilan keluarga kurang dari 1 juta
yaitu
19 orang (57,58%). Hasil uji fisher’s exact test disimpulkan
data
homogen (p>0,05).
intervensi sebagian besar mempunyai sumber informasi elektronik
yaitu
22 orang (66,67%) sedangkan untuk kelompok kontrol sebagian
besar
mempunyai sumber informasi elektronik yaitu 23 orang (69,70%).
Hasil
uji fisher’s exact test disimpulkan data homogen (p>0,05).
PERPUSTAKAAN
ANI Y OGYAKARTA
untuk kelompok intervensi sebagian besar menggunakan alat
kontrasepsi
sebelumnya yaitu 25 orang (75,76%) sedangkan untuk kelompok
kontrol
sebagian besar menggunakan alat kontrasepsi sebelumnya yaitu 26
orang
(78,79%). Hasil uji fisher’s exact test disimpulkan data
homogen
(p>0,05).
kontrasepsi suntik yaitu 13 orang (39,39%) sedangkan untuk
kelompok
kontrol sebagian besar menggunakan kontrasepsi suntik yaitu 15
orang
(45,45%). Hasil uji fisher’s exact test disimpulkan data
homogen
(p>0,05).
intervensi sebagian besar tidak melakukan kunjungan berkala yaitu
17
orang (51,52%) sedangkan untuk kelompok kontrol sebagian besar
tidak
melakukan kunjungan berkala yaitu 18 orang (54,55%)
(p>0,05).
Berdasarkan status kesehatan, responden untuk semua kelompok
dalam kondisi sehat (100%) baik untuk kelompok intervensi
maupun
untuk kelompok kontrol. Berdasarkan kerjasama pasangan, semua
kelompok mendapatkan kerjasama dari pasangan (100%) baik
untuk
kelompok intervensi maupun untuk kelompok kontrol.
Berdasarkan frekuensi hubungan seks, responden untuk kelompok
intervensi sebagian besar melakukan hubungan seks 2-3 kali
dalam
seminggu selama kehamilannya yaitu 18 orang (54,55%)
sedangkan
untuk kelompok kontrol sebagian besar melakukan hubungan seks
3-4
kali dalam seminggu selama kehamilannya yaitu 10 orang
(30,30%).
Hasil uji fisher’s exact test disimpulkan data homogen
(p>0,05).
Berdasarkan rencana kehamilan lagi, responden untuk kelompok
intervensi sebagian besar tidak ingin hamil lagi yaitu 13 orang
(39,39%)
sedangkan untuk kelompok kontrol sebagian besar tidak ingin hamil
lagi
PERPUSTAKAAN
ANI Y OGYAKARTA
84
yaitu 11 orang (33,33%). Hasil uji fisher’s exact test disimpulkan
data
homogen (p>0,05).
Sebelum dan Sesudah Pendidikan Kesehatan Tentang KB di
Puskesmas Tegalrejo Yogyakarta
menjadi 3 yaitu baik, cukup dan kurang. Gambaran tingkat
pengetahuan
tentang alat kontrasepsi sebelum dan sesudah dapat diperlihatkan
pada
tabel berikut :
Tentang Alat Kontrasepsi sebelum dan sesudah Pendidikan
Kesehatan Tentang KB pada kelompok intervensi
No
Tingkat
Pengetahuan
Kelompok
1 Baik 1 3,03 4 12,12 0 0 0 0
2 Cukup 26 78,79 27 81,82 27 81,82 28 84,85
3 Kurang 6 18,18 2 6,06 6 18,18 5 15,15
Total 33 100 33 100 33 100 33 100
Tabel 9. memperlihatkan bahwa pada kelompok intervensi
sebelum dilakukan perlakuan, sebagian besar responden
mempunyai
pengetahuan yang cukup tentang alat kontrasepsi yaitu 26
orang
(78.79%). Setelah dilakukan perlakuan sebagian besar
responden
mempunyai pengetahuan yang cukup tentang alat kontrasepsi yaitu
27
orang (81,82%). Hasil uji beda dapat disimpulkan bahwa ada
perbedaan
tingkat pengetahuan tentang alat kontrasepsi sebelum dan
sesudah
perlakuan pada kelompok intervensi.
besar responden mempunyai pengetahuan yang cukup tentang alat
kontrasepsi yaitu 27 orang (81,82%). Setelah perlakuan sebagian
besar
PERPUSTAKAAN
ANI Y OGYAKARTA
yaitu 28 orang (84,85%).
Sesudah Diberikan Pendidikan Kesehatan Tentang KB di
Puskesmas Tegalrejo Yogyakarta
dan suntik. Gambaran pemilihan alat kontrasepsi dapat
diperlihatkan
pada tabel berikut :
Partum Sebelum dan Sesudah Kelompok Intervensi Diberikan
Pendidikan Kesehatan Tentang KB di Puskesmas Tegalrejo
Yogyakarta
No
1 IUD 7 2121 13 39,39 6 18,19 7 21,21
2 Pil 6 18,19 4 12,12 4 12,12 6 18,19
3
4
Suntik
Tabel 10. memperlihatkan bahwa pada kelompok intervensi
sebelum dilakukan perlakuan sebagian besar responden memilih
suntik
sebagai alat kontrasepsi yaitu 13 orang (39,39%). Setelah
dilakukan
perlakuan, sebagian besar responden memilih suntik sebagai
alat
kontrasepsi yaitu 15 orang (45,4,5%), sedangkan yang paling
sedikit
memilih pil sebagai alat kontrasepsi yaitu 4 orang (12,12%).
Pada
kelompok kontrol sebelum dan sesudah dilakukan perlakuan
sebagian
besar responden memilih suntik sebagai alat kontrasepsi yaitu 20
orang
(60,6%).
Hasil uji chi square didapatkan nilai expected lebih dari 20%
sehingga tidak memenuhi penggunaan uji chi square. Alternatif
uji
statistik yang digunakan adalah uji Fisher's Exact Test. Hasil uji
beda
PERPUSTAKAAN
ANI Y OGYAKARTA
pemilihan alat kontrasepsi sebelum dan sesudah perlakuan pada
kelompok intervensi (p > 0,05).
4. Perbedaan pretest dan posttest pengetahuan tentang KB sebelum
dan sesudah perlakuan kelompok intervensi dan kelompok kontrol
(tidak berpasangan)
Tabel 11 perbedaan pretest dan posttest tentang KB sebelum dan
sesudah
perlakuan kelompok intervensi dan kelompok kontrol
Variabel Selisih Mean Z p-value
Pretest pengetahuan tentang KB
yang signifikan (p = 0,037 < 0,05).
5. Perbedaan pretest dan posttest pengetahuan tentang KB sebelum
dan sesudah perlakuan kelompok intervensi dan kelompok kontrol
(berpasangan)
Tabel 12 Perbedaan Pretest Dan Posttest Tentang KB Sebelum
dan
Sesudah Perlakuan Kelompok Intervensi dan Kelompok kontrol
Variabel Z p-value
sesudah kelompok intervensi
sesudah kelompok kontrol
pengetahuan tentang KB kelompok intervensi yaitu signifikan (p =
0,008
< 0,05) sedangkan pada kelompok kontrol tidak signifikan (p =
0,317 >
0,05).
PERPUSTAKAAN
ANI Y OGYAKARTA
1. Pengetahuan Ibu Post Partum Tentang KB Sebelum dan Sesudah
Diberikan Pendidikan Kesehatan Tentang KB di Puskesmas
Tegalrejo
Yogyakarta
dilakukan perlakuan, sebagian besar responden mempunyai
pengetahuan
yang cukup tentang KB yaitu 26 orang (78.79%). Setelah
dilakukan
perlakuan sebagian besar responden mempunyai pengetahuan yang
cukup
tentang KB yaitu 27 orang (81,82%). Hasil penelitian ini
tidak sesuai
dengan penelitian yang dilakukan Dahlan (2014) yang menyebutkan
ada
peningkatan pengetahuan dari buruk menjadi baik yang disebabkan
karena
pemberian pendidikan kesehatan.
disebabkan karena pernah mendapatkan informasi tentang alat
kontrasepsi.
Karakteristik responden menyebutkan bahwa responden pernah
mendapatkan informasi tentang alat kontrasepsi dari media
elektronik
(seperti radio, televisi dan internet). Banyaknya informasi yang
diterima
menyebabkan pengetahuan responden semakin meningkat. Menurut
Notoatmodjo (2010) banyaknya informasi yang diterima seseorang
akan
berpengaruh terhadap pengetahuan orang tersebut.
Responden yang memiliki pengetahuan baik tentang KB dapat
disebabkan karena kemampuan responden dalam memahami
informasi
yang diterima disebabkan karena tingkat pendidikan tinggi yaitu
PT
sebagaimana ditunjukkan Tabel 9. Notoatmodjo (2010)
menjelaskan
tingkat pendidikan berpengaruh secara langsung terhadap
kemampuan
seseorang dalam memahami informasi yang diterima. Semakin
tinggi
tingkat pendidikan seseorang maka semakin baik dalam memahami
informasi yang diterima dan semakin rendah tingkat pendidikan
seseorang
maka informasi yang diterima semakin sulit untuk dipahami. Salah
satu
faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang adalah tingkat
pendidikan, terkait dengan kemampuan dalam memahami
informasi.
PERPUSTAKAAN
ANI Y OGYAKARTA
semakin rendah.
pengetahuan yang cukup tentang KB, sedangkan yang paling
sedikit
mempunyai pengetahuan kurang tentang KB. Responden yang tetap
mempunyai pengetahuan cukup tentang KB setelah diberi
pendidikan
kesehatan dapat disebabkan karena responden belum
berpengalaman
menjalani persalinan sehingga kurang bisa menyesuaikan dengan
kondisi
sekitarnya, termasuk proses pengambilan data selama penelitian.
Tabel 9
memperlihatkan bahwa sebagian besar kelompok intervensi ibu
postpartum dengan paritas 1. Artinya, pengalaman melahirkan
yang
sekarang adalah pengalaman pertama. Responden dengan paritas
1
kecenderungannya memiliki pengalaman sangat minim dalam
menghadapi
kondisi seperti saat penelitian. Ketika dilakukan pengambilan
data,
responden lebih terfokus pada bayi dan keluarganya sehingga
kurang
memperhatikan informasi yang diberikan tentang KB. Menurut
Notoatmodjo (2010) pengalaman merupakan salah satu faktor
yang
mempengaruhi pengetahuan seseorang.
kontrasepsi sehingga ketika diberi informasi tentang KB belum
bisa
mencerna semua informasi yang disampaikan. Kurangnya
kemampuan
responden dalam mencerna informasi dapat disebabkan karena
tingka
pendidikan responden yang tergolong rendah yaitu SMP. Menurut
Notoatmodjo (2010) tingkat pendidikan berpengaruh secara
langsung
terhadap pengetahuan seseorang. Semakin tinggi tingkat
pendidikan
seseorang maka kemampuannya dalam mencerna informasi semakin
baik
sehingga pengetahuannya semakin meningkat. Sebaliknya semakin
rendah
tingkat pendidikan maka kemampuannya dalam memahami informasi
semakin rendah sehingga pengetahuannya semakin rendah.
Kondisi
PERPUSTAKAAN
ANI Y OGYAKARTA
bahwa 24,24% kelompok kontrol belum menggunakan alat
kontrasepsi
dan 27,27% berpendidikan SMP.
responden mempunyai pengetahuan yang cukup tentang alat
kontrasepsi
yaitu 27 orang (81,82%), sedangkan yang paling sedikit
mempunyai
pengetahuan kurang tentang alat kontrasepsi yaitu 66 orang
(18,18%).
Setelah perlakuan sebagian besar responden mempunyai pengetahuan
yang
cukup tentang alat kontrasepsi yaitu 28 orang (84,85%), sedangkan
yang
paling sedikit mempunyai pengetahuan kurang tentang alat
kontrasepsi
yaitu 5 orang (15,15%). Penelitian ini sesuai dengan Vianti
(2007) yang
menyebutkan bahwa pada kelompok tidak terjadi perubahan
perilaku
partisipasi dalam ber-KB.
disebabkan karena responden adalah kelompok kontrol yaitu
kelompok
yang tidak mendapatkan perlakuan. Hal tersebut menyebabkan
responden
tidak mendapatkan tambahan informasi tentang alat kontrasepsi
sehingga
pengetahuan yang dimilikinya tidak berubah. Penelitian ini didukung
oleh
penelitian Rohmawati (2011) yang menyebutkan ketidaktahuan
wanita
usia subur tentang kontrasepsi dipengaruhi oleh kurangnya
informasi.
Responden yang mempunyai pengetahuan cukup dapat disebabkan
karena penghasilan responden yang sebagian besar kurang dari 1
juta
seperti diperlihatkan tabel 9. Penghasilan keluarga berpengaruh
tidak
langsung terhadap pengetahuan, tetapi penghasilan berpengaruh
terhadap
tersedianya sumber-sumber informasi seperti buku, majalah dan
internet.
Penghasilan yang rendah menyebabkan sumber informasi yang
dimiliki
semakin sedikit sehingga peningkatan pengetahuan responden
semakin
rendah. Menurut Notoatmodjo (2010) salah satu faktor yang
mempengaruhi pengetahuan seseorang adalah penghasilan
keluarga.
Semakin tinggi penghasilan keluarga, semakin mudah dalam
menyediakan
sumber-sumber informasi.
ANI Y OGYAKARTA
Sesudah Diberikan Pendidikan Kesehatan Tentang KB di
Puskesmas
Tegalrejo Yogyakarta
dan kelompok kontrol memilih suntik sebagai alat kontrasepsi
baik
sebelum atau sesudah pemberian pendidikan kesehatan tentang KB.
Hasil
penelitian ini sesuai dengan BKKBN (2013) yang menyebutkan
bahwa
kontraspsi suntik adalah alat kontrasepsi yang paling banyak
diminati oleh
akseptor KB aktif.
kontrasepsi disebabkan karena sebelumnya responden telah
menggunakan
kontrasepsi suntik yaitu 45,45%. Pengalaman responden dalam
menggunakan kontrasepsi suntik menambah pengetahuan responden
bahwa kontrasepsi suntik mempunyai kelebihan dan kekurangan
yang
sesuai dengan kondisi responden. pengetahuan yang dimiliki
responden
memberikan kesadaran bahwa kontrasepsi suntik lebih cocok untuk
dirinya
dibandingkan dengan alat kontrasepsi lainnya. Menurut
Sulistyawati
(2011), dalam memilih suatu metode kontrasepsi harus
dipertimbangkan
tentang banyak hal, diantaranya adalah status kesehatan, efek
samping
suatu metode, alasan/tujuan penggunaan apakah untuk menunda
kelahiran,
menjarangkan kelahiran atau tidak menginginkan anak lagi.
Banyaknya
pertimbangan dalam memilih metode kontrasepsi menyebabkan
banyak
orang yang menganggap bahwa pemilihan alat kontrasepsi merupakan
hal
yang problematis dan mungkin terpaksa memilih metode yang
kurang
cocok.
terdapat perubahan kuantitas. Adanya perubahan pilihan
responden
terhadap alat kontrasepsi disebabkan karena adanya tambahan
informasi
tentang alat kontrasepsi sehingga responden mempunyai pengetahuan
yang
lebih banyak untuk menentukan kontrasepsi mana yang akan
dipakainya.
Salah satu penyebab kurangnya penggunaan alat kontrasepsi
dikarenakan
PERPUSTAKAAN
ANI Y OGYAKARTA
alat kontrasepsi (BKKBN, 2011). Pengetahuan yang baik dapat
meningkatkan kesadaran dan perilaku untuk memilih alat kontrasepsi
yang
sesuai bagi ibu sehingga mencegah kehamilan yang tidak
diinginkan
namun sebaliknya, jika perilaku tidak didasari oleh pengetahuan
yang baik
dan terjadi penurunan penggunaan alat kontrasepsi, dapat
menyebabkan
kehamilan yang tidak diinginkan dan berdampak pada komplikasi
kehamilan.
pemilihan IUD sebagai alat kontrasepsi. Responden dalam penelitian
ini
sebagian besar berumur antara 31-40 tahun dan sudah tidak
berencana
untuk mempunyai anak lagi. Karakteristik tersebut
mempengaruhi
pemilihan alat kontrasepsi, dimana IUD dianggap sebagai alat
kontrasepsi
jangka panjang dengan efek samping yang tidak terlalu
mengganggu.
Menurut Sulistyawati (2011) kontrasepsi IUD dapat digunakan untuk
3-5
tahun sekali pasang dan dapat dilepaskan setiap saat bila
berkeinginan
untuk mempunyai anak.
sebagian besar responden memilih suntik sebagai alat kontrasepsi.
Pada
kelompok kontrol didapatkan perubahan pemilihan alat
kontrasepsi
disebabkan karena mendapatkan informasi tentang alat kontrasepsi
sebagai
stimulus untuk merubah pemilihan alat kontrasepsi. Informasi
diperoleh
dari pengulangan pengisian kuesioner. Selama pretest dan posttest
terdapat
jeda yang dapat mempengaruhi responden untuk mengganti pilihan
alat
kontrasepsi tertentu. Penelitian Sugiarti (2013) membuktikan
bahwa
pemilihan alat kontrasepsi pada wanita usia subur dipengaruhi oleh
tingkat
pengetahuan tentang KB.
lain faktor pasangan (umur, gaya hidup, frekuensi senggama,
jumlah
keluarga yang diinginkan, pengalaman dengan metode kontrasepsi
yang
PERPUSTAKAAN
ANI Y OGYAKARTA
pemeriksaan fisik, pemeriksaan panggul), faktor metode
kontrasepsi
(efektivitas, efek samping, biaya), tingkat pendidikan,
pengetahuan,
kesejahteraan keluarga, agama, dan dukungan dari suami/istri.
Menurut
Hartanto (2007), beberapa faktor yang mempengaruhi dalam
pemilihan
metode kontrasepsi diantaranya umur, jumlah anak, pendidikan
dan
pengetahuan.
3. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang KB Pada Ibu Post
Partum
Terhadap Pengetahuan di Puskesmas Tegalrejo Yogyakarta
Hasil uji Wilcoxon menunjukkan bahwa pada kelompok intervensi
ada pengaruh pendidikan kesehatan tentang alat kontrasepsi pada ibu
post
partum terhadap pengetahuan tentang KB di Puskesmas Tegalrejo
Yogyakarta. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan
oleh Rohmawati (2011) yang menyebutkan bahwa ada perbedaan
yang
bermakna antara pengetahuan tentang kontrasepsi sebelum dan
sesudah
penyuluhan. Sebelum diberikan penyuluhan sebagian besar
mempunyai
pengetahuan dengan kategori kurang dan setelah mendapatkan
penyuluhan
sebagian besar responden mempunyai pengetahuan dengan kategori
baik.
Kelompok intervensi terjadi peningkatan jumlah responden yang
mempunyai pengetahuan cukup tentang KB. Peningkatan
pengetahuan
terjadi karena adanya informasi yang diterima responden ketika
diberikan
pendidikan kesehatan tentang KB. Pemberian informasi tentang
KB
memberikan kesadaran kepada responden bahwa banyak cara yang
dapat
dilakukan untuk mencegah kehamilan. Kesadaran tersebut timbul
karena
pengaruh tingkat pendidikan responden yang tergolong menengah.
Tabel 9
memperlihatkan bahwa pada kelompok kontrol didapatkan
responden
berpendidikan SMA yaitu 63,64%. Pendidikan responden
mempengaruhi
pemahaman responden dalam menerima informasi tentang KB.
Pendidikan
responden yang tergolongan menengah membantu responden
memahami
informasi tentang KB yang disampaikan tenaga kesehatan.
Menurut
PERPUSTAKAAN
ANI Y OGYAKARTA
seseorang. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin mudah
dalam
mencerna dan memahami informasi yang diterima sehingga
pengetahuan
yang dimiliki akan semakin tinggi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada perubahan jumlah
responden yang mempunyai tingkat pengetahuan cukup. Sebelum
dan
sesudah diberikan pendidikan kesehatan responden mempunyai
pengetahuan cukup tentang KB dengan perbedaan kuantitas. Hasil uji
beda
menggunakan uji Mann-Whitney memberikan kesimpulan bahwa
pendidikan kesehatan tentang KB efektif untuk meningkatkan
pengetahuan
tentang KB karena didapatkan adanya perbedaan tingkat
pengetahuan
antara sebelum dan sesudah pemberian pendidikan kesehatan.
Pemberian pendidikan kesehatan tentang KB dilakukan sebagai
upaya untuk memperbaiki kurangnya pengetahuan ibu tentang KB
yang
akan dipilih setelah melahirkan. Notoatmodjo (2007)
menjelaskan
pendidikan kesehatan merupakan suatu kegiatan atau usaha
untuk
menyampaikan informasi kesehatan kepada individu, kelompok
ataupun
masyarakat, sehingga memperoleh pengetahuan kesehatan yang lebih
baik
dan dapat berpengaruh terhadap perilakunya.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh
Maulana (2009) yang menyebutkan bahwa tujuan pendidikan
kesehatan
secara umum adalah mengubah pengetahuan, sikap dan
keterampilan
individu atau masyarakat di bidang kesehatan, yaitu menjadikan
kesehatan
sebagai sesuatu yang bernilai di masyarakat, menolong indvidu
agar
mampu secara mandiri atau berkelompok mengadakan kegiatan
untuk
mencapai tujuan hidup sehat dan mendorong pengembangan dan
penggunaan secara tepat sarana pelayanan kesehatan yang ada.
Penelitian ini memperlihatkan bahwa kelompok intervensi dan
kelompok kontrol hanya sedikit yang mengalami peningkatan
pengetahuan
tentang KB namun didapatkan perbedaan yang signifikan.
Sedikitnya
peningkatan pengetahuan tentang KB antara kelompok kontrol
dan
PERPUSTAKAAN
ANI Y OGYAKARTA
tentang alat kontrasepsi yang kurang tepat. Pada saat pemberian
informasi
pendidikan kesehatan tentang KB, responden kelompok intervensi
lebih
terfokus pada bayi dan keluarganya sehingga kurang
memperhatikan
informasi yang disampaikan peneliti. Penelitian ini tidak sesuai
dengan
penelitian yang dilakukan Dahlan (2014) yang menunjukkan bahwa
ada
pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan
seseorang.
Meskipun sebagian besar responden tetap mempunyai pengetahuan
cukup, namun responden yang mempunyai pengetahuan baik lebih
banyak
setelah posttest dibandingkan pretest. Jumlah reseponden yang
mempunyai
pengetahuan kurang juga menjadi lebih sedikit setelah
posttest
dibandingkan pretest. Adanya perubahan pengetahuan pada
kelompok
intervensi disebabkan karena adanya perlakukan kepada responden
berupa
pemberian informasi tentang alat kontrasepsi berupa leaflet dan
lembar
balik. Pemberian pendidikan kesehatan yang dilakukan kepada
responden
menambah pengetahuan responden tentang KB. Responden yang
pengetahuannya sudah baik, akan semakin baik dan yang
pengetahuannya
kurang menjadi cukup atau menjadi baik. Menurut Notoatmodjo
(2007)
bahwa pendidikan kesehatan merupakan suatu kegiatan atau usaha
untuk
menyampaikan informasi kesehatan kepada individu, kelompok
ataupun
masyarakat, sehingga memperoleh pengetahuan kesehatan yang lebih
baik
dan dapat berpengaruh terhadap perilakunya.
Leaflet dan lembar baik mempunyai banyak kelebihan untuk
memudahkan seseorang dalam memahami informasi yang diterima.
Menurut Utami (2015) kelebihan leaflet dan lembar balik antara
lain
menarik untuk dilihat, mudah dimengerti, merangsang imajinasi dan
lebih
ringkas dalam menyampaikan informasi. Kelebihan-kelebihan
tersebut
memudahkan responden dalam memahami informasi yang diterima
pada
saat pemberian pendidikan kesehatan tentang KB sehingga
meningkatkan
pengetahuan tentang KB.
ANI Y OGYAKARTA
dan kegiatan-kegiatan intelektual, psikologi dan sosial yang
diperlukan
untuk meningkatkan kemampuan individu dalam mengambil
keputusan
secara sadar dan yang mempengaruhi kesejahteraan diri, keluarga
dan
masyarakat (Maulana, 2009). Faktor pendidikan seseorang
sangat
menentukan dalam pola pengambilan keputusan dan menerima
informasi
dari pada seseorang yang berpendidikan rendah. Pendidikan
merupakan
salah satu faktor yang sangat menentukan pengetahuan dan
persepsi
seseorang terhadap pentingnya suatu hal, termasuk pentingnya
keikutsertaan dalam KB.
memilih alat kontrasepsi namun mempengaruhi pengetahuan tentang
KB
sehingga ibu dapat memilih alat kontrasepsi. Hasil tersebut sesuai
dengan
pendapat Notoatmodjo (2007) yang menyebutkan pendidikan
kesehatan
merupakan suatu usaha untuk menyampaikan informasi kesehatan
kepada
seseorang sehingga memiliki pengetahuan yang lebih baik.
Pengetahuan
akan mempengaruhi perilaku individu dalam waktu tertentu
setelah
pemberian informasi. Soekanto (2006), menyebutkan pendidikan
merupakan upaya untuk memberikan pengetahuan sehingga terjadi
perubahan perilaku yang meningkat. Pendidikan memberikan suatu
nilai-
nilai tertentu bagi manusia terutama dalam membuka pikiran
serta
menerima hal-hal baru.
1. Hambatan penelitian
yang berbeda yaitu Puskesmas Tegalrejo (kelompok intervensi)
dan
Puskesmas Mergangsan (kelompok kontrol), meskipun masih dalam
satu
PERPUSTAKAAN
ANI Y OGYAKARTA
waktu pengambilan datanya bersamaan.
kondisi sehat dan siap pada saat pengambilan data dikarenakan
kondisi
pasien belum sepenuhnya pulih. Selain itu kehadiran bayi dan
anggota
keluarga yang lain menyebabkan responden tidak terfokus pada
materi
penelitian. Untuk meminimalkan kelemahan tersebut, peneliti
berusaha
untuk kembali melakukan pendekatan persuasif kepada responden
agar
lebih terfokus pada penelitian.
ANI Y OGYAKARTA
sebagai berikut:
1. Tingkat pengetahuan ibu post partum tentang KB sebelum dan
sesudah
diberikan pendidikan kesehatan tentang KB di Puskesmas
Tegalrejo
Yogyakarta termasuk dalam kategori cukup.
2. Ibu post partum sebelum dan sesudah diberikan pendidikan
kesehatan
tentang KB di Puskesmas Tegalrejo Yogyakarta memilih suntik
sebagai
alat kontrasepsi.
3. Ada perbedaan signifikan pengetahuan tentang KB pretest dan
posttest
kelompok intervensi namun tidak signifikan pada kelompok
kontrol.
4. Pengaruh pendidikan kesehatan tentang KB terhadap pengetahuan
tentang
KB kelompok intervensi yaitu signifikan sedangkan pada
kelompok
kontrol tidak signifikan.
Agar meningkatkan pengetahuan yang dimilikinya tentang KB
dengan
menambah sumber-sumber informasi tentang KB seperti internet,
buku
dan manjalah sehingga dapat memilih alat kontrasepsi yang tepat
dan
sesuai dengan kondisinya.
2. Bagi Puskesmas
tentang KB dengan memberikan KIE KB dan membagikan leaflet KB
kepada setiap ibu postpartum.
3. Bagi peneliti selanjutnya
berbeda seperti metode kualitatif dengan memperhaitkan
kondisi
97
PERPUSTAKAAN
ANI Y OGYAKARTA
kontrasepsi yang tepat bagi dirinya.
PERPUSTAKAAN
ANI Y OGYAKARTA
Mitra. Cendika Press
http://parentsindonesia.com/article.php?type=article&cat=birth&id=291,
diakes
tanggal 29 Desember 2013
Arikunto, S., (2010), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek,
Jakarta :
Rineka Cipta.
Arum, R.N.D.S. dan Sujiyatini. (2011), Panduan Lengkap Pelayanan KB
Terkini,
Jogjakarta : Nuha Medika.
BKKBN, (2005), Panduan Pembinaan dan Pengembangan Pusat Informasi
dan Konsultasi Kesehatan Reproduksi, www.bkkbn.go.Id, diakses
tanggal 23
Januari 2014.
BKKBN, (2011), Laporan Umpan Balik Pelayanan Kontrasepsi Bulan
September 2011, Direktur Pelaporan dan Statistik, diakses tanggal
23 Januari 2014.
BKKBN, (2012), Laporan Hasil Pelayanan Kontrasepsi Agustus 2012,
Jakarta :
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN).
BKKBN, (2013), Laporan Umpan Balik Pelayanan KB Oktober 2013,
Jakarta :
BKKBN
Dasar (BHD) Terhadap Tingkat Pengetahuan Tenaga Kesehatan Di
Puskesmas Wori Kecamatan Wori Kabupaten Minahasa Utara, Ejournal
keperawatan (e-Kp) Volume 2, Nomor 1. Februari 2014.
Darwis, D. (2013), Pelayanan Kontrasepsi, Jakarta: BKKBN.
Djuwarno, (2012), Peran Media Informasi Dalam Mempengaruhi
Perspektif Masyarakat Terhadap Dunia Islam,
http://arifdjuwarno.wordpress.com/2011/05/03/peran-media-informasi-
dalam-mempengaruhi-perspektif-masyarakat-terhadap-dunia-islam/
PERPUSTAKAAN
ANI Y OGYAKARTA
Jakarta: EGC
Pustaka Rihama.
Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.
Heri, D.J Maulana, (2009), Promosi Kesehatan, Jakarta: EGC
Hidayat, A. A., (2007), Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik
Analisa Data,
Salemba Medika: Jakarta
IBI, (2007), Sejarah Perkembangan Bidan di Indonesia, Jakarta :
Pengurus Pusat
IBI
Jenny, (2006). Perawatan Masa Nifas Ibu dan Bayi. Jakarta: Sahabat
Setia.
Lopez, L.M., (2010), Education for contraceptive use by women after
childbirth,
The Cochrane Library 2010
Cipta
Cipta
Pinem, S., (2009), Kesehatan Reproduksi dan Kontrasepsi, Jakarta:
Trans Info
Media
Undip.
http://www.ridwanfauzi.com/2011/bedanya-pamflet-brosur-dan-flyer/,
PERPUSTAKAAN
ANI Y OGYAKARTA
Prawirohardjo, Jakarta.
Stevens, P, Annete Schade, Barry chalk, Oliver Slevin, (2006),
Pengantar Riset Pendekatan Ilmiah untuk Profesi Kesehatan, Jakarta
: EGC.
Stright, B.R., 2005. Maternal Newborn Nursing, Lippincott Williams
& Wilkins
Sugiarti, I., (2013), Faktor Pasangan Yang Mempengaruhi Pemilihan
Jenis
Kontrasepsi Pada Wanita Usia Subur (Studi di Kelurahan Cipari
Kota
Tasikmalaya), Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas
Ilmu
Kesehatan
Sulistyawati, A., (2011), Pelayanan Keluarga Berencana, Jakarta:
Salemba
Medika.
medika.
https://www.academia.edu/7286517/MEDIA_PENDIDIKAN_KESEHATA
Vianti, R.A dan Yuniarsih, S.M., (2007), Pengaruh Pemberian
Penyuluhan Kesehatan tentang Kontrasepsi Efektif terhadap
Partisipasi Ibu Post Partum dalam ber-KB, Pekalongan: KTI.
Wahyu, P & Fatmawati, S., (2010), Asuhan Keperawatan
Maternitas,
Yogyakarta: Nuha Medika.
ANI Y OGYAKARTA