PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS
PROYEK TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR
KRITIS DAN SIKAP ILMIAH PADA MATERI
TUMBUHAN BIJI
Didi Nur Jamaludin
STAIN Kudus Jawa Tengah
Abstrak
Pembelajaran berbasis proyek merupakan pembelajaran
yang mengembangkan pemahaman konsep melalui
investigasi masalah yang bermakna dan dapat menghasilkan
suatu produk. Model tersebut diteliti untuk dianalisis
pengaruhnya terhadap berpikir kritis dan sikap ilmiah
siswa pada materi tumbuhan biji. Metode penelitian
menggunakan metode kuasi eksperimen dengan desain the
matching only pretest-posttest control group design. Populasi
penelitian ini terdiri dari seluruh siswa kelas X disalah satu
SMA Kota Bandung. Sampel penelitian terdiri dari kelas
eksperimen berjumlah 35 siswa dan kelas kontrol
berjumlah 36 siswa. Analisis penelitian menggunakan t-test,
N-Gain, dan uji korelasi. Hasil penelitian menunjukkan
pembelajaran berbasis proyek dapat meningkatkan secara
signifikan keterampilan berpikir kritis dibandingkan
pembelajaran konvensional. Sikap ilmiah siswa terjadi
peningkatan lebih tinggi, namun tidak menunjukkan
perbedaan signifikan. Sikap ilmiah menunjukkan hubungan
yang rendah terhadap keterampilan berpikir kritis (r=
0,20).
Kata Kunci: Pembelajaran Berbasis Proyek, Berpikir Kritis Sikap Ilmiah.
Didi Nur Jamaludin
Vol.1 No.1 2017 19
Abstract
Project-based learning is learning that develop the
understanding of the concept through the investigation of the
problem of meaning and can produce a product. The Model is
examined for analyzed the influence of critical thinking and
scientific attitude of students on materials plant seeds.
Research Method using the quasi-experiment with the design
of the match only pretest-posttest control group design. The
population of this research consists of all the students of class
X misunderstood one SMA Bandung. The research sample
consists of a class experiment amounted to 35 students and
control classes were 36 students. Research analysis using t-
test, N-Gain and correlation tests. The results of the study
showed the project-based learning can increase significantly
critical thinking skills than conventional learning. The
scientific attitude students occur increasing higher, but did
not show significant differences. The scientific attitude shows
the relationship of low against the critical thinking skills (r=
0.20).
Keywords: Project-Based Learning, Critical Thinking S cientific Attitude.
A. PENDAHULUAN
Pembelajaran berbasis proyek atau sering dikenal dengan
PjBL (Project based learning) mengarahkan siswa untuk
menggunakan keterampilan berpikir dalam menghasilkan suatu
produk atau karya yang memiliki daya guna. Pembelajaran biologi
yang dilakukan selama ini belum sepenuhnya mengembangkan
keterampilan berpikir tingkat tinggi seperti berpikir kritis,
berpikir kreatif untuk menganalisis fenomena lingkungan, melalui
kegiatan pembelajaran berbasis proyek dapat dikembangkan
proses sains seperti kegiatan observasi, klasifikasi, komunikasi
dan pembentukan sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, teliti serta
kerjasama. Yudianto (2005:14) menjelaskan ilmu pengetahuan
dapat berkembang, sebagai akibat setiap penggunanya menggali
nilai-nilai intelektual. Proses pembelajaran diharapkan dapat
PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK TERHADAP......
20 GENETIKA (Jurnal Tadris Biologi)
mengarahkan pengembangan keterampilan berpikir tingkat tinggi
(Higher Order Thinking Skill, HOTS),
Pembelajaran biologi yang bermakna bagi siswa jika dapat
mengarahkan dalam pengalaman autentik untuk proses berpikir
dan mengembangkan potensi keterampilan. Ausuebel dan Novak
menjelaskan pembelajaran bermakna terjadi ketika informasi
yang baru dapat dikaitkan dengan konsep-konsep pada struktur
kognitif sebelumnya dan pembelajaran bermakna terjadi ketika
siswa dapat mengembangkan strukur kognitif. PjBL menjadi
pembelajaran yang dapat menjadi sarana untuk mengarahkan
pembelajaran lebih pada kontektual, penuh makna dan menjadi
sarana untuk mengembangkan nilai intelektual. Bern dan Erickson
(2001) pembelajaran kontekstual dapat membantu guru dalam
menghubungkan konten materi dengan situasi dunia yang
sesungguhnya dan memotiasi siswa untuk menghubungkan
pengetahuan dan aplikasi dalam kehidupan, sehingga siswa dapat
menemukan makna dalam proses belajar. Pembelajaran PjBL
menjadi strategi yang membelajarkan siswa pada kontektual.
Baker et al (2011: 1) mengatakan pembelajaran berbasis proyek
menjadi kekuatan pendidikan masyarakat yang relevan pada abad
ke 21.
Baker et al (2011: 1) menjelaskan bahwa model PjBL
mengajak siswa untuk belajar terstruktur dan teroganisasikan
dalam suatu proyek atau dalam bentuk lain sesuai dengan isu-isu
lingkungan. Kerjasamaantara guru dan siswa melalui model PjBL,
hasilnya dapat membimbing siswa dalam keterlibatan siswa dalam
proses desain teknologi yang dapat membangu dan meningkatkan
pengetahuan konten, keterampilan pemecahan masalah, sistem
berpikir dan keterampilan berpikir. Bulunuz (2011) menjelaskan
siswa yang mengikuti pembelajaran dengan desain eksperimen
dapat mempengaruhi kuat minat dan motivasinya.
Thomas (2000 dalam Turgut 2008) menjelaskan hal yang
harus dipertimbangkan dalam pembelajaran berbasis proyek
meliputi (1) pemusatan (centrality), (2) pertanyaan terarah
(driving question), (3) investigasi konstruktif (constructive
investigation), (4) otonomi (autonomy) dan (5) nyata (realism).
Didi Nur Jamaludin
Vol.1 No.1 2017 21
Krajcik et al (1994, dalam Eskrootchi dan Oskrochi 2010: 237)
menyarankan lima hal dalam implimentasi PjBL untuk membantu
komunikasi yang komplek menjadi lebih mudah diantaranya (1)
pertanyaan terarah, (2) investigasi, (3) produk (artefacts), (4)
kolaborasi, (5) penggunaan teknologi. Turgut (2008: 65)
mengatakan pembelajaran berbasis proyek memberikan kondisi
1) tantangan terhadap pertanyaan pengarah, 2) proses investigasi,
3) pencarian sumber, 4) Otonomi siswa, 5) siswa sebagai pusat
pembelajaran, 6) guru sebagai pembina, 7) kerja kelompok dan 8)
mempresentasi produk yang telah dirancang.
De Lisi dan Golbeck (2009 dalam Efe dan Efe, 2011: 188 )
menjelaskan pembelajaran kooperatif dilakukan kelas menjadikan
jalan utama untuk melakukan pendekatan pendidikan berbasis
konstruktivism yang memiliki atribut penting untuk pembelajaran
penemuan (discovery learning) dan pembelajaran konstruktivis
melalui kegiatan sosial. Treacy et al (2011:18) mengatakan
bahwa pembelajaran berbasis proyek dapat membantu
pembelajaran secara mandiri, dapat meningkatkan keterampilan
berpikir kritis, kemampuan analisis dan mendukung minat dalam
penelitian biologi.
Edutopia (2007) menjelaskan langkah-langkah
pembelajaran berbasis proyek sebagai berikut: 1) Start with the
essential question, 2) Design a plan for the project, 3) Create a
schedule, 4) Monitor the student and the progress of the project, 5)
Asses the outcome, 6)Evaluate the experience .Berpikir kritis
merupakan proses yang menekankan kepada sikap penentuan
keputusan yang sementara, memberdayakan logika yang
berdasarkan inkuiri dan pemecahan masalah yang menjadi dasar
dalam menilai sebuah perbuatan atau pengambilan keputusan.
Johnson (2007: 185) berpikir kritis merupakan sebuah proses
sistematis yang memungkinkan siswa untuk merumuskan dan
mengevaluasi keyakinan dan pendapat mereka. Inch et al (2006:
5-7) menjelaskan beberapa komponen dalam mendukung proses
berpikir kritis meliputi; (1) pertanyaan terhadap masalah
(question at issue), (2) tujuan (purpose), (3) informasi
(information), (4) asumsi (assumptions), (5) konsep (concepts), (6)
sudut pandang (point of view), (7) interpretasi dan
PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK TERHADAP......
22 GENETIKA (Jurnal Tadris Biologi)
menarik kesimpulan (interpretation and inference) dan (8)
Implikasi dan konsekuensi (implication and concequens)
Sikap ilmiah sebagai bagian dari hasil belajar, sangat
relevan untuk menjadi objek kajian penelitian. Menurut Toharudin
dkk (2011: 44) menjelaskan sikap ilmiah merupakan
kecenderungan individu untuk bertindak atau berperilaku dalam
memecahkan masalah sistematis melalui langkah-langkah ilmiah.
Sikap ilmiah yang dapat dikembangkan antara lain; berani dan
santun dalam mengajukan pertanyaan dan berargumentasi, ingin
tahu, peduli lingkungan, mau bekerjasama, tebuka, tekun, cermat,
kreatif, inovatif, kritis, disiplin, jujur, objektif dan beretos kerja
tinggi (Badan Standar Nasional Pendidikan, BNSP 2005: 2).
B. METODE
Metode dalam penelitian ini, menggunakan metode kuasi
eksperimen (quasi ekperimental designs) yang bertujuan untuk
mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat.
Sampel penelitian dipilih secara berkelompok. Penelitian ini
menggunakan desain the matching only pretest-posttest control
group design (Fraenkel dan Wallen, 2007: 274). Penelitian ini
memiliki dua variabel meliputi; 1) variabel bebas berupa
pembelajaran berbasis proyek (project based learning) dan metode
pembelajaran langsung (direct instruction). 2) Variabel terikat
berupa keterampilan berpikir kritis dan sikap ilmiah siswa.
Populasi penelitian ini terdiri dari seluruh siswa kelas X
di salah satu Sekolah Menengah Atas (SMA) di kota Bandung yang
berjumlah 10 kelas, dengan jumlah populasi sebanyak 400 siswa
pada tahun pelajaran 2012/2013. Sampel penelitian terdiri dari
dua kelas meliputi kelas eksperimen yang menggunakan
pembelajaran berbasis proyek (project based learning) dengan
jumlah 35 siswa dan satu kelas kontrol yang menggunakan
pembelajaran langsung (direct instruction) dengan jumlah 36
siswa, sehingga jumlah sampel keseluruhan sebanyak 71 siswa.
Instrumen penelitian berupa berpikir kritis dengan tipe soal
pilihan ganda beralasan dan sikap ilmiah dengan skala 1-4. Analisis
penelitian menggunakan uji t-test, korelasi bivariate dan
Normalized gain (N-Gain) oleh (Metlzer, 2002: 3) dengan tiga
Didi Nur Jamaludin
Vol.1 No.1 2017 23
kategori meliputi rendah N-Gain < 0,3, sedang N-Gain antara 0,3-
0,7 dan tinggi N-Gain > 0,7.
C. PEMBAHASAN
1. Hasil Penelitian Ketrampilan Berpikir Kritis
Data hasil penelitian keterampilan berpikir kritis berupa
pencapaian nilai rata-rata tes awal (pretest) dan tes akhir
(posttest) pada skala penilaian ideal (0-100). Rekapitulasi hasil
penelitian keterampilan berpikir kritis siswa pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Rekapitulasi Perbandingan Rata-Rata Tes Awal
dan Tes Akhir Keterampilan Berpikir Kritis Kelas
Eksperimen dengan Kelas Kontrol
Berdasarkan perolehan nilai rata-rata tes awal
keterampilan berpikir kritis pada kelas eksperimen sebesar 25,42
dari nilai ideal (100) dan kelas kontrol sebesar 26,54 dari nilai
ideal. Nilai tes awal kelas kontrol memiliki selisih sedikit lebih
tinggi dibandingkan dengan kelas eksperimen. Nilai rata-rata tes
akhir keterampilan berpikir kritis pada kelas eksperimen sebesar
61,31 dan kelas kontrol sebesar 51,38. Nilai tes akhir kelas
eksperimen menunjukkan selisih lebih tinggi dibandingkan kelas
kontrol.
PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK TERHADAP......
24 GENETIKA (Jurnal Tadris Biologi)
2. Hasil Penelitian Sikap Ilmiah
Data hasil penelitian sikap ilmiahsiswa berupa pencapaian
skor rata-rata sikap ilmiah awal, sikap ilmiah akhir. Rekapitulasi
hasil penelitian rata-rata skor sikap ilmiah siswa dari skala 1 s.d 4
pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada
Gambar 2.
Gambar 2. Rekapitulasi Perbandingan Rata-Rata Skor
Sikap Ilmiah Awal dan Sikap Ilmiah Akhir Kelas Eksperimen
dengan Kelas Kontrol
Berdasarkan perolehan rata-rata skor sikap ilmiah awal
pada kelas eksperimen sebesar 2,96 dan kelas kontrol sebesar
2,89. Skor sikap ilmiah awal kelas eksperimen memiliki selisih
sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. Skor hasil
rata-rata sikap ilmiah akhir pada kelas eksperimen sebesar 3,06
dan kelas kontrol sebesar 2,96. Skor sikap illmiah akhir kelas
eksperimen menunjukkan selisih sedikit lebih tinggi dibandingkan
kelas kontrol.
3. Rekapitulasi uji perbedaan rata-rata
Berdasarkan analisis uji normalitas, data keterampilan
berpikir kritis dan sikap ilmiah pada kelas eksperimen dan kelas
kontrol berdistribusi normal sehingga digolongkan jenis
Didi Nur Jamaludin
Vol.1 No.1 2017 25
penelitian paramatrik, untuk analisis yang digunakan dengan uji t
melalui independent samples t test. Sugiyono (2007; 95)
menjelaskan bahwa statistika parametrik digunakan apabila data
yang digunakan berdistribusi normal. Berikut data rekapitulasi
uji perbedaan rata-rata bepikir kritis dan sikap ilmiah pada Tabel
1 di bawah ini.
Tabel 1. Rekapitulasi Uji Perbedaan Rata-Rata Berpikir
Kritis dan Sikap Ilmiah
No
Aspek
Jenis
Tes
Taraf
signifikansi
Kriter
ia nilai
signifi
kansi
Kesimpulan
1
Keterampi
l an
Berpikir
Kritis
Tes
Awal
0,798 0,05 Tidak
Berbeda
Signifikan
Tes
Akhir
0,019 0,05 Berbeda
Signifikan
2
Sikap
Ilmiah
Awal 0,517 0,05 Tidak
Berbeda
Signifikan
Akhir 0,093 0,05 Tidak
Berbeda
Signifikan
Berdasarkan perhitungan di atas menunjukan bahwa
datates awal keterampilan berpikir kritis antara kelas eksperimen
dan kelas control menunjukan tidak terdapatperbedaan signifikan,
dengan kriteria angka signifikansi 0,798 ≥ 0,05. Data tes akhir
keterampilan berpikir kritis antara kelas eksperimen dan kelas
kontrol menunjukan perbedaan signifikan, dengan kriteria angka
signifikansi 0,019 < 0,05.
PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK TERHADAP......
26 GENETIKA (Jurnal Tadris Biologi)
Berdasarkan perhitungan tabel 1 menunjukan sikap ilmiah
awal antara kelas eksperimen dan kelas kontrol menunjukan tidak
terdapat perbedaan signifikan, dengan kriteria angka signifikansi
0,517 ≥ 0,05. Data sikap ilmiah akhir antara kelas eksperimen dan
kelas kontrol menunjukan tidak terdapat perbedaan signifikan,
dengan kriteria angka signifikansi 0,093 ≥ 0,05.
4. Hubungan Keterampilan Berpikir Kritis dan Sikap Ilmiah
Hubungan keterampilan berpikir kritis dengan sikap
ilmiah menggunakan analisis korelasi pada tes akhir pada kelas
eksperimen, hubungan tersebut dijelaskan pada Tabel 2. Nilai
korelasi menjadi kajian informasi lebih lanjut setelah memperoleh
informasi tentang perbedaan rata-rata sikap ilmiah siswa antara
kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Tabel 2. Hubungan Keterampilan Berpikir Kritis dan Sikap
Ilmiah
Aspek Berpikir Correlations
Berpikir Kritis Sikap Ilmiah
Berpikir Kritis 1 0,20
Sikap Ilmiah 0,20 1
Berdasarkan Tabel 2 dijelaskan hubungan secara deskriptif
rdasarkan angka korelasi dengan menggunakan standar Pearson
Correlation yang disampaikan oleh Young (Trihendradi, 2009: 197-
198). Nilai hubungan sikap ilmiah dengan keterampilan berpikir
kritis menunjukkan hubungan yang rendah (r = 0,20), hubungan
tersebut menunjukkan hubungan timbal balik.
5. Perbedaan Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis
Pembelajaran berbasis proyek merupakan pembelajaran
yang mengembangkan konsep melalui investigasi masalah yang
bermakna dan dapat menghasilkan suatu produk. Penyusunan
proyek yang dikembangan siswa dengan melakukan proses
klasifikasi dan identifikasi tumbuhan yang memiliki manfaat
Didi Nur Jamaludin
Vol.1 No.1 2017 27
secara langsung bagi manusia, selain itu juga siswa diharapkan
dapat memanfakan dan mengolah tanaman agar memiliki nilai
guna, seperti untuk kerajinan, makanan dan minuman seperti
pada tanaman Jahe (Zingiber officinale) dimanfatkan untuk
membuat bandrek, coklat rasa jahe dan jamu.
Berdasarkan tes awal soal keterampilan berpikir kritis,
ditemukan siswa pada kelas eksperimen memperoleh nilai rata-
rata 25,42 dan kelas kontrol memperoleh nilai rata-rata 26,54 dari
nilai maksimum 100, setelah dilakukan analisis uji perbedaan rata-
rata menggunakan independent sample t test melalalui program
SPSS 16 antara kelas eksperimen dan kelas kontrol menunjukkan
tidak berbeda signifikan. Perolehan nilai tersebut menandakan
bahwa siswa telah memiliki pengetahuan berkaitan dengan materi
yang akan dipelajari. Pengetahuan awal merupakan hal penting
untuk diadaptasikan dan diadopsi menjadi pengetahuan yang
baru.
Nilai tes akhir keterampilan berpikir kritis siswa pada
kelas eksperimen sebesar 61,31 dan kelas kontrol sebesar 51,38.
Analisis uji perbedaaan rata-rata nilai tes akhir kelas eksperimen
dan kelas kontrol menunjukkan perbedaan yang signifikan antara
keterampilan berpikir kritis siswa yang menggunakan
pembelajaran proyek dan pembelajara konvensional. Berdasarkan
hasil perhitungan N-Gain keterampilan berpikir kritis kelas
eksperimen sebesar 0,49 dan kelas kontrol sebesar 0,34,
keduanya memiliki kategori sedang. Siswa yang
mengikutipembelajaran berbasis proyek memiliki keterampilan
dalam memberikan alasan. Beberapa siswa yang memiliki nilai
kurang memuaskan, dikarenakan pada saat menjawab pertanyaan
tidak disertai alasan. Treacy et al (2011: 18) mengatakan bahwa
pembelajaran berbasis proyek dapat membantu pembelajaran
secara mandiri, dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis,
kemampuan analisis dan mendukung minat dalam penelitian
biologi.
Perbedaan peningkatan keterampilan berpikir kritis yang
dialami oleh siswa, disebabkan pada tahapan awal pembelajaran
berbasis proyek siswa diberi pertanyaan pengarah (start with the
essential question) yang berpengaruh kuat terhadap
PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK TERHADAP......
28 GENETIKA (Jurnal Tadris Biologi)
Pencapaiantujuan keterampilan berpikir kritis, karena
mengarahkan siswa untuk melakukan investigasi secara mandiri
dan berkelompok. Pertanyaan pengarah tidak ditemui pada saat
pembelajaran langsung (direct instruction), karena guru
memberikan materi secara langsung isi materi tumbuhan biji.
Menurut Larmer dan Mergendoller (2010: 34-37) menjelaskan
bahwa sebuah pertanyaan pengarah yang baik mengarah pada
tujuan pembelajaran proyek sesuai dengan kegiatan pembelajaran
dengan bahasa yang menarik, sehingga memberikan siswa rasa
kekuatan untuk mencapai tujuan dan tantangan.
Edutopia (2007) menjelaskan bahwa diantara tahap
pmbelajaran proyek yakni memonitoring kemajuan proyek siswa,
proses tersebut memberikan proses asesmen kinerja dan
pengetahuan siswa pada saat menyusun laporan identifikasi
tanaman dan olahan produk tanaman. Larmer dan Mergendoller
(2010: 34-37) menjelaskan proses umpan balik dan revisi selama
pembelajaran proyek menjadikan pembelajaran bermakna karena
dapat menciptakan produk-produk berkualitas tinggi dan
mengevaluasi terhadap tujuan utama pembelajaran. Aktivitas guru
dalam memonitoring siswa, telah memberikan peran diagnostik
yakni untuk mengetahui cara berpikir siswa atau kesulitas siswa,
sehingga proses tersebut memberikan pengaruh terhadap
pencapaian keterampilan berpikir kritis dan berpiki kreatif. Sriyati
(2010:117) menjelaskan bahwa proses self assessment dan umpan
balik yang diberikan kepada mahasiswa memberikan pengaruh
baik pada pembentukan habits of minds mahasiswa seperti self
regulation, critical thinking dan creative thinking.
Tahapan asesmen dan evaluasi pada pembelajaran berbasis
proyek,menjadi proses refleksi akhir antara ketercapaian
investigasiyang telah disusun dalam pertanyaan pengarah dengan
hasil yang diperoleh. Tahapan ini sangat penting sebagai tindak
lanjut dari hasil kemajuan monitoring yang telah dilakukan,
sehingga guru dapat mengevaluasi proses konstruksi pengetahuan
dan membantu siswa yang belum memiliki pemahaman pada mata
pelajaran tumbuhan biji.
Didi Nur Jamaludin
Vol.1 No.1 2017 29
Proses asesmen laporan identifikasi tumbuhan dan olahan
produk tanaman menjadi tahapan utama dalam model PjBL, hal
itu tidak ditemui pada tahapan pembelajaran langsung
(pembelajaran konvensional), sehingga pengalaman siswa pada
proses evaluasi menjadikan pengalaman untuk dapat berpikir
secara analisis dan rasional. Thomas (2000 dalam Turgut 2008)
menjelaskan hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam model
pembelajaran berbasis proyek meliputi (1) pemusatan (centrality),
(2) pertanyaan terarah (driving question), (3) investigasi
konstruktif (constructive investigation), (4) otonomi (autonomy)
dan (5) nyata (realism).
Aspek analisis Normalized Gain (N-gain) pada
ketrampilan berpikir kritis meliputi; 1) pertanyaan terhadap
masalah (question at issue), 2) tujuan (purpose), 3) informasi
(information), 4) konsep (concepts), 5) asumsi (assumptions), 6)
sudut pandang (point of view), 7) interpretasi dan menarik
kesimpulan (interpretation and inference), serta 8) implikasi dan
akibat-akibat (implication and concequens). Analisis N-Gain
digunakan untuk mengetahui peningkatan rata-rata umum pada
setiap aspek keterampilan berpikir kritis dan sikap ilmiah antara
kelas eksperimen dibandingkan dengan kelas kontrol. Hasil N-Gain
secara umum menunjukkan kelas eksperimen memiliki nilai yang
lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. Perbedaan yang
menunjukkan perbedaan kategori yang signifikan terdapat pada
aspek pertanyaan terhadap masalah, tujuan, informasi, dan
konsep. Perbandingkan hasil N-gain setiap aspek berpikir kritis
pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dijelaskan pada gambar
3 di bawah ini.
PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK TERHADAP......
30 GENETIKA (Jurnal Tadris Biologi)
Gambar 3. Rekapitulasi Perbandingan Skor N-Gain Setiap
Aspek Keterampilan Berpikir Kritis Kelas Eksperimen
dengan Kelas Kontrol
Berdasarkan Gambar 3, Rumusan pertanyaan terhadap
masalah yang disusun dalam soal berpikir kritis, mengarahkan
siswa untuk mendorong siswa untuk menganalisis pertanyaan
yang berkaitan dengan dasar sistem klasifikasi Gymnospermae
dan Angiospermae. Nugroho, et al (2008: 35) menjelaskan
tumbuhan berbiji terbuka memiliki mikrosporofil yang tersusun
dalam strobilus (kerucut jantan) dan makrosporofil yang tersusun
dalam strobilus (kerucut betina). Beberapa siswa ada yang
menjawab tepat berkaitan dengan organ reproduksi bunga dan
strobilus yang menjadi pembeda. Perolehan rata-rata N-Gain
aspek pertanyaan terhadap masalah pada kelas eksperimen
sebesar 0,46 (kategori sedang) dan kelas kontrol sebesar 0,15
(kategori rendah), data tersebut menunjukkan N-Gain kelas
eksperimen memiliki selisih lebih tinggi dibandingkan N-Gain
kelas kontrol.
Kemampuan siswa dalam menjawab soal keterampilan
berpikir kritis pada aspek tujuan pada kelas eksperimen sebesar
0,30 (kategori sedang) dan kelas kontrol sebesar 0,18 (kategori
rendah), data tersebut menunjukkan N-Gain kelas eksperimen
memiliki selisih lebih tinggi dibandingkan N-Gain kelas kontrol.
Beberapa siswa dalam menjawab pertanyaan pada aspek ini
dengan benar, yakni berkaitan dengan tujuan pengklasifikasian
Didi Nur Jamaludin
Vol.1 No.1 2017 31
untuk mempermudah pengelompokan tumbuhan biji, beberapa
siswa ada yang menjawab tidak tepat dengan alasan untuk
mengetahui ciri-ciri tumbuhan dan mengetahui nama ilmiah.
Pemahaman aspek informasi siswa menunjukkanN-Gain
pada kelas eksperimen sebesar 0,46 (kategori sedang) dan kelas
kontrol sebesar 0,01 (kategori rendah), data tersebut
menunjukkan N-Gain kelas eksperimen memiliki selisih lebih
tinggi dibandingkan N-Gain kelas kontrol, melalui pembelajaran
proyek siswa diberi kesempatan untuk mencari informasi lebih
luas melalui internet atau buku. Soal aspek informasi yang dibuat
berkaitan dengan pernyataan ciri utama Gymnospermae dengan
Angiospermae. Beberapa siswa ada yang belum memahami bahwa
organ reproduksi bunga dan strobilus menjadi pembeda dasar
klasifikasi. Campbell, et al (2003: 176) menjelaskan bahwa bunga
merupakan adaptasi reproduksi yang menentukan pada golongan
tumbuhan Angiospermae.
Inch, et al (2006: 6) mendiskripsikan aspek konsep secara
khusus meliputi teori, definisi, gagasan dan pola bertindak,
sehingga arti konsep yang didefinisikan oleh Inch et al, memiliki
makna lebih spesifik. Soal yang dicantumkan dalam tes
keterampilan berpikir kritis berkaitan dengan konsep tentang
Angiospermae sebagai tanaman yang memilki biji ditutupi oleh
karpel (daun buah). Perolehan skor rata-rata N-Gain aspek konsep
merupakan N-Gain tertinggi dari aspek-aspek lainnya. Hasil N-
Gain pada kelas eksperimen sebesar 0,73 (kategori tinggi) dan
kelas kontrol sebesar 0,64 (kategori sedang), data tersebut
menunjukkan N-Gain kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan
N-Gain kelas kontrol, hal itu menunjukan bahwa pembelajaran
berbasis proyek dapat meningkatkan pemahaman tentang konsep.
Hasil penelitian Eskrootchi dan Oskrochi (2010: 237) menjelaskan
bahwa pembelajaran berbasis proyek yang diintegrasikan dengan
simulasi komputer dapat meningkatkan pemahaman konsep.
Perolehan rata-rata N-Gain aspek asumsi pada kelas
eksperimen sebesar 0,36 (kategori sedang) dan kelas kontrol
sebesar 0,32 (kategori sedang), data tersebut menunjukkan N-
Gain kelas eksperimen memiliki selisih lebih tinggi dibandingkan
PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK TERHADAP......
32 GENETIKA (Jurnal Tadris Biologi)
N-Gain kelas kontrol. Pengalaman siswa dalam melakukan
investigasi ciri-ciri tanaman Singkong (Manihot esculenta Crantz)
banyak yang menjawab dengan tepat, namun ketika dimintai
pendapat tentang tanaman Singkong ada yang menjawab dengan
benar dengan memiliki sistem perakaran serabut, namun juga
beberapa siswa ada yang menjawab salah seperti Pisang (Musa
paradisiaca) memiliki strobilus dan semua Pisang tidak memiliki
biji.
Aspek sudut pandang memiliki perolehan skor rata-rata N-
Gain pada kelas eksperimen sebesar 0,45 (kategori sedang) dan
kelas kontrol sebesar 0,32 (kategori sedang) data tersebut
menunjukkan N-Gain kelas eksperimen memiliki selisih lebih
tinggi dibandingkan N-Gain kelas kontrol. Pemahaman yang
dibangun tentang sudut pandang berkaitan dengan perbandingan
antara lumut, paku dan tumbuahn biji. Istilah perbandingan
meliputi makna persamaan dan perbedaan, makna tersebut dalam
referensi taksonomi Bloom masuk ketegori tingkat pemahaman
konsep (understanding). Inch et al (2006: 7) menjelaskan sudut
pandang berkaitan dengan persamaan dan perbedaan terhadap
sesuatu. Sudut pandang juga didukung oleh latar belakang,
pengalaman, gagasan dan sikap.
Perolehan skor rata-rata N-Gain aspek interpretasi dan
kesimpulan pada kelas eksperimen sebesar 0,58 dan kelas kontrol
sebesar 0,40, keduanya memiliki kategori sedang, data tersebut
menunjukkan N-Gain kelas eksperimen memiliki selisih lebih
tinggi dibandingkan N-Gain kelas kontrol. Soal interpretasi
berkaitan dengan pemaknaan gambar fertilisasi ganda dan
pertulangan daun, secara umum siswa banyak yang menjawab
tepat pada interpretasi tipe-tipe pertulangan daun, beberapa
siswa seringkali salah dalam memaknai proses fertilisasi ganda
seperti proses terjadi fertilasasi ganda pada saat benangsari jatuh
di kepala putik. Campbell, et al (2003: 170-171) menjelaskan
proses fertilisasi ganda terjadi setelah tabung serbuk sari
mencapai ovarium melalui mikropil dan melepaskan dua sperma
ke dalam kantung embrio.
Dewan penelitian nasional (Nation Reseach Council, NRC)
Amerika Serikat mendefinisikan pemahaman PjBL pada kuliah
Didi Nur Jamaludin
Vol.1 No.1 2017 33
laboratorium bahwa PjBL mengarahkan siswa untuk aktif bekerja
dengan mengaplikasikan teknik laboratorium yang melibatkan
berpikir kritis, kolaborasi, keterampilan pemecahan masalah
dalam kontek pengetahuan yang berpengaruh secara
komprehensif dan kepercayaan diri akademik (Movahedzaded, et
al. 2012: 1). Larmer dan Mergendoller (2010: 34-37) menjelaskan
sebuah pembelajaran proyek harus memberikan siswa
kesempatan untuk membangun keterampilan pada abad ke-21
seperti kolaborasi, komunikasi, berpikir kritis, dan penggunaan
teknologi, yang akan mempersiapkan siswa dalam dunia kerjadan
kehidupan.
Aspek implikasi dan konsekuensi memiliki skor N-Gain
pada kelas eksperimen sebesar 0,48 dan kelas kontrol sebesar
0,43, keduanya memiliki kategori sedang, data tersebut
menunjukkan N-Gain kelas eksperimen memiliki selisih lebih tinggi
dibandingkan N-Gain kelas kontrol. Soal aspek implikasi dan
konsekuensi berkaitan dengan implikasi tanaman memiliki
fertilisasi ganda dan digolongkan monokotil. Secara umum siswa
sudah memahami tentang definisi konsep monokotil, namun ketika
terdapat soal yang berkaitan implikasi jahe (Zingiber officinale)
digolongkan kedalam tumbuhan monokotil beberapa siswa ada
yang menjawab benar yakni biji memiliki satu koteledon, namun
ada juga yang menjawab salah yakni monokotil memberikan
implikasi jehe memiliki rimpang (umbi batang). Yudianto
(1992:78) menjelaskan monokotil berasal dari kata mono berarti
tunggal dan cotyledon yang artinya keping lembaga biji.
Hasil pembelajaran berbasis proyek menunjukkan
siswa memperoleh nilai yang memuaskan (baik) dan beberapa
siswa ada yang memperoleh nilai yang kurang baik. Hasil
pembelajaran proyek berupa aspek kemampuan berpikir kritis
kemampuan berpikir kreatif dan sikap ilmiah sangat dipengaruhi
oleh faktor individu. Fensham (1994: 5 dalam Rustaman et al,
2003) menjelaskan belajar dalam perspektif konstruktivisme
bahwa orang membangun makna tentang hal-hal yang dialami atau
diceritakan secara aktif oleh setiap individu. Pembentukan makna
merupakan suatu proses aktif yang terus berlanjut, sehingga
PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK TERHADAP......
34 GENETIKA (Jurnal Tadris Biologi)
Siswa memiliki tanggungjawab atas belajar. Berdasarkan studi
observasi di lapangan bahwa kegiatan diskusi dan praktikum yang
membangun integrasi konsep akan menjadikan siswa lebih mudah
dalam memahami materi biologi. Hal tersebut memiliki arti jika
seorang siswa tidak dapat mengintegrasikan Antara kegiatan
diskusi, kegiatan praktikum dengan konsep maka pemahaman
suatu materi pembelajaran menjadi kurang optimal.
Larmer dan Mergendoller (2010: 34-37) mengatakan
bahwa pembelajaran proyek akan bermakna jika memenuhi dua
kriteria. Pertama, siswa harus merasakan bekerja dengan penuh
maknasebagai tugasyang pentingdan merekaingin melakukannya
dengan baik. Kedua, pembelajaran proyek memenuhi tujuan
pendidikan. Pembelajaran berbasis proyek yang dirancang
dengan baik dan diterapkan dengan baik maka akan bermakna
bagi siswa. Baker, et al (2011:1) menjelaskan bahwa model PjBL
mengajak siswa untuk belajar terstruktur dan teroganisasikan
dalam suatu proyek atau dalam bentuk lain sesuai dengan isu-isu
lingkungan. Kerjasama antara guru dan siswa terlibat pada model
pembelajaran berbasis proyek, hasilnya siswa yang mengikuti
pembelajaran proyek dengan melibatkan pada proses desain
teknologi dapat membangun dan meningkatkan pengetahuan
konten, kemampuan pemecahan masalah, sistem berpikir dan
keterampilan berkomunikasi. Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan menunjukkan model pembelajaran berbasis proyek
sangat signifikan dalam pencapaian keterampilan berpikir kritis
siswa.
6. Perbedaan Peningkatan Sikap Ilmiah
Pembelajaran materi tumbuhan biji sudah seharusnya
mengarahkan siswa kepada sikap ilmiah, karena sikap ilmiah
merupakan bagian komponen dari hakikat sains. Toharudin, et al
(2011: 44) menjelaskan sikap ilmiah merupakan kecenderungan
individu untuk bertindak atau berperilaku dalam memecahkan
masalah sistematis melalui langkah-langkah ilmiah. Sikap ilmiah
yang dapat dikembangkan antara lain; berani dan santun dalam
mengajukan pertanyaan dan berargumentasi, ingin tahu, peduli
lingkungan, bekerjasama, tebuka, tekun, cermat, kreatif, inovatif,
Didi Nur Jamaludin
Vol.1 No.1 2017 35
kritis, disiplin, jujur, objektif dan beretos kerja tinggi (Badan
Standar Nasional Pendidikan, BSNP 2005: 2). Sikap ilmiah yang
dikembangkan pada penelitian ini meliputi ingin tahu, kerjasama,
teliti, tekun dan peduli lingkungan.
Krathwohl (1961 dalam Depdiknas 2008) menjelaskan
bahwa pembentukan sikap melalui beberapa fase meliputi; 1)
penerimaan (receiving), 2) merespon (responding), 3) menilai
(valuing), 4) mengorganisiakan sistem nilai (organization) dan 5)
pembentukan karakter (characterization). Hal itu memiliki makna
bahwa dalam pembentukan karakter siswa tahap awal yang harus
dibangun oleh guru yakni membangunpenerimaan dan
peresponan secara baik pada diri siswa, dengan itu maka sikap
akan berkembang menjadi lebih baik bahkan menjadi lebih
progresif. Hasil analisis data menunjukkan terjadi peningkatan
rata-rata skor sikap ilmiah siswa pada kelas eksperimen dari
2,96 menjadi 3,06 dan kelas kontrol dari 2,89 menjadi 2,96.
Krech, et al (1962) menjelaskan beberapa faktor yang
dapat mempengaruhi sikap seseorang, sebagai berikut.
a. Keinginan (want) dalam diri individu
Sikap seseorang berkembang karena respon dalam
menghadapi berbagai situasi dan individu tersebut akan
mencoba untuk menyelaraskan sesuai dengan keputusan yang
diinginkan. Keinginan seseorang dapat dipengaruhi oleh
pendidikan, keinginan sesorang dapat dipengaruhi oleh
pendidikan di keluarga dan hubungan sosial. Dalam
pendidikan, keinginan dapat diindentifikasi sebagai hasrat
atau minat belajar, cita-cita dan kebutuhan belajar.
b. Informasi (information)
Sikap tidak hanya berkemabang dari keinginan saja, tetapi
dibentuk pula dari informasi yang diperoleh seseorang.
Pengetahuan atau informasi yang diterima dapat
mempengaruhi penilaian atau pandangan terhadap sesuatu
yang diterima.
c. Afiliansi kelompok (the group affiliation)
Sikap seseorang dipengaruhi oleh kepercayaan, nilai dan
norma di masyarakat. Afiliansi kelompok dapat berasal dari
PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK TERHADAP......
36 GENETIKA (Jurnal Tadris Biologi)
lingkungan keluarga, sekolah, lembaga agama atau masyarakat.
d. Kepribadian (personality)
Kepribadian dapat mempengaruhi pembentukan sikap.
Analisis uji perbedaan rata-rata antara skor sikap ilmiah awal dan
sikap ilmiah akhir pada kelas eksperimen dibandingkan dengan
kelas kontrol tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan (0,069
≥ 0,05). Peningkatan sikap ilmiah siswa pada kelas eksperimen
terlihat dari rerata N-Gain sebesar 0,11 sedangkan pada kelas
kontrol N-Gain sebesar 0,04, peningkatan rata-rata N-Gain pada
kedua kelas penelitian tergolong rendah. Analisis peningkatan N-
Gain sikap ilmiah mahasiswa pada dua kelas penelitian tergolong
rendah.
Peningkatan N-Gain sikap ilmiah yang rendah
dapatdisebabkan pertama, rentang waktu penelitian antara sikap
ilmiah awal dan sikap ilmiah akhir tergolong pendek, kurang lebih 3
minggu. Kedua, siswa sudah memiliki sudut pandang dan
pengetahuan awal tentang persepsi, pengaturan diri, serta
keinginan (want), hal ini yang akan berpengaruh saat memberikan
informasi tentang sikap yang dimilikinya. Ketiga, beberapa siswa
belum memiliki penghayatan penilaian sikap (valuing) secara
optimal. Beberapa faktor tersebut yang menjadikan perubahan
sikap belum menunjukkan perubahan signifikan, hal itu sesuai
dengan pendapat Bloom bahwa proses menerima, merespon dan
menilai menjadi bagian tahapan penting dalam pembentukan
karakter peserta didik.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sukaesih (2010:105)
tentang sikap ilmiah pada pembelajaran berbasis praktikum
dengan menerapkan asesmen lisan menunjukkan peningkatan N-
Gain yang rendah. Duda (2010:324) menjelaskan pembelajaran
berbasis praktikum dan asesmennya pada konsep sistem
peredaran darah menunjukkan N-Gain sikap ilmiah rendah dan
tidak berbeda signifikan. Oleh karena itu diperlukan waktu
penelitian sikap ilmiah lebih lama untuk dapat membentuk sikap
dan menggunakan alternatif penilaian skala sikap selain skala
Likert (1 s.d 4) untuk mengetahui efektifitas yang lebih signifikan.
Didi Nur Jamaludin
Vol.1 No.1 2017 37
Perolehan rata-rata N-Gain aspek sikap ilmiah kelas
eksperimen meliputi ingin tahu, kerjasama, teliti, tekun dan peduli
lingkungan secara berturut-turut sebesar 0,21; 0,09; 0,08; 0,07
dan 0,10. N-Gain aspek sikap ilmiah pada kelas kontrol meliputi
ingin tahu, kerjasama, teliti, tekun, dan peduli lingkungan secara
berturut-turut sebesar 0,02; 0,06; 0,07; 0,01; dan 0,04. Penjelasan
N-Gain pada gambar 4 antara kelas eksperimen memiliki selisih
sedikit lebih tinggi dibandingkan N-Gain kelas kontrol, kedua
kelas tersebut menunjukkan kategori rendah. Sikap ingin tahu
menunjukan N-Gain yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang
lain, hal itu memiliki arti bahwa pembelajaran berbasis proyek
memiliki peran yang besar dalam menstimulus rasa ingin tahu
siswa.
Gambar 4. Rekapitulasi Perbandingan Skor N-Gain Setiap
Aspek Sikap Ilmiah Kelas Eksperimen dengan
Kelas Kontrol
Johnson (2007: 182) menjelaskan bahwa pembelajaran
kontektual dapat memberikan kesempatan untuk menggunakan
keahlian berpikir pada tingkatan yang lebih tinggi yakni di dalam
dunia nyata. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa beberapa
sikap ilmiah memberikan korelasi positif terhadap keterampilan
berpikir kritis. Prokop et al (2007) sikap siswa sangat signifikan
PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK TERHADAP......
38 GENETIKA (Jurnal Tadris Biologi)
mengubah hasil belajar dalam sains dan dalam kajian lebih lanjut
menjadi bagian yang esensial dalam penelitian pendidikan. Oleh
karena itu maka guru perlu membina sikap-sikap siswa yang dapat
menjadikan siswa untuk memiliki kebiasaan berpikir (habits of
minds).
D. SIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, tentang
pengaruh pembelajaran berbasis proyek terhadap keterampilan
berpikir kritis dan sikap ilmiah, maka dapat disimpulkan
penelitian ini sebagai berikut. Pertama, peningkatan keterampilan
berpikir kritis siswa menggunakan model pembelajaran berbasis
proyek secara signifikan lebih tinggi dibandingkan pembelajaran
konvensional. Hal itu menunjukkan bahwa pembelajaran berbasis
proyek lebih efektif dari pada pembelajaran konvensional dalam
meningkatkan keterampilan berpikir kritis.
Kedua, peningkatan sikap ilmiah siswa menggunakan odel
pembelajaran berbasis proyek tidak menunjukkan hasil perbedaan
signifikan dibandingkan pembelajaran konvensional. Rata-rata
nilai N-Gain kelas eksperimen sedikit lebih tinggi 0,11 (kriteria
rendah) dibandingkan kelas kontrol 0,04 (kriteria rendah). Hal
tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran proyek dapat
meningkatkan sikap ilmiah sedikit lebih tinggi dibandingkan
pembelajaran konvensional, walaupun tidak berbeda signifikan.
Ketiga Hubungan keterampilan berpikir kritis dengan sikap ilmiah
menunjukkan hubungan yang rendah terhadap keterampilan
berpikir kritis dan keterampilan berpikir kreatif (0,22).
Didi Nur Jamaludin
Vol.1 No.1 2017 39
DAFTAR PUSTAKA
Badan Standar Nasional Pendidikan. 2005. Standar Kompetensi
dan Kompetensi Dasar IPA. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional.
Baker. et al. 2011. Project based learning Model Relevant Learning
for the 21st Century. Amerika Utara: Pacific Education
Institute.
Campbell, N. A. Reece, J. B dan Mitchell, L. G. 2003. Biologi. Edisi
kelima, Jilid II. Jakarta: Erlangga.
Duda, H. L. 2010. Pembelajaran Berbasis Praktikum dan
Asesmennya pada Konsep Sistem Peredaran Darah untuk
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Sikap
Ilmiah Siswa SMA. Tesis Magister pada Program Studi
Pendidikan IPA Konsentrasi Pendidikan Biologi SPs UPI
Bandung: tidak diterbitkan.
Edutopia. 2007. How does Project-Based Learning Work?. [Online].
Tersedia: http://www.edutopia.org/project-based-
learning-guide-implementation. [12 Nopember 2012].
Efe, R dan Efe, H. A. 2011. Using Student Group Leaders to Motivate
Students in Cooperative Learning Methods in Crowded
Classrooms. Educational Research and Reviews. Vol. 6(2),
pp. 187-196, February 2011. [Online]. Tersedia:
http://www.academicjournals.org. [3 Desember 2012].
Eskrootchi, R., dan Oskrochi, G. R. 2010. A Study of the Efficacy of
Project-based Learning Integrated with Computer based
Simulation - STELLA. Educational Technology dan Society,
13 (1). 236–245. [Online]. Tersedia:
http://www.academicjournals.org. [8 Oktober 2012].
Fraenkel, Jack R dan Wallen, Norman E. 2007.How To Design and
Evaluate Reseach in Education.Edisi 6. New York: The Mc
Graw Hill Companies.
PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK TERHADAP......
40 GENETIKA (Jurnal Tadris Biologi)
Inch, E. S. Warnick, B and Endres, D. 2006. Critical Thingking and
Communication The Use of Reason in Argument. Edisi 5.
Wasington: Pearson Education.
Johnson, E. B. 2007. Contextual Teaching and Learning. Bandung:
Mizan Learning Center.
Krech, D. Crutcfield, R. S. and Ballachey, E. 1962. Individual in
Society. A Textbook of Social Psycology. San Fransisco: Mc
Graww Hill Book Company.
Larmer dan Mergendoller. J. R. 2010. Giving Students Meaningful
Work. [Online]. Tersedia:
http://www.ascd.org/publications/educational_leadershi
p/sept10/vol68/num01/Seven_Essentials_for_Project-
Based_Learning.aspx. [ 20 Mei 2013].
Metlzer, D. E. 2002. The relationship between mathematics
preparation and conceptual learning gains in physics: a
possible ’’hidden variable’’ in diagnostic pretest scores.
Paper at Department of Physics and Astronomy, Iowa
State University, Ames, Iowa.
Nugroho, L. H. et al. 2006. Struktur dan Perkembangan Tumbuhan.
Jakarta: Penebar Swadaya.
Sugiyono. 2007. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sukaesih, S. 2010. Pembelajaran Berbasis Praktikum dengan
Menerapkan Asesemen Tes Lisan pada Topik
Keanekaragaman Hayati untuk Mengembangkan
Kemampuan Berpikir Kritis dan Sikap Ilmiah. Tesis Magister
pada Program Studi IPA Pendidikan Biologi SPs UPI
Bandung: tidak diterbitkan.
Toharudin, U. Hendrawati, S dan Rustaman A. 2011. Membangun
Literasi Peserta Didik. Bandung: Humaniora.
Treacy, D. J. et al. 2011. Implimentation of a Project Based
Molecular Biology Laboratory Emphasizing Protein
Structure Funtion Relationships in a Large Introductory
Biology Laboratory Course. Life Sciences Education. Vol 10:
2011. [Online]. Tersedia:
http://www.academicjournals.org. [8 Oktober 2012].
Didi Nur Jamaludin
Vol.1 No.1 2017 41
Trihendradi, C. 2009. 7 Langkah Mudah Melakukan Analisis Statistik
Menggunakan SPSS 17. Yogyakarta: Andi.
Yudianto, S. A. 2005. Manajemen Alam Sumber Pendidikan Nilai.
Top Related