i
ii
PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI
DI KABUPATEN ACEH BARAT
SKRIPSI
OLEH
DIWAN
08C20101125
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH, ACEH BARAT
2014
iii
PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI
DI KABUPATEN ACEH BARAT
SKRIPSI
Oleh
DIWAN
08C20101125
Skipsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi
Pada Fakultas Ekonomi Universitas Teuku Umar
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH, ACEH BARAT
2014
iv
ABSTRAK
Diwan. Pengaruh Pembangunan Infrastruktur Terhadap Pertumbuhan Ekonomi
diKabupaten Aceh Barat.Dibawah bimbingan Jufri dan Lilis Marlina.
Analisis penelitian ini menggunakan model regresi linier sederhana yang
bertujuan untuk milihat hubungan pembangunan infrastruktur dengan pertumbuhan
ekonomi Kabupaten Aceh Barat. Anlisis korelasi digunakan untuk mengukur
tingkat kekuatan hubungan dari kedua variable yang dianalisis, sedangkan analisis
diterminasi digunakan untuk mengukur pengaruh infrastruktur terhadap
pertumbuhan ekonomi kabupaten Aceh Barat.
Penilitian ini menggunakan metode regresi linier sederhana yang bertujuan
untuk melihat hubungan, selanjutnya analisis korelasi untukm mengukur kuat atau
lemah nya hubungan antara variable dan yang terakhir koevisien diterminasi ini
adalah koevisien penentu yang menjelaskan besar kecinya pengaruh nilai variable.
Berdasarkan hasil penilitian yang telah di lakukan diperoleh R=0,584 secara
positif menjelaskan terdapat hubungan yang kecil antara pembangunan infrastruktur
dengan pertumbuhan ekonomi dengan keeratan hubungan 58,4 persen, sedangkan
Koevisien diterminasi (R2) menunjukan bahwa pertumbuhan ekonomi Kabupaten
Aceh Barat sangat kecil dipenguruhi oleh pembangunan Infrastruktur, sedangkan
sisanya 66.9 persen yang dijelaskan oleh variable lain, diluar variable penelitian.
Hipotesis yang penulis ajukan bahwa pembangunan infrastruktur
berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, diperoleh dari hasi
thitung sebesar 3.438>ttabel1,853 hasil pengujian hipotesis secara persial (uji t)
dikarnakan nilai probabilitas lebih besar dari 0.005 (derajat signifikan) berarti Ho di
terima H1 ditolak. Disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang kecil pembanguan
infrastuktur terhadap pertumbuhan ekonomi kabupaten aceh barat.
Kata kunci : pembangunan Infrastruktur, Pertumbuhan Ekonomi.
v
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Skripsi : PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI
DIKABUPATEN ACEH BARAT
Nama Mahasiswa : DIWAN
Nim : 08C20101125
Program Studi : Ekonomi Pembangunan
Menyetujui Komisi
Pembimbing
Pembimbing Utama Pembimbing Anggota
Jufri, SE
Lilis Marlina, SE
Mengetahui :
Dekan Ketua Program Studi
Fakultas Ekonomi Ekonomi Pembangunan
Zulbaidi, MM Yayuk, EW, SE, M.Si
Tanggal : 13 Septeber 2014
vi
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI
Skripsi Dengan Judul
PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTUKTUR TERHADAP
PERTUMBUHAN EKONOMI DI KABUPATEN ACEH BARAT
Yang Disusun Oleh
Nama : Diwan
Nim : 08C20101125
FakultasEkonomi : Ekonomi
Program Studi : Ekonomi Pembangunan
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 13 September 2014 dan
dinyatakan memenuhi syarat untuk diterima.
SUSUNAN DEWAN PENGUJI
1. Abd. Jamal, SE,M.Si
(KetuaPenguji) ...........................................
2. Jufri, SE
(AnggotaPenguji I) ...........................................
3. Syahril, SE, M.Si
(AnggotaPenguji II) ...........................................
4. Elga Ekatri Yangti, SE
(AnggataPenguji III) ...........................................
Alue Peunyareng, 13 September 2014
Ketua Program Studi
Ekonomi Pembangunan
Yayuk EW, SE, M.Si
vii
RIWAYAT HIDUP
A. DATA PRIBADI
Nama : Diwan
TTL : Jambak, 14 mai 1990
Jenis Kelamin : Laki – Laki
Agama : Islam
No Hp : 085276164781
E-mail : [email protected]
B. PENDIDIKAN
2002 : SD Negeri Alue Lhok
2005 : SMP Negeri 5 Pante Cermin
2008 : SMA Negeri 3 Meulaboh
C. TRAINING/PELATIHAN
2007 : Training Komputer di profCom Meulaboh
2008 : Pelatihan HMI (Himpunan Mahasiswa
Islami) Cabang Meulaboh
D. ORGANISASI
Pengurus LDK (Lembaga Dakwah Kampus) Ekonom Pembangunan
Universitas Teuku Umar.
viii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pengaruh
Pembangunan Infrastruktur terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten
Aceh Barat” .
Selawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW, dan kepada sahabat
beliau sekalian yang telah berjuang menegakkan agama Islam membawa kita dari
alam kebodohan menuju kealam yang penuh dengan ilmu pengetahuan seperti yang
kita rasakan saat ini.
skripsi ini penulis susun dengan tujuan untuk memenuhi salah satu syarat
untuk menyelesaikan pendidikan sarjana di Faultas Ekonomi Universitas Teuku
Umar.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis telah mendapatkan begitu banyak
bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini peneliti
menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada yang terhormat :
1. Jufri, SE selaku ketua pembibing satu dan Ibu Lilis Marlina,SE selaku
Pembimbing anggota yang telah sangat banyak meluangkan waktu dalam
memberi bimbingan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini.
2. Ibu Yayuk,EW.SE.M.S.i Selaku Ketua Program Ekonomi Pembangunan
Universitas Teuku Umar
3. Bapak Zulbaidi, MM selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Teuku
Umar.
ix
4. Bapak Dewan Penguji yang terdiri dari Bapak Abd. Jamal, SE,M.Si, Bapak
Syahril, SE, M.Si, Bapak Jufri, SE, Lilis Marlina,SE, yang telah banyak
memberikan masukan dan saran kepada penulis hingga dapat menyelesaikan
skripsi ini
5. Seluruh Dosen dan Staf Pengajar serta Civitis Akademik Fakultas Ekonomi
Pembangunan Universitas Teuku Umar Meulaboh yang telah memberikan
dorongan serta saran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Bapak Prof. Dr. Djasman. J Ma`ruf, SE.,MBA. Selaku Rektor Universitas
Teuku Umar
7. Kepada Ayahanda dan Ibunda yang telah memberikan dorongan dan
semangat baik moril, materil, serta fasilitas dan do’a sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
Peneliti merasa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan dan
kesilapan. Untuk itu penulis mengharapkan kepada pembaca untuk memberikan
kritik dan saran yang sifatnya membangun agar dapat menyempurnakan skripsi ini.
Atas kritikan dan sarannya penulis mengucapkan terima kasih.
Meulaboh, 16 September 2014
Diwan
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL....................................................................................... i
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... ii
HALAMAN TUJUAN ....................................................................................... iii
ABSTRAK ........................................................................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING .............................................. v
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ........................................................ vi
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................ vii
MOTTO / PERUNTUKAN............................................................................... viii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ ix
DAFTAR ISI ....................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiv
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................... 4
1.3. Tujuan Penelitian ................................................................................ 4
1.4. Manfaat Penelitian .............................................................................. 4
1.4.1 Manfaat Teoritis ........................................................................ 5
1.4.2 Manfaat Praktis.......................................................................... 5
1.5. Sistematika Penulisan ......................................................................... 5
I. TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Pengertian Infrastruktur .......................................................................... 7 7
2.1.1. Pendekatan Pembangunan Infratruktur Nasional ...................... ..... 8
2.1.2. Pembanguna Infrastruktur Untuk Pengembangan Wilayah ...... 9
2.1.3. Konsep Tualisasi Peran Infrastruktur ......................................... 9
2.1.4. Pengaruh Pembanguna Infrastruktur Keterkaitan Timbal Balik
Antara Infrastruktur dan ekonomi .............................................. 10
2.2.Perkembangan ekonomi ....................................................................... 11
2.2.1. Definisi atau indikasi Perkembangan Ekonomi ......................... 11
2.3. Perbedaan Pertumbuhan Ekonomi Dan Pembangunan Ekonomi ..... 12
2.3.1. Pengertian Umum Pertumbuhan Ekonomi ................................ 12
2.3.2. Pembangunan Ekonomi .............................................................. 13
2.4.Teori Pertumbuhan Ekonomi ................................................................. 15
2.4.1 Aliran Klasik................................................................................. 16
2.5 Model Dan Strategi EkonomiWilayah .................................................. 18
2.5.1 Model Pembangunan Ekonomi Wilayah .................................... 21
2.6. Model Pembangunan I........................................................................... 22
2.6.1. Model Pembangunan II ............................................................... 22
2.6.2. Model Pembangunan III ............................................................. 23
2.6.4. Model Pembangunan IV ............................................................. 23
2.7. Strategi Pembangunan Wilayah ........................................................... 24
2.7.1. strategi Pembangunan Prasarana ................................................ 24
xi
2.8. Hipotesis ................................................................................................. 24
III. METODE PENELITIAN
3.1. Ruang Lingkup Penelitian ..................................................................... 25
3.2. Data Penelitian ....................................................................................... 25
3.2.1. Jenis Sumber Data ....................................................................... 25
3.2.2. Teknik pengumpulan data........................................................... 25
3.3. Model Analisis Data .............................................................................. 26
3.4.Devinisi Oprasional Variabel ................................................................. 27
3.5. Uji Hipotesis .......................................................................................... 28
IV. HASI DAN PEMBAHASAN 4.1 Statistik Deskriptif .................................................................................. 29
4.2 Pertumbuhan Infrastruktur ..................................................................... 29
4.3 Standar Deviasi Rata-Rata Dan Opsevasi ............................................. 32
4.4 Hasil Koefesiensi Dan diterminasi ........................................................ 33
4.4.1 Uji t (Uji Persial/individual) ........................................................ 35
4.5 Pembahasan Hasil ................................................................................... 35
V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1 simpulan .................................................................................................. 37
5.2 Saran ........................................................................................................ 38
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 39
LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................................ 41
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Perkembangan Realisasi Belanja Infrastruktur Kabupaten Aceh Barat ...... 29
2. Pertumbuhan Ekonomi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten
Aceh Barat Atas Dasar Harga yang Berlaku ................................................ 31
3. Standar Deviasi Rata – Rata Dan Opsevasi .................................................. 32
4. Hasil Koefisiensi Dan Diterminasi ............................................................... 33
5. Regresi Linier Sederhana Dan Uji Persial .................................................... 34
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Infrastruktur .............................................................................................. 41
2. Pertumbuhan Ekonomi............................................................................. 42
3. Hasil Regresi............................................................................................. 43
I. PENDAHULUAN
I.I Latar Belakang
Peningkatan dan pembangunan ekonomi menjadi prioritas terpenting
dalam visi dan misi Indonesia dimasa depan, agar bangsa ini menjadi negara yang
ikut andil dalam persaingan global. Pembenahan yang dilakukan guna perubahan
ekonomi bangsa ini agar pembangunan dapat tercapai dalam tahapan
pembangunan, baik jangka panjang, jangka menengah, dan jangka pendek.
Kedepan Indonesia akan menghadapi persaingan dan ketidakpastian global
yang makin meningkat, jumlah penduduk yang makin banyak, dan dinamika
masyarakat yang makin beraneka ragam. Untuk mewujudkan Visi Pembangunan
Nasional, perlu diteruskan hasil-hasil pembangunan yang sudah dicapai, seperti
peningkatan infrastruktur yang memadai, permasalahan yang sedang dihadapi dan
tantangannya ke depan dalam suatu konsep pembangunan jangka panjang, yang
mencakup berbagai aspek penting kehidupan berbangsa dan bernegara, yang akan
menuntun proses menuju tatanan kehidupan masyarakat dan taraf pembangunan
yang hendak dicapai. Dan permasalahan yang di hadapi sekarang adalah contoh
kasus yang dapat kita lihat kemacetan yang melanda di ibukota, ini diakibatkan
karena peningkatan industri otomotif yang dari tahun ke tahun nya terus
mengalami peningkatan dan ini tidak sebanding dengan peningkatan atau
pertumbuhan infrastruktur yang memadai.
Pembangunan infrastruktur dimasa mendatang perlu dibangun secara
optimal, sehingga integrasi serta konsolidasi dari pembangunan dapat secara
maksimal termanfaatkan dan dibangun dengan biaya seefisien mungkin. Hal ini
2
sangat penting untuk digarisbawahi mengingat kebutuhan yang begitu besar serta
membutuhkan penyebaran pembangunan yang juga luas, sehingga dibutuhkan
juga biaya yang cukup besar. Disamping itu perlu juga diingat bahwa
pembangunan infrastruktur yang berkelanjutan juga tidak hanya membutuhkan
biaya investasi yang besar, tetapi juga biaya operasi dan perawatan yang besar
dalam penggunaannya.
Infrastruktur memiliki peranan positif terhadap pertumbuhan ekonomi,
dalam jangka pendek pembangunan infrastruktur menciptakan lapangan kerja
sektor konstruksi. Dalam jangka menengah dan panjang infrastruktur akan
mendukung peningkatan efisiensi dan produktivitas sektor-sektor terkait.
Infrastruktur dapat menjadi jawaban bagi wilayah yang ingin mendorong
pertumbuhan ekonomi, karena ketersediaan infrastruktur dapat membantu
penanggulangan kemiskinan, meningkatkan kualitas hidup, mendukung
tumbuhnya pusat ekonomi dan meningkatkan mobilitas barang dan jasa serta
menurunkan biaya aktivitas investor dalam dan luar negeri.
Pembangunan infrastruktur merupakan salah satu aspek penting dan vital
untuk mempercepat proses pembangunan nasional. Infrastruktur juga memegang
peranan penting sebagai salah satu roda penggerak pertumbuhan ekonomi. Ini
mengingat gerak laju dan pertumbuhan ekonomi suatu negara tidak dapat
pisahkan dari ketersediaan infrastruktur seperti transportasi, telekomunikasi,
sanitasi, dan energi. Oleh karena itu, pembangunan sektor ini menjadi pondasi
dari pembangunan ekonomi selanjutnya.
infrastruktur merupakan roda penggerak pertumbuhan ekonomi. Dari
alokasi pembiayaan publik dan swasta, infrastruktur dipandang sebagai lokomotif
3
pembangunan nasional dan daerah. Secara ekonomi makro ketersediaan dari jasa
pelayanan infrastruktur mempengaruhi marginal productivity of private capital,
sedangkan dalam konteks ekonomi mikro, ketersediaan jasa pelayanan
infrastruktur berpengaruh terhadap pengurangan biaya produksi. Infrastruktur juga
berpengaruh penting bagi peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan manusia,
antara lain dalam peningkatan nilai konsumsi, peningkatan produktivitas tenaga
kerja dan akses kepada lapangan kerja, serta peningkatan kemakmuran nyata dan
terwujudnya stabilisasi makro ekonomi, yaitu keberlanjutan fiskal,
berkembangnya pasar kredit, dan pengaruhnya terhadap pasar tenaga kerja (Abdul
Haris 2002, h. 3).
Belanja infrastruktur di daerah juga dapat dikatakan sangat kecil,
walaupun sejak dilakukannya desentralisasi/otonomi daerah, pengeluaran
pemerintah daerah untuk infrastruktur meningkat, sementara pengeluaran
pemerintah pusat untuk infrastruktur mengalami penurunan yang drastis. Ini
merupakan suatu persoalan serius, karena walaupun pemerintah pusat
meningkatkan porsi pengeluarannya untuk pembangunan infrastruktur, sementara
pemerintah daerah tidak menambah pengeluaran mereka untuk pembangunan
infrastruktur di daerah masing-masing.
Infrastruktur merujuk pada sistem fisik yang menyediakan transportasi,
pengairan, drainase, bangunan-bangunan gedung dan fasilitas publik yang lain
yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia dalam lingkup sosial
dan ekonomi. Sistem infrastruktur merupakan pendukung utama fungsi-fungsi
sistem sosial dan ekonomi dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Sistem
infrastruktur dapat didefinisikan sebagai fasilitas-fasilitas atau struktur-struktur
4
dasar, peralatan-peralatan, instalasi-instalasi yang dibangun dan yang dibutuhkan
untuk berfungsinya sistem sosial dan sistem ekonomi masyarakat (Saptowasono,
2007, h 3)
Dilihat dari potensi yang ada di Kabupaten Aceh Barat maka dipandang
perlu untuk pembangunan infrastruktur yang bisa menjamin dan meningkatkan
perkembangan ekonomi wilayah, pembangunan infrastruktur salah satu tolak ukur
dari perkembangan ekonomi daerah, artinya dengan peningkatan pembangunan
infrastruktur maka secara tidak langsung perkembangan ekonomi juga akan
meningkat. melihat dari realita yang ada di Aceh Barat terus terbenah dari segi
infratruktur, baik dalam pembangunan jalan, jembatan, gedung-gedung, dan
fasilitas-fasilitas lainnya yang gunanya untuk peningkatan penerimaan daerah dan
juga perkembangan ekonomi di daerah.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka peneliti tertarik dan
berkeinginan untuk meneliti tentang Pengaruh Pembangunan Infrastruktur
Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Aceh Barat.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana pengaruh pembangunan infrastruktur terhadap pertumbuhan
ekonomi Kabupaten Aceh Barat
1.3 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pengaruh pembangunan infrastruktur terhadap
pertumbuhan ekonomi Kabupaten Aceh Barat.
5
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
a. Bagi Penulis
Menambah wawasan bagi penulis sebagai bahan perbandingan antara teori
yang telah dipelajari di kampus dengan praktek yang telah diterapkan.
b. Bagi Lingkungan Akademik
Menjadikan sebagai bahan referensi mahasiswa-mahasiswi di lingkaran
kampus agar dapat membantu proses perkuliahan.
1.4.2. Manfaat Praktis
Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah Kabupaten Aceh Barat
dalam meningkatkan perkembangan pembangunan infrasruktur, untuk menjadi
wilayah yang berkelanjutan dan sebagai visi dan misi Diwilayah Kabupaten Aceh
Barat.
1.5 Sistematika Pembahasan
Dalam bagian pertama merupakan Pendahuluan yang berisi tentang latar
belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, mamfaat penelitian, dan
sistematika pembahasan.
Bagian kedua berisi tentang Tinjauan Pustaka dari penilitian ini yang
berisi tentang Infrastruktur, perkembanagan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi,
Pertumbuhan ekonomi dan pembangunan ekonomi, perbedaan antara
pertumbuhan ekonomi dan pembangunan, Pembangunan Ekonomi: Pertumbuhan
Ekonomi Tambah Perubahan ekonomi, model pembangunan, strategi
pembangunan ekonomi wilayah, dan hipotesis.
6
Bagian ketigan merupakan Metode Penelitian yang membahas tentang,
Data Penelitian, Jenis Sumber Data, Teknik Penggumpulan Data, Model Analisis
Data, Definisi Operasional Variabel, dan Pengujian Hipotesis.
Pada bagian ke iv Merupakan Hasil dan Pembahasan, Stastistik Deskriptif
Variabel Penelitian, pertumbuhan Infrastrutur, Standar Deviasi Rata – Rata
Opsevasi, Hasil Koefesiensi Dan Diterminasi, Uji t(Uji Persial/individual, dan
Pembahasan Hasil. Pada Bagian v merupakan, Simpulan Dan Saran – Saran.
7
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Infrastruktur
Infrastruktur merupakan prasarana publik paling primer dalam mendukung
kegiatan ekonomi suatu negara, dan ketersediaan infrastruktur sangat menentukan
tingkat efisiensi dan efektivitas kegiatan ekonomi. Pembangunan infrastruktur
adalah merupakan sesuatu yang seharusnya menjadi kewajiban Pemerintah.
Keberadaan infrastruktur sangat penting bagi pembangunan, sehingga pada tahap
awal pembangunan disuatu negara hal tersebut akan dipikul sepenuhnya oleh
Pemerintah, yaitu dari APBN murni (Amrullah,2003. h. 9)
Pada saat itupun infrastruktur masih bersifat sebagai pure public good,
dengan dua ciri pokok yaitu non-rivalry (masyarakat pengguna tidak saling
bersaing) dan non-excludable (siapapun dapat menggunakannya, tidak hanya
sekelompok masyarakat tertentu). Pada tahap selanjutnya akan berkembang
menjadi semi public good (sudah mulai bersaing). Data empiris menunjukkan
hubungan yang kuat antara ketersediaan infrastruktur dasar dengan pendapatan
perkapita masyarakat di berbagai negara. Dan permintaan terhadap pelayanan
infrastruktur akan meningkat pesat seiring dengan pertumbuhan ekonomi suatu
negara. Permasalahannya justru peningkatan permintaan ″diimbangi″ dengan
penurunan kemampuan Pemerintah.
Pertumbuhan ekonomi yang pesat akan berakibat pada semakin
meningkatnya kebutuhan prasarana dan sarana sosial ekonomi, kekurang
mampuan penyediaan sarana dan prasarana perkotaan yang dapat mengakibatkan
banyaknya kerugian antara lain :
8
1. kemacetan lalu lintas
2. polusi lingkungan
3. ketidaknyamanan hidup
4. persaingan usaha, dll (Bappenas, 2010, h 39).
2.1.1 Pendekatan Pembangunan Infrastruktur Nasional
Infrastruktur memegang peranan penting dan vital dalam mendukung
ekonomi, sosial-budaya, kesatuan dan persatuan terutama sebagai modal sosial
masyarakat dalam memfasilitasi interaksi dan komunikasi di antara kelompok
masyarakat serta mengikat dan menghubungkan antar daerah yang ada di
Indonesia. Secara umum pengembangan infrastruktur sumber daya air ditujukan
untuk mendukung program ketahanan pangan dan penyediaan air untuk berbagai
keperluan masyarakat seperti air minum pembangkit tenaga listrik dan
pengendalian banjir yang pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Demikian pula infrastruktur lainnya seperti jalan,
jembatan, PSD permukiman yang merupakan modal esensial masyarakat dalam
memenuhi kebutuhan sosial-ekonominya. Di samping itu, infrastruktur juga
berperan vital dalam mendukung daya saing ekonomi global terutama dalam
penyediaan jaringan distribusi, sumber energi maupun input produksi lainnya.
Jaringan jalan misalnya, merupakan fasilitas yang menghubungkan sumber-
sumber produksi, pasar dan para konsumen, yang secara sosial juga merupakan
bagian ruang publik yang dapat digunakan untuk melakukan sosialisasi antar
kelompok masyarakat guna mengartikulasikan diri dan membangun ikatan sosial-
budaya. Dalam konteks yang lebih luas, jaringan jalan juga dapat berfungsi
9
sebagai pengikat dan pemersatu wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI) sebagai suatu entitas politik yang berdaulat.
2.1.2 Pembangunan Infrastruktur untuk Pengembangan Wilayah
Alam pengembangan kawasan yang berorientasi ekonomi, pusat-pusat
kegiatan yang membentuk kota metropolitan membutuhkan jaringan infrastruktur
yang dapat memberikan pelayanan terhadap aktivitas ekonomi yang ada dan
menjadi kekuatan pembentuk struktur ruang pada kawasan tersebut. Konsep kota
Metropolitan merupakan suatu bentuk permukiman berskala besar yang terdiri
dari satu atau lebih kota besar dan kawasan yang secara keseluruhan terintegrasi,
membentuk suatu sistem struktur ruang tertentu dengan satu atau lebih kota besar
sebagai pusat dalam keterkaitan ekonomi dan sosial, dan mempunyai kegiatan
ekonomi jasa dan industri yang beragam. Untuk itu pada kawasan Metropolitan,
baik yang berbentuk monosentris maupun polisentris, jaringan jalan yang ada
harus dapat memfasilitasi mobilitas dan kebutuhan pergerakan kendaraan baik
dari kota pusat ke kota satelit maupun di antara kota satelit yang ada. Pola
jaringan jalan yang dikembangkan sebaiknya terdiri dari jaringan jalan radial dan
jaringan jalan lingkar yang merupakan pola jaringan yang paling efisien untuk
kota berukuran cukup besar dan memiliki kecenderungan penyebaran pusat-pusat
kegiatan (Hermanto, 2009, h 40).
2.1.3 Konseptualisasi Peran Infrastruktur
Infrastruktur memiliki peran yang luas dan mencakup berbagai konteks
dalam pembangunan, baik dalam konteks fisik-lingkungan, ekonomi, sosial,
budaya, politik, dan konteks lainnya. Salah satu infrastruktur yang besar perannya
dalam pengembangan dan pembangunan ruang, baik dalam lingkup negara
10
ataupun lingkup wilayah adalah infrastruktur transportasi. Transportasi adalah
infrastruktur yang mampu menciptakan mobilitas sosial dan ekonomi masyarakat
(barang dan manusia/penumpang), dan menghubungkan resources dan hasil
produksi ke pasar (perdagangan/ trade). Transportasi ini pun berdampak pada
kesejahteraan masayarakat seperti, perdagangan antar wilayah, perluasan pasar,
terciptanya kompetisi, dan penyebaran pengetahuan, dan meningkatnya
aksesibilitas penduduk terhadap sarana pendidikan dan kesehatan dimana pada
akhirnya akan meningkatkan pula kualitas kesehatan dan pendidikan masyarakat.
2.1.4 Pengaruh Infrastruktur Keterkaitan Timbal Balik Antara
Infrastruktur Dan Ekonomi
Keterkaitan antara infrastruktur dan ekonomi sudah lama menjadi
perbincangan bagi para pengambil kebijakan. Bagi para penentu kebijakan,
pengembangan dan pembangunan prasarana sudah tentu diharapkan akan menjadi
driving force bagi pengembangan ekonomi. Sedangkan dalam ranah akademis,
keterkaitan antara keduanya masih menjadi bahan perdebatan. Dalam World
Development Report tahun 1994 dinyatakan bahwa keterkaitan antara investasi
pada infrastruktur dan pertumbuhan ekonomi belum merupakan suatu
keniscayaan. Artinya, apakah investasi di infrastruktur menyebabkan
pertumbuhan ekonomi atau apakah pertumbuhan ekonomi menyebabkan
tumbuhnya investasi di infrastruktur belum sepenuhnya dapat dijelaskan
(established).
Dalam ketekaitan antara infrastruktur dan ekonomi, penelitian Badan
Litbang Departemen Perhubungan bekerjasama dengan LPPM ITS pada tahun
2004 menunjukan, hasil uji Granger causality dengan menggunakan data tahun
11
1999-2003 yang dilakukan dengan basis wilayah pulau besar menyatakan bahwa
terdapat hubungan kausalitas antara infrastruktur transportasi dan ekonomi, dan
terdapat diferensiasi hubungan kausalitas antara tiap pulau besar tersebut
(Setiawan,2006, h 9).
2.2 Perkembangan Ekonomi
Istilah perkembangan ekonomidigunakan secara bergantian dengan istilah
seperti pertumbuhan ekonomi, kesejahteraan ekonomi, kemajuan ekonomi dan
perubahan jangka panjang. Akan tetapi beberapa para ahli ekonomi tertentu,
seperti Schumpoter dan Nyonya Ursala Hicks, telah menarik perbedaan yang lebih
lazim antara perkembangan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi. Perkembangan
ekonomi mengacu pada masalah negara terbelakang sedangkan pertumbuhan
ekonomi masalah negara maju. Perkembangan menurut Schumpoter, adalah
perubahan spontan dan terputus-putus dalam keadaan stasioner yang senantiasa
mengubah dan menggantikan situasi keseimbangan yang ada sebelumnya.
Sedangkan pertumbuhan adalah perubahan jangka paanjang secara perlahan dan
mantap yang terjadi melalui kenaikan tabungan dan penduduk.
2.2.1 Definisi Atau Indikasi Perkembangan Ekonomi
Perkembangan ekonomi didefinisikan Dalam tiga cara:
1. Perkembangan ekonomi harus diukur dalam arti kenaikan pendapatan
nasional nyata dalam suatu jangka waktu yang panjang. Jadi didalam indikasi
perkembangan ekonomi ini, kelonggaran harus di berikan pada perubahan
dalam pendapatan nasional nyataakibat pasang naik siklus dan pada
perubahan dalam nilai uang serta pertumbuhan penduduk. Disamping itu ada
12
pula kesulitan konsepsi dalam mengaitkan pengukuran pendapatan nasional
dinegaranegara terbelakang yang akan dikaji dengan pendapatan perkapita.
2. Berkaitan dengan kenaikan pendapatan nyata per kapita dalam jangka
panjang. Para ekonomi berpendapat sama dalam mendefinisikan
pembangunan ekonomi dalam arti kenaikan pendapatan atau output nyata
perkapita. Menurut Buchanan dan Ellis, perkembangan berati
mengembangkan potensi pendapatan nyata negara-negara terbelakang dengan
menggunakan investasi yang akandilahirkan berbagai perubahan dan
memperbasar sumber-sumber produktif yang pada giliranya menaikan
pendapatan nyata per orang.
3. Ada kecenderungan untuk mendefinisikan perkembangan ekonomidari titik
tilik kesejahteraan ekonomi. Umpama perkembanga ekonomi dipandang
suatu proses dimana pendapatan nasional nyata perkapita naik dibarengi
penurunan kesejahteraan pendapatan dan pemenuhan keinginan masyarakat
secara keseluruhan (Jhingan, 2008 h 4 ).
2.3 Perbedaan Antara Pertumbuhan Dan Pembangunan Ekonomi
2.3.1 Pengertian Umum Pertumbuhan Ekonomi
Didalam banyak buku, walaupun telah di bedakan arti pertumbuhan dan
pembangunan ekonomi, pada ahirnya istilah itu akan sering digunakan secara silih
berganti. Namun demikian secara umum kedua istilah tersebut sering dibeda
artikan. Kebanyakan literatur ekonomi mengartikan pertumbuhan ekonomi
sebagai suatu ukuran kuantitatif yang menggambarkan perkembangan suatu
perekonomian dalam suatu tahun tertentu apabila dibandingkan dengan tahun
sebelumnya (Sukirno, 2006, h 10).
13
2.3.2 Pembangunan Ekonomi
Istilah pembangunan ekonomi digunakan secara bergantian dengan istilah
seperti pertumbuhan ekonomi, kesejahtraan ekonomi, kemajuan ekonomi, dan
perubahan jangka panjang. Pembangunan ekonomi mengacu pada masalah
negara/masyarakat yang sedang membangun, sedangkan pertumbuhan mengacu
pada masalah negara maju.
Menurut Schumpeter didalam Jhingan ML (h. 10, 2008), pembangunan
ekonomi adalah perubahan spontan dan terputus-putus dalam keadaan stasioner
yang senantiasa mengubah dan menganti situasi keseimbangan yang ada
sebelumnya. Sedangkan pertumbuhan adalah jangka panjang secara perlahan dan
mantap yang terjadi melalui kenaikan tabungan dan penduduk. Menurut bonne,
“pembangunan memelukan dan melibatkan semacam pengarahan, pengaturan, dan
pedoman dalam rangka menciptakan kekuatan-kekuatan bagi perluasan dan
pemeliharaan, sedangkan ciri pertumbuhan spontan merupakan ciri perekonomian
maju dengan kebebasan usaha.
Pembangunan ekonomi didefiniskan dalam tiga pengertian sebagai berikut
1. Pembangunan ekonomi harus di ukur dalam arti kenaikan pendapatan
nasional riil dalam suatu jangka waktu yang panjang. Definisi ini tidak
memuaskan , karena tidak mempertimbangkan berbagai perubahan misalnya
pertumbuhan penduduk. Jika suatu kenaikan dalam pendapatan nasional riil
dibarengi dengan pertumbuhan penduduk yang lebih cepat, maka yang terjadi
bukan kemajuan tetapi adalah sebaliknya yaitu kemunduran.
2. Prof.meier mendefinisikan pembangunan ekonomi “sebagai proses kenaikan
pendapatan riil perkapita dalam suatu jangka waktu yang panjang”. Prof.
14
baran membenarkan “pertubuhan “atau pembangunan” ekonomi adalah
kenaikan output perkapita barang-barang material dalam suatu jangka waktu”.
Definisi diatas menekan kan bahwa pembangunan ekonomi mencerminkan
oleh tingkat pendapatan riil lebih tinggi dibandingkan tinkat pendapatan
penduduk.
3. Ada kecenderungan untuk mendefinisikan pembangunan ekonomi dilihat dari
tingkat kesejahtraan ekonomi. Misalnya pendapatan nasional riil perkapita
naik dibarangi dengan penurunan kesenjangan pendapatan dan pemenuhan
kebutuhan masyarakat secara keseluruhan.
Ada definisi lain yang menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi
(ekonomic growth) adalah peningkatan dalam kapasitas suatu bangsa jangka
panjang, untuk memproduksi aneka barang dan jasa bagi rakyatnya. Aneka ini
bertumpu pada kemajuan teknologi produksi. Secara konvensional pertumbuhan
di ukur dengn kenaikan pendapatan nasiona (PNB atau GNP) perkapita.
Pembangunan (devolopment) adalah suatu konsep yang lebih luas. Konsep
ini mencakup pula modernisasi kelembagaan, baik yang bersifat ekonomi maupun
yang bukan ekonomi, seperti pemerintah, kota, desa, cara berfikir, tidak saja yang
berkenan dengan tujuan agar dapat memproduksi secara efisien, melainkan juga
agar mengkomsumsi secara rasional dan hidup lebih baik. Kesmuanya itu
membuka jalan bagi pertumbuhan ekonomi dan mendahului atu berbarengan
dengan perubahan sosial. Pembangunan merupakan suatu proses pertumbuhan
yang terus menerus menuju perbaikan disegala bidang kehidupan masyarakat
dengan bersandar pada seperangkat nilai- nilai yang dianutnya yang mengarahkan
mereka untuk mencapai keadaan dan tingkat kehidupan yang didambakan.
15
Pembangunan hendaknya diarahkan pada pengembanganpotensi sumber
daya, inisiatif, daya kreasi, dan kepribadian dari setiap warga masyarakat. Dalam
proses ini, pada hakekatnya merupakan proses transportasi sosial, maka perlu
dipelihara “pertimbangan segitiga” antara perubahan, ketertiban, dan keadilan,
dengan cara tertentu yang akan memperkokoh kebebasan manusia dalam
masyarakat
Pembangunan ekonomi hanya merupakan suatu sub sistem dari suatu
proses pembangunan. Makna pertumbuhan ekonomi tidak terbatas pertumbuhan,
pertumbuhan saja tidak cukup. Pembangunan ekonomi tidak akan dapat
memberikan hasil yang berarti bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat tanpa
disertai dengan pembangunan diberbagai bidang dan disektor lain. Demikian pula
denga pengertian pembanguan (Muhyadi, 2004, h, 3)
2.4 Teori Pertumbuhan Ekonomi
Didalam melaksanakan pembangunan ekonomi di perlukan landasan teori
yang mampu menjelaskan hubungan korelasi antara fakta-fakta yang diamati,
sehingga dapat merupakan kerangka orientasi untuk analisis dan membuat
ramalan terhadap gejala-gejala baru yang akan diperkirakan akan terjadi
pembangunan wilayah regional merupakan fungsi dari potensi sumber daya alam,
tenaga kerja dan sumber daya manusia, investasi modal,sarana dan prasarana,
transportasi dan komunikasi, komposisi industri, teknologi, situasi ekonomi, dan
perdagangan antar wilayah, kemampuan pendanaan dan pembiayaan
pembnagunan daerah, kewirausahaan, kelembagaan daerah dan lingkungan
pembangunan secara luas, semua faktor diatas adalah penting, tetapi masih
16
dianggap terpisah-pisah untuk sama lain, dan belum menyatu sebagai komponen
yang membentuk basis untuk penyususnan teori pembangunan wilayah (regional)
secara komprehensif (Mukhsin 2011, h. 19)
2.4.1 Aliran Klasik
Aliran klasik muncul pada akhir abad ke-18 di pelopori oleh Adam Smith
yang di anggap sebagai bapak ekonomi, berpendapat bahwa pertumbuhan
ekonomi disebabkan karena faktor kemajuan teknologi dan perkembangan jumlah
penduduk. Kemajuan teknologi tergantung pada pembentukan modal dengan
adanya akumulasi modal akan memungkinkan dilaksakan spesialisasi atau
pembagian kerja sehingga produktifitas tenaga kerja dapat ditingkatkan.
Dampaknya akan mendorong penambahan investasi (pembentukan modal) dan
persediaan modal (capital stock), yang selanjutnya diharapkan akan meningkatkan
kemajuan teknologi dan menambah pendapatan, bertambahnya pendapatan berarti
meningkatnya kemakmuran (kesejahteraan) penduduk, peningkatan kemakmuran
mendorong bertambahnya jumlah penduduk, bertambahnya jumlah penduduk
menyebabkan berlakunya hukum pertambahan hasil yang semakin berkurang (law
of diminishing returns), yang selanjutnya akan menurunkan akumulasi modal.
Doktrin atau semboyan aliran klasik adalah (laisser fair laisser passer) atau
persaingan bebas. Artinya pemerintah tidak campur tangan dalam perdagangan
dan perekonomian.
Pemikiran dan pandangan beberapa tokoh atau pengikut aliran klasik dapat
dikemukakan yaitu : menurut Adam Smith untuk berlangsungnya perkembangan
ekonomi diperlukan adanya spesialisasi atau pembagian kerja agar produktifitas
tenaga kerja meningkat. Spesialisasi dalam proses produksi akan meningkatkan
17
keterampilan tenaga kerja, untuk selanjutnya akan mendorong ditemukannya alat-
alat atau mesin-mesin baru yang pada akhirnya dapat mempercepat dan
meningkatkan produksi, yang berarti meningkat kemakmuran, kesejahtraan
penduduk pembangunan dan pertumbuhan itu bersifat akumulatif artinya akan
berlangsung terus dan semakin meningkat, bila ada pasar yang cukup besar dan
ada akumulasi modal akan mendorong pembagian kerja dan meningkatnya
pendapatan nasional dan meningkatnya jumlah penduduk, penduduk selain
merupakan pasar karena pendapatannya meningkat, merupakan pula sumber
tabungan yang digunakan sebagai akumulasi modal, dan selanjutnya akan
mendorong pertumbuhan semakinmeningkat.
David berpendapat, bila akumulasi penduduk dan akumulasi modal
bertambah terus menerus, maka ketersediaan tanah (lahan) yang subur menjadi
kurang jumlanya atau semakin langka. Maka akibatnya sewa tanah yang subur
akan lebih tinggi dari pada tanah yang kurang subur. Perbedaan tingkat sewa
tanah adalah karena perbedaan adalah karena perbedaan tingkat kesuburan tanah.
Pengelola tanah yang subur akan memperoleh penghasilan dan keuntungan yang
tinggi sehingga mampu untuk membayar sewa tanah yang tinggi. (Mukhsin 2011,
h. 20)
Menurut Robert, kenaikan jumlah penduduk yang secara terus menerus
konsekuwensinya adalah permintaan akan bahan pangan semakin meningkat.
Tingkat pertumbuhan penduduk mengikuti deret ukur, sedangkan tingkat
pertumbuhan bahan pangan mengikuti deret hitung artinya akan terjadi (gap) atau
ketimpangan yang semakin besar antara jumlah penduduk dan jumlah bahan
pangan yang dibutuhkan. Hal ini berdampak terhadap semakin menurunnya
18
tingkat kemakmuran (kesejahteraan) penduduk. Malthus lebih realitas dalam
menganalisa pertumbuhan penduduk, menurut Malthus pertumbuhan penduduk
saja tidak cukup untuk berlangsungnya pembangunan ekonomi, malahan
pertumbuhan penduduk adalah akibat dari proses pembangunan. Sebagai mana
yang di tulis Malthus “pertambahan penduduk tidak bisa terjadi tanpa peningkatan
kesejahtraan yang sebanding, jika tingkat akumulasi modal meningkat,
permintaan atas tenaga kerja juga meningkat, kondisi demikian mendorong
pertumbuhan penduduk. Akan tetapi pertumbuhan penduduk saja tidak akan
meningkatkan kesejahtraan hanya bila pertumbuhan tersebut meningkatkan
permintaan efektif. Peningkatan pada permintaan efektif akan akan menyebabkan
meningkatnya kesejahtraan (Jhingan 2006, h. 98)
2.5 Model dan Strategi Ekonomi Wilayah
Masalah pokok ekonomi secara umum (nasional ekonomi atau lokal)
mencakup pilihan-pilihan yang berkaitan komsumsi, produksi, distribusi, dan
pertumbuhan. Semua satuan ekonomi, baik individu ataupun negara dan
masyarakat,selalu menghadapi maslah tersebut.
1. komsumsi.dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, anggota masyarakat akan
menentukan jenis barang dan jasa yang hendak mereka komsumsi. Pilihan itu
sangat beragam, mulai dari pangan, sandang, pemukiman, sampai kepada
kebutuhan kesehatan, pendidikan, transportasi, rekreasi, dan lainnya.
2. Produksi. Barang dan jasa dapat diproduksi dengan menggunakanberbagai
cara produksi, tergantung dari tingkat dan skala produksinya. Membangun
jalan dapat dilakukan dengan menggunakan pasir dan kerikir saja (berkulitas
“asal lewat saja” atau ALS), atau dengan mencampur bahan-bahan ini dengan
19
aspal (hot mik) atau semen (boton). Pembangunannya dapat dilakukan dengan
mengarahkan banyak orang yang khusus dan tenaga manusia yang sedikit
saja. Tinkat teknologi akan digunakan untuk menentukan batas pilihan
produksi, demikian pula pilihan komsumsi.
3. Distribusi. Barang yang diproduksi akan didistribusikan kepada penduduk
yang membutuhkan yang terbesar diseluruh daerah. Distribusi barang dapat
dilakukan dengan beberapa cara, mengunakan sarana angkutan darat, laut
atau udara, dan memilih yang cpat, terjamin keselamatannya, murah dan
nyaman.
4. Pertumbuhan. Kehidupan masyarakat tidak hanya untuk saat sekarang (jangka
pendek) tapi juga untuk masa yang akan dating (jangka panjang). Penduduk
bertambah jumlahnya, mamfaat sumber daya alam ditingkatkan dengan
menggunakan teknologi yang lebih maju untuk mencapai tingkat kesejahtraan
masyarakat yang lebih tinggi. Berarti melakukan pertumbuhan. Pertumbuhan
dapat dilakukan dengan menggunakan teknologi tepat guna untuk teknologi
canggih, dapat pula bersifat padat tenaga kerja atau padat modal (sukirno,
2006 h 27)
Masalah utama lainnya yang dihadapi pembangunan wilayah adalah
keterbelakangan ekonomi. Upaya masyarakat dibanyak wilayah dalam
memamfaatkan atau mengolah sumber daya alamnya belum berhasil sepenuhnya,
faktor utamanya karena sebagian dari pendukungnya masih relatif terbelakang
secara ekonomi (economically backwardness) dalam arti bahwa kapasitas
(kualitas) penduduk sebagai faktor produksi adalah rendah, yang tercermin dari
produktifitas tenaga kerja yang rendah dan mobilitas factor yang terbatas.
20
Produktifitas tenaga kerja yang rendah pada umumnya karena:
a. Derajat kesehatan yang rendah
b. Tingkat pendidikan yang rendah
c. Pelatihan yang terbatas
d. Hambatan terhadap mobilitas antara pekerjaan, dan
e. Rendahnya kinerja (prestasi kerja).
Meskipun produktifitas rendah namun pembangunan yang dilaksanakan di
daerah-daerah terbelakang (tertinggal) ekonominya ternyata telah menunjukkan
keberhasilan yang positif. Namun sebagian penduduk masih mempunyai gaya
hidup tradisional, pandangannya masih berjangka pendek (short-sighted), kurang
berorientasi kepada masa depan dan pembangunan yang berkelanjutan
(sustainable devolopment) meskipun mempunyai keterampilan yang belum
dimamfaatkan secara optimal, akan tetapi kurang memiliki kemauan dan daya
dorong untuk melakukan perubahan untuk mencapai kemajuan ekonomi
masyarakat lokal.
Masih kurang dinamisnya sebagian masyarakat lokal adalah berkaitan
dengan nilai kultural masyarakat. Untuk mendinamisasi hasrat dan semangat
masyarakat untuk melakukan perubahan, maka harus dilakukan pembangunan
yang multi dimensional dan multi sektoral, bukan hanya dalam bidang ekonomi,
tetapi harus pula melipti bidang sosial-budaya, bukan hanya bersifat fisik, tetapi
juga bersifat mental spritual, yang dilakukan secara serentak dan serampak,
artinya dilakukan secara bersama-sama meliputi seluruh bidang dan sektor.
21
Dari masalah-maslah diatas, inplikasinya dalam lingkup regional yaitu
terlihat ketimpangan atau kesenjangan antar sub wilayah yang maju dengan sub
wilayah yang kurang maju. Ketimpangan atau kesenjangan tersebut akan
menimbulkan kesenjangan saling keterkaitan (interrelationship) dan saling
ketergantungan (interdependency) ketimpangan atau kesejangan antar daerah (sub
wilayah) harus dikurangi menjadi sekecil mungkin. Daerah yang relatif maju
tingkat pertumbuhannya dikendalikan agar tidak terlalu tinggi sedangkan daerah
yang kurang maju didorong agar tingkat pertumbuhan lebih tinggi. Daerah yang
terisolasi, yang terpencil, yang terletak dipembatasan, dan daerah-daerah tertiggal
(yang memiliki sumber daya alamnya yang terbatas), demikian pula daerah-
daerah yang padat penduduknya maupun yang kurang penduduknya, kesemuanya
seharusnya diberi perhatian untuk dikembangkan secara proporsional (Sukirno,
2006 h 39).
2.5.1 Model Pembangunan Ekonomi Wilayah
Model pembangunan diartikan sebagai kerangka berfikir yang obyektif
dan rasional berdasarkan konsep, teori dan paradigma dalam bentuk konstruksi
strategis guna memecahkan berbagai masalah bagi kepentingan masyarakat.
Model pembangunan dapat dilihat berbagai demensi, dilihat dari berbagai
dimensi, dilihat dari dimensi poliik, ekonomi, sosial, budaya, administrasi dan
lainnya. Berdasarkan perkembangannya, model pembangunan ekonomi yang
banyak digunakan oleh negara-negara berkembang adalah sebagai berikut:
a. Model I, menitik beratkan pada pertumbuhan prodak domestic (PDB) yang
berkembang pada dekade 1950-an dan 1960-an.
22
b. Model II, menitik beratkan pada pemerataan dan pemenuhan pada kebutuhan
pokok yang berkembang pada dekade 1970-an.
c. Model III, menitik beratkan pada pembangunan kualitas sumber daya
manusia (SDM) yang berkembang pada dekade 1980-an.
d. Model IV, yang berkembang pada abat ke-20 dan memasuki abat ke-21,
dimana dunia mengalami perubahan yang sangat mendasar, yaitu memasuki
era globalisasi dan liberalisasi perdagangan bebas dan persaingan bebas antar
Negara akan menjadi ketat, maka diperlukan penguatan daya saing ekonomi
masing-masing wilayah.
2.6 Model pembangunan I
Model pembangunan I ini berorientasi pada peningkatan pertumbuhan
produk domestik regional bruto (PDRB). Strategi perencanaan pembangunan yang
digunakan dalam model ini mendapat pengaruh kuat dari teori Harrod-domar dan
tahapan pertumbuhan rostow. Model pertumbuhan Harrod-domar dapat digunakan
untuk anlisis pertumbuhan regional dengan menghitungkan perpindahan modal
dan tenaga kerja antar regional.
2.6.1 Model Pembangunan II
Kritik terhadap kelemahan model pembangunan I telah mendorong
munculnya model pembangunan II, model pembangnan Ilebih menekan pada
aspek ekonomi, dengan modernisasi dan industrialisasi yang kurang seimbang
telah menimbulkan pengangguran, kemiskinan,dan ketidakmerataan. Strategi
pembangunan yang menekankan pada pertumbuhan ekonomi yang mengabaikan
pada aspek sosial, lingkungan dan kelembagaan, tidak menjangkau lapisan
23
masyarakat yang miskin (terbawah). Ternyata mamfaat pertumbuhan tidak
merembes (menyebar) kebawah keberbagai lapisan masyarakat, yang miskin.
2.6.2 Model Pembngunan III
Model pembangunan III lebih menekan pada kegiatan aparatur pemerintah
yang bertanggung jawab dan berupaya membangkikan kesadaran dan kemampuan
intanmsi dan individual daqn kolektif. Manajemen dan administrasi pemerintahan
dianggap mempunyai peranan menentukan dalam pelaksanaan model
pembangunan III yang berorientasi pada peningkatan kualiatas sumber daya
manusia (SDM) sebagai “community based resources development”.
Peningkatan kualitas sumberdaya manusia diarahkan kepada pembentukan
kemampuan masyarakat yang di arahkan kepada :
a. Secara bertahap ,prakarsa dan proses pengambilan keptusan untuk
pembangunan diserahkan kepada masyarakat.
b. Peningkatan kemampuan masyarakat untuk mengelola dan memobolisasi
sumber daya pembangunan.
c. Pemamfaatan potensi sumber daya lokal secara optimal.
d. Pengembangan jaringan kerja secara terkoordisi antara aparat pemeritah,
lembaga-lembaga swasta, dan masyarakat secara luas.
2.6.3 Model Pembangunan IV
Model pembangunan ini muncul bersamaan dengan perkembangan dan
kemajuan bidang transportasi yang sangat pesat sehingga mendorong
berkembangnya, perdagangan antar wilayah yang lebih intensif dan interaktif
secara luas. Model pembangunan ini menekan pada peningkatan daya saing dan
24
ketahanan manajemen pemerintahan dan pembangunan dan mampu menghadapi
perkembangan dan tantangan.
2.7 Strategi Pembangunan Ekonomi Wilayah
Agar berkembang dengan cepat dan selaras dengan potensi sumber daya
yang dimiliki dan sasaran ekonomi dan sosial yang telah ditetapkan, strategi
apakah yang harus ditetapkan oleh suatu wilayah. Pertanyaan tersebut adalah
pertanyaan pada akhirnya ditunjukkan pada pemerintah daerah, merupakan
pemegang kekuasaan untuk mengambil keputusan menentukan kebijakan
pembangunan yang tepat.
2.7.1 Strategi Pembangunan Prasarana
Investasi pembangunan untuk prasarana sangat besar bila ditinjau dari
kemampuan perusaan swasta untuk melaksanakannya, oleh karna itu menjadi
tanggung jawab pemerintah. Pembangunan mempunyai kegunaan ekternal bagi
perekonomian, dalam arti mamfaatnya dinikmati sama-sama oleh masyarakat.
Prasarana ekonomi merujuk pada investasi yang berupa jalan umum, sistem
pengangkutan, irigasi, sistem pembuangan air dan pengendalian banjir, pelayanan
air bersih dan sebagainya (Rahardjo Sasmita, 2005, h 213)
2.8 Hipotesis
Diduga bahwa Terdapat pengaruh positif dan signifikan antara belanja
Pembangunan infrastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Aceh
Barat.
25
III. METODE PENELITIAN
3.1. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian meliputi seluruh belanja yang dialokasikan oleh
pemerintah daerah dalam kaitannya dengan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten
Aceh Barat, dalam kurun waktu 2003 – 2012.
3.2. Data Penelitian
3.2.1. Jenis Sumber Data
Penelitian ini menggunakan jenis data Skunder yang bersumber dari
DPKKD (dinas pengelolaan kekayaan daerah), BAPPPEDA serta data-data yang
di publikasikan melalui tulisan ilmiah, Literatur yang ada kaitannya dengan
permasalahan penulisan ini (Infrastruktur dan pertumbuhan Ekonomi). Data
tersebut selanjutnya di analisis dengan melakukan pendekatan metode kuantitatif.
3.2.2. Teknik Pengumpulan Data
1. Field Research
Data tersebut didapat melalui data-data yang sudah ada artinya data
tersebut berasal, DPKKD (Dinas Dengelolaan Kekayaan Daerah), dan BAPPEDA
serta data-data yang di publikasikan melalui tulisan ilmiah
2. Library Reserch
Ini dilakukan melalui pendekatan tinjauan pustaka artinya mengkaitkan
antara teori-teori dengan sumber-sumber data yang ada dan telah didapat.
26
3.3 Model Analisis Data
3..3.1. Regresi Linier Sederhana
Analisis ini digunakan untuk melihat hubungan antara belanja infrastruktur
(X), Dengan pertumbuhan ekonomi wilayah Aceh Barat (Y). Dengan rumus
sebagai berikut : ( Supranto 2000, h.174)
Y = a + bX
Dimana :
Y : pertumbuhan ekonomi
a : intercept
b : koefisien regresi
X : pembangunan infrastruktur
3.3.2. Analisis Korelasi (r)
Koefisien korelasi merupakan indek atau bilangan yang digunakan untuk
mengukur (kuat, lemah, atau tidak kuat) hubungan antara variabel yang datanya
berbentuk data interval atau rasio disimbulkan dengan r dan dapat dirumuskan
sebagai berikut : (Hasan 2002, h. 233)
Dimana :
r : koefisien korelasi
n : jumlah tahun
X : belanja infrastruktur
Y : pertumbuhan ekonomi Aceh Barat
27
3.3.3. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi atau koefisien penentu yang menjelaskan besar
pengaruh nilai suatu variabel (variabel x) terhadap naik turunnya (variasi) nilai
variabel lainnya (variabel y) yang dapat dirumuskan sebagai berikut : (Hasan
2002, h. 236)
KP = r² x 100 %
Dimana :
Kp : besarnya koefisien penentu
r : koefisien korelasi
3.3.4. Uji t
Uji t dilakukan untuk melihat signifikansi dari pengaruh variabel bebas
belanja infrastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi secara individual dengan
rumus sebagai berikut : (Hasan 2002, h. 241)
3.4. Definisi Oprasional Variabel
Agar tidak menimbulkan pengertian ganda tentang variabel-variabel utama
pada penelitian ini, maka akan dijelaskan definisi masing-masing variabel sebagai
berikut.
Pembangunan infrastruktur (X) merupakan seluruh belanja infrastruktur
yang di alokasikan oleh pemerintah daerah Kabupaten Aceh Barat.
Pertumbuhan ekonomi (Y) merupakan tingkat pertumbuhan ekonomi
Kabupaten Aceh Barat, dalam kaitanya dengan belanja infrastruktur.
28
3.5. Pengujian Hipotesis
Hipotesis penilaian ini adalah jawaban terhadap masalah yang hendak
dipecahkan melalui penelitian sehubungan dengan penelitian diatas yang menjadi
hipotesisis penelitian ini adalah belanja infrastruktur berpengaruh positif terhadap
pertumbuhan ekonomi Kabupaten Aceh Barat.
Hipotesa statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. H0;β = 0 belanja infrastruktur tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi Kabupaten Aceh Barat.
b. H1; ≠ 0, belanja infrastruktur berpengaruh secara signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi Kabupaten Aceh Barat.
Kriteria uji t hipotesa yang diterapkan didalam penelitian ini adalah :
a. Apabila th>t tabel maka H0 di tolak H1 diterima. Artinya infrastruktur
berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten
Aceh Barat.
b. Apabila th < t tabel maka H0 diterima H1 ditolak. Artinya infrastruktur tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten
Aceh Barat.
29
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Statistik Deskriptif Variabel Penelitian
Analisis statistik ini digunakan untuk mengetahui pengaruh pembangunan
infrastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Aceh Barat sehingga
akan dapat memberi gambaran mengenai kebijakan yang harus diambil dalam
rangka pembanguan infrastruktur, sehingga membawa dampak positif bagi
kemajuan daerah, Semakin meningkat infrastruktur atau produktifitasnya maka
akan berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi wilayah
Kabupaten Aceh Barat.
4.2 Pertumbuhan Infastruktur
Infrastruktur merupakan salah satu indikator yang menggambarkan
semakin meningkatnya pertumbuhan ekonomi yang semakin banyak terjadi
mengakibatkan pertumbuhan ekonomi pada daerah tersebut.
Tabel 1
Perkembangan Realisasi Belanja Infrastruktur
Kabupaten Aceh Barat
No Tahun Belanjainfrastruktur
(rupiah)
Laju Pertumbuhan
(%)
1 2003 5.740.784.912
2 2004 3.168.025.300
3 2005 28.372.862.981
4 2006 46.474.558.916
5 2007 147.199.358.371
6 2008 93.584.417.000
7 2009 85.326.127.571 8 2010 86.820.639.885
9 2011 71.513.741.975 10 2012 54.587.910.547
Jumlah 622.788.427.458 100
Sumber : DPKKD Aceh Barat
30
Berdasakan tabel 1 bahwa perkembangan pembangunan infrastruktur
sesuai realisasi anggaran pendapatan dan belanja berfruktuasi, pada tahun 2003
realisi belanja infrastruktur sebesar Rp 5.740.784.912 atau sebesar 0,92 persen
dari total belanja daerah, pada tahun 2004 terjadi penurunan realisaasi belanja
daerah untuk pembangunan infrastruktur yaitu Rp 3.168.025.300 atau sebesar
0,51 persen dari total belanja daerah, pada tahun 2005 meningkat ralisasi anggaran
Rp 28.372.862.981 atau sebesar 4,56 persen, kemudian pada tahun 2006 yang
dikeluarkan belanja infrastruktur yaitu Rp 46.474.558.916 atau sebesar 7,46
persen dari total belanja daerah, pada tahun 2007 dengan total belanja
infrastruktur sebesar Rp 147.199.358.371 atau sebesar 23,64 persen dangan total
belanja daerah, pada tahun 2008 realisasi belanja infrastruktur sebesar Rp
93.584.417.000 atau sebesar 15,03 persen, pada tahun 2009 realisasi belanja
infrastruktur sebesar Rp 85.326.127.571 atau sebesar 13,70 persen, pada tahun
2010 realisasi belanja infrastruktur sebesar Rp 86.820.639.885 atau sebesar 13,94
persen, pada tahun 2011 realisasi belanja infrastruktur Rp 71.513.741.975 atau
sebesar 11,48 persen, kemudian yang terakhir realisasi anggaran infrastruktur Rp
54,587.910.547 atau sebesar 8,77 persen.
31
Tabel 2
Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Aceh BArat
No Tahun Pertumbuhan Ekonomi (%)
1 2003 4,92
2 2004 7,00
3 2005 6,59
4 2006 8,30
5 2007 9,61
6 2008 12,09
7 2009 13,51
8 2010 15,05
9 2011 16,36
10 2012 6,56
Jumlah 100
Sumber : BAPPEDA Aceh Barat
Berdasarkan tabel 2 menunjukan laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten
Aceh Barat berfruktuasi Dapat kita lihat bahwa pada tahun 2003 tingkat
pertumbuhan ekonomi Kabupaten Aceh Barat sebesar 4,92 persen, sedangkan
pada tahun 2004 terjadi peningkatan hingga menjadi sebesar 7,00 persen,
kemudian pada tahun 2005 pertumbuhan ekonomi Kabupaten Aceh Barat, terus
mengalami penurunan hingga menjadi 6,59 persen, pada tahun 2006 pertumbuhan
ekonomi Kabupaten Aceh Barat melonjak dratis hingga 8,30 persen keadaan ini
terus meningkat hingga tahun 2011 meningkatnya pertumbuhan ekonomi
Kabupaten Aceh Barat dari tahun 2006-2011 antara lain disebabkan oleh aliran
dana kemasyarakat yang sangat besar dalam rangka rehabilitasi dan rekontruksi
pasca gempa dan tsunami dari berbagai Negara dan lembaga masyarakat.
32
Tabel 3
4.3 .Stadar Deviasi Rata-Rata dan Opsevasi
Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation N
Infratruktur
2 10.5980 .54872 10
P.ekonomi 9.9990 3.99931 10
Sumber : hasil olahan regresi (diolah 22 juli 2013
Berdasarkan pada tabel 3 dapat menjelaskan bahwa rata-rata pertumbuhan
ekonomi dalam jangka kurun waktu 2003-2012 sebesar 9.9990 dengan standar
deviasi sebesar 3,99931, keadaan ini mengambarkan bahwa pertumbuhan
ekonomi mengalami perkembangan yang signifikan, standar deviasi diatas
membuktikan bahwa pertumbuhan ekonomi Kabupaten Aceh Barat mengalami
peningkatan, sehingga menggambarkan keadaan perekonomian kabupaten Aceh
Barat membaik.
Sedangakan rata-rata Infrastruktur tahun yang sama adalah 10.5980
dengan standar deviasi adalah .54872, ini disebabkan oleh banyak faktor, seperti
ivestasi, PDRB, dan pembangunan- pembangunan lainya. Sehingga pertumbuhan
perkembangan pembangunan infrastruktur mengalami perubahan penurunan.
sedangkan N adalah dinyatakan jumlah Obsevasi yang selama (10) sepuluh tahun
tahun.
33
Tabel 4
4.4 Hasil Koefisiensi korelasi dan Diterminasi
No Variabel Infrastruktur P. Ekonomi
1 Person Corelation
a. Infrastruktur
b. Pertumbuhan Ekonomi
1.000
.634
.634
1.000
2 Model
a. Koefesien Korelasi R
b. Koefesien diterminasi adjeted
c. Koefesien determinasi R2
.634
.328
.402
Sumber : Hasil Regresi diolah juni 2013
Berdasarkan tabel 4 peneliti dapat menjelaskan bahwa koefesien kolerasi
R = 0, 634 secara positif menjelaskan terdapat hubungan yang sangat sedang
antara Pertumbuhan Ekonomi (x), dan Infrastruktur (y), dengan keeratan
hubungan 63,4 persen dikarnakan apabila infrastruktur mengalami peningkatan
pertumbuhan ekonomi maka pembangunan infrastruktur akan mengalami
peninkatan.
Berdasarkan hasil pengujian ini maka dapat diketahui pengaruh
pembangunan infratruktur terhadap pertumbuhan ekonomi dikabupaten Aceh
Barat. Koefisien diterminasi dalam penelitian ini dapat diketahui dengan
menggunakan rumus perhitungan sebagai berikut :
Koefisien Determinasi = r2 x 100%
Koefisien Determinasi =(0,634)2 x 100%
Koefisien Determinasi = 40.2%
Berdasarkan perhitungan diatas peneliti dapat menjelaskan bahwa nilai
Koefisien diterminasi (R2) .328 yang dapat diartikan bahwa pertumbuhan
ekonomi di Kabupaten Aceh Barat yang sedang yaitu 40.2 % yang disumbangkan
34
oleh sektor infrastruktur (X), sedangkan sisanya adalah 50.8 % yang akan
dijelaskan oleh variabel lain diluar model ini.
Tabel 5
Regresi Linier Sederhana dan Uji persial
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
95% Confidence
Interval for B Correlations
Collinearity
Statistics
B Std. Error Beta
Lower
Bound
Upper
Bound
Zero-
order
Partia
l Part
Toler
ance VIF
1 (Cons
tant) 9.728 .401
24.25
8 .000 8.803 10.652
P.eko
nomi .087 .037 .634 2.321 .049 .001 .174 .634 .634 .634 1.000 1.000
Berdasarkan table 5 dapat kita lihat bahwa hasil penelitian ini maka
diperoleh persamaan regresi linier sederhana akhir estimasi sebagai berikut :
Y = a + bX
Y = 6,704 +0,329
Persamaan regresi linier sederhana diatas dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Konstanta
Bedasarkan persamaan diatas dapat dilihat bahwa nilai konstanta sebesar
9.728 nilai konstanta ini menyatakan bahwa apabila pembangunan
infrastruktur sama dengan nol maka pertumbuhan ekonomi kabupaten Aceh
Barat rata – rata 9.728
b. Koefisien regresi dari variabel infastruktur (X)
Berdasarkan persamaan diatas dapat kita lihat bahwa nilai koefisien variabel
infrastruktur (X) bernilai positif adalah .087 hal ini menyatakan bahwa setiap
kenaikan infrastruktur sebesar 1 rupiah akan mengakibatkan pertumbuhan
ekonomi di Kabupaten Aceh Barat meningkat sebear 9.728
35
4.4.1. Uji t (Uji Persial/indivual)
Uji t digunakan untuk mengetahui adanya pengaruh atau tidaknya
pengaruh antara variabel bebas Infrstruktur (X) dan variabel terikat pertumbuhan
Ekonomi (Y) secara individual dengan tingkat kepercayaan ( level of confidance
95 persen yaitu:
Berdasarkan tabel 5 nilai thitung sebesar 2.321> ttabel 1.859 dikarenakan
nilai probabilitasnya lebih besar dari 0.05 (derajat signifikan ) yaitu 0.105 .> 0.05
berarti Ho ditolak H1 diterima maka secara persial infrastruktur berpengaruh
secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Aceh Barat.
4.5. Pembahasan Hasil
Berdasarkan hasil output penelitian diatas variabel Infrastruktur
mempunyai hubungan yang tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di
Kabupaten Aceh Barat, artinya walaupun di Kabupaten Aceh Barat mempuyai
infrastruktur tetapi tidak berpengaruh besar terhadap pertumbuhan ekonomi,
dikarenakan masih ada sektor-sekor yang lain yang mendongkrak pertumbuhan
ekonomi di kabupaten Aceh Barat, contohnya seperti perluasan lapangan kerja
dan investasi yang secara horizontal akan menyerap tenaga kerja maka
kesejahtraan akan terjamin,tingkat produktif dan konsumtif seimbang dan
pertumbuhan ekonomi di daerahpun meningkat. Dari analisis yang telah
dilakukan bahwa nilai koefien variable (x) bernilai positif 0.87 hal ini menyatakan
bahwa setiap kenaikan 1 rupiah akan mengakibatkan pertumbuhan ekonomi
sebesar 0.87. pengaruh pembangunan infrastruktur terhadap pertumbuhan
ekonomi di Kabupaten Aceh Barat, terdapat thitung 2.321 > dari ttabel 1.859 dengan
36
nilai probabilitas 0,05 artinya pembangunan infrastruktur berpenaruh terhadap
pertumbuhan ekonomi.
37
V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan dari hasil pengujian dan analisis yang dilakukan dalam
penelitian ini di Kabupaten Aceh Barat dapat disimpulkan bahwa :
a. Kata-rata perkembangan pembangunan infrastruktur dalam kurun waktu
2003-2012 di Kabupaten Aceh Barat 10,5980 dengan standar deviasi
54872 persen sedangkan jumlah rata-rata pertumbuhan ekonomi dalam
kurun waktu yang sama sebesar 9,9990 persen dengan dengan standar
deviasi 3,99931 persen.
b. Koefesien korelasi diperoleh R =0, 634 secara positif menjelaskan terdapat
hubungan yang sedang antara pertumbuhan ekonomi dengan infrastruktur
dengan keeratan hubungan 63.4 persen sedangkan koefesien determinasi
(R2) sebesr 40,2 menunjukan bahwa pertumbuhan ekonomi Kabupaten
Aceh Barat sebesar 40.2 persen di pengaruhi oleh pembangunan
infratruktur sedangkan sisanya sebesar 50.8 persen yang akan dijelaskan
oleh variabel lain diluar model.
c. Hasil yang diperoleh dari nilai thitung sebesar 2.321> ttabel 1,859 pada
tingkat kenyakinan <0,005 maka secara parsial infrastruktur berpengaruh
secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Aceh
Barat.
38
5.2 Saran-saran
berdasarkan hasil penelitian yang telh dilakukan, maka ada beberapa
implikasi yang dapat memberikan dan mungkin juga dapat bermamfaat bagi
pemerintah daerah Kabupaten Aceh Barat yaitu sebagai berikut :
a. Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Aceh Barat
pemerintah (eksekutif) perlu meningkatkan pertumbuhan ekonomi,
terutama infrastruktur ekonomi seperti Irigasi, Jalan, Transportsi,
Komunikasi, dan Listrik.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI
PINANG DI KECAMATAN SUKA MAKMUE
KABUPATEN NAGAN RAYA
SKRIPSI
OLEH
JUBIR ANGGARA
NIM : 08C20101006
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH, ACEH BARAT
2014
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI
PINANG DI KECAMATAN SUKA MAKMUE
KABUPATEN NAGAN RAYA
SKRIPSI
OLEH
JUBIR ANGGARA
NIM : 08C20101006
Skripsi/Tugas Akhir sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Studi Ekonomi Pembangunan
Pada Fakultas Ekonomi Univesitas Teuku Umar Meulaboh
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH, ACEH BARAT
2014
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar
penduduknya bermata pencaharian di sektor pertanian. Sektor pertanian
mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian nasional. Hal
ini terlihat dari banyaknya jumlah penduduk Indonesia yang hidup dan
bekerja di sektor tersebut. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor
yang selama ini masih diandalkan oleh Negara Indonesia karena sektor
pertanian mampu memberikan pemulihan dalam mengatasi krisis yang
terjadi di Indonesia. Kondisi seperti inilah yang menunjukkan besarnya
peran sektor pertanian ini bagi ekonomi nasional salah satunya adalah untuk
ketahanan pangan nasional dengan demikian diharapkan kebijakan
pemerintah untuk sektor pertanian lebih diutamakan.
Sektor pertanian di Indonesia dianggap penting karena dari peranan
sektor pertanian terhadap penyediaan lapangan kerja, penyediaan pangan,
penyumbang devisa negara melalui ekspor dan sebagainya. Sehingga
pertanian tanaman pangan di Indonesia terdapat urutan komoditas menurut
kepentingannya.
Barang-barang yang dihasilakn oleh alam diolah dan dibudidayakan
agar menjadi barang yang lebih berfaedah dan mempunyai nilai guna
maupun harga yang lebih tinggi. Pengolahan barang bisa berlangsung
melalui satu tahap, dua tahap atau lebih. Menurut Yudhistira (2004, h.68)
2
produksi merupakan kegiatan menciptakan, mengolah, menghasilkan barang
dan jasa atau usaha untuk meningkatkan kegunaan suatu benda agar lebih
berguna bagi kebutuhan manusia. Orang atau badan yang menciptakan,
mengolah atau menghasilkan barang atau jasa disebut produsen.
Tanaman pinang (Areca Catechu L.) Sudah dimanfaatkan sejak lama
terutama daerah-daerah Asia Selatan dan Timur sampai daerah Kepulauan
Pasifik. Tanaman ini sudah menyebar di seluruh pelosok wilayah Indonesia.
Namun, dibanding dengan komoditas perkebunan lainnya yang dapat
memberikan devisa negara, pinang masih ketinggalan.
Tanaman pinang merupakan salah satu tanaman yang dihasilkan
oleh sektor pertanian dalam sub sektor perkebunan sebagian besar
masyarakat hanya menjadikannya sebagai tanaman sampingan namun
tanaman ini sangat banyak kita jumpai sebagai pengisi lahan kosong dan
dijadikan juga sebagai tanaman pembatas tanah (tanaman pagar).
Adapun luas area tanaman pinang yang telah produktif di Kecamatan
Suka Makmue Kabupaten Nagan Raya dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 1
Luas Areal produksi pinang di Kecamatan Suka Makmue
Kebupaten Nagan Raya Tahun 2013
No Nama Desa
Luas Areal
(Hektar)
Produksi
(Ton / Tahun)
1 Lung Baro 0,50 0,25
2 Suak Bilie 4 3,5
3 Cot Kuta 0,25 0,20
4 Alue Kambuk 4 4
5 Kuta Padang 0,25 0,25
3
6 Blang Sapek 0 0
7 Kabu Blang Sapek 0 0
8 Cot Peuradi 0,20 0,10
9 Gampong Tengoh 0 0
10 Alue Gajah 0,05 0,03
11 Macah 6 5,50
12 Semambek 6 6
13 Lhok Rameuan 3 2,50
14 Alue Peusaja 0,50 0,25
15 Krak Tampai 0,25 0,25
16 Blang Muling 0,25 0,20
17 Blang Baro 0,25 0,25
18 Lhok Beutong 0 0
19 Meureboe 0 0
Jumlah 32,50 19,03
Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) Nagan Raya Tahun 2013
Meskipun pinang bukan komunitas andalan Kabupaten Nagan Raya
namun jumlah poduksi dari tahun ketahun cenderung meningkat
berdasarkan informasi data Badan Pusat Statistik (BPS) 2013, dimana mulai
dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2012 dengan peningkatan produksi
rata-rata pertahun 10 persen, tahun 2008 produksi rata-rata 25 persen, tahun
2009 dengan produksi rata-rata 35 persen, tahun 2010 dengan produksi
rata-rata 44 persen dan tahun 2011 sampai tahun 2012 dengan produksi rata-
rata pertahun 54 persen sampai 66 persen, ditinjau dari hasil produksi
pertahun yang cenderung meningkat sehingga masyarakat dapat
meningkatkan produktivitas rumah tangga. Pembangunan perkebunan
kedepan diwujudkan untuk menciptakan perkebunan yang maju, produktif
4
dan dapat memberi manfaat bagi seluruh pelaku usaha (stakeholder)
perkebunan.
Usaha sebagai petani pinang yang ditekuni masyarakat Kecamatan
Suka Makmue mampu mendorong peningkatan produksi pinang serta
peningkatan produktivitas tambahan dalam kehidupan sehari-hari, untuk
pencapaian hidup layak ditengah-tengah masyarakat dan hidup lebih
sejahtera sehingga akan keluar dari jeratan lingkaran kemiskinan dengan
hakekatnya masyarakat dapat meningkatkan semangat untuk menanam
pohon pinang dilahan kosong dan batasan lahan atau batas rumah.
Pinang ditanam untuk dimanfaatkan buah dan batangnya, buah
pinang telah lama dimanfaatkan orang sebagai campuran untuk orang
makan sirih selain dari kapur dan gambir. Tanaman pinang dapat
dijadikan tanaman pagar, penghijauan, bahan bangunan dan hiasan,
bagian-bagian tanamannya pun sangat berguna. Kandungan zat-zat dalam
bagian-bagian tanamannya sangat bermanfaat sebagai obat tradisional
dalam menyembuhkan beberapa penyakit.
Setiap tanaman harus dikelola dan perhatikan dengan baik untuk
mendapatkan hasil maksimal dan dapat berkembang dan mengahasilkan
hasil yang memuaskan, Jarak tanam tanaman pinang yang biasa di tanam
dilapangan adalah 2,7m x 2,7m. Jarak tanam ini dianggap cukup efisian
untuk pertumbuhan tanaman pinang. Penanaman sistem tumpang sari dapat
memberikan nilai tambah petani karena tanaman pinang baru berproduksi
5
pada umur 5 tahun. Tanaman tumpang sari yang biasa ditanam adalah
tanaman palawija (Jagung, kacang-kacangan). Dengan adanya tanaman
tumpang sari petani sudah mendapat pendapatan sebelum tanaman pinang
berproduksi.
Petani pinang berusaha untuk meningkatkan produksinya dengan
faktor-faktor yang dibutuhkan. Oleh karena itu bila petani pinang
melakukan penanaman di lahan yang sesuai dengan syarat tumbuhnya maka
akan memberikan dampak yang baik sehingga menghasilkan pertumbuhan
yang optimal. Namun faktor-faktor yang paling berpengaruh untuk
meningkatkan produktivitas pinang diantaranya faktor modal, yang ada
dengan kegiatan yang dapat dikembangkan dan salah satu syarat untuk
dapat berlangsungnya proses produksi di bidang pertanian. (Nazaruddin,
2009)
Berdasar uraian diatas maka penulis tertarik melakukan penelitian
dengan judul “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Pinang di
Kecamatan Suka Makmue Kabupaten Nagan Raya”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi produksi
pinang di Kecamatan Suka Makmue Kabupaten Nagan Raya.
6
1.3 Tujuan Penelitian
Penulisan karya ilmiah ini dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi produksi Pinang
di Kecamatan Suka Makmue Kabupaten Nagan Raya.
1.4 Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat :
a. Manfaat Teoritis
Manfaat Teoritis dapat menerapkan pengetahuan dan menambah
wawasan bagi penulis serta dapat menjadi masukan bagi
pengembangan ilmu pengetahuan.
b. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan bacaan,
acuan dan informasi bagi pihak-pihak yang memerlukan serta dapat
dijadikan sebagai solusi didalam meningkatkan produksi para
petani pinang.
1.5 Sistematika Penulisan
Adapun sistematika pembahasan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
Bagian pertama terdiri dari pendahuluan terdapat sub-sub bab yang
meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,
7
manfaat penelitian, yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis, sistematika
Penulisan.
Bagian kedua merupakan tinjauan pustaka yang berisi tentang,
Pengertian Pertanian, pengertian produksi, faktor-faktor yang
mempengaruhi Produksi yaitu luas lahan, modal dan tenaga kerja,
Pengertian Produksi Pinang, perumusan hipotesis.
Bagian ketiga adalah metode penelitian yaitu terdapat populasi dan
sampel, data penelitian, model analisis data, definisi operasional variabel,
pengujian hipotesis.
Bagian keempat adalah hasil penelitian dan pembahasan yaitu
Deskripsi Variabel Penelitian, Karakteristik Responden, Hasil Analisis Data.
Pembahasan Hasil Penelitian
Bagian kelima adalah penutup yaitu simpulan dan saran.
8
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Pertanian
Pertanian merupakan suatu ilmu yang mempelajari khusus tentang
cara bertani yang baik dan dapat meningkatkan produktivitas yang
memuaskan, sehingga dapat mencapai produktivitas ekonomi masyarakat
yang makmur dan sejahtera, sehingga pertanian juga dapat dikatakan
sebagai salah satu bidang ekonomi yang bisa meningkatkan produktivitas
masyarakat khususnya para petani, baik petani pinang maupun petani
lainnya, karena penduduk Indonesia sebahagian besar bermata pencaharian
pada sektor pertanian (Anonymous, 2011, h.13).
Menurut Saat (2003, h.52) pertanian adalah kegiatan ekonomi utama
penduduk Indonesia, sebab lebih dari 80% penduduk bekerja pada sektor
pertanian. Pertanian adalah bidang penting dan mampu memberi peluang
yang lumayan kepada peniaga. Pertanian adalah jenis usaha yang
menekankan pada pengolahan tanah dan tanaman yang ditanam berupa
tanaman pangan.
Selanjutnya Karwan (2005, h.23) mengemukakan bahwa pertanian
merupakan bagian agroekosistem yang tak terpisahkan dengan subsistem
kesehatan dan lingkungan alam, manusia dan budaya saling mengait dalam
suatu proses produksi untuk kelangsungan hidup bersama. Pertanian adalah
masalah yang paling disalah pahami, rumit, terabaikan, dan tidak
9
diinginkan. Pertanian adalah hal yang substansial dalam pembangunan,
yaitu sebagai pemenuhan kebutuhan pangan, penyedia bahan mentah untuk
industri, penyedia lapangan kerja, dan penyumbang devisa negara. Pertanian
merupakan suatu usaha manusia dalam bercocok tanam dimana objeknya
merupakan sebuah lahan kosong.
Berdasarkan pendapat-pendapat yang dikemukakan diatas
menjelaskan pertanian merupakan kegiatan pokok manusia yang
menggunakan tanah sebagai lahannya untuk bercocok tanam untuk
memperoleh hasil tanamannya, yang tanpa mengakibatkan berkurangnya
kadar tanah untuk tanaman selanjutnya. Penggunaan sumber daya alam
yang tepat maka akan meningkatkan perekonomian manusia yang lebih
memadai sehingga akan membuat taraf hidup petani lebih memadai serta
kontribusi yang besar terhadap peningkatan devisa lewat kegiatan ekspor
hasil pertanian akan meningkat.
2.2 Pengertian Produksi
Dalam bahasan yang selalu dijelaskan tentang berbagai macam
kebutuhan manusia dan alat-alat pemenuhan kebutuhan yang berupa barang
dan jasa. Namun, barang dan jasa tersebut tidak selalu tersedia, tidak dapat
diperoleh dengan mudah dan secara cuma-cuma. Untuk mendapatkannya
harus dengan pengorbanan atau melakukan berbagai kegiatan dan usaha,
sehingga kita dapat memenuhi berbagai macam kebutuhan, untuk memenuhi
10
kebutuhan harus lebih dahulu melakukan berbagai kegiatan. Kegiatan-
kegiatan tersebut bertujuan untuk menghasilkan, menciptakan dan mengolah
barang/jasa, meningkatkan atau menciptakan kegunaan suatu benda agar
memiliki nilai guna lebih tinggi bagi pemenuhan kebutuhan manusia.
Menurut Yudhistira (2004, h.68) Produksi merupakan kegiatan
menciptakan, mengolah, menghasilkan barang dan jasa atau usaha untuk
meningkatkan kegunaan suatu benda agar lebih berguna bagi kebutuhan
manusia.
2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi
2.3.1 Luas Lahan
Faktor yang tidak kalah pentingnya dalam pertanian adalah lahan.
Lahan sebagai modal dasar pembangunan memerlukan optimasi dalam
pemanfaatannya dengan melihat kesesuaian lahan antara aspek fisik dasar
yang ada dengan kegiatan yang dapat dikembangkan yaitu pertanian. Hal ini
dikarenakan lahan merupakan salah satu syarat untuk dapat berlangsungnya
proses produksi di bidang pertanian. Menurut Muslem (2000, h. 9) lahan
merupakan tempat bercocok semua tanaman (area) yang ingin kita tanam.
Menurut Mochtarram (2003, h.25) bahwa lahan mempunyai
beberapa ciri, yaitu :
1. Permanen, artinya tidak berubah-ubah (bersifat tetap) dan tidak bisa
diperbaharui.
2. Supply (ketersediaan) lahan terbatas dan langka.
11
3. Menjadi tumpuan harapan dari berbagai kepentingan para petani.
Penggunaan lahan perlu dikelola serta direncanakan fungsi dan
penggunaan lahannya sesuai dengan karakteristik lahan tersebut sehingga
mampu meredam konflik dimasa yang akan datang. Agar lahan tidak beralih
fungsi menjadi hal yang tidak sesuai dengan rencana maka diperlukan
penataan penggunaan tanah, yang sangat dikenal sebagai perencanaan tata
guna tanah (land use planning).
2.3.2 Modal
Istilah modal dalam ilmu ekonomi merupakan konsep yang
pengertiannya berbeda-beda tergantung dari konteks penggunaannya dan
aliran pemikiran yang dianut. Secara historis konsep modal juga mengalami
perubahan atau perkembangan pada abad ke-16 dan 17 istilah modal
dipergunakan untuk menunjukkan stok uang yang akan dipakai untuk
membeli komoditi fisik yang kemudian dijual guna memperoleh keuntungan
atau stok komoditi itu sendiri.
Menurut Litge dalam Bambang (2000, h.14) mengartikan modal
hanyalah dalam artian uang (geldkapital), menurut Schwiedland
memberikan pengertian modal dalam artian yang lebih luas, di mana modal
itu meliputi baik modal dalam bentuk uang (geldkapital), maupun dalam
bentuk barang (sachkapital), misalnya mesin, barang-barang dagangan, dan
lain sebagainya. Kemudian ada beberapa penulis yang menekankan pada
kekuasaan menggunakannya.
12
Jika dilihat dari fungsi kerjanya aktiva modal dibagi menjadi :
a. Modal Kerja adalah modal yang penggunaannya untuk kegiatan
operasional perusahaan, seperti pembelian bahan baku
b. Modal Tetap : modal yang penggunaannya untuk menunjang
kegiatan operasional, seperti pembelian alat produksi, gedung.
Rendahnya produktivitas tanaman pangan per hektar disebabkan
karena sulitnya petani mengadopsi teknologi baru. Penguasaan teknologi
yang terbatas ini sebagian besar disebabkan karena lemahnya permodalan
dan terbatasnya keterampilan berusaha tani.
2.3.3 Tenaga Kerja
Menurut Marhijanto (2001, h.23) tenaga kerja berarti orang yang
bekerja atau mengerjakan sesuatu pekerja, pegawai dan sebagainya atau
orang yang mampu melakukan pekerjaan, baik didalam maupun di luar
hubungan kerja, yang termasuk dalam tenaga kerja sektor pertanian adalah
tenaga kerja manusia, tenaga kerja ternak dan tenaga kerja manusia
(Wahyono, 2011, h. 23).
Menurut UU 13 Tahun 2003, tenaga kerja adalah setiap orang yang
mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan jasa, baik
untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Tenaga kerja
(man power) adalah penduduk yang sudah atau sedang bekerja, sedang
mencari pekerjaan, dan yang melaksanakan kegiatan lain, seperti bersekolah
13
dan mengurus rumah tangga. Pengertian tenaga kerja dan bukan tenaga
kerja menurutnya ditentukan oleh umur atau usia.
Manusia sebagai tenaga kerja merupakan inti atau menjadi asset
setiap perusahan, karena manusialah yang akan menentukan peranan
sumber daya lainnya yang ikutsertakan dalam proses produksi, sumber
daya manusia merupakan suatu proses yang terjadi dari perencanaan dan
pengendalian kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan analisis pekerjaan,
evaluasi pekerjaan, pengembangan dan hubungan kerja guna mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.
Kelompok penduduk dalam usia kerja tersebut dinamakan tenaga
kerja atau man power. Secara singkat, tenaga kerja didefinisikan sebagai
penduduk dalam usia kerja. Pengertian tenaga kerja mencakup penduduk
yang sudah bekerja atau sedang bersekolah dan mengurus rumah tangga.
Tiga golongan yang disebut terakhir, walaupun sedang tidak bekerja,
mereka dianggap secara fisik mampu dan sewaktu-waktu dapat ikut bekerja.
Tenaga kerja manusia terdiri tenaga kerja pria, wanita dan anak-
anak. Tenaga kerja hewan digunakan untuk pengolahan tanah dan angkutan.
Sedangkan tenaga kerja mekanik digunakan untuk pengolahan tanah,
pemupukan, pengobatan, penanaman serta panen. Tenaga kerja mekanik
bersifat substitusi sebagai pengganti tenaga kerja manusia atau tenaga kerja
ternak. Banyak dari penduduk Indonesia merupakan tenaga kerja pada
sektor pertanian. Oleh karena itu petani sebagai sumber daya manusia,
14
memegang peranan inti di dalam pembangunan pertanian. Peranan petani
adalah memelihara tanaman dan hewan guna mendapatkan hasil yang
bermanfaat serta mempelajari dan menerapkan metode baru yang diperlukan
agar usaha taninya lebih produktif.
Berikut ini adalah pengertian tenaga kerja yang dikemukakan oleh :
Menurut Ahman dan Epi (2003, h.28)Tenaga kerja adalah seluruh jumlah
penduduk yang dianggap dapat bekerja dan sanggup bekerja jika ada
permintaan kerja. Tenaga kerja adalah angkatan kerja yang terdiri dari
penduduk usia kerja. Tenaga kerja adalah jumlah penduduk yang memasuki
usia kerja. Tenaga kerja adalah penduduk dalam usia kerja. Tenaga kerja
merupakan salah satu faktor produksi yang sangat penting dalam kegiatan
produksi selain faktor alam, tenaga kerja, modal, dan ketrampilan. Tenaga
kerja adalah penduduk yang telah memasuki usia kerja dan memiliki
pekerjaan, yang sedang mencari pekerjaan, dan yang melakukan kegiatan
lain seperti sekolah, kuliah dan mengurus rumah tangga. Tenaga kerja
merupakan faktor produksi yang bersifat homogen dalam suatu negara,
namun bersifat heterogen (tidak identik) antar negara. Sedangkan menurut
Undang-undang Tenaga Kerja, 2004 adalah penduduk yang berusia 15
tahun keatas
Secara teoritis dikenal ada tiga jenis perlindungan kerja menurut
Zaeni, (2007, h. 78) yaitu sebagai berikut :
15
a. Perlindungan sosial, yaitu suatu perlindungan yang berkaitan dengan
usaha kemasyarakatan, yang tujuannya untuk memungkinkan pekerja
atau buruh mengenyam dan mengembangkan kehidupannya sebagaimana
manusia pada umumnya, dan khususnya sebagai anggota masyarakat dan
anggota keluarga. Perlindungan sosial disebut juga dengan kesehatan
kerja.
b. Perlindungan teknis, yaitu jenis perlindungan yang berkaitan dengan
usaha-usaha untuk menjaga agar pekerja/buruh terhindar dari bahaya
kecelakaan yang ditimbulkan oleh alat-alat kerja atau bahan yang
dikerjakan. Perlindungan ini lebih sering disebut sebagai keselamatan
kerja.
c. Perlindungan ekonomis, yaitu suatu jenis perlindungan yang berkaitan
dengan usaha-usaha untuk memberikan kepada pekerja atau buruh suatu
penghasilan yang cukup guna memnuhi keperluan sehari-hari baginya
dan keluarganya, termasuk dalam hal pekerja atau buruh tidak mampu
bekerja karena sesuatu diluar kehendaknya. Perlindungan jenis ini
biasanya disebut dengan jaminan sosial.
Tenaga kerja merupakan modal utama serta pelaksanaan dari
pembangunan masyarakat pancasila. Tujuan terpenting dari pembangunan
masyarakat tersebut adalah kesejahteraan rakyat termasuk tenaga kerja.
Tenaga kerja sebagai pelaksana pembangunan harus di jamin haknya, diatur
kewajibannya dan dikembangkan daya gunanya. Tenaga kerja adalah setiap
16
orang yang bekerja pada perusahaan yang belum wajib mengikuti program
jaminan sosial tenaga kerja, bentuk perlindungan tenaga kerja di Indonesia
yang wajib di laksanakan oleh setiap pengusaha atau perusahaan yang
mempekerjakan orang untuk bekerja pada perusahaan tersebut harus sangat
diperhatikan, yaitu mengenai pemeliharaan dan peningkatan kesejahteraan
di maksud diselenggara kan dalam bentuk jaminan sosial tenaga kerja yang
bersifat umum untuk dilaksanakan atau bersifat dasar, dengan berazaskan
usaha bersama, kekeluargaan dan kegotong royongan sebagai mana yang
tercantum dalam jiwa dan semangat Pancasila dan Undang-Undang Dasar
1945.
2.4 Pengertian Produksi Pinang
Produksi pinang adalah jumlah barang (pinang) yang diperoleh dari
hasil kegiatan usaha petani pinang serta dari usaha dagang pinang. Pinang
merupakan tanaman perkebunan yang termasuk sebagai mata dagang ekspor
non migas yang sangat potensial di pasar internasional, yang telah
menyumbang devisa yang tidak kecil bagi perekonomian negara dan
masyarakat Indonesia. Pinang merupakan tanaman serba guna, seperti untuk
ramuan obat, bahan baku industri, bahan bangunan, dan tanaman pagar yang
sangat prospektif dan banyak diminati untuk dikembangkan (Mukhlisuludin,
2005, h.4).
Hasil produksi petani selalu untuk dijual, maka untuk menaikkan
produksi tergantung kepada perbandingan harga yang akan diterimanya
17
untuk hasil-hasil usaha taninya dan biaya untuk memproduksikannya.
Kegiatan produksi petani pinang di perdesaan dapat dikembangkan melalui
organisasi dengan skala yang tidak relatif besar, dengan cara penanaman
tanaman pinang pada setiap pembatas rumah atau lahan kosong tidak terlalu
membutuhkan modal besar. Masyarakat harus benar-benar
memperhitungkan pengeluaran dan penerimaan. Masyarakat tani harus
menjual hasil panennya di pasar dengan harga yang lebih tinggi dari pada
biaya produksi usaha taninya.
Menurut Kamaruddin (2000, h. 112) Nilai tukar hasil petani pinang
adalah perbandingan antara indeks harga yang diterima oleh petani dibagi
dengan indeks yang dibayar oleh petani Sehingga besarnya surplus produksi
dari sektor pertanian mempunyai pengaruh terhadap distribusi produksi
tidak selalu benar. Hal ini berarti keberhasilan dalam produksi pertanian
ternyata tidak selalu diikuti dengan peningkatan produksi atau kesejahteraan
petani. Indikator lain yang menunjukkan hal yang sama adalah
perbandingan kenaikan upah buruh dalam pertanian tanaman pangan.
2.6 Perumusan Hipotesis
Berdasarkan tinjauan pustaka yang sudah disebutkan diatas maka
dapat dirumus hipotesis sebagai berikut: diduga luas lahan, tenaga kerja dan
modal berpengaruh secara signifikan terhadap produksi pinang di
Kecamatan Suka Makmue Kabupaten Nagan Raya.
18
III. METODE PENELITIAN
3.1 Populasi dan Sampel
Berikut ini adalah jumlah KK petani pinang yang ada di Kecamatan
Suka Makmue Kabupaten Nagan Raya :
Tabel. 2
Jumlah KK Petani Pinang di Kecamatan Suka Makmue Kabupaten Nagan
Raya
No DESA JUMLAH KK
1 Lung Baro 0
2 Suak Bilie 4
3 Cot Kuta 1
4 Alue Kambuk 6
5 Kuta Padang 2
6 Blang Sapek 0
7 Kabu Blang Sapek 0
8 Cot Peuradi 2
9 Gampong Tengoh 0
10 Alue Gajah 2
11 Macah 8
12 Semambek 8
13 Lhok Rameuan 4
14 Alue Peusaja 3
15 Krak Tampai 2
16 Blang Muling 3
17 Blang Baro 1
18 Lhok Beutong 4
19 Meureboe 1
Jumlah 54
Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) Nagan Raya Tahun 2013
Berdasarkan tabel diatas maka yang menjadi populasi dalam penelitian
ini adalah seluruh petani pinang di 19 desa. Adapun yang menjadi sampel
19
dalam penelitian ini adalah seluruh petani pinang di 5 (lima) desa, dengan
asumsi desa tersebut paling dominan memiliki lahan pinang yaitu desa
Macah, Seumambek, Alue Kambuk, Suak Bilie dan Lhok Rameuan dengan
jumlah petani 30 KK.
3.2 Data Penelitian
3.2.1 Jenis dan Sumber Data
Data dalam penelitian ini bersumber dari penelitian data primer dan
data sekunder.
1. Data Primer
Sumber data primer diperoleh langsung dari petani pinang di
Kecamatan Suka Makmue Kabupaten Nagan Raya atau penelitian lapangan
dengan cara melakukan wawancara dan mengedarkan quisioner.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang bersumber dari Badan Pusat
Statistik (BPS) dan instansi pemerintah, buku atau referansi diperpustakaan
Universitas Teuku Umar dan Perpustakaan Daerah Kabupaten Nagan Raya.
3.2.2 Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang diperlukan, penulis menggunakan
beberapa metode pengumpulan data sebagai berikut :
a. Penelitian perpustakaan (Library Research), yaitu dengan cara
20
membaca buku atau teori-teori yang dapat mendukung penulisan
proposal.
b. Penelitian lapangan (Field Research) yaitu pengumpulan data dengan
Mengedarkan quisioner, agar data yang diperoleh lebih
objektif.
3.3 Model Analisis Data
Dalam penelitian ini model yang digunakan adalah analisis regresi
linear berganda, analisis korelasi, uji t dan uji F.
1. Analisis Regresi Linear Berganda
Analisis ini digunakan sebagai alat analisis peramalan nilai pengaruh
satu variabel bebas terhadap satu variabel terikat. Menurut Hasan (2006,
h.115)
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + c . . . . . . . . . . . . . . (1)
Dimana :
Y = Variabel terikat (Produksi Pinang)
a = Nilai konstan
b = Koefiensi regresi
X = Variabel Bebas
X1 = Luas lahan
X2 = Tenaga kerja
X3 = Modal
21
c = error
2. Analisis Korelasi
Korelasi linier berganda merupakan alat ukur mengenai hubungan
yang terjadi antara variabel terikat (Y) dan beberapa variabel bebas
(X1,X2,... Xn).
Analisis korelasinya menurut Hasan (2003, h.270-279) menggunakan 4
(empat) koefisien korelasi yaitu :
a. Koefisien Determinasi Berganda
Koefisien determinasi berganda, disimbolkan dengan R2 merupakan
ukuran kesesuaian garis regresi linier berganda terhadap suatu data.
b. Koefisien Korelasi Berganda
Koefisien korelasi berganda disimbolkan r merupakan ukuran
keeratan hubungan antara variabel terikat dan semua variabel bebas secara
bersama-sama.
c. Koefisien Korelasi Parsial
Koefisien korelasi parsial merupakan koefisien dua variabel, jika
variabel lainnya konstan.
d. Koefisien Determinasi Parsial
Koefisien Determinasi parsial ini dapat menghitung besarnya
sumbangan satu variabel bebas terhadap variabel (naik turunnya) nilai
variabel terikat, jika variabel bebas lainnya dianggap konstan.
3. Uji t
22
Uji signifikan parameter individual (uji t) dilakukan untuk melihat
signifikan dari pengaruh variabel bebas (produksi pinang) terhadap variabel
terikat (Luas Lahan, Tenaga Kerja dan Modal) secara individual.
4. Uji F
Menurut Nachrowi dan Usman (2006, h.16-17) uji hipotesis ini
berguna untuk memeriksa atau menguji apakah koefisien regresi yang
didapatkan signifikan atau tidak. Uji F ini diperuntukkan guna melakukan
uji hipotesis koefisien regresi secara bersamaan yaitu antara X1, X2, X 3
terhadap Y.
3.4 Definisi Operasional Variabel
Operasional variabel dalam penelitian ini didefinisikan dengan
menggunakan analisis sebagai berikut :
a. Produksi pinang (Y) keseluruhan jumlah produksi pinang yang ada di
Kecamatan Suka Makmue Kabupaten Nagan Raya, yang diukur dalam
Kg.
b. Luas lahan (X1) Jumlah lahan produktif yang ditanami Pinang di
Kecamatan Suka Makmue Kabupaten Nagan Raya yang dihitung
dalam satuan hektar (ha).
c. Tenaga Kerja (X2) Jumlah pekerja yang mengelola usaha tani pinang
diukur dalam satuan jam orang kerja.
23
d. Modal (X3) Keseluruhan biaya yang dikeluarkan petani pinang dalam
proses usaha tani pinang di Kecamatan Suka Makmue Kabupaten
Nagan Raya dihitung dalam satuan Rupiah (Rp).
3.6 Pengujian Hipotesis
Kriteria uji hipotesis yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah :
1. Uji t, yaitu untuk melihat X1,X2,X3. Terhadap Variabel Y secara
Parsial (bagian dari keseluruhan).
2. Uji F, yaitu untuk melihat pengaruh variabel X1,X2,X3 terhadap variabel
Y secara keseluruhan
a. Apabila th tt, maka H ditolak H1 diterima, artinya Faktor-faktor yang
diteliti secara bersama-sama berpengaruh terhadap Produksi Pinang di
Kecamatan Suka Makmue di Kabupaten Nagan Raya
b. Apabila th tt, maka H diterima H1 ditolak, Faktor-faktor yang diteliti
secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap Produksi Pinang di
Kecamatan Suka Makmue di Kabupaten Nagan Raya .
Berdasarkan latar belakang dan tujuan dari penelitian di atas, maka
dapat penulis simpulkan antara lain sebagai berikut :
H ; = 0, Artinya, Faktor-faktor yang diteliti secara bersama-sama tidak
berpengaruh terhadap Produksi Pinang di Kecamatan Suka Makmue di
Kabupaten Nagan Raya.
24
H1 ; 0, Artinya, Faktor-faktor yang diteliti secara bersama-sama
berpengaruh terhadap Produksi Pinang di Kecamatan Suka Makmue di
Kabupaten Nagan Raya.
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Variabel Penelitian
4.1.1 Gambaran Umum Kabupaten Nagan Raya
25
Kabupaten Nagan Raya ibukotanya adalah Suka Makmue, yang
berjarak sekitar 287 km atau 8 jam perjalanan dari ibu kota Provinsi Aceh,
Kabupaten Nagan Raya ini terbentuk berdasarkan UU Nomor 4 Tahun 2002
Tanggal 2 Juli 2002.
Kabupaten Nagan Raya secara georafis terletak pada 03040'-04
038'
LU dan 96011'-96
048' BT, dengan luas wilayah 3.363.72 Km
2 (336.372
Hektar) dengan batas-batas wilayah, Sebelah Utara berbatas dengan
Kabupaten Aceh Barat dan Aceh Tengah, Sebelah Timur berbatas dengan
Kabupaten Gayo Lues dan Aceh Tengah Sebelah Barat berbatas dengan
Kabupaten Aceh Barat dan sebelah Selatan berbatas dengan Samudera
Indonesia. Kecamatan-Kecamatan dalam Kabupaten Nagan Raya antara lain
Kecamatan Seunagan, Seunagan Timur, Beutong, Suka Makmue, Kuala,
Tadu Raya, Kuala Pesisir, Darur Makmur, Beutong Banggalang dan Tripa
Makmur, dengan jumlah desa keseluruhan sebanyak 222 desa
(http://www/google.co.id. Lokasi Nagan Raya.BPS. diakses 27 Februari
2014)
Kabupaten ini berada di pantai barat Sumatera yang subur dan
sangat cocok bagi pertanian, khususnya padi yang terpusat di Kecamatan
Seunagan, Seunagan Timur, Beutong dan Suka Makmue serta ditunjang
oleh Krueng Nagan dan Krueng Beutong yang mengalir diwilayah tersebut.
Potensi lainnya seperti bahan tambang, batu bara, emas dan usaha
peternakan, perikanan serta perkebunan terutama kelapa sawit dan karet.
26
4.2 Karakteristik Responden
Sebagaimana yang telah penulis jelaskan sebelumnya bahwa petani
Pinang di Kecamatan Suka Makmue Kabupaten Nagan Raya yang menjadi
responden dalam penelitian ini adalah sebanyak 30 KK, untuk mendapatkan
gambaran mengenai keadaan yang diteliti maka perlu dikemukakan karakteristik
responden yang meliputi pendapatan responden, luas lahan yang diusahakan,
umur tanaman, jumlah produksi, jumlah tenaga kerja, jumlah hari kerja
permingguan dan rata-rata jam kerja perhari.
Dalam penelitian ini respondennya adalah para petani yang memiliki
lahan sendiri dan bekerja sebagai para petani Pinang di Kecamatan Suka Makmue
Kabupaten Nagan Raya.
4.2.1 Produksi Responden
Dari segi produksi juga diketahui bahwa petani pinang yang ada pada
desa-desa di Kecamatan Suka Makmue Kabupaten Nagan Raya yang menjadi
responden dalam penelitian ini mempunyai produksi yang berbeda, untuk lebih
jelas dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3 Jumlah Responden Menurut Produksi
No Produksi Responden (Kg)
Jumlah Presentase (%)
1
2
3
4
100 – 140
141 -181
182 - 222
223 - 263
4
4
14
8
13
13
47
27
Jumlah 30 100
27
Sumber : Hasil Penelitian Nopember 2013 Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa paling sedikit yaitu
100-140 yang berjumlah 4 orang dengan persentase 13, hal ini disebabkan luas
lahan tanaman pinang di Kecamatan Suka Makmue Kabupaten Nagan Raya yang
dimiliki petani tidak luas karena luasnya area persawahan, Produksi ini diperoleh
sesudah dikurangi modal yang dikeluarkan oleh petani pinang sehingga produksi
petani pinang masih sangat rendah disebabkan luas lahan tanaman pinang
sangat sedikit. Sedangkan produksi pinang paling banyak antara 182-222 yang
berjumlah 14 orang dengan persentase 47.
4.3 Hasil Analisis Data
Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi pinang di Kecamatan Suka
Makmue Kabupaten Nagan Raya terdiri dari 3 faktor yaitu Luas Lahan, Modal dan
tenaga kerja, Gambaran dari masing-masing faktor terhadap produksi Pinang di
Kecamatan Suka Makmue Kabupaten Nagan Raya dapat dilakukan dengan
analisis deskriptif.
4.3.1 Luas Lahan
Petani Pinang yang mengelola lahan sendiri yang menjadi sampel
penelitian ini adalah petani yang mengelola lahan sendiri. Berdasarkan hasil
penelitian, luas lahan petani pinang bervariasi antara 0,25 Ha sampai dengan
1,50 Ha seperti yang tertulis pada tabel empat berikut ini.
28
Tabel 4
Jumlah dan Persentase Responden Menurut Luas Lahan
Sumber : Hasil Penelitian Nopember 2013 Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa yang paling rendah
luas lahan 0,25 yaitu dengan jumlah 4 KK dengan persentase 13, hal ini
menunjukkan luas lahan tanaman pinang yang ada di Kecamatan Suka Makmue
sangat sedikit karena disebabkan tanaman pinang merupakan tanaman
sampingan sebagai pengisi lahan kosong dan sebagai tanaman pembatas tanah
(tanaman pagar), sedangkan yang jumlah luas lahannya 1,50 yaitu dengan
jumlah 4 KK dengan persentase 13, hal ini menunjukan luas lahan tanaman
pinang yang ada di Kecamatan Suka Makmue tidak begitu luas karena disebabkan
luasnya area pesawahan dan pemukiman yang padat dan Kecamatan Suka
Makmue merupakan lokasi tempat perkantoran Kabupaten Nagan Raya.
4.3.2 Modal
Perhitungan modal dalam penelitian ini adalah menggunakan pendekatan
biaya yaitu besarnya biaya total yang dikeluakan oleh para petani pada
No Luas Lahan
(Ha) Jumlah
Tenaga Kerja Persentase
(%)
1. 0,25 4 13
2. 0,50 16 53
3. 1 6 20
4. 1,50 4 13
Jumlah 30 100
29
pekebunan pinang dalam jangka waktu satu bulan. Biaya total ini terdiri dari
biaya tetap dan biaya variabel, biaya tetap terdiri dari dari alat-alat biaya variabel
terdiri dari bibit dan biaya pemeliharaan.
Berdasarkan hasil penelitian, perhitungan besarnya modal petani pinang
dapat diihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 5 Jumlah dan Persentase Modal Responden
No Jumlah Modal
(Rp) Jumlah
(KK) Persentase
1. 100.000 – 165.500 7 23
2. 166.000 – 231.500 8 27
3. 232.000 – 297.500 10 33
4. 298.000 5 17
Jumlah 30 100
Sumber : Hasil Penelitian Nopember 2013 Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa yang paling rendah
mengeluarkan modal 100.000-165.500 yaitu dengan jumlah 7 KK dengan
persentase 23, hal ini menunjukkan pengeluaran modal yang dilakukan petani
untuk tanaman pinang yang ada di Kecamatan Suka Makmue sangat sedikit
karena disebabkan tanaman pinang merupakan tanaman sampingan, sedangkan
yang jumlah pengeluaran modal 232.000-297.500 yaitu dengan jumlah 10 KK
dengan persentase 33, hal ini menunjukan bahwa modal yang dikeluarkan
tergantung luasnya lahan yang ada sehingga jumlah modal yang dikeluarkan
berbeda-beda dan tenaga kerja yang ikut mengelola usaha tani pinang di
Kecamatan Suka Makmue Kabupaten Nagan Raya pada umumnya merupakan
anggota keluarga sendiri.
30
4.3.3 Tenaga Kerja
Berdasarkan Jumlah Pekerja yang Mengelola Usaha Tani Pinang di Hitung
dalam Satuan Jam Orang Kerja di Kecamatan Suka Makmue dapat dilihat pada
tabel berikut :
Tabel 6 Jumlah dan Persentase Responden Menurut Jumlah Jam Tenaga Kerja
No Jumlah Jam Kerja Jumlah
(KK) Persentase
1. 120 – 175 4 13
2. 176 – 231 4 13
3. 232 – 287 14 47
4. 288 – 342 8 27
Jumlah 30 100
Sumber : Hasil Penelitian Nopember 2013 Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa yang paling rendah jumlah
jam kerja 120 - 175 yaitu dengan jumlah 4 KK dengan persentase 13, hal ini
menunjukkan jumlah jam kerja yang dilakukan petani untuk tanaman pinang
perhari hanya untuk merawat dan melihat produktif tanaman pinang saja,
sedangkan dengan jumlah sebanyak 232-287 jam dengan jumlah 14 KK dengan
persentase 47, hal ini menunjukan bahwa semakin banyak jumlah jam kerja yang
dilakukan untuk tanaman pinang setiap hari semakin tanaman pinang terpelihara
hingga dapat meningkatkan hasil produksi yang lebih maksimal untuk
meningkatkan taraf hidup masyarakat.
4.4 Pembahasan Hasil Penelitian
4.4.1 Uji Koefisien Korelasi
31
Berdasarkan data input analisis faktor-faktor yang mempengaruhi
produksi pinang di Kecamatan Suka Makmue Kabupaten Nagan Raya. Setelah
melakukan penelitian dan memperoleh data tentang produksi yang terdiri luas
lahan, modal dan tenaga kerja. Penulis melakukan pengolahan data dengan
menggunakan Sofwere Statistical Program And Service Solution (SPSS) versi 16.
Dari hasil pengolahan data tersebut maka dapat dikemukakan hasil pembahasan
sebagai berikut :
Tabel 7 Hasil Koefesien Korelasi dan Koefesiensi Determinasi
Variabel Produksi
Y Luas Lahan
X1
Tenaga Kerja
X2
Modal X3
1. Person Correlation a. Produksi b. Luas Lahan c. Tenaga Kerja d. Modal
1000 782 798 622
782
1000 789 851
622 789
1000 703
789 851 703
1000
2. Modal
a. Koefesien Korelasi (R) 0.862
b. Koefesien Determinasi (R2) 0.789
c. Koefesien Determinasi
Adjusted 0.622
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui hasil penelitian sebagai berikut :
a. Uji Koefisien Korelasi Luas Lahan
Berdasarkan dari output komputer di atas maka diperoleh koefisien korelasi
dalam penelitian diperoleh nilai R = 0.782 dimana dengan nilai tersebut terdapat
hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat adalah 78.2 persen.
Artinya Produksi Pinang di Kecamatan Suka Makmue Kabupaten Nagan Raya
sangat erat hubungannya dengan faktor luas lahan (X1).
32
b. Uji Koefisien Korelasi Tenaga Kerja
Dari tabel diatas maka diperoleh koefisien korelasi dalam penelitian
diperoleh nilai R = 0.798 dimana dengan nilai tersebut terdapat hubungan antara
variabel bebas dengan variabel terikat adalah 79.9 persen. Artinya Produksi
Pinang di Kecamatan Suka Makmue Kabupaten Nagan Raya erat hubungannya
dengan faktor tenaga kerja (X2).
c. Uji Koefisien Korelasi Modal
Berdasarkan dari output komputer di atas maka diperoleh koefisien korelasi
dalam penelitian diperoleh nilai R = 0.622 dimana dengan nilai tersebut terdapat
hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat adalah 62.2 persen.
Artinya Produksi Pinang di Kecamatan Suka Makmue Kabupaten Nagan Raya erat
hubungannya dengan faktor modal (X3).
Koefesien Korelasi (R) sebesar 0.862 menunjukkan bahwa variabel luas
lahan (X1), Tenaga Kerja (X2) dan Modal (X3) sangat erat hubungan terhadap
peningkatan produksi pinang di Kecamatan Suka Makmue Kabupaten Nagan Raya
yaitu 86.2 persen.
Koefesien diterminasi adjusted (R2) bernilai 0.789. Hal ini menunjukkan
bahwa luas lahan (X1), Tenaga Kerja (X2) dan Modal kerja (X3) berpengaruh
terhadap produksi pinang di Kecamatan Suka Makmue Kabupaten Nagan Raya
sebesar 78,9 persen. Sedangkan sisanya 21.1 persen dipengaruhi oleh variabel lain
diluar modal penelitian.
33
Tabel 8
Regresi Berganda dan Uji Parsial (uji t)
Model
Un Standardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig
Correlations Collinearit
y Statistics
Std. eror
Beta Zero order
Parsial
Part Tolerance
ViF
1. (Constan)
Luas Lahan
Tenaga Kerja Modal Kerja
852.644
660.762
768.851
130.612
342.443
27.554
467.005
1.101
144
320
431
1.023
2.704
2.340
807
.140
.009
.007
.402
0.001
0.003
0.025
0.740
1.143
3.350
2.213
240
73
75
622
124
628
226
032
332
142
Dari hasil tabel regresi berganda dan uji t, maka diperoleh
persamaan akhir estimasi yaitu sebagai berikut :
Y = 852.644 + 660.762 X1 + 768.851 X2+ 130.612 X3.
1. Konstanta
Dari persamaan diatas dapat dilihat bahwa nilai konstanta sebesar
852.644. Nilai konstanta ini menyatakan bahwa apabila variabel luas
lahan, tenaga kerja dan modal kerja sama dengan nol maka produksi
Pinang di Kecamatan Suka Makmue Kabupaten Nagan Raya tetap ada
sebesar 852.644 rupiah.
2. Koefesien Regresi X1 (Luas Lahan)
34
Koefesien regresi luas lahan (X1) sebesar 660.762 berpengaruh terhadap
peningkatan produksi petani pinang di Kecamatan Suka Makmue
Kabupaten Nagan Raya. Hal ini disebabkan luas lahan responden selalu
mencerminkan jumlah produksi, dan sebagian dari luas lahan tersebut
masih terdapat tanaman pinang yang belum menghasilkan.
3. Koefesien Korelasi X2 (tenaga kerja)
Dari penjelasan di atas dapat dilihat bahwa nilai X2 sebesar 768.851.
Hal ini menyatakan bahwa apabila terjadi penambahan jam kerja sebesar 1
jam/hari maka akan berpengaruh terhadap peningkatan produksi pinang di
Kecamatan Suka Makmue Kabupaten Nagan Raya, sebesar 768.851 jam.
4. Koefesien Regresi X3 (modal kerja)
Dilihat bahwa nilai X3 sebesar 130.612. Hal ini menyatakan bahwa apabila
terjadi penambahan modal maka tidak ada berpengaruh terhadap produksi
pinang, dikarenakan tanaman pinang yang ditanami di lahan kosong dan di
pembatas tanah sehingga modal tidak berpengaruh terhadap produksi pinang
yang ada di Kecamatan Suka Makmue Kabupaten Nagan Raya.
4.4.2 Analisis Koefesien Determinasi
Setelah dihitung dengan menggunakan metode regresi linear berganda
dapat diketahui bahwa faktor yang mempengaruhi peningkatan produksi pinang
adalah sebagai berikut :
Koefesien Korelasi (R) = 0,862
Koefesien Determinasi (R2) = 0,789
Koefesien Determinasi Adjusted = 0,622
35
Sesuai dengan hasil perhitungan tersebut dapat diketahui nilai koefesien
determinasi adjusted (R2) sebesar 0,789 yang artinya bahwa peningkatan produksi
pinang sebesar 78.9 persen disebabkan oleh faktor luas lahan (X1), tenaga kerja
(X2) dan modal (X3). Sedangkan sisanya disumbangkan oleh variabel lain.
4.4.3 Uji t
Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel Luas Lahan
(X1), tenaga kerja (X2) dan modal (X3) secara parsial terhadap produksi
pinang (Y). Hasil perhitungan yang diperlihatkan pada tabel 9 dapat
diketahui besarnya nilai thitung untuk masing-masing variabel dengan tingkat
kepercayaan atau derajat signifikan sebesar =5 persen, dapat kita lihat
pada tabel berikut ini:
Tabel 9
Uji t
Model
Un Standardized
Coefficients
Standardize
d Coefficients
T sig Std. eror Beta
1. Konstanta
Luas Lahan
Tenaga Kerja Modal Kerja
852.644
660.762
768.851
130.612
342.443
27.554
467.005
1.101
144
320
431
1.023
2.704
2.340
807
.140
.009
.007
.402
Sumber : Hasil Regresi (data diolah November 2014)
Berdasarkan tabel diatas pengaruh signifikan variabel bebas
terhadap variabel terikat dapat dijelaskan sebagai berikut:
36
1. Variabel luas lahan diperoleh thitung sebesar 2.704 lebih besar dari ttabel
sebesar 1.706 artinya variabel luas lahan berpengaruh secara signifikan
terhadap produksi pinang.
2. Variabel tenaga kerja diperoleh thitung sebesar 2.340 lebih besar dari ttabel
sebesar 1.706 artinya variabel luas lahan berpengaruh secara signifikan
terhadap produksi pinang.
3. Variabel modal diperoleh thitung sebesar 807 lebih kecil dari ttabel sebesar 1.706
artinya variabel modal tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
produksi pinang.
4.4.3 Hasil Uji Statistik
a. Hasil Uji F (Secara Simultan)
Uji F digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel luas lahan (X1),
tenaga kerja (X2) dan modal (X3) secara bersama-sama terhadap Produksi pinang
(Y). Dari hasil perhitungan diperoleh Fhitung seperti yang terlihat pada tabel berikut
:
Tabel 10
Anova
Model Sum of squares Df Mean Square F Sig
Regression 4336022 3 22654339
148.37
6 .000
Residual 3144300 26 2125476
Total 7480322 29
Sumber : Hasil Regresi (data diolah November 2013)
Berdasarkan hasil pengujian dari uji ANOVA atau uji-F (secara simultan)
diperoleh Fhitung sebesar 148.376, sedangkan Ftabel pada tingkat signifikan = 5%
37
adalah sebesar 2.99. Hal ini memperlihatkan bahwa Fhitung Ftabel, dengan tingkat
signifikan 0.000. Hasil perhitungan ini dapat di ambil suatu kesimpulan bahwa
menerima hipotesis alternatif dan menolak hipotesis nol, artinya bahwa variabel
luas lahan (X1), tenaga kerja (X2) secara bersama-sama berpengaruh secara
signifikan terhadap peningkatan Produksi Pinang di Kecamatan Suka Makmue
Kabupaten Nagan Raya.
4.5 Pembuktian Hipotesis
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel luas lahan
memiliki pengaruh positif terhadap produksi pinang di Kecamatan Suka Makmue
Kabupaten Nagan Raya, berdasarkan hasil pengujian hipotesis diperoleh luas
lahan thitung lebih besar dari ttabel sebesar (2.704 1.706) demikian hasil
perhitungan statistik menunjukkan bahwa secara parsial variabel luas lahan
berpengaruh secara signifikan terhadap Produksi pinang. Berdasarkan hasil
hipotesa H1 diterima yang berarti bahwa memiliki luas lahan mempengaruhi
Produksi Pinang di Kecamatan Suka Makmue Kabupaten Nagan Raya.
Variabel tenaga kerja memiliki pengaruh positif terhadap jumlah produksi
pinang di Kecamatan Suka Makmue Kabupaten Nagan Raya, berdasarkan hasil
pengujian hipotesis diperoleh thitung lebih besar dari ttabel sebesar (2.340 1.706),
dapat diartikan bahwa variabel tenaga kerja berpengaruh secara nyata terhadap
produksi pinang di Kecamatan Suka Makmue Kabupaten Nagan Raya.
Variabel modal beradasarkan hasil pengujian hipotesis diperoleh thitung
lebih kecil dari ttabel sebesar (807 1.706), maka dapat diartikan bahwa variabel
38
modal tidak berpengaruh secara nyata terhadap produksi pinang di Kecamatan
Suka Makmue Kabupaten Nagan Raya.
Berdasarkan hasil pembahasan bahwa variabel luas lahan (X1), tenaga
kerja (X2) mempunyai pengaruh dalam meningkatkan Produksi Pinang di
Kecamatan Suka Makmue Kabupaten Nagan Raya yaitu dengan memperoleh nilai
Fhitung sebesar 148.376 Ftabel pada tingkat signifikan = 5 persen adalah sebesar
2.99 dengan tingkat signifikansi 0.000. Hal tersebut menyatakan bahwa secara
simultan (bersama-sama) variabel yang diteliti berpengaruh terhadap
Produksi Pinang.
Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semua
indikator yang diteliti berpengaruh secara signifikan terhadap Produksi
Pinang di Kecamatan Suka Makmue Kabupaten Nagan Raya.
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
39
4.1 Deskripsi Variabel Penelitian
4.1.1 Gambaran Umum Kabupaten Nagan Raya
Kabupaten Nagan Raya ibukotanya adalah Suka Makmue, yang
berjarak sekitar 287 km atau 8 jam perjalanan dari ibu kota Provinsi Aceh,
Kabupaten Nagan Raya ini terbentuk berdasarkan UU Nomor 4 Tahun 2002
Tanggal 2 Juli 2002.
Kabupaten Nagan Raya secara georafis terletak pada 03040'-04
038'
LU dan 96011'-96
048' BT, dengan luas wilayah 3.363.72 Km
2 (336.372
Hektar) dengan batas-batas wilayah, Sebelah Utara berbatas dengan
Kabupaten Aceh Barat dan Aceh Tengah, Sebelah Timur berbatas dengan
Kabupaten Gayo Lues dan Aceh Tengah Sebelah Barat berbatas dengan
Kabupaten Aceh Barat dan sebelah Selatan berbatas dengan Samudera
Indonesia. Kecamatan-Kecamatan dalam Kabupaten Nagan Raya antara lain
Kecamatan Seunagan, Seunagan Timur, Beutong, Suka Makmue, Kuala,
Tadu Raya, Kuala Pesisir, Darur Makmur, Beutong Banggalang dan Tripa
Makmur, dengan jumlah desa keseluruhan sebanyak 222 desa
(http://www/google.co.id. Lokasi Nagan Raya.BPS. diakses 27 Februari
2014)
Kabupaten ini berada di pantai barat Sumatera yang subur dan
sangat cocok bagi pertanian, khususnya padi yang terpusat di Kecamatan
Seunagan, Seunagan Timur, Beutong dan Suka Makmue serta ditunjang
oleh Krueng Nagan dan Krueng Beutong yang mengalir diwilayah tersebut.
40
Potensi lainnya seperti bahan tambang, batu bara, emas dan usaha
peternakan, perikanan serta perkebunan terutama kelapa sawit dan karet.
4.2 Karakteristik Responden
Sebagaimana yang telah penulis jelaskan sebelumnya bahwa petani
Pinang di Kecamatan Suka Makmue Kabupaten Nagan Raya yang menjadi
responden dalam penelitian ini adalah sebanyak 30 KK, untuk mendapatkan
gambaran mengenai keadaan yang diteliti maka perlu dikemukakan karakteristik
responden yang meliputi pendapatan responden, luas lahan yang diusahakan,
umur tanaman, jumlah produksi, jumlah tenaga kerja, jumlah hari kerja
permingguan dan rata-rata jam kerja perhari.
Dalam penelitian ini respondennya adalah para petani yang memiliki
lahan sendiri dan bekerja sebagai para petani Pinang di Kecamatan Suka Makmue
Kabupaten Nagan Raya.
4.2.1 Produksi Responden
Dari segi produksi juga diketahui bahwa petani pinang yang ada pada
desa-desa di Kecamatan Suka Makmue Kabupaten Nagan Raya yang menjadi
responden dalam penelitian ini mempunyai produksi yang berbeda, untuk lebih
jelas dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3 Jumlah Responden Menurut Produksi
No Produksi Responden (Kg)
Jumlah Presentase (%)
41
1
2
3
4
100 – 140
141 -181
182 - 222
223 - 263
4
4
14
8
13
13
47
27
Jumlah 30 100
Sumber : Hasil Penelitian Nopember 2013 Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa paling sedikit yaitu
100-140 yang berjumlah 4 orang dengan persentase 13, hal ini disebabkan luas
lahan tanaman pinang di Kecamatan Suka Makmue Kabupaten Nagan Raya yang
dimiliki petani tidak luas karena luasnya area persawahan, Produksi ini diperoleh
sesudah dikurangi modal yang dikeluarkan oleh petani pinang sehingga produksi
petani pinang masih sangat rendah disebabkan luas lahan tanaman pinang
sangat sedikit. Sedangkan produksi pinang paling banyak antara 182-222 yang
berjumlah 14 orang dengan persentase 47.
4.3 Hasil Analisis Data
Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi pinang di Kecamatan Suka
Makmue Kabupaten Nagan Raya terdiri dari 3 faktor yaitu Luas Lahan, Modal dan
tenaga kerja, Gambaran dari masing-masing faktor terhadap produksi Pinang di
Kecamatan Suka Makmue Kabupaten Nagan Raya dapat dilakukan dengan
analisis deskriptif.
4.3.1 Luas Lahan
Petani Pinang yang mengelola lahan sendiri yang menjadi sampel
penelitian ini adalah petani yang mengelola lahan sendiri. Berdasarkan hasil
42
penelitian, luas lahan petani pinang bervariasi antara 0,25 Ha sampai dengan
1,50 Ha seperti yang tertulis pada tabel empat berikut ini.
Tabel 4
Jumlah dan Persentase Responden Menurut Luas Lahan
Sumber : Hasil Penelitian Nopember 2013 Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa yang paling rendah
luas lahan 0,25 yaitu dengan jumlah 4 KK dengan persentase 13, hal ini
menunjukkan luas lahan tanaman pinang yang ada di Kecamatan Suka Makmue
sangat sedikit karena disebabkan tanaman pinang merupakan tanaman
sampingan sebagai pengisi lahan kosong dan sebagai tanaman pembatas tanah
(tanaman pagar), sedangkan yang jumlah luas lahannya 1,50 yaitu dengan
jumlah 4 KK dengan persentase 13, hal ini menunjukan luas lahan tanaman
pinang yang ada di Kecamatan Suka Makmue tidak begitu luas karena disebabkan
luasnya area pesawahan dan pemukiman yang padat dan Kecamatan Suka
Makmue merupakan lokasi tempat perkantoran Kabupaten Nagan Raya.
4.3.2 Modal
Perhitungan modal dalam penelitian ini adalah menggunakan pendekatan
biaya yaitu besarnya biaya total yang dikeluakan oleh para petani pada
No Luas Lahan
(Ha) Jumlah
Tenaga Kerja Persentase
(%)
1. 0,25 4 13
2. 0,50 16 53
3. 1 6 20
4. 1,50 4 13
Jumlah 30 100
43
pekebunan pinang dalam jangka waktu satu bulan. Biaya total ini terdiri dari
biaya tetap dan biaya variabel, biaya tetap terdiri dari dari alat-alat biaya variabel
terdiri dari bibit dan biaya pemeliharaan.
Berdasarkan hasil penelitian, perhitungan besarnya modal petani pinang
dapat diihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 5 Jumlah dan Persentase Modal Responden
No Jumlah Modal
(Rp) Jumlah
(KK) Persentase
1. 100.000 – 165.500 7 23
2. 166.000 – 231.500 8 27
3. 232.000 – 297.500 10 33
4. 298.000 5 17
Jumlah 30 100
Sumber : Hasil Penelitian Nopember 2013 Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa yang paling rendah
mengeluarkan modal 100.000-165.500 yaitu dengan jumlah 7 KK dengan
persentase 23, hal ini menunjukkan pengeluaran modal yang dilakukan petani
untuk tanaman pinang yang ada di Kecamatan Suka Makmue sangat sedikit
karena disebabkan tanaman pinang merupakan tanaman sampingan, sedangkan
yang jumlah pengeluaran modal 232.000-297.500 yaitu dengan jumlah 10 KK
dengan persentase 33, hal ini menunjukan bahwa modal yang dikeluarkan
tergantung luasnya lahan yang ada sehingga jumlah modal yang dikeluarkan
berbeda-beda dan tenaga kerja yang ikut mengelola usaha tani pinang di
Kecamatan Suka Makmue Kabupaten Nagan Raya pada umumnya merupakan
anggota keluarga sendiri.
44
4.3.3 Tenaga Kerja
Berdasarkan Jumlah Pekerja yang Mengelola Usaha Tani Pinang di Hitung
dalam Satuan Jam Orang Kerja di Kecamatan Suka Makmue dapat dilihat pada
tabel berikut :
Tabel 6 Jumlah dan Persentase Responden Menurut Jumlah Jam Tenaga Kerja
No Jumlah Jam Kerja Jumlah
(KK) Persentase
1. 120 – 175 4 13
2. 176 – 231 4 13
3. 232 – 287 14 47
4. 288 – 342 8 27
Jumlah 30 100
Sumber : Hasil Penelitian Nopember 2013 Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa yang paling rendah jumlah
jam kerja 120 - 175 yaitu dengan jumlah 4 KK dengan persentase 13, hal ini
menunjukkan jumlah jam kerja yang dilakukan petani untuk tanaman pinang
perhari hanya untuk merawat dan melihat produktif tanaman pinang saja,
sedangkan dengan jumlah sebanyak 232-287 jam dengan jumlah 14 KK dengan
persentase 47, hal ini menunjukan bahwa semakin banyak jumlah jam kerja yang
dilakukan untuk tanaman pinang setiap hari semakin tanaman pinang terpelihara
hingga dapat meningkatkan hasil produksi yang lebih maksimal untuk
meningkatkan taraf hidup masyarakat.
45
4.4 Pembahasan Hasil Penelitian
4.4.1 Uji Koefisien Korelasi
Berdasarkan data input analisis faktor-faktor yang mempengaruhi
produksi pinang di Kecamatan Suka Makmue Kabupaten Nagan Raya. Setelah
melakukan penelitian dan memperoleh data tentang produksi yang terdiri luas
lahan, modal dan tenaga kerja. Penulis melakukan pengolahan data dengan
menggunakan Sofwere Statistical Program And Service Solution (SPSS) versi 16.
Dari hasil pengolahan data tersebut maka dapat dikemukakan hasil pembahasan
sebagai berikut :
Tabel 7 Hasil Koefesien Korelasi dan Koefesiensi Determinasi
Variabel Produksi
Y Luas Lahan
X1
Tenaga Kerja
X2
Modal X3
1. Person Correlation a. Produksi b. Luas Lahan c. Tenaga Kerja d. Modal
1000 782 798 622
782
1000 789 851
622 789
1000 703
789 851 703
1000
2. Modal
a. Koefesien Korelasi (R) 0.862
b. Koefesien Determinasi (R2) 0.789
c. Koefesien Determinasi
Adjusted 0.622
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui hasil penelitian sebagai berikut :
a. Uji Koefisien Korelasi Luas Lahan
Berdasarkan dari output komputer di atas maka diperoleh koefisien korelasi
dalam penelitian diperoleh nilai R = 0.782 dimana dengan nilai tersebut terdapat
hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat adalah 78.2 persen.
46
Artinya Produksi Pinang di Kecamatan Suka Makmue Kabupaten Nagan Raya
sangat erat hubungannya dengan faktor luas lahan (X1).
b. Uji Koefisien Korelasi Tenaga Kerja
Dari tabel diatas maka diperoleh koefisien korelasi dalam penelitian
diperoleh nilai R = 0.798 dimana dengan nilai tersebut terdapat hubungan antara
variabel bebas dengan variabel terikat adalah 79.9 persen. Artinya Produksi
Pinang di Kecamatan Suka Makmue Kabupaten Nagan Raya erat hubungannya
dengan faktor tenaga kerja (X2).
c. Uji Koefisien Korelasi Modal
Berdasarkan dari output komputer di atas maka diperoleh koefisien korelasi
dalam penelitian diperoleh nilai R = 0.622 dimana dengan nilai tersebut terdapat
hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat adalah 62.2 persen.
Artinya Produksi Pinang di Kecamatan Suka Makmue Kabupaten Nagan Raya erat
hubungannya dengan faktor modal (X3).
Koefesien Korelasi (R) sebesar 0.862 menunjukkan bahwa variabel luas
lahan (X1), Tenaga Kerja (X2) dan Modal (X3) sangat erat hubungan terhadap
peningkatan produksi pinang di Kecamatan Suka Makmue Kabupaten Nagan Raya
yaitu 86.2 persen.
Koefesien diterminasi adjusted (R2) bernilai 0.789. Hal ini menunjukkan
bahwa luas lahan (X1), Tenaga Kerja (X2) dan Modal kerja (X3) berpengaruh
terhadap produksi pinang di Kecamatan Suka Makmue Kabupaten Nagan Raya
sebesar 78,9 persen. Sedangkan sisanya 21.1 persen dipengaruhi oleh variabel lain
diluar modal penelitian.
47
Tabel 8
Regresi Berganda dan Uji Parsial (uji t)
Model
Un Standardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig
Correlations Collinearity Statistics
Std.
eror Beta
Zero
order
Parsi
al Part
Toler
ance ViF
1. (Constan)
Luas Lahan
Tenaga Kerja Modal
Kerja
852.644
660.762
768.851
130.612
342.443
27.554
467.005
1.101
144
320
431
1.023
2.704
2.340
807
.140
.009
.007
.402
0.001
0.003
0.025
0.740
1.143
3.350
2.213
240
73
75
622
124
628
226
032
332
142
Dari hasil tabel regresi berganda dan uji t, maka diperoleh
persamaan akhir estimasi yaitu sebagai berikut :
Y = 852.644 + 660.762 X1 + 768.851 X2+ 130.612 X3.
1. Konstanta
Dari persamaan diatas dapat dilihat bahwa nilai konstanta sebesar
852.644. Nilai konstanta ini menyatakan bahwa apabila variabel luas
lahan, tenaga kerja dan modal kerja sama dengan nol maka produksi
Pinang di Kecamatan Suka Makmue Kabupaten Nagan Raya tetap ada
sebesar 852.644 rupiah.
2. Koefesien Regresi X1 (Luas Lahan)
Koefesien regresi luas lahan (X1) sebesar 660.762 berpengaruh terhadap
peningkatan produksi petani pinang di Kecamatan Suka Makmue
48
Kabupaten Nagan Raya. Hal ini disebabkan luas lahan responden selalu
mencerminkan jumlah produksi, dan sebagian dari luas lahan tersebut
masih terdapat tanaman pinang yang belum menghasilkan.
3. Koefesien Korelasi X2 (tenaga kerja)
Dari penjelasan di atas dapat dilihat bahwa nilai X2 sebesar 768.851.
Hal ini menyatakan bahwa apabila terjadi penambahan jam kerja sebesar 1
jam/hari maka akan berpengaruh terhadap peningkatan produksi pinang di
Kecamatan Suka Makmue Kabupaten Nagan Raya, sebesar 768.851 jam.
4. Koefesien Regresi X3 (modal kerja)
Dilihat bahwa nilai X3 sebesar 130.612. Hal ini menyatakan bahwa apabila
terjadi penambahan modal maka tidak ada berpengaruh terhadap produksi
pinang, dikarenakan tanaman pinang yang ditanami di lahan kosong dan di
pembatas tanah sehingga modal tidak berpengaruh terhadap produksi pinang
yang ada di Kecamatan Suka Makmue Kabupaten Nagan Raya.
4.4.2 Analisis Koefesien Determinasi
Setelah dihitung dengan menggunakan metode regresi linear berganda
dapat diketahui bahwa faktor yang mempengaruhi peningkatan produksi pinang
adalah sebagai berikut :
Koefesien Korelasi (R) = 0,862
Koefesien Determinasi (R2) = 0,789
Koefesien Determinasi Adjusted = 0,622
Sesuai dengan hasil perhitungan tersebut dapat diketahui nilai koefesien
determinasi adjusted (R2) sebesar 0,789 yang artinya bahwa peningkatan produksi
49
pinang sebesar 78.9 persen disebabkan oleh faktor luas lahan (X1), tenaga kerja
(X2) dan modal (X3). Sedangkan sisanya disumbangkan oleh variabel lain.
4.4.3 Uji t
Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel Luas Lahan
(X1), tenaga kerja (X2) dan modal (X3) secara parsial terhadap produksi
pinang (Y). Hasil perhitungan yang diperlihatkan pada tabel 9 dapat
diketahui besarnya nilai thitung untuk masing-masing variabel dengan tingkat
kepercayaan atau derajat signifikan sebesar =5 persen, dapat kita lihat
pada tabel berikut ini:
Tabel 9
Uji t
Model
Un Standardized Coefficients
Standardized
Coefficients
T sig Std. eror Beta
1. Konstanta
Luas Lahan
Tenaga Kerja Modal Kerja
852.644
660.762
768.851
130.612
342.443
27.554
467.005
1.101
144
320
431
1.023
2.704
2.340
807
.140
.009
.007
.402
Sumber : Hasil Regresi (data diolah November 2014)
Berdasarkan tabel diatas pengaruh signifikan variabel bebas
terhadap variabel terikat dapat dijelaskan sebagai berikut:
4. Variabel luas lahan diperoleh thitung sebesar 2.704 lebih besar dari ttabel
sebesar 1.706 artinya variabel luas lahan berpengaruh secara signifikan
terhadap produksi pinang.
50
5. Variabel tenaga kerja diperoleh thitung sebesar 2.340 lebih besar dari ttabel
sebesar 1.706 artinya variabel luas lahan berpengaruh secara signifikan
terhadap produksi pinang.
6. Variabel modal diperoleh thitung sebesar 807 lebih kecil dari ttabel sebesar 1.706
artinya variabel modal tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
produksi pinang.
4.4.3 Hasil Uji Statistik
a. Hasil Uji F (Secara Simultan)
Uji F digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel luas lahan (X1),
tenaga kerja (X2) dan modal (X3) secara bersama-sama terhadap Produksi pinang
(Y). Dari hasil perhitungan diperoleh Fhitung seperti yang terlihat pada tabel berikut
:
Tabel 10
Anova
Model Sum of squares Df Mean Square F Sig
Regression 4336022 3 22654339
148.37
6 .000
Residual 3144300 26 2125476
Total 7480322 29
Sumber : Hasil Regresi (data diolah November 2013)
Berdasarkan hasil pengujian dari uji ANOVA atau uji-F (secara simultan)
diperoleh Fhitung sebesar 148.376, sedangkan Ftabel pada tingkat signifikan = 5%
adalah sebesar 2.99. Hal ini memperlihatkan bahwa Fhitung Ftabel, dengan tingkat
signifikan 0.000. Hasil perhitungan ini dapat di ambil suatu kesimpulan bahwa
menerima hipotesis alternatif dan menolak hipotesis nol, artinya bahwa variabel
51
luas lahan (X1), tenaga kerja (X2) secara bersama-sama berpengaruh secara
signifikan terhadap peningkatan Produksi Pinang di Kecamatan Suka Makmue
Kabupaten Nagan Raya.
52
V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1 simpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan
mengenai Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Pinang di
Kecamatan Suka Makmue Kabupaten Nagan Raya, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Berdasarkan hasil analisis regresi diperoleh penjelasan bahwa
variabel yang diteliti yaitu luas lahan, tenaga kerja dan modal. Luas
lahan dan tenaga kerja berpengaruh secara signifikan terhadap
Produksi pinang di Kecamatan Suka Makmue Kabupaten Nagan Raya.
Sedangkan faktor modal secara parsial tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap Produksi pinang di Kecamatan Suka Makmue
Kabupaten Nagan Raya.
2. Berdasarkan hasil uji-t (secara parsial) menunjukkan bahwa luas
lahan(X1), tenaga kerja (X2) mempunyai pengaruh secara signifikan
terhadap produksi pinang di Kecamatan Suka Makmue Kabupaten
Nagan Raya hipotesis H1 diterima dan hipotesis Ho ditolak.
3. Berdasarkan hasil uji-F atau secara simultan menunjukkan bahwa
semua variabel yang diteliti berpengaruh secara signifikan terhadap
faktor-faktor yang mempengaruhi produksi pinang di Kecamatan Suka
Makmue Kabupaten Nagan Raya, hal ini karena diperoleh nilai
FhitungFtabel pada tingkat signifikansi = 5%.
53
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka penulis
mengajukan saran sebagai berikut :
1. Kepada Petani Pinang diharapkan memperhatikan terhadap lahan yang
bersih terutama jumlah harian orang kerja di tingkatkan lagi sehingga
tanaman pinang lebih produktivitas sehingga pendapatan meningkat.
2. Diharapkan kepada Pemerintah Daerah untuk meningkatkan
pemahaman tentang tanaman pinang yang dapat meningkatkan tarap
hidup yang baik, sehingga pendapatan masyarakat dapat bertambah
hingga menjadi pendapatan pokok.
DAFTAR PUSTAKA
Adhar Muslem, 2000. Tata Cara Penanaman Tanaman, Grafika, Banda Aceh.
Bambang Marhijanto, 2000, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Terbit Terang,
Surabaya.
Hasan, 2006. Analisis Regresi, Bumi Aksara, Jakarta.
Hani Handoko, 2006, Pengertian Produktifitas. Bumi Aksaran, Jakarta
Kuswandi, 2003, Pendapatan Rugi dan Laba, Pratama Media, Jakarta.
Kamaruddin, 2000, Indikator-Indikator Perekonomian Indonesia, Armico,
Bandung
Karwan Salikin, 2005, Peran Pertanian dalam Ekonomi, Raja Grafindo Persada,
Jakarta
Margono, 2005. Metodelogi Penelitian Kualitatif, Penerbit Reneka Cipta
Bandung.
Marvin, 2006, Pengantar Ekonomi Perusahaan, Tiga Serangkai, Semarang
Morjonos, 2007, Pengantar Ekonomi Pertanian, Ghamedia, Jakarta
Mukhlisuludin, 2005, Melalui Usaha Pinang dapat Meningkatkan perekonomian
masyarakat, Koran Kompas.
Rajawali Pers, 2011. Pengertian Pertanian, Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Soeparmoko, 2001, Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan, BPEF-GM,
Yogyakarta.
Saat Sulaiman, 2003, Pengantar Ekonomi Pertanian, CV. Cibina Rakan,
Banda Aceh.
Sadli, Mohd, 2001, Teori Ekonomi dan Kebijaksanaan Pembangunan, Gramedia,
Jakarta.
T.Wahyudi, 2007, Pengantar Ekonomi Manajemen, Gramedia, Jakarta.
Teguh Wahyono, 2011, Pendapatan Umum, Penerbit Penebar Swadaya, Jakarta.
Usman Nazaruddin, 2009, Budidaya tanaman Pinang, Penerbit PD Mahkota,
Jakarta.
Wiranto, 2000, Pengantar Ilmu Ekonomi, Armico, Bandung.
Zaeni Asyhadie, 2007, Hukum Kerja (Hukum Ketenagakerjaan Bidang Hubungan
Kerja), Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Suhardiono, 1999. Tanaman Pinang, Penerbit Penebar Swadaya, Jakarta
Soenardi, 2000. Bercocok Tanam secara Umum, CV Yasaguna, Jakarta
Top Related