PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

110
i

Transcript of PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

Page 1: PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

i

Page 2: PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

ii

PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI

DI KABUPATEN ACEH BARAT

SKRIPSI

OLEH

DIWAN

08C20101125

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS TEUKU UMAR

MEULABOH, ACEH BARAT

2014

Page 3: PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

iii

PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI

DI KABUPATEN ACEH BARAT

SKRIPSI

Oleh

DIWAN

08C20101125

Skipsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Ekonomi

Pada Fakultas Ekonomi Universitas Teuku Umar

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS TEUKU UMAR

MEULABOH, ACEH BARAT

2014

Page 4: PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

iv

ABSTRAK

Diwan. Pengaruh Pembangunan Infrastruktur Terhadap Pertumbuhan Ekonomi

diKabupaten Aceh Barat.Dibawah bimbingan Jufri dan Lilis Marlina.

Analisis penelitian ini menggunakan model regresi linier sederhana yang

bertujuan untuk milihat hubungan pembangunan infrastruktur dengan pertumbuhan

ekonomi Kabupaten Aceh Barat. Anlisis korelasi digunakan untuk mengukur

tingkat kekuatan hubungan dari kedua variable yang dianalisis, sedangkan analisis

diterminasi digunakan untuk mengukur pengaruh infrastruktur terhadap

pertumbuhan ekonomi kabupaten Aceh Barat.

Penilitian ini menggunakan metode regresi linier sederhana yang bertujuan

untuk melihat hubungan, selanjutnya analisis korelasi untukm mengukur kuat atau

lemah nya hubungan antara variable dan yang terakhir koevisien diterminasi ini

adalah koevisien penentu yang menjelaskan besar kecinya pengaruh nilai variable.

Berdasarkan hasil penilitian yang telah di lakukan diperoleh R=0,584 secara

positif menjelaskan terdapat hubungan yang kecil antara pembangunan infrastruktur

dengan pertumbuhan ekonomi dengan keeratan hubungan 58,4 persen, sedangkan

Koevisien diterminasi (R2) menunjukan bahwa pertumbuhan ekonomi Kabupaten

Aceh Barat sangat kecil dipenguruhi oleh pembangunan Infrastruktur, sedangkan

sisanya 66.9 persen yang dijelaskan oleh variable lain, diluar variable penelitian.

Hipotesis yang penulis ajukan bahwa pembangunan infrastruktur

berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, diperoleh dari hasi

thitung sebesar 3.438>ttabel1,853 hasil pengujian hipotesis secara persial (uji t)

dikarnakan nilai probabilitas lebih besar dari 0.005 (derajat signifikan) berarti Ho di

terima H1 ditolak. Disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang kecil pembanguan

infrastuktur terhadap pertumbuhan ekonomi kabupaten aceh barat.

Kata kunci : pembangunan Infrastruktur, Pertumbuhan Ekonomi.

Page 5: PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

v

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Skripsi : PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI

DIKABUPATEN ACEH BARAT

Nama Mahasiswa : DIWAN

Nim : 08C20101125

Program Studi : Ekonomi Pembangunan

Menyetujui Komisi

Pembimbing

Pembimbing Utama Pembimbing Anggota

Jufri, SE

Lilis Marlina, SE

Mengetahui :

Dekan Ketua Program Studi

Fakultas Ekonomi Ekonomi Pembangunan

Zulbaidi, MM Yayuk, EW, SE, M.Si

Tanggal : 13 Septeber 2014

Page 6: PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

vi

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI

Skripsi Dengan Judul

PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTUKTUR TERHADAP

PERTUMBUHAN EKONOMI DI KABUPATEN ACEH BARAT

Yang Disusun Oleh

Nama : Diwan

Nim : 08C20101125

FakultasEkonomi : Ekonomi

Program Studi : Ekonomi Pembangunan

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 13 September 2014 dan

dinyatakan memenuhi syarat untuk diterima.

SUSUNAN DEWAN PENGUJI

1. Abd. Jamal, SE,M.Si

(KetuaPenguji) ...........................................

2. Jufri, SE

(AnggotaPenguji I) ...........................................

3. Syahril, SE, M.Si

(AnggotaPenguji II) ...........................................

4. Elga Ekatri Yangti, SE

(AnggataPenguji III) ...........................................

Alue Peunyareng, 13 September 2014

Ketua Program Studi

Ekonomi Pembangunan

Yayuk EW, SE, M.Si

Page 7: PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

vii

RIWAYAT HIDUP

A. DATA PRIBADI

Nama : Diwan

TTL : Jambak, 14 mai 1990

Jenis Kelamin : Laki – Laki

Agama : Islam

No Hp : 085276164781

E-mail : [email protected]

B. PENDIDIKAN

2002 : SD Negeri Alue Lhok

2005 : SMP Negeri 5 Pante Cermin

2008 : SMA Negeri 3 Meulaboh

C. TRAINING/PELATIHAN

2007 : Training Komputer di profCom Meulaboh

2008 : Pelatihan HMI (Himpunan Mahasiswa

Islami) Cabang Meulaboh

D. ORGANISASI

Pengurus LDK (Lembaga Dakwah Kampus) Ekonom Pembangunan

Universitas Teuku Umar.

Page 8: PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

viii

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-

Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pengaruh

Pembangunan Infrastruktur terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten

Aceh Barat” .

Selawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW, dan kepada sahabat

beliau sekalian yang telah berjuang menegakkan agama Islam membawa kita dari

alam kebodohan menuju kealam yang penuh dengan ilmu pengetahuan seperti yang

kita rasakan saat ini.

skripsi ini penulis susun dengan tujuan untuk memenuhi salah satu syarat

untuk menyelesaikan pendidikan sarjana di Faultas Ekonomi Universitas Teuku

Umar.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis telah mendapatkan begitu banyak

bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini peneliti

menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada yang terhormat :

1. Jufri, SE selaku ketua pembibing satu dan Ibu Lilis Marlina,SE selaku

Pembimbing anggota yang telah sangat banyak meluangkan waktu dalam

memberi bimbingan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini.

2. Ibu Yayuk,EW.SE.M.S.i Selaku Ketua Program Ekonomi Pembangunan

Universitas Teuku Umar

3. Bapak Zulbaidi, MM selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Teuku

Umar.

Page 9: PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

ix

4. Bapak Dewan Penguji yang terdiri dari Bapak Abd. Jamal, SE,M.Si, Bapak

Syahril, SE, M.Si, Bapak Jufri, SE, Lilis Marlina,SE, yang telah banyak

memberikan masukan dan saran kepada penulis hingga dapat menyelesaikan

skripsi ini

5. Seluruh Dosen dan Staf Pengajar serta Civitis Akademik Fakultas Ekonomi

Pembangunan Universitas Teuku Umar Meulaboh yang telah memberikan

dorongan serta saran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Bapak Prof. Dr. Djasman. J Ma`ruf, SE.,MBA. Selaku Rektor Universitas

Teuku Umar

7. Kepada Ayahanda dan Ibunda yang telah memberikan dorongan dan

semangat baik moril, materil, serta fasilitas dan do’a sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini.

Peneliti merasa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan dan

kesilapan. Untuk itu penulis mengharapkan kepada pembaca untuk memberikan

kritik dan saran yang sifatnya membangun agar dapat menyempurnakan skripsi ini.

Atas kritikan dan sarannya penulis mengucapkan terima kasih.

Meulaboh, 16 September 2014

Diwan

Page 10: PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

x

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL....................................................................................... i

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... ii

HALAMAN TUJUAN ....................................................................................... iii

ABSTRAK ........................................................................................................... iv

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING .............................................. v

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ........................................................ vi

RIWAYAT HIDUP ............................................................................................ vii

MOTTO / PERUNTUKAN............................................................................... viii

KATA PENGANTAR ........................................................................................ ix

DAFTAR ISI ....................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL ............................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiv

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah ............................................................................... 4

1.3. Tujuan Penelitian ................................................................................ 4

1.4. Manfaat Penelitian .............................................................................. 4

1.4.1 Manfaat Teoritis ........................................................................ 5

1.4.2 Manfaat Praktis.......................................................................... 5

1.5. Sistematika Penulisan ......................................................................... 5

I. TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Pengertian Infrastruktur .......................................................................... 7 7

2.1.1. Pendekatan Pembangunan Infratruktur Nasional ...................... ..... 8

2.1.2. Pembanguna Infrastruktur Untuk Pengembangan Wilayah ...... 9

2.1.3. Konsep Tualisasi Peran Infrastruktur ......................................... 9

2.1.4. Pengaruh Pembanguna Infrastruktur Keterkaitan Timbal Balik

Antara Infrastruktur dan ekonomi .............................................. 10

2.2.Perkembangan ekonomi ....................................................................... 11

2.2.1. Definisi atau indikasi Perkembangan Ekonomi ......................... 11

2.3. Perbedaan Pertumbuhan Ekonomi Dan Pembangunan Ekonomi ..... 12

2.3.1. Pengertian Umum Pertumbuhan Ekonomi ................................ 12

2.3.2. Pembangunan Ekonomi .............................................................. 13

2.4.Teori Pertumbuhan Ekonomi ................................................................. 15

2.4.1 Aliran Klasik................................................................................. 16

2.5 Model Dan Strategi EkonomiWilayah .................................................. 18

2.5.1 Model Pembangunan Ekonomi Wilayah .................................... 21

2.6. Model Pembangunan I........................................................................... 22

2.6.1. Model Pembangunan II ............................................................... 22

2.6.2. Model Pembangunan III ............................................................. 23

2.6.4. Model Pembangunan IV ............................................................. 23

2.7. Strategi Pembangunan Wilayah ........................................................... 24

2.7.1. strategi Pembangunan Prasarana ................................................ 24

Page 11: PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

xi

2.8. Hipotesis ................................................................................................. 24

III. METODE PENELITIAN

3.1. Ruang Lingkup Penelitian ..................................................................... 25

3.2. Data Penelitian ....................................................................................... 25

3.2.1. Jenis Sumber Data ....................................................................... 25

3.2.2. Teknik pengumpulan data........................................................... 25

3.3. Model Analisis Data .............................................................................. 26

3.4.Devinisi Oprasional Variabel ................................................................. 27

3.5. Uji Hipotesis .......................................................................................... 28

IV. HASI DAN PEMBAHASAN 4.1 Statistik Deskriptif .................................................................................. 29

4.2 Pertumbuhan Infrastruktur ..................................................................... 29

4.3 Standar Deviasi Rata-Rata Dan Opsevasi ............................................. 32

4.4 Hasil Koefesiensi Dan diterminasi ........................................................ 33

4.4.1 Uji t (Uji Persial/individual) ........................................................ 35

4.5 Pembahasan Hasil ................................................................................... 35

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1 simpulan .................................................................................................. 37

5.2 Saran ........................................................................................................ 38

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 39

LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................................ 41

Page 12: PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

xii

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Perkembangan Realisasi Belanja Infrastruktur Kabupaten Aceh Barat ...... 29

2. Pertumbuhan Ekonomi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten

Aceh Barat Atas Dasar Harga yang Berlaku ................................................ 31

3. Standar Deviasi Rata – Rata Dan Opsevasi .................................................. 32

4. Hasil Koefisiensi Dan Diterminasi ............................................................... 33

5. Regresi Linier Sederhana Dan Uji Persial .................................................... 34

Page 13: PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Infrastruktur .............................................................................................. 41

2. Pertumbuhan Ekonomi............................................................................. 42

3. Hasil Regresi............................................................................................. 43

Page 14: PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

I. PENDAHULUAN

I.I Latar Belakang

Peningkatan dan pembangunan ekonomi menjadi prioritas terpenting

dalam visi dan misi Indonesia dimasa depan, agar bangsa ini menjadi negara yang

ikut andil dalam persaingan global. Pembenahan yang dilakukan guna perubahan

ekonomi bangsa ini agar pembangunan dapat tercapai dalam tahapan

pembangunan, baik jangka panjang, jangka menengah, dan jangka pendek.

Kedepan Indonesia akan menghadapi persaingan dan ketidakpastian global

yang makin meningkat, jumlah penduduk yang makin banyak, dan dinamika

masyarakat yang makin beraneka ragam. Untuk mewujudkan Visi Pembangunan

Nasional, perlu diteruskan hasil-hasil pembangunan yang sudah dicapai, seperti

peningkatan infrastruktur yang memadai, permasalahan yang sedang dihadapi dan

tantangannya ke depan dalam suatu konsep pembangunan jangka panjang, yang

mencakup berbagai aspek penting kehidupan berbangsa dan bernegara, yang akan

menuntun proses menuju tatanan kehidupan masyarakat dan taraf pembangunan

yang hendak dicapai. Dan permasalahan yang di hadapi sekarang adalah contoh

kasus yang dapat kita lihat kemacetan yang melanda di ibukota, ini diakibatkan

karena peningkatan industri otomotif yang dari tahun ke tahun nya terus

mengalami peningkatan dan ini tidak sebanding dengan peningkatan atau

pertumbuhan infrastruktur yang memadai.

Pembangunan infrastruktur dimasa mendatang perlu dibangun secara

optimal, sehingga integrasi serta konsolidasi dari pembangunan dapat secara

maksimal termanfaatkan dan dibangun dengan biaya seefisien mungkin. Hal ini

Page 15: PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

2

sangat penting untuk digarisbawahi mengingat kebutuhan yang begitu besar serta

membutuhkan penyebaran pembangunan yang juga luas, sehingga dibutuhkan

juga biaya yang cukup besar. Disamping itu perlu juga diingat bahwa

pembangunan infrastruktur yang berkelanjutan juga tidak hanya membutuhkan

biaya investasi yang besar, tetapi juga biaya operasi dan perawatan yang besar

dalam penggunaannya.

Infrastruktur memiliki peranan positif terhadap pertumbuhan ekonomi,

dalam jangka pendek pembangunan infrastruktur menciptakan lapangan kerja

sektor konstruksi. Dalam jangka menengah dan panjang infrastruktur akan

mendukung peningkatan efisiensi dan produktivitas sektor-sektor terkait.

Infrastruktur dapat menjadi jawaban bagi wilayah yang ingin mendorong

pertumbuhan ekonomi, karena ketersediaan infrastruktur dapat membantu

penanggulangan kemiskinan, meningkatkan kualitas hidup, mendukung

tumbuhnya pusat ekonomi dan meningkatkan mobilitas barang dan jasa serta

menurunkan biaya aktivitas investor dalam dan luar negeri.

Pembangunan infrastruktur merupakan salah satu aspek penting dan vital

untuk mempercepat proses pembangunan nasional. Infrastruktur juga memegang

peranan penting sebagai salah satu roda penggerak pertumbuhan ekonomi. Ini

mengingat gerak laju dan pertumbuhan ekonomi suatu negara tidak dapat

pisahkan dari ketersediaan infrastruktur seperti transportasi, telekomunikasi,

sanitasi, dan energi. Oleh karena itu, pembangunan sektor ini menjadi pondasi

dari pembangunan ekonomi selanjutnya.

infrastruktur merupakan roda penggerak pertumbuhan ekonomi. Dari

alokasi pembiayaan publik dan swasta, infrastruktur dipandang sebagai lokomotif

Page 16: PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

3

pembangunan nasional dan daerah. Secara ekonomi makro ketersediaan dari jasa

pelayanan infrastruktur mempengaruhi marginal productivity of private capital,

sedangkan dalam konteks ekonomi mikro, ketersediaan jasa pelayanan

infrastruktur berpengaruh terhadap pengurangan biaya produksi. Infrastruktur juga

berpengaruh penting bagi peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan manusia,

antara lain dalam peningkatan nilai konsumsi, peningkatan produktivitas tenaga

kerja dan akses kepada lapangan kerja, serta peningkatan kemakmuran nyata dan

terwujudnya stabilisasi makro ekonomi, yaitu keberlanjutan fiskal,

berkembangnya pasar kredit, dan pengaruhnya terhadap pasar tenaga kerja (Abdul

Haris 2002, h. 3).

Belanja infrastruktur di daerah juga dapat dikatakan sangat kecil,

walaupun sejak dilakukannya desentralisasi/otonomi daerah, pengeluaran

pemerintah daerah untuk infrastruktur meningkat, sementara pengeluaran

pemerintah pusat untuk infrastruktur mengalami penurunan yang drastis. Ini

merupakan suatu persoalan serius, karena walaupun pemerintah pusat

meningkatkan porsi pengeluarannya untuk pembangunan infrastruktur, sementara

pemerintah daerah tidak menambah pengeluaran mereka untuk pembangunan

infrastruktur di daerah masing-masing.

Infrastruktur merujuk pada sistem fisik yang menyediakan transportasi,

pengairan, drainase, bangunan-bangunan gedung dan fasilitas publik yang lain

yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia dalam lingkup sosial

dan ekonomi. Sistem infrastruktur merupakan pendukung utama fungsi-fungsi

sistem sosial dan ekonomi dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Sistem

infrastruktur dapat didefinisikan sebagai fasilitas-fasilitas atau struktur-struktur

Page 17: PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

4

dasar, peralatan-peralatan, instalasi-instalasi yang dibangun dan yang dibutuhkan

untuk berfungsinya sistem sosial dan sistem ekonomi masyarakat (Saptowasono,

2007, h 3)

Dilihat dari potensi yang ada di Kabupaten Aceh Barat maka dipandang

perlu untuk pembangunan infrastruktur yang bisa menjamin dan meningkatkan

perkembangan ekonomi wilayah, pembangunan infrastruktur salah satu tolak ukur

dari perkembangan ekonomi daerah, artinya dengan peningkatan pembangunan

infrastruktur maka secara tidak langsung perkembangan ekonomi juga akan

meningkat. melihat dari realita yang ada di Aceh Barat terus terbenah dari segi

infratruktur, baik dalam pembangunan jalan, jembatan, gedung-gedung, dan

fasilitas-fasilitas lainnya yang gunanya untuk peningkatan penerimaan daerah dan

juga perkembangan ekonomi di daerah.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka peneliti tertarik dan

berkeinginan untuk meneliti tentang Pengaruh Pembangunan Infrastruktur

Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Aceh Barat.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana pengaruh pembangunan infrastruktur terhadap pertumbuhan

ekonomi Kabupaten Aceh Barat

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pengaruh pembangunan infrastruktur terhadap

pertumbuhan ekonomi Kabupaten Aceh Barat.

Page 18: PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

5

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

a. Bagi Penulis

Menambah wawasan bagi penulis sebagai bahan perbandingan antara teori

yang telah dipelajari di kampus dengan praktek yang telah diterapkan.

b. Bagi Lingkungan Akademik

Menjadikan sebagai bahan referensi mahasiswa-mahasiswi di lingkaran

kampus agar dapat membantu proses perkuliahan.

1.4.2. Manfaat Praktis

Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah Kabupaten Aceh Barat

dalam meningkatkan perkembangan pembangunan infrasruktur, untuk menjadi

wilayah yang berkelanjutan dan sebagai visi dan misi Diwilayah Kabupaten Aceh

Barat.

1.5 Sistematika Pembahasan

Dalam bagian pertama merupakan Pendahuluan yang berisi tentang latar

belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, mamfaat penelitian, dan

sistematika pembahasan.

Bagian kedua berisi tentang Tinjauan Pustaka dari penilitian ini yang

berisi tentang Infrastruktur, perkembanagan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi,

Pertumbuhan ekonomi dan pembangunan ekonomi, perbedaan antara

pertumbuhan ekonomi dan pembangunan, Pembangunan Ekonomi: Pertumbuhan

Ekonomi Tambah Perubahan ekonomi, model pembangunan, strategi

pembangunan ekonomi wilayah, dan hipotesis.

Page 19: PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

6

Bagian ketigan merupakan Metode Penelitian yang membahas tentang,

Data Penelitian, Jenis Sumber Data, Teknik Penggumpulan Data, Model Analisis

Data, Definisi Operasional Variabel, dan Pengujian Hipotesis.

Pada bagian ke iv Merupakan Hasil dan Pembahasan, Stastistik Deskriptif

Variabel Penelitian, pertumbuhan Infrastrutur, Standar Deviasi Rata – Rata

Opsevasi, Hasil Koefesiensi Dan Diterminasi, Uji t(Uji Persial/individual, dan

Pembahasan Hasil. Pada Bagian v merupakan, Simpulan Dan Saran – Saran.

Page 20: PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

7

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Infrastruktur

Infrastruktur merupakan prasarana publik paling primer dalam mendukung

kegiatan ekonomi suatu negara, dan ketersediaan infrastruktur sangat menentukan

tingkat efisiensi dan efektivitas kegiatan ekonomi. Pembangunan infrastruktur

adalah merupakan sesuatu yang seharusnya menjadi kewajiban Pemerintah.

Keberadaan infrastruktur sangat penting bagi pembangunan, sehingga pada tahap

awal pembangunan disuatu negara hal tersebut akan dipikul sepenuhnya oleh

Pemerintah, yaitu dari APBN murni (Amrullah,2003. h. 9)

Pada saat itupun infrastruktur masih bersifat sebagai pure public good,

dengan dua ciri pokok yaitu non-rivalry (masyarakat pengguna tidak saling

bersaing) dan non-excludable (siapapun dapat menggunakannya, tidak hanya

sekelompok masyarakat tertentu). Pada tahap selanjutnya akan berkembang

menjadi semi public good (sudah mulai bersaing). Data empiris menunjukkan

hubungan yang kuat antara ketersediaan infrastruktur dasar dengan pendapatan

perkapita masyarakat di berbagai negara. Dan permintaan terhadap pelayanan

infrastruktur akan meningkat pesat seiring dengan pertumbuhan ekonomi suatu

negara. Permasalahannya justru peningkatan permintaan ″diimbangi″ dengan

penurunan kemampuan Pemerintah.

Pertumbuhan ekonomi yang pesat akan berakibat pada semakin

meningkatnya kebutuhan prasarana dan sarana sosial ekonomi, kekurang

mampuan penyediaan sarana dan prasarana perkotaan yang dapat mengakibatkan

banyaknya kerugian antara lain :

Page 21: PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

8

1. kemacetan lalu lintas

2. polusi lingkungan

3. ketidaknyamanan hidup

4. persaingan usaha, dll (Bappenas, 2010, h 39).

2.1.1 Pendekatan Pembangunan Infrastruktur Nasional

Infrastruktur memegang peranan penting dan vital dalam mendukung

ekonomi, sosial-budaya, kesatuan dan persatuan terutama sebagai modal sosial

masyarakat dalam memfasilitasi interaksi dan komunikasi di antara kelompok

masyarakat serta mengikat dan menghubungkan antar daerah yang ada di

Indonesia. Secara umum pengembangan infrastruktur sumber daya air ditujukan

untuk mendukung program ketahanan pangan dan penyediaan air untuk berbagai

keperluan masyarakat seperti air minum pembangkit tenaga listrik dan

pengendalian banjir yang pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan

kesejahteraan masyarakat. Demikian pula infrastruktur lainnya seperti jalan,

jembatan, PSD permukiman yang merupakan modal esensial masyarakat dalam

memenuhi kebutuhan sosial-ekonominya. Di samping itu, infrastruktur juga

berperan vital dalam mendukung daya saing ekonomi global terutama dalam

penyediaan jaringan distribusi, sumber energi maupun input produksi lainnya.

Jaringan jalan misalnya, merupakan fasilitas yang menghubungkan sumber-

sumber produksi, pasar dan para konsumen, yang secara sosial juga merupakan

bagian ruang publik yang dapat digunakan untuk melakukan sosialisasi antar

kelompok masyarakat guna mengartikulasikan diri dan membangun ikatan sosial-

budaya. Dalam konteks yang lebih luas, jaringan jalan juga dapat berfungsi

Page 22: PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

9

sebagai pengikat dan pemersatu wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

(NKRI) sebagai suatu entitas politik yang berdaulat.

2.1.2 Pembangunan Infrastruktur untuk Pengembangan Wilayah

Alam pengembangan kawasan yang berorientasi ekonomi, pusat-pusat

kegiatan yang membentuk kota metropolitan membutuhkan jaringan infrastruktur

yang dapat memberikan pelayanan terhadap aktivitas ekonomi yang ada dan

menjadi kekuatan pembentuk struktur ruang pada kawasan tersebut. Konsep kota

Metropolitan merupakan suatu bentuk permukiman berskala besar yang terdiri

dari satu atau lebih kota besar dan kawasan yang secara keseluruhan terintegrasi,

membentuk suatu sistem struktur ruang tertentu dengan satu atau lebih kota besar

sebagai pusat dalam keterkaitan ekonomi dan sosial, dan mempunyai kegiatan

ekonomi jasa dan industri yang beragam. Untuk itu pada kawasan Metropolitan,

baik yang berbentuk monosentris maupun polisentris, jaringan jalan yang ada

harus dapat memfasilitasi mobilitas dan kebutuhan pergerakan kendaraan baik

dari kota pusat ke kota satelit maupun di antara kota satelit yang ada. Pola

jaringan jalan yang dikembangkan sebaiknya terdiri dari jaringan jalan radial dan

jaringan jalan lingkar yang merupakan pola jaringan yang paling efisien untuk

kota berukuran cukup besar dan memiliki kecenderungan penyebaran pusat-pusat

kegiatan (Hermanto, 2009, h 40).

2.1.3 Konseptualisasi Peran Infrastruktur

Infrastruktur memiliki peran yang luas dan mencakup berbagai konteks

dalam pembangunan, baik dalam konteks fisik-lingkungan, ekonomi, sosial,

budaya, politik, dan konteks lainnya. Salah satu infrastruktur yang besar perannya

dalam pengembangan dan pembangunan ruang, baik dalam lingkup negara

Page 23: PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

10

ataupun lingkup wilayah adalah infrastruktur transportasi. Transportasi adalah

infrastruktur yang mampu menciptakan mobilitas sosial dan ekonomi masyarakat

(barang dan manusia/penumpang), dan menghubungkan resources dan hasil

produksi ke pasar (perdagangan/ trade). Transportasi ini pun berdampak pada

kesejahteraan masayarakat seperti, perdagangan antar wilayah, perluasan pasar,

terciptanya kompetisi, dan penyebaran pengetahuan, dan meningkatnya

aksesibilitas penduduk terhadap sarana pendidikan dan kesehatan dimana pada

akhirnya akan meningkatkan pula kualitas kesehatan dan pendidikan masyarakat.

2.1.4 Pengaruh Infrastruktur Keterkaitan Timbal Balik Antara

Infrastruktur Dan Ekonomi

Keterkaitan antara infrastruktur dan ekonomi sudah lama menjadi

perbincangan bagi para pengambil kebijakan. Bagi para penentu kebijakan,

pengembangan dan pembangunan prasarana sudah tentu diharapkan akan menjadi

driving force bagi pengembangan ekonomi. Sedangkan dalam ranah akademis,

keterkaitan antara keduanya masih menjadi bahan perdebatan. Dalam World

Development Report tahun 1994 dinyatakan bahwa keterkaitan antara investasi

pada infrastruktur dan pertumbuhan ekonomi belum merupakan suatu

keniscayaan. Artinya, apakah investasi di infrastruktur menyebabkan

pertumbuhan ekonomi atau apakah pertumbuhan ekonomi menyebabkan

tumbuhnya investasi di infrastruktur belum sepenuhnya dapat dijelaskan

(established).

Dalam ketekaitan antara infrastruktur dan ekonomi, penelitian Badan

Litbang Departemen Perhubungan bekerjasama dengan LPPM ITS pada tahun

2004 menunjukan, hasil uji Granger causality dengan menggunakan data tahun

Page 24: PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

11

1999-2003 yang dilakukan dengan basis wilayah pulau besar menyatakan bahwa

terdapat hubungan kausalitas antara infrastruktur transportasi dan ekonomi, dan

terdapat diferensiasi hubungan kausalitas antara tiap pulau besar tersebut

(Setiawan,2006, h 9).

2.2 Perkembangan Ekonomi

Istilah perkembangan ekonomidigunakan secara bergantian dengan istilah

seperti pertumbuhan ekonomi, kesejahteraan ekonomi, kemajuan ekonomi dan

perubahan jangka panjang. Akan tetapi beberapa para ahli ekonomi tertentu,

seperti Schumpoter dan Nyonya Ursala Hicks, telah menarik perbedaan yang lebih

lazim antara perkembangan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi. Perkembangan

ekonomi mengacu pada masalah negara terbelakang sedangkan pertumbuhan

ekonomi masalah negara maju. Perkembangan menurut Schumpoter, adalah

perubahan spontan dan terputus-putus dalam keadaan stasioner yang senantiasa

mengubah dan menggantikan situasi keseimbangan yang ada sebelumnya.

Sedangkan pertumbuhan adalah perubahan jangka paanjang secara perlahan dan

mantap yang terjadi melalui kenaikan tabungan dan penduduk.

2.2.1 Definisi Atau Indikasi Perkembangan Ekonomi

Perkembangan ekonomi didefinisikan Dalam tiga cara:

1. Perkembangan ekonomi harus diukur dalam arti kenaikan pendapatan

nasional nyata dalam suatu jangka waktu yang panjang. Jadi didalam indikasi

perkembangan ekonomi ini, kelonggaran harus di berikan pada perubahan

dalam pendapatan nasional nyataakibat pasang naik siklus dan pada

perubahan dalam nilai uang serta pertumbuhan penduduk. Disamping itu ada

Page 25: PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

12

pula kesulitan konsepsi dalam mengaitkan pengukuran pendapatan nasional

dinegaranegara terbelakang yang akan dikaji dengan pendapatan perkapita.

2. Berkaitan dengan kenaikan pendapatan nyata per kapita dalam jangka

panjang. Para ekonomi berpendapat sama dalam mendefinisikan

pembangunan ekonomi dalam arti kenaikan pendapatan atau output nyata

perkapita. Menurut Buchanan dan Ellis, perkembangan berati

mengembangkan potensi pendapatan nyata negara-negara terbelakang dengan

menggunakan investasi yang akandilahirkan berbagai perubahan dan

memperbasar sumber-sumber produktif yang pada giliranya menaikan

pendapatan nyata per orang.

3. Ada kecenderungan untuk mendefinisikan perkembangan ekonomidari titik

tilik kesejahteraan ekonomi. Umpama perkembanga ekonomi dipandang

suatu proses dimana pendapatan nasional nyata perkapita naik dibarengi

penurunan kesejahteraan pendapatan dan pemenuhan keinginan masyarakat

secara keseluruhan (Jhingan, 2008 h 4 ).

2.3 Perbedaan Antara Pertumbuhan Dan Pembangunan Ekonomi

2.3.1 Pengertian Umum Pertumbuhan Ekonomi

Didalam banyak buku, walaupun telah di bedakan arti pertumbuhan dan

pembangunan ekonomi, pada ahirnya istilah itu akan sering digunakan secara silih

berganti. Namun demikian secara umum kedua istilah tersebut sering dibeda

artikan. Kebanyakan literatur ekonomi mengartikan pertumbuhan ekonomi

sebagai suatu ukuran kuantitatif yang menggambarkan perkembangan suatu

perekonomian dalam suatu tahun tertentu apabila dibandingkan dengan tahun

sebelumnya (Sukirno, 2006, h 10).

Page 26: PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

13

2.3.2 Pembangunan Ekonomi

Istilah pembangunan ekonomi digunakan secara bergantian dengan istilah

seperti pertumbuhan ekonomi, kesejahtraan ekonomi, kemajuan ekonomi, dan

perubahan jangka panjang. Pembangunan ekonomi mengacu pada masalah

negara/masyarakat yang sedang membangun, sedangkan pertumbuhan mengacu

pada masalah negara maju.

Menurut Schumpeter didalam Jhingan ML (h. 10, 2008), pembangunan

ekonomi adalah perubahan spontan dan terputus-putus dalam keadaan stasioner

yang senantiasa mengubah dan menganti situasi keseimbangan yang ada

sebelumnya. Sedangkan pertumbuhan adalah jangka panjang secara perlahan dan

mantap yang terjadi melalui kenaikan tabungan dan penduduk. Menurut bonne,

“pembangunan memelukan dan melibatkan semacam pengarahan, pengaturan, dan

pedoman dalam rangka menciptakan kekuatan-kekuatan bagi perluasan dan

pemeliharaan, sedangkan ciri pertumbuhan spontan merupakan ciri perekonomian

maju dengan kebebasan usaha.

Pembangunan ekonomi didefiniskan dalam tiga pengertian sebagai berikut

1. Pembangunan ekonomi harus di ukur dalam arti kenaikan pendapatan

nasional riil dalam suatu jangka waktu yang panjang. Definisi ini tidak

memuaskan , karena tidak mempertimbangkan berbagai perubahan misalnya

pertumbuhan penduduk. Jika suatu kenaikan dalam pendapatan nasional riil

dibarengi dengan pertumbuhan penduduk yang lebih cepat, maka yang terjadi

bukan kemajuan tetapi adalah sebaliknya yaitu kemunduran.

2. Prof.meier mendefinisikan pembangunan ekonomi “sebagai proses kenaikan

pendapatan riil perkapita dalam suatu jangka waktu yang panjang”. Prof.

Page 27: PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

14

baran membenarkan “pertubuhan “atau pembangunan” ekonomi adalah

kenaikan output perkapita barang-barang material dalam suatu jangka waktu”.

Definisi diatas menekan kan bahwa pembangunan ekonomi mencerminkan

oleh tingkat pendapatan riil lebih tinggi dibandingkan tinkat pendapatan

penduduk.

3. Ada kecenderungan untuk mendefinisikan pembangunan ekonomi dilihat dari

tingkat kesejahtraan ekonomi. Misalnya pendapatan nasional riil perkapita

naik dibarangi dengan penurunan kesenjangan pendapatan dan pemenuhan

kebutuhan masyarakat secara keseluruhan.

Ada definisi lain yang menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi

(ekonomic growth) adalah peningkatan dalam kapasitas suatu bangsa jangka

panjang, untuk memproduksi aneka barang dan jasa bagi rakyatnya. Aneka ini

bertumpu pada kemajuan teknologi produksi. Secara konvensional pertumbuhan

di ukur dengn kenaikan pendapatan nasiona (PNB atau GNP) perkapita.

Pembangunan (devolopment) adalah suatu konsep yang lebih luas. Konsep

ini mencakup pula modernisasi kelembagaan, baik yang bersifat ekonomi maupun

yang bukan ekonomi, seperti pemerintah, kota, desa, cara berfikir, tidak saja yang

berkenan dengan tujuan agar dapat memproduksi secara efisien, melainkan juga

agar mengkomsumsi secara rasional dan hidup lebih baik. Kesmuanya itu

membuka jalan bagi pertumbuhan ekonomi dan mendahului atu berbarengan

dengan perubahan sosial. Pembangunan merupakan suatu proses pertumbuhan

yang terus menerus menuju perbaikan disegala bidang kehidupan masyarakat

dengan bersandar pada seperangkat nilai- nilai yang dianutnya yang mengarahkan

mereka untuk mencapai keadaan dan tingkat kehidupan yang didambakan.

Page 28: PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

15

Pembangunan hendaknya diarahkan pada pengembanganpotensi sumber

daya, inisiatif, daya kreasi, dan kepribadian dari setiap warga masyarakat. Dalam

proses ini, pada hakekatnya merupakan proses transportasi sosial, maka perlu

dipelihara “pertimbangan segitiga” antara perubahan, ketertiban, dan keadilan,

dengan cara tertentu yang akan memperkokoh kebebasan manusia dalam

masyarakat

Pembangunan ekonomi hanya merupakan suatu sub sistem dari suatu

proses pembangunan. Makna pertumbuhan ekonomi tidak terbatas pertumbuhan,

pertumbuhan saja tidak cukup. Pembangunan ekonomi tidak akan dapat

memberikan hasil yang berarti bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat tanpa

disertai dengan pembangunan diberbagai bidang dan disektor lain. Demikian pula

denga pengertian pembanguan (Muhyadi, 2004, h, 3)

2.4 Teori Pertumbuhan Ekonomi

Didalam melaksanakan pembangunan ekonomi di perlukan landasan teori

yang mampu menjelaskan hubungan korelasi antara fakta-fakta yang diamati,

sehingga dapat merupakan kerangka orientasi untuk analisis dan membuat

ramalan terhadap gejala-gejala baru yang akan diperkirakan akan terjadi

pembangunan wilayah regional merupakan fungsi dari potensi sumber daya alam,

tenaga kerja dan sumber daya manusia, investasi modal,sarana dan prasarana,

transportasi dan komunikasi, komposisi industri, teknologi, situasi ekonomi, dan

perdagangan antar wilayah, kemampuan pendanaan dan pembiayaan

pembnagunan daerah, kewirausahaan, kelembagaan daerah dan lingkungan

pembangunan secara luas, semua faktor diatas adalah penting, tetapi masih

Page 29: PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

16

dianggap terpisah-pisah untuk sama lain, dan belum menyatu sebagai komponen

yang membentuk basis untuk penyususnan teori pembangunan wilayah (regional)

secara komprehensif (Mukhsin 2011, h. 19)

2.4.1 Aliran Klasik

Aliran klasik muncul pada akhir abad ke-18 di pelopori oleh Adam Smith

yang di anggap sebagai bapak ekonomi, berpendapat bahwa pertumbuhan

ekonomi disebabkan karena faktor kemajuan teknologi dan perkembangan jumlah

penduduk. Kemajuan teknologi tergantung pada pembentukan modal dengan

adanya akumulasi modal akan memungkinkan dilaksakan spesialisasi atau

pembagian kerja sehingga produktifitas tenaga kerja dapat ditingkatkan.

Dampaknya akan mendorong penambahan investasi (pembentukan modal) dan

persediaan modal (capital stock), yang selanjutnya diharapkan akan meningkatkan

kemajuan teknologi dan menambah pendapatan, bertambahnya pendapatan berarti

meningkatnya kemakmuran (kesejahteraan) penduduk, peningkatan kemakmuran

mendorong bertambahnya jumlah penduduk, bertambahnya jumlah penduduk

menyebabkan berlakunya hukum pertambahan hasil yang semakin berkurang (law

of diminishing returns), yang selanjutnya akan menurunkan akumulasi modal.

Doktrin atau semboyan aliran klasik adalah (laisser fair laisser passer) atau

persaingan bebas. Artinya pemerintah tidak campur tangan dalam perdagangan

dan perekonomian.

Pemikiran dan pandangan beberapa tokoh atau pengikut aliran klasik dapat

dikemukakan yaitu : menurut Adam Smith untuk berlangsungnya perkembangan

ekonomi diperlukan adanya spesialisasi atau pembagian kerja agar produktifitas

tenaga kerja meningkat. Spesialisasi dalam proses produksi akan meningkatkan

Page 30: PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

17

keterampilan tenaga kerja, untuk selanjutnya akan mendorong ditemukannya alat-

alat atau mesin-mesin baru yang pada akhirnya dapat mempercepat dan

meningkatkan produksi, yang berarti meningkat kemakmuran, kesejahtraan

penduduk pembangunan dan pertumbuhan itu bersifat akumulatif artinya akan

berlangsung terus dan semakin meningkat, bila ada pasar yang cukup besar dan

ada akumulasi modal akan mendorong pembagian kerja dan meningkatnya

pendapatan nasional dan meningkatnya jumlah penduduk, penduduk selain

merupakan pasar karena pendapatannya meningkat, merupakan pula sumber

tabungan yang digunakan sebagai akumulasi modal, dan selanjutnya akan

mendorong pertumbuhan semakinmeningkat.

David berpendapat, bila akumulasi penduduk dan akumulasi modal

bertambah terus menerus, maka ketersediaan tanah (lahan) yang subur menjadi

kurang jumlanya atau semakin langka. Maka akibatnya sewa tanah yang subur

akan lebih tinggi dari pada tanah yang kurang subur. Perbedaan tingkat sewa

tanah adalah karena perbedaan adalah karena perbedaan tingkat kesuburan tanah.

Pengelola tanah yang subur akan memperoleh penghasilan dan keuntungan yang

tinggi sehingga mampu untuk membayar sewa tanah yang tinggi. (Mukhsin 2011,

h. 20)

Menurut Robert, kenaikan jumlah penduduk yang secara terus menerus

konsekuwensinya adalah permintaan akan bahan pangan semakin meningkat.

Tingkat pertumbuhan penduduk mengikuti deret ukur, sedangkan tingkat

pertumbuhan bahan pangan mengikuti deret hitung artinya akan terjadi (gap) atau

ketimpangan yang semakin besar antara jumlah penduduk dan jumlah bahan

pangan yang dibutuhkan. Hal ini berdampak terhadap semakin menurunnya

Page 31: PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

18

tingkat kemakmuran (kesejahteraan) penduduk. Malthus lebih realitas dalam

menganalisa pertumbuhan penduduk, menurut Malthus pertumbuhan penduduk

saja tidak cukup untuk berlangsungnya pembangunan ekonomi, malahan

pertumbuhan penduduk adalah akibat dari proses pembangunan. Sebagai mana

yang di tulis Malthus “pertambahan penduduk tidak bisa terjadi tanpa peningkatan

kesejahtraan yang sebanding, jika tingkat akumulasi modal meningkat,

permintaan atas tenaga kerja juga meningkat, kondisi demikian mendorong

pertumbuhan penduduk. Akan tetapi pertumbuhan penduduk saja tidak akan

meningkatkan kesejahtraan hanya bila pertumbuhan tersebut meningkatkan

permintaan efektif. Peningkatan pada permintaan efektif akan akan menyebabkan

meningkatnya kesejahtraan (Jhingan 2006, h. 98)

2.5 Model dan Strategi Ekonomi Wilayah

Masalah pokok ekonomi secara umum (nasional ekonomi atau lokal)

mencakup pilihan-pilihan yang berkaitan komsumsi, produksi, distribusi, dan

pertumbuhan. Semua satuan ekonomi, baik individu ataupun negara dan

masyarakat,selalu menghadapi maslah tersebut.

1. komsumsi.dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, anggota masyarakat akan

menentukan jenis barang dan jasa yang hendak mereka komsumsi. Pilihan itu

sangat beragam, mulai dari pangan, sandang, pemukiman, sampai kepada

kebutuhan kesehatan, pendidikan, transportasi, rekreasi, dan lainnya.

2. Produksi. Barang dan jasa dapat diproduksi dengan menggunakanberbagai

cara produksi, tergantung dari tingkat dan skala produksinya. Membangun

jalan dapat dilakukan dengan menggunakan pasir dan kerikir saja (berkulitas

“asal lewat saja” atau ALS), atau dengan mencampur bahan-bahan ini dengan

Page 32: PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

19

aspal (hot mik) atau semen (boton). Pembangunannya dapat dilakukan dengan

mengarahkan banyak orang yang khusus dan tenaga manusia yang sedikit

saja. Tinkat teknologi akan digunakan untuk menentukan batas pilihan

produksi, demikian pula pilihan komsumsi.

3. Distribusi. Barang yang diproduksi akan didistribusikan kepada penduduk

yang membutuhkan yang terbesar diseluruh daerah. Distribusi barang dapat

dilakukan dengan beberapa cara, mengunakan sarana angkutan darat, laut

atau udara, dan memilih yang cpat, terjamin keselamatannya, murah dan

nyaman.

4. Pertumbuhan. Kehidupan masyarakat tidak hanya untuk saat sekarang (jangka

pendek) tapi juga untuk masa yang akan dating (jangka panjang). Penduduk

bertambah jumlahnya, mamfaat sumber daya alam ditingkatkan dengan

menggunakan teknologi yang lebih maju untuk mencapai tingkat kesejahtraan

masyarakat yang lebih tinggi. Berarti melakukan pertumbuhan. Pertumbuhan

dapat dilakukan dengan menggunakan teknologi tepat guna untuk teknologi

canggih, dapat pula bersifat padat tenaga kerja atau padat modal (sukirno,

2006 h 27)

Masalah utama lainnya yang dihadapi pembangunan wilayah adalah

keterbelakangan ekonomi. Upaya masyarakat dibanyak wilayah dalam

memamfaatkan atau mengolah sumber daya alamnya belum berhasil sepenuhnya,

faktor utamanya karena sebagian dari pendukungnya masih relatif terbelakang

secara ekonomi (economically backwardness) dalam arti bahwa kapasitas

(kualitas) penduduk sebagai faktor produksi adalah rendah, yang tercermin dari

produktifitas tenaga kerja yang rendah dan mobilitas factor yang terbatas.

Page 33: PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

20

Produktifitas tenaga kerja yang rendah pada umumnya karena:

a. Derajat kesehatan yang rendah

b. Tingkat pendidikan yang rendah

c. Pelatihan yang terbatas

d. Hambatan terhadap mobilitas antara pekerjaan, dan

e. Rendahnya kinerja (prestasi kerja).

Meskipun produktifitas rendah namun pembangunan yang dilaksanakan di

daerah-daerah terbelakang (tertinggal) ekonominya ternyata telah menunjukkan

keberhasilan yang positif. Namun sebagian penduduk masih mempunyai gaya

hidup tradisional, pandangannya masih berjangka pendek (short-sighted), kurang

berorientasi kepada masa depan dan pembangunan yang berkelanjutan

(sustainable devolopment) meskipun mempunyai keterampilan yang belum

dimamfaatkan secara optimal, akan tetapi kurang memiliki kemauan dan daya

dorong untuk melakukan perubahan untuk mencapai kemajuan ekonomi

masyarakat lokal.

Masih kurang dinamisnya sebagian masyarakat lokal adalah berkaitan

dengan nilai kultural masyarakat. Untuk mendinamisasi hasrat dan semangat

masyarakat untuk melakukan perubahan, maka harus dilakukan pembangunan

yang multi dimensional dan multi sektoral, bukan hanya dalam bidang ekonomi,

tetapi harus pula melipti bidang sosial-budaya, bukan hanya bersifat fisik, tetapi

juga bersifat mental spritual, yang dilakukan secara serentak dan serampak,

artinya dilakukan secara bersama-sama meliputi seluruh bidang dan sektor.

Page 34: PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

21

Dari masalah-maslah diatas, inplikasinya dalam lingkup regional yaitu

terlihat ketimpangan atau kesenjangan antar sub wilayah yang maju dengan sub

wilayah yang kurang maju. Ketimpangan atau kesenjangan tersebut akan

menimbulkan kesenjangan saling keterkaitan (interrelationship) dan saling

ketergantungan (interdependency) ketimpangan atau kesejangan antar daerah (sub

wilayah) harus dikurangi menjadi sekecil mungkin. Daerah yang relatif maju

tingkat pertumbuhannya dikendalikan agar tidak terlalu tinggi sedangkan daerah

yang kurang maju didorong agar tingkat pertumbuhan lebih tinggi. Daerah yang

terisolasi, yang terpencil, yang terletak dipembatasan, dan daerah-daerah tertiggal

(yang memiliki sumber daya alamnya yang terbatas), demikian pula daerah-

daerah yang padat penduduknya maupun yang kurang penduduknya, kesemuanya

seharusnya diberi perhatian untuk dikembangkan secara proporsional (Sukirno,

2006 h 39).

2.5.1 Model Pembangunan Ekonomi Wilayah

Model pembangunan diartikan sebagai kerangka berfikir yang obyektif

dan rasional berdasarkan konsep, teori dan paradigma dalam bentuk konstruksi

strategis guna memecahkan berbagai masalah bagi kepentingan masyarakat.

Model pembangunan dapat dilihat berbagai demensi, dilihat dari berbagai

dimensi, dilihat dari dimensi poliik, ekonomi, sosial, budaya, administrasi dan

lainnya. Berdasarkan perkembangannya, model pembangunan ekonomi yang

banyak digunakan oleh negara-negara berkembang adalah sebagai berikut:

a. Model I, menitik beratkan pada pertumbuhan prodak domestic (PDB) yang

berkembang pada dekade 1950-an dan 1960-an.

Page 35: PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

22

b. Model II, menitik beratkan pada pemerataan dan pemenuhan pada kebutuhan

pokok yang berkembang pada dekade 1970-an.

c. Model III, menitik beratkan pada pembangunan kualitas sumber daya

manusia (SDM) yang berkembang pada dekade 1980-an.

d. Model IV, yang berkembang pada abat ke-20 dan memasuki abat ke-21,

dimana dunia mengalami perubahan yang sangat mendasar, yaitu memasuki

era globalisasi dan liberalisasi perdagangan bebas dan persaingan bebas antar

Negara akan menjadi ketat, maka diperlukan penguatan daya saing ekonomi

masing-masing wilayah.

2.6 Model pembangunan I

Model pembangunan I ini berorientasi pada peningkatan pertumbuhan

produk domestik regional bruto (PDRB). Strategi perencanaan pembangunan yang

digunakan dalam model ini mendapat pengaruh kuat dari teori Harrod-domar dan

tahapan pertumbuhan rostow. Model pertumbuhan Harrod-domar dapat digunakan

untuk anlisis pertumbuhan regional dengan menghitungkan perpindahan modal

dan tenaga kerja antar regional.

2.6.1 Model Pembangunan II

Kritik terhadap kelemahan model pembangunan I telah mendorong

munculnya model pembangunan II, model pembangnan Ilebih menekan pada

aspek ekonomi, dengan modernisasi dan industrialisasi yang kurang seimbang

telah menimbulkan pengangguran, kemiskinan,dan ketidakmerataan. Strategi

pembangunan yang menekankan pada pertumbuhan ekonomi yang mengabaikan

pada aspek sosial, lingkungan dan kelembagaan, tidak menjangkau lapisan

Page 36: PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

23

masyarakat yang miskin (terbawah). Ternyata mamfaat pertumbuhan tidak

merembes (menyebar) kebawah keberbagai lapisan masyarakat, yang miskin.

2.6.2 Model Pembngunan III

Model pembangunan III lebih menekan pada kegiatan aparatur pemerintah

yang bertanggung jawab dan berupaya membangkikan kesadaran dan kemampuan

intanmsi dan individual daqn kolektif. Manajemen dan administrasi pemerintahan

dianggap mempunyai peranan menentukan dalam pelaksanaan model

pembangunan III yang berorientasi pada peningkatan kualiatas sumber daya

manusia (SDM) sebagai “community based resources development”.

Peningkatan kualitas sumberdaya manusia diarahkan kepada pembentukan

kemampuan masyarakat yang di arahkan kepada :

a. Secara bertahap ,prakarsa dan proses pengambilan keptusan untuk

pembangunan diserahkan kepada masyarakat.

b. Peningkatan kemampuan masyarakat untuk mengelola dan memobolisasi

sumber daya pembangunan.

c. Pemamfaatan potensi sumber daya lokal secara optimal.

d. Pengembangan jaringan kerja secara terkoordisi antara aparat pemeritah,

lembaga-lembaga swasta, dan masyarakat secara luas.

2.6.3 Model Pembangunan IV

Model pembangunan ini muncul bersamaan dengan perkembangan dan

kemajuan bidang transportasi yang sangat pesat sehingga mendorong

berkembangnya, perdagangan antar wilayah yang lebih intensif dan interaktif

secara luas. Model pembangunan ini menekan pada peningkatan daya saing dan

Page 37: PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

24

ketahanan manajemen pemerintahan dan pembangunan dan mampu menghadapi

perkembangan dan tantangan.

2.7 Strategi Pembangunan Ekonomi Wilayah

Agar berkembang dengan cepat dan selaras dengan potensi sumber daya

yang dimiliki dan sasaran ekonomi dan sosial yang telah ditetapkan, strategi

apakah yang harus ditetapkan oleh suatu wilayah. Pertanyaan tersebut adalah

pertanyaan pada akhirnya ditunjukkan pada pemerintah daerah, merupakan

pemegang kekuasaan untuk mengambil keputusan menentukan kebijakan

pembangunan yang tepat.

2.7.1 Strategi Pembangunan Prasarana

Investasi pembangunan untuk prasarana sangat besar bila ditinjau dari

kemampuan perusaan swasta untuk melaksanakannya, oleh karna itu menjadi

tanggung jawab pemerintah. Pembangunan mempunyai kegunaan ekternal bagi

perekonomian, dalam arti mamfaatnya dinikmati sama-sama oleh masyarakat.

Prasarana ekonomi merujuk pada investasi yang berupa jalan umum, sistem

pengangkutan, irigasi, sistem pembuangan air dan pengendalian banjir, pelayanan

air bersih dan sebagainya (Rahardjo Sasmita, 2005, h 213)

2.8 Hipotesis

Diduga bahwa Terdapat pengaruh positif dan signifikan antara belanja

Pembangunan infrastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Aceh

Barat.

Page 38: PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

25

III. METODE PENELITIAN

3.1. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian meliputi seluruh belanja yang dialokasikan oleh

pemerintah daerah dalam kaitannya dengan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten

Aceh Barat, dalam kurun waktu 2003 – 2012.

3.2. Data Penelitian

3.2.1. Jenis Sumber Data

Penelitian ini menggunakan jenis data Skunder yang bersumber dari

DPKKD (dinas pengelolaan kekayaan daerah), BAPPPEDA serta data-data yang

di publikasikan melalui tulisan ilmiah, Literatur yang ada kaitannya dengan

permasalahan penulisan ini (Infrastruktur dan pertumbuhan Ekonomi). Data

tersebut selanjutnya di analisis dengan melakukan pendekatan metode kuantitatif.

3.2.2. Teknik Pengumpulan Data

1. Field Research

Data tersebut didapat melalui data-data yang sudah ada artinya data

tersebut berasal, DPKKD (Dinas Dengelolaan Kekayaan Daerah), dan BAPPEDA

serta data-data yang di publikasikan melalui tulisan ilmiah

2. Library Reserch

Ini dilakukan melalui pendekatan tinjauan pustaka artinya mengkaitkan

antara teori-teori dengan sumber-sumber data yang ada dan telah didapat.

Page 39: PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

26

3.3 Model Analisis Data

3..3.1. Regresi Linier Sederhana

Analisis ini digunakan untuk melihat hubungan antara belanja infrastruktur

(X), Dengan pertumbuhan ekonomi wilayah Aceh Barat (Y). Dengan rumus

sebagai berikut : ( Supranto 2000, h.174)

Y = a + bX

Dimana :

Y : pertumbuhan ekonomi

a : intercept

b : koefisien regresi

X : pembangunan infrastruktur

3.3.2. Analisis Korelasi (r)

Koefisien korelasi merupakan indek atau bilangan yang digunakan untuk

mengukur (kuat, lemah, atau tidak kuat) hubungan antara variabel yang datanya

berbentuk data interval atau rasio disimbulkan dengan r dan dapat dirumuskan

sebagai berikut : (Hasan 2002, h. 233)

Dimana :

r : koefisien korelasi

n : jumlah tahun

X : belanja infrastruktur

Y : pertumbuhan ekonomi Aceh Barat

Page 40: PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

27

3.3.3. Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi atau koefisien penentu yang menjelaskan besar

pengaruh nilai suatu variabel (variabel x) terhadap naik turunnya (variasi) nilai

variabel lainnya (variabel y) yang dapat dirumuskan sebagai berikut : (Hasan

2002, h. 236)

KP = r² x 100 %

Dimana :

Kp : besarnya koefisien penentu

r : koefisien korelasi

3.3.4. Uji t

Uji t dilakukan untuk melihat signifikansi dari pengaruh variabel bebas

belanja infrastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi secara individual dengan

rumus sebagai berikut : (Hasan 2002, h. 241)

3.4. Definisi Oprasional Variabel

Agar tidak menimbulkan pengertian ganda tentang variabel-variabel utama

pada penelitian ini, maka akan dijelaskan definisi masing-masing variabel sebagai

berikut.

Pembangunan infrastruktur (X) merupakan seluruh belanja infrastruktur

yang di alokasikan oleh pemerintah daerah Kabupaten Aceh Barat.

Pertumbuhan ekonomi (Y) merupakan tingkat pertumbuhan ekonomi

Kabupaten Aceh Barat, dalam kaitanya dengan belanja infrastruktur.

Page 41: PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

28

3.5. Pengujian Hipotesis

Hipotesis penilaian ini adalah jawaban terhadap masalah yang hendak

dipecahkan melalui penelitian sehubungan dengan penelitian diatas yang menjadi

hipotesisis penelitian ini adalah belanja infrastruktur berpengaruh positif terhadap

pertumbuhan ekonomi Kabupaten Aceh Barat.

Hipotesa statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. H0;β = 0 belanja infrastruktur tidak berpengaruh secara signifikan terhadap

pertumbuhan ekonomi Kabupaten Aceh Barat.

b. H1; ≠ 0, belanja infrastruktur berpengaruh secara signifikan terhadap

pertumbuhan ekonomi Kabupaten Aceh Barat.

Kriteria uji t hipotesa yang diterapkan didalam penelitian ini adalah :

a. Apabila th>t tabel maka H0 di tolak H1 diterima. Artinya infrastruktur

berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten

Aceh Barat.

b. Apabila th < t tabel maka H0 diterima H1 ditolak. Artinya infrastruktur tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten

Aceh Barat.

Page 42: PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

29

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Statistik Deskriptif Variabel Penelitian

Analisis statistik ini digunakan untuk mengetahui pengaruh pembangunan

infrastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Aceh Barat sehingga

akan dapat memberi gambaran mengenai kebijakan yang harus diambil dalam

rangka pembanguan infrastruktur, sehingga membawa dampak positif bagi

kemajuan daerah, Semakin meningkat infrastruktur atau produktifitasnya maka

akan berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi wilayah

Kabupaten Aceh Barat.

4.2 Pertumbuhan Infastruktur

Infrastruktur merupakan salah satu indikator yang menggambarkan

semakin meningkatnya pertumbuhan ekonomi yang semakin banyak terjadi

mengakibatkan pertumbuhan ekonomi pada daerah tersebut.

Tabel 1

Perkembangan Realisasi Belanja Infrastruktur

Kabupaten Aceh Barat

No Tahun Belanjainfrastruktur

(rupiah)

Laju Pertumbuhan

(%)

1 2003 5.740.784.912

2 2004 3.168.025.300

3 2005 28.372.862.981

4 2006 46.474.558.916

5 2007 147.199.358.371

6 2008 93.584.417.000

7 2009 85.326.127.571 8 2010 86.820.639.885

9 2011 71.513.741.975 10 2012 54.587.910.547

Jumlah 622.788.427.458 100

Sumber : DPKKD Aceh Barat

Page 43: PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

30

Berdasakan tabel 1 bahwa perkembangan pembangunan infrastruktur

sesuai realisasi anggaran pendapatan dan belanja berfruktuasi, pada tahun 2003

realisi belanja infrastruktur sebesar Rp 5.740.784.912 atau sebesar 0,92 persen

dari total belanja daerah, pada tahun 2004 terjadi penurunan realisaasi belanja

daerah untuk pembangunan infrastruktur yaitu Rp 3.168.025.300 atau sebesar

0,51 persen dari total belanja daerah, pada tahun 2005 meningkat ralisasi anggaran

Rp 28.372.862.981 atau sebesar 4,56 persen, kemudian pada tahun 2006 yang

dikeluarkan belanja infrastruktur yaitu Rp 46.474.558.916 atau sebesar 7,46

persen dari total belanja daerah, pada tahun 2007 dengan total belanja

infrastruktur sebesar Rp 147.199.358.371 atau sebesar 23,64 persen dangan total

belanja daerah, pada tahun 2008 realisasi belanja infrastruktur sebesar Rp

93.584.417.000 atau sebesar 15,03 persen, pada tahun 2009 realisasi belanja

infrastruktur sebesar Rp 85.326.127.571 atau sebesar 13,70 persen, pada tahun

2010 realisasi belanja infrastruktur sebesar Rp 86.820.639.885 atau sebesar 13,94

persen, pada tahun 2011 realisasi belanja infrastruktur Rp 71.513.741.975 atau

sebesar 11,48 persen, kemudian yang terakhir realisasi anggaran infrastruktur Rp

54,587.910.547 atau sebesar 8,77 persen.

Page 44: PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

31

Tabel 2

Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Aceh BArat

No Tahun Pertumbuhan Ekonomi (%)

1 2003 4,92

2 2004 7,00

3 2005 6,59

4 2006 8,30

5 2007 9,61

6 2008 12,09

7 2009 13,51

8 2010 15,05

9 2011 16,36

10 2012 6,56

Jumlah 100

Sumber : BAPPEDA Aceh Barat

Berdasarkan tabel 2 menunjukan laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten

Aceh Barat berfruktuasi Dapat kita lihat bahwa pada tahun 2003 tingkat

pertumbuhan ekonomi Kabupaten Aceh Barat sebesar 4,92 persen, sedangkan

pada tahun 2004 terjadi peningkatan hingga menjadi sebesar 7,00 persen,

kemudian pada tahun 2005 pertumbuhan ekonomi Kabupaten Aceh Barat, terus

mengalami penurunan hingga menjadi 6,59 persen, pada tahun 2006 pertumbuhan

ekonomi Kabupaten Aceh Barat melonjak dratis hingga 8,30 persen keadaan ini

terus meningkat hingga tahun 2011 meningkatnya pertumbuhan ekonomi

Kabupaten Aceh Barat dari tahun 2006-2011 antara lain disebabkan oleh aliran

dana kemasyarakat yang sangat besar dalam rangka rehabilitasi dan rekontruksi

pasca gempa dan tsunami dari berbagai Negara dan lembaga masyarakat.

Page 45: PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

32

Tabel 3

4.3 .Stadar Deviasi Rata-Rata dan Opsevasi

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N

Infratruktur

2 10.5980 .54872 10

P.ekonomi 9.9990 3.99931 10

Sumber : hasil olahan regresi (diolah 22 juli 2013

Berdasarkan pada tabel 3 dapat menjelaskan bahwa rata-rata pertumbuhan

ekonomi dalam jangka kurun waktu 2003-2012 sebesar 9.9990 dengan standar

deviasi sebesar 3,99931, keadaan ini mengambarkan bahwa pertumbuhan

ekonomi mengalami perkembangan yang signifikan, standar deviasi diatas

membuktikan bahwa pertumbuhan ekonomi Kabupaten Aceh Barat mengalami

peningkatan, sehingga menggambarkan keadaan perekonomian kabupaten Aceh

Barat membaik.

Sedangakan rata-rata Infrastruktur tahun yang sama adalah 10.5980

dengan standar deviasi adalah .54872, ini disebabkan oleh banyak faktor, seperti

ivestasi, PDRB, dan pembangunan- pembangunan lainya. Sehingga pertumbuhan

perkembangan pembangunan infrastruktur mengalami perubahan penurunan.

sedangkan N adalah dinyatakan jumlah Obsevasi yang selama (10) sepuluh tahun

tahun.

Page 46: PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

33

Tabel 4

4.4 Hasil Koefisiensi korelasi dan Diterminasi

No Variabel Infrastruktur P. Ekonomi

1 Person Corelation

a. Infrastruktur

b. Pertumbuhan Ekonomi

1.000

.634

.634

1.000

2 Model

a. Koefesien Korelasi R

b. Koefesien diterminasi adjeted

c. Koefesien determinasi R2

.634

.328

.402

Sumber : Hasil Regresi diolah juni 2013

Berdasarkan tabel 4 peneliti dapat menjelaskan bahwa koefesien kolerasi

R = 0, 634 secara positif menjelaskan terdapat hubungan yang sangat sedang

antara Pertumbuhan Ekonomi (x), dan Infrastruktur (y), dengan keeratan

hubungan 63,4 persen dikarnakan apabila infrastruktur mengalami peningkatan

pertumbuhan ekonomi maka pembangunan infrastruktur akan mengalami

peninkatan.

Berdasarkan hasil pengujian ini maka dapat diketahui pengaruh

pembangunan infratruktur terhadap pertumbuhan ekonomi dikabupaten Aceh

Barat. Koefisien diterminasi dalam penelitian ini dapat diketahui dengan

menggunakan rumus perhitungan sebagai berikut :

Koefisien Determinasi = r2 x 100%

Koefisien Determinasi =(0,634)2 x 100%

Koefisien Determinasi = 40.2%

Berdasarkan perhitungan diatas peneliti dapat menjelaskan bahwa nilai

Koefisien diterminasi (R2) .328 yang dapat diartikan bahwa pertumbuhan

ekonomi di Kabupaten Aceh Barat yang sedang yaitu 40.2 % yang disumbangkan

Page 47: PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

34

oleh sektor infrastruktur (X), sedangkan sisanya adalah 50.8 % yang akan

dijelaskan oleh variabel lain diluar model ini.

Tabel 5

Regresi Linier Sederhana dan Uji persial

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.

95% Confidence

Interval for B Correlations

Collinearity

Statistics

B Std. Error Beta

Lower

Bound

Upper

Bound

Zero-

order

Partia

l Part

Toler

ance VIF

1 (Cons

tant) 9.728 .401

24.25

8 .000 8.803 10.652

P.eko

nomi .087 .037 .634 2.321 .049 .001 .174 .634 .634 .634 1.000 1.000

Berdasarkan table 5 dapat kita lihat bahwa hasil penelitian ini maka

diperoleh persamaan regresi linier sederhana akhir estimasi sebagai berikut :

Y = a + bX

Y = 6,704 +0,329

Persamaan regresi linier sederhana diatas dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Konstanta

Bedasarkan persamaan diatas dapat dilihat bahwa nilai konstanta sebesar

9.728 nilai konstanta ini menyatakan bahwa apabila pembangunan

infrastruktur sama dengan nol maka pertumbuhan ekonomi kabupaten Aceh

Barat rata – rata 9.728

b. Koefisien regresi dari variabel infastruktur (X)

Berdasarkan persamaan diatas dapat kita lihat bahwa nilai koefisien variabel

infrastruktur (X) bernilai positif adalah .087 hal ini menyatakan bahwa setiap

kenaikan infrastruktur sebesar 1 rupiah akan mengakibatkan pertumbuhan

ekonomi di Kabupaten Aceh Barat meningkat sebear 9.728

Page 48: PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

35

4.4.1. Uji t (Uji Persial/indivual)

Uji t digunakan untuk mengetahui adanya pengaruh atau tidaknya

pengaruh antara variabel bebas Infrstruktur (X) dan variabel terikat pertumbuhan

Ekonomi (Y) secara individual dengan tingkat kepercayaan ( level of confidance

95 persen yaitu:

Berdasarkan tabel 5 nilai thitung sebesar 2.321> ttabel 1.859 dikarenakan

nilai probabilitasnya lebih besar dari 0.05 (derajat signifikan ) yaitu 0.105 .> 0.05

berarti Ho ditolak H1 diterima maka secara persial infrastruktur berpengaruh

secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Aceh Barat.

4.5. Pembahasan Hasil

Berdasarkan hasil output penelitian diatas variabel Infrastruktur

mempunyai hubungan yang tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di

Kabupaten Aceh Barat, artinya walaupun di Kabupaten Aceh Barat mempuyai

infrastruktur tetapi tidak berpengaruh besar terhadap pertumbuhan ekonomi,

dikarenakan masih ada sektor-sekor yang lain yang mendongkrak pertumbuhan

ekonomi di kabupaten Aceh Barat, contohnya seperti perluasan lapangan kerja

dan investasi yang secara horizontal akan menyerap tenaga kerja maka

kesejahtraan akan terjamin,tingkat produktif dan konsumtif seimbang dan

pertumbuhan ekonomi di daerahpun meningkat. Dari analisis yang telah

dilakukan bahwa nilai koefien variable (x) bernilai positif 0.87 hal ini menyatakan

bahwa setiap kenaikan 1 rupiah akan mengakibatkan pertumbuhan ekonomi

sebesar 0.87. pengaruh pembangunan infrastruktur terhadap pertumbuhan

ekonomi di Kabupaten Aceh Barat, terdapat thitung 2.321 > dari ttabel 1.859 dengan

Page 49: PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

36

nilai probabilitas 0,05 artinya pembangunan infrastruktur berpenaruh terhadap

pertumbuhan ekonomi.

Page 50: PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

37

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan dari hasil pengujian dan analisis yang dilakukan dalam

penelitian ini di Kabupaten Aceh Barat dapat disimpulkan bahwa :

a. Kata-rata perkembangan pembangunan infrastruktur dalam kurun waktu

2003-2012 di Kabupaten Aceh Barat 10,5980 dengan standar deviasi

54872 persen sedangkan jumlah rata-rata pertumbuhan ekonomi dalam

kurun waktu yang sama sebesar 9,9990 persen dengan dengan standar

deviasi 3,99931 persen.

b. Koefesien korelasi diperoleh R =0, 634 secara positif menjelaskan terdapat

hubungan yang sedang antara pertumbuhan ekonomi dengan infrastruktur

dengan keeratan hubungan 63.4 persen sedangkan koefesien determinasi

(R2) sebesr 40,2 menunjukan bahwa pertumbuhan ekonomi Kabupaten

Aceh Barat sebesar 40.2 persen di pengaruhi oleh pembangunan

infratruktur sedangkan sisanya sebesar 50.8 persen yang akan dijelaskan

oleh variabel lain diluar model.

c. Hasil yang diperoleh dari nilai thitung sebesar 2.321> ttabel 1,859 pada

tingkat kenyakinan <0,005 maka secara parsial infrastruktur berpengaruh

secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Aceh

Barat.

Page 51: PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

38

5.2 Saran-saran

berdasarkan hasil penelitian yang telh dilakukan, maka ada beberapa

implikasi yang dapat memberikan dan mungkin juga dapat bermamfaat bagi

pemerintah daerah Kabupaten Aceh Barat yaitu sebagai berikut :

a. Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Aceh Barat

pemerintah (eksekutif) perlu meningkatkan pertumbuhan ekonomi,

terutama infrastruktur ekonomi seperti Irigasi, Jalan, Transportsi,

Komunikasi, dan Listrik.

Page 52: PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI

PINANG DI KECAMATAN SUKA MAKMUE

KABUPATEN NAGAN RAYA

SKRIPSI

OLEH

JUBIR ANGGARA

NIM : 08C20101006

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS TEUKU UMAR

MEULABOH, ACEH BARAT

2014

Page 53: PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI

PINANG DI KECAMATAN SUKA MAKMUE

KABUPATEN NAGAN RAYA

SKRIPSI

OLEH

JUBIR ANGGARA

NIM : 08C20101006

Skripsi/Tugas Akhir sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Studi Ekonomi Pembangunan

Pada Fakultas Ekonomi Univesitas Teuku Umar Meulaboh

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS TEUKU UMAR

MEULABOH, ACEH BARAT

Page 54: PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

2014

Page 55: PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar

penduduknya bermata pencaharian di sektor pertanian. Sektor pertanian

mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian nasional. Hal

ini terlihat dari banyaknya jumlah penduduk Indonesia yang hidup dan

bekerja di sektor tersebut. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor

yang selama ini masih diandalkan oleh Negara Indonesia karena sektor

pertanian mampu memberikan pemulihan dalam mengatasi krisis yang

terjadi di Indonesia. Kondisi seperti inilah yang menunjukkan besarnya

peran sektor pertanian ini bagi ekonomi nasional salah satunya adalah untuk

ketahanan pangan nasional dengan demikian diharapkan kebijakan

pemerintah untuk sektor pertanian lebih diutamakan.

Sektor pertanian di Indonesia dianggap penting karena dari peranan

sektor pertanian terhadap penyediaan lapangan kerja, penyediaan pangan,

penyumbang devisa negara melalui ekspor dan sebagainya. Sehingga

pertanian tanaman pangan di Indonesia terdapat urutan komoditas menurut

kepentingannya.

Barang-barang yang dihasilakn oleh alam diolah dan dibudidayakan

agar menjadi barang yang lebih berfaedah dan mempunyai nilai guna

maupun harga yang lebih tinggi. Pengolahan barang bisa berlangsung

melalui satu tahap, dua tahap atau lebih. Menurut Yudhistira (2004, h.68)

Page 56: PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

2

produksi merupakan kegiatan menciptakan, mengolah, menghasilkan barang

dan jasa atau usaha untuk meningkatkan kegunaan suatu benda agar lebih

berguna bagi kebutuhan manusia. Orang atau badan yang menciptakan,

mengolah atau menghasilkan barang atau jasa disebut produsen.

Tanaman pinang (Areca Catechu L.) Sudah dimanfaatkan sejak lama

terutama daerah-daerah Asia Selatan dan Timur sampai daerah Kepulauan

Pasifik. Tanaman ini sudah menyebar di seluruh pelosok wilayah Indonesia.

Namun, dibanding dengan komoditas perkebunan lainnya yang dapat

memberikan devisa negara, pinang masih ketinggalan.

Tanaman pinang merupakan salah satu tanaman yang dihasilkan

oleh sektor pertanian dalam sub sektor perkebunan sebagian besar

masyarakat hanya menjadikannya sebagai tanaman sampingan namun

tanaman ini sangat banyak kita jumpai sebagai pengisi lahan kosong dan

dijadikan juga sebagai tanaman pembatas tanah (tanaman pagar).

Adapun luas area tanaman pinang yang telah produktif di Kecamatan

Suka Makmue Kabupaten Nagan Raya dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 1

Luas Areal produksi pinang di Kecamatan Suka Makmue

Kebupaten Nagan Raya Tahun 2013

No Nama Desa

Luas Areal

(Hektar)

Produksi

(Ton / Tahun)

1 Lung Baro 0,50 0,25

2 Suak Bilie 4 3,5

3 Cot Kuta 0,25 0,20

4 Alue Kambuk 4 4

5 Kuta Padang 0,25 0,25

Page 57: PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

3

6 Blang Sapek 0 0

7 Kabu Blang Sapek 0 0

8 Cot Peuradi 0,20 0,10

9 Gampong Tengoh 0 0

10 Alue Gajah 0,05 0,03

11 Macah 6 5,50

12 Semambek 6 6

13 Lhok Rameuan 3 2,50

14 Alue Peusaja 0,50 0,25

15 Krak Tampai 0,25 0,25

16 Blang Muling 0,25 0,20

17 Blang Baro 0,25 0,25

18 Lhok Beutong 0 0

19 Meureboe 0 0

Jumlah 32,50 19,03

Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) Nagan Raya Tahun 2013

Meskipun pinang bukan komunitas andalan Kabupaten Nagan Raya

namun jumlah poduksi dari tahun ketahun cenderung meningkat

berdasarkan informasi data Badan Pusat Statistik (BPS) 2013, dimana mulai

dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2012 dengan peningkatan produksi

rata-rata pertahun 10 persen, tahun 2008 produksi rata-rata 25 persen, tahun

2009 dengan produksi rata-rata 35 persen, tahun 2010 dengan produksi

rata-rata 44 persen dan tahun 2011 sampai tahun 2012 dengan produksi rata-

rata pertahun 54 persen sampai 66 persen, ditinjau dari hasil produksi

pertahun yang cenderung meningkat sehingga masyarakat dapat

meningkatkan produktivitas rumah tangga. Pembangunan perkebunan

kedepan diwujudkan untuk menciptakan perkebunan yang maju, produktif

Page 58: PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

4

dan dapat memberi manfaat bagi seluruh pelaku usaha (stakeholder)

perkebunan.

Usaha sebagai petani pinang yang ditekuni masyarakat Kecamatan

Suka Makmue mampu mendorong peningkatan produksi pinang serta

peningkatan produktivitas tambahan dalam kehidupan sehari-hari, untuk

pencapaian hidup layak ditengah-tengah masyarakat dan hidup lebih

sejahtera sehingga akan keluar dari jeratan lingkaran kemiskinan dengan

hakekatnya masyarakat dapat meningkatkan semangat untuk menanam

pohon pinang dilahan kosong dan batasan lahan atau batas rumah.

Pinang ditanam untuk dimanfaatkan buah dan batangnya, buah

pinang telah lama dimanfaatkan orang sebagai campuran untuk orang

makan sirih selain dari kapur dan gambir. Tanaman pinang dapat

dijadikan tanaman pagar, penghijauan, bahan bangunan dan hiasan,

bagian-bagian tanamannya pun sangat berguna. Kandungan zat-zat dalam

bagian-bagian tanamannya sangat bermanfaat sebagai obat tradisional

dalam menyembuhkan beberapa penyakit.

Setiap tanaman harus dikelola dan perhatikan dengan baik untuk

mendapatkan hasil maksimal dan dapat berkembang dan mengahasilkan

hasil yang memuaskan, Jarak tanam tanaman pinang yang biasa di tanam

dilapangan adalah 2,7m x 2,7m. Jarak tanam ini dianggap cukup efisian

untuk pertumbuhan tanaman pinang. Penanaman sistem tumpang sari dapat

memberikan nilai tambah petani karena tanaman pinang baru berproduksi

Page 59: PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

5

pada umur 5 tahun. Tanaman tumpang sari yang biasa ditanam adalah

tanaman palawija (Jagung, kacang-kacangan). Dengan adanya tanaman

tumpang sari petani sudah mendapat pendapatan sebelum tanaman pinang

berproduksi.

Petani pinang berusaha untuk meningkatkan produksinya dengan

faktor-faktor yang dibutuhkan. Oleh karena itu bila petani pinang

melakukan penanaman di lahan yang sesuai dengan syarat tumbuhnya maka

akan memberikan dampak yang baik sehingga menghasilkan pertumbuhan

yang optimal. Namun faktor-faktor yang paling berpengaruh untuk

meningkatkan produktivitas pinang diantaranya faktor modal, yang ada

dengan kegiatan yang dapat dikembangkan dan salah satu syarat untuk

dapat berlangsungnya proses produksi di bidang pertanian. (Nazaruddin,

2009)

Berdasar uraian diatas maka penulis tertarik melakukan penelitian

dengan judul “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Pinang di

Kecamatan Suka Makmue Kabupaten Nagan Raya”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi produksi

pinang di Kecamatan Suka Makmue Kabupaten Nagan Raya.

Page 60: PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

6

1.3 Tujuan Penelitian

Penulisan karya ilmiah ini dilakukan dengan tujuan untuk

mengetahui faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi produksi Pinang

di Kecamatan Suka Makmue Kabupaten Nagan Raya.

1.4 Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat :

a. Manfaat Teoritis

Manfaat Teoritis dapat menerapkan pengetahuan dan menambah

wawasan bagi penulis serta dapat menjadi masukan bagi

pengembangan ilmu pengetahuan.

b. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan bacaan,

acuan dan informasi bagi pihak-pihak yang memerlukan serta dapat

dijadikan sebagai solusi didalam meningkatkan produksi para

petani pinang.

1.5 Sistematika Penulisan

Adapun sistematika pembahasan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

Bagian pertama terdiri dari pendahuluan terdapat sub-sub bab yang

meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,

Page 61: PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

7

manfaat penelitian, yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis, sistematika

Penulisan.

Bagian kedua merupakan tinjauan pustaka yang berisi tentang,

Pengertian Pertanian, pengertian produksi, faktor-faktor yang

mempengaruhi Produksi yaitu luas lahan, modal dan tenaga kerja,

Pengertian Produksi Pinang, perumusan hipotesis.

Bagian ketiga adalah metode penelitian yaitu terdapat populasi dan

sampel, data penelitian, model analisis data, definisi operasional variabel,

pengujian hipotesis.

Bagian keempat adalah hasil penelitian dan pembahasan yaitu

Deskripsi Variabel Penelitian, Karakteristik Responden, Hasil Analisis Data.

Pembahasan Hasil Penelitian

Bagian kelima adalah penutup yaitu simpulan dan saran.

Page 62: PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

8

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pertanian

Pertanian merupakan suatu ilmu yang mempelajari khusus tentang

cara bertani yang baik dan dapat meningkatkan produktivitas yang

memuaskan, sehingga dapat mencapai produktivitas ekonomi masyarakat

yang makmur dan sejahtera, sehingga pertanian juga dapat dikatakan

sebagai salah satu bidang ekonomi yang bisa meningkatkan produktivitas

masyarakat khususnya para petani, baik petani pinang maupun petani

lainnya, karena penduduk Indonesia sebahagian besar bermata pencaharian

pada sektor pertanian (Anonymous, 2011, h.13).

Menurut Saat (2003, h.52) pertanian adalah kegiatan ekonomi utama

penduduk Indonesia, sebab lebih dari 80% penduduk bekerja pada sektor

pertanian. Pertanian adalah bidang penting dan mampu memberi peluang

yang lumayan kepada peniaga. Pertanian adalah jenis usaha yang

menekankan pada pengolahan tanah dan tanaman yang ditanam berupa

tanaman pangan.

Selanjutnya Karwan (2005, h.23) mengemukakan bahwa pertanian

merupakan bagian agroekosistem yang tak terpisahkan dengan subsistem

kesehatan dan lingkungan alam, manusia dan budaya saling mengait dalam

suatu proses produksi untuk kelangsungan hidup bersama. Pertanian adalah

masalah yang paling disalah pahami, rumit, terabaikan, dan tidak

Page 63: PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

9

diinginkan. Pertanian adalah hal yang substansial dalam pembangunan,

yaitu sebagai pemenuhan kebutuhan pangan, penyedia bahan mentah untuk

industri, penyedia lapangan kerja, dan penyumbang devisa negara. Pertanian

merupakan suatu usaha manusia dalam bercocok tanam dimana objeknya

merupakan sebuah lahan kosong.

Berdasarkan pendapat-pendapat yang dikemukakan diatas

menjelaskan pertanian merupakan kegiatan pokok manusia yang

menggunakan tanah sebagai lahannya untuk bercocok tanam untuk

memperoleh hasil tanamannya, yang tanpa mengakibatkan berkurangnya

kadar tanah untuk tanaman selanjutnya. Penggunaan sumber daya alam

yang tepat maka akan meningkatkan perekonomian manusia yang lebih

memadai sehingga akan membuat taraf hidup petani lebih memadai serta

kontribusi yang besar terhadap peningkatan devisa lewat kegiatan ekspor

hasil pertanian akan meningkat.

2.2 Pengertian Produksi

Dalam bahasan yang selalu dijelaskan tentang berbagai macam

kebutuhan manusia dan alat-alat pemenuhan kebutuhan yang berupa barang

dan jasa. Namun, barang dan jasa tersebut tidak selalu tersedia, tidak dapat

diperoleh dengan mudah dan secara cuma-cuma. Untuk mendapatkannya

harus dengan pengorbanan atau melakukan berbagai kegiatan dan usaha,

sehingga kita dapat memenuhi berbagai macam kebutuhan, untuk memenuhi

Page 64: PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

10

kebutuhan harus lebih dahulu melakukan berbagai kegiatan. Kegiatan-

kegiatan tersebut bertujuan untuk menghasilkan, menciptakan dan mengolah

barang/jasa, meningkatkan atau menciptakan kegunaan suatu benda agar

memiliki nilai guna lebih tinggi bagi pemenuhan kebutuhan manusia.

Menurut Yudhistira (2004, h.68) Produksi merupakan kegiatan

menciptakan, mengolah, menghasilkan barang dan jasa atau usaha untuk

meningkatkan kegunaan suatu benda agar lebih berguna bagi kebutuhan

manusia.

2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi

2.3.1 Luas Lahan

Faktor yang tidak kalah pentingnya dalam pertanian adalah lahan.

Lahan sebagai modal dasar pembangunan memerlukan optimasi dalam

pemanfaatannya dengan melihat kesesuaian lahan antara aspek fisik dasar

yang ada dengan kegiatan yang dapat dikembangkan yaitu pertanian. Hal ini

dikarenakan lahan merupakan salah satu syarat untuk dapat berlangsungnya

proses produksi di bidang pertanian. Menurut Muslem (2000, h. 9) lahan

merupakan tempat bercocok semua tanaman (area) yang ingin kita tanam.

Menurut Mochtarram (2003, h.25) bahwa lahan mempunyai

beberapa ciri, yaitu :

1. Permanen, artinya tidak berubah-ubah (bersifat tetap) dan tidak bisa

diperbaharui.

2. Supply (ketersediaan) lahan terbatas dan langka.

Page 65: PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

11

3. Menjadi tumpuan harapan dari berbagai kepentingan para petani.

Penggunaan lahan perlu dikelola serta direncanakan fungsi dan

penggunaan lahannya sesuai dengan karakteristik lahan tersebut sehingga

mampu meredam konflik dimasa yang akan datang. Agar lahan tidak beralih

fungsi menjadi hal yang tidak sesuai dengan rencana maka diperlukan

penataan penggunaan tanah, yang sangat dikenal sebagai perencanaan tata

guna tanah (land use planning).

2.3.2 Modal

Istilah modal dalam ilmu ekonomi merupakan konsep yang

pengertiannya berbeda-beda tergantung dari konteks penggunaannya dan

aliran pemikiran yang dianut. Secara historis konsep modal juga mengalami

perubahan atau perkembangan pada abad ke-16 dan 17 istilah modal

dipergunakan untuk menunjukkan stok uang yang akan dipakai untuk

membeli komoditi fisik yang kemudian dijual guna memperoleh keuntungan

atau stok komoditi itu sendiri.

Menurut Litge dalam Bambang (2000, h.14) mengartikan modal

hanyalah dalam artian uang (geldkapital), menurut Schwiedland

memberikan pengertian modal dalam artian yang lebih luas, di mana modal

itu meliputi baik modal dalam bentuk uang (geldkapital), maupun dalam

bentuk barang (sachkapital), misalnya mesin, barang-barang dagangan, dan

lain sebagainya. Kemudian ada beberapa penulis yang menekankan pada

kekuasaan menggunakannya.

Page 66: PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

12

Jika dilihat dari fungsi kerjanya aktiva modal dibagi menjadi :

a. Modal Kerja adalah modal yang penggunaannya untuk kegiatan

operasional perusahaan, seperti pembelian bahan baku

b. Modal Tetap : modal yang penggunaannya untuk menunjang

kegiatan operasional, seperti pembelian alat produksi, gedung.

Rendahnya produktivitas tanaman pangan per hektar disebabkan

karena sulitnya petani mengadopsi teknologi baru. Penguasaan teknologi

yang terbatas ini sebagian besar disebabkan karena lemahnya permodalan

dan terbatasnya keterampilan berusaha tani.

2.3.3 Tenaga Kerja

Menurut Marhijanto (2001, h.23) tenaga kerja berarti orang yang

bekerja atau mengerjakan sesuatu pekerja, pegawai dan sebagainya atau

orang yang mampu melakukan pekerjaan, baik didalam maupun di luar

hubungan kerja, yang termasuk dalam tenaga kerja sektor pertanian adalah

tenaga kerja manusia, tenaga kerja ternak dan tenaga kerja manusia

(Wahyono, 2011, h. 23).

Menurut UU 13 Tahun 2003, tenaga kerja adalah setiap orang yang

mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan jasa, baik

untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Tenaga kerja

(man power) adalah penduduk yang sudah atau sedang bekerja, sedang

mencari pekerjaan, dan yang melaksanakan kegiatan lain, seperti bersekolah

Page 67: PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

13

dan mengurus rumah tangga. Pengertian tenaga kerja dan bukan tenaga

kerja menurutnya ditentukan oleh umur atau usia.

Manusia sebagai tenaga kerja merupakan inti atau menjadi asset

setiap perusahan, karena manusialah yang akan menentukan peranan

sumber daya lainnya yang ikutsertakan dalam proses produksi, sumber

daya manusia merupakan suatu proses yang terjadi dari perencanaan dan

pengendalian kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan analisis pekerjaan,

evaluasi pekerjaan, pengembangan dan hubungan kerja guna mencapai

tujuan yang telah ditetapkan.

Kelompok penduduk dalam usia kerja tersebut dinamakan tenaga

kerja atau man power. Secara singkat, tenaga kerja didefinisikan sebagai

penduduk dalam usia kerja. Pengertian tenaga kerja mencakup penduduk

yang sudah bekerja atau sedang bersekolah dan mengurus rumah tangga.

Tiga golongan yang disebut terakhir, walaupun sedang tidak bekerja,

mereka dianggap secara fisik mampu dan sewaktu-waktu dapat ikut bekerja.

Tenaga kerja manusia terdiri tenaga kerja pria, wanita dan anak-

anak. Tenaga kerja hewan digunakan untuk pengolahan tanah dan angkutan.

Sedangkan tenaga kerja mekanik digunakan untuk pengolahan tanah,

pemupukan, pengobatan, penanaman serta panen. Tenaga kerja mekanik

bersifat substitusi sebagai pengganti tenaga kerja manusia atau tenaga kerja

ternak. Banyak dari penduduk Indonesia merupakan tenaga kerja pada

sektor pertanian. Oleh karena itu petani sebagai sumber daya manusia,

Page 68: PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

14

memegang peranan inti di dalam pembangunan pertanian. Peranan petani

adalah memelihara tanaman dan hewan guna mendapatkan hasil yang

bermanfaat serta mempelajari dan menerapkan metode baru yang diperlukan

agar usaha taninya lebih produktif.

Berikut ini adalah pengertian tenaga kerja yang dikemukakan oleh :

Menurut Ahman dan Epi (2003, h.28)Tenaga kerja adalah seluruh jumlah

penduduk yang dianggap dapat bekerja dan sanggup bekerja jika ada

permintaan kerja. Tenaga kerja adalah angkatan kerja yang terdiri dari

penduduk usia kerja. Tenaga kerja adalah jumlah penduduk yang memasuki

usia kerja. Tenaga kerja adalah penduduk dalam usia kerja. Tenaga kerja

merupakan salah satu faktor produksi yang sangat penting dalam kegiatan

produksi selain faktor alam, tenaga kerja, modal, dan ketrampilan. Tenaga

kerja adalah penduduk yang telah memasuki usia kerja dan memiliki

pekerjaan, yang sedang mencari pekerjaan, dan yang melakukan kegiatan

lain seperti sekolah, kuliah dan mengurus rumah tangga. Tenaga kerja

merupakan faktor produksi yang bersifat homogen dalam suatu negara,

namun bersifat heterogen (tidak identik) antar negara. Sedangkan menurut

Undang-undang Tenaga Kerja, 2004 adalah penduduk yang berusia 15

tahun keatas

Secara teoritis dikenal ada tiga jenis perlindungan kerja menurut

Zaeni, (2007, h. 78) yaitu sebagai berikut :

Page 69: PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

15

a. Perlindungan sosial, yaitu suatu perlindungan yang berkaitan dengan

usaha kemasyarakatan, yang tujuannya untuk memungkinkan pekerja

atau buruh mengenyam dan mengembangkan kehidupannya sebagaimana

manusia pada umumnya, dan khususnya sebagai anggota masyarakat dan

anggota keluarga. Perlindungan sosial disebut juga dengan kesehatan

kerja.

b. Perlindungan teknis, yaitu jenis perlindungan yang berkaitan dengan

usaha-usaha untuk menjaga agar pekerja/buruh terhindar dari bahaya

kecelakaan yang ditimbulkan oleh alat-alat kerja atau bahan yang

dikerjakan. Perlindungan ini lebih sering disebut sebagai keselamatan

kerja.

c. Perlindungan ekonomis, yaitu suatu jenis perlindungan yang berkaitan

dengan usaha-usaha untuk memberikan kepada pekerja atau buruh suatu

penghasilan yang cukup guna memnuhi keperluan sehari-hari baginya

dan keluarganya, termasuk dalam hal pekerja atau buruh tidak mampu

bekerja karena sesuatu diluar kehendaknya. Perlindungan jenis ini

biasanya disebut dengan jaminan sosial.

Tenaga kerja merupakan modal utama serta pelaksanaan dari

pembangunan masyarakat pancasila. Tujuan terpenting dari pembangunan

masyarakat tersebut adalah kesejahteraan rakyat termasuk tenaga kerja.

Tenaga kerja sebagai pelaksana pembangunan harus di jamin haknya, diatur

kewajibannya dan dikembangkan daya gunanya. Tenaga kerja adalah setiap

Page 70: PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

16

orang yang bekerja pada perusahaan yang belum wajib mengikuti program

jaminan sosial tenaga kerja, bentuk perlindungan tenaga kerja di Indonesia

yang wajib di laksanakan oleh setiap pengusaha atau perusahaan yang

mempekerjakan orang untuk bekerja pada perusahaan tersebut harus sangat

diperhatikan, yaitu mengenai pemeliharaan dan peningkatan kesejahteraan

di maksud diselenggara kan dalam bentuk jaminan sosial tenaga kerja yang

bersifat umum untuk dilaksanakan atau bersifat dasar, dengan berazaskan

usaha bersama, kekeluargaan dan kegotong royongan sebagai mana yang

tercantum dalam jiwa dan semangat Pancasila dan Undang-Undang Dasar

1945.

2.4 Pengertian Produksi Pinang

Produksi pinang adalah jumlah barang (pinang) yang diperoleh dari

hasil kegiatan usaha petani pinang serta dari usaha dagang pinang. Pinang

merupakan tanaman perkebunan yang termasuk sebagai mata dagang ekspor

non migas yang sangat potensial di pasar internasional, yang telah

menyumbang devisa yang tidak kecil bagi perekonomian negara dan

masyarakat Indonesia. Pinang merupakan tanaman serba guna, seperti untuk

ramuan obat, bahan baku industri, bahan bangunan, dan tanaman pagar yang

sangat prospektif dan banyak diminati untuk dikembangkan (Mukhlisuludin,

2005, h.4).

Hasil produksi petani selalu untuk dijual, maka untuk menaikkan

produksi tergantung kepada perbandingan harga yang akan diterimanya

Page 71: PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

17

untuk hasil-hasil usaha taninya dan biaya untuk memproduksikannya.

Kegiatan produksi petani pinang di perdesaan dapat dikembangkan melalui

organisasi dengan skala yang tidak relatif besar, dengan cara penanaman

tanaman pinang pada setiap pembatas rumah atau lahan kosong tidak terlalu

membutuhkan modal besar. Masyarakat harus benar-benar

memperhitungkan pengeluaran dan penerimaan. Masyarakat tani harus

menjual hasil panennya di pasar dengan harga yang lebih tinggi dari pada

biaya produksi usaha taninya.

Menurut Kamaruddin (2000, h. 112) Nilai tukar hasil petani pinang

adalah perbandingan antara indeks harga yang diterima oleh petani dibagi

dengan indeks yang dibayar oleh petani Sehingga besarnya surplus produksi

dari sektor pertanian mempunyai pengaruh terhadap distribusi produksi

tidak selalu benar. Hal ini berarti keberhasilan dalam produksi pertanian

ternyata tidak selalu diikuti dengan peningkatan produksi atau kesejahteraan

petani. Indikator lain yang menunjukkan hal yang sama adalah

perbandingan kenaikan upah buruh dalam pertanian tanaman pangan.

2.6 Perumusan Hipotesis

Berdasarkan tinjauan pustaka yang sudah disebutkan diatas maka

dapat dirumus hipotesis sebagai berikut: diduga luas lahan, tenaga kerja dan

modal berpengaruh secara signifikan terhadap produksi pinang di

Kecamatan Suka Makmue Kabupaten Nagan Raya.

Page 72: PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

18

III. METODE PENELITIAN

3.1 Populasi dan Sampel

Berikut ini adalah jumlah KK petani pinang yang ada di Kecamatan

Suka Makmue Kabupaten Nagan Raya :

Tabel. 2

Jumlah KK Petani Pinang di Kecamatan Suka Makmue Kabupaten Nagan

Raya

No DESA JUMLAH KK

1 Lung Baro 0

2 Suak Bilie 4

3 Cot Kuta 1

4 Alue Kambuk 6

5 Kuta Padang 2

6 Blang Sapek 0

7 Kabu Blang Sapek 0

8 Cot Peuradi 2

9 Gampong Tengoh 0

10 Alue Gajah 2

11 Macah 8

12 Semambek 8

13 Lhok Rameuan 4

14 Alue Peusaja 3

15 Krak Tampai 2

16 Blang Muling 3

17 Blang Baro 1

18 Lhok Beutong 4

19 Meureboe 1

Jumlah 54

Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) Nagan Raya Tahun 2013

Berdasarkan tabel diatas maka yang menjadi populasi dalam penelitian

ini adalah seluruh petani pinang di 19 desa. Adapun yang menjadi sampel

Page 73: PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

19

dalam penelitian ini adalah seluruh petani pinang di 5 (lima) desa, dengan

asumsi desa tersebut paling dominan memiliki lahan pinang yaitu desa

Macah, Seumambek, Alue Kambuk, Suak Bilie dan Lhok Rameuan dengan

jumlah petani 30 KK.

3.2 Data Penelitian

3.2.1 Jenis dan Sumber Data

Data dalam penelitian ini bersumber dari penelitian data primer dan

data sekunder.

1. Data Primer

Sumber data primer diperoleh langsung dari petani pinang di

Kecamatan Suka Makmue Kabupaten Nagan Raya atau penelitian lapangan

dengan cara melakukan wawancara dan mengedarkan quisioner.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang bersumber dari Badan Pusat

Statistik (BPS) dan instansi pemerintah, buku atau referansi diperpustakaan

Universitas Teuku Umar dan Perpustakaan Daerah Kabupaten Nagan Raya.

3.2.2 Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang diperlukan, penulis menggunakan

beberapa metode pengumpulan data sebagai berikut :

a. Penelitian perpustakaan (Library Research), yaitu dengan cara

Page 74: PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

20

membaca buku atau teori-teori yang dapat mendukung penulisan

proposal.

b. Penelitian lapangan (Field Research) yaitu pengumpulan data dengan

Mengedarkan quisioner, agar data yang diperoleh lebih

objektif.

3.3 Model Analisis Data

Dalam penelitian ini model yang digunakan adalah analisis regresi

linear berganda, analisis korelasi, uji t dan uji F.

1. Analisis Regresi Linear Berganda

Analisis ini digunakan sebagai alat analisis peramalan nilai pengaruh

satu variabel bebas terhadap satu variabel terikat. Menurut Hasan (2006,

h.115)

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + c . . . . . . . . . . . . . . (1)

Dimana :

Y = Variabel terikat (Produksi Pinang)

a = Nilai konstan

b = Koefiensi regresi

X = Variabel Bebas

X1 = Luas lahan

X2 = Tenaga kerja

X3 = Modal

Page 75: PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

21

c = error

2. Analisis Korelasi

Korelasi linier berganda merupakan alat ukur mengenai hubungan

yang terjadi antara variabel terikat (Y) dan beberapa variabel bebas

(X1,X2,... Xn).

Analisis korelasinya menurut Hasan (2003, h.270-279) menggunakan 4

(empat) koefisien korelasi yaitu :

a. Koefisien Determinasi Berganda

Koefisien determinasi berganda, disimbolkan dengan R2 merupakan

ukuran kesesuaian garis regresi linier berganda terhadap suatu data.

b. Koefisien Korelasi Berganda

Koefisien korelasi berganda disimbolkan r merupakan ukuran

keeratan hubungan antara variabel terikat dan semua variabel bebas secara

bersama-sama.

c. Koefisien Korelasi Parsial

Koefisien korelasi parsial merupakan koefisien dua variabel, jika

variabel lainnya konstan.

d. Koefisien Determinasi Parsial

Koefisien Determinasi parsial ini dapat menghitung besarnya

sumbangan satu variabel bebas terhadap variabel (naik turunnya) nilai

variabel terikat, jika variabel bebas lainnya dianggap konstan.

3. Uji t

Page 76: PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

22

Uji signifikan parameter individual (uji t) dilakukan untuk melihat

signifikan dari pengaruh variabel bebas (produksi pinang) terhadap variabel

terikat (Luas Lahan, Tenaga Kerja dan Modal) secara individual.

4. Uji F

Menurut Nachrowi dan Usman (2006, h.16-17) uji hipotesis ini

berguna untuk memeriksa atau menguji apakah koefisien regresi yang

didapatkan signifikan atau tidak. Uji F ini diperuntukkan guna melakukan

uji hipotesis koefisien regresi secara bersamaan yaitu antara X1, X2, X 3

terhadap Y.

3.4 Definisi Operasional Variabel

Operasional variabel dalam penelitian ini didefinisikan dengan

menggunakan analisis sebagai berikut :

a. Produksi pinang (Y) keseluruhan jumlah produksi pinang yang ada di

Kecamatan Suka Makmue Kabupaten Nagan Raya, yang diukur dalam

Kg.

b. Luas lahan (X1) Jumlah lahan produktif yang ditanami Pinang di

Kecamatan Suka Makmue Kabupaten Nagan Raya yang dihitung

dalam satuan hektar (ha).

c. Tenaga Kerja (X2) Jumlah pekerja yang mengelola usaha tani pinang

diukur dalam satuan jam orang kerja.

Page 77: PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

23

d. Modal (X3) Keseluruhan biaya yang dikeluarkan petani pinang dalam

proses usaha tani pinang di Kecamatan Suka Makmue Kabupaten

Nagan Raya dihitung dalam satuan Rupiah (Rp).

3.6 Pengujian Hipotesis

Kriteria uji hipotesis yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah :

1. Uji t, yaitu untuk melihat X1,X2,X3. Terhadap Variabel Y secara

Parsial (bagian dari keseluruhan).

2. Uji F, yaitu untuk melihat pengaruh variabel X1,X2,X3 terhadap variabel

Y secara keseluruhan

a. Apabila th tt, maka H ditolak H1 diterima, artinya Faktor-faktor yang

diteliti secara bersama-sama berpengaruh terhadap Produksi Pinang di

Kecamatan Suka Makmue di Kabupaten Nagan Raya

b. Apabila th tt, maka H diterima H1 ditolak, Faktor-faktor yang diteliti

secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap Produksi Pinang di

Kecamatan Suka Makmue di Kabupaten Nagan Raya .

Berdasarkan latar belakang dan tujuan dari penelitian di atas, maka

dapat penulis simpulkan antara lain sebagai berikut :

H ; = 0, Artinya, Faktor-faktor yang diteliti secara bersama-sama tidak

berpengaruh terhadap Produksi Pinang di Kecamatan Suka Makmue di

Kabupaten Nagan Raya.

Page 78: PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

24

H1 ; 0, Artinya, Faktor-faktor yang diteliti secara bersama-sama

berpengaruh terhadap Produksi Pinang di Kecamatan Suka Makmue di

Kabupaten Nagan Raya.

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Variabel Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Kabupaten Nagan Raya

Page 79: PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

25

Kabupaten Nagan Raya ibukotanya adalah Suka Makmue, yang

berjarak sekitar 287 km atau 8 jam perjalanan dari ibu kota Provinsi Aceh,

Kabupaten Nagan Raya ini terbentuk berdasarkan UU Nomor 4 Tahun 2002

Tanggal 2 Juli 2002.

Kabupaten Nagan Raya secara georafis terletak pada 03040'-04

038'

LU dan 96011'-96

048' BT, dengan luas wilayah 3.363.72 Km

2 (336.372

Hektar) dengan batas-batas wilayah, Sebelah Utara berbatas dengan

Kabupaten Aceh Barat dan Aceh Tengah, Sebelah Timur berbatas dengan

Kabupaten Gayo Lues dan Aceh Tengah Sebelah Barat berbatas dengan

Kabupaten Aceh Barat dan sebelah Selatan berbatas dengan Samudera

Indonesia. Kecamatan-Kecamatan dalam Kabupaten Nagan Raya antara lain

Kecamatan Seunagan, Seunagan Timur, Beutong, Suka Makmue, Kuala,

Tadu Raya, Kuala Pesisir, Darur Makmur, Beutong Banggalang dan Tripa

Makmur, dengan jumlah desa keseluruhan sebanyak 222 desa

(http://www/google.co.id. Lokasi Nagan Raya.BPS. diakses 27 Februari

2014)

Kabupaten ini berada di pantai barat Sumatera yang subur dan

sangat cocok bagi pertanian, khususnya padi yang terpusat di Kecamatan

Seunagan, Seunagan Timur, Beutong dan Suka Makmue serta ditunjang

oleh Krueng Nagan dan Krueng Beutong yang mengalir diwilayah tersebut.

Potensi lainnya seperti bahan tambang, batu bara, emas dan usaha

peternakan, perikanan serta perkebunan terutama kelapa sawit dan karet.

Page 80: PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

26

4.2 Karakteristik Responden

Sebagaimana yang telah penulis jelaskan sebelumnya bahwa petani

Pinang di Kecamatan Suka Makmue Kabupaten Nagan Raya yang menjadi

responden dalam penelitian ini adalah sebanyak 30 KK, untuk mendapatkan

gambaran mengenai keadaan yang diteliti maka perlu dikemukakan karakteristik

responden yang meliputi pendapatan responden, luas lahan yang diusahakan,

umur tanaman, jumlah produksi, jumlah tenaga kerja, jumlah hari kerja

permingguan dan rata-rata jam kerja perhari.

Dalam penelitian ini respondennya adalah para petani yang memiliki

lahan sendiri dan bekerja sebagai para petani Pinang di Kecamatan Suka Makmue

Kabupaten Nagan Raya.

4.2.1 Produksi Responden

Dari segi produksi juga diketahui bahwa petani pinang yang ada pada

desa-desa di Kecamatan Suka Makmue Kabupaten Nagan Raya yang menjadi

responden dalam penelitian ini mempunyai produksi yang berbeda, untuk lebih

jelas dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3 Jumlah Responden Menurut Produksi

No Produksi Responden (Kg)

Jumlah Presentase (%)

1

2

3

4

100 – 140

141 -181

182 - 222

223 - 263

4

4

14

8

13

13

47

27

Jumlah 30 100

Page 81: PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

27

Sumber : Hasil Penelitian Nopember 2013 Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa paling sedikit yaitu

100-140 yang berjumlah 4 orang dengan persentase 13, hal ini disebabkan luas

lahan tanaman pinang di Kecamatan Suka Makmue Kabupaten Nagan Raya yang

dimiliki petani tidak luas karena luasnya area persawahan, Produksi ini diperoleh

sesudah dikurangi modal yang dikeluarkan oleh petani pinang sehingga produksi

petani pinang masih sangat rendah disebabkan luas lahan tanaman pinang

sangat sedikit. Sedangkan produksi pinang paling banyak antara 182-222 yang

berjumlah 14 orang dengan persentase 47.

4.3 Hasil Analisis Data

Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi pinang di Kecamatan Suka

Makmue Kabupaten Nagan Raya terdiri dari 3 faktor yaitu Luas Lahan, Modal dan

tenaga kerja, Gambaran dari masing-masing faktor terhadap produksi Pinang di

Kecamatan Suka Makmue Kabupaten Nagan Raya dapat dilakukan dengan

analisis deskriptif.

4.3.1 Luas Lahan

Petani Pinang yang mengelola lahan sendiri yang menjadi sampel

penelitian ini adalah petani yang mengelola lahan sendiri. Berdasarkan hasil

penelitian, luas lahan petani pinang bervariasi antara 0,25 Ha sampai dengan

1,50 Ha seperti yang tertulis pada tabel empat berikut ini.

Page 82: PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

28

Tabel 4

Jumlah dan Persentase Responden Menurut Luas Lahan

Sumber : Hasil Penelitian Nopember 2013 Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa yang paling rendah

luas lahan 0,25 yaitu dengan jumlah 4 KK dengan persentase 13, hal ini

menunjukkan luas lahan tanaman pinang yang ada di Kecamatan Suka Makmue

sangat sedikit karena disebabkan tanaman pinang merupakan tanaman

sampingan sebagai pengisi lahan kosong dan sebagai tanaman pembatas tanah

(tanaman pagar), sedangkan yang jumlah luas lahannya 1,50 yaitu dengan

jumlah 4 KK dengan persentase 13, hal ini menunjukan luas lahan tanaman

pinang yang ada di Kecamatan Suka Makmue tidak begitu luas karena disebabkan

luasnya area pesawahan dan pemukiman yang padat dan Kecamatan Suka

Makmue merupakan lokasi tempat perkantoran Kabupaten Nagan Raya.

4.3.2 Modal

Perhitungan modal dalam penelitian ini adalah menggunakan pendekatan

biaya yaitu besarnya biaya total yang dikeluakan oleh para petani pada

No Luas Lahan

(Ha) Jumlah

Tenaga Kerja Persentase

(%)

1. 0,25 4 13

2. 0,50 16 53

3. 1 6 20

4. 1,50 4 13

Jumlah 30 100

Page 83: PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

29

pekebunan pinang dalam jangka waktu satu bulan. Biaya total ini terdiri dari

biaya tetap dan biaya variabel, biaya tetap terdiri dari dari alat-alat biaya variabel

terdiri dari bibit dan biaya pemeliharaan.

Berdasarkan hasil penelitian, perhitungan besarnya modal petani pinang

dapat diihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 5 Jumlah dan Persentase Modal Responden

No Jumlah Modal

(Rp) Jumlah

(KK) Persentase

1. 100.000 – 165.500 7 23

2. 166.000 – 231.500 8 27

3. 232.000 – 297.500 10 33

4. 298.000 5 17

Jumlah 30 100

Sumber : Hasil Penelitian Nopember 2013 Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa yang paling rendah

mengeluarkan modal 100.000-165.500 yaitu dengan jumlah 7 KK dengan

persentase 23, hal ini menunjukkan pengeluaran modal yang dilakukan petani

untuk tanaman pinang yang ada di Kecamatan Suka Makmue sangat sedikit

karena disebabkan tanaman pinang merupakan tanaman sampingan, sedangkan

yang jumlah pengeluaran modal 232.000-297.500 yaitu dengan jumlah 10 KK

dengan persentase 33, hal ini menunjukan bahwa modal yang dikeluarkan

tergantung luasnya lahan yang ada sehingga jumlah modal yang dikeluarkan

berbeda-beda dan tenaga kerja yang ikut mengelola usaha tani pinang di

Kecamatan Suka Makmue Kabupaten Nagan Raya pada umumnya merupakan

anggota keluarga sendiri.

Page 84: PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

30

4.3.3 Tenaga Kerja

Berdasarkan Jumlah Pekerja yang Mengelola Usaha Tani Pinang di Hitung

dalam Satuan Jam Orang Kerja di Kecamatan Suka Makmue dapat dilihat pada

tabel berikut :

Tabel 6 Jumlah dan Persentase Responden Menurut Jumlah Jam Tenaga Kerja

No Jumlah Jam Kerja Jumlah

(KK) Persentase

1. 120 – 175 4 13

2. 176 – 231 4 13

3. 232 – 287 14 47

4. 288 – 342 8 27

Jumlah 30 100

Sumber : Hasil Penelitian Nopember 2013 Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa yang paling rendah jumlah

jam kerja 120 - 175 yaitu dengan jumlah 4 KK dengan persentase 13, hal ini

menunjukkan jumlah jam kerja yang dilakukan petani untuk tanaman pinang

perhari hanya untuk merawat dan melihat produktif tanaman pinang saja,

sedangkan dengan jumlah sebanyak 232-287 jam dengan jumlah 14 KK dengan

persentase 47, hal ini menunjukan bahwa semakin banyak jumlah jam kerja yang

dilakukan untuk tanaman pinang setiap hari semakin tanaman pinang terpelihara

hingga dapat meningkatkan hasil produksi yang lebih maksimal untuk

meningkatkan taraf hidup masyarakat.

4.4 Pembahasan Hasil Penelitian

4.4.1 Uji Koefisien Korelasi

Page 85: PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

31

Berdasarkan data input analisis faktor-faktor yang mempengaruhi

produksi pinang di Kecamatan Suka Makmue Kabupaten Nagan Raya. Setelah

melakukan penelitian dan memperoleh data tentang produksi yang terdiri luas

lahan, modal dan tenaga kerja. Penulis melakukan pengolahan data dengan

menggunakan Sofwere Statistical Program And Service Solution (SPSS) versi 16.

Dari hasil pengolahan data tersebut maka dapat dikemukakan hasil pembahasan

sebagai berikut :

Tabel 7 Hasil Koefesien Korelasi dan Koefesiensi Determinasi

Variabel Produksi

Y Luas Lahan

X1

Tenaga Kerja

X2

Modal X3

1. Person Correlation a. Produksi b. Luas Lahan c. Tenaga Kerja d. Modal

1000 782 798 622

782

1000 789 851

622 789

1000 703

789 851 703

1000

2. Modal

a. Koefesien Korelasi (R) 0.862

b. Koefesien Determinasi (R2) 0.789

c. Koefesien Determinasi

Adjusted 0.622

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui hasil penelitian sebagai berikut :

a. Uji Koefisien Korelasi Luas Lahan

Berdasarkan dari output komputer di atas maka diperoleh koefisien korelasi

dalam penelitian diperoleh nilai R = 0.782 dimana dengan nilai tersebut terdapat

hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat adalah 78.2 persen.

Artinya Produksi Pinang di Kecamatan Suka Makmue Kabupaten Nagan Raya

sangat erat hubungannya dengan faktor luas lahan (X1).

Page 86: PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

32

b. Uji Koefisien Korelasi Tenaga Kerja

Dari tabel diatas maka diperoleh koefisien korelasi dalam penelitian

diperoleh nilai R = 0.798 dimana dengan nilai tersebut terdapat hubungan antara

variabel bebas dengan variabel terikat adalah 79.9 persen. Artinya Produksi

Pinang di Kecamatan Suka Makmue Kabupaten Nagan Raya erat hubungannya

dengan faktor tenaga kerja (X2).

c. Uji Koefisien Korelasi Modal

Berdasarkan dari output komputer di atas maka diperoleh koefisien korelasi

dalam penelitian diperoleh nilai R = 0.622 dimana dengan nilai tersebut terdapat

hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat adalah 62.2 persen.

Artinya Produksi Pinang di Kecamatan Suka Makmue Kabupaten Nagan Raya erat

hubungannya dengan faktor modal (X3).

Koefesien Korelasi (R) sebesar 0.862 menunjukkan bahwa variabel luas

lahan (X1), Tenaga Kerja (X2) dan Modal (X3) sangat erat hubungan terhadap

peningkatan produksi pinang di Kecamatan Suka Makmue Kabupaten Nagan Raya

yaitu 86.2 persen.

Koefesien diterminasi adjusted (R2) bernilai 0.789. Hal ini menunjukkan

bahwa luas lahan (X1), Tenaga Kerja (X2) dan Modal kerja (X3) berpengaruh

terhadap produksi pinang di Kecamatan Suka Makmue Kabupaten Nagan Raya

sebesar 78,9 persen. Sedangkan sisanya 21.1 persen dipengaruhi oleh variabel lain

diluar modal penelitian.

Page 87: PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

33

Tabel 8

Regresi Berganda dan Uji Parsial (uji t)

Model

Un Standardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig

Correlations Collinearit

y Statistics

Std. eror

Beta Zero order

Parsial

Part Tolerance

ViF

1. (Constan)

Luas Lahan

Tenaga Kerja Modal Kerja

852.644

660.762

768.851

130.612

342.443

27.554

467.005

1.101

144

320

431

1.023

2.704

2.340

807

.140

.009

.007

.402

0.001

0.003

0.025

0.740

1.143

3.350

2.213

240

73

75

622

124

628

226

032

332

142

Dari hasil tabel regresi berganda dan uji t, maka diperoleh

persamaan akhir estimasi yaitu sebagai berikut :

Y = 852.644 + 660.762 X1 + 768.851 X2+ 130.612 X3.

1. Konstanta

Dari persamaan diatas dapat dilihat bahwa nilai konstanta sebesar

852.644. Nilai konstanta ini menyatakan bahwa apabila variabel luas

lahan, tenaga kerja dan modal kerja sama dengan nol maka produksi

Pinang di Kecamatan Suka Makmue Kabupaten Nagan Raya tetap ada

sebesar 852.644 rupiah.

2. Koefesien Regresi X1 (Luas Lahan)

Page 88: PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

34

Koefesien regresi luas lahan (X1) sebesar 660.762 berpengaruh terhadap

peningkatan produksi petani pinang di Kecamatan Suka Makmue

Kabupaten Nagan Raya. Hal ini disebabkan luas lahan responden selalu

mencerminkan jumlah produksi, dan sebagian dari luas lahan tersebut

masih terdapat tanaman pinang yang belum menghasilkan.

3. Koefesien Korelasi X2 (tenaga kerja)

Dari penjelasan di atas dapat dilihat bahwa nilai X2 sebesar 768.851.

Hal ini menyatakan bahwa apabila terjadi penambahan jam kerja sebesar 1

jam/hari maka akan berpengaruh terhadap peningkatan produksi pinang di

Kecamatan Suka Makmue Kabupaten Nagan Raya, sebesar 768.851 jam.

4. Koefesien Regresi X3 (modal kerja)

Dilihat bahwa nilai X3 sebesar 130.612. Hal ini menyatakan bahwa apabila

terjadi penambahan modal maka tidak ada berpengaruh terhadap produksi

pinang, dikarenakan tanaman pinang yang ditanami di lahan kosong dan di

pembatas tanah sehingga modal tidak berpengaruh terhadap produksi pinang

yang ada di Kecamatan Suka Makmue Kabupaten Nagan Raya.

4.4.2 Analisis Koefesien Determinasi

Setelah dihitung dengan menggunakan metode regresi linear berganda

dapat diketahui bahwa faktor yang mempengaruhi peningkatan produksi pinang

adalah sebagai berikut :

Koefesien Korelasi (R) = 0,862

Koefesien Determinasi (R2) = 0,789

Koefesien Determinasi Adjusted = 0,622

Page 89: PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

35

Sesuai dengan hasil perhitungan tersebut dapat diketahui nilai koefesien

determinasi adjusted (R2) sebesar 0,789 yang artinya bahwa peningkatan produksi

pinang sebesar 78.9 persen disebabkan oleh faktor luas lahan (X1), tenaga kerja

(X2) dan modal (X3). Sedangkan sisanya disumbangkan oleh variabel lain.

4.4.3 Uji t

Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel Luas Lahan

(X1), tenaga kerja (X2) dan modal (X3) secara parsial terhadap produksi

pinang (Y). Hasil perhitungan yang diperlihatkan pada tabel 9 dapat

diketahui besarnya nilai thitung untuk masing-masing variabel dengan tingkat

kepercayaan atau derajat signifikan sebesar =5 persen, dapat kita lihat

pada tabel berikut ini:

Tabel 9

Uji t

Model

Un Standardized

Coefficients

Standardize

d Coefficients

T sig Std. eror Beta

1. Konstanta

Luas Lahan

Tenaga Kerja Modal Kerja

852.644

660.762

768.851

130.612

342.443

27.554

467.005

1.101

144

320

431

1.023

2.704

2.340

807

.140

.009

.007

.402

Sumber : Hasil Regresi (data diolah November 2014)

Berdasarkan tabel diatas pengaruh signifikan variabel bebas

terhadap variabel terikat dapat dijelaskan sebagai berikut:

Page 90: PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

36

1. Variabel luas lahan diperoleh thitung sebesar 2.704 lebih besar dari ttabel

sebesar 1.706 artinya variabel luas lahan berpengaruh secara signifikan

terhadap produksi pinang.

2. Variabel tenaga kerja diperoleh thitung sebesar 2.340 lebih besar dari ttabel

sebesar 1.706 artinya variabel luas lahan berpengaruh secara signifikan

terhadap produksi pinang.

3. Variabel modal diperoleh thitung sebesar 807 lebih kecil dari ttabel sebesar 1.706

artinya variabel modal tidak berpengaruh secara signifikan terhadap

produksi pinang.

4.4.3 Hasil Uji Statistik

a. Hasil Uji F (Secara Simultan)

Uji F digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel luas lahan (X1),

tenaga kerja (X2) dan modal (X3) secara bersama-sama terhadap Produksi pinang

(Y). Dari hasil perhitungan diperoleh Fhitung seperti yang terlihat pada tabel berikut

:

Tabel 10

Anova

Model Sum of squares Df Mean Square F Sig

Regression 4336022 3 22654339

148.37

6 .000

Residual 3144300 26 2125476

Total 7480322 29

Sumber : Hasil Regresi (data diolah November 2013)

Berdasarkan hasil pengujian dari uji ANOVA atau uji-F (secara simultan)

diperoleh Fhitung sebesar 148.376, sedangkan Ftabel pada tingkat signifikan = 5%

Page 91: PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

37

adalah sebesar 2.99. Hal ini memperlihatkan bahwa Fhitung Ftabel, dengan tingkat

signifikan 0.000. Hasil perhitungan ini dapat di ambil suatu kesimpulan bahwa

menerima hipotesis alternatif dan menolak hipotesis nol, artinya bahwa variabel

luas lahan (X1), tenaga kerja (X2) secara bersama-sama berpengaruh secara

signifikan terhadap peningkatan Produksi Pinang di Kecamatan Suka Makmue

Kabupaten Nagan Raya.

4.5 Pembuktian Hipotesis

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel luas lahan

memiliki pengaruh positif terhadap produksi pinang di Kecamatan Suka Makmue

Kabupaten Nagan Raya, berdasarkan hasil pengujian hipotesis diperoleh luas

lahan thitung lebih besar dari ttabel sebesar (2.704 1.706) demikian hasil

perhitungan statistik menunjukkan bahwa secara parsial variabel luas lahan

berpengaruh secara signifikan terhadap Produksi pinang. Berdasarkan hasil

hipotesa H1 diterima yang berarti bahwa memiliki luas lahan mempengaruhi

Produksi Pinang di Kecamatan Suka Makmue Kabupaten Nagan Raya.

Variabel tenaga kerja memiliki pengaruh positif terhadap jumlah produksi

pinang di Kecamatan Suka Makmue Kabupaten Nagan Raya, berdasarkan hasil

pengujian hipotesis diperoleh thitung lebih besar dari ttabel sebesar (2.340 1.706),

dapat diartikan bahwa variabel tenaga kerja berpengaruh secara nyata terhadap

produksi pinang di Kecamatan Suka Makmue Kabupaten Nagan Raya.

Variabel modal beradasarkan hasil pengujian hipotesis diperoleh thitung

lebih kecil dari ttabel sebesar (807 1.706), maka dapat diartikan bahwa variabel

Page 92: PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

38

modal tidak berpengaruh secara nyata terhadap produksi pinang di Kecamatan

Suka Makmue Kabupaten Nagan Raya.

Berdasarkan hasil pembahasan bahwa variabel luas lahan (X1), tenaga

kerja (X2) mempunyai pengaruh dalam meningkatkan Produksi Pinang di

Kecamatan Suka Makmue Kabupaten Nagan Raya yaitu dengan memperoleh nilai

Fhitung sebesar 148.376 Ftabel pada tingkat signifikan = 5 persen adalah sebesar

2.99 dengan tingkat signifikansi 0.000. Hal tersebut menyatakan bahwa secara

simultan (bersama-sama) variabel yang diteliti berpengaruh terhadap

Produksi Pinang.

Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semua

indikator yang diteliti berpengaruh secara signifikan terhadap Produksi

Pinang di Kecamatan Suka Makmue Kabupaten Nagan Raya.

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Page 93: PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

39

4.1 Deskripsi Variabel Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Kabupaten Nagan Raya

Kabupaten Nagan Raya ibukotanya adalah Suka Makmue, yang

berjarak sekitar 287 km atau 8 jam perjalanan dari ibu kota Provinsi Aceh,

Kabupaten Nagan Raya ini terbentuk berdasarkan UU Nomor 4 Tahun 2002

Tanggal 2 Juli 2002.

Kabupaten Nagan Raya secara georafis terletak pada 03040'-04

038'

LU dan 96011'-96

048' BT, dengan luas wilayah 3.363.72 Km

2 (336.372

Hektar) dengan batas-batas wilayah, Sebelah Utara berbatas dengan

Kabupaten Aceh Barat dan Aceh Tengah, Sebelah Timur berbatas dengan

Kabupaten Gayo Lues dan Aceh Tengah Sebelah Barat berbatas dengan

Kabupaten Aceh Barat dan sebelah Selatan berbatas dengan Samudera

Indonesia. Kecamatan-Kecamatan dalam Kabupaten Nagan Raya antara lain

Kecamatan Seunagan, Seunagan Timur, Beutong, Suka Makmue, Kuala,

Tadu Raya, Kuala Pesisir, Darur Makmur, Beutong Banggalang dan Tripa

Makmur, dengan jumlah desa keseluruhan sebanyak 222 desa

(http://www/google.co.id. Lokasi Nagan Raya.BPS. diakses 27 Februari

2014)

Kabupaten ini berada di pantai barat Sumatera yang subur dan

sangat cocok bagi pertanian, khususnya padi yang terpusat di Kecamatan

Seunagan, Seunagan Timur, Beutong dan Suka Makmue serta ditunjang

oleh Krueng Nagan dan Krueng Beutong yang mengalir diwilayah tersebut.

Page 94: PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

40

Potensi lainnya seperti bahan tambang, batu bara, emas dan usaha

peternakan, perikanan serta perkebunan terutama kelapa sawit dan karet.

4.2 Karakteristik Responden

Sebagaimana yang telah penulis jelaskan sebelumnya bahwa petani

Pinang di Kecamatan Suka Makmue Kabupaten Nagan Raya yang menjadi

responden dalam penelitian ini adalah sebanyak 30 KK, untuk mendapatkan

gambaran mengenai keadaan yang diteliti maka perlu dikemukakan karakteristik

responden yang meliputi pendapatan responden, luas lahan yang diusahakan,

umur tanaman, jumlah produksi, jumlah tenaga kerja, jumlah hari kerja

permingguan dan rata-rata jam kerja perhari.

Dalam penelitian ini respondennya adalah para petani yang memiliki

lahan sendiri dan bekerja sebagai para petani Pinang di Kecamatan Suka Makmue

Kabupaten Nagan Raya.

4.2.1 Produksi Responden

Dari segi produksi juga diketahui bahwa petani pinang yang ada pada

desa-desa di Kecamatan Suka Makmue Kabupaten Nagan Raya yang menjadi

responden dalam penelitian ini mempunyai produksi yang berbeda, untuk lebih

jelas dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3 Jumlah Responden Menurut Produksi

No Produksi Responden (Kg)

Jumlah Presentase (%)

Page 95: PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

41

1

2

3

4

100 – 140

141 -181

182 - 222

223 - 263

4

4

14

8

13

13

47

27

Jumlah 30 100

Sumber : Hasil Penelitian Nopember 2013 Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa paling sedikit yaitu

100-140 yang berjumlah 4 orang dengan persentase 13, hal ini disebabkan luas

lahan tanaman pinang di Kecamatan Suka Makmue Kabupaten Nagan Raya yang

dimiliki petani tidak luas karena luasnya area persawahan, Produksi ini diperoleh

sesudah dikurangi modal yang dikeluarkan oleh petani pinang sehingga produksi

petani pinang masih sangat rendah disebabkan luas lahan tanaman pinang

sangat sedikit. Sedangkan produksi pinang paling banyak antara 182-222 yang

berjumlah 14 orang dengan persentase 47.

4.3 Hasil Analisis Data

Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi pinang di Kecamatan Suka

Makmue Kabupaten Nagan Raya terdiri dari 3 faktor yaitu Luas Lahan, Modal dan

tenaga kerja, Gambaran dari masing-masing faktor terhadap produksi Pinang di

Kecamatan Suka Makmue Kabupaten Nagan Raya dapat dilakukan dengan

analisis deskriptif.

4.3.1 Luas Lahan

Petani Pinang yang mengelola lahan sendiri yang menjadi sampel

penelitian ini adalah petani yang mengelola lahan sendiri. Berdasarkan hasil

Page 96: PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

42

penelitian, luas lahan petani pinang bervariasi antara 0,25 Ha sampai dengan

1,50 Ha seperti yang tertulis pada tabel empat berikut ini.

Tabel 4

Jumlah dan Persentase Responden Menurut Luas Lahan

Sumber : Hasil Penelitian Nopember 2013 Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa yang paling rendah

luas lahan 0,25 yaitu dengan jumlah 4 KK dengan persentase 13, hal ini

menunjukkan luas lahan tanaman pinang yang ada di Kecamatan Suka Makmue

sangat sedikit karena disebabkan tanaman pinang merupakan tanaman

sampingan sebagai pengisi lahan kosong dan sebagai tanaman pembatas tanah

(tanaman pagar), sedangkan yang jumlah luas lahannya 1,50 yaitu dengan

jumlah 4 KK dengan persentase 13, hal ini menunjukan luas lahan tanaman

pinang yang ada di Kecamatan Suka Makmue tidak begitu luas karena disebabkan

luasnya area pesawahan dan pemukiman yang padat dan Kecamatan Suka

Makmue merupakan lokasi tempat perkantoran Kabupaten Nagan Raya.

4.3.2 Modal

Perhitungan modal dalam penelitian ini adalah menggunakan pendekatan

biaya yaitu besarnya biaya total yang dikeluakan oleh para petani pada

No Luas Lahan

(Ha) Jumlah

Tenaga Kerja Persentase

(%)

1. 0,25 4 13

2. 0,50 16 53

3. 1 6 20

4. 1,50 4 13

Jumlah 30 100

Page 97: PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

43

pekebunan pinang dalam jangka waktu satu bulan. Biaya total ini terdiri dari

biaya tetap dan biaya variabel, biaya tetap terdiri dari dari alat-alat biaya variabel

terdiri dari bibit dan biaya pemeliharaan.

Berdasarkan hasil penelitian, perhitungan besarnya modal petani pinang

dapat diihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 5 Jumlah dan Persentase Modal Responden

No Jumlah Modal

(Rp) Jumlah

(KK) Persentase

1. 100.000 – 165.500 7 23

2. 166.000 – 231.500 8 27

3. 232.000 – 297.500 10 33

4. 298.000 5 17

Jumlah 30 100

Sumber : Hasil Penelitian Nopember 2013 Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa yang paling rendah

mengeluarkan modal 100.000-165.500 yaitu dengan jumlah 7 KK dengan

persentase 23, hal ini menunjukkan pengeluaran modal yang dilakukan petani

untuk tanaman pinang yang ada di Kecamatan Suka Makmue sangat sedikit

karena disebabkan tanaman pinang merupakan tanaman sampingan, sedangkan

yang jumlah pengeluaran modal 232.000-297.500 yaitu dengan jumlah 10 KK

dengan persentase 33, hal ini menunjukan bahwa modal yang dikeluarkan

tergantung luasnya lahan yang ada sehingga jumlah modal yang dikeluarkan

berbeda-beda dan tenaga kerja yang ikut mengelola usaha tani pinang di

Kecamatan Suka Makmue Kabupaten Nagan Raya pada umumnya merupakan

anggota keluarga sendiri.

Page 98: PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

44

4.3.3 Tenaga Kerja

Berdasarkan Jumlah Pekerja yang Mengelola Usaha Tani Pinang di Hitung

dalam Satuan Jam Orang Kerja di Kecamatan Suka Makmue dapat dilihat pada

tabel berikut :

Tabel 6 Jumlah dan Persentase Responden Menurut Jumlah Jam Tenaga Kerja

No Jumlah Jam Kerja Jumlah

(KK) Persentase

1. 120 – 175 4 13

2. 176 – 231 4 13

3. 232 – 287 14 47

4. 288 – 342 8 27

Jumlah 30 100

Sumber : Hasil Penelitian Nopember 2013 Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa yang paling rendah jumlah

jam kerja 120 - 175 yaitu dengan jumlah 4 KK dengan persentase 13, hal ini

menunjukkan jumlah jam kerja yang dilakukan petani untuk tanaman pinang

perhari hanya untuk merawat dan melihat produktif tanaman pinang saja,

sedangkan dengan jumlah sebanyak 232-287 jam dengan jumlah 14 KK dengan

persentase 47, hal ini menunjukan bahwa semakin banyak jumlah jam kerja yang

dilakukan untuk tanaman pinang setiap hari semakin tanaman pinang terpelihara

hingga dapat meningkatkan hasil produksi yang lebih maksimal untuk

meningkatkan taraf hidup masyarakat.

Page 99: PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

45

4.4 Pembahasan Hasil Penelitian

4.4.1 Uji Koefisien Korelasi

Berdasarkan data input analisis faktor-faktor yang mempengaruhi

produksi pinang di Kecamatan Suka Makmue Kabupaten Nagan Raya. Setelah

melakukan penelitian dan memperoleh data tentang produksi yang terdiri luas

lahan, modal dan tenaga kerja. Penulis melakukan pengolahan data dengan

menggunakan Sofwere Statistical Program And Service Solution (SPSS) versi 16.

Dari hasil pengolahan data tersebut maka dapat dikemukakan hasil pembahasan

sebagai berikut :

Tabel 7 Hasil Koefesien Korelasi dan Koefesiensi Determinasi

Variabel Produksi

Y Luas Lahan

X1

Tenaga Kerja

X2

Modal X3

1. Person Correlation a. Produksi b. Luas Lahan c. Tenaga Kerja d. Modal

1000 782 798 622

782

1000 789 851

622 789

1000 703

789 851 703

1000

2. Modal

a. Koefesien Korelasi (R) 0.862

b. Koefesien Determinasi (R2) 0.789

c. Koefesien Determinasi

Adjusted 0.622

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui hasil penelitian sebagai berikut :

a. Uji Koefisien Korelasi Luas Lahan

Berdasarkan dari output komputer di atas maka diperoleh koefisien korelasi

dalam penelitian diperoleh nilai R = 0.782 dimana dengan nilai tersebut terdapat

hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat adalah 78.2 persen.

Page 100: PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

46

Artinya Produksi Pinang di Kecamatan Suka Makmue Kabupaten Nagan Raya

sangat erat hubungannya dengan faktor luas lahan (X1).

b. Uji Koefisien Korelasi Tenaga Kerja

Dari tabel diatas maka diperoleh koefisien korelasi dalam penelitian

diperoleh nilai R = 0.798 dimana dengan nilai tersebut terdapat hubungan antara

variabel bebas dengan variabel terikat adalah 79.9 persen. Artinya Produksi

Pinang di Kecamatan Suka Makmue Kabupaten Nagan Raya erat hubungannya

dengan faktor tenaga kerja (X2).

c. Uji Koefisien Korelasi Modal

Berdasarkan dari output komputer di atas maka diperoleh koefisien korelasi

dalam penelitian diperoleh nilai R = 0.622 dimana dengan nilai tersebut terdapat

hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat adalah 62.2 persen.

Artinya Produksi Pinang di Kecamatan Suka Makmue Kabupaten Nagan Raya erat

hubungannya dengan faktor modal (X3).

Koefesien Korelasi (R) sebesar 0.862 menunjukkan bahwa variabel luas

lahan (X1), Tenaga Kerja (X2) dan Modal (X3) sangat erat hubungan terhadap

peningkatan produksi pinang di Kecamatan Suka Makmue Kabupaten Nagan Raya

yaitu 86.2 persen.

Koefesien diterminasi adjusted (R2) bernilai 0.789. Hal ini menunjukkan

bahwa luas lahan (X1), Tenaga Kerja (X2) dan Modal kerja (X3) berpengaruh

terhadap produksi pinang di Kecamatan Suka Makmue Kabupaten Nagan Raya

sebesar 78,9 persen. Sedangkan sisanya 21.1 persen dipengaruhi oleh variabel lain

diluar modal penelitian.

Page 101: PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

47

Tabel 8

Regresi Berganda dan Uji Parsial (uji t)

Model

Un Standardized Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig

Correlations Collinearity Statistics

Std.

eror Beta

Zero

order

Parsi

al Part

Toler

ance ViF

1. (Constan)

Luas Lahan

Tenaga Kerja Modal

Kerja

852.644

660.762

768.851

130.612

342.443

27.554

467.005

1.101

144

320

431

1.023

2.704

2.340

807

.140

.009

.007

.402

0.001

0.003

0.025

0.740

1.143

3.350

2.213

240

73

75

622

124

628

226

032

332

142

Dari hasil tabel regresi berganda dan uji t, maka diperoleh

persamaan akhir estimasi yaitu sebagai berikut :

Y = 852.644 + 660.762 X1 + 768.851 X2+ 130.612 X3.

1. Konstanta

Dari persamaan diatas dapat dilihat bahwa nilai konstanta sebesar

852.644. Nilai konstanta ini menyatakan bahwa apabila variabel luas

lahan, tenaga kerja dan modal kerja sama dengan nol maka produksi

Pinang di Kecamatan Suka Makmue Kabupaten Nagan Raya tetap ada

sebesar 852.644 rupiah.

2. Koefesien Regresi X1 (Luas Lahan)

Koefesien regresi luas lahan (X1) sebesar 660.762 berpengaruh terhadap

peningkatan produksi petani pinang di Kecamatan Suka Makmue

Page 102: PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

48

Kabupaten Nagan Raya. Hal ini disebabkan luas lahan responden selalu

mencerminkan jumlah produksi, dan sebagian dari luas lahan tersebut

masih terdapat tanaman pinang yang belum menghasilkan.

3. Koefesien Korelasi X2 (tenaga kerja)

Dari penjelasan di atas dapat dilihat bahwa nilai X2 sebesar 768.851.

Hal ini menyatakan bahwa apabila terjadi penambahan jam kerja sebesar 1

jam/hari maka akan berpengaruh terhadap peningkatan produksi pinang di

Kecamatan Suka Makmue Kabupaten Nagan Raya, sebesar 768.851 jam.

4. Koefesien Regresi X3 (modal kerja)

Dilihat bahwa nilai X3 sebesar 130.612. Hal ini menyatakan bahwa apabila

terjadi penambahan modal maka tidak ada berpengaruh terhadap produksi

pinang, dikarenakan tanaman pinang yang ditanami di lahan kosong dan di

pembatas tanah sehingga modal tidak berpengaruh terhadap produksi pinang

yang ada di Kecamatan Suka Makmue Kabupaten Nagan Raya.

4.4.2 Analisis Koefesien Determinasi

Setelah dihitung dengan menggunakan metode regresi linear berganda

dapat diketahui bahwa faktor yang mempengaruhi peningkatan produksi pinang

adalah sebagai berikut :

Koefesien Korelasi (R) = 0,862

Koefesien Determinasi (R2) = 0,789

Koefesien Determinasi Adjusted = 0,622

Sesuai dengan hasil perhitungan tersebut dapat diketahui nilai koefesien

determinasi adjusted (R2) sebesar 0,789 yang artinya bahwa peningkatan produksi

Page 103: PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

49

pinang sebesar 78.9 persen disebabkan oleh faktor luas lahan (X1), tenaga kerja

(X2) dan modal (X3). Sedangkan sisanya disumbangkan oleh variabel lain.

4.4.3 Uji t

Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel Luas Lahan

(X1), tenaga kerja (X2) dan modal (X3) secara parsial terhadap produksi

pinang (Y). Hasil perhitungan yang diperlihatkan pada tabel 9 dapat

diketahui besarnya nilai thitung untuk masing-masing variabel dengan tingkat

kepercayaan atau derajat signifikan sebesar =5 persen, dapat kita lihat

pada tabel berikut ini:

Tabel 9

Uji t

Model

Un Standardized Coefficients

Standardized

Coefficients

T sig Std. eror Beta

1. Konstanta

Luas Lahan

Tenaga Kerja Modal Kerja

852.644

660.762

768.851

130.612

342.443

27.554

467.005

1.101

144

320

431

1.023

2.704

2.340

807

.140

.009

.007

.402

Sumber : Hasil Regresi (data diolah November 2014)

Berdasarkan tabel diatas pengaruh signifikan variabel bebas

terhadap variabel terikat dapat dijelaskan sebagai berikut:

4. Variabel luas lahan diperoleh thitung sebesar 2.704 lebih besar dari ttabel

sebesar 1.706 artinya variabel luas lahan berpengaruh secara signifikan

terhadap produksi pinang.

Page 104: PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

50

5. Variabel tenaga kerja diperoleh thitung sebesar 2.340 lebih besar dari ttabel

sebesar 1.706 artinya variabel luas lahan berpengaruh secara signifikan

terhadap produksi pinang.

6. Variabel modal diperoleh thitung sebesar 807 lebih kecil dari ttabel sebesar 1.706

artinya variabel modal tidak berpengaruh secara signifikan terhadap

produksi pinang.

4.4.3 Hasil Uji Statistik

a. Hasil Uji F (Secara Simultan)

Uji F digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel luas lahan (X1),

tenaga kerja (X2) dan modal (X3) secara bersama-sama terhadap Produksi pinang

(Y). Dari hasil perhitungan diperoleh Fhitung seperti yang terlihat pada tabel berikut

:

Tabel 10

Anova

Model Sum of squares Df Mean Square F Sig

Regression 4336022 3 22654339

148.37

6 .000

Residual 3144300 26 2125476

Total 7480322 29

Sumber : Hasil Regresi (data diolah November 2013)

Berdasarkan hasil pengujian dari uji ANOVA atau uji-F (secara simultan)

diperoleh Fhitung sebesar 148.376, sedangkan Ftabel pada tingkat signifikan = 5%

adalah sebesar 2.99. Hal ini memperlihatkan bahwa Fhitung Ftabel, dengan tingkat

signifikan 0.000. Hasil perhitungan ini dapat di ambil suatu kesimpulan bahwa

menerima hipotesis alternatif dan menolak hipotesis nol, artinya bahwa variabel

Page 105: PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

51

luas lahan (X1), tenaga kerja (X2) secara bersama-sama berpengaruh secara

signifikan terhadap peningkatan Produksi Pinang di Kecamatan Suka Makmue

Kabupaten Nagan Raya.

Page 106: PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

52

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1 simpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan

mengenai Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Pinang di

Kecamatan Suka Makmue Kabupaten Nagan Raya, maka dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut :

1. Berdasarkan hasil analisis regresi diperoleh penjelasan bahwa

variabel yang diteliti yaitu luas lahan, tenaga kerja dan modal. Luas

lahan dan tenaga kerja berpengaruh secara signifikan terhadap

Produksi pinang di Kecamatan Suka Makmue Kabupaten Nagan Raya.

Sedangkan faktor modal secara parsial tidak berpengaruh secara

signifikan terhadap Produksi pinang di Kecamatan Suka Makmue

Kabupaten Nagan Raya.

2. Berdasarkan hasil uji-t (secara parsial) menunjukkan bahwa luas

lahan(X1), tenaga kerja (X2) mempunyai pengaruh secara signifikan

terhadap produksi pinang di Kecamatan Suka Makmue Kabupaten

Nagan Raya hipotesis H1 diterima dan hipotesis Ho ditolak.

3. Berdasarkan hasil uji-F atau secara simultan menunjukkan bahwa

semua variabel yang diteliti berpengaruh secara signifikan terhadap

faktor-faktor yang mempengaruhi produksi pinang di Kecamatan Suka

Makmue Kabupaten Nagan Raya, hal ini karena diperoleh nilai

FhitungFtabel pada tingkat signifikansi = 5%.

Page 107: PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

53

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka penulis

mengajukan saran sebagai berikut :

1. Kepada Petani Pinang diharapkan memperhatikan terhadap lahan yang

bersih terutama jumlah harian orang kerja di tingkatkan lagi sehingga

tanaman pinang lebih produktivitas sehingga pendapatan meningkat.

2. Diharapkan kepada Pemerintah Daerah untuk meningkatkan

pemahaman tentang tanaman pinang yang dapat meningkatkan tarap

hidup yang baik, sehingga pendapatan masyarakat dapat bertambah

hingga menjadi pendapatan pokok.

Page 108: PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

DAFTAR PUSTAKA

Adhar Muslem, 2000. Tata Cara Penanaman Tanaman, Grafika, Banda Aceh.

Bambang Marhijanto, 2000, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Terbit Terang,

Surabaya.

Hasan, 2006. Analisis Regresi, Bumi Aksara, Jakarta.

Hani Handoko, 2006, Pengertian Produktifitas. Bumi Aksaran, Jakarta

Kuswandi, 2003, Pendapatan Rugi dan Laba, Pratama Media, Jakarta.

Kamaruddin, 2000, Indikator-Indikator Perekonomian Indonesia, Armico,

Bandung

Karwan Salikin, 2005, Peran Pertanian dalam Ekonomi, Raja Grafindo Persada,

Jakarta

Margono, 2005. Metodelogi Penelitian Kualitatif, Penerbit Reneka Cipta

Bandung.

Marvin, 2006, Pengantar Ekonomi Perusahaan, Tiga Serangkai, Semarang

Morjonos, 2007, Pengantar Ekonomi Pertanian, Ghamedia, Jakarta

Mukhlisuludin, 2005, Melalui Usaha Pinang dapat Meningkatkan perekonomian

masyarakat, Koran Kompas.

Rajawali Pers, 2011. Pengertian Pertanian, Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Soeparmoko, 2001, Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan, BPEF-GM,

Yogyakarta.

Saat Sulaiman, 2003, Pengantar Ekonomi Pertanian, CV. Cibina Rakan,

Banda Aceh.

Sadli, Mohd, 2001, Teori Ekonomi dan Kebijaksanaan Pembangunan, Gramedia,

Jakarta.

T.Wahyudi, 2007, Pengantar Ekonomi Manajemen, Gramedia, Jakarta.

Teguh Wahyono, 2011, Pendapatan Umum, Penerbit Penebar Swadaya, Jakarta.

Usman Nazaruddin, 2009, Budidaya tanaman Pinang, Penerbit PD Mahkota,

Jakarta.

Page 109: PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

Wiranto, 2000, Pengantar Ilmu Ekonomi, Armico, Bandung.

Zaeni Asyhadie, 2007, Hukum Kerja (Hukum Ketenagakerjaan Bidang Hubungan

Kerja), Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Page 110: PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

Suhardiono, 1999. Tanaman Pinang, Penerbit Penebar Swadaya, Jakarta

Soenardi, 2000. Bercocok Tanam secara Umum, CV Yasaguna, Jakarta