PENGARUH METODE PEMBELAJARAN IMPROVE TERHADAP HASIL BELAJAR
MATEMATIKA BAGI SISWA KELAS XI TEKNIK MESIN OTOMOTIF
SMK NEGERI 2 SALATIGA
JURNAL
Diajukan Guna Memenuhi Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana
Oleh
ARY KURNIA ASTUTI
202012032
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2016
1
PENGARUH METODE PEMBELAJARAN IMPROVE TERHADAP HASIL BELAJAR
MATEMATIKA BAGI SISWA KELAS XI TEKNIK MESIN OTOMOTIF
SMK NEGERI 2 SALATIGA
Ary Kurnia Astuti 1, Kriswandani 2, Novisita Ratu 3
Pendidikan Matematika FKIP Universitas Kristen Satya Wacana
Jl. Diponegoro 52-60 Salatiga, Jawa Tengah 50711 1 Mahasiswa Pendidikan Matematika FKIP UKSW, Email: [email protected]
2 Dosen Pendidikan Matematika FKIP UKSW, Email: [email protected] 3 Dosen Pendidikan Matematika FKIP UKSW, Email: [email protected]
Abstrak
Penelitian eksperimen semu ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh Metode
Pembelajaran IMPROVE terhadap hasil belajar matematika bagi siswa kelas XI Teknik Mesin
Otomotif SMK Negeri 2 Salatiga. Metode pembelajaran IMPROVE merupakan akronim dari
Introducing the new concept, Metacognitive questioning, Practicing, Reviewing and reducing
difficulties, Obtaining mastery, Verification, dan Enrichment. Populasi penelitian ini adalah
semua siswa kelas XI Teknik Mesin Otomotif SMK Negeri 2 Salatiga tahun ajaran 2015/2016
yang berjumlah 103 siswa yang terbagi dalam 3 kelas. Sampel dalam penelitian ini diambil
dengan Teknik Cluster Random Sampling dan terpilih 2 kelas sampel yaitu kelas XI TMO B
sebanyak 29 siswa sebagai kelas kontrol dan kelas XI TMO C sebanyak 30 siswa sebagai kelas
eksperimen. Desain penelitian ini adalah The Randomized Control Group Design Pretest-
Posttest. Nilai rerata hasil belajar pada kondisi akhir kelas kontrol sebesar 76,28 dimana nilai ini
lebih rendah daripada nilai rerata kelas eksperimen sebesar 82,67. Analisis hasil uji Independent
Sample t-test menghasilkan nilai signifikan 0,008 < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada
pengaruh Metode Pembelajaran IMPROVE terhadap hasil belajar matematika bagi siswa kelas
XI Teknik Mesin Otomotif SMK Negeri 2 Salatiga.
Kata kunci: metode pembelajaran IMPROVE, hasil belajar matematika
PENDAHULUAN
Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang dipelajari dan diajarkan pada jenjang
pendidikan mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Hal ini dikarenakan matematika
merupakan salah satu ilmu dasar yang harus dikuasai setiap siswa untuk dibekali dengan
kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif serta kemampuan bekerjasama
(Depdiknas, 2006: 153). Matematika memiliki fungsi yaitu mengembangkan kemampuan
menghitung, mengukur, dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari (Verowita,
2012). Matematika mempunyai peran penting dalam segala aspek kehidupan sehingga
2
matematika harus diberikan sejak dini pada siswa dan proses ini disebut pembelajaran
matematika.
Pembelajaran matematika adalah proses pemberian pengalaman belajar kepada siswa
melalui serangkaian kegiatan yang terencana sehingga siswa memperoleh kompetensi tentang
bahan matematika yang dipelajari (Muhsetyo, 2011). Pembelajaran matematika merupakan
proses dimana siswa secara aktif mengkonstruksi pengetahuan matematika (Suherman dalam
Fitri, 2014). Hal ini bermakna bahwa pembelajaran matematika akan lebih baik jika siswa
mampu mengkonstruksi melalui pengalaman dimana siswa terlibat secara aktif dalam kegiatan
pembelajaran matematika. Secara umum, tujuan pembelajaran matematika adalah
mengembangkan sikap kritis, kreatif dan rasional yang dimiliki oleh siswa. Tujuan pembelajaran
matematika di SMK menurut Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi Mata
Pelajaran Matematika adalah agar para siswa SMK dapat memahami konsep matematika,
menjelaskan keterkaitan antar konsep dan pemecahan masalah.
Tujuan pembelajaran matematika di SMK dapat terwujud jika guru dapat menciptakan
pembelajaran matematika yang dapat mengaktifkan siswa baik secara fisik maupun mental serta
dapat mengembangkan kemampuan pemecahan masalah melalui eksplorasi pemecahan masalah
kehidupan sehari-hari. Kenyataannya, belum semua proses pembelajaran matematika berjalan
sesuai dengan standar proses pada satuan pendidikan. Hal itu dapat dilihat dalam beberapa proses
pembelajaran dimana guru justru lebih mengarahkan pada kemampuan siswa dalam menghafal
informasi, siswa dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut
memahami informasi yang diperoleh untuk menghubungkan dengan kehidupan sehari-hari.
Sependapat dengan hal itu, Armanto dalam Nawi (2012) menyatakan bahwa guru sangat
bergantung pada metode ceramah dimana siswa mencatat rumus dan contoh dari papan tulis
sehingga keterlibatan siswa pasif dalam pembelajaran, sedikit diadakannya tanya jawab, siswa
diminta untuk menghafal dan guru mendominasi kelas dan menjadi sumber utama pengetahuan,
kurang memperhatikan aktivitas siswa, dan guru enggan merubah metode mengajar yang
terlanjur dianggap benar dan efektif.
Proses pembelajaran seperti itu juga terjadi dalam pembelajaran matematika di kelas XI
jurusan Teknik Mesin Otomotif SMK Negeri 2 Salatiga. Berdasarkan hasil observasi yang
dilakukan oleh peneliti, fenomena yang terjadi adalah guru masih menggunakan metode ceramah
dimana siswa menerima apa yang diajarkan, siswa tidak memberikan timbal balik apapun
3
sehingga siswa cenderung pasif, pembelajaran yang terjadi bersifat satu arah dimana guru
menyampaikan materi sedangkan siswa menerima apa yang diajarkan guru dan jumlah siswa
terlalu banyak sehingga guru kurang dapat memberikan perhatian kepada seluruh siswa.
Fenomena ini membawa dampak pada kurangnya minat siswa terhadap mata pelajaran
matematika serta rendahnya hasil belajar siswa. Kondisi tersebut tampak pada hasil belajar
matematika siswa kelas XI SMK Negeri 2 Salatiga menunjukkan hasil yang belum optimal.
Rata-rata hasil Ulangan Akhir Semester (UAS) hanya mencapai 48,34. Rata-rata tersebut jauh
dari nilai KKM yang diharapkan yaitu 75. Oleh karena itu, perlu adanya upaya perbaikan dalam
proses pembelajaran. Salah satu upaya untuk memperbaiki hasil belajar dan keaktifan belajar
siswa adalah dengan pemilihan dan penggunaan metode pembelajaran yang tepat (Roestiyah,
2008).
Metode pembelajaran adalah cara-cara atau teknik penyajian bahan pelajaran yang akan
digunakan oleh guru pada saat menyajikan bahan pelajaran baik secara individu maupun
kelompok. Salah satu jenis metode pembelajaran adalah Metode Pembelajaran IMPROVE.
Berdasarkan hasil penelitian Purnamadewi (2013), metode pembelajaran IMPROVE memberikan
pengaruh lebih baik terhadap hasil belajar matematika siswa. Senada dengan hasil tersebut,
penelitian Retnaning dan Susanah (2014) juga menyatakan bahwa metode pembelajaran
IMPROVE memberikan pengaruh terhadap hasil belajar matematika siswa.
Metode pembelajaran IMPROVE merupakan akronim dari Introducing the new concepts,
Metacognitive questioning, Practicing, Reviewing and reducing difficulties, Obtaining mastery,
Verification, and Enrichment (Mevarech dan Kramarski, 1997). Langkah-langkah metode
pembelajaran IMPROVE antara lain (1) Menghantarkan konsep-konsep baru (Introducing the
new concepts), guru membimbing siswa menemukan suatu konsep dengan memberikan
pertanyaan-pertanyaan yang mengarah pada penemuan suatu konsep sehingga pemahaman siswa
terhadap suatu konsep dapat bertahan lebih lama karena siswa turut aktif menemukan dan
memahami konsep baru; (2) Mengajukan pertanyaan metakognitif (Metacognitive questioning),
metakognitif adalah pengetahuan seseorang tentang proses berpikirnya sendiri dan kemampuan
seseorang dalam mengontrol aktivitas kognitifnya dalam belajar (Setyadi, 2014). Pertanyaan-
pertanyaan metakognitif meliputi pertanyaan pemahaman, strategi, koneksi, dan refleksi; (3)
Berlatih (Practicing), guru memberikan latihan kepada siswa secara kelompok dalam bentuk
soal-soal yang terdiri dari pertanyaan-pertanyaan metakognitif.; (4) Mengulas dan mereduksi
4
kesulitan (Reviewing and reducing difficulties), pada tahap ini guru melakukan pengulasan atau
pembahasan terhadap kesulitan-kesulitan yang dialami siswa sewaktu memahami materi atau
menjawab soal-soal, guru dapat melakukan hal ini dengan diskusi kelas, selanjutnya guru
memberikan solusi guna menjawab kesulitan-kesulitan yang dialami siswa; (5) Penguasaan
materi (Obtaining mastery), pada tahap ini guru akan mengetahui tingkat penguasaan materi
siswa secara individu atau keseluruhan, hal ini dapat dilakukan dengan memberikan tes kepada
siswa sesuai dengan materi yang telah dipelajari; (6) Melakukan verifikasi (Verification), guru
mengidentifikasi siswa yang telah memahami atau menguasai materi dan siswa yang belum
menguasai materi dengan melihat hasil tes yang telah diberikan pada tahap sebelumnya; dan (7)
Pengayaan (Enrichment), guru memberikan respon terhadap hasil verifikasi, siswa yang telah
menguasai materi dapat diberikan soal-soal pengayaan dan yang belum menguasai diberikan
pengulangan (Huda, 2013). Kelemahan metode pembelajaran IMPROVE adalah guru harus
mempunyai strategi khusus agar semua peserta didik dapat mengikuti langkah-langkah yang ada
dalam metode pembelajaran ini membutuhkan waktu yang relatif lama (Amelia, 2014).
Kelebihannya adalah siswa menjadi lebih aktif dalam pembelajaran, mengoptimalkan
kemampuan berpikir siswa, suasana pembelajaran tidak membosankan, dan memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mengeksploitasi ide-idenya melalui latihan-latihan yang
diberikan (Herdian dalam Fariski, 2012).
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan diatas maka dapat dirumuskan tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh Metode Pembelajaran IMPROVE
terhadap hasil belajar matematika siswa kelas XI Teknik Mesin Otomotif SMK Negeri 2
Salatiga.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen
semu (Quasy experimental research). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas
XI Teknik Mesin Otomotif SMK Negeri 2 Salatiga yang berjumlah 103 siswa dan terbagi dalam
3 kelas. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah Cluster Random Sampling dan
diperoleh kelas XI Teknik Mesin Otomotif (TMO) B untuk kelas kontrol dan XI TMO C untuk
kelas eksperimen. Penelitian ini menggunakan desain penelitian The Randomized Control Group
5
Design Pretest-Posttest dengan menggunakan dua kelas yang dipilih secara acak atau random
(Budiyono, 2003 : 93).
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah tes yang meliputi pretest mengetahui
kemampuan awal siswa dalam belajar matematika dan posttest untuk mengetahui kemampuan
akhir hasil belajar matematika siswa. Nilai pretest diperoleh dari hasil Ulangan Akhir Semester
(UAS) kelas XI Teknik Mesin Otomotif semester I tahun ajaran 2015/2016. Sedangkan posttest
siswa diberi soal tes berbentuk uraian dengan jumlah butir soal adalah 5 soal. Kisi-kisi instrumen
posttest dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini.
Tabel 1. Kisi-kisi Instrumen Posttest
Kompetensi Dasar Materi Indikator Soal Nomor
Soal
3.17 Menerapkan
berbagai konsepdan
prinsip permutasi
dankombinasi dalam
pemecahan masalah
nyata
Aturan
Pencacahan
(permutasi dan
kombinasi)
Menentukan banyak cara yang dapat diisi dari keempat
posisi (ketua, wakil ketua, sekretaris, dan bendahara)
dalam ekstrakurikuler basket.
1
Menentukan banyak cara agar para ilmuwan dapat duduk
melingkar dengan urutan yang berbeda
3
Menentukan banyak cara kata yang dapat dibuat 5
Menentukan banyaknya jumlah jabat tangan yang dalam
suatu pertemuan
2
Menentukan banyaknya banyaknya cara penyusunan
pasangan pemain dari jumlah pemain yang mengikuti
lomba
4
Teknik analisis data pada penelitian ini adalah analisis deskriptif yang bertujuan untuk
memberi gambaran (deskripsi) mengenai subjek yang diteliti dan analisis hasil tes yang meliputi
(1) uji normalitas (Shapiro-Wilk) karena jumlah sampel kelas kontrol dan kelas eksperimen
masing-masing kurang dari sama dengan 50 (Sembiring, 2003); (2) uji homogenitas (Levene’s
Test for Equality of Variances); dan (3) uji beda rerata (Independent Sample t-test).
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Uji Hipotesis Kondisi Awal Hasil Belajar
Kemampuan awal hasil belajar siswa diukur dengan menggunakan data hasil murni
Ulangan Akhir Semester I SMK Negeri 2 Salatiga sebelum diberi perlakuan. Kondisi awal
hasil belajar siswa digunakan untuk mendeskripsikan data hasil belajar awal siswa kelas XI
TMO B sebagai kelas kontrol dan kelas XI TMO C sebagai kelas eksperimen sehingga
memperoleh kemampuan awal kedua kelas.
6
Tabel 2. Hasil Analisis Deskriptif Kondisi Awal Hasil Belajar
Berdasarkan Tabel 2 diperoleh hasil analisis deskriptif kelas kontrol menghasilkan nilai
terendah 35, nilai tertinggi 70, nilai rerata 56,69 dengan standar deviasi 9,461 dimana
keempat nilai di kelas kontrol tersebut lebih rendah dibandingkan keempat nilai kelas
eksperimen yakni nilai terendah 38, nilai tertinggi 73, nilai rerata 56,80 dan standar deviasi
10,056. Tampak bahwa nilai rerata antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol terdapat
sedikit perbedaan dan dapat dikategorikan hampir sama.
Hasil belajar dapat dibedakan menjadi 3 kategori yaitu tinggi, sedang, dan rendah.
Pengkategorian kondisi awal hasil belajar kelas ekperimen dan kelas kontrol dapat dilihat
pada Tabel 3 sebagai berikut:
Tabel 3. Pengkategorian Kondisi Awal Hasil Belajar
Interval Kategori Kelas
Kontrol Persentase Eksperimen Persentase
61 ≤ 𝑥 ≤ 74 Tinggi 10 17% 11 19%
48 ≤ 𝑥 < 61 Sedang 13 22% 13 22%
34 ≤ 𝑥 < 48 Rendah 6 10% 6 10%
Berdasarkan Tabel 3, kondisi awal hasil belajar kelas kontrol dan kelas eksperimen pada
kategori tinggi adalah 17% (10 siswa) dan 19% (11 siswa). Hasil belajar siswa kategori
tinggi pada kelas eksperimen lebih banyak daripada kelas kontrol dengan selisih 1 siswa
(2%). Tampak adanya kesamaan jumlah siswa di setiap kategori pada kategori sedang (13
siswa atau 22%) dan rendah (6 siswa atau 10%) di kelas kontrol dan kelas eksperimen.
Setelah dilakukan analisis deskriptif maka dilakukan uji normalitas untuk mengukur
kondisi awal hasil belajar siswa. Hasil perhitungan uji normalitas kondisi awal hasil belajar
siswa dapat dilihat pada Tabel 4 berikut ini.
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Kelas Kontrol 29 35 70 56.69 9.461
Kelas Eksperimen 30 38 73 56.80 10.056
Valid N (listwise) 29
7
Tabel 4. Uji Normalitas Kondisi Awal Hasil Belajar
Berdasarkan Tabel 4, nilai signifikan kelas kontrol adalah 0,232 sedangkan nilai signifikansi
kelas eksperimen adalah 0,257. Kedua nilai signifikan dari kelas kontrol dan kelas
eksperimen lebih dari 0,05 yang berarti kedua kelas berasal dari populasi yang berdistribusi
normal. Setelah dilakukan uji normalitas, maka dapat dilakukan uji homogenitas. Uji
homogenitas dapat dilakukan bersama-sama dengan uji beda rerata. Berikut ini hasil uji
homogenitas dan uji beda rerata kondisi awal hasil belajar siswa pada Tabel 5.
Tabel 5. Hasil Uji Beda Rerata Kondisi Awal Hasil Belajar
Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. T Df
Sig. (2-
tailed)
Mean
Difference
Std. Error
Difference
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Equal variances
assumed .078 .781 -.043 57 .966 -.110 2.544 -5.204 4.984
Equal variances
not assumed
-.043 56.960 .966 -.110 2.541 -5.199 4.978
Berdasarkan Tabel 5 pada kolom Levene’s Test for Equality of Variances sebagai uji
homogenitas bahwa nilai signifikansi sebesar 0,781 > 0,05 yang berarti kedua kelas berasal
dari populasi variansi yang sama atau homogen. Oleh karena telah memenuhi uji normalitas
dan uji homogenitas maka kedua kelas tersebut seimbang atau mempunyai kemampuan awal
yang sama. Untuk mendukung hasil ini maka berdasarkan hasil uji Independent Samples T-
test dihasilkan nilai signifikansi sebesar 0,966 > 0,05 yang berarti kedua kelas tidak
memiliki perbedaan rata-rata atau memiliki rata-rata hasil belajar yang sama. Oleh karena
itu, kedua kelas tersebut dapat diberi perlakuan yang berbeda dimana kelas XI Teknik Mesin
Otomotif (TMO) B sebagai kelas kontrol diberi perlakuan berupa metode pembelajaran
Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig.
Kelas Kontrol .954 29 .232
Kelas Eksperimen .957 30 .257
8
instruksional dan XI TMO C sebagai kelas eksperimen diberi perlakuan berupa metode
pembelajaran IMPROVE.
B. Hasil Uji Hipotesis Kondisi Akhir Hasil Belajar
Hasil analisis kondisi akhir hasil belajar siswa dapat dilihat pada Tabel 6 berikut ini.
Tabel 6. Hasil Analisis Deskriptif Kondisi Akhir Hasil Belajar
N Minimum Maximum Mean
Std.
Deviation
Kelas Kontrol 29 56 96 76.28 10.457
Kelas Eksperimen 30 68 100 82.67 7.092
Valid N (listwise) 29
Berdasarkan Tabel 6 dapat dilihat pada kelas kontrol memperoleh hasil nilai terendah 56,
nilai tertinggi 96, dan nilai rerata 76,28 dimana ketiga nilai di kelas kontrol lebih rendah
dibandingkan ketiga nilai kelas eksperimen dengan nilai terendah 68, nilai tertinggi 100, dan
nilai rerata 82,67. Sedangkan untuk standar deviasi kelas kontrol 10,457 lebih tinggi
dibandingkan standar deviasi kelas eksperimen 7,092. Pengkategorian kondisi akhir hasil
belajar kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada Tabel 7 berikut ini.
Tabel 7. Pengkategorian Kondisi Akhir Hasil Belajar
Berdasarkan Tabel 7 tampak adanya kesamaan pada kelas kontrol dan kelas eksperimen
dalam kategori tinggi sebanyak 8 siswa (14%). Hasil belajar siswa kelas kontrol pada
kategori rendah sebanyak 5 siswa atau 8% lebih banyak dibandingkan kelas esperimen
sebanyak 1 siswa atau 2%. Sedangkan hasil belajar siswa pada kelas eksperimen dalam
kategori sedang sebanyak 21 siswa atau 36% lebih banyak dibandingkan kelas kontrol
sebanyak 16 siswa atau 27%. Oleh karena itu, hasil belajar siswa kelas eksperimen pada
kondisi akhir lebih unggul dibandingkan kelas kontrol.
Setelah dilakukan analisis deskriptif maka dilakukan uji normalitas untuk mengukur
kondisi akhir hasil belajar siswa. Hasil perhitungan uji normalitas kondisi akhir hasil belajar
siswa dapat dilihat pada Tabel 8 berikut ini.
Interval Kategori Kelas
Kontrol Persentase Eksperimen Persentase
85 ≤ 𝑥 ≤ 100 Tinggi 8 14% 8 14%
70 ≤ 𝑥 < 85 Sedang 16 27% 21 36%
54 ≤ 𝑥 < 70 Rendah 5 8% 1 2%
9
Tabel 8. Uji Normalitas Kondisi Akhir Hasil Belajar
Berdasarkan Tabel 8 pada kolom Shapiro-Wilk menunjukkan bahwa nilai signifikansi kelas
eksperimen 0,571 dan nilai signifikansi kelas kontrol 0,296. Kedua nilai signifikansi lebih
dari 0,05 berarti masing-masing kelas berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Oleh
karena itu maka dapat dilakukan uji homogenitas yang dapat dilakukan bersama-sama
dengan uji beda rerata. Berikut hasil uji homogenitas dan uji beda rerata kondisi awal hasil
belajar siswa pada Tabel 9.
Tabel 9. Hasil Uji Beda Rerata Kondisi Akhir Hasil Belajar
Levene's Test
for Equality
of Variances t-test for Equality of Means
F Sig. T Df
Sig. (2-
tailed)
Mean
Difference
Std. Error
Difference
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Equal variances
assumed 3.000 .089 -2.756 57 .008 -6.391 2.319 -11.035 -1.747
Equal variances
not assumed
-2.738 49.069 .009 -6.391 2.334 -11.081 -1.701
Berdasarkan Tabel 9 pada kolom Levene’s Test for Equality of Variances sebagai uji
homogenitas bahwa nilai signifikansi sebesar 0,089 > 0,05 yang berarti kedua kelas berasal
dari populasi variansi yang sama atau homogen. Hasil uji Independent Samples T-test
menghasilkan nilai signifikansi pada kolom Sig. (2-tailed) sebesar 0,008 < 0,05 yang berarti
ada pengaruh metode pembelajaran IMPROVE terhadap hasil belajar matematika bagi siswa
kelas XI Teknik Mesin Otomotif SMK Negeri 2 Salatiga.
C. Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh metode
pembelajaran IMPROVE terhadap hasil belajar matematika bagi siswa kelas XI teknik mesin
otomotif (TMO) SMK Negeri 2 Salatiga. Penelitian ini dilakukan pada dua kelas yang terdiri
Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig.
Kelas Kontrol .958 29 .296
Kelas Eksperimen .971 30 .571
10
dari kelas kontrol (XI TMO B) dan kelas eksperimen (XI TMO C). Pembelajaran
matematika pada kelas kontrol diberi perlakuan dengan metode yang sering digunakan oleh
guru yaitu metode instruksional. Yamin (2007) menyatakan bahwa metode instruksional
adalah cara melakukan atau menyajikan, menguraikan, memberi contoh, dan memberi
latihan isi pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan tertentu. Metode instruksional yang
digunakan pada kelas kontrol adalah metode ceramah dan drill (latihan) sedangkan kelas
eksperimen diberi perlakuan dengan metode pembelajaran IMPROVE.
Hasil perhitungan skor hasil belajar pada kondisi awal menggunakan uji Independent
Samples t-test menghasilkan nilai signifikansi 0,966 > 0,05. Hal tersebut menunjukkan
bahwa kondisi awal kedua kelas yaitu kelas kontrol dan kelas eksperimen sama atau
seimbang. Berdasarkan hasil analisis deskriptif diperoleh nilai rerata hasil belajar
matematika pada kondisi akhir kelas kontrol adalah 76,28 sedangkan kelas eksperimen
adalah 82,67. Hasil perhitungan skor hasil belajar pada kondisi akhir menggunakan uji
Independent Samples T-test menghasilkan nilai signifikansi 0,008 < 0,05. Hal tersebut
menunjukkan bahwa ada pengaruh metode pembelajaran IMPROVE terhadap hasil belajar
matematika siswa. seperti halnya penelitian Purnamadewi (2013) yang menyatakan bahwa
metode pembelajaran IMPROVE memberikan pengaruh lebih baik terhadap hasil belajar
matematika siswa. Senada dengan hasil penelitian tersebut, Retnaning dan Susanah (2014)
juga menyatakan bahwa metode pembelajaran IMPROVE memberi pengaruh terhadap hasil
belajar matematika siswa.
Metode pembelajaran IMPROVE merupakan metode pembelajaran berkelompok
yang dipilih secara heterogen. Tahap Introducing the new concept, siswa diberikan masalah
nyata dalam kehidupan sehari-hari kemudian didiskusikan bersama kelompok. Tahap
Metacognitive questioning, guru memberikan pertanyaan-pertanyaan metakognitif yang
bertujuan untuk mendorong siswa agar memiliki kemampuan yang tinggi dalam pemecahan
masalah. Pertanyaan-pertanyaan metakognitif membantu siswa dalam menyelesaikan
permasalahan yang diberikan namun ada beberapa siswa yang merasa kesulitan dengan
pertanyaan itu. Tahap Practicing, guru memberikan latihan secara kelompok dalam bentuk
soal-soal yang terdiri dari pertanyaan metakognitif yang diberikan dalam lembar kerja
kelompok.
11
Proses pembelajaran matematika yang dilakukan secara berkelompok berbeda
dengan proses pembelajaran matematika yang biasa dilakukan guru di kelas. Hal ini
dikarenakan belajar secara kelompok terdiri dari dua orang atau lebih yang akan
menciptakan pola interaksi yang optimal, mengembangkan semangat kebersamaan,
timbulnya motivasi serta menumbuhkan komunikasi yang efektif (Verowita, 2012).
Dampaknya adalah memberikan suasana baru yang menyenangkan dalam pembelajaran
matematika yang selama ini siswa menganggap bahwa pembelajaran matematika
membosankan dan siswa menjadi lebih antusias dan aktif dengan adanya diskusi kelompok
dimana siswa memberikan ide-idenya masing-masing dalam menyelesaikan permasalahan.
Selain itu, siswa juga menjadi lebih kritis dan teliti dalam membaca permasalahan yang
diberikan sehingga dapat menemukan penyelesaian yang tepat. Hal ini dikarenakan dalam
metode pembelajaran IMPROVE terdapat aktivitas-aktivitas yang mendorong adanya
interaksi antar siswa. Hal ini sejalan dengan penelitian Megasari (2016) yang menyatakan
bahwa melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran dapat meningkatkan hasil
belajar. Namun pada saat diskusi kelompok beberapa siswa membuat gaduh sehingga
suasana kelas menjadi kurang kondusif. Guru mengatasi situasi tersebut dengan menyuruh
salah satu kelompok untuk maju menuliskan jawaban hasil diskusi di depan kelas dan
memberikan reward. Siswa menjadi antusias dan kelas dapat dikondisikan menjadi kondusif
untuk belajar. Waktu yang digunakan selama pembelajaran relatif lama karena banyak
tahapan dari metode pembelajaran IMPROVE yang harus dilakukan.
Tahap Reviewing and reducing difficulties, guru memberikan pengulasan atau
penjelasan kembali ketika siswa mengalami kesulitan sehingga siswa dapat memahami
materi yang sedang dijelaskan. Kemudian tahap Obtaning mastery, guru memberikan kuis
untuk mengukur pemahaman siswa terkait materi yang telah dipelajari. Pemberian
pengulasan dan kuis memberikan dampak positif terhadap pemahaman siswa yang lebih
baik sehingga akan berdampak juga terhadap hasil belajar matematika siswa. Tahap
Verification, guru melakukan verifikasi yang dilakukan dengan koreksi bersama-sama siswa
untuk mengetahui hasil kuis yang telah dikerjakan. Siswa yang belum mencapai KKM atau
belum tuntas akan diberikan soal remidial sedangkan siswa yang sudah mencapai KKM atau
tuntas akan diberikan soal pengayaan dan tahap ini yang disebut dengan tahap Enrichment.
12
Berdasarkan uraian di atas, pembelajaran matematika dengan menggunakan metode
pembelajaran IMPROVE memiliki pengaruh terhadap hasil belajar matematika siswa. Hal
tersebut terlihat dari perbedaan hasil belajar antara siswa dengan kelas yang diberikan
perlakuan metode pembelajaran IMPROVE dengan siswa dengan kelas yang diberi metode
pembelajaran instruksional. Hasil belajar matematika siswa pada kelas eksperimen lebih
tinggi dibandingkan kelas kontrol. Oleh karena itu, penggunaan metode pembelajaran
IMPROVE berpengaruh terhadap hasil belajar matematika siswa kelas XI teknik mesin
otomotif SMK Negeri 2 Salatiga.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka diperoleh kesimpulan bahwa terdapat
pengaruh metode pembelajaran IMPROVE terhadap hasil belajar matematika bagi siswa kelas XI
teknik mesin otomotif SMK Negeri 2 Salatiga. Hal ini juga ditunjukkan dari hasil olah data uji
beda rerata yang diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,008 < 0,05. Rata-rata hasil belajar siswa
yang diberi perlakuan dengan menggunakan metode pembelajaran IMPROVE sebesar 82,67
sedangkan rata-rata hasil belajar siswa yang tidak diberikan perlakuan atau menggunakan
metode pembelajaran instruksional sebesar 76,28. Dampak yang ditimbulkan adalah siswa lebih
antusias dalam pembelajaran matematika karena suasana pembelajaran lebih
menyenangkan/tidak membosankan, siswa lebih kritis dan kreatif dalam menentukan ide-ide
penyelesaian masalah, siswa menjadi lebih aktif dan berani bertanya jika mengalami kesulitan.
DAFTAR PUSTAKA
Amelia, Risma. 2014. Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Matematik Siswa SMP Swasta di
Kota Cimahi dengan Menggunakan Metode Pembelajaran IMPROVE. Prosiding Seminar
Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi Volume 2 tahun 2014. Diakses
melalui: http://publikasi.stkipsiliwangi.ac.id/files/2014/12/Prosiding-SemnasSTKIP
2014.pdf pada tanggal 11 Agustus 2015 pukul 06.22 WIB
Budiyono. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surakarta: Sebelas Maret University Press
Depdiknas. 2006. Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi dan Proses Satuan
Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas. Diakses melalui:
http://asefts63.files.wordpress.com/2011/01/permendiknas-n0-22-tahun-2006-standar
isi.pdfpada tanggal 24 Oktober 2015 pukul 14.56 WIB
Fariski, Mukhammad. 2012. Efektifitas metode pembelajaran IMPROVE dengan bantuan alat
13
Peraga miniatur tandon air terhadap hasil belajar peserta didik pada materi logika
matematika semester genap kelas X SMA Islam Sultan Agung 1 Semarang tahun
pelajaran 2011/2012. Diakses melalui: http://eprints.walisongo.ac.id/397/ pada tanggal 20
Januari 2016 pukul 05.30 WIB
Fitri, Rahma. 2014. Penerapan Strategi The Firing Line pada Pembelajaran Matematika Siswa
Kelas XI IPS SMA Negeri 1 Batipuh. FMIPA jurusan matematika UNP. Jurnal
Pendidikan Matematika Vol. 3 No. 1 (2014). Diakses
melalui:http://ejournal.unp.ac.id/students/index.php/pmat/article/view/12148 pada
tanggal 4 Januari 2016 pukul 19.12 WIB
Huda, Miftahul. 2013. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran: Isu-Isu Metodis dan
Paradigmatis. Malang: Pustaka Pelajar
Megasari, Yunita. 2016. Pengaruh Metode Pembelajaran IMPROVE dengan Penggunaan Kepala
Bernomor terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas XI APK 1 SMK Pemuda Papar Tahun
Ajaran 2015/2016 pada Pokok Bahasan Matriks. FKIP Matematika Universitas Nusantara
PGRI Kediri. Disakses melalui: http://simki.unpkediri.ac.id/ pada tanggal 11 Maret 2016
pukul 7.41 WIB
Muhsetyo, Gatot dkk. 2011. Pembelajaran Matematika SD. Jakarta: Universitas Terbuka.
Nawi, M. 2012. Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Kemampuan Penalaran Formal Terhadap
Hasil Belajar Matematika Siswa Sekolah Menengah Atas (Swasta) Al Ulum Medan.
Medan: Jurnal Tabularasa PPS UNIMED Volume 9 No. 1. Diakses melalui:
http://digilib.unimed.ac.id/public/UNIMED-Article-23927-M%20Nawi.pdf pada tanggal
20 November 2015 pukul 18.09 WIB
Purnamadewi, Jesyich Anjras. 2013. Keefektifan pembelajaran metode IMPROVE dengan
pendekatan PMRI terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa kelas VII materi
segiempat. Skripsi. Semarang:FMIPA jurusan Mmatematika UNNES. Diakses melalui:
http://lib.unnes.ac.id/17443/1/4101409012.pdf pada tanggal 3 Januari 2016 pukul 17.09
WIB
Retnaning dan Susanah. 2014. Penerapan Pembelajaran dengan Metode IMPROVE pada Materi
Pertidaksamaan di Kelas X-B SMAN 1 Kauman Tulungagung. Jurnal Ilmiah Pendidikan
Matematika Volume 3 No. 2 Tahun 2014. Diakses melalui: http://ejournal.unesa.ac.id/
index.php/mathedunesa/article/view/8719 pada tanggal 1 Februari 2016 pukul 06.59 WIB
Roestiyah, N.K. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Sembiring. R. K. 2003. Analisis Regresi. Bandung: ITB
Setyadi, Danang. 2014. Pengaruh Pembelajaran dengan Pendekatan Metakognitif terhadap Hasil
Belajar Matematika Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Pabelan. Repository UKSW. Diakses
melalui: http://repository.uksw.edu/handle/123456789/4960 pada tanggal 21 April 2016
pukul 16.01 WIB
Verowita, Winda. 2012. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif TipeThink Pair
Share Terhadap Pemahaman Konsep DalamPembelajaran Matematika. Vol. 1 No. 1
14
(2012). Jurnal Pendidikan Matematika, Part 3 : Hal. 48-51. Diakses Melalui:
http://ejournal.unp.ac.id/students/index.php/pmat/article/download/1177/869pada tanggal
21 Oktober 2015 Pukul 08.14 WIB
Yamin, Martinis. 2007. Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi. Jakarta: Gaung Persada
Zemira R. Mevarech and Bracha Kramarski.1997. IMPROVE: A Multidimensional Method For
Teaching Mathematics inHeterogeneous Classrooms. American Educational Research
Journal. Diakses melalui http://aer.sagepub.com/content/34/2/365 pada tanggal 14
Agustus 2015 pukul 19.35 WIB
Top Related